Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid20 Bab 4

From Baka-Tsuki
Revision as of 06:27, 9 September 2019 by Narako (talk | contribs) (→‎Bab 4)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 4 - Berkumpul[edit]

Bagian 1[edit]

Setelah Kamito dan para cewek memasuki Kuil Elemental Air, kira-kira satu jam telah berlalu.


Setelah melakukan ritual Kagura Kegelapan, para nona muda dan Kamito tertidur di ranjang yang sama. Ini adalah kesempatan terakhir untuk beristirahat sebelum pertempuran akhir di Ibukota Suci.


Kamito duduk dengan hati-hati untuk menghindari mengganggu para cewek.


Sekali lagi, seluruh tubuhnya dipenuhi dengan divine power kegelapan yang telah habis pada satu titik saat ritual Kagura Kegelapan. Ternyata betul, divine power Elemental Lord Kegelapan pada dasarnya gak bisa habis.


Memalingkan matanya dari para cewek yang mengenakan daleman, Kamito memakai pakaian.


"....Mm, Kamito, kau memang bejat...."


Lalu, Claire balik badan di kasur.


"J-Jangan... terus bermain dengan payudara, ampun deh..."


....Kayaknya dia ngelindur. Apa-apaan yang dia lihat didalam mimpinya?


(Aku sudah melakukan hal gila semacam itu pada mereka...)


Dia merasa punggungnya bercucuran keringat dingin.


Nyatanya, Kamito kehilangan kesadarannya dipertengahan ritual. Ingatannya masih kabur.


Namun, sensasi dari kulit lembut masih terasa di ujung jarinya. Dan juga, badannya dipenuhi dengan tanda cipokan.


"–to, hei, Kamito."


"...!"


Mendengar suara memanggil dia dari belakang, Kamito menoleh kebelakang.


Orang yang memanggil dia adalah Restia dengan sayap hitamnya direntangkan, mendarat pelan di kasur.


"R-Restia!?"


"Shush, kau bisa membangunkan mereka."


Melihat Kamito berteriak, Restia menempatkan jari telunjuknya pada bibir Kamito dan berbicara pelan.


Menatap Kamito, dia kelihatan agak gak senang.


"Seperti yang diduga dari sang Raja Iblis Malam Hari. Aku gak bisa percaya kau meladeni semuanya disaat yang bersamaan."


"...! Ritualnya mengharuskan itu, untuk berbagi divine power dengan mereka...."


"Ya, itu perlukan oleh ritualnya, tapi kurasa kau sudah agak kelewatan saat kau melakukannya pada mereka sampai kehilangan kesadaran."


"Kehilangan kesadaran... Aku melakukannya?"


Kamito menatap para cewek yang tertidur di kasur.


STnBD V20 BW04.jpg


"Memang, kau nggak ingat. Astaga, saat diakhir, aku bingung apakah harus menghentikanmu."


"...Uh, apa yang kulakukan?"


"G-Gak usah dipikirin kalau kau gak ingat. Ya ampun."


Restia tersipu dan berpaling.


"Kamito adalah Raja Iblis Malam Hari Yang Keterlaluan."


Lalu, Est berbicara dari wujud pedangnya yang bersandar pada dinding.


"Raja Iblis Malam Hari Yang Keterlaluan!? A-Apa yang sebenarnya terjadi!?"


"..."


"Est?"


"Kayaknya itu teramat sangat mengejutkan buat Nona Roh Pedang."


Astaga, Restia mengangkat bahu tak berdaya.


...Tepatnya seberapa jauh yang dia lakukan? Kamito semakin penasaran.


"Ngomong-ngomong, sudah waktunya membangunkan Nona Kucing Neraka dan yang lainnya."


Restia mencubit pipi Claire yang tertidur.


"...Uwah... Kamito... Jangan, ah..."


"Jangan, mereka lelah, biarkan mereka istirahat sedikit lagi–"


"Aku sih maunya begitu, tapi itu gak mungkin."


Tepat setelah dia berbicara, riak muncul di air yang ada di lantai. Retakan muncul di cermin besar Kuil Elemental Air.


"....A-Apa!?"


"Apa yang terjadi?"


Dengan ini para cewek yang tidur terbangun karena kaget.


Restia menatap langit-langit dan berkata:


"Musuh telah menemukan kita."

Bagian 2[edit]

Berpindah kembali dari Kuil Elemental Air, Kamito dan rekan-rekannya kembali ke aula dimana mereka terakhir berkumpul.


Keempat Ratu sudah duduk di meja.


"Sepertinya ritual Kagura Kegelapan berhasil."


"Y-Ya...."


Mendengar komentar Iseria, Claire dan para cewek tersipu.


Namun, mereka segera mendapatkan kembali ketenangan.


"Ngomong-ngomong, bagaimana situasinya?"


"Hmm, hanya ada sedikit ruang untuk optimis."


Berkata begitu, Iseria melambaikan tangannya pada bola air di meja.


Melihat gambaran dunia yang ditampilkan pada permukaan bola tersebut, Claire terkesiap.


"Kita terkepung...."


Menunggangi Pegasi, roh militer terbang generasi kedua, para ksatria mengelilingi tubuh besar paus putih yang berenang di udara seolah itu adalah lautan.


Armor putih perak yang berkilauan, dipasangkan dengan jubah merah, merupakan simbol dari Sacred Spirit Knight, pasukan elit dari Kerajaan Suci.


"Dire Whale tak cukup untuk menahan mereka sendirian." kata Iseria.


"Tidak bisakah kita kabur?"


"Itu akan sangat sulit."


Saran Claire untuk mundur dibantah dengan gelengan kepala Ellis.


"Pasukan utama Kerajaan Suci yang terdiri dari para roh militer terbang jauh melampaui kecepatan dari kapal terbang Kekaisaran. Sekalinya terkejar, kecepatan terbang roh ini nggak akan bisa menjauhkan mereka."


Bagaimanapun juga, Ellis lahir dari sebuah keluarga dengan tradisi militer yang panjang dan sangat akrab dengan segala macam pengetahuan militer dari semua negara di benua. Kalau dia bilang begitu, maka mustahil bisa kabur.


Delapan ksatria roh dengan koordinasi yang baik mengepung di udara, perlahan mendekati paus putih itu, melemparkan tombak suci elemental waffe mereka seperti tombak nelayan.


Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhn!


Paus putih raksasa itu meraung kesakitan, meronta-ronta.


"Ini mengerikan. Aku merasa kasihan sekali pada Tuan Paus!"


Rinslet berkata penuh kemarahan.


"Tidak bisakah kita menyerang balik?"


Melihat itu, Claire menanyai Iseria.


"Seperti yang bisa kau lihat, Dire Whale adalah seekor roh dengan kepribadian lembut."


"...! Pada tingkat ini, kita hanya menunggu ditembak jatuh. Aku akan menyerang balik."


Ellis mengambil tombak elemental waffe miliknya dan bersiap pergi.


"Tunggu, pergi sendirian sangatlah berbahaya!"


Fianna buru-buru memegang tangannya untuk menghentikan dia.


"Tapi hanya aku yang bisa menggunakan sihir terbang.... Kyah!"


Lantai aula miring.


Serangan para Sacred Spirit Knight telah merobrek sirip paus putij itu.


"Hati-hati—"


Ellis berteriak dan tersandung, Kamito bergegas menangkap dia.


"Oh, Kamito..."


"....! Ini buruk, sepertinya kita akan jatuh!"


"–Sebuah krisis dari pertempuran...."


Keempat Ratu saling berpelukan, gemetaran.


Lalu...


Boom, boom, boom, boom, boom, boom!


Serangkaian ledakan bisa terdengar.


"Apa!?"


"...A-Apa itu tembakan meriam?"


Claire menatap bola air tersebut.


Serangan tembakan itu nampaknya diarahkan pada para Sacred Spirit Knight bukannya Dire Whale. Sejumlah ksatria roh yang menunggangi Pegasi terkena ledakan dan jatuh ke tanah.


"....Sungguh tembakan yang akurat. Kira-kira siapa itu–"


Jawabannya segera muncul.


Sebuah kapal militer besar melewati awan-awan putih, berlayar di langit.


Pada sisi kapal militer itu terdapat meriam yang sangat banyak.


Siluet dari kapal itu, semuanya tertutupi armor baja dengan pelantak tajam–


"— Revenant!"


"Kenapa Revenant ada disini?"


Kamito bergumam terkejut.


Sebagai simbol dari Ordesia Sah, kapal itu seharusnya berada di ibukota kekaisaran.


"–Bocah, bisakah kau... mendengarku....?"


"...!?"


Tiba-tiba, bola air itu menampilkan gambar baru, wajah yang sangat akrab bagi Kamito.


"Greyworth!?"


"K-Kepala sekolah!?"


Wajah si Penyihir saat ini, bukan lagi wajah di masa keemasannya.


"Muir juga ada disini! Bisakah kau melihatnya, Onii-sama?"


Kuncir dua milik adik angkatnya bergoyang-goyang penuh energi di sudut gambar tersebut.


"Dan Muir.... kenapa kalian ada disini!?"


"–Akan kami jelaskan nanti. Sekarang evakuasilah ke kapal terlebih dahulu."


"Ngomong sih enak...."


Revenant berada tepat dibawah Dire Whale.


(...Jangan bilang dia mau kami melompat ke dek?)


Bukannya dia nggak bisa melakukannya, tapi itu akan sangat sulit melakukannya sambil melindungi keempat Ratu disaat yang bersamaan.


Jika mereka diserang musuh saat melompat, berakhirlah semuanya.


"–Aku akan membuka sebuah Gerbang. Sabarlah."


Berkata begitu, Greyworth mulai merapal sihir roh void, keahliannya.


Lalu, bayangan hitam muncul dibawah Kamito dan rekan-rekannya.


"–Gerbangnya nggak akan bertahan lama. Cepatlah."


Aula didalam Dire Whale berguncang lagi.


Kamito dan rekan-rekannya saling bertukar tatap kemudian segera melompat kedalam bayangan itu.

Bagian 3[edit]

Setelah merasakan perasaan pusing karena mengapung....


Kamito perlahan membuka matanya, dan mendapati dirinya berdiri di lantai kokoh.


Itu adalah dek dari kapal terbang yang familiar, Revenant.


Tembakan meriam terus bergemuruh, mengguncang gendang telinga.


Dia melihat sekeliling dan menyadari bahwa Claire dan yang lainnya yang melompat kedalam bayangan sebelum dia, jatuh di lantai.


Mereka mungkin terlalu terburu-buru dan gagal mendarat.


"Hmm, nyaris saja–"


"Greyworth..."


Kamito menoleh kebelakang dan melihat Greyworth berdiri mengenakan setelan sambil melipat tangannya.


"–Sepertinya para Ratu aman. Aku senang kami sampai tepat waktu."


Berkata demikian, dia mengarahkan tatapannya pada para Ratu yang terduduk di lantai.


"Dame Greyworth, saya tak pernah menyangka bertemu dengan anda disini–"


Dihadapkan dengan sang Penyihir Senja legendaris, Reicha dan yang lainnya bersikap sangat sopan.


"Jelasin padaku, mbah peot. Kenapa Revenant ada disini?"


"Karena kami menerima laporan kalau kau pergi ke Astral Zero. Gak kusangka kau akan mencoba menyerang Ibukota Suci–"


"....Jadi gitu. Kayaknya kita selamat. Makasih."


Mendengar ucapan terimakasih dari Kamito, Greyworth mendengus dan berpaling.


"Eksterior kapal ini berbeda dari Revenant yang sebelumnya."


Berdiri, Claire menanyakan sebuah pertanyaan.


Memang, Kamito ingat betul kalau kapal ini nggak dilengkapi dengan persenjataan sekuat ini.


"Ya, kapal ini saat ini bergabung dengan Benteng milik Velsaria Eva."


Sebagai tanggapan, Greyworth menjawab acuh tak acuh.


"Kau bisa melakukan itu!?"


"Itu adalah teknologi yang pertama kali dikembangkan saat Perang Ranbal. Vivian Melosa sepertinya mencuri hasil penelitian setelah perang milik Murder."


"Jadi persenjataan kapal ini pada dasarnya adalah elemental waffe milik kakak?"


Ellis tampak tercengang.


"Daripada persenjataan, lebih tepat dikatakan kalau seluruh kapal ini berada dibawah kendali Velsaria Eva. Dia telah terhubung dengan kristal roh reaktor penggerak, dengan begitu mengendalikan Revenant."


".....Jadi begitu."


Lalu–


"Onii-sama~~~~~~!"


Sebuah suara menggemaskan terdengar saat seorang gadis kecil berlari ke dek.


Itu adalah adik angkat Kamito, Muir Alenstarl.


Tanpa memperlambat kecepatannya, dia melompat ke dada Kamito, menggosokkan wajahnya pada dia.


"Ampun deh, Onii-sama, beraninya kau meninggalkan Muir dan kabur!"


"Maaf membuatmu kuatir, Muir."


Kamito tersenyum masam dan mengelus rambut abu-abu adik angkatnya.


"Hwa, Onii-sama..."


Menempel pada dada Kamito, Muir terus menggosokkan kepalanya pada dia. Lalu....


"Hmph... Onii-sama, ada bau cewek lain padamu."


"......!?"


Dengan mata menatap lurus pada dia, Kamito dengan panik menghindari kontak mata.


Disaat yang hampir bersamaan....


"Oh tidak, lihat Tuan Paus!"


Rinslet menunjuk ke langit dan meratap.


Puluhan Sacred Spirit Knight telah mengelilingi paus putih itu, yang mana perlahan jatuh ke hutan Astral Zero disertai banyak titik cahaya yang berhamburan.


Meskipun sirip raksasa itu berjuang mendayung, nampaknya roh itu gak lagi memiliki kekuatan untuk naik ke langit.


"Apa ada cara untuk menolong Tuan Paus?"


"Tidak perlu khawatir. Dire Whale adalah seekor roh kuno yang kuat. Meskipun dia mungkin kehilangan kekuatan dan tak mampu mewujudkan diri dalam waktu singkat, dia tak akan lenyap secara permanen."


Melihat Rinslet hendak menangis, Iseria menghibur dia.


"Bocah, siapa si cebol ini?"


Greyworth mengangkat alisnya, bertanya terkejut.


"C-Cebol!?"


"Um, anak ini adalah avatar dari Elemental Lord Air agung, lho?"


"...A-Apa kau bilang?"


Bahkan Greyworth terkesiap kaget, membelalakkan matanya.


"Mengingat situasinya gawat darurat, aku akan mengabaikan kekurangajaran ini untuk sekarang ini."


"–Lihat, musuh datang."


Berkata begitu, Claire menunjuk keatas.


Mungkin menyadari bahwa Kamito dan kelompoknya telah berpindah, para Sacred Spirit Knight sekarang mengincar mereka lagi.


"Kalau begitu, aku akan menangani ini!"


Tiba-tiba, sebuah bayangan besar turun dari atas disertai kata-kata itu.


"Leonora!"


Kamito menengadah, dan melihat Leonora muncul dari balik awan, menunggangi seekor naga terbang.


Angin menghembuskan roknya, menampilkan pandangan dari pantatnya yang tak tertutupi apa-apa.


"......!?"


Kamito buru-buru memalingkan tatapannya.


Leonora menatap Kamito dari atas dan tersenyum.


"Kamito, kekuatanmu kayaknya telah meningkat lagi."


....Mengesankan seperti biasanya. Dia segera mengetahuinya.


"Aku betul-betul ingin bertarung denganmu."


"Kapanpun kau mau, setelah kita selamat dari ini."


"Ya. Aku tau."


Leonora menjawab senang dan menghilang kedalam awan lagi.


"Serahkan bagian depan pada Leonora. Kita akan menerobos dari depan dan masuk ke Ibulota Suci."


"Ya, dimengerti."


"Bisakah putri dan para Ratu membuat sebuah penghalang?"


"Baiklah."


Mendengar instruksi greyworth, Fianna dan Reicha mengangguk.


"Ellis dan aku akan menerobos dari depan."


"Aku akan melindungi kalian. Gak akan kubiarkan satupun musuh yang lolos."


"Muir juga ikut."


"Tidak, kau adalah kartu as untuk mengurus yang besar."


"Eh—"


Ditahan oleh Greyworth, Muir cemberut gak senang.


"Ellis, bisakah Simorgh milikmu membawa tiga orang?"


"Bisa saja, tapi membawa tiga orang akan mempengaruhi kecepatan terbang."


"Jadi begitu, aku berpikir aku bisa bergabung juga–"


Claire mengangkat bahu kecewa.


Flametongue milik Claire adalah sebuah elemental waffe untuk untuk pertarungan jarak menengah dan karena itulah nggak cocok memberi dukungan dari belakang. Nggak seperti panas es milik Rinslet, sihir roh api keahliannya adalah serangan dengan jangkauan luas dan sulit menargetkan kawan dan lawan secara terpisah, oleh karena itu nggak cocok untuk pertempuran yang kacau.


STnBD V20 BW05.jpg


Meskipun dia punya kristal roh untuk melayang, pertempuran udara akan sangat sulit.


"Master."


–Lalu, sebuah siluet api muncul dibelakang Claire.


"Scarlet... Ortlinde!?"


Claire berteriak terkejut dan berpaling ke belakang.


Berdiri dibelakang dia adalah roh senjata dengan wujud seorang cewek muda, dengan api disekujur tubuhnya.


Ini adalah identitas sejati dari si kucing neraka, Ortlinde Scarlet Valkyrie.


"S-Scarlet, apa yang terjadi? Jelas-jelas aku nggak melepaskan nama sejatimu....!"


"Melalui ritual sebelumnya, divine power milikmu kekuatannya telah meningkat pesat, Master. Oleh karena itu, aku bisa mewujudkan diri dengan wujud ini atas kehendakku sendiri."


Ortlinde meluruskan ekor apinya dan berbicara.


"....A-Aku paham."


Claire menatap tangannya sendiri. Awalnya, melepaskan nama sejati Scarlet membutuhkan menghabiskan divine power dalam jumlah yang sangat banyak meski untuk seorang elementalis sekaliber Claire–


(....Apa aku melepaskan nama sejatinya secara tak sadar?)


Sudah jelas, efek dari ritual kuno Kagura Kegelapan betul-betul sesuai dengan reputasinya.


Atau mungkin, kekuatan yang diwarisi Kamito dari Elemental Lord Kegelapan lah yang terlalu kuat?


"Pada tingkat kekuatanmu saat ini, Master, kau harusnya bisa menggunakan pelepasan kedua elemental waffe."


"Pelepasan kedua!?"


"Mungkinkah dengan itu bisa membuat dia terbang?"


"–Ya, aku akan berubah menjadi elemental waffe yang digambarkan pikiran Master."


Elemental waffe merupakan senjata yang terwujud dari wujud jiwa para elementalis. Meskipun senjata itu tidak identik dengan apa yang seseorang bayangkan, bentuknya tidak jauh berbeda.


"D-Dimengerti. Biar kucoba."


Claire menarik nafas dan menghadap Ortlinde dengan penampilan gugup.


Itu seperti menatap sebuah cermin. Dua cewek berambut merah panjang saling berpegangan tangan.


–O penjaga api merah, penjaga tungku yang tak pernah tidur!
–Berubahlah menjadi bentuk ideal sesuai kontrak darah!


Seketika, Ortlinde berubah menjadi api dan menyelimuti sekujur tubuh Claire.


"C-Claire!?"


Rinslet jadi kuatir.


Api yang mengelilingi Claire berkobar–


"...!?"


semua orang yang ada tercengang.


Claire muncul, berbalut armor merah menyala.


Seperti sebuah avatar dari api, penampilan itu seperti seorang valkyrie–


"Elemental waffe, pelepasan kedua—Einherjar!"


Kobaran api keluar dari punggung armor tersebut seperti sepasang sayap yang terbuka.


"Kau telah mendapatkan kekuatan terbang, Master."


"Luar biasa, Scarlet!"


"Tidak, ini adalah bakatmu, Master, mengeluarkan kekuatanku sebagai roh senjata."


Claire menghentak lantai dan tubuhnya mulai melayang.


"Apa kau bisa membiasakan diri dengan itu?"


"Aku akan terbiasa melalui pertempuran."


Mendengar pertanyaan Kamito, Claire mengangguk.


"Aku nggak boleh kalah–Simorgh!"


Ellis memanggil roh iblis angin.


Kweeeeeeeeeeeeeeeee!


Dengan berkumpulnya partikel cahaya, seekor burung sakral besar terwujud.


".....! Terlihat lebih mengesankan daripada yang biasanya!"


"Bulu-bulunya memancarkan cahaya berwarna-warni!"


"Ada sebuah mahkota dikepalanya."


Claire, Rinslet, dan Fianna membelalakkan mata mereka karena takjub.


Simorgh yang dipanggil memancarkan cahaya divine power, menampilkan sebuah penampilan yang megah dari seekor burung sakral.


Biasanya memiliki wajah menakutkan dari seekor burung pemangsa, wajahnya sekarang tampak megah dan anggun, mungkinkah itu efek psikologis?


"Simorgh, jadi ini wujud aslimu–"


Ellis membelai bulunya. Simorgh memekik gembira.


"Onii-sama, gimana bisa mereka jadi lebih kuat?"


Muir menatap penuh kecurigaan pada Kamito.


"...! U-Umm...!"


Mendengar itu, Kamito langsung panik. Para cewek juga menghindari kontak mata.


"—Rinslet, ijinkan aku meminjamkan beberapa kekuatan padamu juga."


Lalu, Iseria Seaward memegang tangan Rinslet.


"Iseria-sama?"


"Jangan bergerak, akan segera berakhir."


Iseria memejamkan matanya dan dengan lembut mencium punggung tangan kiri Rinslet.


"I-Iseria-sama, bukankah ini sebuah kontrak roh!?"


Rinslet membelalakkan matanya karena terkejut.


Sebagai tanggapan, sang Elemental Lord Air tersenyum–


Lalu, dia menghilang menjadi partikel cahaya.


"...I-Iseria-sama?"


"Aku disini, Rinslet"


"...!?"


Seketika, segel mawar es ditangan kiri Rinslet bersinar biru.


"Aku akan tetap disini karena jika aku di dek aku hanyalah beban. Dengan keadaan ini, kekuatan Fenrir harusnya meningkat pesat juga."


"Seorang Elemental Lord secara pribadi datang ke segel ini, ini merupakan sebuah kehormatan yang sangat besar...."


Mendengar penjelasan Iseria, Rinslet tampak agak kebingungan.


"Sudah nggak ada waktu. Ayo pergi ke kuil Elemental Lord!"


"Ya, kau benar–"


Para Sacred Spirit Knight telah membentuk formasi dan terus mendekat dari depan.


Kamito mengumpulkan divine power pada segel roh miliknya yang ada di kedua tangannya.


Roh pedang ultimate dan roh kegelapan. Kedua segel itu bersinar.


"–Ini adalah pertempuran akhir."

Bagian 4[edit]

"—Target terkunci, sebelah sana."


Di sisi bukit dari Ragna Ys yang hancur–


Agen khusus dari Sacred Spirit Knight, Ayla Cedar, menunjuk ke awan di kajauhan.


Dia adalah seorang ahli dalam pelacakan dan pencarian. Menggunakan jejak dari divine power yang ditinggalkan oleh para elementalis, dia bisa mengunci posisi target.


"–Aku paham."


Mendengar laporan bawahannya, Luminaris Saint Leisched mengangguk dan menghunus pedang suci Murgleis dari pinggangnya.


Pedang itu memancarkan sinar misterius.


Ren Ashbell berada di langit sana.


"Luminaris-sama, kami juga...."


"Tidak–"


Menghentikan bawahannya yang ingin mendampingi dia, Luminaris menggeleng.


"Ini adalah keputusanku yang egois. Aku akan pergi sendirian."


Dia berbalik, rambut pirangnya yang indah melambai tertiup angin.


Dimatanya terpancar jelas tekad yang kuat.


Paladin Luminaris—salah satu ksatria roh kuat yang terkenal dari Kerajaan Suci.


Sejak kecil, dia dididik sebagai seorang ksatria suci, untuk melayani negara asalnya.


Meskipun Holy Lord ingin menghancurkan dunia, bahkan setelah dibuang oleh negaranya setelah gagal dalam misinya, dia masih setia pada Kerajaan Suci. Akan tetapi, saat Blade Dance, dia menerima misi untuk menangkap roh kegelapan.


Oleh karena itu, keinginan dia untuk bertanding ulang tak bisa diwujudkan.


(...Karena dunia sudah hampir berakhir, pada akhrinya, aku ingin menyelesaikan semuanya dengan pria itu.)


Bukan untuk kehormatan keluarganya atau untuk harga diri seorang ksatria, ataupun untuk negaranya.


Murni keinginannya sendiri, dia ingin tarian pedang melawan Ren Ashbell, sang Penari Pedang Terkuat.


Luminaris menatap Gerbang raksasa yang menembus langit.


"Aku gagal membuatmu terkesan saat turnamen Blade Dance, tapi–"


Dengan dua tangan, dia mengangkat pedang panjang yang bersinar dengan cahaya perak itu tinggi-tinggi.


"O para Elemental Lord, sekarang aku akan mempersembahkan tarian pedang terbaikku."

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya