Saenai Heroine no Sodatekata (Indonesia):Jilid 2 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Menjenguk itu, event rute tersendiri kan ?[edit]

Ketika tersadar, aku terlempar di tengah cahaya putih.

Membiarkan silau dan sakitnya untuk beberapa saat berkelip di mataku, secara perlahan menyesuaikan dengan dunia putih.

......aku sadar itu adalah pencahayaan berlebihan di area perbelanjaan.

Apalagi sepertinya aku ditinggalkan sendirian di toko baju yang penuh dengan para gadis dan pasangan.

Kenapa, aku di tempat seperti ini......?


'Ah, apa anda mencari sesuatu ~ ?'


Lalu, pria berambut coklat yang sepertinya penjaga toko dengan jelinya menemukanku yang kebingungan itu, berbicara denganku dengan terus terang dan aneh.

Saat itu, kali ini bukan hanya mataku, seisi kepalaku juga berwarna putih......

Tidak, sebenarnya, aku tidak mencari apa-apa.

Makanya jangan mendekatiku, jangan mengajak berbicara, jangan melihatku dari atas ke bawah seperti meremehkan.

Jangan mengamati pola kemeja, jangan memastikan satu-satu sampai cara kerah berdiri.

Seburuk itu kah memasukkan kaus oblong dalam celana panjang ? Hari ini tidak disengaja loh.

Pokoknya kalau dipikir dengan tenang, cocok atau tidak gayaku sekarang ya cocok saja.

Apa ? Salahkah menyebutnya celana panjang ? Aku kan hanya mengikuti gaya bicara yang sama dengan orang tua.

Oi, hanya karena aku membawa tas di punggung jangan mengubah sikap dengan jelas.

Lalu, jangan menentukan selera seseorang dari sepatunya. Karena kurasa nyaman ketika memakai ini.

Berisik, jangan memanggilku tuan. Apa kalau aku wanita ia akan memanggilku nona ?

Panggil aku dengan benar, tuan Aki atau tuan Tomoya. Tuh, dengan cepat jadi seperti otaku kan.


Graarrgh, sampai kapan aku berada di tempat seperti ini ?! Kembalikan aku ke kamarku sebelumnya !


※ ※ ※


"~~~h !"

Entah bagaimana setelah itu, saat tubuhku yang terbantai di aula gaya barat ditemukan, aku terbangun dari mimpi mengerikan itu.

Aku membuka mata, saat berteriak tanpa suara, merah menguasai dunia.

Membiarkan silau dan sakitnya untuk beberapa saat berkelip di mataku, secara perlahan menyesuaikan dengan dunia merah.

......aku sadar itu hanya matahari terbenam yang bersinar dari jendela.

Jadi begitu, sudah petang.

Artinya, siang aku tidur terus-terusan kah ? Padahal sudah Sabtu, tapi malah menyia-nyiakannya seharian.

......tidak, sebenarnya yang jadi sia-sia apa-apa bukan aku.


'Ya, baiklah kalau seperti itu. Mau pergi kapan pun tidak masalah sebenarnya'

'Karena panas, jangan kebanyakan pakai AC ya. Lalu sering-sering minum air ya ?'

'Kalau begitu, semoga cepat sembuh'


Hari ini, aku sudah melakukan hal buruk pada Katou.

......bukan saatnya untuk mengalirkannya dengan mudah semacam itu.

Meski berjanji untuk kencan dengan terpaksa pas sudah harinya malah ditinggalkan, levelnya pasangan yang sudah bosan di tahun ketiganya pun akan berpisah......

Tidak, itu contoh yang buruk. Levelnya pasangan baru dalam bulan ketiganya pun akan berpisah.

"Panas......"

Suara jangkrik yang sudah mulai mengerit, suara tiupan angin AC, suara pena dengan mulusnya menggores......

Di tengah kamar yang tenang, hanya beberapa macam suara kecil seperti itu yang bergema.

Kugoyangkan kepala yang masih linglung, saat sedikit kembali ke kenyataan, aku langsung sadar kalau dalam mulut terasa kering kerontang.

Padahal memakai AC, namun kaus oblong yang kupakai lumayan lembap dengan keringat.

Entah bagaimana nampaknya panasku masih belum turun, seluruh tubuhku lesu, tenggorokanku yang haus panas.

"Mau kuambilkan minum?"

"Ya, aku mau cola"

"Baiklah......"

Dengan lambat aku bangun dari tempat tidur, keluar dari kamar.

Menuruni tangga sembari menahan kepala yang masih melayang-layang, memasuki dapur.

Walau kucoba mengintip ke ruang keluarga, seperti sudah diduga orang tuaku tetap tidak ada di rumah.

Karena tidak ada pilihan lain, aku sendiri mengeluarkan nampan dari lemari, membuka kulkas mencari minuman......

"............?"

Tanpa mengambil apa pun aku bergegas menutup kulkas, keluar dari dapur.

Terus langsung berlari menaiki tangga, dengan kekuatan yang jauh berbeda dari saat turun.

Kemudian dengan kekuatan itu membanting pintu kamar......

"Kenapa kau ada di siniiii ~ !?"

Kuteriaki gadis berambut pirang berbaju olahraga yang tengah berusaha keras membuat ilustrasi dengan konsentrasi penuh di mejaku.

"Ah, minumannya letakkan di sana. Khawatir kalau naskahnya basah"

"Apa kau tidak merasa yang dikhawatirkan saat ini itu masuk ke rumahku seenaknya dan tanpa alasan apa pun menggambar naskah !?"

"Mau bagaimana lagi. Berapa kali kubunyikan bel om dan tante tidak keluar, kau ya kau, tidak bangun-bangun"

"......lalu, soal naskahnya ?"

"Yaah, itu ya itu, ini ya ini......pokoknya karena aku sendiri punya batas waktu tiap bulan, kau tidak perlu mengatakan hal-hal sedingin itu kan ?!"

Eh ? Sepertinya memalukan, yang harusnya marah itu aku tahu ?

Pertama-tama, normal kan kalau datang lagi jika tidak ada yang keluar setelah membunyikan bel ? Mbak tetangga.

Tidak, sebelum itu......

"Jadi, kenapa kau datang ke sini, Eriri ?"

"Tidak ada apa-apa"

SaeKano vol02 ch02 01.jpeg

Walaupun akhirnya penutupan negeri selama 7 tahun telah dicabut baru-baru ini, namun aku tidak mengira hubungan diplomatik telah dipulihkan hingga bisa memasuki rumah tanpa alasan apa pun......

Apalagi, pada hari libur yang dinantikan.

Pokoknya harusnya aku pun berangkat kalau tidak panas......ah, mungkinkah.

"Barangkali kau men......"

"Tidak mungkin !"

"......paling tidak tolaklah setelah aku sampai mengatakan 'jenguk' dong ?"

Mengantisipasi sampai sejauh mana orang ini ? Atau jawaban itu karena sepenuhnya tahu soal aku sakit.

"Tempo hari, kau telah membantuku buat naskah event kan. Aku hanya berterima kasih untuk itu"

"Ah, aaah......yang bulan kemarin"

"Lihat, yang kuletakkan di sana, terimalah"

Ketika kulihat lagi ke atas meja, memang di sana terdapat bingkisan kertas yang dibungkus secara sederhana.

"Kalau akhirnya kau memberikan barang, tidak apa-apa kan kalau kusebut menjenguk"

"Apanya yang tidak apa-apa ! Berterima kasih adalah tata krama yang wajar bagi manusia, menjenguk adalah event flag bagi anak perempuan, ada perbedaan kesadaran yang tidak dipendam di sana !"

"O, oooh......"

Apa pun yang dikatakan, orang ini juga diwarnai otak galge yang sama sepertiku ya.

Yah, tapi ada perbedaan pendapat mengenai siapa yang mewarnai.

"Yah, untuk sekarang terima kasih......oh, persik kalengan, jadi kangen"

"Ya kan, kutemukan di lantai bawah swalayan dan tanpa pikir panjang kubeli"

"Lalu......eh, oh, ini blewah kan ?"

"Kau tidak suka ?"

"Tidak, aku jarang memakannya......atau maksudku terlalu mahal sebagai terima kasih untuk bantuan sejauh itu"

"Kalau begitu tenang saja. Soalnya ini tepat diambil dari hasil penjualan event sebelumnya"

Itulah masalahnya kan......makanya ini borjuis.

"Terus, emm, pisang, apel......sepertinya banyak buah-buahan ya"

"Soal itu, aku hanya minta isikan sekenanya saja dengan fruit parlor"

Memangnya kalau mengkhawatirkan barisan produk yang sangat terlihat menjenguk itu salah ya ?

Lalu, setelah mengambil semua buah-buahan itu, yang terakhir dari bawah bungkusan kertas, terlihat bungkusan bubuk halus berwarna mencolok yang cukup aneh.

"......Cit**n soda[1] ?"

"Ya, katanya diproduksi ulang dalam waktu terbatas"

"......kenapa benda seperti ini ?"

"Itu juga membuat kangen kan ? Sewaktu kecil, apa kau tidak membawanya saat piknik ?"

"Ah, benar-benar membuat kangen. Nah sekarang juga aku akan membuatnya jadi jangan sungkan-sungkan meminumnya"

"Aku tidak ingin bongkahan pewarna buatan itu. Bukannya sudah kukatakan aku ingin cola ?"

Walau yang sakit itu aku tapi apa wanita ini tidak bisa puas kalau tidak menggangguku sekali saja......


"Hei, apa panasmu sudah turun ?"

"Masih sekitar 38 derajat"

Saatnya kembali ke topik utama.

Dengan ini dan itu, setelah menyajikan barang jengukan selayaknya, kami menghabiskan waktu senja.

Apalagi yang menyiapkannya seakan-akan hal yang lumrah yaitu orang sakit, aku.

Bagaimana pun juga, tidak mungkin menyerahkannya kepada penjenguk ini. Selain jari-jarinya, mengenai penglihatannya juga..

"Tetappi, masuk anginmu itu ya......biar salju pun turun gara-gara itu pasangan di suatu tempat tidak seharusnya berpisah"

Sembari menghamburkan sinismenya yang biasa Eriri meminum cola.

Ngomong-ngomong, gelas Eriri adalah gelas karakter kedua 'Ano Yuki no Prism' versi 'Mariko Migiwa', dan punyaku versi 'Ui Amame' gelas karakter pertama dari karya yang sama, masing-masing karakter rekomendasi yang penuh dengan pertimbangan.

"Kh ! Uhuk-kuhuk ! Memang ini tidak bisa diminum Tomoya !"

"Tidak apa-apa, dibanding saat meminumnya, saat membuatnya juga bencana......"

Ya, aku, baru saja beberapa saat yang lalu mendapat pelajaran bahwa 'Sebaiknya bubuk Cit**n soda tidak dimasukkan ke dalam cola'.

Akibat kolaborasi mengagumkan bubuk jus dan cola yang keduanya asam karbonat, kain lap, karpet, dan meja jadi berwarna hijau tua......

"Pokoknya, sudah sepuluh tahun sejak terakhir kau terbaring di tempat tidur kan ? Pastinya sebelum itu......"

"Ingatan itu dalam jarak tujuh tahun sama sekali hilang. Apa pun yang kau katakan, aku tidak sekuat itu tahu"

"......begitulah"

Obrolan yang sedikit mulai berjalan menghilang begitu saja. Terutama karena aku.

Masalahnya karena kami ketika melampaui level sebentar, tidak ada interaksi dalam waktu yang lama, tidak bisa mengangguk dengan patuh walau mengisahkan cerita lama sekarang.

Yah, kalau mengatakan hal yang sebenarnya juga, memang selama sepuluh tahun ini aku tidak masuk angin, tapi menjengkelkan mengakui soal itu.

Tentu sepuluh tahun sebelumnya itu......di sisiku yang terbaring karena gondok, adalah gadis Inggris seperti boneka Perancis (Sinisme terbaiknya orang Jepang) dengan ekspresi seperti menangis menatapku, rasanya.

"Itu mengingatkanku, dulu kau sering masuk angin kan. Dalam sebulan kira-kira sekali tidak masuk sekolah......"

"Hal itu dalam jarak tujuh tahun sama sekali hilang. Sekarang aku sepenuhnya segar bugar pun kau tidak tahu ya"

"......yeah"

Wajah Eriri Spelunker[2] Sawamura (Salah satu di antara 17 nama panggilan) saat itu, sudah tidak ada lagi pada ia yang sekarang.


"............"

Langit senja sampai beberapa saat yang lalu tanpa disadari sudah berwarna gelap.

Suara jangkrik akhirnya berhenti, angin AC bertiup tanpa perubahan, kemudian, suara pena pun......

"............"

Akhirnya, setelah kesunyian yang cukup canggung beberapa saat lalu pun, Eriri tidak menunjukkan tanda-tanda akan pulang.

Terus membelakangiku yang tiduran dengan tenang di tempat tidur dan menjalankan pena dengan mulus.

Seperti dari awal tidak ada aku sama sekali di tempat ini......padahal ini kamarku.

"......Ngomong-ngomong, Eriri"

Memang aku yang sudah jemu dan bosan, sekali lagi bicara ke punggung itu dan mengincar kesempatan.

"Apa ?"

Entah ia juga menunggu kah, dengan posisi yang canggung ia membalas sekenanya.

"Apa kau pernah kencan ?"

"Srrrk"

Detik berikutnya, terdengar suara kertas yang robek tertusuk pena.

"Aaaaaaaaa ~ !!"

Langsung dilanjutkan teriakan setengah mati Eriri......nampaknya entah bagaimana cukup berlanjut. Kasihan.

"Ke, ke, ke......"

"Segitu terkejutnya kah dengan pertanyaan itu ?"

"Sekarang kalau menggunakan kata usang macam kencan itu siapa pun akan tegak bulu kuduknya ! Apalagi dari otaku jijik sepertimu !"

"Justru karena otaku jijik tidak punya pengetahuan soal itu jadi memakai kata usang. Lalu sekarang disebut apa ?"

Aku tidak ingin disebut otaku jijik oleh orang yang menggambar naskah doujin ero dengan rajinnya dengan pakaian olah raga Sabtu malam di rumah otaku jijik, tapi karena kalau membahas di situ ceritanya akan jadi terlalu rumit, aku yang puas menerima kritikan merasa dewasa.

"Pokoknya yang menanyakan seorang gadis punya atau tidaknya pengalaman semacam itu adalah otaku jijik yang tidak bisa membaca suasana !"

"Sudah hentikan soal otaku jijik ya. Maksudku karena cara menyingkat yang aneh itu istilahnya jadi semakin tidak pantas loh"

"A-ataukah ini ajakan tersirat ? Itu permintaan maaf atas yang sebelumnya ? Jangan lari dari ujung ke ujung !"

"Siapa yang mengajakmu......atau akan kutolak lebih dahulu, tapi karena ini bukan balasan tipikal tsundere, jangan salah paham ya"

Sambil mengatakan itu, aku memerahkan pipi dan menghadap ke arah lain......tidak, menjijikan.

"Lalu dengan siapa !? Karena ibu tidak akan marah tolong katakan dengan jujur !"

"Aku tidak kenal dengan ibu yang benar-benar tidak marah yang mengatakan itu"

"......Katou ya ?"

"Sama sekali bukan ! Aah ~ karena tidak ada perkembangan akan kuubah gaya bicara"

Walau sebagian benar tapi keseluruhan salah, akan kutolak total (secara keseluruhan).

Lihat, aku dewasa kan.

"Yang ingin kudengar itu......masalah manusia, sebaiknya bersikap bagaimana kalau tandang"

"......tandang ?"

"Dengan kata lain seperti pergi ke tempat atau ketika dipojokkan dalam situasi yang ia tidak suka, bagaimana sebaiknya membiarkannya berlalu"

"Tempat atau situasi yang tidak disukai itu contohnya ?"

"Contohnya melihat pakaian dengan anak perempuan di shopping mall, pergi nonton film yang bukan anime atau tokusatsu, makan di tempat yang bukan restoran cepat saji......"

"Apa-apaan itu ! Bukannya itu sepenuhnya kencan !?"

"Katamu tadi kencanitu kata usang......"

Kemudian, suatu ketika tidak dapat dimengerti apakah dewasa atau anak-anak......


"Oleh karena itu ya, itu benar-benar cuma contoh. Sebenarnya kalau bukan shopping mall, atau tidak bersama dengan anak perempuan juga tidak apa-apa"

"Sepertinya kelewat mencurigakan......tapi ya sudahlah, lalu ?"

Setelah itu, entah Eriri sedikit tenang, menghentikan tangan yang menggambar naskah, menghadapkan kursi ke arahku.

Kemudian memandang rendah aku yang terbaring di tempat tidur......tidak, mendengarkan ceritaku tanpa diam sambil memandang rendah ke arahku.

"Mengenai situasi tandangku, contohnya Roppongi Hills, Ebisu Garden Place, atau Harajuku To**memo cafe[3]......"

"Yang terakhir rasanya selain sangat diperuntukkan bagimu juga sudah lama tutup"

"Saat membeli CD pun, kalau di mate & gema ada kartu anggota jadi sempurna, rasa keputusasaan saat salah masuk Ta**reko atau H*V[4]"

"Terus orang-orang berkumpul di A*zon[5]......"

"Terbatas di Sunshine, kalau keluar sedikit dari Nam**town[6] tiba-tiba jalannya jadi cepat"

"Tapi kalau keluar dari Sunshine seperti itu aku tertarik dengan bagaimana caramu berjalan di Otome Road"

Benar-benar, sama sekali tidak bisa diam. Terus-terusan membalas kata demi kata. Ah~ brisik, seperti aku.

"Saat berada dalam situasi mencekik seperti itu, apa yang akan kau lakukan ?"

"Kenapa tanya itu padaku ?"

"Kalau kau, kurasa mungkin akan mengerti......kau selalu memakai topeng"

"Tidak suka ?"

"Sama sekali tidak, dendam atau benci pun tidak, kalau aku"

"............"

"Tidak, bukan apa-apa, apa pun"

Biarpun begitu, kami berdua masih agak tidak berusaha sebaik mungkin, entah gara-gara atau berkat sakitku......


"Yah, paling tidak persiapan itu perlu. Pepatah mengatakan 'Kenali dirimu, kenali lawanmu dan kau tidak akan takut dengan kapal penumpang'"

"Ah, aaah......"

Kenapa nampaknya menggunakan pelajaran dari Titanic itu sedikit tidak nyambung. Maksudku, apa kau benar-benar memeriksanya, Eriri ?

"Walau tidak suka, walau tidak tertarik, tapi kau harus meluangkan waktu saling berhadapan dengan tepat kan"

"Soal itu untuk sementara......lihat, ini ada majalah yang tidak cocok di kamarku"

Kugali Tokyo Wal**r yang kubeli dan kulempar ke lantai dalam beberapa jam setelah beberapa hari.

Yep, mengenai tempat di mana meluangkan waktu dengan tepat ini aku harus memikirkannya kembali.

"Aku mengerti, mal Rokutenba ya. Eh, sudah kuduga kencan......"

"Ah~, pokoknya kulanjutkan ceritanya ya"

Makanya itu kata yang sudah usang atau tidak. Kenapa terus-terusan kencan bertubi-tubi ?

"Lalu, kalau kau masih juga membentur tembok......pokoknya tersenyumlah"

"Senyum ?"

"Ya, sebaiknya jangan berlagak seperti pamer dan terpaksa mengerti. Dengan wajah senyum dan 'apa ?' lebih baik"

"Begitu ya, wajah seperti 'Eh, apa itu......' ya ?"

"Bentar, senyum kan kataku ! Kenapa pasang wajah seperti menarik diri begitu ?"

"Eh, salah......?"

Nuansanya sulit ditampilkan dalam ekspresi wajah......

"Walau tidak mengerti apa yang ia katakan pokoknya senyum. Tahan diri dari pertanyaan yang tidak perlu. Jangan berkata & bertindak seperti kau terasing dari sekitar. Memaksakan pendapat sendiri itu tidak masuk akal......"

"......ah sepertinya itu membosankan"

"Sebaiknya kau sedikit membiarkan pasanganmu yang mendapat penghargaan. Kalau tidak, kau akan membuat lebih banyak musuh loh ?"

"Apa-apaan mengincar seri itu"

"Taktik tandang ?"

"............"

Tentu, karena ingin menang kemustahilan akan muncul. Ada juga si bodoh yang sampai kena demam pertumbuhan.

Jika begitu, mungkin hal yang dikatakan Eriri secara umum tepat.

"Singkatnya, selama tidak menonjol, orang tidak akan tertarik atau memusuhimu jadi tenang saja"

"Kenapa seperti Katou ya"

Dalam kasusnya, walau ia tidak mengincar itu tapi malah memancing kesedihan yang tidak perlu.

"Nah, walau tidak cocok dengan gayamu tapi terima saja"

"Benar juga. Soalnya kalau diabaikan ada yang tidak disukai kan ? Kalau dengan orang yang akhirnya berhubungan dengan susah payah, harus mau benar-benar diterima kah ?"

"Kalau seperti itu, di kandang saja lebih baik"

Kandang kami......dengan kata lain itu adalah lapangan otaku.

Pastinya kalau di sana, memakai seragam yang sama, bicara bahasa yang sama dan diberi dukungan kuat oleh suporter yang sama.

Kami, yang menerima kekuatan dari suporter itu akan menampilkan performance yang tinggi.

Yah, tapi kadang malah jadi pertandingan luar biasa bodoh saling hajar sepuasnya oleh anggotanya sendiri.

"Oleh karena itu, memiliki wajah kedua sama sekali bukan hal yang buruk......untuk dirimu sendiri, juga untuk orang lain, kan"

Saat tandang, nona besar berdarah campuran, jagoan klub seni, idola sekolahan.

Saat kandang, gadis otaku pengurung diri, ilustrator yang sedang naik daun, pengarang doujin daerah dinding.

Kepribadian Eriri Spencer Sawamura, dengan demikian bertarung sampai akhir musim dengan memperoleh poin kemenangan di kandang dan menahan poin kemenangan lawan pada titik minimal saat tandang, dilatih sebagai tim kuat secara umum.

......mmm, karena kurasa balasan berupa 'saat tandang pun kau lumayan kuat kan !' mungkin tidak berarti apa-apa baginya jadi anggap saja aku menahan komentar di sini.

"Tapi aku, kapan pun, aku ingin menang dengan aku yang biasanya"

Tapi, tanpa diduga seperti yang ditunjukkan Eriri, memilih taktik tergantung situasiku, strategi untuk menang melewati musim, gaya berpikir yang efektif dan efisien seperti itu bagaimana pun aku tidak terlalu bisa.

"Mustahil kalau begitu......aku, bahkan Kasumigaoka Utaha juga punya wajah yang lain. Terus memakai topeng"

Tapi, kata Eriri berubahlah.

Katanya hiduplah lebih pandai di dunia.

......tanpa diduga, sejak saat kami berpisah itu, terus-menerus.

"Tapi ya......"

"Hmm ?"

"Terlepas dari kau dan kak Utaha, Katou sama sekali tidak seperti itu ya"

"............"

Ya, ada juga orang yang sama sekali tidak mengerti taktik atau strategi seperti itu dari awal.

"Ia, lebih dari aku cara bertarungnya baik kandang atau tandang sama saja"

"........................"

Ya, apalagi tidak semangat, tidak loyo, di mana pun, kapan pun, situasi apa pun, berinteraksi dengan datar terhadap pasangannya.

"Bagiku, bagiannya yang itu, dalam suatu arti mengagumkan......"

"..........................................kh"

Ya, justru karena itu, walau kecenderungannya sama sekali berbeda denganku, pada Katou yang tidak menunjukkan tanda-tanda cara berpikir yang efektif dan efisien seperti itu, atau barangkali tidak memikirkan apa-apa, mungkin terasa simpati yang hampir ke kasihan.

"Yaah, tapi akibatnya sellalu terasa seri......eh, apa ? Kalau dipikir memang tepat apa yang dikatakan Eriri......"

"Habis-habisan bergantung padaku, akhirnya, kesimpulannya Megumiitu ya......"

"......eh ?"

Ketika mau menyetujui pendapat Eriri, entah bagaimana ia diam-diam gusar.

"Jadi pasangan kencannya Katou kan ? Iya kan !?"

"Kembali ke situ lagi kah !?"

"Lihat, karena ibu tidak akan marah, dengan jujur......"

Ketika tangan Eriri kapan saja akan meraih figure di rak......

"Ping pong"

"ttop ~ ! Tunggu sebentar, ada tamu, tamu !"

Dengan timing yang sangat pas bagian depan interkom berbunyi.

Benar-benar bahaya. Kalau itu dilempar tidak salah lagi kali ini perpisahan kami levelnya jadi tak termaafkan seumur hidup.

Tetapi, jam segini siapa......

"Ma, masa......gawat"

"......gawa ?"

Eriri tergesa-gesa meloncat ke tempat tidurku, mengintip ke luar dari celah di gorden.

Bagaimana pun juga, soal dari jendela kamar ini dapat terlihat tamu di jalan masuk itu, adalah kondisi rumah yang sudah ditangkap orang ini sepuluh tahun lalu.

Tapi, kenapa Eriri setergesa-gesa ini......

"Eh, bohong ! Kenapa ia !?"

"......ia ?"

Dengan suara Eriri yang terkejut seperti keheranan itu, aku juga mengintip ke luar jendela.

Di sana ada......

"......Kak Utaha ?"

Wanita cantik berambut hitam, yang dari penampilannya saja kelihatannya tenang, berdiri diam dengan semacam buket di sebelah tangannya.


Catatan[edit]

  1. Citron Soda, salah satu produk terkenal dari http://www.kasugai.co.jp/
  2. Tokoh utama video game Spelunker, jadi kata ganti untuk orang yang lemah
  3. Tokimemo Cafe Ecole, Cosplay cafe yang dibuat untuk promosi Tokimeki Memorial Online. Tutup tahun 2006.
  4. Tawareko = Tower Records & HMV
  5. Amazon
  6. Namco Namja Town