Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid16 Bab 7

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Bab 7 – Bangkitnya Raja Iblis

Bagian 1

Pada akhirnya, setelah mendengarkan Restia, Kamito masih tau sedikit saja tentang Raja Iblis—


Pokoknya, dengan berkostum sebagai Raja Iblis, Kamito berjalan ke ruang konferensi pada Revenant yang ditambatkan untuk berlatih sebelum pertarungan yang sebenarnya.


Mungkin karena cewek membutuhkan lebih banyak waktu untuk berdandan, tak satupun di antara mereka yang berada di ruang konferensi sekarang.


(...Apa boleh buat. Kupikir, aku akan berlatih sendiri sampai semuanya berkumpul di sini.)


Kamito mengambil buntelan naskah.


"Aku adalah Raja Iblis, Akulah Raja Iblis... Aku adalah Raja Iblis yang menguasai dunia..."


Sementara mondar-mandir di sekitar ruangan, dia mulai bergumam pelan pada dirinya sendiri.


"Tak peduli apakah kekayaan, wanita, roh, atau segala sesuatu di dunia ini… semuanya adalah milikku. K-Kuhahahaha...!"


Dia membaca naskah dengan nada monoton dan tawanya terdengar hampa.


(...Apakah Raja Iblis Solomon benar-benar mengatakan hal-hal seperti ini?)


Sementara keringat bercucuran di dahinya, Kamito memiringkan kepalanya. Hufff, memang, citra Raja Iblis yang beredar dalam cerita rakyat cukup mirip dengan gaya ini....


"Semua yang menentangku akan mati, gahahahahaha... Ha... Hei, apa-apaan sih ini...?"


Karena jengkel, Kamito hendak membuang naskah yang ditulis Rubia, kemudian...


"Kamito, apakah kau telah menghafalkan baris ini?"


Tiba-tiba, seseorang berbicara kepadanya.


Dia tiba-tiba melihat pada arah suara itu berasal.


"...Cl...aire!?"


Di balik topeng tengkorak, mata Kamito melebar sebulat-bulatnya.


Penampilan Claire mirip dengan cewek setengah telanjang.


Dia mengenakan pakaian tipis yang tembus pandang, sehingga kulitnya terlihat jelas, diperlengkapi juga dengan gaun permata yang hampir mirip pakaian dalam. Sarung indah bersulam membuka bagian pahanya yang terlihat kencang. Pakaian eksotis dan seksi sangat mirip seperti ilustrasi selir Raja Iblis yang mereka pernah lihat dalam penelitian Rubia.


Dihadapkan dengan penampilan mengejutkan dari Claire, yang berbusana dengan cara yang seharusnya tidak pernah bisa dia terima—


"P-pakaianmu..."


Mau tak mau jantungnya yang berdegup kencang.


"...~A-a-aku tau.... b-b-berhenti menatapku!"


Sambil memerah sampai ke telinganya, Claire menutupi dadanya yang kecil dengan lengan, sembari melotot pada Kamito dengan ekspresi sebal.


...Dengan mengenakan pakaian minim, lututnya gemetaran, namun dia tampak luar biasa imut.


Kamito buru-buru menggeleng.


"...Tidak, eh, walaupun aku sangat terkejut, kau tampak... sungguh cantik..."


Dia mengutarakan pendapatnya dengan jujur.


"... Huaah, sh-sheesh, apa yang kamu bicarakan..."


Claire semakin dan semakin malu, seluruh wajahnya berubah merah cerah. Kemudian...


"L-lagian kamu, tampak mengerikan dengan pakaian Raja Iblis itu..."


Seolah-olah mencoba menyembunyikan rasa malunya, Claire mengangkat kepalanya dan berkomentar dengan cepat.


"Menurutku, tidak semua orang terlihat pantas dengan kostum itu."


"...Cukup adil."


Claire mengangkat bahu. Sembari masih menutupi dadanya dengan tangan, dia memasuki ruangan.


