Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid15 Bab 8

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 8 - Gunungan Mayat, Sungai Darah[edit]

Bagian 1[edit]

Derap langkah tentara bergema di ngarai Istana.


Setelah bergegas keluar dari ruang tahta, Kamito pergi melalui koridor bersama Demon Slayer di tangannya.


(Aku tidak percaya dia menyerbu masuk melalui pintu depan dengan paksa...)


Keringat kecemasan muncul di dahi Kamito. Jika penyerang ini benar-benar dia, maka tidak peduli seberapa banyak tentara yang dimiliki oleh tempat ini, mereka mungkin akan dibantai habis tanpa sisa.


—Penyihir Senja.


Bahkan ada legenda di masa lalu tentang perang besar, dimana dia menghancurkan sebuah negara kecil sendirian.


Dia benar-benar berharap itu hanya legenda semata—


(Aku harus ke sana tepat waktu—)


Kamito merenungi apa yang dikatakan Raja Naga kepadanya sebelum meninggalkan ruang tahta.


Selamatkan Leonora—Itulah permintaannya kepada Kamito.


Tapi Kamito tak perlu diminta oleh siapapun untuk menyelamatkan rekan-rekannya


Gerbang kastil sudah terbuka. Sembari memegang elemental waffe, gelombang ksatria naga dikerahkan berturut-turut untuk mencegat si penyerang.


Mereka adalah ksatria militer kerajaan Dracunia. Setiap personelnya merupakan ksatria tingkat atas.


Namun, suara dentangan senjata tidak menunjukkan tanda-tanda meredanya pertempuran. Ksatria Negara Naga, terkenal sebagai yang terkuat, namun mereka tak mampu menghentikan seorang tunggal ini—


‘—Kamito, aku merasakan pedang iblis itu.’


Suara Est terdengar dalam pikirannya.


"Aku paham..."


Kamito berbisik.


—Aku cukup yakin, itu adalah dia.


‘—Berhati-hatilah. Pedang iblis itu telah tumbuh lebih kuat daripada sebelumnya.’


(Bahkan lebih kuat daripada waktu itu—)


Sambil mengerang dalam hatinya, Kamito bergegas keluar dari kastil.


Matahari telah terbenam sepenuhnya. Langit pun terlingkupi oleh warna malam.


Yang melintang diatas ngarai adalah sebuah jembatan besar.


Yang berdiri di tengahnya adalah sesosok gadis.


Gadis berambut abu-abu mengayunkan pedangnya bagaikan dewa perang yang ganas, dan menyebarkan bunga darah dimana-mana.


Di kakinya, mayat naga yang telah dipenggal menumpuk tinggi.


Dengan warna merah darah segar berceceran di seluruh tubuhnya, gadis itu terus menebas para naga yang menyerang satu per satu.


Setiap kali kilatan pedangnya merobek langit malam, kepala naga beterbangan, kemudian terjun ke dalam ngarai yang gelap—


Ketika melihat adegan pembantaian kejam ini, Kamito bahkan lupa untuk bernapas sejenak.


Tak satupun dari para ksatria naga Dracunia yang terbang dilangit bisa mendekati dia. Mereka hanya terpaku di tempat sembari tetap memegang senjata mereka masing-masing.


"Masih belum cukup. Sudah kuduga, gadis yang tadi adalah yang paling lezat—"


Dia tanpa ampun menghancurkan kepala naga yang bergelimpangan di bawah kakinya—


Gadis itu menjilat pedang iblisnya yang berlumuran darah.


Pada saat itu, Kamito merasakan firasat menakutkan.


'Gadis yang tadi'—barusan dia mengatakan kata-kata itu.


Tak mungkin, apakah maksudnya adalah—


Detik berikutnya, apa yang terlihat oleh mata Kamito adalah skenario terburuk.


Di samping tumpukan mayat naga adalah Leonora yang roboh dalam genangan darah.


"Leonora!"


Sambil berteriak, Kamito bergegas mendekat secara reflek. Sembari berdiri di atas tumpukan mayat, Greyworth melihat Kamito dan hanya bergumam "oh?", tanpa bergerak sedikitpun.


Kamito mengabaikan Greyworth dan bergegas ke sisi Leonora.


"Leonora!! Betahanlah, Leonora!!!"


"...Kami...to?"


Bibirnya yang berdarah itu bergerak samar-samar.


(...Dia masih hidup!)


Kamito merangkul tubuh lemas gadis itu dalam pelukannya, dan menuangkan kekuatan suci ke dalam dirinya. Meskipun efeknya hanyalah mempercepat penyembuhan alami, setidaknya itu akan lebih baik daripada tanpa pertolongan sama sekali.


Dari bahu kanan sampai pinggang kirinya terdapat suatu celah tebasan yang dalam.


Itu adalah luka serius yang semakin melemahkan kondisi tubuhnya. Alasan kenapa dia masih sadar pasti karena efek perlindungan dari roh-roh naga, yang diperkuat oleh tubuh kontraktor mereka.


"...Sungguh tak sedap dipandang... bukan...? Sebagai, seorang ksatria naga dari... Dracunia..."


"Cukup, jangan bicara lagi—"


Kamito memeluk kepalanya dengan lembut.


Namun, Leonora sekuat tenaga menggerakkan bibirnya, untuk berbicara terpatah-patah.


"...Kamito... di ibukota kekaisaran, kau berjanji, 'kan... kau akan melakukan apapun."


"Ya."


"...Kalau begitu, aku mohon... Lindungi Raja Naga, lindungi Dracunia—"


Setelah mendengarkan kata-kata yang membuat Leonora mengerahkan segenap tenaganya—


"—Aku mengerti. Inilah janjiku."


Kamito menjawab dengan jelas dan ringkas.


Leonora tersenyum berseri-seri sebelum menutup matanya dalam ketenangan.


Setelah membawa Leonora dalam pelukannya, Kamito menurunkan dia pada tanah dibelakangnya.


"Gadis itu masih belum mati? Sungguh ketahanan tubuh yang menakjubkan—"



Sambil berdiri di tumpukan mayat naga, Greyworth menatap Kamito dan berkata.


Mencengkeram Demon Slayer dengan erat, Kamito melotot marah pada sosok di depannya, yang bisa dilihatnya hanyalah pandangan merah akibat luberan darah.


"Apakah kau datang untuk membunuh Raja Naga?"


"—Betul."


Dia mengangguk tanpa sedikitpun menyembunyikan tujuannya.


Setelah mendapatkan Penyihir Senja sebagai pion, Kerajaan Suci tampak seperti mereka tak lagi menggunakan konspirasi dan strategi. Mereka sekarang bisa secara terbuka mengirim pembunuh terkuat.


"Aku tidak akan membiarkan kau membunuh Raja Naga. Dracunia adalah sekutuku, Ordesia Yang Sah."


Di depan para ksatria naga, Kamito menyatakan itu.


Namun, alasannya untuk mengatakan itu bukanlah hanya sok-sok'an.


Raja Naga Bahamut mencintai warga Dracunia dan dengan tulus mencintai umat manusia. Selama ribuan tahun terbenam dalam kesendirian, dia terus mengawasi negara ini.


Meskipun Kamito hanya mengobrol dengannya dalam waktu singkat—


Perasaannya yang menghargai kesejahteraan rakyat, pasti telah mencapai hati Kamito.


Dia harus melindunginya. Hati Kamito dipenuhi dengan emosi yang murni.


Tapi, yang lebih penting adalah—


(Leonora telah memintaku untuk melakukannya. Alasan itu sudah cukup bagiku—)


Sembari memegang Demon Slayer dengan kedua tangan, Kamito menuangkan kekuatan suci dari seluruh tubuhnya.


Mata pedang baja itu bersinar dengan cahaya putih-perak, menerangi kegelapan malam.


Sebagai tanggapan...


"—Sebuah mangsa yang langka. Tarian pedangmu membuat darahku mendidih dengan kegembiraan."


Greyworth tersenyum.


Auranya berubah. Tidak terasa niat membunuh atau intimidasi.


Sebuah aura aneh terpancarkan dari sekujur tubuhnya—


Kamito merasa seolah-olah ada tangan dingin yang mencengkeram jantungnya—


(...Sialan, aku nggak percaya tubuhku bergetar seperti ini—)


Kamito meringis dalam benaknya. Penanggulangan rasa takut seharusnya adalah dasar-dasar yang diajarkan pada petarung Sekolah Instruksional—


"—Kamito, Kau baik-baik saja?"


Suara Est terdengar dalam pikirannya.


Roh pedang terkuat memang hebat, tampaknya dia benar-benar tidak takut pada Penyihir Senja.


Seakan menanggapi suara Est, Kamito dengan tegas mencengkeram gagang pedang sucinya.


Greyworth memegang pedang iblis berwarna merah dengan santai, kemudian dia melompat turun dari tumpukan mayat naga.


Pedang iblis yang berlumuran darah berdenyut-denyut seperti makhluk hidup.


—Pada detik berikutnya, Greyworth menyapu ruang di belakangnya dengan menggunakan pedang itu.


"...!?"


KRASH!


Dengan tebasan pedang merah, jembatan batu pun runtuh seketika.


Sebagai hasilnya, gunungan mayat naga jatuh ke dalam ngarai kematian yang gelap.


Dia telah memotong rutenya sendiri untuk melarikan diri.


"S-Sialan, aku tidak percaya kau melakukan itu pada para naga pelindung bangsa ini!"


