Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid04 Bab1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 1 - Kisah Touko[edit]

"...Jadi apa sebenarnya yang coba kau lakukan?"

"...Maaf."

Touko meminta maaf, wajahnya penuh dengan kemurungan.

Berlutut secara formal di lantai dalam posisi seiza, punggungnya sangat lurus sementara dia memain-mainkan tangannya tak nyaman, melihat keatas dengan takut-takut pada hakim yang menatap dingin pada dia.

Lengan disilangkan, berdiri tegas dihadapan dia adalah sang arbitrator, Wakil Presiden Dewan Mahasiswa Uno Kirika.

Justru karena "penyihir" ini mengijinkan Touko untuk tetap disekolah, dia merasa bertanggung jawab atas insiden ini—bukan, lebih tepatnya, insiden-insiden yang terjadi baru-baru ini.

"Meskipun kamu diijinkan bergerak secara bebas didalam sekolah, kamu seharusnya tahu bahwa segalanya ada batasnya, kan?"

".......Maaf."

Touko menggantung kepalanya lebih rendah dengan kemurungan yang lebih besar.

Tubuh gadis ini yang sudah tak berwujud menjadi semakin transparan.

"Selama musim panas, menurut laporan dari para siswa yang ikut serta dalam pelajaran tambahan dan kegiatan klub, jumlah saksi mata telah meningkat tanpa henti. Seseorang bisa mengabaikan penampakan sesekali, tetapi sebaliknya, kamu secara proaktif mendekati mereka. Menurut laporan dari klub fotografi, 80% dari gambar yang diambil di sekolah baru-baru ini adalah foto-foto hantu!?"

"Karena segera setelah aku mendengar suara kamera, aku ingin difoto... dan aku ingin membuat pose yang bagus!"

"Hantu ini benar-benar sangat keras kepala."

Mengamati dari samping, Hisui hanya bisa mengatakan komentarnya.

Setelah keributan di ruang kelas, mereka mengantarkan Reina ke ruang perawatan kemudian membawa Touko ke ruang kelas kosong yang digunakan sebagai markas Klub Investigasi Supranatural.

Kirika dengan cepat mempelajari masalahnya, bergegas kemari dan mulai mengomeli.

"Siswa di usia mereka sangatlah sensitif dan akan melihat kamu mengingat sedikit kecocokan riak gelombang! Dan setelah seseorang melihatmu dan berita menyebar, itu membuat lebih mudah bagi orang-orang disekeliling untuk melihat. Bisakah kamu mempertimbangkan pengaruhnya, oke!?"

"....Tetapi aku ingin dilihat."

Touko cemberut tidak senang.

Tindakan manisnya sama dengan seorang gadis remaja.

Meskipun dia sudah mati.

"Sepertinya kamu masih belum memahami posisimu...?"

Kirika berbicara dengan dingin kemudian mengulurkan tangannya diatas kepala Touko dan meremas-remaskan jari-jarinya.

Kemudian kristal putih jatuh dari jari-jarinya dan tersebar pada kepala Touko.

"Ah, hentikan itu, Kirika-chan, mungkinkah itu....!"

"Memang. Garam pemurni. Ada upacara pemakaman yang diadakan didekat sini baru-baru ini, seseorang yang aku kenal, jadi aku menghadirinya. Kemudian aku mendapatkan ini. Bagaimana kalau aku membantumu pergi sekarang juga?"

Kirika bertanya dengan tersenyum, tetapi tak ada tawa dalam matanya.

Tak terpikir seorang penyihir akan menggunakan garam pemurni, sungguh langka, tetapi itu bekerja pada Touko.

"Ah, hentikan, itu panas! Oh tidak, aku menghilang...."

Pada awalnya memang sudah kabur, sosok Touko menjadi lebih tidak tetap.

Dia hendak lenyap.

Merasa hal itu sangat serius, Hisui tak punya pilihan selain ikut campur.

"Katakanlah, Senpai, beri dia sedikit belas kasihan! Touko-san sudah merenungkannya...."

"Bahkan jika aku tidak turun tangan, sekolah akan mengambil tindakan pada akhirnya. Dewan mahasiswa telah menerima banyak keluhan dan juga ada saksi mata diantara para guru. Mereka saat ini membahas dengan serius apakah memanggil pengusir setan atau tidak."

"....Benarkah? Katakanlah, Touko-san, kenapa semua ini terjadi?"

"Karena Hisui-kun, tak satupun dari kalian ada disekolah selama liburan musim panas, aku begitu kesepian.... Aku hanya menginginkan seseorang untuk bermain dengan aku! Aku hanya ingin menikmati kehidupan sekolah dengan benar, kemudian aku berkeliaran...!"

"Ya, aku bisa memahami bagaimana perasaanmu...."

"Aku ingin kenangan yang banyak... Aku ingin kehangatan yang banyak!"

Mengatakan itu, Touko hendak menangis.

Meskipun Hisui ingin mengatakan sesuatu untuk menghibur Touko, dia berakhir membuat komentar sinis dalam keputusasaan.

"...Uh, darimana kehangatan berasal setelah mati?"

Sebuah bencana timbul dari lidah yang tergelincir.

"J-Jadi artinya... itu benar-benar sebuah keprihatinan untuk aku!"

"Uh, bahkan jika kamu khawatir tetapi... apa aku salah?"

Hisui berbalik pada yang lain dibelakangnya mencari persetujuan.

Namun, bukan hanya Kirika, yang masih memarahi Touko barusan, tetapi juga Rushella, Sudou Mei dan Kariya Eruru, yang mengamati dalam diam, memelotot marah pada Hisui.

"Eh... Ada apa dengan situasi disini?"

"Hisui, ada hal yang bisa dan yang tidak bisa dikatakan, kan? Kamu harus lebih perhatian terhadap hati gadis!"

"Ya, Hi-kun! Jangan lupa bahwa dia adalah seorang gadis dalam masa muda yang bersemi!"

"...Aku hanya ingin mengatakan, bagaimana kalau kamu mencoba mati sendiri?"

"Dia tidak berharap menjadi seperti ini..."

Kirika adalah yang terakhir mengkritik dia.

Meski demikian, dia adalah orang yang mencoba mengusir Touko melawan kehendaknya.

"Hei, kapan kalian menjadi begitu bersatu!? Ada apa dengan permainan combo kejam yang sesekali dari aliansi gadis ini? Ini seperti mengganggu seorang teman untuk mendampingi dia pada sebuah pengakuan kemudian mengatakan pada anak laki-laki tersebut: 'Hei, cepat berkencanlah dengan dia!' Seperti itulah yang terasa!"

"Cepat berkencanlah dengan dia."

"Kau benar-benar mengatakan itu!"

Hisui berteriak pada Mei yang melakukan pendekatan langsung.

Disisi lain, Touko tampaknya sangat puas.

"Tidak tidak tidak, ini tidak benar. Juga, alasan kita berkumpul disini adalah karena apa yang terjadi sebelumnya, jadi kita perlu dengan serius membahas kepergian Touko-san ke kehidupannya yang selanjutnya. Apa aku salah?"

Hisui menanyai Eruru yang seharusnya masih punya pikiran tenang.

Namun, si cantik mungil yang keren dengan kacamata berbingkai setengah menolak saran dia tanpa ragu-ragu.

"....Jika kamu berbicara tentang memuaskan penyesalan yang tersisa dari orang yang telah mati, pasti. Touko-san tidak memiliki kesempatan untuk musim semi masa mudanya karena kematiannya yang tiba-tiba. Meskipun aku secara pribadi percaya bahwa menyamakan kisah asmara pada hari-hari masa muda dengan murahan dan menyedihkan, jika itu adalah keinginan pribadinya, siapa aku untuk menanyai dia? Selama kamu membuat pengorbanan, masalah bisa diselesaikan dengan sempurna."

"Apa kamu baru saja mengatakan pengorbanan....? Kamu mengatakan pengorbanan!"

"Aku mengatakannya."

"Hei hei, bisakah kamu menyangkalnya setidaknya? Dari cara kamu mengatakannya, aku kemungkinan akan berakhir dikutuk sampai mati oleh dia!"

"Memang."

"Jangan begitu saja menegaskan itu dengan segera!"

Arghhhh, sungguh membuat sakit kepala.

Kehidupan sehari-hari Hisui sudah terdiri dari menyediakan darah pada seorang vampir dan mendapati keperjakaannya terancam oleh seorang manusia buatan. Menambahkan perasukan hantu pada itu akan menjadi masalah yang tidak biasa sama sekali.

"Touko-san... selain manusia hidup seperti aku, umm... bukankah ada kandidat yang lain diantara para hantu? Aku pikir seharusnya ada beberapa didalam sekolah..."

"Hmm, ya ada. Ada seseorang dengan hanya setengah wajah yang tersisa..."

"Menakutkan! Itu bahkan lebih buruk daripada roh jahat!"

"Dia sepertinya berangkat ke kehidupan selanjutnya dan menanyai aku apakah aku mau pergi bersama, tetapi aku menolak dia. Dia bukan tipeku."

"Hmm, oke.... Hmm, aku percaya kamu punya hak untuk memilih. Apa ada hantu lain yang tertangkap matamu?"

"Hmm... Ah, ada, pria ini dengan hanya kerangka yang tersisa yang memakai jubah hitam dan membawa sebuah sabit besar. Dia mengobrol dengan aku beberapa kali...."

"Kupikir itu adalah Mr. Grim Reaper. Tak terpikir dia benar-benar ada...."

Hisui teringat eksistensi yang menarik jiwa-jiwa mati dalam legenda.

Dalam arti tertentu, dia mungkin kandidat yang paling sesuai untuk membawa Touko.

"Tetapi penampilannya terlalu menakutkan sehingga aku menolak. Setelah itu, kami mengobrol beberapa kali dan aku menyadari dia sebenarrnya pria yang baik."

"Hei, apa kamu memperlakukan hal ini seperti memilih seorang suami... Kamu bilang kamu menolak... dan dia bahkan berbicara!?"

"Iya. Dia bilang bahwa target bulan ini cukup tinggi sehingga kuotanya agak sulit, dia memintaku untuk membantu. Dia bahkan menyarankan 'cepat ke akhirat, jangan berpikir, lakukan saja'...."

"Dia bahkan harus memenuhi kuota!? Sungguh pekerjaan yang tragis!"

"Dia sebenarnya seorang pria yang baik, mengatakan jika ada sesuatu yang bisa dia lakukan untukku, cari saja dia kapan saja...."

"Wow, sungguh model peran dari industri jasa...."

Hisui menjadi lelah dari membuat semua gurauan ini.

Eksistensi Touko pada dasarnya menjungkirbalikkan segalanya yang dia pikir dia tahu tentang hantu.

"Hisui-kun, apa kamu tidak menyukai aku?"

Touko bertanya dengan hati-hati dan mengambang disekitar Hisui.

Cahaya hantu tampaknya mulai muncul.

Jika seseorang diluar kebetulan melihat adegan ini, Tujuh Keajaiban mungkin akan meningkat satu.

"Tidak, tidak sama sekali.... Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku rasa bahwa bahkan jika aku mengajakmu berkencan diluar sekolah, kamu tidak akan puas, kan?"

"....Sepertinya kamu harus serius dan mengakhiri hari-hari masa mudanya yang polos sekaligus. Hi-kun, cepat buat dia menjadi seorang wanita!"

Mei mengepalkan tangannya dan berteriak dengan emosi yang besar.

Oh man, bisakah aku menyerah pada sindiran tajam?

"Hei hei hei, dia sudah mati. Bisakah kamu berhenti membuat saran aneh?"

"Aku mempertimbangkannya dengan hati-hati. Hanya untuk mendapati Hi-kun merasakan wanita untuk membangkitkan nafsu bejatmu, mungkin itu akan membuat kamu menginginkan aku..."

"Sungguh ide yang benar-benar mengerikan! Dan dengan seorang hantu, bagaimana itu mungkin...."

Bantahan ini menyebabkan Mei menjadi tertegun dan terjun kedalam pemikiran yang mendalam.

Setelah beberapa saat, dengan ekspresi yang sepenuhnya serius, dia menjawab:

"....air sex?"[1]

"Aku benar-benar akan memukulmu di usus jika kamu bukan seorang gadis...."

Wajah Hisui terdistorsi.

Namun, Mei membuat ekspresi "lakukan" dan menunjukkan perutnya pada dia.

"Aku tidak keberatan, lakukan? Pasti, tanganmu akan patah. Hi-kun. Jika aku mengepalkan lapisanku dengan serius, bahkan tongkat baseball akan patah dengan mudah."

Mei dengan berani mengangkat pakaiannya, menunjukan perutnya, bahkan bra-nya hampir terlihat.

Meskipun garis otot perutnya tidak bisa dilihat, itu tidak sulit untuk membayangkan kekerasannya jika dia menjadi serius seperi yang dia bilang.

"....Itu benar juga~~"

Hisui dikuasai ketakutan setelah memilirkan tentang itu.

Dia hampir lupa.

Jika dia terlibat pertarungan dengan Mei, bukan hanya dia tidak punya kesempatan menang, dia kemungkinan besar akan berakhir dijepit kebawah, ditarik ke ranjang, dan sesuatu yang berharga dari dia akan direnggut.

Disisi lain, berdiri dibelakang Hisui, Rushella bertanya pada Eruru tentang kata-kata asing seperti biasanya.

"Hei, aku tanya padamu, apa itu air se..."

"Jangan salahkan aku karena menembak jika kamu berani menyelesaikan kata itu."

Eruru mengancam, setelah menarik keluar pistol suci Argentum dari suatu tempat, dengan jarinya sudah pada pelatuk.

Tentu saja, gerakan ini tidak cukup sebagai sebuah jawaban.

Ngomong-ngomong, apa ada orang yang bisa memberi jawaban yang pasti untuk istilah ini?

"Apa masalahnya!? Aku hanya ingin tahu! Cepat beri tahu aku! Aku sudah tahu arti dari 'air' yang didepan. Aku sudah mendengar Hisui berbicara tentang sesuatu yang disebut 'air guitar' sebelumnya. Jadi yang kamu perlukan adalah menjelaskan bagian yang tersisa secara rinci....!"

"Itu bahkan lebih tak bisa diterima!"

"Ooooooh.... Apa masalahnya!? Jika itu adalah sesuatu yang menyenangkan, aku mau melakukannya juga!"

"D-Diam! Apa kamu tak punya malu...!?"

"Itu berhubungan dengan malu? Kalau begitu cepat beritahu aku!"

"U-Ummm....!"

Wajah Eruru begitu merah bahwa otaknya berarus pendek.

Namun, Touko mulai merenung dengan ekspresi serius.

"Oh benar, ada itu juga... Maka aku akan bisa menjadi orang dewasa...!"

"Tidak mungkin tidak mungkin. Bagaimana bisa kamu berniat melakukan itu!?"

"Hmm... Oh ya, baru-baru ini, aku telah mencapai 'penulisan otomatis' dan juga memasuki mimpi orang. Jika aku membuat penggunaan fleksibel dari kemampuan-kemampuan ini...."

"Jadi penulisan otomatis adalah bagaimana kamu mengisi namamu pada formulir urutan lari estafet. Itu terlalu tidak normal! Jika kamu memasuki mimpi orang, pasti mereka akan berakhir dengan tidur yang melumpuhkan dan terikat tempat tidur!"

"Hmm, sepertinya semua orang akan mengalami mimpi buruk."

"Itu pada dasarnya dihantui oleh roh jahat! Seorang pengusir setan akan benar-benar diperlukan!"

"Tapi, t-t-tapi, jika itu didalam mimpi, aku juga bisa.....!"

"Tunggu, Touko-san, dalam hal ini, ketika Hi-kun bangun, akan ada situasi di celana dalamnya."

Mei mulai khawatir dengan serius.

Ya, sungguh pertimbangan yang menjengkelkan.

"Bisakah kamu menunjukan sedikit pembatasan....?"

"Jangan khawatir, aku sudah menyebutkan sebelumnya, aku secara pribadi akan mencuci pakaian dalam Hi-kun yang lengket sampai bersih..."

"....Terserahlah."

Hisui mendesah putus asa. Pada saat yang sama, Kirikia mengangkat bahu.

"Itu mungkin tidak bisa membantu. Namun, hantu sudah pasti tidak bisa selamanya ada di dunia fana. Jika itu terjadi, dunia ini akan dipenuhi orang yang sudah mati sejak dulu. Orang mati akan menghilang pada akhirnya dari dunia ini. Itu adalah bagian dari hukum dunia ini."

Kirika berbicara seolah-olah mengajarkan pelajaran, menyebabkan suasananya untuk tenang.

Memang, hari-hari ini tidak bisa bertahan selamanya.

Pasti akan ada sebuah akhir.

"Jika ada resiko bahaya yang rendah, aku bisa menutup mata pada masalah ini... Tetapi selalu ada orang-orang dengan indera spiritual yang tajam. Bisakah kamu menunjukan lebih banyak kedisiplinan diri?"

Akhirnya terbebas dari pertanyaan Rushella, Eruru menyatakan dengan tenang.

Diceramahi oleh kedua perwakilan alasan, hantu tak berpengalaman tersebut meminta maaf dengan takut-takut.

"Maaf.... Aku akan memberi perhatian."

"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi. Persiapan festival olahraga ini cukup menyibukkan."

Kemudian Kirika pergi.

Baru-baru ini, dia pada dasarnya muncul lalu pergi seperti ini.

Kirika pada dasarnya berbeda dari anggota klub "pulang" seperti Hisui. Jelas-jelas, pekerjaan dewan mahasiswa sangat sibuk.

"Festival olahraga huh."

Tetap di ruang kelas, Hisui bergumam hampa.

Dia tidak bisa melupakan kesuraman pada wajah Reina sebelumnya.

Hisui telah mempertimbangkan menyerahkan putaran akhir pada Rushella, tetapi dia masih tidak bisa memutuskan apakah itu hal yang benar untuk dilakukan.

"Akankah itu lebih baik untuk membiarkan Touko-san ikut serta dalam lari estafet? Itu tampak seperti dia begitu ringan itu akan menjadi tugas yang mudah bagi dia...."

Saat Hisui bergumam pada dirinya sendiri, Mei menyela.

"Hei, adehan itu sangat mengerikan jika kamu membayangkannya. Selain itu, apakah dia bisa membawa tongkat adalah sebuah masalah. Ini tidak seperti tidak cukup orang, kenapa mempertimbangkan dia?"

"Oh, itu benar-benar akan seperti itu rasanya, kan? Katakanlah, kenapa kamu tidak mengambil putaran akhir? Kekuatan kakimu sangat bagus, kan?"

"Aku tidak mau menarik terlalu banyak perhatian. Jika aku mengerahkan semuanya, tanah rapuh semacam itu akan hancur dibawah kaki, memperlambat kecepatanku malahan."

"Seberapa besar kekuatan kakimu sebenarnya...."

Dalam film, monster Frankenstein yang kuat selalu digambarkan sebagai lambat dan berat, sebagai model terbaru, Mei sudah ditingkatkan dari desain terdahulu.

Meski demikian, kekuatan dan kecepatan masih tampak saling eksklusif.

"Yah, karena Hi-kun bertanya, aku bisa mencobanya? Dalam persiapan untuk festival olahraga, aku sudah menyiapkan bloomers. Biru laut, merah muda, hijau, variasi yang banyak, segala sesuatu yang kamu inginkan?"

"...Tidak, aku tidak tertarik."

"Jangan berpura-pura."

"Aku tidak berpura-pura. Sejak aku masih muda, ketertarikan semacam itu telah punah sejak dulu. Ngomong-ngomong, Touko-san... Kenapa kamu mengenakan itu!?"

Sebelum dia menyadari, Touko telah berganti pada pakaian gym.

Dengan bloomers biru laut.

Bagaimanapun juga, sebagai seorang hantu, dia sepertinya bisa menganti pakaiannya melalui pikirannya. Sungguh mencengangkan.

"Eh, karena itu adalah apa yang Hisui-kun inginkan...."

Touko dengan malu-malu menatap dan berkata.

Dia bahkan punya bandana terikat dikepalamya, penampilannya seperti dia adalah satu-satunya kandidat putaran akhir.

"T-Tunggu, Touko! Putaran akhir adalah aku! Kemenangan adalah milikku...! Oke, aku mau memakai pakaian gym dan bandana juga...!"

Pada akhirnya, bahkan Rushella ingin bergabung.

Disisi lain, tentu saja, Eruru menatap dingin pada Hisui.

"T-Tidak, kamu tidak harus melakukan itu! Selain itu, aku mendapati celana pendek biasa dan celana setengah panjang lebih sehat dan manis."

"Oh, jadi itu faksi fetismu?"

Tetap tenang dan rasional, Mei mengkonfirmasi.

Mata seriusnya tampak seperti milik seorang pengamat pasar profesional.

"Hei, apa ada faksi dalam hal semacam itu!? Apa ada perang faksi yang terjadi secara rahasia!?"

"Sungguh naif, Hi-kun... Penyembah bloomer, penyembah celana pendek, penyembah kain elastis buatan, penyembah pakaian olahraga... Sejak era kemenangan bloomer digulingkan, pakaian olahraga para gadis memasuki era peperangan dari medan perang kebebasan!"

"Aku tak pernah mendengar itu. Bahkan jika itu seperti yang kamu katakan, apa ada hubungannya dengan aku?"

"Tentu saja itu sangat penting. Misalkan aku menipu kamu kedalam ruang penyimpanan gym dan mengunci pintu, jika kamu tidak suka pakaianku, apa yang akan aku lakukan?"

"Biarkan aku menyatakan untuk dicatat, aku sudah pasti tidak akan pergi kesana!"

Draculea V04 - BW02.jpg

"Jangan khawatir, aku akan menyeretmu kesana dengan paksa♪"

Mengatakan itu, Mei mengangkat tangannya untuk menunjukkan kekuatan tempurnya.

Lengan yang sangat feminim, dengan kulit seputih salju, akan dengan mudah melepaskan lengan Hisui jika Mei menggunakan kekuatan penuhnya.

"Menakutkan! Selain itu, pergi ketempat tak bersih dan tak menyenangkan semacam itu... untuk melakukan itu, apa kamu puas dengan itu?"

"Sebaliknya, itu seharusnya dikatakan bahwa lingkungan semacam itu membantu membangun mood? Selama Hi-kun mau, aku akan dengan senang hati melakukannya, bahkan didalam kandang!"

"Seolah aku menginginkan itu!"

Penolakan tegas harus dinyatakan disini.

Skandal yang berlebihan.

"Hisui, apa yang akan kalian berdua lakukan didalam kandang!? Juga, apa yang harus aku pakai untuk festival olahraga!? Jadi, perlakukan itu sebagai hadiah untuk usahamu setiap hari, umm, a-aku bisa memakai apa yang kamu sukai..."

"...Terimakasih, tetapi pikiran itu sudah cukup. Juga, abaikan saja komentar Sudou, dia adalah pengaruh buruk."

Melihat Rushella bertanya malu-malu, Hisui hanya bisa mendesah dan menjawab dia dengan diam-diam.

Saat dia menyadari, itu matahari sudah terbenam. Hisui memimpin Rushella dan bersiap untuk pergi.

"Sudah waktunya untuk pulang. Kulkas juga sudah kosong, jadi aku harus pergi berbelanja."

"Oh benarkah? Jadi, Touko-san, untuk menaklukan Hi-kun, mari kita mengadakan konferensi strategi."

"Tak masalah, kamu bisa mengandalkan aku!"

"...ya ya, lakukan saja kalian berdua, lakukan yang terburuk."

Mengabaikan manusia buatan dan hantu itu, Hisui meninggalkan sekolah.

Yang dia pikirkan adalah mengunjungi supermarket dan membeli bahan makan malam bersama dengan Rushella.

Awalnya, dia mau membuat sebuah combo dari ikan panggang dan sayuran rebus, tetapi kebetulan ada diskon pada daging sapi impor. Tak mampu menolak permohonan yang gigih dari Rushella, Hisui berakhir mengganti menu makan malam menjadi steak.

"Hmm, hidangan malam ini sangat mewah! Jika saja kita bisa makan daging setiap hari."

"Jangan menjadi pemilih makanan... Yah. Kamu adalah seorang vampir sehingga itu bukanlah masalah."

Sepanjang perjalanan pulang, Hisui bergumam.

Bagi seorang vampir, semuanya selain darah dianggap makanan yang tak berguna.

Meskipun tidak perlu makan sama sekali dalam kenyataannya, kebanyakan vampir cukup pilih-pilih dan mewah dalam selera makan mereka.

Orang tua asuh Hisui sama saja dimasa lalu.

Dia menyukai daging dan hanya menyukainya setengah matang.

Tetapi dalam pertimbangan untuk Hisui, meja makan akan menyediakan makanan lain juga... Semuanya dimasak pada kesempurnaan dengan standart rasa yang ketat.

"Hmm? Apa ada masalah?"

"....Bukan apa-apa."

Suara Rushella mengusir pikiran-pikiran ini dari benaknya Hisui, membawa dia kembali ke kenyataan.

Jika dia menyadari apa yang Hisui pikirkan, sudah pasti dia akan tidak senang lagi.

"Juga, kenapa kamu begitu peduli dengan diskon dan membandingkannya berulang kali? Kamu juga memeriksa semua slebaran. Apa kamu seorang ibu rumah tangga!?"

"Sungguh menyedihkan, aku tak bisa menemukan kata-kata untuk membantah... tetapi bukankah menjadi ekonomis?"

"Karena itu makanan untu aku, apa masalahnya dengan sedikit kemewahan? Jika tidak, kamu harus menggunakan koin emasku. Masih ada cukup banyak yang tersisa, kan?"

Seperti yang Rushella katakan, mereka sebenarnya tidak begitu miskin dalam biaya hidup.

Sebagian kecil dari koin emas dari peti matinya telah ditukarkan menjadi uang tunai, tetapi sebagian besar masih berada dirumah.

Keuangan diberikan kepada Hisui untuk mengontrol penuh, tetapi dia tak pernah menggunakan uang itu sama sekali.

"Hmm, jika biaya hidup untuk dibelanjakan pada kamu sudah habis, aku akan mulai menggunakannya, tetapi sekarang ini tidak ada masalah."

"...Itu tidak apa-apa jika kamu menggunakannya juga. Karena itu uangku, maka menghabiskannya untuk aku itu wajar, kan?"

"Benar, tetapi masih lebih baik untuk menyimpan uang. Bahkan jika seorang vampir hidup selamanya, kehidupan akan sulit tanpa uang. Terutama cara kamu hidup, pemboros besar."

"Kamu berisik. Diam!"

Rushella cemberut tak senang. Hisui mengabaikan dia.

Hisui tidaklah salah. Selain itu, orang tua angkatnya yang dari rasnya, juga berbagi nilai yang sama.

"Umm... katakanlah."

"Hmm?"

"Orang tua yang membesarkan kamu, dia pasti cukup bertanggung jawab, kan? Bagaimanapun juga, kamu tidak khawatir tentang biaya hidup sekarang ini."

Sangat jarang Rushella menyinggung orang tua Hisui—Miraluka.

Mengenai uang, sepertinya Rushella punya banyak pendapat.

"Yah... Dia sepertinya cukup sering pergi untuk mendapatkan uang. Setelah hidup selama itu, wajar saja, dia memiliki tabungan yang cukup besar. Jika dia mau, dia bisa menghabiskan uangnya secara sembarangan pada apapun selain darah dan tidak perlunya untuk menjadi begitu ekonomis."

"Umm... Setelah dia mati, dia mewariskan padamu banyak hal, kan?"

Rushella bertanya dengan canggung.

Karena dia tahu bahwa almarhum orang tua itu adalah bagian masa lalu yang paling tidak ingin Hisui bahas.

Tetapi demi lebih memahami Hisui... dia masih bertanya.

"Dia mewariskan banyak untuk aku. Lebih tepatnya, dia mewariskan terlalu banyak. Semua hak atas rumah, rekening tabungan bank, dan sebagainya... Sejujurnya, aku saat ini tidak terlalu jelas apa lagi. Aku pikir juga ada pengacara yang dipersiapkan. Ketika aku berusia duapuluh, semuanya akan diserahkan padaku. Sekarang ini, biaya hidup tidak ada masalah, jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Apa itu? Ada surat wasiat? Dia tahu... dia akan mati?"

"Tidak, aku pikir... dia mungkin berpikir bahwa suatu hari akan datang ketika dia bisa meninggalkan aku tanpa khawatir... sesuatu seperti itu. Bagaimanapun juga, akan ada hari ketika aku melampaui usia penampilan luarnya. Jika kami masih tinggal bersama, itu akan menjadi terlalu tidak alami."

"......"

Memang.

Sebuah penuaan dan manusia tua. Seorang vampir abadi dengan awet muda. Mereka tidak mungkin bisa tinggal bersama selamanya.

Manusia mati pada akhirnya.

Bahkan sebelum kematian tiba, manusia lemah dan lanjut usia tidak akan cocok dengan penampilan muda yang kekal dari vampir.

Mungkin orang disekeliling akan menyadari keanehan dan menyebabkan masalah.

Sebuah hubungan ditakdirkan untuk berakhir, tidak akan pernah mencapai keabadian.

Miraluka kemungkinan besar mengetahui ini dengan sangat baik.

Sejak jaman dahulu, dia telah melihat sangat banyak pertemuan dan perpisahan.

Mungkin karena itu, dia memilih untuk meninggalkan warisan yang besar dalam persiapan untuk hari perpisahan dimasa depan.

"...Lalu apa yang kamu khawatirkan, lakukan dan gunakan saja itu? Dia meninggalkan itu justru untuk kamu."

Rushella berbicara tidak senang.

Tanpa disadari, dia memeluk lengan Hisui.

"Hmm... Aku juga ragu-ragu tentang apakah aku harus mengunakannya."

".....?"

"Sebanyak aku tidak suka untuk mengakuinya, memang benar bahwa dia membesarkan aku. Sebenarnya, itu sudah cukup, jadi aku tidak mau terus mengandalkan dia. Yah, uang kuliah apa boleh buat dan aku benar-benar tidak bisa membawa diriku sendiri untuk bekerja paruh waktu seperti orang gila untuk mendapatkan uang... Lagipula, aku tidak mau untuk terus bergantung pada dia."

Perasaan kesepian yang tak tergambarkan mengapung dimata Hisui.

Sampai saat ini, Miraluka masih menduduki bagian dari hatinya dan akan terus begitu dimasa depan.

Entah itu menerima warisan dari dia atau menentangnya, hasilnya tidak bisa lepas dari genggamannya.

Rushella mungkin merasakan makna tingkat ini dan ekspresi menakutkan yang muncul pada wajahnya saat dia menempel pada lengan Hisui erat-erat.

"Ouch, apa yang kamu lakukan, itu benar-benar sakit!"

"Berisik, diam!! Cepat pulang!"

"Apa-apaan sih... H-Hei, kamu menekan payudaramu...."

"Berisik!! Berhenti mangatakan omong kosong! Aku mau mandi terlebih dulu, jadi persiapkan makan malam untukku selama saat itu!"

Rushella memeluk bahkan lebih erat, hampir melibatkan seluruh tubuhnya pada Hisui.

Itu sulit untuk berjalan.

Jelas-jelas rumahnya ada didepan matanya, namun setiap langkah tampak begitu sulit.

"Hentikan itu, bisakah kamu berhenti menekankan payudara besar itu, begitu besar dan lembut dan mengembang, itu menentang ilmu pengetahuan, pada ketiakku!? Ketika aku berjalan, itu menyentuh... Eh, apa aku menyentuh sesuatu yang tajam?"

"Apa yang kamu bicarakan!? Cepat berjalan!"

Rushella mengabaikan perjuangan Hisui dan menyeret dia maju.

Dari pandangan seorang pengamat, mereka jelas-jelas pasangan dengan anak laki-laki diseret oleh anak perempuan.

Misalnya, pengamat ini yang berdiri di pintu masuk rumahnya, siapa yang tahu ekspresi apa yang akan dibuat?

"Kalian berdua tampak seperti kalian bersenang-senang, eh?"

Bersandar pada dinding, seorang wanita mencemooh.

Rambutnya hitam pendek dan fisik ramping berdiri dibawah penerangan lampu jalan.

Wanita berpakaian hitam tersebut memberi kesan dari seorang wanita karir sementara lekukan tubuhnya menyerupai seorang model cantik—atau atlit berpengalaman.

"Lama tak jumpa, kalian berdua, eh?"

Oogami Rangetsu—itulah namanya.

Karyawan Badan Investigasi Supranatural dari Departemen Kepolisian Metropolis seperti Eruru, dia adalah seorang detektif yang sebenarnya.

Meski demikian, Hisui dan Rushella mengabaikan dia sepenuhnya dan melewati dia secara langsung.

"...Hei, tahan disana, kalian berdua! Kenapa kalian mengabaikan aku!?"

Melihat mereka mengabaikan dia, Rangetsu berteriak marah.

Tetapi mereka saling menatap dan melirik secara curiga pada tamu tak diundang tersebut.

"Hei, dia sepertinya marah.... Apa dia disini untuk mengunjungi kamu? Dia tidak tampak seperti seorang vampir, mungkinkah dia seorang musuh? Mungkin dia terkait dengan hilangnya ingatanmu?"

"Aku tidak tahu dia! Baiklah, abaikan saja dia!"

Rushella menarik Hisui kearah pintu masuk rumah mereka.

Rangetsu meraih Hisui.

"Hei hei hei, tahan disana! Ini aku! Oogami Rangetsu!"

Kemudian dia menunjuk dirinya sendiri dan mengatakan namanya.

Hisui membuat penampilan seolah-olah dia teringat dan menepukkan tangannya.

"Oh... Benar!"

"Kau ingat sekarang!?"

"Tidak."

Dia menjawab tanpa ekspresi dan mengeluarkan kuncinya.

"....Hei, tunggu! Apa-apaan ini, kau harusnya ingat dengan percakapan semacam ini, oke!?"

"Maaf, sekali lagi siapa kamu?"

"Itu benar! Tak ada ingatan sama sekali! Jika kau terus mengusik kami, kami akan memanggil polisi, oke!?"

Rushella tengah semarah Hisui.

Mereka berdua telah lupa Rangetsu sepenuhnya.

"Kalian berdua....! Aku seorang polisi! Lihat, ini lencanaku!"

Sama seperti dalam drama kriminal di televisi, Rangetsu membuka lencananya untuk menunjukan identitasnya.

Tetapi keduanya melemparkan tatapan ragu pada dia.

"Itu palsu, kan?"

"Hmm, sudah kuduga, dalam situasi ini, kita harus memanggil polisi..."

"Kalian berdua sudah keterlaluan! Apa kau lupa insiden vampir terakhir kali!? Ini aku, si werewolf, Oogami Rangetsu!!"

Dia seharusnya menyembunyikan identitas ini sebisa mungkin, namun dia berteriak dengan sembrono.

Pada poin ini, Hisui tampaknya teringat.

"Oh, dari saat itu!"

"Iya iya!"

"Maaf merepotkan kamu saat itu. Selamat tinggal."

"Selamat tinggal!"

Kemudian Hisui dan Rushella mengabaikan dia dengan tegas dan membuka pintu untuk memasuki rumah.

Tetapi Rangetsu tanpa ampun meraih kerah belakang Hisui dan menarik dia mundur.

"Apa yang kau lakukan...? Bukankah aku sudah ingat?"

"Apa gunanya jika kau tak melakukan apa-apa lebih dari mengingat? Reaksi macam apa ini!? Bahkan jika seorang polisi biasa datang kerumahmu, kau seharusnya sedikit lebih terkejut, kan!?"

"Aku tidak melakukan kejahatan apapun. Jangan begitu memapangkan dirimu sendiri, anjing negara."

"Ya, itu sangat cocok dengan namamu!" [2]

Rushella menyilangkan lengannya dan setuju.

Terpukul pada tombol mengamuk terbesar dari seorang werewolf, Rangetsu melotot kejam pada mereka.

"Kalian berdua benar-benar berani mengatakan apapun yang kalian mau... Aku seorang serigala bangsawan!"

"Tetapi berdasarkan klasifikasi secara biologi, perbatasan antara anjing dan serigala sangat membingungkan, kan? Dan itu tidak seperti satu lebih rendah atau lebih unggul dari yang lain."

"Ya, anjing begitu manis, begitu berbulu dan lembut. Selain itu, bagi seorang peranakan manusia-werewolf sepertimu, apa hak yang kau punya untuk berbicara tentang serigala berdarah murni?"

Rushella dengan berani menunjukkan kebenarannya.

Tak mampu membantah kata-katanya, Rangetsu menggertakkan giginya.

"Lalu apa urusan yang kau punya? Aku masih harus membuat makan malam, kau tau?"

"Akhirnya, kau mau berbicara dengan benar. Tetapi berdiri disini tidaklah benar-benar tepat...."

"Tidak, mari kita berdiri disini, cepat dan selesaikan."

Dengan cara yang santai, Hisui mulai meminta Rangetsu untuk pergi.

Pada saat ini, Rushella diam-diam berbisik pada telinga Hisui.

"Hei, mungkin si jalang ini ingin masuk ke dalam rumah?"

"Eh, kenapa?"

"Karena dia sepertinya sudah menunggu di pintu masuk sejak lama. Dan dengan sengaja memperlihatkan seperti dia sudah menunggu."

"Oh, maksudmu bersandar pada dinding, dengan tangan dan kakinya disilangkan? Kalau didalam ruangan, terserah, tetapi orang yang sepenuhnya dewasa tidak seharusnya melakukan hal itu ditengah jalan, kan? Perilaku semacam itu, paling-paling, SMP tahun kedua."

"Ya, tungkainya yang panjang dan ramping cukup bisa dilihat, tetapi aku tidak tahan melihatnya secara pribadi!"

"Ya. Dan dinding ini begitu kasar, siapa yang tahu apakah mengotori atau merobek pakaian."

"Eh, tidak mungkin!?"

Rangetsu dengan panik memutar kepalanya untuk melihat punggungnya.

Tentu saja, jangkauan gerakan dari leher sangat terbatas. Setelah upaya yang sia-sia untuk melihat kebelakang, dia hanya berhasil menyakiti lehernya.

Oleh karena itu, Rushella sangat membantu melihat kain pada punggungnya untuk dia.

"Sepertinya tidak ada kerusakan tetapi ada banyak debu putih. Sini, biar aku bantu membersihkan."

Rushella menepuk debu tersebut, menyelamatkan Rangetsu dari situasi memalukan.

"Ya, sudah bersih sekarang!"

"....Terimakasih."

"Oke, jaga diri dalam perjalanan kembali."

"Semoga beruntung dengan pekerjaanmu."

Hisui dan Rushella tersenyum dan mengirim dia pergi.

Rangetsu membungkuk dan berbalik untuk pergi—lalu tiba-tiba mengerem keras dan berbalik.

"...Hei, kenapa kau mengirim aku pergi begitu alami!? Aku hampir pergi karena itu!"

"Oooopsie. Dia menyadarinya."

Hisui menjulurkan lidahnya dengan nakal sementara Rushella membuat sebuah ekspresi "oh tidak".

"Sudah saatnya bagi kalian berdua untuk memperbaiki dirimu sendiri... Berhenti mempermainkan orang dewasa seperti orang bodoh!"

"....Kalau begitu cepat katakan apa yang ingin kamu katakan. Jika kamu ingin kami mengundangmu kedalam untuk minum teh, lupakan saja!"

"Seperti aku peduli saja tentang itu! Ada cafe didekat sini, bagaimana dengan traktiranku!? Jangan meremehkan pegawai sipil, oke!?"

"Kenapa kau begitu ingin bicara dengan kami? Kau dan aku... harusnya tidak ada apa-apa untuk dibicarakan, kan? Jadi kau mencari Hisui. Apa kau mencoba untuk 'membujuk' dia lagi!? Tidak, dia milikku!"

Rushella memeluk lengan kanan Hisui, bukan, seluruh tubuhnya dan memasuki keadaan waspada tinggi.

Pertama-tama itu mustahil bagi dia untuk pergi bersama dengan seorang werewolf. Dan sekarang, dia memperlakukan Rangetsu sama seperti Mei—seorang rival yang mengincar Hisui.

"Kenapa kalian berdua menempel begitu dekat... Hmph, jadi kau telah punya sesuatu untuk vampir, huh?"

"....Tidak."

Hisui menyangkal secara lisan, tetapi karena payudara Rushella tengah menekan erat-erat pada dia, dia tak bisa tidak memerah.

Dan tidak menolak juga.

"Aku datang kesini hari ini karena insiden vampir terakhir kali. Hasil dari interogasi hampir siap. Jadi aku datang untuk memberimu sebuah laporan."

"Siapa yang peduli tentang itu. Aku tidak tertarik."

Hisui menolak dengan datar.

Dia tidak berpura-pura dan benar-benar memancarkan aura acuh tak acuh.

"Uh, tapi... kau harusnya memahami situasinya, kan?"

"Lebih tepatnya, aku tidak percaya padamu. Mungkin kau menanyai vampir itu yang dipanggil Fabru atau Fester atau apalah dan mendapat banyak kebenaran fakta dari dia. Tetapi tangan kedua darimu, itu sangat mungkin sudah berubah. Aku tidak memerlukan laporanmu, dipenuhi dengan prasangka buruk dan motif tersembunyi, jadi aku tinggal menanyai Kariya nanti."

Hisui menolak secara tanpa ampun.

Dalam insiden sebelumnya, mereka telah menjadi musuh selama beberapa saat. Bahkan sekarang, Hisui masih memiliki ketakutan yang tersisa.

Anak laki-laki yang memperlakukan semua ras secara setara namun waspada terhadap mahluk supranatural yang menyerupai manusia.

Monster yang paling menakutkan didunia—Manusia.

Dia mendapati itu mustahil untuk mempercayai Rangetsu yang mencoba untuk berubah dari musuh menjadi teman, sesuai dengan pendekatannya untuk kelangsungan hidup.

Melebur kedalam masyarakat manusia, berinteraksi dengan manusia, menyamar sebagai manusia, melakukan semua ini memerlukan kefasihan dari berbicara dan kelicikan.

"A-Apa... Kau segitu mempercayai Kariya-san!?"

"Dia lebih layak dipercaya daripada kau."

"...Itu saja? Aku pikir itu karena kau menyukai dia? Kau suka tipe mungil!?"

"...Apa yang kau bicarakan? Yah, aku mengakui dia cukup manis."

Hisui memberi pendapat jujurnya tetapi berakhir menyebabkan Rushella untuk mencengkeram dia lebih kuat.

"...Apa-apaan sih?"

"Kau sungguh berisik. Diam."

Rushella cemberut tidak senang dan menggosokkan wajahnya pada lengan Hisui. Dia tampak seperti anak kecil yang memeluk boneka favoritnya.

"Kariya-san... Apa dia benar-benar selayak itu untuk kepercayaanmu? Meskipun insiden sebelumnya sedikit mengubah sikapnya, dalam kenyataannya, dia hanya menggunakanmu, kan?"

"Terserahlah. Aku telah menerima cukup banyak bantuan dari dia, jadi aku pikir kami impas. Jika hal yang aku lakukan bisa membawa manfaat untuk dia, aku rasa itu hal yang bagus untuk menjadi senang."

".....!"

Jawaban yang tak terduga tersebut membuat Rangetsu gelisah.

Kenapa ada perbedaan sebesar itu diantara cara dia memperlakukan Eruru dan dirinya?

"Dia hanya ingin tau tentang konstitusi anehmu... Dan khawatir tentang vampir ini, kan? Suatu hari, dia akan mengarahkan laras pistolnya padamu, apa kau mengerti?"

"Tidak, dia sudah sering melakukan itu. Sejujurnya, aku akan benar-benar bersyukur jika itu bisa dirubah. Apa ini semua yang mau kau katakan? Apa kau datang sejauh ini hanya untuk membicarakan sampah dibelakang punggung Kariya?"

Hisui menyiratkan "selesaikan apa yang kau katakan dan pergilah." Nada suaranya tidak berusaha untuk menyembunyikan ketidaksenangannya sama sekali.

Memancarkan aura acuh tak acuh dari mengusir tamu, Hisui membuat Rangetsu sedikit terintimidasi.

"Bu-Bukan itu! I-Ini tentang.... terakhir kali... apa yang dengan santai kau ambil! Apa kau benar-benar berpikir bahwa air suci berkelas tinggi semacam itu datang secara gratis!?"

"Apa masalahnya jika itu digunakan untuk mengalahkan seorang 'Murni dari yang Murni'? Ini akan digunakan suatu saat. Aku pikir aku sudah meminta Kariya untuk mendapatkan suatu kelonggaran untuk aku?"

"Uh, umm, maksudku...."

"Jika kau masih bersikeras bahwa aku harus mengganti, maka aku akan pergi meminta seseorang dari Vatikan untuk memberikan pengganti."

Rushella menanyai Hisui diam-diam setelah mendengar dia.

"Bagaimana bisa kamu punya koneksi dengan Vatikan?"

"Itu adalah Miraluka yang punya. Tentu saja, hubungan dia dengan Vatikan pada dasarnya salah satu diantara musuh, mengingat hanya menginjak pada sebidang tanah itu menyebabkan dia sangat menderita, tetapi tampaknya ada beberapa kenalan disana. Karena terlibat dengan anggota inti Gereja, dia memiliki beberapa interaksi dengan mereka, mirip dengan versi nyata dari Da Vinci Code. Jika aku menyebutkan namanya, mendapatkan air suci seharusnya bukanlah masalah. Atau bahkan mungkin aku sudah punya beberapa di ruang bawah tanahku."

Tanpa membiarkan Rangetsu mendengar, Hisui diam-diam berbisik pada telinga cantik Rushella.

Dari pandangan pihak ketiga, pertukaran mereka tampak seperti bisikan cinta diantara kekasih.

"Bercumbu tentang apa kalian berdua....!?"

"Ini bukan bercumbu."

"Tak ada cumbuan sama sekali."

Meskipun mereka dengan intim terlilit bersama-sama, lengan dengan lengan.

Tak sedikitpun kesenjangan bisa dilihat diantara mereka.

"Jadi ternyata seperti ini huh... Jadi pada akhirnya, ini adalah fakta dari masalahnya!?"

"...Apa kau membuat kesalahpahaman yang serius?"

"Diam! Cukup, selain apa yang kau gunakan dalam insiden terakhir, beberapa item sitaan yang lain telah hilang. Aku awalnya hanya mencoba mengkonfirmasi secara rinci... Tak perlu lagi sekarang!!"

"Eh, apa kau serius? Oh... jika kau membutuhkan bantuan, aku akan mencoba mencari sebisaku. Apa tidak apa-apa jika aku mendapat intruksi dari Kariya?"

Hisui berakhir menambahkan bahan bakar pada api.

Pria muda ini kadang-kadang akan menempatkan tabu tertentu pada kata-kata.

"Sungguh menjengkelkan! Kau fetish vampir!"

"Tidak tidak, Kariya adalah seorang dhampir, dia akan marah jika kau mencampurkan mereka...."

"Diam dan nikmati saja permainan penghisapan darahmu!"

"Bisakah kau tidak menggunakan kata 'permainan', oke?"

"Lebih baik perhatikan dirimu sendiri pada malam berbulan! Terutama bulan purnama!"

"Bukankah biasanya memperingatkan tentang kegelapan malam? Oh benar, kau adalah seorang werewolf...."

Sebelum pukulan Hisui bisa diselesaikan, Rangetsu sudah lari, hampir meledak dalam air mata.

Seperti yang diduga dari seorang werewolf, kecepatannya yang mencengangkan menyebabkan dia melebur kedalam kegelapan dan menghilang dihadapan mata mereka.

"Untuk apa sebenarnya dia datang kesini?"

"Aku pikir dia cukup memperhatikan kamu, kan?"

Kata-kata Rushella membawa duri.

Meskipun dia tidak terlalu cerdas dalam pikiran, dia sudah memiliki hati gadis seperti seorang manusia.

"Huh? Aku? Satu-satunya poin bagusku adalah bahwa aku terbiasa bersama-sama dengan non-manusia, tak ada yang lebih, kan?"

"Aku pikir itulah intinya."

Memang.

Inilah tepatnya keuntungan terbesar Kujou Hisui.

Karena orang tua angkatnya dan konstitusinya, dia tidak memegang prasangka buruk terhadap entitas supranatural.

Justru karena itu, dia dikelilingi oleh begitu banyak wanita yang memperjuangkan perhatiannya.

"...Mari kita lupakan tentang wanita itu untuk sekarang. Cepat buat makan malam! Daging panggang! Untuk lari estafet, aku perlu nutrisi yang tepat!"

Pikiran Rushella beralih pada makanan. Menarik lengan Hisui, dia mendesak Hisui untuk bergegas ke dapur dan mulai bekerja.

Perut mereka sudah bergemuruh karena kelaparan.

"Ya ya, aku tau aku tau. Kamu mau setengah matang, kan?"

"Iya! Ngomong-ngomong, aku ingin wine merah!"

"Seolah-olah kamu akan mendapatkan wine saja! ....Bisa dikatakan, aku rasa aku bisa menambahkan sedikit pada hidangan sampingan atau camilan. Bagaimanapun juga, ada lebih dari yang bisa aku gunakan di gudang wine bawah tanah."

"...kamu mau?"

Rushella tidak menduga jawabannya dan bertanya dengan khawatir.

Memang, disimpan di ruang bawah tanah dari rumahnya adalah jumlah yang tak terhitung dari minuman keras yang bagus dari masa lalu.

Para vampir menyukai wine merah. Tentu saja, orang yang mengoleksi itu adalah orang tua Hisui.

Terakhir kali, Rushella telah memecahkan botol yang membawa kenangan yang paling berharga dari koleksi ini.

Hisui tidak tampak keberatan dan tidak pernah menyinggungnya lagi. Namun, Rushella masih merasa bersalah tentang insiden itu.

"Ini mirip dengan air suci terakhir kali, aku seharusnya tidak menyia-nyiakan itu. Aku bisa menambahkan wine pada daging sapi dan sayur-sayuran selama memasak sehingga tidak ada kekurangan kesempatan untuk menggunakan itu. Bahkan jika itu adalah daging diskon, menambahkan wine ini akan meningkatkan kualitasnya secara besar-besaran."

"Itu... benar! Milikmu adalah milikku! Layani aku dengan baik!"

"Kamu sungguh seorang pelahap. Tetapi bisakah kamu tidak mencuri wine untuk diminum? Aku bisa memperkirakan bahwa kamu akan mabuk."

"Aku... tidak akan melakukannya. Umm... hanya secara terbuka, kita berdua bersama-sama."

"Aku masih belum cukup usia."

"Kalau begitu... Umm, kita akan menunggu sampai kamu cukup usia!"

"Oh.... Oke, tak masalah."

"Ya!"

Hisui tidak membuang-buang waktu merenung dan langsung setuju.

Rushella tanpaknya juga puas dengan keadaan sekarang ini.

Berpikir bahwa keseharian semacam ini bisa bertahan selamanya...

Melupakan itu antara vampir dan manusia—perbedaan dalam ras.

※※

"...Ngomong-ngomong, rekan kerjamu datang kerumahku kemarin. Apa kamu mendengar sesuatu tentang itu?"

"Tidak, ini pertama kalinya aku mendengar itu."

Selama istirahat makan siang, Hisui bertanya pada Eruru tentang malam kemarin tetapi dia dengan datar membantah.

Dia bahkan tidak menatap Hisui ketika menjawab dia.

Sambil makan sandwich dengan satu tangan, dia menatap pada laptop di meja.

"Dan meskipun kami rekan kerja, kami berasal dari rantai komando dan sudut pandang yang sepenuhnya berbeda. Apa kamu tidak berpikir kamu bertanya pada orang yang salah?"

"Ya, tetapi kalian berdua dibawah MPD, kan? Sejujurnya, gangguannya cukup menjengkelkan. Aku takut untuk meninggalkan rumah ketika bulan purnama dimalam hari."

"Mungkin yang dia mau hanya untuk melihat kamu?"

"Huh?"

"Bahkan jika dia tidak mau memberi pesan melalui aku, dia bisa memanggil dengan telepon atau mengirim seorang bawahan. Ada banyak cara. Mengingat dia mengontak kamu secara pribadi dan mencoba merekrut kamu, bukankah itu masuk akal?"

"Kenapa dia melakukan itu? Bahkan jika aku lebih berpengetahuan daripada rata-rata orang, aku masih seorang siswa SMA bagaimanapun juga, kan?"

"Diatas pengalaman, ada masalah antara jenis kelamin."

Eruru mengetik dengan lincah menggunakan satu tangan pada keyboard sambil membuat pernyataan semacam ini yang tidak sesuai dengan dia.

"Dalam insiden sebelumnya, dia tahu tentang orang tua angkat yang membesarkan kamu serta konstitusimu. Namun, kamu masih bisa menjaga status quo. Kemungkinan besar, dia tidak melaporkan kepada atasannya dan diam-diam menyembunyikan hal itu dalam hatinya atas inisiatifnya sendiri. Kamu seharusnya mengungkapkan sedikit rasa terimakasih setidaknya, kan?"

"....Yah, oke. Katakanlah, kamu melibatkan dirimu sendiri dalam pekerjaan sepanjang hari, apa itu menyenangkan?"

Melihat Eruru masih melekat pada pekerjaan bahkan selama istirahat makan siang, Hisui bertanya tak percaya.

Eruru menyusup ke sekolah untuk memantau Rushella dan pada dasarnya sebagian besar waktu tidak berinteraksi dengan teman sekelasnya.

Selain Hisui, dia bahkan tidak mengobrol dengan siapapun. Ataupun dia meninggalkan komputernya selama istirahat. Dia selalu makan siang sendirian dalam kesendirian.

"Katakanlah... Bisakah kamu sedikit memainkan bagian dari seorang siswa, bagaimana?"

"Apa kamu meminta lulusan universitas untuk bermain sebagai seorang siswa?"

"Uh, maksudku... nikmatilah musim semi masa muda?"

"Cukup dengan lelucon basi itu. Apakah pikiranmu telah mundur sampai tingkat Rushella?"

"Wow, itu terdengar benar-benar menjengkelkan."

Hisui mendesah dan memandang kembali pada tempat duduknya.

Disebelah sana, Rushella dan Mei telah meletakkan kotak makan siang mereka sementara mereka mengobrol santai, sesekali memasuki argumen yang seperti biasanya.

Membandingkan Eruru dengan Rushella—memang, yang satu disana sudah pasti lebih menikmati masa mudanya.

"Karena kamu ada di sekolah, bagaimana dengan bersantai dengan benar? Setidaknya lakukan sesuatu yang lebih menyenangkan dan santai daripada bekerja?"

"Kehadiranku disini itu sendiri sudah bekerja. Harap jangan menghawatirkan yang tidak perlu terhadap aku."

Sikap Eruru tetap tegas.

Hisui juga menghentikan pernyataan tak bertanggung jawabnya dan memutar arahnya pada mengurangi beban kerja Eruru.

"Aku mendengar dari wanita itu kemarin bahwa Badan Investigasi Supranatural kehilangan beberapa item sitaan. Apa itu selama keributan sebelumnya? Biarkan aku membantumu menemukannya?"

"Itu dibawah tanggung jawabku jadi tak perlu bagimu untuk membantu. Memang, beberapa artikel telah hilang dan ada beberapa yang rusak, tetapi kelanjutannya hampir selesai. Namun, aku mendengar bahwa satu objek masih belum bisa ditemukan meskipun dengan segala upaya."

"Apa itu?"

"Tidak tau."

Eruru mengangkat bahu untuk mengekspresikan ketidaktahuannya.

Sikap tak bertanggung jawabnya menyebabkan Hisui menyelidiki masalahnya lebih dalam.

"Hei hei hei, apa yang kalian lakukan dengan uang tunai wajib pajak yang diperoleh dengan susah payah?"

"Aku benar-benar tidak tau. Itu adalah bahan kimia yang disita dari sebuah serikat radikal dibawah sistem ilmu hitam tertentu, sepertinya sebuah cairan yang disimpan dalam sebuah botol yang tampak mencurigakan... dari tujuan yang tak diketahui. Itu mungkin sebuah racun atau obat-obatan, atau bahkan sesuatu yang sepenuhnya tak berbahaya."

"Apa, itu terdengar benar-benar menakutkan!? Apa yang akan terjadi jika itu ada diluar!?"

"Kemungkinan besar, itu sudah ada diluar. Awalnya, staff berniat untuk meminta seseorang diluar untuk melakukan analisa secara menyeluruh, tetapi kemudian keributan vampir terjadi. Staf yang mengangkut botol tersebut adalah salah satu korbannya."

Eruru berbicara dengan ekspresi serius.

Pada hari itu, mengarahkan pistolnya pada rekan-rekannya dan membawa keselamatan bagi manusia, kenangan-kenangan gelap dan menyedihkan itu tidak bisa disingkirkan dari hatinya.

"Jadi.... Botol tersebut tidak ditemukan diantara yang tersisa?"

"Memang. Bagaimanapun juga, botol tersebut kecil dan mungkin telah jatuh disuatu tempat atau diambil oleh seseorang... Kemungkinan besar terdahulu. Karena isinya belum teridentifikasi, ditambah insiden yang rumit, polisi tidak mempublikasi masalah ini. Mereka hanya mendapat seseorang mengajukan laporan dan mengakhiri masalah ini."

"Aku mengerti... Oh, benar, tentang vampir Fer-apalah itu..."

"Maksudmu Fergus. Ada apa dengan dia?"

"Apa yang terjadi pada peti mati tersebut?"

Memastikan bahwa perhatian Rushella tidak diarahkan pada sisi ini, Hisui mendekat dan berbisik pada Eruru.

Peti mati yang diambil dari dasar laut, dibuat dengan pengerjaan yang sama dengan peti mati milik Rushella—koneksinya dengan asal-usul Rushella masih merupakan misteri.

"Penyiksaan Fergus.... maksudku interogasinya sepenuhnya dipercayakan padaku. Aku sudah menanyai dia dan dia sendiri tampaknya tidak tahu."

"Oh maaf, apa kamu mengatakan penyiksaan? Kamu benar-benar mengatakan penyiksaan!?"

"Aku mengatakannya."

"Bantah itu, oke!? Jika kamu membenarkan dirimu sendiri, lalu jangan mengakuinya!"

"Jangan khawatir. Semuanya dibawah kendali. Kesaksian palsu tidak akan dipaksa keluar dari dia. Meskipun dia sangat sombong pada awalnya, setelah beberapa suntikan bawang putih, dia mulai berbusa di mulut dan matanya menjadi mati, kemudian dia mengatakan segalanya pada kami."

"Menakutkan! Seperti yang diharapkan dari pahlawan besar Kariya. Meskipun aku sama berpengalamannya dalam kelemahan vampir, kamu dengan mudah melakukan apa yang tidak pernah bisa aku lakukan. Aku benar-benar terkesan dalam hormat dan bercampur takut, sangat terintimidasi~~"

"Ini semua berkat kamu, membuat dia bercampur dengan air suci pada tingkat partikel. Dia sudah menjerit-jerit sehingga dia tidak bisa berbicara dengan jelas. Oh yah, memberi sedikit waktu dan kesabaran untuk mendengarkan dia memberi cerita lengkap. Setelah itu, aku mengijinkan dia untuk beristirahat untuk beberapa hari. Seharusnya sudah hampir saatnya sekarang ini."

Eruru bahkan tersenyum saat dia berbicara.

Ini membuat rambut Hisui berdiri sampai ujungnya dan dia hanya bisa menjauhkan dirinya sendiri dari dia.

"Ada apa dengan kamu?"

"...Bukan apa-apa."

"Tentang peti mati itu, kamu bisa mencoba meminta pendapat Kirika-san, kan? Aku kebetulan punya ini dari Fergus dan sampel yang kamu berikan padaku dimasa lalu."

Eruru mengeluarkan tas bukti dari tas sekolahnya.

Didalam tas tersebut adalah fragmen yang dipotong dari kedua peti mati itu.

"Oh benar. Kalau begitu biarkan aku membantumu menyerahkan mereka. Aku akan pergi sebentar, jadi bantu aku mengawasi Rushella."

"Jika sesuatu terjadi, aku akan menembak. Jangan khawatir."

"...Menakutkan."

Dalam keadaan darurat, Eruru tidak pernah ragu-ragu. Itulah gayanya.

Membawa beberapa tingkat kegelisahan, Hisui meninggalkan ruang kelas.

Meskipun dia tau lokasi kelas Kirika, sejujurnya, dia merasa ragu untuk pergi ke lantai senior, apalagi mengunjungi kelas tahun kedua.

Dia awalnya ingin memintanya untuk keluar menggunakan pesan teks, tetapi setelah teringat tanggung jawabnya dalam sekolah, lokasi lain terbuka sebagai sebuah kemungkinan.

"....biar aku coba kantor dewan mahasiswa."

Hisui telah mendengar bahwa dia sering bekerja di kantor selama istirahat makan siang juga.

Mengingat festival olahraga sudah dekat, dia kemungkinan besar ada di kantor daripada di kelasnya.

Sampai pada lantai ruang staff, Hisui mendongak pada tanda pada masing-masing pintu.

Dia tau bahwa kantor dewan mahasiswa seharusnya ada didekat sini tetapi dia belum pernah berkunjung sebelumnya.

"Hmm.... Ah, disini."

Akhirnya, dia menemukan tanda yang mengatakan "Kantor Dewan Mahasiswa". Didepan matanya adalah tempat kerja Kirika.

Ruangan ini hanya berukuran setengah dari kelas normal. Strukturnya mirip dengan kelas khusus seperti labolatorium atau ruang persiapan.

Hisui hendak membuka pintu ketika anak laki-laki berjalan keluar dari dalam.

Anak itu cukup tampan. Tak seperti sosok Hisui yang androgynous, dia adalah laki-laki standart. Kulit lebih gelap. Fisik berotot.

Sebuah wajah yang para gadis mendapati itu menarik, Hisui mengakui itu.

Hisui teringat presiden dewan mahasiswa dan siswa tahun ketiga—dia sering memberi pidato pada perkumpulan pagi. Kabarnya, seperti Kirika, dia sama-sama berbakat dalam keindahan dan intelektual, seorang siswa yang sangat dipercaya oleh para guru.

"Permisi...."

Hisui mencoba untuk berbicara dengan dia tetapi tidak menyangka dia akan pergi secara langsung, mengabaikan Hisui.

"Tunggu! Kita belum selesai bicara!"

Seorang gadis mengejar dia dari kantor dewan mahasiswa.

Itu adalah Kirika.

"Apa artinya ini!? Jika masalah festival olahraga tidak didiskusikan dengan serius, kau akan menyebabkan masalah lain di masa depan!?"

"Aku sudah bilang, lakukan saja dengan caramu, oke? Bagaimanapun juga, itu tidak masalah apakah aku hadir atau tidak. Semua anggota dewan yang lain juga berpikir begitu."

"Tetapi... kenapa kau tidak melakukan pekerjaanmu dengan benar!?"

Mengabaikan kedatangan Hisui, Kirika memarahi presiden itu berulang kali.

"Karena kau terlalu jauh. Bukankah sudah saatnya bagimu untuk menyadari? Bahwa kenapa tak seorangpun mau datang kesini."

Presiden membalas dengan tidak sabar. Kirika terdiam.

Sepertinya dia telah memukul Kirika pada tempat yang menyakitkan.

"Seperti sebelumnya, lakukan saja apa yang kau suka. Tak akan ada yang keberatan. Jika kau ingin persetujuanku untuk melaporkan pada guru, aku memberimu persetujuanku. Apa kau senang sekarang?"

"...."

"Aku masih punya pertemuan klub, jadi aku akan pergi."

Presiden dewan mahasiswa meninggalkan Kirika, yang menundukkan kepala, dan pergi melalui koridor.

Hisui dan Kirika tetap diam. Akhirnya, Kirika yang pertama berbicara.

"....Sepertinya kamu menyaksikan pemandangan yang memalukan."

"Tidak, tidak apa-apa..."

Meskipun Hisui mencoba untuk menghibur Kirika, dia mendesah dalam pikirannya, meratapi dia seharusnya tidak melihat adegan ini.

Meskipun dia sudah mendengar rumor bahwa Kirika tidak sepaham dengan anggota dewan mahasiswa yang lain, setelah melihatnya dengan matanya sendiri, dia tidak bisa mengatakan apa-apa.

"Apa itu... perbedaan dalam arah...? Atau perbedaan pendapat pada kegiatan...?"

"....Sangat banyak. Pernyataan terang-terangan, semua anggota yang lain tampak membenci aku."

Kirika berbicara dengan pengabaian diri.

Tidak pernah melanggar, mengabdikan dirinya sendiri untuk bekerja secara ikhlas itulah Kirika, dibandingkan dengan para anggota lain yang motivasinya setengah hati... terdapat kesenjangan yang menentukan dan tak bisa dipenuhi dalam gairah terhadap dewan mahasiswa.

"Bagaimana dengan berbicara pada guru penasihat dewan mahasiswa...? Bahkan jika ada perselisihan, tidak mungkin tidak ada solusi."

Hisui membuat saran praktis tetapi sudah pasti Kirika telah memikirkan itu.

Dia berakhir diolok-olok.

"Aku telah menyingungnya berkali-kali. Setiap kali, aku diminta untuk berkompromi. Mengatakan aku terlalu keras kepala dan harus lebih mengalah pada orang lain. Apa itu yang ingin kamu katakan juga?"

Kirika memutar tatapannya kearah Hisui dengan sedikit permusuhan.

Tetapi Hisui hanya menggaruk kepalanya tak terpengaruh.

"Tidak~ aku tidak benar-benar peduli. Bagaimanapun juga, aku hanya tau kamu, senpai, jadi aku hanya akan berdiri pada pihakmu."

"A-Apa yang kamu bicarakan...!?"

Kirika sangat terguncang.

Namun, Hisui tidak menyadari wajahnya yang merona.

"Uh, persis seperti kata-katanya. Meskipun mereka punya pemikiran mereka sendiri yang mungkin sebenarnya benar, meski begitu, aku tidak akan pernah berpikir memihak mereka. Lebih tepatnya, aku tidak mau melakukannya. Selain itu, kamu sudah begitu gelisah. Senpai."

"I-Ini tidak seperti... aku gelisah..."

Kirika memain-mainkan jari-jarinya, wajahnya menjadi semakin dan semakin merah.

Meski demikian, Hisui tidak sadar dan melanjutkan.

"Itu tidak mudah bagi satu orang untuk menanggung semuanya. Meskipun mau mengalah juga penting, pada akhirnya itu masih bergantung pada bagaimana kamu mau melakukan sesuatu, senpai. Jika kamu mendapati itu sulit maka berkompromilah. Jika kamu mendapati berkompromi bahkan lebih sulit, maka biarkan saja segalanya sebagaimana adanya. Bagaimanapun, aku tidak akan membencimu karena itu, senpai."

"A-Apa maksudmu dengan itu....!?"

"...? Uh, pada dasarnya apa yang aku katakan...."

Kirika tiba-tiba mendekat, menyebabkan Hisui untuk mundur.

Meskipun dia tidak sedekat yang dilakukan Rushella, itu masih cukup dekat untuk membuat Hisui tidak nyaman.

"Lagipula, aku sudah menerima banyak bantuanmu, jika kamu berpikir aku bisa berguna, aku tidak keberatan melakukan pekerjaan yang aneh... yang lain juga bisa...."

"Aku tidak memerlukan orang lain selain kamu...."

Kalimat terakhir ini membuat Hisui sepenuhnya bingung.

"Tetapi, bahkan jika Rushella sudah pasti menyebabkan lebih banyak masalah daripada membantu, Sudou bisa mengacaukan segalanya jika dia menggunakan kekuatan yang salah, aku tidak mau merepotkan Kariya selama siang hari, mengesampingkan Touko-san... Eh, kenapa aku satu-satunya yang tersisa?"

"....Lihat. Jadi itu yang terbaik jika kamu membantu aku sendiri. Aku berniat untuk memasuki pemilihan presiden dewan mahasiswa tahun berikutnya. Jika aku terpilih, aku akan membiarkan kamu bergabung dengan dewan mahasiswa."

"Oh tidak, tidak apa-apa. Itu merepotkan."

"Diam! Aku sudah memutuskan. Ya, ini akan dilakukan...."

Menyimpulkan sendiri, Kirika mengangguk puas.

Melihat Hisui terkejut, Kirika kemudian menanyai dia kenapa dia datang.

"...Jadi, apa yang kamu perlukan? Kamu tak biasanya untuk mememui aku."

"Oh~~ terakhir kali, peti mati milik vampir itu yang sangat mirip dengan milik rushella. Aku bertanya-tanya apakah aku bisa meminta pendapatmu atau mendapat sedikit bantuan dalam penyelidikan.... Tetapi melihat kamu begitu sibuk, lupakan saja."

"Tidak sama sekali, kamu disambut."

Mengatakan itu, Kirika menyambar kantong plastik itu dari tangan Hisui.

"Oh, tapi...."

"Aku sudah mengatakan itu tidak apa-apa. Tetapi jangan berharap terlalu banyak. Bagaimana dengan... Sabtu depan ini... maukah kamu datang kerumahku?"

Kirika menatap dan bertanya.

Sikapnya tiba-tiba berubah 180 derajat.

"....Apa kamu punya sesuatu yang sudah direncanakan?"

"Tidak ada, aku rasa...."

"Kalau begitu datanglah. Juga, nenekku akhirnya kembali. Mengenai fragmen ini dan masalah Rushella... beliau seharusnya bisa menjawab banyak keraguanmu. Kamu tertarik... juga, kan?"

"Yah.... Aku rasa..."

Pergi ke rumah seorang gadis pada hari libur—meskipun Hisui merasa sedikit tertahan, tetapi mengingat dia punya urusan yang sah untuk ditangani, tak ada waktu untuk ragu-ragu.

"Kalau begitu... sudah diputuskan. Baiklah, aku jika akan mempersiapkan beberapa perantara pemblokir cahaya. Ambil saja ketika kamu berkunjung."

Kirika tampaknya menemukan sebuah alasan untuk meningkatkan keabsahan kunjungan tersebut.

Meskipun Hisui merasa berterimakasih didalam, dia tidak mau terlalu banyak merepotkan orang lain.

"Kamu benar-benar tidak perlu melakukan ini. Aku yakin kamu cukup sibuk."

"Ini tidak akan membutuhkan banyak usaha. Aku telah mendengar dari Kariya-san, tampaknya Rushella-san cukup antusias tentang ikut serta dalam festival olahraga? Maka bukankah itu sangat diperlukan?"

"Yah... Aku rasa..."

"Kalau begitu berhenti membuat alasan. Hari sabtu sore tidak apa-apa, kan? Aku akan menghubungimu tentang waktu dan lokasi spesifiknya nanti."

"....Ya."

"...Kalau begitu, sampai jumpa hari sabtu."

Menyembunyikan ekspresi malu-malu, Kirika pergi setelah berbicara.

Selama kepergiannya, langkah-langkahnya hampir seperti sebuah tarian.

Meskipun kegelisahan Hisui tidak sepenuhnya menghilang, bell berdering untuk akhir dari istirahat makan siang dan dia tak punya pilihan selain berjalan kembali.

Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. air disini bukan 'air' dalam bahasa indonesia tetapi 'air' dalam bahasa inggris yang berarti 'udara'.
  2. Dalam bahasa jepang, Oogami terdengar seperti kata yang sama untuk serigala.


Sebelumnya Prolog Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 2