Rokujouma (Indonesia):Jilid 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ilustrasi Novel[edit]

Ini adalah ilustrasi novel yang termasuk dalam Volume 4.


Clan dan Hercules[edit]

Part 1[edit]

Rabu, 2 September

Bintang yang bersinar di dalam hitamnya galaksi nampak sebagai pantulan di mata Theia.

"Itu Clan..."

Itulah yang digumamkan Theia saat dia memandang ke layar di dalam anjungan Blue Knight.

Dia tidak berbicara dengan keras, tapi karena ada sedikit orang di anjungan, suaranya terdengar oleh semua orang.

Hanya empat orang yang ada di anjungan raksasa Blue Knight di saat itu.

Orang-orang itu adalah awak kapal Blue Knight: Theia dan Ruth, juga Koutarou, yang bekerjasama sebagai kerja paruh waktu, dan Sanae, yang ikut serta dengan Koutarou.

"Clan?"

"Siapa itu?"

Koutarou dan Sanae tidak tahu apa arti dari kata 'Clan'.

Dan saat keduanya mulai tampak bingung, Ruth akhirnya mulai menjelaskan.

"Clan adalah nama dari seseorang. Itu adalah nama panggilan dari Clariossa Daora Forthorthe. Yang Mulia Clariossa adalah tuan puteri kedua dari Kekaisaran Galaktik Forthorthe"

Sekitar sepuluh hari lalu, Blue Knight mendeteksi adanya celah ruang waktu di dekat kapal.

Hal itu disimpulkan sebagai kapal luar angkasa Forthorthe lainnya, tapi mereka tidak bisa menemukan kapal itu setelah selama ini.

Itulah saat dimana Theia menggumamkan nama Clan.

"Tapi, bagaimana kamu bisa tahu kalau itu dia, Tulip? Kamu nggak punya petunjuk sama sekali, kan?"

"Tidak punya petunjuk sendiri sudah menjadi sebuah petunjuk. Blue Knight adalah kapal perang kelas bangsawan, tidak banyak kapal luar angkasa yang tidak bisa dideteksi oleh kapal ini"

Sudah menjadi hal yang lazim bagi kapal tempur bangsawan untuk menjadi kapal pemimpin dimulai dari kapal Blue Knight milik Theia.

Dengan kapal tempur bangsawan yang menjadi kapal pemimpin, semangat juang para tentara pun akan meningkat.

Karena itulah kapal tempur bangsawan unggul dalam operasi pencarian dan perang informasi, akan sangat memalukan jika sebuah kapal pemimpin tidak sadar dengan keadaan disekelilingnya.

Hanya ada beberapa kapal saja yang mampu menghindari pencarian dari Blue Knight.

"Diantara mereka, aku hanya bisa memikirkan satu kapal saja yang akan berurusan denganku"

"Dan itu...si Clan ini?"

"Ya. Kapal pribadi Yang Mulia Clan, Hazy Moon, memiliki sistem kamuflase yang sangat canggih"

"Koutarou, kamuflase itu apa?"

"Gampangnya sih, bagus buat main petak umpet"

Koutarou juga tidak begitu mengerti tentang kamuflase, tapi dia sudah pernah melihatnya dalam film, jadi dia mencoba menjelaskannya kepada Sanae.

"Oh. Kalau begitu hampir sama denganku, dong"

"Ya. Teknologi kamuflase pada kapal Clan adalah sesuatu yang dibuatnya sendiri, jadi cukup merepotkan untuk berurusan dengannya"

"Dia bikin sendiri? Padahal dia tuan putri?"

Koutarou terbelalak kaget begitu mendengar hal itu.

"Itu benar, Satomi-sama. Yang Mulia Clan punya pengetahuan yang cukup dalam mengenai teknologi. Mengatur dan mengubah ulang kapalnya sendiri sudah seperti permainan baginya"

"Begitu...Memang banyak orang hebat ya, di dunia ini..."

Koutarou benar-benar terkesan dengan hal itu.

Karena kemampuan berpikirnya yang tidak seberapa, Koutarou tidak akan bisa mengatur ulang sebuah kapal ataupun membuat sebuah teknologi baru.

"...Dia tidak hebat"

Kata-kata Koutarou membuat Theia kesal dan Theia pun merengut.

"Yang bisa dilakukannya hanya berlari dan bersembunyi. Itu tidak cocok bagi kaum bangsawan!"

Theia mulai mengkritik Clan sambil tetap merengut.

"Kenapa kamu semarah itu, Tulip?"

"Aku tidak marah!"

"Nggak, kamu memang marah"

"Aku bilang aku tidak marah! Tahan bicaramu, primitif!"

Theia merasa tidak puas karena Koutarou memuji Clan, sementara dia sendiri tidak pernah dipuji.

Sayangnya, Koutarou tidak mengerti hal itu.

"Kau memang benar-benar tidak sopan"

"Apa?"

Koutarou hanya bisa memandang Theia dengan kebingungan.

Ruth memanggil Koutarou dengan suara pelan.

"...Satomi-sama, Satomi-sama"

"...Ya?"

Koutarou pun menjawab Ruth dengan suara pelan.

Ruth mendekat ke arah Koutarou dan berbisik.

Dia tidak ingin Theia mendengarnya.

"...Sebenarnya, ada banyak konflik diantata Theia-sama dan Clan-sama"

"Ah, jadi begitu rupanya..."

"Sementara Theia-sama adalah orang yang sangat aktif, Clan-sama adalah tipe orang yang lebih suka mempelajari hal-hal yang informatif, dan mereka berdua akan sering bertengkar"

Keluarga Mastir, keluarga asal Theia dan keluarga Schweiger, keluarga asal Clan, adalah keluarga yang sudah cukup lama dikenal bermusuhan.

Keluarga Mastir dikenal sebagai keluarga yang melahrikan banyak pemimpin yang luar biasa di momen-momen penting pada sejarah Forthorthe, dan keluarga Schweiger melahirkan pemimpin yang paling banyak diantara semua keluarga kekaisaran lainnya.

Karena itulah, kedua buah keluarga tersebut sangat bangga bisa menopang Forthorthe.

Theia dan Clan, yang memiliki kepribadian berbeda, hanya membuat api pertikaian kedua keluarga itu lebih besar.

Dan keduanya masih akan bersaing antara yang satu dengan yang lainnya.

"Jadi, Theia nggak bisa kalah dari dia ya..."

"Aku nggak pernah berpikir kalau ada tuan putri yang mau 'mengotori tangannya sendiri'"

"Dalam kasus milik Theia-sama, alasannya bukan hanya itu saja..."

Ruth tersenyum kecut sambil menunjukkan wajah murung.

Koutarou bisa mengerti sedikit perasaan Ruth setelah melihat itu.

Ada banyak hal dimana kau tidak bisa kalah kalau kau ingin melindungi ibumu...

Meskipun mereka adalah musuh yang telah ditakdirkan, Theia pasti ingin menghindari perkelahian yang tidak perlu.

Tapi, jika dia tidak membuktikan kalau dia adalah kandidat yang tepat untuk naik takhta, dia hanya akan menjadi penghalang dari kaisar saat ini, yakni ibunya.

Theia tidak mau menjadi tuan putri yang bisa dipergunakan oleh pihak militer, demi ibunya.

Setelah mendengar keadaan yang dijelaskan oleh Ruth di masa lalu, Koutarou benar-benar mengerti hal itu.

"Apa yang sedang kalian bertiga bisikkan?!"

"Yah..."

Koutarou tidak bisa mengatakan begitu saja kalau mereka sedang membicarakan hubungan Theia dan Clan, jadi dia memutuskan untuk mengganti topiknya.

"Aku ini cowok puber, kau tahu. Jelas saja aku penasaran kalau si Clan ini cantik apa nggak. Tapi Ruth-san nggak mau bilang"

"Eh?"

"S-Satomi-sama, a-apa yang kau!?"

Theia terperanjat dan Ruth mulai panik.

"Jadi, gimana, Tulip!? Apa si Clan ini imut? Apa dia seksi abis!?"

Theia kehabisan kesabaran dan berlari kearah Koutarou sambil berteriak setelah mendengar kata-kata Koutarou.

"S-Sialan kau, primitif!! AKan kuberi kau pelajaran! B-Beraninya kau menanyakan aku sesuatu seperti itu! Bagaimana bisa kau bertanya jika dia lebih imut dibandingkan denganku, yang dikenal sebagai bunga emas keluarga Mastir!?"

"Tapi kepribadiannya berkebalikan denganmu kan?"

Wajah Koutarou seperti mengharap akan sesuatu saat dia berhadapan dengan Theia.

Hal itu hanya membuat Theia berteriak lebih keras kearahnya.

"K-Kau tidak loyal, penghianat--"

"Kalau kamu lebih kalem sedikit, kamu bakal lebih imut juga loh, dan aku punya harapan gede buat seseorang yang sifatnya beda jauh!"

Tapi, kata-kata Koutarou selanjutnya menghilangkan semua amarah Theia.

"..."

Aku akan jadi imut kalau aku lebih kalem...?

Theia tidak bisa begitu saja menghiraukan kata-kata yang disebutkan Koutarou.

"..."

Si primitif pikir..aku...imut?

Jantung Theia mulai berdegup kencang dan wajahnya mulai memerah.

Deru nafas mengalir keluar dari mulutnya, bukan kata-kata.

Raut wajahnya yang tadinya terlihat marah berubah menjadi penuh harap saat dia melihat ke arah Koutarou.

"Jadi, gimana, Tulip? Apa si Clan ini imut?"

"Ah.."

Tapi, sesaat setelahnya, harapan itu berubah sekali lagi menjadi amarah.

Pada akhirnya, Koutarou lebih tertarik dengan Clan.

Theia sempat merasa bahagia karena disebut imut, tapi sekarang dia jauh lebih marah dari sebelumnya.

"Akan kubunuh kau! Diam di tempat, primitif! Akan kucincang habis dirimu sekarang juga!"

"Wow! Ini dia datang!"

Dengan Theia yang tiba-tiba menyerangnya, Koutarou pun mulai lari untuk menyelamatkan diri.

"Kurang ajar kau, beraninya kau memainkan perasaanku berulang kali! Berhenti berlari, primitif! Akan kucincang habis dirimu!"

"Buodoh! Siapa juga yang mau berhenti setelah dengar yang kayak gitu!?"

Koutarou membalik badannya dari hadapan Theia dan lari dengan sekuat tenaga, dengan Theia yang mengejar dibelakangnya.

"Haaah..."

"Yang Mulia! Tolong berhenti, Yang Mulia!"

Koutarou dan Theia berlari melewati Sanae yang keheranan dan Ruth yang sedang panik.

Ruangan tempat mereka berlari, yaitu anjungan kapal, memang cukup luas untuk mereka berlari kesana kemari.

"Kamu juga bodoh, Koutarou..Kalau kamu terus begitu, Theia bakal benar-benar membunuhmu nanti.."

Sanae mengerti kalau Koutarou mengubah topik pembicaraannya seperti itu karena Koutarou tidak ingin Theia tahu tentang apa yang dia dengar dari Ruth, jadi Sanae juga merasa kalau hal itu tidak bisa dielakkan lagi.

"Mereka berdua keras kepala sekali soal hal-hal aneh..."

Ruth juga merasakan hal yang sama dengan Sanae.

Tapi, bagi Ruth, dia tidak hanya mengerti apa yang dipikirkan Koutarou, tapi juga perasaan dan kepribadian Theia, dan entah kenapa Ruth merasa senang.

"...Terima kasih sudah menjaga Yang Mulia, Satomi-sama..."

Ruth mengawasi Koutarou dan Ruth yang masih berlari dengan wajah penuh kelembutan.


Part 2[edit]

Mereka berdua tidak berhenti berlari sampai beberapa saat kemudian.

Koutarou dan Theia terbaring di lantai kelelahan setelah berlari sekuat tenaga beberapa saat lalu.

"A-Akan kulepaskan kau..u-untuk hari ini..."

"N-Nggak usah...repot-repot.."

"Jangan...berkomentar...p-primitif..."

"Kamu...juga..."

Mereka berdua berbaring bersebelahan dan hanya bisa berdebat seperti itu karena kelelahan.

Tapi, melihat mereka yang berdebat seperti ini hanya memberi kesan kalau mereka terlihat sangat akur.

"Yang Mulia, Satomi-sama"

Ini membuat Ruth bahagia dan tersenyum senang.

"Kalian berdua benar-benar bodoh...Nggak perlu sampai segitunya kan...ampun deh.."

Sanae masih keheranan dan dia hanya bisa menghela nafas.

"Sanae, ada beberapa hal bagi pria dimana dia membiarkan dirinya kalah begitu saja"

"Itu benar. Kalah bukanlah pilihan bagi seorang tuan puteri"

"Bisa nggak kalian berdua pilih antara kalian itu akur apa nggak?"

Sanae mengeluh lagi saat mereka berdua membalas perkataannya secara serempak.

Ruth menggantikan Sanae dan mulai bicara.

"Ngomong-ngomong, Yang Mulia, ini sudah hari kesepuluh dari pencarian, jadi aku pikir sudah waktunya kita menyerah"

"Y-Ya. Itu benar..."

Theia mengangguk dan berdiri. Sementara Sanae, yang kuatir, menanyakan sesuatu.

"Nggak apa-apa nih, kalau kalian berhenti? Kalian masih belum tahu kan, si Clan ini datang untuk apa?"

"Tidak, aku tahu apa yang diincarnya. Dia pasti ingin mengganggu jalannya ujianku. Ujian miliknya perlu menunggu gerhana matahari. Jadi, dia pasti datang kesini untuk menggangguku selagi dia menunggu"

Agar Clan bisa mendapat hak untuk naik takhta, ujian bagi Clan adalah untuk menjalankan tiga upacara sebagai ujian kepercayaan.

Dia sudah menjalankan dua dari ketiga upacara itu, tapi upacara ketiga perlu menunggu datangnya gerhana matahari, jadi dia tidak punya pilihan lain selain menunggu.

Masih ada beberapa waktu sebelum gerhana matahari terjadi di planet asal Forthorthe.

Jadi, Theia menyimpulkan kalau Clan menggunakan waktu luangnya untuk mengganggunya.

"Jadi, kalau memang itu seperti yang kamu pikirkan, apa dia nggak pakai kapalnya buat menyerangmu?"

Koutarou bangun dan melihat ke arah Theia dengan pandangan serius.

Theia memutuskan untuk melupakan keributan yang sebelumnya dan menjawab pertanyaan Koutarou.

"Itu yang aku pikirkan sebelumnya, tapi 10 hari sudah berlalu. Kalau dia berencana menyerang, dia pasti sudah melakukannya sejak sebelumnya"

"Selain itu, Satomi-sama, akan ada bukti yang tertinggal jika ada dua kapal yang saling serang. Dengan mempertimbangkan itu, hanya ada resiko kecil yang muncul dari serangan kapal miliknya"

"Jadi, kalau dia memang idiot, dia pasti sudah menyerang sejak sebelumnya..."

"Itu benar. DIa pasti sedang bersembunyi entah dimana dan sedang merencanakan sesuatu"

Clan kuatir akan adanya bukti yang tertinggal jika dia menggunakan kapal perangnya, itulah kenapa dia tidak menyerang selama sepuluh hari ini.

Kalau dia memang seorang yang idiot, dia pasti sudah menyerang, dan karena dia tidak menyerang, tidak ada cara untuk menemukan kapal berkamuflase tingkat tinggi miliknya.

Itulah alasan Theia menghentikan pencariannya.

"Dan aku tidak bisa memikirkan alasan lain kenapa Clan tidak menggunakan kapal perangnya, Hazy Moon, untuk menyerang"

"Kenapa?"

"Itu karena Hazy Moon lemah"

"Maksudnya, lebih lemah daripada Blue Knight?"

Kapal Blue Knight lebih lemah dari kapal perang lain pada umumnya karena strukturnya yang rumit.

"Aku merasa sedikit tersinggung dengan caramu menyampaikan itu, tapi iya, itu benar"

"Satomi-sama, itu karena talenta Yang Mulia Clan. Karena dia memodifikasi kapalnya dengan perlengkapan yang dibuatnya sendiri, kemampuan dasar kapal miliknya jauh lebih rendah dibandingkan kapal yang lain"

Karena ada batas untuk daya yang digunakan, setiap perlengkapan yang ditambahkan Clan ke kapalnya hanya mengurangi kemampuan dasar kapal miliknya.

Seperti halnya kemampuan kapal Blue Knight berkurang karena bentuknya yang rumit, kemampuan Hazy Moon juga berkurang karena banyaknya perlengkapan tambahan.

"Jadi, itu artinya, kecuali si Clan ini benar-benar bodoh, dia nggak akan menyerang terang-terangan"

"Clan itu sangat licik, dia tidak suka bertarung langsung. Jadi, kemungkinannya kecil sekali hal itu terjadi"

"...Sangat licik..."

"Kenapa mukamu seperti itu, Primitif?"

Koutarou menunjukkan raut wajah kecewa.

"Yah, aku dengar dia itu kebalikan dirimu, jadinya aku berharap kalau dia lebih anggun"

"Apa!?"

"Dan sekarang aku barusan dengar kalau dia licik banget, kejutannya lebih besar dari yang kukira...."

"Kau masih menyinggung hal itu!? Dasar penghianat!!"

"Wow!?"

Amarah Theia bangkit kembali setelah reda sejenak.

Kedua tangannya meraih Koutarou dan mulai mencekiknya, seperti halnya Sanae.

"S-Sialan kamu!"

"Aku akan benar-benar mengajarkanmu siapa tuanmu hari ini!"

Koutarou dan Theia kembali bertengkar, tapi Ruth hanya memandang dengan tenang ke arah mereka.

Dia memandangnya seperti mereka sedang bermain-main.

"Karena itulah, pekerjaan paruh waktu yang kami tawarkan kepadamu berakhir hari ini, Satomi-sama"

"Oh? Udahan ya?"

Koutarou melihat ke arah Ruth sembari menahan Theia, dan Ruth pun mengangguk.

"Ya. Aku pikir sudah tidak ada alasan lagi bagimu untuk berjaga disini, Satomi-sama"

"Oh ya, aku jadi ingat, kenapa aku perlu ada disini?"

Koutarou telah berada di kapal Blue Knight bersama Theia dan Ruth dalam beberapa hari ini.

Itulah pekerjaan paruh waktu yang mereka tawarkan kepada Koutarou.

Tapi, Koutarou masih tidak tahu kenapa dia harus berada di kapal itu.

"L-Lepaskan aku, Primitif! Dan Ruth, jangan hanya berdiri disana dan tersenyum, lakukan sesuatu!"

Sementara Theia sedang meronta-ronta untuk melepaskan dirinya, Koutarou menegur Theia layaknya adiknya sendiri.

"Tunggu dulu, Tulip. Aku sedang bicara serius dengan Ruth-san sekarang. Aku akan bermain bersamamu nanti ya"

"Aku tidak mau bermain!!"

"Ah, kalau gitu, nanti main sama aku ya, Koutarou"

"Oke"

"Kau meremehkanku lagi! Bermainlah denganku!"

Ruth mulai menjelaskan sambil tersenyum sementara keributan itu terus berlanjut; dia sudah mulai terbiasa dengan hal ini.

"Kapal Blue Knight ini berbentuk seperti manusia, jadi akan lebih baik jika seseorang yang bagus dalam hal berkelahi seperti Satomi-sama yang mengendalikannya"

"Hmm...Yah, Koutarou memang cepat kalau urusan mulai berantem"

"Ya. Aku tidak bisa mengendalikannya, meskipun aku adalah seorang petugas keamanan"

"Oh, begitu rupanya"

Jawaban itu membuat Koutarou puas.

"Apa tidak masalah jika pembayarannya dilakukan dengan poin tatami daripada uang?"

"Ya, nggak apa-apa"

"Itu apa-apa buatku!!"

Dan Theia pun tetap penuh semangat pada hari ini juga.


Part 3[edit]

"Hehehe, aku dapet poin tatami 5 sentimeter tanpa melakukan apapun"

"...Kau tidak mengerti ya, Primitif?"

Koutarou dan Theia saat itu sedang duduk di depan TV.

Keduanya sedang memencet tombol-tombol kontroller game di tangan mereka.

Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk bermain sambil bertanding di dalam game.

"Apa maksudnya?"

"M-a-k-s-u-d-nya, adalah, wow, hampir saja. Bisa pelan sedikit? Aku baru memainkan ini untuk pertama kalinya"

"Aku mengerti...jadi, apa yang nggak aku mengerti?"

"Pada akhirnya, aku tidak hanya membutuhkan kamar ini, tapi juga loyalitasmu"

"Terus kenapa...wow!?"

"Hah, jangan lengah ya...Jadi, kehilangan beberapa poin karena dirimu tidak akan mempengaruhiku sedikitpun. Tidak ada gunanya mengumpulkan semua poin itu jika kau tidak mau bersumpah setia kepadaku, tapi jika aku bisa membuatmu bersumpah setia kepadaku, kau juga pasti akan menyerahkan semua poinmu kepadaku"

Agar Theia bisa mendapat hak untuk naik takhta, dia tidak hanya harus menginvasi kamar itu, tapi juga harus membujuk Koutarou, sang pemilik kamar, untuk bersumpah setia kepadanya.

Tidak ada gunanya mendapatkan kekuasaan atas kamar itu tanpa loyalitas Koutarou, tapi, membuat Koutarou bersumpah setia kepadanya akan memberikannya poin dalam jumlah besar.

Jadi, meskipun Koutarou dan Theia bertukar poin, mempunyai poin lebih sedikit tidak akan berpengaruh bagi Theia.

"Terus kenapa? Aku kerja tanpa dibayar!?"

Karakter yang sedang dikendalikan Koutarou meledak.

Karena terkejut, Koutarou kehilangan poin karena Theia.

"Itu tidak benar"

Theia tersenyum dengan bangga sambil menggoyangkan kontrollernya setelah memenangkan permainan itu.

"Sudah sewajarnya bagi seorang tuan untuk memberikan suatu wilayah bagi bawahannya setelah ia menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Tidak perlu dipikirkan sebagai kerja tanpa bayaran. Ini adalah sesuatu yang normal diantara kita, lagipula kita adalah tuan dan hamba. Kau seharusnya bangga dengan tindakanmu daripada menyesalinya. Banggalah, rakyatku, Satomi Koutarou"

"Yang bener aja! Itu lebih buruk daripada kerja gratisan!"

"Bagus sekali, akhirnya kau menyadari kalau kau adalah rakyatku"

"Aku nggak pernah ingat jadi rakyatmu!"

"Tidak usah malu. Kenyataan adalah kenyataan. Aku senang dengan kontribusimu dan kenyataan kalau kau menerima hadiahku"

"Nggak!"

Koutarou terkejut setelah melakukan tepat seperti apa yang Theia ingin dia lakukan.

"Aku ingin kau bekerja lebih giat lagi di masa depan bagi diriku dan bagi keluarga kekaisaran. Aku berharap padamu, Satomi Koutarou"

"Nggak mauuuuu!!"

Koutarou berteriak sekuat tenaganya.

"...Satomi-san, Satomi-san"

Seseorang menarik lengan baju Koutarou.

"Oh?"

"Satomi-san, aku mau ngomongin sesuatu nih"

Yurikalah yang tadi menarik lengan baju Koutarou.

Dia bergantung kepada lengan baju itu dengan wajah memohon maaf.

Setelah melihat itu, Koutarou menjadi lebih tenang sedikit.

"Ada apa, Yurika, kami akhirnya sedang memperat hubungan antara tuan dan hamba..."

"Enak aja!!"

Theia yang tadinya sedang bersemangat menjadi murung sedikit.

Kebalikannya, Koutarou merasa lega saat dia berbalik menghadap Yurika.

"Jadi, ada apa Yurika?"

"Em...Sebenarnya ada temanku yang minta tolong buat jagain hewan piaraannya sementara mereka lagi pindahan, aku udah terima hewannya...tapi, nggak apa-apa kan?"

"Hewan piaraan?"

Biasanya, Koutarou akan berteriak ke arah Yurika dan mengatakan kalau dia tidak boleh membawa hewan, tapi dia berhutang kepada Yurika karena sudah menyela Theia, jadi dia memutuskan untuk mendengar detailnya.

"Hewan macam apa? Kalau reptil kecil yang ngga bikin ribut, Ibu Kos-san nggak akan ngelarang"

"Nggak usah kuatir soal suara"

"Piaraan!? Jenisnya apa, Yurika!? Tunjukin! Tunjukin dong! Imut nggak!?"

Mata Sanae berbinar-binar setelah mendengar kata "hewan piaraan".

Dia melepaskan dirinya dari punggung Koutarou dan mendekati Yurika.

"Apa, ada apa?"

Theia melempar kontrollernya dan mendekati meja teh.

"Yurika, coba tunjukkan ke kami"

"Em...Sebenarnya...Ini..."

Yurika dengan malu-malu mengeluarkan sebuah kotak plastik.

Kotak itu ternyata kurungan transparan seukuran 30 sentimeter dengan penutup berwarna hijau.

"I-Ini-!?"

"Yurika, kamu!?"

Meskipun tadinya situasi itu bisa diterima, Koutarou dan Sanae hanya bisa melongo melihat apa yang ada di dalam kotak itu.

"Auuuuu, maafkan aku!!"

Dan seperti sudah menduga reaksi itu, Yurika sudah hampir menangis.

"Apa nama dari makhluk yang kekar dan berani ini?"

Hanya Theia si alien yang terlihat kebingungan saat dia melihat ke dalam kotak itu.

"K-Kamu buodoh, Yurika!! Kamu ngerti kan apa yang terjadi kalau kamu bawa makhluk itu ke kamar ini sekarang ini!?"

"Aku ngerti! Aku beneran ngerti! Tapi semua anggota klub cosplay udah bawa masing-masing satu! Aku nggak bisa bilang kalau aku nggak mau!"

Temannya yang sedang pindahan ternyata adalah si ketua klub cosplay.

Karena ayahnya akhirnya membeli rumah, dan karena mereka sedang pindahan dari apartemen ke rumah mereka yang baru, dia mempercayakan peliharaannya kepada anggota-anggota klub yang dipercayainya.

"Yurika, kenapa kamu pilih ini!? Pasti ada piaraan lain yang bisa kamu pilih kan!?"

"Aku juga mau ikan mas atau hamster! Tapi setelah aku selesai dari pelajaran tambahan, tinggal itu yang tersisa!"

Yurika melontarkan alasannya sambil menangis selagi Koutarou dan Sanae membentaknya.

Sementara itu, Yurika masih memandan ke arah kotak itu.

"Apakah makhluk ini berbahaya? Memang, dia memiliki badan yang mirip dengan metal dan tanduk yang kelihatannya kuat, tapi.."

Namun, Koutarou dan Sanae tidak mendengarkan Theia, mereka masih sibuk memarahi Yurika.

"Sebenarnya, Theia-dono"

Tapi, Kiriha yang berada di dekat mereka dan sedang meminum tehnya, menjawab pertanyaan Theia.

"Ini adalah kumbang"

Mendengar nama itu, Theia kehilangan ketenangannya dalam sekejap.


Part 4[edit]

Kumbang Herkules, dengan nama ilmiahnya Dynastes hercules, adalah kumbang yang paling besar diantara kumbang tanduk yang lain.

Kedua tanduknya yang besar dapat menghancurkan musuh semacam apapun, dan cangkangnya yang kuat melindungi badannya dari segala macam bahaya.

Raja serangga ini adalah incaran dari semua anak laki-laki di Jepang.

Rokujouma V4 031.jpg

"Ini adalah kumbang!? T-Tidak mungkin! Yurika! Kau tahu apa artinya ini bukan!?"

"Aku tahu! Aku tahu betul apa artinya! Tapi, aku nggak punya pilihan lain! Karena anggota klub cosplay yang lain meninggalkan piaraan yang paling gampang buat diurus buatku, aku nggak bisa nolak!"

Dibandingkan ikan tropis yang membutuhkan suhu yang sesuai dan hal-hal sejenisnya, kumbang di musim panas lebih mudah untuk diurus.

Kebaikan para anggota klub cosplay bagi Yurika justru berdampak sebaliknya bagi Yurika.

"Apa yang harus kita lakukan, primitif!? Sesuatu yang buruk akan terjadi jika Ruth melihat kumbang ini!"

Si raja serangga adalah makhluk paling lemah di kamar 106.

Hanya dengan berada di kamar itu saja sudah membuat keberadaannya terancam, yang dikarenakan kebencian Ruthkania Nye Paromshiha terhadap kumbang.

"Mood Ruth-san udah kembali normal, tapi ini bakal bikin dia marah lagi!"

"Kalau saja Hercules-chan hanya sekedar mitos..."

"Nggak boleh! Ini piaraan punya adiknya wakil ketua!"

"Y-Yurika! Buang itu sekarang juga! Lepasin dia! Itu yang terbaik buat semuanya, buat kita dan juga serangga itu!"

"N-Nggak bisa! Nanti kalau si adik sedih, gimana!?"

"Kalau hanya perasaan saja yang penting baginya, buang sekarang juga! Nyawa kita dipertaruhkan disini!"

Kekacauan pun hadir di kamar 106.

Semenjak liburan di pemandian air panas, Ruth menjadi trauma dengan kumbang.

Alasan trauma itu muncul adalah karena igauan Koutarou.

Saat dia sedang bermimpi sedang menangkap kumbang, Koutarou memeluk Ruth.

Sejak saat itu, Ruth melampiaskan rasa frustasinya pada Koutarou dan memendam dendam yang sangat terhadap kumbang.

Untungnya, dia memaafkan Koutarou sebelum akhir liburan musim panas.

Tapi jika dia sampai melihat Hercules, trauma itu akan kembali. Tentu saja tidak ada yang mau hal itu terjadi.

Mereka semua tahu Ruth bisa menjadi semenyeramkan apa. Maka dari itulah semuanya yakin kalau Ruth dan Hercules sampai bertemu, itu hanya akan membawa malapetaka.

"Kumbang ya...Dulu aku juga pernah menangkap dan bermain dengan mereka saat aku dulu masih kecil...fufufu..."

Hanya Kiriha yang sedang menyeruput tehnya yang masih terlihat tenang.

"Tenanglah, Tulip! Kita nggak bisa ngapa-ngapain kalau terus panik!"

"K-Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan, primitif!? Kau pikir kita bisa menyembunyikannya dari Ruth untuk seberapa lama!?"

"Ruth lagi ngapain sekarang?"

"Dia masih berada di kapal Blue Knight! Dia sedang menganalisa data hari ini di anjungan! Dia akan segera--"

"Satomi-san, dindingnya!"

Di saat itu, dinding ruangan yang paling dalam mulai bersinar. Itu adalah tanda bahwa sebuah gerbang antara kamar 106 dan kapal Blue Knight akan terbuka. Setelah sinar itu mulai stabil, Ruth akan muncul di kamar itu.

"G-Gawat! Tulip!"

Koutarou dengan buru-buru berdiri dan meraih Theia.

"Ya! Ambil ini!"

Theia mengambil sangkar Hercules dan dengan tangkas mengopernya ke Koutarou.

"Koutarou!"

Dan Sanae dengan cepatnya membuka pintu geser ke arah lemari.

"Semoga sempat!"

Koutarou langsung menuju ke lemari dan meletakkan sangkar itu ke dalam lemari. Lalu dia menyembunyikannya di bawah selimut Yurika dan membanting pintu geser itu sekuat tenaganya.

"Aku kembali!"

Koutarou membanting pintu itu tepat saat Ruth memasuki ruangan itu.

"Oh? Ada apa, semuanya?"

Ruth disambut dengan pemandangan yang aneh saat dia kembali ke kamar 106.

Yurika menatapnya dengan tatapan kosong, Theia berbaring tengkurap di atas meja teh dengan tangannya yang terjulur, dan Koutarou dan Sanae yang berdiri menghadap lemari. Satu-satunya yang normal disitu adalah Kiriha yang sedang menyeruput tehnya.

"T-Tidak, tidak ada apa-apa! Benar bukan, primitif!?"

"Ya! Bukan apa-apa kok, Ruth-san!"

Theia dan Koutarou hanya bisa tertawa dengan tertahan.

"Ya! Nggak ada apa-apa! Nggak ada ku--"

"Buodoh!"

Sanae mengayunkan tinjunya ke arah Yurika, yang hampir menyebutkan sesuatu yang tabu.

"Au, sakit tahu!"

"Bukan apa-apa kok!"

"B-Begitu kah?"

"Semuanya baik-baik saja, Ruth"

"Begitu.."

Ruth hanya bisa mengangguk mendengar kata-kata Kiriha, meskipun suasana ruangan itu masih aneh. Dia merasa tidak perlu untuk mencari tahu lebih dalam lagi.

"Kalau begitu, aku akan mulai memasak makan malam"

"S-Silahkan"

Ruth kembali tersenyum seperti biasanya dan melangkah ke arah dapur. Setelah ia pergi, Koutarou dan yang lainnya jatuh lemas dengan perlahan ke atas lantai dan mulai berbisik agar Ruth tidak mendengar mereka.

"H-Hampir aja..."

"Aku pikir jantungku akan berhenti..."

"M-Maaf semuanya...ini semua..."

"Aku mukul kamu terlalu keras, maaf, Yurika"

"Nggak, kamu menyelamatkanku, Sanae-chan.."

Saat itu mereka semua tersenyum, karena mereka berhasil menghindari suatu krisis lewat kerjasama. Mereka berempat pun merasakan rasa kesatuan yang sangat kuat.

"Semuanya, kalian ingin apa untuk sup misonya? Tahu atau-- Eh, apa yang sedang kalian lakukan?"

Ruth kembali dari dapur untuk menanyakan kepada mereka apa bahan yang akan ditambahkan ke sup miso. Di saat itu, gerakan dan raut wajah Koutarou dan yang lainnya terhenti.

"Halo?"[1]

Badan Theia menegang agar sesuai dengan raut wajah mereka saat itu, dan Ruth sekali lagi menatap mereka dengan kebingungan.

"Ruth, aku pilih tahu"

"Ah, ya. Apakah kalian semua setuju dengan itu?"

Namun, berkat kata-kata Kiriha, perhatian Ruth beralih kembali ke bahan-bahan sup miso.

"Y-Ya! Itu boleh!"

"Aku setuju dengan itu, Ruth-san"

"Selama itu enak, aku mau"

"Selama itu bisa dimakan, aku mau"

"Baiklah. Aku akan memasaknya, tolong tunggu sebentar"

Ruth kembali ke dapur dengan senyum saat semuanya setuju.

"Fiuh..."

"Ya ampun.."

"Hampir saja..."

"Maafin aku, maafin aku..."

"Hm? Teh ini enak. Aku harus beli ini lebih banyak lagi"

Berkat kerjasama Koutaoru dan yang lainnya, rahasia tentang kumbang itu terjaga dengan aman.


Part 5[edit]

Rolet di atas meja teh itu mengeluarkan suara yang keras. Rolet itu adalah bagian dari permaianan papan yang terkenal bernama 'Kemunduran Hidup'.

Itu adalah permainan sederhana dimana para pemain menjalankan pionnya sejauh kotak yang ditunjuk papan rolet. Setelah mencapai kotak tujuannya, pemain itu harus menjalankan apa yang tertulis di kotak itu. Meskipun sederhana, ternyata permainan itu memiliki makna yang dalam dan menjadi permainan yang paling laris.

Saat rolet itu berhenti, Sanae yang saat itu melayang di atasnya mengintip ke papan itu.

"Empat, Koutarou"

"Oke, tu, wa, ga, pat..."

Koutarou menjalankan pionnya sejauh empat kotak dan membaca apa yang ada di kotak itu.

"Mari kita lihat...'Kamu bertemu teman masa kecilmu dan tiba-tiba menikahinya. Pemain lain memberimu masing-masing 500 poin sebagai hadiah pernikahan'."

"Kamu orang kantoran dan kamu menikah sama teman masa kecilmu. Hidupmu biasa banget"

"Diem aja deh!"

Koutarou membalas sindiran Sanae sembari menerima 500 poin dari pemain lainnya. Selain Koutarou, ada enam orang lain yang ikut bermain: Sanae, Theia, Kiriha, Yurika, Ruth, dan Shizuka. Dengan itu, Koutarou memperoleh 3000 poin.

Ini adalah salah satu permainan yang mereka gunakan untuk menentukan kepemilikan kamar, tapi hanya menonton saja akan membosankan. Jadi, Ruth dan Shizuka pun ikut bermain.

"Ini, pengantinmu"

"Jangan dilempar dong"

Koutarou meletakkan pion merah muda yang dilemparkan Theia kepadanya ke pionnya sendiri. Pion-pion pada permainan ini memiliki bentuk seperti rumah, dan dengan keluarga si pemain yang semakin besar, jumlah orang di dalam rumah itu pun juga bertambah.

"Hidup bersama hanya dengan pasangannya saja di rumah yang kecil mungkin memang cocok buat Satomi-kun"

"Apa maksudnya, Ibu Kos-san?"

"Karena, sekarang, kamu tinggal bareng-bareng beberapa cewek di kamar yang kecil kan? Itu kan jauh berbeda"

"Yah, benar juga. Aku memang pengen hidup tenang..."

"Sanae-chan, Satomi-san kayak orang tua ya?"

"Ya. Kadang-kadang dia suka bertingkah kayak orang tua"

Yurika dan Sanae menatap Koutarou dengan senyum jahil.

"Diem aja deh!"[2]

Koutarou meneriaki mereka berdua dan menghadap Kiriha yang duduk disebelahnya.

"Oke, Kiriha-san, giliranmu"

"Baiklah, kalau begitu aku juga akan menjalani kehidupan yang biasa"

Kiriha mengangguk ke arah Koutarou dan meraih papan rolet.

"Kiriha-sama adalah wanita karir, jadi aku tidak percaya kalau hidupnya akan biasa saja"

Kiriha tersenyum sedih ke arah Ruth yang duduk disebelahnya saat dia memutar rolet itu. Di permainan itu, Kiriha membuka sebuah perusahaan dan sedang menjalani kehidupan wanita karir yang terampil. Ruth tertawa kecil saat Kiriha berkata itu biasa.

"Hidup seperti apapun bisa dibilang 'biasa' saat kau adalah pemimpin dari kerajaan bawah tanah yang berencana menginvasi permukaan"

"Itu benar, tapi..."

"Aku adalah artis yang sangat populer. Betul-betul hidup yang luar biasa. Bahkan dalam permainan sekalipun, pesonaku muncul dengan sendirinya"

"...Pekerjaan apapun pasti bakal luar biasa kalau kamu yang kerja, Tulip"

"Aku pikir juga gitu"

"Apa maksudmu dengan hal itu?"

"Kalau kamu jadi pekerja kantoran, perusahaannya bakal bangkrut. Kalau kamu jadi dokter, rumah sakitnya bakal nggak dipercaya. Kalau kamu jadi guru, insiden mengerikan bakal kejadian...betul-betul luar biasa"

"Yep"

"S-Sialan kau, primitif! Kenapa kau selalu meledekku!? Kenapa kau tidak bisa bilang 'Itu benar, Yang Mulia' begitu saja!?"

"Itu benar, Yang Mulia"

"Berhenti bercanda!!"

Saat Theia hendak berdiri, Yurika yang duduk disebelahnya mulai bergumam.

"Seandainya aku bisa kayak gitu...aku cuma jadi pengangguran. Gara-gara kado pernikahan buat Satomi-san, aku cuma punya 2000 poin. Kalau gini, aku nggak yakin bakal tahan di musim dingin..."

"H-Hidupmu juga luar biasa, dalam artian lain"

Berkat pengakuan Yurika yang menyedihkan, Theia kembali tenang dan duduk kembali.

"Nijino-san, gimana bisa kamu jadi begitu, padahal awalnya kamu kaya..."

"Kamu benar-benar nggak punya keberuntungan..hidupmu betul-betul kacau"

Di awal permainan, Yurika adalah anak perempuan seorang milyarder.

Tapi, sebelum ia sadar, bisnis milik orang tuanya bangkrut dan sisa tabungan mereka habis di pasar saham.

"Apa bedanya dengan hidupnya saat ini?"

"Y-Yang Mulia! Itu berlebihan...."

"Y-Ya...Nggak jauh beda..Hidupku nggak ada yang spesial, permainan maupun nyata..."

Saat ini, Yurika secara paksa menumpang tinggal di kamar 106. Meskipun dia mendapat kumbang Hercules sebagai teman sekamar, kehidupannya sebagai seorang gadis cukup merana.

"...Lima, enam, tujuh, delapan. Mari kita lihat...'Harga nilai yen menguat. Kau mendapat 20 poin untuk setiap saham yang kau punya'...Aku punya 100.000 saham jadi...Koutarou, bisa ambilkan aku 2.000.000 dari bank?"

"Ini dia"

"Keuntungan dari saham itu sendiri harganya 1000 kali lipat daripada semua milik Yurika..."

"Mereka yang punya duit selalu punya cara buat dapat lebih..."

Sanae dan Shizuka tertawa, tapi Yurika tidak bisa melakukan itu. Malahan, air mata mulia bercucuran melewati wajahnya.

"Nggak adil~ Memangnya gadis penyihir nggak perlu duit!? *hik hik*"

"..."

