Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid3 Bab7

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 7 - Festival Suci Valentia[edit]

Bagian 1

Saat ini malam hari.

Alun-alun Kota Akademi penuh sesak oleh kerumunan orang.

Aroma manis menggelitik lubang hidungnya.Di kuil,kue-kue panggang yang terlihat lezat menumpuk layaknya gunung dan para gadis tuan putri dari akademi mempertunjukkan tarian pedang untuk menghibur para roh.

"Tapi,kemana sih cewek itu perginya?"

Seiring tatapannya jatuh ke arah cokelat yang telah dibuang Claire tadi—

Kamito menghela nafas,kesal.

Bersama dengan Ellis dan dua orang lainnya,mereka telah mengejar Claire.Namun di tengah jalan,waktunya untuk gantian berpatroli tiba dan mereka harus menyerah karenanya.Dengan itu,mereka mulai patroli keliling mereka di sekitar area «Wind».

"....."

Ellis,yang berjalan tepat di sampingnya dengan ekspresi rumit,menatap cokelat yang Kamito bawa.

"Ada apa,Ellis?"

"Nggak,nggak ada apa-apa kok...kelihatannya nggak ada masalah di area ini."

Ellis berdehem,dan memalingkan muka.

Benar, nampaknya tak ada satupun tanda-tanda adanya aktivitas mencurigakan di area ini.

Meskipun disini mungkin telah terjadi kericuhan antara para pemabuk dan para pencopet,masalah semacam itu bisa diserahkan pada sukarelawan pengaman kota untuk ditindak lanjuti.Terlebih,apa yang Kamito dan yang lain perlu awasi adalah hal-hal yang para penduduk kota,orang-orang yang tak terbiasa berinteraksi dengan para roh,memicu kemarahan roh-roh tersebut tanpa sepengetahuan mereka.

Selama ritual persembahan pada roh,insiden semacam itu sering terjadi.

"Ini hampir seperti...ke-kencan."

"Hm,apa kau bilang sesuatu?"

"Nggak sama sekali kok,lebih konsentrasi dong berpatrolinya!"

Wajah Ellis merona merah padam seiring ia ngambek.

"Ma-maaf...."

Kamito meminta maaf.

(...Tunggu sebentar,bukannya Eliis yang nggak berkonsentrasi?)

Sejak sesaat yang lalu Ellis, yang nggak mampu tenang,mencuri-curi pandang ke arah wajah Kamito dari arah samping hingga sekarang dan sesudahnya.

Entah kenapa,sikapnya berjalan terlihat sempoyongan dan tak menentu.

Bahu mereka saling berdekatan satu sama lain, membuatnya tak yakin apakah mereka berdua saling bersentuhan,lalu ia akan menjerit "Fuwaa",dan sekali lagi menjauh darinya — hal semacam itu terjadi berulang-ulang.

Karena itulah,mereka membentur orang-orang yang mereka lewati,berkali-kali.

"Ellis,jalan kayak begitu tuh bahaya."

Tak kuasa melihatnya lebih lama,Kamito menggandeng tangan Ellis,

"....A-apa yang kau lakukan,dasar orang kurang ajar!"

"Nggak,sejak tadi kau agak sempoyongan,dan itu kan bahaya.....tanganmu juga sedikit panas.Apa kau kena demam atau semacamnya?"

"...~E-Emangnya ini salah siapa kau pikir!?"

Seiring tangan Ellis bergandengan dengan tangan Kamito,ia memukul-mukul bahunya.

"Aku ingin kau bertanggung jawab karena sudah merenggut waktu pertamaku!"

"Ap...!?"

Pada kata-kata Ellis,yang wajahnya merona merah terang,—

Orang-orang,yang hilir mudik di jalan,menoleh dengan wajah menyala-nyala.

Mereka memeloti Kamito dengan tatapan seperti mengejek dan bergumam dengan suara lirih dengan serempak.

"Ellis,jangan bilang sesuatu yang bisa memancing salah paham kayak gitu dong!"

"I-ini bukan salah paham!Serius,i-ini pertama kalinya aku bergandengan tangan dengan seorang cowok!"

"...!?"

Itu—Kamito mendadak paham.

Kalau dipikir-pikir,Ellis juga ojou-sama dengan latar belakang bangsawan yang bermartabat.

Sekarang ketika ia memikirkannya,Claire dan yang lain juga nampaknya seperti ragu-ragu begitu bergandengan tangan dengannya ketika mereka berangkat kemarin.Bagi mereka yang adalah putri bangsawan,bergandengan tangan dengan seorang cowok mungkin adalah perbuatan yang lebih memalukan daripada yang ia bayangkan.

"....Maaf deh,Aku yang salah."

Tepat ketika Kamito hendak melepaskan tangannya—

"Ah,nggak,aku nggak keberatan kok,dan aku nggak bermaksud menakutimu."

Seiring dengan Ellis yang memalingkan muka,ia dengan erat menggamit tangan Kamito lagi.

Perasaan lembut dari tangan cewek.Alasan adanya kapalan yang terbentuk disana-sini pastinya merupakan bukti dari ia melatih dengan serius ilmu beladirinya.

Yah seperti itulah,Ellis berjalan dengan kaku, layaknya mainan action-figure.

"Ini ya...tangan cowok itu."

"Ya iyalah."

Mendengar balasan Kamito,Ellis tertawa kecil,nampak senang,untuk suatu alasan.

Ia serta merta terkaget-kaget melihat raut muka Ellis yang biasanya berwibawa.

"Ini lebih memalukan daripada yang kupikirkan...untuk bergandengan tangan."

"Ahh,itu benar."

Menggaruk-garuk pipinya dengan satu tangan,Kamito dengan samar mengangguk.

Sejujurnya,ia agak lupa.

Dari tadi,dada besar Ellis menekan-nekan lengannya.

Meski ia tak bersentuhan langsung dengannya karena ada pelindung dada Ksatria miliknya,sensasi kekenyalan mereka tersalurkan mau ia suka ataupun tidak.Alasan matanya secara tak sadar tertuju pada tubuh semok dibalik armor-nya adalah sesuatu yang tak bisa ditolak oleh cowok dalam masa pubertasnya.

(D-Dengan kepribadian kakunya,tubuhnya kok lembutnya bukan main...)

Dengan jantungnya yang berdegup kencang dan penuh rangsangan,keduanya berjalan di jalan utama yang penuh oleh hiruk pikuk festival untuk sesaat.

Jalanan yang terbuat dari batu-batu indah terang benderang oleh cahaya kristal roh.

Menunjuk boneka beruang yang menghiasi jendela pajangan,mata Ellis berbinar-binar,dan ia menatap pada gaun pesta cantik di depan toko pakaian. Ketika Kamito terseret ke dalam insiden baju maid untuk mengerjai-nya kemarin,wajahnya berubah jadi merah terang seiring ia menggebu-gebu karenanya.

"Hmph!Sejak awal,aku memang nggak cocok dengan pakaian cantik semacam itu!"

"Nggak begitu juga kok.Ellis dalam pakaian ksatrianya menarik juga sih tapi aku ingin lihat Ellis mengenakan baju seperti ini."

"...Ap-apa kau bilang?"

Mencibirkan bibirnya,Ellis dengan tersipu-sipu menunduk.

Perbuatan itu bukanlah tindakan ksatria yang berwibawa seperti ia yang biasanya,malahan itu nampak seperti tindakan cewek pada umumnya.

Melihat dirinya yang seperti itu——

Kamito mendadak mendapat sesuatu yang ingin ia coba tanyakan.

"Hei,Ellis,kenapa kau berencana ingin jadi seorang ksatria?"

Meski ia adalah putri keluarga militer kelas atas,ia merasa obsesinya menapaki jalan hidup seorang ksatria bukan cuma karena alasan itu.

"........."

Ellis perlahan memalingkan wajahnya ke arahnya.

"Yang pertama,itu karena kekaguman pada Aneue."

"Velsaria Eva itu?"

"Itu benar.Aneue adalah ksatria yang hebat.Ia adalah seorang yang disiplin pada dirinya sendiri,membenci ketidakadilan,bersungguh-sungguh dalam mengasah keterampilan berpedangnya,dan selalu bekehendak untuk mewujudkan cita-cita orang-orang."

Seolah menatap ke kejauhan,ia menatap langit yang bermandikan cahaya matahari tenggelam yang memudar.

"Dari kecil,aku selalu berpikir ingin menjadi ksatria seperti Aneue.Sebagai penerus keluarga Fahrengart,Aku ingin menjadi ksatria roh yang melindungi banyak orang.Jadi,ketika aku masuk ke Akademi,aku langsung membuat lamaran ke Ksatria Sylphid yang Aneue pimpin sebagai Kapten." Tiba-tiba,pupil cokelat kemerahan Ellis meredup.

Akan tetapi—Ia melanjutkan.

"Ketika aku masuk ke Akademi,Aneue telah berubah.Seolah terpacu oleh suatu hal,ia telah berubah menjadi seorang yang haus akan kekuatan semata.Tentu saja,aku tak bisa berkata bahwa jalan hidup semacam itu benar-benar salah.Mengejar kekuatan nomor satu juga jalan hidup yang wajar bagi seorang elementelist.Akan tetapi,paling tidak,orang itu sekarang bukanlah ksatria yang aku kagumi."

"Apa yang telah merubahnya menjadi seperti itu?"

Kamito bertanya—

Ellis menggigit bibirnya kuat-kuat,

"Itu mungkin karena pertandingan melawan Ren Ashbell tiga tahun yang lalu."

"...!?"

Tanpa berpikir,Kamito angkat bicara.

"Aku juga tak yakin apa yang terjadi.Namun,dengan pertandingan itulah,ada fakta sikap Aneue berubah."

"...."

Kamito menjatuhkan arah pandangannya pada tangan kirinya yang terbalut sarung tangan kulit.

Segel Roh,yang mengikat dirinya dengan roh terkontraknya sebelumnya,terukir disana.

Itu adalah tangan kiri yang mengalahkan Velsaria dan memenangkan Tarian Pedang tiga tahun silam.

Itu adalah tangan kiri yang memutuskan banyak «harapan» demi kemenangan.

(—Diriku tiga tahun yang lalu yang tak melihat apapun.)

Ia bertarung semata-mata demi dirinya.

Ia dengan sungguh-sungguh mendulang kemenangan demi kemengan dan menjatuhkan banyak lawan dengan hati yang polos.

Nyaris tak ada satupun lawan yang dihadapinya yang ia ingat.Pada waktu itu,ia tak punya waktu luang berpikir tentang pikiran macam apa yang dimiliki lawan-lawan yang dikalahkan oleh Ren Ashbell ketika berpatisipasi dalam Tarian Pedang.

Ia mengingat-ingat pupil layaknya es milik Velsaria Eva.

(...Apa akulah yang merubah ksatria yang dikagumi Ellis?)

Ellis menurunkan pandangannya dari langit yang memerah tua,dan mengalihkannya pada Kamito.

Pupil mata cokelat kemerahan miliknya menampakkan tekad kuat.

"Aku ingin menunjukkan pada Aneue,jalan ksatria yang kupercaya.Meski aku masih belum berpengalaman sekarang,aku berpikir ingin meraih sesuatu yang tersembunyi dibalik kekuatannya suatu hari nanti.Untuk alasan itulah,aku berpatisipasi dalam Tarian Pedang." Demi jalan ksatria yang ia percayai—

Ellis yang mengatakan itu dengan berwibawa,mempesona Kamito.

"Ellis,apa kau membenci Ren Ashbell?"

Kamito bertanya secara spontan.

Jika peristiwa yang merubah Versalia diasumsikan adalah karena pertandingan 3 tahun yang lalu—

Mau tak mau ia akan dibenci oleh Ellis—Jadi,begitulah pikirnya.

Akan tetapi,dengan lirih Ellis menggelengkan kepalanya.

"Ya begitulah,aku juga pernah sebal padanya saat Aneue kalah.Namun,seiring melihat Ren Ashbell yang menang dan menang lagi,aku sadar aku terpesona padanya."

"Aku tak paham.Ia harusnya kan sama dengana kontraktor roh lainnya,yang semata-mata menarikan tarian pedang untuk «harapan»nya.Itu bukan seperti ia memiliki tujuan hebat seperti Ellis—"

"Salah."

Ellis menyela dengan suara parau.

"...?"

"Tarian pedangnya merupakan tarian pedang yang patut dipuji-puji lebih daripada yang lain.Jika tak begitu,mana mungkin ia biasa memuaskan para Raja Roh,dan diatas itu semua,emangnya kenapa kau pikir para gadis,yang pernah menonton pagelaran itu,sekarang masih terpikat padanya."

"...."

Kamito secara spontan menelan ludah pada tatapan seram Ellus yang seperti sedang mengomeli dirinya.

"Itu jelas karena penampilannya dalam menarikan tarian pedang begitu mulia,membuatku terpukau dan terpikat padanya.Pastinya,ia tak mengayunkan pedang miliknya untuk dirinya sendiri—namun untuk seseorang."

"Untuk seseorang..."

Kamito—

Menatap terpaku pada tangan kirinya yang bertukar kontrak dengan gadis roh kegelepan. Ia merasa ia sedikit terselamatkan oleh kata-kata Ellis.

Untuk seseorang—ya itu benar.Alasan Kamito berpartisipasi dalam Tarian Pedang adalah demi dirinya.

Kehilangan jati dirinya,ia mengayunnkan pedangnya demi tujuan mengabulkan «harapan» satu-satunya yang dikehendakinya.

Biarpun,sebagai contohnya,itu menghasilkan sesuatu yang memuakkan.

Mementaskan sebuah tarian pedang untuk dirinya yang berharga — paling tidak itu sudah jelas.

Gadis di depannya juga berujar begitu.

"Ellis,makasih ya."

"...?Ada apa sih?"

Ellis mengernyit dengan curiga.

"Nggak,nggak ada apa-apa kok."

Kamito tertawa pahit sembari memalingkan muka dari Ellis.

—Kemudian,tatapan matanya terhenti pada salah satu toko.

"Ellis,bisa nggak kau temani aku membeli sesuatu?"

"K-Kita sedang tugas,tauk."

"Aku sudah memutuskan apa yang mau kubeli kok.Harusnya nggak kan sampai lebih dari semenit."

"...Mau gimana lagi.Mau beli apaan sih?"

"Um,sesuatu..."

Seiring Kamito menggaruk bagian belakang telinganya,ia berjalan menuju toko tersebut.

Bagian 2

Claire berjalan menembus kelebatan pinggiran Hutan Roh dengan ekspresi bete.

Ramainya riuh rendah dari alun-alun dapat terdengar dari kejauhan.

Siang hari hampir berlalu,tapi rasa-rasanya ia sedikit jengkel kalau kembali begitu saja dan ia juga merasa enggan bertemu Fianna dan Rinslet.

"...Euph! Apaan yang pekerjaan Ksatria?P-padahal aku rencananya tadi mau maafin dia."

Claire menggosok-gosok matanya dengan lincah memakai ujung lengan seragamnya.

Dinginnya angin malam menyibak rambut merah bergaya twin-tail nya seolah-olah mengejek nya.

Claire menggigit bibirnya kuat-kuat dan menjatuhkan tatapannya pada sepatu loafer kulit miliknya.

*Potaa* Setetes air mata menyeruak dan jatuh.

"...Ini adalah hari ulang tahunku dan belum lagi..."

Meski mengatakannya dengan keras,ia mendadak merasakan kesepian yang tak tertahankan.

Tiap tahun,kedua orang tuanya,kakak perempuannya dan para penduduk lokal akan berkumpul dalam jumlah banyak di kastil nya dan pesta ulang tahun besar-besaran akan digelar.Ia akan mengnakan sebuah gaun yang indah,meja akan penuh dengan jajaran kue-kue favoritnya dan ia akan tidur di kasur hangat bersama dengan onee-san nya,yang akan pulang dari «Divine Ritual Institute» hanya pada hari itu ——hari itu akan menjadi hari yang paling menyenangkan selama setahun.

Namun,empat tahun yang lalu—di hari dimana Rubia Elstein mengkhianati Raja Roh Api.

Claire kecil kehilangan segalanya.

(...Itu benar.Aku masih mempunyai tujuan akhirku sendiri.)

Menghempaskan emosinya,Claire dengan tegas mengangkat wajahnya yang menatap ke tanah.

Ini bukan waktunya untuk bersenang-senang dengan sesuatu semacam ulang tahunnya atau Festival Suci Valentia.

(Tujuanku adalah untuk memenangkan Tarian Pedang dan mengetahui kebenaran dibalik peristiwa empat tahun yang lalu.Untuk tujuan itulah,aku harus menjadi lebih kuat—)

Rambut merah twintail nya berdiri layaknya kobaran api.

(Biarpun seseorang seperti Kamito tak ada disini,aku akan—)

"Fufu,sepertinya kau menderita stress yang berlebihan,ojou-sam§a kucing neraka."

"...!?"

Ke arah suara yang datang dari belakang—

Claire dengan cepat berbalik.

Seorang gadis terkekeh-kekeh sembari berdiri dibalik rimbunnya pepohonan.

Ia memiliki rambut hijau-giok yang tumbuh memanjang sampai ke pinggangnya dan telinga berujung runcing.

Ia punya ingatan tentang dirinya.

Ia adalah si pelayan,yang datang membawakan parfait raksasa,di restoran kemarin.

(Sejak kapan ia mendekat?)

Claire menjadi waspada dan mempersiapkan dirinya.Untuk mendekati Claire,seorang kontraktor roh,tanpa disadari,ia pastinya bukanlah orang biasa.

Intuisinya berkata pada dirinya bahwa wanita ini berbahaya.

"Siapa...kau?Maaf saja ya tapi mood-ku sekarang lagi benar-benar jelek."

"Ah,manis banget deh wajah yang kau buat itu,dasar kucing menakutkan ."

Vivian Melosa mengayunkan kedua tangannya untuk memperlihatkan padanya.

"Meskipun begitu aku rela bersakit-sakitan demi rencana meminjamimu kekuatan." "....Kekuatan?"

Alis mata Claire berkedut.

"Ya,ini adalah sesuatu yang paling kau dambakan."

"Kau...jangan-jangan kau...?"

Claire melotot pada wanita di hadapannya.

"Penyelundup Cursed Armament Seal!"

"Benar!Akan tetapi,lebih tepatnya,seorang peneliti,tauk♪"

Seiring Vivian Melosa mengaynkan jari telunjuknya,ia perlahan berjalan mendekatinya.

Pupil mata merah terang mencoloknya menatap tajam tanpa gerak lurus-lurus ke arah mata Claire.

Seperti ia sanggup melihat jauh sampai bagian terdalam lubuk hatinya.

"—Hmm,anak kucing,kau mau kan kekuatan dahsyat itu?"

Kata-katanya dengan menderu bergema.

Claire tak mampu menggerakkan kakinya seujung jari pun seolah-olah terbelenggu.

(Ini kah Sihir Dominasi?)

Itu adalah sihir pemanipulasi pikiran.

Kata-katanya terngiang-ngiang berkali-kali di dalam kepalanya dan menusuk-nusuk bagian terdalam pikirannya. "....Kau."

"Jika kau meng-implant «Cursed Armament Seal» milikku,kucing neraka-chan mu akan menjadi roh yang lebih kuat."

Sakitnya seperti kepalanya terpecah belah.Meskipun ia menutup telinganya dengan kedua tangan,kata-katanya masih saja menembus masuk.

— Hey,bukannya kau menginginkan kekuatan?

— Kekuatan yang melampaui segalanya

— Kekuatan untuk meraih «harapan»mu.

(...Jelas sekali aku ingin sesuatu seperti itu!)

Ia ingin kekuatan.Ia perlu kekuatan tak peduli apapun harganya demi tujuannya.

Untuk alasan itulah,ia akan menghalalkan segala cara— Ia telah mempersiapkan dirinya seperti itu semenjak hari empat tahun silam itu. Karenanya,ia bahkan akan membahayakan nyawanya untuk meraih roh tersegel kuat.

Ia telah membuat kontrak dengan roh gila pemberian roh kegelapan itu.

Namun.

"Jangan meremehkanku!"

Dalam sekejap mata,Lidah Api berkobar milik Claire terwujud di tangannya,dan melahap habis area di depannya.

"Sihir Dominasiku dipatahkan?"

"Maaf saja ya tapi aku tolak jualanmu yang maksain begitu."

"Mengecewakan banget.Kupikir kau telah memiliki kualifikasinya tapi sepertinya aku salah menduganya."

Vivian Melosa mengangkat bahunya,menampakkan rasa bosan.

Jika itu adalah Claire beberapa minggu yang lalu,ia mungkin tak akan mampu melawan godaan itu.

(Tapi aku yang sekarang berbeda.)

Jika kau menginginkan kekuatan—aku akan menjadi roh terkontrakmu.

(....Sejak awal,ia telah berjanji padaku)

"Jadi,aku nggak butuh kekuatan palsu kayak begitu!"

Bebarengan dengan waktu Claire berteriak,ia meluncurkan sebuah sihir roh berbentuk bola api.

Ia tak segan-segan pada si musuh pedagang Cursed Armament Seal ini.Ia menyerang dengan maksud merubahnya seutuhnya menjadi batu bara.

Sebuah goncangan mengerikan dan ledakan menggema di hutan sunyi senyap tersebut.

Pohon-pohhon di sekelilingnya terpental dengan satu pukulan dan ambruk lurus ke tanah.

Pepohonan itu terbakar.Namun,sosok Vivian Melosa tak nampak disana.

"Fufu,Jangan buru-buru begitu dong.Ada orang lain tuh yang ingin ketemuan denganmu tanpa boleh gagal."

Suara menyihir itu menggema di dalam hutan

Claire terperanjat dan berbalik—

Dari dalam lebatnya hutan,seorang gadis tinggi semampai muncul.

"Kau kan..."

Ia adalah si senpai kontraktor roh adamantine,seseorang yang memprovokasi Claire kemarin.

Benar-benar tak ada satupun ekspresi yang nampak dari wajahnya.

Ia mendekat,berjalan tertatih-tatih layaknya hantu.

"Jangan-jangan.. Cursed Armament Seal?"

"Ah,jangan keliru dulu.Yang ingin kekuatan itu dia.Meskipun,yah nampaknya pikirannya tak sanggup menanggung Cursed Armament Seal-ku."

Suara terkikih-kikih penuh ejekan menggema di dalam hutan.

"...Wa...a...laire...Rouge...Aaaahhh!"

Si cewek kontraktor roh adamantine mengeluarkan suara ratapan memekakkan telinga.

Dalam sekejap,sebentuk angin badai menyapu area,dan seekor hewan buas tinggi besar muncul entah darimana.

Di sana—Nampak seekor rusa besar ber-atribut logam,yang dengan mudah melampaui tinggi badan Claire.

Ia memiliki dua tanduk yang memanjang secara ekstrim dan pupil mata hitam yang mengkiaskan tanda-tanda kebengisan.

Atmosfer pengintimidasi mengerikan miliknya membuat bulu kuduknya merinding.

"Apa?apa ini... si roh adamantine !?"

Claire menyerukan suaranya dengan kaget.

Roh terkontraknya harusnya bukanlah roh peringkat-tinggi dengan kekuatan selevel ini.

"Nggak tuh,tidak diragukan lagi ini adalah roh miliknya.Ia berevolusi dengan Cursed Armament Seal milikku,tauk ♪"

Vivian Melossa tertawa kecil.

"Jadi,bersediakah kau bekerjasama dalam eksperimen ku,ojou-sama kucing neraka."

"...?"

Rusa besar yang menggila itu mengeluarkan raungan memuakkan dan menyerbu maju.

Bagian 3

Apa yang dibeli Kamito adalah kalung berbentuk kucing yang Claire pandang-pandangi.

Setelah menerimanya dalam kotak kado terbungkus berpita merah,Kamito meletakkannya dalam saku dadanya sembari dengan malu-malu menggaruk-garuk wajahnya.

"Hari ini adalah ulang tahunnya."

"Aku paham.Alasanmu meminta gaji di awal itu demi membeli itu to."

"Hn,bisa kau bilang begitu deh...tapi,aku akhirnya malah bertengkar dengannya."

Di momen Kamito mengangkat bahunyaa,Ellis berdehem.

"Kupikir baikkan lagi tu nggak akan sesulit itu kok.Bukannya cokelat barusan item buatan tangan Claire Rouge."

"Ah,kayaknya begitu.Kayaknya juga ia berlatih membuatnya kemarin-kemarin."

"Baginya untuk memberikan itu di hari Festival Suci Valentia itu artinya,err,ia aslinya tak membencimu,menurutku sih...maksudku,kupikir ia ingin baikkan kembali,ya kan?"

"Jika seperti itu,syukurlah."

"Me-Meskipun begitu,jika penerimanya adalah lawan jenis,ada juga sedikit kesempatan bahwa bukan itu saja maksudnya tapi..."

Ellis berdehem lagi—

Ia menatap wajah Kamito.

"Hn?Ada apa?"

"E-Ern,u-um...Sebetulnya,A-Aku juga punya cokelat—"

Ellis hampir akan mengeluarkan sesuatu dari saku seragamnya,dan saat itulah.

*Dooooon—!*

Sebuah raungan bergemuruh seolah menggoncangkan bumi menggema dari arah alun-alun.

"....Ellis!?"

"Ah,ayo pergi Kamito!"

Ellis dalam sekejap beralih kembali ke wajah ksatrianya,dan mulai lari dengan sekuat tenaga.

Bagian 4

Memaksa lewat di kerumunan yang kalang-kabut mereka tiba di alun-alun—

"Apa-apaan itu!?"

Seekor hewan buas raksasa tengah mengamuk di pusat alun-alun.

Ia adalah hewan buas mirip babi hutan liar,yang memiliki dua gading tajam.

Seluruh tubuhnya tertutup dengan cangkang yang terpoles seutuhnya layaknya cermin.

Itu bukanlah hewan buas.Ia adalah roh.

Terlebih,ia adalah roh level tinggi yang menggila.

Kerumunan di alun-alun telah jatuh dalam kepanikan.

Mencoba melarikan diri secara serempak ke arah yang sama,mereka akhirnya malah saling bertubrukan dan jatuh.

Nampak juga banyak manula dan anak kecil diantara kerumunan tersebut.

"Apa ada seseorang yang membuat roh ini membabi buta?"

"Ah,bisa jadi ada kontraktor roh nya di suatu tempat namun makhluk itu benar-benar telah kehilangan kendali."

Seperti yang diduga dari seorang yang telah biasa dengan situasi semacam ini,Ellis sangat tenang.

Ia telah mempersenjatai diri dengan senjata roh «Ray Hawk» di tangannya.

"Investigasi penyebab hal ini akan dilakukan nanti.Aku menyimpulkan situasi ini adalah bencana roh level lima.Ayo kita basmi dia,Kamito."

"Siap!"

Memberikan anggukan,Kamito menghunuskan Est Pemusnah dari sabuk pedang di pinggangnya.

Menyalurkan divine power miliknya ke pedang,ia membangunkan Pembasmi Iblis—Pedang Suci Pembunuh Raja Iblis.

"Est pinjami aku kekuatanmu!"

Merespon keberadaan senjata roh,roh yang menggila itu berbalik ke arah mereka berdua.

Mengeluarkan auman lantang yang menggetarkan atmosfer,ia menendang tanaha dan maju menyerang.

Sebuah goncangan yang mengerikan.Bangunan-bangunan di sekitarnya runtuh satu persatu.

"—Ha!"

Ellis mengayunkan Ray Hawk secara horizontal.

Bilah-bilah pedang angin dengan jumlah tak terhitung yang bahkan mampu mengoyak baja muncul dan meluncur berturut-turut ke arah roh tadi.

Bahkan roh level tinggi sekalipun jika terkena itu secara langsuung,ia tak akan dalam keadaan baik-baik saja.

Namun—

Pada saat itulah,roh yang mirip seperti cermin itu memendarkan warna-warna pelangi.

"Apa!?"

Ledakan berkas sinar muncul—dan bertepatan dengan itu bilah-bilah angin yang seharusnya kena secara telak ke tubuh si roh semuanya terpantul sekaligus.

Bilah pedang angin yang terpantul kembali tersebut mengiris bangunan di sekitarnya menjadi dua.Bagian atas bangunan-bangunan yang teriris merosot perlahan-lahan,dan mengeluarkan lengkingan suara bergemuruh dan kepulan awan pasir besar yang menari-nari.

"Bilah-bilah pedang anginku ditangkis!?"

"Bukan—ia menguatkan dan memantulkannya balik."

Kamito dengan garang menatap roh di depannya.

(...Roh yang memantulkan serangan ber-atribut,eh?)

Apa yang terlintas dalam benak Kamito adalah pertandingan kemarin.

(.....Jangan bilang,itu si roh cermin?)

"Ia datang,Kamito!"

Ellis menjerit.Setelah mementalkan puing-puing yang berserakan,roh gila itu mulai merangsek maju. Kamito memasang kuda-kuda dengan Terminus Est dan berdiri di jalan yang akan dilalui si roh.

Serangannya aslinya gampang dihindari—tapi,itu nggak bisa dilakukan.

Gading besarnya mendekat.Hantaman intens itu—terhenti oleh Kamito yang menggunakan mata pedangnya. Suara logam menggema.Ia hampir saja bisa menghentikan hewan buas besar itu namun Terminus Est,yang hanya mampu membawa kurang dari sepersepuluh kekuatannya,bahkan tak sanggup mencungkil kulitnya.

(...Divine Power makhluk ini ada di level yang beda.)

Keringat dingin mengucur dari dahi Kamito.

Seiring Kamito menahan gading raksasa itu dengan pedangnya,ia sedikit demi sedikit mulai tertekan.

(Sial,kalau saja kita ada di Astral Zero,aku akan mampu mengurusnya tapi—)

Ia adalah roh level tinggi yang mengamuk.Ia mungkin akan jadi ancaman bagi kontraktor roh biasa,tapi bagi Kmaito yang dijuluki Penari Pedang Terkuat,ia bukan lawan yang akan membuatnya kesusahan.

Namun,faktanya adalah kerumunan disini,orang-orang yang terlambat pergi,ada di sekitarnya.

Apa yang akan terjadi jika ia melepaskan hewan buas ini ke arah mereka sudah jelas dapat ditebak.

Melihat bahwa serangan ber-atribut tak mempan,Ellis mendarat di belakang Kamito dan mengarahkan orang-orang untuk mengungsi.Itu adalah sebuah keputusan yang tenang dan beralasan dari seorang yang layaknya Kapten Ksatria Sylphid.

Si roh cermin iblis itu mulai melolong membabi buta.

Ia menghancurkan tanah dengan gelombang kejut itu dan membuat Kamito,yang sedang menahan gadingnya,terpental ke udara.

Dan seperti itulah,ia pun nyungsep ke gunungan puing-puing.

"Gah,kuat banget...."

Menggeram,Kamito mencoba berdiri sambil gemetaran,dan——

"Kamito"

Mendengar pekikan Ellis,Kamito segala menolehkan kepalanya.

Si roh cermin iblis tadi menjejak-jejakkan kakinya dengan keras ke tanah.

Di jalurnya,ada seorang gadis kecil yang diam terpaku.

Mungkin ini pertama kali bginya melihat roh yang mengamuk,jadi terlihat ia jadi ketakutan dan kakinya tak mau beranjak dari tempatnya bepijak.

Si Roh Cermin mengeluarkan auman keras dan merangsek maju.

(Sialan,nggak kan sempat!)

Memaksa untuk berdiri,Kamito menendang tanah dan meloncat.

Dengan timing itu,menyambar si gadis dan menghindar adalah hal yang mustahil. Cipratan darah merah menyembur keluar.

Sebuah serangan kuat menyeruduk bagian samping perut Kamito.

"Gwah!"

Panas.Penglihatannya menjadi putih murni karena rasa sakit seperti terbakar itu. Si roh cermin iblis mengayunkan gadingnya dan tubuh Kamito pun menghantam tanah.

"...! Kamito!!"

Ellis segela berlari kearahnya.

Seragam sekolah yang semula putih perlahan-lahan berwarnakan warna darah.

(...Bagaimana dengan gadis itu?)

Menahan rasa sakit,ia melihat keadaan sekelilingnya dengan sepintas lirikan— Gadis yang didorongnya ke samping tak sanggup berdiri dan terduduk di tanah.

Di saat ia menghela nafas lega,ia terbatuk-batuk dengan keras.

Darah merah terlontar ke tanah.

" Kamito!Kau tak apa!?Kamito—!!"

Ellis menjerit keras.

"Ah...Entah bagaimanapun itu ya begitulah."

Seolah ia bertahan dari gegar otak,kesadarannya menyelinap pergi.

Wajah Ellis yang dengan khawatir menatap dirinya menjadi buram,

Keringat dingin mengucur dari seluruh tubuhnya.Ia tahu dirinya memucat.

Menekan bagian samping perutnya dengan satu tangan,Kamito perlahan berdiri.

Ia menatap tajam roh cermin iblis yang bersimbahan oleh darahnya sendiri.

"E-Ellis,lindungi aku.Akan kuurus makhluk itu."

"Tapi,lukamu—"

"Afinitas antara senjata roh mu dengan miliknya terlalu tak cocok.Hanya aku yang bisa melakukan ini." Dihadapkan pada kenyataan tak terbantahkan,Ellis dengan kesal meggigit bibirnya.

Kamito menggenggam erat Est Pemusnah dengan kedua tangannya,dan menyalurkan semua divine power yang ia punya.

(...Aku harus menyelesaikan ini dengan serangan berikutnya...)

Pembasmi Iblis Pedang Suci Pembunuh Raja Iblis adalah senjata roh kelas terkuat,namun output nya sangatlah tidak stabil.

Tanpa menyalurkan divine power yang cukup kedalamnya dan mengendalikannya,sebagian besar kekuatannya tak akan bisa diwujudkan.

Dengan keadaan Kamito yang sekarang,ia hanya bisa bertaruh pada satu serangan itu.

Roh cermin iblis mengangkat gadingnya,ia menyerang sekali lagi.

"Ellis,aku mengandalkanmu!"

"Ah!"

Kamito melompat—bukan,terbang tepat di atasnya.

Ellis telah menggunakan sihir roh angin miliknya.

Terbang di atas roh cermin,Kamito mengayunkan kebawah pedangnya ke kepala besar hewan buas itu. Akan tetapi.

(...! Tak mau tembus!?)

Pedang Suci Pembunuh Raja Iblis hanya sedikit menggores dahi roh cermin itu.

Karena luka seriusnya,kendalinya terhadap Est menjadi tak stabil.

Roh cermin iblis yang murka mengguncang-guncangkan kepalanya dengan keras dan melempar Kamito ke tanah.

Raksasa itu perlahan mendekati Kamito yang jatuh dari atas kepalanya—

Saat itulah,sebuah cambukan merah tua mengoyak langit.

Lidah Api melilit roh cermin iblis,membuatnya tersandung dan raksasa itupun terjungkal ke samping.

  • Dooon!*

Goncangan yang dahsyat.Debu-debu dengan segera beterbangan

"Apa!?"

Dari kepulan debu—suaranya mampu terdengar.

"Orang itu roh budakku...janga sentuh dia tanpa seizinku!"

"Claire!?"

Mata Kamito terbelalak kaget.

Menggenggam Lidah Api,Claire turun dari lantai dua sebuah bangunan.

"K-Kau,kenapa—"

"Kita bicarakan nanti saja.Ayo kalahkan mereka dulu."

"Mereka?"

Kamito mengernyit curiga—dan ikut-ikutan menatap tajam ke depan arah tatapan mata Claire.

Kemudian,bangunan-bangunan mulai hancur dan,dari sisi lain alun-alun,roh yang lain muncul.

Ia adalah seekor rusa besar dari logam dengaN tanduk besar di kepalanya.

"...!Ada satu lagi!?"

"Apa sebenarnya yang terjadi Claire Rouge?"

Ellis menghambur kearahnya dan bertanya dengan ekspresi garang.

"Tuan mereka adalah siswi kontraktor roh cermin iblis dan kontraktor roh adamantine.Aku telah mengalahkan kontraktor roh nya,tapi kedua roh ini sepenuhnya telah hilang kendali dan menjadi gila."

"Jangan-jangan,dua orang yang kemarin itu yah....T-tapi roh terkontrak mereka kan tak punya wujud semacam ini—"

Menghentikan kalimatnya di tengah jalan—Kamito mendadak tersadar.Ellis juga nampaknya paham.

"Jangan-jangan..."

"Uh,mereka menggunakan Cursed Armament Seals."

"...!"

Ellis menggigit bibirnya dengan kesal.

Ia meratapi fakta bahwa ia tak bisa menghentikan para murid terjerumus menggunakan Cursed Armanent Seals.

Cursed Armament Seals mengizinkan roh level menegah berevolusi menjadi roh level tinggi.Tak ada jaminan mereka akan baik-baik saja jika mereka mentransplantasikan segel itu.Malah hasil yang akan di dapat adalah mengamuknya roh mereka sendiri.

"Ngomong-omong,bagaimana lukamu!?"

Menyadari ada noda darah di seragam Kamito,Claire membelalakkan matanya.

"...Ah,aku tadi khilaf.Kau juga,bukannya kau juga penuh luka?"

"...S-Sesuatu kayak gini sih bukan masalah besar."

Claire segera memalingkan muka,membalas perkataan Kamito dengan nada sengit.

Tapi,bahkan seragamnya sobek disana sini,dan kaki lengannya penuh dengan luka-luka.

"Kesampingkan itu,Ellis,mana bala bantuan Ksatria Sylphid?"

"Mereka seharusnya sedang dalam perjalanan kemari.Namun,satu-satunya yang berpatroli di area ini adalah aku dan Kamito....diantara kerumunan ini,akan makan waktu bagi mereka untuk datang dari area lain."

Ellis menggigit bibirnya dan menunduk.Dikarenakan kekuatan tempur Ksatria Sylphid yang hampir berkurang setengahnya,mereka mau tak mau harus membagi-bagi satuan pengaman mereka.

Melepaskan sebuah auman keras yang mengguncang bumi,roh cermin iblis kembali bangkit.

Roh adamantine yang berwujud seekor rusa raksasa juga perlahan berjalan menuju pusat alun-alun.

"Dua roh level tinggi yang mengamuk,—Seperti dugaan,ini benar-benar edan."

Claire dengan gugup mengerang.

Disini masih ada sekelompok besar orang-orang,yang gagal melarikan diri keluar alun-alun.Menunggu dengan santai bala bantuan Ksatria Slyphid dan Akademi yang hanya akan berakhir dengan hasil yang tak terelakan.

"Aku mungkin bisa paling tidak mengulur waktu."

"Maaf,Claire Rogue,pinjami aku kekuatanmu sampai bala bantuan datang."

Menggenggam senjata roh mereka masing-masing,Claire dan Ellis berhadapan dengan kedua roh tersebut.

Dalam sekejap,sebuah cahaya menyilaukan meledak.

Sebuah suara gemuruh memekakkan telinga terdengar.Puing-puing hancur.

"...!Apa-apaan itu!?"

Seiring Kamito melindungi matanya dari pecahan batu-batu yang beterbangan,ia berteriak.

Hujan.

Itu adalah hujan rentetan tembakan yang tanpa ampun ditembakkan ke arah dua roh tadi.

Tanah bergoncang keras,dan tak terhitung pilar-pilar api terlontar ke langit.

"...."

Di saat berondongan tembakan berhenti—

Yang tersisa hanyalah alun-alun yang telah luluh lantak sepenuhnya.

Kedua roh level tinggi tadi benar-benar telah lenyap tak berbekas.

(...Apa yang sebenarnya terjadi!?)

Sembari terbatuk-batuk dengan keras,Kamito mendongak ke langit—ke arah asal berondongan tembakan tadi.

Di atas sana—sebentuk benteng raksasa melayang!

Itu adalah sebuah benteng udara yang dilengkapi dengan beberapa lapis armor campuran dan meriam-meriam yang tak terhitung jumlahnya.

Sepasang pupil mata biru-beku layaknya es menatap tajam ke tanah.

"Silent Fortress—"

Kontraktor roh terkuat Akademi,seorang yang menghancurkan alun-alun dalam sekejap mata,perlahan mendarat di tanah.

"Velsaria...."

Kamito menekan bagian samping perutnya yang merembeskan darah sembari menatap tajam Velsaria. Bangunan-bangunan di alun-alun hancur di sana sini karena berondongan tembakan. Sisa puing-puing,yang terlontar ke atas,tanpa ampun menghujani kerumunan orang yang tak sempat menyelamatkan diri.

"Kenapa kau melepaskan tembakan!Kau harusnya tahu kan menggunakan senjata roh semacam itu akan berakhir menjadi—"

"Aku hanya melenyapkan roh-roh yang mengamuk.Mereka yang ikut terlibat berarti sedang sial—tidak,untuk berakhir dengan kerusakan selevel ini saja,sebaliknya ini adalah nasib baik bagi mereka."

"Aneue!Apa kau serius berpikir kalau—"

Velsaria dengan dingin melecehkan amarah Ellis.

"Ellis,kelihatannya adalah hal yang salah untuk mempercayakanmu posisi sebagai Kapten.Nampaknya kau bahkan tak sanggup menangani situasi selevel ini.Kau bebas membeberkan cita-citamu mu sebagai Ksatria atau apalah itu— tapi cita-cita tanpa kekuatan itu cuma kayak kata-kata ngelantur.Kau tak punya kualifikasi untuk memanggil dirimu sendiri seorang Ksatria."

"...!?"

Menepis perkataan Ellis,Velsaria hendak beranjak pergi.

Di saat itulah.

"Tarik kembali itu."

"Apa?"

"Tarik kembali itu,kata-kata yang barusan kau ucapkan!Dan meminta maaflah pada Ellis!" Dengan kesadarannya dirinya yang memudar,Kamito menyeret kedua kakinya maju dengan langkah tertatih-tatih dan mendekati Velsaria,

Adalah hal yang tak bisa diterima bahwa ia melontarkan kata-kata semacam itu tanpa tahu menahu bagamaima perasaaan Ellis,

Faktanya kata-kata itu terlontar dari seorang ksatria yang pernah dikagumi Ellis.

"Apapun kepercayaan yang kau anut itu adalah kebebasanmu.Akan tetapi,kau tahu,takkan pernah kumaafkan seorang yang tak tahu apa-apa,menginjak-injak cita-cita Ellis."

"Aku hanya mengatakan kenyataannya.Ksatria Fahrengart tak akan memutarbalikkan kata-katanya."

"Jangan bercanda,kau tak layak menyebut dirimu sendiri seorang ksatria." "....!?"

Riak emosi terpancar dari pupil mata Velsaria.

Itu bukanlah rasa kesal,bukan juga kemarahan—namun sejenis emosi yang berbeda.

"Enyahlah,kontraktor roh pria.Keberadaanmu merusak pemandangan."

"Tunggu—"

Tepat ketika ia mencoba untuk mengejarnya lebih jauh,pandangan mata Kamito berguncang hebat. Darah menyembur keluar dari tenggorokannya.Bidang pandang di depan matanya mendadak buram seperti ada kabut.

"Sial...!"

"—Kamito!"

Claire dengan cepat memegangi dan menghentikan tubuh Kamito yang ambruk ke tanah.