Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid13 Bab 6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Bab 6 - Kastil Winter Gulf

Bagian 1

Itu sudah gelap ketika Kamito dan Rinslet melintasi Pegunungan Kyria dan mencapai kaki gunung.

Bintang-bintang bersinar di langit malam sementara cahaya yang dihasilkan oleh roh-roh berkedip-kedip di hutan lebat.

"...meskipun itu gelap, setidaknya kita akhirnya sampai."

Sambil mengguncangkan sejumlah besar salju di pakaian musim dinginnya, Kamito menghembuskan kabut putih.

Berkat badai salju yang mereda, menuruni gunung tidak sesulit ketika mereka mendakinya. Tapi karena menguras semua stamina secara berlebihan dalam pertempuran melawan naga es itu, kelelahan tubuhnya segera mencapai batas.

Jadi «Naga Es» itu yang menyebabkan badai salju tersebut, huh?

Jika itu yang terjadi, maka kenapa mereka tiba-tiba menghilang dari pegunungan—?

"Kita akan segera sampai di «Winter Gulf». Lihat, obor bisa terlihat di luar hutan."

Duduk di pinggung Fenrir, Rinslet menunjuk pada ujung lain dari hutan konifer.

Dibawah langit malam, banyak obor bisa terlihat menerangi dinding batu dari kastil.

Daripada sebuah kastil besar yang melambangkan otoritas dan martabat, kastil tersebut dibangun dalam sebuah gaya sederhana dan kokoh yang menekankan kepraktisan.

Setelah berjalan beberapa saat di hutan, Kamito dan Rinslet tiba di jalan batu beraspal.

Ini adalah sistem jalan yang tersebar di seluruh wilayah Kekaisaran Ordesia. Permukaan batu beraspal licin ketika membeku tapi setelah warga menyekop salju, itu jauh lebih baik daripada jalan yang tertutup salju di hutan.

"Aku akan menyuruh orang-orang di kastil membuat persiapan untuk menyambut kita."

Rinslet menepuk Fenrir di punggung.

Berdiri di satu tempat, roh es iblis melolong tinggi pada langit malam.

...Setelah beberapa saat, obor di dinding kastil berkedip-kedip.

"Sepertinya mereka menyadri kita."

Setelah berjalan di sepanjang jalan untuk sementara waktu, mereka akhirnya dapat melihat gerbang Kastil Winter Gulf.

Berdiri dengan hormat di gerbang istana, puluhan penjaga menyambut putri Margrave.

"Seperti yang diharapkan dari putri keluarga Laurenfrost yang berharga."

"...Tidak bisa menahannya, gadis itu selalu suka membuat masalah besar dari segala hal."

Rinslet tampak menggerutu karena malu.

Setelah mereka berdua mendekati gerbang kastil, seorang gadis mungil bergegas mendekat, berpakaian dari kepala sampai kaki dalam setelan musim dingin berbulu.

"...Onee-sama! Itu benar-benar Onee-sama!"

Memiliki mata emerald yang sama seperti Rinslet, seorang gadis muda dengan rambut pirang platinum berkilauan dibawah cahaya pantulan salju—putri ketiga keluarga Laurenfrost, Mireille Laurenfrost melompat pada dada kakaknya dengan momentum berlari.

"C-Cukup! Ketahuilah beberapa penahanan diri, Mireille."

Meskipun menaruh suasana sebagai kakak yang ketat, Rinslet masih membelai lembut kepala adiknya dengan tangannya.

Menarik kepalanya dari terkubur dalam dada Rinslet, Mireille bertanya:

"Tapi aku benar-benar terkejut, Onee-sama. Kamu tiba-tiba kembali tanpa memberitahu kami. Tidak ada surat yang mengatakan kamu mau pulang... Ngomong-ngomong, bagaimana kamu melintasi Pegunungan Kyria itu?"

Dia mengedipkan mata bulatnya.

"Kami memaksakan jalan kami... Itu benar-benar sulit. Tanpa Kamito-san, mungkin aku sudah menjadi pecahan es sekarang—"

"...Kamito-san?"

Memiringkan kepalanya, Mireille berbalik ke arah yang berbeda.

Melihat itu, Kamito mengangkat tudung dari mantel musim dinginnya.

"Yo—"

"...O-Onii-sama!?"

Menatap mata lebar, Mireille melihat bolak-balik antara wajah Kamito dan Rinslet.

"T-Tidak mungkin... Onee-sama, apa kamu pulang untuk melaporkan pernikahanmu dengan Onii-sama...?"

"T-Tidak, tentu saja tidak!"

Rinslet dengan panik membantah.

"Oh dear, Onee-sama, wajahmu menjadi merah."

Mireille mengintip wajah kakaknya yang tersembunyi dibalik tudung.

Kemudian pada saay ini, dia diraih pada leher dan ditarik dari belakang.

"Mireille, berhenti menggoda nyonya."

Berbicara dalam nada monoton adalah seorang gadis cantik berpakaian sebagai seorang maid.

Dia memiliki rambut coklat gelap sedikit bergelombang dan mata heterochromic. Kulitnya seputih salju sementara wajahnya seindah boneka.

"Milla, bagaimana kabarmu?"

Kamito menyapa santai tapu Milla Bassett langsung menjadi merah di wajah dan menghindari kontak mata.

"...Kamito, kenapa kamu disini?"

"Oh, itu karena aku perlu melakukan sesuatu di Laurenfrost. Rinslet adalah pemanduku."

"...aku mengerti, tujuanmu bukan untuk menemani Rinslet-sama pulang untuk menikah."

Milla menghela napas dalam-dalam sungguh sangat lega.

"T-Tentu saja! Bagaimana bisa kamu bahkan salahpaham juga, Milla!?"

Rinslet terbatuk ringan dan menempatkan tangannya dipinggangnya.

"Bagaimanapun juga, Kamiti-san sudah sangat lelah dari perjalanan panjang. Persiapkan beberapa makanan panas. Dan kamar mandi juga—"

"Ya, semua sudah dipersiapkan."

"Wow, tidak buruk sama sekali, berbeda dari Carol..."

Kamito tidak bisa tidak berseru. Terkesan pada jawaban langsung dari Milla.

Bagian 2

Setelah melepas pakaiannya yang terbungkus salju, Kamito pergi ke aula kastil.

Dirancang sebagai benteng, Kastil Winter Gulf juga sama dalam perabotan seperti penampilan luarnya. Dinding batu yang hampir tanpa dekorasi mewah, sementara satu-satunya pengecualian adalah tempat lilin yang dihiasi dengan sejumlah besar kristal roh untuk menghasilkan suasana keagungan.

"Apa kalian tumbuh disini, Rinslet dan Mireille?"

"Tidak, ada sebuah rumah kami tinggali di kota kastil."

Mireille menggeleng untuk menjawab pertanyaan Kamito.

"Bagaimanapun juga, Kastil Winter Gulf ini adalah sebuah benteng pertahanan yang digunakan untuk tujuan militer."

Mengatakan itu, Rinslet mengaktifkan kristal roh besar yang terpasang pada tempat api.

Menyala merah, kristal roh tersebut menghangatkan udara didalam ruangan dalam sekejap mata.

Kemudian dia duduk di meja besar delapan orang ditengah ruangan tersebut. Mireille dan Milla menarik kursi mereka di sisi kanan dan kirinya sementara Kamito duduk berlawanan dengan dia sebagai tamu. Maid biasa tidak akan makan di meja yang sama dengan bangsawan tapi Milla rupanya adalah sebuah pengecualian.

"Ini suatu yang memalukan bahwa Ayah dan Ibu tidak ada ketika kamu membuat kepulangan yang jarang, Onee-sama."

"Mau bagaimana lagi, aku hanya merindukan mereka."

Orang tua mereka, Margrave dan Nyonya Laurenfrost sepertinya pergi ke ibukota kekaisaran untuk menghadiri «Konferensi Semua Negara». Karena mereka mengambil rute panjang mengeliling Pegunungan Kyria, mereka telah berangkat beberapa hari sebelumnya.

"Tapi ini adalah sebuah kesempatan langka untuk memperkenalkan Onii-sama—"

"Cukup, Mireille!"

Rinslet dengan panik menutup mulut Mireille.

Kamito terpaksa tertawa lalu bertanya:

"...uh, karena Margrave dan Nyonya Laurenfrost pergi, bukankah itu berarti kamu adalah tuan sementara dari kastil, Mireille?"

"Ya, aku telah mengelola kastil ini dengan serius."

Hmph hmph, Mireille dengan kekanak-kanakan membusungkan dadanya dengan bangga.

"...katakanlah, apa kamu benar-benar tidak apa-apa sendirian?"

Menjadi tuan sementara dari kastil pada usia muda dari sembilan tahun adalah sangat mengesankan, namun itu masih sedikit menghawatirkan.

"Jangan khawatir. Karena ada ksatria mengagumkan di Laurenfrost."

Milla berbicara tanpa ekspresi.

"Kastil Winter Gulf ini memiliki tujuh ksatria. Roh yang ditempatkan. Mereka adalah ksatria roh elit, dipilih secara ketat dan bisa menangani sebagian besar urusan pemerintahan sederhana."

"...aku mengerti. Seperti yang diduga dari sebuah kastil milik bangsawan tinggi."

Sebenarnya ada sangat sedikit kastil yang memiliki sebanyak tujuh ksatria roh. Banyak penguasa kastil regional yang bahkan tidak memiliki seorangpun ksatria yang melayani mereka secara eksklusif.

"Aku tidak menyerahkan segala hal pada para ksatria itu. Aku telah menyetempel dokumen dengan benar juga."

Mireille cemberut tidak senang.

Tepat pada saat ini...

"—Maaf untuk keterlambatannya, nyonya."

Pintu ruangan terbuka saat para maid mendorong masuk troli yang memuat makanan.

Berpakaian dalam seragam menawan, para maid dengan cekatan memindahkan hidangan mewah yang panas mengepul ke meja.

Pai kambing yang dipanggang renyah. Sup melon musim dingin yang dibumbui dengan banyak rempah-rempah. Ada juga ikan kod asin, telur puyuh rebus dan hidangan kacang disajikan dalam sebuah labu berlubang. Sajikan di piring besar adalah hidangan utama, rusa panggang, madu panggang untuk kesempurnaan.

"Wow...!"

Aroma yang melayang di ruangan membuat perut Kamito bergemuruh.

Tepat saat dia menelan air liurnya—

"...beribu-ribu maaf. Kami hanya bisa mempersiapkan makan malam sederhana pada pemberitahuan singkat."

Seorang maid menundukan kepalanya, tampak malu.

"Tidak tidak... Apa semua ini dibuat baru saja?"

"Memang. Jika kami tahu kepulangan nyonya sebelumnya, kami bisa mempersiapkan pesta secara khusus..."

Maid itu bergumam penyesalan sementara para gadis lain mengangguk satu per satu dengan sepakat.

(...Me-Mereka terlalu kompeten!)

...Kamito tak bisa berkata-kata.

Berbicara tentang maid dari Laurenfrost, mungkin persepsinya dari mereka di seleksi pada dasar hanya kelucuan yang yang mewarnai kesan pertamanya adalah Carol si maid tak berguna.

"Kamito, orang yang membuat pay panggang itu adalah aku."

Milla menunjuk dengan tenang.

"Oh, kalau begitu aku akan mencoba ini—"

Mengiris pay tersebut, Kamito membawa sepotong kecil ke mulutnya.

(...A-Apa ini!? Ini sangat lezat!)

Setelah gigitan tunggal, Kamito melebarkan matanya.

Setelah dia menggigit lapisan kulit pay, isi airnya memgalir keluar.

"...bagaimana?"

"...!"

Kamito diam-diam mengangkat jempolnya. Meskipun kesederhanaan dari hidangan tersebut, itu adalah rasa yang sederhana dan tulus.

"Kamu cukup bagus dalam memasak, Milla."

"...tidak. Aku hanya mengikuti petunjuk dari para seniorku."

STnBD V13 160.jpg

Milla berbicara tanpa ekspresi kemudian tersipu dan menundukan kepalanya.

"—Kamito, biarkan aku mencoba juga."

"E-Est!?"

Tanpa dia sadari, roh pedang itu telah terwujud disamping Kamito.

Membuka mulutnya yang jelita, dia menatap lurus pada Kamito seperti seekor burung kecil menunggu di suapi.

"...aku menyerah, Est."

Terkikik masam beberapa kali, Kamito mengirim irisan potongan pay kedalam mulut Est.

"...Mmm, begitu lezat, Kamito."

"Onii-sama, itu tidak adil jika kamu hanya melakukan itu pada Nona Roh!"

Mireille bersandar pada meja dan membuka mulutnya dengan sebuah "ah~"

"M-Mireille!?"

"Itu terlalu tak pantas, Mireille!"

Rinslet meraih keliman dari pakaian Mireille.

"Oh my, kalau begitu bagaimana kalau kamu menyuapi Onee-sama juga?"

"...I-Itu... Hal semacam itu, tidak mungkin..."

Mendengar itu, wajah Rinslet menjadi merah saat dia memegang wajahnya. Didalam tangannya.

"—tidak, Kamito adalah Onii-chan ku."

Seolah-olah bersaing dengan Mireille, Est menggenggam seragam Kamito erat-erat.

Bagian 3

Setelah menikamti makan malam panas yang disiapkan oleh para maid dari rumah Laurenfrost...

"—Natalia, laporkan situasinya."

Sambil meneguk teh hitam. Setelah makan, Rinslet meminta keterangan dari kepala maid.

Kepala maid itu adalah seorang gadis lebih tua dengan rambut sebahu. Dia sepertinya juga yang bertanggung jawab untuk makanan barusan.

"Apa kamu sudah mengumpulkan alasan untuk badai salju di Pegunungan Kyria?"

"—ya, hujan salju selama beberapa hari terakhir adalah tak diragukan lagi pekerjaan dari «Naga Es» yang berkeliaran di Pegunungan Kyria."

Kepala maid itu menjawab dengan tenang.

"Seperti yang diduga, aku paham..."

"Masalahnya adalah kenapa naga es yang sudah punah muncul."

Kepala maid itu mengangguk sedikit pada apa yang Rinslet tunjuk.

"Ini hanyalah spekulasi pribadi saya tapi—"

"Tidak masalah. Katakan apa pikiranmu."

"Mungkin ada hubungannya dengan «Forest Dwellers» yang menghuni «Forest of Ice Blossoms»."

"...apa ini?"

Rinslet mengerutkan kening.

"Naga es adalah anak buah dari roh «Zirnitra». Dan «Forest Dwellers» menghormati «Zirnitra» sebagai penjaga dari «Forest of Ice Blossoms», memuja sejak lama—"

"Dengan kata lain, «Forest Dwellers» memanggil para naga es dengan suatu cara dan mengendalikan mereka?"

"Kemungkinan itu tidak bisa dikesampingkan."

Mendengar saran Rinslet, kepala maid tersebut mengangguk setuju.

"—Permisi, apa itu «Forest Dwellers»?"

Kamito menyela pada poin ini.

"Itu adalah sebuah nama untuk ras Elfim yang tinggal di kedalaman «Forest of Ice Blossoms»."

"...Elfim huh."

Sebuah ras yang sangat misterius yang datang dari «Astral Zero» di jaman purbakala.

Kemampuan yang sangat baik untuk berkomunikasi dengan roh-roh, lebih suka menghabiskan hari-hari mereka dengan tenang di hutan, mereka sangat menolak dan membenci kontak dengan para manusia.

—ini adalah apa yang Kamito dengar dari Lily Flame ketika hari-harinya di «Instructional School».

"Menganggap itu adalah kasusnya, kenapa tidak menanyai mereka secara langsung?"

"Ya, kami telah mengirim pembawa pesan berkali-kali untuk mengusahakan kontak, tapi sebuah penghalang kuat dari kabut telah disebar di kedalam hutan, bahkan membuat itu mustahil untuk mencapai pemukiman mereka."

"...sebuah penghalang Elfim huh. Sekarang itu adalah hal-hal yang sulit."

"Ya, dan kami tidak bisa dengan ceroboh menghancurkan «Penghalang» tersebut—"

Tidak terbatas pada wilayah Ordesia, ras Elfim juga telah menetap dan membangun komunitas yang aman di berbagai nagara di benua. Misalkan penguasa Laurenfrost menyerbu pemukiman Elfim didini, itu mungkin akan membuat seluruh ras Elfim musuh dari Kekaisaran mengingat rasa solidaritas bangsa mereka yang kuat—

Tiba-tiba, sebuah pemikiran datang pada Kamito.

"...para «Forest Dweller» itu, apa ada kemungkinan bahwa Restia membuat kontak dengan mereka?"

"...aku ingat bahwa ras Elfim pada dasarnya menghormati para roh. Kita tidak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa Nona Roh Kegelapan secara tak sengaja memasuki penghalang tersebut..."

Rinslet mengangguk, menaruk dagunya di tangannya.

Kamito berpaling pada kepala maid itu.

"...apa kamu memiliki laporan apapun tentang seorang gadis dalam gaun one-piece hitam terlihat dihutan?"

Natalia membuat sebuah ekspresi tak percaya dalam tanggapan pada pertanyyan Kamito.

"Tidak, cabang-cabang di «Forest of Ice Blossoms» adalah setajam pisau. Oleh sebab itu, yah, saya percaya bahwa itu cukup sulit untuk seseorang berjalan melintasi hutan itu dengan pakaian seperti sebuah gaun—"

"...aku mengerti."

...Pada akhirnya, Kastil Winter Gulf ini tidak memperoleh informasi apapun tentang dia.

Bukan berarti dia meragukan informasi Iseria Seaward, tapi Kamito masih kesulitan menyembunyikan kekecewaannya.

"Tapi ngomong-ngomong—"

"...kamu memiliki semacam pimpinan?"

Kamito condong kedepan.

"Tidak, tapi seorang pembawa pesan yang dikirim ke hutan kembali dengan kabar menghawatirkan—"

"...apa?"

"Kabarnya, seorang princess maiden manusia telah muncul di pemukiman «Forest Dwellers»"

"...seorang princess maiden manusia?"

Kamito mengulangi.

"Memang. Para penghuni hutan sepertinya menyebut gadis itu «Queen of Ice Blossoms»."

Bagian 4

Setelah makan malam, Kamito memutuskan untuk pergi kekamarnya untuk menunggu fajar.

Mencoba mencari Restia di hutan pada malam hari hampir mustahil. Dan karena disana ada penghalang yang dikerahkan, itu juga diperlukan untuk menyiapkan negosiasi dengan para penghuni hutan.

Rinslet berjanji untuk meminjam delapan anjing berburu terlatih. Meskipun Kamito tidak tau apakah anjing pemburu mampu melacak Restia yang adalah seorang roh, tapi mereka seharusnya berguna ketika mengunjungi hutan yang berbahaya.

Ngomong-ngomong—

(...«Queen of Ice Blossom» huh.)

Berjalan di jalan ke kamarnya, Kamito bergumam pada dirinya sendiri.

Ini benar-benar berita yang cukup menguatirkan.

Menurut kepala maid, utusan yang dikirim ke hutan telah bertemu seorang princess maiden Elfim yang telah diselidiki. Gadis itu tampaknya telah disalahpahami utusan itu yang ada disana sebagai princess maiden manusia— sang «Queen of Ice Blossom».

Pada akhirnya, utusan tersebut tampaknya berakhir sebagai sasaran panah dan melarikan diri demi nyawanya.

(...Tidak mungkin Restia—kan?)

Memang, penampilan Restia tidak ada bedanya dengan seorang gadis manusia.

Sayap hitam legam tersebut juga bisa menghilang sesuai keinginannya.

—pada saat ini, Kamito mencapai pintu sebuah kamar. Disana ada lambang serigala di pintu tersebut.

"Disini, kan...?"

Setelah mendorong pintu terbuka...

"..."

...Waktu berhenti.

Milla Bassett telah ada ditempat tidur, memeluk bantal Kamito.

"Uh... Milla, apa yang kamu lakukan?"

"Menyiapkan tempat tidur."

"Tidak, tapi..."

"Menyiapkan tempat tidur."

"...A-Aku mengerti."

"Ya..."

Milla mengangguk tanpa ekspresi kemudian dengan santai memasang seprai.

"Apa kamu sudah terbiasa untuk hidup disini?"

"Mireille-sama memperlakukan yang lain sangat baik. Natalia-sama juga mengajari aku bekerja."

"...itu adalah kepala maid barusan, kan? Dia tampaknya sangat mengagumkan pada pekerjaannya."

"Tentu saja. Natalia-sama termasuk pada «Wolf Ritters» dari Laurenfrost."

"...Huh?"

Kamito terkejut.

"...apa maksudmu?"

"Persis seperti apa yang dikatakan kata-kata itu. Kepala maid tersebut adalah kapten dari ksatria di kastil ini."

"...kamu pasti bercanda, kan?"

"Sangat serius."

Milla menjawab dengan sebuah ekspresi serius.

"K-Kenapa seorang ksatria roh melayani sebagai seorang maid?"

"Para ksatria harus memimpin untuk melayani sebagai panutan bagi masyarakat. Ini adalah salah satu tradisi keluarga Laurenfrost."

"Yah, kurasa. Rinslet bahkan lebih pro daripada seorang maid sebenarnya."

Haruskah seseorang mengatakan, seperti tuan, seperti ksatria?

"Aku juga akan menjadi seorang maid yang hebat, kemudian mendidik Mireille-sama menjadi seorang bangsawan yang mulia."

Setelah menyiapakan tempat tidur, Milla menatap wajah Kamito dan berkata:

"Bukan sebuah alat untuk militer—itu adalah jalan hidupku yang baru yang kamu ajarkan padaku."

Dis tersipu di pipinya sambil mengepalkan tinjunya erat-erat.

"...Ahhhh."

...Dia berubah, pikir Kamito.

Dulunya pemilik dari «Demon Sealing Eye», dia digunakan sebagai sebuah alat perang di masa lalu. Tapi saat ini, dia telah menemukan sesuatu yang dia ingin lakukan dengan kemauannya sendiri.

...Itu adalah sebuah hal yang cukup luar biasa.

"Tapi aku pikir itu sedikit menantang untuk menantang untuk mendidik Mireille menjadi seorang bangsawan yang dewasa."

Mendengar itu, Milla dengan tenang menggeleng.

"Mireille-sama pasti akan menjadi seorang bangsawan yang hebat, karena dia adalah seorang yang sangat serius di hati."

"...oh oke, itu benar juga."

Kamito tersenyum masam dan memutar pandangannya pada luar ruangan.

Kamito telah menyadari kehadiran mereka sebelumnya.

"...U-Uhuk."

"...Mireille?"

Milla berseru terkejut.

"A-Aku hanya kebetulan lewat, jadi aku tidak mendengarkan apapun."

Mireille panik, pemandangan yang langka, melihat arah lain dengan malu.

"Kamar mandi sudah siap, Onii-sama."

"Oke, terimakasih."

"Kamito—"

Saat Kamito hendak meninggalkan ruangan, Milla berbicara pada punggungnya.

"Ayo—Kamito..."

"...Huh?"

"Aku akan membasuh punggungmu. Karena itu adalah pekerjaan maid."

Memerah hingga telinganya, Milla bergumam tanpa ekspresi.

"T-Tidak terimakasih!"

Kamito menggeleng dan dengan panik meninggalkan kamar itu.

Bagian 5

...Splash. Suara air terdengar dimalam yang tenang.

Rambut panjang pirang platinum melekat pada kulit.

Memeluk tubuhnya yang gemetar, Rinslet mendesah.

Sebelum menuju tempat tertentu berikutnya, dia membersihkan tubuhnya sebagai sebuah tindakan pencegahan.

Kamar mandi di rumah Laurenfrost bukanlah sebuah air panas alami tapi dipanaskan menggunakan kristal roh api. Empat tahun lalu, tempat ini sepenuhnya membeku sepanjang tahun karena pemberontakan «Ratu Bencana», tapi sekarang, tidak ada masalah dengan menggunakan itu.

"...Mmm... Ah...♪"

Mendapati itu sulit mengendalikan tubuhnya yang terasa seperti terbakar, Rinslet membuat suara jengkel.

"A-Aku sepertinya sedikit aneh...!"

Menggosok pahanya, dia menghembuskan nafas panas.

Dia merasakan gejala itu sejak berciuman dengan Kamito di gunung salju, dilakukan dengan kontak kulit yang intim.

Rasa sakit manis yang dia alami dari saat itu terus tertinggal di tubuhnya tanpa berhenti.

Dan sekarang, selama ritual pemurnian, itu berubah menjadi aliran deras yan mengamuk dan bergegas keluar sekaligus.

(...I-Itu hampir seperti Kamito-san berada didalam sini...!)

Seperti tersengat listrik.

Setiap kali dia menyentuh area sensitif di kulitnya, dia merasa perasaan mati rasa di otaknya.

(...Ooh... A-Apa yang harus aku lakukan?)

Rinslet memutar tubuhnya, menyiramkan air mandi ke kepalanya berulang-ulang.

...Tapi tubuhnya yang memanas masih tidak mendingin.

(...D-Dalam kondisi seperti ini, bagaimana bisa aku menghadapi gadis itu...)

—tepat saat ini.

Suara datang dari luar kamar mandi.

"...!?"

Bagian 6

"...wow!"

Datang ke kamar mandi bersama Mireille, Kamito tidak bisa tidak berseru.

Didepan matanya sebuah kamar mandi udara terbuka yang besar dibangun dari marmer. Air panas mengalir tanpa henti dari patung serigala yang dipahat di sebuah pilar. Uap mengepul di udara si seluruh kamar mandi.

Meskipun itu bukan mata air panas alami, ini adalah kamar mandi besar menyaingi tempat pemurnian Akademi.

"Apa kamu benar-benar yakin aku bisa menggunakan tempat ini untuk aku sendiri?"

"Ya, tak seorangpun menggunakannya selama ini. Jangan ragu untuk berenang di kamar mandi."

"...tidak, aku sudah melewati usia untuk berenang di kamar mandi."

"Oh my, tapi bahkan sekarang, Onee-sama masih berlatih berenang di kamar mandi."

"Ngomong-ngomong, Rinslet tidak bisa berenang..."

Kamito ingat mengajari dia untuk berenang di «Ragna Ys».

...Itu mungkin satu-satunya kelemahan wanita sempurna yang dibesarkan dengan baik ini yang mampu melakukan segalanya.

"Kalau begitu silahkan menikmati kamar mandi Laurenfrost secara menyeluruh, Onii-sama."

Tersenyum nakal, Mireille kembali ke koridor.

"Oh, terimakasih untuk menunjukan jalannya padaku."

Kamito dengan cepat melepas pakaian, pergi ke area pemurnian untuk membersihkan tubuhnya, kemudian merendamkan dirinya di bak mandi.

Suhu air tersebut tidak terlalu tinggi dam dikendalikan dengan benar. Kulitnya yang dingin segera menghangat.

(...Phew.)

Berendam di bak mandi, Kamito mengeluarkan nafas lega.

Menatap langit malam dimana angin dingin menderu, dia mulai mengenang tentang dia.

(...Serius, akankah kita bertemu lagi? Restia—)

«Elemental Lord Air» Iseria Seaward telah membawa secercah harapan samar.

Tapi tak peduli seberapa samar, dia tidak memiliki pilihan selain bertaruh pada itu sekarang.

Pengamatan Iseria mungkin memiliki kesalahan sederhana, selain itu, Restia seharusnya tidak memiliki hubungan dengan wilayah Laurenfrost. Bahkan jika Restia masih hidup, apa alasannya bagi dia untuk muncul di hutan semacam ini di perbatasan—

(...Tapi jika itu yang terjadi—)

Kamito bergumam dalam hatinya.

(—itu tidak akan menjelaskan kenapa ksatria Kerajaan Suci menyusup hutan ini.)

«Sacred Spirit Knight» telah menyerbu hutan ini di perbatasan bahkan bersedia menanggung resiko melanggar garis batas Kekaisaran. Pastinya ada suatu tujuan disana.

Kehadiran mereka bertindak sebagai bukti kontrafakta bahwa Restia mungkin ada disana.

(Luminaris Saint Leisched— pengguna «Pedang Suci» huh.)

Kamito menutup matanya dan mengingat lawan dari tiga tahun itu.

Seorang ksatria dengan rambut pirang brilian dan mencolok dan mata biru es yang jernih.

Dia telah memperlihatkan kekuatan yang luar biasa di turnamen tiga tahun yang lalu.

Sekarang ini, dia pasti bahkan lebih kuat. Di tingkat yang sama dengan Leonora Lancaster dari Dracunia, mungkin diatasnya.

—gurgle.

Tiba-tiba, dia mendengar suara air.

(...Hmm?)

Kamito mengerutkan kening dan berbalik ke arah sumbernya.

Dia bisa melihat permukaan air bergelembung dibalik pilar tebal dari batu.

"...apa?"

Mendapati itu aneh, Kamito mendekat. Di daerah dekat pilar tersebut berada dibawah bayangan sehingga dia tidak bisa melihat dengan jelas.

Gelembung di permukaan air tersebut meningkat.

Merasa bingung, Kamito mengulurkan tangan kearah air yang bergelembung.

...Biong. Tiba-tiba, jari-jarinya menyentuh sesuatu yang lembut.

"...?"

Boing.

Boing. Boing. Boing.

(...Tunggu sebentar, perasaan ini, tidak mungkin...!)

Tepat saat Kamito menyadari dalam keterkejutan...

Splash, sesuatu muncul dari bawah air.

"H-Hentikan... Hentikan itu sekarang!"

"...!?"

Sebuah badai salju langsung menyapu kamar mandi.

Bagian 7

...Setelah badai salju tersebut berhenti.

"...~cih, b-begitu baik penempatan, Kamito-san benar-benar mesum!"

Tenggelam dalam air, Rinslet cemberut dan memprotes Kamito.

"M-Maaf, aku tidak melakukan itu dengan sengaja... Katakanlah, kenapa kamu ada disini?"

"I-Itu adalah kata-kataku untuk kamu!"

Rimslet menatap curiga pada dia. Dia sepertinya membersihkan dirinya sebelumnya namun panik dan bersembunyi di kamar mandi setelah mendengar suara Kamito secara tiba-tiba diluar.

"Fasilitas pemurnian ini adalah milikku secara eksklusif!"

"Sebuah fasilitas pemurnian eksklusife? Jadi seluruh kamer mandi ini untuk penggunaanmu secara pribadi?"

"Ini sangay umum bagi princess maiden dari kebangsawanan tinggi. Sebelum jatuhnya keluarga mereka, fasilitas pemurnian di rumah Claire bahkan lebih mengagumkan daripada ini."

"...aku mengerti. Tapi Mireille mengatakan padaku ini adalah sebuah kamar mandi umum..."

Ketika itu Kamito menyadari.

...Ngomomh-ngomong, dia terrsenyum nakal sebelum pergi.

"...~cih, serius, itu adalah kenakalan anak itu lagi."

"Sepenuhnya jatuh kedalam perangkapnya."

Kamito mengangkat bahu dan medesah.

"...uh, maaf. Aku akan keluar duluan."

Tepat saat Kamito bersiap untuk meninggalkan kamar mandi...

"—T-Tunggu dulu."

"...Huh?"

Dia dengan tegas meraih handuk yang melilit di pinggangnya.

"...Rinslet?"

"Sebentar lagi, aku harap kamu bisa menemani aku ke tempat tertentu—"

Bagian 8

«Kuil Elemental Air», kuil terbesar di wilayah Laurenfrost, terletak di sebuah hutan jauh dari Kastil Winter Gulf.

Tidak seperti kuil biasanya yang dibangun dari batu, dinding terluar «Kuil Elemental Air» ini terpahat dari sihir es kuno.

Tipe sihir es ini tidak mencair dan jauh lebih keras daripada batu biasa.

Namun, tidak ada ritual yang diselenggarakan di kuil ini sejak insiden ketika Judia Laurenfrost terpenjara dalam es.

Kamito telah mendengar bahwa penghalang ketat ditempatkan disana, melarang siapapun kecuali keluarga Laurenfrost untuk masuk.

"...terakhir kali aku mengunjungi adalah ketika aku yakin kita bisa masuk «Blade Dance»."

Rinslet menyentuh pintu kuil untuk melepas penghalang.

"Disini adalah dimana aku bersumpah untuk menyelamatkan dia. Oke, kamu bisa masuk sekarang."

Penghalang tidak aktif ketika Kamito melangkah masuk.

Rinslet menggunakan sihir pencahayaan untuk penerangan dan berjalan ke kedalaman kuil.

Sangat tenang didalam.

Udara dingin, mengerikan hingga ke tulang, membuat Kamito gemetar tanpa henti.

"Dia telah terkunci di tempat semacam ini sendirian selama ini...?"

"Ya, ini adalah tahun keempat sekarang."

Rinslet memegang sebuah kristal roh kecil di tangannya.

Kristal transparan menunjukan sosok dari seorang gadis muda yang cantik dalam sebuah gaun.

Mata emerald dan rambut pirang platinum mempesona. Judia Laurenfrost sangat mirip kakaknya.

Didalam interior gelap dari kuil, Kamito dan Rinslet terus maju.

Semakin dalam mereka pergi, rasa dingin semakin kuat.

Setelah berjalan agak jauh—Rinslet akhirnya berhenti.

"...Judia, ijinkan aku memperkenalkan Kamito-san padamu."

Dia mengarahkan sihir pencahayaan pada kegelapan.

Namun—

"...Huh?"

Rinslet melebarkan matanya, berseru terkejut.

"...Apa, apa ini?"

Bahkan Kamito tidak bisa tidak terkesiap.

Di tempat dimana adik Rinslet seharusnya di segel—

Tidak ada yang tersisa kecuali pecahan es diseluruh lantai.

Bagian 9

Restia dibawa ke sebuah kuil tertentu yang dibangun dari batu agak jauh dari pemukiman.

Sekelompok besar princess maiden sudah berkumpul di depan kuil tersebut dan dalam proses berdoa.

"Apa candi ini kuil kalian?"

"Ya. Tempat ini adalah situs bersejarah yang ada sebelum Kekaisaran manusia didirikan."

Rana berlutut didepan kuil dan mulai berdoa seperti para princess maiden lainnya.

(...«Queen of Ice Blossoms» ada didalam kuil ini?)

Menatap kedalam kuil tersebut, Restia mulai merasa gugup.

Gadis dengan kekuatan misterius, mampu mengendalikan para naga es dengan bebas. Juga, untuk alasan tak diketahui dia telah menggunakan para penghuni hutan untuk membawa Restia kesini.

(Sebuah eksistensi seperti manusia namun tak seperti manusia disaat yang sama...)

Princess maiden elfhim semua terfokus pada pelantunan doa mereka.

(...Apa yang akan terjadi setelah dia bangun?)

...Ada sebuah firasat tak bisa dijelaskan.

Jika situasinya memungkinkan, dia ingin melarikan diri secepatnya, namun kemungkinan besar itu mustahil. Kesulitan melarikan diri dari elfhim yang berbakat pada sihir tidak akan ada keberhasialan sama sekali.

"Permisi..."

"—diam. «Queen of Ice Blossoms» muncul."

Mata merah Rana menatap lurus pada kegelapan gelap gulita yang menempati bagian dalam kuil tersebut.

Tiba-tiba, suara dentingan samar-samar dari sebuah lonceng datang dari bagian dalam kuil.

Muncul dari kegelapan adalah seorang gadis muda dalam pakaian ritual.

"...!"

Restia hanya bisa terkesiap.

Gadis itu kira-kira berusia dua belas atau tiga belas tahun dengan penampilan mulia dan sangat cantik.

Matanya jernih dan berwarna emerald. Sebuah kepala dari rambut pirang platinum yang bersinar.

(Seorang gadis yang cantik...)

"Oh Ratu agung!" "«Queen of Ice Blossoms» telah terbangun..."

Para princess maiden memendongak dan menatap dengan ekspresi terpesona pada gadis itu.

Kaki rampingnya bergerak perlahan saat dia berjalan menuruni tangga batu dari kuil. Namun, mata emeraldnya hanya memantulkan kekosongan semata melihat pada para princess maiden.

"O Ratu agung, para ksatria manusia telah merusak hutan ini. Kumohon pinjamkan kami bantuan anda—"

Rana mendongak dan memohon.

Pada saat ini...

—diakui.

Suara anorganik gadis itu terdengar dari kedalaman hutan.

—karena itu, aku akan—memanggil penjaga agung kemari.

"Ohoh, kalau begitu—" "Zirnitra akan hidup kembali!" "Maka kita tidak perlu takut pada manusia lagi!" "O roh penjaga kami, hancurkan semua manusia!"

Sukacita tulus yang ditampilkan oleh para princess maiden membuat Restia bergidik.

Mungkin kebangkitan roh penjaga adalah keinginan para penghuni hutan yang telah lama dicari.

Tapi fanatisme ini terasa cukup aneh.

Pengabdian buta pada «Queen of Ice Blossoms» ini juga tampak aneh.

Bahkan mengingat kekuatan misterius dari mengendalikan para naga es, itu masih cukup sulit untuk menjelaskan kenapa mereka harus memuja gadis manusia ini yang mereka temui selama hanya beberapa hari.

Tatapan kosong «Queen of Ice Blossoms» dilemparkan kearah Pegunungan Kyria.

Seketika, tanah bergetar keras, menyebabkan Restia kehilangan keseimbangan dan jatuh.

"...apa?"

"Gempa bumi menandakan kebangkitan Zirnitra. Lihat, puncak disana—"

Rana berbicara dengan ekspresi linglung.

Mengikuti tatapannya, Restia langsung menatap dengan mata lebar.

Dekat puncak Pegunungan Kyria, sebuah jumlah mencengangkan dari para naga berputar-putar di udara.

Para naga es hampir memenuhi langit malam.

Dari mana jumlah besar dari naga es seperti itu bersembunyi—?

Saat Restia menatap terkejut, sebuah robekan raksasa tiba-tiba muncul dari udara tipis.

"...apa... itu...?"

"Sebuah gerbang ke «Cocytus», neraka beku di «Astral Zero». Itu adalah sihir penyegel roh es dominasi «Zirnitra» dan para kaki tangannya naga-naga es. Segel itu sekarang telah dilepas—"

Robekan di udara secara bertahap meluas. Dari robekan itu, sebuah cakar raksasa keluar.

"Jadi itu adalah roh penjaga hutan, Zirnitra..."

Masih berlutut di tanah, Restia tak bisa berkata apa-apa.

Untuk sebuah cakar saja sebesar itu, seberapa besar keseluruhan tubuhnya—

—Dan bukan hanya itu.

"...Eh?"

Mendengar sebuah suara samar, Restia memutar kepalanya.

«Queen of Ice Blossoms» telah melempar tatapan kosongnya pada para princess maiden.

—itu meminta lebih banyak divine power.

Za, zaza, za, zazaza, za—

Mulut gadis itu membuat suara aneh.

Tiba-tiba, tanah dibawah kaki secara perlahan membeku, dikelilingi oleh udara dingin di sekeliling kuil.

"...O Ratu agung? Apa yang anda lakukan—!?"

Menyadari perubahan tiba-tiba, Rana bertanya.

Tapi setengah bagian bawahnya lmgsung ditutupi oleh es hitam terkutuk.

"Kyahhhh!" "O Ratu agung... Tolong hentikan, Ratu agung...!"

Para princess maiden tidak bisa melarikan diri bahkan jika mencoba.

Satu demi satu, kaki mereka terjerat oleh es hitam terkutuk, mengubah mereka menjadi patung es.

Kemudian es sihir tersebut mendekati Restia—

"...Tidaaaaaak...!"

—tepat saat dia hendak di lahap oleh es terkutuk, sesaat sebelum itu terjadi...

"Ketemu kau, roh kegelapan!"

Sebuah skuadron ksatria menyerbu ke hutan.



Back to Bab 5 Return to Halaman Utama Forward to Bab 7