Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid19

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Prolog

"–Baiklah, karena aku sudah janji, aku akan memberitahumu."


Greyworth berbicara saat dia menatap Kamito yang berbaring di tanah.


"Tentang apa yang kuketahui dari kuil Elemental Lord 24 tahun yang lalu."


Cahaya fajar bersinar melewati celah-celah awan abu-abu, menyinari bangunan sekolah Akademi Roh Areishia.


Penyatuan alam manusia dan Astral Zero–Astral Shift–fenomena ini telah digagalkan. Setelah itu, roh iblis dalam jumlah banyak yang memenuhi langit lenyap.


Reruntuhan di alun-alun, yang berfungsi sebagai gerbang, telah dihancurkan oleh Absolute Blade Arts milik Kamito dan Greyworth. Masih ada sisa-sisa malaikat itu dan sebuah pedang suci, sangat mirip dengan Est, yang menancap di tanah.


Ini adalah wujud elemental waffe dari Millennia Sanctus, kardinal dari Kerajaan Suci.


Saat ini, dia mungkin kehabisan kekuatan sampai gak punya kekuatan kembali ke wujud aslinya. Bilahnya telah kehilangan cahayanya, berdiri menancap disana layaknya batu nisan.


"24 tahun yang lalu, kau...."


Dengan darah memenuhi mulutnya, Kamito meludah ke tanah dan bergumam.


Itu adalah tahun ketika Greyworth sang Penyihir Senja memenangkan Blade Dance.


"....Apa.... yang terjadi..."


Tanya Kamito–


Tiba-tiba, dia merasakan rasa pusing yang parah.


(....Ap...a!?)


Semua kekuatan seketika lenyap dari tubuhnya. Dia merasakan rasa sakit di bagian dalam bola matanya. Nadinya berdenyut keras.


"Ada apa, nak–"


Menyadari kejanggalan tersebut, Greyworth mengangkat kepala Kamito ke lengannya.


Saat dia menatap mata Kamito, Greyworth terkesiap.


"ini....!?"


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 1 - Bangkitnya Kegelapan

Bagian 1

1,5 jam setelah fenomena Astral Shift menghilang.


Di bangunan sekolah Akademi Roh Areishia dimana para Imperial Knight ditempatkan, bendera Sacred Maiden yang menyimbolkan Akademi berkibar, sebuah deklarasi dari para siswi bahwa mereka telah merebut kembali sekolah.


Karena mayoritas dari prajurit mereka telah kehilangan kehendak untuk bertarung dan menyerah, para Imperial Knight gak melakukan perlawanan.


Sang komandan tertinggi, Alendora dari Number telah menghilang. Kapal udara telah dikuasai oleh para Knight of the Dragon Emperor dari Dracunia. Sementara itu, membuat kota Akademi terjebak dalam Astral Shift dan pemanggilan roh Iblis dalam skala besar telah menghasilkan ketidakpercayaan yang mendalam terhadap Kerajaan Suci.


Selain itu, apa yang mengubah pikiran para knight adalah perkataan sang Penyihir Senja.


Tiba-tiba menunjukkan diri di aula, Greyworth mengungkapkan rencana Kerajaan Suci terhadap istana kekaisaran Ordesia dan penelitian mengerikan yang di lakukan di ibukota kekaisaran, dengan itu membujuk mereka untuk memihak Ordesia Sah.


Gak seorangpun mempertanyakan kenapa Greyworth kembali ke kondisi keemasannya. Mereka mungkin berpikir bahwa itu karena dia adalah sang penyihir legendaris, mengubah penampilannya bukanlah hal yang sulit.


Seperti para siswi Akademi Roh Areishia, ada cukup banyak diantara mereka yang telah menjadi ksatria roh karena mengidolakan legenda Greyworth. Dan sekarang, pahlawan itu telah muncul seperti yang dikatakan legenda.


Dengan demikian, bangunan sekolah milik para princess maiden telah kembali ke para siswi lagi.


"....Tetap saja, kerusakannya cukup parah."


"Pemandangan yang tragis."


Didepan asrama Kelas Gagak yang dinding luarnya runtuh, sebagian terbakar dan hancur–


Claire dan Rinslet berdiri diam disana, tertegun.


Penghancuran brutal itu bukanlah hasil dari roh iblis yang dipanggil dari gerbang, malaikat, atau Imperial Knight. Lebih tepatnya itu disebabkan oleh para roh Raja Iblis yang mengamuk setelah Kamito melepaskan mereka menggunakan kekuatan Ring of Solomon.


Lepas kendali, para roh menghancurkan bangunan Akademi, menghancurkan apapun yang ada didepannya, dan akhirnya menggunakan gerbang yang muncul selama Astral Shift untuk kembali ke Astral Zero.


"Kamar kita pasti hancur juga."


"Akan sangat mengerikan kalau Carol nggak mengambil barang-barang kita."


Mendesah, Rinslet bergumam pelan.


Carol telah mengamankan barang-barang berharga milik tuannya dan yang lainnya sebelum asrama Kelas Gagak diambil alih oleh Imperial Knight.


"Biaya perbaikan naik lagi."


Ellis menepuk jidatnya dan mengerang.


"Bukankah bagus bahwa Ordesia akan menanggung biaya perbaikannya?"


"Ya, dengan asumsi putri berhasil merebut kembali singgasana."


"Kuharap Fianna dan Nee-sama baik-baik saja...."


"Aliansi antara para bangsawan dan Dracunia sepertinya menyerang ibukota kekaisaran. Setelah berita perebutan kembali Akademi menyebar, para bangsawan netral sepertinya memihak kita."


Ellis bisa mendengar suara-suara dari para roh angin. Informasi miliknya kemungkinan benar.


".....Aku senang kita tepat waktu."


Claire menghela nafas panjang.


"Jadi Kerajaan Suci gak akan mengirim pasukan mereka?"


"Sepertinya begitu. mereka pasti telah memutuskan bahwa campur tangan secara terbuka bukanlah hal yang tepat, atau mereka sedang menunggu waktu yang tepat."


Ellis membersihkan puing-puing sambil berjalan kedalam asrama Kelas Gagak.


Meskipun dapur umum di lantai bawah berantakan, bagian dalamnya sepertinya masih utuh.


"Meskipun dinding luarnya hancur berantakan, kerusakan dibagian dalam gak seberapa–"


Dia berjalan didalam asrama, mencatat kerusakannya pada buku catatannya.


"Luar biasa, itu seperti kinerja mekanisme roh."


Rinslet menyentuh tungku kristal roh dengan ujung jarinya dan api kecil muncul.


"Sekarang dengan ini aku bisa masak."


"Lihat, persik kaleng yang kusembunyikan masih ada."


Claire kembali dari ruang bawah tanah, membawa kaleng-kaleng di tangannya.


"Claire, memonopolinya tidaklah baik."


"A-Aku tau! Aku akan membawanya ke Kamito, oke!?"

Bagian 2

Dua bulan. Langitnya berwarna merah seolah terbakar.


Diatas hutan lebih luas daripada yang pernah dilihat Kamito sebelumnya, roh dalam jumlah yang tak terhitung beterbangan, saling melintasi satu sama lain.


(...Apa ini?)


Tatapan Kamito mengarah ke langit.


Dia gak bisa menggerakkan tubuhnya. Yang bisa dia lakukan cuma melihat pemandangan yang ada didepan dia.


Sesosok roh api raksasa membakar hutan. Dengan wujud seekor naga, roh itu mengubah sekelilingnya menjadi bumi hangus.


Para Valkyrie mengenakan armor merah tengah bertarung melawan roh naga itu.


Diantara para Valkyrie itu, Kamito bisa mengenali salah satu dari mereka.


(....Itu Scarlet!?)


Ortlinde Scarlet Valkyrie—Wujud sejati dari roh terkontrak milik Claire.


Terselimuti kobaran api, para Valkyrie menusukkan senjata mereka pada roh naga raksasa itu.


Roh naga itu meraung, cukup keras hingga mengguncang tanah, lalu tumbang dalam kobaran api.


Lalu, didepan para Valkyrie yang membunuh mangsa mereka, seorang roh kegelapan dengan sayap hitam legam muncul.


(—Restia!?)


Gak diragukan lagi itu adalah dia. Roh terkontrak Kamito yang bersemayam di tangan kirinya.


Tersenyum sadis, Restia mengeluarkan petir kegelapan yang menyelimuti langit.


Beberapa Scarlet Valkyrie tersambar petir itu dan hancur.


"Apa-apaan ini...?"


...Kamito memutuskan bahwa ini hanyalah mimpi.


(Tapi ini bukan murni mimpi. Pemandangan ini–)


"Perang Roh. Perang besar yang terjadi 6000 tahun yang lalu yang memecahkan Astral Zero menjadi dua–"


Tiba-tiba, sebuah suara menggema di pikirannya.


"...!?"


Suara ini familiar bagi Kamito.


Suara kegelapan, menarik Kamito.


Suara dari Ren Ashdoll, sang Elemental Lord Kegelapan.


Secara gak sadar Kamito mengepalkan tangannya untuk memegang kedua pedang miliknya.


Akan tetapi, gak ada pedang yang muncul ditangannya.


Ini wajar sih. Karena dia berada didalam mimpi. Sebuah mimpi yang Ren Ashdoll ijinkan untuk dilihat Kamito.


"Musuh bebuyutanku telah bangkit. Itu sebabnya, kau tak punya pilihan lain selain bangkit."


Sebuah kabut hitam dengan lembut menyelimuti Kamito seperti pelukan tangan.


"Musuh bebuyutan? Apa kau berbicara tentang Sacred Maiden?"


"Tepat. Sacred Maiden adalah eksistensi yang berlawan dengan Raja Iblis."


"Aku gak mau menjadi milikmu!"


"Sayangnya itu sia-sia saja. Karena kau adalah milikku. Anakku tercinta–"


Tertawa mengejek, suaranya mengema terus menerus didalam pikirannya.

Bagian 3

"Guh, ooh... Ah...!"


Berteriak sekeras yang dia bisa, Kamito terbangun dari ranjangnya.


Kasurnya berderak keras.


"Huff... Huff... Huff... Huff..."


Dia menatap keringat ditangannya lalu mengamati sekelilingnya.


Dinding putih polos. Rak-rak kristal roh dan obat-obatan tersusun rapi.


....Sebuah tempat yang familiar.


Sebagian dari pekerjaannya di Sylphid Knight, Kamito sering membawa siswi yang kalah dalam latihan. Ini adalah fasilitas pengobatan di bangunan sekolah.


(....Betul juga. Setelah melawan malaikat itu, aku pingsan–)


Segera memahami situasinya, Kamito menghela nafas lega.


Apa Greyworth yang membawaku kesini?


Duduk, Kamito menyentuh tulang rusuknya yang sakit.


Tulang-tulang retak yang disebabkan serangan malaikat itu telah sembuh. Itu semua berkat kemampuan penyembuhan miliknya yang menakjubkan–, atau lebih tepatnya, regenerasi–meski masih sedikit sakit sih. Itu juga berkat perlindungan dari Est, roh baja, bahwa tubuhnya baik-baik saja. Kalau dipikir-pikir lagi, kecepatan pemulihan tubuhnya terlalu cepat.


"Guh...!"


Menutupi mata kirinya, Kamito mengerang.


Gelombang demi gelombang, bagian dalam bola matanya terasa sakit.


"Jangan kuatir, Kamito—"


Suara lembut menggema di gendang telinga Kamito.


Jari-jari pucat yang halus dengan lembut menggenggam tangan Kamito.


"Restia..."


Dia berbalik dan melihat mata berwarna senja tersenyum pada dia.


Mengenakan gaun hitam, roh kegelapan yang cantik.


Versi Restia yang dia lihat di mimpi barusan, dengan mata tajam dan tenang dari seorang ratu kejam dan dingin, kontras dengan ekspresi cewek manis yang dia lihat sekarang ini.


"Kamu bertemu dia di mimpimu barusan, kan?"


"...Ya."


Kamito mengangguk pelan pada pertanyaan Restia.


Karena kontrak diantara mereka, para elementalis dan roh terkontrak mereka bisa berbagi ingatan yang sama dari mimpi yang dialami.


Terlebih lagi untuk mimpi yang jelas barusan.


Pada akhirnya, apa itu mimpi dari Kamito, atau Restia?


(...sialan, itu adalah hal yang sama, gak peduli dari sisi mana.)


Dia merasa betul-betul jijik. Gimanapun juga, fakta bahwa Ren Ashdoll sang Elemental Lord Kegelapan ingin mengendalikan jiwanya tetap gak berubah.


"Yang terjadi dalam mimpi itu.... Apa itu asli?"


"Itu adalah kejadian dari Perang Roh yang terjadi 6000 tahun lalu."


Restia mengangguk dan menjawab.


"Dipusat Astral Zero, pertempuran akhir terjadi diantara Ren Ashdoll dan lima Elemental Lord. Faksi Elemental Lord mengalami korban yang besar, sedangkan Elemental Lord Kegelapan dikalahkan. Pada akhirnya, dia disegel di celah diantara alam manusia dan Astral Zero–"


"Tapi segelnya gak sempurna...?"


"Ya. Tanpa disadari oleh para Elemental Lord, dia menggunakan kekuatannya sendiri dan berhasil bereinkarnasi menjadi ras paling lemah, manusia–"


Simbol semerah api yang bersinar muncul di kedalaman mata Restia.


Sebuah simbol pedang dan bulan. Itu sangat identik dengan segel roh Restia Ashdoll.


(....Tidak. apa yang tercermin pada matanya adalah cahaya yang berasal dari mataku.)


Dia merasakan gelombang rasa sakit lagi dari dalam bola matanya.


"....Kenapa segel rohmu ada di mataku, Restia?"


"Bukan, itu bukan segel roh punyaku, Kamito."


"......?"


"Itu adalah segel roh dari Ren Ashdoll sang Elemental Lord Kegelapan. Setelah bangkit, dia ingin membuat kontrak denganmu."


"Apa?"


Restia mencondongkan tubuhnya di ranjang dan membelai kelopak mata Kamito dengan lembut.


"Menanggapi kebangkitan dari musuhnya, sang Sacred Maiden, kurasa dia juga mulai bangkit."


"H-Hei, Restia!?"


Tubuhnya yang seringan bulu ditekankan pada Kamito, yang mana memblokir pandangan mata.


Tangannya yang lembut dilingkarkan pada bagian belakang kepalanya, memeluk Kamito dengan erat.


Ujung rambut Restia yang tergerai kebawah menyentuh pipinya. Bulu-bulu hitam dengan lembut menyelimuti punggungnya.


Saat di Sekolah Instruksional, dia sering memeluk Kamito seperti ini.


STnBD V19 BW01.jpg


"Jangan kuatir Kamito. Aku adalah pedangmu. Aku nggak akan menyerahkanmu pada dia."


"Restia..."


Tangan kirinya agak menanas. Rasa sakit di dalam matanya perlahan-lahan menghilang.


Mungkin melalui segel roh kontrak mereka Restia menekan kekuatan Ren Ashdoll.


Tangan yang memblokir pandangannya dipindahkan.


Bulu-bulu hitam lembab memancarkan kegelapan.


Dengan senyum nakal muncul di wajah Restia, menatap Kamito, dia sangat cantik, pikir Kamito.


Lalu.


"Fufu, aku nggak keberatan kalau kau masuk, Nona Kucing Neraka."


"Hyah!?"


Kamito mendengar jeritan dari luar ruangan.


Lalu ada suara sesuatu jatuh ke lantai.


"Claire? A-Apa yang kau lakukan?"


Masih di ranjang, duduk, Kamito bertanya terkejut.


Dengan kuncirnya bergoyang-goyang, Claire dengan panik memunggut kaleng-kaleng yang jatuh.


"....N-Nggak ada. Kudengar kau pingsan, Kamito, jadi aku datang untuk menjengukmu!"


Membawa setumpuk kaleng ditangannya, Claire masuk ke ruangan.


Pipinya berwarna agak kemerahan.


(Apa dia melihat Restia memelukku erat-erat....?)


Meskipun gak ada yang dia pikirkan, Kamito merasa cukup malu.


"Umm, apa lukamu udah baikan sekarang?"


Claire berdeham dan bertanya.


"Ya, sepertinya aku sudah cukup baikan."


"Benarkah? Baguslah kalau begitu."


Claire menghela nafas lega.


Dia gak bilang apa-apa meskipun kontak mata dengan Kamito.


Simbol yang ada di mata kirinya telah menghilang.


Kamito menatap Restia untuk memberi tanda "Jangan membahas soal mata kiri."


....Dia gak mau Claire kuatir.


Restia mengangguk sambil memasang penampilan "Aku tau."


"Kau pasti lapar. Ini, aku bawa banyak makanan dari asrama Kelas Gagak."


Berkata begitu, Claire menaruh kaleng-kaleng yang ada di tangannya ke ranjang.


Rebusan daging rusa ditambah ikan. Buah dengan sirup manis. Kaleng-kaleng ini merupakan barang-barang mewah dan terdapat bahasa roh pada labelnya karena makanan ini digunakan sebagai persembahan untuk para roh.


"Ah, sempurna. Aku bingung mau makan apa."


Kamito mengambil sejumlah kaleng buah dan menyusunnya di rak disamping ranjang.


"Umm, roh kegelapan...."


"Ada apa?"


Claire berpaling sambil mengulurkan kaleng.


"U-Umm, makasih atas bantuanmu. Semua itu berkat jimat yang kau berikan padaku."


"...Huh?"


"Jadi, ini hadiah untukmu. Kurasa gak ada roh yang benci makanan kaleng, kan?"


"Ya ampun, hadiah–"


Menggeleng, Restia tersenyum.


"Yang harusnya berterimakasih itu aku. Karena kau, aku bisa segera ke tempat Kamito."


"H-Hei, sudah terima saja!"


"Fufu, baiklah. Terimakasih."


Restia menerima kaleng itu, terlihat senang.


Kayaknya mereka berdua ini, yang memiliki masa lalu yang rumit, hubungan mereka telah lumayan membaik tanpa sepengetahuan Kamito.


"ngomong-ngomong, kaleng apa Ini?"


"Sarden ikan kembung. Itu cukup populer bagi para roh di Akademi lho."


"Ikan kembung...."


"Apa, kau gak suka ikan?"


"Bukan begitu, aku akan memakannya. Yah meski jarang sih aku makan ikan...."


Claire menatap Kamito lagi.


"A-Awalnya, aku berpikir aku harus membawa sesuatu untukmu."


"Gak apa-apa. Ini udah cukup."


".....! M-Mmmm....."


Kuncir Claire sedikit bergoyang.


"Baiklah, berikan sendok itu padaku. A-Aku akan menyuapimu."


"N-Nggak perlu, sudah kubilang aku baik-baik saja! Aku bisa makan sendiri...."


"Apa, kau gak puas denganku?"


Saat Claire cemberut....


"Hei hei, apa Kazehaya Kamito ada disini~?"


"...?"


Sebuah suara terdengar.


Apa yang muncul secara tiba-tiba adalah seorang cewek manis, Kira-kira berusia 10 tahun, memakai gaun berwarna hitam dan putih.


Rambut peraknya mengingatkan pada baja. Matanya berwarna merah seperti darah.


Kulitnya seputih lilin. Tangan dan kakinya sangat ramping.


Dari kepala hingga kaki, dia adalah seorang cewek yang cantik.


"....S-Siapa kau!?"


Claire berteriak penuh kewaspadaan, memanggil Flametongue ditangannya.


Tindakannya mungkin tepat. Meskipun cewek itu tampak cukup manis–


(.....Aku betul-betul gak merasakan hawa kehadirannya.)


Kamito menatap cewek itu. Dia ini bukanlah orang biasa.


Akan tetapi, cewek itu sepenuhnya gak terpengaruh oleh tatapan serius Kamito.


"Mbah itu menyuruhku datang. Dia menyuruhku memanggil Kazehaya Kamito saat dia bangun."


"....M-Mbah?"


"Kamito, dia adalah seorang roh–"


Restia berbisik di telinga Kamito.


"Seorang roh?"


Roh yang bisa berwujud manusia sepenuhnya merupakan mahluk tingkat tinggi di Astral Zero.


Bahkan bagi Kamito, dia bisa menghitung dengan satu tangan roh-roh seperti itu yang dia temui.


Kenapa roh seperti ini ada disini?


"Kiheeheehee, kau benar, roh kegelapan. Kita bersilangan pedang di negara naga, kan?"


"Negara naga.... Jangan bilang–"


Kamito akhirnya ingat.


Di Kadipaten Naga Dracunia, apa yang bersilangan pedang dengan Restia adalah–


"Kau roh terkontraknya Greyworth?"


"Bingo~!"


Cewek itu tertawa, menunjukkan taringnya.


"Aku Vlad Dracul sang roh iblis. Senang bertemu denganmu!"

Bagian 4

Ibukota kekaisaran Ostdakia merupakan sebuah kota benteng heksagonal yang dikelilingi oleh tembok tiga lapis.


Sejak berdirinya Kekaisaran Ordesia, ini merupakan kota tak tertembus yang tak pernah bisa ditaklukkan.


Menatap kota ini dari dari langit diatas Pegunungan Caldamon–


Pasukan Ordesia Sah, yang dipimpin oleh Putri Kedua Fianna Ray Ordesia, dan sekutunya Kadipaten Naga Dracunia berada dalam formasi.


Membawa bendera Revenant, kapal-kapal militer berkumpul disini untuk bergabung dalam pasukan pemberontak, serta pasukan andalan Dracunia, Knight of the Dragon Emperor, menyebar di langit.


Sementara itu, garis pertahanan ibukota kekaisaran terdiri dari banyak tim pertahanan bersama roh-roh militer siaga di dataran Sadelka, beserta para ksatria udara Duke Fahrengart.


Perang diantara kedua belah pihak akan segera terjadi segera setelah sinar fajar menyingsing.


"Para siswi sepertinya berhasil merebut kembali Akademi Roh Areishia."


Berdiri di dek Revenant, Fianna berbicara.


Hinggap di pundaknya adalah roh iblis angin yang membawa berita bagus tersebut.


Ini adalah Simorgh yang dikirim oleh Ellis. Meskipun menggunakan dia sebagai pembawa pesan merupakan kesia-siaan atas kemampuannya, Ellis memutuskan untuk mengirim roh angin tercepat yang berada dibawah komandonya.


"–Aku paham."


Menatap formasi pasukan Ordesia, Rubia menjawab dengan singkat.


"Dengan itu, para bangsawan netral akan memihak kita."


"Kamito dan yang lainnya tampaknya baik-baik saja. Tentu saja, Claire juga."


"Aku mengerti."


Gak ada perubahan dalam nada dibandingkan dengan yang sebelumnya. Akan tetapi, Fianna gak melewatkan emosi lega yang tersembunyi pada suara Rubia.


"Pasukan Ordesia nampaknya mulai bergerak. Inilah permulaannya."


".....Ya."


Dibawah situasi tegang, Fianna mengangguk–


Dan segera menghunus pedang perak yang ada di pinggangnya.


Memantulkan cahaya matahari fajar, bilah tipis pedang itu bersinar terang.


Ini adalah elemental waffe dari roh ksatria Georgios, yang mana telah melayani banyak generasi dari keluarga kerajaan Ordesia.


Mengangkat bilah pedang perak itu ke langit, Fianna merapal kata-kata mistik.


"Engkau, pelayan raja dari anak manusia, ksatria dan master pedang–
Jadilah engkau pedangku, jadilah engkau perisaiku, lepaskan cahaya abadi untuk memurnikan kegelapan–
Elemental waffe Zwei Shift–Glory of the Queen!"


Saat kata-kata pelepasan dilepaskan, terjadi ledakan cahaya suci putih-perak.


Cahaya suci yang membutakan mata segera menyelimuti semua pasukan yang ada dipihaknya. Sebuah segel roh ksatria suci raksasa, yang menyimbolkan keluarga kerajaan Ordesia, muncul di langit fajar.


Ini merupakan penghalang tingkat tinggi yang dimbuhi berkah dan perlindungan roh, kekuatan baru yang didapatkan Fianna dari latihannya di Dragon's Peak.


Segel rohnya bersinar megah di langit, membuat semua argumen tak berarti.


Fianna Ray Ordesia—The Lost Queen.


Dia betul-betul ratunya Ordesia Sah–


Memegang pedang perak yang bersinar tinggi-tinggi, Fianna berteriak.


"–Pinjamkan aku kekuatan kalian, semuanya. Mari kita rebut kembali negeri kita dari boneka Kerajaan Suci!"


Tanah berguncang karena sorakan menggelegar.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 2 - Kebenaran 24 Tahun Yang Lalu

Bagian 1

Setelah roh iblis Vlad Dracul muncul, Kamito dan rekan-rekannya pergi ke ruangan kepala sekolah.


Dengan rambut peraknya berayun-ayun, Vlad Dracul lumayan manis juga.


Kamito pernah bersilangan pedang dengan dia dalam wujud elemental waffenya di Dracunia–


"Aku gak bisa percaya ada roh iblis dengan wujud manusia..."


Kamito berbicara pelan, gak terdengar oleh cewek yang berjalan didepan.


"Dia roh berperingkat tertinggi dari semua roh iblis, dianugerahi gelar 'Duke'. Mengesankan seperti biasanya, si Penyihir Senja, bisa menjinakkan seorang roh sekuat itu."


"Jangan bilang kamu kenal dia?"


"Cuma tau reputasinya saja. Gimanapun juga, dia mengamuk habis-habisan saat Perang Roh–"


"Ya, Nona Roh Pedang yang disebelah sana, aku pernah melawanmu sebelumnya, lho~"


Cewek itu melihat kebelakang dan tertawa kecil, menunjukkan taring tajamnya.


"Setiap bawahan langsung Elemental Lord sangatlah kuat, tapi Est yang liar ini sangatlah berbahaya. Sejujurnya, aku gak benar-benar mau melawan dia lagi."


"Est, apa kamu ingat hal ini?"


"Enggak, Kamito."


Mendengar pertanyaan Kamito, pedang suci yang ada dipinggangnya berkedip beberapa kali. Terpisah dari tubuh utamanya, Est saat ini cuma memiliki sedikit pecahan ingatannya tentang Perang Roh.


"Apa~, kau nggak ingat~? Cih."


Cewek roh iblis itu menggerutu agak kecewa lalu berlari pelan menaiki tangga.


"Menurut pemahaman Asosiasi Penelitian Roh, secara teori mustahil bagi manusia dan roh iblis saling berkomunikasi. Aku gak pernah menyangka ada seorang roh seperti dia."


Claire bergumam penuh rasa penasaran.


"Kalian para elementalis mungkin menganggap kalian tau segala sesuatu tentang para roh, tapi masih banyak lagi misteri di Astral Zero."


"Itu gak bisa disangkal."


Claire mengakuinya dengan jujur sambil mengangkat bahu.


Sampai didepan ruangan kepsek, roh iblis itu membuka pintunya tanpa mengetuk.


"Aku membawa mereka kesini~, mbah penyihir peot~"


"Siapa yang kau panggil mbah-mbah? Aku akan memusnahkanmu, roh iblis."


Duduk di meja kantor, Greyworth mengeluarkan sihir roh void tanpa banyak bicara.


"Woah!"


Kamito buru-buru menghindar.


"Ehehe, menakutkan banget—Woo♪"


Salto berputar di udara disertai roknya berkibar, roh iblis Vlad menghindari tembakan sihir itu dengan spektakuler.


Dinding dan lantai ruangan berlubang.


"H-Hei, Greyworth!?"


"Kau menghalangi, nak. Aku harus memberi pelajaran pada roh yang gak patuh ini."


Masih mengarahkan jarinya pada cewek roh iblis itu, Greyworth berbicara dengan sikap serius.


"Memangnya salah apa memanggilmu mbah peot nyatanya kan kau seorang mbah peot?"


"Beraninya kau–"


Vlad menjulurkan lidahnya.


"Mbah peot ini menakutkan banget, Vlad mau main diluar~"


Sambil memutar jubah hitamnya, dia segera lenyap dari pandangan.


"....Astaga. Roh terkontrakku yang sebelumnya jauh lebih baik, meski mereka berdua sama-sama roh iblis."


"Darimana kau mengontrak roh itu?"


Kamito bertanya sambil berjalan masuk.


"Roh tersegel yang disimpan secara rahasia oleh militer Ordesia. Digali dari reruntuhan kuno, tapi gak seorangpun bisa menjinakkan dia. Baiklah, duduklah–"


Greyworth berdiri dan menyuruh Kamito dan rekan-rekannya duduk di sofa tamu.


Menyandarkan Est disamping, Kamito duduk di sofa.


Duduk disebelah kiri dan kanannya adalah Claire dan Restia. Berhadapan dengan Greyworth yang tampak seperti dia seumuran dengan mereka, Claire tampak agak gugup.


Yah, itu wajar sih. Gimanapun juga, penyihir legendaris yang tercatat dalam buku pelajaran Akademi ada didepan mereka, tampak sama persis dengan penampilan masa mudanya.


"Apa kau sudah pulih?"


"Ya, lumayan. Setidaknya aku bisa jalan."


Mengangguk, Kamito sedikit mengangkat bahu.


"Aku paham. Maaf sudah terlalu memaksamu, nak."


Greyworth berbicara pelan dengan penampilan serius.


"Apa yang terjadi, ini sama sekali gak kayak dirimu."


"Aku menjadi pion Kerajaan Suci dan melukaimu. Aku harus meminta maaf soal ini terlebih dahulu."


Berkata begitu, Greyworth perlahan-lahan menundukkan kepalanya.


".....!?"


Melihat itu, Claire membelalakkan matanya karena terkejut. Kamito juga terperangah.


Gak disangka penyihir ini akan menundukkan kepalanya. Apa sejarah baru telah tercipta?


"Apa yang terjadi padamu di ibukota kekaisaran? Bukannya aku gak peduli tentang apa yang terjadi 24 tahun yang lalu, tapi aku ingin memahami ini terlebih dahulu. Seorang elementalis setingkat dirimu, dimanipulasi oleh orang lain, itu sangat diluar nalar–"


"....Kau benar."


Mendorong monocle*nya, Greyworth menatap mata Kamito.
(TL Note: monocle = kacamata sebelah, untuk satu mata.)


"Apa kau dengar dari putri tentang upaya pembunuhan kaisar?"


"Ya...."


Dia mengacu pada bagaimana Bloodstone milik Fianna mengamuk dan melepaskan roh iblis yang kuat saat diskusi Dewan Kekaisaran tentang bagaimana menangani kudeta Theocracy.


"Aku dianggap sebagai seorang penghianat negara dan dipenjara di menara Guas Gibai yang terkenal. Semuanya direncanakan oleh Kerajaan Suci yang mendekengi Arneus."


Guas Gibai biasa dikenal sebagai "menara penyiksaan", itu adalah fasilitas penelitian militer yang digunakan selama Perang Ranbal untuk serangkaian penelitian manusia yang kejam melibatkan segel persenjataan terkutuk dan yang lainnya.


Saat Kamito dan rekan-rekannya menyusup ke ibukota kekaisaran, ksatria Number yang terspesialisasi dalam operasi khusus, Virrey Branford, menghilang disana selama misi penyelamatan Greyworth.


"Kudengar para priestess Kerajaan Suci telah ditanamkan keyakinan terhadap Holy Lord menggunakan sihir angin–"


Menopang dagunya, Claire bergumam.


"Itu bukan sihir angin."


Greyworth menggeleng menanggapinya.


"Sangat susah dipercayai bahwa seorang elementalis sepertimu bisa dicuci otak oleh sihir angin, meski kau telah kehilangan kekuatan puncakmu."


Restia berkomentar sambil bermain-main dengan bulu hitam legam miliknya.


"Oh? Aku gak pernah menyangka menerima pujian setinggi itu darimu, roh kegelapan."


"Ya ampun, mau gak mau aku mengakui seberapa menakutkannya kau. Gimanapun juga, kau lah penyihir yang telah merebut Kamito ku sebelumnya."


Dihadapkan dengan tatapan nantang dari Restia, Greyworth tersenyum kecut.


(....Oh yah, aku juga gak bisa membayangkan penyihir ini dicuci otak.)


Dan juga, itu gak akan menjelaskan kenapa dia mendapatkan kembali penampilan masa mudanya.


Seperti kebangkitan dari kematian, mendapatkan kembali masa muda seseorang bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan kekuatan roh.


Kalaupun ada pengecualian, maka itu cuma–


"Kerajaan Suci membuatku ingat perjanjianku di masa lalu."


"Perjanjian?"


"Ya. 24 tahun yang lalu, aku membuat perjanjian dengan Holy Lord."


Greyworth mulai menceritakan dengan nada suara yang tenang.

Bagian2

24 tahun yang lalu, bulan singa putih....


itu adalah hari ketika Greyworth Ciel Mais menenangkan Blade Dance sebagai perwakilan Kekaisaran.


Dia pergi ke altar Elemental Lord untuk menerima harapannya.


Saat itu, harapan yang dia buat adalah fantasi dari cewek muda yang naif.


"....Apa yang kau inginkan?"


Mendengar pertanyaan Kamito, Greyworth tersenyum kecut mengejek diri sendiri.


"–Dunia tanpa perang. Cewek kecil bodoh itu mengharapkan mimpi semacam itu menjadi nyata."


".........."


Kamito cuma bisa diam saja.


Sebuah harapan bodoh–kata-kata penyihir itu sangat berat.


Perang Ranbal. Sebelum Kamito dan yang lainnya lahir, dua perang besar terjadi di benua.


Dikatakan bahwa perang itu dimulai karena perebutan hak penambangan kristal roh, tapi gak ada narasi definitif dari alasan sejatinya.


Dengan seluruh benua terlibat dalam perang, penyihir terkuat yang masuk kedalam medan perang, mendapatkan gelar pahlawan di negara asalnya.


Akan tetapi, apa yang dicari oleh cewek yang dikenal sebagai penyihir itu bukanlah ketenaran atau pujian.


Di medan perang dimana banyak rekan dan para roh terkontrak musnah satu persatu–


Dengan keinginan dalam hatinya untuk mengakhiri konflik bersenjata, dia masuk kedalam perang.


Dengan demikian, itulah keinginan pertama yang cewek itu buat.


Demi menggapai harapan itulah cewek itu memenangkan setiap pertarungan di turnamen Blade Dance.


Akan tetapi, harapan itu–


Harapan polos itu mustahil dicapai karena terlalu polos.


Kamito sudah mengetahui ini.


(...15 tahun yang lalu, ada cewek lain yang meminta keinginan yang sama)


lurie Lizaldia–harapan cewek itu gak terwujud.


"Para Elemental Lord mengatakan bahwa itu diluar kemampuan keajaiban. Pada saat itu, untuk pertama kalinya aku menyadari bahwa para Elemental Lord tidaklah maha kuasa."


Didepan altar Elemental Lord, cewek itu jatuh ke dalam jurang keputusasaan.


Sejak awal dia memang tidak tertarik pada harapan lain.


Aku mungkin harus pergi tanpa membuat keinginan apapun, pikirnya.


Itu akan bertindak sebagai "rasain tuh" secara halus yang diarahkan pada para Elemental Lord yang tak berdaya–


Namun kemudian....


"–Sebuah suara muncul didalam pikiranku dan berbicara padaku."


"Apa itu Holy Lord Alexandros...?"


Greyworth mengangguk dalam diam saat Kamito menyebutkan nama itu.


3 tahun lalu, Holy Lord tidak ada saat Kamito diberi kesempatan bertemu dengan para Elemental Lord.


Apa yang dikatakan Holy Lord pada Greyworth 24 tahun lalu?


"HoLy Lord mengusulkan suatu kesepakatan padaku."


"....Kesepakatan?"


"Holy Lord memberitahuku ini. Aku bisa mengabulkan keinginanmu. Aku bisa menciptakan dunia tanpa perang, sebuah dunia dimana konflik diantara orang-orang tak lagi ada–"


–Jadilah tangan kananku untuk menggapai dunia itu.


"Apa itu perjanjiannya? Antara kau dan Holy Lord–"


".....ya."


Mata abu-abu milik Greyworth menjadi gelap.


"Setelah menyaksikan begitu banyak kematian, bocah kecil itu menerima pukulan serius oleh keputusasaan. Dia percaya kata-kata itu dipenuhi harapan. Atau lebih tepatnya, dia mempercayakan semuanya pada harapan samar itu–"


Dengan demikian, Holy Lord dan sang Penyihir membuat perjanjian.


Holy Lord memberi secuil kekuatan keajaiban pada cewek itu. Sepenuhnya tak menyadari identitas sejati dari keajaiban tersebut adalah kegelapan yang merusak para Elemental Lord, cewek itu menerima kekuatan tersebut.


"Berkat kekuatan keajaiban yang diberikan oleh Holy Lord lah penampilanku nggak berubah selama bertahun-tahun. Dan juga karena itulah, divine power milikku tidak hilang sampai sekarang–"


"Aku paham, jadi itu yang terjadi...."


Claire menahan nafasnya, tak mampu menyembunyikan keterkejutan di wajahnya.


(....Ngomong-ngomong, Lurie Lizaldia juga terus berpenampilan muda.)


Lalu, Kamito teringat hal itu.


Akan tetapi, Lurie sepertinya punya kemampuan untuk mengubah penampilannya menggunakan sihir roh juga....


"Pada hari itu, aku menjadi tangan kanan Holy Lord. Sambil melayani negeri asalku, Ordesia, sebagai salah satu Number Kekaisaran, aku menunggu waktu yang tepat."


"Waktu yang tepat?"


Mata tajam Greyworth mengarah lurus pada wajah Kamito.


"Ya. Aku menunggu seseorang yang mewarisi kekuatan Raja Iblis muncul."


"...Apa!?"


Orang yang mewarisi kekuatan Raja Iblis. Dengan kata lain....


"Kau, Kazehaya Kamito."


Greyworth menghela nafas muram.


"Sepanjang waktu itu, aku menunggumu muncul, nak."

Bagian 3

"....Menungguku? Kau?"


Ini adalah pernyataan yang paling mengejutkan yang dia katakan sampai sejauh ini.


Merasa tenggorokannya kering, Kamito menelan ludah.


Pada pertemuan pertama Kamito dan Greyworth, mereka adalah pembunuh dan targetnya.


Apa semua itu sebenarnya merupakan bagian dari rencananya?


"Holy Lord telah memprediksi bahwa reinkarnasi Elemental Lord Kegelapan akan lahir di era ini, dan oleh sebab itu menantikan kebangkitannya."


"Holy Lord ingin aku bangkit? Kenapa....?"


Elemental Lord Kegelapan seharusnya adalah musuh Holy Lord.


Lalu kenapa dia mau Elemental Lord Kegelapan bangkit....?


"Sebagai tanggapan pada kebangkitan Elemental Lord Kegelapan, Wadah tempat jiwa Holy Lord tersegel akan bebas–itulah yang Holy Lord katakan padaku. Pada saat itu, aku gak sepenuhnya paham, tapi sekarang aku akhirnya memahaminya. Kau pasti menyadarinya juga, nak."


"......! Jadi itu yang terjadi?"


Wadah tempat jiwa Holy Lord tersegel.


Itu mengacu pada seseorang yang berubah menjadi kristal roh karena kekuatan Est, dan tersegel dibawah tanah Makam Raja Iblis selama seribu tahun–


(—Areishia Idriss.)


....Dia sudah mencurigai ini sebelumnya.


Kenapa Holy Lord nggak melepaskan segel Sacred Maiden selama itu, selama seribu tahun?


Bukan cuma karena penghalang milik roh Iris.


Sampai penerus Raja Iblis bangkit, Sacred Maiden sepertinya gak bisa bangun.


"Kalau begitu, kau membesarkanku sebagai Ren Ashbell karena–"


"Ya, memang–"


Dihadapkan dengan pertanyaan yang ditanyakan Kamito dengan suara gemetar, Greyworth menjawab.


"Misiku adalah untuk mempercepat kebangkitanmu sebagai Raja Iblis."


"...!"


Kamito merasa seolah pandangannya menjadi hitam.


Kalau begitu, kenangan saat itu bersama Greyworth saat membesarkan dia–


Instruksi di kediaman penyihir, latihan di Hutan Roh, mewarisi Absolute Blade Dance, dan sebagainya–


(Semua itu untuk menyelesaikan misinya sebagai tangan kanan Holy Lord....?)


Kemungkinan menyadari pikiran Kamito–


Greyworth menunjukkan kesedihan diwajahnya.


Melihat ekspresi Greyworth, Kamito mengepalkan tangannya kuat-kuat.


....Pemikiran mengecam Greyworth sama sekali nggak terlintas dalam benaknya.


Apapun motifnya dia, dia secara pribadi telah membesarkan Kamito.


Akan tetapi, itu adalah sebuah perasaan yang mirip dengan kehilangan dan kesedihan yang mencengkeram hati Kamito erat-erat.


"Awalnya, aku mengasuhmu karena misi tersebut. Itulah kebenarannya."


Greyworth mengatakan semuanya.


"......"


"Tapi saat aku mengasuhmu, rasa bimbang muncul dalam hatiku untuk pertama kalinya."


"Rasa bimbang...."


"Mungkin aku memiliki perasaan seiring berjalannya waktu. Kalau kau bangkit sebagai Raja Iblis, kau akan menjadi musuh dunia, ditakdirkan menapaki jalan yang tak ada jalan kembali, menerima kebencian dan kedengkian dari banyak orang. Saat aku menyadari itu, aku–"


Menaruh kecurigaan terhadap kata-kata Holy Lord untuk pertama kalinya, Greyworth menjelaskan.


"Saat itulah aku menyadarinya. Tujuan sejati Holy Lord."


"Tujuan–" "Sejati...?"


Suara Kamito dan Claire tumpang tindih.


"Tak lama setelah mengadopsimu, aku bermimpi aneh."


"....Mimpi?"


"Ya. Apa yang kau lihat di altar Elemental Lord, aku melihatnya dalam mimpiku."


"....Para malaikat dari dunia lain?"


Greyworth mengangguk.


Mengulangi mimpi yang sama setiap malam, dia segera menyadari bahwa itu bukanlah mimpi biasa.


Itu adalah sebuah mimpi yang sama-sama dilihat oleh roh dan princess maiden yang membuat kontrak dengan roh tersebut.


Sama seperti bagaimana Kamito bisa melihat sekilas ingatan Elemental Lord Kegelapan–


Mungkin melalui Kegelapan Dunia Lain yang ada didalam dirinya, Greyworth menyaksikan mimpi Holy Lord.


Atau mungkin, itu adalah suatu tanda bahwa Holy Lord perlahan-lahan memulihkan kekuatannya karena Kamito mulai bangkit sebagai Raja Iblis.


"Dalam mimpi itu, sebuah pasukan yang terdiri dari para malaikat dalam jumlah yang sangat besar memenuhi seluruh langit. sebuah gerbang raksasa terbuka di udara. Malaikat dalam jumlah yang tak terhitung keluar dari sana."


"Apa.....?"


Suatu pasukan malaikat datang ke dunia ini melalui gerbang?


Itulah yang paling Kamito takutkan setelah melihat apa yang ada dibalik Kegelapan Dunia Lain di altar Elemental Lord.


"Tapi itu bukanlah pemandangan yang paling mengejutkan."


"....Huh?"


"Selanjutnya, sebuah cahaya raksasa menelan para malaikat."


Berkata demikian, bahkan Greyworth sampai berkeringat di keningnya.


"uh, sebuah cahaya raksasa....?"


Claire bertanya terkejut.


"....Sang Holy Lord. Sebagai seorang kontraktor, secara naluri aku memahaminya."


Didepan Greyworth yang terkejut–


Setelah menelan para malaikat, cahaya raksasa itu mulai mengerahkan kekuatannya.


Pada dasarnya, cahaya raksasa itu mengubah dunia.


Yang Greyworth bisa lakukan didalam mimpinya hanyalah terkejut saat dunia yang dia ketahui perlahan-lahan menghilang.


"Aku gak tau apakah pemandangan yang kusaksikan dalam mimpiku adalah sesuatu yang benar-benar terjadi dimasa lalu atau sebuah kemungkinan masa depan dari pikiran Holy Lord."


Akan tetapi, saat itulah Greyworth akhirnya paham arti sejati dari kata-kata Holy Lord.


Yang disebut menciptakan dunia tanpa perang artinya membuka gerbang ke Dunia Lain untuk memperoleh kekuatan para malaikat, lalu menggunakan kekuatan itu untuk membuat kembali dunia dari nol–


"Itu....."


Dipertengahan kalimat, Kamito berhenti.


Dia teringat apa yang dikatakan Lurie dan Millennia.


Membangun kembali dunia–itulah yang mereka katakan.


Meskipun hal itu ada batasannya, malaikat yang terpanggil sudah pasti memiliki kekuatan yang berlawanan dengan hukum fisika.


Jika Holy Lord, pemimpin para Elemental Lord, mendapatkan kekuatan itu, maka–


"Adapun untuk dunia yang akan diciptakan Holy Lord, aku gak tau akan seperti apa itu."


Greyworth menggeleng pelan.


"Mungkin itu adalah dunia tanpa perang yang kuinginkan. Akan tetapi, sudah pasti itu bukanlah dunia yang dilindungi oleh rekan-rekanku dengan mengorbankan diri mereka sendiri."


"......Aku paham. Itu sebabnya kau–"


Bagi Lurie Lizaldia, dunia ini sudah dipenuhi dengan keputusasaan.


Itu sebabnya dia bersedia mengorbankan dirinya sendiri demi dunia ideal yang digambarkan Holy Lord.


Akan tetapi, Greyworth berbeda.


Apa yang dia inginkan adalah melindungi dunia saat ini.


"Bertekad menghianati Holy Lord, aku memerintahkan Vivian Melosa, yang saat itu masih muridku, untuk memasang segel persenjataan terkutuk ilegal pada jantungku, menyegel perjanjian itu."


Akan tetapi, itu merupakan salah perhitungan. Saat segel persenjataan terkutuk dipasang pada jantungnya, secara bersamaan semua ingatan tentang Holy Lord terhapus.


Ini adalah sebuah jebakan yang dipasang oleh Holy Lord saat dia memberi kekuatan.


Lupa bahwa dia membuat perjanjian dengan Holy Lord–


Dia tanpa sadar memandu Kamito agar bangkit sebagai Raja Iblis.


–Dengan demikian, Penari Pedang Terkuat, Ren Ashbell, terlahir.


"....Itulah yang terjadi 24 tahun yang lalu."


Kata Greyworth.


"Saat aku dipenjara di Guas Gibai, Millennia Sanctus menghancurkan segel persenjataan terkutuk itu dan membangkitkan kegelapan yang bersemayam didalam diriku. Nak, apa kau masih ingat saat kau mewarisi teknik ultimate saat Blade Dance?"


"Ya...."


Last Strike.


Mewariskan teknik ultimate dari Absolute Blade Art, Greyworth telah kehilangan kekuatannya sebagai seorang elementalis.


"Pada saat itu, Lurie Luzaldia lah yang menyelamatkan aku di Ragna Ys. Tebakanku adalah dia menganalisa segel persenjataan terkutuk di jantungku seraya menyembuhkan aku."


"....."


"Aku memang seorang penyihir bodoh, yang diikat oleh Holy Lord."


Greyworth tertawa mengejek diri sendiri.


"....Tidak."


Kamito berkata pelan.


"Hmm?"


"Kau membesarkan aku dengan kasih sayang. Itu merupakan kebenaran yang tak terbantahkan."


Meskipun dia merasa agak malu mengatakan ini didepan si penyihir, ini adalah perasaan sejati Kamito.


Dialah yang mengajari Kamito bagaimana bertahan hidup di dunia ini.


Dialah yang menciptakan kesempatan buat Kamito untuk bertemu dengan Claire dan Tim Scarlet di Akademi.


Dialah yang memberi Kamito sisi manusianya lagi setelah dilatih sebagai pembunuh.


Itu hampir seperti–


"Kau itu.... ibu–ku."


"......"


Mendengar kata-kata ini dari Kamito–


Greyworth menunjukkan ekspresi terkejut sesaat, tertegun.


Lalu–


"Fufu, hampir saja aku terlena, nak–"


Melihat senyum polos dari penyihir itu untuk pertama kalinya, Jantung Kamito berdetak kencang.

Bagian 4

Setelah mendengarkan–


"Maaf, kepala sekolah, bagaimana caranya anda bisa memulihkan ingatan anda?"


Tanya Claire.


"Demon Slayer lah yang memutuskan perjanjian beserta Kegelapan Dunia Lain yang ada didalam diriku. Saat aku bangun di dasar Dragon's Canyon, aku mendapatkan kembali semua ingatanku."


"Aku paham, jadi taruhanku berhasil–"


Kamito menatap Est yang ada di pinggangnya.


Demon Slayer telah menghancurkan segel persenjataan terkutuk yang ditanamkan di jantung Velsaria di masa lalu dan menghapus kegelapan yang merusak para Elemental Lord.


Tentunya, menghapus kontrak dengan Holy Lord juga bisa dilakukan.


"Puji aku, Kamito."


"Kau sungguh luar biasa, Est."


Kamito tersenyum masam dan dengan lembut membelai gagang pedang suci itu.


"ngomong-ngomong, bagaimana caranya Holy Lord berniat membuka gerbang ke Dunia Lain?"


"...ya. dan untuk mendapatkan kekuatan malaikat–"


Meskipun para Elemental Lord sangat kuat, akankah sesuatu seperti itu betul-betul bisa dilakukan....?


"–Mungkin benda ini tau."


Greyworth menatap pedang yang bersandar di dinding.


Diamankan dengan diikat oleh rantai untuk menahan roh, ini adalah wujud pedang dari Millennia Sanctus.


Mengubah dirinya sendiri menjadi gerbang, dia telah memanggil seorang malaikat.


Tentunya, dia pasti tau rencananya Holy Lord.


"kalau dipikir-pikir, kurasa dia menyebut Est saudarinya."


....kalau diperhatikan lebih cermat, dekorasi pedangnya cukup mirip dengan Dekorasi Demon Slayer.


Bahkan matanya juga sama dengan mata Est, ungu jernih.


"Aku gak punya saudara."


Est membantahnya.


"Ijinkan aku memeriksa pedang itu."


"Ya, silahkan."


–Lalu, ada suara ketukan di pintu kantor kepsek.


"Kepala sekolah, ada sebuah laporan darurat–"


Suara itu suaranya guru wali kelasnya Kamito, Nyonya Freya.


"Ada Apa?"


"–Istana di ibukota kekaisaran telah jatuh."

Bagian 5

Boom, boom, boom—!


Ledakan-ledakan ganas mengguncang Istana Nefescal.


Satu persatu roh-roh militer untuk menundukkan benteng telah dikerahkan di udara diatas ibukota kekaisaran.


Di ruangan singgasana didalam istana–


"......! K-kenapa.... Kenapa!?"


Kaisar Arneus yang wajahnya pucat pasi berteriak penuh teror.


Dengan setiap getaran, lampu gantung mewah yang bertatahkan kristal-kristal roh berayun-ayun.


Itu seperti hitungan mundur ke kematian.


"A-Aku adalah Kaisar sah dari Ordesia! Kenapa ini–"


Tak ada orang lain di ruangan singgasana. Hanya beberapa penjaga pribadi yang melindungi dia.


Pertempuran di dataran Sadelka akan segera terlihat hasilnya.


Didukung oleh Glory of the Queen milik Fianna, para ksatria pemberontak mengalahkan para Imperial Knight dengan moral mereka yang tinggi.


Meski menyertakan bala bantuan dari Dracunia, pasukan Kekaisaran masih menang jumlah 6:4, tapi para Imperial Knight moralnya sangat rendah.


Selain sudah diketahui umum bahwa Kaisar Arneus adalah boneka Kerajaan Suci, berita tentang pasukan pemberontak menaklukkan Akademi Roh Areishia telah memberi pukulan berat.


Disampaikan oleh angin, berita itu menyebar dengan cepat, memberi dampak besar pada Imperial Knight.


Pemanggilan roh iblis dalam skala besar oleh Kerajaan Suci, yang dilarang oleh perjanjian internasional, ditambah fakta bahwa Greyworth sang pahlawan mendukung para siswi, hal itu juga berkontribusi dalam penurunan moral para ksatria Kekaisaran.


Saat situasi pertempuran semakin memburuk, para bangsawan dalam faksi kaisar beralih pihak dan menyerah.


Dinding-dinding ibukota kekaisaran mengibarkan bendera putih. Kapal-kapal militer dan para penunggang naga dari Dracunia memenuhi langit.


".....Sialan, kenapa Kerajaan Suci tidak mengirim bala bantuan!?"


Arneus penuh emosi memukul sandaran tangan singgasana.


Para Knight Holy Lord ditempatkan di perbatasan Kerajaan Suci. Dibawah perjanjian rahasia, mereka seharusnya mengirim bala bantuan untuk membantu bertahan segera setelah ibukota kekaisaran diserang.


Akan tetapi, tak ada tanda-tanda datangnya bala bantuan.


Para kardinal yang ditempatkan di istana juga lenyap tanpa jejak.


Kerajaan Suci, yang mendukung kenaikan tahta, telah meninggalkan dia.


Ledakan terdengar berulang kali. Istana berguncang dahsyat.


"Uwaaaah!"


Arneus jatuh dari singgasana dengan cara yang tak sedap dipandang, mencengkeram kepalanya.


"Kenapa, kenapa....!?"


Lalu....


"Sungguh tak layak, Yang Mulia."


Didalam ruangan yang seharusnya tak ada orang lain, suara mengejek seseorang bisa tetdengar.


"Aku tak bisa paham kenapa kau begitu bersikeras mempertahankan tahta yang tak bisa kau dapatkan dengan kemampuanmu sendiri."


"......!"


Dia mengangkat kepalanya, dan melihat seorang cewek muda berdiri didepan dia.


Kardinal Kerajaan Suci—Millennia Sanctus.


Dia bukan sekadar cewek muda yang cantik.


Arneus tau bahwa cewek itu adalah mahluk yang sangat langka dan menakutkan.


"D-Dame Millennia, kenapa Kerajaan Suci tidak mengirim bala bantuan!? Pada tingkat ini, aku akan–"


"Kekuasaanmu akan digulingkan."


Merasa itu lucu, Millennia tertawa.


Arneus terkejut.


Lalu kenapa kalian membuatku naik tahta!?


Arneus tau dirinya hanyalah boneka sejak lama.


"A-Aku masih punya nilai! Kan?"


"Tidak, misimu sudah selesai, Yang Mulia."


"....! Apa kau bilang?"


"Kau sudah mempersembahkan pengorbanan yang cukup."


"....Pengorbanan?"


Arneus mengernyit terkejut.


"Tujuan kami adalah menyebabkan perang dan kekacauan di benua. Dua Perang Ranbal, konflik sipil Teokrasi, perang di Ordesia ini dan Perang Raja Iblis seribu tahun lalu, semua itu adalah pengorbanan untuk mengganggu ketertiban alam manusia–"


"Apa yang kau bicarakan...."


"Runtuhnya tatanan dalam alam manusia sudah cukup untuk merusak kestabilan para Elemental Lord. Ini adalah kunci untuk membuka gerbang ke Dunia Lain–"


Dengan suara ledakan yang keras, gerbang istana dihancurkan.


"–Nah sekarang, aku mohon undur diri. Hati-hati, Yang Mulia."


"T-Tunggu, kubilang tunggu!"


Mengabaikan teriakan Arneus–


Dengan kibaran jubah putihnya, Millennia Sanctus menghilang.


"Ha, haha, hahahaha..."


Duduk di singgasana, dia tertawa kering.


Lalu, terdengar langkah kaki orang memasuki ruangan.


Itu adalah Fianna yang mengenakan pakaian kekaisaran dan para knight bodyguard.


....Sudah jelas, bahkan para knight dalam penjaga kerajaan mengabaikan dia.


"–Arneus, kau tak punya hak duduk di singgasana."


Fianna mengacungkan rapier elemental waffe miliknya pada dia.


".....Apa ini akhirnya?"


Menundukkan kepalanya, Arneus mengangkat tangannya untuk menyerah.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 3 - Penguasa Suci

Bagian 1

"Baiklah, satu per satu. Jangan nyerobot antrian!"


"Berbarislah~"


Di halaman sekolah, didepan kuali sup mendidih yang ditempatkan diatas kristal roh api, Rinslet dan Carol sedang sibuk bekerja.


Didalam kuali itu adalah sup gaya Laurenfrost dibuat menggunakan sisa sayuran dan bumbu.


Bayam dan ubi cincang. Sejumlah kecil daging asin.


Selain itu, banyak rempah dan cabe yang ditambahkan, membuat tubuh menjadi hangat setelah memakannya.


Didepan dua cewek itu yang menyajikan, para roh di akademi telah membentuk antrian panjang.


Karena membuat kontak dengan racun alam iblis yang keluar karena Astral Shift dan kehilangan divine power mereka, para roh secara alami berkumpul.


Halaman sekolah dipenuhi dengan roh-roh yang berkilauan.


"Kalau kita melayani mereka semua, nggak akan ada yang tersisa buat para siswa dan Imperial Knight."


Rinslet menyilangkan tangannya, kebingungan.


"Gak masalah kami menunggu. Gimanapun juga, pada tingkat ini para roh bisa saja lenyap."


Yang menanggapi dia adalah Ellis yang datang ke halaman untuk mengambil persediaan.


Sylphid Knight saat ini sedang merawat para siswa yang terluka.


"Ngomong-ngomong–"


Berkata begitu, Ellis menatap kedepan dan bertanya.


"Kenapa para roh iblis masih ada disini?"


Bercampur di barisan para roh terdapat roh-roh iblis yang memiliki penampilan mengerikan.


Kemungkinan, karena gerbang alam iblis tiba-tiba tertutup, mereka gak punya tempat lagi.


Berlari ke kaki Carol didepan kuali sup, roh iblis menggertakkan gigi mereka dengan berisik.


"Kyah, n-nyonya!"


"Yang sopan. Jangan mengganggu Carol!"


Saat Rinslet berteriak pada mereka sambil memegang sendok sup, para roh iblis itu menjadi tenang.


"Rinslet, kau bisa berkomunikasi dengan roh iblis? Aku ingat buku pelajaran di akademi menyebutkan mereka mustahil di perintah...."


"Aku nggak mendiskriminasi para roh apalagi mereka adalah para roh kelaparan."


Dengan lambaian tangannya, Rinslet segera menyuruh para roh iblis itu mengantri dengan rapi.


"Sudah pasti ini merupakan hal yang perlu dilaporkan ke Spirit Research Society–"


"Haha, bahkan bisa menjinakkan para roh iblis, nyonya memang hebat."


Carol bertepuk tangan dan tertawa riang.


Lalu–


"Hei, masih belum siap juga? Aku lapar."


Cewek twintail berambut abu-abu berjalan mendekat.


Dia adalah adik angkatnya Kamito, Muir Alenstarl.


"Sebentar lagi siap. Kamu harus menunggu giliranmu meskipun kamu adalah adiknya Kamito-san."


"Ya, baik."


STnBD V19 BW02.jpg


Muir mengangguk patuh dan kembali ke antrian.


Karena suatu alasan, Muir kayaknya populer dengan para roh iblis.


"Mereka sangat manis meskipun wajah mereka menakutkan."


"B-Benarkah....?"


Ellis mengernyit pada komentar itu dengan wajah bertanya-tanya.


....Selera estetika cewek ini mustahil dipahami.


Lalu–


"Jadi kalian disini–"


"Oh, Onii-sama!"


Kamito dan Claire tiba bersama-sama.


Muir segera berlari mendekat dan membenamkan wajahnya ke dada Kamito.


Twintailnya bergoyang-goyang, dia menggosokkan wajah berulang kali pada Kamito.


"Muir, kudengar kau bekerja keras."


Kamito membelai rambut abu-abu Muir.


"Ya, aku berjuang keras demi kamu."


Masih memeluk pinggang Kamito, Muir mengangguk.


Bersama Velsaria, dia melindungi barikade jalan milik para siswa.


"Tunggu sebentar, Kamito, kau memanjakan adik angkatmu."


Claire cemberut gak senang.


"Hmph, sudah wajar bagi kakak untuk memanjakan adiknya."


Muir menjulurkan lidahnya dan mengejek.


"Grrrrr...!"


Kedua cewek twintail itu saling melotot satu sama lain, percikan api bertebaran.


"Kamito, apa lukamu sudah sembuh?"


Mengabaikan kedua cewek itu, Ellis bertanya kuatir.


"Ya, setidaknya patah tulangnya sudah dibetulkan."


"Itu gak terhitung sembuh, astaga."


"Kamito-san terlalu sembrono."


Rinslet menunjukkan ekspresi jengkel dan mengangkat bahu.


"Ini adalah sup yang dibuat khusus, semuanya. Ini akan menghangatkan kalian."


Carol menyajikan sup di mangkok kayu.


Ada potongan ubi besar. Melihat sekilas saja sudah cukup untuk membuatmu lapar.


"Makasih. Aku akan membawakan kakakku nanti."


"Apa Velsaria baik-baik saja? Kudengar dia betul-betul memaksakan diri."


Saat Kamito bertanya....


"Ya, dia menggunakan divine power terlalu banyak. saat ini dia sedang dirawat di fasilitas di kota Akademi."


".....Jadi begitu. Dia terlalu memaksakan diri."


"Tapi kalau gak ada cewek itu disana, barikadenya pasti hancur sejak lama."


Tumben-tumbenan, Muir mengakui seseorang selain Kamito.


"Ngomong-ngomong, apa ada alasan kalian datang kesini?"


"oh, ya, betul juga...."


Kamito baru teringat.


"Ibukota kekaisaran, Ostdakia, telah jatuh–"


Lalu, Claire berbicara.


"Apa?"


"Menyerahnya jauh lebih cepat dari yang diduga."


"Ya, kami juga terkejut–"


Mendengar Rinslet bergumam sambil memasang ekspresi bertanya-tanya, Kamito setuju.


Gak seorangpun yang menyangka pertempuran memperebutkan ibukota kekaisaran selesai dalam waktu singkat.


"Duke Fahrengart sepertinya menyerah. Dia ingin menghindari mengubah ibukota menjadi lautan api, kurasa."


"Kakek...."


Ellis bergumam dengan ekspresi rumit.


"Saat ini, Fianna dan para bangsawan dari faksi Kaisar sedang melakukan negosiasi damai."


"Siapa yang tau apa yang akan terjadi di ibukota kekaisaran? Kalau Greyworth harus mengurus yang ada disini, kurasa beberapa dari kita harus pergi untuk melindungi Fianna–"


Ibukota kekaisaran saat ini sedang kacau. Para bangsawan dari faksi Kaisar mungkin masih mengincar nyawa Fianna. Para pesuruh Kerajaan Suci mungkin masih mengintai di istana juga. Mempertimbangkan contoh dari Lurie dan Leschkir, Number sendiri juga gak bisa dipercaya.


Di tengah wilayah musuh, satu-satunya rekan sejati Fianna yang ada hanyalah Rubia.


....Dia pasti merasa gelisah.


"Ya, itu benar. Serahkan saja ini pada Sylphid Knight dan kita pergi ke ibukota kekaisaran."


"Jadi begitulah. Carol, kuserahkan makanannya padamu."


"Tenanglah, nyonya. Saya tidak akan keliru antara gula dan garam lagi!"


"Ah, itu membuatku kuatir...."


Rinslet menekan pelipisnya sendiri.


"Bagaimana cara kita pergi ke ibukota kekaisaran? Haruskah kita menggunakan Lightning Feather?" tanya Ellis.


Lightning Feather adalah satu-satunya kapal penelitian milik Akademi, milik Sylphid Knight.


Meskipun namanya menyiratkan seolah kapal itu sangat cepat, tapi kenyataannya, Lightning Feather hanyalah bekas kapal militer dari Perang Ranbal, dan cukup pelan.


Dari apa yang didengar Kamito, kristal roh yang berfungsi sebagai sumber daya telah pecah.


".....Yah, cuma itu satu-satunya kapal yang ada."


"Kapal usang itu betul-betul membuatku kuatir kalau jatuh ditengah perjalanan...."


"I-Itu akan baik-baik saja.... kurasa, mungkin."


Ellis sendiri juga gak kelihatan percaya diri.


Gimanapun juga, kapal itu gak pernah digunakan sejak Ellis menjadi kapten dari Sylphid Knight.


"Gimana kalau pinjem kapalku, kalau gak apa-apa buat kalian?"


"......?"


Kamito menoleh kearah asal suara itu–


"Lama gak jumpa, Kazehaya Kamito."


"Kau disini, Leonora!?"


Leonora Lancaster, mengenakan seragam militer negara naga, berdiri didepan matanya.


"Leonora-dono dan Knight of the Dragon Emperor datang membantu kita."


Melihat Kamito gak tau seluruh ceritanya, Ellis menjelaskan pada dia.


Menurut dia, tentara Dracunia telah mengirim Leonora dan Knight of the Dragon Emperor sebagai pasukan terpisah ke Akademi sedangkan pasukan utama mereka pergi untuk merebut ibukota kekaisaran. Dengan demikian, Leonora membantu pertahanan barikade.


Leonora adalah ksatria Dracunia terkuat.


Bantuannya setara dengan mendapatkan bala bantuan yang paling bisa diandalkan.


"Leonora, apa lukamu sudah sembuh?" tanya Kamito.


Luka yang disebabkan oleh pedang iblis milik Greyworth seharusnya merupakan luka fatal.


"Ya, tubuh tangguh merupakan sebuah keuntungan dari menjadi seorang pengguna roh naga."


Berkata demikian, Leonora tersenyum berani.


"Para ksatria naga menjadi lebih kuat setiap kali mereka bangkit dari jurang kematian. Adapun aku yang sekarang, mungkin aku bisa menandingimu, lho?"


Dia menempatkan tangannya pada pedang besar yang ada di pinggangnya.


Seketika, dia memancarkan divine power yang mencengangkan, menyebabkan para roh disekitar menjadi ribut.


"T-Tahan, aku ini masih terluka, tau!?"


Kamito buru-buru melambaikan tangannya.


"Fufu, aku bercanda. Aku belum pulih ke kondisi puncak juga."


Leonora menjawab, tapi Kamito gak yakin apakah itu candaan atau bukan.. Leonora mengangkat bahu dan menurunkan pedangnya.


Susah dibayangkan dia jauh dari kondisi puncak mengingat dia telah melawan sejumlah besar roh iblis dengan ganas beberapa jam sebelumnya.


Udah jadi seberapa kuat cewek naga ini.....?


"Aku akan meladenimu kalau semuanya sudah selesai, oke?"


"Fufu, kupegang katamu. Itu akan jadi tarian pedang malam hari, aku akan membawamu sampai titik darah penghabisan."


Menekankan dadanya pada Kamito, Leonora tersenyum nakal.


".....? A-Apa-apaan kau ini!?"


"T-tunggu, Kamito!"


"Kamito-san!?"


"Onii-sama, apa itu tarian pedang malam hari?"


Muir bertanya dengan ekspresi polos diwajahnya.


.....Yang betul saja, menjelaskan ini pada adik angkatnya akan membuatku jadi pengaruh yang buruk.


Ahem ahem, Ellis batuk ringan dan berbicara.


"N-Ngomong-ngomong, soal meminjam kapal Leonora-dono yang barusan dikatakan...."


"Ya, itu benar."


Leonora menjauhkan dadanya yang ditekankan pada Kamito.


"Aku kesini menaiki sebuah kapal naga. Meski itu tipe kecil, kecepatan terbangnya amat sangat cepat."


Kapal-kapal militer dilaporkan merapat di pinggiran kota Akademi. Meskipun Dracunia gak terlalu terkenal atas kapal-kapal militernya, namun lain lagi ceritanya soal kapal naga yang digunakan untuk mengangkut para naga terbang ke medan perang.


Kapal yang membawa Leonora ke sini sepertinya membawa enam naga terbang.


"Kami diijinkan meminjam sebuah kapal militer Dracunia?"


Ellis menanyakan pertanyaan yang sangat wajar.


"Nggak masalah. Kapal itu eksklusif milik keluarga Lancaster."


"S-Sebuah kapal militer pribadi?"


"Seorang Bangsawan Naga memang hebat."


Claire dan Rinslet terbelalak.


"Terimakasih banyak, Leonora-dono–"


"Ya, kami tertolong."


"Aku juga akan menuju ke ibukota kekaisaran nanti. Sebelum itu, aku diberi perintah oleh Yang Mulia Raja Naga untuk melindungi Akademi ini–"


Berkata begitu, Leonora meraih belahan dadanya sendiri dan mengambil sebuah kunci berbentuk naga.


"Ini adalah kunci kapalnya."


STnBD V19 BW03.jpg


"Y-Yang betulan dikit napa kalo nyimpen sesuatu...."


Kamito menerima kunci itu dari dia yang mana masih mengandung kehangatan dari tubuh Leonora.


"Ngomong-ngomong, tolong jangan pakai kabin pribadiku untuk kelakuan gak senonoh."


"Siapa juga yang mau melakukan itu!"


"Hei Onii-sama, aku mau ikut juga."


Lalu, Muir memeluk pinggang Kamito.


Akan tetapi, Kamito menggeleng.


"Nggak, kamu harus tetap disini."


"Eh, kenapa!?"


"Kamu masih belum pulih. Kamu harus istirahat dulu."


Kamito menepuk kepala Muir dan membelai rambut abu-abunya dengan lembut.


Kemampuan khusus Muir, Jester's Vice, memberi dampak besar pada kesehatannya. Itu bisa dengan mudah membuat dia tumbang dan demam, dan saat di Sekolah Instruksional, dia gak bisa menggunakannya secara terus-menerus.


"Tunggu sampai kamu memulihkan staminamu, lalu datanglah ke ibukota bersama Leonora."


".....Baik, Onii-sama."


Muir cemberut dan dengan enggan mengangguk.

Bagian 2

Ibukota Suci Alexandria.


Sebagai ibukota Kerajaan Suci, itu juga merupakan kampung halaman dimana Sacred Maiden Areishia lahir.


Meskipun fungsinya sebagai pusat ekonomi dan pilitik sudah dipindahkan ke ibukota kedua, Meriazel, sejak lama, sejumlah princess maiden yang tinggal dikota ini masih menjadi pusat ilmu pengetahuan dan urusan religius Kerajaan Suci.


Diatas sebuah bukit, menara-menara berwarna putih berbaris rapi seperti para prajurit yang membentuk formasi. Dan yang mengetuai menara-menara ini adalah Istana Holy Lord yang sangat besar.


Dibangun ratusan tahun yang lalu, istana sakral yang megah ini menjulang tinggi diatas semua bangunan lain, mendominasi seluruh ibukota suci.


Dibagian terdalam dari Istana Holy Lord, didalam Aula Paling Sakral–


"Astral Shift di wilayah Akademi Roh Areishia telah dikonfirmasi. Percobaan tersebut bisa dianggap sukses."


Seorang cewek berpakaian jubah suci berbicara dengan kalem.


Cewek muda mengemaskan ini punya rambut pirang sepinggang dan penutup mata di mata kirinya.


Ini adalah roh yang membawa Kegelapan Dunia Lain didalam dirinya–Millennia Sanctus.


"Meskipun dua dari diriku telah hilang, rencananya berjalan tanpa halangan."


"–Bagus, Est."


Duduk di singgasana, Sacred Maiden–Areishia Idriss–berbicara dengan suara yang dipenuhi kasih sayang.


"Dengan ini, pengorbanan Lurie Lizaldia tak akan sia-sia."


"Ya, dia pasti merasa gembira menjadi batu pijakan untuk rencana yang dibuat Holy Lord."


"Aku harap begitu. Bagaimanapun juga, dia mengorbankan nyawanya untuk melepaskan wadah ini."


Sacred Maiden Areishia berdiri dan menatap langit-langit dari aula besar Istana Holy Lord.


Yang terukir disana adalah patung-patung Lima Elemental Lord.


"Dunia ini dipenuhi dengan kesedihan. Karena dosa yang dilakukan 7.000 tahun lalu–"


Lalu, dia memalingkan tatapannya keluar kearah balkon dan melambaikan tangannya.


Sebuah pilar cahaya muncul dari enam gereja di ibukota suci.


Fenomena ini sangat mirip dengan tanda peringatan sebelum Astral Shift di Akademi.


Lalu.


"–Apa maumu, Holy Lord Alexandros!?"


Ditempat ini dimana seharusnya orang dilarang masuk, suatu sosok muncul.


Seorang cewek muda yang cantik mengenakan gaun merah terselimuti kobaran api.


"–Penguasa Api, kenapa anda disini?"


Millennia Sanctus berseru terkejut.


Akan tetapi, Elemental Lord Api yang baru datang mengabaikan dia dan menanyai Sacred Maiden.


"Aku tanya padamu, apa maumu?"


Dihadapkan dengan mata penuh amarah dari Elemental Lord Api–


Sacred Maiden perlahan menoleh dan berkata.


"–Melenyapkan dunia ini yang telah jatuh ke jalan yang salah, dan membangun ulang dunia yang baru."


"Apa?"


"Maka dari itu–Aku akan membuka gerbang ke Dunia Lain."


"....! Apa barusan kau mengatakan gerbang!?"


Volcanicus berbicara jengkel.


"Apa kau sudah lupa dengan makhluk yang ada dibalik gerbang itu? Kita bisa mengalahkan dan mengusir mereka dengan banyak pengorbanan dan sampai meminjam kekuatan dari para roh senjata–!"


"Pastinya aku tidak lupa."


Sacred Maiden mengangguk.


"Justru untuk mendapatkan kekuatan itu, aku akan membuka gerbangnya."


"....Kau!"


Seketika, Volcanicus mengeluarkan kobaran api ganas.


Api terkuat di Astral Zero, yang mana bahkan mampu melelehkan Makam Raja Iblis.


"Holy Lord!"


Millennia Sanctus berteriak.


"–Percuma saja, Volcanicus."


Sacred Maiden mengangkat bahu dan menepis api itu dengan satu tangan.


"......!"


"Saat ini kau hanyalah sebuah avatar, terpisah jauh dari tubuh aslimu."


Volcanicus menggigit bibirnya dan dengan marah melotot pada Sacred Maiden.


"Holy Lord, kau telah dilahap oleh Kegelapan Dunia Lain."


"Tidak, Volcanicus. Aku tidak ternoda oleh Kegelapan Dunia Lain."


"....Apa yang kau katakan?"


"Didalam diriku ada sesuatu yang lain."


Sacred Maiden tersenyum kosong, menekankan tangannya pada jantungnya.


"Bahkan aku terkadang kebingungan membedakan apakah pikiranku ini milikku sendiri atau milik sesuatu yang ada didalam diriku. Akan tetapi, tak peduli siapapun itu, kami berdua mendambakan kekuatan dari Primordial Spirit."


"Apa itu alasan kenapa kau mau membuka gerbang Dunia Lain!?"


"Tepat. Kekuatan itu, mampu ikut campur dalam mengatur hukum alam dunia ini, sangat penting untuk rencanaku."


".......! Gak akan kubiarkan, Holy Lord. Aku sangat menyukai dunia ini!"


Kobaran api memancar dari seluruh tubuh Volcanicus.


Istana Holy Lord berguncang dahsyat dan pilar batu sekeliling meleleh seolah pilar itu adalah permen.


"Sungguh mengejutkan. Kau, sebuah avatar saja–"


"Didunia ini ada seorang teman yang namanya tak bisa kuingat."


Volcanicus berbicara pelan.


Muncul dalam benaknya adalah gambaran seorang cewek berambut merah yang dia temui di Ibukota Raja Iblis.


–Seorang cewek yang sangat mirip dengan seseorang yang dia kenal.


Eksistensi cewek itu bersemayam jauh didalam ingatannya.


"Aku tak akan membiarkanmu mengubah dunia seenakmu sendiri!"


Api merah itu memancar semakin luas, mengubah Istana Holy Lord menjadi lautan api.


–Akan tetapi, Sacred Maiden menggeleng.


"O Penguasa Api yang terhormat. Sayang sekali, kau tak bisa menghancurkan aku."


Segel roh api yang ada ditangan kanannya bersinar merah.


".......! Sialan kau, Alexandros!"


Volcanicus menembakkan kobaran api.


"Percuma saja."


Akan tetapi, api itu diserap oleh segel roh milik Sacred Maiden.


Lalu Sacred Maiden perlahan merapal.


"O Penguasa Api, tidurlah. Biarkan sukmamu berubah menjadi pedang–"


"...! Ah, ahhhhh, ahhhhhhhh!"


Volcanicus berubah menjadi partikel cahaya dan menghilang.


Lalu–


Sesaat setelahnya, sebuah pedang besar berwarna merah, berselimut kobaran api, ada ditangan Sacred Maiden.


Elemental waffe terkuat dari Astral Zero–pedang api Ragnarok.


Melemparkan pedang itu tanpa ketertarikan–


Sacred Maiden menatap ibukota suci yang bersinar.


"–Baiklah, mulai. Astral Shift dari Ibukota Suci."


STnBD V19 BW04.jpg


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 4 - Menuju Ibukota Kekaisaran

Bagian 1

Kapal naga Lancaster nggak sebesar kapal militer Revenant.


Sebagian dikarenakan ukuran kapal ini sendiri termasuk kelas yang lebih kecil dan sebagian karena banyak bagian interiornya digunakan untuk menempatkan para naga terbang dan dek penerbangan yang besar.


Meskipun kristal roh besar digunakan sebagai sumber dayanya seperti kapal-kapal militer pada umumnya, bukannya mendorong kapal ini menggunakan kekuatan dari roh angin, kapal naga terbang ini menggunakan kekuatan roh api untuk menggerakkan silinder besar, dengan demikian mendapatkan dorongan. Dalam hal desain, lebih menitik beratkan pada tenaga kuda untuk membawa para naga terbang bukannya pada kecepatan.


Karena fakta bahwa kemampuan kemudi yang diperlukan lebih rendah daripada kapal-kapal yang digerakkan oleh kristal roh angin, bahkan Ellis bisa mengendalikan kapal ini dengan mudah karena dia cuma bisa mengendarai kapal terbang kecil.


Didalam kapal yang agak sempit ini–


Kamito memberitahu Ellis dan Rinslet tentang percakapan di kantor kepsek.


Ini adalah tentang Holy Lord Alexandros dan Kerajaan Suci, aktif dibalik layar di seluruh sejarah.


Lalu ada masalah tentang Holy Lord yang ingin mendapatkan kekuatan dari para malaikat Dunia Lain, untuk membangun ulang dunia–


".....Membangun ulang dunia kau bilang?"


"L-Lalu apa yang akan terjadi dengan dunia yang sekarang ini?"


"Dunia ini akan menghilang, kurasa. Baik alam manusia dan Astral Zero, tanpa terkecuali."


"Nggak mungkin....."


Tangan Rinslet yang sedang memegang cangkir teh jadi gemetaran.


"Dan juga, meski rencana Holy Lord gagal, setelah gerbang ke Dunia Lain terbuka, ribuan malaikat yang ada di balik gerbang akan keluar."


"Malaikat.... Itu yang merasuki Judia, kan?"


"Ya....."


Kamito menjawab agak ambigu.


Menurut Est, apa yang merasuki adiknya Rinslet, Judia Laurenfrost, hanyalah tipe pengintai.


Nyatanya, tipe tempur Dunamis yang dia hadapi di Akademi jauh lebih kuat daripada malaikat yang di Laurenfrost. Kalau Est nggak membangkitkan sisi roh senjatanya, mungkin itu akan jadi pembantaian sepihak.


Gimanapun juga, setelah gerbang ke Dunia Lain terbuka, dunia ini mungkin akan hancur.


"Kita harus menghentikan Holy Lord dari membuka gerbang ke Dunia Lain."


"....Ya, itu benar."


"Tapi apa tepatnya gerbang Dunia Lain itu?"


".....Siapa yang tau."


Karena Holy Lord harus menghabiskan begitu banyak waktu untuk membuat persiapan yang matang, itu artinya bahwa gerbang tersebut gak mudah dibuka kayak membuka gerbang yang menghubungkan alam manusia dan Astral Zero–


Suasananya semakin suram saat mereka menyadarinya.


Lalu–


"Kamito, aku lapar."


Bersandar pada sofa, bilah Est bersinar.


"....Yah, ayo makan dulu."


"kamu benar. Nona Roh Pedang pasti lapar juga."


Rinslet tersenyum masam dan berdiri.


"Kurasa Leonora bilang kalau masih ada bahan yang tersisa di ruang pendingin."


"Itu sangat membantu."


Berkata begitu, Rinslet membuka pintu ruang pendingin dari dapur.


Didalamnya ada seekor roh yang terlihat seperti seekor kadal putih, menghembuskan udara dingin.


"....Tunggu sebentar, apa-apaan bahan-bahan ini!?"


"Hmm, cuma ada daging."


"Ini agak terlalu berat untuk makan siang....."


"Tahu....."


Est bergumam kecewa.

Bagian 2

Setelah makan siang, Kamito berjalan ke dek.


"....Phew, aku kenyang sekali."


Dia mengusap-usap perutnya sambil berjalan di lorong. Meski begitu, dia cukup terkesan pada seberapa sesuainya kapal ini dengan namanya sebagai kepemilikan dari seorang cewek bangsawan dari kebangsawanan naga. Ruang pendingin itu cuma berisikan steak berkualitas paling mahal.


"Leonora mungkin bisa menghabiskan semuanya sendiri."


Kamito teringat saat ketika princess maiden naga itu membawa dia berkeliling di Dragon Street.


Dia memesan tiga steak dari sapi berukuran naga.


Sebelum tiba di ibukota, rekan-rekan Kamito sepertinya berada di kabin mereka, entah itu membaca atau belajar.


Terutama Ellis, yang tertinggal jauh dalam pelajaran tambahan Akademi, jadi wali kelas dari Kelas Musang telah memberi segunung PR untuk dia.


Mengerjakan PR di saat seperti ini sangat gak bisa dipahami bagi Kamito, tapi Ellis yang disiplin masih berusaha keras pada pelajarannya, mengingat gelarnya kapten Sylphid Knight sebagai panutan untuk siswa lain.


(....Dia betul-betul cewek bangsawan muda apapun yang dia lakukan.)


Tetap saja, itu merupakan pesona tersendiri dari Ellis, pikir Kamito.


Keluar dari lorong, dia sampai di dek besar dimana para naga terbang lepas landas dan mendarat.


Diluar penghalang yang melindungi dari angin terhampar langit yang luas tiada ujung. Dibawah terhampar daratan luas.


"....!?"


Tiba-tiba, mata kirinya terasa sakit lagi.


....Apa cuma bayangan dia aja?


Dia seharusnya nggak menggunakan divine power saat ini–


(....Elemental Lord Kegelapan Ren Ashdoll.)


Kamito paham bahwa kekuatan Raja Iblis didalam dirinya perlahan-lahan mengambil alih tubuhnya.


Seolah menanggapi kebangkitan dari Sacred Maiden–


(....Cih, siapa yang memintamu melahap aku!)


Dia memegang pagar dek erat-erat.


"Kamito—"


Lalu, dia mendengar suara dibelakangnya.


Dia berbalik, dan melihat Claire dan Scarlet menaiki tangga.


"Claire, bukannya kau mengajari Ellis?"


"Sekarang masih istirahat. Mengajari semuanya sekaligus akan buruk bagi dia."


Claire mengangkat jari telunjuk dan mengangkat bahu.


Bukan cuma nilainya yang tinggi di Akademi, tapi kemampuan Claire untuk mengajar juga sama tingginya.


Mungkin dia bisa jadi guru sekolah yang sangat baik, pikir Kamito.


Claire mendekat pada Kamito dan menyandarkan kedua tangannya pada pagar.


Menatap langit yang luas dan pegunungan di kejauhan, dia bergumam.


".....Rasanya seperti waktu berlalu dengan sangat cepat."


"Ya."


Menyelamatkan Fianna lalu mengasingkan diri di Dracunia, menghentikan roh militer yang mengamuk di Teokrasi, melintasi gurun untuk menyaksikan kebangkitan Sacred Maiden di Kota Raja Iblis.


....Semua ini terjadi hanya dalam waktu beberapa minggu.


"Kamito..."


Berbicara pelan, Claire melirik Kamito.


"Apa?"


"Uh, u-umm, bukan apa-apa!"


Claire melambaikan tangannya berulang kali membuat twintailnya ikut melambai juga.


Akan tetapi, ada unsur ketidakpastian di matanya yang seperti rubi.


".....? Ada apa?"


Saat Kamito menatap matanya dan bertanya, wajah Claire langsung tersipu.


"K-Kamito!"


"Hmm?"


"A-Aku adalah tuanmu!"


"Huh!?"


Mendengar itu, Kamito cuma bisa berseru.


"A-Apaan yang kau bicarakan....?"


"Apa, kau lupa? Kau masih roh terkontrakku!"


Claire mengarahkan jarinya dan menujuk hidung Kamito.


"......!"


....Ya, aku memang bilang begitu.


Dihadapkan dengan dia saat dia putus asa ketika Scarlet berubah menjadi roh gila–


Karena kau ingin mendapatkan kekuatan–


Kalau begitu biarkan aku menjadi roh terkontrakmu. Sesuatu seperti itulah.


"Hmph, kayaknya kau akhirnya ingat."


Melihat reaksi Kamito, Claire mengangguk puas.


"Jangan lupa kau adalah roh terkontrakku. Dengan kata lain, aku adalah kontraktornya, elementalis dan tuan!"


"O-Oke."


"Bagus! Itu sebabnya–"


Masih mengarahkan jari telunjuknya pada dia, Claire menatap Kamito dan berkata.


"Kau nggak diijinkan menjadi milik orang lain. Kau milikku, selamanya, ngerti?"


"........"


Ohhh, akhirnya Kamito paham.


Meskipun dia mengatakannya dengan cara yang berlebihan sama seperti saat pertama kali mereka bertemu–


Kali ini, setelah mendengar tentang kekuatan Elemental Lord Kegelapan, dia kuatir pada Kamito.


(....Sungguh cewek yang kikuk.)


Kamito tersenyum masam dan menempatkan tangannya pada kepala Claire.


".....! Hwah! A-Apa yang kau lakukan!?"


"Claire, aku akan selalu jadi roh terkontrakmu."


Saat dia bilang begitu, wajah Claire langsung memerah padam.


"B-Baguslah kalau kau paham!"


Dia memalingkan wajahnya secara paksa.

Bagian 3

Tiga jam telah berlalu sejak mereka berangkat dari Akademi Roh Areishia.


Membawa kelompok Kamito, kapal naga terbang tiba di ibukota kekaisaran, Ostdakia.


Mendaratkan kapal di dataran Sadelka, yang mana telah berubah menjadi medan perang, kelompok itu kemudian berjalan kaki ke gerbang utama.


Berita kedatangan mereka sepertinya sudah menyebar. Para roh yang menjaga gerbang kota nggak menghadang mereka.


"Ayo ke markas ksatria untuk bertemu dengan Nee-sama."


"Ya, ide bagus."


"Yang Mulia kemungkinan sangat sibuk."


Nggak ada yang keberatan, jadi kelompok itu pergi ke pusat kota.


Bendera keluarga kerajaan Ordesia dengan lambang ksatria berkibar di sisi jalan utama.


"Sungguh pembebasan yang damai."


Melihat tak ada tanda kerusakan di bangunan-bangunan, Claire berkomentar.


"Ya. Sepertinya situasinya diselesaikan dengan pertempuran di dataran Sadelka."


Ellis mengangguk dengan ekspresi lembut.


Kakeknya Duke Fahrengart adalah orang yang memutuskan untuk menyerahkan ibukota kekaisaran. Antara kesetiaan terhadap kaisar dan nyawa rakyat di ibukota, dia memilih pilihan yang menghindari tumpahnya darah dari nyawa rakyat.


Adapun untuk bagaimana kakeknya diperlakukan, Ellis pasti sangat ingin tau.


Meskipun Fianna mungkin gak akan memberi hukuman berat, tetap gak diketahui apakah para bangsawan dalam pasukan pemberontak akan menerima keputusan tersebut. Tentunya akan ada bangsawan yang ingin memanfaatkan situasi ini untuk menggantikan keluarga Fahrengart dalam mengendalikan urusan militer Ordesia.


Ini akan bergantung pada wewenang Fianna–


"Ngomong-ngomong, aku gak paham."


"Apa?"


Mendengar gumaman Claire, Kamito bertanya.


"Kerajaan Suci. Kenapa mereka menghilang tanpa mengirim bala bantuan?"


"....Sama. Rasanya agak aneh."


Rinslet menunjukkan perasaan bingung yang sama.


Des Esseintes dari Kerajaan Suci ingin mengendalikan Ordesia dari balik layar, menggunakan Kaisar Arneus sebagai boneka–secara logika seseorang akan menganggapnya seperti itu.


(Orang-orang itu bahkan berkonspirasi untuk menjebak Fianna....)'


Akan tetapi, meskipun pemberontakan dimulai, menurut laporan, Kerajaan Suci menarik mundur semua kardinal dari istana dan nggak mengirim pasukan militer sama sekali.


"Mereka juga menghalalkan segala cara untuk memicu konflik di Teokrasi, kenapa?"


"....Siapa yang tau."


Bukannya mengendalikan kekaisaran, seolah tujuan mereka adalah untuk menebar benih peperangan di seluruh negeri.


Kenapa tepatnya mereka harus melakukan sesuatu seperti itu?


(Tidak, tunggu sebentar....)


Kamito tiba-tiba teringat sesuatu.


Itu adalah kebenaran dari apa yang terjadi seribu tahun yang lalu, yang ditunjukkan pada dia oleh roh Iris di Kota Raja Iblis–


Dengan membujuk pria muda, Solomon, yang telah membenci umat manusia, Holy Lord menciptakan Raja Iblis.


Lalu menggunakan Sacred Maiden Areishia, yang telah diberi sebagian dari jiwa Holy Lord, Holy Lord memusnahkan Raja Iblis yang dia ciptakan sendiri.


Perang Raja Iblis telah membawa kehancuran dan kekacauan yang sangat besar pada benua.


Dan mengipasi api dari balik layar, kenapa Holy Lord melakukan Ini?


"Apapun itu, meski para pesuruh Kerajaan Suci telah menghilang, kita gak boleh lengah."


"Ya, mereka pasti akan kembali!"


Saat Claire mengatakan itu dengan penampilan serius diwajahnya, Rinslet mengangguk.


Kelompok Kamito menyusuri jalan utama dan memasuki gerbang kota bagian dalam.


Saat mereka menyusup untuk menyelamatkan Fianna, mereka menggunakan jaringan seorang pedagang Murder yang diatur oleh Rubia, tapi dikhianati oleh pedagang itu di sebuah lorong bawah tanah.


Kalau Virrey Branford dari Number nggak membantu, mereka pasti akan berkeliaran gak jelas tanpa tau arah di lorong bawah tanah yang luas di bawah ibukota kekaisaran.


(.....Kuharap Virrey baik-baik saja.)


Saat Kamito mengkhawatirkan ksatria yang menghilang itu...


"Ah, Onee-sama~ ...Dan Kamito-sama juga~"


Suara seorang cewek muda yang menggemaskan terdengar dari samping gerbang.


"Mireille!?"


Melihat sosok dari cewek yang berlari kearah mereka, Rinslet terbelalak.


Mengenakan gaun anak-anak, cewek muda ini adalah adiknya Rinslet yang paling muda, Mireille.


"Kenapa kau ada disini, Mireille?"


"Aku datang bersama Wolf Ritter untuk bergabung dengan pasukan Putri Fianna. Bagaimanapun juga, aku juga putri dari Laurenfrost!"


Mireille membusungkan dada kecilnya.


Laurenfrost adalah sekutu pertama yang menanggapi panggilan Fianna. Karena bertanggung jawab untuk pertahanan perbatasan, para ksatria yang berada dibawah mereka juga sangat kuat dalam hal pertempuran. Mireille pasti bergabung dengan pasukan sebagai pembawa bendera yang memimpin Wolf Ritter.


"Mireille, kau masih anak-anak. Medan perang terlalu berbahaya untukmu."


"Jangan khawatir, Onee-sama. Wolf Ritter akan melindungi aku, dan aku juga punya Milla. Selain itu, Judia-oneesama gak bisa meninggalkan kastil karena matanya belum sembuh."


"Milla?" tanya Kamito.


"Ya, nyonya."


Seorang cewek mengenakan pakaian maid keluar dari bayangan bangunan.


"M-Milla, sejak kapan kau ada disana!?"


"Lama tak jumpa, Kamito-sama–"


Berhadapan dengan Kamito yang terkejut, cewek maid itu membungkuk dengan hormat.


Milla Bassett.


Dia aslinya adalah seorang anggota ksatria Rupture Division dari Kerajaan Rossvale, tapi setelah Blade Dance, keluarga Laurenfrost mempekerjakan dia sebagai maidnya Mireille.


Kedua matanya memiliki warna yang berbeda karena mata kirinya dulunya adalah Demon Sealing Eye yang memiliki roh legion yang kuat.


"Kamar telah disiapkan untuk kalian semua di kediaman sekunder Laurenfrost. Silahkan beristirahat sejenak untuk melepas lelah dari perjalanan kalian."


"Terimakasih banyak. Aku sangat ingin mandi."


Claire begitu senang hingga twintailnya berayun-ayun.


"Terimakasih, Milla."


"Jadi aku dapat kamar juga?"


"Tentu saja, Kamito-sama."


Milla berbicara dengan suara tanpa emosi. Sungguh cewek yang tenang.


"Sungguh? Itu sangat membantu, makasih banyak, Milla."


Gak seperti rekan-rekannya yang merupakan para putri bangsawan, Kamito dibesarkan di Sekolah Instruksional yang mana dia bisa tidur dimana saja. Dia awalnya berencana untuk mencari penginapan murah di ibukota kekaisaran.


"Tidak, aku hanya menjalankan tugasku sebagai maid–"


Milla menggeleng.


"Milla bahkan menghabiskan waktu lebih banyak untuk membuat kasurmu, Kamito-sama."


"Apa yang anda katakan, nyonya?"


Mendengar itu, Milla yang tetap tenang sampai sekarang, tersipu dan memukul-mukul punggung Mireille.


"Aku akan senang kalau bisa mandi, tapi bukankah kita harus bertemu dengan Rubia-dono terlebih dahulu?" tanya Ellis.


"....Ya, kau benar juga."


"Apa Rubia-sama ada di Istana Nefescal?"


"Entahlah...."


Claire bergumam ambigu.


Sang Ratu Bencana, yang sebelumnya telah membawa bencana pada ibukota kekaisaran, mungkin gak akan muncul didepan umum. Mungkin dia menunggu tempat lain yang gak mencurigakan?


Jika begitu, menemukan dia di kota yang luas gak akan mudah.


"Kalau begini, kita lanjut saja apa adanya. Beritahu putri kalau kita ada di kediaman sekunder Laurenfrost. Gimanapun juga, kita harus berhubungan dengan putri."


"....Begitu juga bisa. Ellis, tolong kirim pesan ke istana."


"Ya, dimengerti."


Ellis menciptakan sebuah bunga transparan ditangannya.


Ini adalah sihir roh Wind Ear untuk mengirim suara ke suatu tempat.


Bunga itu melayang dan terbang menjauh.


"Onee-sama, aku ingin makan nasi omelet buatanmu."


"Baiklah, aku akan membuatnya."


"Wow~, Nee-sama memang wanita yang bakat masak!"


"A-Apa yang kau katakan, Mireille?"


Memegang tangan Rinslet, Mireille berpaling ke belakang dan melirik Kamito beberapa kali.


"Mereka sangat dekat."


"Hmm, kalau aku melakukan itu pada kakak, aku akan menerima hukuman tinju besi."


Mendengar gumaman Kamito, Ellis mengangguk beberapa kali.


Melihat kakak beradik berjalan sambil berpegangan tangan dengan lembut, Claire menatap mereka sendu disertai setitik kecemburuan.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 5 - Tekad Rubia

Bagian 1

Dengan dipandu Milla, mereka sampai di kediaman sekunder Laurenfrost, berlokasi di pinggiran distrik aristokrat.


Meskipun tempat ini cukup jauh dari Istana Nefescal, ini terletak di lokasi yang tenang dengan banyak pemandangan hijau.


Meninggalkan Kamito di kamarnya, Claire dan yang lainnya pergi ke fasilitas pemurnian di luar kediaman.


"Aku senang sekali mendapat fasilitas pemurnian yang layak. Aku harus berterimakasih pada Milla."


"Ya, dikapal sangat panas dan aku banyak berkeringat."


Mengatakan itu, Ellis menaruh seragamnya yang dilipat di sebuah keranjang pakaian di ruang ganti.


"Ini adalah sebuah kuil yang biasanya digunakan untuk memuja Elemental Lord Air."


Rinslet berbicara sambil mengangkat jari telunjuknya.


Kabarnya, tempat ini biasanya bebas digunakan oleh para princess maiden di ibukota kekaisaran, tapi saat ini, tempat ini telah dipesan secara eksklusif.


Setelah melepas baju, ketiga cewek telanjang itu membasuh diri didepan kuil dan masuk ke ruang mandi.


Ini adalah fasilitas pemurnian bergaya sauna yang cukup langka di Ordesia. Bathtub luas diatur dengan saling menghubungkan kristal roh air dan api untuk menghasilkan uap yang banyak.


"Mereka bahkan punya pemandian neraka bekuFrozen Hell dari Laurenfrost."


".....? Apaan itu?"


Rinslet menunjuk sebuah bathtub yang mana terdapat bongkahan es besar yang mengapung.


"M-Masuk ke bak semacam itu akan membunuhku!"


Claire bergidik.


"Ya ampun, aku dan Mireille menggunakan ini sejak kami masih kecil."


"Eh... Seperti yang biasa ku bilang, di wilayah perbatasan...."


"Apa, kau menjelekkan Laurenfrost!?"


Rinslet cemberut gak senang dan menyentuh punggung Claire dengan jari yang diselimuti udara dingin.


"Hyah!"


Teriakan-teriakan imut Claire segera memenuhi pemandian itu.

Bagian 2

Ketiga cewek itu duduk berdampingan di bangku didekat dinding.


Uap sauna yang memenuhi seluruh fasilitas pemurnian sangat menenangkan.


"Ini bagus sekali. Rasanya semua rasa lelah diseluruh tubuhku menghilang sekaligus."


"....Y-Ya."


Berkata begitu, Caire menatap dada Ellis penuh kebencian yang mana dia duduk agak jauh.


(....Pastinya, punya Ellis memang besar.)


Duduk berdekatan, payudara Rinslet juga setara dalam hal ukuran.


Dengan mereka duduk berdampingan, setiap perbedaan dalam figur diantara mereka menjadi teramat sangat jelas.


(....i-ini sungguh gak adil.)


Claire cemberut gak senang.


"Claire, nggak peduli gimana kau membusungkan dadamu, itu percuma saja."


"...! S-Siapa yang membusungkan dada!?"


Wajahnya memerah dan berteriak.


Sebagai tanggapan, Rinslet tersenyum penuh kasih.


"Nggak apa-apa, kau nggak perlu kuatir. Masih ada ruang untuk pertumbuhan. Pada akhirnya kau akan bisa mengimbangi kapten kalau kau mengikuti instruksiku setiap hari untuk teknik memperbesar payudara yang kuajarkan padamu–"


"Rinslet, a-apa yang kau bicarakan!?"


Ellis dengan panik menutupi payudara besarnya yang pucat dengan tangannya.


Namun, gak mungkin dia bisa menutupinya sepenuhnya.


"B-Betul! Selain itu, teknik memperbesar payudara yang kau ajarkan–"


Di tengah kalimat, Claire berhenti.


Teknik memperbesar payudara yang diajarkan Rinslet memerlukan dadanya harus dipijat oleh orang yang dia sukai.


(M-Meminta gebetanku memijat payudaraku, gimana bisa aku melakukannya...)


"Claire, kau ngebayangin siapa saat ini?"


"Uwah, a-aku gak bayangin siapa-siapa!"


Dengan panik Claire membantah.


"Fufu, kayaknya sedang ada percakapan yang menarik."


"Fianna!?"


"Yang Mulia!"


Lalu, Fianna muncul, berbalut handuk mandi.


"Fianna, gimana situasi di dewan kekaisaran?"


"Untuk saat ini masih ditangguhkan. Aku ingin meluangkan sedikit waktu untuk mandi."


Fianna duduk disamping Claire dan menuangkan sebaskom air ke tungku.


Dia pasti mengetahui tentang lokasi fasilitas pemurnian ini dari Milla atau Mireille.


"Yang jelas, makasih atas upayamu. Apa semuanya berjalan dengan baik soal menyatukan pendapat di dewan?"


Mendengar pertanyaan Claire, Fianna menggeleng.


"Nggak terlalu baik. Aku juga gak bisa menghukum setiap bangsawan dari faksi kaisar."


"Yah, itu pasti situasi yang sulit...."


Mendengar itu, Claire mengangkat bahu.


"Apa kau berencana menjadi ratu Kekaisaran Ordesia?"


"....Itu sama sekali gak lucu."


Fianna menghela nafas dan berbicara.


"Meskipun aku memproklamirkan Ordesia Sah sebagai lambang pasukan pemberontak, aku gak ingin memainkan bagian dari seorang ratu atau semacamnya setelah membebaskan Ordesia dari Kerajaan Suci."


"Benarkah? Kupikir kau melakukan tugas yang mengagumkan lho."


"Pada akhirnya, aku cuma bertindak sebagai pemimpin. Setelah Yang Mulia Kaisar sembuh dari penyakitnya, aku akan mengembalikan semua otoritasnya."


Fianna mengangkat bahu lalu berbisik di telinga Claire.


"Selain itu, kalau aku betul-betul menjadi ratu, maka aku gak akan bisa menikahi Kamito-kun, kau tau."


"....! K-Kau, k-kau, apa yang kau katakan!?"


"Gimanapun juga, aku mencintai Kamito-kun. Claire, bisakah kau sedikit lebih jujur juga?"


"...~!"


Dihadapkan pada Fianna yang tertawa kecil sambil memasang senyum mengejek, Claire menggerutu dan mengerutkan bibirnya.


"Y-Yang Mulia–"


Lalu, Ellis menyela.


Dengan ekspresi cemas disertai kekuatiran dalam benaknya, dia berbicara.


"Bolehkah saya bertanya apa yang akan terjadi pada kakek saya yang masih setia kepada Arneus?"


"Duke Fahrengart akan menerima kelonggaran. Gimanapun juga, berkat dia lah ibukota bisa direbut dengan damai. Dan juga, karena pergerakan selanjutnya dari Kerajaan Suci gak diketahui, aku yakin dewan kekaisaran gak akan mau kehilangan seorang komandan militer yang luar biasa."


"Saya paham. Itu merupakan berita yang sangat bagus bagi saya."


Ellis menghela nafas lega dalam-dalam saat dia mendengar jawabannya.


"Oh, iya–"


Seolah dia teringat sesuatu, Fianna berkata.


"Ellis, aku menominasikanmu sebagai ajudanku."


".....Huh?"


STnBD V19 BW05.jpg


"Apa kau bilang ajudan?"


Ellis cuma bisa terbengong kaget. Claire juga terkejut.


Melayani sebagai ajudan untuk anggota keluarga kerajaan dianggap sebagai kehormatan tertinggi bagi para Imperial Knight. Mereka merupakan orang paling elit dari yang elit, pada dasarnya merupakan kandidat Number dimasa depan.


Memang, itu pastinya bukan masalah bagi Ellis mengingat statusnya sebagai putri bangsawan dari keluarga Fahrengart, tapi di nominasikan sebagai ajudan dikala masih seorang siswa, hal itu belum pernah terjadi sebelumnya.


"S-Saya tidak layak, saya menjadi ajudan itu–"


"Setidaknya Ellis yang paling bisa diandalkan. Dan gak perlu dipertanyakan soal kemampuannya."


Sejak mereka berada dalam pengasingan dari Ordesia, Ellis telah melayani sebagai pengawal dan sekretaris Fianna, serta memiliki kemampuan tempur yang tinggi.


Gak mengejutkan kalau Fianna ingin mempertahankan rekannya yang paling handal dan terpercaya tetap disampingnya.


"T-Tapi.... Apa benar-benar tidak apa-apa bagi saya untuk menerima posisi ini?"


"Ya, aku mengandalkanmu."


"...Hmm."


Ellis ragu-ragu untuk sesaat lalu mengangguk.


"Saya mengerti. Keinginan anda adalah perintah bagi saya, Yang Mulia."


Berkata demikian, dia menanggapi dengan etika sempurnya dari ksatria.

Bagian 3

Kamito merasakan rasa sakit yang tajam dimata kirinya, seolah berdarah.


"...Guh, ah...!"


Rasa sakit yang teramat sangat membuat dia hampir pingsan. Kamito membuka mata kanannya.


....Mimpi itu lagi.


Suatu dunia dari masa lalu, siapa yang tau berapa ratus tahun yang lalu.


Dunia dari ingatan Elemental Lord Kegelapan Ren Ashdoll–


Di langit yang tertutupi awan abu-abu gelap, suatu lubang besar tiba-tiba muncul.


Kegelapan yang lebih gelap daripada malam yang gelap muncul dari lubang itu tanpa henti.


Kegelapan itu seolah akan menyelimuti seluruh dunia–


"...Apa itu... Kegelapan Dunia Lain....?"


Menatap lubang yang melubangi langit, Kamito bergumam dalam keadaan linglung.


(Mimpi tadi pagi soal Perang Roh–)


Lalu dari periode apa pemandangan yang terpampang didepan matanya saat ini?


Dia melihat partikel cahaya muncul di pusat lubang dimana kegelapan itu keluar secara terus menerus.


Cahaya itu membentuk humaniod-humanoid bersayap, turun ke tanah satu per satu.


Penampilan itu nggak asing bagi Kamito.


"....Apa mereka para malaikat?"


Ratusan malaikat Dunamis yang merentangkan sayap cahaya mereka mendarat di hutan rimba terpencil.


Lalu dalam sekejap, kobaran api merah melahap seluruh daratan.


"......!?"


Yang mengeluarkan api itu adalah seorang cewek yang memegang sebuah pedang besar.


Melayang di udara, dia dengan dingin menatap daratan yang terbakar hebat.


Rambut merahnya yang berkibar tertiup angin bersinar merah terang karena cahaya dari api.


(Siapa dia...?)


Disamping cewek itu ada orang lain yang bersenjatakan tombak dan staf.


Yang memegang sebuah tombak sihir berselimut angin ganas adalah seorang cewek berrambut hijau yang kelihatan berusia sekitar 20'an.


Cewek yang satunya, memegang sebuah staf yang diselimuti pusaran air, Kamito mengenalinya.


Itu adalah Iseria Seaward yang pernah dia temui di Astral Zero.


Kalau begitu, dua cewek lainnya adalah Elemental Lord Api dan Elemental Lord Angin?


"....Para Elemental Lord melawan para malaikat?"


Lalu, kegelapan merembes dari mata kirinya yang sakit layaknya darah.


"......!?"


Jatuh ke kakinya, kegelapan itu segera mulai melahap tubuh Kamito–


(.....Ini gawat...!)


Ditengah kegelapan itu, Kamito meronta dan mengulurkan tangannya.

Bagian 4

"......!?"


Terbangun–


"...Ugh!"


Squeeze.


Dia merasakan sensasi menyenangkan di tangan kanannya.


(.....Nggak mungkin!?)


Mempertahankan postur tangannya yang terulur, Kamito bertanya-tanya dalam keadaan pikirannya yang masih belum sepenuhnya terbangun.


Dia mendengar jeritan manis–


Squeeze. Squeeze.


"....mm... D-Dasar bajingan... A-Apa yang... kau lakukan!?"


"...Huh?"


Akhirnya menyadari bahwa dia telah bangun dari mimpinya, Kamito membuka matanya secara paksa.


Dan melihat, didepan tangan kanannya yang terulur–


"–Apa kau mau berubah jadi arang saat ini juga?"


Seorang cewek cantik mengenakan seragam militer. Pundaknya gemetaran seraya dia menatap Kamito penuh kemarahan.


"Woah, Rubia!?"


Kamito dengan panik menarik tangannya, hampir terjatuh dari ranjang.


Dia gak menyangka tangan yang dia ulurkan saat bermimpi telah menyentuh dada Rubia.


....Kalau gitu, suara manis barusan berasal dari dia?


(....Tidak, tunggu sebentar, kenapa Rubia ada disini!?)


Apa dia masih bermimpi?


Masih dalam keadaan bingung, Kamito melihat sekeliling.


Karpet berbulu yang terbuat dari kulit hewan. Dinding berwarna krem. Sebuah lampu kecil disamping bantal berbentuk seperti kepala serigala.


Ini adalah kamar di kediaman sekunder Laurenfrost dimana Milla Basset memandu dia kesini.


(....Kayaknya ini bukan mimpi.)


Kamito memalingkan tatapannya kembali ke Rubia yang duduk di ranjang.


"Pastinya, kau memang Raja Iblis Malam Hari. Mungkin kau harus dilenyapkan saat ini juga."


Dengan mata menakutkan, dia menatap dingin Kamito.


"T-Tunggu, aku nggak sengaja...!"


Merasa nyawanya betul-betul dalam bahaya, Kamito berbicara dengan panik.


"....Ngomong-ngomong, kenapa kau ada disini!?"


Saat dia bertanya, Rubia menggigit bibirnya gak senang.


"Aku datang untuk memastikan apakah kekuatan Elemental Lord Kegelapan menggerogotimu."


"....Huh?"


"Saat pertempuran untuk merebut kembali Akademi Roh Areishia, kau pasti menggunakan banyak divine power, kan?"


Berkata begitu, Rubia memasang ekspresi serius saat dia mengamati mata Kamito.


"–Matamu kenapa?"


"....."


Dia mungkin bertanya tentang mata kirinya yang masih agak sakit.


Mungkin segel roh Ren Ashbell muncul lagi.


"Kau menyadarinya? Gak ada yang bisa lolos darimu huh?"


Kamito menyerah dan mengangkat bahu.


"Apa itu segel roh milik Elemental Lord Kegelapan?"


"....Ya."


Kamito mengangguk. Rubia sedikit kaget.


"Aku gak menyangka sudah sampai tahap ini–"


"Aku bermimpi tentang ingatan dari Elemental Lord Kegelapan barusan. Meskipun saat ini Restia menekannya, sejujurnya, kurasa itu gak akan bertahan lama."


Menatap tangan kirinya yang memakai sarung tangan kulit, Kamito menggeleng.


"Begitukah?"


Mendengar itu, Rubia menunduk dan menggigit bibirnya.


Berbagi mimpi dengan roh.


Dia tau betul apa maksudnya.


"Sudah kuduga, datang kesini untuk memeriksa situasinya adalah hal yang tepat."


".....?"


Mendengar gumamannya–


Kamito mengernyit.


"Apa maksudmu...?"


"Pejamkan matamu sebentar, Ren Ashbell."


"...!?"


Lalu, Kamito merasa bahunya dipegang. Dia ditarik.


Wajah Rubia berada tepat didepan dia.


Mata jernih yang seperti rubi. Bibir merah yang menggemaskan.


Mungkin dia baru mandi. Aroma sabun memasuki hidung Kamito.


(.....D-Dekat banget!)


Kamito merasa jantungnya berdetak gak karuan.


".....! Rubia! A-Apa yang–"


"Jangan buat aku mengulanginya. Pejamkan matamu. Dan juga, jangan berisik."


"...!?"


"Aku seorang wanita. Aku juga merasa malu."


Suaranya yang agak serak berbisik ditelinga Kamito.


Kamito bisa merasakan sensasi dari payudara Rubia yang kecil namun berisi dibalik seragam militer itu.


"Apa....."


Seolah untuk menyela perkataan Kamito–


Bibir Rubia mengunci bibir Kamito.


(!?)


Gedubrak–


Jantungnya berdetak semakin gak karuan.


Disaat yang sama, divine power dalam jumlah besar mengalir ke seluruh jaringan di tubuhnya.


Sirkulasi divine power didalam dirinya sepertinya telah diperbarui.


"Mm..."


Dengan erangan manis, Rubia perlahan memisahkan bibirnya dari bibir Kamito.


Dengan pipi yang merah dan mata berair, dia menatap mata Kamito.


"A-Apa...."


"–Segel rohnya sudah menghilang."


Berkata begitu, Rubia menyentuh bibirnya dengan jarinya yang ramping.


"Ah....."


Saat itulah Kamito menyadari.


Rasa sakit di mata kirinya telah menghilang sepenuhnya.


"....Apa yang kau lakukan?"


Masih bingung, Kamito bertanya.


Seluruh tubuhnya terasa nyaman, seolah dia melayang.


"Ini adalah sebuah sihir ritual milik princess maiden. Itu menyebabkan divine power hitam didalam dirimu mengalir ke tubuhku."


Rubia berbicara dengan nafas tersengal-sengal.


"Harusnya ini akan sedikit mengurangi bebanmu...."


Berkata begitu, Rubia mencengkeram dadanya kesakitan, seolah dia akan pingsan.


"H-Hei, apa kau baik-baik saja!?"


Kamito dengan panik menangkap dia.


Pundak Rubia terasa sangat panas saat disentuh, hampir seperti sebuah tungku yang menyala.


"Membiarkan divine power hitam beredar? Apa itu berbahaya?"


"....Itu cuma akan membuat tubuh sedikit tegang..."


Seraya Rubia berada di pelukan Kamito, wajahnya mengernyit kesakitan.


"Tegang, kau–"


"Pastinya, ada batasan terhadap tubuhku yang telah kehilangan kesucian dari seorang princess maiden, kurasa–"


Terengah-engah, dia bergumam mengejek diri.


".....! Kau, jangan berlebihan...."


"...Ini bukan masalah besar. Meskipun ini adalah pertama kalinya, itu berhasil–"


Dengan wajah merah, Rubia menundukkan kepalanya.


"...Pertama kali?"


Apa yang dia maksudkan? Sesaat Kamito gak paham.


Segera menutupi bibirnya dengan tangannya, Rubia menggeleng rusuh.


"B-Bukan apa-apa, gak usah dipikirkan....!"


".....?"


Sikapnya yang aneh membuat Kamito semakin bingung.


–Lalu.


<—nal... Cardinal, bisakah kau mendengarku! Aku punya laporan penting—!>


Statis–suara serak terdengar.


Itu adalah Lily Flame dari Sekolah Instruksional.


Rubia langsung memasang ekspresi serius dan mengeluarkan sebuah jimat dari saku dada seragam militernya.


Voice Print Talisman–Ini adalah alat sihir yang digunakan oleh para princess maiden untuk menyampaikannya suara dalam jarak tertentu.


"Aku dengar. Ada apa?"


Mendengar balasan tenang dari Rubia–


Lily berbicara dengan suara berguncang.


<—Ibukota Suci Alexandria. Telah menghilang.>

Bagian 5

Gunung suci Londinia. Itu adalah tempat kelahiran Sacred Maiden Areishia dan juga pusat dari keyakinan Holy Lord.


Di gunung itu–


"Apa....!?"


Luminaris, kapten dari Sacred Spirit Knight, jatuh berlutut karena terkejut.


Tempat pulangnya mereka–ibukota suci Alexandria–telah lenyap.


Bukan dilenyapkan oleh bencana seperti gempa bumi atau gunung meletus.


Tapi lenyap begitu saja, seolah ibukota suci telah dibawa pergi.


Dipermukaan gunung suci yang besar itu, yang tersisa hanyalah sebuah lubang besar yang gelap.


Lebih gelap daripada malam hari, suatu kehampaan dimana cahaya tak bisa menebusnya.


"A-Apa yang terjadi? Kemana hilangnya Alexandria....?"


Gak seorangpun menjawab gumaman Luminaris.


Hanya suara angin berderu yang bergema dipegunungan yang telah kehilangan tanah sucinya.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 6 - Menghilangnya Ibukota Suci

Bagian 1

Berita menghilangnya Ibukota Suci Alexandria segera menyebar ke seluruh benua.


Sebuah kota besar beserta isinya menghilang secara tiba-tiba, itu merupakan hal yang belum pernah terjadi di seluruh sejarah benua.


Menerima laporan itu, Fianna segera memanggil para bangsawan untuk mengadakan rapat darurat dewan kekaisaran.


"Tak bisa dipercaya, Alexandria lenyap?"


Didalam aula bulat di dewan kekaisaran, seorang aristokrat berseru.


"Itu memang sulit dipercayai. Apakah laporannya bisa dipercaya?"


"Konfirmasinya masih dalam proses. Akan tetapi, menurut laporan-laporan dari perbatasan kita, berita itu kemungkinan besar memang benar."


Berdiri ditengah aula, Fianna berbicara.


"Bukannya hancur, tapi lenyap...?"


"Itulah yang dikatakan sumber kita."


"T-Tapi apa itu mungkin....?"


Dewan kekaisaran dilanda kebingungan.


(....Oh yah, memang wajar sih mereka begitu.)


Bersandar di dinding aula dewan kekaisaran, Kamito bergumam sambil menyilangkan tangan.


Gak ada laporan terperinci pada saat ini, cuma ada rumor gak jelas saja. Ditambah fakta bahwa Kekaisaran belum lama ini dalam keadaan kacau, cuma bisa memaklumi saja kalau para bangsawan kehilangan ketenangan mereka.


"Itu emang betul? Kabar menghilangnya Ibukota Suci–"


Claire berbisik.


"....Untuk saat ini masih belum bisa dipastikan."


"Sebuah kota lenyap dalam sekejap, itu belum pernah terjadi sebelumnya."


"Sylphid Knight pernah mengadakan tur latihan yang mana termasuk menginap di Ibukota Suci. Kota itu kira-kira seluas kota Akademi. Gak habis pikir kota itu bisa lenyap–"


Ellis memiringkan kepalanya penuh kebingungan.


"Mungkinkah kota itu dilanda suatu bencana yang sama yang menghancurkan kampung halamanku?"


Memikirkan sesuatu, Claire menopang dagunya.


"Claire, apa ada yang terpikirkan olehmu?"


"Ya, avatar Elemental Lord Api ada dikota itu."


"Oh...."


Mendengar bisikan Claire, Kamito mengerang.


Pemenang Blade Dance, Kamito dan timnya telah berhasil membebaskan Elemental Lord Api.


Tapi menurut Rubia, jiwa Elemental Lord Api yang telah bebas sepertinya dipindahkan ke Ibukota Suci.


Kerajaan Suci pasti telah merencanakan untuk menguasai Elemental lord Api sejak lama.


Nyatanya, di Kota Raja Iblis Elemental Lord Api bersama Sacred Spirit Knight.


"Apa Kerajaan Suci mengacau, menyebabkan Elemental Lord Api mengamuk?"


"Bisa saja begitu. Kalau kekuatan Elemental Lord Api dilepaskan, menghancurkan sebuah kota sangatlah mudah."


"Itu benar–"


Bahkan piramida Makam Raja Iblis dilelehkan dalam sekejap mata oleh Elemental Lord Api.


Melenyapkan Ibukota Suci dalam sekejap bukanlah hal yang mustahil.


"Tapi menurut Lily, kota itu lenyap secara tiba-tiba tanpa ada tanda kehancuran."


"...Ya, itu cukup sulit dipercaya."


Claire berpikir secara mendalam lagi.


Saat dewan terus dalam kondisi kacau, seorang princess maiden masuk ke tengah aula.


"Siapa itu?"


"Oh, itu Lady Rosamia Ashel!"


Rinslet berseru pelan.


"Eh, itu sang Heavenly Eyes yang terkenal–"


Penuh ketertarikan, Kamito menatap princess maiden yang memiliki rambut hitam indah itu.


"Heavenly Eyes" Rosamia Ashel.


Kamito pernah mendengar namanya saat dia masih di Sekolah Instruksional.


Dia adalah Number kedua, serta ksatria operasi khusus peringkat tertinggi.


Di usia 25, dia adalah Number tertua.


Rasamia Ashel membungkuk pada para bangsawan sebelum merapal sihir ritual.


"Dia mau apa?"


"Ini adalah sihir roh Clairvoyance. Kemampuan untuk mengamati situasi dari jauh."


"Seperti sihir yang digunakan oleh Putri Linfa dari Four Gods, huh?"


"Ya, tapi tingkatannya lebih tinggi–"


Setelah beberapa saat, sebuah bola transparan muncul di tengah aula.


Yang diproyeksikan pada permukaan bola itu adalah sebuah gambaran jernih. Aula itu segera menjadi ramai.


Gambaran itu diproyeksikan dari mata seekor roh.


"A-Apa itu?"


"Apa yang terjadi?"


Claire dan para cewek juga memfokuskan pandangan mereka pada gambaran yang ada pada bola itu.


Pegunungan Londinia yang besar tercungkil.


Gak ada yang tersisa yang membuktikan bahwa sebuah kota megah pernah ada disana.


Gak ada jejak kehancuran sedikitpun.


Yang tersisa hanyalah ruang kosong yang gelap yang mana bahkan cahaya gak bisa menebusnya.


"Apa sebenarnya yang terjadi?"


Saat Kamito bertanya terkejut.


"–Tanda-tanda dari Astral Shift."


Sebuah suara tenang terdengar dari belakang dia.


"N-Nee-sama!?"


Kamito dan Claire menoleh ke belakang, dan melihat Rubia berdiri disana memakai sebuah topeng merah.


"Astral Shift kau bilang?"


"Ya, tepat. Menurut laporan, saat alam manusia dan Astral Zero bersatu, ruang kosong semacam ini akan tertinggal di lokasi dimana Astral Shift terjadi. Akan tetapi, semua laporan sebelumnya hanya berkaitan dengan pergeseran berskala kecil yang terjadi secara alami di tempat-tempat seperti Hutan Roh–"


"Jangan bilang seluruh kota itu melakukan Astral Shift..."


"Lalu Ibukota Suci dipindahkan ke Astral Zero?"


"Ya, sepertinya begitu."


Rubia mengangguk.


"mungkinkah Astral Shift di Akademi adalah percobaan untuk ini?"


"....Kemungkinan begitu. Tapi apa tujuannya...?"


Gambaran mengerikan yang ditampilkan di bola itu membuat dewan kekaisaran semakin kacau.


Seluruh aula menjadi berisik.


"Tenanglah–"


Fianna berbicara tegas. Lalu....


Gambaran pada bola itu berguncang keras.


"...!?"


Pegunungan itu diselimuti cahaya yang menyilaukan. Lalu, gak ada yang bisa dilihat.


"Dame Rosamia, apa ini!?"


Fianna berbalik untuk menanyai Rosamia Ashel.


Yang dia lihat–


"...Ah, ah, ahhh, ah... Ooh, ahhhhhhhhh!"


Sang princess maiden Heavenly Eyes memegang kepalanya dan mulai mengerang kesakitan.


"Dame Rosamia!? A-Apa kau baik-baik saja?"


"...Ah, ooh... Ahhh, telah.... dikeluarkan...."


"...Huh?"


".....Sebuah peringatan.... telah, dikeluarkan... Ahhhhhhhhhhhhhhhh!"


Mata Rosamia berputar dan dia berteriak, pingsan ditempat, jatuh ke lantai.


Aula langsung ribut.


"Gangguan roh! Segera pasang sebuah penghalang!"


Fianna yang pertama mengetahui hal ini segera mengeluarkan perintah pada Number yang bertindak sebagai pengawal.


Seseorang telah membajak roh terkontrak milik Rosamia.


(....Seseorang menganggu roh milik salah satu Number Kekaisaran dari luar?)


Dengan tangannya berada di gagang kedua pedangnya, Kamito terkejut.


Berapa banyak elementalis yang mampu melakukan hal itu di benua?


Dua ksatria yang berdiri di sudut aula segera mengeluarkan sebuah penghalang isolasi.


Harusnya ini merusak gangguan pada Rosamia–


Lalu, bola yang melayang di udara berubah.


Cahaya menyilaukan tersebut menghilang dan sebuah gambaran muncul.


"H-Hei, jangan bilang itu....!?"


Claire menunjuk bola tersebut dan berteriak.


"...!?"


Melihat sosok yang muncul di bola itu, Kamito juga terkesiap.


Itu adalah seorang cewek muda pirang, mengenakan armor putih.


Yang muncul disana adalah–


Sacred Maiden legendaris yang telah bangkit di Kota Raja Iblis.


"Sacred Maiden Areishia..."


Sang Sacred Maiden di bola itu menatap para bangsawan dengan matanya yang berwarna biru.


`–Aku Holy Lord Alexandros. Aku mengeluarkan peringatan terakhirku pada kalian.`


Itulah yang dia katakan.

Bagian 2

Holy Lord Alexandros.


Itulah dia, menggunakan penampilan Sacred Maiden Areishia, menyebut dirinya sendiri.


Cahaya suci dan murni dari Sacred Maiden memberi perasaan takut dan hormat yang absolut.


Para bangsawan di dewan menahan nafas mereka, menatap dia penuh kekaguman.


"P-Penampilan sakral itu–"
"Sang Holy Lord?"
"Sulit dipercaya....."


Gak seorangpun di dunia ini yang pernah melihat penampilan para Elemental Lord.


Bahkan Sacred Maiden Areishia yang dikenal pada generasi-generasi selanjutnya hanya melalui gambaran saja.


Akan tetapi, semua orang yang ada percaya bahwa mereka sedang menatap Holy Lord asli.


Kemuliaan absolut itu memberi rasa takut sejati pada manusia.


"...!?"


Bahkan Kamito dan rekan-rekannya gak bisa berkata apa-apa, dikuasai oleh hawa kehadiran yang sangat kuat.


"Aku gak pernah menyangka, menampakkan diri disini–"


Claire menyeka keringat di keningnya.


"....Apa yang sedang terjadi?"


Lalu–


"Pelayan setia dari para Elemental Lord, manusia dari alam manusia–"


Didalam aula yang hening, suara Sacred Maiden bergema.


"–Kuberikan peringatan terakhir pada kalian."


(....Peringatan terakhir, lagi?)


Pikiran Kamito keruh.


Kebingungan muncul diantara para bangsawan, diredakan oleh cahaya mulia.


Di seluruh sejarah, para Elemental Lord gak pernah mengeluarkan sebuah peringatan dengan cara seperti itu.


Dan juga–


(Dia bilang terakhir–)


"–Tiga hari lagi, dunia ini akan menghilang."


Itu dinyatakan oleh Holy Lord dengan penampilan seorang cewek muda.


"....! A-Apa!?"
"Barusan itu apaan...?"
".....Menghilang?"


Aula itu seketika menjadi kacau.


"A-Apa maksudnya ini!?"
"Apa?"


Pernyataan yang betul-betul sepihak itu bahkan membuat Claire dan para cewek yang lain, yang mana sudah mengetahui tujuan Holy Lord, tak mampu menyembunyikan keterkejutan mereka.


Itu antara ungkapan ramalan, sebuah teka-teki atau sebuah perumpamaan.


–Itu betul-betul sebuah peringatan.


Disampaikan dengan jelas bahwa niatnya adalah untuk menghapus dunia saat ini.


"Aku yang akan membangun kembali dunia yang telah jatuh ke jalan yang salah ini. Alam manusia dan Astral Zero akan sepenuhnya dihapuskan, untuk menciptakan dunia yang tepat–"


Sebuah suara damai dipenuhi rasa sayang yang lembut terdengar.


Semua bangsawan tak bisa berkata apa-apa, mendengarkan peringatan itu dengan syok.


Manusia tak bisa membantah perkataan Elemental Lord.


Tanggapan yang bisa mereka berikan pada Elemental Lord agung adalah ritual persembahan.


Bahkan saat Elemental Lord Api menghancurkan wilayah Elstein dan mengambil kekuatan api–


Rakyat Ordesia tak berdaya, hanya bisa patuh menahan amarah itu.


"–Saat gerbang penghancuran terbuka, aku memberi kalian kesempatan untuk menikmati saat-saat terakhir. Ini adalah berkah pada ras manusia yang telah memberi kesetiaan."


"–Gak masuk akal!"


Crack.


Claire memukul lantai dengan Flametongue.


Matanya yang jernih seperti rubi menatap Sacred Maiden yang ada didalam bola.


"Apanya yang berkah? Aku gak akan membiarkanmu bertindak seenak jidatmu!"


"H-Hei, Claire?"


Sacred Maiden menatap dingin Claire.


"–Kau memang tidak salah. Dunialah yang salah."


"....! Apa kau bilang!?"


"Kuharap kau bisa menikmati kebahagiaan terakhirmu–"


Setelah membuat gerakan rest in peace dengan tangannya didepan dadanya, sang Sacred Maiden–


Dia menghilang ditengah cahaya yang menyilaukan.

Bagian 3

Dewan kekaisaran dipaksa berakhir ditengah kekacauan.


Pertama menghilangnya Ibukota Suci, dilanjutkan dengan peringatan dari Holy Lord untuk menghapus dunia.


Sudah wajar kalau mereka panik.


"Peringatan Holy Lord barusan sepertinya mencapai semua kuil diseluruh benua."


Sambil berjalan di koridor menuju ruangannya, Fianna berbicara.


"Dengan kata lain, setiap negara saat ini dalam keadaan kacau juga."


"Ya, sepertinya begitu...."


Fianna menjawab muram pada bisikan Claire. Setelah menyuruh pergi para ksatria pengawalnya, dia cuma bersama Claire dan tim Scarlet.


"Sebuah pernyataan sepihak untuk menghapus dunia, siapa yang bisa menerimanya!?"


"Terlalu gak masuk akal!"


Ellis dan Rinslet memprotes dalam kemarahan.


Memakai sebuah topeng, Rubia tetap diam.


"Ngomong-ngomong, aku gak menyangka mereka bekerja secepat ini."


Membuka gerbang ke Dunia Lain, mengambil kekuatan para malaikat, menciptakan ulang dunia.


Apa rencana Holy Lord akhirnya akan dikerjakan?


(Dia menyebutkan semacam gerbang pemusnahan. Apa-apaan gerbang itu....?)


–Saat Kamito berpikir secara mendalam....


Fianna tiba-tiba berhenti berjalan.


"Ada apa, Fianna?"


"–Seekor roh dikirim oleh Divine Ritual Institute."


Fianna menunjuk ke udara.


Titik-titik cahaya kecil berkumpul disana, membentuk roh berwujud seekor burung berkaki tiga.


"—Yatagarasu, huh? Diantara roh-roh penyampai pesan, roh itu dianggap peringkat tertinggi."


Rubia langsung memahami identitasnya.


Burung hitam berkaki tiga itu mengepakkan sayapnya dan mendarat di tangan kiri Fianna.


"Uh, siapa yang mengirim ini?"


Saat Fianna bertanya-tanya kebingungan....


"Lama tak jumpa, Senpai."


(Hmm, dimana aku pernah mendengar suara ini sebelumnya...)


Kamito merasa suara itu agak familiar.


"...Reicha?"


Fianna sedikit melebarkan matanya.


Suara itu milik Ratu Api Reicha Alminas.


Dia adalah juniornya Fianna dan Rubia. Sebelum turnamen Blade Dance, princess maiden ini pernah membantu Kamito.


Dengan ekspresi serius, Fianna menatap roh yang ada ditangan kirinya.


"–Soal peringatan Sacred Maiden, kan?"


"Tepat."


Mendengar itu, Yatagarasu dengan suara Reicha mengangguk. Mengirim seekor roh penyampai pesan di saat seperti ini kemungkinan besar dikarenakan kejadian itu.


"Tentang peringatan barusan, apa penafsiran Divine Ritual Institute?"


"Tidak salah lagi itu adalah peringatan Holy Lord. Akan tetapi–"


Berkata begitu, Reicha berhenti sebentar.


"Divine Ritual Institute tak bisa menerima peringatan semacam itu."


"Aku senang mendengarnya."


Fianna menghela nafas lega.


Dia kuatir apakah Divine Ritual Institute akan berakhir terjerumus dalam perselisihan atas peringatan itu.


"Uh, ada satu hal yang harus kuberitahukan padamu, Senpai."


"Apa itu?"


Mendengar suara gugup Reicha, semua orang yang ada memberi perhatian lebih.


Selain peringatan Holy Lord, apa sesuatu yang lain terjadi di Divine Ritual Institute...?


"Ibukota Suci Alexandria telah muncul di Ragna Ys."


"Apa!?"


"Apa kau bilang!?"


Bahkan Kamito sampai berteriak setelah mendengar laporan yang mengejutkan itu.


(Ibukota Suci ada di Ragna Ys...?)


Ragna Ys adalah panggung dimana Blade Dance diadakan.


Bagi Tim Scarlet, itu adalah sebuah tempat yang dipenuhi dengan kenangan spesial.


Dari semua tempat, siapa yang akan menyangka Ibukota Suci akan muncul disana–


"Tunggu sebentar. Ragna Ys sangat luas, lho. Dimana tepatnya?" Tanya Claire.


"Itu–lokasi dimana Ibukota Suci muncul adalah di kuil Lima Elemental Lord Agung."


"Apa!?"


Kamito dan yang lainnya saling bertukar tatap.


Kuil Lima Elemental Lord Agung.


Itu adalah sebuah tempat yang hanya pemenang Blade Dance yang diijinkan untuk masuk.


"....Kenapa disana?"


"Entahlah. Sulit dipercayai kalau itu hanyalah kebetulan belaka–"


Yatagarasu yang menyampaikan suara Reicha menggelengkan kepalanya.


–Sudah sewajarnya, itu bukanlah kebetulan belaka.


"Apa ada sesuatu yang terjadi di Ragna Ys?" tanya Fianna.


"Tidak, saat ini tidak ada yang terjadi, tapi–"


Setelah berhenti sebentar, Reicha melanjutkan.


"Aku punya firasat yang sangat buruk."


–Itu bukanlah sekedar firasat.


Ini adalah naluri dari seorang Ratu, seorang princess maiden tertinggi di benua.


"Jadi rencananya adalah membuka gerbang di Ibukota Suci bersamaan dengan kuil Elemental Lord, huh...."


"Kurasa begitu–"


Meski gak diketahui bagaimana caranya Holy Lord membuka gerbang ke Dunia Lain–


"......"


Setelah keheningan sejenak, Claire berbicara.


"Ayo pergi, ke Astral Zero–"


"Oke."
"Ya."
"....Aku setuju."


Fianna, Ellis dan Rinslet mengangguk secara bersamaan.


Setelah Holy Lord membuka gerbangnya, entah itu alam manusia atau Astral Zero, keduanya mungkin akan menghilang sebagai hasilnya.


Jika nggak begitu, pasukan malaikat pasti akan menghancurkan segalanya.


....Gak peduli yang manapun itu, itu gak bisa diterima.


Meski ini adalah dunia yang cacat yang telah rusak.


(...Ini adalah dunia tempat kami tinggal)


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 7 - Api Bersaudara

Bagian 1

Menurut Fianna, pergi ke Astral Zero membutuhkan waktu untuk persiapan. Sebelum berangkat, situs bersejerah di kuil harus diaktifkan dengan koordinat yang tepat di aula penyembahan utama Divine Ritual Institute.


Selama masa persiapan, Claire kembali ke kamarnya untuk memeriksa barang bawaan yang akan dia bawa.


"...Aku gak pernah menyangka aku akan kembali ke Astral Zero lagi."


Dia memasukkan perlengkapan ritual dan kristal-kristal roh dengan segala macam efek kedalam ranselnya.


Sebagai ketua Tim Scarlet, itu adalah tugasnya untuk bersiap atas berbagai kemungkinan.


Terakhir, dia memasukkan sebuah buku catatan yang compang-camping ke saku dada seragamnya.


Buku itu berisikan catatan tentang taktik formasi yang disusun untuk Blade Dance.


(....Kami terus menang lagi dan lagi disepanjang turnamen Blade Dance itu.)


Bertarung melawan banyak tim kuat dan lawan yang tangguh, kenangan itu masih tersimpan dalam ingatannya.


Jika Holy Lord mendapatkan kekuatan dari para malaikat, maka kemenangan yang dimenangkan oleh Kamito dan Tim Scarlet tak akan ada lagi.


(...Itu merupakan sesuatu yang sudah pasti gak akan aku terima!)


Dia mengepalkan tangannya erat-erat dan berdiri.


Lalu, Scarlet, yang berbaring di kasur, menatap pintu dan mengeong.


"Ada apa, Scarlet?"


Apa Rinslet kesini?


Saat Claire bertanya-tanya.....


"–Claire, ini aku."


"N-N-Nee-sama!?"


Claire bergegas berdiri dan membuka pintu.


Rubia berdiri didepan pintu.


Ini adalah pertama kalinya kakaknya Claire datang sendiri untuk menemui dia.


"N-Nee-sama, uh?"


"Aku perlu bicara denganmu."


"U-Uh, tunggu sebentar, a-aku akan menyiapkan teh...."


Sambil tergagap, Claire mengambil teh.


"Biar aku duduk dulu."


Berkata begitu, Rubia duduk di sisi tempat tidur.


"O-Oke, silahkan...."


Claire mengangguk kaku.


Dia menempatkan teko tanah diatas Scarlet yang meringkuk.


Whooosh–Uap langsung menyembur. Air panasnya menguap dalam sekejap mata.


"Apa kau masih nggak terbiasa mengendalikan api?"


"....! T-Tidak, itu karena kamu datang secara tiba-tiba, jadi aku gugup....."


Claire tampak salah tingkah.


"..."


Rubia tiba-tiba menatap buku-buku yang menumpuk di kasur.


"Kau selalu suka membaca sejak kecil."


"Kamu lah yang mengajariku membaca, Nee-sama."


".....Begitu kah?"


"Ya, kamu selalu membacakan buku untukku sebelum tidur."


Claire menjaga sedikit jarak dan duduk di tempat tidur.


"U-Uh, apa yang ingin kamu bicarakan denganku?"


"–Soal Kazehaya Kamito."


"...Kamito?"


Rubia mengangguk tenang.


"Elemental Lord Kegelapan perlahan-lahan mengambil alih jiwanya. Pada tingkat ini, pada akhirnya–"


"....Aku tau itu."


Claire menggigit kuku ibu jarinya.


Tentu saja dia telah menyadari sesuatu yang aneh tentang Kamito.


Selama menaiki kapal ke ibukota kekaisaran, Kamito tampak sangat kuatir.


"Dengan kebangkitan Sacred Maiden Areishia, aku kuatir bahwa kekuatan Raja Iblis telah mulai bangkit lagi. Meskipun roh kegelapan menekannya untuk saat ini, tak lama lagi dia akan mencapai batasnya."


"Apa yang akan terjadi pada Kamito saat kekuatan Elemental Lord Kegelapan melahap dia?"


"Kemunculan Raja Iblis Solomon. Tidak, mempertimbangkan kekuatan Kazehaya Kamito belakangan ini, mungkin akan terjadi bencana yang lebih besar dari itu."


Claire mengepalkan tangannya yang ada di roknya erat-erat.


(Kalau Kamito berubah menjadi seperti itu....)


Dia mungkin akan lupa kenangan bersama Claire dan yang lainnya–


"Apa yang harus kita lakukan?"


"Meski gak sempurna, ada metode untuk menekan kebangkitan Elemental Lord Kegelapan."


Rubia mengulurkan tangannya dan memanggil sebuah gulungan kuno.


"....Apa ini?"


"Sebuah gulungan yang berasal dari seribu tahun yang lalu yang kutemukan di perpustakaan rahasia milik Sjora Kahn."


"Apa yang tertulis didalamnya?"


"Tulisan tentang sihir ritual yang digunakan oleh Raja Iblis Solomon untuk mengendalikan kekuatan kegelapan–"


"...!?"


Dengan jentikan jari Rubia, gulungan tersebut terbuka.


"Aku nggak bisa membaca High Ancient."


"Aku tau. Sekarang aku akan meyampaikan gambarannya secara langsung kedalam pikiranmu."


"Huh?"


Menatap mata Claire, Rubia menempatkan tangannya di kening Claire.


STnBD V19 BW06.jpg


Jari jemari rampingnya bersinar dengan cahaya divine power.


Seketika, informasi masuk kedalam pikiran Claire secara bersamaan.


"N-Nee-sama, apa... ini... Hwah!"


"Pejamkan matamu dan konsentrasilah."


"T-Tapi ini.... hampir seperti tarian pedang malam hari..."


Mengetahui seperti apa ritual sihir tersebut, wajah Claire menjadi merah cerah.


"Jangan sampai kehilangan ketenanganmu pada sesuatu setingkat ini. Apa kau nggak mau menyelamatkan Kazehaya Kamito?"


"B-Baik, Nee-sama.... Ehhhh, nggak mungkin, a-aku harus melakukan itu!?"


"Jangan berlebihan. Ini, a-akupun juga...."


Dihadapkan dengan gambaran dari sihir ritual kuno yang muncul dalam kepala mereka–


kakak beradik yang polos dan lugu yang ada ditempat tidur itu mulai memanas suhu tubuh mereka.

Bagian 2

"Makan siang kemasan bisa dimakan setiap saat. Ide bagus."


"Ya. Gimanapun juga, roti lapis saja akan membosankan."


Sementara itu, Ellis dan Rinslet sedang meminjam dapur istana untuk membuat bekal makanan.


Meskipun mereka gak tau apa yang terjadi di Astral Zero, pada akhirnya rasa lapar tetap harus ditangani.


"....Hmm, ternyata ini bagus juga."


Ellis mengemas omelet gulung kedalam kotak makan siang satu persatu setelah dia selesai menggorengnya.


Makan siang Sylphid Knight awalnya utamanya terdiri dari roti lapis, tapi sejak Kamito bergabung, para cewek mulai membuat bekal makan siang sendiri yang menarik.


Melihat itu, Ellis mengubah pandangannya yang menganggap makan siang hanyalah makanan untuk mengisi perut, dan mulai membuat bekal makan siang untuk Kamito dengan dalih bahwa membuat porsi tambahan sama sekali gak merepotkan.


Sambil membuat bekal makan siangnya sesuai standar, Ellis juga sangat memperhatikan keseimbangan nutrisinya.


Menunya termasuk mini salad dengan daging panggang, omelet gulung, pasta, keju parut, ketela rebus, dsb, serta banyak sayuran.


"Aku juga sudah selesai membuat bekal makan siang buatanku!"


"Oh, aku gak sabar mencicipinya.... Tunggu, apa-apaan bekal makan siang itu!?"


Memperhatikan lebih cermat bekal makanan buatan Rinslet, ekspresi Ellis membeku.


Ada sebuah pola yang aneh dan gak bisa dipahami tergambar di dalam bekal makanan Rinslet.


....Itu hampir seperti seni abstrak oleh seorang seniman inovatif.


"Ini adalah bekal makan elemental untuk semua orang, diciptakan dengan motif berdasarkan pada roh terkontraknya masing-masing orang."


Rinslet membusungkan dadanya penuh kebanggaan dan menjelaskan.


"Apa kau bilang.... roh? Jadi yang merah ini adalah Scarlet, sungguh?"


Ellis bertanya penuh keraguan.


"Tentu."


Dia mengangguk bangga.


"J-Jadi begitu...."


Ellis menghindari kontak mata, berpura-pura gak melihat apa-apa.


"Ternyata gak ada orang yang sempurna dalam segala hal."


"Apa-apaan itu?"


Mendengar itu, Rinslet mengernyit.


"....B-Bukan apa-apa. Btw, untuk apa bahan-bahan itu?"


Ellis buru-buru mengganti topik, mengarahkan perhatian ke tepung yang ada di dapur.


"Ya, tepung ini untuk membuat panekuk untuk dipersembahkan pada Lady Iseria."


"Oh aku mengerti."


Rinslet telah membuat janji dengan Elemental Lord Air Iseria Seaward yang berada di Astral Zero, untuk memberi persembahan panekuk pada dia.


"Setelah itu, Lady Iseria nggak memberi kabar apapun."


Berkata demikian, Rinslet menatap segel roh berbentuk mawar biru, bergumam penuh kekhawatiran. Saat mereka merebut Akademi, dia masih bisa mendengar suara Iseria, tapi sekarang gak ada tanggapan gak peduli berapa kali dia memanggil.


"Hmm, mungkin ada sesuatu yang terjadi."


"Kuharap beliau sehat-sehat saja....."

Bagian 3

Sementara itu, Kamito sedang ada di kamarnya memoles Est.


Dia menekankan sebuah kristal roh baja pada bilah pedang suci dan menuangkan divine power, memoles dengan cermat. Setiap kali kristal roh bergesekan dengan bilah pedangnya, secercah partikel cahaya keluar.


(Seperti biasa, melakukan pekerjaan memang bisa membantu menenangkan hati dan pikiran...)


Menggunakan kain kering, dengan hati-hati dia menggosok bilah yang dia poles.


Bagi yang mengamati, mungkin berpikiran kalau Kamito tampak percaya diri.


Tapi Kamito memoles pedangnya bukan karena dia percaya diri, justru sebaliknya.


Sejak dia berada di Sekolah Instruksional, dia akan memoles senjatanya seperti ini sebelum mengerjakan misi. Bagi Kamito, merawat senjata mirip dengan sebuah ritual untuk menenangkan pikirannya.


"...Hua, rasanya enak sekali, Kamito."


Bilah putih-perak itu bersinar. Sebenarnya, gak perlu memoles atau menajamkan Demon Slayer, yang merupakan sebuah elemental waffe, tapi Est sepertinya menikmati perasaan bilahnya di poles.


(Mungkin itu seperti membersihkan telinga bagi manusia seperti kami...)


Berpikir demikian, Kamito tersenyum masam.


Sebagai catatan sampingan, Restia sepertinya gak suka bilahnya dipoles.


Menurut dia, itu agak memalukan.


Teringat tentang penolakan Est untuk menunjukkan kaki telanjangnya, Kamito betul-betul gak paham apa yang memicu rasa malu dari roh.


"Kamito, kupercayakan punggung bilahnya padamu juga."


"Ya, aku mengerti."


Menanggapi permintaan Est, Kamito mulai memoles punggung pedangnya.


Menatap kilauan pendar dari divine power, Kamito tenggelam dalam pemikiran yang dalam.


Baru beberapa bulan yang lalu dia melindungi Claire di gua tersegel dan melakukan upacara kontrak roh.


Setelah itu, Est menjadi pedang Kamito sampai saat ini.


Pernah ada waktu Est kehabisan kekuatannya untuk menyelamatkan Kamito dan berakhir hilang.


Dan juga karena Kamito pernah kehilangan ingatannya, hal itu mengganggu kontrak rohnya sementara waktu.


Tapi apapun yang terjadi, Est selalu menjadi pedang Kamito.


Meskipun dia harus menentang Sacred Maiden Areishia, mantan kontraktornya, dia bersumpah dia akan tetap menjadi pedangnya Kamito selamanya.


"Kamito, ada apa?"


Mungkin karena tangannya berhenti sesaat, Est bertanya.


"...Hmm? Oh, uh, aku cuma sedang berpikir bahwa kamu sangat menakjubkan, Est."


".....!"


Saat dia mengungkapkan perasaan sejatinya tanpa berpikir, bilah Est langsung berkilauan.


"Panas sekali!"


"....! Maaf, Kamito."


"Nggak apa-apa, aku cuma sedikit terkejut."


Kamito mencelupkan tangannya di ember air untuk mendinginkan jarinya yang terbakar.


Lalu.....


Pedang suci itu berubah menjadi partikel cahaya dan lenyap. Seorang cewek berambut perak mengenakan seragam muncul didepan dia.


Rambut putih-peraknya berkilauan samar. Kulitnya seputih salju. Nampak ada rona samar diwajah cantiknya yang tanpa ekspresi seperti boneka.


"–Aku juga kaget, Kamito."


Mata ungunya yang jernih menatap Kamito.


"Kau betul-betul Raja Iblis Malam Hari, Kamito."


"A-Apa....!?"


"Kamito, apa kau mengatakan perasaan sejatimu barusan?"


Dihadapkan dengan Est yang bertanya tanpa ekspresi....


"–Ya, tentu saja."


Meski merasa sedikit malu, Kamito tetap mengangguk.


"Est, kau adalah partnerku yang menakjubkan sepanjang waktu ini. Selama aku bersamamu, aku nggak akan pernah kalah meski melawan para malaikat dari dunia lain, Holy Lord, ataupun Sacred Maiden Areishia."


"...Kamito."


Est bergumam lalu berdiri diam terpaku ditempat.


Lalu–


"Kamito, aku sudah memutuskan."


Est duduk di tempat tidur.


"E-Est, i-itu kelihatan lho!?"


"Ya, tolong lihatlah. Kamito–"


"Eh?"


Saat Est selesai bicara tanpa ekspresi–


Dia mengarahkan jarinya pada ujung kaos kakinya.


"Aku ingin kau melihatnya, Kamito. Melihatku seutuhnya sebagai roh pedang terkuat–"


"Apa!?"


Mau tak mau tatapan Kamito terpaku pada kaki Est.


Paha yang sehalus porselen. Kaki kecilnya yang ramping, terbungkus kaos kaki selutut berwarna biru gelap.


Mempertahankan posturnya dimana tangannya berada di ujung kaos kakinya, Est menatap Kamito.


Dan Kamito tertegun seraya duduk di tempat tidur.


....Est selalu menolak keras menunjukkan kaki telanjangnya.


Bahkan Kamito gak pernah punya kesempatan melihat apa yang tersembunyi didalam kaos kaki itu.


Gak disangka Est bersedia menunjukkan kaki telanjangnya secara tiba-tiba–


"....K-Kenapa?"


"Ini untuk mencegah bilahku goyah saat bersilangan pedang dengan Areishia."


Est menyatakan dengan teguh.


"Aku ingin kau melihatku seutuhnya, Kamito, untuk mengukir didalam hatiku fakta bahwa kau adalah tuan sejatiku."


"Est..."


Saat ini, Est merupakan eksistensi yang terpisah dari tubuh aslinya. Tapi meski demikian, selalu ada kemungkinan dia akan goyah saat menghadapi mantan tuannya.


Goyah meski sesaat saja bisa menentukan hasil dari pertarungan.


"Kamito, tolong jawablah tekadku sekarang–"


Est mulai menarik turun tangannya yang memegang kaos kakinya.


"...!"


Melihat itu, Kamito secara tak sadar menahan nafasnya.


Kaos kaki selutut berwarna biru gelap mengeluarkan suara pelan saat meluncur dibawah lutut–


Lalu, tiba-tiba terhenti.


"...?"


"...Sudah kuduga, ini tetaplah memalukan."


Est menggeleng pelan.


Mungkin karena malu, ada rona merah yang samar di kulitnya yang seputih salju.


Ini adalah pertama kalinya Kamito melihat ekspresi ini.


"Est..."


Kamito—


"Bertahanlah, berjuanglah."


Kamito berbicara dengan nada suara serius.


"...!?"


....Memang, ini adalah ketetapan hati Est.


Sebagai kontraktornya, Kamito berkewajiban untuk menyaksikannya sampai akhir.


"....Gawat. untuk lebih jauh lagi, meski buat Kamito...."


Est berbicara pelan sekali hingga suaranya seolah akan lenyap setiap saat.


Untuk menyemangati Est, Kamito berbicara di telinganya untuk membujuk dia.


"Tetap saja, aku ingin melihatmu seutuhnya, Est."


"Kamito... Aku mengerti..."


Est mengangguk pelan.


Krusek. krusek.


Kaos kakinya bergerak turun.


Saat kaos kakinya semakin turun, betis seputih salju bisa terlihat


"Hwa, memalukan sekali, Kamito...."


"Est, sedikit lagi... Bertahanlah, tinggal sedikit lagi...."


"....Tidak, ini adalah batasku, gak bisa melanjutkan lagi."


"Bertahanlah sedikit lagi, Est–"


Suara Kamito secara alami menjadi semakin dan semakin bergairah.


".....! K-Kamito, bejat sekali."


Saat Est berbisik begitu....


"–Fufu, sedang bersenang-senang ya?"


Pandangan Kamito menjadi gelap gulita.


"...Owah!"


Kamito terjatuh kebelakang di tempat tidur.


Dia menghadap keatas–


Dan melihat sang roh kegelapan berada didepan dia, sayap hitam legamnya terbuka lebar.


"Kamito, apa yang kamu lakukan pada Nona Roh Pedang?"


"R-Restia..."


....Meskipun wajah Restia tersenyum, gak ada senyum dimatanya.

Bagian 4

Di kuil utama Elemental Lord, berlokasi di pusat Ragna Ys....


Ini adalah tempat yang didatangi Greyworth 24 tahun lalu, dimana Kamito dan Tim Scarlet juga masuk setelah memenangkan tarian pedang melawan banyak lawan yang tangguh.


Mereka yang diperbolehkan masuk tempat ini hanya terbatas pada para Ratu yang melayani para Elemental Lord dan para pemenang turnamen Blade Dance. Tanpa pengecualian.


Seorang cewek perlahan-lahan menapaki tangga menuju altar.


Sang Sacred Queen mengenakan jubah putih polos–bukan, itu cuma penampilannya saja.


"–Terimakasih atas kesabaran kalian, teman-teman serta sekutuku."


Holy Lord Alexandros menyapa penuh keramahan pada para penguasa yang ada di singgasana.


Siluet-siluet dari lima singgasana dibalik tirai bisa terlihat.


Mereka adalah para penguasa hampa yang menguasai dunia ini.


Singgasana para Elemental Lord telah dicemari oleh kegelapan sejatiTrue Darkness


Jiwa dari Elemental Lord Air dan Elemental Lord Api telah dibebaskan, tapi apa yang bisa dianggap sebagai tubuh sejati mereka masih terpenjara di altar ini.


Holy Lord manaiki tangga dan sampai didepan singgasana.


Menggunakan para Elemental Lord yang gila sebagai korban, untuk membuka lagi gerbang menuju Dunia Lain–


"Dengan ini harapanku dan harapan dia 7.000 tahun yang lalu akan terwujud."


Holy Lord menggapai kegelapan yang berputar-putar di singgasana Elemental Lord Api.


"–Dan sekarang, mari kita buka gerbang menuju surga."


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 8 - Menuju Astral Zero

Bagian 1

Setelah mengemas barang bawaan mereka masing-masing, Kamito dan para anggota tim Scarlet berkumpul didepan situs bersejarah tempat portal yang ditunjuk Fianna.


Berlokasi di kuil utama ibukota kekaisaran, situs bersejarah ini berbentuk seperti sebuah piringan raksasa. High Ancient yang merupakan peninggalan ras Elfim terukir di batu.


Didepan situs itu, Fianna menempatkan kristal-kristal roh dan mengkalibrasi koordinat tujuan teleport.


Beberapa bangsawan menentang kepergian Fianna untuk meninggalkan ibukota kekaisaran meski cuma sementara, memandang dia sebagai penguasa, tapi Fianna bisa lolos berkat dukungan Duke Fahrengart.


Duke Fahrengart mengumumkan bahwa misi pengintaian ini merupakan permintaan dari Divine Ritual Institute. Selain itu, diperlukan bagi sang putri untuk memastikan secara langsung apakah rumor tentang ibukota suci dipindahkan ke Astral Zero memang benar atau tidak. Dengan demikian, dewan kekaisaran bisa dibujuk.


"Kamito, kenapa kayak ada bau gosong?"


"....Ya, abaikan saja."


Saat Claire mengatakannya, Kamito berpaling.


"Kamito Raja Iblis bejat."


"E-Est!?"


"Memang, gak ada salahnya jadi Raja Iblis Malam Hari, tapi ketahuilah batasannya."


"Restia!"


Dibawa di pinggang kiri dan kanannya, pedang suci dan pedang iblis berbicara dengan koordinasi yang kuat.


"Tunggu sebentar, Kamito, apa yang kau lakukan!?"


"Hmm, katakan semuanya."


"Aku mencium adanya suatu kejadian!"


Ketiga cewek itu menatap dia penuh kecurigaan.


"T-Tunggu, ini gak kayak yang kalian pikirkan...."


Saat Kamito dengan panik menggeleng....


"Lingkaran teleportasi selesai. Apa kalian semua sudah siap?"


Fianna berdiri dan menanyai mereka.


"Y-Ya...."


"Ya, gak ada masalah."


"Bekal makan siangnya sudah siap semua!"


Setelah menelan barang bawaan semua orang, Fenrir menggonggong.


Lalu, sedikit terlambat–


"–Terimakasih sudah menunggu."


"Nee-sama..."


Rubia muncul sambil mengenakan seragam militernya.


Diwajahnya terdapat topeng yang dia pakai saat Blade Dance.


Memang, kalau Ratu Bencana yang terkenal muncul di kuil utama Divine Ritual Institute dengan penampilan aslinya, kemungkinan besar itu akan menyebabkan keributan besar.


"Nah sekarang, semuanya berpegangan tangan dan melangkahlah ke lingkaran sihir–"


"Hwahh, p-pegangan tangan!?"


"N-Nggak mungkin, aku belum siap secara mental....!"


Berdiri di kedua sisi Kamito adalah Claire dan Ellis, yang langsung tersipu.


"Sungguh gak adil, kalian berdua!"


"Serius deh, apa yang kalian lakukan? Cepatlah."


Fianna secara paksa menggandengkan tangan kedua cewek yang malu-malu itu dengan tangan Kamito.


"Hyah!"


"Ah, ooh..."


Kedua cewek bangsawan itu bereaksi secara menggemaskan.


"–Baiklah kalau begitu, kita akan berpindah sekarang."


Di tengah lingkaran sihir itu, Fianna merapal kata-kata dari bahasa High Ancient yang telah hilang.


"Isra El Ruo Arak Nell O Ragna Ys—"


Bahasa roh yang terukir di situs bersejarah tersebut segera memancarkan cahaya biru yang misterius–


Lalu, Kamito dan rekan-rekannya diselimuti perasaan mengapung yang luar biasa.

Bagian 2

Byuuurrrrrr!


Saat mereka terlepas dari perasaan mengapung tersebut, ada percikan besar dari air.


"...!?"


Jatuh kedalam air dengan kepala duluan, Kamito kebingungan, tak mampu memahami situasinya.


"Mmgg, mmggggg...!"


Hampir tenggelam, dia dengan panik berusaha berdiri. Pikirannya masih linglung.


Lembut.


Secara kebetulan, ujung hidungnya menabrak sesuatu yang elastis.


"...Mmgg, mmggggggggg...!"


Diperhatikan lebih cermat lagi, dia melihat pantat yang menarik, tertutupi celana dalam berwarna putih polos.


Boing boing, tertindis oleh pantat yang sangat kenyal, Kamito hampir mati lemas.


"....Hwahh, K-Kamito-san, apa yang kamu lakukan!?"


Disertai dengan jeritan, celana dalam itu menjauh dari wajah Kamito.


....Nampaknya itu adalah pantatnya Rinslet.


"Pwah!"


Akhirnya terbebas, Kamito mengeluarkan kepalanya dari air.


"uhuk uhuk.... A-Apa yang terjadi....?"


Sambil batuk-batuk, dia melihat sekelilingnya.


lalu–


Pemandangan didepan matanya membuat Kamito tertegun.


Berbalut kain yang basah, seorang princess maiden yang hampir setengah telanjang menatap Kamito dengan ekspresi terkejut.


"....Apa!?"


Wajah salah satu princess maiden itu tampak familiar bagi dia.


Rambut hitam yang meneteskan air, mata polos yang berkedip-kedip.


Dia adalah Reicha Alminas–Ratu saat ini yang melayani Elemental Lord Api.


(Uh, kalau begitu, cewek-cewek ini adalah....)


Suatu perasaan buruk membuat Kamito merinding.


Lalu.....


"Kyahhhhhhhhhhhhhhh!"


Para cewek itu kehilangan ketenangan dan berteriak keras.


"O-Orang yang mencurigakan!"
"Apa binatang bejat menyerang kuil utama Divine Ritual Institute!?"
"Enyahlah! Enyahlah–!"


Ya, ini adalah area terlarang, dimana hanya para princess maiden terpilih yang diijinkan masuk kesini.


Sebuah tempat pemurnian eksklusif untuk para Ratu, hanya ada lima orang diseluruh benua.


"....H-Hei, Fianna!?"


Kamito menoleh ke belakang, mencari pelaku dibalik situasi ini.


Fianna masih duduk di air, menjulurkan lidahnya dengan polos.


"Fufu, kayaknya aku sedikit salah dengan koordinatnya?"


"sheeeesh, dari semua tempat, kenapa kau teleport kesini!?"


Seragamnya basah kuyub, Claire begitu jengkel sampai-sampai twintailnya berdiri tegak.


"K-Kamito-san m-me-menyentuh p-pa-pan-pantatku....!"


Memegang roknya yang basah kuyup, Rinslet gemetaran, wajahnya merah merona.


"T-Tunggu, kalian berdua, uh, pakaian dalam kalian.... kelihatan."


"...!?"
"Hyah!"


Saat Ellis mengatakannya, Claire dan Rinslet buru-buru mengangkat tangan mereka untuk menutupi dada mereka.


STnBD V19 BW07.jpg


"M-Maaf!?"


Kamito mengalihkan tatapannya, sementara itu detak jantungnya meningkat.


Akan tetapi, saat dia memutar kepalanya–


Dia melihat para Ratu memegang sabun dan ember, melotot pada dia.


"........!?"


Saat dia berpikir "mati aku...."


"....Astaga. kau memang buruk soal ritual sihir teleportasi sejak dulu."


Dengan rambut merahnya meneteskan air secara terus-menerus, Rubia perlahan-lahan berdiri.


"...Huh? R-Rubia-sama!?"


Reicha Alminas langsung menutupi mulutnya sendiri dan tampak terkejut.


"Oh....."


Kalau diperhatikan–


Topeng iblis yang menutupi wajahnya telah terlepas karena dampaknya.


"....Maaf, salah orang."


"Tidak mungkin, ini Rubia-sama, kan? Kan?"


"........"


Sebagai tanggapan, Rubia memalingkan wajahnya agak canggung.


(....Ayolah, gak mungkin kau bisa membantahnya sekarang.)


Kamito bergumam dalam benaknya.

Bagian 3

"Astaga, apa kau yakin kau gak melakukannya secara sengaja?"


"Itu sudah pasti. Bahkan seseorang seperti aku gak akan main-main di saat seperti ini."


"....Hmph, siapa yang bisa mempercayaimu?"


"K-Kamito-san, t-tolong lupakan soal pantatku."


"Y-Ya...."


"Tenanglah. Ini adalah kuil utama dari Divine Ritual Institute lho?"


Menggunakan api milik Scarlet untuk mengeringkan pakaian mereka, Claire dan para cewek bertengkar sambil berjalan di koridor kuil utama Divine Ritual Institute.


Keempat Ratu, yang telah menyelesaikan ritual pemurnian mereka, memandu jalannya.


Ratu Angin Sylpha Lastia, Ratu Tanah Nia Roshka, Ratu Air Feilei Sin Quina, serta Ratu Api Reicha Alminas—


Ratu kelima tidak hadir.


Lumiela Leisched, sang Ratu yang melayani Holy Lord, telah kehilangan kesadaran setelah peringatannya disampaikan, terbaring di tempat tidur sepanjang waktu ini.


Peringatan Holy Lord telah disampaikan pada setiap gereja di seluruh benua. Sebagai mediasi untuk peringatannya, dia tumbang, tak mampu menahan beban sebesar itu.


(...Bagi Holy Lord, bahkan seorang Ratu cuma sekedar alat, huh?)


Berada beberapa langkah dibelakang Kamito dan rekan-rekannya. Rubia yang memakai topeng tetap diam.


Kayaknya dia merasa canggung untuk berbicara dengan para juniornya yang merupakan para Ratu saat ini.


"Barusan, sesuatu terjadi di ibukota suci di Ragna Ys."


Memimpin jalan, Reicha berbicara dengan suara gugup.


"Apa yang terjadi?"


Fianna yang merupakan teman dekatnya bertanya.


"Lihat saja sendiri biar lebih cepat mengerti. Harap jangan menyimpulkan berdasarkan prasangka saja."


"....Aku mengerti."



–Kuil utama Divine Ritual Institute berlokasi di sebuah bukit dimana terdapat sebuah air terjun besar.


Dari bukit itu, seseorang bisa memandang hutan yang luas. Ini adalah hutan dari Astral Zero, bahkan lebih besar dari Hutan Roh yang menduduki sepertiga dari wilayah Ordesia.


Langitnya berwarna agak kemerahan. Bahkan di siang hari, bintang-bintang yang berkelip bisa terlihat.


Dimalam hari, dua bulan, satu berwarna merah dan yang satunya berwarna biru akan keluar.


"Sungguh nostalgia, udara ini."


Claire membusungkan dadanya dan menarik nafas panjang.


"Ya, udaranya dipenuhi dengan divine power yang murni."


"Ya, rasanya jiwaku tersucikan."


"Ibukota suci dipindahkan ke kuil Elemental Lord, diarah sana–"


Berkata demikian, Reicha menujuk kearah hutan yang luas.


"....Dimana?"


Menempatkan tangannya di keningnya, Claire menyipitkan matanya.


"Tunggu, aku akan menciptakan sebuah lensa angin menggunakan Penglihatan Jauh."


Ratu Angin Sylpha melangkah maju dan merapal sihir roh.


Kamito dan rekan-rekannya memperhatikan saat udara didepan mereka terdistorsi, berubah menjadi sebuah lensa raksasa.


Pandangan mereka luar biasa. Pemandangan yang sangat jauh langsung tampak seolah tepat berada didepan mereka.


Lalu–


"A-Apa itu....!?"


Ellis berseru terkejut.


Kamito dan yang lainnya juga tertegun.


"Entahlah. Itu tiba-tiba muncul di langit diatas ibukota suci."


Seolah dilapiskan diatasnya, ibukota suci telah muncul di kuil Elemental Lord.


Sebuah pilar hitam raksasa menjulang dari bagian tengah dari ibukota suci.


Pilar hitam itu menusuk sebuah lubang di langit Astral Zero, menghasilkan pusaran.


(....! Itu–!)


Kamito pernah melihat pemandangan ini.


Itu adalah lubang Dunia Lain yang dia lihat didalam mimpinya Ren Ashdoll.


"Gerbang ke Dunia Lain telah terbuka?"


Kamito mengerang dengan suara bergetar.

Bagian 4

Sebuah gerbang ke Dunia Lain telah muncul di langit diatas ibukota suci. Menyaksikan pemandangan yang mengejutkan tersebut, Kamito dan rekan-rekannya kembali ke kuil utama untuk saat ini.


Lalu, mereka menjelaskan situasi saat ini pada Reicha dan para Ratu yang kebingungan.


Kegelapan Dunia Lain merusak para Elemental Lord. Sacred Maiden Areishia yang telah bangkit di gurun. Dan juga, kebenaran tentang keinginan Holy Lord untuk membuka gerbang ke Dunia Lain dan memperoleh kekuatan dari para malaikat–


Setelah mendengar mereka, keempat Ratu tertegun, tak bisa berkata apa-apa.


"Holy Lord ingin membuka gerbang ke Dunia Lain...."


"Tidak mungkin.....!"


"Meskipun sulit dipercayai, aku bisa memastikan pada kalian bahwa ini memang benar."


Fianna memberitahu mereka.


"Tidak, kami tidak meragukan kata-katamu. Bagaimanapun juga, sudah ada peringatan sebelumnya."


Reicha menggelengkan kepala.


"Namun, jumlah informasinya mencengangkan....."


"Ya, itu benar. Gimanapun juga, kami tiba-tiba menyebutkan gerbang ke Dunia Lain dan para malaikat–"


Mendengar apa yang dikatakan Fianna....


"........."


Keempat Ratu saling menatap satu sama lain dengan penampilan ragu.


".....Ada apa?"


"Tidak, uh...."


Ratu Angin Sylpha berbicara secara ambigu.


"Sebenarnya, kami tau soal eksistensi para malaikat."


"Apa!?"


"....Soal apa ini?"


Claire dan Fianna berseru.


"Meskipun dogma Divine Ritual Institute tak menyebutkan makhluk semacam itu, yang mana artinya kami tidak boleh berbicara tentang mereka, kami para Ratu telah melihat para malaikat itu."


"Bagaimana tepatnya, dimana–"


Dipertengahan kalimat, Kamito menyadarinya.


"Aku paham, mimpi para Elemental Lord....!"


"Tepat."


Reicha mengangguk.


Benar, para Ratu ini merupakan para kontraktor yang menerima perintah Elemental Lord secara langsung.


Mengasumsikan itu memungkinkan untuk berbagi mimpi dari para Elemental Lord yang menjadi gila karena dirasuki Kegelapan Dunia Lain, tak mengejutkan kalau mereka bisa melihat pasukan malaikat yang ada didalam kegelapan.


"Setelah mendengar ceritamu, aku akhirnya mengerti."


"....Soal apa?"


"Kebenaran tentang gerbang yang muncul di langit diatas ibukota suci."


"...!?"


Reicha melihat sekelilingnya.


"Pilar hitam itu pada dasarnya adalah tubuh dari seorang Elemental Lord."


"Apa?"


"menggunakan seorang Elemental Lord sebagai gerbang....?"


Kamito dan rekan-rekannya saling bertatapan.


"Sebelumnya, segel roh milikku menunjukkan reaksi yang kuat. Yang kutakutkan adalah Elemental Lord Api merupakan korbannya yang digunakan untuk menciptakan gerbang itu."


"Jadi begitu."


Rubia, yang bersandar di dinding, mendengarkan dalam diam, akhirnya berbicara.


"Holy Lord bangsat itu menggunakan para Elemental Lord yang dirasuki oleh kegelapan, huh?"


"Jika demikian, alasan kenapa ibukota suci dipindahkan ke kuil Elemental Lord–"


"Ya, untuk tujuan ini."


Mendengar gumaman Claire, Rubia mengangguk.


(Jadi begitu, aku sudah melihat pasukan malaikat didalam kegelapan itu....)


Itu adalah karena para Elemental Lord berfungsi sebagai gerbang ke Dunia Lain.


(....Aku harusnya menyadarinya. Makna dari pemandangan yang kulihat.)


Menggunakan dirinya sendiri sebagai korban, Millennia Sanctus memanggil seorang malaikat di Akademi.


Kalau seorang Elemental Lord yang dikorbankan, seberapa besar gerbang yang akan terbuka?


"Tapi jika demikian, kenapa baru sekarang Holy Lord membuka gerbangnya?"


Claire mengeluarkan sebuah pertanyaan.


"–Kemungkinan besar, dia menunggu."


Rubia menatap segel roh miliknya dan berkata.


"Menunggu kegelapan itu semakin merusak, menunggu para Elemental Lord menjadi tak stabil. Tidak, mungkin memicu masalah di benua adalah untuk tujuan itu....?"


"Memang, kerusuhan di alam manusia akan sangat berpengaruh pada kondisi para Elemental Lord yang bertanggung jawab atas stabilitas dunia."


Reicha sependapat.


"Holy Lord Alexandros—"


Mata merah milik Rubia dipenuhi kobaran api kemarahan.


Misalkan kerusuhan di Ordesia dan Teokrasi, dua Perang Ranbal, dan dikala Elemental Lord Api mengamuk, semua ini merupakan bagian dari rencana Holy Lord–


Maka Holy Lord merupakan musuh Rubia Elstein.


"...Tapi meski demikian, masih ada harapan."


Reicha mengangkat wajahnya dan menatap wajah semua orang satu per satu.


"....Apa maksudmu?"


"Hanya satu gerbang yang dibuka sampai saat ini, kan?"


"itu artinya bahwa gerbang ke Dunia Lain masih belum lengkap!"


Ratu Tanah Nia Roshka berdiri.


"Itu benar!" tambah Kamito.


Holy Lord mengatakan dunia akan berakhir tiga hari lagi.


Dengan kata lain, gerbang saat ini masih belum sempurna, tak mampu memanggil pasukan malaikat.


"Maka itu artinya masih ada peluang untuk menghentikan rencana Holy lord–"


Claire bergumam sambil menopang dagunya.


"Tapi gimana caranya kita menghentikannya?"


"Hmm, kalau saja ada cara untuk mendekati gerbang itu...."


"Ya, itu benar...."


Mengangguk, Kamito menempatkan tangannya di kedua gagang pedang yang ada di pinggangnya.


(...Jadi aku harus menyerbu ibukota suci dan membunuh Sacred Maiden, huh?)


"–Aku punya ide." kata Fianna.


"Apa itu?"


"Misalkan gerbang ke Dunia Lain terbentuk dari para Elemental Lord, maka bukankah sebuah tarian persembahan kagura bisa menenangkan jiwa mereka?"


"Aku paham." Claire mengangguk.


"....Itu akan sangat efektif."


Ratu Air Feirei Sin Quina bergumam, mengangguk.


"Tapi senpai, itu bukanlah tugas yang mudah." Reicha menggeleng.


"Kami disini sudah mempersembahkan kagura pada para Elemental Lord berkali-kali namun masih tak bisa menekan amarah mereka–"


Bahkan Rubia, terkenal sebagai Ratu paling hebat dalam sejarah, tak berhasil meredakan amarah Elemental Lord Api.


"Memang benar, tapi tarian pedang yang dipersembahkan Kamito-ku–Ren Ashbell-sama dalam turnamen Blade Dance berhasil menenangkan kemarahan Elemental Lord, meski untuk waktu yang tidak lama, kan?"


"...!?"


"Jadi kau mau kami mempersembahkan tarian pedang pada para Elemental Lord?"


Mendengar Claire, Fianna mengangguk.


"Ya, sebuah tarian pedang dari Tim Scarlet, pemenang turnamen Blade Dance, pastinya bisa membuat para Elemental Lord memulihkan stabilitasnya."


"Memang, kami para Ratu sangat tersentuh oleh tarian pedang kalian." kata Reicha.


"itu layak dicoba."


"Kalaupun gagal juga gak masalah."


Ellis dan Rinslet setuju.


"Ya, kalau begitu, kami juga akan membantu." kata Ratu Air Feirei Sin Quina.


"Seseorang harus memimpin tarian pedang kagura, kan?"


"Tepat."


"Rubia, gimana menurutmu?"


Lalu, Kamito menoleh pada Rubia yang bersandar di dinding dan bertanya.


Dengan tatapan serius, Rubia menyilangkan tangannya.


"...Kurasa itu layak dicoba. Setidaknya itu bisa mengulur waktu."


"Kalau begitu sudah diputuskan."


Claire sangat bersemangat.


".....Ngomong-ngomong, dimana kita harus mempersembahkan tarian pedang?"


"Hmm, pastinya mereka tak akan membiarkan kita mendekat dan melakukannya tepat didepan gerbang, kan?" singgung Ellis.


Memang, susah dibayangkan musuh akan membiarkan mereka melakukan tarian pedang tepat didepan wilayah musuh.


"Dipusat Ragna Ys, masih ada arena yang digunakan untuk Blade Dance tiga tahun lalu." ucap Ratu Angin Sylpha.


"Itu adalah panggung dimana Ren Ashbell menang tiga tahun lalu!"


"Ya, tarian pedang dari disana mungkin masih bisa mencapai para Elemental Lord."


"Dimengerti. Kalau begitu ayo kesana."


Mendengar perkataan Claire, para cewek Tim Scarlet mengangguk.


"Aku akan memerintahkan Divine Ritual Institute untuk mempersiapkan sebuah kapal. Harap bersabar."

Bagian 5

"Gerbang menuju surga akhirnya terbuka, Holy Lord–"


Pilar kegelapan di langit Astral Zero menembus gerbang raksasa.


Millennia Sanctus menatap pemandangan tersebut dari balkon di Istana Holy Lord.


Istana agung Holy Lord sekarang merupakan sebuah kuil yang telah kehilangan tuannya. Des Esseintes dan Sacred Spirit Knight dan yang lainnya, yang telah melayani Holy Lord selama berabad-abad, tak ada.


Lalu Lurie Lizaldia, mantan teman dan rekannya–


Semuanya merupakan buih-buih yang hilang dalam sekejap, tak diperlukan di dunia baru yang diciptakan oleh Holy Lord.


(Termasuk aku...)


Dia bukannya tak puas.


Bagaimanapun juga, roh Millennia Sanctus dilahirkan untuk tujuan ini.


(Apa aku harus menyelesaikan misi akhir ini...)


Roh dengan penampilan seorang cewek itu memegang erat pedang panjang berwarna merah yang diberi oleh tuannya.


Ragnarok–elemental waffe dari Elemental Lord Api Volcanius.


Elemental waffe ultimate dari Astral Zero, yang bahkan melampaui Laevateinn.


Tapi bahkan api terkuat tak diinginkan tuannya.


Pedang milik Sacred Maiden sudah tak ada lagi didunia ini.


Itulah yang ingin didapatkan Holy Lord–


Lalu, suatu bayangan muncul di belakang Millennia.


"Ren Ashbell dan yang lainnya nampaknya telah datang ke Divine Ritual Institute."


"Ya, aku tau–"


Dia menoleh ke belakang–

Untuk menjawab Millennia Sanctus lain yang muncul secara tiba-tiba.


Suatu mahluk hibrida, diciptakan dengan menggabungkan seorang malaikat dengan pecahan pedang suci Terminust Est.


Disebarkan ke seluruh tempat dan waktu, mereka semua merupakan satu mahluk.


Salah satu dari mereka dihancurkan oleh Raja Naga Bahamut. Yang lainnya menjadi gerbang untuk memanggil malaikat di Akademi Roh Areishia.


Dari empat pecahan, tersisa dua–


"Baiklah kalau begitu, selesaikan misi terakhir, Millennia."


"Baik, Millennia–"


Seperti bayangan cermin, kedua perwujudan Millennia Sanctus mengangguk bersamaan.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 9 - Menuju Altar Tarian Pedang

Bagian 1

Kapal seremonial, Grand Titania, lepas landas kearah kuil Elemental Lord.


Meskipun tetua dewan dari Divine Ritual Institute enggan membiarkan keempat Ratu pergi secara langsung, tekad kuat dari Reicha dan para Ratu berhasil membujuk mereka.


Tetua dewan mungkin tak bisa memberi tanggapan efektif terhadap peringatan Holy Lord dan gerbang ke Dunia Lain yang telah muncul diatas ibukota suci.


Grand Titania merupakan sebuah kapal berwarna putih dengan bentuk efisien yang anggun.


Tiga tahun lalu, kapal itu pertama kali lepas landas saat upacara pembukaan Blade Dance. Kapal itu tak memiliki senjata karena bukan sebuah kapal militer, tapi merupakan kapal tercepat di Astral Zero.


Tentu saja hal ini juga pertama kalinya membawa seorang pria.


"Tujuannya tidaklah jauh. Dengan kecepatan kapal ini, kita harusnya bisa sampai sekitar setengah jam."


Menatap ibukota suci yang ada di kejauhan, Reicha berbicara.


Dia memegang sebuah bola transparan yang bersinar di tangannya.


Kayaknya itu adalah sebuah artefak yang terhubung pada kristal roh sumber daya dan digunakan untuk mengendalikan kapal.


Grand Titania terbang dengan cepat melintasi dataran yang luas.


Simorgh yang bertugas untuk pengawasan, saat ini berada di dek untuk berjaga terhadap serangan roh.


Meskipun ada sosok roh-roh besar yang bisa terlihat di langit, belum ada tanda-tanda mereka mendekat untuk menyerang.


Menatap langit diatas ibukota suci, seseorang bisa melihat gerbang yang menyerupai sebuah pusaran kegelapan.


Itu sebesar gerbang yang Kamito lihat di dalam ingatan Elemental Lord Kegelapan.


Kalau gerbang itu sepenuhnya diaktifkan, berapa banyak malaikat yang akan muncul?


Saat dia tersesat didalam pikiran yang mendalam–


"Kamito, lagi ngerenungin apa?"


Claire menarik lengan bajunya dan menyapa dia.


"A-Ada apa?"


"Rinslet dan Ellis bilang mereka membuat bekal makan siang. Ayo isi perut dulu sebelum kita sampai di ibukota suci."


"Ya, aku mengerti."


Memang, gak seorangpun yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi di ibukota suci. Karena itu gak terlalu jauh, dia harus memanfaatkan kesempatan ini dan makan dulu.


"...Hmm?"


Lalu, menyadari sesuatu yang aneh pada sikap Claire, Kamito mengernyit terkejut.


Menarik lengan seragam Kamito, Claire menatap matanya.


Seolah mengamati dengan serius–


Lalu–


"....Kayaknya nggak apa-apa."


Dia bergumam pelan.


"....Apanya yang gak apa-apa?"


Kuatir, Kamito bertanya.


"B-Bukan apa-apa!"


Wajahnya Claire memerah dan menggeleng, kembali ke Rinslet dan yang lainnya.


Di dek Grand Titania, para cewek mengerluarkan bekal mereka.


Bukan camilan sederhana seperti roti lapis. Setiap bagian dari kotak kayu dipenuhi dengan porsi masakan.


"Kapten dan aku susah payah membuat ini."


"Ya, dan kami bahkan menggunakan bahan-bahan yang dipilih dengan hati-hati untuk membantu mengisi ulang divine power."


Rinslet dan Ellis menaruh kotak-kotak kayu berwarna-warni di lantai.


"Wow, luar biasa!"


"B-Boleh kami mencicipi juga!?"


Ratu Angin Sylpha dan Ratu Tanah Nia berseru.


"Tentu. Nyatanya, karena terlalu semangat, kami membuatnya terlalu banyak."


"Wow, terimakasih banyak!"


Keempat Ratu membungkuk sopan.


Bahkan para Ratu, orang elit dari yang elit, punya sisi seperti cewek pada umumnya... Pikir Kamito.


"Dimana Rubia?"


"Aku udah mengajak dia, tapi dia bilang dia perlu memeriksa beberapa sastra tentang ritual."


Fianna menggeleng.


"Gitu ya...."


Tentunya, berkumpul dengan para Ratu junior akan terasa canggung.


"Aku akan mengantarkan jatah kakak nanti."


Berkata begitu, Claire mengambil kotak berwarna merah muda.


"Itu jatahmu, Claire."


"....? Semua ini isinya berbeda?"


"Memang, buka saja dan lihatlah. Kau akan terkejut."


Rinslet tampak bangga saat dia bicara.


"Yah, sudah pasti rasanya enak karena kau yang memasaknya."


Berkata begitu, Claire membuka penutupnya.


"H-Hwahhhhhhhhhhhh, seokor roh i-iblis!?"


Seketika dia berteriak.


"....Kau itu kenapa, itu kasar sekali. Itu Scarlet, tau!?"


Rinslet memprotes gak puas.


"Huh? Gimana bisa ini mirip Scarlet!?"


Claire menunjukkan apa yang ada didalam kotak bekal itu.


Saat mereka melihatnya, selain Rinslet ekspresi semua orang langsung membeku.


Diatas omelet gulung terdapat desain menakutkan digambar menggunakan saos merah.


"Itu bahkan nggak kelihatan seperti seekor kucing!"


"Miaow—!"


Boshboshbosh.


Scarlet memprotes dan memukul-mukul lutut Rinslet.


"Lihat, Scarlet aja sampai marah."


"Ehh, bukankah aku menggambar telinga dan ekornya!? Lihat, ini–"


"Uh, aku betul-betul nggak paham–"


Fianna juga mengangkat bahu.


"Jangan bilang estetika Rinslet separah ini?"


Kamito berbisik di telinga Ellis.


"Hmm, sepertinya dia betul-betul yakin gambaran itu cantik."


Ellis menggaruk wajahnya sambil menjawab pelan.


....Sungguh gak disangka, kelemahan mengejutkan dari seorang cewek bangsawan perfeksionis.


"Mungkinkah semua bekalnya kayak gini juga?"


Fianna membuka kotak berwarna putih.


"Ini mimpi buruk.... Bukan, pola yang sangat inovatif, apa ini?"


"Itu Nona Roh Pedang. Aku membuatnya menggunakan tahu."


Rinslet menjawab acuh tak acuh.


"B-Begitukah...."


"Jangan bilang ada jatah untukku juga?"


Dalam wujud manusia, Restia bertanya penasaran.


"Ini."


Apa yang Rinslet serahkan adalah sebuah bekal berwarna hitam, penjelmaan dari kekacauan.


"Ini bukan Kegelapan Dunia Lain, kan!?"


"Selera humor yang bagus sekali, Nona Roh Kegelapan. Aku menggunakan truffle[1] yang dihaluskan."


"Hmm..."


Restia menampilkan penampilan yang rumit.


"Oh, t-tapi ini sangat lezat!"


Setelah mencicipi penuh keraguan, Reicha berusaha memperbaiki suasananya.


"....Yah, rasanya nggak buruk."


Claire bergumam pelan dengan ekspresi rumit diwajahnya.


"O-Oke, abaikan saja penampilannya."


"Kamito-san, apa maksudmu!?"


"K-Kamito, kalau kau nggak keberatan, cobalah masakanku juga."


"Ya."


Dia menerima ubi rebus yang Ellis ulurkan pada dia dan memakannya.


"Mm, lezat!"


Meski rasanya sederhana, rasa alami dari bahan-bahannya bisa terasa.


"Sungguh, aku senang sekali."


Mendengar komentarnya, Ellis tersenyum malu-malu.


Seperti itulah, kelompok itu menikmati waktu istirahat.


"Kamito-kun, lihat sebelah sana–"


Lalu, Fianna menunjuk pada pemandangan di luar.


"Hmm?"


Ada sebuah kota kecil dibawah, diarah yang dituju kapal seremonial ini.


Bicara soal kota di Ragna Ys, ini adalah satu-satunya kota yang ada.


kota fantasiTown of Fantasy dibangun buat orang-orang untuk menonton dan menikmati Blade Dance.


"Nostalgia sekali, tempat itu masih ada disini."


Claire memandang keluar pada pemandangan kota itu.


"Ya, itu awalnya dimaksudkan untuk dibongkar secara perlahan dalam beberapa bulan." balas Reicha.


Setelah pesta perayaan Tim Scarlet dan bertamasya dengan Leonora, tempat ini juga dipenuhi dengan kenangan Kamito juga. Akan tetapi, Museum Memorial Ren Ashbell adalah satu-satunya bangunan yang ingin dia musnahkan sesegera mungkin.


Diatas sebuah bukit, masih bisa dilihat kastil dimana Tim Scarlet menginap.


(Aku ingat hutan didekat sana. Roh militer milik Muir bahkan menyerangnya....)


Aneh sekali. Meski belum lama waktu yang berlalu, rasanya begitu nostalgia.


'"(–Itu menunjukkan sangat banyak hal yang terjadi baru-baru ini.)


Saat Kamito dan rekan-rekannya tengah mengenang....


Kyeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee!


Simorgh yang siaga mengeluarkan teriakan keras yang menggema diseluruh dek

Bagian 2

"...!?"


Kamito dan rekan-rekannya langsung berdiri dan mengerahkan elemental waffe mereka. Mereka mengelilingi para Ratu yang kebingungan untuk melindungi mereka.


Seekor roh besar terbang dari arah ibukota suci.


Itu kelihatan seperti seekor ular bersayap, sepanjang kapal seremonial.


"....! Apa itu, seekor roh yang mengamuk?" Tanya Ellis.


"Bukan, roh-roh berperingkat setinggi itu harusnya gak ada disekitar sini." Fianna menggeleng.


Memang, ini adalah lokasi dari kota Blade Dance.


Mereka gak akan membangun sebuah kota disini kalau roh-roh berbahaya semacam itu berkeliaran disekitar sini.


"Itu serangan roh militer milik Kerajaan Suci–Kerykeion."


Berada di dek, Rubia dengan cermat memeriksa roh besar itu dan angkat bicara.


"Aku sudah menerima laporan tentang itu saat aku mengirim Lily untuk menyusup ke Kerajaan Suci. Mereka sangat lincah meski ukurannya besar. Roh-roh ini terlatih untuk menyerang kapal-kapal militer berkecepatan tinggi."


"Apa Kerajaan Suci menyadari kita...?"


Seperti yang dikatakan Rubia, roh militer Kerykeion mendekat dengan kecepatan tinggi sebagaimana yang ditunjukkan ukuran dan penampilannya. Sepertinya Grand Titania akan kesulitan bertahan.


"Bersiap bertempur. Lindungi para Ratu. Kuserahkan soal penghalang padamu, Fianna."


Sebagai ketua tim, Claire segera memberi perintah.


"Gak akan kubiarkan kau mendekati kapal."


Menyiapkan elemental waffe miliknya, Rinslet menciptakan sebuah es sihir dan menariknya.


"Tunggu, ada penunggangnya–"


Lalu, Ellis menggunakan sihir Penglihatan Jauh dan berteriak.


"Itu–"


Kamito memfokuskan pandangannya. Meskipun dia gak tau gimana cara menggunakan sihir Pandangan Jauh, para pembunuh dari Sekolah Instruksional mampu memperkuat pandangan mereka untuk waktu yang singkat.


Sosok mungil berada diatas kepala ular raksasa itu.


Seorang cewek pirang mengenakan jubah putih polos.


"—Millennia Sanctus."


"Apa kau bilang!?" teriak Claire.


....Gak salah lagi. Itu adalah kardinal dari Kerajaan Suci.


Dengan adanya Kegelapan Dunia Lain yang bersemayam dimatanya, menjadikan dia seorang makhluk yang bukan manusia maupun roh–


ROOOOAAAAAR!


Kerykeion si roh militer raksasa meraung.


Udara bergetar. Gelombang kejut yang kuat menghantam Grand Titania.


"Kyahhhhh!"


Disertai suara ledakan, deknya berguncang keras.


Kehilangan keseimbangan, Claire jatuh terduduk.


Kalau Fianna nggak mengerahkan Save the Queen, kapal ini mungkin telah hancur karena serangan itu.


Tubuh besar Kerykeion melingkar, melilit lambung kapal.


Lalu–


"Fufu, halo, nona-nona."


"...!?"


Suara manis seorang cewek terdengar di dek.


Berdiri diatas kepala roh militer itu, Millennia Sanctus menatap kelompok Kamito.


"Aku minta maaf harus mengatakannya pada kalian, matilah disini."


Dengan ekspresi polos, dia menyeringai dan berkata.


"Jangan harap! Taring es pembeku, maju dan tembuslah–Freezing Arrow!"


Rinslet menembakkan panah dari elemental waffe miliknya.


Menghasilkan udara dingin, panah es itu menghujani Millennia dan roh militer itu dari atas.


Kerykeion mengepakkan sayapnya, menghembuskan hujan panah itu menjauh.


"....! L-lumayan juga! Kalau begitu rasakan ini–"


Rinslet memejamkan matanya dan mengumpulkan divine power dalam jumlah besar pada jari-jarinya.


Itu seperti dia mau mengeluarkan serangan penghabisan.


"Fu, fufu, fu... Haha, ahahahahahahahahaha!"


Millennia terbawa sombong seraya jubahnya berkibar.


Melepaskan penutup mata yang menutupi mata kirinya, dia melemparkannya ke udara.


"...!?"


Mata ungunya, Kegelapan Dunia Lain yang mengerikan mengalir keluar.


"Aku tak akan membiarkan kalian mengganggu keinginan tuanku. Matilah disini!"


Lalu, dek Grand Titania berguncang keras.


"Apa!?"


Kecepatan kapal langsung menurun seraya badan kapalnya miring.


"Tunggu, apa yang terjadi!?" teriak Claire.


"....! T-Tak bisa dikendalikan, kristal roh yang bertindak sebagai sumber daya telah rusak!?"


Memegang bola yang digunakan untuk mengendalikan kapal, Reicha berbicara dengan suara yang hampir seperti ratapan.


"....! Kegelapan Dunia Lain lah yang menyebabkan gangguan ini!"


Kegelapan Dunia Lain yang bahkan mampu membuat para Elemental Lord menjadi gila, telah digunakan oleh Millennia dalam serangan terhadap kota Akademi. Tercemar oleh kegelapan, para roh di Akademi menggila.


Kristal roh yang berfungsi sebagai sumber daya kapal seremonial adalah yang pertama terpengaruh.


Lepas kendali, Grand Titania mengeluarkan cahaya divine power saat jatuh.


"Kyahhhhhhhhh!"


"K-Kita jatuh!"


"Semuanya, pegangan pada pagar! Kita akan menabrak!"


Ditengah tawa Millennia Sanctus, Kamito berteriak sekeras yang dia bisa.


Tepat dibawah kapal adalah kota yang dibangun untuk pengunjung Blade Dance.


"–O angin agung, penjaga yang tak kenal lelah, lindungilah pelayan engkau!"


Ratu Angin Sylpha mengeluarkan penghalang angin disekitar Grand Titania.


Orientasi kapal diperbaiki, tapi momentum dari jatuhnya tetap gak bisa dihentikan.


Roh militer Kerykeion menggerakkan tubuh besarnya untuk menyerang mangsanya yang bergerak lambat. Ekor besar itu menghantam kabin secara langsung, menghancurkan penghalangnya.


"Rasakan ini–Fireball!"


BOOOOM!


Claire menembakkan sihir roh api pada kepala ular itu.


Bola api tersebut menyebabkan ledakan besar di jarak yang sangat dekat.


Hisssssssssssssssssss!


Kerykeion mendesis marah.


Dia langsung terbang ke langit, kali ini berniat untuk menghancurkan kapal dari atas.


"Dia datang!" teriak Ellis.


"Hmph, gak akan kubiarkan!"


Rinslet mempersiapkan busur sihirnya dan menutup satu mata. Lalu–


"O tombak es tajam yang menembus dinding kokoh—Icicle Driver!"


Dia mengeluarkan sebuah serangan mematikan dengan segala kekuatannya.


Sebuah tombak es raksasa melesat, merobek perut roh iblis itu.


Shigyahhhhhhhhhhhhhh!


"Berhasil!"


Tubuh besar Kerykeion meronta lalu berubah menjadi partikel cahaya dan menghilang.


".....! L-Luar biasa, kau mengalahkan seekor roh militer dengan sekali serang!"


Para Ratu, terutama Reicha, tercengang.


"Hmph, ini sangat mudah setiap kali aku mengeluarkan kemampuan asliku."


"Hasil dari latihan di Dracunia."


Pasangan kucing neraka dan iblis es dari kelas gagak bergembira di dek.


"Kalian berdua, tetap waspasa. Kardinal menghilang."


"Hmm...."


Mendengar peringatan Ellis, Claire mengubah ekspresi.


Saat ini, Grand Titania perlahan turun.


Kota reruntuhan dibawah mereka semakin dekat.


"Kapal ini sudah tak ada harapan. Semuanya bersiap akan dampaknya." ucap Rubia dengan tenang.


Reicha dan para Ratu berkumpul, mati-matian berpegangan pada pagar kapal.


Lalu–


Craaaaaaaash...!


"...!"


Sebuah dampak yang mengejutkan menghantam seluruh kapal.


Menghantam bangunan-bangunan di kota, badan besar kapal itu mengikis permukaan jalan yang terbuat dari batu.


Lapisan pelindung pecah, menunjukkan bagian dalamnya.


Seraya menyebabkan kehancuran di jalanan, Grand Titania terus meluncur, akhirnya berhenti setelah menghantam sebuah menara jam besar di alun-alun dengan cara yang spektakuler.


Kalau bukan karena penghalang milik Fianna dan perisai milik Ratu Angin, kapal ini pasti telah hancur berkeping-keping.


Terjadi awan debu yang tebal, memblokir seluruh pandangan mereka.


"....! Apa kalian baik-baik saja, semuanya?"


Dengan Demon Slayer menancap di dek, Kamito berpaling ke belakang.


"Y-Ya, kami baik-baik saja."


Dibalik debu, dia mendengar jawaban Reicha.


Disaat yang sama, ada suara cipratan. Sepertinya Ratu Air Feirei Sin Quina telah mengaktifkan sihir perlindungan air.


"Itu gila sekali...."


"Seragamku penuh debu!"


"T-Tunggu.... Kyah!"


"Apakah anda baik-baik saja, Yang Mulia–"


Claire dan para cewek satu persatu melompat keluar dari dek yang miring ke tanah.


Kamito tetap waspada saat dia mendarat di kota yang hancur.


(Oh, tempat ini...)


Melihat sekelilingnya yang dipenuhi asap dan debu, dia bergumam sendiri.


Gak heran tempat ini terasa begitu nostalgia–


Ini adalah alun-alun dimana dia dan Leonora berjalan-jalan sebelum babak final.


"Kamito, hati-hati."


Bilah pedang berwarna putih perak berkedip saat Est memberi peringatan.


"Ya, aku tau–"


Roh militer raksasa itu kemungkinan hanyalah penyambutan.


Kardinal nggak mungkin segitu naifnya sampai berpikir bahwa sesuatu setingkat ini akan membunuh kelompok Kamito.


Tiba-tiba–


"Ahaha, gimana rasanya mendapati sayap kalian patah?"


Tawa ejekan menggema di alun-alun.


"K-Kau!"


Claire menatap langit.


Melayang di udara, jubah berkibar, Millennia Sanctus menatap Kamito dan rekan-rekannya.


Dari mata kirinya dimana sudah tak ditutupi penutup mata, Kegelapan Dunia Lain mengalir tanpa henti.


Roh-roh kecil berkelip-kelip menari-nari dilangit.


Meskipun roh-roh berperingkat tinggi seperti Scarlet, Fenrir, dan Simorgh tak terpengaruh selama mereka nggak kontak langsung dengan kegelapan itu, namun roh-roh peringkat rendah yang tinggal di Astral Zero tak mampu bertahan dari racunnya, mereka semua kalang kabut.


"Sungguh sambutan yang barbar, Millennia Sanctus."


Kamito menyiapkan Demon Slayer dan Vorpal Sword.


Sebagai tanggapan, Millennia Sanctus menyeringai ganas.


"Gimanapun juga, tak satupun dari kalian yang dibutuhkan di dunia tuanku. Sama seperti aku."


".....!"


Kegelapan Dunia Lain yang keluar–


Seolah-olah sangat lapar, kegelapan itu terus melahap tubuh cewek itu.


"Ah, ahhh, ahhhhhhhhhhhhhhh!"


Dari tenggorokan Millennia Sanctus keluar jeritan serak.


"D-Dia mau apa–?"


"Dia tiba-tiba bunuh diri!"


Claire dan rekan-rekannya kebingungan dengan perilakunya, tapi....


"–Tunggu. Itu sebuah gerbang." kata Kamito.


"...Huh?"


"Roh itu menciptakan sebuah gerbang untuk memanggil malaikat."


Setelah menyerap tubuh Millennia, sebuah bola hitam melayang di udara.


....Gak salah lagi. Ini sama persis seperti ketika malaikat Dunamis dipanggil di Akademi.


Demon Slayer di tangan Kamito mengeluarkan dengung pelan.


Sebagai seorang roh senjata, Est merasakan keberadaan musuh bebuyutan didalamnya.


Whooosh–Tiba-tiba, sebuah retakan muncul di bola itu.


...Zu...Zuzuzuzu...Zuzuzuzuzuzuzuzuzuzu...!


Sesuatu mau keluar dari kegelapan itu.


"....! Sesuatu keluar...!"


Mungkin merasakannya melalui naluri seorang princess maiden, Fianna menahan nafasnya.


"Jangan harap semudah itu! O kobaran api menghanguskan–Fireball!"


Melihat itu, Claire menembakkan sihir roh api, mencoba menghancurkan gerbang itu.


Namun, api merah itu memasuki kegelapan tersebut dan segera menghilang.


".....! Rasakan ini–"


"Itu percuma saja. Jangan buang-buang divine powermu."


Melihat Claire hendak menggunakan sihir roh lagi, Rubia memegang pundaknya untuk menghentikan dia.


...Zuzuzu... Zuzuzuzuzuzuzuzuzuzu...!


Bola kegelapan itu pecah seolah dihancurkan dari dalam–


Mahluk itu muncul.


"A-Apa itu!?"


Memegang Ray Hawk, Ellis berseru terkejut.


"...!?"


Kamito juga cuma bisa memegang kedua pedangnya tanpa bisa berkata apa-apa.


Yang muncul entah darimana adalah sebuah pilar spiral besar yang berputar-putar.


....Itulah yang bisa Kamito gambarkan menggunakan pengetahuannya sendiri.


Pilar spiral itu memancarkan cahaya berwarna pelangi sambil perlahan-lahan turun ke tanah.


"Apa itu yang disebut malaikat?" tanya Claire.


"Ya, tapi itu berbeda dari malaikat yang kulihat sebelumnya."


"–Itu adalah Ophanim."


Suara Est bergema di pikirannya.


"Jadi itu tipe yang berbeda dari yang kita lawan di Akademi, huh?"


"Memang, tapi otoritas spesifiknya gak diketahui. Membutuhkan domain ingatan untuk melakukan analisa–"


"Dimengerti."


....Meskipun penampilannya aneh, gak diragukan lagi itu adalah malaikat.


Memegang kedua pedangnya erat-erat, Kamito berkata pada Claire dan yang lainnya yang ada dibelakangnya.


"Semuanya, bawa para Ratu pergi. Aku akan menangani malaikat ini."


"A-Apa yang kau katakan? Kita harus bertarung bersama juga."


"Aku setuju!"


Ellis dan Rinslet keberatan, tapi....


"Tidak–"


"Kenapa?"


"Kamito, apa kau menganggap kami sebagai beban?"


"Tidak, bukan itu maksudku."


Kamito menggeleng.


"Para malaikat memiliki otoritas yang mengganggu hukum alam dan meniadakan serangan-serangan roh. Serangan roh biasa gak mempan pada mereka."


"Apa yang kau katakan?"


"Mereka cuma bisa dikalahkan oleh para roh senjata, yang dilahirkan untuk melawan para malaikat."


Berkata begitu, Kamito menuangkan divine power pada Demon Slayer.


"....! Nggak mungkin, bahkan kekuatan para roh nggak berguna?"


"....Aku mengerti, kalau begitu lakukan saja apa yang Kamito-kun katakan." kata Fianna.


"Yang Mulia...."


"Kamito-kun, bisa kuserahkan ini padamu?"


"Ya–"


Mendengar itu, Kamito mengangguk pelan.


"Tunggu. Kalau begitu, aku akan bertarung bersamamu."


"Claire?"


Kamito mengernyit dan menoleh ke belakang.


"Seperti Terminus Est, aku juga roh senjata yang diciptakan untuk melawan para malaikat. Meskipun ingatanku dari perang besar sudah tidak ada, sebagai yang terakhir selamat dari seri Valkyrie, aku menganggap melawan mereka sebagai misiku."


Flametongue milik Claire berbicara.


"Ortlinde, ngomong-ngomong, itu benar–"


"Roh pedang, tolong sediakan data analisanya–"


"–Dimengerti, Ortlinde."


Huruf-huruf bersinar melayang disekitar Demon Slayer dan mulai berputar dengan kecepatan tinggi.


Lalu, seolah menanggapi, huruf-huruf bersinar itu juga muncul disekitar Flametongue milik Claire.


"Kamito-kun, Claire, kuserahkan ini pada kalian."


"Jangan memaksakan diri."


"Terimakasih sudah mau menanganinya."


"Ya, jangan kuatir–"


Kamito mengangkat jempol ke arah mereka dibelakangnya.


"Claire..."


"–Pergilah, Nee-sama. Aku akan mengurus Kamito."


Mendengar suara Rubia, Claire mengangguk tegas pada dia.


Didepan kelompok Kamito, malaikat itu mendarat di tanah.


"Apa kau siap, Claire? Kupercayakan punggungku padamu."


"Hmph, serahkan padaku!"


Memegang Flametongue, Claire tersenyum tak kenal takut.


Berdiri berdampingan, mereka berdua menatap malaikat yang ada didepan mereka.

Catatan Penerjenah & Referensi

  1. Truffle adalah bagian yang membesar dari jamur Ascomycetes, yang merupakan salah satu spesies jamur dari genus Tuber. Truffle adalah jamur ectomycorrhizal, dan dengan demikian biasanya ditemukan menempel ke akar pohon. tkp wiki
Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 10 - Terpanggilnya Raja Iblis

Bagian 1

Disekitar malaikat itu terdapat rune bercahaya yang menyerupai High Ancient.


Ini adalah bahasa untuk mengubah hukum fisika di dunia ini, menulis ulang hukum tersebut–


Menurut Est, musuhnya adalah Ophanim, sebuah tipe pengintai astral.


Tak seperti malaikat Dunamis yang dia lawan, ini adalah tipe malaikat yang berbeda.


"Claire, jangan lengah meski lawannya seperti itu. Ini adalah seekor monster yang sebenarnya."


"Ya. Scarlet aja sampai gementaran kayak gini."


Flametongue yang ada di tangan Claire menghasilkan dengungan pelan yang menyerupai gelombang ultrasonik.


Seorang roh senjata seperti Est, Orlinde bereaksi pada kekuatan musuh.


"Aku gemataran karena bersemangat, master."


"Aku tau."


Mendengar penjelasan bangga roh terkontraknya, Claire tersenyum masam.


"Est, butuh berapa lama untuk menguraikan rune itu?"


"–Ya, butuh waktu 64 detik."


"Sekitar satu menit, huh?"


Ini waktu yang cukup lama. Namun, sebelum rune yang mampu memanipulasi hukum alam itu diuraikan, serangan dari elemental waffe akan dinetralkan.


"Dimengerti. Satu menit. Aku akan mengulur waktu sebanyak mungkin."


"Aku akan melindungimu, Kamito. Nona Roh Pedang bisa berfokus pada analisa."


Seraya petir sihir hitam legam memancar, Est menanggapi Restia.


"–Makasih, roh kegelapan."


Bilah putih perak milik Est bersinar dan menjawab.


"Fufu, karena roh pedang legendaris mengandalkan aku, aku gak boleh menghianati harapan itu."


"Ya, itu benar–"


Berkata begitu, Kamito menuangkan divine power pada Vorpal Sword.


Lalu, dia merasakan sengatan pada mata kirinya, tapi....


(....Diamlah, Ren Ashdoll!)


Tak terpengaruh, Kamito melanjutkan melepaskan divine power.


Ini bukanlah lawan yang bisa dikalahkan dengan kekuatan yang setengah-setengah.


"Claire, aku yang akan jadi barisan depan. Lindungi aku."


"Oke, kalau gitu biar aku dan Scarlet yang membatasi pergerakannya."


Dengan ayunan Flametongue dari Claire, api merah segera berkobar di tanah.


Mereka merupakan anggota tim yang paling lama, bekerjasama sejak mereka mulai berpatisipasi dalam turnamen peringkat Akademi.


Mereka gak perlu membahas terlebih dahulu bagaimana melakukan koordinasi dalam pertempuran.


"Ayo maju–"


Mengumpulkan divine power di kakinya lalu meledakkannya. Kamito menghentak tanah kuat-kuat.

Bagian 2

Mendengar suara pertempuran dibelakang mereka, Rubia dan yang lainnya berlari di jalanan yang telah berubah menjadi tanah gersang.


Tak seperti Ellis dan Rinslet, yang telah melalui pelatihan tarian pedang di Akademi, dan Rubia yang tubuhnya telah diperkuat oleh segel persenjataan terkutuk, Fianna dan keempat Ratu tak memiliki stamina fisik yang besar.


Ditambah dengan fakta bahwa tanahnya telah hancur, mereka hampir jatuh berkali-kali.


"Kita harus meninggalkan tempat ini secepat mungkin, atau kita akan terkena dampaknya!"


Berada dibelakang untuk melindungi para Ratu, Ellis berteriak.


Meskipun dia gak menyaksikan kekuatan malaikat secara langsung–


Kalau apa yang dikatakan Kamito memang benar, maka sekeliling mereka bisa menjadi bumi hangus setiap saat.


Lalu.....


"...! Kyah!"


Seorang Ratu didepan berteriak.


"....Apa!?"


Ellis terbelalak.


Sebuah dinding api yang berkobar memblokir jalan mereka.


"....! Apa yang terjadi? Blizzard Breath!"


Rinslet merapal sihir roh es–


Namun, api itu semakin kuat, seketika melahap badai es tersebut.


"Mustahil....!?"


Melihat itu, Rinslet terkejut.


Lalu–


"Fufu... Percuma saja lari, tikus-tikus kecil."


"Kurang ajar–!"


Ellis menengadah dan berteriak.


Disana diatas dinding api yang memblokir mereka–


Seorang cewek manis memakai jubah putih berdiri disana.


"....! Kenapa ada Millennia Sanctus lagi!?"


Berhenti, Fianna menggigit bibirnya.


"Jumlah mereka ada berapa banyak?"


"Astaga, ketahuilah bahwa aku selalu satu. Semua diriku adalah aku–"


Millennia Sanctus memegang sebuah pedang besar berwarna merah yang terselimuti api–


Kemungkinan pedang itulah yang menghasilkan dinding api tersebut–


Lalu–


"....! Pedang itu, mungkinkah–"


Suara Rubia menjadi serak.


Matanya yang seperti rubi tampak membara. Rambutnya menyala merah.


Segel roh yang ada di tangan kanannya bersinar terang.


Warna merah yang mirip dengan darah yang mendidih–


"Rubia-sama..."


Menyadari sesuatu yang gak biasa pada sikapnya, Fianna bergumam terkejut.


Seolah beresonansi pada cahaya dari segel roh miliknya–


Pedang sihir berwarna merah gelap di tangan Millennia mengeluarkan api.


"Ya, pedang ini adalah pedang api ultimate yang membawa kehancuran dunia–Ragnarok."


Millennia Sanctus tersenyum dan mengangkat pedang sihir itu.


"Elemental waffe dari Elemental Lord Api Volcanicus."


"Bangsat–"


Menatap penuh kemarahan pada Millennia Sanctus, Rubia berkata pelan.


"Beraninya kau mengeluarkan itu didepanku–!"


Elemental Lord Api Volcanicus.


Dia adalah pelaku dibalik kenapa Rubia menjadi Ratu Bencana.


Dendam karena mengubah wilayah Elstein menjadi lautan api–


"Aha, sungguh adegan yang menyentuh, Ratu Bencana. Berterimakasihlah padaku. Aku akan menggunakan api ini, api yang menghancurkan kampung halamanmu, untuk membakar kalian semua!"


Pedang api Ragnarok di tangan Millennia menjadi merah terang seolah memerah kepanasan.


Lalu....


"Tombak aliran Fahrengart, teknik rahasia–Storm Strike!"


Ellis melemparkan Ray Hawk ke dinding api yang menjulang didepan mereka.


BOOM!


Terselimuti badai, tombak sihir itu membuat lubang di dinding api tersebut.


"Apa!?"


Situasi yang tak terduga itu menyebabkan Millennia mengernyit.


"Rinslet, bawa para Ratu pergi!"


"Dimengerti! Fenrir!"


Pemahaman mutual dalam Tim Scarlet membuat Rinslet segera bereaksi.


Dia nggak mengatakan apa-apa lagi. Celah pada dinding api itu cuma sementara. Sedikit saja keraguan akan menyia-nyiakan peluang langka untuk melarikan diri yang dibuat oleh Ellis.


Saat ini, melindungi keempat Ratu adalah yang paling penting.


Woof!


Terselimuti badai, serigala putih dipanggil.


Fenrir melahap keempat Ratu, menunggu Rinslet menaiki punggungnya, lalu melompat melewati celah yang semakin sempit tersebut.


"Tikus kecil dengan trik murahan, apa kalian pikir bisa lolos begitu saja?"


Mendengus, Millennia mengayunkan Ragnarok.


Percikan api yang berhamburan berubah menjadi anjing-anjing api, mengejar Fenrir.


"....! Gawat!"


Ellis berseru–


"Astaga, apa ini waktunya mengkhawatirkan rekanmu, nona kecil?"


Millennia Sanctus mencemooh dan perlahan mendarat di tanah.


Ditancapkan di tanah, Ragnarok mengubah ubin batu menjadi lava yang membara.


"Rubia-sama, mundurlah–"


Fianna berkata sambil memegang rapier elemental waffe miliknya yang bersinar putih perak.


Formasi mereka melibatkan Ellis di barisan depan dan Fianna memberi perlindungan dari belakang.


Meskipun hanya mereka berdua, ini tidaklah nggak meyakinkan, namun ini merupakan formasi taktis terbaik yang tersedia bagi mereka saat ini.


Namun–


"Kalian berdua, mundur."


Mengabaikan suara Fianna, Rubia berjalan ke depan.


"...Rubia-sama!?"


"Elemental Lord Api biar aku yang tangani."


Dia menatap Millennia Sanctus yang menyeringai.


Tidak, dia menatap Ragnarok yang ada di tangannya.


Kobaran api muncul di tangan Ratu Bencana.

Bagian 3

Kiiiiiiiiiiiin—


Dengan suara yang memekakan telinga–


Malaikat spiral yang bersinar itu mulai berputar dengan kecepatan tinggi.


Rune yang ada disekitarnya memancarkan cahaya yang terang.


"–Dia datang, Claire!"


Memberi peringatan, Kamito melepaskan divine power dan segera mendekat.


Malaikat spiral itu berhenti berputar.


Dengan nalurinya, Kamito menilai itu adalah gerakan serangan.


Lalu, rune bersinar itu berkumpul pada satu titik dan melepaskan kilauan cahaya.


(....Dia datang!?)


Kamito merendahkan posturnya seolah menerjang tanah.


Rekasi ini cuma bisa dilakukan dengan memprediksi sebuah serangan.


Tembakan petir melintas diatas kepala Kamito dari titik fokusnya.


Udara terbelah. Gelombang panas dari tembakan itu memanggang kulitnya.


Ditembakkan lurus, jejak tembakan petir itu menghilang jauh dibelakang dia.


Kalau tembakan itu mengenai dia, seluruh tubuhnya mungkin telah berubah menjadi abu.


Menghancurkan ubin dibawah kakinya, Kamito melesat kedepan.


"O petir sihir kegelapan, hancurkan lawanku–Vorpal Blast!"


Petir hitam legam memancar dari bilah pedang iblis dan menyambar malaikat spiral itu.


Tapi–


K... iiii... iiiiiiiiiiiiii—!


Malaikat itu mengeluarkan rune bercahaya disekitarnya lagi, menghasilkan suara aneh yang mirip dengan gesekan metalik.


Petir sihir kegelapan yang mampu menghancurkan segalanya, dimentahkan dengan mudah oleh penghalang malaikat itu.


Ini adalah pertahanan absolut untuk menetralkan kekuatan para roh, merusak hukum alam dunia.


(....! Ternyata betul, gak mempan, huh?)


Kamito menduga pertahanan malaikat itu akan renggang setelah melakukan serangan yang kuat.


Malaikat spiral itu melayang.


Lalu enam titik cahaya mulai berkontraksi disaat yang bersamaan.


(....! Berikutnya pengeboman masal!?)


Mengamati lintasan tembakan petir itu, Kamito menyadari kalau menghindar adalah hal yang mustahil.


Kalau begitu–


(Est, bisakah kau menahannya!?)


Sambil melompat ke samping, Kamito berteriak dalam hatinya.


....Tapi hanya keheningan yang dia dapatkan.


(Huh, E-Est....?)


"Percuma saja, Kamito. Nona Roh Pedang saat ini sedang berfokus pada menganalisa penghalangnya."


"....Waduh!"


Mendengar suara Restia, Kamito mengerang putus asa.


"Bukankah kita setuju untuk mengulur waktu selama satu menit? Baiklah, ayo maju–"


"T-Tunggu....!"


Lalu–


"Menarilah, kobaran api, O kobaran api yang menyala panas–Flare Rose Garden!"


Suara Claire yang keras terdengar.


Sihir roh yang dituangkan pada Flametongue dilepaskan–


BOOOOOOOOOOM!


Terjadi ledakan. Berpusat pada malaikat itu, seluruh areanya meledak.


Dengan menyerang titik fokus dari tembakan petir itu, Flametongue telah meledakkan tembakan tersebut.


"Claire, kau menyelamatkan aku!"


"Aku dan Scarlet akan mengurus titik awal serangannya."


Melompat keatas bangunan yang runtuh, Claire mengayunkan Flametongue.


"Kamito, teruslah bergerak untuk bertindak sebagai pengalihan."


"....Dimengerti. Aku akan berusaha menarik perhatiannya sebisa mungkin."


"T-Tapi, jangan berlebihan!"


Berkata demikian, Claire buru-buru melanjutkan.


"Ya, aku akan baik-baik saja!"


Tersenyum masam, Kamito menyiapkan Vorpal Sword.


(Waktu yang dibutuhkan Est untuk menyelesaikan analisa, 34 detik lagi, 33 detik, 32 detik....)


Sambil berfokus pada pertempuran, Kamito juga terus menghitung waktu mundur dalam benaknya.


.....Asalkan dia gigih, kesempatan akan datang.


...i, iii, iiiiiiiiiiiii—!


Suara aneh terdengar lagi. Seketika kobaran apinya dihapus.


Kali ini, rune bersinar merah dikerahkan disekitar malaikat spiral tersebut.


(–Pola ini berbeda dari yang barusan!?)


Tentu saja, Kamito gak bisa memahami apa maksud rune itu.


Tapi setidaknya dia tau bahwa serangan berikutnya akan berbeda dari yang sebelumnya.


Rune bersinar itu mencapai tanah dan dikeluarkan secara melingkar.


"Ada datang, Claire. Hati-hati–"


"Apa yang datang?"


"Mana kutau–"


"A-Apa.... Eh, kyah!"


"Claire, pegangan padaku!"


Kamito bergegas ke samping Claire dan mengangkat dia.


Mengangkat tubuh Claire yang mungil dengan tangannya, Kamito melompati puing-puing.


"Hwa... K-Kamito!?"


Claire langsung tersipu merah padam. Matanya jadi lembab.


Lalu, tanah dibawah kaki Kamito berubah menjadi lumpur. Tubuhnya langsung tenggelam.


"...!?"


Kamito melepaskan divine power terkonsentrasi sekaligus, melompat lagi, melompat ke atas sebuah bangunan.


Berpusat pada malaikat spiral itu, bangunan sekeliling perlahan-lahan tenggelam kedalam tanah.


"A-Apa yang terjadi....!?"


"Sifat area sekitar telah ditulis ulang–"


Menurunkan Claire di atap, Kamito menatap kebawah.


Jalan berubin batu telah berubah menjadi lumpur hitam legam, melahap segalanya.


"I-Ini gila sekali...."


Tertegun, Claire bergumam pelan.


"Ini bukan apa-apa...."


Masih memegang erat kedua pedangnya, Kamito menyeka keringat dari alisnya.


Setelah itu, rune bersinar tersebut menghilang dan lumpur hidup tanpa dasar itu kembali menjadi tanah lagi.


Bersinar dengan warna pelangi, malaikat spiral itu perlahan mulai berputar ditempat.


(Tapi itu tampak agak aneh...)


Tiba-tiba Kamito sadar.


Dibandingkan dengan malaikat Dunamis yang dia lawan di Akademi, malaikat ini tampak cendurung pada pertahanan.


Kekuatannya memang gak main-main, tapi–


(Itu hampir seperti dia menunggu datangnya sesuatu...)


Berpikir begitu, Kamito lalu menyadarinya.


Selain penghalang yang dikerahkan disekitar malaikat itu–


Rune telah berputar didalam spiral sepanjang waktu ini.


'"(...Apa yang terjadi? Apa yang dia lakukan?)


"Kamito, analisa malaikatnya telah selesai."


Lalu, suata Est masuk kedalam pikiran Kamito.


Huruf High Ancient dengan cepat mengalir pada bilah Demon Slayer.


"Bagus, Est!"


"Ya, Kamito. Aku lebih cepat sekitar 7 detik."


Dengan suara yang tanpa emosi, Est menyatakannya dengan agak bangga.


"Akhirnya kita sekarang bisa menyerang balik."


"Ya, bukan gayaku untuk terus menerima serangan."


"Berbagi data dengan roh kucing neraka."


Beresonansi, Demon Slayer dan Flametongue milik Claire mulai bersinar.


"Aku gak tau kenapa, tapi malaikat ini gak kelihatan kuat dalam serangan. Ini jauh lebih mudah ditangani daripada malaikat Dunamis yang kutemui di Akademi."


Saat Kamito mau menyerang balik.


"–tunggu sebentar, Kamito."


"Ada apa?"


"Kepadatan eksistensi didalam malaikat itu meningkat dengan cepat."


Bilah putih perak bersinar terang.


"....Maaf, bisakah kamu menjelaskan lebih jelas lagi?"


"Malaikat itu kayaknya memanggil sesuatu didalamnya."


"....Apa kau bilang!?"


Malaikat spiral itu terus berputar memancarkan cahaya yang menyilaukan.


Spiralnya terurai lalu lenyap–


Sesuatu terselimuti cahaya muncul ditempat yang sama.


"....Apa!?"


Kamito cuma bisa terperangah.


Itu adalah sosok manusia.


Seorang manusia tinggi, memakai jubah hitam legam yang bentuknya terus berubah layaknya bayangan.


Seluruh tubuhnya dikelilingi oleh kabut hitam. Dibalik topeng yang berbentuk tengkorak itu, sepasang mata berwarna merah darah bersinar tak menyenangkan.


Sosok itu hampir seperti–


"....Apa-apaan itu!?"


Mahluk paling kuat dan paling kejam di sejarah benua–Raja Iblis Solomon telah muncul.

Bagian 4

"Aha, lucu sekali, Ratu Bencana!"


Dengan membelakangi dinding api yang berkobar, Millennia Sanctus tertawa.


"Setelah kehilangan kekuatanmu, apa yang bisa kau lakukan sekarang?"


"Kehilangan kekuatanku, apa kau menganggapnya begitu?"


Rubia mengulurkan tangan kanannya, terselimuti kobaran api.


"Apa!?"


"–O api kuno yang kacau, bersemayamlah ditanganku dan berubahlah menjadi pedang yang tajam!"


Seketika, sebuah senjata yang membara serta dengan lekukan yang anggun muncul di tangannya.


Bentuknya sangat mirip dengan senjata yang dikenal sebagai katana yang telah ada sejak dahulu di negara timur jauh.


"Apa itu sebuah elemental waffe!?"


Fianna membelalakkan matanya, berseru terkejut.


Elemental waffe Laevantein harusnya sudah hancur saat babak final Blade Dance.


Dan juga, Rubia harusnya sudah kehilangan kekuatan dari roh terkontrak.


"Eh, sungguh menarik. Kenapa kau punya elemental waffe?"


"Ini bukan elemental waffe."


"Apa kau bilang?"


Rubia menyiapkan pedang yang dia panggil.


Bilahnya meninggalkan jejak api biru setiap kali diayunkan.


"Roh militer Kagutsuchi, sebuah model percobaan yang dibuat Vivian Melosa atas permintaanku."


"R-Roh militer....?"


Mendengar itu, Fianna tertegun.


Roh militer dimaksudkan menjadi roh yang bisa dikerahkan tanpa membuat kontrak roh. Secara normalnya, mereka mustahil berubah menjadi elemental waffe.


Bahkan bagi militer Ordesia, teknologi terkait seharusnya masih dalam tahap penelitian.


Gak disangka Rubia betul-betul menerapkannya.


"Mirip dengan Elemental Panzer milik kakak angkatku, huh....?"


"Ya, teorinya cukup mirip." balas Rubia.


"Meskipun permainan pedang bukanlah spesialisasiku, setidaknya aku lebih baik daripada kau, kardinal."


Dia menatap tajam Millennia Sanctus yang ada didepannya.


Segel persenjataan terkutuk yang ada di seluruh tubuh Rubia memancarkan cahaya dari balik seragam militernya.


Api biru pada bilah pedangnya mulai berkobar ganas.


"Rubia-sama, jangan—!"


Fianna cuma bisa berteriak.


Menggunakan begitu banyak segel persenjataan terkutuk disaat yang bersamaan sama seperti bunuh diri.


"Aku gak peduli. Aku hanyalah mayat hidup."


"Ho... Aha, ahahahahaha, padahal kupikir itu adalah sesuatu yang lain, gak bisa dipercaya, roh militer?"


Millennia Sanctus mengejek dingin.


"Kau berniat beradu pedang dengan Ragnarok ini menggunakan sesuatu seperti itu?"


Elemental waffe ultimate ditangan Millennia Sanctus mengeluarkan kobaran api merah.


Pedang itu diayunkan.


Sebuah mansion terbelah secara diagonal. Bagian atasnya perlahan meluncur kebawah.


CRAAAAAAASH!


Dengan suara kehancuran yang berkelanjutan, asap debu yang besar mengepul ke udara.


"Berterimakasihlah padaku atas kebaikanku. Aku akan membakar kalian bertiga dengan cepat dan bersih. Begitu bersih hingga abu pun gak akan tersisa!"


Sisa dari bangunan yang runtuh berubah menjadi hujan api, menghujani Rubia.


" "Rubia-sama!" "


Fianna dan Ellis bergegas mendekat, tapi mereka dihadang oleh puing-puing yang terbakar.


Namun, Rubia berdiri tenang ditengah hujan api.


Rambut merahnya, yang seperti kobaran api, melambai-lambai diterpa angin.


"Kardinal, kau gak layak memegang senjata itu."


Rubia perlahan berbicara.


"–Seseorang sepertimu tak bisa menggunakan api itu."


Segel roh api yang ada ditangan kanannya memancarkan cahaya menyilaukan.


"...!"


Sesaat, tubuh Millennia membeku seolah terkejut.


"Kalian berdua gak perlu ikut campur. Aku akan menangani ini." Kata Rubia seraya menoleh kebelakang.


"Waduh, kata-katamu membuatmu tertawa. Ratu Bencana."


Merendahkan kepalanya, Millennia berbicara.


"Baiklah. Sesuai keinginanmu, aku akan membakarmu menjadi arang!"


Dengan wajahnya yang dipenuhi kemarahan, Millennia mengayunkan Ragnarok.


Ular naga api menyapu tanah, melelehkan ubin batu seraya menyerbu kedepan.


Sebagai tanggapan, Rubia–


Dia menikamkan Kagutsuchi miliknya ke tanah.


"–Bahkan waktu sekalipun tak bisa lolos dari takdir membeku, kobaran api absolute zero–Frost Blaze!"


Rahasia yang diwariskan dalam garis keturunan Elstein.


Api dunia lain yang bahkan mampu membekukan api terkuat di Astral Zero.


"Apa kau lupa api ini, Volcanicus?"


Ditengah kobaran api biru, dia berkata.


"–Kalau begitu, aku akan membuatmu ingat!"

Bagian 5

–Raja Iblis Solomon.


Elementalis terkuat dalam sejarah, orang yang membawa teror dan kekacauan pada benua seribu tahun yang lalu.


Melihat dia muncul didepan matanya–


"....Apa yang terjadi?"


Kamito bertanya pada Claire yang ada dibelakangnya.


"Apa yang membuatmu berpikir aku bisa menjelaskan...."


Mata Claire sama-sama dipenuhi keraguan dan kebingungan.


Penampilan yang ada didepan mereka sama seperti Raja Iblis dalam legenda.


(....Aku pernah melihat topeng dan jubah itu sebelumnya.)


....Gak salah lagi, itu adalah Raja Iblis yang asli.


Mahluk yang ada didepan mereka memancarkan aura yang mengerikan, cukup untuk meyakinkan Kamito.


Sang Raja Iblis mendarat di tanah. Racun kegelapan yang padat seketika meluap dari seluruh tubuhnya.


"Est, apa yang terjadi? Apa yang dilakukan malaikat itu?"


"–Sebuah pemanggilan dari koordinat masa lalu, Kamito."


"....Huh?"


Kamito membalas dengan pertanyaan.


"Sebuah penulisan ulang hukum dunia, dilakukan oleh otoritas malaikat itu. Mengekstrak koordinat dari waktu yang ada didunia ini, lalu mewujudkannya–"


"Uh, dengan kata lain, apa yang kamu maksudkan?"


"Dengan kata lain, Raja Iblis seribu tahun lalu dipanggil kesini seutuhnya?"


Melalui Ortlinde, Claire mendengar suara Est dan menanggapi.


"Tepat."


"....Sungguh nggak masuk akal–"


Kamito menggerutu.


(....Pemanggilan Raja Iblis? Itu gak masuk akal.)


Raja Iblis Solomon merupakan reinkarnasi dari kekuatan Elemental Lord Kegelapan. Jika Raja Iblis didepan matanya adalah yang asli, itu artinya malaikat itu telah memanggil kekuatan tersebut berserta dia.


Kemampuan ini pada dasarnya sama dengan keajaiban. Gak heran Holy Lord sangat menginginkannya.


Perilaku malaikat itu berfokus pada pertahanan untuk mengulur waktu, huh?


–Tiba-tiba, mata kirinya mulai terasa sakit.


Mungkin kemunculan dari makhluk yang memiliki kekuatan yang sama menyebabkan dia bereaksi.


"Pemanggilan makhluk terkuat yang tercatat dalam sejarah benua ini."


Memegang Flametongue, Claire melompat ke tanah.


Kamito mengikutinya, berhadapan dengan Raja Iblis didepannya.


Tatapannya bertemu dengan kedua mata yang ada dibalik topeng tengkorak itu.


Tiba-tiba, Kamito teringat pria muda yang dia temui di Kota Raja Iblis.


"...Oh, ohhhh... Oh, ohhhhhhhhhhh...!"


Dengan suara raungan yang aneh, racun kegelapan yang lebih pekat lagi memenuhi sekeliling.


Suara kebencian itu tampak mengutuk semua mahluk.


Raja Iblis perlahan mengulurkan tangan kanannya.


".....! Dia datang!"


"Bakar semua.... jiwa, petir hitam–Hell Blast."


–sihir petir kegelapan yang dikeluarkan Raja Iblis melesat seolah badai yang ganas.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 11 - Terminus Est

Bagian 1

Sihir penghancur berarea luas tingkat tinggi dari elemen kegelapan.


Sihir petir hitam legam yang dilepaskan oleh Raja Iblis terus menghancurkan bangunan di kota.


Tanahnya tersambar dan menghasilkan retakan yang tak terhitung jumlahnya.


"....Sialan.... Apa kau baik-baik saja, Claire!?"


"Y-Ya.... Kenapa segila ini....?"


Kamito dan Claire merayap keluar dari puing reruntuhan.


Kalau bukan karena Vorpal Sword yang mana elemen kegelapannya bisa bertindak sebagai sebuah penangkal petir untuk menyerap petir sihir tersebut, mereka berdua kemungkinan telah terpanggang hingga menjadi abu dalam sekejap.


Meskipun Hell Blast juga merupakan tipe sihir roh yang digunakan oleh Restia–


Kekuatan yang ditampilkan disini jauh melampaui apa yang bisa digunakan roh peringkat tinggi.


"....Sesuai dengan namanya sebagai elementalis terkuat dalam sejarah, sang Raja Iblis yang sebenarnya."


Bergumam, Kamito menyeka darah segar dari sudut bibirnya. Jumlah divine powernya sangat besar.


"Gimana caranya kita menghadapi monster itu....?"


"Serang saja sampai titik darah penghabisan. Musuh tampak sedang bersemangat."


Kamito menuangkan divine power pada kedua pedangnya dan berdiri.


(....Est sudah selesai menganalisanya. Setidaknya, gak akan ada lagi penetralan.)


Kali ini sang Raja Iblis mengulurkan kedua tangannya. Topeng tengkorak itu memancarkan cahaya menakutkan.


".....!"


Buru-buru, Kamito dan Claire melompat ke samping.


"Tidur... abadi–Cocytus."


Udara membeku bisa terdengar.


Dikelilingi oleh kabut putih, segala sesuatu membeku dalam radius tertentu yang berpusat pada Raja Iblis–


Dari tanah, tangan es yang tak terhitung jumlahnya meraih Kamito dan Claire.


"Bakarlah sampai tak ada yang tersisa, O kobaran api–Fireball!"


Dengan suara ledakan, Claire merapal sihir roh api, menghancurkan es yang ada.


Namun, es yang terus muncul menutupi api tersebut, mendekat pada mereka seperti sebuah gelombang raksasa.


"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketiga—Shadowmoon Waltz, Double Moon Turn!"


Dengan teriakan kuat, Kamito melepaskan divine power sekaligus.


Terjadi tebasan pedang berwarna hitam dan putih yang tak terhitung jumlahnya.


Meninggalkan jejak pedang satu persatu, Kamito menyerang layaknya pusaran angin.


Dihadapkan dengan tangan es yang menyerang dari segala arah, dia menghancurkan tangan-tangan itu dengan setiap gerakannya.


Menginjak sebuah bongkahan es besar yang jatuh di tanah, dia melompat ke udara dan–


"Absolute Blade Dance, Bentuk Kedua, My Style—Double-Hit Comet!"


Sebuah gerakan pedang ganda dari Absolute Blade Arts, dimodifikasi dari Comet, dilepaskan pada Raja Iblis.


BOOOOOOOM!


Dampak dari komet tersebut mengguncang udara.


Bersama dengan kain hitam itu, tubuh Raja Iblis terbelah menjadi dua. Sebuah retakan besar muncul di tanah.


"......!"


Kamito nggak merasa serangan itu kena sasaran.


Dia segera melompat ke samping. Disaat yang sama, sebuah pedang hitam melintas, tepat diatas kepalanya.


(....Sihir roh bayangan, huh?)


Sihir itu merupakan spesialisasi Nona Freya.


Raja Iblis mengangkat tangan kurusnya yang berwarna hitam.


Cincin emas dijarinya segera bersinar biru.


(....Cincin itu!?)


"–Kamito, hati-hati. Dia mau memanggil roh!"


Restia memberi peringatan.


Cincin itu adalah Ring of Solomon.


Sebuah artefak legendaris yang mampu mengendalikan 72 roh kelas archdemon.


(Sihir roh barusan cuma salam sapaan saja, huh?)


Suara mengerikan terdengar dari balik topeng Raja Iblis.


"Dari bawah tanah, datanglah.... Bawahanku–Midgardsormr."


Rumble rumble rumble rumble rumble...!


"A-Apa yang terjadi!?"


Disertai gempa bumi yang dahsyat, tanah di Ragna Ys terbelah.


Muncul dari retakan tanah yang hancur dan membeku–


Seekor ular raksasa bersisik seperti baja. Dibandingkan dengan roh militer Kerajaan Suci, Kerykeion, yang juga seekor ular, yang ini beberapa kali lebih besar.


"Roh naga tanah Midgardsormr. Itu adalah prototipe untuk roh militer kelas strategi Jormangand yang tertidur didalam kota pertambahan Gado, kau tau–"


"....Apa kau bilang!?"


Roh naga tanah raksasa itu membuka rahangnya dan menghancurkan bangunan-bangunan di jalan.


"....Bahkan roh terkontrak Raja Iblis bisa diwujudkan?"


"Ya, apa yang dipanggil malaikat itu adalah kekuatan penuh dari Raja Iblis–" jawab Est.


"Kamito, aku punya cara untuk menangani roh ini!" teriak Claire.


Kamito memperhatikan dengan cermat dan melihat bahwa Flametongue menjerat tanduk Midgardsormr.


"Jangan memaksakan diri, Claire!"


"Jangan kuatir, fokus saja pada Raja Iblis, kyaahhhhhh!"


Ular raksasa itu mengamuk, menyebabkan tubuh mungil Claire terhempas berputar-putar.


Tubuh besarnya yang meronta menyapu dataran Ragna Ys.


(....Pada tingkat ini, seluruh tanah akan tercungkil!)


Kamito melompat ke samping, menghindari serangan dari ekornya.


Dia menyerbu punggung naga tanah itu, menuangkan semua divine power miliknya pada pedang di kedua tangannya.


Matanya mulai terasa sakit lagi.


Dia ingat peringatan Rubia, tapi–


"Absolute Blade Arts, Bentuk Penghancur—Bursting Blossom Spiral Blade Dance, 18 Serangan Beruntun!"


Melepaskan sejumlah tebasan secara beruntun, dia menghancurkan sisik baja Midgardsormr.


"Belum berakhir, Kamito–!"


Restia berteriak.


Midgardsormr mengangkat kepalanya dan membuka rahangnya.


(....! Gak bisa dipercaya dia masih bisa bergerak setelah menerima teknik Absolute Blade Arts untuk menangani roh kelas archdemon!)


Kamito menghentak tanah dan melompat, menghindari serangan, lalu menikamkan pedang iblis berwarna hitam itu pada bola mata monster itu.


"O kegelapan, tembuslah–Vorpal Blast!"


Sihir petir kegelapan dipancarkan dari bilah pedang iblis menghancurkan Midgardsormr.


Namun...


"Dari ujung langit, tanggapi panggilanku... Minion–Fafnir."


Cincin Raja Iblis bersinar dan memanggil seekor roh.


Itu adalah seekor roh naga bersayap hitam.


Cakar naga itu menyerang dari atas. Kamito memblokir serangan itu dengan Demon Slayer.


Serangan yang berat itu nyaris membuat bahunya keseleo–


"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketujuh–Biting Dragon, Serangan Ganda!"


Dengan serangan dari pedangnya, Kamito memenggal roh naga itu.


"Huff, huff, huff....!"


Dia terengah-engah dan menekan mata kirinya yang sakit dengan tangannya.


(Kalau dia terus memanggil roh kelas-archdemon....)


"Dari gerbang dimensi, tanggapi panggilanku.... Minion–Ymir."


".....!"


"–Flame Chain!"


Claire mengayunkan Flametongue.


Berselimut kobaran api, cambuk panjang itu mengekang tangan kanan Raja Iblis.


Seketika, tangan kanan Raja Iblis terbakar dan berubah menjadi abu.


"Kamito, lakukan sekarang!"


Disertai oleh teriakan Claire–


Kamito menyerbu, melakukan tebasan ganas.


Namun–


Serangan itu dengan mudah ditangkis.


Sebuah pedang iblis berwarna hitam legam muncul di tangan Raja Iblis dan memblokir serangan tersebut.


"Apa!?"


Kamito tak bisa berkata apa-apa.


Pedang iblis yang dipegang Raja Iblis itu hampir seperti–


"....Aku paham. Memang, itu adalah roh terkuat yang digunakan oleh Raja Iblis."


Dengan suaranya yang berisikan kemarahan, Kamito berbicara.


Merasakan rasa sakit di mata kirinya, Kamito menggenggam erat Vorpal Sword.


"Tapi, itu adalah pedangku, Raja Iblis Solomon!"


Kamito melangkah maju dan menebas.


Pedang iblis kegelapan itu berbenturan ganas dengan Vorpal Sword.


Ohhhhhhhhhhhhhhhh!


Raja Iblis meraung.


Itu adalah raungan kegembiraan karena bertemu lawan yang tangguh.

Bagian 2

"Tembuslah, taring es pembeku–Freezing Arrow!"


Peluru es sihir ditembakkan oleh Rinslet menembus tiga anjing secara bersamaan.


Namun, anjing api yang diciptakan oleh api pedang Ragnarok segera bangkit dan mempersempit kepungan.


"....! Kenapa jumlah mereka nggak berkurang!?"


Rinslet berteriak cemas.


"Api milik Elemental Lord Api merupakan api yang menyala abadi." kata Reicha.


"Itu terlalu gak masuk akal!"


Berdiri didepan untuk melindungi para Ratu, Rinslet menatap sekelilingnya.


Para anjing api bermunculan satu demi satu dari bayangan bangunan yang runtuh.


Bahkan bagi Fenrir, berlari dengan kecepatan penuh sambil membawa empat orang bukanlah hal yang mudah.


Rinslet berpikir para anjing itu akan segera menyusul mereka.


....Tetap saja, meski dia bertahan sekuat yang dia bisa, pada akhirnya situasinya akan memburuk.


Dia gak bisa mengharapkan para Ratu membantu pertempuran di depan. Gimanapun juga, mereka merupakan para princess maiden yang dididik untuk melayani para Elemental Lord.


(...Jalan buntu, nampaknya.)


Rinslet menuangkan divine power pada tangannya, menarik busurnya.


(Setidaknya, aku harus membuka jalan agar Reicha-sama dan yang lainnya bisa kabur–)


Para anjing api menerkam kearah mereka bersamaan.


lalu....


Badai yang ganas bertiup, mengubah para anjing itu menjadi patung–


"....! A-Apa yang terjadi!?"


Tetap dengan busurnya yang ditarik, Rinslet langsung tak bisa berkata apa-apa.

Bagian 3

"–Aku akan membuatmu mengingat namaku, Volcanicus!"


Dengan persenjataan roh militer miliknya–Kagutsuchi–dipegang dengan kuda-kuda pertengahan, Rubia menghentak tanah.


Segel persenjataan terkutuk yang ada disekujur tubuhnya memancarkan percikan api ganas. sosoknya segera menghilang.


"....Apa!?"


Mata ungu Millennia Sanctus terbelalak terkejut.


Meninggalkan bunyi dari sepatunya yang menghentak tanah jauh dibelakang–


Rubia seketika menutup jarak dan melakukan tebasan dengan kecepatan kilat.


Diimbuhi dengan api, ujung pedang itu melintas di tenggorokan Millennia, meninggalkan pembakaran samar pada jubah putihnya.


"–tsk!"


Millennia menghindar kebelakang, berubah menjadi partikel cahaya dan lenyap, melakukan lompatan ke belakang.


Namun, Rubia sudah memperkirakan gerakan itu.


Dia dengan paksa memutar tangannya yang memegang pedang dan menyerang.


Clang!


Dengan suara gesekan logam yang memekakan telinga, percikan api berhamburan.


Bilah Kagutsuchi memotong tubuh Ragnarok.


"Apa-apaan gerakanmu itu....!?"


"Jangan meremehkan aku, kardinal. Meskipun kekuatan ini pinjaman, ketahuilah bahwa aku gak begitu saja memakai nama Ren Ashbell, Penari Pedang Terkuat."


Berkata begitu, Rubia menyerang dengan kecepatan yang lebih tinggi.


Tebasan membara menyebar di udara.


Yang ada di tubuhnya adalah segel persenjataan terkutuk untuk penguatan fisik.


Namun, Rubia Elstein adalah seorang princess maiden yang terkenal sebagai Ratu terhebat dalam sejarah. Saat divine power miliknya yang sangat besar sepenuhnya diubah menjadi kemampuan fisik, pergerakannya sama seperti seorang master pendekar pedang.


Menggunakan kekuatan dari roh militer, dia mengungguli Millennia yang memegang Ragnarok.


Meskipun api Ragnarok mengancam akan melahap Rubia, dia dengan lincah menghindarinya.


"Ilmu pedang Rubia-sama sangat mengagumkan–!"


Ellis cuma bisa berseru.


"Ya, tapi kalau dia terus menggunakan segel persenjataan terkutuk seperti itu–"


Meski begitu, Fianna bergumam kuatir.


Meskipun tarian pedang Rubia sangat agresif–


Pada tingkat ini, meski bagi Rubia, tubuhnya mungkin akan tumbang karena bebannya tak lama lagi.


Tentu saja, dia juga memahami hal ini.


Dia pasti sudah berencana sejak awal untuk menyelesaikan pertarungan ini secepat mungkin.


Mungkin, bahkan mau menghabisi musuh dalam beberapa detik pertama–


Kagutsuchi milik Rubia menebas pundak Millennia.


Namun, itu tidaklah fatal. Seorang roh pedang dengan atribut baja memiliki resistensi terhadap api dan tebasan.


Sementara itu, api Ragnarok bisa mengubah musuh menjadi abu cuma dengan kikisan kecil dari pedangnya terhadap kulit.


"Fufu, skakmat, Ratu Bencana!"


Millennia Sanctus menyeringai dan mengayunkan Ragnarok.


Kobaran api ganas disemburkan, berubah menjadi seekor naga api raksasa yang menerkam kearah Rubia.


"–Hah!"


Dengan teriakan kuat, Rubia mengayunkan Kagutsuchi.


Api biru muncul dari bilahnya, seketika membekukan naga api itu menjadi es.


"Mustahil, bagaimana bisa api terkuat di Astral Zero berakhir seperti ini, oleh api dari seorang manusia biasa!?"


"Kau tidak tau?"


Melihat Mellennia jengkel, Rubia berkata dingin.


"Apa!?"


"Tak seperti api dari Astral Zero, api Elstein tak terikat oleh hukum alam. Sifat sejatinya mirip dengan Kegelapan Dunia Lain yang kau miliki. Oleh karena itu–"


Memegang Kagutsuchi yang terdapat api biru pada bilahnya, Rubia mendekat, selangkah demi selangkah–


"Api terkuat pun bisa dibekukan!"


Melepaskan kekuatan dari segel persenjataan terkutuk, Rubia menyerbu.


"....! Lalu bagaimana dengan ini?"


Rumble rumble rumble rumble—!


Millennia mengangkat Ragnarok keatas kepalanya.


Sebuah pusaran api merah muncul dari pedang itu, menjulang tinggi ke langit.


Ini adalah kobaran api yang sangat panas, cukup untuk membakar langit.


Lalu–


"Hari penghakiman, memberi keselamatan pada orang bodoh dan menghukum orang suci–Calamity Disaster!"


Dihasilkan dari pusaran api tersebut, bola api yang tak terhitung jumlahnya berjatuhan dari langit!


"Ahaha, jadilah abu karena api yang menghancurkan kampung halamanmu!"


"Rubia-sama!" Teriak Fianna.


Namun, Rubia tetap berada ditempatnya berdiri tanpa bergerak.


Memegang Kagutsuchi yang terselimuti api biru, dia menatap Ragnarok.


"–Apa kau melihat tarian pedangku, Elemental Lord Api!?"


Seluruh tubuhnya dikelilingi api biru absolute zero.


Segera setelah menyentuh api biru itu, hujan apinya langsung lenyap.


"Apa kau lupa api dari Ratu yang pernah melayanimu!?"


Segel roh api yang ada ditangan kanannya bersinar merah.


Lalu, seolah menanggapi suaranya–


"....Ap...a...?"


Pilar api yang menjulang ke langit mulai berguncang keras.


"....! Mungkinkah Ragnarok lepas kendali?"


Fianna bergumam terkejut.


"....! Apa yang kau lakukan, Ratu Bencana!?"


"Aku sudah memperingatkanmu. Kau gak layak mengendalikan api itu–"


Api dari Ragnarok di tangan Millennia mulai mengamuk.


"Sialan kau, tenang, tenaaaaaaaaaaang!"


Teriakan Millennia terdengar dari dalam api itu.


kobaran api itu langsung membakar Millennia Sanctus.


Kobaran api itu melahap sekeliling, meluas tanpa henti.


"Rubia-sama, cepat lari!"


Ellis berteriak, bergegas mendekat.


Namun, Rubia menggeleng pelan seraya menatap api itu.


"–Sekarang aku akan membebaskanmu, Volcanicus!"


Dengan tubuhnya dikelilingi api biru absolute zero, Rubia masuk kedalam kobaran api merah itu.

Bagian 4

"Absolute Blade Arts, Bentuk Keenam—Crushing Fang!"


Berhadapan dengan Raja Iblis Solomon yang memegang sebuah pedang iblis kegelapan–


Kamito dengan ganas mengeluarkan sebuah Absolute Blade Art yang terspesialisasi untuk menghancurkan senjata.


Namun, serangan itu gagal.


Dengan suara metalik yang keras, percikan api berhamburan dari bilah pedang iblis kegelapan yang saling bersilangan.


(–Beraninya kau menggunakan itu didepanku!?)


Menatap penuh amarah pada mata yang bersinar merah dibalik topeng itu, Kamito berteriak dalam hatinya.


(....Maaf, kau betul-betul sudah membuatku marah dengan ini, Raja Iblis Solomon!)


Sang Raja Iblis telah memanggil Vorpal Sword lain.


Saat dia melihatnya, Kamito merasa darahnya mendidih.


Sungguh perasaan yang kekanak-kanakan, ingin memonopoli. Secara sadar, dia cuma bisa tersenyum masam.


Namun, meskipun tau kalau dia terlalu emosional, Kamito masih gak bisa menghentikan desakan ini.


Mungkin divine power kegelapan juga ikut serta dalam menyebabkan emosinya menjadi bergejolak–


"Ohhhhhhhhhh!"


Dengan teriakan yang keras, Kamito mengayunkan kedua pedangnya.


Dengan kilatan cahaya, dia menyerang pedang iblis kegelapan.


Mata kirinya terus terasa sakit.


Segel roh Ren Ashdoll terwujud pada retinanya.


"–Kamito, aku yakin kau menyadarinya, kan?"


Suara tenang Restia memperingatkan dia.


(Ya–)


Dia menjawab dalam hati.


Segera setelah dia kehabisan divine power, Kamito akan dilahap oleh kekuatan Elemental Lord Kegelapan.


Menggunakan Absolute Blade Arts, yang sangat menguras divine power, merupakan bunuh diri mengingat situasinya–


Tapi musuh adalah Raja Iblis legendaris. Elementalis terkuat dalam sejarah.


Sewajarnya, ini bukanlah lawan yang bisa dia kalahkan dengan kondisi tertahan.


(Jika demikian, aku harus menyelesaikannya dengan cepat!)


Kamito menyerbu, menembus jangkauan serangan musuh.


Karena Raja Iblis Solomon merupakan seorang elementalis terkuat sekaligus seorang prajurit yang mengagumkan. Tetapi dalam hal ilmu pedang murni, dia masih dibawah Kamito yang telah menguasai Absolute Blade Arts.


Menggunakan divine power tak terbatas untuk menggunakan sihir roh yang kuat dan untuk memanggil para roh.


Ini merupakan sumber kekuatan Raja Iblis.


Kamito gak yakin bisa menang kalau dia membiarkan Raja Iblis melancarkan serangan semacam itu satu per satu, tapi–


(Itu sebabnya aku gak boleh membiarkan dia begitu saja!)


Dua pedang yang diayunkan memancarkan cahaya menyilaukan.


"Absolute Blade Arts, Bentuk Pengantar—Bursting Cherry Blossom Flurry!"


Ini merupakan Absolute Blade Art anti-personil khusus untuk pedang ganda.


Tangan Kamito berubah menjadi fatamorgana, melakukan tusukan beruntun layaknya kelopak yang berguguran.


Akan tetapi–


"....Apa!?"


Absolute Blade Art dengan kecepatan dewa tersebut gagal mencapai jantung Raja Iblis. Semua serangan itu ditangkis oleh jubah hitam itu.


Bersinar dengan kilauan kegelapan, jubah itu berubah wujud seperti sebuah bayangan.


(...! Oh betul juga, jubah hitam ini–)


Garb of the Lord.


Dia pernah menerimanya dari roh Iris, sebuah artefak legendaris yang memungkinkan pemakainya bisa mengubah divine power menjadi kemampuan defensif.


Meskipun saat Kamito memakainya, jubah itu malah menganggu aliran divine power–


Tapi saat ini, didukung oleh divine power milik Raja Iblis Solomon yang sangat besar, jubah itu menunjukkan kemampuan aslinya.


Memanfaatkan celah yang terbuka sesaat tepat setelah Kamito mengeluarkan Absolute Blade Arts....


Raja Iblis tertawa mengejek dari belakang topengnya.


Pedang iblis kegelapan diayunkan secara horizontal disertai petir.


Meskipun Kamito bergegas menggunakan Demon Slayer untuk memblokir, petir kegelapan itu masih menusuk tangan kanannya.


"....!?"


Dia nyaris tak mampu memegang pedangnya.


Berkat resistensi sihir milik Est yang kuat, tangannya lolos dari nasib terkarbonisasi.


Namun, bahkan jeda sesaat dalam serangan bisa sangat fatal dalam pertempuran.


Rune bersinar muncul pada pangkal lengan kirinya yang dilukai oleh Claire.


Dalam sekejap, tangan kirinya pulih beserta Ring of Solomon.


(....! Otorisas malaikat itu!?)


Bisa dikatakan, Kamito sudah mempertimbangkan kemungkinan dia akan menggunakan itu.


Raja Iblis mengarahkan tangan kanannya kearah Kamito, yang tak mampu melanjutkan serangannya.


"Menarilah, api merah pembawa kehancuran–Hell Blaze!"


Raja Iblis merapal sihir api terkuat.


Menerima serangan ini di jarak dekat akan mengubah seseorang menjadi abu.


"—Scarlet!"


Kamito mendengar Claire berteriak.


Disaat yang sama, kucing neraka yang berselimut api mengangkat cakar tajam dan menerkam Raja Iblis.


Raja Iblis dengan mudah menghempaskan Scarlet dengan satu tangan–


Sambil melepaskan sihir roh api dengan tangan yang satunya.


Sebagai tanggapan, Kamito–


"Absolute Blade Arts, Bentuk Pertama—Purple Lightning!"


Dengan hentakan yang kuat pada tanah, dia melesat lurus kearah dada Raja Iblis.


Berkat celah singkat yang diciptakan oleh Scarlet, aktivasi sihir roh itu sedikit tertunda.


Dengan kecepatan dewa, Absolute Blade Art itu berhasil kena sesaat sebelum sihir milik Raja Iblis diaktifkan.


Ini merupakan sebuah pertaruhan berbahaya yang diambil oleh Kamito.


Kalau penilaiannya salah, Kamito lah yang akan berubah menjadi abu.


Seperti petir, serangannya menembus Garb of the Lord.


Dengan Vorpal Sword masih menancap, Kamito melepaskan divine powernya.


"—Vorpal Blast, Vorpal Blast, Vorpal Blast!"


Dia tanpa ampun meledakkan tiga serangan beruntun dengan elemen kegelapan.


Setiap serangan sihir menyebabkan tubuh Raja Iblis mengejang-ngejang.


Seperti memohon, Kamito melepaskan sihir petir kegelapan yang keempat kalinya.


Mata kirinya panas seolah terbakar. Pandangannya hampir sepenuhnya menjadi merah.


"Kamito, ini buruk... Pada tingkat ini, bahkan aku gak bisa menekan kekuatan kegelapan lebih lama lagi....!"


(.....Aku tau, tapi–!)


Dia harus mengalahkan monster ini disini.


Vorpal Blast kelima dilepaskan.


Tapi Raja Iblis Solomon tetap aktif.


Dengan jantungnya masih tertikam, dia meraih leher Kamito dengan tangannya yang kurus.


"...! Cough... Gah...!"


Lalu–


Sebagai balasan, dia menikamkan pedang iblis kegelapan miliknya pada perut Kamito.


"Guh... Ah... Ahhh, ahhhhhhhh!"


Lalu Kamito dilemparkan ke tanah.


"...Guh, ooh... Ooooh...!"


Darah merah menetes ke puing-puing.


Memegang pedang iblis kegelapan yang telah meminum darah ini, Raja Iblis Solomon mulai berjalan maju.


(....! Sialan.... dasar monster....!)


Kamito mengutuk dalam benaknya dan tersenyum masam.


Itu merupakan ejekan diri.


–Diarahkan pada dirinya sendiri, yang telah menjadi seperti monster.


Thump, jantungnya berdegub.


Racun hitam keluar. Lubang diperutnya yang dihasilkan oleh pedang iblis itu segera disembuhkan.


Dia gak lagi bisa mendengar suara dari kedua roh terkontraknya.


Hanya tawa pelan dari dia yang menggema dipikirannya.


(A...ku–)


Kesadarannya perlahan menjadi gelap.


Dia–


Perlahan berdiri.


Raja Iblis Solomon berhenti.


Gak jelas apakah emosi dari rasa takut masih ada dalam dirinya, tapi sepertinya dia secara naluri merasakan bahaya.


Divine power kegelapan yang sangat besar memenuhi tubuhnya.


Dengan setiap langkah, tanahnya hancur. Kabut hitam dihasilkan.


Oh, ohhhhhhhhhhhhhhhh...!


Raja Iblis meraung dan mengayunkan pedang iblis kegelapan miliknya.


"......."


Namun petir hitam legam yang memancar dari bilah pedang iblisnya menghancurkan tangannya dengan mudah.


Sudah sewajarnya. Bagaimanapun juga, Kamito saat ini identik dengan kegelapan itu sendiri–


Bisa dikatakan, serangan sihir dari elemen lain akan berakhir sama seperti itu.


Seolah waktu telah membeku.


Langkah demi langkah, dia mendekati Raja Iblis.


Raja Iblis Solomon mengaktifkan cincinnya, berniat memanggil roh.


Begitu lamban. Pergerakan itu sangat lamban.


Tidak, cuma di mata Kamito semua itu tampak selamban ini.


Dia mengangkat Demon Slayer–


Whooosh–Jantung Raja Iblis ditikam.


Begitulah.


Cuma begitu saja, dan tubuh Raja Iblis berubah menjadi rune bercahaya lalu lenyap.


Dengan itu, dia berdiri disana.

Bagian 5

Ditengah kobaran api, dia melihat pecahan ingatan yang telah hilang.


Sudah berapa lama berlalu saat gadis kecil itu tiba di kuil untuk yang pertama kalinya untuk menghadap–?


Didepan dia, yang kewarasannya terkikis oleh Kegelapan Dunia Lain, hampir kalah pada kebencian dan kehancuran–


Gadis itu datang sebagai Ratu.


"–Mulai hari ini, saya akan melayani anda."


Begitu gugup hingga dia gemetaran, princess maiden itu berlutut didepan altar, memperkenalkan dirinya dengan nama Rubia.


Wajah gadis itu lebih cantik daripada princess maiden manapun yang sudah dia temui.


....Namun hanya begitu saja.


Sebagai Ratu, dia akan melayani selama beberapa tahun lalu pergi.


Gadis itu sama saja dengan para princess maiden lainnya.


–Itulah yang dia pikirkan saat itu.


"H-Hari ini, saya telah mempelajari sebuah tarian baru untuk dipersembahkan pada anda, Elemental Lord!"


"Saya melihat bunga-bunga indah bermekaran di taman Divine Ritual Institute dan memetiknya untuk saya bawa kemari."


"Saya menulis sebuah cerita untuk anda, Elemental Lord. Berkenankah anda mendengarkannya?"


"Saya menerima surat dari adik saya, Elemental Lord. Bolehkah saya membacanya?"


Mungkin karena masih muda dan naif, dia sama sekali tidak takut.


Tak seperti ratu-ratu yang sebelumnya, gadis itu tidak hanya berfokus menyenangkan dia.


Sikap gadis itu membuat dia merasa bingung, gelisah dan sedikit tertarik.


–Ada apa dengan manusia ini?


–Kenapa dia tidak takut pada para Elemental Lord yang dipuja?


Suatu hari, gadis itu datang ke kuil dan berkata.


"U-Uh, hari ini saya ingin bertanya pada anda, Elemental Lord."


–Diijinkan.


Dia menjawab dengan kalem.


Pertisi dari para Ratu kebanyakan mengenai meminta kemakmuran pada alam manusia.


Dia pikir permintaan gadis itu pasti tidak jauh dari hal itu.


Namun–


"–Uh, Elemental Lord, umm..."


–Apa itu? Cepatlah. Kesabaranku ada batasnya.


Kobaran api yang menakutkan muncul dari altar.


"S-saya minta maaf! U-Umm, saya ingin kita menjadi teman!"


Itulah yang dikatakan gadis itu.


Jika para tetua Divine Ritual Institute mendengar ini, mereka mungkin akan pingsan ditempat.


–Apa?


Suara marahnya menggema di seluruh kuil.


Gadis itu ketakutan, bahunya gemetaran.


Meski begitu, dia menatap dengan penuh ketabahan.


"S-Saya sangat kesepian sejak saya berpisah dengan adik saya. Belakang ini, sangat berat bagi saya untuk menjumpai junior saya di Divine Ritual Institute seperti Fianna dan Reicha, dan–"


Gadis itu menjelaskan dengan canggung.


Tentu saja amarah sang elemental lord tidak mereda.


–Seorang princess maiden manusia biasa berani menyebut dirinya temanku, itu merupakan penghinaan terhadap Elemental lord!


"Uwah, m-mohon maafkan saya!"


Saat dia melampiaskan api kemarahannya di altar, gadis itu berlari dengan panik.


....Mungkin gadis itu dimarahi habis-habisan oleh para tetua Divine Ritual Institute setelah itu.


Gadis itu gak pernah membahas topik seperti itu lagi.


Ini adalah ingatan terakhirnya sebagai seorang Elemental Lord yang masih waras.


Sebuah api kecil menyala didalam kegelapan.

Bagian 6

Didalam kobaran api penyucian, Rubia memegang pedang Elemental Lord Api.


Menggunakan Absolute Zero, dia menekan api terkuat dari Astral Zero yang mengamuk.


Api pembeku memancar dari seluruh tubuhnya.


Jika mereka terganggu meski sesaat saja, tubuh fisiknya akan musnah dalam sekejap mata.


"–Ingatlah, Elemental Lord Volcanicus!"


Sambil berteriak, Rubia memeluk bilah Ragnarok pada dadanya.


"Ingatlah nama Rubiaa Elstein, Ratu yang melayanimu!"


Lalu, segel roh yang ada ditangan kanannya memancarkan cahaya menyilaukan didalam kobaran api itu.


Bilah Ragnarok bersinar seolah beresonansi, lalu berubah menjadi partikel cahaya dan lenyap.


Kobaran api penyucian itu–


Seketika lenyap tanpa jejak.


"....Ugh....!"


Rubia tumbang ditempat seperti sebuah boneka yang talinya putus.


"Rubia-sama!"


Fianna dan Ellis bergegas mendekati dia.


Lalu, api menyala diatas kepala Rubia.


Api itu, yang muncul secara tiba-tiba, berkedip-kedip dan perlahan membentuk wujud manusia.


Mendarat perlahan diatas puing-puing–


Seorang cewek cantik bertanduk melengkung, berambut merah dan bermata seperti rubi.


Sang Elemental Lord Volcanicus.


Dengan matanya yang seperti rubi, dia menatap Rubia yang tengah berlutut.


"....Ru...bia?"


Dia bergumam linglung.


"....."


Dengan kepala tertunduk, Rubia tidak menanggapi.


Seolah suara cewek itu gak terdengar oleh dia.


"....Aku mengingatmu."


Dengan jari yang gemetaran, Volcanicus menyentuh bahu Rubia.


"Kau adalah...."


Tubuh Rubia seketika terguncang.


Terkejut, Volcanicus bergegas mencoba menahan dia.


Rona wajah dengan cepat menghilang dari wajah Rubia.


"R-Rubia! Siapapun, siapapun segera gunakan sihir penyembuhan–"


STnBD V19 BW08.jpg


"Elemental Lord, ijinkan kami–"


Fianna dan Ellis menjawab sambil bergegas mendekat.


Disaat yang bersamaan....


Langit bersinar diatas ibukota suci di kejauhan.

Bagian 7

Setelah menghancurkan Raja Iblis Solomon, Kamito dikelilingi oleh kabut kegelapan yang sangat pekat.


Itu tampak seperti kabut itu akan memindahkan Kamito ke suatu tempat yang gak diketahui–


"–Kamito!"


Sambil berteriak, Claire berlari mendekat.


(....! Aku harus menyelamatkan dia!)


Est dan Restia mungkin sudah dikuasai oleh kekuatan kegelapan itu.


Saat ini, hanya Claire lah satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Kamito.


Jika dia menggunakan metode yang diajarkan oleh kakaknya, dia mungkin masih sempat–


Tepat saat dia melangkah ke puing-puing, hampir sampai ke samping Kamito....


Langit di kejauhan memancarkan cahaya menyilaukan.


(....Apa!?)


Dia punya firasat buruk soal apa yang datang. Berdasakan nalurinya sebagai seorang princess maiden, dia bisa memahami sampai sejauh ini.


"....! Kamito!"


Claire melompat tanpa ragu-ragu.


Dia masuk kedalam kabut hitam yang mengelilingi Kamito.


"...Guh, ah, ughhh...!"


Dalam sekejap, Claire merasakan rasa sakit yang parah seolah sedang terbakar.


Tenggelam didalam divine power kegelapan, kulitnya tersiksa tanpa ampun.


Bagi seorang princess maiden dengan divine power murni, ini merupakan rasa sakit yang tak tertahankan.


"....! Sialan... kembalikan Kamito....!"


Meski begitu, Claire masih gak melepaskan tangan Kamito.


Pria ini sudah menyelamatkan dia berkali-kali.


Dia selalu ada untukku, tanpa pengecualian.


"Kali ini, aku yang akan menyelamatkan Kamito–"


Cahaya besar yang dihasilkan di langit diatas ibukota suci dilepaskan.


"Kamito!"


BOOOOOOOOOOM!


Dengan gempa bumi disertai suara yang menakutkan, Tanah Ragna Ys terbelah.


"A-Apa, kyaaahhhhhhhhhh!"


Memeluk erat tubuh Kamito yang dilahap oleh divine power kegelapan....


Mereka berdua jatuh ke hutan Astral Zero yang luas.

Bagian 8

Tanah Ragna Ys yang hancur berubah menjadi pecahan-pecahan batu raksasa, menghantam hutan luas yang ada dibawahnya.


Kota yang dibuat oleh manusia untuk turnamen Blade Dance disapu bersih tanpa sisa oleh serangan itu.


"–Hmm, mengesankan seperti biasanya, Est."


Di langit diatas ibukota suci Alexandria.


Dibawah gerbang yang berputar-putar diudara, Sacred Maiden Areishia berseru takjub.


Deru angin meniup rambut pirangnya yang indah.


Perlahan, dia mengembalikan pedang suci ditangannya, Terminust Est, ke sarungnya.


Roh senjata terkuat yang telah memusnahkan banyak roh.


"–Setelah seribu tahun, kau akhirnya kembali ke sisiku."


Memberi ciuman ringan pada gagang pedang suci itu, Sacred Maiden menengadah menatap gerbang Dunia Lain yang berputar-putar.


Tak lama lagi, jalan menuju surga akan terbuka sepenuhnya.


–Saat itu, eksistensi yang dijaga oleh para malaikat akan tergapai.


"Ya, sebentar lagi, dunia yang kita dambakan akan terwujud–"


Menatap pedang suci ditangannya, Sacred Maiden Areishia tersenyum.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Epilog

Bagian 1

Di sebuah tempat yang diterangi oleh cahaya samar, Fianna membuka matanya.


"....Ooh, ooooh, mm... Dimana ini?"


Kesakitan, dia perlahan duduk.


Tanah yang dia tekan dengan tangannya terasa lembut, seperti sebuah karpet berbulu.


Disamping dia, Ellis yang tak sadarkan diri terbaring di tanah.


"....Ellis? Hei, apa yang terjadi?"


Fianna membangunkan Ellis secara paksa.


"Y-Yang Mulia, dimana ini...?"


Bangun, Ellis mengedip-kedipkan matanya.


"Aku juga nggak tau."


Fianna menggeleng.


"Setelah cahaya putih itu menelan kita, aku terbangun dan disinilah kita."


Disaat itu–


Saat mereka berdua bergegas menuju Rubia dan Elemental Lord Api, cahaya putih perak yang menyilaukan menerpa mereka.


Tanahnya hancur. Mereka terjatuh.


Mereka gak bisa mengingat apapun setelah itu.


(....Tapi aku merasa ingat melihat monster putih raksasa.)


Fianna menyentuh apa yang terasa seperti karpet berbulu.


Lantainya terasa hangat dan sedikit bergetar pelan seolah bernafas.


"Yang jelas, kita harus bersyukur kita nggak jatuh terus."


"Aku bertanya-tanya apa yang terjadi pada Rubia-sama, dan Kamito serta Claire–"


Ellis khawatir.


Fianna melihat sekeliling. Satu-satunya orang yang ada cuma Ellis dan dia saja, cuma mereka berdua.


Lalu...


"Yang lainnya ditemukan."


"....! Rinslet?"


Menunggangi seekor serigala putih, Rinslet muncul dari kegelapan.


"Rinslet, apa yang terjadi? Dimana ini?"


Fianna menanyakan serangkaian pertanyaan.


"Didalam perut seekor roh."


"A-Apa kau bilang?"


"Melihat kalian berdua jatuh dari langit, aku bergegas menyelamatkan kalian."


"Rinslet, ini bukan roh milikmu, kan....?"


"Kau benar. Tentu saja bukan–"


Rinslet mengangguk.


Terus punya siapa?


"–Punyaku, putri Ordesia."


Tiba-tiba, partikel cahaya berkumpul di udara didepan mereka, membentuk penampilan dari seorang cewek.


"A-Anda–!?"


Seorang cewek menggemaskan dengan rambut berwarna seperti air.


Iseria Seaward–sang Elemental Lord Air.

Bagian 2

Hujan mulai turun.


Didalam hutan lebat yang menakutkan–


"–Kamito, buka matamu, Kamito!"


Claire memeluk erat tubuh Kamito yang tak bergerak.


Dia masih bernafas. Namun gak diketahui apakah dia bisa sadar atau tidak.


Dimulai dari ketika ibukota suci menembakkan cahaya, menghancurkan tanah Ragna Ys....


Claire memegang tangan Kamito dan bersama mereka terjatuh.


Meskipun dia berhasil memperlambat jatuhnya mereka dengan mengeluarkan kristal roh dari saku seragamnya dan bergegas mengaktifkan pengapungan di udara, karena gak ada ruang yang cukup untuk menopang beratnya dua orang, mereka berdua jatuh ke hutan Astral Zero.


"...Kamito, kumohon, kembalilah.... Kamito!"


Gak peduli kalau hujan membasahi dirinya, Claire memanggil dengan segala kekuatannya.


(....Aku harus menyelamatkan Kamito!)


Est dan Restia gak menunjukkan tanda-tanda menanggapi.


Saat ini, dia lah satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Kamito.


Tapi seolah mengejek dia–


Divine power elemen kegelapan perlahan menyelimuti tubuh Kamito layaknya kabut.


(Nee-sama mengajariku ritual untuk menghilangkan divine power elemen kegelapan...)


Ritual itu beresiko dirinya sendiri dilahap oleh kegelapan.


Meski begitu, Claire gak ragu-ragu.


(...Kamito sudah menyelamatkan aku berulang kali.)


Itu sebabnya, aku harus melindungi Kamito kali ini–


STnBD V19 BW09.jpg


Melepas pita didadanya dengan satu tangan. Dia melepas kancing kemejanya.


Melepas seragamnya yang berat karena basah kuyup, dan melepas roknya, sekarang ini dia cuma memakai pakaian dalam saja.


Didepan Kamito, dia menunjukkan dirinya dalam keadaan memalukan menelanjangi dirinya sendiri.


Pemikiran ini menyebabkan kulitnya memanas karena malu.


Namun, sekarang bukan waktunya untuk mempersoalkan hal semacam itu.


(....D-Dan juga, harusnya aku senang membiarkan Kamito m-melihat ini.)


Claire menggigit bibirnya dan memperkuat tekadnya.


Dia perlahan mengangkat tubuh Kamito yang dikelilingi kabut hitam dengan tangannya.


Berbalut pakaian dalam sutra, kedua payudara kecilnya yang menggemaskan menekan dia.


"...Ah, mmm...♪"


Tersipu merah, Claire berbisik pelan ditelinganya.


"–Aku mencintaimu, Kamito."


Bibirnya yang seperti kuncup sakura menyentuh bibir Kamito dengan lembut.

Bagian 3

Yang pertama terlahir adalah roh-roh Cahaya dan Kegelapan.


Roh Cahaya menerangi dunia, sedangkan roh Kegelapan menyelimuti dunia dengan kanopi malam.


Selanjutnya, roh Api dan Angin, serta Air dan Tanah dilahirkan didunia itu.


Roh-roh itu menciptakan para roh bawahan mereka sendiri dan membangun dunia.


Astral World merupakan surga yang sempurna dari keharmonisan dan keseimbangan.


Kapan keadaan ini hancur–?


(....Dimana aku?)


Didalam mimpi yang aneh, Kamito membuka matanya.


Kesadarannya masih terjaga. Hal terakhir yang bisa dia ingat adalah menghancurkan Raja Iblis Solomon yang dipanggil malaikat itu.


(....Aku ditelan oleh kekuatan Ren Ashdoll yang mana mengendalikan jiwaku.)


Kalau begitu, apa yang dia lihat sekarang bukanlah mimpi–


(....Jadi aku berada didalam pikirannya, huh?)


Didalam ruang kegelapan yang tak berujung, Kamito perlahan berdiri.


Ditangannya terdapat dua pedang, Vorpal Sword dan Demon Slayer.


–Saat ini, mereka ada ditangannya.


(...Sudah kuduga, bukan mimpi. Jiwaku yang terjebak didalam kesadaran Ren Ashdoll.)


Mendapatkan kesimpulan ini, Kamito memegang kedua pedangnya erat-erat.


Lalu–


"–Fufu, akhirnya kau menjadi milikku, anakku tersayang yang menggemaskan."


".....!?"


Suara menggema itu membuat Kamito melihat sekeliling.


–Dibelakang dia, kegelapan yang pekat menyatu.


"Halo, ini adalah pertama kalinya kita bertemu tatap muka, kau dan aku."


Dihadapkan suatu kehadiran yang tampak mengandung kematian, merasa merinding, Kamito disapa santai.


Tanpa kedua roh terkontraknya disampingnya, dia mungkin akan berbicara dengan kata-kata yang gemetaran.


"Aku puji keberanianmu. Kau memiliki potensi yang lebih besar daripada bocah seribu tahun lalu yang dikenal sebagai Raja Iblis."


Masa kegelapan itu berkedip-kedip dan perlahan membentuk wujud manusia.


Kulitnya begitu putih hingga seperti salju yang terlihat didalam kegelapan.


Lengan dan kakinya sehalus karya seni yang terbuat dari kaca. Sebuah tubuh seperti anak-anak.


Selain itu, rambut indah berwarna hitam, seperti rambut milik roh kegelapan rekannya Kamito.


Mata emasnya yang bersinar misterius menatap Kamito penuh keingintahuan.


Dari punggung cewek itu, sayap hitam legam terbuka lebar.


STnBD V19 BW10.jpg


Sayap itu tampak seperti sebuah kanopi kegelapan yang menyelimuti dunia–


Ren Ashdoll, sang Elemental Lord Kegelapan, telah muncul.


Kata Penutup

–Apa kau lupa api ini, Volcanicus?


Jumpa lagi, aku Shimizu.


Dengan ini kupersembahkan Seirei Tsukai no Blade Dance Volume 19, "Menghilangnya Ibukota Suci"!


Kamito dan rekan-rekannya sudah kembali dari Kota Raja Iblis dan berhasil merebut Akademi. Setelah terluka karena pertarungannya melawan malaikat, kemudian Kamito mendengar pengungkapan kebenaran 24 tahun lalu dari Greyworth. Dengan kekuatan dari Elemental Lord Kegelapan yang menggerogoti Kamito, misteri menghilangnya ibukota suci, kelemahan tak terduga dari Rinslet-san sang nona bangsawan muda, dan tujuan sejati Holy Lord Alexandros–?


Volume 19, yang mendekati rahasia kaos kaki Est, kuharap itu akan menjawab ekspektasi semua orang.


Baru-baru ini, mungkin karena panasnya musim panas, kesehatanku buruk, dan menyebabkan masalah besar untuk staff. Para novelis harus memprioritaskan kesehatan mereka dan menjaga tubuh mereka....!


Berikutnya ucapan terimakasih. Sekali lagi, aku sangat berterimakasih kepada Shimesaba Kohada-sensei yang menggambar ilustasi menakjubkan. Setiap ilustrasi sangat menakjubkan, terutama Kamito dan Claire berdiri berdampingan, super menakjubkan. Tuan Editor, aku sudah menyebabkan banyak masalah untukmu lagi, aku berterimakasih padamu sudah membantuku sepanjang waktu ini. Yang terakhir, aku berterimakasih pada kalian semua, para pembaca, yang telah bersamaku sepanjang waktu sampai Volume 19. Berkat kalian semua seri ini bisa sampai pada titik ini....!


Hampir 8 tahun telah berlalu sejak seri ini dimulai. Adaptasi manga dan anime, sesi tandatangan, event Taiwan, pertunjukan dari Kaoskaki unit voice actress, dan sebagainya, begitu banyak yang terjadi selama 8 tahun ini. Aku memiliki begitu banyak pengalaman. Volume 20 akan menjadi volume terakhir. Kuharap semuanya bisa mendukung seri Blade Dance sampai akhir!


Aku juga sudah menyelesaikan script untuk drama audio untuk diperankan oleh anime cast. Tema utamanya adalah reuni Tim Scarlet. Kuharap semuanya bersedia mendengarkannya juga!


Akhirnya, ijinkan aku mengiklan sedikit. Saat ini serialisasi dalam Gekkan Comic Alive hingga pujian besar adalah cerita penyihir seusai sekolah "After School Witch Craft" ditulis dan digambar oleh Ichihara Kazuma-sensei. Sebuah manga ecchi dan menyenangkan, kuharap semua orang bisa mendukungnya!


–Dan begitulah, volume terakhir akan segera diterbitkan.


Aku akan bekerja keras untuk memberi kalian ending terbaik!

Shimizu Yuu, Agustus 2018


Kata Penutup Ilustrator

STnBD V19 BW11.jpg


Halo, aku Ilustrator Shimesaba Kohada.


Kali ini, aku menggambar tiga gadis yang munculnya relatif jarang di ilustrasi!


Dengan Kamito, Claire dan Est dalam masalah, melihat mereka bertiga ini selalu membuatmu merasa tentram. Terutama Ellis dan Fianna, aku benar-benar ingin memeluk mereka.


Sudah tiga volume sejak aku bertindak sebagai ilustrator. Meskipun selanjutnya adalah volume terakhir, aku masih punya perasaan "aku masih belum cukup menggambar" dalam hatiku.


Sebagai ilustrator, aku akan berusaha sampai akhir untuk menggambar ilustrasi dengan gaya Blade Dance!

Shimesaba Kohada

Sebelumnya Halaman Utama