Skeleton Knight Going Out to the Parallel Universe (Indonesia): Jilid 1 Bab 13

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

「Cuma Lewat」 – Bagian 1


Dibalik hutan lebat yang terletak di sebelah timur Diento, cahaya pertama matahari terbit membayangi dinding kota. Tanda aktivitas bisa kita sadari saat kota perlahan mulai terbangun.


Di jantung Kota Diento terdapat sebuah kastil yang dimiliki oleh seorang Marquis. Di dalamnya, seorang pria tua tengah menahan kepala dengan tangannya.


Dengan rambut putih yang mencapai punggungnya dengan sebuah jenggot putih di wajahnya, tuan dari kastil itu adalah pria gemuk itu, Marquis Triton dari Diento.


“Mengapa..? Bukankah laporannya mengatakan kalau dua giant basilisk muncul di dekat Rubierute? Bukankah kehadiran monster semacam itu bisa membuat daerah tersebut ke dalam keributan?”


Alasan mengapa kepala Triton menekuk adalah karena laporan yang ia terima dari mata-matanya di Rubierute yang dikirim tadi pagi.


Di dalam laporannya, satu dari dua basilisk telah ditumbangkan oleh sebuah kelompok petualang. Setelah itu, dikatakan bahwa petualang tersebut bekerja sama dengan seratus lima puluh prajurit untuk mengalahkan satunya lagi. Akan tetapi, petualang beranggotakan lima orang dan para prajurit yang dikirim sebagai pengintai dikabarkan mengalami kekalahan telak saat mereka mencoba untuk mengalahkan basilisk yang kedua. Di sisi lain, pasukan utama, hanya menerima sedikit korban jiwa.


“Yah, Messenger-dono dari Timur berkata bahwa teknik itu masih uji coba, dan sudah seharusnya aku tak terlalu berharap pada para penjinak monster... Meskipun, untuk salah satunya di kalahkan oleh kelompok petualang acak, aku pasti sudah dikutuk untuk mendapat nasib buruk ini. Kalau para prajurit harus melawan dua basilisk secara bersamaan, maka lebih dari dua kali lipat korban yang akan jatuh; kerusakan besar pasti akan diterima.”


Saat Triton mengatakan hal tersebut, seorang pria dengan wajah pucat yang terlihat tegang menghela napasnya. Tangannya bergerak untuk merapikan rambutnya, menyembunyikan bagian kepalanya di mana rambutnya mulai menipis.


Dia adalah Konsul dari Diento, Cyrus Dorman.


“Tak mungkin mereka bisa punya tiga puluh tameng yang terbuat dari mythril, yang memiliki ketahanan sihir tingkat tinggi...” Triton menggertutu dengan sengaja.

“Untuk laporan ini, menimbang umpan untuk menangkap ‘komoditas’ yang di pasang oleh liaison di kota... Kelihatannya umpannya tak dimakan, atau mungkin juga umpannya tak sampai ke pihak lain. Walau untuk saat ini jumlahnya masih cukup, mereka juga kekurangan umpan. Kalau tindakan lain tak segera dilakukan, tanpa seseorang yang ahli untuk menangkap hewan ruh, akan sulit untuk menangkap mereka.”


Setelah mendengar laporan tersebut, wajah Triton menjadi semakin kecut. Jumlah masalah yang terjadi tak semakin membaik dan malah semakin bertambah, dan frustrasi yang terus menumpuk membuatnya menarik rambutnya dengan marah.


“Sialan! Yang lainnya! Markas mereka mestinya ada di hutan di dasar Pegunungan Calcutta. Apa mereka masih belum mengabari kita?!”

“Hutannya terbentang sangat luas dari utara hingga selatan, jadi untuk menentukan letak tepat dari markas mereka agak sedikit.... dan karena sulit untuk unit penangkapan besar untuk melewati area tersebut, sepertinya mereka takkan bisa ditangkap. Akan tetapi, kalau ada monster kuat yang datang turun dari gunung... akan sulit untuk membayangkan apa yang akan terjadi.”

“Hubungi liaisonnya lagi dan katakan pada mereka bahwa kita akan berganti klien kalau umpannya tak tercukupi! Aksi untuk menangkap hewan ruh bahkan sama sekali tak melanggar hukum!! Cyrus, cari partner perdagangan lainnya untuk mengamankan lebih banyak umpan!”

“Apa tak masalah? Bukankah akan ada kemungkinan mereka mungkin akan mengancam kita untuk memberitahukan rencana kita ke ibukota dengan memberikan informasinya ke para informan?”


Wajah Cyrus tampak tegang saat ia menyanggah, namun Triton sepertinya berpikir kalau sekelompok atau lebih bandit yang mengancamnya bukanlah apa-apa melainkan hanya sedikit mengganggunya.


Dia bahkan menyangkalnya dengan kasar.


“Hmph! Kalau berurusan dengan sampah semacam bandit, kau hanya harus mengalahkan mereka dengan kekuatan militer!! Tak hanya itu, kenyataannya kalau kita menghancurkan mereka juga akan memberikan nilai positif bagi masyarakat. Hahaha.”


Perut Triton bergoyang menjijikkan saat ia tertawa, dan Cyrus menganggapnya sebagai tanda untuknya pergi dan perlahan meninggalkan ruangan.


Mendengar suara lonceng pagi hari, aku terbangun di atas kasur di dalam penginapan.


Ponta menyelipkan kepalanya di bawah selimut, hanya menyisakan ekor lebat berwarna hijau dan putihnya yang terlihat. Terkadang, sembari menggerakkan mulutnya, ia akan mengeluarkan erangan pelan dari lubuk tenggorokannya, sepertinya layaknya ia tengah memakan makanan lezat di mimpinya.


Meskipun penampilannya seperti rubah omnivora, namun dia lebih memilih untuk memakan kacang-kacangan dan beri-berian daripada daging.


Kubangunkan Ponta dengan menyentuh belakang telinganya, dan membuat salah satu kaki belakangnya menendangku. Rahangnya terbuka lebar dan ia mengeluarkan uapan lebar. Dengan satu lompatan, ia meloncat dari pundakku ke tempatnya yang biasa di atas kepalaku. Rubah lembut ini sepertinya menyukai tempat tinggi.


Dengan Ponta yang naik di atas kepalaku, kukenakan sebuah jubah hitam besar menutupi armorku. Aku membelinya kemarin saat aku melihatnya di sebuah kios pedagang jalanan. Karena jubah ini akan berguna untuk menutupi armorku yang mencolok, aku membelinya karena jubah ini cocok untuk operasi tersembunyi.


Akan tetapi, walau armorku yang mencolok mungkin bisa tertutupi, tudung hitam yang dipasangkan dengan helmnya mungkin membuatnya menjadi kombinasi yang aneh. Kalau dilihat dari samping, bisa kubayangkan aku bisa dipanggil sebagai seseorang bernama Vader.

[TL Note: *lol* yang dimaksud Vader dari Star Wars.. xD ,, koplak]


Walau mungkin orang-orang takkan menatapiku lagi karena armorku yang terlihat mewah, kurasa pada akhirnya aku akan menarik perhatian lagi untuk alasan lainnya.


Kupanggil paman yang tengah memasak di dapur belakan bar saat aku pergi. Karena tempat ini hanya menyediakan makanan pada malam hari, aku harus membeli sarapanku dari kios-kios jalanan.


Di kota ini terdapat banyak pedagang jalanan, dengan tiap pembeli yang berpotensial di kehidupan sehari-hari. Sembari aku berjalan, pandanganku mulai tertutupi oleh sebuah ekor lebat.


Apakah Ponta menemukan sesuatu yang menarik? Hal ini sepertinya selalu terjadi saat aku melewati sesuatu yang ia inginkan. Mata Ponta akan memandang ke suatu arah, dan pandanganku hanya akan dipenuhi oleh ekornya.


Kubetulkan Ponta ke posisinya yang benar di kepalaku sebelum berjalan menuju ke arah kios yang menarik perhatiannya. Sepertinya kios itu menjual jenis kacang favoritnya. Kulitnya berwarna cokelat muda, dan di antara celahnya, kacang berwarna hijau bisa terlihat. Kacang itu terlihat seperti kenari hijau.


“Kyun!”


Sepertinya dia memintaku untuk membeli beberapa kacang itu. Kuserahkan lima koin perunggu pada pedagang wanita itu dan menerima sekantung kecil kacang. Kukupas kulitnya dan memberikan Ponta makan dua hingga tiga kacang sekali, hal ini membuatnya memekik bahagia saat ia mengunyahnya. Kulit dari kacang yang telah ia makan jatuh ke tanah, dan lalu terinjak di bawah kakiku saat aku berjalan.


Untuk beberapa hari ini, aku telah berjalan-jalan keliling kota dengan Ponta di atas kepalaku.


Aku memeriksa setiap sudut kota, namun aku masih belum menemukan informasi apapun mengenai para elf yang diperbudak seperti yang disebutkan elf pria itu. Jujur saja, karena aku tak tahu di mana para elf berada dan karena aku tak bisa menanyakannya ke sembarang orang, kami hanya berkeliling tanpa arah mengitari kota...


Terlebih lagi, karena penangkapan dan perdagangan elf adalah hal ilegal, untuk menemukan bisnis semacam ini, baik pembeli maupun penjual mestinya memiliki pengaruh yang besar di diri mereka.


Kalau benar begitu, daripada wilayah umum di kota, distrik para bangsawan yang terletak di dekat kediaman pemimpin feodal nampaknya tempat yang paling mencurigakan. Di sana terdapat banyak pengawal dengan sedikit jalan, membuatnya sulit untuk seseorang menyelinap ke sana.


Jangan salah, bukannya aku bermaksud untuk melakukan tindakan keadilan. Meskipun mungkin ini sedikit menggangguku, pada dasarnya aku melakukan ini hanya untuk mengisi waktu luangku saja. Tanpa tujuan apapun, mungkin aku hanya akan menutup diri di kamarku di penginapan dan hanya bermain dengan Ponta seharian.


Lagi pula, aku tak tahu apa yang harus kulakukan kalau aku telah menemukan para elf yang tertangkap. Karena aku hanya mencoba untuk tak terlalu menarik perhatian, kurasa aku akan membantunya secara diam-diam kalau ada kesempatan untukku melakukannya.


Saat aku berpikir betapa para elf di dunia ini diperlakukan dengan tidak adil, hal ini menyisakan perasaan tak enak pada diriku.


Meskipun aku masih belum melihat salah satunya, apakah manusia hewan juga ada di dunia ini? Mengingat dari perkataan elf waktu itu, kalau adapun, maka mungkin mereka akan diperlakukan sama seperti para elf...


Sembari berpikir demikian, sebelum aku sadari, aku telah tiba di depan guild petualang. Walau hanya dalam beberapa hari, rasanya aku telah melewatkannya dalam waktu yang lama.


Berjalan mengelilingi kota tanpa tujuan mungkin takkan menghasilkan apa-apa. Aku memasuki gedung, berpikir mungkin aku akan mencoba mencari pekerjaan di papan permintaan setelah absenku yang lama.


Beberapa petualang saling terpencar di sekitar memilih permintaan mereka masing-masing yang ada di papan. Aku juga melihat-lihat papan dan mencari sesuatu permintaan yang menarik.


Tiba-tiba, sesuatu menarik perhatianku. Sebuah pencarian untuk orang hilang.


Isinya adalah sebagai berikut: Temukan kelompok orang yang tak kembali setelah pergi ke hutan lewat tepian sungai ke hulu Sungai Rydell. Sudah lima hari sejak mereka tak kembali.


Hutan tersebut, yang terbentang dari kaki Pegunungan Wind Dragon hingga ke Sungai Rydell, biasa disebut dengan Hutan Wind Dragon. Hutan yang mengelilingi kaki pegunungan sebelah tenggara sepertinya terbentang sangat luas.


Akan tetapi, di sisi lain dari Sungai Rydell, nama hutan itu sudah berbeda, walau kedua hutan itu masih berada di pegunungan yang sama. Nama semacam “Hutan Para Elf” atau “Hutan Sesat” diberikan. Masyarakat percaya, jauh menyusuri sungai, terbentang sebuah hutan yang sangat luas.


Ada rumor yang mengatakan kalau seekor monster kuat mengamuk di dalam hutan tersebut. Sejumlah elf juga dikatakan tinggal di sana.


Akan tetapi, saat ini aku tak berminat untuk mengambil permintaan tersebut.


Permintaan ini adalah sebuah permintaan yang takkan memberimu hadiahnya kecuali kau membawa pulang orang yang hilang atau bukti kematian mereka. Ini adalah jenis pekerjaan yang akan membuat orang berpikir dua kali setelah mereka menemukan permintaan lainnya. Kudengar petualang yang sudah mahir akan mengajarkan para pemula tentang potensi hasil yang didapat dari sebuah permintaan dengan mengambil contoh dari permintaan semacam ini.


Walau demikian, aku bisa mengambil kesempatan ini untuk memetakan hulu sungai dengan hati-hati.


Kutinggalkan guildnya, dan berjalan menuju ke gerbang timur, yang mana menghadap ke arah Hutan Wind Dragon. Tak seperti gerbang selatan dan gerbang utara yang terdapat beberapa karavan yang biasa lewat melalui gerbang itu, gerbang ini lebih kecil dibandingkan gerbang tersebut: gerbang ini lebarnya hanya mencakup sekitar satu kereta kuda. Terlebih lagi, gerbang timur terletak di perbatasan distrik lampu merah kota. Tak hanya jalannya yang sempit, namun di sini juga dipenuhi dengan toko-toko aneh dan gang-gang mencurigakan. Walau di sini tak banyak pejalan kaki di siang hari, setelah matahari terbenam, jalanan akan ramai dengan para wanita yang mencoba menarik para pria menuju toko-tokonya.


Karena aku ingin menghindari hal merepotkan semacam itu, kuputuskan untuk menjauh dari bagian kota ini pada malam hari. Terlebih lagi, dengan tubuhku yang saat ini, bahkan kalau aku berkunjung ke salah satu toko, akan percuma saja...


Aku pergi Melawai gerbang timur, berjalan menyeberangi dua jembatan kayu, dan berjalan menuju hulu sungai di tepi sebelah kanan Sungai Rydell. Di sebelah timur terdapat Hutan Wind Dragon yang membentang hingga kira-kira dua puluh kilometer. Akan tetapi, dengan 【Dimensional step】, aku bisa mengitari jarak sejauh itu dalam waktu kurang dari lima menit.


Saat aku memasuki hutan, Ponta mulai mengibaskan ekornya dengan bahagia. Lagian, bukankah bulu hijau mudanya adalah ciri dari makhluk yang tumbuh di hutan? Kalau di sini ada sekelompok rubah lembut ini, mungkin Ponta akan kembali ke mereka. Aku berjalan menyusuri ke dalam hutan dan membuatku merasa sedikit kesepian juga.


Di dalam hutan ini tak terlalu gelap; aku masih bisa melihat dengan sangat jelas, namun tumbuhan yang tumbuh tinggi membuatku sulit bergerak tiap jejaknya. Di sebelah kananku, terdapat sebuah tebing curam, dan di bawahnya terdapat Sungai Rydel. Suara air yang mengalir menggema melalui hutan. Dikombinasikan dengan suara kicauan burung dan dedaunan yang bergemerisik diterpa angin, membuat hawanya sangat damai. Ketakutan karena monster membuat hanya beberapa orang yang pernah mengalami pengalaman seperti ini di tempat ini.


Aku terus melanjutkan pendakianku ke hulu sungai sembari menikmati cahaya matahari yang menerpa melalui rimbunnya pohon dan suara aliran air. Tiba-tiba, sesosok berbulu cokelat muncul di rumput yang tinggi.


“Kyu~n...”


Ponta mengeluarkan raungan tak mengenakan sembari ia bergerak dari kepalaku untuk bersembunyi di leherku. Dari samping, aku terlihat seperti seorang tante yang mengenakan syal bulu.


Sosok berbulu itu, yang besarnya seperti beruang besar, mulai bergerak. Suara sesuatu yang patah terdengar ke seluruh area. Saat aku menyadarinya, beruang cokelat itu berdiri dengan kaki belakangnya.


Namun beruang yang berdiri itu sangat berbeda dibanding beruang yang kutahu.


Walau tubuhnya adalah tubuh beruang, ia memiliki kepala serigala. Terlebih lagi, ia memiliki telinga panjang yang lurus mirip telinga keledai. Dengan telinganya bergoyang, hewan buas itu menatapku. Mulutnya yang dipenuhi dengan darah mengeluarkan sebuah raungan buas. Apakah ia marah karena aku mengganggu waktu makannya?


Sebuah suara logam dingin terdengar saat kuhunuskan pedangku. Beruang berkepala serigala itu menatapku sembari mengukur jarak di antara kita, dan perlahan mendekat.


Kemenangan berpihak pada mereka yang mengambil serangan pertama!


Aku berpindah ke samping monster itu dengan 【Dimensional step】 dan dengan cepat menusukkan pedangku ke perutnya dari samping. Lalu, dengan segera berpindah ke tempat lain. Untuk ini, tak perlu menggunakan skill lainnya, karena aku telah melancarkan serangan pamungkasnya.


“GAAAAAAAAAAAAAA!!!”


Kombinasi dari kehilangan mangsanya dan sakit luar biasa yang beruang itu rasakan membuatnya mengayunkan cakarnya sembarangan. Akan tetapi, lebih banyak darah yang mengucur dari luka tebasan di perutnya dengan tiap gerakan yang ia buat saat ia mengamuk. Dengan berdiri di jarak yang aman dari beruang berkepala serigala itu, aku menunggu makhluk itu untuk melemah dengan sendirinya.


Setelah sekitar sepuluh menit berlalu, makhluk itu tumbang dan mulai menghembuskan kehabisan napas. Walau ia masih bernapas, ia sudah tak bisa dianggap sebagai suatu ancaman.


Mengabaikan beruang berkepala serigala tersebut, aku berjalan menuju tempat yang menarik perhatianku. Tempat itu adalah sebuah tanah lapang, di mana terdapat makhluk yang tengah memakan mangsanya.


Meskipun mangsanya telah rusak cukup parah dengan beberapa bekas gigitan dan juga berbagai tulang yang telah hancur, aku langsung menyadarinya.


Itu adalah manusia.


Akan tetapi, bongkahan daging tersebut, yang sebelumnya adalah sesosok manusia, tak memiliki benda apapun yang dibutuhkan untuk mengenalinya. Sembari aku memeriksa semak-semak sekitar, Ponta, yang telah bangkit setelah bertemu dengan beruang berkepala serigala itu, mengeluarkan sebuah jeritan dari tempatnya yang biasa.


“Kyuun!”


Saat aku memeriksa semak yang menarik perhatian Ponta, aku menemukan sesosok kepala manusia. Kerusakannya tak terlalu parah; masih mungkin untuk mengenalinya dari sosok figur umumnya. Akan tetapi, mustahil untuk tahu apakah ia adalah orang yang dicari dalam permintaan tersebut atau bukan.


Aku juga tak ingin membawa kepala yang terpenggal ini kembali di tanganku. Walau aku bisa menjelaskan wajahnya pada orang-orang di guild petualang, mereka mungkin akan bertanya untuk melihatnya untuk memastikan.


Kemudian, aku menyadari ada sesuatu yang janggal. Tempat di mana leher ini dipenggal sangatlah rapi. Apakah mungkin kalau orang ini diserang oleh hewan buas. Atau mungkin di luar sana, ada monster yang bisa membuat tebasan serapi ini?


Mungkinkah kelompok yang hilang ini diserang dan dibunuh oleh para bandit? Faktanya, karena di sini tak ada senjata maupun barang apapun yang tertinggal di mayatnya, aku merasa kemungkinan ia diserang bandit sangat tinggi. Tak ada seorang pun yang mau pergi masuk ke hutan ini tanpa menghasilkan apapun.


Meski demikian, mungkin markas persembunyian mereka ada di dekat sini?


Saat aku memeriksa sekelilingku, aku melihat jejak darah di dekat semak belukar di tanah lapang. Walau darahnya telah mengering dan berubah menjadi hitam, aku memutuskan untuk mengikutinya masuk ke dalam hutan.


Jejak darah tersebut membawaku ke tepi Sungai Rydell. Jejaknya terus melewati batu-batuan dan kerikil di ujung sungai sebelum berakhir. Bagian sungai ini lebih dekat ke hulu, namun ukurannya lebih lebar. Alhasil, sungainya juga lebih dangkal. Sepertinya orang ini berhasil melarikan diri dengan menyeberang dari sisi lain sungai.


Hutan di sisi lain adalah milik para elf. Apakah mereka penyebab hilangnya kelompok tersebut? Akan tetapi, sepertinya tidak mungkin para elf akan tinggal di sekitar bantaran sungai. Tempat ini terlalu dekat dengan orang-orang yang pergi masuk dan pergi dari hutan. Meskipun mungkin akan sulit untuk menemukan para elf di sini, mempertimbangkan bahwa tempat ini adalah perbatasan dari hutan yang dilewati oleh beberapa orang, mungkin tempat ini adalah tempat yang cocok sebagai markas persembunyian para bandit.


“Hmm, apa kau mau pergi mengintai sebentar, Ponta?”

“Kyun!”


Mundur ke Bab 12 Kembali ke Halaman Utama Teruskan ke Bab 14