Rokujouma (Indonesia):Jilid 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ilustrasi Novel[edit]

Ini adalah ilustrasi novel yang termasuk dalam Volume 5.



Rencana Besar Yurika[edit]

Part 1[edit]

Senin, 16 November

“Nijino-san, e-em....”

Harumi mengumpulkan semua keberaniannya dan mulai berbicara.

“Ada apa?”

Tapi, Yurika tidak tahu sama sekali apa yang sedang dirasakan Harumi. Dia hanya emmandang Harumi dengan polos sambil menyeruput jus jeruk miliknya menggunakan sedotan.

“S-Sebenarnya, aku ingin bertanya padamu...”

Sudah beberapa saat berlalu sejak Harumi bisa mengatakan kalimat itu. Karena itulah, kopi yang ada di depannya sudah mendingin. Meskipun kopi itu disajikan dengan menggunakan gelas kertas yang membuatnya dingin lebih cepat, rupanya waktu sudah berjalan cukup lama.

“Silahkan! Aku bakal ngelakuin apapun buat kamu, Sakuraba-senpai!”

Yurika menerima permintaan Harumi dengan penuh senyum bahkan sebelum dia tahu Harumi akan menanyakan apa.

Mereka telah menjadi teman semenjak mereka berlari bersama saat festival olahraga. Bagi Yurika, Harumi adalah senior yang dihormatinya, dan seorang teman yang tak tergantikan. Karena itulah, niatan untuk menolak permintaan dari temannya tidak sekalipun muncul di benaknya.

Melihat Yurika melakukan hal itu, Harumi pun menghela nafas lega.

“Terima kasih, Nijino-san”

“Jadi, kamu mau tanya apa?”

“I-Itu...”

Harumi mulai ragu – pipinya mulai memerah saat dia menundukkan wajahnya.

Tetap semangat, Harumi! Kalau kamu menyerah sekarang, tidak akan ada yang berubah!

Harumi menegur dirinya sendiri dan kembali mengangkat wajahnya – yang masih merah – tapi dari sana terpancar tekadnya yang kuat.

“Yang ingin kutanyakan kepadamu adalah.....tentang...Satomi-kun...”

Satomi-kun. Tepat saat dia menyebutkan namanya, jantung Harumi mulai berdetak kencang. Ini terjadi setiap kali Harumi menyebutkan nama Koutarou dan Harumi hampir mencapai batasnya, itulah kenapa dia saat ini sekarang berbicara dengan Yurika.

“Satomi-san? Ah, apa dia jahat sama senpai!?”

Tepat saat Yurika mendengar nama Koutarou, hal pertama yang muncul dibenaknya adalah kebiasaan Koutarou sehari-hari. Dia bukan orang jahat, tapi tetap saja dia punya sisi yang kasar. Lagipula, tidak peduli seberapa keras Yurika mencoba, dia tidak bisa meyakinkan Koutarou soal sihir. Yurika berpikir kalau Harumi telah sakit hati karena Koutarou mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya.

“Dia memang suka begitu orangnya!”

“B-Bukan, bukan seperti itu!”

“Tapi, kamu tahu, Sakuraba-senpai, meski dia kayak begitu, dia bisa baik juga. Jadi—“

“Bukan itu. Aku tahu Satomi-kun adalah orang yang baik, itulah kenapa aku sedang kesulitan saat ini!”

“...Eh?”

Nada bicara Harumi membuat Yurika keheranan. Dia sampai lupa dengan apa yang akan dikatakannya.

“Satomi-kun memang orang baik. Dia bisa mengerti kesulitan yang dihadapi orang lain. Dia rajin, tekun, juga ceroboh. Tapi, itu sebabnya aku kesulitan”

Nada bicara Harumi kembali normal. Yurika yang menyadari hal itu menyeruput jus jeruknya dan membetulkan posisi duduknya untuk memperhatikan apa yang akan dikatakan oleh Harumi.

“Maksudnya?”

“I-Itu...Aku...ingin bisa akrab dengan Satomi-kun...”

“Akrab? Bukannya kalian udah akrab? Kalian kan merajut bareng-bareng di klub merajut setiap hari?”

Bagi Yurika, Koutarou dan Harumi sudah terlihat akrab. Selain dari kegiatan klub sehari-hari mereka di klub merajut, akting mereka saat drama di festival budaya membuat hal itu jelas. Baginya, mereka berdua sudah berada dalam hubungan senior-junior yang sangat baik.

“Maksudku bukan dalam arah seperti itu...Yang kumaksud...em...arah yang...”

Pipi Harumi semakin memerah dan pandangannya turun ke arah meja. Dia terlalu malu untuk melihat langsung ke arah Yurika. Kepalan tangannya yang ada di atas pangkuannya gemetaran saat dia berusaha mengucapkan beberapa patah kata selanjutnya.

“M-Maksudnya ke arah itu toh”

Pipi Yurika juga memerah karena dia mengerti apa yang dimaksud Harumi. Keduanya lalu saling berpandangan selagi pipi mereka masih bersemu merah. Tapi, kali ini kesunyian diantara mereka tidak bertahan begitu lama.

Aku harus tetap semangat...aku tidak bisa terus begini!

Harumi kembali menegur dirinya sendiri dan mulai berbicara.

“Tapi...Satomi-kun...betul-betul menghargaiku, itu karena dia tidak mau melangkah lebih jauh lagi...”

“Ah...kayaknya sih begitu...”

Yurika bisa mengerti apa yang Harumi maksud.

“Satomi-san memang pengertian soal hal-hal yang aneh”

“...Itulah sebabnya aku...mau Satomi-kun memperlakukanku lebih kasar lagi...seperti yang dia lakukan padamu atau, em, Theiamillis-san...”

“Kayak aku sama Theia-chan?”

Hal itu cukup mengagetkan bagi Yurika yang ingin diperlakukan layaknya Harumi. Dia ingin Koutarou memperlakukannya dengan baik, dan menghargai apa yang dikatakannya. Pendeknya, dia ingin Koutarou percaya kalau dia adalah gadis penyihir. Tapi, Harumi sendiri berkata kalau dia ingin diperlakukan seperti Yurika. Tentu saja ini mengejutkan bagi Yurika.

“Y-Ya. Jadi tolong katakan padaku. Apa yang harus kulakukan agar Satomi-kun memperlakukanku seperti kamu atau Theiamillis-san?”

Saat itu, Harumi teringat Koutarou saat dia berlatih aktingnya dengan Theia.

Kalau saja Satomi-kun bisa memperlakukanku sama seperti dia memperlakukan Theiamillis-san...

Koutarou memang tidak segan-segan terhadap Theia. Dia tidak segan-segan mengajukan keluhannya pada Theia, yang terkadang berakhir dengan adu tinju antara mereka berdua. Tapi Harumi tahu kalau Koutarou mengeluh atau bertengkar dengan Theia hanya karena Koutarou mempercayai Theia. Dibandingkan dengannya, Harumi diperlakukan layaknya seorang pembeli[1] , atau paling bagus, seorang tuan puteri – Koutarou masih segan dengan Harumi.

“.....Mungkin aku harus mengubah penampilanku? Theiamillis-san punya kesan sebagai orang yang lincah. Dan kamu, Nijino-san, kamu punya..cosplay, ya? Kamu hebat dalam hal itu...”

Harumi mulai memainkan rambutnya yang panjang. Kalau memang dibutuhkan, dia siap untuk memotongnya. Harumi terlihat serius tentang hal ini.

“S-Sebaiknya jangan deh! Nggak enak diperlakuin kayak kami! Satomi-san jahat sama kami dan nggak ambil pusing buat mukul kami di kepala!”

“Tapi, Satomi-kun tidak pernah memukulku atau bahkan jahat padaku...”

“Aku nggak pernah dihargain atau diperlakuin dengan lembut—“

Ah...

Yurika menyadari apa yang dikatakannya dan menghentikan dirinya.

Bisa jadi aku udah dihargai sama Satomi-san...dan diperlakuin dengan lembut...

Seperti biasanya, Koutarou tidak akan percaya padanya saat membahas dirinya yang sebagai gadis penyihir, tapi dia menolongnya dalam kasus kumbang Hercules, dan saat naskah mereka ditolak, mereka makan mi instan bersama-sama untuk meredam kesedihan mereka.

Yurika memang telah dibully dan melakukan hal bodoh lalu dipukul karenanya. Dia juga telah dihargai dan diperlakukan dengan lembut. Dia telah mengalami semua hal itu.

Mungkin Theia-chan juga kayak gitu. Kalau begitu...

Yurika akhirnya mengerti apa yang ingin dikatakan Harumi.

“Aku ngerti, Sakuraba-senpai! Meskipun aku nggak akan banyak berguna, tolong biarkan Nijino Yurika ini menolongmu!”

“T-Terima kasih, Nijino-san!”

Yurika tersenyum dan menerima permintaan Harumi. Air mata bahagia bisa terlihat mulai mengalir dari sisi-sisi mata Harumi yang juga tersenyum. Senyumannya yang begitu indah membuat Yurika kehilangan kata-kata.

Kalau Satomi-san liat ini, dia pasti kena instant KO...

Yurika hanya bisa merasa kalau senyuman itu terbuang sia-sia padanya.

“Kalau kupikir-pikir lagi, Satomi-san selalu ngeledek kami kalau kami lagi ngomong atau ngelakuin sesuatu...”

“Begitu...”

Harumi mulai mencatat di bukunya – Yurika sudah mengajarkannya semua tentang Koutarou selama beberapa saat ini.

Begitu. Jadi Satomi-san nggak ngomong sesuatu yang jahat tanpa alasan...?

Saat dia menjelaskan tentang Koutarou kepada Harumi, Yurika mulai bisa merasakan kembali orang seperti apa Koutarou itu.

“Tapi, kalau emang keterlaluan, dia bakal mukul aku secara refleks. Karena dia orangnya gampang cari ribut, selama ini selalu aja kayak gitu”

“Dia kadang bertengkar juga dengan Matsudaira-san”

“Kelihatannya si Mackenzie itu spesial. Meskipun mereka selalu berantem, mereka masih aja temenan. Bukannya cowok kayak begitu?”

“Mungkin ada sesuatu yang lebih hebat terjadi di masa lalu dibandingkan pertengkaran mereka sehari-hari”

“Mungkin...Oh iya, kita lagi ngomongin Satomi-san sekarang”

Yurika mengembalikan mereka pada pokok pembahasan awal. Saat ini, mereka perlu membahas apa yang harus Harumi mulai lakukan dari saat ini.

“Simpelnya, aku pikir kamu harus lebih egois lagi deh, Sakuraba-senpai”

“Egois?”

Harumi hanya bisa mengejapkan matanya berulang kali saat mendengar kata itu.

“Yap. Kalau dibandingin sama aku sama Theia-chan, kamu jarang ngomong apa-apa ke Satomi-san”

“Jarang mengatakan apapun...aku belum pernah mencoba melakukan hal itu...”

“Yah, anggap aja kamu lagi haus”

Karena Harumi masih belum mengerti, Yurika mencoba menjelaskan menggunakan contoh.

“Ya”

“Apa yang biasanya kamu lakuin, Sakuraba-senpai?”

“Uhm...Aku pikir aku akan menyeduh teh untuk kuminum dan menawarkan Satomi-kun”

“Kalau buat aku sama Theia, kamu nggak akan nyeduh teh apapun”

“Begitu?”

Yurika pun mengangguk.

“Aku nggak punya uang, jadi aku numpang di tempat Satomi-san. Theia-chan adalah tuan- maksudku, seorang nona, jadi dia bakal nyuruh Satomi-san buat bikinin dia teh”

“B-Begitu!?”

Mata Harumi terbelalak karena terkejut mendengar hal itu.

“Ya. Jadi dia pasti bakal neriakin kami agar jangan macam-macam”

“B-Begitu...jadi seperti itu rupanya”

Karena terkesan, Harumi mencatat hal itu. Menumpang tinggal atau menyuruh Koutarou untuk membuatkannya teh adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehnya.

“Kalau aku, aku bakal rewel dan Satomi-san bakal nyerah dan bakal bagi minumnya buat aku. Kalau Theia, mereka bakal berantem”

“...Itu sesuatu yang tidak pernah kubayangkan...”

Setelah mendengar contoh dari Yurika, Harumi hanya bisa terdiam keheranan.

Kamu tidak boleh terkejut, Harumi. Aku harus melakukan hal yang sama!

Tapi, dengan segera dia menyemangati dirinya sendiri.

“Meskipun kamu bilang aku harus lebih egois lagi, Nijino-san, aku tidak tahu caranya...”

“Nggak apa-apa. Aku udah baca shoujo manga[2] selama sepuluh tahun. Aku udah meneliti topik itu secara keseluruhan!”

“Seperti yang kuharapkan dari Nijino-san!”

Dia tidak bermain-main menjadi cosplayer. Dia bisa kuharapkan...

Harumi mengapresiasi Yurika dalam cara yang sebenarnya Yurika tidak inginkan.

“Untuk memulainya, aku pikir senpai bisa ngajak dia buat kencan”

“K-k-kencan!?”

Mendengar kata-kata itu, Harumi hanya bisa terdiam.

“Ya! Kamu dengan egois bilang kalau kamu pengen pergi entah kemana berdua. Terus, kalian pergi berdua dan kalian bakal tambah deket! Ini rencana dengan dua tahap!”

Yurika meletakkan tangannya di atas meja dan membungkukkan badannya ke arah Harumi saat mengatakan itu.

“A-Aku mengerti apa yang kamu maksud, tapi...bukannya itu terlalu cepat...untuk k-kencan...”

Harumi adalah orang yang pemalu dan sopan. Karena itulah, ketika dia tiba-tiba mendapat usul untuk pergi kencan, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

“Nggak apa-apa. Kalau gitu, kencan grup juga bisa. Kita bisa pakai itu sebagai cara masuk dan pelan-pelan kita ubah jadi kencan kalian berdua!”

Pertama, mereka akan mulai dengan kencan grup. Saat kencannya berlanjut, jumlah orang yang berpartisipasi akan berkurang secara perlahan sampai hanya tersisa mereka berdua saja. Kasus itu sering terjadi dalam manga wanita yang selalu dielu-elukan Yurika.

“K-kalau begitu, apakah kamu akan ikut bersama kami, Nijino-san?”

“Aku mengerti. Biarkan aku menemanimu”

Yurika mengangguk dengan penuh percaya diri, tapi dia sendiri masih tidak memperhatikan kesalahan yang fatal dalam rencananya.


Part 2[edit]

“Ah, berhenti menumpahkannya! Jangan membuat suara!”

Rokujouma V5 026.jpg

“Mana mungkin!”

Theia saat itu sedang geram kepada Koutarou – yang merupakan hal yang biasa di kamar 106, tapi hari ini ada sesuatu yang sedikit berbeda. Koutarou tidak memegang sumpit di tangannya, tapi beberapa alat aneh dari besi.

“Itu mungkin! Sudah berapa kali kukatakan kepadamu untuk menganggap ini sebagai pesta makan kaum bangsawan!”

“Mana mungkin aku bisa makan dengan bener kalau aku pake alat-alat dokter gigi buat makan!”

“S-A-L-A-H! Itu hanya untuk salad! Kenapa kau mencoba menggunakan itu untuk menyantap nasi!?”

Koutarou sedang memegang peralatan makan tradisional Forthorthe di tangannya. Benda-benda itu kemungkinan seperti pisau dan garpu di Forthorthe, tapi jumlah dan variasinya yang banyak membuat Koutaoru pusing.

“Banyak banget, mana mungkin aku bisa langsung inget semuanya!”

“Aku sudah memberimu contoh beberapa saat yang lalu! Aku akan melakukannya sekali lagi, jadi pastikan kau memperhatikannya! Kau melakukannya seperti ini! Yihat! Khamu bhisha memhakhannya dhenghan baihk! Ahpa kahmu muehngerhtih?”

“Ya kali aku bisa dalam sekali lihat, idiot! Ini bukan set pensil warna isi 100!”

“Aphua mhuakshudmuh dhengahn ihdiohft!? Itufh bhukanf chafra yangf bhuagus untufk beurfbicuara kepuada tuanfmu!”

“Yang Mulia, tidak sopan berbicara dengan makanan masih dimulut anda”

Meskipun festival budaya sudah selesai, latihan ksatria bagi Koutarou masih berlanjut. Koutarou bisa saja berhenti, tapi dia tidak bisa menolak saat dia diberitahu kalau itu akan membantu aktingnya dalam bagian kedua dari drama “Sang Puteri Perak dan Sang Ksatria Biru”. Dia ingin agar kemampuan aktingnya tidak memperburuk akting Harumi.

“Heh, rasain, kena marah”

*kunyah*kunyah*

Saat Koutarou meledek Theia, Theia dengan cepat mengunyah semua makanan di mulutnya. Saat dia selesai menelannya, Theia mendekatkan wajahnya kepada Koutaoru.

“....Koutarou, kelihatannya kau sangat ingin mati”

“Nggak juga. Aku udah berencana buat hidup panjang”

Urat nadi mulai muncul di wajah Theia, sementara Koutarou terus tersenyum mengejek. Tidak ada diantara mereka yang terlihat akan menyudahi pertengkaran itu.

“Kalau aku mau, aku bisa mengubah naskahnya agar kau berdiri dengan telanjang bulat di atas panggung”

“Nggak mungkin, kamu kan memuja si Ksatria Biru. Kalau cuma berhubungan sama aku, mungkin aja. Tapi kalau si Ksatria Biru udah terlibat, kamu nggak akan bisa seenaknya”

“Cih, kau sudah mempelajari sesuatu yang tidak perlu”

“Pujian itu adalah kehormatan bagiku, tuan puteri Theiamillis”

“Arrrgh! Kenapa kau tidak menaruh hormat padaku!?”

“Hmmm...hobi?”

“Jangan bertanya kembali padaku!!”

Pertengkaran Koutarou dan Theia kembali memanas. Sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka berdua untuk bertengkar, tapi belakangan ini pertengkaran itu lebih panas.

“Apa masalahnya sih, buruan makan dong! Ampun deh!”

Sanae bisa merasakan apa yang Koutarou makan saat dia bergantung ke Koutarou. Karena saat itu Koutarou dan Theia sedang bertengkar, Sanae harus menunggu sampai makan malam. Karena itulah dia merajuk saat mereka berdua terus bertengkar.

“Apa-apaan bor ini!? Aku makan apa pake ini!?”

“Ini untuk menghancurkan kulit kacang yang keras yang berasal dari bagian utara Mastir! Ini adalah alat untuk makan malam tradisional!”

“Mereka nggak dengar sama sekali....panggil aku kalau udah selesai ya?”

Sanae, yang masih merajuk, melepaskan dirinya dari Koutarou dan melayang pergi.

“Ampun deh, nggak kelihatan kalau kalian tuh akur apa nggak...”

“...”

Yurika saat itu sedang terfokus pada makanan yang berjajar di atas meja. Saat dia mendengar keluhan Sanae, dia menengok kearahnya. Karena Yurika miskin, dia akan makan kapanpun ada kesempatan, dan karena Koutarou akan berlatih untuk makan layaknya kaum bangsawan, Yurika turut diundang sebagai tamu. Yurika telah makan tanpa sungkan-sungkan, tapi setelah mendengar keluhan Sanae, dia menghentikan makannya.

“Akur atau tidak...huh..”

Yurika, yang sudah menghentikan makannya, memandangi Koutarou dan Theia yang masih bertengkar.

“Kalau gitu, bawa sini kacangnya! Bor ini nggak masalah buatku!”

“Baiklah! Kalau begitu, akan kubawa kesini! Ruth!”

“Ya, Yang Mulia”

Dan saat situasinya berlanjut, Yurika tidak terlihat akan menyelanya.

Apa yang bisa kubilang, entah baik atau buruk, nggak mungkin aku bisa ikutan...aku jadi ngerti kenapa Sakuraba-senpai kuatir...

Yurika mulai memperhatikan lebih dekat hubungan antara Koutarou dan Theia semenjak diskusinya dengan Harumi. Dia merasa kalau dia betul-betul mengerti apa yang membuat Harumi begitu kuatir.

“Sesuatu pasti telah terjadi saat kita tidak ada di tempat, yang merubah hubungan mereka”

“Kiriha-san”

Yurika menoleh ke arah Kiriha, yang saat itu tersenyum sambil menuang teh untuk dirinya yang sudah selesai makan.

“Kenapa kamu mikir begitu?”

“Kalau mereka benar-benar saling membenci satu sama lain, mereka tidak akan se-keras kepala itu”

Kiriha menaruh tekonya dan tersenyum kecut.

“Aku mungkin tidak tahan untuk diam lebih lama lagi. Kalau aku mau merayu Koutarou, aku harus segera melakukannya”

“....Benar juga”

Yurika mengacuhkan Kiriha yang entah serius atau tidak. Dia merasa bahwa lebih baik bagi Harumi untuk terjun beraksi langung lebih cepat daripada terlambat. Kalau saja, untuk suatu alasan, Koutarou dan Theia berhenti menjadi keras kepala, tidak diragukan lagi kalau mereka akan jadi sangat dekat dalam waktu yang sangat cepat. Yurika tidak bisa berhenti memikirkan hal yang sangat mungkin terjadi itu.


Part 3[edit]

“Kacang ini sekeras kepalamu!”

“Hm, rupanya kau hanya bisa bicara saja. Itulah kenapa aku mengatakan kalau kau perlu berlatih”

Dalam suasana yang serius, Theia dengan hati-hati menjulurkan tangannya di atas meja teh.

Permainan hari itu adalah Jenga, dimana para pemain menarik sebuah bagian alat permainan dari bawah dan meletakkannya di atas. Kalau bangunan Jenga-nya runtuh, maka pemain itu dinyatakan kalah. Meskipun peraturannya simpel, permainan itu butuh konsentrasi yang tinggi dan pergerakan yang tepat, tidak seperti yang semudah orang pikirkan. Karena itulah, ada banyak resiko yang bisa diperoleh seseorang. Saat mereka meletakkan bagian permainannya di atas, mereka bisa meletakkannya secara sengaja dengan tujuan membuat keseimbangan bangunannya menjadi berantakan, yang juga sebagai tekanan untuk pemain selanjutnya. Itulah alasan kenapa Koutarou tadi memanggil Theia – dia berusaha mengganggu Theia yang sedang dalam gilirannya, dan membuatnya gagal.

“Theia kelihatannya keras kepala gara-gara dia tumbuh karena makan banyak itu”

“Aku tidak bermasalah menggunakan kepalaku yang keras ini untuk membelah kepalamu, kau tahu – Uwah!?”

Theia yang terlalu bersemangat membuat bangunan Jenga-nya bergoyang, tapi hanya sebatas itu. saja. Jenga-nya tidak runtuh.

“Fiuh...hampir saja”

Theia mengelap keringat dingin di dahinya dan menaruh bagian yang diambilnya ke atas bangunan. Karena posisinya menaruh bagian bangunan itu, Jenga-nya mulai miring.

“Cih”

“Fufun, tidak akan kubiarkan berjalan sesuai rencanamu”

“Oke, kalau gitu aku selanjutnya. Koutarou”

“Yeah”

Setelah Theia, giliran selanjutnya adalah Sanae. Tapi, Sanae tidak bisa melakukan gerakan yang rumit seperti itu sendirian, jadi dia merasuki Koutarou dan menggunakan dia. Sanae bergantung di punggungnya dengan tangannya memeluk leher Koutarou, dan mulai mengendalikan tangan Koutarou.

“Rasanya masih aja aneh, meskipun entah udah berapa kali kamu ngelakuin ini”

“Inilah kekuatan dari si cewek misterius, Sanae-chan!”

Tangan Koutarou yang biasanya bergerak dengan cara yang kasar sekarang bergerak dengan lembut dan anggun. Tampilannya berubah dengan drastis, hanya karena ada orang lain yang mengendalikannya. Tangan Koutarou sekarang terlihat sangat feminim.

“Ei!”

Sanae dengan cepat mengarahkan tangan Koutarou menuju ke puzzle. Meskipun gerakannya feminim, tapi tangan itu bergerak dengan cepat, sesuai dengan usia Sanae.

“Aku penasaran dari tadi, itu nggak berefek buruk buat badanmu kan?”

“Yurika, jangan bilang hal kayak gitu dengan biasa aja dong!”

Komentar Yurika mengganggu Koutarou, tapi karena Sanae sedang mengendalikan badannya, tangannya tidak goyah.

“Tapi di anime, orang yang kerasukan hantu pasti teriak-teriak”

“Tenang aja. Aku nggak niat mengutuk Koutarou sampai mati kok”

Sanae menarik keluar sebuah potongan puzzle sambil bergumam.

“Sanae-sama memang benar-benar akur dengan Satomi-sama”

“Ya”

Sanae tersenyum setelah Ruth mengatakan hal itu, dan membuat potongan puzzle yang diambilnya melayang di udara, lalu terbang ke atas tumpukan puzzle lainnya dan mendarat.

“Sip!”

“Sanae, kamu bisa ngelakuin itu tanpa aku, kan?”

“Aku bisa naruh potongan puzzlenya, tapi aku nggak bisa nariknya”

“Gitu...”

“...Wah, kalian berdua akur sekali”

Kalau Sanae-chan bukan hantu, Sakuraba-senpai bakal punya satu masalah lagi buat dipikirin...

Itulah yang dipikirkan Yurika saat dia memandangi Koutarou dan Sanae.

“Tidak usah kuatir, Yurika”

Kiriha, yang melihat Yurika yang memandangi Koutarou dan Sanae, berasumsi kalau dia kuatir dengan Koutarou dan memanggilnya.

“Sanae tidak menunjukkan tanda-tanda mengalami kebocoran energi spiritual yang bisa menyakiti Koutarou”

“Beneran?”

“Karama, Korama”

“Ya Ho-!”

“Serahkan pada kami Ho-!”

Kedua haniwa muncul dari bawah meja selagi membalas panggilan Kiriha.

“Wujud Sanae-chan saat ini stabil, jadi dia tidak membocorkan energi spiritual apapun yang bisa mempengaruhi Koutarou Ho-!”

“Sensor energi spiritual kami tidak mendeteksi energi spiritual jahat apapun juga Ho”

“Begitu, bagus kalau begitu”

Biasanya, orang biasa tidak akan mengerti apa yang dikatakan oleh Karama dan Korama, tapi karena Yurika adalah gadis penyihir, dia menunjukkan ekspresi wajah yang menandakan kalau dia mengerti penjelasan mereka.

“Koutarou, mereka bilang kalau kamu makin sehat karena aku”

“Aku memang sehat dari dulu, jadi kayaknya nggak begitu kerasa”

“Iiih, kamu selalu aja kayak gitu! Kenapa sih, kamu nggak bisa lebih jujur dan bilang ‘Makasih Sanae-chan, kamu selalu aja imut’!”

Sanae yang merengek mulai mencekik leher Koutarou.

“E-Energi spritualnya mulai bocor”

“Hmph, kamu memang nggak imut sama sekali”

Koutarou kembali menyerang di tempat yang sama, membuat Sanae semakin merajuk dan melepaskan cekikannya dari leher Koutarou.

“Kebocoran energi spiritual dengan jumlah seperti itu tidak akan begitu berbahaya”

“Kayaknya baik-baik aja tuh”

“Kalian semua jahat! Tengah malam nanti aku ganggu loh!”

Kiriha dan Yurika menertawakan Sanae, yang membalas mereka dengan menjulurkan lidahnya.

“Selanjutnya giliran Satomi-sama”

“Oh iya, hampir aja lupa”

Koutarou melamun sesaat saat dia melihat ke arah Sanae, Yurika dan Kiriha, tapi akhirnya teringat kembali bahwa saat itu adalah gilirannya saat Ruth mengingatkannya.

“Aku tidak suka dengan orang yang lambat”

“Nggak masalah buatku”

“Apa!? Jadi kau bilang kau tidak butuh cinta dari seorang puteri!?”

“Nggak”

Koutarou mengayunkan tangannya pada Theia dengan gaya mengusir dan mulai menjulurkan tangannya ke arah menara Jenga.

“Kalau gitu, kamu mau dicintai sama siapa, Satomi-san?”

“Wow!?”

Karena pertanyaan Yurika yang tepat pada waktunya, Koutarou hampir saja mendorong menaranya. Untungnya, dia bisa menghentikan tangannya tepat pada waktunya.

“H-Hampir aja”

“Cih”

Theia dengan kesal mendecakkan lidahnya smeentara Koutarou menaruh tangannya di dadanya dan mengehela nafas panjang.

“Siapa yang ingin mencintainya? Itu sih, tentu aja Sanae-chan ini. Bener kan, Koutaoru?”

“Aku juga penasaran dengan jawabanmu. Itu bisa menjadi referensi yang bagus untuk masa yang akan datang”

Sanae dan Kiriha memandangi Koutarou dengan penuh penasaran.

“Jawablah. Jika bukan aku, lalu siapa?”

“...”

Theia saat itu sedang kesal setelah dia mendengar kalau Koutarou merasa tidak apa-apa kalau Theia membencinya. Di sisi lain meja, Ruth memandangi Koutarou dengan mata yang penuh harap.

Saat itu semua gadis di kamar 106 sedang memfokuskan perhatian mereka pada Koutarou – Siapa yang akan dia pilih dari antara mereka semua?”

“Udah jelas dong”

Namun, Koutarou tidak sedikitpun terlihat ragu saat mengatakan itu.

“Jawabannya Sakuraba-senpai. Kalau cewek secantik dan seanggun dia bilang kalau dia benci aku, jelas aku nggak akan bisa hidup”

“Eeeeeeeeeeh!? Bukan aku!?”

“...Sudah kuduga, dialah orang yang kau harapkan”

Sanae langsung berdiri dan mulai menggerutu sementara Kiriha kembali menyeruput tehnya.

“Wanita itu lagi!? Aku tidak tahan selalu berada dibawahnya! Segera betulkan jawabanmu!”

“Tentu saja, aku lebih rendah daripada kumbang...”

Theia langsung meledak marah dan Ruth merajuk. Keempat gadis di ruangan itu bereaksi dengan cara mereka masing-masing.

“....Sakuraba-senpai ya..”

“Gimana ngomongnya ya, aku ingin dia ingat aku sebagai adik kelas yang baik”

“Apa yang salah denganku!?”

“Apa cara yang tersisa hanya serangan langsung...”

“Tentu saja, sudah kuduga ini akan terjadi...”

Ini gawat. Koutarou pengen Sakuraba-senpai suka sama dia, tapi dia sendiri ngerasa baik-baik aja sama jarak mereka selama ini...aku harus bikin mereka lebih deket!

Tidak seperti gadis-gadis lainnya yang masih bersemangat membahas hal itu, Yurika kembali mengkhawatirkan Harumi. Koutarou sangat menyukai Harumi, tapi dia tidak punya niatan untuk meningkatkan hubungan mereka lebih jauh. Itu karena dia berhutang kepada Harumi dan dia sangat menghormatinya. Koutarou tidak berpikir kalau dirinya adalah orang yang pantas bagi Harumi, tapi Harumi sendiri berpikir seperti itu.

Kalau tidak ada yang dilakukan terhadap kesalahpahaman ini, ada kemungkinan besar bahwa Koutarou justru akan berpacaran dengan gadis lain. Itu bukan sesuatu yang terjadi hanya di dalam shoujo manga, tapi juga dalam kehidupan nyata.

Sudah kuduga, satu-satunya jalan cuma kencan! Kalau aku pergi sama mereka dan bisa ninggalin mereka berdua sendiri...!

Yurika sudah siap untuk membuat Koutarou dan Harumi lebih dekat—

“Coba pikir! Ambillah Yurika buat contoh! Gimana bisa aku ngeliat orang yang doyan hobi cosplay sebagai calon pasangan!? Kalian semua juga sama!”

--sampai Koutarou mengatakan hal itu.

“Apa maksudnya ‘doyan hobi cosplay’!? Aku lagi kuatir sama kamu loh!”

Tepat saat itu, Yurika mulai berencana menggangu jalannya hubungan Koutarou dan Harumi.



Musuh Yurika Muncul![edit]

Part 1[edit]

Selasa, 17 November

“Sakuraba-senpai sama Satomi-san nggak boleh pacaran! Nggak boleh!”

Keesokan harinya, bahkan setelah sampai di ruang kelas, Yurika masih saja marah. Dia tidak bisa memaafkan Koutarou yang mengatakan kalau dia doyan hobi cosplay.

“Dia nggak segan-segan buat hancurin perasaan orang lain!”

Karena tadinya Yurika berencana membuat Koutarou dan Harumi menjadi pasangan, dia tidak peduli jika Koutaoru tidak melihatnya sebagai seseorang yang bisa dilihat sebagai calon pasangan. Tapi, dia tidak bisa memaafkan Koutarou yang mengatakan hal itu saat Yurika sendiri sedang kuatir terhadapnya. Kalau hal yang sama terjadi pada Harumi seperti halnya pada dirinya...kalau Koutarou tidak percaya apa yang Harumi katakan...Yurika tidak bisa menerima Koutaorou dan Harumi berpacaran saat dia memikirkan hal itu.

“Aku nggak bisa ngebiarin orang kayak gitu pacaran sama Sakuraba-senpai. Aku harus cari cara buat bikin Sakuraba-senpai nyerah deketin Satomi-san...”

Beberapa saat lalu, Yurika tadinya memutuskan untuk membantu Harumi dengan seluruh kekuatannya. Tapi saat ini dia sudah berketetapan hati untuk membuat mereka berdua terus terpisah. Karena itulah, Yurika telah merencanakan sesuatu semenjak dia bangun pagi tadi.

“Aku bisa bawa Sakuraba-senpai denganku dan nunjukkin Satomi-san pas dia lagi sama cewek lain...atau aku bisa bikin jebakan biar Satomi-san kayak orang bego...”

Dia adalah gadis penyihir cinta dan keberanian ☆ Rainbow Yurika. Mengganggu jalannya hubungan asmara orang lain adalah hal yang justru berkebalikan dari hal yang seharusnya dia lakukan, tapi dia sekarang sudah dibutakan amarah dan sudah tidak peduli lagi.

“Yurika kenapa? Dia udah kayak gitu dari tadi pagi”

“Siapa yang tahu...Yurika loh, yang kita omongin..”

Koutarou menggaruk kepalanya sembaru melihat ke arah Yurika dari mejanya sendiri. Sanae, yang sedang melayang didekatnya, juga melakukan hal yang sama saat dia memandangi Yurika dengan pandangan kebingungan. Di belakang ruang kelas, di sebelah Koutarou dan Sanae, ada juga Kiriha, Theia, Ruth dan Shizuka, yang setelah mendengar perkataan Koutarou juga ikut memandangi Yurika.

“Koutarou, sekarang sudah pertengahan November. Event Comiha akhir tahun nanti sudah semakin dekat”

Comic Heart Network, atau Comiha, mengadakan event skala besar dua kali dalam setahun yang berhubungan dengan komik. Event itu adalah event cosplay terbesar setingkat nasional.

“Oh! Jadi dia lagi mikir mau pakai kostum apa!”

“Apa maksud kalian festival cosplay itu?”

“Ya, kalau dia kayak begitu, Yurika-chan pasti bener-bener ingin ikut...”

“Begitu, kalau dipikir-pikir lagi, aku bisa merasakan semangatnya sampai kesini”

Koutarou, Theia, Shizuka dan Ruth mengangguk setuju setelah Kiriha menyebutkan Comiha. Dalam benak mereka, Yurika adalah seseorang yang sangat suka cosplay. Lagipula, karena nilainya yang jelek, mereka tidak berpikir sama sekali kalau Yurika berpikir keras tentang tugas sekolahnya.

“Masa sih?Aku bisa ngerasain energi spiritual yang aneh keluar dari dia...”

Tapi, Sanae punya pendapat berbeda. Sebagai seorang hantu, dia bisa merasakan kalau energi spiritual yang dipancarkan Yurika saat itu berbeda dari biasanya.

“Yah, dia udah aneh dari awal”

Tapi, Sanae tidak berpikir panjang soal itu. Pada akhirnya, bahkan Sanae pun berpikir kalau Yurika hanyalah seorang cosplayer.

“Kou, lagi ngomongin apaan?”

Kenji lewat di dekat mereka sambil membawa absensi. Karena dia piket pada hari itu, dia baru saja datang dari ruang guru membawa itu.

“Coba lihat itu”

“Apa ada yang salah sama Nijino-san?”

“Wajahnya udah kayak gitu dari tadi pagi, jadi kita penasaran ada apa”

“Ah, kalau dipikir-pikir lagi, bener juga”

Setelah Koutarou menjelaskan situasinya pada Kenji, Kenji pun mengangguk.

“Atmosfirnya sekarang ini kayak dia mau ngeluarin pisau”

“Mackenzie, kamu pernah ngalamin ya?”

“...N-nggak”

Kenji dengan cepat menggelengkan kepalanya sambil mengutuk dirinya sendiri.

“Bohong! Pasti iya!”

“Nggak kok, beneran!”

Saat Kenji terus menggelengkan kepalanya, Shizuka pun berbicara.

“Selain pengalaman Mackenzie-kun, kita curiga kalau Yurika lagi mikir kalau dia mau cosplay jadi apa”

“Nggak, dia pasti mau ngeluarin pisau!”

Koutarou tidak sedikitpun merasa kalau ujung pisau yang dimaksud sedang terarah kepadanya.

“Diem deh!.....Tapi, bisa jadi memang itu yang bener terjadi, Kasagi-san”

Kenji mengangguk menyetujui kata-kata Shizuka. Melihat itu, Koutarou kembali membawa topiknya ke arah Yurika.

“Maksudnya?”

“Yah, hari ini aku piket kan? Jadi, pas aku ke ruang guru tadi buat ambil absen, ada cewek yang nggak pernah aku liat sebelumnya ada di sebelah guru”

“Cewek? Kamu rayu ya? Kamu bener-bener edan deh, Mackenzie. Top deh”

Kali ini, Koutarou yang mengangguk.

“Enak aja! Ngapain juga aku ngelakuin itu!?”

“Susah juga percaya sama Mackenzie-kun, yang pernah ditodong pisau sama cewek”

“Tolong biarin aku selesai ngomong dulu, dan kamu diem dulu”

“Oke, aku bakal diem dan mikirin si cewek itu sama pisaunya”

Koutarou pun diam dan tersenyum jahil.

“Ugh, aku ngomongin sesuatu yang nggak seharusnya..”

“Mackenzie, ayo lanjutkan”

“Y-Ya. Yah, kayaknya cewek itu pindahan ke kelas ini”

“Murid pindahan!?”

Semuanya saat itu terkejut.

“Dan kayaknya dia kenal sama Nijino-san...”

Di bulan November, saat hari-hari berlanjut dengan suhu dingin, yang datang bersamaan dengan angin yang dingin itu adalah murid pindahan yang tidak di dalam musim pindahan.


Part 2[edit]

Setelah dipanggil masuk oleh sang guru, seorang gadis dengan mata berwarna nila masuk ke ruang kelas. Koutaoru, yang telah mendengar kalau gadis itu adalah kenalan Yurika, beranggapan kalau dia juga cerewet dan mudah bimbang, seperti halnya Yurika. Tapi, nyatanya sang murid pindahan terlihat kalem dan punya semangat yang kuat.

“Kenalannya Yurika ternyata beda jauh ya”

“Bukannya dia cuma kenalan yang biasa aja?”

“Bisa jadi”

Koutarou dan Sanae saling berbisik membicarakan murid pindahan itu, yang terlihat berbeda dari Yurika.

Sang murid pindahan memberi hormat dengan gerakan yang penuh tenaga.

“Halo semua, namaku Aika Maki. Senang berkenalan dengan kalian”

“Maki-san pindah ke sekolah ini karena urusan orang tuanya. Tolong perlakukan dia dengan baik ya, semuanya”

Setelah sang murid pindahan memperkenalkan dirinya diikuti dengan penjelasan dari sang guru, seisi kelas mendadak ribut. Bagi murid SMA, murid pindahan adalah suatu peristiwa yang cukup besar – tentu saja semuanya menjadi tertarik.

“M-Maki-chan!?”

Tapi, Yurika justru terkejut. Dia dengan cepat bangkit berdiri dengan mata yang terbelalak lebar sampai-sampai bangkunya melompat.

“K-Kenapa kamu ada di sekolah ini, Maki-chan!?”

“Lama tidak berjumpa, Yurika-san”

Maki tampak tersenyum tenang menanggapi Yurika. Keduanya saat itu menampakkan ekspresi yang sangat berbeda.

“Betul juga, aku lupa, Maki-san adalah kenalan Yurika-san, benar? Bisa aku minta tolong agar kamu menolongnya disini, Yurika-san?”

Yurika yang saat itu terkejut tidak menyimak kata-kata gurunya barusan. Tidak hanya matanya yang saat itu terbuka lebar, tapi mulutnya juga.

Kamu pasti terkejut kan, Nijino Yurika? Dalam situasi ini, bukannya aku nggak ngerti apa yang kamu rasain...

Dari luar, Maki terlihat tersenyum. Tapi didalamnya, dia dengan tenang mengamati Yurika. Maki saat itu terlihat puas dengan Yurika yang bereaksi sesuai dengan dugaannya. Namun, kepuasan itu ternyata hanya sebentar saja.

“Maki-chan! Maki-chaaaaaan!”

Raut wajah Yurika dengan cepat berubah. Sambil menyebut nama Maki berulang kali, dia menangis sambil menampakkan senyum yang begitu lebar diwajahnya.

“E-eh?”

Sementara Maki keheranan dengan reaksi Yurika, Yurika berlari ke depan kelas dan memegang tangan Maki.

“Makasih udah datang!! Maki-chaaaaan!”

“Apaaaaaa!?”

Kali ini, mata Maki yang justru terbelalak karena kaget. Yurika memegang tangan Maki dan berjabat tangan dengannya dengan kencang. Reaksi Yurika saat itu sangat, sangat jauh dari apa yang diharapkan oleh Maki.

“Aku udah nunggu, aku selalu menunggu! Aku udah nggak sabar nunggu Maki-chan sama yang lainnya buat dateng!”

“Menunggu!? Menungguku!? K-kenapa!?”

Maki tadinya berharap Yurika akan terkejut dan gemetar ketakutan, tapi yang terjadi justru malah sebaliknya – Yurika bersorak gembira dan menyambutnya dengan tangan terbuka lebar.

“Kenapa kamu datengnya lama banget!? Aku udah menderita banyak banget gara-gara itu, tahu!”

“Menderita?”

D-Dia ngomong apa sih?

Kata-kata itu membuat Maki semakin bingung. Penderitaan Yurika seharusnya dimulai saat Maki muncul, tapi kelihatannya saat itu Yurika malah terbebas dari penderitaannya. Maki betul-betul tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Sementara dia masih kebingungan, Yurika memegang tangannya dan berbalik ke hadapan teman-teman sekelasnya.

“Satomi-san, Satomi-san! Lihat, lihat kesini!”

Sementara Yurika masih menjabat tangan Maki dengan kencangnya, dia memanggil salah seorang murid laki-laki yang ada di pojok kelas.

Satomi? Rupanya cowok itu...

Maki tahu siapa orang yang dimaksud. Satomi Koutarou. Dia adalah pria yang tinggal di kamar 106.

“Kenapa, Yurika?”

“Mereka dateng! Mereka akhirnya dateng!”

“Siapa?”

Koutarou menjawab Yurika, yang masih kegirangan, dengan tenangnya.

“Musuhnya!! Para gadis penyihir jahat akhirnya dateng!”

“Apa-!?”

Tepat disaat itu, jantung Maki hampir berhenti berdetak. Seperti yang dikatakan Yurika, Aika Maki adalah gadis penyihir jahat, Magical Girl Dark Navy. Dia adalah anggota dari asosiasi sihir Darkness Rainbow, yang menggunakan sihir ungu. Tapi, seorang gadis penyihir dilarang mengungkapkan identitasnya, entah dia gadis penyihir baik maupun jahat. Alasannya, jika sihir sampai terungkap, hal itu tidak akan membantu fraksi manapun. Para gadis penyihir sudah bertempur selama berabad-abad sambil terus menyembunyikan jati diri mereka.

“Lihat, aku nggak bohong kan, Satomi-san!! Udah aku bilang, musuhnya bakal dateng!!”

B-Berhenti, Yurika! Kalau kamu ngomong lebih dari ini, kita bakal—

Yurika, yang dengan gampangnya membocorkan identitas mereka, membuat Maki terheran-heran. Itu akan membuat gadis penyihir manapun, termasuk Maki, untuk menjadi putus asa.

“Bagus deh, Yurika. Bisa reunian sama teman sekelasmu dulu pasti asyik”

“Jadi, dia akan memakai kostum gadis penyihir jahat”

“Perlakukan dia dengan baik, oke? Nggak banyak orang yang mau ikut-ikutan sama hobi cosplaymu”

“Kurano-san, kostum macam apa yang akan dipakai Maki-san?”

“Karena Yurika memakai yang berwarna pink, dia mungkin akan memakai sesuatu yang berwarna gelap. Kalau mereka berdua berdiri berjajar, kontrasnya akan terlihat bagus”

Bahkan, situasi saat ini menghancurkan ekspektasi Maki. Tidak ada diantara gadis-gadis di kelas itu yang menanggapi identitas Yurika.

“A-apa yang...?’

Mulut Maki menganga menanggapi perkembangan yang tidak terduga itu. Biasanya, dia akan menjaga dirinya tetap tenang, tapi kali ini, dia hanya bisa gentar menghadapi semua itu. Tentu saja itu sudah sewajarnya: identitasnya terbongkar, dan dia sudah menduga kalau semuanya akan menjadi sia-sia, tapi nyatanya yang terjadi justru sebaliknya. Yurika mengumumkan kehadirannya sebagai gadis penyihir, tapi kelas itu tampak tidak terpengaruh sedikitpun.

“Oh, dia kelihatannya cewek baik-baik, tapi ternyata cosplayer juga toh..”

“Rupanya ada beberapa jenis cosplayer..”

“Bukannya warna yang ngejreng bakal lebih cocok sama dia?”

“Bisa jadi. Bakal lebih bagus lagi kalau warnanya cocok sama warna matanya”

Akhrinya, seisi kelas mulai menilai Maki dengan gamblangnya. Mereka bahkan tidak menanggapi sama sekali terhadap fakta bahwa dia juga adalah seorang gadis penyihir.

Cosplayer?

Yang mereka sebutkan justru istilah cosplayer. Setelah merapikan seragamnya, Maki melihat ke seluruh penjuru kelas.

“Nggak, kalian salah! Kalian semua salah!”

“Hei Yurika, apa cewek itu bakal gabung sama klub cosplay sama kamu?”

Saat Yurika mencoba membenarkan pemikiran semua teman sekelasnya, Koutarou memanggilnya dengan wajah yang riang. Jelas, itu bukanlah wajah seseorang yang mengetahui tentang pertarungan antara kedua kubu gadis penyihir.

“Dia nggak akan gabung! Bakal ada pertarungan besar sebentar lagi!”

“Benar juga. Orang bilang, Comiha adalah medan perang...”

Comiha, yang diadakan selama tiga hari, adalah sebuah event raksasa dengan pengunjung berjumlah lebih dari 300.000 orang. Karena itulah, event itu pasti sangat ramai, dan banyak pengunjung mengaitkannya dengan medan perang. Koutarou masih menjalin hubungan dengan klub cosplay, dan telah mendengar semua tentang event itu berulang kali.

“Kamu salah! Salaaaaaah!!”

“Cosplay...? Cosplayer...?”

Mungkinkah Nijino Yurika dikenal sebagai cosplayer di kelas ini? Dan aku, temannya, juga?

Maki mulai mengerti situasi yang dialaminya. Dalam kelas ini, Yurika dikenal sebagai cosplayer. Kenalannya, Maki, juga dianggap sebagai cosplayer. Karena itulah, tidak ada yang percaya pada Yurika yang menyebutkan bahwa dirinya adalah gadis penyihir. Hal yang sama juga berlaku untuk Maki.

“Dia nggak akan gabung! Maki-chan bukan cewek kayak gitu!”

“Jadi, kamu bakal tetep maksa dia buat cosplay meski dia nggak mau gabung sama Cosclub?”

“Nggak, udah aku bilang, kamu salah!”

Air mata mulai mengalir dari mata Yurika yang dengan susah payah menjelaskan semuanya. Kali ini, dia benar-benar ingin meyakinkan Koutarou bahwa dia adalah gadis penyihir.

“Maki-san”

Koutarou memanggil Maki yang masih kebingungan.

“Y-Ya!?”

Dia tidak menyangka kalau ada yang mau berbicara kepadanya, membuat dirinya menjadi gugup – raut wajahnya yang kaget cukup lucu untuk dilihat.

“Kalau Yurika bikin masalah sama kamu, kasih tahu aku aja segera”

“Kamu salah! Kalau ada yang bakal bikin masalah, justru Maki-chan orangnya!”

“Yurika, meskipun kalian kenalan lama, masih ada hal yang kamu nggak bisa bilang begitu aja”

“Bukan gitu!!”

Koutarou, yang meninggalkan pandangannya dari Yurika yang masih saja protes, mengarahkan pandangannya pada Maki dengan penuh penyesalan.

“Maaf, Maki-san. Nanti kami marahin dia kok”

“Fueeeeeeh! Nggak ada yang mau dengerin aku!!”

Pada akhirnya, Yurika mengakui identitasnya dan juga milik Maki, tapi tidak ada yang peduli untuk mendengarkan itu.

“Ini...”

Setelah beberapa saat, Maki akhirnya menyimpulkan sesuatu.

Begitu, jadi begitu rupanya!

Maki, yang menyadari situasinya, menggertakkan giginya dengan kesal.

Aku pikir dia cuma seorang penakut, tapi aktingnya boleh juga!

Karena Yurika mengumumkan bahwa dirinya adalah seorang cosplayer, dia bisa menyembunyika kebenaran mengenai dirinya dengan cerdik – itulah yang disimpulkan oleh Maki. Sebagai seorang cosplayer, bahkan jika seseorang melihatnya setelah dia berubah, mereka hanya akan menganggap itu sebagai cosplay. Selain itu, bahkan jika dia mengatakan kepada semua orang tentang hal yang sebenarnya, hal itu tidak akan menjadi masalah. Orang hanya akan menganggap itu sebagai latar belakang cerita untuk cosplaynya. Malahan, dia mungkin bisa mendapat bantuan dari orang lain. Contohnya, kalau Yurika meminta kepada orang-orang disekelilingnya untuk ‘mencari si gadis penyihir jahat’, mereka akan membantunya mencari Maki tanpa curiga sedikitpun.

Betul-betul taktik yang luar biasa, Nijino Yurika...Kalau aku tidak mengevaluasi ulang dirimu, mungkin akulah yang bakal terjebak! Tidak kusangka kamu secerdik ini..atau mungkin dia punya rekan yang benar-benar pintar!?

Rencana yang sempurna itu membuat hati Maki menjerit ketakutan. Dia tidak pernah menyangka bahwa membeberkan hal yang sebenarnya justru akan menghasilkan dampak yang sebaliknya.

Tapi, meremehkanku adalah kesalahan besar, Nijino Yurika! Aku akan membuatmu menyesal, nggak peduli gimana caranya!

Maki mulai menggertakkan giginya lebih keras lagi. Dia merasa kalau Yurika sedang meremehkannya, membuat rasa permusuhannya membara; Maki tidak pernah menganggap Yurika sebagai seorang musuh hingga saat ini.

Ada alasan kenapa Maki bertingkah seperti itu. Kalau dia sedang menyembunyikan identitasnya, dia tidak perlu mengatakan ke seluruh penjuru kelas kalau dia adalah gadis penyihir. Tapi, Yurika sudah berinisiatif mengatakan hal itu kepada teman-teman sekelasnya. Satu-satunya alasan bagi Yurika untuk mengatakan itu adalah untuk menyiksa Maki. Yurika telah menggunakan satu hal yang dimiliki semua gadis penyihir untuk mempermainkan dirinya – itulah situasi yang tergambar pada benak Maki.

Sekarang karena aku sudah tahu, aku tidak punya alasan lain untuk membiarkannya mempermainkan aku!

Setelah mengerti situasinya(?), Maki menenangkan dirinya dan tersenyum.

“Nggak, nggak usah kuatir. Aku sebenernya pengen bener-bener mulai cosplay. Kalau memang ada cosclub, aku mau gabung”

“Maki-chan!? K-Kamu ngapain!?”

“Mari berteman dari sekarang, Yurika-san”

Kamu semakin pintar berakting selama setengah tahun ini, Nijino Yurika! Tapi, akan kutunjukkan kalau cuma aktingmu saja yang makin bagus, dengan segera!

Aika Maki, sang gadis penyihir nila, Dark Navy. Meskipun dirinya memiliki kekuatan sihir dan kepintaran yang luar biasa, dia telah membuat suatu kesalahpahaman yang sangat besar, dan sekarang menjadi lebih bertekad lagi untuk mengalahkan Yurika.


Part 3[edit]

Saat penanda di kalender sudah menunjukkan pertengahan November, angin yang berhembus di atap sekolah tumbuh semakin dingin. Hanya berada disana saja sudah membuat seseorang kehilangan kehangatan badannya. Namun, Yurika yang sedang berdiri disana berhadapan dengan Maki, merasa bahwa tatapan Maki jauh lebih dingin dari angin dingin saat itu. Selain itu, karena hanya Yurika dan Maki yang berada di atas atap, suasananya menjadi lebih dingin lagi.

“Apa yang ingin kamu bicarakan, Nijino Yurika?”

“Maki-chan, k-kamu mau ngapain sebenernya?”

Yurika punya banyak pertanyaan yang ingin ditanyakannya kepada Maki. Alasan kenapa dia pindah ke SMA Kitsushouharukaze dan kenapa dia ingin bergabung dengan klub cosplay. Selain itu, Yurika ingin tahu apa semua itu berhubungan dengan kamar 106.

Yurika membawa Maki ke atap sekolah karena dia ingin mengetahui jawaban dari semua pertanyaan yang ada di benaknya.

“Maksudnya, kenapa aku pindah ke sekolah ini, atau hal lain?”

“Semuanya”

Maki tersenyum penuh percaya diri, tapi dibalik senyuman itu dia sebenarnya sedang menganalisa Yurika dengan cermat.

Hanya dengan sekali lihat, dia kelihatannya tidak berubah selama setengah tahun ini...tapi aku tetap merasa ada yang aneh. Lalu, ada juga soal cosplay...haruskah aku selidiki lebih lanjut?

“Alasanku pindah ke sekolah ini sudah jelas, bukan? Kamu disini, dan cowok yang tinggal di kamar dengan semua kekuatan sihir itu juga sekolah disini. Sudah jelas aku akan berusaha menyelidikinya”

Alasan terbesar kenapa Maki pindah sekolah ke SMA Kitsushouharukaze adalah untuk bisa masuk ke kamar 106. Akan lebih mudah baginya untuk masuk ke kamar itu sebagai teman Koutarou, dan bukan sebagai orang asing.

Alasan lainnya adalah karena dia ingin menyelidiki Yurika. Informasi yang dimiliki Maki mengenai Yurika hanyalah saat Yurika adalah seorang gadis SMP biasa dan beberapa saat setelah Yurika menggantikan gadis penyihir sebelumnya. Dalam kata lain, Maki tidak memiliki informasi apapun mengenai si gadis penyihir Rainbow Yurika.

“Jadi, kenapa kamu nggak nyerang sama sekali selama setengah tahun ini?”

“Kamu pasti ingat kan, pertarungan di bulan Maret itu? Saat itu, serangan dari pendahulumu, Rainbow Nana, membuat lima dari tujuh gadis penyihir faksi kami terpukul berat. Kami butuh waktu untuk pulih kembali. Itu saja”

“Karena sihir Nana-san..”

Rainbow Nana adalah gadis penyihir dengan gelar Rainbow sebelum Yurika menggantikannya. Delapan bulan lalu, Nana memusatkan semua kekuatannya menjadi satu serangan melawan para gadis penyihir jahat yang menyerangnya habis-habisan. Sihir itu membuat beberapa gadis penyihir jahat tidak bisa berkutik, tapi sebagai gantinya, Nana tidak bisa bertarung lagi. Maka dari itulah, Nana menyerahkan jabatannya dan kekuatannya kepada Yurika, dan Yurika menjadi gadis penyihir ☆ Rainbow Yurika.

“Yah, itu pukulan yang cukup besar baik buat kami Darkness Rainbow dan Rainbow Heart kalian”

Rainbow Heart dan Darkness Rainbow – itulah nama grup dimana mereka berdua masing-masing berasal. Rainbow Heart adalah nama dari tentara negara sihir asal mereka. Karena itulah, semua yang ada didalamnya adalah pengguna sihir. Pusat kekuatan tentara itu adalah tujuh gadis penyihir terkuat yang telah diberikan gelar Rainbow. Rainbow Nana adalah salah satu dari ketujuh gadis itu. Rainbow Heart bekerja untuk menjaga perdamaian dan penggunaan sihir yang sesuai dengan aturan. Gampangnya, mereka akan bertarung melawan iblis atau menangkap orang yang menggunakan sihir untuk alasan yang egois.

Darkness Rainbow sendiri adalah himpunan rahasia yang aktif di balik layar dari negeri sihir, dan semua anggotanya juga pengguna sihir. Secara jumlah, ada tujuh gadis penyihir yang kuat juga yang ada didalamnya. Tapi, tidak seperti Rainbow Heart yang menguasai segala jenis sihir, para gadis Darkness Rainbow hanya memfokuskan diri mereka pada satu jenis sihir saja. Meskipun hal itu bisa membuat mereka kewalahan dalam menjalani misi mereka, hal itu sebenarnya merupakan tujuan dari Darkness Rainbow: menggunakan sihir semau mereka dan membuat masa depan bagi diri mereka sendiri menggunakan kekuatan itu. Karena itulah, mereka tidak meneliti sihir yang tidak mereka perlukan. Dengan melakukan hal itu, mereka akan bisa berdiri sejajar dengan Rainbow Heart secara alami.

“Salah, aku rasa kalian malah lebih terpukul lagi. Kalian kehilangan Rainbow Nana, yang bisa melawan kami bertujuh. Penggantinya justru seseorang yang betul-betul payah”

“Kamu salah! Aku pantas gantiin Nana-san!”

“Itu bisa jadi. Setidaknya kelicikanmu sudah berada jauh diatasnya”

Saat Maki mengatakan itu, dia menyipitkan matanya. Tidak seperti yang dikatakannya sebelumnya, Maki tidak menganggap Yurika sebagai seseorang yang payah.

“Licik?”

Tapi, Yurika tidak tahu apa yang dimaksud oleh Maki. Hal itu membuat Maki, yang masih memandangi Yurika, tersenyum dengan dingin – yang membuat Yurika menggigil.

“Tidak kupikir kamu akan menyebut dirimu sendiri cosplayer untuk menyembunyikan identitasmu”

“Eh?”

Tapi, kata-kata Maki selanjutnya membuat Yurika lupa akan rasa menggigilnya.

“Aku salut padamu. Dengan cara seperti itu, bahkan jika rahasiamu terbongkar, tidak akan ada yang percaya. Jujur saja, aku kagum”

Maki tidak sedang bercanda maupun memuji Yurika. Saat keduanya bertemu di ruang kelas, Maki merasa akan mati daripada tetap hidup.

“S-Salah! A-Aku bukannya mau ngelakuin itu!”

“Jangan membantah! Tidak mungkin ada alasan lain bagimu untuk ada di klub cosplay!”

Maki telah betul-betul salah paham tentang semuanya. Dia percaya kalau Yurika bergabung dengan klub cosplay atas keinginannya sendiri. Pemikiran kalau Koutarou tidak percaya pada Yurika sejak awal, atau kalau dia direkrut secara paksa oleh klub cosplay tidak sedikitpun muncul di benaknya.

“Aku sendiri nggak pernah bilang kalau aku cosplayer—“

“...Begitu. Tapi lewat akting sehebat itu, kamu sudah membuat pertahanan yang sangat bagus. Bahkan jika kamu berubah wujud di sekolah, tidak akan ada yang ragu padamu. Terlebih lagi, dengan membuat para murid bergerak, kamu bisa menutupi kekurangan kemampuanmu. Kamu memang sudah memikirkan semuanya dengan baik”

Bagi Maki, Yurika sudah mengubah SMA Kitsushouharukaze menjadi benteng yang tidak bisa ditembus. Dia sudah mendapatkan kemampuan untuk menyembunyikan identitasnya, dan di saat yang sama, menutupi kekurangan kemampuannya saat dibandingkan dengan Nana, dimana dia bisa menggunakan para murid sekolah. Contohnya, kalau Yurika menggunakan sihirnya untuk meningkatkan kemampuan para anggota klub bela diri, mereka bisa berubah menjadi mesin tempur yang mengerikan.

Rencananya betul-betul mengerikan...untung saja aku bisa memahaminya secepat ini...

Maki telah mengerti rencana(?) Yurika karena dia tadinya sudah diledek. Kalau dia tidak sempat mendengar tentang Yurika yang mengikuti cosplay sebelumnya, Maki pasti sudah masuk ke dalam jebakan Yurika.

“Bukan itu yang aku—“

Yurika dengan gugup mencoba membenarkan kesalahpahaman itu. Kalau tidak, situasinya akan bertambah buruk.

“Tapi, semuanya tidak akan berjalan semudah itu”

“Udah aku bilang, kamu salah! Tolong, Maki-chan, dengerin aku dulu!”

“Aku juga akan bergabung dengan cosclub. Dengan itu, kita akan sejajar lagi”

Tapi, Maki telah melihat kesalahan fatal dalam rencana(?) Yurika. Itu adalah jika Maki juga bergabung dengan klub cosplay, semua kelebihan yang didapat Yurika juga akan Maki dapat.

“Kamu salah perhitungan, Rainbow Yurika! Mencoba meremehkanku dan menyatakan kalau kamu ada di cosclub adalah sebuah kesalahan besar!!”

Maki telah kehilangan ketenangannya dan semua semangat yang disembunyikannya muncul. Dia lalu memelototi Yurika dengan mata yang berapi-api.

“Kamu salah, Maki-chan! Kamu salah ngerti! Aku nggak ngeremehin kamu! Dan bukan aku juga yang bawa-bawa cosclub!”

Yurika tidak pernah mempunyai rencana apapun seperti yang dikira Maki. Dia sendiri bahkan tidak pernah menyebutkan dirinya adalah cosplayer, ataupun bergabung dengan klub cosplay atas kemauannya sendiri. Orang-orang disekitarnya tidak mau mempercayainya. Yurika juga tidak ingat pernah meremehkan Maki.

Yurika hanya senang saat Maki akhirnya muncul, karena saat itulah dia mempunyai bukti atas identitasnya.

“Diam, Yurika! Aku tidak akan tertipu lagi!”

“Aaaaaaah! Bahkan Maki-chan nggak percaya sama aku! Kenapa semuanya selalu begini sih!?”

Yurika, yang sudah kehabisan akal, mulai menangis.

Dia kayak Satomi-san!

Sudah sewajarnya bagi Maki untuk tidak mempercayai situasi yang dihadapi oleh Yurika. Tidak peduli bagaimana seseorang melihatnya, Yurika bisa berada didalam situasi itu saat ini karena memang disengaja. Karena Koutarou dan Sanae menolak untuk percaya pada sihir dari saat pertama kali mereka bertemu Yurika, situasi yang dihadapi Yurika menjadi lebih dan lebih buruk lagi. Tapi, tetap tidak ada yang percaya dengan itu.

“Tapi, semua belum berakhir hanya karena ada satu rencanamu yang gagal, kan, Nijino Yurika?”

“Udah selesai! Aku nggak punya rencana apapun!”

“Itu benar, tidak ada orang idiot yang akan membongkar rencana mereka begitu saja. Tapi, ada satu hal yang membuatku penasaran”

Maki akhirnya kembali tenang. Aika Maki biasanya tenang di luar, namun menyimpan semangat yang luar biasa di dalam.

“Kamu mungkin penasaran sama sesuatu yang ngga ada hubungannya sama apa yang aku omongin, ya kan!?”

Air mata pun mulai mengalir keluar dari mata Yurika.

“Apa kamu yang merencanakan semuanya, atau orang lain?”

Itulah informasi yang penting bagi Maki. Kalau ada seseorang yang membuat rencana bagi Yurika, dia mungkin akan kesulitan kalau dia mengharapkan pertarungan yang biasa antara gadis penyihir.

“Aku nggak ngerencanain apa-apa!”

Tapi bagi Yurika, itu adalah info yang tidak berguna. Tidak pernah ada hal yang namanya rencana, jadi tentu saja tidak ada orang dibalik rencana. Yurika benar-benar ingin agar Maki mengetahui hal itu.

“Begitu...jadi memang kamu punya rekan yang cerdas rupanya..”

“Nggak ada orang kayak gitu! Nggak ada orang yang udah mikirin rencana apapun!!”

“Fufufu, jangan kuatir, Yurika. Aku tidak akan menyuruhmu untuk membongkar identitas rekanmu. Aku cukup mencari tahu sendiri!”

Jadi, dialah musuhku yang sebenarnya..kalau bisa, aku ingin memancing orang itu keluar sebelum aku bertarung melawan Yurika..

Akhirnya, Maki mulai merasa tertantang melawan seseorang yang belum pernah dia kenal sebelumnya. Namun, Maki tidak tahu, kalau orang itu sebenarnya tidak pernah ada.

“Udah deh...aku nyerah...kamu nggak perlu dengerin aku mau ngomong apa...”

Yurika akhirnya menyerah untuk membujuk Maki. Menurut pengalamannya sendiri, setelah semuanya berjalan seburuk ini, sudah tidak mungkin untuk memperbaiki kesalahpahaman itu.

“Itu benar. Pembicaraan kita berakhir disini”

Di saat yang sama Maki selesai berbicara, pintu yang mengarah menuju bagian dalam bangunan sekolah terbuka. Maki telah memperhatikan kalau ada seseorang yang menuju ke atap sekolah.

“Ah, rupanya kamu disini, Nijino-san!”

Seorang gadis muncul dari balik pintu itu.

“Sakuraba-senpai!?”

Ternyata, Harumi-lah yang muncul di atap. Setelah dia menemukan Yurika, dia tersenyum sambil melambai ke arahnya. Sebuah senyuman kecil muncul di bibir Maki setelah dia melirik ke arah Harumi.

“Ingat ini, Yurika. Darkness Rainbow akan datang untuk mengambil sihir yang terkumpul di kamar itu”

“Maki-chan!?”

Maki membalikkan badannya dari arah Yurika dan pergi. Karena Harumi sudah datang, Maki memutuskan kalau mereka berdua tidak bisa melanjutkan pembicaraan mereka.

“Tapi, kau sedang dirugikan dalam pertarungan ini, karena kamu punya banyak hal yang harus dilindungi. Aku penasaran, apa kamu bisa melindungi semuanya?”

“Tunggu, Maki-chan!”

“Fufufu”

Maki melanjutkan langkahnya dengan mengacuhkan seruan dari Yurika, melewati Harumi dan menghilang ke dalam sekolah.

“Hah, ahh, hah...M-maaf, Nijino-san. Hah...A-apa aku...hah..mengganggumu, dan temanmu?”

“Nggak, nggak kok..”

Yurika masih memikirkan Maki saat dia menggelengkan kepalanya untuk menjawab Harumi, yang masih kehabisan nafas. Raut wajah Yurika menjadi suram karena ia memikirkan apa yang sebentar lagi akan datang, tapi bukan tentang pertarungannya melawan Maki yang akan datang.

Gimana aku bisa ngejelasin semuanya ke Maki-chan biar dia ngerti...?

Hal yang terpenting bagi Yurika saat ini adalah bagaimana dia bisa menjelaskan situasi yang rumit ini dengan semestinya kepada Maki.



Salah Paham dan Disalahpahami[edit]

Part 1[edit]

Selasa, 17 November


“...Maki-chan, huh...”

Setelah berpisah dengan Harumi yang ingin membicarakan soal kencan, raut wajah Yurika kembali suram saat dia berjalan pulang ke rumah. Langkahnya berat, dan suasana disekitarnya suram. Saat dia akhirnya sendirian, situasinya akhirnya mulai meresap ke dalam dirinya. Dia sudah lupa saat dia berusaha membetulkan kesalahpahaman antara dirinya dengan Maki dengan penuh keras kepala, tapi karena akhrinya Maki sudah muncul, Yurika harus bertarung.

“Bertarung..apa aku beneran bisa?”

Semenjak dia datang ke kamar 106, tidak, semenjak dia menjadi seorang gadis penyihir, Yurika tidak pernah mengalami pertarungan asli. Saat dia baru saja menjadi gadis penyihir, dia menggunakan tongkat dan sihir yang masih belum ia terbiasa gunakan untuk kabur dari siapapun yang mengejarnya.

Musuh yang menggunakan sihir belum pernah muncul semenjak dia tiba di kamar 106, dan dia juga belum pernah menjumpai sesuatu yang layak untuk bisa disebut sebagai pertarungan. Paling tidak, dia pernah menggunakan sihirnya saat ada kecelakaan yang terjadi. Bisa dibilang, meskipun Yurika punya sihir yang kuat, dia masih pemula dalam hal bertarung.

“Tapi, aku harus ngelakuin itu! Aku udah berhutang sama Nana-san yang udah nyelametin aku!”

Yurika mengangkat kepalanya saat dia sudah meneguhkan dirinya. Dia sangat berharap untuk bisa membalas jasa penyelamatnya. Harapan yang kuat itulah yang menekan keinginannya untuk kabur.

“Yurika semangat! Yurika semangat!”

Yurika mengepalkan tinjunya dan menyemangati dirinya sambil meninju ke atas udara.

“Oke!”

Raut wajah Yurika berubah saat dia menepuk kedua pipinya dengan tangannya dan dia mulai berjalan dengan langkah yang kuat dan penuh semangat.

“Harus kulakuin! Udah tugas gadis penyihir buat ngelindungin kamar 106!”

Musuh Yurika akhirnya muncul. Bertarung dengan musuhnya bukan hanya tugas Yurika, tapi juga sebagai caranya untuk membalas jasa orang yang telah menyelamatkannya. Yurika juga punya sedikit harapan bahwa Koutarou dan yang lainnya akan percaya kalau dia bisa menggunakan sihir; saat itu dirinya sedang dipenuhi semangat.

“...Huh?

Saat Yurika semakin dekat ke Rumah Corona, dia mendengar sesuatu.

“Orang ketiga! Matsudaira Kenji! Aku akan nyanyi! Lagunya adalah ‘Ujung Bersinar’!”

“Sudah kuduga, Matsudaira-kun. Kamu tahu lagu-lagu yang lagi ngetop”

“Mackenzie! Memang ya, dari orang yang udah pernah ditodong pisau!”

“Diem, Kou! Sialan, aku salah pilih lagu”

Yang didengar Yurika adalah suara-suara yang keras dan familiar baginya.

“Ada apa tuh?”

Kenji, Shizuka dan Koutarou sedang berbicara menggunakan microphone. Selain itu, Yurika juga bisa mendengar suara-suara orang lain. Semakin dekat Yurika berjalan ke Rumah Corona, suara yang didengarnya semakin keras.

’’Aku penasaran, apa semua temen sekelas dateng ke kamar 106?’’

Berdasarkan jumlah suaranya, sejumlah orang kelihatannya hadir disana – hampir seperti ada pesta di kamar 106.

“Apa!? Apa mereka ngadain pesta tanpa aku!? N-Nggak adil!!”

Ada pesta berarti ada makanan gratis. Yurika, yang memikirkan kemungkinan itu, langung berlari ke kamar 106.


Part 2[edit]

Yurika yang tergoda dengan harapan adanya makanan mendobrak pintu kamar 106. Saat dia masuk, suara dari dalam kamar akhirnya masuk ke telinganya.

“Orang keenam! Satomi Koutarou, aku akan ngerajut!”

“Pulang aja, Satomi! Skill ngebosenin macem apa itu!?”

“Wah, nggak nyangka! Satomi-kun, kamu beneran ngerajut! Keren!”

“Hmph, itu karena aku punya pengajar yang baik”

“Itu bukan alasan yang bisa bikin kamu keren, tahu....”

Seperti yang sudah dibayangkan Yurika, ada pesta di kamar 106. Ruangan yang sudah kecil, ditambah beberapa teman sekelasnya yang ada didalam, membuat kamar itu tidak mempunyai ruangan untuk bergerak lagi. Didalamnya ada banyak makanan, cemilan dan minuman yang sudah tersedia – persis seperti yang sudah diprediksi Yurika.

“Ooooh, kelihatannya enak...”

“Hm, akhirnya kamu disini, Yurika”

Koutarou memperhatikan kalau Yurika sudah masuk ke dalam ruangan dan memanggilnya. Tapi, Yurika sudah menggenggam ayam goreng yang terdekat.

“Kraus, Nyam, akush fhulang”

“Jangan makan sambil ngomong”

Yurika memberi salam kepada Koutaoru sementara mulutnya masih penuh dengan potongan ayam goreng.

“Ayam inish enak bhanget”

“Itu bukan buat kamu, jangan makan semuanya”

“Huh?”

Setelah mendengar apa yang dikatakan Sanae, Yurika menoleh dari ayam goreng yang dimakannya. Saat dia melakukan itu, dia melihat Sanae melayang dari Koutarou menuju dirinya. Ada banyak orang yang menghalanginya, tapi itu bukan masalah bagi Sanae.

“Orang sebanyak ini nggak akan ngumpul tanpa alasan. Coba liat kesana”

Sanae berhenti di depan Yurika dan menunjuk ke arah tembok yang berada di bagian terdalam kamar 106. Di tembok itu tergantung banner bertuliskan: ‘Selamat Datang Aika Maki-san! Pesta selamat datang kelas 1-A di kamar Satomi’.

“Oh, Yurika-san juga datang?”

“Apa!?”

Maki berdiri tepat dibawah banner itu. Dia dikelilingi oleh beberapa teman sekelasnya saat dia memanggil Yurika sambil tersenyum.

“M-Maki-chan!?”

“Kamu agak terlambat, apa kamu tadi ada urusan?”

Maki sempat melihat Harumi saat dia berpisah dengan Yurika, jadi dia tahu persis apa yang dilakukan Yurika. Meskipun dia tahu hal itu, Maki tertawa saat mengatakan hal itu. Nyatanya, Maki sedang meledek Yurika. Apa yang tidak dia katakan dengan keras adalah ‘Sementara kamu masih bermain-main, aku sudah maju sejauh ini’.

“K-Kenapa!? Kenapa Maki-chan disini!?”

Yurika menjadi benar-benar marah – sampai-sampai ayam dimulutnya jatuh ke atas meja. Meskipun dia orang yang cukup riang, Yurika tahu betul apa artinya keberadaan Maki disini. Dalam situasi ini, akan susah untuk melakukan penyelidikan menyeluruh, tapi jika pneyeidikan tahap awal, itu tidak akan menjadi masalah.

“Normal kan, buat bikin pesta penyambutan buat murid pindahan”

“Penyambutan yang pantas, bagus, bagus. Koutarou, kau akhirnya belajar dari sikap para bangsawan”

“Jadi bangsawan atau orang biasa nggak ada hubungannya sama ini”

“Hohoho, kau tidak perlu malu”

Dia tidak perlu menyelesaikan penyelidikannya hari ini. Kalau dia bisa mendekati Koutarou, Maki bisa mendapat banyak sekali kesempatan untuk melanjutkan penyelidikannya.

Aku lengah! Jadi ini maksudnya pas dia bilang kalau hal gampang buat masuk!

Tentu saja, tujuan Maki tidak hanya itu. Dia juga berusaha mengumpulkan info tentang Koutarou dan mereka yang tinggal di kamar 106. Dari pesta penyambutan ini, Maki bisa mendapatkan banyak informasi yang dia perlukan untuk bisa menjajah kamar ini dengan lancar. Maki bergerak dengan lebih gesit dan akurat daripada yang dibayangkan oleh Yurika.

“Yurika-chan, aku nyimpen makanan favoritmu untukmu, nanti minta Ruth-san aja”

“Gawat, kalau begini, bakal ada hal buruk yang bakal terjadi!”

“Yurika-sama?”

Kata-kata Shizuka maupun Ruth tidak ada yang sampai ke telinga Yurika yang mulai panik. Semakin lama Maki berada di kamar 106, situasinya akan semakin buruk. Dia harus mengeluarkan Maki secepat mungkin.

“S-Satomi-san, bener juga, buat Satomi-san!”

Yurika melihat ke sekelilingnya untuk mencari Koutarou yang telah mengadakan pesta ini dan menyiapkan tempatnya. Cara tercepat untuk mengusir Maki keluar dari kamar itu adalah untuk meminta bantuan Koutarou. Meskipun Koutarou masih tidak mau percaya pada hal bernama sihir, hanya dialah yang bisa diharapkan oleh Yurika.

“Hey, Furuta! Jangan buka baju!”

“Tapi, Satomi. Kalo aku nggak buka, nggak bisa nari bugil dong”

“Bukan gitu! Kamu mau nari di kamar sekecil gini dan nunjukin benda kotormu ke yang lain!?”

Koutarou saat itu sedang memarahi temannya yang tengah melepas baju.

“Satomi-san, Satomi-san!”

Karena itulah, dia tidak memperhatikan kalau Yurika memanggilnya. Tanpa pilihan lain, Yurika bergerak melewati kerumunan teman-teman sekelasnya ke arah Koutarou.

“Jahat banget! Nggak kotor kok! Aku barusan mandi loh! ‘Kan udah sewajarnya buat ngebersihin diri sendiri sebelum manggung!”

“Udah kubilang, bukan gitu maksudnya!”

“Satomi-san, tolong dengerin aku dong!”

Setelah mendekat, Yurika menggoyang tangan Koutarou, yang akhirnya menoleh ke arah Yurika.

“Hm? Ada apa, Yurika?”

“Satomi-san, kalo begini terus, kamu bakal kecolongan kamar 106!”

“Kecolongan?”

Saat itu, hubungan Koutarou dengan para penjajah sudah tidak seburuk itu. Koutarou sudah mulai mengerti bahwa mereka semua punya alasan yang mengharuskan mereka mengambil alih kamar itu, dan mereka sendiri tidak sejahat yang ia duga. Dalam kata lain, mereka semua sudah saling percaya antara yang satu dengan yang lainnya. Karena itulah, Koutarou tidak merasa was-was setelah mendengar kalau kamar 106 akan dicuri darinya.

“Siapa yang bakal ngambil?...Yah, emang sih, kamu udah kecolongan poin banyak banget, dan sekarang udah tinggal 70 poin”

Koutarou membisikkan setengah dari bagian kedua kalimatnya ke Yurika, yang tidak pandai bermain dan telah kehilangan banyak poin. Sekarang, poin tataminya sudah berada di bawah 80 poin. Dari sisi lain, kamar itu hampir tercuri dari Yurika.

“B-Bukan! Aku nggak ngomongin soal kita! Ada penjajah baru yang muncul!”

“Penjajah baru!?”

Koutarou berhenti bergerak setelah mendengar hal itu.

“Bener! Maki-chan ngincer kekuatan sihir yang ngumpul di kamar ini!”

“Jadi, maksudmu Maki-san mau kamar ini juga?”

“Bener, jadi kamu harus ngusir dia cepet-cepet, atau bakal ada sesuatu yang terjadi!”

“Apa maksudnya—“

Koutarou hampir mengatakan kepada Yurika untuk berhenti mengatakan hal-hal bodoh. Tapi, sebelum dia bisa melakukannya, Koutarou memperhatikan wajah Yurika yang terlihat serius. Melihat raut wajah Yurika yang sudah putus asa, Koutarou menahan apa yang hendak dikatakannya, dan memutuskan untuk setidaknya mendengar Yurika.

“Hei, Yurika, coba jelasin yang bener. Jangan tiba-tiba bilang kalo Maki-san—“

“Kesempatan!”

Melihat Koutarou yang tidak memperhatikan keadaan sekitarnya, teman sekelasnya mulai membuka bajunya. Dialah yang tadi berniat menari telanjang. Tentu saja, para gadis di kamar itu mulai berteriak.

“Kedelapan! Furuta! Aku mau nari!”

“Kyaaaa!”

“Bego! Mesum!!”

“Wow, berhenti, Furuta! Jangan dilepas!”

“Satomi-san, aku masih belom selesai ngomong!”

“M-Maaf, Yurika, t-tunggu bentar ya. Berhenti, Furuta, jangan dilanjutin! Banyak cewek disini!”

Koutarou kembali sibuk menghentikan temannya yang akan menjadi telanjang dan tidak sempat mendengarkan Yurika.

“Apa ada yang terjadi?”

“Kenapa, Yurika? Kenapa kamu teriak-teriak kayak gitu?”

“Kami akan mendengarkanmu, biarkan saja Koutarou”

Shizuka, Sanae, dan Theia mendekati Yurika menggantikan Koutarou yang sibuk.

Saat itu yang lain sedang fokus pada tarian bugil, tapi ketiga gadis yang sering bersama Koutarou tidak terlalu terpengaruh dengan seorang laki-laki yang hanya memakai celana dalam.

“S-Sebenernya, Maki-chan adalah cewek penyihir jahat yang ngincer kekuatan sihir di kamar ini!”

“Sekarang kalau kupikir lagi, kamu juga bilang hal yang sama pas pertama kali dateng ke kamar ini”

Sanae yang melayang di udara melipat kedua tangannya dan mengingat kembali saat mereka pertama kali beremu. Yurika muncul di kamar itu dengan terbang masuk dan memecahkan kaca jendela. Dia mengatakan hal yang sama seperti yang dilakukannya saat ini.

“Iya! Jadi, kalian nggak bisa ngadain pesta selamat datang buat dia! Bisa masuk ke kamar ini kayak gini ngepas sama apa yang dia inginkan!”

Yurika mencoba menjelaskan dengan baik kepada mereka bertiga, karena menurutnya sudah tidak ada waktu lagi yang tersisa. Kalau mereka tidak melakukan sesuatu terhadap Maki dengan segera, siapa yang tahu hal apa yang akan terjadi.

‘’Tapi, itu tidak akan berhasil, Nijino Yurika’’

Maki melirik ke arah Yurika dengan lirikan sedingin es, dengan senyuman palsu yang menghiasi wajahnya.

‘’Itu karena aku memakai cara yang sama denganmu untuk melindungi diriku!’’

Dia yakin kalau semua usaha Yurika akan sia-sia.

“Begitu, jadi latar belakang ceritanya[3] begitu toh”

Sanae, yang sedari tadi berpikir dalam-dalam, menepuk tangannya dan tersenyum. Dia terkesan dengan kemampuan Yurika untuk membuat dan bertahan dengan ceritanya.

“Eh!?”

“Satu-satunya hal yang kamu bener-bener tekuni emang cuma cosplay, ya?”

