Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 7.5 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Dataran Asing[edit]

Part 1[edit]

Koutarou terbangun di tengah-tengah hutan yang lebat.

“A-apa itu tadi...”

Setelah menggelengkan kepalanya beberapa kali, dia pun bangun.

“Auauauau”

Saat dia mulai bergerak, rasa sakit mulai menjalar ke seluruh tubuhnya, yang berasal dari pertempurannya dengan Clan. Tapi, berkat itu Koutarou akhirnya bisa betul-betul terbangun. Ia pun memeriksa tubuhnya kalau ada luka sambil merintih kesakitan.

Aku pikir bakal jauh lebih bahaya, tapi ternyata nggak seberapa parah...

Koutarou teringat kalau dirinya terkena beberapa serangan laser saat dia mengeluarkan serangan terakhirnya pada Cradle. Namun, dia tidak menderita luka parah seperti ingatannya. Luka yang dideritanya pun hanya memar-memar kecil yang sakit saat dia mencoba bergerak.

"Oh iya! Clan dan Cradle!"

Namun, Koutarou lebih kuatir dengan hal yang lain dan dia pun melupakan lukanya yang betul-betul ringan.

"Dimana si cewek sama kapal itu!?"

Koutarou dengan cepat memeriksa sekelilingnya. Clan mungkin masih mengincarnya, jadi dia tidak bisa menurunkan kewaspadaannya.

Aku ada di hutan? Nggak, aku rasa ini lebih kayak di tengah gunung....?

Baru saat itulah Koutarou menyadari keadaan di sekitarnya. Rimbunnya pepohonan bermandikan matahari senja dan tanah tempatnya berada sedikit miring. Berdasarkan pengamatannya, Koutarou sadar kalau dia berada di tengah gunung sendirian.

"Aku penasaran, dimana SMA Harukaze"

Koutarou pun mencoba mengingat-ingat sembari melihat ke seklilingnya lagi.

Coba kulihat-lihat, hutan gunung di deket SMA Harukaze...

Hal terakhir yang diingat Koutarou adalah membelah peluru repulsi super ruang waktu milik Clan dengan pedang yang dipinjamnya dari Theia. Sesaat setelahnya, dia terbangun di tengah-tengah gunung ini. Koutarou merasa kalau dia sedang bermimpi saat dia pingsan, namun karena dia tidak bisa mengingat mimpi itu, Koutarou merasa mimpi itu tidak ada hubungannya dengan situasinya saat ini. Koutarou pun menyimpulkan kalau dia terhempas angin ledakan peluru Clan ke gunung terdekat.

"Hutan yang paling deket ada pas di atas sekolah..."

SMA Kisshouharukaze berada di tengah-tengah tanjakan dari sebuah gunung kecil, dan jalan menanjak itu mengarah menuju sebuah hutan yang belum tersentuh sama sekali. Tempat kerja paruh waktu Koutarou pun berada di sekitar area itu. Gunung yang paling dekat berikutnya berada pada jarak beberapa kilometer, itu sebabnya Koutarou merasa tidak mungkin dia terhempas sejauh itu.

"Jadi, aku cuma tinggal turun dari sini, dan aku bakal nyampe sekolah"

Kalau ini memang hutan di dekat sekolah, Koutarou hanya tinggal menuruni gunung itu. Meskipun dia tidak tahu persis dimana dia berada sekarang, pada akhirnya Koutarou pasti akan menemui sebuah jalan. Ditambah, karena dia sudah pingsan hingga sesore ini, kalau dia tidak cepat-cepat kembali ke sekolah, teman-temannya pasti akan kuatir. Dengan itu sebagai alasan, Koutarou pun mulai menuruni gunung. Koutarou membuat rumput-rumput merunduk dan cabang-cabang patah dengan setiap langkahnya.

"Ampun deh...semua salah cewek itu. Kalau aku sampai lihat dia lagi...tunggu dulu...itu!?"

Sesaat setelah Koutarou mulai menuruni gunung, dia menemukan wajah seorang gadis yang sedang diingatnya di sebuah area berbatu. Dialah Clan, gadis yang ingin ditemui Koutarou karena berbagai alasan. Di area terbuka disebelah Clan, terdapat kapal luar angkasanya, Cradle. Kapal itu terbaring di atas sisi kapal dan memperlihatkan lambung kapalnya pada Koutarou.

"Clan! Pertemuan kita disini adalah akhir cerita buatmu!"

Karena Koutarou punya banyak hal untuk dikatakan, tepat saat dia menemukan Clan, Koutarou langsung berlari turun menuju area bebatuan itu. Namun, saat dia melakukan itu, Clan tetap diam tak bergerak dengan badannya yang terbaring di atas bebatuan dan matanya yang terpejam.

"Hei, Clan!"

Saat Koutarou mendekat, dia berteriak ke arah Clan.

"..."

"Eh?"

Namun, Clan tetap tidak bergerak. Baru saat itulah Koutarou sadar kalau ada yang aneh, dan dia mendekati Clan untuk memeriksanya.

"...Pingsan toh"

Meskipun pingsan, keadaan badan Clan baik-baik saja, dan nafasnya pun teratur. Saking terlihat santainya kondisinya saat itu, bisa dianggap kalau Clan tidak berada dalam bahaya.

"Hei, bangun, Clan! Sekarang bukan waktunya tidur!"

Koutarou pun mulai mengguncang badan Clan dengan cukup kuat, sampai-sampai kacamata Clan hampir jatuh.

"Uh, uhh..."

Tapi, Clan tetap tidak bangun. Yang dilakukannya hanya erangan sambil mengernyitkan alisnya. Kelihatannya, dia tidak akan bangun hanya dengan cara seperti itu.

"Sial, nggak bangun juga..."

Melihat reaksi Clan yang seperti itu, Koutarou menyerah untuk membangunkannya. Meskipun dia adalah musuhnya, Koutarou tidak bisa melanjutkan membangunkannya yang mungkin saat itu sedang terluka.

"Sekarang, ngapain ya..."

Koutarou menjauhkan tangannya dari Clan dan mulai berpikir. Dengan adanya Clan yang pingsan disini, dia tidak bisa begitu saja meninggalkannya dan pergi ke sekolah sendirian.

Oh iya, mending aku nelpon dulu

Setelah berpikir sejenak, Koutarou mengeluarkan handphonenya dan menyalakannya. Dia memutuskan untuk menghubungi seseorang yang dikenalnya lebih dulu. Karena Clan mempunyai hubungan dengan Theia, Koutarou memutuskan untuk menelepon Theia dahulu. Dengan melakukan itu, Koutarou berharap Theia bisa memberinya ide untuk apa yang harus dilakukannya. Ditambah, dengan adanya kapal luar angkasa di tempat itu, ada banyak hal yang tidak bisa diputuskan sendiri oleh Koutarou.

"Huh? Aneh..."

Namun, saat Koutarou menyalakan handphonenya, dia menyadari kalau handphonenya tidak mendapatkan sinyal. Ia pun menggoyang-goyangkan HPnya beberapa kali, karena menurutnya, tidak mungkin gunung di dekat SMA Harukaze tidak mendapat sinyal. Karena SMA itu juga telah ditetapkan sebagai tempat pengungsian dalam kondisi darurat tertentu, ada beberapa antena tambahan yang dibangun didekat SMA itu. Ditambah, saat Koutarou bekerja di reruntuhan yang berada di puncak gunung, dia akan selalu mendapat sinyal penuh. Namun, saat ini Koutarou tidak mendapat sinyal sama sekali, jadi dia menganggap kalau HPnya rusak.

"Nggak akan bener kalau cuma digoyang-goyang ya..."

Tidak peduli berapa kalipun dia menggoyang-goyangkan handphonenya, dia tidak mendapatkan sinyal juga. Setelah mengeluh sesaat, dia kembali memasukkan HPnya ke dalam zirahnya.

"...Kayaknya aku harus bawa dia juga deh"

Meskipun Koutarou kuatir meninggalkan kapal luar angkasa dengan keadaan yang seperti itu, dia tidak bisa meninggalkan Clan begitu saja. Jadi, Koutarou menggendong Clan dan mulai menuruni gunung itu lagi.

Meskipun dia sedang menggendong Clan, langkah kaki Koutarou terasa ringan. Itu berkat zirahnya yang punya sumber tenaga sendiri dan ikut bergerak mengikuti gerakan Koutarou. Karena itulah, bisa dibilang kalau zirah itu yang menggendong Clan, dan Koutarou sama sekali tidak merasakan berat Clan. Hal itu membuat Koutarou bisa memeriksa keadaan di sekitarnya.

"Kalau dilihat-lihat lagi, ini pohon apa ya?"

Saat Koutarou memeriksa keadaan sekitarnya, dia baru sadar kalau hutan tempat dia berada itu aneh. Baru saat itulah dia sadar kalau dia belum pernah melihat sama sekali pohon-pohon yang ada di hutan itu.

Koutarou lalu mengalihkan pandangannya ke kakinya, dan dia tidak bisa mengingat pernah melihat rumput seperti itu di gunung tempatnya bekerja.

"Hutan aneh..."

Dengan penuh kebingungan, Koutarou terus melangkah menuruni gunung itu. Dia tidak bisa menemukan apapun yang bisa dikenalnya, dan merasa kalau dia sedang melihat hutan yang terbuat dari CG dalam sebuah film. Namun, apa yang ada di sekitarnya terasa jauh lebih asli daripada sebuah film.

"Nggak nyangka ada tempat kayak gini deket sekolah..."

Aku harus ngasih tahu Sanae sama Yurika nanti, mereka pasti suka...

Sementara Koutarou memikirkan hal itu, dia bisa mendengar sesuatu saat dia mendekat ke arah Cradle.

"Kuii, kuii"

Sebuah burung besar terbang di atas Koutarou sambil berkicau. Ukuran burung itu sekitar 30 sentimeter.

"A-apa itu!?"

Tepat saat Koutarou melihat burung itu, dia hanya bisa terpana sambil menganga. Sekilas, itu nampak seperti burung, tapi saat diperhatikan, rupanya itu adalah kadal yang mirip dengan burung.

"Kayak kadal yang ada di game..."

Kadal itu mirip dengan monster yang muncul di dalam game. Deskripsi itulah yang tepat untuk reptil terbang itu.

Kadal itu pun mengacuhkan Koutarou dan terus terbang. Dengan membentangkan sayapnya yang besar, kadal itu menggapai udara layaknya burung dan terbang menjauh dalam waktu singkat.

Rokujouma V7.5 027.jpg

"Asem, harusnya aku foto tadi"

Kalau Koutarou baru saja menemukan spesies baru, dia bisa mendapat hak publikasi. Koutarou pun menyesal tidak memfoto kadal itu tadi dengan kamera HPnya.

"Hhhh, gara-gara dia sih"

Koutarou lalu membetulkan posisi Clan yang hampir jatuh dari gendongannya. Karena tangannya yang menahan Clan, dia tidak mungkin bisa memfoto kadal itu. Jadi, meskipun Koutarou menemukan kadal lain, dia tidak akan bisa memfoto kadal itu, dan itu membuatnya kesal.

"Kyaaaaaaaaa!!"

Tepat di saat itu, Koutarou mendengar jeritan seorang wanita dari kejauhan.

"...Apa itu?"

Koutarou menoleh ke arah teriakan itu, dan dia bisa mendengar suara-suara lain, tapi tidak sekeras teriakan itu. Karena suara-suara itu diredam oleh banyaknya pepohonan, Koutarou tidak bisa mendengarkan dengan jelas suara-suara apa itu.

"Aaaaaa....."

Teriakan lagi. Suara itu bahkan terdengar lebih putus asa daripada sebelumnya. Namun, suara teriakan itu tidak sekeras sebelumnya.

"Kayaknya ada masalah. Aku coba lihat dulu deh"

Koutarou pun langsung mengambil keputusan dan dengan cepat berlari ke arah Cradle.

"Kayaknya ini pintu masuknya..."

Koutarou mendekati sebuah palka pada Cradle dan meletakkan tangannya pada sebuah tuas. Saat dia menariknya, palka itu pun terbuka ke arah samping. Di balik palka itu, terdapat lorong masuk yang megah, mirip dengan lorong yang ada pada kapal Theia.

"Bagus!"

Koutarou, yang merasa lega karena palka itu terbuka, membaringkan Clan pada lorong itu. Dia lalu menarik tuas itu kembali ke posisi aslinya untuk menutup palka itu.

"Masalah Clan udah beres buat sekarang"

Koutarou membaringkan Clan di dalam Cradle untuk membuatnya tetap aman. Dengan banyaknya binatang yang tidak diketahuinya, ditambah teriakan yang baru didengarnya, membawa Clan yang pingsan bersama dirinya akan berbahaya. Tentu saja, Koutarou tidak bisa meninggalkannya sendirian di tengah alam liar seperti itu. Keputusan yang sudah jelas bagi Koutarou adalah untuk meninggalkan Clan di dalam Cradle.

"Habis itu...em...Ruth nyebutnya apa ya..."

Koutarou lalu berbalik ke arah asal teriakan itu dan mulai mengutak-atik zirah di tangan kanannya. Bagian tangan kanan zirah itu mempunyai fungsi yang sama dengan gelang milik Theia dan Ruth.

"Kalau nggak salah, 'baju manuver, aktifkan mode pertempuran', bukan ya?"

Setelah membuat perintah dengan ragu-ragu, Koutarou mulai berlari lebih cepat daripada sebelumnya.


Part 2[edit]

Zirah yang dipakai oleh Koutarou memiliki beberapa mode berbeda tergantung situasi yang dihadapinya. Untuk situasi biasa, Koutarou lebih sering menggunakan mode jelajah dan sekarang beralih menjadi mode bertempur.

Mode jelajah memiliki pengaturan yang paling mudah. Dalam mode ini, fungsi dan perlengkapan yang lebih sering digunakan akan diatur menjadi prioritas utama dan komputer akan melakukan perhitungan sesuai fungsi-fungsi itu. Dengan melakukan itu, mode itu akan mendukung pemakainya dengan efisien. Mode inilah yang paling sering digunakan oleh Koutarou, atau lebih tepatnya, memang dibuat untuk digunakan Koutarou.

Mode bertempur punya pengaturan yang berlawanan dengan mode jelajah. Fungsi, perlengkapan dan perhitungan yang berhubungan dengan pertempuranlah yang menjadi prioritas utama. Jika dibandingkan dengan mode jelajah, mode ini memiliki lebih banyak kekuatan dan mobilitas, tapi di saat yang sama, kelincahan dan kenyamanannya lebih rendah dibandingkan mode jelajah. Mode ini pun menyimpan penggunaan senjata, tindakan perlindungan dan kemampuan terbang karena mereka hanya digunakan di saat-saat darurat saja dan jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Saat ini, Koutarou sedang menggunakan mode pertempuran yang membuatnya berlari sangat cepat. Dengan gravitasi yang dikontrol agar berat badannya berkurang dan kekuatan kakinya yang meningkat karena zirah di bagian kakinya, Koutarou bisa berlari dengan cepat melewati hutan layaknya hewan buas yang memang dirancang untuk hal itu.

"Sumber suara telah ditemukan, tuanku. Ada kemungkinan sebesar 94% bahwa ada 11 orang disana"

"Darimana asalnya?"

Koutarou tidak mengurangi kecepatannya meskipun dia sedang menerima laporan dari komputer di dalam zirahnya. Dia bisa berbicara dengan komputer zirah sambil terus menggerakkan kakinya dengan kecepatan yang sama, dan juga tidak terengah-engah sama sekali. Itu semua bisa dilakukannya berkat bantuan kekuatan dari zirahnya.

"Lurus, arah jam 1:30"

"Itu nggak ngebantu"

"Sedikit ke arah kanan"

"Sip"

Setelah mendengar arahan dari komputer, Koutarou mengubah arah larinya ke arah kanan sedikit. Di saat yang sama, dua gambar 3D masuk ke dalam area pandangnya. Gambar-gambar itu adalah segitiga terbalik yang menandakan asal suara dan gambar sumber panas.

"Wah, detail banget"

"Sebuah kehormatan bisa mendapat pujian seperti itu"

Koutarou lalu mengatur arah larinya agar segitiga terbalik itu menjadi tepat di hadapannya, dan lalu menyadari kalau sumber panas yang ada sedang mengelilingi segitiga itu. Dia masih berada jauh dari sumber panas itu, saat dia melihat kalau gambar sumber panas itu masih bertumpuk. Namun, berdasarkan cara tumpukan itu bergerak, kelihatannya ada seseorang di sana.

"Ada kemungkinan sebesar 90% bahwa sepuluh sumber panas itu sedang mengejar sebuah sumber panas yang lain"

"Oke, gambarnya cukup dulu! Ayo maju!"

"Baiklah, tuanku"

Setelah memerintahkan kepada komputer agar gambar-gambar itu dihilangkan, Koutarou mulai berlari lebih cepat.

Kayaknya aku nemuin masalah yang lebih besar deh...Sekarang, aku harus ngapain ya...

Koutarou terlebih cepat daripada sebelas sumber panas yang dimaksud, dan karena itulah Koutarou tidak punya waktu banyak untuk berpikir.

Beberapa detik kemudian, Koutarou telah sampai di kumpulan yang dimaksud.

Yah, aku nggak ngerti keadaannya sih...

Namun, Koutarou tidak langsung menghampiri kumpulan itu, tapi justru bersembunyi di semak-semak terdekat untuk mengawasi perkembangan situasi yang ada. Itu dilakukannya karena dia tidak tahu siapa yang berteriak dan mengapa.

Kumpulan itu berada di tepi jurang, dan Koutarou tidak bisa melihat dasar jurang itu dari tempatnya berada. Karena dia tidak bisa melihat pohon apapun dari dasar jurang yang dibayangkannya, dia menduga kalau jurang itu pasti betul-betul dalam.

"Hmm...mereka lagi ngepung cewek...?"

Koutarou menyipitkan matanya, karena sulit baginya untuk melihat saat matahari sore berada sejajar dengan matanya, di tepi jurang itu. Namun, dia bisa melihat sesuatu seperti seorang gadis yang sedang dikepung oleh sepuluh pria.

"Tidak kusangka, kamu tidak mau berteriak ataupun minta nyawamu dikasihani dalam situasi seperti ini..."

"Kalau kau meminta sebuah teriakan, saya sudah memberikan itu padamu tadi"

"Teriakan kagetmu karena jatuh dari kuda tidak pantas untuk dipamerkan"

"Kalau begitu, keinginanmu tidak akan terpenuhi"

Dan mereka sedang berbicara mengenai sesuatu.

Bukan bahasa Jepang? Apa maksdunya nih....?

Namun, Koutarou tidak bisa mengerti apa yang mereka ucapkan. Dia sempat yakin kalau mereka berbicara menggunakan bahasa Inggris, tapi dia tidak bisa menduga bahasa apa yang mereka gunakan. Namun, Koutarou masih bisa mengerti ketegangan dalam percakapan itu.

"Gambar yang telah diproses telah siap untuk ditampilkan"

"Tolong tampilin"

Saat Koutarou memerintahkan komputer itu, sebuah gambar 3D lain muncul dalam pandangannya. Gambar itu menunjukkan adegan yang ada dihadapannya, dan sudah diproses dengan menghilangkan matahari sore.

"Apa ini...?"

Tepat saat Koutarou melihat gambar itu, dia menjadi terkejut.

Gambar itu menunjukkan seorang gadis bergaun yang sedang dikepung oleh pria-pria berpedang dan bertombak. Pakaian yang dikenakan oleh pria-pria itu pun terlihat tidak asing bagi Koutarou, karena pakaian itu mirip dengan yang digunakan oleh Koutarou dan yang lainnya pada saat pementasan drama, yaitu pakaian yang dikenakan oleh kaum bangsawan dan tentara.

"Ini lanjutan dramanya ya...? Tapi, kenapa dilanjutin disini? 'Kan nggak ada yang nonton?"

Koutarou hanya bisa merasa heran dan menyangka kalau yang dilihatnya saat itu adalah kelanjutan drama yang dipentaskan di gunung di belakang SMA Harukaze setelah melihat pakaian yang dipakai para pria itu. Namun, yang tidak dimengerti olehnya adalah kenapa mereka melakukannya disini. Baik itu pementasan ataupun latihan, Koutarou tidak bisa menemukan alasan untuk melakukan hal-hal itu di tepi jurang di atas gunung seperti ini.

Tepat di saat itu, matahari senja pun lenyap dibalik jurang, dan Koutarou akhirnya bisa melihat dengan jelas wajah orang-orang yang tidak bisa dilihatnya lewat gambar yang ditampilkan komputer tadi berkat terangnya sinar matahari.

"Sakuraba-senpai!?"

Wajah si gadis yang berada di tepi jurang terlihat persis seperti kakak kelas Koutarou, yakni Sakuraba Harumi.

"B-bukan, bukan dia!! Itu bukan Sakuraba-senpai!!"

Namun, Koutarou dengan cepat menyadari kalau gadis itu bukanlah Harumi. Berdasarkan pakaian dan keadaannya, dia bisa menganggap kalau gadis itu adalah Harumi, namun ada perbedaan yang sangat mencolok diantara mereka berdua, yaitu warna rambut si gadis. Rambut Harumi berwarna hitam, sementara rambut si gadis yang berada di tepi jurang berwarna putih keperakan. Rambut yang indah itu pun berkibar diterpa angin sembari berubah kejinggaan diterpa matahari senja.

"Bahaya. Senjata yang dimiliki grup B dapat menimbulkan luka. Menaikkan level ancaman dari 1 ke 2"

"Senjata asli!?"

Mata Koutarou pun terbelalak setelah mendengar peringatan dari komputer.

"Kemunkinannya tepat 100%. Kesalahan mengidentifikasi kemampuan senjata untuk melukai setelah 28 kali pemindaian mendekati nilai 0"

Kesepuluh pria itu membawa senjata sebanyak 28 buah, dan zirah milik Koutarou telah menggunakan sensor yang ada padanya untuk memeriksa seluruh senjata itu. Zirah itu telah memastikan kalau semua senjata itu memang bisa melukai. Dalam kata lain, kecuali sensor itu sudah gagal memindai 28 kali secara berturut-turut, para pria yang mengepung gadis itu memiliki senjata asli yang siap digunakan.

"Jadi, ini bukan drama...tapi emang kejadian asli!?"

Sedikit demi sedikit, Koutarou mulai mengerti situasi yang ada. Memang, yang ada di hadapannya merupakan sebuah kebetulan yang sulit untuk dipercaya, tapi situasi yang mirip dengan drama yang dipentaskan oleh Koutarou dan teman-temannya sedang terjadi di depan matanya sendiri. Tidak mungkin ada senjata asli yang akan digunakan dalam pementasan drama, kecuali milik Koutarou yang memang asli namun dipasangi pelindung.

Jadi, yang teriak tadi itu si cewek itu, dan orang-orang itu yang bikin dia teriak. Terus, mereka ngejar dia sampai ke pinggir jurang itu sampai mereka ngepung dia kayak gitu!?

Koutarou akhirnya mengerti situasi itu, tapi dia masih belum tahu mengapa situasi itu bisa sampai terjadi. Bisa jadi, gadis itu adalah kriminal yang sedang dikejar oleh orang-orang itu untuk ditangkap, atau justru sebaliknya. Si gadis sedang diserang oleh para penjahat.

Duh, gimana nih!? Masa' aku diem aja!?

Sementara Koutarou memikirkan apa yang harus dilakukannya, kepungan para pria itu semakin mendekati si gadis. Si gadis, yang sudah berada di tepi jurang, hanya bisa terdiam membeku tanpa bisa berlari lebih jauh lagi.

"Kelihatannya darah kekaisaran yang panjang dan makmur itu akan berakhir disini"

"Semua ini tidak ada hubungannya dengan darah. Saya hanya merasa menyesal tidak bisa melindungi rakyat"

"Tekad yang berani. Tapi, tenang saja. Setelah darah kekaisaran sudah tiada, Yang Mulia Menteri akan melindungi rakyat"

"...Hanya itu yang bisa saya harap saat ini"

Jurang itu pun remuk sedikit demi sedikit dengan tiap langkah mundur dari si gadis. Setelah mengambil satu langkah terakhir, si gadis pun menutup matanya, menyadari kematian yang akan menjemput entah dari tajamnya pedang atau dalamnya jurang di belakangnya.

"Informasi. Berdasarkan situasi yang ada, bisa disimpulkan kalau tujuan grup target B adalah pembunuhan target A"

"Mereka mau ngebunuh cewek itu!? Beneran!?"

"Kemungkinan hal itu terjadi adalah 92%"

Koutarou hanya bisa mengepalkan tinjunya mendengar hal itu, sementara para pria itu terus mendekat ke arah si gadis. Gadis itu pun hanya bisa mendekapkan tangannya di depan dadanya seraya berdoa. Para pria itu berniat membunuh gadis itu dengan posisi seperti itu.

"Asem, aku nggak bisa biarin dia gitu aja!!"

Koutarou memang masih belum sepenuhnya mengerti situasi yang dialami gadis itu, tapi kalau dia hanya berdiam diri saja, kemungkinan besar gadis itu akan terbunuh. Dia tidak punya waktu, atau malah tidak bisa, memanggil polisi untuk menyelamatkan gadis itu. Untuk itu, Koutarou sendirilah yang harus melakukannya. Karena orang-orang yang mengepung gadis itu juga bukan polisi, ada benarnya Koutarou menghentikan mereka.

"Ayo maju! Kita hentiin grup target B atau apalah itu terus--"

"Mengatur target B sebagai pasukan musuh di IFF"

Namun, yang membuat Koutarou maju untuk bertarung adalah wajah si gadis, dengan matanya yang menyimpan tekad yang kuat, alisnya yang tegas dan bibirnya yang tertutup rapat. Gadis itu terlihat mirip dengan Harumi yang berada di atas panggung. Koutarou tidak bisa membiarkan gadis itu begitu saja, meskipun ada kemungkinan kalau dia adalah kriminal, karena dia pasti akan menolong gadis itu.

"Pilih senjata anda"

"Aku mau pakai pedang, bisa nggak kamu atur biar aku nggak ngebunuh mereka?"

Setelah melompat keluar dari semak-semak, Koutarou memerintahkan komputernya agar tidak membunuh musuh karena dia masih belum mengerti situasi yang ada dan dia sendiri tidak ingin membunuh.

"Baiklah, tuanku. Melapisi pedang dengan dorongan sonik"

Koutarou lalu menghunus pedangnya dari pinggangnya dan maju menyerang kesepuluh orang itu.


Part 3[edit]

"Hei kalian! Orang dewasa macem apa yang ngeroyok cewek kayak gitu!"

Agar Koutarou bisa mengalihkan perhatian orang-orang itu ke arah dirinya, dia sengaja berteriak dengan keras. Seperti yang dia harapkan, perhatian orang-orang itu beralih dari si gadis menuju ke arahnya.

"Siapa orang itu!?"

"Apa yang dia katakan!?"

"Kelihatannya dia seperti ksatria, dilihat dari zirahnya"

"Itu tidak masalah! Bunuh semua yang menghalangi kita!"

Orang-orang itu pun beralih ke arah Koutarou dan menghunus senjata mereka, mengutamakan membunuh Koutarou dahulu daripada si gadis yang berada di belakang mereka. Alasannya, karena mereka yakin bahwa si gadis tidak akan bisa berbuat apa-apa.

"Aku nggak tahu kalian ngomong apa, tapi kayaknya kalian emang mau ini..."

Koutarou, yang sudah terbiasa berkelahi, bisa merasakan keinginan orang-orang itu untuk bertarung. Dia pun menggenggam pedangnya dengan kedua tangannya, dan pedang itu pun mulai menggeram. Rupanya, itu berasal dari zirah yang melapisi peang itu dengan lapisan spesial yang menghasilkan gelombang kejut.

"Orang itu...? Dari kuda-kudanya, kelihatannya dia adalah ksatria Forthorthe...tapi, kenapa...?"

Gadis itu kagum dengan kemunculan Koutarou, yang merupakan penyelamat baginya yang muncul menjelang hidupnya yang hampir berakhir. Ditambah, yang membuatnya lebih kaget adalah kenyataan kalau yang menyelamatkannya adalah seorang ksatria. Karena sudah banyak pasukan ksatria yang menjadi musuhnya, si gadis tidak menyangka kalau ada seorang ksatria yang akan menyelamatkannya.

"Ah..."

Sebelum rasa kaget si gadis menghilang, Koutarou langsung beraksi dengan gerakannya yang gesit. Meskipun dia memakai zirah dari Forthorthe yang berat, Koutarou bisa bergerak lebih cepat dari orang-orang yang memakai zirah lebih ringan. Karena itulah, Koutarou bisa membuat serangan pertama.

"Guaaaaaaahh!!"

Setelah mendekat dalam sekejap, Koutarou mengayunkan pedangnya yang dilapisi pelindung spesial dan memukul jauh salah seorang pria sejauh beberapa meter. Orang itu tidak punya waktu untuk melindungi dirinya sendiri, bahkan untuk merasa kaget pun tidak.

"D-dia hebat juga!"

"Jangan lawan dia sendiri-sendiri! Maju bersama!"

Mereka pun yakin kalau Koutarou adalah orang yang berbahaya setelah rekan mereka berhasil dikalahkan. Mereka lalu mulai bekerja sama untuk bisa mengalahkan Koutarou.

"Satu kena!"

"Target selanjutnya di arah jam 6"

"Udah kubilang, itu nggak ngebantu!"

Koutarou lalu berputar sambil mengayunkan pedangnya, dan pedangnya mengenai pedang seseorang dari dua orang yang berusaha menyerangnya dari arah belakang. Pedang Koutarou pun menghancurkan pedang orang itu dan memukul jauh orang itu, lalu menabrak orang kedua yang berada tepat di belakangnya dan mereka berdua terlempar jauh.

"Kena dua sama tiga!"

"Peringatan bahaya! Serangan dua arah sedang mendekat!"

"Nah, aku lebih ngerti kalau gitu!"

Orang keempat dan kelima menyerang Koutarou di saat yang bersamaan dengan menggunakan pedang dan tombak masing-masing. Karena senjata yang mereka gunakan punya jangkauan serangan yang berbeda, akan susah untuk meladeni mereka di saat yang bersama. Namun, Koutarou mengalihkan perhatiannya ke arah pria yang memakai pedang tanpa terlihat panik sedikitpun.

"Bodoh!!"

"Apa kau sudah gila!?"

Dengan melakukan itu, tombak itu menuju punggung Koutarou yang tidak terlindungi. Orang keempat dan kelima itu pun sudah yakin akan menang dan tersenyum sinis ke arah Koutarou"

"Awas, tuan ksatria!!"

Melihat itu, si gadis yang sedari tadi tidak mengeluarkan teriakan pun akhirnya berteriak. Dia ingin menolong penolongnya.

"Tolong dibantu ya"

"Baiklah, tuanku. Pemasangan pelindung darurat"

Beberapa segienam putih transparan pun muncul dalam urutan yang terlihat indah. Saat ujung tombak menusuk segienam itu, tombak itu pun terpental.

"Apa!?"

"Tidak mungkin!"

Orang-orang itu pun hanya bisa terkejut melihat hal itu. Koutarou, yang tidak melewatkan kesempatan dimana orang-orang itu terdiam sesaat, mengayunkan pedangnya melintang membentuk lingkaran dan menyerang orang-orang di depan dan di belakangnya sekaligus. Kedua orang itu pun terpental sambil menimbulkan suara yang mirip dengan suara meriam yang ditembakkan.

"Penyihir! Orang ini menggunakan sihir!"

"Sihir!? Itu tidak mungkin!! Tidakkah kau lihat zirah berat yang dia pakai!?"

"Kau juga melihat tombak yang ditangkisnya, benar tidak, kapten!? Apalagi yang bisa kita katakan kalau itu bukan sihir!?"

Melihat kejadian itu, orang-orang itu pun mulai gentar. Senjata mereka masih terhunus ke arah Koutarou, tapi mereka terdiam di tempat.

"Kenapa, udahan?"

Sambil memegang Saguratin di tangan kanannya, Koutarou dengan santainya berjalan mendekati orang-orang itu. Mereka pun terdorong mundur ke arah jurang hanya oleh Koutarou sendirian.

"Aku tidak pernah mendengar ada seseorang seperti ini..."

"Sial, kita seharusnya membawa penyihir kita juga! Kita lengah karena kita menyangka mereka hanya sekumpulan wanita!"

"Hentikan ocehan kalian! Ayo kita semua serang dia bersama-sama!"

Dengan meninggalkan seseorang untuk menjaga gadis itu, empat orang pun maju menyerang Koutarou bersama-sama. Mereka menyimpulkan kalau mereka tidak bisa menang melawan Koutarou, yang bisa menggunakan teknik misterius, dengan jumlah sedikit.

"Kalo ini cuma sekedar berantem, kalian sih udah bener, tapi--"

"Memasang pelindung"

Kali ini, segienam transparan itu muncul di hadapan Koutarou. Pelindung itu pun dengan mudahnya menangkap senjata mereka, dan wajah para penyerang itu pun terlihat panik. Koutarou lalu mengayunkan pedangnya melintang"

"--sayang, musuh kalian kelewat kuat"

Segienam-segienam itu pun terbuka sedikit untuk memberi jalan bagi pedang Koutarou. Setelah pedang itu melintas, pelindung itu pun kembali menutup. Hanya ujung pedang Koutarou yang menyerang musuh-musuhnya yang berada di luar pelindung. Hal seperti itu hanya bisa dilakukannya berkat banyaknya latihan yang dijalaninya mengayunkan pedang sambil memakai zirah itu. Kalau saja zirah itu tidak mengingat pergerakan Koutarou, zirah itu tidak akan bisa mengendalikan pelindung itu hingga sedetail itu.

"Melepaskan energi gelombang kejut"

"Jangan bunuh mereka ya"

"Baiklah, tuanku"

Setelah pedang itu menyentuh orang ketiga, komputer pada zirah itu melepaskan energi yang tersimpan di dalam pedang, yang berubah menjadi gelombang kejut yang sangat kuat dan menyerang orang-orang itu. Mereka pun terkena serangan gelombang itu dan melayang jauh. Berkat kendali yang tepat, gelombang kejut itu hanya membuat orang-orang tu pingsan.

"Nah, itu udah sembilan"

Koutarou lalu menggenggam pedangnya kembali dengan kedua tangannya dan mengarahkan ujungnya kepada pria terakhir. Mekipun dia masih memegang senjatanya, wajah pria itu sudah berubah pucat karena sebegitu takutnya pria itu setelah kehilangan semangat tempurnya.

"J-Jangan mendekat!"

"Jadi, kamu mau ngapain?"

Koutarou lalu mendekati orang yang sudah gemetaran kehilangan semangat tempurnya itu. Orang itu pun melangkah mundur, seakan-akan didorong oleh Koutarou, mendekati tepi jurang dan orang itu pun akhirnya sampai di tepi jurang, tidak bisa mundur lagi.

"Sudah kukatakan padamu, jangan mendekat! Kau monster!"

"Aku nggak tahu kamu ngomong apa, tapi cewek itu nggak teriak kayak kamu tadi"

Orang itu pun mengayunkan pedangnya untuk menakut-nakuti Koutarou, tapi tindakan putus asa seperti itu tidak membuat Koutarou gentar. Dengan penuh keputusasaan, orang itu melihat ke seklilingnya mencari sesuatu yang bisa menyelamatkannya, dan matanya tertuju ke arah si gadis.

"B-benar juga! Aku akan pakai dia!"

"Apa!?"

Orang itu pun menarik si gadis dan mengarahkan ujung pedangnya ke arah leher si gadis, membuat Koutarou berhenti bergerak.

"Kalau kau menghargai nyawa wanita ini, buang senjatamu dan angkat kedua tanganmu!"

"Jangan, tuan ksatria! Kalau kau membuang senjatamu, kau akan terbunuh juga!"

"...Sandera, ya? Padahal tadi kamu mau ngebunuh dia..."

Meskipun Koutarou tidak mengerti apa yang dikatakan orang itu, dia bisa mengerti arti tindakannya. Kalau Koutarou mendekat atau berusaha menggunakan senjatanya, orang itu akan menusuk leher gadis itu dengan pedangnya.

"Cepat buang senjatamu!"

"Oke, oke, ngerti kok"

"Tuan ksatria!!"

Koutarou melempar Signaltin jauh-jauh lalu mengangkat kedua tangannya.

"Hehehe, kau cukup perhatian juga"

"Jangan pikirkan saya, tolong ambil senjatamu dan bertarunglah!"

Orang itu pun menyeret gadis itu menjauh dari Koutarou. Gadis itu pun meronta-ronta berusaha melepaskan dirinya sendiri, tapi dia tidak bisa melakukannya karena kalah kuat dengan orang yang menyeretnya. Suara sedih gadis itu pun memenuhi area itu.

Kalau aja orang itu maju buat ngebunuh aku, aku pasti masih bisa ngelakuin sesuatu...tapi kalau terus begini, cewek itu bakal mati...

Koutarou sudah merencanakan sesuatu jikalau orang itu maju menyerangnya saat dia sudah tidak bersenjata lagi, namun orang itu justru menjauh dari hadapannya. Koutarou yakin kalau orang itu akan membunuh gadis itu setelah dia sampai di area semak-semak, jadi Koutarou yakin kalau dia akan melakukan sesuatu, sekaranglah waktunya.

Aku rasa Sanae pernah ngelakuin ini...

Koutarou lalu memusatkan pikirannya pada tangan kirinya yang menggantung, yang terbungkus sarung tangan yang dipinjamnya dari Kiriha. Sarung tangan itu adalah senjata yang menggunakan energi spiritual sebagai amunisinya. Karena Sanae pernah menggunakan senjata itu lewat badan Koutarou, Koutarou bisa mengerti sedikit bagaimana cara menggunakannya.

Sarung tangan itu pun mulai mengeluarkan medan elektromagnetis mengikuti keinginan Koutarou. Meskipun dia tidak punya energi spiritual sebanyak Sanae, medan elektromagnetis yang dihasilkan sarung tangan itu menjadi semakin besar. Namun, tidak ada kilatan listrik atau bola api yang keluar, betul-betul hanya medan elektromagnetis saja, jadi hanya Koutarou yang tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Baik si pria yang menyandera si gadis maupun si gadis sendiri tidak memperhatikan hal itu.

Maju!

Setelah mengumpulkan cukup energi, Koutarou mengarahkan medan itu menuju ke arah orang itu. Medan itu pun mengikat pedang orang itu sesuai rencana Koutarou.

"Apa!?"

"Kena kau!!"

Meski pria itu menyadarinya, semua sudah terlambat baginya. Koutarou lalu menarik pedang yang terjerat medan elektromagnetis itu sekuat tenaganya, dan hasilnya, pedang itu lepas dari tangan orang itu dan terlempar ke udara.

"Tidak mungkin!?"

Mata orang itu pun mengikuti kemana arah pedang itu pergi mengikuti intuisinya.

"Eiii!"

Dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan, gadis itu pun memukul perut orang itu sekuat tenaganya menggunakan siku.

"Guaaah!?" Orang itu pun melepaskan gadis itu setelah menerima pukulan akibat kelengahannya. Gadis itu pun langsung mengambil jarak dari orang itu setelah berhasil bebas. Orang itu pun berusaha meraih gadis itu dengan tangannya, tapi sayangnya, Koutarou sudah berada di hadapannya.

"...Kamu hebat juga, nona"

Tinju Koutarou masuk ke arah perut orang itu, dan dia pun akhirnya pingsan setelah menerima pukulan itu setelah menerima pukulan di tempat yang sama oleh si gadis.

"Daaan sepuluh"

"Pasukan musuh telah berhasil dijinakkan. Perhatian, karena grup target B dikhawatirkan akan kembali sadar dalam beberapa saat lagi, disarankan untuk berpindah tempat"

"Tahu kok. Makasih bantuannya ya"

"Keluar dari mode pertempuran"

"Kerja bagus"

Setelah mengalahkan sepuluh orang itu, komputer zirah itu pun memutuskan kalau pertempuran sudah berakhir dan mengakhiri mode pertempuran.

"Fiuh, kayaknya semua lancar..."


Part 4[edit]

Pertempuran pun berakhir dan kesunyian kembali tiba di area itu. Koutarou melemaskan badannya dan pundaknya sedikit setelah bertempur. Meskipun dia begitu unggul dalam hal kekuatan berkat zirahnya, tentu saja dia akan merasa gugup dan kaku saat ada orang yang mencoba membunuhnya. Dia juga merasa lega karena tidak ada seorang pun yang mati. Karena, Koutarou bukanlah seorang tokoh utama dari sebuah game. Dia hanya seorang laki-laki biasa.

"...Syukurlah..kelihatannya orang ini juga seorang manusia biasa..."

Gadis itu pun juga merasa lega saat dia memandangi punggung Koutarou. Dia sempat merasa khawatir kalau Koutarou bukan manusia biasa, dilihat dari caranya bertarung.

"Dasar bodoh...tentu saja itu tidak mungkin..."

Gadis itu pun tersenyum dan mendekati Koutarou.

"Tuan ksatria!"

Gadis itu pun memanggil Koutarou saat Koutarou mengambil Saguratin dari atas tanah.

"Hmm?"

Koutarou pun teringat kembali dengan keberadaan si gadis setelah mendengar suara itu. Rupanya, dia sedang melamun setelah merasa rileks dari stress melawan sepuluh orang .

"Oh iya...aku tadi mau nyelametin dia ya"

"Terima kasih sudah menyelamatkanku, tuan ksatria"

Gadis itu lalu memegang ujung gaunnya dan mengangguk ke arah Koutarou. Koutarou pun menyimpulkan kalau si gadis berterimakasih padanya berdasarkan tindakannya. Namun, Koutarou masih belum mengerti apa yang dikatakannya.

Gawat..aku masih belum ngerti apa yang dia bilang...

Koutarou pun mengangguk ke arah gadis itu sambil menggaruk-garuk kepalanya dan memikirkan apa yang harus dilakukannya sekarang. Tepat saat itulah, komputer zirah yang sedari tadi diam kembali berbicara.

"Analisa bahasa selesai"

Setelah kembali ke mode jelajah, kekuatan pemroses yang telah diprioritaskan untuk fungsi pertempuran telah kembali menjadi fungsi umum, dimana salah satunya adalah analisa bahasa. Komputer itu telah menganalisa kata-kata yang digunakan si gadis dan orang-orang itu dan baru saja mendapat hasilnya.

"Alat penerjemah diatur menjadi bahasa Forthorthe kuno"

Rokujouma V7.5 053.jpg

Berdasarkan hasil yang sudah didapat, alat penerjemah pun mulai bekerja. Theia dan Ruth juga menggunakan alat yang sama dalam kehidupan sehari-hari.

"Maaf, saya terlambat memperkenalkan diri saya, nama saya adalah--"

Berkat itulah, Koutarou akhirnya bisa mengerti apa yang diucapkan gadis itu. Suara yang sudah diterjemahkan itu membuatnya teringat akan Harumi.

"Nama saya adalah Alaia Kua Forthorthe. Meskipun memalukan melihat saya dikejar seperti itu karena posisi saya, tapi saya adalah tuan puteri pertama dari negeri ini, Forthorthe"

Gadis itu pun dengan gugupnya berusaha memperkenalkan dirinya dengan tegas. Dia bersyukur bahwa Koutarou telah menyelamatkannya, tapi dia tidak tahu siapa Koutarou atau mengapa Koutarou menyelamatkannya. "...Eh?"

Namun, Koutarou begitu terkejut dengan namanya, sampai-sampai dia tidak menyadari perasaan sang gadis. Koutarou pun betul-betul kebingungan setelah mendengar nama sang gadis.

Tadi dia bilang, Alaia Kua Forthorthe?

Koutarou masih menyangka kalau tempat itu adalah hutan di dekat SMA Harukaze. Meskipun hutan itu agak aneh, Koutarou tidak menyangka kalau tempat ini ternyata berada di "sana". Di "tempat" itu, Koutarou menemukan seorang gadis yang mirip dengan Harumi yang memakai gaun yang mirip dengan kostum yang ada pada drama mereka. Gadis itu dikejar oleh gerombolan orang yang ingin membunuhnya, dan lalu menyebutkan namanya sebagai Alaia Kua Forthorthe.

Ini drama apa bukan sih? Nggak, nggak, tempat ini ada di belakang gunung, bukan panggung. Orang-orang itu juga serius mau ngebunuh dia. Tapi, dia bilang kalau dia si Puteri Perak dari drama? Bukannya dia Sakuraba-senpai?

Bagi Koutarou, apa yang dilihat dan dialaminya memang mirip dengan drama, tapi ternyata itu semua bukanlah drama. Dan lagi, gadis itu menyebut dirinya sendiri sebagai Alaia. Tentu saja, situasi itu membuat Koutarou betul-betu kebingungan.

"Akhirnya aku menemukanmu!"

Tepat di saat itu, sesuatu mengenai kepala Koutarou saat dia sedang melamun.

"Apa yang kau lakukan disini, kau Ksatria Biru palsi!! Jangan berpergian sendiri!"

Rupanya, yang mengenainya adalah pukulan dari Clan. Koutarou telah meninggalkannya di dalam Cradle saat dia pingsan, namun dia telah bangun dan mengejar Koutarou.

"Sakit, tahu! Masih mau berantem ya!?"

Setelah kena serang oleh musuhnya, Clan, Koutarou akhirnya kembali terjaga dan melotot ke arahnya.

"Bukan saatnya kita bertengkar!"

Namun, Clan berkata kalau dia tidak punya niat untuk bertengkar. Karena mereka baru saja bertarung dengan hebatnya beberapa saat yang lalu, Koutarou tidak bisa begitu saja percaya padanya.

"Kamu mau bohong lagi ya? Aku nggak akan percaya!!"

"Aku baru saja bilang, bukan saatnya untuk itu!! Kita harus segera pergi dari tempat ini atau ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi!!"

Clan menggelengkan kepalanya dan memohon dengan sangat kepada Koutarou. Matanya yang bersembunyi di balik kacamatanya pun terlihat serius.

Apa bener bakal ada masalah serius? Masalah yang bener-bener bikin kita harus ngelupai soal berantem...

Koutarou pun dengan perlahan mempertimbangkan situasi yang ada berdasakan sikap Clan. Koutarou memang tidak lupa kalau mereka tetaplah musuh, tapi kelihatannya sebuah masalah telah terjadi yang menyebabkan mereka harus mengabaikan pertikaian mereka. Bagi Koutarou, mata Clan saat itu tidak terlihat berbohong padanya.

"Cepatlah kesini, Ksatria Biru palsu!! Dasar biang masalah!!"

"W-woi!"

Clan lalu menarik lengan Koutarou dan dengan paksa menariknya ke arah Cradle.

"Ksatria Biru...?"

Gadis yang bernama Alaia itu pun mengikuti mereka berdua dengan kedua matanya. Dia tidak mengerti apa yang baru saja dikatakan oleh Koutarou dan Clan. Clan rupanya berbicara dalam bahasa Forthorthe modern dan Alaia bisa mengerti apa yang dikatakannya berkat alat penerjemah Koutarou, dan kata yang bisa dimengerti oleh Alaia hanyalah Ksatria Biru.

Gelar Ksatria Biru berarti dia adalah pengikut seorang bangsawan, tapi...

Alaia lalu membayangkan gelar apa yang dimiliki Koutarou berdasarkan kata "Ksatria Biru".

Sistem aristokrasi di Forthorthe adalah masyarakat pejuang, yang mirip dengan masyarakat samurai di Jepang. Meskipun Koutarou adalah seorang ksatria, hal itu berbeda dengan halnya seorang ksatria di Inggris.

Sistem kelas di kekaisaran Forthorthe memiliki kaisar sebagai pemimpin tertinggi, dan berada di bawahnya adalah keluarga kekaisaran. Selanjutnya ada ksatria-ksatria berpangkat tinggi yang memiliki wilayah kekuasaan. Ksatria-ksatria itu memerintah wilayah milik mereka masing-masing sebagai kepala wilayah itu dan melantik ksatria-ksatria dengan pangkat yang lebih rendah sebagai pengikut mereka. Ksatria-ksatria yang berpangkat rendah itu pun berfungsi sebagai kaki tangan para ksatria yang berpangkat tinggi dan mereka memerintah berbagai macam tempat dalam wilayah itu. Di saat-saat perang, para ksatria berpangkat tinggi akan maju sebagai pemimpin pasukan ksatria, yang kalau dibandingkan dengan Jepang masa kini, ksatria berpangkat tinggi bisa disebut sebagai gubernur dan ksatria bawahannya sebagai walikota atau bupati. Dalam Forthorthe, ksatria yang berpangkat tinggi biasa disebut ksatria suci dan ksatria yang berpangkat rendah sebagai pengawal, dimana diantara para ksatria itu terdapat sebuah perbedaan yang sangat besar. Meskipun para pengawal bisa memerintah sebuah wilayah, pada akhirnya wilayah itu tetaplah wilayah dari sang ksatria suci. Terlebih lagi, para pengawal itu berada di kelas terbawah dari keluarga bangsawan. Mereka yang berada dibawahnya lagi adalah para rakyat biasa.

Ngomong-ngomong, keluarga Pardomshiha yang merupakan keluarga dari Ruth adalah bagian dari keluarga ksatria suci yang memiliki wilayah yang sangat luas, dan Ruth sendiri memiliki gelar tertinggi Nye. Pardomshiha sendiri adalah keluarga yang paling terkenal diantara keluarga ksatria terkenal lainnya, karena mereka adalah keluarga yang sudah melindungi keluarga kekaisaran dengan penuh bangga sejak jaman dahulu.

Lalu Fatra, gelar sang Ksatria Biru, adalah gelar yang paling umum diantara para pengawal. Gelar seorang ksatria ditentukan dari apa yang menjadi dekorasi mereka, gelar pribadi dan spesifik yang biasanya diberikan kepada mereka dari ksatria suci. Namun, pada umumnya para pengawal diberikan gelar yang berdasar kepada warna, tanaman atau binatang yang dipilih oleh tuan dimana mereka mengabdi. Diantara hal-hal itu, warna adalah hal yang lebih sering dipilih oleh para tuan, karena mereka bisa mewarnai zirah mereka dengan warna yang sama.

Dengan alasan itulah, kata-kata "Ksatria Biru" membuat orang-orang akan berpikir kalau dia adalah pengawal seseorang.

Kalau ada pengawal yang kuat seperti dia yang tidak menjadi musuh...kemungkinan dia berasal dari Pardomshiha atau Wenranka. Tapi, saya sudah pernah bertemu dengan para pengawal dari Pardomshiha, dan Wenranka tidak menggunakan warna untuk gelar ksatria-ksatria mereka...kelihatannya dia juga bisa menggunakan sihir...siapa gerangan tuan ksatria itu...?

Alaia bisa mengerti gelar milik Koutarou, tapi sebagai hasilnya, dia justru bertambah bingung. Kalau Koutarou memiliki gelar Ksatria Biru, ada kemungkinan besar bahwa dia sebenarnya adalah musuh jika dilihat dari situasinya. Namun, dia justru menyelamatkan Alaia entah mengapa.

"Tunggu, jelasin dulu dong! Aku masih nggak ngerti sebenernya ada apa!"

"Hhhh, aku rasa aku memang harus menjelaskan..."

Clan awalnya mengabaikan Koutarou dan bergegas lebih dahulu, tapi karena Koutarou begitu keras kepala, dia berhenti setelah dia merasa ada jarak diantara mereka dan Alaia.

"Kita 'kan baru aja berantem. Jadi, gimana bisa aku mau nurut pas kamu bilang buat ikut kamu?"

"Aku mengerti. Aku akan menjelaskan, jadi aku mau kamu memperhatikanku setelah kamu mendengar masalahnya"

"Itu sih tergantung"

"Ya ampun..."

Clan hanya bisa mengeluh dan lalu mulai menjelaskan setelah melirik sesaat ke arah Alaia yang berada di belakang Koutarou.

"....Ini bukan Bumi"

"Apa?"

"Aku bilang, ini bukan Bumi!"

"Ini bukan Bumi? Apa-apaan maksudnya!?"

Koutarou hanya bisa kaget mendengar hal itu. Sulit untuk percaya kalau dia tidak berada di Bumi hanya karena Clan berkata seperti itu.

"Apa kau ingat dengan senjata yang akan kugunakan?"

"Yap. Bom aneh itu kan?"

"Benar. Peluru super repulsi ruang dan waktu. Karena benda itulah kita terlempar ke planet yang berbeda"

Clan lalu menggambarkan situasi itu dengan kedua tangannya.

Kita kelempar ke planet lain!? Emang bisa!? Aku nggak p-- nggak, nggak, kalau aku pikir lagi, bisa jadi....!!

Koutarou tidak percaya dengan kata-kata Clan, tapi di saat yang sama ada sesuatu yang masuk akal baginya. Pemandangan yang aneh, tanaman yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya, reptil-reptil unik, dan kata-kata sang gadis dan orang-orang itu yang tidak dimengerti olehnya.

"Selain itu, kelihatannya kita berada di masa lalu"

"Masa lalu?"

Koutarou masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Clan, dan dia hanya bisa melamun sambil memandangi Clan.

"Ya. Mudahnya, kita mengalami lompatan waktu[1]. Kita pergi ke masa lalu"

"Lompatan waktu!?"

Bahkan Koutarou pernah mendengar istilah lompatan waktu di dalam film atau game.

"T-terus, kita kena ledakan dari bommu dan kelempar ke planet lain di waktu yang lain!?"

"Aku senang kau bisa mengerti"

Clan menghela nafas panjang setelah Koutarou akhirnya mengerti.

"B-beneran!?"

"Apa ada alasan bagiku untuk berbohong dalam situasi ini?"

"I-itu..."

Karena Koutarou dan Clan tadinya saling bermusuhan, akan aneh jika Clan tiba-tiba mengatakan ingin berhenti bertempur.

Jadi, emang bener ya...

Setelah menenangkan dirinya, Koutarou yakin kalau Clan memang mengatakan yang sebenarnya, karena baginya itu terlihat lebih alami dan karena Clan berkata sebagai seorang bangsawan. Rencana licik memang sesuatu bagi Clan, tapi rencana seperti ini ternilai cukup murah untuk bisa mengulur waktu.

"Yah, ini semua kan salahmu"

"Oh, tapi ini juga salahmu"

"Lho? Kenapa?"

"Peluru super repulsi ruang dan waktu adalah senjata yang membuat lubang dalam ruang dan waktu, dan sasaran peluru itu akan dilempar ke luar dari konsep ruang. Karena kamu membelahnya, peluru itu menjadi aktif sebelum benar-benar siap, dan inilah hasilnya"

"Yah, kalau kamu mau dibunuh, ya jelas pasti kamu bakal motong itu, ya kan"

Bagi Koutarou, membiarkan Clan menembakkan peluru itu akan membuatnya berada di luar jagad raya, jadi tentu saja wajar bagi Koutarou untuk memotongnya. Dia tidak bisa menerima begitu saja kalau tanggung jawab atas peristiwa ini dilemparkan seluruhnya padanya.

"Dan aku lebih memilih menggunakan itu dibandingkan kalah"

"...Iya, aku ngerti"

Koutarou hanya bisa mengangkat kedua tangannya sambil mengeluh. Dia tahu, terus-menerus berdebat menggunakan emosi seperti ini tidak akan membawa mereka kemanapun dan akhirnya menanyakan kepada Clan pertanyaan lain. Kelihatannya, Clan sedang tidak tertarik dengan pertarungan saat ini, dan keadaannya memang betul-betul darurat.

"Kalau gitu, sekarang kita ada dimana dan kapan?"

"Kita ada di Forthorthe, 2000 tahun dari tempat asal kita"

Clan hanya menjawab seadanya, tapi jawaban itu kembali membuat Koutarou menganga.

"Forthorthe!? 2000 tahun lalu!?"

"Ya, memang. Aku sudah memastikannya dengan menggunakan Cradle untuk mengobservasi bintang-bintang. Ini adalah Forthorthe 2000 tahun lalu. Aku pun tidak percaya saat pertama kali mengetahuinya, tapi hal ini memang tidak salah lagi"

Clan pun mengangguk sambil tersenyum melihat Koutarou yang kaget, karena senang melihat Koutarou menyadari seberapa daruratnya situasi mereka saat ini. Clan merasa lega karena sekarang mereka bisa melakukan apa yang harus mereka lakukan.

"Itulah situasi kita saat ini, jadi mari kita kembali ke Cradle dan menyusun rencana untuk kembali ke masa depan. Kita tidak perlu mengambil resiko mengubah massa depan dengan melakukan hal-hal yang tidak semestinya"

"Gitu toh, jadi itu alesannya..."

Koutarou, yang tadinya kebingungan, sekarang terlihat puas sambil mengangguk-angguk berulang kali.

"Apa?"

Clan, yang menyadari itu, bertanya kepada Koutarou dengan penasaran. Koutarou pun membalasnya dengan menunjuk ke arah gadis dibelakangnya.

"Kamu lihat cewek itu?"

"....Iya?"

Clan melihat ke arah yang ditunjuk Koutaou dan melihat seorang gadis yang mengenakan gaun.

"Aku nyelametin dia pas dia diserang sama beberapa orang aneh, tapi dia bilang kalau dia Alaia Kua Forthorthe"

"Alaia Kua Forthorthe...?"

Tepat pada saat itulah, mulut Clan yang menganga.

"Kau m-m-menyelamatkan dia...?"

"Dia bilang dia lagi dikejar-kejar gara-gara posisinya, jadi kelihatannya kita lagi ditengah-tengah waktu itu"

Koutarou, yang tidak mempedulikan reaksi Clan, melanjutkan penjelasannya.

"Cuma ada hal-hal aneh yang terjadi setelah aku bangun, tapi sekarang akhirnya aku ngerti. Jelas aja kenapa aku nggak pernah ngelihat hal-hal kayak gini, dan ini juga bukan drama...akhirnya semuanya masuk akal"

Dengan semua pertanyaannya akhirnya terjawab, Koutarou pun menganggu-angguk penuh rasa puas. Sejak Koutarou terbangun, waktu belum berjalan hingga 30 menit, tapi sudah selama itulah dia merasa resah dengan pertanyaan-pertanyan di pikirannya. Itulah sebabnya sekarang dia merasa puas.

"T-tunggu sebentar, Ksatria Biru palsu!!"

"E-eh, kenapa sih!?"

Di sisi lain, Clan justru merasa tidak senang. Dia pun mencengkeram Koutarou dan terlihat hampir menangis.

"Jangan seenaknya mengubah sejarah!! Apa yang akan kau lakukan kalau kita tidak bisa kembali ke dunia kita!?"

"K-kok kamu marah gitu sih? T-tenang dulu, Clan"

Clan hanya bisa mencengkeram Koutarou dengan kedua tangannya sambil menggoyang-goyangkannya. Koutarou pun mencoba menenangkannya sambil terus terayun-ayun, tapi itu tidak berhasil.

"Bagaimana bisa aku merasa tenang! A-a-apa kau mengerti dengan apa yang telah kau lakukan!?"

"Kenapa? 'Kan aku baru aja nyelametin orang?"

Koutarou merasa tidak ada masalah menyelamatkan seorang gadis di masa lalu Forthorthe 2000 tahun lalu, tapi Clan justru merasa bahwa itu adalah masalah.

"Bukankah aku sudah menjelaskan, dimana kita saat ini!?"

"Iya, Forthorthe, 2000 tahun lalu, iya kan?"

"Kau tidak mengerti apapun! Apapun yang kau lakukan disini akan mengubah sejarah Forthorthe!! Kalau terus begini, kita tidak akan bisa kembali ke tempat dan waktu kita sendiri!!"

"...Apa?"

Tidak bisa kembali ke tempat dan waktu mereka sendiri adalah masalah besar bagi Koutarou, karena ada sesuatu yang harus dia lakukan disana.

"T-tunggu bentar, jelasin dong biar aku ngerti, Clan!"

Raut wajah Koutarou pun berubah menjadi serius. Meskipun dia masih belum sepenuhnya mengerti dengan apa yang dikatakan Clan, Koutarou mulai mengerti tingkat keseriusan situasi yang dialaminya.

"Sejarah ruang dan waktu mengalir layaknya aliran sungai! Kalau kita dengan seenaknya mengalir ke sebuah sungai yang berbeda, kita mungkin tidak akan kembali ke sungai kita yang sebenarnya!"

Clan pun menjelaskan dengan wajah serius, karena baginya, hal ini lebih penting daripada hidup dan mati. Dia pun sudah lupa telah bermusuhan dengan Koutarou.

"Sungai yang beda...?"

"Benar! Sebenarnya, kita sudah memasuki aliran yang berbeda! Dalam sejarah yang asli, seseorang yang lainlah yang menyelamatkannya, yang kemungkinan besar adalah Ksatria Biru! Tapi, kau baru saja menyelamatkannya! Itu berarti, apa yang terjadi dari sekarang akan berubah!"

Koutarou pun mulai mengerti dengan apa yang dikatakan Clan. Menyelamatkan Alaia dari kesepuluh orang itu adalah tugas orang yang berada di zaman ini. Berdasarkan situasinya, itu adalah tugas bagi sang Ksatria Biru. Jadi, meskipun Koutarou tidak menolongnya, pada akhirnya sang Ksatria Biru akan muncul dan menolong Alaia. Meski begitu, Koutaroulah yang menyelamatkannya. Karena itulah, sang Ksatria Biru dan sang Puteri Perak kehilangan kesempatan mereka untuk bertemu.

"Jadi, aku udah ngeganggu ketemunya Ksatria Biru sama Puteri Perak!?"

"Tepat sekali! Kalau sudah begini, sejarah tidak akan kembali seperti sebelumnya!"

Wajah Clan pun berubah kebiruan sambil mengiyakan hal itu. Karena kulitnya aslinya berwarna putih, hal itu menunjukkan betapa kuatirnya Clan dengan situasi ini. Setelah mengerti betapa seriusnya hal ini, Koutarou pun bertanya kepada Clan.

"Tunggu bentar, kalau terus begini, apa yang bakal terjadi!?"

"Seperti yang kukatakan sebelumnya, sejarah itu seperti aliran sungai! Kalau kita mengalir ke sungai yang berbeda, masa lalu yang berbeda pun akan tercipta! Kalau kita kembali pulang sekarang, entah bagaimana caranya, kita akan kembali ke dunia yang berbeda!"

Sang Ksatria Biru dan Sang Puteri Perak tidak pernah bertemu. Kalau Koutarou dan Clan kembali ke masa depan sekarang juga, mereka akan kembali ke masa depan dimana sejarah akan mencatat bahwa mereka berdua tidak pernah bertemu, dan Koutarou dan Clan akan berada di dunia yang berbeda dengan dunia yang mereka tinggalkan.

"Kalau sang Ksatria Biru dan Puteri Perak tidak bertemu, tidak akan ada kesempatan bagi Forthorhte untuk tetap ada sebagai sebuah kekaisaran untuk 2000 tahun! Dan kalau itu sampai terjadi, Theiamillis-san dan Pardomshiha tidak akan pernah datang ke Bumi! Lalu, waktu yang sudah kau habiskan bersama mereka pun akan berubah!"

"Jadi, kalau ktia balik ke masa depan sekarang, kita bakal balik ke dunia dimana aku nggak pernah ketemu Theia sama Ruth-san!?"

Dengan penjelasan yang semakin berhubungan dengan dirinya, Koutarou akhirnya menyadari keadaannya saat ini. Karena dia pergi ke masa lalu, semua tindakan Koutarou akan mengubah masa depan.

"Tepat sekali!!"

"Gawat banget!!"

"Itu yang kukatakan sedari tadi!! Apa kau tahu apa yang sudah kaulakukan!?"

Kalau terus begini, Theia dan Ruth tidak akan pernah lahir, dan Koutarou akan menjadi tidak pernah bertemu dengan mereka. Kalau mereka tidak pernah bertemu, hampir semua hal yang terjadi semenjak Koutarou masuk SMA Harukaze akan berubah. Mereka tidak akan mencoba merebut kamar Koutarou dan tidak akan ada kekacauan di festival olahraga. Mereka tidak akan pergi ke laut dan menulis naskah drama. Hal itu tidak akan hanya mempengaruhi Koutarou saja, karena itu berarti semua hal yang telah terjadi hingga saat ini akan hilang begitu saja.

"Kita harus gimana dong!? Gimana caranya biar kita bisa balik ke dunia asal kita!?"

Kouatou punya sesuatu untuk dilakukan, dan kalau dia kembali ke dunia yang berbeda, dia tidak akan bisa melakukan hal itu. Koutarou harus kembali ke tempat dan waktu asalnya, tidak peduli bagaimana caranya.

"Kita harus menemukan Ksatria Biru yang asli yang pasti berada di sekitar tempat ini dan membuat mereka berdua bertemu! Secepat mungkin!"

"Bakal berhasil nggak!? Apa sejarahnya bakal berubah dikit!?"

"Akan jauh lebih baik dibandingkan situasi kita saat ini! Kita harus melakukan apapun yang kita bisa untuk meningkatkan peluang kita kembali ke dunia kita! Yang bisa kita lakukan setelahnya adalah berdoa!"

Meskpun sejarah bisa membentuk sebuah cabang dengan mudahnya, sejarah bisa kembali menjadi seperti sedia kala. Kalau sejarah yang bercabang itu mirip, ada kemungkinan kalau mereka akan menyatu kembali. Contohnya, kalau seseorang kembali ke masa lalu dan memindahkan segenggam pasir, itu sendiri akan mengubah sejarah. Namun, karena perubahan yang begitu kecil, sejarah yang bercabang itu pun akan kembali menyatu -- ada toleransi untuk perubahan seperti itu. Tujuan Clan adalah menemukan sang Ksatria Biru dan kembali dalam toleransi perubahan yang diperbolehkan.

"O-oke. Jadi, spesifiknya kita harus ngapain? Aku harus ngapain?"

"Benar juga..."

Clan lalu menyilangkan kedua tangannya dan mulai berpikir, sambil melirik beberapa kali ke arah zirah Koutarou. Sesaat setelahnya, wajahnya terlihat berbinar-binar.

"Benar juga, aku akan membuatmu menggantikan sang Ksatria Biru! Sementara itu, aku akan mencari ksatria yang asli dan membawanya kesini!"

Sang Puteri Perak tidak bertemu dengan sang Ksatria Biru, yang berarti sang Puteri akan melanjutkan perjalanannya tanpa perlindungan apapun. Jadi, Koutarou akan berada di sisi san Puteri untuk melindunginya hingga Clan menemukan Ksatria Biru yang asli lalu menukar Koutarou dengan ksatria itu. Dengan perubahan kecil dalam sejarah seperti itu, Koutarou dan Clan seharusnya bisa kembali ke dunia asal mereka.

"Aku cuma harus ngelindungin dia, ya kan?"

"Benar, dan berpura-pura menjadi sang Ksatria Biru. Itu memang keahlianmu, benar?"

"Yah, bener sih, tapi..."

Koutarou mengerti kalau rencana Clan tepat, tapi dia tidak bisa menyembunyikan keraguannya untuk menjalankan rencana itu.

Situasinya jadi aneh gini...

Untuk pementasan drama mereka, Koutarou bertukar tempat dengan Kenji, dan kali ini dia juga mengambil tempat dari Ksatria Biru yang asli. Tentu saja hal ini membuat Koutarou bingung, karena tidak menyangka latihannya selama beberapa bulan ini akan berguna dalam keadaan yang sangat tidak terduga.

"Tuan ksatria, apa ada masalah?"

Tepat saat itulah Alaia mendekati mereka.

Kelihatannya mereka sedang berbicara mengenai Forthorthe dan Pardomshiha...

Alaia sudah memperhatikan Koutarou dan Clan sedari tadi dari kejauhan, dan saat mereka berdua sedang berdebat dia bisa menangkap beberapa kata yang bisa dia mengerti. Alaia pun menjadi tertarik dengan apa yang sedang dibicarakan oleh mereka berdua.

Di zaman ini...kemungkinan Forthorthe kuno...

Karena Alaia mendekati mereka, Clan dengan diam-diam mengaktifkan alat penerjemahnya.

"Tidak, ini bukan apa-apa, Yang Mulia"

Koutarou menjawab dengan bahasa yang sama dengan Alaia, dan apa yang dikatakannya diterjemahkan lewat alat penerjemah dan kemudian didengarkan oleh Clan.

"Saya dan pelayan saya baru saja berbicara mengenai beranjak dari tempat ini sebelum orang-orang yang saya kalahkan terbangun"

"Pelayan!?"

Namun, kata-kata yang didengarkan Clan membuatnya kesal, dan Clan mengeluh kepada Koutarou dengan cara berbisik.

"...Apa maksudmu dengan pelayan!?"

"...Yah, yang pas buat kamu apa lagi?"

"...Baiklah, mau bagaimana lagi..."

Disebut sebagai pelayan adalah hal yang mengesalkan bagi Clan, tapi dia tidak bisa begitu saja mengatakan posisi aslinya ataupun mengatakan sesuatu yang lebih meyakinkan daripada pelayan dalam situasi ini. Jadi, meski merasa tidak puas, Clan dengan patuh mengikuti keputusan Koutarou.

"Begitu. Ada benarnya jika kita harus bergegas"

Alaia pun mengangguk sambil menoleh ke belakangnya, melihat ke arah kesepuluh orang yang sedang pingsan dengan beberapa diantaranya mengerang kesakitan. Sudah jelas kalau mereka akan segera bangun.

"Saya juga harus bertemu dengan rekan-rekan saya juga"

"Saya mengerti. Ke arah mana kita harus pergi?"

Koutarou mengangguk kecil sambil menunjuk ke arah hutan di belakan Alaia. Dia sudah siap untuk berangkat setelah Alaia menunjukkan arahnya.

"Eh...?"

Alaia pun terlihat terkejut.

"Apa kau akan berpergian bersama saya, tuan ksatria?"

"Itulah rencana saya. Apa ada masalah?"

"Sebenarnya--"

Alaia pun tertegun sesaat. Dia tidak tahu apa dia bisa mempercayai Koutarou atau tidak. Kalau Koutarou ternyata adalah seorang musuh, rekan-rekannya akan berada dalam bahaya.

Saya ingin percaya padanya...tapi ada kemungkinan kalau mereka akan berada dalam bahaya...

Alaia tidak ingin tidak percaya pada penolongnya, dan dia merasa kalau dia bisa mempercayai Koutarou secara pribadi. Dia tidak merasakan adanya niat jahat dari kelakuan maupun kata-kata Koutarou, namun tanggung jawab dan posisi yang dipikulnya membuatnya tidak bisa mengambil keputusan begitu saja.

"Yang Mulia, saya bisa mengerti kebimbangan anda. Jadi, setidaknya marilah kita pergi sebelum mereka kembali sadar"

Koutarou menyadari keraguan Alaia dan berusaha menolongnya, tapi ini bukan berarti Koutarou sendiri yang menyadari hal itu. Hal ini rupanya ada dalam drama tahun lalu, jadi Koutarou bisa membayangkan kalau Alaia merasa ragu.

"Pergi, ya...?"

Koutarou menyarankan agar Alaia berpindah tempat sebelum orang-orang yang pingsan itu bangun, tapi Alaia tidak segera beranjak dari tempat itu. Jadi, agar dia bisa mengambil keputusan, Alaia memutuskan untuk menanyakan pada Koutarou suatu hal, yang sudah berada dipikirannya sejak tadi.

"...Sebelum itu, tolong katakan pada saya suatu hal, tuan ksatria"

"Silahkan"

"Kenapa kau tidak membunuh mereka?"

Yang ditanyakan Alaia adalah kenapa Koutarou tidak membunuh orang-orang itu, karena meskipun Koutarou adalah rekan ataupun musuh baginya, membunuh orang-orang itu akan jauh lebih baik. Kalau Koutarou adalah musuh, dia bisa melakukan itu untuk membunuh Alaia, dan kalaupun dia adalah rekan, mereka tidak akan dikejar lagi.

"Itu..."

Koutarou tidak yakin ingin berkata apa, karena itu adalah pertanyaan yang tidak ada di dalam naskah. Jadi, Koutarou harus menjawabnya menggunakan kata-katanya sendiri.

"Saya tidak suka membunuh orang, dan saat saya datang untuk menolong, saya tidak tahu siapa kalian semua. Itu sebabnya saya tidak bisa membunuh mereka tanpa mengetahui siapa mereka sebenarnya. Itulah alasan saya"

Koutarou menjawab pertanyaan itu dengan jujur. Hal itu bukanlah sesuatu yang pantas untuk dirahasiakan, dan dia juga tidak ingin menghianati tatapan jujur pada wajah Alaia.

Begitu rupanya...orang ini bukanlah kawan ataupun lawan...

Setelah mendengar jawaban Koutarou, Alaia merasa malu karena sudah terburu-buru. Dia sudah terlalu fokus dengan anggapan antara Koutarou adalah seorang rekan atau musuh dan membuatnya tidak mempertimbangkan adanya kemungkinan bahwa Koutarou bukanlah keduanya. Koutarou hanya datang untuk menghentikan pertarungan yang ada dihadapannya.

....Dan ada sesuatu yang berbeda pada orang ini dibandingkan ksatria-ksatria lainnya...

Karena posisinya, Alaia sudah mengenal banyak sekali ksatria, jadi dia betul-betul tahu seperti apakah pasukan ksatria itu. Namun, jawaban Koutarou betul-betul berbeda dari ksatria-ksatria yang dikenalnya.

Ksatria yang tidak ingin membunuh lawannya...kalau saya pikirkan ini...

Alaia mengingat kembali penampakan Koutarou setelah pertarungan itu selesai. Saat itu, dia merasa lega karena tidak ada seorang pun yang mati, dan dia juga tidak bersorak ataupun menyombongkan kemenangannya.

Dia mungkin berasal dari salah satu pasukan ksatria yang berbalik melawan saya. Tapi...tapi saya ingin percaya pada hal misterius dalam orang ini...

Akhirnya, Alaia memutuskan untuk percaya pada perbedaan itu. Dia ingin merasa percaya pada ksatria biru yang memiliki kekuatan yang begitu luar biasa, dan di saat yang sama anehnya betul-betul baik.

"Tolong maafkan ketidaksopanan saya, tuan ksatria. Saya akan percaya pada anda"

Alaia pun tersenyum dengan penuh rasa terima kasih dan percaya kepada Koutarou.

"Saya merasa terhormat, Puteri Alaia"

Mendengar Alaia berkata seperti itu, dengan suara yang mirip dengan Harumi, bahwa dia percaya pada Koutarou membuatnya merasa nyaman dan hangat. Koutarou merasa seakan-akan Harumi sendiri yang mengatakan itu, meskipun bukan itu yang terjadi, hati Koutarou seakan-akan menjadi menari dibuatnya.

"Tuan ksatria, bolehkah saya mengetahui nama anda?"

"Maafkan ketidaksopanan saya. Nama saya adalah---"

Satomi Koutarou. Hampir saja dia mengatakan itu. Koutarou pun menyiapkan nama lain yang seharusnya dikatakannya.

"Nama saya adalah Layous Fatra Veltlion. Saya bersumpah demi pedang ini bahwa saya akan melindungi anda"


Inilah pertemuan antara Koutarou dan sang Puteri Perak



Kembali ke Bab 1 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 3
  1. Fenomena dimana orang menjelajah waktu dengan cara yang tidak diketahui