Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid1 Bab5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 5: Perasaan Claire[edit]

Bagian 1[edit]

....Huh, sepertinya aku sudah melibatkan diriku dalam hal merepotkan.

Sambil berjalan diatas batu pijakan Akademi, Kamito mengeluh berkali-kali hari ini. Di depannya, terdapat si tersangka, gadis berambut merah kuncir dua yang berayun-ayun.

Seperti biasa perutnya sedang kosong, dia baru kehilangan rumahnya, dan yang lebih buruk lagi dia harus menerima tantangan duel dari sesama Kontraktor Roh.

.....Tak peduli apapun situasinya, ini sudah melebihi kemalangan. Ia menduga ini pasti Kutukan dari Penyihir Senja itu.

“Unh, apa kamu menggerutu? Lemah amat!”

Claire menoleh kebelakang dan menjentikkan jarinya.

“Rumahku.....”

“Ugh......”

Kamito menggerutu dengan mata setengah terbuka, Claire membuang tatapannya jauh-jauh.

“Kriminal.......Maniak api.........”

“A....a....aku paham! Aku juga merasa prihatin, tahu!”

Dia merona dan menggembungkan pipinya. Sepertinya dia sadar akan tindakan kriminalnya.

Karena ini adalah kesempatan bagus, Kamito terus saja menggerutu.

“Ya Tuhan, apakah aku yang gelandangan ini harus tidur di dalam Hutan Roh........?”

“...........”

“Bermalam di Hutan Roh sama saja bunuh diri. Tapi harus apa lagi, rumahku, semuanya, sudah terbakar tanpa sisa.........”

Kamito sengaja memperlihatkan bahunya yang jatuh secara tak alami.

Claire menggigit bibirnya. Dan kemudian, ia berhenti berjalan.

Dan menatap mata Kamito yang seolah tanpa kehidupan.

Wajahnya begitu dekat. Kamito merasa gugup untuk sesaat karena ujung hidungnya tergelitik oleh aroma gadis itu.

“.....Oke.....kalau begitu aku akan memberimu kompensasi dengan baik!”

“Kompensasi?”

Wajah Kamito entah kenapa seperti baru membaca ramalan buruk.


Bagian 2[edit]

--Dimana Kamito dibawa adalah depan asrama wanita dari kelas Raven.

Biarpun disebut asrama, itu bukanlah bangunan normal. Lebih menyerupai mansion elegan yang identik dengan kehidupan bangsawan kelas atas.

“.....Eh, apa ini?”

“Untuk sementara, kuizinkan kamu menumpang di tempatku. Bersyukurlah.”

“Hah?”

.........Apa yang baru saja dia katakan, nona muda ini?

“Bagaimanapun, kalau kutinggalkan kamu diluar, Rinslet akan datang merebutmu lagi......dan karena kamu adalah Roh Budakku, sangat wajar bagiku, Kontraktor Roh, untuk mengurusmu......”

Claire memberitahukannya, sambil membusungkan dada ratanya.

“Nggak, bukan itu......kamu wanita yang seumur denganku dan mungkin saja aku bisa melakukan sesuatu padamu--- apa kamu nggak mempertimbangkan itu?”

“A-apa kamu bermaksud menyerangku?”

Claire melotot. Kamito menggeleng kepalanya secara horizontal.

“Scarlett akan terus mengawasi. Kalau kamu macam-macam.......batubara!”

“Bukannya itu melanggar aturan asrama? Laki-laki, sepertiku, memasuki asrama wanita.”

“Nggak apa-apa. Karena kamu akan diperlakukan sebagai Roh Kontraktor. Sama seperti Scarlett.”

“Itu sendiri juga nggak benar!”

Kamito memprotes dengan mata setengah terbuka, Claire sedang membelai rambutnya dan menjentikan jarinya.

“Ahh, ayolah, mau tinggal nggak? Atau kamu mau kujadikan batubara sekarang juga?”

“.......Kenapa pilihannya cuma dua?”

Kamito menjatuhkan bahunya dan memilih untuk menyerah.

Kamar Claire terletak di lantai kedua asrama wanita yang lebih mirip perumahan bangsawan.

“Jangan terlalu ribut, karena pengawas asrama disini sangat-sangat seram!”

“A....ahh.....permisi, maaf mengganggu..........”

Bagi Claire, yang sudah jelas seorang arogan, namun bisa takut pada pengawas Akademi, membuat Kamito sedikit tertarik.

