Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid17 Bab 9

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 9 - Lurie Lizaldia[edit]

Bagian 1[edit]

BOOOOOOOOOM!


Sebuah bola api yang berkobar menghantam piramida secara langsung dari depan.


Dinding ini, yang mana sihir roh biasa tak bisa menggoresnya sedikitpun, langsung berlubang karena leleh oleh api tersebut.


Penduduk Kota Raja Iblis menjerit panik dan berhamburan. Bahkan para kehidupan virtual yang diciptakan dari ingatan Raja Iblis merasakan takut—


Percikan api berhamburan di udara dipantulkan dalam mata seorang cewek yang berdiri didepan makam.


Cewek itu hanya menatap dinding yang meleleh tanpa sedikitpun emosi.


"—Jadi hanya sampai sebatas ini kekuatanku saat ini, aku paham."


Cewek itu menunduk, menatap telapak tangannya, bergumam pelan.


Para Sacred Spirit Knight yang bertindak sebagai bodyguard berdiri disamping dia seraya teror terpampang jelas di wajah mereka.


Dia menembakkan api miliknya yang mampu melenyapkan roh militer dalam sekejap, namun dia bilang "hanya sampai sebatas ini"—


"Menghancurkan Makam ini akan sangat mudah kalau kekuatan penuhnya pulih, kurasa." Kata Millennia Sanctus.


Meskipun kata-katanya agak kurang ajar terhadap seorang penguasa, cewek itu gak peduli.


"Aku tidak tertarik pada sebuah makam. Lebih baik—"


Berkata demikian, cewek itu menatap jalanan di arah yang berlawanan.


"Aku ingin melihat-lihat kota manusia."


"Elemental Lord, apa anda tertarik pada sebuah kota manusia?"


Luminaris menyuarakan keraguannya.


"Memangnya ada yang salah dengan itu?"


"T-Tidak. Maafkan ketidaksopanan saya!"


Suara Luminaris bergetar saat dia buru-buru berlutut di tanah.


Cewek itu mengarahkan tatapan dingin pada dia, lalu...


"Aku sudah memenuhi perjanjiannya. Mulai sekarang, aku akan melakukan apa yang aku suka."


Berkata demikian, dia berjalan kearah alun-alun.


"...A-Apa Tidak apa-apa, Cardinal?"


Dengan ekspresi panik, Luminaris bertanya.


"Uh... M-Membiarkan monster semacam itu berkeliaran seenaknya sendiri seperti ini—"


"Dia tidaklah mudah dikendalikan."


Yang menjawab pertanyaan itu adalah Lurie Lizaldia.


"Biarkan saja dia melakukan apa yang dia mau, gimanapun juga perjanjian tuan kita terus menahan dia. Yah, kurasa bodyguard harus dkerahkan—atau haruskah aku menyebutnya, pengawasan?"


"Dimengerti....!"


Luminaris menunduk, membawa beberapa bawahannya bersama dia dan mengejar cewek itu.


"Baiklah kalau begitu—"


Lurie berbalik dan menatap lubang yang meleleh di Makam Raja Iblis.


"Jalannya sudah terbuka. Waktunya untuk menyambut sang putri tidur, Millennia."

Bagian 2[edit]

"....Penyusup?"


Kamito menanyai Iris. Serangan biasa seharusnya gak bisa menembus dinding Makam Raja Iblis ini—


Akan tetapi, Ratu Kota Raja Iblis menatap langit-langit dengan serius.


"Seorang elementalis manusia. Dan juga, yang satunya... seorang roh? Bukan, salah... Mahluk yang bukan manusia ataupun roh, menuju kesini."


"Mahluk yang bukan manusia ataupun roh?"


"Ya, mendekati seorang roh dalam hal sifat dasar, tetapi memiliki sisi yang tak dapat dipahami—"


"—Millennia Sanctus."


Lalu, Restia berbicara.


"Seorang kardinal dari Kerajaan Suci. Di Dracunia, dia mencoba membunuh Raja Naga—"


"Cewek itu huh..."


Ingatan dari serangan di Akademi melintas di benak Kamito.


Tertutupi sebuah penutup mata, mata kirinya mengandung Kegelapan Dunia Lain yang mampu membuat para Elemental Lord menjadi gila.