Setelah memandang Yurika selama beberapa saat, Kiriha memegang beberapa lembar uang dalam jumlah besar dan menyerahkannya kepada Koutarou.

"Kiriha-san, apa maksudnya?"

"...Aku mau berinvestasi ke dalam bagian kesejahteraan milik perusahaan, jadi tolong letakkan itu di dalam bank. Semua orang butuh bantuan untuk bisa bebas dari reses ekonomi"

"Kebaikan kayak gitu malah bikin tambah sakit..."

Yurika adalah orang selanjutnya yang memutar rolet, tapi dia melupakan hal itu. Air mata terus mengalir membasahi wajahnya.


Part 6[edit]

"Sanae, ambilin tutup kotaknya dong"

"Nih"

Sanae menuruti perintah Koutarou dan memberinya tutup kotak 'Kemunduran Hidup'.

"Makasih"

Setelah dia menerima tutupnya, Koutarou kembali mengecek isi kotak permainan itu sebelum menutupnya. Dengan itu, mereka telah beberes setelah selesai bermain. Mereka menggunakan permainan ini untuk memperebutkan poin tatami menggantikan permainan kartu yang biasanya.

Terkecuali Yurika yang menjadi pengangguran di bagian awal permainan, permainannya berlanjut hingga akhir. Theia menjadi artis populer yang memproduksi banyak sekali album yang laris, Kiriha sukses dalam berinvestasi di bidang manajemen dan kesejahteraan - yang berlanjut dengan baik, dan Sanae menjadi pemain baseball yang selalu mencetak home run. Pertarungan sengit mereka bertiga berlanjut hingga saat-saat terakhir.

Tapi, di saat terakhir, Ruth menemukan daerah pengeboran minyak dan membuat keadaan berbalik drastis dan meraih peringkat pertama. Di tempat kedua adalah Sanae, ketiga Kiriha, keempat Theia dan Koutarou mendapat peringkat kelima. Koutarou sempat berganti pekerjaan menjadi petualang untuk bisa menjadi lebih sukses, tapi dia pun gagal hanya untuk mencapai setingkat Theia.

Shizuka yang hidup dengan sederhana dan bahagia mendapat peringkat keenam, dan Yurika berada di peringkat terakhir setelah gagal memanfaatkan kesempatan terakhirnya. Hal terakhir yang dimiliki Yurika adalah hutang.

"Dengan mengecualikan diriku dan Shizuka-sama yang tidak mengambil bagian dalam permainan poin tatami, peringkatnya menjadi: Sanae-sama, Kiriha-sama, Yang Mulia, Satomi-sama, dan akhirnya Yurika-sama"

Setelah mengkonfirmasi peringkat semuanya, Ruth memperbaharui papan nilai yang menggantung di dinding. Karena ada lima yang bertanding, yang berada di peringkat ketiga tidak akan mengalami perubahan poin, lima poin berpindah dari peringkat keempat ke peringkat kedua, dan sepuluh poin berpindah dari peringkat terakhir ke peringkat satu.

Setelah papan nilai itu diperbaharui, perubahan peringkatnya bisa terlihat. Theia, yang berada di peringkat satu selama beberapa hari ini, akhirnya disalip oleh Kiriha.

"Akhirnya Kiriha-san kembali ke peringkat satu"

Rokujouma V4 047.jpg

"Uh, aku benar-benar tidak bisa meremehkanmu, Kiriha! Aku tidak habis pikir kalau kekaisaran Forthorthe akan tertinggal!"

"Kau dan aku bersaing cukup seimbang, Theia-dono. Tidak peduli siapa yang lebih baik, kita memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing"

"...Nyatanya, aku ingin sekali memiliki bawahan seperti dirimu"

Koutarou berada di peringkat ketiga, tepat dibawah mereka berdua. Poin yang didapatkannya pada festival olahraga membuatnya bisa mempertahankan peringkatnya. Sanae berada di tempat keempat dengan alasan yang sama, dengan poin yang lebih sedikit dibandingkan Koutarou.

"...Satomi-kun, kamu mulai kehilangan poin loh"

"Aku bakal membalasnya mulai sekarang kok, Ibu Kos-san"

"Lakukanlah yang terbaik, Satomi-sama"

"Ya! Nggak kayak Yurika, aku sama Koutarou masih bisa naik menuju puncak!"

Yurika berada di tempat paling bawah. Setelah berulang kali kalah, poin yang didapatkannya dari festival olahraga sudah lama hilang. Meskipun tadinya dia memiliki banyak poin, saat ini dia bahkan tidak punya setengah dari poin yang lain. Jika terus seperti ini, Yurika akan kehilangan poin miliknya sebelum liburan musim dingin.

"S-Sanae-chan, maksudnya 'nggak kayak Yurika' berarti aku nggak punya kesempatan lagi!?"

"Yep. Kalau aku jadi kamu, aku bakal cepat-cepat nyerah. Kamu bahkan nggak punya setengah dari poin kami"

"Itu nggak betul! Kamu masih bisa kembali!"

"Tidak mungkin, tidak ada cara lain"

"Tidak perlu sekejam itu, Sanae"

"Kiriha...?"

"Yurika punya caranya sendiri untuk bertarung. Dan dia punya alasannya sendiri untuk tidak menyerah"

"Kiriha-san! Aku tahu kamu orang baik dari pertama kita berjumpa!"

Air mata penuh terima kasih mengalir di wajah Yurika saat dia menjabat tangan Kiriha.

"Meskipun dia orang yang cukup normal, tidak seperti kita, sudah cukup hebat dia bisa bertanding dengan kita"

"K-Kiriha-san!?"

"Betul juga. Maaf, Yurika"

"Kiriha-san, kamu juga!? Uuh...ini kejam, ini sungguh terlalu!"

"Tidak peru menangis, Yurika. Meskipun musuh yang kamu bicarakan nantinya betul-betul muncul, kami akan baik-baik saja. Kami akan menangani mereka sebelum ada bahaya yang muncul. Kau bisa menyerahkan pertarungannya kepada kami dan pergi"

"Tidaaaaaak! Kalian nggak ada yang ngerti!"

"Yurika, kamu agak berlebihan..."

"Hueeeeee! Hercules-chan! Semuanya ngejek aku!"

Air mata kebahagiaan Yurika berubah menjadi air mata kesedihan. Tapi, tidak ada seorangpun di kamar itu yang betul-betul mengerti alasan dibalik semua itu.


Matsudaira Kenji sedang Kesulitan[edit]

Part 1[edit]

Kamis, 10 September

Matsudaira Kenji sedang kesulitan. Dan itu bukan karena sahabatnya yang kurang cerdas. Dia kuatir akan festival budaya yang akan diadakan 2 bulan dari sekarang.

"Oke, aku rasa aku taruh sekitar sini aja..."

Drama klub yang diikutinya mempunyai tradisi untuk mengadakan drama saat festival budaya berlangsung. Tentunya, mereka akan melakukan hal yang sama tahun ini, tapi mereka belum menentukan apa yang akan dipentaskan. Itu karena sang manajer panggung belum menemukan skenario yang mereka suka.

"Kalau aja si ketua mau kasih keringanan sedikit.."

Si ketua klub adalah orang yang menjadi manajer panggung. Tapi, ketua klub saat itu dan si manajer panggung kurang puas dengan cerita-cerita setingkat murid SMA. Itulah kenapa si ketua sudah menolak semua skenario yang sudah ada, dan itulah kenapa sekarang klub drama sedang menyebarkan poster untuk meminta bantuan.

Karena keberadaannya yang berada di bagian bawah kepengurusan, Kenji menggunakan waktu istirahat makannya untuk menempelkan poster di sekeliling sekolah.

"Memangnya ada orang yang bisa nulis cerita bagus di sekolah ini? Kalaupun ada..memangnya mereka mau daftar?"

Saat Kenji dengan lesu menempel poster, sesosok orang yang dikenalnya lewat didekatnya.

"Oh? Kamu ngapain, Mackenzie?"

"Kou"

Orang itu tidak lain adalah Koutarou, yang sedang memegang roti dan jus di tangannya. Dia baru saja kembali dari membeli makan siangnya di kantin.

"Aku lagi begini"

"Apa ini? 'Dicari skenario'?"

"Yep. Klub drama masih nggak bisa memilih mereka mau mementaskan apa. Jadi, mereka mencoba mencari skenario dari luar klub"

"Begitu...Tapi, kalau kamu lagi bermasalah, tinggal bilang aja, Mackenzie. Nggak usah malu-malu"

"Nggak mungkin kamu bisa menolong. Memangnya kamu kenal seseorang yang jago nulis skenario?"

Kenji sudah menyingkirkan Koutarou dari daftar kemungkinan yang ada, dengan segera.

"Kamu baru saja mengatakan sesuatu yang nggak seharusnya, Mackenzie-kun. Tahun-tahun sebelumnya memang iya, tapi tahun ini beda. Kamu pikir kamu bisa lolos setelah bilang begitu?"

"Bisa dong. Memang disebelah mananya dirimu aku bisa menemukan sesuatu seperti 'penulis'?"

Pada akhirnya, Kenji tidak bisa mempercayai Koutarou.

"Kau bodoh, Mackenzie. Tahun ini, aku mempunyai rekan yang luar biasa hebat bernama Sakuraba Harumi"

"B-Benar juga! Ada Sakuraba-senpai!"

Tepat saat nama Sakuraba Harumi disebut, raut wajah Kenji berubah.

Kenji tahu kalau Harumi suka membaca buku. Kalau dia bertanya kepada Harumi, mungkin dia bisa mendapat naskah yang bagus. Meskipun tadinya dia meledek Koutarou, ada ide bagus yang muncul dari itu.

"Nanti aku tanya kalau dia punya ide"

"Tolong ya! Saat ini kita perlu meningkatkan kemungkinan mendapatkan naskah yang sebagus mungkin"

"...Tetep aja, kamu jahat loh"

Perubahan sikap Kenji yang begitu cepat, itulah yang membuat Koutaoru heran.

"Ah, nggak usah dipikirin. Salahmu sendiri kamu bertingkah kayak biasanya. Aku bergantung padamu, Kou!"

Melihat Kenji yang hanya menertawakan komplainnya, Koutaoru mulai merasa jengkel.

"Ya, ya, baiklah"

Sialan kau Mackenzie, awas ya...

Koutarou mengangguk kepada Kenji sambil merencanakan sesuatu di dalam pikirannya.


Part 2[edit]

Pada malam harinya, Koutarou berbicara kepada para penghuni kamar 106 setelah selesai menikmati makan malam.

"Semuanya, bolehkah aku, Satomi Koutarou, meminta sedikit waktu kalian?"

Koutarou, yang berbicara dengan nada formal, membuat semuanya terkejut.

"A-Apa ada yang salah, primitif!? Apakah kau memakan sesuatu yang aneh!? Haruskah kita membawamu ke peralatan medis di kapal Ksatria Biru?"

"Yang Mulia, itu berlebihan!"

"Satomi-san, kamu nggak boleh makan makanan yang kamu pungut dari tanah!"

"Karama, Korama, ambilkan obat perut"

"Mengerti Ho~!"

"Koutarou, tolong tunggu sebentar Ho~!"

Satu-satunya yang tidak merasa kalau itu aneh adalah Sanae.

"Bukan begitu, semuanya"

Sanae menghela nafas dan mulai menjelaskan menggantikan Koutarou. Karena dia selalu berada disebelahnya, dia mendengar seluruh percakapan Koutarou dan Kenji.

"Begini, temannya Koutarou, si Kacamata-kun...Mackenzie ya? Yah, klub drama yang diikutinya lagi mencari naskah"

"Ah, jadi itu sebabnya Satomi-san jadi dramatis"

"Itu benar, semuanya! Aku, Satomi Koutarou, ingin menolong teman baikku, Matsudaira Kenji, disaat dia membutuhkannya!"

Koutarou melanjutkan bicaranya dengan nada yang terlewat dramatis dan gerakan badan yang berlebihan.

"Jadi, Sanae, apa yang ingin disampaikan oleh aktor murahan ini?"

Kiriha bisa mengetahui kalau Koutarou sebenarnya mengincar hal lain. Sanae melemaskan pundaknya dan hanya tersenyum pahit.

"Dia kesal gara-gara dibilang dia dan akting nggak akan bisa nyambung dan kalau dia itu nggak guna"

"Begitu, akhirnya aku mengerti"

Kiriha mengangguk dan menyeruput sedikit tehnya.

"Jadi, semuanya! Tolong pinjamkan kekuatan kalian kepadaku, Satomi Koutarou! Mari kita selamatkan klub drama dari krisis yang mereka hadapi bersama-sama!"

"Dia benar-benar idiot...."

"Satomi-san memang benar-benar keras kepala, ya..."

"Jadi, apa yang kau inginkan dari kami, Koutarou?"

"Aku ingin kalian menulis sebuah naskah bersama denganku! Kalau kita menulis satu naskah per orang, kemungkinan salah satu dari kita terpilih akan meningkat secara drastis!"

Koutarou membujuk mereka dengan suara yang terdengar gagah dan membentangkan poster yang didapatnya dari Kenji di atas meja.

"...Naskah dibatasi satu per orang"

"Dan batas waktunya adalah akhir bulan ini..."

"Menyelesaikan skenario di akhir bulan ini mungkin akan cukup susah"

"Itu nggak mungkin buatku~"

"Kenapa? Bukannya fantasi adalah spesialisasimu?"

"Bukan! Lagian, waktunya nggak cukup!"

Tapi, tidak seperti yang Koutarou harapkan, tidak ada yang tertarik. Batas waktunya cukup singkat, dan peralatan yang tidak mereka kenal menghalangi usaha mereka. Tentu saja, Koutarou tidak berharap kalau para penghuni kamar 106 akan setuju begitu saja.

Dia sudah menyiapkan hadiah yang setimpal.

"Tentu saja, aku mengerti situasi yang dihadapi semuanya. Itulah kenapa aku tidak akan meminta bantuan kalian tanpa memberi imbalan apapun. Pertama-tama, kalau kalian memutuskan untuk berpartisipasi, kalian akan menerima 5 poin tatami milikku. Dan bukan itu saja, jika naskah kalian terpilih, aku akan menghadiahi kalian dengan tambahan 20 poin"

"Aku mau! Aku mau ikutan!"

Yurika langsung menerima tawaran itu.

Hanya dengan berpartisipasi akan memberikannya 5 poin, dan memenangkan kontes itu akan memberikannya tambahan 20 poin. Ini bisa menjadi kesempatan yang dicari Yurika untuk membalikkan keadaan.

"Dalam keadaan terburuk, kau akan kehilangan 20 poin jika kami berempat akan berpartisipasi, dan tambahan 20 poin jika salah satu dari kami menang. Kau bisa kehilangan 40 poin secara langsung. Itu taruhan yang cukup besar, Koutarou"

Kiriha menurunkan cangkir tehnya dan tersenyum. Sulit untuk ditebak apakah dia tersenyum karena keheranan, ataukah karena dia sedang senang.

"Aku hanya perlu menjadi pemenangnya, dan hanya kehilangan 20 poin saja"

"Kau benar-benar idiot...Apakah memang sepadan menggunakan poin sebanyak itu hanya untuk sesuatu seperti itu?"

Dibandingkan dengan Kiriha, raut wajah Theia lebih mudah dibaca. Dia kelihatan keheranan dan menghela nafas panjang. Tapi, bahkan dia sendiri pun tidak menyadari kekuatirannya.

"Tuan Puteri Theiamillis, ada beberapa hal dimana seorang pria tidak bisa mundur begitu saja"

"Y-Ya..."

Theia terdiam sesaat karena Koutarou yang menyebut namanya.

T-Tuan Puteri Theiamillis...

Itu adalah pertama kalinya Theia mendengar Koutarou memanggilnya Theiamillis. Bukannya dia tidak menyukainya, tapi ada sesuatu yang berbeda dengan itu. Theia merasa bingung dengan perasaannya saat itu.

"Koutarou ingin pamer ke Kacamata-kun menggunakan jaringannya sendiri, daripada menggunakan Sakuraba Harumi"

Raut wajah Theia berubah ketika nama Harumi disebut.

"Sakuraba Harumi...Begitu, jadi kalau kita tidak melakukannya.."

Dirinya yang sempat ragu-ragu langsung dipenuhi tekad yang kuat.

"Jadi, tolonglah, semuanya, pinjamkanlah kekuatan kalian kepada Satomi Koutarou ini! Dengan bantuan semuanya, kita bisa melancarkan serangan yang mematikan kepada musuh kita, Mackenzie!"

Pada akhirnya, Koutarou lebih terdengar seperti politisi dibandingkan seorang aktor. Dan tentu saja, Yurika adalah orang pertama yang menjawab panggilan itu.

"Aku mau! Aku mau bantu! Aku bakal dapet 25 poin kalau kepilih! 25! Kalaupun enggak, tetep dapet 5! Aku bakal melakukan apapun kalau bisa dapet poin lagi!"

Dalam kasus Yurika, poin adalah segalanya. Jika semuanya berjalan lancar, dia akan mendapat 25 poin, dan seburuk-buruknya dia masih akan mendapat lima. Itu saja sudah cukup bagi Yurika.

Dia berencana mendapatkan cukup poin untuk merencanakan serangan balasannya.

"B-Baiklah, primitif. Aku berhutang padamu karena kau sudah bekerja padaku selama beberapa hari belakangan ini. Sudah sewajarnya kalau aku akan membantumu. Aku tidak ingin kau berpikir kalau Forthorthe akan melupakan hutangnya"

Theia pun setuju. Tapi, alasannya berbeda dengan Yurika. Poin bukanlah masalah baginya. Seperti halnya Koutarou sudah bekerja di kapal Ksatria Biru, pertukaran poin antara Koutarou dan Theia tidak berarti apa-apa baginya. Namun, adalah sesuatu yang tidak bisa dimaafkan bagi Theia jika hambanya sendiri sampai lari ke Harumi untuk meminta bantuan.

Si primitif adalah hambaku. Tidak akan kubiarkan Sakuraba Harumi bertindak sesukanya!

Apa yang mendorong Theia saat ini bukanlah hubungan antara tuan dan hambanya.

Berenang dengan memakai baju renang yang dibelikan Koutarou di pantai, berlari bersama di festival olahraga dan bermain bersama di kamar 106.

Hari-hari luar biasa yang dihabiskannya dengan Koutarou - hal itulah yang diinginkan Theia. Sayangnya, dia belum menyadari hal itu.

"Hmm, jadi Yurika dan Theia ikutan ya?"

"Jadi, apakah kau akan berpartisipasi juga, Sanae?"

"Yep. Aku dan Koutarou lagi mengadakan gencatan senjata, jadi itu bisa jadi pilihan terbaik. Lagian, aku juga mau bantuin Koutarou"

Sanae mengangguk dan tersenyum cerah sembari bermain-main dengan jimat yang menggantung di lehernya. Tidak seperti Theia, dia lebih jujur dengan perasaannya sendiri. Dia mengikuti perasaannya dan berencana membantu Koutarou.

"Kalau begitu, aku tidak bisa tidak ikut berpartisipasi"

Akhirnya, Kiriha adalah orang terakhir yang setuju.

"Kiriha, kamu ikutan juga?"

"Ya"

Dia tersenyum sambil meletakkan cangkirnya ke atas meja.

"Kalau aku tidak berpartisipasi, Theia-dono secara otomatis akan mendapat tempat pertama. Aku tidak cukup baik untuk membiarkan hal itu terjadi"

Saat ini, Kiriha adalah pemimpin dalam hal jumlah poin tatami. Namun, karena ada perbedaan sejumlah tiga poin antara dirinya dengan Theia, jika ia tidak berpartisipasi dia akan kehilangan posisinya sebagai pemimpin.

"Pilihan yang bijak"

"Tapi, sejujurnya, berpartisipasi dalam hal ini kedengarannya menyenangkan"

"Itu mungkin benar bagimu"

Seperti biasanya, Kiriha terlihat menikmati situasi ini"

"Aku berterima kasih atas bantuan kalian. Aku benar-benar senang kalian memberikan aku, Satomi Koutarou, sebuah kesempatan"

Koutarou sedang bersemangat setelah semua penjajah memutuskan untuk berpartisipasi. Biasanya, dia tegas dengan mereka, tapi kali ini dia memberikan senyuman yang hangat untuk mereka.

"Kukuku, tunggu saja, Mackenzie, akan kubalas kau!"

Koutarou menunjukkan seringainya saat dia menyebut nama Kenji.

"Berarti, musim gugur ini menjadi kompetisi literatur"

Ruth telah menyaksikan bagaimana situasi itu berkembang. Karena dia tidak suka bertarung, dia sangat senang saat semuanya bekerja meraih tujuan yang sama.

"Fufufu, berjuang keraslah, semuanya"

Ruth tersenyum saat dia menuang teh ke cangkir-cangkir yang kosong di atas meja.


Part 3[edit]

Saat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, semua penjajah sudah kembali ke markas mereka masing-masing. Biasanya mereka akan berdiam di kamar 106 sedikit lebih lama lagi, tapi dari saat itu mereka akan mulai menulis naskah mereka mulai jam 9. Karena itulah, yang ada di kamar 106 tinggal Koutarou, Sanae, dan Yurika. Karena Yurika sudah masuk ke dalam lemari, hanya Koutarou dan Sanae yang masih ada di kamar itu.

"Kamu mau nulis apa, Koutarou?"

"Lagi kupikir nih. Kayaknya sih tentang klub yang penuh semangat"

Koutarou sudah menyilangkan tangannya selama beberapa saat sambil memikirkan tentang apa yang akan ditulisnya. Dia masih belum punya ide yang bagus. Karena itulah, kertas didepannya masih berwarna putih bersih.

"Hmm, memang kamu banget ya"

"Jadi, kamu mau nulis apa?"

Koutarou bertanya kepada Sanae untuk beristirahat sebentar.

"Aku? Aku mau nulis cerita papa mamaku yang kawin lari dan gimana itu bisa kejadian"

Sanae sudah tahu apa yang akan ditulisnya. Dan tidak seperti Koutarou, wajahnya terlihat senang.

"Hmmm, non fiksi ya...Eh tunggu, ortumu kawin lari!?"

"Yep"

Sanae dengan santainya menyebutkan sesuatu yang sangat mengejutkan.

"Sebenarnya, mamaku adalah anak tunggal keluarga yang kaya banget, dan sebelum dia jadi alat dalam politik, dia kabur sama papa, teman kecilnya"

"Begitu..Jadi itu kenapa kamu begitu terobsesi sama kamar ini"

"Yap. Mama papa pasti bingung kalau aku nggak ada disini pas mereka balik"

"...Begitu..."

Ini adalah pertama kalinya Sanae menjelaskan situasinya kepada Koutarou. Alasan dia mau membicarakan itu kepada Koutarou adalah karena jimat yang menggantung di lehernya.

Jadi Sanae punya keadaan kayak begitu..Kalau begitu, mungkin aku bisa membiarkannya tinggal selama yang dia mau..

Koutarou menerima kata-kata Sanae sebagai kebenaran, meskipun setengah tahun lalu dia tidak mau mendengar Sanae. Alasan untuk itu sama seperti Sanae - seperti yang Harumi katakan saat libur musim panas.

"Koutarou, kalau kamu masih belum dapet ide, boleh aku mulai nulis duluan?"

"Hm? Maksudnya?"

Sanae adalah hantu, tapi dia punya kekuatan untuk menggerakkan pena. Itulah kenapa Koutarou tidak mengerti kenapa Sanae meminta izin kepadanya.

"Aku bisa gerakkin pena kayak gini, tapi..."

Sanae membuat pena itu melayang ke udara. Pena itu melayang di depan Koutarou dan mulai berputar.

"Poltergeist ya?"

"Yap. Tapi susah buat bikin gerakan yang sulit kayak gini. Tulisannya bakal jelek dan bikin aku cepet capek"

Sanae menghentikan pergerakan pena itu untuk sementara dan mulai menulis di udara. Gerakan pena yang dihasilkannya terlihat kikuk. Seperti yang dikatakan Sanae, kemampuannya masih terlalu kasar. Itu sudah sewajarnya, karena biasanya hantu selalu membuat kekacauan.

"Jadi, aku pikir bakal lebih gampang kalau aku merasuki kamu"

"Ah, begitu, kayaknya pernah denger deh. Penulis bayangan[3], ya kan?"

"Yap. Aku juga pikir sesuatu kayak itu"

Sanae sedang membicarakan automatic writing, yang juga dikenal sebagai psychography[4], bukan penulis bayangan. Tapi, hanya ada Koutarou dan Sanae di kamar 106 saat itu, jadi tidak ada orang yang bisa membetulkan mereka.

"Yah, boleh aja sih, kalau cuma itu"

"Beneran? Kalau gitu, habis aku udahan, aku pijat pundakmu yang kaku ya!"

"Oke, janji ya, Sanae"

"Yap!"

Sanae melompat ke punggung Koutarou dengan riangnya.

"Oh?"

"Hehehe"

Sanae melingkarkan tangannya disekitar leher Koutarou dan meletakkan kepalanya di pundak kanan Koutarou. Raut wajahnya terlihat lebih cerah dibanding sebelumnya. Koutarou menjadi ragu kalau ini sudah cukup menyenangkan bagi Sanae, atau kesenangannya justru akan datang.

"W-Wow, tanganku gerak sendiri!?"

"Inilah kekuatan penulis bayangan!"

Koutarou tidak melakukan apapun, tapi tangannya mulai bergerak. Tangan kanannya mengambil pena yang tergeletak di meja teh dan mulai menulis di atas kertas didepannya.

"...Rasanya aneh juga tangan kananmu gerak sendiri"

"Fufu, keren kan?"

Rokujouma V4 069.jpg

Huruf-huruf mulai mengisi kertas sementara Koutarou masih kebingungan.

"Keren sih, tapi huruf-hurufnya lebih bagus daripada biasanya, jadi agak aneh"

"Kalau gitu, gimana kalau kamu ingat cara tanganmu gerak sekarang?"

"Boleh juga"

Saat Koutarou mengangguk, tangan kanannya berhenti bergerak, dan Sanae hanya melihat ke arah Koutarou tanpa melakukan apapun.

Apa?

Dengan kebingungan, Koutarou melihat ke kertas dihadapannya, yang sudah mempunyai sebuah kalimat di atasnya.

"Aku ngerti kok, ampun deh..."

Setelah membacanya, Koutarou menghela pendek dan meletakkan tangan kirinya ke atas kepala Sanae.

"Bagus banget"

Dia mulai mengelus kepala Sanae dengan tangan kirinya.

"Ehehehe~"

Kalimat yang tertulis sangat sederhana.

Puji aku lebih lagi, dasar sialan!

Karena Sanae sedang merasuki Koutarou, dia tidak yakin apakah dia sedang mengelusnya, atau Sanae sedang mengelus dirinya sendiri.

"Koutarou, nggak apa-apa loh kalau kamu lebih halus lagi"

Tapi, di saat itu Koutarou sudah tidak peduli lagi.

Tepat di saat itu pintu geser dibelakang Koutarou terbuka.

"S-Satomi-san!"

Saat Koutaoru dan Sanae berbalik, mereka melihat Yurika melompat keluar dari dalam lemari. Untuk suatu hal, air mata menghiasi wajahnya dan di tangannya terdapat sangkar serangga.

"Fueeeeeeh! Tolong aku, Satomi-san!"

Dan saat dia mendarat di lantai, dia langsung menangis.

"A-Ada apa, Yurika?"

"Kenapa kamu nangis?"

Setelah saling melihat, Sanae dan Koutarou menanyakan Yurika apa yang salah. Saat mereka melakukannya, Yurika merangkak mendekati Koutarou sambil memeluk sangkar itu.

"S-Sebenernya, aku mau tidur, tapi Hercules-chan nggak mau berhenti berisik!"

"Siapa yang peduli!?"

"...Kamu bener-bener kuatir sama hal-hal yang nggak penting ya..."

Koutarou marah terhadap Yurika sementara Sanae keheranan karena mereka berdua sempat yakin bahwa hal yang dihadapi Yurika saat itu serius. Tapi, Yurika masih terus memohon.

"I-Ini penting! Kalau Hercules-chan bergerak sedikit aja, suara gerakannya sama kayak suara kecoa yang masuk ke lemari!"

Meskipun Koutarou dan Sanae tidak peduli, itu adalah hal yang penting bagi Yurika. Dia tidak bisa tidur karena suara yang dibuat Hercules semenjak insiden yang mengerikan dengan seekor kecoa.

"Aku takut tidur sama Hercules-chan!"

"Kalau gitu, taruh aja kotaknya diluar"

"Tapi kalau sampai ketemu sama Ruth-san, selesai sudah!"

"Kayaknya dia bakal hancur sama Koutarou pas lagi tidur sebelum ketemu sama Ruth"

"Sanae, aku udah izinin kamu pakai aku buat jadi penulis bayangan, jadi, bisa nggak kamu percaya sama aku sedikit?"

"Ahh..kalau gitu, lebih baik Ruth yang nemuin"

"Dua-duanya nggak boleh!"

Yurika mendekati Koutarou dan Sanae, dan saat dia mendekati mereka dengan wajahnya yang masih menangis, mereka berdua secara langsung merasa gemetaran.

"Tolong lakukan sesuatu, Satomi-san!"

"Walau kamu bilang begitu..."

"Menyerah saja, lepasin Hercules-chan"

"Nggak bisa! Adiknya si wakil ketua bakal nangis!"

Mungkin karena merasakan bahaya dari Yurika, si kumbang Hercules menggoyangkan tanduk besarnya. Dan saat tanduknya bergesekan dengan serpihan kayu di dalam sangkarnya, suaranya mirip dengan suara kecoa.

"Tolong aku, Satomi-san!"

"Oke, oke. Tenang dulu, oke?"

"Beneran? Kamu nggak akan ngeledek aku kayak biasanya?"

"Nggak akan"

Koutarou benar-benar akan membantu Yurika. Dia tidak mau mengambil resiko Ruth yang meledak amarahnya karena melakukan sesuatu setengah-setengah. Itu karena dia tahu Ruth bisa menjadi semenyeramkan apa semenjak insiden kumbang pada liburan musim panas.

"Tapi, kamu mau ngapain, Koutarou? Kalau Yurika dan Hercules-chan ngga bisa sekamar, ngga ada tempat lagi"

"Hmm..."

"Tolong, aku bergantung padamu, Satomi-san!"

"Berhentilah menangis dan ikutlah berpikir, Yurika!"

"Fueeeeh! Satomi-san marah! Selesai sudah! Jangan apa-apain Hercules-chan! Kenapa kamu kejam banget, Satomi-san!"

Yurika menghadap sangkar serangga yang ada di atas meja teh selagi air mata mengalir membasahi pipinya.

"Ini kejam banget, sungguh terlalu! Aku tahu kamu orangnya jahat, tapi aku nggak bayangin kalau kamu segini kejamnya!"

"Tenanglah, Yurika!"

"Semuanya tamaaaat!! Hercules-chan!!"

"Aaaaaaahh, ya ampuun!"

"K-Kalau sudah begini, aku nggak punya pilihan lain selain pergi dari kamar ini! T-Tapi kalau aku pergi, aku nggak bisa ngelindungin kamar ini! Ahh...Hercules-chan, aku harus apa!?"

Sebuah ide muncul di kepala Koutarou saat dia mendengarkan keluhan Yurika.

"Pergi dari kamar...? Itu dia! Hey, Yurika!"

"Uuuuuhhh...a-ada apa? Apa rencanamu buat ngeledek aku lagi?"

Saat Koutarou menggoyang bahu Yurika, dia berbalik untuk melihat ke arah Koutarou. Air mata masih saja mengalir keluar dari matanya.

"Bukan gitu. Aku tahu gimana caranya ngelindungin Hercules"

"Eh!? Beneran!?"

Tapi saat dia mendengar kalau Koutarou mempunyai ide bagus, air matanya berhenti mengalir dan dia tersenyum.

"Satomi-san, aku tahu kamu memang orang baik!"

"Aku dari tadi mikir, keegoisan dan cepatnya kamu ganti emosi, Yurika, kamu hebat juga..."

Meskipun Sanae sedang terkagum-kagum, Yurika memandangi Koutarou dengan mata penuh harap. Kalau saja dia tidak sedang membawa sangkar itu, dia mungkin sudah menjabat tangan Koutarou.

Yurika...kamu nggak apa-apa hidupmu seperti itu..?

Koutarou dan Sanae punya pendapat yang sama, tapi mereka menahannya dan melanjutkan bicara.

"Untuk awalnya, kita taruh Hercules di lemari"

"Oke, lalu aku ngapain?"

"Kamu pergi tanpa pikir panjang lagi"

"Tidaaaaaaaak! Itu bercanda kan!?"

"Jangan bikin ini tambah parah, Sanae"

"T-Tapi, Koutarou..."

"Aku tahu apa yang kamu rasain kok"

Koutarou juga ingin mengusir Yurika pergi, tapi dia adalah teman baik Harumi, jadi Koutarou tidak bisa melakukan itu. Dia juga punya satu alasan lagi untuk tidak mengusir Yurika pergi.

"Buat sekarang, tahan dulu ya, Sanae"

"O-Oke..."

Sanae menahan dirinya saat Koutarou memintanya, karena dia juga tidak mau membuat Koutarou kerepotan.

"Bagus, Sanae"

"Ah.."

Koutarou tersenyum padanya dan mengelus kepalanya.

Koutarou...

Sesaat kemudian Koutarou berbalik dari Sanae, tapi Sanae tetap tidak bergerak. Malahan, dia menaruh tangannya ke kepalanya baru saja dielus dan melihat ke arah punggung Koutarou.

Ehehehe, bagus sekali...

Saat itu Sanae dipenuhi oleh perasaan yang hangat dan nyaman. Rasa itu sama saat Koutaoru datang menyelamatkannya saat dia ditangkap oleh para pemburu hantu. Dia lalu menggunakan tangannya yang lain untuk menggenggam jimatnya, sambil memandangi Koutarou dengan senyum.

"Yurika, taruh Hercules di dalam lemari, dan setelahnya kamu tinggal di kamar ini buat sementara waktu"

"...Eh?"

Setelah Yurika mendengar kata-kata itu, dia terdiam membisu dan dengan gugup melihat ke arah Koutarou.

"I-Itu nggak apa-apa?"

"Yah, nggak apa-apa sih. Meskipun jumlah poinmu setengah dari yang lainnya, kamu masih punya hak buat sebagian kamar ini"

"M-Makasih bangeeeeeeeet!!"

Yurika menunduk dan berterima kasih kepada Koutarou sebelum berbalik ke arah sangkar serangga.

"Syukurlah, Hercules-chan! Kita nggak perlu pergi!"

Dia kemudian berbicara dengan riangnya kepada Hercules yang ada di dalam kotak itu.

Koutarou punya satu alasan lagi kenapa dia tidak mengusir Yurika, dan itu adalah karena kumbang Hercules itu.

"Sekarang kamu bisa kembali ke adiknya wakil ketua dengan selamat, Hercules-chan!"

Gadis penyihir cinta dan keberanian ya...Pas kayak waktu Sanae ketangkep, kayaknya dia nggak punya cinta ataupun keberanian...

Karena Hercules, dan karena bocah laki-laki pemilik asli Hercules. Koutarou ingin menolong Yurika karena dia tidak menyerah memperjuangkan si kumbang yang lemah.

Dan setelah keributan kecil itu, waktu berjalan hingga tenggat waktu di akhir bulan tanpa masalah yang cukup berarti. Koutarou, Sanae dan Yurika menulis naskah mereka di kamar 106, sementara Theia menulisnya di kapal Ksatria Biru, dan Kiriha menulis naskahnya di markas rahasia bawah tanahnya.

Naskah-naskah itu kemudian diserahkan ke klub drama melalui Kenji. Karena Sanae adalah hantu, Shizuka menuliskan namanya di naskah milik Sanae. Di saat itu, Yurika yang ahli dalam fantasi dan Kiriha yang mampu melakukan segalanya dengan baik adalah kandidat favorit yang naskahnya terpilih diantara penghuni kamar 106.

Tapi, naskah yang terpilih ditulis oleh seseorang yang tidak pernah diharapkan oleh siapapun untuk menang.


Sang Puteri Perak[edit]

Part 1[edit]

Kamis, 1 Oktober

"Sialan, kalian semua!"

"Fueeeeh! Sialan!"

Koutarou dan Yurika sedang merajuk setelah hasil perlombaan naskah diumumkan.

"Kayak klub drama kacangan itu bakal ngerti karya hebatku sama Yurika!"

"Betul kata Satomi-san! Kayak kalian bakal ngerti!"

Naskah mereka tereliminasi pada tahap pertama seleksi. Karena tidak puas dengan hasilnya, Koutarou dan Yurika tengah membuat kekacauan.

"Makan nih, Yurika! Kukasih mi instanku yang paling oke!"

"Beneran nih!? Ini kan mi instan terkenal yang harganya 300 yen!"

"Nggak apa-apa! Cuma kamu yang bisa ngerti karya hebatku!"

"Satomi-saaaaan!!"

Akhirnya, keduanya mulai menyeruput mi instan di pojok ruang kelas. Itulah saat dimana mereka berdua mulai tenang.

"Kou dan Yurika..mereka berdua benar-benar menjengkelkan.."

Melihat ke arah mereka berdua, Kenji hanya bisa menghela nafas. Baginya, sudah sewajarnya kalau Koutarou akan gagal.

"Jangan bilang begitu, Mackenzie-kun. Mereka berdua udah berjuang keras loh"

Drama yang ditulis Koutarou adalah tentang pertarungan merajut yang penuh semangat. Temanya yang terlalu sempit dan setting yang terlalu unik membuat para juri menyerah setelah membaca halaman kedua.

Drama milik Yurika adalah tentang gadis penyihir, yang tidak dimengerti siapapun, dan kerja kerasnya yang tak terbayarkan. Meskipun bagian tentang perkembangan si gadis penyihir dianggap cukup bagus, latar yang absurd tentang si gadis penyihir justru menjadi pembalik keadaan dan para juri pun menyerah setelah membaca beberapa halaman.

"I-Ini asin banget!"

"Jangan menangis, Yurika! Kekalahan ini akan membuat kita semakin kuat!"

"Baiklah! Satomi-saaaaaan!"

"Yurikaaaaa!"

Setelah menghabiskan beberapa hari menulis naskah bersama-sama hanya untuk mendapati impian mereka dihancurkan begitu saja membuat mereka berdua mempunyai ikatan yang begitu kuat.

"Duuh, disini jadi agak sesak..."

"Ahahaha"

"Kamu hampir menang kan, Kasagi-san? Aku denger kamu hampir terpilih"

"B-Beneran? Makasih, Mackenzie-kun"

Shizuka mengajukan naskah Sanae menggunakan namanya - secara harafiah, Sanae adalah penulis bayangan dari Shizuka. Umur Sanae sempat dipikirkan sebagai kekuarangan, tapi, mengherankannya naskah itu mendapat cukup banyak pujian dan lolos seleksi tahap pertama. Sayangnya, naskah itu tidak lolos seleksi tahap akhir, tapi para juri berharap banyak untuk sang pengarang di kesempatan mendatang.

"Baguslah, Sanae-sama"

"Ehehehe~"

Karena itulah Sanae sedang bergembira hari ini. Saat Ruth membisikkan itu, Sanae pun tambah senang karenanya.

"Begitu juga, baik aku dan Kasagi-san kalah, jadi kami tetap merasa malu"

Disebelah Shizuka adalah Kiriha, yang bahunya terkulai lemas, tapi tetap mengeluarkan senyum lembut yang selalu mempesona.

"Itu nggak bener kok, Kurano-san!"

"Betul! Klub drama universitas Harukaze justru mau bikin drama itu!"

Teman-teman sekelas Kiriha yang ada didekatnya mencoba menyemangatinya. Sudah sewajarnya kalau dia populer dengan teman-teman sekelasnya, baik itu pria maupun wanita.

"Begitu juga, sebuah kekalahan tetaplah sebuah kekalahan. Mungkin aku harus bergabung dengan Satomi-san untuk makan mi..Fufufu.."

Naskah drama milik Kiriha memang betul-betul bagus. Dia menulis sebuah satire[5] yang mendapat banyak pujian dari para juri. Namun, drama itu terlalu bagus untuk ditampilkan dalam festival budaya, karena tingkatan yang dibutuhkan drama itu jauh lebih tinggi dibandingkan yang saat itu dimiliki oleh klub drama SMA. Karena itulah, naskah milik Kiriha tidak lolos pada tahap seleksi terakhir.

Akan tetapi, klub drama universitas Kitsushouharukaze mendengar rumor tentang naskah itu dan berencana menggunakannya dalam penampilan berikutnya, dan mereka saat ini sedang dalam tahap persiapan.

"Itu karena kamu salah menilai permintaan mereka"

Theia menyombongkan dirinya dengan penuh gaya.

"Sebuah mobil tidak perlu cepat. Kau tidak memerlukan sebuah mobil balap yang hebat hanya untuk berbelanja"

Karena merasa diejek oleh Theia, Koutarou pun marah kearahnya sambil tetap memegang mi yang dimakannya.

"Aku sih nggak apa-apa, tapi nggak akan kubiarin kamu ngejek Yurika disaat yang bersamaan!"

"Fueeeeh! Makasih banget, Satomi-saaaan, itu aja cukup buat aku bertahan hidup!"

"Kamu ngomong apa sih, Yurika, cuma kamu satu-satunya teman seperjuanganku!"

"Ohohoho, kalian para pecundang bisa duduk disana dan saling menjilat luka kalian!"

"Jangan sombong ya, dasar tuan puteri menyedihkan!"

"Hohohoho ♪ ”

Meskipun Koutarou meledeknya dengan sebutan menyedihkan, Theia tidak terlihat peduli sedikitpun. Biasanya, dia akan membalas berteriak kearah Koutarou, tapi hari ini dia justru tersenyum penuh kemenangan. Itu karena dia tahu Koutarou mengatakan itu karena merasa sangat malu.

Naskah yang terpilih adalah cerita cinta fantastis yang ditulis oleh Theia. Judulnya adalah 'Sang Puteri Perak dan Sang Ksatria Biru'. Latar ceritanya berada pada abad pertengahan Eropa yang berdasarkan konflik antara keluarga kekaisaran di Forthorthe.

Tokoh utamanya, Sang Puteri Perak, menjadi pusat dari konflik itu, dan sang pahlawan, Ksatria Biru, datang menyelamatkannya dari krisis yang dihadapinya.

Naskah itu cukup menghibur dan terpusat pada romansa dan pertarungannya, dan cerita itu sendiri adalah legenda yang terkenal di Kekaisaran Galaktik Forthorthe - Theia menuliskan naskah itu dengan interpretasinya sendiri. Dalam kata lain, rasa kagum Theia terhadap Ksatria Biru secara langsung mempengaruhi ceritanya, tapi cerita itu disukai oleh si manajer panggung, begitu pula dengan anggota klub lain. Ditambah lagi, kemampuan yang dibutuhkan tepat berada pada level klub drama SMA.

Dan itulah mengapa naskah Theia terpilih dan akan dipentaskan pada festival kebudayaan mendatang.


Part 2[edit]

Karena apa yang akan dipentaskan sudah terpilih, klub drama sekarang sudah bisa memulai persiapan mereka.

Festival budaya di Kitsushouharukaze selalu diselenggarakan selama dua hari, dimulai pada tanggal 3 November, hari yang sama dengan Hari Kebudayaan [6]. Dan karena sekarang sudah awal Oktober, mereka hanya punya waktu satu bulan untuk melakukan persiapan. Karena kurangnya waktu yang tersisa, klub drama sekarang menjalankan persiapan mereka dengan bersungguh-sungguh.

"Terima kasih sudah datang, Theiamillis-san, ini sudah cukup membantu!"

"Jangan kuatir. Aku benar-benar mencurahkan segalanya untuk cerita ini, jadi aku akan membantu apapun yang bisa aku bantu agar drama ini dapat berjalan dengan sukses"

"Wah, kau sudah memulai audisi pemainnya. Luar biasa! Mari kita bekerja sama untuk ini, Theiamillis-san!"

"Kau bisa menyerahkan semuanya padaku! Mari kita buat ini menjadi pementasan terbaik yang pernah ada!"

Si manajer stage dan Theia betul-betul terlihat kompak karena sudah mengerjakan persiapan yang ada sejak kemarin.

"Mackenzie, orang-orang bagian latar panggung nggak punya bahan yang cukup, jadi mereka perlu orang buat beliin bahan"

"Oke, mereka perlu apa?"

"Nih, daftarnya"

"Hm, kalo cuma ini, cewek aja sih cukup. Kasagi-san, bisa minta tolong sebentar?"

"Ada apa, Mackenzie-kun?"

"Bisa nggak, kamu sama Ruth-san beliin apa yang ada di daftar ini?"

"Bisa. Perlu sekarang, kah?"

"Kou, gimana?"

"Perlu sekarang, Ibu Kos-san"

"Oke deh, kalau gitu kami pergi sekarang ya"

Bukan hanya Theia saja yang membantu persiapan itu. Koutarou, Shizuka, dan orang-orang yang berhubungan dengan kamar 106 pun turut membantu. Mereka memutuskan untuk membantu klub drama yang sangat kekurangan waktu dan tenaga.

"Ruth-san, bisa tolong temenin aku belanja?"

"Ah, baik! Sebentar lagi aku akan ke sana, Shizuka-sama! Bisakah aku menyerahkan ini padamu, Kiriha-sama?"

"Ya, tidak masalah, serahkan saja padaku...Aku membawa para haniwa bersamaku, jadi aku akan baik-baik saja"

"Terima kasih. Aku akan segera kembali. Kalau begitu, aku pergi dulu"

"Sampai jumpa nanti...Karama, Korama, tetap dalam keadaan tembus pandang. Tolong bantu aku"

"Ho-! Mengerti, Ho-!"

"Giliran kami untuk tampil, Ho-!"

Anggota klub drama tidaklah banyak, klub itu berukuran sangat kecil hanya dengan delapan anggota. Karena itulah, ada banyak orang yang membantu mereka selain Koutarou dan yang lainnya. Beberapa klub yang beranggotakan cukup kecil seperti klub siaran dan klub alat musik tiup pun ikut membantu. Itulah kenapa saat itu ruangan klub drama terlihat dipenuhi oleh semangat.

Proses audisi pemain berjalan lancar, dan beberapa orang sudah melatih dialog mereka dan memilih kostum mereka.

"Kurano-san!"

"Ya, ada apa?"

"Bisa nggak bantuin aku ngebujuk cewek ini? Perannya udah diputusin dari kemarin, tapi dia tetep aja ngeluh..."

"Yurika?"

"Aku nggak mau jadi pantat kuda!! Paling nggak, kasih aku peran yang wajahku kelihatan dong! Paling nggak, aku jadi pohon dong!"

Namun, proses audisi saat itu menemui masalah besar. Mereka masih tidak bisa menemukan siapa yang bisa memerankan pahlawan wanita utama pada drama itu, sang Puteri Perak. Mereka telah melewati beberapa seleksi, tapi masih belum menemukan sesorang yang tepat untuk peran itu.

"Ini gawat, Theiamillis-san"

"Jelas saja..sang Puteri Perak adalah pusat dari drama ini"

Saat persiapan drama terus berjalan, si ketua klub dan Theia saling melihat satu sama lain dan hanya bisa mengeluh bersamaan. Masalah terbesar yang mereka hadapi saat itu adalah mereka tidak punya seseorang yang bisa memerankan sang tokoh utama wanita.

"Mungkin kita perlu Kurano-san buat ini..."

"Kiriha, ya...kalau Ruth yang mendapat peran itu, itu justru lebih mirip dengan apa yang kubayangkan.."

"Ruth-san udah sempurna buat si ksatria wanita, jadi aku nggak mau ganti perannya"

"Begitu..Itu dia masalahnya.."

Dan saat Theia dan si ketua klub memiringkan kepala mereka mencari jawaban, Koutarou datang melewati mereka sambil membawa bagian panggung yang besar.

"Pri--, ah, bukan, Koutarou"

Theia membenarkan cara bicaranya - itu karena dia tidak bisa memanggil Koutarou dengan cara yang biasanya di depan para anggota klub drama.

"Aku sudah pernah mengatakannya bukan? Masalah dengan sang tokoh utama wanita"

"Oh iya, kamu bilang masih belum bisa mutusin...Memangnya cewek klub drama kenapa? Mereka lumayan imut"

Koutarou melihat ke sekeliling ruangan saat dia mengatakan itu. Gadis-gadis yang bisa dia lihat semuanya cantik dan mereka terlihat bisa menjadi tuan puteri yang baik.

Tapi, Theia menggelengkan kepalanya.

"Tidak semudah itu. Ada gambaran tampilan tentang siapa yang cocok memerankan itu"

Menurut naskah Theia, sang Puteri Perak punya atmosfir yang rapuh dan lembut di sekelilingnya. Dia bertarung melawan penjahat yang berencana mengambil alih negaranya, jadi gambaran itu sangatlah penting. Tapi sayangnya, tidak ada seorang pun di klub drama maupun di kamar 106 yang memberikan tampilan seperti itu.

Entah baik atau buruk, mereka semua adalah gadis-gadis yang penuh semangat.

"Tampilan ya...Nggak ada yang kepikiran nih..."

Koutarou tidak mengerti hal-hal yang lembut seperti itu; yang dia mengerti adalah kekuatan fisik.

"Kalau kau menjadi hambaku, aku ingin kau setidaknya mengerti hal-hal yang seperti itu"

"Mau dibilang begitu juga...hei, jangan seenaknya bikin aku jadi hambamu ya!"

Selagi Koutarou membalas perkataan Theia sambil berteriak, Yurika yang masih memilih kostumnya mengganggu percakapan mereka.

"Aku! Aku aku! Aku mau! Aku mau meranin Puteri Perak!"

Yurika saat itu sedang mengenakan celana ketat berwarna coklat, dan di atasnya adalah kostum dari bagian belakang kuda. Dan selagi dia masih mengenakan itu, Yurika mengangkat tangannya ke udara dan mengayunkannya, mencoba merayu Koutarou dan yang lain.

"Aku bener-bener nggak mau jadi pantat kuda!"

"...."

Koutarou hanya menatap Yurika tanpa berkata apapun.

"A-Apa?"

Saat Yurika terperanjat karena pelototan itu, Koutarou membalikkan badannya.

"....Tulip, aku rasa aku mengerti sekarang bagaimana pentingnya sebuah tampilan"

"Benar bukan? Ini adalah bagian penting"

Terpilih menjadi bagian belakang kuda daripada sang Puteri Perak; anehnya, Koutarou merasa itu adalah peran yang cocok bagi Yurika.

"Apa itu maksudnyaaaaa!?"

Tapi, tidak mungkin Yurika mau menerima hal itu.

"Kamu berisik..."

"Tenang, Yurika"

"Aku nggak mau tenang!"

"Peran Puteri Perak nggak mungkin buat kamu, tapi nanti aku coba bujuk Tulip biar kamu nggak jadi pantat kuda"

"Beneran?"

"Iya, beneran. Percayalah pada teman seperjuanganmu, Yurika"

"Aku ngerti, Satomi-san"

Awalnya, Yurika merasa tidak percaya pada Koutarou, tapi saat dia terus berbicara, raut wajah Yurika mulai tenang.

"Yah, jadi begitulah, Tulip. Bisa nggak kamu pikirin sesuatu?"

"Yah, mau bagaimana lagi. Aku akan memikirkan perang dimana kau bisa melihat wajahnya"

"Beneran!?"

"Syukur ya, Yurika?"

"Ya! Aku akan berjuang keras!"

Yurika akhirnya tersenyum senang, tapi, dengan kostum yang dipakainya, hal itu terlihat cukup lucu.

"...Peran Bandit A yang kejam masih kosong, apa kau mau peran itu, Yurika?"

"Bukannya itu justru malah jadi masalah dengan tampilannya?"

"Nggak apa-apa! Aku mau! Untuk memenuhi harapan kalian, aku akan berjuang semampuku menjadi jahat!"

"Yurika, seharusnya kamu kuatir sama tampilanmu sendiri.." Dan dengan begitu, dia yang mengaku sebagai gadis penyihir cinta dan keberanian mengambil peran Bandit A yang kejam.

"Itu menyelesaikan masalah Yurika, tapi, apa yang harus kita lakukan dengan Puteri Perak..."

Setelah mengatakan itu, si ketua klub yang terdiam hingga saat itu mulai berpikir keras, dan begitu pula dengan Theia.

"Eh, Tulip, peran si Puteri Perak itu kayak gimana sih?"

"Meskipun penampilannya lembut dan rapuh, dia adalah orang yang santun. Meskipun dia terus menderita, dia bisa kembali sebagai kaisar"

"Cewek yang lembut, rapuh dan santun...?"

Sebenarnya, Koutarou tahu seseorang yang pantas untuk peran itu.

"Mungkin..."

"Satomi-kun, kamu tahu seseorang yang tepat!?"

Mata si ketua klub terbakar semangat setelah merasakan kalau Koutarou akan mendapat sesuatu.

"Yah, sebenarnya--"

Dan saat Koutarou akan menyebutkan nama orang itu, pintu ruang klub drama terbuka dan seorang gadis mengintip kedalamnya.

"Permisi...Ah, Satomi-kun! Untunglah kamu disini!"

Dia mengintip ke dalam dengan wajah kuatir, tapi setelah melihat Koutarou, dia tersenyum dan masuk ke ruang klub.

"Aku sedang senggang, jadi aku mau tahu kalau aku bisa membantu-- Ada apa, Satomi-kun?"

Koutarou dengan diam menatap Harumi dengan raut wajah serius yang membuat Harumi kebingungan.

"Apa ada yang salah denganku?"

Harumi dengan malu-malu melihat kepada dirinya sendiri - sambil memegang ujung roknya dan memutarnya, dia mencoba melihat kalau ada yang salah dengan seragamnya.

"Ketua-san!"

Mata Koutarou sekarang terbakar semangat dan dia berbalik menghadap si ketua klub drama, dan si ketua mengangguk.

"Ini dia orangnya! Dia bakalan pas! Ngepas sama tampilan perannya!"

"E-Eh!? Apa maksudnya pas dengan tampilan perannya!?"

Orang yang baru saja memasuki ruangan klub drama adalah orang yang akan disebut oleh Koutarou.

"Kamu, apa kamu mau menjadi tuan puteri?"

"Eh?"

Orang itu tidak lain adalah Sakuraba Harumi. Dia rapuh dan lembut, dan juga santun.

Legenda Ksatria Biru terbagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama adalah tentang sang Puteri Perak yang kehilangan posisinya karena kudeta dan kabur menuju keluarga ksatria yang terkenal, Pardomshiha, selagi dilindungi oleh Ksatria Biru. Bagian keduanya adalah tentang sang Puteri Perak yang mengambil kembali negaranya setelah kabur menuju keluarga Pardomshiha.

Dia meminjam kekuatan Ksatria Biru untuk mengumpulkan kembali prajurit pemberontak untuk membuat pasukan melawan penyihir kerajaan yang memanipulasi pasukan kudeta dan juga para pejabat.

Karena ada cinta yang bermekaran antara sang Puteri Perak dan sang Ksatria Biru pada bagian pertama saat mereka kabur, kisah ini sangat digemari para wanita Forthorthe. Dan karena bagian aksi di bagian kedua, seperti perang besar dan pertarungan dahsyat sang Ksatria Biru melawan naga, bagian ini terkadang menjadi fokus utamanya saat diadaptasi menjadi film.

Skenario drama milik Theia, 'Sang Puteri Perak dan Sang Ksatria Biru' berdasarkan pada bagian yang pertama. Ceritanya bermula saat sang Puteri Perak dan adik perempuannya, sang Puteri Emas, bertemu dengan sang Ksatria Biru. Ceritanya berakhir saat mereka sampai di wilayah Pardomshiha dan sang Ksatria Biru pergi untuk bertarung sendirian.

Kedua adegan itu sangat populer di kalangan wanita Forthorthe.

"E-Em..'Layous-sama, pergi ke medan pertempuran sendirian itu tidak masuk akal! Kau sudah cukup bertarung! Tolong lupakanlah kami dan larilah ke tempat yang aman!'"

Suara Harumi memenuhi halaman sekolah yang bermandikan matahari sore. Yang baru saja ia katakan adalah salah satu kalimat sang puteri dalam 'Sang Puteri Perak dan Sang Ksatria Biru'. Saat itu, ia tengah berlatih di lapangan yang kosong itu.

Pada hari dimana ia pergi ke ruangan klub drama untuk menolong Koutarou, Harumi tidak bisa menolak permintaan si ketua klub dan akhirnya mendapat peran Puteri Perak. Tapi, ini adalah pertama kalinya dia berakting. Karena merasa tidak nyaman, dia menghabiskan beberapa hari ini berlatih sendirian.

"Hmm...Perasaan Alaia, sang Puteri Perak, yang dirasakan sekarang..aku tidak bisa terlalu.."

Tapi, tidak peduli seberapa banyak dia berlatih sendiri, Harumi masih tidak bisa merasakan perkembangan apapun.

Harumi percaya kalau ini adalah drama yang luar biasa indah, tapi dia masihbelum bisa mengerti perasaan sang Puteri Perak. Harumi bukanlah warga Forthorthe yang telah mendengar kisah sang Puteri yang telah diceritakan berulang kali, ataupun memiliki kekaguman yang besar terhadap sang Ksatria Biru - dia juga tidak mengerti perasaan apa yang dimiliki sang Puteri Perak terhadap sang Ksatria Biru. Meskipun dia bisa membayangkannya sedikit, itu tidak cukup kalau Harumi ingin memerankan sang Puteri sepenuhnya.

"Ini susah juga...."

Ksatria Biru, Layous Fatra Veltlion.

Puteri Perak, Alaia Kua Forthorthe.

Tetap saja, kedua orang itu adalah orang asing yang sama sekali tidak dikenal oleh Harumi.

"Hmmm..."

Dan saat Harumi menutup buku naskahnya, suara seseorang terdengar menggema melewati lapangan itu.

"Senpai!"

Harumi langsung tahu suara milik siapa itu.

"Satomi-kun!?"

Ternyata suara itu milik Koutarou yang baru saja keluar dari pintu darurat saat Harumi melihat ke arah dari mana suara itu berasal. Koutarou tersenyum saat Harumi melihatnya dan langsung berlari kearah Harumi.

"Ha...Ha...Hah..G-Gimana latihannya, senpai? Huh...Hah..."

Setelah berlari sekencang mungkin, Koutarou memanggil Harumi selagi terengah-engah. Setelah melihat hal itu, semua kebingungan yang ada di dalam Harumi seakan-akan sirna.

Satomi-kun mirip anak kecil..

Kebingungan yang telah hilang itu berganti dengan rasa senang, dan Harumi tersenyum lebar saat menjawab pertanyaan Koutarou.

"Fufufu, sebenarnya, aku sedikit kesulitan. Aku masih tidak bisa membayangkan perasaan sang Puteri Perak..."

"Sudah kuduga"

Setelah mengambil nafas, Koutarou menyetujui jawaban Harumi.

"Oh ya? Maksudnya?"

"Sebenarnya, si ketua klub drama bilang kalau senpai kesulitan mendalami perannya, jadi aku datang buat ngebantu"

Sambil mengatakan itu, Koutarou menunjukkan naskah drama di tangannya kepada Harumi.

"Begitu...jadi si ketua mengatakan itu..."

Karena kesulitan untuk mendalami perannya, Harumi telah membicarakannya dengan si ketua klub beberapa kali. Si ketua pun menyampaikan pesan itu kepada Koutarou, yang menyebabkan Koutarou muncul di saat ini.

Satomi-kun datang menolongku, dia tahu aku sedang kesulitan..

Harumi merasa senang setelah mengetahui kejadian itu. Dia senang karena Koutarou datang menolongnya disaat dia sedang kesulitan.

"Senpai, latihan adalah segalanya! Dulu, aku sempat kesulitan melakukan sikap batting yang bagus, jadi sampai aku merasa oke aku terus mengayunkan bat-nya. Maaf kalau aku pakai contoh dari olahraga, tapi aku ingin senpai terus berlatih sampai badanmu bisa mengingatnya!"

"Satomi-kun..."

Harumi merasa semuanya akan berjalan lancar setelah ia melihat mata Koutarou yang begitu bersemangat ingin membantu dirinya. Meskipun tadinya ia sempat kuatir kalau ia tidak bisa belajar berakting hingga waktu pentas tiba, Harumi sekarang sudah melupakan hal itu.

"Terima kasih, Satomi-kun. Kalau begitu, bagaimana kalau kita berlatih bersama?"

"Oke, serahkan saja padaku"

Aneh...Satomi-kun hanya datang untuk membantuku, tapi...

Harumi merasa perubahan emosi pada dirinya sebagai hal yang aneh, dan hanya bisa tersenyum menerima hal itu.


Part 3[edit]

"Jadi, peran apa yang kamu dapat, Satomi-kun?"

"Aku jadi Prajurit A. Ada adegan dimana aku ngomong sama Puteri Perak, jadi kita mulai aja dari situ"

"Baiklah"

Koutarou dan Harumi berdiri berhadap-hadapan saat mereka membalik halaman naskah drama sembari diterangi matahari sore yang membuat bayangan panjang dari badan mereka berdua di atas lantai.

Percakapan Prajurit A dan sang Puteri Perak terjadi di bagian tengah cerita, saat Puteri Perak dan kelompoknya yang sedang menyamar berjalan melewati pos pemeriksaan. Sebenarnya, karakter Prajurit A cukup terkenal di Forthorthe. Meskipun namanya tidak diketahui, dia disukai warga Forthorthe sebagai warga negara yang setia.

"Mari kita lihat..Ini dia. 'Hei kau! Gadis yang ada disana! Tidak ada yang boleh melewati tempat ini tanpa izin!'"

Koutarou telah banyak berlatih, tapi dia mengucapkan kalimatnya dengan terbata-bata. Meskipun dia sendiri mengatakan kalau dia ingin membantu Harumi berlatih, kelihatannya Koutarou sendiri masih perlu banyak berlatih.

"Coba kita lihat lagi dari kalimat yang tadi sampai adegannya selesai. Nggak perlu langsung masuk ke perannya"

"Baiklah"

Koutarou dan Harumi saling mengangguk dan mulai membaca naskah mereka masing-masing. Sambil membaca dialog dan arahan penggung masing-masing, mereka menjalankan apa yang ada di dalam naskah.

"'Hei kau! Gadis yang ada disana! Tidak ada yang boleh melewati tempat ini tanpa izin!"

Adegannya dimulai dengan sebuah kalimat dari Prajurit A Koutarou saat sang Puteri Perak dan kelompoknya sedang melarikan diri dari pasukan kudeta. Dan saat sang Puteri Perak mencoba melewati pos pemeriksaan, dia dihentikan oleh Prajurit A yang menganggap sang Puteri mencurigakan.

"Saya memiliki surat izin dalam tas ini. Silahkan anda periksa"

Namun, setelah meloloskan diri tanpa membawa apapun kecuali apa yang dipakainya, sang Puteri Perak tidak mempunyai izin apapun. Dia telah menyiapkan dirinya untuk apa yang selanjutnya akan terjadi.

"Tolong tunjukkan...Hm? Berhenti bercanda! Tidak ada surat izin dalam tas ini!"

"...Tolonglah, biarkanlah saya lewat.."

"Kau tidak boleh pergi kemana-mana! Kau akan saya ta-- Tunggu, lambang itu!?"

Tapi, di saat itu Prajurit A memperhatikan lambang keluarga kekaisaran yang terukir di barang bawaan sang Puteri.

"..."

"...Jadi begitu rupanya..."

Setelah menyadari situasi yang ada, Prajurit A memutuskan untuk membiarkan sang Puteri lewat, meski dia mengetahui apa yang akan terjadi padanya.

"Maaf, nona muda, ini salah saya. Anda memang punya surat izin"

"Tidak, sayalah yang seharusnya minta maaf.."

"Sekarang, bergegaslah, ada orang-orang yang menanti dibelakang anda"

"Terima kasih...banyak..."

Dan adegan itu berakhir dengan sang Puteri Perak melewati pos pemeriksaan dengan selamat.

Meskipun ada banyak teori tentang apa yang terjadi dengan Prajurit A setelahnya, kisah prajurit yang gagah berani ini masih diceritakan hingga saat ini.

Saat Koutarou dan Harumi selesai membaca dialog mereka, Koutarou mulai tertawa.

"Ahahaha, aku memang nggak bagus ya"

Koutarou mengucapkan semua dialognya dengan gagap.

"Fufufu, semua orang memang seperti itu untuk awalnya"

"Dibandingkan denganku, kamu tadi bagus, senpai"

Intonasi yang diucapkan Harumi mudah didengar, dan dia betul-betul menaruh perasaan di setiap dialog yang diucapkannya. Jadi, Koutarou tidak merasa kalau Harumi sedang kesulitan mendalami perannya.

"Kalau dipikir-pikir lagi...tadi memang terdengar lancar.."

Aneh, beberapa saat lalu aku belum mengerti perasaan sang Puteri Perak...

Harumi kebingungan dengan semua itu, karena saat dia mulai berlatih lagi, kalimat-kalimat dialog sang Puteri Perak mengalir begitu saja kedalam kepalanya. Meskipun tidak ada yang berubah, dia mulai mengerti apa yang dirasakan oleh sang Puteri Perak.

Kalau begini, aku mungkin bisa melakukan adegan dengan sang Ksatria Biru lebih baik daripada sebelumnya..

Harumi sempat khawatir tentang dialognya dengan sang Ksatria Biru.

"Satomi-kun, bisakah kita melakukan adegan lain selagi aku masih bisa?"

"Boleh aja, yang mana?"

"Di bagian akhir drama..em, saat sang Ksatiria Biru akan pergi bertarung sendirian.."

"Ah, aku tahu, ini dia"

Harumi telah menandai halaman adegan itu, tapi Koutarou dengan tergesa-gesa membalik halaman naskahnya untuk menemukan adegan yang dimaksud.

Adegan itu berada di akhir cerita, bertempat sedikit lebih jauh dari wilayah Pardomshiha, tapi sang Puteri Perak dan kelompoknya telah dikepung oleh pasukan kudeta. Adegan itulah saat dimana sang Ksatria Biru akan pergi bertarung sendirian untuk melindungi kedua puteri.

"Aku sudah berlatih adegan ini beberapa kali, tapi tetap saja masih kurang bagus...jadi aku mau mencobanya lagi saat kamu masih bisa membantuku, Satomi-kun"

"Aku ngerti"

Meskipun Koutarou masih kurang tanggap dalam urusan percintaan, dia masih mengerti kalau itu adalah adegan yang penting. Jika adegan setelah ini akan berfokus pada sang Ksatria Biru, adegan ini tentunya akan berfokus pada sang Puteri Perak.

"Bisakah kamu melakukan adegan sang Ksatria Biru, Satomi-kun?"

"Sang Ksatria Biru..?"

Aku lakukan saja kayak yang dilakukan Mackenzie pas latihan..."

Koutarou mulai mengingat-ingat gerakan badan Kenji saat latihan; Kenji-lah yang akan memerankan sang Ksatria Biru. Koutarou mengangguk ke arah Harumi setelah mendapat gambaran tentang sang Ksatria Biru.

"Oke. Ayo kita mulai saja. Latihan itu yang penting jumlahnya"

"Baiklah, ayo"

Mereka berdua saling mengangguk dan saling berhadapan satu sama lain sambil memegang naskah di tangan mereka, dengan cahaya matahari sore yang kemerahan menyinari Koutarou.

Ah..

Harumi hanya bisa memandangi pemandangan itu.

"...Yang Mulia Alaia, kelihatannya hanya sejauh ini hamba bisa bersama anda"

"Layous-sama!?"

Aku yakin keadaan waktu itu sama seperti ini...

Dalam adegan itu, sang Ksatria Biru sedang menghadap sang Puteri Perak, sementara matahari sore juga menyinarinya saat itu.

Saat itu, Koutarou bukan mengenakan baju zirah tapi seragamnya, dan dia tidak sedang memegang pedang tapi naskah drama. Tapi, yang dirasakan Harumi saat itu berbeda dari saat dia sedang berlatih sendiri. Berkat itulah dia bisa mengerti sedikit lebih baik lagi tentang perasaan sang Puteri Perak.

Dan sang Puteri jatuh cinta dengan orang ini...

Di saat itu, sang Puteri Perak mulai merasa jatuh cinta terhadap sang Ksatria Biru. Kalau saja bukan karena kudeta yang terjadi, sang Puteri Perak tidak akan pernah bertemu dengan ksatria lokal itu. Pertemuan mereka adalah pertemuan ajaib yang terjadi saat sang Puteri sedang dilanda kesusahan.

"Yang Mulia, tolong larilah dengan adik anda. Hamba akan melawan musuh sebanyak yang hamba bisa. Di saat itu, tolong larilah sejauh yang anda bisa"

"Tidak, saya tidak bisa meninggalkanmu sendiri, Layous-sama! Andalah alasan kita bisa pergi sejauh ini!"

Rokujouma V4 107.jpg

Kalau kupikir lagi, bisa dibilang kalau aku bertemu Koutarou saat aku juga kesusahan..

Klub merajut saat itu sudah hampir bubar, karena tidak ada yang berniat bergabung untuk merajut dan satu-satunya yang berniat bergabung ingin berpacaran dengan Harumi. Di saat itulah Koutarou datang menyelamatkan Harumi di saat pria yang ingin bergabung itu sedang mengganggu Harumi. Setelahnya, Koutarou bergabung dengan klub merajut dan bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan merajutnya.

Jadi, bagi Harumi, pertemuannya dengan Koutarou bagaikan mujizat ditengah musibah.

Aku dan sang Puteri Perak mungkin tidak jauh berbeda...

Saat dia mulai berpikir seperti itu, bayangan sang Puteri Perak dengan dirinya, begitu juga dengan bayangan sang Ksatria Biru dan Koutarou mulai bertumpuk.

"Berkat para rakyat negara inilah anda bisa pergi hingga sejauh ini. Jika bukan karena mereka, kita tidak akan pernah sampai ke tempat ini"

"Itu tidak benar, Layous-sama!"

Meskipun dia seorang tuan puteri, dia tidak jauh berbeda denganku. Dia mencintai seseorang dan ingin agar seseorang itu mencintainya juga. Tapi, dia tidak bisa mengatakan itu...

Bagi Harumi, bayangan dirinya telah benar-benar bertumpuk dengan milik sang Puteri Perak - seperti Harumi, dia mencintai seseorang, tapi tidak bisa mengatakannya. Sang puteri adalah seseorang yang lembut namun penakut.

"Mereka semua melakukannya karena mereka mencintai anda, Yang Mulia. Jadi, tolonglah, demi rakyat negara ini, dan demi anda sendiri, tolong larilah, puteri Alaia"

"Tunggu sebentar, Layous-sama!"

Itu tidak benar, Layous-sama! Sang Puteri Perak tidak runtuh karena ada dirimu disampingnya!

Akhirnya, perasaan Harumi dan sang Puteri pun mulai bergabung. Hanya beberapa saat lalu, Harumi tidak mengerti perasaan sang Puteri, tapi sekarang dia betul-betul tahu betapa menyakitkannya perasaan sang Puteri pada saat itu.

"Layous-sama, pergi sendirian menuju medan pertempuran itu tidak masuk akal! Kau sudah cukup bertempur! Tolong lupakanlah kami dan larilah menuju tempat manapun yang aman!"

Satomi-kun akan pergi...dia akan meninggalkanku sendiri..!

Tiba-tiba, air mata mulai mengalir membasahi pipi Harumi. Meskipun dia tidak akan bisa membaca naskah dengan air mata yang menghalanginya, Harumi tidak salah mengucapkan dialognya, karena saat ini dia tidak membutuhkan naskahnya.

Harumi sudah membaca naskahnya dan mengulangi dialognya berkali-kali; dia sudah memahaminya dengan perasaan. Yang kurang dari dirinya saat itu adalah perasaan sang Puteri Perak, dan saat dia sudah mengerti perasaan sang Puteri, Harumi membawakan dialog sang Puteri seakan-akan dialog itu berasal dari dalam dirinya sendiri.

"Saya ingin engkau hidup!"

Saat ini, Harumi tidak bisa membedakan siapa yang ada didepannya, atau perasaan milik siapa yang saat itu sedang meluap-luap dari hatinya; dan terus mengalirkan perasaan itu kepada Koutarou.

"Itu hebat, Sakuraba-senpai..."

Setelah latihan mereka selesai, Koutarou masih saja terkejut. Kata-kata Harumi, raut wajahnya yang nampak tidak memiliki harapan, dan air matanya membuat Koutarou terkagum-kagum. Hal itu sudah cukup untuk membuat Koutarou merasa malu hanya dengan membaca dialognya sendiri.

"T-Terima kasih, Satomi-kun.."

Harumi sendiri juga merasa terkejut. Dia saat itu sedang menghapus air matanya sambil merasa keheranan dengan perubahan pada dirinya.

"Aku juga heran, tadinya aku tidak mengerti perasaan sang Puteri. Aku bingung kenapa aku bisa tiba-tiba melakukan ini..."

Harumi tidak bisa berkata kepada Koutarou kalau hal itu terjadi karena perasaannya yang bertumpuk dengan perasaan Alaia - hal itu akan sama saja dengan menyatakan cintanya kepada Koutarou. Yang bisa dilakukan Harumi saat itu hanyalah membalas seadanya sambil tersipu malu.

"Sakuraba-senpai, mungkin sebenarnya kamu jago akting?"

"I-itu tidak benar, Satomi-kun! A-Aku sebenarnya tidak mau!"

Harumi adalah orang yang pemalu dan takut berdiri dihadapan banyak orang. Dia tidak bisa menolak saat si ketua klub drama menawarkannya perna itu. Biasanya, Harumi tidak akan pernah membayangkan dirinya akan berdiri di atas panggung.

"...Nggak usah malu-malu, Sakuraba-san"

Di saat itu, si ketua klub drama muncul.

"Ketua-san, kamu disini?"

Saat Koutarou memanggilnya, si ketua terlihat tersenyum puas dan mendekati mereka berdua.

"Ya. Sakuraba-san bilang kalau dia kesulitan mendalami perannya, jadi aku datang buat memeriksa latihannya. Tapi, kelihatannya rasa kuatirku tidak beralaskan apapun. Latihan itu tadi betul-betul hebat. Kelihatan bukan seperti akting sama sekali"

Si ketua klub drama terlihat gembira setelah menemukan permata yang belum terasah, saking gembiranya dia memegang kedua tangan Harumi.

"Tolong lanjutkan seperti itu, Sakuraba-san! Kalau kamu bisa beraktin seperti itu di setiap adegan, drama ini pasti akan sangat populer!"

"I-Itu tidak benar, aku masih perlu banyak berlatih..."

Harumi tersipu malu dan menundukkan wajahnya setelah menerima pujian yang tidak diharapkannya sama sekali.

"Sudah kubilang kan? Sakuraba-senpai memang hebat. Dia memang betul-betul seorang nona"

"S-Satomi-kun!"

Harumi tidak terbiasa dipuji seperti itu, dan menerima pujian karena aktingnya yang baru saja dilakukannya hampir sama seperti memuji perasaannya terhadap Koutarou. Bagi dirinya, hal itu sangat memalukan, dan dia tidak sanggup mengangkat wajahnya.

"Satomi-kun, aku bergantung padamu untuk tetap membantu Sakuraba-senpai seperti ini"

"Serahkan saja padaku, Satomi Koutarou. Aku akan mengubahnya menjadi tuan puteri yang anggun"

"...S-Satomi-kun..."

Bukan Harumi, tapi Koutarou-lah yang justru membusungkan dadanya dengan penuh percaya diri.


Part 4[edit]

Kiriha keluar dari dapur dengan membawapiring yang berisi potongan timun. Saat ia masuk ke ruangan dalam, dia melihat ke sekelilingnya, dan setelah yakin kalau Ruth tidak ada disitu, dia memanggil Yurika.

"Yurika, aku masih punya timun sisa sarapan, apakah kau membutuhkannya?"

"Ya, aku perlu! Itu kesukaannya Hercules-chan!"

Tanpa para penghuni kamar 106 sadari, mereka semua sudah menamain kumbang Herkules itu dengan sebutan Hercules-chan. Yurika mengambil piring yang dipegang Kiriha dan mendekati lemari lalu membukanya; didalamnya terdapat Hercules yang berada di dalam sangkarnya.

Kemarahan Ruth yang tidak wajar mengenai kumbang tidak kunjung sembuh, jadi mereka menyembunyikannya sejak kemarin.

"Ini makananmu, Hercules-chan"

Saat Yurika meletakkan timun itu ke dalam sangkar, si kumbang Herkules menggoyangkan badannya yang besar dan mulai bergerak. Karena sudah mengerti kalau ada makanan yang dimasukkan ke dalam sangkar, kumbang itu bergerak ke arah timun dengan pelan tapi pasti.

"Sekarang kalau kupikir lagi, apa kamu punya cukup makanan buat Hercules-chan, Yurika?"

"Nggak masalah, Sanae-chan"

"Kalau kamu udah mau kehabisan, aku bisa beli beberapa habis kerja paruh waktu"

"Aku udah beli kemarin kok, jadi nggak apa-apa"

"Oh, ya baguslah kalau begitu"

"Makasih ya, Satomi-san, Sanae-chan"

Koutarou, yang memang menyukai kumbang, dan Sanae, yang menyukai semua makhluk hidup, mau sangat kooperatif saat berurusan dengan Hercules.

Sekarang, Yurika melakukan aktifitasnya dan tidur di kamar bagian dalam sejak Hercules mengambil alih lemari darinya. Tapi, setelah hidup bersama, mereka berdua akhirnya mulai akur, dan tanpa diketahui Yurika, kepribadiannya mulai berkembang.

"Jaketmu, Koutarou"

"Ya, makasih, Kiriha-san"

Koutarou mengenakan jaketnya dengan dibantu Kiriha - karena datangnya musim gugur, cuacanya mulai menjadi lebih dingin saat sore datang tepat saat Koutarou pulang dari kerja paruh waktunya.

"...Kalian kayak udah nikah aja..."

Yurika hanya bisa melihat Kiriha yang membantu Koutarou - dengan tatapan yang terlihat merindukan sesuatu.

"Hatinya bener-bener udah dijajah! Koutarou bener-bener idiot! Harusnya cuma aku yang dia percaya!"

Tidak seperti Yurika, Sanae justru merasa kesal, karena tidak bisa menerima kalau Koutarou dan Kiriha terlihat akur. Namun, sebenarnya Sanae lebih merasa kuatir dibandingkan iri, karena dia sudah percaya sepenuhnya kepada Koutarou.

"Kalau aku nggak berbuat sesuatu, Koutarou bakal direbut Kiriha atau Theia dengan cara yang konyol!"

"Sanae-chan?"

Setelah menyemangati dirinya sendiri, Sanae meninggalkan Yurika dan pergi menuju stop kontak yang ada di dinding, lalu meggunakan poltergeist untuk membuat HP milik Koutarou melayang ke arah Koutarou.

"Koutarou! HPmu ketinggalan nih!"

Sanae lalu bergantung di punggung Koutarou seperti biasanya, dan meskipun tadinya dia sempat kesal, sekarang Sanae kembali tersenyum ceria.

"Ah, makasih, Sanae"

"Yap!"

Koutarou mengambil HPnya yang melayang didepannya dan meletakkannya ke dalam saku jaketnya. Setelah berterimakasih kepada Sanae, Koutarou melihat senyumnya yang ceria.

Puji aku lebih lagi, dasar sialan!

Bagi Koutarou, itulah arti senyuman yang dia lihat, jadi dia meletakkan tangannya di atas kepala Sanae.

"Hehehe"

"Hebat, hebat"

Saat Koutarou mengelus kepala Sanae, senyuman Sanae semakin melebar dan dia mengencangkan pelukannya di sekitar leher Koutarou.

"...Sanae-chan selalu aja ngomong soal menang kalah...tapi aslinya dia mau bergantung sama Koutarou..."

Itulah yang terlihat bagi Yurika yang saat itu melihat Koutarou dan Sanae.


Part 5[edit]

Setelah mencapai kaki bukit dimana SMA Kitsushouharukaze dibangun, terlihat banyak pelajar yang sedang berjalan ke arah sekolah, meskipun hari itu adalah hari Minggu. Alasannya adalah karena ada banyak kegiatan klub yang dijalankan bahkan pada hari Minggu.

"Selamat pagi, Satomi-kun!"

"Hei, bocah kelas satu, setelah kerjaanmu selesai, mampir kesini ya!"

Diantara mereka adalah beberapa anggota klub drama.

Setelah menyapa Koutarou, mereka langsung bergegas menaiki tanjakan menuju sekolah.

"Selamat pagi! Aku nanti mampir pas pulang!"

Para anggota klub drama itu tidak berbalik menoleh setelah mendengar jawaban Koutarou, tapi justru semakin bergegas menaiki tanjakan dan menghilang dibalik tikungan. Melihat itu, Koutarou dan Sanae mulai tertawa.

"Kayaknya mereka telat datang rapat"

"Kayaknya tuh. Tulip sama Ruth-san kan tadi berangkat pagi banget"

Theia dan Ruth sudah lama tidak berada di kamar 106 semenjak mereka membuat rencana dengan klub drama. Koutarou dan yang lainnya akan bergabung dengan mereka berdua setelah menyelesaikan urusan mereka. Tapi, Theia, yang menulis naskah untuk drama, menjadi sangat bersemangat dan berpartisipasi secara penuh. Tentu saja, Ruth dengan setia mengikutinya.

"Kayaknya bakal kena marah Theia tuh"

"Pasti lah"

Koutarou dengan pelan menaiki tanjakan itu, mengarah menuju kerja paruh waktunya di sebuah penggalian arkeologi. Tapi, tidak seperti anggota klub drama, dia tidak sedang terburu-buru karena dia masih punya banyak waktu sebelum pekerjaannya dimulai.

"Jadi makin dingin nih"

"Karena festival budayanya juga udah dekat, artinya November juga makin dekat"

Festival budaya SMA Kitsushouharukaze akan diadakan tanggal 2 dan 3 November, dan karena saat itu sudah masuk pertengahan Oktober, pagi itu sudah menjadi lebih dingin dari biasanya.

"Hm? Kalau kupikir lagi, Sanae, kamu bisa merasa kedinginan?"

Sanae, yang tadi sempat menyebutkan masalah suhu, membuat Koutarou bingung.

"Nggak sih, tapi aku bisa ngerasain lewat kamu"

"Oh, gitu toh caranya"

Sama saat seperti mereka makan, saat Sanae sedang bergantung di punggung Koutarou, dia bisa merasakan panas dan dingin. Dan karena saat ini Sanae sedang bergantung pada Koutarou, dia bisa merasakan perubahan musim.

"Lagipula, belakangan ini kamu baik banget, Koutarou, jadi aku tahu gimana perasaanmu"

"Maksudnya?"

"Sebelumnya, kalau aku bergantung kayak gini, aku nggak bisa ngerasain atmosfirnya. Tapi, belakangan ini aku juga bisa ngerasain itu. Mungkin karena kamu udah lebih percaya sama aku sekarang"

Koutarou pun juga merasa seperti itu, semenjak hari libur di musim panas itu; dia sudah berhenti menganggap Sanae sebagai pengganggu. Saat ini, dia menganggap Sanae sebagai teman, atau mungkin adik perempuannya.

Tapi...

"...Bukannya gara-gara kamu ngerasuki aku lebih sering, ya?"

Koutarou belum cukup dewasa untuk mengakui hal itu. Karena merasa malu sudah ditebak oleh Sanae, Koutarou menyembunyikan perasaannya secara buru-buru.

"Kenapa sih kamu nggak bisa jujur bilang 'Aku cinta kamu, Sanae-chan!' "

"Gueh"

Karena marah, Sanae mulai mencekik Koutarou. Ditambah dia sudah melingkarkan tangannya di sekitar leher Koutarou sedari tadi, Koutarou tentu saja tidak bisa mencegah hal itu.

"Kalau kamu sayang, kan tinggal bilang aja! Bisikin 'Aku cinta kamu' yang manis dong! Peluk aku dengan sayang!!"

"S-Sakit nih..."

Sanae sudah mendekati level pegulat profesional dan Koutarou hampir saja kehilangan kesadarannya.

"...Huh?"

Tapi, tepat sebelum Koutarou jatuh pingsan, Sanae melonggarkan cekikannya.

"Huh, Haaaaah, haaaaah..."

Koutarou akhirnya bisa bernafas lagi dan dia langsung mencari nafas dengan terburu-buru. Setelah melakukannya beberapa kali, Sanae berbisik ke telinganya.

"Koutarou, mereka lagi main baseball disana tuh"

"Hm?"

Setelah bisa bernafas dengan normal, Koutarou menengadah dan mendengar suara yang familiar baginya - suara bat yang mengenai bola. Selain itu, dia bisa mendengar suara orang yang bersorak-sorak dan orang yang berlarian.

Seperti yang Sanae katakan, ada orang-orang yang sedang bermain baseball.

"..Klub baseball lagi ikut turnamen besar sekarang, jadi kapanpun mereka lagi nggak ada pertandingan, mereka pasti latihan"

"Hmm..."

Koutarou mulai mendaki tanjakan itu lagi selagi menggendong Sanae di pundaknya yang akhirnya sudah tenang kembali.

Setelah berjalan sebentar, barisan pepohonan berganti dengan tembok batu dan pagar. Di sisi lain pagar itu adalah lahan SMA Harukaze, dan didalamnya terdapat murid-murid berseragam baseball yang sibuk berlari.

"Memang beneran klub baseball"

"Ini memang waktunya mereka buat tampil..."

Koutarou melihat ke arah klub baseball yang sedang berlatih selagi dia terus berjalan. Langkahnya melambat, karena keinginannya sendiri.

Baseball ya...

Koutarou tidak merasa bermasalah dengan klub merajut - kegiatannya menyenangkan dan dia bisa berteman baik dengan Harumi. Tapi, Koutarou masih menyukai baseball karena dia sudah bermain hingga SMP dan dia suka berlatih. Itulah kenapa dia masih merasa menyesal tidak bergabung dengan klub baseball.

"Hei, Koutarou"

Setelah melewati sebgaian lapangan sekolah dan meninggalkan klub baseball yang masih berlatih, Sanae berbisik kepada Koutarou.

"Hm?"

Koutarou berbalik ke arah Sanae, karena dia tidak tertarik dengan pemandangan klub sepak bola yang sedang berlatih di depannya.

"Ayo kita lakukan. Baseball, maksudnya. Mungkin kamu mulai jadi bawahan dulu, tapi bagus kan, kalau kamu bisa ngelakuin apa yang kamu mau!"

"Sanae.."

Kata-kata Sanae membuat Koutarou terkejut, tapi Sanae terus melanjutkan bicaranya.

"Aku bakal bantuin kerjaan rumah dan yang lainnya, jadi aku yakin kamu pasti bisa main baseball!"

"...Makasih, Sanae"

Kata-kata Sanae yang baik itu membuat Koutarou sangat bahagia dan dia mengelus kepala Sanae sebagai balasannya.

"Tapi, nggak apa-apa kok. Aku nggak akan main baseball. Kamu nggak usah kuatir"

Koutarou justru menggelengkan kepalanya sembari terus mengelus kepala Sanae.

"Kenapa!? Kamu suka baseball kan?"

"Iya"

"Kalau gitu, ya main aja!!"

"Main baseball tuh butuh duit. Begitu juga, keadaan sekarang ini nggak mungkin kalau aku main baseball sama kerja paruh waktu. Kamu nggak bisa ngelakuin itu dengan iramamu sendiri, secara itu olahraga tim"

"Koutarou..."

"Tapi, makasih ya, Sanae. Makasih udah mau bilang begitu"

Koutarou terus mengelus kepala Sanae sambil terus tersenyum.

"Nggak"

Tapi, raut wajah Sanae masih terlihat murung, dan dia menggigit bibirnya karena sesuatu.

Kalau aja aku bukan hantu...aku bisa kerja atau semacamnya...lalu...

Itulah pertama kalinya dia menyesali dirinya yang seorang hantu sejak dia bertemu Koutarou.

"Oh?"

Koutarou tiba-tiba berhenti dan menunjuk sesuatu didepannya.

"Bukannya itu Tulip?"

"Eh?"

Saat Sanae melihat ke arah yang ditunjuk Koutarou, dia bisa melihat seikal rambut keemasan. Kelihatannya Tulip terjatuh di depan gerbang sekolah. Anehnya, ada tas besar yang menutupi badannya. Karena itulah yang nampak dari badannya hanyalah kepalanya saja.

"Dia lagi ngapain...?"

"S-Siapa yang tahu..."

Sanae betul-betul lupa tentang perasaannya yang kebingungan setelah melihat Theia dalam keadaan itu.

"Hey Tulip, kamu ngapain disitu?"

Koutarou memanggil Theia dan mulai berlari ke arahnya. Dan karena Sanae masih bergantung padanya, dia juga ikut terseret.

"...Hm?"

Theia menolehkan kepalanya begitu mendengar suara Koutarou.

"Apa ini permainan baru?"

"T-Tentu saja bukan! Cepat tolong aku!"

Kelihatannya dia baik-baik aja...

Koutarou bisa mengetahui kalau Theia baik-baik saja setelah mendengar nada bicaranya dan memperlambat larinya karena dia sempat kuatir.

"...Kura-kura?"

"Tulip, kamu ngapain aja, bisa sampai kayak gitu?"

Koutarou dan Sanae mendekati Theia dan memandangnya - Theia terjatuh tengkurap dengan tas besar di punggungnya, dan tas itu menutupi badan Theia yang kecil. Yang nampak keluar dari bawah tas itu hanya kepala, tangan dan kakinya, itulah kenapa dia menjadi mirip dengan kura-kura.

"Itu tidak penting, cepat keluarkan aku!!"

Rokujouma V4 125.jpg

"Nggak mau. Aku bantuin setelah kamu cerita kejadian lucu apa yang terjadi"

Saat itu Koutarou sedang tertarik dengan keadaan Theia dan hanya bisa memandangnya dengan penuh ketertarikan.

"Aku menolak! Memangnya seorang tuan puteri dari Forthorthe akan mengatakan hal memalukan yang terjadi pada dirinya begitu saja!"

Tentu saja, Theia tidak langsung menjawabnya. Wajahnya memerah dan dia memalingkan wajahnya dari Koutarou. Melihat hal itu, Koutarou berbalik dari hadapan Theia.

"Kalo gitu, tungguin orang lain lewat aja ya, Tulip"

"Ah, tunggu!! Lebih baik aku mengatakannya padamu tentang keadaanku yang memalukan ini dibandingkan orang lain!"

"Begitu dong dari tadi"

Sementara Theia dengan paniknya memohon kepada Koutarou, Koutarou berbalik sambil tersenyum jahil dan berjongkok dihadapan Theia.

"Kalau ternyata kamu tolongin juga, kenapa nggak dari tadi..."

"Kamu nggak mau tahu, kenapa Tulip bisa kayak gini?"

"Iya juga sih"

"Jadi, apa yang terjadi?"

Koutarou kembali tersenyum jahil dan bertanya kepada Theia. Melihat itu, Theia memalingkan wajahnya lagi.

"Aku sedang membantu memindahkan beberapa barang untuk set panggung....Karena ada banyak pakaian di dalamnya, aku pikir aku bisa membawanya, tapi ternyata aku jatuh! Itu saja!!"

Theia menjelaskan apa yang dialaminya dengan suara pelan, tapi perlahan suaranya mengeras dan akhirnya dia berteriak.

"Tertawalah! Aku tahu kau ingin--"

Tapi, sebelum Theia menyelesaikan kalimatnya, dia berbalik dan tidak bisa melihat Koutarou.

"H-Huh? Primitif...?"

Theia mulai mencari Koutarou di sekelilingnya, dan menemukannya telah berada dibelakangnya sedang memegang tas besar yang dipikulnya.

"Sanae, bantuin ya"

"Oke, dorong disini kan?"

"Yup"

"P-Primitif...? A-Apa yang kau...?"

Theia tidak bisa mengerti apa yang Koutarou sedang lakukan dan hanya bisa memandanginya.

" 'Apa yang aku lakukan?' Jelas menolongmu lah"

Koutarou membalasnya dengan heran.

"B-Bukan, aku mengerti itu, tapi, bukannya kau ingin menertawakanku?"

Itulah alasan kenapa Theia kebingungan - sudah sewajarnya jika Koutarou menertawakannya setelah mendengar apa yang terjadi. Tapi, dia tidak tertawa sama sekali, tapi justru mencoba memindahkan tas besar itu dengan raut wajah serius.

"Tadinya sih gitu, tapi setelah mendengar ceritamu, aku berubah pikiran"

Koutarou menghela nafas karena menyesal tentang apa yang direncanakannya.

"Aku pikir kamu mau ngelakuin sesuatu yang aneh lagi, tapi ternyata kamu lagi ngebantu mereka. Itu bukan alasan buat ketawa, ya kan?"

Setelah berkata seperti itu, Koutarou menggaruk kepalanya sambil tersipu malu dan berbalik dari hadapan Theia.

"Ah, eh...Iya.."

Theia tidak mempermasalahkan itu, tapi memikirkan apa yang baru saja Koutarou katakan.

Si primitif tidak menertawakan kegagalanku...?

Theia sempat yakin kalau Koutarou akan menertawakannya, dan dia kebingungan dengan reaksi Koutarou.

"Sanae, ayo mulai"

"Oke, ayo"

"Dorong!"

"Ei!"

Sementara Theia masih kebingungan, Koutarou dan Sanae bekerjasama untuk mengangkat tas itu dari punggungnya. Setelah bebas, Theia akhirnya bisa berdiri. Tapi, dia tidak melakukan itu, malahan terbaring telungkup di atas aspal dengan tatapan kosong.

Sebuah tangan terjulur kehadapan Theia. Theia melirik ke arah tangan itu dan menengadahkan kepalanya dan melihat Koutarou yang tersenyum.

Sementara Theia masih memandangi Koutarou dengan tatapan kosong, Koutarou tersenyum dan mulai bicara.

"...Apakah anda terluka, Yang Mulia?"

Yang diucapkannya barusan adalah dialog Ksatria Biru dari naskah drama Theia. Setelah berlatih bersama Harumi beberapa kali, Koutarou mengingat sebagian besar dialog Ksatria Biru.

"Ah...Iya..."

Setelah mendengar kalimat dari Ksatria Biru, Theia tidak bisa memalingkan wajahnya dari hadapan Koutarou - dia terus memandangi wajah Koutarou dan dengan gugup memegang tangannya. Saat Theia melakukan itu, Koutarou menariknya bangkit dan kembali berbicara.

"Tolong maafkan kekasaran hamba, Yang Mulia Theiamillis"

"....Tinggal minta maaf beneran aja bisa, kan...."

Sanae hanya bisa heran melihat Koutarou dan menghela nafas yang dibuat-buat.

"Idiot, ya kali aku bisa ngelakuin hal memalukan kayak gitu!"

"Kamu emang nggak bisa jujur ya? Ampun deh..."

Koutarou ingin meminta maaf kepada Theia, tapi karena terlalu malu untuk mengucapkannya dengan kalimatnya sendiri, dia meminjam kalimat milik sang Ksatria Biru. Itulah satu-satunya cara menyembunyikan rasa malunya.

Tapi, cara itu justru menghasilkan sesuatu yang tidak terduga - kata-kata Koutarou barusan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap Theia.

"K-Ksatria Biru-sama...?"

"Hm? Kamu kenapa, Tulip? Wajahmu aneh"

Theia masih memandangi wajah Koutarou, dan karena merasa itu aneh, Koutarou balas memandangnya kembali.

"A-Ah! A-Aku baik-baik saja, K-Ksatria--maksudku, a-aku baik-baik saja, p-primitif!"

"Lagakmu aneh. Kepalamu kebentur ya?"

Koutarou curiga kalau Thiea mungkin terluka karena dia bertingkah aneh.

"A-Aku baik-baik saja, aku betul-betul baik-baik saja!"

Theia justru berbalik dari hadapan Koutarou untuk menyembunyikan yang menjadi merah

"Beneran? Jangan maksa, tadi kamu manggul benda berat looh"

"Sudah kukatakan, aku baik-baik saja!"

Theia berbalik berteriak dengan punggungnya tetap menghadap Koutarou.

Tenanglah, Theiamillis. Dia bukanlah Ksatria Biru-sama, dia Koutarou...maksudku, si primitif! Kenapa kau begitu goyah! Semua baik-baik saja. Baik-baik saja!

Namun, teriakan itu kelihatannya justru mengarah kepada dirinya sendiri, bukan kepada Koutarou.


Pergantian Pemeran dan Bayangan Alurnya[edit]

Part 1[edit]

Selasa, 20 Oktober

Dengan waktu kurang dari dua minggu sebelum dimulainya festival budaya, klub drama mulai menggelar gladi bersih di atas panggung setengah jadi di dalam gymnasium. Properti panggungnya sudah diletakkan di tempatnya, dan meskipun itu merupakan buatan Koutarou dan teman-temannya, anehnya, properti itu terlihat asli saat diterangi beragam cahaya lampu.

"Ya, ini boleh juga"

"Aku senang kita bisa selesai tepat waktu untuk gladi bersih"

Theia dan si ketua klub tersenyum saat mereka melihat panggungnya.

"Kita kerja keras juga, bocah kelas satu"

"Memang sih...tapi belum kelar semua..."

Dibelakang mereka berdua terdapat anggota klub drama, Koutarou, dan beberapa orang dari klub lain yang membantu mereka. Theia berbalik dan memanggil Koutarou dan yang lainnya.

"Izinkan aku untuk memuji kalian semua. Kalian telah bekerja dengan sangat baik"

Theia telah menolong Koutarou dan yang lainnya saat dia sedang senggang, jadi dia juga tahu kesulitan mereka.

"Biasanya aku bakal komplain, tapi kali ini aku biarin deh"

Tulip kayaknya tergila-gila sama si Ksatria Biru sampai dia mau ngalihin pandangannya, ya...

Koutarou telah mendengar dari Ruth kalau rasa suka Theia terhadap Ksatria Biru adalah karena pengaruh ibunya. Dia sendiri juga sudah melihat bagaimana kerja keras Theia untuk membuat drama tersebut menjadi nyata, dan dia menghargai itu.

Ruth muncul saat Koutarou dan yang lainnya sedang berisitirahat.

"Terima kasih untuk kerja keras kalian, Satomi-sama, dan yang lainnya"

"Ruth-san"

Ruth datang dengan membawa banyak handuk di atas nampan. Itu adalah caranya berterimakasih kepada Koutarou dan juga yang lain atas kerja keras mereka membuat properti panggung.

"Semuanya, silahkan ambil handuk ini untuk mengelap keringat kalian"

"Oh, Ruth-chan, perhatian banget"

"Makasih! Udah banjir keringat nih"

"Perhatian ini bikin pikiran tenang ya. Coba cewek-cewek klubku bisa belajar hal kayak ini..."

Para murid laki-laki yang bekerja membuat properti panggung menegepung Ruth dan mulai mengambil handuk.

"Eh, kok ngambil dua!?"

"Emangnya nggak boleh!? Satu buat oleh-oleh!"

"Curang woi! Aku juga mau!"

Tapi, karena banyak yang mulai mengambil dua atau tiga handuk, jumlah handuknya berkurang dengan cepat.

"Ah, jangan begitu semuanya! Tolong satu orang satu handuk!"

Ruth mencoba mengambil alih keadaan, tapi tetap saja tidak membuahkan hasil.

"Ah, aku nggak kebagian!"

Tepat saat Koutarou yang ada di paling belakang sampai, nampannya sudah kosong.

"Ha~h, rasanya segerr..."

"Nyerah aja deh, bocah kelas satu. Kita udah mendapat cintanya Ruth-chan sampai habis"

"Cih, aku terlalu lambat!"

"Hey, Satomi. Nanti kukasih handukku kalau udah selesai"

"Siapa juga yang mau itu!?"

Sementara Koutarou berteriak ke arah tim properti, Ruth menunjukkan raut wajah penuh penyesalan sambil memegang nampan yang kosong.

"Aku benar-benar minta maaf, Satomi-sama...Ah, betul juga!"

Namun, saat dia sedang meminta maaf, raut wajahnya berubah menjadi lebih cerah. Sambil merogoh sakunya dengan tangan kanan, dia memanggil Koutarou dengan ayunan tangan kirinya.

"Satomi-sama, tolong kesini sebentar"

"Ada apa, Ruth-san?"

Saat Koutarou mendekat, Ruth menyuruhnya maju lebih dekat lagi.

"Tolong dekatkan wajahmu"

"Haa.."

Meskipun dia tidak mengerti apa yang Ruth mau, karena tidak ada alasan baginya untuk menolak, Koutarou melakukan apa yang diminta Ruth.

"Tolong diam seperti itu, Satomi-sama"

Saat Ruth mengatakan itu kepada Koutarou, dia menarik keluar sebuah sapu tangan dari sakunya dan mulai mengelap keringat Koutarou - sapu tangannya mempunyai harum bagaikan bunga. Karena itulah, setiap kali Ruth mengusapkan sapu tangannya ke wajah Koutarou, sapu tangannya menyerap keringat dan meninggalkan aroma bunga.

"Ruth-san, nggak perlu repot-repot begini. Aku cuma perlu cuci muka, loh"

"Tidak, Satomi-sama. Ini terima kasihku untuk semua pertolonganmu"

Ruth menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dan terus menggerakkan sapu tangannya. Dan sebelum Koutarou bisa mengatakan hal lain, dia berbisik dengan suara yang hanya bisa didengar Koutarou:

"...Dan kau kelihatannya telah menunjukkan banyak perhatian juga, Satomi-sama"

Saat Ruth mengatakan itu, dia melirik ke arah Theia, yang saat itu masih memandangi panggung dengan ceria.

Kayaknya aku nggak bisa nyembunyiin apapun soal Tulip dari Ruth-san...

Saat Koutarou melihat ke arah Theia dan tersenyum kecut, raut wajah Ruth bertambah cerah dan dia tersenyum lebar.

"Waaah, bocah kelas satu! K-kau, hal enak apa yang kamu dapet!?"

"Sialan kamu! Nih, aku kasih handukku, jadi, tukeran tempat dong!!"

Tapi, mendadak tim properti mengepung mereka, dan senyuman indah itu hanya bertahan beberapa saat saja.


Part 2[edit]

Ksatria Biru, Layous Vatra Veltlion, seperti yang ditunjukkan namanya, memakai zirah berwarna biru. Tapi, zirah itu belum selesai dan Kenji sedang memakai jubah berwarna putih yang pernah digunakan dalam drama yang lain. Orang yang menangani bagian kostum kesulitan dengan membuat zirahnya, dan telah menyarankan untuk mewarnai jubah itu menjadi biru.

Kenji, yang diberkahi dengan wajah tampan dan badan yang tinggi, nampak seperti aktor profesional saat ia melepas kacamatanya dan mengikat rambutnya. Karena alasan itulah, mereka sepakat mewarnai jubah itu menjadi biru.

"Sialan, aku tidak berpikir kalau mereka akan meracuni seluruh sungai hanya untuk menangkap seorang wanita! Itu tidak lebih dari tindakan pengecut! Aku benar-benar tidak akan memaafkan mereka! Darah mereka akan melumuri pedangku!"

Masalahnya, seperti yang sudah diharapkan, adalah kemampuan aktingnya. Kenji masih seorang siswa SMA yang baru saja mengikuti klub drama selama setengah tahun, jelas saja jika aktingnya masih berantakan.

"Hmmm, yah, standar lah"

Tapi, si ketua klub drama tidak menganggap aktingnya yang berantakan sebagai masalah besar.

"Ken-chan udah latihan serius, dan aku tahu kalau dia udah betul-betul baca naskahny...Tampangnya juga ganteng, kalau aja dia tetap latihan kayak gini, aku yakin dia bakal bisa kok"

Bagi ketua klub drama, akting Kenji sudah cukup memuaskan baginya untuk ditampilkan pada drama nanti.

"Gimana menurutmu, Theiamillis-san?"

"Hmmm..."

Namun, Theia yang berada disebelahnya justru bermuka masam.

"Apa ada yang salah?"

"...Parasnya cukup tampan, dan aktingnya cukup bagus. Kalau dia tetap berlatih seperti ini, akuk yakin hasilnya akan bagus. Tapi, aku masih merasa ada yang kurang"

Theia melemaskan pundaknya - Dia tidak melihat adanya masalah yang betul-betul menonjol pada Kenji, tapi dia merasa ada sesuatu yang belum tepat.

"Aku masih nggak ngerti...."

"Begitu pula diriku. Tapi, karena kita tidak mengerti alasannya, mungkin masih bisa kita terima"

Theia berbalik melihat kearah panggung selagi mengatakan hal itu.

Aku penasaran, kenapa aku masih merasa ini kurang tepat...Seperti melihat harimau dan orang bilang kalau itu adalah singa...

Theia memiringkan kepalanya sambil berpikir dalam-dalam. Saat isitirahat diantara jeda latihan, Koutarou muncul dari belakang panggung dengan mengenakan baju kerja.

"Keren banget, Ksatria Putih-sama!"

"Bikin eneg, Kou. Berhenti deh"

"Aku juga sih"

"Kalau gitu, ngapain juga..."

"Nyesel juga sih. Yang penting lagi, Mackenzie, jangan berdiri di tempat yang salah. Kamu berdiri agak jauh dari yang udah ditandain tuh"

"Beneran?"

"Iya. Nanti kuwarnain pake warna yang lebih mencolok deh"

"Sip deh"

Sementara Koutarou dan Kenji sedang berbicara, Koutarou mengganti selotip yang menandai posisi para pemain pada saat adegan berlangsung. Sampai saat itu, mereka masih menggunakan selotip hitam dan putih, tapi Koutarou akan menggantinya dengan selotip yang berwarna.

"Ah..."

Tepat saat Theia melihat Kenji dan Koutarou, Theia teringat Koutarou pada kejadian beberapa hari yang lalu.

"Tolong maafkan kekasaran hamba, Yang Mulia Theiamillis"

Senyuman yang lembut; kata-kata yang kuat.

Penampilan Koutarou membuat Theia lupa dengan Kenji, dan justru membuatnya merasa kalau Koutarou cocok dengan penampilan Ksatria Biru.

"Ada apa, Theiamillis-san?"

"..Ah, tidak, bukan apa-apa.."

Hanya bayanganku saja...Si primitif adalah aktor yang buruk. Dia tidak cocok dengan peran Ksatria Biru...

Theia menggelenkan kepalanya dan mengusir ide itu dari kepalanya, tapi dia tetap tidak bisa melepaskan pandangannya dari Koutarou yang masih berada di atas panggung.

"Oke. Selanjutnya adalah penampilan sang Puteri Perak..akhirnya! Satomi-kun, bisa tolong panggilkan Sakuraba-san masuk?"

"Oke, tunggu sebentar"

Ah..

Saat Koutarou melompat kembali ke belakang panggung, Theia akhirnya sadar dengan tingkahnya yang masih memandangi Koutarou dengan penuh kekaguman dan merasa malu - darah mengalir ke kepalanya dan membuat wajahnya memerah, dia sendiri bahkan tidak percaya dengan perbuatannya.

A-Apa yang terjadi denganku...?

Theia benar-benar kebingungan - dia seharusnya melihat penuh kagum ke arah Ksatria Biru, bukan ke arah Koutarou yang mengerjakan setting panggung. Bagi Theia, ini adalah impiannya yang menampilkan penampilan pertama sang Ksatria Biru diatas panggung. Tapi, untuk suatu hal, dia malah memandangi Koutarou. Sudah sewajarnya jika dia kebingungan dengan perasaannya sendiri.

"Sakuraba-senpai akan tampil!"

"M-Mohon bantuannya!"

Di saat itu, Koutarou kembali ke panggung, dan disebelahnya adalah Harumi yang menggunakan gaun putih bersih dan tiara keperakan di kepalanya. Gaun putih itu sangat cocok dengannya, dan tiara yang kontras dengan rambut hitamnya yang indah mewarnai dirinya. Ditambah dengan kehidupannya yang memang dari kalangan atas membuat gerakannnya begitu anggun.

"Oooohh..."

Saat dia melangkah ke atas panggung, banyak aktor dan staff yang tercengang dengan penampilannya. Saat itu, dia benar-benar bagaikan sang Puteri Perak dari dalam naskah.

Awalnya, banyak yang menolak saat Harumi akan memainkan peran itu, tapi saat ini, dengan penampilannya yang memukau, semuanya menjadi yakin kalau tidak ada orang lagi selain Harumi yang benar-benar pantas mendapat peran itu.

"S-Satomi-kun..."

Tapi, karena semua orang memandang ke arahnya, Harumi bersembunyi dibelakang badan Koutarou yang besar. Untuk menenangkannya, Koutarou memanggilnya seperti biasa.

"Tenanglah, Sakuraba-senpai"

"Tapi...aku benar-benar gugup kalau dilihat semuanya..."

"Semuanya melihatmu karena kamu cantik, senpai. Percayalah sama dirimu sendiri, senpai"

"Meskipun kamu bilang begitu..."

Harumi menunduk melihat tangan kanannya - tangannya yang terbalut sarung tangan berwarna putih bersih gemetaran disaat itu. Koutarou memegang tangannya dan memanggil Theia dan si ketua klub yang berada di depan panggung.

"Ketua-san, Tulip, kita mulai dari adegan yang mana?"

"Hmmm, aku mau lihat kemampuannya dulu. Jadi, mungkin adegan dimana dia mau berpisah dengan si Ksatria Biru. Gimana denganmu, Theiamillis-san?"

"...Tidak masalah denganku"

Suara Theia terdegar gemetaran - dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari tangan yang sedang dipegang Koutarou.

"Aku mengerti. Sakuraba-senpai, tolong kesini"

"B-Baik"

Koutarou menarik tangan Harumi dan menuntunnya ke posisi pertamanya dari adegan yang dimaksud. Tepat disaat itu, tangannya berhenti gemetar.

Tangan Satomi-kun...begitu hangat...

Lalu, Harumi pun menggenggam tangan Koutarou juga.

"Ini posisimu. Adegan ini adalah adegan terbaik yang bisa kamu lakukan, dimana kamu akan berpisah dengan sang Ksatria Biru yang akan pergi bertarung. Yah, semuanya bakal baik-baik saja selama kamu melakukannya seperti biasa"

Koutarou melepaskan tangan Harumi setelah dia menuntunnya ke posisinya. Setelah dia melakukan itu, Harumi merasa pasrah kembali.

"Berjuanglah, senpai!"

Tapi, Koutarou yang telah membantunya berlatih tidak merasa kuatir sedikitpun. Bagi Koutarou, sudah cukup bagi Harumi untuk berakting sebagaimana halnya dia berlatih dengan Koutarou. Meskipun masih ada bagian yang bermasalah, masih ada banyak waktu baginya untuk berlatih - itulah kenapa Koutaoru tidak merasa kuatir dengan Harumi.

Setelah meninggalkan Harumi di atas panggung, Koutarou memanggil Kenji yang ada di dekat situ.

"Tolong ya, Mackenzie. Di atas panggung nanti, cuma kamu yang bisa jadi tumpuan Sakuraba-senpai"

"Aku tahu. Pasti aku dampingin kok"

"Memang ya, kalau soal cewek"

"Siap-siap bogem mentah ya, dasar sialan"

"Wah, kabur dulu ah"

Setelah berbicara kepada Kenji, Koutarou berbalik dari hadapan Kenji dan Harumi

"Eh, K-Kamu mau pergi, Satomi-kun?"

"Yah, iya lah. Kalau nggak, nanti nggak bisa mulai"

"B-Benar juga, tapi..."

Meskipun Harumi dengan putus asa memanggil Koutarou, dia dengan santainya melompat dari atas panggung.

Berjuanglah, Sakuraba-senpai! Buat semuanya kaget sejadi-jadinya!

Koutarou benar-benar yakin dengan kemampuan akting Harumi. Itulah kenapa, meskipun dia kelihatan gugup, Koutarou tidak kuatir dengannya.

"Nah, mari kita mulai!"

Setelah Koutarou meninggalkan panggung, ketua klub memberi tanda dimulainya gladi bersih. Koutarou berjalan ke arah Theia dan si ketua klub dan melihat ke arah panggung bersama dengan mereka, bersaamaan dengan Kenji yang memulai dialognya.

"...Yang Mulia Alaia, kelihatannya hanya sejauh ini hamba bisa bersama anda"

Dialognya dapat terdengar lebih jelas, lebih lantang dan lebih mudah didengar dibandingkan dengan Koutarou yang melakukannya, dan Kenji menyelesaikannya tanpa terbata-bata sedikitpun maupun meleset satu kata. Dengan sikap berdirinya saat itu, Kenji benar-benar tampil layaknya seorang ksatria.

Memang betul-betul deh, Mackenzie. Dia emang hebat dalam segala hal...dan berikutnya Sakuraba-senpai. Dia bakal maju selangkah sambil manggil nama Ksatria Biru

Koutarou telah berlatih adegan ini dengan Harumi berulang kali, jadi dia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya tanpa harus melihat naskahnya.

Harumi terlihat terkejut dan mulai maju selangkah - dia akan menghentikan sang Ksatria Biru yang akan mengucapkan salam perpisahan.

Itu dia, habis ini dia bakal bilang 'Layous-sama!?'

Koutarou mengingat kembali suara Harumi saat itu - Harumi telah melatih dialog itu berulang kali, tentu saja tidak ada tanda-tanda akan terjadinya masalah.

"Ah..."

Tapi, Harumi terlihat gugup. Kalimat yang ingin didengar Koutarou tidak muncul dari balik mulut Harumi.

"Ah, saya..."

Harumi hanya bisa memandang Kenji dengan gugup tanpa bisa mengucapkan dialognya.


Part 3[edit]

"Aku minta maaf, semuanya..."

Harumi menunduk sedalam-dalamnya saat mengucapkan itu. Raut wajahnya terlihat murung, pertanda kalau dia benar-benar kecewa.

"Aku minta maaf karena sudah mengacaukan jalannya gladi bersih..."

Pada akhrinya, Harumi tidak bisa berakting di atas panggung. Dia tidak bisa mengucapkan dialognya sementara badannya gemetaran, tapi hal itu tidak bisa dianggap sebagai akting.

"Tapi aneh...kamu kemarin bisa akting bagus loh..."

Si ketua klub hanya bisa memiringkan kepalanya karena kebingungan. Itu karena dia sudah melihat Koutarou dan Harumi berlatih dan sudah bisa mengerti sedikit kemampuan akting Harumi. Tapi, Harumi saat itu tidak bisa berakting sebagaimana mestinya diatas panggung - itulah yang menurut si ketua klub aneh.

"Mackenzie, ngaku deh. Tadi senpai kamu apain"

"Ya nggak ku apa-apain! Baru ini aku bisa ngomong sama dia!"

Koutarou juga kebingungan, karena dia lebih tahu daripada yang lain seberapa bagus akting Harumi - itulah kenapa dia pikir Harumi bukanlah alasan kenapa akting Harumi sendiri menjadi seperti itu.

"Ini gawat...Kalau peran sang Puteri Perak diganti, ini akan sangat memalukan..."

"Maafkan aku, Theiamillis-san"

Harumi merasa semakin tertekan setelah mendengar kata-kata Theia - dia merasa ingin mengecil dan menghilang dari sana. Di saat itu, Koutarou maju diantara Theia dan Harumi.

"Itu nggak perlu, Tulip! Aku tahu senpai bisa!"

"Satomi-kun..."

Harumi, yang akan menangis, kembali tenang karena kata-kata Koutarou.

"Tapi, nyatanya dia tidak bisa. Ini mungkin terdengar kejam, tapi kita memerlukan rencana cadangan"

"Nggak apa-apa! Senpai cuma perlu terbiasa berdiri di atas panggung! Soalnya dia biasa latihan di lapangan atau ruang klub!"

"Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?"

"Tentu aja, kalau dia nggak terbiasa, ya tinggal dilatih! Kita bakal latih dia sampai dia bisa!"

Setelah dia mengatakan itu, dia berjalan ke arah Kenji-

"Mackenzie, buka"

-lalu menyentuh kostumnya.

"A-Apa?"

"Lepasin aja kostumya! Aku bakal latihan sama senpai di atas panggung, jadi kalian latihan di tempat lain!"

Dengan penuh semangat, Koutarou mulai membuka paksa kostum yang dikenakan Kenji.

"Oke, aku ngerti, jadi lepasin tanganmu! Jangan coba-coba lepasin bajuku disini!"

"Theiamillis-san, gimana menurutmu?"

"...Yah, mari kita biarkan mereka melakukannya. Saat ini dia tidak berguna sama sekali"

Saat Theia mengatakan itu, Koutarou melotot tajam ke arahnya.

"Jangan ngeremehin dia ya, Tulip. Kamu nggak tahu seberapa hebat Sakuraba-senpai!"

Tatapan tajam dan senyum penuh keyakinan Koutarou membuat Theia tidak bisa berkata-kata selama beberapa saat.


Part 4[edit]

"...Yang Mulia Alaia, kelihatannya hanya sejauh ini hamba bisa bersama anda"

"Layous-sama!?"

"Yang Mulia, tolong larilah dengan adik anda. Hamba akan melawan musuh sebanyak yang hamba bisa. Di saat itu, tolong larilah sejauh yang anda bisa"

"Tidak, saya tidak bisa meninggalkanmu sendiri, Layous-sama! Andalah alasan kita bisa pergi sejauh ini!"

Saat Koutarou dan Harumi mulai berlatih, semua orang yang kebetulan ada disana tidak bisa melepaskan pandangan mereka dari mereka berdua. Hal yang mereka lihat dengan penuh perhatian tentu saja pada akting Harumi. Nyatanya, Koutarou yang mengucapkan dialognya dengan nada yang monoton hanya mengganggu akting Harumi, tapi para penonton yang ada tetap tidak bisa melepaskan pandangan mereka dari panggung.

Harumi, yang menyuarakan dialognya dengan penuh ekspresi, betul-betul menggambarkan perasaan putus asa sang Puteri Perak. Di sisi lain, Koutarou yang masih gagap dengan dialognya sendiri hanya menghilangkan gambaran sang Ksatria Biru yang tulus.

"Berkat para rakyat negara inilah anda bisa pergi hingga sejauh ini. Jika bukan karena mereka, kita tidak akan pernah sampai ke tempat ini"

"Itu tidak benar, Layous-sama!"

"Mereka semua melakukannya karena mereka mencintai anda, Yang Mulia. Jadi, tolonglah, demi rakyat negara ini, dan demi anda sendiri, tolong larilah, puteri Alaia"

"Tunggu sebentar, Layous-sama!"

Hanya sedikit orang yang bisa menonton penampilan mereka berdua dengan tenang - si ketua klub dan Sanae, yang telah melihat mereka sebelumnya, dan Kiriha yang bisa mengerti dengan dalam perasaan seseorang.

"Itu dia, itu dia akting Sakuraba-san"

Si ketua klub mengangguk berkali-kali dengan senang. Adegan yang selama ini dia idam-idamkan sedang terjadi di depan matanya sendiri. DIa pun yakin kalau dia telah membuat keputusan yang tepat.

"Kalau dilihat-lihat, Koutarou kelihatannya jelek dalam berakting"

"Jangan bilang begitu. Hanya Koutarou yang bisa membuat Sakuraba Harumi bisa berakting seperti ini"

Di antara kerumunan penonton yang tertarik, hanya Sanae dan Kiriha yang bisa tetap tenang. Sanae yang selalu melihat Koutarou dan Harumi berlatih, dan Kiriha yang mengerti perasaan Harumi - bagi mereka berdua, adegan itu tidak begitu mengejutkan.

"Wah, wah, boleh juga nih..."

Kenji, yang sudah berganti baju setelah kostumnya dicuri oleh Koutarou, menganggukkan kepalanya. Dia mulai mengerti alasan kenapa Harumi dipilih dan kenapa Koutaoru begitu keras kepala soal itu.

"Kalau aku lihat kondisinya sekarang, ternyata memang..."

Kalau kita kesampingkan Kou, level akting Sakuraba-senpai jelas bukan di level anak SMA, ini...

Setelah berhasil memendam rasa kagetnya, Kenji nampak kagum.

"Sakuraba-senpai dan Satomi-san emang hebat...Aku senang peranku adalah pantat kuda...Aku nggak bisa akting kayak gitu..."

Saat itu, Yurika yang sedang memakai pakaian ketat berwarna coklat dan kostum bagian bokong kuda, melihat ke arah panggung dan menghela nafas lega. Dia merasa lega setelah melihat Harumi yang berada di atas panggung, meskipun sebelumnya dia sangat menginginkan peran Puteri Perak. Kalaupun dia menjadi sang Puteri Perak, dia tidak akan bisa berakting sebagus Harumi.

"Yang Mulia..ini..."

"Tidak mungkin...ini hampir terlihat seperti aslinya..."

Yang paling terkejut adalah dua orang dari Forthorthe: Theia dan Ruth, dengan Theia yang benar-benar terkejut selagi melihat kearah panggung dengan wajah keheranan. Sambil mengabaikan warna rambutnya, Puteri Perak yang diperankan Harumi benar-benar seperti apa yang diharapkan oleh Theia - puteri yang berwarna putih polos, yang terlihat rapuh dan santun, tapi juga mempunyai keteguhan yang kuat - imajinasi Theia menjadi layaknya kenyataan yang sekarang berada di atas panggung.

Yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah Koutarou.

Koutarou buruk dalam berakting dan mengucapkan semua dialognya dengan monoton, dan bukan tandingan Kenji yang sebelumnya sudah tampil lebih dulu.

Tapi, saat Koutarou mengucapkan dialognya, ada sesuatu didalam diri Theia yang mulai berteriak..kalau sang Ksatria Biru-lah yang saat itu berdiri dihadapannya.

Karena Harumi sudah bisa berakting dengan bagus kembali, si ketua klub mengisyaratkan untuk mengulang kembali gladi bersihnya.

Tapi, sesaat setelahnya, mereka berhenti lagi.

"Berhenti! Berhenti! Ada apa, Sakuraba-san?"

"M-Maafkan aku, akting memang tidak mungkin buatku..."

Harumi kembali menjadi alasan kenapa gladi bersihnya berhenti. Dia sudah menunjukkan akting yang benar-benar memukau dengan Koutarou yang menjadi Ksatria Biru, tapi saat mereka mengganti Koutarou dengan orang lain, aktingnya menjadi buruk lagi. Hal itu sama bagi Kenji maupun yang lain.

"Ketua-san, kelihatannya memang harus orang lain yang harus memerankan sang Puteri Perak. Masih ada waktu kalau kita menggantinya sekarang"

Harumi menyarankan agar dirinya mundur dari peran itu karena merasa bertanggung jawab atas kegagalannya sendiri. Tapi, si ketua justru menggelengkan kepalanya.

"Sakuraba-san, aku nggak bisa berpikir buat mengganti peran itu ke orang lain setelah melihat akting itu tadi. Bukan cuma aku, semuanya juga berpikiran sama"

"Tapi, kalau begini terus, aku pasti akan mengganggu yang lain.."

"Itu dia masalahnya. Saat kamu berakting dengan Koutarou, aktingmu selalu bagus..."

TIdak ada diantara ketua klub drama maupun anggota klub yang mau mengganti peran Puteri Perak dengan orang lain. Karena itulah, mereka harus memecahkan masalah akting Harumi, dan saat itu mereka semua sedang menggaruk kepala mereka karena belum mendapat solusi.

"...Semuanya, aku punya usul"

Di saat itu, Kiriha yang saat itu sedang membantu, mengangkat tangannya.

"Kurano-san, kalau kamu punya ide, silahkan katakan. Jujur saja, aku nggak punya ide sama sekali"

"Baiklah"

Kiriha mengangguk dan mulai berbicara.

"Sakuraba-senpai bisa berakting dengan baik dengan Koutarou-kun, jadi kenapa kita tidak kita lakukan itu terus dengan membuat Koutarou memerankan Ksatria Biru?"

"Mengganti pemeran Ksatria Biru dengan Koutarou?"

Mata si ketua klub terbuka lebar begitu mendengar saran Kiriha, dan Kiriha kembali mengangguk.

"Ya. Menurut kalian, manakah yang lebih cepat: membuat Sakuraba-senpai terbiasa dengan Kenji-kun atau mengajari Koutarou cara berakting? Menurutku, akan lebih cepat kalau Koutarou belajar untuk berakting"

"Begitu..ada benarnya juga...Ken-chan, Theiamillis-san, bagaimana menurut kalian?"

"Aku rasa ada benarnya juga. Aku nggak mau nyerahin peranku, tapi kalau diantara memilih aku atau Sakuraba-senpai, jelas aja kalau aku bakal milih Sakuraba-senpai"

Kenji tidak menolak usulan itu. Setelah melihat Harumi yang merasa kesulitan, dia hanya bisa merasa kalau dirinya telah mem-bully Harumi. Jadi, daripada melanjutkan itu, akan lebih mudah baginya untuk membiarkan Koutarou bekerja keras untuk berlatih berakting.

"Dan Theiamillis-san?"

"Aku..."

Theia mulai berpikir, tapi untuk sementara saja.

"Aku rasa tidak ada pilihan lain. Meskipun aku tidak mau, dalam situasi ini, tidak ada pilihan lain kecuali menjadikan Koutarou sebagai Ksatria Biru"

Tidak ada pilihan lain; tidak mau.

Theia menggunakan kata-kata itu karena sikap keras kepalanya. Tapi, sebenarnya dia sudah memikirkan untuk menjadikan Koutarou sebagai pemeran Ksatria Biru - tidak ada alasan sebenarnya bagi Theia untuk menolak pilihan itu.

"Baik, kalau begitu sudah diputuskan. Kita akan menjadikan Satomi-kun menjadi pemeran Ksatria Biru!"

"T-Tunggu dulu! A-Aku yang jadi Ksatria Biru!?"

Koutarou terkejut begitu mendengar hal itu. Dia sempat yakin kalau Kenji atau Theia akan menolak hal itu, tapi mereka justru setuju - perkembangan yang tidak terduga itulah yang membuatnya kaget.

"Itu benar. Sakuraba-san tidak mau melakukannya dengan orang lain kecuali kamu, jadi kalau begitu kami hanya tinggal menggunakanmu saja"

"S-Serius nih!? Kalian tahu kan, aktingku payah!"

"Oh, jadi kamu sadar dengan aktingmu yang payah itu, Koutarou. Kalau begitu, aku akan ringkas saja"

"T-Tulip?"

"Tidak usah kuatir"

Mata Theia mulai terlihat berbinar.

"Aku tahu tentang Ksatria Biru lebih baik dari semua orang. Aku akan mengubahmu menjadi Ksatria Biru yang hebat sebelum festival budaya!"

Di saat itu, seseorang diam-diam melirik ke arah Theia.

"Oh...Tidak kusangka mereka mementaskan drama tentang Ksatria Biru ditempat seperti ini...Theiamillis-san pasti sedang bersenang-senang..."

Lirikan yang dingin itu terus mengawasi Theia. Pemiliknya sedang merasa kagum dengan Theia yang mementaskan drama yang bisa dikatakan sebagai jiwa dari Forthorthe di planet yang terbelakang seperti ini, dan lebih pentingnya lagi dengan manusia-manusia purba semacam ini.

"Begitu juga, situasi ini menguntungkan juga bagiku. Mungkin aku seharusnya mengatakan terima kasih daripada kagum denganmu, Theiamillis-san..."

Orang yang melirik itu mulai tertawa dengan suara yang melengking dari seorang wanita.

Orang itu adalah seorang gadis yang seumur dengan Theia.

"Dengan ini, kemenanganku sudah pasti...Sampai waktunya tiba, nikmati saja dramamu dengan penuh riang"

Si gadis tertawa kembali sebelum mengalihkan lirikannya dari Theia dan berbalik arah.

"Tapi, Theiamillis-san, drama kecilmu tidak akan memiliki akhir yang bahagia..."

Yang tertinggal dari dirinya adalah suara tawa, dan suara tawanya terdengar kejam dan suram.


Part 5[edit]

Setelah diputuskan kalau Koutarou akan memerankan Ksatria Biru, hal pertama yang dilakukan Theia adalah membawanya ke anjungan kapal perangnya, kapal Ksatria Biru.

"Tulip, kamu ngapain bawa-bawa aku ke kapalmu?"

"Semuanya dimulai dari penampilan. Kita mempunyai pakaian yang akan kau pakai"

"Pakaian?"

"Tolong kesini, Satomi-sama"

Koutarou berjalan bersebelahan dengan Theia sambil mengikuti Ruth yang sedang mengarahkannya. Saat itu mereka sedang berjalan menyeberangi anjungan yang luas itu.

"Aku tahu kamu bilang pakaian, tapi ini dek penerbangan kapal ini kan? Memangnya ada pakaian macam apa disini?"

"Mungkin ini adalah sesuatu yang tidak terduga bagi dirimu, tapi memang ada pakaian disini. Aku akan memberitahumu tentang detilnya setelah kau melihatnya. Sulit untuk menjelaskannya sebelum kau melihatnya"

"Begitu..."

Koutarou dan Theia pun melanjutkan langkah mereka mengikuti Ruth, yang membawa mereka ke belakang anjungan - dimana tempat duduk komandan dan perlengkapan mengemudi kapal berada. Perlengkapan yang diperlukan untuk benar-benar mengendalikan kapal Ksatria Biru berpusat pada tempat itu., sisanya hanya dipakai saat kapal Ksatria Biru berfungsi sebagai kapal komando.

"Silahkan, Ruth"

"Baiklah, Yang Mulia"

Saat Ruth mendekati tempat duduk operator, dia menyentuh sesuatu yang ada di panel operasi.

"Apa yang bakal terjadi"

"Yah, tunggu dan lihatlah"

Di saat yang sama Theia mengatakan itu, sebuah lubang yang besar terbuka di lantai di dekat Koutarou dan yang lain.

"...Apa--?"

Dan dari lubang itu, seseorang setinggi dua meter muncul.

"Orang..?"

"Bukan seseorang. Ini adalah sebuah baju zirah"

"Baju zirah...?"

Apa yang Koutarou pikir adalah seorang manusia ternyata adalah sebuah baju zirah berwarna biru metal yang ditopang dengan beberapa lengan - layaknya sebuah pakaian yang digantung dengan sebuah gantungan baju.

"Aku ingin kau memakai ini"

"Ini? Yah, memang sih, zirah ini punya atmosfir kayak gitu..."

Dibandingkan dengan desain interior kapal Ksatria Biru, armor itu nampak ketinggalan zaman. Desainnya mirip dengan desain zirah ksatria abad pertengahan.

"Sebenarnya, ini dibuat sebagai tiruan dari zirah Ksatria Biru yang asli. Ibuku merancangnya berdasarkan dokumen-dokumen tua, jadi zirah ini cukup mirip dengan zirah yang asli"

"Jadi ini zirahnya Ksatria Biru..."

Koutarou mulai memeriksa zirah itu. Zirah biru itu nampak indah, dan saat dia mendekatkan wajahnya, dia bisa melihat pantulan wajahnya pada zirah itu. Zirah itu dibuat dengan banyak lengkungan, dan desainnya mempunyai kemiripan dengan senjata-senjata yang digunakan Theia. Meskipun zirah itu dirancang untuk melindungi badan, keindahannya bagaikan sebuah karya seni rupa.

Koutarou merasa zirah itu memiliki keindahan yang sama layaknya sebuah katana.

"Tapi, kenapa zirah ini ada disini? Nggak cocok banget sama tempat ini"

Zirah yang nampak dari abad pertengahan itu memang tidak terlihat cocok dengan anjungan kapal Ksatria Biru yang futuristik, seperti meletakkan barang antik di dalam bangunan yang sangat modern.

"Itu adalah hobiku"

"Hobi!? Jadi, hobimu cuma naruh zirah ini disini?"

"Fufufu, bukan itu maksudku. Jelaskan kepadanya, Ruth"

"Baiklah"

Ruth bergerak mendekati zirah itu sebelum melihat ke arah Koutarou dan memulai penjelasannya.

"Sebenarnya, zirah ini adalah salah satu perangkat untuk mengoperasikan kapal ini"

"Maksudnya, kayak setir buat kapal, begitu?"

"Tepat sekali. Bentuk kapal Ksatria Biru adalah seperti manusia, dan kapal ini bisa menggerakkan tangan dan kakinya dengan bebas. Itulah kegunaan zirah ini"

"Begitu...jadi, gimana cara pakainya?"

Karena tertarik, Koutarou mulai mempelajari zirah itu dari berbagai sudut. Ruth tersenyum kecil saat melihat itu.

"Yang perlu dilakukan hanyalah mengenakan zirah ini dan bergerak. Zirah ini akan mendeteksi gerakan itu, dan kapal ini akan menirukannya"

"Oh, hebat juga"

Secara umum, perangkat itu bisa dikatakan sebagai master/slave controller, dimana sebuah alat mempunyai kontrol satu arah terhadap alat yang lainnya. Karena hanya dengan bergerak akan mempengaruhi pergerakan kapal Ksatria Biru, semua orang bisa menggerakkan badan kapal jika mengenakan zirah itu.

"Dulu saat kau ada disini untuk kerja paruh waktu, kami berencana untuk membuatmu mengenakan ini dan bertarung. Untungnya, pada akhirnya, hal itu tidak diperlukan"

"Begitu, jadi itu tujuan aslinya"

Koutarou pernah dibawa naik kapal Ksatria Biru untuk sebuah kerja paruh waktu beberapa waktu lalu saat Theia dan Ruth mendeteksi sebuah kapal tempur lain didekat bumi. Dengan jumlah orang yang sedikit, menggunakan Koutarou yang memang cakap dalam berkelahi lebih efisien dibandingkan dengan jika Theia atau Ruth yang mengenakan zirah itu dan melakukannya.

"Tapi, kali ini kita akan menggunakan zirah ini sebagai kostum"

Ruth menyentuh pangkal lengan yang menopang zirah itu dan zirah itu jatuh dihadapannya bagaikan dua orang yang saling berhadapan.

"Tapi, Tulip, kayaknya aku nggak bisa pakai zirah yang keliatannya berat ini deh"

Koutarou mengetuk lempengan dada zirah itu, yang rasanya seperti benda metal yang berat dan kuat. Saat dia kembali mengetuknya, suara yang menggema didalam zirah itu keluar dengan keras. Koutarou memperkirakan kalau berat zirahnya sekitar 10 kilogram.

"Tidak apa-apa. Inti energi zirah ini akan membuatmu bergerak dengan leluasa"

"Begitu, kalau gitu sih nggak apa-apa"

Karena zirah itu adalah bagian dari kapal tempur, zirah itu memiliki fungsi yang bisa membuatnya sebagai baju luar angkasa. Maka dari itu, jika zirah itu terlalu berat untuk dipakai bergerak, zirah itu tidak akan berguna. Karena itulah zirah itu memiliki inti energi yang membuat penggunanya bisa bergerak dengan bebas.

"Satomi-sama, tolong kesini. Kami akan mengatur zirahnya agar cocok denganmu"

"Kayaknya merepotkan"

Saat Koutarou mengikuti Ruth, dia berkomentar seperti itu kepada Theia.

"Memang tidak dibuat secara khusus untuk seseorang"

Theia hanya tersenyum meledek sambil mengangkat pundaknya.

Karena zirah itu digunakan sebagai alat pengendali, tentu saja zirahnya bisa disesuaikan agar siapa saja bisa mengenakannya.

"Satomi-sama, tolong berdiri tegak seperti itu. Alat pengukurnya akan mengukur badanmu dan mengatur zirahnya setelahnya"

"Oke"

Koutarou membenarkan posisi badannya sesuai dengan yang diminta Ruth. Saat dia melakukannya, Ruth mengeluarkan sebuah alat seperti kamera kecil dan mengarahaknnya ke arah Koutarou - itulah alat yang disebutkan Ruth tadi.

Alat itu mengeluarkan bunyi di tangan Ruth, pertanda bahwa pengukurannya sudah selesai.

"Oh?"

Saat Ruth mengintip ke dalam monitor kecil di alat itu, dia nampak terkejut dan menepuk dengan pelan alat itu.

"Ada apa, Ruth?"

"Ini...Zirahnya tidak mau memulai pengaturannya. Dia tetap pada pengatuaran awal, dan tidak berubah sama sekali"

Ruth kelihatan gelisah, karena meskipun dia sudah memulai pengukurannya, zirahnya tidak secara otomatis mengatur ukurannya.

"Apa ada yang bermasalah?"

"Tidak, tidak ada laporan tentang itu"

Ruth menduga kalau alat pengukuran itu rusak lalu menepuknya pelan kembali dan menyalakannya ulang. Tapi, dia tetap tidak menemukan kejanggalan.

"...Yang Mulia, aku akan mencobanya sekali lagi. Satomi-sama, tolong izinkan aku mencobanya sekali lagi"

"Nggak masalah"

Ruth kembali mengarahkan alat itu ke arah Koutarou, dan Koutarou kembali berdiri tegak.

"Akan aku mulai"

Alat pengukuran itu mengeluarkan bunyi sekali lagi, namun hasilnya tetap sama.

"Aneh...alat ini berjalan dengan normal, tapi...tunggu, mungkinkah...?"

"Ada apa, Ruth?"

"Kelihatannya alat ini memang tidak rusak"

Ruth mendekati zirah itu sekali lagi, lalu memindahkan lambang naga dan ksatria dan menekan tombol yang tersembunyi dibawahnya. Zirah itu mulai mengalirkan udara yang terkompres didalamnya dan mulai terbuka. Untuk bisa memakai zirah ini, zirahnya akan terbuka dan didalamnya dapat terlihat berbagai mesin.

"Satomi-sama, silahkan masuk ke sini"

Bagian dalam zirah itu mempunyai ruangan yang cukup untuk satu orang. DIdalamnya juga terdapat lapisan-lapisan pelindung agar yang mengenakannya dapat merasa nyaman.

"Aku cuma perlu pakai aja kan?"

"Ya. Saat kau masuk, zirah ini akan secara otomatis menutup"

"Baiklah"

Koutarou menuruti Ruth dan masuk ke ruangan yang tersedia oleh zirah itu. Saat dia melakukannya, Koutarou merasa kalau ukurannya pas. Sesaat kemudian, mesinnya mulai berjalan dan zirah itu menutup dan kembali ke bentuk asalnya. Dalam beberapa detik saja, Koutarou sudah mengenakan zirah biru itu.

"Begitu..jadi memang begitu rupanya..."

Ruth melihat dengan takjub saat Koutarou mengenakan zirah itu tanpa masalah sama sekali dan mengangguk dengan puas.

"Aku penasaran, apa ini hanya kebetulan belaka..."

"Ada apa Ruth? Apa maksdunya?"

Theia yang melihat hal itu sebagai hal yang aneh memanggil Ruth. Di saat itu, Ruth yang masih memandangi Koutarou, kembali sadar.

"Begini, Yang Mulia, aku pikir tadinya ada kesalahan, tapi kelihatannya Satomi-sama punya bentuk badan yang sama dengan sang legenda Ksatria Biru"

"Apa!?"

Kali ini, Theia-lah yang takjub.

"Karena itulah, alat pengukurnya tidak secara otomatis mengatur ukurannya"

Zirah itu dibuat sebagai tiruan milik Ksatria Biru. Karena itulah, ukuran awalnya didesain dengan ukuran sang Ksatria Biru sendiri. Dan dari semua kemungkinan, Koutarou kebetulan memiliki bentuk fisik yang sama persis, yang membuat zirahnya tidak mengatur ukurannya.

"Jadi begitu, jadi si primitif...ini kebetulan sekali.."

Theia melihat kembali ke arah Koutarou dan membisu.

Koutarou telah mendapat peran Ksatria Biru dan juga mempunyai bentuk fisik yang sama meskipun dari planet yang berbeda. Hal itu tampak seperti kebetulan yang tidak mungkin.

"Yang Mulia, bisa jadi..."

"Ya...T-Tidak, apa yang kau bilang!? Itu tidak masuk akal! Manusia purba itu di planet terbelakang ini tidak mungkin adalah sang Ksatria Biru yang kedua! Ini hanya kebetulan semata!"

Semenjak kecil, Theia dan Ruth sudah mengagumi Ksatria Biru. Hanya dengan melihat seseorang dengan bentuk fisik yang sama dengannya sudah cukup untuk membuat mereka tertarik.

"Wow! Ini beneran! Rasanya enteng!? Tapi aneh juga, aku tahu lagi pakai zirah, tapi nggak berat sama sekali"

Namun, Koutarou sendiri masih terlalu sibuk dengan rasa herannya dengan zirah itu dan tidak mendengar khayalan Theia dan Ruth.

Hal berikutnya yang menanti Koutarou setelah mengenakan zirah itu adalah hari-hari pelatihan disiplin ala Sparta.

"Kau bodoh! Itu salah! Sang Ksatria Biru tidak seperti itu! Jangan membungkuk! Berdiri tegap! Angkat kepalamu! Turunkan dagumu! Kenapa kamu bahkan tidak bisa berjalan dengan lurus!?"

"D-Dibilang begitu juga..."

Koutarou dengan gugupnya berjalan di ruangan besar itu sambil diteriaki oleh Theia.

Ruangan itu adalah ruangan yang dipakai oleh Theia dan Ruth sehari-hari. Bagian dalamnya dirancang dengan desain yang antik, dan ruangan indah itu tidak terlihat seperti ruangan pada kapal tempur umumnya. Ruangan itu cukup besar, sampai-sampai beberapa kamar 106 bisa muat didalamnya. Ruangan itulah yang menunjukkan kalau Theia adalah seorang tuan puteri.

"Kita hanya punya kurang dari dua minggu sebelum festival budaya! Kita tidak punya waktu lagi! Aku akan membuatmu bersikap layaknya ksatria yang gagah dari Forthorthe pada hari ini!"

"Nggak mungkin!"

"Aku sudah tahu itu tidak mungkin! Tapi aku membutuhkanmu, ksatriaku, untuk bersikap demikian agar aku tidak mendapat malu!"

Tapi, Koutarou tidak punya waktu untuk mengagumi ruangan itu. Dia terlalu sibuk berlatih untuk bersikap seperti kaum bangsawan sementara Theia terus berteriak kearahnya.

"Ngapain repot begini sih!? Bukanya kita perlu latihan apa yang perlu dipentasin aja!?"

"Kau bodoh! Berakting datang dari hati! Kalau kau tidak tahu bagaimana para bangsawan bersikap, bagaimana mungkin kau bisa bersikap seperti mereka!? Aku akan membuat badan dan pikiranmu bersikap layaknya bangsawan! Kau akan menjadi Ksatria Biru milikku!"

"Tatapanmu aneh, Tulip!!"

"Bukan Tulip!! Panggil aku tuan puteri Theiamillis! Jangan terganggu dengan percakapan ini! Dan jangan goyangkan buku diatas kepalamu! Jalan lurus tanpa membuatnya bergoyang!"

"Siapapun, tolong aku!!"

"Tidak akan ada yang menolong! Kau hanya punya dua pilihan! Menjadi Ksatria Biru, atau mati disini!"

"Ahhh!! Si maniak Ksatria Biru mengejar!!"

Theia punya alasan kenapa dia melakukan semua ini - karena ini adalah Koutarou. Nyatanya, dia tidak akan meminta seperti ini dari Kenji. Kalau orang lain yang memerankan Ksatria Biru, Theia akan merasa baik-baik saja dengan level SMA. Tapi jika Koutarou yang memerankan Ksatria Biru, itu sudah menjadi hal lain baginya. Karena dia berniat menjadikan Koutarou sebagai hambanya, dia ingin agar Koutarou benar-benar bersikap selayaknya Ksatria Biru.

"Maniak, ya. Kau bisa menganggapnya begitu. Para gadis di Forthorthe sudah tergila-gila dengan Ksatria Biru selama lebih dari 2000 tahun! Kau harus memuaskan mereka!!"

"Waaaah! Enak aja!!"

Koutarou dengan putus asa melanjutkan latihannya diiringi teriakan THeia. Entah baik atau buruk, perasaan mereka tersampaikan saat itu - apalagi Theia, yang selama ini hidup dengan terus menjaga perasaannya. Adalah hal yang langka bagi dirinya untuk menunjukkan emosinya kepada orang lain.

"...Fufufu, Yang Mulia dan Satomi-sama kelihatannya sedang bersenang-senang"

Ruth mengawasi mereka dengan pengertian itu. Dia betul-betul bahagia dengan Theia yang bisa meluapkan perasaannya sebanyak ini, dan juga merasa berterima kasih kepada Koutarou yang membuat semua itu bisa terjadi.

Yang Mulia bilang jika Satomi-sama bukanlah Ksatria Biru yang kedua, tapi...kalau aku memikirkannya dari sisi lain, Satomi-sama memang bukanlah Ksatria Biru yang kedua, tapi aku yakin bahwa dia adalah Ksatria Biru tuan puteri...

Bagi Ruth, hal yang penting baginya adalah bahwa Theia bisa tersenyum. Bahkan jika Ksatria Biru yang asli sekalipun muncul, Ruth tidak akan ragu untuk memilih Koutarou, karena bagi Theia dan Ruth, keberadaan Koutarou semakin menjadi lebih dan lebih penting dibandingkan sang Ksatria Biru.


Part 6[edit]

Sementara Theia sedang melatih Koutarou untuk menjadi ksatria di dalam kapal Ksatria Biru, sebuah suasana yang damai bisa terasa di dalam kamar 106.

"Yurika, Sanae, kalian ingin apa untuk makan malam?"

"Ah, kalau Kiriha-san yang masak, aku mau sup miso babi sama tahu goreng!"

"Yurika, bukannya itu apa yang bakal dimakan sama orang-orang tua ya?"

Yang ada di kamar saat itu adalah Yurika, Sanae, Kiriha dan kedua haniwanya. Tanpa Koutarou, Theia, dan Ruth, kamar itu menjadi cukup sunyi.

"Orang tua..tapi, masakan khas Jepang buatan Kiriha-san enak kok"

"Aku setuju kalau itu. Aku juga mau sama apa yang Yurika mau"

"Baiklah"

Dengan menu makan yang sudah ditetapkan untuk hari itu, Kiriha kembali ke dapur. Sambil melihat ke belakangnya, Yurika teringat akan sesuatu dan menepuk tangannya.

"Oh iya,aku harus kasih makan Hercules-chan"

"Kalau kita nggak cepet-cepet, Koutarou sama yang lain bakal pulang"

Yurika dan Sanae mendekati lemari - mereka berdua menjaga kumbang yang dipelihata Yurika. Biasanya, Koutarou akan bergabung juga, tapi belakangan ini dia tidak punya waktu untuk itu.

"Waktunya makan malam, Hercules-chan ♪ "

Saat Yurika membuka lemari, sebuah sangkar plastik nampak dihadapan mereka berdua. Cahaya yang tiba-tiba masuk ke dalam lemari membuat si kumbang Herkules terkejut, dan bergerak dengan pelan untuk bersembunyi di bawah bayangan.

"Makanannya hari ini apa, Yurika?"

"Aku udah kasih buah kemarin, jadi hari ini kita kasih makanan yang biasanya"

"Roger"

Yurika mengambil sangkar itu sementara Sanae mengambil kaleng makanan khusus untuk si kumbang dan kembali ke meja teh.

"Maafin aku ya, selalu nyimpen kamu di tempat gelap, Hercules-chan, tapi ini semua biar kamu aman. Tahan sebentar lagi ya"

"Yurika, nih makanannya"

Sanae membuka tutup kaleng makanan itu dan memberinya kepada Yurika - kaleng itu penuh dengan makanan khusus serangga dan mengeluarkan bau yang khas. Awalnya, Yurika selalu mengerutkan wajahnya kapanpun dia membuka itu, tapi sekarang dia sudah terbiasa.

"Makasih. Ini dia makanannya datang, Hercules-chan"

Saat Yurika menuang makanan itu ke dalam sangkar, Hercules yang tadi bersembunyi di balik bayangan mulai muncul. Dia tahu kalau Yurika sudah menuang makanan ke dalam sangkarnya.

"Aku nggak mengira kalau dia berhubungan sama Kanabun[7]"

"Eh, benaran!?"

"Bener, Koutarou juga bilang gitu"

"Begitu..nggak nyangka kalau raja serangga punya kerabat yang biasa aja.."

"Itu kayak sadar kalau bapak dari idol terkenal cuma orang tua biasa"

Yurika dan Sanae memandangi sangkar itu. Saat mereka melakukannya, Hercules mengambil potongan makanan yang besar dan mulai makan. Karena nafsu makannya yang besar, dia langsung mengunyah makanan itu.

"Dimakan tuh, dimakan"

"Dengan nafsu makan kayak gitu, kamu pasti bakal tumbuh lebih gede"

Yurika dan Sanae tersenyum melihat Hercules yang sedang makan, tapi tiba-tiba sebuah bayangan menutupi sangkar itu.

"Tanduknya besar juga"

"Eh!?"

"Wah?"

Bayangan itu ternyata milik Ruth. Sebelum mereka sadar, dia sudah muncul di kamar itu dan memandangi sangkar itu dari sisi lain.

"R-Ruth-san!?"

"Ruth, kapan kamu...!?"

Wajah Yurika dan Sanae nampak ketakutan dengan kemunculan Ruth.

G-Gawat!

Habis sudah..

Ruth memiliki dendam yang teramat sangat terhadap kumbang. Karena sudah melihat Hercules, Yurika dan Sanae menyiapkan diri mereka untuk situasi terburuk - bayangan tentang Ruth yang menghabisi Hercules sampai berkeping-keping muncul di dalam kepala mereka. Mereka percaya bahwa takdir yang kejam telah menunggu Hercules.

"Jadi, apa nama serangga ini?"

Namun, berlawanan dengan bayangan mereka, Hercules tidak musnah. Ruth hanya melihat ke dalam sangkar itu dengan wajah penuh tanda tanya.

"Eeeeeh!?"

"R-Ruth, kamu nggak tahu ini apa!?"

"Ya...Ini pertama kalinya aku melihat serangga ini.."

Ternyata Ruth tidak tahu seperti apa kumbang itu - itulah yang mengagetkan mereka berdua. Meskipun dia tahu namanya, Ruth sama sekali tidak tahu makhluk seperti apa kumbang itu.

"Apa ada yang salah?"

"N-Nggak! Nggak sama sekali!"

"Nggak kok!"

Keduanya menggelengkan kepala mereka saat Ruth bertanya.

Untung sajaaaaaa!

Terima kasih, Tuhan!!

Sambil tetap menggelenkan kepala mereka, Yurika dan Sanae bersorak dalam hati mereka masing-masing.

"Lalu, serangga jenis apa ini?"

"Yah, ini adalah---"

Yurika, yang menghela nafas lega, hampir saja menyebutkan kenyataannya, dan membuat Sanae memukul bagian belakang kepalanya.

"Adalah..apa?"

"Dia..uhm, Kanabun! Ini adalah spesies langka yang disebut sebagai raja serangga, dan namanya adalah Hercules-chan!"

Sanae secara teknis tidak berbohong, tapi dia tidak menyebutkan bagian yang terpenting.

"Kanabun...Hercules... Penampilannya memang terlihat gagah, cocok untuk nama raja"

Tapi, Ruth tidak memperhatikan itu, dan hanya melihat ke arah sangkar dengan penuh kagum. Setelah perhatian Ruth beralih dari Sanae, Sanae berbisik ke arah Yurika.

"..Hei, Yurika. Yang bener aja!? Nyawa Hercules-chan dalam bahaya, tahu!"

"...Maaf, aku nggak sengaja"

Yurika berulang kali meminta maaf kepada Sanae dengan suara pelan.

"Wow, dia sedang makan! Aku rasa kalau dia sebesar ini, bahkan makanannya pasti besar!"

Untungnya, Ruth tidak memperhatikan mereka dan masih memandangi Hercules dengan penuh ketertarikan.

"....Buruan pergi sana, Ruth..."

"...Auuuu"

Meskipun Ruth tidak tahu kalau dia sedang melihat sebuah kumbang, Sanae dan Yurika hanya bisa menahan nafas mereka.


Part 7[edit]

Waktu menuju festival saat ini tersisa kurang dari satu minggu. Saat ini, mereka tidak bisa menunggu kemampuan akting Koutarou untuk meningkat dan sekarang sedang melakukan gladi bersih.

"T-Tinggal seminggu lagi....tinggal seminggu lagi, dan aku bakal bebas dari ini semua..."

"Apa kamu baik-baik saja, Satomi-kun?"

Karena sudah menuruti semua ajaran Theia setelah selama ini, Koutarou tampak sangat kelelahan. Tapi, dia dengan cepat menyemangati dirinya sendiri.

Gawat, aku nggak boleh bikin Sakuraba-senpai kuatir sama aku!

Koutarou menyemangati dirinya dan tersenyum kepada Harumi.

"Aku nggak apa-apa kok, Sakuraba-senpai"

"Yah, kalau begitu..."

Sesudah Harumi melihat senyuman Koutarou, dia merasa sedikit lega dan terus memandangi Koutarou - bukan dengan pandangan kuatir, tapi pandangan kekaguman.

Satomi-kun pasti sudah berlatih dengan sangat giat...

Koutarou memang kelelahan, tapi caranya bergerak sangat berbeda dibandingkan dengan seminggu lalu. Sikap badannya tegak dan cara berjalannya anggun. Setiap gerakannya terlihat terlatih dan indah. Penampilannya saat mengenakan zirah biru miliknya betul-betul memancarkan penampilan sang Ksatria Biru tanpa perlu berakting.

Entah kenapa, aku merasa aneh...

Sebuah perasaan yang misterius menyelimuti Harumi yang saat itu mengenakan pakaian sang Puteri Perak dan berdiri dihaapan Koutarou yang mirip dengan Ksatria Biru. Untuk suatu alasan, dia merasa rindu akan sesuatu. Harumi juga merasa, dengan posisi mereka berdua yang berhadap-hadapan seperti ini dengan penampilan mereka saat itu, adalah sesuatu yang memang seharusnya.

Aku rasa bahkan diriku sekalipun punya suatu keinginan romantis yang bahkan diriku tidak sadari...

Harumi mengartikan perasaannya saat itu dengan artian sedemikian rupa sembari terus memandangi Koutarou. Hanya dengan melakukan itu dia sudah merasa bahagia. Tapi, di saat itu, ada satu orang lagi yang memandangi Koutarou.

"Ya ampun, primitif, kau salah lagi!"

Pandangan itu berasal dari Theia, yang telah melatih Koutarou bagaimana seorang ksatria bersikap. Tidak seperti Harumi, Theia merasa tidak puas dengan bagaimana Koutarou bersikap. Koutarou telah membuat beberapa kesalahan, dan hal itu membuat Theia kesal.

"Setelah kita pulang, kita akan langsung kembali latihan! Berapa kali harus kukatakan kepadamu agar kau mengerti!?"

Theia mengencangkan pegangannya ke naskah yang dipegangnya.

Ngomong-ngomong, peran Theia dalam drama adalah sebagai adik Puteri Perak, sang Puteri Emas.

"Begitu, jadi begitu caranya kau melatih Koutarou dalam sopan santun dalam waktu yang sesingkat ini"

Kiriha tertawa dengan riangnya disebelah Theia. Biasanya, dia akan menangani bagian kostum, tapi karena kemampuannya untuk mengurus segala sesuatunya dengan baik, Kiriha juga baru saja mendapat peran hari ini. Perannya adalah biarawati yang melayani sebagai penasihat Puteri Perak. Karena kostum yang dipakainya, suara tawanya terdengar hangat dibandingkan biasanya.

"Yang Mulia memang keras kepala kalau berhubungan dengan Ksatria Biru"

Ruth juga tertawa dengan tawa yang sama dengan Kiriha. Kostum yang dipakainya mirip dengan kostum Koutarou - zirah yang dipakai dalam upacara yang telah diwariskan turun temurun dalam keluarga Pardomshiha. Ruth mendapat peran ksatria wanita yang bertugas melindungi sang Puteri Perak.

"Dia lebih mirip sama penguntit. Dia nempel terus sama Koutarou bahkan kalau dia pergi ke toilet atau kamar mandi"

Sanae tersenyum kecut sambil melemaskan pundaknya. Hari ini, dia sedang memakai pakaian peri. Dia membuat kostum itu sendiri beberapa tahun lalau untuk festival seni sekolah. Karena sudah dipakai saat festival seni sekolah, kualitasnya biasa saja, tapi saat dia terbang dia tampak seperti peri sungguhan. Sanae akan bergantung pada Koutarou seperti biasa dan menolongnya jika dia melupakan dialognya.

"Jaga bicaramu! Aku tidak tahu bagaimana pria bertingkah didalam toilet!"

"Jadi, kamu tahu gimana mereka bertingkah di kamar mandi?"

Shizuka tersenyum riang saat dia memainkan kostum pelayannya. Desain kostumnya dirancang berdasarkan kostum pelayan Forthorthe, dan itu cocok dengan sifat Shizuka yang tenang dan teratur - perannya adalah sebagai pelayan Puteri Perak.

"Tentu saja! Si primitif itu bahkan tidak tahu caranya masuk ke dalam bak mandi!"

"...Jadi itu kenapa Satomi-san bahagia banget pas dia masuk toilet..."

Yurika memandangi Koutarou dengan pandangan kasihan. Tapi, Yurika yang memakai pakaian coklat ketat dengan kostum bokong kuda adalah yang paling kasihan diantara mereka semua. Yurika juga memiliki beberapa peran lain selain menjadi bokong kuda.

"Baik semuanya, segera bersiap! Kita akan mulai gladi bersihnya dari adegan pertama!"

Di saat itu, si ketua klub memanggil semua orang dari atas panggung, pertanda bahwa pengaturan properti panggung sudah selesai.

"Giliran kita nih"

"Ah, tungguin dong!"

Sanae dengan cepat mengikuti Koutarou, dan Yurika sesaat setelahnya.

Adegan pertama mereka adalah saat sang Puteri Perak sedan dikejar oleh penjahat, dan diselamatkan oleh Ksatria Biru yang tiba-tiba lewat. Penghuni kamar 106 yang turut andil dalam adegan ini adalah sang Ksatria Biru, Koutarou, dan bokong kuda, Yurika.

"Yah, aku akan mulai dari sebelah sana, Satomi-kun. Sampai jumpa nanti"

Tempat mulai Harumi dan Koutarou berbeda, itulah kenapa Harumi mengatakan sampai jumpa kepada Koutarou dan mengarah ke bagian kiri panggung.

"Oke senpai, semoga berhasil!"

"Ya!"

Dan saat Harumi pergi dengan senyuman di wajahnya, seorang peri kecil dan sebuah bokong kuda muncul.

"Koutarou"

"Ya, aku mohon bantuan kalian berdua ya, buat hari ini"

"Ya"

"Hiehehehehe!"[8]

Setelah bergabung dengan Koutarou, mereka berdua terlihat bersemangat. Yurika, yang punya peran Bandit A nantinya, terlihat lebih bersemangat.

"Jadi, sekarang aku harus ngapain, Koutarou?"

"Hmmm..Mulai periksa aku salah dimana, baik akting atau dialognya. Kamu cuma perlu ngebantu dibagian dialog pas kita udah dekat festival budaya"

"Oke, jadi aku cuma perlu inget bagianmu yang salah aja kan?"

Meskipun dia sudah mulai membaik dalam berakting, Koutarou masih memerlukan bantuan Sanae jika dia akan melakukan kesalahan. Sanae memang cocok untuk tugas itu, karena ingatannya yang bagus dan orang biasa tidak bisa melihatnya. Selain itu, dia juga memiliki beberapa pekerjaan spesial, diantaranya membuat mantel Koutarou bergerak saat ada adegan dengan angin yang kuat.

"Yurika, kamu nggak bisa lihat depanmu, jadi awasi kakimu ya"

"Oke, aku udah latihan banyak kok!"

Koutarou naik ke atas panggung setelah berbicara dengan mereka berdua dan menunggu sampai gilirannya untuk tampil terdengar.

"...Huh?"

Dan saat Koutarou mulai naik, seorang gadis menuruni tangga panggung dan berpapasan dengannya.

Sebelumnya apa ada cewek kayak dia?

Koutarou berbalik dan melihat kearahnya. Gadis itu memiliki rambut kebiruan dan gaun berwarna hitam dan putih. Wajahnya dihiasi dengan kacamata yang terlihat antik. Koutarou hanya bisa merasa kalau dia belum pernah melihat gadis itu sebelumnya.

"Ada apa, Satomi-san?"

"Yah, aku baru aja ngeliat cewek yang sebelumnya nggak pernah aku lihat"

"Beneran?"

Yurika tidak bisa melihat gadis yang dimaksud karena kostumnya sendiri yang menghalangi pandangannya.

"Kostumnya elegan, mungkin dia dapet peran bangsawan atau semacamnya"

"Ya, mungkin"

Banyak pemain tambahan yang dibutuhkan dalam drama ini. Dengan banyaknya klub yang membantu, wajar jika Koutarou tidak mengenali semuanya. Koutarou pun mengangguk menyetujui kata-kata Sanae dan melihat kembali ke arah gadis yang dimaksud. Namun, dia tidak dapat melihatnya lagi. Gadis itu telah pergi entah kemana sementara Koutarou berbicara dengan Yurika dan Sanae.

Udah pergi toh..ya sudahlah...

Sesuatu tentang gadis itu mengganggu Koutarou, tapi Koutarou hanya menganggapnya sebagai pemain tambahan dan mengesampingkan hal itu - dia punya hal lain untuk dilakukan.

"Oke, ayo kita lakukan ini!"

Hal terpenting yang Koutarou harus lakukan saat ini adalah memerankan sang Ksatria Biru dengan selayaknya.


"S-Siapa anda!?"

"Tolong tenanglah, puteri Alaia. Saya mungkin hanyalah seorang ksatria pengelana yang jauh dari tempat asalnya, namun saya tidak kehilangan sedikitpun kesetiaan saya pada keluarga kekaisaran"

Akting Harumi dan Koutarou berlanjut di atas panggung. Akting mereka mengesankan, terlebih akting Harumi yang memukau.

Kamu memang hebat, Sakuraba-senpai...Kelihatannya memang tingkatannya berbeda, hampir kayak aslinya...

Koutarou adalah satu-satunya orang yang paling mengerti kehebatan Harumi. Mereka telah berlatih bersama semenjak mereka membaca berulang-ulang dialog mereka, jadi dia tahu seberapa serius dan tekun Harumi melakukan itu. Dan saat mereka berdua saling berhadapan, hal itu semakin terlihat jelas. Yang hanya dilakukan Koutarou hanyalah mengikuti arahan Harumi, dengan melakukan itu Koutarou bisa merasa seperti sang Ksatria Biru sesungguhnya.

Meskipun dia masih mengacau saat mengucapkan dialognya, Koutarou bisa berakting tanpa ragu-ragu.

"Tapi, membantu kami yang saat ini terus dikejar karena posisi saya adalah sama dengan membuat seluruh Forthorthe menjadi musuh anda!"

"Memang, hal itu seperti yang anda katakan, puteri Alaia"

"Kalau begitu--"

"Namun, saya tidak harus membuat harga diri, kepercayaan, dan yang terpenting rakyat Forthorthe sebagai musuh saya. Dan yang terpenting adalah bukanlah siapa musuh anda, melainkan siapa yang tidak akan mengkhianati anda"

Dan Harumi tahu Koutarou bisa dipercaya.

Kalau aku sedang bersama Satomi-kun, aku bisa melakukan ini..dan jantungku berdetak cepat..dengan perasaan seperti ini, aku yakin aku bisa melakukannya dengan baik!

Karena Harumi biasanya pemalu, berdiri diatas panggung sudah cukup untuk membuatnya gugup. Tapi, dengan Koutarou disisinya, dia bisa melupakan kegugupannya dan berakting dengan baik.

Dan aku yakin, Satomi-kun akan melindungiku...

Rasa aman itu memberi Harumi kekuatan dan membuatnya berakting sebagus yang dia bisa - dan itu tetap berlanjut, bahkan dalam adegan tanpa Koutarou. Rasa percayanya terhadap Koutarou yang akan menolongnya telah memberinya kekuatan.

"Yang Mulia...Satomi-sama dan Sakuraba-sama benar-benar hebat..."

"..."

Theia dan Ruth telah menyaksikan tingkatan akting yang lebih tinggi berulang-ulang kali di Forthorthe.

"Latihan yang kau berikan pada Satomi-sama kelihatannya membuahkan hasil, Yang Mulia"

"..T-Tidak...ini...tidak seperti..."

Dalam hal akting, mereka memang masih jauh dari para profesional. Cara mereka menyampaikan dialognya masih buruk dan cara mereka bergerak masih kurang baik. Tapi bagi Theia, mereka terlihat seperti Ksatria Biru dan Puteri Perak yang sesungguhnya. Akting mereka memicu sesuatu yang membuat Theia merasa seperti itu.

"Kalau begitu, tolong katakan kepadaku satu hal"

"Apapun yang anda minta"

"Lambang kekaisaran yang terukir pada lempeng dadamu. Penampilan anda, tingkah laku anda dan rasa percaya diri anda. Anda, tanpa saya ragukan lagi, adalah seorang ksatria Forthorthe yang sebenarnya. Tapi...saya tidak mengingat pernah melihat lambang yang terukir pada pedang anda. Darimanakah anda berasal?"

"...Dari waktu yang tak berujung dan jarak yang tak terhitung"

"Tapi..."

Theia hanya punya satu keluhan.

Kenapa aku disini? Kenapa aku hanya bisa menonton saja? Kenapa--

"..Apakah aku bukan sang puteri yang dilindungi oleh sang Ksatria Biru.."

Sebuah keluhan kecil lolos dari bibir Theia.

Dia telah mengagumi sang Ksatria Biru semenjak dia masih kecil.

Dia ingin menjadi tuan puteri yang layak bagi sang Ksatria Biru.

Dia ingin bertemu ksatria yang luar biasa hebat, layaknya sang Ksatria Biru, dan mereka berdua akan bekerja sama melindungi ibunya, Elfaria.

Itulah yang dirasakan Theia, yang meluap-luap didalam dirinya saat itu. Apa yang mendukung perasaan itu adalah rasa kagumnya yang kuat kepada sang Ksatria Biru.

Tapi, rasa kagum itu muncul karena melihat Koutarou yang sedang berakting. Rasa itu mulai mengalir keluar saat dia menagkui kalau orang yang berada diatas panggung saat itu memang benar-benar sang Ksatria Biru.

Ada satu orang lagi yang terkejut seperti halnya Theia.

"T-Tidak mungkin..Kata-kata itu, itu hal yang sama yang diucapkan seperti orang itu...?"

Dan orang itu adalah Kiriha. Senyumnya yang tenang, lembut dan penuh percaya diri tergantikan dengan raut wajah yang terkejut. Yang membuatnya terkejut adalah dialog yang dikatakan Koutarou diatas panggung.

Kiriha telah mendengar kata-kata itu sebelumnya.

Rokujouma V4 193.jpg

"Kenapa si Ksatria Biru mengatakan hal itu...?"

Kiriha dengan cepat membuka naskah yang dia dapat hari ini. Dia tidak salah mendengarnya; dialog itu memang salah satu dialog Ksatria Biru.

"Ini..apa yang.."

Dengan ekspresi yang kebingungan, dia merogoh saku bajunya dengan tangan kanannya dan menarik keluar sebuah kartu, yang merupakan kenangan dari cinta pertamanya yang diperolehnya sepuluh tahun lalu. Sambil melihat kartu itu, Kiriha mencoba mengingat masa lalunya.

"Onii-chan, kamu datang dari mana?"

"Hmm, susah buat dijelasin, tapi...bisa dibilang, dari waktu yang tak berujung dan jarak yang tak terhitung"

"Ahahahaha, kamu gagal keren, Onii-chan"

"Sebenarnya, aku juga mikir hal yang sama sih"

Di saat itu, Kiriha masih kecil, dan waktu sudah berjalan cukup lama sejak saat itu, jadi dia hanya bisa mengingat secara samar-samar bagaimana rupa cinta pertamanya. Dia mungkin sudah mendengar namanya, tapi dia ingat hanya memanggilnya dengan sebutan Onii-chan.

Tapi, Kiriha betul-betul mengingatnya. Kiriha bertanya dari mana aslanya, dan dia menjawabnya 'dari waktu yang tak berujung dan dari jarak yang tak terhitung'. Kalimat itu meninggalkan kesan yang mendalam baginya, bahkan dia bisa mengingatnya hingga saat ini.

Apa ada alasan lain? Tidak, itu tidak...Tidak mungkin ada alasan kalimat itu diucapkan baik di Forthorthe maupun di Bumi...Yang berarti, itu adalah kebetulan, tapi..

Kiriha sadar bahwa hal itu kemungkinan besar hanyalah kebetulan. Setelah Kiriha meyakinkan dirinya, dia mulai mencari Theia, dan dengan cepat menemukannya. Rambutnya yang panjang keemasan dan gaunnya yang berwarna putih terlihat mencolok, dan dia sedang berdiri tepat di sebelah lampu yang besar dan melihat ke arah panggung dengan penuh fokus.

Kelihatannya Theia-dono punya rasa yang kuat terhadap drama ini, sama sepertiku...

Dan hal itu terjadi saat Kiriha mulai tersenyum kecil - lampu disebelah Theia mulai miring.

"Tidak!"

Melihat lampu itu mulai miring, Kiriha berterak:

"Theia-dono! Cepat lari dari sana! Lampunya akan--!"


Part 8[edit]

Lampu itu jatuh tepat ke arah Theia.

"Theia-dono! Cepat lari dari sana! Lampunya akan--!"

"A-Apa!?"

Suara Kiriha terdengar oleh Theia, tapi karena dia terlalu terfokus ke arah panggung, dia terkejut dan hanya terdiam disana.

"Yang Mulia! Lampunya jatuh!"

Di saat yang sama dengan teriakan Ruth, Theia berbalik ke arah lampu itu.

"Apa-!?"

Lampu itu mulai jatuh dengan cepat dan jatuh ke arah Theia. Karena lampu itu lampu yang besar untuk menyinari panggung, Theia tentu akan mendapat luka serius jika sampai terkena lampu itu.

Sudah tidak sempat lagi!

Theia mencoba menghindar, tapi karena lampunya suah berada tepat didepannya, dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Kyaaa!"

Hal yang bisa dilakukannya adalah berteriak, menutup matanya dan menyiapkan dirinya.

Suara yang keras dan benturan yang kuat - Theia terlempar ke lantai ruang gymnasium, dan pingsan selama beberapa saat. Theia tidak tahu apa yang terjadi.

"Yang Mulia! Satomi-sama!"

Theia tersadar beberapa saat kemudian saat dia mendengar teriakan Ruth.

Apa dia bilang Satomi-sama...?

Saat Theia masih kebingungan kenapa Ruth memanggil nama Koutarou, dia bisa merasakan ada setetes air yang jatuh ke wajahnya.

Apa yang...?

Theia merasa kalau itu aneh, dan dia membuka matanya. Yang bisa dilihatnya adalah warna biru.

"Apa..?"

Sebelum dia mengingat apa itu, setetes air kembali jatuh ke wajahnya. Saat dia secara refleks melihat ke atas ke arah asal air itu jatuh, dia melihat wajah seseorang yang tidak diduganya.

"...Apakah dirimu terluka, tuan puteri?"

Apa yang mengenai wajahnya bukan air, melainkan darah orang itu. Setelah dia merasakan kehangatan dari darah itu, Theia teringat akan apa yang terjadi padanya.

"...K-Ksatria Biru-sama...?"

D-Dia melindungiku...? Ksatria Biru-sama datang menyelamatkanku...?

Dan karena itu, Theia hanya bisa memandangi orang di hadapannya.

"Oh, syukurlah, kelihatannya anda tidak terluka, tuan puteri Theiamillis"

Orang itu, Koutarou, telah menahan lampu yang jatuh dan melindungi Theia.

Saat Kiriha berteriak, Koutarou kebetulan sedang melihat ke arah Theia. Itu karena arahan adegan saat itu, tapi berkat itu, dia bisa melihat lampu yang jatuh ke arah Theia.

Tulip!!

Dengan cepat, Koutarou melesat ke arah Theia mengandalkan refleknya. Dia tidak punya rencana ataupun peluang untuk berhasil; pikirannya saat itu adalah bahwa dia harus menyelamatkan Theia.

Koutarou melompat dari panggung ke arah Theia, memeluknya dan di saat yang sama lampu itu menabrak badannya dan membuat suara benturan antara metal yang keras. Tapi, karena saat itu Koutarou sedang mengenakan zirah Ksatria Biru, dia bisa menahan benturan itu. Luka yang dialaminya hanyalah sayatan kecil di dahinya.

"...Apakah dirimu terluka, tuan puteri?"

Karena itulah, Koutarou masih punya kesempatan untuk membuat candaan seperti itu.

Koutarou bisa melindungi Theia karena dua hal yang cukup beruntung: yang pertama adalah karena dia sedang melihat ke arah Theia, dan yang kedua adalah karena dia sedang memakai zirah Ksatria Biru. Dia tidak akan bisa menyelamatkan Theia kalau dia tidak menyadari kejadian itu atau jika dia tidak memakai zirah itu.

Koutarou berhasil menyelamatkan Theia karena zirahnya meningkatkan kekuatan lompatannya dan lolos dari cedera karena perlindungan zirahnya.

"..K-Ksatria Biru-sama..?"

"Oh, syukurlah, kelihatannya anda tidak terluka, tuan puteri Theiamillis"

Yah, dia selamat..

Setelah Koutarou memastikan kalau Theia, yang sedang dipeluknya dengan kedua tangannya, baik-baik saja, dia menghela nafas lega. Yang dilakukannya selanjutnya adalah menggerakkan tangan kanannya untuk mendorong lampu yang ada di punggungnya.

"Haa"

Koutarou dengan mudah mendorong lampu itu dari punggungnya. Saat lampu itu mengenai lantai, Koutarou yakin telah berhasil menyelamatkan Theia dari bahaya.

"Fiuh..."

Koutarou kembali menghela lega dan berdiri sambil tetap memeluk Theia. Theia terlihat masih terkejut, dan hanya terdiam sambil menatap Koutarou setelah Koutarou berdiri.

"Tulip, kamu bisa berdiri?"

"Ah.."

Tulip.

Sesaat setelah Koutarou mengucapkan itu, Theia terhenyak dan kembali sadar. Dia lalu mengedipkan matanya beberapa kali sebelum melihat ke sekelilingnya, dan akhirnya mengerti keadaannya.

"A-Aku baik-baik saja, aku bisa berdiri"

Wajah Theia berubah merah saat Koutarou mengguncangnya. Setelah sadar kalau Koutarou masih memeluknya, Theia bertambah malu.

"Kalau gitu, aku lepas ya"

"Ya..."

Setelah Koutarou melepas Theia, dia memperhatikan aliran darah di sepanjang pipi Koutarou. Sayatan di dahinya mengeluarkan darah yang mengalir ke pipinya, menuju dagu dan jatuh ke lantai.

Ksatria Biru-sama terluka...

Setelah memperhatikan luka itu, Theia dengan tergesa-gesa merogoh sakunya dan mengeluarkan sapu tangan, lalu menjulurkan badannya dan mengarahkan sapu tangan itu ke dahi Koutarou.

"Hm? A-Ada apa, Tulip?"

Koutarou tidak sadar dengan lukanya sendiri, jadi dia tidak mengerti apa yang sedang dilakukan Theia. Koutarou justru melangkah mundur dari Theia dan menanyakan apa yang sedang dilakukannya.

"T-Tunggu, Ksatria Biru-sama, kepalamu terluka!"

"Luka...?"

Koutarou baru menyadari rasa sakit di dahinya setelah Theia memberitahunya. Dia lalu meletakkan tangannya di dahinya dan merasakan sesuatu yang hangat dan licin di ujung jarinya. Saat dia melakukan itu, Theia mendorong tangannya menjauh dan menyeka sapu tangan miliknya pada lukanya.

"Tenanglah, Tulip. Nggak masalah kok"

"Kenyataan bahwa Ksatria Biru-sama terluka demi diriku adalah masalah bagiku!"

Theia keliru menganggap Koutarou sebagai Ksatria Biru.

"Tenanglah. Aku bukan Ksatria Biru yang asli"

Koutarou menenangkan Theia karena menganggap itu muncul dari shock setelah insiden tadi.

"Ah..."

Aku bukan Ksatria Biru yang asli.

Setelah Theia mendengar kata-kata itu, dia berhenti bergerak sejanak. Dia mulai bergerak lagi setelahnya, tapi wajahnya berubah merah.

"...M-Maaf. Kelihatannya aku panik sedikit"

"Aku tahu. Tapi itu tadi imut juga"

Dalam kebingungannya, Theia salah mengira Koutarou sebagai Ksatria Biru, dan karena itulah Koutarou bisa melihat sisi lain Theia yang mengejutkan.

"...S-Seharusnya aku akan memukulmu, tapi kali ini akan kumaafkan"

"Terima kasih, tuan puteri"

Dalam situasi ini, Theia menjadi lebih tenang dibanding biasanya. Koutarou merasa dia tidak bisa meledeknya lebih jauh lagi dan benar-benar menyatakan terima kasihnya.

"Tidak...itu seharusnya kalimatku"

Theia menggelengkan kepalanya saat mengatakan itu.

"Bagus sekali, Koutarou"

Meskipun kata-kata itu merupakan kata terima kasih, itu adalah kata-kata normal Theia yang berasal dari hatinya.

"Y-Ya.."

Tapi kali ini, Koutarou tidak mengeluhkan hal itu.

"Satomi-sama, mari kita pergi ke ruang UKS"

"Aku nggak apa-apa, ini kecil kok"

"Kepalamu terluka. Menyerahlah dan pergilah"

"Tapi..."

"Kalau kau tidak pergi, begitu pula denganku"

"Oke, aku ngerti, ampun deh..."

Koutarou dan Theia pergi keluar gymnasium dengan ditemani Ruth. Meskipun Koutarou, yang benci dengan rumah sakit dan ruang UKS mengeluh, dia akhirnya menyerah dan keluar dari gymnasium bersama dengan mereka berdua.

"Syukurlah, Satomi-kun baik-baik saja..."

Setelah melihat mereka bertiga pergi, Harumi menghela nafas lega. Setelah tahu kalau Koutarou terluka, dia langsung panik sama seperti Theia. Tapi, setelah dia tahu kalau Koutarou baik-baik saja, Harumi bisa kembali tenang. Bukan hanya dia saja, tapi seluruh orang yang ada di gymnasium saat itu. Suasana yang tadinya tegang kembali pulih dan orang-orang bisa kembali tersenyum.

"Ya, syukurlah"

Kiriha mengangguk di sebelah Harumi. Tapi, tidak seperti orang-orang lain, raut wajah Kiriha nampak muram. Sayangnya, Harumi yang terlalu fokus terhadap Koutarou dan yang lainnya tidak memperhatikan itu.

"...Kenapa Kiriha? Wajahmu seram..."

Sanae yang kebetulan melayang didekatnya memperhatikan raut wajah Kiriha. Setelah melirik ke arah Sanae sekali, Kiriha menunjuk ke arah salah satu kaki dari lampu yang jatuh.

"Lihat ke sini, Sanae"

"Kenapa? Apa ada yang salah sama kaki lampu yang rusak ini?"

Kiriha menunjuk ke arah salah satu kaki dari ketiga kaki lampu itu. Lampu itu terjatuh karena salah satu kakinya rusak.

"Coba lihat baik-baik permukaannya. Kerusakannya terlalu rapi"

"Kamu benar. Ini hampir kayak--jangan-jangan!?"

Sanae terlihat terkejut setelah mengerti apa yang ditunjuk oleh Kiriha, dan Kiriha pun mengangguk ke arah Sanae.

"Itu benar. Kelihatannya kita menghadapi masalah serius"

Theia pernah bilang kalau ada kapal luar angkasa misterius yang muncul, tapi...

Kapal luar angkasa misterius.

Lampu yang jatuh ke arah Theia.

Kaki lampu yang kerusakannya terlalu rapi.


Kesimpulan yang diambil Kiriha mengarah pada munculnya musuh baru.


Di Pesta Dansa[edit]

Part 1[edit]

Minggu, 1 November

"Hmmm, kelihatannya lukamu benar-benar sudah sembuh"

"Kan sudah kubilang"

"Itu hanya kata-katamu saja, aku tidak bisa percaya itu"

Satu minggu telah berlalu semenjak Koutarou mendapat luka di dahinya. Luka itu sudah sembuh dan tidak terlihat begitu jelas.

"Lagipula, wajahmu memang milikmu, tapi di saat yang sama bukan milikmu. Besok adalah hari besarnya, tentu saja aku akan kuatir dengan wajahmu"

"...Kamu kuatir sama Ksatria Biru, bukan aku, kan?"

"Apakah itu salah?"

"Nggak, itu emang kamu banget, Tulip"

"Fufun ♪ ”

Theia tertawa lepas dan mulai berjalan disebelah Koutarou dengan langkah-langkah kecil.

Begitu, jadi si primitif benar-benar sudah sembuh...

Bagi Theia, keberadaan Koutarou dan sang Ksatria Biru sudah mulai bertumpuk. Ia sendiri mulai tidak yakin jika dia kuatir akan Koutarou atau sang Ksatria Biru.

"Yang manapun juga, dengan begini festival budaya besok akan berjalan dengan lancar"

"Hey Tulip, kamu harusnya kuatir sama diri sendiri daripada festival budaya. Si Clan lagi ngincar kamu, kan?"

Seminggu setelah insiden lampu itu, Theia terlibat dalam berbagai situasi berbahaya. Semuanya adalah serangan yang disamarkan sebagai kecelakaan. Terlebih lagi, tidak ada bukti yang ditinggalkan oleh si pelaku. Alasan kenapa dia tidak terluka adalah karena kemampuan atletiknya dan perlindungan oleh Koutarou dan yang lainnya.

"Apa? Kau kuatir denganku?"

"Yah, gitu deh. Kalau kamu sampai luka atau sekarat, aku bakal ngerasa ga enak. Lagian, Ruth bakal nangis kalau kamu sampai kenapa-kenapa"

"Tapi, aku tidak akan lari dan bersembunyi. Itu tidak cocok bagiku"

Koutarou masih kuatir dengan serangan yang akan datang, tapi Theia sendiri justru tersenyum tanpa merasa takut.

"Kalau kamu terus bilang begitu, lampu yang jatuh ke atas kamu bakal jadi masalah paling kecil yang pernah ada"

"Tidak apa-apa. Aku tidak sekedar ceroboh. Selama aku sadar kalau aku sedang melawan Clan, aku akan baik-baik saja"

"Apa maksudnya?"

Koutarou menduga kalau Theia hanya sekedar keras kepala, tapi jawaban yang diperolehnya tidak terduga.

"Clan sudah memeriksa perilakuku sebelumnya, jadi dia tidak akan menggunakan serangan yang akan meninggalkan jejak apapun. Kalau dia melakukannya, akan terungkap jika dia terlibat"

Kalau sampai ada sesuatu yang terjadi pada Theia, akan ada investigasi untuk memeriksa jika Clan terlibat dalam hal itu. Selain Theia yang berada di Bumi untuk ujiannya, keberadaan Clan di Bumi yang tidak ada kepentingan sama sekali jelas mencurigakan. Jika bukti apapun yang menunjukkan keterlibatannya ditemukan, maka dia akan kehilangan haknya untuk naik takhta.

Itulah kenapa Theia yakin kalau Clan akan mempertimbangkan hal itu saat dia sedang mengganggu jalannya ujian milik Theia.

"Itu berarti, selama aku bertingkah dalam cara yang tidak pernah dilihat Clan sebelumnya, aku akan aman"

"Begitu..."

"Itu benar. Alasan kenapa serangannya butuh waktu yang lama adalah karena investigasi yang dilakukannya dan persiapannya yang penuh hati-hati. Kalau kupikir-pikir, sudah dua bulan sejak dia datang ke Bumi"

"Iya juga, kalau dipikir lagi..."

Koutarou akhirnya setuju dengan Theia. Sudah dua bulan sejak Ksatria Biru mendeteksi kapal luar angkasa yang tidak diketahui itu. Sementara itu, apa yang dilakukan oleh krunya? Tentu saja, mereka pasti sedang melakukan pengamatan untuk menyerang Theia. Setelah dia memikirkan hal itu, semuanya mulai masuk akal.

Kapal tempur Clan yang kurang daya tempurnya, sifatnya, berbagai masalah yang muncul yang terjadi setelah Theia diserang.

Setelah menambahkan semua itu, Koutarou setuju bahwa hal itu memang seperti yang dikatakan Theia.

"Itulah kenapa jika aku pergi ke sekolah denganmu, tidak ada yang akan terjadi. Lagipula, sampai saat ini, aku tidak pernah pergi ke sekolah denganmu"

"Tapi, tetep aja..."

Namun, Koutarou masih merasa tidak enak, karena dia tidak tahu orang seperti apa Clan itu. Karena orang itu adalah orang yang tidak dikenalnya, Koutarou kuatir kalau Clan akan menyerang Theia dengan cara yang tidak terduga"

Si primitif...kuatir denganku..

Semenjak mereka bertemu, Koutarou menolak ide menjadi hamba Theia secara mentah-mentah. Tapi sekarang saat Theia sedang dalam bahaya, tentu saja Koutarou akan khawatir.

Dia tidak kuatir dengan tuan puteri Theiamillis, tapi aku secara pribadi. Bisa dikatakan, dia kuatir dengan Tulip...

Meskipun Koutarou dan Theia tidak sedang dalam hubungan tuan dan pelayan, Koutarou merasa kuatir. Itu adalah hal yang pertama kalinya terjadi bagi Theia, yang lahir di kalangan bangsawan. Tapi, Theia tidak membenci hal itu.

"Kalau kau memang kuatir, kalau begitu kenapa kau tidak melindungiku?"

Theia tersenyum sambil mengatakan itu.

"Bukankah itu tugas seorang ksatria, Ksatria Biru-sama?"

"Jangan anggap aku si Ksatria Biru kapanpun itu enak buatmu..."

Tidak seperti Theia yang memiliki raut wajah riang, Koutarou menurunkan pundaknya dan menghela nafas.

"Apakah itu salah?"

Dan saat dia melakukan itu, Theia membuat raut wajah yang terlihat usil.

"Nggak, itu emang kamu banget, Tulip"

"Fufun ♪ ”

Tapi, raut wajah usilnya hanya terlihat selama beberapa saat, dan senyumnya riang pun kembali menghias wajahnya.

"Kau harus bekerja keras, karena sebagai ksatria, adalah suatu kehormatan untuk bisa melindungi seorang tuan puteri"

"..."

Tulip?

Senyumnya saat itu begitu indah, sampai-sampai Koutarou merasa ingin melilndunginya.


Part 2[edit]

Pada malam sehari sebelum festival budaya, ada sebuah pesta yang diselenggarakan. Karena itulah klub drama menyelesaikan gladi bersih terakhir mereka sebelum malam.

"Kerja bagus, semuanya. Besok adalah hari-h-nya, jadi jangan berpesta terlalu lama"

Setelah si ketua menyatakan selesainya gladi bersih, semua orang di dalam gymnasium mulai terlihat bersemangat.

"Siiiip! Festival budaya bakal mulai!!"

"Cosplay cafe! Cosplay cafe!"

"Ah, ngedenger cosplay cafe bikin aku inget ini: klub padus bikin butler cafe"

"Seriusan!? Tapi, kalau dipikir juga, mereka bisa pake pakaian yang biasa dipakai buat tampil"

"Aku tertarik sama rumah hantu tahunannya klub sains"

Latihan panjang dan berat yang mereka jalani akhirnya berakhir. Semua orang bersemangat mengikuti pesta malam ini dan fesival budaya keesokan harinya.

"Fiuh, akhirnya selesai juga..."

Koutarou, yang sempat dimarahi oleh Theia di tengah-tengah gladi bersih, meregangkan badannya setelah si ketua klub mengakhiri gladi bersih hari ini. Saat dia melakukan itu, sendi-sendi badannya terdengar gemeretak. Meskipun zirahnya pas dengannya, tetap saja terasa ketat baginya.

"Koutarou, pakai ini"

Kiriha, yang memakai kostum biarawati, menawarkan handuk kepada Koutarou.

"Makasih, Kiriha-san"

"Ah, kuambilin ya"

Sanae, yang memakai pakaian peri, terbang ke arah Kiriha dan mengambil handuknya. Bagi orang lain, hal itu akan terlihat seperti handuk yang terbang sendiri. Tapi, Sanae dengan lihai menghindari pandangan orang saat dia kembali kepada Koutarou.

"Ini, Koutarou"

"Makasih, Sanae"

"Hehehe~"

Saat Koutarou menerima handuk itu dari Sanae, dia mengelus kepala Sanae dengan lembut, dan jimat di sekitar leher Sanae pun berayun. Biasanya, sebuah jimat dan kostum peri tidak akan terlihat cocok dikenakan bersama, tapi Sanae tidak mempermasalahkan hal itu.

"Rasanya kayak hidup lagi, akhirnya bisa istirahat juga"

"Kamu kayak bapak-bapak aja..."

Kenji melewati Koutarou yang sedang mengelap wajahnya dengan handuk. Dia sudah melepas kostum prajuritnya dan menggantinya dengan seragam sekolah.

"Hey, Mackenzie"

"Kou, jangan lupa, kamu tuh sang Ksatria Biru. Jadi, selama kamu masih pakai itu, paling nggak bertingkah kayak ksatria sungguhan dong"

"Diem deh! Si ketua bilang kan kalau udah selesai, jadi ya udah selesai!"

"Ya sudahlah"

Kenji menghiraukan itu dan hanya tersenyum kecut saat Koutarou berteriak kearahnya. Sesaat setelahnya, dia mulai memeriksa zirah yang dipakai Koutarou.

"Tapi, kamu mulai kelihatan kayak Ksatria Biru. Armornya pas banget"

"Oh iya dong. Kalau nggak, ajaran Tulip setelah selama itu bakal sia-sia"

"Aku denger-denger, lumayan berat ya"

"Iya lah. Baik yang ngomong maupun yang dengar bakal sama-sama nangis. Karena aku berhasil bertahan, aku yakin bakal baik-baik aja nanti"

Koutarou mengenang kembali pengalaman menyakitkan yang dialaminya selama dua minggu lalu.

Sikap badannya yang dibetulkan, cara berjalannya yang diatur, caranya berbicara, sopan santun, cara bertarung dengan pedang - pengetahuan Theia untuk mendidik seorang ksatria ternyata cukup luas. Dan jika Koutarou sampai salah melakukan sesuatu, dia akan mendapati pedang bambu melayang ke arahnya.

Satu-satunya tempat dimana dia bisa beristirahat hanyalah toilet.

"M-Maafkan aku, Satomi-kun. Ini semua karena aku tidak bisa diandalkan..."

Sebelum dia sadar, Harumi sudah berdiri disebelahnya dan mendengar keluhan Koutarou. Setelahnya, Harumi merasa rendah diri dan langsung meminta maaf karena dia pikir itu adalah kesalahannya jika Koutarou tersiksa seperti itu.

"Bukan salahmu kok, senpai. Lagian, aku yang menyarankan agar kamu yang dapat peran Puteri Perak"

"Itu ada benarnya...Tapi, kalau aku bisa lebih baik lagi, Matsudaira-san mungkin bisa tetap memerankan sang Ksatria Biru.."

"Aku nggak mau dapet latihan yang bisa bikin Kou ngeluh kayak gitu, jadi nggak masalah buatku"

Meski Kenji kecewa karena dia harus menyerahkan peran Ksatria Biru, setelah dia melihat bagaimana Koutarou terlihat setelah latihan khususnya, Kenji tidak menyesali hal itu. Tapi jika Kenji tetap memerankan Ksatria Biru, Theia mungkin tidak akan bertindak sejauh itu.

Ini semua karena Koutarou-lah yang mendapat peran itu, tapi yang mengetahui hal itu hanyalah Theia.

"Tapi, kalau aku harus meranin Ksatria Biru selevel ini, aku harap aku punya banyak waktu. Koutarou mungkin yang terbaik kalau dia bisa ngelakuin ini dalam waktu sesingkat ini"

"..Aku nggak tahu itu ngejek atau memuji"

"Idiot, ini aku memuji loh"

"...Fufufu"

Harumi, yang sedari tadi melihat Koutarou dan Kenji mengeluarkan tawa kecil.

Syukurlah...

Koutaoru mengehela lega setelah melihat Harumi yang mulai tersenyum.

"Apa yang kau lakukan di tempat ini, Satomi Koutarou?"

"Eh?"

Namun, rasa lega itu hanya bertahan sebentar saja.

Setelah menyelesaikan meetingnya dengan ketua klub, Theia datang berlari dan memegang lengan Koutarou.

"Apa maksudmu dengan 'Eh'? Kau akan tinggal disini untuk latihan khusus!"

"Eeeeeeeeh!?"

Theia mencoba menyeret Koutarou ke arah panggung, tapi Koutarou yang ingin pergi ke pesta mencoba melawan.

"T-Tunggu Tulip! Aku mau ke pesta! Aku mau senang-senang sama yang lain!"

"Tidak akan! Kalau kau punya waktu lebih untuk berpesta, aku akan membuatmu menggunakan waktu itu untuk belajar bagaimana bersikap layaknya ksatria! Masih terlalu cepat bagimu untuk penampilan pertamamu!"

"Nggaaaaaak! Aku nggak mau dapet penampilan pertama!"

Namun, Theia mengabaikan perlawanannya dan tetap mengarah ke panggung sambil menyeret Koutarou dengan paksa.

"Satomi-kun..."

"Turut berdukacita..."

Harumi melihat itu dengan gugup, sementara Kenji dengan girangnya mengucapkan salam perpisahan.

"Aaa~ah...Theia egois banget sih..."

"TIdak perlu merasa seperti itu, Sanae"

Sanae, yang sudah siap untuk bermain dengan Koutarou, merengut. Kiriha, yang kebetulan melihat hal itu, dengan tenang berbicara dengan Sanae.

"Koutarou mungkin mengatakan itu, tapi nyatanya dia ingin berlatih"

"Apa maksudnya?"

"Dengan mempertimbangkan perbedaan kekuatan antara Theia dan Koutarou, kalau dia benar-benar tidak ingin latihan, tidak mungkin dia tidak bisa kabur. Dia bahkan memakai zirah itu. Kalau dia benar-benar tidak mau, dia tidak akan diseret seperti itu"

"...Iya juga"

Sanae mulai merasa kesal setelah puas dengan penjelasan Kiriha.

Koutarou biasanya ceroboh, tapi kadang-kadang bisa jadi baik...Kamu cuma perlu baik sama aku!

Namun, perasaan Sanae saat itu sedang kacau, karena dia tahu itu adalah salah satu sisi baik Koutarou, lebih daripada orang lain.


Part 3[edit]

Saat Harumi selesai mengganti pakaiannya dan bersiap-siap untuk pulang, Koutarou dan Theia masih berlatih di atas panggung.

"Primitif, postur badanmu mulai turun! Jangan hanya terfokus pada pedangmu!"

"Nggak gampang buat narik pedang sambil jaga badan tetap tegak, tahu!"

"Aku tidak mau mendengar alasanmu! Kalau kau punya waktu untuk mengeluh, betulkan pegangan pada pedangmu!"

Suara Theia yang penuh semangat sampai kepada Harumi, yang kebetulan berada di luar gymnasium.

"Satomi-kun..kamu masih latihan ya..."

Hari itu sudah akan berakhir - saat itu, hari sudah malam. Karena pintu masuk ke gymnasium agak terpencil, daerah itu menjadi lebih gelap dibanding yang lain, dan Harumi berdiri sendirian di tempat yang sunyi itu.

Dia bisa mendengar suara yang riuh dari pesta yang diadakan di lapangan sekolah - suara komentator, suara musik, dan teriakan riang para murid - suara-suara itu bisa didengarnya dengan jelas, bahkan dari gymnasium.

"Jangan sombong cuma karena aku nggak bisa melakukannya!"

"Jaga bicaramu! Apakah itu caranya kau berbicara kepada tuan puteri!?"

Tapi, Harumi hanya mendengarkan suara Koutarou dan Theia - dia tidak memperhatikan suara-suara yang lainnya.

"Ingat ya, setelah semua ini selesai, kamu bakal menyesal, tuan puteri Theiamillis"

"Aku sudah lupa ♪ ”

"Sialan kamu, ayo kita ribut!"

Satomi-kun...Theiamillis-san...

Harumi telah datang untuk menolong Koutarou berlatih, namun saat dia sudah menyentuh pintu ruang gymnasium, tekadnya memudar. Dia menjadi gugup setelah mendengar suara Koutarou dan Theia yang sedang berdebat.

"Tenanglah, primitif. Setelah drama esok hari telah selesai, aku akan membalasmu dengan sesuatu yang setimpal"

"Kamu udah bilang begitu, jangan sampai lupa ya!"

"Tentu saja. Aku tidak selicik itu. Aku akan memberimu hadiah yang sepadan dengan perbuatanmu. Aku bersumpah atas namaku"

"Oke, aku ngerti...jadi, tadi kita sampai mana?"

Latihan Koutarou dan Theia benar-benar berbeda dengan latihan Koutarou dan Harumi. Koutarou saat itu terdengar bersemangat dan berbicara dengan Theia tanpa berpikir panjang. DIbandingkan dengan saat dia berbicara dengan Harumi, Koutarou akan selalu berhati-hati dan menjaga bicaranya.

Satomi-kun memperlakukan Theiamillis-san seperti teman baik...tapi aku...betul-betul diperlakukan seperti tuan puteri..

Harumi mengerti bahwa Koutarou betul-betul menghargai dan menyayanginya. Tapi saat dia melihat Koutarou dan Theia bersama-sama, Harumi selalu merasa jika dia berada selangkah atau dua langkah dibelakang mereka. Meskipun mereka berteman, dia merasa jika diperlakukan layaknya seorang pembeli[9].

Dulu saat aku bertemu dengannya di pantai...mungkin gadis yang bertengkar dengannya waktu itu adalah Theiamillis-san...?

Harumi teringat saat dia berjumpa dengan Koutarou di pantai dan mulai merasa tidak enak. Di saat itu, Koutaoru sedang khawatir dengan perubahan hubungannya dengan seseorang. Jika seseorang itu adalah Theia...

Kalau itu memang keadaannya...aku tidak punya kesempatan untuk menang...Satomi-kun tidak akan memperlakukanku seperti itu...

Karena rasa tidak enak itu, Harumi tidak bisa memberanikan dirinya untuk membuka pintu.

"Wahahaha! Yang bener aja, Tulip! K-kamu kependekan buat jadi Puteri Perak! Wuahahahaha!"

"D-Diam, primitif! Beraninya kau mengatakan itu kepada seorang gadis!? Dimana sopan santunmu!?"

"M-Maaf, ehehe, k-kalau begitu, silahkan pakai kardus ini. Hahahaha!"

"Sialan kau, aku memperlakukanmu dengan baik dan ini yang kudapat!? Sepertinya aku harus mengajarimu sopan santun lagi!"

Pada akhirnya, Harumi tidak bisa membuka pintu ruang gymnasium, membalikkan badannya dan berjalan menuju lapangan sekolah.

Apa yang harus kulakukan agar Satomi-kun memperlakukanku seperti itu...

Namun, bahkan setelah mengikuti pesta, Harumi hanya bisa memikirkan apa yang telah dia dengarkan.


Part 4[edit]

Sementara Koutarou dan Theia masih berdebat di dalam gymnasium, Ruth dan Yurika telah kembali ke kamar 106.

"Aku pulang"

"Aku pula~ng"

Meskipun pestanya masih berlangsung, Ruth pulang lebih awal untuk menyiapkan makan malam, dan Yurika harus memberi makan Hercules.

"Selamat datang, Yurika-sama"

"Hai, Ruth-san"

Keduanya saling menyapa saat mereka memasuki kamar yang kosong itu.

"Ruth, ini kuncinya"

"Terima kasih. Aku akan menyimpannya"

Saat mereka masuk, Yurika memberikan Ruth kunci kamar itu. Ruth adalah penghuni kamar 106 yang paling dipercaya, jadi dialah yang dipercaya dengan masalah keuangan dan juga kunci kamar itu.

"Waktunya nonton TV"

Yurika memasuki kamar yang redup itu dan langsung menuju TV. Melihat hal itu, Ruth menyalakan lampu dalam kamar sebelum kembali ke dapur. Saat Yurika menyalakan TV yang sudah tua itu, TV itu mengeluarkan suara melengking tinggi yang familiar. Karena TV itu hanya bisa menerima transmisi sinyal analog, gambar yang ditampilkan cukup buram.

"Syukurlah, masih sempat..."

Namun, Yurika tidak memikirkan itu saat dia mulai memandangi layar TV. Acara yang ditunggu-tunggu olehnya adalah anime berjudul 'Magical Girl Love Love Heart'. Meskipun menonton acara itu setiap minggunya telah menurunkan derajatnya sebagai gadis penyihir, Yurika tidak terlihat peduli sedikitpun.

"Gawat, aku harus kasih makan Hercules-chan. Kan itu alasanku pulang cepat"

Yurika teringat kembali tujuan awalnya saat iklan mulai ditayangkan. Dia memalingkan pandangannya dari TV dan mendekati lemari. Di saat yang sama Yurika akan membuka pintu geser lemari, Ruth masuk ke dalam ruangan.

"Yurika-sama, apakah kau mau minum teh bersamaku?"

"Ah, aku mau! Aku keluarin cemilan ya!"

Yurika mengeluarkan sangkar serangga Hercules, makanannya dan sekantung kue beras dengan label diskon yang masih menempel di bungkusnya, dan meletakkan itu semua di atas meja teh. Di saat yang sama, Ruth masuk ke ruangan itu dengan membawa nampan berisi dua cangkir teh dan teko teh.

"Nih, Ruth-san, pakai alas duduk yang ini"

"Terima kasih, Yurika-sama"

Dan mereka memulai kegiatan mereka: Yurika memberi makan Hercules dan Ruth menuang teh ke dalam cangkir.

"Acara baru!"

Di saat itu, kata-kata yang menarik perhatian Yurika muncul di TV. Dia menutup kaleng makanan Hercules sambil terus menonton TV.

"Berkat dukungan para penonton, acara kami akhirnya akan tayang kembali!!"

"Ha--"

Tepat setelahnya, sebuah kumbang besar muncul di layar TV.

Tanduk besar, punggung berwarna kuning dengan bintik hitam.

Meskipun desainnya dibuat lebih imut untuk dijadikan anime, tidak diragukan lagi kalau yang tampil saat itu adalah kumbang Herkules.

"Raja para kumbang, Kabutonga -- Second Impact! Pertarungan seru para kumbang akhirnya akan kembali! Hercules! Atlas! Caucasus! Dan semangat Jepang yang membara -- sang kumbang badak!!"

Yurika, dengan wajah yang ketakutan, perlahan menoleh ke arah Ruth.

"Akankah kekuatan keluar sebagai pemenang? Ataukah teknik? Siapakah yang akan menang!? Dan jangan lewatkan sang legenda yang ikut bertarung!!"

Ruth tetap tersenyum sembari terus menuangkan teh ke dalam cangkir - cangkir yang sudah penuh dengan teh dan sekarang tumpah membanjiri nampan.

"Hiii!?"

Yurika merasakan bahaya dari senyuman itu dan menggigil ketakutan.

"Sang raja kumbang, Kabutonga -- Second Impact! Akan mengudara di channel ini pada 11 November, jam 06:30 malam!"

"Hmmm, jadi...Hercules-chan...adalah...kumbang..."

"Hiiii!?"

S-Satomi-san, tolong, tolong aku! Buruan pulang!! Tolong aku!! Aku nggak mau sendirian disini!!

Yurika hanya bisa berteriak di dalam pikirannya, karena dia tidak bisa melakukan itu di dalam kenyataan.

"Kumbang...Fufufufu, begitu, jadi itu yang namanya kumbang...ahahahaha..."

Ruth melepaskan tekonya - hampir seperti melemparnya - tapi ajaibnya teko itu mendarat dengan sempurna.

"R-Ruth-san...t-tolong tenang sedikit, ya?"

"Aku tenang...aku cukup tenang..."

Ruth mengatakan itu dengan suara yang dingin dan datar sambil mulai mengayunkan tangan kanannya di depannya. Saat dia melakukan itu, sebuah cahaya kebiruan muncul dari gelangnya dan sebuah alat berbentuk silinder muncul di tangannya.

Alat itu dikirim dari kapal Ksatria Biru: sebuah pemukul lalat berukuran besar yang terbuat dari plastik berwarna hijau.

Rokujouma V4 227.jpg

"Hanya saja..."

Mata Ruth mulai menyala dengan kemarahan.

"Hiii!?"

"Dalam nama keluarga ksatria yang penuh kehormatan, Pardomshiha, aku tidak akan membiarkan seekor kumbang berada di hadapanku!!"

Ruth akhirnya mengetahui kalau Hercules adalah seekor kumbang.

"Kau akan mengutuk takdir yang membuatmu muncul dihadapanku, Hercules-chan!!"

Ruth mengayunkan pemukul lalat itu dengan seluruh kekuatannya.

"Rasakan penghakimanku!!"

"Kyaaaaaaa!!"

Pemukul lalat itu dengan cepat mengarah ke sangkar serangga.

"Tidaaaak! Hercules-chaaaan!"

Pemukul lalat Ruth memukul udara dan menabrak dengan meja teh. Yurika berhasil mendorong sangkar itu tepat pada waktunya. Berkat itu, Hercules-chan selamat dari sergapan maut.

"Haaaah...ahh..hah...h-hampir saja..."

"Yurika-sama, kau seharusnya tidak melakukan itu"

"R-Ruth-san!"

"Kau tidak bisa membiarkan kumbang itu tetap ada. Aku harus memusnahkan mereka semua, atau aku akan menjadi gila"

"J-Jangan!"

Yurika menggelengkan kepalanya dan berdiri sambil memeluk sangkar serangga itu.

"Kalau Hercules-chan mati, adiknya si wakil ketua bakal sedih"

"Aku sedih selama kumbang itu hidup"

Ruth mulai membidik sangkar serangga di tangan Yurika sekali lagi.

"Fufufufufufu...Satomi-sama menginginkanku, bukan sesuatu semacam kumbang...."

Trauma yang dialami Ruth pada malam itu di pantai telah terukir di dalam hatinya. Sebagai seorang wanita, dia tidak bisa menerima begitu saja jika Koutarou menyukai kumbang lebih daripada dirinya. Karena itulah Ruth telah betul-betul kehilangan pengendalian dirinya.

"Ruth-san, kamu nyeremin!"

"Rasakan penghakimanku!!"

"Kyaaaaaaa!!"

Pemukul lalat itu datang menyerang kembali, dan Yurika dengan buru-buru menghindarinya.

"Kita kabur, Hercules-chan!!"

Yurika melesat keluar dari ruangan dalam dan mengarah ke pintu depan.

Si wakil ketua klub cosplay akan mengambil kembali Hercules pada hari terakhir festival budaya, jadi Yurika tidak bisa membiarkan Hercules menjadi gepeng sebelum hari itu tiba.

"Tunggu, Yurika-sama! Aku tidak berniat berkelahi denganmu!"

"Kamu bilang begitu juga, tetep aja Hercules-chan bakal...!"

"Tidak apa-apa! Aku akan bertanggung jawab dan menguburnya sendiri!"

"Itu nggak nggak apa-apa!!"

Yurika tanpa ragu melompat keluar dari kamar 106.

Setelah akrab dengan Hercules setelah merawatnya selama dua bulan, Yurika tidak bisa membiarkan Ruth mengambilnya begitu saja pada akhirnya.


Part 5[edit]

Meskipun latihan yang dijalani Koutarou dan Theia berawal dengan kacau, saat itu latihan sudah berjalan dengan serius.

Pesta yang berlangsung di lapangan sekolah sudah mencapai puncaknya, dan keributan yang ada sudah mulai mereda. Suara-suara yang terdengar yang berasal dari dalam gymnasium berasal dari Koutarou dan Theia.

"Anda hanya bermain-main, tuan puteri"

"Saya tidak sedang bermain-main. Meskipun ini hanya festival panen desa, sebuah dansa tetaplah sebuah dansa. Sebagai gadis yang beranjak dewasa, saya pun tentu akan tertarik"

Koutarou sedang berakting sebagai Ksatria Biru dan Theia sebagai Puteri Perak. Setelah berlatih bersama selama dua minggu, mereka berdua terlihat kompak.

Berkat semua latihan itu, Koutarou bisa bersikap layaknya seorang katria, dan karena Theia yang begitu mengagumi sang Puteri Perak, dia tidak kalah dari Harumi dengan menunjukkan aktingnya yang begitu memukau.

"Namun, terlalu bahaya bagi anda untuk pergi sendirian"

"Itulah sebabnya saya memintamu, yang memiliki gelar seorang ksatria, untuk menjadi pendampingku, Tuan Veltlion"

Seperti yang diharapkan dari seorang tuan puteri, aku rasa...

Koutarou menilai tinggi akting yang dilakukan Theia setelah berlatih bersamanya. Dibandingkan dengan Harumi, Theia tidak bisa meniru sisi Puteri Perak yang rapuh sebaik Harumi, karena sifat Theia yang begitu enerjik. Tapi, jika mengenai sopan santun, tentu saja Theia jauh lebih baik, dan dialognya cocok dengannya. Dengan begitu, jika dibandingkan, Theia lebih baik jika berakting sebagai Puteri Perak, sementara Harumi lebih baik jika memerankan Alaia.

"Saya hanyalah seorang ksatria dari daerah setempat, saya tidak layak mendapat kehormatan seperti itu"

"Oh, meskipun saya terlihat seperti ini, saya tumbuh dengan menjelajahi dataran dan pegunungan dari daerah utara Mastir. Saya masih bisa dipanggil sebagai seorang gadis desa"

Kerja bagus sudah berusaha sekeras ini...kau sudah menjadi layaknya Ksatria Biru...

Theia juga menilai tinggi akting yang dilakukan Koutarou. Dia masih perlu waktu menjadi ksatria dan aktor yang sesungguhnya, tapi dengan mempertimbangkan waktu dua minggu yang dijalaninya untuk berlatih, Koutarou sudah cukup berkembang untuk mendapat pujian.

Lagipula...

Theia mengingat kembali hari dimana sebuah lampu jatuh dan akan menimpanya, dan juga penampilan Koutaruo saat dia melindunginya - Badannya dilengkapi zirah berwarna biru, dan dia memanggilnya tuan puteri. Saat Theia mengingat itu, sesuatu didalam dirinya berteriak jika orang dihadapannya adalah sang Ksatria Biru yang sesungguhnya. Itulah kenapa Theia merasa dia tidak perlu mengeluarkan keluhan sepele tentang kemampuan berakting Koutarou.

Setelah menyelesaikan latihan, mereka berdua berhenti bergerak. Saat mereka melakukan itu, Koutarou melakukan sikap siap. Setelah mereka menyelesaikan latihan mereka selama dua minggu ini, Theia akan selalu menilai kesalahan-kesalahan kecil Koutarou.

"Hmmm, baiklah, ini sudah cukup bagus"

"Eh?"

Tapi, berlawanan dengan apa yang diharapkan Koutarou, Theia tidak mengatakan apapun. Dia hanya tersenyum sambil tetap diam.

"Y-Yakin?"

"Masih ada beberapa bagian yang aku keluhkan, tapi tidak ada yang bisa kuperbaiki sebelum drama dimulai besok. Jadi, untuk kali ini akan kubiarkan"

"Uaaaaaah! S-Selesai juga!!"

Koutarou bersorak begitu mendengar itu. Dia akhirnya menyelesaikan latihan khususnya yang panjang dan menyakitkan selama dua minggu. Tapi, akhirnya hal itu berakhir.

"Tolong tenanglah sedikit. Sudah berapa kali kukatakan agar kau menjaga sikapmu selama memakai itu?"

"M-Maaf"

"...Yah, tidak apa-apa. Aku mengerti apa yang kau rasakan"

Theia terlihat seperti akan mengeluh, tapi sesaat setelahnya dia kembali tersenyum. Dia merasa puas karena sudah menyelesaikan pekerjaannya.

"Sekarang, hal yang tersisa adalah menunggu drama pada esok hari. Sudah secepat ini waktu berlalu..."

"...Buatku rasanya kayak nggak ada akhirnya"

Koutarou melemaskan pundaknya dan tersenyum sambil mengatakan itu.

"Fufu, kau lemah"

"Diamlah"

Seperti halnya Theia, Koutarou juga merasa puas dengan pencapaiannya dan tersenyum. Selama kurun waktu dua minggu, mereka berdua telah membangun sebuah ikatan.

"Hmm? Ini..."

Ruang gymnasium menjadi sunyi ketika mereka berhenti berakting, dan karenanya, Theia bisa mendengar suara yang datang dari luar.

"Apa?"

"Musik dan lagunya..."

Apa yang didengar Theia saat itu adalah ballad dengan tempo yang pelan. Koutarou juga memperhatikan hal itu dan mengangguk.

"Ah, mereka pasti udah mulai menari di pesta"

"Menari?"

"Ya. Udah jadi tradisi tahunan buat klub menari. Tentu aja, nggak ada orang yang benar-benar tahu gimana caranya menari, jadi mereka asal menari saja"

Kalau saja bukan karena latihannya, Koutarou pasti sudah berada di pesta itu. Tapi, dia melewatkan hal itu.

"Menari ya...Sekarang kalau kupikir-pikir kembali, sudah lama aku tidak berdansa..."

Theia mulai memegang ujung roknya dengan perlahan, dan mulai mengetukkan sepatunya mengikuti alunan musik.

Saat Theia masih tinggal di Forthorthe, dia pasti mengikuti pesta dansa secara rutin. Meskipun dia tidak bisa menurunkan kewaspadaannya selama di Forthorthe, pesta dansa adalah salah satu dari sedikit hal yang tidak dibencinya.

Tulip?

Theia saat itu terlihat gembira, tapi di saat yang sama dia juga terlihat sedih. Melihat itu, Koutarou merasa kalau dia tidak bisa membiarkan Theia sendirian.

Ah, gawat...Dia akhirnya bisa menyelesaikan latihan menyakitkan ini, dan...

"Ajari aku, Tulip"

Rokujouma V4 237.jpg

Meskipun dia sadar kata-kata itu akan membuat latihannya akan menjadi lebih lama.

"Eh?"

Theia menghentikan ketukan kakinya dan mengangkat kepalanya tanpa bisa berkata-kata setelah mendengar kata-kata itu.

"Berdansa. Kamu sudah mengajariku tata krama, tapi kamu belum mengajariku berdansa. Mengetahui itu adalah hal penting untuk kaum atas, bukan?"

"Ah..."

Theia hanya memandangi Koutarou dengan penuh kagum, dan mulai tersipu.

"A-Ada benarnya juga, aku belum mengajarkanmu hal itu..."

Apakah itu demi diriku....? Benarkah...?

Theia menekan kebingungan yang ada di dalam dirinya dan kembali melihat ke arah Koutarou. Saat dia melakukannya, Theia melihat raut wajah yang diidamkannya: wajah yang ceria dengan mata yang menjaga Theia dengan tenangnya. Seketika itu juga, keraguan yang dirasakan Theia berubah menjadi sebuah keyakinan.

Bodoh....sadarlah dengan dirimu sendiri. Kau terlalu ambisius...

Meskipun Theia berpikir seperti itu, dia tetap tersipu.

"Saya hanyalah seorang ksatria dari daerah setempat, saya tidak layak mendapat kehormatan seperti itu"

Koutarou mengucapkan sebuah kalimat dari naskah drama dan mengulurkan tangannya kepada Theia, dan Theia tersenyum sembari membalasnya dengan kalimatnya sendiri:

"Oh, meskipun saya terlihat seperti ini, saya tumbuh dengan menjelajahi dataran dan pegunungan dari daerah utara Mastir. Saya masih bisa dipanggil sebagai seorang gadis desa"

Mereka pun bergandengan tangan dan mulai bergerak mengikuti irama musik.


Part 6[edit]

Saat Sanae, Kiriha, dan Shizuka tiba di gymnasium, Koutarou dan Theia sedang berada di tengah-tengah pelajaran dansa mereka. Karena mereka tidak mau mengganggu mereka berdua, mereka bertiga hanya menonton saja dari luar.

"Jangan menginjak kakiku! Kalau kau menginjaknya dengan zirah itu, kakiku akan hancur!"

"M-Maaf, ternyata gerakin kaki seperti ini lebih susah dari yang kupikir"

"Kalau terus begini, kakiku akan benar-benar remuk!"

"Oh, boleh juga..."

"Berhenti mengatakan itu dan pelajari langkahnya!"

Suara Koutaoru dan Theia yang penuh semangat sampai ke pintu dimana ketiga gadis yang lain sedang menonton.

"Apa..."

Melihat kedua orang yang sedang berdansa itu, Sanae menghela nafas cukup panjang.

"Kukira mereka bakal bosan latihan, ternyata lagi senang-senang gini toh. Kayaknya aku nggak perlu kuatir tadi"

"Ya, aku nggak nyangka mereka bakal berdansa"

Shizuka setuju dengan Sanae. Baginya, kelihatannya mereka sedang bersenang-senang meskipun saat itu perdebatan diantara mereka sedang berlangsung.

"Karama. Korama"

Namun, raut wajah Kiriha saat itu terlihat serius, berbeda dengan saat dia menikmati pesta di lapangan atau saat dia kuatir dengan latihan Koutarou dan Theia. Raut wajahnya saat itu seakan-akan sedang menghadapi sesuatu yang betul-betul berbahaya.

"Ya Ho-!"

"Disini Ho-!"

Saat Kiriha memanggil mereka, kedua haniwa itu muncul.

"Apa ada seseorang yang masuk atau meninggalkan gym saat aku sedang pergi?"

"Tidak Ho-!"

"Harumi-chan sempat mampir, tapi dia pergi tanpa sempat masuk Ho-!"

"Begitu, kalau begitu baiklah. Teruslah berjaga-jaga"

"Mengerti, Ho-!"

"Ayo pergi Ho, Korama!"

Kiriha telah memerintahkan kedua haniwa miliknya untuk menjaga gymnasium, karena dia khawatir tentang orang yang mengincar Theia.

"Kiriha, kayaknya kamu terlalu cemas deh. Festival budaya tuh waktunya buat senang-senang, dia pasti nggak akan nyerang"

"Seandainya memang itu yang terjadi..."

"Apakah kau membicarakan soal musuh Theia?"

"Itu benar. Theia-dono telah diserang beberapa kali, jadi aku sedikit cemas"

Kiriha selalu berjaga-jaga setiap saat, tapi dia tetap tidak bisa menemukan musuh Theia maupun menemukan bukti yang berguna.

"Konflik antar keluarga ya...Nggak nyangka bakal kejadian didekatku"

"Memang tidak terasa seperti itu, tapi Theia benar-benar seorang tuan puteri"

Mereka bertiga melihat ke arah panggung, dimana pelajaran berdansa antara Koutarou dan Theia masih berlangsung. Keduanya, yang masih terus bertengkar sembari berdansa, tidak merasa berada dalam bahaya meskipun ada musuh yang sedang mengincar mereka.

Mungkin dia merasa yakin karena sudah mengetahui siapa musuhnya, atau karena berada dekat Koutarou membuatnya bisa bertingkah seperti itu...

"Uuuuh, semuanya, t-tolongin aku dooong!!"

Tepat saat itu, Yurika sampai di gymnasium, dan masih memeluk erat sangkar serangga sambil mendekat ke arah Kiriha dan kedua gadis lainnya.

"Hercules-chan bakalan--!! Hercules-chan bakalan--!!"

"Yurika!? Apa yang terjadi!?"

Ketiga gadis itu terkejut dengan datangnya Yurika, yang mulai menjelaskan situasi yang dihadapinya sambil menangis.

"Sebenarnya, Ruth-san tahu kalau Hercules-chan itu kumbang!"

Mereka bertiga tahu tentang Yurika dan Hercules, dan juga seberapa bencinya Ruth terhadap kumbang. Jadi, dari sana, mereka bisa menerka apa yang terjadi, tapi mereka bertiga menunjukkan reaksi yang berbeda.

"D-Dasar tolol! Kenapa bisa!?"

Sanae memarahi Yurika dan mulai menangis. Karena dia suka binatang, tentu saja Sanae khawatir dengan Hercules.

"Wah, wah, padahal hampir saja..."

Shizuka juga kuatir dengan Yurika dan Hercules, tapi tidak seperti Sanae. Tapi, dia lebih kuatir dengan pemilik asli Hercules, adik laki-laki si wakil ketua klub cosplay.

"Begitu..."

Dan Kiriha justru tersenyum. Karena dia selalu kuatir dengan Theia yang akan diserang, insiden kecil ini justru membuat pikirannya menjadi lebih tenang.

"Mau gimana lagi! Itu nggak bisa dihindari! Pas kami lagi nonton TV, ada iklan soal acara baru soal kumbang yang muncul! Kalau kamu mau komplain, komplain sama yang buat anime, dong!"

"Idiot!! Itu gara-gara kamu seenaknya nonton anime!"

Iklan anime itu muncul karena Yurika sedang menonton anime yang lain. Kalau saja dia tidak menonton acara itu, tragedi itu mungkin bisa terhindarkan.

"Hiiiii! Maafkan aku!!"

"Yang penting lagi, apa yang terjadi!? Mana Ruth!?"

"Ruth-san udah lepas kendali, dia bilang mau bikin Hercules ngerasain penghakimannya, lalu tadi ngejar aku!!"

Semenjak dia kabur dari kamar 106, Yurika tidak berhenti berlari. Meskipun kemampuan atletiknya tidak bagus, karena nyawa Hercules saat itu sedang terancam, Yurika lari sampai ke tempat itu tanpa berhenti sedikitpun. Dan kerja kerasnya pun terbayarkan, karena dia bisa lolos dari Ruth saat sedang berlari ke tempat itu.

"Sembunyiin aku dong! Tolong!"

"Aku mengerti. Kalau Ruth-san mampir kesini, aku bikin dia pergi ke tempat lain"

"M-Makasiiiiih!!"

Hercules akan dikembalikan dalam waktu dua hari. Dimulai dengan pesta hari ini, SMA Kitsushouharukaze akan menyelenggarakan festival budaya selama tiga hari. Yurika berencana melindungi Hercules dengan bersembunyi di sekolah selama sekolah masih dibuka.

Di saat itu, sebuah haniwa muncul di pintu masuk gymnasium.

"Nee-san, Ruth-chan datang mendekat Ho-!"

"Itulah yang mereka katakan..."

"Yurika, jangan bengong! Sana sembunyi!"

"B-Baik!"

Yurika memaksa badannya yang kelelahan untuk berlari masuk ke dalam ruangan perlengkapan gymnasium di sebelah kiri panggung. Karena ruangan perlengkapan itu mengarah menuju panggung, ruangan itu menyimpan banyak bagian properti panggung untuk drama esok hari. Karena itulah ruangan itu menjadi tempat yang sempurna untuk bersembunyi.

Tepat setelah Yurika menutup pintu ruangan itu, Ruth mendarat tepat di depan gymnasium.

"Haaaah, aaaah, hah...."

Seperti halnya Yurika, Ruth pun juga kelelahan. Meskipun mereka bertiga berjarak agak jauh darinya, Sanae dan kedua gadis yang lain bisa mendengar suara nafasnya yang terengah-engah. Tapi, Ruth tidak punya waktu untuk mengambil nafas. Dia memeriksa bagian luar gymnasium sambil memegang pemukul lalat yang besar.

"R-Ruth-san, kamu kesini juga?"

"Hey, Ruth, kamu ngapain bawa itu?"

Shizuka dan Sanae mencoba memanggil Ruth.

"Fuuuuuh, haaahh, fuuuu...."

Namun, Ruth sama sekali tidak bereaksi terhadap suara mereka, dan tetap melangkah maju sambil bernafas dengan terengah-engah.

"Hiii!?"

"S-serem"

Pemandangan yang hampir tampak tidak nyata dimana seorang gadis yang memakai celemek sambil memegang pemukul lalat besar, lengkap dengan raut wajahnya yang berbahaya dengan pandangan yang menusuk membuat Sanae dan Shizuka menggigil ketakutan.

"Kelihatannya dia benar-benar kehilangan kendali dirinya karena amarahnya. Dia bahkan tidak mendengar suara kita"

"Kita bisa apa kalau dia sudah seperti ini!?"

"T-tamat sudah...Maafkan aku, Yurika-san, Hercules-chan.."

Di saat itu, Sanae dan Shizuka sudah menyerah untuk membujuk Ruth. Setelah meilhat Ruth dalam keadaan seperti itu, tidak ada diantara mereka yang merasa yakin kalau mereka bisa membujuknya untuk kembali normal. Hanya masalah waktu sampai Yurika dan Hercules jatuh ke tangan Ruth.

Tapi, tepat di saat itulah sesuatu yang tidak disangka-sangka justru terjadi.

"...!?"

Untuk suatu alasan, tiba-tiba Ruth berhenti bergerak. Hal itu terjadi saat dia melihat ke arah panggung untuk mencari Yurika dan Hercules. Saat Ruth melakukan itu, dia melihat dua orang.

"Y-Yang...Mulia...Satomi...sama...?"

Di atas panggung, Theia dan Koutarou berpegangan tangan dan dengan riangnya berdansa. Theia hebat dalam berdansa, tapi karena teman dansanya adalah Koutarou yang masih pemula, dansa mereka terlihat aneh. Kapanpun Koutarou membuat kesalahan, Theia akan memarahinya. Karena itulah dansa yang mereka lakukan saat itu tampak seperti tarian anak kecil yang tidak layak mendapat pujian.

"Yang Mulia sedang....berdansa dengan gembira..."

Namun, Ruth tahu.

Dia tahu bahwa Theia menikmati tarian anak kecil itu dari lubuk hatinya yang paling dalam.

Karena dia tumbuh bersama Theia dan menjadi dekat dengannya layaknya saudaranya sendiri, Ruth mengerti hal itu lebih dari siapapun.

Theia mungkin menyukai pesta dansa, tapi Ruth sendiri tidak pernah melihatnya menikmati tarian itu sepenuh hatinya.

Meskipun ruangan dansanya tampak jelek, bandnya tidak bermain dengan kompak dan teman dansanya betul-betul seorang pemula, senyuman Theia saat itu terlihat memukau.

Bagi Ruth, itu adalah pemandangan yang luar biasa.

"...H-Huh? Kenapa aku berada disini? Eh!?"

Dan karena pemandangan yang mengagumkan itu, Ruth kembali tersadar.

"Kenapa aku memegang pemukul lalat?"

Setelah sadar, Ruth betul-betul lupa akan semua hal yang dia lakukan sebelum dia kehilangan kendali dirinya saat marah. Otaknya yang melakukan itu untuk melindunginya dari kenangan yang menyakitkan.

"Aku sedang menuangkan teh untuk Yurika-sama dan...huh?"

"Dia kembali sadar!? Siiip!"

"Syukurlah, kamu baik-baik saja, Ruth-san?"

"Hah...Shizuka-sama, apa maksudnya? Apa ada sesuatu yang terjadi?"

Ruth sama sekali tidak tahu apa yang sudah terjadi, dan melihat ke sekelilingnya dengan penuh kebingungan.

"Ah, eh, yah...Ruth-san"

"Hah..."

Karena Shizuka tidak begitu bisa menjelaskan semuanya, Ruth mencoba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi.

E-Ehm...Aku tadi sedang menuang teh untuk Yurika-sama dan aku rasa ada sesuatu yang cukup dahsyat terjadi...

"Tidak ada yang terjadi, Ruth. Jangan terlalu dipikirkan. Kami hanya mampir untuk melihat sejauh mana latihan Koutarou dan Theia berjalan"

Namun, Kiriha memanggil Ruth seperti biasanya dengan rencana agar Ruth tidak mengingat apa yang sudah terjadi.

"Latihan Satomi-sama...?"

Karena kata-kata Kiriha, pandangan Ruth kembali mengarah ke atas panggung.

"A-Awas, kau terlalu bersemangat"

"Mau dibilang begitu juga, susah juga buat ngatur kekuatannya"

"Lepaskan saja!"

"Waaah, berhenti! Jangan dilepas!"

Dan sebelum Ruth menyadarinya, yang dipikirkannya saat itu adalah begitu senangnya Koutarou dan Theia di atas panggung saat itu.

"Yang Mulia...Satomi-sama..."

Sudah sewajarnya kalau aku sampai lupa diri saat aku melihat mereka berdua..

Ruth melupakan usahanya untuk mengingat kembali hal itu dan dengan bahagia melihat ke arah panggung. Dia bahkan tidak peduli kenapa dia memegang pemukul lalat.

"Fufufu, Yang Mulia, Satomi-sama, dansa kalian begitu indah..."

Saat ini, hal yang bisa dia pikirkan hanyalah tuan puteri yang dikasihinya dan sang Ksatria Biru yang membuatnya tersenyum. Melihat itu, Sanae, Shizuka dan Kiriha menghela nafas lega.

"Fiuuuuh, aku sempet nggak yakin sama apa yang bakal terjadi disana..."

"Tepat buat Yurika buat lari kesini..."

"Dia mungkin datang untuk meminta tolong Satomi Koutarou, karena dia tidak punya orang lain untuk bergantung. Tapi, kelihatannya itu justru berdampak baik"

Ketiga gadis itu melirik ke arah ruangan perlengkapan dimana Yurika bersembunyi dan kembali menghela nafas. Karena mereka sempat melihat kondisi Ruth yang mengejutkan itu, tentu saja mereka bertiga akan gugup.

"Sanae-chan, kalau nanti ada kesempatan, tolong kasih tahu Nijino-san kalau semuanya baik-baik saja, oke?"

"Oke. Aku akan mengendap-endap saat Ruth nggak lihat dan bilang ke dia"

Tapi, saat itu semuanya sedang baik-baik saja. Ruth telah kembali sadar dan tidak memperhatikan ketiga gadis yang sedang berbisik itu.

Yurika dan Hercules bisa bertahan hidup untuk hari ini.

"Kak! Peringatan Bahaya Ho-!"

Meskipun mereka bisa tenang untuk beberapa saat, sesaat setelahnya, para haniwa yang berjaga di luar gymnasium muncul di dekat mereka.

"Ada distorsi ruang yang terdeteksi di dalam gym, Ho-!"

"Berdasarkan ukurannya, sepertinya seseorang telah menyusup masuk ke gym, Ho-!"

"Karama-chan, Korama-chan, apa maksudnya dengan menyusup!?"

"Maaf Ho-! Hanya ini yang bisa kami beri tahu dengan ketepatan deteksi kami, Ho-!"

Kiriha meninggalkan para haniwa itu kepada Sanae dan dengan buru-buru berbalik ke arah panggung.

Koutarou dan Theia masih berdansa, dan Ruth masih berdiri di sebelah Kiriha menonton mereka berdua.

Yang berarti!

Mereka yang berhubungan dengan kamar 106 dan mempunyai kemampuan untuk mendistorsi ruang adalah Theia dan Ruth. Dan jika mereka berdua tidak sedang melakukannya, hanya satu kemungkinan yang tersisa.

"Theia-dono! Koutarou! Musuhnya datang! Mereka akan menyerang!"

Kemungkinan yang tersisa hanyalah kapal luar angkasa misterius yang terdeteksi dua bulan lalu. Anak buah kapal itulah yang disebut Theia sebagai musuhnya.

"Kiriha-san!? Dan kalian!?"

Kemunculan Kiriha dan yang lainnya yang terlihat mendadak membuat Koutarou terkejut. Sampai sekarang, dia terfokus dengan dansanya sampai-sampai dia tidak memperhatikan mereka. Karena itulah, dia hanya terdiam tanpa melakukan apa-apa.

"Musuh!? Begitu, rupanya Clan ada disini!"

Dibandingkan dengan Koutarou, reaksi Theia cukup cepat. Karena dia punya kemampuan untuk berdansa, Theia sudah memperhatikan Kiriha dan yang lainnya sedari tadi. Karena itulah dia bisa bereaksi dengan cepat terhadap peringatan dari Kiriha.

"Tidak kukira dia akan menyerang sekarang! Apa aku salah menduganya!?"

Saat Theia melihat ke sekelilingnya,dia bisa melihat seseorang di bawah panggung, dan di saat yang sama, orang itu mulai berbicara.

"Tepat sekali, Theiamillis-san!"

Tiba-tiba, terdengar suara seseorang yang terdengar nyaring dan mengejek. Saat Koutarou melihat dari mana asal suara yang menggetarkan itu, dia melihat seorang gadis dengan rambut berwarna biru muda dan gaun berwarna hitam dan putih. Di wajahnya terdapat kacamata yang cukup antik.

Koutarou pernah melihatnya pada saat gladi bersih.

"Clan, tidak kusangka kau akan datang menyerangku langsung seperti ini!"

Cewek ini Clan!?

Koutarou betul-betul terkejut, sebagian alasannya karena baru kali itu dia melihat seorang bangsawan selain Theia. Alasan lain yang lebih mengejutkannya adalah karena dia pernah melihatnya sebelumnya.

"Itulah mengapa aku katakan kepadamu bahwa pikiranmu terlalu sederhana setiap kali kita bertemu!"

Clan mengarahkan sebuah senjata ke arah Theia.

Senjata itu...!?

Rokujouma V4 253.jpg

Saat Theia melihat senjata itu, dia kaget sekaligus menyadari segala sesuatunya.

"Begitu, jadi begitu rupanya!!"

Apa yang saat itu dipegang Clan adalah meriam laser yang dibuatnya sendiri. Karena Clan adalah ilmuwan yang terkenal, meriam laser itu tidak begitu mengejutkan Theia. Justru fakta bahwa senjata itu dibuat dari benda-benda yang berasal dari Bumi, itulah yang mengejutkan Theia. Karena itulah, rupa senjata itu sangat berbeda dengan rupa senjata Forthorthe yang mempunyai banyak lengkungan.

Aku sudah dikerjai! Dia tidak menyerang selama dua bulan karena dia mengumpulkan suku cadang untuk senjata itu! Dan dia menyerang dengan menyamarkannya sebagai kecelakaan agar aku tidak bisa melacak pergerakannya!

Clan sudah menipu Theia agar berpikir bahwa dia tidak akan menyerang langsung. Jika Clan menyerang menggunakan senjata dari Hazy Moon, sebuah catatan pasti akan terekam. Dan jika dia menggunakan suku cadang dari Forthorthe, hanya menjadi masalah waktu sebelum suku cadang itu bisa diidentifikasi.

Tapi apa yang terjadi jika dia menggunakan suku cadang dari Bumi untuk membuat senjata? Apakah Forthorthe bisa mengumpulkan cukup bukti untuk menuntut Clan di negara kecil ini yang berada di ujung luar angkasa?

Jawabannya: Tidak. Hal itu hampir tidak mungkin.

Dan jika Clan memusnahkan senjatanya, tidak akan ada bukti yang tersisa. Itulah rencana Clan.

"Fufufu, sudah terlambat bagimu untuk menyadarinya sekarang"

Sebuah suara yang terdengar berbahaya mulai berdengung dari meriam laser milik Clan.

"Tapi, susah juga. Tingkat teknologi planet ini begitu rendah sampai-sampai aku butuh dua bulan untuk membuat ini. Dan ini juga hanya bisa mengeluarkan satu tembakan, sayang sekali"

Clan mengarahkan mulut senjatanya ke arah Theia dan tersenyum keji - senyuman yang ditunjukkan seseorang saat mereka yakin akan menang.

Ada yang salah...kenapa si Clan ini bisa percaya diri begitu...?

Koutarou merasa ada yang janggal saat mendengar percakapan antara Theia dan Clan.

Kalau apa yang dibilang Clan memang betul, kenapa dia disini waktu itu? Dia ngapain?

Sementara Clan mengatakan bahwa dia akan membunuh Theia dengan senjata yang dibuatnya di Bumi, Koutarou telah melihatnya di gymnasium beberapa hari yang lalu. Semuanya akan masuk akal jika dia berada di sana untuk mensabotase lampu panggung, tapi jika itu memang yang dilakukannya, apa alasannya untuk menyerang di tempat yang sama? Nyatanya, Koutarou, Kiriha dan yang lainnya berada tepat di tempat itu.

"Boleh juga! Kalau begitu aku hanya tinggal menembakmu saja!"

Sebelum Koutarou bisa menyimpulkan segalanya, Theia mengarahkan gelangnya di hadapan wajahnya - gelang yang berhiaskan permata berwarna biru sebagai alat untuk mengendalikan Blue Knight dari jarak jauh.

"Fufufu"

Di saat itu, ujung mulut Clan membentuk senyuman.

Dia ketawa!? Berarti--

Saat Koutaoru melihat senyuman yang mengerikan itu, dia menyimpulkan segalanya di saat yang sama dengan Theia yang berteriak.

"Blue Knight, keluarkan anti-personnel pulse laser dan--"

Kesimpulan yang didapat Koutarou adalah sebagai berikut:

Di hari itu, Clan datang untuk memasang jebakan. Itulah saat Koutaoru melihatnya. Di saat yang sama, Clan merusak lampu itu untuk membuatnya jatuh. Itulah jaminan baginya, jika dia sempat terlihat.

Dan dengan Clan tertawa di saat ini, itu berarti...

"Berhenti, Tulip!"

Koutarou mempercayai intuisinya dan menggenggam tangan Theia lalu menariknya sekuat mungkin.

"P-Primitif!? Jangan menggangguku!"

Theia mencoba melepaskan tangannya - dia benar-benar terfokus pada Clan saat itu.

Beberapa lubang hitam sudah mulai muncul di atas pundak Theia. Sesaat setelahnya, senjatanya akan keluar dari lubang hitam itu. Melihat itu, Koutarou mulai panik dan berteriak.

"Theia!!"

Dia hanya memanggil namanya.

"K-Koutarou!?"

Tapi itu sudah cukup untuk mengalihkan perhatiannya dari Clan.

"Dia mau kamu pakai senjatamu!"

"Tapi, Clan--!"

Namun, Theia masih ingin menyerang Clan, karena kepribadiannya, dan juga karena dia ingin melindungi Koutarou. Jika Clan menembakkan senjatanya, Koutarou yang berada di sebelah Theia tidak akan selamat.

"Theia! Percaya padaku! Aku ksatriamu, ingat!?"

Koutarou!?

Tepat di saat dia mendengar suara Koutarou, Theia melemaskan badannya - tepat saat itu, Koutarou menariknya dan memeluknya, lalu membungkukkan badannya untuk melindungi Theia.

Sesaat setelahnya, sebuah ledakan terjadi.

Lubang hitam yang biasanya akan mengeluarkan senjata justru meledak.

Meskipun jarak ledakannya tidak begitu besar, jika Theia tetap berada disana, tentu saja dia akan menderita luka parah. Karena Koutarou melindunginya, ledakan itu terhalangi oleh zirahnya.

"Cih, dasar Ksatria Biru palsu, kau menggangguku!"

Melihat ledakannya terhalangi, Clan mendecakkan lidahnya; dan karena Koutarou menghalangi prediksinya, Clan pun mulai marah.

Ledakan itu disebabkan oleh salah satu dari penemuan Clan. Alat itu dirancang agar saat Theia atau Ruth mencoba memanggil senjata mereka, ruang yang ada akan terdistorsi dan lubang hitam yang ada justru meledak.

Seperti yang sudah diduga Koutarou, saat dia melihat Clan untuk pertama kali, saat itu Clan sedang memasang alat itu. Clan berencana menggunakan alatnya untuk membuat Theia meledakkan dirinya sendiri karena dia mengetahui kepribadian Theia - dia tahu jika dia menunjukkan kepada Theia senjata miliknya, Theia akan masuk ke dalam jebakannya. Dengan melakukan itu, Clan tidak akan membunuhnya dengan tangannya sendiri, dan hal itu kemungkinan besar akan dianggap sebagai kecelakaan.

Itulah kenapa Clan menjalankan rencananya di gymnasium.

"Tidak mungkin aku akan memaafkan seorang barbar dari sebuah planet terbelakang yang sudah menhalangi rencanaku!"

Tapi, rencananya yang sempurna sudah hancur oleh seseorang yang biasa-biasa saja. Karena itulah Clan mulai kehilangan ketenangannya.

"K-Kamu nggak apa-apa kan, Theia...?"

Setelah angin ledakan menghantamnya hingga jatuh, Koutarou melonggarkan pelukannya pada Theia. Saat dia melakukannya, Theia menengadah kepada Koutarou.

"Aku tidak apa-apa, kau sudah melindungiku! Jangan kuatir, rambutku hanya sedikit terbakar!"

Theia memegang rambutnya sendiri dan memperlihatkan ujung rambut indahnya yang sudah terbakar.

Darahnya...

Di saat itu, Koutarou memperhatikan luka di tangan Theia saat dia memegang rambutnya. Saatdarah itu mengalir keluar dari lukanya, Koutarou mulai terbakar dengan amarah - amarah yang sama saat Sanae sedang dalam bahaya saat mereka ada di pantai.

"Koutarou, kamu nggak apa-apa!?"

"Ho! Kami datang menolongmu, Koutarou Ho-!"

"Dengan kami disini, kau tidak perlu kuatir Ho-!"

Sanae dan kedua haniwa datang menghampirinya. Karena mereka jauh lebih gesit dari yang lain, mereka sudah bergerak untuk melindungi Koutarou dan Theia. Setelah memperhatikan itu, Koutarou melepaskan Theia dan lalu berdiri.

"....Kalian lindungi sang puteri"

"Eh?"

"A-Apa maksudnya itu!?"

Sementara Theia dan Sanae masih kebingungan, Koutarou berbalik dari hadapan mereka.

"Artinya ya seperti itu. Saat ini, Thiea nggak bisa melindungi dirinya sendiri. Jadi, aku bergantung sama kalian!"

Jika Theia mencoba memanggil senjatanya, ada kemungkinan akan terjadi ledakan lagi. Koutarou tidak tahu jika jebakan Clan akan menghasilkan ledakan lagi, tapi dia tidak mau mencobanya.

"T-Tunggu, Koutarou! Pergi bertarung sendirian itu tidak masuk akal! Aku akan--"

Thiea dengan buru-buru berdiri dan mencoba mengikuti Koutarou.

"Yang Mulia, tolong percayalah pada saya dan tunggulah. Medan pertarungan adalah tempat untuk para ksatria. Bahkan seorang puteri sekalipun tidak boleh mengusik tempat suci seperti itu"

Theia berhenti bergerak setelah mendengar kalimat Ksatria Biru yang diucapkan Koutarou.

"T-Tapi--"

Dan Theia membalasnya dengan kata-kata Puteri Perak, tapi bukannya Theia berniat melakukan itu.

Theia, seperti halnya sang Puteri Perak, mencoba menghentikan ksatria mereka.

"Kalau anda tidak percaya kepada saya, kalau begitu siapakah yang akan percaya pada kemenangan saya?"

Koutarou menggenggam gagang pedang pada pinggangnya dan menariknya dengan cara yang gagah - itulah gerakan yang telah dilatihnya berulang kali dengan Theia.

"Lagipula, saya adalah ksatria anda"

Begitu, jadi ini yang dirasakan si Ksatria Biru..

Di saat itu, Koutarou akhirnya mengerti apa yang dirasakan Ksatria Biru saat dia akan pergi bertempur.

"K-Ksatria Biru-sama...?"

Saat Theia melihat punggung Koutarou, dia akhirnya terduduk. Theia mengerti kalau Koutarou bukanlah ksatria dan dia hanya menirukan dialog dari naskah. Tapi anehnya, Theia tidak bisa membantahnya.

Ksatria...ku...

Kata-kata Koutarou menghilangkan keinginan Theia untuk berdebat dengannya dan menggantikan itu dengan harapan. Tidak ada alasan bahwa Koutarou akan menang.

Itu benar, dia adalah ksatriaku...jika aku tidak percaya padanya, siapa lagi yang akan percaya!?

Namun, Theia tidak memperdulikan itu dan hanya menaruh rasa percayanya pada Koutarou.


Part 7[edit]

Clan tertawa keras saat melihat Koutarou yang sudah menghunus pedangnya dan maju ke arahnya.

"Ohohohoho, kau tahu caranya membuatku tertawa! Aku tidak habis pikir kalau Ksatria Biru palsu dengan zirah tiruan akan berani melawanku! Kau bahkan tidak memiliki sarung tangan ajaib maupun Signaltin!"

Ada empat benda ajaib yang muncul dalam legenda Ksatria Biru: Zirah yang dapat menahan semua serangan, sepatu yang dapat membuatnya terbang menembus langit, sarung tangan bernafaskan api yang dapat membuatnya membakar ribuan musuh, dan pedang suci Signaltin yang dapat menebas jalan menuju masa depan.

Tentu saja, Koutarou tidak memiliki bahkan satupun dari benda-benda itu. Semua yang dipakainya saat itu hanyalah tiruan. Zirahnya penuh dengan mesin, dan pedangnya tidaklah suci. Dengan bantuan zirahnya, dia bisa melompat sangat tinggi dan melindunginya sedikit.

Tapi tentu saja, kekuatannya tidak sebanding dengan yang ada di dalam legenda.

"Untuk puteri palsu sepertimu, ini sudah lebih dari cukup!"

Tapi, Koutarou tidak gentar sedikitpun dan membalas Clan dengan gagah pula"

"Puteri palsu!?"

"Benar! Seseorang yang hanya bisa menghalang-halangi orang lain tidak mungkin seorang tuan puteri yang sebenarnya!"

Saat dia mengatakan itu dan melihat Clan, Koutarou teringat pada pertama kali dia berjumpa dengan Theia - situasi waktu itu sama dengan saat ini. Namun, sekarang Theia sudah berubah; dia masih keras kepala, tapi tidak menghalang-halangi orang lain. Dia mencoba menang dengan anggun, dengan cara yang cocok bagi seorang tuan puteri.

"Dan kau sudah menyakiti tuan puteriku! Seharusnya kau yang tahu cara membuatku tertawa!"

"Apa-!?"

Clan terhenyak mendengar semua itu.

"Cih, k-kurang ajar..."

Namun, sesaat setelahnya raut wajahnya berubah marah, karena kata-kata yang diucapkan Koutarou, dan juga karena dia tidak bisa memaafkan dirinya yang sempat gentar sesaat.

"Beraninya kau berbicara seperti itu padaku, yang lahir dari keluarga Schweiger yang mulia!"

"Kalau yang mulia hanya namamu saja, betapa dalamnya keluarga Schweiger telah jatuh"

"Kiiiii! Aku benar-benar tidak akan memaafkanmu! Akan kubuat kau tereduksi menjadi atom-atom kecil!"

Kegeraman Clan sekarang sudah terpusat pada Koutarou. Koutarou mengencangkan pegangannya pada gagang pedangnya dan menyiapkan dirinya setelah merasakan itu.

Semuanya udah berjalan sesuai rencana, sekarang, bagian susahnya...

Membuat musuhmu marah dan membuat mereka hanya fokus kepadamu adalah trika lama dalam bertarung

Setelah Koutarou merasa kalau Clan mirip dengan Theia, dia menyimpulkan kalau menghasutnya mungkin akan berhasil, tapi hasilnya lebih baik dibanding dugaannya. Apa yang membuat taktik menghasut itu berhasil adalah karena Clan dibandingkan dengan Theia, dan zirah Ksatria Biru Koutarou hanya membuat api kemarahan Clan bertambah besar.

Berdasarkan keadaannya, dia nggak akan pakai serangan yang mencolok kayak Theia. Yang berarti, aku perlu hati-hati sama meriam itu...

Jika Clan betul-betul marah dan menggunakan kapal perangnya, Koutarou tahu dia tidak akan bertahan. Jadi, dia terfokus pada senjata yang dipegang Clan saat itu.

"Kalau kuanggap kalau kena itu aku bakal tamat....kalau begitu--!"

Koutarou memegang pedangnya dengan kedua tangannya dan maju menyerang Clan. Pada situasi itu, Clan yang memegang senjata jarak jauh jelas lebih unggul. Jika Koutarou tidak segera mendekat dan menghalangi Clan menggunakan senjatanya, Koutarou akan tetap dalam posisi terdesak.

"Ini dia! Kau pikir kau bisa mengenaiku dengan pedang tumpul itu!?"

Namun, meskipun Koutarou maju menyerang, Clan tetap terlihat percaya diri. Dia hanya tetap berdiri dan memegang meriam lasernya.

"Kena kauuuuu!!"

Tanpa menyia-nyiakan kesempatannya, Koutarou mengayunkan pedangnya. Meskipun pedang itu adalah tiruan, karena kekuatannya dilipatgandakan oleh zirahnya, tentu saja pedang itu akan mempunyai daya serang yang cukup kuat.

Pedang itu seharusnya menghancurkan meriam lasernya, tapi sesuatu menghentikannya sebelum pedang itu mengenainya.

Segi enam setengah transparan seperti yang digunakan oleh Theia dan Ruth sebagai perlindungan - itulah yang menghentikannya.

"Begitu, jadi kau juga punya itu!?"

Segi enam itu adalah pelindung yang mendistorsi ruang sebagai suatu bentuk perlindungan, dan Koutarou tahu seberapa kuatnya benda itu. Terlebih lagi, pelindung itu adalah sesuatu yang dibuat Clan sendiri. Serangan yang setengah-setengah tidak akan bisa menembus perlindungan semacam itu.

"Kukuku, sudah terlambat bagimu untuk menyadarinya sekarang--Tunggu, apa!?"

Pedang itu mengenai pelindungnya, tapi ekspresi Clan yang penuh percaya diri dan sombong berubah terkejut.

"Tidak mungkin! Ini seharusnya tidak mungkin terjadi!!"

Clan dengan cepat melompat mundur.

"Apa!?"

Kali ini, Koutarou-lah yang kaget.

Clan yang seharusnya di atas angin justru mundur, dan Koutarou tidak mengharapkan balasan seperti itu darinya.

"Satomi-kun, terus serang! Aku nggak tahu kenapa, tapi kelihatannya seranganmu ampuh!"

Shizuka sempat melihat ujung pedang Koutarou menembus pelindung Clan - hal yang sama dengan yang dilihat sang pemilik pelindung, itulah yang membuatnya mundur.

"Jadi itu sebabnya!"

Setelah mendengar saran dari Shizuka, Koutarou mulai mengejar Clan. Panggung drama itu cukup besar, tapi bagi Koutarou yang kakinya diperkuat dengan zirah, dia tidak merasa seperti itu. Jarak antara Clan dan dirinya menjadi kecil dalam waktu singkat.

"Jangan kabur!"

Clan berusaha membidik Koutarou, tapi karena meriam lasernya dibuat dengan bahan-bahan dari Bumi, meriamnya terlalu besar, dan Clan tidak bisa mengimbangi kecepatan Koutarou.

"Haaaaaaaah!"

Pedang Koutarou kembali mengarah ke pelindung itu.

Ternyata benar, pedangnya bisa memotong pelindung ini!

Kali ini, Koutarou juga melihat ujung pedangnya telah masuk melewati pelindung.

"L-Lagi!? Apa-apaan pedang itu!? Apa pedang itu punya kekuatan yang sebanding dengan SIgnaltin meskipun hanya tiruan!?"

Clan tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya; pedang itu telah menembus pelindungnya lebih dalam dibandingkan serangan pertama tadi.

Ini tidak mungkin! Makhluk purba dari planet terbelakang ini hanya dilengkapi dengan tiruan Ksatria Biru, tapi dia bisa memojokkanku!

"Koutarou...?"

Theia yang melihat perkembangan pertarungan itu lebih terkejut lagi dibandingkan dengan Clan.

Cahaya dari pedang itu...pedang itu tidak dilengkapi dengan kekuatan seperti itu...

Pedang yang sedang dipegang oleh Koutarou mulai memancarkan sinar putih yang redup.

"Kyaaaa! P-Pelindungnya tidak akan bertahan kalau terus begini!"

"Haaaaaaah!"

"A-Aku dikalahkan semudah ini!?"

Cahaya yang dipancarkan pedang itu bersinar semakin terang setiap kali Koutarou mengayunkan pedangnya. Dan dengan semakin terangnya cahaya itu, pelindung yang terpotong oleh pedang Koutarou pun semakin banyak.

"Itu, cahaya yang sama pas waktu itu...?"

Sanae menyentuh jimat yang ada di lehernya saat melihat kemilau yang ada pada pedang Koutarou. Saat itu, jimat itu hanyalah jimat biasa, tapi dulu jimat itu juga bercahaya dengan cahaya yang sama dengan pedang itu.

"Mungkinkah...engkau benar benar...Ksatria Biru..."

Dan Theia, yang ada di sebelah Sanae, kehilangan kata-kata melihat hal itu. Zirah berwarna biru dan pedang yang bercahaya - hal yang dilihatnya saat itu bagaikan sang Ksatria Biru yang sesungguhnya, membuat Theia tidak bisa melepaskan pandangannya dari Koutarou.

Clan kembali mengarahkan meriam lasernya.

Kalau sudah begini, aku tidak bisa menghindar lagi! Aku harus mengenainya dengan meriam laser ini sementara dia sibuk menghancurkan pelindung ini!

Clan akhirnya berhenti menghindari serangan Koutarou dan berencana menyerang Koutarou saat dia berhenti untuk menyerang pelindungnya. Pelindungnya mungkin akan hancur dalam satu serangan, tapi Clan mungkin bisa mengalahkan Koutarou.

"Sini lawan aku, Ksatria Biru palsu!"

"Oh, tentu saja, tanpa kamu minta pun aku akan kesana kok!"

Tanpa mengetahui tujuan asli Clan, Koutarou pun mengejarnya.

"Dia memancingmu, Koutarou! Jangan ceroboh!"

Theia, yang memperhatikan jebakan itu, mencoba menghentikan Koutarou. Tapi terlambat, Koutarou tidak bisa berhaenti.

Tapi, ada orang lain yang menjawab peringatan dari Theia.

"Serahkan padaku, Theia!"

"Sanae!?"

Yang menjawabnya adalah Sanae yang berada didekatnya. Dia mengangkat kedua tangannya kearah Clan dan berteriak dengan suara keras:

"Jurus rahasia!! Sanae-chan Tulip -- Bagian dua!!"

Di saat itu, gaun Clan terangkat dan membungkus bagian atas badannya, persis seperti yang terjadi pada Theia dulu.

"A-Apa!? Apa-apaan ini!?"

Karena terkejut, Clan hanya bisa terdiam karena serangan itu.

"Oh...jadi dia pakai gambar kucing..."

Itulah yang dikatakan Shizuka saat dia melihat gambar pada celana dalam Clan.

"Shizuka-sama! Sekarang bukan waktunya untuk itu!!"

"Maaf, Ruth-san. Aku bisa apa kalau musuhnya punya pelindung seperti itu?"

Shizuka, yang tidak terkalahkan dalam pertarungan jarak dekat, tidak punya kesempatan untuk menang melawan musuh yang mempunyai pelindung dan dalam area pertarungan yang luas. Karena itulah dia hanya bisa menonton pertarungan itu disebelah Ruth dan Theia yang tidak bisa memanggil senjata mereka.

"Buagus sekali, Sanae!"

Dan sementar Clan terdiam di tempatnya, Koutarou menyerang.

"Uwoooooooooh!!"

Dengan momentum yang dimilikinya, kekuatan dari zirahnya dan juga pedang yang bercahaya dengan cahaya putih, Koutarou melancarkan serangan yang dahsyat ke arah Clan.

Pelindung itu hanya bisa menahan serangan itu dalam sekejap saja - konverter energi pelindung itu sudah tidak kuat lagi dan alat pembuat pelindung yang terpasang pada punggung Clan pun meledak.

Setelah menghancurkan pelindung itu, pedang Koutarou melayang ke arah Clan.

"Tidak mungkin! Tidak mungkin aku bisa kalah! Aku tidak percaya!"

Kalau saja dia bisa melihat, Clan mungkin bisa mengalahkan Koutarou. Tapi, karena Sanae sudah menghalangi pandangannya, dia sudah kehilangan cara menghindari serangan Koutarou, yang serangannya juga mengenai laras meriam lasernya. Tidak seperti pelindungnya, meriam laser itu tidak memiliki perlindungan apapun dan terpotong menjadi setengahnya, dan bagian pangkal meriam itu pun meledak. Ujung rok Clan pun hancur karena ledakan dan membuatnya bebas dari kekangan Sanae.

"T-Tidak kusangka, aku, yang dikenal sebagai bulan keluarga Schweiger, akan kalah dari manusia purba..."

Setelah terjatuh, Clan mencoba bangkit sambil menggertakkan giginya.

Clan sangat percaya dengan rencananya: dia akan membuat Theia menggunakan senjatanya dengan menunjukkan kepadanya meriam laser yang dibuat olehnya di bumi, dan bahkan jika dia tidak menggunakan senjatanya, Clan akan mengalahkannya menggunakan meriam laser itu. Tapi, dengan munculnya seorang pria yang bahkan tidak pantas baginya untuk diperhitungkan, rencana Clan hancur seketika.

"Menyerahlah, Clan atau apalah. Kamu sudah kalah"

Koutarou mengarahkan pedangnya ke arah Clan dan menyarankan dirinya agar menyerah.

"Ini semua salahmu, Ksatria Biru palsu! Seharusnya aku menyingkirkanmu dahulu! Kalau hanya dirimu saja, tidak akan masalah jika aku memakai senjata Hazy Moon!"

Tidak seperti Theia dan Ruth, Clan tidak akan dituntut atas kejahatannya menyerang Koutarou, seorang penduduk di bagian luar angkasa yang belum berkembang. Kalau Clan menyerang Koutarou sebelum Theia menjadikan Koutarou sebagai rakyat Forthorthe, Theia tidak akan bisa berbuat apa-apa.

"Mungkin aku sudah gagal membunuh Theiamillis-san, tapi kau! Aku benar-benar akan membunuhmu dengan tanganku sendiri! Kenyataan bahwa aku jatuh tersungkur seperti ini tidak bisa kuterima!"

Tapi, Clan tidak mau menyerah, dan hanya memelototi Koutarou dengan mata yang penuh kebencian.

"M-Masih mau lanjut ya!?"

"Koutarou! Tahan Clan sekarang juga! Dia berencana menyerangmu dengan senjata Hazy Moon!"

"A-Apa!?"

Namun, sementara Koutaoru masih terkejut, Clan memanfaatkan kesempatan itu dan lari dari hadapan pedang Koutarou ke luar bangunan, lalu tertawa ke arah Theia.

"Ooooooohohohoho! Terlambat sudah, Theiamillis-san! Duduklah dan saksikanlah Ksatria Biru palsu itu hancur berkeping-keping!"

"Lari, Koutarou! Jangan mati demi diriku!"

"K-kalaupun aku mau, kemana!?"

Clan mengangkat gelangnya, yang mirip dengan milik Theia, ke depan wajahnya dan berbicara dengan suara yang lantang:

"Terlambat sudah! Hazy Moon! Gunakan senjata penghancur untuk membuat si Ksatria Biru palsu itu menjadi atom!"

"Seperti yang kau inginkan, tuan puteri"

Sebuah lubang hitam terbuka di pundak kanan Clan, dan sesaat kemudian, sebuah senjata yang besar akan muncul dari lubang itu.

"Aku menang, Ksatria Biru palsu! Kau bisa menyesali perbuatanmu melawan puteri kedua Forthorthe di alam sana!"

Clan dengan sombongnya berkata demikian. Dan seperti yang dikatakan Clan, jika Koutarou diam saja, dia akan terkena serangan dari Clan dan akan tereduksi menjadi atom.

"Waaaaah, m-matilah daku!!"

Koutarou mulai panik dan lari kesana kemari, tanpa bisa berbuat apapun.

"Oh, aku tidak yakin dengan hal itu"

Dalam situasi yang tanpa harapan itu, Kiriha muncul dari sisi samping panggung.

"Hmph, kau rupanya tidak sadar kalau kau sudah kalah! Memangnya apa yang bisa kau lakukan untuk bisa lepas dari situasi ini!?"

"....Ada peribahasa yang menarik di planet ini"

Clan menjadi sangat tertarik, berlawanan dengan Kiriha yang terlalu tenang. Meskipun mereka sama-sama cerdas, kelakuan mereka saling berlawanan.

"Peribahasa!?"

"Ya"

Kiriha mengangguk dan mengangkat apa yang ada di tangannya ke atas kepalanya

"....'Menepuk air didulang, terpercik ke muka sendiri'"[10]

"Alat yang aku pasang!?"

Apa yang dipegang Kiriha di atas kepalanya adalah penghalang distorsi ruang yang digunakan Clan melawan Theia beberapa saat lalu. Alat itu masih aktif dan sekarang terarah ke arah Clan.

"....Kau hampir menang, Bulan dari Schweiger atau apalah"

Karena senjata yang dipanggil Clan berukuran besar, ledakannya tentu saja beberapa kali lebih besar dari yang terjadi pada Theia.


Part 8[edit]

Setelah asap ledakan mulai menghilang, Clan tidak nampak di tempat itu sama sekali. Hanya bagian-bagian senjatanya yang tersisa.

"Jadi dia kabur...rencananya mungkin tidak seberapa, tapi dia hebat dalam hal berlari..."

"Theia-dono, apa kau yakin kita tidak usah mengejarnya?"

"Tidak apa-apa. Dia memang hebat dalam hal kabur. Mengejarnya akan membuang-buang waktu"

Theia hanya mengangkat bahunya ke arah Kiriha dan membuang serpihan-serpihan senjata Clan, yang berguling turun dari panggung dan berhenti setelah menabrak Koutarou.

"A, aku pikir aku bakal mati..."

Koutarou saat itu berbaring di atas panggung dengan merentangkan tangan dan kakinya. Tenaganya habis setelah bergerak nonstop selama gladi bersih.

"Karena apa? Capek atau karena Clan?"

"D-Dua-duanya..."

Hari ini terlalu banyak aksi...

Koutarou merasa ingin cepat-cepat pulang dan langsung tidur.

"Tunggu, aku lepaskan dulu zirah itu darimu"

Biasanya, Theia akan meledek Koutarou yang berada dalam keadaan itu, tapi kali ini dia bersikap baik.

Kerja bagus untuk hari ini, Koutarou..

Bahkan Theia merasa tidak pantas baginya untuk berteriak pada Koutarou hari ini, dan mendekatinya dengan senyuman lembut yang jarang terlihat.

"Tulip, maaf ganggu pas moodmu lagi bagus-"

Saat Theia mendekat, Koutarou memanggilnya dengan wajah serius.

"Kenapa?"

"Itu rusak"

"Eh?"

"Aku bilang, itu rusak"

Saat Theia berjongkok, Koutarou menunjukkan kepadanya replika pedang Ksatria Biru. Pedang itu patah sekitar sepuluh sentimeter dari gagangnya.

"Kayaknya patah pas aku nyerang sekuat tenaga tadi. Pas aku perhatiin, ternyata udah rusak. Maaf ya"

Koutarou tahu Theia begitu menjaga dan menghargai semua yang berhubungan dengan Ksatria Biru, dan dia takut kalau Theia akan memarahinya lagi.

Pedang adalah jiwa sang ksatria.

Koutarou bisa membayangkan Theia sedang memarahinya.

"Begitu. Jadi pedangnya patah..."

"Eh?"

Namun, berlawanan dengan apa yang diharapkan Koutarou, Theia tidak marah. Sementara Koutarou memandanginya dengan tatapan heran, Theia memanggilnya sembari tertawa.

"Kenapa kau keheranan seperti itu? Fufufu"

"Apa maksudnya? Kamu nggak marah? Biasanya kamu cerewet soal pedang itu jiwanya ksatria..."

"Kau bodoh!! Jadi, rupanya kau tidak mengerti juga apa yang aku bicarakan!?"

Theia menaikkan alisnya begitu mendengar kata-kata Koutarou, dan dia marah karena Koutarou tidak mengerti apa yang Theia berusaha katakan kepadanya, bukan karena Koutarou yang mematahkan pedang itu.

"Pedang adalah jiwa sang ksatria karena sumpah yang ada di dalamnya! Apa yang tidak bisa hancur adalah sumpah itu sendiri, bukan pedangnya!"

Theia dengan semangat mengayunkan pedang yang rusak itu sembari memarahi Koutarou.

"Itulah kenapa pedang ini belum rusak! Kenapa kau tidak bisa mengerti hal semudah itu!"

"Sikap ksatria susah banget buat dimengerti"

Theia hanya terdiam saat Koutarou mengeluh, dan mulai melotot pada Koutarou sambil berbicara dengan pelan:

"....Baiklah kalau begitu. Kau akan terus berlatih sampai menjadi ksatria"

Meskipun nadanya pelan, amarah yang tersimpan di dalamnya lebih dari pada yang sebelumnya. Theia pun menyipitkan matanya dan melotot tajam ke arah Koutarou.

"Ehhh!? Belon selesai!?"

"Memangnya bisa kubiarkan selesai begitu saja! Kalau aku membiarkanmu menjadi ksatria setengah matang, itu akan mencemarkan nama keluarga Mastir! Setidaknya, kita akan tetap berlatih sampai debutmu nanti!"

"Nggak mau!! E-Enak aja!!"

Gladi bersih dan pertarungan melawan Clan telah berakhir.

Namun, nampaknya latihan Koutarou masih belum berakhir. Saat Koutarou dan yang lainnya mulai tenang, di dalam ruang perlengkapan, Clan - yang dikira semua orang sudah menghilang - mulai beraksi kembali.

"Theiamillis-san, dan si Ksatria Biru palsu itu...Kau membuat kesalahan besar kalau kalian berpikir aku akan mundur hanya karena hal seperti ini...!"

Clan menyeret badannya yang terluka karena ledakan ke arah panggung. Meskipun badannya terluka parah, matanya masih terbakar oleh api kemarahan.

"Aku tidak terima, tidak mungkin aku bisa kalah! TIdak mungkin aku bisa kalah dari Theiamillis-san dan si Ksatria Biru palsu itu! Tidak mungkin aku bisa menerimanya!!"

Hal yang bisa menahan Clan agar dia tidak pingsan adalah penolaka kekalahannya yang begitu besar dari Theia. Kalau bukan karena itu, dia pasti sudah pingsan sedari tadi.

"Fu, fufufu, 'Menepuk air didulang, terpercik ke muka sendiri', ya!? Kalau begitu, kalianlah yang akan terkena cipratan terakhirnya!!"

Clan mengeluarkan sebuah kotak kecil dengan sebuah tombol.

"Aku tidak mau menggunakan ini sementara aku masih meneliti ini, tapi...karena sudah begini keadaannya, aku tidak punya pilihan lain...fufufu"

Yang dipegang Clan saat itu adalah pengendali tipe bom baru menggunakan teknologi ruang-waktu yang dibuatnya sendiri. Meskipun kekuatannya tidak sama dengan bom yang sudah-sudah, bom itu bisa menghancurkan apapun di dalam jarak yang sudah ditentukan.

"S-Selamat tinggal, Theiamillis-san. Senang bisa me--"

Tapi, Clan tidak bisa menekan tombol itu. Tepat di saat dia akan menekannya, sesuatu jatuh di atasnya dan membuatnya pingsan.

Dan dengan begitu, serangan terakhir Clan pun gagal.


Part 9[edit]

Kurang lebih sudah 20 menit berlalu sejak Yurika bersembunyi di ruangan itu. Dia bisa mendengar keributan di luar, tapi dia lebih mementingkan krisisnya sendiri.

"....Aku nggak kuat lagi...aku jatuh, jatuh!"

Kaki dan tangan Yurika sudah mencapai batas kekuatannya semenjak beberapa saat lalu. Saat dia kabur ke ruangan perlengkapan, dia menduga kalau dia akan langsung ditemukan kalau dia bersembunyi sekenanya saja. Jadi, saat Yurika, yang tidak biasanya menggunakan otaknya, berpikir, dia mendapat ide untuk bersembunyi di ventilasi udara yang mengarah ke langit-langit. Sementara lokasinya untuk bersembunyi susah untuk ditemukan, ventilasi udara itu dibuat secara diagonal. Jadi, agar Yurika bisa bersembunyi di sana, dia harus menggunakan kekuatan badannya untuk menahan badannya.

Namun, Yurika masih memilih untuk bersembunyi di sana. Kalau dia bisa menghindar dari Ruth, dia bisa bersembunyi di ruang perlengkapan untuk waktu yang lama - ide yang cukup bagus untuk Yurika.

"Nggak bisa, aku nggak kuat lagi...a-aku jatuh~"

Tapi, Ruth tidak muncul, tidak peduli berapa lama Yurika menunggu. Tentu saja Yurika tidak berencana untuk turun sampai Ruth muncul. Sewaktu-waktu tikus akan berlari diatasnya, atau laba-laba akan berjalan di dekat tangannya, tapi Yurika tetap bertahan dan menunggu selama 20 menit.

Saat itulah pintu ruangan perlengkapan terbuka dan seorang gadis muncul. Yurika pun menggunakan segenap kekuatannya untuk bertahan karena yakin kalau itu adalah Ruth.


"Aku tidak mau menggunakan ini sementara aku masih meneliti ini, tapi...karena sudah begini keadaannya, aku tidak punya pilihan lain...fufufu"

"Huh?"

Namun, gadis itu bukanlah Ruth. Saat Yurika menyadari itu, dia menjadi putus asa dan semua ketegangannya menghilang.

"H-Hercules-chan, pinjemin aku kekuatanmu!"

Rokujouma V4 283.jpg

Tanpa apapun baginya untuk bergantung, kaki dan tangan Yurika sudah mencapai batasnya, dan dia tidak punya cukup kekuatan untuk melepas satu tangannya dan menggunakan sihir. Tentu saja, saat dia menanyakan pertolongan kepada Hercules, dia tidak mendapat balasan.

"Aku nggak kuat lagi! Maafin aku, Hercules-chan! Maaf!"

Yurika akhirnya jatuh, dan yang bisa dilakukannya hanyalah memeluk sangkar serangga itu agar tidak hancur.

Lantai ruangan itu lebih empuk dari yang dibayangkan Yurika.

"H-Huh?"

Yurika telah menyiapkan dirinya kalau-kalau benturannya kuat, tapi hal itu tidak terjadi saat dia perlahan-lahan membuka kedua matanya.

"S-Syukurlah, Hercules-chan baik-baik saja..."

Hal pertama yang bisa dilihatnya adalah sangkar serangga yang berisikan Hercules. Untungnya, sangkar itu selamat dari benturan dan tidak terlihat retak sama sekali. Hercules yang berada di dalamnya pun bergerak dengan penuh semangat.

"Mmm~"

Setelah menghela nafas lega karena melihat Hercules yang baik-baik saja, Yuria menenangkan dirinya dan memperhatikan kalau dia duduk di atas sesuatu.

"U-Uhm..."

Dia kuatir kalau dia sudah merusak sesuatu seperti properti panggung.

"Eh!?"

Namun, yang diduduki oleh Yurika bukanlah properti panggung, tapi seorang gadis yang memakai gaun berwarna hitam dan putih. Saat dia sadar kalau dia duduk di atas seseorang, Yurika dengan buru-buru beranjak dari sana.

"Kya, t-tidaaak--"

Yurika hampir saja berteriak, tapi dia dengan cepat menutup mulutnya. Kalau dia berteriak disini, Ruth mungkin akan muncul; tapi kalau tidak, situasinya akan tetap kacau seperti ini.

"A-A-Aku harus ngapain!? A-Aku nggak bisa ninggalin dia kayak begini, tapi aku juga nggak bisa manggil orang!"

Yurika berlari kebingungan membentuk lingkaran sambil tetap memegang sangkar Hercules. Setelah melakukan itu selama beberapa saat, Yurika mengambil keputusan dan berhenti berlari.

"O-Oke, mari kita anggap kalau ini nggak pernah terjadi..."

Karena dia kuatir kalau ada seseorang yang melihat kalau Yurika melukai seseorang, Yurika berencana menyembuhkan gadis itu menggunakan sihir.

"Ini demi Hercules! Itu benar, aku melindungi mimpi pemilik Hercules! Ini adalah tugas bagi gadis penyihir!"

Gadis penyihir cinta dan keberanian ☆ Rainbow Yurika.

"Datanglah, Angel Halo!"

Tanpa ada seseorang yang menyadarinya, Yurika memukul pingsan Clan dan lalu menyelamatkannya.


Ksatria Biru Theiamillis[edit]

Part 1[edit]

Rabu, 11 November

Festival budaya berlanjut selama dua hari dan berakhir tanpa adanya masalah. Tentu saja, ini termasuk drama yang dipentaskan klub drama, 'Sang Puteri Perak dan Sang Ksatria Biru'. Drama itu menerima banyak pujian, terlebih bagi Harumi yang memerankan sang Puteri Perak. Karena itulah, diputuskan kalau mereka akan melanjutkannya tahun depan.

Yurika dapat mengembalikan si kumbang Herkules ke pemiliknya dengan selamat. Tapi, kelihatannya Yurika menjadi sangat sayang dengan Hercules dan berpisah dengannya adalah hal yang berat bagi Yurika. Dia lalu menangisi itu selama beberapa menit setelahnya.

Clan tidak muncul di hadapan Koutarou dan yang lainnya lagi setelah pertarungan yang terjadi saat pesta. Meskipun mereka berjaga-jaga selama beberapa hari setelah itu, Blue Knight mendeteksi distorsi ruang yang berukuran besar. Menurut analisis Blue Knight, itu disebabkan oleh Hazy Moon yang meninggalkan Bumi. Kalau analisis Blue Knight benar, itu berarti Clan telah meninggalkan Bumi dan kembali ke Forthorthe.

Dengan demikian, Koutarou dan yang lainnya kembali ke kehidupan mereka yang normal, dan pertarungan memperebutkan kamar yang kecil itu mungkin akan berlanjut, tapi anehnya Koutarou merasa kalau itu adalah yang terbaik.

Tapi, tidak semuanya kembali menjadi normal. Tanpa ada seorang pun yang sadar, ada perubahan yang perlahan mulai terjadi.

Kamar 106 terdengar sunyi malam itu.

Meskipun Koutarou berguling-guling kesana kemari saat dia tidur, dia tidak mendengkur maupun berbicara dalam tidurnya. Hal yang bisa terdengar hanyalah detik jarum jam dan suara nafas Koutarou selain suara yang dihasilkan saat dia menabarak sesuatu saat berguling.

Dua orang lain pun juga tertidur di tempat mereka masing-masing: Sanae di langit-langit, dan Yurika di dalam lemari. Karena itulah, kamar 106 cukup hening sampai-sampai suara rumput yang tertiup angin pun bisa terdengar dari dalam kamar.

Malam itu adalah malam musim gugur yang tenang. Biasanya, waktu akan berjalan dengan damai dengan ditemani suara detik jam dan nafas Koutarou, tapi tidak untuk hari ini.

Saat jarum jam menunjuk ke angka dua, dinding yang berada di bagian paling dalam kamar mulai berpendar. Hal yang terjadi kemudian adalah kaki yang melangkah dari balik dinding. Pemandangan itu tampak misterius, hampir seperti ada seseorang di sisi lain tembok itu.

Setelah kaki yang dibungkus oleh stocking itu telah mengetahui dimana ia berpijak, kaki itu kembali masuk ke dalam tembok yang berpendar itu. Setelahnya, seorang gadis yang mengenakan gaun putih bersih datang dari balik tembok.

"..."

Setelah keluar dari tembok, si gadis melihat ke arah kakinya. Setelah memastikan kalau yang dipijaknya adalah tatami, dia melemaskan pundaknya dengan wajah yang terlihat lega.

"...Yang Mulia"

Selanjutnya, seorang gadis lain yang memakai seragam militer muncul dari tembok. Dia melakukan hal yang sama dengan gadis pertama dan melihat ke bawah untuk memastikan pijakannya sebelum memperlihatkan raut wajah lega.

"Aku tidak menyangka akan kuatir dengan posisi tidur hambaku sendiri..."

"Mau bagaimana lagi, Yang Mulia. Kita tidak bisa menginjak Satomi-sama saat ini..."

Tentu saja, kedua gadis yang keluar dari tembok itu adalah Theia dan Ruth.

"Itu benar"

Keduanya tertawa kecil dan mendekati Koutarou yang sedang bersandar pada dinding. Namun, ada yang janggal pada mereka; saat itu mereka berdua memakai pakaian yang terlihat lebih mewah dibanding biasanya.

Meskipun gaun yang dikenakan Theia putih seperti biasanya, ada desain formal yang bisa terlihat pada gaun itu. Selain itu, dia memakai lebih banyak perhiasan dibanding biasanya, dan tiara yang ada di kepala Theia berhiaskan dengan permata yang kelihatannya bernilai milyaran.

Seragam militer yang dipakai Ruth pun juga berbeda dibanding biasanya. Seragamnya saat itu punya warna elegan dengan dekorasi yang beragam; dengan memprioritaskan desain di atas mobilitas, dan memang diperuntukkan untuk upacara-upacara tertentu.

Yang lebih aneh dibandingkan pakaiannya saat itu adalah dia membawa pedang di tangannya. Dia membawa pedang itu - yang mempunyai desain yang sama dengan pedang yang dirusak oleh Koutarou - dekat dengan dadanya.

Setelah mereka mendekati Koutarou, mereka berbaris dan duduk di sebelah Koutarou.

"Dia tidur tanpa peduli apa yang ada disekitarnya...dia bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi.."

"Kalau begitu, kita bisa melakukannya dengan berani pada siang hari"

Agar mereka tidak membangunkan Koutarou maupun Sanae, mereka berbisik satu sama lain.

"Aku tidak mau itu"

Theia menggelengkan kepalanya, yang diikuti dengan goyangan gaun dan perhiasannya. Pakaiannya yang mewah membuatnya lebih susah untuk bergerak di kamar yang kecil itu.

"Karena keadaannya, ini adalah pertukaran yang bagus..."

"Fufufu, oh Yang Mulia..."

Ruth membungkukkan badannya saat dia mencoba menahan tawanya.

"Diamlah, Koutarou akan bangun"

"Y-Ya...kalau begitu mari selesaikan urusan kita"

"Ya, ayo kita lakukan...Ruth, berikan aku Saguratin"

"Ini, Yang Mulia"

Ruth menghunus pedang yang dibawanya - pedang yang berharga bagi Theia, Saguratin.

Pedang itulah yang diberikan pada Theia saat kelahirannya, dan lambangnya, sebuah bunga emas, terukir pada pedang itu.

"Yang Mulia"

"Ya"

Setelah menerima pedang itu dari Ruth, Theia berbalik menghadap Koutarou.

"...Koutarou"

Theia mulai berbisik sambil tersenyum ke arah Koutarou.

"Kau telah melayaniku dengan luar biasa saat puteri kedua Clariossa muncul. Aku benar-benar berterima kasih untuk perbuatanmu yang telah melindungiku dari bahaya. Pada keadaan yang seharusnya, aku akan memberimu apapun yang akan kau minta, tapi karena kali ini aku sedang bepergian, aku tidak bisa melakukan hal itu"

Saat Theia mengatakan itu, dia memegang pedangnya dengan kedua tangannya.

"Jadi, sebagai tanda terima kasihku, aku akan menganugerahkan padamu pangkat dan gelar seorang ksatria. Tapi, kau tidak akan terima jika aku memperlakukanmu sebagai hambaku. Itulah mengapa aku datang pada malam selarut ini hanya dengan Ruth sebagai satu-satunya saksi"

Theia melanjutkan bisikannya dengan lembut, tapi dia merasa sedih karena sebenarnya dia ingin melakukan itu secara langsung.

"......Maafkan aku, Koutarou. Aku tidak tahu cara lain untuk menyampaikan rasa terima kasihku. Kau bisa menertawakan diriku yang merupakan seorang puteri yang terlalu lama berada di istana jika kau mau. Aku tidak tahu cara lain untuk menjalani hidup hingga aku datang ke tempat ini"

Theia menunjukkan senyumnya yang terlihat kesepian, dan dia dengan pelan mengarahkan bagian datar pedangnya pada pundak Koutarou.

"Jangan bergerak sekarang, Koutarou. Kalau kau bergerak, aku mungkin akan menyakitimu..."

Pertama pundak kanan, lalu pundak kiri; itulah urutan yang secara adat-istiadat dilakukan saat menganugerahkan gelar ksatria kepada seseorang di Forthorthe, lalu pangkat dan gelar ksatria pun diumumkan.

".....Satomi Koutarou. Theiamillis Gre Forthorthe Mastil Sagurada von Forthorthe menganugerahkan kepadamu gelar dan pangkat ksatria dengan gelar 'Ksatria Biru Theiamillis'"

Ruth menyerahkan sarung pedang itu kepada Theia setelah menunggu Theia selesai menganugerahkan semua itu.

"....Yang Mulia"

"Ya"

Theia menerima sarung pedang itu dan dengan pelan menyarungkannya kembali.

"Dan sebagai tambahan, aku akan memberikan pedang ini kepadamu sebagai pengganti pedang yang telah kau patahkan. Aku akan menyimpannya untukmu, jadi beri tahu aku kapanpun kau membutuhkannya"

Setelah Theia mengatakan itu, dia menyerahkan pedang itu kepada Ruth. Setelah menerima pedang itu, Ruth memegangnya dengan rasa sayang yang begitu besar, karena saat itu dia sedang bahagia.

Meskipun keadaan itu terlihat sepihak, Ruth senang saat Koutarou dan Theia telah membentuk ikatan tuan dan hamba, dengan pedang itu sebagai buktinya. Baginya, tidak ada yang lebih berharga dari itu.

"Kerja bagus, Yang Mulia"

"Ya..."

Dengan itu, mereka telah melakukan semua yang harus mereka lakukan, dan karena itulah raut wajah mereka terlihat lebih cerah.

"Mmm, Mmm~"

Saat itulah, kelopak mata Koutarou mulai bergerak, yang mungkin disebabkan karena dia sadar kalau Theia dan Ruth ada disana, atau hanya kebetulan semata.

"Mm~"

Saat Koutarou membuka matanya, dia memperhatikan kalau Theia ada didepannya.

"...Hm? Apa...udah waktunya buat latihan...?"

Koutarou beranggapan bahwa saat itu sudah waktunya untuk berlatih selagi setengah tertidur.

Theia tersenyum padanya dan menggelengkan kepalanya.

"Bukan. Latihannya ditunda untuk waktu yang sedikit lama..."

"Begitu...Huaaah, kalau gitu aku tidur lagi ya...bangunin kalau udah waktunya..."

"Ya, akan kubangunkan..."

Koutarou langsung tertidur kembali.

Theia dan Ruth telah melakukan semua yang harus mereka lakukan. Mereka tidak punya alasan lagi untuk berada di kamar itu, tapi keduanya tidak beranjak sama sekali.

"...Istirahatlah, ksatriaku..."

"Selamat malam, Satomi-sama..."

Tanpa bergerak sedikitpun, mereka hanya memandangi rekan pertama mereka - dengan artian yang sesungguhnya - yang telah mereka temukan di ujung jagad raya ini.


Part 2[edit]

Beberapa hari setelah festival budaya berakhir, seorang murid pindahan tiba di SMA Kitsushouharukaze.

"Jadi ini klub cosplay..."

Murid pindahan itu adalah seorang gadis.

"Memang tempat yang bagus untuk menyembunyikan identitasmu. Yang bisa kukatakan cuma 'kerja bagus'"

Umurnya 16 tahun, sama dengan Koutarou dan yang lainnya, dan dia juga murid kelas satu.

"Aku pikir dia cuma pengecut yang bodoh, tapi kelihatannya aku harus mengubah evaluasiku...itu, atau dia punya teman yang pintar...yang manapun, aku nggak boleh ceroboh"

Setelah dia menggumamkan hal itu, dia mengetuk pintu di depannya.

"Sebentar"

Sebuah jawaban bisa terdengar dari balik pintu. Dia lalu berkata kepada suara yang ada di balik pintu.

"Permisi, aku mau bergabung!"

"Ketua! Ada yang mau gabung!"

"B-Beneran!? Yakin itu bukan klub lain yang mau jahil!?"

"Tunggu saja, Yurika.....fufufu..."

Tujuan aslinya adalah Yurika.

Dia akan mengalahkannya dan mengambil alih titik kekuatan yang dilindungi Yurika untuk dirinya sendiri.

Dia adalah salah satu dari musuh yang disebutkan ada oleh Yurika dengan penuh keras kepala - gadis penyihir jahat.


Kata Penutup[edit]

Lama tidak berjumpa, semuanya. Takehaya disini. Setahun telah berlalu sejak volume pertama dijual, dan sekarang volume keempat sudah dirilis. Karena volume yang ada sudah mulai menumpuk, ceritanya pun mulai berlanjut. Saat ini adalah saat yang penting. Aku akan tetap berusaha keras juga di masa mendatang, jadi tolong tetap dukung aku.

Aku terus mengatakan kalau aku akan pindah, tapi aku akhirnya memutuskan dimana. Aku berencana pindah pada awal Maret. Tempatku tinggal saat ini agak susah bagiku untuk bekerja, jadi meskipun aku sedang sibuk aku tetap berencana untuk pindah. Mungkin itu lebih baik buatku, untuk kedepannya. Aku akan mulai dengan volume lima setelah aku selesai pindah.

Oh ya, aku juga diminta untuk menyebutkan ini di kata penutup, tapi, kelihatannya website HobbyJAPAN berencana mengumumkan informasi baru soal Rokujouma. Tapi, saat aku menulis kata penutup ini masih belum diputuskan kalau mereka akan melakukannya atau tidak. Meskipun mereka melakukannya,masih belum diputuskan apa yang akan mereka lakukan. Aku betul-betul menghargai kalau kalian melihatnya. Aku penasaran apa yang akan mereka lakukan...Hmmm...?

Ada banyak hal yang mau kutulis, tapi untuk saat ini aku cukupkan sampai disini. Karena hanya ada dua halaman untuk kata penutup ini, aku hampir kehabisan tempat.

Akhirnya, aku ingin berterima kasih kepada para penerbit yang telah bekerja keras, untuk ilustrator Poko-san yang mau mendengar permintaanku yang tidak masuk akal, teman-temanku yang selalu tersenyum dan mendengarkanku saat aku menceritakan hal-hal konyol, dan kepada semua orang yang membeli novel ini.

Sampai kita bertemu lagi. Kuharap, di kata penutup volume lima yang kutulis di rumah baruku.


Januari 2010,

Takehaya




Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. 'Everybody?', tapi karena kalau diterjemahkan ke 'Semuanya?' atau 'Hadirin?' dirasa kurang cocok...
  2. Sama dengan 'Diem aja deh!' beberapa kalimat sebelumnya, karena kata-kata yang dipakai juga persis sama: 'Shut it, leave me be!'
  3. https://id.wikipedia.org/wiki/Penulis_bayangan
  4. https://en.wikipedia.org/wiki/Automatic_writing
  5. https://id.wikipedia.org/wiki/Satire
  6. Salah satu hari libur nasional di Jepang
  7. Kumbang khas Jepang dengan nama ilmiah Rhomborrhina japonica
  8. Yurika langsung masuk peran dengan menyuarakan ringkikan kuda
  9. Para pembeli di toko apapun di Jepang, baik restoran, supermarket dan semacamnya, akan selalu diperlakukan dengan sopan dan hormat oleh para petugas yang ada
  10. Artinya: Orang yang berbuat jahat akan menerima kembali kejahatannya sendiri


Kembali ke Jilid 3 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Jilid 5