Skeleton Knight Going Out to the Parallel Universe (Indonesia): Jilid 1 Bab 19

From Baka-Tsuki
Revision as of 04:38, 31 May 2017 by Akishima (talk | contribs)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

「Operasi Dijalankan」‒ Bagian 2[edit]


Setelah si gadis ninja pergi, aku pergi memeriksa di belakang meja di mana tadi ia berada. Di sana terdapat sebuah lubang lantai batu kecil di bawah meja.


Lalu sebuah gembok yang terlihat kokoh menggelinding di sekitar lubang, telah gagal menjalankan tugasnya.


Mengintip di dalam lubang tersebut, aku menemukan sebuah area penyimpanan kecil, yang berisikan sebuah kotak penuh dengan cincin logam dan dokumen-dokumen.


Sepertinya ini adalah semacam peti besi.


Kantung berat yang tadi gadis itu bawa mungkin berisikan uang. Tapi dinilai dari perilaku dan penampilannya, dia melakukannya hanya untuk menutupi maksudnya di sini sebagai seorang pencuri. Bukan berarti aku bisa menyalahkannya, karena aku juga mengambil uang dari para bandit.


Aku tak tahu apa yang gadis itu cari, namun sepertinya tindakannya takkan menghambat operasi kami. Lagi pula berdasarkan kata perpisahan yang ia katakan sebelum pergi. Sepertinya masih ada dua elf lagi yang terperangkap dalam kastil pemimpin feodal. Hal tersebut menandakan bahwa perburuan elf bahkan telah disetujui oleh seorang pemimpin feodal sendiri.


Kalau hal itu benar, maka aku harus memberitahukan hal ini pada Ariane.


Setelah penyelamatan kali ini selesai, mungkin kami harus menyerang ke kastil tersebut.


Sembari mempermasalahkan hal tersebut, aku mengambil salah satu gulungan dari peti besi. Kulepas ikatan dari dokumen tersebut, kontrak yang tertulis di sini adalah sebuah laporan penjualan.


Jumlah kontraknya sangatlah gila, kontrak tersebut mencapai hingga 10.000 suk.


Harga 10.000 emas adalah harga untuk para elf yang terjual di sini.


Di dalam masih terdapat enam lagi kontrak seperti ini, seluruhnya berjumlah tujuh.


Di dalam kontrak termasuk juga nama-nama dari mereka yang telah di perdagangkan. Di sini juga tertulis nama-nama dari para pembelinya juga, jadi mungkin kami bisa mencari para elf yang telah dijual.


Namun tetap saja, budak elf dapat dijual dalam harga yang gila seperti dalam kontrak ini. Aku penasaran mengapa di sini masih tetap ada permintaan yang tinggi untuk para manusia juga?


Kupungut ketujuh kontrak tadi ke dalam kantung bawaanku sebelum memasukkan sepuluh cincin logam setelahnya. Kuselimuti cincin-cincin itu dengan selembar kain dan menaruhnya ke adalah sebuah kantung kulit untuk mencegahnya bergemerincing.


Si pemilik sudah tak bernyawa, jadi dia takkan masalah.


Setelah kukosongkan isi peti besi itu, aku melihat ke sekeliling ruangan yang terlihat mencolok, namun kebanyakan barang di sini berukuran besar.


Karena urusanku di sini telah selesai, kuputuskan untuk bersiap menemui kedua orang tersebut lebih awal. Kupegang kunci yang tergantung di gagang dan membuka pintunya. Setelah mereka berdua selesai memeriksa ruang demi ruang, seharusnya mereka menuju kemari.


Setelah beberapa saat, Ariane dan Danka diam-diam memasuki ruangan dan menutup pintunya dengan cepat.


“Aku hanya menemukan beberapa lalat di ruangan-ruangan sebelah, bagaimana denganmu?”

“Aku tak menemukan sesuatu yang penting.”


Keduanya mendapat hasil yang tak memuaskan.


Setelah mendengar jawaban Danka, mata emas Ariane yang bertanya-tanya menatap ke arahku.


“Aku mendapatkan beberapa informasi. Para elf yang ditangkap mungkin dipenjara di bawah tanah. Lalu aku juga mendapatkan ini.”


Kukeluarkan gulungan-gulungan yang kupungut dari peti besi keluar dari kantongku dan menyerahkannya pada Ariane. Dia melihatnya dengan penasaran untuk beberapa saat sebelum akhirnya dia membukanya dan memandangi kontrak tersebut. Kerutan mulai terbentuk di dahinya.


“Ini......!”

“Itu adalah kontrak penjualan para elf. Karena nama-nama para pembelinya tertulis di situ, semestinya kau bisa menggunakannya sebagai petunjuk. Terlebih lagi, sepertinya ada dua elf lagi yang terperangkap di kastil pemimpin feodal.”

“Dari mana kau mendapatkan semua informasi ini...”


Ariane menengok dan menatap sekeliling ruangan saat dia menanyakannya. Tubuh-tubuh di dalam ruangan ini telah menjadi dingin, dan si bos kini hanyalah sebuah hiasan di atas meja sekarang.


Dia menilai bahwa merekalah sumber informasi tersebut. Sumber dari informasi tersebut bukanlah hal yang penting, apa yang penting kali ini adalah kami harus bergegas.


Sembari aku mempercayai perkataan gadis ninja itu...... yang hanya berdasarkan intuisiku saja. Mungkin, lebih baik kubiarkan mereka mengambil kesimpulan mereka sendiri.


“Setelah kita selesai di sini kita akan pergi menuju kastil pemimpin feodal. Menyewamu adalah keputusan yang tepat......, biasanya takkan mudah untuk menyusup ke dalam kastil.”


Ariane tertawa sembari mengatakan hal tersebut dan menggulung kembali lembarannya sebelum mengembalikannya padaku.


“Bahkan seorang pemimpin feodal terlibat dalam hal ini......! Para tetua harus kita beri tahu mengenai hal ini setelah kita kembali.”


Danka menaikkan alisnya saat dia menyuarakan komentarnya.


Dinilai dari jumlah uang yang dikeluarkan dalam perdagangan elf ini, bangsawan kaya dan para pedagang pasti orang yang terlibat ke dalamnya; apakah daftar pekerjaanku telah bertambah?


Kurasa aku bisa mendapatkan pendapatan lebih dengan menyusup ke kastil pemimpin feodal......


“Kalau rekan sekaum kita berada di ruang bawah tanah, kita harus segera ke sana. Setelah itu, ke kastil pemimpin feodal.”


Danka mengangguk setuju pada perkataan Ariane dan meninggalkan ruangannya. Aku mengikuti di belakang Ariane dan Danka menggunakan 【Dimensional Step】 untuk mencegah armorku membuat suara tak perlu.


Kami menuruni tangga dari lantai kedua menuju ke halaman taman lantai pertama.


Susunan meja-meja dan kursi-kursi memberikan kesan halaman ini seperti sebuah kedai, faktanya bahkan terdapat beberapa pria jahat terduduk di sana. Untungnya mereka masih belum melihat kami.


Setelah Ariane memberikan sinyal “mundur”, kami perlahan kembali ke lantai kedua.


“Seperti yang diduga, tak mungkin kita mencapai ruang bawah tanah dari sini tanpa ketahuan. Aku akan mengurusi mereka yang ada di lantai pertama, sedangkan kalian berdua berurusan dengan bala bantuan yang datang dari lantai kedua.”


Baik aku dan Danka mengangguk pada instruksinya, dan Ariane menghunuskan pedangnya dan berfokus pada tangga menuju lantai pertama.


Lalu dia melompat dengan cepat.


Dari atas tangga, dia melompat dengan pedang di tangannya; pria-pria yang bergerombol di sana terkejut dengan keadaan ini.


『─Menarilah bersama pedangku, api─ 』


Setelah dia merapalkan mantra tersebut dengan suara pelan, api mulai menyelimuti bilah pedangnya. Pria yang ia tebas dengan pedang yang diselimuti api tersebut, tak hanya mengucurkan darah, namun juga tubuhnya diselimuti oleh api hingga sekujur tubuh dan bajunya terbakar.


“Gyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!”


Saat jeritan kematian pria tersebut mengisi seisi halaman, suara dari aktivitas di ruangan lainnya di lantai pertama dan kedua sisi di lantai kedua dapat terdengar.


Sembari tubuhnya terbakar oleh api, pria tersebut dengan lihat menggeliat di antara meja dan kursi-kursi. Beberapa pria di dekatnya mencoba memadamkan api pria yang terbakar, namun Ariane langsung menyerang mereka dengan pedang api dan membuat apinya berkobar lebih besar.


Danka keluar dari salah satu ruangan di lantai kedua dan mulai membunuh pria yang mencoba untuk mencapai lantai pertama, dengan sebuah pedang yang diselimuti dengan cahaya. Dari sini tindakannya terlihat seperti sebuah dansa yang tak ada pasangan yang dapat mengimbanginya.


Kupikir para elf adalah sekelompok orang yang berkeahlian dalam hal sihir, namun setelah melihat permainan pedang mereka, kurasa aku harus membenahi asumsi tersebut.


Karena pria yang datang dari ruangan di belakang sana dapat melihat apa yang tengah terjadi, mereka mencoba untuk membokongi Danka, namun kutembak mereka satu per satu dengan 【Rock Bullet】. Batu dengan ukuran sekepalan tangan tak hanya melubangi pria tersebut namun juga melubangi dinding di belakangnya.


Para penjaga yang mendengarnya dari luar dapat bergabung dalam pertarungan ini kapanpun.


Menggunakan 【Dimensional Step】, aku berpindah ke depan pintu depan dan menurunkan penahan besar di pintu tersebut untuk mencegah seseorang masuk atau keluar. Tak ada satupun orang di sini yang akan keluar hidup-hidup.


“Kau sialaaaaaannn!!!”


Seorang pria mencoba untuk meningkatkan moral dari kelompok yang menyerangku dari belakang. Saat dia berada dalam jarak serang, aku perlahan memukulnya dengan tenang.


Aku merasakan tengkorak pria tersebut retak sebelum dia terhempas, setelah itu melalui sebuah meja dan kursi benturan dengan dinding membuatnya tak bisa berkutik.


Kemampuan fisik dari sesosok tubuh berlevel 255 mestinya sedikit terlalu dewa untuk musuh semacamnya.


Tiba-tiba, sebuah dinding api besar muncul dari sana. Kurasa seorang pria yang terbakar oleh pedang Ariane mungkin berlari menuju dapur. Kemungkinan beberapa minyak penggorengan ikut terbakar.


Walau gedung ini terbuat dari batu, namun gedungnya berisikan dengan barang-barang mudah terbakar. Sebarisan api mulai muncul dari mana-mana.


“Kyu~n......”


Ponta, yang sedari tadi berada di atas kepalaku, meringkukkan tubuhnya di sekitar leherku dan menekuk telinganya ke bawah karena dia tak menyukai api.


Ini seperti aku tengah mengenakan sebuah syal bulu di depan sebuah kobaran api besar.


Melihat sekeliling, kulihat lantai kedua telah selesai dibereskan dilihat dari Danka yang telah menuju ke lantai pertama. Ariane telah menghapus api dari pedangnya dan mencari sesuatu.


Aku bisa mendengar seseorang mengetuk pintu depan yang besar dan dengan lemah membuat sebuah teriakan. Pintu itu kelihatannya lebih tebal dan berat dari yang kuduga, dan berpasangan dengan penahan yang terpasang dengan kuat berarti tak ada satupun orang yang dapat masuk dengan mudah.


“Di sini ada tangga menuju ruang bawah tanah!”


Sembari apinya menyebar ke seisi lantai pertama, aku melihat ke arah Danka memanggilku dan melihat sebuah tangga batu yang mengarah ke ruang bawah tanah, yang mana tersembunyi di belakang tangga utama.


Mengerutkan dari karena temperatur yang naik karena api, Ariane melepaskan tudung jubahnya dan memberikan sebuah isyarat bisu “ikuti aku” sebelum pergi menuruni tangga yang suram itu.


Danka dengan cepat mengikutinya dari belakang, dan aku berada paling belakang.


“Persetan!!? Gyuaa!!!!”


Jeritan dari seorang pria dan bunyi dari benturan logam menyadarkanku bahwa di bawah sana tengah terjadi pertempuran saat ku tengah menuruni tangga.


“Sial!! Mengapa kau bisa ada di tempat ini!! Apa yang orang-orang di atas sana lakukan!!!”


Aku mendengar suara dari sesuatu yang terjatuh ke lantai, dan saat aku sampai semuanya telah berakhir.


Ruang bawah tanahnya tak kuduga sangat luas, dan dinding-dindingnya berisikan dengan jajaran pintu sel. Bau dari darah ketiga pria yang tumbang bercampur dengan bau tanah dari ruang bawah tanah sungguh sebuah bau yang menjijikkan.


Sembari ternoda oleh darah, Ariane mendekati salah satu pria yang tumbang dan mengambil sebuah cincin kunci logam dari pinggangnya sebelum berlari menuju salah satu sel.


“Aku Ariane Glenys Maple! Aku di sini untuk menyelamatkanmu!!”


Ketika Ariane mengenalkan dirinya, sesuatu menghantam pintu selnya seperti sebuah bata dan membuat sebuah suara 「Klang」yang menggema.


“Bohong!? Pejuang dari Maple datang kemari untuk menolong kami!?”


Dilihat dari tampang gadis yang berada di balik pintu sel yang berteriak karena terkejut dan gembira ia berusia sekitar 17 tahun, dan gadis yang muncul di belakangnya bahkan terlihat lebih muda daripadanya.


Mereka semua mengenakan kalung logam yang sama dengan yang dipakai anak-anak di hutan kemarin.


Dengan cepat Ariane memasukkan kunci demi kunci ke lubang kunci mencari kunci yang benar. Tak lama kemudian, aku mendengar suara dari kunci yang terbuka dan gadis tersebut langsung keluar dari selnya, gadis satunya juga terbebaskan setelahnya.


Sembari gadis-gadis tersebut memberikan ungkapan terima kasih mereka pada Ariane, aku menyadari bahwa apinya telah mencapai puncak tangga batu itu. Pelepasan 『Magic eating collar』nya harus ditunda dulu, kami tak punya waktu untuk berlama-lama di sini.


“Ariane-dono, lantai pertamanya telah dilahap oleh si jago merah. Kita harus bergegas.”


Ketika gadis-gadis tersebut mendengar suaraku, sejumlah jeritan mereka suarakan dan mereka semua bersembunyi di belakang Ariane.


Karena tubuhku tengah diselimuti oleh sebuah jubah hitam dan wajahku tertutupi oleh helm, kesan pertama yang mereka terima tentu saja menakutkan.


“Tak apa-apa, pria ini adalah seorang pembantu yang kurekrut. Apakah yang tertangkap sudah dibebaskan semua?”


Gadis-gadis tersebut sedikit tersenyum sebelum mengangguk bergantian menjawab pertanyaannya.


“Arc, urusan kita di sini telah selesai.”

“Baiklah. Aku akan memindahkan kita ke luar kota dalam sekejap!”


Aku berjalan mendekati sekelompok empat gadis yang mengelilingi Ariane, dan aku mengaktifkan sihirnya ketika aku sudah yakin Danka telah masuk dalam jarak.


“【Transfer Gate】!”


Ruang bawah tanah yang gelap disinari oleh cahaya dari lingkaran sihir yang muncul di bawah kaki kami.


Keempat gadis tersebut memasang ekspresi yang berbeda-beda sembari mereka memeluk Ariane saat sensasi melayang dari fenomena sihirnya terjadi.


Arus dari sungai dapat terdengar dan bahkan bayangan dari jembatan lengkung enam dapat terlihat. Di sisi seberang jembatan tersebut, tembok kota Diento dapat terlihat.


Gadis-gadis yang mengelilingi Ariane memandang sekitar dengan tampang takjub karena mereka tak mengerti apa yang baru saja terjadi dengan cepat.


Berbarengan dengan suara dari arus sungai dan angin yang berhembus menyisir rerumputan, suara bernada tinggi dari sebuah lonceng dapat terdengar dari arah kota. Itu adalah lonceng penanda untuk menginformasikan warga tentang adanya kebakaran.


Aku dapat melihat kepulan asap yang melangit dan sebuah sinar merah redup dari sisi lain dari tembok kota.


Itu adalah sebuah pemandangan yang semua orang di kota ini bisa lihat......




Mundur ke Bab 18 Kembali ke Halaman Utama Teruskan ke Bab 20