Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 11 Bab 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Murid yang Diopname - Higashihongan Sanae[edit]

Part 1[edit]

Senin, 5 April

Murid bernama Higashihongan Sanae sebenarnya termasuk dalam daftar murid kelas 1A bersama Koutarou dan yang lainnya, tapi sebelum dia bisa menghadiri upacara penerimaan murid baru, kondisi badannya memburuk dan membuatnya tidak bisa bersekolah di SMA Kisshouharukaze. Hasilnya, namanya dicoret dari daftar absen dan hanya guru-guru saja yang tahu tentang dirinya.

Namun, belakangan ini kondisinya mulai membaik dan dia bisa bersekolah kembali. Dia sempat diberi ujian lebih dulu untuk menentukan tingkat pengetahuannya, dan hasilnya menunjukkan bahwa dia bisa menyusul para anak kelas 1 lainnya. Karena itulah dia bisa ikut belajar bersama Koutarou dan yang lainnya seperti biasa, dan bukannya tinggal kelas.

"...Dengan begitu, Sanae-san akhirnya bisa kembali hadir ke kelas ini. Semuanya, tolong akur sama dia, ya."

Kelas pun langsung penuh dengan semangat yang luar biasa setelah wali kelas mereka selesai berbicara.

"Uuuuwooooooo!! Ada cewek imut lagiiiiiiiiiiiiii!!"

Rasa semangat itu sebagian besar berasal dari para murid laki-laki. Karena gadis yang bernama Higashihongan Sanae menghabiskan waktu yang cukup lama di rumah sakit, badannya terlihat mungil, kurus dan terkesan rapuh. Karena tidak ada gadis seperti itu di kelas ini sebelumnya, para murid laki-laki pun menjadi semangat.

"E-Em, namaku Higashihongan Sanae, salam kenal."

Meskipun dia masih keheranan dengan reaksi para murid laki-laki, Sanae dengan sopan menunduk memberi hormat. Keluarga Higashihongan adalah keluarga yang terkenal yang menjaga sebuah kuil sejak zaman dahulu. Tentunya, Sanae sudah mendapat pelajaran soal tata krama karenanya.

"I-Imut banget!"

"Dia beda sama cewek-cewek di kelas kita!"

"Harapanku jadi makin gede!"

Penampilan Sanae yang tenang dan biasa saja hanya membuat para murid laki-laki semakin semangat. Melihat hal itu, para siswi memberi mereka tatapan dingin sebagai balasannya.

"Jahatnya!"

"Bener-bener deh, mau murid pindahan atau yang diopname, reaksi mereka selalu aja begini."

"Cewek baru manapun nggak masalah, kayak demam Maki-chan yang kemarin itu."

Karena kemunculan Sanae, kelihatannya sebuah retakan yang besar nampak di antara para murid laki-laki dan perempuan.

"Oke~e, semuanya, harap tenang!"

Setelah menunggu hingga perkenalan diri Sanae selesai, si guru menepukkan kedua tangannya untuk menenangkan suasana kelas. Setelah menunggu sampai semuanya fokus kepada dirinya, guru itu pun kembali berbicara.

"Seperti yang sudah Ibu katakan tadi, Sanae-san baru saja keluar dari rumah sakit. Dia pasti belum tahu apa-apa soal sekolah ini, dan kondisi badannya bisa jadi masalah buat dia. Jadi, Ibu mau pilih satu murid cowok dan satu murid cewek buat membantu dia."

Sanae tentu tidak tahu apa-apa soal SMA Kisshouharukaze karena sudah dirawat inap selama ini. Dia bahkan belum mendengar apa saja yang harus dilakukan sebagai seorang murid kelas 2, dimana ruangan-ruangan kelas berada, atau apa saja aturan yang berlaku di sekolah ini.

Ditambah, karena dia selalu berada di tempat tidurnya sepanjang waktu, stamina Sanae juga menjadi masalah. Karena baru beberapa hari berlalu semenjak dia keluar dari rumah sakit, badannya belum betul-betul pulih. Nafasnya akan tersengal-sengal hanya karena naik tangga saja. Itulah sebabnya gurunya yakin bahwa Sanae perlu orang-orang untuk membantunya menjalani kehidupan sekolah yang normal.

"Oke, siapa yang akan Ibu pilih..." kata si guru sambil melihat ke arah murid-muridnya. Tepat pada saat itulah beberapa murid laki-laki mulai mengajukan dirinya.

"Aku aku aku! Aku mau ngebantu dia!"

"Si bego ini, aku yang bakal ngebantu Sanae-chan!"

"Aku bakal ngebantu dia ganti baju ataupun ke kamar mandi!!"

Namun, si guru mengacuhkan para murid yang semangat itu.

"Oke....baiklah, Satomi-kun, apa kamu bisa membantu Sanae?"

