Difference between revisions of "Shinigami wo Tabeta Shoujo Indo:Bab 21"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
 
(No difference)

Latest revision as of 13:14, 23 May 2020

Chapter 21 - Sarden Rasanya Asin Tapi Lezat[edit]

Kastil Belta, ditengah rapat.
Para jenderal berkumpul, seraya jenderal Ghamzeh yang dikalahkan sedang bersujud dengan wajahnya mencium lantai.


Semua tanggung jawab ada pada dia yang mengkomando dan melaksanakan operasinya. Sebenarnya ada peluang menunda operasinya saat berita bahwa divisi Yalder telah dipindahkan sampai ditelinga mereka. Dia harusnya menghentikan pergerakan untuk sementara waktu dan melakukan pengintaian lebih mendalam lagi.


Penyesalan Ghamzeh sangat dalam. Semuanya sudah sia-sia sekarang. Setelah ini, gak diragukan lagi Diener memiliki kekuasaan tertinggi.


"Aku, Ghamzeh yang kotor ini, telah gagal, meski dipercayakan prajurit dari Putri. Aku tak punya alasan. Aku sudah siap menerima hukumannya. Serta untuk menegakkan kedisiplinan, sikahkan beri hukuman pada diriku yang tak berguna ini."


"Kau salah, Ghamzeh. Akulah yang memerintahkan kau untuk mengerjakan misi itu. Kau dan anak buahmu sudah bertempur dengan gagah. Aku ingin kau meminjamkan kekuatanmu padaku mulai dari sini dan seterusnya. Jangan gegabah, pertempurannya akan berlanjut."


"Putri. Jika demikian moral tak bisa dipertahankan. Terutama disaat-saat seperti ini, sangat vital membiarkan kegagalan tanpa dihukum. Kumohon padamu, hukumlah diriku. Tak perlu bersimpati."


Ghamzeh menolak, kata-katanya hampir terucap darinya. Dia siap untuk membebaskan kesalahan kepengurusan faksi Belta dengan kematiannya.


Memahami itu, Diener membantu dia. Diener melakukan ini sebagai sebuah investasi.


Ghamzeh sendiri sudah jelas bukanlah orang bodoh. Dia memiliki koneksi dalam Wilayah Ibukota dan memiliki bakat membuat rencana. Kali ini memang berakhir dengan kegagalan, tapi bisa dikatakan, mereka berhasil melakukan penekanan pada Canaan, oleh karena itu, Pasukan Kerajaan sekarang juga harus mengalokasikan pasukan pertahanan pada Cyrus.


"Tuan Ghamzeh. Merupakan sebuah kebodohan untuk membuang nyawamu hanya karena satu kekalahan. Dalam peperangan ini hanya ada satu kemenangan: Saat kita membebaskan Ibukota Kerajaan dan menggulingkan pemerintahan yang busuk itu. Kekuatanmu masih sangat diperlukan. Aku, Diener, dengan penuh hormat memintamu, tolong, demi Pasukan Pembebasa, pinjamkan kekuatanmu."


Diener menarik tangan Ghamzeh, yang masih menundukkan kepalanya, dan membuat dia berdiri. Semua itu cuma akting. Tapi, untuk menenangkan orang-orang disekitar mereka yang gak memiliki perasaan permusuhan diantara faksi, itu merupakan sebuah tindakan yang diperlukan.


Dengan ini, Ghamzeh akan semakin jinak. Dimasa tenang ini, Diener bencana menghancurkan faksi Belta.


Faksi itu, yang terdiri dari mantan orang Kerajaan, tengah berusaha keras, bertindak sesuka hati mereka, dan mereka lupa untuk alasan apa mereka ada didalam perang pembebasan ini. Proyek untuk wilayah selatan Kerajaan sedang berlangsung disaat yang sama, dan mereka perlu mempercepatnya. Yang terpenting adalah bahwa kehendak semua orang searah dengan keinginan Altura. Inilah perasaan sejati Diener, yang dulunya bagian dari faksi Salvador. Pada saat mereka menyelamatkan pemerintahan, mereka harus mendesak maju sejumlah reformasi, dan hal itu gak akan berjalan lancar kecuali semua orang bersatu.


"Namun, sampai membunuh begitu banyak saudara seperjuangan kita, apa-apaan Dewa Kematian itu? Voleur, Borjek, Hastie. Mereka adalah para pria pemberani. Bahkan sampai sekarang aku tak bisa mempercayainya bahwa mereka terbunuh semudah itu."


"Letnan Kolonel dari Pasukan Kerajaan, Schera Zade. Seorang perwira wanita yang bahkan memimpin tak sampai 20 unit kavaleri dari mantan Pasukan Ketiga. Menurut para perwira yang menyerah, dia aslinya berasal dari sebuah desa petani dan mendaftar kedalam pasukan secara pribadi. Dia adalah seorang manusia menyedihkan yang telah tersesat dari jalan yang seharusnya dia tapaki. Dia tak mengetahui keadilan dan hanya menenggelamkan dirinya dalam membunuh. Sebagian dari dirinya layak mendapatkan simpati kita, tapi kita tak boleh mengabaikan tindakan jahatnya lagi."


Diener dengan tenang menyampaikan latar belakang Schera, tapi dalam hatinya, dia amarahnya berkecamuk. Dia adalah manusia yang Diener kenal secara terperinci. Diener berniat membunuh dia dalam pertempuran berikutnya. Kemampuannya milik Schera merupakan sebuah ancaman, tapi, dia hanyalah seorang cewek tak kompeten yang hanya tau menyerang saja.


Jika mereka memasang perangkap dan mengepung dia, mereka pasti bisa membunuhnya. Diener sudah mendengar secara mendalam dari mantan ajudan Schera, Vander, bahwa dia sama sekali tidak tau apa-apa soal teknik perang. Setelah membunuh Schera, Diener akan memutilasi dia, dan setelah itu kemarahannya akan mereda, mungkin.


Dipikir secara hati-hati, rencana yang teliti seharusnya tak akan bisa dikalahkan oleh keberanian yang sembrono dari satu orang saja. Sudah pasti dia tak akan mengakui hal semacam itu.


".....Seorang prajurit biasa yang lahir di desa petani dipromosikan menjadi Letnan Kolonel hanya dalam beberapa tahun? Padahal seorang wanita, tapi memiliki kemampuan sebesar itu. Benar-benar sulit dipercayai. Aku hanya bisa menundukkan kepalaku pada ketenarannya sebagai seorang Dewa Kematian."


Behrouz bergumam seraya membelai jenggot putihnya.


".....Serahkan saja masalah Dewa Kematian itu padaku. Aku akan menunggu celah dan membalaskan dendam rekan kita yang gugur. Ijinkan aku melakukannya. Tuan Ghamzeh, pada saat itu, dengan segala hormat pinjamkan 'bantuan'-mu padaku."


".....Dimengerti, Tuan Diener. Aku, Ghamzeh, akan mencurahkan diriku untuk Pasukan Pembebasan sampai akhir hayat."


Ghamzeh yang diam sejak tadi, akhirnya menundukkan kepalanya dalam-dalam dan setuju.


"Terimakasih, Ghamzeh. Aku mengandalkanmu kedepannya. .....Diener. dari sini bagaimana pergerakan kita?"


Tanya Altura, dan Diener menjawab tanpa menunggu jeda.


"Siap-. Kita akan segera menyambut musim dingin. Kita akan mempersiapkan pasukan kita selama masa itu, dan pertama-tama, ijinkan kami membangun ulang kehidupan warga sipil. Berita bagusnya adalah bahwa jenderal musuh, Sharov, tetap teguh bertahan. Sangat kecil kemungkinannya dia akan melancarkan serangan pada kita. Semisal dia menyerang, adalah hal yang mudah untuk menghentikan pergerakan mereka. Salju merupakan benteng terkuat kita. Saat ini, kita harus mengumpulkan orang-orang yang sependapat dengan kita, melatih pasukan, dan menyebarkan tujuan kita ke seluruh dunia."


Seperti kata peputus pepatah: "Negara kaya, tentara kuat." Saat ini, rencana Pasukan Pembebasan adalah untuk mencurahkan diri mereka pada hal itu. Setelah kehilangan banyak potensi perang mereka, prioritas utamanya adalah mengumpulkan kekuatan.


"Jika demikian, apa maksudmu kita akan menunggu sampai musim semi depan untuk bergerak ke Ibukota?"


"Ya. Kita akan bergerak setelah itu. Kekaisaran, yang memberi dukungan pada kita, berupaya untuk merebut Benteng Madros di wilayah barat laut Kerajaan. Meski musim dingin, mereka akan mengalahkan Pasukan Kerajaan."


Pangeran Alan mengangguk setelah mendengarnya. Pria yang paling dekat dengan singgasana, Pangeran Alexander, sedang melakukan ekspedisi didampingi 100.000 prajurit.


Alexander melakukan serangan, memimpin Korp Pasukan Kelima dan juga membawa korp Pasukan Ketujuh yang mempertahankan Benteng Wealth di wilayah timur laut Kekaisaran. Dia adalah kakaknya Alan, dan seorang pria yang hebat dimata ayahnya, sang Kaisar. Dia bisa menangani semuanya tanpa cacat dan handal dalam memahami sifat sejati seseorang, posisi dan statusnya mungkin tak tergoyahkan. Bagi Alan sekarang ini, ini bukanlah hal yang perlu dikuatirkan.


"Karena kakakku, Alexander, memimpin mereka, mereka pasti berhasil merebut Madros. Jika mereka berniat menyerang Ibukota Kerajaan, pertahanan Canaan juga akan semakin tipis. Itu akan menjadi keuntungan kita untuk mengumpulkan kekuatan dan menunggu kesempatan yang bagus."


Mendengar ucapan Alan, Altura mengangguk penuh semangat. Saat Altura menatap Behrouz untuk mencari persetujuan, Behrouz juga gak terlihat keberatan.


"Rencananya sudah diputuskan. Semuanya, aku ingin kalian semua untuk berusaha sebaik mungkin dan bekerja untuk merealisasikan impian kita. Aku juga akan mengerahkan segala yang kumiliki."


"Siap-, serahkan pada kami."


Semua orang pergi. Setelah memastikan bahwa Altura dan Alan memulai percakapan mesra, Diener juga pergi ke ruangannya sendiri.


Ada banyak sekali hal yang harus dia lakukan. Semakin banyak waktunya, semakin mudah bagi dia untuk menjalankan rencananya. Disaat mereka menyerang Canaan lagi, pasti gak akan gagal. Tapi, karena lawan mereka adalah Sharov, mereka mungkin ditarik kedalam pertempuran panjang dengan banyak korban. Pria yang tenang dan handal itu harus ditangani terlebih dahulu. Pria itu memiliki kesombongan dan kepercayaan diri bahwa jika dia memperkuatnya, dia bisa mempertahankan posisi strategis dari Canaan terhadap apapun. Dan, dia memang benar.


Demi Pasukan Pembebasan, akan bijaksana jika mereka bisa memancing Pasukan Kerajaan keluar dari posisi mereka dan menghancurkan mereka.


(.....Sudah hampir waktunya Panglima Sharov pensiun. Maaf saja jenderal Behrouz, aku gak punya niat menghibur perasaan pribadinya.)


Dia sudah menabur benih untuk tujuan ini. Satu-satunya hal yang perlu dilakukan adalah mendorong benih itu bertunas. Skema semacam ini merupakan keahlian Diener. Bibir Diener melengkung, dan mulai menulis sebuah pesan rahasia yang terperinci untuk memberi instruksi pada agen-agennya.


* * * *


Setelah berhasil mempertahankan Cyrus, Kavaleri Schera dan United Legion Yalder menuju ke barat laut kerajaan atas perintah Sharov.


Di barat laut Kerajaan, Benteng Madros merupakan barisan terdepan dalam menghadapi Kekaisaran. Di sebelah barat mereka adalah Benteng Wealth dibawah kekuasaan Kekaisaran, dan keduanya memiliki sejarah konflik yang panjang.


Adapun untuk Canaan, Sharov telah mengaturnya di Benteng Roshanak, Barbora bertindak sebagai barisan depan, dan Laus berpindah untuk mempertahankan Benteng Cyrus.


Karena dia gak punya rencana melakukan serangan di musim dingin, surplus prajurit dikirim kembali ke Ibukota. Ada banyak prajurit yang kelelahan dan tidak puas.


Barbora mengusulkan untuk menyerang di musim dingin, tapi Sharov menolaknya, mengatakan bahwa resikonya terlalu tinggi. Pada musim dingin, pengangkutan persediaan saja sudah sulit.


Selain itu, Yalder telah mendapatkan kontribusi yang spektakuler, memukul mundur unit serangan kejutan milik musuh, melintasi pegunungan, mengalahkan barisan belakang, dan menyerang markas utama musuh dsri samping, tapi sayangnya, dia gak disetujui untuk dikembalikan menjadi Jenderal. Laporan Sharov pada Raja ditolak, dan Yalder diberi arahan bahwa dia akan dikembalikan menjadi Jenderal bergantung pada kinerjanya. Yalder sekali lagi kehilangan semangat, tapi dia kembali bangkit, berkata bahwa dia akan mengatasi ujian ini dan membuat dirinya naik lagi.


Begitu pula dengan promosi Schera juga ditolak. Berpikir bahwa sebuah promosi menjadi Kolonel memang berlebihan, dia diberitahu, "Nanti."


Orang yang menyatakan kekhawatiran itu adalah Menteri Utama Farzam. Dia merasa ketakutan pada seseorang yang belum pernah dia temui sebelumnya naik pangkat ditengah-tengah tepuk tangan yang meriah. Itu seperti bahwa lahirnya seorang pahlawan akan mengancam posisinya.


Schera sendiri gak peduli, dan dia memanjakan diri dengan makanan seperti biasanya. Sejak awal, makanan jauh lebih penting daripada promosi.


Schera saat ini sedang memakan saus dengan bawang, dan rebusan sayur-mayur seperti wortel. Ada banyak sekali rumput yang bisa dimakan, jadi wajah Schera berkedut saat dia memakannya. Katarina dalam suasana hati yang bagus dan nampaknya sangat menikmati makannya, jadi dia memindahkan sayuran yang ada dipiringnya ke piring Katarina. Dia betul-betul gak suka makanan jenis sayur, dan dia juga gak suka makanan yang pahit.


–Barat Laut Kerajaan, Markas Pusat Area Madros, Kastil Madros.


"Well well, bukankah itu Mantan Kandidat Panglima Tertinggi, Mantan Jenderal Yalder. Jadi kau masih hidup! Keras kepala cuma akan membuatmu botak! Hahaha-!"


Yang keluar untuk menemui Yalder sambil tertawa kasar adalah komandan dari Pasukan Kelima, Letjen Kerry Madros.


Sambil menepuk kepalanya yang botak, dia menyuruh Yalder yang marah untuk duduk.


Duduk di kursi dengan kasar, Yalder berteriak keras tanpa menahan diri.


"Aku gak mau dikatain soal botak olehmu, dasar si botak brengsek!"


"Seperti ini akan lebih mudah memakai helm lho. Cepat atau lambat kau akan memahaminya. Itupun kalau kau bisa menjaga kepalamu masih nempel di lehermu! Wahahahaha-!!"


Kerry tertawa, dan para perwira yang ada didalam ruangan juga tertawa. Mereka semua adalah para pria pemberani kepercayaan Kerry, dan mereka dipenuhi semangat bertempur sampai akhir. Pasukan Kelima merupakan sebuah pasukan heterogen yang disatukan oleh penduduk wilayah Madros. Mereka gak akan pernah tunduk pada Kekaisaran.


"Kau-dasar gak tau diri-! Kau bahkan menghina aku! Padahal aku datang kesini sebagai bala bantuan, perlakuan macam apa ini-! Demi tuhan, semua orang mengolok-olok aku!"


Yalder memukul meja. Wajahnya menjadi semerah lobster.


"Duh, tenanglah Yalder. Kita sekarang ini pangkatnya sama, jadi gak bisakah kita berbicara lebih santai? Jenderal dan Letjen gak jauh beda. Keduanya gak betul-betul penting buatku. Gimana menurutmu? Ayolah, minum dulu."


Kerry menuangkan alkohol sambil menepuk pundak Yalder. Cuaca dingin di barat laut sangatlah ganas, dan alkohol akan memberi sedikit kehangatan.


Salju masih belum turun, tapi sudah cukup dingin sampai menembus kulit. Biasanya, seseorang gak akan berpikiran memulai perang di saat seperti ini.


Yalder meneguk minumannya. Dia menarik nafas panjang, dan kemudian menghembuskannya, menenangkan diri. Dia sudah mengenal orang ini cukup lama. Kerry memang suka mengolok-olok orang dan memiliki karakter yang sangat gak menyenangkan. Meski begitu, dia sangat populer dikalangan prajurit dan unggul dalam keberanian–betul-betul seorang pria yang gak menyenangkan.


".......Ah gak usah banyak bacot. Langsung ke topik utamanya saja. Sudah sampai seberapa jauh orang-orang dari Kekaisaran?"


"Hm? Ahh, orang-orang bego dari Kekaisaran ya. Meski sekarang ini musim dingin yang keterlaluan dinginnya, orang-orang itu nggak mundur. Kami bertempur, berniat untuk bertahan sampai musim dingin, tanpa ada hasil. Penyebab semua ini adalah karena si tolol yang menggerakkan Korp Pasukan milik David."


Pasukan Keempat, yang dipimpin oleh mendiang David, dan Pasukan Kelima milik Kerry terus berjuang mempertahankan wilayah ini. Karena si tolol dari Ibukota secara sembarangan memindahkan mereka, pasukan milik Kerry jadi seperti ini. Kalau mereka secara naif mengasingkan diri di benteng baru mereka yang seharusnya menjadi benteng untuk melawan Pasukan Kekaisaran, mereka mungkin akan dimusnahkan tanpa sisa. Kerry meninggalkan Benteng Pertama yang baru saja selesai dan gak berguna itu, dan dia melakukan pertempuran sambil memgevakuasi penduduk. Dia mulai melakukan peperangan gerilya, memanfaatkan segera keuntungan dan cara yang dia miliki, untuk mengganggu kereta pasokan musuh. Karena itulah, mereka sukses menahan pergerakan musuh dan berhasil bertahan sampai musim dingin.


“.......Kerry. Soal Tuan David, sangat disayangkan di Belta...”


“Ahhh, aku tau. Dia bukan orang yang cermat, tapi dia maniak minuman keras. Minuman keras yang dia pilih sangat enak. Apa yang terjadi pada dia memang sangat disayangkan."


Gak ada alasan kenapa David, yang menyombongkankan garis keturunan keluarganya, dan Kerry, yang tempat kelahirannya di Wilayah Madros yang terpencil, bisa akrab. Bisa dikatakan, mereka berdua gak pernah terlibat dalam konflik, dan mereka memiliki hubungan dimana mereka berusaha untuk tidak saling mengganggu satu sama lain. Minuman keras yang dikirim David padanya sebagai hadiah ternyata sangat enak.


".....Apa rumor soal Pangeran Alexander menjadi Panglima Pasukan Kekaisaran itu benar?"


"Ya, dia mungkin mendapatkan poin untuk mengamankan singgasana. Antusiasme orang-orang itu sangat tinggi. Para bajingan dari keluarga Wealth juga menyerang kami meski cuacanya dingin begini. Itu sangat menjengkelkan sampai-sampai kau gak akan mempercayainya."


Letjen Gustav Wealth adalah komandan dari Korp Pasukan Ketujuh dari Area Wealth di wilayah Kekaisaran. Dia adalah seorang musuh bebuyutan yang mana Kerry memiliki dendam atas para leluhurnya.


Kerry, demi melindungi Wilayah Madros, dan Gustav, demi melindungi Wilayah Wealth, memiliki hubungan dimana mereka saling baku bunuh.


Mereka memiliki hubungan yang berlumuran darah dan tak terpisahkan yang telah berlangsung selama lebih dari 200 tahun. Takdir ini juga merupakan alasan paling utama kenapa Kerry dan rekan-rekannya gak akan mau menyerah pada Pasukan Kekaisaran.


Jika Gustav menguasai Area Madros, dia pasti akan membalas dendam atas semua yang telah terjadi. Jika posisi mereka dibalik, Kerry juga akan melakukan hal yang sama. Bagaimanapun juga, gak ada penyelesaiannya. Ini adalah masalah membunuh atau terbunuh. Hal ini mungkin akan terus berlanjut sampai kota milik musuh mereka hancur. Sebelum mereka terbunuh, mereka harus membunuh. Itulah tugas penguasa feodal.


Awal mula dari kebencian ini katanya berakar dari warga Madros yang menyerah dibunuh, atau warga Madros membunuh warga Wealth yang menyerah–sekarang ini, gak seorangpun tau yang mana yang benar. Gak peduli mana yang benar, keluarga Madros memihak Kerajaan, dan keluarga Wealth memihak Kekaisaran.


Ada sebuah kebiasaan dari warga Madros membuat tato seekor binatang penjaga pada dada mereka. Werga Wealth mengukir seekor burung sakral pada bahu mereka. Ironinya bahwa tato ini menjadi simbol yang digunakan untuk membedakan etnis mereka dan ujung-ujungnya semakin mengobarkan api permusuhan mereka semakin besar lagi.


"....Meski sudah hampir musim dingin, mereka gak menunjukkan tanda-tanda akan mundur??? 100.000 itu merupakan pasukan yang besar. Pasti sangat merepotkan untuk memeliharanya."


"Meski begitu, mereka menyerang kita dengan tetap menghemat tenaga. Lagian Pangeran sendiri yang memimpin mereka. Itu merupakan sebuah tempat yang bagus untuk mengukir namamu. Mereka datang meskipun kita mundur sambil membakar semua tanaman yang kami pelihara dengan hati-hati. Sudah pasti kami gak menyisakan apapun untuk dimakan oleh mereka, kami sudah membakar semuanya menjadi arang. Dimusim dingin ini, setelah pasokan mereka melemah merupakan titik kemenangan kita. Akan kita tunjukkan neraka pada orang-orang kekaisaran itu."


Pasukan Kelima sudah mengevakuasi semua warga di rute invasi Pasukan Kekaisaran, meracuni sumur-sumur, membakar ladang, dan mengosongkan persediaan makanan. Mereka gak mau memberi apapun pada para prajurit Kekaisaran. Metode ini bukan hanya dipikirkan oleh Kerry dan para prajurit, tapi para warga juga berpikir demikian.


Kalau mereka tertangkap, mereka akan disiksa dan dibunuh. Karena mereka mengetahui ancaman tersebut, gak seorangpun yang keberatan melakukannya.


Kerry menghabiskan minuman keras di gelasnya dan memegang gelasnya erat-erat. Yalder juga secara tak sadar memperkuat genggamannya. Dia menatap peta yang dibentangkan diatas meja dan mengusap janggutnya.


"Arah barat laut dari Madros adalah Benteng Kedua, di baratnya ada Benteng Ketiga, dan Benteng Keempat di barat daya huh. Benteng Kedua berada disepanjang pantai, dan Benteng Ketiga dikelilingi pegunungan. Maka Benteng Keempat merupakan titik terlemah dari Madros–benteng itu berada di dataran dan yang paling mudah jatuh. Kalau itu aku, aku akan menargetkan Benteng Keempat."


Yalder lebih suka serangan frontal. Tanpa pikir panjang, dia memilih Benteng yang paling gampang diserang. Kalau dia memiliki pasukan besar dan gak perlu kuatir soal persediaan, dia gak salah. Gak ada perlunya repot-repot menyerang lokasi yang susah. Lagipula juga dibutuhkan waktu untuk persiapan dan melakukan serangan langsung hanya dengan kekuatan saja.


Kerry menegaskan bahwa Benteng Keempat akan aman-aman saja. Dia punya tekad dan keyakinan bahwa mereka akan mempertahankannya sampai akhir.


"Karena itulah, benteng itu dibuat paling kokoh. Kawan, Benteng itu gak akan jatuh semudah itu. Lagian aku sendiri yang mengkomando disana. Yo Yalder. Aku berencana menyuruhmu ke Benteng Kedua yang ada di pantai. Di bawahnya terdapat jalan menuju gudang perbekalan. Kalau Benteng itu jatuh, Pasukan Kelima dan Pasukanmu sendiri akan jatuh kedalam keadaan sulit. Meski ini adalah tempat yang berbahaya, bagaimana itu?"


Kerry menunjuk Benteng Kedua yang dibangun disepanjang pantai. Itu merupakan sebuah penghalang yang dibangun untuk memblok jalan utama. Tapi, sulit untuk dibilang kokoh, dan kalau senjata penyerbu digunakan untuk menyerang, akan sulit untuk bertahan.


"Pada dasarnya itu memberiku posisi yang bagus. Aku, Yalder, dan United Legion milikku, akan mempertahankan Benteng itu, ijinkan aku menunjukkannya padamu. Dan juga, kali ini aku akan membuat orang-orang di Ibukota Kerajaan mengakui tindakanku!"


Sambil dengan geli memperhatikan Yalder menggertakkan giginya dan menyemangati dirinya sendiri, Kerry tersenyum. Dia tau kalau Yalder gak akan setuju dengan rencana miliknya, tapi mereka adalah teman lama, jadi dia gak akan menolaknya. Gak diragukan lagi Yalder akan marah dan memukul dia.


"Wan, jangan buru-buru begitu, Yalder. Biar aku selesaikan. Ini adalah tugas yang hanya bisa dilakukan oleh kalian. Sebuah tugas yang cuma bisa kupercayakan pada Letjen Yalder yang sudah diturunkan jabatan dan United Legionnya yang dikalahkan dan menyedihkan. Pastikan kau memperhatikan dengan otak jongkokmu. Aku gak akan memaafkan kegagalan. Paham?"


"Bangke lu. Tiba-tiba pasang wajah muram, apa lu gak cuman menghina aku tapi pasukanku juga!? Kalau itu hal yang bodoh, aku gak akan memaafkanmu!"


"Ini rencananya–"


Merandahkan suaranya, Kerry menjelaskan pada Yalder. Sebelum dia selesai bicara, Yalder emosi dan memukul dia dengan tangan kanannya, dan Kerry membalas dengan tandukan. Ruang pertemuan itu menjadi kacau. Para perwira disekitar mereka hanya melihatnya saja, gak menunjukkan tanda-tanda menghentikan mereka, dan kedua Letnan Jenderal itu terus berkelahi baku pukul, menyebabkan goresan pada wajah masing-masing sebanyak yang mereka bisa. Situasi saat ini sangat mirip dengan dua orang pemabuk sedang berkelahi di kedai. Perkelahian itu terus berlanjut sampai Sidamo mendengar keributan itu, membawa penjaga untuk menghentikan mereka.


Sama seperti yang Kerry perkirakan. Dia melirik badan Yalder, dan badannya penuh luka. Dia tau kalau luka-luka itu bukanlah luka serius. Sudah jelas Kerry sendiri juga sama keadaannya.


–Malam hari, beberapa hari setelah itu.


Meninggalkan Benteng Kedua dengan kobaran api yang menjulang tinggi, Schera memimpin 2.000 kavaleri miliknya menuju ke perkemahan Pasukan Kekaisaran.


Pada kuda mereka terikat 100 kepala prajurit Kerajaan. Selain itu, juga membawa putra kedua dari keluarga Madros, Darus Madros, dengan keadaan tangan dan kaki diikat.


Mulutnya disumpal dan wajahnya bengkak karena luka gores, dan ada bekas sia meronta. Dia akan jadi persembahan untuk Pasukan Kekaisaran, seorang tumbal.


"Katarina. Apa kita sudah dekat?"


"Siap–, Ada tanda-tanda pengintai disekitar. Sepertinya kita sudah diintai."


"Oh. Kalau begitu seusai rencana. Angkat."


Saat dia memberi instruksi pada kavaleri dibelakangnya, mereka mengikat kain putih pada tombak mereka dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Itu merupakan tanda penyerahan diri, sebuah bendera putih. Kavaleri Schera mengangkat banyak bendera putih dan terus bergerak.


Schera memakan sarden kering, produk lokal Madros. Itu adalah makanan untuk banyak orang, dan supaya mereka bisa memanfaatkan garam, makanan itu sangat asin. Itu bukanlah makanan yang sering dimakan kosongan, dan memang tujuannya untuk lauk. Cara yang tepat untuk memakannya adalah memasukkannya kedalam sup.


Wajah Schera meringis karena keasinan. Katarina mengulurkan botol air, tapi Schera menggeleng dan menolak. Dia mengambil sarden satu lagi dari kantong, dan kali ini menghisapnya dari ekornya. Rasa pahit menyebar di dalam mulutnya.


"Aku jadi penasaran apa Pasukan Kekaisaran punya makanan enak. Aku jadi bersemangat."


"Dimusim ini, lebih baik jangan terlalu berharap. Kemungkinan–"


Katarina mau mengeluarkan produk lokal Wealth, tapi infanteri dari semak-semak disekitar melompat keluar, mengganggu dia.


Mereka mengangkat obor mereka dan mengarahkan tombak pada unit kavaleri itu. Schera segera mengunyah sarden keringnya. Dia mengunyahnya sampai jadi kecil-kecil, tulang-tulang kecil mengeluarkan suara gemeretak. Setelah rasa pahitnya hilang, rasa asinnya kembali muncul, dan wajah Schera mengernyit karena keasinan.


"Berhenti-! Hentikan kuda kalian-!!"


"Jangan bergerak! Jangan berani-berani kalian bergerak! Kalau ada gerakan mencurigakan sedikit saja, kami akan membunuh kalian ditempat-!"


"Para prajurit Kerajaan ya!? Apa kalian tau arti dari bendera putih itu!?"


Seraya mereka berteriak keras, mereka mengintimidasi Schera dan kelompoknya. Kavaleri itu tetap tenang, dan mereka menunggu perintah komandan mereka. Bahkan kuda-kuda pun gak ada yang bersuara. Para prajurit Kekaisaran mengamati kavaleri aneh ini dengan tatapan curiga. Biasanya, orang-orang seperti ini akan dipenuhi rasa takut. Lalu komandan unit patroli berteriak pada mereka.


"Kami adalah unit patroli dari Korp Pasukan Ketujuh Kekaisaran Keyland! Ada urusan apa kalian datang kesini!? Bergantung pada jawaban kalian, kami akan menyerang-! Lebih baik kalian menjawabnya dengan hati-hati-!"


Pada pertanyaan itu, Schera menggerakkan kudanya untuk melangkah maju dan menjawab dengan tenang tapi menusuk.


"Aku Letkol Schera Zade, kavaleri yang berafiliasi dengan United Legion Khusus Kerajaan Yuze. Datang untuk menyerah pada Kekaisaran Keyland, kami sudah membakar Benteng Kedua dan menyandera seorang pria dari keluarga Madros. Aku ingin bertemu dengan komandan Pasukan Kekaisaran. Kami tak punya tempat untuk pulang."


Dengan sinyal Schera, kavaleri anak buahnya melempar kepala yang mereka bawa. Para prajurit Kekaisaran itu mengambilnya untuk memeriksanya.


Didepan mereka, mereka bisa melihat cahaya merah menyala di langit malam. Sudah pasti ada kobaran api disekitar Benteng Kedua.


Saat komandan dari unit patroli itu memastikan hal itu, dia menatap Schera seraya tetap waspada.


".....Kau bukan warga Madros, kan?"


Orang-orang dari Madros gak akan mau menyerah. Dengan kata lain, kalau mereka adalah warga Madros, dia berniat membunuh mereka disini. Ada banyak prajurit dari Korp Pasukan Ketujuh Kekaisaran yang lahir diwilayah Wealth. Komandan ini adalah seorang warga Wealth.


"Aku lahir di Zona Perbatasan Tengah. Bagaimana?"


"......Tidak, aku paham. Akan tetapi, bukan wewenangku untuk menerima penyerahan kalian. Aku akan memandu kalian ke markas pusat, dan kau harus menjelaskan situasimu disana. Jangan coba-coba melakukan tindakan aneh. Kami bukanlah satu-satunya prajurit yang ada disekitar sini."


"Kuhargai itu. Kalau begitu tolong pandu kami."


"Kesini. Ikuti aku."


Dengan desakan dari Schera, si komandan memandu mereka dan mulai berjalan. Unit tombak dan panah berada dalam formasi siap dengan senjata mereka mengelilingi kavaleri itu. Jika ada perilaku mencurigakan, mereka akan langsung menembakkan panah dan menyerang dengan tombak mereka. Unit kavaleri itu sama sekali gak menunjukkan rasa takut, dan dalam diam mengikuti Schera.


Tanpa disadari, bendera putihnya sudah diganti dengan bendera hitam berlambang burung menakutkan. Harga diri mereka mungkin gak bisa menahannya, gak ada kata kalah untuk Kavaleri Schera.


Para prajurit Kekaisaran sama sekali nggak menyadarinya.


Melirik mereka, mulut Schera tersenyum bengis.


"–Aku betul-betul menantikan ini."

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya