Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 9 Kata Penutup

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Kata Penutup[edit]

Lama tidak berjumpa, ini si pengarang, Takehaya.

Dengan jilid ini, kita akhirnya kembali ke serial utama. Terima kasih sudah membelinya.

Pada jilid ini, legenda penjajah terkuat akhirnya terwujud dan mulai menjajah kehidupan normal Koutarou. Lebih detilnya, sebuah masalah yang tidak terduga muncul bagi Ruth dan di saat yang sama Hari Valentine semakin mendekat, jadi ini menjadi sebuah jilid yang punya isi beragam. Karena hal-hal ini, Ruth yang biasanya berada di bayang-bayang akhirnya mendapat sorotan.

Saat menulis jilid ini, aku punya sesuatu di pikiranku, dan hal itu adalah mengenai terjemahan.

Saat ini, ada dua terjemahan bahasa asing untuk Rokujouma no Shinryakusha, yaitu versi Taiwan dan versi Korea Selatan. Ada pembicaraan kalau ada versi lain akan ditambahkan atau tidak, tapi aku sudah mulai memikirkan soal kedua bahasa ini.

Di versi Jepang, para karakternya bisa dikenali dengan bagaimana cara mereka menyebut diri mereka sendiri, dan di bawah ini adalah cara bagaimana mereka biasanya memanggil diri mereka sendiri:

Ore----------Koutarou

Atashi-------Sanae

Warawa-----Theia

Watashi-----Yurika

Waga--------Kiriha

Watakushi--Ruth

Oira----------Para Haniwa

Selain itu, mereka juga bisa dikenali dengan apa yang mereka bicarakan dan juga nada bicara mereka. Dengan begitu, kalian bisa tahu siapa yang sedang berbicara.

Tapi, ada pertanyaan yang muncul di pikiranku beberapa hari lalu. Apa hal ini bisa tersampaikan dengan baik kalau diterjemahkan dalam bahasa lain?

Aku yakin bahasa Inggri bisa menjadi contoh yang mudah. Dalam bahasa Inggris, semua subjeknya menyebut diri mereka sendiri dengan kata "I". Sebagai hasilnya, Sanae, para Haniwa dan semua orang lain akan menyebut diri mereka sendiri dengan panggilan "I" dan sulit untuk membedakan mereka.

Terlebih lagi, bahasa Inggris tidak punya variasi nada bicara antara jenis kelamin dan status sosial seperti halnya di Jepang. Meskipun ada perbedaan saat sebuah kalimat betul-betul diucapkan, dan diekspresikan lewat bahasa tubuh, hal itu tidak akan bisa tersampaikan dengan baik hanya dengan tulisan saja. Jadi, pada novel bahasa Inggris terkadang ada yang namanya dialek dan penyingkatan.

Tapi ini bukan soal bahasa mana yang lebih bagus, hanya soal perbedaan cara komunikasi saja. Dari sudut pandang seorang pengguna bahasa Inggris, bahasa Jepang pasti terlihat seperti bahasa yang paling tidak efisien, karena mencoba menyampaikan segala sesuatunya lewat kata-kata, daripada menggunakan ekspresi dan bahasa tubuh. Dibandingkan dengan orang-orang negara barat, orang-orang Jepang punya wajah yang datar, jadi kami membuat bahasa yang tidak memerlukan hal itu. Sebagai hasilnya, kami mempunyai bahasa yang mempunyai berbagai varian kata.

Jadi, bagaimana tampilan novel ini untuk versi Taiwan dan Korea Selatan? Aku punya beberapa versi dari mereka sebagai sampel, tapi karena aku tidak ahli dalam kedua bahasa asing itu, aku tidak bisa membacanya. Tapi, aku yakin bahwa perbedaan semacam ini ada banyak. Jadi, aku bisa membayangkan para penerjemah yang berusaha keras di balik layar untuk mengisi perbedaan-perbedaan itu.

Jadi, sebagai kesimpulan untuk apa yang ingin aku katakan...aku sangat berterimakasih kepada para penerjemah, dan aku harap kita bisa bekerjasama di masa depan juga.

Kata penutup ini punya empat halaman (yang aku rasa akan berubah tergantung hasil terjemahannya. Ternyata cukup sulit juga), jadi aku akan mengucapkan sampai jumpa untuk saat ini.

Aku ingin berterima kasih pada bagian editorial yang menerbitkan novel ini, kepada Poco-san yang selalu berhasil membuat ilustrasi hebat untuk cerita-cerita aneh yang aku tulis, teman-temanku yang selalu mengajakku minum kapanpun aku kesulitan, dan bagi kalian yang sudah membeli novel ini.


Dengan begitu, sampai kita berjumpa lagi di Jilid 10.


Januari 2012, Takehaya.


Kembali ke Bab 8 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Ilustrasi Jilid 10