Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Ilustrasi Novel

Berikut ini adalah ilustrasi dalam jilid ke 1:


Bab 1: Kamu Adalah Roh Terkontrakku!

Bagian 1

Di hutan yang tenang dimana matahari bersinar menembus celah dedaunan.

*Byur—*

Tiba-tiba, suara gemericik air terdengar jelas di udara.

Kamito, ia- membuka mulutnya lebar-lebar sambil tetap berdiri di tempatnya.


Seorang gadis... di depan matanya terdapat gadis yang telanjang bulat.

Dia sangat cantik, bahkan luar biasa cantik. Matanya besar dan merah seperti permata, bibirnya yang bersemu merah seperti cherry yang basah dan lembut, kulitnya yang putih mulus bagaikan susu, dan di permukaan air, kakinya begitu langsing dan mulus. Juga, sesuatu yang lebih menangkap matanya adalah—

Rambut yang tergerai sepanjang tubuhnya. Berwarna merah layaknya bara api.

Tentu saja, dia telanjang. Betul-betul telanjang.

“.............”

Kamito merasakan keringat dingin di punggungnya.

Ini gawat.

Ini gawat kalau dia sampai terlihat dalam kondisi telanjang.

........Aku harusnya segera kabur. Bahkan meski ia memberikan saran rasional pada dirinya sendiri, tubuhnya tak mau digerakkan. Sebetulnya ia masih terpesona. Pemandangan itu nampak begitu nyata hingga seolah Kamito tenggelam dalam dunia fantasinya sendiri.

Dan di saat itulah, gadis itu—

STnBD V01 013.jpg

Matanya yang lembut dan indah itu berkedip, mendapati penyusup yang tak terduga. Menatap dengan kosong, tampaknya ia belum betul-betul memahami situasinya. Ia bahkan tak mencoba menutupi payudaranya yang masih belum berkembang.

*Tes.*

Air jatuh dari alis gadis itu. Kesadaran Kamito kembali seiring dengan suara air.


“Ah— ini.......”

Kamito batuk sekali, dan membuang tatapannya dari gadis yang masih berdiri tak bergerak itu.

“Gimana bilangnya ya..... ini hanya kecelakaan, kan? Toh aku kan nggak sengaja....”

Di saat itulah, Kamito membuat dua kesalahan fatal. Pertama, tentu saja, karena dia mencoba membuat penjelasan yang sia-sia. Pilihan terbaik adalah memanfaatkan waktu ketika gadis itu masih kebingungan dan secepatnya melarikan diri dari masalah di tempat itu.

Dan kesalahan fatal keduanya adalah.....

“Walaupun ini hanya kecelakaan, aku sudah melihatmu dalam situasi seperti ini. Maaf, aku minta maaf.”

Sampai disini masih tak apa apa, namun bagian terakhirnya........

“Tapi jangan kuatir. Aku masih pria normal, jadi aku nggak terlalu tertarik dengan hal yang seperti itu. Aku......”

Melihat payudara gadis yang masih dalam perkembangan itu—

“Aku nggak tertarik dengan tubuh anak kecil.” Tampaknya dia baru saja menginjak ranjau besar.


"......"

Ketenangan yang bagaikan kebekuan muncul.

Dengan tenang, si gadis mengangkat tangannya dengan rambut merahnya masih tersebar. Bahunya agak bergetar. Namun alasannya bukan karena kedinginan, tapi Kamito belum menyadari itu.

“Enam belas——”

“Eh?”

Bibir lembut gadis itu menggumamkan sesuatu, dan Kamito hanya bisa mengangkat alisnya.

“A-A-AKU SUDAH BERUMUR ENAM BELAS TAHUN!!!”

Tak lama usai meneriakkan itu, rambut merahnya berdiri tegak sampai ujungnya.

“Haah!?”

Kamito membuka matanya lebar-lebar karena kaget.

“Enam belas? Yang benar? Terus kenapa dadamu tampak begitu menyedihkan—“

Ia dengan cepat menutup mulutnya, namun tampaknya sudah terlambat.

“.....Tak bisa dimaafkan.”

Gadis itu mengucapkannya dengan nada rendah dan sangat dingin.

“Be-Benar-benar tak bisa dimaafkan...... Kau-kau-kau-kau setan pengintip... mesum... dan hewan menjijikkan!”

“Kamu tahu juga, kata-kata seperti hewan buas.”

Kamito mengucapkan itu dengan nada sempit dan rendah.

“Hm?”

.....Disaat itulah ia menyadari kalau pepohonan hutan membuat suara kebisingan yang aneh.

Apa itu angin? Bukan, itu pasti—


"——Penjaga api merah, pelindung dari bara api abadi!"
"——Sekaranglah saat untuk memenuhi kontrak darah, datang dan lakukanlah perintahku!"


Dari bibir mungil gadis itu meluncur lafal mantra dari bahasa spirit. Disaat itulah, disertai oleh suara ledakan udara, sebuah cambuk api merah yang membara muncul dari tangan si gadis itu.

........Kontraktor Roh!

Kamito berteriak dalam kepalanya.

Kontraktor Roh— lapisan lain dari dunia ini, «Astral Zero».

Penyihir yang telah menjalin kontrak dengan spirit buas dari tempat itu disebut sebagai «Kontraktor Roh».

Kontraktor Roh dapat memakai tipe roh yang berbeda, menggunakan kekuatannya sesuai dengan keinginannya.

Gadis itu adalah Kontraktor Roh. Bukan sesuatu yang mengejutkan.

Apalagi, ini adalah tempat para Kontraktor Roh yang handal dari seluruh negeri berkumpul.

.....Namun, nggak kuduga dia bisa menggunakan kekuatan elemental

Sifat Roh yang dipanggil ke dunia ini dari Astral Zero secara kasar bisa dibagi kedalam dua jenis.

Tipe pertama adalah tanpa massa, Roh tak berbentuk yang muncul dalam wujud aslinya sebagai “Inti Dewa”. Ini murni hanya memanggil kekuatan Roh, dan digunakan sebagai penyangga kekuatan sihir untuk sihir Roh.

Ada juga tipe lain, kondisi murni memanggil sebagian eksistensi Roh. Karena kekuatan besar yang diperlukan dan kesulitan mengendalikannya, dikatakan hanya sebagian kecil dari Kontraktor Roh saja yang benar benar bisa melakukannya.

Biarpun begitu, gadis di depannya tak hanya menggunakan kekuatan Roh itu, namun mampu mengendalikannya dalam bentuk Senjata Elemental[1].


....Apa itu berarti, eh? – Berarti sekarang aku berada dalam situasi hidup dan mati?

Usai berpikir seperti itu, Kamito hanya bisa dibuat diam membisu.

Di tempat dimana cambuk api itu menyentuh permukaan air, gelombang uap putih menyembul.

“Kau, kau berani-beraninya......”

Gadis itu komat-kamit dengan bibir gemetaran. Wajahnya terlihat merah. Entah itu karena kemarahan atau rasa malu.

“Te-Ternyata, kau punya nyali juga, untuk me-mengintip, ketika aku, Claire Rouge, sedang mandi.........”

“Tu-Tunggu! Ini semua salah paham! Biar aku menjelaskannya lebih dulu!”

Kamito menggelengkan kepalanya dalam kepanikan.

“Aku nggak akan mendengarkan alasanmu. Jadilah abu sekarang, dasar MESUM!”

Cambuk api menyala dengan garang di tangannya dan bergerak-gerak seolah menjilat air.

“Ooohhh...!?”

Kamito melempar tubuhnya dan lekas melompat menuju rerumpunan semak yang tebal.

Hampir di saat yang sama, cambuk api nyaris saja menyapu bagian atas kepalanya.

Residu berwarna merah yang tersisa pada semak, terpotong rapi seperti digergaji. Permukaan potongannya tampak begitu bersih, tanpa jejak gosong. Serangan itu begitu cepatnya hingga api bahkan tak sempat membakar rimbunan semak.

Rambut di jidat Kamito jatuh di wajahnya, dimana keringat dingin mengucur dari keningnya.

...Um, barusan itu bercanda, kan? Aku nggak akan mati seperti itu, kan?

*Zing* *Biyutsu* – seolah ada tarian tanpa akhir dari tebasan merah vertikal dan horizontal di hutan. Semak-semak lenyap dalam sekejap mata dan kehilangan tempatnya bersembunyi, Kamito dengan cepat berlari keluar dari hutan.

“Jangan lari, mesum! Diamlah supaya aku bisa mengenaimu!”

“Omong kosong! Lagipula, aku bukan orang mesum!”

Kamito berteriak dan di saat yang sama, cambuk mengayun tepat di depan kakinya, menimbulkan kelap-kelip api. Bangkit dari tanah, cambuk itu berayun dengan cepat ke arah pepohonan hutan, yang terpotong tanpa ampun.

Namun berkah di tengah kemalangan, akurasi gadis yang bernama Claire itu masih kurang tepat. Itu karena salah satu tangannya sedang menutup payudara mungilnya supaya tak kelihatan, dan untuk menyembunyikan bagian penting lainnya, ia harus jongkok di tempat itu sejak tadi. Namun, melihat caranya memainkan cambuk meski dalam situasi menyulitkan seperti itu, bisa ditebak kalau dia memang berbakat.

“Meskipun mesum, kamu lincah juga. Heh, diamlah dan akan kujadikan arang!”

“Sudah kubilang aku bukan orang mesum! Ngomong-ngomong...”

Kamito kemudian berhenti dan berbalik.

Ia mengacungkan jarinya ke arah yang sejak tadi membuatnya terus menerus kepikiran.

“Hei, apa kamu yakin sudah menyembunyikannya dengan benar? Di sela-sela jarimu aku masih bisa melihatnya, tahu.”


“...eh?”

Dalam sekejap, ekspresi Claire membeku. Dan—

“Kyaaahhhhhh!!!!”

Dengan wajah memerah dan teriakan membara, yang anehnya dengan sangat manis – ia lekas-lekas menyembunyikan payudaranya dengan kedua tangannya.

“Ah, bodoh!”

Kamito tanpa sadar berteriak.

Claire melepaskan dan kehilangan kendali dari cambuk apinya, dan menebas pepohonan di belakangnya. Pelan-pelan, pohon-pohon besar itu bergerak jatuh tepat diposisinya.

Namun, Claire tak menyadarinya karena kedua matanya tertutup karena malu sambil tetap memeluk payudaranya dengan kedua tangannya.

Dasar bodoh! Kenapa diam saja!?

Di saat inilah, Kamito menendang tanah.

Berlari dengan seluruh kekuatannya ke arah kolam, ia lalu melompat sambil menangkap bahu Claire.

“Haa—!?”

Pupil mata Claire melebar seketika. Kamito mengabaikannya dan dengan paksa mendorongnya ke dalam air. Saat tangan Claire menyentuh air, uap putih muncul, dan cambuk apinya lenyap. Tak lama kemudian, pohon-pohon besar itu jatuh tidak jauh dari mereka, dan beberapa ranting jatuh tepat pada mereka.

*Duunnnnnn!*

Suara gemuruh yang hampir merobek gendang telinga, dan memunculkan riak air raksasa.

Menyerap panas dari cambuk yang terbakar, air kolam menyembul membentuk awan putih.


.......Beberapa detik kemudian.

“Uh..........”

Dengan suara imut nan menggoda, Claire perlahan membuka matanya.

Ekspresinya shock dan matanya berkedip karena kebingungan.

Kamito terbaring di atas Claire dan menemukan dirinya tengah menatap tubuh Claire.

Wajah mereka begitu dekat hingga kalau seseorang mendorong tubuhnya, bibir mereka akan saling bertemu.

Rambut merahnya tergerai di wajah Kamito. Bibirnya tampak lembut kemerahan.

Wajahnya yang imut nan lembut bagaikan sebuah boneka terpampang di depan mata Kamito.

Untuk sesaat Kamito terlihat seperti ia tak sengaja jatuh cinta kepadanya. Kamito lekas menggelengkan kepalanya.

“Um.....kamu baik-baik saja?”

Claire mengangguk, sepertinya dia belum memahami situasinya.

Kamito berdesah kecil dan mencoba berdiri dari tempatnya.

*Funyuuu*

Tangannya di bawah air terasa menyentuh sesuatu yang lembut.

“Hwaaahhh!?”

Apa ini? Lumpur?

*Funyu* *Munyu*

“Hnn... yah... hwaaa....!”

Dari bibir mungilnya terdengar suara rintihan yang menggoda. Claire hanya bisa menggoyangkan tubuhnya secara perlahan seolah tak berdaya.

“Um... jangan-jangan ini...”

Sudah berbuat sejauh ini, Kamito akhirnya bisa membuat sebuah kesimpulan. Kesimpulan yang pastinya akan sangat buruk.

Tidak, tunggu, tenang dulu. Mungkin saja aku salah...

Tak mungkin, tadi nggak ada objek semacam ini. Sambil terus meneteskan keringat dingin, ia berusaha keras menolak kemungkinan seperti itu.

“Waktu kulihat tadi, sepertinya nggak ada apa-apanya...”

“A-A-Apa yang kau... lakukan...”

Bibir Claire bergetar hebat. Wajahnya memerah dengan air bening di pelupuk matanya.

Sudah pasti... tangan Kamito tidak sedang memegang lumpur.

“Dasar, MESUM!!”

“Gwah!”

Karena perutnya ditendang dengan keras oleh lutut Claire, Kamito jatuh ke dalam kolam.

*Gugugugugugugu......!*

Dengan aura membara di belakangnya, Claire perlahan berdiri. Sebelum Kamito menyadarinya, cambuk api kembali terwujud di tangannya. Air di kolam mendadak tampak mendidih, gelembung air mulai muncul disana-sini.

“Tunggu tunggu! Ini hanya salah paham! Kau serius mau membunuhku!?”

"Di-Diam, mesum! Kau akan mati disini!!"

Bersamaan dengan suara keras yang memekakkan telinga, tubuh Kamito terlempar tinggi ke udara.

Bagian 2

“........Un,”

Beberapa menit kemudian, Kamito berusaha mengumpulkan kesadarannya. Di hadapan matanya, nampak beberapa pohon yang tumbang.

Ia mencoba untuk bangkit-----

Lalu Mendadak, ia menyadari ada sabuk hitam yang membelit lehernya.

Sabuk kulit hitam yang umumnya dipakaikan pada kucing piaraan,(benda macam apa ini....) Kamito mencoba untuk melepaskannya.

“Akhirnya bangun juga, heh, pria mesum pengintip......”

Sabuk di lehernya ternyata tak bisa dilepas.

“Gweh? Benda apaan nih...?”

Kamito tersedak lalu melihat ke hadapannya.

Gadis berambut merah – Berdiri dengan kedua tangan di pinggangnya. Dengan kedua alis terangkat, tatapan tajamnya jatuh ke arah Kamito yang masih bengong.

Kali ini dia tidak telanjang lagi. Gadis itu sudah mengenakan seragam yang elegan. Dengan pola garis hitam dan garis putih bersilangan, seragam akademi spirit Areishia.

Dasi pita dekorasi berada di kerah lehernya. Bukannya kancing, talisman dijahit di bajunya. Diantara jarak kaos kaki stoking selutut dan rok mininya, kakinya yang panjang dan langsing tampak begitu anggun. Pita mungil mengikat rambut merahnya di kedua sisi. Inikah yang disebut gaya twintail? Kalau dilihat dari rambutnya yang masih basah, sepertinya Kamito belum lama kehilangan kesadarannya.

Memegang tali sabuk leher Kamito dengan erat, Claire membusungkan dada mungilnya.

“Bersyukurlah! Aku masih mengampunimu dan batal membunuhmu!”

“Itu bohong besar. Dari tadi kamu berniat membunuhku kan?”

“Apa kamu bilang? Kalau aku serius, kamu sudah jadi batubara sekarang!”

.....Dia baru saja mengatakan hal mengerikan dengan nada yang sangat kalem.

Ngomong ngomong, bukannya batubara itu memberi kesan lebih buruk daripada arang?

“Oke oke, kalau kamu nggak jadi membunuhku. Toh, tadi aku sudah menolongmu kan?”

“Iya, aku ini baik hati, kuberi keringanan buat yang tadi. Kamu ini hanya pria biasa dan mesum, jadi biar aku panggil kamu super mesum.”

“Pada akhirnya kata mesum nggak dihilangkan! Ngomong ngomong, bukannya super mesum itu kata kata penuh penghinaan!?”

“A...Apa? pura pura menolong, padahal kamu sebetulnya mau.....mau menyentuh dadaku kan?”

Mengingat yang terjadi tadi, wajah Claire yang malu malu nampak semakin merah.

Hmm?

Melihat reaksinya, sebuah ide aneh terbersit di benak Kamito.

......Gadis ini, mungkinkah dia adalah tipe yang itu?

“Jadi kesimpulannya, kamu adalah nona muda yang hobi mencambuk laki-laki?”

Kamito mencoba menggodanya tanpa ampun-

“Ap-Ap-Apa? Nggak! Aku nggak punya hobi semacam itu!”

Responnya begitu gugup seperti yang diduga. Claire menggelengkan kepalanya sambil menahan air mata yang terkumpul di pelupuk matanya.

“Berarti kamu lebih suka dicambuk?”

“...m! Ap-ap-apa yang kamu katakan!!??”

Mata Claire nampak panik, dengan uap mengepul dari kepalanya. Sepertinya dia betul-betul malu.

Oh, sudah kuduga.....

Kamito tersenyum pahit dalam hatinya.

Gadis ini ternyata masih sangat sangat polos

Mungkin, gadis ini tak terlalu istimewa. Bagaimanapun juga disini adalah akademi Areishia, dimana para gadis penyihir yang telah membuat kontrak dengan Roh berkumpul.

Hanya gadis perawan saja yang mampu berkomunikasi dengan Roh dari Astral Zero. Diantara mereka, yang memiliki kekuatan sihir besar sehingga dapat berkomunikasi dengan Roh kontrak, adalah gadis bangsawan dari keluarga raja atau kaisar kuno dan keturunan ningrat, dimana darah kontraktor Rohnya dipertahankan sepanjang generasi melalui tali pernikahan.

Untuk menjaga kemurnian hati dan tubuh mereka, gadis gadis ini dibesarkan dalam lingkungan yang betul betul terpisah dari kaum laki-laki sejak masa kecilnya; yang disebut pendidikan elit bagi Kontraktor Roh. Sehingga, semua gadis di akademi ini adalah tuan putri sejati yang tak mengetahui apa apa tentang laki-laki.

Menemukan titik lemahnya yang tak terduga, Kamito ingin sedikit bermain main dengannya.

Masih pada posisi berlutut,Kamito melihat wajah memerah Claire.

“Ah, ada satu hal lagi yang ingin kukatakan sejak tadi.”

“A-Apa itu, cowok mesum!?”

“Celana dalammu bisa kelihatan dari sini.”

“Fuwah!”

Air mata mengucur di pipinya, Claire lalu mati matian menekan ujung bawah roknya menggunakan kedua tangannya.

“Kamu........kamu melihatnya?”

“Cuma sedikit, warnanya juga bagus kok, sama dengan warna rambutmu.”

“Kamu...kamu bohong! Warnanya nggak merah, tapi putih!”

“Oh, rupanya putih ya?”

“.....ha?”

Sadar kalau dia baru saja ditipu, Claire mengigit bibirnya----

“U-Uuuuuuuhhh........”

Entah mengapa, ia justru mulai menangis.

Karena reaksi tak terduga ini, Kamito tampak panik. ”Cewek ini betul betul lugu sampai memberi tahu warna celana dalamnya.” Ia bermaksud lebih menggodanya dengan kata kata yang telah ia siapkan sebelumnya, namun melihat situasi sekarang, ia justru merasa kasihan padanya.

Mengambil kesempatan saat Claire masih berlinang air mata, Kamito melepaskan cambuk yang terpaut di lehernya.

“Oke, oke, leluconku berlebihan. Sorry ya....”

Kamito berdiri dan menempatkan tangannya di kepala Claire. Claire berhenti menangis dan tampak kebingungan.

“Nggak sengaja kalau aku melihat badanmu waktu lagi mandi, dan aku sudah......menyentuh dadamu juga. Tapi itu semua nggak sengaja. Jadi percayalah padaku....”

“A....Apa?”

Melihat kejujuran di mata Kamito, Claire hanya menampakkan tatapan tajamnya.

“....Apa, apa ini? Kalau kamu bukan orang mesum, terus kenapa kamu ada disini?

Pertanyaan yang wajar. Hutan ini adalah properti akademi Areishia, dikenal sebagai “Hutan Roh”. Tak ada alasan bagi laki laki untuk berada di akademi dimana hanya gadis gadis saja yang ada.

Biarpun dia bukan orang mesum, tetap saja kehadirannya akan mengundang kecurigaan.

“Oh, aku dipanggil kesini oleh Greyworth.”

“Greyworth.....maksudmu direktur akademi?”

Claire bertanya dengan curiga. Sudah jelas kalau dia merasa ragu.

“Nggak bohong. Nih lihat, surat undangannya.”

Kamito mengguncang kantong bajunya dan mengambil surat yang setengah gosong dari jasnya. Surat itu tertera tanda tangan direktur. Juga, terdapat stempel emblem kerajaan yang menyimbolkan Lima Raja Terkuat Dunia.

“Apa itu.....segel pusaka kekaisaran peringkat pertama?”

Claire mengeluarkan kekecewaan dari mulutnya. Emblem peringkat pertama hanya diperuntukkan bagi mereka yang bisa menyegel Roh kelas satu dengan kemampuan khusus. Levelnya tertinggi diantara emblem yang biasa dikeluarkan oleh kekaisaran, dan dikatakan hampir mustahil untuk bisa mendapatkannya. Tentu saja, itu adalah sesuatu yang jarang terlihat, namun sebagai Kontraktor Roh, Claire bisa memastikan keasliannya.

“.....Ini memang asli. Terus, kenapa direktur akademi mesti memanggil laki laki ke tempat ini?”

“Tanya saja sendiri pada Greyworth. Tua bangka itu memang sering membuatku kerepotan.”

“Tu....Tua bangka!?”

Dalam sekejap wajah Claire menjadi kaku.

Sang Penyihir senja, Greyworth sangat dihormati oleh penyihir yang ingin menjadi Ksatria Roh. Dikatakan kalau popularitasnya di kerajaan Orudesia sebanding dengan Penari Pedang Terkuat Ren Ashbell. Meski sudah satu dekade sejak ia pensiun dari pasukan 12 General,kekuatan paling elit dalam kerajaan yang dikenal sebagai <Number>, nama legendarisnya masih sangat ditakuti dan dihormati oleh siapapun yang mendengarnya.

Bagiku, dia bukanlah apa apa selain biang masalah.......

Menaruh surat kembali ke sakunya,Kamito mengangkat bahunya.

“Greyworth itu kenalan lamaku. Aku datang jauh jauh kesini, tapi karena wilayah akademi begitu luasnya, aku kesasar di tengah jalan.”

Tanah akademi Areishia sangatlah luas. Apalagi, selain kota akademi di kaki bukit, juga termasuk hutan Roh yang mengelilinginya.

“Jangan jangan, kamu dibuat kesasar oleh Roh yang berkeliaran di hutan? Kasihan banget.”

“Yah, anggap saja seperti itu.”

Claire tampak kaget, meski Kamito hanya menghembuskan nafas panjang.

Tersebar di beberapa wilayah sepanjang benua, Hutan Roh terhubung langsung dengan Astral Zero melalui GATE, dan dihuni oleh kumpulan Roh yang terdampar di dunia ini. Kebanyakan Roh tak suka membuat kontak dengan manusia sehingga mereka tak berbahaya. Tapi ada juga Roh yang nakal, dan suka membingungkan orang hingga kesasar dalam hutan. Karena ia dipandu oleh bisikan Roh dan berjalan semakin dalam dan semakin dalam kedalam hutan, ia kehilangan arah menuju ke akademi Areishia.

“Pokoknya, aku bersyukur ketemu orang lain di tengah jalan. Jadi korban hutan sama sekali nggak lucu. Dari arah sini, jalan mana yang mesti kulalui supaya sampai di akademi?”

“Arah mana.....buat informasimu, kukatakan saja, perlu sekitar dua jam untuk sampai ke akademi dengan berjalan kaki.”

“Apa? Jauh amat!”

Kalau ia harus berjalan sejauh itu lagi, besar kemungkinan ia akan diganggu oleh Roh lagi. Karena ada salah satu siswa akademi disini, harusnya lokasi akademi sudah tidak jauh lagi.

....hmm? terus kenapa cewek ini harus mandi di tempat seperti ini?

Pertanyaan tak perlu mendadak terbersit. Hari ini memang agak panas, karena matahari begitu garang di langit. Ketimbang harus jauh jauh mandi di tengah hutan, bukannya di akademi ada tempat mandinya? Tapi karena hanya ada wanita di sekolah ini, tak ada yang perlu dibuat malu.

Ditanya, Claire merapikan rambut basahnya dengan kedua tangannya seraya berujar,

“Aku kesini untuk ritual pemurnian Kontrak Roh. Karena letaknya di sebelah kuil, kualitas air disini adalah yang terbaik. Apa kamu paham kalau Roh menyukai wanita yang memiliki hati dan tubuh yang bersih?”

“Kontrak Roh?”

Usai mendengar pernyataan itu, rasa sakit muncul dari punggung tangan kirinya yang tertutup sarung tangan kulit. Kamito meringis karena sedikit rasa sakit yang muncul darinya.

“Sedikit lebih jauh dari sini, ada pedang suci kuno di kuil bersejarah. Ada rumor kalau “Roh tersegel” kuat bersemayam di dalamnya. Sejak pendirian akademi, belum seorangpun yang bisa menjinakkannya. Aku merasa kalau Roh itu pasti sangatlah kuat.”

Roh tersegel – bukanlah Roh yang berasal dari Astral Zero.

Diantara Roh, ada juga yang disegel kedalam senjata atau artifak oleh Kontraktor Roh zaman dulu. Kebanyakan disegel karena membawa bencana bagi manusia, dan merupakan eksistensi kejam yang disebut sebagai jin atau ifrit dalam kebudayaan kuno.

Tentu saja, mereka tidak mudah bekerjasama dengan manusia. Karena hal itulah, Kontraktor Roh kuno menyegel mereka kedalam senjata atau artifak sehingga tak dapat dipanggil kembali.

“Kamu, jangan bilang kalau kamu mau mencoba menjinakkan Roh tersegel itu.”

“Tepat sekali! Lantas apa masalahnya?”

“Jangan, itu berbahaya tahu!”

“Hmm, ternyata kamu nggak bego juga, biarpun kamu bukan Kontraktor Roh. Aku sadar betul akan bahayanya, tapi aku perlu Roh yang kuat bagaimanapun juga.”

Claire bergumam sambil mengigit bibir bawahnya.

Melihat ekspresinya yang sangat serius, Kamito memilih kembali berargumentasi.”

“Tapi, bukankah kamu sudah membuat kontrak dengan Roh api yang kuat seperti tadi? Bukankah akan lebih baik kalau kamu melatihnya baik baik supaya menjadi lebih kuat lagi?”

Pada dasarnya, Roh dengan elemen api tidaklah langka. Tapi hanya sedikit Kontraktor Roh yang bisa mengendalikannya dan mewujudkannya sebagai ‘senjata elemen’ di sepanjang kerajaan. Selain itu, Kontraktor Roh yang menjalin kontrak dengan banyak Roh sangatlah langka sampai nyaris tidak ada. Perselisihan diantara Roh yang dikontrak akan menimbulkan ketidakseimbangan pada diri seseorang. Tanpa cukup bakat, kontrak semacam itu nyaris mustahil.

“Scarlett memang partner yang penting, tapi---“

Aku harus punya yang lebih kuat --- Claire menggelengkan pelan kepalanya.

“Aku punya tujuan. Untuk mencapainya, aku memerlukan Roh yang tangguh!”

Bagian 3

Mengejar punggungnya dimana rambut merah kuncir duanya berayun,Kamito mengikutinya masuk ke hutan. Meski sepatu kulit Claire nampak sulit untuk berjalan, Claire tetaplah Kontraktor Roh berpengalaman, dan langkahnya nampak tegap dan anggun.

“Disini!”

Lalu, tiba tiba kaki mungilnya berhenti melangkah.

Dengan tangannya di pinggang, Claire mengarahkan tatapan tajamnya ke arah Kamito.

“Kenapa kamu mengikutiku. Dasar mesum pengintip!”

“Tanpa kamu, aku nggak tahu jalan ke arah akademi. Sudah kubilang tadi beberapa kali, aku bukan mesum pengintip, namaku Kamito! Kamito Kazehaya!”

“Fufu, nama yang aneh. Asalmu dari Kuina ya?”

Kuina adalah kerajaan kecil di sebelah timur benua. Dikatakan kalau bahasa, budaya, dan hubungan penduduknya dengan Roh sangat berbeda dengan Orudeshia.

“Bukan, bukan dari Kuina. Aku lahir di kepulauan jauh di timur, di desa terpencil!”

Kamito sengaja mengaburkan pernyataannya. Memang, dia lahir di negara kepulauan di timur, tapi sebagian besar masa kecilnya tak dihabiskan di tempat itu.”

“Namamu justru yang terdengar tidak biasa, Claire Rogue.”

“Jangan seenaknya memanggil namaku! Dan itu bukan nama yang aneh, tahu!”

“Apa iya, bukannya itu nama yang bagus?”

“Ap-Apa yang kamu katakan!? Bo-bodoh!”

Wajah Claire memerah dan ia kembali melanjutkan langkah kakinya, entah kenapa jalannya lebih cepat dari sebelumnya.

Claire Rogue – jelas jelas hanya nama samaran.

Kebanyakan siswa yang bersekolah di akademi Areishia memang nona muda dari keluarga ningrat yang sudah terlatih sebagai Kontraktor Roh sejak belia. Namun Kamito belum pernah mendengar nama keluarga Rouge. Menyembunyikan nama aslinya, pasti ia punya alasan dibalik itu, tapi Kamito tak punya niat untuk mengungkit ungkitnya.

.....Toh semua orang pasti punya rahasia yang harus disembunyikan

Kamito menatap tangan kirinya yang terbungkus oleh sarung tangan kulit.

Bahkan aku sendiri juga punya----

Claire terus berjalan tanpa henti, dan Kamito berusaha keras mengejarnya dimana rambut kuncir duanya berayun. Sekarang, kehilangan Claire akan membuatnya semakin kesusahan didalam hutan. Kamito paham betul bahayanya bermalam di dalam hutan Roh.

“Apa pakaian itu seragam akademi.”

“Iya.”

Claire mengangguk dengan dingin sambil terus berjalan.

Seragam akademi Roh Areishia sangat elegan dan juga bertindak sebagai baju pelindung, yang telah menjalani berkah dari Spirit, dan memiliki efek meningkatkan atribut suci. Juga berfungsi sebagai baju upacara khusus ketika menjalin kontrak dengan Roh.

“Apa, kamu mau bilang kalau baju ini nggak cocok denganku?”

“Nggak, kelihatan bagus kok. Jujur saja, baju itu membuatmu tampak manis.”

Kamito mengangkat bahunya dan menjawab dengan jujur. Bulu yang bagus membuat burung nampak bagus, Kamito berniat menggodanya lagi dengan kata kata manis, namun baju itu sangat cocok dengannya hingga ia hanya bisa memujinya.

“Ap-Apa yang kamu katakan!? Apa kamu ini idiot!?”

(Kaatsu) Wajah Claire semakin memerah, sambil (Pyun-Pyun) mengayunkan cambuknya.

“Uwaahh, tenang dulu!”

“Bukankah itu karena kamu terus mengatakan hal yang aneh aneh?”

“Aku mengatakan hal aneh? Aku hanya berkata jujur - *dasar merepotkan* aku paham aku paham, tolong hentikan mengayunkan cambukmu untuk setiap hal hal kecil!”

...fyuh, aku butuh dia sebagai pemandu, tapi dasar tuan putri merepotkan

Menghindari cambuk yang diayunkan dengan jarak setipis kertas, Kamito mengeluh dalam hatinya.

Kuil tempat pedang suci bersemayam berdiri dengan tenang di tengah hutan yang cerah.

Claire dengan enteng melepas tanda peringatan, lalu melangkah masuk,dan menatap Kamito.

“Dari sini selanjutnya sangat berbahaya. Jadi,orang biasa sepertimu sebaiknya pergi menjauh.”

“Kalau kamu tahu itu berbahaya, kenapa masih dilanjutkan?”

“Kan tadi sudah kukatakan. Aku butuh Roh yang sangat kuat!”

Claire menggeleng pelan kepalanya dan terus masuk kedalam kuil.

Mengabaikan peringatannya, Kamito mengikutinya masuk. Sudah datang sejauh ini, dia memang perlu pemandu, tapi dia lebih khawatir pada keselamatan gadis keras kepala ini.

Bagaimanapun, ”Roh tersegel” sangat kuat dan biasanya sifatnya liar. Mereka lebih suka mengacau dan menghancurkan, belum lagi mereka bisa membunuh Kontraktor Roh yang mempekerjakan mereka.

Mereka bukan sesuatu yang bisa ditangani oleh manusia ---- Karena itulah mereka disegel.

Usia masih enam belas tahun, dengan bakat alami mengendalikan Roh, Claire mungkin bisa disebut jenius. Namun,jika secara kebetulan ia melepaskan Roh tersegel itu dan gagal mengendalikannya, apa yang akan terjadi?

Meski ia hanya gadis yang kebetulan ia temui, Kamito tetap tak bisa mengabaikannya begitu saja.

“Kenapa masih mengikutiku? Aku nggak bisa menjamin apa yang akan terjadi padamu!”

“Bukankah kamu cukup percaya diri untuk menjinakkannya?”

“Te-Tentu saja.”

“Kalau begitu tak masalah aku ikut denganmu.”

Kamito mengangkat bahunya dan Claire melengos darinya.

“.....Suka suka kamu deh,”

Didalam kuil terasa atmosfer yang gelap dan menyeramkan. Claire sedikit mengernyit karena aroma lumut yang tercium di udara.

“......Api, berilah aku cahaya.”

Bola api kecil mendadak muncul dari ujung jari Claire, penggunaan dasar mantra Roh dalam bentuk api kecil. Cahaya kelip kelip dari bola api sedikit menyinari bagian dalam kuil yang terlihat seperti gua penuh stalaktit.

Pedang itu terletak di bagian terdalam dari kuil.

“Itu......pedang tempat Roh tersegel bersemayam?”

Kamito berujar, dimana Claire mengangguk pelan.

Pedang telanjang ditusukkan berdiri di sebuah batu. Meski tanpa ragu usianya sudah ratusan tahun, tak ada secuilpun karat di ujung atau gagangnya. Tulisan kuno nampak tertera di sisi pedangnya, memancarkan cahaya biru kelam.

“Sudah ada disini sebelum akademi ini berdiri, <Pedang Suci Severian>”

“Pedang Suci Severian? Yang digunakan menebas Raja Iblis Solomon itu?”

Raja Iblis Solomon --- memimpin tujuh puluh Roh tangguh, membawa kekacauan dan kehancuran sepanjang benua, dan merupakan satu-satunya Kontraktor Roh laki-laki sepanjang sejarah.

Dikatakan kalau yang menebas sampai mati raja itu adalah Pedang Suci Severian.

“Bego, nggak mungkin itu pedang yang asli!”

Ujar Claire seolah ia kebingungan.

“Pedang Suci Severian yang ditusukkan di batu bisa ditemukan di banyak tempat sepanjang benua ini. Beberapa desa terpencil bahkan memilikinya sebagai jimat perlindungan. Pokoknya,biarpun ini bukan yang asli,karena ini adalah pedang suci, pasti ada Roh kuat yang tersegel di dalamnya.

“....Memang, yang asli nggak mungkin ada di tempat semacam ini......”

Claire berjalan ke arah pedang dengan penuh keyakinan.

“Hey.....”

“Kamu mundur saja.”

Membentak Kamito yang berjalan mendekatinya, Claire memegang ujung gagang pedang.

“Jangan bebani dirimu.”

“.....Aku paham!”

Kamito memutuskan mengawasi Claire dari sudut dimana cahaya pedang hanya sedikit bersinar. Roh yang tersegel mungkin terpicu oleh kehadiran orang lain. Ketenangan yang berat mengisi ruang di sekelilingnya.

“.........Mari lakukan ini, Claire Rogue.”

Bernafas dalam dalam, Claire berkomat kamit. Suaranya terdengar gemetaran, tampaknya ia memang merasa sangat gugup.

Oh Roh Suci yang tersegel dalam Pedang Kuno Suci
Engkau akan menerimaku sebagai Majikanmu, dan aku akan menjadi penjagamu!

Dari bibir mungilnya meluncur mantra dengan fasih untuk ritual kontrak dalam bahasa Roh. Rambut merahnya berdiri hingga ujungnya. Angin kencang mulai berhembus dalam kuil.

Menahan nafasnya, Kamito mengawasinya dengan seksama. Jika kontrak telah terkabul dan Roh mengakui Claire sebagai majikannya, Segel Roh akan tertempa di bagian tertentu tubuhnya. Sumpah Kontrak hampir selesai. Di saat inilah, gelombang angin liar mulai menggebu gebu dalam kuil.

“.......eh?”

Namun Claire masih tak bergeming. Ia dengan tenang melafalkan sumpah kontraknya.

---Dan, cahaya menyilaukan terpancar dari Pedang Suci Severian di tangannya.

Tak bisa kupercaya.......Dia berhasil membuat kontrak dengan Roh Tersegel!?

Agar tak disapu oleh angin, Kamito yang terkejut menaikkan volume suaranya.

Dari Pedang Suci yang tertusuk pada batu muncul energi supernatural yang sangat kuat. Kalau hanya Kontraktor Roh biasa, dia pasti sudah pingsan sejak tadi.

Tiga kali Aku memerintahkan Engkau, bertukar sumpahlah denganku!

Dan, sumpah Claire menggema dalam kuil --- dalam sekejap itulah.

Clink!

“Tercabut! Tercabut! Aku berhasil mencabutnya keluar!”

“......Apa? masa sih!?”

Pedang yang berkilau cemerlang itu tercabut dari batu, Claire nampak bersorak sorak kegirangan. Pada detik selanjutnya----

Tulisan kuno yang tertempa di sisi pedang itu tiba tiba bersinar dengan gila gilaan.

“......ha?”

Claire tanpa sengaja melepaskan pedang itu dari tangannya----

Pedang suci itu menusuk ke ke tanah. Dalam sekejap ia lenyap berkeping keping.

“Kyaaahhh!!!”

Bayangan kecil terbang, dan Claire jatuh ke tanah.

“Hey, kamu nggak apa apa?”

Kamito dengan cepat berlari ke arah Claire.

“Ap-Apa? Apa yang sebenarnya ter.....”

Claire memegang dahinya dan berdiri, lalu menatap sekitarnya dengan gusar.

“Roh tersegelku....mana?”

“Tidak, aku.......merasakan sesuatu yang lebih mengerikan.”

Keringat mengalir deras di leher Kamito. Dengan ekspresi wajah seram, ia melihat ke atap kuil. Di tempat itu, berayun sambil mengambang di udara adalah pedang itu.

Bukan pedang suci yang terpecah tadi, namun pedang baja utuh yang terlihat sangat tajam.

“Apa itu......Roh yang tersegel dalam pedang suci?”

“Jadi itu kelas <Roh Pedang>. Kelihatannya dia sedang marah.”

“Kenapa kamu bisa tahu? Kamu bahkan bukan Kontraktor Roh!”

“Gampang ditebak. Dilihat bagaimanapun juga, tadi nggak kelihatan seperti seseorang yang membuat sumpah dengan bersungguh sungguh.”

“......ummm, memang begitu.....”

Claire anehnya justru mengangguk.

Pedang yang mengambang mengarahkan ujungnya ke bawah, tiba-tiba menjadi tak bergerak.

Lalu----

“Menunduk!”

Kamito dalam sekejap, menekan Claire ke tanah. Suara berdengung seperti serangga menyapu pendengaran, dalam sekejap dia sudah menghilang.