...Memakai pakaian seperti itu, bahkan berjalan pun terasa sangat memalukan.


"... J-Jadi, apakah kau tidak masalah dengan naskahnya?"


"Yah, itu tidak banyak, jadi seharusnya tidak masalah—"


Dibandingkan dengan menghafal password Sekolah Instruksional, ini jauh lebih mudah.


Tentu saja, karena ada begitu banyak baris yang Kamito tak akan omongkan dengan normal, sehingga berlatih sampai dia bisa berbicara secara alami akan membutuhkan waktu yang tidak singkat—


"Apakah kau tidak mempermasalahkan akhirnya?"


"Menurutmu untuk apa kau membawaku? Aku adalah yang nomor satu tahun ini, kau tau?"


"...Kurasa kau benar. K-Kalau begitu, maukah kau berlatih bersama-sama denganku?"


"T-Tentu, nggak masalah..."


Claire mengangguk, menggenggam naskahnya, dan berdiri berhadapan dengan Kamito.


"I-Ini membuat aku merasa sedikit gugup..."


"Aku juga..."


Claire batuk ringan, lantas mengarahkan pandangannya ke naskah.


Kemudian—


"A-Aku adalah hamba Raja Iblis yang setia. Tubuh ini dan pikiran ini, semuanya adalah milikmu."


...Benar-benar monoton. Bahkan sebagai siswa terhormat, sepertinya dia perlu banyak membenarkan keterampilan bersandiwaranya.


"O-Oke, giliranmu—"


"Y-Ya..."


Kamito buru-buru membuka naskahnya.


"Ya, kau milikku. Berikan hati, tubuh, dan semuanya padaku—"


"U-Uh... B-Baik!"


Ketika dia membacakan baris itu, Claire mengangguk dengan patuh.


"...? Tunggu, kau mengacaukan bagian itu, kan? Bagian itu harusnya dijawab dengan 'kekuatanku sebagai Princess Maiden pasti akan membantu memenuhi ambisimu, Oh Raja Iblis Yang Agung, benar ‘kan?"


"... Oh, k-kau, b-benar!"


Wajah Claire memerah lagi, dan dia berbicara dengan gugup.


...Apakah dia gugup? Dia tampak begitu menyedihkan.


Lalu—


"Oh, jadi kalian berdua sudah mulai berlatih—"


Ellis, Fianna dan Rinslet memasuki ruangan.


"...!?"


Kamito merasa denyut jantungnya meningkat lagi.


Mengenakan pakaian selir Raja Iblis yang sangat terbuka, masing-masing dari mereka tampak sangat cantik, sehingga memancarkan daya pikat yang berbeda dari biasanya.


Kalau dipikir-pikir lagi, Tim Scarlet memanglah terdiri dari cewek-cewek cantik yang lebih mempesona di antara pelajar-pelajar Akademi Roh Areishia. Sejak awal, mereka adalah kumpulan cewek-cewek berparas cantik.


Ditambah lagi, dengan memakai kostum cabul seperti itu, degupan jantung yang semakin cepat tidaklah terhindarkan lagi.


"Kamito-kun, b-bagaimana pakaian kami?"


"K-Kamito, eh, berhenti menatapku..."


"Ya, t-terasa sangat memalukan bila terus dilirik seperti ini."


Sembari saling memandang dengan malu, mereka terus mengusap kaki telanjang mereka.


"M-Maaf..."


Kamito dengan panik mengalihkan pandangannya.


"Eh, kalian, apakah kalian tidak mempermasalahkan naskahnya?"


"Tentu saja."


"Hmm, aku hafal semuanya."


"Fufu, aktris yang sempurna seperti diriku tidak membutuhkan naskah. Akan kubuat kalian mengerti ketika aku memainkan peran utama untuk drama yang didedikasikan sebagai persembahan kepada roh-roh."


Sembari mengatakan itu, Rinslet mengibaskan rambutnya.


"Rinslet, semuanya akan sia-sia jika akhirnya kau menggagalkan pertunjukan Raja Iblis."


"A-Aku tau."


Rinslet cemberut.


"Oke, mari kita mulai latihannya—"


"Ya."


Kamito dan para cewek berkumpul di tengah ruangan dan mulai berlatih. Namun, karena penampilan mereka yang menggoda, Kamito sama sekali tidak bisa memfokuskan konsentrasinya—


Bagian 2

—Malam pun tiba di Demon Fist.


Dilubang bawah tanah, telah berkumpul kerumunan yang melampaui ribuan orang.


Semua orang ada disini untuk melihat sekilas Raja Iblis yang diperkirakan akan dibangkitkan disini malam ini.


Bagi mereka, kebangkitan Raja Iblis merupakan harapan diantara perselisihan.


Di tengah-tengah antusiasme ini—


Mengenakan pakaian ritual, Rubia Elstein sedang memberikan pidato.


"—Malam ini, Raja Iblis Solomon akan bangkit dari tidur panjangnya selama seribu tahun, untuk bangkit tepat di samping kalian, wahai para pemuja Raja Iblis Yang Berkuasa—"


Raja Iblis! Raja Iblis! Raja Iblis! Raja Iblis! Raja Iblis! Raja Iblis! Raja Iblis!


Kerumunan, menempati seluruh lubang tanah, bersorak keras, dan menggetarkan seluruh bagian Demon’s Fist.


"Kamito, saatnya bagimu untuk tampil—"


"Y-Ya..."


Setelah mendengarkan aba-aba tenang dari Claire, Kamito mengangguk dengan sedikit gugup sembari mengenakan kostum Raja Iblisnya.


Mereka saat ini sedang berada di dalam lorong bawah tanah. Lorong-lorong yang luas telah dibangun selama era Perang Ranbal, dan semakin memperluas layaknya jaring laba-laba di dalam Demon Fist.


Lorong-lorong terhubung ke berbagai bagian Demon Fist, dan digunakan untuk mengangkut pasokan serta tentara. Rencananya adalah, Kamito dan para gadis muncul di lorong, dimana para kerumunan berkumpul, setelah pidato Rubia berakhir.


"Aku tak bisa menahan rasa gugup..."


Kamito bergumam di balik topengnya.


"Kamito-kun, bertingkahlah biasa saja, maka kau akan baik-baik saja."


"Ini sudah biasa..."


"T-Tenang, pidatonya sudah berakhir—"


Ketika Claire memberi aba-aba...


"—Sekarang, mari memulai Ritual Pembangkitan Raja Iblis!"


Suara Rubia terdengar. Dia mulai melantunkan mantra untuk menghidupkan kembali Raja Iblis.


Dengan ini sebagai sinyal, lift yang membawa Kamito dan yang lainnya mulai naik secara perlahan-lahan.


Mantra itu sama seperti apa yang dia rapalkan untuk membangkitkan Nepenthes Lore sebelumnya, tapi karena tak satupun orang disini memahami bahasa High Ancient yang dikuasai oleh para Ratu, maka sepertinya ini tidaklah masalah.


Lingkaran sihir raksasa yang tergambar diatas tanah mulai menyala secara mengerikan. Api unggun melonjak secara dramatis.


Kemudian di tengah kobaran api merah, Raja Iblis terbalut jubah berwarna merah darah menunjukkan dirinya.


Mata merah di balik topeng tengkorak itu memancarkan cahaya mengerikan.


Di tangannya terdapat tongkat berbentuk lilitan ular, sedangkan burung iblis menakutkan bertengger di bahunya.


Yang menunggunya di bawah kakinya adalah empat putri cantik dengan tatapan dingin.


Langsung terdengar teriakan dan sorak-sorai ribuan orang.


"Apakah kalian adalah orang-orang yang telah membangunkan aku dari tidur panjangku selama ribuan tahun—"


Sembari mendarat di tanah, Kamito menatap kerumunan orang yang bersujud di kakinya, lantas dia berbicara.


Melalui efek sihir angin, suaranya terdengar dengan keras dan jelas.


"Kami telah lama menunggumu, Oh Raja Iblis—"


Sembari berlutut di depan Kamito seperti gadis-gadis lainnya, Rubia menunduk dengan hormat.


"Princess Maiden, mengapa kau mengganggu tidurku?"


"Aku mohon agar engkau menghancurkan perampas Theocracy—"


Seraya mempertahankan posisi berlututnya, Rubia menjawab.


"Hmph, perampas ya? Jadi, hama-hama itu telah bermunculan ketika aku tertidur."


Kamito menggeram, dan topeng tengkoraknya menyemburkan asap hitam.


"Tentu, ini adalah negaraku. Aku tidak akan membiarkan siapa pun bertindak seenaknya—"


Pada deklarasi Kamito—


Sekali lagi sorak-sorai meletus di dalam terowongan.


"Aku menjamin kemenangan kalian—"


YEAAAAAAAAAAAAAAAH!


Bertepatan dengan momen Kamito mengacungkan tongkatnya, Claire dan para cewek berdiri.


"Api merahku akan menyapu seluruh dunia untuk mendatangkan kehancurannya!"


"Angin tajamku akan menerbangkan pasukan Zohar."


"Para ksatria kegelapanku akan membuat pengorbanan darah musuh!"


"Kegelapan akan membanjiri seluruh dunia, Ohohoho!"


Meskipun Claire dan Ellis membacakan naskah mereka dengan monoton, Rinslet tampaknya telah berubah menjadi mode serius.... Yahh, setidaknya ini hanyalah peran pembantu.


Sambil memelototi orang banyak, Kamito berteriak:


"Aku akan menghancurkan semua musuh dan mengambil kembali ibukotal!"


Raja Iblis! Raja Iblis! Raja Iblis! Raja Iblis! Raja Iblis! Raja Iblis!


Kegembiraan penonton mencapai klimaks, tapi pada saat itu ...


Sebuah ledakan besar meletus di lorong.


Bagian 3

BOOOOOOOOOOOOOOOOOOM!


Tiba-tiba, disertai dengan kilatan cahaya, terdengar ledakan, yang hampir merobek gendang telinga mereka.


(...A-Apa yang terjadi !?)


Di tengah-tengah awan debu yang mengepul, Kamito langsung bereaksi dan memeriksa keadaan sekitar.


Tampaknya Kamito tau betul kilatan cahaya yang meledak di kerumunan orang itu.


(Cahaya pelepasan roh—)


Seperti yang sudah diduga, di depannya, bayangan kelam muncul pada awan debu. Setelah debu mereda, terlihat sesosok monster raksasa bertubuh singa, dengan tambahan kepala kambing dan kepala ular pada ekornya.


"... Itukah Roh Militer bertipe Chimera!?"


Claire berteriak dengan kaget.


Roh binatang magis, Chimera, adalah roh kelas militer taktis yang disiapkan pada garda depan selama Perang Ranbal. Meskipun itu dua generasi lebih tua daripada roh raksasa Glasya-Labolas yang dikerahkan pada jajaran resmi militer berbagai negara, dalam hal kemampuan tempur, roh ini setara dengan Glasya-Labolas.


"...K-Kenapa ada Roh militer di sini—"


"Entahlah..."


Kamito menyiapkan Demon Slayer dan Vorpal Sword pada kedua tangannya, lantas dia menghadapi binatang magis itu.


Seraya berkumpul di alun-alun, penonton masih belum memahami situasinya.


Dihadapkan dengan roh militer yang tiba-tiba muncul, mereka hanya bisa membeku di tempat.


"Claire, arahkan orang-orang untuk dievakuasi—"


—Ketika Kamito meneriakkan itu...


Guoooooooooooooooooo!


Binatang magis meraung dan mengayunkan kaki raksasanya.


"...!?"


Kamito dan Claire langsung melompat ke kiri dan kanan, untuk menghindari serangan itu.


Dengan hantaman yang menggelegar, ubin batu terkeruk, sehingga sejumlah besar puing-puing terbang ke udara.


(...Kekuatan penghancur yang sungguh luar biasa...)


Sambil berguling di tanah, Kamito mengutuk makhluk itu. Tubuh manusia hanya akan robek oleh hantaman seperti itu.


Serpihan ubin yang tak terhitung jumlahnya menghujani kerumunan orang.


(...Cih, sialan!)


Kamito hanya bisa mendecakkan lidahnya. Lalu...


"—Taring es pembeku, melesat dan tembuslah—Freezing Arrow!"


Rinslet melepaskan panah yang menembus puing-puing raksasa dengan akurat—


"Oh angin, sapulah—Wond Bombs!"


Serpihan-serpihan kecil tersapu oleh sihir angin milik Ellis.


"Kami akan mengurus ini, cepat pergilah ke tempat yang aman!"


Ellis berteriak keras pada kerumunan orang.


"Kesini, cepatlah. Ke dalam penghalang!"


Kerumunan menyerbu masuk ke dalam penghalang bertahan yang dibentuk oleh Fianna.


Sambil mengenakan jubah merah cerah yang berkibar, Kamito mendarat di tanah dan mulai mencari sesuatu yang berbaur dengan keramaian.


(Elementalist yang melepaskan roh militer harusnya masih berada di dekat sini—)


Tiba-tiba, di tengah alun-alun yang kacau, Kamito menyadari aura membunuh yang tajam.


Itu karena instingnya.


Dihadapkan dengan pisau yang terbang dari balik kegelapan, Kamito menepisnya menggunakan Demon Slayer—


Kemudian dia menggunakan Vorpal Sword untuk menebas pisau lainnya yang terbang dari arah berbeda.


(...Pisau pertama adalah pengalihan, ya? Dan pisaunya juga berwarna hitam.)


Pekerjaan pembunuh profesional yang terlatih, ini tidak diragukan lagi.


(Mungkin dia adalah pembunuh dari Theocracy—)


Meskipun memiliki efek Night Vision, topeng Raja Iblis masih cukup mengganggu bidang pandangannya. Dan Kamito pun mengeluh.


Mungkin saja, ini adalah pembunuhan yang menargetkan Rubia. Tapi dia tidak pernah menduga bahwa roh militer dipanggil ke sini—


(...Oh iya, bagaimana dengan Rubia!?)


Kamito menyadari peringatan tiba-tiba, lantas dia berbalik untuk mengamati sekelilingnya.


Tak lama berselang, dia menemukan cewek itu.


Dia telah pingsan di bawah reruntuhan.


Mungkin terpentalkan oleh hantaman tadi. Dahinya juga tampak berdarah.


Meskipun dia sanggup mengimbangi Kamito ketika Blade Dance—


Itu murni karena dia telah memanggil kekuatan Sacred Maiden ke dalam tubuh fisiknya, dan juga membentuk kontrak dengan roh api terkuat, Laevateinn. Tidak peduli seberapa tinggi kemampuannya sebagai seorang Princess Maiden, kekuatan fisiknya harusnya sama seperti Fianna.


"Rubia—"


Kamito dengan panik mencoba untuk menghampirinya. Saat itu...


Dua sosok mengenakan kerudung abu-abu bergegas mendekat dari kerumunan yang berhamburan.


(...!)


Kamito melepaskan kekuatan suci untuk menendang tanah dengan kerasnya.


Ini adalah penerapan dari Absolute Blade Art berkecepatan dewa, Purple Lightning. Tubuh Kamito pun langsung lenyap.


Sebuah kilatan pedang membelah udara. Dalam sekejap, Kamito menebas kedua pembunuh itu.


"Apakah kamu baik-baik saja?"


"Ya—"


Dengan ditopang satu lutut, Rubia pun berdiri.


Dia melirik wajah si pembunuh yang kerudungnya sudah terbuka. Mereka tampaknya adalah gadis-gadis muda yang kira-kira seusia dengan Kamito.


"...Petarung dari Sekolah Instruksional!?"


Kamito hanya bisa berteriak kaget.


"Mereka pernah menjadi bagian dari tentara pribadiku. Sjora Kahn pastilah orang yang telah mengirim mereka."


Rubia berbicara dengan menahan rasa sakit dalam suaranya.


Rubia telah mengadopsi anak yatim piatu setelah kehancuran Sekolah Instruksional, kemudian dia membesarkan mereka sebagai tentara pribadinya. Namun, selama Blade Dance berlangsung, Sjora Kahn telah mencuri mereka.


Sjora telah mengirimkan gadis-gadis ini sebagai pembunuh.


"Kamito, mereka datang—"


Sambil memegang cambuk yang menyala, Claire berteriak.


Chimera mengayunkan ekor raksasanya untuk menyapu tanah.


Kamito merangkul Rubia dalam pelukannya, kemudian melompat ke udara.


Setelah mendarat, dia dengan lembut meletakkan Rubia.


"Kalahkan roh militer itu, Ren Ashbell."


"Ya, tidak perlu kau beritahu—"


Dia hendak melepaskan mantelnya, ketika...


"Lakukan dengan penampilanmu yang sekarang."


"Hah?"


Mendengar itu, Kamito pun membalasnya dengan bertanya.


"Tunjukkan pada orang-orang ini kekuatanmu sebagai Raja Iblis."


"Apakah kamu bercanda...?"


...Armor Raja Iblis ini, hanya dibuat untuk penampilan, mobilitas kostum ini bahkan jauh lebih buruk daripada seragam akademi, yang dirancang khusus untuk Dance Blade. Selain itu, topeng tengkorak itu sungguh berat dan menghalangi lebih dari setengah pandangannya. Namun—


Jika dia melepas topeng Raja Iblis sekarang, dia pasti akan menunjukkan wajahnya di depan orang banyak.


"Roh militer dari zaman dahulu kala bukanlah tandinganmu sekarang, kan?"


"Ngomong sih gampang."


Kamito mengeluh, kemudian menatap roh binatang magis yang melototi semuanya.


Serangannya harus ditujukan pada kepala untuk menghancurkan roh itu, tetapi kepala kambing dan ekor ular itu cukup merepotkan.


"Claire, lumpuhkan dia! Rinslet, lindungi aku! Ellis, lindungi semuanya!"


"Mengerti!" "Mengerti!" "Ya, serahkan padaku!"


Kamito meluapkan kekuatan suci pada dua pedangnya.


"Est, Restia…. Ayo buat serangan yang besar!"


(Ya, Kamito—)


(Dimengerti.)


Menanggapi panggilannya, pedang suci perak-putih bersinar dengan cahaya yang membutakan, sedangkan pedang iblis hitam legam meledakkan halilintar.


Gemuruh Chimera mengguncang udara. Setelah menghentakkan kaki belakangnya, makhluk itu melompat.


Pada saat itu, kekuatan suci Kamito yang telah terkonsentrasi di kakinya pun ikut meledak.


"Absolute Blade Art, Bentuk Ketujuh—Bitting Dragon!"


Ini adalah Absolute Blade Art anti-udara yang memanfaatkan Purple Lightning. Cahaya kekuatan suci meledak. Dalam sekejap mata, dua sosok saling melintas. Kaki roh binatang magis raksasa itu pun melayang.


Guoooooooooooooooo!


Karena kehilangan keseimbangan di udara, roh binatang magis jatuh pada dinding lorong dengan keras.


Setelah mendarat di tanah, Kamito langsung bergegas menuju Chimera yang gerakannya sudah terhenti.


Namun, kepala kambing di punggungnya berbalik dan meraung.


Beberapa bola api yang berkobar, segera muncul melalui udara tipis, lantas menghujani Kamito.


—Itu adalah sihir roh Fireball.


(...sistem kontrol independen!?)


Kamito membelalakkan matanya, tapi—


"Bakar itu semua, api yang terik —Fireball!"


Pada saat yang sama, Claire melepaskan bola api, sehingga kedua sihir itu saling berhantaman dengan dahsyat.


Api meledak di udara, dan menerangi langit malam yang gelap.


Sambil menghancurkan dinding terowongan dengan rahangnya, singa itu berdiri dengan menggunakan satu kaki, lantas dia meraung marah. Ular di ekornya meronta-ronta kesakitan. Kepala kambing di bagian belakang tubuhnya mulai merapalkan sihir roh lagi.


Tapi di saat itu—


"—Angin yang ganas, mengamuklah!"


"Taring es pembeku, melesat dan tembuslah—Freezing Arrow!"


Pedang angin milik Ellis menebas ekor makhluk itu….


Panah Rinslet menusuk kepala kambing.


"Lakukan sekarang, Kamito!"


"Ya—"


Sembari memegang pedang suci dan pedang iblis, yang keduanya diluapi kekuatan suci, Kamito pun berlari.

"Absolute Blade Art, Bentuk Penghancur—Bursting Blossom Spiral Blade Dance — Duabelas Tebasan Beruntun!"

Dia melepaskan tebasan yang tak terhitung jumlahnya pada roh binatang magis itu—


Roh militer kelas taktis itu berubah menjadi partikel cahaya, kemudian lenyap.


Setelah menurunkan kedua pedangnya, Kamito berbalik untuk melihat kerumunan.


Mereka tampak masih berantakan.


Suara doa dan tangisan terdengar dimana-mana.


Meskipun angin dari ledakan dan serpihan bebatuan yang beterbangan telah ditahan oleh penghalang milik Fianna, beberapa orang telah terluka akibat ledakan ketika roh militer itu pertama muncul.


(...Jadi, apa yang harus aku lakukan?)


Kamito menatap ke arah Rubia.


Rubia sedikit menggelengkan kepalanya... Lakukan sesukamu, sepertinya begitu.


(...Aku harus berimprovisasi huh?)


Kamito mendesah di balik topeng tengkorak, sambil menggelengkan kepalanya.


(Apa boleh buat...)


Setelah menusukkan kedua pedangnya ke tanah, Kamito merentangkan lengannya dengan ringan ke arah kerumunan.


"Tenanglah, wahai orang-orangku."


Suara seriusnya langsung membuat penonton tenang.


"....Kalian telah menyaksikan kekuatanku, ‘kan? Memusnahkan aku adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Yang telah terjadi ribuan tahun yang lalu tidak akan terulang lagi. Orang-orang bodoh milik Zohar yang berani menentangku akan dihukum!"


Pada pernyataan Raja Iblis yang kuat, orang-orang bergemuruh—


"YEAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!"


Meledaklah sorakan yang cukup membuat tanah berguncang.


"Wow, dia benar-benar Raja Iblis!" "Lawannya adalah roh yang mengerikan, namun dia bisa menghancurkannya dengan mudah!" "Raja Iblis akan membuat para penyihir Theocracy mendapatkan pelajaran!"


Raja Iblis! Raja Iblis! Raja Iblis! Raja Iblis! Raja Iblis! Raja Iblis!


Sekali lagi, rasa takut dan teror, serta semangat, menggetarkan tempat ini.


Sorak-sorai seakan tak akan berhenti.


Sebelumnya Bab 6 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 8