Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 9 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Kondisi Coklat Semua Orang[edit]

Part 1[edit]

Senin, 8 Februari

Meskipun Clan sudah pergi, Ruth masih saja kebingungan. Sebagai hasilnya, latihannya menjadi sia-sia karena Ruth terus mengulangi kegagalannya. Kebingungannya pun terus berlanjut saat mereka berangkat ke SMA Kisshouharukaze, sampai membuat dirinya tidak memperhatikan pelajaran dan terus menatapi Koutarou.

Koutarou tentu saja tidak menyadari hal itu, dan saat jam istirahat siang tiba, Koutarou dengan santainya berbincang dengan beberapa teman sekelasnya.

"Jadi, Satomi, kira-kira kamu bakal dapet berapa?"

"Wah, jelas sama kayak kalian lah. Kalaupun dapet, paling cuma satu dua coklat temen."

Dengan dimulainya minggu kedua bulan Februari, Hari Valentine sudah muncul di akhir minggu nanti. Karena tanggal 14 adalah hari Minggu, coklat-coklat akan diberikan pada hari terakhir sekolah di minggu itu, yaitu tanggal 12 Februari. Hari ini baru hari Senin, tapi seluruh sekolah sudah dipenuhi pembicaraan soal Valentine.

"Kamu sih masih enak, Satomi. Coklat temenmu kan spesial."

"Huh? Maksudnya?"

"Nggak usah pura-pura deh!! Coklat temen dari Puteri Alaia tuh levelnya beda dari yang lain!! Bisa dibilang selevel sama coklat cinta beneran!!"

"Sakuraba-senpai ya...yah, ada benernya sih kalau dia baik dan punya rasa terima kasih yang bagus, tapi tetep aja itu cuma coklat temen. Aku nggak bisa ngasih detilnya, tapi dia lumayan terkenal."

"Jelas...dia kan puteri Alaia...pasti bakal banyak yang ngerebutin dia..."

"Apalah dia yang hanya mimpi semata...."

Namun, aliansi cowok tidak populer yang diikuti oleh Koutarou sedang berkabung. Mereka tidak punya pacar dan tidak baik dalam hal apapun, jadi sudah jelas kalau mereka tidak punya penggemar.

Jadi, bagi mereka Hari Valentine adalah liburan yang tidak mengenakkan. Karena itulah, pada saat-saat seperti ini, mereka akan berkumpul di pojokan kelas dan bersungut-sungut. Jumlah anggotanya ada delapan orang, dan mereka semua terlihat kesal.

"Dan, gimana bilangnya ya...aku mau Sakuraba-senpai buat jadi akrab sama orang yang betul-betul dia cinta."

"Ah, aku ngerti maksudnya. Memang pas sama peran tuan puteri Alaianya!"

"Jadi kita semua dapet satu atau dua coklat temen...kita semua di situasi yang sama, ya..."

"Soalnya si pengkhianat itu yang dapet semua coklat cintanya."

"Cih....Mackenzie si brengsek itu..."

"Semua itu salahnya!"

"Kalian tahu nggak? Kemaren-kemaren dia jalan sama cewek baru loh."

"Apa!?"

"Itu beneran, Satomi!?"

Aliansi itu akan selalu mengakhiri komplain mereka dengan membicarakan Kenji. Kenji memang keren, jago olahraga, tahu dengan trend fashion, perhatian, baik terhadap gadisnya dan nilai-nilainya bagus. Karena dia juga aktif di klub drama, orang sudah menduga kalau dia akan mendapat coklat cinta juga pada tahun ini. Berkat itulah, aliansi cowok tidak populer akan memperlakukannya dengan rasa iri yang begitu besar bagaikan musuh dari kehidupan yang sebelumnya. Tingkah yang menunjukkan rasa iri inilah yang menjadi alasan mengapa mereka tidak terkenal di antara kalangan para gadis, tapi rupanya para laki-laki itu masih terlalu muda untuk mengerti itu.

"Hei, Kou! Jangan ngomong yang aneh-aneh lagi kenapa!"

Tepat pada saat itu, Kenji memprotes dengan keras apa yang baru saja dikatakan oleh Koutarou, karena hal itu akan berarti masalah baginya.

"Kamu emang keterlaluan ya, Mackenzie-kun", kata Koutarou sambil meletakkan tangannya di bahu Kenji sambil tersenyum meledek.

"A-apa?"

"Aku lihat kamu kemarin jalan sama cewek ke cafe deket stasiun loh. Terus, gimana nasib cewek klub drama yang kamu deketin sampe sekarang?"

Saat Koutarou membisikkan itu, wajah Kenji langsung berubah menjadi pucat pasi dan mulai memikirkan alasan. Bahkan Kenji yang pintar sekalipun akan merasa resah dalam situasi ini.

"Dia cuma adik kelasku pas SMP dulu. Aku cuma ngobrol sebentar sama dia karena kita udah lama nggak ketemu. Bukan hal yang aneh-aneh kok."

"Oke, oke, kita anggap gitu aja ya, Mackenzie. Tahun ini emang lumayan keras buatmu sih..."

Saat Kenji masih panik, Koutarou tersenyum dan menepuk pundaknya berulang kali.

"Jadi, udah berapa banyak yang kamu tipu kayak gitu, Mackenzie?"

"Nggak gitu, nggak begitu kok!"

"Dasar hina!"

"Udah berapa banyak coklat cinta yang pengen kamu tilep semua sendiri, pengkhiatat!!"

"Aku nggak niat ngelakuin itu!!"

Aliansi cowok tidak populer langsung mengeluarkan rentetan serangan demi serangan pada Kenji. Melakukan itu akan membuat mereka mendapat lebih banyak hinaan dari para gadis, tapi justru karena mereka tidak memperhatikan hal itu yang membuat mereka menjadi aliansi cowok tidak populer.

"...Rasain tuh", ujar Koutarou yang terlihat puas sambil memakan sekeping kripik, yang rasanya juga sama memuaskannya.

Yang nggak sehat memang yang paling enak...

