Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 4 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Sang Puteri Perak[edit]

Part 1[edit]

Kamis, 1 Oktober

"Sialan, kalian semua!"

"Fueeeeh! Sialan!"

Koutarou dan Yurika sedang merajuk setelah hasil perlombaan naskah diumumkan.

"Kayak klub drama kacangan itu bakal ngerti karya hebatku sama Yurika!"

"Betul kata Satomi-san! Kayak kalian bakal ngerti!"

Naskah mereka tereliminasi pada tahap pertama seleksi. Karena tidak puas dengan hasilnya, Koutarou dan Yurika tengah membuat kekacauan.

"Makan nih, Yurika! Kukasih mi instanku yang paling oke!"

"Beneran nih!? Ini kan mi instan terkenal yang harganya 300 yen!"

"Nggak apa-apa! Cuma kamu yang bisa ngerti karya hebatku!"

"Satomi-saaaaan!!"

Akhirnya, keduanya mulai menyeruput mi instan di pojok ruang kelas. Itulah saat dimana mereka berdua mulai tenang.

"Kou dan Yurika..mereka berdua benar-benar menjengkelkan.."

Melihat ke arah mereka berdua, Kenji hanya bisa menghela nafas. Baginya, sudah sewajarnya kalau Koutarou akan gagal.

"Jangan bilang begitu, Mackenzie-kun. Mereka berdua udah berjuang keras loh"

Drama yang ditulis Koutarou adalah tentang pertarungan merajut yang penuh semangat. Temanya yang terlalu sempit dan setting yang terlalu unik membuat para juri menyerah setelah membaca halaman kedua.

Drama milik Yurika adalah tentang gadis penyihir, yang tidak dimengerti siapapun, dan kerja kerasnya yang tak terbayarkan. Meskipun bagian tentang perkembangan si gadis penyihir dianggap cukup bagus, latar yang absurd tentang si gadis penyihir justru menjadi pembalik keadaan dan para juri pun menyerah setelah membaca beberapa halaman.

"I-Ini asin banget!"

"Jangan menangis, Yurika! Kekalahan ini akan membuat kita semakin kuat!"

"Baiklah! Satomi-saaaaaan!"

"Yurikaaaaa!"

Setelah menghabiskan beberapa hari menulis naskah bersama-sama hanya untuk mendapati impian mereka dihancurkan begitu saja membuat mereka berdua mempunyai ikatan yang begitu kuat.

"Duuh, disini jadi agak sesak..."

"Ahahaha"

"Kamu hampir menang kan, Kasagi-san? Aku denger kamu hampir terpilih"

"B-Beneran? Makasih, Mackenzie-kun"

Shizuka mengajukan naskah Sanae menggunakan namanya - secara harafiah, Sanae adalah penulis bayangan dari Shizuka. Umur Sanae sempat dipikirkan sebagai kekuarangan, tapi, mengherankannya naskah itu mendapat cukup banyak pujian dan lolos seleksi tahap pertama. Sayangnya, naskah itu tidak lolos seleksi tahap akhir, tapi para juri berharap banyak untuk sang pengarang di kesempatan mendatang.

"Baguslah, Sanae-sama"

"Ehehehe~"

Karena itulah Sanae sedang bergembira hari ini. Saat Ruth membisikkan itu, Sanae pun tambah senang karenanya.

"Begitu juga, baik aku dan Kasagi-san kalah, jadi kami tetap merasa malu"

Disebelah Shizuka adalah Kiriha, yang bahunya terkulai lemas, tapi tetap mengeluarkan senyum lembut yang selalu mempesona.

"Itu nggak bener kok, Kurano-san!"

"Betul! Klub drama universitas Harukaze justru mau bikin drama itu!"

Teman-teman sekelas Kiriha yang ada didekatnya mencoba menyemangatinya. Sudah sewajarnya kalau dia populer dengan teman-teman sekelasnya, baik itu pria maupun wanita.

"Begitu juga, sebuah kekalahan tetaplah sebuah kekalahan. Mungkin aku harus bergabung dengan Satomi-san untuk makan mi..Fufufu.."

Naskah drama milik Kiriha memang betul-betul bagus. Dia menulis sebuah satire[1] yang mendapat banyak pujian dari para juri. Namun, drama itu terlalu bagus untuk ditampilkan dalam festival budaya, karena tingkatan yang dibutuhkan drama itu jauh lebih tinggi dibandingkan yang saat itu dimiliki oleh klub drama SMA. Karena itulah, naskah milik Kiriha tidak lolos pada tahap seleksi terakhir.

Akan tetapi, klub drama universitas Kitsushouharukaze mendengar rumor tentang naskah itu dan berencana menggunakannya dalam penampilan berikutnya, dan mereka saat ini sedang dalam tahap persiapan.

"Itu karena kamu salah menilai permintaan mereka"

Theia menyombongkan dirinya dengan penuh gaya.

"Sebuah mobil tidak perlu cepat. Kau tidak memerlukan sebuah mobil balap yang hebat hanya untuk berbelanja"

Karena merasa diejek oleh Theia, Koutarou pun marah kearahnya sambil tetap memegang mi yang dimakannya.

"Aku sih nggak apa-apa, tapi nggak akan kubiarin kamu ngejek Yurika disaat yang bersamaan!"

"Fueeeeh! Makasih banget, Satomi-saaaan, itu aja cukup buat aku bertahan hidup!"

"Kamu ngomong apa sih, Yurika, cuma kamu satu-satunya teman seperjuanganku!"

"Ohohoho, kalian para pecundang bisa duduk disana dan saling menjilat luka kalian!"

"Jangan sombong ya, dasar tuan puteri menyedihkan!"

"Hohohoho ♪ ”

Meskipun Koutarou meledeknya dengan sebutan menyedihkan, Theia tidak terlihat peduli sedikitpun. Biasanya, dia akan membalas berteriak kearah Koutarou, tapi hari ini dia justru tersenyum penuh kemenangan. Itu karena dia tahu Koutarou mengatakan itu karena merasa sangat malu.

Naskah yang terpilih adalah cerita cinta fantastis yang ditulis oleh Theia. Judulnya adalah 'Sang Puteri Perak dan Sang Ksatria Biru'. Latar ceritanya berada pada abad pertengahan Eropa yang berdasarkan konflik antara keluarga kekaisaran di Forthorthe.

Tokoh utamanya, Sang Puteri Perak, menjadi pusat dari konflik itu, dan sang pahlawan, Ksatria Biru, datang menyelamatkannya dari krisis yang dihadapinya.

Naskah itu cukup menghibur dan terpusat pada romansa dan pertarungannya, dan cerita itu sendiri adalah legenda yang terkenal di Kekaisaran Galaktik Forthorthe - Theia menuliskan naskah itu dengan interpretasinya sendiri. Dalam kata lain, rasa kagum Theia terhadap Ksatria Biru secara langsung mempengaruhi ceritanya, tapi cerita itu disukai oleh si manajer panggung, begitu pula dengan anggota klub lain. Ditambah lagi, kemampuan yang dibutuhkan tepat berada pada level klub drama SMA.

Dan itulah mengapa naskah Theia terpilih dan akan dipentaskan pada festival kebudayaan mendatang.


Part 2[edit]

Karena apa yang akan dipentaskan sudah terpilih, klub drama sekarang sudah bisa memulai persiapan mereka.

Festival budaya di Kitsushouharukaze selalu diselenggarakan selama dua hari, dimulai pada tanggal 3 November, hari yang sama dengan Hari Kebudayaan [2]. Dan karena sekarang sudah awal Oktober, mereka hanya punya waktu satu bulan untuk melakukan persiapan. Karena kurangnya waktu yang tersisa, klub drama sekarang menjalankan persiapan mereka dengan bersungguh-sungguh.

"Terima kasih sudah datang, Theiamillis-san, ini sudah cukup membantu!"

"Jangan kuatir. Aku benar-benar mencurahkan segalanya untuk cerita ini, jadi aku akan membantu apapun yang bisa aku bantu agar drama ini dapat berjalan dengan sukses"

"Wah, kau sudah memulai audisi pemainnya. Luar biasa! Mari kita bekerja sama untuk ini, Theiamillis-san!"

"Kau bisa menyerahkan semuanya padaku! Mari kita buat ini menjadi pementasan terbaik yang pernah ada!"

Si manajer stage dan Theia betul-betul terlihat kompak karena sudah mengerjakan persiapan yang ada sejak kemarin.

"Mackenzie, orang-orang bagian latar panggung nggak punya bahan yang cukup, jadi mereka perlu orang buat beliin bahan"

"Oke, mereka perlu apa?"

"Nih, daftarnya"

"Hm, kalo cuma ini, cewek aja sih cukup. Kasagi-san, bisa minta tolong sebentar?"

"Ada apa, Mackenzie-kun?"

"Bisa nggak, kamu sama Ruth-san beliin apa yang ada di daftar ini?"

"Bisa. Perlu sekarang, kah?"

"Kou, gimana?"

"Perlu sekarang, Ibu Kos-san"

"Oke deh, kalau gitu kami pergi sekarang ya"

Bukan hanya Theia saja yang membantu persiapan itu. Koutarou, Shizuka, dan orang-orang yang berhubungan dengan kamar 106 pun turut membantu. Mereka memutuskan untuk membantu klub drama yang sangat kekurangan waktu dan tenaga.

"Ruth-san, bisa tolong temenin aku belanja?"

"Ah, baik! Sebentar lagi aku akan ke sana, Shizuka-sama! Bisakah aku menyerahkan ini padamu, Kiriha-sama?"

"Ya, tidak masalah, serahkan saja padaku...Aku membawa para haniwa bersamaku, jadi aku akan baik-baik saja"

"Terima kasih. Aku akan segera kembali. Kalau begitu, aku pergi dulu"

"Sampai jumpa nanti...Karama, Korama, tetap dalam keadaan tembus pandang. Tolong bantu aku"

"Ho-! Mengerti, Ho-!"

"Giliran kami untuk tampil, Ho-!"

Anggota klub drama tidaklah banyak, klub itu berukuran sangat kecil hanya dengan delapan anggota. Karena itulah, ada banyak orang yang membantu mereka selain Koutarou dan yang lainnya. Beberapa klub yang beranggotakan cukup kecil seperti klub siaran dan klub alat musik tiup pun ikut membantu. Itulah kenapa saat itu ruangan klub drama terlihat dipenuhi oleh semangat.

Proses audisi pemain berjalan lancar, dan beberapa orang sudah melatih dialog mereka dan memilih kostum mereka.

"Kurano-san!"

"Ya, ada apa?"

"Bisa nggak bantuin aku ngebujuk cewek ini? Perannya udah diputusin dari kemarin, tapi dia tetep aja ngeluh..."

"Yurika?"

"Aku nggak mau jadi pantat kuda!! Paling nggak, kasih aku peran yang wajahku kelihatan dong! Paling nggak, aku jadi pohon dong!"

Namun, proses audisi saat itu menemui masalah besar. Mereka masih tidak bisa menemukan siapa yang bisa memerankan pahlawan wanita utama pada drama itu, sang Puteri Perak. Mereka telah melewati beberapa seleksi, tapi masih belum menemukan sesorang yang tepat untuk peran itu.

"Ini gawat, Theiamillis-san"

"Jelas saja..sang Puteri Perak adalah pusat dari drama ini"

Saat persiapan drama terus berjalan, si ketua klub dan Theia saling melihat satu sama lain dan hanya bisa mengeluh bersamaan. Masalah terbesar yang mereka hadapi saat itu adalah mereka tidak punya seseorang yang bisa memerankan sang tokoh utama wanita.

"Mungkin kita perlu Kurano-san buat ini..."

"Kiriha, ya...kalau Ruth yang mendapat peran itu, itu justru lebih mirip dengan apa yang kubayangkan.."

"Ruth-san udah sempurna buat si ksatria wanita, jadi aku nggak mau ganti perannya"

"Begitu..Itu dia masalahnya.."

Dan saat Theia dan si ketua klub memiringkan kepala mereka mencari jawaban, Koutarou datang melewati mereka sambil membawa bagian panggung yang besar.

"Pri--, ah, bukan, Koutarou"

Theia membenarkan cara bicaranya - itu karena dia tidak bisa memanggil Koutarou dengan cara yang biasanya di depan para anggota klub drama.

"Aku sudah pernah mengatakannya bukan? Masalah dengan sang tokoh utama wanita"

"Oh iya, kamu bilang masih belum bisa mutusin...Memangnya cewek klub drama kenapa? Mereka lumayan imut"

Koutarou melihat ke sekeliling ruangan saat dia mengatakan itu. Gadis-gadis yang bisa dia lihat semuanya cantik dan mereka terlihat bisa menjadi tuan puteri yang baik.

Tapi, Theia menggelengkan kepalanya.

"Tidak semudah itu. Ada gambaran tampilan tentang siapa yang cocok memerankan itu"

Menurut naskah Theia, sang Puteri Perak punya atmosfir yang rapuh dan lembut di sekelilingnya. Dia bertarung melawan penjahat yang berencana mengambil alih negaranya, jadi gambaran itu sangatlah penting. Tapi sayangnya, tidak ada seorang pun di klub drama maupun di kamar 106 yang memberikan tampilan seperti itu.

Entah baik atau buruk, mereka semua adalah gadis-gadis yang penuh semangat.

"Tampilan ya...Nggak ada yang kepikiran nih..."

Koutarou tidak mengerti hal-hal yang lembut seperti itu; yang dia mengerti adalah kekuatan fisik.

"Kalau kau menjadi hambaku, aku ingin kau setidaknya mengerti hal-hal yang seperti itu"

"Mau dibilang begitu juga...hei, jangan seenaknya bikin aku jadi hambamu ya!"

Selagi Koutarou membalas perkataan Theia sambil berteriak, Yurika yang masih memilih kostumnya mengganggu percakapan mereka.

"Aku! Aku aku! Aku mau! Aku mau meranin Puteri Perak!"

Yurika saat itu sedang mengenakan celana ketat berwarna coklat, dan di atasnya adalah kostum dari bagian belakang kuda. Dan selagi dia masih mengenakan itu, Yurika mengangkat tangannya ke udara dan mengayunkannya, mencoba merayu Koutarou dan yang lain.

"Aku bener-bener nggak mau jadi pantat kuda!"

"...."

Koutarou hanya menatap Yurika tanpa berkata apapun.

"A-Apa?"

Saat Yurika terperanjat karena pelototan itu, Koutarou membalikkan badannya.

"....Tulip, aku rasa aku mengerti sekarang bagaimana pentingnya sebuah tampilan"

"Benar bukan? Ini adalah bagian penting"

Terpilih menjadi bagian belakang kuda daripada sang Puteri Perak; anehnya, Koutarou merasa itu adalah peran yang cocok bagi Yurika.

"Apa itu maksudnyaaaaa!?"

Tapi, tidak mungkin Yurika mau menerima hal itu.

"Kamu berisik..."

"Tenang, Yurika"

"Aku nggak mau tenang!"

"Peran Puteri Perak nggak mungkin buat kamu, tapi nanti aku coba bujuk Tulip biar kamu nggak jadi pantat kuda"

"Beneran?"

"Iya, beneran. Percayalah pada teman seperjuanganmu, Yurika"

"Aku ngerti, Satomi-san"

Awalnya, Yurika merasa tidak percaya pada Koutarou, tapi saat dia terus berbicara, raut wajah Yurika mulai tenang.

"Yah, jadi begitulah, Tulip. Bisa nggak kamu pikirin sesuatu?"

"Yah, mau bagaimana lagi. Aku akan memikirkan perang dimana kau bisa melihat wajahnya"

"Beneran!?"

"Syukur ya, Yurika?"

"Ya! Aku akan berjuang keras!"

Yurika akhirnya tersenyum senang, tapi, dengan kostum yang dipakainya, hal itu terlihat cukup lucu.

"...Peran Bandit A yang kejam masih kosong, apa kau mau peran itu, Yurika?"

"Bukannya itu justru malah jadi masalah dengan tampilannya?"

"Nggak apa-apa! Aku mau! Untuk memenuhi harapan kalian, aku akan berjuang semampuku menjadi jahat!"

"Yurika, seharusnya kamu kuatir sama tampilanmu sendiri.." Dan dengan begitu, dia yang mengaku sebagai gadis penyihir cinta dan keberanian mengambil peran Bandit A yang kejam.

"Itu menyelesaikan masalah Yurika, tapi, apa yang harus kita lakukan dengan Puteri Perak..."

Setelah mengatakan itu, si ketua klub yang terdiam hingga saat itu mulai berpikir keras, dan begitu pula dengan Theia.

"Eh, Tulip, peran si Puteri Perak itu kayak gimana sih?"

"Meskipun penampilannya lembut dan rapuh, dia adalah orang yang santun. Meskipun dia terus menderita, dia bisa kembali sebagai kaisar"

"Cewek yang lembut, rapuh dan santun...?"

Sebenarnya, Koutarou tahu seseorang yang pantas untuk peran itu.

"Mungkin..."

"Satomi-kun, kamu tahu seseorang yang tepat!?"

Mata si ketua klub terbakar semangat setelah merasakan kalau Koutarou akan mendapat sesuatu.

"Yah, sebenarnya--"

Dan saat Koutarou akan menyebutkan nama orang itu, pintu ruang klub drama terbuka dan seorang gadis mengintip kedalamnya.

"Permisi...Ah, Satomi-kun! Untunglah kamu disini!"

Dia mengintip ke dalam dengan wajah kuatir, tapi setelah melihat Koutarou, dia tersenyum dan masuk ke ruang klub.

"Aku sedang senggang, jadi aku mau tahu kalau aku bisa membantu-- Ada apa, Satomi-kun?"

Koutarou dengan diam menatap Harumi dengan raut wajah serius yang membuat Harumi kebingungan.

"Apa ada yang salah denganku?"

Harumi dengan malu-malu melihat kepada dirinya sendiri - sambil memegang ujung roknya dan memutarnya, dia mencoba melihat kalau ada yang salah dengan seragamnya.

"Ketua-san!"

Mata Koutarou sekarang terbakar semangat dan dia berbalik menghadap si ketua klub drama, dan si ketua mengangguk.

"Ini dia orangnya! Dia bakalan pas! Ngepas sama tampilan perannya!"

"E-Eh!? Apa maksudnya pas dengan tampilan perannya!?"

Orang yang baru saja memasuki ruangan klub drama adalah orang yang akan disebut oleh Koutarou.

"Kamu, apa kamu mau menjadi tuan puteri?"

"Eh?"

Orang itu tidak lain adalah Sakuraba Harumi. Dia rapuh dan lembut, dan juga santun.

Legenda Ksatria Biru terbagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama adalah tentang sang Puteri Perak yang kehilangan posisinya karena kudeta dan kabur menuju keluarga ksatria yang terkenal, Pardomshiha, selagi dilindungi oleh Ksatria Biru. Bagian keduanya adalah tentang sang Puteri Perak yang mengambil kembali negaranya setelah kabur menuju keluarga Pardomshiha.

Dia meminjam kekuatan Ksatria Biru untuk mengumpulkan kembali prajurit pemberontak untuk membuat pasukan melawan penyihir kerajaan yang memanipulasi pasukan kudeta dan juga para pejabat.

Karena ada cinta yang bermekaran antara sang Puteri Perak dan sang Ksatria Biru pada bagian pertama saat mereka kabur, kisah ini sangat digemari para wanita Forthorthe. Dan karena bagian aksi di bagian kedua, seperti perang besar dan pertarungan dahsyat sang Ksatria Biru melawan naga, bagian ini terkadang menjadi fokus utamanya saat diadaptasi menjadi film.

Skenario drama milik Theia, 'Sang Puteri Perak dan Sang Ksatria Biru' berdasarkan pada bagian yang pertama. Ceritanya bermula saat sang Puteri Perak dan adik perempuannya, sang Puteri Emas, bertemu dengan sang Ksatria Biru. Ceritanya berakhir saat mereka sampai di wilayah Pardomshiha dan sang Ksatria Biru pergi untuk bertarung sendirian.

Kedua adegan itu sangat populer di kalangan wanita Forthorthe.

"E-Em..'Layous-sama, pergi ke medan pertempuran sendirian itu tidak masuk akal! Kau sudah cukup bertarung! Tolong lupakanlah kami dan larilah ke tempat yang aman!'"

Suara Harumi memenuhi halaman sekolah yang bermandikan matahari sore. Yang baru saja ia katakan adalah salah satu kalimat sang puteri dalam 'Sang Puteri Perak dan Sang Ksatria Biru'. Saat itu, ia tengah berlatih di lapangan yang kosong itu.

Pada hari dimana ia pergi ke ruangan klub drama untuk menolong Koutarou, Harumi tidak bisa menolak permintaan si ketua klub dan akhirnya mendapat peran Puteri Perak. Tapi, ini adalah pertama kalinya dia berakting. Karena merasa tidak nyaman, dia menghabiskan beberapa hari ini berlatih sendirian.

"Hmm...Perasaan Alaia, sang Puteri Perak, yang dirasakan sekarang..aku tidak bisa terlalu.."

Tapi, tidak peduli seberapa banyak dia berlatih sendiri, Harumi masih tidak bisa merasakan perkembangan apapun.

Harumi percaya kalau ini adalah drama yang luar biasa indah, tapi dia masihbelum bisa mengerti perasaan sang Puteri Perak. Harumi bukanlah warga Forthorthe yang telah mendengar kisah sang Puteri yang telah diceritakan berulang kali, ataupun memiliki kekaguman yang besar terhadap sang Ksatria Biru - dia juga tidak mengerti perasaan apa yang dimiliki sang Puteri Perak terhadap sang Ksatria Biru. Meskipun dia bisa membayangkannya sedikit, itu tidak cukup kalau Harumi ingin memerankan sang Puteri sepenuhnya.

"Ini susah juga...."

Ksatria Biru, Layous Fatra Veltlion.

Puteri Perak, Alaia Kua Forthorthe.

Tetap saja, kedua orang itu adalah orang asing yang sama sekali tidak dikenal oleh Harumi.

"Hmmm..."

Dan saat Harumi menutup buku naskahnya, suara seseorang terdengar menggema melewati lapangan itu.

"Senpai!"

Harumi langsung tahu suara milik siapa itu.

"Satomi-kun!?"

Ternyata suara itu milik Koutarou yang baru saja keluar dari pintu darurat saat Harumi melihat ke arah dari mana suara itu berasal. Koutarou tersenyum saat Harumi melihatnya dan langsung berlari kearah Harumi.

"Ha...Ha...Hah..G-Gimana latihannya, senpai? Huh...Hah..."

Setelah berlari sekencang mungkin, Koutarou memanggil Harumi selagi terengah-engah. Setelah melihat hal itu, semua kebingungan yang ada di dalam Harumi seakan-akan sirna.

Satomi-kun mirip anak kecil..

Kebingungan yang telah hilang itu berganti dengan rasa senang, dan Harumi tersenyum lebar saat menjawab pertanyaan Koutarou.

"Fufufu, sebenarnya, aku sedikit kesulitan. Aku masih tidak bisa membayangkan perasaan sang Puteri Perak..."

"Sudah kuduga"

Setelah mengambil nafas, Koutarou menyetujui jawaban Harumi.

"Oh ya? Maksudnya?"

"Sebenarnya, si ketua klub drama bilang kalau senpai kesulitan mendalami perannya, jadi aku datang buat ngebantu"

Sambil mengatakan itu, Koutarou menunjukkan naskah drama di tangannya kepada Harumi.

"Begitu...jadi si ketua mengatakan itu..."

Karena kesulitan untuk mendalami perannya, Harumi telah membicarakannya dengan si ketua klub beberapa kali. Si ketua pun menyampaikan pesan itu kepada Koutarou, yang menyebabkan Koutarou muncul di saat ini.

Satomi-kun datang menolongku, dia tahu aku sedang kesulitan..

Harumi merasa senang setelah mengetahui kejadian itu. Dia senang karena Koutarou datang menolongnya disaat dia sedang kesulitan.

"Senpai, latihan adalah segalanya! Dulu, aku sempat kesulitan melakukan sikap batting yang bagus, jadi sampai aku merasa oke aku terus mengayunkan bat-nya. Maaf kalau aku pakai contoh dari olahraga, tapi aku ingin senpai terus berlatih sampai badanmu bisa mengingatnya!"

"Satomi-kun..."

Harumi merasa semuanya akan berjalan lancar setelah ia melihat mata Koutarou yang begitu bersemangat ingin membantu dirinya. Meskipun tadinya ia sempat kuatir kalau ia tidak bisa belajar berakting hingga waktu pentas tiba, Harumi sekarang sudah melupakan hal itu.

"Terima kasih, Satomi-kun. Kalau begitu, bagaimana kalau kita berlatih bersama?"

"Oke, serahkan saja padaku"

Aneh...Satomi-kun hanya datang untuk membantuku, tapi...

Harumi merasa perubahan emosi pada dirinya sebagai hal yang aneh, dan hanya bisa tersenyum menerima hal itu.


Part 3[edit]

"Jadi, peran apa yang kamu dapat, Satomi-kun?"

"Aku jadi Prajurit A. Ada adegan dimana aku ngomong sama Puteri Perak, jadi kita mulai aja dari situ"

"Baiklah"

Koutarou dan Harumi berdiri berhadap-hadapan saat mereka membalik halaman naskah drama sembari diterangi matahari sore yang membuat bayangan panjang dari badan mereka berdua di atas lantai.

Percakapan Prajurit A dan sang Puteri Perak terjadi di bagian tengah cerita, saat Puteri Perak dan kelompoknya yang sedang menyamar berjalan melewati pos pemeriksaan. Sebenarnya, karakter Prajurit A cukup terkenal di Forthorthe. Meskipun namanya tidak diketahui, dia disukai warga Forthorthe sebagai warga negara yang setia.

"Mari kita lihat..Ini dia. 'Hei kau! Gadis yang ada disana! Tidak ada yang boleh melewati tempat ini tanpa izin!'"

Koutarou telah banyak berlatih, tapi dia mengucapkan kalimatnya dengan terbata-bata. Meskipun dia sendiri mengatakan kalau dia ingin membantu Harumi berlatih, kelihatannya Koutarou sendiri masih perlu banyak berlatih.

"Coba kita lihat lagi dari kalimat yang tadi sampai adegannya selesai. Nggak perlu langsung masuk ke perannya"

"Baiklah"

Koutarou dan Harumi saling mengangguk dan mulai membaca naskah mereka masing-masing. Sambil membaca dialog dan arahan penggung masing-masing, mereka menjalankan apa yang ada di dalam naskah.

"'Hei kau! Gadis yang ada disana! Tidak ada yang boleh melewati tempat ini tanpa izin!"

Adegannya dimulai dengan sebuah kalimat dari Prajurit A Koutarou saat sang Puteri Perak dan kelompoknya sedang melarikan diri dari pasukan kudeta. Dan saat sang Puteri Perak mencoba melewati pos pemeriksaan, dia dihentikan oleh Prajurit A yang menganggap sang Puteri mencurigakan.

"Saya memiliki surat izin dalam tas ini. Silahkan anda periksa"

Namun, setelah meloloskan diri tanpa membawa apapun kecuali apa yang dipakainya, sang Puteri Perak tidak mempunyai izin apapun. Dia telah menyiapkan dirinya untuk apa yang selanjutnya akan terjadi.

"Tolong tunjukkan...Hm? Berhenti bercanda! Tidak ada surat izin dalam tas ini!"

"...Tolonglah, biarkanlah saya lewat.."

"Kau tidak boleh pergi kemana-mana! Kau akan saya ta-- Tunggu, lambang itu!?"

Tapi, di saat itu Prajurit A memperhatikan lambang keluarga kekaisaran yang terukir di barang bawaan sang Puteri.

"..."

"...Jadi begitu rupanya..."

Setelah menyadari situasi yang ada, Prajurit A memutuskan untuk membiarkan sang Puteri lewat, meski dia mengetahui apa yang akan terjadi padanya.

"Maaf, nona muda, ini salah saya. Anda memang punya surat izin"

"Tidak, sayalah yang seharusnya minta maaf.."

"Sekarang, bergegaslah, ada orang-orang yang menanti dibelakang anda"

"Terima kasih...banyak..."

Dan adegan itu berakhir dengan sang Puteri Perak melewati pos pemeriksaan dengan selamat.

Meskipun ada banyak teori tentang apa yang terjadi dengan Prajurit A setelahnya, kisah prajurit yang gagah berani ini masih diceritakan hingga saat ini.

Saat Koutarou dan Harumi selesai membaca dialog mereka, Koutarou mulai tertawa.

"Ahahaha, aku memang nggak bagus ya"

Koutarou mengucapkan semua dialognya dengan gagap.

"Fufufu, semua orang memang seperti itu untuk awalnya"

"Dibandingkan denganku, kamu tadi bagus, senpai"

Intonasi yang diucapkan Harumi mudah didengar, dan dia betul-betul menaruh perasaan di setiap dialog yang diucapkannya. Jadi, Koutarou tidak merasa kalau Harumi sedang kesulitan mendalami perannya.

"Kalau dipikir-pikir lagi...tadi memang terdengar lancar.."

Aneh, beberapa saat lalu aku belum mengerti perasaan sang Puteri Perak...

Harumi kebingungan dengan semua itu, karena saat dia mulai berlatih lagi, kalimat-kalimat dialog sang Puteri Perak mengalir begitu saja kedalam kepalanya. Meskipun tidak ada yang berubah, dia mulai mengerti apa yang dirasakan oleh sang Puteri Perak.

Kalau begini, aku mungkin bisa melakukan adegan dengan sang Ksatria Biru lebih baik daripada sebelumnya..

Harumi sempat khawatir tentang dialognya dengan sang Ksatria Biru.

"Satomi-kun, bisakah kita melakukan adegan lain selagi aku masih bisa?"

"Boleh aja, yang mana?"

"Di bagian akhir drama..em, saat sang Ksatiria Biru akan pergi bertarung sendirian.."

"Ah, aku tahu, ini dia"

Harumi telah menandai halaman adegan itu, tapi Koutarou dengan tergesa-gesa membalik halaman naskahnya untuk menemukan adegan yang dimaksud.

Adegan itu berada di akhir cerita, bertempat sedikit lebih jauh dari wilayah Pardomshiha, tapi sang Puteri Perak dan kelompoknya telah dikepung oleh pasukan kudeta. Adegan itulah saat dimana sang Ksatria Biru akan pergi bertarung sendirian untuk melindungi kedua puteri.