"Aku?"

Koutarou kaget karena namanya tiba-tiba dipanggil. Si guru membalasnya dengan mengangguk sambil tersenyum.

"Ya. Ibu bisa lihat dengan jelas, dari semua anak-anak cowok yang lain, kamu yang paling tenang. Apa kamu tidak mau?"

Di antara seisi kelas yang kurang lebihnya tampak semangat, Koutarou tampak tenang seperti biasanya, dan dengan kekuatan Koutarou, si guru yakin bahwa dialah pilihan yang tepat.

"Nggak mungkin!!"

"Kenapa si pengkhianat Koutarou!?"

"Apa Ibu nggak bisa kasih kami kesempatan sekaliiiii aja!?"

Tentu saja, para murid laki-laki tidak gembira.

"Si 'Biar aku yang urus' Ksatria Biru-sama, ya..."

"Hmm, yah, aku rasa nggak apa-apa kalau Satomi-kun yang ngebantu."

"Biar dia agak telmi, dia 100 kali lebih baik dari pada cowok-cowok lainnya."

Reaksi para murid perempuan justru tampak positif. Koutarou sendiri juga tidak punya alasan untuk tidak membantu Sanae.

"Oke, saya mau ngebantu, Bu", jawab Koutarou yang mengangguk menyetujui permintaan gurunya.

"Terima kasih, Satomi-kun."

Setelah melihat Koutarou yang sudah setuju, guru itu tersenyum dan kembali melihat ke seisi kelas.

"Baik, untuk yang ceweknya...oh ya, Aika-san, apa kamu bisa membantu?"

Mata si guru pun berhenti di Aika Maki.

"Aika-san, karena kamu sendiri murid pindahan, kamu pasti tahu kesulitan seperti apa yang akan dihadapi oleh Sanae-san. Jadi, apa kamu bisa membantu dia?"

Guru itu memilih Maki bukan hanya karena Maki yang seorang murid pindahan, tapi juga karena dia akrab dengan Koutarou. Dia yakin bahwa kerja sama kedua orang itu akan membuat kehidupan sekolah Sanae menjadi lebih mulus.

"Tidak masalah. Kemungkinan besar aku juga pasti akan membantunya", jawab Maki setuju sambil tersenyum. Seperti yang sudah diduga oleh gurunya, Maki akrab dengan Koutarou. Meskipun dia tidak memintanya, Maki pasti tetap akan membantu Koutarou, namun alasannya bukan karena niat baik semata.

Nah...dengan begini, aku mungkin bisa mengerti situasi Satomi-kun sedikit lebih baik...

Maki menyadari ada perubahan yang terjadi di kamar 106, dan hantu yang biasanya berada di sisi Koutarou sekarang muncul dalam sebuah tubuh asli. Situasi itu jelas tidak bisa diacuhkan begitu saja oleh seorang anggota Darkness Rainbow yang berniat mencuri kekuatan kamar 106.

"Makasih ya, kamu bakal ngebantu banget, Aika-san."

Koutarou percaya bahwa Maki memang berniat membantunya dan tersenyum polos ke arah Maki tanpa rasa curiga sedikitpun. Dia merasa lega mendapat bantuan dari Maki, yang dulunya seorang murid pindahan.

"Bantuanku harganya mahal lho, Satomi-kun."

"Kan bukan aku yang minta tolong."

"Fufu, aku masukin ke daftar hutangmu ya", jawab Maki sambil tersenyum.

Sebenarnya, pada saat ini, dia sudah menyimpan dalam-dalam sisi Darkness Rainbownya, yang saat ini hanya menjadi sebuah alasan baginya. Maki hanya tidak mau menerima bahwa dirinya 100% ingin membantu.

"Oke, kamu bisa duduk sekarang, Sanae-san. Tempatmu ada di antara mereka berdua."

Dengan terpilihnya siapa saja yang akan membantu Sanae, masalah itu pun selesai untuk saat ini. Guru itu pun akan menyerahkan sisanya kepada para murid.

"Baik", angguk Sanae yang mulai berjalan ke arah Koutarou dan Maki.

Sanae...

Cara Sanae mengangguk persis seperti yang diingat oleh Koutarou, dan dia merasa kangen dengan hal itu. Namun, Sanae yang melangkah mendekatinya saat ini bukanlah Sanae yang dikenalnya.

"Em, senang bertemu dengan kalian. Satomi-san, Aika-san, mohon bantuannya."

Pada akhirnya, ingatan Sanae tidak kembali.


Part 2[edit]

Sudah dua minggu berjalan sejak kedua Sanae kembali menjadi satu. Selama dua minggu itu, Koutarou dan para gadis lain menunggu kembalinya Sanae ke kamar 106, tapi tetap saja, Sanae tidak muncul sampai semester baru sekolah dimulai.

Menurut para pemburu hantu yang mendapat tugas melakukan penyelidikan, setelah Sanae terbangun kembali, dia tidak menunjukkan tanda-tanda memiliki ingatan dari hantu Sanae, dan terbangun sebagai Sanae yang lain.

Para penghuni kamar 106 tahu bahwa Sanae akan kehilangan ingatannya, tapi mereka tetap berharap bahwa mungkin, mungkin saja Sanae akan mengingat mereka. Mereka tetap berharap bahwa mereka akan bisa mengenali sebagian kecil dari Sanae yang sempat ada di kamar 106.

Namun, mereka sudah dikecewakan oleh harapan itu.

Sanae kehilangan semua ingatannya dari kamar 106 dan muncul di hadapan Koutarou dan yang lainnya sebagai gadis biasa.


Saat jam istirahat tiba, Maki mengajak Sanae ke toilet perempuan.

"Ini toilet buat cewek, lokasinya sama di semua lantai."

"Terima kasih, aku harap aku ingat."

Agar Saane bisa menjalani kehidupan sekolahnya dengan mulus, toilet akan menjadi tempat yang akan dibutuhkannya di saat-saat darurat. Dia bisa mencari waktu untuk mencari tempat-tempat yang lainnya, tapi tidak untuk toilet. Ajakan Maki ke toilet sebagai langkah pertama adalah langkah yang penuh pertimbangan dari Maki sendiri yang seorang murid pindahan.

Ada satu alasan lagi mengapa Maki mengajak Sanae ke toilet lebih dulu, yakni karena sebentar lagi Koutarou akan kembali bersama mereka. Di usia mereka, risih rasanya pergi ke toilet bersama seorang laki-laki, baik yang perlu pergi ke toilet maupun yang menemani. Itulah sebabnya Maki ingin mengajak Sanae ke sana sementara Koutarou sedang tidak ada di dekat mereka.

Selanjutnya, Maki membawa Sanae ke tempat pancuran minum, fasilitas dan ruangan-ruangan kelas di dekat kelas 2A. Karena mereka tidak punya waktu banyak selama istirahat, Maki memutuskan untuk menyudahi tur mereka.

"Hei, aku udah dapet barang-barangnya."

Setelah Maki menyudahi tur mereka, Koutarou muncul di lorong kelas sambil membawa kardus dengan kedua tangannya. Dia rupanya naik dari lantai bawah dan tersenyum saat melihat mereka berdua.

"Bagus, Satomi-kun."

"Terima kasih, Satomi-san."

Maki dan Sanae membalas senyuman Koutarou. Ada alasan mengapa mereka berterima kasih pada Koutarou, karena sebenarnya, Koutarou pergi untuk mengambil perlengkapan sekolah bagi Sanae.

Sanae tidak punya perlengkapan sekolah yang seharusnya didapatkannya saat dia masuk sekolah pertama kali, yang mencakup benda-benda seperti peta dunia dan juga alat musik. Karena ada perlengkapan sekolah yang masih akan dipakai setelah naik kelas, Koutarou yang mengambilkannya untuk Sanae.

"Kalian berdua habis ngapain?"

"Aku baru aja ngajak dia keliling sebentar."

"Yah, aku masih belum tahu apa-apa soal sekolah ini."

"Tentu saja, untuk sekarang masih gratis karena ini masih yang pertama."

"Hei, gratisin aja buat Sanae-san."

"Boleh, tapi gantinya, kamu yang bayar ya, Satomi-kun."

"Enak aja!"

"Sudah kubilang, aku masukin ke daftar hutangmu."

Sementara Koutarou dan Maki masih berdebat masalah bayar-membayar, Koutarou mengeluarkan raket badminton dan kamus yang menyembul keluar dari dalam kardus. Raket itu mengganggu gerakannya dan kamus itu letaknya kurang pas dan hampir jatuh.

"Dasar serakah."

"Fufu, hubungan dengan uang tidak akan pernah putus, itu sebabnya aku suka."

"....Apa kalian berdua pacaran?"

Karena kata-kata Sanae yang tidak terduga, Koutarou dan Maki kaget di saat yang bersamaan, dan sama-sama saling membantah apa yang dikatakan oleh Sanae di saat yang bersamaan juga.

"Aku!? Sama Aika-san!?"

"Aku!? Sama Satomi-kun!?"

""Nggak, itu nggak mungkin.""

Meskipun mereka menyebut nama yang berbeda, mereka bicara secara serempak.

"Apa...benar?" tanya Sanae yang memiringkan kepalanya karena bingung. Sanae hanya bisa membayangkan mereka sebagai pasangan kekasih setelah melihat cara mereka berdua berdebat.

Meskipun mereka berdua saling melempar komentar pedas, mereka menujukkan rasa perhatian dan juga bisa melakukan sesuatu dengan kompak. Jelas, mereka berdua tidak terlihat seperti teman sekelas biasa.

Ditambah lagi, ada satu alasan lagi mengapa mereka berdua terlihat sebagai sepasang kekasih bagi Sanae, yakni kekuatan misterius yang baru-baru ini mulai muncul pada dirinya.

Aneh, biasanya orang-orang seperti ini pasti berpacaran...

Sekitar setengah bulan yang lalu, Sanae sembuh dari penyakit misterius yang dideritanya selama bertahun-tahun. Di saat yang sama, dia mulai melihat hal-hal yang aneh, yakni semacam kabut putih berpendar yang menyelimuti tiap-tiap orang.

Awalnya, Sanae mengira itu adalah efek samping dari penyakitnya. Saat dia memeriksakan hal itu kepada dokter, Sanae diberitahu bahwa itu mungkin efek dari penyakitnya yang dideritanya cukup lama dan harus mengawasi perkembangannya selama sementara waktu. Itulah sebabnya Sanae mengira hal itu sebagai efek samping. Namun, setelah beberapa hari, dia sadar bahwa dia bisa mengendalikan apakah dia ingin melihat hal itu atau tidak.

Setelahnya, Sanae mulai mempelajari banyak orang dengan menggunakan kekuatan itu, yang menjadi cara terbaik untuk mengisi waktu kosongnya sebagai seseorang yang baru saja sembuh dari penyakitnya dan masih cukup lemah. Hasilnya, Sanae menyadari bahwa kabut yang dilihatnya berhubungan dengan nyawa dan pikiran.

Kabut itu terlihat lebih tebal pada orang-orang yang masih muda dan menjadi semakin tipis saat orang-orang menua. Kabut itu juga semakin tebal saat emosi seseorang meluap-luap dan sebaliknya. Sanae juga mempelajari bahwa kabut itu cenderung berkumpul di suatu titik dimana seseorang sedang memusatkan perhatiannya. Hal ini tampak lebih jelas pada olahraga dan bela diri, dimana tendangan atau pukulan akan menuju ke titik dimana kabut itu berkumpul.

Sifat kabut yang akan berkumpul dimana seseorang memusatkan pikirannya secara tidak langsung mengajari Sanae tentang hubungan antar manusia. Misalnya, untuk sepasang kekasih atau antara orang tua dengan anak, kabut milik seseorang akan berkumpul dengan padatnya pada yang lainnya. Karena Koutarou dan Maki juga terlihat seperti itu, Sanae menganggap mereka berdua sebagai sepasang kekasih.

Karena baru beberapa hari ini aku baru bisa melihat kabut itu, mungkin ada yang berbeda...

Sanae pun tidak memikirkan hal itu dalam-dalam.

Kemampuannya untuk bisa melihat kabut itu sudah cukup aneh, dan masih ada banyak hal yang tidak dia ketahui mengenai kemampuannya itu. Contohnya, terkadang dia melihat adanya kabut yang berkumpul meskipun tidak ada satu orang pun di sekitar tempat itu. Dia belum cukup mengerti akan kekuatannya untuk bisa menarik kesimpulan yang jelas.

Saat ini, ada sesuatu yang lebih mengkhawatirkan Sanae dibandingkan kekuatannya sendiri.

"Kalau Aika-san jadi pacarku, aku bakal butuh banyak duit."

"Nggak ada cewek yang nggak perlu duit, dasar..."

"Aku bisa santai-santai buat nyari cewek yang nggak perlu banyak duit."

"...Satomi-kun, kamu harusnya bisa ngomong kalau kamu bakal nyari banyak duit di masa depan nanti...'kan aku udah bilang kalau udah aku masukin daftar hutang...dasar...."

"Hmm? Kamu ngomong apa barusan?"

"Nggak, nggak ngomong apa-apa ♪ ”

Koutarou dan Maki terus bercanda sambil berjalan beriringan. Sambil menatap mereka berdua dari belakang, tanpa sadar Sanae tidak bisa melepaskan tatapannya dari punggung Koutarou.

Kenapa ini membuatku begitu penasaran...?

Sambil terus menatap punggung itu, Sanae merasa begitu ingin memeluknya, sampai-sampai kalau dia lengah sedikit saja, dia pasti akan melakukannya.

Aku belum pernah mendengar adanya cinta pada pandangan pertama dengan punggung....

Sebelumnya, Koutarou mengatakan bahwa Maki bukanlah pacarnya. Berarti, mungkin ada baiknya jika Sanae yang menjadi pacarnya. Saat Sanae memikirkan hal itu, jantungnya berdebar-debar sambil membayangkan dirinya yang memeluk punggung Koutarou.



Kembali ke Bab 4 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 6