Karena Koutarou jarang mendapat kesempatan untuk memakan itu, Koutarou sudah menghabiskan beberapa hari ini menikmati rasa kripik kentang dan cola. Tepat pada saat itulah sebuah tangan yang langsing menjulur di depan Koutarou dan dengan santainya mengambil beberapa potong kripik dari dalam bungkusnya.

"Satomi-kun, aku bisa buatin kamu coklat cinta kalau kamu mau."

Setelah selesai berbicara, orang itu memasukkan kripik kentang ke dalam mulutnya, lalu tersenyum pada Koutarou setelah menelan kripik-kripik itu.

"Tapi, itu kalau kamu mau bayar bahan sama jasa pembuatannya."

"Tidak, terima kasih. Dan, jangan makan kripikku tanpa tanya dulu, Aika-san."

"Wah, enaknya...apa ini edisi spesial terbatas musim dingin, rasa kaldu? Mungkin nanti aku harus beli juga."

Nama dari si pencuri kripik kentang itu adalah Aika Maki, teman sekelas Koutarou yang belakangan ini sudah mulai akrab dengannya. Dia tidak peduli dengan peringatan dari Koutarou dan kembali menjulurkan tangannya untuk mengambil kripik kentang.

"Ah, hei!?"

"Fufu."

Jumlah kripik yang diambil Maki kali ini jauh lebih banyak dari saat pertama dia mengambilnya. Koutarou mencoba memarahinya lagi soal itu, tapi saat dia membuka mulutnya, Maki memasukkan kripik ke dalamnya dan apa yang ingin dikatakan Koutarou digantikan dengan suara kriuk.

"Tidak usah keras kepala begitu. Aku akan buatkan coklat yang bagus yang sesuai dengan harganya.

Karena Maki memasukkan sebagian besar kripik di tangannya ke dalam mulut Koutarou, jumlah yang tertinggal di tangannya menjadi tidak jauh berbeda dari jumlah yang diambilnya sebelumnya. Malah, Maki mengulurkan tangannya ke arah botol cola Koutarou.

"Mmmh."

Melihat itu, Koutarou menjadi tersedak dengan kripik di kerongkongannya. Dia kaget saat Maki ingin mengambil cola miliknya saat dia sedang sibuk menelan kripik, membuatnya harus menepuk dadanya berulang kali karena kesulitan bernafas.

"Nih, Satomi-kun."

"Mhhmmm."

Maki menyerahkan botol cola kepada Koutarou yang langsung ditenggaknya, membuat kripik yang menyangkut di kerongkongannya akhirnya masuk ke dalam lambungnya.

"Fiuh, selamat..."

"Kamu kayak anak kecil, Satomi-kun."

"Diem deh."

"Fufu."

Seteleha Koutarou meminum cola itu, Maki mengambilnya kembali dan ikut meminumnya seakan itu memang miliknya. Melihat itu, Koutarou ingin kembali protes, tapi karena Maki sudah menolongnya saat dia tersedak, Koutarou akhirnya membiarkan Maki berbuat sesukanya.

"...Hei, Kou."

Sebelum Koutarou tahu, Kenji sudah melihat ke arahnya dengan raut wajah antara kesal dan kagum.

"Hm?"

Koutarou, yang tidak tahu mengapa Kenji membuat ekspresi seperti itu, hanya bisa memiringkan kepalanya karena kebingungan. Sesaat kemudian, ada kripik kentang yang mengarah kepadanya dan Koutarou membuka mulutnya, dan Maki memasukkan kripik itu ke dalam mulutnya.

"...Nggak, nggak kenapa-kenapa."

"Wuapah iyah?"

Tapi pada akhirnya Kenji tidak mengatakan apapun. Koutarou, yang masih tidak sadar dengan apa yang diinginkan oleh Kenji, terus mengunyah kripik di mulutnya sambil memiringkan kepalanya sekali lagi. Tepat pada saat itulah Maki memanggilnya.

"Jadi, apa kamu mau coklatnya, Satomi-kun?"

"Kamu emang nggak ngerti ya, Aika-san", balas Koutarou sambil menggoyangkan jari telunjuknya ke kiri dan ke kanan.

"Yang kami mau bukanlah rasa coklat yang enak atau coklat yang menarik! Bukan coklat itu sendiri yang penting! Bener kan, temen-temen!" tegas Koutarou seraya melihat kembali ke arah aliansi cowok tidak populer, mengharapkan suara setuju dari mereka. Apa yang Koutarou inginkan adalah coklat cinta sejati, bukan coklat dengan tampilan menarik semata.

"Aika-san, aku pesen satu ya!"

"Aku juga!"

Namun, aliansi itu ternyata punya pendapat sendiri dan satu demi satu anggotanya memesan coklat dari Maki.

"Silahkan, silahkan! Tolong bayar lebih dulu ya!" seru Maki yang mulai mengeluarkan senyuman bisnisnya sambil menggunakan bagian belakang kertas materi pelajaran sebelumnya untuk menulis pesanan.

Rokujouma V9 043.jpg

"Ah, kalian pengkhianat!! Sudah sehina itu kah kalian!?"

"Mending dapet coklat daripada dapet malu. Aika-san, aku pesen satu juga ya."

"Aku pesen tiga, kalau bisa bikin bungkusnya beda."

"Kalau begitu, yang dua harganya ditambah ya."

"Tenang aja, soal harga nggak masalah."

"Oke, terima kasih banyak~!"

Coklat cinta bayaran buatan Maki ternyata laku keras. Dia menerima 20 permintaan dalam waktu sekejap dan masih terus menerima permintaan.

Kalau anggota aliansi itu tidak akan mendapat coklat cinta lewat cara biasa, mereka merasa lebih baik membayar Maki untuk mendapatkannya. Mereka ingin menikmati coklat buatan tangan yang begitu indah dan setidaknya merasa seperti sudah mendapat coklat cinta sejati. Aliansi itu sudah merasa begitu terpojok sampai harus melakukan hal itu.

"K-kalian..."

"Jadi, kamu sendiri gimana, Kou?"

"Nggak butuh!"

"Mending kamu beli aja. Bisa jadi ini kesempatan terakhirmu loh."

"Diem deh, Mackenzie! Kamu nggak ngerti perasaanku!"

Koutarou yang serius dan keras kepala tidak mau sampai harus membayar demi mendapatkan coklat cinta sejati. Ditambah dengan adanya Kenji yang tersenyum sinis dihadapannya, pilihan itu sudah jelas tidak mungkin bagi Koutarou.

"Justru kamu yang nggak ngerti..."

"Dasar kepala batu...kamu bakal rugi loh, Satomi-kun."

"Kamu diem deh! Bisnismu bergantung sama hati cowok yang polos!"

Sebagai hasilnya, kelihatannya Koutarou akan kembali menjalani Hari Valentine yang sepi.


Part 2[edit]

Koutarou terus berbicara dengan nyaring dengan teman-teman sekelasnya, sementara Ruth memperhatikannya sambil berpikir dalam-dalam.

Kalau aku melihatnya seperti ini, kelihatannya dia sama seperti sebelumnya...

Ruth mengambil kesimpulan bahwa setelah memperhatikan Koutarou sejak pagi, Koutarou terlihat tidak berubah banyak sejak dia dan Clan menghilang. Koutarou masih berbicara dengan ceria bersama teman-teman sekelasnya seperti biasa.

Tapi, tidak mungkin tidak ada yang berubah...

Namun, pasti ada suatu perubahan yang terjadi pada Koutarou. Kalau bukan itu yang terjadi, dia tidak akan mungkin menjadi seahli itu dalam menggunakan pedang dalam waktu sesingkat itu, dan hubungannya dengan Clan pasti tidak akan berubah.

Satomi-sama tidak akan mengatakannya padaku meski aku menanyakannya...

Saat Ruth bertanya pada Koutarou sebelumnya, dia hanya mendapat garis besarnya saja, tapi tidak dengan detailnya. Koutarou dan Clan terlempar ke dunia lain dan harus bekerjasama untuk bisa kembali. Selama itu terjadi, dia dan Clan menjadi teman. Itulah yang menjadi jawaban Koutarou setiap kali Ruth bertanya padanya. Ruth ingin mendengar ceritanya dengan lebih detail, tapi Koutarou tidak mau mengatakannya. Agar Koutarou mau membicarakan itu, Ruth perlu informasi yang penting. Itulah sebabnya Ruth mengamati Koutarou sepanjang hari, mencari informasi penting itu, tapi sampai sekarang belum ada yang sesuai dengan apa yang dicarinya.

"Hei Ruth, kamu sama Koutarou lagi kenapa-kenapa?"

Saat Ruth masih berpikir, Sanae muncul dihadapannya dengan posisi terbalik. Karena dia bisa terbang dengan bebas sebagai hantu, Sanae beristirahat dalam posisi itu sambil menghadapi Ruth.

"Kyaa!?"

Ruth terkejut dengan panggilan yang tiba-tiba itu, tapi saat dia sadar bahwa itu adalah seseorang yang dikenalnya, Ruth kembali tersenyum.

"O-oh, rupanya hanya anda, Sanae-sama."

"Wajahmu dari tadi mengeruuut terus, terus kamu melototin Koutarou dari pagi, kayak mau ngebunuh dia. Apa kalian lagi musuhan? Atau kamu lagi pura-pura jadi mata-mata?"

Karena Sanae bisa melihat energi spiritual, dia begitu sadar dengan perubahan emosi dalam diri seseorang. Karena itulah, Sanae menjadi yang pertama tahu kalau Ruth sedang memikirkan Koutarou.

"Uhm..."

Ruth bingung harus menjawab apa, tapi pada saat itulah dia sadar kalau Sanae mungkin tahu apa yang berubah dari Koutarou. Karena Sanae memperhatikan pikirannya, setidaknya ada kemungkinan kalau Sanae lebih tahu soal Koutarou.

"Bukannya kami sedang bertengkar, tapi...aku merasa kalau ada yang sedikit berubah dari Satomi-sama", jawab Ruth dengan hati-hati pada Sanae. Sebagai balasannya, Sanae berbalik dan melihat ke arah Koutarou.

"Oh, soal itu ya."

"Jadi, apa anda juga menyadarinya?"

"Ya."

Sanae berbalik kembali dengan senyuman di wajahnya. Seperti yang diduga oleh Ruth, Sanae sadar dengan perubahan yang terjadi pada Koutarou.

"Perasaan di dalam Koutarou berubah sedikit."

"Perasaan di dalamnya?" tanya Ruth yang bingung dengan penjelasan Sanae.

"Oh iya, maaf. Kamu tahu kan, kalau aku sering tidur di dalam Koutarou?"

"Ah!"

Kalimat itu sudah cukup bagi Ruth untuk mengerti apa maksud Sanae dan dia langsung menepukkan tangannya.

Karena Sanae tidak punya wujud fisik, dia bisa masuk ke dalam tubuh orang lain. Tubuh favorit Sanae tentu saja Koutarou, dan terkadang dia akan menyelinap masuk ke dalam tubuh Koutarou untuk tidur. Ruth sering melihat hal itu beberapa kali, dan dia mengerti apa yang Sanae akan katakan. Pemandangan dimana kepala atau tangan dan kaki Sanae yang menyembul keluar dari tubuh Koutarou bukanlah sesuatu yang akan segera lenyap dari ingatan Ruth.

"Rasanya masih nyaman, tapi rasanya jadi lebih luas dari sebelumnya."

"Lebih luas?"

"Yap", angguk Sanae sambil merentangkan tangannya untuk menunjukkan luasnya.

"Dulu, kalau aku masuk, rasanya sempiiit banget. Tapi sekarang rasanya ada tempat buat beberapa orang lagi."

Berdasarkan gerak-gerik Sanae yang berlebihan, ukurannya terlihat mirip dengan kamar 106. Dia mungkin merasa kalau hati Koutarou sudah meluas dari seukuran lemari kamar menjadi seukuran kamar 106.

Hati Satomi-sama sudah meluas, aku rasa itu berarti dia sudah menjadi lebih dewasa, atau dia sudah menjadi orang yang lebih hebat lagi...pikir Ruth yang mencoba mengartikan penjelasan Sanae.

Dulu, hati Koutarou hanya punya ruang untuk satu atau dua orang lagi. Namun, sekarang sudah ada tempat untuk lebih banyak orang. Itu berarti Koutarou sudah menjadi lebih toleran dan dewasa.

"Oh iya, kamu seharusnya tidur bareng juga sama Koutarou, Ruth."

"T-tidak, aku...anda tahu kalau aku tidak bisa meninggalkan tubuhku."

"Oh ya? Tapi rasanya hangat dan nyaman loh."

Dengan masuk ke dalam hati Koutarou, akan mungkin baginya untuk menemukan petunjuk baru. Saran itu dari Sanae terdengar menarik bagi Ruth, tapi Ruth tidak bisa meninggalkan tubuhnya. Karena satu-satunya cara untuk melakukan itu adalah untuk mati, Ruth hanya bisa pasrah.

Begitu juga, kelihatannya tidak salah lagi kalau ada sesuatu yang hebat yang terjadi pada Koutarou-sama dan Clan-sama...

Berkat Sanae, Ruth tahu kalau keahlian berpedang Koutarou bukanlah satu-satunya hal yang berkembang, dan Ruth tidak cukup optimis untuk percaya kalau hal ini terjadi tanpa alasan. Setelah berbincang dengan Sanae, keragu-raguan Ruth terhadap Koutarou hanya semakin mendalam.


Part 3[edit]

Bagi seorang gadis yang dikenal sebagai Sakuraba Harumi, Hari Valentine tahun ini punya makna lain. Itu karena Hari Valentine kali inilah dia pertama kali merasakan cinta, sesuatu yang hanya bisa dibacanya dari buku-buku semasa dulu. Tentu saja, kali ini bukanlah pertama kalinya Harumi mencoba membuat coklat. DIa sudah pernah membuat coklat untuk keluarganya dan untuk anak-anak di rumah sakit setiap tahunnya. Namun, ini adalah tahun pertamanya dia mencoba membuat coklat cinta sejati. Dan dengan itu, saat ini dia sedang menjalankannya dengan hati-hati agar dia tidak sampai membuat kesalahan.

Auuu, seharusnya aku membuat persiapan dari awal! pikir Harumi yang memandangi tumpukan permen di meja ruang klub dengan panik. Ruangan klub masih dingin saat memasuki pertengahan Februari, tapi Harumi tidak punya waktu untuk diam membeku. Sebagai hasilnya, rajutannya pun tidak berjalan dengan cepat.

Sebenarnya, Harumi tidak sadar kalau dia ingin memberikan coklat cinta sejati pada seseorang sampai baru-baru ini.

”Apa kamu mau ngasih coklat cinta sejatimu ke Satomi-san, Sakuraba-senpai?"

Harumi tidak menyadari kalau situasi yang dialaminya pada tahun ini sudah berbeda sampai Yurika menyinggung hal itu, karena Harumi hanya berencana memberikan coklat pada keluarganya dan anak-anak di rumah sakit saja pada tahun ini juga.

Saat ini Harumi tidak berani untuk menyatakan perasaannya pada Koutarou, namun karena batasan antara coklat teman dan coklat cinta sejati begitu tidak jelas, Harumi bisa menyatakan perasaannya dengan sungguh-sungguh. Karena itulah, Harumi begitu ingin memberikan coklat pada Koutarou, tapi dia tidak ingin sampai gagal. Harumi tentu saja ingin berjuang sekuat tenaga, tapi dia juga ingin membuat coklat yang diinginkan oleh Koutarou. Harumi tidak mau membuatkan Koutarou coklat hanya karena Harumi sendiri ingin merasa puas.

Harumi sudah menyelidiki rasa permen yang disukai Koutarou, namun karena Harumi baru menyadari hal ini kemarin, penyelidikannya belum begitu bagus. Dan karena Harumi tidak bisa langsung bertanya coklat jenis apa yang disukai oleh Koutarou, dia mulai panik.

"Oh iya, oh iya, kemarin, Mackenzie bilang ini pas kerja."

Koutarou, yang saat itu sedang merajut dengan bersemangat, berhenti sesaat saat dia meraih cangkir yang baru saja diisi teh yang masih hangat.

Bagaimana kalau sekarang...

Harumi memperhatikan gerakan tangan Koutarou. Jarum rajut dan rajutannya berada di atas meja, di tangan kirinya secangkir teh dan tangan kanannya sedang menjulur ke arah tumpukan permen yang ada.

Ini dia!

Harumi sudah menunggu sampai Koutarou melakukan itu, dan secara tidak sadar menahan nafasnya saat dia melihat kemana tangan itu mengarah.

"Dia mau kamu tampil di drama lain. Kayaknya kamu terkenal sampai ke luar sekolah."

Koutarou, yang masih sadar dengan niatan Harumi, mengambil sebuah permen dan memasukkannya ke mulutnya.

Satu lagi untuk coklat susu.

Harumi sudah membuat catatan dalam pikirannya tentang setiap permen yang Koutarou makan, yang mana kali ini permen yang ada adalah permen-permen dari coklat. Harumi sudah menyiapkan cemilan, dan selain kue beras dan kripik kentang, Harumi juga sudah menyiapkan permen dari coklat.

Jumlahnya ada tiga permen coklat yang punya rasa berbeda. Ada coklat susu yang manis dan enak dimakan, coklat pahit tanpa gula dan susu, dan coklat yang pahit manis di antara keduanya. Kali ini Koutarou mengambil permen coklat susu.

Saat ini, kelihatannya Satomi-kun lebih suka coklat susu...

Harumi diam-diam menyelidiki rasa kesukaan Koutarou seperti ini sejak minggu lalu. Karena Harumi tidak bisa bertanya langsung, Harumi akhirnya memakai cara yang rumit ini. Kalau Harumi hanya menyajikan coklat saja sebagai cemilan, dia merasa kalau niatnya akan ketahuan, jadi Harumi memastikan untuk menyajikan berbagai cemilan lain juga. Sebagai hasilnya, penyelidikannya memakan waktu yang lama dan Harumi mulai panik.

Itu artinya aku harus menggunakan coklat susu dalam bentuk yang unik...

Dari penyelidikannya, Harumi tahu kalau Koutarou suka permen yang dibentuk. Saat Harumi menyajikan permen yang dibentuk dan dibuat dari tepung, air dan sirup, mata Koutarou langsung mengincar itu dan dia memakan permen itu lebih dulu. Lalu, berdasarkan penyelidikannya hingga hari ini, Harumi tahu kalau Koutarou suka coklat susu.

Dan dengan itu, Harumi mulai memikirkan resep di kepalanya.

"Sakuraba-senpai, Sakuraba-senpai."

Saat Harumi masih menengadah ke langit-langit dan memikirkan resep, wajah Koutarou tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Y-ya!?"

Karena kaget dengan kemunculan Koutarou yang mendadak, suara Harumi menjadi melengking dan dia tersentak sampai-sampai dia hampir jatuh ke belakang.

"A-ada apa, um, S-Satomi-kun?"

"Kamu nggak merhatiin?"

"M-maaf, a-aku memikirkan hal yang lain..."

Harumi mencoba menenangkan dirinya dan meminta maaf pada Koutarou sambil tersipu malu. Dia tidak mau kalau Koutarou sampai membencinya karena hal seperti itu.

"Kukuku, Ahahahaha!"

Namun, Koutarou justru mulai tertawa. Usaha keras Harumi membuat alasan saat panik terlihat imut dan lucu baginya, membuat Koutarou tidak bisa menahan tawanya.

"S-Satomi-kun?"

Harumi pun kaget dengan reaksi Koutarou yang tidak terduga itu, dan itu justru membuat dirinya semakin lucu. Koutarou hanya bisa terus tertawa melihat Harumi.

"Wahahahaha, m-mukamu kenapa, Sakuraba-senpai? Hahahahah!!"

"Iiih, Satomi-kun!!"

"S-Soalnya, wahahaha, m-mukamu, mukamu bener-bener..!! Ahahahahahaha!!"

Harumi langsung sadar bahwa Koutarou sedang menertawakan wajahnya, tapi sudah terlambat baginya untuk menyadari hal itu. Koutarou terus tertawa sambil berusaha menarik nafas sesekali.

"....Satomi-kun, dasar jahil....hhhh...."

Wajah Harumi saat itu yang terdiri dari 50% rasa malu, 40% rasa sayang dan 10% kemarahan hanya membuat Koutarou tertawa semakin kencang.


Part 4[edit]

Sementara Koutarou sedang tertawa layaknya idiot, Sanae dan Yurika yang belakangan ini menjadi akrab sedang berada di supermarket dekat stasiun.

"Wow, coklatnya banyak banget~"

"Aku harap ada coklat yang bisa dipakai~"

Supermarket ini sedang mengadakan diskon spesial untuk coklat karena Hari Valentine sudah dekat. Mereka berdua, yang tidak pernah pergi berbelanja satu kalipun, pergi kesana dengan tujuan membeli coklat.

"Jangan pelit. Ini kan festival setahun sekali", kata Sanae yang dengan senang melihat satu demi satu coklat yang dipajang. Saat itu dia sedang melihat rak yang menampung produk-produk yang cukup mahal. Karena dia jarang sekali menggunakan uang, karena dirinya adalah hantu, produk-produk itu masuk dalam kategori barang yang bisa dibelinya dengan uang jajan yang diterimanya dari Koutarou. Satu-satunya saat dimana dia akan membelanjakan uangnya lebih dari yang diterimanya adalah saat membeli barang-barang yang berhubungan dengan anime. Karena itulah, Sanae berencana membeli coklat yang lumayan mahal.

Tapi, kalau kemahalan, nanti Koutarou malah nggak mau. Mending yang harganya segini aja...pikir Sanae yang sempat memikirkan untuk membeli coklat yang paling mahal, tapi pada akhirnya merubah pikirannya.

Dia berniat memberikan Koutarou coklat, dan saat Koutarou memakannya, dia akan bergelantung di punggung Koutarou dan ikut merasakan coklatnya. Jadi, kalau Sanae membelikan sesuatu yang tidak biasa Koutarou nikmati, Koutarou mungkin tidak akan begitu menikmatinya, dan rasa yang mungkin seharusnya enak itu tidak akan sampai pada Sanae. Dan Karena Sanae begitu menikmati energi spiritual yang dipancarkan Koutarou saat Koutarou bahagia, Sanae tidak perlu membeli coklat yang begitu mahal.

Pada akhirnya, Sanae memilih coklat Hari Valentine edisi terbatas yang sedikit mahal dari produsen yang terkenal.

'Dengan rasa lebih lembut dari yang sebelumnya orang tahu, yang akan sampai kepada dia yang spesial bagimu'

Kata-kata yang tertulis pada bungkus coklat itu rupanya cocok bagi Sanae.

"Tapi, tapi, biar aku beli coklat yang lebih mahal, itu nggak bikin kenyang, kan?"

Tidak seperti Sanae yang mengarah ke coklat-coklat yang paling mahal, Yurika mengarah ke coklat yang lebih murah. Mereka berpisah pandangan, dimana Yurika mengarah ke rak yang sebelah kanan sementara Sanae ke rak sebelah kiri.

Yurika hidup dengan menggunakan gaji yang didapatnya dari Folsaria. Namun, dengan nilai yen yang begitu kuat, dan karena gajinya dipakai untuk membetulkan bangunan yang dihancurkannya dulu, Yurika harus berjuang keras hanya untuk bertahan hidup. Walau begitu, dia tidak bisa berhenti membeli shoujo manga dan hampir tidak menyisakan uang sepeserpun. Kalau dia tidak diperbolehkan tinggal di kamar 106, mungkin dia sudah menjadi gadis penyihir gelandangan pertama dalam sejarah. Sebagai hasilnya, Yurika lebih tertarik dengan produk-produk di rak sebelah kanan.

Apa aku beli sepuluh coklat yang 10 yen, dua coklat 50 yen atau satu coklat 100 yen....aauuu~, beli yang mana ya....? pikir Yurika yang sedang menyiasati bagaimana dia akan membelanjakan 100 yen miliknya. Haruskah dia membeli banyak coklat yang murah, atau satu yang mahal, atau yang ada di tengah-tengah? Kalau Yurika sendiri yang memakannya, sudah jelas dia akan membeli yang paling murah. Tapi, kalau dia akan memberikannya pada Koutarou atau orang lain, Yurika merasa kalau tidak baik kalau dia memberikan coklat yang murah. Yurika pun terus berpikir keras, memikirkan beberapa cara untuk membelanjakan 100 yen miliknya, misalnya dengan membeli tiga buah coklat seharga 30 yen per coklat atau empat buah coklat seharga 10 yen per coklatnya.

"....Aku benci ini, aku benci jadi orang miskin..."

Karena Yurika suka membaca shoujo manga, dia menjadi begitu suka dengan Hari Valentine. Dia juga ingin bisa memberikan coklat yang besar pada laki-laki yang disukaonya. Tapi kenyataan prinsip pasar dan masyarakat modern berkata lain. Yurika hanya bisa menggenggam koin 100 yen miliknya erat-erat sambil menggertakkan giginya.

"H-Hari Valentine mending hilang aja...", ujar Yurika dengan air mata yang mulai muncul.

"Yurika, Yurika."

Tepat pada saat itulah Sanae mendekatinya sambil memegang coklatnya senditi.

"Fuee~"

Saat Yurika berbalik menghadap Sanae, Sanae menunjuk sesuatu di belakang Yurika.

"Itu bukannya yang kamu omongin kemarin-kemarin?"

"Eh, apa?"

Yurika lalu melihat ke arah yang ditunjuk oleh Sanae.

"Hwha!?" seru Yurika yang menjadi terdiam.

'Promo baru! Ramen rumput laut Kanto dengan kecap! Satu bungkus 78 yen.'

Di belakangnya adalah ramen yang sudah ditunggu-tunggunya - ramen instan dengan rasa baru.


Part 5[edit]

Sementara Sanae dan Yurika masih berada di supermarket, ada dua orang lagi yang berhubungan dengan kamar 106 tiba di tempat itu. Namun, mereka tidak menuju ke rak permen, tapi ke bagian produk yang berbeda.

"Kiriha-san, sebelah sini."

"Terima kasih sudah membantu, Shizuka."

Mereka berdua, Shizuka dan Kiriha, sedang berada di rak alkohol. Walau begitu, mereka tidak berniat membelinya untuk diminum. Mereka sedang mencari alkohol yang bisa dipakai untuk memasak.

"Ah, bukan apa-apa. Aku juga mau beli sesuatu kok."

Shizuka membawa Kiriha ke rak yang berisi alkohol, karena Shizuka sendiri juga ingin membeli alkohol untuk dipakainya.

"Sopi manis, sopi manis...ah, ini dia."

Shizuka rupanya ingin membeli alkohol untuk dipakai memasak. Meskipun dia bisa membeli alkohol biasa untuk memasak di toko alkohol di pasar, Shizuka justru ke supermarket untuk membeli sopi manis untuk membuat permen. Di supermarket ini, ada bagian spesial untuk alkohol yang dipakai untuk dimasak, dan pilihannya pun banyak. Shizuka lalu mengambil sopi yogurt - salah satu produk favoritnya yang hanya dijual di supermarket ini.

"Shizuka, apa yang akan kau buat dengan menggunakan itu?"

"Fufufu, sebenarnya aku berencana pakai ini buat bahan rahasia kue coklatku."

"Begitu rupanya, kue ya? Kelihatannya enak."

Kiriha yang pandai memasak langsung mengerti tujuan Shizuka, yang akan membuat kue bolu dengan campuran sopi yogurt dan dibalut dengan coklat. Dengan begitu, rasa bolunya akan meredam rasa coklat yang kuat.

"Yang stroberi juga bisa dipakai buat itu."

"Aha, aku punya beberapa sopi stroberi di rumah, nanti akan aku coba."

Mereka berdua terus bercakap-cakap soal memasak sambil berpindah sedikit, dimana alkohol yang dicari Kiriha berada.

"Brandy untuk memasak ada di sebelah sini."

"Nah, sekarang yang mana yang harus kupilih..."

Kiriha mengembalikan botol yang sudah dipegangnya ke rak barang dan membandingkan dua botol yang dibawakan oleh Shizuka. Pengalaman memasaknya berkata kalau kedua botol itu sama bagusnya.

"Sekarang kalau aku pikirkan soal itu..."

Pada saat itu, bayangan teman terbaik Kiriha terbersit di benaknya. Setelah tersenyum sekali lagi, Kiriha akhirnya mengambil keputusan.

"Aku akan pilih yang ini", kata Kiriha sambil memilih brandy yang bisa dipakai membuat coklat yang mudah lumer di mulut.

"Hmm...aku kira kamu bakal pilih yang ini", ujar Shizuka sambil menggoyangkan botol brandy kering di tangannya. Bagi Shizuka, Kiriha adalah seorang wanita yang tampak dewasa, jadi dia yakin kalau Kiriha akan membuat coklatnya sedikit lebih pahit.

"Aku merasa kalau ada baiknya coklatku nanti mudah dimakan kalau aku bagikan kepada yang lain."

Teman baik Kiriha punya preferensi rasa yang kekanakan. Meskipun Kiriha mengurangi rasa pahit coklatnya, teman baiknya itu pasti tetap akan menampilkan wajah masam dan berkata kalau itu pahit. Dengan begitu, Kiriha tidak perlu sampai membuat coklatnya punya rasa pahit. Itulah yang terbaik jika dia ingin memakan coklatnya bersama teman-temannya.

"Gitu ya...sekarang kalau kupikir lagi, tahun ini aku ada temen buat berbagi...", kata Shizuka yang terlihat bahagia, namun di saat yang sama juga terlihat sedih.

"Benar juga, orang tuamu..."

Shizuka kehilangan orang tuanya dan dia harus mengurus Rumah Corona sendirian. Hari ulang tahun, Halloween, Natal, Malam Tahun Baru, Valentine. Sementara dunia merayakan berbagai macam peristiwa, Shizuka tetap sendirian menjalani hari-hari itu.

"Ya. Tapi tahun ini aku punya kalian, benar? Itu sebabnya aku senang."

Namun, kehidupan Shizuka betul-betul berubah semenjak Koutarou pindah. Dia sekarang punya teman untuk menjalani hari-hari itu bersama-sama. Meski dulunya Shizuka menjalani hari-hari itu sendirian di kamarnya, itu sudah tidak terjadi lagi sekarang. Kalau dia menuruni tangga dan membuka sebuah pintu, akan ada banyak senyuman yang menunggu untuk menyapanya. Itulah sebabnya Shizuka membuat kue - untuk membuat senyuman-senyuman di kamar itu menjadi lebih cemerlang lagi.

"Meskipun aku tidak bisa jujur tentang itu....aku juga setuju soal itu", balas Kiriha sambil tersenyum dan mengangguk, karena dia juga merasakan hal yang sama seperti Shizuka.

Kiriha kehilangan ibunya saat dia masih kecil dan dia selalu merasa kesepian sejak saat itu. Dan karena dia adalah putri dari kepala suku, dia tidak bisa terlihat lemah. Jadi seperti halnya Shizuka, Kiriha juga senang bisa melihat senyuman-senyuma tulus setiap harinya.

"Fufufu, aku harus tutup mulut soal itu."

"Mohon bantuannya, aku juga harus memikirkan jabatanku juga."

Mereka berdua pun saling tersenyum dan mulai membahas coklat lagi.

Senyuman mereka, yang menjadi lebih ceria daripada sebelumnya, adalah bukti bahwa rasa persahabatan mereka telah tumbuh.


Part 6[edit]

Saat sebagian besar orang-orang yang berhubungan dengan kamar 106 bersiap-siap merayakan Hari Valentine, ada satu orang yang membalikkan pandangannya dari kemeriahan itu.

"Haah....."

Orang itu sedang duduk di sudut kamar 106 sambil memeluk kedua kakinya. Dan saat dia menopang dagunya di atas lututnya, dia akan menghela nafas panjang sekali demi sekali. Karena saat itu dia sedang menunduk, rambut emasnya menyembunyikan raut wajahnya saat itu. Namun, sudah jelas bahwa raut wajahnya saat itu tidak secerah rambut emasnya yang terawat.

Theiamillis Gre Forthorthe.

Dia adalah seorang gadis alien yang menyeberangi luar angkasa yang luas untuk menjajah kamar khas Jepang yang kecil ini.

"Kenapa...kenapa semuanya jadi begini..."

Suara lemah Theia dapat terdengar dari sudut kamar itu. Biasanya, dia akan terlihat penuh rasa percaya diri dan semangat yang kuat. Meskipun badannya kecil, keberadaannya selalu mengagumnkan. Tapi saat ini, rasa percaya diri maupun semangat itu tidak tampak sama sekali, dan keberadaannya pun menjadi lebih kecil daripada badannya yang sudah kecil.

Alasan mengapa Theia begitu muram adalah karena kekuatiran yang berada dalam dadanya yang kecil terasa sangat, sangat dalam.

"Awalnya....aku kira dia hanya manusia purba biasa..."

Saat Theia pertama kali datang ke Bumi, dia hanya merasa kalau orang-orang di bumi hanyalah kaum barbar primitif. Sebagai hasilnya, dia akan sering bertengkar dengan Koutarou dan para penjajah lainnya, membuat hubungan diantara mereka jauh dari kata akur.

Namun, seiring berjalannya waktu saat Theia dan para penjajah lainnya berlomba memperebutkan hak kepemilikan kamar itu, situasi yang dialami mereka semua menyentuh hati Theia, dan mereka mulai saling menghrmati. Sebelum Theia sadar, dia mulai merasa senang dengan hidupnya disini.

Saat di Forthorthe, Theia menghabiskan hidupnya dengan terus merasa waspada dan selalu bersikap politis. Baginya, waktu yang dijalaninya di kamar 106 tidak akan bisa digantikan.

Dan selama hari-hari itu berjalan, Theia sadar kalau dirinya sudah jatuh cinta dengan seorang pemuda bumi. Awalnya Theia menganggap pemuda itu hanya sebagai manusia purba dan mencoba menggunakan kekerasan untuk membuat pemuda itu tunduk padanya. Mereka sudah bertengkar, beradu tinju dan berdebat hingga saat ini. Hal itu memang masih terus berlanjut sampai sekarang, tapi alasan mengapa Theia melakukan itu sudah berubah.

Theia merasa senang bisa mengeluarkan perasaan yang sesungguhnya. Dia senang bisa diperlakukan sebagai orang yang setingkat, membuatnya mulai lupa bahwa dirinya adalah seorang tuan puteri.

Theia dan orang yang dicintainya masih akan terus bertengkar. Namun, Theia menganggap hal itu sebagai caranya berinteraksi. Sebelum dia sadar, rasa permusuhannya sudah menghilang, dan sekarang dia akan bertengkar untuk menyatakan kebahagiaan dan cintanya.

"Dia alien....tapi kenapa aku terus melupakan hal itu....aku tahu hal itu sejak awal..."

Namun, sekarang karena dia sudah sadar akan perasaannya sendiri, timbullah sebuah masalah. Masalah itu tidak lain adalah Theia sendiri yang seorang alien.

Meskipun orang itu akan membalas cinta Theia, dan mereka berdua menjalin hubungan, mereka berdua tetap saja dua orang yang terlahir dari dua planet berbeda. Hal itu akan menyebabkan banyak masalah. Selain masalah perbedaan spesies, posisi Theia juga merupakan masalah yang lain. Dan saat Theia melihat satu demi satu masalah yang akan timbul nantinya, dia menjadi mengerti betapa tidak mungkinnya hubungan itu akan terjadi.

"Dia dan aku....tidak akan pernah terhubung...."

Theia sudah jatuh cinta dengan seseorang yang tidak akan pernah bisa bersamanya.

Itulah kekuatirannya.

Meskipun kelihatannya simpel saat dijelaskan, itu bukanlah masalah yang mudah untuk diselesaikan.

"Haha...inilah yang kudapatkan karena aku begitu kelewatan dengan 'Ksatria Biru Theiamillis'...sang Ksatria Biru juga tidak pernah bisa berada bersama sang puteri juga..."

Sebuah tawa yang hampa keluar dari bibirnya bersamaan dengan mengalirnya air mata yang membasahi pipinya.

Dulu, Theia secara rahasia memberi gelar 'Ksatria Biru Theiamillis' pada orang yang dicintainya. Namun, sang Ksatria Biru tidak pernah bisa hidup bersama dengan sang Puteri Perak. Sang Puteri mencintainya, tapi sang Ksatria Biru tetap meninggalkan Forthorthe.

Dan seperti dalam legenda, Theia tidak akan pernah bisa hidup bersama Ksatria Birunya. Hanya itulah yang bisa dipikirkan Theia saat ini.

Setelah berada dalam hubungan tuan/pelayan yang cukup lama, Ruth sudah menyadari ada yang salah dengan diri Theia.

Belakangan ini Yang Mulia sudah bertingkah aneh...apa dia sedang menghadapi masalah lain? Aku penasaran...?

Namun, Ruth belum menyadari apa penyebabnya. Karena hubungan antara Theia dan Koutarou meningkat saat tamasya bermain ski, Ruth tidak berpikir kalau akan ada masalah yang muncul yang berhubungan dengan mereka berdua. Sayangnya, kekuatiran Theia tidak terpikirkan oleh Ruth sama sekali.

Begitu juga, kalau masalahnya bukan tentang Satomi-sama, mungkin aku tidak perlu mengkuatirkannya dalam-dalam. Sebagai pembuka, mungkin aku harus memberikan ini kepadanya agar dia senang...

Ruth sudah mulai membuat persiapan untuk membuat coklat demi diri Theia.

Saat dia tahu tentang Hari Valentine, Ruth ingin agar Theia ikut berpartisipasi. Dia yakin kalau Theia memberikan coklat kepada orang yang dicintainya, tuan dari Theia yang canggung itu pasti akan bisa menyatakan rasa terima kasih dan cintanya juga, dan hubungan mereka berdua akan semakin berkembang. Ruth juga berharap kalau proses itu juga akan membuat si tuan puteri yang sedang murung itu menjadi kembali ceria.

Tidak, mungkin aku harus lebih mengkuatirkan Satomi-sama...

Ruth yakin kalau Koutarou sedang menyembunyikan sesuatu. Sebagai hasilnya, Ruth tidak yakin apa yang akan dilakukan Koutarou kalau sampai ada sesuatu yang timbul. Intuisi Ruth, atau lebih tepatnya harapannya, berkata kalau tidak mungkin kalau Koutarou sampai menjadi musuh Theia. Namun, tidak baik kalau nanti semua berjalan ke arah yang tidak semestinya. Ruth juga khawatir soal Clan yang mengajak Koutarou bergabung dengannya, karena Ruth tidak ingin melepaskan rekan yang bisa dipercaya seperti Koutarou. Ruth memerlukan Koutarou untuk melindungi Theia bersamanya. Itulah sebabnya mengapa Ruth merasa Theia harus ikut berpartisipasi dalam saat-saat seperti ini, yang bisa membuat hubungannya dengan Koutarou menjadi semakin baik.

Karena itulah, Ruth membawa tas kertas penuh dengan bahan-bahan dan alat ke dapur di Blue Knight. Karena dia ingin menjaga rahasia soal pembuatan coklat bagi Theia hingga harinya tiba, Ruth tidak bisa membuatnya di kamar 106.

Tas yang dibawa Ruth begitu berat. Saat dia mengangkatnya ke meja dapur, mangkuk aluminium dan alat-alat masak lainnya saling beradu dan membuat suara gaduh. Namun, langkah Ruth begitu ringan dan membuat tas itu tidak terlihat berat. Setelah meninggalkan meja dapur, Ruth menopang dagunya dengan jari dan mulai berpikir.

"Sekarang aku tinggal membawa Yang Mulia bersamaku...tapi aku rasa lebih baik aku mengajaknya setelah makan malam."

Setelah makan malam, mereka semua akan mengadakan permainan biasa untuk hak kamar 106. Karena permainan itu akan berlangsung cukup lama, kalau mereka berdua akan membuat coklat, ada baiknya mereka melakukannya setelah bermain.

"Apa yang akan kumasak untuk malam ini...fufu, aku rasa aku harus membuat sesuatu yang biasa dan mempersiapkan coklat bagi Yang Mulia akhir minggu ini...."

Ruth membayangkan Koutarou yang memakan masakan malam hari ini. Dia suka melihat Koutarou yang menikmati masakan buatannya, apalagi saat Koutarou terus melahap masakan itu. Ruth juga suka melihat Theia saat makan, tapi untuk alasan yang berbeda. Itulah sebabnya Ruth selalu mengusahakan yang terbaik saat memasak.

"Kalau aku masak pepes ayam, tekstur dan rasanya harus bagus, lalu aku bisa fokus untuk kalorinya dan--"

Saat Ruth sedang melangkah di lorong yang mengarah menuju kamar, gelang di tangan kanannya mulai bergetar pelan.

"Oh?"

Itu adalah tanda bahwa gelang itu sudah menerima pesan. Ruth lalu mendekatkan gelang itu ke wajahnya dan mengakses informasi yang sudah terkirim.

"....Komunikasi hyperspace dari Pardomshiha?"

Ruth memiringkan kepalanya karena bingung saat melihat apa yang ditampilkan oleh gelangnya.

Artinya, Ruth mendapat pesan dari keluarganya.



Kembali ke Bab 1 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 3