Shinigami wo Tabeta Shoujo Indo:Bab 03

From Baka-Tsuki
Revision as of 14:13, 2 October 2019 by Narako (talk | contribs) (→‎Bab 3)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 3 - Kacang Panggang Sangatlah Lezat[edit]

Gerbang Belakang, Kastil Antigua Branch.


Seorang prajurit yang memastikan kondisi sekitar, memberi isyarat dengan tangannya dan memanggil rekan-rekannya.


Penjaga yang harusnya menjadi penjaga gerbang kali ini mengirim sinyal dengan gelengan ringan dari kepalanya dan mengeluarkan sebuah kunci.


Itu bukanlah kunci untuk gerbang kastil yang tertutup rapat. Kunci itu untuk gerbang besi kecil namun kokoh yang ada didekatnya.


Itu adalah pintu kecil yang dilarang dibuka kecuali dalam situasi darurat. Si penjaga dibebani tugas menjaga gerbang ini untuk para prajurit yang memutuskan untuk melarikan diri.


Penjaga gerbang ini telah melakukan konspirasi dengan Pasukan Pembebasan, dan ditunjuk dengan tugas rahasia untuk menurunkan moral dan menawarkan pelayanan yang baik pada para pembelot. Ini adalah sebuah adegan yang telah berulang-ulang banyak kali. Sistem penjagaan didalam kastil cukup renggang, dan malam ini juga, tak ada yang terjadi dan akan berakhir seperti biasanya dengan menyaksikan para prajurit pembelot.


"....Jadi kau tidak diketahui oleh para penjaga, dengan cepat, membungkuk dan maju. Di sebuah rumah reot dikedalaman hutan utara adalah kontak siaga. Inilah peta untuk sampai kesana. Setelah peta itu tidak diperlukan, pastikan untuk menghancurkan dan membuangnya."


Ketika si penjaga gerbang menyerahkan sebuah peta pada mereka, seorang pria menerimanya dan melihat sekilas.


"......Maaf. Kau telah menyelamatkan kami."


"Dan juga, berikan dokumen-dokumen ini pada orang yang berjaga."


Penjaga itu mengeluarkan sebuah amplop yang berisikan dokumen.


"Ya. Aku mengerti."


"Pengawasannya lemah, tetapi berhati-hatilah——"


"Kalian yang disana, ada apa ini?"


"——–!"


Ditengah-tengah menyerahkan dokumen itu, sebuah suara yang tidak sesuai dengan suasananya, berbicara pada pria itu. Meskipun mereka merasa seperti jantung mereka akan berhenti berdetak, si penjaga gerbang dan para pembelot berbalik kearah itu.


"Kalau aku nggak salah, aku yakin kalian berasal dari Pleton Infantri Kesebelas. Kalian mau kemana, bawa barang bawaan semacam itu? Apa kalian juga pergi jalan-jalan untuk melihat bintang-bintang?"


"Kau adalah.... Danton Infantri Ketigabelas–"


"—–Oi, tunggu. Gak apa-apa kalau orang ini."


Si pria yang masih sangat muda yang berada dalam postur seolah-olah siap untuk mencabut pedangnya setiap saat, melihat sosok Schera, mengeluarkan desahan lega. Dia lega karena Schera akan membiarkan mereka pergi.


Si penjaga gerbang tidak menurunkan tatapan kewaspadaannya. Jika Schera mengeluarkan suara keras, dia berencana membunuh gadis itu. Segalanya akan berakhir jika gadis itu membuat keributan.


"Schera, Letnan Kedua Sementara."


"Ahhh, bocah yang memiliki pekerjaan menjengkelkan yang dipaksakan pada dia. Bukankah 'Sementara' begitu menyedihkan?"


"Itu menjadi sebuah topik di pleton lain juga. Kata mereka, berapa lama lagi dia bisa hidup. Dia juga menjadi sasaran beberapa taruhan."


"—–Yang lebih penting lagi, ada apa ini?"


Schera bertanya, tersenyum sambil menaruh sabit besarnya pada pundaknya.


"Bukankah sudah jelas? Kami mau kabur dari pasukan menyedihkan ini. Semua orang ingin berada di pihak pemenang, kan? Rumor mengatakan bahwa Kekaisaran akan segera bergabung. Pada tingkat ini, kita akan mati sia-sia."


"Kami akan bergabung dengan Pasukan Pembebasan Ibukota Kerajaan. Kudengar bahwa seseorang bisa mendapatkan banyak uang. Maaf, tapi aku nggak punya niat mati untuk Kerajaan."


"Semua anggota kelompok telah setuju. Kami memiliki senjata-senjata yang sesuai sebagai hadiah serta makanan juga. Kami mungkin tidak akan diperlakukan dengan buruk."


Si pria yang tampaknya pemimpinnya menepuk tas yang ada dipunggungnya. Schera, yang mendengarkan respon mereka, mengangguk beberapa kali memahami situasinya.


"Aku mengerti. Kalau begitu, ini adalah tempat dimana kita mengucapkan perpisahan."


".....Kau mau ikut? Kalau begini terus kau hanya akan mati disuatu tempat."


"H-Hei."


Salah satu dari para pembelot itu secara spontan membantah. Dia khawatir bahwa beban mereka akan bertambah.


"Kita nggak bisa gitu aja ninggalin dia seperti ini... Dia adalah saksi mata atas kejahatan kita. Hei, kau nggak keberatan kan kalau kami bawa satu orang lagi?"


Si penjaga gerbang mengerutkan kening ketika si Pemimpin Pleton bertanya, tetapi karena tidak ada jalan lain, dia mengangguk.


"Ini nggak ada dalam rencana, tapi nggak ada jalan lain juga. Membunuh wanita dan anak-anak sangatlah tak menyenangkan. Namun, hanya kau. Kau jangan memanggil anggota lain dari kelompokmu."


"Seperti yang dia katakan. Kau ikut kan? Kita sebagai ikan teri gak memiliki kewajiban pada suatu pasukan seperti ini."


".....Kurasa. Kalau gitu aku akan ikut. Kemungkinan besar itu hanya sebentar, tapi mohon kerjasamanya."


Dengan senyum manis dan cerah, Schera mengungkapkan persetujuannya. Si pria mengangguk setuju, dan mereka keluar diam-diam ke sisi lain pintu.


—Pembelotan adalah kejahatan serius. Kalau ketahuan polisi militer, membantah tak akan ada gunanya: hukum pemerintahan.


Para pembelot menahan nafas mereka dan bergegas ke hutan sambil tiarap di rumput. Tak ada yang lebih sulit daripada bergerak sambil membawa tas berat, tetapi mereka tak bisa pergi dengan tangan kosong.


Schera membawa sabit besarnya juga, dan dia tak ada bedanya dengan pria itu.


"Hei, nona Schera Letnan Kedua Sementara, gimana kalau membuang sabit itu, itu adalah sabit yang besar dan aneh. Bukankah rasanya sangat nggak nyaman untuk membawanya?"


"Tanpa sabit ini, aku nggak bisa bertarung."


Schera dengan lembut membelai pegangan dari sabit miliknya. Si pria, berbisik sambil terkejut.


"Ya ampun. Baiklah. Aku akan biarkan kamu bawa sabit itu. Karena kamu yang menginginkannya. Kamu jangan melihat bagian itu. Setelah kita sampai di Pasukan Pembebasan, segeralah kembali ke desamu. Aku nggak akan memikirkan apapun tentang kamu."


"Aku akan mempertimbangkannya."


"Pemimpin Pleton! Bukankah itu ada disebelah sana?"


Salah satu anggota kelompok memberi laporan sambil membuka peta untuk mengkonfirmasi posisi mereka saat ini. Ada sebuah pohon besar dengan sebuah tanda X pada pohon itu yang bertindak sebagai tonggak batas. Meskipun gelap dan mereka tak bisa melihat dengan baik, berjarak 30 langkah dari mereka, sudah pasti ada sebuah pohon besar yang menonjol ditengah-tengah banyak pepohonan yang lebih kecil.


Para prajurit pembelot mulai berjalan dalam diam, bergerak ke pohon tonggak batas mereka sambil berusaha tidak membuat suara apapun.


Mereka perlahan-lahan mencapai titik yang lebih jauh daripada pengamatan dari prajurit Kerajaan. Tetapi, mereka tidak menurunkan kewaspadaan mereka sampai akhir. Ini adalah satu-satunya hal yang mereka pelajari dari Pasukan bersenjata, itu adalah kunci untuk bertahan hidup.


"—Pastinya, goresan ini tampak seperti dibuat oleh manusia. Jadi kita belok kiri disini?"


"Ya. Kemungkinan besar lewat sini kurasa. Ada beberapa jejak hewan."


"Hanya disekitar sini ada beberapa jejak kaki yang tertinggal. Itu seperti kita akan sampai kalau kita mengikuti jejak kaki ini."


"Meskipun musuh melaksanakan operasi mereka sedekat ini, mereka sama sekali tidak menyadarinya. Sungguh nyaman sekali. Apakah kepala-kepala dari para pemimpin kita kosong semua?"


Pemimpin Pleton bergumam sambil memukul pohon besar itu dengan tangannya. Semua anggota kelompok juga setuju.


"Aku bisa nebak kenapa serangan kejutan kita diketahui, huh."


"Keputusan kita untuk kabur sangatlah tepat. Bisa memilih pilihan yang tepat di saat-saat terakhir, kita adalah orang yang diberkahi. Kalau aku berhasil pulang, aku akan berdoa pada Bintang. Ini adalah kebaikan Dewa yang harus kita syukuri."


"Puja Dewa Bintang."


"Dengarkanlah."


Para pria ini telah meninggalkan keluarga. Mereka tak mau mati sia-sia. Meskipun mereka akan disebut penghianat, bertahan hidup adalah segalanya. Pemikiran komplusif ini dirasakan oleh semua orang.


Schera dengan senang menatap adegan itu dari suatu tempat yang agak jauh dari mereka–sambil bermain-main dengan sabit tercintanya yang bertengger pada pundaknya. Kebetulan, perutnya sedang kosong, dan dia memasukkan kacang panggang yang dia bawa kedalam mulutnya. Kacang kali ini agak asin. Itu kurang bagus, tetapi tampaknya itu juga tidak buruk.


"Baiklah. Istirahat selesai. Sobek petanya dan kuburlah. Janji tetaplah janji. Jangan tinggalkan jejak apapun."


"Dimengerti!"


"Hei, Schera. Jangan cuma makan kacang doang, bantu kami dikit napa."


Salah satu anggota kelompok mengeluh pada Schera, yang dengan santai mengunyah kacang miliknya. Bukannya sebuah tanggapan, Schera mengayunkan sabit besar itu dan membuat sebuah lubang kecil.


"Jadi sabit itu adalah pengganti dari sebuah sekop? Kalau kau sudah pulang, pastikan kau membantu orang tuamu. Selama mereka masih hidup, beri rasa hormat yang tepat pada mereka."


Kata pria itu dengan nada lembut yang menyentuh sambil memalingkan tatapannya ke arah Schera.


Petanya dirobek, dimasukkan kedalam lubang itu, dan kemudian ditimbun dengan tanah. Mereka menginjak-injak tanah itu dengan sepatu militer mereka. Mereka melakukan hal itu dengan tujuan agar tidak meninggalkan jejak apapun. Tanda "Beres" diberikan pada semua orang.


"Kalau aku merasa menyukainya."


"Mulai lakukan suatu upaya dan merasa menyukainya."


"Oke. Btw, apa kau ayahku?"


"Aku sudah punya seorang putra manis yang menungguku dirumah. Maaf, tapi aku nggak bisa jadi ayahmu. Carilah seorang pria baik dengan kemampuanmu sendiri."


"Sungguh disayangkan."


Sambil berbicara santai seperti ini. Schera berusaha membayangkan orang tuanya yang pernah ada. Namun, dia nggak bisa mengingat satupun kenangan. Dia tidak sedikitpun menganggapnya sebagai sesuatu yang malang. Kebenciannya terhadap Pasukan Pembebasan Ibukota Kerajaan adalah hal yang pasti. Kenangannya tentang desanya yang dihancurkan juga merupakan hal yang pasti. Meski demikian, dia tak bisa mengingat wajah-wajah dari orang-orang yang harusnya pernah ada disana. Dia tidak menganggap itu sebagai hal yang menyedihkan. Apa yang bisa dia ingat adalah hal yang menyedihkan, hanya satu yaitu rasa lapar yang mematikan.


—Ya. Satu-satunya hal yang dia ingat adalah perasaan menggila karena kelaparan.


Schera dalam diam memasukkan kacang terakhir kedalam mulutnya. Dia dengan kasar menghancurkannya dan tidak menyadari rasanya.


Korp Intelijen, Pasukan Pembebasan. Sebuah rumah reot yang tersembunyi.


Biasanya, hanya para mata-mata yang akan menggunakan tempat ini, tetapi malam ini, seorang Komandan dari Pasukan Pembebasan, Kolonel Voleur, sedang berkunjung untuk menyelidiki wajah musuh. Voleur adalah seorang perwira militer senior yang dikirim dari pasukan Kekaisaran sebagai bala bantuan.


Dia memiliki fisik yang tinggi dan otot-ototnya kekar. Jenius militer bawaan sejak lahir telah dilatih secara rutin dan kemudian dipoles lebih jauh lagi.


Kemampuannya dalam menggunakan tombak diakui sebagai yang terkenal bahkan diantara semua yang ada di Kekaisaran itu. Sebagai seorang instruktur ilmu tombak, dia juga bertindak sebagai instruktur untuk Alan sang Pangeran Kedua. Sikap dan kebaikannya disukai oleh para prajurit, dan dia juga memiliki bakat sebagai komandan.


"Bagus, lanjutkan tugasmu sampai tengah malam. Aku datang untuk memastikan situasi Kastil Antigua Branch dengan mataku sendiri."


"Kolonel Yang Terhormat tidak perlu datang. Situasi disini sama seperti biasanya. .....Silahkan gunakan ini."


"Tentu."


Seorang pengintai menyerahkan sebuah teropong pada Voleur. Ini adalah alat sihir yang telah diberi penguatan khusus hingga bisa memproyeksi pemandangan pada lensa itu seperti ketika siang hari. Itu adalah suatu teknologi yang digali dari suatu Labirin Kota. Itu adalah sebuah item yang hanya diijinkan untuk digunakan oleh perwira yang bertugas yang tertambat pada Korp Intelijen Kekaisaran.


"Aku melihat segalanya melalui lensa ini, 'Apakah ini adalah sebuah perangkap yang dimaksudkan untuk menurunkan pertahanan kita?' Silahkan lihat pada menara utama yang ada disebelah sana."


Voleur memutar teropong kearah yang ditunjuk oleh Korp Intelijen. Didalam dinding benteng itu adalah sebuah menara mencolok secara terang-terangan. Pastinya itu adalah sebuah menara pengintai yang digunakan untuk mencari musuh. Namun, si penjaga bersandar pada dinding tanpa bergerak sedikitpun.


".....Penjaga itu tidur saat bertugas. Apakah kedisiplinannya sudah hancur?"


Voleur berguman dengan nada takjub sambil memastikan kondisi situasi dari Kastil Antigua Branch melalui teropong itu.


"Itu cukup jarang disana ada seorang pengawas yang mengerjakan tugasnya secara serius. Ketika kita mempertahankan ketegangan, itu membuatnya cukup sulit."


"Meski demikian, jangan sampai lalai. Musuh pasti memiliki seseorang yang sangat tajam. Jika tidak maka kerajaan itu tidak akan bisa bertahan sampai hari ini."


Voleur menyerahkan kembali teropong itu pada si pengintai dan memberi sebuah peringatan.


"86."[1]


Peringatan barisan khusus telah dikembangkan sesuai dengan teknologi penyihir Kekaisaran, dan itu telah diletakkan secara seragam disekitar rumah reot itu. Salah satu bawahan menggunakan teropong dan pergi untuk memeriksa sesuatu.


"....Mereka sepertinya para pembelot yang disebutkan oleh seorang perantara. Mereka berjumlah 10. Tidak, 11. Ada satu orang lebih banyak daripada yang disebutkan di perantara."


"Ada orang-orang yang membelot sebelumnya juga. Pada saat-saat penting ini, orang-orang ini juga membuat keputusan, huh. Setelah menanyai mereka dengan pertanyaan yang biasanya, bawa mereka ke Markas Pasukan Pembebasan. Jangan lupa untuk mengambil dokumen mereka dari mata-mata."


"86"


"....Apa Korp Intelijen yang memandu para pembelot?"


Voleur bertanya sambil mengusap-usap dagunya.


"Ya. Perintah dari ahli taktik kami– kami bertindak pada tekanan runtuhnya bagian dalam yang lebih jauh lagi. Jumlah dari pembelot sudah melampaui seribu. Dari para pemberontaklah kami menerima kontak, ada orang-orang yang sudah mencapai suatu peringkat yang tinggi setelah memulai dari dasar. .....Bagaimanapun juga, buah dari upaya kami pasti akan kelihatan."


Ada banyak orang yang memendam kebencian terhadap kerajaan. Sangatlah mudah untuk mengambil keuntungan dari mereka. Orang-orang yang keluar dengan sendirinya dari Kerajaan tidaklah sedikit.


"....Jadi begitu. Jadi Kerajaan sudah mulai membusuk dari dalam."


"Tepat seperti yang kau katakan."


Sebuah pohon raksasa memang memiliki penampilan yang bagus diluar, tetapi bisa saja benar-benar membusuk dibagian dalamnya. Meskipun pohon itu tidak diapa-apakan, itu akan layu, dan keruntuhannya hanyalah masalah waktu saja. Dalam hal ini, Korp Intelijen memiliki tugas untuk mempercepat proses keruntuhan itu.


"Aku ingin bertanya pada para pembelot tentang situasi didalam. Apa kalian keberatan?"


"...aku kurang setuju. Tak mungkin orang-orang itu telah bersumpah kesetiaan pada Pangeran. Soalnya, mereka kabur karena mereka tidak puas. Aku mengatakan ini hanya untuk berjaga-jaga."


Anggota Korp Intelijen memperingatkan, tetapi Voleur menggeleng kesamping sambil mengatakan bahwa tak ada yang perlu ditakutkan.


"'Bagaimana jika kita diserang secara sembunyi-sembunyi oleh para pembelot,' aku juga seorang yang akan memasukkan hal itu kedalam pertimbangan. Jangan halangi aku menanyai mereka untuk mendapatkan informasi, dengan telinga ini secara langsung."


"....Dimengerti. Namun, tolong ijinkan kami untuk mendampingimu. Jika sesuatu terjadi pada Kolonel, kami yang akan menanggung tanggung jawab."


Ketika kelompok itu tersenyum, Voleur tertawa garing.


"Hehehe, kapan aku memiliki bawahan yang punya rasa tanggung jawab yang kuat, itu cukup merepotkan."


"Ketika seseorang memiliki perwira yang lebih tinggi yang punya kehendak kuat, akan ada berbagai masalah."


Voleur keluar dari rumah kecil itu, dan para anggota Korp Intelijen siaga mengikuti dia.


"Aku Kolonel Voleur, anggota dari Batalion Kekaisaran dari Pasukan Pembebasan Ibukota Kerajaan. Apakah kalian adalah orang-orang yang datang dari Kastil Antigua Branch?"


"Y-Ya. Itu benar! Kami kabur dari kastil itu untuk bergabung dengan Pasukan Pembebasan yang diujung-tombaki oleh Yang Mulia Putri Alturia! M-Mulai dari sekarang, kami akan mencurahkan hidup kami dan bertarung untuk Pasukan Pembebasan Ibukota Kerajaan!"


Si Pemimpin Pleton berbohong tanpa tau malu.


Voleur sudah tau itu, namun dengan kalem menganggukkan kepalanya. Bagaimanapun juga, sejauh ini seorang prajurit pribadi diikutkan dalam perang adalah hal yang lumrah.


"....Umu. Kami dengan senang hati menyambut kedatangan dari rekan yang memiliki pemikiran yang sama. Mulai sekarang, dibawah Pasukan Pembebasan, aku ingin kalian mengerahkan kekuatan kalian."


"Siap pak-!"


Si Pemimpin Pleton dan para prajurit yang lain membungkuk penuh rasa hormat. Voleur menatap wajah mereka semua satu per satu.


Namun, tatapannya berhenti pada seorang gadis yang memegang sebuah senjata yang aneh.


"—Gadis. Apa yang lucu, maukah kau mengatakannya padaku?"


".........."


"Aku bertanya padamu kenapa kau tersenyum sepanjang waktu ini."


"—Aha, Ahaha-! Kau tanya apa yang lucu? Semuanya, semuanya! Itu begitu lucu, mau gimana lagi, aku jadi pengen senyum terus!"


"Apa?"


"Maksudku, 'Kami telah kabur dari kastil untuk bergabung dengan Pasukan Pembebasan!' Dia mengatakan sesuatu seperti itu segitu seriusnya, namun, sebenarnya dia melarikan diri karena dia nggak mau mati!"


Schera tertawa sambil memegang perutnya, sekarang tak lagi bisa menahannya.


Para anggota Korp Intelijen yang siaga, meraih senjata mereka masing-masing. Jika Schera melanjutkan ketidakhormatannya lebih lanjut, mereka berencana untuk segera membunuh dia.


"W-Woi, itu tidak sopan! Schera!! Hentikan!"


Si Pemimpin Pleton mengulurkan tangannya untuk menghentikan Schera, tapi Schera menepisnya dengan keras.


"Oh tidak. Bisakah seekor anjing dari pasukan pemberontak nggak menyentuhku? Gimanapun juga kau bukan sekutuku lagi."


"—H-Hei Schera!! Apa kau serius-!!?"


"Kau, jadi kau datang bukan untuk bergabung dengan Pasukan Pembebasan kami?"


Voleur menanyakan pertanyaan. Karena niat membunuh telah dilepaskan dari Schera, ini akan menjadi pertanyaan terakhir.


Dia memegang tombak erat-erat dan memperkuat pegangannya.


"Bukankah itu udah jelas kalau aku nggak bakalan gabung. Semua penyelinapan ini, aku datang untuk memburu kalian, para anjing mata-mata. Makin besar mangsanya, makin cepat aku jadi terkenal, kan?"


"Hei Schera!! T-tidak, tidak seperti itu. Tolong maafkan dia. O-Orang ini kepalanya sedikit kacau."


Si Pemimpin Pleton memohon demi nyawa Schera, tetapi Schera mengibaskan dia, mengatakan dia adalah seorang yang menjengkelkan.


"Bisakah kau nggak memperlakukan orang seperti orang idiot? Dilindungi oleh seekor anjing, itu melukai perasaanku."


Melihat ini, Voleur mengeluarkan desahan besar.


"—Jadi itu jawabanmu. Tampaknya kau telah menjadi gila karena kehidupan pasukan yang sulit. Sekarang, aku akan memberimu kedamaian."


"Tolong hentikan Kolonel! Untuk seseorang seperti ini, biar kami yang menangani dia!"


"Kekhawatiranmu tidak diperlukan. Setidaknya aku memiliki rasa kasihan. Aku tak bisa membiarkan diriku untuk bertindak pada seorang gadis di usia semuda itu, tetapi tak ada cara lain. Penampilannya sudah seperti seekor anjing rabies. Aku tidak tahan melihatnya."


Dengan lambaian tangannya, Voleur menghentikan para anggota Korp Intelijen dan memasang kuda-kuda dengan pergerakan yang mudah.


Setelah beberapa detik, Schera akan mati. Dia bukanlah lawan untuk seorang pria besar seperti itu, dan lagi, dia adalah seorang Kolonel dari Pasukan Pembebasan. Tak ada lagi yang bisa dilakukan oleh para pembelot. Mereka akan terlibat dan pasti mati. Apa yang bisa mereka lakukan, hanyalah menelan ludah yang ada dimulut mereka karena ketegangan dan saat-saat terakhir dari Schera yang telah dipastikan.


Namun, terlepas dari kekhawatiran mereka, Schera melangkah maju dengan ekspresi gembira.


"Fufu-, demi makananku yang lezat. —Maaf, tapi maukah kau mati demi aku?"


Dia melambaikan sabit besar yang dia pegang, bibirnya tersenyum, dan dia mengarahkan sabit miliknya pada Voleur.


Catatan Penerjemah[edit]

  1. cari tau sendiri apa maksudnya... Ahahahaha
Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya