Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 8.5 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Sang Kaisar Naga Api, Alunaya[edit]

Part 1[edit]

Seperti halnya di Bumi, berbagai macam makhluk hidup ada di Forthorthe. Namun, makhluk-makhluk hidup itu hanya mirip sekilas saja dengan makhluk-makhluk hidup yang ada di Bumi. Karena pengaruh lingkungan planet itu, makhluk-makhluk hidup di planet itu mempunyai beberapa hal yang berbeda meskipun bentuknya mungkin mirip. Misalnya saja, seekor kuda. Kuda yang ada di Forthorthe mempunyai tanduk dan surainya berada di beberapa titik yang berbeda.

Ada juga makhluk-makhluk besar yang tumbuh hingga lebih dari sepuluh meter. Meskipun jumlahnya semakin berkurang dari tahun ke tahun berkat perubahan cuaca, makhluk-makhluk hidup aktif di bawah permukaan tanah dan kadang-kadang mengancam kehidupan orang banyak.

Namun, makhluk yang paling ditakuti oleh orang-orang banyak dari antara makhluk-makhluk besar itu adalah para naga. Seperti halnya dinosaurus di Bumi, para naga berada di puncak rantai makanan. Naga merupakan reptil berukuran besar yang bertumbuh semakin besar seiring berjalannya tahun, dan dalam beberapa kasus tingginya melebihi sepuluh meter. Ada banyak spesies naga yang dikenal sebagai naga tetua, yang tingginya bahkan mencapai lebih dari 30 meter. Naga-naga sejenis itu bisa menggerakkan badan raksasanya dengan bebas, dan dengan dilengkapi cakar dan taring yang tajam, mereka bisa menghancurkan dan menelan musuh seperti apapun.

Namun, para naga ditakuti bukan hanya karena ukurannya semata, karena ada makhluk-makhluk yang lebih besar dari mereka. Tidak, ada dua alasan lain mengapa para naga begitu ditakuti. Pertama, mereka bisa terbang meskipun mereka memiliki badan yang begitu besar. Kedua, mereka bisa mengeluarkan nafas mereka yang spesial.

Naga memiliki sayap yang besar pada punggung mereka, yang bentuknya mirip dengan sayap pterosaurus di Bumi. Dengan menggunakan sayap itu, mereka bisa dengan bebasnya terbang di angkasa dengan gesitnya meskipun badan mereka begitu besar. Tentu saja, hanya mengandalkan sayap saja tidak akan bisa membuat mereka bisa menerbangkan badan mereka yang besar. Itulah sebabnya mengapa mereka juga menggunakan sihir pada badan mereka. Dalam kata lain, naga juga adalah penyihir, meskipun sihir mereka terbatas.

Ada banyak kasus lainnya dimana naga menggunakan sihir, yang mana kasus seperti itu adalah saat dimana mereka menggunakan nafas spesial mereka untuk menyerang. Berkat badan mereka yang besar, para naga bisa mengeluarkan nafas mereka dalam kecepatan yang luar biasa. Mereka menggunakan kekuatan sihir untuk mengubah kualitas nafas itu dan lalu menggunakannya untuk menyerang. Dalam beberapa kasus, mereka mengeluarkan api, tapi ada juga naga yang bisa mengeluarkan es, gas beracun dan bahkan asam. Ada berbagai jenis serangan nafas yang lainnya, dan ada juga naga yang mengeluarkan nafas yang begitu mengejutkan dari waktu ke waktu. Seiring waktu, orang bisa menebak apa yang akan dikeluarkan naga sebagai senjatanya dari menebak warna naga itu. Kalau warna badannya api, naga itu kemungkinan akan mengeluarkan nafas api, kalau putih, nafas es, dan seterusnya.

Para naga ditakuti berkat kedua kemampuan itu. Adalah hal yang tidak mungkin bagi orang-orang untuk kabur dari mereka berkat kemampuan mereka untuk terbang, dan tidak ada cara untuk berlindung dari serangan nafas mereka. Diantara para naga, ada yang mempunyai pengetahuan dan cinta kedamaian, namun sebagian besar diantara mereka adalah predator yang kejam. Saat berhadapan dengan seekor naga, siapapun pasti akan pasrah menerima takdir mereka. Jadi, sampai perubahan iklim mengurangi jumlah naga yang ada, mereka akan tetap berdiri tegak di puncak rantai makanan.

Sang Kaisar Naga Api, Alunaya, yang berada dalam legenda Ksatria Biru, adalah salah satu dari antara naga-naga itu. Badannya yang besar dan berwarna merah mencapai tinggi lebih dari 20 meter, dan dia bisa terbang bagaikan pesawat jet. Namun, gerakannya tidak sepelan jet, namun segesit dan setangkas burung elang atau rajawali. Selain itu, naga tetua ini bisa menyemburkan api yang begitu panasnya sampai bisa disebut sebagai plasma.

Sebagai hasilnya, saat naga ini muncul di kejauhan, melayang terbang menuju ke ara Raustor, benteng itu pun menjadi penuh dengan keributan. Pasukan Forthorthe Baru sebagian besar terdiri dari para relawan, yang mengigil ketakutan karena mereka tidak mendapat latihan bertempur yang cukup. Mereka semua tahu seberapa menakutkannya seekor naga, dan senjata-senjata zaman itu tidak ada yang bisa menaklukkan satu ekor nagapun. Saat seekor naga muncul, mereka semua harus bersembunyi sampai naga itu pergi seperti saat mereka didatangi oleh badai.

"Veltlion, ini gawat!"

Flair, yang sudah menerima laporan dari para prajurit yang berjaga, mendesak masuk ke kamar Koutarou di barak. Matahari baru saja terbit, dan Koutarou yang baru saja bangun dari tidurnya saat itu sedang berganti pakaian.

"Nona Flairhan!?"

Saat Flair mendesak masuk, bagian atas badan Koutarou masih belum tertutup pakaian, dan Koutarou sendiri baru akan memakai kaus. Flair, yang ternyata malu saat melihat hal itu, seharusnya akan berbalik badan dan lari dari ruangan itu. Namun, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk hal itu, karena dia sendiri sedang panik.

"Naga! Seekor naga datang menyerang! Kalau begini, kita akan hancur sebelum bisa mencapai pasukan kudeta!"

"Naga!? Hal semacam itu--tidak, benar juga, kalau dia datang saat ini, naga itu pasti Alunaya!!"

Koutarou sempat kebingungan saat mendengar bahwa seekor naga telah muncul, namun dia dengan cepat mengingat bahwa peristiwa itu juga ada dalam naskah Theia. Sang Kaisar Naga Api, Alunaya. Naga merah tua yang diperankan oleh Yurika saat drama.[1]

"Bagaimana situasinya!?" tanya Koutarou pada Flair sambil berusaha memakai kausnya dengan cepat. Sekarang bukan saatnya untuk memakai pakaiannya dengan santai, karena dia harus bergegas untuk bersiap menghadapi pertempuran.

"Para prajurit yang bertugas jaga melihat seekor naga merah yang menuju kemari! Mereka tidak bisa memperkirakan seberapa besar naga itu karena jaraknya, tapi dengan kecepatan naga itu, dia akan berada disini sebentar lagi!"

Dari menara jaga, kaki langit terlihat membentang dari jarak berpuluh-puluh kilometer jauhnya. Kalau naga bisa terbang secepat elang atau rajawali, atau bahkan lebih cepat lagi, naga itu akan mencapai benteng hanya dalam hitungan menit saja.

"Saya mengerti! Anda pergilah lebih dulu, Nona Flairhan, dan siapkan para prajurit untuk menghadangnya! Saya akan segera kesana setelah saya siap!"

"Baik! Cepatlah kesana secepat mungkin!"

Flair lalu dengan cepat keluar dari ruangan itu tanpa mengatakan apa-apa lagi. Tidak ada waktu untuk disia-siakan dengan datangnya seekor naga.

"Kamu ngerti kan, Clan!?"

Setelah mengganti pakaiannya, Koutarou memanggil Clan yang berada di balik pembatas. Sambil melakukan itu, Koutarou berlari ke arah zirah yang berdiri di dekat dinding. Dia lalu menyentuh bagian tangan kanan zirah itu dan zirah itu pun terbuka, seakan menyambut kedatangannya.

"Ya! Aku tahu dia akan datang, tapi waktu kedatangannya sungguh merepotkan!"