Sambil memikirkan itu, ia dengan sopan memasuki kamar.

Sekasar apapun perlakuannya, Claire tetap saja seorang wanita.

Untuk tambahan, dia adalah gadis cantik yang malang; bahkan Kamito harus mengakui fakta itu.

Memasuki ruangan, sudah diduga akan terasa tegang.

“----Api, bercahayalah!”

Claire melafalkan sihir Roh dan seluruh ruangan mulai terang.

Ruangan Claire itu----

“............”

Luar biasa berantakan.

Ada gunung runtuh dari tumpukan buku. Baju-baju dibiarkan berserakan, mainan boneka dan barang barang kecil dijejalkan dimana mana sampai nyaris tak ada tempat tersisa.

Tak terlihat seperti kamar milik nyonya bangsawan.

“......Setidaknya kamu harus bersih-bersih.”

“Bi....Biasanya Scarlett yang kusuruh bersih bersih. Ayo, cepat masuklah kedalam!”

Claire menendang punggung Kamito, membawanya masuk ke tengah ruangan.

“Ugh........bagus amat, kamu menggunakan Roh level tinggi untuk membersihkan kamar. Kalau para Kontraktor Roh mendengarnya, mereka semua akan menangis, tahu?”

“Hmm, Scarlett itu berbeda darimu, dia itu pintar tahu, dia juga bisa membakar sampah.”

“Oh begitu, syukurlah kalau dia cukup berguna.”

Selagi mereka mengobrol, kucing neraka, terbungkus dalam api, terwujud dan mulai mengumpulkan sampah dan membereskan ruangan.......memang, sepertinya ada bekas hangus dimana mana karena aktivitasnya.

“.......Apa kamu tak apa apa dengan itu?”

Kalau Roh Api Claire itu terus tumbuh, kekuatannya akan bisa menyamai tipe-Dragon (Naga).

.....Apanya yang menyeramkan? Dia justru disuruh bersih bersih ruangan.

“Makasih Scarlett, anak baik.”

Suri suri[1]. Nade nade[2].

Meong. Meong.

“Apa kamu kucing!?”

Kamito memprotes tanpa berpikir kalau Roh Api itu terlihat sangat senang.

........Roh level tinggi itu benar-benar dijinakkan........

Kalau seekor hewan dibelai selembut itu oleh Claire, yang penampilan luarnya adalah gadis cantik, cukup dipahami untuk tertarik padanya.

Untuk sekarang, karena tak ada tempat untuk berdiri, Kamito juga membantu beres-beres.

Sejak dulu, karena Greyworth yang melatihnya dengan keras, pekerjaan rumah tangga adalah perkara mudah baginya.

Ia mulai membawa buku yang ditumpuk tinggi-tinggi di kakinya untuk ditaruh di sudut kamar.

Di saat itulah, ia melirik salah satu judul yang tertera pada sampul depan buku.

‘Penjudi dan Tuan Putri Nakal’, ’Rayulah aku lagi, Tuanku’, ’Tuan Putri yang dinodai oleh Bajak Laut’... memang mungkin inilah yang gadis remaja sukai. Ada novel cerita cinta aneh, yang memang ditargetkan untuk remaja.

“Hmm, jadi kamu suka yang semacam ini? Nggak kusangka.......”

“Ja-ja-jangan lihaaatttt!!!!!”

Buak!

Bantal yang Claire lemparkan, mendarat tepat di wajah Kamito, lalu ia jatuh terjerembab diatas tumpukan buku.

“Kalau nggak mau dilihat orang, bereskan dong. Itu bukan masalah besar, aku sendiri juga suka novel semacam itu.”

“D...d....diam! Bu-bukan karena aku menyukainya!....err, ya, aku meminjamnya dari temanku, jadi aku nggak punya pilihan selain membacanya.”

“Oh, jadi.......kamu meminjam empat belas buku yang nggak kamu sukai?”

“Di-diam!!”

*Buk*Buk*Buk*

Claire dengan mata berkaca kaca memukul mukul Kamito. Pukulannya lemah, mungkin karena malu.

Kamito mengangkat bahunya dan menempatkan tangannya di lantai untuk berdiri.

Dan, pada saat itu, tangannya melakukan kontak dengan---

...Hn?

Kain yang entah kenapa sangat lembut ketika disentuh.

Apa itu sutra? Begitu lembut, halus, dan empuk dipegang.

Tanpa sadar, ia menggenggamnya, pada ujungnya yang ditutupi oleh renda renda.

---.....Renda putih!?

Dengan wajah sangat gugup, ia menatap ke arah tangannya.

Tangan kanan Kamito memegang erat erat pakaian dalam dengan renda renda putih.

........Secara mengejutkan, itu adalah celana dalam sutra untuk wanita dewasa.

Keringat dingin mengucur di dahinya.

“Hn, lagi apa kamu?”

“Owaaaa!”

Kamito kebingungan dan tanpa sadar menaruhnya kedalam sakunya.

---......Kenapa dia justru menaruhnya kedalam saku!

Hey, apa yang kulakukan! Bukankah ini menjadikanku orang mesum!?

“Apa? Kenapa kamu kelihatan kaget banget?”

Claire mengernyit dan mendekatkan wajahnya dengan penuh kecurigaan.

“Ng....nggak, bukan apa-apa kok!”

Kamito berdiri sambil menggeleng kepalanya. Adakah topik yang bisa mengalihkan perhatiannya? Ia melihat lihat ke sekitarnya.........kemudian ia menyadari.

“Ngomong-ngomong, soal kamar ini.........apa kamu nggak punya teman sekamar?”

Meskipun ini adalah asrama yang hanya dihuni oleh para Tuan Putri, ruangan ini terlalu besar untuk ditinggali hanya oleh satu orang.

Dengan kamar yang begitu berantakan, tidakkan teman sekamarnya marah?

Juga, tak apa apakah membawa laki-laki ke dalam kamar bahkan tanpa memberitahu teman sekamarnya?

Namun, Claire justru mengigit bibirnya dan melihat ke arah bawah.

“Nggak ada. Nggak ada seorangpun yang sudi tinggal sekamar denganku.”

“.....? jangan bilang, kamu nggak punya seorangpun partner Kontraktor Roh?”

“Me-memangnya siapa yang butuh partner? Selama aku punya Roh yang kuat, aku sendiri sudah lebih dari cukup.”

Claire melipat tangannya dan mengujarkannya dengan mantap; tapi dia seperti berpura-pura tampak kuat sepenuh hatinya.

......Kenapa begitu?

Orang ini punya kepribadian yang keras, namun sebagai Kontraktor Roh, kemampuannya memang level top.

Ia berpikir kalau dengan kemampuan itu, Claire bisa mengabaikan soal tim, tapi,

“Tapi tanpa mengumpulkan lima orang, kamu nggak akan bisa ikut serta dalam Tarian Pedang.”

“.......Na-nanti aku pasti bisa mengaturnya. Kalau mau, aku bisa saja mengumpulkan semua orang itu sekaligus.”

Claire membuang tatapannya dengan canggung.

Sepertinya dia tak mau menyentuh topik ini.

“Ke......kesampingkan persoalan itu. Kamu lapar kan?”

Claire menjernihkan kerongkongannya dengan paksa.

“Hn, ah.....supmu yang sangat kamu nantikan itu, yang kamu dapatkan itu, hancur kan?”

Itu adalah karena kesalahan seseorang, Kamito melotot tajam ke arah Claire.

“Hmm, mau gimana lagi. Hari ini, aku akan secara istimewa memberi makan --- mentraktirmu.”

“Apa kamu bilang mentraktir? Apa kamu mengatakan itu?”

“Cuma imajinasimu. Ayo, bawa kemari meja itu!”

Sambil agak mengeluh, Kamito mengambil meja itu.

Claire mulai membariskan sejumlah besar makanan kaleng, yang diambil dari rak penyimpanan.

Tuna Kaleng, Yakitori, ikan asin. Sayuran kukus berkecap, daging kuah, dan lain lain.....

Kamito dibuat terpana melihat piramida kaleng. Makanan kaleng adalah makanan darurat yang dibawa oleh tentara dalam peperangan jangka panjang. Setidaknya tidak selevel makan malam yang diselenggarakan para Nyonya muda di Akademi.

“Ke-kenapa hanya ada makanan kaleng disini? Ini semua nggak bagus buat badan, tahu?”

“Pertanyaan yang bodoh. Sudah jelas karena aku menyukai makanan kaleng.”

“Ta-tapi dilihat bagaimanapun juga, kalau hanya makan makanan kaleng.......”

“Apa? Itu bukan masalah, lagipula aku menyukainya. Kalau kamu mau protes, cari makan saja sana sendiri diluar!”

Claire memeluk gunungan makanan kaleng dengan wajah cemberut. Wajahnya terlihat merah.

Dengan itu, Kamito memahami sesuatu.

.......Aha, itu benar!

Kamu nggak bisa memasak kan?

Setelah menyatakannya dengan blak blakan, punggung Claire terasa kaku.

“Bu...bu....bukan itu!!!!”

“Dari reaksimu saja sudah ketahuan. Biarpun mulutmu berbohong, tapi tubuhmu jujur.”

“Ja.....jangan berbicara mesum, idiot!”

“Bisa menyalahartikan pembicaraan normal, kukira justru kamulah yang mesum. Kamu membaca terlalu banyak novel seperti itu. Claire adalah Nona Muda yang Mesum.”

“U....uuuuuu.....”

Air mata mengalir dari mata merahnya, Claire menggigit geraham bawahnya.

.......Gawat. Dia terlalu berlebihan menggodanya.

.....Aku harus bagaimana? Tanpa sadar aku malah mempermainkannya

Hasil berbuat kelewatan sangatlah mengerikan. Kamito meminta maaf dengan jujur.

“Ma....maaf, itu salahku.......bicaraku sudah kelewatan.”

“......”

Claire terisak. Seperti hewan liar dari keluarga kucing.

“Ta....tatapan itu.....bagaimana kalau untuk menebusnya, kubuatkan makan malam untukmu?!”

Dengan itu, Claire, dengan rambut kusutnya, membuka matanya.

“Kamu bisa masak?”

“Aku pernah berlatih dulu. Apa kamu punya bumbu bumbunya?”

“Bahan bahan seperti itu biasanya sudah disediakan di dapur asrama.”

“Oke, kalau aku sedikit mengolah makanan kaleng ini, mungkin bisa menjadi semacam masakan restoran. Terus untuk apinya---“

“Scarlett!”

Claire menjentikkan jarinya dan Scarlet menghembuskan napas api kecil.

Bola api itu mengapung dengan ringan di udara dan diam bertengger di tangan Kamito.

“.......Ini sudah cukup.”

--dan dengan itu, setelah beberapa menit......

Dalam ruangan, terdengar suara sesuatu yang sedang digoreng.

Bayam, kubis, dan potongan bawang digoreng bersama dengan mentega.

Sebelahnya di wajan, terdapat pasta yang cukup untuk direbus dalam dua pot.

“Kalau kuingat baik-baik, dia bilang dia suka yang al dente.”

Dia mengunyah sedikit pasta untuk memastikannya.

“Hm, sudah tepat. Claire, dimana piringnya----“

Ia menaruh penggorengannya dan menoleh........tak ada siapapun dalam ruangan.

“.....Eh? kemana perginya dia?”

Ia melihat ke sekeliling ruangan dengan seksama.

Kucing neraka, yang berbaring di dekat kakinya, menggulungkan tubuhnya dan bermain dengan kaki-kaki depannya.

Usai api sudah dipadamkan, ia melihat ke arah depan ruangan.

Dari sisi lain pintu ruangan, suara gemericik air terdengar.

“Oh, dia sedang mandi.”

Shower yang dipasang di setiap kamar adalah tipe perangkat Roh, yang menggunakan kekuatan Roh air.

Harus membersihkan tubuh dan pikiran sepanjang waktu adalah – aturan dasar bagi setiap Kontraktor Roh.

Kamito, merasa lega, menyalakan api sekali lagi.

.......Mandi!?

Ia menoleh lagi.

Ke...kenapa dia harus menurunkan pertahanannya di saat semacam ini?

“.......”

Kamito menelan air ludahnya.

Saaaa----

Sekali dia menyadarinya, suara air, yang bergema dalam ruangan, entah kenapa terdengar sangat merangsang.

Bahkan meski dadanya masih selevel anak kecil, dia masih tetap gadis berusia 16 tahun.

Lebih jauh lagi, wajahnya, meski tanpa apapun, cantik. Bahkan sangat cantik.

Dadanya memang kosong........tapi setidaknya masih ada.

Tiba-tiba, ingatan menemuinya di pagi hari di Hutan Roh kembali muncul dalam pikirannya.

Tubuh telanjangnya yang begitu indah, dengan rambut merahnya yang tergerai menawan.

Sensasi super elastis yang pernah disentuh oleh telapak tangannya.

Waaa! Jangan ingat-ingat lagi!

Ia menggeleng kepalanya kencang, membuang semua hasrat duniawi.

Pada saat itulah.

“Kyaaaaa!”

Ia mendengar suara teriakan dari arah Shower.

Kamito kembali pada realita dan panca inderanya.

.........teriakan?

Mungkin dia lepas kendali Roh air, membuat semprotan airnya tak terkendali.

Nggak, Kontraktor Roh selevelnya tak mungkin gagal mengendalikan Roh setingkat itu

“Tidaaaakkkkkk!!!!!”

Bam! Pintu kamar mandi mendadak terbuka dan Claire menyerbu keluar.

“Wha!?........”

Rambut basahnya yang menetes netes itu tergerai---

Ia berlari lurus ke arah Kamito dalam kondisi telanjang bulat.

“.......Hei, ada apa dengan penampilanmu?....”

Kemudian, wajah Kamito membeku.

Dia – tidak sedang telanjang.

Dia telanjang namun tidak betul-betul telanjang.

Air yang menyerupai jelly transparan sedang menyelimuti tubuhnya yang lembut dan telanjang itu.

“Ada apa? Sebenarnya apa itu?”

“....K....K....Ka-Kamito......To-tolong aku........”

Di depan matanya adalah Claire, yang jatuh ke lantai dengan nafas terengah engah.

“......Nggak! jangan lihat........bego, aaaaaa!”

Biku, Bikun!

Wajah Claire menjadi merah dan tubuh telanjangnya melompat seperti bantalan karet.

.....Maaf, susah untuk nggak terpana melihatmu

Kamito kebingungan dan mengalihkan pandangannya, sayangnya, mendengar suara nafas yang berat justru membuat imajinasinya semakin liar.

“Ah......hya......jangan.........lakukan itu........”

Sepertinya Roh air dari perangkat Roh sudah lepas kendali. Claire berusaha keras mengontrolnya tapi mustahil dia bisa melakukannya dalam kondisi semacam itu.

“Tahan dulu, aku akan segera membantumu!”

Kamito menutup matanya dan berkonsentrasi.

“Roh air yang bijaksana, dengarkanlah permohonanku dan beristirahatlah!”

Sambil ia melafalkan pelan mantra Roh Shinju, tangan kanannya terisi oleh kekuatan aneh---

“Claire, pegang tanganku!”

“Nggak, ah......ahhh!!”

Sambil Claire mengeluarkan nafas berat yang seksi, ia entah kenapa bisa mengulurkan tangannya.

Ketika ujung jari mereka saling bersentuhan.

Paaan!

Roh air, yang beberapa saat lalu menggila, wujudnya hancur dan segera kembali menjadi air.

Claire tetap tergeletak di lantai yang becek dan dengan wajahnya yang kemerahan, ia bernafas dengan terengah engah.

Rambutnya yang terburai dan melekat di tubuh telanjangnya terlihat sangat erotis.

Kamito membuang pandangannya dengan gugup.

“Ada apa? Dengan Kontraktor Roh selevelmu, harusnya kamu bisa----“

“U....urm, waktu lagi mandi, entah kenapa Roh air lepas kendali...........hal semacam itu belum pernah terjadi sebelumnya.”

Sambil merintih, Claire perlahan lahan bangkit.

“Se....sementara waktu, kenapa kamu tidak mengelap badanmu. Nanti kamu bisa kedinginan.”

Kamito, masih membuang pandangannya, mengeluarkan dan menyerahkan selembar sapu tangan dari dalam sakunya.

“Te.....terima kasih....”

Claire mengangguk dan menerimanya.

........

“Hei, Kamito.”

“......Apa?......”

“Apa artinya ini?”

Suara Claire terdengar gemetaran.

Apalagi, entah kenapa suhu ruangan terasa meningkat.

“Ah”

Kamito akhirnya menyadari kebodohannya.

........Benar sekali, yang ia keluarkan dari saku seragamnya bukanlah sapu tangan.

Namun sesuatu yang ia sembunyikan dengan gugup beberapa saat yang lalu.

Celana dalam berenda renda.

*Gogogogogogogo.........!!!!*

Di tangan Claire, Sihir Roh dalam bentuk bola api mulai terbentuk.

“Tu.....tunggu! Tenang dulu, ini salah paham, hanya salah paham! Biar aku jelaska-----“

“Di-diam! Kali ini kamu betul-betul akan kujadikan batubara!”


Bagian 3[edit]

“Kamito, tambah lagi dong.”

“......Makanmu banyak juga. Nanti bisa gemuk, lho.”

Beberapa menit setelah itu. Di meja telah tertata sejumlah masakan rumahan buatan Kamito.

Dengan pasta bayam-dan daging, ada juga salad tuna-kentang. Sup labu dengan gratin dari salmon kaleng, dan untuk hidangan penutupnya, ada yogurt buah buahan.

Semua itu dibuat dari makanan kaleng,yang jumlahnya ada banyak sekali di rak lemari, sebagai bahan bahannya; namun, Claire sepertinya sangat memuji. Sikapnya saat berkedip kedip dan menjejalkan pasta ke mulutnya terlihat sangat imut.

Roh api, dalam bentuk kucing neraka, juga sedang memakan pasta di sebelah Claire.

Roh bisa mempertahankan eksistensi mereka sendiri, sehingga tak memerlukan bahan material. Namun diantara Roh level atas, ada juga beberapa yang menyukai makanan manusia........Meski hal itu sudah sangat mewah.

“Nggak masalah, aku yakin nggak akan bisa gemuk!”

Claire menaruh pasta di piring dan mengucapkannya dengan nada tak peduli. Memang, mengontrol Roh menghabiskan banyak energi, sehingga banyak para Nona Muda disini yang memiliki figur langsing.

“Hey, jangan makan hidangan penutupnya dulu. Disebut Nona Muda pun, cara makanmu jelek.”

“Unh, berisik! Itu suka-suka aku dong, dasar maling celana dalam!”

“Ugh....”

Kamito tersedak tiba-tiba...........sekali disebut seperti itu, ia tak akan bisa berkata balik.

“Kamu diturunkan dari Roh Budak jadi Roh maling celana dalam.”

“.........Mana ada Roh semacam itu?”

Entah kenapa, jenis Roh baru tercipta kembali.

“Kamu memang kurang ajar. A-apalagi kamu nyolong celana dalam terfavoritku!”

“Sudah kukatakan kalau itu nggak disengaja!”

“Apa? Masih mau mungkir juga?”

Claire melotot.

“......Nggak, maaf!”

Kamito membungkukkan kepalanya dengan rasa malu. Dipikir seperti apapun, yang kali ini memang murni kesalahannya.

Saat Claire memasukkan salad kentang tuna kedalam mulutnya, ia melirik ke arah Kamito.

“Oke, setidaknya aku mengakui keahlian memasakmu. Rasanya lezat. Kalau kamu mau membuatkan makanan untukku setiap hari, aku akan mempromosikanmu menjadi Roh Koki.”

“Makasih buat promosinya. Ngomong-ngomong, ucapanmu barusan terdengar seperti lamaran.”

Karena diserang dengan ucapannya, wajah Claire seketika memerah.

“Ja.....jangan bodoh! Apa kamu mau kujadikan batubara!? Apa, kamu mau kujadikan batubara?!”

“A...aku paham, jadi berhentilah mengacungkan garpu ke arahku.”

“Hmm, la.....lain kali kamu mengatakan hal bodoh lagi, aku akan betul-betul membakarmu!”

Claire menggembungkan bibirnya dan membuang mukanya.

Kamito mendesah lega sambil ia sedang memotong tuna gratin di piringnya.

“.......Kalau saja ada kecap, pasti rasanya akan jauh lebih enak?”

“Apa itu? Makanan?”

“Itu bumbu yang sering dipakai di kampung halamanku. Tapi, kayaknya nggak ada di tempat ini.”

Kamito mengangkat bahunya sambil mengucapkan itu---

“Kampung halaman, ya.........”

Claire bergumam sambil menurunkan alisnya.

Entah kenapa – ekspresinya terlihat sangat kesepian.

Setelah itu, untuk sesaat, terdengar suara-suara alat makan yang digunakan.

Usai menghabiskan makan malam yang memuaskan, suasana hati Claire menjadi sedikit lebih baik.

Entah kenapa, justru muncul suasana yang sunyi.

Kamito tiba-tiba mengangkat tangannya dan bertanya pada Claire.

--Ia merasa kalau hal itu bisa ditanyakan sekarang.

Ia ingin bertanya padanya, sejak menemuinya pagi tadi di hutan, hanya belum mendapat kesempatan.

“Ngomong-ngomong kamu......”

“Apa?”

Claire meletakkan secangkir teh hitamnya.

“Kenapa kamu begitu menginginkan Roh yang tangguh?”

Itu adalah pertanyaan yang sederhana.

Meski sudah memiliki Scarlet, ia masih mau mengorbankan dirinya untuk memiliki ‘Roh Tersegel’. Kamito ingin mengetahui alasan dibalik itu.

“.........”

Claire----

Beberapa kali mengedipkan matanya dan menggumam.

“Ada seseorang yang ingin kutemui apapun yang terjadi.”

“Orang yang ingin kamu temui........?”

Kamito menjatuhkan pandangannya pada tangan kirinya, tertutup oleh sarung tangan kulit.

Yang hilang darinya tiga tahun lalu, ikatan tak tergantikan berada disana----

Jadi, dia juga sama denganku

Bekas luka di punggung tangannya terasa sedikit sakit.

Claire mendesah dan memasukkan tangannya kedalam kerah baju seragamnya.

“......Oke, akan kukatakan. Sesuatu yang selama ini hanya bisa kusembunyikan......”

Yang ia keluarkan dari dadanya adalah liontin dengan rantai perak.

Di tengah tengahnya, kristal Roh berwarna merah kemilau dimasukkan didalamnya.

Kamito melihat simbol tertempa padanya – dan mengangkat suaranya karena terkejut.

“Singa api..........simbol keluarga bangsawan Elstein?”

Claire mengangguk tenang.

Keluarga bangsawan Elsduke. Bangsawan besar yang telah melayani keluarga kerajaan selama beberapa generasi bahkan sejak berdirinya Kerajaan Orudeshia.

Satu dari lima Penyihir Besar – yang berdiri di puncak teratas semua Kontraktor Spirit – adalah Tuan Putri ahli Roh bangsawan diantara para bangsawan,yang posisinya langsung berada dibawah Lima Raja Elemental Besar, yang tentu saja memiliki kekuatan yang besar.

Tidak – mungkin itu tidak sepenuhnya benar.

--- sampai empat tahun lalu, ketika insiden itu terjadi.

Rubia Elstein.

Seseorang yang membawa bencana tak terduga bagi Kerajaan Orudeshia – Sang Ratu Bencana.

Dia juga, sama dengan gadis di hadapan Kamito, memiliki rambut merah seperti bara api.

“Jangan-jangan, kamu ini.....”

“Iya, aku adalah adiknya. Sang Ratu Bencana – Rubia Elstein.

Claire melihat lurus ke arah mata Kamito dan mengangguk.

“........”

Claire Rogue. Dia sudah paham kalau itu hanyalah nama alias.

Tapi, mengapa bisa begitu----

.....Begitu. Yang dia buang adalah nama keluarga Elstein

Di benua yang besar ini, tak ada siapapun yang tak mengetahui insiden besar tersebut.

Empat tahun lalu, Sang Tuan Putri Roh, melayani Lima Raja Elemental – Rubia Elstein tiba-tiba mencuri Roh Api terkuat, <Laevatein> dari kuil dan lenyap.

Usai mengetahui pengkhianatan sang Tuan Putri, Raja Elemental Api menjadi marah luar biasa dan hampir menggila.

Dia membakar segalanya yang berada di wilayah keluarga Elsduke, termasuk daratan Kerajaan Orudeshia, Kerajaan setelah itu rusak berat. Dan itu masih belum menghentikan kemarahan sang Raja Elemental, sekitar setahun setelahnya, tak peduli cara apapun yang digunakan, tak ada satupun api yang bisa dinyalakan dalam wilayah Kerajaan Orudeshia.

Tak ada yang tahu mengapa sang Tuan Putri Api itu menghilang.

Penduduk Orudeshia mengutuknya dalam kemarahan dan, dalam kebencian, menjulukinya,

---Sang Ratu Bencana.

“Aku ingin menemui kakakku. Kalau sudah menemuinya, aku ingin mengetahui kenyataan yang sebenarnya.”

Karena itulah, ia harus menjadi kuat.

Ia harus bisa mendapatkan Roh terkuat.

Dengan hadiah yang diberikan pada pemenang Festival Tarian Pedang—

Agar bisa memperoleh hak mengabulkan satu <Permohonan>

Ekspresi Claire terisi oleh keyakinan yang tragis.

“Selain itu----“

Claire menundukkan kepalanya dan berujar pelan.

“Dalam Festival Pedang tahun ini, Ren Ashbell juga akan berpartisipasi.”

“....Uhugh......uhugh......!”

Usai nama itu disebutkan oleh Claire, Kamito secara otomatis terbatuk-batuk.

“......Ada apa?”

“Aa, bukan apa apa kok.”

Ren Ashbell adalah pemenang dari Tarian Pedang sebelumnya.

Ia tiba-tiba muncul tiga tahun lalu, Sang Penari Tarian Pedang Terkuat.

Persaingan dalam Tarian Pedang sangatlah ketat. Di babak terakhir, bahkan dengan jumlah kandidat Kontraktor Roh, ia mampu mengalahkan mereka semua.

Karena Tarian Pedangnya yang mengagumkan, Kemarahan Raja Elemen Api akhirnya sirna.

“Tiga tahun lalu, aku menonton Tarian Pedangnya di lapangan turnamen. Aku juga memiliki impian untuk bisa menjadi seperti dirinya, Kontraktor Roh yang tangguh.”

Claire merona dan menunduk dengan malu-malu.

“Bahkan sejak hari itu, aku selalu mengaguminya.”

“......Begitu....”

Kamito menatap Claire dengan tatapan rumit – dengan tenang meremas tinjunya.

.......Setelah itu, anehnya waktu berjalan dengan tenang.

Mereka mencoba membicarakan sejumlah topik namun tak ada yang berlangsung lama.

Claire menguap dengan manis setelah menghabiskan hidangannya di meja. Setelah kenyang, dia kelihatan mengantuk. Apalagi, dia sudah menggunakan Roh selevel Scarlet dua kali dalam sehari, jadi hal itu alami.

“Bangunkan aku kalau sudah waktunya. Kalau macam-macam, kujadikan kamu batubara.”

“......Tunggu! Apa itu berarti aku harus terus bangun?”

Kamito memprotes, dan di depannya, Claire sudah tertidur dengan pulas.

Dia memang tipe yang cepat tidur.

“........Merepotkan. Kamu bisa kedinginan kalau tidur disini........”

Kamito menggendong tubuh mungil Claire layaknya seorang Tuan Putri.

Ia membawanya ke ranjang yang terletak di sudut ruangan.

Scarlet berjalan dan melompat ke ranjang.

.......Biar begitupun, wajahnya sewaktu tidur kelihatan seperti malaikat

Sambil melihat wajahnya, membuat suara dengkuran lembut, Kamito tersenyum pahit.

Saat ia menaruh Claire ke ranjang, bibir mungil kemerahannya bergerak sedikit.

“Kakak..........Ayah........Ibu...........”

Ngelindur, ya........

Kamito sepertinya baru saja mendengar sesuatu yang tak boleh ia dengarkan.

Memang, setelah insiden Sang Ratu Bencana menghilang, wilayah keluarga bangsawan Elstein pasti sudah dipersempit dan bangsawan beserta istrinya ditahan di tahanan Balsas---

“....Hn, Kamito....”

“...?....”

Ia terkejut karena namanya tiba tiba disebutkan.

“Ahh, apa yang kamu lakukan, mesum........idiot.”

“.......Mimpi macam apa yang lagi dia alami.”

Kamito menggerutu dengan desah panjang dan ia menatap tangan kirinya.

Setelah hari itu tiga tahun yang lalu, ia menyembunyikan tangan kirinya dalam sarung tangan kulit.

Kita berdua sama, Claire

Selama tiga tahun ini, aku terus bertahan hidup untuk merebut kembali orang yang penting bagiku

Karena kesalahannya, ia kehilangan dia, mantan Roh Terkontraknya---


Bagian 4[edit]

Di waktu yang sama. Di setiap ruangan asrama wanita tempat Claire tinggal, sedikit insiden terjadi.

Roh yang digunakan dalam perangkat Roh di dapur, kamar mandi, dan sebagainya mulai lepas kendali.

Setelah pihak investigasi melakukan penyelidikan dalam asrama, kesimpulan akhir menyatakan kalau insiden itu dikarenakan sebab yang tak diketahui.


Dalam kegelapan yang disinari oleh cahaya bulan – Malaikat Bersayap Hitam dengan lembut bersandar di puncak menara Akademi.

Gadis berambut hitam, dengan dandanan yang juga serba hitam.

“—Aku ingin bertemu kamu, Kamito.”

Di telapak tangan gadis itu, gelombang kegelapan yang berputar muncul.

“Tapi kamu masih bukan kamu yang sebenarnya.”

Ia mengulurkan tangannya ke arah langit kosong dan bola warna kegelapan hanyut lalu lenyap dari gelapnya malam.

“Karena itulah, aku akan memberikan ingatanku----“

Gadis itu bergumam.

Seperti gadis kecil yang kejam.

Seperti Iblis sejati.


Back to Bab 4 Return to Halaman Utama Forward to Bab 6