Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid20 Bab 9

From Baka-Tsuki
Revision as of 18:19, 30 January 2020 by Narako (talk | contribs) (→‎Bab 9)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 9 - Kekuatan Sejati[edit]

Bagian 1[edit]

Hutan lebat tumbuh di kaki raksasa tanah itu.


Menyebar secara radial, pepohonan itu muncul layaknya sebuah gelombang besar.


"....! Mundur ke belakang Benteng, jika tidak kalian akan terlahap!"


Velsaria mengeluarkan berlapis-lapis dinding keras dari Deradnought dan menembak secara terus-menerus.


Beberapa bagian hutan hancur, tapi pertumbuhan yang sangat cepat tersebut nggak menunjukkan tanda-tanda melambat.


Akar pepohonan menghancurkan dinding dan merusak armor Velsaria.


"...Gah, ah, ahhhhhhhhhh!"


Velsaria menggertakkan giginya dan mengerang kesakitan.


"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketiga—Shadowmoon Waltz!"


Greyworth menyerbu ke depan dan menghancurkan akar pepohonan itu dalam sekali serang, tapi upaya itu layaknya setetes air yang masuk kedalam ember kosong.


"Monster ini berniat menumbuhkan lautan pohon, huh?"


Ada setitik tanda kelelahan pada wajah Greyworth.


Saluran -saluran peredaran darah dalam tubuhnya telah rusak parah sebelumnya saat dia mengajari Kamito teknik tertinggi.


Meskipun kerusakannya dipulihkan saat dia kembali pada kondisi keemasannya, berulang kali menggunakan Absolute Blade Art seperti ini pada akhirnya akan menyebabkan dia kehilangan kekuatan roh terkontrak lagi.


"Elemental Lord Tanah memang kuat–"


Leonora menggunakan tembakan panas naga mikijya untuk membakar hutan tersebut, tapi yang bisa dia hasilkan cuma penangguhan waktu saja.


"Muir, berapa banyak roh militer milikmu yang tersisa?"


"Tujuh. Aku bisa membakar hutan itu, tapi apa gunanya?"


Mendengar pertanyaan Greyworth, muir mengangkat bahu.


Roh militer Garuda milik Muir sudah mencoba menyerang sang Penguasa Tanah, tapi malah terjerat oleh tanaman merambat dan kemudian dengan mudah dihancurkan.


"Memang, menggunakan beberapa roh militer sampai mereka hancur nggak akan mengubah situasinya–"


Greyworth bergumam bingung. Lalu....


Sebuah bayangan besar turun dari atas mereka.


"....! A-Apa itu!?"


Muir menunjuk ke langit dan berteriak.


Yang muncul di langit adalah–


Seekor naga merah, cukup besar hingga setara dengan Elemental Lord Tanah.


Gahhhhhhhhhh!


Naga merah itu membuka rahangnya, menyemburkan api hingga membakar hutan itu.


"A-Apa, naga itu... mungkinkah, seekor roh–"


"–Yang Mulia Raja Naga!"


Leonora berteriak keras. Semua orang menatap dia.


"Apa kau bilang?"


Greyworth bertanya terkejut.


"Nggak salah lagi. Naga itu adalah raja Dracunia kami, Raja Naga Bahamut!"


Suara Leonora sangat emosional.


"Tapi bukankah Raja Naga tersegel di kedalaman Benteng Dragon Rock karena kutukan Elemental Lord Tanah?"


"Ya, seharusnya begitu–"


"–Aku terbebas."


Lalu, sebuah suara elegan terdengar dalam pikiran mereka.


"Raja Naga...!"


"Saat Elemental Lord Tanah berubah menjadi Gerbang, kutukan yang menjeratku juga menghilang. Aku minta maaf atas keterlambatanku, aku terbang kesini secepat yang aku bisa."


BOOOOOOOOOOM!


Roh naga raksasa itu mendarat di tanah, bergumul dengan sang Penguasa Tanah.


Dua roh kelas legendaris sedang bertempur di tengah sebuah kawah raksasa.


Pada dasarnya itu merupakan sebuah pemeragaan dari sebuah kejadian pada Perang Roh enam ribu tahun lalu.


Gruoooooooooooooooooh!


Sang Raja Naga menyemburkan api pada jarak dekat.


Akan tetapi, sang Penguasa Tanah sepenuhnya gak terpengaruh oleh api tersebut dan dengan ganas memegang sayap sang Raja Naga.


Bahkan Bahamut hanya bisa menahan kekuatan seorang Elemental Lord.


"–Cepatlah, mumpung aku menahan dia."


Menyadari niat sang Raja Naga, Leonora dan Greyworth langsung bertindak.


Memegang pedang elemental waffe mereka, mereka melesat kedalam lautan api.


Sang Penguasa Tanah meraung marah, mengangkat tubuh besar sang Raja Naga.


Lalu, dia membanting sang Raja Naga ke tanah kuat-kuat.