“Tu-Tu-Tunggu! Kamu pegang pegang apa!? Kuubah kamu jadi batubara nanti!”

Dengan wajah merah membara, Claire memukul mukul dada Kamito dengan keras.

“Bego! Berhenti meronta!”

Kamito lekas memindahkan tubuhnya, dan melihat ke arah Spirit pedang itu bergerak di udara.

Pecahan batu berjatuhan dengan suara bising. Langit langit kuil terpotong dengan sangat bersih.

“Tak mudah untuk mengendalikan Roh selevel itu----“

Kamito mengarahkan tatapan tajamnya ke arah Claire.

“.....Tapi Roh itu benar benar sudah lepas kendali.”

“Di-Diam! Pro-proses penjinakkan baru akan dimulai!”

“KAU INI......”

Kamito merasa jengkel, namun ini bukan waktu untuk bertengkar dengannya.

Roh Pedang mengeluarkan suara gemuruh seraya bergerak mendekati mereka. Didalam kuil, mereka tak bisa bergerak dengan bebas, bahkan jarak pandang mereka sangat terbatas.

Kamito memegang tangan Claire dan berdiri. Menyentuh kulitnya yang lembut (Doki), ekspresi Kamito masih tak berubah, meski detak jantung Claire jadi tak menentu.

“Hwahhh!”

“Berhentilah membuat suara imut karena hal sepele! Ayo kita kabur!”

“Ap..Ap..Apa? imut? Aku? Apa yang kamu, Kyaaaaa!”

“Ayo kabur keluar!”

Menarik tangan Claire, sambil berlari ke arah pintu keluar kuil yang ditimpa cahaya matahari.

Roh Pedang tak segera mengejar mereka. Mungkin saat ini masih belum betul betul bangkit. Dalam kesempatan ini mungkin mereka masih bisa melarikan diri.

Saat mereka sampai diluar kuil, kilatan pedang menyapu pandangan Kamito. Sikut Kamito jatuh selagi menari di udara. Roh Pedang mengeluarkan auman mengerikan, tanpa ampun menyapu hutan yang tenang menjadi sangat ribut.

“Edan! Spirit itu betul betul liar, mengingatkanku pada seorang nona muda!”

“Se-Selalu saja, kamu ini berisik!”

Merasa sedikit kacau, Claire batuk batuk kemudian berdiri.

Sepasang matanya yang merah nampak membara penuh akan keyakinan,entah kenapa ia mengucap beberapa kata provokatif. Menggulung ujung roknya, ia lalu mengambil cambuk kulit yang terselip di pahanya, mengayunkannya keras keras ke tanah. Kamito sedikit terpesona usai menyaksikan kalau celana dalamnya memang berwarna putih, namun ia lekas berujar,

“Kamu sinting apa!? Lawanmu adalah Roh tersegel level tinggi!”

“Ini sih gampang. Amatiran sepertimu sebaiknya mundur saja!”

“Darimana datangnya rasa percaya diri itu!? Saat ini lebih baik kabur saja!”

Claire melepaskan tangan Kamito yang memegang bahunya.

“Nggak, kamu saja yang kabur! Pokoknya akan kujadikan Roh ini milikku!”

“Kamu, untuk alasan apa---apa kamu begitu menginginkan Roh tersegel itu!?”

“....Kamu nggak akan mengerti.”

Di saat yang sama Claire mengalihkan tatapannya.

“Aku perlu....kekuatan. Aku perlu Roh tangguh yang tak akan kalah oleh Roh manapun juga!”

Penjaga dari Api Merah Membara, Pelindung dari Tungku Api Abadi!
Inilah waktunya untuk menciptakan kontrak darah, dengarkanlah segala perintahku!

Claire melafalkan mantra pemanggilan dari “Roh Api”nya. Api merah membara muncul dan tubuhnya dikelilingi oleh hawa panas kuat.

“Mulai perburuan, Scarlett!”

Bersama dengan kobaran api---Kucing merah membara muncul. Bukannya bulu, namun api merah membara yang menyelimuti tubuh hewan spiritual itu.

Itukah bentuk asli dari Roh Apinya?

Memang, dia bukan hanya besar mulut. Mewujudkannya dalam bentuk hewan adalah bukti kalau ia adalah Roh level tinggi. ”Scarlett” mungkin hanya nama kesayangannya ,mungkin bukan nama asli dari Roh itu. Tanpa ragu ia adalah Roh level atas yang memiliki nama sejati.

Claire memegang cambuknya, dan kucing neraka itu mengeong dengan suara auman keras, lalu menyerbu ke arah Roh pedang. percikan percikan api menyebar. Atmosfer bergetar oleh auman hewan buas itu. Roh Pedang yang mengambang menyerbu mereka, memotong setiap pohon sepanjang jalannya.

“Scarlett, serang dia!”

Menanggapi teriakan Claire, kucing neraka itu melompat. Tinggi di atas Roh Pedang itu melaju, dan cakar tajam membara menyerbu ke arah pedang. Dengan suara gesekan memekakkan, kilau-kilau api berjatuhan, dan Roh Pedang jatuh ke tanah.

Claire berlari di waktu yang sama. Itu bukan serangan fatal. Roh Pedang bangkit dan terbang tak sampai sedetik kemudian, berputar sambil membentuk busur panah di udara.

Roh Api mengejarnya, mencoba tak melepaskannya dari tangannya. Mengaum dengan keras, ia membuat sabetan yang kuat lagi.

percikan percikan api bermunculan kembali. Claire menyerang keras ke tanah dengan cambuk kulitnya. Perlahan menekan gerakan Roh Pedang. Kelihatannya cambuk kulit itu bukan untuk bertarung, namun lebih untuk mengendalikan Roh Api.

Karena serangan bertubi tubi Scarlett, gerakan Roh Pedang terhenti --- di saat inilah.

“Rasakan ini, Bola Api pemusnah!”

Claire melepaskan bola api besar dari telapak tangannya.

Bola Api adalah sihir Roh level tinggi yang menggunakan api ultra panas dan bisa membakar dengan ganas apapun targetnya, tanpa menyisakan bekas. Kekuatan sihir Roh ditentukan oleh kekuatan spiritual Kontraktor Roh itu sendiri dan kekuatan Roh terkontrak secara keseluruhan.

Bola api yang ditembakkan membentuk busur panah di udara, lalu meledak dalam hembusan besar yang bahkan Scarlett ikut terkena. Gelombang kejut ledakan itu menggetarkan pepohonan di sekitarnya dan semak semak mulai terbakar dari pusat ledakan.

Kekuatan yang dahsyat.......

Melindungi dirinya dari batu yang beterbangan ke arahnya, Kamito mengigit lidahnya dan kaget.

Kekuatan semacam itu sangat tak wajar jika dimiliki oleh seorang gadis yang baru berusia 16 tahun.

Didalam putaran kobaran api sosok si kucing neraka muncul. Secara alami,kucing neraka tak bisa dilukai oleh serangan api karena sifat alaminya yang memang api.

Roh Pedang mengapung tanpa bergerak di udara. Sepertinya ia tak terpengaruh oleh serangan juga. Secara alami, Claire tak berpikir kalau ia akan menjatuhkan Roh level tinggi dengan sihir Roh. Tapi ia setidaknya berhasil merebut perhatiannya.

“Scarlett!”

Teriak Claire. Cakar Roh Api menyerang Roh Pedang lagi. Cakar api membaranya bisa melelehkan besi baja sekalipun. Kalau lawannya hanya Roh biasa, akan langsung hancur lebur. Namun Roh Pedang dengan cepat berbalik, dan serangan terhenti oleh sisi tajam pedang.

Dalam sekejap, suara aneh logam yang saling bergesekan menggema sepanjang atmosfer.

“Ap....Apa?”

Kamito menekan kedua telinganya dengan kedua tangannya.

Menerima dampak suara bertubi tubi, wajah Claire menekuk karena kesakitan dan ia berlutut di tempatnya.

Roh Pedang mengeluarkan suara aneh – dan lalu, berubah. Bentuknya berubah dari pedang panjang biasa menjadi pedang bastard raksasa.

Dalam sekejap.

“Apa?”

Roh Api Claire menerima serangan tak terduga dan gagal menghindari tebasannya. Tubuhnya tertebas menjadi dua, dan lenyap ke udara bersama dengan kobaran api yang menyelimutinya.

Dengan hanya satu tebasan, ia kehilangan kekuatan untuk mempertahankan wujudnya di dunia ini.

....Sial! bukannya jelas kalau lawannya itu terlalu kuat!? Sepertinya Roh itu benar benar sudah bangkit!

Kamito mengomel dalam hati, lalu mengarahkan tatapannya pada Claire.

Claire telah jatuh ke tanah, dan matanya yang terpana hanya terpaku pada ruang kosong dimana Roh Apinya barusan lenyap.

Menghabisi Roh Api dalam satu serangan, Roh Pedang mengarahkan serangannya pada Claire.

Pedang Bastard raksasa itu melaju kencang ke arah Claire.

“Claire!”

Kamito berteriak lalu mulai berlari. Entah kenapa tubuhnya bergerak sendiri sebelum ia sadar.

“Aahhhhhhhh!!!”

Menyerbu di depan Claire, ia menusukkan telapak tangannya ke arah Pedang Bastard. Bukan tangan kirinya yang terbungkus sarung tangan kulit – namun tangan kanannya.

.......Nggak ada pilihan selain melakukan ini

Oh Roh Terhormat yang Tersegel Dalam Pedang Suci Kuno!
Engkau akan menerimaku sebagai Majikanmu, dan Aku akan menjadi pelindung bagi Engkau!

Keringat bercucuran dari dahinya, ia mulai melafalkan mantra kontrak Roh yang ia bersumpah tak akan melafalkannya lagi. Ujung pedang menembus kulit tangannya. Darah merah mengucur deras.

.....Gwah! Ugh!

Energi spiritual berskala besar serasa meremukkannya, tanah dan batu di sekitarnya bergetar karena tekanan udara. Ia hampir kehilangan kesadarannya karena rasa sakit tak terperikan. Tapi kalau ia pingsan disini, Claire yang ia lindungi di belakangnya akan terpotong menjadi dua.

Tiga Kali aku memerintahkan Engkau!

“......Tak mungkin, Kontrak Roh!?”

Suara kekagetan muncul dari tenggorokan Claire.

Kamito berlutut di atas tanah.Dan,suara tulangnya yang remuk muncul dari balik jasnya.

Bertukar Sumpahlah denganku!

Menahan rasa sakit luar biasa, Kamito menyelesaikan kata kata terakhir ritual kontraknya.

Dalam sekejap, tubuh Roh Pedang mengeluarkan cahaya biru pucat.

Apa!?

Kilatan sekejap dan suara gemuruh seolah mengisi semua ruang kesadarannya.


Bagian 4

Ia membuka matanya, dan wajah Claire Rogue ada di depannya. Menggantung di wajahnya adalah rambut kuncir duanya yang serasa menggelitik wajahnya.

Sepertinya ia baru mengucapkan sesuatu, namun Kamito tak bisa mendengarnya dengan jelas. Mungkin ledakan suara tadi telah mengacaukan pendengarannya.

......Sepertinya aku masih hidup

Terbaring lemah di tanah, Kamito tampak sangat lega. Kesempatan sukses melawan Roh selevel itu sangatlah rendah, tapi sepertinya judi yang ia lakukan terbayar sudah.

Mengangkat alisnya perlahan, ia mencoba menahan rasa sakit di sepanjang tubuhnya dan mengangkat tangannya secara perlahan.

Di tangan kanannya yang tadi tertembus pedang---

Bukannya luka, namun emblem dua pedang yang saling bersilangan tertempa padanya.

Adalah bukti dari Kontrak Roh – Segel Roh.

Aaah.....aku melakukannya lagi

Menatap segel di tangan kanannya, Kamito komat kamit.

Sedikit rasa bersalah menggelitik perasaan terdalamnya.

Ia telah melanggar janjinya dengan orang itu---

Namun untuk menyelamatkan Claire dalam situasi itu, hanya metode ini saja yang ampuh.

Claire sadar kalau Kamito telah bangun, dengan tangannya di pipi Kamito dan wajahnya semakin mendekatinya. Begitu dekatnya hingga Kamito bisa merasakan embusan nafasnya. Dengan mata merah jernihnya, ia menatap Kamito. Bibir mungilnya gemetaran.

“.......Kenapa?”

“Kenapa, kamu laki-laki, namun bisa menjalin kontrak dengan Roh?”

“......”

Kamito tak menjawab dan perlahan bangun. Merasa diabaikan, Claire mengangkat alisnya dengan penuh kejengkelan.

“I-Itu Roh Pedangku!”

“Sayang sekali ya, beberapa saat lalu aku yang membuat kontrak dengannya.”

Kamito menghembuskan nafasnya sambil menunjukkan punggung telapak tangannya dimana segel Roh itu tertempa.

"Ap-Ap-APaaaaaa!!??"

Ekspresi Claire nampak sangat terkejut dengan mulutnya terbuka lebar.

Yah, itu reaksi yang sangat alami

Dengan mendesah - Kamito merasakan sedikit sakit di dadanya. Tentu saja, ia bisa dengan jelas memahami respon itu. Pada dasarnya, kemampuan yang tak bisa dimiliki oleh siapapun selain gadis perawan - Kontrak Roh.

Eksistensi laki laki yang dapat mengontrak Roh,sepanjang sejarah, hanya ada satu orang.Dan seseorang yang membawa kekacauan dan kehancuran di dunia, yang disebut Kontraktor Roh Raja Iblis.

Sangat alami untuk takut padanya, yang memiliki kekuatan Kontrak Roh seperti si Raja Iblis.

Kamito berdiri dan dengan tenang pergi menjauh.

Ia tak menyesal. Untuk menyelamatkan gadis ini, hanya inilah yang bisa dia lakukan.

"Tunggu, aku bilang tunggu!"

Kamito hampir pergi, namun sebuah suara memanggilnya dari belakang.

Menoleh, ia melihat Claire dengan tangannya di pinggangnya tengah menatap tajam ke arahnya.

"Kamu mencuri....Rohku.....kamu harus bertanggung jawab!"

"Hah?"

Kamito mengernyit.....hal itu tak masuk akal baginya.

Karena reaksi Kamito itu, Claire tanpa sabar menyibakkan rambut kuncir duanya.

"Harusnya akulah yang mendapatkan Roh itu, sudah kubilang, kamu harus bertanggung jawab!"

"Tang....Tanggung jawab?"

Karena kata kata tak terduga itu, Kamito jadi lebih bingung.

.....Gadis itu bicara apa.

"Karena itulah....."

Claire mengayunkan cambuknya, lalu mengarahkan jari telunjuknya ke arah Kamito.

"Kamu harus menjadi Roh Kontrakanku!"

terus kita ngentot bareng

Bab 2: Akademi Roh Areishia

Bagian 1

Akademi Roh Areishia.

Dalam institusi ini, semua penyihir sepanjang kerajaan berkumpul dan berlatih keras agar bisa menjadi Kontraktor Roh yang tangguh.

Dengan taman yang indah dibalik dinding purinya, bangunan sekolah berbaris dengan sangat elegan, lebih mirip istana bagi Tuan Putri – faktanya, ini nyaris benar. Dari semua siswa yang menuntut ilmu di akademi ini, hampir semuanya adalah nyonya muda betulan.

“Namun, secara nggak diduga mendapat pertemuan yang mengerikan.......”

Kamito menggerutu sendiri sambil berjalan diatas karpet merah yang menutupi balkon lantai kedua bangunan sekolah.

“Nyasar dalam hutan, aku bisa mengontrak Roh Tersegel, selain itu.......”

Sejak Kamito mengambil Roh Tersegel darinya, gadis berambut merah membara itu terus mengarahkan perhatiannya padanya.

Setelah itu – Claire Rouge mengarahkan Kamito menuju ke gedung sekolah akademi.

Itu bagus, namun pernyataannya kalau Kamito harus menjadi Roh Kontraknya itu serius. Cambuk itu dengan kuat dan kuat membelit leher Kamito. Ketimbang dipandu, lebih tepat dibilang kalau ia sedang dikebiri, dan mereka berjalan keluar dari hutan dengan cara semacam itu.

Padahal, Kamito tak punya kewajiban terus ikut dalam permainan sang Tuan Putri. Mengambil kesempatan saat Claire pergi ke toilet, ia melepas cambuk di lehernya dan lekas kabur.

“Ah, dia kabur, kamu pengkhianat!”

Suara itu terdengar menggema dari dalam toilet---

Apa? Apa yang membuatmu berpikir kalau aku nggak akan kabur?

Gadis muda itu memang Kontraktor Roh berpengalaman namun, pengetahuannya tentang sosial tak jauh beda dari gadis naif.

“Pokoknya, sebelum ditemukan cewek itu lagi, aku harus lekas bertemu dengan Greyworth.”

Bergerak sepanjang koridor, Kamito menghembuskan sedikit nafas kelegaan.

.......Terasa depresi.

Bagaimanapun juga, sejauh ini tak ada hal bagus dengan berurusan dengan penyihir itu.

.....Tapi, aku nggak boleh mengabaikan ini

Kamito mengeluarkan selembar kertas dari kantong dadanya.

Empat puluh hari lalu, ia menerima surat itu dari Direktur Akademi Greyworth.

Kalau, yang tertulis di dalamnya itu benar----

Karena itu, Kamito tak bisa menolak kemungkinan kalau itu hanya umpan untuk bisa memancingnya kesini.

....Dipikir terus juga percuma. Apalagi pihak pengirimnya si Penyihir itu

Dan disini, Kamito berhenti di jalurnya.

Di depannya terdapat Pintu kayu tebal nan besar : Kantor Direktur Akademi.

Saat Kamito bermaksud mengetuk pintunya.....

“Direktur Akademi, saya tak bisa setuju dengan hal ini!”

Tiba tiba,sebuah suara terdengar dari dalam ruangan.

Suara alto wanita dengan nada sangat tinggi.

Sepertinya mereka sedang bertengkar di dalam sana.

.....Apa boleh buat, aku akan membunuh waktu selagi masih berada diluar

Saat Kamito tengah menjauh dari pintu---

“Kenapa kita harus menyambut makhluk seperti laki laki kedalam akademi suci para putri penyihir ini?”

Ia menghentikan langkah kakinya.

...Mm, laki laki?

Hal itu cukup menggelitik telinganya.

“Karena aku bilang kalau kita membutuhkannya. Bukankah alasan itu cukup untukmu?”

Suaranya terdengar kaku, namun membawa kekuatan besar hingga Kamito gemetar meski hanya mendengarnya dari balik pintu. Sungguh suara menakutkan dari penyihir tak peduli berapa kalipun seseorang mendengarnya.

“A-Apa anda menganggap kalau kita kekurangan tenaga disini?”

“Salah besar, aku tidak mengecilkan kekuatan pasukan yang kamu pimpin, tapi, dia itu istimewa.”

“.....Maksud anda kemampuan berkomunikasi dengan Roh meskipun dia seorang laki laki?”

“Iya, tapi bukan hanya itu saja.”

“Apa maksud anda---“

Dan, gadis itu tiba tiba menutup mulutnya rapat-rapat.

Ketenangan terjadi untuk beberapa saat, kemudian---

“Siapa disana?”

Gawat. Sepertinya mereka menyadari kalau seseorang sedang menguping pembicaraan.

Kamito lekas mencoba melarikan diri—

Bang— tiba-tiba, pintu kantor dibuka dengan galak.

Dari pintu yang ditendang terbuka, disana muncul—

Kaki langsing nan indah yang diayunkan tegas ke depan, gadis cantik berambut kuncir kuda.

Sepasang mata tajam dan panjang. Penampilan yang anggun dan mempesona.

Ia mengenakan lempeng dada perak di atas seragamnya, yang terlihat seperti penampilan ksatria jaman pertengahan.

Dibalik rok seragam, celana dalam berendanya tertangkap pandangan Kamito.

“Hitam?”

“Ap.....Ka-Kamu orang tak tahu diri!”

Gadis itu menendang Kamito di perutnya dengan sekuat tenaga yang akhirnya memunculkan teriakan.

“Guoh!”

Serangan tiba tiba yang tak sempat ia pertahankan,membuat Kamito terlempar.

Dalam sekejap, gadis muda itu memperkecil jarak diantara mereka dan menekan Kamito ke lantai, ia mengeluarkan pedang di pinggangnya.

Kemudian ia menikamkannya dengan tegas, mengarahkan ujung pedang ke pipi Kamito.

“.........”

Mengarahkan tatapan tajam nan dingin.

Kemudian, sepasang mata jernih berwarna cokelat kemerahan itu melebar.

“Kamu.....apa kamu........adalah laki laki?”

Kemudian wajah tegas gadis itu merona dan mulai menjadi kemerahan.

Di saat itulah---

“Fnn, sepertinya kamu datang terlambat, Kazehaya Kamito?”

Suara tak senang datang dari arah belakang kantor.

Kamito yang masih ditahan oleh si gadis itu, perlahan menaikkan alis matanya.

Disana --- terdapat sosok penyihir yang sama sekali tak berubah sejak tiga tahun yang lalu.

Rambutnya yang pirang ke abu abuan bergelombang dengan lembut.

Kecantikannya menampakkan sisi menggoda dari wanita dewasa.

Dibalik sepasang kacamata mungilnya, matanya, dengan warna abu abu seperti rambutnya, menatap ke arah Kamito.

.....Akhirnya keluar juga kau, Penyihir!

Kamito menggerutu dengan pahit dalam hatinya.

Penyihir Senja --- Greyworth Ciel Mais.

Dengan penampilan yang memukau, seperti karnivora, wanita cantik, ia adalah Ksatria Roh yang meraih titel sebagai satu dari 12 Jenderal Ksatria dari kerajaan.

Rumor kalau Kontraktor Roh peringkat tertinggi suka memalsukan usianya mungkin sangat tepat.

“---Sudah tiga tahun Kamito. Melihat wajahmu, sepertinya kamu sudah berubah.”

“.....Kau saja yang tidak berubah, Penyihir Senja.”

Respon sarkastis selagi ia masih ditekan kebawah di punggungnya, si penyihir tersenyum simpul.

“Kazehaya Kamito? Berarti pria ini..........”

Si gadis kuncir kuda mengangkat alis matanya.

“Hey, bukankah sudah waktunya kamu melepaskanku?”

Kamito menyudutkan matanya dan menggerutu pada gadis muda yang menaiki dadanya ini.

“Ada apa? Kamu orang tak tahu malu dan kasar?”

“Yang penting, aku mengatakan itu demi dirimu juga.”

“......Apa maksudmu?”

“Gimana bilangnya ya......sejak tadi, kedua pahamu sudah menyentuh badanku.”

Pahanya yang putih dan mulus itu terasa sangat empuk. Sangat disayangkan kalau ia harus menegaskan hal itu, namun ini bukan situasi dimana ia bisa menikmati keuntungan tak terduga.

“.....Wa!!!!!”

Wajah serius gadis muda itu menjadi merah seperti terbakar.

Berdiri dengan cepat sambil memegangi roknya, tanpa ampun ia mengayunkan pedangnya.

Suara Greyworth menggelegar. Gadis bernama Ellis itu segera menghentikan gerakannya.

Pada jarak setipis rambut, Kamito berhasil mengelak dengan memutar tubuhnya.

“Ap-Apa yang mau kamu lakukan?”

“Ka-kamu dasar mata keranjang! Di saat ini juga, aku akan mengubahmu jadi salmon rebus!”

“Tunggu! Tenang dulu – dan aku bukan salmon!”

Zing – tebasan yang tajam,sikut Kamito nyaris saja tertebas.

Gadis ini serius. Bahkan tak sedikitpun keraguan muncul di matanya.

.....Ugh, dalam sehari ini, sudah berapa kali aku nyaris terbunuh?

Hari yang sungguh sial. Atau mungkin gara gara si Penyihir senja itu?

Apa semua gadis di Akademi ini bertingkah seperti itu?

Terpojok ke arah dinding, Kamito merasa kalau nyawanya betul betul terancam bahaya --- di saat inilah.....

“Sarungkan pedangmu, Ellis! Semua tindakan kekerasan di lingkungan Akademi dilarang tegas!”

“....Uh!”

Suara Greyworth menggelegar. Gadis bernama Ellis itu segera menghentikan gerakannya.

“Di-Direktur Akademi......Sa-Saya hanya.......”

“Apa aku harus mengulanginya dua kali, Ellis Fahrengart!?”

“.....Tidak, Um---saya minta maaf.”

Ellis sambil menatap tajam ke arah Kamito, menyarungkan pedangnya dengan ragu-ragu.

Grayworth menekan kacamatanya dan tersenyum.

“Jadi kamu sudah di usia itu. Yah, ditekan kebawah oleh tubuh lembut Ellis dibalik armornya, hampir semua laki laki normal tak akan tahan.”

“Di-Direktur Akademi!?”

“Tunggu! Tolong jangan katakan apa apa yang bisa memicu kesalahpahaman. Aku hanya---“

Kamito segera memprotes. Namun, matanya tanpa sengaja menuju ke arah dada Ellis----

......Memang, dia mengenakan armor jadi sulit dideteksi, tapi sudah pasti, payudara menyedihkan Claire Rogue tak ada apa apanya dibandingkan dirinya.

“Ka-Ka-Kamu! Li-Lihat lihat apa kamu!?”

“Tidak sengaja......”

Kamito dengan cepat mengalihkan tatapannya.

“Guh! Kalau kamu bukan tamu Direktur Akademi, aku akan membuatmu jadi Pot-au-feu saat ini juga!”

“.......Kenapa Pot-au-feu?!”

Meski ia tak memahami kalimat metafora itu, tetap saja terdengar menakutkan.

“Ellis, kamu boleh pergi sekarang. Tak menyenangkan kalau melihat pertengkaran didepan mataku.”

Greyworth mengucapkan itu dengan nada dingin.

“Sa-Saya tak bisa meninggalkan anda di ruangan ini dengan......pria itu. Kalau dia punya hasrat aneh aneh pada Direktur Akademi----“

“Hal seperti itu tak mungkin!”

Kamito lekas menyela ucapannya........Apa yang gadis ini katakan?

“Kalau begitu juga tidak masalah. Aku selalu mengenakan pakaian dalam keberuntunganku.”

“Apa.......”

“Mm, wajahmu menjadi merah, pria muda, manis sekali. Ngomong-ngomong, warnanya adalah----“

“Aku tak mau mendengarnya!!!”

“Cuma bercanda. Kenapa wajahmu jadi malu malu begitu?”

“Guah!”

Sang Penyihir Senja tertawa tawa kecil tanda puas, tatapan mata Kamito terisi dengan niat membunuh terhadapnya.

“Ta-Tapi Direktur Akademi tak boleh berduaan saja dengan pria ini tanpa pen—“

“Ellis Fahrengart!”

Karena nada bicaranya yang kalem, bahu Ellis gemetar.

“Apa aku perlu mengulangi ucapanku dua kali?”

“Um, maafkan saya.”

Sungguh Greyworth yang mengerikan, dengan suaranya yang gemetar, Ellis mengangguk, dan pergi ke arah koridor dengan ragu ragu.


Bagian 2

Akhirnya dilepaskan, Kamito berdiri tegak sambil menghembuskan nafas kelegaan.

Membersihkan sisa debu di jasnya, ia bergerak masuk kedalam kantor.

Setelah kamito menutup pintu di belakangnya, Greyworth mengangkat bahunya.

“Dia adalah putri dari keluarga bangsawan Fahrengart. Ksatria yang handal, meski agak keras kepala.”

“Apa gadis tadi murid disini juga? Dia mengenakan armor diatas seragamnya.”

“Dia adalah pemimpin dari Ksatria Sylphid, kelompok yang mengurus semua yang mengganggu aturan dalam Akademi.”

“Seperti Komite moral publik saja. Kalau begitu, mereka harus bisa bertindak lebih tegas lagi!”

Kamito mengingat kembali, apa yang terjadi di dalam hutan saat ia menemui gadis berambut merah seperti bara api itu.

......Meninggalkannya begitu saja mungkin adalah hal yang buruk, dalam banyak hal.

“Fu, akan kupertimbangkan itu. Ngomong ngomong Kamito, kenapa kamu kelihatan kucel? Seolah olah kamu baru diserang di Hutan Roh.”

“.....Nggak, aku dicakar seekor kucing. Kucing betina yang berapi api.”

Kamito menjawab seenaknya dengan wajah masam, Greyworth mengangkat bahunya.

“Kamu lebih baik berhati-hati, ada rumor kalau bagian terdalam <Hutan Roh> yang bahkan Komite Investigasi Spirit tak mau memasukinya, ada Roh Level-S yang masih tertidur disana. Sekali bertemu dengannya, nyawamu jadi taruhannya--- dalam kasusmu, bisakah kamu menjinakkannya?”

“Tolong hentikan. Aku tak mau berurusan dengan Roh Level-S lagi.”

“Yah, dengan dirimu yang sekarang, kamu akan jadi gumpalan daging dalam hitungan detik.”

“Bahkan tak sampai sedetik. Sebetulnya, kalau dengan Roh Terkontrak, aku mungkin bisa bertahan setidaknya tujuh detik.”

“Fu----Dengan Roh Terkontrak?”

Greyworth mengarahkan tatapannya pada telapak tangan kanan Kamito.

“Luka itu. Apa itu juga disebabkan oleh cakaran kucing?”

“Ini-----“

Luka----di tangan kanannya, itulah dimana Segel Roh tertempa beberapa saat yang lalu.

Kamito diam diam mengigit lidahnya --- tidak, apapun yang ia lakukan, sia-sia saja menyembunyikannya dari sang Penyihir Senja.

“Yah, bagaimana bilangnya ya. Ini hanya kebetulan. Aku membuat Kontrak dengan seekor Roh. Warnanya ultra-ungu, kalau aku gagal membuat kontrak, aku tak mungkin berada disini saat ini.”

“Ha, kamu memang banyak berubah, bahwa kamu menjalin kontrak dengan Roh selain dia.”

Mata keabu abuan dibalik kacamatanya, memicing dengan tajam.

“Akhirnya kamu mengucapkan selamat tinggal pada hantu itu, begitukah?”

“.....Guh!”

Nada sindiran itu membuat emosi Kamito seolah akan meledak.

“Dia bukan hantu! Dia itu........”

Kamito mengeluarkan secarik kertas dari dalam kantongnya, lalu menaruhnya di depan meja.

Sang Penyihir cantik tak bergeming sedikitpun. Ketenangan yang tak tergoyahkan.

Kamito menggigit bibirnya, lalu bertanya pada Greyworth.

“Ini, kau mengirimkan ini padaku, apa ini memang benar?”

“Ah, itu benar. Penyihir tak pernah berbohong.”

“Itu.....memang, kau belum pernah berbohong. Tapi kau belum pernah berbicara jujur juga.”

Kamito mengujarkan semua yang ia ingin katakan.

“Yah, terserahlah..........Katakan padaku semua yang kau tahu.”

“Oh, anak muda. Itukah sikap seseorang saat bertanya pada Penyihir? Tiga tahun lalu kamu lebih manis.”

“Kucing akan berubah menjadi Harimau dalam tiga tahun. Jangan pikir aku akan terus menjadi piaraanmu selamanya.”

“Kucing tak berubah menjadi Harimau dan tak akan pernah.”

Greyworth sengaja mengangkat bahunya dan menatap lekat lekat ke arah mata Kamito.

Kamito merasa sangat tertekan oleh tekanan dari tatapan luar biasanya itu.

“Yang tertulis disana itu benar. Roh Terkontrakmu masih hidup.”

“.....Guh!”

Kamito menelan kembali nafasnya.

Penyihir tak berbicara jujur. Namun ia juga tak akan berkata bohong.

“Dia........Restia, bagaimana kau bisa tahu?”

Kamito meninggikan suaranya, menyandarkan badannya di salah satu meja kantor.

Sang Penyihir tanpa menggerakkan alisnya, menjatuhkan setumpuk dokumen di depan hidung Kamito.

“.......Apa ini semua?”

“Surat persetujuan. Tanda tanganlah disini.”

“Ini tak masuk akal. Apa maksudmu?”

“Tak ada yang tak bisa kau pahami. Kau pikir untuk tujuan apa aku memanggilmu kesini? Apa kamu paham kalau aku, sang Penyihir Senja, akan begitu saja memberikanmu informasi karena kebaikan hati?”

“Aku sangat paham kalau kau tak punya apa apa selain kelicikan.”

Kamito meraih selembar dokumen, lalu membantingnya ke meja depannya.

Dibundel dengan klip, Surat Pemberitahuan Akademi Roh Areishia.

Tertulis disana, tak diragukan lagi – Profil latar belakang Kamito.

“Lelucon macam apa lagi ini?”

“Hari ini kamu adalah siswa Akademi ini. Jangan khawatir, aku sudah mengurus semua prosedur yang diperlukan.”

“Bagaimana aku bisa tenang! Apa maksudmu dengan semua ini, jelaskan!”

“Aku memerlukanmu. Itu saja.”

“Ha?”

Kata kata si Penyihir selalu diluar dugaan. Seperti hembusan angin di musim panas.

“Apa yang kau bicarakan? Maksudku, akademi ini, adalah taman bagi para gadis perawan.”

“Bukan masalah. Hal semacam itu bukanlah hal besar dengan menggunakan kekuasaanku.”

“Itu sendiri sudah jadi masalah! Sekarang berbeda dari tiga tahun yang lalu!”

Terprovokasi oleh Kamito ----

“Jangan salah paham, pria muda. Kau tak punya hak untuk memilih.”

Greyworth mengucapkannya dengan nada dingin dan mengintimidasi.

“.....Ugh!”

“Sampai sekarang aku sudah membiarkanmu berkeliaran dengan bebas. Aturannya, Kontraktor Roh harus berada dibawah naungan Organisasi. Kamu paham hal itu, bukan?”

“Itu----“

Di kerajaan Orudeshia, Kontraktor Roh diberikan sejumlah fasilitas, namun sebagai gantinya mereka harus bekerjasama dengan Organisasi. Kalau ada Kontraktor Roh bebas yang memiliki ideologi bertentangan dengan Kerajaan, hal itu akan sangat membahayakan negara.

“Mereka akan mengendus keberadaanmu cepat atau lambat. Jangan remehkan Ksatria Roh negara ini, kita tak tahu apa yang akan terjadi dari tiga tahun lalu, namun dengan kondisimu saat ini, kau pasti akan kalah telak, selain itu-----“

Kemudian, senyuman Iblis muncul di wajah Greyworth.

“Mungkin saja ada kesempatan buatku untuk membocorkan rahasiamu.”

“.......Apa apaan itu! Ini sih sama saja dengan pemerasan!”

“Syukurlah kalau kamu bisa memahaminya dengan cepat.”

“Caramu sungguh memalukan.”

Kamito meluncurkan kalimat kekesalan, Greyworth seolah menyesal mengangkat bahunya.

“Fu, kenapa kamu tidak puas? Seorang pria dalam institusi dimana para putri putri berkumpul. Bukankah ini seperti kerajaan harem yang super mewah?”

“Oh, tolonglah, aku......”

“Kalau mau, kamu boleh mengambil salah satu siswa dari Akademi dan perlakukan dia sesukamu. Misalnya Ellis Fahrengart yang barusan tadi – memang keras kepala, tapi dia adalah tipe yang akan sangat patuh jika sudah dilatih. Aku yakin dia akan mau menanggapi apapun permainan radikal mesum yang ada dalam kepalamu.”

“Apa aku kelihatan seperti maniak seks?”

“Cuma bercanda. Tak mungkin aku punya kekuasaan untuk melakukan itu.”

“Aku tak mau menanggapi leluconmu......”

Kamito menggerutu sambil memegangi jidatnya.

“Aku senang kita bisa cepat mencapai persetujuan.”

“Karena tak ada gunanya melawan Penyihir sepertimu.”

Dengan balasan kasual, Greyworth tersenyum---

“Dalam dua bulan, Blade Dance (Tarian Pedang) akan diselenggarakan di Astral Zero. Aku sudah mendaftarkanmu sebagai peserta di kompetisi itu.”

“Apa katamu??????!!!!!!”

--- Festival Tarian Pedang Roh.

Sekali setiap beberapa tahun, merupakan ritual Kagura[1] terbesar yang diselenggarakan di Astral Zero.

Para Kontraktor Roh berkumpul dari sepanjang benua, dan menampilkan Tarian Pedang sebagai persembahan pada Lima Raja Elemental Besar.

Singkat kata, itu adalah Festival Bela Diri terbesar untuk sesama Kontraktor Roh.

Negara dari kelompok pemenang akan diberi beberapa tahun perlindungan dewa oleh Raja Elemental, hadiah yang sangat menggiurkan bagi setiap negara. Bersama dengan hadiah utama bagi sang pemenangnya.

Satu <Permintaan> akan dikabulkan.

“Menangkanlah, Kamito. Meskipun sekarang ini mungkin masih mustahil bagimu.”

“Aku-----“

Kamito mengigit bibirnya, menggenggam tinjunya dengan keras.

Bukan tangan kanannya dimana Segel Roh tertempa – namun tangan kirinya yang terbungkus oleh sarung tangan kulit.

*Zukiri* Rasa sakit mendadak muncul di dadanya.

“A-Aku sudah memutuskan kalau aku tak akan pernah ikut serta Festival Tarian Pedang lagi.”

“Tidak, kau tetap harus ikut serta. Kalau tidak, akan muncul masalah lagi.”

Greyworth meletakkan kedua tangannya di meja kantor, perlahan mengguncang kepalanya.

“Karena, tak seorangpun selain kamu, bisa menang melawan Penari Tarian Pedang Terkuat.”

“Ap.....a....?”

Saat mendengar nama itu, wajah Kamito membeku.

Sang Terkuat --- Kontraktor Roh yang menerima titel ini, saat ini, hanya ada satu di seluruh benua.

Tiga tahun lalu, gadis yang masih berumur empat belas tahun berhasil mendominasi pertandingan individual Festival Tarian Pedang Roh.

“-----Itu benar. Dia telah kembali.”

Sepasang mata abu abu Grayworth, menusuk tajam ke arah mata Kamito.

“Penari Pedang Roh Terkuat – Ren Ashbell.”


Bab 3: Teman Sekelasku Adalah Seorang Tuan Putri

Bagian 1

Langkah kaki keras terdengar sepanjang koridor Akademi.

Seragam berlengan panjang telah disediakan secara langsung untuk Kamito, yang mengikuti si kuncir kuda dengan rambut berayun.

Seragam yang Greyworth sudah persiapkan dirancang secara khusus untuk ia kenakan. Warna dasarnya sama dengan siswa yang lain, yakni putih, namun bawahannya sudah jelas bukan rok. Kain dari celana panjangnya, yang sudah diberi kekuatan pensucian, ia kenakan dengan bagus layaknya gentleman.

Sial, ukurannya sangat pas......dia sudah memperhitungkan hal ini sejak awal

Kamito mengutuk Greyworth dalam kepalanya.

“Bangunan Pengajar dan bangunan siswa terhubung di koridor lantai kedua. Kantin terletak di lantai pertama.”

Memandunya sepanjang bangunan sekolah adalah gadis yang sebelumnya, Ellis Fahrengart.

Ketika Kamito sedang mengganti seragamnya, sepertinya Greyworth sengaja mengutus Ellis.

Awalnya, ia jelas jelas menunjukkan wajah tidak suka, namun karena kepribadiannya yang serius, ia tak mengabaikan Kamito di tengah jalan dan secara bertanggung jawab terus membimbingnya.

Desain bangunan sekolah sangat sangat rumit dan agar bisa menciptakan ruang yang nyaman bagi Roh, telah mengadopsi standar dari gaya arsitektural insinyur Roh terbaru. Yang jelas, sudah pasti kalau desain telah mendapat banyak pertimbangan dari orang orang yang menggunakannya.

Menatap kuncir kuda Ellis yang berayun-ayun, Kamito mengingat percakapan yang tadi. Pada akhirnya, meski ia kurang puas dengan kondisi yang berpihak pada si Penyihir tua itu----

Mendengarkan nama itu, yang telah disebutkan, Kamito tak mempunyai pilihan lain.

Ren Ashbell – tiba tiba muncul tiga tahun lalu, Penari Tarian Pedang Spirit terkuat yang pernah ada.

Dan, Roh terkontrak milik Ren Ashbell itu adalah---

Roh Kegelapan dalam wujud gadis muda.

“......”

Sambil berjalan, Kamito mengarahkan pandangannya pada tangan kirinya yang terbungkus oleh sarung tangan kulit.

.....Nggak, nggak mungkin dia. Karena dia adalah----

Kamito menggeleng kepalanya. Mencoba menolaknya secara rasional --- tapi jangan jangan......pikiran pikiran rumit terus berkelebat dalam kepalanya.

......terserah deh. Akan kupastikan dengan mata kepalaku sendiri. Untuk sekarang aku tinggal menari di telapak tanganmu, Greyworth!

“Kamu.......”

Lalu Ellis, yang sejak tadi berjalan di depannya, tiba tiba berhenti.

Menghadap Kamito dengan tangan di pinggangnya, ia hanya cemberut ke arah Kamito.

“Kamu mendengarkan tidak? Aku capek capek menjelaskan ini semua demi kamu.”

“....Um, maaf ya. Aku sedang memikirkan banyak hal.”

“Mm, memikirkan sesuatu?”

Entah mengapa, wajah Ellis mendadak merona kemerahan, dan dengan cepat berjalan ke arahnya.

“Ka-Kamu! Hal macam apa yang kamu pikirkan selagi melihat punggungku sejak tadi!?”

“Tu-Tunggu! Jangan cabut pedangmu disini.”

Pedang itu sudah berada di jarak mati, dan Kamito dengan cepat menghindarinya.

Mungkin........gadis ini juga.........

Tampaknya sudah jadi hal umum kalau semua siswi di Akademi ini tak mempunyai kekebalan terhadap laki-laki.

Mungkin alasan kenapa Ellis berjalan lebih cepat dari sebelumnya, adalah karena dia sadar akan fakta kalau Kamito adalah laki laki.

“Dengar, jangan salah paham tentang apapun! Aku belum sudi menerimamu. Aku memandumu karena aku nggak punya pilihan selain mematuhi perintah Direktur Akademi!”

“Ah, aku paham. Tapi jangan perlakukan aku seperti musuh. Mulai hari ini aku adalah siswa Akademi ini seperti kamu.”

“Aku tak akan pernah menerima dirimu. Fakta kalau ada laki-laki sepertimu yang menjadi Kontraktor Spirit, tak mungkin aku bisa menerimanya!”

Kembali melangkahkan kakinya, Ellis mulai berjalan dengan lebih cepat.

“Semua hal diributkan, kenapa Direktur Akademi ingin laki-laki bersekolah disini.......”

.....sepertinya Kamito benar benar tak disukai.

Apa boleh buat. Mungkin inilah takdir bagi seorang pria di taman bunga para gadis

Seolah ada seekor singa dilepaskan dalam kerumunan kelinci.

Secara alami, para Tuan Putri terhormat harus menyadari laki-laki yang sebaya dengannya.

<Festival Tarian Pedang Roh> akan diselenggarakan dua bulan lagi.

Ia harus mengumpulkan kepercayaan mereka secara perlahan lahan di kehidupan sekolahnya.

Hmm, yah, bicara soal kehidupan sekolah..........

Tiba-tiba, sesuatu terbersit dalam kepalanya.

“Hey Ellis.”

“Ada apa?”

Ellis menoleh dengan wajah kaku.

Ia pikir Ellis pasti marah karena memanggil namanya secara enteng, namun kelihatannya tidak terlalu.

“Dari hari ini seterusnya, dimana aku harus tinggal?”

Tak ada asrama laki-laki di Akademi ini, dan tak mungkin ia bisa mendapat kamar di asrama wanita. Apa itu berarti dia harus ngelaju ke sekolah dari kota akademi di kaki gunung?

“Jangan khawatir soal itu, Akademi sudah menyiapkan tempat tinggal khusus buatmu dengan harga murah. Bagian kas Akademi sudah disisihkan secara khusus untuk biaya konstruksinya.”

“Cara bicaramu terdengar kurang mengenakkan.”

.......Itu juga tak apa-apa. Ketimbang tak ada tempat tinggal atau harus tinggal di <Hutan Roh>

“Bisa dilihat dari jendela ini --- tuh, ada disana!”

Kamito melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Ellis.

“....Um, yang sebelah mana?”

Melihat dataran yang luas, sepertinya ia tak menemukan ada bangunan tempat tinggal disana.

“Lihat baik-baik, di sebelah sana di sudut Plaza segi empat.”

Ellis menunjuk ke arah----

Bangunan luas dengan atap yang besar.

Lebih luas dari rumah hunian biasa, pasti ada banyak ruangan di dalamnya.

Di sampingnya terdapat area pemandian eksklusif. Pagar telah ditempatkan berderet sepanjang pintu masuknya.

“Hei, bukannya itu kandang!”

Kamito berteriak dengan kencang.

“Apa lubang matamu itu kosong? Lihat lebih cermat!”

“Ha?”

Um, apa ada yang salah dengan penglihatanku?

Ia hanya bisa melihat kandang.

Tidak, disebut kandang sudah terlalu bagus. Bagaimanapun, tempat itu hanya dihuni oleh beberapa ekor kuda.

Mm?

---Dan kemudian, Kamito akhirnya berhasil menemukannya.

Di sebelah kandang, dimana papan papan kayu ditaruh bersamaan dan direkatkan, memang terdapat sebuah tempat tinggal.

Disini dan disana, papan papan dengan panjang berbeda tampak dipaku bersamaan.

Atapnya terlihat lapuk. Angin yang sedikit kencang akan mudah merobohkan bangunan itu.

“Ah mungkin---yang satu itu?”

“Iya.”

Ellis mengangguk dengan enteng.

“Dimana tempat tinggalku yang nyaman? Benda itu terlihat seperti dibangun dalam tiga hari!”

“Tiga jam. Jangan remehkan kemampuan Roh terkontrakku.”

“Kamu yang membangunnya!? Maksudku, bukankah itu harusnya dibangun dengan biaya besar!?”

“Biaya besar, memang. Aku membuang waktuku karena kamu. Masih kurang puas juga?”

“Aku sangat tidak puas. Ini sama saja pelecehan terhadapku!”

“Ada ranjang yang layak pakai, aku bikin dari jerami.”

“Aku dapat perlakuan yang sama dengan kuda........”

“Fu, kamu punya harga diri yang tinggi juga. Tentu saja kuda lebih pantas untuk dirawat daripada orang macam kamu.”

Dengan kuncir kudanya berayun di bahunya, Ellis mengucapkannya dengan jelas.

Entah kenapa, Kamito ingin menangis.

“Toiletnya? Lalu kamar mandi?”

“Pakai saja bagian belakang tempat tinggalmu sebagai toilet. Sayangnya, kamar mandinya kamu harus berbagi.”

“Berbagi mandi........dengan kuda?”

Kamito merengut. ”Masih mau protes?” Ellis membalas ekspresi Kamito dengan tegas.

“Dengar baik-baik, bahkan meski kamu berjuang sekeras nyawamu untuk masuk kedalam kamar mandi Akademi, Roh terkontrakku akan meremukkanmu menjadi jamur saute.”

“Kedengaran lezat. Jadi, kamu suka memasak?”

“Aa, itu hobi. Suatu hari seorang pangeran tampan akan meminangku ke pernikahan, dan untuk membuatnya bahagia dengan masakanku, aku biasanya berlatih memasak.”

“Sungguh? Um, kalau sempat, apa aku boleh mencicipinya juga? Setidaknya, aku punya selera makan yang bagus.”

“Aah, kalau sempat, aku akan mendemonstrasikan keahlian memasakku.......Tunggu! siapa yang kamu pikir kalau aku akan melakukan hal semacam itu padamu!”

*Zing* – dalam sekejap pedang diayunkan, dan Kamito menghindarinya dengan jarak setipis kertas.

“.....Kamu. Lupakan soal masakan, lagipula aku bukannya mau menikahimu----“

“Uh......”

Kamito mengeluh dengan mata setengah terbuka. Mungkin merasa sadar diri, Ellis dengan cepat membuang mukanya.

“Satu hal lagi, sebagai pemimpin dari Ksatria Akademi, bukannya kamu yang paling banyak melanggar aturan?”

“Di-Diam! Itu gara-gara kamu mengatakan hal-hal yang aneh!”

Kamito mengangkat bahunya, lalu meneruskan langkahnya sepanjang koridor.

“Mari tinggalkan topik tentang asrama sekarang. Dimana ruang kelasku?”

“Kelas Raven (Gagak hitam). Tempat para siswa bermasalah dikumpulkan, ruangan yang sangat sempurna untukmu.”

“Siswa bermasalah?”

“Sesuai dengan makna katanya........Hei, kenapa wajahmu kelihatan murung begitu?”

“Nggak, aku kebetulan tahu sesuatu tentang itu.”

Kamito mengingat dalam kepalanya, gadis berambut merah yang ditemuinya didalam hutan.

Pokoknya tak mungkin! – rasa ketidaknyamanan itu, ia tak bisa membuangnya jauh jauh.

“Apa kamu juga dari kelas Raven?”

Kamito nekat saja mengajukan pertanyaan itu.

Istilah “siswa bermasalah” baginya sangat cocok dengan gadis ini.

“Jangan konyol........aku dari kelas unggulan, Kelas Weasel (Musang).”

Dalam sekejap, pedang kembali diayunkan secepat kilat.

Kali ini Kamito sudah bisa memperkirakannya, dan hanya sikutnya yang sedikit tertebas.

“......Te-Teknik pedang rahasia keluarga Fahrengart bisa dihindari semudah itu?”

“......Makanya, jangan seenaknya menebas ke arahku dengan teknik rahasia itu!”

Menaiki anak tangga dan berjalan sepanjang koridor panjang, Kamito akhirnya melihat ruang kelasnya.

Pintu kayu jati raksasa dengan bentuk Roh abstrak terpahat di depannya.

Ruang kelas di Akademi Roh Areishia diatur satu lantai terpisah satu sama lain. Karena ruang kelas yang terlalu berdekatan akan mudah memicu duel atau keributan yang tak perlu.

“Semua siswa yang bersekolah di Akademi ini adalah Tuan Putri dari keluarga bangsawan. Ada juga yang menyimpan dendam terhadap satu sama lain. Meski sudah diatur dalam peraturan Akademi, bahwa perselisihan pribadi itu dilarang, insiden seperti duel masih belum bisa dihentikan.”

Sambil mengeluh, Ellis menepukkan kedua tinjunya dengan kuat.

“Kami para Ksatria Sylphid akan melindungi kedamaian Akademi ini dari para pengacau!”

“Nggak, orang yang paling banyak bikin masalah adalah kamu-----“

---Itulah yang ingin dia katakan, namun Kamito memilih membungkam mulutnya.

Sambil berbicara, ekspresi wajah Ellis terlihat sangat serius.

Ia berpikir kalau Ellis hanyalah gadis ceroboh yang suka mengayunkan pedangnya sepanjang waktu – namun kesannya tentang Ellis sudah agak berubah.

Ia memiliki harga diri sebagai seorang Ksatria.

Kontraktor Roh laki-laki, yang dengan kehadirannya saja akan menimbulkan kekacauan tak perlu dalam Akademi.

Dari sudut pandang pemimpin para Ksatria, yang bertugas mempertahankan kedamaian, ia secara alami tak akan bisa menerima kehadiran Kamito.

Disamping semua itu, ia masih bisa berbicara dengan lugas pada Kamito.

Sedikit keras kepala, namun sangat terhormat dari lubuk hatinya.

“.....Hm, kenapa kamu terus menatap wajahku?”

Ellis dengan curiga memicingkan alis matanya.

“Anu, aku minta maaf karena sejak tadi sudah banyak merepotkanmu.”

“..? Ke-Ke-Kenapa kamu, tiba-tiba!”

Reaksinya yang malu malu itu entah kenapa terlihat sangat manis.


Bagian 2

Melihat kedalam ruang kelas auditorium besar, tak seorangpun ada disitu. Sepanjang waktu ini, para siswa sedang keluar. Mungkin mereka semua sedang melakukan latihan praktikal di area pelatihan.

“Dari sini nggak apa-apa, aku bisa minta bantuan teman-teman kelasku. Terima kasih untuk panduanmu.”

“Fufu, nggak perlu berterima kasih. Kalau tadi aku sampai gagal memandumu, bisa-bisa kamu dengan sengaja tersesat kedalam toilet nanti.”

“Kamu masih belum bisa mempercayaiku.......?”

Usai cukup menahan derita hingga kepergian Ellis, Kamito menghembuskan nafas panjang.

Melihat pengalamannya sejauh ini di hari pertama, akan sangat sulit untuk mendapatkan rasa kepercayaan dari teman teman sekelasnya.

Sambil menggerutu dalam hati, Kamito melangkah masuk kedalam ruang kelas yang masih kosong melompong.

Lalu, disaat yang bersamaan. Swoosh! suara tebasan terdengar di udara---

“Gueh!”

Sebuah cambuk dengan paksa melingkari leher Kamito.

Tertangkap oleh serangan yang begitu tiba-tiba, tubuhnya tertarik dan terlempar jatuh ke koridor.

Ap-Apa?

*Uhuk*Uhuk* melihat ke sekelilingnya selagi terbatuk batuk.

“Kazehaya Kamito!”

Di atas kepalanya, suara gadis yang tak asing baginya terdengar begitu jelas.

......Sejujurnya, suara yang tak ingin ia dengar lagi.

“Ka-ka-kamu berani kabur dariku, meskipun sudah menjadi Roh Terkontrakku!”

“Hugh, ug.”

“Berani membangkangku!”

“Guh!”

Berpura-pura bodoh dan mencoba bersiul, benda yang membelit lehernya terus mengencang.

Dasar sial........

Mencoba memfokuskan pandangannya, di hadapan Kamito----

Gadis cantik dengan rambut merah membara dengan tangan terlipat menatap tajam pada Kamito.

Hembusan angin dari jendela membuat rok mininya sedikit tertiup di udara.

“Claire, kamu.....”

Lenguhan dalam muncul dari tenggorokan Kamito.

“Apa, mau cari alasan supaya bisa kabur lagi?”

“Nggak, dari sini, celana dalammu kelihatan dengan jelas.”

“Ap--!!”

Wajah Claire memerah padam lalu ia dengan cepat menekan bagian bawah roknya.

“Ca-Ca-Ca-Cabul!!!!!”

*Gogogogogogogogo.....*

Gelombang panas yang muncul dari tubuh Claire terus meningkat.

Tidak, itu bukan gelombang panas. Namun api sungguhan yang berasal dari Astral Zero.

“Sepertinya, kamu betul-betul ingin berubah menjadi batubara ya, Kamito?”

“Tu, tunggu! Belum!”

Kamito merasa kalau hidupnya (sekali lagi) berada dalam bahaya, dan segera menggelengkan kepalanya.

“Warna hitam masih terlalu dini untukmu!”

“.........gu!”

*Strike* ---- lalu seluruh tubuh Claire tampak memanas.

Dari leher sampai ujung telinganya, berubah kemerahan seperti gurita rebus---

“Bu-Bukan hitam! Warnanya selalu putih, hitam itu......jarang, hei, kenapa kamu membuat aku mengatakannya, idiot!”

*Fwump*...........sepertinya dia sudah kelebihan panas.

Kehilangan kekuatannya, ia terjatuh ke lantai.

Terlalu meninggikan posisinya sebagai seorang Tuan Putri adalah kelemahan utamanya.

...........Tak apa apakah bagi Kontraktor Roh untuk bersikap senaif ini?

“Uugh, ini yang kedua kalinya...........aku nggak akan bisa menjadi pengantin lagi.”

Dengan kedua lututnya di lantai, ekspresi wajah Claire nampak sendu.

.........Entah kenapa, Kamito sudah melakukan perbuatan yang melebihi batas.

“Maafkan aku......jangan menangis, oke?”

Kamito berdiri lalu mendekatinya, Claire menatap tajam ke arahnya.

...........Mengerikan. Dia bisa membakar habis seseorang hanya dengan tatapannya.

Ia menyeka air matanya dengan lengan seragamnya, lalu menggenggam cambuk kulitnya erat-erat.

“Kazehaya Kamito!”

“A-apa?”

“A, aku ini masih baik hati, jadi aku memberimu satu kesempatan untuk menjelaskan.”

Meskipun nadanya kalem, sudah jelas suaranya gemetaran.

.........Pasti dia sangat marah.

“Beberapa saat yang lalu, kenapa kamu kabur?”

“Nggak, sangat masuk akal kalau aku mengambil pilihan untuk kabur.”

Kamito tanpa sengaja menjawabnya dengan cepat.

Sebuah jawaban – yang akan segera ia sesali.

“........Aku paham. Hanya ada kematian bagi budak yang membangkang.”

“Tu, tunggu dulu! Dari Roh, sekarang posisiku sudah jadi budak?”

“Budak, kamu adalah Roh Budakku.”

“Spesies Roh baru telah muncul. Kenapa nggak memberitahukannya saja pada Agensi Penelitian Roh?”

Ngomong ngomong, di <Hutan Roh> manapun di benua ini, spesies dari Roh ini masih belum terungkap.

“Bu-budak tak tahu diri --- Nggak, tetap Roh Budak!”

“Uwah, aku me...menyerah, aku akan betul-betul mati!”

Dengan paksa cambuk di lehernya mengencang dengan ganas, dan kesadarannya seolah terbang menjauh.

Kelompok Ksatria! Ellis! Apa yang mereka lakukan, ada pembunuhan sedang terjadi disini!

Melihat ke sekeliling koridor tanpa tanda tanda adanya siswa.

“Ngomong-ngomong---“

Lalu, wajah Claire semakin mendekat. Terlihat agak tidak suka,

“Beberapa saat yang lalu, kamu sedang berbicara dengan Kelompok Ksatria Ellis Fahrengart. Kamu sepertinya sangat rukun dengan dia. Apa maksudnya itu?”

“*uhuk* Bagaimana kamu bisa menyebutnya rukun? Dia hanya menjadi penunjuk jalan buatku.”

“Penunjuk jalan? Kenapa?”

“Karena hari ini, aku secara ajaib sudah bersekolah di Akademi ini.”

“Ha...? kamu sudah pindah? Disini di Akademi Spirit Areishia?”

Claire membuka matanya lebar-lebar, lalu melihat sosok Kamito yang berseragam, nampaknya ia baru saja menyadarinya.

“Nggak mungkin..........kamu kan laki-laki!”

“Aa, tapi kamu sudah melihatku menjalin kontrak dengan Roh!”

Kamito mengangguk, lalu menunjukkan tangan kanan dimana Segel Roh itu tertempa.

“Aku adalah Kontraktor Roh laki-laki[1]. Karena itulah Greyworth memanggilku.”

“................”

Sehingga, Claire---

Merasa sangat kebingungan, ia meletakkan jarinya di bibirnya yang berwarna cherry.

“Astaga, apa............murid pindahan.....”

*pfft*pfft* dia menggumamkan sesuatu pada dirinya sendiri.

.........Kalau dia tetap tenang, dia kelihatan seperti gadis cantik yang biasa dan normal

Dan, sambil menatap sisi wajahnya, Kamito berpikir.

Claire tiba-tiba mengangkat kepalanya, lalu menoleh untuk menghadap wajahnya.

“Um, karena kamu ada disini, mungkin, kamu juga berasal dari kelas Raven?”

“Iya......apa itu artinya, kamu juga di kelas ini?”

“Ya, aku juga dari kelas Raven.”

Claire berbicara dengan nada sangat riang. Entah kenapa dia kelihatan terlalu senang.

Senyuman di wajahnya dapat memikat siapapun yang tak sadar.

“Hey, karena sudah jadi begini, aku akan memberimu kesempatan lain, Kamito.”

“Kesempatan apa?”

“Kontrak. Tanpa ragu, kali ini jadilah Roh terkontrakku yang eksklusif.”

“Ke-kenapa aku harus melakukan hal itu?”

“Fu, itu alami! Selain itu, kamu sudah mencuri Roh yang seharusnya jadi milikku.”

Membusungkan dadanya yang menyedihkan, Claire mengarahkan jari telunjuknya ke depan matanya.

Seperti biasa, ia berpose layaknya manusia arogan.

.......Cewek yang menjengkelkan

Kamito sebetulnya cukup kesal. Apalagi, sudah tak berterimakasih karena nyawanya telah diselamatkan, ia juga dipanggil sebagai pencuri.

--- Buat Tuan Putri yang arogan ini, perlu diberi hukuman yang setimpal.

“Oke, aku akan membuat sumpah kontrak denganmu.”

Dengan patuh, Kamito sengaja menganggukkan kepalanya.

“.....Eh? Um, jadi,setidaknya kamu sudah bisa menjadi penurut rupanya.”

Dia pikir Kamito akan terus melawan. Karena tanggapan tak terduga, Claire mengangguk saja seperti hewan yang baru dijinakkan.

“Kalau begitu ----“

Kontrak dibuat dengan ciuman kan?.

Perlahan lahan, Kamito mengangkat dagu Claire dengan ujung jemarinya.

“Ha? Ap-ap-apa yang mau kamu lakukan?”

“Membuat kontrak roh kan? Kontrak roh manusia level tinggi........kamu paham kan?”

“A.......”

Wajah Claire membeku.

Kontrak Roh tipe manusia level tinggi.

Singkat kata, itu adalah ----

Kontrak dibuat dengan ciuman, kan?”

Kamito mengucapkannya, dan wajah Claire bersemu kemerahan.

“Uh, nggak-nggak perlu sampai sejauh itu – kamu tak harus melakukan itu....maksudku......”

Dengan nada yang sangat panik, Claire menggelengkan kepalanya dengan kencang.

“Ba-Bahkan tanpa formalitas seperti ini, aku nggak keberatan..........”

“Jadi kamu takut?”

“A-Aku nggak betul-betul takut! Tapi, um, anu.......”

“Tutup saja matamu.”

Kamito dengan nakal berbisik ke telinga Claire yang mengecil.

“Eh, tunggu.........Hwaaaaaa!!!”

.........dia memang masih pemula dalam hal seperti ini

Reaksi yang manis, tentu membuat Kamito semakin senang mempermainkannya.

Perlahan mendekatkan wajahnya pada bibir mungilnya yang seperti cherry.

“Um, maaf....aku minta maaf, jadi ampuni aku......”

“Sudah terlambat---“

“Jadi, ah,....kyauuu.....!!”

Claire menyerah kemudian menutup matanya.

Cewek yang penurut............

Kamito tersenyum pahit dalam pikirannya.

Tentu saja, ia tak serius ingin membuat kontrak melalui ciuman.

Itu hanyalah balas dendam pada gadis yang telah menyiksanya, namun ia tak cukup jahat sampai harus melecehkan nona muda ini.

Waktu untuk melepaskannya --- lalu, saat ia hendak menjauhkan tubuhnya, disaat inilah----

“Hey ,kamu?”

Bahunya ditepuk dari arah belakang.

Kamito menoleh ke arah datangnya suara.

Di tempat itu-----

“Apa yang kamu lakukan, disini di institut suci Akademi Roh Areishia!”

Senyuman lembut muncul dari wanita cantik yang berdiri di hadapannya.

Ia sepertinya berusia sekitar 20-an. Rambut hitam panjang, dan mengenakan sepasang kacamata tipis berwarna hijau.

Ia mengenakan baju abu-abu gelap dengan jas berlengan putih panjang di atasnya.

“Aku yang bertugas di Raven Class, Freya Gandol. Aku sudah mendengarmu dari Direktur Akademi. Kontraktor laki-laki pertama yang masuk ke Akademi ini.”

Dengan senyuman yang sepertinya sudah terpatri di wajahnya,wanita cantik itu memperkenalkan dirinya.

Namun, matanya tidak tersenyum.

“Jadi, apa yang kamu lakukan dengan salah satu siswa kami, Brengsek!”


Bagian 3

Kamito naik ke atas mimbar, menimbulkan beberapa suara bisik-bisik dalam kelas.

Bahwa seorang Kontraktor Roh laki-laki telah masuk, rumor sepertinya sudah menyebar luas. Tapi mereka jarang sekali mendapat kesempatan bertemu laki-laki sebaya, jadi mereka tak bisa menyembunyikan rasa penasaran dan kecemasan terhadap Kamito.

“Apa itu Kontraktor laki-laki pertama-----“

“Wajahnya kelihatan jahat ya, seperti dia ingin membunuh seseorang.”

“Sepertinya dia sudah memperkosa Claire Rouge.”

“Ap-apa itu memperkosa?”

“Ng-nggak tahu.......tapi katanya itu sesuatu yang cabul!”

“Tapi menurutku.......wajah garangnya itu kelihatan keren banget♪”

“Jangan tertipu dengan penampilan luarnya. Karena setiap laki-laki itu binatang buas!”

“Juga ada rumor kalau dia suka berkencan dengan Ellis Fahrengart.”

“Eeh, dengan Pemimpin Ksatria yang super-serius itu? Tapi.......kencan itu apa?”

“Nggak tahu sih............tapi itu sesuatu yang tidak bermoral.”

............*bisik*bisik*bisik*

...........dari tadi mereka ngomong nggak jelas melulu

Melihat sekeliling ruang kelas yang lebih mirip teater opera, Kamito hanya bisa mengeluh.

Jumlah siswanya mungkin sekitar empat atau lima belas. Mereka semua dibesarkan layaknya Tuan Putri. Hampir semuanya memandang Kamito dengan ekspresi tertarik, meski sisanya kelihatan agak takut.

Yah......memang reaksi yang normal dari mereka

Bagaimanapun juga, saat seseorang mendengar tentang Kontraktor Roh laki-laki, hal pertama yang ada dalam kepala mereka adalah tentang Sang Raja Iblis yang membawa kehancuran dan kekacauan sepanjang benua.............imej yang sangat sangat sangat buruk.

Didalam ruang kelas sambil dihujani tatapan tajam bak jarum, Kamito mendapat hasrat untuk segera melarikan diri.

Diantara para gadis dengan tatapan tajam itu ---- datang dari gadis berambut merah yang duduk di barisan terdepan.

Tatapan Claire yang bisa membakar manusia itu sudah terkunci pada Kamito.

“Bakar, terbakar, membakar....”

Dia komat kamit dengan bentuk bentuk kata berbeda.

Tampaknya – sejak beberapa saat yang lalu, ia masih sangat marah,--- sudah jelas.

Karena itulah, Kamito bercermin tentang apa yang sudah ia perbuat padanya.

Kalau aku nggak minta maaf baik-baik padanya nanti....

“Bakar jadi arang, bakar jadi arang, bakar jadi arang......”

Entahlah apa dia bisa diampuni meski sudah meminta maaf.

“Jangan berisik! Tenanglah! Apa kalian, bocah-bocah mau kehilangan kredit?”

Profesor yang bertugas Freya Gandol, memukul meja dengan absensi kelas, dan ruang kelas seketika menjadi sunyi.

Dia bukan guru kemampuan praktikal namun pengajar khusus, dan juga anggota Agensi Penelitian Roh yang bepergian di beberapa wilayah <Hutan Roh> sepanjang benua untuk melakukan pekerjaan mereka.

“Baiklah, kamu, lekas selesaikan perkenalan dirimu!”

Kacamata yang dikenakan oleh wanita cantik itu memberikan kesan intelektual, namun ketika membuka mulutnya, warna sejatinya akan langsung terekspos.

Singkat kata dia mempunyai kepribadian yang mempesona meski cukup galak. Setidaknya dia bukan orang jahat.

Kamito melangkah ke depan podium, dan memperkenalkan dirinya.

“Kazehaya Kamito, enam belas tahun. Seperti yang kalian lihat aku adalah Kontraktor Roh laki-laki..... tapi jangan takut, kuharap kita semua bisa berteman dengan akur, terimakasih.”

Kata-kata yang simpel, tapi tak ada lagi yang ingin dia katakan.

Untuk rahasia yang tak bisa ia katakan, ada banyak---

Reaksi siswa lainnya adalah.......

“Biasa saja ya?”

“Iya.....biasa saja. Nggak kelihatan seperti Raja Iblis.”

........Oh?

“Entah mengapa, aku jadi jatuh cinta padanya♪.”

“Tatapannya juga lembut, bikin kamu ingin melindunginya!”

Kelas yang sempat tenang mulai berisik kembali.

Pe-perasaan manis dan menyenangkan apa ini?

Karena reaksi tak terduga dari para gadis, Kamito dibuat terpana.

Ia pikir kalau ia akan disambut dengan tatapan dingin atau bahkan tatapan tak suka.

Namun, reaksi yang ia dapatkan dari para gadis barusan terasa begitu ringan.

Menebak keraguan Kamito, Nyonya Freya berbisik kedalam telinganya.

“Ah, para Tuan Putri disini punya rasa berbeda tentang rakyat jelata. Apalagi, mereka menangani hal-hal yang tidak biasa bagi manusia normal; yakni ‘Roh’. Ketimbang mengkritik dirimu sebagai Kontraktor Roh laki-laki, mereka hanya penasaran melihat anak laki-laki yang sebaya.”

Oh, jadi begitu rupanya----

Kalau memang begitu, mungkin semua hal akan jadi lebih mudah.

“U, ummm, Kamito....kamu...”

Dan salah satu gadis dengan malu malu mengangkat tangannya,

“Hm? Ya, apa?”

“Um, umm, apa makanan kesukaan kamu?”

“Eh? Apa saja.......nggak ada yang khusus, tapi aku suka Gratin.”

“Cukup biasa!” “Dia hanya pria biasa!” “Kukira dia akan mengatakan Nyoitamori[2]!” “Manisnya!”

*bla*bla*bla*

...........Apa ini. Nyoitamori?

Mulai dari gadis itu, satu demi satu gadis lain mulai menghujani pertanyaan ke arah Kamito.

“Dimana kampung halamanmu?” “Apa tiga ukuranmu?” “Bagian mana yang pertama kamu bilas saat mandi?”

..........Tuan Putri, itu sudah pelecehan seksual.

Namun, salah satu yang mengajukan pertanyaan itu tampak merona hingga ke ujung telinganya.

“Apa kamu sudah menentukan kelompokmu?”

“Kelompok?”

“Tentu saja kelompok untuk <Festival Tarian Pedang Roh> yang akan datang!”

“Aa----“

<Festival Tarian Pedang Roh> yang akan diselenggarakan dua bulan mendatang akan diformat menjadi kelompok tempur lima orang. Kamito tak mungkin ikut serta seorang diri, ia harus mendapatkan empat Kontraktor Roh lainnya dan membentuk tim.

“Sampai sekarang, aku belum punya kelompok. Aku mau mencari anggota kelompok yang lain.”

Dalam dua bulan, apakah dia bisa menemukan rekan-rekan timnya, ia sendiri tak tahu.

“Apa benar kalau kamu sudah menjinakkan <Roh Tersegel> Pedang yang belum seorangpun bisa mengontraknya?”

“Eh?”

Alis Kamito mengerut karena kaget. Sepertinya peristiwa tadi pagi sudah menyebar luas ke seluruh Akademi.

Apa apaan ini---

“Iya, dan akulah yang menjinakkan Kamito ini yang menjinakkan Roh Tersegel itu!”

Berdiri dengan perlahan, Claire membusungkan dadanya yang nyaris tidak ada itu dengan bangga.

“.........Sudah kuduga. Kamu rupanya.”

Para Tuan Putri dalam kelas nampak kegirangan.

“Kamito, apa hubunganmu dengan Claire?”

“Majikan dan Roh budaknya!”

“Omong Kosong! Jangan menjawabnya untukku!”

Kamito lekas memprotes jawaban Claire yang meletakkan tangannya di pinggangnya.

“Apa, Roh Budak tak tahu diuntung!”

“Sejak kapan aku menjadi Roh Budakmu?”

Menyaksikan interaksi diantara keduanya, gadis-gadis dalam kelas semakin nampak kegirangan.

Situasi kelas hampir diluar kendali.

Pukulan Nyonya Freya menghantam mejanya. Kelas mendadak tenang kembali.

“Arg, gadis-gadis, cukup sudah! Kamu, lekas pilih tempat duduk yang kamu sukai!”

“Y-ya.”

Nyonya Freya menunjuk ke arah beberapa tempat duduk kosong di belakang kelas. Kamito segera menuju arah yang ditunjuknya.

Tentu saja, dia ingin duduk sejauh mungkin dari Nona Berambut Merah itu. Ia mulai berjalan menuju salah satu kursi kosong di pojok belakang kelas.

Di saat itulah. Pyach!* cambuk kulit tiba-tiba membelit lehernya.

“Arg!”

Dengan leher terikat, dengan cara itu, ia tertarik mundur ke belakang.

“*uhuk*uhuk*! Apa yang kamu lakukan!?”

“Mau pergi kemana kamu? Tempat dudukmu ada di sebelahku!”

“Hah? Siapa yang mau duduk di kursi berbahaya itu? Uooohhh....”

Sambil lehernya ditarik keras-keras, Kamito terus berusaha bergerak maju.

“Hm, masih mau melawan juga. Akan kutunjukkan siapa Majikanmu disini.”

*Kres*kres*kres*kres*.........!

Kamito mencoba mengendurkan cambuk, Claire dengan hati hati membetulkan posisinya dan mencegah Kamito lolos.

“Sss....sia.....lan......”

Ia tak bisa bernafas. Makin sedikit dan makin sedikit oksigen yang mengalir masuk ke otaknya.

*Fyuuushhhh* suara terpaan angin seketika, tubuh Kamito tiba-tiba terlepas.

“Ooowaahhh.........”

Kamito kehilangan keseimbangannya dan jatuh sepanjang anak tangga.

Apa yang sebenarnya terjadi----

“....h?”

Menoleh, di hadapannya terdapat panah es yang berdiri menancap di lantai.

Bukan panah logam. Jelas itu adalah panah es yang bersinar karena cahaya matahari.

........Apa ini, senjata elemental?

Sama seperti cambuk api Claire, Kekuatan Roh ditransformasi kedalam bentuk senjata.

Lantas siapa yang melakukannya........?

“Memalukan sekali, Claire Rogue......”

Suara elegan terdengar dari bagian teratas ruang kelas.

Kamito masih terduduk di lantai, melihat ke arah datangnya suara---

Gadis pirang seperti platina kelas tinggi yang sangat cantik, berdiri dengan tangan di pinggangnya.

Tuan Putri elegan yang hanya ada dalam lukisan terkenal. Kulitnya seputih salju di musim dingin.

Warna pupilnya hijau emerald yang bersinar kemilau.

Senyuman tenang muncul di wajahnya,tampak memandang rendah Claire.

“....Ap-apa maumu, Rinslet Laurensfrost!?”

Claire menggerutu dengan suara dalam. Warna berbahaya muncul di mata merah rubynya, sepertinya dia bisa mengigit kapan saja.

“Menyerahlah, karena dia sudah bilang kalau dia mau duduk di sebelahku.”

*Hmmp* menyibakkan rambut platinanya, ujar sang Tuan Putri.

Aku kan belum mengatakan apa-apa – yang jelas dia sudah menolongku.

Kamito hampir berdiri ketika sang Tuan Putri pirang dengan anggun berjalan menuruni tangga.

Ia merunduk di hadapan Kamito, dan menatapnya lekat-lekat seperti mengevaluasi harganya.

Karena Tuan Putri yang cantik mempesona itu menatap ke arahnya, mata Kamito secara otomatis menoleh ke arah lain.

“Hmm, wajahnya nggak jelek-jelek amat.”

Rinslet mengangguk dengan puas dan,

“Hey, kamu, apa kamu mau jadi pelayanku?”

“Eh?”

“Tiba-tiba, dia mengatakan sesuatu yang tak terduga.”

“Ja-jangan sentuh dia sesukamu! Pr-pria ini adalah Roh Budakku!”

Claire berlari sepanjang anak tangga dan segera merebut lengan kanan Kamito.

“Sejak kapan aku jadi milikmu?”

“Diam!”

Claire tiba-tiba menarik narik tangannya.

Lengan atas Kamito menyentuh dadanya, jantung Kamito berdetak tak menentu.

Meskipun nyaris tak berisi – dia tetap saja wanita berumur 16 tahun.

Hanya perasaan elastis saja yang diperlukan dan akan membuat jantung berdetak lebih cepat.

Tapi...

****Fyuuunnnnn****

Di tangan yang lain, terasa perasaan lain yang lebih luar biasa.

“Ah, dia bukan milikmu, kan?”

Rinslet merebut tangan kiri Kamito erat-erat dengan kedua tangannya.

Berbeda dari aset Claire yang kosong, di bagian yang lain terasa......sesuatu yang sangat berbeda.

Tu, tu, tunggu, ini kan...........

Ditekan dari dua arah disertai perasaan lunak, wajah Kamito mendadak menjadi panas.

“Le-lepaskan,bodoh!”

“Apa yang kamu bilang, dada rata!”

Kilatan petir muncul dari dua Tuan Putri yang saling menyeringai satu sama lain.

*Funyu*----Fukyon*---Funyuuunnnnn*

........Meski terasa sangat nyaman, kalau mereka tak segera melepaskannya, jantung Kamito akan meledak.

Dan, di saat itulah,

“Owawawawah, nyo-nyonya, jangan beri kesulitan pada Tuan Siswa Pindahan itu!”

Dari atas ruang kelas, gadis muda berpakaian maid berlari turun.

...ha? maid?

Kamito melebarkan matanya, menganalisa penampilan gadis itu.

Rok panjang dengan renda renda. Potongan rambut bob hitam pendek. Bando putih yang sangat cocok dengannya bersandar di atas kepalanya.

Dilihat dari manapun juga, dia adalah maid yang ideal.

........Kok ada maid di akademi ini?

Karena dia memanggil Rinslet sebagai ‘Nyonya’, mungkin dia adalah maid si gadis pirang itu.

Tapi sepertinya, dia tampak memiliki kepribadian yang lebih normal. Tanpa ragu, setidaknya dia akan ikut campur dalam kekisruhan ini. Kamito memasang harapan tinggi padanya,tapi di saat itu.....

“Tuan Putri......kyaaaahhhh!!!”

Maid itu jatuh.

Di tengah tengah anak tangga. Situasi jatuh yang mengesankan.

“Carol!?”

Wajah Rinslet menjadi pucat.

........Sial!

Kamito melepaskan pegangan di kedua tangannya dan melompat dengan menendang lantai.

“Hiaaaahhhhhhh!!!!”

Entah bagaimana ia berhasil menangkap tubuh maid yang jatuh sambil berteriak itu. Ia membelit tangannya disekitar gadis muda itu untuk mencegah kepalanya terluka, dan mereka jatuh bersamaan di tangga.

Dua orang yang saling berpelukan sambil menggelinding akhirnya terhenti.

“........hm, kamu nggak apa-apa.......?”

Dan, usai membuka mulutnya ---- pikiran Kamito mendadak beku.

Di depannya, fuyon*----- terdapat sensasi yang sangat lembut.

Dibawah pakaian maid yang rapi dan manis itu, terdapat melon yang lebih besar daripada Rinslet.

"U......um, .........uaah, maaf! air mata mulai muncul di pelupuk mata hitam gadis itu.

“U......um,.........uaaahhh, maaf!”

*Fuwa*----- air mata mulai muncul di pelupuk mata hitam gadis itu.

*Kaatsu* wajahnya merona merah, dengan panik, ia mencoba untuk berdiri.

“He....hei....mo....mogugugugugu..........”

Hidung Kamito tertekan dan terus tertekan oleh dadanya.

(Aku dalam masalah...............nggak bisa bernapas!)

“Kyaaaaaaaaaahhhhhhh!!!!!”

Melihat dua orang yang saling bertindihan, para gadis muda di ruang kelas berteriak dengan sekuat tenaga.

“Me, mesum!” “Sudah kuduga, dia itu binatang buas!” “Reinkarnasi Raja Iblis!”

“Ng-nggak! Aku.........mogugugugugugu.............”

Berusaha sekuat tenaga membela diri, suaranya tertelan oleh payudara yang besar dan bulat itu.

Gogogogogogogo........!

“............?”

Tiba tiba suara berkobar terdengar dari atas.

...........Gempa bumi. Mungkin.

Entah kenapa sensasinya sangat, sangatlah buruk.

Melihat dari lembah payudara-----

Di ujung sana, sosok Claire memegang cambuk api yang membara.

“R-r-roh erotis ini.......!”

“Tunggu! Aku tak bisa apa-apa dalam situasi ini!”

“Di-diam! Berubahlah menjadi batubara!”

Kenapa ujung-ujungnya selalu begini?

Saat Kamito hanya bisa berdoa dalam hati, cambuk api berayun ke arahnya tanpa ampun.


Bab 4: Serigala, Kucing dan Ksatria

Bagian 1

Aduh, aduh, aku sudah cukup mendapat banyak penderitaan di tempat ini.

Satu jam sudah lewat sejak tadi. Perlahan mengusap rasa sakit di punggungnya, Kamito berjalan sepanjang lapangan Akademi.

Meskipun ia tak berubah menjadi batubara usai menerima serangan dari cambuk api itu, mungkin Claire masih menahan kekuatannya, tetap saja tak mengubah fakta kalau itu terasa menyakitkan.

Saat ini Claire pasti sedang dimarahi habis-habisan oleh Nyonya Freya di ruang konseling.

Berhasil kabur dari semua siswa perempuan yang sejak tadi mengejarnya, Kamito akhirnya mendapatkan saat-saat penuh damainya.

Tak seperti siswa lain, ia tak memiliki kelas setelah siang. Bagaimanapun juga, dia baru saja masuk sekolah dan belum mengambil pelajaran apapun.

Akademi Roh Areishia beroperasi dengan sistem kredit dimana para siswa bisa dengan bebas memilih pelajaran yang mereka sukai selama bisa memenuhi target. Karena perbedaan yang begitu signifikan diantara Roh terkontrak para siswa, kurikulum yang seragam tak akan bisa mengembangkan potensial masing masing Tuan Putri.

“Untuk sementara waktu, aku akan membuat persiapan sekolah di esok hari.”

Kamito akhirnya sampai di asrama yang disiapkan khusus untuknya; gubuk yang didirikan di sebelah kandang.

Penampilannya bahkan tampak lebih buruk dari saat dilihat melalui jendela. Apalagi, baunya seperti hewan ternak.

Pintu terbuka dengan berdecit. Kamito masuk dengan ragu-ragu.

“Hmm, diluar dugaan, tidak buruk juga.”

Kamito cukup terkesan melihat desain interiornya.

Pertama, ranjangnya bersih dan rapi. Dilihat dari dalam, ruangan ini juga luas. Kursi, meja, lemari, ranjang jerami, dan furnitur lainnya juga sudah dipersiapkan. Peralatan masak juga tersedia. Yang jelas tak akan ada masalah untuk tinggal di tempat ini.

Kamito dengan cepat berbaring di ranjang jeraminya, meski sedikit gatal di punggungnya, aroma jerami yang dijemur cukup baik untuk tidur yang nyaman.

“Yah, tak masalah. Aku hanya perlu bertahan sampai dua bulan lagi.”

Masih berbaring di ranjang, mata Kamito tertuju pada tangan kirinya, yang tertutup oleh sarung tangan kulit hitam.

Dua bulan dari sekarang, Tarian Pedang Roh akan diselenggarakan di alam Roh elemental Astral Zero.

Sebelum itu, dia harus menemukan empat rekan tim lain agar bisa ikut serta.

Masih tak jelas apa yang Greyworth inginkan dari dirinya.

Namun ada sesuatu yang harus ia pastikan dengan mata kepalanya sendiri.

Nama yang amat sangat terikat dengan takdir dirinya sendiri.

Berpartisipasi dalam <Festival Tarian Pedang Roh> tiga tahun lalu, Penari Pedang Roh Terkuat.

Yang menjadi partnernya adalah Roh kegelapan yang mengambil bentuk gadis muda.

Siapa mereka sebetulnya?

Ren Ashbell seharusnya tak ada lagi di dunia ini. Selain Greyworth, hanya sedikit orang yang masih menyadari fakta ini.

Bahkan meski ia hanyalah peniru yang meraih titel Penari Pedang Terkuat dengan kecurangan, tak mungkin hanya karena alasan ini Penyihir itu harus repot repot memanggil Kamito kesini. Grayworth pasti menyimpan sebuah rahasia besar.

Apapun yang terjadi, untuk mencari tahu kebenarannya,satu satunya cara adalah bersilang pedang secara langsung dalam Festival Pedang Roh dua bulan lagi.

“Tapi, dalam kondisimu sekarang, sangat mustahil bagimu untuk menang.” Ujar Grayworth.

Pernyataan itu sangat benar. Penyihir itu tak berbohong. Tapi dia juga tak berkata jujur.

Pada akhirnya, semua berpusat pada “kondisi yang sekarang ini”.

Namun hanya dalam dua bulan, dia harus mendapat kembali apa yang hilang selama tiga tahun ini.

“....”

....Guu, mendadak perutnya berbunyi.

Merasa kelelahan, Kamito menurunkan tangannya yang diangkat ke arah langit langit.

Apalagi, dia belum makan apa-apa sejak kesasar di Hutan Roh tadi pagi.

Namun, ia memutuskan untuk menahan keroncongan di perutnya.

Alasannya adalah karena ia tak punya uang. Meskipun ada kantin untuk siswa di Akademi, harganya kelewat mahal. Sudah melebihi standar sekolah kelas tinggi, memang tempat untuk para Tuan Putri.

Apa artinya semangkuk sup yang sama mahalnya dengan gaji pegawai satu bulan?

“Mau gimana lagi. Mungkin aku akan tanya Ellis untuk menunjukkan lokasi di kota akademi besok.”

Ia mungkin saja bisa mencari rumah makan yang enak dan murah di kota akademi yang terletak di kaki bukit.

Dengan peralatan masak yang tersedia, ia bisa saja tinggal membeli bahan masakan dan memasak sendiri. Untuk api, ia hanya perlu pergi ke Hutan Roh dan menangkap Roh api level rendah.

“Pasta jamur dan daging terasa bagus juga.......”

Ia jadi semakin lapar karena memikirkan soal makanan.

“Apa aku harus pergi ke hutan dan mengumpulkan jamur sekarang?”

Saat ingin menyetujui idenya itu, entah dari mana, mendadak aroma sup yang lezat menyerbu hidungnya.

“......hmm?”

Mengendus, Kamito bangkit dari ranjangnya.

Sepertinya aroma itu datang dari celah di pintu gubuknya yang setengah terbuka.

Memfokuskan hidungnya untuk menghirup aroma, Kamito membuka pintu......

Di hadapannya adalah semangkok sup yang mengepulkan uap berwarna putih.

Terisi dengan banyak bawang dan ayam beserta tulangnya, sup itu kelihatan sangat lezat.

“.......Apa aku hanya berimajinasi? Atau ini adalah kebaikan dari surga karena kesialanku yang tanpa henti?”

Pikirannya terasa blank karena rasa lapar, Kamito mengulurkan kedua tangannya untuk mengambil sup tanpa rasa curiga.

Tiba-tiba mangkok itu bergerak menjauh.

Ia mengulurkan tangannya lagi.

Sekali lagi mangkok itu menjauh darinya.

Kemudian di hadapan Kamito adalah Sang Tuan Putri dengan rambut pirang platina.

Namanya adalah Rinslet Laurenfrost, kalau ia ingat baik-baik.

Di belakangnya, gadis Carol dalam pakaian maid berdiri dengan kikuk.

“Apa artinya ini?”

Kamito bertanya dengan mata setengah terbuka.

“Fufufu......kamu pasti lapar kan, Kamito Kazehaya?”

“Iya!”

Kamito mengangguk dengan jujur.

“Menggonggonglah, lalu bersumpahlah untuk menjadi budakku, maka akan kuizinkan kamu memakan sup ini.”

Rinslet memegangi mangkok sambil membusungkan dadanya yang penuh berisi.

“Aku menolak, dah dah.”

Bang!

“Ahh, tung-tunggu dulu! Dengarkan kata-kataku sampai selesai, dasar nggak tahu diri!”

Bang! Bang! Pintu digedor gedor dengan kasar.

Akan merepotkan kalau dia merusakkan pintu itu. Kamito membuka pintunya lagi.

“Apa lagi? Kamu akan mengijinkan aku memakan sup itu sekarang?”

“Asalkan kamu mau menjilat kakiku.....Ah, kenapa kamu menutup pintunya lagi!?”

Rinslet dengan cepat menyisipkan kakinya diantara celah pintu, seperti penagih hutang profesional.

“Aduh! Itu sakit, tahu!”

Memang kelihatan sakit........terus buat apa dia datang kemari?

“Anda tak apa-apa, Nyonya?”

Khawatir dengan Rinslet, si maid Carol bertanya.

Kamito tak punya pilihan selain membuka pintunya, Rinslet menatapnya tajam ke arahnya dengan mata berair.

“Kenapa kamu bisa begitu acuh setelah aku mengulurkan kebaikan hatiku padamu?”

“Nggak, kamu.......kebaikan hati?”

Sepertinya si pirang ini serius. Entah kenapa kepala Kamito mulai terasa sakit.

Aaaghhh, semua Tuan Putri di Akademi ini sungguh merepotkan.

Kamito hanya bisa memprotes dalam hatinya.

“Ah.”

Setelah Rinslet melihat isi dalam gubuk, wajahnya tampak mengernyit,

“Ah, kamu, kenapa kamu tinggal di dalam kandang?”

“Kandangnya ada di sebelah. Ini asramaku. Rumah mungkin kalimat yang paling tepat.”

“..........”

“Berhentilah menatapku dengan wajah mengasihani. Bikin aku makin sengsara, tahu!”

Wajah Rinslet terlihat sangat prihatin melihat kondisinya. Kamito memilih untuk melunakkan sikapnya pada gadis ini.

“Ketimbang tinggal dalam kondisi seperti ini, kamu sebaiknya datang ke rumahku. Aku akan merekrutmu sebagai salah satu pelayanku.”

“Ah, nyonya, saya yakin dia akan terlihat bagus dalam dandanan maid.”

Carol menunjukkan dukungannya dengan senyuman lebar. Gadis ini juga sama merepotkannya.

Yang jelas, Rinslet memang sungguh-sungguh khawatir melihat kondisinya saat ini.

“Aku hargai simpatimu, tapi aku nggak berniat membuang harga diriku.” Kamito menggeleng.

Tak senang, Rinslet menyudutkan bibirnya.

“Jadi kamu nggak mau menjadi pelayanku.”

“Tepat sekali. Percuma saja kamu membujukku.”

“Kamu sombong juga, meski kamu bersekutu dengan Claire Rogue.”

“Kapan aku bersekutu dengannya?” Kamito menggerutu dengan mata setengah terbuka. Mungkin banyak orang yang juga berpikir seperti itu.

Mungkinkah Tuan Putri ini mendekati Kamito semata mata karena persaingannya dengan Claire?

“Aduh, aduh, nambah lagi deh masalahku.” Kamito menghembuskan nafas panjang.

“Aku paham. Nggak masalah kalau kamu memang maunya begitu.” Rinslet menjernihkan tenggorokannya dan meletakkan mangkuk sup di lantai.

“Hmmm?”

“Kutinggalkan supnya disini. Sejak awal ini karena Carol memasak terlalu banyak dan sangat disayangkan kalau sisanya dibuang. Bersyukurlah pada kedermawananku.”

“Eh?”

Nona muda ini, mungkinkah dia-----

STnBD V01 113.jpg

Rinslet berbalik arah dengan elegan dan hampir pergi.

“Ahh, tunggu,Rinslet!”

Kamito tiba-tiba memanggil namanya.

Rinslet terperanjat dan menghentikan langkahnya.

“A-a-ada apa? Tiba-tiba memanggil nama pertama orang seperti i----“

“Aku nggak bisa jadi pelayanmu, tapi kita bisa jadi teman, kan?”

“Eh?”

Mata hijau emerald Rinslet terbuka lebar.

“Terima kasih sudah khawatir dan datang menemuiku.”

“Ap-ap-apa-apaan kamu ,nggak tahu malu. Te,tentu saja itu nggak benar!”

Rinslet tiba-tiba merona dan membuang mukanya.

“Fufufufu.......Nyonya betul betul......”

Carol menutup mulutnya dan terkikik.

Bagian 2

Di saat inilah,

“Rinslet Laurensfrost!”

Suara yang sangat tidak asing bagi Kamito mendadak memasuki telinganya.

Claire berjalan ke arah sini, rambut merah kuncir duanya berayun ayun.

Sepertinya sesi kuliah Nyonya Freya akhirnya sudah berakhir.

“Jangan beri makan Roh terkontrakku seenaknya, dasar anjing pencuri!”

“Kamu...........siapa yang kamu sebut anjing pencuri?”

Mulai lagi deh.......Kamito mengeluh dengan capek.

“Iya kan? Bukannya simbol keluargamu itu anjing?”

“Kamu----simbol keluarga Laurensfrost adalah serigala putih yang terhormat!”

“Serigala putih? Mengubahnya jadi anjing chihuahua sangat cocok buatmu.”

“.......!”

Terprovokasi oleh kata-kata Claire.

“Claire Rouge..........beraninya kamu membuat aku marah!” Ujar Rinslet dengan suara ditekan.

Dalam sekejap, nuansa dingin-seperti kabut muncul disekitar mereka. Temperatur udara mendadak turun drastis.

“Tunggu, apa kamu mau memanggil Roh----“

Kamito dengan panik berteriak, namun sepertinya sudah terlambat.

Angin dingin berputar putar. Rambut Rinslet mengapung di udara, membeku.

Oh Hewan Pembeku dengan Taring Es, Pemburu Tanpa Ampun dari Hutan!
Sekaranglah waktunya membuat perjanjian darah, dengarkanlah seluruh perintahku!

Segera setelah Rinslet melafalkan mantra pemanggilan Roh, gelombang badai es menutupi wilayah sekitarnya.

Diantara angin kencang dan auman keras, satu sosok muncul.

Serigala yang indah, dengan bulu putih keperakan.

Tubuhnya memancarkan aura dingin membekukan.

“Ini.........”

“Itu adalah Roh Terkontrak Nyonya, Fenrir.” Ujar Carol dengan tersenyum.

Aura menekan yang dibawa Roh Serigala Putih, tak bisa dibandingkan dengan Roh kelas rendah.

Soal peringkat Roh, Serigala Putih sangat jelas melebihi level-menengah. Bisa membuat kontrak dengan Roh selevel itu, nona muda ini sudah jelas bukan orang biasa.

“Oh, anjingmu masih sama ya ,dengan bulunya yang kelihatan pucat.”

Claire mengguncang kuncir duanya dengan nada mengejek.

“Kamu.....kamu sebut anjing lagi, dasar dada rata! Aku pasti nggak akan mengampuni hinaanmu terhadap keluarga Laurensfrost!”

Dikelilingi udara pembeku, Serigala Putih mengaum, dan melaju ke arah Claire.

“Siapa yang kamu sebut dada rata! Maju, Scarlett!”

Claire memukul tanah dengan cambuknya. Kucing neraka yang membara mendadak muncul dari pusaran bola api.

Sepertinya Claire sudah memulihkan Roh apinya.

“-Hey kalian berdua! Jangan bertarung dengan Roh disini!” Kamito berteriak. Kuda-kuda dalam kandang nampak ribut karena gelisah.

“Aku nggak akan mengampunimu karena berani menyentuh budakku. Akan kuakhiri hari ini juga, anjing pencuri!”

“Kalau begitu akan kucuri dia dan kujadikan pelayanku!”

Kilatan cahaya muncul diantara dua gadis ini.

Siapapun yang mendengar kalimat diatas, seolah-olah ada dua wanita sedang memperebutkan seorang laki-laki.

“Ada dua gadis sedang berebut laki-laki!”

“Carol, jangan berbicara seperti itu!” Teriak Kamito pada maid disampingnya dengan senyum kecut.

“Ngomong-ngomong, nggak apa-apakah membiarkan mereka begitu saja?”

“Nggak apa-apa. Mereka memang selalu seperti itu.”

“Dua gadis ini selalu bersikap begitu terhadap satu sama lain?”

“Ya. Hubungan diantara mereka selalu bagus.”

“Bukankah ini ironis?”

Kamito menggerutu dengan menghela nafas panjang.

“Kamu selalu saja menghalangiku, Claire Rogue!”

“Kamu sama saja, Rinslet! Kenapa kamu selalu membawa masalah buatku!?”

Roh Es Fenrir---

Roh Api Scarlett---

Dua Roh dengan cepat melompat di udara dan saling menyerang.

Es dan Api bertabrakan, menimbulkan badai angin disekitarnya.

Dari sudut pandang Kamito, level kedua Roh hampir sama. Tapi sepertinya Claire lebih unggul dalam mengendalikan Rohnya.

Namun, Roh api yang dikendalikannya tampak sedikit kelelahan.

Karena dihajar oleh Roh pedang beberapa jam yang lalu---

Menerima luka sebesar itu, tak mungkin ia pulih hanya dalam waktu beberapa jam.

Kamito terus mengobservasi pertarungan antar dua Roh.

“Eh? Apa?.......kok ada bau gosong?”

Kamito mengernyit dan melempar pandangannya ke segala arah.

Saat memahami asal aroma itu, ekspresinya mendadak membeku.

Terbakar.

Gubuk Kamito terbakar dengan ganas.

Jerami yang bertumpuk di sebelah gubuknya menerima percikan api dari Roh api dan mulai terbakar.

“Ah, rumahku!”

Mendengarkan teriakan Kamito, Claire dengan cepat menoleh ke arahnya.

“Rinslet! Tahan dulu! Ada kebakaran!”

“Percuma saja menipuku.......eh, apa memang ada yang terbakar?”

Gubuk semakin terbakar dengan ganasnya. Cepat atau lambat kandang kuda akan terbakar juga.

“Rumahku---“

“Tenanglah. Api selevel ini sih, akan kupadamkan secepatnya, Fenrir!---“

Rinslet berteriak. Serigala Putih Es itu dengan cepat kembali ke sisinya.

Tak sampai sedetik usai serigala putih itu lenyap, di tangan Rinslet mendadak muncul sebuah <Busur Panjang Es>.

“Senjata Elemental” bentuk kedua dari Roh elemental.

Oh Gigi Es Pembeku, hancurkanlah targetmu! <Panah Pembeku>!

Rinslet menarik busurnya dan panah es meluncur.

Panah es itu terpecah menjadi ribuan es kecil dan meluncur jatuh, api yang membakar gubuk padam seketika.

“Iya kan, bagiku itu sesuatu yang gampang!”

Rinslet menyibakkan rambut platinanya dan membusungkan dada penuhnya dengan bangga.

“...........”

Kamito berdiri tak bergerak dengan tatapan mata kosong.

Gubuk itu rata dengan tanah usai dihujani guyuran panah es.

“Egh!!” Rinslet terbatuk-batuk.

“.......Sepertinya aku sedikit kelewatan.”

“Sedikit apanya? Apa kamu nggak bisa mengendalikan kekuatanmu baik-baik?”

“Kamu....diam! Sejak awal kan kamu yang membuatnya terbakar!”

Mengabaikan Kamito yang masih mematung, mereka berdua terlibat pertengkaran lagi.

Di saat inilah ---

“Ada apa ribut-ribut disini!?”

Langkah kaki beberapa orang dari tengah lapangan terdengar jelas.

Salah satu dari mereka adalah gadis berkuncir kuda dengan lempengan perak di dadanya.

Ellis Fahrengart, pemimpin dari brigade Ksatria Sylphid yang bertugas menjaga ketentraman di lingkungan Akademi.

Di belakangnya terdapat dua gadis dengan dandanan yang sama.

Claire menelan ludahnya, dan Rinslet tak kuasa menyembunyikan wajah ketidakpuasannya.

“Dilarang bertarung karena masalah pribadi di sekolah.......apa?!”

Suara langkah kaki berderap derap berhenti seketika.

Matanya melebar, terlihat bingung pada puing-puing yang seharusnya adalah rumah Kamito.

Asap hitam perlahan muncul dari beberapa potongan puing.

“Ini........Sebenarnya apa yang terjadi!?”

Ellis bertanya pada Kamito. Suaranya bercampur dengan kemarahan.

Ia mencabut pedang yang menggantung di pinggangnya, dan mengarahkannya pada Kamito.

“Kamu, kamu sebegitu bencinya pada rumah yang aku buat! Jadi, inikah bentuk protesmu!?”

“Nggak........terserah apa pikiranmu! Ini karena.........”

Kamito menjelaskan dengan cepat,

“Anjing bego itu yang merubuhkannya jadi puing!”

“Sebelumnya, si dada rata itu yang menyalakan apinya!”

Mendengarkan suara dari belakang, Ellis menoleh.

Claire dan Rinslet, saling menuduh sambil mengacungkan jari telunjuk mereka terhadap satu sama lain.

“......Ternyata begitu. Ulah kalian lagi, seperti biasanya.”

Ellis mengeluh dengan ekspresi yang mengatakan “Aku paham.”.

“Pemimpin Ksatria, sapaanmu terdengar lebih antusias ketimbang biasanya.”

“Sapaan yang biasa kan? Siswa bermasalah dari kelas Raven?” Ellis menatap tajam pada Rinslet.

Kemudian, gadis-gadis dari brigade Ksatria yang mengikuti Ellis juga sudah sampai di tempat.

Gadis berambut cokelat yang dikepang,dan gadis lain dengan rambut hitam dengan gaya tomboi.

Segera setelah keduanya melihat Claire dan Rinslet, ekspresi mereka terlihat seperti baru mengunyah cacing tanah.

“........Kucing Neraka Claire dan Serigala Pembeku Rinslet......”

“Apa lagi yang mereka lakukan kali ini, siswa-siswa dari kelas Raven rendahan ini?”

Di mata para gadis itu memunculkan arogansi dan kesombongan.

“......Apa kata kalian?”

“Mengoceh apa kalian?”

Claire dan Rinslet melotot tajam pada kedua gadis itu.

Tapi kedua gadis itu memilih mengabaikan mereka dan berfokus pada Kamito.

“Apa kamu siswa pindahan baru itu, Kontraktor Roh laki laki?”

“Oh, nggak jelek. Lumayan tipeku juga sih.”

Gadis berkepang itu menatap Kamito kebawah dan keatas seperti sedang menilai harganya.

Pandangan kedua gadis itu membuat Kamito mengecil karena ketidaknyamanan.

“Tunggu! Pria ini adalah Roh Budak yang kutangkap!”

“Aku yang menjinakkan Kazehaya Kamito : dia adalah pelayanku!”

Claire dan Rinslet meneriakkan hak mereka atas kepemilikan Kamito di saat yang sama.

Gadis Ksatria dengan kepang berdehem dengan nada sindiran. ”Aduh, karena nggak ada yang mau membentuk tim dengan kalian berdua, kamu menggunakan daya tarik seksmu untuk merayu siswa pindahan? Memang cara yang sesuai untuk bangsawan kampung.”

“Kamu berani menyebutku bangsawan kampung?!”

Wajah Rinslet seketika menekuk karena marah.

Sepertinya gadis itu menginjak ranjau yang seharusnya tak boleh ia injak.

“Memang begitu kan? Laurensfrost cuma namanya saja yang besar, mereka cuma sekumpulan orang kampungan.”

“Kamu........kamu.........kamu.......”

“Nyo-nyonya, tolong tenanglah.”

“Fu, fufufu......Carol, aku sudah cukup tenang.”

Rinslet tersenyum lebar........meski ia mencoba bersikap layaknya nyonya besar, ekspresi wajahnya masih menyeramkan.

Gadis Ksatria lain menoleh ke arah Claire dan mencibir. ”Kalau Claire Rouge, biarpun dia bangsawan, tapi bukankah kakaknya itu pengkhianat? Astaga, kenapa Akademi ini harus menerima orang bermasalah sepertimu----“

Dalam sekejap itu, Claire tiba-tiba memukul tanah dengan cambuknya.

“—Tutup mulutmu! Atau akan kuubah kamu menjadi batubara!”

Claire menyeringai dengan suara ditekan, suaranya bergetar, mata merahnya terbakar karena amarah.

......Claire adiknya pengkhianat?

Kamito berpikir,

.....Sebenarnya apa arti semua ini?

Kedua gadis merasakan perubahan suasana tak terduga dan hanya bisa terdiam.

“Kalian sudah berlebihan.” Ellis menasehati anak buahnya, lalu menoleh pada Claire.

Ia berdehem dan berkata: “Singkatnya, aku akan laporkan ini pada markas pusat Ksatria. Tuduhannya adalah menggunakan Roh untuk memicu kebakaran dan menimbulkan kerusakan properti. Kami akan memberi kalian surat pemberitahuan tentang hukuman kalian nanti. Tolong jangan melakukan perbuatan bodoh lagi. Kami sibuk, tahu?”

“Ayo pergi!” Ujar Ellis bermaksud mengajak kedua rekannya pergi.

Namun, dari belakang muncul sebuah suara.

“Tunggu dulu, Ellis Fahrengart! Apa kamu mencoba melarikan diri?”

“Apa?”

Ellis berhenti, menoleh pada Claire yang barusan memanggilnya.

“Apa yang kamu katakan barusan?”

Nada kalemnya penuh terisi kemarahan. Tangan Ellis memegang pedang yang siap ia cabut di pinggangnya.

“Oh, kamu mendengarnya? Aku nggak mengira Ksatria Sylphid ternyata kumpulan pengecut.”

“Claire Rogue, jaga mulutmu! Aku takkan tinggal diam kalau kamu menghina Ksatria Sylphid!”

Ellis mencabut pedangnya. Dua rekannya juga mencabut pedang mereka.

“Akan kubalas setiap ucapanmu kembali padamu. Kamu boleh menghinaku sepuas-puasmu, tapi aku takkan memaafkan siapapun yang menghina kakak perempuanku!”

Claire memegang erat cambuk di telapak tangannya.

“Aku menantang duel, Ellis Fahrengart, dengan dua rekanmu disana!”

“Biar aku bergabung juga, Claire Rogue. Sudah jadi adat keluarga Laurensfrost untuk membalas siapapun yang mencoba mencemarkan nama baik Laurensfrost.”

Rinslet menyibak rambutnya, dan menunjukkan senyum keseriusan.

Di saat inilah Ellis mengarahkan pedangnya terhadap kedua gadis ini.

“Oke, akan memperburuk nama baik Ksatria Sylphid kalau kami menolak tantangan duel. Kuterima tantangan kalian! Aku juga tak tahan pada kekacauan yang ditimbulkan kelas Raven!”

“Hoi, bukannya dilarang berduel karena urusan pribadi!?”

Pada momen yang sangat panas ini, Kamito meneriakkan isi kepalanya.

“Memang dilarang berduel karena urusan pribadi di lingkungan Akademi. Toh, aku nggak punya niat untuk melakukannya di tempat ini.”

“Apa maksudnya?”

Mengabaikan Kamito yang memiringkan kepalanya, Ellis menoleh pada Claire.

“Waktunya pukul 2 malam ini, di depan <Pintu>. Format pertandingan akan kuserahkan padamu.”

“......Satu lawan satu itu merepotkan. Bagaimana kalau kita bertarung sebagai tim tiga orang?”

“Boleh-boleh saja.” Ellis mengangguk dan menyarungkan pedangnya, lalu berbalik dan kembali.

Claire menatap punggung para Ksatria dan mengutuk mereka dalam hatinya.

“Akan kubuat kalian menyesalinya. Terutama cewek rambut pendek itu. Kutendang bokongnya nanti!”

“Kesempatan yang bagus. Sejak dulu aku juga nggak suka dengan gerombolan Ksatria itu.”

“Rinslet, jangan menghalangiku nanti.”

“Setelah merubuhkan gubuk, sekarang kamu mengajak duel. Tolong ampuni aku.” Kamito mengeluh sedalam hatinya. Kemudian ia baru menyadarinya---

Pertarungan antar tim tiga orang. Lalu siapa orang ketiganya?

“Karena sudah begini---“

Claire menempatkan satu tangan di pinggangnya, dan mengacungkan jarinya pada Kamito.

“Sudah waktunya bagimu menunjukkan kemampuanmu, Roh Budakku!”

“Ahh....sudah kuduga akan seperti ini......”

Di depan puing puing yang sesaat lalu adalah rumahnya, Kamito menjatuhkan bahunya.


Bab 5: Perasaan Claire

Bagian 1

....Huh, sepertinya aku sudah melibatkan diriku dalam hal merepotkan.

Sambil berjalan diatas batu pijakan Akademi, Kamito mengeluh berkali-kali hari ini. Di depannya, terdapat si tersangka, gadis berambut merah kuncir dua yang berayun-ayun.

Seperti biasa perutnya sedang kosong, dia baru kehilangan rumahnya, dan yang lebih buruk lagi dia harus menerima tantangan duel dari sesama Kontraktor Roh.

.....Tak peduli apapun situasinya, ini sudah melebihi kemalangan. Ia menduga ini pasti Kutukan dari Penyihir Senja itu.

“Unh, apa kamu menggerutu? Lemah amat!”

Claire menoleh kebelakang dan menjentikkan jarinya.

“Rumahku.....”

“Ugh......”

Kamito menggerutu dengan mata setengah terbuka, Claire membuang tatapannya jauh-jauh.

“Kriminal.......Maniak api.........”

“A....a....aku paham! Aku juga merasa prihatin, tahu!”

Dia merona dan menggembungkan pipinya. Sepertinya dia sadar akan tindakan kriminalnya.

Karena ini adalah kesempatan bagus, Kamito terus saja menggerutu.

“Ya Tuhan, apakah aku yang gelandangan ini harus tidur di dalam Hutan Roh........?”

“...........”

“Bermalam di Hutan Roh sama saja bunuh diri. Tapi harus apa lagi, rumahku, semuanya, sudah terbakar tanpa sisa.........”

Kamito sengaja memperlihatkan bahunya yang jatuh secara tak alami.

Claire menggigit bibirnya. Dan kemudian, ia berhenti berjalan.

Dan menatap mata Kamito yang seolah tanpa kehidupan.

Wajahnya begitu dekat. Kamito merasa gugup untuk sesaat karena ujung hidungnya tergelitik oleh aroma gadis itu.

“.....Oke.....kalau begitu aku akan memberimu kompensasi dengan baik!”

“Kompensasi?”

Wajah Kamito entah kenapa seperti baru membaca ramalan buruk.


Bagian 2

--Dimana Kamito dibawa adalah depan asrama wanita dari kelas Raven.

Biarpun disebut asrama, itu bukanlah bangunan normal. Lebih menyerupai mansion elegan yang identik dengan kehidupan bangsawan kelas atas.

“.....Eh, apa ini?”

“Untuk sementara, kuizinkan kamu menumpang di tempatku. Bersyukurlah.”

“Hah?”

.........Apa yang baru saja dia katakan, nona muda ini?

“Bagaimanapun, kalau kutinggalkan kamu diluar, Rinslet akan datang merebutmu lagi......dan karena kamu adalah Roh Budakku, sangat wajar bagiku, Kontraktor Roh, untuk mengurusmu......”

Claire memberitahukannya, sambil membusungkan dada ratanya.

“Nggak, bukan itu......kamu wanita yang seumur denganku dan mungkin saja aku bisa melakukan sesuatu padamu--- apa kamu nggak mempertimbangkan itu?”

“A-apa kamu bermaksud menyerangku?”

Claire melotot. Kamito menggeleng kepalanya secara horizontal.

“Scarlett akan terus mengawasi. Kalau kamu macam-macam.......batubara!”

“Bukannya itu melanggar aturan asrama? Laki-laki, sepertiku, memasuki asrama wanita.”

“Nggak apa-apa. Karena kamu akan diperlakukan sebagai Roh Kontraktor. Sama seperti Scarlett.”

“Itu sendiri juga nggak benar!”

Kamito memprotes dengan mata setengah terbuka, Claire sedang membelai rambutnya dan menjentikan jarinya.

“Ahh, ayolah, mau tinggal nggak? Atau kamu mau kujadikan batubara sekarang juga?”

“.......Kenapa pilihannya cuma dua?”

Kamito menjatuhkan bahunya dan memilih untuk menyerah.

Kamar Claire terletak di lantai kedua asrama wanita yang lebih mirip perumahan bangsawan.

“Jangan terlalu ribut, karena pengawas asrama disini sangat-sangat seram!”

“A....ahh.....permisi, maaf mengganggu..........”

Bagi Claire, yang sudah jelas seorang arogan, namun bisa takut pada pengawas Akademi, membuat Kamito sedikit tertarik.

Sambil memikirkan itu, ia dengan sopan memasuki kamar.

Sekasar apapun perlakuannya, Claire tetap saja seorang wanita.

Untuk tambahan, dia adalah gadis cantik yang malang; bahkan Kamito harus mengakui fakta itu.

Memasuki ruangan, sudah diduga akan terasa tegang.

“----Api, bercahayalah!”

Claire melafalkan sihir Roh dan seluruh ruangan mulai terang.

Ruangan Claire itu----

“............”

Luar biasa berantakan.

Ada gunung runtuh dari tumpukan buku. Baju-baju dibiarkan berserakan, mainan boneka dan barang barang kecil dijejalkan dimana mana sampai nyaris tak ada tempat tersisa.

Tak terlihat seperti kamar milik nyonya bangsawan.

“......Setidaknya kamu harus bersih-bersih.”

“Bi....Biasanya Scarlett yang kusuruh bersih bersih. Ayo, cepat masuklah kedalam!”

Claire menendang punggung Kamito, membawanya masuk ke tengah ruangan.

“Ugh........bagus amat, kamu menggunakan Roh level tinggi untuk membersihkan kamar. Kalau para Kontraktor Roh mendengarnya, mereka semua akan menangis, tahu?”

“Hmm, Scarlett itu berbeda darimu, dia itu pintar tahu, dia juga bisa membakar sampah.”

“Oh begitu, syukurlah kalau dia cukup berguna.”

Selagi mereka mengobrol, kucing neraka, terbungkus dalam api, terwujud dan mulai mengumpulkan sampah dan membereskan ruangan.......memang, sepertinya ada bekas hangus dimana mana karena aktivitasnya.

“.......Apa kamu tak apa apa dengan itu?”

Kalau Roh Api Claire itu terus tumbuh, kekuatannya akan bisa menyamai tipe-Dragon (Naga).

.....Apanya yang menyeramkan? Dia justru disuruh bersih bersih ruangan.

“Makasih Scarlett, anak baik.”

Suri suri[1]. Nade nade[2].

Meong. Meong.

“Apa kamu kucing!?”

Kamito memprotes tanpa berpikir kalau Roh Api itu terlihat sangat senang.

........Roh level tinggi itu benar-benar dijinakkan........

Kalau seekor hewan dibelai selembut itu oleh Claire, yang penampilan luarnya adalah gadis cantik, cukup dipahami untuk tertarik padanya.

Untuk sekarang, karena tak ada tempat untuk berdiri, Kamito juga membantu beres-beres.

Sejak dulu, karena Greyworth yang melatihnya dengan keras, pekerjaan rumah tangga adalah perkara mudah baginya.

Ia mulai membawa buku yang ditumpuk tinggi-tinggi di kakinya untuk ditaruh di sudut kamar.

Di saat itulah, ia melirik salah satu judul yang tertera pada sampul depan buku.

‘Penjudi dan Tuan Putri Nakal’, ’Rayulah aku lagi, Tuanku’, ’Tuan Putri yang dinodai oleh Bajak Laut’... memang mungkin inilah yang gadis remaja sukai. Ada novel cerita cinta aneh, yang memang ditargetkan untuk remaja.

“Hmm, jadi kamu suka yang semacam ini? Nggak kusangka.......”

“Ja-ja-jangan lihaaatttt!!!!!”

Buak!

Bantal yang Claire lemparkan, mendarat tepat di wajah Kamito, lalu ia jatuh terjerembab diatas tumpukan buku.

“Kalau nggak mau dilihat orang, bereskan dong. Itu bukan masalah besar, aku sendiri juga suka novel semacam itu.”

“D...d....diam! Bu-bukan karena aku menyukainya!....err, ya, aku meminjamnya dari temanku, jadi aku nggak punya pilihan selain membacanya.”

“Oh, jadi.......kamu meminjam empat belas buku yang nggak kamu sukai?”

“Di-diam!!”

*Buk*Buk*Buk*

Claire dengan mata berkaca kaca memukul mukul Kamito. Pukulannya lemah, mungkin karena malu.

Kamito mengangkat bahunya dan menempatkan tangannya di lantai untuk berdiri.

Dan, pada saat itu, tangannya melakukan kontak dengan---

...Hn?

Kain yang entah kenapa sangat lembut ketika disentuh.

Apa itu sutra? Begitu lembut, halus, dan empuk dipegang.

Tanpa sadar, ia menggenggamnya, pada ujungnya yang ditutupi oleh renda renda.

---.....Renda putih!?

Dengan wajah sangat gugup, ia menatap ke arah tangannya.

Tangan kanan Kamito memegang erat erat pakaian dalam dengan renda renda putih.

........Secara mengejutkan, itu adalah celana dalam sutra untuk wanita dewasa.

Keringat dingin mengucur di dahinya.

“Hn, lagi apa kamu?”

“Owaaaa!”

Kamito kebingungan dan tanpa sadar menaruhnya kedalam sakunya.

---......Kenapa dia justru menaruhnya kedalam saku!

Hey, apa yang kulakukan! Bukankah ini menjadikanku orang mesum!?

“Apa? Kenapa kamu kelihatan kaget banget?”

Claire mengernyit dan mendekatkan wajahnya dengan penuh kecurigaan.

“Ng....nggak, bukan apa-apa kok!”

Kamito berdiri sambil menggeleng kepalanya. Adakah topik yang bisa mengalihkan perhatiannya? Ia melihat lihat ke sekitarnya.........kemudian ia menyadari.

“Ngomong-ngomong, soal kamar ini.........apa kamu nggak punya teman sekamar?”

Meskipun ini adalah asrama yang hanya dihuni oleh para Tuan Putri, ruangan ini terlalu besar untuk ditinggali hanya oleh satu orang.

Dengan kamar yang begitu berantakan, tidakkan teman sekamarnya marah?

Juga, tak apa apakah membawa laki-laki ke dalam kamar bahkan tanpa memberitahu teman sekamarnya?

Namun, Claire justru mengigit bibirnya dan melihat ke arah bawah.

“Nggak ada. Nggak ada seorangpun yang sudi tinggal sekamar denganku.”

“.....? jangan bilang, kamu nggak punya seorangpun partner Kontraktor Roh?”

“Me-memangnya siapa yang butuh partner? Selama aku punya Roh yang kuat, aku sendiri sudah lebih dari cukup.”

Claire melipat tangannya dan mengujarkannya dengan mantap; tapi dia seperti berpura-pura tampak kuat sepenuh hatinya.

......Kenapa begitu?

Orang ini punya kepribadian yang keras, namun sebagai Kontraktor Roh, kemampuannya memang level top.

Ia berpikir kalau dengan kemampuan itu, Claire bisa mengabaikan soal tim, tapi,

“Tapi tanpa mengumpulkan lima orang, kamu nggak akan bisa ikut serta dalam Tarian Pedang.”

“.......Na-nanti aku pasti bisa mengaturnya. Kalau mau, aku bisa saja mengumpulkan semua orang itu sekaligus.”

Claire membuang tatapannya dengan canggung.

Sepertinya dia tak mau menyentuh topik ini.

“Ke......kesampingkan persoalan itu. Kamu lapar kan?”

Claire menjernihkan kerongkongannya dengan paksa.

“Hn, ah.....supmu yang sangat kamu nantikan itu, yang kamu dapatkan itu, hancur kan?”

Itu adalah karena kesalahan seseorang, Kamito melotot tajam ke arah Claire.

“Hmm, mau gimana lagi. Hari ini, aku akan secara istimewa memberi makan --- mentraktirmu.”

“Apa kamu bilang mentraktir? Apa kamu mengatakan itu?”

“Cuma imajinasimu. Ayo, bawa kemari meja itu!”

Sambil agak mengeluh, Kamito mengambil meja itu.

