Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid04 Prolog

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Prolog[edit]

"Biarkan aku melakukannya."

Selama pelajaran siang, gadis itu mengangkat tangannya yang pucat dengan bangga dan menyatakan.

Semua perhatian teman sekelasnya tertarik pada kecantikan muda dari dunia lain ini yang benar-benar sempurna dalam penampilan—Rushella Dahm Draculea.

Mungkin dia menikmati menjadi pusat perhatian, Rushella menyilangkan tangannya dan mengangguk dengan puas. Sangat senang, dia bertanya pada anak laki-laki disampingnya:

"Jadi cepat beritahu aku, Hisui, apa itu arti sebenarnya 'estafet' dan 'putaran akhir'!?"

"Kamu mengangkat tanganmu tanpa mengetahui apa itu...."

Meskipun ini sudah didalam dugaan, Hisui masih tak bisa berbuat apa-apa selain membalas dengan ekspresi menderita.

Memang, diskusi kelas hari ini adalah tentang berbagai hal festival olahraga yang akan datang.

Pembagian berbagai tugas selama festival, mengkonfirmasi event yang diikuti, memutuskan jadwal yang akan datang—ini semua diputuskan dengan lancar kecuali untuk debat akhir.

Perdebatan akhir melibatkan menunjuk Rushella sebagai pelari putaran akhir untuk lari estafet yang baru saja dia menawarkan diri.

Hisui awalnya berpikir kelas hanya perlu untuk memilih beberapa peserta untuk ikut balapan tersebut, tetapi ternyata semua anggota kelas diwajibkan untuk berpartisipasi.

Mengesamping masalah perintah, sepertinya bukan hanya Rushella tetapi juga Hisui telah ikut serta.

"Katakanlah, ada apa dengan event merepotkan semacam ini...? Bukankah event jenis ini hanya terbatas pada tahun ketiga? ...Ini bukan seperti ini bisa berfungsi sebagai kenangan kelulusan kita. Ini hanya akan menciptakan trauma mental bagi orang-orang yang lambat."

"Mengoceh tentang apa kamu!? Aku bertanya padamu, apa sebenarnya maksud dari 'putaran akhir'!?"

"...Pelari terakhir dalam lari estafet. Orang yang mendapat paling banyak perhatian dan memenangkan paling banyak tepuk tangan. Tergantung pada hasilnya, kamu akan dilihat sebagai seorang pahlawan besar atau pendosa besar."

Hisui menjelaskan aturan kejam dan tak tertulis dari festival olahraga ini.

Tetapi bagi seorang yang optimis seperti Rushella, peringatan ini pada dasarnya mencapai telinga yang tuli.

Melihat matanya bersinar dengan cerah, jelas-jelas dia hanya mendengar paruh pertama dari penjelasannya.

"Aku mengerti, maka bukankah peran semacam ini diciptakan hanya untuk aku! Baiklah! Ketua Kelas, biarkan aku melakukannya!"

Sebelum Hisui bisa menghentikan dia, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan mengumumkan.

Yang bertanggung jawab atas diskusi kelas, Sera Reina menatap dengan canggung pada Hisui untuk mencari keputusannya.

Draculea V04 - BW01.jpg

Dalam situasi semacam ini, dia selalu merasa itu adalah yang terbaik untuk menyerahkan keputusan pada Hisui yang paling memahami Rushella.

Hisui hanya bisa mendesah dan memberi saran.

"Ayolah, hentikan itu. Selain itu, festival sekolah diadakan selama siang hari. Hanya berpartisipasi akan berbahaya bagi kamu, oke?"

Hisui dengan tenang mengisyaratkan pada kelemahan Rushella sebagai seorang vampir.

Karena dia takut sinar matahari, dia selalu mengamati daripada berpartisipasi dalam kelas PE.

Dia bisa menggunakan kemampuan fisik vampirnya untuk pamer selama event indoor, tetapi sayangnya, tak ada panggung bagi dia untuk bersinar dalam festival olahraga tersebut.

Teman sekelas dan guru PE telah ditipu menggunakan alasan kondisi tubuh dari kulit yang sensitif... yang tidak sepenuhnya bohong.

Saat ini, tatapan semua orang tampaknya meminta dia untuk tidak bertindak keras... itu tampak seperti tak seorangpun meragukan kebohongan itu sama sekali.

"...Jadi, mari memilih seseorang yang lain untuk putaran akhir. Silahkan lanjutkan, Ketua Kelas."

Pada permintaan Reina. Hisui melepaskan Rushella dari pusat perdebatan.

Meskipun Rushella duduk, tentu saja, dia tidak senang dengan Hisui sama sekali.

"Kenapa tidak!? Apa masalahnya!? Jika itu adalah sinar matahari, tinggal minta 'Senpai' untuk membantu lagi....!"

"Dengarkan seberapa anehnya kamu terdengar. Dan itu tidak seperti kamu harus begitu mengandalkan orang lain. Bagaimanapun juga, dia punya kehidupannya sendiri."

Hisui tengah khawatir pada seorang anggota klub tak resmi tertentu—Uno Kirika.

Menggunakan kemampuannya sebagai seorang "penyihir", dia mampu membuat perantara pemblokir cahaya bagi para vampir untuk menyaring sinar matahari.

Tetapi tentu saja, itu membutuhkan banyak usaha dan juga melibatkan hal-hal praktis seperti uang.

"...Selain itu, bahkan jika kamu menggunakan itu, kamu hanya akan pada tingkat siang harimu, kan? Mungkin kamu paling tinggi diantara siswa SMA biasa, tetapi melawan pelari dari klub yang terspesialisasi pada atletik, itu tidak akan mudah... tapi sekali lagi, klub atletik sekolah kita tidak terlalu kuat, jadi kamu harusnya bisa menang tanpa diragukan."

"Apa masalahnya!?"

"Tentu saja itu masalahnya."

Dalam hal apapun, Hisui tidak mau Rushella untuk terlalu menonjol.

Semuanya berasal dari prinsip ini.

Setelah semua, kecantikannya sudah luar biasa. Menarik perhatian semua guru, siswa, orang tua dan pengunjung bisa berakhir mengakibatkan masalah.

"Mmmmmmm.... Apa masalahnya!? Aku hanya pergi untuk berlari...."

"Tidak."

Hisui mencoba yang terbaik untuk menangani anak bermasalah ini dan membiarkan diskusi kelas berkanjut.

Tidak termasuk Rushella, orang lain berharap untuk memilih kandidat yang mereka semua setujui.

Secara teori, anak laki-laki dari klub atletik akan menjadi kandidat terbaik.

Namun, meskipun kelas Hisui punya siswa atletik, tak satupun dari mereka adalah anak laki-laki yang terspesialisasi dalam berlari.

Dibandingkan dengan seluruh kelompok tahun, ada beberapa anak laki-laki di kelas yang sangat cepat, tetapi salah satu dari mereka sudah dipilih sebagai pelari pertama dan tak bisa mengambil putaran akhir juga. Dia duduk disamping jendela, menatap keluar tanpa ketertarikan, jelas-jelas tak ada niat untuk menukar tempatnya.

Ini berarti memilih dari kandidat yang tersisa.... Tetapi sepertinya tak ada yang mau mengambil tanggung jawab yang berat ini.

Sebenarnya, Hisui tak punya hak untuk menilai orang lain, bagaimanapun juga, dia sendiri berusaha keras untuk menghindari beban juga.

Saat semua orang ragu-ragu, seorang anak laki-laki pada barisan pertama paling dekat dengan papan tulis angkat bicara.

Namanya sepertinya Kuroda—seorang anak laki-laki yang cepat dari klub baseball. Mungkin kandidat terbaik untuk putaran akhir. Rambut pendeknya yang menyegarkan dan kulitnya yang kecoklatan memberi orang lain kesan yang mendalam.

"Katakanlah, tempat ini tidak harus anak laki-laki, kan? Karena ini adalah event campuran gender, ini tidak seperti putaran akhir menentukan kemenangan. Ketua Kelas, kamu harus memilih seseorang dari para gadis."

"Yah...."

"Setuju. Jangan membatasi itu pada anak laki-laki saja."

"Apa ada gadis dalam club atletik?"

"Ah, bukankah Iga seorang pelari?"

Persetujuan terdengar diseluruh tempat.

Diskusi sebelumnya hanya mempertimbangkan anak laki-laki untuk putaran akhir, jadi mereka mengulangi perdebatan lagi.

Tak ada yang mau melakukannya.

Tekankan saja pada orang lain dan memprioritaskan menjauh dari aku... Meskipun tidak sampai seekstrim itu, semua orang berusaha untuk meminimalisir kesempatan mereka untuk terpilih.

Meskipun Hisui merasakan hal yang sama, dia merasa sedikit tidak senang.

"Uh..... Kalau begitu.... Iga-san.... Bagaimana perasaanmu tentang melakukannya?"

Dengan cara yang ragu-ragu, Reina bertanya pada Iga Airi yang duduk di tengah-tengah ruangan kelas.

Gadis berambut pendek yang biasanya tidak mencolok yang penampilan dan nilainya sama-sama biasa merendahkan tatapannya dan menggelengkan kepalanya.

"Umm.... aku... tidak bisa berlari cepat...."

Dia tidak merendahkan diri. Itu adalah kebenaran.

Meskipun mengikuti klub atletik dan terfokus pada berlari, itu tidak berarti dia bisa berlari paling cepat.

Hisui tak pernah mendengar pujian untuk seberapa cepat dia berlari.

"....Katakanlah, jika kita akan memilih dari para gadis, Sera-san adalah kandidat yang terbaik, kan? SMP Aishin Sera Reina cukup terkenal dan punya prestasi mengagumkan dalam event lari."

Kata-kata ini membawa nostalgia dan sedikit harapan.

Meskipun mereka berdua dari SMP yang berbeda, mereka telah bertemu sebelumnya.

Hisui teringat perkenalan diri Reina pada hari pertama.

Dia sepertinya telah menyebutkan sesuatu tentang bagus pada semua event trek dan lapangan.

"Benar, ada Ketua Kelas juga. Kalau begitu mari kita lakukan dengan Ketua Kelas?"

"Ya ya.... Aku mendukung Ketua Kelas. Sejujurnya, itu cukup tak bisa dipercaya bahwa kamu tidak bergabung dengan klub."

"Daripada memilih anak laki-laki secara acak, Ketua Kelas mungkin berlari lebih cepat."

"Setuju."

Persetujuan terdengar diseluruh ruang kelas.

Bukan hanya anak laki-laki bahkan para gadis telah sepakat juga.

Itu tampak seperti segalanya telah diatur diluar dugaan.

Dalam kenyataannya, kecepatan Reina menyaingi peserta laki-laki tertinggi.

Karena fakta ini, ditambah kurangnya penolakan secara terbuka, sepertinya pelari putaran akhir telah diputuskan.

Tetapi Reina tetap tak berdaya.

Karena SMP-nya disebutkan, ekspresinya terlihat kaku.

Hisui menyadarinya.

"Tidak secepat itu."

Nada suaranya sangat santai tanpa antusiasme.

Tetapi karena dia jarang berbicara di kelas, semua teman sekelas berbalik satu per satu untuk menatap Hisui yang ada di barisan belakang.

Dengan seluruh kelas menatap dia, Hisui mengaruk kepalanya dengan ekspresi kesal.

Tentu saja dia mendapati itu menjengkelkan.

Itu benar-benar menjengkelkan yang ekstrim.

Tetapi dia tak punya pilihan selain mengatakan itu.

"Semua kelas yang lain mungkin akan mengirim anak laki-laki sebagai putaran akhir, kan? Bukankah itu sedikit tidak tepat bagi kita untuk mengirim Ketua Kelas kesana sebagai satu-satunya gadis? Meskipun dia baik-baik saja dalam hal kecepatan."

Dia tidak membantah persetujuan kelas tentang kemampuan Reina, tetapi hanya mengatakan pada mereka kebenarannya.

Dia tidak yakin apakah ini akan mengubah pikiran mereka, tetapi setidaknya itu memperlambat mereka untuk merenungkan.

Meminta Reina menjadi putaran akhir bukanlah masalah.

Tetapi itu bukan berarti dia mengambil peran tersebut.

Meskipun dia bisa berlari sangat cepat, tetapi melawan anak laki-laki lain yang cepat—akan seperti apa hasilnya?

Misalnya Reina adalah pelari tercepat di kelas, tetapi jika tidak ada keunggulan yang menentukan sebelum tongkat diserahkan pada dia, meminta dia menjadi putaran akhir akan tak berarti.

Dia hanya salah satu kandidat yang terbaik.

Semua orang kembali ke tahap diskusi lagi.

Inilah tepatnya tujuan Hisui.

Dia hanya berharap menggeser sedikit pandangan orang-orang dan menghindari Reina sebagai target tunggal.

"Ngomong-ngomong, mari menulis nama-nama dari kandidat terlebih dulu dan memutuskan dengan voting atau rekomendasi? Sebuah pemungutan suara secara rahasia juga tidak apa-apa. Yang buruk menjadi yang terburuk, kita bisa memutuskannya dengan batu-gunting-kertas."

"Jangan membuat semuanya begitu rumit."

Hisui segera menutup mulut Rushella dan menghentikan dia dari berbicara secara tiba-tiba.

"(Hentikan, apa yang kamu lakukan!?)"

"Baiklah, tenanglah kalau begitu."

Rushella berjuang mati-matian sementara Hisui menahan dia dengan segala kekuatannya.

Kemudian seluruh kelas tersenyum sambil menonton lawakan kecil mereka.

Sebelum pertarungan mereka bisa diputuskan, bell berbunyi untuk menandakan akhir dari jangka waktu.

"Ah......"

Pada akhirnya, keputusan masih belum dibuat.

Suasana tak nyaman menggantung didalam ruang kelas.

Saat semuanya saling menatap, Reina meneguhkan dirinya sendiri dan berbicara:

"Yah... Uh, mari kita sementara menganggap putaran akhir... adalah aku, oke? Adapun untuk urutan sisanya, aku akan menyerahkan formulir. Semuanya tolong isi nama dan menyampaikannya. Jika ada konflik, harap mendiskusikan dengan damai... jika tidak menggunakan batu-gunting-kerta untuk memutuskan. Lagipula, itu semua diputuskan."

Dia tersenyum dan memberikan saran yang tepat.

Meskipun senyumnya sedikit kaku, setidaknya ada kesimpulan. Semua teman sekelas mengangguk setuju.

"Kalau begitu... Aku akan membuat formulir dan menyerahkannya nanti selama istirahat."

Dengan itu kelas berakhir.

Selama istirahat siang diantara kurun waktu, semua orang diberi formulir Reina, menulis nama mereka disamping nomor urutan yang mereka inginkan.

Formulir tersebut sangat sederhana. Selain dari putaran pertama dan akhir yang sudah diputuskan, nomor dari 2 sampai 39 telah didaftar. Setelah semua orang menulis nama mereka disamping posisi yang diinginkan, penyusunan telah ditetapkan sekarang.

Jika posisi yang diinginkan sudah diambil, negosiasi dibutuhkan... Tetapi sejujurnya, hal semacam itu sia-sia.

Dalam kenyataannya, orang hanya menulis nama mereka dimana yang mereka lihat kosong dan tidak benar-benar spesifik tentang susunan.

Karena posisi yang paling merepotkan telah diputuskan.

Oleh karena itu, ketika Hisui menerima formulir tersebut dari Rushella, dia hanya menulis namanya di tempat yang kosong tanpa melihat dengan hati-hati.

"....Hei, hanya ada satu tempat yang tersisa!? Apa kamu menggertak aku!?"

"Diam, aku ingin memilih tempat yang lain juga! Selain itu, mau bagaimana lagi, kan? Orang ada di akhir selalu tidak punya pilihan."

"...Memang benar. Karena kamu yang menyerahkan itu padaku, itu artinya kamu hanya punya dua pilihan yang tersedia. Oh yah, sebenarnya bukanlah masalah."

Mengatakan itu, Hisui melihat kebawah dimana dia menulis namanya. Itu adalah posisi dari putaran kedua.

Disisi lain, Rushella berada pada tiga puluh sembilan.

Tepat sebelum putaran akhir.

Untuk berpikir kelas meninggalkan tempat pertama dan terakhir terbuka, itu terasa sedikit berbahaya.

Meskipun dia bisa mencoba bernegosiasi dengan posisi yang lain, Hisui memutuskan untuk membiarkannya.

Dalam hal tekanan, ini bukalah apa-apa dibandingkan putaran pertama dan terakhir. "Sebuah festival olahraga, menang atau kalah tidaklah relevan seperti awan di langit"—orang-orang tidaklah sebebas itu dalam cara mereka berpikir.

Oleh karena itu, Hisui sedikit khawatir tentang Reina di putaran terakhir.

Hisui menyerahkan formulir yang telah lengkap tersebut pada dia di kursi sebelah.

"Ini. Kurasa itu semacam penetapan sekarang."

"....Ya. Terimakasih. Juga selama pelajaran...."

Reina menunduk dan berterimakasih pada dia.

Tetapi Hisui tidak berpikir dia telah melakukan sesuatu yang layak mendapat ucapan terimakasih. Ataupun dia semampu itu.

"...saat itu, aku akan telihat lebih keren jika aku mengatakan 'Biar aku yang melakukannya' tetapi aku tidak punya keberanian. Selain itu, orang lain mungkin tidak akan menyetujui jika aku yang melakukannya."

Meskipun membuat kata-katanya terdengar seperti kebenaran, Hisui mengetahui dengan jelas dalam hatinya bahwa dia hanya menjadi munafik.

Setelah merasa bahwa Reina tidak mau menjadi putaran akhir.... Dia seharunya menawarkan dirinya sendiri.

Pada akhirnya, dia hanya menggeser pandangan orang-orang untuk menekankan beban pada orang lain selain Reina.

Apa yang dia lakukan tidaklah jahat tetapi juga tidak bisa disebut keadilan.

Yang paling penting, beban dari putaran akhir masih berakhir pada pundak Reina.

"Apa itu benar-benar tidak apa-apa? Meskipun kamu bisa berlari cepat... ini tidaklah wajib. Tak peduli urutan mana kamu berlari, kamu masih menyumbangkan kemenangan secara menyeluruh, kan?"

"...ini sudah diputuskan. Seseorang harus melakukannya bagaimanapun juga."

Reina tersenyum.

Tetapi Hisui tahu bahwa senyumnya tidak datang sepenuhnya dari hati.

"Kalau begitu aku akan menyerahkan laporan urutan ini pada guru.... Eh, aneh...."

"Apa ada masalah?"

Melihat Reina yang kebingungan, Hisui dengan penasaran melihat pada formulir tersebut. Rushella juga mendekat. Tetapi tak ada yang tidak biasa.

"Tak ada yang terlewatkan, kan? Apa ada sesuatu yang aneh?"

"Yah... Ini sepenuhnya terisi. Sungguh aneh, Kida-kun tidak hadir hari ini...."

Reina melihat kearah meja yang tetap kosong sepanjang waktu sejak pagi.

Mendengar penjelasannya, Hisui juga menyadari apa yang aneh.

Seorang teman sekelas sudah jelas tidak hadir. Jika seseorang hanya menulis nama mereka, seharusnya ada satu yang tetap kosong.

"Siapa yang membantu Kida menulis namanya...? Atau seseorang menulis nama mereka dua kali?"

"Hmm, itu memang cukup aneh. Baiklah, mari kita memeriksanya!"

Rushella memberi perintah dan Hisui menunjuk nama-nama yang ada di formulir tersebut, memeriksa satu demi satu.

Dipertengahan, tangannya berhenti.

Wajahnya berkedut tak terkendali.

Kemudian dia bertukar tatap dengan Rushella.

Tentu saja, Rushella juga tidak senang.

"Ada apa, apa kamu menemukan masalahnya?"

Reina menatap dimana Hisui menunjuk.

Melihat nama itu, wajahnya langsung berubah suram.

Fuwa Touko.

Siapa yang tahu apakah itu kebetulan atau disengaja—nama tersebut, tertulis dalam pena merah, membuat Hisui dan Rushella bergidik horor.

"Kyah....."

Reina juga gemetar dan mengambil beberapa langkah mundur, secara tak sengaja menabrak anak laki-laki dibelakangnya.

"Ada apa, Ketua Kelas?"

Anak laki-laki tersebut bertanya.

"D-Disana.....!"

Reina menunjuk pada kursi kosong.

Semua siswa yang masih ada didalam ruang kelas menyadari keributan tersebut dan melihat kearah dia menunjuk.

Di kursi yang seharusnya kosong...

Disana ada seorang gadis yang duduk.

Rambut hitam panjang. Sebuah seragam bergaya tua.

Tubuh tembus pandang, garis luar yang samar-samar—benda-benda disisi lain bisa dilihat melalui tubuhnya.

Merasakan tatapan siswa tersebut, dia—Fuwa Touko—tersenyum ringan.

"Eh, tidak mungkin, kamu bisa melihat aku!?"

"HANTU———!!"

...Setelah itu, jeritan memenuhi ruang kelas saat para siswa tersebar dan berlari.

Meninggalkan hanya Hisui dan reina yang telah pingsan dipelukannya.

Serta Rushella yang berdiri syok disana.

Dengan ekspresi tidak senang, dia menanyai roh yang akrab itu:

"...apa yang kamu lakukan disini?"

"Aku telah tiba♪"

"Gadis ini———!!"[1]

Hisui tak bisa berbuat apa-apa selain mengucapkan kata-kata yang sama yang seseorang gunakan untuk mengomentari Rushella dulu.

Setelah itu, Tujuh Keajaiban dari SMA Seidou, kisah "Touko-san" dengan cepat naik kepuncak karena insiden penampakan yang berkelanjutan.

Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Gadis ini (彼女) : ini adalah pengulangan dari adegan Volume 1 Chapter 1 ketika Rushella masuk dalam kelas tersebut. Kanojo (彼女) dalam bahasa jepang digunakan sebagai referensi orang ketiga untuk perempuan (dia/ia/gadis ini) serta berarti "girlfriend (pacar)".


Sebelumnya Ilustrasi Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 1