Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 10 Bab 6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Pilihan dan Hasilnya[edit]

Part 1[edit]

Kii dibawa menuju sebuah bangunan kosong di pinggiran kota. Karena Maya sudah menghapus ingatan pemilik gedung itu, tidak ada orang lain yang akan mendekati tempat itu untuk sementara waktu. Bangunan itu tidak terurus, dan meskipun tidak terlalu tua, bangunan itu penuh dengan debu dan dipenuhi sarang laba-laba di sana-sini.

Maya membawa Kii ke lantai bawah tanah bangunan itu. Ruangannya yang luas itu dulunya adalah tempat parkir, dan di ruangan itu terdapat altar dimana Maya akan menggunakan sihir ritual.

Altar itu berukuran sepuluh meter, dimana sebagian besarnya digambar menggunakan cat khusus yang lebih dikenal dengan sebutan lingkaran sihir. Ada mesin yang diletakkan di bagian pinggir lingkaran sihir itu, yang mempunyai desain berbeda dari lilin dan perabot biasa karena tampak lebih modern dan lebih mencolok. Kii ditinggalkan di dekat mesin itu di dalam kurungan yang terbuat dari besi dan kaca. Mesin dan kurungan itu terhubung dengan banyak sekali kabel.

"Hmm...jadi anak ini juga punya sejumlah kekuatan juga. Apakah keturunannya masih ada setelah banyak sekali generasi muncul? Aku penasaran....yah, dengan ini, aku seharusnya bisa mendapatkan hasil yang aku mau dengan kapasitor energi spiritual."

Maya lalu mengoperasikan mesin itu dengan senyum puas.

Altar itu berfungsi untuk meningkatkan kekuatan sihir Maya dan memuatnya bisa menggunakan sihir ukuran besar, yang bisa digunakan untuk menjalankan mantra terhadap seluruh kota atau memanggil iblis yang sangat kuat.

Kii akan digunakan sebagai katalis pengorbanan untuk ritual itu. Pertama, Maya akan menguras energi spiritual Kii menggunakan mesin itu, dan setelah kapasitornya sudah menguras sebanyak yang dia bisa, energi itu akan langsung diubah menjadi kekuatan sihir menggunakan lingkaran sihir itu. Sebagai hasilnya, Kii akan mati karena tenaga hidupnya dikuras dan Maya akan bisa menjalankan mantra yang sangat kuat.

Biasanya, sebuah altar hanya akan terdiri dari lingkaran sihir dan kurungan yang akan berisi katalis, namun sekarang ada mesin yang sudah ditambahkan pada altar itu. Maya sudah mendapat mesin itu dari perjanjian dengan orang-orang bawah tanah, yakni Rakyat Bumi. Mesin itu mampu menyimpan sementara energi spiritual, dan juga bisa mengurangi apa yang dibutuhkan ritual itu dari katalisnya dalam jumlah yang sangat besar. Hingga saat ini, seseorang dengan jumlah energi spiritual yang besar seperti anak perempuan Kanaelah yang dibutuhkan, tapi sekarang seseorang dengan sejumlah energi spiritual akan cukup untuk melakukan ritual itu. Maya sudah puas dengan hal ini dan dengan gembira mulai bersiap untuk menjalankan ritualnya.

"...Onii-chan..."

Sementara itu, Kii dengan patuh duduk di dalam kurungan itu. Awalnya dia sempat memberontak, tapi dia tidak punya kemungkinan menang melawan Maya. Ditambah, kurungannya begitu kuat, jadi dia tidak bisa kabur dari dalamnya. Yang hanya bisa dilakukannya hanyalah menunggu pertolongan tiba.

"...Aku yakin Onii-chan pergi menolong ibunya..."

Namun, Kii tidak mengharapkan satu orang pun untuk datang menyelamatkannya. Dia percaya bahwa Koutarou tidak akan datang untuknya, tapi justru pergi menyelamatkan ibunya sendiri. Kii sendiri tahu betul, sulit bagi Koutarou untuk menyelamatkan ibu Koutarou dan juga Kii.

"....Ini yang terbaik, Onii-chan...rasanya betul-betul sedih saat ibumu mati...kamu akan jadi sendirian sampai kamu bisa menemukan bintangnya..."

Kii tahu betul bagaimana rasanya kehilangan seorang ibu. Orang yang telah kehilangan ibunya mungkin akan berusaha mencari kehangatan dari ibunya untuk selamanya, sementara kehangatan itu sendiri sudah tidak bisa ditemukan lagi. Bagaimana bisa seseorang meninggalkan ibunya untuk mati saat orang itu justru bisa menyelamatkannya? Hal itu pasti akan membuat Koutarou begitu sedih sampai-sampai hatinya hancur berkeping-keping. Karena itulah Kii lebih berharap Koutarou menyelamatkan ibunya daripada hal itu sampai terjadi. Karena Kii begitu mencintai Koutarou, itulah yang dirasakannya saat itu.

"...Kii sudah...bertemu dengan ibu. Meskipun aku mati...aku akan menjadi bintang di dekat ibu. Tapi Onii-chan berbeda...dia akan selalu bersedih sampai dia menemukan bintang ibunya...jadi jangan selamatkan Kii, Onii-chan..."

Kii sudah siap menerima kematiannya, namun dia tidak takut akan hal itu. Ketakutannya sirna saat dia berpikir bahwa dirinya akan bertemu kembali dengan ibunya. Itulah sebabnya yang Kii lakukan saat ini adalah berdoa agar Koutarou berhasil menyelamatkan ibunya.

"Kau tampak tenang sekali...apa kau tidak takut mati?"

Kii bersikap berbeda sekali daripada semua katalis yang digunakan oleh Maya sebelumnya. Karena merasa tertarik, Maya mulai berbicara pada Kii.

"Aku takut mati, tapi aku lebih takut lagi dengan apa yang akan terjadi kalau aku ditolong."

"Apa kau pikir orang itu akan datang? Itu tidak akan mungkin. Tidak ada orang yang bisa mendekati tempat ini."

Maya sudah memasang Sanctuary, medan pelindung sihir yang membuat orang-orang tetap menjauh dari sekitar area itu. Medan pelindung itu tidak hanya menghalangi sinyal elektromagnetik dan cahaya yang bisa terlihat, tapi juga membuat orang-orang yang berada di dekat situ untuk tidak mau mendekati tempat itu. Karena itulah, seperti namanya, tempat itu menjadi sebuah tempat perlindungan yang tidak bisa diganggu.

Juga karena alasan itulah Maya bergegas kembali ke tempat ini. Sulit untuk menemukan tempat yang sudah dipasangi Sanctuary dengan segera, bahkan bagi penyihir sekalipun. Mungkin tempat itu bisa ditemukan kalau yang mencarinya menghabiskan banyak waktu, tapi saat mereka menemukannya, ritualnya pasti akan sudah berakhir. Tepat saat dia mencapai tempat itu, kemungkinan bagi Maya untuk menang pun sudah pasti.

"Begitu ya...syukurlah..."

Koutarou tidak akan datang. Setelah Kii mendengar hal itu, dia tampak lega dan tersenyum. Koutarou pasti sudah menyerah saat ini dan sekarang sedang berusaha menyelamatkan ibunya. Kalau memang hal itu seperti yang dikatakan Maya, itu berarti ibu Koutarou tidak akan mati. Itulah sebabnya mengapa Kii tersenyum.

"Kau betul-betul anak yang aneh...meskipun kau akan mati..."

"Bukankah kamu juga punya sesuatu yang membuatmu lebih baik mati melindunginya daripada sampai harus kehilangan itu?"

"...Aku punya. Baiklah, aku akan membuat menderita sesedikit mungkin."

"...Terima kasih..."

Maya mulai menaruh rasa hormat kepada gadis muda yang mengangguk di hadapannya.

Kalau anak ini tumbuh dan menjadi pemimpin Rakyat Bumi, mereka mungkin bisa bertahan...

Kalau keadaan di atas permukaan tanah dan di bawah tanah dibandingkan, Maya yakin, walaupun kelompok Tayuma memenangkan pertarungan politik dan menyatakan perang di atas permukaan tanah, mereka pasti akan segera binasa.

Tidak peduli seberapa hebat teknologi mereka, Rakyat Bumi hanyalah sebuah kaum beranggotakan 10.000 orang saja. Hasil dari perang tidak ditentukan dari teknologinya saja, tapi juga dari jumlah populasi dan kekuatan finansial para partisipannya. Itu karena, tidak peduli seberapa kuat senjata yang mereka punya, senjata-senjata itu tidak akan berfungsi untuk selamanya. Populasi sebesar 10.000 orang saja tidak akan punya peluang untuk menang. Kemungkinan terbaiknya, perang yang mereka letuskan akan dianggap sebagai tindakan terorisme.

Tayuma dan kelompoknya tidak mengerti akan hal itu, atau mungkin mereka sudah tahu, tapi harga diri mereka tidak mau menerima hal itu. Yang manapun yang terjadi, hasil akhirnya akan tetap sama. Mereka akan dicap sebagai teroris oleh orang-orang yang berada di atas permukaan dan akan binasa secara perlahan tanpa bisa mendapat wilayah sedikitpun di atas permukaan tanah.

Namun, Maya bisa merasakan bahwa gadis di depannya bisa memimpin Rakyat Bumi menuju masa depan. Gadis itu punya kecerdasan yang tinggi dan tekad yang kuat. Dia juga masih punya waktu untuk berkembang karena umurnya, tapi gadis itu punya kualitas seorang pemimpin yang hebat.

Itulah sebabnya Maya menghormati Kii. Tentu saja, hal itu tidak akan menyelamatkan nyawa Kii. Maya sendiri juga punya tujuan dan tekad yang kuat, tapi dia merasa tidak perlu membuat Kii menderita berlama-lama. Hal yang dirasakannya bukanlah simpati, tapi sesuatu yang mirip dengan empati.

Maya berbalik memunggungi Kii dan mulai mengatur mesin itu lebih lama lagi sambil memeriksa betul-betul mantra yang akan digunakannya. Itu dilakukannya untuk mengurangi penderitaan yang akan dialami oleh Kii.

Namun, waktu yang dihabiskannya untuk membuat pengaturan itu membuat takdir Kii berubah begitu besar.

"Hm...?"

Sambil mengatur mesin itu, Maya menyadari sesuatu dan melihat ke arah pintu masuk di belakangnya.

"Apa....mereka bisa menemukan tempat ini? Dan medan pelindungnya bisa dihancurkan dengan mudahnya..."

Maya merasakan adanya musuh yang sudah melewati medan pelindungnya.

"Padahal aku baru saja akan mulai!"

Maya menghentikan pengaturannya dan mengambil tongkat di dekatnya. Dia harus mengalahkan musuhnya sebelum dia bisa memulai ritualnya.

Kalau saja Maya tidak mengatur mesin itu untuk mengurangi penderitaan Kii, dia pasti sudah bisa memulai ritualnya saat ini juga. Namun, pada akhirnya kecerdasan Kii menyelamatkan nyawanya.

"Jangan-jangan..."

Sambil melihat ke arah Maya, Kii tahu bahwa ada seseorang yang sedang datang ke tempat itu dan siapa orang itu. Namun, dia tidak terlihat gembira, karena Kii tahu apa arti dari semua itu.

