Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid01 Epilog

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Epilog[edit]

"...aku masih hidup."

Hisui, berbaring di tempat tidur, bergumam pada dirinya sendiri.

Dia bangun dari ranjang, dan melihat keluar jendela; tampaknya seperti siang hari diluar.

"Kamu bangun?"

Berpaling, Eruru duduk di kursi disamping ranjang, mengoperasikan notebook komputer.

"Eh...."

"Berterimakasihlah pada dia..."

Eruru melihat Rushella, yang tidur disamping ranjang Hisui.

"Kau bertipe AB/Rh-, yang mana Bank Darah tidak punya banyak di penyimpanan, sehingga dia memutuskan untuk menyumbangkan darahnya padamu. Kalian berdua bertipe sama."

"Tapi... menerima darah seorang vampir, kau tau apa yang akan terjadi, kan? Kemungkinan kau akan menjadi seorang undead."

"Benar... kami telah mempertimbangkan situasinya, tetapi dia menolak untuk mendengarkan... yang dia mau adalah untuk menyelamatkan hidupmu. Juga, [tubuhmu] seharusnya tak memiliki masalah, kan? Dalam kenyataannya tidak ada masalah?"

"Kau pikir apa aku ini?"

"Tubuhmu sangat menarik, atribut fisikmu... tampaknya bukan sesuatu bawaan dari lahir, bagaimana itu berubah?"

"Aku tidak yakin..."

"Bekas luka didadamu—apa itu tanda dari pembedahan? Darimana jantungmu berasal?"

"................."

"Darah adalah sumber kehidupan, sehingga organ yang mengatur aliran darah adalah salah satu yang mengontrol kehidupan itu sendiri. Dengan demikian, melawan seorang vampir, menyerang jantung dengan sebuah tikaman adalah fatal. Sumber kekuatanmu... bukankah mengalir dari jantung misterius itu?"

"Aku tidak tau..."

"Tapi?"

Memegang dadanya, Hisui tersenyum.

"Miraluka mempertaruhkan hidupnya, untuk membuat jantungku berdetak lagi. Agar jantung berdetak lagi setelah itu berhenti, membiarkan dirinya berubah menjadi abu."

"Itu begitu misterius. Itu mengecewakan aku tidak bisa membedahmu."

Eruru berbisik tanpa ekspresi apapun. Sejujurnya, dia bisa melakukan sesuatu yang menakutkan.

"Aku menyelidiki Pedang Suci milikmu itu, sepertinya itu sebuah harta. bisa dikatakan itu adalah pembawa kehancuran pada semua vampir. Kerabat yang meninggalkan itu padamu..."

"Itu adalah vampir yang merawat aku."

"Kenapa dia memberimu sesuatu seperti ini? ...apa itu untuk melindungimu? Dan tentang atribut fisikmu, apa segalanya bagi kelangsungan hidupmu sebagai manusia?"

"Aku pikir aku adalah percobaan. Bagaimana bisa vampir berdampingan dengan manusia—dia selalu memikirkan pertanyaan ini. Tapi bahkan ketika dia berhasil, dia masih mati, apa gunanya?"

Hisui merasa hancur oleh kesalahannya, mengepalkan tinjunya.

"Hanya untuk menyelamatkan aku, dia tidak harus membuat masalahnya begitu rumit, yang harus dia lakukan adalah menghisap darahku dan mengubah aku menjadi vampir. Maka dia bisa selamat juga. Yang disebut keabadian dia yang benci, aku bisa menemaninya, itu akan membuat aku hidup bersama dia selamanya."

Didepan mata Hisui adalah saat-saat terakhir perawat tercintanya.

Bermandikan cahaya matahari, berubah menjadi abu. Dalam sekejap dia mengangkat tubuhnya, tubuh yang tersisa itu tersebar oleh angin. Tak peduli seberapa erat dia memegangnya, pada akhirnya, dia tak memegang apapun.

Wajah cantik, rambut hitam, bibir merah miliknya, semua lenyap seolah-olah mereka tak pernah ada.

Bahkan tidak bisa memeluknya dalam lenganku.

"Orang itu... tidak mengubahmu menjadi rasnya. Dia mau kau tetap pada kondisi awalmu. Seorang manusia, untuk hidup sebagai manusia. Apa aku salah?"

"Apa bagusnya menjadi manusia? Juga, aku bukan manusia tetapi mon..."

"Kau seorang Manusia."

Eruru menjawab tanpa ekspresi. Mengenai pertanyaan Hisui, gadis itu tidak mundur dan menjawab secara langsung kali ini.

"Kau manusia, tak ada jawaban yang lebih baik."

"...itu bagus."

"Tetapi yang tertidur disebelahmu sudah jelas seorang vampir asli— seorang 'LELUHUR SEJATI'. Aku mendengar ceritanya dari dia, tampaknya tujuan Kishida adalah kekuatan didalam dirinya. Jika itu masalahnya, aku khawatir akan ada lebih banyak orang menargetkan dia dimasa depan. Faksi ekstemis diantara para vampir mungkin juga menghianati dia, meskipun demikian, kau masih mau melindungi dia?"

"Dia akan melindungi dirinya sendiri. Juga, aku tak bisa percaya dia seorang 'Leluhur Sejati'. Orang yang berada dirumahku seharusnya 'Leluhur Sejati' yang terakhir, Miraluka berkata demikian."

Kata-kata Hisui membuat mata Eruru bercahaya. Tubuh Hisui, dan vampir yang membuat dia seperti ini, semuanya membuat Eruru sangat tertarik.

"Mengenai dia kehilangan ingatannya, aku melakukan beberapa penyelidikan. Saat ini, tidak ada vampir yang terkait dengan dia. Dia tampaknya hanya muncul suatu hari, dia mungkin Leluhur Sejati yang pertama di masyarakat modern ini. Hal itu begitu misterius. Sekarang ini yang ingin kami lakukan adalah mengamati dia."

"...harap berbelas kasihan. Juga... kenapa tidak memusnahkan dia? Sekarang ini matahari telah naik, yang harus kau lakukan adalah membuka jendela, dan dia akan meledak kan?"

"Karena dia bebas dari kejahatan. Tak ada alasan untuk memusnahkan dia, karena tak ada perbedaan antara aku dan dia. Dan singkatnya, itu hanya karena dia tidak melakukan kejahatan sekarang ini. Bahkan jika dia menghisap darahmu, itu bukanlah kejahatan saat ini. Jadi karena dia tak bersalah, kami tak akan mengambil tindakan."

"Benar, benar...."

Melihat Hisui menatap dia, Eruru bangkit dan mulai berjalan menjauh.

"Aku harus pergi. Juga..."

"Juga...?"

"Terimakasih."

Wajah si setengah vampir itu menjadi merah dan meninggalkan ruang perawatan. Disaat yang sama, Rushella bangun.

"Kamu... kamu baik-baik saja?"

"Ah, umm...seharusnya..."

Hisui bergumam, dan Rushella memutar dirinya di tempat tidur, duduk disampingnya.

"Benar-benar... tak ada masalah? Sudah jelas kamu kehilangan begitu banyak darah."

"Eh, kenapa kamu begitu khawatir?"

"Tentu saja, aku khawatir. Kamu adalah pelayanku bagaimanapun juga."

"....."

"Kamu tidak diijinkan untuk melakukan hal yang gila mulai sekarang. Bagaimanapun juga... kamu adalah manusia."

"Aku bisa melindungi nyonya, kan?"

"Bahkan jika... tak bisa diterima. Melindungi aku adalah tugasmu... tapi..."

"Tapi....?"

"Tidak diperbolehkan untuk mati."

Dia mengatakannya, kata demi kata. Mata merahnya menusuk dia.

"Tanpa ijinku, kamu tidak diperbolehkan mati. Bahkan kematianmu adalah milikku."

"Tapi aku tak bisa menjadi seorang vampir."

"Aku belum menyerah! Suatu hari, tubuhmu, dan jiwamu, semuanya akan menjadi milikku. Kamu akan berlutut dihadapanku!"

"Ok ok..."

Meskipun dia memberi jawaban sekedarnya, tapi Rushella masih mendekat dengan pelukan, kemudian membawa matanya untuk bertemu mata Hisui.

"Kamu tidak mau?"

Ini bukan seperti aku tidak mau... tapi pemikiran itu datang tanpa diminta. Tetapi Hisui masih berhasil menelannya. Orang tidak bisa dengan mudah berhenti menjadi manusia.

Kerena Rushella menolak untuk memindahkan tatapannya, Hisui hanya bisa memberi jawaban ringkas dan jujur.

"Aku akan membantu kamu, menemukan siapa dirimu... menyelidiki masa lalumu, aku pasti akan membantu."

"Juga harus menambahkan persyaratan dietku juga. Kita sudah setuju, kan?"

"...iya iya, ah, tapi kamu juga harus memegang tawar-menawarmu, jangan menghisap darah siapapun juga."

"Aku tau. Aku.. tau bagaimana rasanya mendapati darahmu dihisap. Aku bisa mengerti."

"....begitukah."

"Juga, kamu memanggilku dengan nama kan? Meskipun kamu seorang pelayan."

"Itu... itu dipaksa oleh situasi."

Hisui hanya ingin menyalahkan situasinya, tapi Rushella tidak tampak akan marah, tetapi hanya menjawab dengan ringan: "aku akan memberimu ijin khusus untuk melakukannya."

"Eh?"

"Aku juga akan memanggilmu Hisui, tak masalah?"

"....ya."

Melihat Hisui mengangguk dalam penerimaan, vampir tersebut tersenyum samar-samar, dan melingkarkan lengannya pada leher Hisui.

"Kalau begitu, Hisui."

"Apa, apa yang kamu lakukan?"

Mengabaikan Hisui yang tak berdaya, Rushella membawa bibirnya mendekat.

Keduanya hampir saling bersentuhan satu sama lain.

Tetapi... bibir Rushella tidak mencapai bibirnya, tetapi malah menggapai lehernya.

Sebuah ciuman kekasih bertujuan pada leher dan bukan bibir.

"ADUH!!! Apa yang kamu lakukan begitu tiba-tiba? Aku masih pemulihan dari cobaan besar!"

"Lalu kenapa? Aku hanya meminum sedikit! Itu adalah darahku lagipula! Aku telah menahannya begitu lama!"

Rushella menjilat bibirnya dan menekan Hisui.

Kedua mata menyala merah, tak seorangpun bisa menghentikan dia lagi.

"HEI... JANGAN.... setidaknya bersikaplah lebih lembut."

"Sungguh berisik, jaga perilakumu!"

Perlawanan adalah sia-sia, dengan demikian Hisui menempel pada tempat tidur, dan mendapati darah dan permohonannya larut terlupakan.

"Hmm... begitu lezat ♥"

"...apa kamu seorang iblis? Ah, sudah jelas kamu adalah seorang [IBLIS] penghisap darah! Ahh..."

Hisui merasakan suhu dan tubuh Rushella saat dia menindih Hisui, sambil dia bergumam menangis.

Setelah itu, setiap hari dirumah sakit berarti setidaknya sekali semacam itu.

Setelah beberapa hari, Hisui telah pulih dan kembali ke sekolah.

Reina tampaknya baik-baik saja, dan bahkan kembali kesekolah sebelum Hisui.

Dia tidak bisa mengingat ingatannya sebelum digigit, tetapi sesuatu tetap ada dihatinya. Setelah Hisui kembali kesekolah, dia mengatakan: "....terimakasih."

Dia tampak sangat malu, dan untuk beberapa alasan terus menatap Hisui selama pelajaran, dan berusaha memulai percakapan bila memungkinkan.

Itu tampak seperti kembali ke kehidupan normal tetapi Rushella, musuh dari kehidupan sehari-hari yang normal, tetap tersenyum dan berceloteh non-stop dengan dia setiap hari sepulang sekolah.

"Kamu memulai klub?"

"Tepat! Jika aku tak bisa menemukan klub yang aku inginkan, aku tinggal membuat klubku sendiri! Bukankah ini ide yang bagus?"

"Maaf, jangan terlalu berbangga diri. Ini hanya keinginanmu sepenuhnya."

"Diam dan ikut aku."

Rushella menarik Hisui kearah ruang kelas yang kosong, itu adalah tempat yang sama dimana Mei menekan dia.

Selalu ada perasaan mengerikan ketika dia datang kesini.

"Aku membawa seseorang kesini!"

Vampir itu mendorong pintunya dan menarik dia masuk.

Sebuah suara tanpa emosi menyambut keduanya.

"Kalian begitu lambat."

Tanpa mengangkat kepalanya, gadis tersebut menutup laptop. Itu adalah Eruru dalam seragam sekolah.

"Apa yang kamu lakukan disini!?"

"Kegiatan klub, apa lagi?"

"Kalau begitu apa yang harus aku katakan adalah, kenapa kamu datang kesini?"

"Aku disini untuk mengamatimu. Karena kami tak punya orang yang cukup, untuk bisa mempertahankan kontak hari demi hari, aku memutuskan untuk datang ke sekolah. Apa kamu punya pertanyaan lain?"

"Tentu saja, masih ada pertanyaan utama selanjutnya. Namun, mundur sedikit, aku mengerti kata-katamu yang lain, tapi apa yang kamu maksud dengan kegiatan klub?"

"Tak seperti seorang siswa yang bebas sepertimu, aku masih punya pekerjaan yang harus dilakukan. Untuk bisa membuat sebuah area setelah sekolah dimana aku bisa fokus perhatian dan energiku, sehingga aku memutuskan untuk menggunakan kegiatan klub ini menjadi itu."

"Begitukah..."

Pemikiran gadis ini sudah jelas tidak sederhana. Akan lebih baik untuk waspada pada keinginan diseksinya.

"Lalu, kenapa kamu masuk klub ini?"

Hisui menanyai Rushella, dan tentu saja dia menjawab dengan bangga.

"Dia bilang selama aku tidak mengganggu pekerjaannya, aku bisa melakukan apapun yang aku suka."

"Hmm, mungkin hanya untuk terus mengawasimu. Lalu, kenapa kamu membuat klub ini? Apa nama klub ini?"

"Bagaimana kalau [Klub Penghisapan Darah]? Untuk meneliti teknik penghisapan darah yang lebih baik!"

"DITOLAK."

"Bagaimana kalau didedikasikan untuk menyelidiki masa laluku, [Club Pelayan] yang juga benar-benar mendedikasikan dirinya sendiri untuk kehidupanku sehari-hari!"

"Tidak. Aku tidak berpikir tujuannya buruk, tapi namanya mengerikan. Juga, tujuannya buruk."

"Bagaimana kalau klub kelahiran anak? Atau sebuah nama eufimisme seperti [Klub Penempatan Telur] bukanlah ide yang buruk."

"....kenapa kamu disini?"

Hisui baru saja menyadari Sudou ada di dekatnya. Dan meraih lengannya, bahkan dadanya menekan masuk.

Hisui ingin mempertahankan postur yang sama, dia tidak bisa menghilangkan rasa takut diperkosa setiap saat, sehingga dia tak bisa menikmati sensasi lembut dari payudaranya.

"Aku kolabolator Rushella. Dan juga aku menerima gaji kontrak, jadi itu wajar untuk berada disekitarnya kan?"

"Begitukah?"

Draculea V01 - 254.PNG

"Hi-kun, tidak punya ide? Mengenai nama klub?"

"Mari kita menyebutnya Klub Pemalas? Kegiatannya meliputi [Abesh][1], atau Klub Gelombang Elektromagnetik Sepulang Sekolah?"

"Anak-anak jaman sekarang tidak akan menangkap referensimu. Hei, jelas-jelas ini adalah sebuah klub penelitian ilmu gaib, dengan empat monster disini."

"Jangan samakan aku dalam hal ini, aku jelas-jelas manusia!?"

"Eruru bekerja keras sehingga kamu bisa memiliki kehidupan normal kan? Dan juga menerima tanggung jawab atas insiden Kishida... dengan demikian, departemannya dibawah staff sekarang ini. Kenapa kamu tidak bisa membantu dia?"

Hisui cemberut, dan duduk di kursi terdekat.

"Ok, semua anggota sudah disini, mari kita mulai membahas kegiatan selanjutnya!"

Rushella berbicara dengan posture seperti pemimpin.

Mei tampak seolah-olah dia tengah menonton pertunjukan.

Eruru dalam diam mengetik pada keyboardnya.

Dan ada Hisui yang tanpa sedikitpun motivasi.

Dikelilingi oleh vampir, manusia buatan dan setengah vampir, anak laki-laki tersebut bergumam tak bergerak.

"Kembalilah segera, kehidupan normalku."

Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Abesh : efek suara, terkenal digunakan dalam manga Fist of the North Star ketika lawan mati.


Sebelumnya Bab 6 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Penutup