Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 3 Bab 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Pemberontakan Persatuan Buruh[edit]

Part 1[edit]

Selasa, 12 Agustus

Pintu yang ditarik oleh Koutarou mengeluarkan suara berderit yang keras saat dia membukanya.

Bau rumah yang sudah tua itu pun keluar dan tercium oleh mereka.

"Oke, para haniwa, apa kalian yakin ini tempatnya?"

"Tidak salah lagi Ho! Kami mendeteksi gerombolan hantu Ho!"

"Dan kami bisa mencium energi spiritual Sanae-chan Ho! Dia ada di dekat sini Ho!"

Koutarou dan yang lainnya sampai di sebuah rumah besar bergaya barat di sudut wilayah villa.

Rumah itu terlihat mencolok dibandingkan villa-villa yang lain.

Dinding luarnya terlihat mau runtuh, jendelanya rusak, banyak retakan di temboknya dan ilalang menutupi banyak bagian luar rumah.

Desainnya sendiri membuatnya mencolok, tapi keadaannya yang sudah parah hanya membuat area disekitarnya terlihat jelek.

Karena saat itu matahari sudah mau terbenam, rumah itu tampak seperti rumah yang ada di dalam film horror.

"Selain hantu, aku bisa melihat pertanda kalau ada orang di dalam sini"

Shizuka mengintip melalui pintu dan melihat sekelilingnya.

"Kamu bisa tahu? Aku tidak merasa begitu"

Koutarou melihat ke sekelilingnya juga, tapi tidak melihat tanda-tanda apapun.

"Kalau begitu, lihat kesini, Satomi-kun. Jejak kaki yang masih baru"

"Ah, kamu benar..."

Jejak kaki bisa dilihat di lorong yang dipenuhi debu.

Koutarou tidak mengerti apa yang dimaksud Shizuka dengan pertanda, tapi dia tahu kalau jejak kaki itu masih baru.

Jejak kaki yang sudah lama pasti akan tertutup debu dan membuat gambaran jejaknya buram.

"Rumah tua yang ditinggalkan dan tidak didatangi oleh siapapun, gerombolan hantu, tanda-tanda keberadaan Sanae dan tanda-tanda orang yang baru saja masuk...tidak salah lagi. Ini tempatnya"

Setelah merangkum semua informasi yang ada, Kiriha membuat pernyataan itu.

Dan Koutarou setuju dengannya.

"Masalahnya adalah jika para orang mesum itu sudah menyadari kedatangan kita atau belum, dan jika ada jebakan yang sudah disiapkan untuk kita"

"Kau terlalu kuatir, Ruth. Kalau ada jebakan, kita hanya tinggal meledakkannya saja"

Sambil tersenyum licik, Theia berjalan melewati Koutaoru dan Shizuka dan masuk ke dalam rumah itu.

Dia tidak peduli dengan jebakan apapun saat dia dengan berani melangkah maju.

"Itu bahaya, Tulip, kita tidak tahu apa yang akan mereka lakukan"

"Itu berlaku buat semuanya. Lagipula, bertahan tidak cocok bagiku. Menahan musuh dan maju adalah mottoku"

"Tetap saja, itu ceroboh namanya"

"Kalau itu yang kau pikirkan, maka lindungilah diriku. Itulah tugasmu sebagai pengikutku"

"Oke, aku mengerti"

Biasanya, Koutarou akan berteriak kembali kepada Theia, tapi kali ini dia memilih untuk patuh.

"Fufu, kelihatannya kau sudah menyadari posisimu sebagai pengikutku"

"Akan kubiarkan kali ini, dan hanya kali ini saja"

Saat Theia melihat kearahnya dengan gembira, Koutarou mencari sesuatu yang bisa dia gunakan sebagai senjata didalam tas yang berisi benda-benda pusaka.

Koutarou memilih tongkat dengan label yang bertuliskan 'Edisi terbatas, Dahan pohon suci - Tongkat Cypress'

"Satu lagi senjata yang cocok untuk kaum barbar..."

"Seenggaknya aku nggak pakai kapal tempur luar angkasa setiap saat"

Di pundak Theia sudah ada lubang hitam dan ada senjata berukuran besar yang muncul dari dalamnya.

Semua senjata itu terpasang di kapal tempur luar angkasa Ksatria Biru.

"Aku harap ini tidak berubah menjadi pertarungan..."

Dengan situasi seperti itu, Ruth juga menyiapkan senjata, seperti halnya Theia.

Dia tidak menggunakan senjata api, tapi pedang besar dan perisai.

Karena Ruth berasal dari keluarga ksatria, kemampuannya dengan senjata itu cukup bagus.

Pedang dan perisai yang dipakainya juga sudah ditingkatkan dengan perkembangan yang ada dalam sains dan kekuatannya juga tidak kalah dari senjata milik Theia.

"Karama, Korama, hentikan mode sinkron dan bersiaplah untuk bertempur"

"Mengerti Ho!"

"Mulai mengisi senjata energi spiritual Ho!"

Kiriha memerintahkan para haniwa miliknya untuk bersiap untuk bertempur.

Dia sendiri tidak memakai senjata, tapi berkat kemampuan tempur haniwa miliknya, dia tidak harus memegang senjata.

Tapi, karena dia terlihat terlalu terbuka untuk diserang, Koutarou membagi isi tas miliknya.

"Kiriha-san, pakailah salah satu dari ini"

"Terima kasih Koutarou. Kalau begitu, aku akan ambil ini"

Kiriha tersenyum dan mengambil sebuagh Tamagushi.[1]

Lengkap dengan pakaiannya, saat Kiriha memegang alat itu, orang yang melihatnya akan menganggap dia sebagai pendeta kuil.

Anehnya, hal itu tidak seperti cosplay seperti Yurika.

Bisa jadi karena kepribadian Kiriha yang tenang yang membuatnya seperti itu.

"Setelah kalian semua siap, ikuti aku! Pertempurannya akan segera dimulai!"

"Tulip, bisa jadi kita nggak akan bertempur"

"Kau terlalu naif, Primitif! Orang mesum itu akan kuhancurkan"

"...Hmmm. Yah, baiklah"

Koutarou dan yang lainnya mengikuti Theia masuk ke dalam rumah besar itu.

Meskipun mereka selalu melakukan sesuatu dengan cara mereka sendiri, kali ini mereka semua berkumpul dengan satu tujuan.

Saat mereka pertama kali bertemu, hal ini tidak mungkin akan terjadi, tapi saat ini mereka tidak memikirkan hal itu.

Senjata di atas pundak Theia menembak bertubi-tubi mengenai sasarannya.

Dia memanggil senjata kaliber besar yang menembak dengan cepat dari Ksatria Biru dan peluru yang tak terhitung jumlahnya melesat menuju sasarannya.

Sasarannya adalah baju zirah dan boneka-boneka yang ada di dalam rumah itu.

Benda-benda itu dilubangi oleh hujan peluru.

"Hmph, terlalu mudah. Aku berharap lebih dari baju zirah dan boneka yang bisa bergerak"

"Jangan begitu, Tulip. Senjatamu yang terlalu kuat!"

Theia tidak menembak benda-benda itu untuk mengobati rasa bosannya atau hal semacam itu.

Saat Koutarou dan yang lainnya sedang menjelajah rumah itu, benda-benda itu tiba-tiba menjadi hidup dan menyerang mereka.

Tapi sebelum mereka bisa mendekat, benda-benda itu hancur lebur oleh kekuatan senjata Theia yag terlalu kuat.

"Ya ampun...apa yang akan kamu lakukan kalau ada orang didalamnya.."

Setelah melihat baju zirah ksatria dan boneka beruang yang sudah hancur, Koutarou hanya bisa menggigil ngeri memikirkan jika seandainya ada orang di dalam benda-benda itu.

"Kalau memang itu terjadi, anggap saja kecelakaan"

Tapi, Theia tidak terlihat peduli, dan itu membuat Koutarou kagum.

"Yang bener aja!"

"Tidak perlu sebahagia itu, Primitif. Apa kau begitu senang melihat keagungan diriku?"

"Jauuuh!"

"Tidak apa-apa, Satomi-sama. Aku sudah berjaga-jaga memindai adanya tanda-tanda kehidupan"

"Eh, benarkah?"

Koutarou berhenti bergerak setelah mendengar kata-kata Ruth.

"Senjataku dikendalikan oleh data yang dikirimkan Ruth sebelum menyerang agar tidak sampai menyerang manusia"

"Serius!?"

"Tentu saja aku serius!...Memangnya kau pikir aku ini apa!?"

"Orang yang mencoba membunuhku hampir setiap harinya!"

"Ngomong-ngomong, Kiriha, bagaimana keadaan Sanae? Karena mereka menyerang, apa ini artinya kita sudah dekat?"

Theia mengganti topik pembicaraan saat arah pembicaraannya mulai membuat Koutarou unggul.

"Dan dia nggak dengar..."

"Satomi-sama"

Ruth berbisik ke Koutarou yang mulai kesal dengan Theia.

"Tolong percayalah dengan Yang Mulia untuk hari ini. Meskipun ini sulit dipercaya, Yang Mulia sebenarnya kuatir dengan Sanae-sama"

"...Baiklah"

Karena Ruth yang memintanya untuk melakukan itu, Koutarou akhirnya meredam kekesalannya.

Setidaknya dia mengerti apa yang saat ini Theia rasakan, kalau tidak, Theia tentu saja tidak akan menolong.

"Karama, Korama, bagaimana situasinya?"

"Ho-, Kelihatannya dia ada di bawah tanah Ho-! Aku bisa merasakan ada gua yang besar di bawah Ho-!"

"Ada tangga yang mengarah ke bawah di depan sana Ho-!"

"Bawah tanah ya..Tempat yang tepat untuk penjahat kelas teri berkeliaran"

"Ouch, rasanya benar sekali"

Kiriha hanya bisa tersenyum kecut mendengar kata-kata Theia.

Karena dia sendiri datang dari bawah tanah, kata-kata Theia berlaku juga untuk Kiriha.

"I-Itu hanya perumpamaan! Aku tidak bermaksud menghina rumahmu!"

Kukuku, Tulip mulai panik...

Koutaoru merasa senang melihat Theia yang berusaha membuat alasan.


Part 2[edit]

Para pemburu hantu sedang mengawasi Koutarou dan keempat gadis yang bersamanya.

Sebenarnya, hanya bagian lantai dasar rumah saja yang hancur, bagian ruang bawah tanahnya telah dibersihkan dan dirawat.

Mereka menggunakan bagian luar rumah yang hancur sebagai kamuflase markas mereka yang berada di bagian bawah tanah rumah.

Ukuran markas bawah tanah mereka kurang lebih 25 meter baik panjang maupun lebarnya.

Dan dengan tinggi ruangan yang mencapai lima meter, markas mereka sangat luas.

Alasan kenapa ruangan itu sangat luas adalah karena ruangan itu dulunya adalah ruang bermain.

Meja biliar, meja roulette[2] dan sebagainya masih ada di ruangan itu.

Barang-barang milik para pemburu hantu itu juga berada di tempat yang sama.

Barang-barang itu adlah alat-alat yang mereka perlukan untuk bekerja dan juga alat untuk bertahan hidup mereka, seperti tempat tidur.

Diantara barang-barang itu terdapat monitor yang menunjukkan hasil tangkapan kamera tersembunyi yang ada di dalam rumah.

Total monitor itu berjumlah tiga buah.

Dan dengan mengganti saluran dari kamera, mereka bisa mengawasi seluruh bagian rumah yang sudah kosong itu.

Koutarou dan yang lainnya saat itu sedang ditampilkan di monitor saat mereka sedang menghancurkan semua yang menghalangi jalan mereka sembari berjalan masuk.

"Kakak, ini gawat! Kelihatannya para penyusup itu tahu jalan masuk ke markas bawah tanah kita!"

"Apa!?"

Salah satu pemburu hantu, yang mengawasi perkembangan kejadian di layar monitor, berteriak.

Dan pemburu hantu kedua, yang tadinya bersantai-santai di atas sofa, dengan cepat pergi ke sisi pemburu hantu yang pertama.

"Apa yang terjadi dengan mereka yang tugas jaga!?"

"Yah, kelihatannya mereka dihancurkan sama cewek yang paling kecil! Zirah maupun boneka nggak akan bisa menghentikan dia!"

Roh-roh jahat telah merasuki zirah dan boneka-boneka dan bergerak satu demi satu.

Hal itu mirip dengan serangan poltergeist Sanae, mereka akan bergerak dan menyerang bersamaan dengan zirah itu, sama seperti bagaimana Sanae melempar ensiklopedia kearah Koutarou.

Namun, baju zirah dan boneka yang menjadi senjata itu akan hancur berkeping-keping oleh Theia.

Pada akhirnya, hantu-hantu rendahan itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Oh ya, nggak kayak kita, mereka bagus dalam serangan fisik..."

"Ini gawat, kalau terus begini, mereka bakal sampai kesini! Kita harus apa, Kakak!?"

"Tenanglah, Hachi!"

Si Kakak memukul kepala Hachi yang berlarian kesana kemari karena panik.

"Terus, terus kita harus apa?"

Hachi akhirnya berhenti dan memandang ke arah kakaknya.

"Kita tidak perlu melawan mereka dengan cara mereka. Itulah kenapa kita sudah bersiap untuk keadaan semacam ini. Di antara roh jahat, pasti ada yang bisa melawan orang secara langsung, iya kan? Kita akan menyuruh roh-roh itu maju dan membuat para penyusup itu pergi"

"Ah, roh-roh yang gajinya gede ya?"

"Memangnya kau pikir kenapa kita menyewa mereka?"

"Sudah kuduga, Kakak! Aku sampai lupa!"

"Ada juga senjata yang kita siapkan kemarin kan? Siapkan itu juga"

"Oke! Aku ambil sekarang!"

Hachi langsung lari ke ruangan lain.

Ruangan di samping mereka adalah ruangan tempat berkumpulnya para roh jahat yang disewa.

Tapi ada satu yang melihat ke arah monitor.

Rokujouma V3 221.jpg

"Koutarou....kamu datang menolongku..."

Dia adalah Sanae yang sudah ditangkap oleh para pemburu hantu.

Dia masih terperangkap di dalam tempat penyimpanan transparan.

Para pemburu itu membawa Sanae lengkap dengan tempat penyimpanannya ke markas mereka, dan sedang menunggu rekan bisnis mereka datang.

Sanae diletakkan di pojok ruangan, dan dari posisi itu dia bisa melihat ke arah monitor.

Sanae, yang hanya bisa berharap, telah memandang layar monitor dalam waktu yang cukup lama.

"Koutarou...itu benar-benar Koutarou..."

Saat Koutarou nampak di layar monitor, jantung Sanae hampir berhenti berdetak.

Meskipun dia adalah hantu dan tidak punya jantung, sampai seperti itulah dia terkejut.

Dan di saat yang sama, dia merasa lega.

Setelah merasa was-was selama itu, rasa lega itu membuat lutut Sanae lemah dan dia jatuh terduduk.

"B-Bodohnya aku! Bukannya aku sudah memutuskan untuk nggak baikan sama Koutarou!? Kenapa aku malah ngerasa lega!?"

Sanae menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan rasa lega yang dirasakannya, tapi hal itu tidak semudah yang dipikirkannya.

Sanae sudah memutuskan untuk memperlakukan Koutarou sebagai musuh.

Dan tekadnya semakin diperkuat saat rasa frustasinya, karena ditangkap oleh para pemburu hantu, bercampur ke dalamnya.

Tapi, tekadnya mulai runtuh setelah dia melihat Koutaoru.

Dia berharap, mungkin, mungkin saja...

Meskipun dia tahu kalau hanya berharap saja hanya akan membuat dirinya semakin sakit hati.

"Apa maksudnya ini, Koutarou!? Kalau kamu menganggapku musuh, tinggalkan aku! Kenapa kamu datang kesini!?"

Sanae merasa sangat kebingungan, dan karenanya dia tidak bisa melepaskan pandangannya dari Koutarou yang masih berada di dalam layar monitor.


Part 3[edit]

"Ini dia, ruang bawah tanah!"

Koutarou menendang pintu ruang bawah tanah hingga terbuka.

Menggunakan momentum dari arah larinya yang menuruni tangga untuk menendang pintu, pintu itu pun terbuka dan menghantam dinding.

Dengan pintu ruang bawah tanah yang terbuka, Koutarou dan yang lainnya melesat masuk ke dalam ruangan itu.

"Itu dia! Itu Sanae!"

Tepat saat mereka memasuki ruang bawah tanah, Koutarou menemukan Sanae.

Dia berada di sudut ruangan yang jauh dari mereka dan masih terperangkap di dalam tempat penyimpanan berbentuk silinder itu.

"Sanae! Apa kamu baik-baik saja!?"

Koutarou berteriak kearah Sanae, dan Sanae membalasnya.

"Kenapa kamu datang!? Aku nggak pernah memintamu buat menolongku! Aku tahu kamu menganggapku sebagai pengganggu!"

"Sekarang bukan saatnya ngebahas itu!"

Koutarou heran dengan Sanae yang tidak menghiraukan situasi mereka saat itu.

Tapi, Koutaoru juga lega mendengar suara Sanae yang penuh semangat.

Koutarou dan yang lainnya masih menganggap para pemburu hantu itu sebagai orang mesum, jadi mereka khawatir kalau para pemburu itu sudah melakukan sesuatu yang buruk pada Sanae.

"Maaf sudah mengganggu reuni kalian yang mengharukan, penyusup"

Tapi, pembicaraan antara Koutarou dan Sanae terhenti.

Para pemburu hantu berdiri di antara Koutarou dan Sanae.

"Hantu ini adalah milik kami! Jadi, pulanglah sebelum kalian terluka!"

"Itu benar! Pulang saja! Sudah waktunya para bocah untuk tidur!"

Mereka membusungkan dada mereka dan dengan gagah menantang Koutarou dan yang lainnya.

"Dasar penjahat teri kurang ajar! Kalau kalian bisa berkata-kata seperti itu, aku harap kalian sudah siap dengan ganjarannya!"

"Kembalikan Sanae-chan, dasar mesum!!"

Theia dan Shizuka melotot ke arah pemburu hantu itu.

Tapi, kedua pemburu itu masih tersenyum licik dan menunjukkan kepercayaan diri mereka.

"Penjahat kelas teri? Orang mesum? Kalian ngomongin siapa? Bukannya itu kalian?"

"Itu benar! Kami belum melakukan sesuatu yang salah!"

Kata-kata itu membuat Koutarou marah dan dia berteriak kepada mereka.

"Apa!? Kalian berani ngomong begitu setelah menculik Sanae!?"

"Memangnya kami salah apa!?"


Sanae hampir diraba-raba beberapa kali dan untuk melengkapi itu, dia diculik.

Meskipun begitu, para pemburu hantu itu menuduh Koutarou dan yang lainnya sebagai penjahat.

Ini tidak hanya membuat Koutarou marah, tapi juga Ruth.

Tapi, para pemburu hantu itu terus meledek Koutarou dan yang lainnya.

"Tetap saja, kami mematuhi hukum. Tidak ada hukum yang melarang penangkapan hantu, iya kan?"

"Dan ini adalah markas kami! Kami membelinya! Tapi, kalian main masuk saja seenaknya!"

"Selain itu, memangnya hantu itu teriak-teriak minta tolong? Nggak kan? Kalian datang meski nggak ada yang minta kalian buat datang. Ini namanya kalian masuk tanpa izin!"

"Tolong kami! Polisi!"

"Fufufu, dalam situasi ini, kami berada di bawah payung hukum! Lebih lagi, kami adalah pembela kebenaran!"

"Ugh"

Tidak ada hukum yang melarang penangkapan hantu.

Selain itu, Sanae juga tidak meminta tolong.

Dan selain itu, mereka juga masuk tanpa izin.

Para pemburu hantu itu punya pernyataan yang mendukung.

Karenanya, Koutaoru dan Ruth tidak bisa membantah mereka.

Theia dan Shizuka pun tidak bisa membalas.

Dan untuk membuat Koutarou dan yang lainnya semakin kesal, para pemburu hantu itu tersenyum licik dan tertawa.

"Begitu, kalau begitu kesalahan kalian hanya dalam hal membuat kami sebagai musuh kalian"

Satu-satunya yang bertingkah berbeda hanyalah Kiriha.

"Apa!? Apa maksudnya itu!?"

"Biar aku jelaskan"

Senyum Kiriha yang biasanya menghilang dan timbul kerutan di dahinya.

Matanya tampak sipit saat dia memandang tajam para pemburu hantu.

Dan dengan nada yang dingin, Kiriha berkata seperti ini.

"Kami adalah penjajah. Kami tidak pernah mematuhi hukum sejak awal. Penjahat? Itu memang cocok bagi kami! Kami bertingkah sesuka hati kami. Memangnya kami peduli dengan keadaan kalian! Kami akan mengambil kembali Sanae, wahai para pembela kebenaran!"

Kiriha saat itu sedang marah, lebih tepatnya terbakar api kemarahan.

Pandangannya yang tajam seakan bisa membakar musuhnya saat itu juga.

"...Kiriha-san..."

Sudah empat bulan sejak dia datang ke kamar 106.

Tapi baru kali ini Koutaoru melihat Kiriha benar-benar marah.

"Sanae-chan adalah teman kami Ho!"

"Meskipun dia tidak mau, kami akan membawanya pulang Ho!"

Para haniwa maju kedepan Koutarou.

Tidak seperti ekspresi normal dan datar mereka yang biasanya, ekspresi yang mereka tunjukkan saat ini adalah kemarahan.

"Itu benar juga. Aku sudah lupa rupanya. Aku tidak pernah peduli dengan hukum planet ini dari awal!"

Theia memperoleh kembali ambisinya, menyiapkan senjatanya dan menunjukkan senyuman yang mirip dengan binatang buas yang sedang memburu mangsanya.

"Dan kalian akan menyesal sudah menyombongkan diri di harapanku! Namaku adalah Theiamillis Gre Forthorthe! Jangan berani kalian lupakan itu, bahkan mati sekalipun!"

Empat bulan lalu, niat jahat itu diarahkan ke arah Koutarou.

"Yang Mulia, aku akan maju sekarang!"

"Ya!"

Dan empat bulan lalu, Ruth yang menghentikan Theia, mempersenjatai dirinya sendiri dan maju untuk melindungi Theia.

"Menyentuh penyewa kamar kosku adalah hal terakhir yang bisa kalian lakukan! Ibu Kos dan penyewa kos sudah seperti keluarga! Tidak peduli itu manusia maupun hantu!"

Empat bulan lalu, Shizuka telah melarang Koutarou dan yang lainnya untuk bertarung.

Dan sekarang, Shizuka sendiri sudah siap untuk bertarung.

Dia mengepalkan tinjunya dan mengambil ancang-ancang sambil menghentakkan kakinya untuk merasakan keadaan lantai ruang bawah tanah itu.

"Sanae!"

Dan yang terakhir adalah Koutarou.

"A-Apa!? Bukannya aku minta tolong padamu sih!"

"Aku mengerti! Aku tidak akan memaksa membawamu pulang ke rumah!"

"Eh!?"

"Tapi, setelah aku berhasil memukul orang-orang mesum ini aku ingin bicara denganmu! Seenggaknya tolong dengarkan aku! Setelahnya, terserah kamu mau apa!"

"..."

Sanae tidak menjawab.

Dia tidak menjawab, tapi dia menggerakkan kepalanya sedikit.

Itu sudah cukup bagi Koutarou.

"Oke, mari kita mulai!"

Koutarou biasanya cepat dalam hal memulai keributan dan selama dia sudah yakin, tidak masalah baginya jika dia berada dalam pihak yang salah.

Dia menyiapkan dahan di tangannya dengan posisi yang sama saat dia sedang bermain baseball dulu.

Begitu, ini memang seperti yang dikatakan senpai...

Koutarou mulai berpikir sambil menggunakan dahan ditangannya sebagai tongkat pemukul.

Tidak biasanya dia bersemangat seperti itu.

Dia tidak akan merasa seperti ini hanya karena berhadapan dengan musuh.

"Enaknya kalian, kalian bakal pergi wisata"

"Apa!? Apa maksudnya!?"

"Hari ini aku dalam kondisi terbaik! Aku akan mengirim kalian berwisata ke bulan!"

Koutarou merasa seperti Babe Ruth[3] setelah mencetak home run dengan ketiga base terisi.

Yang memulai pertarungan itu tentu saja Theia yang kesabarannya paling pendek.

"Mereka yang menang adalah mereka yang bergerak lebih dahulu! Ksatria Biru, gunakan misil jarak dekat! Jangan lukai Sanae--"

"Wahaha, apa kalian lupa dimana kalian sekarang!?"

Sebelum Theia meluncurkan misilnya, sebuah lubang terbuka persisdi bawah kakinya.

Itu adalah lubang jebakan yang sudah disiapkan sebelumnya oleh para pemburu.

Theia tidak bisa menghindari jebakan yang tiba-tiba terbuka dan jatuh ke dalamnya.

"Waaaaaaah!"

"Idiot, kalian pikir kami tidak siap!?"

"Idiot, Idiot"

"B-berhenti bercanda!"

"Yang Mulia!"

"Tulip, kamu baik-baik saja!?"

Ruth dengan cepat berbalik ke arah Theia, dan Koutarou yang berdiri disebelah Theia mengintip ke dalam lubang.

Kiriha dan Shizuka masih menghadap ke arah musuh, tapi waktu menyerang mereka sedikit terlambat.

"Baiklah pasukan, serang mereka!"

"Aku jadi lapar nih"

"Kita bakal dibayar, ya kan...?"

"Ini jebakan yang biasa, menjanjikan sesuatu buat dapat tenaga kerja gratisan"

"Kamu lapar gara-gara kamu terus mikir kayak gitu. Obsesi kita bakal bocor kalau terus begitu"

"Berhenti bicara dan pergilah!"

"Oke"

Para pemburu tidak menyia-nyiakan kesempatan mereka dan mulai menyerang.

Serangan mereka adalah gerombolan hantu yang sama dengan yang menangkap Sanae.

Tapi, kali ini jumlah mereka dua kali lebih banyak dari yang sebelumnya.

Roh-roh jahat denagn berbagai ukuran berhamburan keluar dari ruangan yang lain dan mengarah menuju Koutarou dan yang lainnya.

"Mereka disini! Buruan keluar dari situ, Tulip!"

"Yang Mulia, tangan anda!"

"M-Maaf!"

Theia menggenggam tangan Koutarou dan Ruth dan mereka menariknya keluar dari lubang jebakan itu.

Tapi saat mereka melakukan ini, pertahanan mereka benar-benar terbuka.

Roh-roh jahat tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan terbang menuju Koutaoru, Ruth, dan Theia.

"Oke semuanya, aku akan menyerang mereka! Pinjamkan kekuatan kalian!"

"Dia sombong banget cuma karena dia bisa nyerang orang langsung"

"Aku dengar gajinya juga lumayan tinggi, dia pasti suka nyombong"

"Sssstt, nanti dia denger loh"

Koutarou dan Ruth memunggungi para roh jahat dan Theia masih bergantung pada mereka berdua.

Dengan posisi seperti itu, mereka seperti mengundang para roh jahat untuk menyerang mereka.

"Yang Mulia, tolong cepatlah!"

"Aku sudah berusaha secepat yang aku bisa"

"Waaaah, kita bakalan kena!!"

Koutarou dan yang lainnya memperhatikan kalau para roh jahat sudah mulai menyerang, tapi mereka tidak bisa menjatuhkan Theia kembali ke dalam lubang jebakan.

Kalau mereka melakukan itu, Theia akan menjadi sasaran empuk bagi para roh jahat.

Dan karena itulah mereka bertiga saat ini berada dalam bahaya.

"Jangan lupakan kami!"

"Serahkan pada kami, Satomi-kun!"

Kiriha dan Shizuka muncul da menyelamatkan Koutarou, Theia dan Ruth dari bahaya.

Kiriha menggunakan haniwa miliknya untuk bertahan sementara Shizuka memukul satu demi satu para roh jahat.

Keduanya cukup handal dalam melawan hantu, jadi mereka tidak terpukul mundur. Tapi karena jumlah hantu yang cukup banyak, perkelahiannya menjadi maju dan mundur.

Jika saja ruangan itu lebih kecil, Shizuka bisa memukul para hantu itu dengan lebih efisien lagi.

Tapi karena ruangan itu cukup besar dan langit-langitnya yang tinggi, para hantu jauh lebih unggul daripada Shizuka yang sama sekali tidak bersenjata.

"Tulip, sekarang kesempatan kita!"

"Ya!"

Saat Kiriha dan Shizuka sibuk mengulur waktu, Theia mengeluarkan dirinya dari lubang jebakan.

"Ah!?"

Di saat itu, Ruth memperhatikan para pemburu hantu saat sedang memperhatikan keadaan disekelilingnya.

"Kena kalian!!"

"Makan nih!!"

Mereka mengendap-endap dibelakang Koutarou dan yang lainnya lalu masing-masing melempar bola kecil sementara Koutarou dan yang lainnya masih fokus ke arah roh-roh jahat.

"Yang Mulia! Satomi-sama!"

Kalau Ruth tidak memperhatikan, mereka bertiga akan terkena bola itu.

"Woah!?"

"Apa!?"

Tapi, karena Ruth mendorong mereka berdua menjauh, hanya dialah yang terkena bola itu.

Bola itu mengenai kepala dan pundaknya dan membuat suara benturan kecil.

"Ruth-san!?"

"Apa kau baik-baik saja, Ruth!?"

Wajah Koutarou dan Theia memucat saat mereka melihat Ruth yang terkena bola itu.

"...Huh?"

Tapi Ruth sendiri hanya bisa memiringkan kepalanya.

Bola-bola itu tidak menyakitinya.

Dia bingung karena sudah yakin kalau bola-bola itu berbahaya.

"K-Kelihatannya aku baik-baik saja"

"Untunglah!"

"Benarkah!? Tapi, kenapa? Aku pikir itu adalah serangan!"

"Apa yang mereka lakukan!?"

Setelah memeriksa bahwa Ruth baik-baik saja, Koutarou dan Theia menghela nafas lega dan merasa bingung.

"Sayang sekali, cuma kena satu"

"Tapi itu sudah lebih dari cukup! Wahahahaha!"

"Wahahahahaha!"

Para pemburu hantu itu menyombongkan kemenangan mereka, dan membuat Koutarou dan yang lain semakin bingung.

Tapi, alasan untuk hal itu segera muncul.

"Eh, a-apa!? Satomi-sama, awas!"

"Eh?"

Koutarou segera bergerak begitu mendengar peringatan dari Ruth, dan sesaat setelahnya sebuah pedang besar mengayun jatuh ke tempat dimana Koutarou tadinya berdiri.

Padatan besi pedang itu dengan mudah menghancurkan lantai semen ruangan itu, membuat bagian tajam pedang itu terkubur di lantai.

Kalau saja pedang itu mengenai Koutarou, tentu saja jadinya akan buruk sekali.

"Ah!? Aku pasti mati kalau tadi kena itu!"

Serangan itu membuat Koutarou terkejut, tapi saat dia melihat siapa yang menyerangnya, dia hanya bisa menganga.

"Tolong pergi dari sini, Yang Mulia, Satomi-sama!"

"Ruth-san!? Kenapa!?"

"Apa kau sudah gila, Ruth!?"

Yang menyerang Koutarou tidak lain adalah Ruth.

Bahkan saat ini dia sedang menyiapkan serangan lain sembari menarik pedangnya dari lantai dan dengan beraninya memasang kuda-kuda.

Tapi, tidak seperti penampilannya yang gagah, Ruth mau menangis.

"B-Badanku bergerak dengan sendirinya! Aku tidak ingin menyerang kalian!"

"Dengan sendirinya!?"

"M-Mungkinkah ini karena bola-bola aneh itu!?"

Hal yang terpikirkan oleh Koutarou saat itu adalah bola-bola aneh yang tadi dilempar ke arah mereka.

"Benar sekali!"

"Selamat sudah berhasil menebaknya, mas! Sebuah roh jahat sudah terbungkus dalam setiap bola itu! Dan kalau mereka mengenai seseorang, mereka akan merasuki orang itu dan akan melakukan apapun yang mereka mau!"

"Sialan, kalian melakukan hal jahat dengan cara yang paling membosankan"

Ruth telah dirasuki oleh roh jahat setelah terkena bola dan dipaksa melawan Koutarou dan Theia.

"Selain itu, kalian mengenai Ruth! Kenapa kalian nggak mengenai Tulip, dasar idiot!"

"Kau marah tentang hal yang salah, Primitif!"

"Tapi aku nggak bisa mukul Ruth-san!"

"Apa!? Jadi tidak apa-apa bagimu untuk memukulku!?"

"Iya lah"

"Hey!!"

"Nah nah, kalau kalian nggak lari, dia bakal potong-potong kalian loh!"

Sementara Koutarou dan Theia sibuk beradu mulut, Ruth mengayunkan pedang besarnya untuk memotong mereka berdua.

"Kyaaaaa! Saklar lapisan energi pedangnya menyala!"

Sebuah cahaya kehijauan yang tipis bersinar dari pedang itu.

Pedang itu sudah dirancang agar kekuatan penghancurnya meningkat saat lapisan energinya aktif.

"Ini bahaya! Primitif, jadilah perisaiku!"

"Enak aja! Memangnya aku bisa menahan itu dengan menjadi perisaimu!?"

"Orang bilang, rakyat adalah perisai negara!"

"Nggak gitu juga!"

"Lariiiiii!!"

Ruth mengayunkan pedangnya sembari menangis.

Koutarou dan Theia menghindar tepat pada waktunya, berkat Ruth yang dengan susah payah mencoba mengubah jalur ayunan pedangnya.

Tapi, cahaya disekitar pedang itu melewati tongkat milik Koutarou.

Dan hanya dengan itu, bagian atas tongkat itu terpotong dengan rapi.

Setelah memotong tongkat milik Koutarou, pedang Ruth terkubur di tanah sekali lagi.

Dan pedangnya terkubur jauh lebih dalam dari sebelumnya.

Kekuatan penghancur dari pedang yang terbungkus lapisan energi sudah tidak bisa dibandingkan lagi dengan sesaat yang lalu.

"Kuat banget.."

Koutarou menggigil ketakutan saat dia melempar tongkatnya yang sudah hancur menjadi setengahnya.

"R-Ruth tidak punya belas kasih sama sekali.."

Theia dengan cepat berdiri setelah menghindari dari serangan itu.

"Apa kamu yakin dia nggak menyimpan dendam cuma karena kamu keterlaluan?"

"Tentu saja tidak!"

"Lebih penting lagi, kita nggak bisa melakukan apa-apa, Tulip?! Kalau terus begini, kita yang bakal mati!"

Koutarou dan Theia tidak punya pilihan lain kecuali lari.

Mereka tidak bisa menyerang Ruth.

Jadi, untuk menghindari serangan RUth, mereka berlari mengelilingi lubang jebakan.

"Maafkan aku! Aku benar-benar minta maaf!!"

Dan Ruth mulai mengejar mereka dengan cara yang sama.

Dia sudah menangis sejak tadi selagi mengejar mereka berdua.

Jika orang lain melihatnya, hal ini pasti akan terlihat seperti sebuah adegan komedi; tapi bagi mereka yang terlibat, ini adalah hal yang bisa melibatkan nyawa mereka.

"Aku mungkin bisa membuatnya tak sadarkan diri dengan senjata yang tidak mematikan, tapi baju zirah dan boneka-boneka yang lain akan menyerangnya jika dia sedang pingsan! Dia lebih aman sekarang daripada tadi!"

"K-Kalau gitu, bagaimana dengan senjatanya!? Dia dapat itu dari kapalmu, iya kan?"

"Kalau aku mematikan fungsi transfer Ksatria Biru, dia tidak akan bisa menggunakan senjatanya, tapi kalau begitu aku pun tidak akan bisa menggunakan senjataku juga! Kita akan menjadi lemah nantinya!"

"Lakukan sekarang juga! Lebih baik begitu daripada nggak melakukan apapun!"

"Baiklah!"

Pada akhirnya, Theia mendengarkan saran Koutarou, karena dia juga ingin melakukan sesuatu terhadap situasi itu.

"Ksatria Biru, jalankan penghentian darurat untuk sistem transfer senjata!"

"Seperti yang kau inginkan, tuan puteri"

Senjata Theia dan Ruth menghilang setelah gelang milik Theia menjawab perintahnya.

Hal itu tidak berpengaruh bagi Theia yang sudah siap, tapi Ruth kehilangan keseimbangan setelah pedangnya yang besar dan perisainya tiba-tiba menghilang.

"Kuserahkan musuh-musuh itu kepadamu, Primitif! Aku akan menangkap Ruth!"

Theia berbalik dan berlari ke arah Ruth.

"Mengerti!"

Koutarou mematuhi perintah Theia dan lari ke arah pemburu hantu.

"Kakak, dia kesini! Gawat!"

"Tenang, cuma satu kok! Kita nggak akan kalah dua lawan satu!"

Sebuah pertarungan yang sengit pun terjadi: Theia vs Ruth dan Koutarou vs pemburu hantu.

Selagi Koutarou dan Theia memulai adu tinju dengan lawan mereka masing-masing, sebuah keributan yang aneh sedang terjadi dimana Shizuka dan Kiriha sedang melawan gerombolan hantu.


Part 4[edit]

"Apa-apaan cewek ini!? Dia bisa ngenain kita pake tangan kosong!?"

"Apa-apaan juga haniwa itu!? Kita nggak bisa gerak gara-gara sinar kuning punya mereka!"

"Nggak ada yang bilang musuh kita bakal sekuat ini!"

"Betul! Kalau kita bakal ngelawan yang sekuat ini, aku mau gaji yang lebih gede!"

"Berhenti mengeluh dan bertarunglah, kalian!"

"Aku yakin kamu nggak apa-apa, gajimu kan udah gede"

"Apa!? Coba bilang sekali lagi!?"

Para roh jahat rupanya sedang berselisih.

Karena kekuatan Shizuka dan Kiriha yang sangat kuat, sebagian besar para roh jahat mulai ragu untuk menyerang.

Para roh jahat yang digaji rendah tidak punya alasan untuk mempertaruhkan nyawa(?) mereka dalam pertarungan ini.

"Ada apa itu..?"

"Kelihatannya pihak manajemen menengahnya sedang berdebat dengan para karyawan..."

Shizuka dan Kiriha keheranan dengan para roh jahat yang menghentikan serangan mereka dan mulai berdebat.

Mereka punya kesempatan untuk menyerang dalam situasi ini, tapi situasi itu bahkan terlalu menggelikan dan tidak ada diantara mereka berdua yang ingin menyerang.

"Musuhnya cuma kelihatan kuat, kamunya aja yang nggak serius!"

"Kamu bodoh ya!? Cuma dengan melihat, mereka itu benar-benar kuat! Cewek-cewek itu nggak akan menjadi lemah cuma karena kamu atau ilmu kejiwaanmu yang kayak sampah!"

"Ya, kamu cuma anjingnya para pemburu! Kamu udah dibeli dengan gaji tinggi!"

"Apa!? Jangan lupa sama kelalaianmu ya! Kamu pikir udah berapa kali aku ngelindungin kamu!?"

"Pergi sana! Kita nggak akan maju-maju kalau cuma ngomong sama kamu! Kita bakal ngomong langsung sama para pemburu!"

"Ya! Perjuangan kami bakal berlanjut sampai kami dapat kenaikan 50%!"

"Serahkan negosiasinya sama aku. Dulu aku karyawan di bagian persatuan buruh"

"Beneran!? Boleh banget tuh!"

"Tapi aku dipecat gara-gara transaksi ilegal. Hidupku mulai hancur dari sana..."

"Beneran!? Boleh banget tuh, dalam artian lain!"

"H-Hei, kalian, berhenti! Kalian mau melawan boss kalian!?"

"Cara pikir seperti itu nggak akan mempan dengan kami. Kami akan menggunakan apapun yang kami punya, itulah cara kami"

"...Kalau dipikir-pikir juga, aku juga nggak ada kewajiban apa-apa sih, sama para pemburu hantu itu"

"Kenapa kamu nggak minta naik gaji juga?"

"Boleh juga...pertarungan kayak gini nggak ada untungnya"

Dengan itu, para roh jahat bersatu dengan tujuan mendapat kenaikan gaji, dan mereka mendekati para pemburu hantu yang sedang bertarung dengan Koutarou.

"Maaf, bocah, tunggu sampai kami selesai bicara ya"

"Wah!?"

Para roh jahat mendorong Koutarou ke arah samping dan berhadapan dengan para pemburu.

Koutarou berguling ke arah Theia dan Ruth yang saling menjerat setelah kehilangan keseimbangannya.

"Ada apa sekarang?"

"S-Siapa yang tahu..."

Koutarou menggelengkan kepalanya.

"Bagaimana dengan kalian berdua?"

"Seperti yang kau lihat"

Theia berhasil menahan Ruth.

Theia dengan mudahnya melampaui Ruth dalam hal kekuatan badan, dan saat pertarungannya menjadi pertarungan jarak dekat, dia tidak takut kalah.

"Aku benar-benar mohon ampun, Yang Mulia"

Ruth memohon ampun kepada Theia selagi mencoba lepas dari Theia yang masih menahannya.

"Tidak apa-apa. Lagipula, ini bukan salahmu"

"Jadi, masalahnya tinggal disebelah sana..."

Dengan permasalahan Theia dan Ruth yang selesai untuk sementara, Koutarou melihat kembali ke arah para roh jahat.

"Kami dengan tegas menolak ketidakadilan kondisi bekerja kami!"

"Naikkan gaji kami!"

"Naikkan!"

"Mereka minta kenaikan gaji!? Mereka udah belajar sesuatu yang nggak berguna! Kita mengumpulkan terlalu banyak roh jahat!"

"Kakak! Roh-roh jahat itu mulai bikin aku takut!"

Para roh jahat mulai menyuarakan tuntutan mereka.

Para pemburu hantu kebingungan karena tiba-tiba dikelilingi oleh mereka yang semestinya adalah rekan mereka.

"Satomi-kun!"

"Koutarou!"

Shizuka dan Kiriha datang ke arah Koutarou dan yang lainnya, dan melaporkan apa yang mereka dengar.

"Ibu Kos-san, disana ada apa sih?"

"Mereka lagi ribut sendiri"

"Yang benar?"

"Kelihatannya begitu. Mereka mengatakan sesuatu seperti resiko yang terlalu besar untuk upah mereka"

"Kelihatannya persatuan buruh akhirnya maju untuk meningkatkan taraf hidup mereka"

"Persatuan buruh!?"

Semenatara Koutarou mengabari mereka tentang situasi itu, negosiasi para roh jahat hampir mencapai puncaknya.

"Kalian pikir kalian bisa dapat buruh dengan gaji rendah cuma karena kita saat ini lagi masa reses[4] kan? Nggak mempan!"

"Tunggu, bukan itu maksud kami!"

"Kalau begitu, kenapa nggak bilang kalau musuh kami sekuat itu!? Kami nggak dibayar buat ngelawan musuh sekuat itu!"

"I-Itu...kebetulan aja mereka memang kuat!"

Para roh jahat saat itu sedang dalam posisi unggul. Tanpa bantuan dari para roh jahat, para pemburu hantu tidak akan punya kesempatan melawan Koutarou dan yang lainnya, jadi mereka tidak punya apa-apa untuk dijadikan tumpuan dari awal.

"Kami juga sudah tahu! Kalian bisa menjual cewek itu seharga 300 juta yen!"

"Bagaimana kalau kalian memberikan sebagian dari itu kepada kami!?"

"Yaa! Aku lapar!"

"Aku ngerti kondisi kalian! Tapi, aku nggak bisa memberi kalian duit sekarang juga! Kalau kita nggak melawan orang-orang itu dan menjual cewek itu, kami nggak bisa naikin gaji kalian!"

"Nggak bertanggung jawab banget! Yang bener aja! Jadi gini sikap kalian sebagai boss!?"

"Tunggu dulu! Setelah kami menjual cewek itu, kami bakal membari kalian gaji kalian!"

"Siapa yang mau dengar itu!? Kalian mau memberi bagian kami sekarang atau nggak!?"

"I-Itu..."

Pertanyaannya bukan tentang memberi atau tidak, karena para pemburu hantu itu sudah menghabiskan seluruh uang mereka.

Jadi, mereka tidak bisa memberi para roh jahat apa yang mereka mau.

"...Tuan-tuan. Aku sudah berpikir sejak tadi"

Di saat itu, sebuah roh jahat menghentikan rekan-rekannya yang sangat bersemangat.

Roh itu adalah roh wanita jahat berambut panjang yang mengenakan seragam pelayan klub malam.

"Ada apa!? Ini masih membahas hal penting!"

"Aku tahu itu. Itu sebabnya aku menghentikan kalian. Apakah kalian mau dibutakan dengan diiming-imingi uang?"

"Diiming-imingi uang?"

"Itu benar"

Dia menunjuk ke arah Sanae dengan kipas bulu yang dipegangnya.

"Pikirkan mana yang lebih baik, menunggu cewek itu dijual lalu kalian dibayar atau memakannya sekarang?"

"...Uhm..."

Para roh jahat memusatkan perhatian mereka pada Sanae.

"A-Aku!?"

Sanae menunjuk kearah dirinya sendiri dengan bingung.

"Lihatlahe ke arah energi spiritual yang padat, bodoh dan stabil itu. Dia seakan-akan bisa menjadi benda hidup setiap saat. Aku lebih memilih makan gadis itu daripada dibayar"

"I-Itu.."

"Kau tahu? Kau pintar juga!"

"Ya, aku setuju dengannya!"

"Aku juga sepakat dengan ide itu!"

"H-Hei, kalian, apa yang kalian lakukan!?"

"Kalian tidak bisa memakan dia!"

Para pemburu mulai panik saat para roh jahat melihat ke arah Sanae dengan penuh hasrat.

Sanae gemetaran saat dia dihujani tatapan tajam para roh jahat.

Dia mengerti kalau mereka serius ingin memakannya.

"Ini benar-benar gawat!"

Koutarou memperhatikan perubahan situasi yang terjadi dan memasukkan tangannya ke dalam kantong yang dibawanya untuk mencari senjata.

Mereka berniat memakan Sanae!? Memangnya akan kubiarkan begitu saja!

"Tunggu, kalian! Jangan sentuh dia! Kalau kalian lakukan itu, kalian nggak akan dibayar!"

"Kami sudah tidak peduli lagi! Kami mau makan itu dan mendapat kekuatan!"

Badan si roh jahat wanita mulai membengkak.

Itu disebabkan oleh para roh jahat yang bergabung dengannya.

Dan setelah menyerap roh-roh jahat yang lain, roh jahat wanita raksasa itu tersenyum licik sembari memandang rendah para pemburu hantu.

"Berhenti! Harta karun itu bernilai 300 juta yen!"

"300 juta yen? Itu cuma kembalian dibandingkan energi spiritual cewek ini!"

"Berhenti! Kalau kau menyentuhnya, kami akan membasmi kalian!"

"Ya! Kami akan membasmi kalian!"

"Hahaha, coba saja, kalian pemburu hantu amatir! Tanpa kekuatan kami, kalian tidak bisa bertarung, dan kalian pikir kalian bisa melawan kami!?"

Para roh jahat sudah bergabung dengan tujuan memakan Sanae dan sekarang punya kekuatan yang cukup besar.

Karena itu, sebuah ayunan dari tangan raksasa itu sudah cukup untuk membuat para pemburu hantu melayang.

"Agh...K-Kakak..."

"U-Ugh..t-tak kusangka akan begini jadinya...kami terlalu bergantung pada roh jahat.."

Para pemburu hantu sudah dibutakan oleh hasrat mereka dan mereka tidak melihat ke arah kenyataan.

Mereka akhirnya mengetahui alasan kegagalan mereka, tapi itu sudah terlambat.

Mereka terlempar ke dinding ruangan dan kehilangan kesadaran.

"Selanjutnya adalah giliranmu, kucing kecil"

"T-Tidak, jangan dekati aku!"

Target selanjutnya para roh jahat adalah Sanae.

Sanae mulai merangkak mundur karena ketakutan, tapi punggungnya dengan cepat menyentuh dinding tempat penyimpanan.

Dia mulai menggelengkan kepalanya karena tidak bisa mundur lebih jauh lagi.

"Tidak perlu takut. Jadilah satu denganku. Kamu tidak punya tempat untuk pulang, iya kan? Denganku, kau tidak akan merasa sendiri lagi"

"Tidak ada tempat untuk pulang--"

Kata-kata itu memasuki Sanae lewat lubang dihatinya.

Tidak peduli seberapa lama dia menunggu orang tuanya, mereka tidak muncul juga.

Dan bahkan Koutarou, yang hampir dia percaya, adalah musuhnya.

Kalau aku pergi bersama mereka, aku nggak akan merasa sendiri lagi...?

Sanae merasa kesepian karena terus sendiri.

Dan dia ketakutan karena dia akan ditinggal sendiri lagi.

Godaan ini mengguncang Sanae.

"Itu benar. Bukalah pikiranmu dan terimalah aku. Kalau kau melakukan itu, kau tidak akan punya sesuatu lagi untuk ditakuti"

Roh jahat itu terus memancing Sanae dengan suara yang lembut.

Satu-satunya cara untuk menyerap hantu lain adalah dengan memanfaatkan lubang di hati mereka.

Kalau Sanae menolak, kekuatannya akan melindungi dirinya dan akan banyak energi spiritual terbuang cuma-cuma.

"Pikiranku--"

Tangan si roh jahat raksasa menutupi seluruh tempat penyimpanan itu untuk bisa menyerap Sanae.

Dan tempat penyimpanan itu dengan mudahnya mulai retak, dan saat roh jahat itu secara perlahan meningkatkan kekuatannya, retakan itu bertambah besar.

Roh jahat itu tidak menghancurkan tempat penyimpanan itu secara langsung karena dia kuatir Sanae akan merasa waspada dan akan menghilangkan kesempatan mereka untuk menyerapnya.

Tapi, jeda sesaat itu mengubah takdir Sanae secara drastis.

"Sanaeeeeeee!!"

Tepat di saat Sanae mendengar suara itu, dia kembali hidup dan pulih setelah menyerah dari hidup.

"Koutarou!?"

Suara yang didengarnya adalah suara Koutarou.

Koutarou menarik sebuah pedang pendek dari tasnya dan berlari menuju si roh jahat dan Sanae.

"Cih, kau berusaha mengangguku, bocah!?"

Lubang di hati Sanae mulai menutup saat Koutarou muncul.

Karena itulah mereka tidak bisa menyerap Sanae dengan efisien.

Ini membuat si roh jahat marah dan dia membuat seringai untuk mengancam Koutarou.

Melihat itu, Sanae menjadi semakin takut dan membuatnya betul-betul menolak roh jahat itu.

"Kyaaaaaa!! Tidaaaaaaak!!"

Sanae sudah tidak mau lagi diserap oleh para roh jahat, dan dia mulai berteriak.

"Tunngu, Sanae, aku akan menyelamatkanmu!"

Koutarou mulai berlari menyerang ke arah roh jahat dengan pedang pendeknya.

Teriakan Sanae membuatnya lebih bersemangat lagi dan Koutarou menggenggam pedangnya lebih erat lagi.

"Apa yang bisa kau lakukan dengan sebuah pedang!?"

"Lihat saja! Efeknya sebentar, tapi kelihatannya bahaya banget buatmu!"

Pedang yang dipegang Koutarou adalah pedang anti iblis.

'Pedang suci 30 detik - apalah-calibur' - mengesampingkan fakta bahwa pedang itu diproduksi secara masal dengan waktu pemakaian yang sangat pendek, kekuatannya cukup besar untuk menandingi pedang anti iblis yang sesungguhnya.

Pedang itu rupanya produk yang revolusioner.

"Sial, rupanya pedang pengusir iblis!?"

Roh jahat itu melepaskan tempat penyimpanan yang dipegangnya setelah merasakan bahaya yang muncul dari pedang itu dan mulai menyerang Koutarou.

"Woah"

"Berhenti bergerak-gerak!"

Tapi, tidak peduli seberapa banyak roh jahat itu mengayunkan tangannya, dia tidak bisa mengenai Koutarou.

Koutarou dengan gesit menghindari tangan raksasa itu.

"Sepertinya bergabung membuat kalian lebih lambat!"

"Hentikan ocehanmu!"

Seperti yang dikatakan Koutarou, setelah bertambah besar, pergerakan roh jahat itu semakin lambat.

Dan roh jahat itu kelihatannya tidak terbiasa menggunakan tubuhnya yang tergabung dengan banyak roh.

Meskipun dia bisa membasmi para pemburu hantu dengan serangan kejutan, serangan itu tidak mempan terhadap Koutarou.

"Ini kemenanganku, raksasa!"

"H-Hentikan, jangan pedangnya!!"

"Makan ini!!"

Setelah menghindari serangan roh jahat yang kesekian kalinya, Koutarou membungkukkan badannya dan meluncurkan badannya ke arah roh jahat itu.

"Kyaaaaaa!?"

"Berhasil kah?"

Tanpa perlawanan apapun, pedang itu menembus melewati badan roh jahat itu.

Wajah si roh jahat mulai terlihat kesakitan dan dia mengeluarkan teriakan penderitaan.

"Aaaaaaaaah...eh, huh?"

Tapi itu untuk sebentar saja, dan raut muka si roh jahat berubah menjadi kebingungan.

Selain itu, dia tidak merasa kesakitan.

"Apa ini? Ini nggak sakit, bocah. Apa-apaan ini?"

Si roh jahat yang kebingungan justru bertanya kepada Koutarou dan lupa untuk bertarung.

"Apa!?"

Melihat itu, Koutarou juga melihat ke arah pedangnya dan lupa untuk bertarung.

"Hm?"

Dan dia memperhatikan sebuah tulisan di sebuah label yang menggantung di gagang pedang.

'Dikembalikan karena cacat'

"Barang rusak!? Yang bener aja!"

"Harusnya aku yang bilang itu! Aku pikir aku akan mati!"

"Nggak, kamu kan udah mati"

"Diam, bocah!...Eh!?"

Si roh jahat adalah yang pertama sadar dengan situasi itu.

Dia mengayunkan lengannya yang besar ke arah Koutaoru yang berhenti bergerak.

"Woah!?"

Koutarou dengan kesusahan mencoba mengelak, tapi dia tidak bisa benar-benar menghindar.

Koutarou berhasil menghindari serangan langsung dari tangan itu, tapi tidak dari kipas yang dipegang tangan itu.

Koutarou terjatuh ke lantai setelah terkena langsung serangan dari kipas yang dipegang roh jahat.

"Koutarou!"

"Satomi-kun!"

"Karama, Korama, pusatkan perhatian kalian ke sekitar Koutarou!"

"Mengerti Ho-!"

"Koutaoru, kami segera ke sana Ho-!"

Shizuka dan Kiriha datang berlari ke arah Koutarou.

Dan untuk melindungi mereka bertiga, para haniwa berdiri melawan roh jahat.

"Satomi-kun, kamu nggak apa-apa!?"

"A-au"

Koutarou berusaha sebisanya agar tidak jatuh pingsan.

Dia berusaha berdiri setelah melihat Shizuka dan Kiriha yang kuatir.

Tapi, mereka berdua justru menahannya.

"Jangan paksa dirimu, Koutarou. Tetaplah berbaring!"

"Tapi..."

Koutarou masih berusaha bangun, tapi mereka berdua tetap menahannya di lantai dan menggelengkan kepala mereka.

"Serahkan saja ini kepada kami!"

"Ya! Aku dan Kurano-san akan membasmi hantu itu!"

"Aku mengerti"

Koutarou melemaskan badannya setelah mendengar itu.

Dia tahu kalau mereka berdua lebih kuat darinya.

Mereka pasti bisa membasmi roh jahat itu.

Dan karena Koutaoru yakin dengan hal itu, dia mematuhi kata-kata mereka.

"Apakah kalian yakin dengan kata-kata itu?"

Roh jahat itu tertawa ke arah Koutarou dan yang lainnya.

"Jangan pikir aku selemah yang tadi, ya"

"Apa!?"

Koutarou, Shizuka dan Kiriha melihat ke arah roh jahat itu.

"Koutarou, Koutarou!!"

Yang mereka lihat adalah Sanae yang tenggelam ke dalam badan roh jahat.

Saat Shizuka dan Kiriha sedang sibuk mengurus Koutarou, si roh jahat telah menghancurkan tempat penyimpanan Sanae.

"S-Sanae!!"

"Sanae-chan!!"

"Aaaaaah, berhenti! T-Tolong---"

Tidak lama kemudian, Sanae benar-benar tenggelam ke badan roh jahat.

"Ahahahaha! Aku bisa merasakannya! Aku bisa merasakannya!! Kekuatan yang luar biasa besarnya mengalir ke dalamku!! Berapa banyak kekuatan yang cewek ini punya!? Harusnya aku nggak buang-buang waktu dari tadi untuk meyakinkannya dan langsung melakukan ini dari awal!"

Sanae berusaha melawan, tapi kekuatan yang diserap roh jahat dari dirinya sangat besar, dan roh jahat itu tumbuh semakin kuat.

Roh jahat yang tadinya terlihat tembus pandang mulai terlihat makin jelas, seakan-akan mereka mulai menjadi benda padat.

Badannya tumbuh semakin besar, cukup besar sampai-sampai mereka bisa menyundulkan kepala mereka ke langit-langit setinggi lima meter itu.

"Aaaaaaah, kyaaaaaaaaaaaaaa!!"

Dan dengan semakin besar dan kuatnya si roh jahat, jeritan kesakitan Sanae pun semakin keras dan menggema di seluruh penjuru ruangan itu.

"Berhenti! Hentikan ini!!"

"Lagi! Beri aku kekuatan lebih! Kau akan menjadi bagianku dan kita akan hidup bersama selamanya!"

Tapi, tidak seperti si roh jahat, badan Sanae mulai menjadi tembus pandang.

Badan Sanae biasanya terlihat cukup padat, tapi saat ini keadaannya tidak seperti itu.

Siapapun yang melihatnya saat ini akan langsung berkata kalau dia adalah hantu.

"Bahaya! Kalau terus seperti ini, Sanae tidak akan bisa bertahan!"

"Ayo maju, Kurano-san! Kita harus menyelamatkan Sanae-chan!"

"Ya!"

Kiriha dan Shizuka maju ke arah roh jahat setelah merasakan kalau Sanae dalam bahaya.

Koutarou dengan susah payah berdiri saat mereka melihat ke belakang mereka.

Aku nggak punya waktu buat berbaring. Aku harus...melakukan sesuatu...atau Sanae bakalan...

Tapi, badannya yang terluka tidak mau mendengarnya.

Berdiri saja sudah membuatnya pusing dan hampir membuatnya pingsan.

"Tidaaaaaaaaaak! Koutarou, Koutarou!!"

"Sa..nae!!"

Tapi, teriakan Sanae kelihatannya memberikan Koutarou kekuatan super.

"Aaaaaaaaaaaahhh!!"

Koutarou berdiri setelah menyemangati dirinya sendiri dengan teriakan.

Dia tidak peduli jika badannya sedang kesakitan atau pandangannya yang buram.

Dan dia menggelengkan kepalanya beberapa kali untuk menjernihkan pikirannya.

"Kerja bagus untuk bisa berdiri, itulah yang mau aku katakan, tapi..."

Si roh jahat memasang senyum jahat sambil melihat ke arah Koutarou.

Senyum itu mirip dengan apa yang biasa dilakukan Sanae dan Theia, tapi Koutarou merasa senyuman itu punya arti yang berbeda dari senyuman milik mereka.

"Kamu terlambat sedikit"

Roh jahat itu melemparkan sesuatu ke arah Koutarou.

"Ibu Kos-san!? Kiriha-san!?"

Yang dilempar ternyata adalah Shizuka dan Kiriha yang sudah terluka dan jatuh pingsan.

Selama Koutarou berusaha bangkit, dalam waktu sesingkat itu si roh jahat sudah mengalahkan mereka berdua.

Kekuatan yang diserap roh jahat dari Sanae ternyata sangat besar.

"Jadi, apa yang akan kamu sendiri lakukan, bocah? Kau bahkan tidak punya senjata"

Shizuka dan Kiriha sudah tak sadarkan diri, para haniwa pun tidak bergerak sama sekali, Theia masih sibuk mengurus Ruth dan Koutarou telah meninggalkan tas yang berisi senjatanya entah dimana.

Yang Koutaoru punya saat itu hanyalah jimat yang biasanya dia pakai.

"Nggak banyak sih. Aku bakal melakukan hal yang sama. Akan kubasmi kau!"

Koutarou menggenggam jimat di setiap tangannya dan memasang kuda-kuda dengan badannya yang sudah gemetaran.

"Kau pikir kau bisa mengalahkanku dengan keadaan seperti itu!? Wahahaha, kau lucu sekali, bocah!"

"Larilah, Primitif! Kau akan terbunuh!"

"Satomi-sama, jangan lakukakan itu!"

Theia dan Ruth meneriakkan itu, tapi suara mereka tidak sampai kepada Koutarou.

"Sudah menjadi prinsipku untuk menyelesaikan pertarungan yang aku mulai"

Tunggulah Sanae, aku akan mengeluarkanmu dari sana...

Tanpa mempedulikan badannya yang gemetaran atau situasinya yang tidak bagus, sebuah api terlihat membara di mata Koutarou.

Meskipun dia dibuat terpojok dengan dua serangan, Koutarou masih seperti Babe Ruth hari ini.

"Oh, kalau begitu matilah! Untuk menghargai keberanianmu, kau akan kujadikan korban pertama dari kekuatan baruku!"

Si roh jahat tertawa layaknya orang gila dan maju menyerang Koutarou.

Dia berencana memotong kepala Koutarou.

"A-Aku pasti akan membasmi dirimu..."

Koutarou mengenggam jimatnya dengan kuat dan mengayunkan tinjunya.

Dia tahu meskipun dia melakukan itu, dia tidak akan bisa meraih roh jahat itu, tapi dia tidak bisa berhenti.

"Tidak, jangan mati, Koutarou! Koutarouuuuu!"

Itu karena sampai saat ini, Sanae masih menangis.

Dia sudah menangis sejak dia bertengkar dengan Koutarou.

Itulah kenapa meskipun Koutarou tahu akan hal itu, dia tidak bisa berhenti.

Meskipun tidak mungkin bagi Koutarou untuk menang, dia tidak bisa berbalik begitu saja dari hadapan Sanae.

Saat itu, Sanae lebih penting daripada si roh jahat.

"Ahyahyahyahyah, Gyahahahaha, matilaaaah!!"

Si roh jahat mendekati Koutarou.

Dia mengulurkan kedua tangannya dan mencoba meraih leher Koutarou.

Koutaro tidak bisa menghindari serangan itu dengan gerakannya yang lambat.

Kalau saja si roh melakukan itu beberapa detik lebih cepat, Koutarou mungkin sudah kehilangan kepalanya.

"Guaaah!? A-Apa yang...!?"

Tapi tangan si roh jahat tidak mencapai Koutarou.


Part 5[edit]

Saat Yurika mencapai rumah besar bergaya barat itu, beberapa menit telah berlalu sebelum Koutarou dan yang lainnya masuk ke ruang bawah tanah.

Dia sudah bersusah payah kabur dari klub cosplay dan menggunakan sihir pelacak untuk mengejar Koutarou dan yang lainnya.

"A-Apa yang harus kulakukan..."

Tapi, dia terdiam begitu saja.

Pemandangan mengerikan dari rumah itu di malam hari membuatnya ketakutan.

Rumah itu sudah porak-poranda, dan dia tahu ada banyak hantu di dalam sana.

Dan dia bisa mendengar teriakan yang berasal dari dalam rumah.

Yurika si penakut tidak berani untuk masuk ke rumah itu.

"M-Mungkin aku pulang saja...Satomi-san juga bilang aku tidak usah maksain diri..."

Setelah berdiri di depan rumah itu selama beberapa saat, Yurika akhirnya berbalik arah dari depan rumah.

"Ayo lakukan itu! Nggak bagus kalau aku memaksakan diri!"

Itulah yang dikatakannya saat dia menuju ke gerbang depan rumah yang mengarah ke luar.

Dia lebih memilih pulang, memasukkan dirinya ke dalam futon dan langsung tidur.

"...Tapi..."

Namun, dia berhenti bergerak saat dia sampai ke gerbang rumah.

Dia tidak bisa melangkahkan kakinya keluar.

"....."

Dengan terdiam, dia menolehkan kepalanya ke arah rumah menakutkan itu.

Yurika benar-benar ingin kabur dari sana.

Tapi, sesuatu didalam dirinya bertanya kalau itu adalah pilihan yang benar.

"Apa benar kalau aku balik sendiri...?"

Yurika teringat dengan apa yang dikatakan Harumi kepadanya saat festival olahraga.

Meskipun nggak ada yang melihat, kamu sendiri masih. Kalau kamu menyerah sekarang, nanti kamu bakal kalah sama dirimu sendiri juga. Dan kalau aku kalah sama diriku sendiri, senpai pasti bakal sedih...

"Aku merasa kalau aku balik sekarang bukan ide yang bagus..."

Setelah menyiapkan dirinya, Yurika pun berbalik.

Sambil memegang tongkat yang besar, dia berulang kali menarik nafas untuk menenangkan dirinya.

"Dan aku merasa ada orang yang minta tolong..."

Di saat itu, Sanae sedang berteriak meminta tolong.

Tapi Yurika tidak bisa mendengar itu dari luar.

Meskipun dia tidak bisa mendengarnya, entah bagaimana dia bisa merasakannya.

"Oh iya!"

Yurika mendapat ide bagus sesaat setelah dia menyiapkan dirinya.

"Aku takut ngelawan hantu, jadi gimana kalau aku pakai sihir ukuran besar dari sini!?"

Dia ketakutan untuk memasuki rumah itu, tapi dia tidak bisa meninggalkan Koutarou dan yang lainnya begitu saja.

Dalam keadaan itu, dia bisa menggunakan sihir dari luar.

Itu adalah sesuatu yang bisa dilakukan Yurika yang penakut dan dirinya yang bertugas sebagai gadis penyihir.

"Ini dia! Angel Halo!"

Setelah memilih apa yang harus dia lakukan, dia mengayunkan tongkat sihirnya naik dan turun.

"Bind Undead - Modifier - Huge Area Effect - End - Casting Time Four Times!"


Sihir yang digunakan Yurika adalah sihir untuk mengikat hantu.

Karena Sanae ada bersama mereka, Yurika tidak bisa menggunakan sihir yang berbahaya.

Untuk bisa menghemat pemakaian sihirnya dan meningkatkan area efektifnya, Yurika meningkatkan waktu yang dibutuhkan sihir itu untuk bekerja.

Karena itulah sihirnya tidak segera bekerja dan baru mulai aktif beberapa detik kemudian.

Sebuah cahaya keunguan keluar dari tongkatnya dan mewarnai langit malam.

Cahaya itu memanjang ke penjuru rumah itu.

Karena waktu yang dibutuhkan oleh sihir itu untuk bekerja, cahaya keunguan itu melingkupi seluruh rumah.

"Oke! Rencananya sukses! Yurika semangat!"

Yurika menyemangati dirinya sendiri selagi melihat cahaya yang melingkupi keseluruhan rumah.

Tidak biasanya dia membantu seperti itu, tapi sayangnya tidak ada orang di saat itu yang bisa memujinya.

"Ah, itu dia! Ketua, aku menemukannya! Yurika diam-diam bercosplay di tempat seperti ini!"

"...Yurika, meski kamu bilang kamu benci itu, kamu pasti semangat banget buat pergi ke Comiha..."

"Eh...?"

Yang ada disana saat itu adalah musuh alaminya, anggota klub cosplay.

Saat cahaya itu menyebar ke ruang bawah tanah, cahaya itu berwarna keunguan.

Tapi saat cahaya itu menjadi lebih terang, warnanya berubah menjadi putih bersih.

Kalau saja Yurika ada disana, dia mungkin akan mengatakan kalau itu adalah hal yang sama yang terjadi saat festival olahraga.

Tapi, dia saat itu tidak ada disana dan tidak ada seorang pun di ruangan itu yang mengerti makna dibalik cahaya itu.

"Gaaaaaaaaaaaaaah! Apa-apaan cahaya ini!"

Meskipun cahaya itu menyinari semuanya dengan rata, satu-satunya yang mulai menjerit kesakitan hanyalah si roh jahat.

Sihir yang digunakan Yurika seharusnya hanya untuk mengikat mereka yang sudah mati.

Tapi saat cahayanya berubah dari ungu menjadi putih, cahaya itu mulai membakar badan si roh jahat.

"Apa yang terjadi..."

Koutarou hanya bisa terkejut melihat si roh jahat yang menjerit kesakitan.

"Hilang! Kekuatanku mulai hilang! Ahhhhh, kenapa!?"

Saat si roh jahat terbakar oleh cahaya putih itu, dia mulai mengecil dan di saat yang sama badannya yang terlihat padat mulai terlihat semakin transparan.

Koutarou tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi dia mengerti kalau si roh jahat mulai melemah.

"Primitif, ada apa dengan tanganmu!?"

"Tanganku?"

Koutarou memperhatikan tangannya yang ditunjuk oleh Theia.

Tangannya mulai bercahaya.

Cahaya itu adalah cahaya yang sama yang sedang melingkupi ruangan itu.

"Jimatnya mulai bersinar...?"

Saat Koutarou membuka tangannya, cahayanya semakin terang.

Jimat yang bersinar di tangannya adalah 'Keselamatan Keluarga' dan 'Pergilah roh jahat'.

Theia, yang saat itu sedang memperhatikan situasi saat itu, mengerti bagaimana cara menggunakan cahaya itu.

"Tidakkah kau mengerti, Primitf!? Gunakan sebagai senjata!"

"Tidak masalah antara kau melemparnya atau memukul menggunakan mereka! Gunakan mereka seperti bagaimana kau menggunakannya melawan Sanae!"

"B-Baik!"

Kalau cahaya yang saat itu memenuhi ruangan bisa menyakiti si roh jahat, kemungkinan kalau jimat itu bisa melakukan hal yang sama cukup tinggi.

Meskipun jimat itu nantinya tidak bisa melakukan hal yang sama, karena roh jahat itu sudah menjadi lemah, jimat biasa masih bisa mempengaruhi roh jahat itu.

Setelah menyadari itu, Koutarou kembali menggenggam jimatnya sekali lagi.

"Ini dia! Biarkan aku membalas semua yang sudah kau lakukan!"

"Guaaaaaah! J-jangan mendekat! Jangan sentuh aku!!"

Si roh jahat sudah mengecil menjadi setengah dari ukurannya semula.

Karena cahaya itu, dia tidak bisa menggerakkan apapun kecuali mulutnya.

Dan saat roh jahat itu mulai menjadi tembus pandang, Sanae bisa terlihat didalamnya sekali lagi.

"Sanae! Kamu bisa mendengarku, Sanae!?"

"...K-Kouta...rou?"

Koutarou berlari ke arah roh jahat sambil berteriak ke arah Sanae.

Dan Sanae membalasnya dengan suara yang lemah.

"Tunggu saja, Sanae! Kali ini, aku akan mengeluarkanmu dari sana!"

"Koutarou!"

Anehnya, Sanae tidak menderita sedikitpun dari cahaya putih itu.

Tapi, saat si roh jahat semakin lemah, Sanae justru mulai terlihat makin segar.

Tetap saja itu tidak mengubah fakta kalau dia sudah menjadi lemah.

Yang bisa dilakukan Sanae saat itu hanyalah memanggil Koutarou dari dalam badan si roh jahat.

"Jangan mendekat! Tolong berhenti! Aku sudah salah!!"

Si roh jahat mulai memohon kepada Koutarou yang tinjunya saat itu bercahaya.

Sikap arogan yang sebelumnya ditunjukkan oleh si roh jahat sudah menghilang.

"Aku tidak mau terluka! Maafkan aku! Tak bisakah kau melepaskanku?!"

"Memangnya kamu ngelakuin itu pas Sanae memohon begitu!? Memangnya kamu ngelepasin dia!?"

Tapi, Koutarou tidak peduli dengan itu sama sekali.

Setelah menyakiti Sanae, si roh jahat sekarang memohon ampun.

Sikap egoisnya hanya membuat Koutarou semakin marah.

"Aku akan mengembalikannya! Jadi, tolong maafkan aku!"

"Tidak, aku nggak akan mau memaafkanmu! Kamu udah menyakiti Sanae dan yang lainnya! Kamu bisa menyesalinya di seberang sana nanti!"

Jimat di tangan Koutarou bersinar lebih kuat seakan-akan menjawab kemarahan Koutarou saat itu, melihatnya saja akan membuat sakit.

"Ini buat semuanya!!"

Sambil meneriakkan itu, Koutarou mengayunkan tinju kirinya ke arah si roh jahat tepat di wajahnya.

Di saat yang sama, cahaya di tangan kirinya menghilang.

Kekuatan yang terkumpul di jimat itu sudah terpakai.

Rokujouma V3 271.jpg

Si roh jahat terhengkang setelah menerima pukulan yang tanpa ampun.

Dan dia tidak bisa berteriak setelah mukanya terkena tinju itu.

Setelahnya, si roh jahat langsung mengecil menjadi seukuran sama dengan Koutarou.

"Dan ini--"

Tangan kanan Koutarou mulai bergerak.

Dia berdiri layaknya seorang pelempar bola baseball; dia berniat untuk membasmi si roh jahat dengan melempar jimat kedua.

"Hiiiiiiiiiiii! Berhenti! Maafkan aku! Aku tidak bisa menyeberang selama masih punya dendam!"

"--karena sudah membuat Sanae menangis!!"

Tangan kanan Koutarou yang sudah terlatih pun terayun keras.

Lemparan yang sudah dilatihnya sejak lama dengan cepat mendekati si roh jahat.

"Gyaaaaaaaaaaaaaaa!!"

Tepat di saat jimat itu menyentuh roh jahat, badan roh itu mulai menghilang tepat dari mana jimat itu menyentuhnya.

Jimat itu menembus kipas yang dipegang roh jahat itu untuk melindungi dirinya, menuju tangan yang memegang kipas itu, menembus tangan dan menuju lengan.

Dan saat jimat itu menyentuh badan si roh jahat, badan itu meletus layaknya balon.

Karena tidak tahan menghadapi cahaya itu, roh jahat itu akhirnya menyeberang ke alam baka.

"Kyaa!"

Dengan menghilangnya roh jahat, Sanae jatuh ke atas lantai.

Meskipun sudah terbebas, Sanae sudah cukup lemah dan tidak bisa bergerak saat dia terbaring saat itu.

"Auauauauau...Ah, itu!!"

Dan dengan Sanae dalam keadaan seperti itu, bahaya lain mulai mendekatinya.

Jimat yang tadi sudah membasmi roh jahat mulai jatuh keatasnya.

Meskipun jimat itu sudah membasmi roh jahat, jimat itu tidak kehilangan cahayanya.

Dan dibalik cahaya itu, Sanae bisa melihat sebuah tas biru dengan jahitan emas yang Koutarou biasa lempar kearahnya.

"A-Aku nggak bisa!!"

Biasanya, terkena jimat itu akan membuat Sanae terbakar sedikit.

Tapi, saat itu Sanae sedang dalam keadaan lemah dan cahaya yang membasmi roh jahat itu masih ada.

Sanae menutup matanya erat-erat saat dia sadar kalau dia juga akan terpaksa menyeberang ke alam baka juga di saat itu.

Dia ketakutan melihat badannya sendiri akan menghilang.

Tapi, keadaan tidak berlanjut seperti yang dibayangkan Sanae.

Jimat itu memantul dari dadanya dan mendarat di mukanya.

"Huh...?"

Setelah sadar kalau dia tidak menyeberang, Sanae dengan perlahan membuka mata kanannya.

Dan tepat di depan matanya terdapat jimat yang masih berpendar.

"Hiiii!?"

Dia membuka kedua matanya dan menahan nafasnya.

Tapi, cahaya putih itu tidak menyakitinya, dan jimat itu tidak meledak seperti biasanya.

"K-Kenapa...? Bukannya cahaya ini bisa membuat hantu menyebarang ke alam sana?"

Yang terjadi justru bagian badannya yang menyentuh jimat itu merasakan ada sesuatu yang hangat masuk ke dalam badannya dan menyembuhkan badannya yang lemah sedikit demi sedikit.

"Dan kenapa ini nggak meledak...?"

Setelah mulai sembuh, Sanae bangkit dan jimat di wajahnya mulai berguling turun.

Sanae menangkap jimat itu dengan kedua tangannya.

"Mulai hilang..."

Seakan merasakan kalau Sanae sudah sembuh, cahaya putih itu mulai menghilang dan meninggalkan jimat itu.

Kenapa....

Cahaya yang memaksa si roh jahat untuk menyeberang telah menyembuhkannya dan jimat yang akan meledak jika menyentuh dirinya sekarang berada di atas tangannya.

Situasi itu membuat Sanae bingung.

Dia membalik jimat itu untuk mencari jawabannya dan membaca huruf yang dijahitkan di bagian depan jimat.

Keselamatan....Keluarga..?

Yang dijahitkan di bagian depan jimat itu adalah kata-kata Keselamatan Keluarga.

"Kamu baik-baik saja, Sanae?"

Dan sebelum arti dari kata-kata itu masuk ke dalam dirinya, seseorang memanggil namanya.

Sanae dengan cepat menoleh dari mana asal suara itu.

"Koutarou!"

"Oh, ternyata kamu sudah se-semangat ini"

Suara itu ternyata berasal dari Koutarou.

Koutarou menyeret badannya yang penuh luka ke arah Sanae.

Tapi setelah dia tahu kalau Sanae baik-baik saja, dia berhenti dan tersenyum.

"Koutarou, kamu..."

Kamu luka parah, dan bertarung habis-habisan...

Keadaan Koutarou saat itu dan kata-kata di jimat itu masuk ke dalam Sanae.

"Untuk...diriku...meskipun aku musuhmu...untuk, diriku..."

Air mata mulai mengalir keluar dari mata Sanae.

Tapi dia sendiri tidak sadar kalau dia sedang menangis.

Sanae mendekap erat jimat itu ke arah dadanya dan hanya memandang ke arah Koutarou.

Aku mengerti sekarang. Aku paham...apa yang kau pikirkan tentang diriku, Koutarou...

Jimat itu tidak menyakiti Sanae.

Keadaan Koutarou yang terluka parah.

Tindakan Koutarou menyampaikan tujuannya lebih dari yang bisa diperbuat kata-kata.

"K-Kenapa Sanae!? Kamu luka!? Atau si roh jahat udah berbuat sesuatu!?"

Koutarou mendekati Sanae karena kaget melihat Sanae yang mulai menangis.

Dia lupa dengan kesakitan yang dideritanya saat itu.

"B-bukan..apa-apa..Lagian, kamu yang udah ngelakuin sesuatu buatku..."

Sanae akhirnya sadar kalau dia sedang menangis.

Tapi dia tidak berpikir untuk menghentikan tangisannya maupun menghapus air matanya.

Dia justru membiarkan perasaannya saat itu mengalir keluar.

"Itu benar..."

"Dan?"

"Apa?"

"Kamu bilang kamu mau ngomongin sesuatu denganku..."

"Oh iya, benar"

Setelah mendekati Sanae, Koutarou berhenti sebentar untuk berpikir.

Em, tadi aku mau bicara apa sama Sanae?

Tapi Koutarou tidak tahu apa yang mau dibicarakannya.

Terlalu banyak hal yang sudah terjadi dan kepalanya sudah kelelahan.

"Maaf, aku lupa gara-gara semua ini. Aku bakal ingat setelah udah agak tenang, jadi ayo kita pulang dulu, Sanae"

"Kamu benar-benar idiot..."

Kamu bahkan bilang nggak akan paksa aku buat pulang...Apa maksudnya ayo kita pulang dulu..

Sanae merengut didalam hatinya.

"Aku nggak punya alasan"

"Tapi aku maafkan"

Sanae tidak sedang sekesal nada bicaranya saat itu.

"Kamu sudah datang menyelamatkanku kok"

"Maaf"

"Dan, Koutarou..."

Sanae dengan menepuk kedua tangannya dengan keras, dan didalamnya terdapat jimat itu.

"Terima...kasih..."

Sanae tersenyum.

Matanya masih merah dan air matanya masih mengalir, tapi dia menunjukkan senyum riangnya yang sempat hilang.


Part 6[edit]

Ada dua buah bayangan yang berusaha kabur saat Koutarou dan Sanae sedang berbaikan.

"Oh, kelihatannya semua berakhir baik"

"Kalau akhirannya seperti itu, rasanya bakal nggak enak. Dengan begini, kita bisa kabur dan bisa tenang"

Mereka adalah dalang dibalik semua ini, para pemburu hantu.

Mereka mencoba kabur sementara Koutarou dan yang lainnya tidak memperhatikan.

Untungnya, mereka berhasil dari ruang bawah tanah selagi semuanya sedang fokus pada Koutarou dan Sanae.

"Kita berhasil!"

"Ayo buruan kabur!"

Tapi, saat keduanya sedang bersorak gembira, seseorang berdiri menghalangi mereka.

"...Dan kemana kalian berencana pergi?"

Ternyata Kiriha dan kedua haniwanya yang berdiri saat itu.

Sementara semuanya sedang fokus ke arah Koutarou dan Sanae, dia tidak melewatkan pergerakan kedua pemburu hantu.

"Wuasem!"

"M-Mereka udah nemuin kita!"

"T-Tolong, lepasin kami!"

"Kita cuma mau dilepasin aja!"

Para pemburu hantu itu membuang harga dirinya dan sujud di depan Kiriha.

"Tenanglah. Aku tidak mau menyakiti kalian"

"Eh?"

"Benarkah?"

"Yah, tapi sebenarnya aku ingin memukul kalian, jadi kalau kalian berusaha kabur, aku tidak akan segan-segan"

"Kami nggak akan kabur, nona!"

"Kami nggak akan kabur!"

Keduanya duduk sembari dipelototi oleh Kiriha.

Mereka tidak peduli kalau lantainya saat itu penuh dengan debu.

"Jadi, apa yang bisa kami bantu, nona?"

"Kalian bilang kalau kalian berniat menjual Sanae, benar?"

"Itu benar, nona manis. Hantu kayak gitu bener-bener langka, jadi harganya pasti bakal tinggi"

"Ya! Kami rencana mau menjualnya seharga 300 juta!"

Para pemburu hantu itu menjelaskan situasi mereka kepada Kiriha setelah benar-benar menerima kekalahan mereka.

Bagi mereka, harga diri tidak sepadan dengan nyawa mereka.

"Kalau begitu, aku akan membeli Sanae dengan 300 juta milikku"

"Eeeeeeeh!?"

"Beneran!?"

Para pemburu hantu itu terkejut dengan tawaran yang tidak terduga itu.

"300 juta itu, beneran 300 juta!?"

Para pemburu hantu itu tidak bisa percaya dengan hal itu.

Mereka mempertanyakan kewarasan Kiriha saat dia menawarkan kepada mereka 300 juta dalam situasi ini, dimana bukan hal aneh bagi mereka untuk semestinya terbunuh.

"Tentu saja"

Tapi Kiriha dengan tenang menganggukkan kepalanya.

Raut wajah si kakak pemburu berubah setelah melihat Kiriha.

"....Kelihatannya kau punya alasan tersendiri, nona"

"Ya. Tentu saja aku tidak mau kalian kembali menyerang kami, tapi ada hal lain yang kuinginkan"

"Dan itu adalah?"

"informasi. Aku ingin kalian memberikan aku semua informasi yang kalian punya mengenai Sanae. Itu syarat dari kesepakatan ini"

"....Kamu mengerikan juga, nona..."

Dia tidak memilih-milih cara saat itu sudah berhubungan dengan targetnya, dia bahkan akan bekerja sama dengan musuhnya dan membayarnya tanpa bertanya.

Dia bilang kalau dia penjajah, tapi...

Keringat dingin para pemburu hantu tidak bisa berhenti mengalir.

Mereka baru saja menyadari betapa berbahayanya orang yang mereka hadapi.

Hal yang berbahaya dari dirinya bukan hanya senjata yang digunakannya.

"...Aku mengerti. Kami akan melakukan seperti yang kau perintahkan, nona"

"Kami akan melakukannya"

Membuat wanita ini menjadi musuh bukanlah hal yang bagus.

Tidak butuh waktu lama bagi para pemburu hantu untuk menyadari hal itu.



Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Sebuah alat yang dipakai dalam ritual agama Shinto. Alat 'Pemberi Jiwa' milik Doraemon mirip dengan benda ini
  2. Gambar: https://en.wikipedia.org/wiki/Roulette
  3. https://id.wikipedia.org/wiki/Babe_Ruth
  4. Resesi Ekonomi. https://id.wikipedia.org/wiki/Resesi


Kembali ke Bab 4 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 6