Difference between revisions of "Saijaku Muhai no Bahamut (Indonesia):Volume 6 Prolog"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
(Created page with "==Prolog — Kenangan dengan Kakakku== ==Bagian 1== Aku, Airi Arcadia, selalu menganggap ini tidak bisa dipercaya sejak kecil. Itu sesuatu yang terjadi ketika aku masih gad...")
 
m
 
Line 1: Line 1:
 
==Prolog — Kenangan dengan Kakakku==
 
==Prolog — Kenangan dengan Kakakku==
   
==Bagian 1==
+
===Bagian 1===
   
 
Aku, Airi Arcadia, selalu menganggap ini tidak bisa dipercaya sejak kecil.
 
Aku, Airi Arcadia, selalu menganggap ini tidak bisa dipercaya sejak kecil.
Line 87: Line 87:
 
Sejak kecil, aku tak pernah bisa menanyakan hal itu, dan aku──
 
Sejak kecil, aku tak pernah bisa menanyakan hal itu, dan aku──
   
==Bagian 2==
+
===Bagian 2===
   
 
“──Airi, apa kamu merasa baikkan?”
 
“──Airi, apa kamu merasa baikkan?”

Latest revision as of 15:09, 19 November 2018

Prolog — Kenangan dengan Kakakku[edit]

Bagian 1[edit]

Aku, Airi Arcadia, selalu menganggap ini tidak bisa dipercaya sejak kecil.

Itu sesuatu yang terjadi ketika aku masih gadis kecil yang lemah.

Nii-sama, Lux Arcadia, berhak mewarisi takhta. Tapi, dia diabaikan oleh seluruh keluarga kami karena dia hanya pangeran ke tujuh, yang termuda.

Kurasa, bahkan anggota dari keluarga kerajaan lainnya meremehkan Nii-sama untuk hal ini.

Semua itu terjadi ketika kerajaan masihlah patriarki[1].

Dulu ketika aku kecil, bisa kubilang, lingkungan tempat kami tumbuh adalah lingkungan yang keras.

Namun, perhatian Nii-sama diarahkan pada hal lain.

“Kamu merasa baik-baik saja? Apa ada yang bisa kubantu?”

Itulah pertanyaan yang selalu dia ajukan padaku yang terbaring sakit.

Itu tak lama setelah ibu meninggal dalam kecelakaan kereta.

Rasa syok dari kejadian itu memperburuk penyakitku.

Itu adalah waktu yang menyedihkan bagiku yang masih kecil.

“Panggil aku jika terjadi sesuatu. Ketika kamu merasa lebih baik, ayo bermain ke taman!”

Senyumnya yang lembut selalu menenangkanku, tapi karena aku masih merasa tersiksa oleh banyak emosi yang muncul setelah kematian ibu────

“Nii-sama, tolong tinggalkan aku sendiri...”

Mengapa aku mengatakan itu? Aku menyesalinya sampai hari ini.

“Dalam dua bulan, aku akan di kirim ke perbatasan... Meskipun kau terus menghabiskan waktumu denganku, Nii-sama tidak akan mencapai apapun.”

Kesedihan karena dipaksa meninggalkan keluarga, karena perintah ayah.

Penyakit yang perlahan mengikis tubuhku.

Dalam kenyataan tak berdaya ini, aku hanya bisa merasakan keputusasaan dan kesedihan.

Dalam keadaan ini, aku membuat pernyataan itu.

Kupikir, Nii-sama pun akan marah ketika mendengar itu.

[Aku sungguh tidak tahan berbicara padamu, terutama karena itulah yang kau rasakan tentangku.] adalah apa yang aku harap untuk dengar.

Aku juga mengharapkannya berteriak padaku yang putus asa dan menolak perawatannya.

Akan tetapi, Nii-sama hanya tersenyum canggung.

“Maaf, Airi, aku membuatmu khawatir.”

Dia lalu dengan lembut mengelus rambutku.

“Tapi, jangan khawatir. Aku akan mencari jalan keluar.”

“......!────aku minta maaf, Nii-sama, a-aku minta maaf...”

Air mata mengalir keluar dari mataku.

Dia memangkuku yang menangis, dan memeluk dengan erat.

“Jadi, jangan khawatir. Kamu tidak perlu menangis lagi.”

Suara lembutnya menembus pikiranku, membebaskanku dari kekhawatiranku.

Dalam duniaku yang dingin dan gelap, ini satu-satunya hal yang membawa kedamaian di pikiranku.

(...tapi, mengapa?)

Aku bertanya-tanya sejak lama.

Ketika aku masih di istana, ibu dan aku hanyalah “wanita” yang tinggal dengan Nii-sama.

Meskipun dia tidak punya hak atau kekuatan, selama Nii-sama menuruti dengan patriarki dan memperlakukan ibu dan aku dengan kasar, maka Nii-sama tidak akan diremehkan oleh anggota keluarga kerajaan lainnya......

Memang, Nii-sama berbeda dari yang lain.

Bagaimana dia berbeda? Sejujurnya aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata.

Mengapa Nii-sama tidak meninggalkanku?

Sejak kecil, aku tak pernah bisa menanyakan hal itu, dan aku──

Bagian 2[edit]

“──Airi, apa kamu merasa baikkan?”

“...Bukan apa-apa... aku selalu merasa baik kok.”

Aku menjawab Nii-sama dengan dingin.

“Oke, tapi jika ada sesuatu, katakan saja padaku langsung.”

Nii-sama tersenyum lembut, dan langkah kakinya perlahan lenyap dalam kejauhan.

Baru-baru ini, kupikir aku telah membuat Nii-sama khawatir padaku lagi.

Setiap kali kami bertemu, aku selalu menghindari kontak mata dan menolak bicara.

Alasan untuk ini, ada di halaman-halaman buku kuno yang aku pegang.

Isinya sangat berbeda dari pengetahuan kita saat ini.

Tertulis di sana bahwa keberadaan yang disebut PenciptaLord Reruntuhan, mereka dipanggil dengan nama Arcadia, nama yang sama seperti kami, keluarga Kerajaan Lama.

Putri kerajaan pertama Listelka Rei Arshalia

Putri kerajaan kedua Aeril Vi Arcadia

Putri kerajaan ketiga Hayes Vi Arcadia

......Tidak ada jejak nama-nama ini.

Aku membalik-balik banyak silsilah keluarga dan buku sejarah Kerajaan Lama, tapi nama mereka tidak ada.

Beberapa dekade yang lalu, kami memastikan keberadaan Reruntuhan untuk pertama kalinya. Kami juga mempelajari tentang kemakmuran Kerajaan Arcadia sejak berabad-abad yang lalu.

Jadi ada kemungkinan bahwa Lord memang ada. Ada seorang gadis bernama Hayes yang mencoba menghancurkan kami dari kegelapan.

Situasi ini membuatku bingung dan gelisah.

“Siapa kita, Nii-sama......”

Pertanyaan itu, yang aku bisikkan beulang kali, tidak terdengar oleh telinga siapapun dan tertelan dalam kehampaan.


Balik ke Ilustrasi Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Episode 1
  1. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti.