Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid6 Bab 7

From Baka-Tsuki
Revision as of 13:21, 30 December 2013 by Toojiro (talk | contribs) (→‎Bagian 9)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 7 - Kembali[edit]

Bagian 1[edit]

Sejak masih muda dia menegaskan dirinya sendiri untuk membunuh gadis roh kegelapan yang membawa hatinya kedalam kekacauan yang luar biasa ---

Dia mulai tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang sulit dipercaya.

Bahkan para tetua yang memutuskan untuk mempertemukan mereka berdua tidak mengantisipasi ini.

Pada titik ini, bahkan diantara elementalist berperingkat yang dilatih di «Instruksional School», hanya ada sedikit yamg bisa mengimbangi dia dalam pertempuran.

"Kamu tidak akan membunuhku?"

"Akan ku lakukan -- suatu hari, aku pasti akan melakukannya."

Sepanjang sesi latihan deathmatch yang berlangsung selama beberapa jam pada suatu waktu --

Entah bagaimana perbincangan seperti ini menjadi slogan standart mereka.

Setiap setelah deathmatch, anak laki-laki itu akan terlibat perbincangan panjang dengan dia.

Gadis roh kegelapan itu menceritakan semua hal tentang dunia kepada anak laki-laki itu yang dia tidak pernah tahu.

Seperti kesedihan, sukacita dan berbagai hal indah yang mengisi dunia.

Kemudian setiap malam sebelum anak laki-laki itu tidur, gadis itu dengan lembut akan menceritakan cerita pengantar tidur disisinya.

-- untuk seorang yang mengamati, ini adalah hubungan yang cukup luar biasa.

"Dan kemudian, sang raja menyegel roh itu kedalam lampu sekali lagi--"

"... Kemudian apa yang terjadi?"

Menempatkan kepelanya dipangkuan gadis itu, anak laki-laki yang tidak puas itu berusaha meminta kelanjutan ceritanya.

Karena dia selalu berhenti pada bagian yang paling menarik.

"Mari lanjutkan besok bagian selanjutnya."

Dengan lembut membelai rambut hitam anak laki-laki itu, gadis itu tersenyum.

Jelas ujung jari-jari itu telah menembakan serangan sihir tanpa ampun pada anak laki-laki itu hanya beberapa saat yang lalu.

"Katakan padaku sekarang. Siapa yang tahu aku akan tetap hidup besok."

"Ah benar. Besok adalah misi untuk menghancurkan Great Shrine --"

Seorang anak yang berumur dua belas tahun sudah mulai mengerjakan misi yang ditugaskan oleh «Instruksional School».

"Yang bertanggung jawab untuk pernghancuran adalah Muir. tugas Lily dan aku adalah melindungi dan membantu dia. Didalam «Great Shrine», dilaporkan ada delapan roh ksatria elit sebagai penjaga."

"Akankah kamu bertahan hidup?"

"Siapa yang tahu. Aku adalah alat -- aku hanya harus mengikuti perintah dan menyelesaikan misi."

"Tapi jika kamu mati... Kamu tidak mungkin akan mendengarkan kelanjutan ceritanya."

Anak laki-laki itu tiba-tiba membuka matanya yang tertutup.

"... Sungguh menyusahkan."

"Bahkan jika itu hanya untuk mendengarkan kelanjutan ceritanya, tolong kembalilah dalam keadaan hidup"

"...ya. Itu benar... Aku mengerti."

Anak itu mengangguk dengan penuh kejujuran.

"Juga, jangan lupa janji kita--"

"Janji?"

"Aku akan menjadi orang yang membunuh kamu."

"Ufufu. Tentu saja."

Ini bukanlah rasa takut akan kenatian. Aku harus bertahab hidup -- pikir anak itu pada dirinya sendiri.

Bagian 2[edit]

"Uh, hmm..."

Merasakan bagian belakang kepalanya pada sesuatu yang lembut dan nyaman, kamito terbangun.

Membuka matanya, dia menemukan wajah gadis yang manis.

"...Milla?"

"Kamu harus terus berbaring."

Mengatakan itu, Milla menekan kepala kamito kebawah dengan keras ke pahanya.

Merasakan kulitnya yang halus dan lembut pada pipinya, Kamito tidak bisa menghentikan jantungnya yang berpacu.

Tidak ada jalan lain, Kamito tidak mempunyai pilihan selain melanjutkan berbaring dengan cara ini.

Langit masih redup, malam baru saja berakhir.

...Sebuah bantal pangkuan, sungguh nostalgia.

Dulu, aku selalu tidur dipangkuannya...

Tetap membuka matanya, dia mulai melamun--

"Kamu tidak bisa tidur?"

"Yah, aku punya tipe tubuh yang bisa melakukan sesuatu tanpa tidur."

"Sungguh... Itu sama seperti aku."

"Milla juga?"

"Itu karena aku selalu berlatih."

Kamito hanya bisa mengerang.

...Benar. Sama seperti kamito, dia dibesar sebagai alat.

Bukankan itu identik dengan apa yang orang-orang dari «Intruksional School» lakukan.

Dia merasa marah terhadap ksatria kerajaan Rossvalle yang membentuk Milla.

Lebih dari itu, dia tidak mempunyai siapapun dalam hidupnya seperti Restia yang bersama Kamito.

Kamito pelan-pelan bangun dari Milla.

"Ini, milikmu..."

Milla mengulurkan dua «Magic Stone».

"Hmm? Ah benar..."

Itu rupanya adalah «Magic Stone» dari kedua anggota «Sacred Spirit Knight».

Kamito mengambil satu dan meninggalkan yang satunya ditangan Milla.

"...?"

"Ini untuk «Rupture Division». Bukankah kita sepakat untuk membagi «Magic Stone» secara adil?"

Milla menggelengkan kepalanya.

"Kamu yang mengalahkan mereka, Kamito."

"Kita adalah sekutu."

Memaksa Milla untuk memegang «Magic Stone» sebagaimana mestinya, Kamito berdiri.

Untuk sebentar, Milla memandang pada «Magic Stone» ditangannya--

Akhirnya, dia mengangguk dan menempatkan itu di saku seragamnya.

"Kamito..."

"Hmm?"

Milla melihat ke Kamito.

Mata kanan yang hijau dan mata kiri yang kuning, mata heterochromic itu menatap Kamito.

"«Mata» ku, kamu tidak menanyakan tentang itu?"

"...mata?"

-- berpikir tentang itu, «Sacred Spirit Knight» itu mengatakan sesuatu tantang mata Milla.

"Kamu ingin aku menanyakan itu?"

"..."

"Milla, jika kamu ingin mengatakan itu padaku, lalu biarkan aku tahu ketika waktunya sudah datang."

Kamito mengangkat bahu, dan pada saat ini --

Dari atas kepala, suara sayap berbulu bisa terdengar.

"Apa?"

Mereka berdua memutar pandangan mereka pada langit untuk menemukan burung iblis yang berputar diatas udara dengan melebarkan sayapnya yang besar.

"Itu... «Simorgh» milik Ellis!"

Itu adalah jarak yang jauh tapi Kamito sangat yakin. Itu adalah iblis angin roh terkontrak milik Ellis.

"Kamu mengenali itu?"

"Ya, lihat. Kelompok ku mencari aku."

Segera setelahnya, roh iblis angin mendarat dihadapan Kamito dan Milla.

Kamito langsung bertanya pada iblis angin itu saat melipat sayapnya.

"Apa Claire baik-baik saja?"

Simorgh mengangguk dengan sedikit mengeluarkan suara.

...Sepertinya dia baik-baik saja,

"Benarkah... Aku senang mengetahui itu."

Dalam kelegaan Kamito menghela nafas panjang.

"Pergi dan katakan pada semua orang bahwa aku baik-baik saja, dan akan segera kembali."

Sambil mengeluarkan suara keras, Simorgh terbang ke langit.

"Ayo pergi, Milla... Waktunya berangkat."

Keduanya dengan cepat mengumpulkan peralatan berkemah mereka.

Gadis itu - Claire, pasti dia akan marah...


Bagian 3[edit]

Claire berbaring dibawah selimut ditempat tidur.

Tubuhnya meringkut seperti bola, dia masih sedikit demam.

"Kamito..."

Dia menggumamkan namanya berkali-kali.

Claire dengan erat mencengkeram satu sisi dari selimut.

Sambil melamun, dia melirik cermin kecil disisi tempat tidur.

"penampilan wajah yang menyedihkan..."

Rambutnya yang dibanggakan sangat kacau, matanya merah karena menangis sepanjang malam.

"-- dihari aku kehilangan saudara tertuaku, aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan pernah menangis lagi."

Dimeja kecil, ada sarapan yang tertutupi sehelai kain. Mungkin dibawakan Rinslet.

...Tapi aku tidak punya nafsu makan saat ini.

Kamito, tanpa kamu disampingku, aku...

Ada apa dengan rasa sakit didadanya ini?

...Kesepian? Bukan, bahkan jika itu adalah sebagian dari alasannya, masih ada yang lebih...

Aku punya banyak pikiran buruk pada pria ini dimasa lalu...

Claire teringat segala sesuatu tentang apa yang telah dia lakukan sampai hari ini...

Kapanpun Kamito mendekati gadis lain, dia selalu merasa marah tanpa alasan yang jelas, tidak bisa menerima, ingin mencambuk dia dan membakar dia menjadi arang --

...Aku benar-benar bodoh. Sepertinya sekarang, aku bisa menjadi sedikit lebih jujur.

Saat dia mendesah --

Sesuatu menggeliat dibawah selimut.

Kebingungan, dia menarik selimut untuk menemukan roh kucing neraka terbalut dalam api lembut yang hangat.

"Scarlet..."

Claire tiba-tiba merasa tersentuh.

Jelas Scarlet juga dalam keadaan yang sangat lemah, tapi kucing itu masih tetap disamping Claire untuk menyediakan kehangatan.

"Meow..."

"...Y-Ya. Sebagai tuan, aku punya keyakinan pada pria itu,"

Disemangati oleh Scarlet, dia mengucek matanya.

Menepuk wajahnya, dia mengikat rambutnya dengan gaya favoritnya.

"...itu benar. Aku tidak boleh menyerah, Kamito pasti masih hidup."

Memperbarui semangatnya, dia bangun dan mulai memakan sarapan dalam suapan besar.

Ini bukanlah gaya yang pantas untuk seorang wanita terpandang dari sebuah keluarga yang dulunya berwibawa tapi sekarang bukanlah waktunya untuk menjadi gelisah... Dia harus memulihkan tenaganya secepat mungkin untuk mencari Kamito.

Pada saat ini, dentuman langkah kaki bisa terdengar. Pintu masuk tenda terbuka.

Rinslet muncul, benar-benar panik.

"Claire, kita sepertinya sudah menemukan Kamito."

Bagian 4[edit]

-- beberapa jam setelah itu, Kamito kembali ke benteng «Tim Scarlet».

Dipintu masuk yang tersembunyi dihutan, teman-temannya sudah keluar untuk menyambut dia, namun --

"...serius, seberapa banyak kamu mencoba membuta kami khawatir?"

"T-Tidak seperti aku khawatir atau apapun yang seperti itu..."

"Cukup untuk ini, Kamito-kun selalu sangat sembrono!"

"A-Aku minta maaf..."

Berhadapan dengan tiga wanita muda yang sedang marah, Kamito hanya bisa mengerut kebelakang.

...Itu hanya untuk satu hari, tapi sepertinya mereka benar-benar khawatir.

Mata rubi Claire berlinang air mata --

"...hiks...hiks..."

...Untuk beberapa alasan, dia menangis.

"H-Hey, Claire?"

Kamito dengan panik meletakkan tangannya dipundak Claire --

"Bodoh... Sungguh, aku sangat khawatir... Wuaaaah!"

STnBD V06 194.png

Pukul...pukul...

Mengepalkan tinjunya, dia memukul pada dada Kamito.

"Claire... Aku minta maaf."

Berhadapan dengan Claire yang bertingkat seperti ini, kamito dengan lembut mengelus kepalanya.

"Wah...hiks...B-Bodoh..."

"Karena dia sangat menghawatirkan Kamito, dia menangis sepanjang malam."

Rinslet membisikan pada telinga Kamito.

"Jadi seperti itu?"

Wajah Claire dengan cepat menjadi merah terbakar.

"P-Pembohong! Aku tidak menangis!"

"Oh oh. Mencoba menipu kami tidak akan berguna."

"...~!"

"Dalam hal ini, itu sangat bagus Claire baik-baik saja."

Tersenyum masam, Kamito melanjutkan mengelus kepala Claire.

"Y-Ya... Semua berkat Kamito."

Wajahnya merah, Claire merendahkan pandangannya.

Kemudian seolah-olah menegaskan diri sendiri, dia menggigit bibirnya dengan keras.

"K-Kamito."

Memainkan jari-jarinya dengan canggung, kepalanya menunduk dalam-dalam.

"Umm... A-Aku sudah memutuskan, dari sekarang, aku aku menjadi lebih ju..."

"...ah, benar. Tunggu sebentar,"

Tiba-tiba, Kamito berbicara,

"...eh?"

Claire benar-benar terkejut.

"Tidak, sebelum itu, aku harus melaporkan pada semua orang dulu."

"...?"

Semua gadis memiringkan kepala mereka kebingungan. Kamito berbalik dan melambaikan tangannya pada pepohonan dibelakangnya.

"Milla, kamu bisa keluar sekarang"

"Ya"

Dari dalam pepohonan datang sebuah suara --

Seorang gadis dengan rambut coklat gelap, Milla, muncul.

"...uh?"

Claire dan semua gadis berseru terkejut.

"...sebuah kehormatan bertemu kalian semua"

Milla melangkah maju dan menundukkan kepalanya dengan sopan kepada Claire dan yang lain.

"..." "..." "..." "..."

Wanita-wanita muda terdiam.

"H-Hei, Kamito...?"

Bahu Claire bergetar.

"...ini benar-benar anak yang manis sekali, siapa dia?"

Twintail merahnya berdiri seperti pilar api terbakar.

"...h-hei Claire? Kenapa kamu jadi marah?"

"A-Aku tidak marah. Sepenuhnya, sama sekali tidak marah..."

"Kamito, aku tidak percaya kamu adalah pria semacam ini..."

"...serius, apa yang terjadi?"

"Mungkinkah ini, sebuah penculikan?"

Ellis, Rinslet dan Fianna semua melempar tatapan sedingin es.

...Entah bagaimana, itu terasa sepertinya adalah semacam kesalahpaham memalukan yang mengerihkan.

Untunglah, Milla menjadi seorang yang menjelaskan pemikiran itu.

"-- aku Milla Bassett, pemimpin dari «Rupture Division» perwakilan dari kerajaan Rossvale."

"Milli Bassett -- dalam hal ini, kamu adalah orang yang mengajukan aliansi itu...?"

Bertemu dengan pertanyaan Claire, Milla mengangguk.

"Ya, bersama dengan Kazehaya Kamito, kami telah bertukar sumpah untuk membentuk sebuah aliansi."

"...sumpah?"

Kata-kata Milla membuat semua wanita muda menajamkan telinga mereka.

"Aku memutuskan sendiri untuk membentuk aliansi... Jadi, apa ada sesuatu yang salah dengan itu?"

"T-Tidak, tidak ada masalah. Namun..."

Claire mulai cemberut.

"Ketika elementalist bertukar «sumpah», aku ingat ritual itu..."

"Sebuah ciuman dari kedua pihak -- sangat diperlukan, kan?"

Ellis dan Rinslet segera melolot pada Kamito.

"Hmm..."

"...kamu melakukan itu, Kamito-kun?"

"T-Tidak, biarkan aku menjelaskan..."

Kamito menjadi salah tingkah, tak satupun dari gadis-gadis melewatkan itu.

"Kamito, tolong jawab dengan jujur."

"Yah, aku melakukan itu, tapi hanya ditangan..."

"Aku tidak percaya padamu, berpikir bahkan seorang gadis berusia tiga belas tahun --"

Meskipun kamito telah menjelaskan, pandangan para wanita muda tetap sangat dingan.

Bagian 5[edit]

-- pada akhirnya, Kamito meluangkan waktu yang cukup panjang untuk menyelesaikan kesalahpahaman.

...Kenapa mereka menjadi berprasangka sampai ketingkat ini?

Memiringkan kepalanya kebingungan, Kamito berbaring pada tempat tidur didalam tenda.

Rasa lelah pada tubuhnya masih ada, sehingga dia bermaksut untuk tidur siang sampai waktunya makan malam.

Untuk Milla, Kamito merasa aman untuk mempercayakan dia pada Claire dan yang lainnya, para wanita muda itu terlihat sedikit senang dengan kedatangan gadis muda itu, seolah-olah mendapat seorang adik untuk dimanjakan.

...Normalnya, Milla sedikit bermasalah disisinya.

"...Kamito, apa kamu masih belum tidur?"

Suara Claire terdengar dari pintu masuk.

"Yah..."

Mendengar jawaban Kamito, Claire masuk pelan-pelan sambil membawa perban.

"Apa itu?"

"Waktunya untuk perban baru, kamu masih terluka, kan?"

"Ah yah, maaf..."

Kamito mengulurkan lengannya, Claire dengan lembut membalutkan perban padanya.

"..."

Entah bagaimana kesunyian terasa agak canggung.

Kamito ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak menemukan kata yang tepat.

Mungkin karena mereka selalu menghabiskan waktu bersama setiap hari sampai sekarang. Menjadi terpisah untuk satu hari tampaknya mengganggu keharmonisan mereka.

Lebih dari itu, teringat fakta Claire yang menangis karena khawatir padanya, itu lebih memalukan.

"Hei, Kamito..."

"Hmm?"

Claire menjadi yang pertama berbicara.

"Untuk sekarang, aku minta maaf... Umm, karena m-mencurigai kamu."

"Apa kamu memakan sesuatu yang salah?"

Sikapnya yang tidak biasa menyebabkan Kamito mengerutkan dahi.

"D-Diam. Aku hanya meminta maaf sepenuh hati!"

"D-Dimengerti..."

...Ya, inilah Claire yang biasanya.

Saat dia memasang perban disekitar lengan Kamito, Claire berbicara pelan-pelan.

"Ah, semenjak Rubia-neesama pergi, aku menjadi sendirian."

Mencari kekuatan dengan sabar, dia berselisih terus menerus dengan senior dan ksatria sylphid.

Disaat yang sama, dia tidak mengerti apapun.

Dia menganggap setiap orang yang ada disekelilinganya adalah musuhnya.

Tidak membutuhkan teman. Tidak mempercayai siapapun. Mencoba menjadi kuat seorang diri.

...Itu adalah apa yang dia percayai dimasa lalu.

"Tapi setelah bertemu dengan kamu... Aku merasa aku telah berubah."

"...seperti itukah, mungkin."

"Apakah Fianna, Ellis atau Rinslet... Aku menganggap mereka teman-teman yang b-berharga."

Mungkin karena malu, wajah Claire memerah seolah-olah terbakar api.

"Ah, ya."

Kamito mengangguk.

"Umm, jadi, ini... Untuk saat ini, aku ingin mengatakan ini pada kamito..."

Tangan Claire yang sedang membalutkan perban berhenti saat dia tergagap.

Kemudian dia mengangkat wajahnya seolah-olah penuh tekad --

"Kamito, terima kasih..."

Dia berkata seolah-olah sangat malu.

"Claire..."

Kamito pelan-pelan menelan ludah --

"Sama seperti aku."

"Huh?"

"Jika aku tidak pernah bertemu Claire, aku tidak akan pernah berdiri ditahap ini di festival «Blade Dance» ini. Umm, sama sekali tidak berhubungan dengan pembatasan ukuran tim... Apa kamu mengerti apa yang aku maksudkan?"

"...yah. Sendirian, aku tidak berpikir seorangpun dari kita bisa berdiri disini."

Menyelesaikan memasang perban, Claire berdiri.

"Kalau begitu, beristirahlah dengan baik hari ini."

Kemudian dia berjalan kearah pintu keluar.

Melihat pada punggung Claire... Kamito berbicara.

"Restia pasti akan datang menargetkan aku. Sebentar lagi, mungkin aku akan meninggalkan tempat ini untuk sementara."

Nepenthes Lore -- monster itu pasti akan datang bersamanya.

Ketika saat itu tiba, Kamito tidak mempunyai keyakinan apapun dia bisa melindungi Claire dan yang lainnya dengan keadaannya saat ini.

Tapi Claire menggelengkan kepalanya dengan tegas.

"Ketika saat itu tiba, kita akan menghadapi mereka. Bersama-sama, semua orang dari «Tim Scarlet»."

Bagian 6[edit]

Untuk makan malam dihari itu, sebuah pesta kecil untuk merayakan aliansi dengan «Rupture Division».

Dimeja makan malam yang terbuat dari potongan kayu, segala macam makanan lezat telah ditata.

Olesan madu pada roti. Masakan kacang. Sayuran liar dan salad jamur. Masakan rebus ala Laurenfrost. Pasta ikan sungai. Menu pencuci mulut adalah pesta mewah yang terbuat dari buah kalengan.

"Sungguh luar biasa..."

Milla berseru terkejut.

"Silahkan nikmati makanannya, jangan sungkan-sungkan."

"Bolehkah aku?"

"Tentu saja, Milla. Kamu telah membantu budak ku."

Claire mengiriskan sepotong pasta ikan untuk Milla.

Sepertinya mereka menjadi teman dekat selama Kamito tertidur. Duduk bertiga dimasing-masing sisi, mereka terlihat seperti saudara yang sangat dekat.

Sebagai catatan, Claire telah kembali pada sifatnya yang biasa terhadap Kamito.

"Claire, iriskan aku sedikit pasta itu tolong."

"Oh oh, sungguh berani sekali kau, untuk berani memerintah putri keluarga Elstein?"

...Bagaimana hal itu bisa seperti ini.

"Hidangan utama sudah siap."

Rinslet membawa piring besar daging panggang yang masih mendesis.

Dia pasti memanggang keseluruhan dari babi itu.

"...serius. Kamu benar-benar berburu babi liar?"

"Fu, tentu saja, bersama-sama dengan Fenrir."

Rinslet membusungkan dadanya penuh kebanggaan.

Daging panggang yang lembut dan berair tampak sangat lezat. Bersama dengan irisan jahe dan bawang putih, saus khusus dibumbui dengan rempah-rempah. Aroma lezat memenuhi meja itu.

"Ya, daging itu benar-benar lembut dan halus. Itu juga dimasak secara sempurna."

"Fufu, jika kamu suka, ayo berburu lagi?"

"Tidak, itu terasa tidak benar untuk sembarangan berburu binatang liar ditempat suci,"

Mengejek dengan matanya yang setengah menyipit, kamito mendorong salad kedalam mulutnya.

Dibawah meja makan malam, scarlet dan simorgh berkelahi memperebutkan daging panggang.

Disisi lain, fenrir duduk dengan sangat sopan dikejauhan.

Sepertinya keluarga Laurenfrost cukup keras dalam mengajari roh mereka.

"Hei Rinslet, seharusnya tidak apa-apa memberi beberapa daging pada fenrir, kan?"

"Itu biasanya tidak diijinkan... Tapi kita akan membuat pengecualian untuk hari ini."

Mendapat ijin nyonya dan melemparkan sebagian daging, fenrir dengan senang menerkam.

"Kamito, aku juga ingin makan daging."

"Ah ya, kamu yang paling menyukai makanan lezat, Est."

"Sangat suka, Kamito."

"Tunggu sebentar, Kamito, kamu terlalu banyak memanjakan Est."

"Fufu, aku meneteskan sedikit saus didadaku. Kamito-kun, tolong bantu aku menyeka itu."

Disertai sebuah sensasi menggairahkan yang tiba-tiba, Kamito menemukan lengannya menekan saus yang menutupi dada Fianna.

"K-Kamu bisa menyeka itu sendiri, kan?"

"Jika aku melakukan itu sendiri, itu tidak akan cukup menyeluruh... Jika kamu tidak mau menyeka itu, atau mungkin kamu mau menjilat~"

"Hei... D-Dimengerti, lalu aku akan menyeka, oke?"

Saat jantungnya berdebar-debar, Kamito mengulurkan tangannya dengan saputangan kearah lembah diantara payudaranya.

"Mmm... Pergerakan jari-jari Kamito-kun terasa sungguh mesum~"

"Fianna!?"

"Ijinkan aku untuk menyeka, yang mulia Imperial Princess."

"Iyaaaaaah!"

Setelah berjalan kebelakang Fianna diam-diam, Claire mengulurkan tangan dan mulai menggosok dada Fianna.

"Apa yang kamu lakukan!?"

"Kamito adalah budakku, oke, kamu tidak diijinkan untuk memerintah dia."

"Hei, kamu melakukan kejahatan penghinaan terhadap keluarga kerajaan!"

Mengabaikan dua gadis itu berkelahi di meja makan, Kamito menggapai masakan kacang.

"...hmm. Masakan kacang ini cukup lezat."

Meskipun penampilannya sederhana, sup itu memiliki rasa yang agak rumit.

Mendengar komentar ini, ekor kuda milik Ellis melompat kegirangan.

"K-Kamito, aku yang membuat itu..."

"Ellis? Benar, sekarang aku berpikir tentang itu, rasa ini terasa seperti sesuatu yang kamu pernah buat."

"...meskipun dibandingkan dengan masakan Rinslet, umm, itu terasa sedikit kurang dalam gaya."

Mengespresikan kesopanannya, Ellis dengan canggung memainkan jari-jarinya.

"Tidak tidak, meskipun itu terlihat sederhana dalam penampilan, aku yakin itu membutuhkan banyak usaha untuk membuat ini. Aku kurang lebih tahu bagaimana untuk memasak. Aku bisa merasakan usaha dan perasaan dibalik itu."

"Benarkah!? A-Aku harap kamu suka itu... Aku senang."

Ellis terlihat cukup malu saat dia memutar-mutarkan rambut dari ekor kudanya. Pada jari-jarinya lagi dan lagi.

"Kamito, j-jika kamu mau, biarkan aku menyuapi kamu. Lukamu pasti masih mempengaruhi kamu."

"Tidak, itu sedikit mamalukan..."

"Tidak perlu malu. Jadi, katakan 'ah' --"

"A-Aaaaah."

Melihat dia tidak punya pilihan, Kamito membuka mulutnya untuk menerima sendok itu.

"Bukankah enak?"

"...ah ya, sangat lezat."

"Ellis, kamu mencuri pergerakan dari kami, sungguh licik!"

"Silahkan coba masakanku juga!"

Fianna dan Rinslet menegur Ellis.

"J-Jangan salah paham! Aku mengerti lengan kamito masih sakit jadi..."

"D-Dalam kasus ini, aku akan menyuapi dia juga!"

Menusukan garpunya pada sepotong daging, Claire menyodorkannya.

"Itu benar-benar panas, Claire, dan kamu menyodorkan pada muka ku! Ouch!"

"..."

Milla menonton keributan dimeja makan sambil melamun.

"Milla, ada apa?"

"Aku tidak pernah makan seperti ini."

Ditanyai oleh Kamito, Milla menjawab dengan suara monoton.

"Bukankah kamu makan bersama dengan semua orang di tim kamu, Milla?"

"Tidak, karena semua teman ksatriaku mengurusku dengan hati-hati."

Milla menggelengkan kepalanya.

Mengurus dengan hati-hati -- hmm?

Daripada dihargai, ini lebih berarti sesuatu yang berbeda.

Seolah-olah mencoba untuk tidak merusak atau menghancurkan sesuatu yang rapuh -- dan tetap menjaga jarak mereka.

Gadis tiga belas tahun ini selalu hidup dalam kehidupan yang terisolasi tanpa tersentuh.

Seperti korban diatas altar pengorbanan --

"Milla, kamu harus makan yang banyak, jika kamu tidak cukup makan kamu tidak akan tumbuh."

Claire meletakkan tangannya di kepala Milla.

"Itu benar. Yah, memang sudah sedikit terlambat buat dada Claire."

"Dada siapa yang kau bicarakan?"

Melihat Claire dan Rinlet bertengkar --

Kamito tidak melewatkan senyum Milla yang sangat samar.

Bagian 7[edit]

-- perpisahan dengan dia datang begitu tiba-tiba.

"Latihan kita akan berakhir hari ini."

"...huh?"

Anak laki-laki itu berdiri terkejut pada pemberitahuan tiba-tiba itu.

"Kenapa... Kenapa? Aku -- masih belum bisa membunuh kamu!"

"Kamu sudah menjadi kuat. Sudah tidak ada lagi yang bisa aku ajarkan padamu."

Gadis berambut hitam itu tersenyum lembut, matanya yang berwarna senja dipenuhi kesedihan.

"...aku benci ini."

"Kamito?"

"Aku benci ini! Kamu harus tetap di sisiku! Selamanya disisiku --"

Setengah jalan, Kamito tiba-tiba menghentikan perkataannya.

"J-Jadi, umm, aku..."

Tergagap, wajahnya menjadi merah.

"Sekarang kamu sudah bisa membuat ekspresi semacam itu. Dulu pertama kali kita bertemu, yang kamu miliki adalah wajah tanpa emosi."

Gadis roh kegelapan dengan lembut mengelus kepala anak laki-laki itu.

"Kamu sudah besar sekarang."

"...J-Jangan main-main dengan ku!"

Kamito menggelengkan kepalanya dengan marah.

Sebelum bertemu dia, perasaan anak laki-laki itu tidak pernah mengalami pergolakan seperti ini.

"Kelanjutan cerita itu --"

"...?"

"Aku masih belum mendengar akhir dari cerita itu."

Dia mengacu pada cerita sebelum tidur yang Restia ceritakan.

Kelanjutan cerita sebelum tidur itu entah bagaimana menjadi kesenangan terbesar anak itu.

"...maaf."

"Kenapa, kenapa kamu meminta maaf --"

Seolah-olah untuk menyegel mulut anak laki-laki itu, gadis itu mencium dia.

"...!"

Mata anak itu melebar terkejut.

Dengan ringan memisahkan bibirnya dari kamito, dia tersenyum malu-malu.

"ciuman pertamamu?"

"..."

Kamito mengangguk linglung,.. Pikirannya benar-benar kosong, dia tidak bisa berpikir apapun.

"-- ingat ini baik-baik. Ciuman kontrak kita."

Ujung jari-jari gadis itu, dengan lembut membelai pipinya, dan menghilang ke udara sebagai partikel-partikel cahaya --

"Akan ada waktu dimasa depan ketika aku telah berubah menjadi bukan diriku sendiri lagi --"

-- bunuhlah aku.

Bagian 8[edit]

"Ah, ini begitu menyegarkan..."

Dibawah langit berbintang, Kamito sedang menikmati berendam sendirian dipemandian terbuka.

Ini bukanlah pemandian air panas tapi kolam yang dibuat oleh penumpukan batu menjadi sebuah lingkaran dan menggunakan roh api untuk merebus air untuk mandi, karena air di tempat suci membawa sifat pemulih kelelahan, merendam luka-lukanya di air sejernih kristal terasa sangat nyaman.

Dibawah sinar bulan, kamito menatap pada «segel roh» ditangan kirinya.

Darah sedikit merembes keluar dari ujung yang berbentuk bulan sabit.

...Baru-baru ini, sepertinya aku terus bermimpi tentang dia.

Itu adalah ingatan Kamito dari sebelum dia menjadi penari pedang terkuat.

Pada hari itu, Restia tersegel sekali lagi. Karena dia telah mengajari anak itu tentang apa yeng seharusnya tidak dia ketahui -- emosi manusia.

Setelah itu, melalui upaya pendidikan ulang dari para tetua «Instruksional School», anak itu kehilangan emosinya sekali lagi -- namun, perasaannya pada kerinduan untuk dia, itu saja yang tidak pernah dilupakan.

Kemudian empat tahun yang lalu, dihari dewa iblis api menyerang dan menghancurkan «Instrusional School», kamito mengambil cincin dimana Restia disegel dan mereka berdua memulai perjalanan mereka.

-- itu memang singkat, tapi merupakan hari-hari yang menyenangkan.

Restia...

Seolah-olah mencoba memegang langit malam yang mengingatkan dia pada rambut hitamnya yang indah, Kamito mengulurkan tangannya.

Segel roh ditangan kirinya terasa sakit.

Pemanggilan? Panggilan untuk ku...

Segera, Kamito harus menyelesaikan beberapa hal dengan Restia --

Itulah perkiraannya.

Splash -- tiba-tiba, dia mendengar suara di air dibelakangnya.

"...!?"

Dengan panik berputar, dia melihat sosok kecil di bayangan batu yang dikaburkan oleh uap.

"...kamito?"

"Kamu Milla?"

"Ya."

Dia mendengar suara Milla.

"Ini adalah pemandian laki-laki, pemandian perempuan ada disebelah sana ditebing."

"Aku tidak tahu."

"Maaf, ini cukup mudah untuk mencampur... Lagipula, aku akan keluar jadi nikmati saja disini."

Kamito dengan cepat bersiap untuk pergi --

"...tunggu,"

Tapi Milla menghentikan dia.

"Aku punya sesuatu untuk kukatakan padamu."

"...disini?"

"Jika itu disini, yang lain tidak akan datang."

...Aku mengerti. Memang, Claire dan gadis-gadis yang lain tidak mungkin akan datang ke pemandian laki-laki ini.

Sesuatu yang Milla tidak ingin yang lainnya mendengar --

Kamito membenamkan dirinya sendiri ke pemandian sekali lagi.

Disisi lain dari kabut tipis, Milla muncul dengan berbalut handuk putih.

Tubuhnya kecil dan langsing. Saat rambut coklat gelapnya yang basah menempel di wajahnya, ada sebuah pesona yang tampaknya tidak dimiliki seorang gadis berusia tiga belas tahun.

Saat Milla berjalan kesamping, Kamito memalingkan pandangannya saat jantungnya mulai berdebar-debar.

"...jadi apa yang ingin kamu katakan padaku?"

"Tentang «mata» ku, aku hanya ingin kamu mengetahuinya."

Mata kiri Milla yang berwarna kuning berkilau di malam hari.

"Ini adalah nilai dari eksistensi ku. Alasan kenapa aku dibesarkan sebagai alat."

"«Demon Sealing Eye», kan?"

"...kamu sudah... tahu?"

Milla berseru terkejut.

"Tidak, aku tidak tahu, tapi aku bisa menebak."

Mata penyegel iblis. Ini adalah mata khusus yang diturunkan dari garis keturunan elementalist yang lahir dalam kasus-kasus langka.

Sebuah tipe dari kristal roh yang benar-benar langka.

Karena banyak kasus dari mata penyegel iblis dengan roh yang kuat tersegel didalam diri mereka, para pemiliknya dianggap berbahaya dalam kebanyakan situasi dan dianiaya, atau digunakan sebagai senjata oleh mereka yang berwenang -- itulah bagaimana hal tentang itu.

Dalam kasus apapun, gadis tiga belas tahun ini dibebani dengan nasib kejam dan kasar.

Alasan kenapa Kamito tahu tentang mata penyegel iblis yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang, itu karena ada gadis di «Instruksional School» yang juga memiliki tipe «mata» yang sama.

Gadis itu telah digunakan sebagai senjata dan tewas di usia dini.

"Ketika aku masih muda, orang tuaku takut pada «mata» ini dan menjualku kepada ksatria kerajaan Rossvale, untuk dilatih sebagai senjata yang dibutuhkan untuk menang di festival «Blade Dance» ini."

Milla menatap Kamito tanpa ekspresi.

"Dalam rangka untuk mengendalikan roh tersegel dengan stabil, kemarahan, kesedihan, keceriaan -- semua emosi yang tidak diperlukan dicabut."

"...orang-orang gila. Mereka ada dimana-mana."

Kamito mengerang, teringat bagaimana emosinya sendiri dibunuh dan anak-anak yatim di «Instrusional School» yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat --

Jika aku tidak pernah bertemu Restia, nasibku akan menjadi sama seperti orang-orang itu...

"...kenapa kamu mengatakan ini padaku?"

"Karena aku... Menipu Kamito."

Milla mengucapkan kalimat ini dengan penderitaan yang hebat.

"...?"

"Yang tersegel didalam «mata» ku adalah roh tentara penakluk «The Crussder» -- roh militer kelas taktikal."

"Sebuah roh kelas taktikal?"

Kelas taktikal -- diantara roh militer, ini adalah jenis roh yang sangat sulit untuk dikendalikan.

Selain untuk kasus yang luar biasa seperti Muir Alenstarl -- ini bukanlah jenis roh yang elementalist biasa bisa mengendalikan sendirian.

Mengendalikan roh jenis itu dibutuhkan latihan khusus sebagai sebuah tim.

Kamito akhirnya menyadari.

"Aku mengerti. «Rupture Division» juga melayani sebagai tim untuk mengendalikan roh militer itu."

"Itu benar. Mereka adalah tim yang dipersiapkan untuk menggunakan alat yang tidak lain adalah aku. Hanya dengan «Rupture Division» ini mata penyegel iblis bisa dioperasikan."

Dengan kata lain --

Pada dasarnya, Milla yang sendirian tidak bisa menarik keluar kekuatan roh.

"Memiliki roh dengan atribut suci memang benar ... Tapi aku tidak punya cara untuk menggunakan kekuatan itu."

"...jadi penipuan yang kamu maksut ini."

Bersekutu dengan Milla yang menngunakan roh suci dalam rangka memfasilitasi pertarungan melawan Nepenthes Lore --

Ini adalah manfaat yang harapkan selama negosiasi untuk aliansi. Namun, jika roh itu tidak bisa digunakan, maka strategi Kamito dan timnya harus di ubah secara menyeluruh.

"Aku minta maaf, aku harus menang di «Blade Dance» ini tidak peduli apapun. Karena, dibesarkan sebagai alat, itu adalah misi ku."

Meskipun «Rupture Division» runtuh dan hampir kehilangan segalanya, dia masih berjuang untuk bertahan.

Karena nilai Milla Bassett dalam hidup hanya itu.

"Itu tidak masalah. Itu adalah prestasimu."

Kamito dengan lembut meletakkan tangannya di kepala Milla.

"...Kamito?"

"Aliasi ini merupakan kemenangan yang kamu menangkan dengan tangan kamu sendiri, Milla. Banggalah pada dirimu sendiri."

Dengan lembut, Kamito mengelus rambut coklat gelap milik Milla.

"...Milla, pernahkah kamu mendengar tentang «Instruksional School»?"

Tiba-tiba, Kamito membawa itu ke topik pembicaraan.

"...eksis disuatu tempat di kekaisaran Ordesia. Sebuah Organisasi rahasia untuk membentuk pembunuh."

"Yah. Dari situlah aku datang."

"...!?"

Mata Milla melebar terkejut.

"Aku sama seperti kamu, Milla. Dibesarkan sebagai alat untuk pembunuhan dari sejak kecil."

"Namun, kamu... tidak terlihat seperti itu."

"Karena ada gadis yang membantuku mendapatkan kembali perasaan manusia."

Kamito dengan lembut menarik tangannya dari kapala Milla.

"..."

Milla menundukkan kepala... Seolah-olah memikirkan sesuatu.

Segera setelah itu, dia pelan-pelan melihat keatas --

"Cerita semalam."

"Hmm?"

"Kelanjutan dari cerita semalam, aku ingin mendengarkannya."

"Ah tentu..."

Kamito teringat dan mengangguk.

Itu adalah dongeng yang didengarnya dari Restia ketika dia masih muda. Dalam pemandian udara terbuka dimana orang bisa mendengar suara sungai mengalir, Kamito melanjutkan cerita yang dia ceritakan dimalam sebelumnya.

"...fufu."

Apa ada sesuatu yang benar-benar lucu? Milla sekali lagi mati-matian menekan tawa.

... Oh biarlah. Asalkan dia senang.

"Kamu benar-benar lebih manis ketika kamu tersenyum."

"A-Apa yang kamu katakan..."

Komentar setengah bercanda Kamito membuat Milla merah kemalu-maluan dengan segera.

"Ketika kamu bisa tertawa seperti ini, kamu bukan lagi sebuah alat."

Sesungguhnya, sesuatu yang hilang harus diambil kembali.

Selama Milla punya seseorang disampingnya seperti Restia untuk Kamito.

Menatap langit malam yang tersembunyi oleh kegelapan, kamito bergumam sendiri.

...Restia, bahkan sekarang, aku masih menunggu untuk kamu melanjutkan cerita sebelum tidur itu.

Disaat ini -- rasa sakit tajam terasa di «segel roh» pada tangan kirinya.

Rasa sakit tajam seperti terbakar api, itu membuat raut wajah Kamito berubah.

"...kamito?"

"--orang itu telah datang,"

Bagian 9[edit]

Dihutan yang tenang, malaikat bersayap hitam muncul --

"Sungguh «benteng» yang aman dari timmu terbangun disini, seperti yang diharapkan dari Yang Mulia Imperial Princess, mantan pewaris tahta."

Restia mengangkat bahu dan mengerucutkan bibir.

Mungkin sebagai perlawanan terhadap orang-orang dengan atribut kegelapan, terlihat ada beberapa penghalang suci.

Untuk Restia, itu seperti sebuah gerbang neraka.

Namun --

"Aku sungguh minta maaf, tapi aku harus menerobosnya secara paksa."

Saat Restia tertawa, sebuah sosok besar muncul dari kedalaman hutan.

Memancarkan aura yang tidak menyenangkan, ksatria hitam -- Nepenthes Lore.

Setelah menyerap divine power dari banyak elementalist untuk menjadi sebuah monster sejati, disana berdiri sang perwujudan dari kehendak raja iblis.

"Kalau begitu, mari mulai tarian pedangnya, kamito..."

Dengan sebuah raungan besar. Nepenthes Lore mencabik-cabik penghalang menggunakan sarung tangan yang seperti cakar.



Back to Bab 6 - Serbuan Malam Return to Halaman Utama Forward to Bab 8 - Bangkitnya Pedang Iblis