Tanah berguncang. Raksasa itu mengayunkan tangannya pada kepala sang Raja Naga yang terkapar di kakinya.


"—Raja Naga!"


Leonora berteriak.


Disaat yang sama, pergerakan Elemental lord Tanah terhenti.


"...Apa?"


Berlari bersebelahan dengan Leonora, Greyworth berseru terkejut.


Tentu saja, itu bukanlah reaksi pada teriakan Leonora.


O-Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhh!


Masih dalam postur melakukan pukulan, sang Penguasa Tanah meraung pada langit.


Itu merupakan sebuah raungan dengan setitik kesedihan ditengah kegilaan.


"...Bagaimana bisa–"


Leonora langsung berhenti.


–Mereka tidak menyadari alasan perubahan pada Elemental Lord Tanah.


Mendengar doa dari begitu banyak princess maiden di alam manusia, Elemental Lord Tanah Lode Gear sesaat mendapatkan kembali kewarasannya–


Meskipun cuma sebentar, durasi ini merupakan sebuah peluang yang langka.


Greyworth memanggil Leonora yang ada dibelakangnya.


"–Cewek naga, kau sudah pernah melihat ilmu pedang bocah itu kan?"


"...? Huh, ya–"


Apa yang harus kukatakan disaat seperti ini? – Leonora mengernyit kebingungan.


"Melihat bahwa sifatmu tidaklah buruk, aku akan mengajarimu beberapa trik. Memang bisa dibilang begitu, tapi ini hanyalah dasar yang paling mendasar."


"...?"


Berkata begitu, Greyworth menekankan tangannya pada kening Leonora.


Leonora langsung membelalakkan matanya yang berubah menjadi merah karena kutukan dari Dragon Blood.


"...! Ini....?"


"Aku sudah menurunkan pengetahuan ilmu pedangku dan wawasan penggunaan divine power padamu. Ini seharusnya hanya diwariskan pada seorang murid yang telah lulus–"


"...Ah... Ku...!"


Dihadapkan dengan kemunculan informasi yang banyak ini, Leonora mengerang. Melirik dia, Greyworth lalu kembali menghadap pada sang Penguasa Tanah dibelakang dia.


Menargetkan Penguasa Tanah yang terhenti, Velsaria menembakkan semua meriam miliknya.


–Sang Penguasa Tanah mulai bergerak lagi.


"–Ayo lakukan, bocah naga."


"....Ngomong sih gampang... Tapi aku gak punya pilihan selain mengerahkan segalanya–"


Menggertakkan giginya, Leonora menyiapkan Dragon Slayer miliknya.


Melihat itu, Greyworth tersenyum puas.


Mereka berdua mulai berlari bersamaan.


Sang Penguasa Tanah mengayunkan tangannya yang telah diangkat. Disaat yang sama, rahang Bahamut terbuka dan menyemburkan api. Sebagai hasilnya, salah satu tangan sang Penguasa Tanah terpotong.


Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!


Meraung, sang Penguasa Tanah kehilangan keseimbangan.


Dua elementalis melesat pada tubuh besar itu–!


"Absolute Blade Arts—Bentuk Penghancur, Bursting Blossom Spiral Blade Dance, Enambelas Tebasan Beruntun!"


Menargetkan kepala, Greyworth mengeluarkan Absolute Blade Art terkuat.


Bilah pedang iblis itu menari tak beraturan.


Segera setelahnya–


"Absolute Blade Arts, Bentuk Pertama—Purple Lightning, Tyrant Dragon's Claw!"


Absolute Blade Art milik Leonora mengarah lurus pada leher sang Penguasa Tanah.


Ini merupakan sebuah teknik penghancur berpusat pada satu titik yang dilancarkan oleh Absolute Blade Art dengan kecepatan dewa serta diperkuat oleh Dragon Blood.


CRAAAAAAAAAAAAAAASH!


Tubuh raksasa sang Penguasa Tanah tumbang ke tanah, hancur berkeping-keping.


"....!"


Karena kehabisan semua kekuatannya, Leonora jatuh ke tanah.


Velsaria memanggil sebuah dinding untuk menangkap dia sebelum dia menghantam tanah.


"Hmph, meskipun jauh lebih lemah daripada bocah itu, kuakui sepertinya kau punya sedikit bakat."


Mendarat di samping dia, Greyworth menyeringai.


"–Kurasa aku bisa mengangkatmu sebagai murid keduaku, bocah naga."

Bagian 2[edit]

"–Kau sudah menunggu cukup lama, Claire."


"Nee-sama!"


Terkapar di tanah, Claire membelalakkan matanya.


Dan melihat kemunculan kobaran api merah–


Rubia Elstein, memegang sebuah pedang besar membara di tangannya.


Percikan api terpancar dari rambut merahnya sebahu yang mulai berkobar.


(...Nee-sama sedang marah.)


Hal itu juga berlaku bagi Claire. Setiap kali emosinya meledak, bagian dari tubuhnya akan memancarkan api. Ini merupakan karakteristik dari elementalis yang membuat kontrak dengan roh-roh api.


"–Kau menerobos penghalang angin milikku, sang Penguasa Angin?"


Belphal bertanya.


"–Siapa kau?"


"Apa kau lupa pada hawa kehadiranku, Belphal?"


Yang menjawab bukanlah Rubia, tapi pedang besar yang ada ditangannya.


Mendengar itu, Belphal membelalakkan mata birunya.


"...! Mungkinkah pedang itu–Volcanicus!?"


"Apa yang kau katakan?"


"Terimakasih karena sudah menjagaku di Kota Raja Iblis, gadis kucing neraka."


Mendengar suara Claire yang terkejut, pedang ap itu berbicara pada dia.


–Gak salah lagi. Ini adalah suara dari Elemental Lord Api yang dia temui di kota Raja Iblis.


Api miliknya gak akan kesulitan menembus penghalang milik sang Penguasa Angin.


"Apa kau sudah gila, Volcanicus–"


Suara sang Penguasa Angin dipenuhi dengan kemarahan.


"Sebagai seorang Elemental Lord yang agung, kenapa kau membantu anak buah Elemental Lord Kegelapan?"


"Yang gila itu kau, Belphal. Terpengaruh oleh kekuatan dari para Malaikat, pikiranmu dikendalikan oleh Alexandros."


"...! Gak masuk akal!"


Badai ganas berputar-putar di kaki Belphal.


"Elemental Lord Kegelapan adalah musuh bebuyutan kita, kelima Elemental Lord Agung, dan harus sepenuhnya dimusnahkan!"


"–Sudah pasti, ini nggak bisa diselesaikan dengan percakapan."


Rubia menyiapkan pedang besar membara itu–elemental waffe Ragmarok–dengan kedua tangannya.


Dengan api didalam bilahnya, pedang itu memancarkan cahaya merah.


"...Berani-beraninya seorang manusia rendahan menggunakan Elemental Lord Api!"


Belphal menghentak tanah.


Dia melepaskan kekuatan tombak sihir Brionac yang diselimuti angin ganas.


"—Nee-sama!"


Pedang api itu berdengung. Menghadapi tusukan yang sangat cepat, Rubia menggunakan sisi lebar pedang itu untuk menepis tombak sihir tersebut.


Saat tombak dan pedang tersebut bersilangan berulang kali, elemen api dan angin yang berbenturan menyatu, menjulang naik ke langit.


Serangan beruntun sang Penguasa Angin menyerang layaknya badai, tapi Rubia bisa membaca masing-masing serangan itu. Setelah membuat kontrak dengan Elemental Lord Api, intuisi princess maiden miliknya pada dasarnya mendekati bisa melihat masa depan.


"Kenapa... Kenapa Penguasa Api yang agung, digunakan oleh seorang manusia...!"


"Karena aku adalah Ratunya..."


Rubia mengayunkan pedangnya. Tebasan pedang merah itu meninggalkan goresan dangkal pada pipi sang Penguasa Angin.


"....Ratu kau bilang?"


Lalu, sang Penguasa Angin tiba-tiba menghentikan pergerakannya.


"...A...pa... ini....?"


Menyentuh pelipisnya, dia menunjukkan ekspresi kesakitan.


"Kayaknya ada yang aneh dengan Penguasa Angin–"


Claire bergumam.


"–Suara para princess maiden."


"......?"


Claire berpaling kearah suara itu, dan melihat Fianna, yang telah mendekat tanpa dia sadar, merapal sihir penyembuh untuk Claire dan Rinslet.


Cahaya suci yang hangat mulai menyembuhkan cideranya.


"Suara para princess maiden?"


"Apa maksudmu?"


"Para princess maiden di alam manusia saat ini sedang mempersembahkan doa mereka pada para Elemental Lord. Pasti Reicha yang memimpin dan mengatur mereka."


Fianna, yang indera princess maidennya sangat kuat, kemungkinan merasakannya.


"Ya, aku juga merasakannya. Doa dari ratusan ribu princess maiden–"


Segel mawar biru milik Rinslet bersinar dan suara Iseria bisa terdengar.


Diatas, Rubia bisa terlihat mendominasi sang Penguasa Angin.


Kekuatan angin pada badai ganas itu tampak sudah melemah.


"Suara dari para princess maiden telah menyentuh sukma sang Penguasa Angin..."


Lukanya sembuh, Claire mengangkat Flametongue dan berdiri.


"Sekaranglah kesempatannya, ayo segera selesaikan!"


Menghentak tanah untuk melompat, dia merentangkan sayap Einherjar.


Dia menuju ke pertempuran ganas antara Rubia dan Belphal.


Mengayunkan Flametongue dalam gerakan mengalir yang lembut, dia masuk kedalam pertempuran mereka.


"Claire—"


"Nee-sama, ayo bertempur bersama!"


Dihadapkan dengan Claire yang mendekat, Rubia hanya mengangguk.


Pedang api Ragnarok menghasilkan api yang melahap angin. Menargetkan sang Penguasa Angin yang berusaha menghindar, Claire secara akurat mengayunkan Flametongue untuk memulai serangan ganas.


Mungkin seseorang akan menggambarkan ini sebagai resonansi antara dua princesa maiden yang memiliki intuisi luar biasa, atau pemahaman solid yang berasal dari hubungan keluarga?


Meskipun baru pertama kalinya menari pedang bersama, kakak beradik itu bekerjasama sebagai kombinasi yang sempurna.


"Dengar itu, Elemental Lord Angin? Suara para princess maiden!"


"....diam... Diam!"


Sang Penguasa Angin berteriak emosional. Sosoknya mulai terpecah.


"...!?"


Mirip dengan pergerakan seketika, ini mungkin merupakan sihir yang mengandalkan kekuatan angin.


Ratusan Penguasa Angin melayang di langit dan melemparkan tombak sihir mereka secara bersamaan.


"Thunderstorm of Brionac!"


Ratusan tombak sihir diarahkan pada mereka berdua yang ada di tanah.


"Ratu yang menguasai sihir es memberi perintah. Dengan ini segeralah terbentuk–Winter Gulf!"


Hampir bersamaan dengan ucapan dia, sebuah penghalang es berkilauan biru muncul didepan kedua cewek itu, menangkis badai tombak itu.


Ini merupakan sihir yang dirapal oleh Rinslet!


"Rinslet!?"


Claire berteriak teekejut.


Dia nggak pernah menyangka Rinslet bisa bertahan dari tombak sihir milik sang Penguasa Angin menggunakan sihir roh–


"Doa dari para princess maiden dipersembahkan pada semua Elemental Lord, lho?"


Rinslet mengangkat tangan kirinya, menunjukkan segel roh mawar es yang bersinar terang.


Ini merupakan segel Elemental Lord Air, Iseria Seaward.


Doa dari para princess maiden juga memberi dia kekuatan.


"Iseria, apa kau juga memihak anak buah Ren Ashdoll!?"


Ratusan Belphal berteriak marah.


"Kau mungkin juga akan berubah pikiran setelah memakan kue buatannya."


Suara Iseria terdengar.


"Tentunya aku bersedia memasak untuk Tuan Belphal juga."


"Terkutuk–"


Retakan muncul pada penghalang es yang memblokir tombak sihir angin.


Meskipun mereka berdua adalah avatar, dibandingkan dengan Belphal yang masih memiliki kekuatan Elemental Lord, Iseria berada dalam situasi yang sangat gak diuntungkan karena terpisah dari sebagian besar kekuatannya.


"....A-Aku nggak boleh kalah."


Rinslet menggertakkan giginya dan menuangkan divine power pada segel roh miliknya.


Lalu, Rinslet terselimuti cahaya suci.


"...Yang Mulia!?"


Fianna telah mengaktifkan Save the Queen.


Dengan kekuatan dari elemen suci yang melapisi diatasnya, penghalang es tersebut melenyapkan tombak-tombak sihir itu.


"....Apa?"


Klon-klon Penguasa Angin tampak terkejut.


"Ayo lanjutkan, Claire–"


"Ya, Nee-sama!"


Rubia dan Claire menyerang bersamaan.


Tebasan-tebasan berwarna merah menebas tak beraturan. Flametongue yang mengamuk menghapus para klon Penguasa Angin.


Klon-klon itu merupakan ilusi yang diciptakan menggunakan angin.


"–O tombak sihir Brionac, perlihatkanlah kekuatan suci engkau!"


Klon Penguasa Angin mengayunkan tombak mereka, menghasilkan tornado ganas.


Kilatan petir bercampur didalam penghalang angin.


"...! Kalau begitu mustahil mendekat!"


Lalu....


"–O angin ganas, mengamuklah!"


Ray Hawk, yang dilemparkan Ellis, menghantam pusat penghalang angin tersebut.


Angin puyuh melubangi penghalang angin tersebut.


"—Scarlet!"


Claire mengeluarkan api Einherjar.


Terselimuti kobaran api, dia dan Rubia menembus penghalang angin itu bersama-sama.


"...Ohhhhhhhhhhhhhhhhh!"


Di pusat penghalang tersebut, Penguasa Angin berteriak. Yang ini pasti yang asli.


"Claire, kupercayakan apiku padamu–"


Rubia meraih tangan Claire. Saling berpegangan, kedua tangan itu menyala dengan api biru.


"Dimengerti, Nee-sama!"


Claire menghasilkan dua api berbeda di masing-masing tangannya!


"Api itu, mungkinkah api kuno–"


Sang Penguasa Angin yang terkejut, mengerang.


End of Vermilion dan Absolute Zero–itulah yang diwariskan dalam keluarga Elstein.


Api sejati, yang dicuri dari Dunia Lain, lalu berujung jatuh ke tangan ras manusia.


Kedua api itu sekarang ada di tangan Claire.


"....Jadilah arang!"


Api yang dilepaskan Claire menelan sang Penguasa Angin.

Bagian 3[edit]

"–O anakku yang manis, maukah kau mendengarkanku dan bertaruh?"


Suara itu terdengar dalam benak Kamito–


(Mungkinkah itu suara Elemental Lord Kegelapan–)


Memang, itu adalah avatar Elemental Lord Kegelapan yang dia kira sudah lenyap.


Sudah pasti ini suaranya dan bukan halusinasi.


(....Kenapa kau disini?)


"Aku adalah sisa-sisa terakhir yang ada didalam divine power milikmu, aku bisa menghilang setiap saat layaknya fatamorgana."


Avatar Elemental Lord Kegelapan tertawa mengejek diri.


"Rencana asliku adalah menggunakan kekuatan terakhirku untuk mewujudkan diri agar aku bisa menyaksikan kemusnahan musuh bebuyutanku dengan mata kepalaku sendiri, tapi situasinya nampaknya tidak mendukung–"


"...Maaf, itu salahku karena gagal menjadi seorang penerus yang layak."


Memegang kedua pedang yang tertancap di tanah, Kamito berdiri.


Dalam pandangannya yang terdistorsi, dia melihat Holy Lord mendekat, pedang suci ditangannya.


"Aku nggak bisa menyalahkanmu. Bagaimanapun juga, Roh Senjata itu memang unik."


"...Ya."


Kamito hanya bisa mengangguk dan mengakuinya.


Roh Senjata–roh pedang Terminus Est.


Pada dasarnya merupakan simbol kekuatan tertinggi.


Entah itu Est atau Restia, keduanya roh tingkat tingkat tinggi, gak ada yang bisa menandingi Terminus Est dalam hal kekuatan.


"–Ya, kedua pedangmu nggak bisa menandingi dia. Akan tetapi, jika Kegelapan dan Baja digabungkan menjadi satu pedang, mungkin mereka bisa menandingi pedang suci itu."'


"Apa kau bilang....?"


"Menyatukan dua elemental waffe menjadi satu. sebuah "Penggabungan Senjata" roh."


"Menggunakan dua roh... dan menggabungkan mereka? Bagaimana bisa hal itu–"


"Secara teori itu bisa dilakukan. Gimanapun juga, pata Malaikat bisa bergabung dengan para roh. Namun–"


Avatar Elemental Lord Kegelapan berhenti bicara.


"Namun ?"


"Ada tiga syarat penting. Kedua roh memiliki kekuatan yang setara, divine power dalam jumlah sangat besar untuk mengendalikan kekuatan mereka, serta kesatuan sempurna dari jiwa mereka. Jika ketiga syarat itu nggak terpenuhi, kedua roh akan berakhir pada kemusnahan mutual."


Yang bicara bukanlah sang avatar tapi Restia.


"...Kemusnahan mutual!?"


"Bisa menggabungkan kekuatan dari dua roh, Penggabungan Senjata merupakan kemampuan yang terus dirahasiakan oleh para Elemental Lord. Tentu saja, aku tau tentang itu juga. Bagaimanapun juga, aku sudah mewarisi pengetahuan Elemental Lord Kegelapan–"


Restia berbicara tenang.


"–Sejujurnya, kemungkinan keberhasilannya hanya 50%."


Jika Est dan Restia musnah, dan kehilangan kedua senjata miliknya, Kamito akan kalah.


Restia pasti menahan diri menyarankan ini karena takut akan resikonya.


"Tapi hanya itu satu-satunya cara untuk melawan pedang suci itu–"


"–nggak mau."


Kamito menggeleng.


"Kamito–"


Dia menggenggam gagang kedua pedangnya erat-erat, menggigit bibirnya.


(–Kalau ini gagal, Est dan Restia akan musnah?)


Gimana bisa dia mengambil resiko itu?


"Tapi anakku yang manis, pada tingkat ini, semua orang akan mati, kau tau?"


"...!"


Mendengar perkataan itu dari avatar kegelapan, Kamito menggertakkan giginya.


Pedang suci yang diangkat oleh Holy Lord semakin bersinar bahkan lebih menyilaukan dari yang sebelumnya.


Bukan hanya Est dan Restia, kali ini dia mungkin berniat menghancurkan Kamito juga.


Dia nggak akan bisa memblokir serangan berikutnya.


Pikiran rasionalnya memberitahu fakta realitas ini. Tapi....


"Kamito, Jangan kuatir."


Ditangannya, Demon Slayer bersinar dengan cahaya yang tenang.


"Aku percaya padamu, Kamito–aku percaya pada Restia yang kau percayai."


"Est!?"


"Nona Roh Pedang!?"


Restia berseru terkejut. Kamito hanya bisa membelalakkan matanya.


Est memanggil Restia dengan namanya untuk yang pertama kalinya.


"–Dimengerti, Est." ucap Restia.


Ada unsur kelembutan dalam suaranya.


"Kamito, jika kita nggak mengalahkan Holy Lord, dunia ini akan dihancurkan cepat atau lambat."


Kedua roh terkontrak telah membulatkan tekad mereka.


Jika dia gagal menjawab tekad mereka, Kamito akan sangat malu menyebut dirinya sendiri seorang elementalis.


"....Dimengerti." jawab Kamito.


Apapun bayarannya, dia nghak akan membiarkan kedua roh miliknya musnah. Dia bersumpah pada dirinya sendiri dan memegang kedua pedangnya erat-erat.


"Nampaknya kau telah membulatkan tekadmu–"


"Ya–"


"Kalau begitu, anakku yang manis, aku bisa mempercayakan ini padamu, hadiah perpisahan terakhir dariku–"


Dibesarkan di Sekolah Instruksional, Kamito nggak tau gimana rasanya memiliki seorang ibu. Akan tetapi, suara yang menggema dalam benaknya sepeeti seorang ibu memberi hadiah perpisahan pada putranya, penuh dengan kasih sayang yang lembut.


Lalu, gelombang informasi masuk kedalam pikirannya.


Waffen Merge–teknik sakral yang hanya diketahui para Elemental Lord, kini menjadi milik Kamito.


Holy Lord mengangkat Terminus Est tinggi-tinggi.


....Seolah mempersembahkan dunia sebagai sebuah kurba pada Gerbang yang mengarah pada origin.


"Lenyaplah, Ren Ashdoll. Sekutuku dimasa lalu yang berbagi impianku–!"


Cahaya pedang suci ortodok mengubah dunia menjadi putih polos.


Cahaya penghancur–Grand Nemesis.


Pedang suci raksasa itu diayunkan kebawah.


Cahaya menyilaukan memenuhi pandangan Kamito.


Dihadapkan pada cahaya penghancur itu, Kamito memejamkan matanya.


Dia mengumpulkan divine power kegelapan miliknyabpada segel roh di kedua tangannya.


"Engkau, Ratu Baja yang tak memihak, pedang suci yang menghancurkan kejahatan–"


Pedang putih dan hitam itu keduanya bersinar.


Kamito menyilangkan kedua pedangnya dan mulai menggambarkan bentuk pedang dalam benaknya.


Pedang ultimate yang mampu melampaui Terminus Est.


"Engkau, ratu kegelapan yang tak ternoda, pedang iblis yang menembus kebenaran–"


Sedikit saja kesalahan dalam benaknya–atau kegagalan dalam mengendalikan keseimbangan divine power–kedua pedang itu akan musnah beserta kontrak roh mereka.


Meski demikian, Kamito nggak ragu-ragu. Dia bisa menggambarkan bentuk pedang itu dengan jelas.


"–Sekarang terbentuklah menjadi pedang yang berkuasa atas kesucian dan kejahatan, dan jadilah kekuatan ditanganku!"


Kamito menyilangkan tangannya yang mana kedua segel rohnya bersinar, menumpuk kedua pedang itu.


Lalu, kilatan cahaya meledak dan sebilah pedang muncul di tangan Kamito.


Sebilah pedang bermata dua dengan bilah berwarna hitam dan putih–


Elemental waffe–Demon Bringer.


"O-Ohhhhhhhhhhhhhhhhh!"


STnBD V20 BW08.jpg


Dengan teriakan garang, dia mengayunkan pedang itu, memotong cahaya Grand Nemesis.

Bagian 4[edit]

"...A-pa...!?"


Wajah cantik namun dingin Sacred Maiden menunjukkan keterkejutan untuk yang pertama kalinya.


Pedang bermata dua itu membelah cahaya Grand Nemesis.


Dilepaskan dari bilah pedang itu adalah cahaya suci pembunuh iblis dan kegelapan pemusnah.


–Demon Slayer dan Vorpal Sword.


Ini merupakan bentuk elemental waffe ultimate gabungan.


(...Kayaknya berhasil.)


Kamito perlahan mengangkat pedang iblis suci yang dia pegang erat ditangannya.


Kenang-kenangan terakhir yang ditinggalkan Elemental Lord Kegelapan.


(–Terimakasih, Ren Ashdoll.)


Kamito berbicara pada sisa-sisa didalam dirinya.


Namun, gak ada suara yang menjawab. Mungkin avatar Elemental Lord Kegelapan benar-benar telah lenyap kali ini.


"...Ap-a? Elemental waffe apa itu–"


Senyum yang dipenuhi kepercayaan diri telah hilang dari wajah itu. Holy Lord bergumam.


Dengan penampilan gak percaya, Holy Lord menatap pedang suci ditangannya.


–Roh senjata terkuat di Astral Zero. Pedang yang seharusnya jauh lebih unggul daripada Demon Slayer milik Kamito, telah kalah telak.


"....Mustahil. Terminus Est ini, bagaimana bisa kalah dari si palsu itu–"


Di dunia ini, gak mungkin ada senjata yang melampauinya.


"Yah, mau coba? Alexandros–"


Kamito menuangkan divine power kegelapan pada Demon Bringer.


Seketika, cahaya iblis suci yang sangat megah memenuhi seluruh aula Istana Holy Lord.


Terintimidasi oleh kemegahan itu, Holy Lord melangkah mundur.


(...! Senjata ini edan–)


Hanya memegangnya, pedang itu menyedot divine power kegelapan dari tubuhnya secara terus-menerus.


Sedikit saja kehilangan fokus, dia bisa saja kehilangan kesadaran setiap saat.


Terlebih lagi, stamina fisik Kamito sudah mencapai batasnya.


Dia menyimpulkan bahwa dia nggak akan bisa mempertahankan bentuk ini untuk waktu yang lama.


(....satu menit... Tidak, kalau aku menggunakan Absolute Blade Art, paling lama cuma 30 detik, huh?)


–Tapi itu sudah cukup.


Gimanapun juga, gak ada gunanya memperpanjang pertempuran.


"....Senjata– senjata macam itu, bagaimana bisa digunakan oleh tubuh fana!?"


Divine power suci memancar dari sekujur tubuh Holy Lord.


Terminus Est yang diangkat tinggi-tinggi, memancarkan sinar cahaya putih-perak.


Cahaya penghancur–Grand Nemesis.


Cahaya itu jauh lebih besar dari yang sebelumnya.


Sebagai tanggapan, Kamito merendahkan pusat gravitasinya dan memasang kuda-kuda Absolute Blade Art berkecepatan dewa–Purple Lightning.


Divine power kegelapan memancar.


(Aku akan menyelesaikannya dengan teknik ini–)


Lalu–


Kedua belah pihak menghentak tanah secara bersamaan.


(...Ayo maju, Est dan Restia!)


Dia nggak mendengar jawaban, tapi bilah pedang itu memancarkan cahaya menyilaukan seolah menanggapi.


Segala sesuatu sampai sekarang merupakan pertaruhan untuk ini.


Dibesarkan sebagai penerus Raja Iblis di Sekolah Instruksional. Bertemu Restia. Menerima panduan Greyworth untuk menjadi Ren Ashbell, Penari Pedang Terkuat.


Bertemu Claire. Membuat kontrak dengan Est. Membentuk Tim Scarlet bersama Ellis, Rinslet dan Fianna, menjadi pemenang pada Blade Dance.


Kesadaran yang ditinggalkan oleh Raja Iblis Solomon dan Elemental Lord Kegelapan.


Semua perjumpaan, semua pemikiran dan perasaan yang telah mendukung dia untuk sampai sini.


–Demi menyelamatkan Astral Zero dan alam manusia.


Sebuah kilatan cahaya.


Kekuatan yang ada didalam diri para elementalis, divine power, merupakan cahaya kehidupan.


Terpelihara oleh cahaya kehidupan yang dihasilkan oleh manusia, para roh berubah menjadi pedang.


Terselimuti divine power, pedang-pedang roh menari.


–Itulah tarian pedang para elementalis.


Pedang berhantaman.


Seketika, cahaya penciptaan dunia memenuhi seluruh Istana Holy Lord.


"Ohhhhhhhhhhhhhhhhhh!"


Kamito mengerahkan semua divine power kegelapan dalam tubuhnya.


"...Guh... Bagaimana mungkin ini bisa–"


Plink, plink—Suara pecah.


Ini merupakan roh senjata terkuat yang bahkan mampu menghancurkan bintang-bintang di langit.


Retakan mucul pada bilah pedang suci Terminus Est.


Holy Lord goyah. Kamito terus menekan, melanjutkan dengan serangan ganas.


Dua kali, tiga kali, empat kali–setiap kali bilah pedangnya berhantaman, kilatan cahaya meledak, disertai oleh retakan yang semakin besar.


"....Mustahil, mustahil... Manusia rendahaaaaaaaaaaaaan!"


Divine power suci mengalir deras.


(...! Apa!?)


Disaat yang sama, rune bersinar mengelilingi Holy Lord untuk bertindak sebagai penghalang.


Ini adalah kekuatan untuk menulis ulang dunia–kemampuan yang diserap Holy Lord dari Malaikat.


Demon Bringer ditepis oleh penghalang malaikat itu.


(Est, analisa Malaikat–)


Menanggapi suara Kamito, bilah pedang iblis suci itu juga mulai menampilkan rune bersinar yang berputar-putar.


Tapi apa waktunya cukup?


(...Cuma tersisa tujuh detik sampai divine powerku habis–)


"Aku mengakuimu, Ren Ashbell! Si palsu itu memang melampaui pedang suci terkuat Terminus Est. Kau bisa mati dengan bangga sekarang!"


Bilah Terminus Est mendengung pelan dan berguncang.


Pelepasan senjata–secara sengaja menyebabkan sebuah elemental waffe lepas kendali, sebuah teknik untuk mengeluarkan kekuatan melebihi batas. Holy Lord bersedia menghancurkan pedang suci itu sebagai pertukaran untuk memastikan kehancuran Kamito.


(....!?)


Tapi disaat yang hampir bersamaan...


BOOOOOOOOOOM!


Kobaran api merah melahap penghalang bersinar itu beserta Holy Lord yang ada didalamnya.


"—Kamito!"


Suara yang familiar terdengar di aula Istana Holy Lord.


(...Claire!)


Api Dunia Lain itu membakar habis penghalang Malaikat yang mana sama-sama berasal dari Dunia Lain.


Meskipun api itu nggak menimbulkan kerusakan fatal pada Holy Lord–


Hal itu menciptakan sedikit celah. Itu saja sudah cukup.


Kamito bisa merasakan para cewek dibelakangnya.


"Kamito-san!"

"Kamito-kun!"

"Kamito!"

"—Ren Ashbell!"


Claire, Rinslet, Fianna, Ellis, dan Rubia juga.


Rekan-rekannya ada disini.


(Aku nggak boleh mempermalukan diriku sendiri didepan nona-nona muda ini!)


Divine power kegelapan memancar. Demon Bringer bersinar semakin terang.


"Holy Lord Alexandros—!"


Kamito menghentak tanah dan menyerbu.


"Kupersembahkan ini padamu, tarian pedang Ren Ashbell, Penari Pedang Terkuat!"


Pedang itu menebas.


Satu, dua, empat, delapan, enambelas, tigapuluh dua, enampuluh empat, seratus duapuluh delapan tebasan–


Serangan pedang yang tak ada habisnya menari megah ditempat Holy Lord berada.


Absolute Blade Arts, Divine Form—Bursting Blossom Spiral Blade Dance, Unlimited.


Ratusan, ribuan, puluhan ribu tebasan pedang–


Saat cahaya dari tebasan pedang yang sangat banyak itu meredup–


Hanya partikel cahaya yang tersisa.

Bagian 5[edit]

Pemandangan yang tercermin di mata itu adalah tebasan-tebasan pedang ganas yang megah.


Kemampuan melihat masa depan milik Sacred Maiden hanya bisa Melihat masa depan dari kehancuran dirinya sendiri.


Pedang suci terkuat langsung hancur berkeping-keping, tubuhnya terlempar ke udara.


Gerbang yang mengarah pada origin bisa terlihat, celah kehampaan di langit.


Holy Lord menutup matanya, mengulurkan tangannya kearah kampung halaman yang ada disisi lain dari celah itu.


Dia ingin mendapatkan cahaya sejati.


Dia ingin menjadi cahaya sejati, bukan hanya sekedar nama Penguasa Cahaya saja, untuk menyinarkan cahaya sejati pada dunia.


(Jadi begitu? –Apa aku melakukan kesalahan...?)


Seraya kesadarannya perlahan memudar, dia bergumam.


Dia awalnya berpikir bahwa dunia ini merupakan sebuah gelembung rapuh yang diciptakan oleh origin, hanya dunia palsu.


Sebuah tiruan dari dunia yang sebenarnya yang ada dalam pusaran tersebut, sebuah dunia tanpa nilai.


Dia berpikir bahwa Penguasa Cahaya palsu nggak akan pernah bisa menciptakan cahaya sejati.


–Tapi dia salah.


Pada akhirnya, dia melihat cahaya yang tak berujung.


Cahaya itu merupakan cahaya baru yang terlahir di dunia ini.


Apa yang dia inginkan dalam mimpinya ternyata ada di dunia ini, bukan di celah itu.


Wadahnya, wujud pinjaman dari Sacred Maiden, berubah menjadi partikel cahaya dan perlahan menghilang.


Setelah merasa puas oleh tarian pedang yang dia saksikan diakhir–


Alexandros, Penguasa Cahaya, lenyap.


Sebuah titik kecil cahaya yang berkedip masih tersisa.


Itu adalah pecahan dari kesadaran Areishia, dari Sacred Queen yang tersegel.


(...Terimakasih, sudah menyelamatkan dunia.)


Sacred Maiden berbicara pada Raja Iblis dari dunia masa kini–


(–Est, kita bisa bersama sekarang.)


(...Ya, Areishia. Aku adalah pedangmu, keinginanmu adalah perintah bagiku.)


Bersama dengan pecahan dari pedang suci, dia lenyap.

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya