Rokujouma (Indonesia):Jilid 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ilustrasi Novel[edit]

Ini adalah ilustrasi novel yang termasuk dalam Volume 3.


Permainan dan Undian[edit]

Part 1[edit]

Jumat, 10 Juli

Memasuki bulan Juli, Koutarou dan penghuni kamar 106 yang lain bisa merasakan datangnya musim panas.

Suara jangkrik bisa terdengar dari luar saat sinar matahari yang kuat masuk ke dalam kamar dan meningkatkan suhunya.

Suhunya bahkan lebih tinggi dengan tujuh orang yang berkumpul di kamar kecil seluas enam tatami.

"Waaa! Ksatria Biru matiiii!!"

"Yah, kalau kamu terus berusaha menjelajah dungeon lebih dalam, itu bakal terjadi"

"Beritahu aku, Primitif! Bagaimana caranya aku bisa menyelamatkan Ksatria Biru!?"

"Buat regu penolong dan pergi ke tempat dia mati"

"Baik, akan aku coba itu! Tetaplah disini dan bantu aku, Primitif!"

"Oke, tenanglah. Itu cuma game"

"Mana mungkin aku bisa tenang! Ksatria Biru milikku mati, kau tahu!? Ahh, menjadi malas dan memanggil si penyihir Yurika berefek sebaliknya!"

"Jangan sembarangan nuduh!"

Suhu kamar itu bahkan lebih tinggi lagi karena konsol game lama yang terhubung ke TV.

Koutarou membujuk orang tuanya untuk membelikannya konsol game saat dia masih kecil agar dia bisa mengikuti perkembangan jaman dan dia menjadi terpikat dengan konsol itu sampai-sampai dia membawanya ke kamar 106.

Dan saat Ruth menemukan itu saat membersihkan lemari, hal itu mengarah ke situasi saat ini.

"Kamu butuh anggota yang pas buat misi pertolongan, jadi tinggalin yang levelnya kecil. Kamu juga ngga perlu pencuri"

"Lalu bagaimana dengan perlengkapannya!?"

"Wajar buat regu penolong buat kesasar, jadi pakai perlengkapan yang paling bagus"

"Begitu ya, kalau begitu ayo berangkat!"

Rokujouma V3 009.jpg

Theia tertarik dengan konsol itu karena dia berasal dari planet yang berbeda.

Dia terkejut saat pertama kali melihatnya, tapi sesudah dia memegang kontroller game, dia bertingkah layaknya seorang bocah bermain video game untuk pertama kalinya.

Sejak itu, Theia selalu meminta Koutarou menemaninya saat dia berpetualang dalam game.

"Buat Theia tertarik sama game setua ini tuh.."

Sanae kagum dengan kelakuan Theia.

Saat Sanae melihat Theia memegang kontroller, dia menatap Theia dengan dingin.

"Fufu. Tuan Puteri memang suka kompetisi. Sebenarnya, dia suka sebagain besar game, tapi untuk kali ini spesial"

"Apa maksudnya?"

Di sisi lain, Ruth dan Kiriha menonton Theia dengan hangat.

Keduanya sedang duduk di meja teh sambil meminum teh sembari menonton Koutarou dan Theia bermain game.

"Sebenarnya, saat tuan puteri masih di sekolah dulu, dia melakukan penelitian pada sejarah komputer. Itulah kenapa tuan puteri punya rasa suka yang khusus untuk game -game lama"

"Seumuran dia...melakukan penelitian?"

Shizuka tampak terkejut dengan itu.

Karena tidak sedang melakukan apa-apa, Shizuka bergabung dengan Ruth dan Kiriha untuk minum teh.

"Keluarga bangsawan Forthorthe selalu dianjurkan untuk belajar literatur dan seni militer. Jadi, sudah suatu tradisi untuk menyelesaikan proyek penelitian di universitas sebelum memulai ujian mereka"

"Jadi maksudmu, itu budaya Forthorthe...Selalu ada budaya yang keras kemanapun kamu pergi"

Kiriha menyeruput tehnya sambil tersenyum pahit.

Kiriha punya pendapatnya sendiri tentang budaya, tapi dia memilih untuk tidak menyampaikannya, dan Ruth tidak memperhatikan perubahan kecil pada ekspresi Kiriha.

"Jadi tuan puteri susah juga ya..."

Shizuka menyeruput tehnya sambil memandang kagum ke arah Theia.

Di ruangan yang hangat itu, teh yang dingin memuaskan rasa haus Shizuka.

"Di antara banyaknya sejarah mengenai komputer, yang mulia memilih untuk fokus ke video game"

Apa maksud dari menggunakan komputer untuk bermain?

Dengan titik awal itu dan mengikuti perkembangannya, Theia menganalisa situasi video game saat ini dan memprediksikan perkembangannya di masa depan.

Penelitian milik Theia dimulai dari menjelaskan sebuah game dan berakhir dengan mendiskusikan teori media.

Penelitiannnya yang begitu luas mendapat banyak sanjungan di universitas.

"Sejarah Forthorthe sudah lebih dari 2000 tahun, jadi game terlama yang masih ada akan lebih canggih dibandingkan game di bumi. Itulah kenapa game lama dari planet ini menjadi hampir seperti harta karun bagi yang mulia"

"Begitu, jadi Theia-dono tidak hanya menyukai game sebagai hobi, tapi juga karena penelitiannya"

"Tepat sekali"

"Haaah..Untung saja aku tidak lahir sebagai tuan puteri"

Saat Kiriha, Ruth dan Shizuka asyik mengobrol, petualangan Theia dan Koutaru berlanjut.

"Hei, Tulip. Yurika B mau mati tuh"

"Tidak masalah. Tinggalkan saja dia. Aku tidak punya potion untuknya"

"Oh, baiklah kalau begitu"

"Nggak baik!! Tolong sembuhkan dia!!"

"Aku menolak"

"Kenapaaaa!?"

Yurika telah bergabung dalam petualangan Theia dan Koutarou sebelum ada yang menyadarinya.

Ketiganya sedang meributkan apa yang sebaiknya mereka lakukan selagi memandang ke arah TV.

"Kamu juga, Koutarou, udah SMA, masih aja begini..."

Sanae melihat kagum ke arah mereka.

Tapi, Sanae tidak senang merasa ditinggalkan.

Namun dia belum cukup dewasa untuk jujur dan bergabung dengan mereka.

"Aku cukup suka melihat yang mulia dan Satomi-sama akur seperti itu"

"Mereka berdua masih bocah, haaah"

Sanae tidak bisa bergabung dengan mereka walaupun dia ingin, karena itulah Sanae sedari tadi melototi punggung Koutarou.

Sanae adalah yang paling kekanakan diantara mereka meskipun dia mengatakan hal itu.

"Seorang penyihir tanpa mana itu tidak berguna, seperti dirimu"

"Dia bakal berguna! Istirahatlah di penginapan dan isi lagi mananya,ya? Dan aku nggak nggak berguna! Aku beneran gadis penyihir!!"

"Gadis penyihir, ya.."

Yurika dengan putus asa memohon kepada Theia.

"A-Apa--:

"Kenapa kamu nggak menghadapi kenyataan?"

Koutarou menoleh dari TV ke arah Yurika.

Yurika kaget dan membantah saat Koutarou memandang dingin ke arahnya.

"Kenyataannya!? Aku beneran gadis penyihir!"

"Sudah bulan Juli dan musuh yang kamu bicarakan masih belum kelihatan"

"Mereka bakal datang! Mereka pasti bakal muncul!"

Merasakan ketulusan dari Yurika yang putus asa, Koutarou mengingat sesuatu.

"...Apa itu berkaitan dengan Comiha bulan depan?"

Jaringan Comic Heart, atau biasa disebut Comiha.

Itu adalah event yang berkaitan dengan manga yang akan digelar bulan depan, event terbesar bagi dunia cosplay.

Koutarou menyimpulkan kalau Yurika sedang putus asa karena Yurika dan teman-teman cosplaynya akan bertarung di event itu.

"Nggak ada hubungannya dengan itu! Kenapa selalu mengarah ke cosplay sih!?"

"Karena itu memang cosplay, dilihat dari arah manapun"

Sanae menyerobot masuk, sambil memandang penuh kasihan.

"J-Jangan melihatku dengan kasihan seperti itu dong!!"

"Itu karena aku memang kasihan denganmu"

"Yah, tunggu sebentar, Sanae"

"Koutarou?"

"Yurika, kamu nggak akan mau mengakuinya kalau kita melakukan ini seperti biasanya. Sudah waktunya kamu mengerti itu juga"

Saat dia mengatakan itu, Koutarou merogoh saku bajunya dan mulai mencari sesuatu.

"Apa? Apa yang terjadi?"

Karena tertarik, Theia membuang kontrollernya dan mendekati meja teh.

"Ah, ketemu..."

Koutarou menarik keluar dua foto dari kantong bajunya dan meletakkannya di atas meja.

Keenam orang lainnya - Yurika, Sanae, Ruth, Theia, Shizuka dan Kiriha langsung berusaha melihat ke foto itu.

"Ah, itu fotoku!"

"Dan gadis itu- siapa namanya?"

"Itu Sakuraba-sama, dia yang memenangkan festival olahraga"

"Festival olahraga...aku jadi ingat hal memalukan yang menyakitkan..."

"Foto ini diambil cukup bagus juga"

"Jadi, ada apa dengan kedua foto ini, Koutarou?"

Koutarou menunjukkan kepada mereka foto Yurika dan Harumi.

Dia menunjuk ke kedua foto itu dan mulai bicara.

"Mari kita andaikan dari kedua gadis ini, satu adalah gadis penyihir"

"Baik, lalu?"

"Aku bukan cuma 'andaikan'! Aku beneran gadis penyihir!"

"Tenanglah, coba buka pikiranmu sebentar"

"Yah, aku nggak bisa setuju, tapi..."

Yurika tidak bisa sependapat dengan Koutarou, tapi dia dengan enggan mundur.

Karena Yurika mundur, Koutarou melanjutkan bicaranya.

"Mari kita anggap dari kedua ini, satu adalah gadis penyihir dan satu lagi cewek normal. Dengan itu, aku punya pertanyaan buat kalian semua: siapa yang kalian pikir adalah gadis penyihir?"

Selain Yurika, kelima gadis itu menunujuk salah satu foto.

"Gadis inilah yang kau harapkan"

"Dari data pribadi, aku bisa bilang kalau mentalnya kuat"

"Tidak enak mengakuinya, tapi dari kedua orang ini, pasti inilah yang asli"

"Aku merasa kalau orang ini punya aura misterius di sekitarnya"

"Maafkan aku, Nijino-san..."

Kelimanya menunjuk ke foto Harumi tanpa ragu.

"Ugu"

Malahan, justru Yurika yang kelihatan ragu.

"I-ini nggak adil"

Kalau saja Harumi tidak ada dalam pilihan, Yurika akan langsung menunjuk dirinya sendiri.

Tapi, Yurika mengagumi Harumi.

Saat dia terlibat, Yurika tidak dapat memilih.

"Aku rasa d-dia juga adalah g-gadis penyihir..."

Jari Yurika yang gemetaran menunjuk ke foto Harumi.

Suaranya bergetar seperti jarinya.

Dan raut mukanya tidak enak dipandang.

Yurika juga berpikir kalau Harumi lebih cocok sebagai gadis penyihir.

Jadi, dia dengan sedih menunjuk ke Harumi daripada dirinya.

"Apa kamu mengerti sekarang, Yurika? Apakah kamu bisa memakai sihir atau nggak itu nggak penting"

"Aku tahu...Walau aku tahu aku nggak cocok buat pekerjaaan ini..Kalau saja musuhnya muncul...Kalau saja kamu bisa melihatku bertarung...Dengan itu kamu bakal percaya..Cepatlah menyerang, Darkness Rainbow..Cepatlah ganggu kedamaian dan tolong aku.."

Air mata mengalir di pipi Yurika.

"...Aku percaya dengan cinta dan keberanian~ Apa yang penting adalah ikatan yang kau buat!"

Yurika mulai menggumam sebuah lagu dan menghilang ke dalam lemari.

"...Aku tahu ini aneh tapi...Satomi-kun, bukannya sudah saatnya kamu percaya dengannya?"

Suara isak tangis dapat didengar dari dalam lemari.

Shizuka hanya bisa merasa kasihan pada Yurika.

"Kelihatannya buruk kalau dia sampai berharap musuhnya datang dan mengganggu kedamaian, iya kan?"

"Yah, dia sendiri memanggil dirinya gadis penyihir cinta dan keberanian.."

Harumi tidak akan pernah berharap musuhnya akan muncul.

Masalah aslinya berada pada kepribadian Yurika.

Dia tidak bertindak layaknya pahlawan kebenaran.

"Ngomong-ngomong, Koutarou"

"Hm?"

Koutarou berhenti bergerak mengambil foto dari meja saat dipanggil oleh Sanae.

"Dari mana kamu dapat foto itu?"

"M-Memangnya kenapa?!"

Koutarou dengan cepat menyimpan foto-foto itu di sakunya.

"Tentu saja kenapa-kenapa! Kamu dapat foto Yurika dari CosKlub, tapi dari mana kamu dapat foto Harumi!? Dasar mesum!"

"I-Itu bukan tujuanku!"

"Kalau begitu, katakan! Kapan kamu ambil foto itu!? Kamu nggak pernah mengambil fotoku!"

Sanae memegang leher Koutarou seperti biasanya karena kesal.

"K-Kalaupun aku memfoto dirimu, hasilnya bakal berubah jadi foto hantu!"

"Tetap saja nggak adil!! Ini memalukan!"

"B-Berhenti, Sanae"

"Foto aku, sialan!! Malahan, jujurlah dan bilang 'Kamu imut, Sanae, ayo kita coba pose yang lebih seksi'!!"

"Nggak usah kepedean!"

Untuk melawan Sanae, Koutarou membawa tinjunya ke arah muka Sanae.

Di tangannya ada jimat 'Pergilah roh jahat'.

"Hah, kayak aku bakal kena lagi!"

Tapi, Sanae mengerakkan kepalanya kesana kemari layaknya petinju, menghindari pukulan Koutarou.

"S-Sialan kau!:

Karena dia sedang dicekik, Koutarou bergerak lebih pelan dari biasanya.

Dan karena dia menggunakan jimat untuk memukul mundur Sanae beberapa kali sebelumnya, Sanae akhirnya paham.

"Wah, kalian akur sekali, Satomi-kun, Sanae-chan"

"Kalian kelihatan sepert saudara. Karena aku anak tunggal, aku jadi iri melihatnya"

Shizuka dan Ruth menonton mereka sambil tersenyum.

Meskipun Shizuka tegas soal bertengkar di dalam kamar, untuk kali ini dia membiarkan mereka.

Ini tidak dianggap sebagai bertarung menurut Shizuka.

"Hmph, mereka berdua masih berumur mental sama. Mereka berdua masih kekanak-kanakan"

Theia merasa tidak puas.

Saat dia mengatakan kata-kata itu, Theia mengambil kembali kontroller game, tapi raut wajahnya tidak segembira sebelumnya.

"..Begitu, kelihatannya ini cukup rumit"

Kiriha tersenyum sambil memperhatikan Theia dan Sanae bergantian.

Meninggalkan Koutarou di tengah mereka, hasrat dari Theia dan Sanae kelihatan bertabrakan.

Kiriha bisa merasakannya.

"Nyahahahaha! Menyakiti perasaan seorang gadis adalah sebuah dosa! Sebagai hukuman, akan kubuat kau pingsan!"

"E-Enak saja!"

Sebuah suara 'boom' yang besar terdengar.

"Gya!?"

Pada akhirnya, posisi Koutarou lebih unggul.

Koutarou tidak memegang jimatnya di tangan kanan, tapi di tangan kirinya.

Karena terlalu fokus dengan tangan kanan Koutarou, Sanae dengan mudahnya terpukul mundur.

'Keselamatan Keluarga'

Jimat yang membuat Sanae terpuku mundur disulam dengan benang emas.

"Hehe, jangan pikir aku akan selalu pakai cara yang sama, dasar bodoh"

"S-Sialan, pakai dua, nggak adil..ugh.."

Dengan asap yang muncul dari kepalanya, Sanae pingsan di atas tikar tatami.

"Terima kasih, nenek!"

Koutarou tidak memperhatikan Sanae dan malah memandang jimat di tangannya sambil berterima kasih kepada neneknya yang ada di desa.


Part 2[edit]

"Kalau begitu, sudah waktunya aku pergi belanja"

Sesudah Shizuka menonton Koutarou dan Sanae bermain, dia menyelesaikan meminum tehnya dan berdiri.

Karena ini adalah kejadian sehari-hari, Shizuka tidak merasa cemas soal Sanae.

"Ah, mari pergi bersama-sama"

Ruth juga berdiri, dan dengan cepat mengambil dompet Koutarou disebelah telepon.

Ruth adalah yang bertugas mengawasi keuangan di kamar 106.

Ini karena Koutarou mempercayai Ruth.

"Apa kalian mau pergi belanja, Ibu Kos-san, Ruth-san?"

"Ya, jam diskon supermarket di dekat stasiun sudah mau mulai"

"Aku akan melakukan yang terbaik agar tidak kalah dengan ibu-ibu sekitar"

Melihat Shizuka dan Ruth yang berdiri, Koutarou pun ikut berdiri.

"Aku bantu bawa belanjaannya. Aku juga nggak ada kegiatan sih"

"T-Tunggu sebentar, primitif! Kamu berencana meninggalkan tuanmu yang sedang berpetualang untuk pergi belanja!?"

Kebingungan, Theia menggoyangkan kontrollernya dan memberhentikan Koutarou.

Tapi, Koutarou dengan tenang menggelengkan kepalanya.

"Maaf Tulip. Kita lanjutkan setelah aku pulang. Kamu nggak bisa hidup cuma dari bermain game saja"

"....Uuuhh~"

Theia melihat Koutarou dengan rasa tidak puas.

Itu bukan tatapan tajamnya yang biasa, tapi saat ini artinya lain.

"Apa kamu yakin, Satomi-sama? Aku bisa membawanya sendiri..."

Ruth memperhatikan keadaan tuannya.

Dan dia mencoba membujuk Koutarou untuk tetap di dalam kamar.

"Nggak bisa. Kalau bapakku tahu aku menyerahkan semua pekerjaan rumah ke seorang cewek, aku bakal kena marah"

Tapi, Koutarou tidak mau memaksakan semua pekerjaan rumah kepada Ruth.

"..."

Mengetahui kalau Koutarou tidak akan merubah pendapatnya, Theia membalikkan badannya dari arah Koutarou.

"Bukan soal itu kok.."

"Koutarou, apa kamu mau pergi belanja?"

"Ya"

"Aku ikut! Aku mau makan takoyaki!"[1]

Ruth masih mencoba membujuk Koutarou, tapi menyerah setelah Sanae masuk dalam percakapan.

"Oke kalau gitu, ayo berangkat"

"...Oke"

"Takoyaki~ Takoyaki!"

"Yang ada di kepalamu cuma makanan ya, Sanae?"

"Nggak apa-apa, aku masih dalam masa pertumbuhan!"

"Nggak, kamu sudah mati"

Dengan Shizuka yang memimpin, Koutaoru dan Sanae meninggalkan kamar 106.

Ruth memanggil Theia yang masih bermain sendiri.

"Aku akan berangkat sekarang, Yang Mulia"

"...Ya..."

Theia menjawab pendek.

Ruth penasaran raut muka seperti apa yang ada di wajah Theia saat ini, tapi dia tidak bisa mengetahuinya dengan Theia yang membelakanginya.

Yang Mulia...

Ruth mundur dan pergi dari kamar 106.

Yang ada di kamar sekarang hanya Theia dan Kiriha.

Untuk sementara, suara yang berada di kamar berasal dari game yang dimainkan Theia.

10 menit setelah Koutarou dan yang lainnya pergi, Kiriha akhirnya berbicara.

"...Apakah tidak apa-apa kamu tidak pergi bersama mereka, Theia-dono?"

Tangan Theia berhenti bergerak setelah mendengar pertanyaan itu.

"Hmph, kenapa aku harus melakukan itu!? Aku sibuk bermain game!"

"Begitu. Kalau begitu..."

"Itu bukan urusanmu!!"

Theia berteriak ke arah Kiriha dan melanjutkan bermain game.

Dan seperti yang dia katakan, tangannya sibuk menggerakkan kontroller yang menggerakkan karakternya.

Tapi...

Tapi, Theia tidak terlihat seperti menikmati permainannya.

"Nggak nyangka Tulip suka video game"

"Dia cuma anak-anak"

"Ya, ya, Sanae-chan"

Koutarou dan yang lain sedang berjalan di pasar sembari berbicara tentang Theia.

Mereka sudah selesai berbelanja dan Koutarou membawa sebagian besar belanjaan.

Sekarang, mereka berniat menggunakan tiket undian yang mereka dapat dari kasir supermarket dan sedang menuju area luar pasar.

Pasar ini menghubungkan kota Kisshou dan kota Harukaze, dan lingkungan sekitarnya sudah mulai bangkit kembali karena jalanan yang baru selesai dibangun.

Untuk bisa mendapatkan pembeli, pasar itu sedang mengadakan undian berhadiah.

"Rasa suka yang mulia untuk video game sebagian besar berasal dari ibu yang mulia"

"Ibunya...Theia?"

"Ya, saat ibu yang mulia, yang sekarang masih menjadi kaisar, Elfaria-sama, masih menjadi mahasiswa, proyek penelitiannya adalah tentang arkeologi. Karena pengaruhnya, Theia-sama tertarik dengan komputer di masa lalu dan memulai studinya"

Dengan mempelajari tema penelitian milik ibunya dari awal, Theia menghabiskan banyak waktu saat kecil dengan bermain komputer, dan dengan alaminya tema penelitiannya berhubungan dengan sejarah komputer.

Teknologi komputer akan selalu disebut dari waktu ke waktu dalam proyek penelitian ibunya, dan Theia sendiri dapat menggunakan komputer dengan luwes.

"Tapi, memilih game sebagai temanya itu karena hobinya Theia-chan, kan?"

"Ya, itu betul"

"Yah, dia suka kompetisi..."

Dan diantara sekian banyaknya sejarah komputer, Theia tertarik dengan software game.

Karena dia adalah tipe orang yang cepat panas, ini alami untuknya.

Koutarou sendiri adalah orang yang sama, jadi dia mengerti perasaan Theia.

"Tapi, itu juga alasan untuk kegelisahannya. Theia-sama yang asli adalah orang yang pemalu tapi lemah lembut"

"...Eh?"

Kata-kata selanjutnya yang diucapkan oleh Ruth membuat Koutarou terkejut.

Dia pemalu tapi lemah lembut?

Bagi Koutarou, Theia terlihat seperti gadis yang arogan dan egois.

Tapi Ruth berkata sebaliknya.

"..Dengan sistem dari Forthorthe untuk memilih seorang penerus dengan cara ini, selalu ada konflik di dalam keluarga kekaisaran sejak jaman dahulu. Legenda Ksatria Biru juga adalah hasil dari konflik itu"

Ruth melanjutkan bicaranya dengan serius dan muka yang suram.

Koutarou percaya bahwa Ruth berkata yang sebenarnya saat melihat mukanya.

"Yang mulia adalah anak tunggal dari kaisar saat ini, tapi sebagai tuan puteri ketujuh, dia punya banyak musuh"


Menjadi anak kaisar bukan berarti mereka sudah pasti menjadi penerus takhta kekaisaran. Tapi, semua yang lahir dalam keluarga kekaisaran diberi kesempatan untuk menjadi kaisar.

Mereka hanya harus menyelesaikan ujian mereka sebelum yang lain selesai.

Karena itulah, keluarga kekaisaran punya rasa persaingan yang kuat antara yang satu dengan yang lain.

"Selain itu, karena tidak bisa berpihak dengan kaum konservatif dan tidak bisa berkompromi dengan pihak militer, selalu saja ada rumor yang beredar mengenai Yang Mulia Elfaria"

"Ibunya..."

"Inilah kenapa yang mulia selalu menyombongkan kemampuannya sejak dari kecil, untuk melindungi dirinya sendiri dan ibunya. Dia tidak bisa kalah, baik dalam game maupun bertarung"

Karena dia adalah satu-satunya orang yang menjaga Theia sambil bertarung setiap harinya, kata-kata Ruth terdengar berat

Kalau itu benar, Theia melindungi segala miliknya menggunakan kekuatan..."

Koutarou merasa dia bisa mengerti Theia sedikit setelah mendegar penjelasan dari Ruth.

"Yang Mulia mungkin menamai kapal perang pribadinya sebagai Ksatria Biru untuk alasan yang sama. Dia mungkin ingin melindungi ibunya, seperti Ksatria Biru dalam legenda"

"Ksatria Biru ya..."

Itu adalah nama yang selalu Theia katakan saat dia mengeluarkan senjatanya.

Dan itu adalah alasannya.

Aku penasaran, apa tadi lebih baik aku tetap di kamar dan menemaninya bermain daripada pergi belanja...

Pemikiran itu tiba-tiba muncul di kepala Koutarou.

Dia ingat kalau Theia memanggil pahlawan dalam game itu sebagai Ksatria Biru.

Tapi, sesaat setelahnya, dia menggelengkan kepalanya.

Tidak, tidak, apa yang aku pikirkan, merasa kasihan!? Aku harus mengusirnya keluar! Aku nggak peduli dengan perasaannya! Ngapain aku harus akur dengannya!?"

Saat Koutarou kebingungan dengan perasaannya sendiri, Ruth tersenyum kearahnya, dan saat matahari sore menyinari wajah Ruth, raut mukanya meninggalkan kesan yang hangat dan lemah lembut.

"Tapi yang mulia sudah mulai berubah sedikit sejak datang ke planet ini. Dan dari waktu ke waktu, dia bertingkah layaknya gadis seusianya. Ini semua berkat Satomi-sama"

"A-Aku?"

"Ya"

Koutarou terlihat bingung saat Ruth tersenyum dan mengangguk.

"Satomi-sama tidak tertarik dengan Forthorthe. Dengan itu, kamu tidak punya alasan untuk bertarung, jadi dia tidak perlu kuatir soal usaha pembunuhan. Satomi-sama adalah orang pertama yang Yang Mulia temui dan bisa dipercaya"

"Yah, aku tidak peduli dengan status maupun posisinya, tapi kalau sudah berhubungan dengan kamar 106, lain lagi ceritanya"

"...Koutarou, Theia mungkin mau punya seseorang yang bisa diajak bertengkar"

Sanae yang sedari tadi diam akhirnya bicara.

Tapi di saat yang sama, dia merasa kesal.

"Aku rasa itu seperti yang dikatakan Sanae-sama. Yang Mulia tidak pernah punya seseorang yang sejajar dengannya yang bisa diajak bertengkar"

"...Seseorang yang bisa diajak bertengkar, kalau itu aku bisa mengerti"

Dalam situasi bagi Koutarou, itu sama seperti dengan adanya Kenji di dalam hidupnya atau tidak.

Mempunyai seseorang yang bisa diajak bertengkar mengubah apa yang dia miliki dalam hidup.

"Itulah kenapa aku ingin Satomi-sama untuk terus melindungi kamar 106"

"Eh?"

"Kenapa!?"

Koutarou kaget dengan apa yang dikatakan Ruth sebelumnya, tapi kali ini dia sampai tidak bisa berbicara.

Kata-kata itu terdengar tidak cocok untuk seseorang yang semestinya berada di pihak Theia.

Ini tidak hanya mengejutkan Koutarou dan Sanae, tapi juga Shizuka.

"Kenapa, Ruth-san?"

Mulut Koutarou dan Sanae menganga lebar, jadi Shizuka yang menanyakan hal itu.

Ruth tersenyum kecil dan mulai menjelaskan maksudnya.

"Jika Yang Mulia berhasil mengambil alih kamar 106, itu berarti dia harus kembali ke Forthorthe. Dan dia harus kembali ke kehidupan dimana dia harus waspada setiap saat. Sebelum itu terjadi, aku ingin yang mulia untuk hidup sebagaimana gadis normal hidup untuk sedikit lebih lama"

Itu bukanlah kata-kata yang berasal dari seorang pengikut Theia, tapi dari teman masa kecilnya.

Itulah yang diharapkan Ruth dari lubuk hatinya.

Ruth ingin agar Theia bahagia lebih daripada dia menginginkan Theia menjadi kaisar.

"Hmmm, kamu punya tanggung jawab besar nih, Satomi-kun"

Shizuka tersenyum dan menepuk pundak Koutarou.

"Kalau kamu kalah, Theia bakal pulang, jadi tetaplah berjuang!"

"Aku juga nggak berniat kalah kok. Kamar itu punyaku"

Setelah mendengar situasi Theia dari Ruth, pemikiran untuk kalah sempat muncul di kepala Koutarou, tapi setelah mendengar maksud dari Ruth, dia merasakan hal yang sebaliknya.

Nggak apa-apa kalau terus begini! Kamar itu punyaku!

Seperti yang Ruth bilang, Koutarou yang masih berjuang untuk bertahan adalah yang terbaik untuk Theia, jadi dia tidak punya alasan untuk ragu.

Tidak apa-apa bagi mereka dengan situasi yang berjalan tetap seperti ini, dengan begitu hasil akhirnya akan membuat semuanya bahagia.

"Bagus sekali, Satomi-kun! Aku akan mendukungmu dari balik layar!"

"Fufufufufu, Nyahahahahaha! itu betul, ada yang salah denganku! Bahkan berpikir untuk kalah nggak cocok buatku!"

Saat Koutarou memutuskan apa yang akan dia lakukan, dia kembali mendapatkan motivasinya.

"..Tolong terus perlakukan Yang Mulia dengan normal, Satomi-sama"

Ruth dengan gemulai membungkuk ke arah Koutarou.

Dan saat dia mengangkat kepalanya, ada bekas air mata yang bisa terlihat di matanya.

Air mata itu bersinar kejinggaan, diwarnai matahari sore. Hal itu meninggalkan kesan mendalam bagi Koutarou.

Itu adalah lambang rasa terima kasihnya kepada Koutarou, dan perasaan lega mengetahui bahwa teman masa kecilnya masih bisa menghabiskan waktu sedikit lebih lama dalam kedamaian.

"Dia tetap kubantai habis-habisan loh"

"Ya, silahkan saja"

Dia benar-benar cantik..

Koutarou secara tidak sadar mengagumi Ruth.

Dan karena Ruth bisa tersenyum seperti ini, Koutarou merasa dia membuat pilihan yang benar.

"Koutarou...kamu..."

Sanae adalah yang satu-satunya yang memiliki raut muka yang suram diantara mereka.

Itu karena dia bisa merasakan perubahan yang terjadi pada Koutarou.

Sanae merasa itu adalah hal yang aneh untuk beberapa waktu ini.

Koutarou dan Theia tidak akan pernah bermain game bersama saat mereka pertama kali bertemu.

Tapi di akhir festival olahraga saat mereka kabur dari Shizuka dan Kenji, mereka berakhir seperti ini.

Dan melihat ke arah keduanya, Sanae hanya bisa merasa cemas.

"Kenapa denganku..ini..."

Hati Sanae pedih karenanya.

Awalnya, rasa sakit itu tidak terasa, tapi semakin hari, rasa sakit itu semakin menguat.

Dan saat dia merasakan perubahan yang terjadi pada Koutarou saat ini, rasa sakitnya menjadi seperti kalau jantungnya tertusuk pisau.

Dari hari dia mulai merasakan sakit itu, Sanae benci terkena pukul oleh jimat milik Koutarou.

Dia merasa ditolak saat dia terhempas.

Dan dia teringat kalau Koutarou hanya menganggapnya sebagai hantu yang menggentayangi kamar miliknya.

Bahkan Sanae tahu kalau itu kenyataannya.

"..Apa masalahnya kalau Koutarou pikir aku adalah hantu jahat? Aku sudah mengusir yang lain dengan cara yang sama sampai sekarang!"

Sanae berbicara dengan dirinya sendiri, tapi tidak peduli seberapa banyak dia mengucapkan hal yang sama, dia tidak merasa semakin baik.


Part 3[edit]

"Itu dia. Sebelah sana, Ruth-san"

"Oke, Satomi-sama"

Saat Koutarou dan yang lainnya sampai ke tenda undian, mereka mendapati kalau tidak ada orang lain disana selain yang menjaga tenda.

Karena itulah tidak ada antrian untuk menarik undian.

"Hmmm, bukan yang jenis menarik, tapi yang jenis memutar ya"

"Ada hadiah dari urutan kesatu sampai kelima"

Undian di tenda itu menggunakan kotak kayu berbentuk roda yang diputar dan nantinya mengeluarkan kelereng.[2]

Lima jenis kelereng bisa keluar: emas, perak, perunggu, putih dan merah, dan mereka mewakili hadiahnya masing-masing.

Emas adalah hadiah pertama, tiket untuk pemandian air panas.

Perak adalah hadiah kedua, sebuah TV LCD.

Perunggu adalah hadiah ketiga, sebuah sepeda.

Putih adalah hadiah keempat, satu set buah kalengan.

Dan merah adalah hadiah tambahan, sekotak tisu ukuran kantong.

"Hadiahnya lumayan mewah juga buat undian di pasar..."

"Selamat datang! Apakah anda disini untuk menarik undian?"

Penjaga yang bertugas adalah orang yang terlihat ramah.

Happi[3] berwarna merah yang dipakainya terlihat mencolok dan memberi kesan yang tidak rapi.

"Ya, itu benar. Tapi bukan aku yang bakal narik..Silahkan, Ruth-san"

"Kya!?"

Koutarou mengenggam tangan Ruth saat dia melihat ke sekeliling tenda dan menariknya ke depan kotak undian.

"S-Satomi-sama?"

"Karena kita udah di sini, kenapa kamu nggak coba, Ruth-san? Kesempatanmu buat mencoba nggak sebanyak kami"

"...U-Uhm..."

Ruth kebingungan setelah diseret ke depan kotak undian secara mendadak, tapi dia lebih bingung lagi karena Koutarou menggenggam tangan kanannya.

Ruth masih terlalu sadar dengan keberadaan Koutarou dan tidak bisa berhenti tersipu malu sejak dia menangis didepan Koutarou.

"Apa cewek ini pacar anda? Saya iri anda punya pacar yang imut seperti ini"

"Benar sekali. Aku juga nggak akan nolak kalau dia pacarku"

"Kelihatannya nggak semudah itu ya"

"Nahahaha, tepat sekali!"

"Kenyataan memang keras ya? Wahahaha!"

Koutarou dan petugas itu tertawa keras, tapi Ruth sekarang berada tidak dalam keadaan dimana dia bisa tertawa.

Ruth terlahir dalam keluarga bangsawan dan menghabiskan sebagian besar waktunya dalam sekolah kedinasan khusus wanita, jadi dia tidak terbiasa dalam berhadapan dengan pria.

Itu tentu saja pertama kalinya seorang pria menggenggam tangannya.

"...Aku..."

Ruth, yang wajahnya bersemu merah, menjadi tegang dan menatap ke arah Koutarou di depannya.

"Ruth-san, apa ada masalah?"

Koutarou menoleh kembali ke arah Ruth.

Karena itulah, mereka sekarang saling memandang dalam jarak dekat, dan Ruth merasa semakin terpojok.

Kalau aku maju sedikit lebih lagi..jadi lebih dekat..untuk..b-berciuman.."

Saat Ruth, yang kepalanya hampir meledak, mulai berpikiran yang aneh-aneh, Shizuka yang berada di dekat mereka melepaskan tangan Ruth dari genggaman Koutarou.

"Satomi-kun, kamu nggak lihat kalau Ruth lagi panik!?"

..Ah..

Karena itu, kepala Ruth mulai mendingin.

"Kamu nggak bisa seenaknya megang tangan cewek kayak gitu!"

"Ah, m-maaf. Aku jadi bertingkah seperti biasanya seperti dekat Mackenzie"

"U-Undian, ya, aku masih harus menarik undian!"

Setelah Ruth mulai tenang, dia hanya bisa mengingat apa saja pikiran memalukan yang baru saja dia bayangkan beberapa saat lalu.

Dan dia mulai kepanasan lagi.

"Hey nona, karena kamu punya tiga tiket, kamu bisa narik sebanyak tiga kali"

"Y-Ya!"

Ruth mulai memutar roda undian sekuat tenaga meski pikirannya masih belum jernih.

Umumnya, kelerengnya akan jatuh satu persatu, tapi karena rodanya bergerak terlalu cepat, tiga kelereng justru keluar bersamaan.

Warna kelereng yang keluar adalah emas, perak dan perunggu.

"Selamaaaaaaaat! Hadiah pertama, kedua, dan ketiga! Tripel menang!"

Suara pria itu dan lonceng yang dia pegang berbunyi ke seluruh pelosok pasar.

Ketiga kelereng itu benar-benar hadiah yang besar.

"H-Hebat! Apa ini yang orang bilang keberuntungan pemula!?"

"Sapu bersih tiga hadiah utama!?"

"Ruth, kamu benar-benar hebat!"

Karena situasi yang tidak terpikirkan ini, Koutarou, Shizuka dan Sanae langsung membanjiri Ruth dengan pujian dan tepuk tangan.

"L-Lagi! Aku menarik undiannya tiga kali!"

Tapi, Ruth tetap terus memutar rodanya, lupa kalau undiannya sudah selesai.

Setelah keramaian di tenda undian sudah mereda dan Koutarou dan yang lainnya sudah meninggalkan area pasar, petugas kasir di supermarket lari kesana untuk suatu alasan.

"Kakak, bagaimana hasilnya?"

Si petugas kasir banjir oleh keringat.

Petugas kasir yang gendut itu kehabisan nafas karena berlari dari supermarket.

"Hey Hachi! Gembiralah, semuanya berjalan sesuai rencana!"

Si petugas undian menyambut si petugas kasir dengan senyuman.

Saat si petugas kasir yang gendut berdiri di depan si petugas undian yang kurus, penampilan mereka kelihatan berlainan, membuat si petugas undian lebih kurus lagi.

"Jadi, tiketnya sudah sampai di tangan mereka ya?"

"Itu benar, sekarang yang kita lakukan hanya menunggu mereka masuk ke dalam jebakan kita!"

"Seperti yang diharapkan darimu, Kakak!"

Si petugas kasir dan si petugas undian ternyata sudah saling mengenal.

Dan mereka kelihatan gembira karena berhasil mencapai sesuatu.

"Tapi, mereka bisa mendapat TV LCD dan sepedanya itu salah perhitungan.."

"Eeeeeeh!? Mereka dapat itu juga!?"

"Sudah kubliang salah perhitungan. Cewek yang tadi narik undian terlalu beruntung"

"Aku nggak percaya..TV sama sepeda itu mestinya jadi milik kita setelah undian palsu ini.. Karena ini undian palsu, harusnya nggak apa-apa kalau kita mengisi kotaknya dengan kelereng merah aja dan satu kelereng emas..:

"Ini tentang realita! Kalau tidak ada hadiah yang ditampilkan di undian, tidak akan ada yang menanggapinya dengan serius!"

"Aku nggak bisa nonton TV memakai realita! Naik sepeda juga!"

"Siapa juga yang menyangka mereka juga dapat kelereng perak dan perunggu dari 100 kelereng..."

"Aku rasa memang ada orang-orang yang diberkahi oleh Tuhan..."

Keduanya saling memandangi satu sama lain dan sama-sama menundukkan kepala dan bahu mereka.

Tapi, si petugas undian dengan cepat menggelengkan kepalanya dan menyemangati dirinya.

Dia menepuk pundak si petugas kasir.

"Jangan sedih, Hachi! Ini bukan apa-apa!"

"Tapi kak! TVnya! Sepedanya!"

"Apa kamu lupa? Saat rencana 'Itu laut! Yahoo! Operasi menangkap hantu'nya berhasil, kita bisa beli TV dan sepeda sebanyak yang kita mau"

"I-Itu benar! Itu juga sebabnya kita membuat undian palsu ini!"

"Anggap saja itu sebagai pengorbanan buat hal yang lebih besar! Nasi sudah menjadi bubur!"

"Kakak benar! Ini bukan waktunya untuk sedih!"

Undian itu dibuat untuk menyerahkan tiket ke pemandian air panas kepada Koutarou dan yang lainnya. Undian itu sendiri palsu.

Setelah mengawasi pola kehidupan mereka, kedua orang itu mengambil pekerjaan sampingan di supermarket.

Lalu mereka akan menunggu Koutarou dan yang lainnya untuk berbelanja da menyerahkan tiket undian palsu kepada Koutarou.

Dan akhirnya, roda undian itu sendiri sudah diatur untuk memberi Koutarou hadiah utamanya.

Itu semua adalah rencana kedua orang itu agar Koutarou dan yang lainnya pergi ke pemandian air panas.

"Kukuku, dan kalau dia memang 'terikat' di rumah, dia pasti akan ditinggal di rumah sendirian. Dan kalaupun dia juga bisa berpergian, kita punya banyak jebakan di penginapan itu"

"Kamu jahat juga, Kakak"

Tujuan mereka adalah untuk menangkap Sanae.

Kalau Sanae mengikuti mereka ke pemandian air panas, mereka akan memasang jebakan untuk menangkap Sanae.

Dan kalau Sanae tidak ikut, mereka tinggal menangkapnya saat tidak ada orang di rumah.

Dengan cara manapun, kedua orang itu bisa mengatur tempat dan waktu untuk menangkap Sanae, memberikan mereka peluang lebih besar untuk menangkapnya daripada hanya mencoba menangkapnya tanpa rencana.

"Kita akan tangkap hantu yang padat dan stabil itu dan ucapkan 'Dadah' pada kemiskinan!"

"Kita akan lulus dari membasmi hantu kelas teri dan masuk kelas atas!"

Dan setelah menangkap Sanae, mereka akan menjualnya dengan harga yang tinggi.

"Hip hip, horeee"

Mereka adalah pemburu hantu, orang-orang profesional di bidang pembasmian hantu.

Part 4[edit]

"Maaf telah mengganggu kalian yang sedang merayakan sesuatu, tapi aku punya berita penting untuk disampaikan"

Saat Koutarou dan yang lainnya sedang merayakan hasil undian itu, Kiriha muncul di depan mereka dengan wajah serius.

"Kiriha-san"

"Yurika pingsan"

Saat mereka masuk ke kamar 106, Yurika sudah terbaring karena pingsan di tengah kamar.

"Waaaah, Yurikaaaa!"

Koutarou dengan tergesa-gesa masuk ke kamar setelah melihat Yurika.

"Dia masuk ke lemari dengan suhu kamar setinggi ini, dan kelihatannya itu berlebihan baginya"

Yurika pingsan karena dia mengurung dirinya di dalam lemari dalam cuaca yang sangat panas ini.

Meskipun saat itu masih awal Juli, sinar matahari yang kuat bersinar terus-menerus ke dalam kamar, mengubahnya menjadi sauna.

"Apa dia bodoh? Harusnya dia tahu apa yang akan terjadi kalau dia mau mikir sebentar saja"

"Aku penasaran kenapa Nijino-san nggak mau keluar meskipun kepanasan..."

Sanae keheranan dan Shizuka memiringkan kepalanya karena kebingungan.

Keduanya benar-benar lupa kalau Yurika mengurung dirinya karena depresi.

"Bertahanlah, Yurika!"

"S-Shatomi-shan...?"

Saat Koutarou menggoyangkan bahu Yurika, Yurika membuka matanya.

Yurika terlihat banjir oleh keringat, dan poninya menempel di wajahnya, menghalangi pandangannya.

Koutarou menjulurkan tangannya dan menyibak poni Yurika.

"M-Maaff..."

"Kenapa kamu selalu begini sih?!"

"Aku baik-baik sajah. Tinggalkhan akuh shendiri. Aku bakal shehat lagih kok"

"Mana bisa!"

Koutarou membaringkan Yurika dan mulai bersiap-siap merawatnya.

Koutarou mengeluarkan beberapa handuk dari lemari, mengisi baskom dengan air dan es danmengambil botol air minum dari kulkas.

Yurika memperhatikan semua gerak-gerik Koutarou.

"Yurika, apa kepalamu sakit? Atau ada yang lain yang sakit?"

Saat Koutarou menyeka wajah Yurika dengan handuk yang dingin dan basah dari baskom, dia melihat Yurika dengan penuh cemas.

"Nggak, akuh baik-baik sajah"

"Gimana kalau kamu minum dulu? Haus nggak?

"Nanti akuh minum.."

"Begitu..istirahat dulu, Yurika"

"Iyah..."

Yurika tidak bisa berbicara dengan benar, tapi dia jawabannya jelas.

Melihat itu, Koutarou menghela nafas lega.

Untuk shuatu alashan, Shatomi-shan bener-bener baik...

Pikiran itu muncul di kepala Yurika saat dia melihat Koutarou tersenyum.

Aku nggak bisah membuat dia percaya sama sihir kayak biasanyah, tapi rasanyah dia memperlakukanku lebih baik dari sebelumnyah...apa itu cuma khayalanku ajah?

Kenyatannya, itu bukanlah khayalan Yurika, tapi kenyataan.

Koutarou memang berusaha merawat Yurika.

"Jangan lakukan hal yang nggak-nggak dan bikin Sakuraba-senpai cemas"

"Yah...aku ngerti..."

Koutarou telah mengubah caranya berinteraksi dengan Yurika sejak festival olahraga.

Itu karena secara tidak disangka Yurika berteman dengan Harumi.

Kalau dia hanya cosplayer yang suka mencari keributan, Koutarou pasti akan membiarkannya begitu saja. Tapi karena Yurika adalah teman dari Harumi, Koutarou tidak bisa melakukan hal itu.

Itu karena jika ada sesuatu yang terjadi pada Yurika, Harumi pasti akan cemas.

Jadi, Koutarou mengesampingkan masalah gadis penyihir milik Yurika dan memperlakukannya sebagai teman Harumi.

Itulah kenapa Koutarou akan merawat Yurika jika dia sakit, dan kalau Yurika kelaparan, Koutarou akan memberinya makan.

Hal itu memang bukan sepenuhnya untuk Yurika sendiri, tapi sebagai hasilnya Koutarou memperlakukan Yurika lebih baik.

"Kamu meman benar-benar..."

Koutaoru mengambil kipas angin didekatnya dan mulai mengipasi Yurika.

"Maaf, kamu jadinyah membuang waktumuh buat akuh..."

Yurika tersenyum kecil saat angin semilir mengalir ke arahnya.

Melihat itu, Koutarou yakin kalau Yurika sudah membaik.

Ruth mendekati keduanya.

"Apa Yurika-sama baik-baik saja?"

Sebagai orang yang santun, Ruth kuatir dengan Yurika yang dapat dikatakan telah menghancurkan dirinya sendiri.

"Aku rasa dia baik-baik saja. Dia cukup tangguh kok"

"Maaf syudah membuatmu kuatir~"

"TIdak, aku senang kamu baik-baik saja. Kita tidak akan bisa merayakan menang undian kalau kamu sakit"

Ruth tersenyum saat dia mengeluarkan tiket dari kantongnya.

"Apa itu?"

Saat Ruth masuk ke dalam kamar, Theia melepaskan kontrollernya dan mengarah ke Yurika.

"Yang Mulia, saat kami pergi berbelanja, kami mendapat beberapa tiket undian dan memenangkan tiket pemandian air panas"

"Undian?"

Karena dia dibesarkan sebagai tuan puteri, Theia tidak tahu apa itu undian dan melihat ke arah Koutarou disampingnya.

"Itu promo buat menarik pembeli ke supermarket, dan para pembeli punya kesempatan buat memenangkan hadiah"

"Oh, begitu..."

Ruth menyerahkan tiket-tiket itu ke Theia dan Theia melihat ke tiket-tiket itu dengan serius.

"Oh ya, apakah kalian semua mau pergi bersama-sama ke pemandian air panas?"

Ruth tersenyum dan bertanya.

"Apa kamu nggak apa-apa kalau kita ikut, Ruth-san?"

Saat Shizuka menanyakan hal itu, Ruth langsung mengangguk.

"Tiketnya cukup untuk enam orang, aku dan Yang Mulia saja berarti hanya berdua. Lagipula, liburan akan lebih menyenangkan dengan banyak orang, dan kami masih belum terbiasa dengan kehidupan di Bumi"

"Kamu akan membawa mereka bersama kita!?"

Theia mengalihkan pandangannya dari tiket di tangannya dan memandang ke arah Ruth dengan heran.

"Ya. Aku pikir ada baiknya kita meninggalkan sejenak pertarungan kita dan berlibur sebentar"

Itulah jawaban Ruth.

Theia memandang ke arah Ruth untuk sementar waktu sebelum dia melihat ke arah orang-orang lain di kamar itu.

Ruth, Sanae, Shizuka, Yurika, Kiriha dan saat dia melihat ke arah Koutarou, dia tersipu dan mengalihkan wajahnya.

"...I-Itu tiket yang kamu menangkan. Silahkan kamu gunakan sesuka hatimu"

"Terima kasih, Yang Mulia"

Setelah berterima kasih kepada Theia, Ruth bertanya kepada Koutarou dan yang lainnya.

"Jadi, bagaimana dengan kalian? Apakah kalian mau ikut dengan kami ke pemandian air panas?"

"Kalau begitu, aku dengan senang akan ikut♪ ”

"Ikut! Ikut! Aku mau loncat ke kolam air panasnya!"

"Aku tidak menolak. Sudah lama aku tidak liburan"

Shizuka, Sanae dan Kiriha langsung setuju.

"Apah enggak apa-apa kalau akuh ikut jugah~"

Masih terbaring, Yurika dengan kuatir mengangkat tangannya.

Yurika yang terasingkan setiap harinya, hanya bisa bertanya seperti itu.

"Nggak mungkin kan? Tiketnya kan cuma buat enam orang"

Saat Sanae mengatakan itu, dia mulai menghitung jumlah orang di dalam kamar.

Sanae, Koutarou, Ruth, Theia, Shizuka dan Kiriha berjumlah tepat enam orang.

Tidak ada tempat lagi untuk Yurika.

"Ituh.."

Mendengar jawaban Sanae, air mata mulai mengalir di wajahnya.

"Jadih maksudmuh gadish penyihir nggak bisah pergi ke pemandian air panash? Ugh..."

"Kalau begitu, semua beres kalau aku nggak ikut. Kalian para cewek saja yang liburan"

"S-Shatomi-shan, kamu serius!?"

Kaget dengan kata-kata Koutarou, Yurika melompat bangun.

"Akuh shelalu tahu kamu orang baik dari pertamah kitah ketemuh!!"

Mata Yurika berbinar-binar saat dia menggenggam tangan Koutarou dan menyalaminya.

"Kamu benar-benar egois.."

"Eeehh!? Kenapa kita nggak bisa ninggalin Yurika!?"

"Jelas nggak bisa. Perhatikan, disini disebutkan kalau kita cuma dapat satu kamar. Aku nggak mungkin tidur sekamar sama lima cewek"

"Dia benar. Satomi-kun, kamu pengertian juga.."

Di tiket itu ada tulisan kecil yang menyebutkan kalau keenam orang itu akan menempati kamar yang sama.

"...Baiklah, aku punya sesuatu untuk dikatakan"

Di saat itu, Kiriha yang sedari tadi berpikir mulai berbicara.

"Aku tidak melihat adanya masalah jika kita semua pergi"

"Tapi, Kiriha-san, tiketnya hanya cukup buat enam orang"

"Aku tahu. Itu sebabnya hanya kita berenam yang menjadi tamu penginapan. Aku, Koutarou, Theia-dono, Ruth, Shizuka dan Yurika. Jumlahnya tepat enam orang. Tidak masalah"

"T-Tunggu dulu! Aku gimana!?"

"...Aku rasa pihak penginapan tidak bisa menarik uang dari hantu"

Ada tujuh orang di kamar itu, tapi nyatanya hanya enam orang yang memerlukan tiket.

"Ahahahaha, b-benar juga, aku hantu. Aku benar-benar lupa"

"Bagus sekali, Satomi-sama. Sekarang kita semua bisa pergi"

Ruth tersenyum ke arah Koutarou, tapi Koutarou menggelengkan kepalanya.

"Ruth-san, aku benar-benar nggak bisa ikut. Kalian semua itu cewek"

"Memangnya apa masalahnya? Tidak akan jauh berbeda dengan apa yang kita selalu lakukan"

"Pasti bermasalah"

Biasanya, hanya Koutaoru dan Yurika yang tidur di kamar 106.

Dan Yurika tidur di lemari, jadi secara teknisnya, mereka tidak berada di kamar yang sama.

"Tenang saja, Satomi-kun. Kita hanya berbagi kamar"

"Ibu Kos-san, kamu juga!?"

Dan saat kedua orang yang masih memiliki akal sehat malah mempunyai ide seperti itu, Koutarou mulai panik.

"Apakah kamu pikir kamu bisa melakukan hal yang tidak-tidak kepada kami dan terus hidup, Satomi-kun?"

"Ugh"

Jika Koutarou mencoba melakukan sesuatu kepada Kiriha, Theia, Ruth atau Shizuka, Koutarou mungkin tidak akan bertahan hidup.

Dan Sanae sudah pasti tidak mungkin.

Berarti, hanya tinggal si cosplayer Yurika, tapi Koutarou tidak ingin melakukan hal apapun kepadanya untuk beberapa alasan.

Dan meskipun dia melakukannya, kelima orang yang lain pasti akan menghajarnya habis-habisan.

"I-Itu benar, tapi..."

"Ya kan? Kalau begitu sudah diputuskan!"

Koutarou sadar dia tidak bisa berdebat dengan Shizuka lebih jauh lagi karena Shizuka dengan paksa mengakhiri diskusi itu.

"Ah, Ibu Kos-san, tunggu!"

"Ayo kita nikmati libur musim panas kita di pantai dan pemandian air panas! Untung saja aku baru beli pakaian renang baru beberapa hari lalu!"

Mata Shizuka berbinar-binar.

Ruth memiringkan kepalanya karena bingung.

Dan Kiriha mulai menjelaskan, karena saat itu Shizuka sedang berkhayal.

"Penginapan yang akan kita tempati nanti berlokasi di dekat pantai. Begitu keluar dari penginapan, kita akan mencapai pantai dalam kurang dari tiga menit. Itu adalah salah satu dari fasilitas mereka"

"Berenang di laut.."

Tiba-tiba raut wajah Ruth menjadi suram.

"Ada apa, Ruth-san?"

"Satomi-sama..ah, tidak. Bukan hal yang penting, aku hanya tidak punya pakaian renang"

"Nggak masalah! Aku punya beberapa potong yang nggak pernah dipakai, nanti aku pinjamkan!"

"Kalau begitu, masalahnya sudah selesai"

"Terima kasih banyak, Shizuka-sama"

Dengan masalahnya terselesaikan, Ruth menunduk ke arah Shizuka"

Tapi untuk beberapa alasan, raut wajah Ruth tidak terlihat berubah.

Koutarou biasanya tidak pernah memperhatikan hal semacam ini, tapi kali ini, dia menyadarinya.

Aku rasa Ruth-san menginginkan pakaian renangnya sendiri. Dia kan cewek..

Dan bahkan dengan tingkat kejadian yang lebih langka lagi, Koutarou ingin melakukan sesuatu tentang hal itu.

Dia ingin menunjukkan rasa terima kasihnya kepada Ruth yang selalu menolongnya setiap hari.

Penjelasan mengenai situasi keluarga Forthorthe juga memainkan peran besar dalam keinginan Koutarou.

"Ruth-san, aku akan membelikanmu pakaian renang baru"

Dengan biaya kos yang murah seharga 5000 yen, Koutarou masih punya kesempatan untuk hidup mewah.

Membelikan pakaian renang untuk Ruth tidak berdampak begitu besar bagi keuangannya.

"Eh.."

Ruth menatap ke arah Koutarou dan mencoba memahami tujuan dibalik kata-katanya.

"Aku ingin melihat Ruth-san memakai pakaian renang yang seksi dan menatap badannya terus menerus"

"M-Menatap.."

Pipi Ruth langsung memerah.

Di saat yang sama, dia teringat khayalannya mencium Koutarou, dan rasa malunya bertambah besar.

"Kamu pikir kamu bisa lolos setelah mengatakan hal itu!?"

"Tentu saja! Itu sudah tugas seorang pria!"

Tapi, Ruth memperhatikan kalau mata Koutarou tidak menunjukkan keinginan apapun.

Satomi-sama..Apa kau mengatakan itu semua dengan sengaja demi diriku..?

Pada saat Ruth menyadari hal itu, rasa malunya menghilang dan berganti dengan perasaan bahagia.

"Aku merasa kamu akan mencuri poinku kalau aku melihat dirimu yang pakai pakaian renang, tapi Ruth berbeda! Aku akan menatap badannya dengan penuh hasrat sebagaimana pria muda pada umumnya!"

"E-Em...kalau kamu tidak apa-apa dengan badanku yang biasa.."

Ruth tersenyum setelah tertembus dengan perasaan yang menyenangkan.

Ini adalah hal yang tidak biasa untuk Ruth, tapi dia ingin bergantung kepada kebaikan Koutarou.

"Jadi..tolong belikan aku pakaian renang.."

"Ah, Eh, Ehh!?"

Koutarou berbicara seperti itu agar Ruth setuju tanpa harus merasa tidak enak dengan Koutarou, tapi Ruth tidak merasa jijik dengan yang dikatakan Koutarou dan langsung menyetujui tawarannya.

"Fufu. Mengejutkan sekali kamu punya sisi seperti itu, Koutarou"

"Sudah kuduga, Satomi-kun, kamu memang betul-betul pria Jepang!"

Kiriha, dengan kemampuan pengamatannya yang tajam dan Shizuka, yang ingat dengan pembicaraan mereka sebelum undian, mengerti tujuan Koutarou.

"Aku hanya--"

"TIdak apa-apa, kami tahu kamu malu! Ruth-san, ayo pergi belanja besok pagi!"

"Ah, ya"

Ya ampun..lain kali aku harus melakukannya dengan lebih lihai

Dengan tujuan aslinya terbongkar oleh Kiriha dan Shizuka, Koutarou hanya bisa menghela nafas.

Adalah hal yang lebih memalukan bagi Koutarou karena tujuan aslinya ketahuan.

"Ah, um..."

Di saat itu, Koutarou memperhatikan Theia yang bermain dengan jarinya sendiri dan menatap ke arahnya.

"Ada apa, Tulip?"

Saat Koutarou bertanya kepadanya, pipi Theia memerah dan dia hanya bisa berbisik kepada Koutarou.

"U-Um..Aku..tidak punya...pakaian renang..."

Ah, iya juga

Kalau Ruth tidak punya pakaian renang, tentu saja Theia juga tidak punya.

"Begitu. Sayang sekali"

Beberapa jam lalu, itulah yang pasti akan Koutarou katakan.

Tapi, bukan itu yang ia katakan sekarang.

Theia melihat kearah Koutarou dengan penuh malu.

Mengetahui Theia bertingkah seperti itu, Ruth melihat ke arah Koutarou sekan mengharapkan sesuatu.

Dan dari semua itu, melihat ke arah layar TV dibelakang Theia adalah kesalahan besar.

Apa yang terlihat di layar itu adalah menu status karakter.

Salah satu karakternya, 'Yurika B' punya satu baris nyawa.

Dia masih kehabisan mana.

Itu adalah menu status yang sama saat Koutarou dan yang lainnya pergi berbelanja.

Jadi Tulip nggak lanjut main sejak dari tadi..

Menyadari itu, Koutarou tidak bisa menolaknya begitu saja.

"...K-Kalau begitu, kalau kamu bisa menyelamatkan Ksatria Biru sebelum besok, nanti akan aku belikan juga"

Seperti gadis normal pada umumnya.

Kata-kata yang diucapkan Ruth saat mereka berbelanja menggema di dalam kepala Koutarou.

"K-Kenapa kamu hanya mendiskriminasi diriku saja!? Kamu tidak memberikan syarat kepada Ruth seperti itu!"

"Itu karena kamu selalu ingin semuanya sesuai keinginanmu sendiri! Atau kamu nggak yakin bisa menyelamatkan Ksatira Biru?"

Tapi, Koutarou menggoda Theia seperti itu adalah caranya menyembunyikan rasa malunya.

"Apa yang kau bicarakan!? Aku akan menyelamatkan Ksatria Biru sekarang juga dan akan aku buat kau menyesa telah menantangku!"

Tapi Theia tetap bertingkah sama.

Dia dengan semangat kembali menghadap layar TV dan mengambil kontrollernya.

Aneh..ada yang salah denganku..kenapa aku bilang kalau aku akan membelikan Tulip pakaian renang...?

Koutarou kebingungan dengan situasinya saat ini, tapi dia merasa harus melakukan ini sembari memandangi punggung Theia yang kecil.

Itu karena inilah pertama kalinga Koutarou melihat Theia sebagai gadis, tapi Koutarou sendiri tidak bisa menyadari hal itu dan akhirnya kebingungan.

"Satomi-sama...Yang Mulia..."

Melihat ke arah keduanya, Ruth merasa terharu.

Jika saja kedua orang itu bisa menjadi tuan dan pelayan.

Ruth yang sudah bersama Theia sejak lama hanya bisa merasa seperti itu.

"S-Sayang shekali..kalau aku tahu bakal beginih jadinyah, harusnyah aku bawah baju renang"

"...Aku nggak akan membeikanmu, apapun yang terjadi"

"Hauuuuu, i-itu nggak adil....."

"Primitif! Cepatlah datang kemari dan saksikan keberanian tuanmu dari dekat!"

"jujur saja dan bilanglah 'tolong'..ya ampun.."

TIdak sadar dengan perasaan Ruth, Kouraou dan Theia duduk di depan TV dan berdebat selagi melanjutlan game mereka.

"Pendiri Forthorthe, dewi dari sang fajar, tolong jagalah masa depan Yang Mulia.."

Ruth terendam oleh emosinya yang meluap-luap dan tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat ke arah punggung Koutarou dan Theia.

"..."

Dan ada satu orang lagi yang emosinya meluap-luap.

Orang itu adalah Sanae, tapi emosi yang dirasakannya berbeda dengan Ruth.

Koutarou benar-benar...

Koutarou, Theia dan Ruth; melihat ketiga orang itu Sanae merasakan rasa tidak enak yang amat besar.

Sanae merasa dia harus melakukan sesuatu, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya.

Apa yang terjadi denganku..?

Jadi, seperti Ruth, Sanae tidak bisa berbuat apa-apa selagi melihat ke arah Koutarou dan Theia.


Konspirasi Pantai[edit]

Part 1[edit]

Senin, 11 Agustus

Theia dan Ruth datang ke Bumi dengan kapal tempur luar angkasa yang mereka sebut Ksatria Biru.

Ksatria Biru butuh beberapa tahun untuk dibangun dan diberikan kepada Theia sebagai kapal pribadinya untuk membantu Theia menghadapi ujiannya.

Setelah mereka mencapai Bumi, kapal itu ada di orbit sejak saat itu.

Kapal sepanjang satu kilometer itu mempunyai fitur yang bisa langsung digambarkan hanya dengan melihatnya.

Lambung kapalnya yang berwarna biru langit mempunyai bentuk seperti manusia.

Dengan warna dan desain seperti itu, nama Ksatria Biru memang cocok.

"B-Besarnyaim!! Besar banget!! Kamu bisa memasukkan banyak kamar 106 di dalam sini! Tulip, berapa banyak tatami yang bisa muat disini!?"

"Primitif, apakah tidak ada hal lain yang bisa membuatmu terkejut!? 'Jadi inikah Ksatria Biru yang dikatakan selalu dibicarakan oleh Theia-sama' atau 'Seperti yang diharapkan dari Theia-sama, anda mengepalai kapal yang benar-benar hebat!', tidak bisakah kau bisa mengatakan itu!"

Koutarou dan yang lainnya berada di anjungan Ksatria Biru.

Mereka sedang dalam perjalanan ke penginapan dan pemandian air panas, dan mereka sudah memakai pakaian musim panas mereka dan membawa keperluan mereka.

"Satomi-sama, anjungan ini dapat memuat 500 tikar tatami~"

Anjungan itu bertempat di kepala Ksatria Biru.

Tapi karena itu adalah kepala dari raksasa sebesar satu kilometer, tentu saja ukurannya sangat besar.

"Ruth, kau tidak perlu mengatakan hal itu kepada mereka! Yang lebih penting lagi, kenapa kamu kelihatan senang!?"

"500!? Tulip, kalau kamu punya tempat sebesar ini, kenapa kamu masih mau menjajah kamar 106!? Ini nggak adil!"

"Sudah kukatakan kepadamu, ini untuk membantu ujianku!"

Di anjungan yang besar itu, suara Koutarou dan Theia menggema.

Anjungan itu mempunyai panjang dan lebar sekitar 30 meter, dan dibuat dari bahan berwarna putih yang indah.

Di dalam ruangan yang besar itu terdapat kursi untuk operator, pengemudi dan yang lainnya. Ruangan itu terlihat seperti pusat kendali militer yang biasa terlihat dalam film.

"Sialan, kalau kamu memang seorang tuan puteri, kenapa nggak tinggal saja di rumah gede ini!"

"Kalau kamu mengerti bahwa aku adalah seorang tuan puteri, jaga bicaramu!"

"Enak saja!"

"Kalau begitu aku juga menolak! Aku akan tinggal di dalam kamar itu meskipun aku masih punya rasa dendam!"

Terdengar suara keras saat kepala Koutarou dan Theia beradu.

Situasi saat itu memang serius, tapi untuk Koutarou dan Theia hal itu sudah biasa, jadi tidak ada yang mempedulikan.

"Hmm, jadi sisi lain dari tembok yang bersinar dengan mencurigakan itu seperti ini rupanaya"

"Aku tahu itu gerbang transfer, tapi tidak kusangka kita ada di orbit.."

Kalau mereka menggunakan tembok yang bersinar biru yang digunakan Theia dan Ruth untuk berpergian antara kamar 106 dan Ksatrai Biru, mereka bisa pergi ke penginapan lebih cepat dibandingkan dengan naik kereta atau bis.

"Eeeh!? Kita di luar angkasa!?"

"Tapi kalau kita memang di luar angkasa, kenapa kita tidak melayan atau berenang di udara?"

"Itu karena ada gravitasi buatan. Kami menggunakan energi dari Ksatria Biru untuk membuat gravitasi buatan ke arah bawah anjungan. Kita bisa menonaktifkannya kalau kalian mau"

"Kita akan lakukan itu lain kali. Aku merasa kalau rambut atau bajuku akan jadi berantakan nantinya"

"Baiklah. Kalau begitu, silahkan duduk sebentar. Aku akan mengganti gerbangnya"

Saat Ruth mengatakan itu, dia mengatur panel operator untuk mengganti gerbangnya.

Teknologi yang digunakan Theia dan Ruth untuk berpergian lewat gerbang dan memanggil senjata adalah teknologi yang sama.

Jadi, mengatur sebuah gerbang dan memanggil senjata akan membutuhkan durasi waktu yang sama.

Tapi bagi manusia untuk bisa melewati gerbang itu, kualitas keselamatan yang tinggi diperlukan untuk itu.

Sebuah senjata bisa dibuat ulang, tapi hal yang sama tidak bisa diterapkan untuk manusia.

Itulah kenapa dibutuhkan waktu untuk membuka gerbang ke tempat lain.

Tapi setelah gerbang itu terbuka, seseorang bisa berpergian dengan bebas.

"Sebentar lagi kita akan membuka gerbang yang dekat dengan penginapannya"

"Ya, kerja bagus"

Setelah menyelesaikan persiapannya, Ruth kembali saat Theia mengucapkan terima kasihnya.

Ruth tersenyum dan duduk di sebelah Theia.

Koutarou dan yang lainnya sedang duduk di kursi yang dimaksudkan untuk rapat strategi.

Sebenarnya kursi itu ditujukan untuk komandan, kapten dan para staff untuk mendiskusikan strategi selagi mereka membaca bintang dan data musuh, tapi sekarang itu menjadi tempat bagi para gadis untuk berbicara.

Tidak ada ketegangan di sana dan cemilan menggantikan monitor yang menampilkan data.

Selain itu, haniwa milik Kiriha telah membuat teh dan menyajikannya.

Jika para pejabat militer Forthorthe melihat hal itu, mereka pasti akan menangis.

"Ngomong-ngomong, Theia-dono, aku punya pertanyaan"

Sambil menunggu Ruth untuk duduk, Kiriha berhenti memakan manjuunya[4] dan mulai bicara.

"Apa?"

"Apakah tidak apa-apa untuk sebuah kapal tempur, atau sebuah struktur yang besar untuk bertempur memiliki desain seperti manusia?"

Pertanyaan Kiriha memang sederhana.

Semakin rumit bentuk dari suatu struktur yang besar, maka integritas strukturnya akan semakin rendah.

Biasanaya, semakin besar ukuran sesuatu, desainnya akan semakin simpel.

Tapi, Ksatria Biru sepanjang satu kilometer itu mempunyai bentuk layaknya manusia.

Ini bisa dikatakan sebagai kelemahan yang besar bagi sebuah senjata.

"Pertanyaan yang bagus. Kau memang benar. Bentuk seperti ini memang bukan apa-apa selain kelemahan"

"Jadi, kenapa?"

"Ruth"

"Ya, Yang Mulia"

Ruth mengambil alih untuk penjelasan lebih rinci.

Meskipun penampilannya seperti itu, Ruth adalah seorang petugas militer, dia lebih tahu tentang kapal itu dibandingkan dengan Theia.

"Dasarnya, penampilan seperti ini adalah suatu kelemahan. Integritas strukturnya hanya cukup untuk menopang persendiannya, dan hampir tidak mungkin untuk bergerak selama bertempur"

"Jadi kapal ini kekurangan kalsium"

Sanae memukul meja saat mendengar penjelasan itu.

"Sanae-chan, aku rasa bukan itu masalahnya disini.."

"Tapi, peradaban kami berhasil dalam mengendalikan grafitasi sekitar 150 tahun lalu. Karena itu, kekuatan kapal ini tidak begitu penting, tapi, apa yang penting adalah hasil keluaran dari generatornya"

"Begitu, dengan menggunakan pelindung dari energi dan mengontrol massa inertia [5] dari kapal ini, bentuk dari kapal ini tidak akan begitu berpengaruh. Terlebih lagi, struktur fisik kapal ini tidak akan bisa menghalangi senjata dengan kekuatan seperti itu"

Kemajuan ilmiah Forthorthe telah mencapai tingkatan dimana mereka bisa mengatur berat dari suatu benda.

Jadi saat kapal itu terkena serangan, dia akan menjadi lebih berat. Untuk bergerak, dia akan menjadi lebih ringan.

Selain itu, senjata milik Forthorthe sangat kuat, pelindung biasa tidak akan bisa menghalangi serangan yang datang dari senjata itu.

Tidak peduli seberapa kuat lempengan metal yang dibuat, itu tidak akan bisa melindungi serangan dari meriam laser.

Karena itu, sesuatu selain lambung kapal dibutuhkan untuk perlindungan.

Jadi yang penting bukanlah bentuk kapalnya, tapi jumlah energi yang tersedia.

Hasil keluaran generator adalah faktor yang menentukan.

"Kamu bisa mengganti kekurangan kalsiumnya dengan keberanian"

"Uhm, aku rasa itu agak salah..."

"Ngomong-ngomong, karena kapal ini berbentuk manusia, ukuran generatornya sedikit lebih kecil. Luas permukaannya lebih besar dan efisiensi dari medan gayanya bukan yang terbaik. DIbandingkan dengan kapal milik puteri yang lain, kapal ini bisa dibilang lebih lemah"

Ukuran generator itu sendiri memainkan peranan lebih besar daripada hasil keluaran generator yang sebenarnya.

Tapi karena Ksatria Biru berbentuk manusia, generatornya lebih kecil dibandingkan kapal lain yang ukurannya sama.

"Tapi, aku tidak bisa mengutamakan efisiensi begitu saja dan terbang dengan kapal berbentuk bulat"

Wajah Theia terlihat muak.

Dia kesal karena bentuk yang dianggapnya ideal tidak menghasilkan kekuatan ideal yang diinginkannya.

Mencoba mengoptimalkan bentuk kapal untuk memuat generator sebesar yang memungkinkan akan menjadikan bentuk kapalnya bulat.

Sebagai contoh, luas permukannya semakin kecil, membuat kapal itu cocok untuk pertahanan.

Tapi Theia tidak mau terbang dengan kapal seperti itu.

"Berarti, masalahnya ada pada keindahan kapalnya"

"Benar sekali. Itu juga akan meninggalkan kesan saat menarik perhatian rakyat saat upacara"

"Benarkah? Aku rasa kapal berbentuk bulat itu imut"

Yurika membuat bentuk bulat dengan ujung jarinya dan mengutarakan pendapatnya.

Tapi, Theia menaikkan alisnya saat mendengar hal itu.

"Yurika, jangan kelompokkan aku dengan seseorang sepertimu! Aku tidak mau kapal perang yang jelek seperti itu! Para puteri yang lain akan tertawa kepadaku!"

"T-Tapi, tapi, bukankan kapal yang bulat lebih baik daripada kalah"

"Jangan bandingkan aku dengan pecundang sepertimu! Lagipula, Ksatria Biru melindungi kapal ini. AKu tidak akan kalah tidak peduli siapapun yang aku lawan!"

"..P-Pecun,dang? Ahhh~"

Terkejut dengan beratnya kata-kata itu, Yurika kehilangan kekuatannya dan jatuh ke atas meja.

"Aku tahu itu, tapi..."

Yurika cukup mengerti kalau dia mengeluarkan aura dari seorang pecundang.

Tapi, hidup setelah mengakui hal itu adalah hal yang kejam dan menyakitkan.

Air mata Yurika terus mengalir tanpa henti.

"Aku bukan Yurika, tapi aku pikir kapal luar angkasa yang bulat memang cocok untukmu, Tulip"

Koutarou menyilangkan tangannya dan mengangguk sambil mengacuhkan Yurika yang terus menangis.

"Diam, Primitif! Apa kau mau kulempar dari ruangan ini!?"

"Aku rasa kapal seperti itu akan kehilangan ujung tanduknya"[6]

"Kau ingin bertengkar denganku dengan bertingkah sok pintar seperti itu!?"

"Yang Mulia, tolong tenanglah!"

Ruth dengan susah payah mencoba menahan Theia, yang kelihatannya akan melompat ke arah Koutarou dan menggigitnya.

Tapi, kata-kata Koutarou selanjutnya membuat Theia lepas kendali.

"Lagian, nggak baik memberi anak-anak mainan yang tajam-tajam.[7]Bahaya kalau sampai tertelan"

"Akan kubunuh kau!! Tetap duduk di sana, Primitif, akan kupukul kau sampai mati!"

"Waaah! Dia datang!?"

Koutarou berasumsi dia akan aman selama Ruth menahan Theia, tapi tidak disangka, Theia datang melayang ke arahnya.

Theia, yang meloncat dari atas meja, melayang turun ke arah Koutarou layaknya burung pemangsa.

"Aku bakal mati!"

"Yang Mulia, tolong tenanglah!"

"Koutarou, jangan ke sini! Kalau kamu mau berantem, lakukan di sebelah sana!"

"Kalau sudah begini, mau bagaimana lagi! Jurus rahasia: Yurika Shield!"

"Kyaaa!?"

Suara dari sesuatu yang terkena serang dapat terdengar.

"Ah, maaf:

"...K-Kamu jahat..ugh.."

"Nijino-san!? Nijino-san, kamu baik-baik saja!?"

"N-Nggak.."

"Aku takkan melupakan pengorbananmu, Yurika"

"..Koutarou, kamu kadang-kadang jahat juga ya..Yah, karena yang kena Yurika, tidak masalah"

"Begitukah?"

"Mmm, dorayaki[8] ini enak juga. Yurika, kamu mau coba?"

"Apapun yang kumakan sekarang akan berasa seperti darah.."

Anjungan kapal itu sedang dalam kekacauan.

Karena itulah, tidak ada yang menyadari kalau gerbangnya sudah bisa mereka lewati.


Part 2[edit]

Penginapan yang akan ditempati oleh Koutarou dan yang lainnya adalah penginapan yang tua, yang sudah didirikan sejak lama.

Tapi, sejak gelembung ekonomi[9] terjadi, pengunjung yang ada banyak yang beralih ke hotel resort dan penginapan itu mulai terhenti aktifitasnya.

Para pemburu hantu mengambil kesempatan yang muncul dari situasi penginapan itu .

Mereka menjanjikan penginapan itu hadiah yang besar sebagai imbalan atas kerja samanya.

Pada hari itu, para pemburu hantu itu berpakaian sebagai petugas dan berdiri di pintu masuk menggantikan petugas yang asli.

Dan mereka menyambut kedatangan Koutarou dan yang lainnya dengan senyuman yang aneh sambil memainkan jarinya.

"Kalian sudah datang dari jauh"

"Selamat datang"

Pria yang tinggi kurus dan pria yang pendek dan gemuk itu sama-sama mencurigakan, tapi menginap di penginapan bagi Koutarou dan yang lainnya adalah hal yang tidak biasa bagi mereka, jadi Koutarou dan yang lainnya tidak memperhatikan itu.

"Kalian dari rombongan Satomi, benar?"

"Benar. Kami akan menginap disini"

Koutarou dan Shizuka pergi ke meja resepsionis dan menyalami kedua orang itu.

"Baiklah. Sekarang, bisakah seorang perwakilan mengisi buku tamu ini?"

"Baiklah"

"Untuk para tamu yang lain, mohon ikuti saya. Saya akan membawa kalian ke kamar kalian"

"Baiiiiik"

Saat kedua orang itu mulai bekerja, tidak ada yang aneh dari mereka.

Sesaat setelahnya, Koutarou dan yang lain dibawa menuju kamar mereka.

"Mereka kena, mereka kena"

"Semua sesuai rencana, ayo kita lakukan, Hachi"

"Ya!"

Rokujouma V3 077.jpg

Setelah membawa para tamu ke kamarnya, kedua pemburu hantu itu saling menyeringai ke arah masing-masing.

Sampai saat itu, semuanya berjalan sesuai rencana.

Dan jika semuanya berlanjut sesuai rencana, mereka akan segera mendapat uang yang sangat banyak.

"300 juta yen itu akan jadi milik kita. Ayo kita lakukan, Hachi!"

"Yeah!"

Mata mereka dipenuhi sinar harapan akan masa depan dan keserakahan.

Tidak menyadari rencana kedua orang itu, Koutarou dan yang lain kebingungan dengan kamar mereka.

"K-Kecil..."

"Koutarou, apa kita akan benar-benar menginap di sini?"

"Kelihatannya begitu, tapi..."

"Apakah kamarku lebih besar dari ini?"

"Shizuka, ini kelihatannya kecil karena perabotannya"

"Aku sudah selesai mengukurnya Ho-! Ukuran kamar ini tidak berbeda dengan kamar 106 Ho-!"

"Tidak, kelihatannya lebih kecil"

"Yang Mulia?"

"Itu karena Yurika tidak berada di lemari"

"Mengurangi sejumlah itu, kamar ini luasnya lima setengah tatami Ho-!"

"Aku nggak mau tidur di lemari setelah jauh-jauh kesini!!"

Koutarou dan yang lainnya kebingungan dengan ukuran kamar mereka yang kecil.

Saat diuku, luasnya sama dengan bagian dalam kamar 106.

Dengan tujuh orang dengan barang bawaannya dan dua buah haniwa, kamar itu terasa lebih kecil.

Dan setelah merasakan luasnya anjungan Ksatria Biru, kamar itu terasa lebih kecil lagi.

"Bukannya ini kelihatan murah untuk hadiah utama?"

"TV LCD sebagai hadiah kedua kelihatannya lebih mahal dari ini"

"Penginapan ini punya atmosfir pedesaan yang kuat~"

"Aku mulai mengerti kenapa penginapan ini hampir tutup"

"Kalau ternyata jadinya seperti ini, aku tidak yakin kenapa kita datang kesini"

Semuanya mulai mengutarakan ketidakpuasan mereka.

Mereka berpikir kalau mereka bisa merasakan kamar yang cukup luas untuk sementara waktu, tapi ternyata mereka dipaksa untuk menikmati kamar yang lebih kecil dari biasanya. Wajar bagi mereka untuk merasa seperti itu.

"Maaf semuanya. Meskipun aku sudah mengundang kalian semua..Kalau saja aku tahu kamarnya seperti ini, aku akan pergi berdua saja dengan Yang Mulia..."

Ruth merasa bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi.

Dialah yang telah memenangkan undian dan mengundang mereka.

Bahunya menurun saat dia menundukkan kepalanya dengan wajah penuh maaf.

"I-Itu bukan salahmu, Ruth-san! Kalau kita nggak datang ke sini, kita nggak akan bisa main ke pantai, jadi kami senang sekali, ya kan, Tulip!?"

"I-Itu benar, Ruth! Ini tidak semerepotkan yang kau bayangkan, dan karena tempat ini dekat dengan pantai, penginapan ini hebat sekali!"

Koutarou dan Theia yang biasanya bertengkar bekerja sama untuk menyemangati Ruth.

"...Apa itu benar?"

"T-Tentu saja! Ya kan, Tulip? Aku nggak sabar buat berenang!"

"Y-Ya! Aku akan mengajarkanmu bagaimana caranya berenang dengan elegan!"

"Kalau begitu semua baik-baik saja"

Ekspresi Ruth terlihat kembali ceria.

Melihat itu, Koutarou dan Theia hampir menghela nafas lega saat Sanae menyela mereka dengan mengatakan sesuatu yang aneh.

"Tapi Koutarou, kamar ini sudah ada tamu duluan"

"Tamu?"

Koutarou memiringkan kepalanya dengan bingung.

Penginapan itu kelihatannya tidak membuat kesalahan dengan mencatat pemesanan ganda.

Tapi kalau hal itu memang terjadi, mereka harus berpindah kamar.

Jadi, Koutarou menanyakan Sanae untuk informasi lebih lanjut.

"Apa maksudmu?"

"Hmm, energi spiritualnya terlalu lemah untuk bisa kudeteksi, tapi aku bisa merasakan jejak dari leher yang tercekik, jadi kemungkinan itu adalah hantu dari seseorang yang dibunuh atau bunuh diri"

Sanae mengernyitkan alisnya saat dia melihat ke langit-langit, terlihat seperti orang dengan rabun jauh yang mencoba melihat sesuatu yang jauh.

"H-H-Hantu!?"

Yurika dengan cepat bereaksi dengan perkataan Sanae.

Gemetar karena ketakutan, Yurika melempar barang bawaannya dan lari ke arah lemari.

"Tidaaaaaaak! Jangan hantuuuuu!!"

Yurika melempar futon[10] di dalamnya keluar dan langsung melompat masuk.

Dia menutup pintu lemari dengan sekuat tenaga.

"Ya ampun, Yurika, tenanglah! Hawa keberadaannya lemah, jadi dia nggak akan membuat suara!"

"Tidaaaaaak! Aku benci kalau ada hantu di sini!"

"Kamu selalu bersamaku?"

"Itu karena aku lupa kalau kamu itu hantu! Tidaaaaaaak!"

Bujukan Sanae gagal dan Yurika gemetar ketakutan didalam lemari.

"Tidak berhasil. Dia pasti benar-benar ketakutan"

Saat Shizuka mencoba pintu lemarinya, Yurika dengan sekuat tenaga menahan pintunya.

Shizuka lebih kuat dari Yurika, jadi dia bisa memaksa pintunya untuk terbuka. Tapi jika dia melakukan itu, pintunya akan rusak.

"Yurika-sama..."

Raut wajah Ruth mulai suram kembali. Koutaou yang memperhatikan itu dengan cepat menggenggam tangan Ruth.

"Nah, ayo kita berenang!"

"S-Satomi-sama!?"

"Dia benar, dia benar! Itulah kenapa kita datang ke tempat ini!"

Theia menggenggam tangan Ruth yang satu lagi.

"Satomi-sama, Yang Mulia, kenapa kalian tiba-tiba melakukan ini?"

"Aku ingin cepat-cepat melihatmu memakai pakaian renang! Aku yakin kamu bakal kelihatan imut!"

"Dia tidak sebanding denganku, tapi Ruth memang imut!"

Koutarou dan Theia dengan paksa menyeret Ruth ke arah pantai.

"Aku sih nggak apa-apa nggak melihat pakaian renangnya Tulip"

"Akan kubunuh kau, Primitif. Sekarang bukan saatnya, tapi aku akan benar-benar membunuhmu nanti! Jangan lupa!"

"Aku lupa~"

"Hei!!"

"Y-Yang Mulia? Satomi-sama?"

Dan saat keduanya melanjutkan perdebatan aneh mereka, mereka bekerja sama sambil membawa Ruth dengan mereka.

"Ah, tunggu Koutarou! Aku juga ikut!"

"S-Semuanya, tunggu! Bagaimana dengan Nijino-san!?"

Sanae dengan cepat mengikuti Koutarou, tapi Shizuka bingung dengan apa yang harus mereka lakukan terhadap Yurika yang masih di dalam lemari.

"Tidak apa-apa. Dia akan keluar setelah dia menenangkan dirinya, dia bukan anak-anak"

"Tapi..."

"Jangan kuatir. Aku akan meninggalkan Karama dan Korama disini"

"Kalau begitu, aku serahkan pada kalian, Karama-chan, Korama-chan"

"Ho-!"

"Serahkan kepada kami Ho-!"

Shizuka mengubah pikirannya setelah Kiriha membujuknya.

Shizuka juga adalah seorang gadis dalam masa remajanya.

Tentu saja dia ingin bermain di pantai dengan yang lainnya.

Dan dengan Karama dan Korama yang berjaga di kamar itu, mereka tidak akan meninggalkan Yurika sendiri tanpa bertanggung jawab.

"Kalau begitu, Nijino-san, kami akan pergi ke--"

"J-J-Jangan tinggalkan aku sendiri! Aku nggak mau sendirian di kamar berhantu!!"

Tapi setelah Shizuka mengubah pikirannya, Yurika melompat keluar dari lemari.

Masih gemetar ketakutan, Yurika melihat ke sekeliling kamar.

"Satomi-san, tunggu! Satomi-san!!"

Yurika mengambil perlengkapan berenangnya dan dengan cepat mengejar Koutarou dan yang lainnya.

"Ah..um.."

Karena tiba-tiba menjadi yang tertinggal, Shizuka hanya bisa menghela nafas.

Bahkan Shizuka hanya bisa merasa takjub dengan ketidakgunaan Yurika.

"...Shizuka, ayo kita pergi"

"Ya"

Shizuka tersenyum ke arah Kiriha yang sama-sama takjub seperti dia dan menyusul yang lainnya bersama-sama.


Part 3[edit]

Hal pertama yang dilakukan Koutarou saat dia tiba di pantai adalah menyeka keringat di dahinya dengan handuk.

Memasuki pertengahan musim panas, matahari bersinar dengan sangat teriknya.

Karena itulah, suhu saat itu benar-benar tinggi dan pasir yang panas membakar kaki Koutarou.

"Panas, panas"

Saat itu, Koutarou sedang bersiap-siap di pantai sendirian.

Dia menggelar selembar kain dan memasang payung pantai sambil berjinjit.

Tidak seperti para gadis, Koutarou selesai mengganti pakaiannya dengan cepat.

Jadi, karena bosan, Koutarou memulai persiapannya.

"Oke, kelihatannya udah cukup bagus"

"Oh, ternyata Satomi-kun!"

Setelah Koutarou selesai, dia mendengar seseorang memanggilnya.

"Eh, dimana!? Ah, kau benar!"

"Halo, Koutarou-kun!!"

"Kebetulan sekali, Satomi-kun, kamu datang kesini buat bermain juga!?"

Gadis-gadis dengan pakaian renang datang berlarian ke arah Koutarou.

Ada sejumlah enam orang gadis yang datang, mereka adalah anggota klub cosplay.

"Hai semuanya. Itu benar. Temanku kebetulan menang beberapa tiket ke penginapan dekat sini, jadi kami datang ke sini buat main"

"Benarkah..Kita benar-benar terikat dengan takdir ya, Satomi-kun?"

"Ahahaha, yang benar saja"

"Aku sih nggak apa-apa kalau kamu jadi pacarku, Koutarou-kun"

"Aku juga! Aku juga!"

"...Punya pacar cosplayer kelihatannya bakal butuh banyak duit, aku jadi kuatir.."

"Uh, Koutarou-kun memang hebat, itu tepat sasaran"

"Satomi-kun hidup sendiri sih"

"Kalau aku jadi orang kaya dan kamu tetap merasa seperti itu, aku akan bilang 'ya' untuk itu"

"Cowok yang bikin cewek menunggu nggak akan populer loh"

"Aku tahu itu"

Koutarou dan anggota klub cosplay tertawa bersama.

"Ngomong-ngomong, kenapa klub cosplay ada disini? Apa kalian juga mau main?"

Setelah tertawa untuk beberapa saat, Koutarou menanyakan apa yang ada di pikirannya.

"Setengahnya adalah kegiatan klub, dan setengahnya lagi untuk bermain. Sebenarnya, Comiha tinggal tiga hari dari hari ini"

"Kalau dipikir-pikir lagi, kamu bilang sesuatu seperti itu juga bulan lalu"

Anggota klub cosplay sedang membuat persiapan untuk melakukan cosplay di event itu dan Koutarou sering dipanggil oleh mereka untuk memberi mereka pendapat.

Itulah kenapa Koutarou yang hanya punya baseball di kepalanya bisa mengetahui hal itu.

"Itulah kenapa kami tinggal di htel yang dekat dengan lokasi event nanti, dan menikmati indahnya pantai"

"Begitu, itu memang rencana yang bagus"

"Ya kan? Lagipula, kita bisa bertemu Sakuraba-san disini"

"Sakuraba-senpai, kau bilang?"

Nama yang tidak disangka-sangka muncul.

Sakuraba Harumi, dia adalah ketua klub merajut yang diikuti oleh Koutarou.

Koutarou memiringkan kepalanya dengan wajah kebingungan saat ketua klub cosplay menjelaskan itu.

"Sebenarnya, Sakuraba-san punya villa dekat sini. Saat aku berbicara dengannya bulan lalu, kami sempat berbicara soal libur musim panas. Dia bilang kalau dia akan berlibur disini, jadi kami pikir itu adalah ide yang bagus dan melakukan hal yang sama"

"Begitu, terima kasih sudah menjaga Sakuraba-senpai"

Mendengar penjelasan itu, Koutarou dengan pelan membungkukkan badannya ke arah anggota klub cosplay.

"Enaknya...aku juga mau diperlakukan dengan penuh perhatian sama adik kelas seperti itu juga"

"Mari letakkan harapan kita pada Yurika-chan"

"...Tidak ada harapan disana"

Sejak Harumi dan Yurika menang di festival olahraga, anggota klub cosplay sudah sering berinteraksi dengan Harumi juga.

Alasan terbesarnya adalah karena Harumi menghubungkan Koutarou dan Yurika, alasan lainnya adalah karena mereka memperhatikan kalau Harumi selalu sendiri.

Karena itulah, mereka terkadang memulai percakapan dengan Harumi.

"Saat aku bertemu dengannya tadi, dia bilang dia akan kesini nanti"

"Terima kasih sudah menjaga Yurika dan Senpai"

"Nggak apa-apa. Sakuraba-san itu imut, semoga kita bisa mengajaknya masuk ke CosKlub~"

"Ahahaha"

"CosKlub dan klub merajut sama-sama kecil kan? Manusia harus menggunakan kesempatan yang telah diberikan dengan efektif"

"Jadi, kalau waktunya tiba nanti, kalian akan bergabung dengan kami?"

Koutarou dan yang lainnya mulai tertawa sekali lagi.

"Ngomong-ngomong, ketua, apa sebaiknya kita juga pindah kesini juga? Kalau kita mau bermain, semakin banyak orangnya, semakin baik"

"Itu benar. Ide bagus, wakil ketua"

"Kalian baik sekali"

Setelah mengangguk ke arah wakil ketua, si ketua menoleh ke arah Koutarou lagi.

"Satomi-kun, dengan itu, kami akan pergi lebih dulu. Kami harus mengambil barang bawaan kami"

"Oke, aku tunggu"

"Baik semuanya, ayo berangkat!"

"Okeeee"

Dan anggota klub cosplay pergi dengan semangat seperti saat mereka tiba.

Beberapa saat setelah Koutarou dan klub cosplay berpisah, para gadis dari kamar 106 selesai berganti pakaian dan tiba di pantai.

"Wow...apa-apaan cewek-cewek ini.."

"Apa mereka model?"

"Mungkin ada acara pemotretan atau semacamnya"

"Wow, dada cewek itu gede juga"

"Yang pendek itu juga gede..."

Saat mereka muncul, setiap pria di pantai itu melihat ke arah mereka.

Para wanita yang lain melotot ke arah mereka mengikuti para pria.

"Hey Koutarou, maaf membuatmu menunggu!"

"Satomi-kun, kau sudah selesai dengan persiapannya? Terima kasih~"

"Mmm, kerja bagus untuk seorang primitif"

"M-Maaf membuatmu menunggu, S-Satomi-sama"

"Tenanglah sedikit, Ruth"

"Satomi-san, kamu tidak tahu kemana hilangnya pakaian dalamku kan!?"

Dalam penampilan, mereka semua terlihat menawan, wajar jika semua orang di pantai melihat ke arah mereka.

Tapi selain Ruth, tidak ada yang mempedulikan hal itu.

Mereka bukan tipe orang yang peduli dengan hal itu.

Ruth adalah satu-satunya yang kuatir dengan tatapan mata yang diperolehnya saat dia dengan gugup berjalan menyusuri pantai.

"Bagaimana, Koutarou!? Apakah kau jatuh cinta dengan keimutan luar biasa Sanae-chan!?"

"Ngomong-ngomong Kurano-san, dadamu besar sekali..seperti mau tumpah dari baju renang..aku iri.."

"Shizuka, punya dada besar tidak sebagus yang terlihat. Tidak banyak baju yang cocok untuk badan seperti ini dan aku mendapat banyak perhatian yang tidak perlu"

"Sekarang kalau dipikir-pikir lagi, semua orang melihat ke sini~"

"Itu karena mereka tertarik dengan keanggunan kita. Bagus sekali"

"S-Satomi-sama, tolong aku! S-Semua orang melihat ke sini!!"

Saat Ruth berusaha kabur dari pandangan orang-orang, kelima gadis sisanya mendekati Koutarou sambil memamerkan pakaian renang mereka.

Selain Ruth, kelimanya punya berbagai alasan untuk mengharapkan Koutarou untuk terkejut.

"Bagaimana? Apakah kamu senang, Satomi-kun? Kamu adalah target rasa iri dari semua orang di pantai, dan kamu punya enam orang cewek untuk dirimu sendiri! --Huh?"

Tapi, rencana mereka dengan indahnya runtuh.

Saat semua pria memandang ke arah mereka, hanya Koutarou yang menoleh ke arah lain.

"Begitu, kalau kamu punya villa yang besar, kamu pasti nona golongan atas ya, Senpai"

"S-Satomi-kun, n-nona...itu.."

"Kalau kamu punya villa yang lebih besar dari rumahku dulu, kamu pasti akan dipanggil nona. Lagipula, pakaianmu cocok"

"I-Ini..karena..!"

Koutarou sedang memandangi Sakuraba Harumi yang sedang memakai gaun musim panas dan membawa payung.

Harumi memakai apa yang biasa dipakai oleh golongan atas dan meskipun cuacanya panas, atmosfir dari dirinya terlihat sejuk.

"Kamu kelihatan cantik, wahai nona. Nahahahahaha"

"..Satomi-kun, kamu jahat..."

Meskipun atmosfirnya sejuk, pipi Harumi mulai memanas.

"S-Sialan kau Koutarou...Kau benar-benar mengacuhkan kami!?"

"Sakuraba-senpai!? Kenapa kau disini!?"

"Jangan kau lagi, Sakuraba Harumi!"

"Kalau tidak salah, cewek itu ada di klub--"

"Sakuraba Harumi. Dia ada di kelas 2-A dan ketua dari klub merajut. Selain teman terdekatnya, Matsudaira Kenji, dia adalah orang terdekat kedua dari Koutarou"

Karena perkembangan yang tidak diduga ini, kelima gadis itu menjadi sangat kesal terhadap Koutarou.

Dalam situasi ini, hal itu adalah rasa kesal yang tidak adil, tapi kelimanya tidak peduli.

"Satomi-sama, tolong jangan melihat ke arah lain dan selamatkan aku!"

Tapi saat itu Ruth masih saja lari dari pandangan ke arahnya.

"Koutarou bodoh!! Kepala batu! Kembalikan rasa kuatir kami!"

"Uwah!? A-Apa!?"

"Satomi-kun!?"

Sanae melempar dirinya ke arah Koutarou dan memukulnya jatuh ke atas pasir.

Dan sebelum Koutaoru merasakan panasnya pasir pantai yang membakarnya, Sanae dan Theia menyerang.

"Kubur dia! Pemberontak ini lebih baik tenggelam oleh ombak!!"

"Aku tidak akan bilang kamu harus bersemangat, tapi setidaknya lihat kami! Paling tidak, beri kami respon standar! Tersenyumlah dan bilanglah 'baju renang barumu imut juga'!!"

"Ahhh! A-Apaaa!?"

Karena kaget, Theia berhasil memojokkan Koutarou.

Sementara itu, Sanae mulai menumpuk pasir ke atas Koutarou.

"M-Memangnya Tulip bisa menahanku!"

"Ah, ah, wah!"

Karena badan Theia yang kecil, Koutarou dengan paksa mulai berdiri sementara Theia masih berusaha menahannya.

"Takkan kubiarkan, Satomi-kun!"

"Ibu Kos-san!?"

"Sanae, biar aku bantu!"

"Yurika, kami gali lubangnya! Kamu bisa menggali liang kubur dengan bagus kan!?"

"Fueeeeeh, aku nggak mau!"

"Aku akan membantu juga. Karama, Korama, mulai menggali"

"Mengerti Ho-!"

"Serahkan pada kami Ho-! Menggali adalah keahlian kami!"

Tapi karena banyak yang mulai berpartisipasi, Koutarou mulai kewalahan.

"Kau akan belajar apa yang terjadi kalau kau menyakiti harga diri seorang gadis"

"Au, auauauauau, I-Ibu Kos-san, jangan girang begitu pas lagi mengunci lenganku dong!"

Rokujouma V3 093.jpg

Sembari menggumam, Shizuka meraih kaki Koutarou dan menahannya di tempat dengan cara mengunci sendinya.

"Bagus sekali Shizuka! Kau mendapat pujianku!"

"Mungkin aku akan tambah sedikit lagi, ei~"

Sebenarnya Shizuka tidak begitu marah dengan Koutaruo, tapi dia bergabung karena itu kelihatannya menyenangkan.

Karena mereka datang ke sini untuk bermain, Shizuka ingin bersenang-senang sepuasnya sebelum pulang.

"Owowowowow, sakit! Sakit!"

Koutarou dengan susah payah meronta-ronta dan mencoba untuk kabur, tapi dia tidak bisa menandingi Shizuka.

Dan sementara Theia dan Shizuka menahan Koutarou, yang lainnya sudah menggali lubang yang cukup besar.

"S-Satomi-kun sedang dikubur..apa yang harus kulakukan..."

"Mohon maaf, Yang Mulia, ada baiknya kalian tidak terlalu keras..."

Harumi dan Ruth mencoba menghentikan mereka.

Tapi, Harumi masih kaget dengan kejadian yang mendadak itu.

Jadi, pada nyatanya hanya Ruth yang mencoba menghentikan mereka.

"Ruth-san?! Tolong aku, Ruth-san!!"

Saat ini, Ruth adalah satu-satunya harapan Koutarou.

Koutarou dengan putus asa memanggilnya untuk menolongnya.

"Satomi-sama, tunggulah sebentar! Aku akan segera--"

"Ruth! Untuk apa kau datang ke tempat ini!?"

Tapi saat Theia membentaknya, Ruth menjadi terdiam.

Hanya saat-saat seperti inilah Theia menggertak.

Theia mengambil inisiatif melawan Ruth yang cenderung labil.

"Y-Yah.."

"Ingatlah apa yang sedang kau pakai! Apa yang kau rasakan saat kau memilih itu!? Dan apa yang kau rasakan saat kau memakainya hari ini!? Dan dengan itu, apakah kau masih mau memaafkan pengikut bodoh ini!?"

"..Apa yang aku pakai--"

Ruth berhenti sesaat setelah mencerna apa yang dikatakan Theia.

Dan dia melihat ke arah pakaian renang milik Theia dan miliknya.

Meskipun pakaian itu tidak mahal, pakaian itu imut dan cocok dengan mereka.

Pakaian renang itu adalah yang dibelikan Koutarou kepada mereka.

"Dia tidak perlu memujiku! Aku tidak apa-apa dengan dia hanya melirik sedikit! Tapi tidak, apa yang si bodoh ini lakukan!?"

Perasaan yang dirasakan Ruth saat dia membeli pakaian renang itu, dan hari-hari yang dia habiskan untuk menunggu saatnya untuk memakai pakaian itu muncul di pikirannya.

Dan dari semua itu, perasaan yang muncul saat Ruth memakai pakaian renang itu muncul kembali.

"Aku tidak akan memaafkannya! Kalau begini, harga diriku sebagai seorang wanita tidak akan memaafkannya! Bagaimana denganmu, Ruth!?"

"Aku.."

Dan hal terakhir yang diingatnya adalah Koutarou tidak melihat ke arahnya ataupun Theia.

Koutarou sedang berbicara kepada wanita lain tanpa sekalipun melirik ke arah mereka.

Karena Koutarou yang membelikan mereka pakaian itu, setidaknya dia memiliki sedikit rasa penasaran.

Aku...!!

Dan tiba-tiba, sesuatu didalam diri Ruth terputus.

"...Mari kita kubur dia, Yang Mulia, dari atas hingga bawah. Tidak, hanya menguburnya saja itu masih terlalu baik. Untuk memastikan dia tidak bisa merangkak keluar, mari kita ikat tangan dan kakinya!"

Ruth melihat ke arah Koutarou dengan api di matanya, seakan-akan kemarahan Theia telah mengambil alih dirinya.

"Bagus sekali Ruth! Akan aku serahkan padamu!"

"Seperti yang kau inginkan, tuan puteri!"

Dan Ruth dengan ceria bergabung untuk mengubur Koutarou.

Ruth dengan cepat mengikat kaki dan tangannya dengan tali dan mengurangi ruang geraknya.

Ruth tidak menunjukkan keraguan maupun belas kasihan.

"Waaa, Ruth-san juga!? Apa aku sudah melakukan sesuatu yang menyinggungmu, Ruth-san!?"

"Terkadang tidak melakukan apapun adalah kejahatan! Ada batasan untuk seberapa baik kau bisa bertingkah!"

"K-Kenapaaaaaa!?"

Koutarou dengan putus asa mencoba melepaskan ikatannya, tapi melawan keenam gadis yang sedang bersatu menguburnya, dia tidak bisa menang.

Akhirnya, Koutarou terkubur di pantai.


Part 4[edit]

Ombak yang datang sampai ke wajah Koutarou dengan pelan mengalir kembali menuju laut.

Karena sedang pasang, ombaknya perlahan-lahan mendekat ke arah Koutarou.

Dengan badannya yang berada di dalam pasir, hal yang bisa dilakukan oleh Koutarou hanyalah menggerakkan kepalanya.

Karena tidak bisa bergerak, Koutarou hanya bisa menarik kepalanya menjauh dari ombak yang datang.

"...Kenapa jadi begini?"

Koutarou tidak bisa memikirkan alasan apapun untuk kenapa dia dikubur.

Bagi Koutarou, setelah dia selesai menyiapkan semuanya, dia berbicara dengan Harumi seperti biasanya.

"Atau aku melakukan sesuatu sebelum itu...?"

Koutarou benar-benar kebingungan.

Bagi Koutarou yang tidak terbiasa berada dekat dengan wanita, dia tidak bisa mengerti perasaan mereka.

Meskipun mereka tidak sedang jatuh cinta, mereka ingin orang-orang yang ada di dekat mereka untuk setidaknya menunjukkan ketertarikan.

"...Aku nggak ngerti.."

Dan selagi Koutarou memiringkan kepalanya, sebuah bayangan menutupi dirinya.

"Satomi-kun"

"Sakuraba-senpai!"

Bayangan yang menutupinya adalah bayangan dari payung milik Harumi.

Dia mendekati Koutarou tanpa disadari Koutarou dan melindunginya dari sinar matahari.

"Pas sekali Senpai! Tolong aku!"

"....Hmm..apa yang harus aku lakukan?"

Harumi berjongkok di sebelah Koutarou dan tersenyum.

"Jangan goda aku dan tolonglah aku"

"Tapi kalau aku mengeluarkanmu, kamu akan lari entah kemana...Kalau kamu mau berbicara denganku sebentar saja, aku mungkin akan mengeluarkanmu"

"Senpai, kau menggodaku lebih banyak dari biasanya"

"Fufu, mungkin karena kita sedang berada di pinggir pantai, aku sedang bersemangat hari ini"

"Yah, jelas saja"

Senyum Harumi terlihat lebih cerah dari biasanya, yang mungkin karena cerahnya matahari siang itu.

Pertemanannya dengan Yurika mungkin memang hal yang baik..

Koutarou merasa tingkah laku Harumi saat ini adalah hal yang baik.

Tapi ada yang merasa bahwa saat Koutarou dan Harumi sedang berbincang itu adalah hal yang buruk.

"T-Terkutuk kau Sakuraba Harumi, seberapa hebatkah dirimu?!"

"Dan apa yang Koutarou pikirkan!? Terjebak oleh gombalan cewek itu!"

"Yang Mulia, apa yang harus kita lakukan?"

"Hanya menguburnya ternyata terlalu naif bagi kita! Si Primitif itu perlu hukuman yang lebih berat lagi!"

Theia, Ruth dan Sanae jelas-jelas marah besar.

"Kalau begitu, apa yang akan kita lakukan?"

Dan Shizuka sedang menikmati situasi itu.

Dia sedang menikmati rasa dari kebebasan setelah datang ke pantai.

"...Ayo bermain belah semangka!"

Meskipun Kiriha yang mengusulkan itu, tidak jelas apakah dia bercanda atau serius.

Dia bertingkah seperti biasanya dan menunjukkan semangka besar yang dia bawa.

"Ah, kelihatannya boleh juga!"

"Aku penasaran apa yang akan terbelah duluan, semangkanya atau kepala Koutarou"

Kiriha tersenyum saat dia mengatakan itu dan menarik sebuah pedang kayu.

"Ayo kita lakukan!"

"Aku tidak tahu apa yang akan kita lakukan, tapi ayo kita lakukan"

"Tidak, ayo berhenti, aku merasa kasihan dengan Sakuraba-senpai~"

Yurika mencoba menghentikan yang lain.

Setelah Koutarou dikubur, Yurika memperhatikan Harumi dan tetap diam agar Yurika tidak mengganggu mereka.

"Tidak ada yang meminta pendapatmu!"

"Hiiiih! Lari! Sakuraba-senpai, lari!"

Tapi pada akhirnya, justru Yurika yang lari.

Dia kalah dari kekuatan Theia dan mundur.

Tidak berusaha untuk tetap tegar memang persis seperti gadis penyihir kita semua, Rainbow Yurika.

Sementara itu, Koutaroru dan Harumi tidak sadar dengan konspirasi yang sedang berjalan saat mereka dengan cerianya berbincang.

"Satomi-kun, kamu keringatan. Pasti panas di dalam pasir itu ya?"

"Ah, nggak apa-apa. Nanti sapu tanganmu kotor"

Harumi mengambil sapu tangan dari kantungnya dan dengan lembut menyeka keringat di dahi Koutarou.

"Nah, sekarang kamu sudah bersih"

"Senpai.."

"Fufufu, aku jadi seperti ibumu, Satomi-kun"

Koutarou terganggu dengan sapu tangan yang tadinya harum menjadi tidak lagi karena keringatnya, tapi Harumi tidak mempermasalahkan itu sama sekali.

"Sakuraba-senpai~ Ayo bermain belah semangka bersama-sama~"

Theia, yang sedang memegang semangka besar, mendekati mereka.

Karena badannya yang kecil, semangka itu menutupi setengah badan Theia.

Terkejut karena ada seseorang yang memanggilnya, Harumi kehilangan kata-kata.

Dia biasanya tidak begitu bisa berkomunikasi dengan orang asing, dan dia menjadi kurang waspada saat dekat dengan Koutarou.

Itulah kenapa dia menjadi lebih terkejut dibandingkan biasanya.

"Sakuraba-senpai~ Ayo kita buat kenangan musim panas yang indah bersama-sama~"

"A-Ayo"

Harumi langsung mengangguk mengikuti intuisinya.

"Siapa itu? Tulip ya?"

Karena tidak bisa memutar badannya, Koutarou tidak bisa menoleh untuk melihat ke arah Theia.

Koutarou hanya bisa menebak suaranya, dan karena Theia tidak berbicara seperti biasanya, Koutarou menjadi tidak yakin.

"...Tepat sekali. Ini aku, Primitif"

Saat Theia berbicara kepadanya, dia menaruh semangka itu tepat disebelah kepala Koutarou.

Pada saat itu, Koutarou bisa merasakan seberapa besar dan berat semangka itu dari getaran yang dihasilkan.

Semangka itu kira-kira tiga kali lebih besar dari kepala Koutarou.

Dan wajah Theia mengintip keluar dari balik semangka itu.

Theia mendekat ke telinga Koutarou dan berbisik.

"Kukuku, aku juga akan menyertakanmu dalam membuat kenangan bersama kami"

"Apa yang akan kau lakukan, Tulip!?"

"Oh, bukan apa-apa, hanya membelah semangka. Kami hanya akan membelahnya dengan sekali tebas, kukukukuku"

Theia tertawa saat dia bicara dengan Koutarou sambil memastikan kalau Harumi tidak melihatnya.

Theia tersenyum dengan lebih jahat daripada sebelumnya.

Saat Koutarou terlibat dengan konspirasi itu, sebuah konspirasi lain akan dimulai tidak jauh dari mereka saat itu.

"Kakak, kelihatannya mereka bermain belah semangka"

"Bagus, sekarang semua perhatian mereka akan terfokus ke semangkanya. Sekarang kesempatan kita menangkap target kita"

"Apa kita akan melakukannya?"

"Ya iyalah. Kalau nggak, kita mau tidur dimana?"

"Iya sih, kita udah memakai semua uang kita sih"

Pelaku utama pemimipin konspirasi itu tidak lain adalah para pemburu hantu.

Mereka mengawasi Koutarou dan yang lainnya lewat teropong dari balik bebatuan.

"Kalau kita berhasil menjual hantu itu, kita bakal kaya"

"Kita bisa beli TV sama sepeda"

"Itu benar. Ikuti aku, Hachi"

"Apa yang akan kita lakukan?"

"Jalannya agak berbelok, tapi kita akan mendekati mereka dari laut. Dengan begitu, mereka tidak akan memperhatikan kita, dan kalaupun mereka tahu, kita bisa menyembunyikan perlengkapan kita di dalam laut dan mereka tidak akan mencurigai apapun!"

"Kakak memang hebat! Meskipun pemburu hantu selalu berbuat benar, Kakak selalu bisa membuatnya menjadi kelihatan jahat!"

"Diamlah Hachi! Aku masih pahlawan kebenaran! Aku tidak salah, salahkanlah kemiskinan!"

Keduanya membawa peralatan dan mesin mencurigakan mereka dan melompat ke laut.

Tujuan mereka adalah menangkap Sanae.

Part 5[edit]

"Ei!"

Harumi gagal untuk yang ketiga kalinya setelah mengayunkan pedang kayu itu dengan sekuat tenaganya.

Sampai sekarang dia sudah mengenai sesuatu yang keras dan serangannya memantul kembali.

Tapi sekarang dia mengenai sesuatu yang lunak dan ujung pedangnya seperti memasuki sesuatu.

Dan dia tidak mendengar teriakan Koutarou lagi.

"Kamu berhasil, Yurika-senpai!"

Sebagai gantinya, Yurika berteriak.

Mendengar itu, Harumi dengan cepat melepas penutup matanya.

"Satomi-kun, Satomi-kun! Apa kamu baik-baik saja!?"

Harumi telah mengenai kepala Koutarou tiga kali.

Koutarou sudah bilang agar jangan memikirkan itu, tapi tentu saja Harumi akan tetap kuatir.

Itulah kenapa saat Harumi melepas penutup matanya, dia langsung mencari Koutarou.

"Ah, enaknya"

Tapi Koutarou berada di depannya dan sedang memakan semangka yang sudah terbelah.

Koutarou terlalu menikmati semangka itu sampai-sampai dia tidak memperhatikan Harumi yang cemas terhadapnya.

"S-Syukurlah.."

Theia atau Sanae mungkin akan marah, tapi lain halnya untuk Harumi.

Melihat Koutarou yang makan semangka dengan penuh semangat, Harumi bernafas lega dan langsung duduk.

"Apa kamu ma...haup...makan...haup..juga, senpai?"

"S-Setelah aku agak tenang, aku akan makan juga"

"Tch, dia berhasil..."

"Nyahaha, Harumi terlalu lemah buat ngebelah kepala Koutarou jadi dua"

Theia dan Sanae menghampiri mereka dengan kesal.

Setelah memakan sebagian semangka itu, Koutarou mengeluh kepada keduanya.

"Sudah selesai kan? Keluarkan aku dari sini"

Tapi keduanya menggelengkan kepala mereka.

"Aku menolak"

"Habis ini giliran Shizuka"

"A-Apa!?"

Koutarou melotot ke arah Theia dan Sanae.

Kalau Shizuka, yang dikenal dengan kemampuan bertarungnya, yang akan memegan pedang kayu selanjutnya, Koutarou tidak yakin apa yang akan terjadi dengan kepalanya.

"Hiyaaaaa!!"

Lagipula, Shizuka kelihatan bersemangat saat mengayunkan pedang kayu itu ke arah laut berkali-kali.

Kecepatan dan tekanan darinya tidak normal, semua orang tahu kalau Koutarou dalam bahaya.

"S-Satomi-kun, aku akan menyelamatkanmu sekarang!!"

Bahkan Harumi tahu dan dia mulai menggali untuk menyelamatkan Koutarou.

Tapi seseorang menghalanginya.

"Sakuraba-senpai, tolong ke sini~ Kamu nanti menghalangi belah semangka selanjutnya"

"Kya!? Tapi, Satomi-kun masih..!!"

"Tidak apa-apa, Sakuraba-senpai. Serahkan Satomi-san kepada kami"

"Bahkan kamu juga, Nijino-san!?"

Theia dan Yurika menyeret Harumi menjauh.

Mengesampingkan Theia, Yurika bekerja sama dengannya bukan karena dia takut dengan Theia, tapi karena dia ingin Harumi menjauh.

Sebagai gantinya, Kiriha datang dan mengambil semangka yang sudah terbelah sementara Ruth meletakkan yang baru.

"Gawat, aku harus berbuat sesuatu!"

Dengan panik, Koutarou mencoba untuk keluar dari pasir.

Untungnya, karena Harumi sempat menggali, Koutarou berhasil mengeluarkan tangannya dari pasir.

"Siiip!"

"Sayang sekali!"

"Tolong tunggu disana, Satomi-sama"

"Waaah!"

Tapi Sanae dan Ruth menguburnya lagi.

"Tolong hentikan ini, Sanae!"

"Nggak mau♪ ”

"Dan kenapa kamu marah sih, Ruth-san!?"

"Apa aku harus mengatakannya kepadamu!? Jangan buat aku tertawa! Penghianatan seperti itu pantas dihukum mati!"

"Menyerahlah, Koutarou"

"Apa yang kamu maksud dengan penghianatan!?"

Saat Sanae dan Ruth mengubur kembali Koutarou, Theia dan Yurika menyeret Harumi menjauh, Shizuka dengan riangnya mengayunkan pedang kayu dan Kiriha tersenyum sambil memakan semangka.

Semuanya terfokus pada apa yang mereka masing-masing lakukan sampai mereka tidak memperhatikan sekeliling mereka.

Kau bisa bilang kalau mereka menikmati saat-saat itu di pantai.

"Sekarang, Hachi!"

"Ya!"

Dan itulah saat dimana para pemburu hantu menjalankan rencana mereka.

Muncul dari dalam laut, mereka mendekati Koutarou dan yang lain.

Mereka masing-masing memegang jaring penangkap serangga di tangannya,

Itu adalah alat untuk menangkap hantu. Mereka sangat hebar dalam menangkap hantu layaknya seseorang menangkap serangga.

Mereka mulai bersiap dan lari ke arah Sanae.

"Hmmm?"

Koutarou yang dikubur dalam pasir lagi adalah orang pertama yang memperhatikan mereka.

Tapi Koutarou tidak membayangkan mereka akan menangkap Sanae dengan jaring serangga itu, jadi awalnya Koutarou hanya melihat mereka sebagai orang aneh yang sedang berkeliaran.

"Tunggu saja, akan kami tangkap kau sekarang, kucing manis!"

"Uang! Kami akan membuat video dan meraup banyak uang! Uang! Kami akan menjualnya dan meraup lebih banyak lagi!"

Tapi saat mereka mulai mendekat, Koutarou mulai mendengar hal-hal aneh yang mereka bicarakan dan mulai kuatir.

Dan selagi semangat pemburu hantu meningkat, begitu juga dengan rasa kuatir Koutarou.

"Hei semuanya, ada yang datang dari belakan kalian. Tenanglah sedikit"

Tidak ada orang selain Koutarou yang memperhatikan kedua orang itu..

Jadi Koutarou berusaha memberitahu para gadis di dekatnya, tapi satu-satunya yang percaya dengannya hanya Harumi.

Begitu mendengar kata-kata Koutarou, Harumi menoleh ke belakang.

"Ah.."

Dan dia melihat dua orang yang mencurigakan.

Saat Harumi melihat mereka, badannya menegang.

Mereka terlihat seperti orang mesum, tipe orang yang paling ditakuti oleh Harumi.

"Aku nggak akan tertipu ♪ ”

"Kau terlalu simpel, Primitif! Kalau kamu mau berbohong, setidaknya buatlah sesuatu yang lebih bagus!"

"Kita harus menghukumnya"

Tapi Sanae, Theia dan Ruth, yang ada di sebelah Harumi, beranggapan kalau Koutarou hanya mencoba untuk kabur dan tidak percaya sama sekali kepadanya.

Di antara mereka, hanya Yurika yang juga menoleh setelah melihat raut wajah Harumi yang berubah.

"Aku penasaran siapa mereka..."

Tapi, Yurika yang berpikiran simpel tidak berpikir kalau para pemburu hantu itu berbahaya.

"Awas, Koutarou!"

"Semuanya! Ada yang mendatangi kalian!"

Sedikit jauh dari mereka, Kiriha dan Shizuka memperhatikan para pemburu hantu yang mendekati Koutarou dan yang lainnya.

Tapi karena mereka sedang lengah, yang bisa mereka lakukan hanya berteriak kepada yang lain.

"Apa?"

"Siapa?"

"Apa ada yang terjadi?"

Dan Theia, Sanae dan Ruth akhirnya membalikkan badan mereka.

"Kena kauuu!"

"Ayo, malaikat kecilku!!"

Tapi di saat itu pada pemburu hantu mengayunkan jaring mereka sekuat tenaga.

"Kyaaa!?"

Tapi untuk bisa kabur dari jaring yang datang dari atas, Sanae dengan cepat bersembunyi di dalam pasir.

Sanae sudah terbiasa dengan serangan dadakan karena terbiasa berkelahi dengan Koutarou sehari-hari.

"Kya!?"

"A-Apa ini!?"

Karena Sanae berhasil menghindar, Harumi dan Ruth yang tertangkap.

Karena tidak bisa mengelak, jaring itu mengenai kepala mereka.

"Kita berhasil, Hachi! Menangkap satu cewek bukan masalah buatku!"

"Aku menangkapnya juga! Sekarang kita bisa berbuat apapun yang kita mau!"

Para pemburu hantu itu pun senang.

Yang ada di pikiran mereka saat itu adalah kehidupan mewah yang akan mereka jalani setelah menjual Sanae.

Mereka akan mendapat banyak minuman keras sampai bisa berenang di dalamnya, dan mendapat TV dan sepeda baru.

Masa depan yang mereka bayangkan kelihatan cerah...setidaknya itulah yang mereka pikirkan.

"Hey Hachi, apa maksudmu 'aku menangkapnya juga'?"

"Kakak, akulah yang menangkapnya"

Di saat itu mereka sadar kalau mereka masing-masing menangkap satu hantu(?).

Tapi yang mereka targetkan adalah satu hantu.

"Hmm? Apa maksudnya ini?"

"Kakak, hantu ini kelihatan seperti manusia buatku"

"Ini juga. Hei Hachi, kita meleset dari target kita!"

"Sial! Kita salah tangkap!"

Saat mereka menyadari kesalahan mereka, mereka sudah sangat terlambat karena Sanae sudah lama pergi.

"T-Tidaaaaak! Tolong aku, Satomi-kuun!"

"M-Mesum!!"

Lebih buruk lagi, gadis yang mereka tangkap mulai berteriak.

Kedua orang mencurigakan yang muncul dari laut itu berhasil menangkap kedua gadis yang sedang duduk di atas pasir dengan jaring.

Mata mereka terlihat penuh dengan semangat, mereka bernafas dengan terengah-engah dan air menetes dari badan mereka.

Mereka adalah gambaran sesungguhnya dari orang mesum.

"Apa-apaan yang kalian lakukan!?"

Koutarou dengan paksa melompat keluar dari pasir begitu mendengar Harumi dan Ruth berteriak.

Kaki dan tangan Koutarou telah diikat oleh Ruth, tapi setelah memaksa untuk keluar dari pasir, tali itu terpotong.

Itu adalah kekuatan super manusia yang keluar dalam situasi antara hidup dan mati.

"Senpai dan Ruth menangis!"

Setelah bebas dari dalam pasir, Koutarou melotot ke arah para pemburu hantu dengan amarah yang besar di matanya.

Para pemburu hantu itu melepaskan jaring mereka dan mulai membuat alasan.

"T-Tunggu sebentar mas! Kami bukan mau menangkap mereka!"

"B-Betul! Yang kami kejar berbeda, cewek yang kecil tadi!"

"Dia benar, mas! Kami hanya mau menangkap cewek kecil sebelumnya biar bisa kami jual!"

"Tolong percaya dengan kami! Kami tidak tertarik dengan cewek normal!"

Tapi alasan mereka hanya membuat Koutarou semakin marah.

"J-Jadi, kalian nggak hanya mesum, tapi juga mengincar cewek kecil semacam Theia!?"

Koutarou tidak berpikir kalau kedua orang itu mengincar Sanae.

Itu karena dia berpikir kalau mereka tidak bisa melihat Sanae.

Dan tidak hanya Koutarou, para gadis lain pun memikirkan hal yang sama.

"J-Jadi mereka mengincarku!? Sudah kuduga, meskipun aku berbaur dengan rakyat jelata, aura bangsawanku masih saja membuatku terlihat di antara yang lain!"

Sebagai hasilnya, tidak ada yang berpikir kalau mereka mengincar orang lain selain Theia.

Mereka berdua berencana menculik gadis-gadis kecil dan melakukan hal-hal yang aneh-aneh dengan mereka, para orang mesum tak termaafkan.

"Dasar kalian para mesum brengsek! Aku nggak peduli siapa yang kalian incar! Aku udah repot dengan Yurika sebagai satu-satunya yang mesum!"

"S-Satomi-san, paling nggak, bilang kalau itu cosplay! Mesum itu berlebihan!"

Saat Koutarou mengatakan perasaannya yang sejujurnya, air mata mulai membasahi wajah Yurika.

"...Begitu...jadi menurut Satomi-san, aku hanya orang mesum..."

Mendapat pukulan berat dari sumber yang tidak seharunsya, Yurika roboh dan mulai menangis.

"Aku mulai membenci semuanya...Mungkin aku harus pulang sesekali.."

"Tenanglah mas! Kami cuma butuh cewek itu buat keamanan lingkungan dan buat mencari nafkah!"

"Dia benar, kami tidak punya niatan lain!"

"Kalian mencari nafkah dari itu!? Dasar penjahat kelas kakap! Dan kalian juga berani membuat Sakuraba-senpai dan Ruth-san menangis!? Akan kutendang kalian ke laut dan aku buat kalian menjadi makanan ikan!"

Koutarou mendekat ke arah para pemburu hantu itu dengan amarah yang luar biasa.

Di saat yang sama, para pemburu hantu itu mulai melangkah mundur.

Tapi sesaat setelahnya mereka tidak bisa mundur lebih jauh lagi.

"Kalian mau kemana!?"

"Eh? Dari belakang juga!?"

Shizuka berdiri di belakang mereka dengan pedang kayu ditangannya.

Dahinya mengerut, pembuluh darahnya menonjol dan matanya penuh dengan kebencian.

"Gawat! Ayo kita kabur, Hachi!"

"N-Nggak bisa, Kakak! Kita udah terkepung!"

Selain Yurika, Harumi dan Ruth, para gadis yang lain sudah mengelilingi para pemburu hantu itu.

Koutarou menggenggam tinjunya, Shizuka menggenggam erat pedang kayunya, Theia memanggil meriam laser dari Ksatria Biru dan Kiriha memerintahkan kedua haniwa untuk menyerang.

Dan Sanae muncul dari dalam pasir, membuat semangka yang sudah terbelah menjadi melayang dan mulai mengarahkannya ke kedua orang itu.

"Ada apa Satomi-kun? Apa yang terjadi!?"

Dan sekutu Koutarou yang lain pun bermunculan.

Mereka adalah keenam anggota klub cosplay.

Mereka membawa barang bawaan mereka setelah berencana untuk bergabung dengan Koutarou dan yang lainnya.

"Sebenarnya, ada orang mesum yang muncul! Jaga jarak kalian!"

"Orang mesum!?"

"Mereka suka muncul kadang-kadang"

"Tidak bisa dimaafkan!"

"Musuh wanita"

Mendengar situasi itu, mereka justru ikut mengepung para pemburu hantu.

Keenam orang itu menggenggam botol minum plastik dan termos besi.

Kalau memang mereka harus bertindak, mereka bisa melempar benda-benda itu.

"Ada orang mesum"

"Beneran?"

"Yah, cewek-cewek itu imut sih.."

"Aku bener-bener ngga percaya..."

Selain itu, orang-orang lain di pantai mulai memelototi para pemburu hantu itu dan mulai mengelilingi mereka agar mereka tidak bisa kabur.

Sudah tidak ada kemungkinan lagi bagi para pemburu hantu untuk mundur.

"T-tidak mungkin.."

"Tamat sudah"

Keduanya akhirnya menyerah mencoba untuk membujuk orang lain.

Dan seperti Yurika, mereka mulai menangis.

"Ngomong-ngomong, kami tadi sedang main belah semangkam tapi..kalian mau ikut?"

Di saat itu, senyum manis Shizuka meninggalkan kesan mendalam bagi para pemburu hantu itu dengan kenangan musim panas yang tak terlupakan.


Kartu dan Kumbang Langka[edit]

Part 1[edit]

Senin, 11 Agustus

Setelah betul-betul menikmati semangka, Koutarou, para penjajah, Harumi, Shizuka dan anggota klub cosplay bermain sampai sore.

Sewaktu mereka sampai ke penginapan, mereka semua sudah kelelahan.

Karena itu, Koutarou dan yang lainnya pergi ke pemandian air panas untuk menyegarkan badan.

"Ahhhh~ Rasanya kayak hidup lagi~"

Saat Koutarou masuk ke dalam kolam air panas, dia merasa rasa lelahnya hilang begitu saja.

Selain itu, kulitnya yang terjemur matahari terasa tersengat saat dia masuk ke dalam kolam air panas.

Tapi itu bukan rasa sakit yang tajam, melainkan salah satu faktor pemulihan.

"Kamarnya kecil, tapi pemandiannya besar juga..."

Pemandiannya dipisah antara untuk wanita dan pria.

Jadi, Koutarou masuk ke kolam air panas yang berbeda dengan para gadis dan karena tidak ada tamu yang lainnya, dia seakan-akan masuk ke dalam bak mandi yang sangat besar.

Karena keadaan sekitar Koutarou selalu berisik, kolam air panas yang besar dan tenang itu adalah hal yang dia butuhkan.

"Hari ini asyik juga...selain dari munculnya orang mesum itu, kita bermain lumayan lama juga.."

Koutarou mengingat kejadian hari ini.

Setelah mengusir para orang mesum(?), Koutarou dan yang lainnya, sejumlah 14 orang, bermain bersama.

Tidak hanya berenang, mereka bermain voli pantai dan memasak barbeque.

"Dan senpai bisa akrab dengan semuanya, bagus bagus"

Meskipun Harumi tidak ikut berenang karena badannya yang lemah, dia, Yurika, Ruth dan anggota klub cosplay, dalam kata lain orang-orang yang tidak terlalu bisa berolahraga, bermain di pantai.

Dan dia juga bergabung dengan Koutarou untuk bermain voli pantai meskipun hanya sebentar.

Yang penting adalah bersenang-senangnya...

Dan hal itulah yang membuat Koutarou paling senang.

Karena itulah, meskipun Harumi telah kembali ke villanya, Koutarou masih merasa senang.

"...!"

"...!?"

Suara para gadis dari kamar 106 bisa di dengar dari kolam wanita.

Meskipun suara itu terdengar lewat dinding dan Koutarou tidak bisa mendengarnya dengan jelas, mereka semua kelihatannya sedang membahas sesuatu.

"Fufufu, apa mereka lagi asyik bercanda ya?"

Biasanya, Koutarou akan marah dan berteriak kepada mereka untuk tidak membuat masalah bagi tamu yang lain, tapi tidak kali ini.

Dia bisa mendengar para gadis berbicara dengan tenang.

Mereka semua sudah bermain sepanjang hari dan sedang kelelahan.

"Kalian semua, jangan kelewatan ya..."

Dan saat Koutarou sedang menyelam di dalam kolam, dia pun mulai tidur.

Setelah Koutarou tertidur di kolam pria, sebuah topik spesial yang sedang dibahas dapat terdengar dari kolam wanita.

Di kolam wanita, hanya para gadis dari kamar 106 yang ada disana, selain itu, Koutarou yang selalu bersama mereka berada di kolam pria di sebelah mereka.

Karena itulah, topiknya berlanjut ke arah sesuatu yang biasanya tidak mereka bicarakan.

Topik pertama mereka adalah keluhan soal Koutarou.

Biasanya dia cepat tanggap, tidak menahan apapun, tapi sewaktu-waktu dia akan melakukan sesuatu yang benar-benar bodoh.

Karena tidak puas dengan itu, mereka semua sedang menceritakan pengalaman masa lalu mereka.

"...Itulah kenapa sebabnya. Sebenarnya, aku tidak terlalu ingin naik takhta. Selama aku bisa melindungi ibuku, aku tidak perlu menjadi kaisar"

Topik selanjutnya bercabang dari sana.

Karena perlawanan Koutarou yang tidak diduga-dua, invasi para gadis tidak berjalan sesuai yang diharapkan.

Sudah empat bulan sejak mereka datang ke kamar 106, maka dari itulah semuanya menjadi panik.

Tapi tidak ada yang mau menyerah, dan itu semua karena mereka punya alasan untuk tidak mundur.

Jadi pembicaraan mereka dengan alaminya mengarah ke topik itu.

"Tapi, untuk melindungi ibuku, yang menjadi kaisar saat ini, menjadi tuan puteri saja tidak cukup. Aku harus menunjukkan bahwa aku memang pantas menjadi kaisar, atau rakyat tidak akan setuju dengan tindakanku. Dari sana, aku hanya akan diserap oleh organisasi militer yang sudah sangat terstruktur"

Rokujouma V3 123.jpg

"Jadi, kamu mau menguasai kamar 106 bukan karena mau jadi kaisar, tapi buat melindungi ibumu?"

Anehnya, Sanae mendengarkan Theia dengan serius tanpa mengejeknya sekalipun.

"Itu benar. Jadi, aku pasti tidak akan mundur"

"Hmmm, jadi kamu sama sepertiku"

"Seperti dirimu?"

Dan Theia sendiri juga terlihat serius.

Dia tidak ingin bermain-main dengan tujuannya saat itu.

Dan saat badannya yang kecil berendam di dalam air, dia mengarahkan telinganya ke arah Sanae.

"Ya, sepertiku. Aku harus menunggu papa dan mamaku di kamar 106"

Sanae duduk di pinggir kolam air panas dan mulai berbicara sambil menendang-nendang ke arah kolam.

Tapi, karena dia adalah hantu, dia tidak bisa membuat airnya bergerak, kakinya mengayun seakan-akan tidak ada air disana.

"Papa dan mamaku pasti cemas kalau aku nggak ada disana pas mereka kembali, ya kan? Makanya, aku ngga boleh kalah. Tempat itu adalah rumahku"

"Begitu, jadi kamu melakukannya demi orang tuamu juga..Kalau begitu kamu tidak bisa menyerah"

Theia menunujukkan ekspresi yang tenang.

Ekspresi kasarnya yang biasa tidak terlihat saat itu.

Fakta bahwa Theia juga kelelahan mungkin adalah salah satu alasannya.

Karena itulah Sanae melupakan antipati yang mulai dia rasakan.

"K-Kalau begitu, aku juga nggak bisa menyerah!"

"Kamu?"

"Kamu cuma berbohong~"

Theia terkejut dan Sanae dengan cepat membantahnya.

"Aku nggak bohong! Aku juga punya alasan yang kuat!"

Yurika biasanya akan menyerah, tapi karena atmosfirnya yang serius, tingkahnya tidak berubah.

Dengan semangat, dia menggenggam handuk yang tadinya ia mainkan.

"Aku jadi tertarik. BIsakah kau ceritakan, Yurika?"

Tepat di sebelahnya, Kiriha tersenyum.

Dadanya yang terbebas dari gaya gravitasi terlihat lebih besar dari biasanya setelah dia masuk ke kolam air panas.

Dan saat Kiriha menyembunyikannya di balik handuk, ia menunjukkan ekspresi yang kalem.

"Y-Ya"

Yurika kebingungan karena ia mendapat dukungan yang tidak terduga.

Tapi, dia dengan cepat kembali sadar dan menjelaskan situasi yang dihadapinya.

"Sebenarnya, aku adalah gadis penyihir sebagai pengganti dari orang yang sudah menyelamatkan nyawaku"

"Menyelamatkan nyawamu.."

Shizuka, yang berada di depan Yurika, nampak terheran-heran.

Dia sedang menata rambutnya, jadi orang bisa salah mengira dirinya sebagai orang lain.

Dan rambutnya yang panjang bergoyang saat dia memiringkan kepalanya karena bingung.

Shizuka masih tidak yakin bagaimana seseorang bisa berhutang nyawa kepada seorang cosplayer.

"Ya. Saat aku dalam bahaya, orang itu menyelamatkanku. Tapi sebagai gantinya, dia terluka parah.."

Yurika menunduk dengan wajah sedih.

Dia merasa bertanggung jawab atas luka yang didapat orang itu.

"Jadi, apakah itu sebabnya kamu menjadi gadis penyihir sebagai pengganti orang itu?"

"Itu benar"

Yurika mengangguk.

"Itulah kenapa aku akan menjaga kedamaian di bumi. Aku akan merindukan keluargaku, tapi ini adalah sesuatu yang harus kulakukan"

"Apa maksudnya kamu akan merindukan keluargamu?"

"Kalau seorang gadis penyihir tinggal di rumah, mereka akan menyebabkan masalah bagi keluarga mereka. Itulah kenapa aku pergi sebelum keluargaku terkena masalah. Orang yang menolongku juga bertarung sendirian"

"Oh..itu tekad yang sangat hebat.."

Sebelum menyebabkan masalah dirumah sebagai seorang cosplayer, dia mencoba untuk menjadi mandiri...Dan dia mulai menjadi cosplayer untuk membalas kebaikan yang orang lakukan untuknya. Aku pikir dia tidak berguna, tapi kelihatannya dia punya nyali..

Bahkan Sanae yang selalu berkomentar secara negatif kepada Yurika pun mulai menunjukkan sedikit rasa hormatnya kepada Yurika.

"Begitu rupanya, alasan yang memang cocok dengan dirimu"

Theia merasakan hal yang sama, tapi dia dengan tenang menerima alasan dari Yurika.

Dan setelah mengangguk ke arah Yurika, Theia berbalik ke arah Kiriha.

"Jadi, untuk alasan apa kau naik ke permukaan, Kiriha?"

"Aku rasa aku sudah mengatakannya sebelumnya. Aku disini untuk mengambil kembali apa yang telah dicuri. Itu saja"

Theia tidak puas dengan jawaban Kiriha.

"Setelah menghabiskan beberapa ratus tahun di bawah tanah, pastinya ada suatu alasan kenapa kalian tiba-tiba berencana menjalankan invasi ke parmukaan tanah, benar? Kenapa kalian memilih saat ini untuk melakukannya?"

"Kejamnya..."

Kiriha tersenyum kecut dan dia menyerah untuk menyembunyikan alasannya setelah Theia melotot ke arahnya.

"...Saat para penduduk permukaan terus berkembang, kami, Orang Bumi, mulai kehilangan jumlah penduduk kami"

"Penduduk kalian?"

"Karena kagum dengan permukaan yang semakin modern, penduduk kami mulai melakukan emigrasi dan di saat yang sama, sumber daya di bawah tanah mulai habis. Saat kami menghitung turunnya laju populasi dan berkurangnya sumber daya yang ada, akan menjadi mustahil bagi kami untuk terus hidup di bawah tanah dalam beberapa generasi yang akan datang"

Dulunya, klan dari Kiriha mempunyai teknologi dan sains yang lebih maju dibandingkan para penduduk permukaan bumi.

Dan kebanyakan penduduk bawah tanah bangga dengan itu, jadi hampir tidak ada yang pergi ke permukaan.

Tapi, dengan penduduk permukaan mulai mengalami modernisasi dalam skala besar, kehidupan di bawah tanah mulai kehilangan daya tariknya.

Alasan terbesarnya adalah dari segi budaya, dimulai dari seni dan musik yang mulai berkembang dengan saat pesat.

Semakin banyak penduduk bawah tanah yang pergi ke permukaan dan tidak pernah kembali.

Dan dengan sumber daya yang semakin berkurang, emigrasi yang terjadi semakin cepat.

"Tapi, kami tidak bisa duduk diam menunggu kepunahan kami. Dan itulah kenapa aku memutuskan untuk pergi ke permukaan. Satu-satunya pilihan yang kami miliki adalah pergi ke permukaan, membuat markas dan berusaha untuk makmur kembali"

"Tapi, pemerintah di permukaan tidak akan membiarkan hal itu"

"Itu benar. Setelah dipaksa untuk hidup di bawah tanah oleh para penduduk permukaan, hal itu akan terdengar seperti alasan yang egois bagi kami"

"Aku nggak benar-benar mengerti, tapi kalau kamu tidak melakukan invasi, penduduk kalian akan kehilangan tempat tinggal?"

"Fufufu, secara garis besar, itu sudah benar"

Berlawanan dengan situasi serius saat itu, Kiriha justru tersenyum.

"Tapi, Kiriha-san, kamu kelihatannya menikmati saat-saat ini?"

"Meskipun klanku akan punah kalau terus begini, hal ini bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan hanya oleh generasiku. Kami tidak bisa menyerah apapun yang terjadi, tapi di sisi lain, kami tidak bisa melakukan semuanya secara paksa dan menyebabkan sesuatu yang tidak bisa diperbaiki. Karena jumlah penduduk kami yang sedikit, kami hanya punya satu kesempatan"

"Begitu rupanya. Jadi, invasi yang berjalan dengan pelan, hati-hati namun pasti dalam jangka waktu yang lama memang diperlukan. Aku asumsikan kalau dirimu sedang membuat pondasi untuk melakukan hal itu, benar?"

"Tepat sekai, Theia-dono"

Klan dari Kiriha adalah minoritas; ketakutan terbesar mereka adalah dicap sebagai teroris oleh para penduduk permukaan.

Kalau hal itu sampai terjadi, mereka akan mengalami hal yang sama yang dialami oleh kaum minoritas di berbagai belahan bumi yang lainnya.

Jadi, dalam beberapa generasi yang akan datang, jika mereka tidak berhasil membuat suatu markas di permukaan, nasib mereka akan berakhir.

Jadi, bagi Kiriha yang memimpin jalannya invasi, hal yang paling penting baginya adalah invasi yang terlihat biasa, aman namun pasti.

Kalau mereka bergantung kepada kekuatan, mereka tidak akan bisa menghindari kepunahan.

Dalam beberapa hal, situasinya mirip dengan Theia.

Kalau invasi yang dijalankan tidak mendapat dukungan dari penduduk, mereka tidak akan bertahan hidup.

"Begitu juga, memang benar kalau aku menikmati saat-saat ini sejak aku datang ke permukaan"

"Apakah ada sesuatu yang ingin kamu lakukan?"

Kiriha mengangguk saat Shizuka menanyakan hal itu.

"Aku sudah lama ingin naik roller coaster"

"Roller coaster!?"

Semuanya kaget mendengar hal itu.

"Sebenarnya, aku pernah pergi ke permukaan saat masih kecil dulu, tapi aku tidak bisa naik wahana itu karena terlalu pendek"

Kiriha mulai bernostalgia.

"Jadi itu sebabnya kamu ingin naik itu? Seleramu bagus juga untuk penduduk bawah tanah"

"Kalau kau mengatakan itu kepada ayahku, dia akan marah"

Saat Kiriha mengatakan hal itu, bahunya tertunduk lemas.

Keinginan untuk pergi ke permukaan adalah salah satu alasan dari berkurangnya penduduk klan Kiriha.

Itulah kenapa hal semacam anak perempuan dari kepala klan ingin naik roller coaster adalah hal yang menggelikan.

"Kalau dilihat dari luar, kelihatannya semua penjajah kamar 106 memiliki masalah keluarga"

Setelah terdiam selama itu, Ruth mendapat kesimpulan seperti itu dan Shizuka dengan cepat setuju.

"Ada benarnya juga...Lagipula, aku ingin merawat Rumah Corona yang ditinggalkan oleh orang tuaku kepadaku, dan Satomi-kun juga tinggal di kamar 106 karena dia nggak mau bikin masalah apapun dengan bapaknya. Jadi kami juga sama seperti yang lain"

Sebagai sebuah kebetulan yang misterius, semuanya terlahir dengan kondisi keluarga yang seperti itu, dan itulah kenapa mereka dapat mengerti satu sama lain.

Bahwa mereka sendiri atau yang lainnya tidak akan menyerah begitu saja.

Pertarungan mereka memperebutkan kamar 106 akan terus berjalan.

"Cukup bermasalah juga ya"

"Tidak masalah. Aku pasti akan menang nantinya"

"A-Aku juga nggak mau kalah!"

"Aku nggak mengerti kenapa Yurika belum kalah juga. Nggak peduli bagaimana aku melihatnya, dia nggak begitu hebat, tapi.."

"Itu jahat banget~!"

"N-Nah, Nijino-san, orang bilang keberuntungan itu juga suatu kemampuan loh"

"Jangan bilang seakan-akan aku masih bertahan hanya karena aku beruntung!"


Part 2[edit]

Suara-suara yang terdengar ceria dapat terdengar dari tempat mandi wanita.

Mereka semua adalah musuh, dan mereka masih akan bertarung, tapi anehnya mereka semua tersenyum.

Mungkin hal itu terjadi karena mereka tahu bahwa jauh di dalam lubuk hati mereka masing-masing, mereka adalah musuh sekaligus teman.

"...Ayo Hachi"

"Iya, Kakak"

Dan di saat itulah para pemburu hantu mencoba menjalankan rencana kedua mereka.

"Hm....? E-Eh? Apa?"

Koutarou terbangun dari tidurnya setelah dia mendengar keributan dari tempat mandi wanita.

"Tidaaaaaaaaaaaaaak, o-orang mesum! Tukang intip!"

"Dasar kalian manusia sialan! Beraninya kalian datang kesini untuk menodai tubuhku yang anggun!?"

"M-Mereka mau menyentuhnya!! Mereka mau meraba dadaku!!"

"Karama, Korama, lindungi Ruth! Ruth, kesini!"

"Bisakah kalian menghentikan ini!? Apa kalian tukang untit!?"

"Ahhhh, cukup sudah!! Pas kita lagi seru-serunya!"

Koutarou bisa mendengar suara keenam gadis itu.

Dan untuk suatu alasan mereka terdengar marah.

"Apa yang terjadi disana?"

Koutarou tidak tahu apa yang terjadi karena baru saja bangun.

"I-Ini cuma salah paham! Kami bukan mau mengintip! Kami tidak tertarik dengan tubuh normal kalian!"

"Itu benar! Kami hanya mau mengurung gadis kecil itu dan menyeruput yang manis-manis darinya!"

Suara yang terdengar akrab dari beberapa pria bisa di dengar dari sebelah.

Tapi, karena masih pusing, Koutarou tidak bisa mengenali pemilik suara itu.

"Arrggghh!!! S-Shizuka, b-bisakah aku menghancurkan mereka!? Aku tidak bisa memaafkan mereka setelah mengatakan hal itu kepadaku!!"

"Nggak apa-apa! Buat kali ini spesial! Melepaskan para kriminal itu memang salah!"

"Ksatria Biru!! Bawa keluar meriam sinar kepadatan tinggi!!"

"Karama, Korama, buatlah area penguatan energi!"

"Dimengerti Ho-! Ayo, Korama!"

"Sekarang waktunya untuk formasi paling hebat Ho-!"

"Waaaaaah, tamat sudah!!"

"Kakak! Kakaaaak!!"

"Matilah, dasar mesum!!"

Kilatan cahaya dapat terlihat dari tempat mandi wanita.

"Woah!?"

Tepat setelahnya, dua pria yang tebakar hangus melayang dari tempat mandi wanita dan mendarat tepat di depan Koutarou.

"Kalian yang dari pantai tadi..."

Saat dia mengelap air yang terciprat ke mukanya, Koutarou akhirnya mengingat para pria yang ada di hadapannya.

Mereka adalah orang-orang mesum yang mencoba menangkap Theia di pantai.

"...Kalian...meski tadi sudah dipukul babak belur..kalian berani juga, aku salut dengan itu.."

Koutarou tidak bisa tidak kagum dengan tekad mereka, meskipun dia harus mengesampingkan tujuan mereka.

"M-Mas, ada apa dengan para cewek yang bersama mas...?"

"Aku juga ada masalah dengan mereka sih"

"B-Begitu ya..."

Tapi itulah akhir dari keberanian mereka.

Setelah kembali dipukul habis-habisan oleh para gadis, mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Glub glub glub"

"Semoga kalian tenang di alam sana..."

Koutarou menyaksikan saat kedua pria itu tenggelam ke dasar kolam air panas.


Part 3[edit]

"Ya ampun, sudah larut begini rupanya"

Koutarou meninggalkan pemandian pria beberapa saat setelah para gadis meninggalkan pemandian wanita.

Karena dialah satu-satunya yang berada di pemandian pria, butuh waktu baginya untuk mengeluarkan para pemburu hantu dari dasar kolam air panas.

"Aku kembali"

Karena itulah seharusnya para gadis sudah berada di kamar sebelum dia datang.

Tapi setelah dia membuka pintu kamar, tidak ada suara yang terdengar. Anehnya, kamar itu sunyi.

"...Aneh, mereka seharusnya sudah disini sekarang"

Koutarou memiringkan kepalanya, melepas sandalnya dan masuk ke kamar.

"Selamat datang, Koutarou"

Kiriha adalah satu-satunya yang berada di kamar.

Lampunya mati dan kamar itu dalam keadaan gelap.

Saat itu, Kiriha disinari oleh cahaya redup yang datang lewat jendela.

Kiriha duduk disebelah kusen jendela dan memandang keluar.

Yukata yang dipakainya dan rambutnya yang hitam berkibar oleh angin yang datang lewat jendela.

DIa sedang melihat ke arah laut di malam hari.

Meskipun dia melihat ke arah laut di malam hari, yang dilihatnya bukanlah warna hitam.

Laut saat itu disinari oleh bintang dan sinar bulan.

Oh, jadi itu sebabnya lampunya mati...

Jika lampu kamar itu menyala, dia tidak akan bisa melihat permukaan air yang samar-samar.

Postur tubuh Kiriha yang sedang melihat laut anehnya terlihat lembut.

Dan dia terlihat lebih lembut lagi saat dia menunduk dan melihat ke arah tangannya.

Kiriha sedang memegang sebuah kartu yang tua dari sebuah permainan kartu yang sudah lama.

Meskipun kartu itu sebelumnya punya kilauan layaknya besi, waktu telah memakannya dan kartu itu hanya bisa memantulkan sedikit sinar bulan.

Di kartu itu terdapat sesuatu yang ditulis menggunakan spidol.

Dan saat Kiriha menyentuh tulisan itu, senyumnya bertambah cerah.

Dia pasti punya kenangan yang penting tentang kartu itu..

Raut wajah Kiriha, gerakan halus dari ujung jarinya dan tatapannya yang bersungguh-sungguh membuat Koutarou percaya bahwa Kiriha sedang mengenang sesuatu tentang kartu itu.

Koutarou sendiri juga memiliki beberapa barang yang memiliki kenangan penting baginya, jadi dia juga mengerti perasaan Kiriha.

Ada apa denganku? Hanya dengan melihatnya, aku merasa lega...

Koutarou sudah melihat senyuman Kiriha setiap harinya.

Kiriha pasti akan tersenyum dengan maksud tertentu kepada Koutarou.

Tapi, senyum yang Koutarou lihat saat ini berbeda dengan senyuman manapun yang sudah Kiriha tunjukkan kepadanya selama ini.

Anehnya, senyuman itu masuk ke dalam lubuk hati Koutarou yang paling dalam.

Dan untuk suatu alasan, Koutarou merasa lebih tenang di dekat Kiriha.

"Ada apa Koutarou? Kenapa kamu terdiam di sana?"

Kiriha memecah kesunyian saat itu.

Dia melihat ke arah Koutarou dan tersenyum.

Senyuman yang ia tunjukkan sama persis dengan senyuman yang ia tunjukkan sewaktu melihat kartu yang dipegangnya.

"Ah, e-em..."

Koutarou tidak bisa berkata begitu saja kalau dia sedang memandang ke arah Kiriha dengan penuh kagum dan segera mencari alasan.

Untungnya dia mendapat alasan mengenai apa yang sedang Kiriha pegang saat itu.

"Kamu kelihatannya menjaga kartu itu untuk waktu yang sangat lama, jadi aku penasaran saja"

"Ini tidak cocok denganku, betul bukan? Aku sadar akan hal itu, tapi aku tetap tidak bisa berpisah dengan ini"

Saat Kiriha mengatakan itu, dia menunduk sembari melihat kartu di tangannya dan tersenyum kecut.

Tapi Koutarou menggelengkan kepalanya.

"Kamu nggak harus berpisah dengan itu. Itu adalah sesuatu yang berharga bagimu, ya kan?"

"...Koutarou?"

Kiriha melihat Koutarou dengan curiga.

Dia kebingungan dengan kata-kata Koutarou saat itu.

"Ada apa, Kiriha-san?"

"Aku sempat berpikir kalau dirimu akan tertawa saat melihat aku yang memiliki sesuatu seperti ini. Itulah yang membuatku kaget"

"Tidak peduli siapapun dirimu, Kiriha-san, aku tidak punya niatan untuk menertawakan kenangan orang lain. Lagipula, aku juga punya barang seperti itu yang kusembunyikan"

Saat Koutarou sedang bercanda saat senyum Kiriha muncul kembali, senyuman misterius itulah yang muncul dan kembali masuk ke dalam lubuk hati Koutarou.

"...Terima kasih, Koutarou"

"Kamu nggak akan dapat apa-apa dari bilang 'terima kasih' kepadaku loh"

Saat Koutarou mengatakan itu untuk menyembunyikan rasa malunya, Kiriha menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa-apa. Aku sudah mendapat cukup banyak hal darimu"

"H-Hei..."

Koutarou menjadi kebingungan saat itu.

Ada yang berbeda dengan Kiriha di saat itu.

Bisa dibilang kalau Kiriha punya semangat murni yang bisa dilihat siapapun, atmosfir yang tampak disekitarnya terlihat berbeda.

Dan Koutarou menyukai hal itu.

Meskipun dia tahu kalau dia tidak bisa lengah disekitar Kiriha.

"Aku mendapat kartu ini dari orang yang aku cintai sudah dari lama sekali. Dan aku belum pernah menjumpainya lagi.."

"Apa kamu ingin melihatnya lagi?"

"Ya, aku ingin melihatnya lagi..Tapi aku tidak tahu apa yang akan kulakukan kalau kami bertemu.."

Biasanya Kiriha akan merencanakan sesuatu dan menggunakan kebohongan, tapi, menggunakan kenangannya sendiri sebagai senjata belum pernah dilakukannya.

Ini berarti bahwa inilah pertama kalinya Kiriha menunjukkan kepada Koutarou sedikit dari jati dirinya yang asli.

Kiriha menunjukkan rasa terima kasihnya kepada Koutarou karena tidak menertawakan kartu yang dipegangnya.

Apa dia mencoba menjebakku lagi? Nggak, kelihatannya nggak tapi...Nggak, nggak, kita bicara soal Kiriha-san. Aku nggak boleh lengah. Tapi, apa matanya terlihat seperti pembohong?

Tapi, Koutarou tidak mengerti apa yang Kiriha lakukan saat itu dan kebingungan dengan pengakuannnya yang mendadak.

"Ah, itu mereka! Koutarou, Kiriha, buruan ke sini!"

"Eh!?"


Koutarou kaget dengan kemunculan Sanae yang tiba-tiba, dan jantungnya seakan-akan berhenti berdetak.

Entah baik atau buruk, yang ada di kepala Koutarou saat itu adalah Kiriha.

"C-Cuma Sanae rupanya.."

"Kenapa, Koutarou? Wajahmu aneh. Menjijikkan"

"T-TInggalkan aku sendiri"

Aku sedang lengah rupanya, benar juga, karena pergi ke pantai, aku merasa sedikit terbuka..

Meskipun dia benar-benar kaget dengan kemunculan Sanae, hal itu membuat Koutarou kembali fokus.

"Kalau begitu, ada tenis meja di sebelah sana, jadi buruan datang! Kita lagi ngadain lomba!"

"Oh ho, boleh juga!"

Sanae dan yang lainnya belum kembali karena mereka menemukan tenis meja ditengah perjalanan kembali ke kamar.

Karena itulah, Kiriha yang sedang merenung kembali sendirian ke kamar.

"Ayo, Sanae!"

"Yap, yap, kapten!"

Setelah mendengar kata tenis meja, Koutarou yang menyukai olahraga dengan senangnya menyeret Sanae dengannya dan berlari keluar kamar.

Karena itu, Kiriha kembali menjadi satu-satunya orang di kamar itu.

"...Aneh, kenapa aku mengatakan itu semua kepada Koutarou...?"

Kiriha terkejut karena dia sadar sudah membuka sedikit jati dirinya yang asli kepada Koutarou.

Meskipun dia senang karena Koutarou tidak menertawakan kartu miliknya, dalam pertarungan memperebutkan kamar 106, membuka jati dirinya sendiri hanya akan menjadi kelemahan baginya.

Tapi, hal itu tidak membuatnya berhenti berbicara.

Kiriha merasa kalau dia ingin Koutarou tahu.

"Aneh juga, rasanya seperti situasi kami sedang terbalik.."

Kiriha pasti akan mencoba membaca pikiran Koutarou kapanpun dia bisa untuk bisa merebut kamar 106.

Tapi, hal yang terjadi justru sebaliknya.

"Seorang ahli strategis yang lebih hebat dari ahli strategis yang lain..Fufufufu"

Meskipun dia berkata seperti itu, Kiriha tidak menyesali keputusannya.


Part 4[edit]

Koutarou dan yang lainnya tidur setelah lewat tengah malam.

Biasanya, mereka akan begadang sedikit lebih lama, tapi saat itu semuanya sedang kelelahan setelah bermain sepanjang hari.

Selain itu, mereka masih punya dua hari lagi untuk bermain di pantai, jadi mereka memilih untuk tidur daripada memaksakan badan mereka.

Tapi, bagi tujuh orang untuk tidur bersama di kamar seluas enam tatami bukanlah hal yang mudah.

Bukan hanya masalah kurangnya ruangan, sempit dan panasnya kamar juga menjadi masalah.

Pada akhirnya, Sanae tidur di langit-langit, dan Yurika yang kalah dalam batu-gunting-kertas tidur di dalam sleeping bag, jadi untuk sementara masalahnya sudah terselesaikan.

Tapi, hal itu tidak mengatasi masalah panasnya kamar. Untungnya, karena dekat dengan laut, pada saat jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, suhu kamar akhirnya menjadi cocok untuk tidur.

Pada saat jam menunjukkan pukul 2 dini hari, semuanya sudah tertidur lelap.

Tapi masalah sebenarnya mengenai tidur baru saja akan dimulai.

"...Hm..H-Huh?"

Ruth adalah orang pertama yang memperhatikan apa yang berbeda.

Saat dia berusaha bergerak, badannya tidak bisa digerakkan.

Dia merasa ada sesuatu yang hangat yang membungkus seluruh badannya.

"Fuh...Fuh.."

Hembusan nafas yang tidak berasal dari Ruth menyentuh pipinya berulang kali.

Dan sebuah aroma sabun yang tidak dikenal oleh Ruth tercium olehnya.

Aku penasaran...apa ini...?

Ruth tidak tahu apa yang membungkus seluruh badannya.

Tapi saat hembusan nafas yang hangat menyentuh pipinya, Ruth menjadi lengah dan merasakan rasa bebas yang cukup aneh.

Dan Ruth mempercayakan dirinya kepada kehangatan yang kuat itu.

"Ini punyaku..."

Suara pria dapat terdengar dekat telinga Ruth.

Dan sesuatu yang membungkus tubuh Ruth mengencangkan bungkusannya dan Ruth malah merasa semakin aman.

Suara pria...

Tapi, setelah menyadarinya, Ruth dengan cepat bangun.

"A-Apa!?"

Hal pertama yang dilihat Ruth setelah bangun dari tidurnya adalah sosok seorang pria yang berada di atas badannya.

Orang-orang mesum yang ditemuinya di pantai dan pemandian air panas muncul di pikirannya dan Ruth mulai merasa tegang.

A-Aku sedang d-diserang lagi...!?

Ruth tidak bisa berkata apapun karena kaget dan takut.

Dia tidak bisa berteriak, dan dia tidak bisa berbuat apapun kecuali memandang wajah siapapun yang berada di depannya.

Saat itulah seberkas cahaya yang redup datang melalui jendela dan menyinari wajah orang itu.

Karena itulah, Ruth bisa mengenali orang itu.

"...Eh? S-Satomi-sama!?"

Wajah itu ternyata milik Koutarou.

Setelah Ruth berhasil mengenalnya, ketegangan Ruth menghilang seketika itu juga.

"Oh, rupanya dirimu, Satomi-sama...Tolong jangan kejutkan aku seperti itu...ya ampun.."

Ruth menghela nafas lega saat nafas milik Koutarou terasa di pipinya lagi.

Dan rasa aman yang sebelumnya dirasakan Ruth pun kembali.

Ruth terdiam sesaat menikmati saat-saat itu sampai akhirnya dia menyadari keadaan yang dialaminya.

"...Eh? Jadi ini Satomi-sama!?"

Setelah Ruth kembali menyadari hal itu, Ruth kembali merasa tegang.

DI saat yang sama, pikiran Ruth menjadi kosong, dan dia tidak bisa berpikir dengan jernih lagi.

"S-Satomi-sama me-menginkanku..menginginkan..ahhh!"

Ruth merasakan rasa takut yang sama dengan saat dia berhadapan dengan para orang mesum.

Dia merasakan rasa kaget dan malu yang luar biasa, yang bercampur dengan sedikit perasaan senang.

"A-A-A-Apa yang harus aku lakukan!? A-Aku belum siap! Satomi-sama, ini terlalu mendadak!!"

"Nggak akan kuserahkan ke siapapun juga..."

Saat kata-kata itu keluar dari mulut Koutaruo, kepanikan dan ketegangan Ruth semakin meningkat.

"F-Fuaaaaah!!"

Di saat itu, badan Ruth menjadi lemas seutuhnya.

"K-Kalau dirimu berkata seperti itu, aku...!!"

Situasi saat itu adalah situasi yang tidak bisa dihadapi oleh Ruth yang berasal dari keluarga bangsawan dan dibesarkan di dalam lingkungan yang hanya dipenuhi oleh perempuan.

Jika yang saat itu melakukan hal itu kepadanya adalah orang yang dibenci Ruth, mungkin dia akan baik-baik saja, tapi lain halnya jika Koutarou yang melakukannya.

Di saat itu, Koutaoru mendekatkan wajahnya dengan wajah Ruth, dan intuisi Ruth berkata bahwa Koutarou akan menciumnya.

Rokujouma V3 147.jpg

Dan Ruth kembali teringat saat dia membayangkan mencium punggung Koutarou di tenda undian.

"I-Ini...Kalau terus begini aku...akan..!"

Ini tidak apa-apa kan!? Aku memang diinginkan dan dipeluk saat ini, jadi aku tidak bisa kabur. Ini bukan khayalan dan keegoisanku semata, bukan!?

Ruth akhirnya menyerah, mengangkat wajahnya dan menutup matanya.

Syukurlah...Ternyata hanya kesalahpahamanku saja..Aku pikir dia tidak peduli saat aku sedang memakai baju renang...dia benar-benar melihatku layaknya wanita..

"Aku yang nemuin pohon ini duluan, Mackenzie. Kalau kamu mau dapat kumbang, cari pohon lain..."

Tapi sayangnya, Koutarou tidak melihat Ruth sebagai wanita, tapi sebagai pohon besar dengan banyak kumbang yang hinggap di pohon itu.

"Eh...?"

Di saat itu, pikiran Ruth kembali kosong.

"...Nggak akan aku kasih satu pun buat kamu..."

"D-Dia hanya bermimpi...?"

Ruth akhirnya mengerti sesuatu.

Koutarou tidur dengan posisi yang benar-benar buruk.

Dia akan selalu berguling-guling dalam tidurnya, sampai-sampai Ruth selalu menginjaknya setiap pagi.

Kali ini, Ruth kebetulan berada di jalur bergulingnya.

Koutarou hanya memeluk Ruth karena dia pikir Ruth adalah sebuah pohon.

"Aku menang tahun ini, Mackenzie..Guhehehehe.."

"Dia bukan menginginkanku, tapi kumbang...?"

Jantung Ruth yang berdetak kencanng, perasaannya yang ingin untuk diinginkan dan rasa percaya bahwa dia akan dicium hanya sebuah kesalahpahaman Ruth.

Kenyataan terlalu kejam untuk Ruth.

"T-Tidaaaaaaak! Ini tidak mungkiiin!"

Ruth mulai meronta-ronta untuk bisa lepas dari kenyataan yang kejam dan Koutarou.

Dia dengan susah payah mendorong dada Koutarou dan mulai berteriak.

"G-Gempa bumi...ini gawat..."

"Tidaaaaaaaaaaaaaaaak!!"

Koutarou salah mengira saat itu sebagai gempa bumi dan memeluk Ruth semakin erat.

Tapi Ruth tidak berhenti hanya karena hal itu dan Koutarou berguling kesana kemari selagi tetap memeluk Ruth.

"Kyaaa!"

"Gue"

"Kyaaaa, s-siapa yang menyentuh dadaku!?"

"A-Apa, apa yang terjadi!?"

Koutarou dengan semangatnya berguling bersama-sama Ruth.

Mereka melindas Yurika, menyentuh dada Shizuka, dan menginjak wajah Theia.

Yang aman dari kejadian itu hanya Kiriha yang sudah menyadari kekacauan itu sejak awal dan Sanae yang tidur di langit-langit.

"Ok, ayo Hachi!"

"Baik, Kakak!"

"Satomi-kun, dasar kamu mesum!!"

"Matilah!! Kau akan membayarnya dengan jiwamu!!"

"Satomi-sama, kau idiot!!"

Para pemburu hantu berniat untuk menyelinap masuk ke kamar saat semuanya sedang tertidur, tapi saat mereka mencoba masuk lewat jendela, mereka terkena peluru yang tersasar.

"...H-Hachi...a-apa yang, barusan terjadi?"

"S-Siapa tahu? Tapi kita tahu sesuatu, Kakak"

"Apa itu?"

"Kita harus nunggu sampai hantu itu sendirian.."

"I-Itu juga yang kupikirkan..kalau terus begini, kita bakal mati..."

Kedua orang itu terlempar ke dasar penginapan dan pingsan.

Dan dengan itu, usaha mereka yang ketiga berakhir dengan kegagalan.

"Apa yang kamu lakukan, Satomi-kun? Cobalah sadar. Kamu pikir ini jam berapa, ya ampun..."

"Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak punya alasan apapun. Aku benar-benar lupa dengan posisi tidurku yang jelek"

Saat itu sudah pukul 02:30 dini hari.

Di dalam kamar yang menyala itu, Koutarou sedang meminta maaf berulang kali kepada para gadis.

"Lagipula, mimpi macam apa yang bisa membuatmu berguling melewati penjuru kamar?"

"Yah, aku dan Mackenzie lagi berburu kumbang tepat saat ada gempa bumi. Aku pegangan di pohon dengan sekuat tenaga, tapi kelihatannya saat itulah aku mulai berguling-guling"

"Getarannya muncul gara-gara kamu berguling kesana kemari. Kamu memang benar-benar idiot...Lagipula, kamu seumur ini masih berburu kumbang?"

"Meski kamu bilang begitu, ada kumbang yang besar, lebih dari delapan senti. Sebagai pria jepang, aku ngga bisa--"

"Satomi-sama, cukup dengan kumbangnya! Aku merasa muak!"

"M-Maaf"

Semua gadis saat itu sedang marah, tapi Ruth yang berguling-guling dengan Koutarou yang paling marah saat itu.

Ruth yang sangat marah saat itu membuat sikap tenangnya yang biasanya nampak hanya bagaikan mimpi.

Yang tidak marah saat itu hanyalah Kiriha yang tidak terlibat dan Yurika yang pingsan.

"Hey, Primitif"

Di saat itu, Thiea menarik baju Koutarou dan berbisik kepadanya.

"Ada apa?"

"Apa yang kamu lakukan kepada Ruth? Amarahnya tidak normal. Apa kamu yakin yang kamu lakukan kepadanya hanya memeluknya dan berguling-guling?"

"Yah, kelihatannya sih itu saja, tapi.."

Tentu saja, Koutarou tidak tahu kenapa Ruth sangat marah.

Yang Koutaoru lakukan hanyalah berburu kumbang.

"Hmm. Ini aneh...Ini pertama kalinya Ruth semarah itu kepada orang lain selain aku"

"Ini gawat.."

"Saat Ruth seperti itu, lebih baik kamu membiarkannya sendiri. Butuh waktu satu minggu baginya untuk bisa tenang kembali"

"Yang Mulia! Satomi-sama! Apa yang sedang kalian bisikkan satu sama lain!?"

Mata Ruth saat itu terbakar dengan api kemarahan.

"B-Bukan apa-apa"

"B-Bukan apa-apa, bukan apa-apa kok"

Koutaoru dan Theia langsung mundur dan berhenti berbicara.

"...Jangan seret aku bersamamu"

"Jangan egois. Kamu yang mulai berbicara denganku duluan, kan?"

"Apakah kalian berdua mendengarkanku!?"

Sanae mengerti perasaan Koutarou dan yang lainnya lebih baik daripada orang lain.

"..."

Itu karena dialah yang paling dekat dengan Koutarou dan fakta bahwa dia adalah seorang hantu.

Sanae mengerti betul bagaimana perasaan Koutarou dan yang lain terhadap yang lainnya, lebih daripada orang lain.

Theia dan Ruth tertarik dengan Koutarou...Aku harus melakukan sesuatu dengan cepat atau Koutarou akan lebih cepat akrab dengan mereka daripada denganku..

"Ada apa, Sanae? Wajahmu lucu"

"K-Koutarou!?"

Pikiran Sanae terhenti karena Koutarou.

"Maaf, kamu marah juga kan?"

"A-Aku nggak benar-benar marah. Aku bukan korban kok"

"Benarkah? Terus kenapa wajahmu begitu?"

"Kenapa kamu peduli denganku!? Kita 'kan musuh!"

Kita 'kan musuh...

Sanae kaget dengan kata-katanya sendiri.

Koutarou dan Sanae memang musuh.

Pada akhirnya, satu dari mereka pasti akan pergi.

Kenyataany yang jelas itu membebani perasaan Sanae.

Dibandingkan dengan mereka, Koutarou dan Theia bukan benar-benar musuh.

Theia memang mengincar kamar 106, tapi pada akhirnya dia mencoba membuat Koutarou menjadi sekutunya.

Dia harus mengusi Koutarou.

Sanae tahu itu dari awal, tapi saat ini Sanae tidak bisa menerima kenyataan itu.

"Yah, betul sih kalau kita itu musuh. Persis seperti yang kamu bilang"

Koutarou menurunkan pundaknya dan percakapan pun terhenti.

'Betul sih kalau kita itu musuh'...

Kata-kata Koutarou menusuk perasaan Sanae.

Meskipun Sanae tahu balasan seperti apa yang akan Koutarou berikan.

Tetap saja, hal itu mengejutkan Sanae.

Aku...nggak bisa...Aku..mulai...gila...

Kenyataan yang dia sadari betul, dan rasa tidak enak yang semakin tumbuh hari demi harinya.

Menderita karena semua itu, senyuman polos di wajah Sanae menghilang.


Krisis Sanae[edit]

Part 1[edit]

Selasa, 12 Agustus

Keesokan harinya, cuaca hari itu terlihat cerah.

Koutarou dan yang lainnya berencana menghabiskan hari kedua mereka di pantai.

"Yurika, kamu ngapain?"

"Ssttt, Ssttt"

Koutarou baru saja kembali dari membeli yakisoba[11] saat dia melihat Yurika dengan gugup memantau keadaan sekelilingnya dan bersembunyi selagi bergerak kesana kemari.

"...Apa kamu lagi berkhayal kalau para gadis penyihir musuhmu akan menyerang?"

"Kamu salah! Aku tidak mau para anggota CosKlub menemukanku!"

Koutaruo berasumsi kalau itu adalah sebagian dari melakukan cosplay, tapi Yurika hanya ingin kabur dari Klub Cosplay.

Yurika bertingkah mencurigakan untuk menghindari pandangan mata para anggota Klub Cosplay yang sedang bermain jauh di sana.

"Kenapa?"

"CosKlub mencoba menangkapku agar mereka bisa menyeretku ke Comiha lusa nanti!"

"Kenapa kamu nggak pergi aja?"

Dengan begitu, kamar 106 akan menjadi lebih damai.

"Aku nggak mau"

"Lagian, kamu punya teman di Comiha kan?"

"Nggak! Kenapa kamu terus mengejekku seperti ini, Satomi-san?!"

"Dasar bodoh, kalau kamu terus teriak, mereka bakal menemukanmu loh"

"O-Oh iya"

Yurika menuju ke arah bebatuan untuk bersembunyi"

Rencana Yurika adalah untuk terus bersembunyi sampai klub cosplay menyerah.

"...Kamu nggak bisa jujur ya"

Sambil melihat Yurika pergi, Koutarou membuka kotak yakisoba yang baru saja dia beli.

Aroma yakisoba mengalir keluar saat kotak plastik pembungkusnya yang tipis terbuka.

"Sudah jauh-jauh datang ke sini, mana mungkin aku pulang sebelum makan ini"

Yakisoba itu mengisi mulut Koutarou, lengkap dengan rasanya yang kuat.

Karena berenang di laut, yakisoba dari kios jajanan di pantai punya rasa yang lebih kuat sebagai pengganti kemampuan merasakan makanan yang menghilang sehabis berenang.

"Kamu mau merasakan ini juga, Sanae?"

Setelah menikmati rasa yakisoba itu, Koutarou berhenti makan sejenak dan memijat pundaknya sambil melihat ke arah Sanae yang duduk agak jauh darinya.

Sanae melihat ke arah pasir selagi menjawab.

Dia bahkan tidak melirik ke arah Koutarou.

Nggak berhasil ya...

Koutarou merasa kecewa setelah mendengar jawaban Sanae.

Sebenarnya, Koutarou membeli yakisoba karena dia ingin berbicara kepada Sanae.

Sanae sudah bertingkah aneh sejak pagi ini.

Sanae sedang melamun dengan muka muram tanpa melakukan apapun.

Atau itulah yang Koutarou pikirkan, tapi sebenarnya dia selalu memandang ke arah Koutarou.

Tapi saat Koutarou memperhatikan itu, Sanae dengan cepat melihat ke arah lain.

Dengan muramnya Sanae, yang biasanya selalu riang gembira, suasana disekitar Kouarou dan yang lainnya menjadi kacau.

Berkat klub cosplay yang tidak tahu apapun soal Sanae, suasananya tidak menjadi sekacau yang semestinya.

"Ada apa sih? Kamu udah begini sejak tadi pagi"

"TInggalkan aku...Kenapa kamu peduli sih? Kita kan musuh!"

Sanae mengatakan itu sambil cemberut.

"Meski kamu bilang kita musuh, kalau wajahmu begitu terus--"

"Sudah kubilang, tinggalkan aku sendiri! Jangan ganggu aku! Bukannya aneh kalau sebagai musuh kita malah akrab!?"

Sanae berteriak ke arah Koutarou.

Matanya mulai berlinang dengan air mata.

Sanae...kamu...

Koutarou lebih terkejut dengan kemarahan dan kesedihan Sanae dibanding kata-kata yang diucapkannya.

Mata Sanae dengan putus asa mengharap akan sesuatu.

Tapi Koutarou tidak tahu apa yang diharapkan Sanae.

Dia tidak bisa membayangkan apa yang sedang dibayangkan Sanae saat itu.

Sementara Koutarou terdiam dan tidak bisa berkata apapun, Sanae berdiri dan berbalik memunggungi Koutarou.

Melihat itu, Koutarou akhirnya mulai berbicara.

"T-Tunggu, Sanae, permbicaraan kita belum--"

"Udah selesai! Kalau kamu nggak mau pergi, biar aku yang pergi!"

Tapi akhirnya, Sanae tidak mau meninggalkan Koutarou dan langsung pergi.

Karena bisa menembus melewati orang, Sanae dengan cepat membuat jarak yang besar antara dirinya dengan Koutarou.

"Ada apa dengan Sanae.."

Dengan yakisoba yang masih ada di tangannya, Koutarou hanya bisa menghela nafas.

Dia tidak bisa mengerti kenapa Sanae begitu murung.

Satu-satunya alasan yang bisa dia pikirkan adalah pembicaraan mereka semalam.

Tapi kata-kata yang mereka ucapkan hanyalah konfirmasi kalau mereka adalah musuh.

Meskipun Koutarou dan Sanae sedang mengadakan gencatan senjata, hal itu tidak mengubah kenyataan bahwa mereka adalah musuh.

Mereka berdua sadar kalau mereka perlu mengusir satu sama lain pada akhrinya, jadi Koutarou tidak berpikir kalau kenyataan itu akan menyakiti Sanae.

"Satomi-kun, kalian udah berbaikan?"

"Yah, aku gagal, Ibu Kos-san"

Shizuka mengangguk sambil mendekati Koutarou.

Theia dan yang lainnya ada di belakangnya.

Mereka juga khawatir dengan Sanae.

"Apa yang membuat Sanae marah.."

Theia melihat ke arah Sanae pergi dan menghela kecil.

"Sanae-sama kelihatannya hanya sedikit marah dan lebih terlihat kalau dia menangis"

"Aku juga merasakan hal yang sama. Lebih baik kamu cepat-cepat bertindak, Koutarou"

"Itu benar. Dengan Sanae seperti itu, aku tidak merasa enak untuk menyelesaikan masalah kamar 106"

"Walau kalian bilang begitu juga...aku nggak tahu harus apa...."

Seperti para gadis, Koutarou juga melihat ke arah perginya Sanae.

Koutarou merasa tidak enak semenjak senyuman Sanae menghilang.

Koutarou berusaha melakukan sesuatu soal itu, tapi dia tidak bisa menemukan jawaban yang tepat.

"Argh! Aku menyerah mikirin ini! Hanya berpikir nggak akan menyelesaikan ini!"

Koutarou, yang memang bukan tipe pemikir, berhenti melakukan itu.

"Ibu Kos-san, aku akan mencari Sanae. Sampai ketemu nanti"

Bertindak sebelum berpikir..

Itulah moto Koutarou.

"Oke, sampai ketemu nanti, Satomi-kun"

Koutarou meninggalkan barang-barangnya dan langsung mencari Sanae.

Koutarou mulai mencari Sanae dengan pergi ke arah Sanae juga pergi, sendirian.


Part 2[edit]

Koutarou berhasil melewati banyaknya orang yang ada di pantai.

Setelah mencari selama beberapa saat, orang-orang yang berada di sekitar Koutarou mulai berkurang.

Di depannya adalah area yang berbatu yang tidak diperbolehkan untuk berenang.

"Ya ampun"

Koutarou menghela lega setelah berhasil lepas dari pantai yang ramai.

Pijakan di area berbatu itu buruk, tapi mudah untuk dilewati karena sedikit sekali orang yang ada di sana.

"Satomi-kun!"

Ada seseorang yang memanggil Koutarou.

Saat Koutarou melihat ke arah sumber suara itu, dia melihat sebuah payung yang dikenalnya berada di atas pemecah ombak.

Ternyata Harumi yang telah memanggilnya.

"Sakuraba-senpai"

Koutarou membalas melambai ke arah Haruna saat dia memanjat ke atas pemecah ombak.

"Halo, Satomi-kun"

Koutarou kehabisan nafas setelah memanjat pemecah ombak, dan Harumi menyambutnya dengan senyum.

Harumi sedang memakai gaun musim panas berwarna biru dan memegang payung.

"H-Halo, Sakuraba-senpai. Aku tahu ini mendadak, tapi Sa--"

Aku tahu ini mendadak, tapi Sanae menghilang. Apakah kamu sempat melihatnya?

Koutarou hampir mengatakan hal itu, tapi mulutnya berhenti di tengah kalimat.

Harumi tidak bisa melihat Sanae, jadi mengatakan hal itu hanya akan membuatnya bingung.

Yang bisa melihat Sanae, untuk suatu alasan, hanya mereka yang mempunyai hubungan dengan kamar 106.

"Satomi-kun?"

"Ah, nggak. Aku cuma penasaran kenapa kamu ada di tempat yang sepi seperti ini, Sakuraba-senpai"

"Sebenarnya, villaku ada di dekat sini"

Harumi tidak memikirkan kenapa Koutarou mengganti pertanyaannya di tengah jalan saat dia tersenyum dan menunjuk ke arah jalan gunung di belakangnya.

Beberapa rumah besar berderet di jalan gunung yang ditunjuk oleh Harumi, dan salah satu rumah itu adalah rumah yang ditempati Harumi.

"Begitu"

Rokujouma V3 165.jpg

"Bagaimana denganmu, Satomi-kun? Kenapa kamu berada di tempat seperti ini juga?"

"Yah, itu..."

Saat Harumi bertanya seperti itu, Koutarou menjadi ragu antara harus mengatakan masalahnya kepada Harumi atau tidak.

Tapi, akhirnya Koutarou memutuskan untuk mengatakannya.

Dengan tidak menyebutkan kalau Sanae adalah hantu, tidak ada salahnya mengatakan masalah yang dihadapinya kepada Harumi.

"Sebenarnya, aku sempat bertengkar dengan salah satu teman yang datang ke pantai denganku"

"Astaga..."

Mata Harumi terbelalak karena kaget dan mukanya terlihat khawatir.

"Jadi, saat ini aku sedang mencarinya"

"Begitu.."

Dan Harumi dengan sedih menundukkan wajahnya.

Dia merasakan perasaan cemas Koutarou dan ikut khawatir terhadap seseorang yang tidak dia kenal.

"Satomi-kun, kalau aku boleh tahu, bisakah kamu katakan kenapa kalian bertengkar? Mungkin aku bisa membantu"

"Sakuraba-senpai.."

Koutarou menerima tawaran Harumi.

Dia merasa Harumi punya solusi untuk masalah yang dihadapinya saat ini.

"Yah, sebenarnya aku nggak tahu"

"Kamu nggak tahu?"

"Aku punya firasat, tapi aku nggak tahu kalau memang itu penyebabnya.."

"Dan itu adalah..."

"Pas aku bilang dengan keras kenyataan kalau kami memang nggak bisa akur, itu kelihatannya yang membuat dia sakit hati"

Koutarou mengganti kata 'musuh' dengan 'tidak akur', yang dianggapnya perlu agar Harumi bisa mengerti.

"Kenyataannya..."

"Tapi, itulah hubungan yang kami jalani selama ini, dan sampai sekarang kami suka berdebat soal itu. Jadi aku rasa bukan itu masalahnya"

Dari awalnya, Koutarou dan Sanae adalah musuh dan mereka memang tidak akur.

Dan karena mereka adalah musuh, sudah pasti mereka akan saling mengganggu dan mengejek satu sama lain.

Dan Koutarou tidak berpikir kalau itu tidak akan menyakiti Sanae secara tiba-tiba.

"Begitu...bisa jadi dia memang sakit hati"

Tapi Harumi tidak berpikir seperti itu.

Dia mendapat jawabannya setelah mendengar penjelasan dari Koutarou.

"Kamu mengerti!?"

"Ya..mungkin..."

Harumi tersenyum kecil dan mulai menjelaskan layaknya seorang ibu yang sedang menasihati anaknya.

"Kita berdua adalah anggota klub yang sama, bukan?"

"Ya, kamu selalu membantuku setiap saat"

"Tapi, aku juga bisa mengatakan itu seperti ini"

Harumi berhenti berbicara dan menatap lurus ke arah Koutarou.

"...Kita berdua adalah orang asing yang kebetulan berada di dalam klub yang sama"

Saat Harumi mengatakan itu, Koutarou merasa bahwa kata-kata itu terdengar dingin dan kejam.

Dia membenci perkataan yang diucapkan Harumi.

"Itu..."

"Cara lain untuk mengatakannya"

Harumi kembali tersenyum hangat, dan di saat yang sama, kata-katanya kembali terdengar hangat.

"Kalau kamu berkata seperti itu disaat kita baru pertama kali bertemu, aku tidak akan ambil pusing soal itu"

Harumi meletakkan kedua tangannya di depan dadanya dan tersenyum.

"Tapi saat ini, kalau aku mendengar hal yang sama, tentu saja aku akan sedih. Kalau kamu bilang kita adalah sesama orang asing, meskipun itu adalah kenyataannya, aku akan sangat sedih"

"..."

Meskipun itu adalah kenyataannya...

Kata-kata itu menggema di dalam kepala Koutarou.

"Bagaimana denganmu, Satomi-kun?"

"...Aku sependapat. Kalau kamu bilang kita adalah seama orang asing, aku akan kaget"

Koutarou menyetujui perkataan Harumi.

"Aku rasa itu adalah hal yang sama untuk temanmu"

Harumi melihat ke arah laut dan matanya terlihat sedih saat mengatakan itu.

Harumi mencoba merasakan perasaan orang lain hampir seperti dirinya sendiri yang merasa disakiti.

"Aku tahu itu kenyataannya. Pada awalnya, aku merasa seperti itu. Tapi, seiring berjalannya waktu, perasaan itu pun juga berubah. Aku benci tetap berpikir seperti itu. Pasti ada sesuatu yang lain. AKu ingin hal yang lain itu. Bukankah itu hal yang sama yang dipikirkan temanmu?"

"Dia.."

Itulah sesuatu yang tidak terpikirkan oleh Koutarou.

Dia tidak menyangka kalau ada sesuatu di dalam Sanae yang berubah.

"Tapi, kamu mengatakan kenyataannya kepada temanmu, Satomi-kun. Aku rasa itu sama saja dengan mengatakan kalau kita adalah sesama orang asing"

"Ah.."

Di saat itu, Koutarou teringat kata-kata yang diucapkan Sanae.

"Sudah kubilang, tinggalkan aku sendiri! Jangan ganggu aku! Bukannya aneh kalau sebagai musuh kita malah akrab!?"

Apa Sanae benci dengan pemikiran kalau kita hanya musuh? Tapi aku bilang kepadanya kalau kita memang musuh. Jadi karena itukah dia jadi sakit hati dan langsung pergi?

"Aku yakin temanmu berpikir kalau itu menyedihkan. Karena aku juga ingin Satomi-kun untuk menganggapku sebagai teman. Aku tidak mau mendengarmu mengatakan kalau kita hanyalah orang asing.."

"Jadi itu...!"

Kata-kata Harumi menjelaskan apa yang Sanae lakukan.

Koutarou merasa bahwa Harumi betul-betul benar.

"Kalau begitu, apa yang harus kulakukan, senpai? Apa yang harus kukatakan agar dia memaafkanku!?"

Sudah tidak ada lagi waktu untuk ragu.

Koutarou yakin bahwa Sanae merasa sakit hati karena itu.

Jadi, Koutarou mencari jawabannya dari Harumi.

Dia merasa Harumi akan memberikan jawaban yang dibutuhkannya.

"...Aku rasa kamu sudah mengetahui jawabannya , Satomi-kun"

Harumi tersenyum hangat dan membuat Koutarou tenang.

"Satomi-kun, kamu tidak merasa sama seperti sebelumnya, bukan?"

"Aku..."

Saat mereka pertama kali bertemu, Koutarou hanya menganggap Sanae sebagai musuh.

Bahwa Sanae adalah roh jahat yang merasuki kamarnya.

Tapi, dalam beberapa bulan ini, perasaan itu berubah sedikit demi sedikit.

Memang betul kalau kami masih bermusuhan, tapi bukan itu saja. Kalau memang situasi kami tetap seperti itu, nggak mungkin ada gencatan senjata. Dan dia tidak akan merasuki diriku begitu saja. Dan karena dia nggak mengerti, dia--

"Aku mengerti! Terima kasih banyak, Sakuraba-senpai! Aku akan pergi sekarang!"

"Ya, aku harap kalian cepat berbaikan"

Koutarou mulai berlari setelah menemukan jawabannya.

Dia bahkan tidak melihat ke arah Harumi yang mengangguk ke arahnya.

Dia langsung berlari begitu saja setelah menemukan apa yang harus dilakukannya.

Itulah salah satu sifat baik Koutarou.

"Satomi-kun..."

Tapi, Harumi terlihat sedih saat dia melihat Koutarou pergi.

Caranya melihat Koutarou bukanlah dari cara pandang seorang kakak kelas yang melihat adik kelasnya berlari untuk berbaikan dengan temannya.

Dan saat dia tidak bisa melihat Koutarou lagi, Harumi menghela nafas.

"...Aku ingin kamu menganggapku sebagai teman, ya..."

Harumi ingin Koutarou menganggapnya sebagai teman.

Itu adalah kebenaran yang tidak dapat disangkal.

Harumi sudah merasa seperti itu sejak lama.

"Tapi.."

Tapi saat ini, bukan itu saja yang ingin dirasakannya.

Pasti ada sesuatu yang lain juga.

Dia ingin hal itu ada.

Suatu hari nanti, Harumi mulai merasakan hal itu.

"Aku...pengecut..dan.. pembohong..."

DIa tidak bisa melakukan hal yang sama yang dikatakannya kepada Koutarou untuk dilakukan.

Dan kenyataan itu menyedihkan dan menyakitkan baginya.


Part 3[edit]

Saat Koutarou dan Harumi berpisah, Sanae duduk sendirian di suatu tebing.

Dia ada di sisi lain pantai, di sebuah tebing kecil yang dikelilingi oleh bebatuan.

Meskipun tempat itu hanyalah sebuah tebing kecil, pemandangan yang ada di sana sungguh indah, memperlihatkan laut dari atas tebing.

"Koutaruo bodoh...kamu nggak tahu perasaanku..."

Tapi, Sanae yang saat itu sedang sendirian dan memeluk kakinya, tidak menikmati pemandangan indah itu.

Dia juga tidak memperhatikan suara burung camar dan debur ombak yang menabrak tebing itu.

"Tapi, kenapa aku merasa sendirian dan sedih..."

Sanae sedang memikirkan dirinya sendiri dan Koutarou.

Dia dan Koutarou adalah musuh.

Setelah berdebat dengan Koutarou, dia bisa mengingat itu dengan jelas, tapi untuk suatu alasan Sanae merasakan rasa kesepian dan kesedihan yang sangat besar.

"Meskipun aku ingin mengusirnya saat kita pertama kali bertemu.."

Meskipun mereka seharusnya bermusuhan, tanpa Sanae sadari, berpikir seperti itu menyakitkan baginya.

Sanae tidak percaya kalau dia merasa seperti itu.

Kenyataan yang sebenarnya kalau mereka adalah musuh tidak terasa nyata bagi dirinya.

Sanae bingung dengan perasaannya yang berubah.

Dan saat dia masih bingung, Sanae mengarahkan semua itu kepada Koutarou dan lari dari Koutarou.

Sanae tahu kalau Koutarou tidak berbuat salah.

Wajar bagi Koutarou untuk menganggap Sanae sebagai pengganggu dan roh jahat.

Pada akhirnya, Sanae terkena batunya.

Meskipun dia mengerti, dia tidak bisa menahan perasaannya saat itu.

"Akan lebih baik kalau aku bisa kembali ke keadaan sebelum aku bertemu Koutarou...Dia...memang musuh"

Dengan kesedihan, kesepian dan hancur oleh perasaannya sendiri membuat Sanae terlihat kecil saat dia memeluk kakinya.

Dia kembali menghela nafas.

Tapi tidak peduli seberapa banyak dia menghela nafas, perasaannya tidak kembali ke keadaan yang semula sebagaimana mestinya.

Dan saat Sanae terus melakukan itu, ada seorang gadis lain yang juga menghela nafas, tidak terlalu jauh dari Sanae.

Gadis itu adalah Nijino Yurika.

"Yang mengejarku...hilang!? Syukurlah, aku akhirnya bebas~!"

Tidak seperti Sanae, Yurika menghela nafas karena merasa lega.

Yurika datang ke tempat itu untuk bisa lepas dari para pengejarnya, anggota klub cosplay.

Kalau dia sampai tertangkap, dia akan terpaksa ikut dalam acara pada lusa nanti, dan dia merasa lega karena bisa lolos.

"Aku nggak mau ikut event itu. Kalau aku ikut itu, Satomi-san akan--Eh, bukannya itu Sanae-chan?"

Yurika menemukan Sanae duduk di atas tebing.

"Apa yang dia lakukan di tempat seperti itu?"

Karena bersusah payah lari kesana kemari sepanjang pagi, Yurika tidak memperhatikan situasi Koutarou dan Sanae yang sedang kritis.

Itulah kenapa dia kebingungan saat melihat Sanae yang sendirian.

Dalam pikirannya, Sanae yang berada di dekat Koutarou adalah hal yang wajar.

"Oke, mari kita lihat"

Yurika tidak punya hal lain untuk dilakukan, dan dia tidak mau kembali dan tertangkap oleh klub cosplay.

Meskipun dia takut dengan hantu, Yurika mulai terbiasa dengan Sanae dan tidak punya alasan untuk membencinya.

Karena itulah, Yurika mulai mendekati tebing itu.

"Huh?"

Saat dia mulai mendekati Sanae, Yurika memperhatikan ada orang lain yang mendekati Sanae.

"G-Gawat! Itu mungkin anggota klub cosplay!"

Yurika berpikir kalau klub cosplay sudah melacak jejaknya, jadi dia berhenti bergerak dan bersembunyi di dekat batu.

"Kakak, ini kesempatan yang tepat! K-Kita bakalan kaya!"

"Tenang, Hachi. Bahkan kesempatan emas akan hilang kalau kita tidak hati-hati:

"Ya. Sudah kuduga, kakak memang hebat!"

"Aku mungkin agak keren banget"

Tapi Yurika tidak perlu takut.

Orang yang mendekati Sanae adalah para pemburu hantu.

Setelah gagal sebanyak tiga kali, mereka menunggu Sanae menjadi sendirian dan sekarang mereka mulai bergerak.

"Lawan kita sedang sendirian, dan kita sudah betul-betul bersiap. Kalau kita gagal disini, kita hanya akan jadi bahan tertawaan. Aku akan bergantung padamu, Hachi"

"Mengerti!"

Sementara mereka menunggu Sanae menjadi sendirian, mereka sudah benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya.

Perlengkapan dan rencana mereka sudah sempurna.

Mereka yakin kali ini semuanya akan berjalan lancar.

"Bersiap di tempatmu, Hachi"

"Siap!"

Keduanya mendekat ke arah Sanae.

Sanae baru memperhatikan krisis yang dihadapinya saat sesuatu berwarna putih menghalangi penglihatannya.

"A-Apa ini!?"

Asap putih mengelilingi Sanae.

Asap itu berasal dari bom asap yang dibuat oleh para pemburu hantu.

Karena mereka menggunakan dahan pohon suci sebagai bahan bom asap, asapnya mampu membuat hantu menjadi buta.

" *uhuk* *uhuk* A-Apa ini!?"

Tapi karena mereka masih berada di dekat pantai, asapnya dengan cepat menghilang.

Saat Sanae kembali bisa melihat, para pemburu hantu itu sudah menjalankan serangan mereka berikutnya.

"Mati sekalipun, aku nggak bisa lepas dari rantai ekonomi bebas"

"Mau gimana lagi. Uang yang udah dirasuki terlalu sedap buat dilepasin gitu aja"

"Yap. Kita harus berjuang keras. Aku mau mengisi perutku dengan sesuatu yang enak"

"Aku sempat makan uang dolar beberapa hari lalu, rasanya maknyus banget. Aku pengen banget bayaranku nanti dalam uang dolar"

Saat Sanae dibutakan oleh bom asap, dia sudah dikepung oleh beberapa hantu.

"S-Siapa orang-orang ini!?"

Jumlah hantu-hantu itu sekitar 20 yang mengelilingi Sanae.

Jenis kelamin, umur dan pakaian mereka semua berbeda, tidak ada hal diantara mereka yang serupa.

Hampir seperti kerumunan orang yang diubah menjadi hantu.

"Maju, roh jahat! Dapatkan gajimu!"

Mereka sebenarnya adalah roh jahat yang dibayar dengan gaji kecil yang dipanggil oleh para pemburu hantu untuk membantu menangkap Sanae.

Hantu-hantu itu adalah senjata pamungkas yang dimiliki oleh para pemburu hantu.

"Nggak, yang paling enak itu uang dari negara yang lagi kena hiperinflasi"

"Wow, jadi ngiler nih"

"Sekali kamu coba makan itu, kamu nggak bakal mau makan uang dari negara yang ekonominya lagi stabil"

"Gitu ya...Tapi buatku negara yang ekonominya stabil punya rasa tersendiri. Kayak, gagal di pasar saham atau penghargaan buat perempuan. Itu sih yang aku suka"

"Rasa yang lagi berkembang...dari deskripsimu, aku jadi pengen nyoba itu.."

"Berhenti berbicara dan majulah!"

"Okeeeee"

Dan sementara Sanae kebingungan dengan situasinya saat itu, para hantu menyerangnya dari segala arah.

"Kyaaaaa! Tidaaak! Idiot! Mesum! Kotor! Kalian pegang-pegang dimana itu!?"

"...Aku rasa aku lagi melakukan sesuatu yang jahat banget deh"

"Yah, dia cuma gadis kecil"

"Bukannya kita memang lagi ngelakuin sesuatu yang jahat?"

"Nggak usah dipikirin, kita kan emang roh jahat"

"Iya juga"

Sanae dengan mudahnya tertangkap oleh roh-roh jahat setelah betul-betul terkepung.

Mereka memegang tangan dan kakinya dan Sanae tidak bisa bergerak lagi.

Dan saat Sanae tidak bisa bergerak, para pemburu hantu mendekatinya dengan jaring serangga mereka.

"Kelihatannya semua berjalan lancar, Kakak!"

"Kalau kita serius, ini hal mudah buat kita!"

Percobaan keempat mereka berjalan sesuai rencana.

Tapi ada seseorang yang memperhatikan Sanae yang saat itu sedang kesulitan.

Orang itu adalah Yurika, yang salah menganggap para pemburu hantu sebagai para anggota klub cosplay.

"S-Sanae-chan kena..!?"

Setelah mendengar keributan itu dan memutuskan kalau itu bukan pengejarnya, Yurika mengintip dari balik batu dan menyaksikan sesuatu yang luar biasa di atas tebing.

"L-Lepaskan aku! Aku bilang lepaskan aku!!"

Banyak sekali hantu mengepung Sanae dan membatasi ruang geraknya.

Dia dengan susah payah mencoba melepaskan dirinya, tapi para hantu yang mengepungnya terlalu kuat.

"Selesai sudah! Kau akan tertangkap oleh kami dan akan kami jual!"

"Apa yang kalian maksud dengan menjualku!"

"Aku nggak pernah melihat hantu dengan energi spiritual sebanyak dirimu yang bisa mempertahankan kestabilan wujudmu. Sesuatu sepertimu akan bernilai tinggi dari mereka yang punya minat!"

"Bukannya kalian hanya orang mesum!?"

"Setelah kami melakukan semua ini, kamu masih mengatakan itu!?"

"Kami adalah pemburu hantu! Para pemburu bayaran yang khusus memburu dan menangkap hantu!"

Pemburu hantu!? Nggak mungkin, itu seperti sesuatu dari anime, mana mungkin ada--

Awalnya, Yurika tidak percaya kalau pemburu hantu benar-benar ada.

Tapi, dia menghentikan pemikiran itu.

Nggak aneh kalau mereka ada. Lagian, gadis penyihir juga ada, jadi itu juga bukan hal aneh. Dan nggak kayak Satomi-kun, aku percaya sama orang lain

Yurika percaya kepada mereka lebih karena rasa bencinya kepada Koutarou yang tidak percaya kepadanya.

"T-T-T-Tapi apa yang harus kulakukan!? Aku harus menyelamatkan Sanae-chan! Tapi, hantunya banyak banget! A-A-Aku nggak tahu harus ngapain!"

Yurika tidak tahu bagaimana menghadapi situasi itu meski dia percaya semuanya akan baik-baik saja.

Dia ingin menyelamatkan Sanae, tapi dia sangat membenci hantu.

Hanya dengan melihat hantu, Yurika akan gemetaran dan tidak bisa bergerak.

"T-Tapi, kalau aku diam saja, Sanae-chan akan...!"

"Kyaaaaa!"

Saat Yurika masih memikirkan apa yang harus dilakukannya, Sanae sudah terjerat jaring penangkap dari para pemburu hantu.

"Tidaaaaak, tolong aku! Seseorang!"

"Sudahlah, tidak akan ada yang datang menolongmu"

"Teman-temanmu jauh di sana dan sedang bermain. Nggak mungkin ada orang yang mendengarmu dekat sini. Menyerahlah"

"Nggak mau! Aku nggak mau dijual!"

Kata-kata Sanae akhirnya membuat Yurika mulai bergerak.

"A-Aku harus menyelamatkannya! Aku takut sama hantu, tapi aku nggak boleh takut! Karena Sakuraba-senpai pasti akan menyelamatkan dia!"

Yurika mengumpulkan segenap keberaniannya dan mulai menggerakkan badannya yang gemetaran.

Dia teringat kata-kata Harumi saat lomba marathon halang rintang.

Aku nggak bisa kalah dengan diriku sendiri! Aku harus jadi lebih kuat, seperti Sakuraba-senpai!

"Oke, aku bisa melakukannya!"

AKhirnya, rasa gemetarannya berhenti dan badannya akhirnya bisa bergerak dengan bebas.

Aku akan memanggil Angel Halo, berubah kostum dan menyelamatkan Sanae-chan!

Yurika mulai memusatkan pikirannya sembari mengangkat tangan kanannya.

Inilah cara dia memanggil tongkat sihirnya.

"Datanglah! Angel--"

"Ketemu, Yurika-cha~n!!"

"Ketua, aku menemukannya! Yurika ada disini!!"

Tapi, halangan yang tidak terduga muncul.

Mereka adalah klub cosplay yang sedari tadi mengejar Yurika.

"Amankan target!"

Setelah si ketua memberikan perintah, kelima anggota klub itu melompat ke arah Yurika secara bersamaan.

"G-Gawat!? D-Di saat sepenting ini!?"

Yurika dengan cepat menyiapkan dirinya, tapi terlambat.

Kebebasannya terenggut darinya, sama seperti Sanae.

"Oke, ayo kita bawa dia kembali ke hotel! Kita harus segera menyiapkan kostum kita!"

"Membawa kostum cadangan ternyata keputusan yang tepat, ketua!"

"Tunggu, tunggu, Sanae-chan...Sanae-chan lagi diculik!!"

"Sanae-chan?"

Saat Yurika dengan susah payah memohon kepada mereka, para anggota klub cosplay berhenti sejenak.

Mereka melihat ke sekitar mereka untuk mencari gadis yang dipanggil Yurika dengan sebutan 'Sanae-chan'.

Tapi, yang mereka lihat hanyalah dua pria mencurigakan yang membawa jaring penangkap serangga.

Mereka tidak bisa melihat roh-roh jahat disebelah kedua orang itu, ataupun Sanae yang ada di dalam jaring itu.

"Nggak ada orang disini"

"Ada! Kalian nggak bisa melihat orang-orang yang menangkap cewek di dekat tebing!?"

"Tunggu semuanya, lihat! Mereka orang mesum yang kemarin!"

"Uwa, serem..ayo pergi, kita nggak mau sampai berurusan dengan mereka. Dan pastikan kita membawa Yurika dengan kita!"

"Okeee!"

Anggota klub cosplay yang mematuhi perintah ketuanya dengan cepat mengikat Yurika dengan tali.

"Tunggu sebentar, kalau kita nggak menyelamatkan Sanae-chan, bakal ada sesuatu yang buruk terjadi!"

"Tapi dia nggak ada di sekitar sini"

Meskipun Yurika dengan susah payah memohon, para anggota klub cosplay tidak mendengarnya.

Akhirnya, mereka selesai mengikat Yurika dan membekapnya.

"Hmmm, Mmmmh! HmmmmmHH!"

Di saat itu, sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan Yurika.

Mereka mengikat Yurika ke sebuah tongkat panjang dan membawanya, persis seperti orang jaman dahulu membawa hasil binatang buruannya.

"Hhhmmmmhhhmm!!"

"Bertahanlah, Yurika-chan. Nanti akan kami lepaskan talinya dan akan mengganti bajumu dengan kostum yang sudah kami siapkan"

"Hmmmmm!! Mmmhhmm!!"

Dan saat Yurika dibawa menjauh, Sanae kembali tertinggal sendiri.

"Keluarkan aku dari sini!"

Sanae sudah dimasukkan ke dalam sebuah tempat penyimpanan misterius yang transparan setelah dilepaskan dari jaring penangkap.

Tempat penyimpanan itu berbentuk silinder, dengan diameter sekitar 50 sentimeter dan setinggi dua meter, yang dibuat dari semacam kaca transparan.

Penyimpanan itu cukup kuat, dan tidak bergoyang sedikitpun meski Sanae memukulnya sekuat tenaga.

Selain itu, Sanae tidak bisa menembus tempat penyimpanan itu.

Itu adalah alat yang datang sepaket dengan jaring penangkap hantu, sebuah tempat penyimpanan yang berfungsi sebagai alat untuk membawa hantu yang sudah ditangkap.

"Menyerah sajalah. Kau sudah tertangkap"

"Sebentar lagi kau akan kami jual"

"Aku nggak mau, aku nggak mau! Koutarou! Koutarou!!"

Saat harapan seperti menghilang dari Sanae, hanya nama Koutarou yang keluar dari mulut Sanae.

Sanae, yang terus memukul tempat penyimpanan itu dari dalam, terus memanggil Koutarou.

"Tolong aku, Koutarou!"

Tapi, teriakannya yang putus asa tidak sampai kepadanya.


Part 4[edit]

Saat Sanae sedang diculik, Koutarou sedang menuju ke tempat Sanae berada.

Kalau saja dia lebih cepat sedikit, dia bisa mendengar teriakan Sanae yang sedang dibawa pergi.

Tapi, suaranya tidak mencapai Koutarou karena jarak yang tinggal sedikit.

Namun , itu bukan berarti semuanya sudah berakhir.

"Oh, rupanya Satomi-kun. Aneh sekali kita bertemu disini"

"Wah, ternyata CosKlub. Kenapa kalian ada disini?"

Saat Koutarou sedang menuju ke arah dimana Sanae sedang diculik, dia bertemu klub cosplay yang sedang dalam perjalanan pulang.

"Lihat, lihat Koutarou-kun, kami berhasil menangkapnya!"

"Hm! Mhh, Hmmmmhh!!"

"Y-Yurika!?"

Hasil tangkapan mereka tidak lain adalah Yurika.

Dia digotong menggunakan sebuah tongkat panjang, seakan-akan dia akan dipanggang.

Koutarou kaget dengan pemandangan dihadapannya yang cocok dengan Yurika.

Begitu, akhirnya Yurika tertangkap juga ya....istirahatlah dengan tenang...

Koutarou ingat Yurika sedang lari dari kejaran anggota klub cosplay dan langsung mengambil sikap doa.

"Hmmm, Mmhhm! Hm, Mhhhm!!"

Tentu saja, Yurika masih berusaha untuk melepaskan dirinya.

Dia meneriakkan sesuatu sembari menggoyangkan badannya dengan liar.

"Kyaa, Yurika-chan, bahaya kalau kamu terus bergoyang seperti itu!"

"Tenanglah Yurika-chan!"

Karena Yurika yang terus bergoyang untuk melepaskan diri, para anggota klub cosplay pun mulai terhuyung-huyung.

Dia terus menggoyangkan badannya, meskipun para anggota klub cosplay sudah mengingatkannya untuk diam, tapi dia tetap menggoyangkan badannya lebih kencang.

"Mhhm, Hmmmmm, Mhhh!!"

Yurika menatap ke arah Koutarou dengan tatapan serius dan dia dengan susah payah menggerakkan mulutnya dan menggigit tali pengikat mulutnya.

"Mh, Mhmmmm! Hmmm!!"

"Yurika?"

Apakah dia berusaha mengatakan sesuatu?

Karena merasakan ada yang aneh dengan tingkah Yurika, Koutarou mencoba memperhatikan Yurika lebih dekat.

Mata Yurika saat itu tidak mengeluarkan tatapan penuh dendam, dan bukan juga tatapan seseorang yang meminta pertolongan.

Dia sedang mencoba menarik perhatian Koutarou dengan tatapan serius.

Ada apa dengan Yurika...? Nggak biasanya dia begitu...?

Karena Yurika tidak bertingkah seperti biasanya, Koutarou jadi ingin berbicara dengannya.

Dia juga punya sesuatu untuk ditanyakan kepaddanya.

"Permisi, bisakah aku bicara sebentar berdua dengan Yurika?"

"Hmmm!!"

Saat Koutarou mengatakan itu, mata Yurika berbinar-binar.

Rokujouma V3 189.jpg

Sudah kuduga, ada sesuatu yang terjadi..

Melihat Yurika yang bertingkah seperti itu, Koutarou merasakan ada sesuatu yang buruk.

"Berdua saja? Apa ada sesuatu yang penting?"

"Bisa dibilang begitu. Ini hal yang sangat penting yang hanya bisa dibicarakan olehku dan Yurika soal teman kami"

Koutarou tidak hanya ingin mendengar cerita Yurika, tapi dia juga ingin mengetahui keberadaan Sanae.

Tapi, kalau ada klub cosplay yang mendengar semua itu, semua akan menjadi masalah.

Jadi, Koutarou memutuskan untuk tidak mengatakan yang sebenarnya kepada mereka.

"Hmmm! Mh!"

Mengetahui apa yang akan dilakukan Koutarou, Yurika pun menganggukkan kepalanya.

Melihat hal itu, si ketua klub cosplay ikut mengangguk.

"Aku mengerti. Tapi, jangan biarkan dia kabur ya? Susah sekali menangkapnya"

"Oke"

"Semuanya, turunkan Yurika sebentar"

"Baiiik!"

Klub cosplay menurunkan Yurika dan meninggalkannya sendirian dengan Koutarou.

Setelah dirasa cukup jauh, Koutarou berjongkok dekat Yurika dan melepaskan penyumpal mulutnya.

"Kulepas ya"

"Hm!"

Setelah Koutarou melepaskan tali yang mengikat Yurika, akhirnya dia membuka mulutnya.

"S-S-Satomi-san! Satomi-san diculik dan ada banyak Sanae-chan dan roh jahat yang mesum!"

Tapi, kata-kata yang diucapkannya berantakan, dan Koutarou tidak mengerti apa yang Yurika katakan.

"Tenang dulu. Coba ngomong pelan-pelan"

"Nggak ada waktu buat tenang!"

"Tarik nafas dulu deh"

"O-Okeee!"

Yurika, menyetujui saran Koutarou, menarik nafas dalam-dalam dan mulai tenang.

"Jadi, apa yang terjadi?"

"Orang-orang mesum yang kemarin menculik Sanae-chan, Satomi-san!"

"A-Apa!? Serius!?"

"Ya! Kelihatannya tujuan mereka yang asli adalah Sanae-chan!"

"Tapi dia bisa ditangkap meskipun bisa menembus dinding!? Dia tuh hantu, gimana!? Dia diculik!? Gimana bisa Sanae!?"

Kali ini, Koutarou yang tidak bisa bicara dengan benar.

Koutarou yang menyesal karena sudah menyakiti Sanae sudah pergi mencarinya kesana kemari.

Tapi sekarang, dia sudah ditangkap oleh para orang mesum itu.

Karena itulah, Koutarou menjadi bingung seperti Yurika sebelumnya.

"Tolong tenanglah, Satomi-san! Bicara yang lancar!"

"M-Maaf"

Koutarou langsung mencoba mengambil nafas dalam beberapa kali dan mengulangi pertanyaannya.

"Tapi, Sanae kan hantu! Bagaimana bisa dia ditangkap!? Dia bisa menembus dinding kan!? Bagaimana bisa mereka menculiknya!?"

"Banyak hantu aneh yang mengepungnya, terus mereka menangkap Sanae pakai jaring serangga! Tali jaringnya pasti bukan tali biasa!"

"Tapi kenapa Sanae!? Siapa sih orang-orang itu!?"

"Mereka bilang kalau mereka pemburu hantu! Dan mereka bakal menjual Sanae-chan!"

"Menjual Sanae!"

Di saat itu, Koutarou teringat serangan dadakan yang dilakukan orang-orang mesum itu.

"Dia benar, mas! Kami hanya mau menangkap cewek kecil sebelumnya biar bisa kami jual!"

"Tolong percaya dengan kami! Kami tidak tertarik dengan cewek normal!"

"I-Ini cuma salah paham! Kami bukan mau mengintip! Kami tidak tertarik dengan tubuh normal kalian!"

"Itu benar! Kami hanya mau mengurung gadis kecil itu dan menyeruput yang manis-manis darinya!"

Kedua orang itu sudah mencoba menjelaskan diri mereka seperti itu.

Tapi, Koutarou dan yang lainnya salah mengartikan hal itu dan menganggap mereka orang mesum, tapi kenyatannya tidak seperti itu.

"Sialan, jadi maksdunya begitu ya!?"

Tapi, itu bukan kesalahan Koutarou dan yang lainnya.

Siapa yang akan percaya kalau ada orang yang mencari nafkah dari menjual hantu?

Itu adalah pemikiran yang sama dibalik ketidakpercayaan Koutarou dan yang lainnya terhadap Yurika.

"Kamu nggak bohong kan, Yurika!?"

Jadi, meskipun dia hampir percaya dengan Yurika, Koutarou tetap mencoba memastikan semuanya dengan bertanya kembali kepada Yurika.

Koutarou tidak bisa percaya begitu saja kalau pemburu hantu itu benar-benar ada.

Meskipun dia sudah tinggal bersama seorang hantu untuk sementara waktu, kenyataan itu tidak akan berubah.

"Tentu saja! Kamu sudah nggak percaya kalau aku adalah gadis penyihir, mana mungkin aku menghancurkan kredibilitasku lebih hancur lagi dengan berbohong soal ini!"

Setelah mendengar jawaban Yurika, Koutarou akhirnya mengangguk.

"Mana mungkin aku menghancurkan kredibilitasku lebih hancur lagi dengan berbohong soal ini!"

Kata-kata itulah yang meyakinkan Koutarou.

"...Kamu benar. Maaf aku sudah nggak yakin denganmu, Yurika"

Koutarou membungkuk penuh hormat ke arah Yurika.

Wajah Koutarou terlihat serius, dan dia meminta maaf setulus-tulusnya dari lubuk hatinya yang paling dalam.

"Nggak apa-apa, tapi kok ada yang bikin aku kesal ya?"

Itu karena Koutarou percaya dengan adanya pemburu hantu, tapi tidak dengan adanya Yurika sebagai gadis penyihir.

"Aku jadi mengerti kenapa Sanae-chan suka marah!! Ahhh, ya ampun!"

Yurika berteriak dengan penuh kekesalan.

Jawaban dari Koutarou membuat Yurika benar-benar kesal.

"Jadi, Yurika, kamu tahu kemana mereka pergi?"

"Huh!?..N-Nggak, aku cuma tahu kalau dia dibawa sama para pemburu hantu itu. Setelahnya, aku ditangkap, diikat, dan dibawa pergi.."

Yurika masih terikat dan berguling-guling di tanah.

"Gerombolan hantu...? Itu dia! Yurika, kamu yakin kalau mereka bawa banyak hantu, ya kan?"

"Ya, apa kamu punya ide bagus?"

"Bisa jadi! Aku akan pergi sekarang Yurika! Terima kasih buat infonya!"

Setelah mengatakan itu, Koutarou pun berdiri.

"Ah, tunggu, Satomi-san!?"

"Sampai jumpa! Aku akan menyelamatkan Sanae!"

Koutarou pun mulai berlari.

Tujuannya tentu saja untuk menyelamatkan Sanae yang sudah diculik.

Kalau dia tidak bisa menyelamatkan Sanae, dia tidak akan bisa bicara dengan Sanae lagi.

Bertahanlah, Sanae! Aku akan menyelamatkanmu!

Saat Sanae sedang diculik, kata-katanya tidak sampai kepada Koutaoru.

Tapi, berkat Yurika, kata-kata Sanae akhirnya sampai kepada Koutaoru.

"Tunggu! Jangan cuma tolong Sanae-chan, aku juga dong! Tolonglah aku! Aku pasti berguna!"

"Jangan maksa deh. Kamu benci hantu kan? Perasaan dan informasimu sudah cukup bagiku! Terima kasih, Yurika! Aku pasti akan membalasnya suatu saat nanti!"

Koutaoru pergi setelah tersenyum halus kepada Yurika.

Koutarou benar-benar bersyukur, meskipun Yurika adalah seorang cosplayer, Koutarou betul-betul bersyukur dengan Yurika yang berani menawarkan bantuannya.

Itulah kenapa Koutarou tidak ingin dia sampai terlibat.

"Kamu salah! Bukan itu maksudku! Balas budiku sekarang! Jangan tinggalkan aku, Satomi-saaaan!!"

Teriakan Yurika yang terdengar menyedihkan bergema di dearah bebatuan itu.

"Yuuuurika-chaaaan~ Apa kamu sudah selesai ngomong dengan Satomi-kun~"

"Tidaaaaaaaaak!"

Berkat Yurika, suara Sanae sampai kepada Koutarou, tapi suara Yurika sendiri kali ini pun tidak sampai kepadanya.

Koutarou, yang berlari ke kamarnya di penginapan, mulai mencari-cari barang-barang di dalam tasnya.

Karena saat itu sudah sore, Theia, Kiriha, Shizuka, dan Ruth sudah kembali ke kamar itu juga.

Tapi Koutarou tidak menoleh sedikitpun ke arah mereka.


Part 5[edit]

"Aku ingat aku bawa itu buat jaga-jaga! Seharusnya ada di..."

Para gadis yang ada di ruangan itu kebingungan dan saling melihat ke arah satu sama lain setelah melihat Koutarou yang muncul tiba-tiba dan langsung melakukan itu.

Sebagai perwakilan para gadis, Shizuka mulai berbicara.

"Satomi-kun, apa ada yang salah? Apa kamu sudah berbicara dengan Sanae-chan?"

"Yah, begini, Ibu Kos-san, Sanae-chan diculik sama orang mesum yang kemarin!"

Koutarou menjawab Shizuka sambil terus merogoh tasnya.

"Eh!?"

"Apa!?"

"Oleh orang-orang itu!?"

"Apa itu benar, Koutarou!?"

Mata mereka terbelalak lebar karena terkejut.

Mereka pun langsung mengelilingi Koutarou dan meminta penjelasan.

"Ya, nggak salah lagi! Yurika melihat mereka menculik Sanae! Mereka pemburu hantu atau semacamnya! Orang-orang mesum itu sudah mengincar Sanae dari awal!"

"Yurika? Apakah kamu yakin dia tidak berbohong?"

Dengan Yurika sebagai sumber informasi bagi mereka, Kiriha mengatakan itu tanpa basa-basi lagi.

Yurika tidak bisa dipercaya.

"Kelihatannya nggak seperti itu, dan nggak ada alasan buat dia berbohong saat dia sudah nggak bisa dipercaya lagi, ya kan? Kalau dia memang mau membohongi kita, pasti ceritanya lebih bagus lagi"

"...Kelihatannya benar. Tidak peduli seberapa idiotnya dia, dia tidak akan melakukan sesuatu yang akan membuatnya semakin menderita"

"Yang Mulia, itu sedikit..."

Dan karena Yurika memang tidak bisa dipercaya, semuanya akhirnya setuju dengan itu.

Bahkan Yurika yang mencoba melindungi Yurika merasakan hal itu.

"Ketemu! Selama aku punya ini!"

Di saat itu, Koutarou menemukan barang yang sedari tadi dicarinya di dalam tas.

Benda itu adalah tas belanja dari sebuah department store terkenal.

Dia menggenggam tas itu dengan kuat dan berdiri tegap.

Para gadis yang melihatnya seperti itu hanya bisa mundur selangkah.

Sebelum para gadis bisa mengembalikan posisi badan mereka, Koutarou sudah melesat keluar kamar.

"Aku akan mengambil kembali Sanae!"

Dan sebelum para gadis bisa menjawab, dia sudah meninggalkan kamar.

"Ah, tunggu, Satomi-kun!"

"Ruth, ayo kita berangkat"

"Seperti yang kau inginkan, tuan puteri"

"Karama, Korama, ikuti aku"

"Aku sudah menunggu ini Ho~!"

"Ayo kita selamatkan Sanae-chan Ho~!"

Para gadis berlari keluar kamar dan sedikit tertinggal di belakang Koutarou.

Isi dari tas belanja yang dibawa oleh Koutarou berisi beberapa benda-benda mistis yang diberikan Shizuka kepadanya di hari pertama sekolah.

Koutarou membawa jimat-jimat seperti ini untuk berjaga-jaga.

Ini mungkin sebagian alasan kenapa Sanae begitu sakit hati...

Koutarou memikirkan itu selagi merogoh tas yang dibawanya.

Di dalam hatinya, dia merasa bahwa Sanae tidak begitu berbahaya sampai dia harus membawa benda-benda mistis dengannya.

Kalau Koutarou memang percaya bahwa Sanae berbahaya, dia tidak akan membiarkan Sanae merasukinya setiap hari.

Dia membawa benda-benda mistis itu dengannya hanya karena Sanae adalah musuhnya.

Setelah mendengar penjelasan dari Harumi, Koutarou akhirnya mengerti sesuatu.

Sanae pasti sakit hati setelah melihat isi tas ini.

"Tapi sekarang aku lega karena membawa semua ini!"

Koutarou mengeluarkan salah satu benda mistis yang ada di dalam tasnya.

Benda itu adalah sebuah alat yang mirip radio yang dibungkus plastik murahan.

Dan 'Alat pendeteksi hantu - Bagi mereka yang mencari, 2006' tertulis di plastik pembungkusnya.

"Aku pasti bisa menemukan Sanae dengan ini!"

'Bagi mereka yang mencari' ini adalah alat pendeteksi hantu yang dibuat tiga tahun lalu.

Walaupun itu adalah model lama yang sudah hampir kadaluarsa yang diperoleh Shizuka dari temannya, itu adalah benda yang sangat populer dalam dunia gaib.

Selain itu, perusahaan yang memproduksi barang itu adalah perusahaan yang sama yang memproduksi jaring penangkap yang digunakan kedua pemburu hantu itu.

Koutarou berencana menggunakan 'Bagi mereka yang mencari, 2006' untuk menemukan Sanae.

Tapi, alat itu tidak bisa membedakan satu hantu dengan yang lainnya.

Berkat info dari Yurika kalau kedua pria itu membawa gerombolan hantu bersama mereka, Koutarou berencana melacak gerombolan hantu itu dan menemukan Sanae bersama mereka.

"...Mari kita lihat. Nyalakan dupanya dan letakkan di bagian tengah atas mesin ini. Dupa ini berfungsi sebagai antena. Tolong pastikan anda menggunaka dupa yang sepaket dengan alat ini"

Koutaoru membaca petunjuk penggunaan 'Bagi mereka yang mencari, 2006' dan bersiap menggunakannya.

Seperti yang diharapkan dari alat yang populer di pasaran, bahkan pemula seperti Koutaoru bisa menyelesaikan persiapannya dengan mudah.

Sekarang yang dilakukannya hanyalah tinggal menekan tombol mulai.

"Baiklah..."

Koutaoru menelan ludahnya.

Kalau ini gagal, dia akan kehilangan satu-satunya petunjuk.

Koutarou mulai gugup dan semakin menjadi.

Dan dia menggerakkan jarinya dengan pelan ke tombol mulai.

"Semoga berhasil..."

Saat Koutarou mencapai tombol itu, dia menyiapkan dirinya, berdoa dan menekan tombolnya.

Di saat berikutnya, alat itu mengeluarkan suara yang keras.

"Ahh!?"

'Bagi mereka yang mencari, 2006' membuat sebuah ledakan kecil di tangan Koutarou.

" *uhuk* *uhuk* Alatnya meledak!? *uhuk* *uhuk*"

Koutarou terbatuk-batuk karena menghirup asap dari ledakan alat itu.

Untungnya, ledakannya tidak begitu besar dan Koutarou tidak terluka.

Tapi, alat 'Bagi mereka yang mencari, 2006' itu terbakar dan hancur sebagian.

"K-Kenapa alatnya meledak!?"

Koutarou menarik nafas dalam-dalam dan menyuarakan keraguannya.

Dia tidak berharap mendapat jawaban atas pertanyaannya, tapi ternyata dia mendapat jawabannya.

"Kelihatannya osilator energi spiritualnya rusak Ho!"

"Osilator yang rapuh itu tidak bisa menangani energi spiritual setelah termakan usia, Ho!"

"..Itu karena kamu berusaha menggunakannya meskipun alatnya sudah usang, Koutarou"

"Kiriha-san..."

Yang memberikan Koutarou jawaban adalah Kiriha dan kedua Haniwa miliknya.

Dia mengambil 'Bagi mereka yang mencari, 2006' dan mendekati Koutarou dengan senyum.

"Maaf, Satomi-kun. Gara-gara aku memberimu peralatan tua yang sudah mau hancur.."

Dibelakang Kiriha, tampak Shizuka.

Dia melihat ke arah 'Bagi mereka yang mencari, 2006' dan Koutarou, dan merasa menyesal.

"Bahkan Ibu Kos-san..."

Kenapa mereka berdua...?

Koutarou tidak mengerti alasan kenapa Kiriha dan Shizuka datang, dan melihat ke arah mereka dengan tatapan kosong.

"Jadi, apa yang akan kamu lakukan sekarang, Koutarou? Apakah kamu masih akan mencari Sanae?"

"Menemukan hantu dengan teknologi kami memang tidak mungkin. Kita perlu menggunakan metode yang berbeda"

"Bahkan Tulip dan Ruth-san!?"

Mata Koutarou terbelalak lebar karena kaget.

"Jangan kuatir. Serahkan semuanya padaku"

"Kurano-san, kamu punya ide?"

"T-Tunggu, apa kalian semua mau membantuku!?"

Koutarou menjadi kebingungan.

Dia bingung dengan kenyataan bahwa mereka berencana menolong Sanae.

"Itu benar, Satomi-kun. Sanae-chan sudah seperti adik perempuanmu, jadi tentu saja kita harus menolongnya"

"Fufufu. Karena kamu sudah kehilangan satu-satunya petunjukmu, ini adalah kesempatan yang bagus bagi kami untuk membuatmu berhutang satu atau dua hal kepada kami. Bagaimana mungkin aku tidak menggunakan kesempatan ini?"

"Pada akhirnya, kau akan menjadi pengikutku. Kau tidak punya kebebasan untuk melompat ke dalam bahaya begitu saja. Kalau kau mati, masa depanku akan hilang"

"Aku hanya...kalau kamu menginginkannya, aku akan menolongmu sebisaku, Satomi-sama..O-Oh iya, aku harus membalasmu soal baju renang itu! Untuk baju renang itu!"

Keempatnya punya alasan yang berbeda, tapi mereka semua berencana menolong Sanae.

"Terima kasih! Tolong bantu aku, semuanya!"

Biasanya, Koutarou mungkin akan menolak, tapi sekarang dia tanpa pikir panjang menyetujui tawaran mereka.

Dalam situasi ini, Koutarou tidak punya pilihan lain.

"Serahkan padaku, Satomi-kun! Aku tidak akan memaafkan para orang mesum spesialis hantu itu!"

Shizuka bergaya sambil menggulung lengan bajunya.

Dia terlihat sudah siap untuk beraksi.

"Bisakah kau janjikan aku ini, Koutarou? Sekembalinya kita dari sini, kau akan membelikanku baju renang juga"

Kiriha menunjukkan senyumnya yang jahil.

Tapi, Koutarou memperhatikan bahwa matanya terlihat lembut.

"Kukuku, lihat saja, Primitif. Mereka akan menyesal sudah menjadikan diriku sebagai musuh mereka! Dan kau akan mengetahui seberapa hebatnya diriku!"

Theia tersenyum layaknya hewan buas.

Tapi Koutarou tahu bahwa Theia tidak sekejam yang dahulu.

Setidaknya dia merasa khawatir dengan Sanae.

"Serahkan padaku, Satomi-sama! Aku akan membantumu sebisaku!"

Koutarou tidak merasa aneh dengan Ruth yang berusaha membantu, tapi pada kenyataannya dia punya alasan lain untuk membantu.

"Yah, Kiriha-san, kamu sepertinya punya ide.."

Koutarou mengatakan itu terburu-buru, karena dia tidak punya waktu untuk mengatakan terima kasih kepada mereka.

"Ya. Karama, Korama, kuserahkan kepada kalian"

Saat Kiriha mengangguk, kedua haniwa itu mendekati Koutarou.

"Koutarou, kami akan memindai alat itu dan menirunya Ho!"

"Kalian bisa melakukan itu!?"

"Serahkan pada kami Ho! Dibandingkan dengan kami, mesin itu jauh lebih simpel, jadi meniru sirkuit spiritualnya mudah Ho!"

"Kalau begitu, tolong!"

"Baik Ho!"

"Memulai memindai Ho!"

Menuruti permintaan Koutarou, kedua haniwa itu melihat kearah 'Bagi mereka yang mencari, 2006' di tangan Kiriha.

Mata mereka yang kosong memancarkan sinar merah.

Sinar itu adalah sinar untuk pemindaian.

Dengan menggabungkan sains modern dengan energi spiritual, kedua haniwa itu mulai bekerja dengan teori unik mereka.

Koutarou selalu merasa kalau mereka mencurigakan, tapi kali ini dia hanya bisa percaya kepada mereka.

"Pemindaian selesai Ho!"

"Kami sudah selesai bersiap Ho!"

Sesaat setelahnya mereka berbalik ke arah Koutarou.

Sinar merah yang keluar dari mata mereka sudah menghilang dan mereka kembali ke sosok normal mereka.

"Koutarou, apakah kita akan meningkatkan kinerja fungsinya Ho?"

"Meningkatkan kinerjanya?"

"Mudah sekali untuk menirunya Ho. Setelah melacak sirkuitnya, kami bisa menguatkannya Ho! Kami memang hebat Ho-!"

"Dalam estimasi kami, kami bisa meningkatkan kinerja fungsinya sampai 168% Ho!"

"Kalau begitu tolong lakukan! Aku ingin segera menemukan Sanae!"

"Kalau begitu mari kita mulai Ho! Aku akan menjadi detektornya Ho!"

"Kalau begitu aku yang akan menjadi penguatnya Ho! Mengaktifkan mode sinkron untuk penghubungan Ho!"

Kedua haniwa itu mulai bergerak, dengan menjadi satu, mereka bisa berfungsi sebagai suatu mesin.

"Mengatur peningkatan kinerja ke 168% Ho!"

"Memulai emulasi Ho! Mengaktifkan sirkuit pendeteksi!"

Dan kedua haniwa itu mulai mereplika fungsi dari 'Bagi mereka yang mencari, 2006'.

Karena itulah, ledakan yang diperkuat sebesar 168% terjadi.

Hal itu adalah replika yang betul-betul hebat.

"Apa kalian buodoh!? Kalian nggak semestinya meniru semuanya kan!?"

Koutarou terbakar disana-sini karena terkena ledakan lagi.

Tapi, amarah Koutarou membakar lebih hebat dari api ledakan.

"Maaf Ho! Kami lupa memperbaiki bagian yang rusak Ho!"

"Kami tidak bermaksud buruk Ho! Kami akan mengulanginya Ho!"

Dan dengan begitu, meskipun sedikit tertunda, Koutarou dan yang lainnya mulai bergerak menyelamatkan Sanae.


Pemberontakan Persatuan Buruh[edit]

Part 1[edit]

Selasa, 12 Agustus

Pintu yang ditarik oleh Koutarou mengeluarkan suara berderit yang keras saat dia membukanya.

Bau rumah yang sudah tua itu pun keluar dan tercium oleh mereka.

"Oke, para haniwa, apa kalian yakin ini tempatnya?"

"Tidak salah lagi Ho! Kami mendeteksi gerombolan hantu Ho!"

"Dan kami bisa mencium energi spiritual Sanae-chan Ho! Dia ada di dekat sini Ho!"

Koutarou dan yang lainnya sampai di sebuah rumah besar bergaya barat di sudut wilayah villa.

Rumah itu terlihat mencolok dibandingkan villa-villa yang lain.

Dinding luarnya terlihat mau runtuh, jendelanya rusak, banyak retakan di temboknya dan ilalang menutupi banyak bagian luar rumah.

Desainnya sendiri membuatnya mencolok, tapi keadaannya yang sudah parah hanya membuat area disekitarnya terlihat jelek.

Karena saat itu matahari sudah mau terbenam, rumah itu tampak seperti rumah yang ada di dalam film horror.

"Selain hantu, aku bisa melihat pertanda kalau ada orang di dalam sini"

Shizuka mengintip melalui pintu dan melihat sekelilingnya.

"Kamu bisa tahu? Aku tidak merasa begitu"

Koutarou melihat ke sekelilingnya juga, tapi tidak melihat tanda-tanda apapun.

"Kalau begitu, lihat kesini, Satomi-kun. Jejak kaki yang masih baru"

"Ah, kamu benar..."

Jejak kaki bisa dilihat di lorong yang dipenuhi debu.

Koutarou tidak mengerti apa yang dimaksud Shizuka dengan pertanda, tapi dia tahu kalau jejak kaki itu masih baru.

Jejak kaki yang sudah lama pasti akan tertutup debu dan membuat gambaran jejaknya buram.

"Rumah tua yang ditinggalkan dan tidak didatangi oleh siapapun, gerombolan hantu, tanda-tanda keberadaan Sanae dan tanda-tanda orang yang baru saja masuk...tidak salah lagi. Ini tempatnya"

Setelah merangkum semua informasi yang ada, Kiriha membuat pernyataan itu.

Dan Koutarou setuju dengannya.

"Masalahnya adalah jika para orang mesum itu sudah menyadari kedatangan kita atau belum, dan jika ada jebakan yang sudah disiapkan untuk kita"

"Kau terlalu kuatir, Ruth. Kalau ada jebakan, kita hanya tinggal meledakkannya saja"

Sambil tersenyum licik, Theia berjalan melewati Koutaoru dan Shizuka dan masuk ke dalam rumah itu.

Dia tidak peduli dengan jebakan apapun saat dia dengan berani melangkah maju.

"Itu bahaya, Tulip, kita tidak tahu apa yang akan mereka lakukan"

"Itu berlaku buat semuanya. Lagipula, bertahan tidak cocok bagiku. Menahan musuh dan maju adalah mottoku"

"Tetap saja, itu ceroboh namanya"

"Kalau itu yang kau pikirkan, maka lindungilah diriku. Itulah tugasmu sebagai pengikutku"

"Oke, aku mengerti"

Biasanya, Koutarou akan berteriak kembali kepada Theia, tapi kali ini dia memilih untuk patuh.

"Fufu, kelihatannya kau sudah menyadari posisimu sebagai pengikutku"

"Akan kubiarkan kali ini, dan hanya kali ini saja"

Saat Theia melihat kearahnya dengan gembira, Koutarou mencari sesuatu yang bisa dia gunakan sebagai senjata didalam tas yang berisi benda-benda pusaka.

Koutarou memilih tongkat dengan label yang bertuliskan 'Edisi terbatas, Dahan pohon suci - Tongkat Cypress'

"Satu lagi senjata yang cocok untuk kaum barbar..."

"Seenggaknya aku nggak pakai kapal tempur luar angkasa setiap saat"

Di pundak Theia sudah ada lubang hitam dan ada senjata berukuran besar yang muncul dari dalamnya.

Semua senjata itu terpasang di kapal tempur luar angkasa Ksatria Biru.

"Aku harap ini tidak berubah menjadi pertarungan..."

Dengan situasi seperti itu, Ruth juga menyiapkan senjata, seperti halnya Theia.

Dia tidak menggunakan senjata api, tapi pedang besar dan perisai.

Karena Ruth berasal dari keluarga ksatria, kemampuannya dengan senjata itu cukup bagus.

Pedang dan perisai yang dipakainya juga sudah ditingkatkan dengan perkembangan yang ada dalam sains dan kekuatannya juga tidak kalah dari senjata milik Theia.

"Karama, Korama, hentikan mode sinkron dan bersiaplah untuk bertempur"

"Mengerti Ho!"

"Mulai mengisi senjata energi spiritual Ho!"

Kiriha memerintahkan para haniwa miliknya untuk bersiap untuk bertempur.

Dia sendiri tidak memakai senjata, tapi berkat kemampuan tempur haniwa miliknya, dia tidak harus memegang senjata.

Tapi, karena dia terlihat terlalu terbuka untuk diserang, Koutarou membagi isi tas miliknya.

"Kiriha-san, pakailah salah satu dari ini"

"Terima kasih Koutarou. Kalau begitu, aku akan ambil ini"

Kiriha tersenyum dan mengambil sebuagh Tamagushi.[12]

Lengkap dengan pakaiannya, saat Kiriha memegang alat itu, orang yang melihatnya akan menganggap dia sebagai pendeta kuil.

Anehnya, hal itu tidak seperti cosplay seperti Yurika.

Bisa jadi karena kepribadian Kiriha yang tenang yang membuatnya seperti itu.

"Setelah kalian semua siap, ikuti aku! Pertempurannya akan segera dimulai!"

"Tulip, bisa jadi kita nggak akan bertempur"

"Kau terlalu naif, Primitif! Orang mesum itu akan kuhancurkan"

"...Hmmm. Yah, baiklah"

Koutarou dan yang lainnya mengikuti Theia masuk ke dalam rumah besar itu.

Meskipun mereka selalu melakukan sesuatu dengan cara mereka sendiri, kali ini mereka semua berkumpul dengan satu tujuan.

Saat mereka pertama kali bertemu, hal ini tidak mungkin akan terjadi, tapi saat ini mereka tidak memikirkan hal itu.

Senjata di atas pundak Theia menembak bertubi-tubi mengenai sasarannya.

Dia memanggil senjata kaliber besar yang menembak dengan cepat dari Ksatria Biru dan peluru yang tak terhitung jumlahnya melesat menuju sasarannya.

Sasarannya adalah baju zirah dan boneka-boneka yang ada di dalam rumah itu.

Benda-benda itu dilubangi oleh hujan peluru.

"Hmph, terlalu mudah. Aku berharap lebih dari baju zirah dan boneka yang bisa bergerak"

"Jangan begitu, Tulip. Senjatamu yang terlalu kuat!"

Theia tidak menembak benda-benda itu untuk mengobati rasa bosannya atau hal semacam itu.

Saat Koutarou dan yang lainnya sedang menjelajah rumah itu, benda-benda itu tiba-tiba menjadi hidup dan menyerang mereka.

Tapi sebelum mereka bisa mendekat, benda-benda itu hancur lebur oleh kekuatan senjata Theia yag terlalu kuat.

"Ya ampun...apa yang akan kamu lakukan kalau ada orang didalamnya.."

Setelah melihat baju zirah ksatria dan boneka beruang yang sudah hancur, Koutarou hanya bisa menggigil ngeri memikirkan jika seandainya ada orang di dalam benda-benda itu.

"Kalau memang itu terjadi, anggap saja kecelakaan"

Tapi, Theia tidak terlihat peduli, dan itu membuat Koutarou kagum.

"Yang bener aja!"

"Tidak perlu sebahagia itu, Primitif. Apa kau begitu senang melihat keagungan diriku?"

"Jauuuh!"

"Tidak apa-apa, Satomi-sama. Aku sudah berjaga-jaga memindai adanya tanda-tanda kehidupan"

"Eh, benarkah?"

Koutarou berhenti bergerak setelah mendengar kata-kata Ruth.

"Senjataku dikendalikan oleh data yang dikirimkan Ruth sebelum menyerang agar tidak sampai menyerang manusia"

"Serius!?"

"Tentu saja aku serius!...Memangnya kau pikir aku ini apa!?"

"Orang yang mencoba membunuhku hampir setiap harinya!"

"Ngomong-ngomong, Kiriha, bagaimana keadaan Sanae? Karena mereka menyerang, apa ini artinya kita sudah dekat?"

Theia mengganti topik pembicaraan saat arah pembicaraannya mulai membuat Koutarou unggul.

"Dan dia nggak dengar..."

"Satomi-sama"

Ruth berbisik ke Koutarou yang mulai kesal dengan Theia.

"Tolong percayalah dengan Yang Mulia untuk hari ini. Meskipun ini sulit dipercaya, Yang Mulia sebenarnya kuatir dengan Sanae-sama"

"...Baiklah"

Karena Ruth yang memintanya untuk melakukan itu, Koutarou akhirnya meredam kekesalannya.

Setidaknya dia mengerti apa yang saat ini Theia rasakan, kalau tidak, Theia tentu saja tidak akan menolong.

"Karama, Korama, bagaimana situasinya?"

"Ho-, Kelihatannya dia ada di bawah tanah Ho-! Aku bisa merasakan ada gua yang besar di bawah Ho-!"

"Ada tangga yang mengarah ke bawah di depan sana Ho-!"

"Bawah tanah ya..Tempat yang tepat untuk penjahat kelas teri berkeliaran"

"Ouch, rasanya benar sekali"

Kiriha hanya bisa tersenyum kecut mendengar kata-kata Theia.

Karena dia sendiri datang dari bawah tanah, kata-kata Theia berlaku juga untuk Kiriha.

"I-Itu hanya perumpamaan! Aku tidak bermaksud menghina rumahmu!"

Kukuku, Tulip mulai panik...

Koutaoru merasa senang melihat Theia yang berusaha membuat alasan.


Part 2[edit]

Para pemburu hantu sedang mengawasi Koutarou dan keempat gadis yang bersamanya.

Sebenarnya, hanya bagian lantai dasar rumah saja yang hancur, bagian ruang bawah tanahnya telah dibersihkan dan dirawat.

Mereka menggunakan bagian luar rumah yang hancur sebagai kamuflase markas mereka yang berada di bagian bawah tanah rumah.

Ukuran markas bawah tanah mereka kurang lebih 25 meter baik panjang maupun lebarnya.

Dan dengan tinggi ruangan yang mencapai lima meter, markas mereka sangat luas.

Alasan kenapa ruangan itu sangat luas adalah karena ruangan itu dulunya adalah ruang bermain.

Meja biliar, meja roulette[13] dan sebagainya masih ada di ruangan itu.

Barang-barang milik para pemburu hantu itu juga berada di tempat yang sama.

Barang-barang itu adlah alat-alat yang mereka perlukan untuk bekerja dan juga alat untuk bertahan hidup mereka, seperti tempat tidur.

Diantara barang-barang itu terdapat monitor yang menunjukkan hasil tangkapan kamera tersembunyi yang ada di dalam rumah.

Total monitor itu berjumlah tiga buah.

Dan dengan mengganti saluran dari kamera, mereka bisa mengawasi seluruh bagian rumah yang sudah kosong itu.

Koutarou dan yang lainnya saat itu sedang ditampilkan di monitor saat mereka sedang menghancurkan semua yang menghalangi jalan mereka sembari berjalan masuk.

"Kakak, ini gawat! Kelihatannya para penyusup itu tahu jalan masuk ke markas bawah tanah kita!"

"Apa!?"

Salah satu pemburu hantu, yang mengawasi perkembangan kejadian di layar monitor, berteriak.

Dan pemburu hantu kedua, yang tadinya bersantai-santai di atas sofa, dengan cepat pergi ke sisi pemburu hantu yang pertama.

"Apa yang terjadi dengan mereka yang tugas jaga!?"

"Yah, kelihatannya mereka dihancurkan sama cewek yang paling kecil! Zirah maupun boneka nggak akan bisa menghentikan dia!"

Roh-roh jahat telah merasuki zirah dan boneka-boneka dan bergerak satu demi satu.

Hal itu mirip dengan serangan poltergeist Sanae, mereka akan bergerak dan menyerang bersamaan dengan zirah itu, sama seperti bagaimana Sanae melempar ensiklopedia kearah Koutarou.

Namun, baju zirah dan boneka yang menjadi senjata itu akan hancur berkeping-keping oleh Theia.

Pada akhirnya, hantu-hantu rendahan itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Oh ya, nggak kayak kita, mereka bagus dalam serangan fisik..."

"Ini gawat, kalau terus begini, mereka bakal sampai kesini! Kita harus apa, Kakak!?"

"Tenanglah, Hachi!"

Si Kakak memukul kepala Hachi yang berlarian kesana kemari karena panik.

"Terus, terus kita harus apa?"

Hachi akhirnya berhenti dan memandang ke arah kakaknya.

"Kita tidak perlu melawan mereka dengan cara mereka. Itulah kenapa kita sudah bersiap untuk keadaan semacam ini. Di antara roh jahat, pasti ada yang bisa melawan orang secara langsung, iya kan? Kita akan menyuruh roh-roh itu maju dan membuat para penyusup itu pergi"

"Ah, roh-roh yang gajinya gede ya?"

"Memangnya kau pikir kenapa kita menyewa mereka?"

"Sudah kuduga, Kakak! Aku sampai lupa!"

"Ada juga senjata yang kita siapkan kemarin kan? Siapkan itu juga"

"Oke! Aku ambil sekarang!"

Hachi langsung lari ke ruangan lain.

Ruangan di samping mereka adalah ruangan tempat berkumpulnya para roh jahat yang disewa.

Tapi ada satu yang melihat ke arah monitor.

Rokujouma V3 221.jpg

"Koutarou....kamu datang menolongku..."

Dia adalah Sanae yang sudah ditangkap oleh para pemburu hantu.

Dia masih terperangkap di dalam tempat penyimpanan transparan.

Para pemburu itu membawa Sanae lengkap dengan tempat penyimpanannya ke markas mereka, dan sedang menunggu rekan bisnis mereka datang.

Sanae diletakkan di pojok ruangan, dan dari posisi itu dia bisa melihat ke arah monitor.

Sanae, yang hanya bisa berharap, telah memandang layar monitor dalam waktu yang cukup lama.

"Koutarou...itu benar-benar Koutarou..."

Saat Koutarou nampak di layar monitor, jantung Sanae hampir berhenti berdetak.

Meskipun dia adalah hantu dan tidak punya jantung, sampai seperti itulah dia terkejut.

Dan di saat yang sama, dia merasa lega.

Setelah merasa was-was selama itu, rasa lega itu membuat lutut Sanae lemah dan dia jatuh terduduk.

"B-Bodohnya aku! Bukannya aku sudah memutuskan untuk nggak baikan sama Koutarou!? Kenapa aku malah ngerasa lega!?"

Sanae menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan rasa lega yang dirasakannya, tapi hal itu tidak semudah yang dipikirkannya.

Sanae sudah memutuskan untuk memperlakukan Koutarou sebagai musuh.

Dan tekadnya semakin diperkuat saat rasa frustasinya, karena ditangkap oleh para pemburu hantu, bercampur ke dalamnya.

Tapi, tekadnya mulai runtuh setelah dia melihat Koutaoru.

Dia berharap, mungkin, mungkin saja...

Meskipun dia tahu kalau hanya berharap saja hanya akan membuat dirinya semakin sakit hati.

"Apa maksudnya ini, Koutarou!? Kalau kamu menganggapku musuh, tinggalkan aku! Kenapa kamu datang kesini!?"

Sanae merasa sangat kebingungan, dan karenanya dia tidak bisa melepaskan pandangannya dari Koutarou yang masih berada di dalam layar monitor.


Part 3[edit]

"Ini dia, ruang bawah tanah!"

Koutarou menendang pintu ruang bawah tanah hingga terbuka.

Menggunakan momentum dari arah larinya yang menuruni tangga untuk menendang pintu, pintu itu pun terbuka dan menghantam dinding.

Dengan pintu ruang bawah tanah yang terbuka, Koutarou dan yang lainnya melesat masuk ke dalam ruangan itu.

"Itu dia! Itu Sanae!"

Tepat saat mereka memasuki ruang bawah tanah, Koutarou menemukan Sanae.

Dia berada di sudut ruangan yang jauh dari mereka dan masih terperangkap di dalam tempat penyimpanan berbentuk silinder itu.

"Sanae! Apa kamu baik-baik saja!?"

Koutarou berteriak kearah Sanae, dan Sanae membalasnya.

"Kenapa kamu datang!? Aku nggak pernah memintamu buat menolongku! Aku tahu kamu menganggapku sebagai pengganggu!"

"Sekarang bukan saatnya ngebahas itu!"

Koutarou heran dengan Sanae yang tidak menghiraukan situasi mereka saat itu.

Tapi, Koutaoru juga lega mendengar suara Sanae yang penuh semangat.

Koutarou dan yang lainnya masih menganggap para pemburu hantu itu sebagai orang mesum, jadi mereka khawatir kalau para pemburu itu sudah melakukan sesuatu yang buruk pada Sanae.

"Maaf sudah mengganggu reuni kalian yang mengharukan, penyusup"

Tapi, pembicaraan antara Koutarou dan Sanae terhenti.

Para pemburu hantu berdiri di antara Koutarou dan Sanae.

"Hantu ini adalah milik kami! Jadi, pulanglah sebelum kalian terluka!"

"Itu benar! Pulang saja! Sudah waktunya para bocah untuk tidur!"

Mereka membusungkan dada mereka dan dengan gagah menantang Koutarou dan yang lainnya.

"Dasar penjahat teri kurang ajar! Kalau kalian bisa berkata-kata seperti itu, aku harap kalian sudah siap dengan ganjarannya!"

"Kembalikan Sanae-chan, dasar mesum!!"

Theia dan Shizuka melotot ke arah pemburu hantu itu.

Tapi, kedua pemburu itu masih tersenyum licik dan menunjukkan kepercayaan diri mereka.

"Penjahat kelas teri? Orang mesum? Kalian ngomongin siapa? Bukannya itu kalian?"

"Itu benar! Kami belum melakukan sesuatu yang salah!"

Kata-kata itu membuat Koutarou marah dan dia berteriak kepada mereka.

"Apa!? Kalian berani ngomong begitu setelah menculik Sanae!?"

"Memangnya kami salah apa!?"


Sanae hampir diraba-raba beberapa kali dan untuk melengkapi itu, dia diculik.

Meskipun begitu, para pemburu hantu itu menuduh Koutarou dan yang lainnya sebagai penjahat.

Ini tidak hanya membuat Koutarou marah, tapi juga Ruth.

Tapi, para pemburu hantu itu terus meledek Koutarou dan yang lainnya.

"Tetap saja, kami mematuhi hukum. Tidak ada hukum yang melarang penangkapan hantu, iya kan?"

"Dan ini adalah markas kami! Kami membelinya! Tapi, kalian main masuk saja seenaknya!"

"Selain itu, memangnya hantu itu teriak-teriak minta tolong? Nggak kan? Kalian datang meski nggak ada yang minta kalian buat datang. Ini namanya kalian masuk tanpa izin!"

"Tolong kami! Polisi!"

"Fufufu, dalam situasi ini, kami berada di bawah payung hukum! Lebih lagi, kami adalah pembela kebenaran!"

"Ugh"

Tidak ada hukum yang melarang penangkapan hantu.

Selain itu, Sanae juga tidak meminta tolong.

Dan selain itu, mereka juga masuk tanpa izin.

Para pemburu hantu itu punya pernyataan yang mendukung.

Karenanya, Koutaoru dan Ruth tidak bisa membantah mereka.

Theia dan Shizuka pun tidak bisa membalas.

Dan untuk membuat Koutarou dan yang lainnya semakin kesal, para pemburu hantu itu tersenyum licik dan tertawa.

"Begitu, kalau begitu kesalahan kalian hanya dalam hal membuat kami sebagai musuh kalian"

Satu-satunya yang bertingkah berbeda hanyalah Kiriha.

"Apa!? Apa maksudnya itu!?"

"Biar aku jelaskan"

Senyum Kiriha yang biasanya menghilang dan timbul kerutan di dahinya.

Matanya tampak sipit saat dia memandang tajam para pemburu hantu.

Dan dengan nada yang dingin, Kiriha berkata seperti ini.

"Kami adalah penjajah. Kami tidak pernah mematuhi hukum sejak awal. Penjahat? Itu memang cocok bagi kami! Kami bertingkah sesuka hati kami. Memangnya kami peduli dengan keadaan kalian! Kami akan mengambil kembali Sanae, wahai para pembela kebenaran!"

Kiriha saat itu sedang marah, lebih tepatnya terbakar api kemarahan.

Pandangannya yang tajam seakan bisa membakar musuhnya saat itu juga.

"...Kiriha-san..."

Sudah empat bulan sejak dia datang ke kamar 106.

Tapi baru kali ini Koutaoru melihat Kiriha benar-benar marah.

"Sanae-chan adalah teman kami Ho!"

"Meskipun dia tidak mau, kami akan membawanya pulang Ho!"

Para haniwa maju kedepan Koutarou.

Tidak seperti ekspresi normal dan datar mereka yang biasanya, ekspresi yang mereka tunjukkan saat ini adalah kemarahan.

"Itu benar juga. Aku sudah lupa rupanya. Aku tidak pernah peduli dengan hukum planet ini dari awal!"

Theia memperoleh kembali ambisinya, menyiapkan senjatanya dan menunjukkan senyuman yang mirip dengan binatang buas yang sedang memburu mangsanya.

"Dan kalian akan menyesal sudah menyombongkan diri di harapanku! Namaku adalah Theiamillis Gre Forthorthe! Jangan berani kalian lupakan itu, bahkan mati sekalipun!"

Empat bulan lalu, niat jahat itu diarahkan ke arah Koutarou.

"Yang Mulia, aku akan maju sekarang!"

"Ya!"

Dan empat bulan lalu, Ruth yang menghentikan Theia, mempersenjatai dirinya sendiri dan maju untuk melindungi Theia.

"Menyentuh penyewa kamar kosku adalah hal terakhir yang bisa kalian lakukan! Ibu Kos dan penyewa kos sudah seperti keluarga! Tidak peduli itu manusia maupun hantu!"

Empat bulan lalu, Shizuka telah melarang Koutarou dan yang lainnya untuk bertarung.

Dan sekarang, Shizuka sendiri sudah siap untuk bertarung.

Dia mengepalkan tinjunya dan mengambil ancang-ancang sambil menghentakkan kakinya untuk merasakan keadaan lantai ruang bawah tanah itu.

"Sanae!"

Dan yang terakhir adalah Koutarou.

"A-Apa!? Bukannya aku minta tolong padamu sih!"

"Aku mengerti! Aku tidak akan memaksa membawamu pulang ke rumah!"

"Eh!?"

"Tapi, setelah aku berhasil memukul orang-orang mesum ini aku ingin bicara denganmu! Seenggaknya tolong dengarkan aku! Setelahnya, terserah kamu mau apa!"

"..."

Sanae tidak menjawab.

Dia tidak menjawab, tapi dia menggerakkan kepalanya sedikit.

Itu sudah cukup bagi Koutarou.

"Oke, mari kita mulai!"

Koutarou biasanya cepat dalam hal memulai keributan dan selama dia sudah yakin, tidak masalah baginya jika dia berada dalam pihak yang salah.

Dia menyiapkan dahan di tangannya dengan posisi yang sama saat dia sedang bermain baseball dulu.

Begitu, ini memang seperti yang dikatakan senpai...

Koutarou mulai berpikir sambil menggunakan dahan ditangannya sebagai tongkat pemukul.

Tidak biasanya dia bersemangat seperti itu.

Dia tidak akan merasa seperti ini hanya karena berhadapan dengan musuh.

"Enaknya kalian, kalian bakal pergi wisata"

"Apa!? Apa maksudnya!?"

"Hari ini aku dalam kondisi terbaik! Aku akan mengirim kalian berwisata ke bulan!"

Koutarou merasa seperti Babe Ruth[14] setelah mencetak home run dengan ketiga base terisi.

Yang memulai pertarungan itu tentu saja Theia yang kesabarannya paling pendek.

"Mereka yang menang adalah mereka yang bergerak lebih dahulu! Ksatria Biru, gunakan misil jarak dekat! Jangan lukai Sanae--"

"Wahaha, apa kalian lupa dimana kalian sekarang!?"

Sebelum Theia meluncurkan misilnya, sebuah lubang terbuka persisdi bawah kakinya.

Itu adalah lubang jebakan yang sudah disiapkan sebelumnya oleh para pemburu.

Theia tidak bisa menghindari jebakan yang tiba-tiba terbuka dan jatuh ke dalamnya.

"Waaaaaaah!"

"Idiot, kalian pikir kami tidak siap!?"

"Idiot, Idiot"

"B-berhenti bercanda!"

"Yang Mulia!"

"Tulip, kamu baik-baik saja!?"

Ruth dengan cepat berbalik ke arah Theia, dan Koutarou yang berdiri disebelah Theia mengintip ke dalam lubang.

Kiriha dan Shizuka masih menghadap ke arah musuh, tapi waktu menyerang mereka sedikit terlambat.

"Baiklah pasukan, serang mereka!"

"Aku jadi lapar nih"

"Kita bakal dibayar, ya kan...?"

"Ini jebakan yang biasa, menjanjikan sesuatu buat dapat tenaga kerja gratisan"

"Kamu lapar gara-gara kamu terus mikir kayak gitu. Obsesi kita bakal bocor kalau terus begitu"

"Berhenti bicara dan pergilah!"

"Oke"

Para pemburu tidak menyia-nyiakan kesempatan mereka dan mulai menyerang.

Serangan mereka adalah gerombolan hantu yang sama dengan yang menangkap Sanae.

Tapi, kali ini jumlah mereka dua kali lebih banyak dari yang sebelumnya.

Roh-roh jahat denagn berbagai ukuran berhamburan keluar dari ruangan yang lain dan mengarah menuju Koutarou dan yang lainnya.

"Mereka disini! Buruan keluar dari situ, Tulip!"

"Yang Mulia, tangan anda!"

"M-Maaf!"

Theia menggenggam tangan Koutarou dan Ruth dan mereka menariknya keluar dari lubang jebakan itu.

Tapi saat mereka melakukan ini, pertahanan mereka benar-benar terbuka.

Roh-roh jahat tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan terbang menuju Koutaoru, Ruth, dan Theia.

"Oke semuanya, aku akan menyerang mereka! Pinjamkan kekuatan kalian!"

"Dia sombong banget cuma karena dia bisa nyerang orang langsung"

"Aku dengar gajinya juga lumayan tinggi, dia pasti suka nyombong"

"Sssstt, nanti dia denger loh"

Koutarou dan Ruth memunggungi para roh jahat dan Theia masih bergantung pada mereka berdua.

Dengan posisi seperti itu, mereka seperti mengundang para roh jahat untuk menyerang mereka.

"Yang Mulia, tolong cepatlah!"

"Aku sudah berusaha secepat yang aku bisa"

"Waaaah, kita bakalan kena!!"

Koutarou dan yang lainnya memperhatikan kalau para roh jahat sudah mulai menyerang, tapi mereka tidak bisa menjatuhkan Theia kembali ke dalam lubang jebakan.

Kalau mereka melakukan itu, Theia akan menjadi sasaran empuk bagi para roh jahat.

Dan karena itulah mereka bertiga saat ini berada dalam bahaya.

"Jangan lupakan kami!"

"Serahkan pada kami, Satomi-kun!"

Kiriha dan Shizuka muncul da menyelamatkan Koutarou, Theia dan Ruth dari bahaya.

Kiriha menggunakan haniwa miliknya untuk bertahan sementara Shizuka memukul satu demi satu para roh jahat.

Keduanya cukup handal dalam melawan hantu, jadi mereka tidak terpukul mundur. Tapi karena jumlah hantu yang cukup banyak, perkelahiannya menjadi maju dan mundur.

Jika saja ruangan itu lebih kecil, Shizuka bisa memukul para hantu itu dengan lebih efisien lagi.

Tapi karena ruangan itu cukup besar dan langit-langitnya yang tinggi, para hantu jauh lebih unggul daripada Shizuka yang sama sekali tidak bersenjata.

"Tulip, sekarang kesempatan kita!"

"Ya!"

Saat Kiriha dan Shizuka sibuk mengulur waktu, Theia mengeluarkan dirinya dari lubang jebakan.

"Ah!?"

Di saat itu, Ruth memperhatikan para pemburu hantu saat sedang memperhatikan keadaan disekelilingnya.

"Kena kalian!!"

"Makan nih!!"

Mereka mengendap-endap dibelakang Koutarou dan yang lainnya lalu masing-masing melempar bola kecil sementara Koutarou dan yang lainnya masih fokus ke arah roh-roh jahat.

"Yang Mulia! Satomi-sama!"

Kalau Ruth tidak memperhatikan, mereka bertiga akan terkena bola itu.

"Woah!?"

"Apa!?"

Tapi, karena Ruth mendorong mereka berdua menjauh, hanya dialah yang terkena bola itu.

Bola itu mengenai kepala dan pundaknya dan membuat suara benturan kecil.

"Ruth-san!?"

"Apa kau baik-baik saja, Ruth!?"

Wajah Koutarou dan Theia memucat saat mereka melihat Ruth yang terkena bola itu.

"...Huh?"

Tapi Ruth sendiri hanya bisa memiringkan kepalanya.

Bola-bola itu tidak menyakitinya.

Dia bingung karena sudah yakin kalau bola-bola itu berbahaya.

"K-Kelihatannya aku baik-baik saja"

"Untunglah!"

"Benarkah!? Tapi, kenapa? Aku pikir itu adalah serangan!"

"Apa yang mereka lakukan!?"

Setelah memeriksa bahwa Ruth baik-baik saja, Koutarou dan Theia menghela nafas lega dan merasa bingung.

"Sayang sekali, cuma kena satu"

"Tapi itu sudah lebih dari cukup! Wahahahaha!"

"Wahahahahaha!"

Para pemburu hantu itu menyombongkan kemenangan mereka, dan membuat Koutarou dan yang lain semakin bingung.

Tapi, alasan untuk hal itu segera muncul.

"Eh, a-apa!? Satomi-sama, awas!"

"Eh?"

Koutarou segera bergerak begitu mendengar peringatan dari Ruth, dan sesaat setelahnya sebuah pedang besar mengayun jatuh ke tempat dimana Koutarou tadinya berdiri.

Padatan besi pedang itu dengan mudah menghancurkan lantai semen ruangan itu, membuat bagian tajam pedang itu terkubur di lantai.

Kalau saja pedang itu mengenai Koutarou, tentu saja jadinya akan buruk sekali.

"Ah!? Aku pasti mati kalau tadi kena itu!"

Serangan itu membuat Koutarou terkejut, tapi saat dia melihat siapa yang menyerangnya, dia hanya bisa menganga.

"Tolong pergi dari sini, Yang Mulia, Satomi-sama!"

"Ruth-san!? Kenapa!?"

"Apa kau sudah gila, Ruth!?"

Yang menyerang Koutarou tidak lain adalah Ruth.

Bahkan saat ini dia sedang menyiapkan serangan lain sembari menarik pedangnya dari lantai dan dengan beraninya memasang kuda-kuda.

Tapi, tidak seperti penampilannya yang gagah, Ruth mau menangis.

"B-Badanku bergerak dengan sendirinya! Aku tidak ingin menyerang kalian!"

"Dengan sendirinya!?"

"M-Mungkinkah ini karena bola-bola aneh itu!?"

Hal yang terpikirkan oleh Koutarou saat itu adalah bola-bola aneh yang tadi dilempar ke arah mereka.

"Benar sekali!"

"Selamat sudah berhasil menebaknya, mas! Sebuah roh jahat sudah terbungkus dalam setiap bola itu! Dan kalau mereka mengenai seseorang, mereka akan merasuki orang itu dan akan melakukan apapun yang mereka mau!"

"Sialan, kalian melakukan hal jahat dengan cara yang paling membosankan"

Ruth telah dirasuki oleh roh jahat setelah terkena bola dan dipaksa melawan Koutarou dan Theia.

"Selain itu, kalian mengenai Ruth! Kenapa kalian nggak mengenai Tulip, dasar idiot!"

"Kau marah tentang hal yang salah, Primitif!"

"Tapi aku nggak bisa mukul Ruth-san!"

"Apa!? Jadi tidak apa-apa bagimu untuk memukulku!?"

"Iya lah"

"Hey!!"

"Nah nah, kalau kalian nggak lari, dia bakal potong-potong kalian loh!"

Sementara Koutarou dan Theia sibuk beradu mulut, Ruth mengayunkan pedang besarnya untuk memotong mereka berdua.

"Kyaaaaa! Saklar lapisan energi pedangnya menyala!"

Sebuah cahaya kehijauan yang tipis bersinar dari pedang itu.

Pedang itu sudah dirancang agar kekuatan penghancurnya meningkat saat lapisan energinya aktif.

"Ini bahaya! Primitif, jadilah perisaiku!"

"Enak aja! Memangnya aku bisa menahan itu dengan menjadi perisaimu!?"

"Orang bilang, rakyat adalah perisai negara!"

"Nggak gitu juga!"

"Lariiiiii!!"

Ruth mengayunkan pedangnya sembari menangis.

Koutarou dan Theia menghindar tepat pada waktunya, berkat Ruth yang dengan susah payah mencoba mengubah jalur ayunan pedangnya.

Tapi, cahaya disekitar pedang itu melewati tongkat milik Koutarou.

Dan hanya dengan itu, bagian atas tongkat itu terpotong dengan rapi.

Setelah memotong tongkat milik Koutarou, pedang Ruth terkubur di tanah sekali lagi.

Dan pedangnya terkubur jauh lebih dalam dari sebelumnya.

Kekuatan penghancur dari pedang yang terbungkus lapisan energi sudah tidak bisa dibandingkan lagi dengan sesaat yang lalu.

"Kuat banget.."

Koutarou menggigil ketakutan saat dia melempar tongkatnya yang sudah hancur menjadi setengahnya.

"R-Ruth tidak punya belas kasih sama sekali.."

Theia dengan cepat berdiri setelah menghindari dari serangan itu.

"Apa kamu yakin dia nggak menyimpan dendam cuma karena kamu keterlaluan?"

"Tentu saja tidak!"

"Lebih penting lagi, kita nggak bisa melakukan apa-apa, Tulip?! Kalau terus begini, kita yang bakal mati!"

Koutarou dan Theia tidak punya pilihan lain kecuali lari.

Mereka tidak bisa menyerang Ruth.

Jadi, untuk menghindari serangan RUth, mereka berlari mengelilingi lubang jebakan.

"Maafkan aku! Aku benar-benar minta maaf!!"

Dan Ruth mulai mengejar mereka dengan cara yang sama.

Dia sudah menangis sejak tadi selagi mengejar mereka berdua.

Jika orang lain melihatnya, hal ini pasti akan terlihat seperti sebuah adegan komedi; tapi bagi mereka yang terlibat, ini adalah hal yang bisa melibatkan nyawa mereka.

"Aku mungkin bisa membuatnya tak sadarkan diri dengan senjata yang tidak mematikan, tapi baju zirah dan boneka-boneka yang lain akan menyerangnya jika dia sedang pingsan! Dia lebih aman sekarang daripada tadi!"

"K-Kalau gitu, bagaimana dengan senjatanya!? Dia dapat itu dari kapalmu, iya kan?"

"Kalau aku mematikan fungsi transfer Ksatria Biru, dia tidak akan bisa menggunakan senjatanya, tapi kalau begitu aku pun tidak akan bisa menggunakan senjataku juga! Kita akan menjadi lemah nantinya!"

"Lakukan sekarang juga! Lebih baik begitu daripada nggak melakukan apapun!"

"Baiklah!"

Pada akhirnya, Theia mendengarkan saran Koutarou, karena dia juga ingin melakukan sesuatu terhadap situasi itu.

"Ksatria Biru, jalankan penghentian darurat untuk sistem transfer senjata!"

"Seperti yang kau inginkan, tuan puteri"

Senjata Theia dan Ruth menghilang setelah gelang milik Theia menjawab perintahnya.

Hal itu tidak berpengaruh bagi Theia yang sudah siap, tapi Ruth kehilangan keseimbangan setelah pedangnya yang besar dan perisainya tiba-tiba menghilang.

"Kuserahkan musuh-musuh itu kepadamu, Primitif! Aku akan menangkap Ruth!"

Theia berbalik dan berlari ke arah Ruth.

"Mengerti!"

Koutarou mematuhi perintah Theia dan lari ke arah pemburu hantu.

"Kakak, dia kesini! Gawat!"

"Tenang, cuma satu kok! Kita nggak akan kalah dua lawan satu!"

Sebuah pertarungan yang sengit pun terjadi: Theia vs Ruth dan Koutarou vs pemburu hantu.

Selagi Koutarou dan Theia memulai adu tinju dengan lawan mereka masing-masing, sebuah keributan yang aneh sedang terjadi dimana Shizuka dan Kiriha sedang melawan gerombolan hantu.


Part 4[edit]

"Apa-apaan cewek ini!? Dia bisa ngenain kita pake tangan kosong!?"

"Apa-apaan juga haniwa itu!? Kita nggak bisa gerak gara-gara sinar kuning punya mereka!"

"Nggak ada yang bilang musuh kita bakal sekuat ini!"

"Betul! Kalau kita bakal ngelawan yang sekuat ini, aku mau gaji yang lebih gede!"

"Berhenti mengeluh dan bertarunglah, kalian!"

"Aku yakin kamu nggak apa-apa, gajimu kan udah gede"

"Apa!? Coba bilang sekali lagi!?"

Para roh jahat rupanya sedang berselisih.

Karena kekuatan Shizuka dan Kiriha yang sangat kuat, sebagian besar para roh jahat mulai ragu untuk menyerang.

Para roh jahat yang digaji rendah tidak punya alasan untuk mempertaruhkan nyawa(?) mereka dalam pertarungan ini.

"Ada apa itu..?"

"Kelihatannya pihak manajemen menengahnya sedang berdebat dengan para karyawan..."

Shizuka dan Kiriha keheranan dengan para roh jahat yang menghentikan serangan mereka dan mulai berdebat.

Mereka punya kesempatan untuk menyerang dalam situasi ini, tapi situasi itu bahkan terlalu menggelikan dan tidak ada diantara mereka berdua yang ingin menyerang.

"Musuhnya cuma kelihatan kuat, kamunya aja yang nggak serius!"

"Kamu bodoh ya!? Cuma dengan melihat, mereka itu benar-benar kuat! Cewek-cewek itu nggak akan menjadi lemah cuma karena kamu atau ilmu kejiwaanmu yang kayak sampah!"

"Ya, kamu cuma anjingnya para pemburu! Kamu udah dibeli dengan gaji tinggi!"

"Apa!? Jangan lupa sama kelalaianmu ya! Kamu pikir udah berapa kali aku ngelindungin kamu!?"

"Pergi sana! Kita nggak akan maju-maju kalau cuma ngomong sama kamu! Kita bakal ngomong langsung sama para pemburu!"

"Ya! Perjuangan kami bakal berlanjut sampai kami dapat kenaikan 50%!"

"Serahkan negosiasinya sama aku. Dulu aku karyawan di bagian persatuan buruh"

"Beneran!? Boleh banget tuh!"

"Tapi aku dipecat gara-gara transaksi ilegal. Hidupku mulai hancur dari sana..."

"Beneran!? Boleh banget tuh, dalam artian lain!"

"H-Hei, kalian, berhenti! Kalian mau melawan boss kalian!?"

"Cara pikir seperti itu nggak akan mempan dengan kami. Kami akan menggunakan apapun yang kami punya, itulah cara kami"

"...Kalau dipikir-pikir juga, aku juga nggak ada kewajiban apa-apa sih, sama para pemburu hantu itu"

"Kenapa kamu nggak minta naik gaji juga?"

"Boleh juga...pertarungan kayak gini nggak ada untungnya"

Dengan itu, para roh jahat bersatu dengan tujuan mendapat kenaikan gaji, dan mereka mendekati para pemburu hantu yang sedang bertarung dengan Koutarou.

"Maaf, bocah, tunggu sampai kami selesai bicara ya"

"Wah!?"

Para roh jahat mendorong Koutarou ke arah samping dan berhadapan dengan para pemburu.

Koutarou berguling ke arah Theia dan Ruth yang saling menjerat setelah kehilangan keseimbangannya.

"Ada apa sekarang?"

"S-Siapa yang tahu..."

Koutarou menggelengkan kepalanya.

"Bagaimana dengan kalian berdua?"

"Seperti yang kau lihat"

Theia berhasil menahan Ruth.

Theia dengan mudahnya melampaui Ruth dalam hal kekuatan badan, dan saat pertarungannya menjadi pertarungan jarak dekat, dia tidak takut kalah.

"Aku benar-benar mohon ampun, Yang Mulia"

Ruth memohon ampun kepada Theia selagi mencoba lepas dari Theia yang masih menahannya.

"Tidak apa-apa. Lagipula, ini bukan salahmu"

"Jadi, masalahnya tinggal disebelah sana..."

Dengan permasalahan Theia dan Ruth yang selesai untuk sementara, Koutarou melihat kembali ke arah para roh jahat.

"Kami dengan tegas menolak ketidakadilan kondisi bekerja kami!"

"Naikkan gaji kami!"

"Naikkan!"

"Mereka minta kenaikan gaji!? Mereka udah belajar sesuatu yang nggak berguna! Kita mengumpulkan terlalu banyak roh jahat!"

"Kakak! Roh-roh jahat itu mulai bikin aku takut!"

Para roh jahat mulai menyuarakan tuntutan mereka.

Para pemburu hantu kebingungan karena tiba-tiba dikelilingi oleh mereka yang semestinya adalah rekan mereka.

"Satomi-kun!"

"Koutarou!"

Shizuka dan Kiriha datang ke arah Koutarou dan yang lainnya, dan melaporkan apa yang mereka dengar.

"Ibu Kos-san, disana ada apa sih?"

"Mereka lagi ribut sendiri"

"Yang benar?"

"Kelihatannya begitu. Mereka mengatakan sesuatu seperti resiko yang terlalu besar untuk upah mereka"

"Kelihatannya persatuan buruh akhirnya maju untuk meningkatkan taraf hidup mereka"

"Persatuan buruh!?"

Semenatara Koutarou mengabari mereka tentang situasi itu, negosiasi para roh jahat hampir mencapai puncaknya.

"Kalian pikir kalian bisa dapat buruh dengan gaji rendah cuma karena kita saat ini lagi masa reses[15] kan? Nggak mempan!"

"Tunggu, bukan itu maksud kami!"

"Kalau begitu, kenapa nggak bilang kalau musuh kami sekuat itu!? Kami nggak dibayar buat ngelawan musuh sekuat itu!"

"I-Itu...kebetulan aja mereka memang kuat!"

Para roh jahat saat itu sedang dalam posisi unggul. Tanpa bantuan dari para roh jahat, para pemburu hantu tidak akan punya kesempatan melawan Koutarou dan yang lainnya, jadi mereka tidak punya apa-apa untuk dijadikan tumpuan dari awal.

"Kami juga sudah tahu! Kalian bisa menjual cewek itu seharga 300 juta yen!"

"Bagaimana kalau kalian memberikan sebagian dari itu kepada kami!?"

"Yaa! Aku lapar!"

"Aku ngerti kondisi kalian! Tapi, aku nggak bisa memberi kalian duit sekarang juga! Kalau kita nggak melawan orang-orang itu dan menjual cewek itu, kami nggak bisa naikin gaji kalian!"

"Nggak bertanggung jawab banget! Yang bener aja! Jadi gini sikap kalian sebagai boss!?"

"Tunggu dulu! Setelah kami menjual cewek itu, kami bakal membari kalian gaji kalian!"

"Siapa yang mau dengar itu!? Kalian mau memberi bagian kami sekarang atau nggak!?"

"I-Itu..."

Pertanyaannya bukan tentang memberi atau tidak, karena para pemburu hantu itu sudah menghabiskan seluruh uang mereka.

Jadi, mereka tidak bisa memberi para roh jahat apa yang mereka mau.

"...Tuan-tuan. Aku sudah berpikir sejak tadi"

Di saat itu, sebuah roh jahat menghentikan rekan-rekannya yang sangat bersemangat.

Roh itu adalah roh wanita jahat berambut panjang yang mengenakan seragam pelayan klub malam.

"Ada apa!? Ini masih membahas hal penting!"

"Aku tahu itu. Itu sebabnya aku menghentikan kalian. Apakah kalian mau dibutakan dengan diiming-imingi uang?"

"Diiming-imingi uang?"

"Itu benar"

Dia menunjuk ke arah Sanae dengan kipas bulu yang dipegangnya.

"Pikirkan mana yang lebih baik, menunggu cewek itu dijual lalu kalian dibayar atau memakannya sekarang?"

"...Uhm..."

Para roh jahat memusatkan perhatian mereka pada Sanae.

"A-Aku!?"

Sanae menunjuk kearah dirinya sendiri dengan bingung.

"Lihatlahe ke arah energi spiritual yang padat, bodoh dan stabil itu. Dia seakan-akan bisa menjadi benda hidup setiap saat. Aku lebih memilih makan gadis itu daripada dibayar"

"I-Itu.."

"Kau tahu? Kau pintar juga!"

"Ya, aku setuju dengannya!"

"Aku juga sepakat dengan ide itu!"

"H-Hei, kalian, apa yang kalian lakukan!?"

"Kalian tidak bisa memakan dia!"

Para pemburu mulai panik saat para roh jahat melihat ke arah Sanae dengan penuh hasrat.

Sanae gemetaran saat dia dihujani tatapan tajam para roh jahat.

Dia mengerti kalau mereka serius ingin memakannya.

"Ini benar-benar gawat!"

Koutarou memperhatikan perubahan situasi yang terjadi dan memasukkan tangannya ke dalam kantong yang dibawanya untuk mencari senjata.

Mereka berniat memakan Sanae!? Memangnya akan kubiarkan begitu saja!

"Tunggu, kalian! Jangan sentuh dia! Kalau kalian lakukan itu, kalian nggak akan dibayar!"

"Kami sudah tidak peduli lagi! Kami mau makan itu dan mendapat kekuatan!"

Badan si roh jahat wanita mulai membengkak.

Itu disebabkan oleh para roh jahat yang bergabung dengannya.

Dan setelah menyerap roh-roh jahat yang lain, roh jahat wanita raksasa itu tersenyum licik sembari memandang rendah para pemburu hantu.

"Berhenti! Harta karun itu bernilai 300 juta yen!"

"300 juta yen? Itu cuma kembalian dibandingkan energi spiritual cewek ini!"

"Berhenti! Kalau kau menyentuhnya, kami akan membasmi kalian!"

"Ya! Kami akan membasmi kalian!"

"Hahaha, coba saja, kalian pemburu hantu amatir! Tanpa kekuatan kami, kalian tidak bisa bertarung, dan kalian pikir kalian bisa melawan kami!?"

Para roh jahat sudah bergabung dengan tujuan memakan Sanae dan sekarang punya kekuatan yang cukup besar.

Karena itu, sebuah ayunan dari tangan raksasa itu sudah cukup untuk membuat para pemburu hantu melayang.

"Agh...K-Kakak..."

"U-Ugh..t-tak kusangka akan begini jadinya...kami terlalu bergantung pada roh jahat.."

Para pemburu hantu sudah dibutakan oleh hasrat mereka dan mereka tidak melihat ke arah kenyataan.

Mereka akhirnya mengetahui alasan kegagalan mereka, tapi itu sudah terlambat.

Mereka terlempar ke dinding ruangan dan kehilangan kesadaran.

"Selanjutnya adalah giliranmu, kucing kecil"

"T-Tidak, jangan dekati aku!"

Target selanjutnya para roh jahat adalah Sanae.

Sanae mulai merangkak mundur karena ketakutan, tapi punggungnya dengan cepat menyentuh dinding tempat penyimpanan.

Dia mulai menggelengkan kepalanya karena tidak bisa mundur lebih jauh lagi.

"Tidak perlu takut. Jadilah satu denganku. Kamu tidak punya tempat untuk pulang, iya kan? Denganku, kau tidak akan merasa sendiri lagi"

"Tidak ada tempat untuk pulang--"

Kata-kata itu memasuki Sanae lewat lubang dihatinya.

Tidak peduli seberapa lama dia menunggu orang tuanya, mereka tidak muncul juga.

Dan bahkan Koutarou, yang hampir dia percaya, adalah musuhnya.

Kalau aku pergi bersama mereka, aku nggak akan merasa sendiri lagi...?

Sanae merasa kesepian karena terus sendiri.

Dan dia ketakutan karena dia akan ditinggal sendiri lagi.

Godaan ini mengguncang Sanae.

"Itu benar. Bukalah pikiranmu dan terimalah aku. Kalau kau melakukan itu, kau tidak akan punya sesuatu lagi untuk ditakuti"

Roh jahat itu terus memancing Sanae dengan suara yang lembut.

Satu-satunya cara untuk menyerap hantu lain adalah dengan memanfaatkan lubang di hati mereka.

Kalau Sanae menolak, kekuatannya akan melindungi dirinya dan akan banyak energi spiritual terbuang cuma-cuma.

"Pikiranku--"

Tangan si roh jahat raksasa menutupi seluruh tempat penyimpanan itu untuk bisa menyerap Sanae.

Dan tempat penyimpanan itu dengan mudahnya mulai retak, dan saat roh jahat itu secara perlahan meningkatkan kekuatannya, retakan itu bertambah besar.

Roh jahat itu tidak menghancurkan tempat penyimpanan itu secara langsung karena dia kuatir Sanae akan merasa waspada dan akan menghilangkan kesempatan mereka untuk menyerapnya.

Tapi, jeda sesaat itu mengubah takdir Sanae secara drastis.

"Sanaeeeeeee!!"

Tepat di saat Sanae mendengar suara itu, dia kembali hidup dan pulih setelah menyerah dari hidup.

"Koutarou!?"

Suara yang didengarnya adalah suara Koutarou.

Koutarou menarik sebuah pedang pendek dari tasnya dan berlari menuju si roh jahat dan Sanae.

"Cih, kau berusaha mengangguku, bocah!?"

Lubang di hati Sanae mulai menutup saat Koutarou muncul.

Karena itulah mereka tidak bisa menyerap Sanae dengan efisien.

Ini membuat si roh jahat marah dan dia membuat seringai untuk mengancam Koutarou.

Melihat itu, Sanae menjadi semakin takut dan membuatnya betul-betul menolak roh jahat itu.

"Kyaaaaaa!! Tidaaaaaaak!!"

Sanae sudah tidak mau lagi diserap oleh para roh jahat, dan dia mulai berteriak.

"Tunngu, Sanae, aku akan menyelamatkanmu!"

Koutarou mulai berlari menyerang ke arah roh jahat dengan pedang pendeknya.

Teriakan Sanae membuatnya lebih bersemangat lagi dan Koutarou menggenggam pedangnya lebih erat lagi.

"Apa yang bisa kau lakukan dengan sebuah pedang!?"

"Lihat saja! Efeknya sebentar, tapi kelihatannya bahaya banget buatmu!"

Pedang yang dipegang Koutarou adalah pedang anti iblis.

'Pedang suci 30 detik - apalah-calibur' - mengesampingkan fakta bahwa pedang itu diproduksi secara masal dengan waktu pemakaian yang sangat pendek, kekuatannya cukup besar untuk menandingi pedang anti iblis yang sesungguhnya.

Pedang itu rupanya produk yang revolusioner.

"Sial, rupanya pedang pengusir iblis!?"

Roh jahat itu melepaskan tempat penyimpanan yang dipegangnya setelah merasakan bahaya yang muncul dari pedang itu dan mulai menyerang Koutarou.

"Woah"

"Berhenti bergerak-gerak!"

Tapi, tidak peduli seberapa banyak roh jahat itu mengayunkan tangannya, dia tidak bisa mengenai Koutarou.

Koutarou dengan gesit menghindari tangan raksasa itu.

"Sepertinya bergabung membuat kalian lebih lambat!"

"Hentikan ocehanmu!"

Seperti yang dikatakan Koutarou, setelah bertambah besar, pergerakan roh jahat itu semakin lambat.

Dan roh jahat itu kelihatannya tidak terbiasa menggunakan tubuhnya yang tergabung dengan banyak roh.

Meskipun dia bisa membasmi para pemburu hantu dengan serangan kejutan, serangan itu tidak mempan terhadap Koutarou.

"Ini kemenanganku, raksasa!"

"H-Hentikan, jangan pedangnya!!"

"Makan ini!!"

Setelah menghindari serangan roh jahat yang kesekian kalinya, Koutarou membungkukkan badannya dan meluncurkan badannya ke arah roh jahat itu.

"Kyaaaaaa!?"

"Berhasil kah?"

Tanpa perlawanan apapun, pedang itu menembus melewati badan roh jahat itu.

Wajah si roh jahat mulai terlihat kesakitan dan dia mengeluarkan teriakan penderitaan.

"Aaaaaaaaah...eh, huh?"

Tapi itu untuk sebentar saja, dan raut muka si roh jahat berubah menjadi kebingungan.

Selain itu, dia tidak merasa kesakitan.

"Apa ini? Ini nggak sakit, bocah. Apa-apaan ini?"

Si roh jahat yang kebingungan justru bertanya kepada Koutarou dan lupa untuk bertarung.

"Apa!?"

Melihat itu, Koutarou juga melihat ke arah pedangnya dan lupa untuk bertarung.

"Hm?"

Dan dia memperhatikan sebuah tulisan di sebuah label yang menggantung di gagang pedang.

'Dikembalikan karena cacat'

"Barang rusak!? Yang bener aja!"

"Harusnya aku yang bilang itu! Aku pikir aku akan mati!"

"Nggak, kamu kan udah mati"

"Diam, bocah!...Eh!?"

Si roh jahat adalah yang pertama sadar dengan situasi itu.

Dia mengayunkan lengannya yang besar ke arah Koutaoru yang berhenti bergerak.

"Woah!?"

Koutarou dengan kesusahan mencoba mengelak, tapi dia tidak bisa benar-benar menghindar.

Koutarou berhasil menghindari serangan langsung dari tangan itu, tapi tidak dari kipas yang dipegang tangan itu.

Koutarou terjatuh ke lantai setelah terkena langsung serangan dari kipas yang dipegang roh jahat.

"Koutarou!"

"Satomi-kun!"

"Karama, Korama, pusatkan perhatian kalian ke sekitar Koutarou!"

"Mengerti Ho-!"

"Koutaoru, kami segera ke sana Ho-!"

Shizuka dan Kiriha datang berlari ke arah Koutarou.

Dan untuk melindungi mereka bertiga, para haniwa berdiri melawan roh jahat.

"Satomi-kun, kamu nggak apa-apa!?"

"A-au"

Koutarou berusaha sebisanya agar tidak jatuh pingsan.

Dia berusaha berdiri setelah melihat Shizuka dan Kiriha yang kuatir.

Tapi, mereka berdua justru menahannya.

"Jangan paksa dirimu, Koutarou. Tetaplah berbaring!"

"Tapi..."

Koutarou masih berusaha bangun, tapi mereka berdua tetap menahannya di lantai dan menggelengkan kepala mereka.

"Serahkan saja ini kepada kami!"

"Ya! Aku dan Kurano-san akan membasmi hantu itu!"

"Aku mengerti"

Koutarou melemaskan badannya setelah mendengar itu.

Dia tahu kalau mereka berdua lebih kuat darinya.

Mereka pasti bisa membasmi roh jahat itu.

Dan karena Koutaoru yakin dengan hal itu, dia mematuhi kata-kata mereka.

"Apakah kalian yakin dengan kata-kata itu?"

Roh jahat itu tertawa ke arah Koutarou dan yang lainnya.

"Jangan pikir aku selemah yang tadi, ya"

"Apa!?"

Koutarou, Shizuka dan Kiriha melihat ke arah roh jahat itu.

"Koutarou, Koutarou!!"

Yang mereka lihat adalah Sanae yang tenggelam ke dalam badan roh jahat.

Saat Shizuka dan Kiriha sedang sibuk mengurus Koutarou, si roh jahat telah menghancurkan tempat penyimpanan Sanae.

"S-Sanae!!"

"Sanae-chan!!"

"Aaaaaah, berhenti! T-Tolong---"

Tidak lama kemudian, Sanae benar-benar tenggelam ke badan roh jahat.

"Ahahahaha! Aku bisa merasakannya! Aku bisa merasakannya!! Kekuatan yang luar biasa besarnya mengalir ke dalamku!! Berapa banyak kekuatan yang cewek ini punya!? Harusnya aku nggak buang-buang waktu dari tadi untuk meyakinkannya dan langsung melakukan ini dari awal!"

Sanae berusaha melawan, tapi kekuatan yang diserap roh jahat dari dirinya sangat besar, dan roh jahat itu tumbuh semakin kuat.

Roh jahat yang tadinya terlihat tembus pandang mulai terlihat makin jelas, seakan-akan mereka mulai menjadi benda padat.

Badannya tumbuh semakin besar, cukup besar sampai-sampai mereka bisa menyundulkan kepala mereka ke langit-langit setinggi lima meter itu.

"Aaaaaaah, kyaaaaaaaaaaaaaa!!"

Dan dengan semakin besar dan kuatnya si roh jahat, jeritan kesakitan Sanae pun semakin keras dan menggema di seluruh penjuru ruangan itu.

"Berhenti! Hentikan ini!!"

"Lagi! Beri aku kekuatan lebih! Kau akan menjadi bagianku dan kita akan hidup bersama selamanya!"

Tapi, tidak seperti si roh jahat, badan Sanae mulai menjadi tembus pandang.

Badan Sanae biasanya terlihat cukup padat, tapi saat ini keadaannya tidak seperti itu.

Siapapun yang melihatnya saat ini akan langsung berkata kalau dia adalah hantu.

"Bahaya! Kalau terus seperti ini, Sanae tidak akan bisa bertahan!"

"Ayo maju, Kurano-san! Kita harus menyelamatkan Sanae-chan!"

"Ya!"

Kiriha dan Shizuka maju ke arah roh jahat setelah merasakan kalau Sanae dalam bahaya.

Koutarou dengan susah payah berdiri saat mereka melihat ke belakang mereka.

Aku nggak punya waktu buat berbaring. Aku harus...melakukan sesuatu...atau Sanae bakalan...

Tapi, badannya yang terluka tidak mau mendengarnya.

Berdiri saja sudah membuatnya pusing dan hampir membuatnya pingsan.

"Tidaaaaaaaaaak! Koutarou, Koutarou!!"

"Sa..nae!!"

Tapi, teriakan Sanae kelihatannya memberikan Koutarou kekuatan super.

"Aaaaaaaaaaaahhh!!"

Koutarou berdiri setelah menyemangati dirinya sendiri dengan teriakan.

Dia tidak peduli jika badannya sedang kesakitan atau pandangannya yang buram.

Dan dia menggelengkan kepalanya beberapa kali untuk menjernihkan pikirannya.

"Kerja bagus untuk bisa berdiri, itulah yang mau aku katakan, tapi..."

Si roh jahat memasang senyum jahat sambil melihat ke arah Koutarou.

Senyum itu mirip dengan apa yang biasa dilakukan Sanae dan Theia, tapi Koutarou merasa senyuman itu punya arti yang berbeda dari senyuman milik mereka.

"Kamu terlambat sedikit"

Roh jahat itu melemparkan sesuatu ke arah Koutarou.

"Ibu Kos-san!? Kiriha-san!?"

Yang dilempar ternyata adalah Shizuka dan Kiriha yang sudah terluka dan jatuh pingsan.

Selama Koutarou berusaha bangkit, dalam waktu sesingkat itu si roh jahat sudah mengalahkan mereka berdua.

Kekuatan yang diserap roh jahat dari Sanae ternyata sangat besar.

"Jadi, apa yang akan kamu sendiri lakukan, bocah? Kau bahkan tidak punya senjata"

Shizuka dan Kiriha sudah tak sadarkan diri, para haniwa pun tidak bergerak sama sekali, Theia masih sibuk mengurus Ruth dan Koutarou telah meninggalkan tas yang berisi senjatanya entah dimana.

Yang Koutaoru punya saat itu hanyalah jimat yang biasanya dia pakai.

"Nggak banyak sih. Aku bakal melakukan hal yang sama. Akan kubasmi kau!"

Koutarou menggenggam jimat di setiap tangannya dan memasang kuda-kuda dengan badannya yang sudah gemetaran.

"Kau pikir kau bisa mengalahkanku dengan keadaan seperti itu!? Wahahaha, kau lucu sekali, bocah!"

"Larilah, Primitif! Kau akan terbunuh!"

"Satomi-sama, jangan lakukakan itu!"

Theia dan Ruth meneriakkan itu, tapi suara mereka tidak sampai kepada Koutarou.

"Sudah menjadi prinsipku untuk menyelesaikan pertarungan yang aku mulai"

Tunggulah Sanae, aku akan mengeluarkanmu dari sana...

Tanpa mempedulikan badannya yang gemetaran atau situasinya yang tidak bagus, sebuah api terlihat membara di mata Koutarou.

Meskipun dia dibuat terpojok dengan dua serangan, Koutarou masih seperti Babe Ruth hari ini.

"Oh, kalau begitu matilah! Untuk menghargai keberanianmu, kau akan kujadikan korban pertama dari kekuatan baruku!"

Si roh jahat tertawa layaknya orang gila dan maju menyerang Koutarou.

Dia berencana memotong kepala Koutarou.

"A-Aku pasti akan membasmi dirimu..."

Koutarou mengenggam jimatnya dengan kuat dan mengayunkan tinjunya.

Dia tahu meskipun dia melakukan itu, dia tidak akan bisa meraih roh jahat itu, tapi dia tidak bisa berhenti.

"Tidak, jangan mati, Koutarou! Koutarouuuuu!"

Itu karena sampai saat ini, Sanae masih menangis.

Dia sudah menangis sejak dia bertengkar dengan Koutarou.

Itulah kenapa meskipun Koutarou tahu akan hal itu, dia tidak bisa berhenti.

Meskipun tidak mungkin bagi Koutarou untuk menang, dia tidak bisa berbalik begitu saja dari hadapan Sanae.

Saat itu, Sanae lebih penting daripada si roh jahat.

"Ahyahyahyahyah, Gyahahahaha, matilaaaah!!"

Si roh jahat mendekati Koutarou.

Dia mengulurkan kedua tangannya dan mencoba meraih leher Koutarou.

Koutaro tidak bisa menghindari serangan itu dengan gerakannya yang lambat.

Kalau saja si roh melakukan itu beberapa detik lebih cepat, Koutarou mungkin sudah kehilangan kepalanya.

"Guaaah!? A-Apa yang...!?"

Tapi tangan si roh jahat tidak mencapai Koutarou.


Part 5[edit]

Saat Yurika mencapai rumah besar bergaya barat itu, beberapa menit telah berlalu sebelum Koutarou dan yang lainnya masuk ke ruang bawah tanah.

Dia sudah bersusah payah kabur dari klub cosplay dan menggunakan sihir pelacak untuk mengejar Koutarou dan yang lainnya.

"A-Apa yang harus kulakukan..."

Tapi, dia terdiam begitu saja.

Pemandangan mengerikan dari rumah itu di malam hari membuatnya ketakutan.

Rumah itu sudah porak-poranda, dan dia tahu ada banyak hantu di dalam sana.

Dan dia bisa mendengar teriakan yang berasal dari dalam rumah.

Yurika si penakut tidak berani untuk masuk ke rumah itu.

"M-Mungkin aku pulang saja...Satomi-san juga bilang aku tidak usah maksain diri..."

Setelah berdiri di depan rumah itu selama beberapa saat, Yurika akhirnya berbalik arah dari depan rumah.

"Ayo lakukan itu! Nggak bagus kalau aku memaksakan diri!"

Itulah yang dikatakannya saat dia menuju ke gerbang depan rumah yang mengarah ke luar.

Dia lebih memilih pulang, memasukkan dirinya ke dalam futon dan langsung tidur.

"...Tapi..."

Namun, dia berhenti bergerak saat dia sampai ke gerbang rumah.

Dia tidak bisa melangkahkan kakinya keluar.

"....."

Dengan terdiam, dia menolehkan kepalanya ke arah rumah menakutkan itu.

Yurika benar-benar ingin kabur dari sana.

Tapi, sesuatu didalam dirinya bertanya kalau itu adalah pilihan yang benar.

"Apa benar kalau aku balik sendiri...?"

Yurika teringat dengan apa yang dikatakan Harumi kepadanya saat festival olahraga.

Meskipun nggak ada yang melihat, kamu sendiri masih. Kalau kamu menyerah sekarang, nanti kamu bakal kalah sama dirimu sendiri juga. Dan kalau aku kalah sama diriku sendiri, senpai pasti bakal sedih...

"Aku merasa kalau aku balik sekarang bukan ide yang bagus..."

Setelah menyiapkan dirinya, Yurika pun berbalik.

Sambil memegang tongkat yang besar, dia berulang kali menarik nafas untuk menenangkan dirinya.

"Dan aku merasa ada orang yang minta tolong..."

Di saat itu, Sanae sedang berteriak meminta tolong.

Tapi Yurika tidak bisa mendengar itu dari luar.

Meskipun dia tidak bisa mendengarnya, entah bagaimana dia bisa merasakannya.

"Oh iya!"

Yurika mendapat ide bagus sesaat setelah dia menyiapkan dirinya.

"Aku takut ngelawan hantu, jadi gimana kalau aku pakai sihir ukuran besar dari sini!?"

Dia ketakutan untuk memasuki rumah itu, tapi dia tidak bisa meninggalkan Koutarou dan yang lainnya begitu saja.

Dalam keadaan itu, dia bisa menggunakan sihir dari luar.

Itu adalah sesuatu yang bisa dilakukan Yurika yang penakut dan dirinya yang bertugas sebagai gadis penyihir.

"Ini dia! Angel Halo!"

Setelah memilih apa yang harus dia lakukan, dia mengayunkan tongkat sihirnya naik dan turun.

"Bind Undead - Modifier - Huge Area Effect - End - Casting Time Four Times!"


Sihir yang digunakan Yurika adalah sihir untuk mengikat hantu.

Karena Sanae ada bersama mereka, Yurika tidak bisa menggunakan sihir yang berbahaya.

Untuk bisa menghemat pemakaian sihirnya dan meningkatkan area efektifnya, Yurika meningkatkan waktu yang dibutuhkan sihir itu untuk bekerja.

Karena itulah sihirnya tidak segera bekerja dan baru mulai aktif beberapa detik kemudian.

Sebuah cahaya keunguan keluar dari tongkatnya dan mewarnai langit malam.

Cahaya itu memanjang ke penjuru rumah itu.

Karena waktu yang dibutuhkan oleh sihir itu untuk bekerja, cahaya keunguan itu melingkupi seluruh rumah.

"Oke! Rencananya sukses! Yurika semangat!"

Yurika menyemangati dirinya sendiri selagi melihat cahaya yang melingkupi keseluruhan rumah.

Tidak biasanya dia membantu seperti itu, tapi sayangnya tidak ada orang di saat itu yang bisa memujinya.

"Ah, itu dia! Ketua, aku menemukannya! Yurika diam-diam bercosplay di tempat seperti ini!"

"...Yurika, meski kamu bilang kamu benci itu, kamu pasti semangat banget buat pergi ke Comiha..."

"Eh...?"

Yang ada disana saat itu adalah musuh alaminya, anggota klub cosplay.

Saat cahaya itu menyebar ke ruang bawah tanah, cahaya itu berwarna keunguan.

Tapi saat cahaya itu menjadi lebih terang, warnanya berubah menjadi putih bersih.

Kalau saja Yurika ada disana, dia mungkin akan mengatakan kalau itu adalah hal yang sama yang terjadi saat festival olahraga.

Tapi, dia saat itu tidak ada disana dan tidak ada seorang pun di ruangan itu yang mengerti makna dibalik cahaya itu.

"Gaaaaaaaaaaaaaah! Apa-apaan cahaya ini!"

Meskipun cahaya itu menyinari semuanya dengan rata, satu-satunya yang mulai menjerit kesakitan hanyalah si roh jahat.

Sihir yang digunakan Yurika seharusnya hanya untuk mengikat mereka yang sudah mati.

Tapi saat cahayanya berubah dari ungu menjadi putih, cahaya itu mulai membakar badan si roh jahat.

"Apa yang terjadi..."

Koutarou hanya bisa terkejut melihat si roh jahat yang menjerit kesakitan.

"Hilang! Kekuatanku mulai hilang! Ahhhhh, kenapa!?"

Saat si roh jahat terbakar oleh cahaya putih itu, dia mulai mengecil dan di saat yang sama badannya yang terlihat padat mulai terlihat semakin transparan.

Koutarou tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi dia mengerti kalau si roh jahat mulai melemah.

"Primitif, ada apa dengan tanganmu!?"

"Tanganku?"

Koutarou memperhatikan tangannya yang ditunjuk oleh Theia.

Tangannya mulai bercahaya.

Cahaya itu adalah cahaya yang sama yang sedang melingkupi ruangan itu.

"Jimatnya mulai bersinar...?"

Saat Koutarou membuka tangannya, cahayanya semakin terang.

Jimat yang bersinar di tangannya adalah 'Keselamatan Keluarga' dan 'Pergilah roh jahat'.

Theia, yang saat itu sedang memperhatikan situasi saat itu, mengerti bagaimana cara menggunakan cahaya itu.

"Tidakkah kau mengerti, Primitf!? Gunakan sebagai senjata!"

"Tidak masalah antara kau melemparnya atau memukul menggunakan mereka! Gunakan mereka seperti bagaimana kau menggunakannya melawan Sanae!"

"B-Baik!"

Kalau cahaya yang saat itu memenuhi ruangan bisa menyakiti si roh jahat, kemungkinan kalau jimat itu bisa melakukan hal yang sama cukup tinggi.

Meskipun jimat itu nantinya tidak bisa melakukan hal yang sama, karena roh jahat itu sudah menjadi lemah, jimat biasa masih bisa mempengaruhi roh jahat itu.

Setelah menyadari itu, Koutarou kembali menggenggam jimatnya sekali lagi.

"Ini dia! Biarkan aku membalas semua yang sudah kau lakukan!"

"Guaaaaaah! J-jangan mendekat! Jangan sentuh aku!!"

Si roh jahat sudah mengecil menjadi setengah dari ukurannya semula.

Karena cahaya itu, dia tidak bisa menggerakkan apapun kecuali mulutnya.

Dan saat roh jahat itu mulai menjadi tembus pandang, Sanae bisa terlihat didalamnya sekali lagi.

"Sanae! Kamu bisa mendengarku, Sanae!?"

"...K-Kouta...rou?"

Koutarou berlari ke arah roh jahat sambil berteriak ke arah Sanae.

Dan Sanae membalasnya dengan suara yang lemah.

"Tunggu saja, Sanae! Kali ini, aku akan mengeluarkanmu dari sana!"

"Koutarou!"

Anehnya, Sanae tidak menderita sedikitpun dari cahaya putih itu.

Tapi, saat si roh jahat semakin lemah, Sanae justru mulai terlihat makin segar.

Tetap saja itu tidak mengubah fakta kalau dia sudah menjadi lemah.

Yang bisa dilakukan Sanae saat itu hanyalah memanggil Koutarou dari dalam badan si roh jahat.

"Jangan mendekat! Tolong berhenti! Aku sudah salah!!"

Si roh jahat mulai memohon kepada Koutarou yang tinjunya saat itu bercahaya.

Sikap arogan yang sebelumnya ditunjukkan oleh si roh jahat sudah menghilang.

"Aku tidak mau terluka! Maafkan aku! Tak bisakah kau melepaskanku?!"

"Memangnya kamu ngelakuin itu pas Sanae memohon begitu!? Memangnya kamu ngelepasin dia!?"

Tapi, Koutarou tidak peduli dengan itu sama sekali.

Setelah menyakiti Sanae, si roh jahat sekarang memohon ampun.

Sikap egoisnya hanya membuat Koutarou semakin marah.

"Aku akan mengembalikannya! Jadi, tolong maafkan aku!"

"Tidak, aku nggak akan mau memaafkanmu! Kamu udah menyakiti Sanae dan yang lainnya! Kamu bisa menyesalinya di seberang sana nanti!"

Jimat di tangan Koutarou bersinar lebih kuat seakan-akan menjawab kemarahan Koutarou saat itu, melihatnya saja akan membuat sakit.

"Ini buat semuanya!!"

Sambil meneriakkan itu, Koutarou mengayunkan tinju kirinya ke arah si roh jahat tepat di wajahnya.

Di saat yang sama, cahaya di tangan kirinya menghilang.

Kekuatan yang terkumpul di jimat itu sudah terpakai.

Rokujouma V3 271.jpg

Si roh jahat terhengkang setelah menerima pukulan yang tanpa ampun.

Dan dia tidak bisa berteriak setelah mukanya terkena tinju itu.

Setelahnya, si roh jahat langsung mengecil menjadi seukuran sama dengan Koutarou.

"Dan ini--"

Tangan kanan Koutarou mulai bergerak.

Dia berdiri layaknya seorang pelempar bola baseball; dia berniat untuk membasmi si roh jahat dengan melempar jimat kedua.

"Hiiiiiiiiiiii! Berhenti! Maafkan aku! Aku tidak bisa menyeberang selama masih punya dendam!"

"--karena sudah membuat Sanae menangis!!"

Tangan kanan Koutarou yang sudah terlatih pun terayun keras.

Lemparan yang sudah dilatihnya sejak lama dengan cepat mendekati si roh jahat.

"Gyaaaaaaaaaaaaaaa!!"

Tepat di saat jimat itu menyentuh roh jahat, badan roh itu mulai menghilang tepat dari mana jimat itu menyentuhnya.

Jimat itu menembus kipas yang dipegang roh jahat itu untuk melindungi dirinya, menuju tangan yang memegang kipas itu, menembus tangan dan menuju lengan.

Dan saat jimat itu menyentuh badan si roh jahat, badan itu meletus layaknya balon.

Karena tidak tahan menghadapi cahaya itu, roh jahat itu akhirnya menyeberang ke alam baka.

"Kyaa!"

Dengan menghilangnya roh jahat, Sanae jatuh ke atas lantai.

Meskipun sudah terbebas, Sanae sudah cukup lemah dan tidak bisa bergerak saat dia terbaring saat itu.

"Auauauauau...Ah, itu!!"

Dan dengan Sanae dalam keadaan seperti itu, bahaya lain mulai mendekatinya.

Jimat yang tadi sudah membasmi roh jahat mulai jatuh keatasnya.

Meskipun jimat itu sudah membasmi roh jahat, jimat itu tidak kehilangan cahayanya.

Dan dibalik cahaya itu, Sanae bisa melihat sebuah tas biru dengan jahitan emas yang Koutarou biasa lempar kearahnya.

"A-Aku nggak bisa!!"

Biasanya, terkena jimat itu akan membuat Sanae terbakar sedikit.

Tapi, saat itu Sanae sedang dalam keadaan lemah dan cahaya yang membasmi roh jahat itu masih ada.

Sanae menutup matanya erat-erat saat dia sadar kalau dia juga akan terpaksa menyeberang ke alam baka juga di saat itu.

Dia ketakutan melihat badannya sendiri akan menghilang.

Tapi, keadaan tidak berlanjut seperti yang dibayangkan Sanae.

Jimat itu memantul dari dadanya dan mendarat di mukanya.

"Huh...?"

Setelah sadar kalau dia tidak menyeberang, Sanae dengan perlahan membuka mata kanannya.

Dan tepat di depan matanya terdapat jimat yang masih berpendar.

"Hiiii!?"

Dia membuka kedua matanya dan menahan nafasnya.

Tapi, cahaya putih itu tidak menyakitinya, dan jimat itu tidak meledak seperti biasanya.

"K-Kenapa...? Bukannya cahaya ini bisa membuat hantu menyebarang ke alam sana?"

Yang terjadi justru bagian badannya yang menyentuh jimat itu merasakan ada sesuatu yang hangat masuk ke dalam badannya dan menyembuhkan badannya yang lemah sedikit demi sedikit.

"Dan kenapa ini nggak meledak...?"

Setelah mulai sembuh, Sanae bangkit dan jimat di wajahnya mulai berguling turun.

Sanae menangkap jimat itu dengan kedua tangannya.

"Mulai hilang..."

Seakan merasakan kalau Sanae sudah sembuh, cahaya putih itu mulai menghilang dan meninggalkan jimat itu.

Kenapa....

Cahaya yang memaksa si roh jahat untuk menyeberang telah menyembuhkannya dan jimat yang akan meledak jika menyentuh dirinya sekarang berada di atas tangannya.

Situasi itu membuat Sanae bingung.

Dia membalik jimat itu untuk mencari jawabannya dan membaca huruf yang dijahitkan di bagian depan jimat.

Keselamatan....Keluarga..?

Yang dijahitkan di bagian depan jimat itu adalah kata-kata Keselamatan Keluarga.

"Kamu baik-baik saja, Sanae?"

Dan sebelum arti dari kata-kata itu masuk ke dalam dirinya, seseorang memanggil namanya.

Sanae dengan cepat menoleh dari mana asal suara itu.

"Koutarou!"

"Oh, ternyata kamu sudah se-semangat ini"

Suara itu ternyata berasal dari Koutarou.

Koutarou menyeret badannya yang penuh luka ke arah Sanae.

Tapi setelah dia tahu kalau Sanae baik-baik saja, dia berhenti dan tersenyum.

"Koutarou, kamu..."

Kamu luka parah, dan bertarung habis-habisan...

Keadaan Koutarou saat itu dan kata-kata di jimat itu masuk ke dalam Sanae.

"Untuk...diriku...meskipun aku musuhmu...untuk, diriku..."

Air mata mulai mengalir keluar dari mata Sanae.

Tapi dia sendiri tidak sadar kalau dia sedang menangis.

Sanae mendekap erat jimat itu ke arah dadanya dan hanya memandang ke arah Koutarou.

Aku mengerti sekarang. Aku paham...apa yang kau pikirkan tentang diriku, Koutarou...

Jimat itu tidak menyakiti Sanae.

Keadaan Koutarou yang terluka parah.

Tindakan Koutarou menyampaikan tujuannya lebih dari yang bisa diperbuat kata-kata.

"K-Kenapa Sanae!? Kamu luka!? Atau si roh jahat udah berbuat sesuatu!?"

Koutarou mendekati Sanae karena kaget melihat Sanae yang mulai menangis.

Dia lupa dengan kesakitan yang dideritanya saat itu.

"B-bukan..apa-apa..Lagian, kamu yang udah ngelakuin sesuatu buatku..."

Sanae akhirnya sadar kalau dia sedang menangis.

Tapi dia tidak berpikir untuk menghentikan tangisannya maupun menghapus air matanya.

Dia justru membiarkan perasaannya saat itu mengalir keluar.

"Itu benar..."

"Dan?"

"Apa?"

"Kamu bilang kamu mau ngomongin sesuatu denganku..."

"Oh iya, benar"

Setelah mendekati Sanae, Koutarou berhenti sebentar untuk berpikir.

Em, tadi aku mau bicara apa sama Sanae?

Tapi Koutarou tidak tahu apa yang mau dibicarakannya.

Terlalu banyak hal yang sudah terjadi dan kepalanya sudah kelelahan.

"Maaf, aku lupa gara-gara semua ini. Aku bakal ingat setelah udah agak tenang, jadi ayo kita pulang dulu, Sanae"

"Kamu benar-benar idiot..."

Kamu bahkan bilang nggak akan paksa aku buat pulang...Apa maksudnya ayo kita pulang dulu..

Sanae merengut didalam hatinya.

"Aku nggak punya alasan"

"Tapi aku maafkan"

Sanae tidak sedang sekesal nada bicaranya saat itu.

"Kamu sudah datang menyelamatkanku kok"

"Maaf"

"Dan, Koutarou..."

Sanae dengan menepuk kedua tangannya dengan keras, dan didalamnya terdapat jimat itu.

"Terima...kasih..."

Sanae tersenyum.

Matanya masih merah dan air matanya masih mengalir, tapi dia menunjukkan senyum riangnya yang sempat hilang.


Part 6[edit]

Ada dua buah bayangan yang berusaha kabur saat Koutarou dan Sanae sedang berbaikan.

"Oh, kelihatannya semua berakhir baik"

"Kalau akhirannya seperti itu, rasanya bakal nggak enak. Dengan begini, kita bisa kabur dan bisa tenang"

Mereka adalah dalang dibalik semua ini, para pemburu hantu.

Mereka mencoba kabur sementara Koutarou dan yang lainnya tidak memperhatikan.

Untungnya, mereka berhasil dari ruang bawah tanah selagi semuanya sedang fokus pada Koutarou dan Sanae.

"Kita berhasil!"

"Ayo buruan kabur!"

Tapi, saat keduanya sedang bersorak gembira, seseorang berdiri menghalangi mereka.

"...Dan kemana kalian berencana pergi?"

Ternyata Kiriha dan kedua haniwanya yang berdiri saat itu.

Sementara semuanya sedang fokus ke arah Koutarou dan Sanae, dia tidak melewatkan pergerakan kedua pemburu hantu.

"Wuasem!"

"M-Mereka udah nemuin kita!"

"T-Tolong, lepasin kami!"

"Kita cuma mau dilepasin aja!"

Para pemburu hantu itu membuang harga dirinya dan sujud di depan Kiriha.

"Tenanglah. Aku tidak mau menyakiti kalian"

"Eh?"

"Benarkah?"

"Yah, tapi sebenarnya aku ingin memukul kalian, jadi kalau kalian berusaha kabur, aku tidak akan segan-segan"

"Kami nggak akan kabur, nona!"

"Kami nggak akan kabur!"

Keduanya duduk sembari dipelototi oleh Kiriha.

Mereka tidak peduli kalau lantainya saat itu penuh dengan debu.

"Jadi, apa yang bisa kami bantu, nona?"

"Kalian bilang kalau kalian berniat menjual Sanae, benar?"

"Itu benar, nona manis. Hantu kayak gitu bener-bener langka, jadi harganya pasti bakal tinggi"

"Ya! Kami rencana mau menjualnya seharga 300 juta!"

Para pemburu hantu itu menjelaskan situasi mereka kepada Kiriha setelah benar-benar menerima kekalahan mereka.

Bagi mereka, harga diri tidak sepadan dengan nyawa mereka.

"Kalau begitu, aku akan membeli Sanae dengan 300 juta milikku"

"Eeeeeeeh!?"

"Beneran!?"

Para pemburu hantu itu terkejut dengan tawaran yang tidak terduga itu.

"300 juta itu, beneran 300 juta!?"

Para pemburu hantu itu tidak bisa percaya dengan hal itu.

Mereka mempertanyakan kewarasan Kiriha saat dia menawarkan kepada mereka 300 juta dalam situasi ini, dimana bukan hal aneh bagi mereka untuk semestinya terbunuh.

"Tentu saja"

Tapi Kiriha dengan tenang menganggukkan kepalanya.

Raut wajah si kakak pemburu berubah setelah melihat Kiriha.

"....Kelihatannya kau punya alasan tersendiri, nona"

"Ya. Tentu saja aku tidak mau kalian kembali menyerang kami, tapi ada hal lain yang kuinginkan"

"Dan itu adalah?"

"informasi. Aku ingin kalian memberikan aku semua informasi yang kalian punya mengenai Sanae. Itu syarat dari kesepakatan ini"

"....Kamu mengerikan juga, nona..."

Dia tidak memilih-milih cara saat itu sudah berhubungan dengan targetnya, dia bahkan akan bekerja sama dengan musuhnya dan membayarnya tanpa bertanya.

Dia bilang kalau dia penjajah, tapi...

Keringat dingin para pemburu hantu tidak bisa berhenti mengalir.

Mereka baru saja menyadari betapa berbahayanya orang yang mereka hadapi.

Hal yang berbahaya dari dirinya bukan hanya senjata yang digunakannya.

"...Aku mengerti. Kami akan melakukan seperti yang kau perintahkan, nona"

"Kami akan melakukannya"

Membuat wanita ini menjadi musuh bukanlah hal yang bagus.

Tidak butuh waktu lama bagi para pemburu hantu untuk menyadari hal itu.


Ruang Bawah Tanah dan Harta Karun[edit]

Part 1[edit]

Sabtu, 22 Agustus

Sepuluh hari sudah berlalu sejak kejadian di pemandian air panas dan sekarang sudah mendekati akhir bulan Agustus.

Saat itu masih dalam masa liburan musim panas, tapi Koutarou dan Harumi sudah memutuskan untuk menggunakan hari ini untuk kegiatan klub.

Tapi, mereka tidak serta merta pergi ke sekolah, namun menggunakan ruang belajar di sebuah perpustakaan yang berada dekat dari rumah mereka berdua.

Selama seseorang sudah memesan dari jauh-jauh hari, orang itu bisa meminjam ruangan itu untuk dirinya sendiri.

Karena itulah, meski ruangan itu tidak cukup besar, ruangan itu cukup bagi klub merajut.

"...Dan kami akhirnya bisa berbaikan"

"Begitu, baguslah kalau begitu"

"Ini semua berkat saranmu, Sakuraba-senpai"

Koutarou selesai menjelaskan kejadian yang terjadi padanya dan Sanae, dan membungkuk dengan sungguh-sungguh.

Dia menelepon Harumi segera setelah kembali dari pantai dan memberi tahu hasilnya, tapi Koutarou merasa dia perlu berterima kasih kepada Harumi secara langsung.

Tapi, Koutarou tidak menyebutkan bagian dimana Sanae sebenarnya adalah hantu atau kalau Sanae sempat diculik oleh para pemburu hantu.

Hal itu hanya akan membuat Harumi bingung, dan itu bukanlah bagian yang penting.

"Terima kasih"

Sanae yang berada di sebelah Koutarou juga membungkukkan kepalanya.

Sanae tetap ikut dengan Koutarou untuk menyatakan terima kasihnya meskipun dia sadar kalau Harumi tidak bisa melihat maupun mendengarnya.

"U-Um, hargai temanmu lebih dari ini, ya?"

Harumi hanya bisa menunduk memandang tangannya yang sibuk merajut karena malu dengan Koutarou yang dengan sungguh-sungguh berterima kasih di hadapannya langsung.

Harumi telah memutuskan akan mencoba teknik merajut baru hari itu, tapi karena rasa malunya, dia kembali menggunakan teknik yang lama tanpa disadarinya.

"Ya, tentu saja"

Setelah merasa puas karena sudah mencapai tujuannya untuk hari itu, Koutarou mulai menggerakkan jarum rajutnya.

Koutarou mulai mahir merajut dan sekarang sedang merajut syal untuk musim dingin mendatang.

"Dia bilang kita teman"

Tapi, Sanae memperlambat laju merajutnya sedikit.

Sanae tidak berdiri, tapi justru bergelantung di leher Koutarou.

Posisi itu membuat Koutarou kesulitan menggerakkan jarum rajutnya.

"Kita nggak seperti itu, iya kan?"

".....Kalau begitu, turun. Susah ngerajutnya"

Koutarou membisikkan keluhannya agar Harumi tidak mendengarnya.

Untungnya, Harumi kelihatannya sibuk merajut, jadi dia tidak memperhatikan hal itu.

"Enggak mau ♪ ”

Rokujouma V3 297.jpg

"...Yang bener aja"

"Kita 'kan musuh, ya pasti aku bakal ganggu kamu dong ♪ ”

"Ayolah"

Sanae menolak mendengar keluhan Koutarou sambil tersenyum.

Dia sudah bertingkah seperti ini sejak beberapa waktu lalu dan kadang-kadang dia membuat Koutarou kewalahan.

Berkat peristiwa di pemandian air panas, Sanae mengerti kalau Koutarou bukan hanya sekedar musuh baginya.

Tadinya mereka adalah musuh saat menyangkut masalah kamar 106, tapi selain hal itu Sanae sadar kalau Koutarou tidak membencinya.

Dan Sanae sekarang sudah kembali menjadi dirinya yang ceria dan penuh semangat.

Dia malah lebih terbuka di sekitar Koutarou dan lebih bersemangat daripada sebelumnya.

Sebelumnya, Sanae akan sering menghabiskan waktunya dengan Koutarou, tapi semenjak kejadian di pemandian air panas, dia sekarang akan selalu bersama Koutarou selama tidak ada alasan khusus yang mengharuskannya tidak bersama Koutarou.

Dan dia akan menggoda dan mengganggu Koutarou dari waktu ke waktu.

Mengganggu Koutarou saat merajut adalah salah satu gangguan itu.

Tapi Sanae tidak akan mengganggu Koutarou tanpa alasan, dia akan berhenti kalau situasinya memang serius.

Dulunya dia tidak bisa menyadari saat situasinya serius, itulah perubahan besar yang dialaminya.

Tapi, Koutarou tidak menyadari perubahan ini karena dia masih diganggu, hanya masalah yang menganggunya yang telah berubah.

Setelah menyelesaikan kegiatan klub mereka, Koutaoru dan Sanae kembali ke rumah.

Dan saat mereka sampai di kamar 106, Theia melompat keluar dari dalam kamar dengan wajah pucat.

"Waktumu tepat sekali untuk kembali ke rumah, Primitif!"

"Apa? Apa ada sesuatu?"

Koutarou mulai merasa cemas saat dia melihat wajah serius Theia.

"Kau sudah mengatakan sesuatu kepada Yurika! Dia menolak untuk meninggalkan controller gamenya!"

"A-Apa-apaan, ternyata cuma begitu.."

"Apa maksudmu 'ternyata cuma begitu'!? Ksatria Biru milikku sudah mau memasuki pertarungan penentu terakhir! Tapi Yurika tidak mau bergantian denganku!"

"Kenapa juga Yurika mau main game?"

"Siapa yang tahu?"

"Itu tidak penting, cepatlah masuk! Pertarungan terakhirnya akan segera mulai!"

"Oke, oke...Kalian semua egois sekali, ampun deh..."

"Aku juga mau main. Koutarou, ayo berantem"

"Tidak! Aku dulu!"

Theia dengan tidak sabar menghentakkan kakinya di lantai saat Koutarou melepaskan sepatunya.

"Kita akan menyelesaikan itu hari ini tidak peduli bagaimana! Beraninya boss itu dengan santainya minum teh dengan bawahannya!? Dia mengejekku dan Ksatria Biru!"

"Aku ngerti, tenang dulu, Tulip!"

"Orang bodoh macam apa yang bisa tenang sebelum pertarungan yang menentukan!?"

"Penyakit ini makin parah"

Setelah selesai melepas sepatunya, Koutarou diseret oleh Theia menuju bagian dalam kamar.

"Waaaah! Dimana mereka~"

Saat masuk ke bagian dalam kamar, suka atau tidak, Koutarou langsung memperhatikan Yurika.

Dia sedang menangis sambil duduk di depan TV.

Dan dia menatap ke layar TV sambil bersusah payah menggerakkan controller game.

"Ayolah, katakan sesuatu, Primitif!"

"O-Oke"

Koutarou, yang sempat terkejut melihat Yurika yang menangis sambil bermain game, mengangguk ke arah Theia dan duduk di samping Yurika.

"Hey Yurika, kalau memang separah itu sampai bikin kamu nangis, mending berhenti aja"

"Salah, aku bukannya nangis gara-gara keadaannya parah~!"

Yurika menghentikan sejenak permainannya dan menghadap Koutarou sembari menangis.

"K-Kalau gitu, kenapa?"

"Aku nggak bisa nemuin mereka~"

Yurika menunjuk ke arah TV selagi air mata mengalir di wajahnya.

Di layar itu, tampak layar status dari game yang selalu dimainkan Theia.

"Siapa yang nggak bisa kamu temuin?"

"Yurika, Yurika A sama Yurika B~! Theia-chan nggak mau ambil badan mereka dari dungeon~!"

"Begitu..."

Koutarou hanya bisa menghela nafas setelah mengerti situasi itu.

Theia memberi nama karakter gamenya dari para penghuni kamar 106, karena memikirkan nama adalah hal yang cukup merepotkan.

Hanya itu saja seharusnya tidak masalah, tapi Theia sudah menyerah untuk menyelamatkan beberapa karakter yang telah gugur dan justru membiarkannya.

Karena menolong karakter yang sudah gugur juga merepotkan.

Setelah memperhatikan situasi itu, Yurika mencoba menyelamatkan karakter yang namanya sama dengannya.

"Yah, aku rasa kau tidak bisa diam begitu saja melihat karakter yang punya nama sama denganmu mati dan terbaring begitu saja didalam sebuah gua"

"Ini salahmu, Tulip"

"R-Ruth, tolong isi kembali tehku. Dan tolong ambilkan juga untuk si Primitf dan yang lainnya juga"

Theia mengalihkan pandangannya saat topiknya tidak menguntungkan lagi baginya.

"Ya, aku akan segera menyiapkannya"

"Hey, Tulip"

"K-Kiriha, cemilan ini enak juga. Namanya apa?"

"Cemilan itu namanya kue beras"

"Begitu. T-Teksturnya cukup unik juga"

Theia berpura-pura tidak bisa mendengar Koutarou dan mulai memakan cemilan teh yang sudah disiapkan Kiriha.

"Memangnya kamu bocah?"

"M-Mau bagaimana lagi? Mereka adalah pengorbanan yang perlu untuk sesuatu yang lebih baik"

Koutarou hanya bisa kagum melihat Theia yang dengan susah payah membuat alasan selagi menggerogoti kue beras.

"Ngaku deh, pasti kamu pikir bakal repot buat mencari Yurika"

"Ya...Tunggu, itu salah! Bukan itu yang aku pikirkan!"

"Waaaaah! Kamu jahat!"

"Jangan bikin ini jadi lebih merepotkan lagi, Sanae..."

"Kenapa, memangnya masalah?"

Sanae tersenyum selagi dia membuat lebih banyak masalah untuk Koutarou.

"Lebih penting lagi, buruan makan cemilan itu juga, Koutarou! Kalau kamu nggak makan, aku nggak akan bisa ngerasain kue beras itu juga!"

Sanae yang masih bergelantung di punggung Koutarou, meraih meja teh, mengambil sebuah kue dan mendorongnya menuju mulut Koutarou.

"...Oke, oke, aku ngerti"

Koutarou dengan enggan membuka mulutnya saat Sanae memasukkan cemilan itu ke mulutnya.

"Satomi-sama dan Sanae-sama memang akur ya"

Ruth datang sambil membawa teh dan tersenyum saat melihat Sanae yang memeluk punggung Koutarou.

"Nggak juga"

Koutarou terlihat agak kesal, karena dialah yang selama ini membawa Sanae kesana kemari.

"Benarkah?"

"Nah nah, kita udah tahu kok, kalau kamu sebenarnya senang~"

Sanae terus memeluk punggung Koutarou dan mencolek pipinya.

"Hehe, kamu nggak mau jujur ya~, Koutarou-chan. Sudah bukan rahasia lagi loh~"

Meskipun Koutarou terlihat kesal, Sanae terus saja tersenyum.

Dia yakin kalau Koutarou hanya menyembunyikan rasa malunya.

"Hmm~~ Fufufu~~"

Sanae dengan riangnya bergantung ke punggung Koutarou dan terkadang dia akan memandang ke arah tangannya sendiri, yang sedang menggenggam jimat dengan jahitan bertuliskan 'Keselamatan Keluarga'.

Jimat ini nggak meledak, jadi aku sudah tahu bagaimana perasaanmu sebenarnya. Aku nggak akan percaya kalau kamu bilang nggak suka entah berapa banyak!

"Kalau kamu nggak berhenti, aku bakal marah loh"

"Hmm hmm, itu nggak akan mempan buatku~♪ ”

Sanae, yang masih tidak mau mendengar peringatan itu, menempelkan badannya ke bada Koutarou dan percaya kalau itu akan membuat Koutarou senang.

"..Kelihatannya kamu nggak akan percaya sampai kamu kena batunya dulu ya, Sanae"

Koutarou, yang sudah mulai kesal, merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah jimat dan mengarahkannya ke arah Sanae.

"Coba aja. Itu nggak akan mempan"

Sanae tidak gentar meskipun sudah melihat jimat baru itu.

Jimat di tangan Sanae tidak meledak, jadi jimat baru ini pun pasti tidak akan meledak.

Sanae sudah tidak punya alasan lagi untuk takut kepada jimat.

"....Makan nih"

Jadi, meskipun Koutarou mendekatkan jimat itu ke wajah Sanae, Sanae tetap tersenyum.

Dan sebuah suara ledakan yang cukup keras pun terdengar.

"Aduh!?"

Hasilnya, Sanae terhempas ke belakang selagi masih tersenyum.

"Fufufu, kamu udah ngerti sekarang, Sanae?"

"K-Kenapa!? Bukannya jimatnya udah nggak berpengaruh lagi!?"

Sanae bangkit berdiri saat asap masih mengepul dari wajahnya.

Dia lalu membandingkan jimat yang dipegangnya dengan jimat yang dipegang Koutarou.

"Keadilan selalu menang! Biarlah ini jadi pelajaran buatmu, Sanae!"

Sanae sedang memegang jimat 'Keselamatan Keluarga' di tangannya, sedangkan Koutarou memegang jimat 'Pergilah roh jahat' di tangannya.

"J-Jangan-jangan..!?"

Sebuah teori muncul di kepala Sanae saat melihat itu.

Koutarou menerima aku sebagai semacam keluarga, tapi dia masih menganggapku roh jahat!? Jadi itu kenapa 'Keselamatan Keluarga' nggak meledak, tapi 'Pergilah roh jahat' meledak!?

Sanae merasa teorinya benar.

"Arrrrgggghhh!! Kenapa kamu selalu begitu sih!?"

"Wow!?"

Sanae melompat dan menerkam Koutarou.

"Wah wah"

"Bagus sekali, kalian begitu akur"

Sanae mulai mencekik Koutarou untuk pertama kalinya setelah sepuluh hari ini, sambil ditonton oleh Ruth dan Kiriha.

"Sekarang aku kesal! Akan kubuat kamu menyesal!"

"S-Sialan kamu, S-Sanaeeeeee!!"

Dan dengan begitu, hubungan Koutarou dan Sanae kembali normal.

Terkadang tertawa bersama, di saat lain saling memarahi satu sama lain dan bertengkar.

Itulah bagaimana keduanya bertingkah bersama.

"J-Jangan pikir semuanya bakal terjadi sesuai keinginanmu!"

"Kenapa kamu nggak bisa bilang 'Sanae-chan, kamu imut banget'!? Dasar pelit!"

Hanya satu hal yang benar-benar berubah.

Jimat kecil yang menggantung di leher Sanae, itulah perubahannya.

Jimat itu bertuliskan 'Keselamatan Keluarga' dan sekarang menjadi milik Sanae.

Dan saat keributan itu terus berlanjut di kamar 106 seperti biasanya, ada hal yang tidak biasa terjadi di anjungan Blue Knight.

Sebuah alarm tiba-tiba berbunyi.

Suara alarm itu menggema di anjungan yang luas itu dan anjungan yang tadinya sunyi sekarang dipenuhi dengan suara.

Alarm itu adalah alarm peringatan bahaya yang pertama kali berbunyi setelah beberapa bulan ini.

"Sebuah celah berukuran sedang terdeteksi di ruang waktu. 95% kemungkinan titik warp out"

Layar-layar di anjungan dengan segera menyala dan menampilkan informasi yang berhubungan dengan itu, antara lain posisi relatif Bumi, bulan dan matahari dan juga lokasi persis dari Blue Knight.

Layar itu juga menunjukkan beberapa grafik dan tabel.

"Menghitung massa distorsi ruang. Bahaya. Kemungkinan 90% muncul kapal perang kelas bangsawan. Ini adalah keadaan darurat, tuan puteri"

Blue Knight menggunakan tabel, grafik dan angka-angka yang ada untuk menyimpulkan bahwa ada kapal luar angkasa baru yang baru saja memasuki ruang angkasa dekat Blue Knight.


Kata Penutup[edit]

Lama tidak berjumpa semuanya, ini Takehaya. Kali ini, aku akhirnya bisa menerbitkan Volume 3 dengan selamat. Awalnya aku tidak yakin kalau volume ketiga ini akan diterbitkan, jadi setelah melewati cobaan pertama itu membuatku senang. Ini semua berkat dukungan kalian para pembaca. Aku akan meminjam halaman ini untuk berterima kasih kepada kalian semua.

Kalau kita bicara soal dukungan, aku menerima surat penggemar setelah volume kedua beredar. Dan itu bukan e-mail, tapi surat asli. Aku dapat beberapa e-mail setiap saat, tapi ini pertama kalinya aku benar-benar menerima surat dan aku terharu. Ngomong-ngomong, suratnya dikirim dari daerah selatan dan itu membuatku sadar kalau novelku dijual dalam skala nasional.

Aku punya sedikit lebih banyak ruangan untuk kata penutup kali ini, jadi aku akan membicarakan sedikit isi dari novel ini. Koutarou dan yang lainnya pergi ke pantai saat libur musim panas. Dan tentu saja mereka akan membuat keributan, tapi kali ini hal itu tidak berakhir begitu saja. Keributan itu terbangun dalam cara yang tidak terduga dan mengguncang hubungan Koutarou dan yang lainnya. Sanae kali ini menjadi bintang utamanya dan kita akhirnya bisa melihat kapal Ksatria Biru.

Ilustrasi sebenarnya dari kapal Ksatria Biru akan dimuat di volume selanjutnya, tapi Poko-san sedang bekerja keras, jadi jangan terlalu banyak berharap. Tapi bisa jadi itu malah membuat Poko-san lebih pusing lagi, LOL. Dan aku punya dua pesan pribadi.

Yang pertama adalah tentang anak dari temanku yang baru saja lahir yang aku tulis di kata penutup volume sebelumnya. Dia lahir dengan selamat, selamat ya. Tapi karena aku iri dengan kebahagiaannya, aku tidak akan bilang langsung kepada orangnya, aku akan menulisnya disini. Kalau senang, bagi-bagi dong, sialan. Anak istrimu baik-baik aja kan, sialan? Kok rasanya aku kalah ya, LOL.

Dan untuk pesan kedua, aku berencana untuk pindah di akhir tahun nanti. Tempatku tinggal saat ini kurang nyaman, jadi aku berniat untuk pindah ke tempat yang nyaman buatku untuk menulis. Karena itulah, kontak pribadiku akan berubah, jadi bagi mereka yang punya kepentingan denganku bisa tolong diingat akan hal ini. Aku akan menyelesaikan pindahanku dengan cepat agar pekerjaanku tidak terganggu.

Dan akhirnya, aku ingin berterima kasih kepada pihak penerbit, Poko-san selaku ilustrator, teman-temanku yang memberiku saran dan kepada semua orang yang sudah membeli novel ini. Aku akan mencurahkan semua yang aku bisa untuk bisa menjawab ekspektasi semua orang di masa yang akan datang. Aku akan mencukupkan ini sampai disini. Ini akan menjadi volume terakhir di tahun ini, tapi, tolong tetap dukung aku untuk tahun depan.


Oktober 2009,

Takehaya




Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Snack berbentuk bola dari tepung dan gurita
  2. http://item.shopping.c.yimg.jp/i/l/ibepara_y297-13-clear500
  3. Semacam jubah,biasanya dipakai saat festival. http://www.jlifeinternational.com/apparel/happi/Images/matsuricoat.jpg
  4. Makanan khas Jepang, mirip bakpia. http://blog-imgs-42-origin.fc2.com/m/i/a/miasletters/manjuu.jpg
  5. Kemampuan benda untuk berputar pada porosnya
  6. ..it would take the edge off..bisa diartikan kehilangan ujung(edge), atau bisa berarti kekuatannya (losing edge). Dualisme makna..
  7. Referensi ke lawakan dualisme soal 'edge'
  8. Makanan favorit Doraemon. Mirip burger, tapi dengan isi selai kacang merah
  9. Terjadi di Jepang tahun 1980an. https://id.wikipedia.org/wiki/Gelembung_ekonomi
  10. Semacam kasur yang digelar di atas lantai. Orang Jepang suka memakainya untuk tidur dibanding kasur biasa
  11. Salah satu jenis mi khas Jepang
  12. Sebuah alat yang dipakai dalam ritual agama Shinto. Alat 'Pemberi Jiwa' milik Doraemon mirip dengan benda ini
  13. Gambar: https://en.wikipedia.org/wiki/Roulette
  14. https://id.wikipedia.org/wiki/Babe_Ruth
  15. Resesi Ekonomi. https://id.wikipedia.org/wiki/Resesi


Kembali ke Jilid 2 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Jilid 4