Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid5 Bab1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Rusaknya Pedang Suci[edit]

Bagian 1[edit]

"-!?"

Kamito terbangun dan menemukan dirinya di atas ranjang yang empuk.

... Dia duduk dan memeriksa tubuhnya.

Dia tidak mengenakan seragam sekolahnya, melainkan satu set piyama. Tampaknya seseorang sudah membantunya mengganti baju ketika dia pingsan.

Mimpiyang dia lihat membuat badannya berkeringat dingin.

"Aku -"

Apa yang -

Kamito mengusap kepalanya datar yang sakit, dan mencoba untuk mengingat peristiwa yang terjadi sebelum dia pingsan.

Pada saat itu juga -

"Kamito, kau sudah bangun?"

Dari sudut ruangan terdengar suara.

Kamito berbalik, dan melihat seorang gadis cantik berseragam duduk di kursi dekat dinding.

Dia punya dua Ponytails merah di samping kepalanya.

Mata merah rubinya yang bening menatap cemas ke arah Kamito.

"... Claire, kau tidak terus-terusan di sini, kan?"

"Eh? Tidak, cuma sesekali..."

Claire menggeleng dengan panik.

Tapi, lingkaran hitam di sudut-sudut matanya menandakan kalau dia kurang tidur.

"Maaf karena membuatmu khawatir."

"U-Uh, tidak, aku tidak khawatir."

Kamito membalas kekhawatiran Claire dengan senyum masam, dan melihat sekeliling ruangan.

Kamar kastil ini sudah diatur untuk peserta Dance Blade. Dilihat dari jendela yang luas dan perabotan yang berkualitas, semua orang bisa mengatakan kalau tempat ini bukan kamar Kamito yang biasanya, yang hampir sama dengan ruang penyimpanan, melainkan ruangan yang berada di tempat asing.

Dengan cepat matahari muncul dan bersinar lemah melalui celah di tirai.

"Baguslah, tidur lagi sana. Demammu belum sepenuhnya sembuh."

"Ah? Aku demam?"

"Mmhm, kelihatannya sekarang sudah membaik, tapi barusan panasmu tinggi banget."

Claire membungkuk dan meletakkan tangannya di dahi Kamito.

Sentuhan kulit Claire yang dingin terasa sangat nyaman. Oh ..... memang masih sedikit demam.

"Lagi pula, Claire -"

"Ya, apa?"

"Eh, kenapa aku pingsan?"

"....... Kau tidak ingat?"

Mata Claire terbelalak karena terkejut.

"Jangan bilang kau amnesia ..."

"Bukan, bukan begitu. Hanya saja kepalaku masih pusing dan belum bisa mengingat apa yang terjadi tepat sebelum aku pingsan."

Kamito menggeleng.

"Kejadian di pesta?"

"Ya, aku ingat. Kau menolak ajakan dari putra mahkota dari beberapa negara cuma dengan lambaian tangan..."

"Uh, yeah."

"Waktu itu juga, Ren Ashbell mengajakku berdansa-"

Kamito merasa ingatannya berangsur-angsur kembali satu persatu, tangannya memijat pelipisnya yang sakit.

Sesuatu yang besar pasti telah terjadi.

Tidak salah lagi. Pasti ada sesuatu yang sangat penting-

"Ren Ashbell mengukir Brand of Darkness padaku, lalu -"

Ketidaksabaran terbakar di dadanya.

Bayangan pedang perak bercahaya di sudut pikirannya.

"Lalu, aku- -"

"Kamito, kau menyelamatkan kita dari tangan pembunuh dari Sekolah Instruksional!"

Melihat kesal Kamito, Claire angkat bicara.

"Pembunuh dari Sekolah Instruksional?"

Kamito tiba-tiba mengangkat kepalanya.

Benar juga. Waktu itu, aku melawan roh militernya Muir-

Kalimat Claire memicu ingatannya semalam kembali seperti banjir bandang.

Selama upacara pembukaan Blade Dance tadi malam, Muir Alenstarl, pembunuh dari Sekolah Instruksional, yang menyebut dirinya adik asuh Kamito, telah mengendalikan roh militer untuk menyerang Claire dan yang lainnya.

Ditandai oleh Ren Ashbell dengan Brand of Darkness dan penuh luka, Kamito berlari menuju tempat pertempuran, menuju roh militernya Muir Alenstarl - tapi pada saat itu, kutukan dari Brand of Darkness berefek pada tubuh Kamito, dan dia merasakan nyeri yang tak tertahankan.

Dan kemudian -

"...!"

Begitu ingatannya kembali, seluruh tubuh Kamito menegang, seakan-akan dia telah disambar petir.

Gambar yang muncul dalam pikiran adalah bahwa seorang gadis - dengan mata violet misterius.

Dengan rambut indah putih keperakan yang memantulkan sinar bulan.

Dengan tangan kecil yang membelai lembut punggung Kamito.

Dan dengan bibir yang dingin seperti es namun panas seperti api ketika menyentuh Kamito.

Lalu dia berubah menjadi partikel-partikel cahaya yang tak terhitung banyaknya, lalu hilang ke dalam ruang hampa-

Itulah terakhir kalinya Kamito melihatnya.

"... Es ... t?"

Nama itu keluar dari bibirnya dengan gemetaran, spontan dia mengembuskan nafas.

Itu adalah nama seseorang yang selalu berada di sisinya, nama seseorang sangat penting, nama roh terkontraknya.

Hilang ingatannya barusan pasti karena Kamito tidak mau menghadapi kenyataan ini.

"Kamito ..."

Rendah, ucapan khawatir Claire hampir tidak terdengar oleh Kamito.

"Kau pasti bercanda ... Est, kenapa dia-"

Kalimat dari Est terus menggema.