Shinigami wo Tabeta Shoujo Indo:Bab 01

From Baka-Tsuki
Revision as of 14:10, 2 October 2019 by Narako (talk | contribs) (→‎Bab 1)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 1 - Roti itu Lezat[edit]

Pada awalnya ini adalah kisah biasa.


Sebuah desa miskin tertelan oleh kerusakan akibat perang, kekayaan, makanan, dan kehidupannya direnggut. Para penyerang tanpa ampun menghancurkan lokasi milik penduduk, yang mana mengalami serangkaian gagal panen dan berjuang melawan kelaparan. Tak mampu melawan, kehidupan malang mereka direnggut oleh pedang, atau mungkin tombak.


Diseluruh desa, teriakan dan jeritan terdengar dimana-mana, dan kemudian teriakan-teriakan itu lenyap.


Memuaskan keserakahan mereka dan untuk berolahraga, mereka membakar bangunan setelah menjarahnya, dan mereka tak menyisakan seorangpun. Seorang ayah dan anak, melihat suatu celah, memutuskan untuk melarikan diri, tetapi anak panah yang ditargetkan dengan baik terbang kearah punggung mereka, dan mereka jatuh tersungkur.


Dari Kawah Neraka ini, tak seorangpun bisa melarikan diri.


Itu berada di dalam api neraka yang keji dan berkobar panas.


Seorang cewek muda yang kurus dan kering dengan mata yang tak memancarkan hawa kehidupan telah menyembunyikan dirinya sendiri dalam sebuah gubuk reot. Dia tak punya energi ataupun kekuatan yang tersisa untuk bergerak. Keluarga cewek muda itu berusaha melarikan diri, tetapi mereka terbunuh di perjalanan.


cewek itu yang tak bisa mengerjakan pekerjaan bertani dengan baik dianggap sebuah beban bukan hanya oleh penduduk, tetapi juga oleh keluarganya. Jika dia mati demi mereka, mereka akan lebih senang, itulah anggapan mereka.


Oleh karena itu, dia satu-satunya orang dalam keluarga itu yang tersisa dan terus-menerus selamat sampai sekarang, karena tak seorangpun yang bisa kabur dari desa yang telah dikepung itu.


Didalam hati cewek itu ada kepasrahan, keputusasaan, kesedihan, dan kepedihan. Berbagai emosi bercampur aduk.


Akan tetapi, lebih dari emosi-emosi itu, ada satu pemikiran yang lebih kuat dari semua itu dalam dirinya. Satu-satunya keinginan yang melebihi semuanya.


Itu adalah suatu keinginan yang menyedihkan dan malang yang bisa juga disebut sebagai naluri manusia, itu adalah "rasa lapar".


Sejak cewek ini lahir, dia tak pernah makan sampai kenyang. Suatu panenan berlimpah tak bisa diharapkan dari tanah yang tandus, dan selain itu, ada pajak kejam yang diberlakukan. Makanan yang tersisa yang jumlahnya sangat sedikit diutamakan diberikan kepada para pekerja. Orang-orang yang pergi berburu. Orang-orang yang melakukan pekerjaan pertanian. Orang-orang yang membesarkan anak-anak.


cewek muda itu yang tak bisa melakukan satu hal pun dengan baik, hanya diberi makanan sisa.


Meski demikian, itu masih bisa disebut kebahagiaan yang bisa membuat dia terus hidup.


Karena ada kejadian-kejadian dari desa-desa lain memilih untuk membunuh untuk mengurangi jumlah mulut yang perlu diberi makan.


—Oleh karena itu, ketika seorang penyerang akhirnya datang, cewek itu bahkan tak gemetar sedikitpun. Bahkan ketika si penyerang mengungkapkan senyum lebar dan menjijikkan, cewek itu tidak memalingkan mukanya. Bahkan ketika prajurit kekar menindih dia dan lengan prajurit itu menggapai dia, cewek itu tidak menyingkirkan prajurit itu.


Bahkan ketika Dewa Kematian memegang sabit besarnya mengarah pada dirinya, dia tidak merasakan rasa takut. Apakah itu hanya ilusi, atau itu adalah Dewa Kematian yang sebenarnya, apakah itu datang untuk mencabut nyawanya?


Dewa Kematian, mengenakan sebuah jubah sobek-sobek dan sebuah topeng putih. Namun, rasa lapar tidak akan terpuaskan oleh penampilan dari dewa kematian yang menakutkan.


Dewa kematian dan pria yang menindih bisa terlihat saling tumpang tindih. Pandangan cewek itu menjadi semakin tidak normal.


Dalam dunia yang mulai terinfeksi dengan kemaksiatan, cewek itu bergumam bahwa dia lapar berkali-kali dalam pikirannya.


Pakaian cewek itu kacau disobek dengan kasar. Dia tak lagi peduli apa yang akan terjadi setelahnya, perutnya kosong, 'bukankah ada sesuatu untuk dimakan', dia bergumam dan melihat sekeliling.


Pada perilaku aneh dari cewek itu, si prajurit yang menindih dia menampilkan wajah kebingungan. Ketika tatapannya bertemu dengan tatapan cewek itu, si pria mau tak mau mundur. Si prajurit berpengalaman yang telah membunuh banyak orang itu tertegun.


"K-Kau, apa-apaan itu—"


"......zat."


"A-Apa?"


"Kau, tampak begitu lezat."


cewek itu memfokuskan tatapannya pada si pria yang dirasuki oleh Dewa Kematian, dan sebuah pemikiran muncul dalam pikiran cewek itu... Dia menggerakkan bibirnya menjadi sebuah senyum gembira, menampilkan giginya. Apa yang dia pikirkan adalah,


"Tenggorokan langsing orang ini, tampak sangat lezat."


* * * * * * * * * * * * *


Dua negara, Kerajaan Yuze dan Kekaisaran Keyland, tengah berjuang untuk supremasi dari benua Mundo Novo. Sangat terlihat bahwa situasinya sangat kritis.


Dorongannya adalah kegagalan panen tahun kemarin. Kekaisaran Yuze yang menguasai sebagian besar tanah yang mengalami panenan yang buruk terpaksa mengandalkan persediaan makanan impor dari negara lain.


Lalu, partner perdagangan mereka, Dolebacks Union tiba-tiba mengeluarkan embargo. Bersamaan dengan itu, Kekaisaran Keyland secara sepihak menyatakan bahwa Pakta Non-Agresi dicabut.


Union adalah suatu wilayah yang telah mendeklarasikan kemerdekaan dari Kerajaan Yuze. Kekaisaran itu saat ini melakukan gencatan senjata sementara dengan Kerajaan itu, tetapi pertempuran kecil secara berulang-ulang terjadi di sepanjang perbatasan. Penurunan Kerajaan itu adalah untuk keuntungan mereka secara pasti, tanpa adanya kerugian. Menargetkan suatu keruntuhan internal, mereka secara kooperatif menerapkan tekanan, semakin mengurangi kehidupan Kerajaan itu.


Karena embargo ini, finansial kerajaan semakin mengerikan. Mereka terpaksa mengeluarkan pajak yang berat pada rakyat, dan banyak yang kelaparan hingga mati di wilayah Kerajaan itu.


Kekaisaran merentangkan tangan mereka semakin jauh, dan berhasil mengubah Putri Altura, seorang anak yatim dari pangeran kerajaan saat ini.


Dia didukung dengan dana dan suatu pasukan, dan "Pasukan Pembebasan Ibukota Kerajaan" dibentuk.


Sebagai otak dibalik operasi tersebut, mereka memasukkan para prajurit laki-laki muda dari Kekaisaran dan menunjuk Pangeran Kedua dari Kekaisaran sebagai pimpinan. Tak perlu dikatakan lagi bahwa pangeran itu akan menikahi sang putri dimasa depan, mengupayakan untuk mengambil alih Kerajaan.


Bahkan Pasukan Pembebasan mati-matian menginginkan suatu pendukung, dan tak ada alasan untuk menolak bantuan mereka. Mereka sudah tau tentang bahaya dari menjadi boneka. Untuk melampaui batas, orang-orang terhambur oleh perjuangan yang berkelanjutan, Kerajaan saat ini adalah musuh yang lebih sulit ditangani daripada Kekaisaran.


Rencananya adalah Pasukan Pembebasan itu harus terdiri dari 30.000 prajurit, tetapi sebenarnya tak sebanyak itu.


Kerajaan bisa saja menghancurkan mereka dimanapun, tetapi mereka diabaikan karena Kerajaan mencurahkan kekuatan mereka pada pertempuran-pertempuran kecil dengan Kekaisaran.


Namun, Pasukan Pembebasan menduduki "Benteng Salvador", terus melanjutkan dengan stabil untuk meningkatkan wilayah kekuasaan mereka, dan mengundang orang-orang yang menderita akibat kekekaman Kerajaan.


Hari demi hari jumlah mereka meningkat, dan pada akhirnya mereka tak bisa dipandang sebelah mata lagi.


Jika dibiarkan memperbanyak seperti mereka yang sekarang ini, mereka akan menjadi suatu eksistensi yang sangat membahayakan, itulah penilaian dari perwira tinggi Kerajaan.


Kerajaan akhirnya mengerahkan pasukan mereka dan memutuskan untuk bergerak, memeras lebih jauh lagi aset dari para penduduk yang sudah ditekan.


* * * * * * * * *


Kastil Antigua Branch, barisan depan dari Kerajaan Yuze.


Terletak di bagian selatan dari Zona Perbatasan Pusat, itu adalah sebuah basis penting yang mana secara efektif memantau perbatasan dengan Kekaisaran. Di selatan lebih jauh lagi dari sana adalah Benteng Salvador, garis pertahanan Pasukan Pembebasan. Uang dalam jumlah yang besar digunakan untuk memperkuat dinding Antigua, ini adalah dinding mencekam yang mana telah mementahkan serangan-serangan Kekaisaran dalam jumlah yang tak terhitung sampai sejauh ini.


Setengah dari prajurit yang baru terdaftar, tepatnya disebut ikan teri, ditempatkan disini.


Lalu, akankah mereka mati dalam pertempuran kecil? Akankah mereka dieksekusi karena pembelotan? Atau akankah mereka selamat dan mendapatkan sejumlah kecil uang? Nasib yang mana yang menunggu mereka?


Sewajarnya, ada orang-orang aneh yang ingin terdaftar, tetapi mayoritas dari prajurit itu adalah para pemuda yang dipaksa untuk mengikuti wajib militer.


Berkumpul diantara para prajurit baru ini dengan ekspresi yang buruk adalah seorang cewek yang menjejali mulutnya dengan roti dan daging panggang, dia diklasifikasikan sebagai salah satu dari orang-orang aneh itu.


"Kau, seperti biasa, kau menikmati makan sendirian. Yang mana makanan itu tidaklah selezat itu."


"Itu karena aku bisa memakannya sesuka hatiku, karena semua orang gak kelihatan menyukai makan banyak."


"Kapan perutmu membuncit, baik dan buruknya adalah masalah yang lain. Ya ampun, sungguh orang yang aneh."


{furigana|Danton|komandan pleton} yang bertugas memimpin rekrutan baru itu bergumam tercengang, tetapi cewek itu menghabiskan minumannya dalam sekali teguk tanpa menunjukkan tanda-tanda kepedulian apapun.


"Selera Schera cukup ngawur kan? Itu adalah pemandangan yang umum. Yang lebih penting lagi, Danton, apa rumor yang dikatakan memang benar?"


Pleton prajurit itu yang belum mengalami pertempuran pertama bertanya penuh kekhawatiran.


".....Rumor apa?"


Si Danton bertanya balik dengan ekspresi serius diwajahnya.


"Rumor tentang dimulainya penyinggungan lagi dan lagi terhadap pasukan pemberontak. Tampaknya para petinggi juga tiba secara berkelompok."


"Para petinggi" yang disebutkan oleh prajurit muda itu — mereka adalah para admiral atau mungkin para jenderal yang memiliki tumpukan medali yang menempel pada dada mereka dan membanggakan penjaga, staff perwira, dan prajurit elit yang bergerak bersama mereka.


Mereka merupakan bala bantuan dari Belta Timur. Termasuk cadangan Antigua, jumlah mereka kira-kira 100.000. Itu adalah mobilisasi berskala besar yang pertama sampai saat ini.


Jumlah mereka sangat banyak, perlengkapan mereka sangat bagus, dan pengalaman mereka adalah hal yang tak perlu dikatakan lagi, sangat rendah. Yang disebut pasukan amburadul menduduki setengah dari pasukan itu.


"...Ahh. Harusnya akan ada perintah gak lama lagi. Kita harus bersiap untuk mereka dan membuat upaya pelatihan. Entah kau akan hidup atau mati, itu adalah buah dari pelatihanmu, dan keberuntunganmu."


"Uwaa. Jadi itu benar. Aku masih belum mau mati...."


"Terimakasih atas makanannya."


cewek muda bernama Schera menepukkan tangannya, tampak puas. Melihat itu, si pria muda secara tak sadar mengeluarkan sebuah keluhan.


"Ayolah. Jangan cuma berpikir tentang makanan doang, pikirkan sedikit tentang apa yang barusan kami bicarakan. Kehidupanmu besok lebih penting daripada daging dan roti hari ini kan!"


"Bagiku, daging dan roti hari ini jauh lebih penting. Itu sangat berharga, lebih dari hal yang kau keluhkan."


"Dasar cewek bawel kurang ajar!"


"Cewek kurang ajar? tidak terimakasih."


"Hei, para prajurit, abaikan saja hal itu. Ayolah, kalau kau sudah selesai makan, cepat kembalilah ke pelatihan!"


Mereka berdua diam, ketika si Danton berteriak, dan mereka bergegas kembali ke tempat pelatihan.


Si pemuda adalah pria muda yang cukup normal. Kalau keberuntungannya bagus, dia akan bertahan hidup, dan jika keberuntungannya jelek, dia mungkin akan mati. Bahkan mungkin tidak meninggalkan namanya dalam sejarah, dia adalah seorang prajurit biasa, pion tumbal.


Tetapi tentu saja, dia sendiri memahami hal itu. Hanya dengan keberuntungan biasa saja, dia harus membuang tentang hak yang disebut kehidupan.


Si Danton menghisap rokok. Rokok itu mengaburkan matanya.


Namun, cewek itu. Meskipun dia masih seorang cewek muda, cewek itu berada di usia yang cukup untuk menjadi seorang prajurit agak ganjil. Dia adalah seorang manusia aneh yang secara langsung datang untuk mendaftar dalam pasukan itu.


Usianya sekitar 16 tahun. Tempat kelahirannya adalah sebuah desa pertanian yang dikuasai oleh tentara pemberontak. Alasan dia bergabung secara sukarela hanyalah sebuah lelucon, "untuk makan sampai puas." Hanya ada satu alasan kenapa cewek yang tampak tak mampu menggunakan pedang secara layak ini memenuhi syarat.


Karena dia menyerahkan kepala dari 10 prajurit pemberontak sembari bermandikan darah. Kepala-kepala mereka dan bukti afiliasi mereka dimasukkan secara sembarangan kedalam kantung kulit besar. cewek itu bahkan cukup sopan untuk membawa kembali sebuah bendera dari Pasukan Pembebasan yang memproklamirkan diri.


Biasanya, akan ada kecurigaan yang besar, tetapi ada satu hal yang dibanggakan oleh Kerajaan besar. Tak akan ada masalah jika seseorang memiliki kekuatan untuk membunuh musuh, dan cewek itu segera disetujui untuk pendaftarannya.


Pada kesempatan itu, meskipun kecil, sebuah imbalan tunai diberikan sebagai hadiah untuk mengalahkan musuh.


Dan kemudian, itulah nasib yang telah ditentukan untuk dia untuk ditugaskan pada pasukan dibawah kendalinya.


Pria yang mengkomando pleton itu, mendengar seluruh ceritanya, dan hanya bisa mendesah.


"Ya ampun. Aku gak paham sama sekali. Aku punya firasat buruk."


Menatap cewek muda ditempat pelatihan, melakukan latihan mengayunkan sabit besar miliknya, si pria mengeluarkan desahan tanpa sadar.


Meskipun itu benar-benar tak masuk akal, cewek itu dengan mudah menampilkan kemampuannya dalam menangani sabit miliknya yang dia dapatkan entah darimana, meskipun si pemimpin menyuruh dia menggunakan sebuah pedang.


Pada saat dia pertama kali ikut serta dalam pelatihan, "Jangan menghunus sesuatu yang diluar kemampuanmu," kata pemimpinnya dan memutuskan untuk mengambil sabit milik cewek itu, tetapi dia menjatuhkan sabit besar itu karena beratnya yang keterlaluan. Itu adalah sabit yang tak masuk akal yang membutuhkan dua orang rekrutan baru hanya untuk mengangkatnya (itu mustahil untuk mengayunkannya).


Meskipun itu adalah suatu misteri bagaimana bisa seorang cewek muda dengan postur tubuh langsing bisa menangani sabit itu, dia pastinya tampak memiliki potensi perang yang lebih besar ketika menggunakan sabit itu daripada sebuah pedang. Akan lebih tepat untuk mengatakan bahwa cewek itu benar-benar tak memiliki bakat dalam ilmu pedang.


Dia mau tak mau mengakui cewek itu sebagai kasus spesial, tetapi bagaimanapun juga, sebuah sabit merupakan senjata yang kurang tepat. Sabit tak bisa lebih jauh dalam hal jangkauan dari sebuah tombak, dan itu juga kalah sama pedang dalam hal tebasan. Penampilan luarnya terlihat memaksakan, namun sebagai senjata, sabit itu memiliki kelebihannya sendiri.


Alasan kenapa sebuah sabit seperti itu tidak terlihat dalam pertempuran yang sebenarnya sangatlah sederhana. Itu tidak ditujukan untuk membunuh manusia.


Namun, ketika dia melihat cewek muda itu mengayunkan sabit itu dengan ekspresi senang dan bilahnya menebas boneka yang terbuat dari jerami, dia teringat sesuatu, meskipun itu tak menyenangkan. Itu adalah suatu eksistensi yang ditakuti semua orang dan harus dihindari.


Berpakaian kain hitam, sebuah penyimpangan yang memburu jiwa orang-orang. Sombol kesadisan yang muncul di ambang kematian.


——Dewa Kematian.


“Hei, Schera. Apa kau benar-benar akan pergi bertempur pakai sabit itu? Itu merepotkan dan berat, gak ada bagusnya sabit itu. Meskipun kau memiliki kekuatan yang luar biasa."


Pemuda yang sebelumnya menyuarakan kekhawatirannya. Dia memiliki mulut yang buruk, tetapi meski begitu, dia adalah orang yang baik.


"Sebuah pedang biasa nggak cocok buatku, jadi mau gimana lagi. Yang satu ini, sudah berkembang menyesuaikan diriku. Aku juga heran kenapa bisa gitu."


Schera mengangkat sabit itu dengan satu tangan, dan bilahnya yang melengkung bisa membuat kepala si bodoh itu terbang.


Rambut hitam agak keclokatan milik Schera melambai kekiri dan kanan. Tidak lama maupun singkat, rambutnya tergerai ke pundaknya. Dengan perasaan melankolis, dia melakukan gerakan menyisir dengan tangan kirinya.


Si pemuda terdekat melihat itu, menggeleng-gelengkan kepalanya dari samping ke samping sambil mengeluarkan ekspresi syok.


"Syukurlah. Dimana kau mendapatkan benda itu? Jangan bilang, itu adalah pesanan khusus?"


"Aku nemu."


"Boong lu! Benda berbahaya kayak itu gak mungkin dijatuhin secara sembarangan!"


"Apa kau emang betul-betul-betul pengen tau?"


"Kalau kau mau cerita, aku mau mendengarnya. Karena kita sedang membahasnya."


".....Kebenarannya adalah,"


Suara Schera segera menjadi pelan saat dia tersenyum mempesona. Itu berbeda dari sikap kasarnya yang biasanya.


Si prajurit muda itu secara reflek menelan ludah saat melihat ekspresi itu.


"Kebenarannya adalah?"


“—Aku seorang Dewa Kematian.”


Kata-kata itu dibisikkan dekat dengan telinganya. Si pemuda, menyadari bahwa dia sedang dipermainkan, berteriak saat wajahnya tersipu.


"Dasar cewek sialan! Bodohnya aku karena menganggapnya serius!"


"Karena aku memberitahukannya padamu, traktir aku beberapa roti lain kali. Dengan keju juga, aku menantikannya. Itu adalah janji."


Schera mengulurkan tangannya, tetapi tangannya dilibaskan kuat-kuat.


"Diem lu! Lu makan aja rumput atau yang lainnya sana!"


Si pemuda menyentakkan bajunya dan berjalan menuju lokasi boneka jerami yang lain. Setelah si cewek selesai menatap pemuda itu, Schera kembali berlatih lagi.


"Kalau rumput, aku sudah memakannya berkali-kali, rasanya nggak lezat. Itu pahit dan nggak bisa buat perut kenyang. Manusia bukanlah sapi atau kuda. .....Hal paling lezat yang pernah aku makan adalah"


“—Dewa Kematian pada saat itu.”


Sabit itu ditebaskan secara vertikal diatas kepalanya dan membelah boneka jerami itu menjadi dua.


* * * * * * *


Pasukan Kerajaan Yuze, Markas Korp Pasukan Ketiga. Saat malam datang, pada saat yang sama, sebuah serangan kejutan diputuskan untuk dilakukan sesuai dengan saran komandan korp pasukan, Jenderal Yalder. Bergerak saat malam hari memiliki resiko yang tinggi. Juga ada suatu tindakan pembelotan.


Meskipun yang mengeluarkan serangan kejutan adalah Korp Pasukan Ketiga, mereka merupakan para elit dan memiliki kehormatan yang tinggi, itu adalah sebuah divisi yang terdiri dari 10.000 orang dibawah komando Mayor Jenderal Jira. Strategi mereka adalah untuk bergabung dengan tentara cadangan yang ditugaskan pada Kastil Antigua Branch dan meluncurkan serangan besar pada gudang penyimpanan makanan yang berlokasi disekitar benteng pertahanan musuh.


Jika operasi itu berhasil sesuai rencana, itu akan menimbulkan kerusakan yang fatal pada Pasukan Pembebasan.


Tentu saja, kewaspadaan musuh akan semakin ketat, tetapi, "Jika itu adalah pasukan elit kita, kita pasti bisa menghancurkan mereka," adalah kata-katanya Yalder. Setelah itu, dengan suara besar dari perwira yang bertugas yang bertanggung jawab, strateginya bisa dilaksanakan.


—Itu juga menentukan bahwa pleton Schera yang tergabung akan memiliki kehormatan karena ikut serta dalam serangan kejutan itu.


Meskipun bagi orang-orang yang bersangkutan, itu mungkin merupakan saat-saat yang menyedihkan. Jika mereka bertarung, mereka akan mati. Bagaimanapun juga, orang-orang yang akan mati adalah para prajurit yang terluka.


Serangan kejutan itu memiliki dua tahapan.


para staff perwira, setelah serangan kejutan itu berhasil, akan mengejar pasukan pemberontak tanpa terkecuali, atau itulah yang direncanakan.


Dalam pengejaran itu, setengah dari Korp Pasukan Ketiga yang menduduki benteng akan melakukan penyergapan, ditempatkan di hutan.


Lalu, skema itu digunakan untuk memanggil unit pengejar untuk mengepung musuh yang datang dan mengarahkan mereka pada pemusnahan.


Jika semuanya berjalan baik kali ini, para pemberontak yang menyebut diri mereka sendiri Pasukan Pembebasan Ibukota Kerajaan akan hancur dalam satu pukulan.


".....Akankah itu berhasil? Serangan malam ini. Aku merasa agak gelisah."


"Mana ku tau. Aku juga bertanya-tanya. Kecuali, aku menantikan tempat penyimpanan makanan. Itu adalah sesuatu yang pastinya dipenuhi dengan makanan. Kita akan bisa mengambil apapun yang kita mau, gak diragukan lagi."


Schera dan pemuda itu, yang memakai armor kasar, berjalan sambil berbisik. Lingkungan sekitar sepenuhnya terselimuti kegelapan. Meski ini mungkin sudah jelas, dilarang menyalakan api karena ini adalah suatu serangan kejutan. Di hutan yang sunyi, para prajurit menahan nafas dan bergerak maju dengan sungguh-sungguh.


".....Kau tau, aku selalu kepikiran sejak saat itu. Apa didalam kepalamu itu cuma ada makanan doang? Kau harusnya lebih memikirkan tentang hal yang lain."


"Ya, kau nggak tau?"


"Astaga, aku iri padamu, kau begitu periang. ....Kau tau, aku merasa ketakutan. Aku terus kepikiran bagaimana kalau aku gak bisa pulang kerumah lagi. Aku masih, masih punya banyak hal yang ingin aku lakukan. Aku takut akan kematian."


Si pemuda mengepalkan tangannya erat-erat, seolah-olah untuk menekan gemetarannya.


Schera mengeluarkan kacang goreng dari tas kecil miliknya dan memasukkan kedalam mulutnya. Rasa yang enak memenuhi mulutnya. Itu tampak seperti salah tempat.


"Kalau kau mati, maka kau gak akan ketakutan. Bukankah itu adalah hal yang bagus? Kau nggak perlu begitu khawatir lagi."


"....Kalau kau juga mati, maka kau nggak akan kelaparan lagi, jadi itu bagus buatmu. Orang mati nggak punya rasa lapar."


"Kurasa itu benar."


"Iya kan?"


"Woy, diamlah! Musuh akan mendengar kalian!"


Ketika mereka berpikir bahwa suara si Danton lebih keras, setelah bertukar tatap, mereka bedua langsung diam.


—Sudahkah kita berjalan selama satu jam? Atau mungkin sudah dua jam? Apakah barisan depan sudah meluncurkan serangan? Segera, akankah kita benar-benar bisa melakukan serangan kejutan tanpa ketahuan?


Si pemuda menanyai dirinya sendiri sambil berjalan maju. Sambil berusaha sebaik mungkin agar tidak membuat suara.


Dia segera tau jawaban dari pertanyaannya yang sebelumnya. Tidak, lebih tepat kalau dibilang dia memang sudah tau.


"—Penghianat Kerajaan!! Kalian akan mati disini-!!"


"Para pemanah, mulai serangan! Musnahkan mereka-!"


Disertai dengan komando yang kuat, obor-obor menyala disepanjang celah dari pepohonan sekitar. Pada saat yang sama, panah-panah api dengan suara menepis angin menghantam pasukan Kerajaan.


"M-Musuh!! Pasukan pemberontak menyergap!!"


"A-Apa ini! Apakah serangan kejutannya sudah ketahuan-!? Cepat mundur, mundur-! Mundur-!!"


Jira yang memimpin unit serangan kejutan itu mengeluarkan suara kemarahan dan memberi perintah. Untuk mengambil keuntungan dari kecerobohan musuh, dan kemudian menyerang dan menundukkan musuh dalam satu serangan, itulah yang disebut "Serangan Kejutan". Bisa dikatakan, orang-orang yang disergap membalikkan keadaan. Situasi mereka adalah mangsa yang berhasil dipancing keluar. Sang komandan harus segera menyusun ulang formasinya, jika tidak—


"Api menyebar sangat cepat! P-Pak, minyak sudah disebar! A-Api muncul dari seluruh hutan!"


"Cepat buka jalur mundur! Kita akan dimusnahkan jika seperti ini-!"


Seluruh rencana serangan kejutan telah bocor pada pasukan pemberontak, rumput kering dan minyak dalam jumlah yang besar sudah dihambur didepan jalan yang akan mereka lalui di hutan. Panah api dalam jumlah yang besar menghujani tempat itu.


Tak ada lagi cara untuk membentuk divisi Jira yang telah jatuh kedalam kekacauan. Akankah mereka terbakar sampai mati di hutan, atau akankah mereka mundur dan dibantai oleh musuh.


Mayor Jenderal Jira sang Komandan terus mencaci-maki para prajuritnya agar bisa lolos entah bagaimana caranya, tetapi pada akhirnya, dia terbunuh oleh pemimpin pasukan pemberontak.


Tak ada jejak dari kepercayaan diri yang meluap-luap yang mana menenuhi ekspresi yang biasanya pada wajahnya, hanya ada satu yang tampak menjerit, "Aku nggak mau mati".


Pleton Schera yang mana mengikuti mereka juga tertelan oleh kobaran api. Panah-panah tidak berhenti dan terus menghujani tanpa adanya celah sama sekali. Pleton para prajurit juga terbunuh dalam pertempuran jarak dekat yang sengit.


Para prajurit yang terbunuh saat bertugas merupakan kenalan Schera, dan ada saat-saat ketika Schera ditraktir roti oleh mereka. Dia mengeluarkan cuilan roti kecil yang dia taruh didalam sakunya, memasukkan kedalam mulutnya, dan mengunyahnya.


Dia tak lagi akan mendapat traktiran, itu sangat disayangkan.


"Bahkan jika kita tetap disini seperti ini, kita hanya akan terbakar sampai mati. Tenggelam atau berenang, kita harus keluar dari hutan. Persiapkan diri kalian."


Danton mengeraskan suaranya dan memberitahu para prajurit.


"T-Tapi Danton. Bukankah kita akan benar-benar terkepung diluar hutan juga?"


"Sudah tiba saatnya, kita memasrahkan diri kita pada nasib buruk kita. Kalau kau gak mau, nggak masalah kalau kau mau tetap disini. Aku nggak keberatan kalau kau melanggar regulasi militer. Namun, itu akan membakarmu sampai mati, kujamin itu. .....Orang-orang yang memiliki nyali, hunus pedang kalian. Kita akan menyerang secara bersamaan sesuai dengan sinyalku."


Si Danton dan para prajurit yang berada dalam saat-saat yang genting dalam hidup mereka mengeluarkan senjata mereka dan menatap ke kanan. Melalui celah-celah pepohonan, sebuah medan terbuka bisa terlihat, dan tak ada prajurit musuh yang terlihat. Tentu saja, kemungkinan besar para prajurit musuh tengah bersembunyi.


Dari depan, ada asap hitam mengepul, jeritan, dan kobaran api, memaksa setiap prajurit untuk mengambil keputusan.


Pleton lain dari belakang mengeluarkan suara aneh dan berhamburan menuju medan terbuka tersebut. Pada saat yang sama, Danton juga mengeluarkan perintah.


"Mulai serangan-!! Serbu!!"


"Uwaaaaaaaaaaaaaaaa!!!"


"Maju maju! Jangan melihat ke bela—"


"—Tembak!"


Pada sebuan berani dari pleton itu, panah-panah beterbangan ke medan. Para prajurit dari Pasukan Pembebasan menunggu mereka dengan tidak sabaran dan gelisah. Tak ada prajurit yang melakukan penyergapan yang mengungkapkan diri mereka pada musuh. Berkamuflasi, panah-panah yang siap ditembakkan, mencengkeram tombak, mereka telah menyembunyikan niat membunuh mereka yang tajam.


Sudah terlambat bagi pleton lain yang ada dibelakang mereka. Mayat-mayat yang tertembus oleh anak panah tersebar dimana-mana.


Sebuah anak panah menembus alis dari si Danton yang berada didepan. Beberapa tembakan menghantam pada armornya, dan si Danton tewas tanpa bisa menjerit ataupun terkejut.


Si pemuda, entah itu beruntung atau malang, hanya menerima serangan pada bahu dan lutut kanan, dan tidak menderita luka fatal. Namun, hal itu tidak mengubah nasibnya. Perbedaannya hanyalah mati sekarang atau nanti. Para prajurit musuh berganti dari busur menjadi tombak dan secara tak sabaran menutup jarak. Para anggota pleton yang terluka juga sudah berada dalam kondisi tak bisa bertarung.


Tak ada bala bantuan, dan pleton yang berada dibelakang mereka sudah menapaki jalan ke neraka.


"U-Uaa-!"


Dengan posturnya yang kacau, tak ada gunanya mengarahkan pedang pada musuh. Dia tergoda pada pemikiran membuang pedangnya dan menyerah, tetapi dia segera membuang pikiran itu. Bagaimanapun juga, mereka tak akan menangkap seorang prajurit biasa sebagai tahanan.


—Aku akan mati disini.


Dari lubuk hatinya yang paling dalam, si pemuda tidak mau mati.


"Danton, dia tewas huh. Meskipun dia memberiku banyak makanan. Benar-benar disayangkan."


"—Eh?"


Si pemuda berpikir bahwa dia mendengar suara Schera yang biasanya di sebelah telinganya, pada momen itu, sesuatu menyerbu para prajurit musuh. Itu sangat cepat, dan si pemuda berusaha sebaik mungkin untuk mengikuti pergerakannya dengan matanya.


Lalu, pada saat yang sama, darah berhamburan dan jeritan meraung.


"U-Ugyaaaaaaaaaaaaaaa-!!"


"Whew."


"—Ap-ap-!"


Lengan kanan seorang prajurit musuh terpotong oleh sebuah sabit besar, dan kepala dari seorang pria yang berdiri tercengang disamping dia, terlempar.


Bilah sabit itu sangat tajam, dan kepala-kepala dari prajurit Pasukan Pembebasan dipenggal dan terlempar — itu tampak seperti memotong rumput.


Pria yang lengan kanannya terpotong tidak tau keadaan apa yang menimpa dirinya, dan dia jatuh tersungkur.


Pendarahan yang dia alami sangat parah, dan dia mungkin tidak bisa menghindari kematian.


"Oi, apa yang kalian lakukan! Lawannya hanyalah satu orang! Kepung dan bun—"


Pada wajah dari pria yang memberi perintah seperti seorang perwira komando tertikam oleh ujung sabit itu. Orang-orang yang berada di sampingnya terdiam saat wajah orang itu tersobek menjadi bentuk yang berantakan. Tampaknya dia tidak menyadari bahwa dia berada dalam jangkauan sabit itu.


"Hi-Hiiiiiii-!!"


Jeritan para prajurit bergema. Siapapun akan melihat suatu bencana menimpa seorang manusia yang hidup.


"Sangat menjengkelkan ketika ada banyak orang. Tapi, aku nggak akan membiarkan siapapun tetap hidup. Aku akan memusnahkan kalian semua, pasukan pemberontak."


Sambil membisikkan sebuah monolog, sabit itu menghempaskan sebuah tombak yang ditusukkan. Pada pembukaan itu, ujung sabit itu menembus dalam-dalam dari atas kepala lawan. Dan seperti itulah, area itu menjadi lautan darah, dan mayat-mayat dilemparkan.


Tentara Pasukan Pembebasan yang telah jatuh kedalam kondisi panik menembakkan panah sambil gemetar. Schera memutar sabitnya dan menepis semuanya dengan mudah.


Itu seperti seorang penakluk atau pahlawan yang berasal dari legenda, pikir si pemuda.


Satu demi satu prajurit musuh mulai mundur.


Setelah kehilangan pimpinan mereka, para prajurit kocar-kacir seperti terkena longsor.


Seketika, Schera mengeluarkan senyum kecil dan melangkah kedepan dengan kaki kanannya.


"—To-Tolong! O-Orang ini adalah Dewa Kematian!!"


"M-Monster!! Kita tidak bisa menang!"


"Aku gak mau mati ditempat seperti ini!"


Beberapa orang yang masih hidup, menjerit dan mulai melarikan diri.


Schera memilih satu pria sebagai targetnya diantara mereka dan mengayunkan sabit ditangannya dengan kekuatan yang besar.


Sabit itu menghantam sebuah pohon besar yang ada didepan dia dan memotong tubuh para prajurit yang berada di jalur lintasannya menjadi dua, yang mana mulai kejang-kejang saat isi perutnya terhambur keluar. Itu adalah kematian seketika.


Ketika si pemuda dan para prajurit pleton yang bertahan hidup tercengang, Schera berjalan untuk mengambil sabit besar miliknya. Dia membawa sabit itu diatas pundaknya, dan sosoknya mengungkapkan kegembiraan tulus dengan latar belakang api.


Wajah serta armor Schera berlumuran darah. Bongkahan-bongkahan daging dan dan isi perut menempel pada sabitnya. Itu adalah pemandangan yang mengerikan yang tak bisa ditatap oleh seseorang secara langsung.


"…………"


"Hi, Hii-!"


"....Ada apa? Wajahmu pucat tau?"


Dari tengah-tengah medan perang yang dipenuhi dengan aroma darah yang pekat, Dewa Kematian itu sendiri menuju ke arah si pemuda, itu adalah siluet Schera yang terproyeksi oleh pencahayaan yang redup.


Seolah-olah berpakaian jubah hitam compang-camping, monster kematian itu terukir kedalam pandangan si pemuda. Sabit mengerikan itu perlahan-lahan mengayun dari sisi ke sisi. Seolah-olah tengah mencari mangsa yang berikutnya.


Itu, sejauh itulah si pemuda bisa mempertahankan kesadarannya.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya