Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid5 Bab5

From Baka-Tsuki
Revision as of 09:59, 1 April 2014 by Gwilthyunman (talk | contribs) (Reverted edits by Yudi anggara (talk) to last revision by 114.79.12.4)
Jump to navigation Jump to search

Bab 5 : Putri Maiden dari Grand Shrine

Bagian 1

"Aku nggak nyangka kalau di bawah altar, ada gua-gua sebesar ini!"

"Iya, bahkan aku pikir putri-putri suci di «Institut Ritual Suci» nggak tahu tentang keberadaan gua-gua ini."

Sambil memegang kristal roh dengan satu tangan untuk menyinari jalan mereka, Kamito berjalan melalui gua-gua bawah tanah yang besar.

Gua-gua ini, dibuat oleh orang-orang tak dikenal, sebenarnya cukup besar untuk memuat seluruh bagian Kuil Agung.

Di antara stalaktit terdapat jaring-jaring laba-laba yang besar, kelelawar-kelelawar yang berterbangan menari-nari di atas kepala mereka, dan kerumunan serangga kecil di tanah membuat Fianna tidak sengaja menjerit.

"Yang Mulia baik-baik saja ?"

"Aku putri kedua dari Kekaisaran yang mulia... Aku nggak mungkin takut sama serangga-serangga seperti ini.... Aaaaah!"

"Keras kepala... Hei, perhatikan langkahmu."

Saat sang putri mengeluarkan jeritan nyaring karena ketakutan, Kamito menggenggam tangannya dengan erat.

"K-Kamito? Mengapa..?"

"Sudah merupakan tugas laki-laki untuk melindungi perempuan... Atau mungkin kamu tidak suka memegang tangan laki-laki?"

"B-Bukan, bukan begitu... Hanya saja..."

"Jeritanmu tadi sebenarnya cukup imut".

"... A-Aku benci kamu! Kamu jahat, Kamito..."

Melihat ekspresi Fianna yang sedang cemberut, Kamito tidak bisa menahan tawanya.

Meski dia suka menggodai Kamito tanpa belas kasih, saat putri ini digoda oleh Kamito, dia menunjukkan sosok aslinya yang polos dan pemalu.

"O iya... Bagaimana kamu tahu tempat seperti ini ?"

"Ketika aku masih belajar di Institut, aku datang ke pulau ini sebagai bagian dari ritual untuk Raja Elemental Angin. Seniorku memberitahu tentang tempat ini."

"Senior... Siapa ?"

"Sang Ratu Bencana - Rubia Elstein."

"... Apa?!"

Saat itu juga, Kamito memekik dengan keras.

"Kamu teman kakaknya Claire ?"

"Ya. Dulu sahabatku sedikit, dan dia... merupakan salah satu dari sahabatku."

Ekspresi Fianna berubah menjadi gelap dan terlihat kesepian, dan dia bergumam tentang masa lalu.

"Bahkan putri maiden tertinggi pun diminta untuk berhenti disini, jadi aku sendiri juga nggak tahu kenapa dia bisa tahu gua-gua ini—" Di saat itu juga...

"Shhh... Diam sebentar!"

Kamito menghentikan langkahnya dan berbisik ke Fianna.

"Ada apa ?"

"... Ada orang di dekat kita."

"Bagaimana bisa !? Cuma aku yg tahu te—"

Fiana langsung diam di tengah kata-katanya.

Karena dia juga sudah mendengar suara orang berbicara.

—Kalau... badannya tidak bisa menahan... apa... kemudian...

—Kalau begitu, berarti... tidakpunya hak untuk... itu saja.

Kata-kata mereka bergema di gua.

Karena dinding gua memantulkan suara, mereka tidak tahu seberapa jauh mereka dengan orang yang berbicara.

Bagaimanapun, Kamito yakin bila dia sudah pernah mendengar suara itu sebelumnya.

"Itu Muir Alenstarl... Jadi yang satunya pasti—"

Kamito memegang bahu Fianna untuk melindunginya, dan mengambil nafas panjang untuk mengontrol emosinya.

"Mengapa bajingan itu disini..!"

Orang yang berbicara dengan Muir memang Ren Ashbell.

—Orang yang sama yang menanamkan «Tanda Kegelapan» ke Kamito, dan orang yang bertanggungjawab atas menghilangnya Est.

"Sial.."

Kamito sudah pasti akan lari dan melawannya dalam situasi seperti ini.

Akan tetapi Kamito bahkan tidak bisa memanggil roh untuk bertarung saat ini.

Terlebih lagi, dia tidak bisa membiarkan Fianna dalam bahaya.

Karena itu Kamito hanya bisa menahan amarah dan keinginannya untuk menyerang, dan tetap bersembunyi dengan tenang.

Pembicaran mereka akhirnya selesai.

"...Kupikir mereka sudah pergi."

"Ya."

Kamito menurunkan tingkat kewaspadaannya, mengambil nafas, dan berkata.

"—Apa... yang barusan mereka lakukan ?"

"Entahlah... mungkin melakukan semacam ritual sihir."

"Ritual sihir ?"

"Iya. Aku mendengar seperti rapalan bahasa roh, tapi terdengar agak berbeda dibanding bahasa roh biasa... Terasa agak seram dan membuatku merinding."

"Mengapa mereka memilih tempat seperti ini—"

Kamito mengernyitkan alisnya karena bingung.

"Hmmm... Kamito ?"

"Apa ?"

"S-Sampai kapan kau berencana memelukku ?"

"M-Maaf!"

Wajah Fianna merah padam dan Kamito cepat-cepat melepas pelukannya.

Bagian 2

"Oooh... Apa salahnya aku ikut, Kamito bodoh!"

Di kamarnya, Claire menggerutu sambil merebahkan diri di kasur.

Ellis dan Rinslet sedang bersama keluarganya yang datang untuk mendukung mereka, sedangkan Claire dan Scarlet sendirian di rumah.

"Bodoh..."

Claire memeluk bantalnya dengan erat sambil tengkurap.

Mereka pasti memiliki alasan yang kuat, dan tidak punya pilihan lain selain meninggalkan Claire sendirian.

... Tapi, Claire merasa kesepian, seperti dia ditinggalkan oleh anggota timnya.

"Mereka ngapain aja... nggak ada yang tahu..."

Saat mereka meninggalkan ruangan, Fiana menekan lengan Kamito dengan dadanya.

Kamito terlihat sedikit terkejut, tapi... sepertinya tidak terlalu menolak juga.

"Bagaimanapun juga, apapun yang dilakukan si bangsat itu dengan putri mesum itu bukan urusanku..."

... Namun, perasaan tidak nyaman masih mengganggu di dalam dadanya.

"... Laki-laki, apa mereka semua suka gadis berdada besar ?"

Mungkin itu apa yang dilihatnya di buku terlarang di Biblion, yang menceritakan tentang berbagai macam ritual menggunakan tubuh putri maiden, tapi Claire malah semakin sadar akan dadanya yang memalukan.

"M-Mustahil... Bahwa ada yang menaruh sesuatu seperti itu di antara...!"

Sebersit pikiran tentang hal itu membuat Claire malu hingga mukanya merah padam.

"Ditaruh di antara..."

Gosok gosok. Remas remas.

Sebagai percobaan, dia menggosok dadanya yang kecil dengan lembut.

... Tidak mungkin. Dengan dada sekecil itu, tidak mungkin baginya untuk menahan benda seperti yang diilustrasikan di buku.

Yang mungkin dilakukannya hanya menggosokkan di permukaan—

"Aaah... Omong kosong apa yang kupikirkan!"

Mukanya merah, Claire memeluk bantalnya dengan cepat.

"Meow—?"

"S-Scarlet! P-P-P-Pergi kamu!"

Claire menyingkirkan bantalnya; Scarlet terkejut dan keluar dari kamar.

"..."

Dia sekarang benar benar sendirian di kamar.

"... Kenapa aku nggak... n-n-nyoba yang tertulis di buku itu?"

Claire menelan ludah.

Buku terlarang itu juga berisi tentang metode untuk memperbesar ukuran payudara.

Menggunakan kemampuan otak yang membuatnya meraih nilai yang tinggi di Akademi, Claire memanfaatkan saat dimana Ellis dan Rinslet terganggu untuk menghapalkan isi tulisan itu.

"...A-Aku harus mencobanya, kalau tidak aku ngga tahu bakal berhasil atau nggak."

Dia menelan ludahnya lalu mengambil batu kecil dari tasnya.

«Roh Petir» level rendah disegel di kristal roh itu. Meskipun kristal roh seperti ini mahal, tapi tidak tergolong jarang ditemui; sebenarnya digunakan untuk menakuti makhluk liar di hutan.

Claire menaruhnya di atas pakaian dalamnya yang berwarna putih, dan memijat dadanya dengan lembut lewat pakaiannya.

"Mmm...."

Claire kesakitan bila dadanya terkena ujung batu yang tajam, namun Claire mengatakan pada dirinya sendiri untuk berani dan menahan rasa sakit itu.

Claire fokus ke jari-jarinya, mengonsentrasikan kekuatan sucinya ke kristal roh.

Biasanya, dengan memberi ledakan kekuatan suci ke dalam kristal, melepaskan roh yang tersegel di dalamnya. Namun kali ini metode yang digunakan adalah memasukkan kekuatan suci pelan-pelan dan terkontrol, cara ini membutuhkan kemampuan lebih—namun metode ini sangat mudah bagi seseorang seperti Claire.

"I-Ini akan membuat dadaku lebih besar...? Yeeee!"

Roh yang tersegel mulai merrespon, mengeluarkan percikan energi yang lemah ke tubuh Claire.

Perasaan nyaman meracuninya, membuatnya menggigil sampai ke ujung jarinya.

"A-Apa yang terjadi... Uhh... Aaaah!"

Claire mendesah sambil menekan kristal roh yang terus memercikkan energi ke dadanya.

"Aaaa-aaah, mmm, aah-ha, aah... oooh..."

Tidak sanggup menahan rasa sakit, Claire menggenggam sprei dengan tangannya dan menghembuskan nafas panjang.

"Aku h-harus kuat, biar dadaku jadi lebih besar... Aaaah!"

Tiba tiba percikan energi yang lebih kuat melanda tubuhnya, membuat Claire menggigil tidak karuan, dan badannya miring ke belakang.

G-Gimana sekarang, aku n-nggak bisa berhenti..!

Saat rasa sakit mengalir keluar dari tubuhnya, Claire mulai kehilangan kesadarannya.

"—Apa, jadi kamu minta aku melakukan hal ini untuk kamu ?"

Waktu itu, tanpa alasan yang jelas, sosok Kamito terbersit di pikiran Claire. Sosok imajiner Kamito melihatnya dengan ekspresi seperti yang ada di novel romantis kesukaannya, ekspresi yang tenang, kejam, dan angkuh.

"N-Nggak! Bodoh... Berhenti sekarang, jangan lanjut lagi!"

"Oh... Kamu benar-benar berharap aku berhenti ?"

"Eh? ... Aaaa!"

"Lihat dirimu, suara apa yang kamu buat ? Kamu memang gadis muda yang nakal."

"Oooh, mmm... S-Siapa bilang... Aaaah..."

"Kenapa kamu tidak mengakui perasaanmu yang sebenarnya, nona muda?"

"Perasaan apa... aaaah.... ohhh!"

"Em... Itu..."

"...Whew... oooh... Kamito, kamu bo..."

"Itu... Claire-sama?"

"... Hah!?"

Suara di samping telinganya mengejutkan Claire kembali ke kenyataan.

Di luar pintu berdiri seorang gadis memegang sebuah kotak.

"Waaaah... K-Kenapa kamu disini!?"

"S-Saya minta maaf telah mengganggu anda! Pintunya tidak terkunci, jadi—"

Gadis itu mengangguk meminta maaf.

"Ada yang bisa kubantu ?"

Claire duduk tegak, menelan ludahnya lalu bertanya.

"Ya, seseorang meminta saya memberikan ini kepada anda—"

Gadis itu menaruh kotak di tangannya ke rak di samping pintu.

Kotak itu ditandai dengan segel yang sangat familiar bagi Claire.

"Ini dari Direktur Akademi Greyworth... Apa isinya ?"

Claire membuka kotak tersebut. Isinya adalah buku dan dokumen yang sangat banyak.

Bagian 3

“-Kamu bilang, kamu bermimpi tentang Ratu Suci Areishia?”

“Mmm... Aku cuma ngga bisa melupakannya saja.”

Di gua yang gelap –

Kamito berjalan dengan Fianna sembari menceritakan tentang mimpinya.

Mimpi itu– dimana Ratu Suci Aerishia menggunakan «Pedang Suci Pembasmi Iblis» untuk menaklukkan Raja Iblis.

Kamito merasa bahwa isi mimpi itu ada hubungannya dengan Est.

“Itu memang mimpi yang susah dilupakan...”

Fianna menopang dagunya dengan tangan sambil berpikir sebentar, lalu berkata :

“Mungkin... Pikiran dan perasaan Kamito bercampur dengan Est.”

“Maksudmu ?”

Kamito hanya tahu sedikit tentang masalah akademik, namun Fianna dulunya seorang putri suci yang hebat, jadi dia sangat menguasai hal akademik.

“Sering terdapat koneksi mental antara elementalis dengan roh terkontraknya di mimpi mereka. Terutama ketika «Gerbang» antara mereka tidak dapat terbuka, kejadian ini semakin biasa terjadi.”

Saat Fianna berbicara, dia menggambarkan dengan jari telunjuknya.

“Saat aku kehilangan hubungan dengan roh terkontrakku, aku sering bermimpi tentang seorang ksatria menyerbu di medan perang.”

Ksatria di mimpinya itu mungkin saja «Georgios» yang dikendalikannya. Bisa dilihat bahwa meski seorang elementalis kehilangan kekuatannya, hubungan antara keduanya tidak putus begitu saja.

“Mimpi itu – kamu bilang itu bagian dari memori Est ?”

Bila benar, mungkinkah Est adalah Pedang Suci Pembasmi Iblis yang asli ?

“Mmm... Seharusnya mimpimu merupakan campuran dari memorimu dan Est – “

Fianna tiba-tiba berhenti sambil berkata.

“Aku mengerti perasaanmu... Hal yang sama juga aku alami sebelumnya.”

“Fianna...”

Kamito juga berhenti dan menghadap ke Fianna.

Putri Kekaisaran yang kedua, calon pengganti Rubia, calon pewaris tahta putri suci. Sayangnya, ketika dia kehilangan kemampuan untuk mengendalikan roh dan menjadi seorang putri suci yang gagal, orang-orang di sekelilingnya mengubah sikap mereka dan melihatnya dengan penuh kekecewaan.

Hal ini tentu menjadi mimpi buruk bagi seorang gadis yang polos.

“Tapi Fianna, kamu tidak menyerah begitu saja.”

“Itu karena Kamito.”

Jawab Fianna sambil menatap Kamito.

“Karena aku ?”

“Tiga tahun lalu, tarian pedang yang kamu tampilkan memberiku, elementalis yang gagal, inspirasi dan harapan baru. Kalau nggak, mungkin aku masih sembunyi di istana sekarang ini.”

“Kamu melebih-lebihkan.”

Kamito menggelengkan kepala karena malu.

“Tentu saja tidak, terlebih lagi... Sejak itu, aku punya perasaan terhadap Kamito— “

Saat itu, sekelompok kelelawar terbang melewati kepala mereka.

“Aaaah!”

Fianna menjerit tidak sengaja.

Kamito mengayunkan lenteranya, kelelawar pun menjauh karena ketakutan.

“... Nggak apa-apa sekarang. Kamu tadi bilang apa ?”

“N-Nggak! Aku nggak bilang apa-apa!”

Fianna bergumam untuk menghiraukan masalah tersebut, lalu mulai berjalan lagi,

...Selain suara langkah kaki, hening berlangsung agak lama antara kedua orang tersebut.

“Oh, Kamito, kamu nggak berencana memberitahu Claire tentang identitasmu sebenarnya ?”

Pertanyaan Fianna muncul begitu saja.

“Mmm, lupakanlah... Bila aku menghancurkan mimpi seseorang, aku nggak bisa hidup tenang.”

Mimpi terus bertahan sebagai mimpi adalah situasi yang paling tepat.

Penari pedang terkuat tiga tahun lalu sudah lama hilang.

Lebih baik baginya untuk tetap ada hanya di imajinasi Claire dan teman-temannya.

“Terlebih lagi... Bila mereka tahu tentang kebiasaanku berpakaian sebagai perempuan, mereka akan terus menertawakanku.”

Melihat pakaiannya sendiri, Kamito bergumam.

“Hee heee... Berarti cuma aku yang tahu tentang rahasia kecil Kamito ?”

Fianna tiba-tiba tersenyum riang, dan menggengam lengan Kamito dengan erat.

“Hey, hati-hati.”

“Nggak apa-apa, meski aku terpeleset, Kamito akan menangkapku sebelum aku jatuh.”

“Hey... Sebagai putri, hati-hati sedikit terhadap laki-laki!”

“Huh, kamu tahu? Seorang putri hanya gadis biasa di hadapan laki-laki yang dia sukai!”

Fianna mengeluarkan lidahnya dengan nakal ke Kamito.

Responnya yang manis membuat jantung Kamito berdetak cepat.

“Putriku terhormat, mohon berhenti bercanda denganku.”

“... Aku benci kamu, aku nggak bercanda.”

bagian 4

Setelah cukup lama, mereka berdua akhirnya tiba di terowongan rahasia Grand Temple.

Jalur atas diblokir oleh lempengan batu raksasa, dimana ada ukiran sempit dari kata-kata dalam bahasa roh.

Pintu keluar ada di sini; pelataran Grand Temple itu hanya di luar.

"Kamito, bisa aku naik di pundak mu?"

"Tentu saja, tak masalah."

Sambil mengangguk, Kamito membungkuk untuk memungkinkan Fianna untuk menaiki.

Merasakan lembut nya pahanya di bagian belakang lehernya membuat hati Kamito yang tanpa sengaja bisa melompat ke tenggorokannya - bagaimana ia berharap dia tidak akan marah kepadanya karena itu.

"O-Omong-omong ... Aku benar-benar tidak perlu menyembunyikan wajahku?"

"Sesuatu yang mencurigakan sesungguhnya akan membuat kita lebih mudah ditemukan. Selain itu, aku seorang gadis dan bahkan saya pikir Kamito terlihat sangat cantik, sehingga kamu tidak perlu khawatir sama sekali."

"Pujian tersebut benar-benar tak membikin aku merasa lebih baik ..."

Kemudian, Fianna menyanyikan apa yang terdengar seperti kutukan sihir. Kata-kata roh di batu bersinar terang biru, dan seluruh lempengan dengan rapi dibagi di tengahnya dan membuka ke arah luar.

Sinar bulan yang cerah dipancarkan langsung ke dalam gua yang gelap.

Malam telah jatuh pada dunia luar, dan api unggun terbakar untuk menerangi halaman besar.

"-Sepertinya tidak ada orang di sekitar, mari kita pergi sekarang."

Fianna mengulurkan tangan dan meletakkan tangannya di tanah, kemudian perlahan-lahan naik keluar.

Kamito melompat dalam satu lompatan, dan disusul di belakangnya.

Untungnya, pakaian ritual memiliki rok panjang, sehingga bahkan jika Kamito melihat ke atas, celana Fianna masih akan tersembunyi.

"Sayang sekali ... aku bahkan khusus memakai celana favorit Kamito hari ini."

"Aku-aku bahkan tidak se seperti ... hentikan!"

"Oooh, kelihatannya aku telah mengenai pada kebenaran!"

"Uhhh ..."

Melihat ekspresi Kamito yang penasaran, Fianna pecah menjadi gelak tawa.

Setelah naik ke permukaan tanah, mereka berdua bergegas ke koridor batu di depan halaman.

"Ku bilang ... Jika kita ketahuan, kita akan harus melarikan diri dari setiap roh penjaga satu di sini?"

"Jangan terlihat bersalah, dan kita tidak akan tahu."

Keduanya saling berbisik gugup sambil berjalan di sepanjang koridor batu yang membentang di depan mereka.

Pada saat itu, seorang gadis sang putri muncul di depan mereka dan mulai berjalan ke arah mereka.

"Ooh!? Aku

Jantung Kamito itu tersentak, dan ekspresi wajahnya membatu.

Gadis itu menarik semakin mendekat, langkah demi langkah-

Sama seperti mereka akan melewati satu sama lain, dia tiba-tiba berhenti di depan mereka dan berkata:

"Harap,kemana tujuan anda ke?"

"Untuk ruang Reicha-sama. Reicha-sama mengatakan dia merasa tidak enak badan, jadi ..."

"Oh, begitu? Maaf untuk menyulitkan anda."

Fianna menjawab sang putri gadis mempertanyakan dengan tenang, tenang ekspresi di wajahnya, dan yang terakhir kemudian berbalik dan pergi.

"Dengar, kita tidak hanya berhasil melewati uji coba ini?"

"Wow ... Keberanian gadis sang putri benar-benar adalah hal lain yang. Aku sangat takut jantungku hampir berhenti"

Untuk laki-laki untuk memasuki «Divine Ritual Institute» benar-benar keterlaluan. Sebuah aturan penting tersebut belum pernah rusak sebelumnya.

Jika mereka ditangkap, dalam kasus terbaik mereka akan dieksekusi, sedangkan dalam kasus terburuk ... Tidak apa, itu yang terbaik untuk tidak berpikir tentang hal itu.

"Lewat sini."

Fianna, yang berjalan di depan, memberi isyarat diam-diam dengan tangannya.

mengikuti langkahnya-

"..."

- Pasangan ini mencapai ujung koridor panjang, di mana ada satu set pintu besar dihiasi dengan ukiran rumit.

Dekorasi pintu ini terasa berbeda dengan pintu lain: hias pada bingkai pintu beberapa kristal roh sangat murni dan berharga.

"... Uh ... Fianna, bisa aku mengajukan pertanyaan?"

Kamito bertanya, ekspresi berkedut di wajahnya.

"Apa itu?"

"Jangan - Jangan Pintu ini ....... Tidak apa, ku kira tak usah dikatakan ..."

"Memang, itu hanya apa yang Kamito pikirkan."

Fianna mengangkat bahunya pada Kamito dgn nakalnya.

"Aku tidak punya pilihan ... Yang sang gadis putri lainnya dari status yang lebih tinggi daripada aku berada di sana, selain wanita ini?"

"Apa kau serius?"

"Jangan khawatir, aku sangat yakin."

Menyelesaikan kalimatnya, Fianna mengetuk dgn tangkas pada pintu tiga kali, sesuai dengan peraturan yang tepat.

Duo ini menunggu untuk sementara-

Akhirnya, pintu besar perlahan terbuka.

Pemandangan begitu menyambut mereka adalah-

Sebuah karpet merah begitu terbentang lurus di depan mereka, dan cerah berkilauan kristal roh.

Ini adalah ruang suci, penuh dengan aura ketenangan yang muram.

Sebuah tirai tipis menggantung di ujung ruangan, di balik itu adalah siluet sosok sedikit kecil.

"Apa yang pengunjung inginkan? Saya percaya saya telah menginstruksikan untuk tidak saat sedang makanku-"

Suara megah tinggi terdengar ke ruang depan.

Namun, tidak terpengaruh, Fianna berjalan ke depan dan berkata:

"Lama tidak bertemu, Reicha. Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?"

"... Hah?"

Gadis itu buru-buru menarik ke samping tirai, kemudian - rahangnya turun terkejut.

"... Tak mungkin, Fianna-sempai!?"

bagian 5

Reicha Alminas .

Dia adalah salah satu dari « Queens » telah mendapatkan kehormatan melayani lima Elemental Lords .

Hanya ada lima Queens di seluruh benua , dan mereka adalah yang paling terkemuka dari semua gadis putri .

Meskipun Fianna mengatakan ia ingin membawa Kamito untuk bertemu seorang putri tinggi peringkat maiden -

Dia tidak pernah sejenak bermimpi bahwa dia mengacu pada Ratu saat ini .

" Kenapa kau tidak memberitahu saya sebelumnya? "

" Karena ... Jika saya , Anda tidak akan datang , akan Anda Kamito ? "

Kamito tidak bisa menyembunyikan perasaan yang saling bertentangan itu . Demikian juga , gadis yang duduk di sampingnya juga gugup menghindari tatapannya , dan tampak agak gelisah .

Gadis itu memiliki rambut hitam glossy rapi dilakukan di kepang , dan mata lucu seperti itu dari hewan kecil .

Mengenakan pakaian ritual merah terang , dia tampak seperti kupu-kupu akan mengambil penerbangan.

Pada lima belas , dia setahun lebih muda dari Kamito . Seperti Rubia Elstein , dia adalah salah satu dari beberapa teman dekat Fianna dan confidantes sementara dia berada di « Divine Ritual Institute » .

Dia melayani Api Elemental Lord - dengan kata lain , ia berhasil posisi Bencana Ratu Elementalist itu .

Kamito sudah memperkenalkan diri , dihapus penyamarannya , dan mengungkapkan bahwa ia sebenarnya laki-laki.

Setelah menemukan bahwa Kamito sebenarnya laki-laki , Reicha sangat hampir pingsan di tempat , dan hanya berhasil tetap sadar berkat penjelasan fasih Fianna itu .

" II - Jika saya sopan , itu karena itu adalah waktu - f pertama saya berbicara dengan seorang laki-laki ... "

" N - Jangan pikiran . Aku harus menjadi orang minta maaf , tongkang pada Anda tiba-tiba seperti ini . "

Melihat Ratu angguk kepalanya meminta maaf ke arahnya , Kamito juga menundukkan kepala sebagai jawaban .

Meskipun jelas menjadi putri gadis peringkat tertinggi di benua itu , dia tetap rendah hati dan sopan .

Karena rank nya , Kamito seharusnya menggunakan sopan , bahasa formal ketika menangani nya . Namun, terlepas dari fakta bahwa , ia tetap tampak seperti gadis muda biasa , sehingga Kamito tidak bisa membantu tetapi berbicara kepadanya sebagai sama .

" Hee hee , sedikit Reicha masih sebagai lucu seperti biasa . "

Fianna tersenyum nakal dan mengulurkan tangan untuk merasakan dada kecilnya .

" Ah - S - sempai , apa yang kamu lakukan ! "

" Dada Anda tampaknya mendapatkan sedikit lebih besar ? "

" Oooh ... I- aku benar-benar tidak ... ! "

Reicha tersipu dan memutar tubuhnya membela diri .

... Bahkan jika dia memang seorang teman lama , untuk melakukan sesuatu seperti itu untuk seorang Ratu mendorongnya sedikit , bukan?

Kamito pecah menjadi keringat dingin dan mengalihkan matanya canggung .

Kedua gadis kenang sayang untuk sementara waktu, kemudian -

" Reicha , sebenarnya ... Saya memiliki nikmat untuk meminta dari Anda . "

Fianna membuat permintaan dengan ekspresi serius .

" Sebuah nikmat - ya ? "

Reicha berkedip , bukan pemahaman .

" Mmhmm ​​, saya perlu meminjam kekuatan Anda , untuk mematahkan kutukan pada dirinya - Kamito . "

" Maksudmu laki-laki ini telah dikutuk ? "

Api Ratu bertanya, berbalik untuk melihat Kamito .

" Semangat blade saya mungkin telah terperangkap oleh kutukan ini . Silakan menyelamatkannya , aku mohon . " Kamito menempatkan kedua tangannya di tanah dan memohon Reicha dengan segenap hatinya .

" Itu adalah kutukan begitu kuat sehingga bahkan aku tidak bisa memecahkannya Namun, Anda telah mendapat restu dari Api Elemental Lord ; . Dengan kekuatan itu, Anda pasti dapat menghancurkan bahkan kekasarannya dari kutukan . "

" Anda benar . Jika saya menggunakan « Sacred Flames kiamat » , kutukan apapun akan berubah menjadi asap , itu benar . Tapi ... "

Reicha menunduk dan bergumam .

Itu wajar bahwa ia akan ragu-ragu .

Bahkan pada perintah salah satu teman terbaiknya , Fianna , dia tetap seorang « Ratu » yang harus mengikuti aturan dan melakukan hal-hal dengan buku .

Menggunakan daya Api Elemental Tuhan untuk keuntungan pribadi adalah suatu tindakan yang tidak akan pernah dimaafkan .

Suatu periode panjang keheningan terjadi , dan kemudian -

" Aku tahu . "

" Hah? "

Pada saat itu , Kamito mengangkat kepalanya dan dianggap Reicha bingung .

" Karena itu adalah permintaan sempai , jadi ... Tapi hanya sekali ini, . Aku tidak akan membuat pengecualian ini lagi "

Api Ratu mendesah , dan menganggukkan kepalanya seolah-olah membuat keputusan.

bagian 6

belum selesai



Back to Bab 4 - Saudara Perempuan Laurenfrost Return to Halaman Utama Forward to Bab 6 – Memori Pedang Suci