Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 4 Bab 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Di Pesta Dansa[edit]

Part 1[edit]

Minggu, 1 November

"Hmmm, kelihatannya lukamu benar-benar sudah sembuh"

"Kan sudah kubilang"

"Itu hanya kata-katamu saja, aku tidak bisa percaya itu"

Satu minggu telah berlalu semenjak Koutarou mendapat luka di dahinya. Luka itu sudah sembuh dan tidak terlihat begitu jelas.

"Lagipula, wajahmu memang milikmu, tapi di saat yang sama bukan milikmu. Besok adalah hari besarnya, tentu saja aku akan kuatir dengan wajahmu"

"...Kamu kuatir sama Ksatria Biru, bukan aku, kan?"

"Apakah itu salah?"

"Nggak, itu emang kamu banget, Tulip"

"Fufun ♪ ”

Theia tertawa lepas dan mulai berjalan disebelah Koutarou dengan langkah-langkah kecil.

Begitu, jadi si primitif benar-benar sudah sembuh...

Bagi Theia, keberadaan Koutarou dan sang Ksatria Biru sudah mulai bertumpuk. Ia sendiri mulai tidak yakin jika dia kuatir akan Koutarou atau sang Ksatria Biru.

"Yang manapun juga, dengan begini festival budaya besok akan berjalan dengan lancar"

"Hey Tulip, kamu harusnya kuatir sama diri sendiri daripada festival budaya. Si Clan lagi ngincar kamu, kan?"

Seminggu setelah insiden lampu itu, Theia terlibat dalam berbagai situasi berbahaya. Semuanya adalah serangan yang disamarkan sebagai kecelakaan. Terlebih lagi, tidak ada bukti yang ditinggalkan oleh si pelaku. Alasan kenapa dia tidak terluka adalah karena kemampuan atletiknya dan perlindungan oleh Koutarou dan yang lainnya.

"Apa? Kau kuatir denganku?"

"Yah, gitu deh. Kalau kamu sampai luka atau sekarat, aku bakal ngerasa ga enak. Lagian, Ruth bakal nangis kalau kamu sampai kenapa-kenapa"

"Tapi, aku tidak akan lari dan bersembunyi. Itu tidak cocok bagiku"

Koutarou masih kuatir dengan serangan yang akan datang, tapi Theia sendiri justru tersenyum tanpa merasa takut.

"Kalau kamu terus bilang begitu, lampu yang jatuh ke atas kamu bakal jadi masalah paling kecil yang pernah ada"

"Tidak apa-apa. Aku tidak sekedar ceroboh. Selama aku sadar kalau aku sedang melawan Clan, aku akan baik-baik saja"

"Apa maksudnya?"

Koutarou menduga kalau Theia hanya sekedar keras kepala, tapi jawaban yang diperolehnya tidak terduga.

"Clan sudah memeriksa perilakuku sebelumnya, jadi dia tidak akan menggunakan serangan yang akan meninggalkan jejak apapun. Kalau dia melakukannya, akan terungkap jika dia terlibat"

Kalau sampai ada sesuatu yang terjadi pada Theia, akan ada investigasi untuk memeriksa jika Clan terlibat dalam hal itu. Selain Theia yang berada di Bumi untuk ujiannya, keberadaan Clan di Bumi yang tidak ada kepentingan sama sekali jelas mencurigakan. Jika bukti apapun yang menunjukkan keterlibatannya ditemukan, maka dia akan kehilangan haknya untuk naik takhta.

Itulah kenapa Theia yakin kalau Clan akan mempertimbangkan hal itu saat dia sedang mengganggu jalannya ujian milik Theia.

"Itu berarti, selama aku bertingkah dalam cara yang tidak pernah dilihat Clan sebelumnya, aku akan aman"

"Begitu..."

"Itu benar. Alasan kenapa serangannya butuh waktu yang lama adalah karena investigasi yang dilakukannya dan persiapannya yang penuh hati-hati. Kalau kupikir-pikir, sudah dua bulan sejak dia datang ke Bumi"

"Iya juga, kalau dipikir lagi..."

Koutarou akhirnya setuju dengan Theia. Sudah dua bulan sejak Ksatria Biru mendeteksi kapal luar angkasa yang tidak diketahui itu. Sementara itu, apa yang dilakukan oleh krunya? Tentu saja, mereka pasti sedang melakukan pengamatan untuk menyerang Theia. Setelah dia memikirkan hal itu, semuanya mulai masuk akal.

Kapal tempur Clan yang kurang daya tempurnya, sifatnya, berbagai masalah yang muncul yang terjadi setelah Theia diserang.

Setelah menambahkan semua itu, Koutarou setuju bahwa hal itu memang seperti yang dikatakan Theia.

"Itulah kenapa jika aku pergi ke sekolah denganmu, tidak ada yang akan terjadi. Lagipula, sampai saat ini, aku tidak pernah pergi ke sekolah denganmu"

"Tapi, tetep aja..."

Namun, Koutarou masih merasa tidak enak, karena dia tidak tahu orang seperti apa Clan itu. Karena orang itu adalah orang yang tidak dikenalnya, Koutarou kuatir kalau Clan akan menyerang Theia dengan cara yang tidak terduga"

Si primitif...kuatir denganku..

Semenjak mereka bertemu, Koutarou menolak ide menjadi hamba Theia secara mentah-mentah. Tapi sekarang saat Theia sedang dalam bahaya, tentu saja Koutarou akan khawatir.

Dia tidak kuatir dengan tuan puteri Theiamillis, tapi aku secara pribadi. Bisa dikatakan, dia kuatir dengan Tulip...

Meskipun Koutarou dan Theia tidak sedang dalam hubungan tuan dan pelayan, Koutarou merasa kuatir. Itu adalah hal yang pertama kalinya terjadi bagi Theia, yang lahir di kalangan bangsawan. Tapi, Theia tidak membenci hal itu.

"Kalau kau memang kuatir, kalau begitu kenapa kau tidak melindungiku?"

Theia tersenyum sambil mengatakan itu.

"Bukankah itu tugas seorang ksatria, Ksatria Biru-sama?"

"Jangan anggap aku si Ksatria Biru kapanpun itu enak buatmu..."

Tidak seperti Theia yang memiliki raut wajah riang, Koutarou menurunkan pundaknya dan menghela nafas.

"Apakah itu salah?"

Dan saat dia melakukan itu, Theia membuat raut wajah yang terlihat usil.

"Nggak, itu emang kamu banget, Tulip"

"Fufun ♪ ”

Tapi, raut wajah usilnya hanya terlihat selama beberapa saat, dan senyumnya riang pun kembali menghias wajahnya.

"Kau harus bekerja keras, karena sebagai ksatria, adalah suatu kehormatan untuk bisa melindungi seorang tuan puteri"

"..."

Tulip?

Senyumnya saat itu begitu indah, sampai-sampai Koutarou merasa ingin melilndunginya.


Part 2[edit]

Pada malam sehari sebelum festival budaya, ada sebuah pesta yang diselenggarakan. Karena itulah klub drama menyelesaikan gladi bersih terakhir mereka sebelum malam.

"Kerja bagus, semuanya. Besok adalah hari-h-nya, jadi jangan berpesta terlalu lama"

Setelah si ketua menyatakan selesainya gladi bersih, semua orang di dalam gymnasium mulai terlihat bersemangat.

"Siiiip! Festival budaya bakal mulai!!"

"Cosplay cafe! Cosplay cafe!"

"Ah, ngedenger cosplay cafe bikin aku inget ini: klub padus bikin butler cafe"

"Seriusan!? Tapi, kalau dipikir juga, mereka bisa pake pakaian yang biasa dipakai buat tampil"

"Aku tertarik sama rumah hantu tahunannya klub sains"

Latihan panjang dan berat yang mereka jalani akhirnya berakhir. Semua orang bersemangat mengikuti pesta malam ini dan fesival budaya keesokan harinya.

"Fiuh, akhirnya selesai juga..."

Koutarou, yang sempat dimarahi oleh Theia di tengah-tengah gladi bersih, meregangkan badannya setelah si ketua klub mengakhiri gladi bersih hari ini. Saat dia melakukan itu, sendi-sendi badannya terdengar gemeretak. Meskipun zirahnya pas dengannya, tetap saja terasa ketat baginya.

"Koutarou, pakai ini"

Kiriha, yang memakai kostum biarawati, menawarkan handuk kepada Koutarou.

"Makasih, Kiriha-san"

"Ah, kuambilin ya"

Sanae, yang memakai pakaian peri, terbang ke arah Kiriha dan mengambil handuknya. Bagi orang lain, hal itu akan terlihat seperti handuk yang terbang sendiri. Tapi, Sanae dengan lihai menghindari pandangan orang saat dia kembali kepada Koutarou.

"Ini, Koutarou"

"Makasih, Sanae"

"Hehehe~"

Saat Koutarou menerima handuk itu dari Sanae, dia mengelus kepala Sanae dengan lembut, dan jimat di sekitar leher Sanae pun berayun. Biasanya, sebuah jimat dan kostum peri tidak akan terlihat cocok dikenakan bersama, tapi Sanae tidak mempermasalahkan hal itu.

"Rasanya kayak hidup lagi, akhirnya bisa istirahat juga"

"Kamu kayak bapak-bapak aja..."

Kenji melewati Koutarou yang sedang mengelap wajahnya dengan handuk. Dia sudah melepas kostum prajuritnya dan menggantinya dengan seragam sekolah.

"Hey, Mackenzie"

"Kou, jangan lupa, kamu tuh sang Ksatria Biru. Jadi, selama kamu masih pakai itu, paling nggak bertingkah kayak ksatria sungguhan dong"

"Diem deh! Si ketua bilang kan kalau udah selesai, jadi ya udah selesai!"

"Ya sudahlah"

Kenji menghiraukan itu dan hanya tersenyum kecut saat Koutarou berteriak kearahnya. Sesaat setelahnya, dia mulai memeriksa zirah yang dipakai Koutarou.

"Tapi, kamu mulai kelihatan kayak Ksatria Biru. Armornya pas banget"

"Oh iya dong. Kalau nggak, ajaran Tulip setelah selama itu bakal sia-sia"

"Aku denger-denger, lumayan berat ya"

"Iya lah. Baik yang ngomong maupun yang dengar bakal sama-sama nangis. Karena aku berhasil bertahan, aku yakin bakal baik-baik aja nanti"

Koutarou mengenang kembali pengalaman menyakitkan yang dialaminya selama dua minggu lalu.

Sikap badannya yang dibetulkan, cara berjalannya yang diatur, caranya berbicara, sopan santun, cara bertarung dengan pedang - pengetahuan Theia untuk mendidik seorang ksatria ternyata cukup luas. Dan jika Koutarou sampai salah melakukan sesuatu, dia akan mendapati pedang bambu melayang ke arahnya.

Satu-satunya tempat dimana dia bisa beristirahat hanyalah toilet.

"M-Maafkan aku, Satomi-kun. Ini semua karena aku tidak bisa diandalkan..."

Sebelum dia sadar, Harumi sudah berdiri disebelahnya dan mendengar keluhan Koutarou. Setelahnya, Harumi merasa rendah diri dan langsung meminta maaf karena dia pikir itu adalah kesalahannya jika Koutarou tersiksa seperti itu.

"Bukan salahmu kok, senpai. Lagian, aku yang menyarankan agar kamu yang dapat peran Puteri Perak"

"Itu ada benarnya...Tapi, kalau aku bisa lebih baik lagi, Matsudaira-san mungkin bisa tetap memerankan sang Ksatria Biru.."

"Aku nggak mau dapet latihan yang bisa bikin Kou ngeluh kayak gitu, jadi nggak masalah buatku"

Meski Kenji kecewa karena dia harus menyerahkan peran Ksatria Biru, setelah dia melihat bagaimana Koutarou terlihat setelah latihan khususnya, Kenji tidak menyesali hal itu. Tapi jika Kenji tetap memerankan Ksatria Biru, Theia mungkin tidak akan bertindak sejauh itu.

Ini semua karena Koutarou-lah yang mendapat peran itu, tapi yang mengetahui hal itu hanyalah Theia.

"Tapi, kalau aku harus meranin Ksatria Biru selevel ini, aku harap aku punya banyak waktu. Koutarou mungkin yang terbaik kalau dia bisa ngelakuin ini dalam waktu sesingkat ini"

"..Aku nggak tahu itu ngejek atau memuji"

"Idiot, ini aku memuji loh"

"...Fufufu"

Harumi, yang sedari tadi melihat Koutarou dan Kenji mengeluarkan tawa kecil.

Syukurlah...

Koutaoru mengehela lega setelah melihat Harumi yang mulai tersenyum.

"Apa yang kau lakukan di tempat ini, Satomi Koutarou?"

"Eh?"

Namun, rasa lega itu hanya bertahan sebentar saja.

Setelah menyelesaikan meetingnya dengan ketua klub, Theia datang berlari dan memegang lengan Koutarou.

"Apa maksudmu dengan 'Eh'? Kau akan tinggal disini untuk latihan khusus!"

"Eeeeeeeeh!?"

Theia mencoba menyeret Koutarou ke arah panggung, tapi Koutarou yang ingin pergi ke pesta mencoba melawan.

"T-Tunggu Tulip! Aku mau ke pesta! Aku mau senang-senang sama yang lain!"

"Tidak akan! Kalau kau punya waktu lebih untuk berpesta, aku akan membuatmu menggunakan waktu itu untuk belajar bagaimana bersikap layaknya ksatria! Masih terlalu cepat bagimu untuk penampilan pertamamu!"

"Nggaaaaaak! Aku nggak mau dapet penampilan pertama!"

Namun, Theia mengabaikan perlawanannya dan tetap mengarah ke panggung sambil menyeret Koutarou dengan paksa.

"Satomi-kun..."

"Turut berdukacita..."

Harumi melihat itu dengan gugup, sementara Kenji dengan girangnya mengucapkan salam perpisahan.

"Aaa~ah...Theia egois banget sih..."

"TIdak perlu merasa seperti itu, Sanae"

Sanae, yang sudah siap untuk bermain dengan Koutarou, merengut. Kiriha, yang kebetulan melihat hal itu, dengan tenang berbicara dengan Sanae.

"Koutarou mungkin mengatakan itu, tapi nyatanya dia ingin berlatih"

"Apa maksudnya?"

"Dengan mempertimbangkan perbedaan kekuatan antara Theia dan Koutarou, kalau dia benar-benar tidak ingin latihan, tidak mungkin dia tidak bisa kabur. Dia bahkan memakai zirah itu. Kalau dia benar-benar tidak mau, dia tidak akan diseret seperti itu"

"...Iya juga"

Sanae mulai merasa kesal setelah puas dengan penjelasan Kiriha.

Koutarou biasanya ceroboh, tapi kadang-kadang bisa jadi baik...Kamu cuma perlu baik sama aku!

Namun, perasaan Sanae saat itu sedang kacau, karena dia tahu itu adalah salah satu sisi baik Koutarou, lebih daripada orang lain.


Part 3[edit]

Saat Harumi selesai mengganti pakaiannya dan bersiap-siap untuk pulang, Koutarou dan Theia masih berlatih di atas panggung.

"Primitif, postur badanmu mulai turun! Jangan hanya terfokus pada pedangmu!"

"Nggak gampang buat narik pedang sambil jaga badan tetap tegak, tahu!"

"Aku tidak mau mendengar alasanmu! Kalau kau punya waktu untuk mengeluh, betulkan pegangan pada pedangmu!"

Suara Theia yang penuh semangat sampai kepada Harumi, yang kebetulan berada di luar gymnasium.

"Satomi-kun..kamu masih latihan ya..."

Hari itu sudah akan berakhir - saat itu, hari sudah malam. Karena pintu masuk ke gymnasium agak terpencil, daerah itu menjadi lebih gelap dibanding yang lain, dan Harumi berdiri sendirian di tempat yang sunyi itu.

Dia bisa mendengar suara yang riuh dari pesta yang diadakan di lapangan sekolah - suara komentator, suara musik, dan teriakan riang para murid - suara-suara itu bisa didengarnya dengan jelas, bahkan dari gymnasium.

"Jangan sombong cuma karena aku nggak bisa melakukannya!"

"Jaga bicaramu! Apakah itu caranya kau berbicara kepada tuan puteri!?"

Tapi, Harumi hanya mendengarkan suara Koutarou dan Theia - dia tidak memperhatikan suara-suara yang lainnya.

"Ingat ya, setelah semua ini selesai, kamu bakal menyesal, tuan puteri Theiamillis"

"Aku sudah lupa ♪ ”

"Sialan kamu, ayo kita ribut!"

Satomi-kun...Theiamillis-san...

Harumi telah datang untuk menolong Koutarou berlatih, namun saat dia sudah menyentuh pintu ruang gymnasium, tekadnya memudar. Dia menjadi gugup setelah mendengar suara Koutarou dan Theia yang sedang berdebat.

"Tenanglah, primitif. Setelah drama esok hari telah selesai, aku akan membalasmu dengan sesuatu yang setimpal"

"Kamu udah bilang begitu, jangan sampai lupa ya!"

"Tentu saja. Aku tidak selicik itu. Aku akan memberimu hadiah yang sepadan dengan perbuatanmu. Aku bersumpah atas namaku"

"Oke, aku ngerti...jadi, tadi kita sampai mana?"

Latihan Koutarou dan Theia benar-benar berbeda dengan latihan Koutarou dan Harumi. Koutarou saat itu terdengar bersemangat dan berbicara dengan Theia tanpa berpikir panjang. DIbandingkan dengan saat dia berbicara dengan Harumi, Koutarou akan selalu berhati-hati dan menjaga bicaranya.

Satomi-kun memperlakukan Theiamillis-san seperti teman baik...tapi aku...betul-betul diperlakukan seperti tuan puteri..

Harumi mengerti bahwa Koutarou betul-betul menghargai dan menyayanginya. Tapi saat dia melihat Koutarou dan Theia bersama-sama, Harumi selalu merasa jika dia berada selangkah atau dua langkah dibelakang mereka. Meskipun mereka berteman, dia merasa jika diperlakukan layaknya seorang pembeli[1].

Dulu saat aku bertemu dengannya di pantai...mungkin gadis yang bertengkar dengannya waktu itu adalah Theiamillis-san...?

Harumi teringat saat dia berjumpa dengan Koutarou di pantai dan mulai merasa tidak enak. Di saat itu, Koutaoru sedang khawatir dengan perubahan hubungannya dengan seseorang. Jika seseorang itu adalah Theia...

Kalau itu memang keadaannya...aku tidak punya kesempatan untuk menang...Satomi-kun tidak akan memperlakukanku seperti itu...

Karena rasa tidak enak itu, Harumi tidak bisa memberanikan dirinya untuk membuka pintu.

"Wahahaha! Yang bener aja, Tulip! K-kamu kependekan buat jadi Puteri Perak! Wuahahahaha!"

"D-Diam, primitif! Beraninya kau mengatakan itu kepada seorang gadis!? Dimana sopan santunmu!?"

"M-Maaf, ehehe, k-kalau begitu, silahkan pakai kardus ini. Hahahaha!"

"Sialan kau, aku memperlakukanmu dengan baik dan ini yang kudapat!? Sepertinya aku harus mengajarimu sopan santun lagi!"

Pada akhirnya, Harumi tidak bisa membuka pintu ruang gymnasium, membalikkan badannya dan berjalan menuju lapangan sekolah.

Apa yang harus kulakukan agar Satomi-kun memperlakukanku seperti itu...

Namun, bahkan setelah mengikuti pesta, Harumi hanya bisa memikirkan apa yang telah dia dengarkan.


Part 4[edit]

Sementara Koutarou dan Theia masih berdebat di dalam gymnasium, Ruth dan Yurika telah kembali ke kamar 106.

"Aku pulang"

"Aku pula~ng"

Meskipun pestanya masih berlangsung, Ruth pulang lebih awal untuk menyiapkan makan malam, dan Yurika harus memberi makan Hercules.

"Selamat datang, Yurika-sama"

"Hai, Ruth-san"

Keduanya saling menyapa saat mereka memasuki kamar yang kosong itu.

"Ruth, ini kuncinya"

"Terima kasih. Aku akan menyimpannya"

Saat mereka masuk, Yurika memberikan Ruth kunci kamar itu. Ruth adalah penghuni kamar 106 yang paling dipercaya, jadi dialah yang dipercaya dengan masalah keuangan dan juga kunci kamar itu.

"Waktunya nonton TV"

Yurika memasuki kamar yang redup itu dan langsung menuju TV. Melihat hal itu, Ruth menyalakan lampu dalam kamar sebelum kembali ke dapur. Saat Yurika menyalakan TV yang sudah tua itu, TV itu mengeluarkan suara melengking tinggi yang familiar. Karena TV itu hanya bisa menerima transmisi sinyal analog, gambar yang ditampilkan cukup buram.

"Syukurlah, masih sempat..."

Namun, Yurika tidak memikirkan itu saat dia mulai memandangi layar TV. Acara yang ditunggu-tunggu olehnya adalah anime berjudul 'Magical Girl Love Love Heart'. Meskipun menonton acara itu setiap minggunya telah menurunkan derajatnya sebagai gadis penyihir, Yurika tidak terlihat peduli sedikitpun.

"Gawat, aku harus kasih makan Hercules-chan. Kan itu alasanku pulang cepat"

Yurika teringat kembali tujuan awalnya saat iklan mulai ditayangkan. Dia memalingkan pandangannya dari TV dan mendekati lemari. Di saat yang sama Yurika akan membuka pintu geser lemari, Ruth masuk ke dalam ruangan.

"Yurika-sama, apakah kau mau minum teh bersamaku?"

"Ah, aku mau! Aku keluarin cemilan ya!"

Yurika mengeluarkan sangkar serangga Hercules, makanannya dan sekantung kue beras dengan label diskon yang masih menempel di bungkusnya, dan meletakkan itu semua di atas meja teh. Di saat yang sama, Ruth masuk ke ruangan itu dengan membawa nampan berisi dua cangkir teh dan teko teh.

"Nih, Ruth-san, pakai alas duduk yang ini"

"Terima kasih, Yurika-sama"

Dan mereka memulai kegiatan mereka: Yurika memberi makan Hercules dan Ruth menuang teh ke dalam cangkir.

"Acara baru!"

Di saat itu, kata-kata yang menarik perhatian Yurika muncul di TV. Dia menutup kaleng makanan Hercules sambil terus menonton TV.

"Berkat dukungan para penonton, acara kami akhirnya akan tayang kembali!!"

"Ha--"

Tepat setelahnya, sebuah kumbang besar muncul di layar TV.

Tanduk besar, punggung berwarna kuning dengan bintik hitam.

Meskipun desainnya dibuat lebih imut untuk dijadikan anime, tidak diragukan lagi kalau yang tampil saat itu adalah kumbang Herkules.

"Raja para kumbang, Kabutonga -- Second Impact! Pertarungan seru para kumbang akhirnya akan kembali! Hercules! Atlas! Caucasus! Dan semangat Jepang yang membara -- sang kumbang badak!!"

Yurika, dengan wajah yang ketakutan, perlahan menoleh ke arah Ruth.

"Akankah kekuatan keluar sebagai pemenang? Ataukah teknik? Siapakah yang akan menang!? Dan jangan lewatkan sang legenda yang ikut bertarung!!"

Ruth tetap tersenyum sembari terus menuangkan teh ke dalam cangkir - cangkir yang sudah penuh dengan teh dan sekarang tumpah membanjiri nampan.

"Hiii!?"

Yurika merasakan bahaya dari senyuman itu dan menggigil ketakutan.

"Sang raja kumbang, Kabutonga -- Second Impact! Akan mengudara di channel ini pada 11 November, jam 06:30 malam!"

"Hmmm, jadi...Hercules-chan...adalah...kumbang..."

"Hiiii!?"

S-Satomi-san, tolong, tolong aku! Buruan pulang!! Tolong aku!! Aku nggak mau sendirian disini!!

Yurika hanya bisa berteriak di dalam pikirannya, karena dia tidak bisa melakukan itu di dalam kenyataan.

"Kumbang...Fufufufu, begitu, jadi itu yang namanya kumbang...ahahahaha..."

Ruth melepaskan tekonya - hampir seperti melemparnya - tapi ajaibnya teko itu mendarat dengan sempurna.

"R-Ruth-san...t-tolong tenang sedikit, ya?"

"Aku tenang...aku cukup tenang..."

Ruth mengatakan itu dengan suara yang dingin dan datar sambil mulai mengayunkan tangan kanannya di depannya. Saat dia melakukan itu, sebuah cahaya kebiruan muncul dari gelangnya dan sebuah alat berbentuk silinder muncul di tangannya.

Alat itu dikirim dari kapal Ksatria Biru: sebuah pemukul lalat berukuran besar yang terbuat dari plastik berwarna hijau.

Rokujouma V4 227.jpg

"Hanya saja..."

Mata Ruth mulai menyala dengan kemarahan.

"Hiii!?"

"Dalam nama keluarga ksatria yang penuh kehormatan, Pardomshiha, aku tidak akan membiarkan seekor kumbang berada di hadapanku!!"

Ruth akhirnya mengetahui kalau Hercules adalah seekor kumbang.

"Kau akan mengutuk takdir yang membuatmu muncul dihadapanku, Hercules-chan!!"

Ruth mengayunkan pemukul lalat itu dengan seluruh kekuatannya.

"Rasakan penghakimanku!!"

"Kyaaaaaaa!!"

Pemukul lalat itu dengan cepat mengarah ke sangkar serangga.

"Tidaaaak! Hercules-chaaaan!"

Pemukul lalat Ruth memukul udara dan menabrak dengan meja teh. Yurika berhasil mendorong sangkar itu tepat pada waktunya. Berkat itu, Hercules-chan selamat dari sergapan maut.

"Haaaah...ahh..hah...h-hampir saja..."

"Yurika-sama, kau seharusnya tidak melakukan itu"

"R-Ruth-san!"

"Kau tidak bisa membiarkan kumbang itu tetap ada. Aku harus memusnahkan mereka semua, atau aku akan menjadi gila"

"J-Jangan!"

Yurika menggelengkan kepalanya dan berdiri sambil memeluk sangkar serangga itu.

"Kalau Hercules-chan mati, adiknya si wakil ketua bakal sedih"

"Aku sedih selama kumbang itu hidup"

Ruth mulai membidik sangkar serangga di tangan Yurika sekali lagi.

"Fufufufufufu...Satomi-sama menginginkanku, bukan sesuatu semacam kumbang...."

Trauma yang dialami Ruth pada malam itu di pantai telah terukir di dalam hatinya. Sebagai seorang wanita, dia tidak bisa menerima begitu saja jika Koutarou menyukai kumbang lebih daripada dirinya. Karena itulah Ruth telah betul-betul kehilangan pengendalian dirinya.

"Ruth-san, kamu nyeremin!"

"Rasakan penghakimanku!!"

"Kyaaaaaaa!!"

Pemukul lalat itu datang menyerang kembali, dan Yurika dengan buru-buru menghindarinya.

"Kita kabur, Hercules-chan!!"

Yurika melesat keluar dari ruangan dalam dan mengarah ke pintu depan.

Si wakil ketua klub cosplay akan mengambil kembali Hercules pada hari terakhir festival budaya, jadi Yurika tidak bisa membiarkan Hercules menjadi gepeng sebelum hari itu tiba.

"Tunggu, Yurika-sama! Aku tidak berniat berkelahi denganmu!"

"Kamu bilang begitu juga, tetep aja Hercules-chan bakal...!"

"Tidak apa-apa! Aku akan bertanggung jawab dan menguburnya sendiri!"

"Itu nggak nggak apa-apa!!"

Yurika tanpa ragu melompat keluar dari kamar 106.

Setelah akrab dengan Hercules setelah merawatnya selama dua bulan, Yurika tidak bisa membiarkan Ruth mengambilnya begitu saja pada akhirnya.


Part 5[edit]

Meskipun latihan yang dijalani Koutarou dan Theia berawal dengan kacau, saat itu latihan sudah berjalan dengan serius.

Pesta yang berlangsung di lapangan sekolah sudah mencapai puncaknya, dan keributan yang ada sudah mulai mereda. Suara-suara yang terdengar yang berasal dari dalam gymnasium berasal dari Koutarou dan Theia.

"Anda hanya bermain-main, tuan puteri"

"Saya tidak sedang bermain-main. Meskipun ini hanya festival panen desa, sebuah dansa tetaplah sebuah dansa. Sebagai gadis yang beranjak dewasa, saya pun tentu akan tertarik"

Koutarou sedang berakting sebagai Ksatria Biru dan Theia sebagai Puteri Perak. Setelah berlatih bersama selama dua minggu, mereka berdua terlihat kompak.

Berkat semua latihan itu, Koutarou bisa bersikap layaknya seorang katria, dan karena Theia yang begitu mengagumi sang Puteri Perak, dia tidak kalah dari Harumi dengan menunjukkan aktingnya yang begitu memukau.

"Namun, terlalu bahaya bagi anda untuk pergi sendirian"

"Itulah sebabnya saya memintamu, yang memiliki gelar seorang ksatria, untuk menjadi pendampingku, Tuan Veltlion"

Seperti yang diharapkan dari seorang tuan puteri, aku rasa...

Koutarou menilai tinggi akting yang dilakukan Theia setelah berlatih bersamanya. Dibandingkan dengan Harumi, Theia tidak bisa meniru sisi Puteri Perak yang rapuh sebaik Harumi, karena sifat Theia yang begitu enerjik. Tapi, jika mengenai sopan santun, tentu saja Theia jauh lebih baik, dan dialognya cocok dengannya. Dengan begitu, jika dibandingkan, Theia lebih baik jika berakting sebagai Puteri Perak, sementara Harumi lebih baik jika memerankan Alaia.

"Saya hanyalah seorang ksatria dari daerah setempat, saya tidak layak mendapat kehormatan seperti itu"

"Oh, meskipun saya terlihat seperti ini, saya tumbuh dengan menjelajahi dataran dan pegunungan dari daerah utara Mastir. Saya masih bisa dipanggil sebagai seorang gadis desa"

Kerja bagus sudah berusaha sekeras ini...kau sudah menjadi layaknya Ksatria Biru...

Theia juga menilai tinggi akting yang dilakukan Koutarou. Dia masih perlu waktu menjadi ksatria dan aktor yang sesungguhnya, tapi dengan mempertimbangkan waktu dua minggu yang dijalaninya untuk berlatih, Koutarou sudah cukup berkembang untuk mendapat pujian.

Lagipula...

Theia mengingat kembali hari dimana sebuah lampu jatuh dan akan menimpanya, dan juga penampilan Koutaruo saat dia melindunginya - Badannya dilengkapi zirah berwarna biru, dan dia memanggilnya tuan puteri. Saat Theia mengingat itu, sesuatu didalam dirinya berteriak jika orang dihadapannya adalah sang Ksatria Biru yang sesungguhnya. Itulah kenapa Theia merasa dia tidak perlu mengeluarkan keluhan sepele tentang kemampuan berakting Koutarou.

Setelah menyelesaikan latihan, mereka berdua berhenti bergerak. Saat mereka melakukan itu, Koutarou melakukan sikap siap. Setelah mereka menyelesaikan latihan mereka selama dua minggu ini, Theia akan selalu menilai kesalahan-kesalahan kecil Koutarou.

"Hmmm, baiklah, ini sudah cukup bagus"

"Eh?"

Tapi, berlawanan dengan apa yang diharapkan Koutarou, Theia tidak mengatakan apapun. Dia hanya tersenyum sambil tetap diam.

"Y-Yakin?"

"Masih ada beberapa bagian yang aku keluhkan, tapi tidak ada yang bisa kuperbaiki sebelum drama dimulai besok. Jadi, untuk kali ini akan kubiarkan"

"Uaaaaaah! S-Selesai juga!!"

Koutarou bersorak begitu mendengar itu. Dia akhirnya menyelesaikan latihan khususnya yang panjang dan menyakitkan selama dua minggu. Tapi, akhirnya hal itu berakhir.

"Tolong tenanglah sedikit. Sudah berapa kali kukatakan agar kau menjaga sikapmu selama memakai itu?"

"M-Maaf"

"...Yah, tidak apa-apa. Aku mengerti apa yang kau rasakan"

Theia terlihat seperti akan mengeluh, tapi sesaat setelahnya dia kembali tersenyum. Dia merasa puas karena sudah menyelesaikan pekerjaannya.

"Sekarang, hal yang tersisa adalah menunggu drama pada esok hari. Sudah secepat ini waktu berlalu..."

"...Buatku rasanya kayak nggak ada akhirnya"

Koutarou melemaskan pundaknya dan tersenyum sambil mengatakan itu.

"Fufu, kau lemah"

"Diamlah"

Seperti halnya Theia, Koutarou juga merasa puas dengan pencapaiannya dan tersenyum. Selama kurun waktu dua minggu, mereka berdua telah membangun sebuah ikatan.

"Hmm? Ini..."

Ruang gymnasium menjadi sunyi ketika mereka berhenti berakting, dan karenanya, Theia bisa mendengar suara yang datang dari luar.

"Apa?"

"Musik dan lagunya..."

Apa yang didengar Theia saat itu adalah ballad dengan tempo yang pelan. Koutarou juga memperhatikan hal itu dan mengangguk.

"Ah, mereka pasti udah mulai menari di pesta"

"Menari?"

"Ya. Udah jadi tradisi tahunan buat klub menari. Tentu aja, nggak ada orang yang benar-benar tahu gimana caranya menari, jadi mereka asal menari saja"

Kalau saja bukan karena latihannya, Koutarou pasti sudah berada di pesta itu. Tapi, dia melewatkan hal itu.

"Menari ya...Sekarang kalau kupikir-pikir kembali, sudah lama aku tidak berdansa..."

Theia mulai memegang ujung roknya dengan perlahan, dan mulai mengetukkan sepatunya mengikuti alunan musik.

Saat Theia masih tinggal di Forthorthe, dia pasti mengikuti pesta dansa secara rutin. Meskipun dia tidak bisa menurunkan kewaspadaannya selama di Forthorthe, pesta dansa adalah salah satu dari sedikit hal yang tidak dibencinya.

Tulip?

Theia saat itu terlihat gembira, tapi di saat yang sama dia juga terlihat sedih. Melihat itu, Koutarou merasa kalau dia tidak bisa membiarkan Theia sendirian.

Ah, gawat...Dia akhirnya bisa menyelesaikan latihan menyakitkan ini, dan...

"Ajari aku, Tulip"

Rokujouma V4 237.jpg

Meskipun dia sadar kata-kata itu akan membuat latihannya akan menjadi lebih lama.

"Eh?"

Theia menghentikan ketukan kakinya dan mengangkat kepalanya tanpa bisa berkata-kata setelah mendengar kata-kata itu.

"Berdansa. Kamu sudah mengajariku tata krama, tapi kamu belum mengajariku berdansa. Mengetahui itu adalah hal penting untuk kaum atas, bukan?"

"Ah..."

Theia hanya memandangi Koutarou dengan penuh kagum, dan mulai tersipu.

"A-Ada benarnya juga, aku belum mengajarkanmu hal itu..."

Apakah itu demi diriku....? Benarkah...?

Theia menekan kebingungan yang ada di dalam dirinya dan kembali melihat ke arah Koutarou. Saat dia melakukannya, Theia melihat raut wajah yang diidamkannya: wajah yang ceria dengan mata yang menjaga Theia dengan tenangnya. Seketika itu juga, keraguan yang dirasakan Theia berubah menjadi sebuah keyakinan.

Bodoh....sadarlah dengan dirimu sendiri. Kau terlalu ambisius...

Meskipun Theia berpikir seperti itu, dia tetap tersipu.

"Saya hanyalah seorang ksatria dari daerah setempat, saya tidak layak mendapat kehormatan seperti itu"

Koutarou mengucapkan sebuah kalimat dari naskah drama dan mengulurkan tangannya kepada Theia, dan Theia tersenyum sembari membalasnya dengan kalimatnya sendiri:

"Oh, meskipun saya terlihat seperti ini, saya tumbuh dengan menjelajahi dataran dan pegunungan dari daerah utara Mastir. Saya masih bisa dipanggil sebagai seorang gadis desa"

Mereka pun bergandengan tangan dan mulai bergerak mengikuti irama musik.


Part 6[edit]

Saat Sanae, Kiriha, dan Shizuka tiba di gymnasium, Koutarou dan Theia sedang berada di tengah-tengah pelajaran dansa mereka. Karena mereka tidak mau mengganggu mereka berdua, mereka bertiga hanya menonton saja dari luar.

"Jangan menginjak kakiku! Kalau kau menginjaknya dengan zirah itu, kakiku akan hancur!"

"M-Maaf, ternyata gerakin kaki seperti ini lebih susah dari yang kupikir"

"Kalau terus begini, kakiku akan benar-benar remuk!"

"Oh, boleh juga..."

"Berhenti mengatakan itu dan pelajari langkahnya!"

Suara Koutaoru dan Theia yang penuh semangat sampai ke pintu dimana ketiga gadis yang lain sedang menonton.

"Apa..."

Melihat kedua orang yang sedang berdansa itu, Sanae menghela nafas cukup panjang.

"Kukira mereka bakal bosan latihan, ternyata lagi senang-senang gini toh. Kayaknya aku nggak perlu kuatir tadi"

"Ya, aku nggak nyangka mereka bakal berdansa"

Shizuka setuju dengan Sanae. Baginya, kelihatannya mereka sedang bersenang-senang meskipun saat itu perdebatan diantara mereka sedang berlangsung.

"Karama. Korama"

Namun, raut wajah Kiriha saat itu terlihat serius, berbeda dengan saat dia menikmati pesta di lapangan atau saat dia kuatir dengan latihan Koutarou dan Theia. Raut wajahnya saat itu seakan-akan sedang menghadapi sesuatu yang betul-betul berbahaya.

"Ya Ho-!"

"Disini Ho-!"

Saat Kiriha memanggil mereka, kedua haniwa itu muncul.

"Apa ada seseorang yang masuk atau meninggalkan gym saat aku sedang pergi?"

"Tidak Ho-!"

"Harumi-chan sempat mampir, tapi dia pergi tanpa sempat masuk Ho-!"

"Begitu, kalau begitu baiklah. Teruslah berjaga-jaga"

"Mengerti, Ho-!"

"Ayo pergi Ho, Korama!"

Kiriha telah memerintahkan kedua haniwa miliknya untuk menjaga gymnasium, karena dia khawatir tentang orang yang mengincar Theia.

"Kiriha, kayaknya kamu terlalu cemas deh. Festival budaya tuh waktunya buat senang-senang, dia pasti nggak akan nyerang"

"Seandainya memang itu yang terjadi..."

"Apakah kau membicarakan soal musuh Theia?"

"Itu benar. Theia-dono telah diserang beberapa kali, jadi aku sedikit cemas"

Kiriha selalu berjaga-jaga setiap saat, tapi dia tetap tidak bisa menemukan musuh Theia maupun menemukan bukti yang berguna.

"Konflik antar keluarga ya...Nggak nyangka bakal kejadian didekatku"

"Memang tidak terasa seperti itu, tapi Theia benar-benar seorang tuan puteri"

Mereka bertiga melihat ke arah panggung, dimana pelajaran berdansa antara Koutarou dan Theia masih berlangsung. Keduanya, yang masih terus bertengkar sembari berdansa, tidak merasa berada dalam bahaya meskipun ada musuh yang sedang mengincar mereka.

Mungkin dia merasa yakin karena sudah mengetahui siapa musuhnya, atau karena berada dekat Koutarou membuatnya bisa bertingkah seperti itu...

"Uuuuh, semuanya, t-tolongin aku dooong!!"

Tepat saat itu, Yurika sampai di gymnasium, dan masih memeluk erat sangkar serangga sambil mendekat ke arah Kiriha dan kedua gadis lainnya.

"Hercules-chan bakalan--!! Hercules-chan bakalan--!!"

"Yurika!? Apa yang terjadi!?"

Ketiga gadis itu terkejut dengan datangnya Yurika, yang mulai menjelaskan situasi yang dihadapinya sambil menangis.

"Sebenarnya, Ruth-san tahu kalau Hercules-chan itu kumbang!"

Mereka bertiga tahu tentang Yurika dan Hercules, dan juga seberapa bencinya Ruth terhadap kumbang. Jadi, dari sana, mereka bisa menerka apa yang terjadi, tapi mereka bertiga menunjukkan reaksi yang berbeda.

"D-Dasar tolol! Kenapa bisa!?"

Sanae memarahi Yurika dan mulai menangis. Karena dia suka binatang, tentu saja Sanae khawatir dengan Hercules.

"Wah, wah, padahal hampir saja..."

Shizuka juga kuatir dengan Yurika dan Hercules, tapi tidak seperti Sanae. Tapi, dia lebih kuatir dengan pemilik asli Hercules, adik laki-laki si wakil ketua klub cosplay.

"Begitu..."

Dan Kiriha justru tersenyum. Karena dia selalu kuatir dengan Theia yang akan diserang, insiden kecil ini justru membuat pikirannya menjadi lebih tenang.

"Mau gimana lagi! Itu nggak bisa dihindari! Pas kami lagi nonton TV, ada iklan soal acara baru soal kumbang yang muncul! Kalau kamu mau komplain, komplain sama yang buat anime, dong!"

"Idiot!! Itu gara-gara kamu seenaknya nonton anime!"

Iklan anime itu muncul karena Yurika sedang menonton anime yang lain. Kalau saja dia tidak menonton acara itu, tragedi itu mungkin bisa terhindarkan.

"Hiiiii! Maafkan aku!!"

"Yang penting lagi, apa yang terjadi!? Mana Ruth!?"

"Ruth-san udah lepas kendali, dia bilang mau bikin Hercules ngerasain penghakimannya, lalu tadi ngejar aku!!"

Semenjak dia kabur dari kamar 106, Yurika tidak berhenti berlari. Meskipun kemampuan atletiknya tidak bagus, karena nyawa Hercules saat itu sedang terancam, Yurika lari sampai ke tempat itu tanpa berhenti sedikitpun. Dan kerja kerasnya pun terbayarkan, karena dia bisa lolos dari Ruth saat sedang berlari ke tempat itu.

"Sembunyiin aku dong! Tolong!"

"Aku mengerti. Kalau Ruth-san mampir kesini, aku bikin dia pergi ke tempat lain"

"M-Makasiiiiih!!"

Hercules akan dikembalikan dalam waktu dua hari. Dimulai dengan pesta hari ini, SMA Kitsushouharukaze akan menyelenggarakan festival budaya selama tiga hari. Yurika berencana melindungi Hercules dengan bersembunyi di sekolah selama sekolah masih dibuka.

Di saat itu, sebuah haniwa muncul di pintu masuk gymnasium.

"Nee-san, Ruth-chan datang mendekat Ho-!"

"Itulah yang mereka katakan..."

"Yurika, jangan bengong! Sana sembunyi!"

"B-Baik!"

Yurika memaksa badannya yang kelelahan untuk berlari masuk ke dalam ruangan perlengkapan gymnasium di sebelah kiri panggung. Karena ruangan perlengkapan itu mengarah menuju panggung, ruangan itu menyimpan banyak bagian properti panggung untuk drama esok hari. Karena itulah ruangan itu menjadi tempat yang sempurna untuk bersembunyi.

Tepat setelah Yurika menutup pintu ruangan itu, Ruth mendarat tepat di depan gymnasium.

"Haaaah, aaaah, hah...."

Seperti halnya Yurika, Ruth pun juga kelelahan. Meskipun mereka bertiga berjarak agak jauh darinya, Sanae dan kedua gadis yang lain bisa mendengar suara nafasnya yang terengah-engah. Tapi, Ruth tidak punya waktu untuk mengambil nafas. Dia memeriksa bagian luar gymnasium sambil memegang pemukul lalat yang besar.

"R-Ruth-san, kamu kesini juga?"

"Hey, Ruth, kamu ngapain bawa itu?"

Shizuka dan Sanae mencoba memanggil Ruth.

"Fuuuuuh, haaahh, fuuuu...."

Namun, Ruth sama sekali tidak bereaksi terhadap suara mereka, dan tetap melangkah maju sambil bernafas dengan terengah-engah.

"Hiii!?"

"S-serem"

Pemandangan yang hampir tampak tidak nyata dimana seorang gadis yang memakai celemek sambil memegang pemukul lalat besar, lengkap dengan raut wajahnya yang berbahaya dengan pandangan yang menusuk membuat Sanae dan Shizuka menggigil ketakutan.

"Kelihatannya dia benar-benar kehilangan kendali dirinya karena amarahnya. Dia bahkan tidak mendengar suara kita"

"Kita bisa apa kalau dia sudah seperti ini!?"

"T-tamat sudah...Maafkan aku, Yurika-san, Hercules-chan.."

Di saat itu, Sanae dan Shizuka sudah menyerah untuk membujuk Ruth. Setelah meilhat Ruth dalam keadaan seperti itu, tidak ada diantara mereka yang merasa yakin kalau mereka bisa membujuknya untuk kembali normal. Hanya masalah waktu sampai Yurika dan Hercules jatuh ke tangan Ruth.

Tapi, tepat di saat itulah sesuatu yang tidak disangka-sangka justru terjadi.

"...!?"

Untuk suatu alasan, tiba-tiba Ruth berhenti bergerak. Hal itu terjadi saat dia melihat ke arah panggung untuk mencari Yurika dan Hercules. Saat Ruth melakukan itu, dia melihat dua orang.

"Y-Yang...Mulia...Satomi...sama...?"

Di atas panggung, Theia dan Koutarou berpegangan tangan dan dengan riangnya berdansa. Theia hebat dalam berdansa, tapi karena teman dansanya adalah Koutarou yang masih pemula, dansa mereka terlihat aneh. Kapanpun Koutarou membuat kesalahan, Theia akan memarahinya. Karena itulah dansa yang mereka lakukan saat itu tampak seperti tarian anak kecil yang tidak layak mendapat pujian.

"Yang Mulia sedang....berdansa dengan gembira..."

Namun, Ruth tahu.

Dia tahu bahwa Theia menikmati tarian anak kecil itu dari lubuk hatinya yang paling dalam.

Karena dia tumbuh bersama Theia dan menjadi dekat dengannya layaknya saudaranya sendiri, Ruth mengerti hal itu lebih dari siapapun.

Theia mungkin menyukai pesta dansa, tapi Ruth sendiri tidak pernah melihatnya menikmati tarian itu sepenuh hatinya.

Meskipun ruangan dansanya tampak jelek, bandnya tidak bermain dengan kompak dan teman dansanya betul-betul seorang pemula, senyuman Theia saat itu terlihat memukau.

Bagi Ruth, itu adalah pemandangan yang luar biasa.

"...H-Huh? Kenapa aku berada disini? Eh!?"

Dan karena pemandangan yang mengagumkan itu, Ruth kembali tersadar.

"Kenapa aku memegang pemukul lalat?"

Setelah sadar, Ruth betul-betul lupa akan semua hal yang dia lakukan sebelum dia kehilangan kendali dirinya saat marah. Otaknya yang melakukan itu untuk melindunginya dari kenangan yang menyakitkan.

"Aku sedang menuangkan teh untuk Yurika-sama dan...huh?"

"Dia kembali sadar!? Siiip!"

"Syukurlah, kamu baik-baik saja, Ruth-san?"

"Hah...Shizuka-sama, apa maksudnya? Apa ada sesuatu yang terjadi?"

Ruth sama sekali tidak tahu apa yang sudah terjadi, dan melihat ke sekelilingnya dengan penuh kebingungan.

"Ah, eh, yah...Ruth-san"

"Hah..."

Karena Shizuka tidak begitu bisa menjelaskan semuanya, Ruth mencoba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi.

E-Ehm...Aku tadi sedang menuang teh untuk Yurika-sama dan aku rasa ada sesuatu yang cukup dahsyat terjadi...

"Tidak ada yang terjadi, Ruth. Jangan terlalu dipikirkan. Kami hanya mampir untuk melihat sejauh mana latihan Koutarou dan Theia berjalan"

Namun, Kiriha memanggil Ruth seperti biasanya dengan rencana agar Ruth tidak mengingat apa yang sudah terjadi.

"Latihan Satomi-sama...?"

Karena kata-kata Kiriha, pandangan Ruth kembali mengarah ke atas panggung.

"A-Awas, kau terlalu bersemangat"

"Mau dibilang begitu juga, susah juga buat ngatur kekuatannya"

"Lepaskan saja!"

"Waaah, berhenti! Jangan dilepas!"

Dan sebelum Ruth menyadarinya, yang dipikirkannya saat itu adalah begitu senangnya Koutarou dan Theia di atas panggung saat itu.

"Yang Mulia...Satomi-sama..."

Sudah sewajarnya kalau aku sampai lupa diri saat aku melihat mereka berdua..

Ruth melupakan usahanya untuk mengingat kembali hal itu dan dengan bahagia melihat ke arah panggung. Dia bahkan tidak peduli kenapa dia memegang pemukul lalat.

"Fufufu, Yang Mulia, Satomi-sama, dansa kalian begitu indah..."

Saat ini, hal yang bisa dia pikirkan hanyalah tuan puteri yang dikasihinya dan sang Ksatria Biru yang membuatnya tersenyum. Melihat itu, Sanae, Shizuka dan Kiriha menghela nafas lega.

"Fiuuuuh, aku sempet nggak yakin sama apa yang bakal terjadi disana..."

"Tepat buat Yurika buat lari kesini..."

"Dia mungkin datang untuk meminta tolong Satomi Koutarou, karena dia tidak punya orang lain untuk bergantung. Tapi, kelihatannya itu justru berdampak baik"

Ketiga gadis itu melirik ke arah ruangan perlengkapan dimana Yurika bersembunyi dan kembali menghela nafas. Karena mereka sempat melihat kondisi Ruth yang mengejutkan itu, tentu saja mereka bertiga akan gugup.

"Sanae-chan, kalau nanti ada kesempatan, tolong kasih tahu Nijino-san kalau semuanya baik-baik saja, oke?"

"Oke. Aku akan mengendap-endap saat Ruth nggak lihat dan bilang ke dia"

Tapi, saat itu semuanya sedang baik-baik saja. Ruth telah kembali sadar dan tidak memperhatikan ketiga gadis yang sedang berbisik itu.

Yurika dan Hercules bisa bertahan hidup untuk hari ini.

"Kak! Peringatan Bahaya Ho-!"

Meskipun mereka bisa tenang untuk beberapa saat, sesaat setelahnya, para haniwa yang berjaga di luar gymnasium muncul di dekat mereka.

"Ada distorsi ruang yang terdeteksi di dalam gym, Ho-!"

"Berdasarkan ukurannya, sepertinya seseorang telah menyusup masuk ke gym, Ho-!"

"Karama-chan, Korama-chan, apa maksudnya dengan menyusup!?"

"Maaf Ho-! Hanya ini yang bisa kami beri tahu dengan ketepatan deteksi kami, Ho-!"

Kiriha meninggalkan para haniwa itu kepada Sanae dan dengan buru-buru berbalik ke arah panggung.

Koutarou dan Theia masih berdansa, dan Ruth masih berdiri di sebelah Kiriha menonton mereka berdua.

Yang berarti!

Mereka yang berhubungan dengan kamar 106 dan mempunyai kemampuan untuk mendistorsi ruang adalah Theia dan Ruth. Dan jika mereka berdua tidak sedang melakukannya, hanya satu kemungkinan yang tersisa.

"Theia-dono! Koutarou! Musuhnya datang! Mereka akan menyerang!"

Kemungkinan yang tersisa hanyalah kapal luar angkasa misterius yang terdeteksi dua bulan lalu. Anak buah kapal itulah yang disebut Theia sebagai musuhnya.

"Kiriha-san!? Dan kalian!?"

Kemunculan Kiriha dan yang lainnya yang terlihat mendadak membuat Koutarou terkejut. Sampai sekarang, dia terfokus dengan dansanya sampai-sampai dia tidak memperhatikan mereka. Karena itulah, dia hanya terdiam tanpa melakukan apa-apa.

"Musuh!? Begitu, rupanya Clan ada disini!"

Dibandingkan dengan Koutarou, reaksi Theia cukup cepat. Karena dia punya kemampuan untuk berdansa, Theia sudah memperhatikan Kiriha dan yang lainnya sedari tadi. Karena itulah dia bisa bereaksi dengan cepat terhadap peringatan dari Kiriha.

"Tidak kukira dia akan menyerang sekarang! Apa aku salah menduganya!?"

Saat Theia melihat ke sekelilingnya,dia bisa melihat seseorang di bawah panggung, dan di saat yang sama, orang itu mulai berbicara.

"Tepat sekali, Theiamillis-san!"

Tiba-tiba, terdengar suara seseorang yang terdengar nyaring dan mengejek. Saat Koutarou melihat dari mana asal suara yang menggetarkan itu, dia melihat seorang gadis dengan rambut berwarna biru muda dan gaun berwarna hitam dan putih. Di wajahnya terdapat kacamata yang cukup antik.

Koutarou pernah melihatnya pada saat gladi bersih.

"Clan, tidak kusangka kau akan datang menyerangku langsung seperti ini!"

Cewek ini Clan!?

Koutarou betul-betul terkejut, sebagian alasannya karena baru kali itu dia melihat seorang bangsawan selain Theia. Alasan lain yang lebih mengejutkannya adalah karena dia pernah melihatnya sebelumnya.

"Itulah mengapa aku katakan kepadamu bahwa pikiranmu terlalu sederhana setiap kali kita bertemu!"

Clan mengarahkan sebuah senjata ke arah Theia.

Senjata itu...!?

Rokujouma V4 253.jpg

Saat Theia melihat senjata itu, dia kaget sekaligus menyadari segala sesuatunya.

"Begitu, jadi begitu rupanya!!"

Apa yang saat itu dipegang Clan adalah meriam laser yang dibuatnya sendiri. Karena Clan adalah ilmuwan yang terkenal, meriam laser itu tidak begitu mengejutkan Theia. Justru fakta bahwa senjata itu dibuat dari benda-benda yang berasal dari Bumi, itulah yang mengejutkan Theia. Karena itulah, rupa senjata itu sangat berbeda dengan rupa senjata Forthorthe yang mempunyai banyak lengkungan.

Aku sudah dikerjai! Dia tidak menyerang selama dua bulan karena dia mengumpulkan suku cadang untuk senjata itu! Dan dia menyerang dengan menyamarkannya sebagai kecelakaan agar aku tidak bisa melacak pergerakannya!

Clan sudah menipu Theia agar berpikir bahwa dia tidak akan menyerang langsung. Jika Clan menyerang menggunakan senjata dari Hazy Moon, sebuah catatan pasti akan terekam. Dan jika dia menggunakan suku cadang dari Forthorthe, hanya menjadi masalah waktu sebelum suku cadang itu bisa diidentifikasi.

Tapi apa yang terjadi jika dia menggunakan suku cadang dari Bumi untuk membuat senjata? Apakah Forthorthe bisa mengumpulkan cukup bukti untuk menuntut Clan di negara kecil ini yang berada di ujung luar angkasa?

Jawabannya: Tidak. Hal itu hampir tidak mungkin.

Dan jika Clan memusnahkan senjatanya, tidak akan ada bukti yang tersisa. Itulah rencana Clan.

"Fufufu, sudah terlambat bagimu untuk menyadarinya sekarang"

Sebuah suara yang terdengar berbahaya mulai berdengung dari meriam laser milik Clan.

"Tapi, susah juga. Tingkat teknologi planet ini begitu rendah sampai-sampai aku butuh dua bulan untuk membuat ini. Dan ini juga hanya bisa mengeluarkan satu tembakan, sayang sekali"

Clan mengarahkan mulut senjatanya ke arah Theia dan tersenyum keji - senyuman yang ditunjukkan seseorang saat mereka yakin akan menang.

Ada yang salah...kenapa si Clan ini bisa percaya diri begitu...?

Koutarou merasa ada yang janggal saat mendengar percakapan antara Theia dan Clan.

Kalau apa yang dibilang Clan memang betul, kenapa dia disini waktu itu? Dia ngapain?

Sementara Clan mengatakan bahwa dia akan membunuh Theia dengan senjata yang dibuatnya di Bumi, Koutarou telah melihatnya di gymnasium beberapa hari yang lalu. Semuanya akan masuk akal jika dia berada di sana untuk mensabotase lampu panggung, tapi jika itu memang yang dilakukannya, apa alasannya untuk menyerang di tempat yang sama? Nyatanya, Koutarou, Kiriha dan yang lainnya berada tepat di tempat itu.

"Boleh juga! Kalau begitu aku hanya tinggal menembakmu saja!"

Sebelum Koutarou bisa menyimpulkan segalanya, Theia mengarahkan gelangnya di hadapan wajahnya - gelang yang berhiaskan permata berwarna biru sebagai alat untuk mengendalikan Blue Knight dari jarak jauh.

"Fufufu"

Di saat itu, ujung mulut Clan membentuk senyuman.

Dia ketawa!? Berarti--

Saat Koutaoru melihat senyuman yang mengerikan itu, dia menyimpulkan segalanya di saat yang sama dengan Theia yang berteriak.

"Blue Knight, keluarkan anti-personnel pulse laser dan--"

Kesimpulan yang didapat Koutarou adalah sebagai berikut:

Di hari itu, Clan datang untuk memasang jebakan. Itulah saat Koutaoru melihatnya. Di saat yang sama, Clan merusak lampu itu untuk membuatnya jatuh. Itulah jaminan baginya, jika dia sempat terlihat.

Dan dengan Clan tertawa di saat ini, itu berarti...

"Berhenti, Tulip!"

Koutarou mempercayai intuisinya dan menggenggam tangan Theia lalu menariknya sekuat mungkin.

"P-Primitif!? Jangan menggangguku!"

Theia mencoba melepaskan tangannya - dia benar-benar terfokus pada Clan saat itu.

Beberapa lubang hitam sudah mulai muncul di atas pundak Theia. Sesaat setelahnya, senjatanya akan keluar dari lubang hitam itu. Melihat itu, Koutarou mulai panik dan berteriak.

"Theia!!"

Dia hanya memanggil namanya.

"K-Koutarou!?"

Tapi itu sudah cukup untuk mengalihkan perhatiannya dari Clan.

"Dia mau kamu pakai senjatamu!"

"Tapi, Clan--!"

Namun, Theia masih ingin menyerang Clan, karena kepribadiannya, dan juga karena dia ingin melindungi Koutarou. Jika Clan menembakkan senjatanya, Koutarou yang berada di sebelah Theia tidak akan selamat.

"Theia! Percaya padaku! Aku ksatriamu, ingat!?"

Koutarou!?

Tepat di saat dia mendengar suara Koutarou, Theia melemaskan badannya - tepat saat itu, Koutarou menariknya dan memeluknya, lalu membungkukkan badannya untuk melindungi Theia.

Sesaat setelahnya, sebuah ledakan terjadi.

Lubang hitam yang biasanya akan mengeluarkan senjata justru meledak.

Meskipun jarak ledakannya tidak begitu besar, jika Theia tetap berada disana, tentu saja dia akan menderita luka parah. Karena Koutarou melindunginya, ledakan itu terhalangi oleh zirahnya.

"Cih, dasar Ksatria Biru palsu, kau menggangguku!"

Melihat ledakannya terhalangi, Clan mendecakkan lidahnya; dan karena Koutarou menghalangi prediksinya, Clan pun mulai marah.

Ledakan itu disebabkan oleh salah satu dari penemuan Clan. Alat itu dirancang agar saat Theia atau Ruth mencoba memanggil senjata mereka, ruang yang ada akan terdistorsi dan lubang hitam yang ada justru meledak.

Seperti yang sudah diduga Koutarou, saat dia melihat Clan untuk pertama kali, saat itu Clan sedang memasang alat itu. Clan berencana menggunakan alatnya untuk membuat Theia meledakkan dirinya sendiri karena dia mengetahui kepribadian Theia - dia tahu jika dia menunjukkan kepada Theia senjata miliknya, Theia akan masuk ke dalam jebakannya. Dengan melakukan itu, Clan tidak akan membunuhnya dengan tangannya sendiri, dan hal itu kemungkinan besar akan dianggap sebagai kecelakaan.

Itulah kenapa Clan menjalankan rencananya di gymnasium.

"Tidak mungkin aku akan memaafkan seorang barbar dari sebuah planet terbelakang yang sudah menhalangi rencanaku!"

Tapi, rencananya yang sempurna sudah hancur oleh seseorang yang biasa-biasa saja. Karena itulah Clan mulai kehilangan ketenangannya.

"K-Kamu nggak apa-apa kan, Theia...?"

Setelah angin ledakan menghantamnya hingga jatuh, Koutarou melonggarkan pelukannya pada Theia. Saat dia melakukannya, Theia menengadah kepada Koutarou.

"Aku tidak apa-apa, kau sudah melindungiku! Jangan kuatir, rambutku hanya sedikit terbakar!"

Theia memegang rambutnya sendiri dan memperlihatkan ujung rambut indahnya yang sudah terbakar.

Darahnya...

Di saat itu, Koutarou memperhatikan luka di tangan Theia saat dia memegang rambutnya. Saatdarah itu mengalir keluar dari lukanya, Koutarou mulai terbakar dengan amarah - amarah yang sama saat Sanae sedang dalam bahaya saat mereka ada di pantai.

"Koutarou, kamu nggak apa-apa!?"

"Ho! Kami datang menolongmu, Koutarou Ho-!"

"Dengan kami disini, kau tidak perlu kuatir Ho-!"

Sanae dan kedua haniwa datang menghampirinya. Karena mereka jauh lebih gesit dari yang lain, mereka sudah bergerak untuk melindungi Koutarou dan Theia. Setelah memperhatikan itu, Koutarou melepaskan Theia dan lalu berdiri.

"....Kalian lindungi sang puteri"

"Eh?"

"A-Apa maksudnya itu!?"

Sementara Theia dan Sanae masih kebingungan, Koutarou berbalik dari hadapan mereka.

"Artinya ya seperti itu. Saat ini, Thiea nggak bisa melindungi dirinya sendiri. Jadi, aku bergantung sama kalian!"

Jika Theia mencoba memanggil senjatanya, ada kemungkinan akan terjadi ledakan lagi. Koutarou tidak tahu jika jebakan Clan akan menghasilkan ledakan lagi, tapi dia tidak mau mencobanya.

"T-Tunggu, Koutarou! Pergi bertarung sendirian itu tidak masuk akal! Aku akan--"

Thiea dengan buru-buru berdiri dan mencoba mengikuti Koutarou.

"Yang Mulia, tolong percayalah pada saya dan tunggulah. Medan pertarungan adalah tempat untuk para ksatria. Bahkan seorang puteri sekalipun tidak boleh mengusik tempat suci seperti itu"

Theia berhenti bergerak setelah mendengar kalimat Ksatria Biru yang diucapkan Koutarou.

"T-Tapi--"

Dan Theia membalasnya dengan kata-kata Puteri Perak, tapi bukannya Theia berniat melakukan itu.

Theia, seperti halnya sang Puteri Perak, mencoba menghentikan ksatria mereka.

"Kalau anda tidak percaya kepada saya, kalau begitu siapakah yang akan percaya pada kemenangan saya?"

Koutarou menggenggam gagang pedang pada pinggangnya dan menariknya dengan cara yang gagah - itulah gerakan yang telah dilatihnya berulang kali dengan Theia.

"Lagipula, saya adalah ksatria anda"

Begitu, jadi ini yang dirasakan si Ksatria Biru..

Di saat itu, Koutarou akhirnya mengerti apa yang dirasakan Ksatria Biru saat dia akan pergi bertempur.

"K-Ksatria Biru-sama...?"

Saat Theia melihat punggung Koutarou, dia akhirnya terduduk. Theia mengerti kalau Koutarou bukanlah ksatria dan dia hanya menirukan dialog dari naskah. Tapi anehnya, Theia tidak bisa membantahnya.

Ksatria...ku...

Kata-kata Koutarou menghilangkan keinginan Theia untuk berdebat dengannya dan menggantikan itu dengan harapan. Tidak ada alasan bahwa Koutarou akan menang.

Itu benar, dia adalah ksatriaku...jika aku tidak percaya padanya, siapa lagi yang akan percaya!?

Namun, Theia tidak memperdulikan itu dan hanya menaruh rasa percayanya pada Koutarou.


Part 7[edit]

Clan tertawa keras saat melihat Koutarou yang sudah menghunus pedangnya dan maju ke arahnya.

"Ohohohoho, kau tahu caranya membuatku tertawa! Aku tidak habis pikir kalau Ksatria Biru palsu dengan zirah tiruan akan berani melawanku! Kau bahkan tidak memiliki sarung tangan ajaib maupun Signaltin!"

Ada empat benda ajaib yang muncul dalam legenda Ksatria Biru: Zirah yang dapat menahan semua serangan, sepatu yang dapat membuatnya terbang menembus langit, sarung tangan bernafaskan api yang dapat membuatnya membakar ribuan musuh, dan pedang suci Signaltin yang dapat menebas jalan menuju masa depan.

Tentu saja, Koutarou tidak memiliki bahkan satupun dari benda-benda itu. Semua yang dipakainya saat itu hanyalah tiruan. Zirahnya penuh dengan mesin, dan pedangnya tidaklah suci. Dengan bantuan zirahnya, dia bisa melompat sangat tinggi dan melindunginya sedikit.

Tapi tentu saja, kekuatannya tidak sebanding dengan yang ada di dalam legenda.

"Untuk puteri palsu sepertimu, ini sudah lebih dari cukup!"

Tapi, Koutarou tidak gentar sedikitpun dan membalas Clan dengan gagah pula"

"Puteri palsu!?"

"Benar! Seseorang yang hanya bisa menghalang-halangi orang lain tidak mungkin seorang tuan puteri yang sebenarnya!"

Saat dia mengatakan itu dan melihat Clan, Koutarou teringat pada pertama kali dia berjumpa dengan Theia - situasi waktu itu sama dengan saat ini. Namun, sekarang Theia sudah berubah; dia masih keras kepala, tapi tidak menghalang-halangi orang lain. Dia mencoba menang dengan anggun, dengan cara yang cocok bagi seorang tuan puteri.

"Dan kau sudah menyakiti tuan puteriku! Seharusnya kau yang tahu cara membuatku tertawa!"

"Apa-!?"

Clan terhenyak mendengar semua itu.

"Cih, k-kurang ajar..."

Namun, sesaat setelahnya raut wajahnya berubah marah, karena kata-kata yang diucapkan Koutarou, dan juga karena dia tidak bisa memaafkan dirinya yang sempat gentar sesaat.

"Beraninya kau berbicara seperti itu padaku, yang lahir dari keluarga Schweiger yang mulia!"

"Kalau yang mulia hanya namamu saja, betapa dalamnya keluarga Schweiger telah jatuh"

"Kiiiii! Aku benar-benar tidak akan memaafkanmu! Akan kubuat kau tereduksi menjadi atom-atom kecil!"

Kegeraman Clan sekarang sudah terpusat pada Koutarou. Koutarou mengencangkan pegangannya pada gagang pedangnya dan menyiapkan dirinya setelah merasakan itu.

Semuanya udah berjalan sesuai rencana, sekarang, bagian susahnya...

Membuat musuhmu marah dan membuat mereka hanya fokus kepadamu adalah trika lama dalam bertarung

Setelah Koutarou merasa kalau Clan mirip dengan Theia, dia menyimpulkan kalau menghasutnya mungkin akan berhasil, tapi hasilnya lebih baik dibanding dugaannya. Apa yang membuat taktik menghasut itu berhasil adalah karena Clan dibandingkan dengan Theia, dan zirah Ksatria Biru Koutarou hanya membuat api kemarahan Clan bertambah besar.

Berdasarkan keadaannya, dia nggak akan pakai serangan yang mencolok kayak Theia. Yang berarti, aku perlu hati-hati sama meriam itu...

Jika Clan betul-betul marah dan menggunakan kapal perangnya, Koutarou tahu dia tidak akan bertahan. Jadi, dia terfokus pada senjata yang dipegang Clan saat itu.

"Kalau kuanggap kalau kena itu aku bakal tamat....kalau begitu--!"

Koutarou memegang pedangnya dengan kedua tangannya dan maju menyerang Clan. Pada situasi itu, Clan yang memegang senjata jarak jauh jelas lebih unggul. Jika Koutarou tidak segera mendekat dan menghalangi Clan menggunakan senjatanya, Koutarou akan tetap dalam posisi terdesak.

"Ini dia! Kau pikir kau bisa mengenaiku dengan pedang tumpul itu!?"

Namun, meskipun Koutarou maju menyerang, Clan tetap terlihat percaya diri. Dia hanya tetap berdiri dan memegang meriam lasernya.

"Kena kauuuuu!!"

Tanpa menyia-nyiakan kesempatannya, Koutarou mengayunkan pedangnya. Meskipun pedang itu adalah tiruan, karena kekuatannya dilipatgandakan oleh zirahnya, tentu saja pedang itu akan mempunyai daya serang yang cukup kuat.

Pedang itu seharusnya menghancurkan meriam lasernya, tapi sesuatu menghentikannya sebelum pedang itu mengenainya.

Segi enam setengah transparan seperti yang digunakan oleh Theia dan Ruth sebagai perlindungan - itulah yang menghentikannya.

"Begitu, jadi kau juga punya itu!?"

Segi enam itu adalah pelindung yang mendistorsi ruang sebagai suatu bentuk perlindungan, dan Koutarou tahu seberapa kuatnya benda itu. Terlebih lagi, pelindung itu adalah sesuatu yang dibuat Clan sendiri. Serangan yang setengah-setengah tidak akan bisa menembus perlindungan semacam itu.

"Kukuku, sudah terlambat bagimu untuk menyadarinya sekarang--Tunggu, apa!?"

Pedang itu mengenai pelindungnya, tapi ekspresi Clan yang penuh percaya diri dan sombong berubah terkejut.

"Tidak mungkin! Ini seharusnya tidak mungkin terjadi!!"

Clan dengan cepat melompat mundur.

"Apa!?"

Kali ini, Koutarou-lah yang kaget.

Clan yang seharusnya di atas angin justru mundur, dan Koutarou tidak mengharapkan balasan seperti itu darinya.

"Satomi-kun, terus serang! Aku nggak tahu kenapa, tapi kelihatannya seranganmu ampuh!"

Shizuka sempat melihat ujung pedang Koutarou menembus pelindung Clan - hal yang sama dengan yang dilihat sang pemilik pelindung, itulah yang membuatnya mundur.

"Jadi itu sebabnya!"

Setelah mendengar saran dari Shizuka, Koutarou mulai mengejar Clan. Panggung drama itu cukup besar, tapi bagi Koutarou yang kakinya diperkuat dengan zirah, dia tidak merasa seperti itu. Jarak antara Clan dan dirinya menjadi kecil dalam waktu singkat.

"Jangan kabur!"

Clan berusaha membidik Koutarou, tapi karena meriam lasernya dibuat dengan bahan-bahan dari Bumi, meriamnya terlalu besar, dan Clan tidak bisa mengimbangi kecepatan Koutarou.

"Haaaaaaaah!"

Pedang Koutarou kembali mengarah ke pelindung itu.

Ternyata benar, pedangnya bisa memotong pelindung ini!

Kali ini, Koutarou juga melihat ujung pedangnya telah masuk melewati pelindung.

"L-Lagi!? Apa-apaan pedang itu!? Apa pedang itu punya kekuatan yang sebanding dengan SIgnaltin meskipun hanya tiruan!?"

Clan tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya; pedang itu telah menembus pelindungnya lebih dalam dibandingkan serangan pertama tadi.

Ini tidak mungkin! Makhluk purba dari planet terbelakang ini hanya dilengkapi dengan tiruan Ksatria Biru, tapi dia bisa memojokkanku!

"Koutarou...?"

Theia yang melihat perkembangan pertarungan itu lebih terkejut lagi dibandingkan dengan Clan.

Cahaya dari pedang itu...pedang itu tidak dilengkapi dengan kekuatan seperti itu...

Pedang yang sedang dipegang oleh Koutarou mulai memancarkan sinar putih yang redup.

"Kyaaaa! P-Pelindungnya tidak akan bertahan kalau terus begini!"

"Haaaaaaah!"

"A-Aku dikalahkan semudah ini!?"

Cahaya yang dipancarkan pedang itu bersinar semakin terang setiap kali Koutarou mengayunkan pedangnya. Dan dengan semakin terangnya cahaya itu, pelindung yang terpotong oleh pedang Koutarou pun semakin banyak.

"Itu, cahaya yang sama pas waktu itu...?"

Sanae menyentuh jimat yang ada di lehernya saat melihat kemilau yang ada pada pedang Koutarou. Saat itu, jimat itu hanyalah jimat biasa, tapi dulu jimat itu juga bercahaya dengan cahaya yang sama dengan pedang itu.

"Mungkinkah...engkau benar benar...Ksatria Biru..."

Dan Theia, yang ada di sebelah Sanae, kehilangan kata-kata melihat hal itu. Zirah berwarna biru dan pedang yang bercahaya - hal yang dilihatnya saat itu bagaikan sang Ksatria Biru yang sesungguhnya, membuat Theia tidak bisa melepaskan pandangannya dari Koutarou.

Clan kembali mengarahkan meriam lasernya.

Kalau sudah begini, aku tidak bisa menghindar lagi! Aku harus mengenainya dengan meriam laser ini sementara dia sibuk menghancurkan pelindung ini!

Clan akhirnya berhenti menghindari serangan Koutarou dan berencana menyerang Koutarou saat dia berhenti untuk menyerang pelindungnya. Pelindungnya mungkin akan hancur dalam satu serangan, tapi Clan mungkin bisa mengalahkan Koutarou.

"Sini lawan aku, Ksatria Biru palsu!"

"Oh, tentu saja, tanpa kamu minta pun aku akan kesana kok!"

Tanpa mengetahui tujuan asli Clan, Koutarou pun mengejarnya.

"Dia memancingmu, Koutarou! Jangan ceroboh!"

Theia, yang memperhatikan jebakan itu, mencoba menghentikan Koutarou. Tapi terlambat, Koutarou tidak bisa berhaenti.

Tapi, ada orang lain yang menjawab peringatan dari Theia.

"Serahkan padaku, Theia!"

"Sanae!?"

Yang menjawabnya adalah Sanae yang berada didekatnya. Dia mengangkat kedua tangannya kearah Clan dan berteriak dengan suara keras:

"Jurus rahasia!! Sanae-chan Tulip -- Bagian dua!!"

Di saat itu, gaun Clan terangkat dan membungkus bagian atas badannya, persis seperti yang terjadi pada Theia dulu.

"A-Apa!? Apa-apaan ini!?"

Karena terkejut, Clan hanya bisa terdiam karena serangan itu.

"Oh...jadi dia pakai gambar kucing..."

Itulah yang dikatakan Shizuka saat dia melihat gambar pada celana dalam Clan.

"Shizuka-sama! Sekarang bukan waktunya untuk itu!!"

"Maaf, Ruth-san. Aku bisa apa kalau musuhnya punya pelindung seperti itu?"

Shizuka, yang tidak terkalahkan dalam pertarungan jarak dekat, tidak punya kesempatan untuk menang melawan musuh yang mempunyai pelindung dan dalam area pertarungan yang luas. Karena itulah dia hanya bisa menonton pertarungan itu disebelah Ruth dan Theia yang tidak bisa memanggil senjata mereka.

"Buagus sekali, Sanae!"

Dan sementar Clan terdiam di tempatnya, Koutarou menyerang.

"Uwoooooooooh!!"

Dengan momentum yang dimilikinya, kekuatan dari zirahnya dan juga pedang yang bercahaya dengan cahaya putih, Koutarou melancarkan serangan yang dahsyat ke arah Clan.

Pelindung itu hanya bisa menahan serangan itu dalam sekejap saja - konverter energi pelindung itu sudah tidak kuat lagi dan alat pembuat pelindung yang terpasang pada punggung Clan pun meledak.

Setelah menghancurkan pelindung itu, pedang Koutarou melayang ke arah Clan.

"Tidak mungkin! Tidak mungkin aku bisa kalah! Aku tidak percaya!"

Kalau saja dia bisa melihat, Clan mungkin bisa mengalahkan Koutarou. Tapi, karena Sanae sudah menghalangi pandangannya, dia sudah kehilangan cara menghindari serangan Koutarou, yang serangannya juga mengenai laras meriam lasernya. Tidak seperti pelindungnya, meriam laser itu tidak memiliki perlindungan apapun dan terpotong menjadi setengahnya, dan bagian pangkal meriam itu pun meledak. Ujung rok Clan pun hancur karena ledakan dan membuatnya bebas dari kekangan Sanae.

"T-Tidak kusangka, aku, yang dikenal sebagai bulan keluarga Schweiger, akan kalah dari manusia purba..."

Setelah terjatuh, Clan mencoba bangkit sambil menggertakkan giginya.

Clan sangat percaya dengan rencananya: dia akan membuat Theia menggunakan senjatanya dengan menunjukkan kepadanya meriam laser yang dibuat olehnya di bumi, dan bahkan jika dia tidak menggunakan senjatanya, Clan akan mengalahkannya menggunakan meriam laser itu. Tapi, dengan munculnya seorang pria yang bahkan tidak pantas baginya untuk diperhitungkan, rencana Clan hancur seketika.

"Menyerahlah, Clan atau apalah. Kamu sudah kalah"

Koutarou mengarahkan pedangnya ke arah Clan dan menyarankan dirinya agar menyerah.

"Ini semua salahmu, Ksatria Biru palsu! Seharusnya aku menyingkirkanmu dahulu! Kalau hanya dirimu saja, tidak akan masalah jika aku memakai senjata Hazy Moon!"

Tidak seperti Theia dan Ruth, Clan tidak akan dituntut atas kejahatannya menyerang Koutarou, seorang penduduk di bagian luar angkasa yang belum berkembang. Kalau Clan menyerang Koutarou sebelum Theia menjadikan Koutarou sebagai rakyat Forthorthe, Theia tidak akan bisa berbuat apa-apa.

"Mungkin aku sudah gagal membunuh Theiamillis-san, tapi kau! Aku benar-benar akan membunuhmu dengan tanganku sendiri! Kenyataan bahwa aku jatuh tersungkur seperti ini tidak bisa kuterima!"

Tapi, Clan tidak mau menyerah, dan hanya memelototi Koutarou dengan mata yang penuh kebencian.

"M-Masih mau lanjut ya!?"

"Koutarou! Tahan Clan sekarang juga! Dia berencana menyerangmu dengan senjata Hazy Moon!"

"A-Apa!?"

Namun, sementara Koutaoru masih terkejut, Clan memanfaatkan kesempatan itu dan lari dari hadapan pedang Koutarou ke luar bangunan, lalu tertawa ke arah Theia.

"Ooooooohohohoho! Terlambat sudah, Theiamillis-san! Duduklah dan saksikanlah Ksatria Biru palsu itu hancur berkeping-keping!"

"Lari, Koutarou! Jangan mati demi diriku!"

"K-kalaupun aku mau, kemana!?"

Clan mengangkat gelangnya, yang mirip dengan milik Theia, ke depan wajahnya dan berbicara dengan suara yang lantang:

"Terlambat sudah! Hazy Moon! Gunakan senjata penghancur untuk membuat si Ksatria Biru palsu itu menjadi atom!"

"Seperti yang kau inginkan, tuan puteri"

Sebuah lubang hitam terbuka di pundak kanan Clan, dan sesaat kemudian, sebuah senjata yang besar akan muncul dari lubang itu.

"Aku menang, Ksatria Biru palsu! Kau bisa menyesali perbuatanmu melawan puteri kedua Forthorthe di alam sana!"

Clan dengan sombongnya berkata demikian. Dan seperti yang dikatakan Clan, jika Koutarou diam saja, dia akan terkena serangan dari Clan dan akan tereduksi menjadi atom.

"Waaaaah, m-matilah daku!!"

Koutarou mulai panik dan lari kesana kemari, tanpa bisa berbuat apapun.

"Oh, aku tidak yakin dengan hal itu"

Dalam situasi yang tanpa harapan itu, Kiriha muncul dari sisi samping panggung.

"Hmph, kau rupanya tidak sadar kalau kau sudah kalah! Memangnya apa yang bisa kau lakukan untuk bisa lepas dari situasi ini!?"

"....Ada peribahasa yang menarik di planet ini"

Clan menjadi sangat tertarik, berlawanan dengan Kiriha yang terlalu tenang. Meskipun mereka sama-sama cerdas, kelakuan mereka saling berlawanan.

"Peribahasa!?"

"Ya"

Kiriha mengangguk dan mengangkat apa yang ada di tangannya ke atas kepalanya

"....'Menepuk air didulang, terpercik ke muka sendiri'"[2]

"Alat yang aku pasang!?"

Apa yang dipegang Kiriha di atas kepalanya adalah penghalang distorsi ruang yang digunakan Clan melawan Theia beberapa saat lalu. Alat itu masih aktif dan sekarang terarah ke arah Clan.

"....Kau hampir menang, Bulan dari Schweiger atau apalah"

Karena senjata yang dipanggil Clan berukuran besar, ledakannya tentu saja beberapa kali lebih besar dari yang terjadi pada Theia.


Part 8[edit]

Setelah asap ledakan mulai menghilang, Clan tidak nampak di tempat itu sama sekali. Hanya bagian-bagian senjatanya yang tersisa.

"Jadi dia kabur...rencananya mungkin tidak seberapa, tapi dia hebat dalam hal berlari..."

"Theia-dono, apa kau yakin kita tidak usah mengejarnya?"

"Tidak apa-apa. Dia memang hebat dalam hal kabur. Mengejarnya akan membuang-buang waktu"

Theia hanya mengangkat bahunya ke arah Kiriha dan membuang serpihan-serpihan senjata Clan, yang berguling turun dari panggung dan berhenti setelah menabrak Koutarou.

"A, aku pikir aku bakal mati..."

Koutarou saat itu berbaring di atas panggung dengan merentangkan tangan dan kakinya. Tenaganya habis setelah bergerak nonstop selama gladi bersih.

"Karena apa? Capek atau karena Clan?"

"D-Dua-duanya..."

Hari ini terlalu banyak aksi...

Koutarou merasa ingin cepat-cepat pulang dan langsung tidur.

"Tunggu, aku lepaskan dulu zirah itu darimu"

Biasanya, Theia akan meledek Koutarou yang berada dalam keadaan itu, tapi kali ini dia bersikap baik.

Kerja bagus untuk hari ini, Koutarou..

Bahkan Theia merasa tidak pantas baginya untuk berteriak pada Koutarou hari ini, dan mendekatinya dengan senyuman lembut yang jarang terlihat.

"Tulip, maaf ganggu pas moodmu lagi bagus-"

Saat Theia mendekat, Koutarou memanggilnya dengan wajah serius.

"Kenapa?"

"Itu rusak"

"Eh?"

"Aku bilang, itu rusak"

Saat Theia berjongkok, Koutarou menunjukkan kepadanya replika pedang Ksatria Biru. Pedang itu patah sekitar sepuluh sentimeter dari gagangnya.

"Kayaknya patah pas aku nyerang sekuat tenaga tadi. Pas aku perhatiin, ternyata udah rusak. Maaf ya"

Koutarou tahu Theia begitu menjaga dan menghargai semua yang berhubungan dengan Ksatria Biru, dan dia takut kalau Theia akan memarahinya lagi.

Pedang adalah jiwa sang ksatria.

Koutarou bisa membayangkan Theia sedang memarahinya.

"Begitu. Jadi pedangnya patah..."

"Eh?"

Namun, berlawanan dengan apa yang diharapkan Koutarou, Theia tidak marah. Sementara Koutarou memandanginya dengan tatapan heran, Theia memanggilnya sembari tertawa.

"Kenapa kau keheranan seperti itu? Fufufu"

"Apa maksudnya? Kamu nggak marah? Biasanya kamu cerewet soal pedang itu jiwanya ksatria..."

"Kau bodoh!! Jadi, rupanya kau tidak mengerti juga apa yang aku bicarakan!?"

Theia menaikkan alisnya begitu mendengar kata-kata Koutarou, dan dia marah karena Koutarou tidak mengerti apa yang Theia berusaha katakan kepadanya, bukan karena Koutarou yang mematahkan pedang itu.

"Pedang adalah jiwa sang ksatria karena sumpah yang ada di dalamnya! Apa yang tidak bisa hancur adalah sumpah itu sendiri, bukan pedangnya!"

Theia dengan semangat mengayunkan pedang yang rusak itu sembari memarahi Koutarou.

"Itulah kenapa pedang ini belum rusak! Kenapa kau tidak bisa mengerti hal semudah itu!"

"Sikap ksatria susah banget buat dimengerti"

Theia hanya terdiam saat Koutarou mengeluh, dan mulai melotot pada Koutarou sambil berbicara dengan pelan:

"....Baiklah kalau begitu. Kau akan terus berlatih sampai menjadi ksatria"

Meskipun nadanya pelan, amarah yang tersimpan di dalamnya lebih dari pada yang sebelumnya. Theia pun menyipitkan matanya dan melotot tajam ke arah Koutarou.

"Ehhh!? Belon selesai!?"

"Memangnya bisa kubiarkan selesai begitu saja! Kalau aku membiarkanmu menjadi ksatria setengah matang, itu akan mencemarkan nama keluarga Mastir! Setidaknya, kita akan tetap berlatih sampai debutmu nanti!"

"Nggak mau!! E-Enak aja!!"

Gladi bersih dan pertarungan melawan Clan telah berakhir.

Namun, nampaknya latihan Koutarou masih belum berakhir. Saat Koutarou dan yang lainnya mulai tenang, di dalam ruang perlengkapan, Clan - yang dikira semua orang sudah menghilang - mulai beraksi kembali.

"Theiamillis-san, dan si Ksatria Biru palsu itu...Kau membuat kesalahan besar kalau kalian berpikir aku akan mundur hanya karena hal seperti ini...!"

Clan menyeret badannya yang terluka karena ledakan ke arah panggung. Meskipun badannya terluka parah, matanya masih terbakar oleh api kemarahan.

"Aku tidak terima, tidak mungkin aku bisa kalah! TIdak mungkin aku bisa kalah dari Theiamillis-san dan si Ksatria Biru palsu itu! Tidak mungkin aku bisa menerimanya!!"

Hal yang bisa menahan Clan agar dia tidak pingsan adalah penolaka kekalahannya yang begitu besar dari Theia. Kalau bukan karena itu, dia pasti sudah pingsan sedari tadi.

"Fu, fufufu, 'Menepuk air didulang, terpercik ke muka sendiri', ya!? Kalau begitu, kalianlah yang akan terkena cipratan terakhirnya!!"

Clan mengeluarkan sebuah kotak kecil dengan sebuah tombol.

"Aku tidak mau menggunakan ini sementara aku masih meneliti ini, tapi...karena sudah begini keadaannya, aku tidak punya pilihan lain...fufufu"

Yang dipegang Clan saat itu adalah pengendali tipe bom baru menggunakan teknologi ruang-waktu yang dibuatnya sendiri. Meskipun kekuatannya tidak sama dengan bom yang sudah-sudah, bom itu bisa menghancurkan apapun di dalam jarak yang sudah ditentukan.

"S-Selamat tinggal, Theiamillis-san. Senang bisa me--"

Tapi, Clan tidak bisa menekan tombol itu. Tepat di saat dia akan menekannya, sesuatu jatuh di atasnya dan membuatnya pingsan.

Dan dengan begitu, serangan terakhir Clan pun gagal.


Part 9[edit]

Kurang lebih sudah 20 menit berlalu sejak Yurika bersembunyi di ruangan itu. Dia bisa mendengar keributan di luar, tapi dia lebih mementingkan krisisnya sendiri.

"....Aku nggak kuat lagi...aku jatuh, jatuh!"

Kaki dan tangan Yurika sudah mencapai batas kekuatannya semenjak beberapa saat lalu. Saat dia kabur ke ruangan perlengkapan, dia menduga kalau dia akan langsung ditemukan kalau dia bersembunyi sekenanya saja. Jadi, saat Yurika, yang tidak biasanya menggunakan otaknya, berpikir, dia mendapat ide untuk bersembunyi di ventilasi udara yang mengarah ke langit-langit. Sementara lokasinya untuk bersembunyi susah untuk ditemukan, ventilasi udara itu dibuat secara diagonal. Jadi, agar Yurika bisa bersembunyi di sana, dia harus menggunakan kekuatan badannya untuk menahan badannya.

Namun, Yurika masih memilih untuk bersembunyi di sana. Kalau dia bisa menghindar dari Ruth, dia bisa bersembunyi di ruang perlengkapan untuk waktu yang lama - ide yang cukup bagus untuk Yurika.

"Nggak bisa, aku nggak kuat lagi...a-aku jatuh~"

Tapi, Ruth tidak muncul, tidak peduli berapa lama Yurika menunggu. Tentu saja Yurika tidak berencana untuk turun sampai Ruth muncul. Sewaktu-waktu tikus akan berlari diatasnya, atau laba-laba akan berjalan di dekat tangannya, tapi Yurika tetap bertahan dan menunggu selama 20 menit.

Saat itulah pintu ruangan perlengkapan terbuka dan seorang gadis muncul. Yurika pun menggunakan segenap kekuatannya untuk bertahan karena yakin kalau itu adalah Ruth.


"Aku tidak mau menggunakan ini sementara aku masih meneliti ini, tapi...karena sudah begini keadaannya, aku tidak punya pilihan lain...fufufu"

"Huh?"

Namun, gadis itu bukanlah Ruth. Saat Yurika menyadari itu, dia menjadi putus asa dan semua ketegangannya menghilang.

"H-Hercules-chan, pinjemin aku kekuatanmu!"

Rokujouma V4 283.jpg

Tanpa apapun baginya untuk bergantung, kaki dan tangan Yurika sudah mencapai batasnya, dan dia tidak punya cukup kekuatan untuk melepas satu tangannya dan menggunakan sihir. Tentu saja, saat dia menanyakan pertolongan kepada Hercules, dia tidak mendapat balasan.

"Aku nggak kuat lagi! Maafin aku, Hercules-chan! Maaf!"

Yurika akhirnya jatuh, dan yang bisa dilakukannya hanyalah memeluk sangkar serangga itu agar tidak hancur.

Lantai ruangan itu lebih empuk dari yang dibayangkan Yurika.

"H-Huh?"

Yurika telah menyiapkan dirinya kalau-kalau benturannya kuat, tapi hal itu tidak terjadi saat dia perlahan-lahan membuka kedua matanya.

"S-Syukurlah, Hercules-chan baik-baik saja..."

Hal pertama yang bisa dilihatnya adalah sangkar serangga yang berisikan Hercules. Untungnya, sangkar itu selamat dari benturan dan tidak terlihat retak sama sekali. Hercules yang berada di dalamnya pun bergerak dengan penuh semangat.

"Mmm~"

Setelah menghela nafas lega karena melihat Hercules yang baik-baik saja, Yuria menenangkan dirinya dan memperhatikan kalau dia duduk di atas sesuatu.

"U-Uhm..."

Dia kuatir kalau dia sudah merusak sesuatu seperti properti panggung.

"Eh!?"

Namun, yang diduduki oleh Yurika bukanlah properti panggung, tapi seorang gadis yang memakai gaun berwarna hitam dan putih. Saat dia sadar kalau dia duduk di atas seseorang, Yurika dengan buru-buru beranjak dari sana.

"Kya, t-tidaaak--"

Yurika hampir saja berteriak, tapi dia dengan cepat menutup mulutnya. Kalau dia berteriak disini, Ruth mungkin akan muncul; tapi kalau tidak, situasinya akan tetap kacau seperti ini.

"A-A-Aku harus ngapain!? A-Aku nggak bisa ninggalin dia kayak begini, tapi aku juga nggak bisa manggil orang!"

Yurika berlari kebingungan membentuk lingkaran sambil tetap memegang sangkar Hercules. Setelah melakukan itu selama beberapa saat, Yurika mengambil keputusan dan berhenti berlari.

"O-Oke, mari kita anggap kalau ini nggak pernah terjadi..."

Karena dia kuatir kalau ada seseorang yang melihat kalau Yurika melukai seseorang, Yurika berencana menyembuhkan gadis itu menggunakan sihir.

"Ini demi Hercules! Itu benar, aku melindungi mimpi pemilik Hercules! Ini adalah tugas bagi gadis penyihir!"

Gadis penyihir cinta dan keberanian ☆ Rainbow Yurika.

"Datanglah, Angel Halo!"

Tanpa ada seseorang yang menyadarinya, Yurika memukul pingsan Clan dan lalu menyelamatkannya.



Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Para pembeli di toko apapun di Jepang, baik restoran, supermarket dan semacamnya, akan selalu diperlakukan dengan sopan dan hormat oleh para petugas yang ada
  2. Artinya: Orang yang berbuat jahat akan menerima kembali kejahatannya sendiri


Kembali ke Bab 4 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 6