"Oh tamu dari Ordesia, kami akan membantumu!"


Para ksatria naga yang ada dibelakang Kamito berteriak marah.


Namun—


"Tetap di belakangku jika kalian tak ingin mati!!"


Kamito menoleh ke belakang dan menatap tajam pada mereka.


Tatapannya yang penuh dengan aura membunuh membuat para ksatria naga gemetar.


"Maaf, kalian hanya akan menjadi beban."


Kamito berkata dengan suara dingin.


"T-Tapi jika kau pergi melawannya sendirian—"


"Jangan ganggu aku. Mohon ambil Leonora dan tinggalkan tempat ini."


—Ya, mereka hanya akan menjadi beban bagi Kamito.


Memang, mungkin dengan dukungan mereka, pertempuran akan lebih menguntungkan. Namun, asumsi itu bisa dibenarkan jika Kamito hanya menggunakan mereka sebagai umpan tanpa sedikitpun menghargai nyawa mereka.


Jika mereka hendak melawan Penyihir Senja, sudah pasti akan ada korban yang banyak. Gadis-gadis ini adalah bawahan Leonora yang sangat berharga, sekaligus putri-putri tercinta Raja Naga.


Kamito tidak boleh membiarkan korban terus berjatuhan, bahkan tak satupun dari mereka.


—Dan yang lebih penting adalah, dia tidak ingin Greyworth membantai mereka.


Sepertinya mereka mulai memahami perintah Kamito—


"Semoga kau menang, Kamito-dono—" "Semoga berkah naga bersamamu."


Para ksatria naga perempuan membawa Leonora yang masih roboh untuk mundur ke kastil.


"—Terima kasih."


Kamito berkata dengan pelan kemudian berbalik ke arah Greyworth sekali lagi, yang berdiri di depan tebing.


"Kau menginginkan pertarungan satu lawan satu, kan?"


"Itu adalah suatu keputusan yang mempertaruhkan nyawamu."


Greyworth berkomentar dengan tenang.


Lalu tiba-tiba, angin berhenti.


Di bawah malam bulan purnama pada jembatan ini, Penyihir Senja dan Penari Pedang Terkuat berhadapan.


"Katakanlah, Greyworth..."


"Apa?"


"Apakah tidak ada cara untuk berdamai? Sudahkah kau benar-benar melupakan aku dan yang lainnya?"


Kamito mencoba membujuk untuk terakhir kalinya.


Namun, dengan ekspresi tanpa ampun, gadis itu mengatakan:


"Bicaramu murahan, suasana hatiku jadi memburuk."


"Aku paham..."


Kamito menggeleng sembari mencurahkan kekuatan suci maksimum pada Demon Slayer-nya.


"Est, kita akan bertarung habis-habisan sejak awal. Bisakah kau tetap bertahan?"


"Ya, aku adalah pedangmu, keinginanmu adalah perintah bagiku."


Est menjawab dengan tegas.


Keduanya berhadapan. Namun, tak satupun dari mereka bergerak secara semberono. Mereka menguasai gaya yang sama, itu berarti kedua belah pihak sangat memahami gerakan masing-masing. Setiap gerakan mungkin bisa diprediksi satu sama lain, kemudian saling melancarkan serangan balik.


Oleh karena itu, mereka perlu mensimulasikan pertempuran berkali-kali dalam pikiran masing-masing untuk mencari cara yang paling efektif untuk menyerang.


Kemudian—.


Yang pertama memulai pertempuran adalah Kamito.


"Absolute Blade Arts, Bentuk Pertama—Purple Lightning!"


Sembari mengangkat pedang suci yang bersinar dengan cahaya putih-perak, Kamito menghentak tanah untuk melompat, kemudian gerakannya dipercepat drastis dengan menggunakan pelepasan kekuatan suci. Dorongan itu bagaikan petir, dan melebihi kecepatan suara untuk menembus musuh.


Klang!—Bunga api pun terpencar.


Serangan mematikan Kamito dimentahkan oleh bilah pedang milik Greyworth.


Itu bukanlah reaksi, melainkan prediksi.


Kamito segera menarik pedangnya, kemudian mengayunkannya lagi secara horizontal.


—Namun, Greyworth mengambil setengah langkah mundur, sehingga menyebabkan ujung pedang lawannya hanya terbang melewati hidungnya.


Kamito mengambil langkah maju. Sembari melantunkan sihir roh dengan cepat, dia menciptakan belati pada tangannya yang lain. Ini adalah Weapon Works, sihir tipe besi—Dengan memegang belati antara jari-jarinya, lantas dia melemparkannya.