Claire mulai membariskan sejumlah besar makanan kaleng, yang diambil dari rak penyimpanan.

Tuna Kaleng, Yakitori, ikan asin. Sayuran kukus berkecap, daging kuah, dan lain lain.....

Kamito dibuat terpana melihat piramida kaleng. Makanan kaleng adalah makanan darurat yang dibawa oleh tentara dalam peperangan jangka panjang. Setidaknya tidak selevel makan malam yang diselenggarakan para Nyonya muda di Akademi.

“Ke-kenapa hanya ada makanan kaleng disini? Ini semua nggak bagus buat badan, tahu?”

“Pertanyaan yang bodoh. Sudah jelas karena aku menyukai makanan kaleng.”

“Ta-tapi dilihat bagaimanapun juga, kalau hanya makan makanan kaleng.......”

“Apa? Itu bukan masalah, lagipula aku menyukainya. Kalau kamu mau protes, cari makan saja sana sendiri diluar!”

Claire memeluk gunungan makanan kaleng dengan wajah cemberut. Wajahnya terlihat merah.

Dengan itu, Kamito memahami sesuatu.

.......Aha, itu benar!

Kamu nggak bisa memasak kan?

Setelah menyatakannya dengan blak blakan, punggung Claire terasa kaku.

“Bu...bu....bukan itu!!!!”

“Dari reaksimu saja sudah ketahuan. Biarpun mulutmu berbohong, tapi tubuhmu jujur.”

“Ja.....jangan berbicara mesum, idiot!”

“Bisa menyalahartikan pembicaraan normal, kukira justru kamulah yang mesum. Kamu membaca terlalu banyak novel seperti itu. Claire adalah Nona Muda yang Mesum.”

“U....uuuuuu.....”

Air mata mengalir dari mata merahnya, Claire menggigit geraham bawahnya.

.......Gawat. Dia terlalu berlebihan menggodanya.

.....Aku harus bagaimana? Tanpa sadar aku malah mempermainkannya

Hasil berbuat kelewatan sangatlah mengerikan. Kamito meminta maaf dengan jujur.

“Ma....maaf, itu salahku.......bicaraku sudah kelewatan.”

“......”

Claire terisak. Seperti hewan liar dari keluarga kucing.

“Ta....tatapan itu.....bagaimana kalau untuk menebusnya, kubuatkan makan malam untukmu?!”

Dengan itu, Claire, dengan rambut kusutnya, membuka matanya.

“Kamu bisa masak?”

“Aku pernah berlatih dulu. Apa kamu punya bumbu bumbunya?”

“Bahan bahan seperti itu biasanya sudah disediakan di dapur asrama.”

“Oke, kalau aku sedikit mengolah makanan kaleng ini, mungkin bisa menjadi semacam masakan restoran. Terus untuk apinya---“

“Scarlett!”

Claire menjentikkan jarinya dan Scarlet menghembuskan napas api kecil.

Bola api itu mengapung dengan ringan di udara dan diam bertengger di tangan Kamito.

“.......Ini sudah cukup.”

--dan dengan itu, setelah beberapa menit......

Dalam ruangan, terdengar suara sesuatu yang sedang digoreng.

Bayam, kubis, dan potongan bawang digoreng bersama dengan mentega.

Sebelahnya di wajan, terdapat pasta yang cukup untuk direbus dalam dua pot.

“Kalau kuingat baik-baik, dia bilang dia suka yang al dente.”

Dia mengunyah sedikit pasta untuk memastikannya.

“Hm, sudah tepat. Claire, dimana piringnya----“

Ia menaruh penggorengannya dan menoleh........tak ada siapapun dalam ruangan.

“.....Eh? kemana perginya dia?”

Ia melihat ke sekeliling ruangan dengan seksama.

Kucing neraka, yang berbaring di dekat kakinya, menggulungkan tubuhnya dan bermain dengan kaki-kaki depannya.

Usai api sudah dipadamkan, ia melihat ke arah depan ruangan.

Dari sisi lain pintu ruangan, suara gemericik air terdengar.

“Oh, dia sedang mandi.”

Shower yang dipasang di setiap kamar adalah tipe perangkat Roh, yang menggunakan kekuatan Roh air.

Harus membersihkan tubuh dan pikiran sepanjang waktu adalah – aturan dasar bagi setiap Kontraktor Roh.

Kamito, merasa lega, menyalakan api sekali lagi.

.......Mandi!?

Ia menoleh lagi.

Ke...kenapa dia harus menurunkan pertahanannya di saat semacam ini?

“.......”

Kamito menelan air ludahnya.

Saaaa----

Sekali dia menyadarinya, suara air, yang bergema dalam ruangan, entah kenapa terdengar sangat merangsang.

Bahkan meski dadanya masih selevel anak kecil, dia masih tetap gadis berusia 16 tahun.

Lebih jauh lagi, wajahnya, meski tanpa apapun, cantik. Bahkan sangat cantik.

Dadanya memang kosong........tapi setidaknya masih ada.

Tiba-tiba, ingatan menemuinya di pagi hari di Hutan Roh kembali muncul dalam pikirannya.

Tubuh telanjangnya yang begitu indah, dengan rambut merahnya yang tergerai menawan.

Sensasi super elastis yang pernah disentuh oleh telapak tangannya.

Waaa! Jangan ingat-ingat lagi!

Ia menggeleng kepalanya kencang, membuang semua hasrat duniawi.

Pada saat itulah.

“Kyaaaaa!”

Ia mendengar suara teriakan dari arah Shower.

Kamito kembali pada realita dan panca inderanya.

.........teriakan?

Mungkin dia lepas kendali Roh air, membuat semprotan airnya tak terkendali.

Nggak, Kontraktor Roh selevelnya tak mungkin gagal mengendalikan Roh setingkat itu

“Tidaaaakkkkkk!!!!!”

Bam! Pintu kamar mandi mendadak terbuka dan Claire menyerbu keluar.

“Wha!?........”

Rambut basahnya yang menetes netes itu tergerai---

Ia berlari lurus ke arah Kamito dalam kondisi telanjang bulat.

“.......Hei, ada apa dengan penampilanmu?....”

Kemudian, wajah Kamito membeku.

Dia – tidak sedang telanjang.

Dia telanjang namun tidak betul-betul telanjang.

Air yang menyerupai jelly transparan sedang menyelimuti tubuhnya yang lembut dan telanjang itu.

“Ada apa? Sebenarnya apa itu?”

“....K....K....Ka-Kamito......To-tolong aku........”

Di depan matanya adalah Claire, yang jatuh ke lantai dengan nafas terengah engah.

“......Nggak! jangan lihat........bego, aaaaaa!”

Biku, Bikun!

Wajah Claire menjadi merah dan tubuh telanjangnya melompat seperti bantalan karet.

.....Maaf, susah untuk nggak terpana melihatmu

Kamito kebingungan dan mengalihkan pandangannya, sayangnya, mendengar suara nafas yang berat justru membuat imajinasinya semakin liar.

“Ah......hya......jangan.........lakukan itu........”

Sepertinya Roh air dari perangkat Roh sudah lepas kendali. Claire berusaha keras mengontrolnya tapi mustahil dia bisa melakukannya dalam kondisi semacam itu.

“Tahan dulu, aku akan segera membantumu!”

Kamito menutup matanya dan berkonsentrasi.

“Roh air yang bijaksana, dengarkanlah permohonanku dan beristirahatlah!”

Sambil ia melafalkan pelan mantra Roh Shinju, tangan kanannya terisi oleh kekuatan aneh---

“Claire, pegang tanganku!”

“Nggak, ah......ahhh!!”

Sambil Claire mengeluarkan nafas berat yang seksi, ia entah kenapa bisa mengulurkan tangannya.

Ketika ujung jari mereka saling bersentuhan.

Paaan!

Roh air, yang beberapa saat lalu menggila, wujudnya hancur dan segera kembali menjadi air.

Claire tetap tergeletak di lantai yang becek dan dengan wajahnya yang kemerahan, ia bernafas dengan terengah engah.

Rambutnya yang terburai dan melekat di tubuh telanjangnya terlihat sangat erotis.

Kamito membuang pandangannya dengan gugup.

“Ada apa? Dengan Kontraktor Roh selevelmu, harusnya kamu bisa----“

“U....urm, waktu lagi mandi, entah kenapa Roh air lepas kendali...........hal semacam itu belum pernah terjadi sebelumnya.”

Sambil merintih, Claire perlahan lahan bangkit.

“Se....sementara waktu, kenapa kamu tidak mengelap badanmu. Nanti kamu bisa kedinginan.”

Kamito, masih membuang pandangannya, mengeluarkan dan menyerahkan selembar sapu tangan dari dalam sakunya.

“Te.....terima kasih....”

Claire mengangguk dan menerimanya.

........

“Hei, Kamito.”

“......Apa?......”

“Apa artinya ini?”

Suara Claire terdengar gemetaran.

Apalagi, entah kenapa suhu ruangan terasa meningkat.

“Ah”

Kamito akhirnya menyadari kebodohannya.

........Benar sekali, yang ia keluarkan dari saku seragamnya bukanlah sapu tangan.

Namun sesuatu yang ia sembunyikan dengan gugup beberapa saat yang lalu.

Celana dalam berenda renda.

*Gogogogogogogo.........!!!!*

Di tangan Claire, Sihir Roh dalam bentuk bola api mulai terbentuk.

“Tu.....tunggu! Tenang dulu, ini salah paham, hanya salah paham! Biar aku jelaska-----“

“Di-diam! Kali ini kamu betul-betul akan kujadikan batubara!”


Bagian 3

“Kamito, tambah lagi dong.”

“......Makanmu banyak juga. Nanti bisa gemuk, lho.”

Beberapa menit setelah itu. Di meja telah tertata sejumlah masakan rumahan buatan Kamito.

Dengan pasta bayam-dan daging, ada juga salad tuna-kentang. Sup labu dengan gratin dari salmon kaleng, dan untuk hidangan penutupnya, ada yogurt buah buahan.

Semua itu dibuat dari makanan kaleng,yang jumlahnya ada banyak sekali di rak lemari, sebagai bahan bahannya; namun, Claire sepertinya sangat memuji. Sikapnya saat berkedip kedip dan menjejalkan pasta ke mulutnya terlihat sangat imut.

Roh api, dalam bentuk kucing neraka, juga sedang memakan pasta di sebelah Claire.

Roh bisa mempertahankan eksistensi mereka sendiri, sehingga tak memerlukan bahan material. Namun diantara Roh level atas, ada juga beberapa yang menyukai makanan manusia........Meski hal itu sudah sangat mewah.

“Nggak masalah, aku yakin nggak akan bisa gemuk!”

Claire menaruh pasta di piring dan mengucapkannya dengan nada tak peduli. Memang, mengontrol Roh menghabiskan banyak energi, sehingga banyak para Nona Muda disini yang memiliki figur langsing.

“Hey, jangan makan hidangan penutupnya dulu. Disebut Nona Muda pun, cara makanmu jelek.”

“Unh, berisik! Itu suka-suka aku dong, dasar maling celana dalam!”

“Ugh....”

Kamito tersedak tiba-tiba...........sekali disebut seperti itu, ia tak akan bisa berkata balik.

“Kamu diturunkan dari Roh Budak jadi Roh maling celana dalam.”

“.........Mana ada Roh semacam itu?”

Entah kenapa, jenis Roh baru tercipta kembali.

“Kamu memang kurang ajar. A-apalagi kamu nyolong celana dalam terfavoritku!”

“Sudah kukatakan kalau itu nggak disengaja!”

“Apa? Masih mau mungkir juga?”

Claire melotot.

“......Nggak, maaf!”

Kamito membungkukkan kepalanya dengan rasa malu. Dipikir seperti apapun, yang kali ini memang murni kesalahannya.

Saat Claire memasukkan salad kentang tuna kedalam mulutnya, ia melirik ke arah Kamito.

“Oke, setidaknya aku mengakui keahlian memasakmu. Rasanya lezat. Kalau kamu mau membuatkan makanan untukku setiap hari, aku akan mempromosikanmu menjadi Roh Koki.”

“Makasih buat promosinya. Ngomong-ngomong, ucapanmu barusan terdengar seperti lamaran.”

Karena diserang dengan ucapannya, wajah Claire seketika memerah.

“Ja.....jangan bodoh! Apa kamu mau kujadikan batubara!? Apa, kamu mau kujadikan batubara?!”

“A...aku paham, jadi berhentilah mengacungkan garpu ke arahku.”

“Hmm, la.....lain kali kamu mengatakan hal bodoh lagi, aku akan betul-betul membakarmu!”

Claire menggembungkan bibirnya dan membuang mukanya.

Kamito mendesah lega sambil ia sedang memotong tuna gratin di piringnya.

“.......Kalau saja ada kecap, pasti rasanya akan jauh lebih enak?”

“Apa itu? Makanan?”

“Itu bumbu yang sering dipakai di kampung halamanku. Tapi, kayaknya nggak ada di tempat ini.”

Kamito mengangkat bahunya sambil mengucapkan itu---

“Kampung halaman, ya.........”

Claire bergumam sambil menurunkan alisnya.

Entah kenapa – ekspresinya terlihat sangat kesepian.

Setelah itu, untuk sesaat, terdengar suara-suara alat makan yang digunakan.

Usai menghabiskan makan malam yang memuaskan, suasana hati Claire menjadi sedikit lebih baik.

Entah kenapa, justru muncul suasana yang sunyi.

Kamito tiba-tiba mengangkat tangannya dan bertanya pada Claire.

--Ia merasa kalau hal itu bisa ditanyakan sekarang.

Ia ingin bertanya padanya, sejak menemuinya pagi tadi di hutan, hanya belum mendapat kesempatan.

“Ngomong-ngomong kamu......”

“Apa?”

Claire meletakkan secangkir teh hitamnya.

“Kenapa kamu begitu menginginkan Roh yang tangguh?”

Itu adalah pertanyaan yang sederhana.

Meski sudah memiliki Scarlet, ia masih mau mengorbankan dirinya untuk memiliki ‘Roh Tersegel’. Kamito ingin mengetahui alasan dibalik itu.

“.........”

Claire----

Beberapa kali mengedipkan matanya dan menggumam.

“Ada seseorang yang ingin kutemui apapun yang terjadi.”

“Orang yang ingin kamu temui........?”

Kamito menjatuhkan pandangannya pada tangan kirinya, tertutup oleh sarung tangan kulit.

Yang hilang darinya tiga tahun lalu, ikatan tak tergantikan berada disana----

Jadi, dia juga sama denganku

Bekas luka di punggung tangannya terasa sedikit sakit.

Claire mendesah dan memasukkan tangannya kedalam kerah baju seragamnya.

“......Oke, akan kukatakan. Sesuatu yang selama ini hanya bisa kusembunyikan......”

Yang ia keluarkan dari dadanya adalah liontin dengan rantai perak.

Di tengah tengahnya, kristal Roh berwarna merah kemilau dimasukkan didalamnya.

Kamito melihat simbol tertempa padanya – dan mengangkat suaranya karena terkejut.

“Singa api..........simbol keluarga bangsawan Elstein?”

Claire mengangguk tenang.

Keluarga bangsawan Elsduke. Bangsawan besar yang telah melayani keluarga kerajaan selama beberapa generasi bahkan sejak berdirinya Kerajaan Orudeshia.

Satu dari lima Penyihir Besar – yang berdiri di puncak teratas semua Kontraktor Spirit – adalah Tuan Putri ahli Roh bangsawan diantara para bangsawan,yang posisinya langsung berada dibawah Lima Raja Elemental Besar, yang tentu saja memiliki kekuatan yang besar.

Tidak – mungkin itu tidak sepenuhnya benar.

--- sampai empat tahun lalu, ketika insiden itu terjadi.

Rubia Elstein.

Seseorang yang membawa bencana tak terduga bagi Kerajaan Orudeshia – Sang Ratu Bencana.

Dia juga, sama dengan gadis di hadapan Kamito, memiliki rambut merah seperti bara api.

“Jangan-jangan, kamu ini.....”

“Iya, aku adalah adiknya. Sang Ratu Bencana – Rubia Elstein.

Claire melihat lurus ke arah mata Kamito dan mengangguk.

“........”

Claire Rogue. Dia sudah paham kalau itu hanyalah nama alias.

Tapi, mengapa bisa begitu----

.....Begitu. Yang dia buang adalah nama keluarga Elstein

Di benua yang besar ini, tak ada siapapun yang tak mengetahui insiden besar tersebut.

Empat tahun lalu, Sang Tuan Putri Roh, melayani Lima Raja Elemental – Rubia Elstein tiba-tiba mencuri Roh Api terkuat, <Laevatein> dari kuil dan lenyap.

Usai mengetahui pengkhianatan sang Tuan Putri, Raja Elemental Api menjadi marah luar biasa dan hampir menggila.

Dia membakar segalanya yang berada di wilayah keluarga Elsduke, termasuk daratan Kerajaan Orudeshia, Kerajaan setelah itu rusak berat. Dan itu masih belum menghentikan kemarahan sang Raja Elemental, sekitar setahun setelahnya, tak peduli cara apapun yang digunakan, tak ada satupun api yang bisa dinyalakan dalam wilayah Kerajaan Orudeshia.

Tak ada yang tahu mengapa sang Tuan Putri Api itu menghilang.

Penduduk Orudeshia mengutuknya dalam kemarahan dan, dalam kebencian, menjulukinya,

---Sang Ratu Bencana.

“Aku ingin menemui kakakku. Kalau sudah menemuinya, aku ingin mengetahui kenyataan yang sebenarnya.”

Karena itulah, ia harus menjadi kuat.

Ia harus bisa mendapatkan Roh terkuat.

Dengan hadiah yang diberikan pada pemenang Festival Tarian Pedang—

Agar bisa memperoleh hak mengabulkan satu <Permohonan>

Ekspresi Claire terisi oleh keyakinan yang tragis.

“Selain itu----“

Claire menundukkan kepalanya dan berujar pelan.

“Dalam Festival Pedang tahun ini, Ren Ashbell juga akan berpartisipasi.”

“....Uhugh......uhugh......!”

Usai nama itu disebutkan oleh Claire, Kamito secara otomatis terbatuk-batuk.

“......Ada apa?”

“Aa, bukan apa apa kok.”

Ren Ashbell adalah pemenang dari Tarian Pedang sebelumnya.

Ia tiba-tiba muncul tiga tahun lalu, Sang Penari Tarian Pedang Terkuat.

Persaingan dalam Tarian Pedang sangatlah ketat. Di babak terakhir, bahkan dengan jumlah kandidat Kontraktor Roh, ia mampu mengalahkan mereka semua.

Karena Tarian Pedangnya yang mengagumkan, Kemarahan Raja Elemen Api akhirnya sirna.

“Tiga tahun lalu, aku menonton Tarian Pedangnya di lapangan turnamen. Aku juga memiliki impian untuk bisa menjadi seperti dirinya, Kontraktor Roh yang tangguh.”

Claire merona dan menunduk dengan malu-malu.

“Bahkan sejak hari itu, aku selalu mengaguminya.”

“......Begitu....”

Kamito menatap Claire dengan tatapan rumit – dengan tenang meremas tinjunya.

.......Setelah itu, anehnya waktu berjalan dengan tenang.

Mereka mencoba membicarakan sejumlah topik namun tak ada yang berlangsung lama.

Claire menguap dengan manis setelah menghabiskan hidangannya di meja. Setelah kenyang, dia kelihatan mengantuk. Apalagi, dia sudah menggunakan Roh selevel Scarlet dua kali dalam sehari, jadi hal itu alami.

“Bangunkan aku kalau sudah waktunya. Kalau macam-macam, kujadikan kamu batubara.”

“......Tunggu! Apa itu berarti aku harus terus bangun?”

Kamito memprotes, dan di depannya, Claire sudah tertidur dengan pulas.

Dia memang tipe yang cepat tidur.

“........Merepotkan. Kamu bisa kedinginan kalau tidur disini........”

Kamito menggendong tubuh mungil Claire layaknya seorang Tuan Putri.

Ia membawanya ke ranjang yang terletak di sudut ruangan.

Scarlet berjalan dan melompat ke ranjang.

.......Biar begitupun, wajahnya sewaktu tidur kelihatan seperti malaikat

Sambil melihat wajahnya, membuat suara dengkuran lembut, Kamito tersenyum pahit.

Saat ia menaruh Claire ke ranjang, bibir mungil kemerahannya bergerak sedikit.

“Kakak..........Ayah........Ibu...........”

Ngelindur, ya........

Kamito sepertinya baru saja mendengar sesuatu yang tak boleh ia dengarkan.

Memang, setelah insiden Sang Ratu Bencana menghilang, wilayah keluarga bangsawan Elstein pasti sudah dipersempit dan bangsawan beserta istrinya ditahan di tahanan Balsas---

“....Hn, Kamito....”

“...?....”

Ia terkejut karena namanya tiba tiba disebutkan.

“Ahh, apa yang kamu lakukan, mesum........idiot.”

“.......Mimpi macam apa yang lagi dia alami.”

Kamito menggerutu dengan desah panjang dan ia menatap tangan kirinya.

Setelah hari itu tiga tahun yang lalu, ia menyembunyikan tangan kirinya dalam sarung tangan kulit.

Kita berdua sama, Claire

Selama tiga tahun ini, aku terus bertahan hidup untuk merebut kembali orang yang penting bagiku

Karena kesalahannya, ia kehilangan dia, mantan Roh Terkontraknya---


Bagian 4

Di waktu yang sama. Di setiap ruangan asrama wanita tempat Claire tinggal, sedikit insiden terjadi.

Roh yang digunakan dalam perangkat Roh di dapur, kamar mandi, dan sebagainya mulai lepas kendali.

Setelah pihak investigasi melakukan penyelidikan dalam asrama, kesimpulan akhir menyatakan kalau insiden itu dikarenakan sebab yang tak diketahui.


Dalam kegelapan yang disinari oleh cahaya bulan – Malaikat Bersayap Hitam dengan lembut bersandar di puncak menara Akademi.

Gadis berambut hitam, dengan dandanan yang juga serba hitam.

“—Aku ingin bertemu kamu, Kamito.”

Di telapak tangan gadis itu, gelombang kegelapan yang berputar muncul.

“Tapi kamu masih bukan kamu yang sebenarnya.”

Ia mengulurkan tangannya ke arah langit kosong dan bola warna kegelapan hanyut lalu lenyap dari gelapnya malam.

“Karena itulah, aku akan memberikan ingatanku----“

Gadis itu bergumam.

Seperti gadis kecil yang kejam.

Seperti Iblis sejati.


Bab 6: Tarian Pedang di Tengah malam

Bagian 1

-Masih jam 2 pagi. Waktu ketika para siswa Akademi masih tertidur lelap dan Roh dalam Hutan mulai beraktivitas.

Di batu pijakan yang disinari oleh rembulan, Kamito tengah berjalan disamping Claire.

“Suasananya sangat berbeda, Akademi di malam hari.”

“Tentu saja, malam hari adalah waktu bagi para Roh.”

Claire tetap berjalan lurus dan menjawab seperlunya. Langkah tegas kaki mereka terdengar jelas.

Sejak beberapa saat yang lalu, Claire tidak bicara banyak. Ia mungkin merasa tegang tentang duel melawan para Ksatria.

“Dimana kita mau berduel nanti?”

Pertarungan pribadi seharusnya dilarang didalam lingkungan Akademi menurut aturan Akademi. Apa ada lokasi khusus untuk duel diluar sana?

“Ada disana---“

Claire mendadak berhenti.

Di depan lokasi yang ia tunjuk, terdapat lingkaran batu raksasa.

Tanahnya sedikit bersinar dengan warna putih kebiruan.

“Itu kan........<Gerbang Astral>?”

“Yup, Gerbang yang menghubungkan dunia ini dengan Astral Zero. Alasan mengapa Akademi dibangun di tempat terpencil ini.”

“.......Begitu.”

Kamito terkejut karena ada ‘Gerbang’ didalam wilayah Akademi. Lingkaran batu itu mungkin reruntuhan peradaban kuno, yang digunakan sebagai seni tak diketahui. Mungkin fungsinya untuk menstabilkan Gerbang yang tak stabil.

“Bukannya berbahaya? Ada Roh yang tak bisa dikendalikan oleh manusia berkeliaran didalam Astral Zero.”

“Begini, ’Gerbang’ itu terhubung ke area aman yang hanya berisi Roh level rendah. Kalau tidak, pihak Akademi nggak akan membiarkannya begitu saja kan?”

Claire bergumam bodoh, dan melangkah ke tengah tengah lingkaran batu.

Ia melafalkan mantra untuk membuka Gerbang dalam bahasa Roh dan cahaya biru di tanah semakin meningkat kecerahannya.

“Ayolah, kamu juga harus kesini!”

Dituntun oleh Claire, Kamito dengan panik melompat ke bagian atas formasi cahaya.

Di saat itulah, bidang pandangnya terisi oleh kilatan putih.

Ia merasa kalau seluruh tubuhnya diserang oleh perasaan kaku. Dan kemudian---

......

--Setelah membuka matanya, pemandangan dunia lain mulai menyebar.

Terdapat hutan gelap dan dalam dengan pohon melingkar yang menjulang tinggi.

Bersinar dengan cemerlang di langit adalah bulan merah-seperti darah.

Terdapat kabut berwarna biru pucat yang tersebar di wilayah sekeliling.

Astral Zero – dunia seberang yang menjadi tempat tinggal para Roh.

“Kalau disini, tak seorangpun akan mengusik kita. Bahkan meski kita terluka, nggak akan serius, jadi tempat ini sering digunakan oleh para siswa Akademi ketika berduel.”

Dalam situasi kalau hal itu terjadi, tubuh fisik manusia yang memiliki kekuatan spiritual akan diperlakukan sama seperti Roh, ini berarti hampir tak ada luka fisik yang terjadi.

Namun tetap saja, ini tidak betul-betul aman. Sakit tetap bisa dirasakan; sebagai ganti tubuh fisik tak menerima luka, pikiran akan menerima dampak yang sebanding.

Jatuh kedalam kondisi tak sadarkan diri masih hal yang bagus, namun kalau kalau menerima serangan fisik serius, seseorang akan menerima kerusakan ingatan dan kehancuran pikiran parah, ada juga kemungkinan tak akan sadarkan diri.

“—Api, membaralah!”

Claire melafalkan mantra Roh dan bola api mungil tercipta di telapak tangannya, sedikit menerangi jalur sempit di tengah-tengah hutan.

“Ayo pergi, Kamito.”

Claire dengan lembut menyibakkan rambut kuncir duanya dan mulai berjalan.

“Apa kita punya kesempatan menang?”

“Itu tergantung kemampuan kita.......Jujur saja, mungkin akan sangat sulit.”

“Apa iya?”

Kamito cukup terkejut. Bagi Kontraktor Roh selevel Claire, sungguh tak terduga kalau kata-kata itu meluncur dari mulutnya.

“Abaikan dua yang lainnya, Ellis sangatlah kuat. Posisinya sebagai Ketua Ksatria bukan hanya untuk tontonan. Selain itu, Scarlet masih lelah usai pertarungan tadi pagi dengan <Roh Tersegel>. Kemampuan Rinslet itu – yah, setidaknya aku mengakuinya, tapi kerja tim mereka adalah tantangan terburuk bagi kita.”

“......Analisa pertarunganmu cukup kalem juga, nggak kusangka. Kukira kamu tiba yang impulsif.”

“Kamu, memangnya kamu anggap aku ini apa?”

“Cewek kasar yang suka menyabetkan cambuk – Ouw!”

*Pashii* – cambuk diayunkan cepat ke arah punggung Kamito.

........Setelah berjalan sejenak, terdapat lukisan teater raksasa di dalam hutan.

Itu adalah sesuatu ketika Astral Zero dan manusia masih bersatu – Era yang terjadi pada zaman dahulu kala.

Gerbang batu yang retak menyapa keduanya. Sepertinya ini adalah lokasi untuk duel.

“Strateginya, kamu, Kontraktor Roh Pedang, menjadi penyerang utama. Aku dan Rinslet akan menjadi pendukungmu.”

“Kenapa aku dapat bagian yang berbahaya? Bukannya ini duelmu?”

“Apa! Mau protes? Oke, kalau kamu maunya begitu, aku akan mengizinkanmu memilih. Penyerang utama atau batubara. Nah, mau yang mana?”

“Oke oke, aku akan jadi penyerang utama.”

“Keputusan yang tepat.”

Claire mengangguk dengan wajah puas.

“Ngomong-ngomong, kamu bisa mengendalikan ‘Roh Pedang’ terkontrak itu kan?”

“Hn....ah, mungkin saja.”

“.........mungkin saja? Apa maksudmu?”

Mata Claire terangkat tanda bahaya. Kamito menjawab dengan panik.

“Anu, begini, bukankah gawat kalau dia dipanggil tanpa persiapan dan lepas kendali? Karena itu, aku belum memanggilnya sekalipun sejak kutangkap tadi pagi.”

Penjelasan yang cukup masuk akal – menurutnya. Sebenarnya, penjelasan itu baru setengahnya.

Kenyataannya adalah, menjalin kontrak dengan Roh lain sama saja mengkhianati dia.

Ia merasa kalau dia adalah pecundang dengan menggunakan Roh Terkontrak baru.

“Kamu berhasil menjalin kontrak hanya dengan sekali percobaan, karena itu nggak mungkin akan lepas kendali tapi – yah, itu adalah Roh Tersegel yang sudah kuno dan nggak akan lucu kalau hal hal buruk terjadi.”

Namun, Claire sepertinya menyetujui alasannya.

“Untuk sementara waktu, cobalah lepaskan Senjata Elementalmu. Kamu bisa melakukannya kan?”

“A.....ahhh......iya....”

Melepaskan Senjata Elemental bukan sesuatu yang bisa dilakukan semua orang tapi—

Nggak bisa cari alasan lagi. Yah, apa boleh buat

Kamito menutup matanya dan memusatkan kesadarannya pada ‘Simbol Roh’ yang tertempa di tangan kanannya.

Ratu Baja Berkepala Dingin, pedang suci yang melenyapkan kejahatan—

Ia melafalkan mantra pemanggilan Roh dan simbol dua pedang bersilangan memancarkan cahaya.

Jalur dengan Roh Terkontrak normalnya akan langsung terhubung – Namun,

Apa?

.....Terasa aneh. Ia tak bisa merasakan keberadaan Roh tersegel tangguh itu.

Bukan – Ia bisa mendeteksi kehadirannya tapi rasanya ada roda gigi yang tidak tersambung.

Sekarang terbentuklah Pedang Baja dan jadilah kekuatan di tanganku!

Di saat itulah, partikel cahaya kecil berkumpul di telapak tangan Kamito.

Namun, yang muncul ternyata adalah---

“........”

Satu pedang pendek.

Lebih tepatnya, pedang itu begitu pendeknya hingga terlihat seperti pisau.

.............................

Ketenangan yang tak mengenakkan muncul.

“........Itukah Senjata Elemental dari Roh Pedang?”

Claire mengucapkannya dengan wajah shock.

Perwujudan dari Roh Tersegel tangguh yang sudah membelah tubuh Scarlet menjadi dua---

.......Jujur saja, nampak begitu payah.

“Ja....jangan menilai dari penampilannya. Siapa tahu ini memang punya kekuatan khusus.”

“I-iya.......Mungkin saja itu benar.”

Claire mengangguk saja meski wajahnya masih menunjukkan ketidakpercayaan.

Kamito mencoba menebas sebuah pohon besar untuk mengetes.

*Bekk!* Pedang pendek itu patah dan lenyap begitu saja.

“.........”

“.......Ahh, gimana bilangnya ya, mungkin gara-gara itu.”

Kamito diserang pelototan tajam Claire dan dengan tenang membuka mulutnya.

“Jujur saja, ini pertamakalinya aku menggunakan Roh Terkontrak dalam tiga tahun. Aku belum bisa mengembalikan persepsiku.”

“......Hah?”

Claire membuka mulutnya dengan blank karena pengakuan mengejutkan itu.

“Kamu bohong kan......bukannya kamu menjinakkan Roh Pedang itu dengan mudah?”

“Waktu itu karena aku mati-matian berusaha menolongmu. Jujur saja, aku sendiri nggak paham kenapa bisa menyelesaikan kontrak itu.”

Tak peduli seberapa kuatnya Roh yang dikontrak seseorang, tak ada artinya kalau orang itu tak bisa mengendalikan kekuatannya. Saat Kontraktor Roh tak berpengalaman menjalin kontrak dengan Roh diluar kemampuannya, sering terjadi kalau kekuatan Roh itu tak bisa dikeluarkan.

.......Namun, pada kasusku, sepertinya ada yang sedikit berbeda

Kamito menatap tangan kirinya, yang terbungkus sarung tangan kulit.

Mungkin, didalam alam bawah sadarku, aku terus memikirkan dia'

--Sehingga, ia tak dapat menghubungkan jalur dengan Roh yang baru.

“Ap...ap....apa apaan ini........”

Ia mendengar kemarahan kecil. Usai mengangkat kepalanya, Claire memegang cambuk kulitnya erat-erat, yang digunakan untuk melatih binatang, dengan bahu yang gemetaran.

“Nggak, maksudku, kemampuan bertarungku masih kecil......”

“Apa maksudmu! Aku mengandalkan kemampuanmu!”

*Pishiii! Pishiii! Pishiii!*

“Ow.....Tunggu, stop!”

Cambukan bertubi tubi diarahkan pada Kamito yang mencoba untuk kabur.

Kemudian, disana---

“Apa yang sedang kamu lakukan, Claire Rogue?”

Dari seberang pohon gelap raksasa, sebuah suara terdengar.

Claire menghentikan cambukannya dan dengan cemberut menoleh.

Yang muncul adalah Rinslet dan si gadis maid Carol.

“Kamu terlambat, Rinslet!”

“Aah, seorang Nyonya perlu waktu untuk berdandan dulu.”

Rinslet dengan anggun menyibakkan rambut pirang platinanya.

“...? Apa, kenapa Carol ada disini juga?”

“Tentu saja, sebagai suporter Nyonya.”

Usai Kamito mendengar itu, ia melihat Carol mengeluarkan bendera entah darimana dan mulai mengibar ibarkannya.

“Ngomong-ngomong, kenapa kamu malah menganiaya Kazehaya Kamito?”

Rinslet meletakkan jari telunjuknya di dagunya dengan wajah bertanya tanya.

Namun – Sebelum Claire menjawab, Carol sudah menyela lebih dulu.

“Nyonya, itu bukan sesuatu yang boleh dilakukan.”

“Apa maksudmu?”

“Tadi terlihat seperti bentuk cinta yang tidak biasa. Dalam cara unik, mirip permainan mesum.”

“Ehh! Apa itu benar, kalian berdua!?”

“Bu...bu...bukan itu! Ap....apa yang kamu katakan, maid bodoh!”

Wajah Claire memerah sambil menolaknya setengah mati.

.......Tak ada bedanya, dia tak ingin menerima cambukan lagi. Karena itu sakit.

.......Kenapa aku sudah capek sebelum duel?

Kamito mulai berpikir serius tentang kesemrawutan hidupnya. Pada saat inilah.

“----Kelompokmu sepertinya sudah hadir semuanya, Kelas Raven.”

Suara dingin muncul dari arah atas.

“.....!?”

Mereka berempat menoleh ke arah datangnya suara secara bersamaan.

Disana, diatas dinding teater rapuh terdapat—

Sesosok Ksatria wanita gagah dengan rambut birunya mengayun lembut tersapu oleh angin.

Disampingnya, dua Ksatria wanita, juga mengenakan armor yang sama, tengah berdiri.

Kamito mendengar namanya dari Claire. Yang berambut pendek namanya Rakka. Yang berambut kepang namanya Reishia.

“----Ellis Fahrengart! Sudah berapa lama kamu berada disini?”

“Ngomong-ngomong, kamu nggak akan sengaja datang lebih dulu supaya bisa muncul keren di waktu yang tepat kan?”

“Ap....Ng-nggak mungkin aku melakukan itu! Aku baru sampai disini!”

Usai Kamito menyatakan itu dengan mata setengah terbuka, Ellis tampak kebingungan dan nyaris jatuh dari posisinya berdiri.

.......Entah kenapa, sebagai Ketua Ksatria, posenya barusan nampak menyedihkan.

Ellis melotot tajam pada Kamito dan yang lainnya, kemudian mencabut pedang di pinggangnya.

“Mari, Kelas Raven. Mari selesaikan duel ini sebelum subuh!”

Pada saat itulah, pancaran api raksasa menyinari panggung teater.

Sesuatu yang disinari oleh pancaran itu adalah---

“Itu kan........”

Elang raksasa mengembangkan sayapnya dan tampil gagah di malam yang merah.

“Biar kuperkenalkan padamu, Kazehaya Kamito. Inilah Roh Terkontrakku – Roh Elemen Angin ‘Simorgh’!”

Dengan teriakan seperti angin - Elang raksasa itu diselimuti oleh lapisan udara.


Bagian 2

Disaat ultimatum untuk duel sudah diumumkan.

Roh Elang mengepakkan sayapnya, maju menyerbu ke arah targetnya di tanah, dimana mereka berempat berada.

Auman keras yang seolah merusak telinga. Batu pijakan pecah berkeping keping, sejumlah besar tanah dan pasir berputar dengan cepat.

Angin yang kuat, masih diperkuat dengan kekuatan ledakan, menyerang Kamito dan tubuhnya terlempar.

“.......Gahaa!!”

Tubuhnya terlempar ke dinding. Dengan hantaman yang bisa meremukkan tulangnya, ia berhenti bernafas untuk sesaat.

Bahkan kalau seseorang menerima serangan Roh dalam wujud aslinya, tubuh fisik tak akan terluka. Namun, kerusakan fisik dari dampak serangan dan pecahan puing berbeda. Batu-batu kecil yang berputar bagai pusaran menyerbu seluruh tubuh Kamito. Sambil menutupi dahinya dengan kecua tangannya, Kamito menggigit lidahnya.

.....Kekuatan yang kelewat dahsyat! Kalau kena secara langsung, habislah aku

Roh Angin itu........Simorgh.

Menganalisa kekuatan penghancurnya, mungkin sudah melebihi Scarlet milik Claire.

Oh ya, mana Claire?

Ia berdiri dan mengamati sekelilingnya, dua rekannya tengah di posisi mereka masing-masing.

Claire menyediakan pertahanan dari serangan jarak menengah. Rinslet menyediakan dukungan belakang dengan serangan jarak jauh.

Carol sedang......mengibarkan bendera diluar teater tempatnya kabur tadi.

Angin penghancur yang berputar dengan dahsyat mendadak berhenti. Pada jeda itulah, Kamito mulai berlari.

“Masih belum, Kamito!”

“....!?”

Di saat yang sama Claire berteriak, auman Roh Angin kembali membahana---

Dari lubang besar kosong di permukaan tanah, Burung Roh raksasa mengepakkan sayapnya---

“Apa yang kamu lakukan! Lekas gunakan Senjata Elementalmu!”

“Hn, biarpun kamu bilang begitu----“

Pada saat itulah, hembusan angin yang membawa massa berat bergerak cepat di tanah sambil terus menyerbu maju.

Batu pijakan terpotong dalam garis lurus. Kamito dengan cepat melompat minggir.

Sambil bergumul di tanah, ia dengan cepat melafalkan mantra pemanggilan Roh di bibirnya.

Simbol Roh sedikit bersinar tapi seperti sebelumnya jalur dengan Roh Terkontrak tak bisa tersambung.

......Masih belum bisa, ya?

Ia menyerah, pada saat itulah---Pedang kecil cemerlang terstruktur di telapak tangannya.

Sama seperti Senjata Elemental menggelikan sebelumnya, tapi lebih baik daripada tidak ada apa-apa.

“Kamu mencoba kabur, Kazehaya Kamito!? Sepertinya aku sudah salah menilaimu!”

Ellis, dengan kuncir kudanya berayun, menyerbu ke arah tanah.

“Ahh! Aku hanya perlu bertarung, kan!?”

Kamito mempersiapkan pedang kecilnya dan menyerbu ke arah Ellis. Yang pertama menyerang menang. Kalau ia mengalahkan Kontraktor Rohnya dulu, maka Roh Terkontraknya secara otomatis akan menghilang.

“Kamito, dibelakangmu!”

Suara Claire muncul dari belakangnya – Kamito lekas melompat ke samping.

Sayap dari Roh Angin Sihir menerjang tempat Kamito berdiri barusan.

“.......Cepat amat!”

Diantara kelima Roh Elemental Utama, satu-satunya yang mengklaim memiliki kecepatan terbaik adalah Roh beratribut angin. Dan saat ini Ellis sedang mengendalikannya.

Roh Angin Sihir, menari di langit malam, membalik seperti busur – dan meluncur turun.

Kamito melompat lagi. Roh Angin Sihir yang menerjang tanah menghembuskan banyak tanah dan pasir – dan mendadak bertransformasi menjadi pedang pedang tak terhitung jumlahnya yang menebas lengan Kamito.

“....Ugh...!”

Rasa sakit menyerbu lengan kanannya. Sebetulnya, lengannya sama sekali tidak terluka – Namun rasa sakitnya seperti merasuk kedalam kesadarannya.

---Yah, nggak kuduga akan berubah jadi pedang angin dalam waktu secepat itu

Kamito terpana dalam pikirannya. Kompetensi Ellis sebagai Kontraktor Roh memang tak lagi bisa diragukan.

“Kamito, aku melindungimu!”

Di waktu yang sama dengan suara itu, kobaran api menyala nyala di langit malam merah.

Claire menggunakan Senjata Elemental Claire – ‘Kobaran Api’.

Tebasan api menghancurkan semua pedang angin membentuk busur dalam sekejap.

“Takkan kubiarkan kamu ikut campur pertarungan Ketua kami!”

Ksatria berambut kepang, Reishia, menyerbu Claire.

Senjata Elemental di tangannya adalah pedang es transparan – Tampaknya dia juga Kontraktor Roh es seperti Rinslet.

Namun, peringkat Rohnya benar benar bukan tandingan Fenrir milik Rinslet. Sepertinya dia punya kompetensi untuk melepaskan Roh Terkontraknya sebagai Senjata Elemental namun masih belum selevel Rinslet.

Dia bukan tandingan Claire – Kamito menyimpulkan itu dan melempar pandangannya pada Ellis, yang tiba-tiba sudah berada di depannya.

Pada saat itulah, disertai suara hantaman keras terus menerus, tanah di hadapannya benar-benar hancur berkeping keping.

“....”

“Hmph, cobalah kalau bisa melawan Senjata Elementalku – ‘Penghancur Batu’!”

Gadis berambut pendek Rakka, berteriak dengan nada bersemangat.

Senjata Elementalnya berbentuk martil besar dengan gagang panjang. Namun tampak mudah diayunkan oleh lengan kecil gadis itu.

Kamito melompat dan bergerak mundur, mencari jarak diantara mereka. Rakka sepertinya lebih bersemangat ketimbang Reishia.

Sambil menjaga jarak, ia mengejar Ellis,yang berada di wilayah pandangannya---

Ellis memanfaatkan serangan Rakka dan sudah bergerak lebih dulu.

Memang Ketua Ksatria, keahlian memimpin Ellis sangat tinggi.

Pertama menggunakan serangan Roh Angin untuk meluncurkan serangan kejutan guna memicu kekacauan di medan tempur. Selanjutnya menyerang Claire di pertahanan tengah dengan Reishia dan Kamito yang berada di garis terdepan dengan Rakka. Ketika dua pemain sudah tertahan, Ellis dengan kekuatan tempur tertinggi akan menyerang Rinslet di garis belakang. Strategi yang sangat brilian.

.....Sebelum menyerbu Ellis, aku harus bereskan gadis ini dulu

Kamito melangkah maju dan melancarkan tebasan. Kilatan pedang perak sedikit melukai tangan Rakka.

Karena serangan dari Senjata Elemental, darah tak akan mengucur – tapi rasa sakitnya masih bisa dirasakan.

“Pria ini.......!”

Wajah Rakka memerah marah. Ia mengincar bagian atas kepala Kamito dan mengayunkan martil Pemecah Batunya.

Terjadi gemuruh besar. Tanah disekitarnya hancur dan puing puingnya berserakan. Pasti itu adalah Roh dengan atribut Tanah. Sudah diduga, daya penghancurnya besar namun karena ayunannya lambat, sangat mudah untuk mengelak.

“Cih, kamu ceroboh!”

Gadis ini juga sepertinya belum menguasai Senjata Elementalnya. Atau mungkin, peringkat Roh Terkontraknya lebih rendah dibanding kompetensinya yang besar – Roh yang seharusnya dia gunakan justru memanipulasinya.

“Jangan kabur! Bertarunglah dengan jantan, Kontraktor Roh laki-laki!”

“Ini bukan berarti aku sekedar kabur. Dalam pertarungan kelompok, kamu harus lebih memperhatikan wilayah sekitarmu.”

“Apa!?”

“Pemburu yang lapar sedang mengincar targetnya.”

Di saat itulah, panah es tiba-tiba meluncur dan menusuk dada gadis itu.

Rakka terlempar dan jatuh memantul mantul di tanah.

Senjata Elementalnya, ’Pemecah Batu’, berubah menjadi partikel cahaya dan lenyap.

“Fuu, tembakan bagus!”

Kamito menoleh ke arah suara itu berasal.

Di dinding terluar teater, terdapat penampilan Rinslet yang menyibakkan rambut platinanya.

“.....Kenapa kamu, yang hanya sebagai pendukung belakang, berdiri di tempat keren begitu?”

“Ah, sudah alami bagiku untuk berada di tempat yang lebih hebat daripada Claire!”

“An....anjing bodoh itu....! Kamu hanya bisa menembak dari kejauhan saja kan?”

Claire berteriak seperti anak kecil kelaparan.

“Fuu, sebagai Nyonya besar dari keluarga terhormat Laurensfrost, aku nggak akan puas kalau nggak berada di tempat terhebat dalam Tarian Pedang.”

“Itulah Nyonya!”

Carol dengan bangga terus mengibar ibarkan benderanya.

“Hmm, kalian cukup hebat juga, kelas Raven.”

--Pada saat itulah, di belakang tercipta pusaran angin yang besar.

Mengembangkan sayapnya, Roh Angin Sihir mengaum dan terbang mengincar Rinslet.

“Sasaran bagus! Taring Es Pembeku, serang ’Panah Pembeku’!”

Rinslet dengan cepat menembakkan panah esnya.

Roh Angin Sihir dengan cepat bertransformasi menjadi pedang angin tak terhitung jumlahnya dan menyerbu ke arah Rinslet.

“Kyaaaa!!!”

“Rinslet!!!”

Di depan Claire, yang berniat menuju ke arahnya, si gadis berkepang memblokir jalannya.

Ia dengan cepat memasuki jarak cambuk yang Claire kehilangan fokusnya dan tertebas dengan pedang esnya. Usai masuk ke jarak serangnya, pedang es lebih unggul. Claire perlahan lahan terus tertekan mundur.

“Kenapa kamu! Beraninya kamu melakukan itu pada Rakka!”

“Kuu---Kamito, lekas kejar Ellis!”

“Ahhh!”

Claire memberi perintah karena menyadari kalau Ellis semakin tak terhentikan.

Ellis berlari sepanjang tangga teater. Ia berniat untuk menghabisi Rinslet.

Kamito mengincar kaki Ellis dan melempar pedang pendeknya. Ia menyadari kalau gadis ini berbahaya – Ellis melompat ke samping dan sampai di tempat duduk penonton.

Pada sasarannya, suara berfrekuensi tinggi mendadak muncul. Senjata Elemental Pedang pendek itu menabrak dinding dan hancur berkeping keping.

“Hmm, Senjata Elemental yang sangat rapuh.”

Sambil Ellis mengatakan itu, ia memanggil Roh Angin ke tangannya.

Dan kemudian----

Angin jahat, tembuslah jantung musuhku, jadilah tombak angin sihir dan terwujudlah di tanganku!

Tak lama setelah melafalkan mantra berbahasa Roh itu – angin bertiup sangat kencang dan di tangannya muncul sebuah tombak yang sangat panjang.

Itu adalah Tombak Panjang Upacara dan pola pola kecil tertempa sepanjang gagangnya.

Ujungnya, disinari oleh cahaya merah bulan, terbungkus hembusan angin tajam dan sedikit mengeluarkan suara angin.

Rambut kuncir kudanya, yang sedikit mencapai pinggangnya, berayun dengan cepat tersapu oleh tiupan angin kencang.

Ellis memutar mutar tombaknya di satu tangan dan menatap Kamito dengan ekspresi dingin.

“Inilah Senjata Elementalku, ’Tombak Elang’.”

Kamito----

“Cantik sekali......”

Tanpa ragu, mengeluarkan ucapan itu.

“Hah, ternyata kamu paham – keindahan dari ‘Tombak Elang’ ini.”

Memamerkan Tombaknya yang hebat itu, Ellis melebarkan pipinya, terlihat senang.

“Bego, maksudku kamu! Jangan buat aku mengulanginya lagi, malu!”

“Ap......aku...?”

Wajah Ellis merona kemerahan dan nampak salah tingkah.

“Hei, ka....kamu hanya mau mengejekku kan? Kazehaya Kamito?”

“Nggak, aku hanya merasa terpesona.”

“Te.....Terpesona.......Ah......”

Wajah Ellis semakin memerah........seolah ingin mengusir pikiran jahat dalam kepalanya, ia menggeleng dengan cepat.

“Uhh.....lelucon nggak bermutu itu......sudah kuduga, kamu hanya mau mengejekku kan?”

“Nggak, kamu memang can-----Owaaaaa!!!”

Mengamuk, Ellis melemparkan tombaknya dengan wajah masih merah.

Namun karena konsentrasinya masih lemah, serangannya mudah dihindari.

Namun, ketika ujung tombak nyaris mengenai punggungnya, di saat itulah.

Pisau-pisau angin meluncur dan menebas seluruh tubuhnya.

Ugh.....!

Karena rasa sakit tak terduga, Kamito kebingungan dalam kepalanya.

--Senjata Elemental itu bisa melepaskan pisau-pisau angin ya?

Sambil menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya, Kamito melompat ke belakang dalam satu tolakan.

Tombak sihir itu bisa menciptakan pisau angin, jadi tak ada artinya mengelak dengan jarak setipis kertas.

Namun, Ellis melompat lagi dan melepaskan hujan serangan seperti kesetanan.

“Apa kamu mencoba kabur.......dasar pria nggak tahu diri! Akan kuubah kamu jadi tiramisu!”

“Apa? Apa membuat kue juga keahlianmu? Kamu ini gadis cemberut yang manis.”

“A....aku baru-baru ini saja latihan bikin kue. Demi pangeran tampan yang akan aku nikahi kelak----Eh, kenapa kamu membuatku mengatakan itu!? Dan siapa yang gadis cemberut yang manis?”

Ellis menebas dinding teater sekuat tenaganya dalam satu serangan dan puing-puing berserakan kemana-mana.

........Cewek ini, dia betul-betul kuat

Memang begitulah seseorang, yang bertindak sebagai Ketua Ksatria Sylphid di tanah para Kontraktor Roh ini.

Tarian pedangnya sangat indah seperti Kagura, dimana Rohnya sangat menikmatinya.

Luka di tangannya terasa sakit.

Ia paham kalau inderanya perlahan semakin tajam.

Tarian Pedang yang serius membuat darahnya serasa mendidih.

Tubuhnya mengingat kembali sensasi dari tiga tahun silam.

Namun, bukan yang seperti ini

Menyebalkan karena kakinya tak bergerak sesuai perintahnya. Kemampuan nalurinya dalam membaca serangan musuh juga sudah mundur.

Aku---

“Kamu, jangan kabur!”

Melepaskan rasa haus darah dan kemarahan bertubi-tubi, Ellis datang menyerbu.

Itu bukan tikaman yang fatal, namun dihujamkan sekuat tenaganya untuk memutuskan hasil dari pertandingan ini.

Namun, kesempatan yang fatal tercipta.

“Taring Es Pembeku, serang ’Panah Pembeku’!”

Rinslet, yang telah pulih dan menunggu kesempatan untuk menembak, meluncurkan panah esnya tanpa menunda nunda.

Secara terus menerus----

“Menarilah, Api merah membara yang mengundang kehancuran – ‘Kobaran Neraka’!”

Usai Claire membereskan Reishia, ia melepaskan Senjata Elemental atribut apinya.

“......”

Ellis membuka kedua matanya dengan terkejut.

Waktunya sungguh sempurna. Pelepasan Taring Es dan Kobaran Api menyerbu lurus pada target mereka – Ellis.

*Pariiinnn!!!*

Namun, kedua serangan ini bertabrakan di udara.

“.....Hah!?”

Wajah Kamito menjadi masam.

Ellis, di hadapannya, juga masih berdiri dengan wajah bengong.

“Hey, Rinslet! Kenapa kamu menghalangiku!?”

“Ap....apa? harusnya kamu yang minggir dari jalanku!”

Pada saat itulah, mereka berdua mulai bertengkar lagi.

“M.....mereka berdua......”

Kamito lupa kalau mereka masih di tengah-tengah duel dan hanya bisa mendesah.

......Mereka punya kekuatan, tapi kerjasama tim mereka berantakan tak karuan

“---Bodoh sekali. Perpecahan dalam kelompok!”

Ellis Fahrengart mengangkat Senjata Elementalnya sekali lagi.

Angin kuat disertai halilintar yang belum pernah terlihat sebelumnya, berkumpul dengan cepat.

“Su....sudah mengejekku dengan menyebutku cantik, akan kubuat kamu menyesal-----“

Sudah tak bisa lari lagi. Kamito berdoa untuk takdirnya dalam hati, pada saat itulah----

“Tunggu, Ellis! Ada yang tidak beres-----“

“Apa? Sekarang kamu mau minta ampun?”

Berhenti di tengah jalan – Ellis menutup mulutnya.

Sepertinya dia sendiri juga sudah sadar.

“Apa, kehadiran ini kan..........”

Suasana di wilayah tersebut terasa begitu berat. Sensasi ini, seperti rasa dingin di punggung ,adalah—


Apa?

Apa ini?

Claire dan Rinslet sepertinya sudah menyadarinya juga. Mereka melihat ke langit malam yang suram dan memiringkan kepala mereka dalam keraguan.

Tiba-tiba, suara bagai halilintar terdengar.

Dan kemudian – dari robekan di langit, muncullah---


Bagian 3

Itu adalah – rahang raksasa, mengapung di udara.

Tak memiliki kepala, tubuh, maupun ekor. Hanya rahang dengan barisan gigi yang membuat suara gemeretak.

“Itu.......jangan-jangan.......Roh Sihir?”

Penampilan tiba-tiba Roh sihir itu membuat Kamito merinding dan ketakutan.

Roh Sihir – sesuatu dengan kemampuan sihir tingkat tinggi yang sangat berbeda dari manusia, sehingga, ia adalah Roh beringas yang takkan pernah bisa dijinakkan oleh Kontraktor Roh manapun.

“Roh Sihir, kenapa bisa ada di tempat seperti ini?”

Pada saat itulah---

Vo.....Ruoooooonnn....!!!!!

Auman Roh Sihir yang serasa memecahkan telinga itu membuat para gadis merunduk.

Terasa intimidasi menekan darinya. Kekuatan spiritual yang terasa di kulitnya bisa dibandingkan dengan Roh Sihir Kelas Manusia.

Lebih jauh lagi—

Apa dia...sedang mengamuk?

Kamito menjatuhkan suaranya dan dengan hati-hati menganalisa Roh di langit.

Roh Sihir memang beringas, namun sangat tidak mungkin ia mengamuk tanpa alasan apapun.

.....Apa yang terjadi?

Berpikir keras dalam kepalanya – Kamito mengingat sesuatu.

Mengingatkannya, sebelum duel – Roh Air dalam perangkat Roh di kamar Claire mendadak lepas kendali.

Fenomena yang sukar dibayangkan tapi kalau Roh Air mengamuk pada waktu itu, sangat alami kalau Claire juga tak bisa mengendalikannya.......Apa ada hubungannya dengan fenomena ini?

Selain itu—

Claire bilang kalau Roh kuat jarang sekali muncul sepanjang area ini

Kalau ada kemunculan Roh kuat secara kebetulan—itu sangat tidak alami.

Apa-apaan

Rahang yang mengapung di langit menggilas banyak pohon dalam hutan dan menghancurkan reruntuhan kuno berkeping keping. Pecahan-pecahan batu yang hancur berjatuhan dari langit.

“Claire Rogue, lebih baik kita hentikan duel ini dan bekerjasama.”

“......Aku paham.”

Claire dengan patuh mengangguk pada kata kata Ellis.

Semua orang di tempat ini sadar betul betapa berbahayanya Roh Sihir itu.

Bukan berarti dia dipanggil dalam bentuk murni yang sama seperti Roh Terkontrak.

Kalau tergigit oleh gigi-gigi itu, tubuh manusia dan objek lainnya tak ubahnya selembar kertas.

“Kita mengungsi dulu. Aku akan jaga dari belakang, kalian bawa dua yang pingsan itu.”

Ellis mempersiapkan Tombak Elang dan dengan cekatan turun ke pusat reruntuhan kuno.

“Tidak, aku saja yang jaga bagian belakang. Itu bukan sesuatu yang bisa ditangani oleh Roh Terkontrak bagaimanapun caranya.”

Cara melawan Roh dan melawan Kontraktor Roh manusia sangatlah berbeda. Tentu saja, ini bukan berarti gadis-gadis itu tak paham cara melawan Roh namun—tetap saja dia adalah lawan yang terlalu berbahaya untuk dilawan Ellis seorang diri.

“Berhenti melucu! Kamu bisa apa, kamu bahkan nggak bisa menggunakan Roh Terkontrakmu!”

“Itu....”

Kamito menggerutu dengan kesal. Memang, itu bukanlah sesuatu yang bisa dia lawan dengan Senjata Elementalnya yang tak bisa diandalkan.

“Bicaranya nanti saja! Serahkan ini pada Ellis, kita harus lari!”

Rinslet bersiul dan Fenrir, dalam wujud Serigala Putih, datang sambil memanggul Reishia dan Rakka yang pingsan. Carol juga datang sambil berlari.

“Claire, kenapa kamu hanya melamun saja!?”

Rinslet menarik lengan baju Claire.

--Claire tengah menunduk seperti sedang memikirkan sesuatu dan ia tiba-tiba mengangkat kepalanya.

“Ellis, biar aku yang jaga belakang.”

“Apa?”

Ellis membuka lebar matanya. Claire mencambukkan cambuk kulitnya dan memanggil Roh Terkontraknya, si Kucing Neraka.

“....”

Pupil merah Claire terpaku pada sosok Roh Sihir yang mengamuk seperti badai besar.

......Seolah ia terpesona pada kehadirannya.

Menanggapi penampilan Claire—Kamito sadar dan memahami sesuatu.

Cewek ini—jangan-jangan dia....

Claire sangat terobsesi untuk mendapatkan Roh yang kuat.

Demi mengetahui kebenaran tentang kakaknya, Rubia Eilstein, ia membutuhkan kekuatan.

Sehingga, ia nekat membuat kontrak dengan Roh Tersegel yang berbahaya.

“Kamu, jangan bilang kalau—Kamu berniat menjadikan makhluk itu Roh Terkontrakmu!”

“.....”

Claire tak menjawab. Ia hanya menatap bisu ke arah Roh Sihir di angkasa.

“Kamu sudah gila! Itu adalah Roh Sihir, apalagi dia dalam kondisi mengamuk!”

Kamito berteriak, Claire mengayunkan rambut kuncir duanya dan akhirnya menoleh.

“.....Hanya kesempatan sekali seumur hidup.”

Ia menggigit bibirnya dan bergumam dengan ekspresi seolah ia sudah berpikir masak masak.

“Sejak awal sangat tak mungkin bisa menemui Roh selevel itu didalam Hutan Roh. Selain itu, bukan berarti nggak ada Kontraktor Roh yang belum pernah menjalin kontrak dengan Roh Sihir sebelumnya.”

“Maksudmu Greyworth? Dia itu Penyihir!”

“Aku juga mungkin punya kualitas sebagai Penyihir.”

“Berhentilah berbuat bodoh, kamu bisa mati!”

Kamito merebut tangan Claire, yang bisa pergi melesat kapan saja.

Claire melotot tajam ke arah mata Kamito.

“Jangan halangi aku. Alasanku menginginkan Roh kuat, sudah kukatakan tadi, bukan?”

“Ahh, aku paham. Tapi percuma saja. Kemampuanmu tak mungkin bisa melakukannya.”

“....Diam! Lepaskan! Orang lemah macam kamu kabur saja!”

Claire mengguncang lengan Kamito dan berteriak.

Didalam pupil merahnya, menatap pada Kamito, sedikit kebencian muncul.

“Padahal sudah mencuri Roh Tersegelku! Tapi kamu hanya bisa menggunakan Senjata Elemental yang sia-sia, apa hakmu mengatakan semua hal itu padaku!”

“Itu....”

Kamito terlihat sangat terpukul. Wajar kalau Claire marah padanya. Meski sudah menjalin kontrak dengan Roh yang tangguh, ia tak bisa menggunakan kekuatannya dengan sempurna.

“Apa?......kamu sudah kehabisan kata-kata?”

Claire dengan tegas membuang pandangannya.

“Akan kutangani ini sendiri. Kalian semua kabur saja!”

“Claire Rogue, kamu—“

“Ellis mencoba untuk melindungi kita semua. Aku nggak sudi memikirkannya, tapi kalau aku—“

Claire sudah kehabisan kata-kata.

Dan kemudian—

“.....Scarlet!”

Ia memanggil partnernya, nama Roh Apinya dan berlari ke arah Roh Sihir yang terus memangsa hutan.

“Claire!”

Kamito mengulurkan tangannya dalam kebingungan.

Pada saat itulah, Roh Sihir itu mengaum.

Gelombang kejut menerpa. Pohon-pohon di sekitarnya bertumbangan.

“Angin, berkahi kami perlindungan dewa—‘Dinding Angin’!”

Dengan tangkas, Ellis melafalkan mantra Roh dan melindungi semua orang di belakangnya.

Sial, Claire--

Sambil bertahan dari puing yang menerpanya, Kamito mengikuti Claire dengan matanya.

Claire sedang—menari di udara.

Ia menaiki angin seperti percikan api yang beterbangan di udara.

Di tangannya adalah Roh Apinya yang dilepaskan dalam bentuk Senjata Elemental—‘Lidah Api’, yang ia sedang genggam.

Bara Api merah membara menebas kegelapan malam hari.

Roh Sihir membuka rahang raksasanya dan membuat suara gemeretak keras seperti gigi-gigi yang digerakkan dengan cepat.

.....Nggak bagus, dia terlalu ceroboh!

Gadis itu, Claire Rogue, yang Kamito ketahui adalah Kontraktor Roh berbakat, memiliki daya pikir tenang dan kehebatan membuat strategi—setidaknya dalam duel.

Namun, Claire telah kehilangan pikirannya saat ini.

Perasaannya pada kakaknya, Rubia Elstein, membuat ia kehilangan akal sehatnya.

Kemarahannya pada kakaknya, yang telah mengkhianatinya. Namun, rasa sayangnya yang besar—menimbulkan konflik luar biasa dalam dirinya dan memberinya keberanian tak terduga.

“Sungguh kuat! Jadilah milikku!”

Cambuk Api menari dengan elegan. Rambut merah kuncir duanya menari di langit malam.

Cambuk Api menari dengan elegan. Rambut merah kuncir duanya menari di langit malam.

Itulah—Kontraktor Roh, Tarian Pedang Claire Rogue.

“.....”

Sangat indah—pikir Kamito.

Meski di saat yang sulit ini—Kamito, untuk sesaat, terpesona oleh performanya dan melupakan segalanya.

......Sama seperti waktu itu.

Waktu ketika dia melawan Roh Pedang yang mengamuk itu seorang diri.

Kamito dengan tenang meremas tinjunya dan menoleh. Kemudian—

“Ellis, Rinslet, kuserahkan sisanya pada kalian berdua!”

“Wha....apa kamu bodoh?!”, ”Dasar idiot!”

Mereka berdua berteriak di waktu yang sama. Kupingnya terasa sakit.

“Aah, aku ini memang bodoh. Benar-benar bodoh!”

Kalau Greyworth ada disini, ia pasti akan mengejek Kamito habis-habisan.

Untuk mengambil kembali hal penting yang hilang darinya, ia sudah hidup dengan mata tak bernyawa selama tiga tahun ini.

Namun, ia dengan nekat harus mempertaruhkan nyawanya untuk hal semacam ini.

Namun—

“Aku adalah Roh Terkontraknya!”

Karena itulah—

“Jadi, hm, aku harus membantunya, mengembalikan gadis kucing api itu!”

“Tunggu, Kazehaya Kamito!”

Kamito menyibakkan tangan Ellis yang mencoba mencegahnya dan mulai berlari kencang.

Api merah membara tengah menari dengan Roh Sihir dalam Tarian Pedang.

Akan sangat buruk kalau gadis bangsawan itu lenyap—Kamito tak ingin melihatnya mati.

Bagaimanapun, dia hanyalah gadis yang normal.

Penuh ego dan bertemperamen tinggi.

Menaruh sikap luar yang kuat, mudah kesepian.........namun baik hati.

Menyukai makanan kaleng dan novel percintaan.

Ooooo-...ooonnnnn!!!!!

Roh Sihir mengaum keras keras.

Ia melepaskan gelombang kejut yang menghembuskan hutan dan Claire jatuh terjerembab ke tanah.

“—Claire!”


Bagian 4

“Ah.....ah.....ah....”

Claire, usai terlempar ke tanah, mulai ketakutan.

Roh Sihir yang beringas itu membuat suara berdecit dengan rahangnya.

Seolah olah—dia sedang tertawa.

Claire mencoba untuk kabur namun kakinya bergetar hebat dan tak mau digerakkan.

Begitu menakutkan. Ketika ia bertarung, sensasinya masih tak terasa. Namun di saat ini—

“Ka....kamu tidak menyeramkan. Karena itu jadilah Roh Terkontrakku!”

Roh Sihir, mengapung di udara, tak punya alasan sama sekali untuk menanggapi omong kosong itu—dia justru tertawa dengan keras.

Tubuh Claire bergetar hebat dan secara spontan, ia menutup matanya. Hanya sebaris gigi tak akan menggigit satu sama lain. Terhadap benda tak familiar seperti itu, rasa takut secara insting merasuki seluruh tubuhnya.

--Pada saat itulah, Lidah Api di genggaman Claire mendadak lenyap.

Bukan karena dia membatalkan pelepasan Senjata Elementalnya. Scarlet melawan kehendak Claire dan memilih untuk kembali ke wujud Kucing Nerakanya.

“Scarlet, kenapa...??”

Claire bergumam dalam suara samar-samar.

Apakah dia akhirnya akan diabaikan oleh Roh Terkontraknya sendiri—

Namun, si Kucing Neraka, terbalut oleh api kemudian menendang tanah dan terbang menjauh.

“....!”

Pada saat itulah, Claire akhirnya mulai menyadari. Scarlet—

“Tidaaaakkkkk!!! Scarlet!!!”

Teriakan Claire menggema.

Scarlet tak berhenti. Dia mengeluarkan taring panjangnya dan menyerbu ke arah Roh Sihir.

Memang Api panas membara yang bahkan dapat melelehkan baja. Namun,hal itu sama sekali tidak efektif melawan Roh Sihir.

Dalam sekejap, gigi-gigi Roh Sihir tanpa ampun menggigit dan menghancurkan tubuh Scarlet.

Dia berteriak dalam penyesalan. Roh Api, yang tergigit dan hancur, lenyap di udara seperti pusaran air.

“......Ah.....Scar.....let.....”

Claire, seolah kekuatan telah meninggalkan tubuhnya, hanya bisa menjatuhkan lututnya diatas tanah.

Mengikuti alasan, ia paham kalau ia seharusnya segera kabur.

Itu adalah kesempatan terakhir yang Scarlet berikan kepadanya.

Disamping itu, kakinya masih bergetar dengan hebat. Dia bahkan tak bisa berdiri.

Rasa penyesalan mendalam serasa membius seluruh tubuh Claire.

Gara gara aku—Scarlet--

Di sudut matanya, dimana Kucing Neraka lenyap, air matanya tumpah.

....Aku sungguh bodoh. Padahal Kamito sudah berusaha menghentikanku!

--Sudah tahu tak bisa menang, tapi aku tetap nekat!

Ia menyalahkan dan menyalahkan dirinya sendiri.

Roh Terkontraknya, yang sama pentingnya seperti keluarganya, juga telah lenyap.

Selagi Roh Sihir membuat suara berisik ke segala arah, ia perlahan turun.

Gerigi sinis yang telah merobek Scarlet berkeping keping itu—

“Tidak......”

Air mata mengalir di pipinya. Suara kaku muncul dari kedalaman tenggorokannya.

“Tolong aku..........tolong aku.........kakak...........”

Ia menutup matanya dalam keputusasaan, dan pada saat itulah,

“Claire!”

Ia mendengar suara Kamito.


Bagian 5

“Oooooooooo!!!!!!”

Sambil mengeluarkan teriakan perangnya, Kamito menyerbu ke arah Roh Sihir.

Simbol Roh, yang tertempa di tangan kanannya, mengeluarkan cahaya putih kebiruan.

Ratu baja berkepala dingin, pedang suci yang menghancurkan kejahatan!
Sekarang terbentuklah Pedang Baja dan jadilah kekuatan di tanganku!

Sambil berlari di tanah berlumpur, ia melafalkan mantra pemanggilan.

Di telapak tangannya, partikel cahaya tercipta dan bertransformasi menjadi bentuk pedang.

Namun, ini saja masih tidak cukup. Melawan Roh Sihir yang melenyapkan Roh selevel Scarlet dalam sekali serangan, pedang pendek itu tak ada apa-apanya.

--Kumohon, pinjamkan aku kekuatanmu, Roh keras kepala!

--Aku tahu, kekuatanmu memang seperti itu!

Luka di tangan kirinya mulai terasa sakit lagi.

Lagi-lagi, jalan terbuka dengan Roh Terkontrak tertutup—

Namun, tanpa menggubrisnya, Kamito terus menuangkan kekuatan dewa kedalam simbol Roh di tangan kanannya.

Memberikan rasa tak mengenakkan. Rasa sakit seperti terbakar mengalir sepanjang sistem saraf lengan kirinya.

--Maaf Restia. Yang aku butuhkan saat ini bukanlah kamu

Iya—yang ia butuhkan bukanlah masa lalu.

Namun kekuatan yang bisa menyelamatkan Claire saat ini dan disini juga.

Dari simbol Roh di tangan kirinya, kilatan kilatan cahaya meledak-ledak.

Sensasi dari tiga tahun lalu itu kembali muncul dalam benaknya.

Kapanpun ia menendang tanah untuk mempercepat larinya, sensasi di seluruh tubuhnya semakin tajam.

Sampai sampai gerakan Roh Sihir itu terlihat seperti gerak lambat.

Ingatlah kembali—perasaan itu!

Sensasi dari Tarian Pedang—dimana ia menari bersama dengan partnernya, Roh Gelap.

Aku adalah--

Kamito menendang tanah dan melompat tinggi tinggi.

Aku adalah Penari Pedang Terkuat – Ren Ashbell

Pada saat itulah, kilatan cerah dan menyilaukan tercipta di telapak tangannya.

Dari simbol Roh di tangan kanannya, kekuatan dewa dalam jumlah besar mengalir dengan deras.

Jalan menuju Roh Pedang Tersegel itu akhirnya terbuka.

Tak lama kemudian, di tangan Kamito; ia memegang pedang yang tak umum digunakan orang.

Pedang yang terlalu besar untuk digunakan seseorang—Pedang Pembasmi Iblis.

Dan kemudian—

“Lenyaplah, rahang keparat!”

Ayunan Pedang luar biasa itu menghantam tubuh Roh Sihir dan menghancurkannya hingga berkeping keping.


Bagian 6

Hujan yang turun mulai membasahi punggung Claire.

Rambut merah kuncir duanya menetes air dan menempel erat ke tubuhnya.

“Claire......”

Kamito mencoba memanggilnya dari punggungnya, yang masih merunduk di tanah.

“Hmmm.........baguslah kamu selamat.......”

“.......bagus....apanya.........”

Claire bergumam dalam suara gemetaran.

“Sc....Scarlet....ku.....”

Ia menoleh dan dari pupil mata merahnya, tetes-tetes air mengalir.

“Kamu—“

“Kamu terlambat, bodoh! Padahal kamu adalah Roh Terkontrakku!”

“Ahh, maafkan aku.....”

Kamito dengan bingung membuang tatapannya.

“Kenapa?”

“Eh?”

“Kamu memiliki kekuatan sebesar itu tapi kenapa sejak awal—“

Claire perlahan memegang kerah seragam Kamito—

“.....”

Ia dengan lemah melepaskan pegangannya.

“.........bukan. Itu karena aku lemah.”

Ia mengeluarkan suara tanda kekalahan.

“Karena aku lemah, aku gagal menolong Scarlet. Karena aku lemah, aku—“

--Dia tak mampu menghentikan kakaknya.

“Seandainya aku punya.......aku punya kekuatan.......”

Sambil diguyur air hujan, Claire mengulangi kalimat itu dengan ekspresi semendung langit.

“Oi, jangan begitu terus!”

Kamito meraih bahu Claire.

.....Eh?

Tubuh Kamito mendadak terhuyung.

Bidang pandangnya gelap......kesadarannya mendadak dibawa pergi entah kemana.

Sepertinya serangan dari Senjata Elemental sebelumnya telah menguras habis kekuatan spiritualnya.

Sial, benar-benar Roh yang..........menghabiskan tenaga

Sambil mengutuk dalam kepalanya, Kamito kehilangan kesadarannya.


Bab 7: Est Si Roh Terkontrak

Bagian 1

......Ia ingat ketika ia dibawa ke kedalam ruangan gelap.

Ruangan seperti sel penjara tanpa jendela.

Ia ingat dibawa oleh orang orang berbaju hitam, juga hari ia menemui dia untuk yang pertamakalinya—

Sudah delapan tahun silam ketika anak laki-laki itu menjadi Penari Pedang Terkuat—Ren Ashbell.

Sebelum itu ia tinggal di sebuah panti asuhan.

Namun bukan panti asuhan sembarangan. Disebut <Sekolah Instruksional> yang tak akan tertera di peta manapun.

Dari setiap bagian benua, gadis muda dengan bakat sebagai Kontraktor Roh dikumpulkan dari panti asuhan atau institusi anak terlantar, dan menerima latihan khusus dalam lembaga rahasia. Mereka yang dibesarkan adalah Assasin handal. Emosi para gadis dibunuh melalui sistem pendidikan yang gila, dan bukan apa-apa selain Teknik penggunaan Roh untuk pembantaian yang didiktekan secara brutal pada mereka.

Pada suatu hari delapan tahun silam, seorang anak laki-laki yang dibawa ke Sekolah Instruksional diketahui mampu berkomunikasi dengan Roh.

Reinkarnasi Sang Raja Iblis—disebut sebagai anak ajaib oleh instruktur latihan, anak laki-laki itu dilatih dengan prioritas tertinggi.

Ia dilatih keras sebagai Assasin yang tangguh, bahkan iapun diberi Roh terkuat milik organisasi yang pernah ada, dan merupakan Roh Pilar utama di Astral Zero.

Yakni, Roh Tersegel yang pernah menjadi milik Raja Iblis, Roh Kegelapan.

Namun, empat tahun silam, sebuah kekacauan melanda kerajaan dan tiba-tiba menghancurkan Sekolah Instruksional.

Berkat insiden itu, konspirasi gelap dalam Sekolah Instruksional akhirnya terungkap, dan golongan bangsawan yang terlibat semuanya dieksekusi; kemudian keberadaannya dihapuskan dari sejarah Kerajaan Orudeshia.

Anak laki-laki itu, berhasil kabur bersama Roh Terkontraknya.

Berusaha meloloskan diri dari para pengejarnya, ia menyamar sebagai perempuan. Pada dasarnya anak laki-laki itu tak menemui kesulitan melakukannya; suara dan bentuk tubuhnya masih belum berubah. Tak seorangpun akan menyangka kalau dia adalah seorang laki-laki.

Juga, tiga tahun lalu. Penari Pedang Terkuat memulai debutnya dengan gemilang.

Menjuarai <Festival Tarian Pedang Roh>, agar bisa memenuhi satu-satunya harapannya.

Tapi, itu adalah --- sesuatu yang tak pernah ia harapkan.


Bagian 2

Kamito membuka matanya dan mendapati dirinya terbaring di atas ranjang lagi.

Burung-burung berdecit diluar jendela. Cahaya pagi yang cerah memasuki ruangan.

Ia merasa kalau ia baru saja mengalami mimpi yang sangat nostalgia, namun tak bisa mengingat hampir semua isinya.

Kepalanya sakit. Kamito perlahan mengangkat kepalanya dan bangkit. Kemudian dia sadar.

Yang sedang dia kenakan bukanlah seragam Akademi Areideshia. Sepertinya seseorang sudah membantunya mengenakan piyama. Baju yang baru bersih dicuci terasa sangat nyaman.

“Ngomong-ngomong..........aku dimana nih?”

Kamito celingukan dalam ruangan.

Desain dan furnitur dalam ruangan terasa familiar, ini pasti asrama di Akademi.

Namun, ini pasti bukan kamar Claire. Mustahil kamarnya akan terlihat bersih. Furnitur dan perabotnya nampak bersih dan mengkilap tanpa secuilpun debu. Ruangan ini mirip hotel mewah. Tampak seperti kamar wanita, namun memberi kesan yang sangat berbeda dari kamar Claire.

Ia menggerakkan tangannya untuk bangun dan ranjang – namun rasa sakit seperti terbakar muncul dari telapak tangan kanannya.

Meringis karena rasa sakit yang tajam, Kamito akhirnya ingat.

Waktu itu, aku.......

Agar bisa melindungi Claire, ia harus menembus batas tubuhnya untuk melepaskan kekuatan Roh Kontraktornya.

Menggunakan kemampuan Senjata Elemental adalah hal bagus. Namun karena Roh itu terlalu kuat, kekuatan spiritualnya habis sama sekali, dan iapun pingsan.

Oh iya..........gimana dengan Claire?

Kamito berniat meninggalkan ranjangnya, namun pada saat itu—

Hm?

Sesuatu yang lembut terasa dari dalam selimutnya.

“Wow! Apa! Apa-apaan ini.........!”

Kamito melompat di atas ranjang usai menyibak selimutnya.

Sesuatu yang sulit dipercaya ada disana.

Gadis berambut perak.

Dan dia telanjang, telanjang bulat.

Tidak, lebih tepatnya dia tidak telanjang bulat; dia mengenakan kaos kaki hitam panjang selutut.

Gadis berambut perak, telanjang,mengenakan kaos kaki selutut ada disana—

........Sunyi senyap selama setengah detik.

“.....Siapa kamu?” Tanya Kamito. Kepalanya terasa berputar, dan ia tak bisa membuat pertanyaan selain itu.

“Est...” Gadis itu menjawab tanpa ekspresi. Suaranya dingin dan terdengar mekanik-seperti robot.

“Est......jadi itu namamu.”

“Benar. Organ vokal manusia tak mampu melafalkan nama asliku, jadi panggil saja Est.”

“Anu, Est.”

“Iya.”

Seseorang akan berkedip kedip dengan takjub pada mata ungu transparan gadis cantik berambut perak ini.

Ia sepertinya lebih muda dari Kamito.

Tubuhnya juga mungil, mungkin lebih kecil dari Claire.

“Uh.......kenapa.......kamu ada di ranjangku....?”

“Karena aku adalah milikmu, Tuanku.”

Gadis itu menjawab tanpa ragu-ragu.

“.........”

Keringat dingin menetes dari dahi Kamito.

.....Tunggu. Tenang dulu. Dia tak ingat apapun tentang hal itu. Salah, bukankah karena ia tak ingat apa-apa yang membuat situasinya semakin buruk?

Kenapa aku seranjang dengan cewek telanjang? Kamito Kazehaya, apakah kamu adalah lelaki mesum mata keranjang yang menelanjangi gadis lugu dan melemparnya ke ranjangmu?

TIDAK! Itu salah!

“Anu, Est.”

“Iya.”

“Kenapa kamu memanggilku ‘Tuan’? Bisa tolong jelaskan?”

“Karena Tuan adalah Tuanku. Apakah ada kontradiksi-diri?”

Est masih menjawab tanpa ekspresi.

“Atau aku harus memanggilmu dengan nama lain?”

“Nggak apa-apa, asalkan jangan ‘Tuan’.”

“Baik, Aniue-sama[1].”

“Jangan!”

“Ayah.”

“Malah lebih buruk!”

“......onii-chan?”

“Oh......uh.......”

Kamito membuang tatapannya dengan malu. Bodohnya, ia justru merasa kalau panggilan yang terakhir itu terdengar bagus.

“Ya sudah. Kamito, panggil aku Kamito.”

“Paham. Akan kupanggil ‘Kamito’.”

Gadis berambut perak telanjang berkaos kaki itu mengangguk.

Kamito....Kamito......majikanku adalah Kamito......gadis itu nampak komat kamit, seolah sedang mengunyah kata-kata itu.

Kepala Kamito entah kenapa terasa agak sakit. Apa yang salah dengan gadis ini?

“Kenapa kamu nggak pakai apa-apa selain kaos kaki? Bukannya itu kelihatan aneh?”

“Apa kamu menyuruhku melepaskan kaos kaki ini?”

Wajah tanpa ekspresi Est kali ini agak memerah dan menunjukkan kalau ia malu malu.

“Sebetulnya memintaku untuk menunjukkan kaki telanjangku........Kamito memang mesum.”

“Nggak, bukannya kamu sudah telanjang? Dan kenapa ekspresimu harus malu malu begitu?”

Kamito mendesah. Oh biarlah, mungkin ini disebabkan oleh perbedaan budaya.

Pada saat ini, tiba-tiba suara seseorang datang melewati tangga terdengar di ruangannya.

“....Oh, celaka! Seseorang datang kesini!”

Apapun yang terjadi hasilnya akan gawat, apalagi, kalau melihat situasi semacam ini.

“Cepat bersembunyi dimana saja!”

“Kenapa?”

“Jangan tanya. Lakukan saja!”

“Paham.”

Est justru menggeliat masuk kedalam selimutnya.

“Dari semua tempat, kenapa harus disitu!”

Cklak—

Kemudian, suara pintu terbuka.

“Kamito, kamu bangun!”

Maid Rinslet Carol muncul. Dia membawa baskom dan handuk.

“Carol!? Kalau kamu ada disini, itu artinya—“

“Ini adalah kamar Nyonya Rinslet.”

Carol tersenyum.

Begitu. Dia memang putri dari keluarga bangsawan Laurensfrost. Tak mengherankan kalau kamarnya lebih berkelas dari Claire.

“Ngomong-ngomong, kenapa aku ada di kamarnya Rinslet?”

“Nyonya sangat khawatir karena kamu pingsan lalu beliau membawamu kesini. Beliau dan akulah yang sudah merawatmu.”

“........Jadi begitu ya. Makasih banyak.”

Kamito merasa sangat bersyukur. Gadis itu ternyata memang orang yang baik.

Carol berjalan mendekati ranjang.

--Celaka!

Ketika Kamito memasang postur waspada, Est semakin menggeliat dibawah selimutnya.

Tubuh Kamito tanpa ia sadari membeku.

Hei....hei....ayolah, tetap tenang dan jangan banyak bergerak!

“Kamu bangun juga, Kazehaya Kamito!”

Snip - Kali ini Rinslet yang sudah berseragam memasuki ruangan.

Meski ia berpikir kalau Rinslet akan mengembuskan nafas kelegaan, namun dia justru menaruh tangannya di pinggangnya, dan memelototi Kamito.

“.....Aku sampai kebingungan karena kamu mendadak pingsan.”

“Ah, maaf, maaf. Kudengar kamu sudah merawatku ya? Makasih banyak.”

“Humph! Mengurus pelayan adalah tugas utama Majikannya.”

Wajah Rinslet mendadak memerah dan ia mengalihkan pandangannya.

“.....Selain itu, kamu sudah menyelamatkan temanku......”

“Iya?”

“Bukan apa-apa........!”

Rinslet tiba-tiba melipat tangannya dan membuang wajahnya.

Sikapnya yang tidak jujur dengan dirinya sebetulnya terlihat sangat manis di mata Kamito.

“Anu.....bagaimana kondisi Claire?” Tanya Kamito. Pada waktu itu Claire terlihat sangat terpukul, dan sesuatu jelas-jelas tampak salah di matanya.

.......Semoga gadis itu tak melakukan hal-hal aneh lagi.

“Dia mengunci dirinya di kamarnya tepat setelah kembali ke asrama dan terus berada disana sampai sekarang. Berapa kalipun aku mengejeknya dari luar pintu, dia tetap menolak untuk keluar.”

“Begitu....”

Kamito mengembuskan nafas panjang. Bahkan Tuan Putri terhormat itu bisa terkena depresi juga. Biarpun dia bersikap kuat, dia tetaplah gadis biasa.

“Nyonya sebetulnya sangat khawatir dengan teman kecilnya Nona Claire.”

“Carol! Apa, apa yang kamu katakan!?” Rinslet yang memerah malu memukul punggung Carol.

Melihat percakapan diantara dua gadis ini, Kamito tersenyum dengan pahit.

.....Ahh, gadis itu. Biarpun dia tetap keras kepala untuk menjalin hubungan dengan orang lain

Diluar dugaan, dia punya teman-teman yang baik

“Ada apa Kamito Kazehaya? Kenapa kamu cengar cengir?”

Rinslet menggembungkan pipinya dan menatap Kamito.

“Karena kamu sudah bangun, lekas keluar dari situ! Bagaimanapun juga laki-laki dilarang masuk kedalam asrama Putri.”

“Ah, oh, aku akan keluar.............uh!”

Mendadak, ekspresi Kamito menjadi pucat.

......Tak mungkin. Mustahil baginya untuk meninggalkan ranjang. Ada gadis berambut perak cantik berkaos kaki yang ngumpet di balik selimutnya.

Ini gawat. Sangat sangat gawat. Kalau dia sampai dipergoki dua gadis ini, nyawa Kamito akan sekali lagi terancam bahaya.

Aku harus apa..........Oh iya!

Kamito harus berganti dari piyama ke baju seragamnya. Menggunakan itu sebagai alasan, dia bisa mengusir Carol dan Rinslet sementara waktu, lalu mengambil kesempatan ini untuk kabur dengan Est melewati jendela.

Tidak, masih berbahaya. Keluar bersama Est dalam kondisi sekarang, mereka pasti tertangkap basah.

Kalau mereka diseret ke depan Ketua Ksatria menyebalkan itu, situasi akan menjadi tambah runyam.

Kalau sudah begitu, dia harus—

“Oh iya.......bisa aku minta sesuatu darimu?”

“Apa? Kamu mau menjilat kakiku ya?”

“Jangan harap aku akan melakukan itu!”

Kamito berteriak secara refleks........Kenapa ada nada penuh harapan pada suara Rinslet.

“Aku nggak minta itu. Aku hanya berpikir........bisakah aku pinjam pakaian darimu?”

“Pakaian? Oh tentu saja, seragammu sudah ada disini.”

Rinslet menjentikkan jarinya dan Carol segera membawa seragam yang sudah terlipat rapi. Seragam yang robek di pertarungan kemarin sudah dijahit, bahkan semua kancingnya tampak rapi.

“Bukan itu maksudku. Aku mau pinjam seragam wanita.”

“...........”

Eh? Rasanya aku baru membuat kesalahan fatal barusan.......

Rinslet menatap Kamito seolah melihat kecoak di depan kakinya.

“Oh? Apa yang mau kamu lakukan dengan seragam wanita, Kazehaya Kamito?”

*Gogogogogo......!*

“Nggak! Ini nggak seperti yang kamu pikirkan!.......anu..........itu........”

Kamito gelagapan, mencoba menelusuri otaknya untuk mencari alasan.

“Mau bagaimana lagi. Meskipun agak memalukan, aku akan meminjamkanmu pakaianku.......”

Wajah Carol memerah, dan ia segera melepaskan kancing di pakaiannya.

“Bukan pakaianmu! Dan itu juga bukan seragam Akademi!”

“Ternyata begitu, yang Tuan Kamito paling harapkan adalah seragam milik Nyonya Rinslet.”

“Apa?.......Seragamku?”

Wajah Rinslet seperti merah mendidih, dan ia lekas lekas menutupi dadanya.

Aduh aduh aduh.......mereka berdua memang merepotkan

Kamito berteriak dalam kepalanya. Pada saat inilah—

Dari arah perut Kamito terasa sensasi lembut yang menggelitik.

...! Est, apa yang kamu lakukan!

“Hmm? Kamito Kazehaya, apa yang kamu lakukan?”

“Bu......bukan apa-apa!”

STnBD V01 207.jpg

“Sejak tadi kamu terus bersikap aneh. Kalau dipikir-pikir, selimutmu sepertinya mencuat secara misterius.”

“Nyonya, laki-laki adalah makhluk yang akan mencuat di pagi hari.”

“Ya....fenomena fisik yang normal, mau gimana lagi........Hei, bukan itu maksudnya!”

“Cepat bangun! Apa yang kamu sembunyikan disana!?”

Paattsssss—

Rinslet dengan paksa menyibakkan selimut Kamito.

“Apa!?”, ”Aahhh....”

Rinslet dan Carol menutupi mulut mereka secara bersamaan, dan membuka mata mereka lebar-lebar.

Tak mengherankan. Di atas ranjang, tanpa diduga, terdapat seorang gadis cantik telanjang berkaos kaki.

“Kamito, kita kepergok.”

Masih tanpa ekspresi, Est tiba-tiba memeluk Kamito dengan erat.

“Ap.....ap......apa!!??”

“Tunggu dulu, Rinslet! Jangan salah paham, ini semua karena—“

Kamito dengan panik menggelengkan kepalanya, mati-matian mencoba menjelaskan.

“Ini karena apa?”

“Uh.......karena.....itu......”

......Uh, gawat! Bahkan Kamito sendiri tak tahu mengapa gadis muda ini ada disini.

Karena itulah, tak peduli alasan apapun yang diajukan oleh Kamito, ia tak punya kepercayaan diri untuk meyakinkan keduanya.

“—Begitu. Rupanya begitu—aku paham.”

Rinslet menyeringai, senyum membekukan muncul di wajahnya.

Senyum yang indah, lembut, ala bangsawan.

“Kamu...kamu paham?”

“Iya, aku sangat paham. Selagi aku khawatir padamu, kamu......kamu diam-diam membawa gadis secantik itu ke ranjang—“

Tatapan beku Rinslet terus menerus menghajar Kamito.

Atau mungkin........sangat dingin? Begitu dinginnya hingga bisa membekukan orang hingga mati.

Tanpa ia sadari, kaca jendela mulai dilapisi es tipis. Saat berpikir kalau ada hembusan angin dingin menerpa ruangan, Roh Serigala Es tiba-tiba muncul di atas ranjang.

“.....! Tunggu, ini bukan lelucon! Aku benar-benar bisa mati!”

“Kalau begitu.........matilah, dasar mata keranjang!”

Roh Es Sihir <Fenrir> melepaskan teriakan keras, kemudian mulai menyerang Kamito.

“......Waahh! Bukan bercanda!”

Kamito refleks melompat dari ranjangnya dan berlari menuju sudut ruangan.

Mengeluarkan gigi taringnya, Roh Es Spirit terus mengejar ngejar Kamito.

Guk! Guk!

“...........”

Pada saat inilah, Est dengan tenang bangkit dan berdiri di hadapan Kamito seolah ingin melindunginya.

Serigala Putih mengarahkan taringnya yang tajam, dan melompat dengan kencang.

Masih tanpa ekspresi, Est menusukkan tangannya di depan hidung Serigala Putih.

Gerakan Fenris mendadak berhenti.

“Woo....ooong.”

“Mundur! Beranikah kamu Roh Sihir melawanku, sang <Pembasmi Iblis>!”

Usai Est menyelesaikan kalimatnya dengan tenang, Fenrir mulai gemetaran.

Dan kemudian—

“Duduk.”

*Chokun*[2]

“Tangan.”

*Pofu*[3]

“Anak baik.”

Elus...elus....

“.........”

Kamito membisu. Mulut Rinslet juga membuka dengan lebar.

Bahkan Roh selevel Fenrir dijinakkan semudah itu. Gadis ini, jangan-jangan dia—

“Kamu adalah Roh?”

“Ya. Aku adalah Roh Terkontrak milik Kamito.”

Mengelus kepala Fenrir yang sudah jinak, Est mengangguk dengan tanpa ekspresi.


Bagian 3

“Sulit dipercaya. Aku nggak menyangka kalau kamu adalah <Roh Tersegel> dari Pedang itu.”

Telah meninggalkan asrama wanita dan berjalan di tepi taman Akademi, Kamito melirik gadis yang tengah berjalan di sampingnya.

Tentu saja, dia tidak telanjang lagi. Saat ini, dia mengenakan seragam Akademi Areishia.

Roh dengan wujud manusia mempunyai tingkatan tertinggi di Astral Zero. Sehingga mudah dipahami kalau Kamito tak segera menyadari identitas sejati gadis itu.

“Maksudku, kamu bisa merekonstruksi pakaianmu sendiri. Kenapa kamu telanjang?”

“Kupikir kamu akan lebih senang seperti itu. Atau haruskah aku menunjukkan kaki telanjangku?”

Sepertinya Roh ini akan malu kalau memperlihatkan kaki telanjangnya. Suatu bentuk rasa malu yang aneh.

Kamito menghela nafas, dan mencoba memilah milah topik pembicaraan dengan Est.

--Kembali ketika Est meresonansikan kehendak kuat Kamito, dan dipanggil dalam bentuk Senjata Elemental. Namun, di saat yang sama ketika Kamito kehilangan kesadarannya, jalur[4] itu kembali tertutup, dan ia akhirnya tak lagi bisa kembali ke Astral Zero.

“Kenapa jalur itu nggak bisa terhubung? Bukannya kita sudah menjalin kontrak?”

“Salah satu faktornya adalah keberadaan diriku yang sangat kuat, tapi alasan utamanya mungkin adalah kamu, Kamito sendiri.Tanpa sadar, Kamito menolak menjalin kontrak denganku.”

“...........”

Kamito menyadari hal itu. Matanya tertumbuk pada tangan kirinya yang terbungkus sarung tangan kulit.

Ketika berusaha menyelamatkan Claire, Kamito berusaha keras untuk tak memikirkannya.

Namun tak bisa dibantah, keberadaan dia masih menghantui hati Kamito.

“.......Maaf, bukannya aku menolak membuat kontrak denganmu. Ada hal lain yang lebih rumit.”

Tak mampu kembali ke Astral Zero memberi beban tersendiri bagi Roh.

Namun, kebanyakan kekuatan Est masih tertinggal di Astral Zero, sehingga pada saat ini dia tak mampu menampilkan kekuatan sejatinya.

Mungkin Est yang mengambil bentuk gadis muda, membuat pikiran Kamito bertambah stress.

“Bukan masalah. Aku capek terus disegel kedalam pedang. Sudah ratusan tahun sejak aku datang ke dunia ini. Aku memutuskan untuk menikmati semuanya disini. Anu,Kamito—“

Est menarik lengan seragam Kamito.

“Rasanya aku mendapatkan kesan yang baik tentang kamu.”

“..........Kesan baik?”

“Artinya aku mungkin suka padamu.”

“Ah, jadi..........terima kasih.”

Kamito hanya bisa merona malu-malu dan membuang tatapannya.

Meski ia adalah Roh Tersegel dengan kekuatan luar biasa, penampilannya adalah gadis cantik.

Menerima pernyataan cinta secara tiba-tiba........Kamito bingung bagaimana meresponnya.

“Tapi saat kamu disegel kedalam pedang, bukankah kamu sudah menolak membuat kontrak dengan semua Kontraktor Roh?”

“Ya, Kamito. Sejauh ini, aku sudah menolak 53 orang Kontraktor Roh.”

“Lantas kenapa Roh level tinggi sepertimu mau memilihku?”

Est menatap Kamito dengan sepasang mata ungu jernihnya,

“Karena aku merasa – kalau kita berdua mirip.”

“.......Apa maksudmu?”

“Kamito.”

Est tiba-tiba mengacungkan jari telunjuknya dan dengan lembut menekan bibir Kamito.

“Jangan ungkit-ungkit rahasia wanita.”

“....!”

Reaksi yang sangat tak terduga. Jantung Kamito berdetak kencang karena sentuhan lembut dari ujung jarinya.

Kemudian, roknya berayun seiring dia menoleh kedepan. Ia berlari ke depan dengan halus.

Datang agak jauh dari asrama, Kamito akhirnya sampai di gedung sekolah Akademi.

Apa Claire sudah disini? Setelah diusir dari kamar Rinslet, Kamito lekas menuju kamar Claire. Namun ia tak berada dalam kamarnya.

Mungkin dia sudah pulih, dan mulai masuk kelas untuk mengikuti pelajaran.

Akan bagus kalau memang begitu—namun entah kenapa perasaan Kamito semakin cemas.

Sambil berjalan bersama Est sepanjang koridor, Kamito mendengar suara bisik-bisik berdatangan dari segala arah.

“Lihat. Lihat. Bukannya dia siswa laki-laki pindahan itu?”

“Nggak kusangka. Ternyata dia sudah punya cewek.”

“Ceweknya cantik ya......apa aku pernah melihat siswi sepertinya di Akademi ini?”

“Hei. Apa benar kalau kelompok Ellis kalah duel melawan cowok itu?”

“Atau jangan-jangan dia hanya ingin bermain-main dengan semua gadis di Akademi ini?”

“Mesum......atau mungkin, binatang buas.”

“Memang hewan buas.”

“Betul, hewan buas.”

“Musuh semua kaum wanita.......”

*Bisik*Bisik*Bisik*

........Kepala Kamito semakin pusing. Ia menjadi target bisikan mereka dan bisa mendengar semuanya.

“Apa Kamito memang binatang buas?”

Est meluncurkan serangan tak terduga. Tapi, dia tak bermaksud buruk.

Cling—terdengar suara pedang dicabut pada saat itu juga.

“—Kazehaya Kamito. Dasar laki-laki bejat!”

“....”

Tanpa waktu untuk menoleh, pedang telah menempel di depan lehernya.

Kamito menoleh dengan ragu-ragu, dan sedikit demi sedikit memindahkan bidang pandangnya pada—

Gadis berambut kuncir kuda, sang Ketua Ksatria yang tengah berdiri di belakangnya, mengeluarkan aura pembunuh mengerikan.

“E.....Ellis?”

“Aku sudah salah menilaimu, kamu maniak seks! Beraninya kamu bermain main dengan gadis lugu ini!”

“.......Dengar dulu.”

Kamito mendesah, dan berbicara dengan tatapan malas. ”Kali ini kesalahpahamanmu sudah melewati kesabaranku. Cewek ini adalah Roh Terkontrakku.”

“........Apa?”

Ellis mengangkat alisnya dengan ekspresi shock.

“Kamu bilang gadis ini adalah Roh Pedang yang menghabisi Roh Sihir dengan sekali tebasan?”

Ellis dengan wajah tak percaya menatap Est untuk sesaat, kemudian menoleh pada Kamito lagi.

“Sungguh kebohongan yang menyedihkan, Kazehaya Kamito!”

Clang—Pedangnya semakin ditekan ke arah leher Kamito.

Namun beberapa saat kemudian, mata kaku Est mulai melebar.

Pedang yang ditodongkan pada leher Kamito nampak seperti melunak dan membengkok secara misterius.

“Apa ini?”

“—Teriakan[5] – sebagai Roh Pedang, aku bebas mengendalikan pedang apapun. Jadi, apa kamu bisa mempercayai ucapan Kamito?”

“........!”

Ellis, dengan wajah shock, meneliti pedangnya yang bengkok.

Roh Sihir juga bisa melakukan fenomena yang sama, namun Est dapat membengkokkan pedang itu bahkan tanpa mengangkat jarinya.

“Begitu........maaf kalau sudah meragukanmu.”

Ellis meletakkan pedangnya, dan meminta maaf secara serius dengan membungkukkan badannya.

“Nggak. Sebenarnya, aku nggak menganggapnya sebagai Roh.”

Kamito mengangkat bahunya dan menggeleng kepalanya.

Meski gadis ini terlihat keras kepala hampir sepanjang waktu, ada juga saat saat dia menjadi seseorang yang penuh kehormatan.

“Ngomong-ngomong, apa kabar dua yang lainnya? Rekanmu dari Ksatria Sylphid itu—“

“Maksudmu Rakka dan Reishia? Mereka sudah siuman pagi ini. Kalian sudah menghajar mereka habis-habisan. Mereka perlu beristirahat sejenak sebelum bisa mengendalikan Roh lagi.”

“Maaf........sekali menggunakan Senjata Elemental, aku kesulitan mengontrol kekuatanku.”

“Itu kan duel, jadi nggak masalah. Biar jadi pelajaran berharga buat mereka.”

Ellis berdehem sejenak lalu—

“.......Aku minta maaf.”

“Hmm?”

“Aku bilang aku minta maaf. Aku tidak menyukaimu hanya karena kamu seorang laki-laki. Jadi aku merasa harus meminta maaf padamu.”

Dengan pipinya merona kemerahan, ia menatap mata Kamito.

“Saat kamu menghadapi Roh Sihir untuk menyelamatkan Claire Rogue, kamu terlihat sangat.......sangat keren. Jujur saja waktu itu aku juga gemetaran karena takut.”

“Aku sudah pernah menangani Roh beringas sebelumnya. Cuma soal pengalaman.”

Kamito, menggaruk belakang kepalanya, seolah merasa sangat malu.

“Kamito, jangan acuhkan aku, aku cemburu.” Ujar Est, sambil menggembungkan pipinya.

“Oh maaf....”

Kemudian Kamito mengingat tujuannya datang ke tempat ini.

“Ellis, apa kamu tahu dimana Claire berada?”

“Bukannya Claire Rogue masih mengunci dirinya dalam kamar? Kehilangan Roh Terkontrak sepertinya menjadi pukulan berat baginya.”

“Tapi dia nggak ada di kamarnya. Apa kamu punya petunjuk.........?”

“Hmm.......”

Ellis menaruh tangannya di dagunya dan mulai berpikir sejenak.

“Kalau dipikir-pikir, Upacara Kontrak <Roh Militer> akan diselenggarakan di Kota Akademi siang ini.”

“Upacara Kontrak?”

“Ah, pesertanya direkrut diantara para siswa Akademi untuk membuat kontrak dengan Roh Militer.”

Singkat kata, itu adalah perekrutan Militer—tutur Ellis.

Sebagai ganti Roh kuat yang disediakan oleh pihak Kerajaan Orudeshia, Akademi menyerahkan siswa-siswanya. Sekali siswi itu menjalin kontrak dengan Roh Militer, ia akan menjadi bagian tentara Kerajaan, dan sebagai biaya Roh Militer yang kuat, ia harus mematuhi perintah dari Kerajaan dan kapan saja harus siap turun ke medan perang jika Kerajaan membutuhkannya.

“Meskipun ada banyak masalah untuk menjadi personel militer, ada banyak peserta sukarela yang hanya ingin menjalin kontrak dengan Roh kuat. Dari sejak awal, hampir semua siswa Akademi ini berniat untuk bergabung dalam pasukan Militer Roh Kerajaan Orudeshia.”

“Dengan begitu banyak peserta, bagaimana mereka memilih calon kandidat?”

“Tentu saja—Tarian Pedang Roh.”

Format pertarungannya adalah bebas untuk semua jenis pertarungan.

Juga berfungsi sebagai demonstrasi kekuatan militer Kerajaan pada publik, Tarian Pedang akan diselenggarakan di arena Kota Akademi, bukan di Astral Zero.

“Sudah kehilangan Roh Terkontraknya, mungkinkah dia masih bisa berpartisipasi dalam upacara itu?”

“Namun, tanpa Roh Terkontrak, mengikuti kompetisi Tarian Pedang itu—“ Kamito berhenti sejenak dan menelan sisa ucapannya.

Mustahil—tapi dia sendiri juga tidak yakin.

Menampilkan Tarian Pedang tanpa Roh Terkontrak, tindakan semacam itu sama saja dengan bunuh diri.

Tanpa kekuatan Roh, sama sekali tak ada peluang menang melawan Kontraktor Roh lainnya—fakta yang sangat sederhana.

Namun Claire sekarang—

Kamito mengingat bagaimana ekspresi Claire yang diguyur hujan pada hari itu.

“.....Ellis, dimana upacara itu akan diselenggarakan?”

“Kalau kuingat-ingat, kamu tinggal berjalan lurus sepanjang jalan raya Olivier—Eh, Kamito?”

“—Paham, Ellis. Makasih banyak buat informasinya!”

Kamito meraih tangan Est dan mulai berlari.

Jangan coba memikul semuanya sendirian, bego!


Bagian 4

Claire berjalan sendirian di jalan sempit di kota Akademi.

Ia terlihat tak bergairah, dan langkah kakinya nampak berat.

Namun, ia tetap harus pergi. Tak ada pilihan selain terus berjalan ke depan.

Demi Scarlet yang mengorbankan dirinya demi melindungi dirinya, ia harus mendapatkan Roh yang sangat kuat—kekuatan besar yang tak akan kalah oleh apapun.

......Sudah tak bisa diapa apakan lagi. Di hadapan Roh Sihir yang mengerikan itu, ia tak bisa melakukan apa-apa.

Apalagi, karena kebodohan dan arogansinya, ia harus kehilangan Scarlet, partner paling berharganya yang telah menyertainya sejak masih kecil.

Selain itu, kalau Kamito waktu itu tak datang menyelamatkannya, ia saat ini pasti sudah mati.

“....Kenapa aku harus memikirkan cowok itu terus?”

Claire menggeleng kepalanya, mencoba menyingkirkan wajah Kamito dalam pikirannya.

“—Aku tak boleh terus mengandalkan cowok itu. Aku bertahan sendiri sejak dulu hingga sekarang.”

Ya. Dia tak akan berhenti disini. Claire Rogue harus menghadapi pertarungan seorang diri.

“—Aku ingin kekuatan. Kekuatan besar yang tak akan kalah dengan siapapun.”

Kekuatan besar sehingga tak akan kehilangan siapapun lagi. Kekuatan besar untuk mengambil kembali apa yang hilang dari dirinya.

Misalnya—seperti kekuatan gadis yang ia kagumi pada pandangan pertama tiga tahun silam.

Kekuatan luar biasa yang ditampilkan Penari Pedang Terkuat, Ren Ashbell.

“—Kamu menginginkan kekuatan?”

“.......?”

Mendengar suara tiba-tiba entah darimana, Claire dengan cepat menoleh.

Disana berdiri seorang gadis cantik.

Gadis berambut hitam dengan dandanan yang juga serba hitam.

Wajahnya dengan lekuk sempurna menampilkan kesan menawan, dan kecantikan yang sepertinya tidak dimiliki oleh manusia.

Ia memiliki pupil mata hitam, seolah bisa menyedot siapapun yang melihatnya.

Claire sekejap membuang kewaspadaannya, terpesona pada kecantikan gadis di hadapannya.

“Terima kasih. Karena kamu, Kamito akhirnya bangkit kembali.”

“Kamu siapa? Apa yang kamu bicarakan?”

“Namun, ini saja masih belum cukup. Ia yang sebenarnya masih lebih kuat dari itu.”

Gadis itu tersenyum simpul dan perlahan mendekati Claire.

Claire tak bergerak. Bukan, dia tak bisa bergerak.

“Apa?”

“Kalau kamu menginginkan kekuatan, silakan ambil ini.”

Gadis itu dengan elegan mengulurkan tangan rampingnya.

Di atas telapak tangannya, objek gelap yang dikelilingi aura hitam mengapung.

“Apa ini Roh?”

“Iya, dan bisa membantumu mengeluarkan kekuatan sejatimu.”

“Kekuatan sejati.......”

Claire bergumam dalam ketidakpastian.

Kalau itu adalah Claire yang biasanya, tentunya ia tak akan ragu-ragu untuk menolak tawaran tersebut.

Roh Terkontrak diperoleh dengan kekuatan orang itu sendiri. Bukan sesuatu yang bisa begitu saja diterima dari orang lain.

Namun, api yang menyala dalam hati Claire perlahan lahan semakin mengecil.

Begitu kecilnya hingga bisa padam kapan saja.

Sehingga—Claire menerima tangan itu. Ia mengambil Roh yang ditawarkan oleh gadis itu.

Kabut hitam perlahan mengumpul di telapak tangan Claire dan lenyap.

Rasa sakit mendadak muncul di tangan kirinya, Simbol Roh berwarna hitam kemudian terpahat di telapak tangan kirinya.

“Roh Kegilaan <Gespenst> apakah kamu menyukainya?”

Gadis berambut hitam dengan dandanan serba hitam itu tersenyum lebar.

Seperti gadis kecil yang kejam.

Seperti Iblis yang lugu.


Bab Terakhir: Penari Pedang Terkuat

Bagian 1

Kota Akademi adalah kota kecil yang terletak didalam wilayah Akademi Roh Areishia.

Panorama kota, yang tersusun atas bangunan dari batu, terisi penuh sesak oleh kerumunan warga.

Sambil terus bertabrakan dan menyerempet kerumunan manusia, Kamito berlari kencang menuju arena kompetisi.

--Kalau Kamito memikirkan sesuatu secara berlebihan, itu masih normal. Namun, ia merasakan ada ketidakberesan.

......Edan! Tarian Pedang tanpa Roh Terkontrak itu sama saja dengan--

Meski nafasnya hampir habis, ia terus berlari kencang, sambil terus menarik tangan Est.

Ia sendiri tak paham kenapa harus super cemas demi gadis yang suka menyiksanya itu.

Claire Rogue adalah seorang—Tirani, yang penuh harga diri, nekat, dan sangat cepat menyabetkan cambuknya pada orang lain.

Namun, Kamito entah kenapa tak bisa membiarkannya sendiri.

Apalagi, dirinya yang sebenarnya itu--

Kamito berhenti di lokasi tujuannya.

“—Ada disini kan?”

Di hadapan arena yang didirikan di tengah tengah kota, banyak sekali penonton yang telah hadir.

Tarian Pedang pada dasarnya adalah ritual suci yang bertujuan menghibur para Roh—Misalnya Tarian Kagura.

Namun, tak bisa dipungkiri kalau Tarian Pedang juga menjadi hiburan favorit umat manusia.

Juga, sama seperti festival kebanyakan, Roh sangat menyukai orang orang antusias dalam jumlah besar.

Ia menunjukkan surat pengenal Akademinya pada petugas dan segera masuk kedalam, kemudian menerobos kerumunan penonton di barisan terdepan.

Sorak sorai terdengar riuh disana sini. Suara tembakan kembang api. Kompetisi Tarian Pedang sudah dimulai di tengah arena.

Terdapat sekitar 20 orang peserta. Bermacam jenis Roh dikumpulkan bersama dan saling bertarung.

Menggunakan sistem pertarungan penghabisan dimana kontestan yang bertahan paling akhir akan mendapatkan hak menjalin Kontrak dengan Roh Militer yang kuat.

Kamito mencari keberadaan Claire—

“......!?”

Karena pemandangan tak terduga, ia sempat meragukan matanya sendiri.

Bahwa Claire Rogue sedang—

Seluruh tubuhnya terluka dan sedang merangkak di arena.

Melawan Roh Terkontrak yang memiliki kekuatan ekstrim, Claire bertarung hanya dengan cambuk dan Sihir Rohnya.

Meski tubuhnya terkena serangan dan terbanting ke dinding, ia berdiri untuk bertarung lagi dan lagi.

“Claire—!”

Kamito tak mungkin turun untuk menolongnya. Kalau ia melakukannya, Claire pasti akan terkena diskualifikasi.

Kalau ia melakukan itu, sudah jelas Claire takkan mengampuninya seumur hidupnya.

Kamito mengigit bibirnya dan di hadapannya, Claire kembali terlempar ke dinding.


Bagian 2

--Lemah. Kenapa aku begini lemah?

Sambil tersungkur ke tanah, Claire mengigit bibirnya kuat-kuat. Aroma darah menyebar di mulutnya. Sepertinya ada bagian tertentu di mulutnya yang terluka. Ia bermaksud untuk berdiri namun kakinya tak mau digerakkan. Sepertinya ada yang salah dengan tubuhnya. Bahkan beberapa tulang mungil di tubuhnya sudah merasakan dampak yang sama.

“...Guu....”

Biarpun begitu, ia masih tetap berdiri dan tak sudi untuk menyerah.

Ia perlahan berdiri diatas kakinya yang bergetar hebat.

Ia melihat ke atas dengan susah payah. Di pusat altar terdapat Pilar Batu Pemujaan. Didalamnya, terdapat Roh Militer level-A bernama ‘Glasya Labolas’ yang tersegel, dibawa kemari dari ibukota Kerajaan.

Telah menjatuhkan banyak Ksatria Roh Kerajaan dalam peperangan sebelumnya, itu adalah Roh raksasa yang terkenal.

.......Kalau dia menjadi milikku, aku pasti menjadi sangat kuat

--Lalu aku bisa menyelamatkan kakakku.

“Api—Menarilah di tanganku, Menarilah!”

Ia menyalakan kekuatan spiritual dalam tubuhnya dalam bentuk api, dan menghasilkan bola api kecil di telapak tangannya.

Dalam situasi dimana tak ada sumber energi spiritual dari Scarlet (Roh Terkontrak), bahkan bagi Claire, yang lebih berpengalaman, menghasilkan bola api kecil saja sudah menguras banyak tenaganya. Namun, kemampuan itu takkan cukup untuk melawan Roh.

Namun, kalau ia mengincar Kontraktor Rohnya, mungkin saja—ada sedikit peluang untuk menang.

“Hah? Kamu masih mau melanjutkan juga? Kamu tak pernah belajar rupanya.”

--Ia mendengar suara ejekan dari arah depan.

“......!”

Ia mengigit giginya dan mengangkat kepalanya. Dua Kontraktor Roh tengah berdiri dengan ekspresi seolah melecehkan.

Mereka adalah seniornya di Akademi. Masing-masing dari mereka menggunakan “Roh Adamantium” dan “Roh Cermin Sihir”.

“Hey, apa otakmu sudah rusak? Kamu bahkan nggak punya Roh Terkontrak lagi.”

“Sikapmu yang seperti itu sangat menyebalkan,tahu!”

“.....Kalian!”

Mengincar dua senior yang telah melecehkannya, Claire menembakkan bola apinya.

“Ahahahaha! Apa itu, Sihir Roh? Serang dia, Roh Adamantium!”

Gadis di sisi lain dengan kejam mengerucutkan bibirnya dan memberi perintah pada Roh Terkontraknya.

Roh Adamantium memancarkan cahaya biru dan menyerbu dan memukul perut Claire.

“Agg....!”

Teriakan kesakitan lepas dari mulut Claire.

Ia tak begitu saja mengincar organ vitalnya. Ia pelan pelan menyiksa Claire dan tampak sangat menikmatinya.

Ini bukanlah Tarian Pedang elegan untuk menghibur Roh. Ini semua tak lebih dari tindakan kekerasan yang berlebihan.

“......Congkak betul kamu. Padahal cuma adiknya si Ratu Bencana itu.”

Wajah seniornya nampak tertekuk dalam kebencian. Sambil terus dihajar di sepanjang tubuhnya—akhirnya Claire mengingat sesuatu. Mereka berdua adalah rekan tim, yang pernah dihajar habis-habisan oleh Claire dalam turnamen antar kelas di Akademi bulan lalu. Tampaknya mereka berdua hanya menyimpan dendam padanya.

“Tatapan macam apa itu? Kalau tak segera menyerah, kami akan menghabisimu!”

“Nggak masalah kalau kamu mau berlutut dan menjilat sepatuku. Ya ampun, kebodohanmu itu sama saja dengan kakakmu.”

“.....Di....diam!....Aku belum selesai.....”

Claire dengan erat meremas pasir di tanah tempatnya terjatuh.

“Hn, apa kamu bilang sesuatu?”

“Kubilang............diam!”

Sudah tak bisa lagi. Ia tak bisa menahan emosinya lagi.

Terus menerus menghina kakakku. Bagaimanapun juga, kesabaranku ada batasnya

Ia menuangkan kekuatan spiritualnya di tangan kirinya, yang sedang meremas pasir. Simbol Roh hitam mulai menampakkan sosoknya dan aura kegelapan muncul.

Dan tak lama setelah jalur terhubung, sensasi tak mengenakkan menyebar ke seluruh tubuhnya.

Ia tak sudi kalah dengan cara seperti ini. Tak ada harganya kalau dia terus menjadi lemah.

Aku harus menggunakan kekuatan sejati di tangan kiriku!

“Apa.......Roh Terkontrak!?”

Mata para seniornya terbuka karena terkejut.

“Kalau kalian menginginkannya, akan kutunjukkan........kekuatan sejati Roh Terkontrakku!”

Guooooo.......!

Api hitam, yang meluncur dari tangan kiri Claire, memangsa Roh Adamantium dalam sekejap.

Muncul dari api hitam mengerikan itu adalah—

Hewan Sihir dengan tubuh diselimuti aura kegelapan.

Bukan api merah membara seperti Scarlet. Namun api hitam gelap yang menunjukkan tanda kegilaan.

Auman Hewan Kegelapan itu mengguncang suasana seluruh arena.


Bagian 3

“.........Apa-apaan itu?......”

Kamito bangkit dari kursi penonton dan berteriak.

Hewan Roh Hitam, yang dikeluarkan oleh Scarlet, memangsa Roh Adamantium di depannya dalam sekejap mata.

--Itu bukan Scarlet.

Penampilan luarnya memang mirip Kucing Neraka itu, namun aura spiritual yang dikeluarkannya terasa sangat gelap.

Roh Api hitam itu menggigit dan meremukkan Roh Cermin Sihir di sisi lain kemudian memangsa Roh Roh yang lain seperti hewan buas yang kelaparan. Bukan hanya itu. Roh Roh disekitar Hewan Kegelapan itu tiba-tiba lepas kendali seolah menjadi gila dan mulai saling memangsa Roh lain.

“Kegilaan sedang menyebar.......”

Kamito mengingat keberadaan Roh Sihir yang muncul di Astral Zero tadi malam.

Dan tentang Roh Air di kamar asrama yang lepas kendali.

Roh, dalam kegilaan, akan kehilangan akal sehatnya dan tak mampu mengendalikan kekuatannya sendiri. Sampai keberadaan mereka lenyap, mereka akan terus mengamuk dan melakukan kehancuran.

Namun, Hewan Sihir Kegelapan itu—

Dia dengan paksa mengambil seluruh energi spiritual Claire?

Claire hanya bisa berdiri terpaku di tengah arena dengan ekspresi sangat kelelahan.

Dari Simbol Kegelapan yang terpahat di tangan kirinya, darah terus menetes.

Wajahnya nampak pucat dan tubuhnya mengigil hebat. Kelihatannya dia sudah tak kuat berdiri.

Kalau situasi dibiarkan seperti ini terus, dia akan kehilangan nyawanya.

Para penonton, yang menyadari kalau ada keanehan dengan kondisi pertarungan di arena, mulai menimbulkan keributan dan kepanikan.

Gadis-gadis Kontraktor Roh di arena, juga ikut panik karena Roh-Roh Terkontrak mereka tiba-tiba tak lagi mau mendengar perintah mereka.

Kamito melempar pandangannya ke penjuru arena. Meski sudah jelas ada situasi yang aneh ,para Ksatria Roh yang harusnya sudah dipersiapkan untuk situasi tak terduga masih belum muncul juga. Apa yang sebenarnya terjadi?

“Apa yang para Ksatria lakukan di saat seperti ini?”

STnBD V01 004.jpg

Namun, Ksatria Roh yang dibariskan sepanjang gerbang arena hanya berdiri tak bergerak, hanya menatap pada ruang kosong. Mata mereka nampak kosong. Seolah mereka tengah dihipnotis—

“.....Apa!? Sebenarnya apa yang sedang terjadi?!”

“Itu adalah Roh Sinting, Kamito.”

Est, yang masih duduk di sampingnya, bergumam tanpa ekspresi.

“Roh Sinting?”

“Itu adalah Roh tipe-perasuk yang memicu kegilaan pada Roh-Roh yang dipengaruhinya. Memang bukan Roh level tinggi, tapi Roh yang dirasuki akan kehilangan akal sehatnya dan, sampai keberadaannya lenyap, dia akan terus bertarung.”

“Merasuki—jangan-jangan, Hewan Kegelapan itu memang Scarlet?”

“Tepat sekali. Kucing Neraka adalah Roh yang sangat kuat, tak mungkin lenyap begitu saja karena dihancurkan oleh Roh Sihir. Sepertinya dia kehilangan kekuatannya untuk mewujudkan diri secara sementara, namun—“

“Begitukah?”

Api yang berada pada Roh Api itu masih ada. Namun, Claire terus menerus berpikir kalau Scarlet telah lenyap, sehingga ia tak mampu menghubungkan jalurnya.

“.....Namun, dalam kondisi gila, hanya masalah waktu sampai Roh itu betul betul lenyap......”

“Ah, aku paham!”

Kamito mengangguk.

‘Scarlet—‘, Roh Api dengan wujud Kucing Neraka yang memiliki kobaran api merah.

Yang merupakan api identitas Claire Rogue.

Api itu berubah menjadi Hewan Sihir menjijikkan dan terus memangsa Roh-Roh lain disekitarnya.

Hal semacam itu mustahil menjadi api yang diinginkan oleh Claire.

“—Est. Tolong pinjamkan aku kekuatanmu!”

“Aku adalah Pedang Kamito. Aku akan mentaati segala perintahmu.”

Est dengan tenang meraih tangan Kamito. Perasaan dari tangannya, dingin namun sangat lembut.

“Ratu Baja berkepala dingin, Pedang suci yang menghancurkan kejahatan—disini dan sekarang, jadilah pedang di tanganku!”

Kamito memutar pelepasan Senjata Elemental; dan di waktu yang bersamaan, tubuh Est berubah menjadi partikel cahaya dan lenyap.

Tak lama kemudian, Pedang bermata satu yang bersinar keperakan muncul di tangan Kamito.

Literatur berbahasa Roh yang terpahat pada sudut pedangnya bertuliskan ‘Est Pemusnah’.

Hanya dengan memegangnya, ia paham kalau Pedang itu memiliki kekuatan yang luar biasa.

“Maaf. Jalur menuju wujud sejatiku sedang tertutup, jadi batasku hanya sampai disini saja.”

Est, yang sudah berubah menjadi Pedang, mengucapkannya dengan nada meminta maaf.

“Nggak—ini saja sudah cukup—ayo,Est!”

Kamito mempersiapkan Est Pemusnah dan melompat ke arena tempat Hewan Kegelapan berada.

Ketika ia mendarat ke tanah, Hewan Sihir Kegelapan mengeluarkan taringnya dan bersiap-siap untuk menyerangnya.

Kamito memainkan Pedangnya dengan gaya berputar.Ia melempar jauh api hitam dan maju menyerbu ke arah Claire.

“Claire!”

“........Kamito...”

Claire membuka mata merah delimanya.

Lututnya berada di atas tanah dan ia bernafas dengan berat. Tubuh mungilnya bisa jatuh kapan saja.

Darah, yang masih menetes dari simbol Roh di tangan kirinya, membasahi pasir yang berada di bawahnya menjadi kemerahan.

Di saat itulah, Hewan Roh Api Hitam mencabik cabik tanah, seolah sedang bersenang-senang, dengan cakarnya.

Aroma sesuatu yang terbakar tercium di udara. Angin panas yang bercampur debu dengan lembut menyapu pipi Kamito.

“......!?”

Dengan kecepatan mengagumkan, Kamito mengelak dari terjangan Hewan Kegelapan. Ia berbalik untuk meluncurkan tebasan pada punggung Hewan itu yang masih terus melaju.

Kilatan Pedang Perak tampak berkilau—Senjata Elemental Pedang Rohnya mampu memotong apapun, bahkan api yang tak bisa terpotong.

Hewan Kegelapan mengaum sekeras kerasnya dan jatuh di tengah udara. Bukan berarti dia lenyap. Api yang terpecah pecah lenyap pada posisinya masing-masing dan membentuk dinding yang mengelilingi Kamito di dalamnya. Kamito menggigit bibirnya dan berhenti pada titik itu.

“Claire, bertahanlah! Kembalilah pada akal sehatmu!”

“Ap.....apa......kenapa kamu bisa ada disini?”

Ekspresi kebingungan muncul di wajah Claire.

“.....!?”

Kemudian, seolah dia baru saja menyadarinya, ia membuka matanya dalam ketakutan yang amat sangat.

Pemandangan yang ditangkap matanya adalah adegan penghancuran yang kejam.

Terdapat Api Hitam yang terlihat sangat menjijikkan.

Sekelompok Roh menjadi gila dan memangsa satu sama lain.

Para siswa dari Akademi satu persatu kehilangan kesadarannya karena kekuatan spiritual mereka dimakan dan berjatuhan ke tanah—

“Claire, inikah kekuatan yang kamu inginkan? Hal seperti ini? Seperti inikah apimu?”

Kamito berteriak seolah memecah kerongkongannya.

Selagi ia menyingkirkan Api Hitam yang menyerangnya dengan Pedang, ia mengulurkan tangannya pada Claire.

“Aku-.....aku.....”

Claire menggerakkan bibirnya dengan ekspresi pucat—

Ia kemudian menggeleng cepat kepalanya seolah sudah mengubah pikirannya.

“Di.....diam! Aku butuh kekuatan! Kekuatan yang besar!”

Rambut merah kuncir duanya nampak menyala.

Api hitam semakin merajalela seolah menanggapi kemarahan Claire.

“.....Kamu nggak akan paham. Perasaanku yang selalu sendirian—“

Claire menundukkan kepalanya dan mengucapkannya dengan nada sendu.

Hari itu, empat tahun lalu, hari dimana wajah riang kekanak-kanakan Claire Elstein berakhir.

Gadis itu, yang dikhianati oleh kakak tercintanya, juga orangtuanya yang ditahan oleh pihak Kerajaan, telah kehilangan segalanya, juga—

Hidup dengan menanggung dosa yang diperbuat oleh Sang Ratu Bencana.

Kalau ia tak menjadi kuat sendiri, dia tak akan mampu melanjutkan hidupnya.

“.....Kamu nggak sendirian, bego!”

“Eh?”

Usai mendengarkan pernyataan Kamito—

Claire mengangkat kepalanya dengan ekspresi penasaran.

“Aku masih disini. Aku masih berada di sisimu. Selain itu, aku adalah—“

Kamito bergerak selangkah mendekati Claire.

Dinding api di sekeliling mereka terbakar dengan penuh intimidasi.

“Ja....jangan mendekatiku....”

“Claire.......”

“Jangan datang kesini!”

Pashin!—Dia menutup matanya dan menyabetkan cambuknya kuat-kuat ke pipi Kamito.

Darah merah mengucur dari pipinya. Kamito bahkan tak mengelapnya dan terus berjalan maju—

“...!? Kenapa kamu nggak menghindarinya?”

Bibir merah cherry Claire semakin menggigil.

“Aku nggak bermaksud memukulmu........tapi kenapa......”

Kamito berdiri di depan Claire dan perlahan mengangkat tangannya diatas kepalanya.

“......!”

Claire mengira Kamito akan memukul balik, dan secara refleks menutup matanya rapat-rapat.

Kemudian—

.....Poff.

“Eh?”

Claire membuka mata merah delimanya lebar-lebar.

Ia menatap Kamito dengan ekspresi kosong.

“—Claire, apimu sangat indah.”

Kamito meletakkan tangannya diatas kepala Claire dan mengacak acak rambut Claire.

“....Ap....ap.....in......ind.....eh?”

Pipi Claire bersemu kemerahan.

“Membakar dengan indah, mempesona, dan elegan. Aku menyukai apimu.”

“Ah, di....di....”

--Karena itulah kamito ingin melindungi api itu.

“Kalau kamu menginginkan kekuatan—“

Kamito menatap lurus mata Claire dan berkata—


“Aku akan jadi Roh terkontrakmu.”


“Kamito......”

Di mata merah Claire, tetes-tetes air bermunculan—

Kebingungan, ia menyekanya dengan lengan seragamnya.

“Ap....apa yang kamu katakan? Kamu pada dasarnya memang Roh Terkontrakku!”

“Ah, benar juga ya.......”

Kamito tersenyum pahit dan perlahan menjauhkan tangannya dari kepala Claire.

Pada saat itulah, ia menebas dan menjauhkan Hewan Roh Kegelapan yang mengaum dan menyerangnya dengan kecepatan tinggi.

Dengan punggungnya menghadap Claire, Kamito memblokir serangan Hewan Kegelapan seperti Ksatria yang melindungi Sang Tuan Putri.

“—Hei, Scarlet! Apa kamu sudah lupa pada majikanmu yang berharga ini?”

Dengan ucapan Kamito yang diarahkan padanya, Api Hitam yang menyelimuti Hewan Kegelapan nampak sedikit bergetar.

Scarlet – sepertinya Hewan itu merespon nama itu.

“........Scarlet?”

Claire bertanya.

“Ah, Roh Terkontrakmu sebenarnya belum lenyap. Hanya kehilangan kekuatannya untuk sementara waktu. Tapi, sekarang sedang dirasuki Roh Sinting dan penampilannya jadi seperti itu.”

“......Scarlet masih hidup!?”

Claire terkejut bukan main dan mengangkat kepalanya. Kamito mengangguk.

“Ah, Pedang ini—Est yang memberitahukannya.”

“.....Itu, mungkinkah Pedang Tersegel yang waktu itu?”

“Betul. Tapi sekarang nggak sampai sepersepuluh kekuatannya yang bisa kugunakan.”

Memasang kuda-kuda dengan Est Pemusnah di kedua tangannya, Kamito menoleh ke arah Hewan Kegelapan yang diselimuti api hitam.

“........”

Claire menatap ke arah api hitam yang mengerikan itu.

Ia melihat sesuatu didalam api dan dengan cepat mengangkat kepalanya—

“........Memang Scarlet!”

Ia menyeka air matanya untuk membuang keraguannya.

“Kalau memang begitu—“

“Claire, mundurlah dulu. Roh yang Sinting bahkan bisa menyerang Kontraktornya sendiri.”

Kamito menghentikan Claire, yang berniat untuk maju, dengan tangannya—

“Scarlet menjadi gila gara-gara aku. Karena itu, hanya aku yang bisa mengembalikannya.”

--Api, menarilah di tanganku! Menarilah!

Meluncur dari bibir merah delimanya adalah Bahasa Roh Aria.

Kemudian, bola api kecil tercipta di telapak tangannya.

“Roh Sihir? Apa yang bola api kecil itu bisa—“

“Seperti ini.....!”

Tanpa ragu-ragu, Claire melesakkan bola api kecil itu ke telapak tangan kirinya.

Ada suara daging yang terbakar.

“He...hei! apa yang kamu—“

“A......gu......ugh.........”

Sambil menggeretakkan giginya, Claire merintih kesakitan.

Di wajah pucatnya, air mata mengalir sepanjang pipinya.

“Kamu........”

Kamito akhirnya paham.

Simbol Roh Kegelapan, yang terpahat di tangan kirinya—adalah simbol kontraknya dengan Roh Sinting itu.

Simbol Roh adalah ‘gerbang’ eksklusif untuk menghubungkan jalur antara Astral Zero dengan dunia manusia.

Kalau simbol itu dihancurkan, secara alami, kontrak dengan Roh akan lenyap.

Claire secara fisik membakar simbol Roh dan menghentikan kontraknya dengan Roh Gila.

Guorooouuuuu.......

Hewan Sihir, yang terselimuti oleh api hitam, mengaum seperti angin badai.

Dengan simbolnya yang dihancurkan, tampaknya ia mengalami rasa sakit yang sama dengan Claire, Kontraktornya.

“Maaf, Scarlet.......aku juga, akan menahannya.........”

Claire sedang berjuang melawan rasa sakit dan pada saat lutut Claire menghantam tanah.

Hewan Sihir Gila itu mengaum keras dan menyerbu ke arah Claire.

“--!”

Kamito dengan cepat merespon dan menahan serangan Hewan Kegelapan dengan Pedangnya.

Cakarnya, yang terbungkus api hitam, membakar ujung rambutnya dan pada saat itu juga—ia menyabetkan pedangnya dengan cepat selagi keduanya berbenturan fisik di tengah udara.

Terlihat ayunan Pedang yang berkilau. Di waktu yang sama, Api hitam panas yang dapat melelehkan besi baja menyerang seluruh tubuh Kamito.

“Kamito!”

Teriakan Claire menggema.

Namun, tubuh Kamito sudah lenyap.

Ketika Pedang dan cakar saling berbenturan, ia menghindar seperti bayangan dan berhasil menyerang punggung si Hewan Kegelapan.

--Roh yang menggila memang lebih kuat ketimbang kondisi normal

Hewan Kegelapan itu menoleh ke arah belakang—namun sudah terlambat.

Namun, gerakannya sudah melambat. Sudah jelas, kemenangan akan jadi milikku!

Kamito menendang tanah dan berputar dengan tajam, dan menyabetkan Pedang Est Pemusnah yang berkilau keperakan.

Dengan satu tebasan pedang itu, api hitam, yang merasuki si Hewan Kegelapan, hancur dan lenyap.

“—Claire, kamu baik-baik saja?”

Kamito mendatangi Claire yang sedang terbaring di tanah dengan ekspresi kelelahan.

Dari pergelangan tangan yang menempel di dahinya, tetes-tetes kemenangan berjatuhan.

“A....guu....”

Rintihan yang berasal dari suara terdalamnya terus terdengar. Tangan kirinya menderita luka bakar yang cukup serius.

Hanya dengan melihat kondisi kulitnya yang terkena luka bakar, luka itu tampak menyakitkan bagi gadis sekecil dirinya.

Namun, simbol Roh Hitam yang terpahat padanya lenyap tanpa meninggalkan bekas.

Dengan ini, jalur menuju Roh Kegelapan sudah tak ada lagi.

“Tindakanmu nekat betul. Sini, kemarikan lukamu. Biar aku yang merawatnya.”

“A.....aku nggak apa-apa. Kalau hanya segini sih.........”

Wajah Claire merona merah dan dengan cepat membuang tatapannya.

Pada saat itulah, rasa sakit menusuk seluruh tubuhnya, ia dengan lembut meneriakkan ‘Hyauuu’ dan matanya berkaca-kaca.

“Apa, kamu nggak jujur ya?”

“Be-berisik! Kuubah kamu jadi batubara nanti!”

Kamito tersenyum pahit pada sikap Claire yang biasanya.

--Namun, seperti inilah Claire yang normal.

Wajah yang penuh penderitaan sama sekali tidak cocok baginya.

“Ngomong-ngomong, dimana—“

Kamito tiba-tiba memasang wajah serius dan bertanya.

“Apa.......”

“Dimana kamu membuat Kontrak dengan Roh Sinting seperti itu?”

“Itu---“

Claire tersedak mendengar pertanyaannya dan pada saat itulah—

“Ah, apa hadiahku membuat kamu senang?”

Dari belakang, mereka berdua mendengar suara tak diundang.

Suara yang lembut, seperti rambut halus yang menggelitik bagian dalam telinga.

“......?”

Suaranya terdengar tak asing—bahkan tak perlu dipertanyakan lagi.

Selama tiga tahun, Kamito selalu—selalu menantikan suara itu, suara milik dia.

Kamito perlahan menoleh.

Dan disana—

Gadis cantik berambut hitam dengan dandanan serba hitam tengah tersenyum.


Bagian 4

Kamito hanya berdiri mematung dengan ekspresi beku.

“Jangan-jangan, itu......”

Yang berada disana adalah—

Seorang gadis, yang sangat dikenal oleh Kamito.

Ia memberikan laki-laki itu, yang sudah menutup hatinya kedalam sangkar dingin, cahaya yang hangat—

“.....Res........tia.......?”

Kamito menggumam dalam suara samar-samar.

“—Lama nggak ketemu, Kamito.”

Gadis itu, yang berpakaian serba hitam, tersenyum simpul.

.......Sukar dipercaya.

Namun, penampilannya sama sekali tidak berubah, semenjak tiga tahun lampau.

Wajah cantik itu, tanpa ragu, adalah milik seorang gadis, yang sangat Kamito kenal.

Roh Kegelapan, Restia.

Roh Terkontrak milik Penari Pedang Terkuat—Ren Ashbell.

“Restia, aku—“

Kamito mengulurkan tangannya dan bermaksud meraih gadis itu.

Namun kakinya seolah dijahit di tempatnya berdiri, sehingga tak kuasa untuk bergerak.

Bahkan meski gadis, yang telah ia cari dengan susah payah selama tiga tahun, berada di depannya—

--Ada yang tidak beres. Intuisinya sebagai Kontraktor Roh mengatakan itu.

Ia tersenyum seperti itu.

Lebih jauh lagi, di tangan gadis itu, apa itu gumpalan hitam yang berputar putar?

“Aku ingin bertemu kamu Kamito, namun—“

Si Gadis menatap gumpalan hitam ke altar di pusat arena dan melemparkannya kesana.

“.......?”

“Berpelukannya di kesempatan berikutnya saja. Lihat, anak itu hampir bangun.”

Saat gumpalan hitam berubah menjadi kabut di tengah udara, dengan cepat mengelilingi batu pemujaan di altar.

Pilar Batu yang dibawa dari ibukota Kerajaan dan menyegel Roh Militer kuat.

“Restia......apa yang kamu--.....”

Kamito bertanya dan pada saat itu—

Tiba-tiba, tanah berguncang dengan keras.

“Apa......!?”

“Ah, sepertinya dia sudah bangun.”

“Restia.....!”

“Kamito, berhati-hatilah! Dialah orang yang memberiku Roh Sinting itu.”

Claire berteriak pada Kamito, yang mendadak menjadi sangat pucat.

“Ap....a....?”

Pada saat itulah, auman yang menggetarkan tanah bersuara keras.

*Pishii*—pilar batu yang dikelilingi oleh kabut hitam mulai retak.

Zu....zuzuzuzuzu............zuzuzuzuzu.............!!

Dari retakan batu pilar, tangan manusia raksasa muncul.

Itu kan—

Glasya-labolas menjadi gila!?

Merasa shock, ia menoleh. Restia sedang tertawa terkikik-kikik.

Menunjukkan senyuman setan yang tak pernah Kamito lihat sebelumnya.

“—Sampai jumpa, Kamito. Kita akan bertemu lagi.”

“Restia....apa yang terjadi!? Kenapa kamu......”

“Karena itu adalah <Permohonan>mu.”

“......!?.......”

Wajah Kamito membeku.

“Tunggu—tunggu dulu, Restia!”

“Aku selalu menunggumu, selama tiga tahun ini.”

“Rest.......”

Restia tersenyum sekali lagi dan menghilang kedalam ruang kosong yang menjadi kabut hitam.

Kamito menjatuhkan kedua tangannya dalam keputus asaan dan berdiri bengong dengan mata tak bernyawa.

--Ia tak paham kenapa semua ini harus terjadi.

Restia yang memberi Claire Roh gila itu......?

Ia tak bisa mempercayainya. Bukan, ia tak ingin mempercayainya.

Namun, penampilan gadis itu jelas jelas milik Roh kegelapan yang selama tiga tahun ini ia cari.

Mantan Roh Terkontraknya.

Gadis yang memberi Kamito, yang kehilangan perasaan manusiawinya, cahaya hangat pertamanya.

Kalau gadis itu sampai berubah—

Ini salahku.........aku yang sudah menjadikannya seperti itu

Tarian Pedang tiga tahun silam.

Kamito, yang menjadi juara dibawah nama Ren Ashbell—

Mencoba meminta <Permohonan> yang tak seorangpun manusia ingin dikabulkan.

Karena alasan itulah, Kamito memutuskan untuk kehilangan dirinya.

Ia percaya kalau Restia masih hidup entah dimana.

Rasa sakit oleh Simbol Roh di tangan kirinya berbisik padanya.

--Bahwa Restia masih hidup, dan Kamito masih bisa menebus kebodohannya waktu itu.

Meski menyakitkan, mereka harus bertemu dalam kondisi seperti itu—adalah sesuatu yang tak pernah ia bayangkan.

“Restia........inikah hukuman bagiku?”

Kalau itu benar—baginya terlalu kejam.

Seolah kekuatan di seluruh tubuhnya lenyap dan bisa jatuh kapan saja, lututnya menghantam tanah.

Ia tenggelam kedalam kegelapan yang ia buat sendiri.

“Kamito! Hei, apa kamu dengar, Kamito!”

Bahkan suara keras Claire yang memanggilnya hanya samar-samar terdengar.

Sekali lagi, tanah bergemuruh dengan keras.

Melewati ‘Gerbang’ yang terbuka sepanjang retakan batu, Glasya Labolas hampir berhasil keluar.

Dinding arena tempat mereka berada runtuh karena guncangan, dan banyak pecahan material berjatuhan ke atas kepala Kamito.

Tepat sebelum tubuhnya hancur—pada saat itulah—

*Pashii*—kepala Kamito ditarik paksa oleh sebuah cambuk.

“......Guooo!”

Kamito ditarik dengan kasar sepanjang tanah dan dia membuat suara kesakitan.

Tak lama kemudian, puing-puing raksasa berjatuhan ke tempat Kamito berdiri tadi.

Suara bergemuruh terdengar membahana. Kabut asap putih mengepul ke udara.

.....kalau ia sampai tertimpa. Tanpa ragu ia akan mati.

“Bodoh! Apa........yang kamu lakukan!?”

Diatas kepalanya, Claire membuat posisi menguliahi dan berteriak keras-keras.

“Hei, apa kamu mati? Atau mau kuubah jadi batubara?”

“Nggak dua-duanya.......Guooooo........!”

“Hmm, masih bisa berbicara balik, berarti kamu nggak apa-apa.”

Kamito menarik kepala Kamito dengan cambuknya dan dengan seringai, mendekatkan wajahnya.

“......”

Wajah mereka berada dekat sekali sampai ujung hidung mereka nyaris bersentuhan.

Pupil mata merah delimanya, yang berisi kemauan kuat, tepat berada di depan wajah Kamito.

Pada situasi semacam itu, Kamito dengan gugup memalingkan wajahnya.

“.....Ayolah, ada apa denganmu?”

Sepertinya menyadari kalau wajahnya terlalu dekat, pipi Claire merona kemerahan dan dia sedikit mengendurkan cambuknya.

“Bu...bukannya aku tertarik, tapi..........pokoknya dengarkan!”

“Ap.....apa?”

“Gadis yang barusan, ap....apa hubungan kamu dengan dia?”

“Dia—“

Kamito mengalihkan tatapannya ke ruang kosong.

“Adalah Roh Terkontrakku.”

“Roh?”

Kamito mengangguk dan dengan tenang meremas tinjunya.

“.......Semuanya salahku. Gara-gara aku, dia jadi........”

Pemikiran Kamito, kembali tenggelam kedalam jurang yang gelap—

“Lantas kenapa?”

Suara Claire, yang terdengar dingin, menariknya kembali ke dunia nyata.

“Eh?”

“Aku tanya lantas kenapa?”

Claire sedang berdiri tegak, dengan kedua tangan di pinggangnya dan rambut kuncir duanya di bahunya.

Sampai beberapa saat yang lalu, kondisinya masih terlihat depresi.

Yang masih tersisa padanya hanyalah bola api merah yang kecil.

“Nggak, itu karena...........aku.........”

Kamito berhenti dan diam membisu.

“Bukankah tadi kamu sudah janji. ’Aku akan menjadi Roh Terkontrakmu!’ Tolong bertanggung jawablah dengan kata-katamu!”

*Pishipashi-!* Claire menyabetkan cambuknya mengenai punggung Kamito.

“Owh...! Apa-apaan kamu! Mengarahkan cambuk pada orang mati!”

Tanpa berpikir, Kamito berdiri dan berteriak.

Claire tiba-tiba tersenyum.

“Orang mati? Bagaimana kalau mencoba mati sekali? Lihat, lihat ke arah sana!”

“Hmm?”

Kamito menolehkan wajahnya—

Dari ‘gerbang’ di retakan batu, cahaya putih kebiruan muncul dan Glasya-Labolas merangkak keluar.

Roh Militer untuk pertarungan, yang segelnya telah rusak—panjang keseluruhannya mungkin lebih dari sepuluh meter.

Glasya-Labolas berteriak keras. Hanya dengan itu, separuh kursi penonton hancur berkeping keping.

Sepertinya seluruh penonton sudah meloloskan diri namun pastinya masih banyak penduduk yang berada di luar arena.

Dari lubang kosong raksasa di dinding, kondisi plaza bisa terlihat jelas.

Semua orang berteriak dan panik, sambil terus berlari. Menanggapi kemunculan Glasya-Labolas, plaza dan jalanan sepanjang arena diselimuti oleh kekacauan luar biasa.

Menempatkan tangannya di dinding arena yang remuk, Glasya-Labolas perlahan berjalan keluar.

Dengan hanya itu, tanah bergetar seperti sedang terjadi gempa bumi.

Bagaimana kondisi selanjutnya—kalau Roh semacam itu sampai lepas ke kota—tak perlu ditebak lagi.

“Menunggu bantuan dari Akademi akan sangat terlambat. Hanya kita berdua yang harus melakukan ini.”

“.....Ah, benar, benar.......”

Namun—Kamito masih belum pulih dari shock.

Bahkan Est Pemusnah yang sedang ia pegang, sudah kehilangan cahaya keperakannya sejak tadi.

Senjata Elemental akan menunjukkan kekuatan sejatinya tergantung kondisi kekuatan spiritual Kontraktornya.

Dengan kondisi Kamito saat ini, ia tak mampu mempertahankan kekuatan Pedang.

Misalnya, kalaupun ia memaksakan diri bertarung, Pedangnya mungkin bisa patah.

“.......”

Claire menatap Kamito dalam kondisi semacam itu dengan ekspresi jengkel.

“Sepertinya kamu masih setengah terbangun. Kalau begitu, biar aku membangunkanmu.”

Setelah itu, entah kenapa wajah Claire memerah dan dengan cepat membuang tatapannya.

Dan, pada saat berikutnya.

“....!?”

Mendadak bibir Kamito terkunci.

STnBD V01 250.jpg

Terasa panas. Sensasi menyenangkan yang lembut dan agak basah.

Ujung hidungnya tergelitik oleh sensasi rambut gadis ini.

“Hn.......”

Beberapa detik kemudian, bibir mereka perlahan berpisah.

“Sudah bangun?”

“........A.....ah........”

Kamito mengangguk seperti anak penurut.

“I.....ini.....kulakukan kali ini saja!”

Menggigit bibirnya, wajah Claire terus memerah dan ia memalingkan wajahnya.

Sensasi ciuman yang membius serasa menyingkirkan semua keraguan dalam diri Kamito.

“....Terapi kejut? Tapi sepertinya ini terlalu efektif.”

“Hm,,, hm..., jangan dikatakan lagi! Ayo kita pergi, Kamito!”

Meski wajahnya masih merona, Claire segera melafalkan mantra berbahasa Roh.

Pelindung Api Merah membara, Penjaga dari Tungku api abadi!
Sekaranglah saatnya, dengan kontrak darah, lekaslah datang ke sisiku!

Tak lama kemudian, cambuk api membara tercipta di tangan Claire.

Bukanlah api hitam yang dirasuki oleh Roh Sinting.

Namun api kebanggaan milik Claire Rogue—Senjata Elemental Scarlet.

“Terima kasih, Scarlet! Pinjamkan aku kekuatanmu sedikit lebih lama lagi!”

Merespon perasaan Claire, cambuk api bergetar dengan tegas.

“Aku nggak akan membuat Scarlet, yang masih lemah, melakukan hal ceroboh lagi. Aku akan menjadi pendukungmu, jadi kamu seranglah Roh raksasa itu.”

“Ah, aku paham.”

Kamito mengangguk patuh dan mempererat genggaman Est Pemusnahnya.

--Tak apa. Sebaiknya aku tak memikirkan Restia saat ini.

Sekarang, ia hanya perlu—

Melindungi Tuan Putri galak ini, karena itulah janjiku!

Mengambil kuda kuda dengan pedangnya, Kamito menendang tanah dan melompat.

“Akan kutunjukkan padamu, Claire Rogue!”

Penari Pedang Terkuat—Tarian Pedang Ren Ashbell!

Glasya-Labolas menghancurkan dinding batu dan melangkahkan kakinya menuju plaza diluar arena.

Kamito mengambil ancang-ancang menyerang dan dengan lompatan satu langkah, ia menebas lutut Roh raksasa dengan Pedangnya.

Vuooooonnnnnnn!

Glasya-Labolas membuat auman penghancur—dimana kejutan sepertinya sudah menerbangkan tubuh Kamito, ia berpengangan pada Pedang yang menusuk raksasa itu.

......Kekuatan yang luar biasa! Memang Roh Militer

Mata dari raksasa, yang terbakar dengan amarah, menangkap sosok Kamito di kakinya.

Dia berteriak keras dan mengayunkan tinjunya yang seperti pemukul beton.

Kamito mencabut pedangnya dan melompat mundur dan menggunakan lengan raksasa sebagai pijakan, ia melompat lagi.

Agar bisa menyerang Kamito, yang muncul di puncak kepalanya, Glasya-Labolas mengulurkan tangannya.

Di saat ia sepertinya sudah menangkap kaki Kamito.

“Kamito!”

Claire mengayunkan cambuk apinya dan mengekang tangan si raksasa. Karena Scarlet masih belum pulih, menebas tangannya tak bisa dilakukan. Ia hanya bisa membatasi pergerakan si raksasa.

Suara angin berhembus dengan kencang serasa membuat telinga sakit. Glasya-Labolas melampiaskan amarahnya pada Kamito di kepalanya. Dalam kondisi terlewat, Kamito menusukkan pedangnya. Ia menghancurkan sesuatu menyerupai kristal hitam di kepala si raksasa

Pada saat itulah, dari kristal hitam yang tertusuk, sesuatu seperti kabut hitam terdesak keluar.

Itulah Roh Sintingnya.......

Kabut hitam itu mencoba mengelilingi pedangnya. Pada saat itulah, ujung pedangnya nampak sedikit menjadi kehitaman.

Kamito terpukul mundur—Roh Sinting adalah Roh yang menyebabkan kegilaan pada Roh lainnya.

Est sedang dirasuki--

Kamito memutar tubuhnya dan mengayunkan pedangnya untuk mengusir kabut gelap.

Ia mematahkan kuda-kudanya di udara dan hampir menyerang tanah tempatnya berada.

Kemudian, tinju Glasya-Labolas menyerbu ke arah bawah.

Kamito mengambil ancang-ancang mundur dengan pedang di depannya—namun ia tak sempat melakukannya.

“.....!”

Tinju Glasya-Labolas—secara tepat berhenti di atas kepala Kamito.

Lengannya, yang seolah bisa mengayun kembali kapan saja, tertahan oleh cambuk api membara.

“Kamito! Sekarang kesempatanmu, cepat selesaikan dia!”

“Ah--!”

Kamito tertawa tanpa takut dan berdiri, lalu memusatkan konsentrasinya pada pedangnya.

Senjata Elemental dari Roh Pedang, Est, semakin bersinar kemilauan seolah sedang merespon perasaan Kamito.

Ia menedang tanah dan melompat. Pedang Kamito sekali lagi menari dengan fantastis di udara.

Dan kemudian—

“Ooooooo..........!”

Tebasan pedang yang bersinar keperakan itu membelah tubuh Glasya-Labolas menjadi dua.


Bagian 5

Dengan pedang bersinar keperakan di tangannya, Kazehaya Kamito menampilkan Tarian Pedang yang luar biasa memukau.

Terima kasih,Scarlet

Tarian yang hampir seperti—

Seperti Tarian Pedang Ren Ashbell, yang ia lihat dalam turnamen Tarian Pedang tiga tahun lalu.

....Jangan-jangan, Kamito adalah--

Momen ketika tubuh Glasya-Labolas berubah menjadi partikel cahaya, cambuk apinya kembali ke bentuk Kucing Neraka kecil. Claire dengan penuh kasih sayang memeluk kucing api itu, yang menjadi kecil seperti anak kucing.

“—Terima kasih, Scarlet—“


Epilog

Membuka matanya, Kamito mendapati dirinya terbaring di ranjang lagi.

Namun kali ini bukan kamar milik Rinslet.

Terdapat lemari lemari besar dan rak obat obatan; sudah jelas ini adalah ruang kesehatan Akademi.

Sepertinya tubuhnya tak tahan menangani Senjata Elemental dan pingsan lagi.

Bagaimanapun juga, ia masih dalam kondisi fisik dimana ia harus tetap berbaring dan istirahat, jadi tak mengherankan kalau ia jatuh ketika menampilkan Tarian Pedang dalam kondisi itu.

Oh.......aku memang tak bisa melakukannya seperti dulu

Kamito tersenyum pahit pada pergelangan tangannya yang diperban.

Berada dalam kondisi blank selama tiga tahun sudah terlalu berlebihan bagi Kontraktor Roh.

Kamito hampir bangkit dari ranjangnya.

“Kamito, kamu sudah bangun?”

Suara terdengar entah dari mana.

Melihat sekeliling, ia tak bisa melihat siapa siapa.

Kemudian sesuatu bergerak gerak dalam selimutnya.

“ – Apa?”

Kamito lekas menarik selimutnya.

Didalamnya, terdapat Roh Pedang yang telanjang.

“......Est, apa yang kamu lakukan disini?”

“Tidur bareng kamu.” Est menjawab dengan tatapan lugu.

“Bukan itu, aku tanya kenapa kamu ada di ranjangku!”

“Karena aku ini Roh Terkontrakmu.”

“...........”

Sia sia saja. Dia bukan tipe yang gampang diajak berkomunikasi.

Kamito memegangi jidatnya yang terasa sakit dan sakit.

Pada saat itulah. Ckitt---- Pintu ruangan tiba tiba terbuka.

“Kamito, apa kamu sudah bangun----“

Claire merasa seperti tercekik usai masuk kedalam ruangan.

*Gogogogogogo!......*

“Ini nggak seperti kelihatannya..........”

Tapi dengan gadis telanjang yang hanya berkaos kaki di atas tubuhnya, penjelasan apapun yang dia berikan akan sia-sia saja.

“Ka-Ka-kamu........apa yang kamu lakukan!!??”

Cambuk api yang berkobar muncul di tangan Claire.

“Kamu menghalangiku,Roh Pedang.Aku akan mengubah pria ini menjadi arang batubara.Tolong menyingkirlah!”

“Nggak mau, aku adalah Roh Pedang Kamito. Melindunginya adalah tugasku!”

“Ro.....Roh Pedang, dengar! Kamito......kamito adalah Roh Budakku, jadi kamu sebagai Roh Terkontraknya, juga ada dalam kepemilikanku!”

“Kamito, apa itu benar?”

“Nggak.......itu......anu.......”

Saat Kamito berusaha mencari kata kata yang tepat, suara lain terdengar dari arah koridor.

“Nyonya, kalau anda tidak cepat cepat, Nona Claire akan mendahului!”

“Menjadi yang pertama atau bukan, bagiku, bukan berarti------“

“.......Eh? Rinslet dan Carol, apa yang kalian lakukan disini?”

“Ko-Komandan Ksatria, kamu juga, kenapa kamu bisa ada disini?”

STnBD V01 260.jpg

“A......Aku hanya datang kemari untuk mengungkapkan terima kasih pada Kamito mewakili pasukan Ksatria Sylphid. Sama sekali nggak ada maksud lain.”

Ketiga Tuan Putri membuka pintu sambil mereka melakukan percakapan.

Kemudian – ketiganya menyaksikan Est di ranjang pada waktu yang sama.

“Apa!”, ”Ooppss....”, ”Apa apaan ini!”

*Googooogooooggg!!!*

Ellis meluncurkan “Elang Cahaya”; Rinslet memanggil “Busur Panjang Es”

Terakhir, wajan penggorengan muncul di tangan Carol entah dari mana.

“Kamito, apa kata kata terakhir yang ingin kamu ucapkan?”

Claire mengayunkan cambuk apinya sambil tersenyum.

“Tunggu! Ini salah paham – oh wa ah ah ah ah ah ah!!!!!!

Di atas kepala Kamito, cambuk api tanpa ampun menebas kesana kemari.

Pesta Raksasa untuk Kontraktor Roh --- “Tarian Pedang” akan diselenggarakan dalam dua bulan.


SELESAI


Penutup

-Kamu harus menjadi Roh terkontrakku!

Dengan itu, salam kenal, atau mungkin, lama tidak jumpa, ini Shimizu Yuu.

Serial baru saya, ’Seirei Tsukai no Blade Dance’, membuka tabirnya disini!

Cerita ini adalah alternatif dunia Fantasi x Aksi Pertarungan dimana tokoh utamanya, seorang pria muda bernama Kamito, bertemu gadis cantik namun galak Claire di Akademi yang melatih Kontraktor Roh dan bersama mereka bertujuan bertarung dalam turnamen pertarungan besar ‘Tarian Pedang’.

Roh Terkontrak yang dapat bertransformasi menjadi senjata -- “Senjata Elemental” – yang digunakan oleh para gadis cantik untuk bertarung, Roh yang seharusnya hanya bisa digunakan oleh wanita, tokoh utamanya pria muda yang mampu membuat kontrak, rahasia dari tato yang tertempa di tangan kiri pria itu, Roh Tersegel Tangguh yang disegel kedalam Pedang Suci, dan Tuan Putri Tsundere x 3 (termasuk si maid) + Gadis cantik misterius, dan seterusnya, dengan semua konten. Pokoknya, saya sangat senang menulisnya. ”Akan kuubah kamu menjadi batubara!” adalah frase favorit dari heroine yang handal namun kejam, Claire. Takdir Kamito untuk menjadi Roh Budaknya (?) dan seterusnya.

Ah,meskipun saya bilang pertarungan, pada dasarnya adalah komedi romantis anak sekolahan, pertarungan cinta gadis gadis yang mengelilingi Kamito juga terus semakin memanas! Bahkan setelah ini, saya akan berjuang sebaik mungkin untuk “meningkatnya cinta, kegembiraan ganda, pertarungan superior”. Akan menjadi berkah jika anda para pembaca juga bisa menikmatinya sepenuh hati.

Sekarang untuk ucapan terima kasih. Saya sangat berterima kasih pada banyak pihak untuk serial baru saya, Sakura-Hanpen-sensei, yang menggambar gadis gadis super imut + Roh mereka, sungguh saya ucapkan terima kasih banyak. Kapanpun, saya menerima draft, saya sangat terpana. Ekspresi dan pose para gadis sangat imut. Gadis gadis itu begitu imut namun kucingnya jauh lebih imut lagi.

Bintang administrator luar biasa dari MFJ yang membaca manuskrip saya beberapa kali, juga memberi saya ide dan saran berharga, saya ucapkan terima kasih banyak. Saya sangat bersyukur berkat nasehat kalian semua.

Kepala Penyunting, Misaka, Tim Percetakan, Tim Penerbitan, Tim Penjualan, dan seterusnya yang turut andil dalam karya ini, bagi semuanya, terima kasih sebesar besarnya.

Dan sekarang, rasa terima kasih saya kepada anda para pembaca yang memegang buku ini di tangan anda. Peluncuran buku oleh Shimizu ini dikarenakan oleh dukungan semua pihak. Kuesionernya juga membuat saya bahagia.

--- Cukup sekian saja. Sampai bertemu kembali di Volume kedua!

November 2010, Shimizu Yuu.


Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Jilid 2