Shinmai Maou no Keiyakusha (Indonesia):Jilid I Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 2 - Kontrak Tuan dan Budak Pertama[edit]

Bagian 1[edit]

Naruse Mio, diusir dari kediaman Toujo, datang ke sebuah taman di bukit dengan Maria.

Ini adalah taman, di mana dia telah menyaksikan matahari terbenam setelah bersepeda di sekitar kota dengan sepeda Basara.

—30 menit sejak mereka tiba di sana. Mio menyaksikan cahaya kota di malam hari dengan tenang.

Itu adalah pemandangan yang indah. Cahaya dari bangunan dan lampu mobil maupun kereta muncul layaknya iluminasi. Mio berpikir, bagaimana kelihatannya ketika menengok ke bawah dari bintang-bintang di langit.

...Sama seperti katanya.

Mengingat tentang orang yang mengajarinya soal pemandangan yang indah ini, Mio sedikit mengernyit.

"Aku tahu bersatu itu mustahil..."

Saat itu, Mio telah menjawab dengan jawaban yang jelas atas saran Basara. Karena dia sudah tahu. Bahwa takkan ada kesempatan seperti itu. Sejak mereka bertemu, mereka telah menipu Basara.

"Maaf, Mio-sama... tolong bergembiralah."

Maria menatapnya dengan mata khawatir. Wujudnya kembali jadi manusia.

"Kita cuma tak beruntung bahwa mereka ternyata Pahlawan. Kalau yang lain, aku yakin—"

"Tidak, Maria... mari kita mengakhiri semua tipuan itu."

Mio menggeleng.

"Aku ingin markas tanpa melibatkan siapa pun kalau bisa, tapi...menipu seseorang untuk itu tentu tidak sesuai dengan keinginanku."

Bukannya mereka tak punya uang. Ayah angkat Mio meninggalkan mereka banyak tabungan. Tapi untuk markas, satu rumah adalah yang terbaik. Kalau mereka sembarangan menyewa apartemen atau rumah di kompleks ramai, penduduk lainnya mungkin akan terseret.

Namun, Mio masih belum dewasa. Selanjutnya, tanpa kerabat. Dan Maria berwujud seorang anak kecil.

Dengan begini mereka jelas tidak bisa membeli, atau menyewa suatu tempat. Tentu saja hal itu bisa diperoleh jika Maria memanipulasi kenangan dengan sihir, tapi dia harus memanipulasi kenangan banyak orang, kalau mereka ingin membeli rumah sebagai anak dibawah umur dan tinggal tanpa menarik kecurigaan dari kantor real estate. Selain itu, kenangan akan perlu untuk mencocokkan posisi dan hubungan masing-masing orang. Sihir manipulasi kenangan itu tidak terlalu kuat.

Itulah sebabnya Mio dan Maria telah melakukan cara tak langsung.

"Aku mengerti... Aku akan mematuhi perkataanmu, Mio-sama."

Maria tidak keberatan. Dia harus memahami perasaannya. Dengan senyum lembut,

"Itulah yang membuatmu baik, Mio-sama... aku pribadi tidak melihat ada masalah dengan menipu manusia yang mendekati kita dengan motif tersembunyi sekalipun."

"Mungkin…"

Maria mengatakan sesuatu yang wajar. Setelah orangtua mereka saat ini telah meninggal, pengacara yang dipercayakan dengan kehendak telah mencoba untuk menipu Mio untuk mencuri warisannya. Ketika Mio telah berjalan berkeliling di malam hari dengan Maria, orang telah mendekati mereka dengan khawatir, namun dengan motif tersembunyi di tempat terbuka. Makanya mereka jadi tidak dapat mempercayai siapapun selain diri mereka sendiri. Namun jika orang-orang seperti mereka ada, mereka pikir itu tidak akan buruk untuk menipu mereka. Bagaimanapun, kedua belah pihak berbaring.

—Jadi, Satu bulan yang lalu, ketika mereka dikelilingi oleh penjahat di kota, Jin telah datang untuk menyelamatkan mereka.

Mereka tidak bisa percaya dia. Dia hanya akan menipu mereka juga.

Dia akan mengkhianati mereka pada akhirnya... Itulah apa yang mereka duga.

Itulah alasan Maria memanipulasi kenangan dan merencanakan untuk mengambil alih rumah. Tapi, dengan demikian, mereka berubah menjadi orang yang sama seperti orang-orang ini.

"...Tapi, siapa yang bisa membayangkan bahwa keduanya Pahlawan."

Mio menunjukkan senyum mengejek diri. Dia tidak menyalahkan mereka atas menyembunyikan silsilah mereka. Mereka telah melakukan hal yang sama. Tentu saja mereka mungkin bisa mengalahkan Basara kalau mereka kembali ke rumah sekarang dan berjuang dengan kekuatan penuh. Ada kemungkinan untuk menjadikan rumah itu markas mereka.

"Tapi…"

Jin dan Basara telah berbeda dari yang lain yang telah mereka tipu. Dia menduga bahwa dia mungkin telah menemukan orang yang bisa menaruh kepercayaan dirinya, untuk pertama kalinya setelah kematian orangtuanya.

…Tapi.

Apa gunanya itu sekarang. Sudah terlambat. Waktu tidak bisa diulang kembali. Setelah itu,

"Mio-sama..."

Maria memanggilnya dengan nada tenang.

"Maaf... Kita perlu mencari tahu apa yang harus dilakukan dari sekarang, tapi pertama-tama kita perlu tempat untuk menginap malam ini."

Tapi Maria menggeleng ringan. Dan kemudian, dia berkata dengan suara sedikit kaku.

"Tidak—Sepertinya ada sesuatu yang harus kita lakukan sebelum itu."

Pada ucapan ini, Mio melihat suasana sekitarnya.

Tanpa disadari, taman telah menjadi tenang tak menyenangkan. Keheningan yang tidak wajar. Mio segera mengerti apa artinya. Selama setengah tahun lalu, ia mendapat pengetahuan yang diperlukan.

"Sihir untuk mengusir manusia...."

Mio atau Maria tidak menggunakannya. Lalu ada satu penjelasan.

"Tolong hati-hati... Ini adalah musuh."

Maria melotot di depannya. Setelah itu, ada gerakan di kegelapan sana.

Apa yang muncul dari bayangan tiga bayangan tak menyenangkan. Bayangan ini secara bertahap berubah bentuk.

Satu berubah menjadi [bayangan] yang memiliki siluet humanoid hitam dengan sabit panjang, layaknya dewa kematian.

Dua sisanya menjadi hewan singa ajaib dengan sayap— manticore.

Tanpa diragukan lagi, itu iblis. Kemungkinan mereka anak buah Raja Iblis saat ini. Mereka memancarkan haus darah terang-terangan. Membuka keberadaan mereka. Dan juga tujuan mereka. Karena itu,

"Aku mengerti... Siapa sangka bahwa kau akan datang."

Mio memelototi tiga [musuh] dengan menantang.

Suaranya gemetar samar-samar. Itu bukan karena takut. Tapi karena—marah.

"Tak dapat dimaafkan... Aku akan membalaskan dendam orangtuaku...."

Tak perlu dikatakan, Mio belajar kebenaran dan keturunannya dari Maria setelah kematian orangtuanya. Bahwa dia, Naruse Mio, adalah satu-satunya anak perempuan dari Raja Iblis sebelumnya. Dan dua orang yang dia anggap sebagai orangtuanya hanyalah orangtua asuh.

Sehebat itu, dia menerimanya ketika Maria menunjukkan sosok sejatinya dan sihir.

Ya. Orangtua Mio tidak terkait oleh darah dengannya. Mereka mungkin hanya mengangkat dan menjaganya karena perintah dari ayah kandungnya.

….Tapi.

Naruse Mio berpikir. Dua orang yang membesarkannya itu pasti orangtuanya.

Daripada ayah kandung yang tak pernah dia temui, mereka adalah keluarga yang berharga.

Itulah sebabnya dia tidak akan pernah memaafkan itu. Mio tentu belum membangkitkan kekuatan ayahnya—Raja Iblis. Tetap saja,

"Tolong singkirkan semua manusia... Baik, ayo."

Mio mewarisi sesuatu di dalam darah ayahnya. Itu adalah—bakat sihir.

"Siapkan dirimu... aku akan menghabisimu seratus kali."

Pada saat yang sama ia mengatakan itu, tubuh Mio memancarkan aura merah. Dia mengeluarkan kekuatan sihir sendiri.

—Biasanya. Aura sihir adalah hitam negatif.

Lonjakan sihir yang dipancarkan oleh musuh sekarang adalah hitam pekat, lebih gelap dari malam.

Dalam hal itu, Maria atau Iblis moderat seperti ayah Mio, Wilbert, memiliki aura biru. Itu adalah warna yang telah bersumpah untuk membebaskan diri dari balas dendam terhadap Suku Dewa.

Aura kekuatan sihir berubah warna tergantung pada hati iblis yang menggunakannya.

Tapi— Mio harus bersumpah membalas dendam untuk orangtuanya yang tewas dan memilih jalan permusuhan.

Jadi ketika dia belajar bagaimana menggunakan kekuatan sihir dari Maria, auranya tidaklah hitam, atau biru, tapi merah bahkan lebih cemerlang daripada darah. Jenis warna merah yang membakar musuh menjadi abu.

"Oke, mari kita mulai."

Kemampuan khusus seperti sihir pada dasarnya tidak ada di dunia ini. Rata-rata manusia tidak bisa melihat fenomena itu. Oleh karena itu, mereka tidak bisa ikut campur di sini. Dan—perkataan Mio adalah tanda untuk awal pertempuran.

Dua [bayangan] manticore mendekat secara bersamaan. Pada gerakan terkoordinasi ini,

"Rasakan ini!"

Mio mengeluarkan sebuah sihir serangan. Kilat dan ledakan terdengar pada saat yang sama. Sebuah sihir petir turun dari langit. Tapi, dua bayangan meledak meskipun debu yang diciptakan oleh serangan itu.

Manticore. Hewan ajaib pintar pasti menghindari petir.

...Bagaimana dengan si pembawa sabit...

Dia tidak bisa lagi merasakan kehadiran musuh dalam debu melonjak. Dia pasti telah dikalahkan oleh sihir petir. Dalam hal ini, Mio memindahkan perasaannya ke dua hewan ajaib.

"Mio-sama, aku ikut juga."

Maria menendang tanah dan terbang ke depan, menghalangi manticore. Namun itu dua vs satu yang kurang beruntung dengan perbedaan besar dalam fisik.

"———"

Manticere, memutuskan untuk menghabisi Maria, yang memberi target yang mudah, pertama, berpisah ke kanan dan kiri dan membuat gerakan menjepit dari sisi. Menutup jarak, satu datang pada Maria dengan taring, yang lainnya dengan cakar. Sebuah serangan gabungan dari sisi dan atas. Satu-satunya pilihan yang tersedia bagi Maria untuk menghindar itu mundur. Namun,

"Ahahaha, bodoh sekali."

Seiring dengan tawa itu, Maria melompat ke depan. Dia menuju kaki kanan dari salah satu manticore—satu yang mencoba menghabisinya dengan taring. Dia menutup jarak dalam sekejap dan ketika dia cukup dekat untuk mencapai itu dengan tangannya,

"Ayo hibur aku lagi."

Mengatakan demikian, ia mengayunkan kepalan kanannya di kepala hewan ajaib raksasa.

—Tak seperti Mio, Maria tidak mengkhususkan diri dalam sihir ofensif.

Lalu bagaimana dia bertarung? Itu dijawab— oleh suara raungan dan dampak. Manticore, yang menerima tinju Maria, jatuh rata ke dalam tanah. Dampak itu mecekungkan tanah, membuat kawah. Di pusat itu, manticore tidak bergerak seinci pun lagi. Bahkan kehilangan bentuknya. Maria menunduk pada sisa-sisa ini dan mendengus mencemooh dengan hmpf.

"Itu saja... membosankan. Ayo lawan dan buat aku basah."

Kemudian ia memindahkan tatapannya ke target baru.

Tapi hewan ajaib mendekati Maria dari kanan mengubah arah sendiri. Itu terjun ke arah Mio. Mio tidak bergerak. Dan mengangkat, cakar tajam berayun di atas Mio.

KEEEEEK! Dengan suara logam, cakar itu ditangkis. Serangan ganas dari hewan ajaib telah ditangkis oleh dinding transparan yang telah Mio dirikan sebelumnya. Mio mengangkat tangan kanannya ke arah manticore.

"Selesai juga— Mati seratus kali dan coba lagi."

Pada saat yang sama dia menyatakan dengan tenang, bola cahaya merah yang telah Mio ciptakan menyerang langsung.

Setelah ledakan— disana tidak tersisa apa-apa lagi.

"Apakah kau baik-baik saja, Mio-sama?"

Pada panggilan Maria dari jauh, Mio mengangguk dengan "Ya".

...Mereka pun melangkah.

Sudah setengah tahun sejak pembunuhan orangtuanya—sejak awal tragedi itu.

Musuh tidak menggunakan serangan mencolok sejauh ini, tapi mereka pun mengejar dirinya.

"Baik... Ayo."

Naruse Mio tidak akan pernah memaafkan musuh yang menewaskan orangtuanya.

Dan dia pasti akan mengalahkan Raja Iblis saat ini yang memberi perintah itu. Dengan segala cara.

"Oh, lebih baik kita pergi dari sini."

Dengan mengalahkan musuh, sihir untuk mengusir manusia pasti telah diangkat. Tempat itu berantakan karena serangan Mio dan Maria.

Mereka akan dilaporkan kalau pelintas melihat ini.

...Tapi, sebelum itu.

Terakhir kalinya, Mio menatap pemandangan malam kota. Pada pemandangan yang seharusnya dia lihat dengan lelaki itu.

—Itulah pembukaan.

"Mio-sama!"

Ketika dia berbalik pada jeritan Maria, sebuah [bayangan] berdiri di depan Mio.

Musuh yang seharusnya dikalahkan oleh sihir petir pertama kali. Tangannya bersinar dengan kekuatan sihir hitam.

Gawat—Mio segera mendirikan penghalang, tapi itu agak terlambat. [Bayangan] mengeluarkan sebuah sihir serangan petir, yang hilang di tengah jalan dengan menabrak penghalang, tetapi langsung memukul Mio.

Pada dampak itu, Mio terhempas. Taman itu dibangun lebih tinggi—bukit. Mio telah mengawasi kota dari tepi itu. Tepat sebelum tebing.

Pagar kayu untuk mencegah jatuh sudah menua dan tidak bisa menahan jatuhnya Mio.

Karena itu. Tergantung di atas tebing, Mio mulai jatuh.

"Kuh...!"

Mio mencoba untuk mengaktifkan sihir angin segera, tapi gagal.

Karena serangan petir musuh, dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya dengan benar dan tidak bisa fokus untuk mengeluarkan sihir.

…Dalam situasi ini…!

Seharusnya lebih dari sepuluh meter sampai jalan di bawah.

Tanah itu aspal. Tubuh Mio takkan bertahan dari dampak tubrukan itu.

Mio mengumpat atas kecerobohannya sendiri. Mati di sinikah takdirnya?

Apakah ini hidupnya, mati tanpa membalas pembunuhan orangtuanya?

Dia menutup rapat matanya dengan putus asa dan frustrasi—Pada saat itu. Mio mendengar suatu bunyi.

Itu suara. Sebuah suara teriakan bervokal "o".

....Eh?

Jadi Mio menghadap ke suara. Tepat di sampingnya. Setelah itu,

"—Oooooooh!"

Pada ubin dari permukaan beton dinding yang dijaga terhadap longsoran tanah. Dengan itu sebagai pijakan, seorang lelaki berlari ke samping dengan kecepatan yang hebat ke arahnya.

Pada saat Mio menyadari siapa orang itu, dia dipeluk di tengah udara— oleh Toujou Basara.

"—Whoops!"

Penangkapan Mio, Basara memutar tubuhnya di udara. Pandangan Mio berganti-ganti antara atas dan bawah. Dan membawa Mio, Basara mendarat di tanah tanpa masalah. Seharusnya masih ada jarak ke tanah. Dan Basara berhasil mendarat dengan hanya menggunakan bagian bawah tubuhnya sebagai pegas elastis.

"..........Fuh."

Dalam pelukannya, Mio mendengar Basara bernapas lega. Lalu perlahan-lahan ia diturunkan ke tanah.

Masih dipengaruhi oleh sihir petir musuh, ia duduk di tanah.

"Kenapa…"

Mio mendongak pada Basara. Dia masih belum bisa sepenuhnya percaya bahwa dia selamat.

Kenapa Basara menyelamatkannya? Dia tidak tahu jawabannya.

"Yah, itu—"

Basara mencoba untuk mengucapkan sesuatu dengan canggung.

"—Awas!"

Hal itu ditiadakan oleh teriakan Maria dari atas tebing.

Naruse Mio menatap. Di belakang Basara, yang menatap dirinya, [bayangan] turun dengan melompat. Kemungkinan besar segera setelah melihat Basara, itu telah melompat turun tebing untuk mengejar.

Itu sudah mendapat dalam jangkauan dan hendak meluncurkan tebasan dengan sabit.

—Tapi, tebasan itu tidak terjadi. Sebelum bisa, batang tubuh dari [bayangan] terbelah dua dengan sempurna. Butuh waktu sekejap saja. Untuk pedang muncul di tangan Basara dan memotong musuh dalam kilatan gerak balik. Kelincahan luar biasa dan pedang cepat.

".............."

Di depan Mio yang tercengang, Basara menghilangkan pedang dari tangannya.

Ketika Basara kemudian berbalik padanya, wajahnya memiliki ekspresi entah bagaimana bermasalah.

"Ah... ehm, kau tahu..."

Dia mencari kata-kata. Sambil garuk-garuk pipinya, Basara membiarkan tatapannya mengembara.

Lalu— Dia perlahan mengulurkan tangan padanya.

"........Kita pulang."

Tanpa membuat kontak mata dengan Mio, Basara mengucapkan itu.

Bagian 2[edit]

—Untuk saat ini, mari kita kembali bersama-sama ke rumah.

Setelah mengatasi keadaan tersebut, Basara telah mengusulkan begitu, tapi Mio masih waspada.

Basara adalah Pahlawan. Mio dan Maria adalah Iblis. Dan Mio dan Maria telah menipu Basara. Mengambil semua yang menjadi pertimbangan, tidak ada alasan apapun bagi Basara untuk menyelamatkan Mio.

Dia tahu bahwa Basara tidak punya permusuhan, tapi dia ragu-ragu soal keputusannya untuk sementara. Dia pasti mempertimbangkan kemungkinan jebakan. Di tengah itu, Maria yakin Mio sebagai pengikutnya. Bahwa tidak ada alasan bagi Basara untuk mengelabui mereka ke dalam jebakan tak langsung. Bila ia ingin membunuh mereka, ia bisa melakukannya sebelumnya di ruang tamu atau bisa tidak membantu Mio sekarang.

Jadi, tak lama Mio mengangguk kecil pada bujukan Maria.

Dan saat ini— Toujou Basara berdiri di dapur rumahnya sendiri.

Dia mengambil barley tea dingin dari kulkas, menuangkannya ke dalam gelas dan membawanya ke ruang tamu.

"Ah, makasih."

Ketika Maria mengambil gelas, dia minum seluruh teh sekaligus. Basara tak sengaja mengangkat alis.

"...Kau meminum itu tanpa ragu-ragu."

Bukankah itu terlalu ceroboh dalam hal apapun?

"Yah, tentu saja akulah yang bilang kembali ke sini, tapi..."

"—Jadi sedikit lebih waspada, maksudmu?"

Dengan "Aku sudah mengatakan itu", Maria menyimpan gelas kosong di atas meja.

"Kau tidak punya alasan untuk melakukan sesuatu sangat merepotkan untuk membawa kami kembali ke rumah dan meracuni minuman setelah mengikuti kami sampai menyelamatkan kami, meskipun menendang kami dari rumah sebelumnya."

Selain itu,

"Kau marah sekali ketika kau mengetahui bahwa kami menipumu. Itu karena kau benar-benar menganggap kami sebagai keluargamu. Lalu sepuluh hari kami habiskan bersama, saat kau berkontak dengan kami, itu tidak berarti bohong. jadi aku percaya itu baik-baik saja untuk mempercayaimu."

Maria mengalihkan pandangannya dan bertanya "Atau aku salah?".

"Begitu ya…"

Jadi dia benar-benar melakukan pemikiran.

"...Yah, kepribadian Mio-sama seperti itu, jadi dia akan jadi agak keras kepala."

Maria melihat ke pintu ruang tamu.

"Aku berharap dia akan tenang di kamar mandi."

Musim panas Jepang sangat panas bahkan di malam hari. Bertarung di kelembaban ini, kau akan berkeringat pastinya.

Oleh karena itu, Maria telah merekomendasikan Mio untuk mandi segera setelah mereka pulang ke rumah.

"—Pokoknya, boleh aku bertanya pada saat ini?"

Kata Maria.

"Soal mengapa kau, Pahlawan, ingin membantu kami Iblis."

"Meskipun kau bertanya... Aku sudah mendengar soal keadaan kalian dari ayahku."

Sambil garuk-garuk pipinya, Basara mengatakan alasannya untuk menyelamatkan mereka. Itu tentang keadaan Mio, situasi umum Iblis dan faksi moderat, yang telah Jin perhatikan. Karena itu,

"Ayahku tidak bisa meninggalkan kalian sendirian apalagi aku... aku tidak pernah meninggalkan kalian sementara aku tahu keadaan kalian. Maksudku, dia tidak menanggung dosa."

Naruse Mio telah hidup hanya sebagai gadis sederhana. Merasakan hidupnya dalam bahaya karena kenyamanan lainnya itu berlebihan. Ketika Basara selesai bicara dengan nada serius, diam alami menimpa ruang tamu. Maria, yang telah menunduk sambil mendengarkan dia, segera

"...Begitu ya, Jin-san ya."

Mengatakan dengan ekspresi lemah dan kemudian tiba-tiba mengangkat wajahnya.

"Kedengarannya baik, tapi— tinggal tenang ketika ia tahu segalanya, ia adalah yang terburuk."

"Yah, aku tidak akan menyangkal itu."

Tapi, ia percaya bahwa itu bukanlah tempatnya mengatakan sesuatu, mengingat mereka telah menipu dirinya juga.

"—Tapi, aku melihat kalian berdua Pahlawan yang membantu kami hanya karena itu."

Mengatakan itu, Maria memberinya tampilan meminta niat sebenarnya.

"Sebenarnya, keputusan desa untuk menempatkan kami di bawah pengawasan adalah reaksi yang kau harapkan, bukan?"

Keraguan Maria adalah wajar. Tidak peduli berapa banyak orang bersimpati dengan keadaan mereka, tidak ada alasan bagi Pahlawan untuk membantu Iblis. Yeah— Biasanya tidak ada, tapi

"Aku sudah bilang bahwa aku tidak punya hubungan dengan Pahlawan atau Iblis.... Beberapa hal yang terjadi di masa lalu, tahu. Karena itu, aku dan ayahku bukan lagi Pahlawan. Cuma manusia biasa, yang tidak terkait dengan desa."

Meskipun itu memberi hati Basara luka yang tidak pernah memudar.

Tapi juga, ia tidak lagi terikat oleh takdir Pahlawan.

"Kalau aku mau melindungi sesuatu, aku akan melakukannya... Itu saja."

"Meskipun itu Iblis— yang telah mewarisi kekuatan Raja Iblis? Dengan melindungi Mio-sama, kau menempatkan diri dalam bahaya, Basara-san."

Basara mengangguk "Ya" untuk pengamatan mengingatkan Maria.

"Selama kau tidak menyebabkan masalah ke dunia ini atau penghuninya."

Setelah itu, Maria tersenyum masam.

"...Kalian baik hati, kau dan Jin-san."

"Tidak juga. Kami hanya keras kepala.... Ayah-anak kan sama saja."

Oleh karena itu, Jin telah siap memutuskan untuk membuang status Pahlawan pada hari tragedi menimpa desa, saat Basara menyebabkan insiden itu. Jadi sekarang— giliran Basara.

"...Aku mengerti. Kalau memang begitu, aku akan menerima kebaikanmu. Sekarang... Mio-sama membutuhkan sekutu sebanyak mungkin."

Nada tenang Maria dipenuhi dengan tekanan berat. Kemudian Maria membenarkan posisi duduk dan membungkuk ke arahnya.

"Basara-san... Aku menyesal telah menipumu sejauh ini. Kau akan diseret ke bahaya kami, tapi tolong jaga kami. Tolong meminjamkan kami kekuatanmu, agar Mio-sama akan aman."

Nada formal. Kata-kata dari seorang bawahan yang khawatir soal majikannya dari dasar hatinya. Karena itu,

"Ya. Itu rencananya."

Basara sekali lagi berbicara tekadnya. Dia tidak bisa terus melarikan diri dari masa lalu selamanya.

Dalam hal ini, ia akan mengangkat pedang lagi dan melawan. Untuk diri saat ini, baik Pahlawan maupun Iblis penting.

Aku ingin melindungi Mio— tak ada dusta dalam perasaan itu. Dia percaya pada perasaan itu.

"Kalau begitu, ehm... Maria-chan."

"Maria saja. Toh, kita akan jadi teman sekarang."

"Aku mengerti— Lalu, Maria, kecuali untuk bagian dengan serangan itu, mari kita hidup bersama seperti sekarang. Kita masih tidak yakin tentang tujuan musuh pula."

"Eh? Tapi, mereka langsung datang mengejar Mio-sama..."

Maria bertanya kembali dengan bingung.

"Yah... Itu tidak masuk akal bagiku."

Basara membuat ekspresi serius.

"Orang-orang dari faksi Raja Iblis harusnya mengejar kekuatan yang diwarisi dari Raja Iblis sebelumnya, Wilbert, bukan Mio. Selain itu, dia belum sepenuhnya membangunkan kekuatannya. Kalau dia tewas sekarang, tidak ada yang tahu siapa yang akan mewarisi kekuatan berikutnya— dalam kasus terburuk, kekuatan Wilbert mungkin lenyap begitu saja."

Tapi,

"Ketika kau diserang di taman, dia bisa mati kalau aku tidak berhasil tepat waktu. Tentu saja kau tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam sebuah pertempuran sungguhan, tapi..."

Apakah itu hanya kebetulan, atau apakah mereka setelah sesuatu yang berbeda? Dia bisa memikirkan beberapa kemungkinan, tapi kali pasti akan menyelesaikannya. Toh, musuh tidak akan diam saja.

"Aku yakin mereka juga menyadari bahwa kalian telah berada di bawah pengawasan Pahlawan. Kalau mereka melibatkan manusia yang tidak terkait sembarangan, mereka sendiri akan menjadi target pelenyapan berikutnya. Tidak mungkin mereka akan menyerang di tempat ramai."

Itulah tepatnya mengapa mereka menggunakan sihir untuk menjauhkan diri manusia dari taman kali ini.

"Nah kalau mereka menyerang waktu berikutnya, kita akan pastikan menghabisi mereka."

Setelah itu, Maria berkata dengan gembira.

"Sangat meyakinkan. Aku hanya melihat sedikit, tapi tampaknya kau kuat, Basara-san."

"Yah, jangan berharap terlalu banyak... Aku belum bertarung selama lima tahun."

Dia telah berhasil mewujudkan pedang sihir Brynhildr, tapi tubuhnya telah berkarat.

Masih tidak dalam kondisi dulu. Dia harus melatih dari awal di waktu luangnya atau itu akan berubah buruk.

"Tapi. Sebelumnya kau melenyapkan sihir anginku di sini. Aku benar-benar terkejut dengan itu."

"Mh? Ahh..."

Pada kata-kata Maria, Basara membuat ekspresi damai dan

"Aku takut itu— suatu kebetulan."

Basara mengangkat bahunya, dimana Maria mempertajam matanya dengan "Ayolah".

"Tidak mungkin kau dapat melenyapkan sihir sepenuhnya karena kebetulan. teknik apa itu?"

Maria penuh rasa ingin tahu, sedangkan Basara menunjukkan senyum masam dan menjatuhkan pandangannya ke tangan kanannya.

"Maaf, tapi itu benar-benar kebetulan..."

Yeah, itu harus kebetulan.

Toh, teknik itu—menjadi tidak dapat digunakan setelah kejadian itu lima tahun yang lalu.

Bagian 3[edit]

Jika bermandi keringat di tengah musim panas, mandi adalah pilihan yang lebih baik.

Pada awalnya, Mio berniat untuk melakukannya. Dia ingin keluar setelah membilas keringat cepat-cepat.

—Namun, kini dia membiarkan tubuhnya terbenam dalam air panas dari bak mandi.

"..........."

Mio memeluk erat tubuhnya di dalam bak mandi. Walau musim panas, dia merasa dingin.

...Untuk pertama kalinya, aku...

Sejak setengah tahun lalu—setelah orangtuanya tewas, Mio telah berlatih sihir dan tempur atas instruksi Maria.

Berkat itu, ia mampu merapalkan sihir bahkan lebih kuat dari Maria.

Tapi pertarungan yang sebenarnya... pertarungan dengan nyawanya dipertaruhkan, itu adalah pertama baginya sebelumnya. Mengalahkan musuh. Sebuah langkah yang salah dapat mengakibatkan kematian. Tanpa ragu, pertarungan sampai mati telah terjadi di sana. Yeah— kalau Basara tidak datang untuk menyelamatkannya, Mio mungkin telah jatuh ke aspal dan tewas. Ketika ia memikirkan hal itu, tubuhnya gemetar di luar kendali.

Untuk yang sudah hampir tiga puluh menit, Mio duduk di dalam bak mandi sambil memeluk berlutut.

—Sesaat lalu, Maria datang sejenak untuk mengecek. Dia pasti cemas karena Mio tidak keluar. Ketika Mio menjawab kepadanya, Maria tampak lega di ruang depan.

Lalu, Maria bercerita tentang percakapan dengan Basara.

Termasuk alasan mengapa Basara menyelamatkannya.

"Aku harus keluar..."

Dia tidak bisa tinggal di kamar mandi selamanya. Mio meninggalkan mandi perlahan-lahan.

Ketika ia menyeka tubuh yang basah dengan handuk di ruang depan, secara tidak sengaja dia mengucapkan bisikan kecil.

"Apa sungguh tak masalah...?"

Mio masih belum pasti apakah tak masalah mengandalkan Basara.

Bukan berarti dia percaya Basara. Dalam sepuluh hari mereka telah menghabiskan waktu bersama-sama, dia datang untuk memahami orang macam apa Basara ini, tanpa Maria mengatakan padanya. Dia adalah jenis anak yang akan membantu setelah dia tahu keadaan mereka, terlepas dari ditipu sebelumnya. Dan ternyata dia menjadi pahlawan juga sesuatu dari masa lalu. Itu mungkin tak masalah untuk percaya padanya.

Mio meletakkan satu per satu kakinya ke dalam celana pendek baru dan menariknya ke lututnya dan paha hingga pantatnya.

…Masalahnya adalah

Apakah itu tak masalah untuk menyeret Basara ke keadaan Mio. Orangtua yang membesarkannya tewas. Selain itu, dengan orang-orang yang juga membunuh ayah kandungnya. Meskipun dia tidak melakukan sesuatu yang salah, keluarganya itu direbut darinya secara tak masuk akal— Naruse Mio ingat jelas hari itu.

Dia tidak akan pernah memaafkan mereka. Tidak peduli berapa banyak musuh yang dia jadikan, dia pasti akan membalas dendam kematian mereka.

Bersumpah sehingga dalam hatinya, ia tinggal masa lalu setengah tahun. Dan hari ini, pertempuran pun dimulai.

Musuhnya adalah Raja Iblis baru yang memerintah atas alam iblis. Kemungkinan besar, pertempuran seperti sebelumnya— tidak, pertempuran bahkan lebih keras dan lebih menyakitkan akan berlangsung dari sekarang. Sungguh tak masalah untuk menyeret Basara dan Jin dalam pertempuran yang tidak berhubungan dengan mereka? Karena keduanya telah menyerahkan pertempuran bersama dengan statusnya pahlawan mereka.

"..............."

Kemudian Mio selesai berpakaian. Malam telah berakhir, tetapi mereka masih memiliki banyak untuk membahas tentang masa depan, jadi dia tidak berpakaian piyama, tapi pakaian kasual.

Ekspresinya tercermin dalam cermin kamar mandi tampak luar biasa suram.

Sambil Mio meremas tubuhnya sendiri, ada ketukan di pintu ruang tunggu dari luar.

"Maaf, Maria... Aku akan segera ke sana."

Menduga Mio membuatnya khawatir lagi, Mio menjawab begitu, dimana

"Ah... bukan, ini aku."

Mendengar suara agak canggung di luar pintu, Mio secara tidak sengaja menelan ludah. Dia masih tidak yakin apa yang harus dikatakan kepada Basara. Dia tahu dia tidak bisa diam. Tapi dia tidak menemukan kata-kata.

—Basara menyelamatkan nyawanya ketika dia jatuh dari tebing itu setelah menerima serangan.

Mio tidak punya kata-kata untuk dikatakan kepada Basara. Setelah itu,

"Maaf. Aku berpikir tentang menunggu sampai kau di luar, tapi... Tapi ada satu hal yang benar-benar aku ingin memberitahumu terlebih dulu."

Apa itu—Sebelum Mio bisa meminta begitu, ia menerima jawaban.

"—Maafkan aku."

Untuk sesaat, dia tidak bisa memahami apa yang dikatakan Basara.

"Ap— Kenapa kau meminta maaf?"

Ketika ia tak sengaja menjawab dengan suara gemetar, Basara terus meminta maaf dari luar pintu.

"Aku mendengar tentangmu dari ayahku dan Maria. Maaf, aku... tidak tahu apa-apa tentangmu. Dan kemudian sebelumnya, aku hanya tersentak... Aku benar-benar menyesal."

"I-Itu...."

Apa yang harus dilakukan? Meskipun dia adalah orang yang menyebabkan masalah dengan menipu dirinya. Meskipun begitu, orang yang menyelamatkan nyawanya meminta maaf. Dan bahkan sebelum dia bisa. Sekarang dia kehabisan kata-kata.

"10:16, 7 October 2018 (CEST)"

Pandangannya bergoyang. Perasaan yang tak terlukiskan naik dalam dirinya. Tiba-tiba, Mio mendengar suara keras. Sebelum ia menyadari hal itu, ia telah jatuh di lantai. Sebelum dia mengerti bahwa kakinya telah berlutut,

"H-Hei! Apa kau baik-baik saja?"

Terkejut dengan suara keras tiba-tiba, pintu ruang tunggu dibuka dan Basara masuk.

Ketika Basara memasuki ruang depan, Mio telah duduk di lantai.

Wajahnya merah. Tinggal di kamar mandi hampir sejam, dia pasti pusing.

"Jangan diam di kamar mandi sampai kau tidak dapat berdiri lagi... Ayo, kau baik-baik saja?"

Tangannya yang ditawarkan terguncang. Dan Mio membuat ekspresi berkaca-kaca bahkan sekarang.

"Kenapa kau meminta maaf... Meskipun aku menipumu."

Sebagai tanggapan, Basara menggaruk kepalanya dengan tangan yang tidak ada lagi yang harus dilakukan sekarang.

"Aku juga menyembunyikan fakta tentangku menjadi pahlawan di masa lalu. Jadi kita sama."

"T-Tapi, kami mencoba untuk mengambil alih rumah ini... Untuk mengusirmu. Bisakah kau masih menyebut itu sama?"

Pada nada yang kuat Mio, Basara terus terang menyatakan.

"Tidak... Itu pasti salahmu."

Tapi, katanya dengan ekspresi tenang.

"Kalian tidak tahu aku adalah seorang pahlawan. Kalau kalian hanya ingin sebuah rumah, seharusnya ada metode yang lebih baik dan lebih cepat untuk itu bukan memanipulasi kenangan dengan sihir. Dengan kekuatan. Tapi kau tidak melakukan itu dan mencoba untuk membuatku kembali ke pedesaan."

Mengapa?

"Kau melakukan itu— untuk menjauhkan aku dari pertempuranmu, kan?"

Pada ucapan tebakan Basara ini, Mio melebarkan matanya terkejut. Rupanya ia tepat sasaran.

"Kenapa…"

Mio bergumam, tercengang.

"Secara logika, waktu yang kita habiskan bersama hanyalah kebohongan dan mengusirku dari rumah jadi maksud sebenarnya. Tapi, aku benar-benar mempertimbangkan. Aku mungkin telah marah pada awalnya, tapi setelah mendengar keadaan dari ayahku, aku tenang dan memahaminya." Menarik napas.

"Kau tidak mengungkapkan sejati warnamu— Hal ini berlawanan. Kau menggunakan kebohongan untuk mengusirku dari rumah."

Tapi, Basara melanjutkan.

"Tidak ada lagi alasan untuk terus melakukan itu. Baik ayah dan aku memutuskan untuk melindungi kalian berdua. Maksudku, kami sudah keluarga."

"Ap- apa yang kaukatakan... pernikahan adalah kebohongan."

Mio masih tidak akan mundur dari sikap keras kepala, jadi Basara memberitahunya.

"Jadi apa. Keluarga bukan hanya berdasarkan hubungan darah atau daftar keluarga. Hidup bersama dengan keinginan untuk saling melindungi, itu sudah jadi sebuah keluarga."

Jadi dia akan melindunginya.

"Aku bukan lagi pahlawan. Kita tidak punya hubungan darah, atau daftar keluarga, tapi aku kakakmu. Jadi, biarkan aku melindungi— mu."

Menyatakan hal itu, Basara mengambil tangan Mio dan membuatnya berdiri.

"Yah... H-Hei!"

"Kalau begitu, mari kita bersama lagi."

Saling berhadapan, Basara menyeringai, dimana Mio membuat ekspresi frustrasi dengan "Muh~".

"Be-Berhentilah menyentuhku! Keluar! Aku bakal membunuhmu seratus kali!"

"Ya ampun— Sepertinya kalian berdua saling terbuka."

Mengatakan hal itu, Maria datang ke ruang depan itu. Dia berlari ke arah Mio.

"Yah, meskipun Mio-sama belum menjadi jujur sepenuhnya​​."

"Aku, aku tidak benar-benar, yah..."

Mio berubah merah dan terpojok, dimana Maria, bersama dengan senyum,

"Lalu semuanya baik saja. Sejujurnya, aku punya saran untuk kalian berdua sekarang."

"Saran…?"

Dia tahu bahwa mereka harus mendiskusikan masa depan, tapi "saran" daripada "konsultasi"? Basara diam dengan ragu-ragu, dimana Maria mengangguk dengan "Ya".

"Mulai sekarang, Basara-san akan berjuang di sisiku untuk melindungi Mio-sama. Basara-san adalah penjaga Mio-sama. Tapi dengan situasi saat ini, dia mungkin tidak selalu bisa membantu jika kita terpisah untuk beberapa alasan."

"Yah begitulah…"

Tentu saja, sebagian karena keberuntungan bahwa Basara mencapai Mio. Dia punya firasat yang kuat, karena dia mengatakan pada saat itu taman bahwa mereka harus datang bersama-sama lagi di malam hari. Jadi dia meninggalkan rumah dan menuju ke sana segera. Tentu saja, dia menegaskan posisinya dengan GPS ponsel, tapi dia menangkap jatuh Mio pada keadaan berbahaya. Dia tidak bisa menyangkal kemungkinan bahwa dia akan terlambat jika dia telah telat memeriksa posisi Mio lewat GPS sebelum memulai berlari.

"Tapi, tidak ada yang bisa kita lakukan soal itu. Kita harus berhati-hati dari sekarang bahwa kita tidak boleh berpisah dan untuk berjaga-jaga, GPS—"

"Itu terlalu naif! Kau tidak pernah tahu kapan ponsel rusak atau habisan baterai! Pada saat penting sinyal mungkin buruk atau kau bisa jatuh pada serangan musuh! Kalau kau terus mengandalkan benda semacam itu, yang terburuk mungkin kau jatuh ke dalam perangkap! Percaya sekali pada ilmu pengetahuan modern itu takkan baik!"

"Nah, kau tahu maksudnya, tapi ..."

Basara kewalahan oleh ledakan gairah mendadak Maria. Setelah itu, Mio di sebelah dirinya, mengatakan:

"Tapi, apa ada cara lain? Kan tak ada sihir deteksi sempurna."

Tepat, adalah apa yang pikir Basara. Sihir deteksi itu sendiri adalah dasar. Namun, dalam pertarungan itu adalah salah satu prioritas pertama untuk tidak ditemukan. Oleh karena itu ada berbagai mantra seperti sihir penghlang atau sihir umpan yang mencegah atau menyesatkan deteksi, sehingga sihir deteksi cukup sia-sia untuk pertarungan yang sebenarnya. Tapi, Maria menunjukkan senyum,

"Ada, untuk melacak target khusus. Dengan 'Kontrak Sihir Tuan dan Budak'—. Setelah kalian menyatukan jiwa kalian"


Sesuatu yang menutupi lantai ruang tamu.

Rune jalinan digambar oleh sihir, yang lingkaran magis sangat besar untuk ritual.

"... Apa kita sungguh akan melakukannya?"

Di depan lingkaran sihir, Basara berkata dengan suara bosan.

Sihir Tuan dan Budak mengubah satu orang menjadi tuan dan lainnya menjadi budak. Tapi Mio mungkin menjadi Raja Iblis masa depan. Posisi dan kepribadian bijaksana, tidak mungkin dia akan menjadi budak Basara.

Tentu, Maria juga telah menyarankan pada kondisi yang Basara akan menjadi budak. Tapi,

"Tolong jangan berpikir berlebihan, Basara-san. Dengan ini, kalian berdua akan dapat merasakan masing-masing kehadiran. Ini tentu akan membentuk kontrak Tuan-Budak, tapi ini hanya akan menjadi formalitas."

Pada rayuan Maria, Basara masih ragu-ragu.

"Menghubungkan jiwa masing-masing dengan sihir ... Itu semua baik untuk penentuan posisi masing-masing, tapi ketika kalian bahkan berakhir mengetahui soal pikiran yang lain, itu akan menjadi cukup canggung."

Tidak akan ada lagi privasi. Namun, Maria menggeleng.

"Jangan cemas mengenai itu— Itu bukan tujuan sihir."

Tujuan? Basara mengerutkan kening. Setelah itu, Maria

"Lebih penting lagi, sihir ini spesial karena hanya dapat digunakan di dunia ini pada malam hari dengan bulan purnama. Jika kita membiarkan kesempatan ini berlalu, kita tidak punya metode lain. Selain itu, jika ada ketidaknyamanan yang timbul dari kontrak, kita dapat selalu membatalkan pada bulan purnama berikutnya. Nah, silakan berdiri di sini, Basara-san."

"Yah ... biarpun kau mengatakan itu semua."

Selain itu, tidak lebih sulit dari seorang perempuan daripada laki-laki? Basara berbalik.

"Katakan sesuatu. Kau tidak mau jiwamu terkait dengan jiwaku menggunakan sihir, kan?"

Dia memanggil Mio, yang telah diam sepanjang waktu. Setelah itu,

"...T- Tidak juga. Aku tidak masalah."

Dia mendapat balasan yang tak terduga. Secara tidak sengaja Basara mengerutkan kening selagi ia berpikir bahwa ia salah dengar.

"J, Jika kau tak masalah ... aku tidak keberatan."

Berkata dengan malu-malu, Mio menatap sekilas. Lalu,

"Basara— kau menentangnya?"

"Eh? Yah, bukannya menentangnya... Tapi apa kau sungguh tak masalah?"

"...Yeah. Kalau cuma mengenai lokasi masing-masing."

Ohh, kelihatannya dia serius.

...Kontrak Tuan dan Budak, ya.

Sebagai penjaganya, itu pasti tawaran menarik untuk dapat melacak posisi Mio.

Biasanya, Pahlawan yang menjadi budak iblis itu mustahil, tapi sayangnya Basara hanyalah manusia biasa yang kenal pertarungan. Dengan Jin yang terpercaya saat ini tidak ada, ia ingin menghilangkan semua kemungkinan kegelisahan untuk masa depan. Tetap saja—jika bisa, Basara ingin tinggal dengan istilah yang sama dengan Mio. Karena dia pikir akan lebih baik untuk tinggal sebagai sebuah keluarga, seperti kakak laki-lakinya. Dan karena Mio dibesarkan oleh manusia, kendati ayahnya adalah Raja Iblis, dan hidup sebagai seorang gadis manusia normal sejauh ini.

…Tapi.

Toujou Basara ingat. Ekspresi yang dia lihat pada wajah Mio, merosot ke lantai, ketika dia datang ke ruang depan itu.

Ekspresinya saat itu sudah cukup suram. Dan— wajah yang sama persis kini di depan mata Basara. Kemungkinan besar, Mio cemas sekali, yang membuatnya menerima kontrak Tuan dan Budak. Jadi, jika pembentukan kontrak mereda walaupun sedikit, kecemasan Mio— itu bukan masalah buruk. Kontrak itu tidak selamanya dan hanya formalitas dengan kemungkinan pembatalan. Dengan itu, sementara dia bisa membentuk kontrak dengan Mio sampai Jin kembali. Lantas, Basara mendesah.

"Oke——Terus? Apa yang harus kulakukan agar kontrak Tuan dan Budak berhasil?"

Setelah itu, Maria, mendengar penerimaannya, langsung membentuk senyum di wajahnya.

"Terima kasih. Kalau begitu, Basara-san, silakan berdiri di sisi pintu masuk... Ya, di sana. Itu adalah sisi untuk budak. Dan, Mio-sama, silakan berdiri di samping jendela."

Ketika mereka berdua berdiri di posisi mereka, persiapan untuk sihir mulai sekaligus.

"Nah— Mio-sama, tolong pegang tanganku."

"Tanganmu? Aku hanya harus bertahan?"

Melihat Mio menaati Maria dengan mengambil tangannya,

"Huh... jiwa Mio dan jiwaku akan dihubungkan, tapi dia akan memegang tanganmu, Maria?"

Bukankah mereka bertiga nantinya terhubung? Setelah itu, Maria mengangguk "Ya".

"Mio-sama menggunakan sihir ini untuk pertama kalinya, jadi aku akan mengambil bagian sebagai bantuan kali ini. Selain itu, aku pikir akan lebih efektif jika Mio-sama merapalkan mantra dengan kekuatan magisku, bukannya sendiri."

Nah, kalau memang begitu. Lalu Mio, setelah diberitahu rapalannya oleh Maria, mengambil napas dalam-dalam.

"La- Lalu mari kita mulai ..."

Berkata dengan ekspresi sedikit gugup— dia memulai mantra. Seketika, lingkaran sihir di lantai mulai bersinar, lalu tubuh Mio dan kemudian tubuh Basara bermandikan cahaya yang sama.

Tampaknya benar bahwa dia hanya meminjamkan kekuatan magis, saat tubuh Maria tetap biasa.

Lantas— Ketika Mio selesai merapal, Maria menghadapi dia.

"Tak lama kemudian sebuah lingkaran sihir akan muncul di sebelah kanan Mio untuk sementara. Jadi silahkan pegang tangannya, Basara-san, dan menempatkan ciuman di lingkaran sihir sebelum menghilang. Dengan itu kontrak Tuan dan Budak akan dibentuk."

"—Huh? Ciuman?"

Dia tidak keberatan ciuman di tangan, tapi sepertinya itu formalitas yang diperlukan untuk kontrak. Ketika Basara menyepelekannya, lingkaran sihir samar membesar.

Tapi entah kenapa tidak terhadap tangan Mio— tapi pada tangan Basara.

"Eh...?"

Karena dia tidak bisa memahami situasi, Mio mengedipkan matanya. Basara berkata dengan ragu.

"Hei... ini tanganku, tapi tidak apa-apa?"

"H-Hei! Apa yang terjadi!?"

Mio berubah ekspresinya, meraih Maria di sampingnya dengan kerah dan mengguncangnya. Maria memiringkan kepalanya.

"A-Ah? Itu aneh... Apa aku melakukan kesalahan?"

"Bagaimana sekarang!? I-ini..."

Basara tidak akan menjadi budak Mio, tapi Mio akan menjadi budaknya.

"Ehm, untuk saat ini, bagaimana kalau kau mencium tangan Basara-san, Mio-sama? Kalau lihat, kontrak akan terbalik, tapi kau masih akan dapat memberitahu posisi masing-masing, seperti yang direncanakan."

Disaat Maria mengatakan itu, wajah Mio berubah merah cerah.

"K-Kau pasti bercanda! Kenapa aku harus menjadi budak Basara!"

Tidak, budak mempunyai nuansa berbeda. Basara melawan itu juga.

"Namun, kalau begini terus... Ah."

Melihat pada suara Maria mengangkat, lingkaran sihir di tangan Basara hampir menghilang.

"Mio-sama, cepatlah! Lingkaran sihir, itu menghilang! Kita dapat membatalkan kontrak nanti, jadi tolong menciumnya untuk saat ini!"

"T- Tapi... kita hanya bisa membatalkan pada bulan purnama berikutnya, kan? Itu..."

Maria tidak sabar, tapi Mio masih ragu-ragu, lalu lingkaran sihir memudar.

"Ahh..."

Melihat itu, Maria mengangkat suara rapuh. Lantas,

"Mm... Eh? Ap-Apa...!?"

Mio, saat tubuhnya tiba-tiba bergetar dengan menggigil, mengangkat suara bingung. Lalu,

"Tidak mungkin... T-Tidak..."

Memerah, ia bergumam, lalu ia merosot ke lantai. Dan kemudian tubuhnya mulai menggigil sedikit demi sedikit.

"H- Hei... kau baik-baik saja?"

Berkata begitu, Basara meraih bahu Mio. Pada saat itu,

"—Hyaahn!"

Mio membuat protes manis dan juga tubuhnya menggigil kuat.

"Ap- apa...!?"

Ketika Basara melepaskan tangan dari reaksi mendadak tersebut, Maria mengangkat suara bingung.

"Ahh... Kutukan itu sudah berlaku." "—Kutukan?" "Aww..."

Maria membuat wajah seperti dia telah mengacaukan, yang cepat-cepat Basara serukan.

"Ceritakan lebih banyak—tanpa melewatkan apa-apa."

"Ah, Ahaha...."

Ketika ia membawa wajahnya sedekat mungkin, Maria membuat tawa kering.

"Eh Ehm, kalian tahu, 'Kontrak Tudan dan Budak' tidak hanya memungkinkan kalian memahami posisi masing-masing, tapi bagian penting yang sebenarnya juga yakni hal itu selalu menopang loyalitas budak. Ketika budak mengkhianati tuannya atau merasa bersalah, kutukan itu diaktifkan sebagai jenis hukuman. Kutukan itu biasanya dipengaruhi oleh karakteristik si perapal, tapi kali ini kita menggunakan kekuatan magisku untuk mantranya."

Masih runtuh di lantai, Mio terus membuat napas manis dan berat bersamaan dengan memerah. Basara menatapnya.

"Maria... kalau aku benar, kau succubus."

"Ya. Aku bisa bertarung langsung, tapi biasanya aku iblis penggoda."

"Dengan kata lain— kekuatan afrodisiak succubus-mu berubah menjadi kutukan?"

"...Takutnya begitu."

"DASAR IDIOOOT!"

Basara tak sengaja berteriak dengan suara keras. Tentu saja ada juga masalah dengan dia mencoba untuk menetapkan sihir aneh, tapi

"Kenapa kau tidak membiarkan Mio menggunakan kekuatan magisnya sendiri? Apa yang akan kau lakukan kalau aku menyerang kalian karena pengaruh afrodisiak!"

"Ah, tidak usah mencemaskan itu. Kutukan itu semakin kuat ketika budak mencoba untuk menentang tuan dan menyerang tuan adalah bentuk akhir dari pengkhianatan. Kalau dicoba, pikiran dan tubuh tidak lagi dapat mengontrol kenikmatan dan orang akan pingsan atau otaknya dipanggang."

"Yang terakhir ini terlalu menakutkan!"

Itu adalah jenis kematian yang paling jahat.

"Di atas semua, kemungkinan besar telah berbahaya karena memiliki karakteristik kemampuan Mio-sama. Maksudku, Mio-sama menjadi mampu menggunakan sihir setelah kematian Wilbert-sama, setelah ia mewarisi kekuatannya. Hal ini belum sepenuhnya bangkit, tapi itu sangat menyenangkan bahwa ia juga mewarisi karakteristik Wilbert-sama. Kebetulan seseorang, yang menentang kontrak Wilbert-sama di masa lalu, tampaknya telah meninggal dengan menjadi hancur oleh kekuatan tak terlihat. Oleh karena itu, aku melewati bahaya dengan terampil berubah menjadi benjolan daging karena kutukan dengan kecakapan cepatku. Ya, benar-benar tipis."

"Apa yang kau bangga-banggakan? Situasi ini sama berbahayanya."

"Hah... T-Tepat!"

Pada balasan Basara, Maria sangat bingung dan menengok Mio.

"Kalau begini terus, Mio-sama akan masuk surga, dalam arti ganda! Ap-Apa yang harus kita lakukan, Basara-san!?"

"Nah, iblis tidak pergi ke surga setelah kematian."

Kata Basara dengan lalah.

"Tapi, lingkaran sihir menghilang sebelum ciuman itu. Bukankah itu berarti mantra gagal?"

"Ya... tapi, sihir sudah diaktifkan dengan menyelesaikan mantra. Dan tidak mencium lingkaran sihir berarti menentang loyalitas itu sendiri."

"Dan kutukannya diaktifkan dengan kuat..."

Ini adalah yang terburuk.

"T... Terserah, mmh, ba... bantu aku saja..."

Mio, dengan ekspresi memikat, mengangkat suara menyihir dan membungkuk tubuhnya kembali dan sebagainya.

Itu agak erotis. Basara secara tidak sengaja menelan ludah.

"...Bagaimana kita menghentikan kutukan?"

"Karena itu adalah sihir Kontrak Tuan dan Budak, kutukan akan berhenti ketika budak sumpah-setia kepada Tuan. Setelah pembentukan kontrak, kutukan ringan akan berhenti setelah waktu yang ditetapkan, tapi kali ini kontrak itu sendiri menentang— jadi pertama kau harus benar-benar menaklukkan dan mengikat kontrak Tuan dan Budak."

"Menaklukkannya... Apa yang harus aku lakukan?"

"Sederhana— Harap sentuh Mio-sama."

"Eh? S-Sentuh? ...Dimana?"

Akankah lingkaran mangis yang menghilang muncul lagi? Setelah itu, Maria berkata dengan teguh.

"Boleh di mana saja. Nah, indra Mio-sama meningkat banyak karena efek afrodisiak dari kutukan. Ingat bagaimana dia bereaksi sensitif terhadap sentuhanmu di bahunya barusan? Mio-sama tidak punya pengalaman dengan laki-laki sama sekali, jadi dia tidak familier dengan kenikmatan, atau memiliki perlawanan terhadap hal itu. Aku percaya dia akan menjadi patuh dan bersumpah-setia padamu, Basara-san, kalau kau menyentuhnya selama sekitar lima menit."

"T-Tunggu, Maria... Apa, yang kau katakan..."

Maria menunjukkan ekspresi sayang pada Mio yang terkejut.

"Harap bersabar sedikit lebih lama, Mio-sama. Nah, Basara-san akan membuatmu merasa enakan—ya, enakan memang. Bukan berarti karena aku, seorang succubus, ingin melihatmu jatuh ke dalam kenikmatan atau apalah. Nah, Basara-san, silakan sentuh tempat-tempat yang memalukan Mio-sama dan membuatnya merasa enakan."

"Bukankah kau bilang aku bisa menyentuhnya dimanapun?"

"Ya. Tpai, aku ingin menyelamatkan Mio-sama secepat mungkin. Semakin lama waktu yang dibutuhkan, semakin besar beban pikiran dan tubuhnya. Jika kau benar-benar ingin membantunya, aku percaya kau harus menyentuhnya tempat yang paling efektif untuk membuat dia menyerah sesegera mungkin. Nah, kalau kau memilih untuk menggoda sedikit demi sedikit, aku tidak keberatan. Aku juga ikut hal semacam itu."

"Kuh..... Ah, ya ampun, aku paham."

Dia tidak bisa membiarkan Mio mati dari hal bodoh ini. Basara duduk di sebelah Mio.

"Yah... Me-Menjauh, bodoh... Kalau kau melakukan sesuatu yang aneh, aku akan membunuhmu seratus kali... Mm."

"...Maaf, tapi menyerah saja. Akan kulakukan dengan cepat."

Basara dengan tenang mengatakan Mio, yang meliuk-liuk tubuhnya bersamaan dengan napas panas dan panjang, dan mengulurkan tangannya pada Mio.

Pertama, dia menekan dua lengannya erat-erat, sehingga dia tidak akan menolaknya.

"——FUAAHN"

Dari hanya itu, Mio bergidik. Kulit yang dia sentuh jelas panas.

Panas ini dan reaksi erotisnya hampir membuatnya berkecil hati, tapi

"Basara-san— ini adalah demi Mio-sama. Kau membantunya."

"…Ya, aku tahu."

Pada suara gumaman Maria, Basara menukar pemikirannya.

Singkatnya, ia hanya perlu untuk membuat Mio menyerah dan bersumpah-setia kepadanya.

Jika itu terjadi.

Tentu saja dia tidak pernah melakukan sesuatu seperti ini pada seorang perempuan, tapi— sebagai seorang Pahlawan, ia dilahirkan dengan bakat untuk kekuatan supranatural.

Untuk sebaliknya membangkitkan kekuatan, seseorang harus diakui oleh roh-roh di dunia ini dan membentuk sebuah kontrak.

Dengan kata lain, kita harus membuat roh mengakui seseorang.

Kemungkinan besar Kontrak Tuan dan Budak pun akan dibentuk setelah Mio mengakui Basara sebagai tuannya.

Oleh karena itu Basara menenangkan hatinya dan hanya memikirkan agar Mio mengakui dia.

Untuk mencapai itu, ia harus menyentuh titik-titik lemah Mio, seperti yang Maria katakan.

"Yah... Ah, Mm... Mm."

Basara mencari tempat terlemah Mio di pakaiannya, menyentuh sekeliling.

Kutukan itu pasti cukup kuat. Di mana pun ia menyentuh, Mio bereaksi sensitif dan menggigil sambil mengeluarkan suara manis. Tapi— Setelah beberapa saat,

"Ah HYAAAHN!?"

Saat Basara menyentuh tempat tertentu, Mio menunjukkan reaksi yang luar biasa. Seiring dengan suara nyaring yang menakjubkan, dia menggigil keras seluruh tubuhnya. Secara tidak sengaja Basara menelan ludah dan Maria menunjukkan senyum.

"Rupanya kau menemukannya... titik lemah Mio-sama."

Apa yang dia melihat itu, simbol dari seorang wanita, dua buah lembut— Payudaranya.

Karena itu— Basara mengambil napas dalam-dalam. Lalu dia mengulurkan tangan pada tempat yang paling sensitif.

Dengan seluruh tubuhnya dikendalikan oleh sensasi manis, Naruse Mio melihat tangan Basara diulur perlahan pada payudaranya sendiri.

"T-Tidak..."

Dia entah bagaimana berhasil mengucapkan kata-kata perlawanan, tapi Basara tidak berhenti. Menatapnya dengan mata yang tampaknya orang yang berbeda secara keseluruhan, dia tidak mengizinkan Mio untuk menolak lebih jauh.

... Ap- Apa sekarang .... Kalau begini, aku...

Mio jelas teringat stimulus manis yang berlari melalui seluruh tubuhnya pada saat ketika Basara menyentuh payudaranya sebelumnya. Tak lama kemudian itu akan datang lagi. Berpikir begitu, ia menenangkan tubuhnya.

"A, Ahh..."

Akhirnya tangan Basara menyentuh payudara Mio. Pada saat itu, sensasi manis menyusuri seluruh tubuhnya dan Mio menggigil keras tubuhnya. Itu sensasi yang sama seperti sebelumnya— tidak, ini yang lebih kuat.

"Tidak... Jangan disana, tidak.... Basaraa..."

Di bawah tubuh Basara, Mio menggeliat pinggulnya dan memohon dengan suara menawan.

Tapi, Basara masih tidak melepaskan tangannya dari payudara Mio.

Lantas— Mio pun melihat payudaranya sendiri berubah bentuk pada sentuhan Basara. Dia mengakui sensasi manis, tapi juga alangkah lembut dan sensitif payudaranya sendiri yang. Ukuran payudara Mio itu besar, di mana mereka tumpah keluar dari tangan Basara. Seperti menerima lima jemarinya, mereka ramai antara jemarinya pada setiap gosokan, cabil berubah bentuk.

Oleh karena itu, dia tidak akan menipu dirinya sendiri lagi. Naruse Mio tahu bahwa sensasi saat ini adalah kenikmatan.

Sensasi manis ini merampas gagasan yang disebut pengalaman dari Mio. Lalu saat tiba-tiba datang.

"Ah— Y-YAAAAAAH!?"

Setelah beberapa saat rasa kekosongan— muncul percikan kenikmatan sengit Mio berwarna salju putih.

Sebuah perasaan menyenangkan menyembur keluar dari setiap pori-pori tubuhnya dan dia merasa melayang.

Tubuhnya kaku sendiri dan Mio lupa napas sejenak.

"..., Ah... Hah... Ahh..."

Lalu, ia mengembuskan napas panjang diisi dengan panas manis. Kabut putih menjadi jernih dan penglihatannya agak kembali.

…Tidak mungkin. Barusan, aku...

Sebagai seorang gadis SMA, Mio memiliki pengetahuan rata-rata. Oleh karena itu, dia mengerti keadaan yang telah Basara gerakkan padanya. Di saat itu—Mio menggigil. Tapi,

"Yah... Ke-Kenapa...?"

Mio mengangkat suara bingung. Dia berpikir untuk memastikan bahwa ini akan menjadi akhir. Namun, sensasi manis tidak lenyap dari tubuh Mio. Bukan itu saja, menjadi lebih kuat.

"Itu tidak akan berhasil, Mio-sama.... Kutukan ini diaktifkan karena menentang kontrak Tuan dan Budak."

Sambil mengatakan itu, Maria menurunkan kepala Mio pada dua pahanya sendiri.

Dalam posisi bantal pangkuan ini, tangan mungilnya memegang kepala Mio dari sisi.

"Selama kau tidak bersumpah-setia pada Basara-san dari lubuk hatimu, sensasi ini tidak akan lenyap. Dengar... Sekarang di depan matamu adalah Tuan masa depanmu. Yang akan bersumpah setia."

"Tuan... setia..."

Suara Maria menengelamkan kesadaran Mio yang sudah kabur karena sensasi tersebut. Oleh karena itu, Mio menggeserkan mata berkunang-kunangnya kembali ke depan.

Setelah itu, ada seorang laki-laki melihatnya— Basara.

Mata Basara menatapnya begitu kuat sehingga tersedot masuk.

...Basara ...Dia, adalah Tuanku...

Sembari dia berpikir begitu, Mio merasakan kebahagiaan gemetar. Setia pada keberadaan mengagumkan— kesenangan ini menyebar dalam tubuh Mio sekaligus dan ia akan bersumpah setia padanya seperti itu. Tapi,

"T- Tidak... itu, aku..."

Namun, dengan alasan terakhirnya, Mio berbicara ragu-ragu padanya mengenai godaan manis ini, dimana Maria mendesah.

Lantas, dia mengatakan sesuatu yang menakjubkan.

"Basara-san, tolong rabalah payudaranya jangan dengan pakaiannya— tapi langsung."

"It..."

Ketika Mio tak sengaja bereaksi dengan menggigil, Basara meminta Maria dengan mata tenang.

"...Tak masalah?"

"Ya. Jika kau memegang kembali, kau tidak akan pernah dapat mengatur Mio-sama dengan damai."

Sambil membelai lembut pipi Mio, Maria berkata dengan nada tenang pada Basara. Setelah itu,

"—Baik."

Ketika Basara berkata dengan pendek, tangannya bergerak dari payudara Mio ke bawah.

"T-Tidak mungkin..."

Sembari tercengang, dia tidak lagi punya kekuatan untuk melawan. Mio melihat dua tangan Basara akan di bawah ujung atas bra-nya. Lalu, tangan ini perlahan-lahan mulai menuju ke atas ke arah payudaranya. Keliman terjebak di pergelangan tangan Basara dan atas bra-nya digulung sedikit demi sedikit.

"Mm... Ahh, Yah... Jangan, Ka-Kakak, hentikan..."

Mio yang terpojok memanggil Basara "Kakak" dengan mendadak.

Pada reaksi ini, Basara mendadak menghentikan tangannya. Mio terkejut.

...O, Oh tidak. Aku tak sadar...

Wajahnya berubah merah. Naruse Mio menyadari perasaan yang sebenarnya sendiri bahwa dia tidak menyadari dirinya. Setelah ia menyelamatkannya di taman, ia ingin memanggil Basara yang handal dari dasar hatinya.

Setelah itu, menatapnya, Basara

"Maaf... Tahanlah malu ini sedikit lebih lama."

Menyatakan begitu, dimana pakaian Mio sekali lagi mulai menggulung.

"Mm... Ah, ....Yah... Mm."

Rasa malu dari bagian atas tubuhnya terbuka secara bertahap dan sensasi dari tangan Basara meluncur hingga perutnya membuat sentuhan tubuh Mio. Namun, itu semua perlawanan yang bisa ia berikan. Lantas, pakaiannya telah digulung ke payudaranya. Ini berarti bahwa tidak ada lagi sesuatu antara tangan Basara dan payudaranya. Tidak dapat menahan malu, secara tidak sengaja dia mencoba untuk menghindari wajahnya, dimana

"Kau tidak bisa memalingkan matamu atau menutupnya, Mio-sama... Tolong saksikan dengan mata kepala sendiri apa yang akan terjadi sekarang."

Maria, dengan pangkuan yang ia letakkan, menggunakan tangannya untuk membuat wajah Mio menatap— Basara.

Dia tidak bisa melarikan diri. Lalu,

"... Aku mulai."

Tepat setelah Basara menyatakan itu, Mio melihat payudaranya sendiri menyentuh langsung dengan tangan Basara.

Segera, payudaranya diraba-raba— Setelah dia mengerti apa artinya,

"———"

Naruse Mio mengeluarkan suara paling manis yang pernah ada dan menggigil keras tubuhnya.

Shinmai Vol1 0077.jpg

Lalu— Kutukan pada Mio terangkat.

"Ah... Mm, Hah... Ah..."

Sembari sensasi itu belum hilang seutuhnya, Mio berbaring kelelahan di sofa.

"Sembilan kali... bagus sekali, Mio-sama. Kau lebih gigih daripada yang kuduga."

"Hei... bukankah secara teknis kau budaknya? Bukankah kau bilang sesuatu yang lain?"

Pada gumaman Maria di depan Mio, Basara berkata dengan letih.

—Setelah itu. Bahkan setelah melakukan semua itu, hati Mio masih tidak tunduk pada Basara.

Oleh karena itu, ia terus menggerayangi payudara Mio berkali-kali sampai ia bersumpah setia kepada Tuannya dari dasar hatinya.

Setelah berulang kali memberikan tubuh Mio sensasi yang menggigil seluruh tubuhnya, Mio segera mengeluarkan suara manis dan terus memanggil Basara "Kakak" dalam igauan. Setelah kesembilan kalinya, seperti yang dikatakan Maria, akhirnya dia bersumpah setia kepada Basara dan Mio dibebaskan dari kutukan kenikamtan.

Maria menunjukkan Basara, yang letih menatapnya, senyum nakal.

"Ya ampun~ kau, dirimu malah kenikmatan."

"Ap, itu tidak..."

Memerah, Basara buru-buru membantah.

"Meskipun Mio-sama menentangnya, kau tidak pernah menghentikan tanganmu."

"I- Itu... Kau bilang aku harus buru-buru."

"Tapi ketika Mio-sama mulai memanggilmu 'Kakak'— kau bergidik."

"Uh..."

Tentu saja, pada waktu itu alasannya adalah tidak sengaja hendak runtuh... tunggu, tidak!

"J- Jadi, apa lagi? Kita bisa membatalkan kontrak, kan?"

"Harap yakinlah. Seperti yang aku katakan sebelumnya, pada persetujuan tuan dan budak, kontrak dapat dibatalkan oleh rapalan sihir yang sama pada bulan purnama berikutnya."

"Bulan purnama berikutnya... Itu berarti, tidak akan dibatalkan selama hampir satu bulan."

Setelah merenungkan dalam-dalam, ia jatuh ke dalam depresi ringan. Nah, sampai nanti dia harus menjaga hubungan yang harmonis dengan Mio.

Jika hal seperti ini terus terjadi, itu akan menjadi terlalu berbahaya dalam berbagai hal.

Lalu. Basara bertanya pertanyaan penting, karena situasi itu diselesaikan.

"—Omong-omong Maria, kenapa kau diam mengenai kutukan?"

Ah itu, dengan itu Maria membuat ekspresi menyesal.

"Karena akhirnya kau tertarik dalam membantu Mio-sama, aku diam hanya untuk berjaga-jaga, sehingga kau tidak akan mengubah pikiranmu... Ini adalah kebenaran bahwa kontrak dapat dibatalkan, jadi aku berpikir bahwa tidak akan ada masalah. Maafkan aku."

"Jadi begtiu…"

Basara mendesah.

"Huh... Kau tidak marah? Aku percaya pasti kau akan memberiku ceramah sampai pagi."

Basara mengangguk "Ya" pada Maria, yang menatap dengan bingung. Lalu,

"—Karena itu bukan bagianku."

Pada saat yang sama ia mengatakan itu, kepala Maria disambar dari belakang. Bahkan tidak perlu mengatakan siapa orangnya. Maria langsung berkeringat dingin dan suara dingin menembus memanggilnya.

"... Maria, kita harus bicara. Ikut denganku."

Menyambar kepala Maria seperti penjepit, Mio meninggalkan ruang tamu, menyeret Maria bersama.

"Aww, Mio-sama, kepalaku, sakit! Itu tidak... Itu tidak sengaja!"

Maria mengangkat jeritan, tapi Mio mengabaikan itu sepenuhnya. Mereka bisa didengar naik tangga.

Setelah itu, ada suara pintu di lantai dua menghentak terbuka—lalu teriakan sengit dan getaran dari sesuatu makhluk berat terguling. Selain itu, suara menghancurkan keras merusak sesuatu bergema berturut-turut, tapi Basara pura-pura tidak mendengar apa-apa. Karena dia pikir setidaknya dia harus melanjutkan sampai merasa puas.


Lalu— kebisingan di kediaman Toujou melewati sepanjang malam, tidak berhenti sampai subuh.