Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Novel Illustrations


Prolog

Dunia sedang terkikis oleh «Permintaan» hitam.

"...... tia ..... Restia! "

Aku memanggilnya, menjangkau dengan tanganku, tapi itu tak dapat lagi meraihnya.

Aku tak ingin sesuatu seperti gelar yang terkuat.

Jika dia tinggal di sisiku dan tersenyum untukku, aku pasti sudah puas.

Meskipun—Meskipun aku hanya ingin memenuhi keinginannya.

"Kamito, aku minta maaf, sungguh .... maaf ....."

Dari dalam kumpulan kegelapan yang pekat dan menggeliat, aku mendengar suaranya.

Dia mungkin telah menangis -

Saat aku berpikir itu, aku terjun langsung ke «permintaan» hitam tanpa sedikit pun keraguan.


- Pada hari itu, tiga tahun lalu.

tepatnya apakah itu, yang telah aku minta?


Fajar Pertama

Bagian 1

Cuit~,cuit~ Kicauan burung bisa terdengar dari hutan. Pagi yang dingin terasa menusuk ke dalam tulang.

Cuit~

Sebuah sensasi lembut bisa dirasakan di dekat pipinya -

Kamito terbangun dengan kaget.

Dia dikelilingi oleh kegelapan. Cahaya yang menembus masuk ke tenda juga tampak redup.

Setengah terbangun, ia baru ingin bangkit dari tempat tidurnya yang sederhana—

"...!?"

Sebersit rasa sakit yang luar biasa bisa dirasakan dari tulang rusuknya.

"Kalau dipikir-pikir, aku masih terluka ..."

Kamito mengerang kesakitan.

Hal itu terjadi tadi malam - pada malam pertama Festival «Tarian Pedang», ia menerima cedera ini ketika memerangi Leonora Lancaster, andalan dari «Ksatria dari Kerajaan Naga» yang mewakili Dracunia.

Meskipun itu adalah pertempuran singkat yang berlangsung hanya beberapa menit, tetap saja itu membuat Kamito terdesak sampai ambang kematian oleh Leonora yang telah mengamuk karena terbangunnya «Darah Naga». Menggunakan senjata elemental nya dari kelas terkuat, «Pembunuh Naga», Leonora menembus dadan kamito dengan dalam.

Kamito mampu membalikkan keadaan dan mengalahkan Leonora hanya berkat bangkitnya roh pedang, Est. Sampai saat ini, «Pembunuh Iblis» telah menyelamatkannya dari berbagai krisis besar. Meskipun ia telah menutup hatinya karena tragedi masa lalu, pada akhirnya, dia masih merespon panggilan Kamito dan kembali ke medan perang.

"...Hmm? "

Tiba-tiba, Kamito merasakan ada yang aneh.

Mencoba untuk bangun dari tempat tidurnya yang sederhana, Kamito mendapatkankan lengannya -

Sedang dicengkeram erat oleh tangan yang kecil dan sedingin es.

"E-Est!?"

Kamito terkejut.

Di depan matanya adalah seorang gadis cantik dengan rambut perak putih, tidur nyenyak dengan suara napas yang halus.

Tubuhnya yang melingkar terbungkus selimut. Penampilannya ketika tidur hampir menyerupai malaikat kecil.

Namun, masalahnya adalah –

"...!"

Caranya berpakaian, yang pada dasarnya telanjang ... Itulah situasinya.

Selain kaus kaki panjang berwarna hitam yang menutupi kakinya, seluruh tubuhnya telanjang.

Rambut perak-putih berkilau. Kulit yang halus dan putih seperti susu segar.

Dari celah selimut, dua tonjolan kecil dapat terlihat samar-samar.

Hembusan napasnya yang menggemaskan mengenai lengannya, menyebabkan perasaan geli yang aneh.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang, dalam situasi ini ..."

Kamito bergumam dalam kebingungan.

Tangan Est saat ini sedang mencengkeram lengan Kamito erat-erat. Ini mengakibatkan Kamito tidak bisa bangkit dari tempat tidurnya.

Melihat dia tidur begitu nyenyak, sangat disayangkan apabila Kamito membangunkannya.

Selain itu ... Menatap wajah tidur Est yang damai, Kamito ingat.

Alasan dia seperti ini, mungkin karena dia merasa tidak aman.

Biasanya dia akan tidur dalam bentuk pedang untuk mengurangi konsumsi tenaga, tapi sekarang dia mempertahankan penampilan seorang gadis kecil. Ini adalah buktinya.

Untuk menyelamatkan Kamito yang sedang ditelan oleh «Cap Kegelapan», Est telah mengorbankan dirinya sendiri dan menghilang dari dunia ini. Pada saat itu, ia teringat kenangan masa lalunya yang telah ia lupakan.

Dia teringat kehidupan kontraktor pertamanya - «Ratu Suci» Areishia Idriss. Ingatan yang telah dicuri oleh kutukan.

Meskipun Est saat ini tidak sempurna, hanya sepersepuluh kekuatan aslinya, dia masih mewarisi atribut pedang iblis yang merampas kehidupan pemiliknya. Jika Kamito terus mempertahankan kontraknya dengan Est, dia akan segera menemui nasib yang sama seperti kontraktor masa lalunya.

Namun demikian, Kamito telah membuat janji dengan Est.

Baik kutukanmu atau nasibmu sebagai pedang iblis, aku akan menerima semua itu - itu apa yang dikatakannya.

Aku akan memenangkan Festival «Tarian Pedang» bersama dengan Est –

Melihat wajah damai tidur Est, Kamito memperbaharui tekadnya.

Pemenang dari Festival «Tarian Pedang» akan diberikan mukjizat oleh Elemental Lord.

Melalui kekuatan ajaib, mampu membuat setiap « Permintaan » menjadi kenyataan, mengubah nasib Est sebagai pedang iblis itu tidak mustahil.

"«Permintaan»...?"

Kamito tiba-tiba merasakan sakit yang menusuk di tangan kirinya, yang ditutupi oleh sarung tangan kulit hitam.

Di balik sarung tangan tersebut terdapat segel spirit dari roh kontrak masa lalunya.

Tiga tahun lalu, Kamito dikenal sebagai «Penari Pedang Terkuat». Dalam rangka mewujudkan «keinginan»-nya, ia muncul sebagai pemenang dari Festival «Tarian Pedang».

Pada saat itu - Permintaan macam apa yang aku buat yang mengakibatkan dia ...

Entah bagaimana, hampir semua kenangan tentang hari itu terlupakan.

Apa yang bisa diingatnya hanyalah potongan-potongan gambar.

Sosok roh kegelapan dimakan oleh «keinginan» yang hitam gelap pekat.

Setelah itu, tiga tahun telah berlalu -

Dia muncul di hadapan Kamito sekali lagi.

Sebagai bawahan dari Ren Ashbell lain yang misterius.

"Kami ... to ..."

"Hmm?"

Merasa ada sesuatu yang menggeliat, Kamito menatap Est.

Hanya untuk menemukan dia masih tidur dengan suara napas yang imut.

...Tampaknya dia memanggil nama Kamito di dalam mimpinya.

"Aku adalah pedangmu ... Keinginanmu adalah perintah bagiku ..."

Cup ~

"E-Est ...!?"

Ujung-ujung jarinya merasakan sensasi lembut bibir Est.

Tepat pada saat Kamito panik mencoba untuk mundur -

"Mmm ... Kamito ... Aku. .. cinta ... "

Cup ~ Cup ~

Est memegang lengan Kamito erat-erat.

"Jadi ..."

Apa yang harus ia lakukan, tepat pada saat Kamito frustasi, tiba-tiba -

Krak ... Suara ranting patah bisa terdengar dari luar tenda.

"...!?"

"...P-Permisi, Kamito. A-Apa yang kau pikir k-kau la-la, laku-lakukan? "

Di pintu masuk tenda, seorang gadis memegang Lidah Api, bahunya bergetar.

Rambutnya yang panjang diikat di dua sisi berlawanan. Matanya seperti batu rubi yang berisikan api yang menyala-nyala. Meskipun dadanya sedikit menyedihkan, proporsi tubuhnya yang indah seperti patung dewi.

Claire Rouge. Dulunya kelahiran bangsawan dari keluarga bergengsi Duke Elstein.

Seorang gadis lucu dan cantik yang membuat mereka yang memandangnya terpesona.

Namun -

"Bagaimana kau mau untuk men,men,men,menjelaskannya?"

Dalam situasi ini, dia hampir mirip dengan roh api yang mengamuk.

"Hei, hei ... Tenda akan terbakar! "

Kamito berteriak panik -

"Dan a,aku begitu k,khawatir tentangmu!"

Kedua ujung rambutnya berdiri tegak, Claire langsung berjalan menghampiri Kamito.

"T,Tidak, ini adalah kesalahpahaman!"

"... ~ Ck, apa ini, bukankah itu penjelasanmu setiap kali!?"

Air mata sudah mulai keluar di matanya yang seperti ruby.

Pada saat itu -

"Fuaah ..."

Est akhirnya bangun.

Menguap secara manis, ia mengusap matanya dengan tangannya.

...Tampaknya tidak sepenuhnya terbangun.

"Mmm ..."

Pada saat Claire berhenti maju, tepat di saat itu juga.

Cup ~

"" Apa? " "

Kamito dan Claire berteriak bersamaan.

Karena Est mencium Kamito di pipinya.

"Ka,Kau, ka,kau, apa yang kau la,lakukan?"

Claire berteriak dengan wajah merah padam.

"Aku roh terkontrak Kamito. Menawarkan ciuman pagi untuk kontraktor adalah tugas alami."

"Bo,bohong, aku belum pernah mendengar hal seperti itu!?"

Gemetar, rambut Claire membuat suara terkibas saat ia menggelengkan kepalanya ... Memang, belum pernah terdengar sebelumnya.

"Tidak berbohong."

Cup ~

"... ~ Ck, Kamito, pasti kau telah mengajarkan ide-ide aneh untuk Est lagi ..."

"Aku tidak tahu! Selain itu, apa yang kau maksud dengan 'lagi'!? "

Kayu tiang tenda mulai memancarkan asap hitam.

...Tidak baik. Jika ini berlanjut, seluruh tenda akan berubah menjadi arang.

Kamito buru-buru memutar otaknya mencari cara untuk melarikan diri dari krisis -

"B-Bagaimanapun, aku diperintahkan kesana - kemari sebagai roh terkontrakmu, kan?"

"...? Itu benar, setelah semua, kau spirit budakku. "

Claire mengangguk blak-blakan ... Benar-benar menyedihkan, tapi apa pun itu.

"Baiklah, aku juga akan menawarkan ciuman pagi kepada tuanku."

"...Eh? "

Claire langsung kaku seperti membeku karena kaget.

Dalam situasi ini, istilah 'tuan' - tentu saja merujuk pada Claire.

"A,Ap, ap,apa ini! Semacam lelucon? "

"Tentu saja bukan lelucon."

"Ahhhh ..."

Sembari Kamito membelaikan jarin ringan di dagu Claire, Claire mengeluarkan jeritan yang imut.

"J,Jika kau berani melakukan hal seperti itu, jangan harap aku akan memaaf ... Uwah! "

"Hei, santailah-"

Segera setelah ia meniup ringan di telinganya, Claire tiba-tiba kehilangan tenaga dan jatuh.

Sebelum dia terjatuh, Kamito panik dan menopang punggungnya.

"S,Serius, apa yang kau lakukan ...!"

Wajah Claire langsung merona merah terang dan mulai marah. Tapi di luar dugaan, dia tidak berusaha untuk melawan.

Mungkin setelah mandi di air sungai, kulitnya yang halus menebarkan aroma sabun.

"Telingamu adalah titik lemahmu, kau tahu."

"Uwah, ti,tidak ...!"

Biasanya memiliki kepribadian yang dominan, Claire tiba-tiba menjadi lemah lembut ketika orang lain mengambil inisiatif. Kamito sangat mengerti hal itu.

Meskipun dia adalah Gadis Kucing Neraka yang ganas, pada hakikatnya adalah seorang wanita muda yang murni dan gemulai.

Kamito memeluk Claire saat ia berbaring tanpa daya dalam pelukannya.

"Kalau begitu, terima ciuman pagi ini... tuanku. "

Berbisik lembut di telinganya, ia mengarahkan bibirnya secara perlahan ke arah wajah Claire –

"... ~ Tsk!"

Puff!

Seketika, kepala Claire mulai memancarkan uap.

"Waaaaah, Kamito kau brengsek!"

Wajahnya merah semua, Claire menjerit, rambutnyang yang diikat dua bergoyang saat ia melarikan diri.

"...Benar-benar, dia masih begitu imut. "

Kamito mengangkat bahu dan tersenyum kecut.

Namun sesungguhnya, mungkin dia benar-benar sedikit keterlaluan saat ini. Meskipun metode ini sangat efektif untuk meredakan kemarahannya, hal ini menciptakan masalah di kemudian hari.

...Mungkin ia harus mempersiapkan makamnya saat ia masih punya waktu.

"- Kamito adalah Raja Iblis di Malam Hari."

Est tetap tanpa ekspresi - Namun, suaranya terdengar sedikit tidak bahagia.

Membelai kepala Est, Kamito berbicara:

"Est, itu baik-baik saja jika kamu ingin tidur beberapa saat lagi. Apakah kekuatanmu sudah pulih? "

"Ya, Kamito. Untuk bisa menjadi pedangmu, aku akan fokus pada pemulihan kekuatanku."

Est mengangguk patuh dan pergi tidur kembali.

Menutupi tubuh Est yang masih telanjang dengan selimut, Kamito kemudian mengganti seragamnya.

Berjalan keluar dari tenda, ia mengambil napas dalam-dalam menghirup udara pagi yang menyegarkan.

- Pada saat itu, ia melihat sesuatu yang telah jatuh sebelum di tenda.

Itu adalah kumparan perban yang biasa saja. Juga, ada keranjang buah.

"...Gadis itu, dia bahkan membawa hal-hal ini ... Tampaknya akulah yang jahat sekarang. "

Menggaruk wajahnya, dia baru saja akan mengambil benda-benda yang tergeletak di tanah ketika -

"Fufu, Kamito-kun, kamu telah mengeluarkan kepribadianmu yang seperti hewan buas sekarang."

Berdesir gemerisik ... Seorang gadis muncul keluar dari semak-semak.

Rambut hitam sepinggang yang mengagumkan. Mata abu-abu terang, dihiasi dengan alis yang imut.

Mengenakan seragam yang tampil berani yang ditata seperti gaun berpotongan rendah, dia mantan putri kerajaan dari Kerajaan.

"...Fianna!? Kamu me-melihatnya!? "

"- Aku juga akan menawarkan ciuman pagi kepada tuanku."

"Gaaaaaah!"

Sementara mempertahankan ekspresi seriusnya, sang putri kerajaan menirukan suara Kamito.

Kamito langsung menunduk, mendekap kepalanya.

"- Kalau begitu, terima ciuman pagi ini... tuanku. "

"Aaaaaah ... Ak-aku mohon, hentikan ... Tolong hentikan ini. "

"Fufu, Kamito-kun sangat lucu ~"

Melihat Kamito berguling-guling di tanah karena malu, Fianna tersenyum nakal sambil tertawa kecil.

Bagian 2

"Betapa menakjubkan. Sementara aku sedang tidur, kau telah membangun sebuah «markas»? "

"Tidak, itu hanya setengah selesai. Kita perlu «markas» lebih kokoh saat ini. Sebuah markas setingkat - benteng yang bahkan «Ksatria dari Kerajaan Naga» Dracunia bisa menembusnya. "

Kamito dan Fianna berjalan berdampingan di hutan yang sunyi.

Meskipun orang-orang biasa hanya bisa melihat hutan biasa, siapa pun dengan potensi yang cukup sebagai elementalist akan melihat sebuah penghalang tak terlihat menyebar di antara pepohonan.

Untuk mampu membangun penghalang sekuat ini dalam rentang hanya satu malam, dia benar-benar memantapkan namanya sebagai Putri Suci yang aslinya merupakan kandidat untuk menjadi Ratu. Pada saat ini, tim lain mungkin membangun sendiri «markas» mereka, tapi pasti tidak satupun dari mereka bisa melampaui Fianna dalam segi kekuatan.

Menghadapi «markas» sekuat ini, mungkin tidak akan ada tim yang datang menyerang seperti kelompok Leonora tadi malam.

Lahan yang dilindungi oleh berlapis - lapis hambatan setara dengan sebuah benteng yang kokoh bagi para elementalist. Perlindungan dari spirit bumi memperkuat kekuatan suci, dan melalui jalur di bawah tanah, seseorang bahkan bisa memperoleh efek seperti pemulihan kelelahan.

"Tentu saja, mekanisme untuk mencegat penyusup juga sempurna ~"

"Ya. Bahkan spirit sebanyak ini telah dijinakkan sepenuhnya. "

Meperhatikan spirit - spirit kecil terbang melintasi hutan, Kamito mengangguk dengan perasaan kagum.

"Fufu, aku tak sabar untuk melihat elementalist - elementalist dari tim lain jatuh ke dalam perangkap."

"...Bukankah pernyataan itu sedikit tidak normal untuk dibuat oleh putri dari kerajaan bergengsi? "

Ketika Fianna tersenyum jahat, Kamito melemparkan pandangan terkejut -

Tiba-tiba sesuatu melewati bawah kaki mereka.

"...!?"

Sudah terlambat pada saat mereka sadar itu. Baru saja Kamito berpikir ada sesuatu yang naik dari tanah, banyak tanaman merambat muncul dari bawah tanah dan menahan Fianna di udara.

"...Ah! Apa yang kamu lakukan ... kurang ajar! "

Tertahan dan diikat oleh tanaman merambat, putri kekaisaran berontak dengan panik. Namun, semakin dia bergerak, tanaman merambat semakin ketat mengikatnya di sekitar dada dan bokong Fianna yang lembut.

Rupanya, masih ada beberapa roh bumi yang belum tunduk pada perintahnya.

"Yah, ahhh, ini menggelitik ...!"

Rok seragamnya itu terangkat naik, menawarkan pemandangan menggoda dari celana dalamnya yang putih bersih.

STnBD V06 025.png

"Ah, K,Kamito-kun ... Tolong j,jangan lihat! "

Fianna dengan panik mencoba untuk menahan roknya. Namun, melayang di udara, dia tidak bisa bergerak bebas dan roknya terangkat lebih tinggi dan lebih tinggi.

"...M-Maaf ... Uwah! "

Dengan perasaan aneh, Kamito menemukan pantat yang sangat imut tiba-tiba muncul di hadapan wajahnya.

Sepasang celana dalam putih yang terlihat sangat lembut yang mendominasi pandangan Kamito seluruhnya.

Ditarik ke atas dengan tanaman merambat, celana dalamnya semakin tertanam dalam di pantatnya.

"Ah, owww ... Sungguh menyakitkan ... Oooh ... S,Selamatkan aku ...! "

Tetes air mata muncul dari matanya, Fianna mengerang menyakitkan.

"T,Tahan! Aku akan memotong tanaman merambatnya sekarang! "

Kamito mengeluarkan pedang pendek dari dada seragamnya dan siap untuk memutuskan tanaman merambat -

Pada saat itu, salah satu kaki Fianna ditarik secara vertikal ke atas kali ini.

Rok pendeknya sepenuhnya terangkat, memperlihatkan celana dalam putihnya dengan jelas.

"...!?"

"T-Tidak, aku tak ingin terlihat seperti ini di depan Kamito,kun -!"

Fianna berjuang panik dengan cara yang tak sedap dipandang.

"Fianna, t,tenang! Jika kau bergerak secara acak, tanganku akan - Ah !"

Bermaksud untuk memutuskan tanaman merambat, tangan Kamito tergelincir.

Brek!

Dengan suara sesuatu yang robek, sepotong kain putih melayang ke tanah.

"..."

"..."

Bordir dengan desain yang imut, itulah celana dalam putri kekaisaran.

"I-Iyaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!"

Bagian 3

"Benar - benar, Kamito-kun mesum! Raja Iblis di Siang Hari! "

"Seperti kukatakan, aku minta maaf ..."

Menghadapi Fianna yang cemberut dan marah, Kamito meminta maaf lagi dan lagi.

"A,aku benar-benar tidak bermaksud melakukan itu!"

"...Hmph - Bagaimana aku bisa percaya "?

Sang Putri Kekaisaran melemparkan tatapan curiga. Mungkin karena daerah selangkangannya telanjang, dia tidak mampu untuk tetap tenang sebagaimana ia dengan erat menekan sisi roknya, kakinya bergerak canggung saat dia berjalan.

"J,jika aku tahu itu akan terlihat, aku seharusnya memakai celana dalam yang lebih tepat ..."

"Yang sekarang juga sangat imut ... Ah, tunggu ... "

"... ~ Ck, Kamito-kun!"

Puk puk puk puk.

Merah karena malunya, Fianna mengayunkan tinjunya ke punggung Kamito berulang-ulang.

Meskipun dia selalu menggoda dengan berani, sifat aslinya adalah seorang putri yang murni dan polos.

"Yang benar saja, itu sebabnya Kamito-kun adalah seorang brengsek yang tidak tahu apa-apa!"

Tiba-tiba berbelok, dia mulai berjalan pergi.

"Ke mana kau akan pergi?"

"Memberikan pelajaran kepada spirit-spirit bumi. Sehingga kejadian barusan tidak terjadi untuk kedua kalinya! "

Fianna meninggalkan jalan di hutan dan memasuki kedalaman hutan belukar.

...Tampaknya, Kamito telah benar-benar membuat sang putri tidak senang.

"...Yah, selama ia tetab di dalam penghalang, seharusnya tidak ada bahaya. "

Kamito menghela nafas dan kembali berjalan mengikuti jalur yang ada.

Meninggalkan hutan - Kamito tiba di tempat di mana ia terlibat dalam tarian pedang dengan Leonora tadi malam.

Pada awalnya tempat ini adalah bagian dari hutan yang lebat namun sebagian besar pohon telah tumbang karena hembusan angin kencang, sementara tanahnya penuh dengan lubang - lubang seperti kawah.

Ini adalah sisa kehancuran yang ditinggalkan oleh Leonora yang mengamuk.

... Seorang lawan yang mana aku tidak ingin menghadapinya lagi, tapi tidak diragukan lagi dia akan maju ke babak final.

Kamito bergumam sambil menghela napas.

Festival «Tarian Pedang» kali ini jauh lebih mematikan daripada yang terakhir - demikian pertempuran dengan Leonora terkesan kepadanya.

Namun, tim Ren Ashbell itu pasti telah jauh melampaui «Ksatria dari Kerajaan Naga»...

Tidak hanya Ren Ashbell lain yang mengundang Kamito untuk menari di pesta dansa - tetapi juga monster « Sekolah Instruksional », Muir Alenstarl. Pemanggil Iblis , Sjora Kahn. Serta -

Ksatria hitam itu ...

Orang itu pada khususnya. Bahkan di antara para monster yang berkumpul di «Tim Inferno», aura berbahaya yang dipancarkannya sangat menonjol.

Naluri seorang elementalist akan merasakannya--semacam makhluk sesat yang melampaui manusia normal.

"Apakah kita bisa menang? Melawan orang-orang seperti itu-- "

Selama dua bulan sejak ia bergabung di Akademi karena intrik Greyworth, Kamito sudah mendapatkan kembali sebagian besar insting bertempurnya.

Tidak hanya dia mendapatkan kekuatan yang membuatnya mendapatkan gelar « Penari Pedang Terkuat » tiga tahun lalu,tapi juga kontrak barunya dengan Est yang merupakan spirit pedang kelas terkuat.

Namun, ini masih belum cukup ...

Tidak terkait dengan ilmu pedang ataupun ketahanan tubuh, tapi sesuatu yang lebih penting--

"...Hmm? "

Kamito tiba-tiba berhenti berjalan.

Berbeda dengan bau ranting terbakar, aroma yang sangat wangi mencapai hidungnya.

...Wangi sekali.

Kruyuk. Perutnya mulai menggeram seakan terbangun.

...Ngomong-ngomong, aku belum makan apa-apa sejak makan malam terakhir.

Berjalan menuju ke arah asal aroma tersebut, di area terbuka di pinggiran sungai, ia mendapatkan sosok punggung seorang gadis bangsawan berambut pirang.

Dengan bahagia bersenandung, dia sedang memasak sup dalam sebuah panci.

Kamito berjinjit dan diam - diam mendekatinya -

"Rinslet, apa yang sedang kamu lakukan?"

"Uwah, K-Kamito-san!"

Dikejutkan dari belakang, Rinslet berteriak imut dan berbalik.

Bermandikan sinar pagi, rambut panjangnya yang pirang platinum menghasilkan kilauan yang menakjubkan.

Matanya yang berwarna hijau zamrud dengan indah terbuka lebar.

Mengenakan celemek di atas seragamnya, ia memegang mangkuk dan sendok di tangannya.

Terus terang saja, penampilannya tidak sesuai dengan identitasnya sebagai seorang gadis muda elit sama sekali, tapi sebaliknya memberikan kesan manis.

"Serius, jangan menakut-nakuti ku dengan ucapan tiba-tiba!"

Rinslet cemberut, sedikit jengkel.

"...Maaf. Aku tertarik dengan aromanya. Apakah sekarang kamu membuat sarapan? "

"Iya. Tapi masih pada tahap persiapan - "

Kamito melirik ke belakang Rinslet saat ia mengangguk. Semacam dapur darurat sederhana.

Sebuah meja dapur telah dibangun menggunakan potongan kayu. Batu - batu telah ditumpuk untuk membuat kompor. Ikan yang ditangkap dari sungai dijaga agar tetap segar menggunakan blok es besar yang diciptakan dengan sihir es kebanggaannya.

"...Tampaknya terlihat cukup legit. Bagaimana gadis bangsawan seperti mu belajar memasak? "

Meskipun Kamito sendiri mampu memasak makanan sederhana, keterampilan Rinslet sudah mencapai tingkat koki top.

Dia ingin tahu rahasia dibalik kemajuannya.

"Dengan menyiapkan makanan untuk Carol setiap hari, secara alamiah aku menjadi terampil."

"Kenapa kau memasak untuk pelayan meskipun kamu majikannya?"

"Ini adalah tanggung jawab seorang bangsawan untuk secara pribadi mempersiapkan makanan yang lezat untuk orang-orang yang melayani kita. Tanggung jawab moral seorang bangsawan atau sesuatu seperti itu, itulah yang diajarkan oleh Carol kepadaku. "

"...Eh, apakah kau yakin kau tidak ditipu oleh Carol. "

Kata Kamito dengan kaget.

...Kalau dipikir-pikir, orang-orang tidak akan menyangka Rinslet memiliki berbagai keterampilan yang biasanya tidak ditemukan pada gadis bangsawan yang dijaga ketat. Karena alasan tertentu, ini semua berkat sosok seorang pembantu yang tak berguna.

"Bagaimanaapun juga, Kamito-san, cederamu baik-baik saja?"

"Yah, bagaimana aku harus mengatakannya ya ..."

Dihadapkan dengan pertanyaan Rinslet yang khawatir, Kamito mengangguk sambil mencoba menggerak-gerakkan persendian tangannya.

Tadi malam, dada Kamito telah ditembus oleh «Dragon Slayer» milik Leonora . Berakhir dengan hanya beberapa tulang rusuk yang patah sungguh keberuntungan yang luar biasa. Adapun untuk tulang-tulang yang patah, mereka sudah disembuhkan oleh Fianna selama tidurnya.

Fianna sebelumnya telah mengatakan bahwa Kamito memiliki kemampuan pemulihan diri yang luar biasa. Ini kemungkinan besar karena kontraknya dengan roh pedang yang memiliki atribut besi, sehingga tubuhnya diperkuat.

"...Itu bagus sekali. "

"Namun, aku masih cukup lelah."

Sambil tersenyum kecut, ia menjawab.

"Benar. Itulah yang kupikirkan, jadi aku mempersiapkan sup khusus dengan efek bergizi. "

Rinslet tersenyum lembut.

Senyumnya yang menawan membuat hati Kamito berdegup cepat-

"B-benarkah? Rasanya baik sekali jika minum sup dalam cuaca dingin ini. "

Mencoba untuk menyembunyikan keguguppannya, Kamito melirik sup dalam pot.

"Di tanah air ku, cuaca seperti ini masih tergolong hangat sebenarnya."

"Tentu, ini bagaimana bisa dibandingkan dengan Laurenfrost, tanah es dan salju ..."

Supnya berwarna kuning-oranye dan berisi ayam, sayuran liar dan berbagai rempah-rempah.

"Tampaknya benar-benar lezat ..."

"...Mencicipi tidak diperbolehkan. "

Rinslet memperingatkan dengan jari dinaikkan.

"...Tidak diizinkan? "

"Di mana harga dirimu sebagai elementalist? Perilaku semacam itu memalukan ....A,atau mungkin, Kamito-san, ini tingkah lakumu yang biasanya mencicipi gadis-gadis? "

"Bagaimana percakapan kita bisa sampai ke topik ini?"

Melihat Rinslet meliriknya dengan muka masam, Kamito menyahut balik -

... kruyuk. Perutnya keroncongan.

"..."

"Benar-benar, kau sungguh menyedihkan ... Biar kuperjelas, ini adalah pengecualian khusus, oke? "

"...Terima kasih. "

Rinslet mengambil sendok yang besar untuk menyendok sup, lalu menyodorkannya ke Kamito.

"...Umm, apa ini? "

"Lengan mu masih cedera, ya kan? C,cepat buka mulutmu... "

Rinslet tersipu dan berkata.

...Jelas, ia berniat untuk menyuapinya dengan "Bilang ah ~ buka mulut" kira-kira adegan demikian.

"Tidak apa- apa, cedera begini ..."

"Kau tidak perlu aku?"

Rinslet memperlihatkan ekspresi terluka.

Kamito dengan panik menggeleng -

"Ah, tidak ... Silakan suapi aku! "

Dengan degup jantungnya yang semakin lama semakin cepat, ia meminum sup tersebut dalam satu tegukan.

Ayam dan sayuran yang direbus dengan baik serasa meleleh di mulutnya. Rasanya yang nikmat tersebar di seluruh lidahnya.

Ah, sup ini ...

Tiba-tiba, Kamito mengingat apa yang terjadi pada hari pertama ketika ia memasuki Akademy Spirit Areishia.

Saat itu, Rinslet membawa sup hangat untuk Kamito ketika ia lapar dan tinggal di dalam pondok kecil kumuh yang tidak berbeda dari kandang hewan.

Jelas, pada saat itu, dia mengatakan itu karena Carol telah memasak terlalu banyak ...

STnBD V06 037.png

Apabila dipikirkan kembali sekarang, pembantu tidak berguna itu tidak mungkin memasak, tampaknya Rinslet telah membuat alasan untuk menyembunyikan rasa malunya.

Karena biasanya sulit untuk mendekati Rinslet , Kamito awalnya mengira dia untuk seorang wanita kelas tinggi yang arogan. Namun sesunguhnya ia adalah benar-benar seorang gadis yang baik dan murah hati.

"...Rinslet, kau sungguh orang yang baik dan menakjubkan. "

Kamito tak bisa menahan diri dari melontarkan kalimat tersebut.

"A,apa yang kau katakan, begitu tiba-tiba!"

"Ah, tidak ..."

"A,aku bukanlah orang yang baik. Jelas kalau aku adalah orang jahat. "

Karena panik, Rinslet mulai berbicara tidak jelas.

Ketidakjujurannya juga membuatnya terlihat manis dan imut.

"Ngomong-ngomong, di mana Ellis?"

"Sang kapten? Dia sedang melakukan tarian pedang di tepi sungai. "

"...Oh, begitu. Kalau begitu, aku akan pergi untuk menyapanya sebentar. "

Selesai dengan permasalahan di sini, Kamito memutuskan untuk berhenti mengganggu Rinslet selagi dia memasak.

Sambil melambaikan tangan kepada Rinslet, Kamito berjalan menuju tepi sungai.

Bagian 4

Ketika berjalan di sepanjang tepi sungai, Kamito menemukan tebing yang menjulang tinggi.

Di sinilah Claire dan yang lainnya telah bertempur dengan «Ksatria dari Kerajaan Naga».Tebing itu masih penuh dengan bekas kerusakan yang disebabkan oleh pertempuran melawan spirit naga. "...Tidak disangka sebuah pemandian terbuka yang begitu sulit dibangun, hancur total… "

Sambil bergumam demikian, ia berjalan menuju ke tepi tebing -

"Hah! Fu -! " Didampingi oleh teriakan yang kuat dan penuh semangat, suara mengiris angin bisa didengar.

Ketika ia mengintip dari sisi tebing, Kamito menemukan seorang gadis, rambutnya diikat kuncir kuda, sedang mengayunkan pedang.

Tubuhnya dibalut baju tempur yang ringan. Matanya yang berwarna cokelat tua terlihat tegas.

Ini adalah Kapten Ksatria Sylphid - Ellis Fahrengart.

"Yah, hah -!"

Dia mengayunkan pedangnya dengan gerakan kuat, menghasilkan suara angin teriris dengan nyaring.

Alih-alih berlatih pedang, ini adalah ritual tarian pedang yang dilakukan sebagai persembahan kepada spirit-spirit yang tinggal di sungai.

Tarian pedangnya yang anggun dan menakjubkan membuat Kamito menonton dengan kagum.

Raut wajahnya yang terlihat tegas tampak sangat cantik.

Tidak lama kemudian, Ellis menyarungkan pedangnya di pinggang dan membungkuk dalam-dalam ke arah sungai.

Dari permukaan air muncul cahaya redup dan spirit - spirit air berkumpul untuk menari.

Rupanya spirit-spirit senang dengan tarian pedang Ellis.

Dan ketika Ellis menyeka keringatnya dengan lega, Kamito menyapanya.

"Hai, Ellis."

"K-Kamito ... Kau melihatnya!? "

Ellis berbalik, matanya yang berwarna coklat gelap terbelalak.

"Maaf, aku tidak bermaksud untuk mengintip ..."

Kamito menggaruk kepalanya dan berjalan menuju Ellis.

"Ellis, tarian pedangmu benar-benar cantik."

"...!? A-aku ... cantik!? "

"Tidak, aku sedang berbicara tentang tarian pedangmu, Ellis ... Tapi bagaimanapun, kau cukup cantik juga. "

Ellis langsung tersipu.

"K-kau, kurang ajar! Bersiaplah untuk mati, aku akan membuatmu menjadi bawang parut! "

Dengan cepat menghunus pedangnya, dia mengarahkanujung pedangnya ke arah leher Kamito.

"Apa-apaan, tiba-tiba marah begitu!"

"M,memanggil ku cantik, tentu kau tidak dengan serius berpikir demikian ...!"

"Tidak, aku hanya mengucapkan apa yang ada di pikiran ku..."

"Oooh ..."

Semakin tersipu, Sang Kapten tergagap dan menjadi panik.

"K,kau, kenapa kau datang ke sini?! ...Mungkinkah, untuk mengintip!? "

"Idiot, kenapa ada orang yang melakukan itu!?"

Kamito dengan panik membantah -

"Hmph, aku tahu...Bagaimanapun, tak ada yang layak dilihat bahkan jika aku mandi di air! "

Ellis tiba-tiba mengalihkanpandangannya seolah-olah dia sedang merajuk.

Sebagai laki-laki normal dan sehat, tentu saja pikiran itu terlintas dalam pikirannya sebelumnya... Tapi jika ia mengatakan ini dengan jujur, dia pasti akan mengirisnya dengan sungguh-sungguh, sehingga akan lebih baik untuk tetap diam untuk saat ini.

"Aku baru saja ingin memulai ritual pemurnian pagi dan latihan. Sungguh waktu yang tepat bagimu untuk berada di sini, Ellis, kau ingin melakukan latihan pagi dengan ku?Sudah lama kita tidak berlatih bersama. "

"Hmm ... latihan pagi? Tentu. "

Menghunus pedangnya, Ellis terbatuk ringan.

Sewaktu di Akademi, sesekali Kamito dengan Ellis akan berlatih bersama di pagi hari. Meskipun Ellis juga harus menghadiri pertemuan Ksatria Sylphid di pagi hari, itu adalah cara sempurna untuk melepaskan ketegangan dalam tubuhnya sebelum kelas.

"Tapi apakah luka mu baik-baik saja?"

"Ya, jadi aku ingin latihan ... Tapi tolong santai sedikit. "

"Siap."

Keduanya menjauhkan diri dan menghunus pedang mereka.

Ellis menggunakan pedang panjang sementara Kamito menggunakan pedang pendeknya yang ia gunakan untuk pertahanan diri. Meskipun mereka berdua menggunakan persenjataan yang berbeda dari senjata elemental mereka, ini cukup baik untuk tujuan pelatihan fisik.

Menyiapkan sikap pedangnya, Ellis memperhatikan Kamito tanpa berbicara sedikitpun.

"Mari, Ellis -"

Pada saat Kamito berbicara, pada saat itu juga -

"Hah -!"

Dengan teriakan kuat, Ellis menerjang.

Meskipun menginjak dataran sungai yang tidak merata, dia masih membuat serangkaian tebasanyang agresif.Gelarnya sebagai Kapten Ksatria Sylphid benar-benar tidak hanya untuk menyombongkan diri.

Kamito menangkis pedang Ellis yang tajam dengan pedang pendeknya. Pedang mereka beradu dengan keras berkali-kali.

Percikan api yang beterbangan. Bunyi metal beradu terdengar dengan nyaring.

Ini adalah tarian pedang yang spektakuler dilakukan dengan sinkronisitas yang sempurna.

Namun, ekspresi tidak senang muncul di wajah Ellis -

"Kamito, berhenti berusaha untuk menyesuaikan diri denganku. Jika kau hanya main-main, aku tidak akan senang. "

"Kau ada benarnya ... Tapi Ellis, berbeda dengan jurus pedang ku yang dilatih di « Sekolah Instruksional », gaya pedangmu adalah gaya ortodoks pedang ksatria,kan? Jika kau mencoba untuk menyesuaikan diri denganku ,kau mungkin akan mengambil kebiasaan buruk. "

"Tidak peduli. Gaya pedang ku terlalu kaku. Setelah tarian pedang semalam, aku sangat menyadarinya. Oleh karena itu, aku harap kau bisa mengajariku keterampilan pedangmu. Dalam rangka untuk mendapatkan kemenangan dalam festival «Tarian Pedang»! "

"...!"

Ellis mengayunkan pedangnya ke bawah dengan keras. Kamito menangkisnya dengan mata terbelalak kaget.

Ini adalah serangan yang terwujud dari kekuatan tekad Ellis untuk menjadi kuat.

"...Aku mengerti…kalau begitu. "

Gaya pedang Ellis yang sudah terlatih memang agak mudah untuk diprediksi.

Mungkin akan baik jika mengajarinya sedikit yang disebut jurus pedang non ortodoks.

Menghentakkan kakinya tanah untuk melompat ke belakang untuk mengambil jarak tertentu, Kamito membalikkan pedang pendeknya untuk pegangan terbalik. Ellis memegang pedangnya secara horizontal dan menerjang dengan berani - ini didasarkan pada keterampilan tombaknya yang sangat tinggi.

Pada saat itu, tiba-tiba Kamito menurunkan sikap tubuhnya dan membuat tendangan menyapu dengan ringan.

"Ah!"

Mata Ellis terbelalak kaget. Meskipun dia tidak jatuh, Kamito mengambil keuntungan dari hilangnya keseimbangan Ellis meskipun hanya sesaat untuk meraih lengannya dan menjatuhkannya ke tanah.

Lalu dengan cepat ia mengunci kakinya. Meskipun Ellis berjuang mati-matian, tidak mungkin baginya untuk melepaskan diri karena sendi-sendinya terkunci.

"Guh ...Kau curang, Kamito! "

"Meskipun musuh memegang pedang, itu tidak berarti mereka akan selalu menyerang dengan pedang. Kukira tak apa-apa jika kau menghadapi seorang ksatria berbudi luhur, tetapi terdapat elementalist yang bertarung dengan cara ini. "

"K-kau mungkin ada benarnya ..."

Ellis menggerutu dengan ekspresi enggan -

Lalu tiba-tiba wajahnya menjadi merah.

"Eh?"

"K-Kamito, posisi ini ..."

"...!?"

Ia baru sadar setelah diingatkan.

Fakta bahwa ia mendorong seorang gadis rebah di tanah, dan kaki mereka yang terjalin bersama-sama.

Ditambah fakta rok Ellis sedikit terangkat, jelas memperlihatkan celana dalam hitamnya.

"M-Maaf ...!"

Kamito dengan panik mencoba untuk berdiri, tapi -

"T-Tunggu!"

Ellis mencengkeram pergelangan tangannya dengan erat.

"B-Biarlah ini berlanjut beberapa saat lagi, aku tak keberatan ..."

"...Eh? "

Mempertahankan sikap mendorong Ellis ke tanah, Kamito membelalakkan matanya melihat pemandangan tersebut.

Seragam yang basah dengan keringat.Dada yang bergetar dengan setiap napas yang dia ambil.

Mengalihkan matanya yang coklat gelap dan sedikit berkaca-kaca, Ellis menghembuskan napas hangat saat berbicara:

"K-kau harus mengambil tanggung jawab ..."

Ellis manyun seakan merajuk.

"Tanggung jawab?"

"Orang yang mengubahku dari seorang ksatria, m-menjadi seorang wanita, adalah kau ..."

"Ap, apa yang k-kau maksud dengan itu!?"

Sama seperti Kamito menatap tercengang -

"Terbakarlah sampai tidak ada yang tersisa, O api yang menyala-nyala – ‘Fireball’"

Mantra sihir spiritterdengar - kemudian dengan segera, tanah di dekatnya meledak.

Terpental oleh angin ledakan, Kamito jatuh ke sungai.

"A-Apa sih!? ...Aghh, ini benar-benar panas! "

Air sungai mulai mendidih sembari gelembung-gelembung bermunculan.

"...Hei, Kamito? Baru saja, apa yang terjadi di sana? "

Membalikkan pandangannya, ia menemukan Claire memegang Flametongue, mendekati perlahan-lahan dari tepian sungai.

"Yang bisa kulihat adalah pemandangan kau mendorong jatuh Ellis ke atas tanah, eh?"

...Dia tersenyum. Sungguh mengerikan.

Merasa hidupnya terancam, Kamito dengan panik mencoba melarikan diri -

Suara garing ketika air membeku bisa didengar.

"Apa?"

Tiba-tiba, ia menemukan sebuah tembok es besarberdiri di hadapannya.

Ini adalah keahlian Rinslet, sihir spirit «Ice Wall» -

"Oh, Kamito-san, kemanakah kau pikir kau akan pergi?"

Muncul dari arah yang berlawanan dari Claire adalah Rinslet.

Tersenyum tenang, ia memegang snejata elementalnya, busur sihir.

"R-Rinslet ...!"

"Musuh-musuh kaum wanita harus dibekukan dalam ruang pendingin--ini adalah salah satu ajaran keluarga Laurenfrost."

"...!?"

Kehilangan rute melarikan diri, Kamito dengan cepat berubah arah dan berlari menuju hutan di pantai seberang.

"Hei, tunggu di sana!"

Mendengar suara panah es dari belakang, Kamito merasakanpanah-panah tersebut melesat melewati punggungnya.

Pada detik terakhir, Kamito melompat ke semak di hutan -

Pada saat itu, ia menemukan kakinya terjerat oleh tanaman merambat berbagai tanaman, membuatnya jatuh tertelungkup.

"...Ini adalah dryad!? "

"Fufu, Kamito-kun, spirit-spirit sebelumnya kini telah dilatih dengan baik ~"

Muncul dari kedalaman hutan adalah putri kekaisaran agung yang tersenyum licik.

"Fianna ...!"

"Untuk menghalangimu dari bertindak nakal terhadap gadis lain, Kamito-kun, kamu perlu diberi pelajaran juga."

Sementara Kamito tidak bisa bergerak, Claire dan Rinslet juga berkumpul di sekitarnya.

"Ha, haha ..."

Kamito tertawa tegang.

Bagian 5

Suara langkah-langkah dan benturan keras antar pedang terdengar dari hutan.

Berlari di antara pohon-pohon, terlihat gadis-gadis yang memegang berbagai macam senjata elemental -- berpakaian seragam ala ksatria berwarna merah dengan latar belakang putih, ini adalah seragam « Divisi Pemecah », tim yang mewakili Kepangeranan Rossvale.

Bergerak dengan koordinasi yang sudah terlatih baik, kelima gadis tersebut mengejar mangsa mereka.

"- Esil dan Yustra, ambil jalan memutar ke kanan.Cepat mengapit target, kepung dan musnahkan. "

Yang memimpin kelompok ini adalah seorang gadis dengan rambut coklat gelap dan wajah seperti anak kecil.

Milla Bassett - pemimpin « Divisi Pemecah », dan elementalist termuda yang mengambil bagian dalam acara tahun ini.

Dengan mata kanan berwarna biru dan mata kiri berwarna amber.

Mata heterochromic gadis itu dengan dingin berfokus pada mangsanya.

Target perburuan mereka adalah seorang gadis berambut hitam indah mengenakan gaun berwarna gelap.

Spirit kegelapan «Tim Inferno».

"Biarlah semua bayangan terbakar menjadi abu – Evil Flame!"

Gadis itu mengibarkan gaunnya seakan menari, menyanyikan sihir tingkat tinggi dengan atribut kegelapan.

Api hitam yang menyebar keluar dari ujung jari-jari nya, menyerang gadis-gadis yang mengejar—

Cukup dengan satu jilatan dari lidah api sihir ini untuk memusnahkan pohon – pohon di hutan dalam sekejap.

Namun, Milla Bassett mengayunkan pedangnya menggunakan sihir spirit, mengalahkan api hitam tersebut.

"Bodoh sekali.Spirit kami memiliki ketahanan terhadap atribut kegelapan. "

"Benar. Betapa menyebalkan menghadapi orang-orang sepertimu yang menggunakan spirit dengan atribut suci. "

Sang Gadis Spirit Kegelapan mendarat dengan ringan di tanah.

"- Karena itu, kau harus dikalahkan di sini."

"...!?"

Pada saat itu, semua gadis-gadis yang mengejar berhenti.

Di bawah kaki mereka di tanah, lingkaran sihir bersinar muncul.

"- Ini adalah « Isolation Barrier »!?"

Gadis-gadis dari « Divisi Pemecah » langsung berlutut seperti boneka tali yang kehilangan pegangan.

Ini adalah penghalang untuk memotong akses ke leylines, sehingga sangat melemahkan Kekuatan Suci elementalists.

Ini bukan penghalang defensif biasa - melainkan ini adalah perangkap yang dibuat oleh Putri Perawan yang ahli, khusus untuk membunuh elementalists.

"Bagaimana ini bisa terjadi, apakah kau berencana untuk menjebak kami di sini dari awal?"

Milla Bassett mendongak kaget.

Roh gadis Kegelapan tertawa dan tersenyum manis

"Bersukacitalah - karena kalian telah menjadi korban hidup untuk « Nepenthes Lore »."

Sebuah raungan mengerikan bisa terdengar bergemuruh di kedalaman hutan.

Ini bukanlah lolongan binatang itu atau teriakan manusia.

Cukup mendengar suara itu cukup menibulkan perasaan geri seakan-akan mmebekukan tulang - Sangat mengerikan dan tidak berasal dari dunia yang mereka tahu.

Kemudian -

Tiba-tiba, banyak rantai hitam muncul dari kejauhan untuk mengikat anggota tubuh pada gadis ambruk di tanah.

Bahkan sebelum mereka memiliki kesempatan untuk berteriak, gadis-gadis tersebut langsung pingsan.

"...Apa yang kau lakukan? "

Milla Bassett menatap roh gadis kegelapan.

Hanya Milla telah mampu mendeteksi sosok berbahaya tersebut dan menghindari dengan jarak yang sangat tipis.

"Oh, kau memiliki « Mata » yang paling menarik."

"...!?"

Milla refleks menutupi mata kirinya dengan rambutnya.

Di bawahnya, rekannya yang telah jatuh ke tanah tak sadarkan diri.

Dalam keputusasaan ini, ia harus memutar otaknya untuk mencari jalan selamat.

Dengan hanya satu anggota tersisa, peluang kemenangan tidak mungkin dalam konfrontasi melawan roh kegelapan tingkat tinggi.Haruskah dia melepaskan kekuatan «Mata» nya - Tidak, dengan «Divisi Pemecah» yang saat ini berantakan, tidak mungkin.

... gemuruh...!

Bumi berguncang - dari kedalaman hutan, sosok mengerikan tersebut datang mendekat.

Kontraktor Roh Kegelapan itu - Nepenthes Lore.

"Aku -. Sang « Divis Pemecah », tidak akan jatuh di sini."

Tanpa ragu, Milla memutuskan untuk mundur.

Menggunakan pedang sihir spiritnya, dia dengan cepat memotong lingkaran sihir «Isolation Barrier».

"- Kau tidak akan dapat melarikan diri."

Roh gadis Kegelapan tersenyum ringan dan membuat api hitam -

Namun, Milla dengan mudah menghindari api dan menghilang ke kedalaman hutan.

Bagian 6

"Seekor kelinci belaka, membiarkannya melarikan diri tidak benar-benar masalah, tapi -"

Roh gadis Kegelapan, Restia, menyipitkan matanya yang berwarna senja sedikit, bergumam pada dirinya sendiri.

"-- « Mata » itu, benar-benar tidak bisa ditinggalkan sendirian."

Untuk Restia pribadi, pemusnahan dari « Divisi Pemecah » hanya insiden biasa.

Tujuan aslinya adalah untuk menyediakan kekuatan suci untuk «Nepenthes Lore», untuk memulihkan energinya.

Namun, pemimpin divisi mereka, «mata» gadis itu tidak sama. Apabila dibiarkan berkeliaran bebas, bisa menjadi hambatan pada saat yang tidak tepat.

"Demi mencapai tujuan, kita harus menghapus semua hambatan - Apakah kau sudah makan kenyang?"

Seakan menanggapi pertanyaan gadis itu -

Rantai hitam, terbentuk dari sihir, melepaskan tubuh gadis-gadis tersebut.

Beberapa waktu lalu, seorang ksatria hitam yang mengenakan baju besi, telah berdiri di belakang Restia.

Baju besi kegelapan berderak dengan keras, seakan-akan hendak meledak dari dalam -

Menyerap kekuatan suci dari elementalists dan menyimpan energi mereka.

"- kamu takkan perlu menunggu lama, Kamito."

Tersenyum, Restia dengan santai mengambil «Batu Sihir» dari anggota «Divisi Pemecah».

Sang «Pembunuh Sekolah Instruksional » Jio Inzagi, « Kontraktor Spirit Terkuat Akademi » Velsaria Eva Fahrengart, «Monster» Muir Alenstarl, serta «Ksatria Naga» Leonora Lancaster.

... Dalam waktu satu bulan saja, Kamito sudah bertarung melawan beberapa musuh tangguh.

Pengalaman pertempuran ini mungkin mampu membangkitkan kepribadian yang tersembunyi di tubuhnya.

"Kamito, ini adalah hadiahku untukmu. Biarkan aku mempersiapkan musuh terakhirmu- "

Nepenthes Lore -- perwujudan dari kehendak Raja Iblis.

Lahir melalui sihir rahasia yang terlarang, sesosok monster kegelapan.

- Anak haram lain yang ditinggalkan oleh Raja Iblis.



Bagian 1

Bersinar diatas «Ragna Ys», matahari terbit tinggi -

Kamito dan kelompoknya sedang sarapan di tepi sungai.

"Serius, kamu harus memberitahu kami lebih cepat bahwa kamu ingin melakukan latihan pedang."

"I-Itu sangat benar! Aku pikir, pasti ... "

"Aku hampir mengira Kamito-kun akan melanggar lemah Ellis!"

"Seolah-olah! Orang macam apa yang kau bawa untukku ... "

Setengah menyipitkan matanya, Kamito memelototi tiga wanita kelas tinggi memerah di telinga mereka hadapannya.

"Umm, A-aku benar-benar sudah siap..."

Canggung mengutak-atik jari-jarinya, Ellis bergumam pelan di samping.

"Apakah kamu mengatakan sesuatu, Ellis?"

"Ng-nggak ada!"

Kamito mengerutkan kening. Wajah Ellis langsung merah terang.

"...Sudahlah. Gimanapun, mari makan sebelum makanan jadi dingin. "

"Setuju, Kamito."

Duduk di samping Kamito, Est mengangguk sabar.

Batang pohon dibagi untuk membuat meja, piring panas yang ditetapkan untuk sarapan.

Roti panggang sempurna. Ikan dari sungai, di panggang diatas ludah dan dibumbui dengan garam. ramuan salad liar, jamur tumis dengan mentega. Lalu ada sup ayam khusus resep keluarga Laurenfrost yang membuat penggunaan jahe efektif dan rempah-rempah - tanpa kecuali, setiap hidangan tampak sangat lezat.

"Jadi, bon appetit. Ini adalah kreasi percaya diriku. "

Rinslet bangga membusungkan dadanya.

"...Tapi sungguh, ini begitu mewah. Darimana kamu mendapatkan semua bahannya? "

Piring ini tidak mungkin untuk membuat hanya menggunakan makanan kaleng yang mereka bawa.

"Scarlet dan aku mengumpulkan itu saat Kamito sedang tidur."

"Hutan ini cagar alam ini adalah benar-benar harta karun bahan-bahan."

"Jenis serupa dengan Academy« Roh Hutan », kukira ... Bagaimanapun, tempat ini terasa seperti semacam ‘dunia lain’. "

Selain fakta bahwa itu dihuni oleh banyak roh, ekologi tidak merasa berbeda dari daratan.

"Kamito-kun, itu karena ini« Ragna Ys »adalah kudus diperintah langsung oleh Lords Elemental. Setelah semua, mengingat jumlah besar Putri kerajaan dalam pelayanan mereka, bukankah menjadi masalah jika mereka tidak dapat bertahan hidup di sini? "

Mantan Putri Maiden di «Institut Ritual Suci», Fianna, menjelaskan kepadanya.

...Oh, begitu. Sepertinya ini adalah tempat khusus yang cukup, bahkan dalam dunia «Astral Zero».

"Aku akan berburu babi hutan raksasa untuk makan siang."

Rinslet menyarankan sebagai dia membuat gerakan gambar busur.

Biasanya, perburuan ini dilarang dalam «Sanctuary», yang menjadi wilayah Lords Elemental. Hanya selama Tarian Pedang mengangkat pembatasan.

"Aku akan mengambil bagian juga. Meskipun memasak bukan keahlianku, berburu adalah spesialisasiku. "

"T-Tapi aku nggak suka berburu. Pikiran membunuh hewan-hewan manis dan berbulu ... "

Ellis mengerutkan kening dan mengangkat Scarlet yang sedang sibuk makan ikan, memeluk kucing di dadanya.

"Meow!? Meow meow - "

Bingung, Scarlet mulai ribut.

"Ellis, menyerah. Scarlet nggak suka kalau kamu melakukan itu. "

"Mmm ...H-hal semacam ini! Dengar, Scarlet dan aku benar-benar dekat! "

"Meow - Meow -!"

Menonton kedua dengan ekspresi masam, Kamito minum sup khusus. Rasa jahe, benar-benar masuk ke sup, mengambil efek instan. Dia bisa merasakan tubuhnya hangat dari inti.

" masakan Rinslet benar-benar lezat."

Duduk di sampingnya, Est menawarkan pujian tanpa ekspresi.

"Fufu, Est-san, kamu harus makan lebih banyak jika kamu ingin tumbuh lebih cepat."

"Tidak, Est adalah roh sehingga dia nggak akan tumbuh ..."

Rinslet membelai kepala Est lembut, Kamito menertawakan komentarnya.

"Yah aku harus mengakui, keterampilan memasak yang terpuji. Ketika aku mengembalikan keluarga Elstein sekali lagi, aku mungkin mempertimbangkan memiliki mu sebagai pelayan. "

"...Eh? B-Benarkah? "

Sama seperti Rinslet mulai menunjukkan sukacita -

"...Hei, tunggu sebentar, kenapa aku harus menjadi pengiring di tempat pertama!? "

"Sebuah seragam maid mungkin cocok untuk mu tiba-tiba yah, kau tahu?"

"A-Apa yang kau bicarakan!? Jelas itu cocok untuk cara mu yang lebih dari ku! " Rinslet balas marah.

...Omong-omong, bukankah semakin marah dalam cara yang agak atipikal?

Kamito memiringkan kepalanya dengan bingung saat ia melihat kedua teman semasa kecil bertengkar. Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid6 Bab 3 Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid6 Bab 4 Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid6 Bab 5

Bab 6 - Serbuan Malam

Bagian 1

Tertimbun didalam tanah, roh kristal api menyala merah.

Kamito dan Milla yang bersembunyi dibalik batu, menghangatkan diri. Tidak seperti api unggun, sebuah roh dengan roh api yang tersegel tidak menghasilkan api atau asap, mudah menghindari deteksi oleh orang lain.

Seharusnya mereka sudah bertemu Claire dan yang lainnya sekarang, namun karena bahaya hutan dimalam hari, mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan secara sembarangan.

Kamito akan baik-baik saja jika sendirian tapi saat ini dia didampingi oleh seorang gadis berusia tiga belas tahun.

"Kamito, apa kamu kedinginan?"

Kembali ke bentuk seorang gadis, Est dengan erat mencengkeran lengannya.

"Ah. Aku baik-baik saja."

Saat Kamito membelai kepalanya, Est menutup matanya dalam kenikmatan.

Meskipun dia masih tetap tanpa ekspresi seperti biasanya, mungkin karena dia tetap pada bentuk pedang untuk waktu yang lama, Est sekarang mencoba menjadi sedikit manja.

"Kamito, begitu hangat..."

Est terus menggosokkan wajah lembutnya pada lengan kamito.

STnBD V06 158.png

Duduk berhadapan dengan Milla yang melempar tatapan dingin pada kamito.

"Kamu membuat roh terkontrakmu melakukan hal semacam ini salama ini?"

"Tidak, ini tidak seperti itu--"

"Aku adalah pedang Kamito. Permintaanmu adalah perintah untukku."

Est mengangguk tanpa ekspresi.

"Aku mengerti. Sebuah paksaan manis dan roh polos untuk memuaskan gairah mu..."

Tatapan Milla menjadi semakin dan semakin dingin.

...Ini tidak bagus. Kesalahpahaman menjadi semakin buruk.

"J-Jadi, kalian berdua pasti lapar, kan? Jika kamu tidak keberatan, bagaimana kalau aku menyiapkan beberapa makanan?"

Kamito mencoba mengubah topik pembicaraan.

"Ya, aku lapar."

"Itu bukan saran yang buruk."

Keduanya mengangguk.

...Mereka berdua, entah bagaimana mereka terlihat sedikit mirip.

Kamito diam-diam tersenyum kecut pada dirinya sendiri.

Lalu beberapa saat kamudian--

Dari belakang batu, aroma lezat datang melintas.

Itu adalah masakan sederhana yang menggunakan roti keras yang Milla bawa sebagai bekal, ditambahkan sedikit irisan daging yang diasapi, sedikit dibumbui dengan beberapa bumbu dan dipanaskan dengan api.

Meskipun begitu, untuk Kamito dan kelompoknya yang sangat lapar, ini sudah cukup sebagai makanan mewah.

"Kamito, cepat dan biarkan aku mencoba itu."

"Apa yang harus aku lakukan pada kamu, Est..."

Tersenyum kecut, Kamito mengulurkan sepotong roti dan meletakkan dimulut Est.

"Ini lezat, Kamito"

Est mengunyah tanpa ekspresi... Dia benar-benar seperti peliharaan yang manis.

"Menyuapi roh eh."

Milla melotot dengan dingin pada mereka.

"Baiklah, kamu tidak harus menjadi formal, hanya makan ini cepat."

Kamito menyajikan roti yang mengepulkan uap dihadapannya.

"...aku tidak akan bisa disuap dengan makanan."

"Aku tidak menyuap kamu dengan makanan, ini hanya ucapan terima kasih untuk menyembuhkan aku."

Milla menerima roti itu dan menggigit sedikit dengan manis.

"...lezat."

"Itu sungguh mengagumkan."

Kamito berseru kecut.

Pemandangan dua gadis manis memakan roti tanpa ekspresi terasa agak janggal.

"Lukamu..."

"Hmm?"

Menelan roti itu, Milla sengan pelan berbicara.

"Penyembuhan yang sangat cepat berkat kemampuan pemulihanmu sendiri, sihir roh ku sebenarnya tidak memiliki efek."

"Ah ya, aku mengerti memiliki bentuk itu adalah sulit untuk sihir roh suci untuk mengambil efek."

Bahkan meskipun dia tidak tahu apa yang menyebabkan itu, itulah apa yaang dikatakan Fianna padanya, jadi seharusnya itu akurat.

"...? Pada kasus itu, bagaimana kamu biasanya menyembuhkan lukamu?"

Milla berseru terkejut, Kamito menggaruk kepelanya, sedikit bermasalah.

"Ah, bagaimana aku harus menjelaskan itu. Salah satu anggota kelompokku adalah princess maiden, umm, dia menggunaan tubuhnya untuk mentransfer sihir secara langsung..."

"...cukup. Pada dasarnya aku sudah mengerti."

Milla menatap Kamito dengan mata yang memandang rendah.

"Jelasnya, rumor tentang teman tim Kamito menawarkan tubuh mereka dalam pelayanan untuk dia itu benar."

"Tunggu sebentar, jangan salah paham."

"Kamito, apa maksutnya menawarkan tubuh mereka dalam pelayanan?"

Est memiringkan kepala tanpa ekspresi dalam kebingungan.

"Est, kamu tidak memerlukan untuk tahu hal yang semacam itu."

"Daripada melalui kat-kata, kamu akan mengajari dia menggunakan tubuhmu?"

"Milla, apa yang sebenarnya kamu katakan?"

Tatapan Milla menjadi semakin dan semakin pedas, Kamito dengan penuh rasa sesal mencengkeram kepalanya.

Bagian 2

"Fuah..."

"Makan malam selesai. Jadi sekarang waktunya Est untuk tidur."

Kamito dengan lembut membelai kepala Est.

Est hampir selalu tidur diwaktu seperti ini setiap malam.

"Ya, Kamito. Memasuki mode tidur standby. Selamat malam."

Est menempatkan kepalanya dipangkuan Kamito seolah-olah meminta untuk dimanjakan.

Sosoknya melebur menjadi partikel-partikel cahaya di udara, menjadi bentuk pedang yang indah.

Kamito menyandarkan «Demon Slayer» yang tertidur dengan lembut pada batu.

"Kamu tidak pergi tidur, Milla?"

"Apa kamu menganggap aku sebagai anak kecil?"

"Tidal seperti itu. Dengan begitu banyak yang terjadi hari ini, kamu pasti lelah."

"Tidak peduli bagaimana aku berpikir tentang hal ini, kamu pastinya lebih lelah daripada aku."

"Aku tidak bisa tidur duluan sementara seorang gadis masih terjaga, kan?"

"...gadis?"

Milla memiringkan kepalanya dengan heran.

"Kamito?"

"Hmm?"

"Karena aku tidak bisa tidur, berbicaralah tentang sesuatu yang menarik."

Entah bagaimana... Rasanya aku terus mendapatkan permintaan yang tidak masuk akal akhir-akhir ini.

"Maafkan aku. Aku jenis pria yang membosankan."

Kamito mengangkat bahu.

Mengenai betapa membosankannya dia, Claire mengetahui lebih baik.

"Itu tidak penting. Aku yang akan menjadi orang yang memutuskan apakah itu menarik atau tidak."

"...aku mengerti."

Kamito mendesah, mengalah--

"Diwaktu yang dulu sekali, ada roh disegel kedalam sebuah lampu ditempat tertentu--"

Sama seperti saat Claire menyuruh dia, Kamito mulia menceritakan cerita yang didengarnya dari Restia. Seketika itu, mata Milla melebar dengan ketertarikan.

"...umm, kamu tidak menemukan ini membosankan?"

"Tidak, terus lanjutkan."

Milla menggelengkan kepalanya, Kamito melanjutkan.

Secara obyektif, teknik mendongeng Kamito adalah sangat polos. Meskipun begitu, mengingat dan menirukan gerakan tubuh dan nada yang digunakan oleh Restia ketika dia masih muda. Kamito melanjutkan cerita itu.

Segera setelahnya--

"Fufu---"

"...!?"

Kamito berhenti karena kaget.

...Sulit dipercaya. Milla tampaknya berusaha untuk tidak tertawa.

"Kamu..."

"...apa?"

Menyadari tatapan Kamito, Milla dengan panik menghindari kontak mata.

"Kamu sangat manis ketika tertawa."

"A-Apa yang kamu katakan?"

Milla merendahkan pandangannya seolah-olah mencoba menyembunyikan wajahnya.

...Mungkinkah, dia malu?

Tiba-tiba, Kamito menanyakan pertanyaan yang telah mengganggunya.

"Ngomong-ngomong, kamu menyebut dirimu sendiri sebagai alat saat dihutan tadi?"

"...terus kenapa?"

Milla kembali pada ekspresi dingin yang biasanya.

"Apa sebenarnya yang kamu maksudkan dengan itu?"

"Persis seperti apa yang tersira pada kata itu. Karena itu sebuah eksistensi yang lebih dikenal sebagai elementalist."

"Kontraktor roh bukanlah alat. Setidaknya, tidak pada akademi darimana aku datang."

"Itu secara sederhana adalah penilaianmu sendiri. Aku adalah alat yang dilatih untuk memenangkan festival «Blade Dance» ini. Itu sepenuhnya adalah penilaianku."

Milla Bassett -- hanya berumur tiga belas tahun, sebua penampilan ekspresi seolah-olah dia terlihat memikirkan segala sesuatu.

Itu adalah ekspresi yang sama denga masa mudanya dimasa lalu.

Perlakuan macam apa yang dia terima dinegara asalnya, tu mudah dibayangkan.

Seorang gadis yang hidup hanya bertujuan untuk memenangkan «Blade Dance»...

Sangat kejam -- Kamito berbisik marah pada dirinya sendiri.

Kampung halamannya adalah negara kecil yang mendapatkan kemerdekaan dari kerajaan suci Lugia belum lama ini. Apakah dari kekuatan militer atau ekonomi, masih berada sedikit dibelakang dibandingkan negara-negara sekitar. Oleh karena itu mereka dengan teguh untuk meningkatkan kehormatan negara mereka melalui hasil yang menakjubkan pada festival «Blade Dance» ini.

Milla Bassett adalah alat yang dilatih untuk tujuan ini.

-- oleh karena itu sungguh berakar dari keyakinan ini, dia secara bertahap membuang emosinya sebagai manusia.

Itu hampir mirip dirinya sendiri, sebelum dia bertemu Restia.

Aku punya Reastia disampingku, tapi gadis ini ---

Kamito tidak bisa membantu tapi berbicara.

"Apa kamu benar-benar, sepenuhnya percaya itu?"

"...?"

"Penilaianmu, apakah hanya ada pada memenangkan fetival «Blade Dance» ini?"

"Lebih dari itu, aku tidak tahu cara lain untuk hidup."

Milla menggelengkan kepalanya, pada momoent ini---

Tiba-tiba. Kamito menyadari perubahan suasana disekitar.

"Kamito?"

"...serius. Ini sudah terlambat dan kita mendapat pengunjung."

Mendengar kata-kata Kamito itu, Milla akhirnya bereaksi.

Dengan waspada, mereka mengawasi sekeliling--

"Sungguh mengejutkan. Aku sepenuhnya menghilangkan jejak dari kehadiranku."

Suara seorang gadis datang daring belakang batu.

"Bahkan meskipun timmu adalah yang ketiga, kamu masih perwakilan dari akademi roh Areishia."

Disaat yang sama, suara lain datang dari sisi berlawanan. Berdasarkan dari suara langkah disana ada dua orang.

Sebuah peluang menghadapi --- iti tentu saja mustahil.

Kamito menjilat bibirnya dan meraih Est yang ada di batu.

Sepertinya, ini adalah tim yang mengirim roh bola api pengintai sebelumnya.

Ada satu orang dikanan dan dua di kiri. Sebuah serangan menjepit dari dua arah.

"...ksatria dengan kesetiaan pada keberanian raja, anugerahkan aku cahaya kemenangan!"

Milla melafalkan sebuah mantra bahasa roh, mewujudkan sebuah pedang dari sihir roh di tangannya.

Berdiri dengan dia, punggung dengan punggung, Kamito bertanya.

"Kamu tidak memanggil roh terkontrakmu?"

"Roh terkontrakku membutuhkan ritual pemanggilan khusus. Itu tidak bisa dilakukan disini."

"...sebuah roh dengan tipe ritual pemanggilan eh."

Pasti roh berkekuatan tinggi yang membutuhkan ritual pemanggilan. Misalnya, kerumunan roh binatang buas milik «tim Cernunnos». Roh terkontak milik Milla sepertinya sama. Dalam pertukaran kekuatan besar, banyak waktu dan energi yang dikeluarkan dan karena itu tidak cocok untuk duel tarian pedang daintara individual.

Diterangi oleh cahaya pedang, penampilan musuh. Menjadi jelas.

Dua dari gadis-gadis itu memakai seragam yang serupa dengan Milla. Sebuah warna dasar merah dengan dekorasi garis putih, mereka berlawanan dengan seragam «Rupture Division».

"«Sacred Spirit Knight» dari kerajaan suci Lugia.

Mata Milla melebar.

Jadi itu masalahnya. Setelah semua, kerajaan Rossvale memperoleh kemerdekaannya dari kerajaan suci Lugia. Dalam hal ini, memiliki kemiripan pada seragam mereka itu adalah alami.

Ngomong-ngomong, bukankah «Sacred Spirit Knight» adalah timnya Paladin Luminaris?

Luminaris adalah elementalis tingkat ace yang mencapai final di festival «Blade Dance» tiga tahun yang lalu.

Menggunakan roh suci, dia menyajikan Kamito dengan tantangan yang dahsyat selama final.

Meskipun dia sepertinya tidak muncul saat ini, «Sacred Spirit Knight» terkanal sebagai salah satu tim terkuat dari daratan, semua hal dipertimbangkan.

Bertarung dengan lukanya saat ini sementara melindungi Milla akan menjadi sedikit merugikan.

"--ah, kamu tidak mundur? Jika kamu lari sekarang juga, kami mungkin akan membiarkan kamu."

"Berhenti bercanda. Siapa yang akan menyiakan sebuah kesempatan bagus?"

Ksatria itu mencemooh.

Lebih seperti, mereka telah menerima berita kehancuran «Rupture Division».

Bahkan fakta kelompok Milla Bassett hanya seorang elementalis laki-laki termasuk pada tim lemah benar-benar jelas untuk mereka.

Selanjutnya, kerajaan suci Lugia dan kerajaan Rossvale adah musuh berseteru, itu adalah umum untuk konflik politik antara negara-negara yang akan dibawa ke kompetisi «Blade Dance».

...Pilihan kita hanya bertarung, kan?

Kamito mengankat pedangnya dengan jengkel.

"Kamu juga, jika kamu menyerahkan «mata» Milla Bassett, kami akan melepaskan kalian berdua."

"Mata Milla?"

"Oh oh, kamu bersekutu dengan dia tanpa mengetahui apapun?"

"..."

Melirik sekilas pada Milla, Kamito menemukan dia melotot dalam diam pada ksatria dihadapannya.

"«Mata» Milla Bassett semula adalah harta negara kami. Kami sederhanya akan mengambil itu."

"Apa sebenarnya ini?"

"Kamu tidak perlu tahu, mengingat kamu akan jatuh disini."

Kamito mengangkat bahunya tak berdaya... Rupanya sudah tidak ada ruang untuk percakapan.

Tiba-tiba, ketiga ksatria memperketat pengepungan.

"Milla, jangan meninggalkan sisiku."

"Jangan meremehkan aku. Tidak peduli apa, aku masih tetap pimpinan dari «Rupture Division»."

"...mengerti. Kemudian aku akan percayakan punggungku padamu."

Seketika, tiga ksatria menyerang bersamaan.

Suara pedang beradu menggema. Percikan api intens tersebar di malam yang gelap.

Serangan kapak tempur berat itu diblokir oleh kamito menggunakan Terminus Est.

"...guh!"

Rasa sakit intens datang dari lengannya. Seperti luka yang terus menerus dari jatuhnya dari tebing itu terbuka.

...Jelas ini adalah master. Aku tidak bisa sembarangan sama sekali!

Melompat kesamping, Kamito memegang pedangnya pada satu tangan.

"Kamu pikir kamu bisa lari---"

"...?"

Memotong udara, kapak tempur besar terbang diudara--

Karena serangan ini tak terduga, Kamito bereaksi sedikit terlalu lambat.

"...mengelilingi subyek malam, mempercepat maju untuk membantai musuh-musuh kamu."

Seketika, kapak tempur melayang berubah menjadi sekelompok besar kelelawar.

"...I-Ini adalah roh Legion?"

«Legion» adalah istilah untuk roh terkontrak yang terdiri dari penggabungan dari bebrapa roh. Meskipun mereka tidak cocok untuk melekukan perintah biasa, mereka sangat efektif melawan musuh yang tidak mengarah pada perterungan beberapa lawan.

Jika itu terjadi, Terminus Est milik kamito adalah elemental waffe tipe pedang, tidak cocok untuk melawan beberapa lawan.

Kamito mengayunkan pedangnya pada segerombolan roh yang menyerupai awan gelap.

Tebasan dari «Demon Slayer» langsung menghancurkan gelombang roh---

Namu, itu hanya menghancurkan sebagian kecil dari jumlah total. Sekelompok roh kelelawar mengeluarkan teriakan saat mereka menyerang Kamito.

Cakar tajam merobek luka diseluruh tubuhnya. Darah merah mengalir keluar dari kulitnya yang terbuka.

"Guh..."

Peraturan «Blade Dance» melerang untuk membunuh seorangpun dari elementalist peserta. Tapi sebaliknya, selama kehidupan mereka masih tetap utuh, sejumlah cedera fisik dan penyiksaan diijinkan,

Mereka pasti mencoba menguras staminaku secara bertahap.

Jika lidah api milik Claire ada disini, mereka bisa dibakar dalam sekejap...

Kamito tidak bisa menggunakan sihir roh untuk penghancur area luas. Meskipun segerombolan roh memblokir pandangannya, dia yakin Milla seharusnya sedang bertarung dengan elementalist lainnya.

Mencoba untuk membunuh satu per satu akan memakan waktu yang lama...

Meningkatkan «Demon Slayer», Kamito berlari ke pusat dari segerombolan roh. Dengan tekat mengorbankan diri, dia menembus dengan kekuatan, berniat untuk mengalahkan elementalist musuh secara langsung --!

"--tentu saja aku tidak akan membiarkan rencanamu berhasil. Tangkap kejahatan itu, «Shackles. Of the Criminal»!"

"...!?"

Tiba-tiba, cahaya belenggu muncul diudara dan mengunci kaki Kamito.

Detengah-tengah kekacauan dan keganasan gerombolan roh, Kamito dilumpuhkan.

"Mereka yang mencoba melarikan diri dari legion akan tertangkap oleh «Shackles of the Criminal». Serangan terkoordinasi dari roh ksatria suci sangat sempurna."

Ksatria lain mencemooh dengan kemenangan.

Aku mengerti. Seperti yang diharapkan dari tim kuat dan terkenal--

Kamito mengutuk diam-diam situasinya yang buruk sekali. Menggunakan legion untuk menghalangi pandangannya sementara menyembunyikan elemental waffe tipe penangkap «Shackless of the Criminal» didalamnya -- ini adalah serangan terkoordinasi yang memenfaatkan kecocokan diantara roh terkontrak mereka.

Legion tanpa belas kasiha menyerang Kamito saat dia berdiri tidak bisa bergerak--

"...rencanamu itu sendiri tidaklah buruk. Tapi sangat disayangkan, kamu meremehkan Est ku."

Berteriak, Kamito mengalirkan divine power pada «Demon Slayer».

"...bagaimana mungkin?"

Ksatria itu berteriak terkejut.

Memancarkan cahaya menyilaukan dengan intens, belenggu dari elemental waffe yang menehan kakinya terpotong menjadi dua.

Memegang pedang suci yang memncarkan cahaya menyilaukan yang luar biasa, Kamito menyerang maju.

Gerombolan roh legion dihancurkan saat membuat kontak dengan aura pedang milik Terminus Est.

"Sialan... Cepat dan kembali!"

Ksatria di depan Kamito dengan panik mencoba mengubah legion kembali pada bentuk kapak tempur -- tapi sayangnya, itu sudah sangat terlambat.

Kamito dengan cepat menghadap dia dan memotong pada perut ksatria.

"Gaaaah...!"

Dengan teriakan keras, ksatria itu tumbang. Namun, didalam «Astral Zero» semua kerusakan yang disebabkan oleh elemental waffe melampaui apa yang tubuh bisa tahan semua akan diubah menjadi sakit psikologis. Oleh karena itu gadis itu hanya kehilangan kesadaran.

Disaat yang sama, legion yang seperti awan hitam menghilang menjadi partikel cahaya.

"Haah...haah..."

Menancap pada tanah pedangnya yang kehilangan kecerahannya, Kamito mengistirahatkan pundaknya pada pedang itu saat dia terengah-engah.

Ini benar-benar melelahkan...

Terminus Est memiliki kelas terkuat dari elemental waffe.

Oleh karena itu, menggunakan itu dengan cara seperti sekarang akan menguras divine power delam sekejap.

Memutuskan itu dia tidak akan menang satu lawan satu, «shackless» yang digunakan ksatria itu melangkah kembali dengan mendecakkan lidahnya.

Disisi lain dari batu, Milla saat ini melawan ksatria dengan pedang tipis di sebuah pertempuran.

Memegang pedang ringan, dia membelokkan serangan mematikan milik musuh satu demi satu, menciptakn percikan kapanpun pedang mereka berbenturan secara intens.

Keahlian pedang Milla sudah pasti tidak biasa. Dalam akademi, tingkat keahlian pastinya mencapai nilai top.

Namun di «Blade Dance» ini tahap dimana elementalis kelas top berkumpul, kekuatannya terlihat sedikit kurang memadai dalam perbandingan.

Dalam istilah dari kemampuan sebagai seorang elementalist, lawannya secara jelas superior untuk dia.

Menggunakan tubuhnya yang masih tidak bisa berdiri dengan tegak, kamito menyiapkan pedang di tangannya.

Namun, «Demon Slayer» hanya mengeluarkan cahaya redup.

"Sudah jelas kekuatanmu habis, elementalist laki-laki."

"Hmph, sepertinya...!"

Memaksa tubuhnya yang goyah, Kamito mulai berlari untuk membantu Milla--

"--rencanamu. Tidak akan berhasil, «Shackless of the Criminal»!"

Ksatria itu melepaskan kumpulan rantai belenggu dari tangannya. Kamito melompat untuk menghindar -- tapi belenggu itu hanya sebuah haring merah.

Kumpulan belenggu yang lain dilepaskan dari arah yang berlawanan menangkap lengan kanan Kamito.

"Kamu tidak lagi memiliki kekuatan untuk terbebas dari «Shackless» sekarang."

Dalam sekejap gerakan Kamito dihentikan--

Ksatria lain yang bertarung dengan Milla bergegas.

"--Kamito!"

"Semua yang aku butuhkan hanya satu lengan."

Membalas pada teriakan Milla dengan senyuman, kamito menukar untuk memegang pedangnya dengan tangan kirinya.

Itu adalah tangan kiri dalam sarung tangan hitam legam. Dia masih merasa rasa sakit menyengat dari segel roh Restia.

"--sangat disayangkan untuk kamu, tapi aku sangat kuat."

Dengan satu lengan dihentikan oleh «Shackless», Kamito menendang tanah.

Menggunakan satu kaki sebagai poros untuk memutar tubuhnya, dia memukul dengan sebuah serangan balik dalam menanggapi dorongan musuh.

Dorongan pedang melewati wajahnya--

Tapi disaat yang sama, pedang kamito menembus lebih dalam pada jantung lawan.

"Guah...!"

Penderitaan besar kerusakan psikologi, ksatria itu kehilangan kesadaran dan jatuh ketanah.

Kamito memegang bahunya karena rasa sakit dari sedikit kian tinggi saat dia bertanya pada pengguna «Shackless» dibelakangnya.

"--- jadi, kamu satu-satunya yang tersisa... Apa yang akan kamu lakukan?"

"..."

Ksatria itu menggigit bibirnya menyesal.

"Jangan lupakan ini, Luminaris-sama pasti akan mengurus kamu!"

Meninggalkan kata-kata kekalahan ini, dia menghilang ke kedalaman hutan.

Disaat yang sama, «Shackless» yang menahan Kamito juga lenyap.

Tiga elementalist pada tingkat itu-- jika itu diriku toga tahun yang lalu, aku akan menangani meraka seorang diri dalam sekejap.

Saat dia berbisik pada dirinya sendri dalam mencemooh diri, Kamito terbatuk darah.

Tubuhnya sebenarnya tidak cukup baik untuk menggunakan Terminus Est dengan kekuatan penuh.

... Tapi untuk berpikir aku akan berakhir seperti ini.

Tubuhnya berguncang dia tumbang ke tanah seolah-olah kehilangan semua lekuatan.

"...Kamito, Kamito!"

Saat kesadarannya luntur, dia mendengar suara Milla.

Bagian 3

"--- A-Apa itu?"

"Mungkinkah itu, sebuah roh legion!?"

Bayangan besar meluap-luap dihadapan mereka yang menginjak-injak pohon-pohon dihutan.

Tim negara kecil hanya menjerit dan lari kedalam hutan saat mereka melihat kehancuran dari «benteng» mereka.

Roh dalam bentuk binatang buas menyerbu dan menyerang «raksasa» itu tapi raksasa itu mengayunkan tinjunya yang berat, menghantam sekelompok roh sampah masyarakat untuk dilupakan dalam serangan tunggal.

"Ahahaha, kamu menyebut dirimu peserta perwakilan dalam «Blade Dance», dan semua yang bisa kalian semua lakukan hanya ini?"

Di bahu dari raksasa -- roh militer kelas strategi «Colossus», ada seorang gadis dengan rambut abu-abu.

«Monster» kedua dari «Instruksional School» --- Muir Alenstarl

Ditengah meningkatnya asap hitam dan api terbakar dengan inten--

Seorang gadis menggunakan topeng merah tatapan tanpa belas kasihan di adegan penghancuran ini.

Elementalist negara kecil itu berjuang mati-matian tetapi mengingat kekuatan Muir, mereka akan segera kalah bersama dengan «benteng» mereka.

"Ren Ashbell-sama, jika ini berlanjut, roh itu akan hancur oleh penggunaan kekuatan Muir."


Disampingnya, Lily Flame berlutut ditanah, berkata dengan cemas.

"Tidak masalah. Digunakan karena akan membuang roh militer untuk menaklukan «benteng» adalah senilai."

"Tapi «Colossus» itu dirikan oleh militer Alpha Theocracy--"

"Dalam kasus apapun, itu bukanlah sebuah roh yang bisa tetap dibawah kendali orang-orang itu. Daripada pebgeluaran upaya untuk memilikinya dibatalkan, kita mungkin akan memecahkan itu melalui penggunaan «Jester Vise»."

Reb Ashbell mengangkat bahu dan berbalik kepada Lily.

"Selain itu, apakah kamu menemukan lokasi Roh kegelapan dan Nepenthes Lore?"

"P-Permisi... Aku sangat minta maaf, masih belum..."

Lily menggigit bibirnya menyesal.

Roh kegelapan telah dibawa pergi oleh Nepenthes Lore tanpa otorisasi, mengambil divine power dari elementalist tanpa pandang bulu -- tindakan itu merupakan penghianatan pada Ren Ashbell.

"Aku mengeri. Lalu teruslah mencari."

"Ya---"

"Itu mengatakan, bahkan jika roh kegelapan merencanakan sesuatu, rencanaku tidak akan berubah sedikitpun."

"Ren Ashbell-sama, boleh saya menanyakan sebuah pertanyaan...?"

Lily mendongak dan bertanya dengan cemas.

"Apa itu?"

"Orang macam apa Nepenthes Lore itu?"

Dia sadar betul bahwa monster ksatria hitam bukanlah manusia biasa.

Hal itu dihidupkan kembali oleh master sebelum dia menggunakan sihir terlarang, sebuah eksistensi yang seharusnya tidak ada didunia ini.

Tapi pada akhirnya, apa identitasnya yng sebenarnya ---?"

Jauh dibelakang topeng merah, mata merah terbakar seperti menembus melewati Lily.

"Tolong maafkan saya karena melangkahi batas saya!"

Tatapan sederhana sudah cukup untuk memberikan dia perasaan takut seolah-olah jantungnya sedang dipegang dengan erat.

"--- Nepenthes Lore itu adalah penerus raja iblis dimasa lalu."

"Penerus raja iblis...?"

"Dengan kata lain, perwujudan dari kehendak «Ren Ashdoll» yang dimakamkan di zaman kuno --"

Sebuah bayangan gelap melintas dimatanya yang berapi-api.

"-- sebuah eksistensi yang identik dengan aku."


Bab 7 - Kembali

Bagian 1

Sejak masih muda dia menegaskan dirinya sendiri untuk membunuh gadis roh kegelapan yang membawa hatinya kedalam kekacauan yang luar biasa ---

Dia mulai tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang sulit dipercaya.

Bahkan para tetua yang memutuskan untuk mempertemukan mereka berdua tidak mengantisipasi ini.

Pada titik ini, bahkan diantara elementalist berperingkat yang dilatih di «Instruksional School», hanya ada sedikit yamg bisa mengimbangi dia dalam pertempuran.

"Kamu tidak akan membunuhku?"

"Akan ku lakukan -- suatu hari, aku pasti akan melakukannya."

Sepanjang sesi latihan deathmatch yang berlangsung selama beberapa jam pada suatu waktu --

Entah bagaimana perbincangan seperti ini menjadi slogan standart mereka.

Setiap setelah deathmatch, anak laki-laki itu akan terlibat perbincangan panjang dengan dia.

Gadis roh kegelapan itu menceritakan semua hal tentang dunia kepada anak laki-laki itu yang dia tidak pernah tahu.

Seperti kesedihan, sukacita dan berbagai hal indah yang mengisi dunia.

Kemudian setiap malam sebelum anak laki-laki itu tidur, gadis itu dengan lembut akan menceritakan cerita pengantar tidur disisinya.

-- untuk seorang yang mengamati, ini adalah hubungan yang cukup luar biasa.

"Dan kemudian, sang raja menyegel roh itu kedalam lampu sekali lagi--"

"... Kemudian apa yang terjadi?"

Menempatkan kepelanya dipangkuan gadis itu, anak laki-laki yang tidak puas itu berusaha meminta kelanjutan ceritanya.

Karena dia selalu berhenti pada bagian yang paling menarik.

"Mari lanjutkan besok bagian selanjutnya."

Dengan lembut membelai rambut hitam anak laki-laki itu, gadis itu tersenyum.

Jelas ujung jari-jari itu telah menembakan serangan sihir tanpa ampun pada anak laki-laki itu hanya beberapa saat yang lalu.

"Katakan padaku sekarang. Siapa yang tahu aku akan tetap hidup besok."

"Ah benar. Besok adalah misi untuk menghancurkan Great Shrine --"

Seorang anak yang berumur dua belas tahun sudah mulai mengerjakan misi yang ditugaskan oleh «Instruksional School».

"Yang bertanggung jawab untuk pernghancuran adalah Muir. tugas Lily dan aku adalah melindungi dan membantu dia. Didalam «Great Shrine», dilaporkan ada delapan roh ksatria elit sebagai penjaga."

"Akankah kamu bertahan hidup?"

"Siapa yang tahu. Aku adalah alat -- aku hanya harus mengikuti perintah dan menyelesaikan misi."

"Tapi jika kamu mati... Kamu tidak mungkin akan mendengarkan kelanjutan ceritanya."

Anak laki-laki itu tiba-tiba membuka matanya yang tertutup.

"... Sungguh menyusahkan."

"Bahkan jika itu hanya untuk mendengarkan kelanjutan ceritanya, tolong kembalilah dalam keadaan hidup"

"...ya. Itu benar... Aku mengerti."

Anak itu mengangguk dengan penuh kejujuran.

"Juga, jangan lupa janji kita--"

"Janji?"

"Aku akan menjadi orang yang membunuh kamu."

"Ufufu. Tentu saja."

Ini bukanlah rasa takut akan kenatian. Aku harus bertahab hidup -- pikir anak itu pada dirinya sendiri.

Bagian 2

"Uh, hmm..."

Merasakan bagian belakang kepalanya pada sesuatu yang lembut dan nyaman, kamito terbangun.

Membuka matanya, dia menemukan wajah gadis yang manis.

"...Milla?"

"Kamu harus terus berbaring."

Mengatakan itu, Milla menekan kepala kamito kebawah dengan keras ke pahanya.

Merasakan kulitnya yang halus dan lembut pada pipinya, Kamito tidak bisa menghentikan jantungnya yang berpacu.

Tidak ada jalan lain, Kamito tidak mempunyai pilihan selain melanjutkan berbaring dengan cara ini.

Langit masih redup, malam baru saja berakhir.

...Sebuah bantal pangkuan, sungguh nostalgia.

Dulu, aku selalu tidur dipangkuannya...

Tetap membuka matanya, dia mulai melamun--

"Kamu tidak bisa tidur?"

"Yah, aku punya tipe tubuh yang bisa melakukan sesuatu tanpa tidur."

"Sungguh... Itu sama seperti aku."

"Milla juga?"

"Itu karena aku selalu berlatih."

Kamito hanya bisa mengerang.

...Benar. Sama seperti kamito, dia dibesar sebagai alat.

Bukankan itu identik dengan apa yang orang-orang dari «Intruksional School» lakukan.

Dia merasa marah terhadap ksatria kerajaan Rossvalle yang membentuk Milla.

Lebih dari itu, dia tidak mempunyai siapapun dalam hidupnya seperti Restia yang bersama Kamito.

Kamito pelan-pelan bangun dari Milla.

"Ini, milikmu..."

Milla mengulurkan dua «Magic Stone».

"Hmm? Ah benar..."

Itu rupanya adalah «Magic Stone» dari kedua anggota «Sacred Spirit Knight».

Kamito mengambil satu dan meninggalkan yang satunya ditangan Milla.

"...?"

"Ini untuk «Rupture Division». Bukankah kita sepakat untuk membagi «Magic Stone» secara adil?"

Milla menggelengkan kepalanya.

"Kamu yang mengalahkan mereka, Kamito."

"Kita adalah sekutu."

Memaksa Milla untuk memegang «Magic Stone» sebagaimana mestinya, Kamito berdiri.

Untuk sebentar, Milla memandang pada «Magic Stone» ditangannya--

Akhirnya, dia mengangguk dan menempatkan itu di saku seragamnya.

"Kamito..."

"Hmm?"

Milla melihat ke Kamito.

Mata kanan yang hijau dan mata kiri yang kuning, mata heterochromic itu menatap Kamito.

"«Mata» ku, kamu tidak menanyakan tentang itu?"

"...mata?"

-- berpikir tentang itu, «Sacred Spirit Knight» itu mengatakan sesuatu tantang mata Milla.

"Kamu ingin aku menanyakan itu?"

"..."

"Milla, jika kamu ingin mengatakan itu padaku, lalu biarkan aku tahu ketika waktunya sudah datang."

Kamito mengangkat bahu, dan pada saat ini --

Dari atas kepala, suara sayap berbulu bisa terdengar.

"Apa?"

Mereka berdua memutar pandangan mereka pada langit untuk menemukan burung iblis yang berputar diatas udara dengan melebarkan sayapnya yang besar.

"Itu... «Simorgh» milik Ellis!"

Itu adalah jarak yang jauh tapi Kamito sangat yakin. Itu adalah iblis angin roh terkontrak milik Ellis.

"Kamu mengenali itu?"

"Ya, lihat. Kelompok ku mencari aku."

Segera setelahnya, roh iblis angin mendarat dihadapan Kamito dan Milla.

Kamito langsung bertanya pada iblis angin itu saat melipat sayapnya.

"Apa Claire baik-baik saja?"

Simorgh mengangguk dengan sedikit mengeluarkan suara.

...Sepertinya dia baik-baik saja,

"Benarkah... Aku senang mengetahui itu."

Dalam kelegaan Kamito menghela nafas panjang.

"Pergi dan katakan pada semua orang bahwa aku baik-baik saja, dan akan segera kembali."

Sambil mengeluarkan suara keras, Simorgh terbang ke langit.

"Ayo pergi, Milla... Waktunya berangkat."

Keduanya dengan cepat mengumpulkan peralatan berkemah mereka.

Gadis itu - Claire, pasti dia akan marah...


Bagian 3

Claire berbaring dibawah selimut ditempat tidur.

Tubuhnya meringkut seperti bola, dia masih sedikit demam.

"Kamito..."

Dia menggumamkan namanya berkali-kali.

Claire dengan erat mencengkeram satu sisi dari selimut.

Sambil melamun, dia melirik cermin kecil disisi tempat tidur.

"penampilan wajah yang menyedihkan..."

Rambutnya yang dibanggakan sangat kacau, matanya merah karena menangis sepanjang malam.

"-- dihari aku kehilangan saudara tertuaku, aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan pernah menangis lagi."

Dimeja kecil, ada sarapan yang tertutupi sehelai kain. Mungkin dibawakan Rinslet.

...Tapi aku tidak punya nafsu makan saat ini.

Kamito, tanpa kamu disampingku, aku...

Ada apa dengan rasa sakit didadanya ini?

...Kesepian? Bukan, bahkan jika itu adalah sebagian dari alasannya, masih ada yang lebih...

Aku punya banyak pikiran buruk pada pria ini dimasa lalu...

Claire teringat segala sesuatu tentang apa yang telah dia lakukan sampai hari ini...

Kapanpun Kamito mendekati gadis lain, dia selalu merasa marah tanpa alasan yang jelas, tidak bisa menerima, ingin mencambuk dia dan membakar dia menjadi arang --

...Aku benar-benar bodoh. Sepertinya sekarang, aku bisa menjadi sedikit lebih jujur.

Saat dia mendesah --

Sesuatu menggeliat dibawah selimut.

Kebingungan, dia menarik selimut untuk menemukan roh kucing neraka terbalut dalam api lembut yang hangat.

"Scarlet..."

Claire tiba-tiba merasa tersentuh.

Jelas Scarlet juga dalam keadaan yang sangat lemah, tapi kucing itu masih tetap disamping Claire untuk menyediakan kehangatan.

"Meow..."

"...Y-Ya. Sebagai tuan, aku punya keyakinan pada pria itu,"

Disemangati oleh Scarlet, dia mengucek matanya.

Menepuk wajahnya, dia mengikat rambutnya dengan gaya favoritnya.

"...itu benar. Aku tidak boleh menyerah, Kamito pasti masih hidup."

Memperbarui semangatnya, dia bangun dan mulai memakan sarapan dalam suapan besar.

Ini bukanlah gaya yang pantas untuk seorang wanita terpandang dari sebuah keluarga yang dulunya berwibawa tapi sekarang bukanlah waktunya untuk menjadi gelisah... Dia harus memulihkan tenaganya secepat mungkin untuk mencari Kamito.

Pada saat ini, dentuman langkah kaki bisa terdengar. Pintu masuk tenda terbuka.

Rinslet muncul, benar-benar panik.

"Claire, kita sepertinya sudah menemukan Kamito."

Bagian 4

-- beberapa jam setelah itu, Kamito kembali ke benteng «Tim Scarlet».

Dipintu masuk yang tersembunyi dihutan, teman-temannya sudah keluar untuk menyambut dia, namun --

"...serius, seberapa banyak kamu mencoba membuta kami khawatir?"

"T-Tidak seperti aku khawatir atau apapun yang seperti itu..."

"Cukup untuk ini, Kamito-kun selalu sangat sembrono!"

"A-Aku minta maaf..."

Berhadapan dengan tiga wanita muda yang sedang marah, Kamito hanya bisa mengerut kebelakang.

...Itu hanya untuk satu hari, tapi sepertinya mereka benar-benar khawatir.

Mata rubi Claire berlinang air mata --

"...hiks...hiks..."

...Untuk beberapa alasan, dia menangis.

"H-Hey, Claire?"

Kamito dengan panik meletakkan tangannya dipundak Claire --

"Bodoh... Sungguh, aku sangat khawatir... Wuaaaah!"

STnBD V06 194.png

Pukul...pukul...

Mengepalkan tinjunya, dia memukul pada dada Kamito.

"Claire... Aku minta maaf."

Berhadapan dengan Claire yang bertingkat seperti ini, kamito dengan lembut mengelus kepalanya.

"Wah...hiks...B-Bodoh..."

"Karena dia sangat menghawatirkan Kamito, dia menangis sepanjang malam."

Rinslet membisikan pada telinga Kamito.

"Jadi seperti itu?"

Wajah Claire dengan cepat menjadi merah terbakar.

"P-Pembohong! Aku tidak menangis!"

"Oh oh. Mencoba menipu kami tidak akan berguna."

"...~!"

"Dalam hal ini, itu sangat bagus Claire baik-baik saja."

Tersenyum masam, Kamito melanjutkan mengelus kepala Claire.

"Y-Ya... Semua berkat Kamito."

Wajahnya merah, Claire merendahkan pandangannya.

Kemudian seolah-olah menegaskan diri sendiri, dia menggigit bibirnya dengan keras.

"K-Kamito."

Memainkan jari-jarinya dengan canggung, kepalanya menunduk dalam-dalam.

"Umm... A-Aku sudah memutuskan, dari sekarang, aku aku menjadi lebih ju..."

"...ah, benar. Tunggu sebentar,"

Tiba-tiba, Kamito berbicara,

"...eh?"

Claire benar-benar terkejut.

"Tidak, sebelum itu, aku harus melaporkan pada semua orang dulu."

"...?"

Semua gadis memiringkan kepala mereka kebingungan. Kamito berbalik dan melambaikan tangannya pada pepohonan dibelakangnya.

"Milla, kamu bisa keluar sekarang"

"Ya"

Dari dalam pepohonan datang sebuah suara --

Seorang gadis dengan rambut coklat gelap, Milla, muncul.

"...uh?"

Claire dan semua gadis berseru terkejut.

"...sebuah kehormatan bertemu kalian semua"

Milla melangkah maju dan menundukkan kepalanya dengan sopan kepada Claire dan yang lain.

"..." "..." "..." "..."

Wanita-wanita muda terdiam.

"H-Hei, Kamito...?"

Bahu Claire bergetar.

"...ini benar-benar anak yang manis sekali, siapa dia?"

Twintail merahnya berdiri seperti pilar api terbakar.

"...h-hei Claire? Kenapa kamu jadi marah?"

"A-Aku tidak marah. Sepenuhnya, sama sekali tidak marah..."

"Kamito, aku tidak percaya kamu adalah pria semacam ini..."

"...serius, apa yang terjadi?"

"Mungkinkah ini, sebuah penculikan?"

Ellis, Rinslet dan Fianna semua melempar tatapan sedingin es.

...Entah bagaimana, itu terasa sepertinya adalah semacam kesalahpaham memalukan yang mengerihkan.

Untunglah, Milla menjadi seorang yang menjelaskan pemikiran itu.

"-- aku Milla Bassett, pemimpin dari «Rupture Division» perwakilan dari kerajaan Rossvale."

"Milli Bassett -- dalam hal ini, kamu adalah orang yang mengajukan aliansi itu...?"

Bertemu dengan pertanyaan Claire, Milla mengangguk.

"Ya, bersama dengan Kazehaya Kamito, kami telah bertukar sumpah untuk membentuk sebuah aliansi."

"...sumpah?"

Kata-kata Milla membuat semua wanita muda menajamkan telinga mereka.

"Aku memutuskan sendiri untuk membentuk aliansi... Jadi, apa ada sesuatu yang salah dengan itu?"

"T-Tidak, tidak ada masalah. Namun..."

Claire mulai cemberut.

"Ketika elementalist bertukar «sumpah», aku ingat ritual itu..."

"Sebuah ciuman dari kedua pihak -- sangat diperlukan, kan?"

Ellis dan Rinslet segera melolot pada Kamito.

"Hmm..."

"...kamu melakukan itu, Kamito-kun?"

"T-Tidak, biarkan aku menjelaskan..."

Kamito menjadi salah tingkah, tak satupun dari gadis-gadis melewatkan itu.

"Kamito, tolong jawab dengan jujur."

"Yah, aku melakukan itu, tapi hanya ditangan..."

"Aku tidak percaya padamu, berpikir bahkan seorang gadis berusia tiga belas tahun --"

Meskipun kamito telah menjelaskan, pandangan para wanita muda tetap sangat dingan.

Bagian 5

-- pada akhirnya, Kamito meluangkan waktu yang cukup panjang untuk menyelesaikan kesalahpahaman.

...Kenapa mereka menjadi berprasangka sampai ketingkat ini?

Memiringkan kepalanya kebingungan, Kamito berbaring pada tempat tidur didalam tenda.

Rasa lelah pada tubuhnya masih ada, sehingga dia bermaksut untuk tidur siang sampai waktunya makan malam.

Untuk Milla, Kamito merasa aman untuk mempercayakan dia pada Claire dan yang lainnya, para wanita muda itu terlihat sedikit senang dengan kedatangan gadis muda itu, seolah-olah mendapat seorang adik untuk dimanjakan.

...Normalnya, Milla sedikit bermasalah disisinya.

"...Kamito, apa kamu masih belum tidur?"

Suara Claire terdengar dari pintu masuk.

"Yah..."

Mendengar jawaban Kamito, Claire masuk pelan-pelan sambil membawa perban.

"Apa itu?"

"Waktunya untuk perban baru, kamu masih terluka, kan?"

"Ah yah, maaf..."

Kamito mengulurkan lengannya, Claire dengan lembut membalutkan perban padanya.

"..."

Entah bagaimana kesunyian terasa agak canggung.

Kamito ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak menemukan kata yang tepat.

Mungkin karena mereka selalu menghabiskan waktu bersama setiap hari sampai sekarang. Menjadi terpisah untuk satu hari tampaknya mengganggu keharmonisan mereka.

Lebih dari itu, teringat fakta Claire yang menangis karena khawatir padanya, itu lebih memalukan.

"Hei, Kamito..."

"Hmm?"

Claire menjadi yang pertama berbicara.

"Untuk sekarang, aku minta maaf... Umm, karena m-mencurigai kamu."

"Apa kamu memakan sesuatu yang salah?"

Sikapnya yang tidak biasa menyebabkan Kamito mengerutkan dahi.

"D-Diam. Aku hanya meminta maaf sepenuh hati!"

"D-Dimengerti..."

...Ya, inilah Claire yang biasanya.

Saat dia memasang perban disekitar lengan Kamito, Claire berbicara pelan-pelan.

"Ah, semenjak Rubia-neesama pergi, aku menjadi sendirian."

Mencari kekuatan dengan sabar, dia berselisih terus menerus dengan senior dan ksatria sylphid.

Disaat yang sama, dia tidak mengerti apapun.

Dia menganggap setiap orang yang ada disekelilinganya adalah musuhnya.

Tidak membutuhkan teman. Tidak mempercayai siapapun. Mencoba menjadi kuat seorang diri.

...Itu adalah apa yang dia percayai dimasa lalu.

"Tapi setelah bertemu dengan kamu... Aku merasa aku telah berubah."

"...seperti itukah, mungkin."

"Apakah Fianna, Ellis atau Rinslet... Aku menganggap mereka teman-teman yang b-berharga."

Mungkin karena malu, wajah Claire memerah seolah-olah terbakar api.

"Ah, ya."

Kamito mengangguk.

"Umm, jadi, ini... Untuk saat ini, aku ingin mengatakan ini pada kamito..."

Tangan Claire yang sedang membalutkan perban berhenti saat dia tergagap.

Kemudian dia mengangkat wajahnya seolah-olah penuh tekad --

"Kamito, terima kasih..."

Dia berkata seolah-olah sangat malu.

"Claire..."

Kamito pelan-pelan menelan ludah --

"Sama seperti aku."

"Huh?"

"Jika aku tidak pernah bertemu Claire, aku tidak akan pernah berdiri ditahap ini di festival «Blade Dance» ini. Umm, sama sekali tidak berhubungan dengan pembatasan ukuran tim... Apa kamu mengerti apa yang aku maksudkan?"

"...yah. Sendirian, aku tidak berpikir seorangpun dari kita bisa berdiri disini."

Menyelesaikan memasang perban, Claire berdiri.

"Kalau begitu, beristirahlah dengan baik hari ini."

Kemudian dia berjalan kearah pintu keluar.

Melihat pada punggung Claire... Kamito berbicara.

"Restia pasti akan datang menargetkan aku. Sebentar lagi, mungkin aku akan meninggalkan tempat ini untuk sementara."

Nepenthes Lore -- monster itu pasti akan datang bersamanya.

Ketika saat itu tiba, Kamito tidak mempunyai keyakinan apapun dia bisa melindungi Claire dan yang lainnya dengan keadaannya saat ini.

Tapi Claire menggelengkan kepalanya dengan tegas.

"Ketika saat itu tiba, kita akan menghadapi mereka. Bersama-sama, semua orang dari «Tim Scarlet»."

Bagian 6

Untuk makan malam dihari itu, sebuah pesta kecil untuk merayakan aliansi dengan «Rupture Division».

Dimeja makan malam yang terbuat dari potongan kayu, segala macam makanan lezat telah ditata.

Olesan madu pada roti. Masakan kacang. Sayuran liar dan salad jamur. Masakan rebus ala Laurenfrost. Pasta ikan sungai. Menu pencuci mulut adalah pesta mewah yang terbuat dari buah kalengan.

"Sungguh luar biasa..."

Milla berseru terkejut.

"Silahkan nikmati makanannya, jangan sungkan-sungkan."

"Bolehkah aku?"

"Tentu saja, Milla. Kamu telah membantu budak ku."

Claire mengiriskan sepotong pasta ikan untuk Milla.

Sepertinya mereka menjadi teman dekat selama Kamito tertidur. Duduk bertiga dimasing-masing sisi, mereka terlihat seperti saudara yang sangat dekat.

Sebagai catatan, Claire telah kembali pada sifatnya yang biasa terhadap Kamito.

"Claire, iriskan aku sedikit pasta itu tolong."

"Oh oh, sungguh berani sekali kau, untuk berani memerintah putri keluarga Elstein?"

...Bagaimana hal itu bisa seperti ini.

"Hidangan utama sudah siap."

Rinslet membawa piring besar daging panggang yang masih mendesis.

Dia pasti memanggang keseluruhan dari babi itu.

"...serius. Kamu benar-benar berburu babi liar?"

"Fu, tentu saja, bersama-sama dengan Fenrir."

Rinslet membusungkan dadanya penuh kebanggaan.

Daging panggang yang lembut dan berair tampak sangat lezat. Bersama dengan irisan jahe dan bawang putih, saus khusus dibumbui dengan rempah-rempah. Aroma lezat memenuhi meja itu.

"Ya, daging itu benar-benar lembut dan halus. Itu juga dimasak secara sempurna."

"Fufu, jika kamu suka, ayo berburu lagi?"

"Tidak, itu terasa tidak benar untuk sembarangan berburu binatang liar ditempat suci,"

Mengejek dengan matanya yang setengah menyipit, kamito mendorong salad kedalam mulutnya.

Dibawah meja makan malam, scarlet dan simorgh berkelahi memperebutkan daging panggang.

Disisi lain, fenrir duduk dengan sangat sopan dikejauhan.

Sepertinya keluarga Laurenfrost cukup keras dalam mengajari roh mereka.

"Hei Rinslet, seharusnya tidak apa-apa memberi beberapa daging pada fenrir, kan?"

"Itu biasanya tidak diijinkan... Tapi kita akan membuat pengecualian untuk hari ini."

Mendapat ijin nyonya dan melemparkan sebagian daging, fenrir dengan senang menerkam.

"Kamito, aku juga ingin makan daging."

"Ah ya, kamu yang paling menyukai makanan lezat, Est."

"Sangat suka, Kamito."

"Tunggu sebentar, Kamito, kamu terlalu banyak memanjakan Est."

"Fufu, aku meneteskan sedikit saus didadaku. Kamito-kun, tolong bantu aku menyeka itu."

Disertai sebuah sensasi menggairahkan yang tiba-tiba, Kamito menemukan lengannya menekan saus yang menutupi dada Fianna.

"K-Kamu bisa menyeka itu sendiri, kan?"

"Jika aku melakukan itu sendiri, itu tidak akan cukup menyeluruh... Jika kamu tidak mau menyeka itu, atau mungkin kamu mau menjilat~"

"Hei... D-Dimengerti, lalu aku akan menyeka, oke?"

Saat jantungnya berdebar-debar, Kamito mengulurkan tangannya dengan saputangan kearah lembah diantara payudaranya.

"Mmm... Pergerakan jari-jari Kamito-kun terasa sungguh mesum~"

"Fianna!?"

"Ijinkan aku untuk menyeka, yang mulia Imperial Princess."

"Iyaaaaaah!"

Setelah berjalan kebelakang Fianna diam-diam, Claire mengulurkan tangan dan mulai menggosok dada Fianna.

"Apa yang kamu lakukan!?"

"Kamito adalah budakku, oke, kamu tidak diijinkan untuk memerintah dia."

"Hei, kamu melakukan kejahatan penghinaan terhadap keluarga kerajaan!"

Mengabaikan dua gadis itu berkelahi di meja makan, Kamito menggapai masakan kacang.

"...hmm. Masakan kacang ini cukup lezat."

Meskipun penampilannya sederhana, sup itu memiliki rasa yang agak rumit.

Mendengar komentar ini, ekor kuda milik Ellis melompat kegirangan.

"K-Kamito, aku yang membuat itu..."

"Ellis? Benar, sekarang aku berpikir tentang itu, rasa ini terasa seperti sesuatu yang kamu pernah buat."

"...meskipun dibandingkan dengan masakan Rinslet, umm, itu terasa sedikit kurang dalam gaya."

Mengespresikan kesopanannya, Ellis dengan canggung memainkan jari-jarinya.

"Tidak tidak, meskipun itu terlihat sederhana dalam penampilan, aku yakin itu membutuhkan banyak usaha untuk membuat ini. Aku kurang lebih tahu bagaimana untuk memasak. Aku bisa merasakan usaha dan perasaan dibalik itu."

"Benarkah!? A-Aku harap kamu suka itu... Aku senang."

Ellis terlihat cukup malu saat dia memutar-mutarkan rambut dari ekor kudanya. Pada jari-jarinya lagi dan lagi.

"Kamito, j-jika kamu mau, biarkan aku menyuapi kamu. Lukamu pasti masih mempengaruhi kamu."

"Tidak, itu sedikit mamalukan..."

"Tidak perlu malu. Jadi, katakan 'ah' --"

"A-Aaaaah."

Melihat dia tidak punya pilihan, Kamito membuka mulutnya untuk menerima sendok itu.

"Bukankah enak?"

"...ah ya, sangat lezat."

"Ellis, kamu mencuri pergerakan dari kami, sungguh licik!"

"Silahkan coba masakanku juga!"

Fianna dan Rinslet menegur Ellis.

"J-Jangan salah paham! Aku mengerti lengan kamito masih sakit jadi..."

"D-Dalam kasus ini, aku akan menyuapi dia juga!"

Menusukan garpunya pada sepotong daging, Claire menyodorkannya.

"Itu benar-benar panas, Claire, dan kamu menyodorkan pada muka ku! Ouch!"

"..."

Milla menonton keributan dimeja makan sambil melamun.

"Milla, ada apa?"

"Aku tidak pernah makan seperti ini."

Ditanyai oleh Kamito, Milla menjawab dengan suara monoton.

"Bukankah kamu makan bersama dengan semua orang di tim kamu, Milla?"

"Tidak, karena semua teman ksatriaku mengurusku dengan hati-hati."

Milla menggelengkan kepalanya.

Mengurus dengan hati-hati -- hmm?

Daripada dihargai, ini lebih berarti sesuatu yang berbeda.

Seolah-olah mencoba untuk tidak merusak atau menghancurkan sesuatu yang rapuh -- dan tetap menjaga jarak mereka.

Gadis tiga belas tahun ini selalu hidup dalam kehidupan yang terisolasi tanpa tersentuh.

Seperti korban diatas altar pengorbanan --

"Milla, kamu harus makan yang banyak, jika kamu tidak cukup makan kamu tidak akan tumbuh."

Claire meletakkan tangannya di kepala Milla.

"Itu benar. Yah, memang sudah sedikit terlambat buat dada Claire."

"Dada siapa yang kau bicarakan?"

Melihat Claire dan Rinlet bertengkar --

Kamito tidak melewatkan senyum Milla yang sangat samar.

Bagian 7

-- perpisahan dengan dia datang begitu tiba-tiba.

"Latihan kita akan berakhir hari ini."

"...huh?"

Anak laki-laki itu berdiri terkejut pada pemberitahuan tiba-tiba itu.

"Kenapa... Kenapa? Aku -- masih belum bisa membunuh kamu!"

"Kamu sudah menjadi kuat. Sudah tidak ada lagi yang bisa aku ajarkan padamu."

Gadis berambut hitam itu tersenyum lembut, matanya yang berwarna senja dipenuhi kesedihan.

"...aku benci ini."

"Kamito?"

"Aku benci ini! Kamu harus tetap di sisiku! Selamanya disisiku --"

Setengah jalan, Kamito tiba-tiba menghentikan perkataannya.

"J-Jadi, umm, aku..."

Tergagap, wajahnya menjadi merah.

"Sekarang kamu sudah bisa membuat ekspresi semacam itu. Dulu pertama kali kita bertemu, yang kamu miliki adalah wajah tanpa emosi."

Gadis roh kegelapan dengan lembut mengelus kepala anak laki-laki itu.

"Kamu sudah besar sekarang."

"...J-Jangan main-main dengan ku!"

Kamito menggelengkan kepalanya dengan marah.

Sebelum bertemu dia, perasaan anak laki-laki itu tidak pernah mengalami pergolakan seperti ini.

"Kelanjutan cerita itu --"

"...?"

"Aku masih belum mendengar akhir dari cerita itu."

Dia mengacu pada cerita sebelum tidur yang Restia ceritakan.

Kelanjutan cerita sebelum tidur itu entah bagaimana menjadi kesenangan terbesar anak itu.

"...maaf."

"Kenapa, kenapa kamu meminta maaf --"

Seolah-olah untuk menyegel mulut anak laki-laki itu, gadis itu mencium dia.

"...!"

Mata anak itu melebar terkejut.

Dengan ringan memisahkan bibirnya dari kamito, dia tersenyum malu-malu.

"ciuman pertamamu?"

"..."

Kamito mengangguk linglung,.. Pikirannya benar-benar kosong, dia tidak bisa berpikir apapun.

"-- ingat ini baik-baik. Ciuman kontrak kita."

Ujung jari-jari gadis itu, dengan lembut membelai pipinya, dan menghilang ke udara sebagai partikel-partikel cahaya --

"Akan ada waktu dimasa depan ketika aku telah berubah menjadi bukan diriku sendiri lagi --"

-- bunuhlah aku.

Bagian 8

"Ah, ini begitu menyegarkan..."

Dibawah langit berbintang, Kamito sedang menikmati berendam sendirian dipemandian terbuka.

Ini bukanlah pemandian air panas tapi kolam yang dibuat oleh penumpukan batu menjadi sebuah lingkaran dan menggunakan roh api untuk merebus air untuk mandi, karena air di tempat suci membawa sifat pemulih kelelahan, merendam luka-lukanya di air sejernih kristal terasa sangat nyaman.

Dibawah sinar bulan, kamito menatap pada «segel roh» ditangan kirinya.

Darah sedikit merembes keluar dari ujung yang berbentuk bulan sabit.

...Baru-baru ini, sepertinya aku terus bermimpi tentang dia.

Itu adalah ingatan Kamito dari sebelum dia menjadi penari pedang terkuat.

Pada hari itu, Restia tersegel sekali lagi. Karena dia telah mengajari anak itu tentang apa yeng seharusnya tidak dia ketahui -- emosi manusia.

Setelah itu, melalui upaya pendidikan ulang dari para tetua «Instruksional School», anak itu kehilangan emosinya sekali lagi -- namun, perasaannya pada kerinduan untuk dia, itu saja yang tidak pernah dilupakan.

Kemudian empat tahun yang lalu, dihari dewa iblis api menyerang dan menghancurkan «Instrusional School», kamito mengambil cincin dimana Restia disegel dan mereka berdua memulai perjalanan mereka.

-- itu memang singkat, tapi merupakan hari-hari yang menyenangkan.

Restia...

Seolah-olah mencoba memegang langit malam yang mengingatkan dia pada rambut hitamnya yang indah, Kamito mengulurkan tangannya.

Segel roh ditangan kirinya terasa sakit.

Pemanggilan? Panggilan untuk ku...

Segera, Kamito harus menyelesaikan beberapa hal dengan Restia --

Itulah perkiraannya.

Splash -- tiba-tiba, dia mendengar suara di air dibelakangnya.

"...!?"

Dengan panik berputar, dia melihat sosok kecil di bayangan batu yang dikaburkan oleh uap.

"...kamito?"

"Kamu Milla?"

"Ya."

Dia mendengar suara Milla.

"Ini adalah pemandian laki-laki, pemandian perempuan ada disebelah sana ditebing."

"Aku tidak tahu."

"Maaf, ini cukup mudah untuk mencampur... Lagipula, aku akan keluar jadi nikmati saja disini."

Kamito dengan cepat bersiap untuk pergi --

"...tunggu,"

Tapi Milla menghentikan dia.

"Aku punya sesuatu untuk kukatakan padamu."

"...disini?"

"Jika itu disini, yang lain tidak akan datang."

...Aku mengerti. Memang, Claire dan gadis-gadis yang lain tidak mungkin akan datang ke pemandian laki-laki ini.

Sesuatu yang Milla tidak ingin yang lainnya mendengar --

Kamito membenamkan dirinya sendiri ke pemandian sekali lagi.

Disisi lain dari kabut tipis, Milla muncul dengan berbalut handuk putih.

Tubuhnya kecil dan langsing. Saat rambut coklat gelapnya yang basah menempel di wajahnya, ada sebuah pesona yang tampaknya tidak dimiliki seorang gadis berusia tiga belas tahun.

Saat Milla berjalan kesamping, Kamito memalingkan pandangannya saat jantungnya mulai berdebar-debar.

"...jadi apa yang ingin kamu katakan padaku?"

"Tentang «mata» ku, aku hanya ingin kamu mengetahuinya."

Mata kiri Milla yang berwarna kuning berkilau di malam hari.

"Ini adalah nilai dari eksistensi ku. Alasan kenapa aku dibesarkan sebagai alat."

"«Demon Sealing Eye», kan?"

"...kamu sudah... tahu?"

Milla berseru terkejut.

"Tidak, aku tidak tahu, tapi aku bisa menebak."

Mata penyegel iblis. Ini adalah mata khusus yang diturunkan dari garis keturunan elementalist yang lahir dalam kasus-kasus langka.

Sebuah tipe dari kristal roh yang benar-benar langka.

Karena banyak kasus dari mata penyegel iblis dengan roh yang kuat tersegel didalam diri mereka, para pemiliknya dianggap berbahaya dalam kebanyakan situasi dan dianiaya, atau digunakan sebagai senjata oleh mereka yang berwenang -- itulah bagaimana hal tentang itu.

Dalam kasus apapun, gadis tiga belas tahun ini dibebani dengan nasib kejam dan kasar.

Alasan kenapa Kamito tahu tentang mata penyegel iblis yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang, itu karena ada gadis di «Instruksional School» yang juga memiliki tipe «mata» yang sama.

Gadis itu telah digunakan sebagai senjata dan tewas di usia dini.

"Ketika aku masih muda, orang tuaku takut pada «mata» ini dan menjualku kepada ksatria kerajaan Rossvale, untuk dilatih sebagai senjata yang dibutuhkan untuk menang di festival «Blade Dance» ini."

Milla menatap Kamito tanpa ekspresi.

"Dalam rangka untuk mengendalikan roh tersegel dengan stabil, kemarahan, kesedihan, keceriaan -- semua emosi yang tidak diperlukan dicabut."

"...orang-orang gila. Mereka ada dimana-mana."

Kamito mengerang, teringat bagaimana emosinya sendiri dibunuh dan anak-anak yatim di «Instrusional School» yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat --

Jika aku tidak pernah bertemu Restia, nasibku akan menjadi sama seperti orang-orang itu...

"...kenapa kamu mengatakan ini padaku?"

"Karena aku... Menipu Kamito."

Milla mengucapkan kalimat ini dengan penderitaan yang hebat.

"...?"

"Yang tersegel didalam «mata» ku adalah roh tentara penakluk «The Crussder» -- roh militer kelas taktikal."

"Sebuah roh kelas taktikal?"

Kelas taktikal -- diantara roh militer, ini adalah jenis roh yang sangat sulit untuk dikendalikan.

Selain untuk kasus yang luar biasa seperti Muir Alenstarl -- ini bukanlah jenis roh yang elementalist biasa bisa mengendalikan sendirian.

Mengendalikan roh jenis itu dibutuhkan latihan khusus sebagai sebuah tim.

Kamito akhirnya menyadari.

"Aku mengerti. «Rupture Division» juga melayani sebagai tim untuk mengendalikan roh militer itu."

"Itu benar. Mereka adalah tim yang dipersiapkan untuk menggunakan alat yang tidak lain adalah aku. Hanya dengan «Rupture Division» ini mata penyegel iblis bisa dioperasikan."

Dengan kata lain --

Pada dasarnya, Milla yang sendirian tidak bisa menarik keluar kekuatan roh.

"Memiliki roh dengan atribut suci memang benar ... Tapi aku tidak punya cara untuk menggunakan kekuatan itu."

"...jadi penipuan yang kamu maksut ini."

Bersekutu dengan Milla yang menngunakan roh suci dalam rangka memfasilitasi pertarungan melawan Nepenthes Lore --

Ini adalah manfaat yang harapkan selama negosiasi untuk aliansi. Namun, jika roh itu tidak bisa digunakan, maka strategi Kamito dan timnya harus di ubah secara menyeluruh.

"Aku minta maaf, aku harus menang di «Blade Dance» ini tidak peduli apapun. Karena, dibesarkan sebagai alat, itu adalah misi ku."

Meskipun «Rupture Division» runtuh dan hampir kehilangan segalanya, dia masih berjuang untuk bertahan.

Karena nilai Milla Bassett dalam hidup hanya itu.

"Itu tidak masalah. Itu adalah prestasimu."

Kamito dengan lembut meletakkan tangannya di kepala Milla.

"...Kamito?"

"Aliasi ini merupakan kemenangan yang kamu menangkan dengan tangan kamu sendiri, Milla. Banggalah pada dirimu sendiri."

Dengan lembut, Kamito mengelus rambut coklat gelap milik Milla.

"...Milla, pernahkah kamu mendengar tentang «Instruksional School»?"

Tiba-tiba, Kamito membawa itu ke topik pembicaraan.

"...eksis disuatu tempat di kekaisaran Ordesia. Sebuah Organisasi rahasia untuk membentuk pembunuh."

"Yah. Dari situlah aku datang."

"...!?"

Mata Milla melebar terkejut.

"Aku sama seperti kamu, Milla. Dibesarkan sebagai alat untuk pembunuhan dari sejak kecil."

"Namun, kamu... tidak terlihat seperti itu."

"Karena ada gadis yang membantuku mendapatkan kembali perasaan manusia."

Kamito dengan lembut menarik tangannya dari kapala Milla.

"..."

Milla menundukkan kepala... Seolah-olah memikirkan sesuatu.

Segera setelah itu, dia pelan-pelan melihat keatas --

"Cerita semalam."

"Hmm?"

"Kelanjutan dari cerita semalam, aku ingin mendengarkannya."

"Ah tentu..."

Kamito teringat dan mengangguk.

Itu adalah dongeng yang didengarnya dari Restia ketika dia masih muda. Dalam pemandian udara terbuka dimana orang bisa mendengar suara sungai mengalir, Kamito melanjutkan cerita yang dia ceritakan dimalam sebelumnya.

"...fufu."

Apa ada sesuatu yang benar-benar lucu? Milla sekali lagi mati-matian menekan tawa.

... Oh biarlah. Asalkan dia senang.

"Kamu benar-benar lebih manis ketika kamu tersenyum."

"A-Apa yang kamu katakan..."

Komentar setengah bercanda Kamito membuat Milla merah kemalu-maluan dengan segera.

"Ketika kamu bisa tertawa seperti ini, kamu bukan lagi sebuah alat."

Sesungguhnya, sesuatu yang hilang harus diambil kembali.

Selama Milla punya seseorang disampingnya seperti Restia untuk Kamito.

Menatap langit malam yang tersembunyi oleh kegelapan, kamito bergumam sendiri.

...Restia, bahkan sekarang, aku masih menunggu untuk kamu melanjutkan cerita sebelum tidur itu.

Disaat ini -- rasa sakit tajam terasa di «segel roh» pada tangan kirinya.

Rasa sakit tajam seperti terbakar api, itu membuat raut wajah Kamito berubah.

"...kamito?"

"--orang itu telah datang,"

Bagian 9

Dihutan yang tenang, malaikat bersayap hitam muncul --

"Sungguh «benteng» yang aman dari timmu terbangun disini, seperti yang diharapkan dari Yang Mulia Imperial Princess, mantan pewaris tahta."

Restia mengangkat bahu dan mengerucutkan bibir.

Mungkin sebagai perlawanan terhadap orang-orang dengan atribut kegelapan, terlihat ada beberapa penghalang suci.

Untuk Restia, itu seperti sebuah gerbang neraka.

Namun --

"Aku sungguh minta maaf, tapi aku harus menerobosnya secara paksa."

Saat Restia tertawa, sebuah sosok besar muncul dari kedalaman hutan.

Memancarkan aura yang tidak menyenangkan, ksatria hitam -- Nepenthes Lore.

Setelah menyerap divine power dari banyak elementalist untuk menjadi sebuah monster sejati, disana berdiri sang perwujudan dari kehendak raja iblis.

"Kalau begitu, mari mulai tarian pedangnya, kamito..."

Dengan sebuah raungan besar. Nepenthes Lore mencabik-cabik penghalang menggunakan sarung tangan yang seperti cakar.


Bab 8 - Bangkitnya Pedang Iblis

Bagian 1

Roh-roh yang mendiami hutan mulai menyebabkan keributan segera setelah mereka merasakan kehadiran penyusup.

"... Kamito?"

"- Orang itu datang."

Kamito menjawab secara singkat saat Milla mengerutkan kening.

Seolah-olah menggoda Kamito, segel roh di tangan kirinya berdenyut.

Identitas si pengunjung - tidak perlu untuk disimpulkan.

"Milla, bantu aku dan pergilah ke tempat Claire dan yang lainnya."

Dengan cepat memakai seragamnya, Kamito mengambil «Demon Slayer» yang tertidur.

"Bagaimana dengan kamu, Kamito?"

"Targetnya hanya aku. Aku harus menghentikan mereka di sini."

"Kamu akan melawan Nepenthes Lore sendirian?"

"Cepat dan pergi --"

Milla mengangguk dan berlari menuju perkemahan.

Melihat dia pergi --

"...ini benar-benar sebuah monster yang luar biasa."

Kamito menyeka keringat dingin dari keningnya.

Dia bisa merasakan aura bencana mendekat dari kedalaman hutan.

Dia juga pasti tahu Kamito berada di sini.

Segera - raungan yang tampaknya mengguncang bumi terdengar.

- itu di sini!

Kamito mengalirkan divine power pada «Demon Slayer».

Bersinar terang dengan kilau putih-perak, Terminus Est mengusir kegelapan malam.

Merobek dinding pohon di jalannya -

Monster itu muncul dihadapan Kamito.

Elementalist yang dibalut sepenuhnya dalam armor hitam legam - Nepenthes Lore.

Dan juga -

"Aku sangat senang, Kamito. Kamu sudah menungguku sendirian?"

mata yang indah berwarna senja. Gaun hitamnya dan rambut hitam cantik berkibar tertiup angin.

Sayangnya, dia tidak berubah sama sekali - dia masih mempertahankan penampilan yang sama seperti waktu itu, saat hati mereka adalah satu.

Terlepas dari kenyataan bahwa Kamito sendiri telah berubah begitu banyak.

"Restia ..."

Kamito lupa segalanya dalam sekejap, terpesona oleh penampilannya yang cantik.

Jika dia mengulurkan tangannya sekarang, akankah Restia kembali seperti dulu? -- Keinginan bodoh tersebut terlintas dalam pikirannya.

"Nepenthes Lore adalah lawan akhir yang sudah aku siapkan untuk kamu."

Dia tersenyum ringan.

"Sangat baik, tarian pedang untuk isi hati kamu, Kamito."

"...!"

Kamito memegang «Demon Slayer» dengan kedua tangannya.

...sekarang ini, tidak mungkin untuk mencapai Restia dengan kata-kata.

Hanya melalui tarian pedang hati nuraninya disentuh.

"Dari daratan yang jauh aku telah melahirkan kegelapan tak berujung, untuk memberikan kepada kamu hukuman abadi -"

Bibir menggemaskan Restia yang melafalkan bahasa roh.

Sosoknya menghilang seakan melebur ke dalam kegelapan -

Seketika, pedang iblis hitam legam muncul di tangan Nepenthes Lore.

Itu adalah pedang besar mengingatkan pada api hitam malapetaka. Meskipun ada sedikit perbedaan, itu memang senjata yang sama yang Kamito pegang tiga tahun lalu.

«Vorpal Sword» - diantara Elemental Waffe kegelapan, tidak bisa disangkal pedang setan adalah kelas terkuat.

Namun, elemental Waffe milik Kamito saat ini tidak buruk. Meskipun tidak lengkap, peringkat Est sebagai roh seharusnya tidak kalah dengan Restia dalam jumlah yang signifikan.

"-ayo kita lakukan, Est!"

Pedang «Demon Slayer» bersinar dengan kecemerlangan putih-keperakan.

Bagian 2

Di hutan di mana roh-roh berada dalam keributan, Milla berlari putus asa.

Tujuannya adalah pusat «benteng» dimana Claire dan gadis-gadis itu berada. Tentu, gadis-gadis itu sudah menyadari perkembangan terbaru -

Tiba-tiba, Milla menemukan kucing api neraka berlari dari kedalaman hutan.

Dia ingat namanya adalah Scarlet, roh terkontrak milik Claire.

"... Milla!"

Saat Milla berhenti, dia mendengar suara dari arah itu.

Yang muncul dari kegelapan adalah tiga gadis, Claire, Ellis dan Rinslet. Mereka semua memegang Elemental Waffen mereka, siap untuk bertempur.

"-- Dimana Kamito?"

Saat menurunkan bahunya dengan napasnya, Claire bertanya dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Dia saat ini sedang bertarung sendirian melawan Nepenthes Lore yang membawa roh kegelapan."

"... Apa katamu!?"

Claire dan para gadis saling bertukar pandang.

"Cepat dan beritahu kami dimana. Kita harus bertarung bersama-sama."

"...bertarung bersama-sama?"

Milla mengerutkan kening ... Apa yang dia katakan?

"Ya. Itu bukan musuh yang Kamito dapat tangani sendirian."

"Jika kamu tidak cepat, Kamito-san akan dijatuhkan!"

Ellis dan Rinslet menekan kesabaran.

"Tapi ..."

Gadis-gadis ini pasti elementalists yang luar biasa.

Namun, mereka pasti tidak dapat membantu Kamito. Bahkan, mereka lebih cenderung menjadi beban.

Nepenthes Lore itu benar-benar sebuah monster. saat ini, mungkin telah mencapai tingkat kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan saat «Rupture Division» dimusnahkan.

Satu-satunya yang mampu melawannya adalah Kazehaya Kamito.

Tidak, bahkan Kamito mungkin tidak bisa menang. Justru karena dia mengerti situasinya dengan baik, itu sebabnya dia meminta Milla bergegas ke tempat Claire dan gadis-gadis yang lainnya.

Untuk membantu teman pentingnya melarikan diri.

Milla bersimpati dengan perasaan Kamito.

"- Kalian, tidak bisa pergi ke sana."

"...? Kenapa?"

Claire mengerutkan kening terkejut saat Ellis dan Rinslet saling memandang.

"Kamito memilih untuk bertarung sendirian demi melindungi kamu. Oleh karena itu, kamu tidak bisa pergi."

"Apakah Kamito mengatakan itu?"

"... Huh?"

"Apakah Kamito mengatakan bahwa dia akan bertarung sendirian?"

Claire menatap lurus ke wajah Milla.

Daripada memarahi, dia berbicara dengan rasa otoritas yang tidak bisa dijelaskan.

"Umm ... Tapi ..."

Claire dengan lembut menaruh tangannya di atas kepala Milla yang bingung --

"Tidak peduli apa, kita harus pergi."

Dengan tegas, dia menyatakan.

"Kita adalah tim, dan orang itu -- adalah kawan kita yang berharga."

Ellis dan Rinslet mengangguk diam-diam.

'... "

Milla merasakan sesuatu terbangunkan dalam hatinya.

...Sebuah emosi yang tak dikenal.

Hanya, itu terasa panas membakar --

- Pada saat itu, petir hitam legam meledak di kejauhan.

"...!?"

Bagian 3

"Ohhhhhhhhhhhhhhhh!"

Kamito melompat dari tanah. Memegang pedang suci di kedua tangan, dia mengayunkannya di atas kepala hitam kesatria.

Meskipun pedang suci ini, yang pernah menghancurkan Raja Iblis di tangan Ratu Suci, meski hanya pada sepersepuluh dari kekuatan aslinya, itu masih cukup untuk menghancurkan «Dragon Slayer» milik dragon knight Leonora.

Meski demikian, tubuh besar ksatria hitam berputar dan dengan ringan memblokir serangan menggunakan pedang setan hitam.

Percikan-percikan tersebar di malam gelap. Terdorong mundur karena menerima pukulan, Kamito terbang di udara.

Hal ini telah menjadi jauh lebih kuat sejak pertempuran terakhir ...!

Mendecakkan bibirnya saat dia mendarat, Kamito menurunkan postur dan menyerang sekali lagi.

Dia sangat menyadari kelemahan yang parah ketika melawan musuh-musuh dengan fisik yang superior. Dalam bentrokan pedang secara langsung, Kamito, dengan kekuatan lengannya yang lemah, akan jelas dirugikan.

Dalam hal ini, aku harus mengambil keuntungan dari kelengahan lawan -

Oleh karena itu Kamito melangkah maju.

Nepenthes Lore mengibaskan pedang iblis hitam legam ke samping --

Pada saat itu, petir hitam legam meledak dari pedang iblis.

"...!?"

Di saat-saat terakhir, Kamito melompat ke samping untuk menghindar. Sambaran petir tak terhitung dilepaskan dari pedang menciptakan kawah besar di tanah.

"... Bahkan itu dapat digunakan!?"

Kamito hanya bisa berteriak.

«Vorpal Blast» - itu adalah gerakan yang telah mengisi rasa takut pada beberapa elementalist tiga tahun lalu.

Itu teknik pedang iblis yang Kamito telah gunakan untuk mendominasi dan memenangkan festival «Blade Dance» di masa lalu sebagai penari pedang terkuat.

Dimangsa oleh petir itu berarti kematian instan tanpa diragukan.

Dengan gesit menghindari badai sambaran petir hitam legam, Kamito mencari kelengahan untuk mendekati Nepenthes Lore.

Benturan pedang setan dan pedang suci mengakibatkan percikan-percikan api terus menerus.

«Demon Slayer» dan «Vorpal Sword» seimbang dalam kekuatan.

Kamito mengayunkan pedangnya berulang kali untuk menghasilkan badai serangan, tidak memberikan lawannya memiliki kesempatan untuk melepaskan petir.

Tapi dia tidak mampu mengalahkan lawannya. Nepenthes Lore menampilkan skill pedang menyaingi Kamito. Lebih dari itu, tidak seperti Kamito, kesatria hitam memiliki divine power hampir tak terbatas.

Satu-satunya keuntungannya adalah --

...Orang itu bukan tuan sejatinya Restia melalui kontrak yang tepat.

Bahkan sebagai pedang iblis terkuat, «Vorpal Sword», Restia hanya meniru penampilan pedang dengan kemauannya sendiri.

Akibatnya, pedang itu tidak dialiri dengan kehendak elementalist itu sendiri.

Dibandingkan dengan sebuah Elemental Waffe - senjata diwujudkan dengan penyatuan kehendak kontraktor dan kehendak roh, perbedaan itu penting.

"Kau Bajingan -"

Kamito mencengkeram «Demon Slayer» dengan erat.

Mempercayakan keyakinan penuh pada roh yang dikenal sebagai Est, dia mengalirkan divine power maksimum ke elemental Waffe.

Pedang suci memancarkan cahaya menyilaukan dan benar-benar menerangi kegelapan malam.

"Kamu tidak akan pernah bisa memegang Restia dengan cara yang sama seperti aku!"

Serangan Kamito menyapu pedang iblis ke samping.

Dengan suara tajam dari benturan logam, tubuh Nepenthes Lore kehilangan keseimbangan untuk pertama kalinya.

Untuk mencegah Kamito dari melanjutkan serangan, Nepenthes Lore mengeluarkan «Vorpal Blast».

petir hitam legam meledak dari pedang iblis.

-- Namun, ini adalah persis apa yang Kamito tunggu.

«Vorpal Blast» itu bukanlah skill pedang murni tetapi jenis sihir roh yang menggunakan pedang iblis sebagai media. Meskipun tidak memerlukan mantra, aktivasi teknik itu masih menyebabkan penundaan sesaat.

Mengambil peluang ini, Kamito berakselerasi.

Petir meledak di depan matanya namun Kamito tidak gentar. Selama dia membaca lintasannya, kekuatan Terminus Est sudah cukup untuk menangkis petir.

Saat cahaya putih-perak melesat di udara, petir hitam legam langsung menghilang.

"Ohhhhhhhhhhhhhh!"

Kamito tidak berhenti. Meningkatkan perluasan pedang suci, dia menyerbu Nepenthes Lore seperti tornado, menebas tubuh besar dengan kekuatan penuh.

Serangan dari «Demon Slayer» menghancurkan helm ksatria hitam --

Ditelan oleh cahaya Terminus Est, fragmen hitam legam lenyap.

Raungan menakutkan menusuk telinga Kamito.

Mata itu melemparkan tatapan melotot dengan cahaya merah tajam yang tampaknya menembus Kamito.

"...!?"

Kamito melebarkan matanya kaget.

Dia sangat terkejut oleh pemandangan di depan matanya.

Terpapar dari armor yang hancur --

Hal itu bukanlah manusia.

Diselimuti kabut hitam, penampilan itu seperti kerangka gelap gulita.

Di tengah rongga mata kegelapan tak terbatas, mata merah menyala dengan cahaya mengerihkan.

"Hal ini ... Apa-apaan ini ...?"

Kamito sudah tahu dari awal bahwa Nepenthes Lore bukanlah elementalist biasa.

Namun, sesuatu yang di depan dia --

"-- Itu benar, ini bukanlah manusia."

Orang yang menjawab adalah Restia, kembali ke bentuk manusia sebagai seorang gadis.

"--dibangkitkan melalui sihir terlarang, penerus Raja Iblis. kehendak Ren Ashdoll."

"... Ren Ashdoll?"

Kamito telah mendengar nama itu berkali-kali sebelumnya.

Ini adalah nama dari raja elemental kegelapan, dilaporkan kalah selama zaman kuno, yang keberadaannya sendiri diragukan.

"Restia ... Kamu, apa yang sebenarnya ..."

"Itu adalah semua yang kamu bisa katakan pada saat ini."

Restia tersenyum lembut.

Saat cahaya mengerikan bersinar dari rongga mata Nepenthes Lore, meraung mengguncang suasana.

Tekanan yang dirasakan Kamito pada seluruh tubuhnya benar-benar berbeda dari sebelumnya.

"... Jika musuh ku bukan manusia, maka tidak perlu bagiku untuk menahan diri sama sekali."

Kamito bersiap dengan «Demon Slayer» sekali lagi.

"Aku suka ekspresi milikmu. Ini mengingatkan aku saat-saat di masa lalu."

"Aku yang sekarang, berbeda dengan aku yang kamu tahu saat itu."

Kamito menggeleng.

"Baik penari terkuat pedang dari tiga tahun lalu, maupun pembunuh dari «Instruksional School». Sebaliknya, aku sekarang anggota «Tim Scarlet» dari akademi roh Areishia, Kazehaya Kamito!"

"Itu benar. Kamu jauh lebih lemah dari saat itu."

"Lantas kenapa?"

Kamito mengangkat bahu.

"Memang aku telah melemah, Jika diriku yang dulu dari tiga tahun yang lalu berdiri di sini -- aku dan Restia, meskipun melawan Nepenthes Lore yang tangguh ini, aku tidak akan merasa ada ancaman sama sekali."

"Tentu saja. Satu-satunya orang yang tahu seberapa kuatnya kamu ... adalah aku."

"Namun, kamu mungkin tidak akan percaya ini --"

Kamito tersenyum tanpa rasa takut.

"Dari Akademi itu, aku telah memperoleh kekuatan melebihi diriku sendiri tiga tahun lalu."

"...? Apa yang baru saja kamu katakan?"

"Tidakkah kamu mendengarkan aku? Dari Akademi, aku telah memperoleh kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya."

Wajah cantik Restia --

Mulai menunjukkan tanda-tanda kecemasan samar-samar.

Sebuah ekspresi yang benar-benar langka baginya.

"...sungguh lelucon yang hambar. Meskipun mengejutkan, kesombongan dan kepercayaan diri itu identik dengan ketika kamu masih muda."

Beralih ke Nepenthes Lore, dia dengan ringan mengangkat tangannya --

"kepercayaan diri kamu akan benar-benar hancur oleh ku."

Cahaya hitam berkedip meledak dari ujung jarinya.

"Meskipun katanya segel itu belum bisa dilepaskan, biarkan aku menunjukan padamu pemandangan khusus. Ini adalah kekuatan sejati Nepenthes Lore --"

"...!?"

Tubuh besar Nepenthes Lore bergetar.

Armor hitam legam melebur menjadi kabut hitam dan meleleh ke dalam kegelapan malam -

...Apa-apaan ini?

Kamito menatap dengan penuh perhatian -

Dari armor yang lenyap, kegelapan kental mengalir keluar.

Menggeliat, kegelapan tak berbentuk. Atau lebih tepatnya, hal yang hampir tidak bisa mempertahankan bentuk manusia.

kerangka menjijikkan memancarkan tatapan merah terang saat ratapan kutukan aneh keluar dari mulutnya.

Bibir Restia menggemaskan itu melengkung sedikit.

"Daripada melindungi Nepenthes Lore, armor besi itu yang bertindak sebagai segel untuk mencegah kehendak kegelapan dari mengamuk."

Sosok Restia menghilang ke dalam kegelapan dan mengambil bentuk pedang iblis sekali lagi.

Tengkorak kerangka itu tampaknya bergetar dengan gembira karena dilepaskan, mengembuskan napas hitam.

"Hal ini terlihat benar-benar buruk ..."

Kamito menjilat bibirnya dan mengerang ... Ujung jarinya sedikit gemetar.

Sebuah monster sejati - dibandingkan dengan lawannya sampai sekarang, ini adalah makhluk yang sama sekali berbeda.

Kamito mencengkeram erat rekannya, pedang suci.

"- Est, aku mengandalkan kamu, tolong pinjamkan kekuatan kamu sedikit lebih lama lagi.."

Bagian 4

Mendengar suara pedang beradu di kejauhan, Milla Bassett menggigit bibirnya dengan keras.

Claire dan para gadis itu bergerak menuju lokasi Kamito.

Aku...

--Tidak, aku tidak punya tempat untuk merasa seperti aku dalam dilema.

Tidak bisa menggunakan roh terkontrak, dia hanya akan menjadi beban.

Aku, tidak berharga lagi ...

Dengan ringan, dia menyentuh mata kirinya yang berwarna kuning -- «Demon Sealing Eye».

Sensasi sedingin es terasa persis seperti hatinya sekarang.

Nilai sebagai wadah untuk roh kuat kelas taktikal.

Ini adalah keseluruhan makna dalam hidupnya.

Tapi, Kamito ...

Membelai kepalanya, dia ingat kehangatan dari tangan kamito.

Mendengar bahwa kamito dibesarkan di «Instruksional School», sama seperti dirinya -- tidak, kamito pasti menderita pelatihan yang jauh lebih keras dibanding apa yang dia alami.

Meski begitu, dia masih bisa tersenyum seperti itu --

Dan percaya pada gadis-gadis itu, rekan-rekannya, sedemikian rupa.

Dia berkata, aku bukan alat ...

Emosinya yang telah dilatih untuk tetap tenang dan tak tergoyahkan, mulai memasuki keadaan kacau.

Aku berharap, untuk menjadi kekuatan orang itu ...!

Air mata jatuh dari mata Milla.

Namun, dia tidak berdaya dalam keadaan saat ini.

...Sungguh disesalkan.

Pada saat ini, suara langkah kaki yang berlari terdengar di hutan.

"... Fianna?"

Milla mendongak.

Tidak cocok untuk pertempuran, dia harusnya bersembunyi dipusat «benteng», kan --?

Fianna berlari cepat saat dia menemukan Milla.

Mungkin karena dia tidak memiliki figur fisik yang bagus, dia terengah-engah kehabisan napas.

"Aku tidak pernah menyangka musuh akan menerobos dari depan seperti itu. Aku telah menghabiskan banyak waktu menghitung kerusakan dan memperbaiki penghalang. Meskipun fungsi keseluruhan penghalang ini telah dipulihkan sedikit, inti utama internal telah kacau cukup parah... "

Rupanya dia sibuk memperbaiki penghalang yang rusak. Biasanya, memperbaiki penghalang dalam waktu singkat seperti itu tidak mungkin -

... Omong-omong, dia awalnya seorang princess maiden dan calon Ratu.

Pada dasarnya dalam konstruksi penghalang, bahkan di antara elementalists tingkat tinggi lainnya yang berkumpul di festival «Blade Dance», Fianna cenderung tak tertandingi.

...Penghalang?

Tiba-tiba, sebuah pikiran melintas di benak Milla.

Meski begitu, dia masih memiliki keraguan - mengapa Fianna masih di sini?

"...kamu, kemana kamu akan pergi?"

Melihat Fianna yang masih terengah-engah, Milla bertanya.

"...? Bukankah sudah jelas? Tentu saja aku akan membantu Kamito-kun."

Fianna menjawab dengan ekspresi tak percaya. Anehnya, tidak ada sedikit pun keraguan di matanya.

"Roh ksatria milikku lebih cocok menghadapi roh kegelapan dalam pertempuran."

...selain poin itu. Tidak peduli seberapa kuat roh yang dia kontrak, tanpa menjalani pelatihan tempur, dia pasti akan menjadi sasaran.

"Kenapa ..."

"Eh?"

"Kenapa, kalian ..."

Milla tidak bisa memahami tindakan mereka. Mengingat potensi tempur «Tim Scarlet», tidak mungkin mereka bisa mengalahkan Nepenthes Lore.

Jelas mereka tidak mungkin untuk tidak memahami itu -

Dihadapkan dengan ekspresi bingung Milla, Fianna berkata "fufu" dan tersenyum.

"Karena kami menaruh kepercayaan kami pada Kamito-kun - Oleh karena itu, Kamito-kun pasti akan percaya pada kami."

"...!"

Milla mata melebar tiba-tiba.

... Kamito juga percaya pada mereka?

Seandainya, jika Kamito tidak melawan demi memungkinkan para gadis untuk melarikan diri -

...Sebaliknya, dia bertujuan untuk memenangkan bersama-sama?

Percaya pada rekan-rekannya, Kamito meminta Milla untuk pergi ke Claire dan yang lainnya.

Namun, dia telah mentafsirkan kata-katanya untuk mengatakan kepada mereka untuk melarikan diri ...!?

"Yah, dan juga ..."

Fianna tersipu malu-malu.

"Seorang gadis ... Selama itu untuk seseorang yang mereka c-cintai, seorang gadis bisa melakukan apapun."

Dalam bisikan kecil, nyaris tak terdengar, itulah apa yang dia katakan.

"...?"

"Kamu akan mengerti kalau sudah besar nanti."

Fianna malu-malu memalingkan wajahnya yang memerah.

Melihat imperial princess bertingkah seperti ini --

Sebuah gagasan tertentu muncul dalam pikiran Milla.

Itu benar, mengingat Fianna yang mampu membangun penghalang semacam ini...

Mungkin sebuah percobaan mungkin bisa berhasil ...!

"Baiklah, aku harus pergi --"

"-- Tunggu."

Milla mengulurkan tangan dan meraih Fianna dari belakang saat dia akan mulai berlari lagi.

"Ada apa?"

"«Benteng» ini, apakah saat ini di bawah kendali kamu?"

"... Ya. Meskipun kerusakannya cukup parah, penghalang dan intinya berada di bawah kendali ku."

Memandang Fianna yang memiringkan kepalanya dengan bingung, Milla berbicara.

"Aku punya ide yang ingin aku coba. Aku berharap untuk mendapatkan bantuan kamu."

...Siapa yang tahu apakah itu akan berhasil. Namun, itu patut dicoba.

Milla menyentuh «Demon Sealing Eye» di mata sebelah kirinya dengan ujung jarinya.

Jika itu gagal - bahkan jika itu berhasil, aku akan kehilangan nilai ku.

Ini akan menjadi suatu tindakan yang menolak kehidupan yang dia jalani sampai sekarang.

Meski begitu -- jika dia tidak melakukan apa pun pada saat ini, dia pasti akan menyesal.

Itulah apa yang dia pikirkan.

Seolah-olah membakar atau terbakar pemikiran panas tiba-tiba ledakan terjadi di dalam hatinya untuk pertama kali dalam hidupnya -

Milla Bassett berteriak.

"--tolong. Bawa aku ke jantung «benteng»!"

Bagian 5

-saat lumpur seperti kegelapan menetes di atas tanah, Nepenthes Lore meraung.

Kemudian ksatria hitam menarik «Vorpal Sword» yang tertancap secara vertikal di tanah.

Dengan erat mencengkeram «Demon Slayer» yang bersinar dengan kecemerlangan putih-perak, Kamito mulai menyerang.

Menendangkan sol sepatu pada tanah untuk mendapatkan kecepatan - Kamito mendekat seketika.

Sebuah pertempuran jangka panjang tidak akan menguntungkan bagi ku. Kemenangan harus diputuskan dalam serangan berikutnya ...!

Tapi saat dia menginjak lumpur hitam yang membentang di tanah, di saat itu juga -

"- Apa?"

Sebuah sensasi penyerapan menyerang seluruh tubuhnya, dan cahaya kecerahan Terminus Est tiba-tiba menghilang.

... Segera setelah kegelapan ini tersentuh, kekuatanku akan dicuri!?

kegelapan kental menjerat kakinya. Kamito mendecakkan bibir dan melompat.

Banyak tentakel gelap tumbuh dari tanah untuk mengejar Kamito saat dia melompat. Mengalirkan divine power ke Terminus Est yang telah kehilangan kecerahan, Kamito memutuskan semua tentakel yang mendekat.

Nepenthes Lore meraung dengan keras seolah-olah sangat senang.

"...monster ini, menjadi begitu bersemangat saat dibebaskan!"

Ada sedikit waktu luang untuk lebih lanjut mengejek lawan. cairan menetes dari tubuh Nepenthes Lore dengan cepat mengikis permukaan tanah.

"Apakah ini semua divine power yang diserap dari elementalists sejauh ini...?"

Menghindari tentakel kegelapan membentang dari tanah, Kamito menunggu kesempatan.

«Vorpal Blast» dilepaskan dari pedang iblis hitam di tangan Nepenthes Lore.

"...!?"

Sebuah serangan petir hitam yang melesat di tanah dalam garis lurus.

Kamito hampir tidak bisa menghindar dan mendapati sebagian besar hutan di belakangnya dimusnahkan tanpa jejak.

Ini mengejutkan kekuatan tembakan jauh melampaui tingkat yang ditampilkan tadi ketika Nepenthes Lore tersegel dalam armor.

Berbagai roh tersembunyi di hutan itu langsung hancur, menghasilkan partikel cahaya. roh yang melarikan diri juga ditangkap dan dimakan oleh tentakel hitam yang tumbuh dari tanah.

"... Est!"

Kamito mengusap lumpur hitam dan melompat, mengaliri «Demon Slayer» dengan divine power.

Menggunakan pedang suci yang berkilau, dia mengayunkan pada pedang iblis kegelapan --!

"Ohhhhhhhhhhhh!"

Seakan menanggapi pikiran Kamito, kecerahan Terminus Est semakin menajam.

Namun.

Clang - tiba-tiba ada suara logam.

Berikutnya ledakan hebat dari percikan api, telinga Kamito menangkap suara pedang yang retak.

... Mungkinkah, Est pecah!?

Sampai saat ini, «Demon Slayer» telah mengalahkan banyak musuh tangguh.

Untuk pertama kalinya, Kamito mengalami keadaan yang merugikan dalam pertarungan pedang.

Terminus Est sama sekali tidak kalah dengan pedang iblis Restia.

Tapi bertahan untuk menggunakan kekuatan yang berlebihan dari Elemental Waffe menguras divine power Kamito.

"...cih, aku mohon Est, tolong bertahanlah sebentar lagi!"

Berteriak pada saat yang sama, Kamito memaksakan divine power ke dalam pedang suci yang dia pegang dengan erat.

Cahaya dan kegelapan saling mengunci sekali lagi. Percikan api menyebar dari tempat pedang bertemu.

Tiba-tiba, Kamito merasakan nyeri yang tajam dari «Spirit Seal» di tangan kirinya.

-- Ini sia-sia. Dalam keadaan kamu saat ini, kamu tidak bisa mengalahkan Nepenthes Lore.

Suara Restia yang bergema di pikirannya secara langsung.

Dia berbicara langsung kepada pikiran Kamito melalui «Spirit Seal».

-- bangkitlah, Kamito. Tunjukkan padaku kekuatan sejatimu.

... Kekuatan sejatiku?

-- Ya. Kekuatan yang cukup untuk membunuh «Mereka», kekuatan sebenarnya dari Raja Iblis.

... Dengan kekuatan itu, akankah aku bisa melindungi rekan-rekanku?

Kamito bertanya dalam hatinya saat dia mengalirkan divine power ke dalam pedang suci yang bersinar -

... Bisakah itu mewujudkan «harapan» kamu tiga tahun lalu, salah satu yang tidak terwujudkan?'

-- Itu bisa. Selain itu, jika kamu tidak bangkit sekarang, kamu akan mati.

"... Benarkah?"

Kamito diam-diam menutup matanya.

Kekuatan Raja Iblis tertidur di dalam tubuh Kamito. Kamito masih tidak tahu apa yang Restia bicarakan, tapi sepertinya dia akan mampu melindungi rekan-rekannya jika dia menguasai kekuatan itu.

Kamito dalam kondisi saat ini sangat ingin menggapai kekuatan itu.

Namun -

"... Maafkan aku. Aku tidak tertarik pada hal semacam kekuatan yang tidak diketahui."

Saat Kamito tersenyum tanpa rasa takut, dia bisa merasakan keterkejutan Restia.

"Bukankah aku menyebutkan itu sekarang? Aku telah memperoleh kekuatan baru."

... Dengan segera. Kekuatan itu akan tiba.

"-- Seperti dia, roh pedang Est ini."

Partner berharga yang melepaskan diri dari bayang-bayang tragedi dan kembali ke sisi Kamito.

Serta -

Kamito menendang bahu Nepenthes Lore dan melompat mundur.

pedang iblis kegelapan terayunkan.

Bersama dengan lumpur hitam, mendekati Kamito-

Dalam saat itu juga, sebuah cahaya merah menyala di malam yang gelap.

"-- Berubahlah menjadi arang!"

Begitu mereka bersentuhan dengan kobaran api, tentakel hitam menghilang tanpa jejak.

Sebuah dinding api menerangi sosok gadis itu yang menyala merah terang.

mata rubi itu bersinar dengan semangat pantang menyerah. Twintails merahnya melambai tertiup angin.

"-- aku telah menunggu kamu, Claire!"

Kamito membuat tanda jempol pada gadis kucing neraka, berdiri dengan bangga dengan memegang lidah api di tangannya.

"Kamito, aku di sini juga!"

"Kamito-san, aku juga!"

Ellis, berbekal «Ray Hawk», dan Rinslet dengan «Magic Bow of Ice» juga tiba.

"Jangan lupa, festival «Blade Dance » ini adalah pertarungan tim."

Kamito percaya pada rekan-rekan setimnya, pada saat yang sama, mereka juga percaya kepada Kamito.

"- Ini adalah kekuatan yang tidak aku miliki tiga tahun yang lalu, Restia."

Keempat rekan satu tim itu dengan cepat masuk ke dalam formasi dan berhadapan melawan raungan Nepenthes Lore....


Bab 9 - Perang Habis-Habisan

Bagian 1

Di tengah api yang berkobar, tarian pedang «Tim Scarlet» dimulai.

Dengan sebuah raungan marah, Nepenthes Lore melepas tentakel hitam ke segala arah.

"Taring Es Pembeku, maju dan tembuslah - «Freezing Arrow»!"

Namun, panah pembeku Rinslet membekukan tentakel tak terhitung jumlahnya, mengubahnya menjadi balok es yang hancur setelah jatuh ke tanah.

"Tinggalkan tentakel-tentakel itu padaku!"

"Ya, aku akan mengandalkan kamu untuk dukungan, Rinslet!"

Kamito menyiapkan pedangnya dalam kuda-kuda dan berjalan berdampingan dengan Ellis.

"Aku akan menangani garis depan pertahanan saat kamu menyerang, Kamito."

"Aku mengerti."

Ekor kudanya bertiup sembarangan di udara. Mata cokelat miliknya, dihiasi oleh alis, menatap lurus pada musuh dihadapan mereka.

Kamito telah bertarung bersama-sama dengan Ellis berkali-kali pada misi Ksatria Sylphid. Dia adalah rekan satu tim dia bisa mempercayakan untuk melindungi punggungnya dengan jaminan yang besar.

Dengan Ellis dan Kamito sebagai penyerang depan, Rinslet menyediakan dukungan tembakan jarak jauh, Claire memerintahkan tim sementara dia sibuk dalam taktik gerilya dan pengganggu. Ini adalah formasi strategi dasar «Tim Scarlet».

-- Ini adalah apa yang dimaksud dengan kekuatan yang kamu peroleh?

Suara Restia bergema dalam pikiran Kamito.

-- sungguh mengecewakan. tidak peduli berapa banyak orang yang kamu kumpulkan, tidak satupun dari mereka dapat memegang lilin untuk kamu yang sendirian.

-- Kalau begitu, mari kita lihat, bisakah kami?

Kamito menyatakan pada Restia di dalam hatinya.

Lalu ia berbisik ke Ellis di sampingnya.

"Jangan sentuh benda pedang iblis itu. Kebanyakan roh tidak bisa menahan itu. Satu-satunya yang bisa berbenturan pedang secara langsung adalah Est ku."

"Mengerti."

Ellis mengangguk.

"Juga, berhati-hatilah pada lumpur hitam itu. Segera setelah kamu menyentuhnya, divine power kamu akan dicuri."

"Apa?"

Mata cokelat Ellis melebar.

Lumpur hitam terus menyebar. Ini sudah menginvasi sebagian besar tanah. Akibatnya, mereka bahkan tidak bisa mendekat ke sekitar Nepenthes Lore.

"Ellis, bisakah kamu membuka jalan?"

"Ya, serahkan saja padaku."

Ellis setuju dan menyiapkan «Ray Hawk» dalam posisi horisontal.

Bergemuruh, angin sihir berkumpul di ujung tombak - kemudian dia dengan lembut melafalkan kata-kata pelepasan.

"Angin setan - Pergi dan mengamuklah!"

Seketika, pedang angin tak terhitung mengiris tanah, meniup lumpur kegelapan.

Sementara pedang angin dilepaskan, Kamito berlari seperti angin di tanah yang terbelah.

tatapan menjijikan Nepenthes Lore seperti menembus Kamito.

Seperti niat pembunuhan mencengangkan, cukup untuk membuat rata-rata orang kehilangan kesadaran, namun Kamito menahannya.

Dia tidak bisa kalah dari rasa takut sekarang. Bahkan ketika lawannya adalah monster yang mengerikan --

...Setelah semua, wanita-wanita muda melihat aku!

Serangan pedang angin yang mengamuk mendekat, tapi Nepenthes Lore mudah membelokkan mereka dengan kilatan pedang iblis kegelapan.

-- Sekaranglah saatnya!

Segera sebelum lumpur kegelapan menyerbu tanah lagi setelah tertiup ...

Kamito melompat.

Menjaga postur tubuhnya condong ke depan, dia mendekat dalam seketika, menunggangi angin yang menderu. Taktik terkoordinasi yang dipelajari melalui pelatihan bersama dengan Ellis.

"Ohhhhhhhhhhhhh!"

Saat «Demon Slayer» berkilau dengan cahaya putih-perak, Kamito menebas lurus ke bawah.

Gelombang kejut mencengangankan mengguncang suasana.

Memegang pedang iblis kegelapan, Nepenthes Lore memblokir serangan berkekuatan penuh ini.

Namun, gerakan Kamito itu tidak berakhir di sana. Menggunakan gagang pedang sebagai poros, dia mengubah postur di udara, mengambil keuntungan dari pembelokan pedang Nepenthes Lore untuk mendaratkan tebasan kuat pada bahu.

Dengan mencipratkan materi hitam kental, tubuh besar Nepenthes Lore bergetar sedikit.

Mendarat di tanah, Kamito tanpa ampun melanjutkan serangan.

Memotong, menusukan, menebas - pedang berkilauan di malam gelap.

Sebuah tarian pedang luar biasa layaknya penari pedang terkuat, Ren Ashbell, pada penampilan puncak.

Gerakan yang selalu berubah dari pergerakan Kamito membuat kewalahan kecepatan reaksi Nepenthes Lore.

Melebar rahang besar menganga, Nepenthes Lore melepaskan raungan kesakitan.

Divine power rusak dimuntahkan dalam jumlah besar, mencemari tanah disekitarnya secara langsung.

"...!?"

Kamito mendecakkan bibir di udara.

Begitu dia mendarat di lumpur, divine powernya akan segera dicuri darinya.

Tapi sebelum ia menyentuh tanah --

"- dengan hembusan nafas putih bersih anda berikan bentuk es beku adadi - «Frost Prison»"

Sebuah panah pembekuan besar terbang seperti bintang jatuh dan memukul tanah di bawah kaki Kamito.

Seketika, es sihir berwarna pelangi menyebar dan membekukan lumpur kegelapan.

Sepatu sol Kamito mendarat di atas es sihir. Kemudian dengan sangat tipis, dia menghindari ayunan pedang iblis kegelapan menggunakan gerakan meluncur.

"Terima kasih atas bantuan yang besar. Kerja bagus, Rinslet!"

"Hmph, tentu!"

Rinslet dengan bangga menyapu tangannya melalui rambutnya.

Kamito melompat dari es dan menyerang Nepenthes Lore dengan kecepatan dewa dalam tiga serangan beruntun.

"-- Masih belum cukup!"

Serangan ganda, kemudian tiga serangan - combo lima hit dilancarkan dengan tercampur tusukan.

Mengambil keuntungan dari celah pedang iblis kegelapan, Kamito menyerang dalam rangkaian cepat seolah-olah melakukan tarian.

banyak tentakel hitam menyerang dari belakang, mereka semua dijatuhkan oleh lidah api milik Claire.

Keterampilan Kamito dengan pedang benar-benar mendominasi.

Namun demikian, wajahnya menampilkan kecemasan.

-- Ini tidak akan berakhir jika ini berlanjut!

Seperti sebuah gumpalan kegelapan berubah bentuk, tubuh Nepenthes Lore segera membentuk ulang secepat saat itu rusak.

Selain itu, divine powerku sudah mencapai batasnya --

Cahaya Terminus Est mulai melemah saat bercahaya dalam gelap.

Bahkan sebagai Elemental Waffe dari kelas terkuat, nilai sejatinya tidak bisa menghasilkan efek tanpa kontraktor yang mengaliri divine power.

Pada saat kebingungan, pedang Kamito dibelokkan oleh pedang iblis kegelapan.

"...!?"

Saat Kamito kehilangan keseimbangan -

Ujung pedang setan melepas «Vorpal Blast» --

"-- Kamito!"

Dengan sebuah cahaya merah, lidah api melilit di lengan Nepenthes Lore.

Dengan lintasan jatuhnya pedang sedikit dialihkan, petir hitam legam terbang melewati Kamito.

Sambaran petir menghasilkan bentuk kipas dari bagian hutan.

"-- Itu benar-benar dekat ... Yah!"

Claire mendapati dirinya melayang di udara. Nepenthes Lore telah meraih lidah api dan melemparkannya ke samping dalam gerakan mengayun secara horizontal.

"Claire!"

Kamito hendak bergegas -

Tapi tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Tanpa dia menyadari, kegelapan kental mendekat di hadapannya.

Kegelapan menjijikkan yang mencuri divine power secepat kontak yang dibuat, menyebar dengan kecepatan yang luar biasa.

Jumlah besar ini tidak datang hanya dari elementalist yang divine powernya dicuri Nepenthes Lore.

Sebaliknya, monster itu telah diperkuat kekuatannya setelah melakukan kontak dengan inti yang mengalir di tanah.

Disekeliling Kamito telah berubah menjadi rawa kegelapan. Seperti tempatnya berdiri, pijakan Kamito yang akan segera ditelan juga.

Bahkan «benteng» ini...

Kamito mengertakkan gigi.

keputusasaan menjulang di atasnya seolah terwujud secara nyata.

Cahaya Terminus Est telah sangat melemah.

Dalam kondisi saat ini, Kamito bahkan tidak memiliki kekuatan untuk membelah kegelapan dan menerobos dengan paksa.

-- Ini adalah akhir, Kamito. Kamu tidak bisa mengalahkan kekuatan semacam ini.

Saat «Spirit Seal» di tangan kirinya menyengat dengan rasa sakit, Kamito mendengar suara manis dan indah milik Restia.

Aku...!

kegelapan mendekat mengelilingi Kamito.

"Kamito!"

"Kamito-san!"

Ellis dan Rinslet berteriak.

Benar-benar terputus dari setiap jalan keluar, kaki Kamito itu hanya akan membuat kontak dengan kegelapan --

"Sialan ...!"

Pada saat ini -

Tiba-tiba, cahaya menyilaukan meledak dari tanah di bawahnya.

"... Apa?"

Tanah yang ditutupi oleh kegelapan kental mulai bergemuruh dan berputar seakan mendidih. Di bawahnya, banyak bersinar lingkaran sihir muncul satu demi satu --!

Kegelapan menyudutkan Kamito dari segala arah surut seperti gelombang pasang.

"Apa yang sebenarnya terjadi ...?"

"-- Mengalir melalui inti dari «benteng», kekuatan suci mengalir keluar tanpa henti!"

Claire berteriak.

"Inti ... Maka itu Fianna?"

«Benteng» ini dibangun oleh Fianna dirancang khusus untuk dapat menyesuaikan aliran inti dari pusat sentral, sehingga memungkinkan efek dukungan yang akan disampaikan dari kemampuan roh.

Tapi ini kekuatan luar biasa yang membawa atribut suci, apa yang menyuplai ini --

"Mungkinkah ...!?"

Bagian 2

"...sungguh menakjubkan. Apakah ini kekuatan roh tersegel dalam matamu?"

"Tidak, ini hanya pelepasan sebagian kecil dari kekuatannya ..."

Lokasinya adalah pusat sentral yang mengendalikan inti.

Berlutut di depan kuil kecil yang didirikan didepan pohon suci, Milla menggeleng.

Ekspresinya berubah karena rasa sakit, sementara keningnya berkeringat deras.

"Hanya sebagian kecil ..."

Fianna menggumam dengan ekspresi ketakutan.

Sebagai princess maiden yang terkenal, dia bisa dengan tajam merasakan kekuatan roh melalui kulitnya.

Roh militer kelas taktikal -- «Crusaders». Roh yang dipanggil oleh Milla Bassett pasti keberadaannya melanggar hukum.

"Milla, apa yang kamu lihat?"

Saat Milla berlutut dengan mata tertutup, Fianna bertanya.

Saat ini, Fianna telah mengalihkan kendali «benteng» kepada Milla.

Ini adalah bertujuan menggunakan inti benteng untuk melepaskan kekuatan roh yang berada dalam «Demon Sealing Eye» miliknya.

Setelah kekuatan «Demon Sealing Eye» terhubung ke «benteng», mungkin kekuatan roh militer kelas taktikal bisa ditarik keluar - itulah yang Milla pertimbangkan.

Namun, pengalihan kendali «benteng» itu biasanya tidak mungkin. Satu-satunya alasan mengapa penghubungan itu berhasil adalah karena manfaat dari mantan calon Ratu, Fianna.

"- Ada empat cahaya berkedip. Mereka hendak dimangsa oleh kegelapan yang menjijikkan.."

"Ini pasti Kamito-kun dan yang lainnya. Konsentrasikan kesadaran kamu di sana."

"Ya ..."

Milla mengangguk sambil menekan tangannya pada mata kiri kuning yang meneteskan darah.

Pengendalian beberapa penghalang rumit yang membentuk sebuah benteng adalah beban besar secara fisik dan mental. Lebih dari itu, Milla bukanlah seorang princess maiden yang dilatih di «Divine Ritual Institute». Bahkan dengan dukungan Fianna, rasa sakit dari reaksi itu memakan semua upaya Milla.

"Ah ... Guh ... ahhhhhhhhhhhhhh!"

"Milla, jangan berlebihan!"

"... Tidak masa...lah ... Guh ..."

Tangan mungil milik Milla memancarkan cahaya petir biru-putih.

Transmisi daya roh militer melalui inti sudah menjadi gagasan keterlaluan. Jika ini terus berlanjut, «Demon Sealing Eye» miliknya beresiko pada kerusakan.

"... Guh ... yang mulia ksatria raja suci --"

Mendampingi arus balik dari divine power, rasa sakit tajam menyiksa tubuh gadis itu.

Milla melepas kekuatan roh yang disegel dalam «mata».

"-- Pedangmu ... Exist untuk mengalahkan yang kuat dan melindungi yang lemah -"

-- Bahkan jika rusak, aku tidak keberatan.

Hanya pada saat ini, selama Kamito terlindungi ...

Dengan suara nyaring, sebuah retakan muncul di mata kiri Milla.

"Berkumpul pada medan pertempuran, untuk mengayunkan pedang itu tanpa reservasi - «Crusader»"

Lalu Milla serak diusir semangat ini melepaskan mantra dari tenggorokannya.

Bagian 3

"... Ini adalah!?"

Pemandangan di depannya membuat Kamito melebarkan matanya terkejut.

Cahaya murni dan tenang yang dipancarkan dari berbagai lingkaran sihir menyebar ke seluruh tanah.

Kekuatan yang dilepaskan dari inti, membawa atribut suci, sedang memurnikan kegelapan yang menjijikan.

Tidak, tidak hanya itu.

Dari lingkaran sihir yang tak terhitung banyaknya, ada sesuatu yang keluar --

Yakni, pedang yang tak terhitung. Tombak yang tak terhitung banyaknya. Perisai yang tak terhitung banyaknya.

Tentara yang terdiri dari sejumlah besar ksatria cahaya.

"A-apa sih, ini ...!"

"Luar biasa, legion jenis roh militer kelas taktikal...!"

Melihat jumlah besar ksatria memenuhi sekeliling, Kamito bergumam dengan takjub.

Peringkat dari semua ksatria jauh lebih rendah daripada «Georgios» milik Fianna.

Namun, jumlah mereka meningkat pesat.

Beberapa lusin -- tidak, mungkin ada ratusan dari mereka.

Para ksatria memegang pedang bersinar dan menebas kegelapan yang menyerang tanah.

Sejumlah besar dari ksatria menghilang terus-menerus karena mereka dimangsa oleh kegelapan atau terpotong oleh pedang iblis Nepenthes Lore, namun karena kekuatan jumlah mereka berkembang, lumpur hitam diblokir dari bergerak maju.

"Apakah ini Milla ...?"

Kamito mendongak sambil bergumam pelan.

- Tiba-tiba saat ini, «Demon Slayer» yang menancap pada tanah bersinar dengan kecemerlangan sekali lagi.

Tubuh pedang itu langsung diselimuti cahaya menyilaukan, menerangi kegelapan malam.

"Ini adalah ..."

Kamito bisa merasakan aliran deras dari kekuatan di tubuhnya.

Melalui inti yang mengalir di bawah tanah, divine power yang murni dan suci itu terus dituangkan ke dalam dirinya.

Meskipun «benteng» ini dibangun oleh Fianna yang sudah membawa fungsi mengisi divine power elementalists, jumlah divine power yang mengalir ke Kamito dari tanah secara besar-besaran beberapa lusin kali dari normal.

Segera setelah --

«Crusader» yang telah menginjak-injak kegelapan dengan jumlah mereka yang luar biasa, berubah menjadi partikel cahaya dan berhamburan di udara.

Lumpur kegelapan yang telah merubah tanah menjadi rawa dibuang hanya dalam waktu satu atau dua menit.

"-- Apakah kamu siap, Est?"

Kamito bertanya pada pedang di tangannya.

Seakan menjawab, Terminus Est bersinar dengan kecerahan maksimum.

Memegang «Demon Slayer» yang bersinar di kedua tangan, Kamito --

"-- Mari kita selesaikan ini!"

Dia berteriak pada wanita-wanita muda, rekan timnya.

"Benar." "Ya." "Dimengerti."

Claire, Ellis dan Rinslet mengangguk bersamaan.

Kamito bergegas menuju Nepenthes Lore yang mengayunkan pedang iblis kegelapan.

Pada saat itu, pedang iblis hitam terdengar seperti «Vorpal Blast».

Sebuah sambaran petir tanpa ampun pada daya maksimum, tanpa diragukan lagi sebuah red herring berniat untuk menghentikan gerakan Kamito.

Menghindarinya akan mudah -- Namun, Kamito malah maju secara langsung.

"Tunggu sebentar, Kamito!?"

Claire berteriak kaget.

Kamito tersenyum tanpa rasa takut dan mengayunkan pedang suci di tangannya.

"-- jangan khawatir. Mengingat Est dan aku saat ini, kami dapat menebas itu sampai terpisah!"

Saat «Demon Slayer» bercahaya dengan cemerlangan, petir gelap dengan mudah ditebas pada pertengahan.

"Ohhhhhhhhhhhhh!"

seperti itu, Kamito menendang tanah untuk mendapatkan kecepatan.

Tubuhnya terasa sangat ringan. Setiap kali ia menginjak tanah, divine power mengaliri seluruh tubuhnya, dikirimkan dari inti.

Dihadapannya, Nepenthes Lore tampaknya menampilkan sedikit rasa takut. Namun, dimata Kamito lawannya bukan monster hitam itu tapi Elemental Waffe yang dipegang di tangannya -- «Vorpal Sword».

"-- aku datang, Restia!"

Saat dia berteriak, Kamito melakukan serangkaian serangan yang mencengangkan.

Dengan bermandikan percikan-percikan api, «Demon Slayer» beebenturan melawan «Vorpal Sword».

Kecepatan tinggi Kamito yang menyerang tingkat regenerasi Nepenthes Lore kewalahan, menyebabkan materi hitam humanoid itu mulai runtuh.

... Ini adalah akhir!

Mencengkeram Terminus Est dengan erat, Kamito memasuki sikap serangan rendah.

Ini adalah posisi serangan murni, penuh dengan celah, yang mengorbankan semua pertahanan.

Lengan Nepenthes Lore berubah menjadi massa hitam berbahaya saat mendekati Kamito.

Namun, Kamito memiliki keyakinan tak tergoyahkan.

Dia mempercayai rekannya yang berharga.

"Taring Es Pembeku, maju dan tembuslah -- «Freezing Arrow»!"

Banyak panah pembeku menghujani, ditembakkan dari jauh.

Lengan yang menjulur itu dibekukan oleh sihir es dan terpaku ke tanah.

Nepenthes Lore meraung seperti siap untuk menghancurkan Kamito dibawah tubuh besarnya --

"Penjaga dari tungku pembakaran, lepaskan amarahmu -- «Flame Chain» !"

Lingkaran lidah api terbakar menahan seluruh tubuh Nepenthes Lore.

Saat massa hitam berhenti bergerak -- di saat itu, Kamito mengambil kesempatan untuk semakin mendekat.

Dengan cepat menurunkan postur tubuhnya, dia melompat --!

"Angin keberanian, berikan restu kepada pejuang pemberani -- «Sylphid Feathers»!"

Setelah melompat, Kamito didorong oleh angin yang dilepaskan oleh sihir roh Ellis.

...Aku sekarang ini, akankah aku bisa melakukan enam belas hit combo?

Menebas pada tubuh besar Nepenthes Lore, Kamito tersenyum tanpa rasa takut.

Tidak dimaksudkan untuk digunakan melawan elementalists, ini adalah teknik pedang penghancur untuk menghancurkan roh besar.

Tiga tahun lalu, diajarkan oleh «Penyihir Senja» Greyworth, teknik rahasia utama.

Itu awalnya adalah skill pedang ganda -- meski demikian, Kamito dalam keadaan saat ini akan mampu untuk menirunya.

Aku mampu menguasai teknik ini berkat kamu, Restia ...

«Demon Slayer» di tangan Kamito memancarkan cahaya yang membanjiri kegelapan -

Seketika, sosok Kamito menghilang.

"-- Bursting Blossom Spiral Blade Dance - Enam belas serangan Beruntun!"

Banyak garis miring melesat terang terhadap kegelapan malam.

Menari di udara, Kamito melepaskan gelombang amarah dari enam belas serangan beruntun.

Mengurangi massa hitam, tubuh Nepenthes Lore sedang ditebas dan dicincang, secara bertahap runtuh.

"Skill pedang itu --"

"Mungkinkah, Ren Ashbell !?"

Menonton dari tanah, Claire dan Ellis berseru terkejut.

Inilah tepatnya teknik pedang yang ditampilkan tiga tahun lalu di festival «Blade Dance» oleh Ren Ashbell, penari pedang terkuat.

Dengan sebuah ledakan gemuruh, Nepenthes Lore jatuh di tanah sebagai lumpur hitam. Meskipun masih mempertahankan bentuk humanoid, gerakannya yang agak lamban sekarang.

Masih memiliki satu lengan yang tersisa, itu mengayunkan pedang iblis kegelapan --

"-- engkau, Ratu baja berkepala dingin, pedang suci yang membunuh iblis"

Sebuah mantra bahasa roh bisa terdengar dari atas.

"-- Dengan hukuman cahaya suci, hancurkan musuhku!"

Menurun, Kamito menembus massa hitam dengan «Demon Slayer» di tangannya.

Sebuah ledakan cerah dan tajam terjadi, langsung mengisi pandangannya.

Pada saat itu, massa tubuh Nepenthes Lore hancur.

Clang --

Elemental Waffe Restia, «Vorpal Sword», menancap dalam tanah seperti batu nisan.

pedang iblis kegelapan kemudian mulai menghilang ke udara sebagai partikel cahaya --

"Restia!?"

Sebelum dia sepenuhnya menghilang, Kamito meraih gagang pedang iblis.

"... Guh, ah ... Ahhhhhhhhhh!"

Sarung tangan kulit mulai mencair dengan suara mendesis saat Kamito merasakan rasa sakit dari luka membakar.

«Spirit Seal» Kamito menampilkan reaksi penolakan.

"Kamito, apa yang kamu lakukan!?"

Claire berteriak karena terkejut.

Meski begitu, Kamito tidak membiarkan pergi. Bertahan dari rasa sakit, dia mengalirkan divine power ke dalam pedang.

-- Jangan lakukan ini, Kamito. Kamu tidak bisa lagi menyentuh aku.

Dimulai dari ujung pedang hitam, pedang iblis kegelapan itu berangsur-angsur menghilang seakan mencair.

Suara Restia terdengar sedih saat bergema dalam pikiran Kamito.

"Diam ... Aku tidak akan membiarkan kamu pergi. Aku benar-benar tidak akan pernah membiarkan kamu pergi!"

-- Alangkah bodohnya. Sudah jelas aku tidak lagi sama dengan aku yang kamu ketahui.

"Apakah itu benar?"

-- Hah?

"Apakah kamu benar-benar menjadi eksistensi yang sama sekali berbeda dari Restia di awal?"

Meskipun rasa sakit tajam menakutkan, Kamito memeluk pedang iblis yang berangsur-angsur menghilang.

... Tiga tahun yang lalu pada hari itu, sesuatu terjadi.

Kemudian dia berubah - yang tak terbantahkan.

Tapi ...

-- Dia bisa merasakannya tanpa keraguan.

Keberadaan Restia yang membawa cahaya bagi Kamito ketika dia masih muda.

"Kamito ..."

"...!?"

Sebuah suara bergetar samar.

Kamito merasakan kehangatan memeluk dalam lengannya.

Pada saat dia melihat, Kamito mendapati dirinya memeluk seorang gadis bukan sebuah pedang iblis.

Roh Kegelapan, seorang gadis dengan gaun hitam.

"... Maafkan aku, Kamito. Aku yang kamu tahu sudah tidak ada lagi."

Matanya yang berwarna senja bergetar ketika dia membuat senyum kesepian.

Tubuhnya berangsur-angsur menghilang.

"...Biarkan aku mengatakan padamu. Tiga tahun lalu pada hari itu, harapan apa yang coba kamu buat."

Bibir lembut Restia dengan ringan menyentuh bibir Kamito.

"--!"

Hanyut kedalam manisnya yang melumpuhkan --

Pikiran Kamito terbawa ke dalam kenangan hari itu.

STnBD V06 270.png

Bagian 4

-- ingatan yang hilang itu.

Kenangan terakhir dari hari-hari bahagia mereka bersama-sama.

Hari terakhir dari festival «Blade Dance» ketika penari pedang terkuat, Ren Ashbell, memperoleh kemenangan.

Tepat sebelum bertemu dengan Lords Elemental -

"-- Hei Kamito, aku harap kamu bisa mengabulkan «harapan» ku."

"Ya, aku menang karena dukungan kamu, Restia."

Anak itu menjawab dengan polos.

Membalas gadis yang baginya paling penting di dunia.

"Namun, setelah kamu membuat keinginan itu, kamu akan membuat dunia menjadi musuhmu, kamu tahu?"

"...Aku tidak peduli. Selama itu untuk kepentingan kamu, Restia."

Anak itu tidak gentar.

Bahkan dengan dunia sebagai musuhnya --

Selama gadis ini tinggal di sisinya, itu sudah cukup.

"Jadi, apa keinginan itu?"

"Yah --"

Gadis roh kegelapan dengan ringan membawa bibirnya ke telinga anak itu.

Kemudian --


Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid6 Epilog Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid6 Kata Penutup

Catatan Penerjemah dan Referensi


Mundur ke Jilid 5 Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Jilid 7