Omae wo Onii-chan ni Shite Yarouka (Indonesia): Jilid 1 Bab 6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Jum’at, 12 April

Adik perempuan kelima. Siswi SD. Beruang.[edit]

Pada istirahat makan siang Mariko bertanya padaku apakah dia bisa mampir. Aku merasa itu sedikit kurang pantas untuk seorang gadis mengunjungi seseorang yang tinggal sendiri. Saat ini, sekolah telah usai dan aku tidak bisa kembali ke ruanganku.

Aku menepis semua topik pembicaraan dengan kesulitan demi menyembunyikan rangkaian keadaan di kediaman Taishido. Mariko sudah pasti khawatir tentangku yang hidup seorang diri. Itulah mengapa aku bahagia hanya dengan perasaanya itu.

Sebagai gantinya, aku menjanjikan untuk berbelanja bersama di lain hari.

Sambil mengingat kejadian di sekolah, aku mendengar suara dari interkom setelah menderingkan bel di ruangan 201.

“Ini siapa? Layanan pesan antar?”

Itu adalah suara gadis muda. Karena ada kamera yang terhubung dengan interkom, diriku sudah pasti terlihat di sisi lain...

“Ehh, umm... namaku Taishido Yaichi. Bukan layanan pesan antar.”

“Apakah kau Nii-chama?”

Nii-chama? Mungkin yang dia maksud Nii-sama.

“B-benar. Maukah kau membuka pintunya?”

“’Kau tidak boleh membukakan pintu pada orang asing’ itu yang dikatakan Nee-chama yang tinggal bersebelahan dengan Mii-chan.”

Nee-chama mungkin maksudnya Nee-sama...hey, apakah ada orang sebaik itu yang tinggal di sebelah?

Kunci pintar juga berfungsi sebagai kunci pintu, dan kini sudah tak terkunci. Jika aku masuk dengan paksa mungkin dia akan kaget. Suara gadis itu terdengar sangat muda. Aku menduga kalau dia berada di kelas pertama di SD.

“Jadi namamu Mii-chan?”

“Yup! Nama Mii-chan adalah Ookuma Mika.”

“Karena kita berdua sudah saling mengenal. Bisakah kau buka pintunya?”

“Benar. Kubuka pintunya.”

Aku pikir caraku mengatakanya terdengar seperti kalimat yang biasa digunakan para kriminal.

Interkom terputus dan pintu terbuka setelah beberapa detik.

Dari celah pintu muncul gadis yang sangat kecil, cukup kecil untuk dipegang di ketiak kemudian diangkat. Dia membuka pintu dengan tangan kiri. Dia mengenakan gaun lolita berumbai dengan warna merah muda sambil menggendong boneka beruang di tangan kanan. Seorang anak kecil. Tidak peduli bagaimana aku melihatnya dia tetaplah anak kecil.

“Ha-halo. Mika-chan.”

“Namaku Mii-chan. Halo Nii-chama. Eh? Tidak ada salam untukku?”

Mika bergumam sendiri, aku menatap wajah boneka beruang yang dia gendong.

“Apakah itu yang dikatakan si beruang?”

“Bukan beruang. Namanya Maple. Jadi panggil dia Maple.”

“S-senang bertemu denganmu, Maple.”

“Selama kau bisa mengerti. Senang bertemu denganmu! Katanya.”

Setelah akhienya dimaafkan oleh Mika dan Maple, aku masuk ke dalam ruangan. Kalau begini, kelihatannya akan sedikit sulit juga.

Jika aku merangkum semua adik perempuan yang telah aku temui sampai sekarang akan menjadi seperti ini, seorang hikikomori pembuat pakaian, gadis penggila kompetisi dengan hobi laki-laki, gadis serius dan pembohong (?), dan gadis dengan otak laki-laki yang ingin menjadi perempuan. Itu cukup beragam dan terakhir adalah gadis loli ortodoks.

Ruangannya lebih bersih dari yang kupikirkan. Yang mengejutkan apakah gadis sekecil ini bisa tinggal seorang diri?”

Furnitur diruangan ini kebanyakan berwarna merah muda, berkat itu ruangan ini mempunyai suasana imut dan cerah.

Di atas meja, terdapat celengan babi besar, ada randoseru berwarna merah muda yang ditaruh di sofa. Aku melirik kearah dapur, tapi kelihatannya itu tidak digunakan sama sekali. Aku penasaran apa yang dia makan?

“Ngomong-ngomong, berapa umurmu?”

“Sebelas tahun!”

“Kalau begitu kau adalah siswi kelas enam SD?”

“Nn. Tapi aku murid yang paling kecil di kelas. Aku ingin besar seperti Nii-chama.”

Dia lebih muda dari umur aslinya! Kelas enam yang artinya dia satu kelas di bawah Selene. Dengan ini, aku memiliki gambaran penuh dari semua adik perempuan. Yang tertua yaitu Tomomi, gadis SMA kelas satu dan termuda Mika, kelas enam SD.

Masing-msing slisih satu tahun, sementara aku dan Tomomi satu angkatan.

Aku mengeluarkan desahan dalam kepala kemudian duduk pada kursi kecil yang berada dekat meja.

“Ah! Itu kursi khusus punya Maple.”

“Begitu ya. Maaf Maple.”

“Nii-chama, sebelah sini. Tempat yang cocok untuk menonton TV.”

Aku pindah ke sofa yang berada di depan TV. TV-nya memilki kabel dekoder dan sebuah perekam HDD yang terhubung. Aku menunjuk pada perekam.

“Kau bisa menggunakannya dengan baik?”

“Nii-chama yang tinggal di sebelah mengajariku cara menggunakanya. Namanya Murasaki-san.”

Dia mengatakan Murasaki-san?! Dia tinggal di kediaman Taishido, gajah dipelupuk mata tak tampak ya.

Dan juga di merawat Mika-chan dengan baik. Dia sempurna dalam pekerjaanya... namun aku memiliki kesan kalau dia orang yang dingin, itu pasti karena kesalahpahamanku.

“Aku mengerti. Aku juga kenal Murasaki-san. Dia adalah orang yang baik.”

“Yup! Dia adalah calon pengantin Maple. Saat Maple mencapai usia yang diperbolehkan menikah, mereka akan mulai berkencan.”

Mika kelihatannya akrab dengan Murasaki-san.

Dia memeluk Maple kemudian duduk di kursi khusus yang Maple duduki dan sambil melihatku dengan mendongak dia bertanya.

“Kalau Mii-chan menjadi adik perempuan Nii-chama, dia akan jadi kaya, ‘kan?”

Tiba-tiba, dia bertanya dengan blak-blakan.

“B-benar.”

“Berapa banyak 500 yen yang aku dapat?”

“Berapa banyak eh...banyak sekali... kurasa.”

“Aku bertanya-tanya apakah semua uangnya muat pada Bu-chan.”

Dia menatap pada celengan babi lalu bergumam khawatir. Polos sekali. Dan juga, dia kelihatan tidak nyaman. Dia muda, jadi tidak ada yang bisa dilakukan.

“Kenapa 500 koin yen? Biasanya orang lebih memilih uang 10000 yen, ‘kan?”

“Karena kuat, besar dan keren. Benar, ‘kan Maple?”

Mika menggengam leher Maple lalu menganggukannya.

“500 yen keren?”

“Aku tidak suka uang kertas. Daripada uang kertas 10000, dua puluh koin 500 yen jelas lebih bagus.”

Mika bergumam lirih. Jika dia punya 10000 yen, dia akan memilih koin daripada Yukichi-san, sungguh cerdik. Sepertinya aku tidak boleh terlalu lalai hanya karena dia gadis kecil.

“Benar sekali! Nii-chama, peluk Bu-chan. Ini barang berharga Mika!”

Aku menatap celengan babi di atas meja.

Lapisan luarnya bersih yang terbuat dari keramik.

“Kau tidak boleh menjatuhkannya! Pelan-pelan.”

“B-baiklah.”

Perlahan kuangkat celengan babi dengan kedua tanganku.

Berat. Itu cukup berat. Koinnya berdenting dan berdencing di dalam.

“Dia makan cukup banyak.”

Meski itu adalah celengan babi dimana koin dimasukan lewat punggung, mengatakan kalau itu makan terdengar aneh, tapi Mika mengangguk dengan penuh semangat.

“Kau tahu, Bu-chan menjadi sangat berat Mii-can tidak bisa lagi menganggkatnya.”

“Kalau begitu, kau ingin aku membawanya ke suatu tempat?”

“Nn. Dia ada di sebelah sana. Dia juga salah satu favorit Mii-chan.”

“Koleksi kau bilang...tidak, tapi, kau sudah menyimpan banyak, ‘kan?”

“Dengar dengar! Saat berbelanja, aku membuatnya supaya ada kembalian koin 500 yen. Itu karena Mii-chan sangat pandai dalam manajemen kekayaan.”

Aku pikir itu sedikit berbeda dari manajemen kekayaan.

“Kau tahu, Nee-chama yang tinggal di sebelah memeluk Mii-chan da mengatakan itu.”

“Me-memeluk?

OOSY v01 005.jpg

“Yup. Karena Mii-chan selalu memeluk Maple dia tahu itu diperlukan untuk pemenuhan diri, Nee-chama pasti kesepian. Dia berkata tidak masalah kalau memeluk, dia memelukku dengan sangat erat dan memberiku 500 yen. Seperti penggalangan dana. Ah... apa yang harus kulakukan. Mii-chan diberitahu kalau ini rahasia, itu yang Nee-chama bilang.”

Saat dia membocorkan rahasianya, Mika menundukan kepalanya dan tampak tidak nyaman.

Itu bukan uang galang dana melainkan uang tutup mulut untuk mendisiplinkannya. Aku merasa telah melihat sisi Murasaki-san yang penuh perhitungan.

“Berapa kali dia memelukmu?”

“Seminggu sekali sejak aku pindah ke sini. Sepuluh kali?”

“Kalau begitu kembalikan sebanyak itu. Jika kau melakukannya, kebohongan itu tidak akan terhitung.”

Itu merupakan logika yang konyol bahkan jika kukatakan untuk diriku sendiri, tapi saat Mika mendengarkan suaraku pupil matanya yang bulat sempurna mulai bersinar dengan terang. Pipinya menjadi merah muda dengan perasaan lega dan membuka lebar mulutnya.

“A-apakah Nii-chama jenius?

Pujian yang berlebihan. Aku tidak bisa langsung mengatakan “kembalikan uangnya”, itu akan jadi aneh.

“Umm...mengembalikan uangnya kembali pasti aneh...bagaimana kalau Mika diam-diam bertanya tentang ulang tahunnya?”

“Kenapa?”

“Untuk membelikan sebuah hadiah ulang tahun. Jika kau membeli hadiah ulang tahun dengan harga 5000 yen itu akan menjadi sempurna.”

“Aku mengerti. Mii-chan akan melakukannya.”

Ulang tahun Murasaki-san mungkin tidak dalam waktu dekat, tapi itu jelas lebih baik daripada mengembalikan uangnya.

“Dan juga umm...apakah Mika benci dipeluk oleh Murasaki-san?”

“Tidak sama sekali. Tidak baik dan juga buruk.”

Cara yang cukup lembut untuk menjelaskannya.

“Jika kau tidak membencinya, dan kau tidak butuh uang, semisal kau mengatakan tidak masalah untuk berpelukan bukankah Murasaki-san akan menjadi senang?”

“Apa Nii-chama berpikir itu hal yang baik?”

“T-tentu.”

“Kalau begitu akan kulakukan.”

Aku senang dia percaya padaku sepenuhnya, namun aku takut dia sedikit terlalu lugu.”

Saat aku mencari sesuatu untuk diminum, ku menemukan bubuk coklat instan dan susu. Itu yang tersisa di dalam kulkas yang hampir kosong.

“Apakah Mika menyiapkan makanan sendiri?”

“Nee-chama yang tinggal di sebelanh mengatakan “Itu berbahaya tunggu hingga kau SMP”. Dan begitulah, aku hanya membuat coklat sampai Nee-chama datang.”

“Aku mengerti. Ngomong-ngomong, jam berapa biasanya dia datang kemari?”

“Dia datang sekali dalam dua hari. Juga, dia memelukku di akhir pekan.”

Itu cukup sering. Tidak heran tanggal kadaluarsa susu di kulkas selalu baru.

“Apalagi yang dia katakan padamu.”

“Nee-chama tidak sering bicara. Kita selalu menyesap coklat bersama, menonton TV, dan bersih-bersih. Terkadang kita pergi berbelanja dan makan cemilan, tapi dia tidak sering bicara. Aku penasaran apakah Nee-chama membenci Mika.”

“Tidak. Aku tidak berpikir dia membencimu.”

Daripada itu, sepertinya dia menujukan insting keibuan milkinya.

Jadi kenapa ruangan Mika bersih seperti ini juga karena Murasaki-san. Namun sepertinya dia tidak campur tangan dengan kandidat adik permpuan lain, kura karen Mika adalah yang terkecil jadi mau bagaimana lagi.

“Apa yang kau makan saat makan malam saat Murasaki-san tidak datang?”

“Kau tahu, Mika suka pizaa dari layanan pesan antar. Yang bentuknya bulat. Maple juga suka pizza. Topping madunya untukku. Katanya! Maple sungguh kekanak-kanakan.”

Aku tidak begitu mengerti dengan sifat Maple...tapi itu ya itu dan ini ya ini, layanan pesan antar pizza ya, itu cukup mahal.

“Mii-chan lapar. Nii-chama! Ayo makan pizza! Karena Nii-chama hari ini berkunjung jadi kita pesan pizza berukuran besar. Mii-chan yang bayar!”

“B-baiklah.”

Apa benar aku akan ditraktir oleh adik perempuanku sendiri (kandidat)! Itulah yang ingin kukatakan, tapi aku menahan diri. Sekarang ini, aku sudah ditraktir makanan oleh kandidat adik perempuan lain, jadi aku akan memperlakukan mereka sama.”

Mika memesan pizza lewat telepon. Karena itu kedai pizza langgananya, dia hanya mengatakan “Pizza yang biasa tapi ukuran besar.” Dan dengan itu dia mengakhiri panggilannya.

Untuk sementara waktu sebelum pizza datang, kami menonton TV kabel pada saluran khusus anime bersama, dan aku sekeliling ruangan memastikan apakah ada buklet seperti sebelumnya.

Aku tidak menemuka apapun di sini, mungkin Murasaki-san menyembunyikan itu di suatu tempat agar tidak bisa dilihat.

Tidak lama kemudian, bel berdering dengan suara *ding-dong*. Mika memeriksa lorong kediaman Taishido melalui layar interkom. Itu layanan pesan antar pizza. Mika berkata “Aku buka pintunya. Terima kasih.” Memberi tanda kepada pengantar pizza lalu membuka kunci pintunya. Petugas pengantar pizza pasti sudah terbiasa dengan ini, sebab dalam waktu singkat suara dering bel terhenti.

“Sini Nii-chama!”

“B-baik.”

Kita pergi ke pintu bersama dan menerima pizza. Mika mulai menggerai punggung Maple dan membuka resleting. Dari dalam dia menarik dompet berwarna merah muda, lalu membayar dengan uang sepuluh ribu yen. Pengantar pizza memberi uang kembalian kemudian pergi.

“Nii-chama. Uang kembalian hari ini jumlahnya 6520 yen. Dapat uang koin 500 yen.”

“Apa mungkin, kau membayar dengan 10000 yen demi mendapatkan itu?”

“Yup! Kau tahu, Mii-chan suka koin 500 yen.”

Mika menaruh uang kembalian ke dalam dompet, dan setelah memasukannya ke dalam Maple dia menempatkan koin 500 yen dalam punggung celengan babi yang berada di ruang tamu.

Dia menatap sisa uang 20 yen dengan mata muda miliknya. Aku kebingungan selagi memegang kotak dengan pizza yang panas.

“Ada apa?”

“Koin 10 yen yang didapat hari ini tidak terlalu bagus.”

“Tidak terlalu bagus?”

“Yup. Mereka bagus saat masih bersinar, tapi hari ini dekil sekali.”

Uang kembalian yang didapat juga termasuk nominal yang lebih kecil, koin baru biasanya lebih indah dan bersinar, terutama uang koin 10 yen.

“Sayang sekali. Ayo makan sebelum dingin. Dan juga, ini sangat besar.”

“Yup! Ayo makan ayo makan.”

Aku mengambil beberapa piring dari rak piring di dapur dan menatanya di atas meja pada ruang tamu.

Ada kantung berisi saus tabasco yang ditempel pada kotak pizza. Karena tidak ada saus tobasco di dalam kulkas Mika, aku akan gunakan ini sebagai gantinya.

Ketika kotak terbuka, uap keluar dari kotak. Pizza-nya sangat panas.

Aku tidak ingat kapan terakhir kali memesan pizza. Nenek rutin menyiapkan makan malam...meski sedikit, tapi aku senang.

Itu adalah pizza Quatro, itu dibuat agar kau bisa menikmati berbagai macam pizza.

Ada potongan dengan isi salami, sosis, dan daging; potongan dengan seafood dilapisi saus basil; potongan yang hanya ada keju; dan sebuah potongan yang sederhana dan diisi dengan keju mozarrella dan tomat segar. Pizza yang cukup besar hingga membuatku kenyang hanya dengan melihat ukurannya.

“Waa. Hari ini Mii-chan mau mencoba yang keju.”

“Hari ini?”

“Karena aku tidak bisa langsung menghabiskannya, aku memanaskan itu untuk dimakan nanti.”

Cara makan yang cukup menyedihkan.

“Tapi, karena Nii-chama hari ini bersamaku, mungkin akan enak jika aku makan semuanya sekaligus. Nii-chama, ambil lagi terus makan!”

Aku baru saja diperintah oleh anak SD. Mika mengambil pizza dengan banyak taburan pizza lalu menempatkan itu pada piringnya. Aku menaruh potongan pizza daging dan seafood ke piringku.

“Au...rintangannya dimulai.”

Ekspresi wajah Mika tiba-tiba menjadi serius.

“Ada apa?”

“Itu. Aku memerlukannya. Mii-chan selalu bermasalah dengan pizza karena itu.”

Mika mengambil saus tobasco yang menempel di kotak pizza menggunakan satu tangan.

“Memerlukannya, maksudmu saus tobasco?”

“Yup. Meskipun pizza-nya tetap lezat tanpa itu.”

“Hanya karena itu ada bukan berarti kau harus menggunakannya.”

“Begitu ya?”

“Benar. Memang seperti itu.”

Jadi dia bertahan dengan pizza yang pedas sampai sekarang. Kasihan sekali.

“Lalu bagaimana. Apa Nii-chama akan menghabiskannya.”

“Aku tidak akan menghabiskannya! Sia-sia jika kau membuangnya tanpa digunakan. Mulai sekarang, katakan pada mereka tidak usah memberikan saus tobasco...tidak, tunggu.”

Aku mengingat sesuatu dari acara TV sebelumnya.

“Pinjamkan sepuluh yen yang kau dapat dari kembalian.”

“Yup!”

Mika menyerahkan uang koin sepuluh yen yang berceceran di atas meja. Dan juga, aku meminta beberapa tisu darinya.

“Nii-chama, apa yang akan kau lakukan?”

“Aku akan memasukan koin ini ke dalam saus tobasco.”

“Apa itu enak?”

“Aku tidak berencana memakannya.”

Aku menuangakan sedikit saus tobasco, kemudian aku masukan koin dan membersihkannya dengan tisu. Dengan itu, koin sepuluh yen menjadi bersinar dalam sekejap.

Uang koin sepuluh yen dibuat dari tembaga, itu adalah besi yang rentan terhadap oksidasi. Komponen yang ada dalam saus tobasco bisa membersihkan kotoran lewat reaksi redoks.

Setelah bersih dan bersinar pada kedua sisinya, aku mengambaikan itu ke Mika. Mata besar miliknya bercahaya dan berkilauan.

Dengan uang koin sepuluh yen lain di tanganya, Mika bergumamam sambil bolak-balik memandang uang koin dan wajahku.

“Nii-chama penyihir?”

“Itu berlebihan.”

Itu adalah kata-kata yang aku dengar dari acara TV, tapi melihat betapa senang dirinya, aku senang bisa mengingatnya.

Mika melihat koin yang bersih, dan tetap tersenyum. Itu berlebihan.

“Luar biasa luar biasa! Sekarang Mii-chan menghormati Nii-chama. Aku akan memberitahu temanku di sekolah lain kali. Nii-chama, bolehkah aku memberitahukannya? Apa boleh dipaten dan lainnya?

“Ti-tidak masalah. Mari makan.”

“Yup!”

Dia mengangguk dengan semangat. Setiap gerak tubuhnya sungguh imut.

“”Terima kasih makanannya.””

Kami berdua selesai makan pizza. Perut Mika kekenyangan setelah melahap potongan keju dan daging. Aku telah berhasil menaklukan keempat jenisnya dan kewalahan oleh ukurannya. Rasanya enak, tapi itu adalah sesuatu yang harus dimakan oleh banyak orang.

Setelah selesai makan kami tutup dengan minum coklat susu. Pada akhirnya, pizza yang tidak habis disimpan dalam kulkas setelah dibungkus ke piring. Selagi menatap hampa pada saluran anime yang tayang, Mika menempatkan sejumlah origami ke atas meja.

“Nii-chama, ayo main origami.”

Sungguh tenang dan damai. Jika dibandingkan dengan gim tembak-menembak, ini jauh lebih kekewanitaan.

“Jadi apa yang akan kita buat?”

“Mika akan membuat bangau, karena dia bisa melakukan apapun.”

Mika berseru *ehem* dengan rasa bangga. Dia menampilkan ekspesi angkuh. Ah, sungguh imut. Itulah satu-satunya kesan yang terlintas dalam pikiranku.

“Jadi, maukah kau mengajariku cara melipat bangau?”

“Okay! Umm, begini. Pertama, pilh kertasnya. Hari ini Mika suka warna jingga.”

“Kalau begitu, aku juga...”

Aku mengambil secarik kertas origami dari dalam tumpukan kertas. Oh...beruntung. warna yang kudapat adalah emas.

‘T-tidak! Nii-chama tidak boleh menggunakan yang warna emas! Masukan kembali! Cepat masukan kembali!”

Ketika Mika hampir menangis, aku menaruh kembali dengan cepat dan menarik kertas biru sebagai gantinya.

“Warna emas tidak bagus, ya?”

“Itu sangat berharga, jadi harus digunakan dengan baik! Nii-chama tidak pantas untuk itu.”

“M-maaf.”

Memang benar, biasanya hanaya ada satu warna emas dan perak dalam satu pak. Itu langka.

Aku melipat bentuk bangau seperti yang Mika ajarkan. Aku dulu bisa melakukannya tapi aku sudah tidak bisa mengingat caranya dan harus diajari oleh Mika.

Bangau biru dan jingga akhirnya selesai dan Mika dengan riang menatanya di atas TV. Bangau biru bentuknya sedikit aneh. Melihat lipatan milik Mika yang begitu rapi membuatku ingin mengulanginya.

“Bangau buatan Mika dan Nii-chama terbang bersebelahan satu sama lain.”

“I-iya. Benar sekali.”

Teringat akan sesuatu, Mika menoleh ke arah jam yang menempel di dinding ruanagan.

“Ahh! Aku harus cepat! Nii-chama tolong tunggu sebentar.”

Dia menaruh Maple ke kursi kecil. Pergi ke kamar tidur dan segera setelah dia kembali. Dia menggengam tablet di tangannya.

Mika membuka aplikasi di tablet miliknya. Aplikasi yang populer di kalangan anak-anak tentang menumbuhkan jamur. Dia menggeser jamur yang tumbuh dekat gelondongan kayu menggunakan jarinya.

  • Popopo〜〜n!* bersamaan dengan efek cahaya dan suara, jamur yang sudah tumbu dipanen.

“Kau menyukai jamur?”

“Yup! Mera sanagt imut. Dan juga, mereka bisa diambil! Nii-chama juga bisa mencoba mengambil mereka.”

“Oh, oke. Akan kuambil.”

Ketika aku ambil dua baris dengan jariku, Mika menaikan suaranya.

“Kenapa Nii-chama mengambil semuanya sekaligus, jangan!”

“Aku hanya melakukan seperti yang kaukatakan.”

“Benar, tapi mengambil jamur dalam jumlah yang banyak itu berlebihan.”

Entah kenapa Mika tersipu malu. Setelah kukembalikan tablet-nya dia menanam jamur agar tumbuh kembali kemudian menutup aplikasinya.

“Fuu..leganya.”

“Terlalu berlebihan.”

“Jika tidak dilakukan dengan benar, mereka tidak bisa diambil besok, dengan ini semuanya akan baik-baik saja.”

Benar sekali, nona.

“Oh! Nii-chama ayo membaca buku!”

“Tentu, aku akan membacakan buku apa saja yang kau inginkan.”

Mika meminjamkan tabletnya lagi kepadaku. Aku melihat e-book. murasaki-san pasti sudah membelikan dan mengajari Mika cara membacanya.

Setelah memverifikasi akun, e-book terbuka. Nama Murasaki-san terdaftar di situ.

Dalam daftar isi ada banyak buku bergambar yang tersedia.

“Buku mana yang ingin aku bacakan?”

“Mii-chan sekarang kelas enam SD. Dia lulus pelajaran membaca buku bergambar tahun lalu. Dia seorang Onee-san, tapi karena banyak kanji itu jadi menyusahkan.”

“Menyusahkan...jika ini benar buku untuk anak, harusnya banyak furiganan-nya, ‘kan?”

“Mii-chan memilih dan membeli bukunya sendiri.”

Jadi seperti itu. Mika berlebihan membeli bukanya dan ingin aku membacakan buku yang dia beli.

“Yang mana?”

“Umm, yang ini.”

Setelah menggeser halaman di daftar isi, Mika menyentuh sampul bukunya.

Sampulnya muncul dalam sekejap, ada sosok gadis dalam ilustrasinya.

Judulnya tertampil dngan cepat, judulnya 『Putri Kesatria Maria』

“Nii-chama, cepat bacakan!”

Aku tidak tahu tentang isinya, tapi kelihatannya genrenya fantasi. Aku membacakan dengan lantang kalimat pertamanya.

“A-aku tidak ingin melahirkan bayi orc...TUNGGU!”

“Nii-chama, apa itu orc? Melahirkan bayi? Bayi kecil?”

Itu seolah Mika sedang memojokanku dengan sengaja, sungguh cerdik. Namun, itu tidak seperti dia melakukan untuk kepuasannya sendiri. Dengan kata lain, itu alami. Lugu, mengerikan.

“Hey Mika, buku ini untuk orang dewasa.”

“Mii-chan sudah dewasa! Dia ibunya Maple!”

“B-buku ini hanya boleh dibaca oleh orang dewasa. hukumnya tertulis seperti itu.”

“Hukum? Sungguh?”

“Iya. Jadi kita hentikan saja membacanya.”

“Nuu! Kuharap aku tidak pernah membeli buku itu.”

Begitulah. Aku manjalnkan tabletnya dan mengubah peraturan umur untuk buku yang bisa dibeli oleh anak berusia ‘dua belas tahun’.

“Mari kita coba buku yang lain. Mulai dari sini.”

“Yup. Jika Nii-chama memaksa, mau bagaimana lagi.”

“Apa masih ada hal lain yang bisa aku lakukan untukmu?”

Untuk sekarang, aku ingin bisa mengabulkan semua permintaanya.

“Kau tahu, Mii-chan selalu ingin bisa membantu. Sebelumnya dia telah berkonsultasi dengan Maple. Dia berkata “Mii-chan bisa melakukan pekerjaan orang dewasa, dia wanita yang hebat.” Akko-chan dan Kenta-kun bantu-bantu di rumah mereka masing-masing, rasanya aneh cuma Mii-chan yang tidak harus melakukan hal seperti itu.”

“Kau tidak membantu Murasaki-san?”

“Hal itu tidak ada dalam kontrak, jadi jangan...membantu adalah yang dia katakan. Yang Mii-chan lakukan hanya melihat.”

Kata-kata itu menggetarkan dadaku. Jadi Murasaki-san rutin memeriksa Mika hanya karena wasiat Taishido Jinya saja? aku tidak ingin menganggapnya begitu.

“Aku mengerti. Jadi Mika ingin membantu?”

“Yup! ‘Jika kau membantu kau akan mendapat upah.’ Katanya.”

Kelihatannya dia memiliki etika bekerja yang lebih kuat daripada Selene. Memiliki niatan untuk membantu demi mendaptkan upah itu sama seperti memiliki motif tersembunyi...tapi ingin bekerja bukanlah hal yang buruk.

Meski bukan upah, jika Mika melakukannya dengan baik seharusanya ada sejenis penghargaan yang lebih sepadan...sebuah penghargaan, ya? Apa yang dia inginkan selain uang... aku sama sekali tidak tahu.

“Alu tidak tahu tentang upah...tapi aku sangat mengerti kalau kau hanya ingin membantu.”

“Senang Ni-chama bisa mengerti dengan cepat...fuaaa...”

Mika mnguap matanya lalu menguap, waktu masih menunjukan pukul 9 malam.

“Mika, jam berapa biasanya kau tidur?”

“Jam sembilan. Maple ingin begadang tapi rasa kantuk adalah musuh yang kuat. Nii-chama, bolehkah Mii-chan tidur? Dia sudah mandi sebelum Nii-cham datang.”

“T-tentu. Maaf tidak mennyadari itu sebelumnya.”

Mika pergi ke kamar mandi dengan langkah yang sempoyongan lalu menggosok giginya. Matanya sudah setengah tertutup.

“Kalau begitu, selamat malam.”

“Oh benar aku akan menyelimutimu sebentar.”

“Yup. Terima kasih Nii-chama. Aku menyayangimu.”

Dia lekas pergi ke kamar tidur, sepertinya itu sudah pada batasnya. Setelah dengan dramatis menjatuhkan dirinya ke atas kasur dia memeluk Maple dan tidur lelap.

Aku menarik selimut. Sesaat sebelum mematikan lampu an menutup pintu, dia berguling di kasur.

“...Mii-chan juga menginginkan keluarga.”