Saat itu Clan sendiri juga sedang menyiapkan pakaiannya di balik pembatas. Kalau Alunaya memang sekuat yang dikatakan oleh legenda, para prajurit biasa tidak akan bisa bertahan menghadapinya. Satu-satunya cara efektif untuk menghadang Alunaya adalah bagi Koutarou dan Clan untuk maju ke garis depan.

"Yah, kita baru aja ngerebut bentengnya..." keluh Koutarou dengan gusarnya saat memasuki zirah itu.

Pasukan Forthorthe Baru baru saja merebut benteng Raustor dua hari yang lalu. Saat ini, mereka sedang memindahkan perbekalan dan prajurit untuk pertempuran mendatang. Karena itulah, para prajurit yang ada belum beristirahat dengan cukup setelah mereka berhasil merebut benteng itu. Saat-saat seperti inilah saat yang buruk bagi mereka untuk menerima serangan. Terlebih lagi, musuh yang menyerang mereka adalah hal yang paling ditakuti oleh penduduk Forthorthe, yaitu naga. Kalau naga itu tidak dihalangi, pasti akan ada banyak korban yang berjatuhan.

"Hei, Clan", panggil Koutarou setelah memerintahkan zirahnya untuk memindai musuhnya setelah menutup dan mengunci zirah itu.

"Apa menurutmu zirah ini bisa ngelawan naga itu?"

"Aku tidak yakin", jawab Clan setelah keluar dari balik pembatas. Dia sudah memegang sebuah senapan besar, dan dia mendekati Koutarou setelah mengambil Saguratin yang terletak bersandar dibalik pembatas.

"Populasi naga menurun dengan stabil saat terjadi perubahan iklim, jadi di zaman kita tidak ada rekaman pertempuran apapun dengan naga tetua. Ada rekaman kemenangan pertempuran melawan beberapa naga kecil yang masih bertahan hidup, tapi--"

"Itu nggak akan ngebantu banyak buat ngelawan monster ini, ya..."

Zirah Koutarou membuat gambar 3D di udara dan menampilkan informasi. Dengan menggabungkan informasi dari alat pemantau milik Clan, zirah itu melaporkan detil musuh yang sedang terbang ke arah mereka.

"Panjang 26 meter, terbang dengan kecepatan 198 km/jam. Peringatan, reaksi energi kepadatan tinggi terdeteksi, hati-hati terhadap senjata energi. Distorsi ruang terdeteksi. Hati-hati saat menyerang."

Laporan yang ditampilkan pun hanya memberikan kabar buruk. Menurut kecerdasan buatan pada zirah itu, semua hal mengenai naga itu kecuali kecepatannya berada pada tingkatan pesawat jet tempur. Peluang mereka untuk menang begitu rendah, karena ini bukanlah tipe musuh yang bisa mereka anggap enteng.

"Sayangnya, benar juga", angguk Clan sambil menyerahkan Saguratin pada Koutarou. Raut wajah mereka berdua pun terlihat serius.

"Makasih", balas Koutarou sambil menggantungkan Saguratin di pinggangnya dan melangkah menuju pintu keluar dengan Clan yang berada di belakangnya.

"Ini dia momen kebenarannya."

"Apakah kita bisa kembali ke dunia asal kita atau tidak bergantung pada pertempuran ini."

Clan percaya bahwa Koutarou adalah Ksatria Biru yang sebenarnya, meskipun dia sendiri tidak memiliki sesuatu untuk membuktikannya. Dalam naskah Theia, sang Ksatria Biru menang melawan Alunaya, tapi Clan sendiri tidak tahu apakah dia dan Koutarou bisa melakukan hal yang sama.

Dan jika mereka berdua kalah, sejarah akan berubah dengan hebatnya. Kalau itu sampai terjadi, kemungkinan bagi Koutarou dan Clan untuk bisa kembali ke dunia asal mereka akan menjadi hampir tidak ada sama sekali. Tentu saja, ada kemungkinan bahwa mereka berdua akan mati dalam pertempuran ini dan tidak akan bisa mencoba untuk kembali pulang.

"...Apa nama tuhanmu tadi?"

"Dewi fajar."

"Kalau gitu, tolong doain buat kemenangan kita ke dewi itu."

"Tidak masalah, tapi...kenapa sekarang? Dan mendadak seperti ini?"

Bagi Clan, Koutarou tidak terlihat seperti orang yang religius, jadi bagi Koutarou untuk berdoa meminta pertolongan kepada tuhan adalah sesuatu yang mengejutan bagi Clan.

"Aku ngerasa kaalu kita seharusnya ngelakuin apapun yang bisa kita lakuin, bahkan berdoa sekalipun."

Kalau hanya takdir mereka berdua saja yang dipertaruhkan, Koutarou mungkin tidak akan bergantung pada doa. Namun, karena dia melakukannya untuk melindungi Alaia dan yang lainnya, Koutarou akan melakukan apapun yang bisa dia lakukan, menunjukkan betapa dia betul-betul menghargai Alaia dan rekan-rekannya.

"...Aku mengerti apa yang kau rasakan. Aku akan berdoa untuk kita. Tapi, tolong jaga sikapmu dihadapan para prajurit."

"Ya. Itu sebabnya aku minta tolong padamu, Clan."

"Aku jadi merasa tidak yakin kalau itu artinya kau percaya padaku atau tidak..."

Mereka berdua pun saling tersenyum simpul dan dengan sigap keluar dari dalam barak. Sang Kaisar Naga Api Alunaya akan segera menghampiri mereka.


Part 2[edit]

Setelah Koutarou dan Clan melangkah keluar, sang naga sudah berada cukup dekat untuk bisa dilihat dengan mata telanjang.

"Jadi itu sang Kaisar Naga Api, Alunaya ya..."

"Dia betul-betul besar..."

Mereka berdua pun secara tidak sadar langsung terhenyak begitu melihat wujud raksasa Alunaya.

Dia betul-betul beda dari kostumnya Yurika...

Naga yang sebenarnya berada pada tingkatan yang jauh berbeda dari naga yang ada dalam drama. Koutarou merasa kalau pertempurannya melawan sang naga, yang betul-betul pantas menyandang gelar Kaisar Naga Api, akan begitu sengit.

"Veltlion, sulit untuk memperkirakan kalau senjata-senjata di benteng ini akan berpengaruh pada naga itu."

Ada ballista-ballista dan ketapel yang terpasang pada benteng itu, yang dimaksudkan untuk menahan para penyerang benteng tetap berada pada jarak yang jauh dan untuk menghancurkan senjata-senjata besar sebelum senjata-senjata itu bisa dipakai. Namun, senjata-senjata itu tidak efektif untuk musuh yang bisa terbang.

"Jadi, kita sendiri yang harus ngelakuin, ya..."

"Dan secepat mungkin."

Sesuai dengan namanya, Alunaya bisa mengeluarkan api yang begitu panas. Kalau dia dibiarkan begitu saja, dia bisa membakar habis benteng dan kota itu. Kalau itu sampai terjadi, semua kemenangan yang sudah mereka raih akan menjadi sia-sia. Mereka harus bisa mengalahkan Alunaya sebelum naga itu sampai di benteng itu.

"Kou...tidak, Layous-sama!"

"Ksatria Biru!"

Tepat pada saat itulah Alaia muncul diluar markas, dan disampingnya terdapat Charl, Mary dan Fauna.

"Yang Mulia!? Apa yang anda lakukan di tempat ini!?"

"Dengan makhluk seperti itu berada disini, tidak akan ada bedanya dimana kita berada! Yang lebih penting lagi, Layous-sama, saya ingin anda mengatur posisi para prajurit agar lebih dekat dengan kota!"

Alaia mungkin tidak bisa mencegah sang naga untuk menyerang, namun sebagai anggota keluarga kekaisaran negeri ini, dia tidak bisa begitu saja duduk diam melihat sebuah serangan terjadi. Alaia, yang sadar dengan besarnya kemungkinan jumlah korban yang ada, ingin agar para prajurit melindungi kota - apapun yang bisa membuat para penduduk kota bisa melindungi diri mereka.

"Baik! Saya akan memberitahu Nona Flairhan! Hei!"

"Ya."

Koutarou memanggil ajudannya dan memintanya untuk menyampaikan pesan pada Flair. Sementara itu, Flair sedang sibuk memindahkan para prajurit. Kalau dia mengetahui permintaan Alaia, Flair akan bisa memindahkan para prajurit sesuai permintaan Alaia.

Setelah melihat ajudannya berlari ke arah Flair, Koutarou melihat kembali ke arah Alunaya dengan pandangan serius.

"Clan, zirah ini bisa terbang seberapa jauh?"

"Tidak ada batasan jarak kalau kau menggunakan modul terbang standar, tapi ada batasan untuk bahan bakar untuk roket pendorong daruratnya, jadi kau hanya bisa terbang pada kecepatan maksimum selama kurang lebih sepuluh menit. Tolong hati-hati."

Clan menjawab pertanyaan Koutarou sambil menyiapkan senapan besar yang disandangnya di pundaknya, senapan yang sama yang selalu dia gunakan namun dengan peluru yang berbeda kali ini. Peluru-peluru itu, yang memiliki kemampuan menembus yang tinggi dan bisa meledak saat terkena sasaran, sudah disiapkannya jauh-jauh hari karena Clan sudah tahu bahwa Alunaya pasti akan muncul entah sekarang atau nanti. Karena ledakan yang dihasilkan peluru itu berasal dari peledak yang sudah dibentuk menghadap apapun yang mengenai peluru itu, peluru itu bisa menembus zirah setebal apapun. Clan sendiri tidak yakin kalau peluru-peluru ini cukup untuk menembus sisik-sisik Alunaya, tapi peluru-peluru itu jauh lebih baik ketimbang peluru-peluru biasa.

"Sepuluh menit ya...nggak yakin kalau cukup apa nggak..."

Masalah yang dihadapi Koutarou adalah apakah dia mempunyai waktu yang cukup untuk melawan sesuatu sebesar naga itu. Memang, Koutarou memakai peralatan yang mempunyai teknologi terlampau maju untuk zaman itu, tapi tetap saja, peralatan itu hanya untuk pemakaian pribadi saja. Kemungkinannya untuk menang pun tidak begitu tinggi. Namun, karena Cradle belum diperbaiki sama sekali, dia harus mengalahkan Alunaya dengan senjata apapun yang ada saat itu dan waktu sebanyak apapun yang tersedia baginya.

"Oke!" teriak Koutarou menyemangati dirinya sendiri. Saat ini, sudah tidak ada lagi waktunya untuk bersantai. Situasi yang dihadapinya sekarang bukanlah situasi yang mempertanyakan bisa tidaknya Koutarou melakukannya, karena mau atau tidak, dia harus menghadapinya.

"Puteri Alaia, tolong bawa puteri Charl dengan anda dan bersembunyilah di tempat yang aman."

"Ksatria Biru, apa yang akan kau lakukan?" tanya Charl sambil menengadah ke arah Koutarou dengan pandangan kuatir.

"Kami akan berusaha mencegah naga itu agar tidak sampai mendekat ke sini."

"Tolong serahkan situasi ini pada kami, puteri Charl."

Koutarou dan Clan menjawab Charl sambil tersenyum, karena mereka berdua sudah siap dengan apa yang akan mereka hadapi.

"Ksatria Biru..."

Namun, raut wajah Charl tetap tidak berubah. Berkat intuisinya yang begitu bagus, dia bisa mengetahui bahwa Koutarou dan Clan akan masuk ke dalam pertempuran yang begitu berbahaya.

"Jangan, Ksatria Biru! Kau dan bawahanmu tidak akan bisa menang melawan makhluk itu sendirian! Jangan pergi!" teriak Charl sambil memegang ujung jubah Koutarou sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Yang Mulia, kalau saya tidak pergi, akan ada banyak orang yang mati."

Kasus terbaik yang mungkin terjadi adalah jika mereka bisa mengalahkan Alunaya, namun mereka harus bisa mengulur waktu sebanyak mungkin agar para prajurit bisa memposisikan diri mereka untuk melindungi kota. Kalau mereka berdua tidak bisa melakukan itu, akan ada banyak korban yang berjatuhan.

"Aku tahu itu! Tapi, aku tidak mau kau pergi!"

Air mata mulai muncul dari mata Charl dan dia dengan kuat menggenggam ujung jubah Koutarou. Dia tidak akan pernah melepaskannya maupun membiarkan Koutarou pergi. Charl begitu putus asa karena dia tidak mau Koutarou mati.

"Charl, jangan membuat masalah bagi Layous-sama."

"Kakak!! Apa kakak tidak peduli jika Ksatria Biru sampai mati!?"

Alaia lalu tersenyum pada Charl dan dengan lembut memegang tangan Charl yang masih menahan ujung jubah itu.

"Tentu saja aku peduli", jawabnya sambil melepaskan jari demi jari yang menggenggam ujung jubah itu.

"Namun, Layous-sama sudah bersumpah bahwa dia pasti akan melindungi kita. Kalau dia sampai mati disini, dia tidak akan bisa memenuhi sumpahnya itu. Charl, Ksatria Birumu bukanlah orang yang akan berbohong, benar?"

Alaia sendiri tahu betul betapa berbahayanya pertempuran yang akan berlangsung nanti, karena ada kemungkinan bahwa Koutarou akan mati. Tapi, sebagai seorang tuan puteri, Alaia percaya pada sumpah yang diucapkan oleh ksatrianya. Ditambah, sebagai seorang wanita, dia percaya pada sumpah yang diucapkan oleh pria yang dicintainya. Alaia lalu mengatakan pada dirinya sendiri berulang kali: kalau dia sendiri tidak percaya pada Koutarou, siapa lagi yang akan percaya padanya?

"Kakak...."

Charl, yang sudah mengerti apa yang dirasakan oleh kakaknya, melepaskan jubah yang dipegangnya. Koutarou lalu berbalik tersenyum padanya setelah ia terlepas dari genggamannya.

"Yang Mulia, saya pasti akan kembali membawa kemenangan. Lagipula, saya juga belum mengizinkan anda untuk naik kuda, benar?"

"Sebaiknya begitu! Sebaiknya kau kembali!"

"Ya, tentu saja", angguk Koutarou yang kemudian berbalik menghadap Alaia.

"Saya akan berangkat sekarang, puteri Alaia."

"Saya kesal dengan diri saya yang tidak mengizinkan saya untuk berkata 'Jangan pergi', Layous-sama...", kata Alaia sambil tersenyum dengan berani, meskipun matanya mulai terlihat basah. Meskipun Alaia percaya pada Koutarou, dia pasti tetap merasa kuatir. Nyatanya, dia ingin menghentikan Koutarou untuk pergi lebih daripada siapapun.

"Tidak, justru seperti itulah seharusnya tuan puteri saya harus bertindak."

Namun, Koutarou ingin membalas rasa percaya sang putri dengan cara apapun, tepatnya karena sifatnya yang demikian.


Koutarou dan Clan tengah melayang di udara berkat kekuatan manipulasi gravitasi. Berkat itulah mereka bisa terbang tanpa menimbulkan suara bising apapun seperti yang dihasilkan oleh pesawat jet tempur, dan mereka terbang melintasi langit tanpa suara.

Saat itu, Forthorthe sudah akan melewati akhir musim gugur dan akan memasuki musim dingin. Koutarou dan Clan bisa merasakan cuaca dan angin dingin yang ada, dan karena kecepatan terbang mereka, apa yang mereka berdua rasakan pun semakin dingin. Namun, mereka berdua tidak sempat untuk menggigil, karena mereka berdua sudah berada dihadapan sang naga merah raksasa, Alunaya.

"Kamu pasti sering ngelihat naga di film-film dan semacamnya...dan ngelihat naga beneran kayak gini, rasanya hampir nggak bisa dipercaya."

"Dan fakta bahwa naga itu bisa bergerak dengan cepat dengan badan sebesar itu....kita tidak bisa menganggap enteng ."

Alunaya sendiri juga sudah memperhatikan keberadaan Koutarou dan Clan,karena dia menolehkan kepalanya ke arah mereka berdua dan mengubah arah terbangnya. Meskipun badannya memiliki panjang 20 meter, dia bisa bergerak layaknya burung predator. Clan pernah melihat film-film tentang Ksatria Biru, tapi di dalam film itu Alunaya tidak digambarkan sebesar maupun segesit itu. Baik Koutarou maupun Clan tidak bisa membayangkan ancaman sehebat itu ditengah dinginnya awal musim dingin ini.

"...Aku juga akan membantumu, Ksatria Biru."

Ada satu orang yang mengikuti mereka berdua. Dia duduk diatas tongkat panjang yang bisa terbang dan dia terbang mendekati mereka berdua tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

"Caris..."

Orang itu tidak lain adalah Caris si penyihir, yang menggunakan sihirnya sendiri untuk membuat tongkatnya terbang. Bagi penyihir sepertinya, terbang hanya sebuah masalah sepele.

Saat tatapan mata Caris bertemu dengan Koutarou, Caris tersenyum sementara jubah hitamnya berkibar diterpa angin.

"Tidak kusangka kamu pergi tanpa memberitahuku dulu, kamu pasti tidak percaya denganku."

"Saya tidak akan meminta bantuanmu kalau saya tidak yakin akan menang."

Dulu Caris adalah anggota dewan penyihir yang dipimpin oleh Grevanas. Dia sudah meninggalkan kelompok itu setelah Grevanas mencoba membunuhnya bersama Alaia, tapi Caris sendiri tidak punya kewajiban untuk membantu Alaia maupun Koutarou. Caris sudah membantu Koutarou dan yang lainnya untuk membalas budi saat mereka menyembuhkan dirinya yang sempat sakit, namun Koutarou tidak bisa meminta tolong padanya begitu saja untuk membantu melawan Alunaya.

"Tapi, dengan adanya aku disini, kita mungkin punya kemungkinan yang lebih besar untuk menang."

"...Apa kau yakin?"

"Tidak juga, tapi...setelah ini semua selesai, kamu akan membelikanku banyak sekali makanan yang enak, benar?"

Bagi Caris yang merupakan anak yatim piatu, dewan penyihir sudah menjadi keluarga baginya. Namun, setelah dikhianati, dia sudah tidak punya lagi tempat untuk disebut sebagai rumah dan hal untuk dilindungi.

Dengan begitu, yang hanya dimiliki Caris adalah hari-hari yang sudah dijalaninya bersama Koutarou dan yang lainnya. Bagi Caris yang memiliki masa kanak-kanak yang keras dan kehidupan yang penuh hanya dengan misi dan misi, hari-harinya bersama Koutarou dan yang lainnya adalah kenangan yang indah dan nyaman baginya. Itulah sebabnya mengapa Caris bertarung untuk melindungi mereka, karena mereka bisa menjadi keluarga dan rumah barunya.

"Serahkan saja pada saya, saya akan memohon pada Yang Mulia sesudah kita selesai."

"Oke, sekarang aku jadi semangat", balas Caris yang mengangguk dengan penuh semangat, bertepatan dengan datangnya Alunaya menuju ke arah mereka dan mengeluarkan raungan yang hebat.

RAAAAAAAAAAAAAAAWWRRR

Raungannya begitu keras sampai-sampai membuat udara disekitar mereka bergetar dan membuat mereka secara tidak sadar terperanjat.

"...Tapi yah, kau aneh juga. Tidak kusangka kau mau menghadapi makhluk itu atas keinginanmu sendiri", kata Clan sambil menyemangati dirinya sendiri. Bukannya dia takut, tapi karena lawannya saat itu adalah seekor makhluk legendaris.

Rokujouma V8.5 087.jpg

"Kalian berdua juga mau melawan dia sendirian, benar? Justru kalian berdua yang terlihat aneh bagiku", balas Caris sambil tersenyum kecut dan merasa kalau dia sudah bertindak terlalu gegabah. Lawannya adalah salah satu naga tetua terkuat, yang membuat naga-naga lainnya tidak berani mendekati Forthorthe karena Alunaya ada disitu. Caris sendiri juga percaya bahwa dirinya adalah seorang idiot yang ingin melawan makhluk seperti itu sendirian.

"Cukup bicaranya", kata Koutarou yang terbang lebih dahulu melewati Clan dan Caris. Koutarou sendiri juga merasa ngeri berada di hadapan Alunaya, tapi janji-janji dan sumpahnya mendukungnya untuk terus maju.

"Dia hampir disini."

Berkat kekuatan Sanae, Koutarou bisa melihat niat membunuh Alunaya. Meskipun kekuatan itu sudah semakin melemah seiring berjalannya waktu, Koutarou masih bisa melihat hal-hal seperti itu dengan jelas.

Koutarou menghunus Saguratin dari sarungnya dan mengarahkan ujungnya pada Alunaya, membuat pedang itu memantulkan sinar matahari yang seakan menggambarkan janji-janji dan sumpah miliknya membuat pedang itu bersinar.

"...Kita tidak punya waktu lagi, jadi mari kita sepakat saja kalau kita sama-sama aneh."

"Aku setuju. Kita simpan saja diskusi ini untuk waktu yang lain."

Clan menyiapkan senapannya dan Caris mulai merapal mantra. Di hadapan mereka adalah sang naga raksasa, yang membuat badan mereka merinding saat mereka melihatnya.

"...Saya mohon bantuan kalian."

Namun, di hadapan mereka berdua ada punggung seorang pemuda yang memakai zirah biru.

"Serahkan padaku."

"Aku tahu. Jangan lupa dengan janjimu."

Saat melihat punggung itu, rasa merinding mereka pun mereda dan mereka dipenuhi dengan semangat bertempur yang kuat.

Part 3[edit]

Yang menyerang pertama adalah Alunaya. Sang naga merah itu mengambil nafas dalam-dalam dan lalu menghembuskan api dari dalam mulutnya. Api yang dihasilkan tidak seperti api biasa dari flamethrower, tapi bagai pilar api yang keluar langsung dari mulutnya.

"Berpencar!"

Karena Koutarou bisa melihat niat Alunaya untuk menyerang, dia tahu kemana arah serangannya. Ditambah, berkat sihir Caris yang menghubungkan Koutarou, Clan dan Caris sendiri melalui hubungan mental, mereka bertiga bisa menghindari api itu jauh sebelum api itu menyerang mereka.

RROOOAAAAAAAAAAAAAAARRRR

Walau mereka sudah menjaga jarak dari serangan nafas api itu, mereka masih bisa merasakan panas dan guncangan yang dihasilkan. Nafas api putih yang bersinar itu pun terus melaju hingga mencapai langit dan hilang di kaki langit.

"...Itu bisa dianggap sebagai meriam plasma. Kalau kita sampai terkena itu, kita tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi."

"Pastikan kau tidak memakan itu, Caris."

"Memangnya aku mau!!"

Saking tingginya suhu dari nafas api Alunaya, nafas api itu berubah menjadi plasma. Benda-benda yang diketahui Clan bisa membuat hal semacam itu hanyalah senjata-senjata besar pada kapal luar angkasa. Kekuatan nafas api Alunaya rupanya membuatnya terkesan.

"Ksatria Biru, naga hanya menggunakan sihir untuk terbang dan untuk serangan nafas. Namun, meski mereka dibatasi oleh hal-hal itu, kekuatan mereka sendiri masih begitu mengerikan. Berhati-hatilah!"

Caris tahu kalau api itu dibuat dengan mengubah nafas sang naga melalui sihir. Sebagai penyihir, Caris tahu betul seberapa besarnya simpanan energi sihir sang naga.

"Saya akan maju! Lindungi saya!"

Koutarou menggunakan roket pendorong daruratnya untuk menghindari pilar api itu, lalu mengatur roket itu untuk langsung melesat maju dalam sekejap dan mendekati Alunaya membentuk sebuah lengkungan di langit. Koutarou berusaha mendekati naga itu agar dia bisa menyerangnya dan disaat yang sama membuat sang naga kesulitan menggunakan nafas apinya.

"Grrrrrr......"

Alunaya membalas tindakan Koutarou dengan menolehkan kepalanya dan membuka mulutnya sekali lagi. Dia rupanya berniat membakar Koutarou sebelum Koutarou bisa mendekatinya.

"Tidak akan kubiarkan kau melakukan itu!"

Namun, sebelum Alunaya bisa mengeluarkan nafas apinya, sebuah ledakan kecil terjadi di dekat mukanya. Laras senapan Clan yang berasap menjadi tanda bahwa ledakan itu terjadi sebagai hasil tembakan peluru Clan ke naga itu. Kecepatan rata-rata diantara mereka berdua adalah beberapa ratus kilometer per jam, namun sistem kontrol senjata milik Clan membuatnya bisa membidik dengan tepat pada kecepatan seperti itu.

"RRRAAAAAAAAAAAAAAAAWR!"

Karena guncangan dan api dari ledakan itu, Alunaya kehilangan Koutarou untuk sesaat. Dia lalu menggelengkan kepalanya untuk bisa melihat lagi. Selama momen itu terjadi, Koutarou bisa mendekati naga itu.

"RRRAAAAAAAAAAAAAAAAWRRRRR!"

Namun, Alunaya dengan cepat kembali pulih dan lalu mengayunkan cakarnya yang besar ke arah Koutarou. Serangan yang dihasilkan raksasa sepanjang 20 meter itu memiliki kekuatan seperti mobil yang menabrak sesuatu pada kecepatan tinggi, dan akan menghancurkan Koutarou kalau serangan itu mengenainya dari depan. Karena Koutarou sedang bergerak dalam kecepatan tinggi, menghindari serangan itu akan sulit baginya.

"Maaf, tapi Ksatria Biru yang itu palsu."

Namun, tepat saat cakar raksasa itu menyentuh Koutarou, Koutarou menghilang begitu saja layaknya fatamorgana. Di saat yang sama, Koutarou kedua muncul dari belakang Alunaya dan mengincar leher sang naga.

Koutarou yang pertama adalah ilusi yang dibuat di saat yang sama dengan peluru Clan yang mengenai Alunaya. Sementara Alunaya teralihkan oleh Koutarou palsu, Koutarou asli pergi ke bagian belakang sang naga dan lalu mengayunkan pedangnya.

"Haaaaaaaaaaaah!"

Pedang Koutarou mengenai leher Alunaya, namun pedangnya segera memantul seakan seperti mengenai sebuah tembok. Serangannya yang gagal itu membuatnya ingat saat dia melawan raksasa besi.

"Tidak mempan!? Sisik-sisiknya sangat keras!!"

Meski jarak mereka jauh, pikiran Koutarou langsung tersampaikan pada pikiran Clan dan Caris. Sebagai balasannya, Clan hanya menggelengkan kepalanya.

"Bukan begitu, Veltlion!! Dia dilindungi oleh pelindung yang kuat!!"

Gelang milik Clan yang terhubung pada bidikan senapan telah merekam momen dimana serangan Koutarou mengenai sang naga. Pada hasil rekaman itu, terlihat bahwa pedang Koutarou dipentalkan bahkan sebelum menyentuh sisik sang naga.

"Pelindung!?"

Koutarou kaget dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Clan sementara dirinya sendiri menghindari serangan Alunaya dan mencoba masuk ke titik buta naga itu tanpa berada terlalu jauh darinya. Berada terlalu jauh dari Alunaya akan membuat Koutarou kesulitan baik untuk menyerang dan bertahan.

"Kelihatannya sihirnya bukan hanya untuk terbang dan nafas saja! Itu sihir ketiganya!"

Orang-orang beranggapan bahwa naga hanya menggunakan dua mantra: satu untuk membantu mereka terbang dan satu untuk serangan nafas. Tapi, selain kedua sihir itu, Alunaya juga menggunakan satu mantra lagi untuk melindungi badannya dari serangan.

Namun, mantra itu sebenarnya berasal dari kemampuannya yang berkembang untuk menyeimbangkan badannya sendiri saat melawan aliran udara. Dengan membungkus badannya sendiri dengan pelindung yang aerodinamis, Alunaya bisa terbang dengan kecepatan yang tinggi meski dengan bentuk badan seperti itu. Selain itu, dia juga bisa terbang selama beberapa saat pada ketinggian ekstrim yang memiliki sedikit oksigen.

Meskipun kemampuannya berasal dari hal semacam itu, kemampuan itu cukup ampuh untuk menangkal serangan.

"Begitu rupanya! Jadi itu sebabnya dia tidak terluka dari seranganku juga!"

Meskipun peluru Clan merenggut penglihatan Alunaya selama sesaat, peluru itu tidak melukainya sama sekali. Pelindung Alunaya telah melindungi dirinya sendiri baik dari peluru itu mapun ledakan setelahnya.

"Clan, apa yang akan kita lakukan!? Apa kau punya ide bagus yang lain!?"

Koutarou berulang kali mengelak dari serangan cakar Alunaya sambil berusaha menyerang dari waktu ke waktu, namun semua serangan Koutarou terhalangi oleh pelindung milik Alunaya. Karena keadaannya terlihat tidak akan berubah, Koutarou akhirnya meminta saran dari Clan.

"Pakai tangan kirimu!"

"Tangan kiri!? Maksudnya pelindung tangan Kiriha!?"

"Benar! Meskipun pelindung itu bisa menghalangi serangan fisik, seharusnya pelindung itu tidak bisa menghalangi medan listrik dan magnet! Bidik jaringan syarafnya dari jarak dekat!"

Rencana yang diusulkan Clan adalah dengan menggunakan pelindung tangan yang terpasang di bagian tangan kiri zirah.

Serangan fisik mungkin akan terhalangi oleh pelindung, tapi elektromagnet mungkin bisa menembusnya. Kalau semuanya berjalan lancar, mereka mungkin bisa menyerang Alunaya dengan kejutan listrik dari dalam pelindungnya sendiri, dan meskipun mereka tidak bisa melakukannya, mereka masih bisa membuat Alunaya terpapar medan elektromagnet.

Karena Alunaya masih merupakan makhluk hidup, jaringan syarafnya pasti berjalan dengan menggunakan sinyal listrik. Jika sampai diserang dengan menggunakan medan elektromagnet yang cukup kuat, serangan itu akan membuat Alunaya tidak bisa bergerak sebagaimana mestinya. Kalau mereka bisa membidik bagian otak kecil atau otak besarnya, mereka bahkan bisa membuatnya jatuh pingsan.

Dalam keadaan saat ini, mendekat dan menggunakan pelindung tangan itu pada jarak dekat adalah pilihan terbaik yang mereka punya.

"Baiklah, akan kucoba!"

"Aku akan mencoba senjata optik! Kekuatannya akan menurun, tapi ini mungkin bekerja!" kata Clan sambil membidik Alunaya dengan pembidik pada senapannya. Menurutnya, jika dia menggunakan serangan yang terdiri dari cahaya, serangan itu mungkin akan bekerja.

Pelindung di Forthorthe 2000 tahun yang lalu dirancang untuk menghadang baik serangan fisik maupun cahaya dari laser. Namun, pelindung milik Alunaya belum berkembang untuk bisa menghadang laser, jadi ada kemungkinan kalau laser akan bekerja.

"Mari kita lakukan, Clan!" kata Koutarou seraya mengarahkan ujung pedangnya ke arah Alunaya. Dia lalu memegang pedang itu dengan tangan kirinya dan membuat medan elektromagnet, yang meluas melewati ujung pedang itu dan berubah menjadi tombak tembus pandang. Karena kekuatan medan elektromagnet yang sudah dibuat, elektron mulai berkumpul di ujung pedang itu dan mulai membuat muatan negatif yang begitu besar sampai membuat pedangnya berbinar-binar dan mengeluarkan percikan listrik.

Saat Koutarou akan maju menyerang, beberapa pemuda berzirah biru muncul disekitarnya, dan semuanya terlihat mirip dengannya.

"Apa ini buatanmu, Caris!? Terima kasih!!"

"Akan sulit bagiku untuk menyerangnya dengan sihir, jadi aku akan menangani bagian pertahanan dan pengalihan. Aku serahkan bagian menyerang padamu, Ksatria Biru!"

Delapan Koutarou lagi muncul di sekitarnya, yang merupakan ilusi yang dibuat oleh Caris. Caris tahu kalau sihirnya tidak akan bisa melukai Alunaya, dan bertahan dari serangan cakar dan nafas sang naga akan sulit baginya. Jadi, dia membuat banyak ilusi untuk melindungi Koutarou dengan cara mengalihkan perhatian Alunaya.

"Veltlion, ini dia datang!!" seru Clan yang memperingatkan Koutarou sambil menarik pelatuk senapannya, membuat laras senapannya bersinar dalam sekejap. Yang ditembakkan Clan bukan peluru lagi, tapi sinar yang memiliki jumlah energi yang sangat besar, yakni laser. Kecepatan sinar laser sama dengan kecepatan cahaya, dimana saat seseorang bisa melihat serangan itu, serangan itu pasti sudah mengenai sasarannya. Tidak peduli seberapa cepat Alunaya bisa bergerak, dia pasti tidak akan bisa menghindari serangan itu.

"RRAAAAAAWWWWWRR!"

Laser itu membakar badan sang naga. Seperti yang diduga oleh Clan, pelindung milik Alunaya tidak bisa menghadang sinar laser. Bahkan naga sekalipun tidak bisa menghadang sesuatu yang tidak diketahuinya. Alunaya memutar badannya sambil berteriak kesakitan karena laser yang membakar sisik dan badannya.

"Ternyata berhasil!! Sekarang, Veltlion!!"

Karena laser Clan adalah senjata untuk menghadapi manusia, kekuatannya tidak cukup untuk menembus badan Alunaya. Namun, rasa sakit dan kejutan yang timbul karena badannya terbakar memberikan Koutarou celah untuk menyerang.

"Maaakaaaaaaaaaaan iiiniiiiiiiiiiiii!!"

Koutarou maju menyerang dengan pedang yang sudah akan menusuk dihadapannya. Karena dia sendiri sudah dekat dengan Alunaya, tepat sesaat setelahnya pedang Koutarou mengenai Alunaya. Pedangnya sendiri dipentalkan oleh pelindung, namun medan elektromagnetnya berhasil menembus dan membuat elektron-elektron yang sudah terkumpul menjadi terpencar sesaat, dan langsung terkumpul kembali begitu menembus pelindung itu.

"Bagaimana dengan iniiiiiiii!!"

Tepat saat medan elektromagnet itu mencapai badan Alunaya, Koutarou memusatkan pikirannya pada tangan kirinya, membuat kekuatan spiritualnya yang diperkuat oleh Sanae mengalir pada tangan kirinya dan memperluas medan elektromagnetnya. Sebagai hasilnya, sebuah perbedaan potensial yang besar terjadi antara ujung pedang itu dan badan Alunaya.

Sebuah kilatan putih menghalangi Koutarou untuk melihat hasil serangannya, dan disaat yang sama terdengar suara yang menggelegar memenuhi udara bagaikan suara cambuk yang diayunkan. Suara yang begitu, begitu keras itu berasal dari aliran listrik yang besar yang mengalir ke badan Alunaya karena perbedaan potensial itu.

"ROOAAAAAAAAAWWRRR!!"

Petir buatan yang dibuat dengan pelindung tangan Kiriha itu menyerang Alunaya dan mengalirkan listrik ke sekujur badannya. Serangan itu sangat efektif bahkan untuk melawan Alunaya, karena serangan itu mengenai tempat dimana syaraf-syaraf Alunaya berkumpul. Kecerdasan buatan zirah Koutarou mengarahkan Koutarou untuk menyerang titik itu setelah menganalisa Alunaya. Sebagai hasilnya, Alunaya kehilangan kendali badannya dalam sekejap.

"Uwaaaah!!"

Satu-satunya kesalahan perhitungan yang ada hanyalah Koutarou yang tidak bisa menghindari ayunan ekor Alunaya, karena Koutarou sendiri juga dibutakan sesaat oleh kilat. Meskipun dia masih bisa meihat dimana sang naga ingin menyerang, dia tidak bisa menebak sang naga yang akan mengayunkan ekornya karena refleks.

"Veltlion!!"

Koutarou, yang sudah terkena ayunan ekor itu, terpental dan berputar-putar tanpa kendali, membuatnya kehilangan situasi disekitarnya dan membuatnya sulit untuk menyeimbangkan badannya.

"Serahkan padaku!!" kata Caris yang mulai merapal mantra untuk Koutarou.

"Berkumpullah, roh-roh angin! Tunjukkanlah kekuatan dahsyat kalian! Jadilah pusaran, menarilah dengannya dan perbaikilah iramanya!"

Caris merapal mantra yang menggunakan angin untuk membuat gerakan Koutarou menjadi lebih pelan. Dia harus memulainya dengan cara menghentikan Koutarou agar tidak terus berputar. Sihir Caris berjalan disaat yang sama dengan berjalannya kembali sistem kendali zirah itu. Zirah itu menggunakan gravitasi dan roket pendorong untuk menurunkan laju berputar Koutarou. Karena Caris juga membantu Koutarou, Koutarou akhirnya bisa berhenti berputar dan berhenti jatuh.

"Uh, s-sial, apa....?"

Meskipun badannya sudah berhenti berputar, sayangnya mata Koutarou masih belum berhenti berputar dan dia masih tidak bisa menyeimbangkan badannya. Dia lalu menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali agar matanya berhenti berputar-putar. Tepat di saat itu, zirah itu mengeluarkan peringatan.

"Pesan peringatan. Reaksi energi intensitas tinggi terdeteksi. Tolong segera menghindar."

Serangan linstrik sebelumnya rupanya belum cukup untuk mengalahkan Alunaya, yang sekarang sudah pulih dan mulai mengeluarkan api ke arah Koutarou.

"Tolong ya!"

"Baiklah, tuan. Menghindar menggunakan algoritma tidak teratur".

Namun, Koutarou masih belum pulih dari serangan yang diterimanya. Koutarou, yang mengetahui bahwa akan sulit baginya untuk berusaha menghindar dengan sendirinya, menyerahkan urusan menghindar pada zirahnya. Zirah itu pun mulai menambah dan mengurangi kecepatannya secara acak untuk menghindari serangan api. Namun, karena zirah iu tidak bisa melihat niatan menyerang Alunaya seperti Koutarou, dia tidak bisa betul-betul menghindar. Meskipun dia bisa menghindari serangan langsung, Koutarou masih tetap terbakar beberapa kali dari api yang ada.

"Veltlion!"

"Aku tidak apa-apa, jangan kuatir!"

Tapi, akhirnya Koutarou bisa kembali pulih sebelum mendapat luka serius dari serangan api Alunaya, menggunakan matanya untuk membaca kemana Alunaya akan menyerang dan lalu menghindar.

"...Semua ini gara-gara aku lengah sesaat..."

Setelah melewati krisis itu, Koutarou melihat seberapa parah kerusakan yang didapat zirahnya dan menenangkan dirinya. Zirah miliknya sudah mendapat bekas terbakar dan benturan saat dia terkena ayunan ekor Alunaya. Semua serangan itu bisa menjadi serangan yang mematikan baginya.

"Theia...Alunaya yang asli jauh lebih kuat dari yang kamu bayangin...", kata Koutarou yang menggenggam erat gagang Signaltin sambil melihat ke arah badan raksasa Alunaya.


Part 4[edit]

Alaia berdoa sambil menengadahkan wajahnya, melihat pertarungan Koutarou dan yang lainnya.

Koutarou-sama...!

Musuh Koutarou, yang merupakan monster sepanjang 20 meter, baginya tampak seperti kucing yang menantang singa. Tidak peduli seberapa kuat Koutarou, dia tidak akan bisa melampaui perbedaan kekuatannya dengan musuh yang berukuran sepuluh kali lebih besar dari dirinya. Meskipun Clan dan Caris sudah membantunya, hal itu terlihat seperti usaha yang sia-sia.

Kalau terus begini, Koutarou-sama akan mati...!

Perasaan itu pun sedikit mulai sedikit mulai merangkak naik dari dalam diri Alaia. Saat dia merasakan itu, Alaia sadar bahwa dia sedang merasa tidak aman untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

Semenjak dia bertemu dengan Koutarou, Alaia selalu merasa aman. Dia yakin jika sesuatu sampai terjadi padanya, Koutarou akan melindungi Charl dan membantu jalannya negeri ini, dan kepastian itulah yang mendukung dirinya.

Selain itu, setelah kehilangan kedua orangtuanya, Koutaroulah satu-satunya orang yang tahu apa yang dirasakan oleh Alaia dan mengerti perasaannya. Karena dia sudah betul-betul mengerti apa yang dikhawatirkan oleh Alaia, Koutarou bisa mengatakan kalau tindakan yang diambil Alaia adalah hal yang benar, dan itu jugalah yang mendukung dirinya.

Kalau Koutarou sampai mati, dia akan kehilangan kedua hal yang mendukungnya di saat yang bersamaan. Bagi Alaia, hal itu adalah sesuatu yang begitu mengerikan, dan hanya membayangkan hal itu saja membuat tangannya yang putih ramping menjadi gemetaran.

"...Saya seharusnya melepas segel pada pedang itu sebelum ini terjadi..."

Keresahan Alaia membuat kata-kata itu keluar dari bibirnya. Fauna, yang berada disebelahnya, menjadi sedih begitu mendengar hal itu.

"Yang Mulia...itu..."

Sebagai pendeta dari dewi fajar,Fauna tahu betul apa makna dibalik perkataan itu, yang tidak akan mungkin diucapkan oleh Alaia kalau bukan karena perasaannya yang begitu besar pada Koutarou.

"Kau bisa melakukannya, Ksatria Biru! Aku masih bersamamu!"

"Puteri Charl, jangan! Berbahaya kalau anda pergi sejauh itu!"

"Lepaskan, Mary!! Aku tidak mau bersembunyi!! Ksatria milikku dan kakakku sedang berjuang!! Bagaimana bisa kami tidak bersorak mendukungnya!?"

Namun, kata-kata Charl yang begitu kuat membantu Alaia meredakan kekuatirannya.

"Charl...kau sungguh kuat..."

Awalnya, Charl sendiri juga kuatir dan tidak mau Koutarou pergi, tapi setelah merelakannya pergi, keyakinannya bahwa Koutarou akan menang menjadi tidak tergoyahkan.

"Kakak! Tolong berteriaklah untuk Ksatria Biru juga! Kalau kau melakukannya, Ksatria Biru pasti akan bisa kembali pulang dengan selamat!"

Dan agar bisa membuat keyakinannya menjadi nyata, Charl melakukan apapun yang bisa dia lakukan. Memang, yang bisa dilakukan oleh Charl yang masih kecil adalah bersorak, tapi dia begitu ingin menjadi bantuan bagi Koutarou.

Charl...kau mungkin lebih cocok menjadi kaisar daripada saya..., pikir Alaia yang kagum dengan rasa percaya dan bangga Charl yang begitu kuat.

"Kau benar, Charl...saya juga akan bersorak untuknya juga."

Alaia, yang belajar dari Charl tentang bagaimana dia harus bersikap, menjadi percaya bahwa Koutarou akan menang dan lalu bersorak untuknya dari belakang garis pertempuran. Dia bisa melakukan hal yang lain setalahnya.

"Kakak! Kesini!" seru Charl yang tersenyum pada Alaia, menyuruhnya untuk berdiri didekatnya. Alaia pun mengangguk dan berdiri di tempat yang sama dengan Charl.

"Ksatria Biru! Kau bisa melakukannya! Kakak juga bersorak untukmu!"

"Layous-sama! Tetaplah teguh!"

Mereka tidak tahu apakah suara mereka akan sampai pada Koutarou, namun mereka percaya kalau suara mereka akan sampai dan terus berseru. Hanya itulah cara mereka berdua bertarung saat ini.

Para prajurit yang berada di dekat mereka berdua pun mulai mengikuti tindakan mereka dan turut bersorak juga, membuat benteng itu menjadi penuh dengan seruan dan sorakan yang menjadi semakin keras.

Koutarou saat itu sedang bertarung beberapa ratus meter jauhnya dari Alaia dan Charl. Karena adanya suara-suara lain seperti suara angin, suara dari roket pendorongnya, dan raungan sang naga yang menyemburkan api, suara Alaia dan Charl tidak sampai padanya.

"....Aku nggak boleh kalah!! Yang Mulia dan yang lainnya nungguin aku pulang!!"

Namun, ternyata hanya suara sorakan mereka saja yang tidak sampai kepadanya. Perasaan mereka sampai padanya, dan Koutarou sendiri tahu apa yang sedang disorakkan oleh orang-orang di benteng.

Karena dia sudah bermain baseball untuk waktu yang lama, Koutarou tahu kalau mereka sedang bersorak untuknya meskipun dia sendiri tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Fakta bahwa dia bisa mendengar suara sorakan-sorakan itu membuatnya mendapat semangat yang begitu kuat.

"Aku bisa ngelakuin ini! Naga itu pasti udah terluka!" seru Koutarou sambil menatap tajam pada Alunaya dengan semangat barunya sambil mengarahkan ujung pedangnya pada badan raksasa sang naga.

Seperti yang dikatakan Koutarou, Alunaya sudah menjadi semakin lemah. Luka yang didapatnya dari serangan pelindung tangan Koutarou dan laser Clan sudah menumpuk di badannya. Ditambah, staminanya sudah berkurang banyak karena dia terus terbang dengan kecepatan penuh selama beberapa menit. Koutarou, yang bisa merasakan hal itu, membuang jauh-jauh pemikiran bahwa Alunaya adalah musuh yang tidak terkalahkan.

"Veltlion, kau hanya punya sepertiga dari bahan bakar yang tersisa! Seluruh zirahmu juga sudah cukup rusak! Kau tidak bisa bersantai-santai lagi!"

Namun, Koutarou sendiri juga turut terluka sama seperti Alunaya. Karena ukurannya jauh lebih kecil, tentu saja luka dan kerusakan yang diterimanya juga jauh lebih berat. Zirahnya sudah mendapat kerusakan karena terkena serangan api dan cakar. Pertarungan yang sengit itu sudah membuat zirahnya rusak cukup parah. Fungsi-fungsi yang ada pada zirah itu saat ini sedang berusaha menangani kerusakan-kerusakan itu, tapi kalau Koutarou sampai terkena serangan lagi, dia akan berada dalam bahaya.

"Kekuatan sihirku juga sudah menipis. Aku akan membatasi diriku untuk hanya memakai sihir penyembuhan untuk luka serius saja."

Koutarou sendiri juga sudah mendapat luka-luka yang cukup parah, yakni luka ringan berupa luka dari cakar, lebam dan luka bakar, lalu luka serius berupa retak tulang dan pergeseran sendi. Caris sudah menggunakan sihirnya untuk menyembuhkan luka-luka itu, tapi saat ini kekuatan sihirnya sudah menipis dan akan sulit baginya untuk terus menyembuhkan Koutarou.

"Serahkan saja pada saya. Fokus saja pada apa yang bisa kau lakukan."

"Akan kulakukan yang terbaik."

"Maaf, tapi aku tidak punya waktu untuk memikirkan itu."

"Kau sembrono seperti biasanya."

"Dia bukanlah lawan yang bisa saya kalahkan tanpa tidak berlaku sembrono!"

Koutarou kembali bersiap dengan memegang Signaltin dengan kedua tangannya, mengarahkan ujungnya pada Alunaya dan lalu maku menyerang. Delapan Koutarou palsu yang dibuat oleh Caris mengelilingi Koutarou yang asli saat Koutarou melakukan itu. Kesembilan Koutarou itu pun terus bertukar posisi saat mereka menyerang ke arah Alunaya.

"Grrrrrrrrrrr".

Alunaya pun memamerkan taringnya dan berusaha mengancam Koutarou, namun dia tidak mencoba untuk menyerang menggunakan serangan nafasnya karena dia sudah tahu kalau sebagian besar Koutarou yang ada didepannya adalah palsu.

Gawat, dia belajar..., keluh Koutarou di dalam pikirannya setelah melihat ketenangan Alunaya. Dalam pengalaman Koutarou, sebuah pertarungan selalu dimenangkan oleh dia yang selalu bisa tenang dari awal sampai akhir.

"Ksatria Biru, kalau kau ingin menyelesaikan ini dengan cepat, aku punya ide."

Caris, yang merasa kalau Koutarou sudah mulai panik, mengusulkan sebuah ide padanya.

"Tolong katakan."

Alunaya menunggu hingga Koutarou berada cukup dekat dan lalu mengayunkan ekornya yang besar ke arah kesembilan Koutarou. Koutarou, yang saat itu membalas usulan dari Caris, berlindung memakai pedangnya dan membuat zirahnya mengeluarkan suara peringatan.

"Unit penggerak pertama dan ketiga dan juga bagian persendian siku sudah melebihi toleransi maksimum. Memintasi sirkuit, mengatur ulang keseimbangan unit penggerak. Keluaran tenaga tangan kiri berkurang 20%, kebebasan gerak pada sendi siku tangan kanan berkurang 14%. Sebagai tambahan---" lapor zirah itu mengenai kerusakan yang dialaminya sambil menampilkan gambar 3D yang menunjukkan kondisi zirah yang dipenuhi banyak tanda merah.

"Cukup dengan laporan detilnya! Aku tahu kalau aku dalam masalah! Laporkan saja apa yang tidak bisa kupakai!"

"Baiklah, tuanku."

Sesaat setelahnya, tanda-tanda merah di gambar 3D itu menghilang dan hanya menyisakan sebuah tanda kuning di siku tangan kanan.

"Apa kau baik-baik saja, Ksatria Biru!?"

"Veltlion!"

"Saya baik-baik saja!! Jadi, bagaimana idemu, Caris!?"

Semua ilusi menghilang dan hanya menyisakan Koutarou sendiri. Kalau dia menjaga jaraknya dari Alunaya, dia akan diserang dengan serangan nafas api. Akan lebih baik bagi Koutarou untuk terus berada dekat dengannya dan menyerang. Setelah memutuskan itu, Koutarou menggenggam pedangnya dengan tangan kirinya dan membuat sebuah medan elektromagnet. Dia berencana menyerang seperti itu.

"Ada kekuatan sihir aneh yang terkumpul di bagian belakang leher naga itu. Menyerang titik itu mungkin adalah ide yang bagus."

Sesaat lalu, Caris menggunakan mantra untuk mengetahui sihir jenis apa yang digunakan oleh Alunaya. Sebagai hasilnya, dia bisa mendeteksi beberapa sihir yang sedang aktif. Sihir-sihir itu antara lain sihir untuk memperkuat badan Alunaya sendiri yang memenuhi seluruh badannya dan membantunya terbang, sihir pertahanan yang menghadang serangan, dan sihir yang mengubah nafas yang dihembuskannya menjadi pilar api. Caris sudah mengharapkan munculnya tiga jenis sihir itu sebagai hasil mantra yang digunakannya, jadi mengetahui kekuatan ketiga sihir itu akan menjadi sesuatu yang berguna bagi Koutarou.

Namun, pada kenyataannya Caris mendeteksi sihir lain pada saat itu. Caris tidak bisa mengenali sihir jenis apa itu, karena sihir itu memang tidak diketahuinya. Namun, dia tahu dari mana sumber kekuatan sihir itu, yakni bagian belakang leher naga itu. Di titik itu, ada sebuah sihir yang sedang aktif, dan menyerang titik itu mungkin akan mempengaruhi Alunaya. Itu adalah sebuah teruhan, tapi Caris percaya kalau mereka akan memiliki kemungkinan menang lebih besar dengan menyerang titik itu daripada terus bertarung seperti ini.

"Bagian belakang lehernya, benar!?" tanya Koutarou sambil mengatur roket pendorongnya untuk kekuatan penuh agar bisa melesat menuju ke belakang Alunaya dan menyerang lehernya.

"Hati-hati, Ksatria Biru! Dia akan mengeluarkan nafas api!"

"Pada jarak ini!?"

Koutarou mengira bahwa Alunaya tidak akan bisa menggunakan serangan nafas apinya setelah dia mendekat. Jadi, saat Alunaya menarik nafas dan bersiap untuk mengeluarkan nafas api, tentu saja hal itu membuat Koutarou terkejut. Karena Alunaya benci saat Koutarou berada dibelakangnya, dia tentunya akan rela membuat badannya sendiri terbakar untuk bisa melukai Koutarou.

"Serahkan padaku!"

Saat Alunaya sudah membuka mulutnya untuk mengeluarkan api, Clan menembakkan beberapa sinar laser dari senapannya, yang tersebar tidak terlalu jauh dan membakar wajah Alunaya. Hingga saat ini, serangan laser itu pasti akan membuat Alunaya berhenti sesaat, namun tidak untuk kali ini. Alunaya rupanya sudah menduga kalau hal ini akan terjadi dan tetap mengeluarkan nafas apinya sambil bertahan setelah terkena tembakan laser itu.

Nafas api sang naga pun berubah menjadi pilar putih yang bersinar dan mendekat ke arah Koutarou. Kalau saja Koutarou berada pada jarak yang lebih jauh lagi, dia mungkin bisa menghindarinya dengan mudah, tapi pada jarak sedekat ini, hal itu tidak mungkin baginya. Kemudian, tepat saat Koutarou seperti akan habis dilalap oleh pilar api...

"Kalau begitu, aku akan melakukan ini!!"

Sebuah ide baru saja muncul di kepala Koutarou, yaitu mengubah medan elektromagnet yang membungkus pedangnya untuk membungkus dirinya sendiri juga. Di saat yang sama, dia juga mengalirkan seluruh energi spiritualnya ke tangan kirinya, membuatnya melesat lebih cepat layaknya peluru. Kecepatannya yang luar biasa itu membuatnya lolos secara spontan dari serangan pilar api.

"V-Veltlion!? Dasar idiot!! Ba-bagaimana bisa kau bertingkah sesembrono itu!!"

Karena Clan selalu mengawasi keadaan zirah Koutarou, dia tahu apa yang baru saja dilakukan oleh Koutarou, yakni membuat medan elektromagnet yang kuat menggunakan pelindung tangan kirinya dan membuat zirahnya menjadi lebih cepat secara paksa. Namun, dengan melakukan hal itu, zirah itu mengeluarkan berbagai peringatan kerusakan dan seluruh fungsinya berhenti. Meskipun tidak rusak secara keseluruhan, bahkan zirah yang bisa digunakan untuk kegiatan luar angkasa sekalipun tidak akan bisa betul-betul menghadang gelombang magnet dan elektromagnet.

"'Kau salah, Clan!"

Namun, Koutarou tidak berhenti bergerak. Meski seluruh fungsi zirahnya sudah berhenti, pelindung tangan pada tangan kiri Koutarou masih bisa bekerja. Koutarou menggunakan kekuatan itu dan menembakkan badannya sendiri menuju Alunaya.

"Ini yang namanya---"

Dengan pelindung tangan Kiriha yang memimpin serangannya, Koutarou terbang menuju Alunaya. Pedangnya terarah pada bagian belakang leher Alunaya, titik yang dideteksi Caris sebagai tempat berkumpulnya kekuatan sihir. Inilah kesempatan terakhir bagi Koutarou untuk menyerang, karena Koutarou tidak yakin apakah sistem pada zirahnya akan menyala kembali atau tidak.

"---sembrono!!"

Signaltin milik Koutarou mengenai pelindung Alunaya, dan pada momen itu, Koutarou bisa melihat sebuah kristal besar yang menempel pada tengkuk Alunaya. Koutarou lalu menggunakan sisa-sisa tenaganya untuk melepaskan aliran listrik ke arah kristal itu, yang merupakan satu-satunya benda yang berpendar kebiruan pada tubuh raksasa Alunaya yang berwarna merah.

Dengan munculnya kilatan putih, petir paling besar dalam pertarungan ini mengalir melewati pelindung milik Alunaya dan menyerang kristal biru itu.

"RROOOOOOOOOOOOWAAAAAAAAAAWWRRRRR!!"

Karena Koutarou begitu kelelahan, serangan listrik yang mengandung seluruh tenaganya yang tersisa tidak cukup untuk menghancurkan kristal itu. Namun, setelah terkena serangan itu, Alunaya terlihat mengalami kesakitan yang begitu sangat.

Sambil membengkokkan badannya karena kesakitan, Alunaya megeluarkan raungan kesakitan yang terdengar sampai ke kota dan membuat orang-orang menggigil ketakutan. Setelahnya, Alunaya tidak bisa menjaga badannya tetap berada di udara dan mulai jatuh ke tanah.

"A-apa itu berhasil...?"

Koutarou, yang juga kelelahan, mulai ikut terjun bebas sambil terus melihat ke arah Alunaya. Zirahnya masih belum menyala kembali, dan dia sendiri tidak punya tenaga lagi untuk bisa menggunakan pelindung tangannya. Kalau terus begini, Koutarou akan menghantam tanah dengan kecepatan tetap sebesar 200 kilometer per jam.

"Heh, hehe, ki-kita menang...Yang, Mulia...."

Namun, Koutarou jatuh pingsan sebelum dia membentur tanah. Karena banyaknya luka yang didapatnya, dan karena dia sudah yakin akan kemenangannya, Koutarou menjadi terlalu santai untuk tetap bisa terjaga.


Kembali ke Bab 2 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 4
  1. Di animenya, di episode terakhir, Alunaya dibuat berwarna biru