Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 10 Bab 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Kebimbangan Hati[edit]

Part 1[edit]

Sebentar lagi, ibu Koutarou akan mati. Koutarou hanya bisa terdiam di tempat setelah menyadari hal itu.

Aku harus gimana!?

Selama tiga hari ini, Koutarou secara diam-diam memikirkan apakah dia harus menyelamatkan ibunya atau tidak. Kalau dia menyelamatkan ibunya, Koutarou dan Clan tidak akan bisa kembali ke dunia mereka sendiri. Dalam kasus itu, itu sudah menjadi sebuah akibat yang pantas bagi Koutarou, tapi tidak bagi Clan. Kalau saja saat itu mereka sedang berada di Forthorthe, Clan akan memperbolehkan hal itu karena dirinya yang seorang bangsawan yang mempunyai kewajiban untuk melindungi nyawa para penduduknya. Namun, Clan tidak mempunyai hubungan apapun dengan orang-orang Bumi. Tidak logis jika Clan sampai harus terlibat. Selain itu, Koutarou sendiri sudah berjanji dengan para gadis penjajah dan juga pada dirinya sendiri. Walau begitu, Koutarou tetap merasa kesulitan untuk membiarkan ibunya mati.

Tanpa bisa mengambil keputusan, waktu dimana kecelakaan itu terjadi akan segera tiba. Namun, tidak ada waktu baginya untuk tetap merasa ragu. Dalam waktu kurang dari satu jam, ibu Koutarou akan mati, dan sekaranglah waktunya bagi Koutarou untuk mengambil keputusan.

"Aku--aku----"

Walau begitu, Koutarou tidak bisa bergerak.

Agar Koutarou bisa mendapat tempat untuk kembali bagi dirinya sendiri, dia harus mencuri tempat itu dari Clan. Dalam kata lain, tindakan Koutarou untuk menyelamatkan ibunya akan sama dengan dirinya yang mencuri kehidupan Clan, demi dirinya sendiri. Apa sesuatu seperti itu bisa dimaafkan?

Lalu, bagaimana dengan janji yang sudah dibuatnya sepuluh tahun di waktu yang akan datang? Bukankah itu sebabnya dia berjuang untuk kembali kesana?

Walau begitu, apakah dia bisa membiarkan begitu saja orang yang dikenalnya untuk mati? Apakah tindakannya itu bisa dimaafkan? Terlebih lagi jika orang itu adalah ibunya sendiri.

Beban nurani yang saling beradu di dalam Koutarou terus saling menghantam dengan seimbang, karena dia tidak mau sampai kehilangan hal-hal itu. Itulah sebabnya dia hanya bisa terpaku diam.

"Ayo kita selamatkan dia! Onii-chan!"

Namun, Kii mulai merusak keseimbangan itu. Kii sendiri baru saja kehilangan ibunya, jadi dia tahu betul bagaimana perasaan Koutarou kalau dia tidak bisa menyelamatkan ibunya sendiri. Karena Kii tidak mau hal itu sampai terjadi, dia berusaha membujuk Koutarou.

"Dia ibumu! Kamu tidak bisa membiarkannya!!"

"Tapi, kalau aku nyelametin dia, ada bahaya yang bakal nimpa aku sama temenku! Bakal ada orang-orang yang nggak akan pernah bisa aku temuin lagi!"

"Tapi kamu masih harus pergi!! Kalau tidak, temanmu akan sakit hati! Mereka akan mengira kalau mereka yang membunuh ibu Onii-chan!!"

Kalau Koutarou tidak menyelamatkan ibunya sendiri, Clan mungkin akan merasa bersalah karena dia merasa Koutarou tidak bisa menyelamatkan ibunya karena adanya dirinya. Kebenaran itu pasti akan membuat Clan merasa tertekan, dan hal yang sama juga berlaku bagi para gadis penjajah lain. Apakah itu memang pilihan yang terbaik?

Kii tidak tahu siapa teman-teman Koutarou, tapi kalau dia tidak menyelamatkan ibunya, Kii tahu apa yang akan dirasakan oleh teman-teman Koutarou itu. Karena itulah apa yang dirasakannya.

"Ayo selamatkan ibumu dan nanti minta maaf ke temanmu! Setelahnya, kamu bisa melindungi temanmu agar mereka tidak terkena bahaya! Itu yang terbaik!"

"Kii-chan..."

Koutarou masih merasa bimbang. Tepat saat itulah Kii berulang kali menyerukan perasaannya padanya. Setiap kali Kii melakukan itu, perasaannya terukir ke dalam hati Koutarou. Perasaan yang baik dan hangat itu mulai membuat hati Koutarou tidak bimbang.

"Aku ngerti. Makasih ya, Kii-chan."

Koutarou sudah mengambil sebuah keputusan.

Tidak ada pilihan yang tidak berakhir dengan penyesalan. Dengan begitu, Koutarou harus memikul tanggung jawab atas penyesalan itu. Dia akhirnya membulatkan tekadnya setelah mendengarkan bujukan yang dilakukan Kii dengan susah payah.

"Ayo kita selametin ibuku. Nanti aku minta maaf sama temen-temenku."

Sambil berbicara pada Kii, Koutarou memikirkan teman-temannya yang tidak ada bersamanya saat itu.

Maaf ya, semuanya...kayaknya aku nggak bisa nepatin janjiku...

Koutarou sudah berjanji kepada para gadis penjajah kalau mereka akan membuat pementasan drama mereka berhasil. Dia juga sudah berjanji pada dirinay sendiri kalau dia akan menyelesaikan setiap masalah yang dimiliki oleh para gadis itu. Namun karena sekarang Koutarou sudah memutuskan untuk menyelamatkan ibunya, dia akan kehilangan hampir seluruh kemungkinan untuk menepati janji-janji itu, dan itu membuatnya merasa bersalah.

Maafkan aku, Yang Mulia....aku bahkan sudah menolak tawaranmu...

Hal yang sama juga berlaku bagi Alaia. Saat dia berharap Koutarou bisa tetap tinggal di Forthorthe, Koutarou menolak tawaran itu dan berkata kalau dia sudah memiliki janji dan sumpah untuk ditepati. Namun, saat ini Koutarou akan mengingkari hal-hal itu, yang bisa berarti sebuah pengkhianatan terhadap Alaia.

Dan, Clan, maaf kamu jadi terlibat sama semua ini. Aku pasti bakal ngelindungin kamu...jadi tolong maafin aku...

Dulu mereka bermusuhan, tapi sekarang mereka sudah berteman. Bagi Koutarou, Clan begitu berharga baginya sama seperti para gadis penjajah. Dia pasti akan merasa sedih karena tindakan yang akan dilakukannya. Itulah sebabnya Koutarou harus melindunginya mulai dari saat ini. Itulah sumpah baru Koutarou.

Setelah menyadari semua kondisi yang dihadapinya, Koutarou memutuskan untuk menyelamatkan ibunya. Dia yakin bahwa inilah keputusn yang benar, namun dia tidak punya keyakinan untuk menyatakan hal itu. Situasinya berbeda dari saat mata air desa itu diracuni.[1] Kali ini, sejarah kemungkinan besar akan berubah.

Namun...

Walau begitu, Koutarou tidak bisa menutup matanya dari nyawa yang akan segera berakhir di hadapannya. Dia tidak bisa membiarkan hal itu, karena sudah tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Hal itu bukanlah keadilan maupun sikap ksatria, melainkan kelemahannya sendiri.

"Bagus! Itu baru Onii-chan!"

Kii pun tersenyum tulus, senang karena bisa membantu Koutarou dan membalas budinya walaupun hanya sedikit saja.

"Kamu tidak harus melakukan semuanya sendiri! Kamu bisa membuat kesalahan! Karena kamu bukan Kabutonga, Onii-chan!"

Kii tahu kalau Koutaoru hanyalah remaja biasa. Bukan superhero yang bisa menyelesaikan segala macam masalah. Hanya karena Kii berada di sisinya dan memaafkan kelemahannya yang bisa membuat Koutarou kembali bergerak. TIdak peduli apa yang terjadi saat ini, apa yang ada di akhir nanti akan menjadi lebih baik daripada dia hanya berdiam diri saja. Koutarou rupanya sudah diselamatkan oleh seorang gadis kecil bernama Kii.

Itu pun sudah menunjukkan bahwa si gadis kecil yang tulus itu sudah menjadi seseorang yang spesial bagi Koutarou, seperti halnya para penjajah dan Clan.


Part 2[edit]

Koutarou bisa mengingat dengan jelas kecelakaan yang dialami oleh ibunya. Koutarou sendiri juga ada di sana sewaktu kecelakaan itu terjadi, dan setelah kecelakaan itu, Koutarou dan ayahnya sempat melewati tempat itu beberapa kali. Karena itulah Koutarou bergegas pergi ke tempat itu dengan melewati jalan yang paling cepat.

"Maafkan aku, Veltlion. Aku menggunakan kalender Forthorthe, jadi hasil perhitungannya tidak sesuai dengan kalender Bumi. Aku seharusnya membuat perhitungan yang benar dan memberitahumu."

"Jadi itu sebabnya..."

Saat mereka sedang berada di tengah jalan menuju tempat kecelakaan itu terjadi, Koutarou menggunakan gelangnya untuk menghubungi Clan. Menurut perhitungan Clan, kecelakaan itu seharusnya terjadi dalam kurun waktu satu bulan lagi. Perbedaan itulah yang ingin diklarifikasi oleh Koutarou.

Clan menggunakan jam yang ada di dalam Cradle dan kalender Forthorthe sebagai bahan perhitungannya. Meskipun jam dan kalender itu berjalan berdasarkan frekuensi getaran dari graviton[2], keduanya mengacu pada revolusi dan rotasi Forthorthe sebagai standar pengukuran waktu.

Forthorthe memiliki ukuran dan massa yang hampir sama dengan Bumi, dan jaraknya dari mataharinya juga sama jauhnya seperti Bumi dengan matahari. Karena itulah, siklus revolusi dan rotasinya bisa dikatakan sama. Namun, siklus itu sendiri tidak betul-betul sama, dan hal itulah yang menyebabkan kesalahan perhitungan.

Kesalahan perhitungan itu tidak begitu mempengaruhi perhitungan yang kecil, tapi untuk perhitungan yang besar seperti untuk waktu 2000 tahun, terjadi sebuah rentang 40 hari. Secara sederhana, ini terjadi bukan karena kesalahan perhitungan dari Clan, tapi karena kesalahan kalender acuan.

"Aku ngerti kok. Clan, aku mau pergi nyelametin ibuku."

"Silahkan lakukan sesukamu."

"Maaf kamu sampai terlibat sama semua ini. Aku pasti bakal tanggung jawab buat ini nanti."

"Rasanya menyedihkan juga mendengar hal itu dari ksatria legendaris."

"Makasih ya, Clan."

"Jangan sampai gagal. Fufufufu."

Pada akhirnya, Clan tidak begitu mempermasalahkan itu seraya tersenyum. Dia sudah menduga dari awal kalau hal ini mungkin akan terjadi dan bahwa hal ini mungkin adalah yang terbaik. Itulah reaksi yang sudah dibayangkan oleh Kii sebelumnya.

Aku bener-bener minta maaf....makasih ya Clan...

Koutarou berterima kasih pada Clan dan mengakhiri panggilannya. Kii, yang menunggu sampai Koutarou selesai menghubungi Clan, memanggil Koutarou.

"O-Onii-chan, jangan kuatirkan aku, s-silahkan pergi duluan!"

Saat ini, Koutarou menyamakan kecepatan larinya dengan Kii. Karena Kii merasa kalau Koutarou sampai terlambat ke tempat itu karena hal itu, Kii membujuk Koutarou untuk pergi lebih dulu.

"Tenang, nggak apa-apa."

Namun, Koutarou menggelengkan kepalanya dan bicara pada Kii dengan tenang.

"Kita punya cukup waktu kalau kita terus lari kayak gini. Tempatnya nggak jauh dari sini kok."

"B-Benarkah? Baiklah kalau begitu."

Kii menjadi lebih lega setelah mendengar itu. Koutarou bisa berlari dengan mudah dalam kecepatannya yang sekarang, namun tidak bagi Kii. Nafasnya sudah tersengal-sengal sampai sulit baginya untuk bisa tersenyum.

"Kita bahkan bisa berhenti sebentar pas udah sampai sana."

"Aha, a-aku akan berjuang sebisaku agar kita tidak perlu berhenti, Onii-chan!"

Kii begitu kelelahan setelah menghabiskan sepanjang harinya bermain. Namun, saat dia tahu kalau ibu Koutarou berada dalam bahaya, dia berusaha semampunya untuk membantu. Koutarou, yang mengerti akan hal itu, merasa bersyukur. Saat ini, perasaan yang ada di dalam seseorang jauh lebih penting dari pada hasil baginya.

"Kii-chan, habis ini kita belok di situ."

"Baik!"

Koutarou berlari sedikit lebih cepat untuk memimpin Kii. Mereka akan meninggalkan jalan raya dan memasuki sebuah gang. Dengan begitu, mereka akan lebih cepat sampai di tempat terjadinya kecelakaan itu, dan akan lebih mudah bagi mereka untuk berlari jika tidak ada orang yang menghalangi. Karena saat itu waktu menunjukkan pukul 6 sore di hari kerja biasa, ada banyak orang yang sedang melangkah pulang memenuhi trotoar jalan raya.

"Setelah kita keluar gang itu, kita bakal sampai di deketnya!"

"Sedikit lagi!"

Setelah memasuki gang, Koutarou memperlambat larinya agar sama dengan kecepatan lari Kii. Mereka akan berlari lurus untuk sementara waktu mendatang, jadi dia tidak perlu memimpin Kii. Koutarou lalu mulai berlari di sisi Kii dan mereka berdua pun berlari melewati gang yang remang-remang itu.

"...Hm?"

Setelah Koutarou dan Kii berlari menyusuri setengah dari gang itu, beberapa pria dan wanita mulai muncul di hadapan mereka, yang berjalan ke arah yang berlawanan dengan arah Koutarou dan Kii pergi. Jarak di antara mereka pun semakin mengecil.

Ada apa dengan orang-orang ini...?

Biasanya, orang akan menduga kalau orang-orang itu hanya pejalan kaki biasa yang akan melewati gang itu juga. Namun pakaian, jenis kelamin dan usia mereka bermacam-macam. Tidak ada satu hal yang serupa dari orang-orang itu. Koutarou bisa merasakan ada hal yang janggal dari keberadaan mereka. Intuisi yang sudah diasahnya di medan pertempuran memperingatkannya. Koutarou pun menyadari adanya beberapa keanehan dari orang-orang itu setelah menuruti intuisinya.

Raut wajah mereka nampak datar dan pucat. Cara jalan mereka aneh, bagaikan boneka tali yang talinya sudah digunting. Karena merasa ragu, Koutarou menggunakan kemampuannya untuk melihat energi spiritual yang didapatnya dari Sanae untuk melihat orang-orang itu. Dia melihat bahwa aliran aura orang-orang itu begitu kacau. Aura dari leher ke atas tidak sama dengan aura seluruh badan orang-orang itu.

"Kii-chan, berhenti!"

Koutarou memperlambat larinya sambil berkata demikian dan memegang tangan Kii untuk menghentikannya. Setelah dia sendiri berhenti, Koutarou menatap tajam orang-orang di hadapannya.

Apa jangan-jangan orang-orang ini...

Tanpa disadari, Koutarou mengepal erat tangan kanannya. Dia pernah melihat aura yang kacau seperti itu sebelumnya: temannya, kaisar naga api Alunaya, pernah berada dalam kondisi yang sama saat dia dikendalikan oleh para penyihir jahat. Pada saat itu, Koutarou tidak tahu bagaimana bentuk aura seekor naga, jadi dia tidak begitu memperhatikan hal itu. Saat dia kembali mengingat hal itu, aura Alunaya pada waktu itu juga sama-sama kacau seperti ini.

Karena saat ini Koutarou berada di Jepang masa kini, sulit untuk dipercaya kalau orang-orang itu berada dalam pengaruh sihir. Namun, mereka mungkin sedang berada dalam pengaruh narkoba, mesin, hipnosis atau semacamnya. Dan kalaupun bukan itu yang terjadi, orang-orang itu bukanlah orang-orang biasa, jadi langkah yang terbaik adalah untuk tetap waspada. Koutarou pun berhenti bergerak setelah berpikir demikian.

"Onii-chan?"

Koutarou nampaknya terburu-buru, tapi saat ini dia berhenti dan sedang terlihat menyeramkan. Kii masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi, tapi saat dia melihat sikap Koutarou, dia menjadi gugup dan menggenggam tangan Koutarou.

"Mereka....kayaknya musuh."

"Musuh!? Mereka orang-orang jahat!? Kenapa!?"

"Aku nggak tahu, tapi mereka nggak normal."

"Mereka tidak normal?"

Kii lalu memperhatikan kembali orang-orang yang ada di hadapannya setelah Koutarou mengatakan hal itu. Saat dia melakukan hal itu, Kii akhirnya mengerti apa maksud Koutarou. Bahkan bagi Kii, raut wajah dan gerakan orang-orang itu terlihat aneh.

"Onii-chan benar. Mereka kelihatan...aneh...."

"Mereka mau apa, coba....", gumam Koutarou sambil terus menatap tajam orang-orang itu. Tepat pada saat itulah orang-orang itu menyebar untuk menghalangi jalan Koutarou. Di saat yang sama, Koutarou merasakan adanya niat menyerang dari orang-orang itu.

Apa mereka mau ngebunuh kita...? Kenapa?

Koutarou tidak punya alasan untuk diserang pada zaman ini. Karena dia pergi mengarungi waktu, dia tidak terlibat apapun dengan orang-orang pada zaman ini. Karena itulah kemungkinan-kemungkinan yang muncul cukup terbatas.

Apa mereka cuma ngincar kita secara acak? Atau...

Koutarou melihat ke arah Kii. Ada kemungkinan kalau dialah yang menjadi target karena suatu alasan. Koutarou hanya tahu kalau Kii kabur dari rumah, tapi kalau dia kabur dari sebuah keluarga kaya, ada kemungkinan kalau orang-orang itu mengincar nyawa Kii atau ingin menculiknya.

"Kita nggak bisa terus maju. Ayo kita balik dan ambil jalan lain."

Sambil melindungi Kii dari belakang, Koutarou mencoba mengambil jarak dari orang-orang aneh itu. Tidak mungkin Koutarou bisa terus maju karena bahaya yang mengancam, dan lebih berbahaya lagi karena ada seorang anak kecil bersamanya.

"Onii-chan! Ada orang-orang juga di belakang kita!"

"Apa!?"

Sebelum mereka sadar, ada banyak orang-orang yang sudah muncul di belakang Koutarou dan Kii. Seperti halnya orang-orang yang ada di depan mereka, umur dan jenis kelamin orang-orang itu pun sama ragamnya. Dan seperti yang sudah mereka duga, orang-orang itu punya aura yang sama anehnya.

Gang tempat mereka berada saat itu lurus, dan karena kedua jalan keluarnya sudah ditutup, Koutarou dan Kii tidak bisa lari kemana-mana.

Entah apapun alasannya, situasi ini nyebelin juga....aku harus gimana?

Jalan keluar mereka sudah ditutup dan Koutarou masih tidak tahu apa tujuan dari kelompok orang-orang itu, namun dia bisa merasakan niat membunuh mereka. Sulit membayangkan kalau tidak akan ada apapun yang terjadi. Namun, terlalu banyak orang-orang untuk bisa didorongnya untuk dilewati. Mungkin dia bisa melakukannya kalau dia memakai zirahnya dan pedangnya, tapi saat ini dia tidak memiliki kedua benda itu. Selain itu, masih ada Kii bersamanya. Sulit bagi Koutarou untuk melindungi Kii dan kabur tanpa senjata apapun.

Aku rasa aku harus minta bantuan Clan...

Clan kadang-kadang menggunakan gelangnya untuk memanggil senjata, jadi mungkin juga bagi Koutarou untuk mendapatkan senjata dengan cara yang sama. Akan menguntungkan baginya jika dia bisa mendapat Signaltin, tapi Koutarou tidak tahu apakah hal itu mungkin.

Aku harusnya bikin persiapan buat situasi kayak begini...

Koutarou tidak yakin kalau ada orang yang akan menyerangnya di zaman ini, dan dia pasti akan menarik perhatian orang-orang kalau dia berlari sambil memakai zirah dan membawa senjatanya, belum lagi kalau hal itu justru mengundang bahaya yang berbeda. Jika dibandingkan antara resiko membawa zirah dan senjatanya dengan bertemu dengan musuh, yang terbaik jelas untuk tidak membawa zirah dan senjatanya. Namun kenyataannya, ada musuh yang muncul. Tidak ada gunanya Koutarou menyesali nasi yang sudah menjadi bubur itu.

Kalau saja mereka berdua bisa keluar dari situasi ini, Koutarou akan meminta Clan untuk mengusahakan mengirim Signaltin melalui gelang itu.

"Tapi buat sekarang..."

Koutarou menyentuh permata di gelang itu, yang merupakan tombol yang bisa diatur untuk mengaktifkan salah satu dari berbagai macam fungsi dari gelang itu. Dalam kasus ini, permata itu akan membuka jalur komunikasi dengan Clan, seperti halnya speed dialing pada handphone.

"Wah, aku tidak bisa membiarkanmu memanggil bantuan."

Namun, Koutarou tidak bisa memanggil Clan untuk membantunya, karena seorang wanita muncul dari balik kegelapan dan menyerang Koutarou dengan sebuah senjata besar. Koutarou begitu terfokus pada orang-orang di depan dan di belakangnya sambil mencoba menghubungi Clan. Itulah sebabnya serangan kejutan itu berhasil.

"Uwah!?"

Yang bisa Koutarou lakukan hanyalah menggunakan gelangnya untuk menangkis snejata itu, yakni sebuah sabit besar yang selalu digambarkan dibawa oleh malaikat maut. Koutarou hampir terlambat menangkis serangan itu, dan gelang itu menjadi hancur karenanya.

"Oh...tidak kusangka kau bisa menangkis serangan itu. Hebat sekali."

Wanita itu memakai pakaian berwarna nila dengan mantel berwarna nila gelap sebagai penutupnya. Koutarou tidak merasakan hawa keberadaannya karena pakaian itu, yang membuat si wanita bisa berbaur dengan kegelapan.

Karena tudung kepala dari mantel itu menutupi separuh wajah wanita itu dan sabit besarnya berpendar kemerahan, dia menjadi seperti malaikat maut bagi Koutarou.

"Halah, kamu memang udah ngincer gelang ini dari awal."

Koutarou bisa menangkis serangan itu, tapi sebenarnya dia merasa panik. Hanya karena wanita sudah mengincar gelang itu dari awal yang membuat Koutarou bisa menangkis serangan itu. Tapi jika wanita itu justru mengincar nyawa Koutarou, atau nyawa Kii, apakah Koutarou bisa menangkisnya? Itu yang membuatnya ragu.

Gawat....dia kelihatan kalem...

Yang membuat Koutarou lebih resah lagi adalah karena wanita itu tetap terlihat tenang. Tujuan utamanya adalah untuk mencegah Koutarou memanggil bantuan. Bagi wanita itu, nyawa mereka adalah prioritas yang kedua atau lebih rendah lagi.

Untuk membunuh Koutarou, wanita itu hanya perlu melangkah sedikit lebih dekat lagi. Namun, karena dia tidak yakin dengan kemampuan Koutarou, dia mengincar gelang Koutarou lebih dulu. Akan merepotkan baginya kalau Koutarou sampai memanggil bantuan jika dia gagal membunuh Koutarou. Setelah menghancurkan gelangnya, akan mudah baginya untuk membunuh Koutarou.

Rokujouma V10 165.jpg

Koutarou bisa mengerti rencana dari wanita itu berkat pengalaman bertarungnya di Forthorthe, dan hal itu membuatnya panik. Hal yang paling berbahaya dalam sebuah pertarungan bukanlah lawan yang kuat, melainkan lawan yang tenang.

"Kamu menakutkan juga, nak....kamu bisa mengerti hal itu di usia semuda itu, aku jadi senang sudah menunggumu berpisah dari temanmu."

"Sial!"

Kalau wanita itu hanya seorang musuh yang kuat, dia pasti akan menggunakan kekuatannya untuk menyerang Koutarou dan Clan saat sedang bersama, tapi ternyata bukan itu yang dilakukannya. Justru, dia menunggu dengan tenang sampai sebuah kesempatan muncul baginya. Itulah sebabnya Koutarou sekarang terjebak dalam situasi ini. Kekuatan menyerang bisa dengan mudah dikalahkan dengan menunggu adanya celah.

"Itu sebabnya aku punya sesuatu untuk ditanyakan", ujar si wanita sambil menurunkan sabitnya hingga ujungnya menyentuh tanah. Saat dia melakukan itu, orang-orang di depan dan belakang Koutarou dan Kii berhenti bergerak. Mereka menjaga jarak sambil terus mengelilingi Koutarou dan Kii.

....Apa dia yang mimpin orang-orang ini...?

Berdasarkan reaksi yang ditunjukkan oleh kelompok orang-orang aneh itu, Koutarou merasa bahwa mereka adalah pengikut wanita itu. Dia tidak bisa membayangkan hubungan apa yang dimiliki oleh mereka, tapi kalau mereka sedang bekerjasama, itu akan merepotkan baginya.

"Apa kamu bisa menyerahkan anak itu?"

Wanita misterius itu berdiri di tengah-tengah lingkaran yang dibuat oleh orang-orang aneh itu dan menunjuk ke arah Kii dengan tangan kirinya.

"Kii-chan?"

Koutarou dengan waspada mengawasi sekelilingnya sambil menjawab. Dia tidak bisa lengah bahkan hanya sebentar saja.

"Ya, benar. Aku mau anak itu."

Garis bibir yang tampak dari bawah tudung kepala itu berubah menjadi sebuah senyuman, namun tidak ada keramahan yang bisa dirasakan dari senyuman itu. Justru sebuah senyum dingin yang tampak terasa.

"Bukannya aku bertarung untuk hidup. Kalau bisa, aku tidak ingin bertarung denganmu, nak. Kau pun juga begitu, benar?"

Kata-kata itu terdengar manis, namun sebenarnya penuh dengan ancaman. Itu adalah trik lama, mengancama musuh setelah memperlihatkan kemampuanmu. Hal itu bisa membuat musuh tertekan, dan bisa merasa akan dibunuh kalau mereka tidak menurut.

"Onii-chan."

Kii menggenggam ujung baju Koutarou. Tindakan itu saja sudah cukup untuk membuat Koutarou mengerti perasaan Kii saat itu. Dia takut dengan wanita itu, dan dia tidak mau berpisah dengan Koutarou. Koutarou lalu menyentuh tangan Kii dan menatap tajam pada wanita itu.

"Kamu mau apain dia? Kayaknya kamu nggak bakal bawa dia pulang ke rumahnya?"

Kalau wanita itu hanya ingin mengantar Kii pulang, tidak ada alasan baginya untuk menyerang Koutarou. Serangan itu sudah cukup untuk memotong tangan Koutarou kalau bukan karena gelangnya. Wanita itu sudah jelas berbahaya.

"Aku yakin akan lebih baik kalau kau menyerahkan dia sebelum kau tahu alasannya."

"Jadi kamu emang mau ngebunuh dia, ya."

Koutarou berusaha membaca niatan wanita itu dari sikap dan kata-katanya.

"Oh, aku tidak pernah mengatakan hal itu?"

"Kelihatan banget bohongnya..."

"Aku hanya mau menyelesaikan tugasku dengan mudah. Tidak ada alasan lain."

Si wanita misterius kembali tersenyum melihat reaksi Koutarou. Senyuman itu sudah cukup untuk meyakinkan Koutarou.

Wanita itu mengincar nyawa Kii. Memang, dia tidak terlihat akan membunuh Kii di tempat itu juga, tapi memang itulah niatannya.

Setelah menyadari hal itu, Koutarou dengan tegas menolak.

"Aku nggak akan nyerahin dia. Dia temanku yang berharga!"

"Onii-chan!!"

Saat meliha sikap Koutarou, Kii menjadi senang. Kii tahu bahwa mereka berdua sedang berada dalam situasi yang berbahaya, namun dia merasa senang karena Koutarou tidak meninggalkannya dan juga menyebutnya sebagai seorang teman.

"Wah, prasangkamu buruk juga. Aku tidak pernah berkata akan membunuhnya."

Si wanita misterius yang masih tersenyum itu mengangkat sabitnya dengan kedua tangannya. Dia sudah menduga bahwa Koutarou akan menjawab seperti itu dilihat dari caranya bersikap. Wanita itu bukanlah pecinta damai seperti yang berusaha ditunjukkannya, tapi sudah berniat untuk bertarung dari awal. Kata-kata yang dilontarkannya pun hanya caranya untuk menilai kemampuan Koutarou.

Kita kalah jumlah dan nggak punya senjata, ditambah aku nggak tahu apa-apa soal musuhku....

Koutarou mengambil ancang-ancang sambil mendecakkan lidahnya. Meskipun wanita itu mengatakan bahwa Koutarou menakuktkan sebelumnya, sebenarnya Koutaroulah yang merasa takut. Dia sendiri tahu betul bahwa dirinya tidak punya kesempatan untuk menang.

"Onii-chan..."

"Tenang. Kamu tetap di belakangku ya."

"B-Baik..."

Namun, tidak peduli seberapa kecil kemungkinannya untuk menang, Koutarou tidak punya pilihan lain selain bertarung. Dengan Kii yang lemah yang berlindung di balik badannya, Koutaroulah satu-satunya orang yang bisa melindunginya. Karena Koutarou tahu betul akan hal itu, dia tidak punya pilihan untuk meninggalkannya begitu saja.

Dengan begitu, untuk tidak mengkhianati sesuatu di dalam dirinya sendiri, Koutarou melangkah menuju sebuah pertarungan yang dia tahu betul tidak mungkin bisa dimenangkannya.


Part 3[edit]

Si wanita misterius maju menyerang lebih dulu. Karena Koutarou harus melindungi Kii, dia tidak bisa maju menyerang dengan nekat, yang berarti si wanita itulah yang pasti bisa menyerang lebih dulu.

"Kalau kau punya sesuatu yang bisa dipakai untuk menyerang, silahkan gunakan sekarang!! Apa kau pikir kau bisa menang tanpa senjata melawan seseorang yang punya senjata!?"

"Coba tunjukkin orang bego mana yang maju berantem dan ingin kalah!!"

"Aku suka gayamu!!"

Mantel nila si wanita misterius berkibar saat dia mengayunkan sabitnya yang besar ke arah Koutarou. Hempasan angin dari gerakan wanita itu meniup tudung mantelnya dan membuat wajahnya terlihat. Dia terlihat berumur sekitar 20 tahun, dan Koutarou tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya.

"Cepet bener!? Dan sabitnya nggak normal!!"

Si wanita misterius bergerak dengan cepat. Meskipun dia menggunakan sabit yang besar, momentum sabit itu tidak mempengaruhi dirinya. Dia mengayunkan sabitnya dan berputar seperti gasing. Hal itu justru membuatnya terlihat seperti wanita itulah yang menyeimbangkan dirinya dengan mengayunkan sabitnya. Koutarou tidak percaya bahwa hal itu mungkin terjadi dengan sabit seberat itu. Gerakan seperti itu hanya mungkin dilakukan kalau wanita itu mengayunkan sebuah tongkat, seakan-akan bilah sabit itu tidak ada.

"Itu karena bilahnya tidak berwujud fisik!"

"Jadi itu rupanya!!"

Koutarou mengayunkan badannya dan sabit besar itu menggores dan merobek bajunya, membuat Koutarou menggigil saat melihat hasil potongan yang halus itu. Meskipun wanita itu berkata bahwa sabitnya tidak mempunyai bilah secara fisik, ketajamannya ternyata lebih daripada bilah yang sesungguhnya.

Sabitnya dibuat dengan membuat medan pelindung berbentuk sabit di ujung tongkatnya!! Aku nggak bisa ketipu dengan bentuknya yang biasa!! Levelnya sama dengan Theia atau Clan!

Bagian fisik dari sabit itu adalah gagangnya, yang berwujud asli sebuah tongkat. Dan dengan sebuah cara, energi difokuskan pada bagian ujungnya dan menciptakan bilah sabit. Sebagai hasilnya, sabit itu bisa diayunkan layaknya tongkat, tapi dengan kekuatan dan jarak serangan sebuah sabit - sebuah senjata yang benar-benar absurd.

Koutarou yakin kalau itu adalah hasil dari sebuah teknologi, namun pada kenyataannya tidak. Bilah sabit itu dibuat dengan sihir wanita itu, yang bernama Maya, penyihir dengan nama samaran Dark Navy.

"Oh...kelihatannya kamu bocah yang menarik.."

Maya menghentikan serangannya dan menjaga jarak, lalu memuji Koutarou.

Bocah ini bukan bocah biasa. Kelihatannya dia pernah melihat senjata dari energi sebelumnya...

Maya sempat menyebutkan bagaimana sabit itu bekerja untuk bisa menilai Koutarou lebih banyak lagi. Kalau dia melawan seseorang yang tidak punya pengetahuan tentang sihir, orang itu pasti tidak akan mengerti bahkan jika mereka mendapat penjelasan bagaimana senjata itu bekerja, atau justru malah berpikir kalau mereka sedang ditipu. Walau demikian, Koutarou langsung mengerti apa maksud perkataan Maya. Itu berarti, Koutarou mengerti tentang sihir atau sesuatu yang mirip dengan itu. Maya curiga bahwa kecil kemungkinan bahwa Koutarou adalah seorang penyihir. Kalau saja dia memang penyihir, maka Koutarou pasti sudah menggunakan sihir sedari tadi.

Dan sekarang aku menggunakan sihir untuk meningkatkan kekuatan fisikku, dan dia masih bisa menandingiku...

Maya memuji Koutarou karena dia bisa bertarung tanpa senjata. Saat Maya memulai serangannya, dia merapal mantra pada dirinya sendiri untuk meningkatkan kekuatannya, yakni dengan menguatkan kekuatan ototnya, meningkatkan kecepatan refleks dan kecepatan proses otaknya. Karena itulah Maya menjadi lebih cepat. Karena dia bergerak hampir secepat yang bisa ditangani oleh pikiran manusia, manusia biasa seharusnya tidak bisa bertahan mengikutinya. Walau demikian, entah bagaimana, Koutarou bisa melakukan itu dan tanpa membawa senjata.

Apa dia Manafist alami? Atau jangan-jangan Psionic Soldier? Tidak hanya kekuatannya saja, kelihatannya dia juga punya pengalaman....aku tidak bisa lengah hanya karena dia tidak bersenjata. Siapa yang tahu serangan macam apa yang akan dia lakukan....

Meskipun langka, ada kasus-kasus dimana seorang penyihir alami bisa menggunakan sihir dengan intuisinya tanpa menjalani latihan apapun. Namun karena penyihir jenis ini tidak sadar bahwa mereka sendiri adalah seorang penyihir, mereka terkadang memfokuskan kekuatan sihir mereka untuk menggerakkan tubuh mereka atau menjaga kesehatan mereka. Sebagai hasilnya, mereka berubah menjadi semacam manusia super. Hal yang sama juga berlaku dengan ESP dan energi spiritual. Maya curiga bahwa Koutarou mungkin adalah salah satu dari orang-orang itu.

Dan kalau dilihat lagi dari cara Koutarou menggerakkan badannya, Maya sadar bahwa Koutarou punya banyak pengalaman bertarung. Cara Koutarou menggerakkan kaki dan tubuhnya betul-betul sempurna. Gerakan-gerakan seperti itu hanya bisa didapat melalui pertarungan terus-menerus.

Koutarou lebih lambat dari Maya dan tidak bersenjata, namun punya kemampuan yang lebih. Karena itulah dia bisa bertarung melawan Maya, dan inilah alasan mengapa Maya memujinya sebagai orang yang menarik.

"Aku bukan orang yang menarik, cuma pernah ikut beberapa perang aja."

"Semua orang yang betul-betul kuat menyebut diri mereka lemah, dan mereka yang menyebut dirinya kuatlah yang justru mati....kelihatannya aku tidak bisa bermain-main kali ini."

Maya kembali tersenyum dan menghunuskan sabitnya. Meskipun bibirnya nampak tersenyum, matanya yang terlihat dari balik tudungnya tidak terlihat demikian.

"...Musuh selevel Theia, dan aku nggak punya senjata...bener-bener deh, aku 'kan nggak kayak Ibu Kos-san..."

Koutarou turut mengambil ancang-ancang dan mengeluhkan situasinya saat ini. Namun, dia masih belum menyerah.

"Onii-chan, jangan sampai terluka ya."

"Aku nggak tahu kalau aku bisa nggak sampai luka, tapi aku usahain ya."

Kii berada di belakangnya. Tidak peduli apa situasi yang dihadapinya, Koutarou tidak boleh kalah. Dia tidak bisa meninggalkan Kii begitu saja.

Yang nyerang pertamalah yang bakal menang!

Koutarou tidak mau pergi terlalu jauh dan meninggalkan Kii, tapi dia juga tidak bisa menahan dirinya saat berhadapan dengan musuh seperti ini. Musuhnya punya jangkauan serangan dan kekuatan yang lebih besar. Kalau Koutarou tetap diam menunggu, dia tidak akan bisa menyerang. Karena itulah, dia sendiri yang harus maju menyerang.

"Kamu pasti bisa, Onii-chan!"

Setelah menerima sorakan penyemangat dari Kii, Koutarou maju menyerang. Saat dia melakukan itu, dia melepaskan energi spiritual - yang ditanamkan Sanae kepadanya - sampai batasnya. Hal itu membuat kecepatannya meningkat secara instan.

Tolong ya, Sanae! Bertahan sedikit aja lebih lama!

Kenyataannya, energi spiritual Koutarou sudah menjadi semakin dan semakin lemah. Dia tidak mahir dalam menggunakannya dan hanya bisa melakukan itu setelah Sanae membuat aliran itu dalam badannya. Namun, karena ini berarti aliran energinya yang asli sudah diubah secara paksa, kemampuan itu semakin melemah seiring berjalannya waktu. Saat Koutarou masih bersama dengan Sanae, dia pasti akan mengubah aliran energi itu secara teratur, tapi sudah lama waktu berjalan sejak hal itu terakhir dilakukan. Karena itulah, kemampuan itu sekarang sudah berada pada kurang dari setengahnya sejak saat terakhir Sanae mengatur ulang aliran energi itu. Itulah salah satu alasan mengapa Koutarou lebih pelan dari Maya, tapi saat ini, hanya itulah yang dia punya. Yang bisa dilakukan Koutarou hanyalah berdoa agar kemampuannya bisa bertahan cukup lama sampai pertarungan ini berakhir.

"Bagus sekali, nak! Kau mungkin bisa mengalahkanku!"

"Aku bakal hapus senyumanmu itu bentar lagi!"

Sabit yang diayunkan Maya memotong sedikit rambut Koutarou. Sementara sebagian rambutnya melayang di udara, Koutarou memusatkan seluruh kekuatannya di tangannya dan mengayunkannya ke arah Maya.

"Kelemahan kita adalah dalam pertarungan jarak dekat, tapi--"

Namun, Maya tidak terlihat akan menghindari pukulan itu. Pukulan Koutarou terus menuju ke arah perut Maya yang tidak terlindungi.

Apa? Tidak, maju terus!!

Koutarou sadar dengan sikap aneh Maya, tapi dia mengabaikan itu dan terus mengayunkan pukulannya. Merasa ragu saat sedang bertarung akan membuatnya kalah.

"Dengan persiapan yang matang, seseorang bisa menutupi kelemahan itu."

Namun, pukulan Koutarou tidak pernah mengenai Maya.

"Cih, kamu bikin medan pelindung juga disini!?"

"Tepat sekali!!"

Tepat sebelum pukulannya mengenai Maya, pukulannya berhenti seakan-akan menabrak sebuah tembok. Sihir pertahanan Maya sudah menghentikan pukulan itu. Dalam sekejap, sebuah cahaya kekuningan yang transparan muncul dan melindungi Maya.

"Artinya, aku bisa terus-menerus menyerang!!"

Maya tidak pernah punya niatan apapun untuk melindungi dirinya sendiri, jadi dia sudah menyiapkan serangan selanjutnya. Karena dia mempunyai senjata yang besar, ada celah yang besar untuk menyerangnya. Namun karena dia bergantung pada sihir pertahanan, dia bisa mengabaikan celah itu dan terus fokus menyerang. Hebatnya, kalau seorang penyihir bisa menggunakan mantra pertahanan yang kuat, sebuah senjata yang besar bisa menjadi senjata yang kuat bagi seorang penyihir.

"Bagaimana dengan ini!?"

Sabit besar itu mendekat ke arah Koutarou, dan sambil melaju, sabit itu memancarkan cahaya nila.

Aku nggak boleh sampai kena!

Koutarou merasakan adanya bahaya lewat intuisinya dan langsung mencoba menjaga jarak dengan cara menendang pegangan tongkat Maya. Namun pada saat itulah ada sesuatu yang aneh yang terjadi.

"Cih, kamu bikin medan pelindung juga disini!?....Eh!?"

Setelah menendang tongkat itu, Koutarou berhenti bergerak dan dia mengulangi apa yang dikatakannya beberapa detik lalu. Koutarou menjadi bingung, karena hal terakhir yang diingatnya adalah dia baru saja memukul Maya, tapi badannya baru saja melesat setelah menendang sabit Maya.

"Nggak mungkin, apa-apaan ini!?"

Maya tidak menyia-nyaiakan celah yang sudah dibuat oleh Koutarou baginya. Dengan melepaskan tangan kirinya dari sabit itu dan mengarahkannya pada Koutarou, Maya mengucapkan beberapa patah kata layaknya membacakan bait-bait puisi yang indah.

"Thunderbolt - Modifier - Short Range - And - Area Effect!"

Sebuah kilatan putih, diikuti dengan sengatan listrik, melesat dari tangan Maya. Berlawanan dengan kata-kata yang terdengar indah itu, efek yang dihasilkannya tidak terasa indah. Sengatan listrik itu menyebar dari tangan Maya dan menyerang Koutarou.

"Oh, sial!"

Koutarou menyadari kesalahannya dan bergegas menghindar. Namun, karena Maya sudah mengatur area serangannya untuk area besar, dia tidak bisa betul-betul menghindarinya.

Saat terkena sengatan listrik yang begitu kuat, manusia tidak mengalami kejang-kejang seperti yang dipercayai oleh banyak orang. Justru, orang itu menerima hempasan yang kuat dan sekujur tubuh mereka menjadi kram dalam sekejap. Di saat yang sama, tubuh menjadi kaku dan tidak bisa dikendalikan. Hal yang sama sedang terjadi pada Koutarou.

"Onii-chan!?"

"Kau betul-betul menarik. Kamu hampir bisa menghindarinya."

Kombinasi serangan favorit Maya adalah menantang seseorang untuk bertarung dalam jarak dekat sambil menyelimuti senjatanya dengan mantra yang menyebabkan hilangnya ingatan jangka pendek. Sementara musuhnya berhenti bergerak sesaat karena hilang ingatan, Maya melepaskan serangan skala besar. Tidak ada orang selain para penyihir yang bisa menghindari serangan itu hingga saat ini. Tentu saja, Koutarou tidak bisa menghindarinya juga, tapi dia bisa menghindari sebagian besar serangan listrik itu. Itu sudah cukup untuk membuat Maya terkejut.

"S-sialan..."

Koutarou mencoba bangkit berdiri, tapi luka yang didapatnya terlalu besar dan dia tidak bisa menggerakkan badannya.

Bangun dong, badanku! Aku nggak bisa kalah disini!

Walau demikian, dia tidak menyerah. Koutarou mengumpulkan seluruh tenaganya dan menggerakkan badannya dengan paksa. Dengan begitu, entah bagaimana badannya bisa bergerak, dan dengan menggunakan kaki dan tangannya sebagai tumpuan, Koutarou memaksa dirinya untuk berdiri. Gerakannya begitu pelan dan kaku, seperti zombie dari film-film horor.

"Onii-chan! K-kamu baik-baik saja kan!?"

"...Iya, entah kenapa."

Sambil tersenyum, Koutarou menghadap Kii sambil menahan sakit. Tentu saja, dia tidak berada dalam kondisi dimana badannya "baik-baik saja", karena saat ini yang bisa dilakukannya hanyalah berdiri.

Di masa lalu, mantra pelindung Yurika masih bekerja, dan pada saat itu Koutarou tidak akan terluka separah ini dari serangan semacam itu. Namun, seiring berjalannya waktu efek mantra itu pun sudah banyak berkurang. Sudah lama waktu berlalu semenjak Koutarou dan Clan berada di Forthorthe, dan itu membuat kekuatan yang didapat Koutarou dari para gadis penjajah berada pada titik penghabisannya.

"Aku nggak akan kalah, nggak akan!!"

Namun, Koutarou hanya kehilangan kekuatannya saja. Semua hal lain yang didapatnya dari para gadis itu masih berada di dalamnya, dan hal itu membuatnya bisa bangkit berdiri. Kalau tidak, dia tidak akan bisa melindungi Kii dan dia tidak akan bisa memenuhi janji dan sumpahnya.

"Harus kukatakan, aku terkejut melihatmu. Tidak kusangka kau masih bisa berdiri dengan keadaan seperti itu...bukankah akan lebih mudah jika kau tetap diam?"

"Apa kamu pernah liat orang yang nggak ngeronta-ronta pas tenggelam karena buat mereka itu bakal lebih gampang?" balas Koutarou sambil mulai mengepalkan tangannya dan melotot kepada Maya. DI saat yang sama, dia mempelajari bagaimana Maya bertarung di dalam pikirannya.

Biarpun aku udah bangun, aku nggak tahu apa yang dia lakuin beberapa saat lalu. Rasanya kayak waktu berlalu begitu aja...bakal jadi masalah kalau itu sampai kejadian lagi...

Pada kenyataannya, dia kehilangan sebagian ingatannya, tapi bagi Koutarou, rasanya waktu terasa berhenti sementara badannya berpindah tempat. Masalahnya adalah apakah dia bisa mengatasinya jika hal itu sampai terjadi lagi. Ditambah, masih ada medan pelindung yang melindungi Maya. Masalah yang dihadapi Koutarou menjadi semakin banyak.

"...Benar juga."

Maya dengan tenang mengabaikan tatapan Koutarou dan kembali menyiapkan sabitnya, sambil membayangkan apa yang dipikirkan oleh Koutarou yang tidak segera maju menyerangnya.

Biarpun dia menyadari ada ingatannya yang hilang, dia tidak akan percaya kalau aku menghapusnya. Tapi, dia pasti tetap curiga kalau aku yang sudah melakukan sesuatu...yang berarti, target serangannya akan jadi terbatas...

Sementara Maya masih fokus berpikir, Koutarou mulai maju menyerang.

Koutarou berusaha menyelesaikan pertarungannya saat itu juga dengan menggunakan semua kekuatan yang tersisa pada dirinya. Musuhnya menggunakan kekuatan yang aneh dan juga senjata, yang berarti semakin lama pertarungannya berlangsung, maka Koutarou akan semakin dirugikan.

Aku tidak akan melewatkan kesempatan ini! Ini sisi paling menyeramkan dari bocah itu!

Maya pun turut bergerak. Dia mengayunkan sabitnya ke arah Koutarou, dengan bilah yang memancarkan cahaya nila. Sihir penghilang ingatan rupanya sudah disisipkan ke dalam sabit itu pada kali ini juga.

"Uooooooooooooooooo!!"

"Dan dia akan menyerang ke.....!"

Serangan mereka pun beradu. Koutarou menendang ke bagian bawah badan Maya. Medan pelindung yang melindungi Maya secara otomatis aktif saat terkena serangan, namun agar keseimbangannya tetap terjaga saat berlari, Maya tidak bisa melindungi keseluruhan kakinya. Ada sedikit celah yang dibuat agar medan pelindungnya tidak menyentuh tanah. Itulah area serangan yang diincar Koutarou.

"Sudah kuduga!!"

Namun, ada medan pelindung lain yang menghalangi serangan Koutarou. Karena sudah menduga bahwa Koutarou akan menyerang kakinya, Maya sudah membuat medan pelindung lain di dalam yang langsung melindungi kakinya.

"Belum selesai!!"

Namun, Koutarou tidak berhenti sampai disitu. Tujuan serangan aslinya adalah wajah Maya yang menunduk sedikit sebagai reaksi terhadap serangannya. Lebih tepatnya, dagu Maya yang menyembul keluar dari tudung mantelnya.

"Begitu ya, kau menyerang di jeda aktif medan pelindungnya---"

Pukulan Koutarou menyerempet dagu Maya. Hanya dari serangan itu saja, pandangan Maya menjadi teralihkan.

"Kurang dikit lagi!!"

Koutarou sadar kalau serangannya gagal dan lalu berusaha menjaga jaraknya dari Maya dengan cara berpindah ke sampingnya. Maya mengincar punggung Koutarou saat dia sedang bergerak, tapi guncangan yang didapatnya dari serangan ke dagunya masih belum reda dan serangannya pun meleset.

"Sudah kuduga, dia nggak bisa pakai lapisan pelindung di saat yang sama."

Saat Koutarou berbalik menghadap Maya, Maya terlihat tersenyum.

"Wah, sungguh menakutkan. Siapa gerangan kau ini?"

Sambil mengelus-elus dagunya, Maya tersenyum dengan penuh percaya diri, tapi sesungguhnya, saat itu dia betul-betul tersentak.

Dia memasukkan fakta bahwa aku menggunakan medan pelindung sebagai pelindungku ke dalam perhitungannya dan memaksaku membuat medan pelindung tambahan dengan mengincar kakiku. Sambil menunggu waktu medan itu menghilang, dia melancarkan serangan aslinya. Dalam kurun waktu itu, karena aku menggunakan kekuatan sihirku pada bilah sabitku dan dua medan pelindung, aku menjadi tidak punya pertahanan selama beberapa detik. Dia kuat...

Karena Koutarou terbiasa menggunakan roket pendorong penggerak zirahnya, dia tahu bagaimana medan pelindung bekerja. Dia tidak bisa mengeluarkan kekuatan lebih dari yang dibatasi oleh kapasitornya, dan ada sedikit jeda waktu di antara saat sebuah medan pelindung menghilang dan bisa dibuat kembali. Koutarou tidak tahu jika medan pelindung milik Maya punya sifat yang sama, tapi dia menduga ada kemungkinan tinggi bahwa mempertahankan energi untuk dua medan pelindung dan sebuah bilah sabit di saat yang sama itu sulit.

"Tapi karena aku sudah tahu apa yang akan kau lakukan, aku punya cara untuk membalasnya."

Maya menghilangkan medan pelindung yang melindunginya, dan mengambil ancang-ancang untuk bertahan. Dia juga akan menggunakan sabitnya untuk melindungi dirinya. Karena bilahnya tidak berwujud fisik, kekuatan pelindungnya bukanlah dalam wujud sabit, tapi lebih ke tongkat. Maya juga sudah menyisipkan sihir hilang ingatan ke dalam sabit itu, jadi saat Koutarou menyentuhnya lagi, sihir itu akan bekerja. Tekanan yang diberikan Maya jadi berkurang, tapi pertahanannya jadi meningkat dan dia masih tetap berbahaya seperti sebelumnya.

"Itu bener, kalau seranganku masih sama kayak yang tadi", ujar Koutarou dengan senyuman yang sama seperti Maya.

Gawat...

Namun, senyum itu pun juga sebuah tipuan. Kalau Maya melindungi dirinya dengan sabit itu, akan sulit bagi Koutarou untuk menyerangnya melewati sabit itu dan juga medan-medan pelindungnya.

"Aku rasa tidak ada lagi hal yang bisa kau lakukan."

"Kalau gitu, silahkan maju. Nanti kamu bakal tahu."

Sambil terus bicara, Koutarou berpikir dengan keras. Dia harus bisa lepas dari situasi ini dan melindungi Kii.

"Kalau begitu, aku terima tawaranmu!"

Namun, sebelum Koutarou bisa menyusun rencananya, Maya langsung maju menyerang. Koutarou terpaksa berhenti berpikir dan maju untuk menghadangnya.

"Ayolah, kenapa begini!? Kau tidak punya senjata rahasia!?"

"Siaaal!!"

Maya mengeluarkan serangan demi serangan ke arah Koutarou yang hanya bisa mengelak.

Tidak seperti sebelumnya, kali ini gerakan serangan Maya lebih kecil. Yang perlu dilakukan Maya hanyalah menyentuh Koutarou dengan sabit yang sudah disisipi sihir penghilang ingatan, lalu setelahnya dia bisa menyerang secara besar-besaran. Dengan gerakan-gerakannya yang kecil itu, kecepatan serangannya pun meningkat dan memaksa Koutarou untuk berada dalam posisi bertahan. Untuk alasan yang sama, kesempatan bagi Koutarou untuk membalas pun menjadi semakin kecil. Serangan-serangan yang dilancarkan Kotarou di sela-sela serangan Maya dihalangi oleh sabit dan medan pelindung Maya, membuat serangan Koutarou menjadi tidak mempan.

"Onii-chan, kamu pasti bisa!!"

Kii, yang tidak bisa hanya diam menonton saja, menyemangati Koutarou. Meskipun dia tidak punya pengalaman bertarung sama sekali, Kii tahu bahwa Koutarou sedang terpojok.

"Berhenti kesana kemari!!"

Namun, meskipun dia sudah membuat Koutarou terpojok, Maya selalu saja hampir tidak bisa menghabisinya. Itu terjadi karena kekuatan energi spiritual yang masih ada di dalam Koutarou, yang membuatnya bisa menduga kemana Maya akan menyerang dan menghindarinya di saat-saat terakhir. Pada akhirnya, Maya menjadi kesal dan mengganti taktiknya.

"Bagaimana dengan ini!? Flash!!"

"Oh, sial!!"

Tiba-tiba, ada sebuah kilatan cahaya yang muncul yang jauh lebih terang daripada kilatan listrik beberapa saat yang lalu. Koutarou tidak bisa melihat selama sesaat karena cahaya yang begitu terang itu.

"Dan!"

Maya mengitari Koutarou dan menyerangnya dengan gagang sabitnya. Koutarou tentu saja tidak dapat menghindari itu.

"Sialan!!...A-apa, mataku!?"

Koutarou kembali kehilangan ingatannya dari beberapa detik yang lalu, termasuk saat dia kehilangan penglihatannya, dan membuat dia terdiam. Pada saat itu, Maya mengayunkan kuat-kuat sabitnya. Dia sudah tidak peduli lagi dengan posisinya saat itu, karena dengan serangan yang dikerahkannya sekuat tenaga ini, dia bisa menghabisi Koutarou.

"Onii-chan, awas!!"

"Gitu ya, jadi ini yang tadi!!"

Kii menerikkan peringatan pada Koutarou yang masih bingung. Berkat itu, Koutarou sadar kalau dia sudah terkena salah satu serangan Maya.

"Kau terlambat!!"

Serangan Maya akan mengenainya, dan sudah tidak ada waktu lagi bagi Koutarou untuk menghindarinya.

Aku bakal ketebas! Nggak sempet ngindar!

Koutarou bersiap menerima serangan itu, namun dia tidak berniat untuk kalah begitu saja.

"Sekarang selesai sudah, nak!!"

"Nggak, masih belum!!"

Kemampuan Koutarou untuk melihat energi spiritual membuatnya bisa melihat kemana arah sabit itu akan menyerang. Koutarou lalu menyilangkan tangannya dan memaksanya untuk mengenai sabit itu.

Berkat tangannya yang mengenai gagang sabit, sabit itu berhenti setelah menusuk bahunya. Koutarou berhasil menghindari serangan mematikan, tapi sebagai gantinya, dia terluka parah dan darah mengucur deras dari luka di bahunya.

"Onii-chan!?"

"Nak...kau bahkan tidak bisa melihat dengan jelas. Meskipun kau adalah musuh, itu tadi hebat juga."

Maya berniat membunuh Koutarou dalam satu serangan itu, namun Koutarou masih bisa selamat. Meskipun dia terluka parah, Koutarou masih hidup dan hal itu membuat Maya menjadi kagum dan memujinya.

"Udah kubilang, kan!! Kamu bakalan tahu!!"

Koutarou tidak berhenti. Dia menahan rasa sakitnya dan dengan paksa menggenggam Maya.

"Begitu rupanya nak, jadi ini rencanamu!!"

Meskipun pertahanan Maya begitu kuat, hal itu tidak berlaku saat dia melancarkan serangan besar seperti tadi. Koutarou membiarkan Maya menyerang dan lalu maju mendekat. Meskipun dia tidak bisa melihat, kalau Koutarou bisa memegang Maya maka itu tidak akan menjadi masalah. Inilah senjata pamungkas Koutarou - sebuah taruhan berbahaya dengan nyawanya sebagai bayarannya, yang berhasil dimenangkannya.

"Aku lengah!! Dia sudah biasa bertarung!!"

Sementara Koutarou masih menahan Maya, dia berteriak sekencang-kencangnya.

"Kii-chan, sekarang lari!!"

"Tapi, aku tidak bisa meninggalkan Onii-chan!!"

"Lari!! Mereka ngincer kamu!!"

Penglihatan Koutarou mulai kembali. Namun, kalau dilihat dari kekuatan Maua, orang-orang di sekitar mereka dan luka yang sudah didapatnya, hanya inilah kesempatan bagi Kii untuk kabur. Kii harus bisa melewati orang-orang di sekitarnya sendirian, tapi dia hanya bisa melakukan hal itu sekarang sementara Maya masih tertahan.

"Onii-chan!! Aku akan segera memanggil bantuan!!"

Awalnya Kii menolak, tapi dia segera memutuskan untuk menuruti Koutarou. Maya terlalu kuat baginya, jadi Kii tidak bisa menyelamatkan Koutarou sendirian. Dia harus melewati kerumunan orang-orang itu dan mencari bantuan. Itulah hal terbaik yang bisa dilakukan oleh gadis berumur enam tahun.

Disana...aku pasti bisa lewat sana...!

Tanpa melemahkan pengawasannya, Kii menemukan celah yang begitu kecil, yang mungkin hampir tidak bisa dilewati olehnya, di antara bangunan-bangunan di sekitarnya. Kii langsung berlari ke celah itu tanpa ragu lagi.

"Tidak akan kubiarkan kau!! Kalian semua, jangan biarkan dia lari!!"

Meskipun dia masih ditahan oleh Koutarou, Maya tidak akan membiarkan Kii lepas begitu saja. Karena dia tidak bisa bergerak, Maya memerintahkan orang-orang di sekitarnya untuk menangkap Kii. Orang-orang itu pun mematuhi Maya dan mengejar Kii.

"Kyaaaaaaaaa!! Tidak, lepaskan aku!!" jerit Kii.

Sayangnya, Kii tertangkap oleh orang-orang yang dimanipulasi oleh Maya. Karena dia kalah jumlah, sulit bagi Kii untuk bisa lepas.

"Kii-chan!?"

Koutarou tidak tahu apa yang terjadi pada Kii karena dia masih berusaha menahan Maya, tapi dia mengerti kalau Kii berada dalam bahaya dari teriakannya.

"Hei, hei, musuhmu itu aku!"

Saat Koutarou memikirkan Kii, Maya memukul bahu Koutarou.

"Aaaaaaaaaaaarrgghhh!!"

Koutarou menerima rasa sakit yang luar biasa. Karena pukulan itu mengenai lukanya untuk membuatnya semakin besar, rasa sakitnya seperti besi panas yang berusaha masuk menembus bahunya. Ditambah lagi, karena pukulan itu, pendarahannya menjadi lebih parah dan membuat bajunya memerah karena darah.

"Usaha yang bagus, nak, sungguh! Tapi!"

Maya terus menekan pukulannya ke luka Koutarou lebih dan lebih keras lagi, sambil berusaha menembakkan sihir secara langsung padanya. Sebenarnya sulit untuk menggunakan sihir dalam pertarungan jarak dekat seperti ini, apalagi karena Maya tidak bisa memegang tongkatnya dengan benar. Namun, Koutarou memberi celah setelah terkena serangan Maya, jadi dengan kemampuan Maya yang tinggi, dia bisa merapal mantra yang sederhana yang bahkan bisa memberi luka fatal saat dilancarkan langsung pada Koutarou lewat luka di bahunya.

"Uwaaaaaaaarrgghhh!!"

Sambil terus berkonsentrasi pada mantranya, Maya terus menyerang luka Koutarou. Koutarou sendiri sudah akan pingsan karena rasa sakit yang luar biasa dan dari pendarahan. Biasanya, dia akan bertahan, tapi saat ini dia sudah tidak bisa melakukan itu.

"Onii-chan, Onii-chan!! Lepaskan Onii-chan!!"

Tepat pada saat itulah suara Kii masuk ke dalam benak Koutarou yang mulai pingsan.

Kii-chan...nangis lagi...

Kii berteriak bukan karena dirinya tertangkap, tapi demi Koutarou yang saat itu sedang diserang.

Aku harus ngelakuin sesuatu...sesuatu...biar dia bisa hidup bahagia...dia udah nangis lebih dari cukup...

Bayangan Kii yang menangis muncul dalam benak Koutarou. Dia ingin agar senyuman Kii kembali, tapi Koutarou tidak tahu bagaimana caranya. Koutarou tidak bisa menggerakkan badanya, dan serangan musuhnya sebentar lagi akan tiba.

Apa....apa yang bisa aku lakuin biar dia nggak nangis...? Apa....

Pada saat itu, yang bisa dipikirkan oleh Koutarou hanyalah untuk bisa melakukan sesuatu. Namun, karena dia tidak bisa berbuat apa-apa, Maya mulai merapal mantra.

"Quick and Still Cast - Tiny Explosion!!"

Maya merapal mantra ledakan sederhana, yang bisa dirapal bahkan dalam pertarungan gulat, yang tidak memerlukan gerakan. Setelah mantranya selesai dirapal, tangannya mulai berpendar merah. Kalau dia memukulkan tangan itu kembali pada Koutarou, mantranya akan aktif.

"Tamat sudah, nak!!"

Maya sudah yakin akan menang, dan mengayunkan pukulannya yang sudah memerah karena darah dan sihir ke arah Koutarou lagi. Sudah jelas dari situasi ini kalau mantra itu akan menyebabkan ledakan di dalam bahu Koutarou yang akan membuat tangannya terputus.

"Jangaaaaaaaaaaaaaaan!!" jerit Kii, namun hal itu tidak menghentikan Maya, yang pukulannya terus melaju ke arah Koutarou.

"Semua akan baik-baik saja..."

Namun, tepat sebelum pukulan itu akan menghabisi nyawa Koutarou, ada sesuatu yang terjadi.

Sebuah cahaya putih muncul di dekat bahu Koutarou, yang menyelimuti bahunya dan di saat yang sama membentuk sebuah perisai bulat yang melindungi bahu itu dari pukulan Maya. Karena perisai itulah pukulan Maya tidak bisa menyentuh Koutarou.

"Tidak mungkin!? Dia memasang medan pelidung dalam keadaan seperti ini tanpa tanda-tanda apapun!? Dia bahkan menghapus sihirku!?"

Maya, yang begitu kagetnya, langsung menjaga jarak dari Koutarou.

Jaraknya mungkin hanya sedikit, tapi dia baru saja memasang medan pelidung tanpa rapalan atau gerakan sama sekali, dan bahkan sifatnya sama dengan perisai anti sihir!! Apa-apaan kekuatan sihir putih murni ini!? Aku tidak pernah mendengar adanya kekuatan sihir seperti ini!!

Maya tidak bisa mengerti apa hal yang baru saja terjadi di hadapannya, yakni sesuatu yang berada di luar akal sehat seorang penyihir. Serangan terkuatnya barusan seharusnya tidak bisa ditangkis begitu saja.

Yang membuat Maya begitu kaget adalah warna sihir yang menyelimuti Koutarou. Biasanya, kekuatan sihir terbagi menjadi ketujuh warna pelangi. Sihir pemanggilan berwarna biru, pertahanan berwarna kuning, dan seterusnya. Namun, warna putihlah yang menyelimuti Koutarou. Sebuah kekuatan sihir yang seharusnya tidak ada sekarang sedang melindunginya.

Tidak mungkin....luka di bahunya mulai sembuh...satu jenis sihir yang bisa melindungi, meregenerasi[3] dan menyembuhkan di saat yang bersamaan....siapa sebenarnya bocah ini?

Maya menjaga jaraknya dari Koutarou karena dia takut dengan kekuatan sihir misterius yang dikendalikan oleh Koutarou. Intuisi Maya sebagai seorang prajurit berkata bahwa saat ini Koutarou sangat berbahaya.

"Apa yang..."

Namun, ternyata Koutarou sendiri juga sama kagetnya. Secara tiba-tiba, sebuah cahaya putih muncul, menghadang serangan Maya dan sekarang menyembuhkan luka di bahunya. Sudah sewajarnya hal itu membuat Koutarou bingung.

Ah....

Namun, Koutarou punya ingatan tentang cahaya ini, bukan, kekuatan sihir putih ini. Kekuatan sihir yang sama dengan yang dipancarkan oleh Signaltin.

"Gitu rupanya, Yang Mulia yang nyelametin aku..."

Koutarou bisa merasakan keberadaan Alaia dari kekuatan sihir itu, sama seperti saat dia sedang menggunakan Signaltin. Meskipun Signaltin sedang berada jauh dari genggaman Koutarou, sumpah dari Alaia terus melindunginya.

"Kalian, hentikan dia!"

Maya dengan cepat menyerah. Tepat saat Koutarou mulai mengeluarkan sebuah kekuatan misterius, Maya memilih untuk mengalah pada pertarungan itu dan memutuskan untuk mengejar tujuan aslinya.

"Kau akan ikut denganku."

"Tidaaaak, Onii-chan!!"

Maya menyuruh orang-orang yang dikendalikannya untuk menahan Koutarou sementara dirinya menahan Kii untuk dibawa lari.

Kalau aku harus bertarung melawan bocah itu, aku lebih memilih itu kalau saja itu tujuanku. Kalau aku harus memakai peribahasa, maka jadinya "Kejarlah dua kelinci, dan kau akan kehilangan keduanya"!

Maya sudah menduga kalau pertarungannya dengan Koutarou akan berakhir dengan cepat. Namun, rupanya bukan itu yang terjadi. Kalau terus begini, jika dia terus bertarung melawan Koutarou yang memiliki kekuatan misterius, Maya mungkin tidak akan bisa menggunakan Kii sebagai korban untuk ritual. Maya dengan tenang memutuskan untuk membawa Kii bersamanya lebih dulu.

"Tunggu! Lepasin dia!!"

"Fufu, sampai kita bertemu lagi, kalau takdir mengijinkan, nak!"

"Onii-chan!!"

Kii meronta-ronta sebisanya untuk bisa lepas, tapi dia jatuh pingsan segera setelah Maya melancarkan sebuah mantra. Maya lalu pergi dari tempat itu sambil membawa Kii. Koutarou ingin segera mengejarnya, tapi dia tidak bisa mendesak melewati orang-orang yang menghalangi jalannya. Ditambah, luka di bahunya masih belum betul-betul sembuh, dan dia juga masih belum pulih dari luka-luka lain yang didapatnya dari pertarungan barusan. Belum lagi masalah dimana dia tidak bisa melukai orang-orang itu.

"Cih, aku nggak punya waktu buat ini!"

Koutarou mengayunkan tinjunya dan mulai melukai orang-orang yang menghalanginya. Namun, jumlah mereka tidak kunjung berkurang. Karena kekuatan Signaltin diarahkan agar Koutarou tetap sadar dan menyembuhkan lukanya, Koutarou tidak bisa menyerang secara yang dia inginkan. Tentu saja, karena Koutarou menerima kekuatan itu tidak secara langsung, yang paling bisa diusahakannya adalah untuk melepaskan kekuatan itu lewat tinju. Karena itulah Koutarou tidak bisa bergerak bahkan setelah dia tidak bisa melihat Maya lagi.

"Sialan, kalau terus begini, dia bakal ngebunuh Kii!"

Koutarou mulai panik saat dia sadar bahwa Maya dan Kii sudah pergi. Semakin lama waktu berjalan, semakin sedikit kesempatannya untuk menemukan Kii. Rasa kesalnya pun semakin besar karena orang-orang yang menghalanginya, yang jumlahnya tidak kunjung turun, justru bertambah semakin banyak.

"Kanae-san, tolong busurnya."

"Oke! Tolong ya, Nana-chan!"

"Sonic Web - Modifier - Non Lethal - Charge Weapon - Effective Area Large!"

Tepat pada saat itulah sebuah anak panah melesat ke arah orang-orang yang menghalangi Koutarou. Anak panah itu hanya terbang melewati mereka, tapi orang-orang yang berada di jalur tembakannya langsung terhempas. Sebagai hasilnya, ada jalan yang terbuka bagi Koutarou.

"Apa itu barusan!?"

Karena orang-orang yang baru saja dilawannya sudah jatuh pingsan, Koutarou menoleh ke belakangnya. Baru pada saat itulah dia melihat ada dua orang yang berdiri di belakangnya sekitar 10 meter darinya.

Salah satu dari kedua orang itu adalah wanita berumur sekitar dua puluh tahun, memakai pakaian formal dan memegang sebuah busur panah. Satu orang lagi adalah seorang gadis yang memakai mantel berwarna pink. Koutarou belum pernah melihat wanita yang memegang busur panah itu sebelumnya, dan dia tidak bisa mengenali si gadis karena tudung mantel yang menutupi wajahnya. Mereka berdua adalah orang aneh yang tidak pernah dijumpai oleh Koutarou sebelumnya.

Apa mereka...mau nolong aku?

Koutarou tidak yakin, tapi hanya itu yang bisa dipikirkannya kalau dia mempertimbangkan situasinya saat ini. Untuk memastikan, dia memanggil kedua orang itu.

"Kalian siapa!?"

"Tidak ada waktu untuk ngobrol! Kamu harus pergi mengejar rubah itu!"

Sambil berkata demikian, si wanita yang memegang busur kembali bersiap untuk menembak. Tembakan selanjutnya kembali menyingkirkan orang-orang yang kembali menghalangi Koutarou.

"Tapi..."

Koutarou tidak bisa langsung memutuskan. Ada dua orang aneh yang tiba-tiba muncul, dan sementara Koutarou masih ragu, si gadis bermantel pink pun berbicara.

"Dengarkan aku!! Wanita bermantel nila itu dan kami adalah musuh!! Kami ingin mengejarnya!! Tapi, kami tidak bisa membiarkan tempat ini seperti ini!!"

"Suara itu..."

Koutarou rupanya pernah mendengar suara itu sebelumnya.

Dia...cewek yang waktu itu?

Suara gadis yang memakai mantel pink terdengar mirip dengan gadis yang muncul di hutan di gunung saat Koutarou sedang meredakan mimpi buruk Kii.

"Kalau kau mengejarnya, kami bisa fokus membersihkan tempat ini!! Kami lebih baik dalam menangani hal ini dibandingkan dengan kau!!"

"Oke, biar aku yang urus!!" seru Koutarou kepada kedua orang itu dan bergegas lari melewati jalur yang sudah dibuat oleh tembakan panah.

Aku nggak boleh ragu! Aku cuma harus percaya sama cewek itu!

Kalau terus begini, cepat atau lambat Kii akan mati. Untuk bisa menghindari itu, Koutarou tidak punya pilihan selain percaya kepada kedua orang itu. Dan kalau gadis bermantel pink itu adalah gadis yang sama yang muncul pada waktu itu, Koutarou seharusnya bisa percaya padanya. Karena pasti ada mata yang punya tekad kuat dan juga baik di balik mantel itu.

"Uuuoooooooo"

Orang-orang yang masih dibawah pengaruh kendali meraung-raung saat mereka mencoba menghentikan Koutarou yang berusaha lepas. Namun, ada anak panah lain yang melesat dan menghempaskan orang-orang yang berusaha menangkap Koutarou.

"Makasih!!"

Sebagai hasilnya, hanya dua orang yang berhasil meraih Koutarou. Dan kalau hanya dua orang, Koutarou bisa menghindari mereka dengan gesit. TIdak lama kemudian, Koutarou berhasil lolos dari orang-orang yang mengerumuninya dan menghilang mengejar Maya.

"Nana-chan, apa orang itu necromancernya?"

Sambil menarik busur panah, si wanita berpakaian formal memanggil si gadis bermantel. Anak panah yang digunakannya sudah disisipi kekuatan si gadis bermantel. Saat ditembakkan, anak panah itu melepaskan kekuatannya dan membuat orang-orang yang mendekati mereka berdua berhenti karena badannya terbujur kaku.

"Ya. Aku yakin kalau dia pasti akan berhasil."

Si gadis bermantel pink mengeluarkan sebuah tongkat. Dengan hiasannya yang begitu banyak, sulit untuk membayangkan kalau tongkat itu akan digunakan sebagai alat bantu untuk berjalan. Tongkat itu rupanya adalah alat untuk meningkatkan kekuatannya - sebuah rekan yang selalu berjuang bersama di sisinya.

"Dia tampak begitu jujur, bagiku."

"Tapi, tetap saja itu berbahaya. Kita harus menyadarkan orang-orang ini dan mengejar dia!"

Si gadis bermantel mengangkat tongkatnya di atas kepalanya, dan membuat tudung mantelnya berkibar dan menampakkan wajahnya. Seperti yang sudah diduga oleh Koutarou, dia adalah gadis yang ditemuinya pada malam itu di gunung.

Pada situasi ini, dia percaya bahwa kemungkinan terbaik bagi mereka adalah untuk membiarkan Koutarou pergi lebih dulu. Kalau dia mempertimbangkan tujuannya, gadis itu sendiri ingin segera mengejar Maya, namun saat itu Koutarou sedang berusaha melawan kerumunan musuh, dan dia sendiri tidak bisa meninggalkan kerumunan orang-orang yang masih di bawah pengaruh kendali Maya itu. Karena itulah, gadis itu menyuruh Koutarou pergi lebih dulu sementara mereka berdua menyadarkan kembali kerumunan orang itu sebelum mengejar Koutarou. Ini adalah sebuah rencana yang berdasarkan rasa percaya yang besar terhadap kemampuan Koutarou, namun gadis itu yakin dengan intuisinya. Meskipun dia nampak muda, gadis itu adalah seorang pejuang yang sudah melewati berbagai macam pertempuran.

"Kanae-san. Tolong urus bagian ini!"

"Baik, aku akan mengulur waktu untukmu!"

Nama gadis itu adalah Nana, namun mereka yang sudah mengenalnya, memanggilnya Rainbow Nana dengan rasa hormat.

Nana adalah seorang penyihir dari Rainbow Heart, angkatan bersenjata dari kerajaan sihir Folsaria. Di umurnya yang masih muda, yakni sepuluh tahun, dia sudah menjadi seorang jenius yang menyandang gelar tertinggi penyihir agung, dan membuatnya dianugerahi gelar Rainbow. Dan di saat yang sama, dia juga gadis penyihir terkuat dalam Rainbow Heart yang berdiri di garis depan pertempuran dan bertarung melawan musuh Folsaria, Darkness Rainbow.


Part 4[edit]

Berkat pertolongan dari kedua orang misterius itu, Koutarou bisa lolos dari gang itu dan sekarang sedang mengejar Maya dengan mengikuti auranya. Namun, jejaknya sulit untuk diikuti dan dia terkadang melewati jalanan yang ramai dari waktu ke waktu dan membuat auranya bercampur dengan aura orang-orang yang sedang berjalan pulang ke rumah, membuat Koutarou kesulitan untuk bisa melacak jejak aura Maya kembali. Ditambah, semakin lama waktu berjalan, jejak auranya akan semakin melemah.

"Kalau aja Sanae ada di sini pas saat-saat begini..."

Sanae pasti akan bisa mengikuti Maya dengan mudah. Usaha yang dilakukan Koutarou sudah mencapai batasnya karena kekuatan spiritualnya semakin melemah, tapi hanya inilah yang bisa dilakukannya. Dia terus mengear jejak Maya sembari mulai merasa panik.

Sekitar 15 menit setelah meninggalkan kedua orang misterius itu, aura Maya kembali melewati jalanan yang ramai.

"Gawat..."

Pada saat itu, jejak aura Maya hampir tidak bisa terlihat. Karena itulah, di jalanan yang ramai seperti ini, aura milik orang-orang lain menutupi aura Maya dan menyembunyikannya. Koutarou bingung karena dia akhirnya kehilangan jejak Maya.

Kemana dia pergi...? Apa aku harus ngecek semua gang deket-deket sini satu-satu...?

Karena jalan tempatnya berada adalah jalan yang besar, ada banyak jalan penghubung lainnya ke jalan itu. Memeriksa setiap jalan itu satu demi satu seiring memudarnya jejak aura Maya hanyalah satu-satunya cara yang ada, meskipun sulit dan memakan banyak waktu.

"Sialan."

Keraguan akan justru memakan lebih banyak waktu lagi, dan mengurangi kesempatan bagi Koutarou untuk menemukan Kii. Dengan tidak ada lagi waktu yang tersisa, Koutarou dengan cepat mengambil keputusan dan bertindak.

"Akhirnya aku berhasil menemukanmu, Veltlion."

Dan tepat saat Koutarou pergi meninggalkan jalan yang ramai itu untuk mengecek salah satu jalan penghubung, dia mendengar sebuah suara yang dikenalnya dari atas.

"Clan!?"

"T-tunggu dulu, kenapa bisa ada luka di bahumu!! Apa kau baik-baik saja!? Apa kau sudah merawat luka itu dengan baik!?"

Koutarou menengadah dan melihat sebuah benda dari besi melayang sekitar satu meter di atasnya, yakni alat pengintai tanpa awak milik Clan yang sudah begitu sering dipakai. Alat itu pun turun ke arah Koutarou dan mulai mengitari dirinya. Rupanya, Clan memeriksa badan Koutarou untuk memastikan bahwa Koutarou baik-baik saja.

Rokujouma V10 205.jpg

"Pas banget, Clan!!"

Koutarou tersenyum sambil memegang alat pengintai itu dengan kedua tangannya lalu menggoyangkannya ke atas dan ke bawah.

"Eeeeh!? A-ada apa!?"

Saat Koutarou melakukan itu, wajah Clan yang ditampilkan oleh hologram menjadi tampak kebingungan.

"Clan, apa kamu tahu dimana Kii sekarang!?"

"Kii itu anak yang itu, benar? Oh iya, kalian tidak sedang bersama."

Alat pengintai itu memutar kameranya untuk mencari Kii. Kotarou lalu kembali menggoyang alat itu sekali lagi.

"Aku lagi buru-buru ini!! Kamu tahu nggak, sekarang dia ada dimana!?"

Clan kaget dengan tingkah Koutarou, tapi dia hanya mengangguk.

"A-aku tahu. Saat aku memberimu gelang itu, aku juga memberikan alat pemancar ke anak itu untuk--"

"Buaguus!! Aku cinta kamu, Claaan!!"

Setelah mendengar jawaban Clan, Koutarou tersenyum gembira dan kembali menggoyang-goyangkan alat pengintai itu lebih kencang dari sebelumnya. Karena dia baru saja kehilangan jejak Maya, kabar itu membuat Koutarou begitu gembira.

"Eeeeeeeeeh!? K-kau cinta padaku!? T-tapi, meskipun kau berkata begitu secara tiba-tiba, a-aku belum siap...!!"

Clan begitu terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Koutarou, dan wajahnya menjadi merah karena malu.

"Udahan ngocehnya!! Clan!! Dimana Kii!? Dimana dia sekarang!?"

Setelah mendapatkan petunjuk mengenai keberadaan Maya dan Kii, Koutarou memulai kembali pengejarannya.


Part 5[edit]

Alat pemancar yang dipasang oleh Clan pada Kii masih terpasang. Mungkin karena antara Maya tidak menyadarinya atau dia tidak tahu apa benda itu karena benda itu berasal dari Forthorthe.

Clan menggunakan alat pengintainya untuk mengikuti balasan dari alat pemancar itu sambil menuntun Kotarou. Sambil berlari mengikuti alat pengintai itu, Koutarou menjelaskan apa yang sudah terjadi padanya kepada Clan.

"...Terus, mereka berdua nyuruh aku pergi duluan, dan itu sebabnya kenapa aku sekarang ngejar Kii."

"Karena dia sedang diincar, itu artinya dia bukan hanya anak biasa yang sedang lari dari rumah."

"Kayaknya begitu. Ayahnya mungkin presiden perusahaan atau semacamnya."

Maya jelas-jelas mengincar Kii. Kalau dia hanya mengincar seorang anak biasa, dia tidak akan repot-repot mengincar Kii yang sedang bersama Koutarou. Akan lebih mudah kalau Maya mengincar seorang anak yang sedang sendirian. Maya pasti punya alasan untuk mengincar Kii secara spesifik.

"Aku juga tidak begitu percaya dengan kedua orang misterius itu."

"Mereka kelihatannya bukan orang-orang jahat."

"Kau terlalu mudah percaya pada orang lain."

"Ah masa? Yah, bukannya aku bener-bener percaya sama mereka kayak aku bener-bener percaya sama kamu, tapi aku rasa aku nggak perlu kuatir soal mereka. Itu menurutku."

Tidak ada alasan bagi Koutarou untuk bisa percaya kepada kedua orang itu, karena apa yang bisa menjadi patokan adalah apa yang dikatakan oleh kedua orang itu dan pandangan yang jujur dari si gadis bermantel. Kedua hal itu bukanlah sesuatu yang pasti.

Namun, Koutarou tidak betul-betul meragukan mereka karena mereka sudah membiarkannya pergi, dan kalaupun mereka mengincar nyawanya, mereka pasti sudah menghabisinya di gang itu karena akan lebih mudah bagi mereka untuk menembak Koutarou dari belakang. Mereka juga menyerang dengan hati-hati agar tidak membunuh orang-orang yang masih dalam pengaruh kendali. Semua itu hanyalah bukti-bukti tidak langsung, tapi Koutarou tidak punya alasan untuk meragukannya.

"...B-benar-benar percaya...?"

"Kenapa mukamu jadi aneh begitu?"

"Ehem, b-bukan apa-apa!"

Clan menjadi tersipu malu, dan saat Koutarou bertanya padanya, Clan mendehem dan memalingkan wajahnya.

Aneh...kenapa aku jadi senang...

Saat dia pertama kali bertemu dengan Koutarou, Clan begitu membencinya dan hanya melihatnya sebagai musuh. Saat Clan mendengar bahwa Koutarou sekarang sudah percaya padanya, Clan menjadi bingung dengan perasaanya yang bercampur aduk.

"Ngomong-ngomong, Clan, kamu kenapa bisa ada di sekitar sini? Padahal aku nggak bisa ngehubungin kamu."

"Y-yah, jadi..."

Clan berhenti sejenak untuk menarik nafas, karena dia masih belum pulih dari kebingungannya yang barusan.

"...aku menerima peringatan bahwa gelangmu rusak dan Signaltin mulai bersinar, jadi aku langsung tahu kalau ada sesuatu yang terjadi."

"Jadi itu sebabnya kamu langsung pergi nyari aku. Makasih ya, itu udah ngebantu banget."

"T-tidak perlu berterima kasih. Lagipula, kita masih senasib sepenanggungan."

"Bener juga."

Jantung Clan mulai berdetak dengan kencang kembali setelah mendapat ucapan terima kasih dari Koutarou.

Percaya ya...tapi kalau aku sampai melakukan sesuatu terhadap Theiamillis-san, Veltlion pasti akan marah...

Clan tidak ingin mengkhianati Koutarou karena ada bagian yang mulai muncul dalam diri hati Clan sebagai seorang tuan puteri yang ingin menghormati Koutarou. Hal itu bisa dikatakan sebagai perubahan besar bagi seorang gadis yang menghabiskan sepanjang waktunya di dalam laboratorium dan tidak sering berbicara dengan orang lain.

Kalau Clan memperhatikan keinginannya sendiri, dia harus bertanding melawan Theia secara jujur dan adil. Sudah jelas kalau usaha membunuh Theia bukanlah sebuah pilihan. Terlebih lagi, Clan mulai percaya bahwa menghadapi sesuatu dengan cara bertarung bukanlah sesuatu yang pantas dilakukan oleh seorang tuan puteri yang terhormat.

Hal ini menjadi sebuah kebijakan yang berbanding terbalik dengan apa yang dipegang teguh oleh Clan sebelum dia datang ke Bumi, dan hal itu membuatnya menyadari sesuatu.

"Tapi dengan ini, aku bisa mengerti kenapa aku kalah saat aku bertarung melawanmu."

Dulu, saat Clan kalah melawan Koutarou, hal itu terjadi karena dia bukanlah seorang tuan puteri yang bisa dibanggakan oleh rakyatnya. Clan akhirnya bisa mengambil kesimpulan itu setelah semua yang telah terjadi.

"Maksudnya?"

"Signaltin. Meskipun kita akan membeku selama sepuluh tahun, pedang itu masih akan berada di kota ini. Pedang itu sudah melindungimu sejak awal, dan itulah sebabnya aku kalah."

Dalam dunia sihir, ada mantra yang bisa memanipulasi waktu. Itu berarti kekuatan sihir tidak dibatasi oleh waktu, dan bisa bergerak dengan bebas.

Signaltin sudah berada di Bumi selama lebih dari sepuluh tahun. Signaltin secara fisik mungkin beku dalam waktu selama berada di dalam Cradle, tapi kekuatan sihirnya tidak ditahan dengan cara yang sama dan kalau dibutuhkan, kekuatan itu akan meninggalkan kapal itu untuk melindungi Koutarou dan orang-orang yang ingin dilindungi oleh Koutarou. Itulah identitas sebenarnya dari kekuatan misterius yang terkadang digunakan oleh Koutarou.

Walau begitu, kekuatan itu tidak cukup mampu untuk merubah hukum dasar fisika, karena bentuk energinya hanya bisa terwujud dalam waktu dan jarak yang dekat. Itulah sebabnya kekuatan sihir itu tidak bisa mencapai Koutarou ke Forthorthe kuno pada 2000 tahun yang lalu. Agar Koutarou bisa memakai kekuatan itu, segel pada Signaltin harus dihancurkan lebih dulu.

"Gitu ya...jadi, dulu pas Sanae ketangkep..."

"Aku tidak tahu tentang peristiwa itu, tapi kemungkinan besar itu sebabnya. Signaltin, bukan, hasrat dari Alaia-san melindungi kalian semua."

Pedang yang sudah dikaruniai dengan sumpah Alaia, sumpah dari seorang tuan puteri yang paling dihormati dari seluruh sejarah Forthorthe, tidak berpihak kepada Clan, tapi kepada Koutarou. Dalam kata lain, hal itu menjadi bukti bahwa Clan tidak pantas menjadi seorang bangsawan.

Aku penasaran, apakah Signaltin akan melindungiku juga di masa yang akan datang...aku lebih kuatir tentang itu daripada menjadi seorang kaisar...

Clan sudah tidak lagi terobsesi menjadi seorang kaisar seperti dulu, setelah dia menyadari fakta itu. Bahkan meskipun dia sudah menjadi seorang kaisar, kalau Signaltin tidak menerimanya, semua itu akan menjadi sia-sia.

Yang paling penting baginya adalah apakah Signaltin menganggapnya layak untuk dilindungi atau tidak. Apakah Clan sudah menjadi seorang bangsawan yang pantas untuk menerima hasrat dari Alaia? Apakah dia juga pantas untuk menerima pengabdian yang setia dari Koutarou?

Setelah Clan menyadari semua hal itu, Theia sudah menjadi musuh terkuatnya.

"Bener juga, soal Signaltin, bisa kamu kirimin ke aku? Pakai caramu yang biasa buat manggil senjata aja."

Teknologi warp dalam persenjataan adalah teknologi yang sangat praktis. Jika Koutarou bisa menggunakan lubang dalam ruang-waktu untuk bisa mengambil Signaltin secara bebas, dia pasti akan lebih mudah untuk bertarung di saat-saat yang akan datang.

"Aku tidak bisa langsung melakukannya. Butuh waktu untuk mengaturnya."

Namun, Clan menggelengkan kepalanya.

Teknologi Forthorthe tampak begitu kuat, tapi ternyata tetap ada batasannya. Untuk bisa menggunakan lubang ruang-waktu, ada persiapan yang harus dilakukan lebih dulu. Karena benda-benda mati bisa dibuat kembali kalau proses pengirimannya gagal, proses pengiriman benda itu tidak memakan waktu selama yang dibutuhkan untuk mengirimkan makhluk hidup, tapi pengukuran yang tepat dan berbagai macam parameter harus tetap diperhitungkan. Tidak mungkin bagi Clan untuk segera menyelesaikan persiapannya dengan cepat.

"Gitu ya...Clan, kalau Signaltin masih butuh waktu lama, bisa kamu kirimin senjata yang lain?"

Jika Signaltin tidak bisa, setidaknya Koutarou ingin sebuah senjata yang dibuat oleh Clan. Koutarou sudah mempercayai senjata buatan Clan seperti dia percaya pada Signaltin.

"Waktu? Benar juga, Veltlion, waktunya!"

Namun, Clan membalas perkataan Koutarou dengan cara yang aneh. Raut wajahnya tampak tegang sementara dia mendekatkan wajahnya. Karena itulah, hologram Clan yang sedang ditampilkan oleh alat pengintai itu tampak seperti akan mencium Koutarou.

"Kenapa, Clan?"

"Diam dahulu!! Bukankah seharusnya sekitar saat ini, ibumu terbunuh dalam sebuah kecelakaan!?"

"Bener juga, aku lupa!!"

Karena serangan mendadak dari Maya, Koutarou jadi lupa sesaat akan hal itu, tapi waktu sebelum ibunya akan mati karena kecelakaan sudah mendekat dengan sangat cepat.

"Sekarang jam berapa!?"

"Di planet ini, waktu sudah menunjukkan pukul 18:50."

"Jadi, aku pasti bisa nyampe kalau dari sini..."

Koutarou berada sekitar sepuluh menit dari tempat kecelakaan itu akan terjadi, dimana kecelakaan itu sendiri terjadi tepat setelah jam 7 malam. Jadi, agar Koutarou bisa menyelamatkan ibunya, dia harus pergi ke tempat itu sekarang juga.

"Tapi...aku nggak bisa ninggalin Kii-chan gitu aja..."

Koutarou berhenti dan menggertakkan giginya. Apakah dia harus mengejar Kii, atau menyelamatkan ibunya? Koutarou kembali dipaksa untuk membuat sebuah keputusan. Kalau dia mengejar Kii, ibunya akan mati. Di sisi lain, kalau dia memilih untuk menyelamatkan ibunya, Kii akan mati.

"Clan, kamu punya peta buat area ini nggak?"

"Maaf, aku tidak punya. Kalau saja aku tahu ini akan terjadi, aku pasti sudah membuat persiapan yang lebih matang lagi...", balas Clan dengan raut wajah penuh sesal. Karena perhitungannya yang tidak sempurna, Clan merasa bertanggung jawab atas situasi yang sudah terjadi.

"Nggak kok, mau gimana lagi."

Koutarou tidak menyalahkan Clan, tapi dia tetap menggertakkan giginya sambil mulai merasa panik.

Koutarou sempat berpikir kalau-kalau dia bisa mengirimkan alat pengintai milik Clan untuk menyelamatkan ibunya. Namun, karena Clan belum mengenali area kota ini, akan sulit bagi Clan untuk mencapai tempat kecelakaan itu tanpa bantuan peta. Koutarou juga tidak punya waktu untuk memberikan Clan petunjuk secara detail, dan juga sudah terlambat bagi Clan untuk memantau wilayah itu dan membuat sebuah peta.

Serangan dadakan Maya sudah membuat situasi yang rumit, dan membuat Koutarou tidak bisa memutuskan apakah dia harus menyelamatkan ibunya atau menyelamatkan Kii.

"Apa yang akan kau lakukan, Veltlion!?"

"A-aku..."

Kalau Koutarou berlari untuk menyelamatkan ibunya, perjalanannya kembali akan butuh waktu 20 menit, dan sudah menjadi kemungkinan besar kalau Kii sudah mati pada saat itu. Di sisi lain, kalau dia menyelamatkan Kii, dia tidak punya waktu untuk menyelamatkan ibunya.

Aku harus gimana!! Aku nggak tahu harus ngelakuin apa!!

Kii atau ibunya, Koutarou dipaksa untuk memilih satu dari kedua nyawa itu.

Koutarou bukanlah tuhan.


Tidak ada cara untuk menyelamatkan mereka berdua.



Kembali ke Bab 4 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 6
  1. V7.5
  2. Energi gravitasi
  3. Di versi bahasa Inggris BT, yang tertulis justru "degenerate". Mungkin salah ketik...?