Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 12 Bab 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Kontrak dan Asal Usul[edit]

Part 1[edit]

Sabtu, 24 April

Nama Koutarou dan Maki ditampilkan dalam layar yang menampilkan sepuluh skor tertinggi pada hari ini di pintu keluar sebuah wahana. Wahana itu mirip dengan permainan dimana kelompok berisi dua orang menaiki semacam kereta dalam wahana dan berebut mengalahkan monster yang terbanyak. Koutarou dan Maki menaiki wahana itu bersama dan berhasil mencapai skor tertinggi dengan perbedaan skor yang begitu besar.

"...Hey, Kou. Apa kamu nggak ngerasain apa-apa habis ngelihat ini?"

Kenji, yang melihat ke layar yang menampilkan 'Koutarou & Maki' dengan cerahnya di puncak layar skor, keheranan karena hal itu.

"Ngerasain apa-apa? Maksudnya?"

"Ini yang kuomongin....kamu selalu aja kayak begini...", kata Kenji sambil meletakkan tangannya di pundak Koutarou dan enggan berbicara. Bagi Kenji, bisa pergi bersama gadis feminim seperti Maki dan menikmati wahananya bisa terlihat seperti ada 'sinyal-sinyal' spesial dari Maki. Namun, Koutarou tidak merasakan hal itu, atau mungkin secara sengaja mengacuhkannya.

"Satomi-kun sama Aika-san mestinya nggak usah malu-malu lagi, mending langsung jadian aja. Dua orang yang bisa sinkron kayak begini langka loh."

"Aku rasa juga begitu. Rasanya kayak takdir."

Kenji dan sekelompok gadis berpendapat sama tentang Koutarou dan Maki yang begitu cocok sampai mereka merasa bahwa Koutarou dan Maki seharusnya berpacaran. Kelompok gadis itu sudah bergosip tentang adanya atmosfir spesial antara Koutarou dan Maki yang sudah muncul beberapa kali di waktu dulu. Ditambah lagi, karena skor mereka berdua pada wahana itu justru menjadi pemicu, mereka memutuskan bahwa sekaranglah saatnya untuk menjodohkan kedua orang itu.

"Menurutmu gimana, Maki-chan?"

"Biar begitu juga...em...aku selalu ngejar uang, jadi..."

Wajah Maki memerah karena malu. Perasaannya sudah terlihat jelas bagi dirinya sendiri.

"Oh? Dia kelihatannya nggak nolak? Dasar kamu..."

"..."

Saat pinggangnya disenggol oleh siku temannya, Maki tanpa sadar melihat ke arah Koutarou. Saat melakukan hal itu, matanya bertemu dengan mata Koutarou.

"...Em...aku..."

"Y-Ya....."

Koutarou tampak kebingungan pada awalnya, namun saat dia melihat mata Maki, raut wajahnya berubah menjadi tersenyum.

Dia memang cewek yang punya sesuatu yang beda sama cewek-cewek lainnya...

Kapanpun Koutarou melihat ke arah Maki, dia merasakan sebuah perasaan yang misterius, yang timbul seperti sebuah kewajiban bagi dirinya untuk melindungi Maki. Di saat yang sama, Koutarou juga bisa merasa percaya bahwa Maki juga akan menghargai hal yang sama seperti dirinya. Koutarou tidak tahu apa yang membuatnya merasa seperti itu, namun apa yang dirasakannya terasa nyaman baginya dan mungkin sama seperti apa yang Koutarou rasakan seperti dengan gadis penjajah lainnya. Fakta bahwa dia bisa merasakan seperti ini terhadap seorang teman sekelas membuat Koutarou bingung.

Dia cuma temen sekelas, tapi apa mungkin ini gara-gara kita punya rahasia yang sama...?

Satu-satunya alasan yang bisa dipikirkan Koutarou adalah saat dia menyelamatkan nyawa Maki di gunung. Dia merasa bahwa itulah alasannya.

"Aku nggak terima! Aika-san nggak boleh pacaran sama Satomi!"

"Bener! Orang yang udah berkhianat sama aliansi cowok nggak populer nggak boleh bahagia!"

Namun hanya selama itu sajalah Koutarou dan Maki bisa saling berpandangan. Rasa iri yang berasal dari kelompok laki-laki meledak dan menghempaskan suasana manis di antara mereka berdua.

"Aku cowok terpilih buat Maki! Jangan ngomong yang nggak-nggak begitu, dasar cewek!"

"Kalian bego ya!? Coba liat lagi itu skor!"

"Nggak, itu pasti salah! Mana mungkin benda digital begitu bisa ngukur hubungan sama takdir orang!"

"Pendapatmu bagus sih, tapi itu bikin kamu jadi kayak orang tolol!"

Pertengkaran pun menjadi semakin sengit dan mengabaikan kedua orang yang dipermasalahkan. Koutarou merasa ditinggalkan, dan merasa bahwa hal itu lucu sampai-sampai dia mulai tertawa.

"Haha."

"Fufufu."

Saat dia tertawa, ada tawa pelan yang terdengar di sebelahnya. Saat Koutarou menoleh, dia melihat bahwa Makilah yang tertawa. Mata mereka kembali bertemu dengan mata Maki yang perlahan menutup. Tepat pada saat itulah Koutarou yakin bahwa Maki juga merasakan hal yang sama seperti dirinya.

Aku penasaran, apa ini sebenernya...?

Perasaan yang misterius itu ditambah Maki yang membuatnya merasa nyaman membuat Koutarou bisa menerima bahwa Maki adalah seseorang yang berarti baginya.


Sebuah getaran yang teredam bisa terdengar. Rupanya, Maki menerima pesan pada handphonenya.


Part 2[edit]

Pesan yang diterima oleh Maki begitu singkat. Judulnya 'Memulai tindakan' dan isi pesannya tidak ada. Pesan itu dikirimkan berdasarkan sebuah keputusan, dan Maki tahu apa yang sedang terjadi hanya dengan membaca judul pesan itu.

Sudah mulai rupanya...

Pesan itu menandakan bahwa rekan-rekan Maki sedang mengambil tindakan. Tugas Maki adalah untuk menjaga Koutarou tetap berada di tempat itu sampai rekan-rekan Maki telah menyelesaikan tugas mereka. Menjaga Koutarou, yang dianggap sebagai musuh terkuat mereka, jauh dari apa yang sedang terjadi merupakan tugas Maki, yang juga merasakan adanya makna penting dalam hal ini. Maki tidak mau Koutarou bertarung dengan siapapun. Dia bukan hanya kuatir jika Koutarou sampai kehilangan nyawanya, tapi juga karena Maki tidak mau Koutarou sampai ternodai oleh niat jahat musuhnya.

Tapi...apa ini benar-benar tidak apa-apa...

Namun, Maki merasa tidak puas dengan hal itu, merasa seperti mengkhianati Koutarou. Jika Koutarou sampai tahu apa yang sedang terjadi, dia pasti akan mencoba menyelesaikan hal itu. Meskipun dia tahu akan hal itu, Maki tidak bisa mengatakan yang sebenarnya kepada Koutarou. Dia melakukan itu untuk melindungi Koutarou, namun hal itu berlawanan dengan keinginan Maki. Itulah sebabnya Maki tidak bisa betul-betul menerima hal yang sedang dilakukannya.

Aku nggak tahu mana yang benar dan mana yang salah...apa ini karena kontraknya juga?

Apa yang membuat Maki lebih gusar lagi adalah kontrak antara dirinya dengan Koutarou. Karena mereka memiliki hubungan mental karena kontrak itu, Maki terkadang memprioritaskan niat Koutarou. Itulah sebabnya, meskipun Maki memprioritaskan keselamatan Koutarou, ada kemungkinan bahwa kontrak itu akan memprioritaskan niatan Koutarou dan mencap hal itu pada Maki.

Situasi-situasi itu membuat Maki bingung, dan dia hanya bisa terdiam menatap layar handphonenya.Saat dia melakukan itu, dia bisa mendengar getaran dari handphone lagi. Namun, kali ini handphone yang bergertar itu bukan milik Maki, melainkan Koutarou.

Sebenarnya, yang bergetar bukanlah handphone, namun gelang yang ada di tangan kanan Koutarou. Koutarou mengangkat handphonenya ke dekat telinganya dan memerintahkan gelangnya untuk menjawab panggilan itu di saat yang sama. Dengan melakukan ini, Koutarou bisa menggunakan gelangnya tanpa disadari oleh orang-orang di sekitarnya.

"Ada apa, Clan?"

Karena Koutarou mendapat gelang itu dari Clan, hanya dialah yang bisa menghubungi Koutarou dengan menggunakan gelang itu. Orang-orang lain biasanya menghubunginya lewat handphonenya. Itulah sebabnya Koutarou tidak perlu memeriksa siapa yang menghubunginya.

"Apa kau baik-baik saja, Veltlion!?"

Seperti yang Koutarou duga, suara orang yang menghubunginya memang milik Clan. Namun, suara Clan saat itu terdengar lebih tinggi dan keras dari biasanya. Hal itu membuat Koutarou terkejut sampai membuatnya hampir menjatuhkan handphonenya.

"A-ada apa emangnya!?"

"Jawab! Apa kau baik-baik saja!?"

"I-Iya...aku baik-baik aja. Di sini damai-damai aja kok", kata Koutarou yang melihat ke sekelilingnya sebelum menjawab Clan. Taman hiburan saat itu tampak begitu damai. Jika ada semacam peristiwa besar yang terjadi, kemungkinan besar itu berasal dari teman-teman sekelasnya yang masih ribut.

"Berarti masalahnya ada di tempat lain!?"

"Maksudmu apa? Apa yang terjadi?"

"Aku baru saja menerima sinyal pertolongan darurat dari Pardomshiha menggunakan gelombang gravitasi! Aku hanya beranggapan dia ada bersamamu, itu sebabnya aku menghubungimu!"

"Gitu toh!"

Setelah menyadari apa yang sedang terjadi, Koutarou berbalik memunggungi teman-temannya dan membisikkan instruksi pada Clan.

"...Clan, tolong pastiin keberadaan yang lainnya sama situasinya sekarang juga. Ruth-san nggak bakal ngirim kamu sinyal pertolongan kalau nggak ada sesuatu yang serius."

Ruth percaya pada Clan dan sudah memaafkannya, namun Theia dan Clan belum berdamai. Karena itulah Ruth tidak akan menghubungi Clan secara rutin. Jika Ruth sekarang meminta bantuan Clan, pasti ada sesuatu yang serius yang sudah terjadi.

"Aku rasa juga begitu. Aku sudah mengirimkan pesawat pengintai tanpa awak. Akan kuberitahu nanti setelah aku tahu apa yang sudah terjadi."

"...Makasih ya, Clan."

"Tidak perlu berterimakasih. Tuan dan pelayannya akan saling menolong, benar?"

"...Mungkin", balas Koutarou sambil mengangguk mendengar kata-kata Clan, menyadari adanya perubahan pada apa yang dirasakannya.

Aku rasa nggak ada jeleknya jadi pelayannya Clan...

Tuan dan pelayan yang saling menolong. Saat mendengar hal itu, Koutarou tidak merasa adanya hal yang aneh, tidak merasakan adanya keberatan terhadap apa yang dikatakan oleh Clan. Clan mulai menunjukkan sifatnya sebagai seorang puteri dengan baik.

"Y-Yah, cukup untuk hal itu! Veltlion, segera pergi ke posisi ini. Aku akan mengirimkan zirahmu ke sana!"

Saat Clan memberikan arahan pada Koutarou, sebuah hologram peta taman hiburan muncul di hadapannya. Ada penanda merah yang berkedip di sebuah gang di sebelah gudang beberapa blok dari taman hiburan. Saat ini, Clan memiliki izin untuk menggunakan sistem Blue Knight. Dengan menggunakan hal itu, Clan mengirimkan zirah Koutarou padanya, dan tempat terdekat yang tidak akan menarik perhatian banyak orang adalah gang itu.

"...Oke, aku pergi sekarang."

Koutarou mengingat lokasi penanda itu sebelum mengakhiri panggilannya. Dia lalu mengambil tindakan dengan cepat.

Koutarou merasa bahwa ini situasi darurat, jadi, sayangnya inilah akhir dari akhir pekannya yang menyenangkan.


Part 3[edit]

Koutarou menjelaskan pada teman-temannya bahwa ada situasi darurat yang terjadi dan dia harus pergi. Setelah meminta maaf, Koutarou berlari keluar taman hiburan dan menuju gang yang sudah ditandai oleh Clan. Karena gang itu berada di arah yang berlawanan dengan stasiun dari mana dia datang, kelihatannya Koutarou seperti mengambil jalan memutar. Namun, sebenarnya inilah jalan tercepat untuk kembali ke Kota Kisshouharukaze.

Pulang dengan menggunakan kereta akan memerlukan waktu beberapa puluh menit, termasuk waktu yang dibutuhkan untuk masuk ke stasiun. Namun, karena ini situasi darurat, Koutarou tidak bisa berlama-lama. Itulah sebabnya Koutarou akan memakai zirah Blue Knight dan pulang dengan cara terbang. Dengan menggunakan kekuatan penuh dari zirahnya, Koutarou akan bisa tiba hanya dalam beberapa menit saja.

"Veltlion, aku lihat ada dua tempat di Kota Harukaze yang tidak mendapat radiasi elektromagnetis!"

"Dimana!?"

"Tempat tinggalmu dan zona pembangunan di pinggir kota!"

"Periksa dua-duanya sekali lagi!"

Sambil berlari melewati area gudang yang sepi, Koutarou melanjutkan panggilannya dengan Clan. Clan mengirimkan informasi pada Koutarou tepat saat dia mendapatkannya. Berkat itu, Koutarou bisa cukup mengerti situasi yang sedang dihadapi oleh para gadis penjajah.

Cuma Yurika sama aku yang pergi hari ini. Jadi, apa Yurika ada di area pembangunan? Tempatnya juga deket sama rumah sakit...yang lainnya kemungkinan ada di Rumah Corona...apa ada orang yang nyerang Rumah Corona habis nungguin aku sama Yurika pergi keluar? Apa yang nyerang tahu soal kita? Tapi kenapa Yurika diserang juga? Dia kan cuma cosplayer...nggak, apa mungkin mereka tahu kalau Yurika sekarang udah bisa pakai sihir?

Setelah informasi mulai masuk, Koutarou mulai memikirkan banyak pertanyaan yang membuatnya semakin resah setiap kali pertanyaan baru muncul. Koutarou merasa bahwa dia harus bergegas karena tahu bahwa para gadis penjajah berada dalam situasi yang berbahaya, meskipun dia tahu bahwa para gadis itu tidak akan kalah dengan mudah. Para gadis itu sudah menjadi sesuatu yang berarti bagi dirinya.

"Aku kirimkan zirahnya padamu sekarang! Setelah pengirimannya berhasil, aktifkan secara paksa! Abaikan pemeriksaan sistemnya! Jalankan menggunakan pengaturan individual, Layous Fatra Veltlion, versi revisi 38!"

Saat Koutarou berlari ke gang di sebelah gudang, dia melihat sebuah lubang ruang waktu setinggi dua meter. Dari dalamnya, sebuah zirah yang berdiri tegak perlahan muncul. Saat zirah itu muncul, debu-debu yang ada di gang itu pun tertiup oleh angin kemunculannya. Warna biru zirah yang diam menunggu itu tampak berkilau di dalam gang yang gelap.

Setelah selesai dikirim, zirah itu merasakan Koutarou yang mendekat dan membuka bagian depannya. Meskipun tampak seperti zirah biasa, bagian dalamnya dipenuhi dengan teknologi. Zirah itu adalah mahakarya dari sains terdepan yang sudah menyelamatkan nyawa Koutarou berulang kali di masa lalu.

"Sip!"

Saat melihat zirah itu sudah menunggu dirinya, Koutarou mulai berlari semakin cepat. Dia bergegas sambil memikirkan bahwa dia sekarang bisa pergi ke tempat dimana para gadis penjajah itu berada.

Hanya tinggal beberapa meter lagi sampai Koutarou bisa memakai zirah itu.

Tepat pada saat itulah ada sesuatu yang aneh terjadi.

"...Aktifkan Engage. Aktifkan Safeguard, gunakan bagian pengecualian untuk menjaga nyawa. Buat Satomi-kun tidak bisa berlari."

"A-Apa!?"

Suara gadis yang dikenal oleh Koutarou menggema di gang itu, dan di saat yang sama, bagian bawah badan Koutarou berhenti bergerak. Akibatnya, Koutarou terhenti tepat di depan zirahnya.

"Kakiku nggak bisa gerak!? Ada apa ini!?"

Koutarou berusaha sebisanya untuk menggerakkan kakinya, namun kakinya tidak bisa bergerak sama sekali, seakan-akan sudah mengakar. Rasanya bebeda dari dihentikan secara paksa oleh orang lain, seperti perintah yang dikirimkan oleh Koutarou pada bagian bawah badannya tidak tersampaikan.

"...Aku menjalankan kontrak di antara kita, Satomi-kun. Kalau hal ini untuk melindungi dirimu, kontraknya akan menahanmu tanpa batasan."

Seorang gadis berdiri di hadapan Koutarou. Dia teman sekelasnya, yang sekarang memakai pakaian nila. Dialah Aika Maki, yang sudah bermain bersamanya di taman hiburan beberapa saat yang lalu.

"Aika-san!? Ini gara-gara kamu!?"

Koutarou tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia tidak tahu kenapa kakinya tidak mau bergerak atau kenapa Maki ada di depannya. Dari nada bicaranya, Koutarou bisa menebak bahwa Makilah penyebabnya, namun Koutarou tidak membayangkan bahwa seorang teman sekelas biasa bisa melakukan hal ini. Karena bingung, Koutarou meminta jawaban dari Maki.

"Tidak. Kamulah penyebabnya."

"Apa!?"

Namun, jawaban Maki hanya membuat Koutarou semakin bingung.

"Lebih tepatnya, pedangmu yang melakukannya."

"Pedangku--Signaltin!?"

Saat Maki mengatakan hal itu, Koutarou mulai berkonsentrasi pada dirinya sendiri, mencari sumber dari hal yang menahannya.

Ini memang kekuatan sihirnya Signaltin....kekuatan dari Yang Mulia lagi bekerja!

Setelah melakukan hal itu, Koutarou bisa merasakan kekuatan sihir Signaltin, kekuatan sihir putih yang mengandung keberadaan Alaia. Bahkan Koutarou yang tidak mempunyai bakat dalam sihirpun bisa merasakan hal itu.

"Tapi kenapa!? Kenapa Signaltin nahan aku!?"

Koutarou tidak bisa mempercayai situasi yang dialaminya saat ini. Kekuatan yang diberikan Alaia kepadanya sudah merenggut kebebasannya. Karena Koutarou sudah percaya bahwa Alaia akan selalu berada di sisinya tidak peduli apa yang terjadi, hal ini membuatnya begitu terkejut.

"...Karena kamu sudah mencoba menyelamatkanku...", balas Maki dengan pelan pada Koutarou, dan dengan pandangan yang lebih tenang dan terasa menenangkan.

"Itulah sebabnya pedang itu memenuhi permintaanmu, dan membuat sebuah ikatan sihir antara kamu dan aku."

"Ikatan sihir...?"

"Benar...apa kamu tidak ingat? Dulu di gunung salju, saat kamu mencoba menyembuhkan lukaku, kamu seharusnya melihat sesuatu di dalam cahaya putih itu."

"Di gunung salju...ah..."

Koutarou bisa mengingatnya dengan jelas, bahkan saat ini. Di dalam gubuk yang tertutup oleh salju, dia berusaha keras menyelamatkan Maki dengan menggunakan kekuatan Signaltin. Di dalam cahaya putih itu, dia melihat seorang gadis kecil yang terluka di sekujur tubuhnya, gemetaran karena sendirian dan kedinginan.

"Aku bisa ngelihat...ada cewek yang kesakitan dan gemetaran..."

"Begitu ya...waktu itu, aku melihat ada anak kecil. Anak yang memeluk sweater setengah jadi sambil menangis..."

Maki juga bisa mengingatnya dengan jelas. Di dalam cahaya itu, dia melihat seorang anak laki-laki yang bersimbah darah orang lain memeluk sebuah sweater dan terduduk dengan mata yang terbelalak.

"...Dulu aku sudah menyerah dengan segalanya. Aku sudah tidak mau hidup lagi. Aku mungkin tidak akan terselamatkan jika lukaku saja yang semuh. Itulah sebabnya pedang itu mencoba memberiku harapan, harapan bahwa aku tidak sendirian."

"Jadi, cewek itu...kamu..."

Gadis itu, Maki yang sedang sekarat, tidak hanya memerlukan lukanya disembuhkan, tapi juga keinginan untuk hidup, dan sumber dari keinginan itu adalah hubungan dengan orang lain. Itulah sebabnya Signaltin menunjukkan diri Maki yang sebenarnya kepada Koutarou, untuk mengatakan pada Koutarou apa yang dibutuhkannya untuk menyelamatkan Maki.

"Dan kamu...ngelihat aku..."

"Kamu juga membutuhkannya, ya kan? Harapan bahwa kamu tidak sendiri..."

"Mungkin, bener....jauh di dalamku, entah dimana, aku selalu nolak orang lain..."

Setelah kehilangan ibunya, Koutarou berhenti mencoba membangun hubungan yang dalam dengan orang lain. Itulah sebabnya dia juga membutuhkan sebuah hubungan, hubungan yang kuat yang tidak akan bisa dihancurkan. Itulah sebabnya dia menunjukkan dirinya yang sebenarnya kepada Maki, untuk mengatakan kepada Maki apa yang diperlukannya untuk menyelamatkan Koutarou.

"Tunggu, aku selametin kamu sekarang juga!"

"Tidak apa-apa, aku akan selalu bersamamu..."

Mereka berdua ingin untuk saling mendekap satu sama lain, untuk menghangatkan jiwa dan raga mereka yang dingin, untuk memegang tangan mereka yang mungil dan mengatakan bahwa mereka tidak sendiri.

Mereka ingin melindungi jiwa yang lemah yang ada di hadapan mereka.

"Itulah sebabnya pedangmu membuat ikatan sihir diantara kita, untuk menyelamatkan baik dirimu dan aku."

Keinginan yang sama antara mereka berdua memanggil sebuah mantra baru dari SIgnaltin, sebuah kontrak untuk menghubungkan hati mereka.

Kontrak, hubungan yang tidak akan bisa diputuskan.

Pada waktu itu, mereka berdua memerlukan hal itu tidak peduli apa yang terjadi.

"Ikatan sihir...tapi...apa memang itu..."

"Kamu seharusnya merasakannya juga sebelumnya. Apa kamu pernah merasa tahu apa yang akan aku lakukan? Bukankah aku pernah tahu apa yang akan kamu lakukan? Saat aku mengambil tindakan yang aneh, kenapa kamu tidak merasa ragu?"

"Itu..."

Koutarou memang pernah merasakannya sebelumnya. DIa merasa bahwa Maki dulu pernah membaca pikirannya, baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam pertempuran. Dia juga tahu Maki ingin dia melakukan apa.

Dan....kenapa aku nggak ngeraguin Aika-san...? Apa yang Aika-san lakuin di gunung salju itu? Kenapa dia bisa ngegunain tongkat sihir itu dengan gampang? Bahkan sekarang...kenapa aku percaya sama ceritanya?

Koutarou mendapat banyak sekali pertanyaan, namun dia tidak meragukan Maki. Jauh di dalam hatinya, dia percaya pada Maki. Itulah sebabnya Koutarou menerima apa yang dikatakan oleh Maki.

"Ikatan sihir...kontrak...kamu pakai itu buat nahan kakiku, ya kan?"

"Benar. Itu sebabnya kamu tidak akan bisa lepas. Tolong tetaplah berada di sini bersamaku untuk sesaat."

Signaltin menjadi sumber dari kekuatan kontrak itu, dan jika memang kontrak itu adalah ulah dari Signaltin, maka memanggil pedang itu tidak akan menyelesaikan masalah ini. Dalam kata lain, Koutarou tidak punya cara untuk bisa lepas dari situasi ini.

"Veltlion! Aku dapat rekaman situasinya! Theiamillis-san dan yang lainnya sedang bertarung melawan seseorang!"

Tepat pada saat itulah dua hologram muncul bersamaan dengan suara komentar dari Clan. Salah satu hologram menampilkan kelompok Theia dan yang satu lagi menampilkan kelompok Yurika. Mereka berdua bisa terlihat bertarung melawan seseorang.

"Semuanya!? Ternyata memang musuh-- Tunggu, itu wanita dari sepuluh tahun yang lalu!?"

Koutarou mulai panik saat dia melihat para gadis yang sedang bertarung. Kedua kelompok itu sedang terpojok, dan kelihatannya mereka akan kalah. Yang membuat Koutarou lebih kuatir lagi adalah saat dia melihat si wanita, Maya, yang dia lawan sebelas tahun yang lalu. Koutarou tahu betul seberapa kuat dan berbahayanya Maya. Jika dia tidak segera pergi ke sana sekarang juga, Yurika dan yang lainnya akan berada dalam bahaya.

"Aika-san, tolong lepasin aku sekarang! Aku harus nolong yang lainnya!"

Para gadis kamar 106 berada dalam bahaya. Koutarou berusaha memohon kepada Maki, namun dia hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak bisa. Tidak membiarkanmu pergi adalah tugasku."

"Apa!? Apa maksudya itu!?"

"Memang itu maksudnya. Karena, aku..."

Maki berhenti sejenak dan menunjukkan raut wajah yang teguh sebelum melanjutkan.

"Aku adalah musuhmu! Aku anggota Darkness Rainbow, kelompok yang mengincar kamar 106!"

"Bohong! Aku nggak percaya! Nggak mungkin kamu musuhku!" balas Koutarou yang langsung membantah kata-kata Maki.

Bagi Koutarou, Maki adalah teman sekelas yang akur dengannya. Dia tidak mungkin musuh baginya, dan Koutarou tidak mau mempercayai hal itu.

"Aku juga tidak mau mempercayai hal itu! Aku tidak mau melawanmu! Itu sebabnya aku tidak bisa membiarkanmu pergi! Karena kalau aku melakukan itu, aku harus melawanmu!"

"Kita nggak perlu bertarung biarpun kamu ngebiarin aku pergi, ya kan!? Kita bisa berhenti! Kamu bukan tipe cewek yang bakal bertarung!"

Gadis yang gemetaran sendirian itu tidak perlu bertarung, karena apa yang dibutuhkannya bukanlah bertarung dan menang, melainkan tinggal dan berada di sisi seseorang.

"Aku nggak bisa! Kita pasti bakal jadi musuh! Ngebiarin kamu pergi sama saja ngebatalin kontraknya! Kalau aku ngelakuin itu, kamu pasti nggak akan nganggap aku sebagai orang yang penting lagi! Aku juga nggak akan nganggap kamu orang yang penting lagi buatku! Kita bakal ngelihat satu sama lain sebagai musuh!"

Keberadaan kontrak itu membuat Maki terpojok.

Clan yang bisa terbebas dari medan pembatas para gadis penyihir bisa memberitahukan adanya pertarungan itu pada Koutarou lebih cepat dari yang diduga. Karena hal itu, Maki harus menghentikan Koutarou secara paksa. Namun, sihir Maki tidak bisa menembus kekuatan Signaltin yang melindungi Koutarou. Itulah sebabnya satu-satunya cara Maki bisa menghentikan Koutarou adalah dengan menjalankan kontraknya.

Setelah menjalankan kontraknya, Koutarou tidak akan bisa bergerak selama beberapa saat. Agar Koutarou bisa lepas dari situasi ini, kontrak itu harus dibatalkan dengan persetujuan dari kedua belah pihak.

Namun, Maki tidak akan memutuskan untuk membatalkan kontrak itu, karena itu berarti ikatan sihirnya akan menghilang bersama dengan perasaan Maki terhadap Koutarou dan perasaan Koutarou terhadap Maki. Ringkasnya, mereka akan kembali ke saat dimana mereka masih bermusuhan.

"Aku nggak mau itu! Aku cinta kamu, Satomi-kun! Aku mau bisa ngerasain hal ini selamanya! Aku nggak mau kembali ke aku yang berusaha ngebunuh kamu!"

Maki akhirnya menangis. Dia tidak mau kehilangan dirinya yang sekarang. Setelah diselamatkan oleh Koutarou, Maki akhirnya bisa merasa bahagia karena bisa hidup untuk yang pertama kalinya. Meskipun hal itu adalah ilusi yang diciptakan oleh sihir, karena dia sudah menghabiskan sepanjang hidupnya sendirian, ilusi itu menjadi sesuatu yang tidak bisa dia lepaskan. Maki tidak bisa bertahan jika dia kembali ke dirinya yang dulu, karena dia mungkin akan berusaha membunuh Koutarou.

"Dan kalau sampai ada yang mati gara-gara ini, aku bakal benci kamu selamanya!"

"Itu nggak apa-apa buat aku! Karena, karena, aku bisa ngejaga kamu dari bertarung! Aku bakal bisa terus mencintai kamu!"

Bagi Maki, membatalkan kontrak itu sama saja dengan matinya dirinya.

Pembatalan kontrak itu akan sama saja dengan dirinya kembali hidup sendirian di dalam kegelapan, melepaskan cahaya yang sudah dikumpulkannya dengan perlahan-lahan semenjak Koutarou menyelamatkan dirinya.

Itulah sebabnya, meskipun Koutarou membencinya, meskipun dia sedang hidup di dalam ilusi, Maki tidak bisa membatalkan kontraknya.

"Kalau mereka semua mati, aku bakal benci kamu! Habis itu, gimana aku bisa terus hidup!? Aku baru aja tahu makna dari hidup sama orang lain!"

Jika terus begini, Koutarou akan kehilangan segalanya.

Setelah kehilangan seorang anggota keluarga, Koutarou mulai menolak orang lain, dan jika keadaannya terus seperti ini, para gadis yang sudah mengajarinya bahwa dia tidak bisa terus seperti itu akan kehilangan nyawa mereka. Koutarou pasti akan membenci Maki yang tidak membiarkannya pergi untuk menyelamatkan para gadis itu, dan kebencian itu akan membuat mereka berdua saling menjauh. Akibatnya, Koutarou akan kehilangan semua yang dekat dengannya.

Dia akan kehilangan masa depan yang cerah yang akhirnya sudah ditemukannya.

"Aku nggak peduli kalaupun kamu benci aku! Kamu bisa ngutuk aku kalau kamu mau, tapi biar begitu, aku bakal tetap ada di sisimu! Aku bakal ngelindungi kamu selamanya agar kamu nggak pernah sendirian!"

Maki sudah siap untuk menerima kebencian dari Koutarou dan tetap berada di sisinya, karena dia lebih memilih ditelan oleh api kebencian daripada kembali ke kesendirian yang begitu gelap dan dingin.

"Jadi, tolonglah, Satomi-kun! Biarkan aku tetap menjadi Makimu!"

Dulu, Koutarou mungkin tidak akan bisa mengatakan apapun kepada Maki yang sudah gemetaran di dalam dinginnya rasa sepi, mencari cinta yang tidak bisa pernah ditemukannya. Sekarang, karena Maki sudah terpojok, dia mencoba menghangatkan dirinya dengan api kebencian dari Koutarou. Koutarou tahu betul seberapa mengerikannya kehilangan kehangatan itu, dan itu sebabnya dia sudah menolak orang lain.

"Apa memang itu yang kamu mau!? Apa kamu mau masa depan kayak begitu!?"

Namun, Koutarou yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Dia tidak bisa tinggal diam. Dia tahu bahwa Maki tidak bisa tetap seperti itu.

"Lalu aku harus bagaimana!? Kita sudah bermusuhan bahkan sebelum kita bertemu! Tapi, aku cinta kamu! Aku nggak mau kehilangan rasa hangat ini!"

"Percayalah!"

Inilah kata yang diutarakannya demi Maki, namun saat dia menyerukan kata itu, Koutarou menyadari jalan apa yang harus dilaluinya.

Bener juga...aku harus percaya...aku harus percaya sama hal yang sama kayak Aika-san...

Koutarou harus percaya. Untuk bisa menyelamatkan Maki, untuk menyelamatkan dirinya sendiri, dan untuk menyelamatkan orang-orang baik yang ingin diselamatkannya, yakni--

"Masa depan kita nggak segelap yang kita anggap!"

--masa depan mereka pasti akan cerah.

Hal yang sudah begitu jelas dan lazim itulah yang harus dipercaya oleh Koutarou dan Maki.

"Nggak mungkin hubungan kita itu dibuat pakai sihir! Kitalah yang bikin masa depan kita sendiri!"

"Apa kamu betul-betul percaya itu!? Apa kamu tidak akan sendirian, menangis di masa depan!? Dan apa aku tidak akan membeku di dalam penjara bawah tanah!?"

Sebenarnya, Maki juga ingin mempercayai hal itu, namun dia tidak mau kehilangan sesuatu yang dipercayainya. DIa sudah dikhianati berulang-ulang kali dalam hidupnya. Itulah sebabnya saat dia sekarat di gunung salju itu, Maki sudah menyerah.

"Jelas! Kalau kamu percaya, kamu nggak akan sendirian lagi! Percayalah! Jangan coba-coba ngurung dirimu sendiri!"

Bagi Koutarou, Maki adalah versi lain dari dirinya. Itulah sebabnya dia tahu apa yang Maki butuhkan, yakni apa yang sudah diajarkan kepadanya oleh para gadis penjajah. Jika Maki tidak menolak orang lain, dia pasti juga akan merasakan kehangatan di sisinya. Koutarou ingin mengajarkan hal itu, dan terus memberikan kehangatan padanya. Dia ingin mengokohkan masa depan Maki.

"Biarpun mantranya menghilang, itu bukan berarti kehidupan sehari-hari kita ngilang juga! Hubungan kita bukan sesuatu yang dibuat dari sihir!"

"Satomi-kun..."

Memang, sihir menjadi penyebabnya, namun setelahnya, Koutarou dan Maki sudah menghabiskan banyak waktu bersama-sama. Koutarou tidak percaya bahwa semua itu akan menghilang begitu saja, dan ada alasan mengapa dia berpikir demikian.

"Apa kamu nggak berpikir begitu!? Coba inget! Orang-orang yang main sama kamu hari ini di taman hiburan, kamu nganggap mereka apa!? Apa kamu nggak ngerasain apa-apa sama sekali!? Atau, apa mereka musuhmu!? Pasti nggak begitu, ya kan!?"

"Ah..."

Kata-kata itu membuat Maki terperanjat.

Seharusnya tidak ada perubahan tentang apa yang Maki pikirkan terhadap teman-teman sekelasnya sebelum dan setelah diselamatkan oleh Koutarou, karena kontrak itu hanya berlaku bagi dirinya dan Koutarou. Itulah sebabnya Maki tidak menganggap teman sekelasnya sebagai orang-orang yang tidak tahu apa-apa.

“…A-Aku…menganggap…mereka…semua….te…temanku…”, tutur Maki yang gemetaran saat mengatakan apa perasaannya sebenarnya.

Maki menganggap teman sekelasnya sebagai temannya. Dalam beberapa bulan semenjak Maki bersekolah di SMA Harukaze, perasaannya telah berubah tanpa disadari olehnya snediri.

“Biarpun sihirnya ngilang, kita nggak bakal jadi musuh lagi! Mana mungkin hal kayak gitu bakal terjadi! Dan kamu sendiri udah bilang, kamu udah punya temen sekarang! Kamu nggak bakal kesepian!”

Koutarou yakin akan hal itu. Meskipun dulunya mereka sempat bermusuhan, seharusnya ada perubahan dalam perasaan Maki terhadap Koutarou dan membuat mereka tidak bermusuhan lagi. Walaupun mereka bukan musuh lagi, mereka mungkin merasa mulai berjauhan antara satu sama lain, namun Maki sekarang sudah mempunyai teman. Meskipun dia nantinya akan terasingkan dari Koutarou, Maki tidak akan kesepian.

Benar juga…aku yakin…aku yakin semua orang di kelas punya masa depan yang cerah…

Apa yang diucapkan oleh Koutarou pada Maki juga merupakan sesuatu yang ditujukan pada dirinya sendiri. Apa yang Maki butuhkan untuk diyakini adalah hal yang sama yang diperlukan oleh Koutarou. Dengan mencoba menyelamatkan Maki, Koutarou bisa melihat bahwa dia sedang mengubah dirinya sendiri, sedikit demi sedikit.

“Biarpun hubungan kita jadi agak buruk, kita bisa ngebetulin itu! Kamu nggak sendiri. Kita semua punya waktu yang diperluin buat itu!”

“Apa kamu betul-betul, betul-betul yakin sama hal itu? Apa aku nggak sendiri!?”

Tanpa sadar, Maki melangkah mendekati Koutarou, selangkah demi selangkah. Dia sudah tahu bahwa dia tidak sendiri, bahwa meskipun dia membatalkan kontraknya, dia tidak akan kembali menjadi dirinya yang jahat. Namun, Maki masih resah tentang satu hal, dan ingin mendapatkan keberanian untuk melangkah lebih jauh.

“Percayalah! Buka matamu dan lihat sekitarmu! Jangan nyerah dan nutup hatimu!”

“Apa kamu akan tetap jadi temenku, Satomi-kun!? Biarpun aku berubah, apa kamu bisa bertahan buat sebentar saja!?”

Maki resah jika dia membatalkan kontraknya nanti, perasaannya terhadap Koutarou akan mulai berubah. Itulah sebabnya dia membutuhkan keberanian untuk percaya bahwa hal itu tidak akan terjadi.

“Aku mungkin akan ngelakuin sesuatu yang jahat! Aku mungkin bakal ngomong sesuatu yang jahat dan bikin kamu sakit hati! Tapi apa kamu tetep mau jadi temenku!?”

Dan dia yakin bahwa Koutarou akan memberikannya keberanian itu.

Sambil memohon dengan keras, Maki berdiri tepat di hadapan Koutarou dan memandang jauh ke dalam matanya.

“Jangan kuatir! Kamu temen sekelas kita, Aika Maki!!”

“…”

Maki bisa melihat tekad yang kuat di dalam mata Koutaoru. Setelah menerima hal itu jauh di dalam dirinya, Maki menundukkan wajahnya. Dari sana, beberapa tetes air terjatuh ke tanah, membentuk bulatan-bulatan air. Maki lalu maju selangkah demi selangkah hingga dahinya menempel di dada Koutarou.

“…Satomi-kun…kumohon…biarpun cuma buat saat ini…bisakah kamu peluk aku…”

“Aika-san…”

Koutarou masih tidak bisa menggerakkan kakinya, namun tangannya masih bisa. Itulah sebabnya dia menuruti permintaan Maki dan lalu memeluk gadis yang sedang menangis di hadapannya.

Catatan penerjemah: Gambar ini mengandung kontradiksi...

Aku harus ngelindungin dia….lagian, aku juga udah janji…

Dengan dorongan yang kuat untuk melindungi Maki, Koutarou memeluk tubuhnya, yang membuat Maki menempel lebih erat lagi ke tubuhnya seakan berusaha untuk bisa berada lebih dekat lagi.

“…Satomi-kun, aku…aku….”

“Tenang, Aika-san. Nggak mungkin rasa resah sama sedih itu hasil dari sihir. Air matamu itu udah jelas berasal dari dirimu sendiri.”

“…Satomi-kun…”

Dengan air mata yang masih terus mengalir, Maki mendekap Koutarou dengan erat, dan Koutarou pun membalas dekapan itu.

Pasti semuanya akan baik-baik aja…tidak mungkin semua perasaan ini dibuat oleh sihir…mana mungkin sihir bisa membuat kesedihan sebesar ini….semuanya memang seperti yang dibilang Satomi-kun…

Sambil terus merasakan kehangatan Koutarou, Maki akhirnya mengambil sebuah keputusan.

“…Satomi-kun….aku ngerti…aku akan…percaya…pada perasaan yang udah kurasakan sampai hari ini…”

Maki percaya pada perasaan yang dimilikinya terhadap Koutarou, bahwa perasaannya tidak akan lenyap begitu saja hanya karena dia membatalkan kontraknya.

“Sebagai gantinya…bisa aku minta satu hal…?”

“Boleh.”

“…Aku mau tetap kayak begini sampai kontraknya batal….”

“Oke…aku bakal tetap kayak gini…”

“…Makasih, Satomi-kun…”

Sambil terus meneteskan air mata, Maki menempelkan badannya pada Koutarou, namun sudah tidak ada lagi ketakutan maupun kesedihan di wajahnya. Maki sudah percaya dengan perasaannya sendiri, percaya untuk melangkah maju menuju masa depannya sendiri.

Itulah sebabnya dia bisa berkata demikian tanpa ragu lagi.

“…Disengage, Koutarou and Maki…”[1]

Kata-kata itu menandakan akhir sebuah ikatan, namun di saat yang sama, kata-kata itu juga menciptakan sebuah ikatan baru yang abadi.


Part 4[edit]

Saat Maki membatalkan kontraknya, ada cahaya putih yang menyinari mereka seperti dulu. Mereka berdua lalu terpisah dari satu sama lain, membuat mereka berdiri sendiri di dalam balutan cahaya.

Namun sesaat setelahnya, seorang gadis kecil muncul di hadapan Koutarou, dan seorang laki-laki kecil muncul di hadapan Maki. Laki-laki dan gadis itu lalu tumbuh dengan cepatnya menjadi Koutarou dan Maki yang sekarang, dan lalu mereka berdua tiba-tiba menjadi saling berhadapan di dalam cahaya putih itu.

“…Kenapa…?” tanya Maki yang kebingungan, sambil meletakkan tangannya di dadanya, kepada Koutarou.

“Maksudnya?” balas Koutarou sambil tersenyum. Dia tampak tenang, berbeda dengan Maki. Itu mungkin karena Koutarou bisa merasakan keberadaan Alaia dari cahaya putih yang menyinari mereka.

“Ini aneh, Satomi-kun…aku membatalkan kontraknya, tapi nggak ada yang berubah…”

“Nggak ada yang berubah?”

“Iya…”

Maki memiringkan kepalanya dan melanjutkan bicaranya.

“…Aku masih cinta sama kamu seperti sesaat tadi…dan aku nggak punya sedikitpun rasa buat ngebunuh kamu…aku kira perasaanku akan berubah karena pembatalan itu…”

Kontraknya sudah dibatalkan, dan Koutarou sudah kembali bebas sebagai buktinya. Itulah sebabnya seharusnya ada perubahan yang terjadi dalam diri Maki. Namun, hal itu tidak terjadi dan membuat Maki bingung.

Maki tidak berharap semua cintanya pada Koutarou menghilang saat dia membatalkan kontraknya, namun dia sudah menunggu adanya semacam perubahan. Namun, karena kontraknya sudah tidak ada, kelihatannya kekhawatiran Maki tidak berbuah, karena perasaan Maki masih tetap sama.

“Fu, fufufufu, ahahahaha!”

Tepat pada saat itulah Koutarou mulai tertawa. Rupanya, dia punya firasat tentang apa yang sudah terjadi.

“Gitu ya, jadi gitu rupanya! Kalau dipikir-pikir lagi, ternyata memang harusnya itu udah jelas!! Ahahahaha!!”

Koutarou sadar bahwa Maki berpikir terlalu keras tentang hal itu dan tidak bisa berhenti tertawa.

“Satomi-kun?”

Maki, yang melihat Koutarou tertawa seperti itu, hanya bisa melihatnya dengan curiga. Koutarou berusaha menahan tawanya sambil berusaha memberi penjelasan pada Maki.

“….Kukuku, aku baru aja mikir kalau aku lupa sama siapa yang ngasih aku kekuatan ini”, ujar Koutarou yang melihat ke arah cahaya yang masih menyelimuti mereka.

“Dia orang yang bijaksana, penuh kebajikan dan kebaikan….dan tidak mungkin pedang ini, yang menyimpan perasaan dan sumpahnya, bakal mengubah perasaanmu, Aika-san. Aku rasa itu ngembaliin kamu ke keadaan normal setelah dia nggak diperlukan lagi.”

Perasaan dan sumpah Alaia terkandung di dalam Signaltin, jadi jika pedang itu mencuci otak Maki akan sama saja dengan Alaia yang melakukannya dan Koutarou tidak bisa membayangkan Alaia melakukan hal sejahat itu. Jika begitu, efek kontraknya seharusnya melemah secara perlahan setelah Maki bisa hidup sendiri. Dalam kata lain, pedang itu hanya meminjam pengaruh dari ikatan antara Koutarou dan Maki yang nantinya terbentuk dengan sendirinya.

“Kalau begitu…aku tidak perlu cemas akan dicuci otak?”

“Yap. Aku nggak bisa mikirin alasan lain kenapa kamu nggak berubah sama sekali.”

“Nggak, itu salah.”

Setelah mengerti apa yang sudah terjadi, Maki tersenyum senang. Perasaannya terhadap Koutarou ternyata memang perasaannya sendiri. Dia mencintai Koutarou atas kemauannya sendiri.

“Perasaan cintaku buatmu berates-ratus kali lebih besar daripada rasa benciku ke kamu, jadi aku rasa itu yang buat aku nggak bisa merasakan perubahannya.”

Maki tidak tahu apa yang benar, dan karena itu, dia yakin bahwa perasaannya lebih kuat. Itulah pilihan yang terdengar lebih romantis.

“H-Hei…”

Koutarou langsung tersipu malu saat Maki menyatakan cintanya. Meskipun kontraknya seharusnya sudah dibatalkan, perasaan Maki kelihatannya tersalurkan langsung kepada Koutarou. Pembatalan kontrak itu rupanya tidak punya pengaruh terhadap kecocokan mereka.

“Fufufu, maaf.”

Maki bisa tersenyum ceria semenjak dia terbebas dari banyak penderitaan. Senyumnya tampak polos seperti halnya milik anak kecil, namun di saat yang sama, penuh dengan kasih sayang.

“Sejujurnya, aku mau nggodain kamu sedikit lebih lama lagi, tapi….pergilah. Sudah nggak ada lagi orang yang perlu kamu selamatkan di sini.”

Maki merasa bahwa dia tidak bisa menahan Koutarou di sini, karena Koutarou punya hal yang harus dilakukannya. Itulah sebabnya Maki berpamitan dengannya di sini.

“Dasar idiot.”

Ada suara benturan yang keras yang bisa terdengar.

“Au!? Kamu ngapain!? Aku serius loh!!”

Maki cemberut dan menaruh tangannya ke bagian dahinya yang memerah. Rupanya, Koutarou memukulnya dengan kekuatan sekitar 70% dari yang digunakannya terhadap Yurika, jadi kemungkinan pukulan itu terlalu menyakitkan bagi gadis biasa.

“Kamu masih nggak ngerti ya, Aika-san.”

“Eh…?”

Namun, Koutarou bukannya meminta maaf, tapi justru menegurnya.

“Jangan malah ‘Eh?’ gitu! Ini!” ujar Koutarou yang mengulurkan tangan kanannya pada Maki.

“Satomi-kun…?”

Maki yang tidak mengerti apa yang dilakukan Koutarou hanya bisa bergantian memandangi tangan dan wajahnya.

“Aku udah bilang kan!? Jangan coba menyendiri!”

Tepat pada saat itulah Maki mengerti bahwa Koutarou tidak berniat untuk meninggalkannya sendirian.

“Aika-san, kamu nggak perlu bertarung lagi! Tapi, ikut aku dan doain aku dari deket biar aku menang!”

Dengan diiringi genggaman tangan Koutarou di tangan kirinya, kata-kata itu masuk ke dalam diri Maki.

“Ah…”

Pada saat itu, jantung Maki mulai berdebar begitu kencang, mengirim darah ke seluruh penjuru tubuhnya.

Aku….lahir buat orang ini…buat mencintainya, dan dicintai…pasti, aku yakin dengan ini…

Perasaan Maki yang begitu bergejolak tampak tidak akan mereda. Dia merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu, namun tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Maki, yang sedang linglung, menjadi tidak bisa tenang dan tidak bisa berpikir sama sekali. Tidak peduli seberapa banyak dia menarik nafas, dia tidak bisa meredakan kesesakan dalam dirinya.

Biasanya, seseorang akan merasa tidak nyaman dalam kondisi seperti itu, namun Maki justru merasakan kebahagiaan yang luar biasa.

“…Aku mengerti, Satomi-kun”, angguk Maki.

“Aku akan berdoa, tapi bukan untuk kemenanganmu. Aku akan berdoa agar masa depanmu cerah, selama-lamanya…”

Maki lalu menggenggam tangan Koutarou. Itulah segalanya baginya saat ini.


Part 5[edit]

Harumi, yang diselimuti api yang dibuat oleh Maya, jatuh terjerembab ke tanah tanpa bisa berbuat apapun, bahkan berteriak sama sekali. Tanpa adanya perlindungan terhadap suhu tinggi, tubuh Harumi terbakar hebat di beberapa bagian. Luka-luka itu begitu serius, hingga orang yang tidak punya pengetahuan medis pun tahu bahwa luka itu fatal.

“Sakuraba-senpai, Sakuraba-senpai!”

Tentu saja, Yurika sekalipun tahu hal itu saat dia sedang berlari ke arah Harumi. Tepat saat dia melihat Harumi, Yurika tahu bahwa nyawa Harumi berada dalam bahaya.

Kalau lukanya kayak begini, mantra penyembuhku yang paling hebatpun nggak akan cukup buat ini!! Sakuraba-senpai bakal mati!!

Yurika bisa menggunakan mantra penyembuh, yang efeknya jauh melebihi ilmu medis modern. Namun, luka Harumi yang begitu fatal membuat mantra itu tidak cukup untuk menyembuhkannya. Harumi yang masih bisa bernafas meskipun dengan kondisi seperti itu sudah bisa dikatakan sebagai sesuatu yang ajaib.

Gimana aku bisa nyelametin dia!?

Yurika berusaha keras mencari jalan keluar, mengingat-ingat semua mantra yang sudah dipelajarinya dan melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada untuk menyelamatkan Harumi, namun dia tidak bisa memikirkan adanya mantra untuk menyelamatkan Harumi. Dengan Harumi yang sudah sekarat di hadapannya, Yurika menjadi semakin panik.

Mantranya nggak akan bekerja kalau pakai cara yang biasa! Aku harus cari kombinasi mantra yang bisa ngejaga Sakuraba-senpai tetep hidup…nggak, mungkin aku bisa ngikat jiwanya dan bikin dia jadi hantu kayak Sanae-chan!?

Selanjutnya, Yurika mempertimbangkan menggunakan gabungan beberapa mantra, namun tetap saja dia tidak mendapat cara untuk menjaga Harumi tetap hidup. Karena sudah terpojok, Yurika mulai mempertimbangkan mengikat jiwa Harumi di dunia orang hidup sementara dia menyembuhkan tubuh Harumi.

Tunggu, Sanae-chan!? Bener juga, kalau aku ngelakuin apa yang dilakuin Sanae-chan, bisa jadi aku bisa!

Namun, tepat pada saat itulah Yurika mendapat pencerahan. Ide itu muncul ketika dia mulai memikirkan soal Sanae. Yurika pun yakin bahwa ide itu akan bekerja. Lalu, dengan wajah penuh tekad, Yurika menggenggam tongkatnya erat-erat.

Kalau aku bergabung sama Sakuraba-senpai kayak yang dilakuin Sanae, pasti ada kemungkinan kalau aku bisa nyembuhin dia!!

Yurika berencana menggunakan mantra penggabungan.

Saat bergabung dengan makhluk hidup, kedua pikiran tergabung ke dalam satu tubuh sementara tubuh keduanya memasuki keadaan antara kedua tubuh. Dalam kata lain, jika Harumi yang terluka parah dan Yurika yang tidak terluka bergabung, maka setelah bergabung nanti, tubuh mereka akan sama-sama memiliki sebagian dari luka bakar itu. Dalam keadaan itu, sihir penyembuhan Yurika mungkin bisa bekerja. Lalu, setelah menyembuhkan Harumi, Yurika hanya perlu berpisah lagi.

Namun, apa yang akan dilakukan Yurika ini adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Tidak ada jaminan bahwa sihir penyembuhan itu akan berpengaruh bahkan setelah mereka bergabung. Ditambah lagi, tidak ada jaminan bahwa Yurika bisa menggunakan sihir setelah dia dan Harumi bergabung. Selain itu, jika sihir penyembuhnya tidak bekerja setelah mereka bersatu, Yurika mungkin juga akan mati. Namun, Yurika menaruh harapannya pada kemungkinan yang sangat kecil ini. Dia ingin untuk menyelamatkan Harumi, tidak peduli seberapa besar resikonya.

“Temporary Fusion! Modifier – Stabilize, Effective Time Half!”

Yurika memegang tongkatnya di atas kepalanya sambil mengucapkan mantranya. Dia menambahkan dua modifikasi pada mantra aslinya. Karena Yurika membutuhkan waktu yang cukup untuk merapal mantra penyembuhnya, dia memendekkan durasi efek mantra itu dan menggunakan kekuatan sihir itu untuk kestabilan yang lebih tinggi. Yang bisa dilakukan Yurika setelahnya hanyalah berdoa agar dia tetap sadar setelah penggabungan itu terjadi dan dia bisa melancarkan mantra penyembuhnya.

Ayolah, semoga bisa!! Tolonglah, biarin aku nyelametin Sakuraba-senpai!

Cahaya jingga yang berkumpul di ujung tongkatnya menyelimuti dirinya dan Harumi. Kontur tubuh Yurika dan Harumi perlahan memudar dan bercampur ke dalam cahaya jingga itu, yang kemudian menjadi semakin terang dan kemudian berubah menjadi dua kumpulan cahaya yang besar.

Saat Yurika mencoba menyelamatkan Harumi, Kanae dan Maya masih terus bertarung.

“…Betul-betul bodoh. Memangnya apa yang bisa terjadi kalau dia melakukan itu?”

Namun saat dia merasakan mantra Yurika yang mulai bekerja, Maya berhenti bergerak sesaat dan nampak takjub saat melihat kedua gadis itu terbungkus cahaya. Kanae, yang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, mengayunkan tongkatnya untuk menyerang Maya.

“Tidak akan kubiarkan kau mengganggu mereka!”

“Aku tidak akan mengganggunya. Kalau aku membiarkan dia, Rainbow akan menghabiskan kekuatan sihirnya sendiri, dan setelah dia tidak bisa menggunakan sihir, dia akan jadi tidak berguna.”

Tongkat Kanae merasakan keinginan Kanae untuk maju menyerang dan melancarkan mantra yang membuat Kanae menjadi lebih cepat. Ditambah lagi, ada celah yang besar saat ini karena Maya teralihkan oleh Yurika dan Harumi. Walau begitu, Maya selalu berada selangkah lebih maju. Dia mulai bergerak kembali dan dengan mudahnya menghindar dari tongkat Kanae sambil menyerang dengan pedang dari tangan kanannya.

“Dan kau tidak bisa mengalahkanku sendirian…aku menang, Kanae.”

“Kuh!!”

Kanae hampir tidak bisa menghadang serangan itu. Itulah sebabnya dia tidak bisa menghindari tendangan dari Maya yang mengenainya langsung. Serangan itu membuat Kanae terpental dan jatuh terjerembab ke tanah. Dengan perbedaan kekuatan antara mereka berdua yang begitu jelas, seperti yang dikatakan oleh Maya, Kanae tidak bisa mengalahkan Maya sendirian.

“Kelihatannya muridmu akan mengambil jalan yang sama denganmu, Nana…”

Maya memandangi Yurika dan Harumi, meninggalkan Kanae yang tidak bisa bergerak sendirian. Dia bisa melihat dua buah gumpalan cahaya yang menyelimuti Yurika dan Harumi menyatu menjadi satu gumpalan cahaya yang besar. Penggabungan Yurika dan Harumi hampir selesai, namun Maya tidak berniat untuk mengganggunya sama sekali karena dia tahu bahwa dia akan unggul nantinya.

Maya sadar, meskipun Yurika berhasil menyembuhkan Harumi, dia pasti sudah hampir menghabiskan seluruh kekuatan sihirnya untuk mantra penyembuhan dan penggabungan. Penggabungan sendiri merupakan mantra tingkat tinggi, dan salah satu mantra penyembuhan yang terkuat diperlukan untuk menyembuhkan Harumi. Maya tidak bisa membayangkan jika Yurika masih punya cukup banyak kekuatan sihir yang tersisa setelah dia menggunakan beberapa mantra dalam pertarungan mereka sebelum melakukan hal ini. Dia pasti akan sampai pada titik penghabisannya setelah melancarkan beberapa mantra lagi. Itulah sebabnya membiarkan Yurika berbuat sesukanya akan membuat situasinya menjadi menguntungkan bagi Maya.

“Aku rasa itu artinya dia murid yang baik…”

Dulu, Nana mengorbankan dirinya sebagai penyihir untuk menyelamatkan Yurika yang tak berdaya, dan sekarang, Yurika akan melemparkan dirinya sendiri ke dalam situasi dimana dia tidak bisa menang untuk bisa menyelamatkan Harumi. Pada akhirnya, Nana dan Yurika memang mirip, karena mereka melangkah di jalan yang sama. Itulah yang dipikirkan oleh Maya saat cahaya jingga itu mulai berubah bentuk menjadi mansia.

Namun, situasi yang ada berkembang ke arah yang tidak diduga oleh Maya.

“…!? Apa!?”

TIba-tiba, warna-warna lain mulai bercampur dengan cahaya jingga itu, yakni biru dan putih. Kedua warna baru itu menyelimuti cahaya jingga itu dan berubah menjadi garis-garis dengan tiga warna. Cahaya jingga itu mulai redup dengan digantikan cahaya biru dan putih yang bercahaya semakin cerah.

“Ternyata bukan penggabungan biasa, tapi transformasi!? Atau pemanggilan!? Tidak, bukan itu yang penting!! Kau tidak akan kubiarkan, Rainbow Yurika!!”

Maya mengarahkan tangannya ke depan dan mulai merapal mantra.

“Multiple Energy Bolt! Target Option – Sidewinder!!”

Dengan tubuh yang sebagian besar terdiri dari mesin, Maya sudah kehilangan sebagian besar kekuatan sihirnya. Namun, itu tidak berarti dia menjadi benar-benar tidak bisa menggunakan mantra. Penggunaannya terbatas, namun dia bisa menggunakan mantra tepat ketika dia ingin menggunakannya. Saat inilah saat dimana dia ingin menggunakan mantra itu.

Tidak peduli apa itu, aku tidak akan biarkan semuanya terjadi sesuai yang diinginkan Yurika!

Intuisi Maya sebagai prajurit berkata bahwa apa yang akan muncul di hadapannya adalah sesuatu yang betul-betul berbahaya. Itulah sebabnya dia tidak ragu untuk menggunakan sihir. Maya menggunakan tongkat palsu yang terpasang di tangan kanannya dan beberapa cahaya merah mulai muncul menyeimuti tangannya. Di saat yang sama, Maya mulai membidik dengan pistol di tangan kirinya. Dia berniat menyerang dengan pistol dan mantranya.

“Makan ini!!”

Serangan Maya melesat lebih cepat daripada penggabungan Yurika dan Harumi. Panah sihir yang terbuat dari sihir dan peluru dari tangan kiri Maya menyerang mereka berdua. Kedua serangan itu mematikan dan harusnya membuat Yurika dan Harumi yang sedang lengah menjadi terluka parah.

“Serangannya menghilang!? Bagaimana bisa!?”

Panah dan peluru itu menghilang tepat sebelum menyentuh Yurika dan Harumi, seakan-akan kedua serangan itu hanya ilusi semata. Kedua serangan itu tidak dihadang atau dipentalkan, tapi, dalam artian yang sesungguhnya, menghilang.

“Itu tidak mungkin! Hanya efek dari penggabungan mereka saja membuat seranganku menghilang! Apa gerangan yang akan muncul!?”

“Yurika-chan…Sakuraba-san…”

Baik Maya dan Kanae, yang akhirnya berhasil bangun, tidak bisa berpaling dari keajaiban yang sedang terjadi di hadapan mereka. Mereka berdua hanya bisa berdiri terpana memandangi cahaya biru dan putih itu, yang menjadi semakin terang dengan diiringi gemuruh dari tanah dan udara. Dengan itu, cahaya yang tadi membesar pun mengecil dengan sekejap, menampakkan seorang gadis yang tidak dikenali baik oleh Maya dan Kanae.

“Itu…wujud gabungan Yurika-chan dan Sakuraba-san…?”

“Bukan! Itu bukan hal seremeh itu!”

Gadis itu seharusnya memiliki ciri-ciri baik dari Yurika maupun Harumi, namun wajahnya sama sekali terlihat mirip salah satu dari mereka berdua. Dia memiliki rambut putih yang panjang dan indah, dan terkadang, ada kemilau biru yang tampak dari rambutnya. Ditambah lagi, pakaian yang dikenakannya bukan pakaian Yurika maupun Harumi, namun pakaian gadis pendeta kuil yang memiliki corak biru dan putih.

Namun, hal yang paling mencolok dari gadis itu adalah dua buah bola yang melayang di dekatnya. Bola-bola itu seukuran bola voli dan tampak terbuat dari sesuatu yang tembus pandang seperti kaca. Bola-bola itu berpendar dengan warna khasnya masing-masing, biru dan putih.

Gadis itu tidak tampak seperti rupa gabungan antara Yurika dan Harumi sama sekali. Ditambah lagi, tubuhnya tampak tidak memiliki luka bakar sama sekali, seakan-akan Yurika dan Harumi digantikan oleh orang lain.

“…Tidak salah lagi, dia adalah entitas yang lebih tinggi...apa yang baru saja kau lakukan, Nijino Yurika!?” ujar Maya yang gusar sambil menggertakkan giginya. Dia tahu dari sisi pengalaman bahwa dirinya tidak akan sanggup berhadapan dengan gadis di hadapannya; menunjukkan seberapa besar kekuatan yang dipancarkan oleh gadis itu.

“…Apa yang aku…aku rasa aku mencoba menyelamatkan diriku, lalu aku dan aku bergabung…?”

Namun gadis yang baru saja muncul itu juga merasa bingung. Ingatannya begitu kacau dan dia tidak bisa menjelaskan siapa dirinya, tidak tahu siapa orang-orang di sekitarnya, dimana dirinya saat itu atau apa yang sedang terjadi.

“Terima ini, dasar monster!”

Maya, yang melihat gadis itu masih berdiri kebingungan, melihat adanya kesempatan dan menyerang dengan cara yang sama seperti sebelumnya.

‘’Kalau ini tidak membuatnya kalah, aku tidak akan bisa mengalahkannya!’’

Maya merasa bahwa inilah kesempatan pertama dan terakhirnya untuk menang.

“Kyaaa!?”

Namun, tepat saat gadis itu merasakan adanya bahaya dan berteriak, serangan Maya menghilang seperti sebelumnya. Gadis itu tidak berbuat apa-apa selain berteriak.

“Tidak mungkin! Itu bukan sihir atau energi spiritual, dan dia juga tidak memakai alat apapun! Dia hanya menghapus seranganku tanpa bergerak! Tidak kusangka ada kekuatan seperti ini di dunia! Perbedaannya terlalu besar!!”

Maya hanya bisa tercengang, karena ini sudah tidak bisa disebut sebagai pertarungan lagi. Maya pun menyerah dan menerima kekalahannya, karena dia merasa, seperti layaknya gajah menghancurkan semut, dia pasti akan kalah meskipun musuhnya tidak sadar bahwa dirinya adalah musuh.

“…Apa yang terjadi…? Aku tidak tahu…apapun…”

Namun gadis itu tidak menyerang Maya. Serangan itu hanya membuat gadis itu semakin bingung, dan dirinya yang tidak mengerti apa-apa hanya membuatnya semakin ketakutan. Namun, sesaat kemudian, dia tiba-tiba menengadahkan kepalanya.

“…Tapi aku tahu…orang itu akan segera sampai…”

Gadis itu melihat ke sebuah dinding, namun dia tampak melihat ke arah sesuatu yang ada jauh, jauh di sana seakan-akan tidak ada tembok yang menghalanginya. Di sana, gadis itu melihat sesuatu yang membuatnya semakin senang sambil bergumam:

“…Semuanya akan baik-baik saja…Orang itu akan menyelamatkanku…”

Tepat pada saat itulah kedua bola di dekat gadis itu tiba-tiba lenyap tanpa suara. Di saat yang sama, garis tubuhnya memudar dan dia kembali diselimuti oleh cahaya jingga. Pada akhirnya, onggokan cahaya itu terpisah menjadi dua dan kedua onggokan cahaya itu masing-masing mulai berubah bentuk menjadi manusia - satu Harumi dan yang satu lagi Yurika. Setelah bergabung menjadi satu, kedua gadis itu kembali ke wujud mereka yang asli.

“Hah, hahaha, apa-apaan, hanya itu saja!? Boleh juga!”

Setelah menerima kekalahannya di hadapan musuh yang asing, Maya tiba-tiba tertawa saat musuh itu menghilang.

Menjaga wujud seperti itu pasti membutuhkan energi yang begitu banyak. Sudah jelas mereka tidak akan bisa mempertahankannaya untuk waktu yang lama! Aku seharusnya tidak perlu panik!

Maya merasa bahwa ketakutannya betul-betul menarik. Karena dia merasa lega setelah bisa lepas dari krisis yang ada dan menyadari betapa lucunya situasi ini, tawanya terus belanjut selama beberapa saat.

Yurika, yang sudah kembali ke wujudnya, merasa kaget dengan hal yang sama seperti Maya.

K-Kita baru aja berubah jadi sesuatu! Aku rasa itu gara-gara kelebihan kekuatan pas gabunginnya…tapi perubahannya kuat banget, sampe-sampe aku nggak bisa pertahanin lama-lama! Itu sebabnya kita balik jadi diri kita masing-masing!

Yurika rupanya tidak begitu mengerti apa yang baru saja terjadi. Dia tidak tahu telah berubah menjadi apa atau apa yang dipikirkannya selama sedang berubah. Hal yang dia tahu adalah sesuatu yang tidak terduga telah terjadi.

“Ah!? B-Bener juga, Sakuraba-senpai!!”

Tepat pada saat itulah Yurika ingat dengan Harumi. Dia lalu memaksakan badannya yang kelelahan untuk bergerak dan merangkak ke dekat Harumi yang terbaring di sebelahnya.

“…Syukurlah, luka-lukanya sembuh…”

Setelah merangkak mendekati Harumi, Yurika memeriksa badan Harumi dan melihat bahwa semua luka bakar di tubuh Harumi sudah menghilang tanpa bekas. Yurika merasa bahwa itu mungkin efek dari perubahan mereka.

“…Aku nggak tahu apa yang terjadi, tapi ternyata aku bisa nyelametin Sakuraba-senpai…”

Setelah merasa lega mengetahui bahwa tubuh Harumi bisa kembali pulih seindah dulu, Yurika mulai menangis. Di saat yang sama, Harumi membuka matanya.

“…Nijino-san”, kata Harumi sambil melihat ke wajah Yurika dan berusaha bangun. Yurika lalu mengulurkan tangannya dengan cepat dan membantu Harumi.

“Sakuraba-senpai!! Kamu nggak apa-apa!?”

“Iya, berkat Nijino-san”, balas Harumi dengan tersenyum mengangguk.

“Kok kamu tahu!?”

“Ya…mungkin karena kita bergabung…tapi aku masih punya beberapa ingatanmu.”

“Kalau kupikir lagi, aku rasa aku juga punya…”

Saat Yurika berusaha mengingat kembali, dia terkadang mengenang sesuatu yang tidak semestinya terjadi pada dirinya. Karena ingatan yang dimaksud adalah ingatan soal merajut dan diperiksa di rumah sakit, Yurika langsung tahu bahwa itu adalah ingatan milik Harumi. Ditambah lagi, karena mereka sudah saling berbagi ingatan, Harumi akhirnya mendapatkan sebuah kebenaran.

“Nijino-san, kamu ternyata betul-betul gadis penyihir…”

“Itu…iya, maaf aku nggak bilang…”

Yurika hampir membantah apa yang dikatakan oleh Harumi, namun dia langsung mengubah pikirannya. Karena Harumi sudah memiliki beberapa ingatan Yurika sebagai gadis penyihir, tidak ada alasan yang bisa dipakai untuk membantah hal itu.

“Tidak apa-apa, kamu tidak perlu kuatir. Aku mengerti kenapa kamu mau merahasiakannya. Karena…demi orang itu…”

“Sakuraba-senpai…”

Yurika tersipu mendengar ucapan Harumi, yang turut tersipu juga karena mereka berdua sudah jatuh cinta kepada orang yang sama. Karena mereka sekarang sudah saling berbagi ingatan, mereka tahu mereka tahu mengapa lawan bicara mereka masing-masing jatuh cinta kepada orang itu.

Pura-pura bergulat dengan Satomi-kun…rasanya sakit, tapi rasanya begitu hangat dan menyenangkan….mungkin aku harus minta Satomi-kun untuk mencoba beberapa teknik gulat padaku juga…kalau dia melakukannya pada Nijino-san, dia mungkin mau melakukannya padaku juga…teknik memiting, ya….

Jadi begini rupanya, gimana Sakuraba-senpai sama Satomi-san ketemuan pertama kali…Satomi-san muncul entah dari mana dan nyelametin Sakuraba-senpai yang dikerubungin musuh…kayak di shoujo manga…ah, yang itu ingatannya pas tampil drama. Mereka pertama ketemu pas musim rekrutan klub…tapi yang ini juga kayak di shoujo manga…enaknya…kalau dibandingin sama aku, kita pertama kali ketemu pas…

Yurika bisa melihat sisi berbeda dari orang yang dicintainya. Ingatan mereka pun membuat perasaan mereka menjadi lebih tergugah dan rasa cinta mereka menjadi lebih besar lagi dibanding sebelumnya.

Namun hanya selama itulah mereka berdua bisa tersenyum.

“Maaf mengganggu setelah pengobatanmu berhasil, tapi sekarang waktunya bagi kalian semua untuk mati.”

Maya mendekat dengan senjata di kedua tangannya, menjadikan mereka berdua sebagai prioritas utamanya untuk dibunuh. Setelah melihat Yurika dan Harumi bergabung lalu berubah, Maya tidak bisa menebak apalagi hal-hal yang bisa mereka lakukan walaupun Yurika kehabisan kekuatan sihir. Meskipun mereka tidak punya trik rahasia lagi, mereka akan menjadi masalah jika Maya melepaskan mereka sekarang.

“Sakuraba-senpai, mundur! Aku bakal ngelindungin kamu!”

“Nijino-san, tidak! Kamu tidak punya kekuatan sihir yang cukup untuk melawannya!”

Yurika berniat melangkah maju dan melindungi Harumi saat dia dihentikan. Karena Harumi memiliki ingatan Yurika, dia tahu bahwa Yurika tidak punya kekuatan yang cukup untuk bertarung.

“Kalian berdua, lari!!”

Namun sebelum Maya bisa menyerang, Kanae mengerahkan semua kekuatannya yang tersisa dan berdiri menghadang Maya.

“Higashihongan-san!?”

“Tapi, Kanae-san!!”

“Kita semua tidak perlu mati bersama!! Cepat pergi!!”

Kanae mengubah tongkatnya menjadi busur panah dan menembakkan panah demi panah ke arah Maya. Namun, Maya menembak panah-panah itu dengan pistolnya, menghindar atau menangkisnya dengan pedangnya. Kanae tidak bisa mengenai Maya karena terluka dan tanpa bantuan dari Yurika. Ditambah lagi, Maya betul-betul tidak terluka sama sekali.

“Setidaknya semangatmu masih sama seperti dulu, Kanae.”

“Tidak akan kubiarkan kau membunuh mereka berdua! Mereka teman-teman anakku!”

“Menyerahlah, Kanae. Kamu tidak perlu mati juga.”

Sebaliknya, serangan Maya justru bisa mengenai sasarannya dengan mudah. Kanae mencoba melindungi dirinya dengan tongkatnya, namun tidak bisa betul-betul menghadang serangan Maya.

“Guh, aaaahh!”

Kanae terkena serangan langsung dari lutut Maya dan jatuh di tempat. Kanae mencoba bangkit, namun tubuhnya sudah tidak sanggup lagi. Bahkan untuk beridiri saja, dia sudah tidak kuat lagi.

“Selamat tinggal, kalian berdua. Kalian sudah berusaha keras.”

“Sakuraba-senpai!”

“Nijino-san!”

Maya mengucapkan salam perpisahan pada mereka berdua dan mengarahkan laras pistol di tangan kirinya pada mereka berdua sambil berkonsentrasi kembali pada tangan kanannya. Melihat itu, Yurika dan Harumi saling berpelukan dengan erat seakan-akan mencoba saling melindungi, karena mereka tahu mereka berdua akan mati.

“Energy Javelin – Modifier – Area Effect.”

Dengan diiringi suara Maya yang terdengar tidak peduli, beberapa peluru dan tombak yang berpendar merah menyerang Yurika dan Harumi.

“…Maaf udah bikin kamu terlibat, Sakuraba-senpai…”

“Tidak apa-apa. Kamu sahabatku…”

Mereka berdua sudah tidak berdaya lagi setelah menggunakan seluruh kekuatan mereka. Mereka pun menutup mata, saling berpelukan dengan erat. Setidaknya, mereka merasa lega karena mereka tidak sendirian di saat-saat terakhir mereka.

Namun, serangan itu tidak pernah mengenai Yurika dan Harumi. Yang mengenai mereka justru suara benturan yang terjadi berturut-turut, mirip dengan suara jackhammer yang menghantam jalan.

“H-Huh…?”

Yurika, yang kebingungan dengan hal itu, membuka matanya. Di hadapannya, ada sebuah tubuh yang besar, yang ditutupi oleh zirah berwarna biru.

“Clan, pelurunya nggak dihadang dengan bener. Apa kamu yakin kamu nggak ngerusak medan penghadangnya pas kamu otak-atik?”

“Jelas tidak! Medan distorsinya bekerja dengan normal! Serangan musuhnya yang aneh!”

Selanjutnya, saat mendengar suara itu, Harumi membuka matanya dengan heran dan melihat hal yang sama seperti Yurika.

“Kayaknya begitu. Dia penyihir sih.”

“Biarpun kita mempertimbangkan hal itu, kekuatan pelurunya tetap aneh! Hati-hati, jangan sampai kamu mendekat dengan nekat sampai aku bisa mengumpulkan semua datanya! Bahkan zirahmu sekalipun tidak bisa menerima serangan seperti itu dalam jumlah yang banyak!”

“Aku kumpulin sebanyak yang aku bisa buat makanmu nanti ya.”

“Veltlion, kamu betul-betul menyebalkan hari ini!”

Zirah biru yang cerah. Punggung yang besar dan bisa diandalkan. Suara yang kuat yang memberikan keberanian bagi yang mendengarnya, namun di saat yang sama, memiliki aura yang sederhana. Sikap dan penampilan itu adalah sesuatu yang tidak bisa dilupakan oleh Harumi, dan dengan didorong oleh rasa lega dan nostalgia yang meluap-luap, Harumi mengikuti intuisinya dan menyerukan nama mereka.

“Koutarou-sama! Clan-sama!”

“Satomi-san!?”

Saat mendengar suara Harumi dan Yurika yang tampak kaget, orang itu, Koutarou, berbalik menghadap mereka.

“Kalian nggak apa-apa kan, Sakuraba-senpai? Yurika?”

“Ya! Nijino-san menyelamatkanku!” jawab Harumi yang menangis, namun dengan senyuman sudah kembali di wajahnya.

Selama orang ini ada bersamaku, aku akan baik-baik saja…tidak, bukan begitu…aku akan menerima masa depan seperti apapun yang dijalani oleh orang ini!

Harumi merasa seperti potongan puzzle terakhir di dalam dirinya sudah terpasang dan membuat dunianya sekarang lengkap. Inilah tempat baginya di dalam dunia. Harumi, yang merasa dituntun oleh takdir, merasakan rasa bahagia yang begitu besar.

“Gitu ya…kerja bagus, Yurika.”

Setelah tahu bahwa Yurika sudah kembali melakukan yang terbaik, Koutarou tersenyum kecil. Dia senang mendengar bahwa Yurika sudah berusaha sekuat tenaganya, membuatnya merasakan rasanya menjadi seorang kakak yang mempunyai adik perempuan yang biasanya tidak becus.

“I-Iya!”

Dan si adik pun merasakan hal yang sama. Yurika yang merasa begitu senang menganggukkan kepalanya beberapa kali dengan mata berkaca-kaca.

“Tapi, tapi, Satomi-san, kenapa kamu bisa ada di sini!?”

Kemunulan Koutarou menjadi sesuatu yang mengejutkan bagi Yurika. Dia tidak bisa menghubungi Koutarou, dan Sanae yang bisa mengikuti jejak aura sedang tidak bersama Koutarou. Seharusnya, apa yang ada di luar medan pembatas yang dibuat oleh Yurika tidak bisa melihat ke dalam isi medan pembatas itu.

“…Yurika, kelihatannya medan pembatas yang dibuat oleh kalian, para penyihir, menutupi radiasi elektromagnetik dan suara terlalu bagus.”

Karena medan pembatas yang berfungsi untuk menjauhkan orang-orang itu membuat area di dalamnya betul-betul terisolir, hal itu membuat Clan menjadi lebih mudah untuk menemukannya dengan menggunakan sensor. Jika medan pembatas itu melepaskan suara dan radiasi elektromagnetik palsu, Clan pasti akan lebih kesulitan untuk menemukannya.

“’Kalian, para penyihir’….Satomi-san, k-kamu….”

Jawaban Koutarou menyimpan kejutan yang besar, membuat wajah Yurika menjadi pucat pasi. Rasa resah, takut dan panik langsung mengisi dadanya. Yurika tidak terkejut dengan cara menemukan medan pembatasnya, melainkan apa yang dikatakan oleh Koutarou sebelum itu.

Dia tahu…Satomi-san tahu hal yang aku nggak mau dia sampai tahu…

Kata ‘kalian, para penyihir’ menyatakan secara bertele-tele bahwa Yurika bukanlah seorang cosplayer biasa yang menumpang tinggal, melainkan seorang gadis penyihir sungguhan.

“K-Kamu salah! A-Aku bukan penyihir! Em…aku cuma ngecosplay pake tongkat yang kamu kasih ke aku!!”

Dulu, Yurika mungkin akan membenarkan pernyataan Koutarou, namun sekarang dia berusaha keras untuk menyangkal hal itu. Yurika menggelengkan kepalanya dengan cepat, membuat rambutnya berayun dan air matanya berceceran.

Tidak mungkin Yurika menyatakan bahwa hal itu benar, karena itu akan sama saja dengan membuang hari-hari yang telah mereka habiskan bersama. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Yurika menemukan seseorang yang membutuhkan dirinya, dan Yurika juga membutuhkan orang itu. Karena itulah, Yurika harus menyembunyikan fakta bahwa dia adalah seorang gadis penyihir, tidak peduli bagaimana caranya. Ini bukan hanya demi orang itu saja, tapi juga karena Yurika ingin agar orang itu menganggapnya sebagai gadis yang sangat normal, dan kalau bisa, imut.

“Aku cuma cewek yang buruk, yang nggak guna! Bukan gitu! Aku bukan penyihir beneran!”

Yurika ingin orang itu untuk menegurnya saat dia menjadi malas, memukulnya saat dia berniat buruk, menjadi teman latihan teknik gulatnya kapanpun dia sedang punya waktu luang dan memujinya jika dia mendapat nilai yang baik. Yurika ingin orang itu untuk mengelus kepalanya jika dia tidak berada dalam urutan terakhir dalam balap lari di sekolah. Yurika ingin mereka berdua untuk membaca manga dan membahasnya bersama. Yurika ingin bertengkar hanya karena cemilan.

Yurika hanya ingin menjalani kehidupan yang biasa dan merasa bahagia dan sedih karena hal-hal yang biasa pula.

Namun, dia akan kehilangan semua itu.

Jika Koutarou tahu bahwa dirinya adalah seorang gadis penyihir, Koutarou pasti akan melihat dirinya dengan cara yang berbeda. Yurika berusaha keras untuk menyelamatkan kehidupan sehari-harinya. Dengan tampang yang sudah berantakan dan berjuang dengan keras, Yurika menangis layaknya bayi yang dipisahkan dari orang tuanya.

“Tenang, Yurika.”

“Kamu salah, kamu—“

Ada suara benturan yang bisa terdengar.

“Auu!?”

Yurika mengabaikan usaha Koutarou untuk menenangkan dirinya dan terus mengoceh dengan berapi-api. Namun, akhirnya dia berhenti berbicara saat dia merasakan ada rasa sakit yang biasa melanda dahinya.

“Yurika, aku cuma mau tahu satu hal.”

Sambil memegang dahinya, Yurika menengadahkan kepalanya dan melihat Koutarou yang menatap lurus ke arahnya, dengan raut wajah yang tampak tenang namun kuat dan bisa dipercaya.

“Apa yang mau kamu lakuin habis kamu lulus nanti?”

“Ah…”

Kata-kata Koutarou menembus hati Yurika dan menyapu habis semua keresahan, ketakutan dan kepanikan yang dirasakan oleh Yurika. Setelahnya, Yurika dipenuhi oleh rasa kelegaan, pengharapan dan kebahagiaan.

Dia memang…memang…!![2]

Air mata menetes dari mata Yurika, namun dia menjawab dengan senyum yang lebar.

“Aku mau kuliah di Univ. Kisshou! Bareng sama Satomi-san sama Sakuraba-senpai!”

Ada banyak sekali hal-hal yang ingin dikatakan oleh Yurika, namun hanya dengan mengatakan bahwa dirinya ingin kuliah di Universitas Kisshou sudah cukup untuk menyatakan semua itu. Yurika tahu apa maksud Koutarou menanyakan hal itu, karena hanya itulah yang mereka butuhkan saat ini.

“…Oke. Biar aku yang urus sisanya. Mending kamu hapalin perkalian atau ngelakuin sesuatu yang lain buat nunggu.”

“Oke..aku nggak mau ngapalin perkalian lagi, tapi aku usahain…”

Setelah mengangguk, Yurika merasa tenaganya habis dan jatuh perlahan ke lantai. Dan seperti yang disuruh oleh Koutarou, Yurika mulai menghapalkan perkalian dalam kepalanya.


Part 6[edit]

Setelah berbalik dari hadapan Yurika dan yang lainnya, Koutarou mendekati Maya selangkah demi selangkah. Sementara itu, Maya berkacak pinggang dan menunggunya dengan tenang.

“Aku udah bikin kamu nunggu, ya?”

“Tidak juga. Yah…kalau ini kencan yang sudah kita rencanakan lebih dulu, aku mungkin harus menamparmu.”

Bukan hanya rasa kaget yang membuat Maya tidak menyerang Koutarou sedari tadi. Karena dia tahu seberapa kuatnya Koutarou dulu, Maya harus membuat penyesuaian pada tubuh mesinnya untuk bisa melawannya dengan lebih baik.

Sebagai ganti dari peningkatan kekuatan ini, durasi pertarungan yang bisa aku lakukan akan menurun cukup banyak…tapi aku rasa itu tidak bisa dihindari kalau aku mau kencan dengan bocah ini…

Ada pembatas dalam tubuh Maya untuk menjaganya agar tidak rusak karena menjadi terlalu cepat atau terlalu kuat, dan Maya sudah melepas pembatas-pembatas itu untuk melawan Koutarou. Akibatnya, Maya tidak akan bisa bertarung berlama-lama, namun dia menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

“Yah, aku sempat ada kencan sama muridmu.”

“Kalau kau ada disini…apa itu artinya Maki mati?” tanya Maya sambil menyipitkan matanya sedikit. Memang, itu perubahan yang begitu kecil, namun raut wajahnya berubah menjadi lebih serius. Walau begitu, Koutarou menggelengkan kepalanya pada Maya.

“Nggak. Aku berhasil nangkep dia. Lagipula, ada banyak hal yang mau aku tanya ke dia.”

“Begitu rupanya. Kalau begitu, tolong jaga dia baik-baik. Kau pasti bisa menggunakannya dengan baik”, balas Maya sambil tersenyum, menghilangkan raut wajah seriusnya.

“Kamu sebagai gurunya bener-bener mau ngomong begitu?”

“Karena dia sudah ditangkap, dia hanya jadi beban sekarang.”

“Aku mending pura-pura nggak denger. Rasanya kasihan sama muridmu.”

“Betapa baiknya dirimu…”, ujar Maya yang tersentuh sambil tersenyum kecil.

“Tapi…aku selalu penasaran setelah mendengar laporan dari Maki, tapi tidak kusangka ternyata kaulah orangnya. Betul-betul mengejutkan.”

“Udah sebelas tahun, ya kan?”

“Kau seharusnya tidak membuat seorang gadis menunggu untuk kencan selama itu.”

“Memangnya dengan umur segitu kamu masih bisa dibilang gadis?”

“Aku merasa kasihan pada Kanae kalau kamu berkata seperti itu”, ujar Maya sambil mengisyaratkan tempat dimana Kanae pingsan lalu tertawa. Nyatanya, Maya dan Kanae seumuran.

“Dan aku, seperti yang kau lihat, baik pikiran dan tubuhku cocok untuk disebut sebagai gadis”, ujar Maya yang mengambil pose untuk menunjukkan keindahan dirinya. Memang benar, dia masih punya kecantikan untuk bisa disebut sebagai gadis.

“Gitu juga, dalam jeda waktu yang pendek selama kita nggak ketemu, auramu jadi berubah dikit. Kamu udah berubah jadi cewek yang aneh”, balas Koutarou, yang memandangi tubuh Maya, dengan raut wajah serius.

Tubuh Maya memang tampak seperti milik seorang gadis cantik, namun ada garis-garis dan bagian-bagian mesin yang terlihat di sekujur tubuhnya, dan di pundak serta kakinya, ada bagian mesin yang mencuat dari bagian tubuhnya yang terbelah. Koutarou sekalipun tahu bahwa tubuh Maya adalah tubuh buatan.

Dia punya tangan sama kaki palsu…dadanya juga? Dia bener-bener udah jadi robot…

Meskipun dia tampak cantik, Koutarou tidak akan tertarik padanya, meskipun jantungnya mungkin akan berdebar sedikit lebih cepat karena rasa tegang dan takut.

“Bocah, pria yang baik tidak memandangi tubuh wanita seperti ini. Dan kata ‘aneh’ juga berlaku untukmu”, ujar Maya dengan senyum tipis sambil memeriksa tubuh Koutarou dengan cermat.

Dia memang bocah yang spesial, tapi…dia kelihatannya tidak menua selama sebelas tahun? Dan zirah itu juga mencurigakan. Zirah itu tidak ada dalam laporan Maki…dan kelihatannya juga menyembunyikan beberapa senjata di dalamnya…zirah itu juga menghilangkan javelin energinya…entah itu kekuatan si bocah atau zirahnya….dan karena dia ada di sini setelah mengurus Maki, dia mungkin menggunakan sihir juga…

Maya sudah melihat Koutarou menghancurkan tembok dan langit-langit gedung kosong itu untuk melindungi Yurika dan Harumi, membuatnya bisa menduga seperti apa kekuatan yang dimiliki zirah itu. Dengan mengambahkan kekuatan itu dengan kekuatan Koutarou sendiri, Maya merasa bahwa dia akan berada dalam pertarungan yang merepotkan.

“Aku rasa juga begitu. Aku sendiri juga udah jadi anak yang aneh”, balas Koutarou dengan tertawa, namun dengan pandangan yang berkata lain.

“Jadi, biar aku usulkan sesuatu…bagaimana kalau kita batalkan kencan ini, dan kita mulai kencan yang sebenarnya?”

“Apa?”

“Aku rasa kita sama-sama mau menghindari adu ketahanan melawan musuh yang kekuatannya tidak kita ketahui, benar?”

“…Apa kamu mau aku gabung sama kamu?”

“Wah, kita bisa jadi kekasih sungguhan. Aku tidak benci anak kecil sepertimu, bocah. Kalau kita bersatu, kita bisa mengalahkan musuh seperti apapun.”

Maya betul-betul serius. Semenjak dia menyimpulkan bahwa laki-laki yang dilawan Maki mungkin adalah orang yang sama yang dilawannya sebelas tahun lalu, Maya ingin mengajak laki-laki itu untuk bergabung dengan kelomponya. Namun, alasan Maya berbeda dengan Maki - kekuatan Koutarou – alasan yang membuat Maya belum menyerang.

“Bukannya kami mau membunuhmu, kami hanya mengincar kekuatan sihir yang besar yang ada di kamar itu. Kami akan melakukan apapun yang kami harus lakukan, entah bertarung atau menjadi kekasih.”

“Kekuatan sihir…”

Koutarou teringat dengan apa yang Yurika katakan dulu.

Sekarang kalau aku inget-inget lagi, dia sempet ngomong soal gadis penyihir jahat yang ngincer kekuatan sihir di kamarku…karena dia gadis penyihir beneran, aku rasa masuk akal kalau dia memang ngomong yang sebenernya…

Akibatnya, Koutarou mengerti bahwa ada kata-kata Maya yang memang benar.

“Kalau kau menjadi kekasihku, aku akan membiarkan yang lain hidup, bahkan si Yurika sekalipun. Tentu saja, kau harus membujuk mereka…”

Maya tahu bahwa Koutarou bisa mengendalikan kekuatan sihir di kamar 106 sampai batasan tertentu. Dalam kata lain, mencuri kekuatan sihir dari kamar itu dan membuat Koutarou sebagai rekannya adalah hal yang sama. Terlebih lagi, jika Maya bisa membuat Koutarou menjadi bawahannya, dia bisa mendapatkan kembali posisinya sebagai pemimpin Darkness Rainbow. Di sisi lain, menerjemahkan dan mengendalikan kekuatan itu tidak akan membantu Maya. Itulah sebabnya membawa Koutarou masuk ke dalam kelompok mereka menjadi sesuatu yang menguntungkan.

“Hoo, jadi begitu ya…”

Meskipun dia tidak tahu situasi yang dialami oleh Maya secara rinci, Koutarou tahu bahwa Maya betul-betul serius ingin menjadikannya rekan.

“Bagaimana? Seharusnya ini bukan usulan yang buruk bagimu. Kau bisa melindungi teman-temanmu…”, bisik Maya dengan nada menggoda yang manis, yang bisa menggoda hati setiap pria yang mendengar suara manis itu.

“Aku nggak mau.”

Namun, Koutarou menolak usulan Maya tanpa ragu. Maya, yang tidak bisa menerima hal itu, bertanya padanya.

“Kenapa!? Apa yang kau tidak suka dari usulan itu!?”

“Jujur aja, itu usulan yang lumayan bagus, dan kamu juga cantik.”

“Lalu kenapa--!?”

“Simpel. Karena ada orang yang mau ngelindungin kamar itu dari kalian.”

“Yurika!? Jadi maksudmu kau lebih memilih dia daripada aku!?”

Maya, yang sudah begitu percaya diri, menjadi murka. Dia bisa mengacuhkan alasan lainnya dan memilih untuk bertarung, namun dari semua alasan yang ada, Koutarou justru memilih Yurika. Maya sudah yakin bahwa dia jauh lebih unggul dari Yurika dari berbagai aspek, termasuk dalam kekuatan dan kecantikannya. Itulah sebabnya dia tidak bisa menerima alasan itu, harga dirinya tidak bisa membiarkan hal itu, baik sebagai seorang prajurit dan wanita.

“Kamu mungkin nggak akan pernah bisa ngerti seberapa hebatnya Yurika itu.”

“Mana mungkin aku bisa mengerti! Dia hanya orang yang penuh kegagalan!”

Maya lalu mengambil ancang-ancang sambil membantah kata-kata Koutarou. Senjata-senjata di tubuhnya mengarah pada Koutarou, satu demi satu.

“Bener. Kita semua orang-orang yang gagal, nggak kayak kamu…”

Keinginan Yurika sudah cukup menjadi alasan bagi Koutarou untuk bertarung. Hal yang membuatnya merasa seperti itu adalah karena mereka berdua adalah orang-orang yang sudah mengalami kegagalan dan karena waktu yang sudah mereka habiskan bersama-sama.

Dan dengan begitu, Koutarou memilih untuk bertarung.

Yang dilindunginya bukanlah sesuatu yang sulit untuk dikatakan. Kekuatan, talenta, harga atau status bukanlah masalah. Itu karena Koutarou dan para gadis penjajah sudah menemukan kedamaian tanpa hal-hal itu.

“…Cradle, berikan pedangku.”

“Baiklah, tuan.”

“Datanglah, Signaltin!”

Oleh karena itu, pedangnya akan bersinar.


Untuk menepati sumpah dan harapan yang ada di dalamnya.


Kembali ke Bab 4 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 6
  1. Bagian ini nggak diterjemahkan karena ini bagian mantra untuk membatalkan kontraknya. Seperti yang sudah dilakukan penerjemah serial ini dari awal, mantra selalu ditulis dengan bahasa Inggris karena sumber aslinya mantra sihir menggunakan bahasa Inggris.
  2. "This person really is my...my...!"