"Aku sudah berlatih adegan ini beberapa kali, tapi tetap saja masih kurang bagus...jadi aku mau mencobanya lagi saat kamu masih bisa membantuku, Satomi-kun"

"Aku ngerti"

Meskipun Koutarou masih kurang tanggap dalam urusan percintaan, dia masih mengerti kalau itu adalah adegan yang penting. Jika adegan setelah ini akan berfokus pada sang Ksatria Biru, adegan ini tentunya akan berfokus pada sang Puteri Perak.

"Bisakah kamu melakukan adegan sang Ksatria Biru, Satomi-kun?"

"Sang Ksatria Biru..?"

Aku lakukan saja kayak yang dilakukan Mackenzie pas latihan..."

Koutarou mulai mengingat-ingat gerakan badan Kenji saat latihan; Kenji-lah yang akan memerankan sang Ksatria Biru. Koutarou mengangguk ke arah Harumi setelah mendapat gambaran tentang sang Ksatria Biru.

"Oke. Ayo kita mulai saja. Latihan itu yang penting jumlahnya"

"Baiklah, ayo"

Mereka berdua saling mengangguk dan saling berhadapan satu sama lain sambil memegang naskah di tangan mereka, dengan cahaya matahari sore yang kemerahan menyinari Koutarou.

Ah..

Harumi hanya bisa memandangi pemandangan itu.

"...Yang Mulia Alaia, kelihatannya hanya sejauh ini hamba bisa bersama anda"

"Layous-sama!?"

Aku yakin keadaan waktu itu sama seperti ini...

Dalam adegan itu, sang Ksatria Biru sedang menghadap sang Puteri Perak, sementara matahari sore juga menyinarinya saat itu.

Saat itu, Koutarou bukan mengenakan baju zirah tapi seragamnya, dan dia tidak sedang memegang pedang tapi naskah drama. Tapi, yang dirasakan Harumi saat itu berbeda dari saat dia sedang berlatih sendiri. Berkat itulah dia bisa mengerti sedikit lebih baik lagi tentang perasaan sang Puteri Perak.

Dan sang Puteri jatuh cinta dengan orang ini...

Di saat itu, sang Puteri Perak mulai merasa jatuh cinta terhadap sang Ksatria Biru. Kalau saja bukan karena kudeta yang terjadi, sang Puteri Perak tidak akan pernah bertemu dengan ksatria lokal itu. Pertemuan mereka adalah pertemuan ajaib yang terjadi saat sang Puteri sedang dilanda kesusahan.

"Yang Mulia, tolong larilah dengan adik anda. Hamba akan melawan musuh sebanyak yang hamba bisa. Di saat itu, tolong larilah sejauh yang anda bisa"

"Tidak, saya tidak bisa meninggalkanmu sendiri, Layous-sama! Andalah alasan kita bisa pergi sejauh ini!"

Rokujouma V4 107.jpg

Kalau kupikir lagi, bisa dibilang kalau aku bertemu Koutarou saat aku juga kesusahan..

Klub merajut saat itu sudah hampir bubar, karena tidak ada yang berniat bergabung untuk merajut dan satu-satunya yang berniat bergabung ingin berpacaran dengan Harumi. Di saat itulah Koutarou datang menyelamatkan Harumi di saat pria yang ingin bergabung itu sedang mengganggu Harumi. Setelahnya, Koutarou bergabung dengan klub merajut dan bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan merajutnya.

Jadi, bagi Harumi, pertemuannya dengan Koutarou bagaikan mujizat ditengah musibah.

Aku dan sang Puteri Perak mungkin tidak jauh berbeda...

Saat dia mulai berpikir seperti itu, bayangan sang Puteri Perak dengan dirinya, begitu juga dengan bayangan sang Ksatria Biru dan Koutarou mulai bertumpuk.

"Berkat para rakyat negara inilah anda bisa pergi hingga sejauh ini. Jika bukan karena mereka, kita tidak akan pernah sampai ke tempat ini"

"Itu tidak benar, Layous-sama!"

Meskipun dia seorang tuan puteri, dia tidak jauh berbeda denganku. Dia mencintai seseorang dan ingin agar seseorang itu mencintainya juga. Tapi, dia tidak bisa mengatakan itu...

Bagi Harumi, bayangan dirinya telah benar-benar bertumpuk dengan milik sang Puteri Perak - seperti Harumi, dia mencintai seseorang, tapi tidak bisa mengatakannya. Sang puteri adalah seseorang yang lembut namun penakut.

"Mereka semua melakukannya karena mereka mencintai anda, Yang Mulia. Jadi, tolonglah, demi rakyat negara ini, dan demi anda sendiri, tolong larilah, puteri Alaia"

"Tunggu sebentar, Layous-sama!"

Itu tidak benar, Layous-sama! Sang Puteri Perak tidak runtuh karena ada dirimu disampingnya!

Akhirnya, perasaan Harumi dan sang Puteri pun mulai bergabung. Hanya beberapa saat lalu, Harumi tidak mengerti perasaan sang Puteri, tapi sekarang dia betul-betul tahu betapa menyakitkannya perasaan sang Puteri pada saat itu.

"Layous-sama, pergi sendirian menuju medan pertempuran itu tidak masuk akal! Kau sudah cukup bertempur! Tolong lupakanlah kami dan larilah menuju tempat manapun yang aman!"

Satomi-kun akan pergi...dia akan meninggalkanku sendiri..!

Tiba-tiba, air mata mulai mengalir membasahi pipi Harumi. Meskipun dia tidak akan bisa membaca naskah dengan air mata yang menghalanginya, Harumi tidak salah mengucapkan dialognya, karena saat ini dia tidak membutuhkan naskahnya.

Harumi sudah membaca naskahnya dan mengulangi dialognya berkali-kali; dia sudah memahaminya dengan perasaan. Yang kurang dari dirinya saat itu adalah perasaan sang Puteri Perak, dan saat dia sudah mengerti perasaan sang Puteri, Harumi membawakan dialog sang Puteri seakan-akan dialog itu berasal dari dalam dirinya sendiri.

"Saya ingin engkau hidup!"

Saat ini, Harumi tidak bisa membedakan siapa yang ada didepannya, atau perasaan milik siapa yang saat itu sedang meluap-luap dari hatinya; dan terus mengalirkan perasaan itu kepada Koutarou.

"Itu hebat, Sakuraba-senpai..."

Setelah latihan mereka selesai, Koutarou masih saja terkejut. Kata-kata Harumi, raut wajahnya yang nampak tidak memiliki harapan, dan air matanya membuat Koutarou terkagum-kagum. Hal itu sudah cukup untuk membuat Koutarou merasa malu hanya dengan membaca dialognya sendiri.

"T-Terima kasih, Satomi-kun.."

Harumi sendiri juga merasa terkejut. Dia saat itu sedang menghapus air matanya sambil merasa keheranan dengan perubahan pada dirinya.

"Aku juga heran, tadinya aku tidak mengerti perasaan sang Puteri. Aku bingung kenapa aku bisa tiba-tiba melakukan ini..."

Harumi tidak bisa berkata kepada Koutarou kalau hal itu terjadi karena perasaannya yang bertumpuk dengan perasaan Alaia - hal itu akan sama saja dengan menyatakan cintanya kepada Koutarou. Yang bisa dilakukan Harumi saat itu hanyalah membalas seadanya sambil tersipu malu.

"Sakuraba-senpai, mungkin sebenarnya kamu jago akting?"

"I-itu tidak benar, Satomi-kun! A-Aku sebenarnya tidak mau!"

Harumi adalah orang yang pemalu dan takut berdiri dihadapan banyak orang. Dia tidak bisa menolak saat si ketua klub drama menawarkannya perna itu. Biasanya, Harumi tidak akan pernah membayangkan dirinya akan berdiri di atas panggung.

"...Nggak usah malu-malu, Sakuraba-san"

Di saat itu, si ketua klub drama muncul.

"Ketua-san, kamu disini?"

Saat Koutarou memanggilnya, si ketua terlihat tersenyum puas dan mendekati mereka berdua.

"Ya. Sakuraba-san bilang kalau dia kesulitan mendalami perannya, jadi aku datang buat memeriksa latihannya. Tapi, kelihatannya rasa kuatirku tidak beralaskan apapun. Latihan itu tadi betul-betul hebat. Kelihatan bukan seperti akting sama sekali"

Si ketua klub drama terlihat gembira setelah menemukan permata yang belum terasah, saking gembiranya dia memegang kedua tangan Harumi.

"Tolong lanjutkan seperti itu, Sakuraba-san! Kalau kamu bisa beraktin seperti itu di setiap adegan, drama ini pasti akan sangat populer!"

"I-Itu tidak benar, aku masih perlu banyak berlatih..."

Harumi tersipu malu dan menundukkan wajahnya setelah menerima pujian yang tidak diharapkannya sama sekali.

"Sudah kubilang kan? Sakuraba-senpai memang hebat. Dia memang betul-betul seorang nona"

"S-Satomi-kun!"

Harumi tidak terbiasa dipuji seperti itu, dan menerima pujian karena aktingnya yang baru saja dilakukannya hampir sama seperti memuji perasaannya terhadap Koutarou. Bagi dirinya, hal itu sangat memalukan, dan dia tidak sanggup mengangkat wajahnya.

"Satomi-kun, aku bergantung padamu untuk tetap membantu Sakuraba-senpai seperti ini"

"Serahkan saja padaku, Satomi Koutarou. Aku akan mengubahnya menjadi tuan puteri yang anggun"

"...S-Satomi-kun..."

Bukan Harumi, tapi Koutarou-lah yang justru membusungkan dadanya dengan penuh percaya diri.


Part 4[edit]

Kiriha keluar dari dapur dengan membawapiring yang berisi potongan timun. Saat ia masuk ke ruangan dalam, dia melihat ke sekelilingnya, dan setelah yakin kalau Ruth tidak ada disitu, dia memanggil Yurika.

"Yurika, aku masih punya timun sisa sarapan, apakah kau membutuhkannya?"

"Ya, aku perlu! Itu kesukaannya Hercules-chan!"

Tanpa para penghuni kamar 106 sadari, mereka semua sudah menamain kumbang Herkules itu dengan sebutan Hercules-chan. Yurika mengambil piring yang dipegang Kiriha dan mendekati lemari lalu membukanya; didalamnya terdapat Hercules yang berada di dalam sangkarnya.

Kemarahan Ruth yang tidak wajar mengenai kumbang tidak kunjung sembuh, jadi mereka menyembunyikannya sejak kemarin.

"Ini makananmu, Hercules-chan"

Saat Yurika meletakkan timun itu ke dalam sangkar, si kumbang Herkules menggoyangkan badannya yang besar dan mulai bergerak. Karena sudah mengerti kalau ada makanan yang dimasukkan ke dalam sangkar, kumbang itu bergerak ke arah timun dengan pelan tapi pasti.

"Sekarang kalau kupikir lagi, apa kamu punya cukup makanan buat Hercules-chan, Yurika?"

"Nggak masalah, Sanae-chan"

"Kalau kamu udah mau kehabisan, aku bisa beli beberapa habis kerja paruh waktu"

"Aku udah beli kemarin kok, jadi nggak apa-apa"

"Oh, ya baguslah kalau begitu"

"Makasih ya, Satomi-san, Sanae-chan"

Koutarou, yang memang menyukai kumbang, dan Sanae, yang menyukai semua makhluk hidup, mau sangat kooperatif saat berurusan dengan Hercules.

Sekarang, Yurika melakukan aktifitasnya dan tidur di kamar bagian dalam sejak Hercules mengambil alih lemari darinya. Tapi, setelah hidup bersama, mereka berdua akhirnya mulai akur, dan tanpa diketahui Yurika, kepribadiannya mulai berkembang.

"Jaketmu, Koutarou"

"Ya, makasih, Kiriha-san"

Koutarou mengenakan jaketnya dengan dibantu Kiriha - karena datangnya musim gugur, cuacanya mulai menjadi lebih dingin saat sore datang tepat saat Koutarou pulang dari kerja paruh waktunya.

"...Kalian kayak udah nikah aja..."

Yurika hanya bisa melihat Kiriha yang membantu Koutarou - dengan tatapan yang terlihat merindukan sesuatu.

"Hatinya bener-bener udah dijajah! Koutarou bener-bener idiot! Harusnya cuma aku yang dia percaya!"

Tidak seperti Yurika, Sanae justru merasa kesal, karena tidak bisa menerima kalau Koutarou dan Kiriha terlihat akur. Namun, sebenarnya Sanae lebih merasa kuatir dibandingkan iri, karena dia sudah percaya sepenuhnya kepada Koutarou.

"Kalau aku nggak berbuat sesuatu, Koutarou bakal direbut Kiriha atau Theia dengan cara yang konyol!"

"Sanae-chan?"

Setelah menyemangati dirinya sendiri, Sanae meninggalkan Yurika dan pergi menuju stop kontak yang ada di dinding, lalu meggunakan poltergeist untuk membuat HP milik Koutarou melayang ke arah Koutarou.

"Koutarou! HPmu ketinggalan nih!"

Sanae lalu bergantung di punggung Koutarou seperti biasanya, dan meskipun tadinya dia sempat kesal, sekarang Sanae kembali tersenyum ceria.

"Ah, makasih, Sanae"

"Yap!"

Koutarou mengambil HPnya yang melayang didepannya dan meletakkannya ke dalam saku jaketnya. Setelah berterimakasih kepada Sanae, Koutarou melihat senyumnya yang ceria.

Puji aku lebih lagi, dasar sialan!

Bagi Koutarou, itulah arti senyuman yang dia lihat, jadi dia meletakkan tangannya di atas kepala Sanae.

"Hehehe"

"Hebat, hebat"

Saat Koutarou mengelus kepala Sanae, senyuman Sanae semakin melebar dan dia mengencangkan pelukannya di sekitar leher Koutarou.

"...Sanae-chan selalu aja ngomong soal menang kalah...tapi aslinya dia mau bergantung sama Koutarou..."

Itulah yang terlihat bagi Yurika yang saat itu melihat Koutarou dan Sanae.


Part 5[edit]

Setelah mencapai kaki bukit dimana SMA Kitsushouharukaze dibangun, terlihat banyak pelajar yang sedang berjalan ke arah sekolah, meskipun hari itu adalah hari Minggu. Alasannya adalah karena ada banyak kegiatan klub yang dijalankan bahkan pada hari Minggu.

"Selamat pagi, Satomi-kun!"

"Hei, bocah kelas satu, setelah kerjaanmu selesai, mampir kesini ya!"

Diantara mereka adalah beberapa anggota klub drama.

Setelah menyapa Koutarou, mereka langsung bergegas menaiki tanjakan menuju sekolah.

"Selamat pagi! Aku nanti mampir pas pulang!"

Para anggota klub drama itu tidak berbalik menoleh setelah mendengar jawaban Koutarou, tapi justru semakin bergegas menaiki tanjakan dan menghilang dibalik tikungan. Melihat itu, Koutarou dan Sanae mulai tertawa.

"Kayaknya mereka telat datang rapat"

"Kayaknya tuh. Tulip sama Ruth-san kan tadi berangkat pagi banget"

Theia dan Ruth sudah lama tidak berada di kamar 106 semenjak mereka membuat rencana dengan klub drama. Koutarou dan yang lainnya akan bergabung dengan mereka berdua setelah menyelesaikan urusan mereka. Tapi, Theia, yang menulis naskah untuk drama, menjadi sangat bersemangat dan berpartisipasi secara penuh. Tentu saja, Ruth dengan setia mengikutinya.

"Kayaknya bakal kena marah Theia tuh"

"Pasti lah"

Koutarou dengan pelan menaiki tanjakan itu, mengarah menuju kerja paruh waktunya di sebuah penggalian arkeologi. Tapi, tidak seperti anggota klub drama, dia tidak sedang terburu-buru karena dia masih punya banyak waktu sebelum pekerjaannya dimulai.

"Jadi makin dingin nih"

"Karena festival budayanya juga udah dekat, artinya November juga makin dekat"

Festival budaya SMA Kitsushouharukaze akan diadakan tanggal 2 dan 3 November, dan karena saat itu sudah masuk pertengahan Oktober, pagi itu sudah menjadi lebih dingin dari biasanya.

"Hm? Kalau kupikir lagi, Sanae, kamu bisa merasa kedinginan?"

Sanae, yang tadi sempat menyebutkan masalah suhu, membuat Koutarou bingung.

"Nggak sih, tapi aku bisa ngerasain lewat kamu"

"Oh, gitu toh caranya"

Sama saat seperti mereka makan, saat Sanae sedang bergantung di punggung Koutarou, dia bisa merasakan panas dan dingin. Dan karena saat ini Sanae sedang bergantung pada Koutarou, dia bisa merasakan perubahan musim.

"Lagipula, belakangan ini kamu baik banget, Koutarou, jadi aku tahu gimana perasaanmu"

"Maksudnya?"

"Sebelumnya, kalau aku bergantung kayak gini, aku nggak bisa ngerasain atmosfirnya. Tapi, belakangan ini aku juga bisa ngerasain itu. Mungkin karena kamu udah lebih percaya sama aku sekarang"

Koutarou pun juga merasa seperti itu, semenjak hari libur di musim panas itu; dia sudah berhenti menganggap Sanae sebagai pengganggu. Saat ini, dia menganggap Sanae sebagai teman, atau mungkin adik perempuannya.

Tapi...

"...Bukannya gara-gara kamu ngerasuki aku lebih sering, ya?"

Koutarou belum cukup dewasa untuk mengakui hal itu. Karena merasa malu sudah ditebak oleh Sanae, Koutarou menyembunyikan perasaannya secara buru-buru.

"Kenapa sih kamu nggak bisa jujur bilang 'Aku cinta kamu, Sanae-chan!' "

"Gueh"

Karena marah, Sanae mulai mencekik Koutarou. Ditambah dia sudah melingkarkan tangannya di sekitar leher Koutarou sedari tadi, Koutarou tentu saja tidak bisa mencegah hal itu.

"Kalau kamu sayang, kan tinggal bilang aja! Bisikin 'Aku cinta kamu' yang manis dong! Peluk aku dengan sayang!!"

"S-Sakit nih..."

Sanae sudah mendekati level pegulat profesional dan Koutarou hampir saja kehilangan kesadarannya.

"...Huh?"

Tapi, tepat sebelum Koutarou jatuh pingsan, Sanae melonggarkan cekikannya.

"Huh, Haaaaah, haaaaah..."

Koutarou akhirnya bisa bernafas lagi dan dia langsung mencari nafas dengan terburu-buru. Setelah melakukannya beberapa kali, Sanae berbisik ke telinganya.

"Koutarou, mereka lagi main baseball disana tuh"

"Hm?"

Setelah bisa bernafas dengan normal, Koutarou menengadah dan mendengar suara yang familiar baginya - suara bat yang mengenai bola. Selain itu, dia bisa mendengar suara orang yang bersorak-sorak dan orang yang berlarian.

Seperti yang Sanae katakan, ada orang-orang yang sedang bermain baseball.

"..Klub baseball lagi ikut turnamen besar sekarang, jadi kapanpun mereka lagi nggak ada pertandingan, mereka pasti latihan"

"Hmm..."

Koutarou mulai mendaki tanjakan itu lagi selagi menggendong Sanae di pundaknya yang akhirnya sudah tenang kembali.

Setelah berjalan sebentar, barisan pepohonan berganti dengan tembok batu dan pagar. Di sisi lain pagar itu adalah lahan SMA Harukaze, dan didalamnya terdapat murid-murid berseragam baseball yang sibuk berlari.

"Memang beneran klub baseball"

"Ini memang waktunya mereka buat tampil..."

Koutarou melihat ke arah klub baseball yang sedang berlatih selagi dia terus berjalan. Langkahnya melambat, karena keinginannya sendiri.

Baseball ya...

Koutarou tidak merasa bermasalah dengan klub merajut - kegiatannya menyenangkan dan dia bisa berteman baik dengan Harumi. Tapi, Koutarou masih menyukai baseball karena dia sudah bermain hingga SMP dan dia suka berlatih. Itulah kenapa dia masih merasa menyesal tidak bergabung dengan klub baseball.

"Hei, Koutarou"

Setelah melewati sebgaian lapangan sekolah dan meninggalkan klub baseball yang masih berlatih, Sanae berbisik kepada Koutarou.

"Hm?"

Koutarou berbalik ke arah Sanae, karena dia tidak tertarik dengan pemandangan klub sepak bola yang sedang berlatih di depannya.

"Ayo kita lakukan. Baseball, maksudnya. Mungkin kamu mulai jadi bawahan dulu, tapi bagus kan, kalau kamu bisa ngelakuin apa yang kamu mau!"

"Sanae.."

Kata-kata Sanae membuat Koutarou terkejut, tapi Sanae terus melanjutkan bicaranya.

"Aku bakal bantuin kerjaan rumah dan yang lainnya, jadi aku yakin kamu pasti bisa main baseball!"

"...Makasih, Sanae"

Kata-kata Sanae yang baik itu membuat Koutarou sangat bahagia dan dia mengelus kepala Sanae sebagai balasannya.

"Tapi, nggak apa-apa kok. Aku nggak akan main baseball. Kamu nggak usah kuatir"

Koutarou justru menggelengkan kepalanya sembari terus mengelus kepala Sanae.

"Kenapa!? Kamu suka baseball kan?"

"Iya"

"Kalau gitu, ya main aja!!"

"Main baseball tuh butuh duit. Begitu juga, keadaan sekarang ini nggak mungkin kalau aku main baseball sama kerja paruh waktu. Kamu nggak bisa ngelakuin itu dengan iramamu sendiri, secara itu olahraga tim"

"Koutarou..."

"Tapi, makasih ya, Sanae. Makasih udah mau bilang begitu"

Koutarou terus mengelus kepala Sanae sambil terus tersenyum.

"Nggak"

Tapi, raut wajah Sanae masih terlihat murung, dan dia menggigit bibirnya karena sesuatu.

Kalau aja aku bukan hantu...aku bisa kerja atau semacamnya...lalu...

Itulah pertama kalinya dia menyesali dirinya yang seorang hantu sejak dia bertemu Koutarou.

"Oh?"

Koutarou tiba-tiba berhenti dan menunjuk sesuatu didepannya.

"Bukannya itu Tulip?"

"Eh?"

Saat Sanae melihat ke arah yang ditunjuk Koutarou, dia bisa melihat seikal rambut keemasan. Kelihatannya Tulip terjatuh di depan gerbang sekolah. Anehnya, ada tas besar yang menutupi badannya. Karena itulah yang nampak dari badannya hanyalah kepalanya saja.

"Dia lagi ngapain...?"

"S-Siapa yang tahu..."

Sanae betul-betul lupa tentang perasaannya yang kebingungan setelah melihat Theia dalam keadaan itu.

"Hey Tulip, kamu ngapain disitu?"

Koutarou memanggil Theia dan mulai berlari ke arahnya. Dan karena Sanae masih bergantung padanya, dia juga ikut terseret.

"...Hm?"

Theia menolehkan kepalanya begitu mendengar suara Koutarou.

"Apa ini permainan baru?"

"T-Tentu saja bukan! Cepat tolong aku!"

Kelihatannya dia baik-baik aja...

Koutarou bisa mengetahui kalau Theia baik-baik saja setelah mendengar nada bicaranya dan memperlambat larinya karena dia sempat kuatir.

"...Kura-kura?"

"Tulip, kamu ngapain aja, bisa sampai kayak gitu?"

Koutarou dan Sanae mendekati Theia dan memandangnya - Theia terjatuh tengkurap dengan tas besar di punggungnya, dan tas itu menutupi badan Theia yang kecil. Yang nampak keluar dari bawah tas itu hanya kepala, tangan dan kakinya, itulah kenapa dia menjadi mirip dengan kura-kura.

"Itu tidak penting, cepat keluarkan aku!!"

Rokujouma V4 125.jpg

"Nggak mau. Aku bantuin setelah kamu cerita kejadian lucu apa yang terjadi"

Saat itu Koutarou sedang tertarik dengan keadaan Theia dan hanya bisa memandangnya dengan penuh ketertarikan.

"Aku menolak! Memangnya seorang tuan puteri dari Forthorthe akan mengatakan hal memalukan yang terjadi pada dirinya begitu saja!"

Tentu saja, Theia tidak langsung menjawabnya. Wajahnya memerah dan dia memalingkan wajahnya dari Koutarou. Melihat hal itu, Koutarou berbalik dari hadapan Theia.

"Kalo gitu, tungguin orang lain lewat aja ya, Tulip"

"Ah, tunggu!! Lebih baik aku mengatakannya padamu tentang keadaanku yang memalukan ini dibandingkan orang lain!"

"Begitu dong dari tadi"

Sementara Theia dengan paniknya memohon kepada Koutarou, Koutarou berbalik sambil tersenyum jahil dan berjongkok dihadapan Theia.

"Kalau ternyata kamu tolongin juga, kenapa nggak dari tadi..."

"Kamu nggak mau tahu, kenapa Tulip bisa kayak gini?"

"Iya juga sih"

"Jadi, apa yang terjadi?"

Koutarou kembali tersenyum jahil dan bertanya kepada Theia. Melihat itu, Theia memalingkan wajahnya lagi.

"Aku sedang membantu memindahkan beberapa barang untuk set panggung....Karena ada banyak pakaian di dalamnya, aku pikir aku bisa membawanya, tapi ternyata aku jatuh! Itu saja!!"

Theia menjelaskan apa yang dialaminya dengan suara pelan, tapi perlahan suaranya mengeras dan akhirnya dia berteriak.

"Tertawalah! Aku tahu kau ingin--"

Tapi, sebelum Theia menyelesaikan kalimatnya, dia berbalik dan tidak bisa melihat Koutarou.

"H-Huh? Primitif...?"

Theia mulai mencari Koutarou di sekelilingnya, dan menemukannya telah berada dibelakangnya sedang memegang tas besar yang dipikulnya.

"Sanae, bantuin ya"

"Oke, dorong disini kan?"

"Yup"

"P-Primitif...? A-Apa yang kau...?"

Theia tidak bisa mengerti apa yang Koutarou sedang lakukan dan hanya bisa memandanginya.

" 'Apa yang aku lakukan?' Jelas menolongmu lah"

Koutarou membalasnya dengan heran.

"B-Bukan, aku mengerti itu, tapi, bukannya kau ingin menertawakanku?"

Itulah alasan kenapa Theia kebingungan - sudah sewajarnya jika Koutarou menertawakannya setelah mendengar apa yang terjadi. Tapi, dia tidak tertawa sama sekali, tapi justru mencoba memindahkan tas besar itu dengan raut wajah serius.

"Tadinya sih gitu, tapi setelah mendengar ceritamu, aku berubah pikiran"

Koutarou menghela nafas karena menyesal tentang apa yang direncanakannya.

"Aku pikir kamu mau ngelakuin sesuatu yang aneh lagi, tapi ternyata kamu lagi ngebantu mereka. Itu bukan alasan buat ketawa, ya kan?"

Setelah berkata seperti itu, Koutarou menggaruk kepalanya sambil tersipu malu dan berbalik dari hadapan Theia.

"Ah, eh...Iya.."

Theia tidak mempermasalahkan itu, tapi memikirkan apa yang baru saja Koutarou katakan.

Si primitif tidak menertawakan kegagalanku...?

Theia sempat yakin kalau Koutarou akan menertawakannya, dan dia kebingungan dengan reaksi Koutarou.

"Sanae, ayo mulai"

"Oke, ayo"

"Dorong!"

"Ei!"

Sementara Theia masih kebingungan, Koutarou dan Sanae bekerjasama untuk mengangkat tas itu dari punggungnya. Setelah bebas, Theia akhirnya bisa berdiri. Tapi, dia tidak melakukan itu, malahan terbaring telungkup di atas aspal dengan tatapan kosong.

Sebuah tangan terjulur kehadapan Theia. Theia melirik ke arah tangan itu dan menengadahkan kepalanya dan melihat Koutarou yang tersenyum.

Sementara Theia masih memandangi Koutarou dengan tatapan kosong, Koutarou tersenyum dan mulai bicara.

"...Apakah anda terluka, Yang Mulia?"

Yang diucapkannya barusan adalah dialog Ksatria Biru dari naskah drama Theia. Setelah berlatih bersama Harumi beberapa kali, Koutarou mengingat sebagian besar dialog Ksatria Biru.

"Ah...Iya..."

Setelah mendengar kalimat dari Ksatria Biru, Theia tidak bisa memalingkan wajahnya dari hadapan Koutarou - dia terus memandangi wajah Koutarou dan dengan gugup memegang tangannya. Saat Theia melakukan itu, Koutarou menariknya bangkit dan kembali berbicara.

"Tolong maafkan kekasaran hamba, Yang Mulia Theiamillis"

"....Tinggal minta maaf beneran aja bisa, kan...."

Sanae hanya bisa heran melihat Koutarou dan menghela nafas yang dibuat-buat.

"Idiot, ya kali aku bisa ngelakuin hal memalukan kayak gitu!"

"Kamu emang nggak bisa jujur ya? Ampun deh..."

Koutarou ingin meminta maaf kepada Theia, tapi karena terlalu malu untuk mengucapkannya dengan kalimatnya sendiri, dia meminjam kalimat milik sang Ksatria Biru. Itulah satu-satunya cara menyembunyikan rasa malunya.

Tapi, cara itu justru menghasilkan sesuatu yang tidak terduga - kata-kata Koutarou barusan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap Theia.

"K-Ksatria Biru-sama...?"

"Hm? Kamu kenapa, Tulip? Wajahmu aneh"

Theia masih memandangi wajah Koutarou, dan karena merasa itu aneh, Koutarou balas memandangnya kembali.

"A-Ah! A-Aku baik-baik saja, K-Ksatria--maksudku, a-aku baik-baik saja, p-primitif!"

"Lagakmu aneh. Kepalamu kebentur ya?"

Koutarou curiga kalau Thiea mungkin terluka karena dia bertingkah aneh.

"A-Aku baik-baik saja, aku betul-betul baik-baik saja!"

Theia justru berbalik dari hadapan Koutarou untuk menyembunyikan yang menjadi merah

"Beneran? Jangan maksa, tadi kamu manggul benda berat looh"

"Sudah kukatakan, aku baik-baik saja!"

Theia berbalik berteriak dengan punggungnya tetap menghadap Koutarou.

Tenanglah, Theiamillis. Dia bukanlah Ksatria Biru-sama, dia Koutarou...maksudku, si primitif! Kenapa kau begitu goyah! Semua baik-baik saja. Baik-baik saja!

Namun, teriakan itu kelihatannya justru mengarah kepada dirinya sendiri, bukan kepada Koutarou.



Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. https://id.wikipedia.org/wiki/Satire
  2. Salah satu hari libur nasional di Jepang


Kembali ke Bab 2 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 4