Sanae mengangguk berulang kali dihadapan Yurika yang masih kebingungan. Yang mengejutkan adalah saat itu Sanae sedang memuji Yurika.

“Tunggu bentar, kamu salah, Sanae-chan!”

“Aku ngerti, Yurika-chan. Hebat banget kamu bisa nyiapin itu selama setengah tahun...”

Shizuka, yang berada disebelah Sanae, juga mengangguk. Dia juga terkesan dengan Yurika yang sedari setengah tahun lalu sudah memprediksi pindahnya Maki ke sekolah mereka, dan bersemangat untuk menyambut Comiha musim dingin nanti.

“Kalian berdua salah! Theia-chan, tolong ngomong sesuatu ke Sanae-chan sama Shizuka-san!”

Yurika mulai panik saat Sanae dan Shizuka betul-betul salah memahami dirinya. Yurika memutuskan bahwa dia sendiri tidak bisa menyelesaikan kesalahpahaman ini, dan berbalik menghadap Theia.

“Aku mengerti, aku mengerti. Kau tetap ingin mengikuti ceritamu, bukan?”

Namun, ternyata takdir memang kejam. Sisa nyawa Yurika lenyap dalam sekejap.

“T-Theia-chan!?”

“Tapi, Yurika, kita nggak bisa ngusir dia cuma gara-gara setting ceritamu”

“Ya. Tolong biarkan dia buat hari ini. Yang lain nanti bakal marah loh”

“Itu benar. Aku mengerti kalau kau panik karena Comiha sudah dekat, tapi tidak bisakah kau jujur dan merayakan pertemuan kalian untuk hari ini dulu?”

“Jahat, kalian bertiga jahat banget...”

Mata Yurika mulai terlihat berkaca-kaca.

“Aku nggak bohong, kalo kita nggak ngusir Maki-chan, ada hal buruk yang bakal terjadi!"

"Kamu bilang gitu juga, dia kan baru aja pindah..."

"Yurika, coba tahan dulu ya?"

"Bukan hal yang buruk untuk melupakan sejenak segala sesuatu tentang cosplay"

Tidak peduli seberapa keras dia berusaha, meskipun sang gadis penyihir jahat sudah muncul, tidak ada yang menganggapnya sebagai musuh. Itu adalah hal yang mengejutkan yang bisa saja menghancurkan reputasi Yurika sebagai gadis penyihir.

"Fufufu..."

Melihat Yurika yang mulai menangis, Maki pun memandangnya dengan senang.

Nikmatilah, Yurika. Itulah hukumanmu karena sudah membodohiku...

Dia bukanlah musuh Yurika, tetapi sesama cosplayer. Sedikit perbedaan dalam perkenalan itu telah memberikan Maki keuntungan yang begitu besar.

Teman-teman sekelasnya, yang tidak tahu tentang kebenarannya, memperlakukannya seperti cosplayer dan mengadakan pesta selamat datang untuknya. Dan karena Koutarou hidup sendiri, kamar 106 terpilih sebagai lokasi pesta agar anggota keluarga tidak mengganggu Maki dalam menjalankan rencananya.

Karena Sanae, Shizuka dan Theia mengenali baik Yurika dan Maki sebagai cosplayer, mereka mengartikan niatan Yurika untuk mengusir Maki sebagai hal yang betul-betul kejam.

Meskipun Yurika belum menyadarinya, alasan kenapa dia tidak dikenal sebagai gadis penyihir yang kekanakan adalah karena semua orang betul-betul yakin kalau Yurika adalah seorang cosplayer. Kalau bukan karena itu, identitasnya mungkin sudah terbongkar sejak lama. Dan saat ini, Maki juga bisa mengatakan hal yang sama - dia terlindungi dari dunia sekitarnya oleh kata 'cosplay'.

"Kenapa kalian nggak mau percaya sama aku!? Aku nggak pernah sekali pun bohong, sekalipun!!"

Dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya, Yurika berbalik dari hadapan Theia dan yang lainnya.

"Ah!?"

"Yurika-chan, kamu mau kemana!?"

"Yurika, pesta selamat datangnya belum selesai!"

Kalian semua jahat!

Suatu hari nanti, mereka akan percaya kepadanya. Saat musuhnya benar-benar muncul, mereka pasti akan mengerti. Sampai saat ini, Yurika percaya itulah yang terjadi. Tapi, sadisnya, kenyataan betul-betul berbeda. Air mata yang dikeluarkan Yurika kali ini pun berbeda, karena kali ini dia betul-betul menangis.

"Ah, masa bodo! Kalo kalian nanti kena masalah, aku nggak mau nyelametin kalian!"

"--Yurika?"

Koutarou, yang mendengar suara Yurika yang terdengar sedih, menghentikan apa yang dilakukannya dan menoleh ke belakangnya. Namun, di saat itu Yurika sudah meninggalkan kamar itu.

"Ruth-san, Yurika kenapa?"

Koutarou yang tidak mengerti dengan situasi itu bertanya kepada Ruth. Ruth menggeleng pelan dan mulai menjelaskan.

"Aku juga tidak begitu mengerti. Semuanya hanya berkata kepada Yurika-sama untuk tidak begitu memikirkan cosplay seperti biasanya, tapi Yurika-sama tiba-tiba lari keluar kamar..."

Ruth melihat ke arah pintu yang dilewati Yurika untuk keluar dengan kuatir selagi menjawab pertanyaan Koutarou. Koutarou pun juga melakukan hal yang sama.

Apa emang nggak apa-apa Yurika ditinggal sendiri...?

Koutarou merasa ragu apakah dia harus mengikuti Yurika atau tidak, setelah merasa kalau ada yang berbeda dengan Yurika.

"Oke!!"

"Woah!? Kou, dasar bego! Si Furuta jangan dilepas!!"

"M-Maaf!"

"Kyaaaa!!"

"Jangaaaaaan!!"

Tapi, karena keributan di kamar 106, Koutarou terjebak dan tidak bisa mengejar Yurika.


Part 3[edit]

Harumi dan Kiriha saling berjumpa di gerbang depan rumah sakit.

"Oh? Kamu temannya Satomi-kun...kalau tidak salah...Kurano-san?"

"Benar, namaku adalah Kurano Kiriha. Halo, Sakuraba-senpai"

"Halo juga, Kurano-san"

Setelah menyelesaikan pemeriksaan kesehatannya, Harumi keluar dari rumah sakit di saat yang sama Kiriha keluar dari bagian rumah sakit yang berbeda. Keduanya tidak memperhatikan satu sama lain hingga mereka mencapai gerbang depan rumah sakit.

"Apa tadi kamu memeriksa kesehatanmu, Sakuraba-senpai?"

Kiriha menyembunyikan sifat aslinya dari semua orang kecuali para penjajah lain dan Koutarou. Kali ini pun dia juga melakukan hal itu dan menyapa Harumi sebagai adik kelas yang sepantasnya.

"Ah, ya, itu benar. Aku baru saja melakukan check-up rutin"

Harumi tersenyum, namun hanya untuk sesaat saja. Senyumnya menghilang saat dia menoleh melihat ke arah bangunan rumah sakit.

"Uhm...apa kamu sakit juga, Kurano-san?"

Alasan kenapa senyumnya menghilang adalah karena dia khawatir kalau ada sesuatu yang tidak beres dengan Kiriha.

"Tidak"

Namun, Kiriha menggelengkan kepalanya. Setelah mendengar jawabannya, raut wajah Harumi berubah cerah.

"Sebenarnya, ada kenalanku yang dirawat disini"

"Begitu..."

Harumi lega saat mendengar bahwa Kiriha tidak sakit, tapi dia mulai khawatir dengan kenalannya Kiriha.

"Fufufu, Sakuraba-senpai, dia hanya sedikit terluka karena kecelakaan lalu lintas, tidak usah terlalu cemas"

"Ah, m-maaf..."

Pipi Harumi berubah merah karena malu, tapi setelah mendengar kalau kenalan Kiriha tidak mengalami luka serius, senyuman kembali menghiasi wajah Harumi.

"Kamu orang yang cukup baik, Sakuraba-senpai"

"T-Tidak juga...Aku punya pengalaman dirawat juga, jadi aku hanya sekedar gugup.."

Melihat Kiriha yang tersenyum dan Harumi yang malu-malu, sulit untuk mengatakan siapa yang senior diantara mereka.

Beberapa mobil melewati Harumi dan Kiriha yang sedang berjalan di trotoar yang sedang berjalan bersama.

"Apa kamu akrab dengan Satomi-kun, Kurano-san?"

"Ya, kami cukup akrab, tapi bisa dibilang kalau kami juga sering bertengkar"

Keduanya melnajutkan pembicaraan mereka sembari terus berjalan. Karena lalu lintas saat itu sedang ramai, tentu saja mereka mulai berbicara dengan suara lebih keras. Karena mereka tidak mempunyai bnayak hal yang sama untuk dibicarakan, topik pembicaraan mereka dengan sendirinya mengarah membicarakan Koutarou.

"Aku iri mendengar hal itu"

"Iri, kamu bilang?"

"Ya. Aku tidak pernah bertengkar dengan Satomi-kun"

Harumi terlihat sedih saat dia mengatakan itu, sementara Kiriha takjub mendengar perkataan Harumi.

"Benarkah? Sudah cukup lama semenjak Satomi-kun bergabung dengan klub merajut, jadi aku pikir kalian setidaknya sudah bertengkar sekali atau dua kali"

"Itu masalahnya, kami belum pernah bertengkar sama sekali. Satomi-kun betul-betul menghormati dan menghargaiku. Dia belum pernah betul-betul mengeluarkan emosinya yang sesungguhnya..."

"Begitu..tidak kusangka Satomi-kun seperti itu.."

Jadi Koutarou menghargai orang yang dia sangat cintai...Tidak disangka, kami mungkin lebih akrab dengan Koutarou...Tunggu, apa dia mencoba menjaga Sakuraba Harumi agar tidak terseret dengan pertarungan kami?

Beberapa hari sebelumnya, Koutarou sudah mengatakan kalau Harumi adalah tipe gadis yang didambakannya, tapi dia sendiri belum menunjukkan sifat aslinya kepada Harumi. Cara Koutarou memperlakukan Harumi betul-betul berbeda dengan caranya memperlakukan para penjajah dan Kenji. Kiriha menduga kalau itu adalah caranya menjaga Harumi dari pertarungan memperebutkan kamar 106.

"Apakah kamu mau bertengkar dengan Koutarou-kun, Sakuraba-senpai?"

"Aku bukan bermaksud kalau aku ingin bertengkar dengannya, tapi aku ingin agar dia tidak terlalu segan"

"Aku mengerti perasaanmu. Aku sendiri juga tidak mau pria yang kucintai segan denganku"

Dan Sakuraba Harumi tidak puas dengan situasinya saat ini. Ini menjadi sesuatu yang cukup rumit, Satomi Koutarou...

"C-cinta!? I-itu...aku tidak..!"

"Tidak apa-apa, Sakuraba-senpai. Aku tidak akan mengatakannya kepada siapapun"

"Ah, auuu..E-em..."

"Kamu memang mencintainya, benar?"

"I-iya..."

Dengan cepat, Harumi mengangguk dengan pelan seakan-akan sudah menyerah. Wajahnya betul-betul merah sekarang.

"Sudah kuduga. Aku sudah menduga kalau itu yang terjadi semenjak aku melihat aktingmu di atas panggung"

"Ah..."

Saat Kiriha menyinggung soal panggung, wajah Harumi semakin memerah, dan dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Saat Harumi memalingkan matanya karena panik, dia melihat seseorang yang dikenalnya.

"...Bukannya itu..Nijino-san?"

"Eh?"

Harumi secara alami berhenti bergerak, dan Kiriha pun mengikutinya. Kiriha melihat ke sekitarnya mencoba menemukan Yurika, tapi dia tidak segera menemukannya.

"Fufu, lihat, disebelah sana"

Melihat Kiriha yang melakukan itu, Harumi tersenyum sedikit sambil menunjuk ke arah Yurika.

"Ah, kamu benar. Tapi, bukannya mereka sedang mengadakan pesta penyambutan untuk si murid baru? Kenapa dia ada disana...?"

Adalah sebuah taman kecil, dan di pojok taman bermain di dalam taman itu terdapat sepasang kepang yang mereka kenal sedang berayun-ayun.


Part 4[edit]

Di taman yang disinari oleh matahari sore, suara ayunan bisa terdengar dari sana. Karena matahari saat itu sudah akan terbenam, sudah tidak ada lagi anak-anak yang bermain di taman itu. Dengan turunnya suhu menjelang musim dingin yang terus mendekat, alasan kenapa seseorang tetap berada disana adalah antara mereka memang betul-betul senang bermain disana, atau orang itu punya alasan tersendiri.

"Hmph. Masa bodo sama semuanya...semoga kalian semua mampus gara-gara Maki-chan nanti"

Alasan Yurika adalah alasan yang kedua. Dialah yang bermain di ayunan saat itu.

"Aku nggak akan dateng nyelametin kalian! Nggak peduli Theia-chan, Sanae-chan, Shizuka-san, atau Satomi-san!...Satomi-san agak beda sih, tadi, tapi...dia nggak pernah percaya sama aku, jadi dia nggak bakal aku selametin!"

Sambil terus bermain ayunan, Yurika melampiaskan semua frustasinya sambil terus menangis. Dia lebih terhenyak dengan orang-orang didekatnya yang tidak mempercayainya daripada kalah oleh Maki. Karena mereka sudah tinggal bersama-sama selama setengah tahun, Yurika ingin agar mereka setidaknya percaya padanya saat dia berkata kalau Maki adalah orang yang berbahaya.

"Mereka semua kasar banget"

Sebagai hasilnya, Yurika mengabaikan tugasnya. Kabur dari kamar itu dalam situasi seperti itu sama saja seperti meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang gadis penyihir. Biasanya, Yurika akan tetap tinggal dan mengawasi Maki. Kalau dia mencoba menggunakan sihir untuk menyelidiki kamar itu, Yurika akan menghalang usaha Maki untuk mendapatkan informasi. Melakukan hal itu sambil menjaga keadaan sekitarnya agar tidak menyadari identitas aslinya sebagai gadis penyihir adalah tugas Yurika.

Tapi, Yurika tidak bisa melakukannya. Alasan terbesarnya adalah karena para penghuni kamar 106, orang-orang yang mulai ia percaya, tidak percaya kepadanya.

Untuk alasan apa Yurika bertarung? Sebelum dia bisa menemukannya, musuh-musuhnya sebelumnya telah menjadi alasannya untuk bertarung. Saat mereka menolaknya, hal itu membuat Yurika menyerah. Saat Yurika pertama kali datang ke kamar 106, mungkin dia tidak akan peduli, tapi sekarang, Yurika sudah tidak tahan lagi. Dia betul-betul terpukul sampai-sampai air matanya tidak berhenti mengalir.

"Nijino-san, Nijino-san"

Itulah kenapa Yurika baru memperhatikan Harumi setelah Harumi memanggilnya beberapa kali.

"Nijino-san, kamu kenapa?"

"Eh!? S-Sakuraba-senpai!?"

Karena Yurika tidak memperhatikan keadaan sekitarnya, dia betul-betul terkejut dengan kedatangan Harumi.

"Kyaaa!?"

"Nijino-san!"

Saking terkejutnya, dia hampir terjatuh dari ayunan, tapi dia dengan susah payah bertahan dengan berpegangan pada rantai ayunan.

"Apa kamu baik-baik saja, Nijino-san?"

"A-aku nggak apa-apa, kamu cuma bikin aku kaget dikit"

Yurika berpegangan pada rantai ayunan sambil mengatur nafasnya. Karena dia sempat terkejut, Yurika lupa kalau tadi dia menangis.


"Begitu, syukurlah kalau begitu.."

"Sakuraba-senpai, kenapa kamu disini?"

"Fufufu, itu karena tempat ini ada di sebelah rumah sakit"

Setelah menghela nafas lega setelah mendengar kalau Yurika baik-baik saja, Harumi tersenyum lebar saat menjawab pertanyaan Yurika.

"Ah, b-bener juga..."

Setelah mendengar itu, Yurika baru sadar kalau dia berada di taman yang berada persis di sebelah rumah sakit. Dia tidak begitu ingat apapun setelah dia lari dari kamar 106. Dia berlari tanpa tujuan, sambil didorong oleh emosi yang begitu kuat, dan akhirnya sampai ke taman itu. Yurika mulai tersipu malu setelah dia sadar telah menanyakan sesuatu yang seharusnya dia sudah tahu.

"Jadi, apa yang terjadi, Yurika-san?"

"Bahkan Kiriha-san juga..."

Saat Kiriha muncul dari belakang Harumi, Yurika kembali terkejut. Selain tidak pernah menyangka akan melihat Harumi dan Kiriha bersama-sama, dia juga tidak tahu kenapa Kiriha berada disini.

"Sebenarnya...itu..temenku dan aku...nggak bisa setuju soal sesuatu...nggak peduli udah berapa kali aku bilang ke mereka soal hal sebenernya, mereka nggak mau percaya sama aku...jadi aku.."

Saat dia berbicara, Yurika kembali teringat akan kesedihan dan frustasi yang dialaminya, dan air mata yang tadinya berhenti mengalir mulai kembali membasahi pipinya.

"Jadi itu yang terjadi..."

Setelah mendengarkan Yurika, Harumi tampak sedih. Dia bersimpati dengan Yurika, hampir seperti dia sendiri yang merasa tersakiti.

"..."

Kelihatannya terjadi sesuatu di pesta penyambutan itu...Kelihatannya aku harus menyerahkan ini kepada Sakuraba-senpai...

Setelah membayangkan situasi yang telah terjadi, Kiriha memilih untuk tidak mengatakan apapun. Karena dia sendiri juga tidak percaya dengan sihir, Kiriha tahu kalau dia mulai membicarakan itu, situasinya akan bertambah rumit.

"Jadi itu sebabnya kamu menangis disini"

"...Iya..."

Yurika menganggukkan kepalanya dan lalu menunduk. Perasaannya saat itu telah habis tercabik-cabik.

"Begitu..."

"...."

Harumi dengan lembut memandang ke arah Yurika. Karena Yurika sudah menolongnya menyangkut Koutarou, Harumi ingin membalas membantu Yurika.

"Bisakah aku menanyakan sesuatu?"

"...Iya..."

Yurika, yang masih memandangi tanah, membalas Harumi dengan bisikan.

"Apa yang membuatmu sedih, Nijino-san? Apakah tentang kebenaran yang tidak tersampaikan kepada teman-temanmu? Atau karena teman-teman spesialmu tidak percaya kepadamu?"

Apa dia sedih karena banyak temannya tidak mempercayai kebenarannya sebagai fakta? Atau justru kebenarannya tidak bermasalah dan justru dia sedih karena teman terdekatnya tidak percaya padanya? Kalau Yurika sendiri tidak tahu jawabannya, Harumi tidak akan bisa membantunya.

"Itu.."

Yurika menahan jawabannya. Biasanya, jawaban yang dipilihya adalah jawaban pertama. Mereka, yang tidak percaya kepadanya, adalah orang-orang asing. Diantara mereka juga terdapat musuhnya. Tapi, Yurika justru sedih karena orang-orang itu tidak percaya padanya - meskipun, karena mereka memang musuhnya, sudah sewajarnya mereka melakukan hal itu.

"Itu...teman-teman deketku nggak mau percaya sama aku, itu yang lebih sakit..."

Jawaban yang dikatakannya membuat Yurika sendiripun bingung. Dia menganggap musuhnya sendiri sebagai teman dekat.

Gitu toh, jadi itu sebabnya aku frustasi dan sedih begini...

Awalnya, Yurika hanya ingin agar Koutarou dan yang lainnya selamat dari bahaya yang mengancam. Tapi, saat dia menghabiskan waktunya bersama mereka, sebuah keinginan untuk mereka percaya pada dirinya mulai muncul. Itu karena Yurika mulai merasa ada keinginan baik untuk mereka - yang menyebabkan kenapa hari ini, saat dihadapi dengan krisis yang sebenarnya, tidak dipercaya oleh mereka semua membuat Yurika begitu sedih.

"Jadi begitu rupanya. Kalau begitu, kamu sudah mendapatkan jawabannya, Nijino-san"

Setelah mendengar jawaban Yurika, Harumi mengangguk membalasnya.

"...Eh?"

Yurika, yang kebingungan setelah mendengar jawaban Harumi, menengadahkan kepalanya dan melihat Harumi yang tersenyum lembut padanya.

"Nijino-san, kamu masih berpikir kalau mereka adalah orang-orang yang penting bagimu. Itulah kenapa kamu sedih. Itulah kenapa kamu hanya perlu membuat mereka percaya kepadamu, benar?"

Karena Yurika menganggap mereka sebagai teman, dia sedih saat mereka tidak percaya kepadanya. Pilihannya saat itu adalah antara berhenti berteman dengan mereka, atau meyakinkan mereka kalau dia mengatakan yang sebenarnya. Cara lain hanya akan membuat Yurika menyesalinya.

"Iya, itu bener...tapi gimana bisa aku..."

Rokujouma V5 100.jpg

"Ambil tindakan. Aku tidak tahu kamu mau mereka percaya sama apa, Nijino-san, tapi kamu harus terus melakukan apa yang bisa membuat mereka percaya dengan apa yang kamu ingin mereka percayai"

"Terus ngelakuin apa yang aku ingin mereka percayain..."

Dalam kasus Yurika, hal itu adalah untuk terus melanjutkan tugasnya sebagai gadis penyihir. Kalau Maki memang mengincar kamar 106, sudah tugasnya untuk melindungi kamar itu.

"Kamu hanya bisa mendapatkan kepercayaan lewat tindakan. Kalau kamu mencoba meyakinkan mereka dengan kata-kata, menipu atau membodohi mereka, kamu tidak akan mendapatkan kepercayaan yang kamu inginkan, Nijino-san"

"Begitu, sudah..."

Di saat itulah Yurika akhirnya menyadari sesuatu.

Sudah setengah tahun ini, apa aku udah jadi gadis penyihir yang bener? Meskipun aku udah ngejelasin pake kata-kata, aku nggak pernah bersikap kayak gadis penyihir yang bener...

Dan hari ini, musuhnya yang bernama Maki akhrinya muncul. Bukankah ini kesempatan yang akhirnya tiba bagi Yurika untuk mendapatkan rasa percaya dari Koutarou dan yang lainnya, yang sudah ia tunggu-tunggu?

"Oke!"

Yurika menepuk kedua pipinya dengan sekuat tenaga, dan saat dia melakukannya, air matanya terpercik ke segala arah, berbinar dihiasi mentari senja.

"Aku ngerti, Sakuraba-senpai! Aku bakal berusaha yang terbaik!"

Saat air matanya meresap ke dalam tanah, sebuah semangat yang gigih dan senyuman nampak di wajah Yurika.

"Berusahalah sekuat tenaga, Nijino-san"

"Yap, maaf udah bikin kamu kuatir, Sakuraba-senpai! Si pecundang Nijino Yurika ini akan berusaha sekuat tenaga!!"

Yurika memberi hormat kepada Harumi dengan cara yang lucu, hampir seperti raut wajahnya yang sedih beberapa saat lalu hanyalah sekedar mimpi.

"Jadi inilah Sakuraba Harumi..."

Kiriha, yang sedari tadi melihat Harumi dan Yurika dengan tenang, memuji Harumi.

Jadi ini sebabnya Satomi Koutarou tidak melihatnya sebagai calon pasangan...

Setelah melihat pengertian, kebaikan dan semangat kuat Harumi, yang biasanya tersembunyi, secara langsung, Kiriha bisa merasakan bahwa Sakuraba Harumi nantinya akan menjadi lawan yang sangat kuat.


Part 5[edit]

Pesta selamat datang untuk Maki berakhir setelah jam melewati pukul delapan. Melanjutkan pestanya setelah jam delapan akan mengganggu tetangga kos yang lain, jadi si ibu kos, Shizuka, mengakhiri pesta itu. Meski begitu, karena pestanya sendiri sudah dimulai sebelum pukul empat sore tadi, mereka yang menghadiri pesta itu sudah betul-betul menikmati pestanya.

"Pada akhrinya, Yurika tidak kembali juga.."

Sekembalinya ke rumahnya, Maki menggumamsendiri. Kata-katanya menggema di dalam kamarnya yang kosong - gelap dan sepi dengan sedikit perabotan yang mengisi kamar itu.

"Pelindung sihir yang muncul pas jam enam tadi kemungkinan perbuatannya. Dia bertingkah seperti habis berantem dan mulai menggangguku dari luar...dia pasti punya rekan yang cukup pintar. Betul-betul mengesalkan..."

Maki menghadap ke tengah-tengah kamarnya dan mengulurkan tangannya.

"Datanglah, Twilight Wing!"

Setelah mengucapkan itu, sebuah tongkat muncul di tangannya. Tongkat miliknya, seperti milik Yurika, mempunyai banyak dekorasi yang tidak terlihat dirancang untuk kegunaan yang praktis. Perbedaan terbesar diantara tongkat mereka adalah warnanya. Tidak seperti tongkat Yurika yang diwarnai dengan warna pink yang berbau fantasi, tongkat milik Maki berwarna nila yang gelap dan gersang.

"Magic Communication Gem, hidup. Membuka saluran"

Maki mengangkat tongkatnya ke atas kepalanya dan menggumamkan sesuatu. Itu adalah mantra yang diperlukan untuk mengaktifkan alat sihir yang sudah dipasangnya.

Permata keunguan yang tertanam di langit-langit kamar menjawab mantra Maki dan mulai bersinar. Keenam permata yang tertanam di dinding di sekeliling Maki, seakan-akan beresonasi, juga mulai bersinar. Warna permata-permata itu adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu. Ditambah warna nila milik Maki, semuanya membentuk warna-warna pelangi. Tapi, sinar yang dikeluarkan entah mengapa gelap. Yang terpancar dari permata-permata itu bukan sinar, tapi justru seperti kegelapan.

Waktu berlalu, dan sinar yang dipancarkan oleh keenam permata itu mulai membentuk tubuh manusia.

"Oh, seragam itu cocok denganmu, Maki"

Saat sinar itu mulai stabil, disebelah permata-permata itu terlihat gadis-gadis yang memakai pakaian yang berwarna sama dengan permata mereka. Mereka berenam merupakan hologram. Permata yang digunakan Maki adalah alat sihir yang membuatnya bisa berbicara dengan orang yang berada di tempat jauh lewat tampilan holografi.

"Jangan meledekku. Kau bilang padaku untuk melapor, jadi aku sudah repot-repot mencoba untuk menghubungimu"

"Maafkan aku, tolong jangan marah ya"

Gadis yang berpakaian merah menurunkan pundaknya dengan kecewa setelah mendengar jawaban Maki.

"Benar-benar deh, kamu ini..."

Meskipun dikelilingi oleh enam orang gadis, Maki tidak sedikitpun terlihat gemetar, karena mereka semua berada dalam posisi yang sejajar. Gadis-gadis itu merupakan sekutu Maki. Mereka bertujuh, termasuk Maki, adalah pasukan musuh Yurika, Darkness Rainbow.

"Jadi, bagaimana? Si rainbow yang baru dan konsentrasi sihirnya?"

Gadis yang berpakaian ungu mulai berbicara setelah merasa kalau Maki dan gadis berpakaian merah sudah selesai berbicara. Dari mereka bertujuh, dialah yang paling dewasa, dan paling sering memegang jabatan kepala.

"Pertama-tama, mengenai Rainbow Yurika, aku tidak yakin"

"Dan maksudnya?"

"Kemampuannya tidak buruk, tapi, kelihatannya dia punya seseorang yang sangat pintar bekerja dengannya"

Maki memulai penjelasannya. Dia berbicara bagaimana Yurika bisa memanipulasi informasi menggunakan cosplay, dan bagaimana dia mengganggu jalannya penyelidikan Maki mengenai kamar 106 dari luar kamar.

"Jadi, aku belum bisa melihat secara keseluruhan. Yang aku tahu hanyalah dia lebih lemah dibandingkan pendahulunya, Rainbow Nana"

"Merepotkan juga"

"Kalau kami sampai bertarung, siapa tahu gangguan macam apa yang akan menghalangi kami..."

"Maki, bisa jadi rekannya justru lebih bermasalah. Pada akhirnya, sihir hanyalah kekuatan. Tergantung penggunaannya, efeknya bisa meningkat lewat faktor yang besar juga"

"Aku juga berpikiran sama"

Gadis berpakaian ungu setuju dengan Maki. Keduanya saling mengangguk dengan raut wajah serius.

"Kau harus menghancurkan si pengecut itu dengan segera"

Si gadis berpakaian merah berkomentar dengan nada tidak puas. Dia orang yang simpel dan sangat terbuka, dan diskusi ini membuatnya kesal.

"Tidak sesimpel itu. Sekarang, keadaan mental Yurika betul-betul stabil. Dia betul-betul berbeda dengan delapan bulan yang lalu"

Delapan bulan lalu, setelah dia baru saja menggantikan tugas dan kekuatan Rainbow Nana, tekanan dari tugasnya dan musuh yang terus menerus muncul hampir membuat Yurika benar-benar hancur karena putus asa. Karena itulah, dia kabur kesana kemari sambil menggunakan sihir tanpa memikirkan akibatnya. Tapi sekarang, Yurika sudah jauh berbeda. Memang benar kalau dia tetaplah seorang pengecut, tapi dia tidak setakut saat dulu.

"Bisa jadi itu karena pengaruh rekannya"

"Itu sangat mungkin. Keberadaan rekan yang bisa dipercayainya pasti membuat keadaan mentalnya menjadi stabil"

Maki dan gadis berpakaian ungu kembali mengangguk bersamaan, tapi Maki terlihat jengkel.

Tidak kupikir dia akan percaya dengan orang lain, dia betul-betul bodoh. Orang akan menghianatimu saat mereka punya kesempatan. Satu-satunya yang bisa kamu percaya hanyalah kekuatan. Kekuatan yang betul-betul melampaui segalanya!

Maki kesal karena Yurika menemukan rekan yang bisa ia percaya dan rekan itu membuat keadaan mental Yurika menjadi stabil.

"Ada juga kemungkinan kalau mereka punya rencana lain yang siap dijalankan. Berbahaya kalau kita bergantung hanya pada kekuatan saja"

"Ampun deh, repot bener..."

Si gadis berpakaian merah kembali merajuk dan menundukkan kepalanya.

"Cukup mengenai Rainbow. Jadi, bagaimana mengenai konsentrasi kekuatan sihir di kamar itu?"

Yang berbicara selanjutnya adalah gadis berpakain jingga. Rambutnya yang pendek dan matanya yang besar memberikan kesan kalau dia adalah orang yang enerjik.

"Aku sempat mendekat dan melakukan pemeriksaan menyeluruh"

"Sudah kuduga, Navy-chan, kerjamu memang cepat"

Maki, yang tidak suka dipanggil Navy-chan oleh gadis berpakaian jingga, mengernyitkan alisnya sedikit saat mendengar itu.

"...Kekuatan sihir di kamar itu sangat besar. Kekuatan sihir yang biasanya hanya bisa ditemukan pada benda sihir dengan kelas artifak terkumpul di tempat itu"

Dari semua benda sihir, artifak dikatakan mempunyai kekuatan legenda.

Benda-benda itu punya kekuatan yang tidak bisa terduga, cara membuat benda-benda itu sudah hilang, dan mustahil untuk membuat mereka di zaman ini. Cara yang tersisa untuk membuat benda-benda itu tidak realistis karena waktu yang dibutuhkan untuk membuatnya. Karena itulah, artifak adalah sihir pamungkas yang dikatakan dibuat oleh Tuhan.

"Wow, segitu banyak!?"

Sikap terkejut si gadis jingga terlihat berlebihan, tapi Maki mengabaikan itu dan terus berbicara.

"Kalau kita bisa betul-betul menguasainya, kita akan unggul dari Rainbow Heart. Lebih lagi, kia bisa mengacaukan keseimbangan kekuatan di Folsaria"

"Kalau gitu, nggak bisa kita tinggal begitu aja!"

Kepala si gadis jingga bergoyang dan matanya berbinar saat mengatakan itu. Para gadis di Darkness Rainbow saat itu mencoba mengkudeta negeri sihir Folsaria untuk alasan mereka masing-masing. Karena itulah, mereka selalu mencari artifak yang sangat kuat atau sesuatu yang memiliki kekuatan setara dengan itu.

"Tapi Maki, apa kita bisa mengontrol sesuatu sekuat itu?"

"Saat aku mencoba memeriksa itu, Yurika menggangguku"

Pada pesta penyambutannya, Maki telah mencoba menggunakan sihirnya untuk menyelidiki kekuatan sihir di sana. Tapi, sulit untuk menggunakan sihir yang cukup kuat sementara dia mengikuti pesta. Yang terbaik yang bisa dilakukannya adalah dia berpura-pura bercosplay, meskipun dia tidak mendapatkan kesempatan itu. Selain itu, sesudah memalsukan sebuah pertengkaran(?) dan kabur dari kamar, Yurika mengganggunya dengan sihirnya sendiri dari luar kamar, sehingga Maki tidak bisa menyelidiki lebih lanjut. Yurika bisa menggunakan sihir yang lebih kuat lagi sementara dia bersembunyi diluar.

"Bahkan disini, rekannya pun bisa menjadi masalah..."

"Aku pikir dia benar-benar pintar. Mereka selalu selangkah di depan"

"Yang berarti, seberapa besar pesta penyambutan itu..?"

"Seberapa besar? Maksudnya?"

Maki menunjukkan raut wajah kebingungan saat gadis berwarna ungu berbicara.

"Kalau ada pesta selamat datang di kamar itu, kamu pasti akan datang, Dan kalau kamu ada di kamar itu, kamu pasti akan menggunakan sihir. Maki, ada kemungkinan kalau seseorang justru mengambil informasi darimu"

Setelah mendengar penjelasan itu, Maki begitu terkejut sampai dia tidak tahu harus bersikap seperti apa.

"Nggak mungkin...yang terjebak justru aku!?"

Maki tidak bisa langsung menerima semua itu. Kalau apa yang dikatakan si gadis ungu memang benar, itu artinya dia telah kalah dari Yurika.

"Bisa jadi itu yang terjadi. Nyatanya, kamu tidak mendapatkan informasi penting apapun tentang kekuatan sihir itu, benar? Kamu dipancing ke kamar itu dan informasi tentang sihirmu diambil"

Si gadis ungu dengan sedih menggelengkan kepalanya, dan disaat itu, Maki sendiri menyadari kekalahannya.

"Cih, aku kena! Dan bukan hanya oleh Yurika, tapi juga oleh manusia biasa!"

Kenyataan ini merupakan sebuah penghinaan yang begitu sangat bagi Maki. Jika musuhnya adalah seorang gadis penyihir, itu adalah hal biasa. Tapi, dia telah dikalahkan oleh manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan apapun. Dan kalau si gadis berpakaian ungu tidak mengungkapkan hal itu, Maki pun tidak akan memperhatikan kalau dia sudah kalah. Maki telah terbaca layaknya buku yang terbuka lebar dan dipermainkan.

"Tidak kusangka si penyihir nila ini justru dimanipulasi pikirannya!"

Sihir nila yang digunakan oleh Maki adalah untuk memanipulasi pikiran. Jadi, bagi Maki, pikiran adalah miliknya untuk dimanipulasi. Dengan pikirannya sendiri dimanipulasi, dan dipermainkan dengan cara itu, adalah hal yang tidak bisa diterima olehnya.

"Aku mengerti kalau kamu kesal karena kalah, tapi tenanglah sedikit"

"Diam!"

Maki, yang dikritik oleh gadis berpakaian merah, berteriak dengan kesal dan melotot ke arahnya.

"Oh, serem. Tapi itu yang selalu kamu bilang ke aku, Maki"

Tapi, setelah mendengar kata-katanya selanjutnya, Maki akhirnya kembali tenang"

"...Maaf sudah berteriak"

"Enak kan, sekali-sekali lepas begitu?"

"Cukup sampai disitu saja"

Setelah berulang kali menarik nafas, Maki kembali tenang dan tersenyum.

"Jadi, apa yang akan kamu lakukan, Navy-chan? Menunggu kami berkumpul?"

"Tentang itu, aku berencana untuk menyelinap ke kamar itu"

"Itu berbahaya. Dengan rekan Yurika yang seperti itu, aku tidak menyarankan untuk menjalankan sesuatu dengan buru-buru"

Si gadis berwarna ungu terlihat kuatir saat Maki mengatakan rencananya.

"Itulah sebabnya mengapa"

Tapi, Maki justru menunjukkan raut wajah serius. Dia tidak berniat memaksakan dirinya. Itu adalah keputusan yang diambilnya dengan tenang.

"Musuh kita bisa membuat rencana sehebat itu. Keunggulan mereka akan semakin besar semakin lama kita menunggu. Dan sebelum kita bertujuh bisa menyerang bersama-sama, aku ingin memancing rekan Yurika keluar. Kalau aku tidak menyingkirkan rekannya lebih dulu, kita akan membuat kesalahan yang sama lagi"

Maki tidak ingin mengulangi kesalahan yang mereka buat saat bertarung melawan Rainbow Nana. Karena kesalahan itulah Darkness Rainbow tidak bisa menjalankan operasi mereka selama lebih dari setengah tahun.

"Begitu...jadi tujuanmu adalah si rekan itu dan bukan kekuatan sihirnya..."

"Tentu saja, kalau aku punya kesempatan untuk mengendalikannya, aku akan melakukannya. tapi karena ada kemungkinan masalah yang timbul setelah aku mengambil alih kendalinya, aku tidak punya niatan untuk memaksakan menjalankan itu"

Bahkan jika Maki mengambil alih kamar 106, sampai keenam gadis sisanya sampai, dia sendiri harus melindungi kamar itu dari Yurika. Dengan itu di dalam pikirannya, mengambil alih kamar itu saat ini bukanlah sesuatu yang bisa dijalankan.

"Ada juga orang-orang yang tidak kita ketahui kemampuannya yang ada di kamar itu juga"

"Kamu bilang selain si cowok itu, ada dua cewek asing dan cewe berambut hitam"

"Ya, selain si cewek berambut hitam, mereka semua ada di pesta"

"Hey, Navy-chan, kamu bilang ada hantu juga, apa nggak apa-apa kamu ngelupain dia?"

"Aku memantaunya sambil pura-pura tidak bisa melihatnya, dan dia kelihatannya bisa berkomunikasi dengan para penghuni kamar. Tapi, masih tidak jelas kalau dia dipekerjakan oleh mereka atau tidak"

"Tapi, Maki, kalau kamu mencoba melakukan sesuatu di kamar itu, bukannya mereka bisa mengganggumu?"

"Itulah yang aku kuatirkan, jadi kalau kamu mau melakukannya, akan lebih baik pada siang hari saat mereka semua ada di sekolah"

Maki dan yang lainnya tahu tentang Sane, Theia, Ruth, dan Kiriha. Tapi para gadis itu tidak percaya dengan identitas asli Yurika, jadi para gadis Darkness Rainbow tidak menganggap para gadis itu sebagai ancaman.

Salah satu diantara mereka pasti rekannya Yurika...

Maki berpikir kalau diantara Theia, Ruth atau Kiriha adalah rekan dari Yurika. Dia pergi dari pesta itu untuk mencari tahu siapa sebenarnya rekan Yurika itu, jika mungkin. Itulah kenapa jika dia menyerang kamar itu saat mereka semua sedang berada di luar, hanya Yurika dan rekannya yang akan bertindak.

"Aku mengerti. Kalau begitu, aku tidak punya penolakan"

"Aku pun setuju"

"Aku juga!"

Para gadis Darkness Rainbow mulai menyetujui rencana itu, dan akhirnya mereka semua sepakat dengan rencana Maki. Pertama, mereka perlu mengumpulkan informasi. Karena sebagian besar anggota Darkness Rainbow tidak bisa bergerak setelah bertarung melawan Rainbow Nana, mereka menjadi sangat hati-hati.

"Terima kasih, semuanya"

Raut wajah Maki berubah tenang setelah mendengar persetujuan semuanya mengenai rencananya, dan ia pun tersenyum kecil.

Tunggu saja, Rainbow Yurika! Dan rekan sialanmu itu! Akan kubongkar identitasmu segera!

Dan dengan begitu, lewat Maki, kesalahpahaman besar mengenai Yurika menyebar ke semua Darkness Rainbow.


Yurika vs. Maki[edit]

Part 1[edit]

Rabu, 18 November

Menjelang datangnya musim dingin, jumlah pakaian yang dipakai Koutarou untuk berangkat ke sekolah pun meningkat. Sampai sekarang, dia hanya memakai seragamnya, tapi sekarang dia juga memakai satu pakaian lagi didalam bajunya. Itu adalah pakaian lama Kiriha yang Kiriha sendiri jahit ulang agar sesuai dengan Koutarou.

"Ah, hangat, tapi nggak terlalu hangat. Betul-betul ngepas"

"Syukurlah. Karena itu adalah pakaian lamaku, bertahanlah selama kamu memakainya"

Koutarou terlihat senang setelah memakai seragamnya. Baju dalam yang dibuat Kiriha rupanya lembut dan hangat, dan tidak mengganggunya saat Koutarou bergerak. Bahan kainnya cukup memberi aliran udara, jadi bagian dalam bajunya tidak terlalu hangat. Bagi Koutarou yang senang bergerak, baju itu cocok untuknya.

"Daripada bertahan, aku berterima kasih kamu mau ngasih aku sesuatu sebagus ini, Kiriha-san"

"Yah, tadinya aku berniat membuangnya. Tapi, lebih baik jika kamu saja yang memakainya"

"...Itulah katamu, Kiriha. Kau sama sekali tidak berniat untuk membuangnya, benar?"

Theia, yang rambutnya saat itu sedang dikeringkan oleh Ruth, angkat bicara. Mendengar kata-kata Theia, Sanae menjadi tertarik.

"Maksudnya apa?"

"Bahan dari baju itu kemungkinan jauh lebih berharga daripada semua barang-barang milik Koutarou"

"Beneran!? Tunjukin dong, Koutarou!"

"H-hei..."

Sanae yang kaget mendengar perkataan Theia langsung menaruh wajahnya di dada Koutarou. Karena dia adalah hantu, Sanae bisa melewati seragam Koutarou dan melihat langsung ke baju dalam yang dimaksud.

"Berdasarkan penampilan dan teksturnya, jelas kalau baju itu terbuat dari bahan-bahan yang bernilai tinggi. Dan, berdasarkan cara membuatnya, baju itu pasti dibuat oleh penenun yang sangat ahli"

"Sekarang, kalau dipikir-pikir lagi, rasanya emang kayak begitu. Rasanya juga enak banget"

Sanae, yang kembali bergantung pada Koutarou, bisa merasakan apa yang dirasakan Koutarou, dan juga bisa merasakan tekstur baju dalam itu.

Rokujouma V5 118.jpg

"Membuang baju itu adalah hal yang tidak masuk akal. Biasanya, benda seperti itu akan diwariskan kepada anak perempuan atau cucu perempuan. Mengubah baju itu menjadi pakaian dalam dan memberikannya kepada Koutarou jelas sekali adalah hal yang gila"

"I-itu beneran, Kiriha-san?"

Setelah mendengar penjelasan seperti itu dari Theia, Koutarou dengan gugup menoleh ke arah Kiriha, yang menunjukkan senyuman yang lembut.

"Seperti yang sudah kuduga dari tuan puteri antar bintang, matamu memang terlatih"

Kiriha membenarkan perkataan Theia dengan cara yang rumit. Setelah mendengar itu, wajah Koutarou menjadi biru karena panik.

"A-aku kembaliin aja deh! A-aku nggak bisa nerima sesuatu yang terlalu bagus semacam ini!"

Setelah mendengar kebenarannya, Koutarou dengan terburu-buru berusaha membuka seragamnya. Namun, jari putih Kiriha menghentikan pergerakan tangannya.

"Koutarou, meskipun kamu mengembalikannya sekarang, baju itu tidak akan kembali menjadi pakaian yang seperti dahulu"

"T-tapi--"

"Dengan kamu terus memakainya, itu akan membuatku bahagia"

Kiriha membisikkan itu ke telinga Koutarou sembari tersenyum.

"Kamu bilang begitu juga, aku nggak bisa pakai begitu aja sesuatu yang nilainya lebih daripada semua barang-barangku!"

"Kalau begitu, biasakanlah"

"Mana bisa!!"

Sementara Koutarou berusaha melawan, Kiriha melanjutkan mengancingkan seragam Koutarou.

"...Jadi itu caramu nembus pertahanannya, selangkah selangkah"

Sanae mengawasi mereka berdua dengan pandangan dingin. Itu karena dia sudah menyadari modus operasi Kiriha.

"Aku harus marahin Koutarou nanti..."

Sanae terus memandangi punggung Kiriha, sambil terus berpikir kalau hanya dan hanya dirinyalah yang dapat melindungi Koutarou.

"Ruth, kita tidak bisa ceroboh, atau dia akan menjegal kita"

Theia juga sedang kesal karena dia tahu tujuan Kiriha. Karena dia juga belum memberikan hadiahnya, pedang harta Saguratin, secara langsung kepada Koutarou, Theia merasa tidak sabar.

"Fufufu, oh, Yang Mulia"

Karena Ruth mengetahui hal itu, dia hanya tersenyum sambil melihat Theia yang masih merajuk. Sambil membayangkan apa yang akan terjadi kalau ketidaksabaran Theia mencapai batasnya, Ruth hanya bisa terus tersenyum.

"Koutarou, mantelmu. Kalau kita tidak berangkat sekarang, kita akan terlambat"

Setelah selesai mengancingkan seragam Koutarou, Kiriha memberikan Koutarou mantel milik Koutarou sendiri.

"Ugh"

Koutarou benar-benar ingin mengatakan sesuatu, tapi setelah mendengar kalau dia akan terlambat, dia tidak bisa berkata apa-apa.


Part 2[edit]

Saat Koutarou dan yang lainnya berangkat sekolah, sesuatu mulai bergerak dari dalam kamar 106 yang kosong.

Sambil mengeluarkan suara yang keras, pintu geser lemari kamar itu terbuka sedikit. Saat Koutarou pertama kali tiba di kamar itu, pintu lemari itu bisa terbuka tanpa suara, tapi setelah benda yang ada di dalamnya selalu bersandar di pintu saat tertidur, sekarang pintu itu mengeluarkan suara yang tidak enak didengar.

"Apa Satomi-san dan yang lainnya udah pergi...?"

Yurika mengintip dari celah pintu yang terbuka, memperhatikan keadaan sekelilingnya dan mendengarkan dengan seksama/

"...Kayaknya oke"

Setelah melihat-lihat dan mendengarkan keadaan di kamar itu, Yurika akhirnya membuka lebar pintu lemarinya. Untuk suatu alasan, yang dipakainya saat itu bukanlah seragam sekolahnya, namun kostum gadis penyihirnya.

"Kalau mereka ngeliat aku pake kostum ini, bakal jadi rumit lagi nanti..."

Yurika langsung berusaha keluar dari bagian atas lemari. Baginya, yang tidak terlalu aktif secara fisik, memanjat masuk dan keluar lemari adalah hal yang merepotkan.

"Oke"

Setelah keluar, Yurika menjulurkan tangannya dan mengeluarkan tongkat yang panjang dari dalam lemari. Nama tongkatnya, Angel Halo, adalah tongkat yang digunakannya untuk menggunakan sihir.

"Sekarang karena Maki udah disini, aku nggak punya waktu buat ke sekolah!"

Yurika menepuk kedua pipinya dan menyemangati dirinya sendiri.

"Yurika semangat! Yurika semangat!"

Aku sedih karena nggak bisa sekolah, tapi karena aku udah niat nggak berangkat, nggak masalah!

Musuhnya akhirnya muncul. Saatnya sudah tiba baginya untuk melaksanakan tugasnya. Karena itulah, Yurika memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah dan tinggal untuk bersiap melawan Maki. Dan, jika mungkin, dia ingin Koutarou dan yang lainnya tahu kalau dia adalah gadis penyihir yang bertarung demi cinta dan keberanian.

"Sekarang , datanglah Maki-chan! Gadis penyihir cinta dan keberanian ☆ Rainbow Yurika akan menjadi lawanmu!"

Hingga saat ini, Yurika terus mengatakan kepada Koutarou dan yang lainnya kalau dia adalah gadis penyihir, tapi baru saat inilah dia betul-betul menjadi gadis penyihir itu, dalam artian yang sebenarnya.


Part 3[edit]

Lonceng tanda istirahat siang berbunyi, dan guru Bahasa Inggris yang berada di depan papan tulis pun meletakkan kapur tulisnya.

"Oke, sampai disini dulu. Sisanya akan jadi PR kalian. Tolong beri tahu Nijino-san dan...em..Aika-san, benar? Tolong beri tahu mereka berdua yang sedang tidak hadir itu"

"Berdiri, beri hormat"

Seisi kelas memberi hormat saat sang guru Bahasa Inggris meninggalkan ruang kelas. Di saat yang sama, suasana disiplin di ruangan kelas pun sirna.

"Waktunya makan! Makan!"

"Kana, kamu bawa bekal, atau ke kantin?"

"Aku ke kantin"

"Kalau kamu ke mesin penjual minum, tolong beliin jus buatku dong"

"Bayarin punyaku juga ya"

Istirahat makan siang, saat dimana semua murid bisa bersantai sejenak. Semuanya menghabiskan waktu mereka dengan memakan bekal dan menyegarkan diri mereka.

"Pada akhirnya, Yurika nggak muncul juga"

Sementara itu, Koutarou memandangi kursi Yurika yang kosong.

"Dia biasanya dateng lari sebelum jam pelajaran kedua"

Sanae hanya memandangi kursi Yurika dengan raut wajah yang tidak biasanya.

Yurika terkadang terlambat datang karena dia susah untuk bangun tidur, jadi Koutarou dan yanglainnya tidak terlalu memikirkan dirinya yang tidak menghadiri jam pelajaran pertama. Setelah mereka masuk jam pelajaran kedua, mereka berasumsi kalau dia betul-betul ketiduran kali ini. Jam pelajaran ketiga dimulai, mereka masih berpikir kalau Yurika begadang hingga larut malam. Baru pada jam pelajaran keempat, mereka mulai merasa ada yang aneh dan mulai kuatir.

"Kalau dia terus-terusan telat kayak gini, dia bakal tinggal kelas"

"Nilainya juga pada parah-parah..."

Sementara Koutarou dan Sanae kuatir dengan teman mereka yang masih tidak jelas keberadaannya, Theia dan Ruth mendekati mereka.

"Kalau kalian sedang membicarakan Yurika, dia begadang hingga larut malam sambil membuat keributan. Kemungkinan besar dia tidur terlalu lama"

"Dia pasti bener-bener seneng karena ada Maki-san disini sekarang"

Koutarou membayangkan Yurika yang begadang semalaman untuk membuatkan kostum bagi Maki di dalam lemari itu.

"Aku juga tidak melihat Aika Maki sejak tadi pagi"

Kiriha pun bergabung dengan mereka.

"Kalau Maki-sama, bukankah itu karena dia baru saja pindah dan masih harus mengurus banyak hal?"

"Aku penasaran apa emang bener gitu. Aku ngerasa aneh, Maki dan Yurika nggak ada disini"

"Apa mungkin..."

Setelah mendengarkan Ruth dan Sanae, sebuah teori terlintas di kepala Koutarou. Setelah bekerja semalaman untuk membuat kostum bagi Maki, Yurika memanggilnya di pagi hari dan sekarang memaksanya untuk bercosplay.

Ditambah, ada kejadian kemarin...

Selanjutnya, Koutarou ingat bagaimana sikap Yurika saat pesta penyambutan kemarin. Saat itu, Yurika betul-betul memohon kepada Koutarou sambil mengatakan kalau Maki berbahaya. Meskipun dia mengabaikan bagian gadis penyihirnya, masih mungkin jika Yurika mempunyai masalah dengan Maki sebelumnya. Hal itu cukup untuk membuatnya menangis dan lari dari kamar.

"Yah, mau bagaimana lagi"

Koutarou menendang kursinya dan berdiri, dan orang -orang di sekitarnya langsung menoleh ke arahnya.

"Ada apa, Koutarou?"

"Aku mau meriksa Yurika"

"Tapi kalau kamu pergi sekarang, kamu nggak dapet sisa waktu istirahat siang"

"Maki-san yang nggak ada disini bikin aku kuatir. Aku harap Yurika nggak bikin masalah sama dia"

Koutarou yakin kalau semuanya berhubungan dengan cosplay, tapi dia tetap tidak menyingkirkan kemungkinan adanya masalah. Yurika bisa saja sedang sakit.

Nggak peduli apa masalahnya, aku harus ngecek

Koutarou, yang selalu berpikir selalu bertindak, tidak suka hanya duduk diam dan menunggu saja.

"Satomi-sama, aku akan ikut denganmu"

"Nggak apa-apa, Ruth-san. Kalau ada apa-apa, nanti aku kabarin"

"Tapi..."

"Lagian, aku lebih cepet kalo pergi sendiri"

Koutarou bersyukur dengan tanggapan Ruth, tapi dia bisa lebih cepat kembali ke kamarnya jika dia pergi sendiri. Dia mungkin bisa kembali tepat waktu sebelum pelajaran berikutnya dimulai.

"Koutarou, mantelmu"

"Makasih, Kiriha-san"

Kiriha, yang memprediksi langkah Koutarou selanjutnya, membawakannya mantelnya. Dengan dibantu Kiriha, Koutarou langsung memakai mantelnya.

"Ngomong-ngomong, Theia"

"Ya?"

"Kenapa kamu tahu Yurika lagi ngapain malem-malem tadi? Bukannya kamu udah balik ke kapalmu?"

"Ah!?"

Saat Sanae menanyakan itu, wajah Theia berubah terkejut. Dia betul-betul tertangkap basah.

"I-i-i-i-itu...A-aku melupakan sesuatu, ya! Aku melupakan barangku yang ada di kamar dan kembali untuk mengambilnya!"

Tentu saja dia tidak bisa mengatakan kalau dia ke kamar itu untuk melihat wajah Koutarou yang sedang tertidur.

"Hmm. Baguslah kamu bisa ambil sebelum dihancurin sama Koutarou"

Untungnya, Sanae tidak bertanya alasan di balik itu, dan menerima jawaban Theia sebagai hal yang sebenarnya.

"I-itu benar. Haha, hahahahaha"

Sementara Theia tertawa untuk menutupi kejadian sebenarnya, Koutarou selesai memakai mantelnya.

"Oke, aku pergi"

"Ah, aku ikut juga!"

Saat Koutarou menuju pintu, Sanae dengan cepat mengejarnya.

"Mackenzie, aku pulang bentar ya!"

"Hm? Ngapain?"

"Aku kelupaan sesuatu!"

"Bego"

Setelah berbicara dengan Kenji, Koutarou keluar kelas bersama Sanae.

"Muu..."

Theia, yang melihat Koutarou dan Sanae pergi bersama, entah mengapa merasa kesal.

"Kenapa anda tidak mengatakan kalau anda ingin melihat wajah tidur Satomi-sama?"

"B-Bagaimana bisa aku mengatakannya!"

Theia tersipu malu dan menoleh ke arah jendela untuk menyembunyikan wajahnya.

"Dan sekarang, anda sebenarnya ingin pergi dengan Satomi-sama, benar?"

Sebenarnya, Ruth ingin pergi bersama Koutarou demi Theia juga.

"..."

"Kalau anda tetap keras kepala, anda akan kalah"

"Bagaimana mungkin seorang tuan puteri memohon kepada hambanya!"

Saat Theia mengatakan itu, Ruth membalas tersenyum.

"Kalau Satomi-sama hanya sekedar hamba, itu mungkin benar"

"Dia hanyalah hamba! Tentu saja itu benar!"

Theia melirik ke arah Koutarou yang baru saja berlari keluar sekolah, dengan Sanae disebelahnya.

Kenapa dia tidak mengajakku untuk pergi bersamanya! Kenapa dia hanya membawa Sanae!?

Theia menggerutui Koutarou sambil memandangi punggungnya, sampai dia lari keluar gerbang sekolah dan Theia tidak bisa melihatnya lagi.

Part 4[edit]

Saat Koutarou meninggalkan sekolah, Yurika berdiri di tengah-tengah kamar 106. Dia menutup kedua matanya sambil mengangkat tongkatnya di atas kepalanya, menandakan kalau dia sedang berusaha untuk mendengarkan sesuatu. Saat itu, Yurika sedang menggunakan sihir pendeteksi untuk mengetahui apakah Maki sedang mendekat atau tidak.

"...Kayaknya Maki-chan lagi nggak deket sini"

Setelah memusatkan perhatiannya sejenak, Yurika akhirnya membuka matanya dan menarik nafas dalam-dalam. Meskipun dia sudah bersiap untuk pertarungan yang akan datang, Yurika tentu saja tidak bisa tenang. Dia tidak akan tahu kalau dia akan bertarung hari ini, besok, atau seminggu lagi. Yurika benar-benar gugup saat berpikir semuanya akan berakhir saat dia kalah.

Saat itulah sesuatu terjadi.

Ada suara benda kecil yang mengenai suatu benda keras yang terdengar oleh telinga Yurika. Dia menduga kalau itu adalah batu yang mengenai jendela.

"Apa yang..ah!?"

Saat dia melihat ke jendela, Yurika bisa melihat seekor kelelawar. Kelelawar itu bergantung terbalik di kusen jendela dan melihat ke arah Yurika.

"Kelelawar itu, jangan-jangan punya..."

Hari itu masih siang, masih terlalu awal bagi kelelawar untuk terbang keluar. Caranya melihat ke arah Yurika pun berbeda dari kelelawar pada umumnya, hampir seperti kalau kelelawar itu sudah terlatih. Karena itulah, Yurika menduga kalau itu adalah kelelawar yang dikirimkan Maki ke tempat itu.

"Kau benar, Nijino Yurika"

"Maki-chan!"

Hal itu rupanya sesuai dugaan Yurika. Dengan matanya yang bersinar merah dan suara Maki yang bisa terdengar darinya, kelelawar itu adalah hewan panggilan Maki yang dikirimkannya untuk berbicara dengan Yurika.

"Apa urusanmu?"

"Hanya ada satu urusan diantara kita berdua, benar?"

Yurika berbicara kepada kelelawar itu dengan gugup. Sebaliknya, Maki berbicara dengan nada yang mengejek.

"Aku ingin menyelesaikan semuanya denganmu, tapi aku tidak bisa menerobos begitu saja ke kamar itu dan kalah disana, iya kan? Itulah kenapa aku kirim dia kepadamu"

"Menyelesaikan semuanya...apa kita emang cuma bisa berantem?"

"Pertanyaan bodoh. Pertanyaan semacam itu sudah terjawab dari beberapa ratus tahun lalu"

Rainbow Heart dan Darkness Rainbow punya sejarah yang panjang yang berjalan bersama-sama - pertarungan diantara mereka sudah berjalan selama beberapa ratus tahun.

"Kalau begitu, mau gimana lagi. Aku akan ngejalanin tugasku juga"

"Langsung ke intinya. Dengan begitu, aku punya permintaan. Maukah kamu keluar dari sana?"

"Keluar?"

"Ya, benar. Aku rasa itu bukan hal yang cukup buruk untuk kita berdua"

"Itu..."

Maki sedang waspada dengan jebakan di kamar 106, dan ragu untuk masuk. Yurika sendiri tidak mau ada pertarungan yang terjadi di dalam kamar itu. Kalau mereka ingin bertarung, keduanya ingin untuk melakukannya diluar kamar 106.

"Tapi, kalau aku keluar, temen-temenmu pasti dateng"

Yurika tidak bisa langsung mengambil keputusan. Maki punya enam teman. Kalau Yurika dengan ceroboh pergi begitu saja, keenam teman Maki itu bisa jadi datang dan mengambil alih. Yurika tidak bisa mengabaikan resiko itu.

"Mereka tidak akan datang"

"Buktinya?"

"Aku tidak punya. Aku hanya bisa memberikan kata-kataku sebagai bukti. Coba ingat, apa aku pernah berbohong?"

"Itu..."

Yurika masih ragu. Ada benarnya bahwa sampai sekarang Maki tidak pernah berbohong. Gadis penyihir teman Maki akan berbohong dan menipu Yurika, tapi anehnya, hanya Maki yang terus jujur. Tapi tetap saja, Yurika tidak bisa mengambil keputusan.

"Lagipula, aku ingin menggunakan sihir pelindung ukuran besar untuk mengusir orang-orang agar menjauh"

Apa yang meyakinkan Yurika adalah kata-kata Maki selanjutnya. Pelindung adalah salah satu teknik tradisional yang digunakan untuk menjaga keberadaan gadis penyihir tetap rahasia.

Karena tidak ada diantara mereka yang ingin diketahui keberadaannya oleh orang awam, mereka selalu menggunakan sihir seperti itu sebelum bertarung.

"...Aku ngerti"

Yurika menganggukkan kepalanya. Dia ingin memasang pelindung yang besar, dan karena dia sadar dengan pengalamannya sendiri, dia tidak mau bertarung dalam area yang kecil. Dengan memikirkan resiko itu dan kata-kata Maki sebelumnya, Yurika akhirnya setuju untuk keluar dari kamar itu.

"Kalau begitu, ikuti kelelawar itu, dia akan menuntunmu ke tempatku. Jangan kuatir, tidak ada jebakan"

"Oke, aku ngerti"

Yurika meninggalkan kamar yang kecil itu dan pergi menuju medan pertempuran.


Part 5[edit]

"Bener ke arah sini? Lingkungannya kok makin sepi..."

"Nggak apa-apa, nggak apa-apa. Aku bisa nyium energi spiritualnya Yurika kok"

Hidung Koutarou kembang kempis saat dia mengikuti arahan Sanae menuju daerah perumahan. Karena mereka tidak menemukan Yurika saat mereka sampai di kamar 106, Koutarou dan Sanae akhirnya mengikuti jejak Yurika berkat bantuan Sanae, seorang hantu yang bisa merasakan keberadaan Yurika.

"Memang baunya kayak apa?"

"Bau-bau benda buatan? Mirip mi instan"

"Mi instan ya...aku masih nggak paham.."

"Ah, kalau gitu, coba begini deh"

Setelah mendapatkan suatu ide, Sanae berhenti terbang di depan Koutarou dan bergantung di punggungnya.

"Kamu mau ngapain?"

"Yah, kalau aku ngelakuin ini, aku bisa ngerasain apa yang kamu rasain, ya kan? Jadi aku pikir kita bisa ngelakuin yang sebaliknya"

Sanae melingkarkan tangannya di sekitar leher Koutarou seperti biasanya dan meletakkan kepalanya di pundak Koutarou. Saat Sanae melakukan itu, indra-indra di tubuh Koutarou mulai menerima sesuatu yang tidak biasanya.

"Oh, aku bisa ngeliat sesuatu yang aneh!"

"Nishishi, inilah kekuatan gadis Sanae-chan!"

Saat itu, Koutarou bisa melihat energi spiritual, yang nampak sebagai cahaya putih yang bersinar layaknya makhluk hidup. Karena cahaya energi itu menyatu dengan pemandangan di sekitarnya, Koutarou bisa melihat sosok orang dari balik tembok.

Begitu pula dengan telinganya. Koutarou masih bisa mendengar seperti biasanya, tapi selain itu, dia juga bisa mendengar energi spiritual dari orang-orang dan makhluk yang kuat. Dengan itu, dia bisa mengenal orang dari suaranya. Lalu, indra penciumannya, dengan kata lain hidungnya, menjadi sama seperti telinganya: bisa merasakan energi spiritual. Tapi, tidak seperti telinganya, dia bisa merasakan bau jejak dan membedakannya dengan bau jejak energi spiriual yang lain yang ada di udara.

"Apa kamu selalu ngerasain semuanya kayak gini?"

"Gimana, keren kan?"

Melihat Sanae yang tertawa dengan bangganya saat mengatakan itu, banyak perasaan Sanae yang mulai mengalir ke dalam Koutarou. Isinya sebagian besar adalah rasa bangganya terhadap kemampuannya sendiri dan keinginan untuk dipuji. Selain itu, ada juga rasa percaya yang dalam dan rasa suka terhadap Koutarou.

"Keren, keren"

"Tehehehe"

Sudah kuduga, dia bener-bener kesepian tanpa orang tuanya...

Itulah yang dipikirkan Koutarou saat dia mengelus kepala Sanae.

"Jadi, kamu bisa ngerasain kan, Koutarou? Bau-bau mi instan?"

"Mari kita lihat"

Koutarou mengarahkan hidungnya ke udara dan mulai mengendus. Di antara bau-bauan yang ada, dia bisa mencium bau mi instan.

"Oooh! Aku bisa nyium baunya! Itu dia!"

"Yap. Itu bau energi spiritualnya Yurika"

"Apa baunya beda tergantung orangnya?"

"Yap. Baunya Theia kayak bunga, Kiriha kayak bau hutan pas pagi-pagi"

"Hmm....kalau aku?"

Koutarou mencoba mencium baunya sendiri. Tapi, seperti baunya yang biasanya, dia tidak bisa mengenali bau energi spiritualnya sendiri.

"Kalau Koutarou...rahasia ♪"

Baunya Koutarou sama kayak bau papa

Dengan senyuman, Sanae menyembunyikan kata-kata yang tidak terucap itu.


Part 6[edit]

Yurika dibawa menuju daerah konstruksi bangunan oleh si kelelawar. Saat dia mencapai tempat itu, Yurika dengan hati-hati berjalan masuk.

"Konstruksi ditunda untuk hari ini..."

Tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia di sekitar Yurika. Peralatan berat pun sedang berhenti. Lahan konstruksi itu sedang diselimuti oleh kesunyian.

"Selamat datang, Nijino Yurika"

"Maki-chan"

Di tengah-tengah lahan konstruksi itu, Maki berdiri menunggu Yurika datang. Yurika kemudian maju mendekat hingga sekitar sepuluh meter dari Maki dan lalu berhenti.

Saat itu, Maki memakai pakaian gadis penyihirnya, sama seperti Yurika. Desainnya terlihat mirip dengan milik Yurika, tapi warnanya berbeda. Warna pakaiannya adalah nila yang cukup gelap. Karena keseluruhan pakaiannnya mempunyai warna nila, Maki lebih memberi kesan penyihir dibandingkan Yurika. Di tangannya, terdapat tongkatnya yang bernama Twilight Wing. Itulah pakaian tempur Maki - wujud sesungguhnya dari gadis penyihir Darkness Navy.

Ada alasan kenapa mereka berganti wujud menggunakan pakaian itu. Pakaian dan tongkat mereka memiliki fungsi meningkatkan kecepatan penyebutan mantra dan kekuatan sihir mereka, sehingga sihir mereka menjadi lebih kuat beberapa kali lipat dibandingkan saat mereka memakai pakaian biasa. Koutarou mungkin tidak akan menerima hal itu, karena mereka sendiri juga memakai pakaian itu bukan karena mau.

"Mengherankan, kau memakainya dengan berani sekarang. Dulu saat musim semi, kau masih terlihat gugup memakai itu"

"Aku nggak cuma main aja selama delapan bulan ini"

Yurika menelan air liurnya dan menyiapkan tongkatnya. Biasanya, Yurika akan dengan mudahnya dipukul habis oleh orang-orang disekitarnya, tapi dia telah menghabiskan delapan bulan terakhir ini melakukan apa yang terbaik. Kerja keras itu telah melatihnya dan mempersiapkannya untuk pertarungan ini.

"Tentu saja"

Maki pun menyiapkan tongkatnya sambil membalas perkataan Yurika.

Selain pertarungan sihir, kelihatannya dia juga mendapatkan beberapa pengalaman...

Maki mengingat kembali sosok Yurika yang dulu - yang hanya mengayunkan tongkatnya kesana kemari sambil mengucapkan mantra tanpa kendali sambil berlari dari kejaran musuhnya. Saat Yurika melangkah memasuki area pertarungan dengan langkah yang berani, Maki hanya bisa mengakui kalau Yurika telah bertumbuh.

"Kamu beneran nggak mau mundur ya?"

"Sudah kukatakan, pertanyaan itu sudah terjawab"

Raut wajah Maki bertambah suram saat dia mengarahkan tongkatnya ke arah Yurika. Mereka pun mulai mengucapkan mantra di saat yang bersamaan.

"Sanctuary -- Modifier -- Effective Area -- Colossal"

Suara mereka berdua saling menyatu layaknya paduan suara, dan dengan itu, sebuah mantra melebar memenuhi seluruh lahan konstruksi. Mereka sedang memasang pelindung agar orang tetap menjauh dari medan pertempuran mereka.

"Ayo kita mulai, Rainbow Yurika!"

"Aku pasti menang!"

Mantra itu juga menandakan mulainya pertarungan mereka. Setelah mantranya selesai, keduanya langsung beraksi.

"Pertama-tama--"

Maki, yang mempunyai pengalaman lebih, langsung membuat serangan pertama.

"Energy Bolt -- Target Option -- Sidewinder!"

Rokujouma V5 141-2.jpg

Bersamaan dengan suara keras Maki, sebuah panah yang bersinar keluar dari tongkat nila miliknya. Panah itu meluncur melintasi lahan konstruksi itu sambil menghindari halangan yang ada dan mendekati Yurika.

"Quick Cast -- Multiple Energy Bolt -- Target Option -- Spread!!"

Sebagai balasannya, Yurika mengayunkan tongkatnya dan mengucapkan mantra. Seperti dengan tongkat Maki, panah-panah cahaya keluar dari tongkat Yurika. Meskipun Yurika melakukan itu setelah Maki, dia masih menyelesaikan mantranya lebih cepat dan membuat panah dengan jumlah yang lebih banyak, yang langsung menghujani panah milik Maki. Panah milik Maki masih meluncur dan menghindari beberapa panah Yurika, tapi akhirnya sudah tidak bisa menghindar lagi dan sihir milik mereka berdua bertabrakan di udara.

Panah-panah itu meledak saat mereka bertabrakan, meskipun ledakannya tidak terlalu besar. Namun, kekuatan ledakannya cukup untuk membuat seorang biasa terluka parah jika mereka sampai terkena ledakan itu. Ledakan itu juga membuat suara keras dan getaran yang mengguncang lahan konstruksi itu.

"Bagus sekali, Rainbow Yurika!"

Dengan rambutnya yang halus dan pakaian nilanya berkibar diterpa angin, Maki terus berlari sambil mengomentari Yurika.

"Maki-chan juga!"

"Tapi, mulai sekaranglah pertarungan sebenarnya dimulai, Rainbow Yurika!"

Sudah kuduga, selain sihir manipulasi pikiran, Yurika benar-benar hebat! Dia benar-benar penerus Nana!

Maki dengan berani mengatakan itu, tapi sebenarnya dia sedang mengutuk Yurika di dalam hatinya. Yurika secara umum telah menguasai segala jenis sihir, pakaian dan tongkatnya pun telah diperkuat dengan rancangan penggunaan segala jenis sihir. Di sisi lain, Maki mendalami sihir jenis nila, manipulasi pikiran, dan pakaian dan tongkatnya hanya diperkuat untuk sihir jenis itu saja. Kalau seseorang mendalami satu jenis sihir saja, seperti Maki, mereka akan benar-benar kuat dalam sihir jenis tertentu itu, dengan sihir jenis lain tidak akan begitu efektif jika mereka gunakan. Karena itulah, jika mereka sampai bertarung melawan seseorang dengan kemampuan yang seimbang, mereka akan kalah jika tidak bergantung pada sihir yang mereka dalami.

"Kalau begitu!"

Maki mengayunkan tongkatnya dan mengarahkan ujungnya ke arah Yurika. Melihat itu, Yurika pun mulai menggerakkan tongkatnya.

"A-apa dia dateng!?"

Dalam hal kekuatan fisik, Yurika jauh lebih lemah dari Maki, yang berarti Maki masih lebih cepat darinya.

"Kena kau!! Flash!"

Tepat sebelum memasuki jarak efektif sihirnya, Maki dengan cepat menyebut mantranya.

"Oh---"

Sebelum Yurika bisa bertindak, Maki telah selesai menyebutkan mantranya. Tongkatnya mengeluarkan kilatan sinar - mantra yang sama yang digunakannya sekali untuk membuat musuhnya tidak bisa melihat. Meskipun itu adalah mantra yang cukup dasar, efektifitasnya akan berbeda tergantung cara menggunakannya. Cara Maki menggunakan mantra itu kali ini betul-betul tepat. Yurika, yang mengira akan diserang dan terfokus pada Maki, terkena kilatan sinar itu.

"Silau! Aku nggak bisa liat!"

Karena kilatan cahaya itu ditembakkan dari luar jarak serang efektifnya, Yurika hanya dibutakan selama dua hingga tiga detik berikutnya. Namun, waktu sebanyak itu sudah cukup bagi Maki untuk menyiapkan serangan selanjutnya.

"Tiny Memory Flash -- Mode -- Extend Length!"

"Anti Magical Shield"

"Kau terlambat!"

Yurika dengan kewalahan mencoba menyebutkan mantra perlindungan, tapi karena dia masih dibutakan dan tidak bisa bergerak, Maki bisa menyebutkan mantranya lebih dulu. Bola cahaya berwarna nila yang bersinar di ujung tongkat Maki pun terbang ke arah Yurika.

"Kya!?"

Saat bola cahaya itu mengenainya, seluruh badan Yurika tiba-tiba diselimuti cahaya. Setelahnya, Yurika melakukan sesuatu yang ganjil.

"Anti Magical Shield!"

Dia kembali menyebutkan mantra yang sebelumnya telah ia gunakan.

"Eh, apa?"

Tentu saja, mantra itu gagal. Maki tidak menggunakan sihir baru untuk menyerang, dan Yurika berhenti bergerak saat cahaya kuning dari mantranya menyelimuti badannya.

"M-Maki-chan dimana!?"

Tingkah aneh Yurika pun berlanjut. Meskipun penglihatannya kembali, dia betul-betul kehilangan Maki. Saat itu Yurika mencari Maki di posisi yang berkebalikan dengan posisi Maki sebenarnya.

"Disini"

Karena keadaan yang dialaminya, Yurika tidak bisa melihat dimana Maki sampai dia terkena serangan dari tinjuan Maki yang bersinar kemerahan.

"Kyaaaa!"

Yurika terhempas dan jatuh ke tanah setelah terkena pukulan telak. Kalau bukan karena pelindung sihir yang baru saja ia gunakan, pukulan itu pasti sudah membuatnya pingsan.

"A-apa yang..."

Dengan kepala yang sempoyongan akibat serangan tadi, Yurika mencoba bangkit dengan susah payah. Dia masih tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Maki tadi mengeluarkan kilatan cahaya, dan akan mengeluarkan mantra selanjutnya, itulah yang membuat Yurika langsung mengelurkan mantra pelindung pada dirinya sendiri. Tapi, sesaat setelahnya, Maki sudah berada di dekatnya dan langsung menghantamnya, meskipun seharusnya Maki sedang merapal mantra di depannya.

"Apa kau lupa apa spesialisasiku?"

Maki berhenti sejenak dan menghadap Yurika yang bangkit dari atas tanah. Yurika langsung sadar apa yang sudah terjadi saat dia melihat raut wajah Maki.

"B-bener juga, spesialisasi Maki-chan kan nila!"

Mantra yang digunakan Maki tepat setelah kilatan cahaya itu menghapus ingatan dari targetnya. Tapi, mencoba menggunakan pengubah ingatan skala besar akan mengurangi kekuatan sihirnya cukup banyak. Jadi, Maki membatasi ingatan yang dihapus menjadi beberapa detik, mengurangi kekuatan sihir yang dibutuhkan untuk memakainya dan membuat mantra itu bisa digunakan dalam pertarungan. Sekilas, kehilangan beberapa detik tidak terlihat sebagai masalah besar. Tapi, di tengah-tengah pertempuran dahsyat dimana situasinya selalu berubah-ubah, terkena mantra seperti itu akan sama seperti kehilangan musuh secara tiba-tiba.

Karena Maki tahu apa yang akan dilakukan oleh musuhnya selanjutnya, dia bisa memukul musuhnya dengan telak. Karena kekuatan fisiknya yang bagus, kekuatan pukulannya cukup besar. Flash, Erase dan menyerang dengan serangan yang ditambah dengan sihir adalah kombinasi serangan favorit Maki.

"Yurika, tetaplah terbaring seperti itu. Bagi seseorang sepertimu, tidak mungkin kau bisa terus bertarung. Kau akan mati"

"Maki-chan bener-bener kuat...tapi!"

Yurika mulai bangkit sambil menggunakan tongkatnya sebagai tumpuan. Dia belum menyerah. Sekujur badannya memang kotor setelah terpukul hingga mengenai tanah yang terhampar di sebagian lahan konstruksi itu, tapi matanya tetap memancarkan semangat yang indah.

"Tapi, kalo aku nyerah cuma gara-gara ini, aku nggak bisa bilang kalo aku penghuni kamar 106! Theia-chan dan Kiriha-chan jauh, jauh lebih kuat lagi!"

"Jadi kau masih bertahan..setidaknya kau masih punya semangat"

Setelah melihat Yurika yang seperti itu, Maki pun kagum.

Sepperti yang kuduga, mentalnya jauh lebih stabil dibandingkan dulu..

Delapan bulan lalu, saat dia baru saja menjadi gadis penyihir, Yurika pasti akan lari kalau dia sudah terkena serangan dari Maki.

Siapa yang bisa membuat Yurika seberani ini..aku jadi semakin tertarik. Cepatlah tunjukkan mukamu, rekan Yurika!

Maki menyemangati dirinya sendiri sambil memikirkan sosok lawan yang masih belum terlihat olehnya. Tapi, di sisi lain, dia mulai merasa kesal. Kesal karena tidak bisa mempercayai orang lain, dan karena orang lain ada hanya untuk dikendalikan oleh kekuatan. Karena Maki merasa seperti itu, hanya memikirkan tentang orang yang dipercaya oleh Yurika hanya membuat dirinya semakin kesal.

"Maki-chan, pertarungannya belon selesai!"

"Tepat sekali, Rainbow Yurika!"

Yurika kembali bersiap sambil mengeluarkan senyum yang tak kenal gentar, dan Maki pun juga kembali bersiap.

Pertarungan antara kedua gadis penyihir itu baru saja dimulai.


Part 7[edit]

"Ini tempatnya?"

"Yap. Aku bisa nyium bau mi instan dari sini"

Sanae dan Koutarou sampai di lahan konstruksi di pinggiran kota. Dinding-dinding seng mengelilingi lahan konstruksi itu. Berdasarkan ukuran lahannya, apartemen yang sedang dibangun disana luasnya sekitar beberapa ratus meter persegi.

"Tapi, ada yang aneh"

Sanae berdiri di depan lahan itu dan memiringkan kepalanya saat mengatakan itu.

"Yang aneh?"

"Baunya berhenti disini"

Sanae menunjuk ke pintu yang mengarah masuk ke lahan konstruksi. Bau Yurika yang telah diikutinya berakhir tepat disana.

"Karena itu pintu, bukannya normal kalau baunya berhenti?"

"Kan itu bukan bau sungguhan, jadi pintu nggak mungkin bisa halangin gitu aja"

"Oh iya, bener juga"

Koutarou ingat kalau dia bisa merasakan orang yang ada di balik tembok saat Sanae bergantung padanya.

"Kalau emang berakhir pas disitu berarti...apa Yurika mati pas dibalik pintu itu?"

"Jangan ngomong yang serem gitu dong"

Sanae langsung melayangkan tinjunya ke arah Koutarou, tapi karena tinjunya tidak berisi niatan untuk benar-benar meninju, Koutarou tidak merasa sakit.

"Sekarang kita liat aja dulu. Kalau kita nggak liat ke dalam, sia-sia kita dateng ke sini"

"Betul juga"

Koutarou, yang cepat dalam hal mengambil tindakan, membuka pintu menuju lahan konstruksi itu dan mengintip.

"Kayaknya nggak ada mayat tuh"

"Ampun deh, kamu jahat banget sih"

"Maaf, maaf"

Koutarou meminta maaf pada Sanae lalu masuk ke dalam lahan itu tanpa membuat suara, karena dia tidak ingin ditemukan oleh para pekerja disana.

"Kayaknya mereka baru ngerjain pondasi..."

Sambil melihat ke sekelilingnya, Koutarou melihat beberapa alat berat, dan sedikit lebih dalam lagi dia menemukan sebuah lubang besar yang akan digunakan sebagai pondasi.

"Kita beruntung. Kayaknya semuanya lagi pada liburan hari ini"

Tidak ada satupun pekerja konstruksi yang bisa terlihat sejauh mata memandang. Setelah Koutarou menghela nafas lega, dia mendengar suara Sanae yang terdengar lirih.

"Tunggu, Koutarou--"

"Kamu ngapain?"

Saat Koutarou berbalik, Sanae sedang melakukan sesuatu tepat di pintu.

"Kayak ada tembok disini"

"Tembok?"

Koutarou kembali menuju pintu, dan seperti yang dikatakan Sanae, kelihatannya dia seperti ditekan menghadap tembok kaca yang tidak terlihat.

"Ahahahahahah, mukamu lucu banget"

Sanae, yang berusaha masuk, mendorong mukanya melawan tembok tembus pandang itu dan membuat hidungnya seperti hidung babi.

"Hei, jangan ketawa, bantuin dong!"

Rokujouma V5 154.jpg

"Kamu bilang gitu juga..."

Koutarou mendekati Sanae, yang masih berjuang melawan tembok tembus pandang terkutuk itu, sambil menahan tawanya.

"Nggak adil, cuma kamu doang yang bisa masuk!"

Koutarou dan Sanae akhirnya saling berhadapan dengan dibatasi kusen pintu. Dilihat dari penampilan Sanae, memang terlihat seperti ada tembok tembus pandang disana.

"Diapain ya..."

"Coba aja sesuatu"

"Oke, aku coba tarik kamu masuk ya"

"Silahkan"

Koutarou mulai mengulurkan tangannya pada Sanae. Meskipun tangannya sampai ke tembok yang menahan Sanae, tangannya tidak terhenti.

"Nggak adil, cuma kamu doang yang nggak kepengaruh"

"Cup, cup, cup. Aku tarik ya"

"Oke"

Setelah menggenggam tangan Sanae, Koutarou menariknya masuk.

"Ah!?"

Saat Koutarou melakukannya, Sanae dengan mudahnya masuk melewati tembok itu. Beberapa saat lalu, Sanae berjuang keras melewati tembok itu namun gagal, dan sekarang dia berhasil melewatinya dengan mudah tanpa masalah apapun.

"K-kok bisa!? Tadi kan nggak bisa!"

"Aku nggak bener-bener ngerti cara kerjanya, tapi mungkin itu tadi gara-gara itu"

Koutarou menunjuk ke sebuah kuil kecil saat mengatakan itu.

"Apa itu?"

"Kuil pemurnian. Kuil itu ditaruh disitu sebelum konstruksi mulai biar...em..kok aku lupa ya?"

"Ah, aku pernah lihat di TV! Kalau orang nggak naruh itu, mereka bakal kena kutuk dan bakal ada kejadian-kejadian buruk, kayak derek yang tiba-tiba jatuh"

"Ya, itu"

Kuil kecil itu dibuat saat upacara pencangkulan tanah pertama untuk memohon selamat sepanjang konstruksi berjalan. Koutarou menduga kalau kuil itu adalah sebab kenapa Sanae tidak bisa masuk.

"Aku kan nggak ngutuk"

Tentu saja Sanae tidak puas. Dia langsung merajuk karena dia tidak suka diperlakukan seperti roh jahat.

"Kamu bisa masuk karena kamu nggak ngutuk, bener kan?"

"Iya juga. Aku bisa masuk karena aku deket sama kamu"

Setelah Koutarou mengatakan itu, Sanae kembali ceria dan mulai tertarik melihat-lihat area konstruksi.

"Ah, aku bisa nyium baunya Yurika"

"Beneran?"

"Yap. Kayaknya dia ada disana"

Sanae bisa kembali mencium bau Yurika, lalu menunjuk ke arah lubang besar yang sudah digali untuk pondasi.

"Oke, ayo kesana"

"Yap. Jam pelajaran kelima juga udah mau mulai"

"Ampun deh, si idiot satu itu ngapain disini sih"

Koutaruo dan Sanae mulai berjalan ke lubang itu. Namun, keduanya telah salah mengenai satu hal, karena ada suatu kesalahpahaman besar disini.

Yang membuat Sanae tidak bisa masuk ke lahan konstruksi itu bukanlah kuil itu.


Part 8[edit]

"Apa ini!?"

"Ada yang datang!"

Maki dan Yurika serentak saling menarik tongkat mereka. Pertarungan mereka masih berlanjut, tapi keduanya merasakan suatu keanehan dan berhenti bertarung untuk sementara.

"Ada orang yang bisa lewat tembok itu!?"

"Bagaimana bisa!?"

Keduanya berhenti bertarung karena ada seseorang yang melewati pelindung itu. Maki dan Yurika sama-sama memasang tembok pelindung, yang berarti ada tembok berlapis dua yang melindungi lahan konstruksi itu. Hampir tidak mungkin bagi seorang biasa untuk melewatinya, namun ternyata ada seseorang yang bisa. Karena itulah mereka berhenti bertarung.

"Nah, itu dia!"

"Yurika, kamu ngapain sih disana!?"

Baik Yurika maupun Maki menoleh ke arah asal suara itu.

"S-Satomi-san!?"

"Dia si penghuni kamar 106!! Kalau tidak salah, namanya adalah Satomi Koutarou!!"

Saat mereka menoleh untuk melihat siapa yang bersuara, mereka melihat Koutarou dan Sanae . Yurika dan Maki telah bertarung di dasar lubang yang dangkal yang akan digunakan sebagai pondasi. Koutarou dan Sanae saat itu berdiri di pinggir lubang itu dan melihat kebawah ke arah kedua gadis yang sedang terkejut itu.

"Satomi-san, Sanae-chan, kenapa kalian disini!?"

"Yurika, mau sampai kapan kamu main disini!? Paling nggak tahu waktu lah!"

"Ya! Coba pikirin masalah yang udah kamu bikin buat kami!"

Setelah menemukan Yurika, Koutarou dan Sanae mulai memarahinya. Jam saat itu sudah menunjukkan jam setengah dua, dan jam pelajaran kelima sudah dimulai.

"...Begitu, jadi begitu rupanya. Aku telah sangat salah paham!"

Tidak seperti Yurika yang benar-benar terkejut, Maki lebih terkejut pada hal lain yang lebih dalam.

"Cowok itu, Satomi Koutarou, belajar sihir dengan sendirinya! Dan dia juga yang mengendalikan hantu itu! Dan dialah rekan Nijino Yurika!"

Itulah bagaimana Maki mengartikan kemunculan Koutarou. Tentu saja, bukan itu yang sebenarnya terjadi. Itu masih menjadi kesalahpahaman di satu pihak saja.

"Bisa melewati pelindungku dan Yurika tanpa menghancurkannya berarti dia menggunakan sihir tipe memperkuat atau degenerasi! Dan karena dia mengontrol hantu itu dengan energi spiritual sebanyak itu, tingkat necromancy miliknya juga sangat tinggi! Paling tidak, dia bisa menggunakan dua warna, dan dia bahkan lebih kuat daripada Yurika!"

Berdasarkan fakta bahwa dia bisa melewati pelindung, Koutarou tidak mungkin hanya seorang biasa. Dan karena hantunya juga bisa lewat, sulit untuk memikirkan kalau itu adalah hantu biasa. Karena Koutarou sampai di medan pertempuran itu bersama si hantu, sudah sewajarnya untuk berpikir kalau Koutarou mengendalikan hantunya.

Aku terlalu naif. Dia tidak sekedar membantu rencana Yurika saja! Tidak kupikir Yurika punya senjata pamungkas seperti ini yang disembunyikannya!

Kalau Koutarou memang memiliki kekuatan-kekuatan seperti yang dibayangkan Maki, kalau ketujuh gadis penyihir Darkness Rainbow menyerang habis-habisan, mereka akan tumbang dengan mudahnya di dalam perangkap Koutarou. Hanya dengan membayangkan itu saja sudah membuat Maki menggigil ketakutan.

"Syukurlah aku menemukan dia sebelum kami bertujuh berkumpul..Tidak kupikir dia adalah master necromancy dan antara penguatan atau degenerasi. Aku tidak mau membayangkan apa yang terjadi kalau..."

Hantu yang diperkuat oleh sihir atau mayat hidup. Mengubah tingkat racun dari ghoul atau roh yang berpindah dunia menggunakan degenerasi. Makhluk undead yang sudah cukup bermasalah bisa diperkuat dengan sihir dan menyerang mereka. Kalau mereka sampai menerima serangan kejutan seperti itu saat mereka sedang sibuk menghadapi Yurika, bahkan petinggi-petinggi Darkness Rainbow akan berada dalam bahaya. Maki betul-betul merasa beruntung dan bersyukur karena dia pergi memantau sendirian. Saat ini, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun hanya dialah yang akan menjadi korban.

"Kalau begitu, setidaknya aku akan membawamu jatuh bersamaku, Yurika!"

Maki yakin kalau musuhnya sebenarnya bukanlah Yurika. Dia yakin kalau musuhnya adalah Koutarou, pria misterius yang licik, lihai dan mempunyai kekuatan sihir yang hebat. Dengan pemikiran seperti itu, Maki berasumsi bahwa tidak mungkin untuk mengalahkan Koutarou dan Yurika bersama-sama saat ini. Dengan begitu, dia akan mengalahkan Yurika, dan mengurangi sebagian kekuatan Koutarou.

Semuanya tetaplah sebuah kesalahpahaman yang besar, tapi keputusan Maki betul-betul tepat dan cepat.

"Ayo, naik ke sini, Yurika. Kita pulang"

"Nggak, Satomi-san, tolong terima kenyataannya dong!"

"Itu yang harusnya kubilang!"

Maki berlari cepat menuju Yurika dan Koutarou yang masih berbicara.

Mumpung mereka masih sibuk berbicara, sekarang kesempatan terbaikku!

Maki memegang tongkatnya dengan kecua tangannya dan memulai merapal mantra tanpa melambat sedikitpun. Kalau dia menggunakan jenis sihir yang memang menjadi keahliannya, dia akan bisa fokus mengeluarkan sihir itu meskipun dia sedang berlari sekalipun.

"Bind Person -- Modi--"

"Ah!? Maki-san, udah selesai loh!"

Koutarou memperhatikan apa yang sedang dilakukan Maki dan mencoba menghentikannya di tengah-tengah.

Jangan bercanda, semuanya belum selesai!

Namun, Maki tidak berhenti dan malah mengartikan kata-kata Koutarou sebagai provokasi dan membuatnya marah.

"Maki-chan!? Gawat!"

"--fier -- Double Effect!"

"Quick Cast -- Anti-Magical Shield!"

Dengan mempercepat merapal mantranya, Yurika menyelesaikan mantranya lebih dulu. Sebelum peluru sihir berwarna nila mengenai Yurika, sebuah cahaya kuning menyelimuti tubuhnya.

"Aku menang!"

Tapi, Maki yang melihat itu tidak merasa kesal, dan malah merasa yakin dengan kemenangannya dan mendekati Yurika. Sesaat berikutnya, peluru cahaya itu mengenai Yurika.

"Kyaaaaa!"

Meskipun sihir pelindungnya melindungi dirinya, Yurika menjerit. Sihir Maki rupanya mengenainya dua kali - satu mantra dengan efek dua kali lipatnya. Sihir perlindungan Yurika hanya melindunginya dari efek yang pertama, dan tidak melindunginya dari efek yang kedua.

"B-badanku-"

Mantra itu memberikan sugesti mendalam pada targetnya dan merenggut kebebasan bergerak mereka. Yurika, yang sudah terkena serangan itu, tidak bisa bergerak bahkan sedikitpun.

"Ooooh, buat orang yang suka bolos sekolah buat latihan kayak gini, boleh juga"

"Koutarou, Koutarou, ada sinar yang keluar dari ujung tongkatnya! Ada sinarnya!"

Melihat mereka berdua seperti itu, Koutarou dan Sanae justru bertepuk tangan dan merasa kagum. Keduanya hanya bisa takjub melihat peluru cahaya yang keluar dari tongkat Maki.

"Kayaknya mereka pura-pura nggak bisa gerak kalau kena itu"

"Sinar ya...cosplayer belakangan ini kelihatannya perhatian banget sama detail. Aku penasaran gimana caranya"

"Siapa yang tahu. Perkembangan teknologi kan cepet, susah ngikutnya"

"...Koutarou, kamu kayak bapak-bapak"

"Diem aja deh"

Bagi mereka berdua, pertarungan itu tetaplah seperti cosplay. Mereka dengan asyiknya tertawa, tanpa menyadari kalau Yurika benar-benar dalam keadaan terpojok.

"Ya ampun, ketegangannya sepertinya hancur...Oh iya, aku harus buru-buru ngelakuin sesuatu!"

Yurika jengkel dengan reaksi Koutarou dan Sanae saat dia berusaha lepas dari mantra pengikat itu.

"Terlambat, Yurika! Aku menang!"

Sebelum Yurika bisa menggerakkan badannya, Maki sampai didekatnya dengan kaki yang bersinar merah. Rupanya, Maki berniat menghabisi Yurika yang tidak bisa bergerak dengan tendangan yang mematikan yang diperkuat dengan sihir.

"Maaf, udah ganggu kesenangan kalian, tapi.."

"Cih!"

Tapi, sebelum tendangan Maki dapat mengenai Yurika, dia berhenti dan melompat mundur.

"Sudah kuduga, kau tidak bisa meninggalkan kami, Satomi Koutarou!!"

Maki mundur karena Koutarou datang ke dasar lubang itu.

"Jelas enggak lah..."

Koutarou tersenyum kecut pada Maki sembari berjalan ke arah Yurika yang masih tidak bisa bergerak.

"Udahlah, berhenti bercandanya, kita balik, Yurika"

"S-Satomi-san, bahaya tahu! Buruan pergi ngumpet!"

"Satu-satunya yang bahaya disini adalah kamu yang bakalan tinggal kelas"

Saat Koutarou mengatakan itu, dia meletakkan tangannya di bahu Yurika.

Ampun deh, kerjamu cuma main doang...

Koutarou, yang heran dengan tingkah Yurika, hannya bisa menghela nafas.

"Udahlah, ayo buruan balik"

"Kamu bilang gitu juga, badanku nggak mau gerak! Jadi, buruan lari!"

Yurika masih berada dibawah pengaruh sihir Maki. Satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah menggerakkan kepalanya, sementara seluruh tubuhnya seakan sudah berubah kaku layaknya besi.

"Aku bilang, ayo balik. Kalau kamu nggak mau nurut, aku bakal marah"

"Ah!?"

Tepat saat Koutarou menarik Yurika, sesuatu yang tidak terduga terjadi.

"A-aku bisa gerak!? Aku bisa gerakin badanku!"

Badan Yurika tiba-tiba bisa bebas bergerak kembali. Yurika yang masih kaget dengan perubahan itu langsung meraba badannya untuk memastikan kalau dia baik-baik saja.

"Ya jelas bisalah, ampun deh"

Nggak ada yang namanya sihir, tentu aja kamu bisa gerak. Koutarou yang berpikir seperti itu hanya bisa heran melihat Yurika sambil mengusap dahinya sendiri.

"I-itu tadi--"

Namun, keterkejutan Maki jauh lebih besar daripada Yurika. Dia tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Dia menghilangkan sihirnya!? Dan tanpa mengucap manra sedikitpun!?"

Tepat saat Koutarou menarik Yurika, tangannya mengeluarkan cahaya putih sesaat. Di saat itu, sihir yang mengikat Yurika masih sangat kuat, tapi tepat saat cahaya putih itu menyentuhnya, sihir yang mengikat Yurika melebur dan membebaskannya.

"Tidak mungkin...aku tidak pernah mendengar sihir putih sebelumnya...lebih penting lagi, seberapa kekuatan sihir yang dibutuhkan untuk menghilangkan sihirku, tanpa tongkat maupun mantra...?"

Cahaya itu adalah cahaya yang sama yang menyelamatkan Koutarou dan yang lainnya dari beberapa bahaya di masa lalu. Tapi, satu-satunya yang memperhatikan hal itu hanyalah Maki, yang memperlakukan Koutarou sebagai ancaman. Karena itulah, keraguan yang ada didalam dirinya semakin besar.

"Meskipun dia mengakomodasi penggunaan sihir tanpa tongkat dan kostum dengan alat sihir lainnya, aku tidak bisa meremehkan kemampuannya menggunakan sihir tanpa membaca mantra maupun gerakan. Kelihatannya aku harus menggunakan itu..."

Tidak peduli sihir apapun yang digunakan Satomi Koutarou, dengan itu, setidaknya...

Maki menyipitkan matanya dan membuat senyuman sinis.

"Ayo Yurika, kita udahan disini"

"Yap. Aku bisa ngerti kenapa kamu mau latihan di tempat segede ini sembunyi-sembunyi, tapi tetep aja, semua masih ada batasnya"

"Aku bukan lagi latihan, aku bener-bener lagi bertarung!"

Sementara Yurika dan Koutarou bertengkar, Maki berseru ke arah tempat penyimpanan bahan bangunan.

"Keluarlah, Sakuraba Harumi!"

"Eh!?"

"Sakuraba-senpai!?"

Koutarou dan yang lainnya dengan cepat berbalik begitu mendengar nama yang tidak mereka sangka-sangka disebut oleh Maki.

"S-Satomi-kun, Nijino-san"

Harumi, yang masih berseragam lengkap, muncul dari balik tempat penyimpanan bahan bangunan. Namun, ada yang aneh dengan dirinya. Wajahnya yang pucat dan gerakannya yang aneh membuat Koutarou memanggilnya dengan kuatir.

"Kamu kenapa, Sakuraba-senpai!?"

"Aku juga tidak tahu! B-badanku bergerak sendiri, aku tidak bisa melakukan apapun!"

Harumi ketakutan dengan badannya yang bergerak sendiri. Kalau seseorang sedang melakukan sesuatu dan tiba-tiba badannya berhenti menuruti keinginan orang itu, siapapun pasti juga merasa takut.

"Sakuraba-senpai!"

"Aku selametin kamu sekarang juga!"

"Kenapa Harumi juga ada disini..."

Koutarou dan yang lain dengan cepat bergerak ke arah Harumi, tahu kalau Harumi sedang dalam masalah. Koutarou tahu kalau Harumi tidak mungkin berbohong.

"Oh, tidak bisa"

"S-Satomi-kun"

Namun, Maki lebih cepat dan langsung berdiri di samping Harumi. Koutarou dan yang lain langsung berhenti saat melihat itu.

"Apa-apaan ini, Maki-san!"

"Yah, sudah jelas, bukan?"

Maki menodongkan tongkatnya ke arah Harumi.

"Begitu, jadi itu ulahmu, Maki-chan!"

"Benar, Yurika. Tidak peduli seberapa kuat kau dan cowok itu, apa kalian bisa bisa bertarung denganku sambil melindungi dia?"

"Jangan macem-macem ya, kalian! Badan Sakuraba-senpai lemah, nggak kayak kalian! Jangan bawa-bawa dia!!"

"Aku nggak akan ngelakuin itu! Aku juga nggak tahu kalau Sakuraba-senpai ada disini!"

"Raut wajah kalian bagus juga, Yurika, Satomi Koutarou. Aku sudah menunggu kalian berdua membuat raut wajah seperti itu"

Maki puas karena dia sudah membaca situasinya dengan baik setelah dia melihat wajah Koutarou dan Yurika.

Sudah kuduga, cewek ini penting buat Yurika...

Semenjak Maki berpapasan dengan Harumi di atap sekolah, dia sudah berasumsi kalau Harumi bisa dimanfaatkan.

"S-Satomi-kun!!"

"Sekarang, apa yang akan kalian lakukan, Rainbow Yurika, Satomi Koutarou!? Apa kalian akan menyerang cewek ini dan aku juga sekaligus!?"

"Kuh, Maki-chan, itu nggak adil!"

Harumi tidak bisa bergerak karena sihir Maki, yang berencana menggunakan Harumi sebagai tameng dari serangan Yurika dan Koutarou.

"Koutarou, ada yang salah kayaknya"

"Aku tahu!"

Koutarou dan Sanae saling mengangguk dan menatap tajam ke arah Maki.

"...Maki-san, tolong berhenti! Sakuraba-senpai nggak boleh ikutan! Jangan bawa-bawa dia!"

"Oh tentu saja. Itu sebabnya aku pilih dia!"

Koutarou tidak mengerti keadaan Harumi saat itu, tapi dia tahu kalau Maki menyeret dia dalam situasi ini.

Apa-apaan semua ini? Bukannya ini cuma cosplaying?

Selama setengah tahun ini, Koutarou yakin kalau Yurika hanya bercosplay. Tapi sekarang, pemikiran itu mulai berubah ke arah sesuatu yang dia tidak pernah tahu.

Koutarou mulai memikirkan itu sejak Harumi muncul di lahan konstruksi itu. Saat dia memikirkannya lagi, dia tidak percaya kalau Yurika akan melibatkan Harumi. Mereka berdua sangat akrab, tidak salah untuk menyebut mereka sahabat, dan Yurika juga tahu tentang kondisi badan Harumi. Koutarou tidak bisa percaya kalau Yurika akan membuat Harumi berpartisipasi ke dalam cosplay yang sekarang sudah mirip dengan film aksi ini. Lebih pentingnya lagi, Harumi saat itu sedang ketakutan. Bahkan Koutarou mengerti kalau itu bukanlah akting.

"Satomi-kun, Nijino-san, apa yang sebenarnya terjadi?"

"Tunggu aja, Sakuraba-senpai, aku bakal kesana!"

"Maki-chan, lepasin Sakuraba-senpai!"

"Pembicaraan kita sudah selesai. Lindungi aku, Sakuraba Harumi!"

"Kyaaa! A-apa ini!?"

Maki mengacuhkan Koutarou dan memerintah Harumi, yang mulai bergerak berlawanan dengan keinginan Harumi sendiri.

"Yurika, apa-apaan ini sebenarnya?"

"Udah aku bilang, aku lagi bertarung ngelawan Maki-chan!"

"Koutarou, sebenernya ada apa sih? Yurika lagi cosplaying, tapi si Maki itu penyihir beneran?"

"Kalau dilihat-lihat lagi, kelihatannya itu yang--"

"Stone Rain -- Mode -- Effective Time -- Twice!"

"Satomi-san, dia nyerang! Jangan diem aja!"

"Waaaah!"

"Kyaaaa!"

Koutarou mulai berteriak sebelum bicaranya selesai. Bebatuan yang ada di lahan konstruksi itu mulai melayang dan menghujani mereka. Itulah mantra dari Maki. Tapi, saat bebatuan itu mulai jatuh, Yurika menyiapkan tongkatnya dan berteriak:

"Quick Cast -- Force Field!!"

"Ow, owowow, eh, apa?"

Hujan batu yang menyerang Koutarou tiba-tiba berhenti. Saat Koutarou dengan hati-hati menengadahkan kepalanya, dia bisa melihat pelindung yang bercahayakan kuning memantulkan bebatuan itu.

"Apa yang terjadi?"

"Aku juga nggak tahu..."

Koutarou, yang tidak mengerti situasinya saat itu, menoleh ke arah Yurika, yang memegang tongkatnya di atas kepalanya. Sebuah sinar kuning keluar dari tongkat itu, menyebar layaknya payung dan membuat pelindung berwarna kuning.

"Yurika, kamu..."

"Kamu nggak apa-apa kan, Satomi-san?"

Yurika juga terkena batu dan ada luka yang berdarah sedikit baik di kepalanya maupun di kaki dan tangannya yang tidak tertutup kostumnya. Tapi, Yurika tidak terlihat peduli dengan lukanya dan malah tersenyum pada Koutarou.

"K-kamu barusan pakai...sihir?"

Bahkan Koutarou pun mengerti saat bebatuan yang menghujani dirinya telah terhalangi. Yurika betul-betul bisa menggunakan sihir.

"Aku udah bilangin kamu kan, dari awal!"

Air mata mulai tampak di mata Yurika saat dia mengatakan itu.

Berarti, apa yang kulihat pas kita pertama ketemu memang bukan alat maupun trik, semuanya betulan...

Saat yang telah ditunggu Yurika selama setengah tahun telah terjadi - Koutarou akhirnya menyadari kebenarannya.

"Kena kau!"

Sesaat selanjutnya, hujan batu itu berhenti dan Maki muncul dibawah payung cahaya itu. Hujan batu itu bukan hanya sekedar serangan, itu juga bermaksud untuk menutupi langkahnya selanjutnya. Kaki dan tangannya saat itu diselimuti sinar merah.

"Gawat!"

Sinar itu rupanya cincin energi yang akan meledak saat menyentuh sesuatu. Maki berencana menyerang Yurika dengan serangan sihir menggunakan cincin energi itu.

"Nggak apa-apa, jangan kuatir, Yurika!"

"Cih, Satomi Koutarou!?"

Namun, serangan Maki tidak mengenai Yurika. Sebelum serangan itu sampai, Koutarou menghalangi Maki dan memegang tangannya, membuat serangannya memantul. Koutarou tidak tahu harus berbuat apa saat bertarung dengan pengguna sihir, tapi adu jotos dengan tangan dan kaki adalah keahliannya.

"Satomi-san!?"

"Aku nggak apa-apa!"

Koutarou memegang tangan Maki dan menariknya menjauh dari Yurika sekuat tenaganya.

"Cowok ini, lagi-lagi!?"

Di saat yang sama, cahaya merah itu menghilang dari tangan Maki. Cahaya putih yang berasal dari Koutarou telah menghapusnya.

"Kalau begitu!"

Dengan kedua tangannya tertahan, Maki mencoba menendang dengan kaki kanannya. Dengan jarak sedekat itu, akan susah untuk menghindar, dan cahaya merah dikakinya masih ada.

"Jurus rahasia! Tameng Sanae-chan!!"

Namun, tendangan mematikan Maki pun berhasil dihalangi.

"Kamu nggak apa-apa kan, Koutarou!?"

"Kamu udah nyelametin aku!"

Sanae menghalangi serangan itu menggunakan fenomena poltergeist untuk melempar kaki Maki kembali. Cahaya merah di kakinya menghilang setelah terpakai karena bertabrakan dengan kekuatan telekinesis Sanae.

"Cih, hantu sialan!"

Maki menggunakan momen dari tendangannya yang terpantul untuk membebaskan dirinya dari Koutarou. Sebagai hadiah perpisahan, dia berputar dan menendang dengan kaki kirinya.

"Woah!?"

Koutarou tidak bisa menghindari tendangan Maki setelah kehilangan keseimbangan karena Maki lepas darinya - dia akan mendapat tendangan langsung.

"Snare Trap!"

Namun, tepat sebelum tendangan itu mengenai Koutarou, tanah disekitar pijakan Maki naik dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Alasannya adalah sihir tingkat dasar yang digunakan Yurika di situasi panas itu. Kekuatannya ternyata lebih dari cukup untuk menghentikan tendangan berputar itu.

"Buagus, Yurika!"

"Cih, sudah kuduga, tiga lawan satu memang tidak mungkin! Energy Release!"

Maki melepaskan cahaya merah yang masih menyelimuti kaki kirinya. Energi yang terlepas itu meninggalkan sebuah ledakan kecil dan tirai asap.

"Uwah!?"

"Tidak akan kubiarkan kalian menangkapku dengan mudah"

Ledakan itu melukai Maki, tapi itu juga membuat Koutarou kehilangan dirinya. Tangan Koutarou yang bergerak untuk menangkapnya pun meleset.

"Sanae-chan Psychogun!"[4]

Sanae, yang mendapat ide setelah melihat hujan batu tadi, menggunakan kemampuan poltergeistnya untuk menggerakkan sebuah batu dan membidik Maki. Batu itu mengejar Maki dengan kecepatan peluru asli.

"Kerja sama yang bagus, tapi--!"

Namun, Harumi berdiri diam di arah dimana Maki kabur. Maki lari ke belakang Harumi dan membuat Harumi berada diantara dirinya dan batu itu.

"Kyaaaa!"

Harumi berteriak saat melihat batu itu mendekat.

"Sanae-chan!"

"Ah, hampir aja!"

Sanae dengan cepat mengubah arah batu itu menjauh dari Harumi. Setelah menyentuh sedikit poni rambut Harumi, batu itu melesat menuju langit.

"Hei, pake Harumi sebagai tameng tuh nggak adil!"

"Kalian bisa mengatakan apapun yang kalian mau. Aku akan melakukan apapun untuk bisa menang melawan tiga orang tidak adil yang mengeroyokku"

"Dasar jahat! Kerja sama emang udah haknya pahlawan kebenaran!"

"Sanae, berhenti ngomongin hal-hal konyol kayak gitu"

"M-Maaf"

Setelah memarahi Sanae, Koutarou dengan cepat berbalik ke arah Maki. Dia kembali muncul di belakang Harumi sekali lagi.

Selain fakta bahwa Yurika bener-bener bisa pakai sihir, kelihatannya Maki-san memang musuhnya. Dan orang yang pakai Sakuraba-senpai sebagai tameng hidup pasti bukan orang baik-baik. Begitu...jadi mereka emang udah dateng..musuhnya Yurika, para gadis penyihir jahat..

Kalau Yurika bukanlah cosplayer tapi betul-betul seorang gadis penyihir, itu berarti Koutarou dan yang lainnya sudah mengabaikan ancaman para gadis penyihir jahat selama lebih dari setengah tahun ini.

"S-Satomi-kun, Nijino-san, a-apa yang sebenarnya terjadi?"

"Ada apa? Kalian tidak mau menyerang?"

Harumi ketakutan dengan situasi misterius itu, dan Maki dengan beraninya mengompori Koutarou dan yang lainnya, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Itu karena mereka tahu bahwa Maki bisa menggunakan Harumi sebagai tameng. Koutarou menghabiskan beberapa saat memelototi Maki sebelum dia memanggil nama Yurika.

"Yurika"

"Ya"

"Kamu gadis penyihir, iya kan?"

Yurika merasa sangat senang saat dia mendengar Koutarou mengatakan itu. Dia hanya bisa merasa bahagia karena akhirnya kebenaran tentang dirinya akhirnya tersampaikan. Tapi, Yurika menahan itu semua dan membalasnya sambil mengangguk:

"Ya. Aku adalah gadis penyihir cinta dan keberanian ☆ Rainbow Yurika"

"Kalau begitu, tolong bantu aku"

"Satomi-san, kamu ngerencanain apa?"

Yurika menahan nafasnya saat dia mendengar apa yang dikatakan Koutarou.

"Aku akan nyerang langsung"

"Itu nggak masuk akal!"

"Kalau Maki-san bakal pakai Sakuraba-senpai sebagai tameng, pilihan kita cuma mendekat dan bikin jadi adu jotos. Kamu mungkin gadis penyihir, tapi kamu nggak hebat soal berantem. Lagian..."

Koutarou hampir mengatakan sesuatu, tapi berhenti di tengah-tengah.

"Lagian, apa?"

"...Sementara aku disana, bisa nggak kamu ngelakuin sesuatu soal Sakuraba-senpai?"

Koutarou menjawab dengan jawaban yang berbeda dengan apa yang hendak dikatakannya.

Lagian, kamu nggak bisa mukul Sakuraba-senpai - Itulah yang Koutarou hampir katakan. Dalam keadaan terburuk, mereka mungkin harus memukul Harumi untuk bisa membawanya kembali. Namun, gadis penyihir yang terlalu gugup dan baik hati ini mungkin tidak akan memperbolehkannya melakukan itu.

"Aku ngerti. Aku usahain"

"Tolong ya"

Koutarou mengangguk ke arah Yurika dan lalu berbalik ke arah Maki.

"Maki-san, bisa kamu kembaliin Sakuraba-senpai ke kami?"

"Pertanyaan bodoh. Dia akan kulepas setelah aku mengalahkan kalian semua"

Apa dia berencana bertarung dengan tangan kosong, atau menyelamatkan Sakuraba Harumi lebih dulu? Kalau begitu, apa aku harus menggunakan dia untuk mengancam mereka? Tapi, kalau aku kehilangan sanderaku, keadaannya akan menjadi tiga lawan satu lagi...kalau begitu!

Maki menyiapkan tongkatnya dan mulai merapal mantra.

"Blast Fireball -- Modi---"

Sebuah bola api berdiameter satu meter muncul di ujung tongkat Maki.

"Koutarou, ini gawat"

"Ayo maju, Yurika!"

"Ya!"

Koutarou mulai berlari ke arah Maki di saat yang sama dia memulai merapal mantranya. Sanae menjaga sedikit jarak dengan Koutarou sambil mengikutinya. Jika mereka bertiga bergerombol melawan seseorang yang menggunakan senjata jarak jauh, mereka hanya akan menjadi sasaran empuk. Mereka perlu membuat jarak diantara mereka bertiga dan juga Yurika yang akan menggunakan sihirnya untuk membantu mereka.

"--fier -- High Concentration"

Setelah Maki menyelesaikan mantranya, bola api itu mulai mengecil. Sebagai gantinya, suhu bola api itu naik drastis. Apinya berubah dari merah menuju putih saat dia mengecil menjadi seukuran bola baseball.

"Satomi-san, hati-hati sama bola api itu! Aku nggak bisa ngehalangin pukulan langsung dari itu, meski udah pakai sihir!"

"Aku ngerti!"

Sesaat setelah Yurika memperingatkan mereka, badan Koutarou dan Sanae diselimuti cahaya kuning. Itu adalah mantra perlindungan yang dipasang Yurika.

"Oh, itu tidak apa-apa"

Maki tersenyum pada Koutarou dan yang lainnya. Namun, senyuman itu hanya sebatas senyum saja, tidak ada kebaikan sama sekali pada senyuman itu.

"Aku tidak berniat menembakkannya ke arah kalian"

"Apa!?"

"Apa-apaan maksudnya!"

Sambil memandang remeh musuhnya yang kebingungan, Maki mengarahkan tongkatnya pada sasarannya.

"...Eh?"

Sasarannya berada di serong belakangnya: Sakuraba Harumi. Sesaat setelahnya, bola api itu pergi dari tongkatnya dan melayang menuju Harumi.

"Apa, targetmu Sakuraba-senpai!?"

"Koutarou, Harumi bakalan kebunuh!"

Bola api itu sudah ditembakkan, membuat Koutarou dan Sanae tidak bisa melakukan apapun. Meskipun mereka mengalahkan Maki, Harumi tetap tidak akan selamat.

"Kyaaaaa!"

Melihat bola api yang terbang ke arahnya, Harumi hanya bisa berteriak. Tidak ada yang bisa dilakukannya sama sekali, dengan badannya yang tidak bisa bergerak dan ketidaktahuannya akan situasi yang dialaminya. Harumi sama sekali tidak punya cara untuk berlindung dari bola api yang melayang ke arahnya.

Sakuraba-senpai!

"Cancel"

Dalam krisis ini, satu-satunya yang bisa melakukan sesuatu hanyalah Yurika. Dia membatalkan sihir yang akan dikeluarkannya dan memulai merapal mantra yang berbeda.

"Recall -- Precast -- Teleport!"

Sihir teleportasi. Biasanya sihir semacam itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dipersiapkan dan dilancarkan, jadi Yurika sudah merapalnya sebelumnya dan tinggal memanggilnya kembali - itulah sihir terbaik sekali pakai miliknya. Tepat di saat dia selesai merapal mantranya, dia menghilang dari tempat dia berdiri sebelumnya, dan muncul tepat di depan Harumi.

"Koutarou, Yurika--!"

"Yurika!? Kamu ngapain!?"

Sanae kagum dengan Yurika yang berteleportasi, tapi Koutarou lebih kuatir dengan dimana dia muncul. Yurika menyiapkan tongkatnya dan memulai merapal mantra.

"Selama tidak terkena langsung, ini masih bisa ngelindungin kamu..."

Yurika tersenyum sambil mengatakan itu, dan di saat yang sama mantranya aktif dan sebuah cahaya kuning menyelimuti Harumi.

"Nijino-san, apa yang kamu--"

"Aku serahin selanjutnya sama kamu, Satomi-san"


Bola api itu tepat mengenai badan Yurika.


Part 9[edit]

Yurika betul-betul sadar kalau itu adalah jebakan Maki. Dia tidak akan melakukan sesuatu seperti membuang senjata terbaiknya - sanderanya. Meskipun dia sudah tahu itu, Yurika harus melindungi Harumi. Hal yang tidak terpikirkan mungkin bisa terjadi.

"Yurikaaaaaaaa!"

"Nijino-san!"

"Yurika, kenapa kamu ngelakuin itu!?"

Tepat saat bola api itu mengenai Yurika, semua energi yang ada didalamnya langsung terlepas. Energi yang sangat besar itu membakar habis sihir perlindungan yang melindungi Yurika dan juga membakar dirinya. Badannya yang tak bernyawa jatuh perlahan ke atas tanah dilalap si jago merah.

Karena tindakan Yurikalah Harumi tidak terluka. Sebagian api yang membakar Yurika mencapai Harumi, tapi api itu tidak berpengaruh karena mantra perlindungan yang dilepaskan Yurika.

"Sudah kuduga, ini cara paling sederhana untuk melakukannya"

Maki menatap dengan dingin ke arah Yurika yang sudah tumbang.

Itu benar. Itulah batasan Rainbow Heart. Kau punya terlalu banyak hal untuk dilindungi. Karena itulah kau tidak bisa melindungi apapun...

Namun, hanya untuk sesaat saja, pandangannya berubah menjadi kasihan.

"Satomi-kun! Nijino-san, Nijino-san--!!"

Harumi, yang masih tidak bisa bergerak, hanya bisa berteriak. Dia betul-betul merasa kehilangan setelah melihat Yurika tumbang saat melindungi dirinya.

"Yurika! Hei, Yurika!"

Koutarou berlari ke arah Yurika dan membopongnya. Dia tidak mati karena terlindung oleh sihir pelindungnya, tapi dia terluka parah dan kehilangan kesadaran.

"Dia nggak apa-apa....iya kan?"

Sanae dengan cemas melihat kepada Yurika. Dia bisa melihat energi spiritual Yurika, tapi sudah melemah sampai-sampai Sanae merasa kuatir karenanya.

"Yang begini nggak akan ngebunuh dia"

Koutarou gemetaran sambil menahan amarahnya saat dia memegang Yurika. Namun, amarah itu tidak diarahkan pada Maki, tapi pada dirinya sendiri.

Kenapa aku nggak percaya sama dia selama setengah tahun ini!? Ini nggak bakal sampe kejadian kalau aku percaya sama dia!

Karena dia tidak percaya dengan Yurika, Koutarou mengabaikan ancaman dari para gadis penyihir jahat selama setengah tahun ini. Kalau saja dia percata, setidaknya mereka pasti akan membuat sebuah rencana. Dengan begitu, Yurika mungkin tidak akan tumbang seperti ini.

Koutarou merasa tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Dia seharusnya percaya dengan apa yang Yurika katakan padanya, bahkan jika hanya sedikit saja.

Amarah dan penyesalan itu menyala-nyala dengan kuatnya didalam dirinya.

"Satomi-kun..."

Di saat itu, Harumi akhirnya mulai mengerti keadaannya. Yurika bukanlah cosplayer, tapi sesuatu yang berbeda. Dia tidak tahu kalau yang dilihatnya adalah sihir atau bukan, tapi dia tahu kalau Yurika sedang bertarung dengan nyawa sebagai taruhannya.

"Jangan salahkan dirimu sendiri, Satomi-kun"

"Tapi, kalau aja aku percaya sama dia, ini nggak akan kejadian!"

Meskipun begitu, biasanya tidak akan ada seorang pun yang percaya dengan seseorang yang berbicara mengenai sihir, gadis penyihir dan musuh yang datang saat mereka pertama kali bertemu

"Tidak usah kuatir. Kalian semua akan segera menemui akhir yang sama dengan Yurika"

"Maki-san!!"

Maki mulai menghampiri Koutarou dan yang lainnya sambil mengacungkan tongkatnya.

Jadi, dia berniat menghabisi Yurika

Melihat itu, Koutarou merebahkan Yurika kembali di tanah dan melangkah maju untuk melindungi Yurika dan Harumi.

"Nggak akan kubiarkan kamu nyentuh Yurika"

"Itu, kalau kamu menang..."

Tidak perlu habis-habisan...selama aku bisa mengetahui sedikit kekuatan cowok ini sebenarnya...

Maki berniat mempelajari kemampuan Koutarou. Dia tidak berniat untuk segera mengalahkan musuh yang tidak dikenalnya sama sekali.

"Itulah kenapa aku bakal menang!"

Dan kalau aku sampai nggak bisa ngelindungin Yurika, aku betul-betul bakal jadi si idiot!!

Tepat saat Koutarou berteriak, sebuah suara nyaring yang mirip dengan suara benturan dua buah besi dapat terdengar dan sebuah cahaya putih menyinari area itu.

"Apa!?"

"Kau akhirnya akan bertarung habis-habisan, iya kan!?"

Diantara Koutarou dan Harumi, tepat di daerah dimana Yurika terbaring, sebuah bola cahaya putih muncul. Bola cahaya itu berdiameter sekitar satu meter dan menyinari area itu sambil melayang di atas Yurika. Saat bola cahay itu menyinari Yurika, raut wajah Yurika tampak lebih tenang. Cahaya itu rupanya menyembuhkan Yurika yang terluka parah, seperti saat Harumi dulu disembuhkan.

"Apa yang terjadi!?"

"Koutarou, ini cahaya itu!"

Cahaya ini, dia ngelindungin kami lagi!

Koutarou hanya kaget dengan kemunculan cahaya itu, tapi Sanae kaget karena dia mengenali cahaya itu. Dulu, cahaya itu menyinari pedang yang melindungi Theia, dan juga menyinari jimat yang melindungi Sanae juga. Sanae merasa kalau ini adalah cahaya yang sama dengan yang dulu dijumpainya.

Saat Koutarou dan Sanae kaget dengan cahaya yang tiba-tiba muncul itu, Harumi memanggil Koutarou.

"Koutarou-sama..."

"Sakuraba-senpai!?"

Saat Koutarou melihat ke arah Harumi, dia memperhatikan kalau Harumi berbeda dari biasanya. Rambutnya bersinar keperakan dan di dahinya terdapat lambang yang menyerupai pedang. Wujudnya saat itu nampak agung, kata-kata seperti pendeta kuil atau wanita suci akan cocok menggambarkannya.

"A-apa-apaan penampilanmu...!?"

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan"

Sambil menggelengkan kepalanya, entah mengapa Harumi menatap dengan lembut - hampir seperti dia bertemu seseorang yang lama dikenangnya dan sudah lama tidak pernah berjumpa; seperti dia telah menemukan seseorang yang telah dicarinya untuk waktu yang sangat lama.

"Kalau aku menggunakan kekuatan ini, yang telah menyembuhkan Yurika, untuk memanggil pedangmu..."

Saat Harumi mengatakan itu, dia mengulurkan tangannya menuju bola cahaya itu, menggenggamnya, dan menutup matanya.

Sakuraba Harumi lolos dari efek sihirku!? Dia menghilangkannya!? Dengan kekuatan sihir sebesar itu, sudah pasti itu yang terjadi!

Maki tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya saat dia melihat Harumi yang bisa bergerak dengan bebas.

Rokujouma V5 190.jpg

Selain itu, dia juga bisa memakai sihir!? Dia mencoba mengendalikan cahaya yang dipanggil Satomi Koutarou!

Apa yang lebih mengejutkan bagi Maki adalah bahwa Harumi mulai memanipulasi cahaya yang telah muncul itu.

"Sakuraba-senpai, sebenarnya kamu itu apa!?"

"...Tenanglah, takdirmu adalah bukanlah untuk mati di tempat ini"

Saat Harumi mengulurkan tangannya, bola cahaya itu mulai bergerak. Gerakan itu sama seperti saat Maki mengecilkan bola api miliknya. Namun, tidak seperti bola api Maki, cahaya putih itu mulai membentuk pedang.

"Koutarou-sama, tolong gunakan ini. Aku tidak bisa memanggil yang sebenarnya, tapi ini, tanpa diragukan lagi, adalah pedangmu"

"Koutarou, pedang ini kuat banget! Ada apa sih sebenernya!? Kekuatannya gede banget, mataku sampai nggak bisa liat!"

Sanae bisa merasakan kekuatan yang dipancarkan pedang itu. Cahaya putih yang memancar keluar hampir seperti angin yang bertiup kencang. Sanae bahkan bisa merasakan kekuatan itu meresap ke kulitnya, dan kekuatan yang terlalu besar itu membuat Sanae tidak bisa melihat pedang itu.

"Aku ngerti!"

Aku masih belum paham apa yang terjadi, tapi nggak ada waktu buat pilih-pilih!

Koutarou mengambil pedang cahaya itu tanpa ragu lagi. Pedang itu hanyalah seberkas cahaya, tapi rasanya sama seperti pedang yang dipinjamnya dari Theia. Meskipun pedang itu mempunyai kekuatan yang luar biasa, anehnya Koutarou tidak merasa kuatir untuk memegangnya, dia justru merasakan kelembutan dan kehangatan dari pedang itu.

"Koutarou-sama..."

Rasa hangat yang dirasakannya mirip dengan kehangatan yang dia rasakan dari senyuman Harumi.

"Semoga keberuntungan ada bersamamu..."

"Sakuraba-senpai!?"

Setelah Koutarou mengambil pedang itu, dia berbalik ke arah Harumi hanya untuk melihatnya jatuh perlahan ke atas tanah. Di saat yang sama, warna rambutnya kembali normal, dan lambang pedang di dahinya hilang.

"Nggak apa-apa kok, dia kelihatannya cuma tidur"

Sanae mendekati Harumi dan memeriksa nafas dan energi spiritualnya. Dia tidak menemukan adanya hal yang janggal.

"Begitu.."

Setelah merasa lega, Koutarou menggenggam pedangnya dan berbalik ke arah Maki. Dia kuatir dengan Harumi, tapi kalau dia sampai lupa dengan Maki, ada hal buruk yang mungkin akan terjadi.

"Aku betul-betul terkejut. Jadi itulah kekuatanmu sebenarnya..."

Maki tidak terlihat akan menyerang. Seperti kata-katanya barusan, dia betul-betul terkejut saat itu.

"Aku juga kaget sih"

Koutarou masih tidak mengerti apa yang sudah terjadi. Dimulai dengan Yurika yang sebenarnya adalah gadis penyihir, kemunculan musuhnya, Maki, dan pertarungan diantara kedua gadis penyihir itu. Lalu saat Yurika kehilangan kesadaran karena melindungi Harumi, sebuah cahaya putih muncul dan Harumi mengubah cahaya itu menjadi pedang. Tahun ini sudah cukup riuh bagi Koutarou, tapi hari ini adalah yang terburuk sejauh ini.

"Sebenarnya kau itu apa? Monster..?"

Maki menelan ludahnya saat dia melihat pedang yang ada di tangan Koutarou. Karena dia sendiri adalah pengguna sihir, dia tahu betul bahwa kekuatan yang berdiam di dalam pedang itu sangatlah besar, dan yang mengalir keluar sudah cukup untuk membuat seluruh lahan konstruksi itu bergetar hebat.

Akan aku coba...

Maki menyiapkan dirinya dan mengarahkan tongkatnya pada Koutarou.

"Ini dia, Satomi Koutarou!"

"Sanae, tolong jaga Yurika sama Sakuraba-senpai ya!"

"Oke!"

Koutarou menyiapkan pedangnya dan memasang kuda-kuda bertarung dari Forthorthe - gaya bertarung pedang yangsudah lama yang Theia ajarkan kepada Koutarou setiap harinya.

"Double Cast -- Force Field, Thunder Lance!!"

Seperti yang sudah-sudah, yang pertama melancarkan serangan adalah Maki yang punya serangan jarak jauh. Dia merapal mantra dengan cepat, membuat tameng untuk melindungi dirinya dan memanggil tombak petir yang kuat.

"Makan ini!"

Maki melempar tombak petir itu ke arah Koutarou yang mendekat. Targetnya adalah pedangnya, karena benda-benda yang panjang lebih mudah untuk mengundang petir.

"Ooooooooo!!"

Melihat itu, Koutarou meraung sambil maju menyerang. Cahaya dari pedangnya semakin terang sebagai balasan dari raungan itu. Saat tombak petir itu menyentuh cahaya itu, tombak itu menghilang, seakan-akan tidak pernah ada.

"Apa!?"

"Yaaaaaaaaaaaa!!"

Koutarou mengayunkan pedangnya ke arah Maki yang sedang terkejut.

"Cih!"

Maki membelokkan badannya dan berhasil mengelak dari ujung pedang itu. Tapi, karena pedangnya sendiri menyentuhnya, mantra pelindungnya hilang.

"Apa-apaan ini!?"

Tidak kusangka dia sekuat ini! Kalau terus begini, aku tidak akan tahan! Kecocokannya dengan spesialisasiku terlalu lemah!

Cahaya yang terpancar dari pedang Koutarou saja telah menghapus tombak petir Maki, dan pedang yang hanya melewati kepalanya telah menghancurkan tameng sihirnya. Itu adalah senjata yang sempurna untuk melawan penyihir.

"Kalau begitu!"

Maki menggunakan momentum dari mengelak pedang untuk melakukan salto ke belakang, dan tepat saat mendarat, ia langsung merapal mantra berikutnya.

"Quick Cast -- Fog Cloud -- Modifier -- Effective Area -- Colossal!!"

"Apa!?"

Maki melepaskan mantra pembuat kabut. Area efektifnya luas dan memenuhi keseluruhan lubang di lahan konstruksi itu.

"Apa ini!? Aku nggak bisa ngeliat apa-apa!"

Kabut yang dibuat Maki cukup tebal dan betul-betul menghalangi pandangan Koutarou. Selain itu, karena kabut itu terbuat dari sihir, bahkan Sanae sekalipun tidak bisa melihat menembus kabutnya.

"Sanae, tetep disana dan jaga Yurika sama Sakuraba-senpai!"

"Aku ngerti!"

Saat Koutarou menghapus kabut itu dengan pedangnya, sedikit demi sedikit, Sanae akhirnya mulai bisa melihat. Koutarou menyiapkan pedangnya dan melihat ke sekelilingnya.

Dia nggak nyerang? Kenapa?

Tapi tidak peduli seberapa lama ia melihat dan mencari, Koutarou tidak bisa menemukan Maki. Tidak ada serangan kejutan. Sementara Koutarou terus waspada, angin yang berhembus mulai menyapu kabut.


Saat kabut itu betul-betul menghilang, Maki sudah tidak ada di sana.



Keceriaan dan Kebahagiaan[5][edit]

Part 1[edit]

Dengan diiringi suara kapur yang dipegang oleh guru Matematika mengetuk dan menggores papan tulis, Theia memandangi tempat duduk Koutarou yang kosong.

Pada akhirnya, Koutarou tidak juga kembali..

Meskipun jam pelajaran kelima dimulai, Koutarou belum juga kembali. Itulah kenapa kursinya masih kosong.

Benar juga, handphone!

Theia menarik keluar handphone miliknya dari sakunya. Karena nomor handphone milik Koutarou sudah tersimpan di handphonenya, Theia bisa menelepon Koutarou hanya dengan sekali pencet.

Tapi...

Namun, Theia tidak menghubungi Koutarou, dan raut wajahnya berubah muram.

Jam pelajaran klima sudah dimulai...dan aku masih belajar di dalam kelas...itu benar! Karena aku sedang belajar di kelas, aku tidak bisa berbuat apa-apa!

Theia membuat alasan bagi dirinya sendiri dan memasukkannya kembali ke kantongnya. Nyatanya, ada banyak cara yang bisa dilakukannya untuk menghubungi Koutarou. Dia bisa berpura-pura sakit dan pergi ke ruang UKS untuk menghubungi Koutarou, tapi Theia tidak bisa melakukannya. Kalau dia sendiri yang menghubungi Koutarou, dia tidak akan tahu harus berkata apa.

Baiklah, lebih baik aku melanjutkan yang lain!

Theia berbalik menghadap buku tulisnya setelah menyimpan kembali handphonenya. Buku tulis itu sudah dipenuhi oleh coretan-coretan yang berisi ide-idenya untuk drama berikutnya. Buku tulis itu disiapkannya untuk naskah baru, yang benar-benar baru mulai ditulisnya. Karena itulah, belum ada kalimat yang sudah tertulis, semuanya masih berbentuk ide.

Seperti yang aku duga, kalau aku tidak membuat adegan itu berjalan dengan benar, aku tidak bisa membuat kelanjutan adegan lainnya...

Adegan yang dimaksud adalah adegan paling terakhir dari cerita drama: adegan perpisahan Ksatria Biru dan Puteri Perak. Pertempuran mereka sudah selesai, dan sang Puteri Perak telah menjadi kaisar. Setelah menjalani semua perhelatan negeri itu hingga selesai, sang Ksatria Biru pergi sendirian, meskipun dia sadar kalau sang Puteri Perak mencintainya.

Menurut para sejarawan, sang Ksatria Biru kembali ke kampung halaman dimana keluarganya sedang menunggu dirinya, atau dia takut kalau keberadaannya akan memicu konflik internal. Dengan begitu, dia meninggalkan sang Puteri Perak. Ada juga teori kalau dia mungkin telah dibunuh. Sang Ksatria Biru tidak muncul kembali dalam sejarah setelah peristiwa itu; kebenarannya hanya bisa ditemukan 2000 tahun yang lalu.

Meskipun adegan perpisahan itu tetap menjadi sebuah misteri, adegan itu juga adalah puncak dari kisah cinta yang begitu luar biasa. Karena itulah, kisah itu disukai oleh rakyat Forthorthe, baik dulu maupun sekarang.

Sudah menjadi pengetahuan umum kalau sang Puteri cinta dengan sang Ksatria Biru...tapi bagaimana dengan sang Ksatria?

Tentu saja, Theia juga merasakan hal yang sama. Karena rasa sukanya pada sang Ksatria Biru, adegan ini adalah titik mulai drama berikutnya, dan dia berniat untuk menulis adegan-adegan lainnya agar adegan terakhir ini betul-betul menonjol. Meskipun pena sudah tergenggam erat di tangannya, Theia masih tidak tahu apa yang harus ditulisnya.

Kalau dia memang mencintai sang Puteri, mereka setidaknya pasti berciuman...

Berciuman. Saat Theia memikirkan kata itu, dia membayangkan seorang pria dan wanita yang berciuman. Tapi mereka bukanlah sang Ksatria Biru dan sang Puteri Perak, tapi seorang pemuda yang kelihatannya kurang peka dan seorang gadis dengan rambut keemasan yang indah.

Ciuman, ya...

Theia bermain dengan imajinasinya selama beberapa saat dengan diiringi bunyi goresan kapur yang terus bergerak dengan cepat. Namun, detak jantung Theia berdetak lebih cepat dari itu.

Ah!!

Setelah menikmati dunia mimpinya selama beberapa detik, Theia akhirnya tersadar. Wajahnya berubah merah saat rambutnya yang indah bergoyang ke kiri dan ke kanan menepis mimpinya.

Tidak, tidak. Sang Ksatria Biru dan sang Puteri Peraklah yang seharusnya berciuman! K-kenapa aku harus m-mencium si bocah tidak sopan itu!?

Theia dengan cepat mencoret ide 'berciuman' sementara mukanya masih merah karena malu. Namun, tangannya berhenti setelah membuat goresan pertama.

T-tapi, karena aku adalah pengajarnya,aku...aku akan...berciuman...dengannya...seperti sepasang kekasih. Ciuman yang menghentikan segalanya, c-ciuman mesra...berlatih...berulang...berulang-ulang...

"W-wuaaaa..."

"Yang Mulia?"

Saat itu, Theia tumbang di atas mejanya - mukanya merah, dan dia pingsan karena otaknya kepanasan.

"Yang Mulia, Anda kenapa?"

"Hah....ahh...lebih, lebih...lebih lembut lagi menciumnya..."

Karena kuatir, Ruth, yang berada disebelahnya, menggoyang badan Theia, namun Theia tidak bereaksi dan terus menggumamkan kata-kata yang aneh.

"Ruth-chan, tidak apa-apa Ho-! Menurut pengamatan kami, dia hanya pingsan karena berlebihan menggunakan kepalanya Ho-!"

"Kalau kamu menunggunya sebentar, dia akan pulih Ho-! Jadi, jangan kuatir Ho-!"

"Begitu...syukurlah.."

Karama dan Korama mendekati Ruth dalam keadaan terkamuflase dan melaporkan pengamatan mereka. Ruth merasa lega setelah mendengar laporan itu.

"Kenapa Theia-chan pingsan Ho-?"

"Aku ingin tahu Ho-! Kita harus memeriksa dan mencegah itu terulang Ho-!"

Kedua haniwa itu mulai memanjat meja Theia. Pemandangan kedua haniwa yang bergantung di kaki meja dan berusaha memanjat naik memang imut, tapi karena mereka tersembunyi dari pandangan yang lain, tentu saja tidak akan ada yang mengetahui hal itu.

"Kelihatannya ada banyak coretan Ho-!"

"Buku tulisnya benar-benar menghitam Ho-!"

"Yang Mulia sedang sibuk membuat naskah untuk drama yang baru"

"Ho-! Ini serius Ho-!"

"HoHo-! Kami tidak bisa mencegah ini Ho-! Semoga beruntung, Theia-chan!"

Para Haniwa memandangi Theia dengan penuh kekaguman. Mata mereka yang kosong seakan-akan terlihat memandang dengan lembut.

"L-latihan...ini latihan, jadi...satu kali lagi..."

"Karama, Korama, tinggalkan dia"

"Ho-, mengerti Ho-, Nee-san"

"Selamat malam Ho-, Theia-chan. Tidur yang nyenyak Ho-!"

Setelah ditegur oleh Kiriha, Karama dan Korama dengan patuh kembali ke meja Kiriha. Kedua Haniwa itu terlihat imut saat mereka melompat menuju Kiriha, tapi tentu saja, kali ini pun tetap tidak ada seorang pun yang bisa melihat mereka. Hal yang sama juga berlaku bagi pemilik mereka, Kiriha. Tapi, untuk dirinya, itu bukan karena dia tidak bisa melihat mereka, melainkan karena saat itu dia sedang memandang ke arah jendela.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Koutarou dan Yurika? Kalau terus begini, jam pelajaran kelima akan selesai.."

Kiriha sudah memandangi gerbang sekolah selama beberapa saat ini. Tapi, baik Koutarou maupun Yurika masih belum nampak sementara jarum jam terus bergerak.

"Aku harap, tidak ada hal aneh yang terjadi..."

Kiriha berencana menelepon Koutarou saat pelajaran sudah selesai. Tidak seperti Theia yang jatuh pingsan, hal seperti itu bukanlah masalah bagi Kiriha.


Part 2[edit]

Di saat yang sama dengan pingsannya Theia di kelas, Koutarou masih berada di lahan konstruksi. Bahkan setelah Maki menghilang, Koutarou dan Sanae masih tidak bisa pergi dari sana. Alasannya adalah karena Yurika dan Harumi masih kehilangan kesadaran. Yang bisa dilakukan Koutarou saat itu hanyalah menggendong mereka ke pondok susun yang ada di dekat mereka.

"Gimana teleponnya?"

"Nggak bisa. Nggak dapet sinyal"

Koutarou ingin menghubungi Theia dan yang lainnya untuk membantunya menyembuhkan Yurika. Untuk masalah itu, peralatan medis di Blue Knight jauh lebih hebat dibandingkan rumah sakit. DIa juga ingin menghubungi mereka untuk melawan Maki.

Kalau mereka mendengar ada musuh baru yang muncul, baik Theia maupun Kiriha tidak akan tinggal diam begitu saja. Tapi, entah kenapa, handphonenya tidak mendapat sinyal.

"Kalau gitu, gimana kalau aku ke sekolah buat manggil mereka?"

Karena Sanae adalah hantu, dia bisa terbang langsung ke sekolah. Karena handphone Koutarou saat itu tidak berguna, itulah cara tercepat untuk menghubungi Theia dan yang lainnya.

"Kamu bisa? Aku nggak bisa pergi dari sini soalnya"

Karena Koutarou tidak bisa meninggalkan Yurika dan Harumi sendirian, dia menyetujui usulan Sanae.

"Bisa kok. Tunggu ya, aku panggil mereka dulu"

"Oke, tolong ya, Sanae"

"Ya ♪"

Sanae dengan riangnya mengangguk menjawab Koutarou dan terbang melewati atap setelah Koutarou meminta tolong padanya.

"Huh?"

Saat Sanae terbang menuju sekolah, dia merasa kalau tubuhnya entah mengapa menjadi berat.

"Aneh....kenapa ya?"

Rasanya seperti ada karet besar yang terikat pada dirinya dan menariknya kembali. Semakin jauh dia terbang dari pondok susun tempat Koutarou berada, semakin kuat tarikan yang dialaminya.

"Ampun deh, ini kenapa sih...aku nggak tahu ini apa, tapi jangan ganggu dong, aku buru-buru nih"

Sanae tidak bisa berhenti disitu. Saat ini, dia punya tugas penting yang didapatnya dari Koutarou. Kalau dia berhasil melaksanakannya, Koutarou pasti akan memujinya. Karena itulah, Sanae meningkatkan kecepatan terbangnya untuk melawan kekuatan apapun yang menariknya.

"Lepasiiin, Koutarou nungguin nih!! Eh, eh!? Hilang!?"

Tepat saat kekuatan yang menariknya akan menjadi masalah besar, kekuatan itu menghilang - seakan karet yang mengikat dirinya tertarik terlalu panjang dan lalu putus, membuat Sanae terbang berputar-putar di langit.

"Ohoho...apa itu tadi..?"

Setelah melihat ke sekitarnya, Sanae, yang tidak pernah mengalami itu sebelumnya, hanya bisa memiringkan kepalanya karena kebingungan sambil terbang terbalik.

"Yah, karena aku udah balik normal, nggak masalah deh"

Namun, setelah kembali normal, Sanae dengan cepat mengabaikan hal itu dan kembali terbang. Dia biasanya tidak pernah merenungi sesuatu, dan saat ini dia perlu menolong Koutarou.

"Aku harus buruan, ayo ke sekolah!"

Sebenarnya, apa yang menahannya adalah perasaannya sendiri. Dulu, dia masih terikat pada kamar 106. Namun, seiring berjalannya waktu, dia berubah dan justru terikat pada Koutarou. Hal yang memutuskan ikatan itu adalah perasaannya sendiri juga - perasaan yang ingin menolong Koutarou mengalahkan perasaannya yang ingin selalu berada disisi Koutarou.

"Oke, aku bakal berusaha sekuat tenaga!"

Pergantian ikatan dari kamar itu menjadi Koutarou mencerminkan seberapa besar Sanae bergantung pada Koutarou.


Harumi membuka matanya sesaat setelah Sanae pergi.

"H-huh...aku..."

"Sakuraba-senpai, kamu nggak apa-apa?"

"..Koutarou-sama..?"

Dan apa yang telah dicarinya selama 2000 tahun ini---

"Ah.....em, aku..."

Harumi sadar dari keadaannya yang sedang linglung. Dia teringat apa yang terjadi sebelum dia pingsan.

"O-oh iya, Nijino-san. Apa Nijino-san baik-baik saja!?"

Harumi langsung melompat dan dengan cepat melihat ke sekelilingnya dan menemukan Yurika yang terluka berada disisinya.

"Nijino-san, Nijino-san!"

Harumi mulai menangis sambil menggoyang badan Yurika. Dia tahu kalau Yurika melindunginya, jadi saat itu dia sedang betul-betul panik. Dia tidak bisa tenang karena dia pikir Yurika mungkin sudah mati baginya.

"Tenang, Sakuraba-senpai"

"Tapi, Satomi-kun! Nijino-san...Nijino-san!"

"Tenang, dia cuma pingsan"

Koutarou pun memeluk Harumi dan membuatnya berhenti menggoyang badan Yurika.

"Lepaskan, lepaskan aku!"

Namun, Harumi mencoba melepaskan dirinya, karena sebesar itulah dia kuatir dengan Yurika.

"Aku baru aja nyari bantuan. Yurika bakal aman kok"

"...Benarkah?"

Setelah beberapa kali berusaha, Koutarou akhirnya bisa membujuk Harumi, dan Harumi berhenti menggoyang badan Yurika lalu dengan perlahan menoleh ke arah Koutarou.

"Ya. Sebentar lagi dia bakal dirawat kok"

"S-syukurlah..."

Harumi menghela nafas lega dan akhirnya tenang.

Maaf, Sakuraba-senpai...

Sebenarnya, Koutarou tidak begitu mengetahui seberapa parah luka yang diderita Yurika. Tapi dia tahu, kalau dia tidak mengatakan itu, Harumi tidak akan tenang.

"Aku begitu kuatir kalau ada sesuatu yang terjadi dengan Nijino-san..syukurlah.."

Harumi lalu menghapus air matanya dan menengadah ke arah Koutarou. Di saat itu, dia tersenyum menggunakan air matanya, menandakan rasa lega dan bahagianya.

"Jadi, kamu sendiri nggak apa-apa kan, Sakuraba-senpai?"

"Aku...?"

Saat Koutarou mengatakan itu, Harumi akhirnya sadar dengan situasinya sendiri.

"Ah, a-aku.."

Koutarou masih memeluknya, dan wajahnya begitu dekat dengan wajahnya. Dalam situasi itu, Harumi tidak bisa tenang.

"Ah, a-a-a-ku baik-baik saja, t-t-tidak apa-apa"

"Beneran? Wajahmu merah tapi"

Koutarou, yang tahu kalau Harumi terlihat sedikit aneh, kuatir kalau dia terkena demam dan lalu meletakkan tangannya di dahi Harumi.

"Kayaknya....kamu nggak kena demam"

"A-a-aku baik-baik saja!"

Harumi mendorong Koutarou menjauh dan lari dari dekapannya.

Ah, bener juga...

Melihat itu, Koutarou akhirnya sadar kalau Harumi saat itu sedang malu.

"Maafin aku, Sakuraba-senpai"

Koutarou pun akhirnya juga tersipu malu dan meminta maaf.

"T-tidak.."

Harumi menggelengkan kepalanya sambil menundukkan wajahnya saat mengatakan itu.

Syukurlah...Satomi-san melepaskanku...kalau itu terus berlanjut, aku mungkin akan mengatakan sesuatu yang luar biasa...

Kalau itu terjadi dengan seseorang yang dibencinya, Harumi tidak akan sekesal ini. Alasannya, tentu saja Koutarou.

"Jadi, soal sebelumnya, Sakuraba-senpai"

"Ah, b-benar juga, apa yang terjadi setelahnya?"

Koutarou mengganti topik pembicaraan mereka, seakan-akan lari dari kejadian sebelumnya. Harumi pun mengikutinya, dan suasana aneh di sekitar mereka pun menghilang.

"Aku tidak betul-betul ingat apa yang terjadi setelah Nijino-san pingsan..."

"Eh!? Kamu nggak inget!?"

"Ya...apa ada yang terjadi?"

Harumi ingat semua yang terjadi sampai Yurika melindunginya dari bola api, dan Koutarou menahan Yurika. Karena itulah, Harumi merasa aneh saat Koutarou terkejut soal itu.

"N-nggak, kalau kamu nggak inget,yah..."

Sakuraba-senpai nggak inget apa-apa? Kalau gitu, apa yang...?"

Harumi betul-betul lupa tentang dirinya yang menyerahkan pedang bersinar kepada Koutarou.

Kalau kupikir lagi, pedang itu hilang barengan sama Maki...apa yang sebenernya terjadi?

Koutarou masih merasa bingung dengan hal-hal aneh dan tak terbayangkan yang terjadi di sekitarnya.

"N, mmmm..."

Tepat disaat itu, Yurika bangun.


Part 3[edit]

"Yurika!"

"Nijino-san!"

Saat Yurika membuka matanya, dia melihat Koutarou dan Harumi.

"...Satomi-shan...Shakuraba-senpai.."

"Kamu nggak apa-apa, Yurika!?"

Keduanya saat itu tersenyum, tapi ada air mata yang menghiasi wajah mereka.

"Kenapa kalian nangis...?"

"Aku nggak nangis, bego!"

"Karena kamu bangun, Nijino-san"

Saat dia mendengar suara mereka, Koutarou yang berteriak dan Harumi yang menangis, Yurika teringat apa yang terjadi sebelum dia pingsan.

Dia teringat pertarungannya dengan Maki, kalau Koutarou dan Harumi muncul di tengah pertarungan mereka, dan dia terkena serangan bola api demi Harumi. Pikirannya mulai jernih dan dia pun mulai bangkit.

"Yurika, jangan dipaksa! Tetep tidur!"

"Aku, nggak bisa"

Koutarou mencoba membaringkan Yurika kembali, tapi Yurika menggelengkan kepalanya. Karena tidak ada pilihan lain, Koutarou menopang badannya saat Yurika berusaha bangkit.

"Satomi-san, gimana dengan Maki-chan? Apa yang terjadi sama dia?"

"Setelah kamu pingsan, aku sempet bertarung bentar sama dia sebelum dia hilang"

"Sanae-chan sendiri? Kok dia nggak ada..."

"HPku nggak dapet sinyal, jadi dia pergi buat nyari bantuan"

"Gitu...HPmu nggak dapet sinyal gara-gara sihir kami"

"Beneran?"

Yurika mengambil nafas dalam-dalam saat dia berdiri berkat bantuan Koutarou. Badannya saat itu dipenuhi luka bakar dan lebam.

"Hah..Ahh..Sebelum kita mulai bertarung, kita bikin pelindung buat bikin orang menjauh. Di dalem pelindung itu, semua komunikasi bakal nggak berfungsi"

Pelindung yang dipasang Yurika dan Maki sebelum mereka bertarung tidak hanya membuat orang menjauh, tapi juga mencegah orang yang berada di dalam melaporkan keadaan di dalam pelindung itu kepada orang yang berada diluar. Pelindung itu menghalangi suara, informasi visual, dan gelombang elektronik. Sebagai hasilnya, handphone tidak akan mendapat sinyal.

"Aku tidak tahu apapun tentang sihir, tapi apa badanmu baik-baik saja, Nijino-san?"

Bagi Harumi, kesehatan Yurika lebih penting daripada musuh ataupun sihir. Dia menggenggam tangan Yurika dengan kedua tangannya sendiri dan memandangnya dengan kuatir.

"Aku nggak apa-apa. Aku kan gadis penyihir cinta dan keberanian"

"..Kalau begitu, syukurlah.."

Yurika tersenyum dan mengangguk pelan saat mengatakan itu, tapi itu tetap tidak bisa membuat Harumi tenang saat dia melihat Yurika yang masih penuh dengan luka-luka.

"Jadi, sekarang kamu mau ngelakuin apa, Yurika?"

Dia mungkin penuh dengan luka, tapi dia masih bangkit berdiri. Koutarou pun mengerti kalau Yurika masih harus melakukan sesuatu saat dia melihat Yurika melakukan itu.

"Aku mau ngejar Maki-chan"

"Kamu tidak bisa mengejarnya dengan kondisimu seperti ini!"

Harumi menggeleng tanda menolak tujuan Yurika, karena dia tidak ingin Yurika pergi dengan luka-luka seperti itu.

"Begitu juga, aku harus pergi. Nggak ada waktu lagi"

"Kamu ngejar dia atau nggak, emangnya kamu tahu dimana dia?"

"Ya. Dia pasti pergi ke kamar 106. Aku yakin"

"Ke tempat kita? Emangnya kenapa...ah, bener juga, kamu bilang--"

"Ya. Maki-chan ngincer kekuatan sihir di kamar 106"

Yurika sudah mengatakan hal yang sama semenjak mereka pertama kali bertemu: Satu hari nanti, para gadis penyihir jahat akan muncul dan mengincar kekuatan sihir di kamar 106.

"Itulah kenapa aku harus pergi sekarang, atau ada hal buruk yang bakal terjadi"

Itulah yang dikatakan Yurika saat dia berusaha berdiri.

"Uh..."

Wajahnya berubah menunjukkan rasa sakit dan keringat dingin muncul saat dia berusaha berdiri.

Ini Yurika yang sebenernya...bukan, inilah gadis penyihir sebenernya...

Koutarou mengerti betul beban dari tugas Yurika, yang kuatir lebih dengan tugasnya sendiri dibandingkan badannya ataupun nyawanya sendiri.

Kalau gitu...

Koutarou pun membuat sebuah keputusan.

"Yurika, aku anter kamu pulang"

Sambil mengatakan itu, Koutarou berbalik memunggungi Yurika dan berjongkok. Dia berencana menggendong Yurika sampai ke kamar 106.

"Nggak apa-apa nih, Satomi-san?"

Yurika tidak bisa percaya dengan tawaran itu, setelah memikirkan semua yang telah terjadi pada mereka hari ini.

"Emangnya kenapa? Ini satu-satunya cara ngelindungin kamar 106, ya kan?"

"B-bener sih, tapi..."

Koutarou tidak hanya menawakan itu dari niat baik semata saja, tapi juga karena semua yang sudah terjadi hingga hari ini. Dia merasa kalau dia harus membantu Yurika karena dia tidak percaya dengannya hingga saat ini.

"Itu tidak mungkin!! Kalau Nijino-san terus bertarung dengan keadaan seperti itu, nanti pasti akan terjadi hal yang buruk padanya!"

Namun, Harumi bersikeras menghentikan mereka. Dia ingin menghentikan teman terbaiknya entah bagaimana caranya.

"Kalau aku ngebiarin dia, bakal ada sesuatu yang buruk terjadi entah di kota ini atau di negeri sihir"

Tapi, Yurika sendiri punya sesuatu yang harus dilindunginya dengan segala cara. Janjinya dengan pendahulunya, Rainbow Nana, dan kehidupannya di kota ini selama setengah tahun, itulah yang membuat Yurika tidak bisa mundur begitu saja.

"Naik sini, Yurika"

"Oke"

Wajah Yurika masih meringis kesakitan, tapi dia tidak ragu untuk naik ke punggung Koutarou. Setelahnya Koutarou pun bangkit berdiri.

"Satomi-kun, Nijino-san, kalian tidak bisa pergi!"

"Ini bakal berbahaya, jadi tolong balik ke sekolah ya, Sakuraba-senpai"

"Satomi-kun!?"

Harumi biasanya akan taku dan tidak akan memaksakan dirinya, tapi kali ini dia tidak mau melangkah mundur.

"Tidak, aku tidak akan pulang!"

"Sakuraba-senpai!?"

"Kalau kalian tidak mau berhenti bertarung, aku benar-benar tidak akan pulang!"

Itulah pertama kalinya Harumi mengatakan sesuatu yang egois kepada Koutarou.


Part 4[edit]

Sementara itu, Sanae sampai di SMA Kitsushouharukaze. Dia menembus melewati jendela kelas 1-A dan menuju langsung ke Kiriha dan yang lainnya.

"Handphoneku juga tidak bisa meneleponnya. Jadi, antara dia mematikan handphonenya, atau dia tidak mendapat sinyal"

"Aku juga nggak bisa hubungin HPnya Yurika-chan. Yah, kalau dia, dia mungkin belum beli pulsa lagi"

"Hmm..Apa yang mereka berdua lakukan ya..."

"Aku harap nggak ada hal buruk yang terjadi..."

Jam pelajaran kelima baru saja selesai dan saat ini mereka sedang istirahat. Kiriha dan yang lainnya saat itu sedang mengeluarkan handphone mereka masing-masing sambil berkumpul. Tapi, entah mengapa, Theia sedang terbaring di mejanya sendiri. Tepat saat itulah Theia sampai disana.

"Semuanya, ada masalah! Ikutin aku, cepet!"

"Sanae? Kenapa hanya kamu yang kembali?"

"Bagaimana dengan Satomi-sama dan Yurika-sama?"

Saat Sanae terbang ke arah mereka, pikiran mereka saat itu tertarik dengan hal yang masing-masing berbeda mengenai keadaan Yurika dan Koutarou, karena mereka berasumsi kalau Yurika tertidur terlewat lama atau membolos dan pergi bermain.

"Itu masalahnya! Mereka lagi kena masalah!"

Sanae, satu-satunya yang tahu apa yang terjadi, menunjuk ke arah Ruth dan terus berbicara. Dia bertekad untuk membawa semuanya ke tempat Koutarou berada secepat mungkin.

"Kelihatannya bukan situasi yang bagus"

"Masalah seperti apa?"

"Susah jelasinnya, pokoknya buruan ikutin aku! Kayak yang Yurika bilang, ada musuh baru yang ngincer kamar kita!"

"Apa!?"

Theia langsung terbangun menendang kursinya saat mendengar kalau Koutarou berada dalam bahaya.

"Apa Koutarou baik-baik saja!? Bagaimana keadaannya!?"

Theia langsung menuju ke arah Sanae dan menayakan itu. Setelah mendengar kalau ada musuh yang muncul, Theia mengkhawatirkan keselamatan Koutarou sebagai hal pertama yang dikhawatirkannya. Di saat itu, mereka berdua merasakan hal yang sama.

"Koutarou nggak apa-apa, tapi Yurika luka! Jadi, buruan! Kita harus pergi!"

Sanae langsung menggenggam tangan Theia dan menariknya paksa ke arah luar sekolah.

"Baiklah, pimpin jalannya"

Theia pun ikut bergerak mengikuti Sanae. Dia tidak bisa bilang kalau dia ingin pergi bersama Koutarou, tapi kalau Koutarou berada dalam bahaya, dia ingin pergi menolongnya. Karena, sudah tugasnya sebagai seorang tuan untuk menolong hamba mereka.

"Yang Mulia, aku akan menemani anda"

"Aku mengerti situasinya. Aku tidak bisa mengabaikan musuh yang mengincar kamar 106. Aku akan ikut juga"

"Aku ngerasa nggak enak, jadi aku ikut juga deh. Aku nggak mau para penghuni kamarku kena masalah"

Ruth, Kiriha dan Shizuka pun turut serta dengan Theia dan Sanae. Mereka berlima bertemu Kenji yang baru saja masuk ke ruang kelas.

"Oh? Theia-san dan yang lain, kalian mau kemana"

"Ada urusan yang belum selesai. Tolong beritahukan ke guru kalau kami pulang lebih awal"

"Nggak masalah sih, tapi...apa ada masalah?"

Maki dan Yurika menghilang, Koutarou pergi mengambil sesuatu yang ditinggalkannya dan belum juga kembali. Selain itu, Theia, Ruth, Kiriha dan Shizuka juga pulang lebih awal. Siapapun pasti akan sadar kalau ada sesuatu yang terjadi.

"Mackenzie-kun, menurut penjelasan Yurika-chan, ada gadis penyihir jahat yang muncul dan dia lagi kena masalah itu sekarang"

"Gitu toh. Ya udah, silahkan aja"

Setelah Shizuka menjelaskan secara singkat, Kenji tersenyum dan memberi jalan. Mereka berlima pun keluar dari kelas dan berlari ke arah tangga yang mengarah ke pintu masuk sekolah.

"...Aku selama ini berpikir"

"Tentang apa?"

"Biasanya, kau tidak akan percaya dengan itu, benar?"

"Mungkin tidak"

"Karena itu tentang gadis penyihir.."

"Akal sehat menjadi penghalang"

Dengan itu, mereka berlima pergi dari sekolah dan pergi untuk menolong Koutarou.


Part 5[edit]

Hangatnya...

itulah yang dipikirkan Yurika saat badannya bergoyang karena punggung Koutarou yang saat itu sedang berlari. Yurika merebahkan kepalanya di punggung Koutarou yang besar, dan saat pipinya menyentuh punggung itu, dia bisa merasakan kehangatan Koutarou.

Sekarang aku ngerti kenapa Sanae-chan suka ngelakuin ini..

Semenjak Yurika menjadi gadis penyihir, dia telah benar-benar menjadi sendirian. Tidak ada yang bertarung bersamanya, atau bahkan tahu tentang identitas aslinya. Meskipun mereka hidup bersama, Koutarou dan yang lainnya tidak benar-benar mengerti tentang dirinya sesungguhnya. Namun, Koutarou akhirnya mengerti, dan hari ini, dengan Koutarou yang telah mengulurkan tangan padanya, Yurika tidak lagi sendiri. Dia telah menemukan seseorang yang bisa dipercayainya.

Aku iri, Sanae-chan selalu aja bisa ngelakuin ini...

Rokujouma V5 222.jpg

Yurika pun menggenggam Koutarou lebih kuat lagi. Karena saat itu jalan mereka untuk sampai ke Rumah Corona masih panjang, Yurika tidak ingin membebani Koutarou lebih dari ini.

"Hei, Yurika"

"Ya?"

Koutarou, yang mengetahui kalau Yurika sempat bergerak, menanyakan sesuatu yang selama ini sudah mengganggunya.

"Kenapa kamu jadi gadis penyihir? Kamu bukannya lahir dan diharuskan jadi itu, iya kan?"

Koutarou sempat mendengar alasannya sebelumnya. Di beberapa kesempatan, Yurika mengatakan kalau seseorang menyelamatkan hidupnya, tapi Koutarou tidak pernah mendengarkan tentang keadaan Yurika. Koutarou akhirnya menggunakan kesempatan ini untuk mencari tahu.

"...Aku lahir di keluarga yang biasa, dan hidup sebagai cewek biasa"

Yurika terdiam sejenak sebelum akhirnya angkat bicara. Dulu, mungkin Yurika akan dengan mudahnya mengatakan hal-hal itu untuk membuat Koutarou percaya kepadanya. Tapi, sekarang karena dia sudah percaya, Yurika mulai ragu.

Gitu rupanya, waktu itu aku bukan diriku yang sebenernya..

Di saat itulah Yurika menyadari seberapa ringan kata-katanya dahulu yang telah diucapkannya.

"Tapi, kayaknya aku punya potensi buat pakai sihir, dan di satu hari, ada setan yang nyerang"

Kejadian itu terjadi lebih dari setahun lalu. Yurika, yang waktu itu masih seorang gadis SMP, tinggal di kelas untuk pelajaran tambahan, dan di sekolah yang kosong itu muncullah sebuah makhluk buas kehitaman yang menyerangnya. Makhluk aneh itu terlihat seperti singa dan mempunyai sayap kelelawar, dan makhluk itu menyerang Yurika untuk menyantap kekuatan sihir Yurika.

"Orang yang nyelametin aku waktu itu Nana-san. Dia yang bertugas buat ngelindungin area ini"

"Nana...itu nama orang yang nyelametin kamu ya?"

"Ya. Kalau Nana-san nggak muncul, aku pikir makhluk itu bakal makan aku hidup-hidup"

"Begitu"

"Jadi itu yang terjadi..."

Harumi yang berlari disebelah Koutarou, menggumam sambil berpikir dalam saat mendengar itu. Kalau Koutarou berlari secepat yang dia bisa, Harumi mungkin tidak akan bisa mengejar, tapi Koutarou tidak melakukan itu karena luka yang diderita Yurika.

"Dulu, tugas Nana-san adalah ngajari aku gimana caranya ngendaliin kekuatan sihirku. Kalau aku bisa ngendaliin kekuatan sihirku yang biasanya ngalir keluar gitu aja, nggak akan ada setan yang nyerang aku lagi"

"Jadi, orang itu ngajarin kamu gimana caranya pakai sihir?"

"Iya, tapi cuma sihir tingkat dasar sih.."

Yurika teringat kembali saat Nana pindah ke sekolahnya untuk melindunginya dan saat dia mengajari Yurika sihir tingkat dasar untuk mengajarinya mengendalikan kekuatan sihirnya.

"Setelah aku belajar caranya pakai sihir, aku mulai ngebantu Nana-san. Nana-san bilang kalau dia nyelametin aku karena itu tugasnya, tapi buatku, dia itu pahlawanku. Dan kalaupun itu emang tugasnya, aku mau ngebantuin dia sebisaku"

"Apa yang kamu lakuin buat ngebantu?"

"Karena aku cuma tahu sihir dasar, aku nggak pernah ngebantu buat pertarungan"

Nana dengan tegas menolak saat Yurika pertama kali menawarkan dirinya untuk membantu. Nana tahu kalau Yurika punya potensi besar untuk sihir, dan Yurika pasti bisa menggunakan sihir tingkat lanjut. Tapi, Nana kuatir dengan kepribadian Yurika, yang hatinya baik, untuk pergi bertarung.

"Aku jadi semacam asistennya gitu"

Tapi, karena Yurika begitu keras kepala ingin membantu, Nana memperbolehkannya untuk membantunya dengan syarat Yurika tidak melakukan apapun yang berbahaya.

"Aku bakal masak atau bantu-bantu pas inestigasi. Nana-san asalnya dari Folsaria, jadi dia nggak punya dokumen-dokumen resmi disini. Aku bisa ngebantu dia soal itu"

Koutarou tidak bisa melihat wajah Yurika saat itu, tapi dia membayangkan kalau saat itu Yurika sedang tersenyum.

"Folsaria? Apa itu?"

"Folsaria adalah nama negeri sihir. Kerajaan sihir Folsaria. Aku denger, itu kerajaan tanpa raja"

Folsaria berada di dunia yang lain. Tentu saja, mereka tidak punya hubungan diplomasi dengan Jepang, jadi tentu saja itu akan membuat Nana sebagai imigran gelap. Karena itulah, keberadaan seseorang yang membantu seperti Yurika sudah seperti berkat bagi Nana.

"Jadi, si Nana itu dateng dari sana?"

"Ya. Nana adalah salah satu kepala penyihir di tentara Folsaria, Rainbow Heart. Dia adalah orang paling muda yang bisa dapet gelar Rainbow. Dia betul-betul gadis penyihir yang jenius"

"Lalu, kenapa kamu bertarung, Nijino-san?"

Nana tidak ingin Yurika bertarung, tapi, saat ini Yurika bertarung sendiri. Sudah sewajarnya Harumi akan menanyakan sesuatu seperti itu.

"Itu..."

Yurika mulai ragu. Sampai saat itu, dia telah menceritakan seluruh kisahnya dengan penuh semangat.

"Itu karena Nana-san kehilangan sihirnya gara-gara aku"

Suara Yurika yang dingin dan kelam mengisi jawaban itu.

"Aku nggak akan lupa sama hari itu, delapan bulan lalu. Kayak Sakuraba-senpai hari ini, aku sempet jadi sandera gara-gara Darkness Rainbow"

"Seperti aku...itu..."

"Ya. Nana-san luka parah karena ngelindungin aku. Jadi, biar bisa ngalahin Maki-chan dan yang lainnya, dia ngelepasin semua kekuatan sihir yang ada di badannya"

Luka yang diderita Nana jauh lebih parah dibandingkan dengan yang diderita Yurika hari ini, karena seluruh anggota Darkness Rainbow berjumlah tujuh orang menyerangnya bersamaan. Bahkan sang jenius sekalipun tidak bisa bertahan begitu saja dari ketujuh orang Darkness Rainbow itu. Nana, yang terluka parah dan terpojok, menggunakan senjata terakhirnya: melepaskan seluruh kekuatan sihirnya untuk menyerang ketujuh gadis Darkness Rainbow itu.

"Kalau kamu ngelakuin itu, kamu nggak akan bisa pakai sihir lagi. Tapi, Nana-san ngelakuin itu buat ngelindungin aku"

Hal itu bisa disamakan dengan tangki gas yang meledak. Kalau seseorang meledakkan tempat penyimpanan sihir di dalam badannya, orang itu tidak akan bisa memulihkan kekuatan sihirnya lagi. Untuk bisa melakukan tugasnya dan juga melindungi Yurika, Nana menyerahkan hidupnya sebagai seorang penyihir.

"Begitu..jadi itu sebabnya kamu jadi penerusnya?"

"Ya. Kostum ini, sama tongkat ini aslinya punya Nana-san. Aku harus ngejalanin tugasnya Nana-san sebagai gantinya"

Bukannya Yurika ingin menjadi gadis penyihir, dia hanya ingin menjadi seperti Nana.

"Nijino-san..."

Harumi menghargai tekad besar Yurika, yang saat itu punya makna yang cukup besar didalam dirinya untuk melindungi Harumi. Harumi pun lebih merasa bersyukur pada Yurika saat merasakan itu. Di saat yang sama, dia juga ingin mengabulkan keinginan Yurika.

"Aku mengerti, Nijino-san"

"....Sakuraba-senpai?"

"Aku tidak akan menyuruhmu untuk berhenti, tapi, kamu harus menang. Aku akan membantumu juga!"

"Sakuraba-senpai! Itu baha-maksudku, makasih banyak"

Yurika bisa merasakan tekad kuat Harumi, yang sama dengannya di hari itu. Karena itulah, Yurika tidak menolak tawaran Harumi.

"....Gitu toh...kamu emang gadis penyihir beneran..."

Koutarou, yang sudah mengerti semuanya, entah mengapa terlihat sedih. Harumi memperhatikan hal itu dan bertanya.

"Ada apa, Satomi-kun?"

"Ah, nggak...agak egois sih, tapi karena aku baru tahu kalau Yurika itu gadis penyihir, aku jadi ngerasa agak sedih"

"Sedih...?"

"Apa maksdunya, Satomi-san?"

Biasanya, Yurika akan merasa kesal dan menangis sejadinya setelah mendengar itu. Tapi, dengan nada suara Koutarou yang seperti itu, Yurika anehnya tidak merasa seperti itu.

"Hei, Yurika, kamu tahu kalau ada macem-macem orang dideketku, kan?"

"Ya"

Sanae, Theia, dan Kiriha. Koutarou memang dikelilingi oleh orang-orang yang spesial.

"Tapi, aku selalu mikir kalau kamu tuh normal, kayak aku. Kamu bakal main sama temen-temen sekelas, seneng-seneng gitu. Meskipun yang lain nantinya bakal balik ke rumah, ke asal mereka masing-masing, aku selalu mikir kalau kamu bakal ngabisin tiga tahun ini ngejalanin hidup yang normal-normal aja"

"Ah..."

Yurika tidak pernah memikirkan itu sebelumnya. Beberapa bulan setelah ia bertemu dengan Koutarou, dia telah hidup layaknya gadis normal pada umumnya. Namun, kehidupan itu telah berakhir. Tepat saat Koutarou mengakui bahwa Yurika adalah gadis penyihir, itu sudah menjadi penanda berakhirnya kehidupannya yang normal.

"Egois kan? Mungkin aku cuma pengen kamu tetep jadi temen sekelas yang normal...yang punya hobi spesial"

Saat Koutarou mengatakan itu, Yurika merasa bahwa ada bagusnya dia sedang digendong seperti itu. Memang, itu masih belum cukup untuk membuatnya menangis, tapi Yurika tahu kalau raut wajahnya sedang terlihat sedih saat itu.

"Satomi-san..."

Kalau gitu, aku sendiri gimana? Aku mau jadi apa: cewek biasa, atau cewek penyihir?

Yurika, yang menanyakan hal itu pada dirinya sendiri, tidak bisa menemukan jawabannya secara langsung.

"...Yurika, berantem nggak cocok buat kamu"

Koutarou menengadahkan kepalanya ke langit, dan melihat matahari dan pelangi yang bersinar di langit musim dingin.

Nana-san, apa kamu ngerasain hal yang sama?

"Hal-hal ceria[5] lebih cocok buatmu"

Daripada melempar mantra dan mengayunkan tongkatnya, Yurika lebih cocok bermandikan matahari dan melihat ke langit lebih banyak lagi.


Pertarungan dan Sihir[edit]

Part 1[edit]

Rabu, 18 November


Di dalam kamar 106 yang kosong itu, Maki berdiri ditengah-tengah bagian dalam kamar dan memusatkan pikirannya pada sesuatu. Saat itu, dia sedang menggunakan sihirnya untuk memindai ruangan itu secara keseluruhan. Setelahnya, dia membuka matanya dan mengusap keringat di dahinya.

"...Begitu, jadi pedang yang digunakan Satomi Koutarou dibuat dengan mengendalikan sebagian kekuatan sihir yang terpusat disini"

Dari penyelidikannya, Maki menyadari bahwa kekuatan sihir itu tidak hanya sangat besar, tapi kualitasnya juga sangat luar biasa. Kekuatan sihir itu cocok dengan kekuatan yang mengalir dari pedang yang digunakan Koutarou sesaat lalu.

"Dengan kekuatan sihir seperti ini, Rainbow Heart sekalipun pasti tidak akan membiarkannya begitu saja..."

Alasan mengapa Yurika tidak menggunakan kekuatan sihir yang terpusat di kamar itu adalah karena Rainbow Heart melarang penggunaan sihir secara berlebihan. Untuk alasan yang sama juga, dia tidak bisa menggunakan sihir untuk membuktikan identitasnya sebagai gadis penyihir. Tapi, larangan itu jelas tidak berlaku untuk Koutarou yang bukan anggota dari Rainbow Heart. Maki mengira bahwa itu adalah hal yang wajar kalau Koutarou menggunakan kekuatan sihir di kamar itu.

"Tapi, tidak kukira mengendalikan sebagaian dari itu saja kekuatannya akan sebesar itu. Kalau aku bisa mencuri kendali kekuatan ini, aku mungkin bisa membalikkan keadaan kami dari sisi kekuatan"

Maki kembali menggenggam tongkatnya dan menutup matanya.

Kalau aku menggunakan kembali mantra yang digunakan Satomi Koutarou..nyatanya, Sakuraba Harumi juga melakukannya, jadi aku mungkin juga bisa...

"...Analyze Magic -- Modifier -- High Precision -- And -- Casting Time Four Times"

Maki meningkatkan ketepatan sihirnya dan melanjutkan apa yang sebelumnya dia lakukan.

Tujuan utamanya adalah untuk menyelidiki konsentrasi kekuatan sihir di kamar itu dan memancing keluar rekan Yurika. Tapi, tergantung dari hasil penyelidikannya nanti, Maki mungkin bisa mencapai lebih dari apa yang menjadi tujuannya sebelumnya. Maki dengan alaminya menggenggam tongkatnya lebih erat dengan kedua tangannya.

Tunggu saja, Satomi Koutarou...aku akan menghancurkan kepercayaan dirimu!

Saat ini, Maki merasa lebih terancam dengan Koutarou yang bisa membasminya dibandingkan Yurika.


"Satomi-san, kayaknya Maki-chan lagi ngutak-atik kekuatan sihir di kamar 106"

"Kelihatannya sih begitu. Maki-san lagi berdiri di tengah kamar, lagi ngelakuin sesuatu yang aneh"

"Satomi-kun, matamu pasti bagus untuk bisa melihat dari jarak sejauh ini. Aku tidak bisa melihat apapun"

Saat itu, Yurika menggunakan sihirnya sementara Koutarou hanya menggunakan penglihatannya yang luar biasa baik sejak lahir untuk memata-matai kamar 106. Tapi, bagi Harumi yang sudah berjuang keras hingga menyipitkan matanya, dia tetap tidak bisa melihat ke dalam kamar.

"Gimana keadaannya?"

"Dia mungkin lagi ngecek kamarnya, aku bisa ngerasain sihir tipe hijau, yang dipakai buat ngeramal, sama sihir tipe jingga, buat degenerasi. Yang itu mungkin dipakai biar dia bisa ngambil alih kekuatan sihirnya"

"Apa lagi?"

"Aku nggak bisa ngeliat apa-apa lagi dari jarak segini pakai sihir pasif"

Koutarou, Yurika, dan Harumi saat itu berada di atap dari apartemen setinggi lima lantai. Dari sana, mereka bisa memata-matai kamar 106. Karena mereka memilih bangunan yang cukup jauh agar mereka tidak diketahui oleh Maki, Yurika kesulitan menangkap keadaan yang berlangsung saat itu.

"Apa kita deketin aja? Tapi resikonya kita bakal ketahuan"

"Jangan, karena kita perlu maju nyerang juga buat itu, mending kita serang dadakan aja daripada kita lanjut cari tahu dia lagi ngapain"

Tidak peduli apapun yang akan mereka lakukan, mereka pasti akan mengganggu Maki. Koutarou memutuskan bahwa dalam situasi itu serangan mendadak akan memiliki kesempatan berhasil lebih besar.

"Aku ngerti"

Yurika langsung menyetujui itu. Karena Yurika sendiri masih kurang pengalaman dalam hal seperti itu, dia menyerahkan keputusan itu kepada Koutarou yang sudah berpengalaman dalam bertarung.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang, Satomi-kun, Nijino-san?"

"Kayaknya nggak ada waktu lagi, jadi kita serang sekarang"

"Kalau gitu, biar aku yang maju"

"Satomi-kun!?"

Harumi kaget dengan apa yang dikatakan Koutarou.

"Kita nggak bisa biarin Yurika yang maju dengan keadaannya yang kayak gini. Dia jaga jarak aja dan bantu aku"

"I-itu benar...tapi..."

Harumi kuatir karena Maki punya kemampuan aneh yang sudah dia rasakan sendiri. Hanya kekuatiran itulah yang dirasakan Harumi saat Koutarou mengatakan kalau dia yang akan maju menyerang.

"Kalau gitu, aku kasih kamu mantra yang banyak selagi aku bisa. Kalau aku ngasih kamu mantranya pas kamu deket Maki, dia pasti tahu"

Yurika mengeluarkan tongkatnya dan mengarahkannya pada Koutarou.

Kalau kuingat lagi, tongkat sama kostum itu dulunya punya si Nana itu ya...

Koutarou teringat dengan hal itu saat dia melihat penampilan Yurika. Di saat yang sama, Koutarou juga teringat kalau dia belum meminta maaf kepada Yurika.

"Yurika"

"Ya?"

"Maaf ya, aku nggak pernah percaya sama kamu selama ini"

"Satomi-san..."

Yurika justru menggelengkan kepalanya sambil tersenyum setelah mendengar permintaan maaf dari Koutarou.

"Hidup jadi cosplayer setengah tahun ini nggak jelek-jelek amat kok"

"Yurika..."

Hanya itu yang bisa diucapkan Koutarou sambil tersenyum kecut setelah melihat balasan Yurika.

"Lagian, kamu ngebantu aku kayak gini udah lebih dari cukup kok"

"Gitu ya? Kalau gitu, soal sihir aku serahin sama kamu ya"

Hal itu adalah hal yang penting bagi Koutarou untuk bisa terus menolong Yurika.

"Oke"

Yurika tersenyum dan mulai merapal mantranya.


Part 2[edit]

"Yes! Aku berhasil!"

Maki, si gadis yang jarang sekali menunjukkan emosinya, bersorak gembira sambil melempar tongkatnya ke udara.

"Karena sihirnya sudah kuno, butuh waktu untuk menjalankannya, tapi aku pasti nanti bisa mendapat kendali penuh untuk ini!"

Maki berhasil mengendalikan kekuatan sihir di kamar itu, namun jumlah kekuatan sihir yang berhasil dikendalikannya tidak seberapa dibandingkan jumlah yang terdapat di kamar itu. Hanya itulah yang berhasil dilakukannya dalam waktu sesingkat itu.

"Untuk saat ini, aku berhasil menghentikan persediaan energinya untuk mengalir ke Satomi Koutarou..."

Namun, berhasil menganalisi kontrolnya sendiri sudah merupakan pencapaian yang besar. Karena itulah dia berhasil menghentikan kekuatan sihir itu mengalir ke Koutarou.

"Baiklah...setidaknya sekarang aku tidak perlu kuatir soal pedang aneh itu untuk sekarang..."

Dengan otoritas yang telah diperoleh Maki, dia hanya bisa menghentikan kekuatan sihir itu untuk sementara saja. Tapi, itu sendiri sudah merupakan hasil yang bagus. Kalau dia bisa melakukan hal yang sama saat bertarung dan membuat Koutarou tidak bisa memakai pedangnya, Maki pasti akan menang.

"Tapi, tidak kupikir aku akan melihat mantra menggunakan bahasa Folsaria kuno di tempat seperti ini..."

Bahasa sihir yang digunakan di Folsaria saat ini telah di modernisasi setelah bahasa yang lama menjadi tidak terpakai. Mereka menganalisa dan menyatukan sihir yang telah digunakan, dan menyusun ulang pengucapannya agar mantra yang mereka gunakan akan mendapat huruf dan struktur kalimat yang sama, menghapus idiom dan membuat sihir secara keseluruhan mudah untuk digunakan.

Sihir yang menggunakan bahasa Folsaria kuno dikatakan sebagai yang paling susah untuk dirombak. Tidak hanya karena bahasanya sendiri yang terlalu tua, tapi juga karena pelafalan dan bentuk hurufnya yang dicampur dan membuat abjad yang betul-betul unik. Abjadnya sendiri hanya memiliki sedikit kemiripan dengan bahasa sihir yang lainnya, dan bahasa itu adalah bahasa sihir yang paling sulit untuk digunakan.

"Satomi Koutarou...siapa sebenarnya dia...?"

Kalau Koutarou mempunyai hubungan dengan Yurika atau Rainbow Heart, bahasa sihir yang digunakannya pasti dari bahasa sihir saat ini. Tapi, karena sihir itu menggunakan bahasa kuno, itu berarti mantra itu dibawa ke tempat itu oleh para leluhur Folsaria dan diwariskan hingga saat ini. Itu berarti, Koutarou mempunyai hubungan dengan orang-orang itu.

"Akal yang bisa membuat rencana-rencana hebat, penggunaan sihir tanpa harus berubah dan ahli dalam necromancy, kemampuan yang hebat dalam bertarung, dan juga suplai kekuatan sihir yang berdasarkan sihir kuno. Tidak banyak orang di Folsaria yang bisa melakukan ini..."

Maki, yang mulai mengerti kekuatan(?) Koutarou sebenarnya, kembali terkejut setelah merenungkan itu.

"Tapi, aku tidak akan kalah di lain waktu. Karena aku sudah mengendalikan tempat ini, aku pasti menang!"

Rasa persaingannya terhadap Koutarou kembali menyala karena itu. Saat ini, musuhnya telah berganti dari Yurika menjadi Koutarou.

Saat itulah, ada suara bel yang berbunyi dari salah satu hiasan di tongkatnya.

"Akhirnya kau disini, Satomi Koutarou!"

Di dalam pelindung itu, Maki sudah memasang lima alarm. Alarm yang berbunyi adalah yang terdekat dengan kamar 106. Keempat alarm yang lain dipasang oleh Maki di tempat-tempat yang mudah untuk ditemukan, tapi untuk alarm yang ini, dia memasangnya dengan tersembunyi. Itu memang trik yang sudah laam, tapi Koutarou dan yang lainnya yang tidak tahu apa-apa soal itu telah terjerat olehnya.

"Kau terlambat, Satomi Koutarou! Nijino Yurika!"

Itulah mengapa saat mereka berdua membuka pintu kamar, Maki dengan tenang menyambut mereka.


Part 3[edit]

Saat Koutarou membuka pintu dan menyergap mask ke kamar 106, Maki menghadapi Koutarou dan Yurika dengan tenang tanpa terlihat terkejut sedikitpun.

"Kau terlambat, Satomi Koutarou! Nijino Yurika!"

"Dia udah tahu!?"

"Maki-san! Kami bakal ambil lagi kamar ini!"

"Silahkan saja, kalau kalian bisa mengalahkanku, tentunya"

"Itu yang bakal aku lakuin!"

Koutarou sudah tidak peduli lagi dan langsung maju menyerang Maki. Biasanya, jika serangan dadakan gagal, umumnya yang dilakukan pihak penyerang adalah mundur, tapi kali ini sudah tidak ada lagi waktu untuk mundur. Kalau Maki tetap mendapat kendali atas kamar itu, siapa yang tahu hal buruk apa yang akan terjadi.

"S-Satomi-san!? O-oke, ayo kita mulai, Angel Halo!!"

Yurika dengan cepat mengerti maksud Koutarou dan mengarahkan tongkatnya ke punggung Koutarou.

"Effect -- Release!"

Dengan kata-kata itu, badan Koutarou mulai berpendar dengan berbagai warna - hampir seperti Koutarou memakai sebuah pelangi di badannya. Itu terjadi karena Koutarou sudah diperkuat sampai titik tertinggi dari potensi dirinya, tapi agar hal itu tidak terdeteksi oleh Maki, efeknya disegel terlebih dahulu. Kata-kata Yurika yang baru saja diucapkan oleh Yurika sendiri adalah untuk melepas segel itu.

"Begitu, jadi kalian telah mempertimbangkan ukuran kamar ini dan membuat pertarungan ini menjadi pertarungan jarak dekat! Kalau begitu-!"

Maki, yang melihat mantra-mantra yang menyelimuti Koutarou, mengerti maksudnya dan melangkah mundur.

"Ah!?"

Maki lalu memecahkan kaca jendela dan melompat keluar. Kalau Koutarou ingin bertarung dengan cara saling pukul, Maki tidak punya alasan untuk tetap ada di kamar itu. Pilihan terbaik baginya adalah mencari tempat terbuka dimana dia bisa menggunakan serangan jarak jauhnya.

"Tunggu!"

Koutarou ikut melompat keluar dari kamar melewati jendela, tapi Yurika dengan pelan berjalan masuk ke dalam bagian tengah kamar dan berhenti disana.

"Maki-chan pergi dari sini!? Kenapa!?"

Yurika merengut, bukan karena lukanya yang sakit, tapi karena fakta bahwa Maki yang seharusnya mengincar kamar itu dengan mudahnya menyerah dan justru melompat meninggalkan kamar itu. Yurika tidak mengerti kenapa Maki berbuat seperti itu.

"Analyze Magic!"

Namun, Yurika dengan segera mengetahuinya.

Mantranya udah dienkripsi!? GItu, jadi itu tujuan aslinya!!

Setelah mengetahui sebabnya dengan menggunakan sihir, Yurika dengan cepat mengejar Koutarou. Yurika tidak punya waktu untuk membalikkan enkripsi mantranya, karena Maki saat itu berniat mengalahkan antara Koutarou atau dirinya lebih dulu.

"Kau hebat juga, Koutarou!"

"Kamu juga kok, Maki-san!"

Setelah Yurika berada diluar, Koutarou dan Maki sudah berada dalam pertarungan sengit. Keduanya sedang bertarung di jalan di dekat Rumah Corona. Di saat-saat seperti itu, jalan itu biasanya akan cukup ramai dengan orang yang lewat, tapi berkat pelindung yang dipasang Maki, tidak ada orang lain disana saat itu.

"Satomi-san, awas! Maki-chan ngincer kita!"

Yurika berusaha memanggil Koutarou, namun Koutarou tidak membalasnya karena terlalu sibuk berurusan dengan Maki.

"Mind Flare!"

"Ngga masalah! Makan nih!"

Koutarou menghindari mantra yang ditembakkan Maki dan mengeluarkan tendangan saat dia berada dekat dengannya.

"Quick Cast -- Force Field!"

Namun, kaki Koutarou menabrak tameng cahaya Maki. Karena badan Koutarou saat itu sudah diperkuat dengan sihir Yurika, ditambah lagi dengan mantra serangan yang juga menyelimutinya, tendangan yang kuat itu menimbulkan kilatan cahaya yang cukup besar saat bertabrakan dengan tameng cahaya itu.

"Sialan, ini nggak mempan juga!"

Cahaya merah di kaki Koutarou menghilang pertanda efeknya telah digunakan.

"Orang ini lebih baik dari yang aku duga!"

Karena Maki menggunakan sihir untuk melindungi dirinya sendiri, dia bisa bertindak lebih cepat dengan melompat jauh ke belakang dan menjaga jaraknya dari Koutarou.

"Aku tidak bisa memakai sihir tingkat tinggi kalau dia sedekat ini!"

"Tunggu!"

Koutarou dengan cepat mengejar Maki. Kalau Maki tetap menjaga jaraknya, dia akan jauh lebih unggul.

"Sonic Impact -- Modifier -- Touch Trigger!"

Kaki kanan Koutarou berpendar merah sekali lagi, pertanda Yurika kembali menggunakan sihirnya dari belakang Koutarou untuk mempersenjatainya.

"..Yurika yang masih terluka membantunya dari belakang, mempercayakan seluruh sihirnya pada Koutarou, dan membuat pertarungan ini menjadi pertarungan jarak dekat yang paling tidak bisa dilakukan para penyihir. Rencana yang betul-betul hebat"

Kalau saja aku tidak bisa bertarung dalam jarak dekat, aku akan berada dalam masalah!"

Maki membetulkan pegangannya pada tongkatnya dan dengan cepat merapal mantra.

"Quick Double Cast -- Accelaration, Tiny Memory Flash -- Modifier -- Touch Trigger!"

Badan Maki mulai berpendar kuning dan tongkatnya berpendar biru. Maki telah meningkatkan kecepatan refleknya dan menyelimuti tongkatnya dengan mantra serangan yang menghapus beberapa detik terakhir dari korban serangannya.

"Satomi-san, hindarin itu!"

"Jadi itu mantra penghapus ingatannya!"

Sebelum mereka mulai bertarung, Yurika telah mengatakan kepada Koutarou apa yang dia ketahui tentang mantra-mantra Maki, yang tentu saja termasuk mantra yang saat itu menyelimuti tongkat Maki.

"Tepat sekali!"

Dengan saling mendekatnya Koutarou dan Maki, pertarungan jarak dekat pun dimulai. Koutarou, yang badannya diperkuat ditambah kekuatannya sendiri, unggul dalam masalah kekuatan fisik. Namun, tongkat Maki mempunyai jarak serangan yang cukup besar untuk menutupi kekurangannya, ditambah mantra yang paling bermasalah saat itu sedang menyelimuti tongkat itu. Karena mantra itu aktif dengan melalui sentuhan, mantra itu bisa digunakan baik untuk menyerang maupun bertahan.

"Taaaaaaa!"

"Wuah, gawat, dia nggak biarin aku deket-deket!"

Serangan yang dibuat Maki dengan tongkatnya sangat berbahaya, membuat Koutarou tidak bisa mendekat. Berkat bantuan dari Yurika, Koutarou bisa menghindari tongkat itu. Namun, karena mantra yang ada di tongkat itu, menyerang dengan ceroboh akan berakibat fatal. Dalam situasi seperti ini, kehilangan ingatan beberapa detik saja akan berakhir pada kekalahan. Karena itulah, Koutarou sedang tertahan karena tongkat itu dan tidak bisa mendekat untuk bisa menggunakan tinjunya.

"Satomi-san, mundur dulu sebentar!"

"Yurika!?"

Saat Yurika mengatakan itu, Koutarou langsung menurutinya dan melompat mundur. Saat dia menjaga jarak dengan Maki, Koutarou merasa kalau cahaya nila yang keluar dari tongkat Maki nampak lebih berbahaya dari sebelumnya.

"Control Plant -- Modifier -- Extend Length Four Times!"

Dengan selesainya mantra yang diucapkan Yurika, pohon-pohon yang berada di dekat jalan tiba-tiba mulai bergerak. Yurika telah menggunakan mantranya untuk mengendalikan pohon-pohon itu, yang dahan-dahannya mulai bergerak meraih Maki.

"Sialan kau, Yurika!"

Maki yang kesal karena diganggu oleh Yurika mengayunkan tongkatnya untuk memukul dahan-dahan itu. Saat Maki melakukan itu, cahaya nila yang ada di tongkatnya mulai menghilang. Karena bersentuhan dengan dahan pohon, sihir yang ada di tongkat itu menjadi terpakai.

"Satomi-san!"

"Serahkan padaku!"

Tepat saat Yurika berteriak, Koutarou sudah melesat maju. Ini kesempatan baginya, tidak mungkin Koutarou akan membiarkannya begitu saja.

"Kena deh!!"

Koutarou menggunakan seluruh kekuatannya dan mengayunkan pukulannya pada Maki. Maki menyiapkan tongkatnya untuk melindungi dirinya, tapi adegan itu terlihat seperti Koutarou akan memukul Maki beserta tongkatnya.

"--Pada akhirnya, aku harus menggunakan ini"

Namun, sebelum pukulan Koutarou bisa mengenai Maki, sebuah lingkaran hitam muncul dan menghalanginya.

"Apa!?"

Tepat saat itu terjadi, hampir semua mantra yang ada di badan Koutarou lenyap. Yang tersisa hanyalah matra yang terpasang jauh dari tangan kanannya yang saat itu bertabrakan dengan lingkaran hitam itu.

"Satomi-san, buruan lari!"

Lingkaran hitam itu bergerak di saat yang sama dengan Yurika yang berteriak. Lingkaran itu diserap oleh tongkat Maki, yang kemudian berubah menjadi hitam.

"Kaget? Tentu saja, ini kan kekuatanmu. Hanya saja, aku hanya bisa memakainya sedikit saat ini"

"Kekuatanku!?"

Koutarou kaget dan berhenti bergerak setelah mendengar perkataan Maki.

"Maki-chan lagi ngendaliin kekuatan sihir yang ada di kamar 106! Buruan lari!"

"Jadi itu--"

"Sudah terlambat untuk lari!"

Maki tertawa sambil mengarahkan tongkatnya pada Koutarou - itulah raut wajah orang yang sudah yakin dengan kemenangannya.

Aku sudah bisa mengendalikan kekuatan sihir itu! Satomi Koutarou tidak bisa menggunakan kekuatan yang aneh ini lagi, akulah yang akan memakainya! Dengan kata lain, aku yang menang!

Sampai sekarang, Koutarou sudah meremehkan Maki. Dia telah meledeknya saat Maki pertama kali datang ke sekolah, dan dia mencuri informasi dari Maki di pesta penyambutan dirinya. Selain itu, Koutarou juga sudah mengganggu pertarungan Maki dengan Yurika di lahan konstruksi.

Maki memang masih mempunyai beberapa kesalahpahaman mengenai Koutarou, tapi dia sudah sangat yakin dengan kemenangannya dan dia sudah tidak peduli lagi dengan hal itu.

"Matilah dan kembalilah ke tanah asalmu, Satomi Koutarou!"

Kalimat itu adalah kalimat yang umum digunakan di Folsaria. Konon kabarnya, mereka yang sudah mati telah kembali ke tanah Folsaria kuno yang sudah lama hilang. Dengan kata lain, kalimat itu bisa dikatakan sebagai putusan hukuman mati bagi seseorang.

"Lightning Lance -- Modifier -- Change Element Darkness -- And -- High Concentration!"

Maki membuat sebuah tombak petir seperti yang dilakukannya di lahan konstruksi. Namun, tidak seperti sebelumnya, tombak itu berwarna hitam, dan mulai menyusut. Seiring dengan mengecilnya tombak itu, warnanya semakin gelap, dan setelah tombak itu menjadi stabil, melihatnya hampir sama seperti melihat lubang hitam.

"Satomi-san!"

"Duh, gawat nih!"

Koutarou mencoba untuk lari, tapi karena sebagian besar mantra yang terpasang pada dirinya sudah terhapus, dia bergerak lebih lambat dari sebelumnya.

"Teeeeriiiimaaaaa iiiiniiii, Satomi Koutaroooou!!"

Maki melepaskan tombak hitam itu ke arah Koutarou yang berusaha sebisanya untuk menghindar.

Satomi Koutarou, tidak mungkin kau bisa menghindari tombak ini dengan keadaanmu yang sekarang!

Tombak itu melesat sambil mengeluarkan percikan listrik kehitaman dan terus mendekati Koutarou.

"Quick Cast -- Anti Magical Shield -- Modifier -- Maximize!"

Yurika menggunakan semua kekuatan sihirnya yang tersisa untuk memasang mantra pelindung pada Koutarou, namun, tombak Maki sampai pada Koutarou lebih dulu sebelum mantra Yurika selesai.

"Uwaaaaah!?"

"Satomi-saaaaaaan!!"

Saat terkena tombak itu, Koutarou tidak hanya tesengat listrik, dia juga bisa merasakan kekuatannya yang menghilang. Tombak yang terbuat dari kegelapan itu membuat kaki tangannya lumpuh dan badannya dingin, mencuri energi kehidupan itu sendiri dari Koutarou.

"Uh....s-sialan"

Koutarou pun tersungkur lemas. Meskipun tombak itu tidak betul-betul melukainya, namun karena energi kehidupannya yang tercuri, Koutarou tidak bisa bergerak.

"Oh, tidak kusangkan kau masih bisa selamat dari itu. Mungkin, seperti yang sudah kuduga dari Satomi Koutarou?"

Sudah kuduga, satu serangan masih belum cukup...tapi dengan ini, sihir putih dibadannya seharusnya sudah terpakai seluruhnya. Serangan selanjutnya akan menghabisinya!

"Satomi-san, jangan berhenti! Lari!"

"Nggak bisa...badanku nggak mau gerak..."

Yurika, yang sudah terluka parah sejak tadi, sudah menggunakan seluruh kekuatan sihirnya sementara Koutarou tercuri energi kehidupannya karena tombak hitam itu. Mereka berdua saat itu sudah tidak bisa bergerak lagi.

Se-seenggaknya, aku harus bisa nyelametin Yurika dari sini..

Koutarou berusaha menggerakkan badannya dengan seluruh kekuatannya yang tersisa.

..Dia bukan tipe cewek yang harusnya bertarung!

Namun, yang bisa dilakukannya hanyalah menggerakkan jari tangan kanannya. Anggota badannya yang lain tidak mau bergerak sama sekali.

"Maki-chan, jangan ngelakuin apa-apa lagi sama Satomi-san!"

"Yang benar saja, Yurika? Seharusnya kamu tahu seberapa berbahaya cowok ini bagi kami"

Maki menghela nafasnya sambil membuat dua tombak hitam, yang akan digunakannya untuk menghabisi Koutarou dan Yurika sekaligus.

Aku tidak bisa mengendalikan kekuatan sihir kamar itu sepenuhnya, tapi ini sudah lebih dari cukup...

Maki kembali terkesan dengan kekuatan sihir yang terpusat di kamar 106 saat dia mengarahkan tongkatnya ke arah Koutarou dan Yurika. Kalau Maki bisa membuat kekuatan itu menjadi milik Darkness Rainbow, mereka bisa membalikkan keseimbangan kekuatan yang ada.

"Dengan begini, aku ucapkan selamat tinggal"

"U-udah nggak bisa lagi..."

Tidak peduli seberapa keras Koutarou berusaha, badannya tetap tidak bergerak. Koutarou sekalipun tahu kalau dia sudah kalah.

"Satomi-san"

Yurika, yang menggunakan tongkatnya sebagai tumpuan, melangkah ke arah Koutarou. Dia sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi setelah menggunakan semua kekuatan sihirnya. Meski begitu, Yurika masih berniat melindungi Koutarou, namun, karena lukanya, jalannya lambat. Dia tidak akan sampai kepada Koutarou sebelum Maki menembakkan tombaknya.

"Selamat tinggal, Nijino Yurika dan Satomi Koutarou"

Maki menembakkan tombaknya ke arah Koutarou dan Yurika, yang mengeluarkan gemuruh hebat saat mereka melintasi langit.

Dan saat mereka berdua berpikir kalau mereka sudah tamat--


"Karama, Korama, wilayah energi spiritual dengan kekuatan maksimal, pusatkan semua yang kalian punya ke arah depan"


Suara seorang gadis bisa terdengar entah dari mana.

"Mengerti Ho-!"

"Serahkan pada kami Ho-!"

Sesaat setelahnya, dua buah haniwa muncul di depan Koutarou. Mereka adalah pelayan Kiriha, yaitu Karama dan Korama.

"Apa!?"

Saat Maki membelalakkan matanya karena terkejut, kedua haniwa itu membuat tameng cahaya berwarna kuning di depan mereka.

"Pelindung!? Tapi, kalian tidak akan bisa menghalangi tombakku hanya dengan satu mantra!"

"Kalau begitu, jangan kuatir. Ini bukan sihir"

Saat tombak itu terbang ke arah tameng, arah terbang mereka berubah dan mereka terbang ke atas ke arah langit. Meskipun tombak itu punya kekuatan yang luar biasa, tombak itu berhasil ditangkis dengan hebatnya. Namun, Maki tidak memperhatikan hal itu, dan justru teralihkan oleh Kiriha yang muncul dari salah satu jalan.

"Kurano Kiriha? Ada pelindung yang masih terpasang, bagaimana kau bisa masuk? Dan apa-apaan dengan boneka-boneka tanah liat itu!?"

Maki sedang terkejut dengan kemunculan Kiriha yang tiba-tiba, dan juga kekuatan dari kedua haniwa yang bisa menangkis serangannya.

"Sanae memanggil kami, dan Harumi menunggu disini. Hal yang mudah bagi kami untuk masuk ke sini"

"Satomi-kun, Nijino-san, seperti yang kalian minta, aku membawa semuanya ke sini!"

"Koutarou, kamu nggak apa-apa kan!?"

Saat Kiriha menyebut Harumi dan Sanae, mereka berdua muncul dari belakang Kiriha. Harumi lalu membawa Kiriha dan yang lainnya kepada Koutarou dan Yurika. Sebelum pertarungan dimulai, Yurika membuat lubang di pelindung yang dipasang Maki. Harumi lalu menunggu di tempat itu dan mengajak Kiriha dan yang lainnya masuk.

"Karama dan Korama bisa menangkis tombak-tombak itu karena mereka sudah terbiasa dengan serangan semacam itu"

Tombak-tombak hitam itu mencuri energi kehidupan seseorang, yang hampir sama dengan mencuri energi spiritual. Meskipun Karama dan Korama mungkin tidak bertahan dari mantra-mantra yang biasanya, karena Karama dan Korama ahli dalam mengendalikan energi spiritual, dalam kasus ini tombak-tombak itu berada dalam keahlian mereka.

"Tapi, kau tidak akan bisa mengalahkanku hanya dengan bertahan saja!"

Ada cewek misterius yang muncul...aku terlalu lama bertarung..sekarang, apa yang harus kulakukan?

Maki, yang sudah mengerti situasinya saat ini, memasang sikap yang terlihat meyakinkan sambil terus memikirkan sebuah rencana. Tapi, Maki tidak punya banyak waktu untuk memikirkan itu.

"Benar, kami tidak bisa memenangkan pertarungan tanpa menyerang"

"Yang Mulia, komunikasi elektronik mungkin terhalang, tapi kelihatannya kita masih bisa menggunakan komunikasi (subspace)"

"...Dan, menyerang adalah keahlianku!"

Selanjutnya, Theia dan Ruth muncul. Bertepatan dengan kemunculannya, Theia langsung memulai serangannya.

"Blue Knight! High Convergence Laser Bombardment! Musnahkan musuh yang berdiri dihadapanku!"

Theia menggunakan gelangnya untuk memerintahkan kapal perangnya yang berada di orbit bumi, Blue Knight, untuk memulai serangannya.

"Yang Mulia, itu berlebihan!"

"Itu tidak benar! Penyiksaan terhadap ksatriaku hanya bisa dihukum dengan kematian!"

"Seperti yang kau inginkan, tuan puteri"

Theia saat itu sedang marah besar. Dia melotot ke arah Maki sambil terbakar amarah. Theia tidak bisa begitu saja memaafkan seseorang yang sudah melukai Koutarou, yang merupakan hambanya, dan yang merupakan sesuatu yang lain lagi baginya belakangan ini.

"Quick Cast -- Force Field -- Modifier -- Maximize!"

Maki, yang melihat pergerakan Theia, merasakan sesuatu yang buruk akan segera datang dan langsung menggunakan semua kekuatan sihirnya untuk melancarkan mantra pelindung. Theia memilih senjata laser sebagai serangannya, yang biasanya tidak akan bisa dihalangi karena tidak akan sempat. Tapi, karena serangan itu datang dari orbit bumi, ada sedikit jeda sebelum serangan itu sampai, dan Maki bisa memasang mantra itu tepat sebelum serangan itu datang.

Laser itu meluncur menembus atmosfir dan menghujani Maki. Meskipun saat laser itu turun dari orbit kecepatannya sudah menurun, kekuatan serangannya masih cukup besar. Karena itulah, mantra pelindung yang dipasang Maki dengan seluruh kekuatannya dengan cepat mulai melemah.

Kalau terus begini, tamengku akan hancur!! Kalau begitu, bagaimana dengan ini!?

Maki menggunakan kekuatan kamar 106 yang tersisa pada dirinya dan mengerahkan semua itu untuk bertahan. Sebagai hasilnya, tameng yang berada di depannya kembali utuh dan berubah menjadi hitam. Meskipun tadinya tameng itu sudah mau hancur, sekarang tameng itu sudah bisa bertahan dari hujan serangan Blue Knight yang bertubi-tubi.

"Oh...Bahkan setelah dilemahkan oleh atmosfir, tidak kusangka kau bisa bertahan dari serangan seperti itu"

"K-kekuatan serangan semacam ini sungguh terla...!"

Maki rupanya sudah menghabiskan seluruh kekuatan sihir yang dicurinya dari kamar 106 dan kekuatan sihirnya sendiri. Kalau dia tidak melakukan itu, dia tidak akan bertahan dari hujan serangan Blue Knight.

"Tapi, dengan ini semuanya akan selesai! Blue Knight, tembakkan Genesis Buster yang terbatas!"

"Yang Muli~~a!! Hentikan itu atau aku akan marah!!"

Theia mencoba mengeluarkan meriam anti-matternya, namun Ruth berusaha sebisanya untuk menghentikannya. Meriam itu rupanya memiliki kekuatan yang terlalu besar untuk digunakan menyerang satu orang saja.

"Koutarou harus berdiri di atas panggung bersamaku!! Kami akan saling berteriak, tertawa bersama dan membuat drama itu bersama-sama!! Tapi, seseorang berani-beraninya menyakiti Koutarou! Aku betul-betul tidak bisa memaafkan dirinya!!"

"Apa Yang Mulia mau menghancurkan Satomi-sama bersama dengan planet ini!?"

"Uh"

"Nggak usah kuatir, serahin sisanya sama aku, Theia-chan"

Rokujouma V5 258.jpg

Akhirnya, Shizuka muncul, mendekati Maki tanpa suara dan mengayunkan pukulannya.

"Aku juga nggak mau maafin seseorang yang udah ngancurin kaca jendelaku"

Rupanya, Maki adalah seorang yang ahli dalam bela diri. Tapi, karena dia sudah kelelahan setelah bertarung melawan Koutarou dan Yurika, dia telah menggunakan seluruh kekuatan sihirnya yang biasanya dia gabungkan dengan keahlian bela dirinya. Dalam keadaan seperti itu, Maki tidak mungkin bisa menghindari serangan Shizuka.

"Kyaaaa!"

Setelah menerima serangan Shizuka yangbertubi-tubi, Maki terpelanting ke jalan aspal. Hanya beberapa saat lalu, Maki unggul dalam pertarungan, tapi sekarang badannya sudah penuh dengan luka-luka.

Aku terlalu terobsesi untuk mengalahkan Satomi Koutarou dan aku gagal karena keserakahanku...

Setelah mendapat luka seperti itu, Maki pun harus mengakui kekalahannya. Seharusnya, dia tetap berpegang pada rencana awalnya yang hanya mengumpulka informasi.

Tapi, aku bisa mengetahui kekuatan dari orang-orang disekitar Satomi Koutarou. Kalau aku bisa pulang dengan selamat, semua ini akan berakhir dengan seri!

Dalam situasi ini sekalipun, Maki masih berpikir untuk bisa lolos dari Koutarou dan yang lainnya.

"Kalau begitu!"

Maki dengan cepat bangkit berdiri dan mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi.

"Kamu masih mau lanjut!?"

Shizuka dengan cepat mengambil kuda-kuda, tapi tidak ada seorang pun yang menduga langkah yang diambil Maki selanjutnya.

"...Terima kasih atas segalanya sampai saat ini, Twilight Wing"

Maki menarik salah satu aksesoris di tongkatnya. Melihat itu, Yurika langsung mengetahui tujuan Maki dan memperingatkan yang lainnya.

"Gawat, semuanya, siap-siap ada serangan! Maki-chan bakal gunain mantranya!"

"Serangan!? Dengan keadaan seperti itu!?"

"Ampun deh, keras kepala banget!"

"Karama, Korama, sebarkan wilayah energi spiritual. Lindungi semuanya"

"Baik Ho-!"

Sementara semuanya bersiap-siap, Maki mulai merapal mantranya.

"...Sacrifice -- Twilight Wing -- Precast Spell -- Release"

Dengan menghancurkan tongkatnya sendiri, Maki melepaskan kekuatan sihir didalamnya dan lalu menjalankan mantra yang menggunkan kekuatan itu. Tongkat sihir itu sendiri sudah seperti nyawa bagi seorang gadis penyihir, yang juga merupakan alat untuk menjalankan mantra tingkat tinggi. Selain itu, jika tongkat itu hancur, akan butuh waktu yang sangat lama untuk membuatnya kembali. Karena itulah, tidak peduli seberapa besar kekuatan sihir yang dikandungnya, gadis-gadis penyihir tidak akan menghancurkan tongkat sihirnya begitu saja. Dalam keadaan terpojok seperti ini, serangan ini adalah senjata pamungkas Maki.

"Yang selanjutnya tidak akan seperti ini lagi, Nijino Yurika! Dan Satomi Koutarou!"


Mantra yang digunakan Maki untuk kabur adalah untuk menghapus ingatan beberapa jam lalu dari orang-orang yang berada di sekitarnya.


Part 4[edit]

"Dan dengan cara itulah aku bisa lolos. Hari ini betul-betul merepotkan"

Suara Maki menggema mengatakan itu di dalam kamarnya yang kosong, dengan dirinya yang dikelilingi oleh keenam gadis yang sama seperti sebelumnya.

"Kedengarannya repot juga, Maki"

"Memang itu merepotkan untuk Maki secara pribadi, tapi bagi kami, ini adalah kesuksesan besar"

"Itu benar, Purple-anesama. Aku juga sependapat. Kalau Navy-chan tidak menyelidiki ini secara menyeluruh, kita mungkin tidak hanya menghadapi cowok itu, tapi juga beberapa cewek yang kita tidak tahu apa-apa soal mereka"

Saat itu, Maki tengah melaporkan hasil pertarungannya dengan Koutarou dan Yurika kepada rekan-rekannya.

"Jadi, tadi kamu menyebutkan tentang mengendalikan sebagian kekuatan sihir itu, seberapa besar kekuatan itu, Maki?"

"Hmmm, aku pikir sekitar sepuluh tembakan dari Inferno Fire milikmu"

"Sebesar itu!?"

Mata gadis yang berpakaian merah mulai berbinar senang setelah mendengar laporan Maki, karena gadis itu memiliki tujuan hanya untuk memperkuat dirinya sendiri. Karena itulah dia tidak bisa menyembunyikan kegembiraan dan harapannya saat dia membayangkan bisa mengendalikan kekuatan sihir di kamar 106.

"Kalau sebagian kecil kekuatan itu sudah memiliki kekuatan sebesar itu, keseluruhan kekuatan itu pasti sangat besar"

"Benar"

Maki mengangguk setuju dengan pernyataan dari gadis berpakaian ungu.

"Bahkan jika kita bertujuh menggunakannya, kekuatan itu masih akan memberikan kita kekuatan yang sebanding dengan artifak sihir, mungkin lebih. Tapi, kelihatannya kita masih akan butuh waktu untuk menganalisanya"

Wajah Maki berubah muram setelah dia mengatakan itu.

"Tapi, butuh tekad yang besar untuk bisa mengusir mereka yang tinggal disana"

"Maksudnya serangan cewek pirang itu menghabiskan semua kekuatan yang kamu kendalikan hanya untuk memblokir serangannya?"

"Aku lebih tertarik sama cewek yang pakai dua haniwa. Haniwa itu imut, kan?"

"Ada juga yang ahli bela diri kan? Aku nggak sabar mau lawan dia"

"Kamu tidak boleh lupa dengan Nijino Yurika. Dan tentu saja, cowok yang paling kubenci itu, Satomi Koutarou"

Raut wajah Maki yang tadinya tenang langsung berubah penuh amarah dan dia mulai menggertakkan giginya saat dia menyebut nama Koutarou.

"Cowok itu adalah ancaman, dengan necromancy miliknya dan kendalinya atas kekuatan sihir di kamar itu. Ditambah, dia juga pintar. Siapa yang tahu jebakan apa yang disiapkannya untuk lain kali.."

"...Kamu suka sama dia ya?"

"Bisakah kamu bisa tidak mengatakan hal seseram itu dengan biasa saja!? Aku tidak mau berhubungan dengan cowok pintar yang bisa memanipulasi orang lain!"

Maki ahli dalam sihir yang dapat memanipulasi pikiran orang lain karena dia tidak ingin dikhianati.

Semenjak dia lahir di Folsaria, Maki telah dikhianati berulang kali. Orangtuanya menjual dirinya sebagai budak, teman budak yang tadinya berencana kabur bersamanya justru melaporkan rencananya tepat sebelum mereka menjalankan rencana itu. Dengan penghianatan sebagai kejadian sehari-hari yang terjadi dalam hidupnya, Maki baru bisa lepas dari kehidupan seperti itu karena Darkness Rainbow melihat potensi sihir didalam dirinya.

Karena dia membenci penghianatan, Maki tidak akan pernah menghianati siapapun. Tapi, dia takut kalau dia akan dikhianati kalau dia tidak membuat orang lain mematuhinya secara paksa. Karena itulah, Maki tidak bisa mempercayai orang dan hanya mencari kekuatan untuk bisa mengendalikan orang-orang itu dengan sihir pengendali pikiran miliknya. Jadi, saat Maki melihat Yurika yang mempercayai Koutarou, yang dirasakannya hanya rasa jijik.

Cowok itu adalah yang terburuk! Dia memainkan perasaan orang lain, lalu dia gunakan dan menghianati mereka. Aku akan membetulkannya dengan sihirku!

Jadi, jika Maki sampai jatuh cinta, perasaan itu pasti akan tertuju kepada pria yang jujur yang tidak akan pernah menghianati siapapun. Bagi Maki, Koutarou hanyalah keberadaan yang dibencinya.

"...Ngomong-ngomong"

Setelah si gadis berpakaian ungu mengatakan itu, Maki yang tadinya sedang melamun kembali sadar dan melupakan Koutarou. Setelah Maki kembali sadar, si gadis berpakaian ungu melanjutkan bicaranya.

"Kelihatannya akan lebih baik kalau kita melanjutkan semuanya dengan hati-hati di masa yang akan datang"

Saat si gadis berpakaian ungu mengusulkan itu, keenam gadis yang lainnya menganggukkan kepala mereka tanda setuju. Setelah mendengarkan laporan dari Maki, mereka mengerti keseriusan dari situasi mereka.

"Maki, kamu harus cepat membuat lagi tongkatmu. Lalu, kumpulkan informasi sambil menjaga kepercayaan mereka. Karena kamu sudah menghapus ingatan mereka, kita harus bisa menggunakan itu"

Maki tidak menolak usulan itu. Apapun pilihannya, dia tidak bisa bertarung sampai dia bisa membuat sebuah tongkat baru.

"Anggota yang lainnya harus melanjutkan persiapan mereka dengan cepat. Begitu juga, yang sedang terluka tidak akan bisa sembuh lebih cepat.."

Ketujuh petinggi Darkness Rainbow, terkecuali si gadis ungu dan Maki, tidak bisa bergerak sama sekali. Mereka saat itu sedang menyembuhkan diri mereka dari luka, atau berada dalam rehabilitasi atau sedang melatih penerus mereka. Mereka masih belum pulih dari kerusakan yang disebabkan dari pertarungan mereka dengan Rainbow Nana.

"Aku punya beberapa hal yang harus kulakukan disini, jadi kamu harus melanjutkan ini sendiri dahulu, Maki"

"Jangan kuatir. Dengan cowok itu sebagai musuhku, itulah yang kumau"

"....Jangan kelewatan ya, Maki"

Dengan kata-kata itu sebagai salam perpisahan, para gadis yang mengelilingi Maki pun menghilang. Rapat mereka sudah selesai dan Maki kembali sendiri di kamarnya.

Satomi Koutarou. Setidaknya, kau akan kukalahkan sendiri sebelum yang lainnya tiba!

Kebencian Maki kembali mendidih didalam dirinya, seakan-akan dia tidak mendengar peringatan dari rekan-rekannya.


Gadis Penyihir ☆ Rainbow Yurika[edit]

Part 1[edit]

Minggu, 29 November

Koutarou mengambil seekor makhluk laut dari akuarium pajangan dan meletakkannya di tangan Harumi yang sedang menutup matanya.

"Kyaaa! S-Satomi-kun, ini apa!?"

"Bulu babi[6]"

Harumi, yang kaget dengan rasa menusuk ditangannya, mulai membuka matanya dan menemukan bulu babi di tangannya. Bulu babi itu lebih kecil dari yang dibayangkannya saat babi laut itu diletakkan di tangannya.

"Nahahaha, nggak usah kaget gitu"

"Satomi-kun, jangan tertawa selama itu, tolong"

"Nggak mau"

"Satomi-kun!!"

Koutarou terus tertawa melihat Harumi yang panik. Sementara itu, Harumi terus merajuk. Penampilan mereka saat itu sedikit berbeda dari penampilan mereka yang biasanya.

"Satomi-san emang nyebelin"

"Kalau Kou sih, lebih kayak anak kecil"

Koutarou dan yang lainnya sedang berada di wahana akuarium, di bagian dimana mereka bisa menyentuh makhluk-makhluk laut. Bagian itu adalah bagian pameran dimana makhluk-makhluk laut yang tidak berbahaya dikumpulkan didalam akuarium kecil, agar para pengunjung bisa menyentuh mereka. Koutarou menemukan bagian wahana ini dan membawa Harumi yang tidak tahu apa-apa agar bisa mengusilinya. Melihat itu, Yurika dan Kenji hanya bisa menghela nafas.

Tapi, kayaknya semuanya lancar. Syukur deh, kamu bisa ngumpulin keberanian buat ngajak Satomi-san, Sakuraba-senpai...

Yurika mungkin terlihat kagum, tapi saat itu dia sedang melihat Koutarou dan Harumi dengan penuh senyum. Saat ini, mereka berbeda dari biasanya - mereka sedang menuju ke arah yang Yurika harapkan. Koutarou tidak begitu canggung lagi dengan Harumi, dan Harumi lebih terbuka dengan Koutarou. Keadaan yang menyegarkan itu bekerja dengan ampuh bagi mereka berdua.

Hari ini, Koutarou dan yang lain menggunakan tiket yang diberikan oleh Harumi untuk mengunjungi wahana akuarium. Ada empat orang yang pergi ke sana: Koutarou dengan Harumi, dan Yurika dengan Kenji. Mereka pergi dalam grup yang sudah direncanakan Yurika sebelumnya.

"Kalau kamu bilang gitu, nih, kutunjukin teror buat anak kecil"

"Kepiting?"

"Majulah, pasukan kepiting! Kalahkan Mackenzie!"

Target Koutarou selanjutnya adalah Kenji. Dia menyerahkan empat kepiting kepada Kenji dan mulai mencolek cangkang mereka.

"Uwah, au, au au au!"

Para kepiting yang merasakan adanya bahaya mulai menggunakan capit mereka untuk menyerang. Tapi, karena Koutarou dengan cepat melangkah mundur, capit mereka justru mengenai tangan Kenji. Kenji, yang tangannya tercapit, ingin cepat-cepat menggoyangkan kepiting-kepiting itu lepas dari tangannya, tapi karena kepiting-kepiting itu adalah bagian dari pameran, dia tidak bisa melakukan itu dan hanya berlari kesana kemari di dekat bagian itu sambil berteriak kesakitan.

"Hehehe, udah puas, Mackenzie?"

"Satomi-san, itu kelewatan..."

"Kalau gitu, nih satu buat kamu juga"

"Eh?"

Koutarou pun meletakkan satu kepiting juga di tangan Yurika. Meskipun belum dicapit, Yurika berlarian kesana kemari seperti Kenji.

"Kyaaa! Kyaaa! Kyaaaaaa!"

Hanya dengan melihat capit yang kuat itu sudah cukup untuk membuat Yurika si penakut untuk berlari ketakutan.

"Nah, sekarang kalian udah lari bareng-bareng kayak temen akrab"

"Satomi-kun"

Koutarou meletakkan tangannya di pahanya sambil melihat dengan wajah puas ke arah Kenji dan Yurika yang berlarian. Di saat itu, Harumi menarik lengan baju Koutarou.

"Hm? Ada apa, Sakuraba-senpai?"

"Ini buatmu"

Di saat yang sama Koutarou berbalik, Harumi meletakkan seekor umang-umang[7] di tangan Koutarou.

"Eh?"

Sebelum Koutarou menyadarinya, Harumi mencolek umang-umang itu dengan jarinya. Lalu, umang-umang itu mengeluarkan capitnya yang besar.

"Aduh, auauauauauau!"

Umang-umang itu mencapit jari Koutarou sekuat tenaganya, dan setelahnya, Koutarou pun ikut berlari kesana kemari seperti Kenji dan Yurika.

"K-kamu ngapain sih, Sakuraba-senpai!?"

"Fufu, fufufufufu"

Harumi dengan gembira melihat ke arah mereka bertiga yang masih berlarian kesana kemari.

Terima kasih, Nijino-san. Ini semua berkat dirimu...

Dia merasa bersyukur karena Yurika, karena dia merasa sudah sedikit lebih dekat lagi dengan Koutarou karena dia. Dengan bermain diluar seperti ini dengan Koutarou, Harumi menjadi sedikit lebih berani dibanding biasanya. Itu juga karena keadaan akuarium yang menyegarkan, yang bisa membuatnya melakukan itu.

Tapi, aku heran. Nijino-san kelihatannya sedih...

Yurika masih berisik seperti biasanya. Tapi, bagi Harumi, raut wajah Yurika nampak sedih.

Aku harap tidak ada hal buruk yang terjadi...

Harumi memandangi Yurika yang masih berlari dan mulai berpikir kalau dia bisa membantu Yurika.


Part 2[edit]

"Yurika lagi sedih?"

"Iya. Itulah yang terlihat menurutku. Apa kamu memperhatikan apapun tentang Yurika, Satomi-kun?"

Harumi melihat ke arah Yurika yang sedang berjalan di sebelah Kenji saat dia mengatakan itu. Saat itu, Yurika sedang berbicara dengan Kenji sambil melihat-lihat ke sekitar akuarium dengan mata yang terlihat senang.

"Hmm..."

Koutarou pun melakukan hal yang sama dan mulai mengingat kembali hal-hal yang terjadi beberapa hari yang lalu.

Kalau kupikir lagi, dia kayaknya mulai kelihatan sedih sejak dia bolos sekolah hari itu...

Koutarou tidak bisa memperhatikan apapun yang betul-betul spesifik, tapi dia bisa merasa kalau keceriaan Yurika sudah berkurang.

"Kamu bener. Kayaknya Yurika emang lagi sedih"

"Sudah kuduga...aku ingin Nijino-san kembali ceria seperti dirinya yang biasanya"

"Sakuraba-senpai..."

Koutarou mengerti apa yang dikatakan Harumi, karena biasanya apapun yang dilakukan Yurika, Yurika pasti akan selalu terlihat ceria.

"Aku akan mencoba menyemangati Nijino-san. Jadi, aku ingin kamu juga menjaganya, Satomi-kun"

"Oke, nanti aku coba ajak dia ngobrol kalau ada kesempatan"

Koutarou tentu saja tidak menolak usulan Harumi.

"Terima kasih, Satomi-kun"

Harumi kembali mengeluarkan senyuman indah, yang dipenuhi dengan rasa percaya dan kelembutan.

Dia bener-bener cantik...

Koutarou tidak peduli dengan rupanya, karena dia jatuh cinta dengan kecantikan sikapnya.

"Kou, kamu mau nyuruh aku beli jus, dengan tangan kayak gini?"

"Ugh"

Kenji membuka tangannya dan menunjukkannya kepada Koutarou yang sedikit terkejut melihatnya. Rupanya, tangan Kenji penuh dengan luka akibat capitan kepiting.

"Yah, mau gimana lagi. Aku yang beli deh"

"Jelas lah"

Karena luka-luka itu adalah karena kesalahan Koutarou, dia dengan terpaksa menyetujui untuk membelikan semuanya minuman.

"Satomi-kun, apa aku harus ikut juga?"

Harumi bertanya pada Koutarou kalau dia harus menemaninya, tapi Koutarou justru menggelengkan kepalanya.

"Sakuraba-senpai, tunggu disini aja"

Saat itu, Koutarou dan yang lainnya sedang beristirahat setelah menikmati wahana akuarium itu sebelum kembali pulang. Yang paling butuh istirahat saat itu adalah Harumi, yang badannya memang lemah. Koutarou, yang mengetahui itu, ingin agar Harumi bisa beristriahat selama mungkin.

"Tapi..."

Harumi masih ingin membantu Koutarou, karena dia sendiri tahu kalau Koutarou khawatir dengannya, dan dia juga ingin meminta maaf karena membuatnya khawatir.

"Nggak apa-apa kok, Sakuraba-senpai"

Namun, saat Koutarou melirik ke arah Yurika, Harumi langsung menyadari maksudnya. Selain membiarkan Harumi beristirahat, Koutarou rupanya berencana membawa Yurika untuk berbicara dengannya.

"Aku mengerti"

Harumi, yang sudah mengerti maksud asli Koutarou, mengangguk dan tersenyum ke arahnya.

Aku bergantung padamu...Satomi-kun memang benar-benar....fufufu..

Senyuman Harumi yang besar menunjukkan seberapa besar dia percaya dengan Koutarou.

"Oke, Yuri--"

"Aku juga ikut, Satomi-san"

Sebelum Koutarou sempat memanggil Yurika, dia sendiri juga ingin ikut dengan Koutarou.

"Kalau aku serahin semuanya sama kamu sendiri, pasti nanti kamu beliin aku yang nggak-nggak, Satomi-san!"

"Nijino-san, pastiin dia beliin yang bener juga ya, buat aku"

"Tenang aja, Macenzie-san!"

Yurika dan Mackenzie sudah cukup belajar dari keusilan-keusilan Koutarou.

Koutarou dan Yurika berjalan bersama ke arah stand penjual minum dan meninggalkan Harumi dan Kenji di ruang tunggu di dekat pintu masuk wahana. Meskipun ada mesin penjual minuman di ruang tunggu itu, stand penjual minum punya pilihan minuman yang lebih banyak. Selain itu, lebih menguntungkan jika berjalan ke stand penjual minuman itu jika seseorang ingin punya waktu untuk berbicara.

Dia kayaknya emang lagi sedih...

Setelah Harumi dan Kenji sudah tidak nampak lagi, Yurika melemaskan bahunya dan terlihat sedih. Rupanya, dia sudah terlihat ceria di depan Harumi dan Kenji. Tapi, setelah hanya berdua saja dengan Koutarou, Yurika kembali murung.

"Yurika, kamu kenapa sih? Kok sedih gitu?"

"Satomi-san..."

Yurika langsung menoleh ke arah Koutarou karena kaget, tapi setelah melihat wajah Koutarou, dia kembali terlihat murung.

"Sakuraba-senpai juga kuatir loh"

"...Gitu..."

Yurika menghela nafasnya selagi masih murung.

"Aku cuma...lagi ada masalah sama temen-temenku.."

Yurika sedih karena Koutarou dan yang lainnya kembali memperlakukannya sebagai cosplayer lagi.

Serangan terakhir Maki menghapus ingatan beberapa jam terakhir dari Koutarou dan yang lainnya. Itulah sebabnya mereka benar-benar melupakan pertarungan mereka dengan Maki dan fakta bahwa Yurika adalah gadis penyihir.

Karena Yurika sudah sangat senang karena orang-orang disekitarnya sudah benar-benar mengerti dirinya, serangan Maki yang membuat Yurika diperlakukan kembali sebagai cosplayer membuat Yurika benar-benar sedih.

Kalau akhirnya ternyata kayak gini, coba aja ingatanku juga kehapus...

Mantra Maki rupanya tidak bekerja pada Yurika, berkat ketahanan dari pakaian dan tongkat yang digunakan Yurika. Tapi saat ini, Yurika hanya bisa merasakan kesedihan karena hanya ingatannya yang tidak terhapus. Kegembiraannya yang hanya bertahan sementara saja langsung tergantikan oleh rasa muram yang saat ini berada di hatinya.

Maki yang mengetahui kalau semua orang kecuali Yurika telah kehilangan ingatannya, masih akan bersekolah di SMA Kitsushouharukaze sambil bersikap cuek. Jadi, seharusnya Yurika fokus menghadapi hal itu, tapi saat ini tidak ada waktu baginya untuk melakukan itu.


Part 3[edit]

"Masalah hubungan?"

"Sebenernya, ada beberapa orang yang salah mikir soal aku...dan pas masalah itu udah mau selesai, mereka balik lagi salah mikir gara-gara sesuatu.."

"Gitu toh...turut prihatin deh.."

Cerita Yurika memang sedikit aneh, tapi Koutarou mengerti kalau yang dimaksudnya adalah soal gadis penyihir dan cosplayer.

Mungkin dia kena marah sama gurunya gara-gara bolos...

Karena kehilangan ingatan mereka, Koutarou dan yang lain mengira kalau hari dimana Yurika dan Maki bertarung sebagai Yurika mengajak Maki untuk bolos sekolah bersamanya.

"...Emang bikin sedih banget sih.."

Yurika semakin murung melihat reaksi Koutarou, meskipun itu adalah reaksinya yang wajar.

"Aku harus ngelakuin apa? Contohnya--"

Yurika berhenti sesaat dan menatap ke arah Koutarou dengan tatapan serius sebelum melanjutkan bicaranya.

"Contohnya, gimana aku bisa bikin kamu ngerti kalau aku itu gadis penyihir, Satomi-san?"

Harumi sudah mengatakan kepadanya agar dia terus berusaha, dan Yurika pun terus berusaha hingga Koutarou dan yang lainnya sadar kalau dia adalah benar-benar seorang gadis penyihir. Tapi, pada akhirnya, semuanya kembali ke keadaan yang sebelumnya. Apa yang dilakukan Yurika sudah berakhir dengan sia-sia. Semuanya seakan-akan seseorang sudah mengatakan Yurika hal itu, dan Yurika hanya bisa pasrah dan sedih mendengar itu.

"Aku nggak tahu sih, apa yang jadi masalahmu, tapi..."

Koutarou tahu alasan sebenarnya Yurika murung. Tapi, karena Yurika sendiri menggunakan itu sebagai contoh, Koutarou berpura-pura kalau dia tidak mengetahuinya.

"Kalau, misalnya, kamu mau aku percaya kalau kamu itu gadis penyihir, berarti...begini.."

"...Berarti...!?"

Yurika membungkuk maju sambil menunggu kata-kata Koutarou selanjutnya.

"Aku rasa kamu nggak perlu ngelakuin apa-apa"

"...Eh?"

Namun, kata-kata Koutarou selanjutnya betul-betul tidak terduga bagi Yurika.

Nggak ngelakuin apa-apa?

Awalnya, Yurika pikir kalau dia salah dengar, lalu dia berhenti sesaat dan meninggikan suaranya sambil berkata:

"T-Tunggu dulu, maksudnya apa 'aku nggak perlu ngelakuin apa-apa'!? Sampai sekarang, kamu nggak pernah percaya sama aku!!"

"Itu bener sih"

Koutarou berhenti sesaat sambil tersenyum kecut dan menggaruk kepalanya.

"Aku mulai mikir kalau nggak masalah kalau kamu itu cosplayer atau gadis penyihir"

"Nggak...masalah?"

Kata-kata Koutarou selanjutnya membuat Yurika semakin bingung, karena baginya, itu adalah hal yang sangat penting.

"Apa maksudnya itu nggak masalah!? Itu penting banget!!"

Yurika yang tertarik dengan alasan Koutarou mulai mendekatinya, tapi Koutarou hanya menatapnya dengan tatapan yang kalem.

"Ah, masa? Aku rasa nggak"

"Kenapa!? Apa maksudnya kamu nggak mau percaya sama aku!?"

"Aku percaya kok"

"Terus, kenapa!?"

"Ya karena aku percaya sama kamu, Yurika"

Koutarou mulai berbicara dengan tenang ke arah Yurika yang masih tertarik.

"Aku nggak inget kapan...tapi kayaknya kamu pernah ngelindungin Sakuraba-senpai sampai kebakar"

"Eh...?"

Itu adalah ingatan yang seharusnya telah dilupakannya. Tapi, saat dia mengatakan itu, Yurika kembali tenang.

"Kapan itu ya..? Hmm..? Aneh, aku nggak bisa inget...Yurika, itu kapan sih kejadiannya?"

Koutarou saat itu terlihat bingung, karena dia bisa ingat dengan jelas kalau Yurika melindungi Harumi. Anehnya, dia tidak bisa mengingat kapan atau kenapa itu terjadi.

"Satomi-san..jangan-jangan..."

Kalau mantra pelindungku masih bekerja pas itu terjadi, ingatan Satomi-san pasti nggak bener-bener ilang! Aku yakin!

Sebelum Maki melancarkan mantra terakhirnya, Yurika memasang mantra pada Koutarou untuk melindunginya. Karena mantra itu masih bekerja saat mereka terkena serangan Maki, Koutarou mungkin tidak kehilangan seluruh ingatannya tentang peristiwa yang meninggalkan kesan mendalam baginya. Tapi, kalau Yurika mencoba menjelaskan itu, Koutarou pasti akan bertambah bingung. Akhirnya, Yurika memutusukan untuk menyembunyikan itu dari Koutarou dan menggelengkan kepalanya.

"Maaf, aku juga nggak inget. Ada banyak hal yang terjadi tiap harinya"

"Beneran? Yah, nggak masalah sih. Yang penting, setelah ngeliat itu, aku ngerasa nggak masalah kalau kamu bisa pakai sihir atau nggak"

"Kenapa...?"

Yurika melihat Koutarou dengan penuh harap saat mengatakan itu. Itulah bentuk ketergantungannya pada Koutarou.

"Nggak peduli siapa kamu, kamu orangnya baik. Nggak banyak orang yang mau buang nyawanya sendiri buat ngelindungin orang lain. Nggak masalah apa orang itu gadis penyihir atau cosplayer"

Apa yang penting bagi Koutarou bukanlah soal seseorang bisa memakai sihir atau tidak, tapi apakah orang itu bisa melindungi seseorang di saat-saat penting.

"Jadi, meski kamu nggak bisa pakai sihir, kalau kamu bilang kamu gadis penyihir, itu nggak masalah buatku. Kamu bisa ngelakuin hal yang emang pantes dibilang kayak gadis penyihir"

"Satomi-san"

Orang yang menggunakan sihir, tapi tidak menyelamatkan orang. Orang yang tidak menggunakan sihir, tapi menyelamatkan orang. Koutarou mungkin akan lebih percaya dengan orang yang kedua kalau orang itu mengatakan kalau dia adalah gadis penyihir cinta dan keberanian. Bukanlah suatu masalah bagi Koutarou kalau orang itu bisa menggunkan sihir atau tidak.

"Fu, fufufufufu"

Rasa kesal didalam Yurika meleleh bagaikan salju yang disinari matahari, dan keluar sebagai air mata.

Bener juga, itu sebabnya aku begitu kagum sama Sakuraba-senpai..

Harumi tidak bisa menggunakan sihir, tapi, di hari mereka bertemu, Yurika ingin menjadi gadis penyihir seperti Harumi.

Yurika tidak bisa menjadi gadis penyihir seperti Nana yang jenius. Namun, dia bisa menjadi gadis penyihir seperti Harumi. Yurika rupanya sudah mendapat jawabannya sejak awal.

"Tapi, aku bakal kuatir kalau cewek ceroboh macem kamu pakai sihir. Jadi, aku harap sih kamu tetep jadi cosplayer aja"

Koutarou tersenyum kecut dan melemaskan bahunya sambil mengatakan itu. Melihat itu, Yurika kembali teringat kata-kata Koutarou dahulu.

Hal-hal ceria lebih cocok buatmu

Yurika akhirnya mengerti makna sebenarnya dibalik kata-kata itu.

"Dengan itu, aku mau nanya nih, Yurika"

Rokujouma V5 286.jpg

"...Ya?"

Tanpa menghapus air matanya, Yurika menatap ke arah Koutarou. Dia sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh Koutarou, sementara air matanya masih terus mengalir dan jatuh menghiasi udara dengan kilaunya.

"Aku harus nganggap kamu apa?"

Kata-kata yang diucapkan Koutarou rupanya tepat seperti yang diharapkan Yurika.

"Fu, fufufu, fufufufu"

Sebuah perasaan yang hangat mulai mengisi hati Yurika. Kali ini, perasaan itulah yang mengisi air mata yang mengalir keluar dari matanya. Yurika lalu menghapusnya dan tersenyum lebar sambil berkata:

"Aku Nijino Yurika..."

Dulu, saat Koutarou mengetahui identitas asli Yurika, dia berkata kalau dia ingin lulus bersama-sama dengan Yurika-

"Aku temen sekelasmu, dan orang yang numpang di tempatmu"

-dan sekarang, Yurika merasa kalau bukan hal yang buruk untuk lulus bersama-sama dengan Koutarou.

Aneh, dulu aku pingin dia percaya kalau aku itu gadis penyihir, tapi sekarang...

Yurika dengan erat menggenggam pakaiannya di dekat dadanya, seakan ingin menggenggam erat rasa hangat yang saat itu dirasakannya. Rasa yang timbul karena Koutarou yang menganggapnya sebagai gadis normal, hingga saat ini, yang bahkan Koutarou sendiri berharap kalau memang itu yang sebenarnya. Meskipun Yurika masih bertanya kenapa, dia senang mendengar hal itu.

"Gitu toh"

"Jadi...jadi, lain kali kita cosplay bareng-bareng ya, Satomi-san.."

Itulah satu-satunya kesalahan dalam rencana kencan grup yang dibuat oleh Yurika-

"Nggak mau"

"Kamu jahat banget ih, Satomi-san, nggak usah malu gitu deh..."

-dalam manga shoujo, gadis yang biasanya merencanakan kencan grup itu yang justru berkemungkinan besar untuk jatuh cinta dengan pria yang direncanakan berpasangan dengan sahabat si gadis.


Part 4[edit]

Di sebuah kantor kecil di suatu tempat...

Tempat itu terlihat membosankan dengan lima meja kerja yang mengisi tempat itu. Barang-barang lain termasuk loker untuk lima orang dan sebuah TV usang. Ruangan itu terlihat se-membosankan seperti kamar milik Maki. Tapi, kantor itu punya beberapa tanda kalau ada orang yang tinggal di tempat itu.

Sisa-sisa gelas mi instan, bungkus permen dan beberapa benda lain tercecer dimana-mana. Dulunya, orang-orang yang ada di sana akan mencoba membersihkan benda-benda itu, tapi sekarang mereka sudah tidak berniat lagi untuk melakukan itu. Atmosfirnya sama seperti lemari tempat tinggal Yurika.

Kalau digabungkan, kantor itu punya aspek buruk dari kamar Yurika dan kamar Maki. Di kantor itu, terdapat lima orang yang sedang malasnya tidur-tiduran di meja mereka masing-masing melewatkan siang hari.

"...Hei, kita bener-bener turun pangkat, kan?"

Seorang pria muda berambut pendek berujar seperti itu. Karena suara lain yang ada di ruangan itu hanya berasal dari suara game HP, suaranya terdengar cukup keras.

"Jangan ngomong gitu dong, kita semua nggak mau mikirin itu!"

Satu-satunya wanita di tempat itu langsung membalasnya dengan suara histeris. Matanya terbakar dengan tekad yang diperkuat dengan alisnya yang besar.

"M-Maaf"

Pria muda itu dengan cepat meminta maaf. Melihat si pria yang seperti itu, si anak muda yang sedang bermain game HP berhenti sebentar dan tertawa.

"Nggak apa-apa kok, kan emang itu yang sebenernya. Aku rasa enak sih, dibayar cuma buat main-main begini"

Musik pengiring game HP milik si anak muda itu terus berlanjut sementara dia berbicara, dengan melodi yang penuh dengan ketegangan. Melodi itu cukup aneh untuk didengar di ruangan yang membosankan itu.

"Aku pikir ini tempat yang indah saat aku pertama kali ditugaskan disini.."

"Kamu bodoh ya? Di dunia macam apa kita bakal menemukan penjajah? Kita terjebak pemerintah yang bikin alasan tindakan pencegahan"

Kedua orang terakhir, seorang pria yang sedang memakan nasi kari dan pria yang memakai kacamata hitam, akhirnya ikut berbicara. Seperti ketiga orang yang lain, mereka juga punya nuansa cuek di sekitar mereka. Mereka semua tahu, kalau mereka sudah diturunkan pangkatnya dan ditugaskan disana.

"Waktu terus berjalan, dan mengabaikan kita berlima"

Saat si pria yang memakai kacamata hitam mengeluh seperti itu, sebuah alarm yang berada di ruangan itu berbunyi dengan keras.

"Uwah!? A-apa!?"

"Nii-chan, kebakaran! Kebakaran!"

"Di restoran pizza luar negeri, oven yang mereka pakai membunyikan alarm ini agar mereka tahu kalau pizzanya sudah jadi"

"Kalian salah, ini sinyal penugasan!"

"Jadi, ini dia..."

Sudah setahun berlalu semenjak mereka berlima ditugaskan di tempat itu, tapi alarm itu belum pernah berbunyi bahkan sekalipun. Karena itulah, mereka semua sudah lupa dengan itu.

"Tuan dan nona sekalian, musuh kita datang!"

TV yang ada di ruangan itu menyala dengan sendirinya dan seorang pria tua dengan janggut putih dan jas lab muncul dari balik layar.

"Waktunya sudah datang buat menunjukkan kekuatan kita!"

"Profesor, apa maksudnya dengan musuh!?"

"Orang bawah tanah! Para orang bawah tanah sedang menginvasi permukaan bumi untuk mencuri matahari dari kita!"

Bersamaan dengan pernyataan si pria tua, layar TV pun berubah. Di layar itu, mereka bisa melihat seorang pria berpakaian aneh melangkah ke dalam taman kanak-kanak dan seorang wanita berpakaian tradisional Jepang sedang memberi perintah.

"Kita sudah mendapat laporan dari salah satu anak-anak! Cepat! Mereka mengincar taman kanak-kanak itu!"

"Apa!?"

Mendengar laporan dari si pria tua itu, kelima orang tresebut dengan cepat bangkit berdiri.

Mereka adalah organisasi rahasia, yang dianggap sebagai alat penghambur uang. Tapi, akhirnya mereka mempunyai kesempatan untuk beraksi.

"Woookeeeeeh!! Waktunya nunjukkin karateku!"

"Akhirnya, akhirnya dateng juga!! Biarlah permainannya dimulai!"

"Akhirnya dimulai juga, cerita cintaku dengan para pejabat musuh yang indah! Syukurlah, aku pikir aku bakal single selamanya!!"

"Orang bawah tanah ya, aku harap mereka punya makanan enak..."

"Hmph, kalian terlalu naif, para bocah. Hal-hal yang enak semacam itu tidak akan terjadi. Hari-hari yang keras baru saja akan dimulai"

Pasukan Matahari, Sun Rangers.

Musuh pertama mereka adalah orang-orang bawah tanah yang sangat jahat yang datang dari dasar bumi.


Kata Penutup[edit]

Lama tidak berjumpa semuanya, ini sang pengarang, Takehaya. Kali ini aku sudah menyelesaikan volume 5. Dalam volume ini, musuh Yurika akhirnya muncul. Bekerja dari balik bayang-bayang, menggunakan posisinya sebagai cosplayer; waktunya sang gadis yang malang ini untuk bersinar akhirnya akan....akankah itu datang? Akan bagus jika itu memang datang. Tolong jaga dia dengan pandangan yang lembut ya, semuanya.

Itu benar, aku sebenarnya menulis volume ini dari rumah baruku. Aku selesai pindahan pada awal Maret. Rumah baruku cukup sunyi, dan aku akan bisa fokus menulis. Tapi, masih ada beberapa kardus yang belum kebuka yang masih tersebar disana sini. Sudah hampir dua bulan, tapi aku masih belum berbenah juga. Pada akhirnya, aku tetap fokus pada pekerjaanku dan tidak melakukan itu juga. Tapi, bagian editorial terus mengatakan padaku untuk bekerja dengan pandangan dingin. Aku harus apa?

Ada beberapa pergerakan di bagian editorial tentang "Rokujouma no Shinryakusha!?". Seharusnya itu dimulai saat volume ini mulai diual, jadi bagi kalian yang tertarik, silahkan kunjungi halaman web mengenai Rokujouma di situs HobbyJapan. Aku juga mengatakan hal yang sama di kata penutup volume 4, tapi kali ini aku serius. Mengenai isi dari halaman itu, sebagai balasan karena aku tidak bisa berbenah, kali ini aku yang menekan mereka dengan keras, dan kelihatannya mereka merencakan sesuatu di bagian paling atas halaman web itu. Aku penasaran apa itu.

Tepat saat menulis kata penutup ini, yang kalian semua bisa lihat di halaman web itu adalah anime pendek dari Koutarou yang sedang memakan ramen. Walau pendek, aku tersentuh melihat hasil karyaku dianimasikan. Itu menjadi sumber kekuatanku, ditambah dengan surat yang aku terima sebelumnya. Tidak peduli apa yang terjadi nantinya, aku akan bisa mengenang ini semua dan melakukan yang terbaik.

Karena masih ada beberapa tempat lagi yang tersisa untuk kata penutup ini, aku akan menulis sedikit tentang situasiku kali ini.

Beberapa hari yang lalu aku menonton live concert. Artisnya adalah Fukuyama Yoshiki-san. Dia menyanyikan lagu dengan suara Basara di Macross 7. Sekarang kalau kupikir lagi, Macross 7 dibuat saat aku masih kuliah. Saat aku memikirkan itu, aku ingat kalau beberapa tahun sudah berlalu. 15 tahun sudah lewat ya? Universitas itu sekarang sudah berumur tiga puluhan, tapi suara Fukuyama-san masih tetap seperti itu. Aku merasa kalau dia seperti artis. Selain itu, aku senang bisa ada di sana. Aku lebih senang lagi saat bisa mendengar "Try Again" secara live.

Dan akhirnya aku bisa mendapat Blu-ray player untuk rumah baruku. Aku juga membeli film itu, Avatar, yang aku banyak dengar dari orang. Aku langsung menontonnya. Mungkin ini sedikit terlambat, tapi Blu-ray berada di level yang jauh berbeda dengan DVD. Itu yang membuatku kaget. Meski kelihatannya itu lebih indah, direkturnya tetap sama, Cameron. Pesawat terbangnya mungkin berbeda dengan Alien 2, tapi mereka tetap menjaga pergerakan uniknya. Mungkin itu disengaja, semenjak salah satu pemeran Alien 2, Sigourney Weaver, muncul. Kalau aku tidak salah, Alien 2 dibuat 20 tahun lalu. Satu lagi cerita tua.

Itu saja, karena aku hampir kehabisan halaman, jadi aku akhiri sampai disini saja.

Akhirnya, aku ingin berterimakasih kepada para penerbit yang sudah bekerja keras, kepada sang ilustrator Poko-san yang selalu menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu, pada teman-temanku yang memberiku saran, dan kepada semua orang yang sudah membeli novel ini.

Kalau begitu, semoga kita bertemu lagi di kata penutup volume keenam.


Mei 2010,

Takehaya.





Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Lihat catatan kaki di jilid 4 bab 5, Di Pesta Dansa
  2. Manga yang diarahkan untuk pembaca wanita
  3. Latar cerita yang digunakan seseorang untuk cosplay
  4. Senjata pamungkas dari Cobra. Pistol yang pelurunya bisa membelok mengikuti kemauan si penembak menuju target
  5. 5.0 5.1 Sunshine and Rainbows (陽だまり と 虹の Hidamari to Nijino) berarti hal-hal yang ceria, bahagia, dan kekanakan.
  6. https://id.wikipedia.org/wiki/Landak_laut
  7. https://id.wikipedia.org/wiki/Kelomang


Kembali ke Jilid 4 Ke Halaman Utama