Shinigami wo Tabeta Shoujo Indo:Bab 11

From Baka-Tsuki
Revision as of 16:01, 2 November 2019 by Narako (talk | contribs) (→‎Bab 11)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 11 - Absinthe[1] Nikmatnya Tiada Tara[edit]

Diwaktu yang hampir bersamaan dengan acara penyambutan "Yang Terhormat Komandan Tertinggi Berikutnya David" yang diadakan di ruangan VIP Kastil Belta:
Schera bersama pasukan kavaleri miliknya mengerjakan suatu tugas paling penting atas nama utusan tertinggi Belta–bendera Pasukan Ketiga lambang perusak yang hampir menyebabkan kekalahan bagi Kerajaan. Semuanya akan dicopot dan digantikan dengan bendera kejayaan Pasukan Keempat... Itulah perintah dari atasan.


Dalam istilah paling sederhana, itu adalah suatu penghinaan dari Pasukan Keempat pada Schera. Menurut perwira, "Kalian memang sesuai dengan pekerjaan-pekerjaan aneh semacam ini." perlakuan semacam ini tidak hanya dipaksakan pada Schera, tetapi pada semua orang dari Pasukan Ketiga juga.


Tak mungkin penggabungan para prajurit asing yang datang dari area utara dan para prajurit yang mempertahankan Belta dan Antigua berjalan dengan baik. Mereka saling membenci satu sama lain, dan perkelahian terjadi dimana-mana karena perkara sepele. Dengan demikian, bahkan ketika mereka melepas bendera-bendera yang tak diperlukan, ejekan dan hinaan bisa didengar disekitar. Melihat bendera-bendera dari Pasukan Ketiga ditumpuk seperti sebuah gunung, Vander mengeluh asal-asalan.


"......Haruskah aku menjadi seorang pengrajin, seorang penyulam bendera? ....aku pasti melipat bendera."


Dia melepas bendera dari tiangnya, dan kemudian menggantinya dengan bendera yang baru. Dia sudah muak dengan hal itu, sampai-sampai dia mau pingsan.


"Gerakkan tanganmu, bukan mulutmu. Masih ada beberapa ratus lagi seperti yang bisa kau lihat."


"Ya.... Kira-kira 1.000 kurasa..."


"Ahh-, aku lapar. Sungguh sehat berada di bawah matahari yang cerah seperti ini. Apa ada yang punya bekal makan siang?"


"Nggak ada, Mayor. Kurasa di tempat Jenderal David punya makanan. Makanan mewah tertumpuk tinggi layaknya sebuah gunung. Mereka pasti punya hidangan yang lezat."


"Letnan Kedua Vander, apa kau mau pergi kesana mengambilkan beberapa makanan untukku?"


"Mohon maaf, aku nggak bisa mengikuti perintah itu. Secara pribadi aku nggak mau dijebloskan ke penjara, dan aku nggak bisa kabur seperti yang kau lakukan, Mayor."


Ketika Vander bercanda, Katarina melemparkan bendera perang yang dia pegang pada Vander.


"Woy, bukankah sudah ku bilang kerjakan tugasnya? Kita nggak akan selesai hari ini kalau begini caranya!"


"Ya ya. Aku ngerti, Letnan Kedua Karantina yang luar biasa. .....Mayor, kami akan mengerjakan sisanya. Seorang perwira komandan mengerjakan tugas-tugas sepele macam ini akan membahayakan martabat kita."


"Seperti yang dia bilang, Mayor Schera. Nggak ada perlunya buat Mayor untuk ngerjain hal semacam ini!"


Katarina mengeraskan suaranya. Ini bukanlah pekerjaan untuk seorang pahlawan. Namun, Schera secara acuh tak acuh melanjutkan pekerjaan.


"Aku nggak tau martabat apa yang kalian maksud, tapi berikan saja itu pada anjing. Aku punya waktu luang, jadi aku nggak keberatan. Selain itu, lihat. Orang-orang dari unitku ngerjain sesuatu yang menarik."


Ditempat dimana Schera menunjuk, sekelompok prajurit membawa cat sedang membuat keributan karena suatu alasan. Tampaknya mereka sedang mengecat ulang bendera Pasukan Ketiga. Seorang prajurit yang tampaknya memiliki keterampilan artistik sedang memegang sebuah kuas dan dengan hati-hati menggerakkan tangannya.


".....Apa-apaan yang mereka lakukan disana? Sepertinya mereka menulis sesuatu."


Ketika Vander memfokuskan matanya, mereka sudah selesai menggambarnya menjadi hitam tampaknya. Mereka mengubahnya menjadi sebuah bendera yang sesuai untuk Schera.


"Mereka bilang mereka menggunakan bahan-bahan tak terpakai dengan pemakaian yang efektif. Anggap saja itu sampah, jadi tak seorangpun yang peduli, aku yang ngasih mereka ijin. Barang-barang itu masih bisa digunakan, dan akan sia-sia kalau dibuang begitu saja."


".....Kalau mereka bertindak seenaknya sendiri seperti itu, mereka akan dimarahi lagi. Sepertinya mereka sudah diawasi."


Katarina memperingatkan, tapi Schera tidak mendengarkan.


"Aku nggak betul-betul peduli. Kalau hanya diawasi saja, nggak ada pengaruhnya."


Bergumam bahwa dia tidak peduli, Schera melanjutkan pekerjaannya. Banyak anggota kelompok kavaleri, mengatakan bahwa itu sempurna, bersorak gembira. Mereka mengikatnya pada sebuah tongkat dan dengan meriah mengibarkannya. Sebuah lambang burung putih digambar sedang terbang dengan latar belakang hitam.


".....Menurutmu itu apa? Seekor burung, kan?"


"Katanya seekor gagak putih. Dia bilang bahwa di kampung halamannya, itu adalah seekor burung suci yang mengatur kehidupan dan kematian, dan dia berpikir itu cocok untukku dan aku benar-benar ingin membuatnya. Tak disangka hasilnya benar-benar bagus."


"Apakah gagak seperti itu benar-benar ada?"


"Kalau memang ada, aku pengen memakannya. Aku penasaran rasanya kayak apa."


Seekor gagak putih juga dikenal sebagai pertanda baik bagi orang-orang. Tentunya, burung itu nggak benar-benar ada. Para prajurit, menganggap Schera sebagai Dewa Kematian, berpikir itu adalah sebuah simbol yang sesuai. Saat nama Schera tersebar luas, bendera ini akan memiliki arti khusus. Hanya dengan melihatnya akan membuat orang yang menghadapinya gemetar ketakutan. Hanya dengan memegangnya, itu akan membuat darah seseorang mendidih dan tak lagi takut kematian.


Semuanya karena orang-orang ini, dipenuhi dengan antisipasi, mengerjakan tugas mereka sendiri demi perwira atasan mereka yang menimbulkan rasa kagum.


"Tetap saja, bukankah sebuah bendera hitam nggak menyenangkan? Dan bukan cuma itu saja, seenaknya sendiri membuat bendera dengan sebuah simbol adalah sesuatu yang dilarang."


"Hal itu nggak akan terjadi karena aku sudah menjadi seorang bangsawan. Gak akan ada masalah kalau aku bilang itu adalah lambang baru dari keluarga Zade. Yah, kalau masih tetap jadi masalah, kita tinggal bilang nggak tau apa-apa tentang hal itu. ......Yang lebih penting lagi, apakah ada sesuatu yang bisa dimakan?"


“—Ah, aku punya permen. Apa kau mau?"


Katarina mengeluarkan sebuah toples kecil dari dalam sakunya. Tampaknya dia secara sengaja membawanya untuk perwira atasannya. Dia berpikir permen masih lebih bisa diterima daripada makan roti ditengah percakapan penting. Menurut apa yang Katarina dengar, rumor mengatakan bahwa Schera makan kacang pada saat rapat perang sebelumnya. Katarina, yang menebak bahwa ini bukanlah sebuah rumor tetapi lebih seperti kebenaran yang sebenar-benarnya, telah menyerah memastikannya. Tentu saja dia nggak mau menanyakan sesuatu seperti, "Apakah kau makan kacang ketika rapat perang?"


"Makasih banyak. Mana aku mau."


"Silahkan."


Tak mempedulikan tentang para prajurit yang bergegas ke arahnya, dia mulai mencicipi permen keras yang ditawarkan Katarina. Rasanya cuma manis saja tanpa rasa yang lain. Menahan desakan untuk menggigitnya, dia menikmati rasa manis permen itu dengan lidahnya.


"Kami sudah menyelesaikannya, Mayor Schera! Gimana menurutmu tentang simbol ini!?"


"Ah, ya. Sangat bagus kurasa. Sangat fantastis."


"Makasih banyak! Kami akan membuat bendera ini menjadi bendera unit kita, Kavaleri Schera!"


"Tentu tentu. Sangat bagus kurasa. Pemikiran yang hebat."


Pada si prajurit yang bertanya dengan semangat apakah bendera untuk unit Schera itu bagus atau tidak, Schera mengangguk dan setuju. Dia nggak peduli pada bendera itu. Nggak ada masalah karena itu berbeda diantara kawan dan lawan. Tapi yang sedang dia pikirkan tidak diketahui pria itu. Wajah pria itu tersipu senang karena dia dipuji oleh komandannya yang gagah berani dan mengagumkan. Dia mengibarkan bendera itu diatas kepala, memamerkannya. Gagak putih itu terbang sambil bersinar karena cahaya matahari. Tak lama setelah kepuasannya, dia berbalik 180 derajat dan menghadap rekan-rekannya.


Dan kemudian, "Kami akan mengecat semua bendera disebelah sana!" Dengan pernyataan menakutkan itu, dia sekali lagi mulai menetapkan pekerjaannya. Dia mungkin secara perlahan-lahan telah terpengaruh oleh kepribadian komandannya.


".....Moral mereka cukup tinggi. Ada perbedaan yang besar ketika dibandingkan dengan para prajurit dari unit lain. Kupikir kepercayaan mereka padamu merupakan bukti yang lebih dari cukup."


Katarina berkata, dan mendorong ujung dari kacamatanya. Ini bukanlah pujian atau jilatan. Sebenarnya, coba saja dengar percakapan mereka: "Schera memberiku selamat! Kau mungkin menganggap aku berlebihan, tapi aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!" dia berkata keras-keras.


"Kita telah bersama dalam waktu yang lama kan? Sejak Antigua jatuh kurasa. Komandan mereka juga kalah dan tewas dalam pertarungan satu lawan satu."


Semua orang yang dulunya ada diatasnya kebanyakan tewas atau mengalami kemalangan, pikir Schera dengan santai. Mungkin itu artinya bahwa Yalder, yang masih hidup, akan dianggap bahagia. Sesaat, Schera berpikir bahwa mungkin dirinya adalah pembawa kemalangan, tetapi sebaliknya, ada orang-orang yang dia selamatkan juga, jadi dia menyesuaikan kembali pemikirannya.


Menjadi pertanda yang mengatur kehidupan dan kematian, Schera menatap burung putih yang diukir pada armor hitam yang dia kenakan. Dia tidak memikirkan apa-apa. Oh ya, sudah cukup lama dia nggak makan daging burung.


".....Aku mendengar bahwa Mayor Schera mengambil komando sementara setelah itu. Kau membunuh komandan musuh dan menyelesaikan misimu. Para anggota kavaleri dengan bangga membicarakan hal itu lho. Mereka bilang kau mengkomando seperti seorang perwira veteran."


"Meski aku menganggap itu aneh. Lebih cepat daripada yang bisa aku pikirkan, mulut dan tubuhku bergerak sendiri. Yah, kami selamat dan bisa makan makanan lagi, sudah pasti itu merupakan sesuatu yang perlu disyukuri. Sebagian besar dari mereka berhasil kembali."


Schera menggigit permen keras itu. Tepat, dia nggak bisa menolak. Dia nggak bisa menahannya, dan sepenuhnya melumat permen itu dengan gerahamnya.


Dia berpikir tentang mengambil permen satu lagi, tetapi tampaknya aliran percakapannya tidak sesuai. Schera menahannya, dan dia terus mendengar pembicaraan mereka. Dia bertahan, tetapi sosok makanan bulat berwarna putih melintas dibenaknya. Dia mungkin menghubungkan ini dengan daging burung yang sebelumnya.


"Mungkin bantuan kami tak diperlukan. Pengalaman tempur yang sebenarnya ratusan kali lebih berguna daripada teori kosong."


"Pastinya. Dikatakan, satu pengalaman lebih baik daripada seratus pengetahuan."


Katarina setuju dengan komentar Vander. Mereka memiliki pengalaman dalam penundukan bandit, tetapi tak memiliki pengalaman berpartisipasi dalam pertempuran yang sebenarnya. Mereka tentunya memiliki pengetahuan, tetapi apakah mereka bisa memanfaatkannya atau tidak, bergantung pada keputusan mereka di medan perang. Itu artinya Schera memiliki kemampuan sebagai seorang komandan, itulah yang mereka pikirkan.


Orang bodoh seharusnya tak bisa bertahan hidup.
—Tapi, pikir Katarina,
Bagaimana kalau si bodoh itu memiliki keberanian yang cukup untuk menghancurkan keyakinan itu?
Mungkin...
Aku benar-benar ingin melihat bagaimana Schera bertempur dalam pertempuran yang akan datang, segera, dengan mata kepalaku sendiri, pikir Katarina.


Cukup berani sampai-sampai disebut Dewa Kematian, seperti apa itu pemandangannya. Dia berpaling untuk menatap Schera, tetapi tangannya berhenti dan dia menatap langit dengan lesu.


"—Kesampingkan itu. Kayaknya aku pengen makan telur. Rebuskan telur."


Kata Schera secara sembarangan.


"A-Apa?"


“Mayor Schera?”


"Kau tau, sebuah telur! Segera makan jauh lebih penting daripada teori. Yang aku pelajari dalam pertempuran yang sebenarnya adalah banyak makanan yang dibutuhkan untuk pertempuran. —Dan oleh karena itu, aku serahkan sisanya pada kalian berdua. Aku harus kembali pada kerjaanku sendiri."


"Bagus," kata Schera saat dia berdiri dan buru-buru berjalan ke barak. Mereka berdua kalang-kabut mengikuti dia, disana mereka menemukan Schera sedang mengupas sebuah telur dengan riang.


Pasukan Kerajaan dan Pasukan Pembebasan Ibukota Kerajaan tengah bersaing mendapatkan dominasi atas Zona Perbatasan Tengah. Alasan kenapa lokasi ini begitu berharga akan terlihat jika seseorang melihat peta benua. Wilayah yang dikuasai Kerajaan Yuze membagi benua dari barat laut ke tenggara. Bagian barat adalah Kekaisaran Keyland, dan area timur adalah Dolebacks Union. Zona Perbatasan Tengah adalah satu-satunya area milik Kerajaan yang membatasi kedua negara yang lain. Tentu saja, banyak orang lewat sini, dan secara alami, wilayah itu makmur. Perdagangan berkembang. Saat ini wilayah tersebut dibawah embargo, tetapi wilayah itu tak melakukan apa-apa untuk memeriksa orang-orang yang keluar masuk. Jika orang-orang keluar masuk, maka sudah jelas barang-barang juga akan mengalir–itulah yang disebut penyelundupan.


Selain itu, wilayah itu memiliki dataran yang luas dan Sungai Alucia sebagai sumber airnya, dan tanah yang subur. Seseorang bisa mengharapkan panenan dari iklim hangat, dan itu bahkan bisa mengirim barang-barang lewat air dengan menggunakan sungai. Sewajarnya, kota-kota di wilayah ini sangat makmur dan berpenduduk banyak. Wilayah-wilayah Kekaisaran dan Union dikendalikan juga. Di area ini yang mana merupakan perbatasan dari ketiga negara, terdapat sebuah kota metropolis yang merupakan pusat dari benua Mundo Novo.


Itu adalah Tanah Suci dari Three Star Order, agama utama di benua (dan saat ini terbagi karena persengketaan faksional), dan Kota Akademi Arte, yang memiliki Labirin yang dikenal sebagai tempat bersarangnya para iblis. Dulunya disebut Kota Labirin Arte.


Itu adalah kota metropolis netral yang tak menjadi bagian dari suatu negara, tetapi kota itu dipertahankan secara domestik dan secara internasional oleh pasukan bersenjata untuk melindunginya dari invasi Order itu. Jika Order tersebut mengeluarkan tindakan permusuhan, sudah bisa dipastikan bahwa para pengikut di setiap negara akan mengangkat senjata.
Diera ini, itu semua adalah untuk melindungi ke-netral-an mereka, kedamaian sementara mereka.


Di wilayah utara dari Zona Perbatasan Tengah, yang mana bisa menghasilkan keuntungan yang besar, pasukan pemberontak muncul untuk merebut keuntungan-keuntungan tersebut. Kerajaan tak mungkin mengabaikan hal ini. Kekaisaran jelas-jelas turut campur tangan, dan hasilnya, Kerajaan harus menghancurkan pemberontakan tersebut ditahap-tahap awal mereka.


Hasilnya adalah mereka mengalami kerugian yang besar dengan jatuhnya Antigua, sebuah markas dari Zona Perbatasan selatan.


Saat ini, situasinya adalah Salvador dan Antigua di barat menghadapi Belta yang ada di timur dengan Sungai Alucia yang jadi pemisah diantara mereka. Kehilangan Belta sama artinya dengan kehilangan kendali mereka pada Zona Perbatasan Tengah, dan dampaknya, jalan ke Ibukota Kerajaan akan terbuka lebar. Hal ini harus dicegah dengan segala cara.


Oleh karena itu, Sharov, sang Komandan Tertinggi dari Pasukan Kerajaan, memberi perintah yang ketat agar tidak membiarkan para pemberontak melintasi Sungai Alucia. Meskipun Pasukan Pembebasan mungkin saja berkembang, masih ada batas pada seberapa banyak mereka bisa mendukung. Jika mereka mengabdikan diri mereka sendiri untuk melindungi Sungai Alucia, itu mungkin saja untuk bertindak sebagai barisan depan, Sharov telah memperhitungkannya. Dan semisal mereka dimusnahkan oleh Pasukan Pemberontak, Sharov berpikir untuk mengerahkan Pasukan Pertama, dan menjepit Pasukan Pemberontak dari Utara dan Timur dengan menggunakan pasukan yang besar.
—Meski disayangkan, rencana itu ditolak.


Jika rencana ini digunakan, Pasukan Pembebasan pasti akan berada dalam krisis.


Meskipun mereka adalah Pasukan Pembebasan, mereka juga mempertimbangkan bahwa mereka tidak mau menanggung hutang lagi pada Pasukan Kekaisaran yang membantu mereka. Pasukan Pembebasan tidak bertujuan untuk memperluas kekuasaan Kekaisaran. Mereka bangkit untuk menggulingkan kerajaan saat ini.


Secara kebetulan, sangatlah sederhana kenapa Union yang ada di Selatan belum bergerak. Mereka hanya mengamati situasinya, mengirim barang, dan mendapatkan uang. Tak ada perlunya untuk ikut serta dan kehilangan kekuatan militer. Terlebih lagi, negara ini mengumpulkan berbagai kelompok kecil dari kota-kota, dan dengan demikian, itu membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil keputusan. Seorang pemimpin dipilih melalui pemilihan, tetapi setiap kali sebuah keputusan harus dibuat, itu akan diambil dengan suara terbanyak, banyak rapat-rapat sipil yang berlangsung sangat lama.


Dalam status quo ini dimana mereka telah sepenuhnya independen dari Kerajaan, semua kota mengarah pada suatu persetujuan, menganggap bahwa perluasan kebijakan diluar ini adalah sia-sia. Semua orang memahami hal itu, dalam suatu situasi dimana mereka mendapatkan negeri baru, akan ada kekacauan besar atas siapa yang akan memerintah. Perselisihan akan lebih ganas daripada yang terjadi diantara dua negara yang berbeda, dan jumlah pertumpahan darah akan sangat besar. Oleh karena itu, mereka tidak akan berperang. Itu akan membutuhkan uang, orang akan mati, dan ketika kota-kota menjadi reruntuhan, itu tak akan menguntungkan.


Sampai sejauh mana negara-negara lain berperang, sudah pasti tak perlu dicemaskan. Mereka akan berpesta, menjual senjata dan perlengkapan. Berdagang diatas perang. Rekan perdagangan mereka adalah Kekaisaran, dan kemudian Pasukan Pembebasan Ibukota Kerajaan. Adapun untuk lawan mereka, pihak Kerajaan, sebuah embargo perdagangan akan membuatnya hancur.


Lalu untuk penyelundupan, mereka akan membanting harga dan membeli murah, memasang diskon dan menjual dalam jumlah banyak. Emas dalam jumlah yang melimpah dan barang-barang merupakan senjata terkuat. Itulah tindakan Union saat ini.


Laporan dari Mata-Mata Bersenjata.


—Mengenai pergerakan masing-masing negara.


-Kerajaan Yuze: Bala bantuan dari barat laut ke Zona Perbatasan Tengah. Jenderal Yalder telah diturunkan jabatannya. Yang baru dilantik adalah Jenderal David.


-Dolebacks Union: Mempertahankan pengamatan. Tak ada tanda-tanda pergerakan militer.


-Kekaisaran Keyland: Dalam proses mengkonsentrasikan pasukan di barat laut.


—Masalah khusus.


-Mengenai Jenderal David. Mengenai pasukan bala bantuan.


-Mengenai "Dewa Kematian" yang dirumorkan dalam pasukan Tentara Pembebasan.


-Laporan dari mata-mata. Pemecahan musuh masih dalam proses. Mengenai perolehan barang.


Melaporkan laporan terperinci yang tidak ada habisnya menghasilkan informasi yang dirahasiakan.


Setelah melihat sekilas, dia berterimakasih pada mata-mata atas kerja kerasnya.


"......Bagus. Lanjutkan pekerjaanmu."


"86-"


"Pastikan agar tidak diketahui oleh mata-mata Kekaisaran. Akan bahaya kalau Kekaisaran mengetahuinya."


"Seperti yang telah aku informasikan. Serahkan saja padaku."


Ahli Taktik Pasukan Pembebasan, Diener, merenung sembari menatap laporan itu. Mata-mata itu telah keluar dari ruangan itu. Diener telah menginvestasikan properti pribadinya sendiri dan melatih kemampuan orang-orang yang kompeten. Juga ada para Pemanah terampil yang direkrut dari Kota Labirin.


Unit Intelligence Bersenjata yang dia organisir secara pribadi adalah unit rahasia yang bahkan dirahasiakan dari Altura, apalagi orang-orang dari Pasukan Pembebasan. Mereka bertindak seolah mereka adalah prajurit biasa, tetapi mereka seperti aktor yang tidak menunjukkan wajah asli mereka. Satu orang menanggung pekerjaan kotor, itulah tugas Ahli Taktik. Untuk menjaga Putri junjungannya tetap murni, seseorang harus melakukannya.


Material diperlukan untuk perjuangan–siapa yang mengumpulkan material-material itu? Dimana mengumpulkannya? Darimana semua sumber daya untuk perkembangan Pasukan Pembebasan berasal? Apakah Kekaisaran semudah itu memberi mereka dukungan barang setiap saat?


—Tidak. Pengaruh dari panenan yang buruk juga dialami oleh Kekaisaran, dan barang-barang yang diperlukan tidak mampu mencukupi persediaan mereka.


Sejak awal memang tidak ada dukungan dari Union. Keuangan Pasukan Pembebasan sebenarnya sangat tipis.


Lalu, darimana mereka mengadakan barang-barang itu? Kenapa mereka belum bangkrut? Jawabannya sederhana. Mereka akan "mengumpulkan" cukup banyak dari tempat-tempat tertentu. Di wilayah musuh namun masih berada dalam jangkauan, ada banyak "gudang" yang bisa dijarah, gudang-gudang itu "tak terjaga" dan "sudah diabaikan". Semua keburukan akan dipikul oleh Pasukan Kerajaan. Sebenarnya, Kerajaan juga melakukannya, jadi tak seorangpun yang lebih bijak disini.


Realisasi dari sebuah mimpi membutuhkan kompensasi yang diperlukan.


Altura tidak perlu tau. Kalau dia tidak tetap murni, orang-orang tidak akan mengikuti dia. Sosok gadis heroik inilah yang mana semua pria menyerah bermimpi mendapat dia, akan dipandang sebagai yang paling bersinar.


Altura telah mengatakan bahwa dia adalah resolusi. Dalam hal ini, Diener akan menjadikan Altura sebagai simbol dari Pasukan Pembebasan Ibukota Kerajaan selamanya.


Diener telah memutuskan. Demi cita-cita Altura, dia akan melakukannya upaya apapun, dan menanggung semua kebiadapan seorang diri.


"......Tapi, masih belum cukup. Sangat sedikit orang yang sudah bertekad. Diperlukan dorongan lagi."


Dia memejamkan matanya dan mulai memperbaiki rencana untuk kedepannya. Rekan-rekannya Pasukan Pembebasan harus melakukannya tanpa paksaan, jika tidak, maka itu tak ada gunanya. Mereka akan memenangkan hak mereka untuk hidup dengan tangan mereka sendiri. Semangat mereka masih kurang. Mereka memiliki kemampuan, dan dia harus mempersiapkan caranya. Yang tersisa adalah bahan bakar untuk membuat mereka bertahan sampai akhir. Agar Kerajaan yang seperti neraka ini supaya mengubah kondisinya saat ini, kerajaan itu harus diratakan dengan tanah.


Seorang Raja tak kompeten. Para prajurit hanya untuk perlindungan diri. Perwira pemerintahan korupsi. Bangsawan menikmati kemewahan yang tiada habisnya melalaui uang rakyat. Pajak meningkat berkali-kali lipat. Pengeluaran perang meningkat. Menurunkan populasi. Kelaparan dan mati lemas. Minyak diperlukan untuk membakar Ibukota Kerajaan. Sebuah cairan iblis kental seperti lumpur hitam.


Itulah yang disebut dengan "Devil in a Bottle", dan itu pasti akan membakar jiwa orang-orang menjadi kobaran api yang ganas.


Mengorbankan satu orang demi seratus orang. Entah ini benar atau salah, mungkin akan terjawab dimasa depan. Jika mereka menang, puluhan ribu nyawa bisa diselamatkan dibawah Altura.


(Seorang Juru Selamat yang membebaskan penindasan kejam, atau pasukan pemberontak yang kejam. —Akan jadi seperti apa kita nantinya?)


Dia bertanya sendiri meski tidak ada orang disekitar. Jika dia melaksanakan rencana ini, itu akan memberi tanda yang tak bisa dihapus. Apa dia sudah siap untuk hal itu? Apa dia memiliki hati untuk melakukannya? Diener perlahan-lahan membuka matanya, dan dia membakar laporan yang mana tidak diperbolehkan untuk tetap ada menggunakan api dari lilin.


—Tak ada jalan kembali. Jika demikian, dia memutuskan untuk bergerak maju terus. Tak peduli meskipun dia harus jatuh bangun di tanah.

Catatan Penerjemah[edit]

  1. Absinthe : minuman beralkohol yang dikenal sebagai Devil in a Bottle. Orang Jepang menyebutnya dengan Devil's Liquor. Absinthe


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya