Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 12 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Pagi para Gadis Penyihir[edit]

Part 1[edit]

Sabtu, 24 April

Keesokan paginya, saat para gadis penjajah datang untuk memeriksa kamar 106, mereka melihat Yurika yang sedang menangis sambil memohon.

"T-Tolong maafin aku, Satomi-san! Aku udah hapal tabel perkalian, jadi jangan tanyain aku lagi soal perkalian! Udaah!"

"Diem, Yurika, berapa tujuh kali sembilan?"

"63! Ayolah, udahan dong, rasanya aku mau gila!"

"Berapa delapan kali lima?"

"E-empat puluh...uuuuuh~..."

Koutarou sedang duduk di seberang meja di hadapan Yurika dengan raut wajah tegas sambil menanyakan pertanyaan dari buku soal. Sementara itu, Yurika nampak betul-betul kelelahan dan berusaha membujuk Koutarou untuk membuatnya berhenti. Namun, Koutarou tidak mengacuhkannya dan terus memberi pertanyaan. Rupanya mereka sudah melakukan hal ini sejak semalam.

Suasana di antara mereka terasa aneh. Itu sendiri sudah mengejutkan, namun yang membuat para gadis penjajah lebih terkejut bukanlah hal itu.

"Dua kali tujuh."

"14....aaauuuuu~"

"Yurika udah bisa perkalian!? Gimana bisa!?"

"Apa yang terjadi setelah kita pergi!?"

Semuanya tahu betul seberapa buruk nilai-nilai pelajaran Yurika, saking buruknya sampai mereka menganggap bahwa Yurika tidak bisa melakukan perkalian dasar. Saat ini, Yurika yang sama sudah betul-betul menguasai tabel perkalian. Sanae dan Theia begitu terkejut saat menyaksikan hal itu.

"Gimana bisa dia ngajarin Yurika perkalian dalam semalam? Nggak, yang lebih penting lagi, gimana jadinya situasinya jadi begini setelah kita pergi...?"

"Kelihatannya ada kesalahpahaman besar yang sudah terjadi..."

Shizuka dan Ruth pun ikut menyatakan pendapat mereka, yang penasaran mengapa Koutarou dan Yurika justru belajar bersama. Mereka sudah mengira bahwa hubungan antara Koutarou dan Yurika akan mengalami peningkatan, dan akibatnya, mereka berdua akan bisa kembali menjadi diri mereka yang biasanya.

"Tolongin aku doong, toloong, Satomi-san nggak mau...Satomi-san nggak mau berhenti ngajarin aku matematika!" pinta Yurika yang bergantung Kiriha sambil memohon.

"Itu tidak mungkin. Sekali Satomi Koutarou sudah memutuskan sesuatu, dia akan melakukannya sampai betul-betul selesai."

Namun, Kiriha hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. Dia bisa membayangkan apa yang sudah terjadi dengan mereka berdua.

Kiriha yakin bahwa karena hubungan di antara Koutarou dan Yurika sudah meningkat, Yurika menjadi perlu untuk belajar. Entah alasannya untuk melanjutkan kuliah atau mendapat pekerjaan, karena hal itu juga berhubungan dengan masa depan Koutarou, tekad Koutarou untuk mewujudkan hal itu juga menjadi sebuah beban yang berat. Jika begitu, Koutarou tidak akan mendengarkan apapun yang Kiriha katakan.

"Nggak mungkii~n", isak Yurika dengan lemas.

Yurika, seharusnya kamu menyadari bahwa inilah cara Onii-chan mengutarakan cintanya. Sungguh disayangkan...

Kii yang berada dalam Kiriha pun merasa tidak senang dengan sikap Yurika, yang tidak menyadari tindakan Koutarou sebagai perwujudan cintanya. Itulah sebabnya Kii merasa bahwa Yurika harus memperhatikan hal itu dan menikmatinya.

Dengan begitu, para gadis itu mendapat berbagai kesan terhadap Koutarou dan Yurika, namun tidak ada di antara mereka berdua yang menyadari hal itu dan melanjutkan belajar mereka.

"Lima kali empat."

"Em..."

Namun, karena dia sudah belajar sepanjang malam, Yurika begitu kelelahan dan menjadi lengah ketika para gadis penjajah lainnya datang. Jawabannya pun menjadi sedikit terlambat.

"20! Kamu harusnya bisa jawab yang kayak gini dengan cepet", ujar Sanae yang sudah mengambil posisinya di punggung Koutarou sebelum Yurika bisa menjawab. Karena Sanae sudah mendapat tidur yang cukup, perhitugan seperti ini menjadi mudah baginya.

"Kamu kalah sama Sanae, Yurika."

"Aku nggak salah jawab! Aku nggak salah jawab!"

"Yurika, tambah 20 lagi buat hukumannya."

"Kyaaaaaaaaaa! Nggaaaaaaaaaaaaak!"

Yurika sudah berharap bahwa mimpi buruknya akan segera berakhir, namun hal itu tidak kunjung tiba. Dengan ini, Koutarou sudah memberikan Yurika harapan dan merenggutnya.

"Nggak usah nangis, udah mau selesai kok. Tinggal 20 lagi."

"Itu yang kamu bilang dari kemarin! Nggak peduli seberapa keras aku usaha, ini nggak pernah selesai! Aku udah nggak mau lagiiii!"

Yurika sudah diberikan harapan beberapa kali, dan juga diberikan keputusasaan dengan jumlah yang sama banyaknya. Akibatnya, tabel perkalian pun sudah terukir di dalam Yurika sebagai trauma yang tidak akan pernah dilupakannya.

"M-Maaf, Yurika."

"...Jadi itu caranya dia mengajari Yurika..."

"Betul-betul neraka..."

"Saat Satomi Koutarou sudah memutuskan akan sesuatu, dia tidak akan berhenti begitu saja."

"Kalau terus begini, Yurika-sama mungkin akan bisa mengalikan dua bilangan di dalam kepalanya mulai besok..."

Meskipun para gadis merasa kasihan dengan Yurika, mereka agak iri bahwa Koutarou begitu semangat melakukan hal ini.

"Ayo, Yurika, udahan bengongnya. Ayo jawab soal berikutnya."

"Udah! Udahan dong!"

"Tarou-kun punya enam botol bola tenis. Satu botolnya berisi empat bola. Berapa jumlah semua bolanya?"

"A-Ada 24...aku udah nggak bisa lagi! Kepalaku mau meledak!"

"Tenang, Yurika. Kamu orang yang pasti bisa ngelakuin sesuatu saat kamu harus ngelakuin itu."

"Tatapanmu yang lembut dan yakin sama aku itu lebih kelihatan kayak dendam!"

Tepat pada saat itulah dering alarm sebuah jam yang berada di dekat Yurika menyala. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi.

"Satomi-san! Itu udah bunyi! Waktunya udahan!" seru Yurika sambil mengambil jam itu dan menunjukkannya pada Koutarou.

"Waktunya habis, ya..."

Setelah memastikan waktunya, Koutarou mematikan alarm itu.

Sebenarnya, Koutarou dan Yurika sama-sama memiiki urusan untuk hari ini. Koutarou sudah berjanji dengan teman-teman sekelasnya untuk pergi bermain di taman hiburan, sementara Yurika sudah berjanji untuk bertemu dengan Harumi. Itulah sebabnya mereka akan terlambat jika mereka tidak segera berangkat.

"Yah, mau gimana lagi. Yurika, belajarnya udahan dulu. Kita lanjutin nanti."

"S-Syukurlah..."

Setelah mendengar kata-kata itu, Yurika rebah di atas meja. Meskipun dia harus segera bangun dan bersiap-siap, Yurika tetap diam tak bergerak.

"Oh, aku rasa kamu juga udah inget soal ini. Pulang sebelum jam malam. Kalau kamu pulangnya telat..."

Ada bahaya yang tersirat di dalam mata Koutarou saat dia mengatakan itu.

"HII!"

Setelah menjerit, Yurika segera lari dari ruangan itu secepat kilat.

"Koutarou."

"Hmm?"

"Yurika mirip sama kamu loh."

"Dimananya?"

"Dia nggak usaha buat dirinya sendiri, cuma cara dia ngelihat sama ngelakuinnya agak beda."

"Gitu ya...mungkin ada benernya..."

Sambil melihat Yurika yang tengah lari dari kamar 106, Koutarou merasa bahwa seperti halnya dirinya yang perlu penanganan khusus, Yurika pun memerlukan hal yang sama.

Part 2[edit]

Koutarou tiba di stasiun saat waktu sudah menunjukkan pukul 09:45 pagi. Masih ada beberapa waktu yang tersisa sebelum waktu yang menjadi saat berkumpul mereka, pukul 10 pagi, jadi Koutarou memutuskan untuk melihat-lihat ke toko buku di dekatnya.

"Oh, ini dia."

Koutarou mengunjungi toko buku itu untuk mencari bahan belajar bagi Yurika.

Yurika saat ini berada di tingkatan kelas 2 sekolah dasar dan betul-betul buruk dalam matematika. Karena dia belum betul-betul memahami operasi hitung dasar, hal itu menjadi pengaruh buruk bagi mata pelajaran lainnya. Contohnya, dia tidak bisa membuat air garam dengan kepekatan yang tepat. Dalam ilmu pengetahuan sosial, dia tidak bisa menghitung nilai mata uang yen jika diubah ke dolar. Saat dia disuruh untuk menghitung rata-rata waktu lari 100 meter dalam penjaskes, dia tidak bisa sama sekali. Meskipun dia kuatir dengan berat badannya, Yurika tidak bisa menghitung kalori dengan benar.

Dasar dari semua permasalahannya itu adalah kurangnya kemampuan berhitungnya. Setelah memastikan bahwa itu penyebabnya, Koutarou memutuskan untuk mengajari Yurika matematika. Karena itulah dia mencari beberapa bahan ajar di bidang matematika.

"Matematika kelas 3 SD masih kecepetan buat dia, tapi dia bilang udah yakin...nggak, nggak, hasil lebih penting daripada apa yang dia yakinin..."

"Kamu lagi apa, Satomi-kun?"

Maki muncul di hadapan Koutarou yang sedang mengambil sebuah buku. Alih-alih memakai seragam sekolahnya yang biasa, Maki memakai pakaian casual yang memberikan kesan manis. Rupanya, Maki adalah salah satu orang yang akan bermain bersama Koutarou.

"Pagi, Aika-san. Aku lagi mikir buat bikin Yurika belajar sedikit", sapa Koutarou sambil menunjukkan buku kumpulan soal kepada Maki. Setelah melihat sampulnya, Maki meletakkan tangannya di depan bibirnya dan tersenyum.

"Yurika-san memang susah belajar, ya."

"Itu sebabnya aku ngajarin dia dari yang dasar."

"Yurika-san juga agak susah soal membaca."

"Beneran? Bener-bener deh..."

Koutarou dan Maki lalu melihat-lihat buku kumpulan soal bagi anak sekolah dasar satu demi satu sambil memeriksa isinya, untuk mendapatkan kumpulan soal yang bisa dikerjakan oleh Yurika. Setelah mendapat beberapa buku yang menjanjikan, Koutarou berencana membelinya saat pulang nanti setelah dari taman hiburan.

Satomi-san ngehargain Yurika...

Itulah hal yang dirasakan Maki saat dia melirik ke arah Koutarou. Tidak ada orang yang akan mau berusaha sejauh ini hanya untuk seorang teman sekelas, yang menjadi bukti bahwa mereka adalah sahabat, atau mungkin sesuatu yang lebih lagi. Ditambah, Koutarou lebih memikirkan Yurika dibandingkan Maki yang saat itu berada di sebelahnya. Hal ini membuat Maki merasa sedikit kesepian.

Apa baju baru ini...sia-sia?

Maki menunduk melihat baju baru yang sedang dikenakannya dan mendesah pelan. Dia memakai gaun berwarna cerah dengan banyak sekali rumbai, juga memakai pita yang besar sebagai aksesoris rambut yang cocok dengan gaunnya. Maki sudah berusaha sebaik mungkin untuk membuat dirinya terlihat seimut mungkin, karena dia ingin menunjukkan sisi dirinya yang lain kepada Koutarou. Dia lalu ingin agar Koutarou setidaknya mengatakan sesuatu tentang penampilannya. Maki tidak peduli meskipun Koutarou tidak memujinya, karena yang diinginkannya adalah agar Koutarou mengakui bahwa Maki terlihat berbeda dari biasanya. Namun, Koutarou sedang sibuk dengan sesuatu yang lain dan bahkan tidak melihat ke arahnya sama sekali. Maki pun merasa kesepian, bukan karena iri terhadap Yurika, namun karena tidak ada tempat baginya di benak Koutarou.

Rokujouma V12 Illustration 5.jpg

"Ngomong-ngomong, Aika-san."

"...Ya?"

Saat itu Maki sedang menunduk lemas dan melihat ke lantai, sebelum menengadah saat Koutarou memanggilnya. Dia lalu melihat Koutarou yang memegang beberapa buku kumpulan soal sambil memunggungi dirinya. Hal itu membuat Maki merasa semakin kesepian.

"Rasanya kamu kelihatan imut hari ini. Apa kamu udah nyerah main pakai uang?"

"Ah..."

Hanya dengan kata-kata itu saja dari Koutarou sudah cukup untuk membuat kesepian yang melanda Maki menjadi sirna. Sebagai gantinya, dambaannya pada Koutarou mengisi hatinya.

"...Kenapa kamu nggak bisa bilang aja, kalau aku imut, Satomi-kun?"

"Maaf, kayaknya memang itu salahku. Belakangan ini aku udah sering denger itu, orang bilang aku harus nyoba buat nggak ngejaga jarak dari yang lain."

Menjaga jarak dari orang lain dan tidak mengharapkan apapun dai mereka adalah keburukan sifat Koutarou yang sudah ditunjukkan oleh para gadis penjajah. Di tempat ini pun keburukan itu tetap menunjukkan dirinya. Namun karena Koutarou ingin memperbaiki hal itu, dia sungguh-sungguh meminta maaf.

"Em, jadi, kalau gitu...kamu kelihatan imut hari ini, Aika-san. Itu pas, kan?"

"Satomi-kun..."

Sebuah bayangan yang tidak terduga muncul di benak Maki. Dia melihat seorang anak kecil yang memeluk sweater yang hampir jadi. Maki lalu memeluk anak itu dalam benaknya dan tersenyum pada Koutarou.

"...Itu tadi harusnya bisa sempurna, kalau kamu nggak nanya pas di akhir."

"Kamu keras juga ya, Aika-san."

Koutarou berbalik menghadap Maki dan tersenyum, membuatnya bisa melihat sebuah gambar di dalam benaknya hanya untuk sesaat saja. Namun, senyuman Maki yang begitu cerah membuat gambar itu menghilang sebelum bisa terlihat jelas.

"Nggak pernah ada di dalam sejarah dimana wanita nggak pernah keras."

"Bener, kalian pasti keras, kecuali di saat-saat penting..."

Koutarou dan Maki pun tertawa bersama. Maki senang hanya dengan tertawa seperti ini, dengan Koutarou yang tersenyum padanya. Tidak ada hal yang lebih baik daripada ini. Namun...

" Navy-san, kau sudah membuat kontrak dengan iblis atau semacamnya, benar?"

Maki teringat dengan kata-kata Dark Green kemarin. Tepat pada saat itu juga, keresahan menjalar ke seluruh tubuhnya.

Benar juga, aku harus memastikan hal itu...

Koutarou berbalik dari hadapan Maki dan kembali melihat-lihat buku. Maki mengarahkan tangannya ke punggung Koutarou dan menggumamkan sesuatu.

"...Analyze Magic."

Itu adalah mantra untuk menganalisa pengaruh dari sihir. Maki sedang tidak memakai pakaian sihir atau memegang tongkatnya, namun dia bisa menggunakan mantra sederhana bahkan dalam keadaan seperti ini. Maki berniat menggunakan mantra ini untuk memeriksa dirinya dan Koutarou.

Ternyata bukan kesalahpahaman Green...memang benar-benar ada kontrak sihir di antara kita.

Maki tidak begitu ahli dalam mantra menyangkut informasi seperti Green, jadi dia tidak bisa mendeteksi sihirnya sampai dia mendekati Koutarou. Akibatnya, dia bisa memastikan adanya kontrak sihir antara dirinya dengan Koutarou.

Ini...dari waktu itu...

Maki tidak ingat membuat kontrak dengan seseorang, yang berarti bahwa pihak lawannya, Koutarou, yang membuat kontrak itu. Hanya ada satu momen yang terpikirkan oleh Maki.

Kontrak itu dibuat beberapa bulan lalu saat mereka sedang melakukan perjalanan ski. Maki terluka parah di gunung dan disembuhkan oleh Koutarou dengan menggunakan sihir. Namun karena Koutarou bukan seorang penyihir, dia membiarkan pedangnya yang menggunakan sihir yang kuat. Pedang itu memancarkan cahaya putih murninya dan menyembuhkan Maki. Di dalam cahaya itu, Maki melihat seorang anak kecil yang gemetaran dan sendirian. Maki pun berkata pada anak itu, "Tidak apa-apa, aku akan selalu bersamamu..."

Kalau memang ini kontraknya...semuanya jadi masuk akal...

Sesuatu yang serupa juga terjadi pada Kotarou, dan akibatnya, sebuah kontrak pun tercipta. Sulit untuk membayangkan Koutarou membuat kontrak itu secara sengaja, karena dia tidak tahu apapun soal sihir. Kemungkinan besar, pedang itulah yang membuat kontrak untuk menyelamatkan Maki.

"Kontraknya sepadan dan kuat dengan hubungan mental yang kuat di antara mereka yang terikat...dan tidak ada batasan dalam bantuan timbal baliknya, seakan-akan mereka adalah satu orang atau makhluk yang sama. Kontrak yang cukup drastis...."

Namun, kontrak yang disinggung oleh Green membuat Maki kuatir.

Apa aku benar-benar mencintai Satomi-kun...?

Maki mencintai Koutarou, namun saat ini dia tidak bisa mempercayai perasaannya sendiri. Maki mulai meragukan dirinya dan penasaran jika perasaannya itu muncul karena kontrak itu.

Hingga saat ini, Maki merasa Koutarou seperti membaca pikirannya beberapa kali, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pertarungan. Maki merasa bahwa hal itu disebabkan kecocokan di antara mereka berdua. Itulah sebabnya dia mulai menyukai Koutarou, merasa bahwa mereka berdua memiliki perasaan yang sama dan bisa saling mengisi rasa kesepian satu sama lain.

Namun, jika ada kontrak yang mengikat mereka berdua, makai mungkin bukan itu yang sebenarnya terjadi. Kecocokan antara mereka dan perasaan Maki terhadap Koutarou mungkin hanya ilusi yang diciptakan oleh knotrak itu.

Dulu, Maki betul-betul pasrah dengan hidupnya. Biarpun luka-lukanya sembuh, dia tidak yakin bahwa dirinya akan bertahan hidup dengan kondisi seperti itu. Ditambah, dengan luka mental dari masa lalu yang dimiliki oleh Koutarou, dia mungkin tidak mau sampai ada seseorang yang mati di hadapannya.

Agar mereka berdua bisa hidup bersama, pedang itu membuat sebuah kontrak yang mendorong mereka berdua untuk saling menyayangi satu sama lain. Maki sudah mendapatkan harapan, luka-lukanya sembuh dan pikiran Koutarou terlindungi.

Dalam kata lain, agar Maki bisa selamat dan Koutarou terlindungi, Maki mungkin sudah dicuci otak.

Kalau aku membatalkan kontrak ini, pertanyaan itu pasti terjawab, tapi...

Ada tekanan yang kuat yang disebabkan oleh kontrak yang mengikat mereka berdua untuk selamanya dan mendorong mereka untuk saling menyelamatkan satu sama lain. Kontrak itu bisa dibatalkan dengan melakukan prosedur yang semestinya, namun keamanan dan persetujuan dari kedua belah pihak menjadi syaratnya.

Jika kontrak itu dibatalkan, Maki akan sembuh meskipun dia dicuci otak. Denga melakukan itu, Maki akan tahu jika perasaannya saat ini betul-betul berasal dari niatnya sendiri atau tidak.

Tapi kalau aku sedang dicuci otak...apa aku harusnya membatalkan kontraknya? Biarpun Satomi-san bisa terbunuh olehku...?

Namun, Maki ragu untuk membatalkan kontrak itu. Dia takut dirinya akan menjadi orang lain, takut bahwa dia akan kembali menjadi musuh Koutarou. Itulah sebabnya dia tidak segera membatalkan kontraknya.

Kalau aku tidak merasa sedang dicuci otak, au bisa langsung membatalkan kontraknya...lalu aku bisa betul-betul tahu apa yang aku rasakan...

Meskipun Maki takut sedang dicuci otak, dia ingin mempercayai perasaannya sendiri. Dia ingin cintanya pada Koutarou menjadi cinta dari dirinya sendiri, bukannya dibuat oleh kontrak itu.

Namun, dengan kontrak itu, Maki akan terus merasa ragu dan membuatnya selalu merasa resah. Satu-satunya solusi adalah untuk membatalkan kontrak itu dan memastikannya sendiri. Itulah sebabnya, setidaknya untuk alasan ini, Maki ingin membatalkan kontraknya.

...Aku harus berbuat apa...

Maki terus merasa kuatir.

Jika dia membatalkan kontraknya, dia akan segera tahu jika perasaan itu memang perasaannya sendiri atau bukan. Namun, jika dia melakukan itu, dia mungkin akan kembali menjadi musuh Koutarou. Setelah dibatalkan, kontrak itu tidak akan kembali. Ini bukanlah keputusan yang mudah bagi Maki.

"Kamu kenapa, Aika-san?" panggil Koutarou pada Maki yang masih terlihat kuatir. Koutarou merasa ada yang aneh saat Maki tiba-tiba terdiam.

"Nggak, nggak ada apa-apa", balas Maki yang segera tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, membuat pita di rambutnya berayun ke depan dan belakang.

"...Satomi-kun, udah mau jam 10. Ayo kita pergi."

"Hm? Ah, iya."

Maki menggenggam ujung baju Koutarou dan menuntunnya. Di saat yang sama, dia menjaga kepalanya tetap menunduk agar Koutarou tidak melihat wajahnya.

Aku harus kembali ke diriku yang biasanya sebelum kita keluar dari toko ini...aku harus ngelindungin Satomi-kun hari ini...

Pada akhirnya, meskipun dia terus merasa kuatir, Maki memutuskan untuk menjaga kondisi dirinya.

Biarpun perasaannya merupakan hasil dari sebuah kontrak, seram rasanya untuk berubah menjadi orang lain. Jika Maki benar-benar dicuci otak, resikonya pun terlalu tinggi untuk membatalkan kontraknya. Bagi Maki, menjaga Koutarou dari marabahaya adalah prioritas utama. Itulah sebabnya, selama kemungkinan dirinya dicuci otak tetap ada, Maki tidak bisa membatalkan kontrak itu.

Aku pasti akan melindungi dia. Dari musuh seperti apapun...biarpun dari diriku yang asli sekalipun...

Karena Maki sudah menghabiskan sebagian besar hidupnya di dalam kegelapan, dia tidak ingin melepaskan kehangatan yang diperolehnya di dalam jangkauannya, meskipun itu adalah sebuah ilusi.


Part 3[edit]

Sakuraba Harumi pergi ke rumah sakit pada pagi hari untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Yurika ikut untuk menemaninya, dan setelah Harumi sudah selesai, mereka berdua akan pergi bermain bersama. Mereka berencana untuk pergi makan dan berbelanja.

"---terus, Satomi-san mukul aku."

"Fufu, kalau Satomi-kun memukulmu, kamu pasti betul-betul tidak belajar untuk waktu yang lama."

"Uuuh!? I-I-Itu..."

"Tidak benar?"

"...Nggak ada komentar."

Mereka berdua sedang berbicara di ruang tunggu rumah sakit. Pemeriksaan kesehatan Harumi sudah selesai, dan mereka hanya tinggal membayar biaya pemeriksaan. Karena ada banyak orang yang juga mengunjungi rumah sakit, dan karena perhitungan biayanya yang rumit, Harumi harus menunggu sekitar sepuluh menit untuk membayar, setiap kali. Mereka berdua menggunakan waktu menunggu itu untuk berbicara, namun topik pembicaraannya tentu akan mengarah pada Koutarou.

"Gimana juga, pasti Satomi-san yang salah. Satomi-san betul-betul kurang sayang sama aku", kata Yurika sambil cemberut.

"Nijino-san, sebenarnya, kamu tidak percaya itu, benar?"

Namun, hanya dengan sekali lihat pada wajah Yurika, Harumi tahu bahwa Yurika berbohong. Harumi pun tersenyum sambil melihat ke arah Yurika.

"Itu nggak bener. Satomi-san selalu aja jahat dan kasar sama aku", sambung Yurika sambil menggelengkan kepalanya.

"Bohong. Aku tidak percaya."

Walau begitu, Harumi tidak mempercayai kata-kata Yurika.

"A-Aku nggak bohong! Kenapa kamu mikirnya begitu?"

"Fufufu...itu karena, belakangan ini kamu terlihat begitu senang kapanpun kamu berbicara soal Satomi-san."

"Eeeeh!?"

Tepat saat Harumi menunjukkan hal itu, Yurika langsung tersipu malu. Harumi, yang melihat perubahan raut wajah Yurika, menjadi yakin bahwa kecurigaannya ternyata benar.

"Kamu sendiri belum sadar? Sekarangpun kamu terlihat begitu senang kapanpun kamu berkata kalau Satomi-san memukulmu...bahkan dulu saat kamu berkata kalau cemilanmu dicuri, kamu selalu terlihat ceria."

Harumi menyadari bahwa Yurika terlihat senang belakangan ini saat membicarakan Koutarou. Kapanpun dia melakukan itu, meskipun Yurika terlihat tidak senang, matanya nampak seperti tersenyum.

Selama beberapa minggu ini, sudah ada perubahan besar yang terjadi. Saat Yurika membicarakan Koutarou seperti halnya dulu, ada suasana berbeda yang terasa di dekatnya. Dia masih terlihat ceria, namun perasaan cerianya terasa tercampur dengan sesuatu.

"Rasanya seperti aku sendiri yang menyaksikan...itu sebabnya aku bisa tahu."

"...Auuu..."

"Apa kamu juga cinta dengan Satomi-kun, Nijino-san?"

Yurika sedang jatuh cinta - itulah kesimpulan yang didapat Harumi dalam waktu yang begitu singkat, karena dia sendiri juga mengalami hal yang sama. Yurika memiliki tatapan yang sama dengan Harumi saat dia merapikan rambutnya di depan cermin sebelum pergi menjalani kegiatan komunitas.

"..."

Kesimpulan itu sudah jelas, namun Yurika tidak bisa langsung menjawabnya. Tentu saja dia merasa malu, namun alasan terbesarnya adalah sesuatu yang lain.

Aku...jatuh cinta sama orang yang dicintai Sakuraba-senpai...

Awalnya, Yurika berusaha untuk membuat Harumi dan Koutarou menjadi pasangan. Dia sudah berkonsultasi dengan Harumi dan memberikannya saran, namun setelah waktu berjalan dan dia menjadi lebih tahu tentang Koutarou, Yurika sendiri juga jatuh cinta dengannya. Ini menjadi sebuah kesalahan perhitungan yang fatal bagi Yurika, dan di saat yang sama, kebenaran yang menyesakkan. Itulah sebabnya Yurika tidak bisa mengatakan perasaannya kepada Harumi.

"Kamu tidak perlu menyembunyikannya, Nijino-san. Aku mengerti perasaanmu...dan meskipun mereka juga tidak menunjukkannya, aku yakin bahwa ada banyak wanita yang mencintai Satomi-kun..."

Harumi tidak berniat menyalahkan Yurika, karena baginya, menyerah untuk mencintai seseorang hanya karena urutan bertemu atau urutan jatuh cinta adalah hal yang menyedihkan. Harumi yakin bahwa semua orang harus memiliki kesempatan yang sama, dan karena dia juga merasa bahwa Satomi Koutarou itu menarik, Harumi merasa bahwa sudah sewajarnya Yurika juga menjadi jatuh cinta dengannya.

"...Iya..."

Yurika merasa begitu bersalah sampai membuatnya tidak bisa melihat wajah Harumi. Namun, dia menjawab dengan suara yang pelan dan mengangguk tidak kalah pelan.

"Begitu ya...syukurlah...", balas Harumi yang mengangguk senang saat melihat hal itu

"Eh...syukurlah...?"

Yurika merasa bahwa reaksi Harumi aneh dan langsung melihat ke arahnya, dimana dia melihat Harumi yang membalas menatapnya dengan tenang. Karena Yurika ingin tahu apa maksud dari kata-kata Harumi, dia turut menatap ke arahnya.

"Nijino-san...bukankah menurutmu kita ini terlalu sederhana dibandingkan para wanita di dekat Satomi-kun?"

Namun, apa yang dikatakan Harumi bukanlah jawaban atas pertanyaan Yurika. Harumi justru menjawabnya dengan pertanyaan berbeda. Yurika menjadi agak bingung, namun dia menjawab pertanyaan itu dengan jujur.

"...Em...aku rasa iya..."

Yurika merasa sependapat dengan Harumi.

Theia, sang puteri yang begitu gemilang, kuat dan indah.

Kiriha yang tampak dewasa dan bijak, juga jauh lebih feminim dibandingkan yang lainnya.

Sanae yang jujur dan tidak basa-basi. Dalam masalah kecantikan, dia tidak akan kalah dari yang lain.

Ruth yang serius dan tulus. Meskipun dia tidak memiliki sesuatu yang bisa dianggap mencolok, jika semua kelebihannya disatukan, dia bisa menjadi seseorang yang bisa begitu dipercaya.

Shizuka, yang tidak hanya ahli dalam bela diri, tapi juga orang yang bisa dipercaya karena sudah merawat Rumah Corona sendirian. Sifatnya yang ceria dan suka dengan gosip membuatnya menjadi semakin mencolok.

Hanya dengan berpikir sejenak saja, Yurika bisa memikirkan kelima gadis yang menarik di sekitar Koutarou. Dibandingkan dengan kelima gadis itu, hanya sifat buruk saja yang mencolok, dan dari sisi baiknya, dia hanya terlihat sebagai gadis biasa.

Hal yang sama bisa dikatakan bagi Harumi. Dia sebenarnya pemalu dan lemah terhadap tekanan. Belakangan ini dia sudah berkembang, namun sifat introvertnya masih menonjol. Akibatnya, dia kesulitan menyatakan rasa cinta dan kebaikan dari dalam dirinya.

Akibatnya, Yurika dan Harumi hanya terlihat sebagai gadis-gadis biasa dalam urusan menarik perhatian pria.

"Itulah sebabnya...apa kamu mau bekerja sama denganku untuk membuat Satomi tertarik dengan kita?"

"Eeeeeeehh...?"

Semua itu berubah menjadi permintaan tak terduga. Harumi ingin bekerja sama dengan Yurika untuk menarik perhatian Koutarou. Memang, rencana itu begitu mengejutkan, namun bagi mereka itu adalah cara yang efektif.

Gitu rupanya, pantes senpai bilang "syukurlah"...

Baru pada saat itulah Yurika akhirnya mengerti tujuan Harumi. Harumi tahu bahwa dirinya adalah seseorang yang tidak mencolok dan perlu pengembangan diri. Pada saat itulah dia tahu tentang perasaan Yurika, yang membuatnya merasa lega dan meminta bantuan dari Yurika.

"Kalau kita berdua bekerja sama, aku rasa kita bisa, bagaimana mengatakannya....menopang bagian diri Satomi-kun yang kesepian."

Ini mungkin hal yang paling penting bagi Harumi. Ada sesuatu yang selalu dipikirkannya: mengapa pria seperti Koutarou masuk ke dalam komunitas merajut? Harumi sudah memikirkan hal itu selama setahun, dan baru belakangan ini dia mendapat sebuah kesimpulan.

Saat mereka sedang menjalankan kegiatan komunitas, Koutarou sempat betul-betul semangat dengan cara merajut sweater. Kenyataannya, saat dia pertama kali bergabung, Koutarou sempat menyinggung soal sweater. Itulah sebabnya Harumi mulai berpikir bahwa sweater itu punya makna yang besar bagi Koutarou.

Terlebih lagi, Koutarou jarang sekali terlihat kesepian selama mengikuti kegiatan komunitas. Karena Koutarou begitu berhati-hati agar tidak menunjukkan hal itu, Harumi tidak menyadarinya sampai setengah tahun kemudian semenjak dia masuk ke komunitas merajut. Sejak saat itu, kapanpun Harumi melihat hal itu, dia merasa harus melakukan sesuatu terhadapnya.

Harumi mulai berpikir bahwa obsesi Koutarou dengan merajut sweater ada kaitannya dengan kesepian itu. Jika kedua hal itu memang berkaitan, maka Harumi akan memerlukan bantuan. Dia yakin bahwa Koutaoru tidak bisa menyembuhkan hatinya sendirian.

"Aku rasa Satomi-kun punya kenangan pahit dengan sweater. Itu sebabnya dia berusaha keras belajar cara merajut sweater, meskipun dia laki-laki. Aku bisa mengajarinya cara merajut, tapi badanku lemah dan aku akan lulus tahun depan. Itu sebabnya aku tidak bisa menyembuhkan rasa kesepiannya, dan mengapa aku ingin kamu membantuku, Nijino-san."

"...Sakuraba-senpai...kamu..."

Yurika merasa bahwa Harumi betul-betul hebat. Yurika bisa tahu masa lalu Koutarou berkat Kiriha dan info bahwa sweater yang setengah jadi itu adalah warisan dari ibu Koutarou. Namun demikian, Yurika masih belum tahu cara menyembuhkan Koutarou. Namun, Harumi yang sama sekali tidak mengetahui masa lalu Koutarou sudah menemukan caranya. Kiriha dan yang lainnya berkata bahwa Yurikalah yang paling dekat dengan Koutarou, namun sebenarnya, Harumilah yang paling dekat dari antara mereka semua.

Satomi-san gabung sama komunitas merajut karena dia mau nyelesaiin sweater setengah jadi dari ibunya...itu mungkin biar Satomi-san bisa merasa lega...itu sebabnya Satomi-san nggak mau bener-bener percaya sama yang lain sebelum sweaternya jadi....kalau gitu, biarpun kita udah deket sama Satomi-san, kita pasti ngebentur dinding lagi! Ini pasti potongan puzzle yang kita cari-cari!

Pada saat itulah, Yurika menjadi yang pertama di antara para gadis di dekat Koutarou yang menemukan cara untuk betul-betul menyembuhkan hati Koutarou.

Untuk bisa menyembuhkan hati Koutarou, para gadis itu perlu memberikan kehangatan pada Koutarou dengan cara mereka masing-masing, sementara Koutarou sendiri menyelesaikan sweater dari ibunya dengan usahanya sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Harumi, tanpa kedua perasaan ini, Koutarou tidak akan tertolong. Dia hanya akan betul-betul sembuh setelah dia mendapatkan keduanya.

Aku bisa nyelametin dia...nggak, kalau kita semua nyatuin kekuatan kita, kita bisa nyelametin Satomi-san..!

Hingga saat ini, Yurika selalu menjadi yang diselamatkan, namun sekarang, tiba saatnya bagi Yurika untuk menyelamatkan Koutarou. Keyakinan itu membuat Yurika menjadi merasa begitu senang. Dia begitu bersyukur dengan adanya kesempatan ini, yang mungkin tidak akan didapatkannya kalau bukan karena semua gadis di dekat Koutarou.

"Aku ngerti, Sakuraba-senpai! Ayo kita mulai dari kita berdua!"

Yurika memutuskan untuk memulai dengan dirinya dan Harumi. Nantinya, dia akan menjelaskan situasinya kepada para gadis di kamar 106, namun Yurika merasa seperti halnya Harumi, yang sudah meraih jawaban itu, mereka pantas untuk memimpin menuju saat itu. Ditambah lagi, Harumi juga mendapat keterbatasan karena tidak terlibat dengan kamar 106.

"Terima kasih, Nijino-san!" balas Harumi dengan tersenyum senang.

Tidak ada yang lebih membahagiakan selain mendapat dukungan dan bantuan dari seorang sahabat, dan orang itu juga bisa membantu laki-laki yang dicintainya. Itulah sebabnya senyuman Harumi kali ini nampak seperti senyuman anak kecil.

"Buat saat ini, aku bakal gabung sama komunitas merajut! Dengan begitu, kita bisa ngejaga jumlah anggota minimalnya biar komunitasnya tetep ada!"

Berdasarkan peraturan sekolah, klub membutuhkan minimal empat orang anggota, sedangkan untuk komunitas dibutuhkan minimal dua orang. Karena komunitas merajut tidak berhasil mendapatkan anggota baru, komunitas itu pasti akan diberhentikan jika tidak ada anggota baru yang bergabung pada April tahun depan. Jika sweater Koutarou tidak selesai sebelum saat itu, pasti nanti akan ada masalah yang timbul. Untuk menghindari hal itu, Yurika memutuskan untuk bergabung dengan komunitas merajut.

"Fufu....usulmu boleh juga, Nijino-san. Akan sangat membantu kalau kamu benar-benar bergabung."

"Tapi, tapi...bukannya nanti aku malah ganggu?"

Yurika sudah menjaga jaraknya dari komunitas merajut agar tidak mengganggu Koutarou dan Harumi. Dari sudut pandang itu, bergabungnya Yurika dalam komunitas merajut bisa menjadi sesuatu yang tidak sedap dipandang.

"Tidak juga. Aku rasa yang lebih penting bagi kita adalah untuk menolong Satomi-kun. Dan, Nijino-san, kita sudah memutuskan kalau kita akan bekerja sama, benar?"

Meskipun Harumi mungkin akan kerepotan dengan bergabungnya orang lain ke dalam komunitas merajut karena dia tidak akan bisa berduaan dengan Koutarou saja, dia tidak merasa bermasalah dengan bergabungnya Yurika. Kalau hanya Yurika yang bergabung, Harumi bisa terus bersikap sama seperti sebelumnya. Jika dia bersama Yurika, Harumi bisa menjadi lebih berani lagi untuk bisa bersikap berani.

"Iya!"

Mata Yurika tampak berbinar-binar karena merasa lega. Dia senang bisa membantu tanpa mengganggu Harumi. Malah, Harumi justru menginginkan situasi itu, karena Harumi juga menjadi penebus keburukan sifat Yurika.

"Dengan begini, aku rasa kita bisa tetap menjalankan kegiatan komunitas meskipun aku ada di rumah sakit. Mohon bantuannya, Nijino-san."

"Aku, Nijino Yurika, akan melakukan yang terbaik!"

Harumi dan Yurika pun tersenyum dan melanjutkan percakapan mereka, dengan topik persahabatan dan cina. Mereka berdua tampak betul-betul menikmati hidup mereka.

"...Oh, kelihatannya kalian berdua sedang bersenang-senang."

Tepat pada saat itulah ada seseorang yang memanggil mereka berdua. Mereka pun melihat seorang wanita dengan pakaian elegan sedang memandang ke arah mereka berdua.

"Kanae-san!"

"Senang bisa bertemu dengan anda, Higashihongan-san."

"Kalian ini pasangan yang tidak biasanya. Boleh aku bergabung dengan kalian?"

Nama wanita itu adalah Higashihongan Kanae, orang yang dekat dengan baik Yurika dan Harumi.


Kembali ke Bab 2 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 4