Cewek itu jelas-jelas terasa berbeda dari roh biasa—


"Jadi para ksatria Kerajaan Suci telah menemukan kota ini?"


"Pastinya."


"....Tidak mungkin, itu mustahil!"


Suara Iris bergetar.


"Secara teori, kecuali dianggap layak oleh Sphinx, orang lain seharusnya tidak mungkin mencapai tempat ini, apalagi menemukannya—"


"Tapi kenyataannya orang itu datang. Jadi gak bisa dipungkiri lagi."


Kamito mengangkat bahu dan berkata.


"Orang-orang itu pasti mengincar peti mati Raja Iblis yang kau jaga."


".....!"


Sang ratu melebarkan mata merahnya.


Menurut Rubia, para ksatria Kerajaan Suci sudah mulai menjelajahi Ghul-a-val bahkan sebelum Putri Saladia pergi ke gurun itu. Jika demikian, target mereka mungkin bukanlah sang putri ataupun kelompok Kamito, akan tetapi, targetnya pasti sesuatu yang tersembunyi didalam Makam Raja Iblis ini.


(Tapi itu sulit dibayangkan bahwa mereka betul-betul mempercayai sebuah legenda tentang kekuatan Raja Iblis bersemayam di peti mati—)


Menatap langit-langit, Kamito menggenggam gagang Demon Slayer.


Lalu menatap mata sang ratu, dia berkata.


"Saran yang barusan.... Maaf, aku harus menolaknya. Tinggal disini dengan damai mungkin tidaklah buruk, tapi nampaknya situasinya tidak mengijinkan aku untuk melakukan itu."


Pada akhirnya, dia harus mengandalkan dirinya sendiri untuk melindungi apa yang dia pedulikan dan tempat-tempat yang dia anggap rumah.


Itulah tepatnya prinsip dasar yang Greyworth tanamkan pada dia.


"Aku mengerti."


Sang Ratu Kota Raja Iblis menggeleng sedih.


"Memang disayangkan. Akan tetapi, aku tidak bisa menghentikan keputusanmu. Faktanya, kedamaian kota ini telah dihancurkan di depan mataku."


"Ya, kedamaian telah hancur."


Kamito menanggapi.


"Tapi jangan kuatir. Aku akan melindungi apa yang kau lindungi.


Gimanapun juga, Kamito harus membuat perhitungan Kerajaan Suci cepat atau lambat.


Mereka pernah menargetkan Restia selama Blade Dance, lalu menyerang Akademi Roh Areishia.


Orang akan menduga mereka mengetahui kehadiran Kamito disini sekarang.


"Aku sangat senang, penerus. Aku hanya ingin menjaga orang yang telah beristirahat dalam damai."


Sang Ratu Kota Raja Iblis membungkuk dalam-dalam pada Kamito.


"Ya, serahkan saja padaku. Meski kami tidak berhubungan darah. Raja Iblis Solomon masih terhitung sebagai seorang leluhur bagiku, kurasa—"


Mendengar candaan santai Kamito, sang ratu tersenyum bahagia.


"Memang. Kalau begitu aku akan memberimu, keturunan dia, sebuah hadiah kecil."


"...Hadiah?"


Kamito bertanya terkejut—


Dan melihat sang ratu mulai merapal mantra tak familiar dalam bahasa High Ancient.


Lalu...


Sebuah pusaran kegelapan muncul diatas kepala Kamito, lalu sesuatu jatuh ke tangannya.


"—Terimalah ini, Ren Ashbell, Penerus Raja Iblis."


"Apa ini...?"


Menatap kain hitam legam ditangannya, Kamito bertanya kebingungan.


".....! Itu adalah Garb of the Lord, Kamito."


"...Garb of the Lord?"


Mendengar roh kegelapan itu berbicara penuh semangat, Kamito bertanya.


"Itu adalah barang legendaris yang dipakai Raja Iblis Solomon di medan perang."


"....! T-Tidak mungkin!?"


Kamito hampir melemparkan kain hitam legam itu.


"Ya, jubah hitam ini tak diragukan merupakan apa yang dia pakai. Kutukan yang besar disulam kedalam kainnya mampu menyerap sihir roh dari semua afinitas dan membelokkan pedang musuh."


"S-Sebuah kutukan... Apa benar-benar gak apa apa? Uh, sepertinya, aku akan dikutuk..."