Belati terbang bersama kilatan cahaya, dan merobek udara, tapi dalam sekejap dihancurkan oleh tinju tangan kosong Greyworth, yang diselimuti kekuatan suci. Dengan menggunakan momentum sisa, dia menyerang leher Kamito.


Ini juga sudah diprediksi oleh Kamito. Dia menundukkan kepalanya untuk menghindari serangan itu, lantas dia menebas secara diagonal ke arah bahu musuhnya. Hantaman antar pedang menghasilkan percikan bunga api.


Ini adalah pertarungan kecepatan super tinggi yang manusia biasa tidak bisa mengikutinya dengan mata telanjang.


Pada jarak dekat, sampai-sampai wajah mereka saling berhimpitan, mereka berdua saling bentrok.


"Gerakanmu berbeda dari yang waktu itu—"


"Bagaimanapun juga, pada saat itu sekujur tubuhku penuh luka."


"Begitukah? Sungguh menyenangkan."


Bibir Greyworth sedikit bergetar, nampaknya dia membisikkan sesuatu.


(Sihir roh? Bukan—)


Dia murni mengandalkan instingnya. Ketika merasakan kehadiran beberapa sosok yang mengerikan, Kamito pun melompat mundur untuk memperlebar jarak.


Pada saat itu, pedang iblis berlumuran darah berubah.... berubah menjadi hewan buas raksasa yang dilengkapi dengan taring tak terhitung jumlahnya.


"...!?"


ROOOOOOAAAAAR...!


Hewan buas berwarna darah itu pun melolong dan menerkam ke arah Kamito.


Kamito terjun ke tanah dan berguling, untuk menghindarinya secepat mungkin. Tanah yang baru saja dipijaknya hancur oleh rahang binatang yang muncul dari gagang pedang iblis itu.


(...! Apa-apaan ini—!?)


"Kamito, meski berubah menjadi elemental waffe, pedang iblis itu mempertahankan sifatnya sebagai roh."


Suara Est terdengar dalam pikirannya.


(Jadi itu adalah elemental waffe sekaligus roh. aku paham sekarang—)


Kamito menemukan jawabannya. Bukannya mengendalikan roh iblis, Greyworth malah bekerjasama dengan selaras bersamanya.


"Salah satu dari 72 roh yang tersegel, roh iblis Vlad Dracul. Benar saja, itu tumbuh sangat cepat ketika menyerap darah naga."


Greyworth berkata dengan puas.


"Pedang iblis yang haus darah, huh? Itu cukup mengerikan—"


Namun, skill berpedang menakutkan milik Greyworth yang dikombinasikan dengan serangan individual pedang iblis, itu benar-benar situasi yang sulit. Bagi Kamito, ini berarti dia harus memprediksi serangan dari dua gaya yang sungguh berbeda, pada saat yang sama.


"Pedang iblis yang haus darahmu, Raja Iblis—"


Greyworth menebaskan pedang iblis itu secara horizontal.


ROOOOOAAAAAR!


Kepala binatang buas itu sekali lagi muncul dari pangkal pedangnya, kemudian dia melolong dengan suara aneh dan mengejar Kamito tanpa henti.


Melompat secara acak di seluruh tempat, binatang itu pun menghancurkan sisa-sisa jembatan.


(...roh bangsat!)


Bahkan dengan Perlindungan Baja, tubuh Kamito mungkin akan terkoyak dalam sekejap jika tergigit oleh taring-taring itu.


Namun, terus berlari bukanlah pilihan untuk memenangkan pertarungan ini. Dia harus mencari kesempatan untuk menyerang balik,


Kamito menghentak tanah untuk melompat ke arah pagar jembatan.


Sebuah lompatan. Di udara, Kamito berbalik dan melepaskan kekuatan suci.


"Absolute Blade Arts, Bentuk Kedua—Meteor!"


Kekuatan suci meledak. Sambil turun dengan kecepatan tinggi, Kamito mengayunkan pedangnya ke bawah.


Ini adalah jurus yang berasal dari Purple Lightning. Kekuatannya adalah salah satu yang terbaik dalam Absolute Blade Arts.

Demon Slayer menusuk kepala binatang itu, lantas menyematkan tubuh raksasanya ke tanah.


Seketika, binatang berwarna darah itu mencair dan menghilang.


—Namun, Tepat pada saat itu, Greyworth muncul di depan matanya.


Bagian 2[edit]

Di dalam ruang tahta, pada bagian terdalam istana—


Melalui mata dari para naga terbang, Raja Naga mengamati situasi di luar.


Para naga dari Gunung Kelbreth terus menyerang gadis itu, namun mereka terpenggal satu demi satu.


(Itu benar-benar Penyihir Senja huh...)


Dia pernah menyaksikan pemandangan sadis seperti ini di masa lalu.


Selama Perang Ranbal terakhir kali, ratusan naga Dracunia telah dibantai oleh hanya seorang gadis muda. Hal itu tercatat dalam sejarah sebagai: Mimpi Buruk Senja yang Menakutkan.


Namun, itu terjadi beberapa dekade yang lalu. Seharusnya manusia memiliki umur yang terbatas, lantas bagaimana bisa dia masih terlihat sama seperti waktu itu—?


Karena merasakan kecemasan yang tak berdasar, dia pun mulai bergerak. Kutukan Elemental Lord Tanah langsung bereaksi. Tanaman yang merambat menggeliat dengan erat untuk menahan tubuhnya yang telanjang.


Kutukan yang hina. Kalau bukan karena kutukan ini, dia pasti sudah mampu keluar istana sendirian. Membakar gadis manusia sampai jadi abu harusnya semudah—


—Pada saat itu...


"Fufu, seharusnya kau menahan Ren Ashbell disini sebagai pengawalmu. Aku tidak percaya kau terjebak begitu mudah—"


Suara seorang gadis muda terdengar dalam ruang tahta di hadapan Raja Naga.


Suara itu disertai oleh bunyi lonceng. Dia tiba-tiba muncul dari kegelapan.


"Siapa disana? Aku tidak ingat mengizinkan siapa pun untuk masuk ke sini—"


Sang Raja Naga menyipitkan mata merahnya yang penuh tanda tanya.


Dia tidak pernah memperkirakan ada seorang penyusup yang masuk ke sini. Dia sudah berbagi indera penglihatan dengan para familiar-nya di luar, jadi seharusnya dia tidak melewatkan segala macam pergerakan yang mencurigakan.


Mendengar itu, gadis berpakaian jubah putih bersih membungkuk dengan sopan.


"Aku adalah Millenia Sanctus, seorang kardinal dari Kerajaan Suci Lugia—"


"Begitukah? Kerajaan Suci—"


Sang Raja Naga tersenyum.


"Aku pikir, yang bisa mereka lakukan hanyalah konspirasi dan hura-hura. Siapa yang mengira mereka akan berkembang menjadi begitu kurang ajar seperti hari ini... Yahh, lantas, apa tujuanmu menyelinap ke kamar tidurku? Apapun alasannya, kejahatanmu ini seharga dengan ribuan kematian."


Raja Naga melotot dengan angkuh pada gadis berjubah itu. Orang biasa pasti sudah pingsan karena tatapan penuh aura intimidasi seperti itu—


Namun, Millenia tetap tak terpengaruh.


"Aku datang untuk mencabut nyawamu, Raja Naga Dracunia."


"..."


Mendengar itu, sang Raja Naga terdiam sebentar—


Lalu, dia menunjukkan senyum yang menakutkan dan menakjubkan.


"Oh? Sepertinya kau sedang berkhayal untuk membunuh sang Bahamut, yaitu roh naga tertinggi."


Angin pun bergemuruh. Kemarahan Raja Naga menggetarkan udara.


"Meskipun kekuatan asliku tersegel oleh kutukan ini, aku masih memiliki kekuatan yang cukup untuk menghancurkan orang-orang seperti dirimu—"


Seketika, bola petir muncul di sekitar Raja Naga untuk menembus tubuh gadis itu.


Gadis itu bahkan tidak memiliki cukup waktu untuk berteriak.


Yang tersisa di lantai hanyalah bekas hangus.


Tidak ada yang tersisa dari tubuh kardinal Millenia Sanctus. Dia lenyap dari dunia ini tanpa jejak.


"Gadis Bodoh. Bertindak sembrono tanpa mempertimbangkan perbedaan kekuatan di antara kita."


Raja Naga mendesah.


Namun, sesaat berikutnya—


"Fufu, Raja Naga yang agung memang hebat. Kau bahkan membunuh salah satu dariku.


"...!?"


Raja Naga melebarkan matanya karena terkejut.


Gadis yang seharusnya sudah dilenyapkan olehnya, kini masih berdiri tegak di hadapannya.


Seakan merembes keluar dari kegelapan di udara, dia muncul kembali.


"Apakah kau—"


Millenia melepaskan tutup mata pada mata kirinya.


Dari rongga matanya, Kegelapan Dari Dunia Lain merembes keluar, merangkak menuju tahta sang Raja Naga.


"Kegelapan dari dunia lain!? Aku paham, kau bukanlah manusia atau roh—!"


"Pengamatan yang bagus—"


Millenia tersenyum lembut.


"Tapi kau sungguh terlambat—"


Bagian 3[edit]

Sembari memegang pedang iblis, Greyworth muncul tepat di depan matanya.


Pada saat yang sama, beberapa tombak merah muncul dari udara, menembaki Kamito dengan serempak.


Empat belas tombak yang terbuat dari sihir roh. Kamito segera memprediksi lintasan luncur tombak-tombak itu. Namun—


(...aku nggak bisa menghindari semuanya!?)


Setelah membuat keputusan sepersekian detik, dia pun merelakan bahu kanannya, tampaknya Kamito berpikir bahwa luka di bahu kanan tidaklah fatal.

"Gah...!"

Ujung tombak spiral pun menikam bahunya. Dengan mengambil kesempatan ketika Kamito kehilangan keseimbangan, Greyworth pun terus mengayunkan pedang iblisnya.


Kamito langsung saja menusukkan Demon Slayer ke dalam tanah. KLANG—Pedang iblis membentur bilah datar dari pedang suci tersebut.


Pada saat itu, Kamito mencurahkan kekuatan sucinya—


(Est, Mode Shift!)


"Ya, Kamito—"


Seketika, bilah perak-putih terbungkuskan dalam kegelapan. Demon Slayer berubah menjadi Pedang Raja Iblis yang telah mewarisi kekuasaan Restia.


"Majulah dan tembuslah lawan-lawanmu, hukuman iblis halilintar pemusnah segalanya—Vorpal Blast!"


Petir hitam yang dilepaskan oleh Pedang Raja Iblis menghantam Greyworth secara langsung, sembari kedua pedang saling berbentrokan. Tubuh mungilnya terpental dengan keras.


Kamito langsung meneruskan serangannya. Setelah mencabut Pedang Raja Iblis dari tanah, dia melanjutkan serangan kedua.


"Ohhhhhhhhhhhh!"


Dia mengayunkan pedangnya dengan kecepatan dewa, membidik bahu Greyworth yang baru saja jungkir balik di udara untuk berusaha mendarat di tanah dengan mulus.


Namun, dia tidak merasa bahwa serangan itu mengenai targetnya. Lawannya lenyap seketika bagaikan fatamorgana.


"...!?"


"Absolute Blade Arts, Bentuk Kabut—Water Reflection Mirror."


Yang telah ditebas oleh Kamito hanyalah bayangan hasil pembentukan kekuatan suci.


(Dimana—)


Kamito bingung untuk sesaat. Meskipun itu adalah sebuah celah yang terbuka selama beberapa milidetik, dalam pertarungan antara mereka yang telah mencapai puncak ilmu pedang, itu sudah cukup berakibat fatal.


Greyworth berada tepat di belakang bayangan yang terlihat goyah. Dalam keadaan hampir berbaur dengan bayangan, dia telah menghindari tebasan Kamito dengan menarik tubuh bagian atasnya kebelakang selama beberapa detik.


(Sial—!)


Greyworth menendang pedang milik Kamito. Sementara postur tubuhnya sangat tidak stabil—


"Absolute Blade Arts, Flash Form—Death Butterfly Flash Dance!"


Dia melakukan serangan balasan dengan kecepatan dewa.


Kamito hampir saja gagal bereaksi, namun dia berhasil meloloskan diri dari serangan mematikan yang ditujukan langsung ke jantungnya. Ini terjadi bukan karena dia bisa membaca serangan lawan, ini lebih dikarenakan reaksi bawah sadar karena sudah terlalu terbiasa dengan Absolute Blade Arts.


Andai saja dia tidak banyak berlatih jurus itu sewaktu kecil, maka dia pasti sudah mati sekarang.


Lengannya, yang memegang Pedang Raja Iblis, berdarah.


—Pada saat ini, mungkin karena bereaksi terhadap darah segar, pedang iblis Vlad Dracul, langsung memutar bulahnya, berubah menjadi binatang yang haus darah untuk menggigit lengan Kamito.


"...!"


Sebuah gigitan merobek lengan kanannya. Sesaat sebelum saraf di lengan yang menggenggam pedang itu terputus, Kamito mencurahkan kekuatan suci pada Demon Slayer. Pedang Raja Iblis lenyap menjadi partikel cahaya, kemudian muncul di tangan kirinya. Munculah belati berwarna putih murni dan bermata pisau kembar.


Dia langsung menggunakan belati itu untuk mengiris kepala binatang itu. Lalu, roh iblis Vlad Dracul kembali pada bentuk pedang iblisnya.


(... Gah, lengan kananku benar-benar sudah tak berfungsi—)


Setelah menghentak tanah dengan keras, Kamito melompat mundur.


Sembari memperlebar jarak sejauh mungkin, dia memeriksa kembali kerusakan tubuhnya.


Meskipun lengan kanannya masih melekat pada tubuh setelah digigit oleh binatang itu, jaringan saraf telah sepenuhnya mati. Dia bahkan tidak bisa mengangkat satu jari pun.


Greyworth melompat tinggi.


Kemudian dari udara, dia mengeluarkan Absolute Blade Arts—

"Absolute Blade Arts, Second Form—Meteor!"

"Absolute Blade Arts, Seventh Form—Biting Dragon!"


Pada saat yang sama, Kamito memegang belati putih secara terbalik untuk melawan Absolute Blade Arts yang dilepaskan lawannya dari udara.


Kedua mata pisau berbentrokan di udara. kekuatan suci yang dilepaskan dari mereka berdua bersinar dengan terik bagaikan matahari.


Penyihir Senja dan Ren Ashbell— Tarian pedang di antara dua elementalists yang diidolakan oleh para princess maiden di seluruh benua ini, dan itu terlalu merusak untuk disebut tarian pedang.


(...Gah, aku semakin kewalahan—!)


Absolute Blade Arts anti-udara, Gigitan Naga, dilepaskan secara tidak sempurna dengan satu tangan. Meskipun kekuatan Meteor-nya terkurangi, dia gagal menangkisnya. Dengan begitu, Kamito pun terhempas di atas tanah.


"Kaha—!"


Dentuman yang terjadi serasa menghancurkan tulang punggungnya, dan mulutnya pun beberapa kali menyemburkan darah. Greyworth menarik pedangnya di udara dan mengayunkan pedang iblis itu sekali lagi, untuk membidik jantung Kamito—


(—Sial.... Aku... nggak bisa menang...?)


Dia tidak dapat bernapas, bahkan tidak bisa mengangkat jari—


Dengan pandangannya kabur, tanpa sepatah katapun dia menunggu mata pisau menembus jantungnya—


Lalu....


Kamito mendengar suara Leonora dalam pikirannya.


—aku mohon ... Lindungi Raja Naga, lindungi Dracunia.


(...Benar... Aku, sudah, berjanji—!)


Dug—Jantungnya berdegup kencang.


—Itu merupakan tanda peringatan bahwa itu akan segera datang.


Dug, dug, dug, dug—


kekuatan suci yang beredar di dalam dirinya mulai mengalir secara terbalik, sementara racun hitam mengucur pada seluruh tubuhnya. Kekuatan Ren Ashdoll yang tersegel di dalam tubuh Kamito mulai memberikan kekuatan suci tanpa batas—


Klang—!


Kamito memblokir tebasan dengan pedang yang dia angkat hanya menggunakan satu tangan.


"Apa—"


Untuk pertama kalinya dalam pertarungan ini, Greyworth menyerukan rasa kagetnya.


"Peningkatan kekuatan suci secara tiba-tiba?"


"Kamito, ini gawat, kekuatan itu—!"


Suara tegang Est bergema di pikirannya.


(Ya, aku tau. Kekuatan ini memiliki akibat yang sangat buruk—)


Jika kekuatan Ren Ashdoll sepenuhnya melahap tubuhnya, kepribadian Kamito akan hancur, dan mengubahnya menjadi monster seperti Nepenthes Lore. Bisa juga, seorang Raja Iblis akan terlahir kembali untuk membawa kehancuran dan kekacauan pada dunia—


Namun, Kamito harus mengalahkan Penyihir Senja sekarang juga—


(Aku butuh kekuatan ini—)


"Kamito....!"


(Est, aku minta maaf—)


Suara Est secara bertahap memudar, dan tak lama berselang, suara itu tak lagi bisa terdengar.


Pada saat yang sama, dia merasakan kekuatan suci berbalik sekaligus.


Racun hitam menyembur keluar dengan intens, dan langsung menyembuhkan semua luka beserta lengan kanannya yang robek.


Mungkin karena merasakan bahaya, Greyworth melompat mundur secara refleks.


Kamito melepaskan kekuatan suci, mengubah bentuk Demon Slayer, lantas dia melompat.


Raungan binatang dipancarkan dari tenggorokan Kamito.


Semua indera pada tubuhnya menegang sampai batas, dia merasakan ilusi seolah-olah seluruh tubuhnya jatuh pada dunia dimana waktu terhenti.


Greyworth membuat beberapa jenis suara. Seketika, pedang iblis Vlad Dracul berubah menjadi sekelompok serigala berwarna merah darah, lantas mereka menerkam Kamito.


Namun, Kamito tidak berhenti.


Dia menerjang ke arah gerombolan serigala itu, lantas mereka pun menggigit dan mencabik-cabik daging pada tubuh Kamito.


Lalu dia menyerang Greyworth dengan sekali napas—


"Absolute Blade Arts, Bentuk Penghancur—Bursting Blossom Spiral Blade Dance - delapanbelas serangan beruntun!"


dia melepaskan Absolute Blade Arts anti-roh terkuat—


Namun, seketika serangan pertama mendekati tenggorokan penyihir itu—


Greyworth pun tersenyum.


(Tidak mungkin—!?)


Memang, terhadap teknik pedang yang bahkan sanggup membantai roh kelas archdemon, masih ada satu-satunya serangan balik.


Itu adalah rahasia tertinggi Absolute Blade Arts, yang hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang telah mencapai puncak kekuatan suci serta ilmu pedang.


Setelah kembali ke bentuk puncaknya, sekarang, Greyworth bisa menggunakannya!


"Absolute Blade Arts, Final Form—Last Strike!"


Di depan mata Kamito, pedang berkelebat lebih cepat dari kecepatan dewa.

Bagian 4[edit]

"Apakah hanya seperti ini kemampuan apimu....?"


"...!?"


Setiap kali Rubia Elstein mengayunkan Laevateinn, aliran nyala api menyapu hutan belantara.


Api berubah menjadi dinding panas, kemudian perlahan-lahan meliuk dan memburu Claire yang sedang berusaha melarikan diri.


(Panas seperti ini, bahkan apiku sama sekali tidak bisa menandinginya—!)


Untuk berhadapan dengan ayunan pedang Rubia, Claire melepaskan Flametongue, tetapi semua serangannya dengan mudah dibelokkan.


Keringat muncul di kening Claire. Kecemasan dan ketakutan menyebar dalam pikirannya. Meskipun di dalam benaknya dia tau bahwa ini hanyalah halusinasi yang ditampilkan oleh situs sejarah kuno...


(—Jika api itu membakar diriku, maka pikiranku akan hancur, meskipun tubuhku tidak terluka.)


Claire merasakan ini secara naluriah. Kemungkinan besar, tempat ini mirip dengan struktur Astral Zero. Satu kesalahan pun mungkin akan membuatnya tidak bisa kembali ke dunia semula.


"Claire Rouge, mengapa kau terobsesi pada kekuatan?"


Rubia berbicara dari balik topeng.


"I-Itu untuk... bertemu Nee-sama—"


Di tengah-tengah kalimatnya, Claire pun berhenti berbicara.


Memang, dia masih sangat lemah. Setelah dilindungi oleh kakaknya atau Rinslet sepanjang waktu, dia sungguh berharap menjadi kuat untuk mencapai tujuan ini. Untuk itulah dia telah menetapkan Tarian Pedang sebagai tujuan akhirnya.


Namun, sekarang dia telah mencapai tujuan itu, lantas mengapa dia masih terobsesi mengejar kekuatan?


Rubia meneriakkan mantra untuk melepaskan anjing api berkepala dua.


Api sihir tidak berdampak pada anjing itu.


(...Humm, kalau begitu, coba ini!)


"—Oh api sejati yang terukir pada garis keturunan kuno, munculah di tanganku untuk melahap api itu!"


Claire melantunkan kata-kata mantra dengan bibirnya.


Yang muncul di tangannya adalah api merah dan lebih intens daripada api pembakar.


Mampu membakar api— End of Vermilion.


Berhadapan dengan anjing api berkepala dua, Claire mengubahnya menjadi abu dengan menggunakan Api Sejati.


"Aku sudah berjuang sehingga aku bisa berada di sisi Kamito!"


Teriak Claire.


Ya, dia berharap mendapatkan kekuatan yang cukup untuk menjadi partner Kamito, dan untuk berjuang bersama-sama dengannya.


Itulah alasan mengapa Claire terus mencari kekuatan.


"Oh?"


Sembari menghunus Laevateinn, Rubia tiba-tiba mendekat tepat di depan matanya.


(...Kapan dia !?)


Claire gemetar, anjing-anjing api yang menyala itu hanyalah umpan.


"B-Bola apil!"


Sementara melompat mundur, Claire melepaskan roh sihir andalannya dari jarak dekat.


Namun—


"Rasakan kemurkaan esku... Kobaran Beku!"


Api biru yang muncul di tangan Rubia membekukan roh sihir bola api bersama-sama dengan ruang di sekitarnya.


(Mustahil...!)'.


Claire terkejut.


"Jawab aku. Mengapa kau ingin selalu bersama Kazehaya Kamito?"


"—Hah?"


Claire bingung. Mengapa dia ingin selalu di sisi Kamito—?


"Uh, I-itu karena, Kamito selalu melindungiku. Bagaimanapun juga, aku adalah tuannya, jadi tidaklah adil jika aku tidak sanggup melindunginya, uh "


...Tidak, itu salah—Claire menggeleng.


Alasan sebenarnya adalah—


"Sampai kau menyatakan perasaanmu yang sebenarnya, api Elstein tidak akan pernah mengakuimu."


"Perasaan yang sebenarnya?"


"Jujurlah pada dirimu sendiri, Claire Rouge. Jika tidak, kau akan mati di sini—"


Rubia mengayunkan Laevateinn yang berpijar.


Sebelumnya Bab 7 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 9