Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 8 Bab 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Resor Ski dan Jurus Andalan[edit]

Part 1[edit]

Rabu, 3 Februari

Setelah melewati terowongan yang remang-remang, sinar matahari pun akhirnya bisa bersinar kembali menembus kaca jendela. Diluar bis itu, bisa terlihat pemandangan yang putih bersinar. Meskipun saat itu awan-awan sedang menghalangi matahari, semua orang yang berada di dalam bis terpukau dengan hamparan salju yang berkilau.

"Mantap! Siip! Udah nggak sabar nih!"

Mata Koutarou pun tidak kalah bersinar, seakan ingin mengalahkan kemilau salju yang ada, dia menempelkan wajahnya di kaca bis. Sebagai pecinta olahraga, dia tidak bisa menahan dirinya sendiri untuk langsung keluar sana.

"Tolong tenang sedikit, Satomi-kun", panggil Kiriha pada Koutarou yang duduk disebelahnya, yang masih bertingkah layaknya anak kecil. Karena mereka dikelilingi oleh teman-teman sekelas mereka, Kiriha berbicara dengan lebih hati-hati. Namun, perasaannya tetap sama seperti biasanya, dan dia dengan senang mengawasi Koutarou yang masih berisik.

"Kiriha-san, kapan kita sampai!?"

"Masih agak lama. Bis ini baru akan mulai menaiki gunung", kata Kiriha sambil menoleh ke arah depan bis, dimana sebuah gunung yang tertutup oleh putihnya salju tampak semakin membesar. Koutarou dan anak-anak kelas satu SMA Kisshouharukaze sedang menaiki delapan bis yang sedang melaju ke arah resor ski. Sebagai bagian dari studi tur mereka, mereka akan menikmati dua hari selanjutnya di tempat itu untuk menikmati olahraga musim dingin.

"Sekitar 30 menit lagi."

"Asem, masih jauh ya?"

Koutarou masih menempelkan wajahnya di kaca jendela bis sambil terus berbicara dengan Kiriha. Dia melihat ke arah resor ski, yang semakin dan semakin dekat seiring berjalannya waktu.

"Percuma, Kiriha-san. Kalau Kou udah kayak gitu, udah nggak mungkin ngelepasin dia dari kaca jendela", kata Kenji yang muncul dari belakang kursi Koutarou. Rupanya dia duduk tepat di belakang Koutarou.

"Diem deh, Mackenzie. Orang lemah kayak kamu nggak akan ngerti asyiknya gunung."

"Kamu sendiri juga masih kayak anak kecil. Emangnya kamu masih di TK!?"

"Mendingan masih TK daripada jadi lemah!"

Meskipun Kenji sudah melotot ke arahnya, Koutarou masih tidak beranjak dari jendela.

"Tapi, bahaya kalau kamu terus begitu, Satomi-kun."

"Bahaya selalu menjadi menemani gunung."

"Bukan itu maksudku. Fufufu", tawa Kiriha sambil menutupi mulutnya dengan tangannya. Senyumnya yang elegan menyimpan kecantikan yang tidak bisa ditemui pada teman-temannya yang lain. Nyatanya, para siswa laki-laki yang melihatnya menjadi terenyuh, tapi Koutarou yang masih menempel di jendela tidak bereaksi sama sekali.

"Satomi-kun, itu bahaya. Tolong duduklah."

"Udah kubilang, percuma. Aku udah nyoba selama beberapa tahun."

"Benar begitu?"

Kenji hanya bisa melemaskan pundaknya karena heran dengan Koutarou, sementara Kiriha masih tersenyum. Kiriha lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Koutarou dan berbisik.

"....Duduk, Satomi Koutarou. Apa kau mau aku menggunakan sihir padamu sekali lagi?"

Seketika itu juga Kiriha menunjukkan senyuman yang terlihat menggoda dan mencurigakan.

"Uh."

Rokujouma V8 107.jpg

Kalimat yang diucapkan Kiriha rupanya membuahkan hasil. Koutarou yang tadinya bersikukuh untuk terus menempel di kaca jendela akhirnya dengan enggan duduk kembali di kursinya.

"Maaf sudah terlalu bersemangat untuk main ski!"

"Anak baik", balas Kiriha yang tersenyum pada Koutarou yang sudah kembali duduk. Dia lalu mengeluarkan sebuah bakpau daging dari dalam tasnya dan memberikannya pada Koutarou.

"Makanlah ini dan tenangkanlah dirimu."

"Baik, terima kasih banyak!"

Koutarou lalu membuka mulutnya dengan gugup sementara Kiriha menyuapi bakpau itu dengan jari-jarinya yang lentik. Seharusnya rasa enak bakpau itu bisa dinikmati oleh Koutarou, tapi dia masih merasa begitu gugup untuk bisa merasakannya.

"Kou, kamu kenapa?"

Kenji heran melihat tingkah Koutarou dan Kiriha yang seperti itu. Menurut pengalaman pribadinya, tidak mungkin untuk membuat Koutarou mendengar apapun yang dikatakannya kalau Koutarou sudah seperti itu. Namun, Kiriha sudah melakukan hal itu dengan mudah, dan Kenji tidak percaya dengan kejadian itu.

"Mackenzie, kamu nggak tahu sifat asli cewek ini. Dia sebenernya--"

"Apa kamu mau tambah?"

"---Mugh."

Sebelum Koutarou bisa mengatakan hal yang tidak seharusnya, Kiriha menyuapinya dengan satu buah bakpau lagi.

"Mghm, mmh."

"Kiriha-san, Kou ngomong apa?"

"Hgmm, mhhh."

"Apa...y-yah..."

Kiriha pun menjadi tersipu malu dan lalu menunduk.

"D-Dia hanya mengenang saat-saat romantis yang...kami habiskan bersama ♡"

"Uaapaaaaaaaaaa!?"

Tepat setelahnya, Koutarou, yang masih berusaha bernafas karena dijejali dengan bakpau, dilempari botol minum, sepatu, majalah, dan berbagai benda lainnya, membuatnya pingsan untuk beberapa saat. Setelah dia bangun, orang yang seharusnya duduk disebelahnya sudah menghilang.

"S-sialan, dasar Kiriha-san..."

"Kamu nggak apa-apa, Koutarou?"

"Kamu kasihan banget, Satomi-san."

Sanae dan Yurika membantu Koutarou untuk menyingkirkan benda-benda yang tadi dilempar ke arahnya.

"Makasih ya, kalian berdua."

"Koutarou, kamu sebaiknya jangan pacaran sama dia."

"Betul. Satomi-san cuma oleh pacaran sama Sakuraba-senpai."

"N-Nah, Yurika", kata Koutarou sambil mengebaskan debu dari bajunya dan bangkit berdiri.

"Apa?"

"Jangan pernah kasih tongkat sihir yang itu ke Kiriha-san. Siapa yang tahu dia bakal ngelakuin apa buat senang-senang."

Dalam kasus ini, kemungkinan besar Koutarou akan menjadi korbannya. Tentu saja, luka yang didapatnya akan jauh lebih besar daripada dilempari barang-barang.

"Oke!" jawab Yurika sambil mengangguk dengan pasti. Yurika sendiri juga tidak akan mengizinkan penyalahgunaan sihir seperti kejadian sebelumnya.

"Bahkan kalau dia ngasih kamu sesuatu yang enak."

"O-Oke!" angguk Yurika sekali lagi, namun dengan tekad yang mulai goyah.

"Bahkan kalau dia nyeritain sesuatu yang serem ke kamu."

"T-t-tenang aja! Mungkin! Yurika fight! Yurika fight!" angguk Yurika dengan gugup lalu menyemangati dirinya sendiri.

"....Kamu yakin?"

"Maaf, aku nggak begitu yakin!"

Kelihatannya kemanan penjagaan tongkat sihir baru itu jauh lebih lemah daripada yang dibayangkan oleh Koutarou.

Theia melihat ke arah Koutarou dan yang lainnya dengan cara berdiri di kursinya. Setelah memastikan kalau Koutarou baik-baik saja, dia menghela nafas lega dan kembali duduk.

"Yang Mulia, anda bisa saja pergi ke tempat Satomi-sama."

"M-memangnya aku bisa melakukan sesuatu seperti itu! Meski begitu, aku--"

"Adalah seorang gadis, benar?"

"...."

Wajah Theia pun berubah menjadi merah dan dia menunduk untuk menyembunyikannya. Sebenarnya dia ingin mengatakan 'adalah seorang tuan puteri', tapi kata-kata itu menyangkut di lehernya dan tidak mau keluar.

"Yang Mulia, kalau ada sesuatu yang anda inginkan, anda tidak bisa menunggu sampai anda bisa mendapatkannya."

"..."

Theia masih terdiam sambil menunduk, dengan rambutnya yang panjang dan keemasan menutupi wajahnya, membuat Ruth tidak tahu raut wajah seperti apa yang saat itu sedang dibuat oleh Theia.

"Anda juga tidak bisa selalu bergantung pada bantuan Kiriha-sama juga."

Mungkin masalah ini lebih sulit dimengerti dibandingkan masalah sihir yang mereka hadapi beberapa hari yang lalu, tapi Ruth percaya bahwa Kiriha melakukan hal ini demi diri Theia. Dengan membuat Koutarou berada di tengah masalah, Theia akan datang untuk menolongnya.

Tapi, Sanae dan Yurika sudah berada di sisi Koutarou. Sementara Theia masih bimbang, mereka berdua sudah langsung mengambil tindakan. Kalau Theia sendiri tidak melakukan sesuatu, dia tidak akan bisa mendapat hasil apapun, tidak peduli seberapa banyak kesempatan yang dibuat oleh Kiriha baginya. Selain itu, ada juga batasan seberapa jauh Kiriha bisa membantunya. Meskipun Theia sendiri tahu apa yang diinginkannya, semua akan menjadi sia-sia kalau Theia sendiri tidak melakukan sesuatu.

"Aku tahu....aku sendiri tahu kalau aku tidak bisa terus seperti ini...", kata Theia yang akhirnya mulai membuka mulutnya. Namun, apa yang keluar dari mulutnya itu terdengar lemah, sulit dipercaya bahwa kata-kata itu keluar dari seorang gadis yang terlihat kuat dan tegar.

"Tapi aku tidak mengerti...aku hanya bisa berinteraksi dengan orang lain dengan cara menunjukkan kekuatanku. Merubah cara interaksiku sekarang....tidak mungkin untuk aku bayangkan. Apa yang harus aku lakukan...?"

Theia terlahir sebagai seorang tuan puteri dan hidup dengan bernegosiasi dengan orang-orang yang tidak bisa ia percaya, dan untuk bisa bertahan dalam kehidupan seperti itu, Theia membuat orang-orang lain untuk tunduk padanya dengan menggunakan kekuatan. Hanya dengan cara itulah dia berinteraksi dengan orang lain.

Apa yang diinginkan Theia adalah untuk tidak membuat Koutarou menjadi pengikutnya dengan cara seperti itu. Namun, hanya cara itulah yang Theia tahu, dan itulah yang membuatnya menjadi sangat bingung. Karena itulah, dia tidak bisa mengambil tindakan meskipun ada kesempatan dihadapannya.

"Kalau begitu, tunjukkan saja padanya kekuatan anda."

"Eh...?"

Theia langsung mengangkat kepalanya begitu mendengar perkataan Ruth, karena dia tidak menyangka bahwa itulah yang akan dikatakan oleh Ruth.

"Percuma aku menunjukkan kekuatanku, karena kalau aku melakukan itu, keinginanku tidak akan terwujud..."

"Itu kalau anda menunjukkan kekuatan anda yang biasanya", kata Ruth sambil meletakkan tangannya di dadanya dan tersenyum tulus pada Theia.

"Anda memiliki kekuatan yang berbeda yang bisa anda tunjukkan padanya, Yang Mulia."

"Kekuatan...yang berbeda...?"

"Benar, yaitu kekuatan untuk memikirkan orang lain. Kalau anda menggunakan kekuatan itu sepenuhnya, aku yakin kalau dia akan mengerti, tidak peduli apa yang anda lakukan. Baik itu bermain game, minum teh atau bertengkar", kata Ruth dengan rasa percaya yang begitu kuat yang bisa terlihat di dalam matanya.

Kenapa kau bisa begitu yakin? Kenapa kau tidak merasa ragu...?

Theia tidak bisa merasakan keraguan apapun dalam diri Ruth, jadi dia ingin tahu apa yang menjadi dasar kepercayaan Ruth.

"'Ksatria Biru Theiamillis' kita bukanlah ksatria bebal yang tidak akan mengerti hal itu", kata Ruth sambil terus tersenyum tulus. Saat Theia melihat ke arah wajahnya, dia menjadi mengerti akan apa yang Ruth coba katakan.

Begitu rupanya...jadi itulah apa yang kau percaya...

Ruth percaya bahwa tidak mungkin orang yang disukai Theia akan mengabaikan perasaannya. Dia pun mulai menginginkan hal itu menjadi kenyataan.

"...Ruth."

Setelah mengerti dengan apa yang dipercaya oleh Ruth, sebuah senyuman kecil akhirnya kembali muncul di wajah Theia.

"Ya, Yang Mulia?"

"Tadi kau mengatakan 'kita', benar?" tanya Theia. Namun, nada bicaranya lembut, dan tidak bermaksud mengkritik Ruth.

"Benar. Memang itu yang aku katakan", balas Ruth dengan rasa percaya yang sama yang ditunjukkannya sebelumnya.

"Kalau begitu...apa kau tidak apa-apa dengan hal itu?"

Nyatanya, Theialah yang justru terlihat seperti akan meminta maaf.

"Ya. Pria idamanku adalah pria yang akan membantu dan mendukung Yang Mulia."

"Kau sendiri juga tidak jujur rupanya...", balas Theia dengan senyuman yang terlihat asam, namun Ruth membalas dengan menggelengkan kepalanya.

"Tidak, aku hanya percaya. Dengan sangat keras kepala, tentunya."

"Fufufu....kalau begitu aku pun juga akan percaya."

"Pada apa, kalau aku boleh tahu?"

Ruth sudah tahu, namun demikian, dia tetap bertanya karena dia ingin Theia bisa mengutarakan hal itu.

"Pada 'Ksatria Biru Theiamillis' kita."

Theia mengatakan apa yang diharapkan oleh Ruth, yang diyakini oleh Ruth bahwa apa yang dikatakan oleh Theia sebagai hal yang luar biasa.

"Ya...baiklah, tuan puteri..."

Theia dan Ruth pun saling memberikan senyuman kepada satu sama lain.


Part 2[edit]

Bagi seorang gadis yang dikenal sebagai Nijino Yurika, sebuah resor ski sama saja halnya dengan neraka. Bukan hanya karena dia tidak suka berolahraga, tapi juga karena rasa bencinya terhadap suhu dingin. Ditambah, karena ketahan tubuh dan kerajinannya begitu kurang, dia menjadi kurang pandai untuk bisa bermain ski.

"Kyaaaaaaaaaaaaaaaa!!"

Karena itulah, tepat setelah dia turun dari gondola[1], Yurika langsung kehilangan keseimbangannya.

"Tolong akuuuuu, Satomi-saaaaaaaaan!!"

Karena badannya menjadi semakin bulat karena pakaiannya yang tebal, Yurika menggelinding menuruni tempat bermain ski itu layaknya gentong.

"Ah, Yurika!?"

Koutarou dengan cepat mengejarnya. Namun, kecepatan berguling Yurika menjadi semakin cepat seiring bergulingnya badannya yang menuruni tempat itu. Meskipun Koutarou suka berolahraga, sebagai pemula dalam permainan ski, jarak antara dirinya dengan Yurika menjadi semakin besar.

"Tolong akuuuuu, Satomi-saaaaaaaaan!!"

Yurika kelihatannya akan terus berguling tanpa henti, tapi...

"Uffh."

Dia berguling ke arah tumpukan salju yang baru turun dan akhirnya berhenti, membuat lubang di tumpukan itu yang membuat hanya kakinya saja yang terlihat dari luar.

"Wah, itu kelihatannya gawat, Koutarou!"

"Sanae, coba kesana dan lihat kalau dia nggak apa-apa!"

"Oke!"

Sanae lalu melepaskan pelukannya dari punggung Koutarou dan terbang ke arah Yurika. Karena dia bisa terbang dengan bebas, Sanae bisa pergi lebih cepat daripada yang masih memakai ski. Itulah sebabnya dia sampai lebih dulu daripada yang lainnya.

"Kamu nggak apa-apa, Yurika?"

"Ng-nggaaak..."

Yurika terjebak dalam salju dan tidak bisa bergerak. Dia sudah berusaha menggerakkan tangannya, tapi tidak ada ruangan untuk itu di dalam salju. Yang bisa dilakukannya hanyalah menggerakkan kakinya, tapi itu tidak cukup untuk membantunya.

Tepat saat itulah Koutarou datang, meluncur turun dan berhenti tepat di samping tumpukan salju itu.

"Gimana keadaannya?"

"Dia nggak apa-apa sih, tapi dia nggak bisa keluar."

"Tolong akuuuuu~~, Satomi-saaaaaaaaan."

Suara Yurika tertutup sedikit oleh tumpukan salju. Berdasarkan suara teriakannya dan bagaimana dia menggerakkan kakinya, Koutarou mengerti kalau Yurika baik-baik saja.

"Ampun deh...."

Setelah menghela nafas lega, Koutarou melepaskan peralatan skinya dan mendekati tempat dimana Yurika terjebak.

"Hei, kamu nggak apa-apa kan, Yurika?"

"Iyaaa, aku nggak apa-apa."

Suara Yurika yang terdengar menyedihkan menjadi balasan dari pertanyaan Koutarou.

"Kamu nggak bisa keluar sendiri?"

"Tanganku nggak bisa gerak, jadi kayaknya nggak."

Lubang tempat Yurika terjebak berbentuk seperti bentuk badannya dan dia tidak bisa keluar dari lubang itu dengan sendirinya. Jadi, Koutarou dengan enggan meletakkan tangannya pada kaki Yurika yang menyembul keluar.

"Kyaa kyaaa!? A-apa ini!?"

Yurika, yang tidak bisa tahu apa yang terjadi di luar sana, mulai panik dan meronta-ronta.

"Dasar mesum! Tukang pegang-pegang! Kenapa kamu nyuri kesempatan buat pegang-pegang aku pas aku lagi kejebak begini!?"

"Bukaaaan!! Diem dulu, Yurika!! Aku tarik kamu keluar dari situ!!"

"Tanganmu gerak-gerak aneh begi-- oh, jadi kamu mau ngelakuin itu rupanya."

Namun, setelah dia tahu bahwa Koutarou mencoba menariknya keluar, Yurika berhenti meronta-ronta.

"Oke, Satomi-san, buruan tolongin aku dong."

"...Sialan, apa mending aku kubur kamu aja sekalian...."

Meskipun kesal dengan kelakuan Yurika, Koutarou tetap menggenggam kedua kaki Yurika.

"Aku tarik ya, Yurika!"

"Oke!"

Di saat yang sama dengan jawaban Yurika, Koutarou mulai mengerahkan tenaganya pada tangannya.

"Aduh, auauauauauauau!!"

Yurika langsung menjerit dan mulai mengayunkan kaki-kakinya lagi.

"H-hei, Yurika, berhenti nendang-nendang!"

"T-, au, tapi sakit, tahu!! Auauauauau!!"

"Kalau gitu..!!"

Yurika terus meronta-ronta sambil menjerit kalau dia merasa sakit, tapi kalau terus begini, dia tidak akan bisa keluar. Koutarou pun mengacuhkan jeritan Yurika untuk berhenti menarik dan justru menarik sekuat tenaganya. Dengan begitu, Koutarou akhirnya menarik Yurika keluar beserta salju yang berada di sekitar badannya.

"Auauau..."

"Kamu nggak apa-apa kan, Yurika?"

Yurika menggosok-gosok bagian tengkuknya sambil menangis kesakitan. Bagian itulah yang paling sakit baginya saat Koutarou menarik badannya.

"Aku kira kepalaku mau copot."

"Nggak usah lebay. Itu kan cuma salju."

"Yang kuat dong."

"Kamu salah~"

"Siapa yang salah?"

"Salju yang di dalem jauh lebih padat dan keras, dan kepalaku nyangkut disitu~"

"Tapi, tetep aja itu cuma salju, ya kan?"

"Kamu salah! Satomi-san, harusnya kamu lebih baik sama aku!"

"Nggak peduli."

Sementara Koutarou dan yang lainnya masih berbicara, teman-teman mereka pun datang menuruni bukit, yakni seorang pemain ski dan seorang pemain snowboard. Mereka berdua mendekati Koutarou dan yang lain dengan kecepatan tinggi sambil membuat gerakan berkelok-kelok. Mereka lalu mengerem dan memandangi Koutarou dan yang lain setelah berhenti.

"Kou, kamu ngapain?"

"Kalian berdua ngapain duduk disini?"

Rupanya, yang datang adalah Kenji dan Shizuka, dimana Kenji memakai snowboard sementara Shizuka memakai ski. Mereka berdua cukup lihai dalam melakukan itu.

"....Yurika nabrak tumpukan salju disitu, terus kejebak. Aku cuma nolongin dia buat keluar" balas Koutarou dengan kesal sambil menyingkirkan salju dari mukanya yang berasal dari hasil rem Kenji dan SHizuka. Yurika, yang tidak berusaha membersihkan salju di badannya, berusaha menarik simpati mereka berdua.

"Satomi-san tuh jahat! Biar aku tadi bilang kalau itu sakit, dia tetep maksa narik aku! Kukira kepalaku mau copot!!"

"Nijino-san, Kou emang ceroboh kayak gitu sejak masih kecil", kata Kenji yang mengikuti pembicaraan Yurika. Dia pun turut mencurahkan isi hatinya pada Yurika karena ikut merasa kesal dengan Koutarou.

"Kemarin, dia ngebangunin aku pakai air panas loh!? Harusnya dia lebih lembut sama aku!!"

"Aku tahu rasanya kok. Kou emang kayak gitu."

"Jadi, kamu ngerti juga ya, Matsudaira-san!!"

"Betul!"

Yurika dan Kenji lalu saling menjabat tangan dan bersukacita karena menemukan seseorang yang sama-sama mengerti penderitaan mereka.

"Mereka berdua ngapain?"

Koutarou dan Shizuka hanya bisa memandangi mereka berdua dengan tatapan heran.

"Mereka hanya melepas rasa sakit mereka dan cuma mengeluh sekarang...Oh ya, Satomi-kun."

"Ya?"

"Entah apa yang sebenarnya terjadi, tapi Yurika tadi jatuh, benar? Mungkin lehernya bener-bener sakit, jadi ada baiknya kalau dia dibawa ke ruang kesehatan di hotel."

"Ruang kesehatan? Aku kesana deh! Aku kesana!"

Tepat saat dia mendengar kata-kata "ruang kesehatan", mata Yurika langsung bersinar.

"...Kamu cuma nggak mau main ski lagi, ya kan?"

"Bukan! Aduh, au, Satomi-san, leherku, leherku sakit banget!"

Sambil mengacuhkan tatapan curiga dari Koutarou, Yurika memegang lehernya dengan kedua tangannya sambil berusaha menarik simpati dari Koutarou sambil mengeluh kalau itu sakit dengan sebuah senyuman di wajahnya.

Cewek ini...dia berniat pake lehernya buat alasan bolos ski...

Yurika, yang tidak hanya membenci suhu dingin, juga tidak suka berolahraga. Sudah jelas kalau dia tidak berniat untuk kembali bermain ski.

"Oke, oke. Ayo ke ruang kesehatan, Yurika."

"Beneran!? Makasih!! Aku tahu kamu orangnya baik dari awal kita ketemu!!" seru Yurika sambil menggenggam kedua tangan Koutarou dan mengayunkannya ke atas dan ke bawah.

"Betul juga, belakangan ini kamu jadi kelihatan lebih baik, Satomi-san pasti bener-bener suka sama aku~" ujar Yurika yang sudah kelewat senang karena tidak harus bermain ski.

"...Nggak usah sok begitu..."

"Kamu yakin? Dia kelihatannya nggak apa-apa."

"Aku bisa apa? Ada kemungkinan kalau dia sebenernya emang sakit."

Koutarou tahu betul maksud Yurika dibalik kelakuannya itu, tapi dia juga tidak bisa membiarkan Yurika begitu juga. Koutarou pun menghela nafas dan berdiri, lalu menyeret Yurika bangkit.

"Ayo pergi, Yurika."

"Okee~e."

"Satomi-kun, biar aku sama Mackenzie-kun yang urus peralatan skinya."

"Wah, tolong ya. Makasih, Ibu Kos-san."

"...Lha, aku nggak, Kou?"

"Koutarou, aku nggak suka ruang kesehatan. Aku main sama Theia sama yang lain ya."

"Oke, silahkan."

Theia dan Ruth tengah diajari oleh Kiriha bagaimana caranya bermain ski. Karena pergi ke ruang kesehatan adalah hal yang membosankan menurutnya, Sanae lebih memilih untuk bergabung dengan Theia dan yang lainnya.

"Yah, tolong urus sisanya ya, Ibu Kos-san, Mackenzie."

"Satomi-san, Satomi-san, bisa nggak, kamu gendong aku?'

Dan sebuah bunyi pukulan pun terdengar.

"Nggak usah sok begitu."

"...Oke~e..."

Dan dengan begitu, Koutarou dan Yurika mulai berjalan menuruni bukit. Sanae sudah pergi mencari Theia dan yang lainnya, dan yang ada disitu hanya tinggal Shizuka dan Kenji. Kenji memandangi Koutarou dan Yurika saat mereka berbicara, lalu memiringkan kepalanya sendiri.

"...Kasagi-san, mereka berdua pacaran ya?"

Shizuka pun kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Kenji.

"Satomi-kun sama Yurika-chan!? Kenapa!?"

"Kenapa? Yah...kelihatannya mereka terlalu deket deh, buat temen sekelas. Kayak, mereka nggak ngebiarin kamu buat ikut ngobrol..."

Rokujouma V8 127.jpg

"Ah, mereka memang kelihatannya kayak gitu...", balas Shizuka yang berhenti mengambil peralatan ski yang tertinggal, lalu melihat ke arah Koutarou dan Yurika yang semakin jauh.

Yurika sedang berbicara dengan Koutarou, sambil membuat gerakan-gerakan sementara Koutarou membalasnya dengan berbagai ekspresi wajah dan terkadang memukul Yurika di kepalanya.

"Tapi, aku rasa mereka nggak pacaran deh. Mereka berdua kan nggak bisa nyembunyiin rahasia, jadi aku yakin."

"Bener sih....tapi, hmm...."

Kenji masih belum puas dengan jawaban itu, tapi dia juga tidak berpikir kalau mereka berdua pacaran dengan diam-diam. Baginya, Koutarou dan Yurika punya hubungan yang aneh.

Pasti buat kamu memang aneh, Mackenzie-kun. Sebenarnya, mereka berdua tinggal bersama...

Shizuka hanya bisa tersenyum kecut sambil merasa kagum dengan kemampuan pengamatan Kenji. Alasan mengapa Koutarou dan Yurika bisa begitu dekat adalah karena mereka tinggal bersama di kamar 106. Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka pun menjadi semakin dekat.

Yah, hal yang sama juga berlaku buat cewek-cewek yang lainnya juga...

Meskipun para penghuni kamar 106 punya tujuan yang berbeda-beda, mereka sudah membangun rasa saling percaya antara satu sama lain. Shizuka sendiri, yang sudah kehilangan keluarganya, merasa sedikit iri dengan itu.


Part 3[edit]

Hasil pemeriksaan Yurika ternyata tepat seperti yang diperkirakan oleh Koutarou: tidak ada yang salah. Namun, dokter yang bertugas memutuskan untuk tidak membiarkan Yurika kembali beraktivitas untuk hari ini, untuk berjaga-jaga, dan itulah yang diharapkan oleh Yurika.

"Bener-bener deh, si Yurika itu...itu sebabnya dia nggak bisa diandalin."

Karena itulah,hanya Koutarou saja yang keluar dari ruang kesehatan, sementara Yurika tidur di dalam ruangan itu. Saat dia kembali ke bukit luncur salju, kepala Koutarou penuh dengan pikiran akan Yurika. Meskipun hal itu berlawanan dengan sifatnya, dia tetap saja merasa kuatir soal Yurika.

"Kenapa mukamu begitu, Satomi-kun?"

Seorang teman sekelas Koutarou memanggilnya saat dia masih berjalan-jalan.

"Oh, Aika-san."

"Wajahmu kelihatannya cukup kesal. Ada masalah apa?"

Yang memanggilnya rupanya seorang gadis bernama AIka Maki. Dia adalah seorang murid pindahan yang pindah ke SMA Kisshouharukaze sekitar awal musim dingin. Maki adalah seorang kenalan Yurika, tapi dia ternyata tidak bisa meninggalkan kesan yang kuat. Itulah sebabnya Koutarou tidak mengingat banyak soal Maki.

"Lehernya Yurika sakit, jadi aku bawa dia ke ruang kesehatan, tapi..."

"Wah, Yurika-san sakit?"

Mata Maki pun terbelalak begitu mendengar bahwa Yurika terluka.

"Hasil periksanya sih nunjukin kalau dia nggak kenapa-kenapa, tapi dia nggak mau pergi dari ruangan itu", kata Koutarou dengan muka yang terlihat kesal sambil melihat ke arah pintu di belakangnya. Di balik pintu itu, terbaring Yurika di atas ranjang yang hangat.

"Begitu..."

Setelah mendengarkan penjelasan soal situasi yang ada, raut wajah Maki tiba-tiba menjadi serius.

Tidak peduli apa penyebabnya, ini kesempatanku untuk menyelidiki...

Rupanya, Maki sudah berusaha berbicara dengan Koutarou selama beberapa hari ini. Setelah memutuskan bahwa inilah kesempatan baginya, Maki akhirnya memulai penyelidikannya.

Maki menyerahkan urusan pengumpulan informasi mengenai kamar 106 kepada alat otomatis yang dipasangnya sebelum mereka berangkat studi tur. Yang perlu dilakukannya sekarang adalah menanyakan beberapa hal pada Koutarou, dan dengan begitu sebagian tujuannya akan terpenuhi.

Ini juga kesempatanku untuk mengakali orang ini. Maki, jangan terlalu gegabah, jalani dengan hati-hati...

Maki lalu memanggil Koutarou sambil tersenyum setelah mengingatkan dirinya sendiri agar jangan bertindak gegabah.

"Kalau begitu, apa kamu bisa ngobrol sebentar denganku, Satomi-kun? Aku beliin minum."

Namun, berlawanan dengan senyuman yang ada di wajahnya saat itu, Maki justru merasa semakin gugup.


Saat Maki pergi membeli jus di mesin penjual minuman, dia menjalankan dua mantra yang sudah dirapalnya sebelumnya. Satu untuk membuat penggunanya bisa melihat kebohongan, dan satu lagi adalah sihir kamuflase untuk menutupi kekuatan sihir yang sedang terpancar.

Maki tidak mau sampai diakali oleh kata-kata licin Koutarou, maka dari itulah dia memutuskan untuk menggunakan mantra untuk bisa melihat adanya kebohongan. Tapi, karena Maki juga tidak mau Koutarou menyadari bahwa dirinya sedang menggunakan mantra, Maki menutupi kekuatan sihirnya dengan kamuflase. Inilah mantra-mantra yang disiapkan Maki sebelum dia berhadapan dengan Koutarou.

Sisanya tergantung padaku...

Maki lalu menenangkan dirinya dan mendekati Koutarou dengan membawa dua botol plastik di tangannya. "Ini, Satomi-kun."

"Maaf ya, jadinya kamu yang traktir."

Pada saat itu, Maki bisa melihat cahaya hijau yang menyelimuti badan Koutarou, yang berasal dari mantra yang hanya bisa dilihat oleh Maki. Cahaya itu akan bergetar jika Koutarou berbohong.

Kelihatannya dia tidak berbohong sejauh ini...

Cahaya yang menyelimuti Koutarou masih berwarna hijau dan stabil, tanda bahwa dia tidak berbohong.

"Ayo ngobrol sambil duduk."

"Ya."

Maki dan Koutarou lalu duduk di bangku di pojok lobi hotel.

"Jadi, kamu mau ngobrol soal apa?" tanya Koutarou sambil membuka tutup botol dan mulai meminumnya. Koutarou belum memberitahu Maki apa yang ingin diminumnya, tapi isi botol itu adalah minuman favoritnya, cola.

"Yah...aku mau ngobrol soal Yurika-san."

"Yurika?"

Sambil berhati-hati agar tidak terlihat bersikap aneh, Maki mulai membuka tutup botolnya juga dan mulai berbicara setelah meminum isinya sedikit.

"Ya, betul. Aku lagi ada masalah sama Yurika-san belakangan ini..."

Karena Maki benci dengan kebohongan, dia sendiri tidak sepenuhnya berbohong saat mengatakan itu. Karena Maki dan Yurika bermusuhan, ada benarnya jika dia sedang menghadapi masalah dengan Yurika.

"Jadi, tolong kasih tahu aku, apa ada sesuatu yang terjadi sama Yurika-san belakangan ini?" kata Maki dengan alaminya. Karena itulah, bagi Koutarou, hal itu terlihat seperti si murid pindahan yang khawatir dengan temannya yang mungkin telah berubah.

"Apa maksudnya sejak dia pindah sekolah?"

"Ya. Aku pikir masalahnya baru muncul belakangan ini."

Dengan meningkatnya kekuatan sihir di kamar 106 yang semakin besar, sesuatu pasti sudah terjadi yang melibatkan antara Yurika atau Koutarou. Jadi, Maki mulai dengan memastikan apakah ada sesuatu yang terjadi pada Yurika.

"Belakangan ini ya....", ujar Koutarou yang mulai berpikir.

Ada sesuatu yang gede yang terjadi sama aku, tapi...Yurika sih masih sama kayak biasanya..yang terjadi sama dia cuma dia bikin anak-anak nangis pas dia akting jadi Alunaya, ya kan? Tapi itu mungkin nggak ada hubungannya sama masalahnya sama Maki-san...

"Maaf, aku nggak tahu."

Pada akhirnya, itulah kesimpulan yang didapat Koutarou, karena dia tidak ingat ada hal besar yang terjadi pada Yurika.

Cahayanya stabil...jadi apa itu artinya Satomi Koutarou adalah alasan meningkatnya kekuatan sihir itu? Atau dari musuh yang dilawannya saat pementasan drama?

Cahaya yang menyelimuti Koutarou masih berwarna hijau dan tenang, yang membuktikan bahwa Koutarou mengatakan yang sebenarnya. Maki lalu mulai memikirkan berbagai macam kemungkinan lainnya.

"...Nggak, tunggu dulu", kata Koutarou yang mengingat sesuatu dan raut wajahnya pun berubah.

Apa itu bisa dibilang perubahan besar?

Koutarou tidak mengingat apapun yang menyangkut masalah mengenai Yurika, tapi dia ingat sesuatu yang sebaliknya.

"Jadi, apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Yap. Sebenarnya, keinginan Yurika akhirnya terwujud."

Koutarou ingat kalau dirinya sudah memberikan sebuah tongkat sihir sebagai hadiah kepada Yurika. Berkat tongkat itu, Yurika akhirnya bisa menggunakan sihir asli, meskipun lemah. Bagi Koutarou, itu seperti memberikan Yurika alat untuk membela diri, tapi bagi Yurika itu mungkin sesuatu yang jauh lebih besar lagi. Sebenarnya, Yurika menangis gembira waktu itu.

"Karena situasi yang rumit, aku nggak bisa jelasin detilnya, tapi intinya, keinginan yang begitu dia inginkan akhirnya kesampaian. Jadi, dia mungkin berubah sedikit."

"Keinginan yang begitu dia inginkan...?"

Maki tahu apa keinginan Yurika, yakni untuk menjadi penyihir yang hebat, yang bisa menjalankan tugas pendahulunya, Rainbow Nana.

Kalau keinginannya sudah tercapai, itu berarti...dia menarik keluar kekuatan sihir kamar itu dan mendapat kekuatan yang besar? Atau kekuatan sihir Yurika meningkat entah bagaimana, yang membuat kekuatan sihir kamar 106 terlihat meningkat?

Antara Yurika menjadi penyihir hebat menggunakan kekuatan di kamar 106, atau kekuatan sihirnya sendiri yang meningkat karena dia sudah menjadi penyihir hebat.

Cahaya di sekitar Koutarou masih terlihat berwarna hijau dan tenang, yang berarti dia tidak berbohong. Maki pun mulai berpikir seperti itu.

"Jadi, tolong sabar ya, sampai Yurika bisa tenang?"

"...Begitu rupanya, aku mengerti."

Percakapan Koutarou dan Maki rupanya tidak menyambung sama sekali, karena mereka saling membicarakan hal yang betul-betul berbeda. Meski begitu, mereka berdua menyimpulkan bahwa Yurika sudah menjadi penyihir yang hebat. Karena tidak ada diantara mereka yang berbohong, mereka berdua tidak mempeerhatikan adanya hal yang salah dalam percakapan mereka.

Yang manapun yang terjadi, peningkatan kekuatan sihir itu sudah bertambah ke dalam kekuatan sihir Yurika...ini sudah jadi semakin rumit...pikir Maki sambil kembali menyeruput cola miliknya, yang merupakan salah satu minuman favoritnya.


Part 4[edit]

Setelah berpisah dengan Koutarou, Maki bersembunyi di hutan dekat resor ski dan menghubungi rekan-rekannya menggunakan alat sihir. Alat itu mempunyai bentuk dan ukuran yang mirip dengan jimat yang dijual di kuil-kuil. Karena alat itu begitu ringkas, alat itu hanya bisa membuat pemiliknya berbicara hanya dengan satu orang saja saat digunakan. Orang yang dihubungi Maki saat itu adalah gadis berpakaian ungu.

"Purple, ini aku."

"Navy...ada apa?"

"Ada sesuatu yang ingin segera kulaporkan padamu."

Maki lalu dengan cepat menyampaikan situasinya untuk tidak membuang-buang waktu.

"Kelihatannya peningkatan kekuatan sihir yang kita bicarakan sudah ikut bertambah ke dalam kekuatan sihir Yurika."

"Apa!?"

Bahkan si gadis ungu yang biasanya tenang pun langsung tersentak kaget mendengar kabar itu.

"Apa kau yakin?"

"Sayangnya, itulah yang sudah terjadi. Itulah informasi yang kudapatkan setelah berbicara dengan Satomi Koutarou. Aku sudah memastikan bahwa dia mengatakan yang sebenarnya."

Kalau peningkatan kekuatan sihir di kamar 106 berada di bawah kendali Yurika, maka Maki dan rekan-rekannya tidak akan memiliki peluang untuk menang. Sudah jelas kalau mereka pasti akan dipukul mundur kalau mereka mencoba merebutnya.

Namun, kejadian yang sebenarnya adalah Yurika tidak menerima peningkatan kekuatan apapun. Tongkat yang dibawa oleh Koutarou ke kamar itu memang bisa membuat penggunanya menggunakan segala macam mantra, tapi kekuatannya sendiri lemah, jadi Yurika tidak bertambah kuat sama sekali. Tapi, karena Maki memendam dendam kepada Yurika dan Koutarou, itu membuatnya salah memahami situasi. Tentu saja, Darkness Rainbow tidak mungkin mengetahui hal itu. Dan karena dendam Maki itu juga, para anggota Darkness Rainbow akan menjadi semakin salah paham mengenai situasi Koutarou dan Yurika.

"Ini gawat...."

"Benar sekali. Kita harus menghindari pertarungan langsung, karena kita pasti akan mengalami kekalahan yang jauh lebih besar dibanding saat melawan Rainbow Nana."

"Aku mengerti. Aku akan memikirkan apa yang harus kita lakukan selanjutnya, dan kau terus lanjutkan penyelidikanmu--tunggu sebentar Navy, Green sedang mengatakan sesuatu."

Dengan kata-kata itu sebagai kalimat perpisahan, si gadis berpakaian ungu pun berhenti berbicara.

Setelah beberapa saat, suara Purple bisa kembali terdengar dari alat sihir itu sekali lagi.

"...Navy, apa kau masih menyimak?"

"Ya, aku sudah capek menunggu."

"Menurut Green, ada seekor iblis kuat yang muncul di gunung didekatmu. Dia muncul disana di saat yang bersamaan saat kau tiba di tempat itu."

"Iblis yang kuat...?"

Di negeri asal Maki dan yang lainnya yang terpisah dari dunia manusia, Folsaria, ada monster-monster yang tampak aneh yang dijuluki sebagai iblis. Beberapa dari makhluk-makhluk itu akan terdampar di Bumi dan menimbulkan kerusuhan. Banyak monster-monster dan setan-setan dalam legenda yang sebenarnya merupakan iblis dari Folsaria. "Kami ingin agar kau menangkap makhluk itu dan menjadikannya pelayanmu. Biasanya kami akan mengirimkan bantuan kepadamu, tapi saat ini kami sedang tidak bisa melakukan itu. Begitu juga, kalau makhluk itu dibiarkan begitu saja, dia pasti akan dibasmi oleh Rainbow Heart."

Salah satu tugas yang diemban oleh pasukan tempat Yurika mengabdi, Rainbow Heart, adalah untuk membasmi iblis-iblis yang terdampar ke Bumi. Jadi, cepat atau lambat iblis yang dimaksud oleh Green pasti akan menemui nasib yang sama.

"...Jadi, dalam situasi ini dimana kekuatan sihir Yurika meningkat, kamu ingin menambah jumlah pasukan kita meskipun ada resiko dibalik itu, ya?" kata Maki yang sudah menyadari apa yang akan dikatakan oleh si gadis berpakaian ungu.

"Benar. Apa kau akan mencobanya?"

"Akan kucoba. Untungnya, membuat pelayan adalah keahilanku."

Pelayan disini adalah makhluk yang mengikuti keinginan tuannya, yakni si penyihir. Untuk bisa mendapat sebuah pelayan, si penyihir harus mengikat makhluk yang diinginkannya dengan kontrak dan kutukan, atau memanipulasi pikirannya dengan sihir. Maki lebih memilih metode manipulasi pikiran, karena dia ahli dalam menggunakan sihir manipulasi yang membuatnya cocok untuk tugas itu.

"Lagipula, aku perlu mendapatkan kekuatan tambahan atau aku tidak bisa menang melawan Yurika atau pria itu."

"Kami mengandalkanmu, Navy."

"Ya...hm?"

Tepat pada saat itu, Maki bisa merasakan kalau ada seseorang yang mendekatinya.

"Purple, aku akan menghubungimu nanti. Kelihatannya aku kedatangan tamu."

"Hati-hati, Navy."

Setelah menyelesaikan percakapan mereka, Maki memasukkan alat sihirnya ke dalam bajunya. Saat dia berbalik, Maki melihat ada seorang gadis yang mendekatinya.

"Hebat juga, Yurika, tidak kusangka kau bisa merasakan sihir selemah ini."

"Maki-chan, kamu ngapain pakai sihir di tempat kayak begini?" tanya Yurika dengan wajah yang lebih serius dari biasanya, betul-betul berlawanan dengan raut wajah ceria yang biasa ditunjukkannya sehari-hari kepada Koutarou dan yang lainnya.

Yurika rupanya merasakan sihir yang digunakan oleh Maki dan datang ke tempat itu. Meskipun sihir yang digunakan Maki merupakan sihir komunikasi, Yurika tetap harus berhati-hati terhadap sihir apapun yang digunakan oleh Maki pada saat-saat sepert ini. Selama beberapa bulan terakhir ini, Maki tidak mengambil tindakan agresif apapun dan hanya bertindak sebagai teman sekelasnya, dengan tidak memakai sihir maupun memberikan celah apapun pada Yurika. Walau begitu, Maki menggunakan sihir pada studi tur sekolah, yang tidak bisa dibiarkan begitu saja oleh Yurika.

"Apa kau pikir aku harus menjawab pertanyaanmu?" balas Maki dengan tersenyum sambil memperhatikan Yurika dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Dari apa yang bisa kulihat, kekuatannya tidak meningkat dalam keadaan itu...mungkin tongkatnya yang berpengaruh?

"...Aku nggak tahu apa yang kamu lakuin, Maki-chan, tapi aku bakal jadi musuhmu kalau emang harus begitu."

Yurika pun mengumpulkan keberaniannya dan mulai melangkah ke arah Maki, membuat jejak pada salju yang dilangkahinya. Dia betul-betul takut untuk bertarung, tapi sebagai seorang gadis penyihir, dia tidak bisa mundur begitu saja.

"Bicaramu boleh juga, Rainbow Yurika. Apa kau betul-betul bisa mengalahkanku dengan kemampuanmu?"

"Ini bukan soal menang atau kalah, tapi ini tugasku."

Yurika yang dulu mungkin sudah akan lari terbirit-birit dari situasi ini, tapi semenjak dia datang ke kamar 106, keberanian yang dikumpulkannya sedikit demi sedikit sekarang menopangnya.

Menang?...Aku pasti bakal menang dan ngelindungin semuanya...jadi aku bisa lulus bareng-bareng Satomi-san sama yang lainnya!

Keberaniannya itu bukanlah berasal dari dirinya yang merupakan gadis penyihir, melainkan keberanian seorang gadis biasa bernama Nijino Yurika. Untuk bisa melindungi kehidupannya di kamar 106 dan SMA Kisshouharukaze, keberanian untuk melakukan hal yang dianggap perlu pun membakar hebat di dalam diri Yurika. Bahkan saat-saat dimana Koutarou memukul kepalanya pun menjadi sumber keberaniannya.

"Kau cukup percaya diri juga...mari kita lihat seberapa lama kau bisa tetap seyakin itu", kata Maki yang mulai menyiapkan dirinya untuk bertarung.

Keberanian yang muncul dari Yurika yang biasanya selalu kabur...dia pasti sudah mendapat kekuatan yang betul-betul hebat...

Maki tidak merasa seoptimis yang diucapkannya dalam situasi itu, karena dia merasa bahwa dirinya tidak memiliki kemungkinan menang yang besar jika dia menimbang peningkatan kekuatan sihir Yurika dalam pertarungan nanti.

Dan pijakanku...tempat ini bahaya buatku...

Saat itu Maki berdiri di atas salju yang masih baru, dan dia akan bertarung menggunakan kombinasi sihir manipulasi pikiran dan bela diri. Sebaliknya, Yurika bertarung dengan mengandalkan mantra jarak jauh. Karena itulah Maki akan kesulitan bergerak jika dia tetap berada di atas salju yang baru itu. Dengan pemikiran itu, Maki memutuskan untuk memprioritaskan mendapat pelayan lebih dahulu.

Tapi, kabur bukanlah gayaku!

Namun, sebuah api mulai menyala di dalam mata Maki. Tidak peduli sudah menjadi seberapa kuat Yurika sekarang, harga diri Maki membuatnya tidak mau mundur begitu saja tanpa mengadakan perlawanan.

"Ini dia, Nijino Yurika!!" seru Maki yang mengarahkan tangannya ke depan.

"Maki-chan!?"

Respon Yurika sedikit lebih lambat dan dia mengulurkan kedua tangannya ke depannya.

"Datanglah, Nightwalker!"

"Datanglah! Angel Halo! Encyclopedia!"

Sebagai balasan dari panggilan mereka berdua, sebuah tongkat muncul di tangan kanan Maki dan dua buah tongkat lain muncul di masing-masing tangan Yurika, dimana Nightwalker adalah milik Maki sedangkan Angel Halo di tangan kanan Yurika dan Encyclopedia di tangan kirinya. Mereka berdua pun menggenggam erat tongkat mereka yang muncul melayang, lalu sama-sama mengangkat tongkat di tangan kanan mereka dan mulai berkonsentrasi.

Dia punya dua tongkat!?

Maki begitu terkejut dengan Yurika yang memiliki tongkat di kedua tangannya. Meskipun Maki yang membuat langkah pertama, rapalan mantranya sedikit lebih lambat karena rasa kagetnya, membuat mereka berdua merapal mantra di saat yang bersamaan.

"Costume Change - Modifier Quick - End - Permanent!"

Itu adalah mantra untuk mengganti pakaian mereka, membuat mereka diselimuti cahaya biru dan membuat pakaian ski mereka diganti dengan pakaian yang berbeda. Setelah cahaya biru itu menghilang, Yurika dan Maki masing-masing memakai pakaian sihir berwarna pink dan nila dan lalu saling berhadapan.

"And!"

"Apa!?"

Rapalan mantra Maki sudah berakhir, namun Yurika terus melanjutkan miliknya.

"Armed - Angel Halo!"

Setelah menyelesaikan mantranya, tongkat yang dipegang Yurika di atas kepalanya, Angel Halo, mulai memancarkan sinar jingga yang bisa menyelimuti tongkat itu. Setelah sinar itu menjadi sangat terang dan menutupi tongkat itu, sinar itu tiba-tiba terbagi menjadi beberapa bola cahaya dengan warna-warna berbeda.

"Dia mempersenjatai tongkatnya!?"

Sementara Maki masih kaget dengan kejadian itu, bola-bola cahaya itu terbang menuju badan Yurika satu demi satu. Ada yang ke kepalanya, ada yang ke dadanya, ke kaki dan ke tangannya. Setiap kali sebuah bola cahaya masuk ke salah satu bagian badannya, pakaian di area itu pun berubah bentuk.

Bola cahaya yang masuk ke kaki tangan dan dadanya berubah dan menambahkan dekorasi putih yang penuh kemilau. Bola cahaya yang masuk ke punggungnya berubah dan menjadi sayap seputih malaikat. Bola cahaya terakhir yang masuk ke kepalanya berubah menjadi apa yang bisa disebut sebagai halo milik malaikat. Berkat perubahan ini, keagungan dan kehebatan pun bisa terlihat dari pakaian Yurika yang sudah cukup terbuka.

"Gadis penyihir cinta dan keberanian ☆ Rainbow Yurika!"

Sementara badannya masih bersinar putih, Yurika mengayunkan tongkatnya yang lain, Encyclopedia, menggunakan kedua tangannya.

"Aku akan melindungi kedamaian kota ini!" seru Yurika sambil mengarakan tongkatnya pada Maki. Kuda-kudanya yang anggun membuatnya terlihat lebih kuat.

Rokujouma V8 147.jpg

"Jadi itu rupanya kekuatan barumu...", kata Maki yang kagum dengan penampilan baru Yurika.

Yurika sudah menyiapkan dua tongkat sihir, dimana dia mengikat kekuatan sihir yang besar ke salah satunya dan mempersenjatai yang lainnya. Saat mereka bertarung nanti, Yurika akan mencari celah untuk melepaskan kekuatan sihir yang diikat itu.

Kelihatannya kau sudah merencanakan ini dengan sangat bagus, Nijino Yurika!

Biasanya, seorang penyihir hanya bisa menggunakan beberapa mantra saja di saat yang bersamaan. Namun, dengan menggunakan alat-alat sihir yang kuat, jumlah mantra yang mereka gunakan pun bisa bertambah. Maki yakin bahwa Yurika akan menggunakan kekuatan dari kamar 106 dengan cara seperti itu.

"Tongkat baru itu kelihatannya tidak begitu kuat."

"Kekuatannya mungkin sepele, tapi semua tidak akan berakhir sama seperti sebelumnya!"

"Sepele...apa kau pikir aku akan percaya dengan hal itu?" ujar Maki dengan geram.

Kekuatan sihir yang begitu padat dari alat sihir kelas artifak, yang merupakan tingkatan tertinggi alat sihir yang sudah tidak ditemukan lagi cara membuatnya, mengalir keluar dari Encyclopedia. Maki menjadi geram dibuatnya karena hal itu disebut Yurika sebagai sepele.

Ah~, semoga gertakanku nggak ketahuan!

Namun, sebenarnya Yurika merasa gugup. Memang benar, bahwa tongkat yang didapatnya dari Koutarou memiliki kekuatan sihir yang begitu besar. Namun, seperti namanya, tongkat itu berfungsi seperti halnya ensiklopedia. Karena tongkat itu bisa mengeluarkan berbagai jenis mantra tanpa bergantung kepada penggunanya, kekuatan mantra yang dikeluarkan pun lemah dan dibawah rata-rata. Karena fleksibilitas dan lemanhnya kekuatan serang tongkat itu, Yurika lebih memilih untuk bisa menggunakan sihir di hadapan Koutarou dan yang lain daripada harus bergantung pada kekuatan Encyclopedia yang seperti itu. Kalau dia bisa menggunakan sihir dengan penampilan seperti ini, Koutarou dan yang lain tidak akan curiga dengan dirinya, dan karena Encyclopedia sendiri memendam kekuatan sihir yang begitu besar, tongkat itu juga bisa menjadi bahan gertakan untuk menyerang Maki. Itulah makna Encyclopedia bagi Yurika, yang simpanan mantranya sudah cukup banyak.

"Aku rasa aku akan coba saja...", kata Maki sambil mengambil ancang-ancang. Dengan tujuan lainnya adalah memastikan kemampuan Yurika, yang sudah menunjukkan kekuatan barunya, Maki harus memeriksa seberapa besar kekuatan baru yang sekarang dimiliki Yurika.

Kamu nggak boleh kelihatan lemah, Yurika! Aku juga udah lebih dewasa dikit dari yang dulu!

Yurika pun juga mulai menyemangati dirinya dan mengarahkan tongkatnya pada Maki.

"Sanctuary - Modifier - Effective Area - Colossal!"

Mereka berdua pun mulai merapal mantra untuk membuat orang tetap menjauh di saat yang bersamaan. Sudah menjadi hukum tidak tertulis bagi para penyihir untuk menggunakan mantra itu sebelum mereka saling bertarung, yang juga berfungsi sebagai penanda bahwa pertarungan mereka sudah dimulai.


Part 5[edit]

"Quick Cast - Accelaration!!"

Makilah yang pertama mulai bergerak. Setelah menggunakan mantra untuk meningkatkan kecepatan reaksinya, dia mulai bergerak mendekati Yurika.

Sudah kuduga, pijakanku ternyata memang tidak bagus!

Namun, seperti yang sudah diduganya, Maki tidak bisa bergerak secepat yang diinginkannya karena salju. Meski begitu, dia masih bergerak lebih cepat daripada manusia biasa, tapi hal itu masih memberikan Yurika kesempatan untuk menyerang.

"Multiple Energy Bolt - Target Option - Spread!!"

Mantra yang digunakan Yurika adalah membuat panah-panah sihir yang bisa menyerang sasarannya. Panah-panah sihir itu biasanya ditembakkan layaknya peluru senapan mesin, tapi Yurika mengubah efeknya agar mereka bekerja seperti layaknya shotgun. Hal itu dirasa perlu olehnya agar dia bisa mengenai Maki yang bergerak dengan lincah.

"Cih, Quick Cast - Anti Magic Shield!!"

Namun, Maki tidak akan menerima serangan itu begitu saja. Sebelum Yurika bisa menembakkan panah-panah sihirnya yang berpendar kemerahan, Maki membuat sebuah perisai kekuningan yang tembus pandang.

Tembakan-tembakan sihir Yurika mengenai perisai itu layaknya hujan. Karena Yurika membuat panah-panah itu dalam jumlah besar agar bisa terus menembakkan mereka, kekuatan serangannya menjadi lemah, membuat perisai yang dibuat oleh Maki bisa menghadang serangan panah-panah itu dengan mudanya.

"Tiny Memory Flash - Modifier - Touch Trigger!"

Maki pun terus maju menyerang dengan dilindungi perisainya. Di saat yang sama, tongkatnya mulai bersinar kenilaan. Sinar itu berasal dari keahliannya, yakni sihir manipulasi pikiran yang bisa membuat hilangnya ingatan jangka pendek. Maki memasukkan mantra itu ke dalam tongkatnya agar mantra itu bekerja saat tongkat itu mengenai sasarannya.

"Makan ini, Yurikaaaaa!!"

Saat Maki mengayunkan tongkatnya, perisai yang melindunginya pun menghilang. Dia tidak bisa menyerang sambil bertahan.

"Sekarang!!"

"Kyaaaaaaaa!!"

Tepat pada saat itu, salju dibawah kaki Maki tiba-tiba hancur, menyerang kakinya dan mengangkatnya. Rupanya, itu adalah mantra yang digunakan Yurika untuk mengendalikan salju dan menahan sasarannya. Namun, Yurika tidak merapal mantra apapun untuk menggunakan serangan itu. Rupanya, yang mengeluarkan mantra itu adalah tongkat baru Yurika.

Dia bisa menjalankan mantra tanpa harus merapalnya!?

Maki menjadi kaget dibuatnya. Dia sudah mengira bahwa Yurika akan menggunakan sihirnya sendiri dengan menggunakan tongkat baru itu, tapi dia tidak menyangka bahwa hal itu akan berjalan secara instan.

Tidak seperti Koutarou dan Kiriha, Yurika punya gambaran jelas tentang apa sihir itu. Karena itulah, dia tidak perlu mengatakan apapun untuk mengendalikan sihir pada tongkat itu. Itulah sifat asli dari Encyclopedia.

"Flame Lance - Target Option - Auto Homing!"

Sementara badan Maki masih berada di tengah udara, Yurika membuat tombak dari api. Sebuah mantra kedua dijalankan dengan segera setelah mantra yang pertama tadi, dan itu merupakan sesuatu yang seharusnya tidak mungkin terjadi. Tombak yang menyala kemerahan itu pun terbang dan mengarah menuju Maki.

"Aku akan kena!?'

Melihat tombak yang terbakar itu, Maki sadar bahwa dia tidak bisa menghindari serangan itu, dengan posisinya yang masih berada di tengah udara.

"Eei, kalau begitu!!"

Maki lalu mengarahkan tongkatnya ke atas.

"Energy Release!!"

Maki melepaskan sihir yang berada di dalam tongkatnya dan membuat sebuah ledakan kecil. Berkat angin ledakan dan gravitasi, Maki akhirnya bisa merubah sedikit arah jatuhnya. Tombak api yang menyerang ke arahnya hanya menggores badannya sedikit dan meninggalkan bekas terbakar pada kostumnya, dan terus melayang hingga menabrak tumpukan salju dan membuatnya meledak, melelehkan sisanya. Api besar yang tersisa pun terus menyala hingga menghabiskan salju di sekitar situ, membuat tanah yang terlihat menjadi terbakar.

Hampir saja! Kalau aku terlambat sedikit, aku pasti sudah kalah!

Sambil menyembunyikan rasa terkejutnya, Maki berguling di atas salju sebelum bangkit berdiri dengan cepat. Dia lalu kembali mengambil ancang-ancang lagi, tapi dengan sedikit rasa terkejut yang masih berada dalam dirinya.

Tak kusangka, dia akan memakai sihir seperti itu...

Artifak: alat sihir yang hebat yang dikatakan dibuat oleh Tuhan, yang cara membuatnya sudah tidak ditemukan. Karena banyaknya kekuatan sihir yang terpendam di dalam benda-benda itu, mereka digunakan sebagai alat penembak sihir untuk skala besar. Namun, tidak peduli seberapa kuat sebuah artifak itu, mantra yang diperlukan pun harus tetap dirapal. Hal itu berlaku untuk sebagian besar artifak yang diketahui oleh Maki. Namun, dasar perilaku untuk Encyclopedia milik Yurika ternyata jauh berbeda. Efek mantra yang dijalankan memang kecil, tapi dia tidak perlu merapal mantra ataupun berkonsentrasi. Dengan begitu, sihir bisa dikeluarkan kapanpun dia mau. Selain itu, Encyclopedia bisa digunakan secara berbeda dengan sihir yang digunakan oleh Yurika.

Maki menjadi tidak yakin akan mana yang jauh lebih berbahaya: sihir kuat Yurika yang membutuhkan rapalan mantra, atau sihir lemah yang bisa menyerang kapan saja. Namun, Maki tahu betul bahwa kedua hal itu sama-sama sangat berbahaya baginya.

Tongkat yang dikasih sama Satomi-san ternyata betul-betul hebat! Ini memang dibuat buat ngelawan penyihir!

Bahkan Yurika sendiri juga terkejut dengan hal yang sama seperti Maki. Awalnya, Yurika mengira bahwa Encyclopedia bisa dia gunakan sebagai alat untuk menyembunyikan dirinya sendiri. Namun, akhirnya sekarang Yurika sadar akan nilai sesungguhnya dari tongkat itu. Tongkat itu adalah sebuah artifak yang berjalan diluar nalar sehat para penyihir, yang bisa membuatnya menyerang pada saat-saat dimana musuhnya tidak punya kesempatan untuk menghindar maupun menghadang.

Tapi, aku nggak boleh lengah! Maki masih lebih jago daripada aku!, pikir Yurika sambil menggenggam erat kedua tongkatnya dan melotot ke arah Maki.

Yurika memiliki kekuatan sihir yang lebih banyak daripada Maki berkat Encyclopedia. Namun, jika masalah penggunaan mantra yang dibandingkan, Makilah yang lebih berpengalaman. Kalau Yurika menjadi terlalu bergantung pada tongkat barunya, dia pasti akan terkena serangan balasan nantinya.

"Hebat, Nijino Yurika. Tongkat itu begitu mengejutkan."

"Tapi, kamu masih bertahan, Maki-chan. Nggak ada gunanya kalau cuma bikin kamu terkejut", kata Yurika yang sudah tidak menunjukkan adanya celah.

Theia selalu bilang kalau aku selalu jelek pas saat-saat terakhir!

Berkat permainan-permainan yang selalu Yurika mainkan melawan Koutarou, Theia dan yang lainnya selama sepuluh bulan terakhir ini, Yurika mulai semakin lihai dalam menggunakan taktik dan akting di saat-saat penentuan tiba. Maki, yang menyadari hal itu, hanya bisa mendecakkan lidahnya.

Kau jadi lebih baik untuk berakting saat diperlukan, Nijino Yurika....kelihatannya keinginanmu memang sudah terwujud...

Dulu, Yurika selalu menunjukkan aura seorang murid biasa, tapi sekarang, tidak ada aura itu yang bisa terlihat pada dirinya. Maki bisa merasakan bahwa apa yang Koutarou katakan mengenai Yurika yang menjadi penyihir hebat adalah hal yang betul-betul tepat.

"Sudah cukup main-mainnya, Nijino Yurika."

Maki pun memutuskan untuk menjadi lebih serius. Kalau Yurika sekarang sudah menjadi cukup kuat untuk bisa disebut sebagai anggota Rainbow Heart, Maki harus menghadapinya dengan cara yang sesuai. Itu berarti, Maki harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk bisa mengalahkan Yurika, yang dalam artian lain Maki sudah menganggap Yurika sebagai lawan yang sepadan.

"Maki-chan!"

Yurika juga bisa merasakan bahwa suasana di sekitar Maki sudah berubah. Raut wajah Maki yang tadinya terlihat begitu percaya diri sudah berganti menjadi lebih serius, dan tatapannya menjadi lebih muram seperti pakaiannya yang berwarna nila.

"Nightwalker! Recall - Precast - Category Alpha!"

Sambil mengarahkan tongkatnya ke arah Yurika, Maki dengan lantangnya merapal sebuah mantra. Sebagai balasannya, badan Maki mulai terbungkus oleh cahaya yang berwarna-warni.

Tongkat baru Maki, Nightwalker, dilengkapi dengan kemampuan khusus. Seorang penyihir bisa menyipkan beberapa mantra sebelum bertarung dan menyimpannya di dalam tongkatnya, dan Nightwalker memiliki kemampuan untuk meningkatkan jumlah mantra yang disimpan. Dua mantra yang digunakan Maki saat berbicara dengan Koutarou pun merupakan mantra-mantra yang disimpan juga.

Saat ini, Maki melepaskan lebih dari sepuluh mantra sekali jalan, yang mana mantra-mantra itu meningkatkan kemampuan bertarungnya, kekuatan fisik, ketahanan tubuh, pandangannya dan kecepatan berpikirnya. Dengan begitu banyaknya mantra yang aktif dan menyelimutinya, mantra-mantra itu meningkatkan kekuatan asli Maki berlipat-lipat ganda.

"Tongkatnya..!?"

Namun, apa yang menarik perhatian Yurika bukanlah Maki, melainkan perubahan yang terjadi pada tongkatnya, yang diselimuti oleh cahaya merah dan nila yang lalu merubah tongkat itu menjadi sebuah pedang besar. Sihir merah yang memanipulasi energi fisik mengubah bentuk tongkat itu menjadi sebuah pedang, dan sihir nila yang mengendalikan energi mental menyelimuti tongkat itu, membuat tongkat itu menjadi sebuah pedang sihir yang kuat yang dibuat oleh Maki.

"Terima ini, Yurika!"

Rokujouma V8 159.jpg

Maki langsung melesat maju dengan kecepatan yang jauh lebih besar dari sebelumnya, berkat mantra-mantra yang sudah menyelimuti seluruh badannya. Jarak antara dirinya dan Yurika menjadi mengecil dengan cepat.

"Cepet banget!?"

Meskipun Yurika membidik Maki dengan tongkatnya, Maki bisa lolos dari bidikan itu dengan kecepatannya. Meskipun Maki sendiri diperlambat dengan adanya salju, Yurika tidak bisa mengejar Maki dengan matanya.

"Aku pasti bisa!"

Dengan semakin dekatnya jarak antara dirinya dengan Yurika, Maki merasa bahwa dia memiliki peluang untuk menang. Meskipun Yurika bisa menggabungkan sihir lemah yang instan dengan sihirnya sendiri yang kuat, dia tidak bisa menembakkan mantra apapun pada musuh yang tidak bisa dibidiknya.

Tidak kusangka, aku harus menggunakan ini untuk melawan seseorang semacam Yurika...

Kalau Yurika bisa menggunakan mantra kapanpun dia mau, Maki harus menyerang dengan menggunakan kekuatan dan kecepatan yang luar biasa. Hal ini bisa dilakukannya berkat banyaknya mantra yang sudah disiapkan Maki sebelumnya, tapi sebenarnya mantra-mantra itu disiapkan bukan untuk melawan Yurika.

Mantra-mantra itu disiapkan Maki bukan untuk melawan Yurika, melainkan Koutarou. Cahaya putih yang berubah menjadi pedang menjadi sebuah petunjuk bagi Maki, dan inilah cara Maki untuk melawan pedang itu. Karena pedang Koutarou mempunyai kekuatan untuk menghilangkan sihir, maka Maki harus menggunakan kecepatan yang luar biasa untuk menghindari serangan pedang itu sebagai kekuatan utamanya. Ditambah, karena Maki sendiri kalah dalam besarnya kekuatan sihir, pertarungan yang berlangsung dalam waktu yang lama akan membuatnya kalah. Itulah mengapa Maki ingin menyelesaikan pertarungan itu dalam satu serangan, dan itulah rencananya untuk mengalahkan Koutarou. Namun, kelihatannya rencana ini juga ampuh untuk menghadapi Yurika. Dengan begini, Maki bisa mengalahkan Yurika tanpa memberikan Yurika waktu untuk merapal mantra apapun.

"Maki-chan!?"

Yurika akhirnya melihat Maki yang berada di dekatnya.

"Terlambat!"

Namun, tepat pada saat itu Maki sudah mengayunkan pedangnya. Yurika lalu menggunakan tongkatnya untuk melancarkan mantra yang sama seperti sebelumnya dan mengendalikan salju di bawah kaki Maki. Namun, karena Maki sudah menjadi lebih cepat dari sebelumnya, dia menendang salju itu dan melompat tanpa kehilangan keseimbangannya.

"Haaaaaaaaaaaah!!"

"Kyaaa!!"

Karena dia tidak sempat merapal mantra apapun, Yurika hanya bisa menggunakan tongkat di tangannya untuk melindungi dirinya sendiri.

Pedang Maki dan tongkat Yurika pun bertubrukan. Yurika bisa menghadang serangan Maki yang hampir mengenainya. Di saat yang sama, Yurika menggunakan tongkatnya untuk merapal mantra berikutnya.

"Kau terlalu naif!"

Namun, meskipun situasinya masih seperti itu, Maki tidak segera menjauh dari Yurika dan justru menyiapkan serangan lanjutan.

"Gawat!?"

Alasannya adalah sihir yang tersimpan di dalam pedang Maki, yang menghapus beberapa detik ingatan orang yang terkena mantra itu. Mantra yang tersimpan dalam pedang itu mengalir melalui tongkat Yurika yang menyentuhnya dan mengenai Yurika.

"Huh...?"

Sesaat kemudian, Yurika tidak bisa melihat Maki.

Amnesia!?

Namun, karena Yurika pernah terkena mantra yang sama sebelumnya, dia tidak terlalu kaget dan langsung mulai mencari Maki untuk menjalankan serangan balasan.

"Haaiiaaaaaaaaaah!!"

Namun, Maki lebih cepat melancarkan serangannya, yakni menendang sisi tubuh Yurika. Karena dia berhenti berpikir sejenak karena pengaruh sihir manipulasi ingatan, Yurika menerima tendangan itu tanpa bisa membalas dengan mantra apapun. Tendangan Maki yang sudah diperkuat dengan peningkatan kecepatan dan kekuatan otot, ditambah mantra yang membuat sebuah ledakan saat terjadi sentuhan, membuat Yurika melayang dan jatuh terjerembab ke dalam salju.

"Kahah."

Suara penuh kesakitan pun keluar dari bibir Yurika. Namun, entah bagaimana, Yurika masih bisa bangkit berdiri. Kalau saja dia tidak mendarat di atas salju, yang berfungsi sebagai bantalan yang mengurangi luka karena jatuh, Yurika mungkin sudah tidak sadarkan diri setelah menerima tendangan yang kuat itu.

"Hebat sekali, kau masih bisa berdiri, Nijino Yurika! Seperti yang kuharapkan sebagai penerus Rainbow Nana!!"

Maki tidak mengurangi intensitas serangannya sama sekali, dan langsung mengambil ancang-ancang dengan pedangnya dan lalu melesat menyerang ke arah Yurika.

Aku harus cepat-cepat, waktunya sudah mau habis!

Maki tidak memperlambat serangannya bukan karena dia ingin mengurangi kewaspadaannya, tapi juga demi dirinya sendiri. Mantra-mantra yang sudah disiapkannya sebelumnya dan dijalankan sekaligus membutuhkan begitu banyak energi sihir agar efeknya terus bekerja. Sebagai bayaran atas kekuatan yang bisa melumpuhkan lawannya itu, Maki hanya bisa menggunakan kekuatan itu untuk waktu yang pendek.

"B-bagaimana caranya aku bisa nangkep Maki-chan!?"

Sementara Maki mendekatinya dengan kecepatan tinggi sambil terus berpindah-pindah tempat dan dirinya yang masih berusaha bangkit dari tendangan Maki, Yurika tidak mungkin bisa membidik Maki.

"Sudah tidak mungkin lagi! Karena aku sudah memperkuat diriku, kau tidak akan bisa menyerang!"

Maki bisa merasakan kemenangan yang sudah mulai tampak, karena Yurika masih kebingungan dengan pergerakan Maki dan tidak bisa menembakkan mantra apapun. Serangan Maki selanjutnya pasti akan memukul jatuh Yurika. Karena dia sudah yakin dengan hal itu, Maki tetap berjaga-jaga agar tidak menjadi gegabah dan mulai mengincar kelengahan Yurika.

Aku bisa apa!?

Sementara Yurika masih berpikir, Maki memutuskan untuk mendekati Yurika dalam sekejap. Yurika, yang merasakan pergerakan itu, dengan cepat berseru.

"Quick Cast - Anti Magic Shield!!"

Pedang Maki pun mengenai perisai yang dibuat oleh Yurika.

"Selamat, kau berhasil menghadangnya!"

Maki pun dengan cepat mengambil jarak dengan Yurika tanpa mencoba menyerang kembali. Tepat pada saat itu, salju yang menempel di tubuh Maki menjadi terbang di udara.

Huh....?

Yurika yang melihat hal itu langsung memperhatikan badannya sendiri, dan dia melihat bahwa salju juga menempel di badannya. Namun, jumlahnya tidak sebanyak yang menempel di badan Maki.

"Gitu ya! Aku bisa ngelakuin itu!!"

Setelah menemukan peluang baginya untuk menang, Yurika menjadi kembali bersemangat. Sambil merapal mantranya, dia memerintahkan Encyclopedia untuk menembakkan mantra juga.

"Kena kau!!"

Bagi Maki, inilah kesempatan emas baginya. Karena dia begitu yakin bahwa Yurika tidak akan bisa membidiknya, dia tidak peduli dengan mantra apa yang sedang dirapal Yurika. Malah, Maki betul-betul tidak memperdulikan pertahanan lagi.

Namun, Maki tidak akan bisa menyangka dua mantra apa yang akan dijalankan oleh Yurika.

"Quick Cast - Acid Cloud - Modifier - Effective Area - Large!!"

Yurika menjalankan mantra yang membuat sebuah awan asam yang kuat, dan mantra satu lagi yang dia jalankan dengan Encyclopedia juga membuat sebuah awan yang beracun. Jika dihirup, paru-paru orang yang menghirupnya akan langsung menyerap racun.

"Apa!?"

Maki begitu terkejut, karena Yurika membuat awan itu dengan Yurika sebagai titik pusatnya. Dengan begitu, Maki yang sedang melancarkan serangannya akan melompat langsung ke dalam awan itu.

"I-ini!?"

Kedua awan itu menghalangi pandangan Maki, membuatnya tidak bisa melihat Yurika dan mulai melukai tubuhnya.

"Guh, kah, t-tidak kusangka dia akan memakai rencana ceroboh seperti ini!! Tapi kalau begini, kita berdua akan-- tidak, tunggu!! Jadi itu rencananya!!"

Maki akhirnya sadar apa tujuan Yurika sebenarnya.

Karena Maki lebih banyak bergerak, dia akan menyentuh awan asam lebih banyak juga. Ditambah, karena dia yang lebih aktif, badannya akan membutuhkan lebih banyak oksigen, membuatnya lebih banyak menghirup udara yang sudah menjadi penuh dengan racun dan membuatnya menjadi lebih terluka dibandingkan Yurika. Terakhir, Maki menjadi tidak bisa melihat dimana Yurika berada dan tidak bisa menyerangnya.

Inilah cara menyerang yang Yurika dapatkan dari salju yang menempel di badan Maki. Kalau ada banyak salju yang menempel pada Maki, sudah jelas bahwa dia pasti akan terkena lebih banyak asam dan racun karena pergerakannya. Cara menyerang Yurika memang simpel, namun sangat efektif.

"Multiple Energy Bolt - Target Option = SPread!"

Namun, Yurika tidak berhenti menyerang sampai di situ saja. Yurika menembakkan panah-panah sihir di tempat dimana dia rasa Maki berada.

"S-sialan kau, Yurika!"

Maki dengan cepat mengelak. Meskipun kecepatannya menurun drastis karena asam dan racun, Maki tidak sepelan itu untuk sampai terkena serangan dari Yurika.

"Kuh, tidak kusangka kau sekuat ini!"

Namun, itulah tujuan Yurika. Karena Maki membutuhkan banyak gerakan untuk menghindar, dia pasti akan lebih terluka karena awan-awan itu. Badannya sudah dipenuhi asam dan lukanya sudah mulai parah, ditambah racun yang dihirupnya juga sudah mulai menyebar ke seluruh tubuhnya. Yurika sudah tidak perlu menyerang lagi untuk bisa melukai Maki, karena dia hanya perlu membuat Maki bergerak untuk membuatnya lebih terluka.

"Ugh!"

Maki hanya bisa menggertakkan giginya karena rasa sakitnya dan lalu melompat sekuat tenaganya, mencoba lepas dari jangkauan awan-awan itu. Jika dia tetap diam di tempat itu, maka kekalahanlah yang akan segera menjemputnya.

Aku tertipu! Tidak kusangka aku masih tidak bisa melawan Yurika setelah semua ini!

Maki memutar badannya setelah dia melompat keluar dari awan.

Akan sulit baginya untuk terus bertarung sambil terus menerima serangan dari asam dan racun, belum lagi dirinya sendiri yang sudah kehabisan kekuatan sihir untuk mengganti serangannya menjadi serangan jarak jauh. Tidak peduli mana yang lebih parah, Maki sudah berada dalam situasi dimana kemenangan sudah menjauh dari hadapannya.

Tapi, yang berikutnya tidak akan sama seperti ini, Nijino Yurika!

Maki mundur dengan rasa malu yang begitu besar. Kalau saja dia lebih mempersiapkan dirinya untuk bertarung melawan Yurika, Maki yakin bahwa dirinya akan menang.

"....Dia lari?"

Yurika lalu membatalkan mantranya setelah tidak ada serangan lagi yang mengarah padanya dan merasa bahwa Maki bergerak menjauh. Awan-awan itu pun menghilang dan Yurika pun bisa terlihat muncul dari tengah-tengah awan-awan itu.

"Nggak, kayaknya nggak deh...Maki-chan kayaknya ngelepasin aku karena dia nggak mau kita sama-sama luka parah..."

Yurika lalu bersandar pada tongkatnya dan menghela nafas lega, karena dia tidak berpikir bahwa dirinya sudah menang melawan Maki. Nyatanya, Yurika sendiri juga terluka karena awan asam dan racun buatannya sendiri. Kalau saja pertarungannya terus berlanjut, mudah untuk membayangkan bahwa mereka berdua akan sama-sama tumbang, tidak peduli siapa pemenangnya.

"Maki-chan bener-bener kuat...."

Setelah menghela nafas lega, Yurika mulai menggunakan sihir penyembuh untuk menyembuhkan badannya.

Kalau dia tidak memperhatikan bahwa Maki terkena salju lebih banyak daripada dirinya, Yurika pasti sudah kalah. Karena dia hampir saja menderita kekalahan dan berhasil bertahan, Yurika menjadi betul-betul merasa lega dibuatnya.

Tapi, tapi...

Namun, pada saat ini Yurika justru merasa ragu. Keraguannya itu bisa menggoyahkan alasan keberadaan Yurika itu sendiri.

"Tapi, tapi, apa gadis penyihir cinta dan keberanian pake asam sama racun...?"

Si gadis penyihir cinta dan keberanian ☆ Rainbow Yurika, memiliki kemampuan spesial membuat awan asam dan racun.

"Bukannya malah Maki-chan yang pakai pedang, yang lebih kelihatan kayak gadis penyihir...?"

Meskipun sudah mendapat perubahan tingkat kedua dan tambahan kekuatan, Yurika masih merasa bahwa dirinya telah kehilangan sesuatu yang penting sebagai seorang gadis penyihir.


Kembali ke Bab 3 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 5
  1. Gondola khusus untuk bermain ski, dimana para pemain ski akan naik lengkap dengan perlengkapan ski mereka dan bisa langsung melompat turun dari gondola untuk langsung bermain ski