"Tenang saja. Jubah itu tidak akan memiliki pengaruh yang besar padamu yang memiliki kekuatan kegelapan."


"A-Aku mengerti....."


...Terus tanpa kekuatan kegelapan, apa yang akan terjadi pada pemakainya?


(Aku jadi takut untuk menanyakannya...)


"Kamu betul-betul harus menerima ini, Kamito!"


Restia harus mengepakkan sayap hitam legamnya.


....Sejauh yang bisa dia ingat, Restia selalu sangat bergairah dengan artifak-artifak sihir.


"...D-Dimengerti. Kalau begitu aku akan menerimanya dengan senang hati."


Kamito membuka jubah hitam itu dan memakainya diatas seragam Akademinya.


...Terbuat dari bahan apa ini? Itu terasa hampir gak ada bobotnya.


Tahan terhadap senjata, mampu menyerap sihir roh, apa klaim semacam itu betul-betul benar?


"Sekarang kau telah mengenakan jubah asli milik Raja Iblis... Aku merasa bahwa kau memperagakan gaya Raja Iblis pada akhirnya."


"Fufu, cocok sekali denganmu, Kamito."


‘Dark Kamito, sangat gagah.’


Kesampingkan Restia, bahkan Est ikutan bicara kayak gitu sekarang.


....Apa-apaan itu Dark Kamito?


"Itu benar-benar tampak cocok."


Menatap Kamito yang mengenakan pakaian itu—


Sang ratu tampak mengenang, kelopak matanya agak turun, matanya menampilkan penampilan lembut.


"—Semoga beruntung."

Bagian 3[edit]

"Gak salah lagi, itu para ksatria Kerajaan Suci."


Melihat kearah alun-alun, Claire berbicara pelan.


"....! Bagaimana caranya mereka sampai disini!?"


Mendengar itu, Ellis merendahkan suaranya dan bergumam.


"Siapa yang tau? Apa mereka juga mengalahkan Sphinx?"


Mereka berada di menara lonceng yang cukup tinggi hingga bisa melihat seluruh alun-alun.


Setelah mendengar ledakan saat mereka berada di Quseir Amra. Claire dan para cewek segera memakai seragam mereka. Claire dan Ellis yang memiliki mobilitas tinggi, adalah yang pertama pergi untuk melihat situasinya.


Melihat kebawah, mereka melihat pemandangan penghancuran yang mengerikan.


Dari gerbang kota sampai piramida, semua bangunan dalam garis lurus telah lenyap sepenuhnya.


(Kenapa mereka melakukan itu...?)


Itu mustahil untuk dipahami dengan akal sehat.


Apa itu sekedar membuka jalan ke piramida?


"Apapun itu, tujuan mereka pasti Peti Mati Raja Iblis yang tersembunyi didalam sana, kan?"


"Ya...."


Sambil bersembunyi di belakang sebuah pilar di menara lonceng, Ellis mengatakan kesetujuannya dengan suara pelan. Meskipun dia menggunakan sihir angin untuk menyamarkan suara untuk meredam suara, nggak ada salahnya berhati-hati dan waspada.


"Jumlah musuh sekitar 10 atau lebih. Dalam perkiraan secara konservatif termasuk roh-roh militer, kurasa."


"Hmm, Luminaris Saint Leisched juga ada disini—"


Menatap alun-alun, Claire dengan tenang menganalisis potensi tempur milik musuh.


Musuh terdiri dari para ksatria roh. Terlebih lagi, mereka adalah unit elit.


Meskipun mereka berdua bisa bertahan melawan para ksatria roh setelah berlatih di Dracunia, melawan begitu banyak musuh secara bersamaan bukanlah keputusan yang baik.


(Dan juga—)


Claire mengamati seorang cewek yang berdiri di tengah alun-alun


Itu adalah seorang cewek manis berambut merah panjang dan mengenakan pakaian merah.


(Siapa cewek itu...?)


Claire menelan ludah.


Dia bisa merasakan tekanan yang membuat orang merinding meski melihat dari kejauhan.


"Dia adalah roh berlevel tinggi. Mungkin selevel Ortlinde, bahkan mungkin lebih tinggi lagi—"


"...Bukan seorang musuh yang bisa kita hadapi."


Ellis setuju. Keningnya pun berkeringat.


"Kau masih belum mencapai Kamito?"


"Belum. Aku mengirim peliharaan angin di area yang luas barusan, tapi—"


"...tsk, cowok sialan. Kemana perginya dia disaat-saat genting kayak gini!?"


"Hmm, kurasa dia mungkin belum menyadari situasinya...."


Ellis bergumam penuh kekhawatiran.


"Ayo kembali untuk berkumpul dengan Fianna dan yang lainnya."


"Aku setuju. Lebih baik memindahkan Yang Mulia ke suatu tempat yang aman."


Tepat saat mereka hendak menghentikan pemantauan dan mundur...


—Teror yang mengerikan.


"...!?"


Merasa seperti seseorang telah menggenggam jantungnya, seluruh tubuh Claire membeku.


"Ada apa, Claire?"


"...Ugh, El...lis.. Cepat lari—"


"Apa?"


Ellis menoleh kearah alun-alun, dan mendapati—


Cewek berambut merah itu menatap kearah mereka.


"Apa kita ketahuan!?"


Dari jarak sejauh ini, dengan sebuah penghalang angin yang aktif. Mustahil!


Sebuah bola api kecil muncul di tangan cewek itu


Bola api itu melesat kencang.


"Ellis!"


"...! Angin ganas, mengamuklah!"


Hanya sekejap saja.


Bola api yang melesat itu hampir menghantam menara lonceng itu.


Tombak sihir itu menghasilkan banyak pedang angin untuk menghadangnya.


BOOOOOOOOOOOOOM!


Terjadi sebuah ledakan. Api yang menyebar langsung melahap sekeliling.


"Kyahh!"


Terhempas karena ledakan itu, dua cewek itu terlempar ke udara.


"...! Simorgh!"


Di udara, Ellis melepaskan elemental waffe miliknya. Lalu muncullah roh angin iblis menangkap kedua cewek yang sedang jatuh itu dan menepis gelombang kobaran api dengan Wind Wall.


"Ellis, kita selamat...!"


"...! Apa yang terjadi!?"


Dengan kepulan debu memblokir pandangan mereka, mereka berdua mendarat di sebuah tumpukan dari puing-puing bangunan yang hancur.


Berdiri sambil dikelilingi kobaran api, Claire menyeka keringat dari keningnya.


Mereka di kelilingi oleh kobaran api yang ganas. Mereka tidak melihat siapapun di dekat menara lonceng itu, jadi sepertinya tidak ada korban jiwa—


"A-Apa-apaan kekuatan itu... Bukankah itu sihir roh?"


Sesaat sebelum ledakan, mereka melihat sebuah bola api kecil di ujung jari cewek itu.


Apa mungkin sebuah bola api sekecil itu menyebabkan kehancuran yang besar dalam sekejap mata?


"Itu kelihatan cukup mirip dengan sihir Fireball—"


"Fireball katamu?"


Mendengar gumaman Claire, Ellis mengerang.


Fireball adalah sebuah mantra pemula dalam sihir api dengan kekuatan yang tidak terlalu besar.


Misalnya, sebuah Fireball ditembakkan oleh Claire, bahkan dengan perapalan penuh, maksimal hanya akan bisa meledakkan sebuah rumah.


"Kurang ajar. Yang barusan bukanlah Fireball—"


"...!?"


Mendengar suara seorang cewek, Claire dan Ellis berpaling ke belakang.


Dan disana—


Berdirilah cewek yang barusan ada di alun-alun.


Dia memiliki rambut merah yang panjang. Di kedua sisi kepalanya terdapat apa yang tampak seperti tanduk yang melingkar.


Mengenakan pakaian merah, cewek itu berdiri di atas menara lonceng yang runtuh, dengan angkuh menatap mereka.


"—Itu adalah Flare Burst."


"...! Apa!?"


"Flare Burst, kau bilang?"


Flare Burst adalah sebuah tipe sihir pengalihan yang menggunakan cahaya menyilaukan untuk mengganggu pandangan musik dengan menembakkan bola-bola cahaya dalam jumlah yang banyak dari telapak tangan seseorang. Pada dasarnya potensi kerusakannya adalah nol.


Tapi serangan yang barusan—


(...Nggak mungkin, itu bahkan jauh lebih kuat daripada Hell Breath milikku!)


Hell Breath adalah sihir api terkuat dalam sihir roh serangan milik Claire.


Meskipun pikiran rasional Claire menolak pemikiran bahwa serangan itu hanya dimaksudkan untuk menakuti—


Cewek itu memancarkan tekanan yang sangat besar.


Sebagai seorang princess maiden, bakat alami Claire menyaingi bakat Fianna. Intuisinya yang tajam membuat dia lebih mampu daripada Ellis untuk merasakan aura yang kuat di depan mereka.


Akan tetapi, Claire menggunakan keteguhannya yang luar biasa untuk menatap roh yang kuat ini.


"K-Kau, siapa kau sebenarnya? Kau adalah orang yang menghancurkan kota, kan?"


Lalu—


"—Apa kau menanyakan nama asliku? Gadis kecil."


"...!?"


Kobaran api muncul di seluruh tubuh cewek itu.


Debu beterbangan. Claire dan Ellis mau tak mau harus mundur.


"Aku tidak senang dengan tatapan kasarmu. Apa yang memberimu keberanian untuk menatapku seperti itu? Jika jawabanmu gagal memuaskan aku—"


Sosok cewek itu tiba-tiba menghilang.


Lalu, dia muncul tepat didepan Claire dan Ellis secara tiba-tiba.


"Kematian adalah hukumannya."


"...Ah... ooh...!"


Seluruh tubuh Claire membeku, seperti seekor tikus yang ditatap seekor kucing.


Tekanan mengerikan itu telah melumpuhkan kakinya.


Lalu—


"Hisssss!"


Pusaran api muncul di udara, kucing neraka berwarna merah melompat keluar untuk menghadang cewek itu.


Dengan kobaran api ganas dilepaskan dari seluruh tubuhnya. Scarlet mengancam roh yang ada di depan mereka.


"Scarlet!"


"Oh?"


Menatap kucing neraka yang ada di kakinya, cewek itu tampak terkejut.


"Seekor roh yang luar biasa. Aku bisa tau kalau itu adalah roh bernama."


Dia langsung mengetahui tingkatan Scarlet, tapi tetap tak bergeming.


(...Ini menyiratkan seberapa kuatnya roh ini—)


Dengan keringat bercucuran di keningnya, Claire mati-matian berpikir.


Apa ada cara untuk menciptakan celah untuk kabur mumpung roh ini tidak menyerang dengan kekuatan penuh?


Ellis, dengan perlindungan angin, mungkin bisa kabur sendirian. Tapi dengan pikirannya sebagai ksatria, dia nggak akan pernah setuju dengan saran seperti itu.


Lalu—


"Hmm..."


Apa dia teringat sesuatu?


Roh berpenampilan cewek itu terus melihat bolak-balik bahaya si kucing neraka yang ada yang ada di kakinya dan Claire.


Lalu—


Mengulurkan jari telunjuknya, dia menunjuk pada Claire.


"....!"


Pasrah terhadap sebuah bola api yang mungkin akan ditembakkan dari ujung jari itu, Claire memejamkan mata.


"—Aku berubah pikiran."


"...Huh?"


Claire membuka matanya dan mengeluarkan suara bodoh.


"Aku menyukaimu. Karena itulah, aku akan mengabaikan kejahatanmu yang menatapku seperti tadi."


"U-Uh..."


"Apa lagi? Kau tidak puas?"


Melihat cewek itu mengerutkan kening, Claire buru-buru menggeleng.


"T-Tidak! T-Tapi kenapa tiba-tiba begitu...."


"Sebuah perasaan... Kau sangat mirip...."


"Sangat mirip? Siapa?"


"....Siapa? Aku sendiri juga tidak tau."


"...?"


Penampilan bertanya-tanya muncul di wajah Claire.


"Tapi dalam ingatanku, ada seorang princess maiden yang memiliki wajah yang sangat mirip denganmu."


Mata jernih yang seperti rubi milik cewek itu menatap wajah Claire


(...A-Apa-apaan Cewek ini?)


Cewek ini gak diragukan lagi merupakan seorang roh tingkat tinggi, teramat sangat kuat.


Tapi untuk roh sekuat ini—


Kenapa dia menunjukkan ekspresi gelisah semacam itu?


STnBD V17 BW09.png


(....Dan juga, seorang princess maiden yang sangat mirip denganku?)


Lalu, cewek itu mengulurkan tangannya dan meraih lengan seragam Claire.


"Gadis kucing neraka, aku bisa memaafkan kejahatanmu, tapi kau harus mengikuti perintahku."


"....Huh?"


Secara spontan Claire bereaksi.


....Apa yang akan dia minta?


(Akankah dia mengambil Ellis sebagai korban untuk pertukaran mengampuni nyawaku?)


Claire nggak akan pernah setuju pada permintaan semacam itu—


Menatap lurus pada Claire, cewek itu berbicara.


"Temani aku berkeliling kota ini—"

Bagian 4[edit]

Mengenakan Grab of the Lord diatas pakaiannya, Kamito bergegas melewati koridor yang mengarah ke Great Temple of Celestial Demon.


Tempat dimana pertarungan terakhir antara Raja Iblis dan Sacred Maiden terjadi.


Dia bisa menggunakan teknik dua pedang dengan bebas disana.


Penyusupnya adalah Kardinal Millennia Sanctus.


Jika demikian, lawannya bukanlah seseorang dari tingkatan yang lebih rendah seperti Luminaris. Kalau tebakannya tepat, penyusup yang satunya gak lain gak bukan adalah mantan ksatria Number yang mendampingi Millennia dalam serangan di Akademi.


(Lurie Lizaldia, huh?)


Dia pernah melawannya sekali.


Itu terjadi di bawah tanah di bawah Kota Akademi, di tempat yang disebut Burial Chamber Raja Iblis—


Pada saat itu, Kamito dalam keadaan amnesia.


(Seorang elementalis yang sangat terampil dalam teknik pertarungan. Dia lebih kuat daripada ksatria Number manapun yang pernah kulawan.)


Akan tetapi, dia masih dibawahnya Greyworth. Inilah kesan Kamito terhadap dia.


Tetap saja, dia sepertinya belum bertarung serius saat itu—


"Restia, tentang apa yang dikatakan ratu—"


Tiba-tiba teringat sesuatu, Kamito berbicara pada pedang iblis kegelapan yang ada di tangannya.


‘Apa itu?’


"Apa itu betul? Dia bilang Holy Lord menawarkan sebuah kontrak pada Raja Iblis Solomon."


‘Ini adalah pertama kalinya aku mendengarnya. Aku nggak pernah menduga bahwa kelahiran sang Raja Iblis akan melibatkan pemimpin dari para Elemental Lord—’


"Jadi kamu juga nggak tau."


‘Ya, aku sudah bilang sebelumnya. Bagi Raja Iblis, aku nggak lebih dari sebuah senjata yang luar biasa. Aku biasanya disegel didalam cincin, dilarang berbicara pada dia seperti ini. Sekarang kalau kupikir-pikir lagi tentang itu, dia mungkin sudah tau kalau aku adalah petunjuk yang diciptakan oleh Elemental Lord Kegelapan—’


"Legenda menggambarkan dia menggunakan 72 roh. Tapi bagi Raja Iblis, hanya Iris yang merupakan roh terkontraknya yang sebenarnya..."


Sambil berlari, Kamito bergumam dengan ekspresi aneh.


"Tapi kalau apa yang dia katakan itu benar, kenapa Holy Lord Alexandros membentuk suatu kontrak semacam itu dengan Raja Iblis?"


Logisnya Kelima Elemental Lord Agung seharusnya yang bertanggung jawab mempertahankan kedamaian dan ketertiban dunia.


Oleh karena itu, itulah sebabnya mereka melawan Elemental Lord Kegelapan yang mengganggu keseimbangan dunia.


Lalu kenapa....?


(Seribu tahun lalu, apa Holy Lord sudah gila, terpengaruh oleh Kegelapan Dunia Lain?)


Kalau memang begitu, maka masuk akal, tapi—


(Tiga tahun lalu, saat aku menenangkan Blade Dance, singgasana Holy Lord kosong—)


...Sejak kapan singgasana itu kosong? 15 tahun lalu, pada turnamen sebelumnya, atau 24 tahun lalu saat Greyworth menang?


Kenapa cuma singgasana Holy Lord saja yang kosong?


Misterinya mustahil untuk diselami.


—Apa Holy Lord betul-betul terpengaruh oleh Kegelapan Dunia Lain?


(...Apapun itu, satu-satunya cara untuk mencari tau adalah menanyai orang-orang dari Kerajaan Suci itu, kan?)


Kerajaan Suci Lugia adalah sebuah negara religius yang menyembah Holy Lord Alexandros.


Mereka mungkin bertindak sesuai dengan kehendak Holy Lord yang menghilang. Kemungkinan besar inilah yang terjadi.


Menempatkan tangannya pada kedua pedang miliknya, Kamito mempercepat larinya.

Bagian 5[edit]

Lurie Lizaldia berjalan menerobos kegelapan di Makam Raja Iblis.


Markas Raja Iblis Solomon di masa lalu, tempat ini cukup rumit, menjadikannya sebuah labirin yang kacau.


Ini pasti kelakuan dari penjaga Makam.


"Trik murahan untuk mencegah penyusupan."


Lurie mengungkapkan senyum samar dan menggunakan sihir roh untuk menghilangkan ruang didepan dia.


Setelah ruang tersebut lenyap, lorong tidak karu-karuan muncul.


"Mana kesabaranmu, Yggdra? Seperti bukan dirimu saja."


"Ya, aku sangat gak sabaran. Gimanapun juga, keinginanku akan segera terwujud—"


Lurie melepaskan cahaya ke lantai.


Lantai aula itu langsung runtuh, retakan-retakan terbuka dan mengungkapkan sebuah lubang hitam yang besar.


Millennia menciptakan medan kekuatan bulat dan mereka berdua turun perlahan-lahan.


Yggdra Saint Asoritess.


Ini adalah nama dari cewek yang pernah memiliki impian menyelamatkan umat manusia.


Lahir di sebuah desa perbatasan, dia dianugerahi dengan bakat penyembuhan sejak lahir.


Disebut kelahiran kembali sacred maiden, cewek ini mengelilingi dunia untuk menolong penduduk yang menderita karena perang dan orang-orang yang terluka di medan perang.


Dia dengan teguh percaya bahwa misinya didunia ini adalah untuk menyelamatkan yang lemah.


Akan tetapi, pada suatu ketika, cewek itu tau... Dia sadar.


Perang Ranbal. Selama perang yang paling kejam ini, yang dipicu oleh konflik antar negara—


Orang-orang yang dia selamatkan tak lama setelah itu dikirim ke medan perang selanjutnya. Beberapa dari mereka tewas sedangkan yang lainnya membunuh banyak musuh.


Pada akhirnya, tindakan dia menyelamatkan orang-orang hanya berujung pada menghasilkan lebih banyak kematian.


Demi mengubah dunia yang gila ini—


—15 tahun yang lalu, Yggdra berpartisipasi dalam Blade Dance.


Niatnya adalah untuk menggunakan kekuatan keajaiban dari para Elemental Lord untuk menghilangkan kebencian dari dunia ini.


(—Kalau aku mengakhiri semuanya, maka dosaku yang besar akan diampuni, kan?)


Pakaian putih polos tanpa sebercak kotoran, berkibar. Dia menatap kedalam lubang gelap itu.


Saat cahaya suci menerangi kegelapan, dunia akan terlahir kembali dengan kebaikan dan kebenaran kan?


(Sebuah dunia tanpa kebencian ataupun peperangan—)


Cahaya dari tongkat suci yang dipegang oleh Millennia Sanctus menerangi lubang gelap itu.


Mereka berdua turun perlahan-lahan ke suatu tempat seperti aula besar.


Great Temple of Celeatial Demon, ini adalah tempat dimana Sacred Maiden melawan Raja Iblis di masa lalu.


"Lokasi yang sempurna untuk tarian pedang. Apa dia ada disini?"


"—Ya. Aku bisa merasakannya."


Mata ungu Millennia bersinar mengerikan dalam kegelapan.


Kristal roh dalam jumlah yang banyak di Great Temple of the Celestial Demon menyala.


"Kau yang disana, aku sudah menunggumu. Lurie Lizaldia—"


Disaat yang sama, suatu sosok muncul dari kegelapan.


Seorang pria muda mengenakan pakaian hitam, memegang pedang iblis kegelapan dan pedang baja suci—


"Kita ketemu lagi, Ren Ashbell."


Lurie Lizaldia tertawa pelan dan mengulurkan tangannya ke udara.


Pemenang Blade Dance 15 tahun yang lalu dan pemenang 3 tahun lalu.


—Kedua Penari Pedang bertemu.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya