Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid2 Bab8

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 8 : Pengakuan Fianna

Bagian 1

“Ug.......”

“Kamito!”

“Kamito-kun!”

Saat Kamito terbangun, terdapat wajah dua gadis di hadapannya.

“.....Claire, Fianna.”

“Syukurlah, kamu sudah bangun.”

“Kamu terlalu berlebihan........bego.”

......sepertinya dia menghabiskan kekuatan spiritualnya, dan pingsan.

Usai bangkit dari tanah yang dingin, Kamito melihat ke arah sekelilingnya.

Cahaya berkedip kedip dari Bijih Roh sedikit menyinari kegelapan.

Lorong telah runtuh dan sepertinya jalan benar benar terblokir oleh jatuhan tanah dan batu.

“Kalian berdua, apa luka kalian baik baik saja?”

“Ya, kami baik baik saja..........kamu nggak apa apa?”

“Ah, aku hanya sedikit berlebihan memakai kekuatan spiritualku. Apa, apa aku sudah mencemaskanmu?”

“Id-Idiot, bukannya aku khawatir pada kamu atau semacamnya!”

“Ouchhhhh!”

Telapan tangan Claire mendaratkan serangan tepat di lukanya. Kamito merintih oleh rasa sakitnya.

“.....Ayolah, apa yang kalian lakukan?”

Fianna menghela nafas dengan tercengang.

Kamito menekan bahunya yang sakit sambil ia meneliti situasi sekeliling.

“Apa yang lain selamat?”

“Ya......meski, sulit mengatakan kalau mereka selamat. Untuk sekarang, aku sudah lakukan perawatan darurat.”

Saat Fianna menyalakan cahaya, penampilan Ellis dan yang lainnya terbaring di tanah bisa terlihat.

......Kondisi mereka memang belum bisa dikatakan aman.

Rakka dan Reishia, yang menerima racun secara langsung, berada dalam kondisi kritis tak sadarkan diri.

Ellis nampaknya masih punya kesadarannya, namun sepertinya berjalan sangat mustahil dalam kondisinya saat ini.

Disebelah Rinslet, yang tengah bersandar dan duduk di dinding, Fenrir tengah menjilat luka majikannya.

“Apa yang sebenarnya terjadi pada dia—Jio Inzagi?”

“Fianna melepaskan Roh yang tersegel dalam Bijih Roh. Dia tertelan kedalam pilar cahaya dan menghilang........Tapi, meski begitu, kupikir dia belum mati.”

“Apa itu Bijih Roh........?”

Saat Kamito menghadap Fianna, dia mengangguk dengan “Ya”.

“Namun, Bijih Roh yang bisa menyegel Roh seperti itu—“

Itu sungguh kekuatan penghancur besar yang memukul balik Thanatos Jio Inzagi, dan membuat lorong runtuh.

Roh Suci yang Fianna lepaskan itu adalah, tanpa ragu, Roh Peringkat Tinggi.

Namun, Kamito belum pernah mendengar sesuatu seperti eksistensi Bijih Roh dan semacamnya yang bisa menyegel Roh Peringkat Tinggi.

“Batu Darah – harta karun yang diwariskan dalam keluarga Kerajaan Orudeshia.”

“....?”

“Hei kamu, kamu juga nggak tahu Batu Darah? Itu pengetahuan umum untuk Kontraktor Roh.”

Claire mendesah dengan tercengang pada Kamito yang mengernyit.

“Apa boleh buat, aku berbeda dari bangsawan, dan aku tak familiar dengan hal seperti itu.”

Saat Kamito mengatakan itu, Claire mengangkat bahunya dalam kekecewaan kemudian memberi penjelasan.

“Batu Darah bukan Bijih Roh biasa. Ia bisa menyegel sebagian kekuatan Roh Peringkat Tinggi dengan Bijih Roh istimewa yang ditambang di tanah suci Astral Zero. Tentu saja, itu bukan sesuatu yang bisa kamu beli dengan uang ataupun kekuasaan. Bagaimanapun juga, itu adalah harta karun asli tingkat nasional.”

“Begitukah......”

Meski eksistensinya dihapuskan dari keluarga Bangsawan, Fianna adalah mantan Tuan Putri kedua dari Kekaisaran Orudeshia. Momen ketika dia mendaftar ke Akademi Roh Areishia, dia mungkin menyembunyikan benda itu diam diam.

“Aku sudah menipu semua penjaga istana bodoh dan mengambilnya diam diam dari aula harta karun keluarga. Karena sudah kutukar dengan imitasi, nggak akan apa apa.”

Si Tuan Putri membusungkan dadanya.

“Ah, kupikir juga seperti itu........hn.”

Entah kenapa, Kamito merasakan kalau ada sesuatu yang terasa ganjil.

Identitas dari perasaan ganjil itu adalah..........Dada Fianna yang mengempis.