"Kenapa kamu datang!? Seharusnya kamu meninggalkanku!! Onii-chan!!"

Koutarou muncul di tempat parkir bawah tanah dimana altar itu sudah dibangun.


Part 2[edit]

Koutarou bisa menemukan tempat ini berkat alat pemancar dari Clan. Karena alat itu menggunakan gelombang gravitasi, alat itu tidak dipengaruhi oleh Sanctuary. Penyihir mungkin sudah tahu adanya gelombang elektromagnetik dan cahaya tampak, tapi mereka tidak tahu tentang gelombang gravitasi. Itulah sebabnya mantra itu tidak dirancang untuk menghadang gelombang itu.

"Aku ke sini buat nyelametin kamu, Kii-chan", ujar Koutarou yang merasa lega saat melihat wajah Kii, namun Kii sendiri justru tidak merasa sama.

"Onii-chan!? Bagaimana dengan ibumu!?"

"Kita selametin dia bareng-bareng."

Sebuah cahaya keluar dari batang besi pendek yang dipegang oleh Koutarou, yang rupanya salah satu dari pedang sinar yang digunakan Flair saat mereka bertarung melawan Maxfern. Dari senjata-senjata yang ditawarkan oleh Clan, senjata itulah yang dipilih oleh Koutarou. Alasannya adalah karena Koutarou tidak biasa memakai senjata jarak jauh dan itulah senjata yang disarankan oleh Clan.

"Nanti kamu tidak akan sempat!! Kamu harus cepat-cepat!!"

"Betul. Jadi, aku bakal ngalahin dia, terus kita pergi selametin ibuku."

Koutarou memegang pedang sinar itu dengan kedua tangannya layaknya pedang biasa, mengayunkannya membentuk lingkaran dan lalu mengarahkannya ke arah Maya. Karena pedang sinar itu begitu ringan, keseimbangannya pun berbeda, namun Koutarou berniat bertarung menggunakan sikap Forthorthe.

"Kenapa kamu datang menyelamatkan seseorang seperti aku!? Kalau ibumu mati karena aku, nanti aku...aku!!"

Kii ingin Koutarou untuk pergi menyelamatkan ibunya secepat mungkin. Kii tahu, kecil kemungkinan untuk Koutarou bisa melakukan hal yang dikatakannya. Kalau terus begini, ibu Koutarou pasti akan mati. Malah, Koutarou sendiri mungkin akan mati, dan itu adalah sesuatu yang tidak diinginkan Kii sampai terjadi.

"Nggak apa-apa. Wajar kok, aku ngelakuin hal ini. Aku bakal nyelametin kamu dan kita bakal pergi nyelametin ibuku sama-sama."

"Onii-chan...t-tapi..."

Koutarou sendiri tidak tahu apakah ini adalah pilihan yang benar atau tidak. Kalau dia membalikkan urutannya, Koutarou mungkin bisa menyelamatkan ibunya dan Kii, namun dia lebih mengutamakan Kii.

Tidak ada satu alasan yang membuat Koutarou berpikir seperti itu. Kalau dia harus mengatakan apa alasannya, Koutarou pasti akan mengatakan karena dia ingat alasan mengapa ibunya mati: Ibunya melompat ke jalan untuk menyelamatkan Koutarou. Tanpa berpikir panjang, dia melompat untuk menyelamatkan kehidupan yang masih muda di hadapannya. Itulah sebabnya Koutarou akan melakukan hal yang sama, tapi dia sendiri masih belum menyadari hal itu. Koutarou tidak bisa meninggalkan Kii begitu saja, karena dia tidak bisa membiarkan Kii merasa sedih.

"Apa kau meremehkanku? Apa aku terlihat selemah itu?...Twilight Wing, Recall - Precast Category Alpha."

Sebuah bilah sabit yang besar dibentuk di dekat ujung tongkat Maya, dan di saat yang sama, seluruh tubuhnya mulai memancarkan berbagai macam cahaya. Cahaya-cahaya itu dilepaskan melalui ucapannya, dan terdiri dari lebih dari sepuluh mantra penguatan yang sudah dirapalnya jauh-jauh. Maya sudah menjalankan beberapa mantra penguatan pada dirinya sendiri saat dia bertarung melawan Koutarou sebelumnya, tapi mantra-mantra kali ini jauh lebih hebat dari sebelumnya.

"Kau tidak akan bisa mengalahkanku secepat itu, nak."

Tidak ada kebohongan dalam kata-kata itu. Maya yakin dia sendiri butuh bantuan yang begitu kuat, saat melihat Koutarou yang memegang senjata di tangannya. Maya bukanlah seseorang yang akan bisa dikalahkan oleh Koutarou begitu saja saat ini.

"...Jelas. Tapi aku pasti bakal segera ngalahin kamu."

Dia kelihatannya secepet Flairhan, dan disaat yang sama kekuatan serangannya hampir sama kayak Theia. Dia mungkin lebih kuat daripada Ibu Kos-san. Bener-bener musuh yang ngerepotin...

Koutarou memegang lebih erat gagang pedang sinar itu setelah menduga bahwa pertarungan yang akan tiba akan begitu dahsyat, karena Maya adalah musuh yang mematikan jika Koutarou sampai lengah.

"Nah, silahkan serang aku kapanpun kau mau, nak!!" seru Maya sambil mengayunkan sabitnya. Sebelumnya dia bisa memakainya dengan baik, tapi karena sekarang kekuatan fisiknya sudah meningkat, dia bisa memakainya dengan lebih baik lagi dibanding sebelumnya.

"Ini dia!!"

Trik murahan tidak akan mempan pada musuh setingkat ini, jadi Koutarou maju menyerangnya dari depan.

"Tiny Memory Flash - Modifier - Touch Trigger!"

Saat Koutarou dan Maya saling mendekat, sabit Maya yang memancarkan cahaya kemerahan menjadi diselimuti oleh cahaya nila juga, yang merupakan mantra penghilang ingatan.

"Itu lagi."

Koutarou tidak tahu apa itu, tapi dia tahu saat sabit itu diselimuti cahaya nila, hal-hal aneh pasti terjadi. Itulah sebabnya Koutarou menduga bahwa berbahaya untuk menyentuh sabit itu.

Aku percaya sama kamu, Clan!

Namun Koutarou mengayunkan pedangnya meskipun dia sadar akan bahayanya. Maya bergerak untuk menggunakan sabit itu untuk melindungi dirinya, menghadang pedang itu dengan sabitnya dan menjalankan mantranya.

Seperti yang direncanakan Maya, pedang itu dihadang oleh sabitnya, dan mantranya seharusnya berjalan.

"Apa!? Apa pedang itu, jangan-jangan...!?"

"Buagus, Clan!!"

Koutarou tidak kehilangan ingatan. Cahaya nila itu meredup setelah menyentuh pedang, dan mantra itu tidak mempengaruhi Koutarou. Sementara Maya masih terkejut dengan hal itu, Koutarou segera menyerang berkali-kali. Karena ujung pedangnya sudhah mengenai sabit itu sebagai serangan pertamanya, Koutarou memutar badannya untuk menggunakan momentum untuk mengayunkan pedangnya ke sisi Maya.

"Quick Cast - Force Field!!"

Namun, Maya membuat perisai untuk menghalangi serangan Koutarou. Koutarou langsung melompat menjauh dari jangkauan serangan Maya saat melihat hal itu.

Maya mengayunkan sabitnya ke arah punggung Koutarou, tapi karena serangan pertama Koutarou sudah membuatnya kehilangan keseimbangan, serangan itu meleset.

"Nah, kalau begini, aku bisa lanjut bertarung!"

Setelah menjaga jarak, Koutarou kembali mengambil ancang-ancang. Maya pun melakukan hal yang sama dengan sabitnya. Namun, dia terlihat keheranan.

"Aku heran. Apa sebenarnya pedang itu?"

Awalnya Maya menduga kalau pedang Koutarou bisa memanjang dan memendek seperti tongkat baton milik polisi, karena pedang itu tidak memancarkan kekuatan sihir apapun. Kalau pedang itu memang memancarkan kekuatan sihir, Maya pasti sudah emnduga kalau bilahnya terbuat dari kekuatan sihir sama seperti bilah sabitnya. Namun, karena Maya tidak bisa merasakan adanya kekuatan sihir pada pedang itu, wajar bagi Maya untuk menduga kalau pedang itu adalah hasil dari teknologi modern, dan itu membuatnya yakin bahwa senjata itu bisa dipanjang-pendekkan. Karena pedang itu juga bersinar, Maya menduga bahwa ada listrik yang mengalir di dalamnya.

Namun, bukan itu yang sebenarnya terjadi. Kalau senjata itu memang hasil dari teknologi modern, maka seharusnya mantra Maya tetap mempengaruhi Koutarou. Namun karena hal itu tidak terjadi, maka itu berarti pedang itu tidak punya bentuk fisik. Karena gagang dan bilahnya tidak terhubung, energi tidak akan dihantarkan di antara keduanya. Namun karena Maya tidak merasakan adanya kekuatan sihir dari bilah pedang itu, hal itu tidak mungkin. Maya tahu betul bahwa teknologi saat ini di Bumi tidak bisa membuat benda tanpa wujud fisik. Walau demikian, contoh bahwa benda itu ada sudah ada di hadapannya. Bagi Maya, ini adalah situasi yang sulit untuk dipercaya.

Situasi ini bisa muncul berkat saran dari Clan. Saat Clan mendengar bahwa hal-hal aneh terjadi saat Koutarou menyentuh sabit itu, Clan menyarankan pedang sinar itu padanya. Pedang itu bersifat mirip dengan meriam sinar yang ditembakkan tepat di hadapan sasarannya, yang mana pedang itu mengeluarkan energi kepadatan tinggi yang membentuk wujud bilah pedang. Itulah sebabnya bilah dan gagang pedang itu tidak bisa dikatakan terhubung. Clan menduga bahwa jika bilah pedangnya sampai mengenai sabit itu, tidak akan ada hal aneh yang terjadi.

"Kau betul-betul penuh dengan kejutan....bukannya pedang itu begitu curang?"

Bahkan Maya sekalipun tidak akan membayangkan kalau senjata itu dibuat oleh alien.

Mungkin bilah pedang itu terbuat dari medan pelindung yang dirancang agar tidak sampai membocorkan kekuatan sihir? Tapi, apakah kekuatan sihir bisa betul-betul dihapuskan jejaknya seperti ini? Dan apa keuntungannya dari hal itu? Apa mungkin....orang-orang bawah tanah memberikan salah satu senjata mereka kepadanya?

Maya mencoba mencari penjelasan di balik semua itu dalam jangkauan akal sehatnya, yang membuatnya justru menjauh dari fakta sesungguhnya.

"Kamu bisa ngomong begitu? Sabitmu sendiri juga banyak curangnya."

"Aku rasa itu artinya kita sama-sama tidak saling tahu satu sama lain, kalau begitu!!"

"Bener banget!!"

Mereka berdua hanya berhenti sesaat saja. Karena tahu kalau memikirkan itu berlama-lama tidak akan membuat mereka mendapatkan jawabannya, mereka memutuskan untuk fokus pada pertarungan yang sedang terjadi. Prioritas utama mereka tentu saja untuk mengalahkan musuh di hadapan mereka.

Pedang Koutarou dan sabit Maya saling menghantam berulang kali. Setiap kali senjata mereka yang terbuat dari energi saling menghantam, kilatan cahaya yang besar pun muncul.

"Sudah lama sejak aku melawan seseorang yang bisa seimbang melawanku dengan kekuatanku yang seperti ini!"

"Masih ada banyak orang lain yang lebih kuat daripada aku!"

Rokujouma V10 231.jpg

"Kalau begitu akan aku pastikan aku tidak akan melawan mereka!"

"Pilihan bagus!!"

Karena pedangnya bisa melindunginya dari kehilangan ingatan, Koutarou bisa mengimbangi serangannya dari saat mereka pertama kali bertarung. Maya sekarang bisa bergerak lebih cepat, sementara Koutarou jadi lebih ahli dan lebih bisa menebak pergerakan Maya. Hasilnya, mereka berdua bertarung dengan seimbang.

Gawat, lama-lama ibu bakal mati!!

Koutarou mulai panik. Karena dia sudah kekuarangan waktu, tertahan untuk bertarung disini pasti akan membuat ibunya mati. Koutarou harus menyelesaikan pertarungan ini saat ini juga, tapi Koutarou kekuarangan sesuatu yang bisa membuatnya melakukan itu.

Keadaannya tidak bagus...kalau kita terus bertarung seperti ini, sihir penguatanku pasti akan habis....kalau itu sampai terjadi, tamatlah riwayatku!

Tidak hanya Koutarou, Maya pun juga mulai panik. Dia meningkatkan kekuatan fisiknya dengan luar biasa lewat kekuatan sihir, tapi karena peningkatan itu menghabiskan banyak sekali kekuatan sihir, sulit untuk menjaga agar penguatan itu tetap berjalan untuk waktu yang lama. Kalau terus begini, Maya tidak akan bisa meneruskan penguatan itu. Kekuatan sihir yang Maya buat dari ritual yang menggunakan anak Kanae saat ini tersimpan dalam sebuah kristal yang dimilikinya. Kalau Maya menggunakan kristal itu, dia pasti bisa menahan agar sihir penguatan itu berjalan sedikit lebih lama, tapi itu akan membuat rencananya diundur begitu jauh. Kalau bisa, Maya ingin mengakhiri pertarungan ini tanpa harus berbuat sejauh itu.

Jadinya taruhan sih, tapi ini yang terakhir!!

Aku tidak bisa mengambil resiko pertarungan yang lama, aku harus selesaikan ini disini!!

Koutarou dan Maya sama-sama mengambil kesimpulan di saat yang sama dan saling maju mendekat.

"Ayo kita selesaikan!!"

Mereka berdua berteriak di saat yang sama dan senjata mereka saling menghantam di dekat mereka.

Bilah senjata mereka saling mengeluarkan percikan api dan menahan satu sama lain saat mereka saling mendorong senjata mereka ke arah musuh mereka. Namun, hal itu tidak akan berakhir seperti itu.

"Quick and Still Cast - Multiple Thunderbolt - Modifier - Maximize!!"

Maya menjalankan mantra baru dari posisi itu. Dia mempercepat waktu merapalnya dan tidak melakukan gerakan yang diperlukan untuk rapalan itu, membuat beberapa petir yang mencapai batas kekuatannya. Karena Maya juga masih menjalankan beberapa sihir penguatan, kekuatan sihir yang digunakannya tidak banyak. Tapi saat ditembakkan saat posisi terkunci dalam jarak dekat seperti ini, bahkan Koutarou sekalipun akan sulit untuk menghindarinya.

Namun, di saat yang sama, hal itu juga berbahaya bagi Maya. Agar bisa melindungi dirinya dari serangan gesit yang mungkin akan dilakukan oleh Koutarou, Maya melindungi dirinya sendiri dengan medan pelindung otomatis. Namun karena seseorang hanya bisa merapal satu mantra sekali jalan, Maya akan tidak mempunyai pertahanan saat dia menembakkan mantra petir itu.

Kena kau sekarang, nak!!

Walau demikian, Maya tetap yakin bahwa dirinya yang akan menang. Dia sedang menahan pedang Koutarou dengan sabit miliknya dan mengunci gerakan mereka, membuat Maya tidak perlu kuatir dengan adanya pukulan ataupun tendangan. Maya pasti akan tetap baik-baik saja bahkan jika dia tidak melindungi dirinya dengan sihir, dan sihir petir itu akan menyerang Koutarou dari jarak dekat yang tidak akan mungkin dihindarinya.

"Sekarang!!"

Namun, tepat pada saat itulah Koutarou melakukan sesuatu yang tidak diduga-duga. Dia menekan sebuah tombol pada gagang pedang sinarnya dan menghilangkan bilah pedang itu.

"Gawa---"

Mata Maya terbelalak karena kaget. DI saat yang sama, karena pedang Koutarou menghilang, Maya menjadi bergerak maju ke depan. Koutarou melewati bagian bawah sabitnya dan mendekatinya. Sesaat kemudian, petir mengalir dari ujung sabit Maya dan tidak mengenai apa-apa. Karena Koutarou berada di antara Maya dan sabitnya, dia berhasil menghindari serangan itu.

"Makan niiiiiih!!"

Koutarou membiarkan momentum membawanya maju dan menabrak Maya. Tepat seperti yang diduga Maya, Koutarou tidak menyerang dengan pukulan atau tendangan. Malah, sementara Maya masih kaget, Koutarou membenturkan kepalanya padanya. Maya, yang tidak bisa berhenti bergerak maju, terkena serangan balasan dari Koutarou di dagunya.

Tidak....mungkin...

Maya sadar bahwa dirinya sudah dikalahkan. Walau begitu, dia tidak percaya dengan terjadinya situasi ini. Tidak peduli apakah dia mau mempercayai hal itu atau tidak, penglihatannya menjadi buram dan dia mulai tidak sadarkan diri. Maya sudah menerima luka yang cukup berat, dan saat dia terjatuh ke lantai, Maya sudah jatuh pingsan.

"Berhasil..."

Koutarou melemaskan bahunya dan lalu memeriksa Maya. Dilihat dari auranya, Koutarou bisa memastikan kalau Maya sudah pingsan. Kelihatannya dia tidak akan pingsan untuk waktu yang lama, tapi Koutarou tidak punya waktu lagi untuk berurusan dengannya. Dia harus segera menyelamatkan Kii dan langsung bergegas menyelamatkan ibunya.

"Kii-chan!!"

"Onii-chan!! Cepat!! Ibumu, ibumu akan...!!"

"Aku tahu!!"

Koutarou kembali menyalakan pedang sinarnya dan menghancurkan pengunci kurungan yang menyekap Kii. Pengunci itu hancur dengan mudah dan Kii langsung keluar dari kurungan.

"Ayo, ayo!! Ibumu akan mati!!" seru Kii sambil menangis. Karena sifatnya yang baik, dia mengkhawatirkan ibu Koutarou layaknya ibunya sendiri. Ibu Koutarou tidak boleh sampai mati gara-gara dirinya. Dengan perasaan yang begitu meluap-luap dari dalam dirinya, dan dengan bercucuran air mata, Kii berlari mendahului Koutarou menuju pintu keluar tempat parkir itu.

Makasih, Kii-chan...

Koutarou mematikan pedang sinarnya sambil memandangi Kii. Koutarou merasa bahwa keputusannya untuk menyelamatkan Kii lebih dulu adalah hal yang benar saat dia melihat Kii yang begitu bersemangat untuk menyelamatkan ibunya.

"Tapi, buat sekarang...!"

Koutarou memasukkan pedang sinar itu di antara ikat pinggang dan celananya lalu berlari mengejar Kii. Dia tidak punya waktu untuk berhenti dan berpikir, karena dia harus bergegas pergi ke tempat ibunya berada.

Maya sudah kembali sadar tepat saat Koutarou dan Kii mulai berlari. Berkat sihir penguatan yang dijalankan pada dirinya sendiri, pemulihan badannya pun meningkat dengan hebat.

"A-aku tidak bisa membiarkannya lari..."

Maya bisa melihat mereka berdua bergerak menjauh. Setelah menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghilangkan rasa pustingnya, Maya mengambil tongkat di sebelahnya. Rupanya dia akan menggunakan sihir untuk membunuh Kii.

Maya masih membutuhkan kekuatan dari Tayuma, baik demi dirinya sendiri maupun demi tujuan Darkness Rainbow. Pengetahuan dan teknologi yang dimiliki Tayuma akan menjadi bantuan yang besar bagi Maya dan rekan-rekannya.

"E-Energy Bolt - Target Option - Sidewinder...."

Meskipun badannya sudah sedikit lebih baik, Maya masih belum betul-betul pulih dari luka-lukanya. Dia tidak bisa membidik Kii dengan benar karena pandangannya yang masih kabur. Itulah sebabnya Maya menambahkan kemampuan pada mantranya untuk mengenai targetnya secara otomatis menggunakan suhu badan. Setelah mantra ini dijalankan, mantra ini kemungkinan akan membidik Kii yang memiliki suhu badan lebih tinggi karena masih anak-anak.

"Maju!"

Sebuah peluru yang merah menyala tertembak keluar dari tongkatnya dan terbang di atas tanah, mengikuti Kii. Peluru itu dengan cepat melesat ke arahnya.

"Quick Cast - Flare."

Namun, tepat sebelum peluru itu mengenai Kii, peluru itu tiba-tiba mengubah arah terbangnya dan melesat menuju sebuah bola bercahaya merah yang tiba-tiba muncul.

"Angel Halo, Recall - Precast - Silence."

Dan saat peluru itu mengenai bola sinar itu, mereka berdua menghilang tanpa suara. Sebagai hasilnya, Kii terselamatkan tanpa mengetahui apa yang sudah terjadi. Dia berhasil meninggalkan tempat parkir itu bersama Koutarou.

"Apa mungkin---"

"Memang mungkin, Dark Navy."

Dua orang pun muncul memasuki tempat parkir itu, seakan-akan menggantikan Koutarou dan Kii.

Salah satu di antara kedua orang itu adalah seorang gadis berumur sekitar sepuluh tahun, memakai pakaian berwarna pink dan memegang tongkat yang besar. Satu orang lagi adalah wanita berumur sekitar dua puluhan tahun yang memakai setelan formal dan memegang busur panah.

Mereka adalah gadis penyihir Nana dan rekannya, Kanae.

"Nana...tidak kusangka kau akan muncul sekarang."

"Sudah menjadi peraturan yang tak terbantahkan untuk menyelesaikan tugas tanpa diketahui siapapun."

Maya dengan perlahan bangkit berdiri saat Nana dengan tenang mengawasinya.

’'Aku tidak punya peluang untuk menang, ya...

Maya sudah menyadari kekalahannya sendiri. Meskipun Nana terlihat muda, dia adalah penyihir terhebat di Rainbow Heart. Dia juga memiliki seorang pemanah yang bekerja sama dengannya. Setelah menerima luka-luka yang cukup banyak dari pertarungannya melawan Koutarou, dan hampir tanpa kekuatan sihir lagi, Maya hampir tidak mempunyai kesempatan untuk menang.

"Kami juga harus membersihkan ulahmu. Butuh waktu cukup lama sampai kami bisa menyadarkan semua orang itu."

"Begitu ya...Jadi bocah itu bisa kesini lebih cepat dari yang kuduga karena kalian membantunya."

Sambil berbicara, Maya dengan hati-hati memperhatikan sikap Nana. Dalam sebuah pertarungan, Maya tidak akan punya peluang untuk menang, jadi dia harus menemukan celah untuk bisa kabur dari situasi ini.

"Navy, menyerahlah. Kalau kau menurut, setidaknya kami akan mengampuni nyawamu."

"Aku pasti akan dieksekusi setelah diadili, benar? Kalau begitu aku lebih baik mati bertarung."

Para penyihir Darkness Rainbow menggunakan sihir untuk memenuhi keinginan diri mereka masing-masing. Dengan beberapa pengecualian, sebagian besar dari mereka menggunakan sihir untuk melakukan tindak kriminal. Maya pun sama, dan dia sudah menggunakan banyak orang sebagai korban ritual. Selain menyalahgunakan sihir, jumlah pembunuhan yang dilakukannya sudah mencapai lebih dari 100 orang. Meskipun dia menyerahkan dirinya, Maya tidak akan bisa menghindar dari hukuman mati.

"Apa itu maumu? Aku kira kau sedikit lebih pintar dari itu."

"Lebih pintar...?"

Maya dan Nana saling memandang. Pada saat itu, Maya berpikir sekeras mungkin. Dia merasa kalau Nana berusaha menyampaikan sesuatu.

Lebih pintar...apa maksudnya aku bisa kabur setelah tertangkap? Atau mungkin...tidak, yang lebih penting lagi, kenapa Nana mengatakan hal ini?

Maya memandang kembali ke arah Nana, yang mengulurkan tangannya kepadanya.

"Tapi, tidak peduli apapun yang akan kau lakukan, kau akan memberikanku focus gem yang kau buat dari ritual itu."

Focus gem adalah permata yang terkadang memanarkan cahaya dalam warna-warna pelangi. Permata ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan kekuatan sihir yang dibuat dari ritual dan mengandung banyak sekali kekuatan sihir. Nana mengulurkan tangannya untuk menerima permata itu dari Maya.

"Kau tidak keberatan, benar?"

Bibir Nana tampak tersenyum sedikit saat dia berkata begitu.

Begitu rupanya, jadi itu maksudnya....sulit juga menjadi seorang pahlawan kebenaran.

Pintar. Focus gem.

Pada saat itulah Maya mengerti apa yang ingin dikatakan oleh Nana dengan dua kata kunci itu.

"Baik, akan kuberikan permatanya padamu."

Setelah mengerti apa maksud Nana, Maya pun tersenyum sedikit seperti Nana.

Dasar...tidak hanya kemampuan sihirnya saja yang perlu disegani, tapi juga kemampuannya bernegosiasi...apa dia benar-benar baru berumur sepuluh tahun?

Maya merasa kagum jauh di dalam hatinya, tapi tanpa mengatakan apapun, dia mengikuti rencana Nana.

"Ini situasi yang bagus bukan, Kanae-san?"

"Iya! Terima kasih, Nana-chan!"

Setelah tahu kalau mereka akan menerima focus gem, bukan Nana yang gembira, melainkan Kanae. Rupanya, dialah yang mengincar permata itu.

"Ini, permatanya! Tangkap!"

Maya mengeluarkan permata itu dan melemparnya ke arah Kanae. Permata itu terbang ke arah Kanae dengan melambung tinggi, tapi saat permata itu mencapai titik tertingginya, permata itu mengeluarkan kilatan sinar yang menyilaukan.

"Kyaa!?"

Kanae yang memandangi permata itu dibutakan oleh kilatan cahaya itu dan tidak bisa melihat untuk sesaat. Karena itulah, dia gagal menangkap permata itu yang kemudian jatuh dan berguling di jalan.

"Gawat!!"

Kanae langsung melompat mencari permata itu karena takut Maya akan merebutnya kembali. Namun, karena dia tidak bisa melihatnya, sulit bagi Kanae untuk menemukannya.

Kalau aku tidak cepat-cepat, anakku dan Soutarou-san akan berada dalam bahaya!!

Kanae pun panik. Kalau Maya berhasil merebut kembali permata itu, Maya akan berhasil mencapai tujuannya. Dengan waktu yang semakin menipis, Kanae harus bisa mendapatkan permata itu apapun resikonya.

"...Tenanglah, Kanae-san. Permatanya ada disini."

Kanae melihat ke arah suara Nana, dan bisa melihat dengan samar-samar pakaian yang berwarna pink. Sedikit demi sedikit Kanae bisa kembali melihat, tapi masih belum benar-benar jelas. Tapi dia yakin bahwa yang dilihatnya adalah Nana.

"Dimana dia!? Kemana wanita itu pergi!?" tanya Kanae sambil mengedipkan matanya beberapa kali sambil mencari ke sekelilingnya.

"Dia lari, menggunakan kilatan itu untuk menutupi pelariannya."

"Nana-chan, apa tidak apa-apa kita membiarkannya lari?"

Situasi ini cukup misterius bagi Kanae. Berdasarkan sikap Nana, dia tampak tidak terpengaruh oleh kilatan cahaya itu. Walau begitu, dia tidak mengejar Maya yang kabur dari sana. Kalau posisi Nana dipertimbangkan, hal itu adalah sesuatu yang sulit untuk dipercaya.

"Ya, ini adalah kesepakatan semacam itu."

"Kesepakatan?"

Kanae hampir bisa melihat kembali dengan jelas, dan di tengah-tengah penglihatannya dia bisa melihat seorang gadis berpakaian pink. Gadis itu memegang permata yang bersinar dengan warna-warna pelangi dan dengan tenang melihat ke arah Kanae.

"Apa maksudnya?"

"Sebagai ganti atas Navy yang tidak melakukan apapun terhadap permata ini, aku membiarkannya pergi", jawab Nana sambil tersenyum, lalu meletakkan permata itu di tangan Kanae.

"Kalau kami bertarung, Navy pasti akan menggunakan kekuatan sihir di dalam permata itu."

"Ah..."

"Tapi kalau dia sampai melakukan hal itu, anakmu tidak akan selamat. Itulah sebabnya aku membiarkannya kabur dengan permata ini sebagai gantinya. Kesepakatan seperti itulah yang kami buat."

Tentu saja, itu belum semuanya. Kalau Nana juga terpengaruh kilatan cahaya itu, Maya mungkin melakukan satu taruhan terakhir. Namun, karena hal itu tidak terjadi, Maya pergi tanpa melakukan apapun. Kemenangan menjadi milik Nana.

"Terima kasih, Nana-chan. Demi aku..."

"Tidak apa-apa. Aku tidak hanya membiarkannya lari."

Ada mantra yang sedang mengejar Navy. Setelah Nana menyelesaikan pekerjaannya disini, dia akan mengejar Maya kembali.

"Kelihatannya Navy sudah terluka cukup parah, dan dia juga sudah kehilangan altar dan permatanya. Bahkan dia sekalipun tidak akan bisa melakukan sesuatu yang cukup besar dalam waktu dekat. Aku hanya perlu menangkapnya sebelum dia bisa melakukan sesuatu."

"Tapi, bukannya mereka nanti akan marah kepadamu, Nana-chan?"

Nana adalah penyihir yang merupakan anggota dari angkatan bersenjata Folsaria, Rainbow Heart. Membiarkan seorang musuh adalah sebuah pelanggaran berat.

"Apa yang bisa kulakukan? Dia berhasil kabur saat kilatan cahaya itu membuatku buta", balas Nana sambil tersenyum. Dia akan berkata pada atasannya bahwa Maya berhasil lolos dengan cara membuatnya buta sesaat.

"Begitu ya...jadi dia juga melakukannya karena itu..."

Bisa dikatakan bahwa cara Maya untuk kabur adalah bagian dari kesepakatan itu. Kalau Maya tidak melakukannya agar terlihat seperti berusaha untuk kabur, Nana pasti akan menghukumnya. Itu karena menurut misi yang diemban oleh Nana, dia seharusnya mengabaikan permata itu dan mengalahkan Maya. Namun jika hal itu terjadi, Kanae tidak akan bisa memenuhi tujuannya. Itulah sebabnya Nana membuat kesepakatan dengan Maya - semacam usaha keras di saat-saat terakhir. Menjadi pahlawan kebenaran rupanya membuat Nana kesulitan untuk bertindak.

"Dengan begitu, Kanae-san, mari kita pulang setelah menghancurkan altar ini. Kita harus mengembalika kekuatan sihir di dalam permata itu pada putrimu secepat mungkin."

Sambil berkata demikian, Nana mengangkat tongkatnya. Dia akan menggunakan mantra serangan yang kuat untuk menghancurkan altar. Sementara Kanae menonton, dia memegang permata itu erat-erat dan mulai merasa resah.

"Apa anakku akan selamat...?"

"Maaf. Sejujurnya, aku pun tidak tahu. Tapi dia tidak akan segera mati. Setidaknya, aku bisa jamin hal itu."

Energi spiritual anak Kanae sudah dikuras secara paksa dari badannya, diubah menjadi kekuatan sihir dan disimpan dalam permata itu. Maya sudah menggunakan sebagian dari kekuatan sihir itu, dan saat kekuatan sihir diubah menjadi energi spiriual, tidak ada jaminan bahwa energi itu akan betul-betul kembali pada anak perempuan Kanae. Namun, kalau mereka menghancurkan bagian inti dari ritual itu, yakni permata itu, setelah mengembalikan kekuatan sihirnya, anak perempuan Kanae pasti akan bisa lepas dari pengaruh ritualnya. Nyawanya seharusnya bisa terselamatkan karena kebocoran energi spiritualnya sudah berhenti. Suami Kanae pun juga bisa lolos dari situasi yang berbahaya itu.

"Aku benar-benar minta maaf. Ini semua karena kau terlibat dalam pertarungan kami..."

"Memang disayangkan, tapi kamu tidak perlu merasa bertanggungjawab. Kamu masih cukup muda untuk menjadi seorang anak..."

Anak perempuan Kanae mungkin tidak akan hidup untuk waktu yang lama, namun Kanae tidak akan menyalahkan Nana untuk hal itu. Dark Navylah yang salah, dan tidak peduli seberapa kuat dirinya, Nana tetaplah seorang anak-anak. Kanae tidak bisa mengkritik Nana yang berusia hampir sama dengan anaknya.

"Terima kasih, Kanae-san..."

"Jangan menangis, Nana-chan. Ini bukan salahmu...", ujar Kanae sambil memeluk Nana.

Alasan terbesar kenapa Kanae tidak menyalahkan Nana adalah karena ikatan yang mereka bentuk selama mereka bersama-sama dalam beberapa hari ini. Gadis kecil ini terus bertarung sendirian, dan Kanae tidak bisa meninggalkan Nana setelah mengetahui hal itu. Saat ini, Kanae menganggap Nana sebagai anaknya sendiri, dan sebagai seorang rekan, dia sudah menghabiskan masa-masa yang indah dan kelam bersamanya.

"...Aku akan menjalankan mantra, Kanae-san..."

"Oh iya, maaf sudah mengganggu. Maaf, Nana-chan..."

Dengan begitu, mereka berdua menghancurkan rencana Dark Navy dan berhasil menyelamatkan anak perempuan Kanae.


Kembali ke Bab 5 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 7