Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid05 Bab3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 3 - Crimson Rampage[edit]

"Aku tidak ingat mengijinkan temanmu untuk ikut serta dalam interogasi?"

Oogami Rangetsu menatap Mei dan Kirika yang mengikuti dibelakang Eruru dan bertanya dengan tidak senang.

Distrik Kasumigaseki—Departemen Kepolisian Metropolis.

Di markas Badan Investigasi Supranatural, jauh didalam MPD, Eruru dan Rangetsu tengah berhadapan.

Sabtu sore, Rangetsu mendapati rekan kerjanya yang biasanya tidak kooperatif mengambil inisiatif untuk membungkuk pada dia dan meminta ijin untuk menginterogasi tersangka yang berada dibawah tahanan.

Eruru menginterogasi dia sebelumnya dan tersangka itu saat ini adalah tanggung jawab Rangetsu.

Melihat sikap tegas dan memohon dari Eruru, Rangetsu merasa penasaran dan menyetujui permintaan tersebut, tetapi tidak menyangka dia akan membawa juga personil yang tidak berhubungan.

"Sudou-san aku bisa mengerti, tetapi siswi SMA itu tak ada hubungannya dengan kasus ini, kan? Jika kamu ingin pengalaman kerja, carilah ditempat lain."

"Uno-san ada disini karena aku punya sebuah permintaan pada dia setelah itu. Aku akan menginterogasi vampir itu sendiran. Hal itu akan baik-baik saja, ya?"

"Baiklah, jangan mendapatkan ide-ide aneh, oke?"

"Aku mengalami kesulitan memahami kamu. Apakah ada masalah dengan interogasiku pada dia?"

"....Benar. Ngomong-ngomong, apa Kujou-kun baik-baik saja?"

Ini bukan hanya sebuah sapaan tetapi juga upaya untuk mendapatkan informasi.

Rangetsu sudah menerima berita bahwa Rushella telah kabur dari rumah dan seorang vampir baru telah muncul—lebih tepatnya, kembali—kesisi Hisui.

Dia ingin melihat bagaimana Eruru akan bereaksi pada hal ini.

Namun demikian, Eruru bahkan tidak mengedutkan alisnya.

"Siapa yang tau, tak ada yang menggigit atau meminum darahnya baru-baru ini. Mungkin hidup seperti biasanya. Bagaimana kalau kamu mencoba pergi berkencan dengan dia?"

"A-Apa yang kamu katakan?"

Rangetsu membantah secara lisan tetapi wajahnya menjadi merah.

Eruru menyeringai dan melanjutkan.

"Ngomong-ngomong, dia menyebutkan sebelumnya dia ingin pergi untuk mendapatkan barbekyu. Kamu seharusnya tau sebuah tempat yang bagus, kan?"

Inilah tepatnya area keahlian Rangetsu. Dia langsung tersenyum cerah.

"Eh.... Benarkah? Ka-Kalau begitu biarkan aku, ahli berbekyu di MPD, untuk secara pribadi membawa dia keluar...!"

"Hanya bercanda. Apa yang membuat kamu begitu bersemangat? Sungguh seorang yang idiot."

"S-Siapa yang kamu sebut idiot?"

"Aku berbicara tentang kamu, tipe orang yang bekerja keras terhadap seorang siswa SMA. Apakah ada perlunya untuk melambaikan tanganmu seperti itu? Sungguh membuang-buang energi."

"A-Atas dasar apa kamu menegaskan hal ini sebagai pemborosan energi!? Selain itu, apa hak yang kamu punya untuk mengkritik aku!?"

Mendengar Rangetsu mengatakan itu, Eruru langsung mengernyit.

Dia benar-benar tampak dia sedang marah.

"...Jangan membandingkan aku dengan kamu. Aku tidak merasakan apa-apa pada orang semacam itu."

"Oh benarkah~? Aku tidak pernah mengatakan secara spesifik itu adalah Kujou-kun, kamu tau~?"

"....Aku tidak pernah mengatakan aku sedang membicarakan tentang Kujou-san juga."

"Lalu siapa yang kamu bicarakan?"

Percikan api yang tak terlihat meletus diantara mereka berdua.

Namun, konflik tersebut mereda seketika. Bagaimanapun juga, ini adalah kantor polisi. Mereka berdua dengan cepat menstabilkan emosi mereka. Rangetsu dengan tidak senang memalingkan wajahnya.

"Cepat lakukan apa yang perlu kau lakukan. Dalam hal ini, aku akan berada didalam ruangan yang berdekatan. Kalian berdua, carilah tempat untuk duduk untuk sekarang ini."

Rangetsu meminta Mei dan Kirika untuk duduk sambil memberi isyarat dengan matanya pada Eruru untuk bergegas.

Eruru membungkuk dan pergi ke ruang bawah tanah yang lebih dalam.

Rangetsu menemani dia sementara Mei dan Kirika tetap dimana mereka berada, duduk disofa untuk pengunjung.

"Jadi... Senpai, apakah kamu bertemu dia setelah itu?"

"Tidak, tetapi Grandma melihat dia sekali. Menilai dari apa yang dia katakan, Rushella-san mungkin tidak akan berkunjung lagi. Pada akhirnya, tak seorangpun mengetahui tentang apa yang dia ingin ketahui..."

Kirika mendesah dengan simpati.

Dia datang untuk mencari Eruru hari ini karena dia ingin membahas masalah Rushella mengunjungi neneknya.

Setelah nenek Kirika melihat Rushella, dia hanya memberitahu satu orang—Kirika.

Kamu memutuskan apa yang harus dilakukan—dipercayakan dengan tanggung jawab yang berat ini, Kirika memutuskan untuk hanya memberitahu Eruru dan Mei.

"Tetapi Senpai, kenapa kamu tidak memberitahu Hi-kun? Sudah pasti dia adalah yang paling khawatir tentang Rushella. Juga, apa yang Rushella ingin ketahui... ibu angkat Hi-kun seharusnya mengetahui sesuatu, kan?"

"Itulah apa yang awalnya aku pikirkan... Tetapi kemudian, aku mulai ragu-ragu. Tentu saja, hal ini barangkali disebabkan oleh keegoisanku sendiri."

Draculea V05 - BW05.jpg

Kirika tersenyum dengan beberapa tingkat mengejek diri.

Hisui dan Rushella berpisah adalah untuk keuntungannya dalam berbagai cara.

Meskipun setelah banyak memikirkan hal itu, dia akhirnya memutuskan untuk tidak memberitahu Hisui, tak bisa disangkal, hal itu sebagian besar berasal dari perasaannya sebagai seorang gadis.

"Itu sangat normal, kan? Merebut kesempatan untuk menghibur seorang pria yang patah hati, hal itu sudah biasa disepanjang sejarah. Juga, jika kamu benar-benar ingin mencuri hati Hi-kun, maka kamu tidak akan memberitahu kami juga, kan? Aku pikir kamu adalah gadis yang cukup hebat karena mencoba menangani hal ini secara diam-diam tanpa melukai Hi-kun, kamu tau? Hampir sama baiknya dengan aku, tetapi tidak cukup."

Mei dengan bangga membusungkan dadanya yang menggairahkan dan bersandar pada sofa.

Kirika tersenyum masam sambil menatap koridor dimana Eruru telah pergi.

Saat ini, semua harapan tengah dipercayakan pada gadis mungil itu.

Tentu saja, dia berharap bahwa luka mental Hisui bisa sembuh, disaat yang sama, Rushella bisa menemukan keselamatan.

Eruru dan Rangetsu berjalan disepanjang koridor karantina yang dijaga ketat.

Salah satu tujuan fasilitas bawah tanah ini adalah isolasi dari dunia luar. Dalam kasus terburuk, itu memungkinkan untuk memutus sumua kontak dengan dunia luar, membentuk sebuah ruangan yang sepenuhnya tersegel.

Karena sebuah insiden tertentu, pertahanan disini telah semakin diperkuat. Selain itu, peningkatan yang substansial dalam tenaga kerja telah dikerahkan pada keamanan.

Setelah banyak lapisan verifikasi melalui pemeriksaan ID card, sidik jari dan scan retina, Eruru sampai di tingkat terendah dari MPD.

"Masuklah sendiri mulai dari sini. Aku bisa menemani kamu, tetapi kamu lebih suka sendirian, kan?"

"....Terimakasih."

"Kamera keamanan sudah dimatikan. Tekanlah alarm jika sesuatu terjadi.... Yah, aku tidak mengira kamu perlu omelanku yang lebih banyak, bukan?"

"Kamu benar-benar penuh pertimbangan dalam persiapanmu. Kamu tau bahwa aku tidak punya apa-apa untuk membalas budimu, bukan?"

"Aku tidak pernah mengharapkan apapun sejak awal. Selain itu, Kujou-kun adalah satu-satunya yang aku mau dia berhutang padaku, bukan kamu."

Eruru menegangkan wajahnya dengan tidak senang.

Dia tidak pernah berharap untuk menyembunyikan tujuan dari kunjungannya sejak awal. Bagaimanapun juga, Rangetsu mewarisi darah dari werewolf, dia memiliki indera penciuman yang sangat baik.

"Dalam hal ini, kamu berada disini demi Kujou-kun, kan? Datang kesini untuk menginterogasi seorang vampir, tentunya itu pasti berhubungan dengan anak angkuh itu, kan? Kamu sungguh orang yang baik."

"...Ini hanyalah bagian dari pekerjaan."

Eruru membungkuk pada Rangetsu kemudian melanjutkan perjalanan.

Terbuat dari perpaduan baja, dinding baja yang berat tersebut terpisah kiri dan kanan, menyajikan jalan ke arah penjara yang gelap didepan matanya.

Bagian terdalam dari MPD berfungsi sebagai sebuah penjara.

Sebagai lembaga investigasi, MPD memiliki fasilitas untuk menahan tersangka dan tidak perlu untuk mendirikan sebuah fasilitas khusus untuk menahan mereka yang sudah dihukum.

Namun, kasus-kasus dibawah Badan Investigasi Supranatural adalah pengecualian.

Sangat sering, para tersangka yang ada disini bukanlah manusia. Jangankan menghukum mereka ke penjara, hal itu mustahil untuk menghukum mereka dengan undang-undang biasa.

Oleh karena itu, sebelum kasusnya sepenuhnya selesai, "orang" yang belum ditangani dikunci di penjara berkeamanan maksimum ini didalam bagian terdalam dari MPD.

Tetapi setelah kasus diselesaikan, "orang" ini yang tidak dilindungi oleh undang-undang sejak awal bisa dibuang kapan saja.

Hidup dan mati mereka bergantung pada penilaian keseluruhan dari para petinggi dan hasil akhir yang hanya diketahui sebagian kecil dari Badan Investigasi Supranatural. Hal itu adalah rahasia.

Bahkan Eruru tidak tau apa nasib akhir dari kebanyakan monster yang dipenjara yang terlibat dengan kasus-kasus.

Meski demikian, dia percaya dengan pasti bahwa penjahat yang akan dia hadapi akan tetap hidup untuk jangka waktu yang panjang.

Meskipun ada bukti kuat tentang kejahatannya dan dia tidak diragukan lagi menghadapi hukuman mati jika dia adalah manusia. Dia adalah spesimen berharga bagaimanapun juga dan tidak akan dibuang begitu saja.

Biasanya, Eruru akan mengajukan petisi pada atasannya untuk mempercepat eksekusi, tetapi kali ini berbeda.

Masih ada hal-hal untuk ditanyakan pada dia.

"Lama tak jumpa, Fergus."

Pria muda itu menyandarkan punggungnya pada dinding secara tak bertenaga ketika Eruru berbicara pada dia.

Tak ada tanggapan.

Lebih tepatnya, mungkin dia bahkan tidak punya energi untuk membalas.

Dia telah berjuang dalam pertarungan melawan Hisui dan kalah telak, berakhir dengan air suci bergabung dengan tubuhnya pada tingkat partikel.

Karena metabolisme, air suci tersebut akan dikeluarkan dari tubuhnya pada akhirnya, tetapi kekuatan sifat sucinya, tentu saja berlawanan terhadap tubuhnya, menyebabkan rasa sakit yang membakar pada setiap sel-selnya, masih menyiksa dia sampai hari ini.

Selain itu, dipenjara disini untuk menderita interogasi keras, hal ini tak diragukan lagi adalah neraka bagi seorang vampir.

Setelah serangkaian interogasi, dia diikat menggungakan rantai perak dengan tulisan suci diukir pada rantai itu, mencegah tubuhnya bergerak bebas.

Sementara dia bersandar pada dinding, rantai pengaman yang dihubungkan pada dinding telah terkunci pada pergelangan tangannya, menahan dia saat ini dengan kekuatan suci.

"Aku punya sesuatu untuk ditanyakan padamu. Bisakah kau berbicara?"

Eruru berbicara acuh tak acuh tanpa ekspresi apapun diwajahnya.

Pemuda pirang itu masih menundukkan kepalanya, tidak bergerak.

Tubuhnya yang pucat sangat kurus, jelas kurang gizi.

"Jika paket darah transfusi cukup baik, aku bisa mempersiapkan beberapa untukmu? Itu akan menjadi masalah bagiku jika otakmu tidak bisa bekerja."

Eruru mengatakan secara enggan.

Menggunakan darah sebagai godaan adalah metode paling tabu dari sudut pandangnya. Jika Fergus terpancing, itu hanya akan mengingatkan dia lebih jauh tentang garis keturunannya sendiri yang terkutuk.

Tetapi sekarang ini, setiap detik sangat penting.

Dia harus mendapatkan informasi dari pria ini, apapun harganya.

Fergus tampaknya bereaksi pada kata "darah" dan mendongak.

Awalnya wajah pucat dan tampan, mencontohkan gaya vampir, dia sekarang tampak seperti dia telah berusia dua puluh tahun.

Cidera yang diderita dalam pertempuran melawan Hisui dikombinasikan dengan penjara telah menyiksa tubuh dan pikirannya. Wajah Fergus terukir dengan kerutan yang dikenal rasa sakit, dipenuhi bekas luka.

"....Itu kau. Anak tabu terkutuk. Tak pernah aku menyangka diriku sendiri untuk jatuh begitu rendah untuk diremehkan oleh seorang blasteran sepertimu...."

Kata-kata Fergus penuh dengan sikap meremehkan diri sendiri.

Memang, satu pihak adalah dhampir Eruru sementara pihak lain adalah Fergus si Murni dari yang Murni, garis keturunan dari vampir murni yang turun dari Leluhur Sejati. Perbedaan mereka dalam status terpisah sejauh langit dan bumi.

Dalam masyarakat vampir, Eruru berada pada tingkat terrendah sementara Fergus adalah seorang bangsawan dari peringkat tertinggi.

Tetapi kelas sosial yang konyol ini tak ada hubungannya dengan Eruru.

Mengarahkan laras pistol suci Agentum pada Fergus, Eruru dengan dingin memerintah.

"Perbedaan lokasi diantara kepala kita setara dengan perbedaan dalam posisi kita. Jika kau tidak mau memakan sebuah peluru, jawab pertanyaanku dengan patuh."

"Bisakah kau, melakukan itu...? Karena, aku saat ini, masih hidup... itu artinya, aku masih.... punya nilai hidup. Jika perintah eksekusi telah diberikan sudah pasti kau akan... menembus kepalaku dengan peluru, tanpa ragu-ragu sama sekali... kan?"

Dia berbicara terpecah-pecah tetapi dia benar.

Eruru punya kekuasaan untuk menginterogasi tetapi bukan untuk mengeksekusi.

Meski demikian.

Eruru menekan pelatuk.

Dengan suara 'bang', peluru tersebut ditembakkan secara tiba-tiba dari laras dengan mengepulkan asap, menembus tubuh Fergus.

"......!!"

"Itu sangat sakit hingga kau tidak bisa membuat suara, kan? Mengagumkan."

Eruru berkata tanpa ampun tanpa sedikitpun tawa ada diwajahnya.

Tatapannya yang sedingin es terfokus pada kaki kanan Fergus yeng telah tertembus oleh peluru.

"Memang, aku tidak bisa menghancurkanmu, tetapi aku bisa melakukan apapun yang aku mau selain menghancurkanmu. Setiap kali kau membuat aku kesal, aku akan menekan pelatuk padamu, bagaimana? Katakan padaku jika kau haus, karena aku akan membawa secangkir air suci untukmu."

Kata-kata dan ekspresi Eruru sepenuhnya tanpa ampun.

Pria ini adalah seorang vampir kejam yang telah membunuh banyak manusia tanpa perasaan. Membiarkan dia hidup akan menjadi sebuah penghinaan bagi keadilan.

Mata Eruru menyala dengan api kemurkaan. Wajah Fergus menjadi aneh karena rasa sakit.

"Bocah itu membuat aku mengerti bahwa yang benar-benar menakutkan bukanlah vampir, tetapi manusia... Kau juga... seperti yang diduga dari seseorang yang mewarisi setengah dari manusia...."

"Peluru tampaknya telah meningkatkan kefasihan cara berbicaramu. Sekarang giliranku untuk menanyakan pertanyaan. Aku tidak akan basa-basi. Siapa itu Leluhur Sejati? Darimana mereka berasal?"

Tanpa menurunkan pistol, Eruru menanyai Fergus.

Pertanyaan ini pasti telah melintas pada pikiran semua orang yang pernah berurusan dengan vampir.

Saat ini, Eruru berusaha untuk membuka pintu pada misteri besar ini.

Dia melanjutkan:

"Aku tau bahwa ada dua belas Leluhur Sejati—mereka semua perempuan. Masing-masing dari mereka membuat garis keturunan mereka sendiri dengan melahirkan anak atau membuat pelayan. Jadi, siapa sebenarnya para Leluhur Sejati ini? Monster dari dunia lain? Atau dari luar angkasa? Atau orang yang menjalani suatu perubahan yang dramatis?"

"Kenapa... menanyakan tentang hal ini? Apakah kau ingin tau tentang asal-usulmu sendiri...?"

"Aku adalah satu-satunya menangajukan pertanyaan."

Eruru menekan moncong yang masih panas tersebut pada dahi Fergus.

Terbakar, Fergus meringis kesakitan tetapi Eruru tak mempedulikannya.

"Jawab aku.... Bahkan jika vampir lain tidak tau, pria sepertimu yang paling dekat dengan seorang Leluhur Sejati, kemungkinan mengetahui sesuatu, sedikit atau banyak! Apakah kau pernah mendengar apapun tentang bagaimana nenek moyangmu sendiri, sang Leluhur Sejati, membangun keluarga dan peraturannya?"

"...Kelahiran dari Leluhur Sejati adalah sebuah rahasia diantara rahasia dalam klan kami. Selain itu, mereka tidak pernah mengungkapkan tentang diri mereka sendiri juga. Oleh karena itu, aku tau sangat sedikit. Apa yang aku tau hanyalah berasal dari fragmen tradisi lisan."

"Baiklah. Beritahu aku. Apa tepatnya Leluhur Sejati~?"

Mendengar pengejaran Eruru tentang masalah ini, Fergus tertawa tak berdaya dan berhenti sebentar sebelum berbicara.

"Para leluhur itu disebut 'mereka yang meminum.'"

"'Mereka yang meminum'....? Bukankah itu sudah jelas bahwa para vampir minum? Atau itu karena mereka meminum sesuatu yang bukan darah? Atau mungkin mereka meminum suatu macam darah khusus?"

"Darah Tuhan. Begitulah rumornya, aku tidak tau apakah itu benar."

"Vampir menyembah dewa? Dewa dari mana? Seperti dewa dari zaman kuno?"

Eruru hanya bisa tertawa tetapi Fergus tetap serius.

Mata merahnya dalam diam menatap Eruru.

Melihat matanya, Eruru menyadari.

Apa yang dia maksudkan dengan kata "Tuhan."

Ada banyak dewa diseluruh dunia tetapi bagi para vampir yang lahir di Eropa, hanya ada satu Tuhan yang berdiri sebagai ancaman sebenarnya.

"Tidak mungkin... Mereka meminum darah orang itu.... Mustahil!?"

"Begitulah ceritanya. Pada perjamuan terakhir, dia memperlakukan roti sebagai dagingnya dan wine sebagai darah untuk membagi dan berbagi dengan dua belas muridnya. Tetapi kedua belas gadis itu yang mengagumi dia tidak menerima apa-apa. Bahkan pada saat-saat terakhirnya, mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal. Oleh karena itu, mereka hanya bisa mencari sesuatu untuk memuaskan keinginan mereka dari tubuhnya yang telah mati. Menghisap tetesan darah yang merembes keluar, ini adalah penghisapan darah pertama yang menyedihkan dan hina. Namun, bagi klanku, ini adalah 'ciuman pertama' yang layak untuk diperingati."

Tangan yang memegang pegangan pistol tersebut menjadi gemetar.

Kebenaran tentang Leluhur Sejati, yang tak ada orang ahli yang pernah jangkau, tak terpikir dia akan mendengarnya di sudut dari penjara semacam ini.

Dan kebenaran tersebut sangat membebani dirinya.

Sedikit gemetaran, dia berkata.

"Vampir mengkonsumsi darah manusia untuk menguras jiwa dan meningkatkan pelayan mereka. Namun, ada juga rumor-rumor bahwa berbagi darah seseorang dengan orang lain juga bisa menciptakan pelayan tambahan. Tetapi dari apa yang telah aku dengar, upaya ini biasanya gagal. Manusia yang menerima darah vampir menjadi monster, bukan vampir ataupun manusia... Apakah rumor-rumor ini berasal dari cerita yang kau bicarakan? Kedua belas wanita ini telah meminum darah Tuhan. Namun demikian, mereka dihukum mungkin karena mencemarkan tubuh Tuhan, atau mungkin mereka tidak mampu untuk menahan kekuatan yang telah mereka serap. Mereka dijatuhi hukuman abadi. Jadi mereka adalah... sang Leluhur Sejati!?"

"Mungkin. Itu semua yang rumor-rumor katakan. Aku tidak punya cara untuk mengetahui lebih dari itu. Tetapi ada satu hal yang kau benar. Seorang vampir berbagi darahnya sendiri dengan orang lain, sejak awal hal itu adalah tabu. Kemungkinan besar, itu adalah hukum yang diputuskan oleh para Leluhur Sejati sendiri."

Misteri yang telah menduduki hati Eruru selama bertahun-tahun akhirnya terjelaskan.

Kenapa kebanyakan vampir punya preferensi unik tentang wine merah dan kenapa mereka takut salib.

Ini semua berasal dari penghormatan kepada-Nya.

"...Lalu apa? Ini semua yang ingin kau tanyakan? Aku ragu kau datang kesini hanya untuk mendengarkan rumor-rumor yang tak terverifikasi, kan?"

"Tentu saja, selanjutnya adalah topik yang sebenarnya. Setelah para Leluhur Sejati binasa, kau takut bahwa kemurnian dari garis keturunan vampir akan terganggu, oleh karena itu sepuluh tahun yang lalu, kau memutuskan untuk meminta bantuan ibu angkat Kujou-san."

"Terus kenapa?"

"...Tetapi setelah kau bangkit dari bawah laut, kau bersikeras pada Rushella. Karena Miraluka tidak lagi ada, mengubah targetmu itu wajar saja. Tetapi kau tampaknya mengatakan pada Rushella bahwa Miraluka adalah Leluhur Sejati yang terakhir sepuluh tahun yang lalu. Lalu kenapa kau memilih Rushella? Jika yang kau katakan itu benar, maka dia bukanlah seorang Leluhur Sejati. Dan bagimu yang begitu keras kepala pada garis keturunan, hanya Leluhur Sejati atau Murni dari yang Murni yang lain seharusnya menjadi orang yang bisa menarik perhatianmu. Apa yang terjadi?"

Eruru mendekati inti permasalahan, nada suaranya semakin kuat.

Sebaliknya, bibir kering Fergus mengeluarkan senyum gembira.

"Aku dilahirkan sebagai salah satu dari Murni dari yang Murni justru karena desakan garis keturunan. Akan ada banyak orang lain dari garis keturunan yang lain yang akan setuju dengan aku."

"Lalu? Gagasan konyol tentang kemurnian darah milik para vampir tidak ada hubungannya dengan aku."

"Bukankah manusia sama saja? Sejak jaman kuno, berapa banyak dinasti telah memperjuangkan kemurnian darah dalam menghasilkan calon penerus untuk mempertahankan garis keturunan? Jika manusia bisa memikirkan solusi, kenapa kami para vampir tidak bisa?"

"Calon penerus.... Tidak mungkin!?"

"Leluhur Sejati yang asli berjumlah dua belas. Tetapi ketika para Leluhur Sejati yang bertahan hidup berkurang setengah, pendukung berdarah murni dalam klan mulai mengambil tindakan. Jika kehancuran bisa terjadi, begitu juga dengan penciptaan. Para Leluhur Sejati harus dibuat sekali lagi! Diciptakan untuk mengisi kandidat kemurnian darah!"

Percikan cahaya merah meletus dari mata Fergus.

Tetapi Eruru mengabaikannya. Perhatiannya terfokus pada mengelola informasi yang telah dia kumpulkan sejauh ini.

"Tak seperti Leluhur Sejati yang asli, kandidat yang tidak biasa... Bagaimana menciptakan mereka? Darah Tuhan... tidak, jika itu yang terjadi, Rushella harusnya lebih.... Hei, apa yang kau lakukan!?"

Eruru mendapatkan kembali akal sehatnya dan mengarahkan moncong tersebut tepat pada Fergus.

Vampir didepannya tengah meronta, berusaha untuk membebaskan diri dari rantai.

"Percuma. Dalam keadaanmu yang melemah, tubuhmu tidak bisa memutuskan rantai tersebut. Bahkan jika kau bebas, aku tidak akan melepaskanmu. Bahkan jika kau berhasil melewati aku, apa kau berpikir kau bisa melarikan diri dari tempat ini hidup-hidup!?"

"Benar... Ya.... Aku tidak lagi bisa... melakukan itu..."

Nada suaranya menunjukkan penyerahan dirinya pada nasibnya.

Namun, ini membuat Eruru semakin curiga.

Akankah vampir ini tunduk pada orang lain begitu mudah, mengingat dia adalah seseorang yang kejam?

Tidak, hal ini mencurigakan sejak awal.

Meskipun dia dipenjara disini, merampas kebebasannya, akankah dia dengan mudah mengungkapkan informasi dari sifat sebenarnya dari para vampir begitu mudah?

Selain itu, orang yang menanyai dia adalah seorang dhampir yang dia tidak akan sudi untuk repot-repot sejak awal.

Terlalu aneh.

Sesuatu pasti telah salah pada intinya.

"Apa yang kau rencanakan!? Jangan mengerahkan perlawanan yang sia-sia!"

"Ini tidak sia-sia... Paling tidak, hal ini akan membuat kalian tidak siap. Mencapai itu sudah cukup. Aku tidak menginginkan apapun yang lebih. Selain itu, aku tak berdaya..."

Tubuh kurusnya memancarkan sebuah aura luar biasa dari kekerasan.

Awalnya kurus seperti tongkat, tangannya tiba-tiba menjadi berotot, membuat rantai ditangannya menjadi tegang.

Taringnya menjadi panjang dan cakarnya menjadi tajam.

Mata merahnya bersinar semakin terang.

"Darimana kekuatan ini berasal... Meminum darah? Tidak, mustahil..."

"Memang... Kalian tidak pernah memberiku darah. Seorang vampir kelas tinggi seperti aku bisa menahan rasa haus, hal ini adalah apa yang kalian nilai. Sebuah penilaian yang tepat. Oleh karena itu, aku mengambil kesempatan untuk membuat diriku sendiri berdarah."

"....!?"

"....Tak satupun dari kalian yang peduli tentang perusakan diriku sendiri. Melihat aku membuat diriku sendiri berdarah, menjadi semakin dan semakin haus, kalian hanya memperlakukan hal ini sebagai kelelahan karena dipenjara disini.... Kau tak punya orang untuk disalahkan selain kemalanganmu....!"

Eruru akhirnya memahami niat Fergus.

Kekuatan seorang vampir akan perlahan-lahan melemah jika terus-menerus kekurangan darah.

Akhirnya jatuh pada tingkat manusia dalam kekuatan atau bahkan lebih rendah.

Tetapi ketika rasa haus mencapai batasnya, kekuatan mereka akan meningkat drastis.

Sama seperti kecerahan terakhir sebelum sebuah lilin padam, seorang vampir membuang akal sehat untuk menjadi binatang buas, kesadaran mereka dikonsumsi oleh pikiran memuaskan rasa haus mereka.

Berbicara sebelumnya adalah usaha Fergus untuk mengulur waktu.

Sebelum Eruru sampai di sel ini, rasa hausnya sudah mendekati batasnya.

Setelah Eruru sampai, yang dia perlu lakukan adalah menunggu sedikit lagi.

Dia hanya memilih menjawab pertanyaan Eruru untuk menghindari kecurigaan Eruru.

"Hentikan.... Sebuah perjuangan terakhir sebelum kau mati adalah sia-sia. Dan bagi seorang vampir kelas tinggi sepertimu, apakah ini bukan penghinaan terbesar!?"

"Penghinaan? Aku sudah cukup mengalaminya....!! Untuk berpikir aku akan dikalahkan oleh sekelompok manusia rendahan dan dikurung di tempat semacam ini, hal ini benar-benar penghinaan terbesar yang tak bisa diperbaiki lagi... Dalam hal ini, aku setidaknya akan membawa kalian semua menemani perjalananku ke neraka!!"

Eruru bereaksi tepat saat Fergus selesai berbicara. Tanpa ragu-ragu, dia mengangkat pistol dan menembak pada Fergus diantara matanya, tetapi dia menghindar.

Melihat dia mengindari sebuah tembakan yang ditembakkan pada jarak mati, Eruru menjadi tegang.

Kemudian rantai itu hancur.

Dihadapan dia adalah binatang buas yang lepas dari kandang, menjilat bibirnya, nafasnya berbau darah yang tajam.

"Aku akan meninggalkan diri vampirku!!"

Seketika lolongan bergema dalam penjara tersebut.

Ini adalah jatuhnya seorang vampir dan lahirnya binatang buas.

Eruru ingin mengejar tetapi sebuah cakar ganas terayun pada perutnya.

Lima jari masuk kedalam tubuhnya, merobek kulitnya.

Tidak mampu menahannya tepat waktu, tubuh mungil Eruru terpukul, menghantam pintu penjara.

Dia nyaris tidak berhasil menyilangkan tangannya dalam posisi defensif untuk meredam dampaknya tetapi itu tidak terlalu berguna.

Perbedaan dalam kekuatan sangat jauh.

Dampak besar pada belakang kepalanya menghantam dia dengan gelombang rasa pusing.

Dalam kesadarannya yang kabur, Eruru melihat binatang buas didepannya.

Binatang buas terbungkus dalam tubuh yang kuat dan berotot.

Taring dan cakarnya sangat panjang dan tajam. Rambut pirangnya berantakan. Lidah panjangnya menjulur keluar dari mulutnya, menjilat bibirnya dari waktu ke waktu.

Tak peduli tentang air liur yang menetes dari sudut mulutnya, mata merah Fergus menatap Eruru.

Bahkan bagian putih dari bola matanya berwarna merah darah. Tak sedikitpun kewarasan bisa ditemukan dalam matanya.

Eruru tak punya kekuatan untuk melawan.

Pada saat kritis ini, pintu tiba-tiba terbuka dibelakang dia.

"Apa yang terjadi!?"

Menyadari situasi yang tidak biasa, Rangetsu menyerbu melalui pintu.

Mengangkat Eruru dalam lengannya, dia segera memahami situasi saat ini dari bau binatang memenuhi bagian dalam dari sel penjara.

Pada saat yang sama, dia melihat Fergus mendekat.

Rangetsu secara reflek memasuki sikap pertarungan, berusaha menaklukan tahanan.

Namun, dia menerima tendangan ganas pada perut.

Dampaknya hampir membungkukkan badannya dalam bentuk L sementara dorongan untuk muntah naik pada tenggorokannya.

Pada akhirnya, dia menahannya dan menyerang balik dengan sikunya tetapi sebuah dampak pada otaknya melumpuhkan dia.

Meskipun hal ini tidak membuat dia kehilangan kesadaran, Rangetsu tidak bisa lagi berdiri dan ambruk dilantai.

Setelah pingsan yang singkat, Eruru bangun terlebih dulu dan berjuang untuk bangkit.

"Apa kamu baik-baik saja....?"

"Cukup baik. Tetapi lupakan tentang kekuatan, aku tidak bisa percaya aku bahkan kalah dalam kecepatan, tak bisa diterima... Hal ini menyangkut kehormatanku. Ngomong-ngomong, apa itu... Apa para vampir adalah monster tak masuk akal semacam itu?"

"Dia telah meninggalkan kewarasannya. Dengan sengaja membiarkan dirinya sendiri mencapai batas dari rasa haus, dia meninggalkan segalanya untuk sebuah ledakan terakhir dari kekuatan besar. Dia adalah salah satu dari Murni dari yang Murni, bagaimanapun juga. Hal ini benar-benar mengerikan."

"Aku mengerti. Tetapi kenapa dia tidak mencoba untuk membunuh kita? Sejujurnya, aku tidak bisa menerima pukulan langsung yang lain."

Memegang belakang kepalanya kesakitan, Rangetsu mengerang.

Meskipun dia termasuk ras werewolf yang keabadiannya setara dengan para vampir, dia tidak bisa menangkis serangan barusan.

Selain itu, sekarang ini siang hari. Tanpa bulan, tubuhnya tidak bisa mengeluarkan kekuatan sejatinya.

"Pria itu tidak punya kewarasan yang tersisa. Yang tersisa didalam tubuhnya adalah keinginan dasar untuk meminum darah. Dan kita telah dikesampingkan."

"Monster dan blasteran tidak layak bagi dia. Dia ingin meminum darah dari manusia murni... dan darah seorang perawan adalah pilihan tertinggi, bukan?"

Rangetsu memahami situasinya dan segera mengeluarkan perintah dengan radio.

Fasilitas harus diisolasi secepat mungkin sehingga vampir yang mengamuk itu bisa dimusnahkan.

"Harap evakuasi semua personil yang tak bersenjata, terutama wanita. Sekarang ini, mereka akan digigit di tenggorokan secara langsung dan terbunuh segera setelah mereka bertemu dia."

"Aku mengerti! Kita harus bergegas juga!"

Eruru mengangguk setuju dan bertindak dengan Rangetsu.

Tragedi yang menimpa penjara bawah tanah ini di markas MPD tidak boleh terulang lagi.

Untuk mengimbangi werewolf yang cepat, Eruru berlari secepat yang dia bisa.

※ ※

"Aku selalu merasa bahwa tempat ini benar-benar terlalu gelap dan suram. Apa yang mereka pikirkan, meninggalkan gadis-gadis di tempat semacam ini?"

"Bukankah penerangan dipasang dengan benar? Bukankah kamu berlebihan memikirkan sesuatu?"

Mei dan Kirika mengobrol di ruang pengunjung untuk mengisi waktu.

Karena tidak mengharapkan orang luar untuk berkunjung, "dekorasi interior" Badan Investigasi Supranatural cukup membunuh mood—Hanya dinding beton.

Meskipun seseorang memberi mereka teh, tak seorangpun yang datang untuk berbincang-bincang mereka setelah itu.

"Aku benar-benar berharap Eruru-chan bisa mendapatkan beberapa informasi yang berguna. Serius, kenapa aku harus menyia-nyiakan banyak waktu pada anak itu?"

Mei terdengar sangat tidak senang. Kirika menatap dia seolah-olah memikirkan sesuatu.

"...Apa?"

"Bukan apa-apa. Kamu tampak cukup senang bagiku, sebenarnya. Bukan hanya Kujou-kun belakangan ini, tetapi kamu telah terlihat sedih juga."

"Tentu saja tidak! Bisakah kamu tidak menebak sembarangan, oke!?"

Mei membantah tidak senang tetapi Kirika tetap tak terpengaruh. Mei melanjutkan:

"...Itu benar-benar membuat aku kesal untuk mendengar itu dari kamu. Aku akan memperjelas padamu. Gadis itu adalah seorang rival, seorang musuh. Jadi seperti apa lagi yang dia bisa? Siapa yang tau kapan Hi-kun bisa berubah menjadi vampir setiap saat? Dalam kenyataannya, bukankah yang terakhir kali benar-benar bahaya?"

"Benar. Tapi... anak itu, apakah dia seorang vampir yang sebenarnya?"

Mendengar pertanyaan ini yang memutar balikan akar masalahnya, Mei merasa bingung.

Rushella sudah pasti orang yang aneh diantara para vampir, tetapi tak peduli bagaimana kamu melihat, dia tak diragukan lagi adalah seorang vampir.

"Apa yang kamu bicarakan setelah masalahnya sudah menjadi seperti ini? Oh yah, mungkin itu seperti yang kamu katakan sebelumnya, Senpai, pada pandangan pertama, dia hanyalah gadis SMA egois yang menderita karena sebuah kasus ekstrim dari delusi putri."

"Ya... Memang, dia cukup jauh dari gambaran seorang Leluhur Sejati yang telah hidup berabad-abad. Sepenuhnya berbeda dari deskripsi Grandma. Itu sebabnya aku merasa bahwa sesuatu telah salah sejak awal."

Berdasarkan pada pengetahuannya sendiri, Kirika juga telah merenungkan asal-usul Rushella dari sudut pandang yang berbeda dari Eruru.

Apa yang sangat dia perhatikan adalah kehidupan sehari-hari Rushella—terutama bagaimana dia bertarung dan bertengkar dengan Mei setiap hari.

"Katakanlah, kamu sering bertarung dengan Draculea-san... Apa kamu melakukannya secara habis-habisan?"

"Huh!? Yah, kadang-kadang... aku berpikir aku masih menjaga penahanan diri yang cukup baik."

"Jika kamu terjebak dalam pertarungan kematian, akankah kamu mampu menghancurkan dia?"

"Wow, 'jika' yang ini sangat menakutkan... Senpai, kamu bertindak lebih dan lebih seperti Eruru-chan."

"Aku bertanya dengan serius. Bukan apakah kamu akan melakukannya, tetapi apakah kamu mampu melakukannya."

Melihat ekspresi Kirika yang serius, Mei duduk dan tidak bercanda lagi.

Setelah berpikir sejenak, dia berbicara dengan serius.

"Aku percaya... Aku bisa melakukannya. Tetapi hal itu akan menjadi situasi hidup-dan-mati bagiku untuk mengeluarkan kekuatan sejatiku. Tentu saja, dalam situasi semacam ini, aku akan mempersiapkan diriku sendiri untuk terbunuh juga. Siapa yang tau kami mungkin saja berakhir imbang, tetapi pastinya, itu akan menjadi sebuah pertarungan penghabisan, kan?"

"Aku mengerti... Ngomong-ngomong, kekuatanmu jauh lebih rendah daripada mahluk Frankenstein yang original, kan?"

"Iya, ada apa dengan itu? Fokusku lebih pada penampilan dan teknik!"

"Itulah masalahnya. Si vampir Miraluka mengatakan bahwa mahluk original punya kesempatan menang melawan seorang Leluhur Sejati. Setidaknya, mahluk Frankenstein lebih unggul dalam kekuatan. Bagaimanapun juga, dia tidak terpengaruh oleh darah atau sinar matahari dan lebih stabil sebagai hasilnya. Tetapi kamu bisa mengimbangi Rushella dengan spesifikasi yang lebih rendah dari mahluk original. Bukankah itu aneh? Apakah seorang Leluhur Sejati hanya memiliki kekuatan sesedikit ini?"

Sudut pandang yang tajam ini membuat Mei tak bisa berkata apa-apa.

Hal itu memang seperti yang Kirika katakan.

Justru karena Mei bertarung dengan Rushella hampir setiap hari, kata-kata ini memukul dekat dengan inti.

Rushella sudah jelas seorang vampir tingkat-tinggi, tetapi dia tidak mendekati tingkat Leluhur Sejati.

Oleh karena itu, Mei selalu skeptis tentang identitas Rushella, sering mengolok-olok dia tentang masalah itu.

"Lalu anak itu benar-benar seorang Leluhur Sejati palsu...?"

"Mungkin. Tetapi dalam hal ini, Kujou-kun harusnya menunjukan itu dari awal. Itu akan membuat jauh lebih mudah untuk menyelidiki masa lalunya. Dengan kata lain, pasti ada yang lebih pada dia daripada sekedar palsu. Masalah tak sesederhana itu. Apa kamu punya petunjuk-petunjuk yang lain?"

"Kenapa kamu menanyai aku? Bukankah seharusnya kamu menanyai Hi-kun atau Eruru-chan?"

"Terlepas dari Kujou-kun, kamu dan aku telah sering berinteraksi, kan? Beritahu aku jika kamu memikirkan sesuatu."

Mendengar Kirika meminta begitu memaksa, Mei teringat bagaimana Rushella dan dia memulai hubungan pertengkaran sejak hari kedua di sekolah.

Namun... Dia tidak bisa memikirkan sesuatu yang spesial.

Rushella sangat arogan, berisik, kompetitif, selalu masuk kedalam perdebatan... dan sebagainya. Mei mengingatnya semua.

Sepanjang setiap pertengkaran mereka setiap hari, ada sesuatu yang tidak beres?

Tubuhnya masih bisa mengingat perasaan itu.

Setelah menghabiskan begitu banyak waktu dengan Rushella, perasaan itu menjadi semakin kuat dan semakin kuat.

"Anak itu... Bukankah dia menjadi semakin dan semakin lemah?"

"Huh?"

"Dia seharusnya telah menghisap darah Hi-kun selama ini, sehingga kekurangan gizi sudah pasti bukan masalahnya, tetapi aku merasakan itu... awalnya sebenarnya ketika kekuatannya mencapai puncaknya dan aku tidak bisa gegabah terhadap dia. Tentu saja, itu tidak berarti bahwa dia telah mengalami perubahan yang ekstrim, perbedaannya sangan kecil.... Itulah apa yang ingin aku katakan."

"Menghisap darah selama ini tetapi melemah dalam kekuatan...? Apa kemungkinan alasannya...!?"

Kirika menyilangkan lengannya dan merenung. Mei juga mengernyit dalam bingung.

Ada sebuah keributan.

Dengan indera yang tajam melebihi orang-orang biasa, dia menangkap raungan binatang buas dibalik dinding.

Pada saat yang sama, sebuah aroma menyerang lubang hidungnya.

Juga ada bau menyengat dari darah.

"Hei.... Apakah ada keadaan darurat!?"

"Eh....?"

Kirika tidak mengerti kenapa.

Pada saat ini, sebuah retakan muncul pada dinding beton didepan kedua gadis itu.

Sementara itu, pada pintu masuk markas MPD....

Setelah mengunjungi sebelumnya, Rushella berjalan kearah ruang bawah tanah tanpa ragu-ragu.

Menggunakan mata merahnya untuk menangkap beberapa petugas polisi, dia memerintahnya untuk menunjukan jalan.

Dia menanyai semua orang menggunakan kata kunci "Badan Investigasi Suprantural" atau bertanya dimana orang-orang yang mengetahui istilah ini bisa ditemukan. Hal ini dia lakukan berulang kali.

Akhirnya, dengan meningkatnya kepadatan informasi, dia sampai di markas Badan Investigasi Supranatural.

Meluangkan waktunya, menghindari tidak sabaran, berpikir sebelum bertindak—Dia mengubah cara yang biasanya dia gunakan dalam melakukan sesuatu, masuk menggunakan metode yang dipikirkan dengan baik.

Usahanya membuahkan hasil ketika dia akhirnya menyusup ke fasilitas maskas.

Tetapi yang selanjutnya adalah masalah yang sebenarnya.

Lokasinya saat ini tak lebih dari lapisan terluar dari Badan Investigasi Supranatural. Pesonil eksternal masih aktif di area ini.

Terlepas dari itu tidak biasa, lokasi ruang bawah tanah, tempat ini tidak ada bedanya dengan apa yang biasanya dilihat dalam drama polisi dengan orang-orang melakukan urusan biasa seperti dalam organisasi kepolisian yang normal.

Menggunakan sebuah mantra tembus pandang, keahlian seorang vampir, untuk melewati ini bukanlah sesuatu yang sulit.

Masalahnya adalah yang berikutnya—Bagaimana untuk mencapai penjara di kedalaman.

Di masa lalu, Eruru telah memberitahu dia, setengah peringatan dan setengah nasihat:

Monster yang telah melakukan kejahatan serius akan dipenjara dikedalaman Badan Investigasi Supranatural, menderita apa yang akan setara dengan penderitaan seperti neraka bagi para vampir.

Jika dia tidak bohong, pria itu pasti ada disana.

Dari semua vampir yang telah dia temui, dari semua monster yang telah dia temui, dia adalah satu-satunya yang mengetahui sedikit tentang asal-usulnya—si Murni dari yang Murni.

Misalkan dia sudah dieksekusi atau ada monster lain yang dipenjara disana, hal itu mungkin bahwa Rushella bisa menemukan seseorang yang lain yang mengetahui tentang asal-usulnya.

Demi tujuan akhir ini, Rushella menyembunyikan dirinya sendiri dan mengulur waktunya.

Tentu saja, dia telah memikirkan menyusup masuk dengan menutupi jejaknya sepenuhnya, tetapi hal itu sangat sulit untuk dilakukan dalam kenyataannya.

Sebagai sebuah fasilitas anti-monster, secara alami ada banyak penanggulangan. Personil polisi yang aktif disini mungkin kebal terhadap mata mistik.

Tepat saat Rushella kehabisan akal, suara alarm yang melengking tengah terdengar.

Kemudian pengumuman darurat disiarkan.

"Penjara jebol. Diulangi, penjara jebol. Personil non-kombat, harap bergegas dan bertindak sesuai prosedur dan menunggu instruksi selanjutnya, diulangi——"

Markas tersebut mulai menjadi ribut.

Tetapi staff telah terlatih dengan baik bagaimanapun juga. Dengan sangat cepat, mereka menghentikan tugas-tugas ditangan mereka dan mengambil langkah-langkah sesuai prosedur.

Beberapa dari mereka bergegas ke pintu keluar darurat dan meninggalkan tempat kejadian.

Beberapa dari mereka pergi kedalam, mengambil berbagai perlengkapan dan berlari menuruni tangga.

Semua orang mengambil tindakan pencegahan terhadap ancaman ruang bawah tanah tertentu, mengambil langkah-langkah yang jelas dengan peran mereka.

Justru karena keadaan darurat, dihadapkan dengan ancaman yang tidak diketahui yang berasal dari bawah tanah, mereka menenangkan penjagaan mereka terhadap permukaan.

Rushella menekan nafasnya dan menunggu kesempatan.

Beberapa orang dievakuasi sementara yang lain bergegas ketempat kejadian. Setelah menentukan tujuan masing-masing orang, Rushella terkunci pada salah satu orang yang berjalan kearah kedalaman dari Badan Investigasi Supranatural.

Saat Rushella mengkonfirmasi orang yang terakhir dalam kelompok terakhir, dia bertindak.

Menyembunyikan hawa kehadirannya, menghilangkan suara langkah kakinya, berjalan dalam paduan yang sempurna, dia mengikuti dibelakang polisi yang berperlengkapan anti-vampir yang menggunakan pelindung leher.

Lorong gelap tersebut dipenuhi dengan bau yang tidak menyenangkan.

Itu adalah aroma unik berbeda dari pendarahan yang normal.

Itu adalah aroma yang dihasilkan oleh penghisapan darah yang sembarangan.

"Kaumku terlibat dalam perilaku bejat, aku mengerti?"

Dengan tingkat tertentu dari penghinaan diri, Rushella mengepalkan tinjunya.

Adegannya benar-benar kacau.

Sebagai sebuah organisasi kepolisian, mereka disiapkan melawan penjahat dan teroris.

Dan sebagai Badan Investigasi Supranatural, mereka juga memiliki penanggulangan terhadap monster dan manusia yang berkonspirasi dengan monster.

Namun, hari ini mereka menghadapi musuh tangguh yang belum pernah dihadapi sebelumnya.

Sederhananya—Mustahil untuk memahami.

Ketika mereka menduga dia akan bergegas ke permukaan tanah, dia berlama-lama dibawah tanah. Semua yang bertemu dia menemui nasib yang mengerikan.

Ketika mereka mengharapkan untuk menahan ruang geraknya dan bertarung, dia akan bergerak seketika, menerobos pengepungan dengan kecepatan yang tak terduga, menyembunyikan dirinya sendiri.

Justru karena polisi dari Badan Investigasi Supranatural disiapkan melawan vampir tradisional, musuh yang tak terduga membuat mereka dalam kekacauan.

Bagi monster yang seharusnya berpikir mirip dengan manusia untuk membuat pergerakan tak terduga lagi dan lagi...

Ini saja tidak akan terlalu buruk.

Tetapi masalahnya adalah bahwa musuh itu terlalu kuat.

Tembakan peluru oleh polisi dengan mudah dihindari. Dihadapkan dengan semprotan air suci, dia sepenuhnya tidak takut.

Serangan-serangan ini hanya bertindak sebagai bahan bakar keganasannya sementara dia meraung seperti binatang buas dan menyerang.

Beralih dari peluru ke persenjataan jarak dekat, beberapa orang mencoba metode tradisional—melancarkan tikaman pada jantung. Tetapi segera setelah mereka mendekat, kepala mereka hancur, mati ditempat.

Perpaduan armor yang digunakan untuk mengisolasi lantai tersebut hancur oleh kekuatan brutalnya saja, kemudian dia melarikan diri.

Monster irasional yang tak terbendung.

Hal ini ancaman besar dan jelas menggilas semua oposisi, akhirnya sampai pada lantai paling atas dari struktur bawah tanah.

Menghantam dinding, dia menemukan mangsa baru dihadapannya. Monster tersebut menjilat bibirnya dengan lidah merahnya.

"Oh dear.... Bukankah ini vampir yang saat itu? Sungguh sia-sia wajah tampan itu, kan?"

Berhadapan dengan Fergus, Mei berkomentar dengan sembrono.

Namun, wajahnya tidak santai sedikitpun.

Udara dipenuhi dengan bau darah yang menyengat. Kulit monster itu berlumuran darah. Sepertinya, dia pasti telah mengalami pesta pembantaian sebelum sampai disini.

Mata merah itu juga mengindikasi bahwa tidak ada kewarasan yang tersisa dalam otaknya.

Dia telah berubah menjadi binatang sepenuhnya, berubah menjadi binatang iblis yang hanya mencari darah segar.

Tidak ada gunanya menangkap dia hidup-hidup. Mei juga memutuskan untuk memprioritaskan menembak dia sampai mati dan mulai menyerang.

Namun, Fergus tidak memperhatikan Mei sama sekali.

Dia hanya tertarik pada Kirika yang telah Mei lindungi dibelakangnya.

"Rawr——!!"

Fergus mengeluarkan lolongan yang memekakan telinga dan menendang lantai dengan keras.

Dia terfokus pada targetnya—leher Kirika.

Pada saat-saat terakhir, Mei bergegas menghadang, menggunakan kedua tangannya untuk menghentikan cakar Fergus, mereka berdua terkunci dalam kontes kekuatan ditempat.

"Target adalah... darah perawan muda? Itu benar, satu-satu yang sesuai adalah Senpai disini....!?"

Mei dengan tenang menganalisa situasinya sementara kenyataan yang keras membuat dia menggertakkan giginya.

Dia menggunakan kekuatan penuh, berniat untuk menghancurkan tangan musuh dan mematahkan lengan Fergus.

Meski begitu—dia masih kalah.

Cakar musuh meremas tangannya. Bahkan tulang-tulangnya menjerit.

"Bahkan belum senja namun.... kekuatan semacam ini....!? Bahkan bagi seorang Murni dari yang Murni, ini terlalu kuat...!?"

Mei hanya bisa merasakan kecemasan.

Musuh dihadapan matanya memiliki senyum kepercayaan diri dan keganasan pada wajahnya sambil dia menyudutkan mangsanya yang tak signifikan.

Mei terhuyung kebelakang, tangannya berderit karena tekanan.

Tak mampu mengimbangi kekuatan lawan, Mei berteriak pada Kirika yang ada dibelakangnya.

"Senpai, cepat larilah!"

Pada saat yang sama, kilatan cahaya menyilaukan ditembakkan dari mata Mei.

Tembakan sinar surya ditembakkan dari matanya. Ini awalnya dipersiapkan untuk digunakan melawan Rushella, sebuah senjata penghancur yang mengkonsentrasikan kekuatan dari matahari untuk menghadapi vampir.

Melihat tembakan tersebut menghantam wajah musuh, Mei tampak senang.

Bahkan jika hal itu gagal untuk menghancurkan dia, itu seharusnya mengakibatkan cidera yang berat.

Namun....

"...Huh!?"

Suara tulang dihancurkan berasal dari tangannya.

Disertai dengan sebersit rasa sakit yang tajam, dia melihat tangannya dihancurkan dan berantakan.

Mei menjadi pucat saat dia menatap lawannya, seekor binatang buas yang marah.

Sinar tenaga surya tersebut telah menghantam targetnya secara pasti.

Rambutnya terbakar sementara wajah pucat dan tampangnya benar-benar hangus. Sebuah pemandangan yang tragis.

Namun, matanya sepenuhnya tak terluka.

Bahkan niat membunuh yang lebih besar tengah berkobar di matanya saat dia menatap Mei.

"——!!"

Dia tidak pernah ketakutan pada monster sebelumnya.

Itu karena dia sendiri adalah seorang monster, tetapi yang lebih penting, bahkan melawan monster yang kuat sebagai musuh, dia masih bisa mengalahkan mereka dengan mudah.

Tetapi tradisi ini telah terbalik.

Dengan kedua tangannya dihancurkan, Mei tak lagi bisa menghentikan Fergus. Binatang itu meraih dia pada dada dan dengan santai mengangkat dia, melemparkan dia ke samping.

Gerakan ini sesantai melemparkan secarik kertas ke tempat sampah, tetapi kekuatan besar mengubahnya menjadi sebuah pergerakan penghabisan.

Tubuh Mei menghantam dengan keras pada dinding. Sayangnya, dia kebetulan terbentur pada bagian belakang kepalanya.

Pakaian dan pakaian dalamnya telah tercabik oleh cakar tajam itu, menghasilkan tanda merah pada kulit dadanya, mengekspose payudaranya yang menggairahkan.

Setelah kehilangan kesadarannya sepenuhnya, Mei tentu saja tidak menyembunyikan dadanya yang terekspose, ambruk pada dinding.

Kemudian Fergus tak lagi memperhatikan Mei.

Dia tidak tertarik pada manusia buatan sejak awal.

Saat ini, yang tersisa didalam dirinya adalah puncak dari satu keinginan—rasa haus akan darah.

Salah satu unsur yang menyebabkan keinginannya semakin membesar adalah tepat didepan dia—seorang perawan yang menakjubkan.

Mata Fergus bersinar dengan cahaya merah berbahaya saat dia mendekat.

Kirika tak mampu bergerak, gemetaran, terpaku ditempat.

Meskipun dia tau bagaimana untuk bertarung melawan monster, musuhnya terlalu menakutkan.

Yang lebih penting lagi, mata mistik monster itu... Bukan, aura membunuh yang memancar dari seluruh monster itu telah menekan Kirika.

Seperti seekor katak yang tertangkap mata seekor ular, seorang perawan di intimidasi oleh seorang vampir.

Kirika tak bisa bergerak, Fergus meraih tangannya.

Binatang itu menghembuskan nafas berbau memuakkan saat dia mendekatkan mulutnya pada leher Kirika.

Mata merahnya dipenuhi dengan nafsu dan kerasukan, membara dengan rasa haus mengerikan yang melampaui keinginan primitif.

"Tidak...."

Kirika sambil menangis mengguncang kepalanya.

Perilakunya hanya bertindak untuk memprovokasi hati sadis binatang itu. Fergus menjilat bibirnya sambil meneteskan air liur.

Seperti seekor binatang karnivora, lidah panjangnya meluncur pada leher pucat milik Kirika.

"——!"

Gemetaran hebat, dia meronta dengan jijik.

Fergus mengabaikan perlawanannya dan membuka rahangnya.

Metode makan ini bukan lagi tentang penghisapan darah. Kemungkinan besar, dia akan menggigit seluruh daging dari lehernya.

Draculea V05 - BW06.jpg

Kemudian sebelum taring tajam tersebut bisa membuat kontak dengan kulit, hembusan angin menyapu kearah perut binatang itu.

"Lepaskan dia!!"

Dengan kekuatan seolah-olah berusaha untuk memeras perutnya, orang yang baru datang melepaskan tendangan berputar tingkat menengah[1] dengan ganas.

Dampaknya terdengar seperti menendang sebuah ban yang berat. Fergus terpisah dari Kirika.

"....Oogami-san?"

Dikelilingi oleh rasa takut, Kirika melihat penyelamatnya.

Rangetsu tampak seperti dia telah berlari kesini, terengah-engah tanpa henti dengan mulutnya terbuka.

Dia mungkin mencoba untuk memberitahu Kirika untuk melarikan diri tetapi sebelum dia bisa berbicara! Fergus menyerang.

"Rawr!!"

"Cih...!"

Rangetsu mendecakkan lidahnya dan tak punya pilihan selain terlibat dengan Fergus dalam pertarungan jarak dekat.

Fergus sama sekali tidak peduli tentang taktik, hanya menggunakan tangannya yang kuat, berusaha untuk merobek daging mangsanya. Rangetsu terus menjaga jaraknya dan menentang Fergus menggunakan kemampuan tendangan yang mengagumkan.

Menendang lantai dengan satu kaki, Rangetsu menggunakan campuran terampil dari kekuatan dan kehalusan untuk mengirim serangkaian tendangan pada kepala, perut dan pergelangan kaki Fergus.

Mengingat kaki seorang werewolf sangat kuat, bahkan seorang vampir tidak bisa lolos tanpa cidera jika terserang secara langsung.

Namun, Fergus saat ini seorang monster yang telah melampaui vampir.

Setiap kali dia menendang targetnya, Rangetsu hanya merasakan rasa sakit tumpul pada kakinya meningkat.

Sementara Rangetsu perlahan-lahan kehabisan energinya, jika dia terserang oleh ayunan lengan Fergus, sudah pasti dagingnya akan terkikis bersama dengan tulang-tulang yang ada dibaliknya.

Sebaliknya, Fergus tidak terdorong sama sekali. Menggosok bagian yang ditendang, hal itu tampak seperti serangan Rangetsu hanya berhasil menggelitik dia.

Kemudian pertarungan mencapai saat kritis.

Awalnya menggunakan kecepatan yang luar biasa untuk menjaga pertempuran, Rangetsu tiba-tiba menghentikan gerakan kakinya.

Wajah tampan Rangetsu penuh dengan rasa sakit dan kelelahan.

Melihat musuhnya yang hina berhenti menyerang, Fergus tertawa.

Ini adalah wajah tertawa dari seekor karnivora yang akan muncul sebagai pemenang.

Meraung, dia mengangkat tangannya yang dahsyat, mengayunkannya kebawah pada kepala Rangetsu——

Seketika, Rangetsu lenyap.

Cakar tajam Fergus mengayun pada ruang kosong, hanya menangkap jaket Rangetsu.

Saat dia merasa terkejut, sebuah desahan datang dari belakang.

"Sudah kuduga.... Hanya metode ini yang akan bekerja."

Sebelum Fergus bisa berbalik, Rangetsu mengulurkan tangannya dan memegang lengan Fergus dari bawah ketiaknya, menyegel pergerakannya.

Pertarungan tangan dengan tangan sangat tidak menguntungkan bagi Rangetsu sejak awal. Bahkan memiliki sedikit keuntungan dalam kecepatan, dia akan kalah karena kelelahan cepat atau lambat.

Oleh karena itu, dia hanya bisa melakukan ini untuk mengalahkannya sepenuhnya.

"Kariya-san, cepat!!"

Rangetsu berteriak mendesak, saat itu Kirika menyadari kehadiran Eruru.

Tiba setelah Rangetsu, Eruru mengangkat tangannya dengan lemah, mengarahkan pistol suci Argentum pada Fergus.

Yang dia perlu lakukan adalah membidik jantung.

Agar peluru perak menghasilkan efek terbesar terhadap vampir, seseorang harus menembak jantung.

Namun, bahkan seorang amatir seperti Kirika bisa dengan mudah mengerti bahwa tembakan saat ini penuh dengan resiko.

Lengan Eruru bengkak dan memar, jelas cidera yang baru.

Tetapi apa yang Kirika tidak tau adalah bahwa Eruru telah cidera ketika Fergus menerobos penjara. Beruntungnya, lengannya tidak patah tetapi hanya mengangkatnya saja sudah membutuhkan upaya yang besar.

Apalagi dengan Rangetsu berdiri dibelakang target.

Mengingat kekokohan peningkatan otot Fergus saat ini, mungkin tidak perlu khawatir tentang peluru menembus tubuhnya.

Tetapi saat dia menembak Rangetsu, peluru perak kemungkinan akan merenggut hidupnya.

Dan ini mungkin satu-satunya kesempatan. Jika Eruru gagal menyerang jantung dan menghasilkan pukulan kritis, Fergus pasti akan membunuh dia sebagai balasan.

Rasa sakit dan tekanan membuat Eruru ragu-ragu. Moncong Argentum juga bergetar dari kegoyahan dalam hatinya.

"Jangan ragu, cepat tembaklah!"

Rangetsu mati-matian menahan Fergus yang meronta dan berteriak pada Eruru.

Pada saat yang sama, Eruru melebarkan matanya dan menekan pelatuk.

Recoil pistol tersebut menyebabkan rasa sakit luar biasa pada lengannya yang terluka.

Kemudian—peluru menyimpang dari targetnya.

Meskipun itu menghantam tubuh Fergus, peluru tersebut menembus pusat dadanya.

Semua orang yang ada menggertakkan gigi mereka saat keputusasaan menyerang hati mereka.

Eruru ingin menembak lagi tetapi tidak bisa menahan rasa sakit pada lengannya. Sebelum dia mengetahuinya, pistol tersebut meluncur dan jatuh di lantai.

Rangetsu juga tidak bisa menahan Fergus lebih lama lagi dan dia lolos.

Binatang buas tersebut memperoleh kembali kebebasannya.

Setelah menderita hantaman dari peluru perak, pergerakannya juga tersendat selama saat pelepasan.

Saat yang singkat ini adalah yang diperlukan.

"Lama tak jumpa."

Kata-kata ini mungkin dimaksudkan untuk semua orang yang ada.

Yang pertama bereaksi adalah Mei yang akhirnya mendapatkan kembali kesadarannya.

"Itu kamu....!"

Rushella tengah berdiri dihadapan mata mereka.

Memahami situasinya dengan menyisirkan tatapannya pada seluruh tempat kejadian, dia segera menyerbu Fergus.

Kedua vampir itu saling melewati satu sama lain. Rushella memegang belatinya ditangannya.

Bilah tersebut menusuk dada kiri Fergus tanpa ragu-ragu.

"Gah...."

Disertai dengan raungan kesakitan, darah dimuntahkan dari mulut Fergus.

Rushella tetap tidak terguncang, menggunakan tangannya yang lain untuk mendorong pegangan belati tersebut, menusukkan bilah dengan dalam pada dadanya.

Darah menyemprot dari luka tersebut, memberi warna merah wajah Rushella.

Ini rupanya oposisi diam Fergus. Rushella menatap dia dengan ekspresi muram.

Botak dengan wajah membusuk, wajahnya yang sebelumnya tidak ada lagi.

Meski demikian, mata merahnya memulihkan kewarasannya sebagai mantan Murni dari yang Murni.

Menatap pada musuh, dia tertawa mengejek pada Leluhur Sejati yang seharusnya mengungguli dia.

"....!?"

Rushella tidak memahami niatnya tetapi Fergus tertawa tanpa menahan diri.

"Selanjutnya, giliranmu."

"Apa maksudmu....!?"

"Kau akan menjadi seperti ini juga."

Fergus tertawa sambil menjawab.

Tawannya memberi rasa merinding pada setiap pendengar. Tawa yang memekakan telinga tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti.

Sambil tertawa, dia perlahan-lahan menjadi abu.

Tubuhnya runtuh ditengah-tengah tertawa, abu berhamburan diudara seiring dengan tubuhnya yang bergetar.

Kakinya sudah terkikis sementara lengannya tersebar menjadi debu.

Tetapi hanya tawanya yang tersisa diudara.

Tubuhnya ambruk, dadanya membusuk, wajahnya pecah, akhirnya seluruh tubuhnya berubah menjadi ketiadaan. Hanya tawanya yang masih bergema di telinga mereka, berulang-ulang tanpa henti.

Sekeliling kembali hening tetapi semua orang tengah dilingkupi suasana yang berat.

Setelah beberapa saat, Rushella mengambil belatinya dan segera bersiap untuk pergi.

Eruru dengan cepat bergegas mendekat untuk menghalangi dia.

"Tunggu, kamu datang kesini karena sebuah tujuan, kan?"

"....Sekarang tak ada lagi."

"Kemungkinan besar, kamu mau bertanya pada vampir yang hancur itu kan? Atau mungkin kamu mau informasi Badan Investigasi Supranatural, kan? Sayangnya, si Murni dari yang Murni telah hancur sebelum kamu bisa menanyai dia. Aku sudah menanyai dia apa yang ingin kamu tanyakan. Tetaplah disini jika kamu mau tau jawabannya."

"....."

Mendengar saran Eruru, Rushella tampak ragu-ragu.

Menggosok belakang kepalanya yang masih berdenyut-denyut oleh rasa sakit, Mei mengatakan:

"Aku bisa merahasiakan ini jika kamu tidak mau Hi-kun tau. Kamu akan berhutang budi padaku selama sisa hidupmu."

Kemudian Rangetsu juga berusaha untuk membujuk Rushella untuk tinggal. Menyandarkan tubuhnya yang kelelahan pada dinding, dia menyilangkan lengannya dan berkata:

"Aku bisa mempersiapkan sebuah ruangan untukmu dengan segera. Oh yah, mungkin seorang Leluhur Sejati tidak akan tinggal di tempat kumuh semacam ini."

"......"

Rushella menunduk.

Akhirnya, Kirika mendekat dan menepuk bahunya.

"Bagaimanapun juga.... Mari kita berbincang-bincang. Apa kamu sudah makan dengan benar? Kujou-kun juga sangat khawatir tentang kamu...."

Kirika menatap wajah Rushella saat dia menanyai dia.

Tetapi wajah Rushella tetap suram.

Tepat saat Kirika mencoba untuk meyakinkan dia, Rushella tiba-tiba memegang tenggorokannya sendiri dan berlutut.

"Hei, ada apa!?"

Kirika mendekat untuk menanyai dia.

Tetapi Rushella mengangkat tangannya untuk menghentikan dia.

"Jangan mendekat.... Menjauhlah!"

"Apa yang kamu bicarakan!? Apa yang terjadi!?"

Kirika membungkuk khawatir tetapi dia segera memahami apa yang Rushella maksudkan.

Mata Rushella bersinar dengan cahaya merah menyilaukan.

Taring putih—menjadi semakin tajam dan semakin panjang.

Yang lebih penting, wajah cantiknya terserang oleh rasa haus.

Cara dia terengah-engah, Kirika baru saja menyaksikannya tadi.

Hampir digigit oleh taring ganas itu barusan—ciuman seorang vampir.

Sebelum dia mengetahuinya, Rushella berdiri, mendekatkan bibirnya pada Leher Kirika.

"Berhenti, menyingkir"—seseorang yang tidak terlalu jauh tengah berteriak.

Tetapi Rushella dengan cepat memperoleh akal sehatnya lagi.

Penuh ketakutan, dia memeluk dirinya sendiri dan menjauh dari sisi Kirika.

Tatapan semua orang membuat dia tidak nyaman. Rushella terus menggelengkan kepalanya seolah-olah berusaha untuk menyangkal dirinya sendiri.

Kemudian dia berlari keluar.

"Tunggu....!"

Kirika ingin mengejar dia tetapi sebuah suara menyakitkan dan penuh kesedihan menghentikan dia.

"Menjauh.... Jangan mendekat!!"

Rushella menghilang ke kedalaman lorong.

Tak seorangpun mengejar dia.

Untuk beberapa alasan, tak satupun dari mereka mau mengejar.

Mereka berempat dalam diam bertukar tatap. Segera setelahnya, Rangetsu yang berbicara terlebih dulu:

"Anak itu... Bukankah situasinya sangat buruk!? Dia tampak sangat haus, kita harus mengambil tindakan pencegahan dengan cepat."

Tak seorangpun bisa keberatan.

Hanya Kirika yang tampaknya punya sesuatu untuk dikatakan, tetapi pada akhirnya, dia tidak berbicara.

Bahkan jika dia mencoba untuk berdebat, dia saat ini sepenuhnya tidak meyakinkan, mengingat bahwa dia hampir saja berubah menjadi korban barusan.

"Dia sebenarnya tidak bodoh, dia hanya bingung sekarang ini. Yah... Dia seharusnya bisa melakukannya diluar. Tetapi bagaimana setelah itu? Setelah dia tenang, aku secara pribadi akan memimpin tim untuk menangkap dia.... Bagaimana?"

Rangetsu menanyai Eruru.

Eruru ragu-ragu untuk sesaat kemudian mengangguk setuju.

"Apa kamu pikir anak itu akan menangkap dan menggigit orang? Yah, dia tidak jauh dari batasnya...."

Mei menganalisa situasinya dan menanyai Eruru dan Rangetsu.

Dengan ekspresi serius, Eruru menjelaskan kebenaran yang menakutkan tentang para vampir.

"Biasanya, kekuatan seorang vampir sebanding dengan kualitas dan kuantitas darah yang mereka hisap. Oleh karena itu, seorang vampir yang tidak meminum darah untuk waktu yang lama akan secara bertahap melemah, akhirnya menjadi lebih lemah daripada manusia. Namun, setelah rasa haus mencapai batasnya, kekuatan mereka akan meningkat secara drastis. Hal ini mengubah mereka menjadi binatang buas yang hanya tau menghisap darah, meninggalkan semua pikiran rasional."

"Aku sudah tau hal ini dari pemandangan tragis barusan. Jadi itu seperti sebuah ledakan akhir dari kekuatan sebelum mati kelaparan, apakah itu yang kamu maksud?"

"Vampir tidak punya konsep mati kelaparan. Sebelum mencapai batas mutlak dari rasa haus, mereka akan kehilangan kewarasan mereka terlebih dulu. Kemudian kehancuran adalah satu-satunya keselamatan bagi mereka."

"Mustahil... untuk kembali lagi?"

Mendengar pernyataan dingin dari Eruru, Kirika bertanya dengan kasihan.

"....Hal ini tergantung pada situasi dan waktunya. Jika mereka memperoleh darah segera setelah mereka kehilangan pikiran mereka, mereka pada umumnya bisa memulihkan akal sehat mereka sendiri. Namun, ada banyak vampir yang tidak mampu menghadapi rasa malu dan penghinaan tentang bagaimana mereka berperilaku. Terutama para vampir berkelas tinggi, hal ini adalah penghinaan memalukan bagi mereka."

"Lalu... Apa yang terjadi jika lebih banyak waktu yang berlalu?"

"Maka tidak ada jalan untuk kembali. Tak peduli seberapa banyak darah yang mereka minum, keinginan mereka tidak bisa dipuaskan. Hanya menyerang manusia tanpa henti, meminum darah tanpa jeda. Meskipun korban akan sangat banyak, vampir tipe ini biasanya akan binasa setelah satu malam, yang mana dianggap sebagai satu-satunya berita baik diantara berita-berita buruk."

"Apa maksudmu? Vampir yang mengamuk semacam itu akan tenang setelah satu malam? Tetapi bukankah itu mustahil untuk memulihkan kewarasan mereka?"

Mei bertanya secara alami. Rangetsu menjawab atas nama Eruru.

"Hal itu justru karena mereka kehilangan pikiran mereka. Monster ini hanya menghisap darah, tidak memikirkan apapun yang lain, bahkan gagal menyadari ketika matahari terbit."

"Oh... Aku mengerti sekarang."

"Ya. Mereka tidak lagi tau untuk menghindari sinar matahari. Oleh karena itu, tak peduli seberapa ganas, mereka akan binasa pada akhirnya. Bahkan jika mereka didalam ruangan, selama tidak ada mangsa, mereka akan keluar pada akhirnya. Seperti dalam insiden ini, mengabaikan masalah korban, meninggalkan dia sendirian adalah metode termudah. Juga, nasib akhir dari rasa haus berlaku bagi para dhampir juga. Jangan mencoba menguji batasmu."

Kalimat terakhir di katakan kearah Eruru.

Eruru menghindari kontak mata tetapi tidak bisa menghindari komentar.

"Aku tau. Tentang Rushella... lakukan saja seperti yang kamu suka. Lagian, kami akan pergi."

Eruru meninggalkan sofa pengunjung yang hancur tersebut.

Mei dan Kirika mengikuti dan diam-diam bertanya pada dia.

"Hei hei... Itu saja?"

"Haruskah kita memberitahu Kujou-kun....?"

"Dia saat ini tidak berguna. Kita hanya bisa bergantung pada diri kita sendiri untuk menyelesaikan masalah ini."

Jawaban Eruru membuat Mei dan Kirika bertukar tatap.

Namun, Eruru melanjutkan secara tanpa ekspresi:

"Menangkap Rushella tadi tidaklah mustahil, tetapi hal itu akan berarti menyerahkan dia pada Badan Investigasi Supranatural. Karena tragedi semacam ini baru saja terjadi, dia mungkin akan berakhir dieksekusi ditempat. Untuk kebaikan dia, aku membiarkan dia melarikan diri keluar terlebih dulu, meskipun itu sangat merepotkan."

"Eruru-can.... Pemain yang baik."

"Kamu seharusnya memberitahu kami secara jujur sejak awal. Apa yang kamu maksud adalah bahwa kita harus menemukan dia sebelum polisi, kan?"

"Aku tidak akan memaksa kalian. Bergabunglah hanya jika kalian ingin."

Kedua gadis itu menarik pipi dari wajah poker Eruru dari arah yang berlawanan.

"Serius, kamu tsundere♪"

"Kamu harusnya punya orang tuamu yang memanjakan kamu dari waktu ke waktu."

"...Hentikan. Juga, berhenti menarik-narik wajahku."

"Sungguh menggemaskan. Gadis baik♪"

"Kamu terus diam sepanjang waktu, tetapi aku tidak pernah tau kamu begitu perhatian pada Kujou-kun~~ Mungkin kamu sebenarnya adalah rival terbesarku."

"Hentikan itu sekarang juga, berhenti menarik-narik wajahku dengan cara ini dan itu!"

Mereka bertiga pergi sambil bercanda dan tertawa.

Rangetsu menonton mereka tak berdaya.

"...Aku mendengar semua itu, kamu tau? Bukankah kamu tau tentang pendengaran seorang werewolf? Atau mungkin... kamu melakukan itu secara sengaja?"

Rangetsu bergumam masam. Tentu saja, tak seorangpun menjawab pertanyaannya.

Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. bukan tingkat menengah dalam kekuatan, tetapi tidak rendah juga tidak tinggi dalam ukuran ketinggian.


Sebelumnya Bab 2 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 4