.....Kecil. Tampak jelas menjadi lebih kecil.

“Itu mengingatkanku. Barusan Fianna......”

Dia menyembunyikan Bijih Roh itu—Batu Darah di dadanya.

Meski itu bukan benda yang besar, bagaimana dia menyembunyikannya?

“Ug.....Ja-jangan lihat.......”

Fianna, yang menyadari arah tatapan Kamito, menyilangkan kedua tangannya dan dengan malu malu menutupi dadanya.

“Kamito, Fianna, kamu tahu, sudah mengelabui kita sepanjang waktu ini.”

Claire mengacungkan jari telunjuknya dengan keras seolah hendak menyalahkannya.

“Mengelabui?”

“Benar sekali, gadis ini adalah Tuan Putri Dada palsu.”

“....”

Kamito perlahan menoleh ke arah Fianna dengan ekspresi datar,

“....Uh, apa itu benar?”

“I-Itu benar, mereka hanya penyumpal.......apa itu salah?”

Pipi si Tuan Putri memerah, dan dia dengan cepat membuang wajahnya.

“Nggak, nggak perlu dibuat marah, tapi..........kenapa kamu melakukan hal seperti itu?”

“....Untuk melindungi Batu Darah. Takkan ada yang bisa mencurinya, kalau kusembunyikan dalam dadaku. Apalagi, la-laki laki suka gadis berdada besar, kudengar begitu.....”

Sejak awal, tujuannya datang ke Akademi adalah untuk menjerat Kamito dan menjadikan ia sebagai rekannya.

.....Itu mengingatkan Kamito kalau dia sering seenaknya datang dan menekankan dadanya, tapi apa itu untuk hal semacam itu?

“Nggak, ada juga laki laki yang suka wanita biarpun dada mereka kecil.”

“Eh?”

Entah kenapa, telinga Claire bereaksi dengan kedutan pada ucapan Kamito.

“Ka-Kamito, yang kamu katakan tadi........apa itu benar?”

“Ya, apalagi, tiap orang punya selera lawan jenis sendiri. Tapi, secara pribadi, kupikir dibanding nggak punya sama sekali, punya itu lebih baik.........Ouw!”

Pada saat itu, cambuk Claire terbang ke arahnya.

“Ka-kamu, kamu.......!”

“Bukan, yang kukatakan tadi Cuma pikiran pribadiku. Di dunia, ada banyak juga laki laki yang memiliki pilihan semacam itu........”

“Uuu!”

Air mata muncul di mata merah delimanya, sambil Claire menggigit bibirnya.

“Yang jelas, perasaan lembut itu dari penyumpal.....?”

.....Kamito betul betul tak menyadarinya. Sudah diduga, level teknologikal dari Ibukota Kekaisaran tak bisa dianggap enteng.

“Meski rencanaku adalah menggunakan Batu Darah dalam [Tarian Pedang] sebagai kartu truf.”

Menurunkan drastis suaranya, Fianna menepuk nepuk dadanya, sambil ia bergumam.

Meski begitu, ukurannya tidak kecil kecil amat. Ukurannya normal untuk gadis seusianya.

Setidaknya, itu bukan payudara tak berkembang seperti milik Claire—

“Uh, apa?”

“....Nggak, maaf. Bukan apa apa.”

Kamito memalingkan tatapannya dengan gugup dari Claire, yang melotot tajam dengan matanya yang berair.

Ahem, Kamito berdehem dan berpaling pada Fianna.

“Namun, kenapa kamu harus membawa Bijih Roh itu?”

Roh dan bagian kekuatannya, yang dilepaskan dari Bijih Roh, akan sekejap kembali ke Astral Zero, dan takkan bisa digunakan lagi.

Sehingga, Kontraktor Roh, yang memiliki Roh Terkontrak, normalnya tak menggunakan Bijih Roh. Bagaimanapun juga, akan jauh lebih efektif untuk menggunakan sihir Roh dan Roh Terkontrak sepanjang waktu dalam Tarian Pedang.

“....”

Saat Kamito bertanya, Fianna menundukkan kepalanya dan mendesah dengan tenang.

“Yah, suatu saat pasti akan ketahuan juga. Akan kukatakan pada kalian disini dan sekarang juga.”

“...?”

Kamito dan Claire saling bertukar tatap pada ekspresi serius tak wajar Fianna.

“—Itu terjadi empat tahun lalu, aku kehilangan kemampuan untuk menggunakan Rohku.”


Bagian 2

Untuk alasan inilah bahwa meski diharapkan sebagai kandidat Tuan Putri Roh setelah Rubia Elstein—Fianna Ray Ordeshia sang Tuan Putri kedua mengundurkan diri dari posisi itu dan dihapus dari keluarga kerajaan.

Itu karena dia tak bisa menggunakan Roh Terkontraknya.

“Gadis Tuan Putri, yang bahkan tak bisa memakai Roh Terkontrak, tak memiliki kualifikasi untuk menjadi Tuan Putri Roh yang layak melayani Raja Elemental.”

Fianna memandang kebawah, dan bergumam seolah mencela dirinya sendiri.

“....”

Kontraktor Roh yang tak bisa menggunakan Rohnya adalah—secara pasti—bukan lagi Kontraktor Roh.

Dan kemudian, situasi, dimana Kontraktor Roh mendadak tak mampu menggunakan Rohnya, bukan hal yang tidak biasa.

Misalnya, ada kasus dimana tubuhnya mungkin ternodai, atau sumpah yang dibuat sepanjang kontrak patah—bahkan diluar kasus kasus itu, ada kasus dimana seseorang menjadi tak mampu bertukar perasaan dengan Rohnya karena semacam trauma emosional.

Singkat kata, pertukaran perasaan dengan Roh sangat bergantung pada kondisi pikiran si Kontraktor Roh.

Apa insiden yang sudah menyebabkan itu—Fianna juga tak berbicara apa apa tentang itu.

Kamito bermaksud tak menggali lebih dalam.

“Namun, bicara soal empat tahun lalu—“

Itu adalah insiden besar besaran yang mengguncang Kekaisaran Ordeshia.

Itu adalah tahun dimana pembangkangan sang Ratu Bencana—Rubia Elstein berlangsung.

Dan kemudian, Fianna adalah Gadis Tuan Putri dari [Institut Ritual Kedewaan] yang sama dengannya.

Dia mengalami insiden itu, yang memberikan trauma emosional sampai membuatnya kehilangan kekuatan Kontraktor Rohnya.

Sebuah kebetulan—Kamito tak berpikir seperti itu.

“Maaf sudah menyembunyikannya. Meski begitu, aku bermaksud menceritakannya suatu hari......kalau aku diketahui tak mampu bertukar perasaan dengan Rohku, aku nggak akan diizinkan berada dalam Akademi.”

“Tapi, bagaimana kamu bisa lolos dalam Ujian masuk? Kalau aku tidak salah, pasti ada Ujian Praktek kan?”

Kamito diterima tanpa syarat tanpa Ujian karena kekuasaan Greyworth, namun, pada dasarnya, ada Ujian praktek yang sangat ketat di Akademi. Tidak semua orang yang memiliki kemampuan Kontraktor Roh bisa masuk.

“Aku menyembunyikan beberapa potong Bijih Roh di dalam lengan bajuku, dan melepaskannya berturut turut. Untuk berpura pura seolah aku sedang memakai Roh. Karena dulu aku memiliki prestasi saat masih menjadi kandidat Tuan Putri Roh di [Institut Ritual Kedewaan], mereka mudah dikelabui.”

“Kamu menggunakan Bijih Roh yang berharga untuk ujian masuk curang ke dalam Akademi?”

“Petugas Pengawas juga tak pernah berpikir kalau akan ada orang melakukan hal seperti itu.”

“Bego amat, kalau kamu masuk dengan cara itu, bukankah sudah jelas kalau kamu akan terekspos dalam sekejap? Sampai kamu melakukan hal seperti itu, kenapa kamu datang ke Akademi ini?”

“Itu—“

Fianna melirik ke arah Kamito.

Tujuannya adalah masuk dalam tim dengan Penari Pedang Terkuat dan memenangkan Tarian Pedang.

Namun, Kamito akan kelimpungan kalau Claire diberitahu seperti itu.......sangat kelimpungan.

Sehingga, Fianna tersenyum dengan cara yang hanya Kamito pahami.

“Itu untuk mencium Kamito-kun.....”

“Bukan itu. Hei, Claire, jangan angkat cambukmu.”

Fianna melihat alis Claire terangkat dan terkikik.

“Bercanda kok. Tujuanku adalah menang dalam Tarian Pedang dan mengabulkan [permohonan]ku. Untuk meraih kembali kekuatan Kontrak Rohku yang hilang.”

“Semua orang sama sama mengincar kemenangan dalam Tarian Pedang. Namun, kenapa kamu berpikir untuk masuk dalam tim kami? Memang aneh kalau aku mengatakan ini tapi, Tim kami punya peringkat terendah.”

“....”

Kemudian, Fianna tiba tiba menempatkan jarinya di bibirnya sambil merenung.

“.....Itu benar. Karena aku berpikir kalau kalian akan menerima aku.”

Itu sedikit berbeda dari nada nakal Fianna yang biasanya.

“Apa maksudmu?”

“Bagaimanapun juga, kalian memiliki Kontraktor Roh laki laki dan kamu adalah adik dari Ratu Bencana. Biarpun Ratu yang Hilang sepertiku, yang sudah kehilangan kualifikasi Kontraktor Rohnya bergabung, nggak akan terlihat ganjil, ya kan?”

Dia memakai nada bercanda. Ia memiliki nada kesepian seolah dia tengah menyalahkan dirinya sendiri entah kenapa.

Alasan mengapa Fianna datang ke Akademi dan mendekati Kamito.

Agar bisa memenangkan Tarian Pedang, ia akan menggunakan Kamito, yang pernah menjadi Penari Pedang Terkuat—itulah yang ia pikirkan.

Namun, alasan sejatinya – tanpa diduga – mungkin lebih dari ini.

Selalu kesepian, selalu diremehkan, Tuan Putri yang terbuang hanya menginginkan teman—

“Baiklah, aku sudah mengakui rahasiaku, tapi—“

Ahem, Fianna berdehem dan berujar.

“Apa yang aku harus lakukan? Sebuah Tim nggak akan memerlukan Kontraktor Roh yang nggak bisa memakai Roh Terkontraknya, jadi bagaimana?”

Tuan putri itu menatap Kamito dan Claire di hadapannya dengan ekspresi kesepian.

Nadanya memang dengan bercanda, namun pupil hitamnya bergetar kuat, seperti merasa cemas.

Dan kemudian, Claire mungkin juga menyadari. Kalau ujung jarinya sedikit gemetaran.

Tak lama kemudian—

“Nggak masalah, hal semacam itu.”

Kamito menghela nafas.

“Fianna, kamu melindungi kami dengan mempertaruhkan nyawamu. Kamu adalah rekan tim kami.”

“...!”

Fianna tercengang sambil melebarkan matanya.

“Hei, apa itu nggak masalah?”

Kamito menoleh ke arah Claire—

“Nggak apa apa.”

Claire mengangguk sambil menatap dada Fianna, yang sudah mengempis.

“Fianna, kamu adalah temanku. Teman dari aliansi tanpa dada.”

“Jangan samakan aku denganmu! Aku punya lebih banyak dari kamu, Claire!”

“A-Apa apaan itu!”

‘Gogogogogogo’.......Rambut Claire membara, berdiri sampai ujungnya; pada saat itu—

“.....!?”

Mendadak, tanah berguncang.

Dari langit langit yang hampir runtuh, pecahan puing puing berjatuhan dalam jumlah besar.

“.....Gempa lagi!?”

“Jangan jangan........Jormungandr sudah hampir bangun?”

“Sepertinya begitu. Namun, selama Jio Inzagi belum menemukan [Kuil Sejati], dia seharusnya takkan bisa melepas segel secara sempurna.”

“Berarti, asal kita bisa menemukan [Kuil Sejati] terlebih dulu........”

Claire berhenti di tengah kalimatnya dan menghela nafas dalam kekagetan.

“Material spesifikasi penyegelan yang dicuri dari Akademi—Lokasi keberadaan Kuil Sejati mungkin sudah tercatat di dalamnya.”

“Begitu! Kalau itu adalah tujuan dia mencuri material itu—“

“Bukan, material militer sudah dikodekan. Membaca kodenya seharusnya perlu waktu.”

Seorang, yang mengangkat suaranya, adalah Ellis yang mengangkat setengah tubuhnya dari tanah.

Sepertinya dia terbangun dari gempa barusan.

“Ellis, kamu sudah bisa bergerak?”

Kamito memanggilnya.

“Belum, aku masih belum kuat berjalan. Ini memalukan tapi kakiku lumpuh oleh racun.”

Ellis memukul lututnya yang tak mau bergerak sambil menggigit bibirnya, nampak sangat kecewa.

“Aku juga belum pulih sampai poin aku bisa bertarung.”

Kali ini adalah Rinslet, yang bersandar di dinding, mengeraskan suaranya.

“Fianna, biarpun kamu kehilangan kekuatan Rohmu, bisakah kamu menarikan ritual Kagura?”

“Ya, memang nggak sekuat saat aku masih di [Upacara Ritual Kedewaan], namun aku setidaknya bisa melakukan penyegelan ulang.”

Fianna mengangguk dan dengan lembut meletakkan tangannya di dagunya.

“Meski begitu, kita harus mencari Kuil Sejati tersembunyi lebih dulu, dan merebutnya.”

“Apa kita harus mencari di dalam tambang seluas ini.....?”

Yang jelas, ini adalah Tambang yang diabaikan beberapa dekade lalu. Lorongnya tidak dipertahankan, dan di atas semua itu, ada bahaya kalau itu akan runtuh sendiri bahkan oleh gempa kecil seperti yang barusan terjadi.

“Selain itu, bisa saja kita menemui Jio Inzagi itu lagi.”

Semua orang dibuat terdiam oleh gumaman Claire.

Ia adalah Kontraktor Roh laki laki, yang menggunakan tak terhitung jumlah Roh.

Biarpun para anggota, yang menyatakan memiliki kemampuan level top membentuk kelompok, mereka masih bukan tandingannya.

“Dia tahu soal Restia.........”

Kamito secara insting menggenggam tangan kirinya, yang tertutupi oleh sarung tangan kulitnya.

“Siapa dia sebenarnya?”

“Pria itu, seolah olah dia adalah Raja Iblis yang sebenarnya.......”

“Uh, dia terpukul mundur oleh serangan Fianna barusan, namun kupikir itu saja nggak mungkin mengalahkan dia.”

Ellis mengangguk dengan ekspresi setuju pada gumaman Rinslet.

Pada saat itu.

“Kamito, aku tahu lokasi dari Kuil Sejati.”

Suara datang dari pedang yang bersandar di dinding.

“Est?”

Kamito menyentuh gagang Est, dan membatalkan status senjata elementalnya.

Pembunuh Iblis menjadi partikel cahaya, lenyap ke ruang kosong, dan bertransformasi menjadi gadis cantik dalam sekejap.

“Apa maksudmu kamu tahu lokasi dari Kuil Sejati?”

“Ya, Kamito, pada waktu dahulu sekali sebelum tempat ini menjadi tambang – beberapa ratus tahun lalu, gunung ini sendiri adalah Kuil Peringkat Tinggi yang digunakan untuk memuja Roh. Aku mengunjungi tempat ini beberapa kali sebelum aku disegel kedalam pedang.”

Itu benar, Est pada dasarnya adalah Roh Peringkat Tinggi, yang disegel beberapa ratus tahun lalu. Tidaklah aneh bahkan kalau dia dipuja oleh semua orang di Gunung suci.

“Bisakah kamu memandu kami ke lokasi Kuil Sejati?”

“Tentu saja.”

“Hebat sekali, Est.”

“Ya, Kamito. Kalau begitu, tolong belai kepala Est.”

“Ahh.”

STnBD V02 217.jpg

*Suri suri*Nade nade*

“Hn, terasa nyaman, Kamito.”

Est menutup sebagian matanya seperti kucing yang dibelai dagunya.

“....”

Mereka berdua—

*Hyooooooo.......!*

Para gadis menatap mereka dengan tatapan seperti membeku.

“Ap-Apa.....”

“Aku sudah memikirkan ini sejak dulu, tapi Kamito, tidakkah menurutmu kamu terlalu lembut pada Est?”

“Ku-Kupikir nggak juga.”

Dia secara insting melangkah mundur oleh tatapan tajam para gadis.

Pada saat itu.

“......”

Berguncang lagi........kali ini, bahkan lebih kencang dari beberapa saat yang lalu.

“Kita sebaiknya buru buru.”

“Ah—“

Kamito mengangguk, tapi—dia mendadak berhenti dan menolehkan kepalanya.

Ellis menggeleng kepalanya saat ia menyadari apa yang Kamito tengah pikirkan.

“Kami baik baik saja. Selagi kamu tak sadarkan diri, aku sudah melepaskan dan mengirim Simorg ke Akademi. Para Ksatria pasti akan berdatangan untuk membantu kami disini di waktu subuh.”

“Ellis.......”

“Pergilah, Kazehaya Kamito. Kami gagal dalam misi kami. Kupercayakan sisanya pada kalian.”

“Sepertinya aku juga nggak bisa bertarung, aku akan tinggal disini untuk merawat mereka.”

“........”

Kamito meremas tinjunya kuat kuat—

“......Aku paham. Aku akan kembali sesegera mungkin.”

“Ayo pergi Kamito, Fianna.”

Claire mengangkat Lidah Api di atas kepalanya, dan menghempaskan gunungan puing puing yang memblokir jalannya.


Bagian 3

“—Cih, ouchh.....”

Suara rintihannya menggema sepanjang dinding lorong.

Jio tengah berkeliaran dalam kegelapan tebal yang mengelilingi dirinya seolah itu adalah kulitnya sendiri.

Sambil ia menempatkan tangannya di wajahnya yang terluka, dia berjalan dengan cara seperti hantu.

“Bukankah penantian panjang sang pria tampan rusak, hah?”

Sebuah senyum kaku muncul, saat dia berbicara dengan kegelapan di depannya, dan seorang yang membalas adalah—

“Kamu kelewat percaya diri, Jio Inzagi. Kamu tak sabaran.”

—Disana.

Mendadak, kegelapan yang bahkan lebih gelap mulai tercipta dalam kegelapan, dan mengambil bentuk gadis cantik.

“Diam, itu karena semua Roh Rohmu sangat payah.”

“Aku tak pernah menduga kalau akan ada pengguna Roh Suci diantara mereka. Meski Thanatos itu peringkat top untuk atribut kegelapan, kompatibilitasnya sangat buruk melawan Roh dengan atribut suci.”

“—Kemana mereka bergerak?”

“Mungkin menuju [Kuil Sejati] yang mengatur kendali Jormungandr. Karena aku masih terikat kontrak dengannya, aku secara kasar masih bisa mengetahui keberadaannya.”

Gadis hitam kelam dengan pasti menunjukkan segel roh yang terukir di tangan kirinya sendiri.

“Pandulah aku, Roh Kegelapan. Akan kubuat mereka menyesal karena membuat luka di wajah sang Raja Iblis.”

“Biarkan saja. Dialah Raja Iblis sejati—bagaimanapun juga, kamu tak lebih dari orang palsu, tak mungkin bisa menang. Selain itu, Ren Ashbell belum pernah kalah pada lawan manapun yang dia hadapi.”

“Perhatikan mulutmu, Roh Kegelapan. Aku bahkan bisa menjadikanmu milikku disini dan sekarang.”

Mata Jio melotot ke arahnya.

—Dia menunjukkan berlian merah berkilat berbentuk koma yang dipegang di tangannya.

“.....Astaga, sungguh pria bodoh.”

Si Roh Kegelapan menggumam dengan kecewa, menyibakkan gaun berwarna kegelapannya, dan lenyap ke ruang kosong.


Bagian 4

—Suara langkah kaki padat terdengar di lorong panjang yang seolah tak memiliki ujung.

Mereka bertiga pergi semakin dalam ke bawah tanah dengan Est, yang berjalan dengan tenang, sebagai pemandu.

Seolah olah tambang itu, yang dulu sangat berkembang sebagai tempat penambangan Bijih Roh, adalah labirin raksasa. Itu adalah lorong yang sangat besar untuk dilewati manusia. Roh Roh berukuran besar mungkin digunakan untuk melakukan penggalian.

Ada banyak pintu yang pernah disegel, namun mereka semua telah terbuka.

Mungkin itu adalah ulah dari orang orangnya Jio Inzagi, yang telah menyelenggarakan ritual di kuil di atas tanah.

Mendadak, sarung tangan kiri bersarung kulit Kamito terasa sakit tajam.

“Ada apa, Kamito? Apa lukamu sakit?”

“Bukan, bukan apa apa.....”

Kamito menggeleng kepalanya pada Claire, yang menatapnya dengan cemas.

Claire membulatkan bibirnya, tak puas dengan respon dari Kamito.

“......Entah kenapa aku merasa kalau kamu selalu bertarung sendiri.”

Dia bergumam dengan desahan.

“Juga seperti itu ketika kita membentuk tim untuk turnamen. Bukan, bukan hanya sepanjang pertandingan itu, aku merasa seperti itu juga saat kamu sedang mengikuti pelajaran, dan juga saat kamu berada di asrama.......bagaimana bilangnya ya, tak bisakah kamu lebih mempercayaiku, partnermu......bukan, majikanmu?”

“Begitukah?......Tapi yang jelas, aku nggak mau diberitahu seperti itu olehmu, yang nggak punya teman.”

“Di-Diam, aku punya teman!”

“Bukannya hanya Rinslet?”

“Di-Dia hanya kenalan sejak kecil, bukan berarti dia temanku!”

“Ah, kebetulan sekali. Aku juga selalu sendirian ketika memakan hidanganku saat aku masih berada di [Institut Ritual Kedewaan].”

“Fianna, kamu juga?.......Ada apa dengan kelompok menyedihkan ini?”

Sambil mereka terus mengobrol tanpa henti, mereka menuruni tangga bawah yang panjang.

“Hei, apa masih belum sampai juga, Est? Padahal, kita sudah berjalan lebih dari satu jam sejak tadi.”

“Beberapa jalur nampaknya berbeda sejak ratusan tahun lalu. Dan Claire juga berisik.”

“Ap!”

“Apa boleh buat, itu bahkan beberapa ratus tahun sebelum Est disegel.”

“Unh, Kamito, kamu berpihak pada Est lagi.......”

Sambil mereka bergerak turun, turun, sepanjang tangga bawah—akhirnya, mereka muncul di ruang yang luas.

Est terus berjalan lurus, dan berhenti di hadapan dinding raksasa.

“Disini, Kamito.”

“......Disini? Bukannya ini jalan buntu?”

Claire mengernyitkan alis dengan curiga.

Ada dinding batu yang menjulang dari sekelilingnya di hadapan mereka.

Est memegang cahaya, dan gambar pahatan yang terukir di permukaan dinding tercermin.

Itu bukan sesuatu yang diukir sepanjang masa beberapa ratus tahun ini—sepertinya itu adalah reruntuhan mistis dari zaman mitos.

“Ini adalah pahatan dari [Lima Raja Elemental Besar].....atau nampaknya begitu.”

Motif pada pahatan adalah hal yang cukup tipikal.

Api, air, angin, bumi, suci – Raja Raja dari lima atribut yang mengendalikan Astral Zero.

“Hn?”

Mendadak, Kamito merasakan ada keganjilan pada desain pahatan itu, dan mengernyitkan alis.

Ia memiliki komposisi dimana Raja Elemental atribut suci diletakkan di puncak dan sebuah gambar pentagram.

Di bagian terbawahnya – terdapat goresan besar seperti dinding yang dikelupas.

Itu terasa tak alami seolah eksistensi yang tergambar disitu dilenyapkan.

Est bergerak maju ke depan dan menempatkan tangannya dengan lembut di bagian yang digores itu.

“Ini adalah ukiran dari zaman mitos – pada zaman kemudian, eksistensi Ren Ashdoll dihapuskan.”

“...?Est, apa yang—“

Momen ketika Kamito merasakan ketidakberesan, raungan menggelegar menggema sepanjang lorong.

Celah kecil di dinding perlahan terbuka – cahaya biru bersinar.

“Pintu tersembunyi?—“

“Ini adalah reruntuhan historis dari zaman mitos. Pintu ini hanya bisa dibuka oleh Roh Peringkat Tinggi.”

Est bergumam tanpa ekspresi.

“Hebat sekali, Est.”

“Kamito, tolong puji aku lagi.”

“Ah, Est sungguh hebat.”

*Suri suri*Nade nade*

“Kamito, ini terasa nyaman........”

Usai menyibakkan rambut di kepalanya, Est dengan erat menutup matanya.

“.....”

Claire dan Fianna memelototi keduanya dalam cara itu.

“.....Sudah kuduga, kamu hanya lembut kepada Est.”

“Kamito-kun, kalau kita tak lekas lekas Jormungandr akan bangkit.”

“Ah, benar sekali.......”

Menarik tangannya kembali oleh Fianna yang anehnya meminta ia buru buru, Kamito berjalan ke tengah tengah pintu.

—Disana, terdapat gua yang luar biasa besarnya.

Ia memiliki lantai batu akik yang terpoles bagus. Juga memiliki langit langit stalaktit yang dihiasi dengan tak terhitung Bijih Roh.

Tiap tiap Bijih Roh memancarkan cahaya pucat misterius, dan mereka berkilau menyinari bagian dalam gua.

Di tengah gua raksasa – terdapat kuil yang dibuat dengan kristal dan logam yang mahal.

Dibandingkan dengan Kuil Agung di atas tanah, ini cukup sunyi, namun jauh lebih khidmat.

“—Nggak salah lagi. Ini memang [Kuil Sejati].”

“Yang Fianna harus lakukan adalah menampilkan ritual penyegelan ulang Kagura disini kan?”

“Ya. Namun, sebelum itu—“

Fianna menunjuk pada saluran air kecil di dekat Kuil Sejati.

Air bawah tanah yang jernih, yang menetes ke bawah dari stalaktit, tengah terkumpul.

“Aku harus melakukan ritual penyucian dan membersihkan tubuhku.”

“Benar juga, aku juga mau mandi. Kesucianku sudah sangat jatuh karena pertarungan beberapa saat lalu.”

Claire bergumam – mendadak, ia menyadari tatapan Kamito.

“....Emm, terus aku harus apa?”

“Ka-Kamu mengawasi diluar saja!”

Cambuknya datang menyerang dalam sekejap.


Bagian 5

-*Splash*.

Claire membuat suara ‘hyan’ yang seksi pada tetesan air yang jatuh dari stalaktit langit langit.

Dia memiliki kulit yang sangat halus. Ia memiliki tubuh yang menampakkan lekuk menawan. Payudaranya memang sangat disayangkan, namun entah kenapa nampak mempesona bahkan ketika dilihat oleh Fianna yang sama sama wanita.

“Mereka memang bersaudara, dia mendapat kecantikannya dari kakaknya........”

Profil wajahnya dengan rambut merah kuncir duanya tak diikat membuat Fianna mengingat wajah kakak Claire.

Sang Ratu Bencana – Rubia Elstein.

Seorang yang benar benar menghancurkan hati Fianna muda.

Bukan karena dia benci pada Claire, yang merupakan adiknya.

“Ngomong ngomong, aku bahkan nggak paham apakah aku membenci Rubia-sama atau tidak.....”

Yang menyeruak dalam hati Fianna bukanlah kebencian, namun rasa takut luar biasa.

Momen ketika dia bisa mengalahkan ketakutan itu, Roh terkontraknya akan kembali—

Fianna menjatuhkan tatapannya pada segel Roh yang terukir pada dadanya, dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.

“Apa? Apa kamu melihat payudaramu dan membenamkan diri dalam rasa superioritas?”

Claire tengah memelototi payudara Fianna dengan mata mencemooh.

“Eh?”

“Bahkan tanpa penyumpalmu, bukankah milikmu lebih besar dariku? Aku pi-pikir kita ini teman.”

....Mata Claire membawa sedikit sensasi berbahaya.

Entah kenapa merasakan bahaya pada tubuhnya, Fianna mencipakkan permukaan air dan menjauh.

*Sususu*.*sususu*.*sususu*.

Akhirnya, dia terpojok di sudut kolam, dan bahunya dipegang dengan erat.

.....dia tak bisa melarikan diri lagi.

“Hei, Fianna, telan rasa malumu, ada sesuatu yang mau kutanyakan.”

Claire tengah mengatakan itu dengan ekspresi serius.

“Ap-Apa!?”

“Da-dada wanita akan menjadi besar kalau meminta laki laki yang disukai menggosoknya.......apa itu sungguhan?”

“.....Eh?”

Fianna membuka mulutnya lebar lebar pada Claire, yang wajahnya tersipu malu.

Dan kemudian—

Suara tawa ‘gusu’ lepas secara spontan.

Tak lama kemudian, Fianna memegangi perutnya dan tertawa.

“Ap-Apa! Itu bukan hal yang lucu!”

“Namun aku ada seseorang yang juga menanyakan hal yang sama di masa lalu.”

“....?”

Claire memiringkan kepalanya ke sisi tanpa menyadari apa yang dia maksudkan.

“Kalian memang bersaudara.”

Sambil Fianna tertawa terpingkal pingkal, dia menyeka air mata yang muncul di sudut matanya.

Pada subjek itu, sudah lama sekali sejak dia tertawa secara alami seperti itu.

Mungkin sudah........empat tahun lalu, sejak hari dimana dia kehilangan kekuatan Roh Terkontraknya.

“Claire Rogue, aku nggak membencimu.”

“Apa maksudmu?”

“Bukan apa apa. Ahh, nanti kalau kamu sudah dewasa, dadamu akan jadi besar dengan sendirinya.”

“Aku-Aku entah kenapa merasa kesal.......untuk suatu alasan.”

Funyuuuu.........

Claire meraba dada Fianna.

“Kyaa, a-apa yang kamu lakukan!”

“Aku mengonfirmasi apakah memang bisa membesar kalau digosok begini!”

“Kenapa nggak mengonfirmasinya dengan dadamu sendiri!?”

“.....Pu-Punyaku kecil dan nggak enak diraba.”

“He-hei, hentikan, hyaa, aan......”

Suara jeritan dan air yang keras menggema sepanjang kuil suci bawah tanah.

Bagian 6

“.....Aku bisa mendengar mereka berdua dari sini.”

Bersandar pada dinding di dekatnya, Kamito menggaruk pipinya.

Lorong menimbulkan gema lebih keras dari dugaannya. Bukan berarti dia memahami percakapan mereka, namun suara suara manis para gadis yang dia dengar terus menerus sangat gawat bagi jantungnya.

“Kamito, apa kamu menguping percakapan mereka, dan menjadi terangsang?”

“Uh, sama sekali nggak.......”

Kamito menimpali dengan ekspresi datar.

“Kalau begitu, apa?”

“—Jio Inzagi, aku memikirkan identitas sejati bocah itu.”

Dia adalah Kontraktor Roh laki laki, yang dengan bebas memakai tak terhitung Roh—dalam cara tertentu, sebuah eksistensi yang lebih terlarang dari Kamito.

Namun, Kamito mencurigai identitas sejatinya sampai poin tertentu sepanjang pertandingan tadi.

“Dia sama sekali bukan Raja Iblis, kalau dugaanku tepat.”

“Tentu saja. Dia tak layak menyebut dirinya Raja Iblis dengan levelnya saat ini.”

Est menjawab tanpa ekspresi, namun nadanya nampak sangat marah.

“Penerus Raja Iblis – lebih seperti Kamito.”

“...?Apa maksudmu?”

“Kamito adalah Raja Iblis di malam hari.”

“Est, itu berbeda.”

Kamito menimpali tanpa momen tunda.

.......Astaga, dari mana Roh Pedang ini mempelajari hal semacam itu?

“—Kita harus hentikan bicara santai kita disini, huh?”

“Sepertinya begitu.”

Kamito memisahkan tubuhnya dari dinding, dan menggenggam tangan kecil Est.

“Kamito adalah majikan Kontraktor Roh yang kasar.”

“Maaf. Nanti akan kutraktir parfait lain kali di Kota Akademi.”

“Tiba tiba, aku jadi punya motivasi.”

STnBD V02 231.jpg

Kamito membuat senyum masam, dan melafalkan mantra pelepasan Senjata Elemental.

'Ratu Baja berkepala dingin, pedang suci yang menghancurkan kejahatan – jadilah pedangku disini dan sekarang.'

Penampilan dari si gadis cantik berubah menjadi partikel cahaya dan lenyap ke ruang kosong—

Pada momen selanjutnya, tangan Kamito menggenggam Est Pemusnah, yang bersinar keperakan.

Dan kemudian – suara langkah kaki menggema dari dalamnya kegelapan.

“Yo, mari tentukan skor dan selesaikan ini – Ren Ashbell.”

Dengan mata merah bersinarnya menatap tajam, Jio Inzagi muncul.