Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid3 Bab4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 4 : Ketulusan Seorang Ksatria[edit]

Bagian 1[edit]

Pada saat mereka semua selesai menaklukkan parfait raksasa, hari sudah malam.

Kamito, yang telah kembali dari kota akademi, muncul di tengah aula seperti yang dia janjikan pada Ellis.

Setelah menunggu beberapa saat, Ellis datang berlari dikejauhan dan sambil terengah-engah.

"...M-Maaf, membuat mu menunggu."

"Tidak,aku tidak menunggu selama itu."

Kamito sedikit tersenyum pada Ellis,yang sedang terengah-engah.

"Hey, Ellis,barusan kamu dari kota akademi,bukan begitu?"

"K-kau melihat ku!"

Ponytail Ellis berdiri.

"Ahh, aku kebetulan saja melihatmu dari jendela restoran. Apakah itu penjaga Ksatria?"

"Tidak, er... aku sedang belanja beberapa barang"

Ahem,Ellis terbatuk dan wajahnya memerah untuk beberapa alasan.

Sebuah tanda tanya terlintas di pikiran kamito tapi...baiklah,itu tidak apa-apa.

"Untuk saat ini,jika kita akan belajar,apakah kita pergi ke perpustakaan atau apa?"

"Ah,tidak...bukan perpustakaan."

Ellis menggelengkan kepalanya sambil kebingungan.

"Hn, bukan perpustakaan? Lalu,apakah kita pergi ke sebuah kelas kosong dima-"

"-Kamar!"

"..huh?"

Kamito seolah tidak mempercayai telinganya.

"...Sebuah kamar?"

"A-Maksudku, err...A-Aku mau kau mengajariku di kamarku!"

Ellis berteriak dengan wajahnya yang berubah merah menyala.

"..."

"..A-apakah tidak apa-apa?"

"Tidak, hey tunggu, bagi seorang laki-laki sepertiku untuk masuk kamar perempuan..."

"Se-seorang perempuan..."

Seketika, Ellis berwajah seperti dia kehilangan kepalanya karena sesuatu-.

"Ba-bagaimanapun, bukankah kau tinggal dengan Claire Rouge dan lainnya dalam satu kamar bersama?"

"Tidak, baik...begitulah yang terjadi."

Kamito menggaruk belakang kepalanya sambil menjawab.

"A-atau, kau tidak mau datang ke kamar seorang perempuan kolot seperti ku-"

"T-Tidak!, bukan begitu!"

Kamito menggelengkan kepalanya sambil kebingungan karena Ellis terlihat sedikit terluka.

"B-Baiklah kalau begitu-"

"...ahh, Aku mengerti. Aku mengerti. Izinkan aku untuk masuk."

Meski Kamito masih tidak memahami apapun, dia mengangguk dengan sedikit putus asa.


Bagian 2[edit]

Begitulah- Kamito sedang dibawa di sepanjang jalan ke asrama Kelas Weasel.

Berkebalikan dengan kelas raven yang berisi murid-murid paling bermasalah, kelas weasel merupakan kelas yang berisikan murid-murid terpilih yang rajin.

Kamar Ellis, di atas tangga, di lantai dua dalam bangunan.

Ellis terbatuk di depan pintu.

"Ini kamar ku. T-tentu saja, ini pertama kalinya seorang laki-laki memasukinya."

"...Jika kau berkata seperti itu, aku jadi sedikit tegang."

Ellis membuka pintu kamar dan mengucapkan sebuah mantra dalam bahasa roh.

Pada saat itu, kristal spirit di langit-langit bercahaya dan di dalam kamar redup itu terang bersinar.

Desain interriornya tidak begitu berbeda dari kamar Claire. Bagaimanapun, kamar Ellis telah teratur rapih.

"Kau merapihkannya dengan baik. Seperti itulah Ellis yang cekatan."

"Ahh, itu karena jika aku tidak bersih-bersih, teman sekamarku yang terlalu serius akan marah."

"Seorang Teman sekamar yang lebih terlalu serius dari Ellis?..."

begitu kasarnya pada Ellis, tapi dia tidak bisa membayangkannya sedikitpun.

"Dimana teman sekamarmu ini sekarang?"

"Dia sedang keluar beberapa minggu ini karena sebuah tugas dari Akademi. Jika orang itu sekarang ada di tempat ini- kau mungkin tidak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup."

Sambil mengatakan sesuatu yang berbahaya, Ellis meletakkan bantal di lantai sebagai tempat duduk untuk Kamito.

"Anggaplah rumah sendiri, aku akan menyiapkan teh dan cemilan sekarang."

"Ah..maaf."

Ellis segera merebus air panas, dan mengambil keluar daun Teh hitam dan cemilan.

Meskipun seorang Ojou-sama dari sebuah keluarga bangsawan besar, dia sangat ahli dalam beberapa bidang. Karena keluarga Fahrengart adalah keturunan militer,dia mungkin telah menerima pelatihan ketat ketika dia masih muda.

"Ini lezat. Ellis, kau yang membuatnya?"

"K-Kau bisa bilang begitu. Ini seperti Hobiku."

Ellis bersikap cangung, terlihat dia sedikit malu-malu.

Ini adalah sebuah Sponge cake yang ditaburi bubuk teh hitam di permukaannya.Ini mempunyai sebuah rasa yang sederhana karena manisnya yang sedikit.

Dia sudah tahu bahwa memasak adalah salah satu kelebihan utama Ellis, tapi ini mengejutkan bahwa dia bisa membuat hal lembut sedemikian rupa.

"Santailah sejenak. Aku akan pergi membuat persiapan sekarang."

"Hn, persiapan apa?"

Ketika Kamito bertanya- Ellis menarik pedangnya dari pinggangnya.

Dengan suara aneh terisi dengan intensitas,

"Ini persiapan."

"A-Aku mengerti..."

Dengan pedang yang tetap di acungkan ke belakang lehernya, Kamito mengangguk.

Ketika Ellis menghilang di kamar sebelah dan Kamito jadi sendirian, dia sedikit menghela.

(...Apa itu tadi?)

Sambil dia menyesap teh hitam yang Ellis buat, dia melihat sekitar interrior kamar.

Ada seragam terlipat rapi dan piyama diatas tempat tidur.

Ada teddy-bear lucu dan boneka kelinci mewah berderetan disampingnya.

(Mengejutkan, dia memiliki sisi kewanitaan)

Ketika memikirkan hal semacam itu, dia mengubah arah pandangannya, lalu—

Secara tidak langsung, pandangannya terhenti diatas meja tulis.

Sebuah Kristal Spirit Objet D'art,yang memancarkan cahaya redup, ditempatkan di dekat meja.

(Itu—)

Kamito mendekat, dan mengambilnya ke tangannya.

Didalam kristal spirit transparan, berbagai setan muncul dan menghilang—.

"Sebuah kristal spirit yang menyegel memori, huh?..."

Ini adalah sebuah benda yang bisa mengurung kejadian didalam memori seseorang dengan memasukkan kekuatan hebat ke dalamnya.

Penampakkan dari gadis yang sama telah berulang-ulang muncul beberapa kali didalam kristal spirit.

Rambut glamor nya berkibas dan dia sedang memegang sebuah pedang setan hitam-memancar—penampilan seorang gadis yang masih sangat muda.

"...Eh, bukankah itu aku tiga tahun yang lalu?!"

Kamito tidak sengaja berteriak.

Ya, orang yang tercermin disitu tidak diragukan lagi—

Penampilan dari Penari Pedang terkuat, Ren Ashbell.

(Itu mengingatkanku, dia pernah berkata bahwa dia mengagumi Ren Ashbell...)

Dia menghela dengan berat, dia menaruh kembali bijih spirit penyegel-memori ke dalam meja.

Jika Kamito tidak memastikan bahwa setidaknya identitas sebenarnya sama sekali tidak terungkap padanya—

Dia akan menghancurkan mimpi murni gadis itu, yang mana dia tidak bisa lakukan.

(...Hn?)

Tiba-tiba, Kamito menyadari bahwa penampakkan seorang gadis selain Ren Ashbell sedang diproyeksikan di dalam kristal spirit.

Dia memiliki rambut pirang mengkilap dan bercahaya. Dia adalah seorang gadis cantik, yang kelihatannya bertampang-dingin.

Orang yang berdiri malu-malu di samping gadis itu mungkin Ellis ketika dia masih muda—

(Aku memiliki ingatan gadis ini di suatu tempat)

Kamito meragukannya— pada saat itu.

"...A-Aku membuatmu menunggu."

Dia mendengar suara Ellis yang seolah hilang kapan saja dari belakang.

"Ellis?"

Kamito berbalik—

"..."

Mulutnya terbuka.

Disana ada seorang maid.

"...?"

Setelah Kamito menggosok matanya, dia membuka matanya lagi.

…Ya, pasti itu adalah seorang maid.

Dia memakai seragam maid berwarna biru gelap rapi berpasangan dengan celemek putih, dan rok panjang yang indah dengan hiasan. Dan kemudian, dia memakai hiasan kepala, yang diletakkan di kepalanya.

Dia memakai seragam maid berwarna biru gelap rapi berpasangan dengan celemek putih, dan rok panjang yang indah dengan hiasan.

Dan kemudian, dia memakai hiasan kepala, yang diletakkan di kepalanya.

Itu Ellis dalam pakaian maid lengkap.

"K-Kau, apa itu..."

Kamito menelan ludahnya, dan—

"A-Aku menjadi maid eksklusif-bergunamu dari sekarang. ...A-Apakah itu tidak apa-apa?"

Ellis, yang wajahnya berubah menjadi merah menyala, memegang ujung rok panjangnya dan membungkuk.

Di bagian bawah-belakangnya rok Ellis, Kamito melihat sekilas pada sebuah ikatan sabuk hitam.

"Ap—"

Kamito terkejut dan menutupi matanya dengan kedua tangan sambil kebingungan.

"J-Jangan lihat-lihat... Ini memalukan."

Wajah Ellis semakin memerah, dan dia mengusap lututnya bersamaan dengan malu-malu.

Karena dia tidak mengenakan baju besi nya, payudaranya yang besar terlihat lebih kelihatan dari biasanya.

Kamito kehilangan kata-katanya—

Ellis berbisik dengan ekspresi yang tampaknya gelisah.

"S-Seperti yang kupikir, jenis pakaian ini... tidak cocok untukku?"

"Tidak...err, bukan itu."

Kamito berkata sambil dia memalingkan pandangan matanya.

...Atau lebih tepatnya, dia manis. Sangat manis.

Tidak, bahkan setiap saat Ellis memang pasti manis tapi—

Dia tidak berpikir bahwa Ellis yang mengenakan seragam maid begitu menggoda.

Bagaimanapun, selain itu, Kamito lebih kebingungan.

"...M-Mengapa seragam maid?"

"In-Ini adalah sebuah tindakan ketulusan dariku..."

"Ketulusan?"

Kamito bertanya kembali kepada Ellis yang tampaknya sedang bergumam dengan malu.

Seragam maid adalah suatu tindakan dari ketulusan... Dia tidak mengerti maksudnya.

Ellis melipat tangannya dan melotot tajam kearah Kamito dengan mata cokelat kemerahannya.

"I-Ini tentang misi hari lainnya. Sebagai representatif dari Ksatria Syphid, aku telah berfikir kalau aku harus berterima kasih untuk bantuanmu diwaktu itu... I-Ini hanya sebagai representatif dari Ksatria Syphid!"

"Tidak, aku sudah katakan aku tidak butuh sesuatu seperti terima kasih. Itu wajar untuk membantu teman sendiri."

Kamito mengatakannya—

"Kalau begitu, aku tidak bisa tenang. Ap-Apa yang harus kulakukan agar kau menerima terima kasihku... Aku sudah khawatir selama minggu ini."

"...Kenapa balasannya adalah seragam maid?"

"Umm, saat mengkonsultasikan kawan reguku Rakka dan Rieshia, mereka berkata kepadaku kalau yang terbaik adalah kalau aku memakai pakaian ini untuk menunjukkan ketulusanku padamu. Lagipula, kau orang gila, yang takjub dengan melihat penampilan begitu. Pa-Pada mulanya, aku juga punya masalah dengan ini, tapi aku mencurahkan seluruh badan dan jiwa untuk menunjukkan terima kasihku ke seseorang yang aku berhutang budi padanya adalah aturan rumah tangga dari keluarga Fahrengart ku."

"Mengapa mereka berdua, mengajarkan sesuatu yang tidak berguna..."

Wajah Kamito tersentak... Singkatnya, Ellis sudah tertipu oleh mereka berdua.

"Ellis, jangan salah paham. Aku bukan orang gila yang tertarik dengan seragam maid."

Kamito berusaha menyelesaikan kesalahpahaman, tapi—

"... Ap-Apa? Artinya—"

Tampaknya Ellis mengartikannya dalam arti yang berbeda.

"... Melakukan itu, maksudmu itu?"

"Huh?"

"Y-Yang kau maksud menyuruhku memakai pakaian yang lebih seksi, kan?!"

"Apa yang kau katakan!"

"Kuu, dasar raja mesum sialan...!"

"Penggunaan-hak raja mesum sudah dipakai oleh penduduk kota!?"

"Aku sama sekali tidak terima untuk melakukan permintaan yang lancang!"

Ellis mengeluarkan pedang dari pinggangnya dan dengan cepat menodongnya ke belakang leher Kamito.

Tampaknya dia tidak kehilangan kemampuannya sebagai ksatria walaupun dia menjadi maid. ...itu sudah jelas.

"A-Aku mengerti, itu sangat cocok bagimu, seragam maid yang terbaik, seragam maid horayy!"

"... Hmm, itu sudah cukup."

Sambil Ellis menodongkan lagi ujung dari pedangnya tepat pada belakang leher Kamito—

"Ayo, Kamito, kau bisa menyuruhku melakukan apapun yang kau mau!"

"Kau adalah maid cantik yang bangga... Baiklah kalau begitu, Ellis, apa yang bisa kau lakukan?"

"Spesialisasiku adalah dalam mengayunkan sebuah tombak."

"Maid macam apa kau...?"

"Aku juga bisa menggunakan sebuah pedang, tapi keahlianku adalah menggunakan tombak."

Dengan bangga Ellis membusungkan dadanya.

"Apa kau tidak punya apapun selain kemampuan berbahaya?"

"Memasak adalah spesialisku."

"Ahh, aku tahu. Jadi, bisakah aku membuat sebuah permintaan?"

"Tentu saja. Apa yang kau mau?"

"Mari kita lihat... Aku juga makan malam nanti, jadi aku mau yang ringan dan bisa digenggam."

"Aku mengerti. Terus terang, aku sudah berfikir apa yang terjadi jika kau mengatakan body sushi[1] tapi—"

"... Mengapa kau."

Kamito mengerang dengan ekspresi datar—

Tiba-tiba, ia mencoba bertanya sebuah pendapat yang melintasi pikirannya.

"Ngomong-ngomong, apakah ini maksudnya kau akan melakukannya jika aku memintanya?"

"K-Kau orang yang kurang ajar!"

Disaat yang bersamaan, pedang tersembunyi, yang Ellis longgarkan, memotong rambut depan Kamito.



"... B-Bagaimana rasanya, Tuan?"

Seperti itulah—

Berakhir dengan Ellis menyiapkan makanan untuk Kamito.

Seperti yang diharapkan dari yang telah dilatih demi pria yang akan menikah dengannya di masa depan, dari memasak sampai menyusun makanan, keahliannya sangat baik. ... Dia adalah seseorang yang baik yang mana contohnya dia ingin pasti kucing neraka ojou-sama untuk mengikutinya.

Namun—

"...Aku berhutang padamu. Jangan panggil aku seperti itu."

Kamito mengerang dengan ekspresi datar.

"Um, meskipun begitu, mereka berdua berkata bahwa ini cara resmi untuk memanggilmu."

"Bukan, kau sudah tertipu, kau tahu?"

Kamito menggerutu sambil mengunyah sebuah potongan keju seukuran mulut.

Adonannya renyah yang menggunakan tepung terigu kelas satu. Keju kelas tertinggi, yang ditempatkan di antara daging, rasanya lezat saat meleleh di atas lidahnya.

"... Lezat. Lezat secara normal."

"Mm, itu normal?..."

Ellis cemberut, terlihat sedang frustasi.

"Aku memujimu. Ini susah untuk membuat sesuatu yang normal dan lezat secara normal."

"B-Begitukah...!"

Ellis tersipu malu dengan mengencangkan dadanya.

"Ellis akan menjadi pengantin yang baik."

"...! Ap-Apa yang kau katakan!"

*Bishuu!*

Dia menusukkan garpu bertempelkan potongan sebuah keju pada Kamito.

"Ap-Apa yang tiba-tiba kau lakukan!"

"Hmm, ini karena kau mengatakan sesuatu yang aneh!"

Ellis menatap dengan tegang pada Kamito.

Dan Lalu—

"... Buka mulutmu."

"Huh?"

Kamito bertanya balik—

*Bishuu, bishuu!*

Tusukan berkecepatan dewa terlepas sekali lagi.

"Owha!?"

"Jangan menghindar! Aku mencoba menyuapimu—"

"Mencoba menyuapiku... Kenapa!?"

"Aku mendengar jika itu adalah tugas seorang maid. Ayo, cepat... bilang ‘Ahh’!"

Ellis menusukkan garpu dengan kecepatan dewa pada Kamito.

Dia pernah berkata bahwa menusuk adalah keahliannya, seperti yang diduga, bahkan untuk Kamito, itu membutuhkan seluruh kekuatan untuk menghindar.

...Eh, latihan macam apa ini?!

"Ini berbahaya, kau hampir menusuk mataku!"

"Hmm, itu karena kau menghindar. Jangan kabur!"

—*Hamuu*.

Akhirnya, garpu itu didorong kemulut Kamito.

*Mogumogumogu*.

"B-Bagaimana?"

"... Lezat."

Kamito menjawab dengan jujur—

"B-Baiklah, satu suapan lagi..."

Kali ini dia dengan lembut menggerakkan garpu kemulutnya.

*Hamuu*.

"B-Bagaimana dengan yang ini?"

"... Ahh, lezat."

Saat mengangguk sekali lagi, Ellis sedikit terkikih-kikih, seperti sedang senang.

(... Hmm. Ini, seperti yang diduga, sedikit memalukan.)

Bagian 3[edit]

Pada saat dia telah selesai memakan masakan Ellis, diluar sudah berubah menjadi gelap gulita.

Ini sudah saatnya dia membuatkan makan malam untuk Claire dan lainnya, yang sedang menunggu di asrama.

Ketika Kamito memberitahukan kepada Ellis tentang masalah itu... Dia berwajah sedikit kecewa.

Setelah membantu Ellis membereskan peralatan makan minum, Kamito dan Ellis, yang berganti ke seragamnya, pergi keluar dari asrama.

Saat Ellis melepaskan seragam maidnya, dia tiba-tiba terlihat malu dengan tindakannya tadi, lalu saat dia berjalan di tempat disinari cahaya bulan, dia menundukkan kepalanya kebawah sepanjang waktu.

...Tentu saja, Sama sepertinya, Kamito juga malu.

"Aku minta maaf karena terlalu lama tinggal. Masakanmu enak."

"Iya, aku senang karena aku bisa menyampaikan terima kasihku sebagaimana mestinya. Karena mungkin hari ini adalah kesempatan terakhir aku bisa mengundangmu ke kamarku."

"Apa maksudmu?"

"Ini tentang teman sekamar yang baru saja kubicarakan. Dia akan menyelesaikan misinya dan segera kembali."

"Apa teman sekamarmu semengerikan itu?"

Saat mengatakannya, ekspresi Ellis sedikit murung.

"Velsaria Eva Fahrengart— Dia adalah kakak tiri tertuaku, sejak dua tahun lalu. Dia juga mantan kapten Ksatria Sylphid."

"Velsaria..."

Kamito terkejut. Nama itu, jika dia tidak salah, apa yang Claire bicarakan adalah—

"Elementalist akademi terkuat... Apa sebenarnya kakakmu, Ellis!?"

"Ya, ini tidak seperti kami berhubungan darah. Dulu dia juga diharapkan untuk menjadi seorang kandidat NomorDua belas Komandan Ksatria masa depan, tapi— setelah dia dikalahkan oleh Ren Ashbell itu di pertandingan pertama pada Penari Pedang tiga tahun lalu, cerita itu juga menghilang."

"...!?"

"Ada apa? Kau tahu tentang kakak ku?"

"... T-Tidak, tidak ada."

Kamito menggoyangkan kepalanya sambil kebingungan.

(...Aku tahu, tidak heran aku ingat sudah pernah mendengar nama itu sebelumnya.)

—Dia mengingat. Dia adalah lawan pertama di pertandingan pertama dari Blade Dance tiga tahun lalu.

Dia adalah seorang gadis dengan wajah cantik yang dingin dan rambut pirang yang indah.

"... Kakakku adalah seseorang yang mirip dengan gambaran Ksatria yang ku idealkan."

Ellis menghembuskan nafas putih sambil dia bergumam.

"Bagaimanapun, sekarang orang itu—"

Bergumam seperti bicara sendiri— Ellis menghentikan langkahnya disana.

Mereka telah sampai di depan gerbang Asrama Kelas Raven.

Kamito mendongak, dan jendela kamar Claire telah menyala.

"Ellis, terima kasih untuk hari ini. Baiklah kalau begitu, sampai jumpa besok."

"Ah-Ahh, tunggu—"

Kamito melambaikan tangannya dan berjalan menuju asrama.

Pada saat itu, ketika dia berjalan untuk sementara waktu ditempat menuju bangunan asrama.

"...Ka-Kamito!"

Ellis memanggil Kamito dari belakang agar berhenti dari belakang.

Itu tidak seperti suara dinginnya yang biasa, suara itu seperti teriakan darurat.

"...Ellis?"

Kamito berbalik—

"Ah..."

Ellis melebarkan matanya dan terkejut.

Kenapa dia menunjukkan ekspresi itu— bahkan dia tidak mengerti mengapa dia memanggilnya.

"Ada apa?"

"Tidak, err..."

"Um?"

Kamito menjadi kasihan dan mendekat—

"...!"

Ellis -seolah-olah dia membuat sebuah resolusi untuk sesuatu yang penting- dia mengambil nafas dalam-dalam.

"Sebenarnya aku ingin meminta padamu, tapi..."

"Keinginan?"

Kamito mengerutkan keningnya dan bertanya balik.

Apa yang terlintas dipikirannya adalah- kejadian sebelum dia menerima misi di Kota Penambangan dua minggu lalu.

Ellis mencoba untuk mengajak Kamito kedalam timnya.

Kamito, yang sudah bergabung sebuah tim dengan Claire, dengan jelas menolaknya, tapi sekarang kedua temannya menjadi tidak bisa berpartisipasi dalam kedudukan perang, dia mungkin mencoba untuk mengajaknya sekali lagi.

Ketika Kamito menggaruk kepalanya sambil gelisah, dia menggelengkan kepalanya.

"Ellis, maaf, tapi aku tidak bisa bergabung di..."

"Bu-Bukan itu!"

Wajah Ellis memerah saat dia berteriak... Tampaknya dia salah menyimpulkannya.

"Lalu..."

"Kamito, err... Maukah kau bergabung dengan Ksatria Sylphid?"

"Ksatria?"

Dengan spontan Kamito bertanya balik dengan kata-kata yang tak terduga tersebut.

Ksatria Sylphid— Sebuah organisasi elit murid yang melindungi ketertiban umum dan moral akademi.

(Bagiku untuk bergabung... Apa maksudnya ini?)

Ellis menatap Kamito dengan canggung.

"Err... Ini hanya sampai temanku kembali, aku ingin kau membantu para Ksatria."

Kamito teringat sesuatu yang dia bicarakan pada Ellis sewaktu pelajaran tambahan pagi hari ini.

Sebagai hasil dari serangan kemarin, termasuk dua rekan Ellis, tujuh ksatria terpaksa mundur dari Ksatria Sylphid. Ksatria Sylphid, yang telah kehilangan tiga anggotanya, sekarang dalam keadaan tidak berfungsi dengan normal.

Tentu, sebagai seorang kenalan dan juga selain orang yang memiliki kemampuan sebagai seorang elementalist dia juga mengerti, Kamito bisa mamahami alasan dia ingin mengajaknya.

"Tentu saja, aku tidak mengatakannya secara gratis. Sebagai seorang anggota Ksatria, kau akan dibayar sebagaimana mestinya."

"... Kenapa aku? Jika kau mengatur perekrutan, bukankah akan ada perempuan yang tertarik?"

"Kita mengadakan rekrutmen, tapi hampir tidak ada yang mendaftar. Kami telah mengumpulkan orang-orang selama periode kedatangan murid baru, tapi— meskipun begitu, lebih dari separuhnya langsung mengundurkan diri."

"Begitukah..."

Tampaknya bahwa pekerjaan Ksatria Sylphid adalah sesuatu yang lebih besar dari pada yang mereka bayangkan. Pada puncak bahaya, dan pada puncak disebut-demikian pekerjaan menjaga moral publik akademi, juga kemungkinan ada kasus dimana mereka terlihat bermusuhan dari murid akademi lain.

"Ditambah lagi, karena insiden serangan kemarin, kepercayaan terhadap Ksatria telah semakin jatuh. Walaupun kami menyelamatkan semua korban, pada akhirnya, kami tidak mampu menangkap penyerangnya."

Ellis menggigit bibirnya seperti terganggu.

"Aku menjalankan misi penangkapan Jio Inzagi dengan rencana membalikkan pendapat tersebut pada Ksatria tapi— hasilnya menyedihkan. Jika kau tidak menolong pada waktu itu, kami pasti akan dimusnahkan."

Pupil coklat kemerahannya menjadi basah dan sedikit gemetar.

Tanpa diragukan lagi, Ellis bertahan dari suara kritikan pada Ksatria selama ini.

Tentunya, dia menahan itu sendirian tanpa seseorang pun yang bisa dia mintai pendapat.

Sebagai tugas seorang kapten, dan dia menyalahkan dirinya sendiri.

(...Aku mengerti. Dia tidak aman. Tentu saja dia hanya bisa ketakutan saat dia tidak aman.)

Ini adalah tanggung jawab dan tekanan berat yang datang karena posisinya sebagai kapten.

Pasti ada suara keraguan tertuju padanya, seorang murid SD, melayani sebagai kapten.

Dia melakukannya sendirian dengan ketat untuk kepentingan menjaga tata tertib akademi dan mungkin pernah mendapat musuh.

Dia juga telah menahan kritik itu dengan menunjukkan kemampuannya selama ini.

Bagaimanapun, kepercayaan itu bergeming sekarang.

Lagi pula, rekannya dan kawan-kawannya selalu tetap mendukungnya.

Rakka and Reishia juga tidak ada sekarang.

(...Dia juga adalah seorang gadis, yang belum berumur enam belas tahun.)

Tertutupi oleh plat bahunya adalah siluet bahu gadis itu.

Betapa besar beban yang dipikulnya pada bahu miliknya-

"... Sebenarnya aku takut."

Dia menunduk ketika mengatakannya.

"Apakah aku telah melakukan sesuatu yang benar sebagai seorang Ksatria? Apa aku menyalahgunakan kewenangan Ksatria dan hanya menindas orang-orang yang harusnya kulindungi, dengan kekuatan?"

ponytail birunya itu berkibas oleh angin sepoi-sepoi.

Hampir seperti memperlihatkan hati Ellis.

"Aku ingin membantu" —Ellis tidak mengatakannya.

Kalimat itu pasti menjadi kalimat kebanggaannya yang terakhir.

Kamito—

"... Baiklah. Hanya sampai mereka berdua kembali, kan?"

"Ap-Apakah tidak apa-apa? ...Sungguh?"

Ellis membuka mata coklat kemerahannya.

"Ahh."

Kamito mengangguk dengan tegas sekali lagi.

Sejujurnya, dia tidak berfikir jika dia ditarik untuk hal-hal seperti Ksatria yang menjaga moral publik. Selain itu, jika mempertimbangkan tentang Tarian Pedang yang akan datang beberapa minggu, dia seharusnya tidak mempunyai ruang untuk menggunakan waktunya untuk hal-hal seperti itu.

Namun, saat melihat Ellis berubah ke keadaan dimana dia bisa hancur kapan saja—

Dia ingin membantu ketulusannya tapi gadis Ksatria yang bahkan sedikit canggung.

"... Te-Terima kasih. Kazehaya Kamito."

Ellis tertunduk dengan ekspresi seperti dia akan menangis kapan saja.

Kamito sedikit tersenyum pada Ellis, yang berbaik hati bahkan pada saat seperti ini.

"Ahh, itu benar. Aku punya permintaan untukmu."

"Apa itu?"

"Err, tentang pemberian gaji yang kau sebutkan barusan, apakah mungkin untuk sesuatu seperti kenaikan?"

Bagian 4[edit]

Setelah berpisah dengan Ellis, Kamito kembali ke kamar—

Claire memakai sebuah celemek lucu dan sedang berdiri di dapur seperti di pagi hari.

Ada bau manis tapi sedikit terbakar. Dia mendengar suara dari sesuatu yang mendidih.

Diam-diam menyembunyikan langkah suaranya, Kamito menghampiri Claire dari belakang.

"Hn, kau membuat coklat lagi?"

"Fuaa, Ka-Kamito!?"

*Pyon*, rambut merah Claire yang dikuncir ganda berdiri.

"Bo-Bodoh, jangan mengagetkanku! Aku akan mengubahmu menjadi abu!"

Wajah Claire berubah menjadi merah menyala, dan *Pishi* *Pishi* dia mengayunkan cambuknya. Kamito menghindarinya dengan kebingungan.

"... Astaga, kemana saja kau pergi? Pelajaran tambahanmu seharusnya sudah lama berakhir, kan?"

"Apa? Kau sudah lapar?"

"Bu-Bukan itu masalahnya, kau adalah budak spiritku, jadi tanpa izin dari majikanmu, kau tidak boleh berkeliaran sesukamu."

"... Apakah aku seekor anjing?"

Kamito menghembuskan nafas kekecewaan.

"Aku pergi ke tempat Ellis, dan akhirnya aku dipersilahkan untuk makan sedikit."

*Pishi*— Claire membatu.

"...Apa...itu?"

"Ahh, tampaknya sebagai ungkapan terima kasih karena telah membantunya kemarin. Sungguh bertanggung jawab."

Seperti yang diduga, Kamito menyembunyikan hal tentang seragam maid demi kehormatan Ellis—

"A-Aku mengerti, kau diperlakukan dengan baik... iya kan?"

Wajah Claire cemberut.

"Aku juga ikut membantu dan juga... dia hanya mengundang Kamito."

"Bukankah kau mendapatkan sekotak kue dari Ksatria? Sebuah kotak yang terdiri dari berbagai macam jenis makroni. Jika aku tidak salah, kau memakan semuanya sendiri."

"Ku-Kue itu sungguh enak... Eh, bukan itu masalahnya, apa yang kau maksud dengan singgah ke tempat Ellis? Ja-Jangan bilang, kau pergi ke kamarnya?"

"Ya, kamar Ellis benar-benar rapi. Kau seharusnya juga mencontohnya—"

"A-Aku tidak mempercayaimu...!"

Bahu ramping Claire bergetar.

Dia menggigit erat bibirnya yang berwarna bunga sakura. Air mata langsung muncul dari mata delimanya.

"... Claire?"

"K-Kau telah berhasil tergoda dengan hal-hal seperti payudara Ellis dan turun menjadi anjing Ksatria, kan?"

"Tidak, payudara apa...? Baik, meski begitu, aku diundang untuk bergabung dengan Ksatria."

"—Huh?"

Kali ini— Claire benar-benar kaku.

"Ap-Apa itu...? Apa maksudmu?"

"Hn, sekarang, Ksatria tampaknya sedang kekurangan tenaga kerja. Aku dimintai untuk membantu mereka."

"T-Tentu saja, kau menolaknya, kan? Kau menolaknya...kan?"

Claire memegang erat lengan Kamito, dan menatapnya dengan ekspresi serius.

Kamito menggaruk kepalanya—

"Tidak, aku memutuskan untuk membantu mereka. Aku juga memiliki beberapa kewajiban pada Ellis."

"...?!"

Sementara Claire tetap memegang lengan Kamito, ia terkejut dan matanya melebar.

Sebenarnya dia punya alasan lain untuk menerimanya, tapi—

Itu memalukan untuk memberitahu Claire sekarang.

"Aku minta maaf karena memutuskan tanpa izin darimu. Tapi tentunya bukan sebuah masalah, kan?"

"Tidak mungkin kalau itu bukan, kau tahu kalau aku dalam hubungan buruk dengan Ksatria, kan!"

"Itu karena kau membuat masalah—"

Kemudian, Kamito menyadari.

Ujung jari Claire memegang lengannya yang bergetar sedikit demi sedikit.

"... Aku mengerti, kau berada disisi Ellis lagi."

Dengan tenang Claire bergumam.

"Tidak, itu bukan soal aku berada disisinya atau tidak—"

"...Kau berkata begitu, dan juga."

"Eh?"

"Meskipun kau berkata begitu— 'Aku akan menjadi spirit terkontrak mu'."

Claire mengangkat wajahnya, dan air mata meluap dari matanya.

"K-Kau..."

"Sudah cukup!! Keluar—"

*Don*— Claire mendorong Kamito pergi.

"Hey, Claire..."

"Cepat pergi! A-Aku benci orang sepertimu, aku sangat membencimu!"

Sebuah bola api panas keluar dari telapak tangan Claire.

"Owa!"

Sebuah ledakan besar bergema, dan sebuah lubang yang sangat besar terbuka di tembok belakang Kamito.

"He-Hei, tunggu, kenapa kau marah?"

"Diam, bodoh! Keluar——!"

Kali ini, Claire mulai membacakan sebuah sihir spirit kelas terkuat, sehingga Kamito kabur dengan kewalahan.

Jika Claire berupaya serius, dia telah cukup mampu meledakkan asrama ini hingga sangat jauh.

Setelah berlari keluar dari asrama dan berlindung, Kamito menghela.

"Ap-Apa itu..."

Mengapa Claire marah?... Itu sulit dipahami.

(...Apakah dia tidak senang jika aku bergabung dengan Ksatria?)

Dia mendongak ke jendela kamar yang berada dilantai dua, tapi- dia tidak melihat Claire disana.

Lama sebelumnya, tirai jendela itu ditutup.

(...Ahh, jika dia menjadi seperti ini, dia tidak akan mau mendengarkan,)

Claire Rouge. Dia adalah seorang gadis yang hampir seperti api yang menyala-nyala.

(Yah, bagaimana pun, hal itu sesuai dengan kebaikannya...)

Kamito mengambil nafas dalam-dalam sekali lagi.

Dia meninggalkan Kelas Raven dengan langkah yang berat.

Bagian 5[edit]

Setelah mengusir Kamito keluar—

"Aku benci orang itu, aku benci orang itu... Aku sangat membencinya!"

Claire jatuh ke tempat tidur.

Dia menekan bantal halus ke pipinya, dia dengan erat memegang sepreinya.

Scarlet tampaknya berubah menjadi khawatir, tapi Claire menjauhkan dirinya tanpa sepatah kata pun. Dia tidak menginginkannya bahkan spirit terkontraknya, yang sudah bersamanya selama ini semenjak dia kecil, untuk melihatnya menangis sekarang.

"Apa... Aku terlihat seperti orang bodoh."

Selama beberapa hari, ia sudah berlatih untuk membuat coklat sepanjang waktu.

(T-tentu saja ini diluar kewajiban. Coklat yang akan aku berikan kepadanya jelas bukan kewajibanku.)

Latihan itu membuahkan hasil, karena secara bertahap dia mampu membuatnya dengan baik.

Meskipun ia berhenti membuat abu dalam jumlah besar, seharusnya di cukup baik untuk dipuji.

Di hari sebenarnya, besok pagi, dia berencana untuk memberikan Kamito coklat yang dibuatnya paling-terbaik.

"Kau melakukannya dengan baik." ...Dia ingin dipuji.

(Dan namun, dia...)

Claire mengerang, dan memukul bantalnya. *Posu posu*.

(... Makanan yang Ellis buat pastinya lebih enak dibandingkan hal-hal seperti coklatku.)

Itu menjengkelkan. Pikirannya campur aduk, dan walaupun ia tidak tahu apa yang membuat ia jengkel, tapi hal itu menjengkelkan.

"... Aku seperti orang yang menjijikan."

Dia mengerti. Dia tentu saja tidak memiliki perasaan buruk kepada Kamito. Sungguh, tidak salah lagi bahwa dia hanya berpikir untuk menjadi berguna pada Ellis dan memutuskan untuk bergabung dengan Ksatria.

Kamito adalah orang yang seperti itu.

Bahkan Claire khususnya tidak membenci Ellis. Tentu saja, mereka tidak berhubungan baik, tapi dia menyadari bahwa dia adalah elementalis yang dibanggakan.

Namun, hal itu membuatnya sangat marah untuk beberapa alasan.

(...Kenapa?)

Dia mengerti alasannya.

Dia berfikir bahwa dia yang lebih spesial bagi Kamito.

(Lagi pula, Dia mengatakan kalau dia akan menjadi roh terkontrakku.)

Ia memegang lembut bibirnya dengan ujung jarinya, pipinya memanas dengan cepat.

(Disamping itu, Ka-Kami bahkan... berciuman.)

Ini menjadi perasaan yang menyakitkan seperti dadanya sesak.

(...Tapi, itu salah.)

Ini tidak berarti bahwa hanya Claire yang khususnya spesial.

Selama ada perempuan yang bermasalah, Dia akan mengulurkan tangannya ke siapapun, tak peduli siapa.

(Ini karena aku adalah saudara perempuan Ratu Bencana itu—)

Dia mungkin berfikir kalau keberadaan Claire sangat menyedihkan, dan hanya bersimpati kepadanya.

Setelah memikirkan itu, Claire menjadi sangat kesepian.

Kamito pasti tidak mengerti mengapa Claire semarah itu.

Claire juga tidak jelas mengerti mengapa dia berperasaan seperti ini.

Perasaanya saat ini hampir seperti api membara di perapian.

...Ini bukanlah api Claire Rouge.

Pada waktu itu, ada suara pintu kamar yang terbuka.

"Kamito!?"

Dengan penuh semangat Claire menaikan wajahnya dari bantalnya, tapi—

Seseorang, yang berada disana, adalah Fianna dengan ekspresi kebingungan.

Ekspresinya terlihat seperti dia habis kembali dari tugas berbelanja untuk makan malam.

Claire menutupi wajahnya dengan bantalnya sambil kebingungan. Dia tidak mau Fianna melihat wajahnya berurai air mata.

Fianna melihat keadaan Claire saat ini—dan entah mengapa dia tampaknya telah menebak situasinya.

"Ehh, kau bertengkar dengan Kamito?"

"... Pergi."

Menjaga wajahnya tetap tertutupi bantal, kata Claire.

Fianna menghela, duduk di kasur dan menaruh tangannya diatas kepala Claire.

"Aku bilang tinggalkan aku sendiri, bukankah."

"Kau sungguh seorang anak kecil. Jauh berbeda dari Rubia-sama."

"Bagaimanapun, aku berbeda dengan Nee-sama."

Claire dengan kesal membalasnya.

"Hei, Claire, mengapa kau tidak bisa sedikit lebih jujur?"

"A-Aku minta maaf kalau aku tidak jujur... Bagaimanapun, bahkan payudaraku kecil."

"Huh? Tidak ada yang berkata tentang payudara, kau tahu?"

Sambil Fianna dengan lembut mengusap kepala Claire seperti kucing, dia menghela.

"Apa yang bisa kita lakukan untuk makan malam?"

Bagian 6[edit]

Pada saat itu juga— Ellis sedang berguling-guling di atas kasurnya sambil menderita.

"..., A-Aku memakai pakaian yang memalukan."

Ellis melempar seragam maid yang barusan dia pakai, dan tersipu malu. Bahkan jika ini demi membayarnya untuk rasa terima kasihnya, ini, sangat berlebihan, bukan?

"Ta-Tapi..."

Ellis memegang erat seragam maid—

"Kamito bilang kalau ini cocok dengan ku..."

Mengingat hal itu, pipinya lebih tenang.

Ellis membuka matanya saat dia kaget, dan menampar pipinya dengan kedua tangan.

"A-Aku Kapten! Jika aku tidak tegas, aku tidak bisa menjadi contoh untuk semuanya!"

Seorang Ksatria dari keluarga Fahrengart harus tidak pernah menunjukkan kelemahannya.

Ellis Fahrengart selalu begitu.

Namun—

(Aku telah menunjukkannya kepadanya...)

Bahkan dia tidak pernah menunjukkan sisinya, yang ketakutan dengan ketidak amanan, di depan teman-teman yang dia percayai.

Sejujurnya, dia tidak berniat mengundang Kamito ke Ksatria— sampai saat itu.

Namun, ketika dia melihat punggungnya yang hendak pergi, tanpa sadar dia memanggilnya.

(...Aku heran kenapa? Aku juga tidak mengerti.)

Pada awalnya, dia telah berfikir bahwa hal-hal seperti elementalist laki-laki adalah seorang musuh, yang akan mengganggu moral publik akademi.

Sejak kapan dia, sangat aneh, dan mulai peduli tentang Kamito?

Ketika dia berfikir tentang Kazehaya Kamito, dadanya sesak dan sakit untuk beberapa alasan.

Perasaan tersebut adalah yang pertama bagi Ellis, yang telah menjadi seorang Ksatria.

Kebetulan, ia melirik ke atas meja.

Sebuah coklat yang dibungkus rapi berada disana.

Besok adalah «Festival Suci Valentia».

Hari untuk memberikan coklat kepada lawan jenis yang diadakan di suatu tempat dengan satu maksud—

(...I-Ini adalah hadiah untuk mendaftar ke Ksatria. Tentu saja, tidak ada maksud lain selain itu.)

Ellis langsung mengerang.

Jika itu masalahnya, dia seharusnya tidak menjadi tegang. Tapi, degupan di dadanya tidak akan berhenti untuk beberapa alasan.

(...Ka-Kapan waktu yang baik untuk memberikannya?)

Lagi pula, ini pertama kalinya dia melakukan hal seperti ini, jadi dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

"...Di-Dia tidak akan berfikir kalau aku adalah perempuan aneh, kan?"

"—Apa yang aneh, Ellis?"

Tiba-tiba, suara seperti udara dingin yang membeku terdengar.

"...!?"

Sebelum dia tahu itu, pintu kamar telah terbuka—

Dan, disana— dia berdiri.

Dia memiliki rambut pirang mengkilap dan berkepala dingin dengan mata biru-es.

"Ah, Aneue[2]...!"

"Wajah pengecut apa yang kau buat? Dan kau masih menyebut dirimu seorang Ksatria dari keluarga Fahrengart?"

Dia adalah elementalis tekuat akademi— Velsaria Eva Fahrengart.


References and Translation Notes[edit]

  1. Nyotaimori (Jepang: 女体盛り, "Penyajian tubuh wanita"),sering disebut sebagai "body sushi", adalah latihan menghidangkan sashimi atau sushi dari tubuh seorang wanita
  2. Sebuah hubungan kebanggaan besar untuk seorang kakak perempuan. Hubungan ini merujuk pada seorang perempuan yang memiliki jumlah kehormatan ekstrim yang tidak bisa dikonversi ke Indonesia. Sehingga dibiarkan seperti itulah.
Back to Bab 3 Return to Halaman Utama Forward to Bab 5