Skeleton Knight Going Out to the Parallel Universe (Indonesia): Jilid 1 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

「Sebuah Serangan Kejutan Tidaklah Pengecut」 - Bagian 2


Bagiku, jalur yang searah dengan tepi sungai tak terasa seperti jalan sebenarnya. Hanya saja tanahnya datar, dan satu-satunya yang menandainya sebagai jalan adalah sebuah jejak roda kereta kuda. Aku mengikuti arus sungai menggunakan 【Dimensional step】.


Hingga aku melihat sebuah kereta kuda yang berhenti di depanku.


Akhirnya aku dapat bertemu dengan penduduk dunia ini, tapi ada sesuatu yang salah.


Untuk menyelidikinya, aku bergerak ke lokasi di dekatnya, dan memeriksa kereta kuda tersebut. Seorang pria bertubuh besar terlihat tengah menusukkan pedangnya ke arah seorang pengawal. Di tanah, tergeletak mayat dari lima pengawal lainnya. Orang yang berada di hadapan bandit itu tumbang, hanya ada enam bandit dan dua wanita yang tersisa. Dilihat dari manapun, kejadian ini semakin aneh.


Jikalau aku ingin menyelamatkan kedua wanita tersebut, aku harus mengurus keenam bandit yang takkan ragu untuk membunuh. Akan tetapi, jika aku keluar dan berkata “Hentikan, kalian semua” tak akan menyelesaikan apapun.


Jika ini adalah game, maka perlengkapan kuatku akan membuatku aman saja jika kutantang mereka. Tapi dalam kenyataan, hasil akhirnya bisa saja berubah melalui kesempatan.


Hanya ada satu strategi yang pasti bisa membuatku menang, aku harus melancarkan sebuah serangan kejutan. Semuanya akan bergantung dari berapa banyak yang bisa kutumbangkan dari tindakan awalku. Akan tetapi, kemungkinannya akan sangat berpihak padaku dengan rencana ini. Lagi pula aku bisa saja menggunakan 【Dimensional step】 jika seranganku gagal. Pertama, aku harus membunuh orang yang terlihat paling kuat. Dalam pandanganku, orang yang kini kuincar telah melepaskan celananya dan mengumbar bokong menjijikkannya.


Kuhunuskan pedangku dari sarungnya, senjata tingkat mistik, 【Holy Thunder Sword】 kini siap untuk melepaskan sedikit kekuatannya yang sanggup menumbangkan pohon dengan sekali tebas. Oke, aku siap.


Langsung saja, aku telah berada di belakang para bandit dengan menggunakan sihir perpindahan.


‒‒Kalau kalian menanyakan hasilnya, serangan kejutan ini berbuah sangat manis. Lebih tepatnya, kemenangan telak.


Bahkan sebelum mereka bereaksi, empat orang telah kulumpuhkan. Dan dua yang melarikan diri dapat kuurus dengan cepat.


Lagian sejak awal aku tak bermaksud membiarkan satu pun bandit kabur. Layaknya aku telah memasuki keadaan bertempur, ketika aku melihat seseorang mencoba untuk kabur, tubuhku langsung bergerak dengan cepat. Menunjukkan punggungmu kepada seorang predator adalah dosa bagimu, ketika mencoba untuk kabur dari mereka. Itulah mengapa aku menggunakan 【Flying Dragon slash】 untuk melancarkan serangan terakhirnya...... Meskipun kulakukan ini untuk menyelamatkan para wanita itu, aku tak merasakan apapun saat membunuh. Aku penasaran apakah ini efek mental? Aku mulai melihat ke sekeliling, saat aku merasakan ragu bahwa sesuatu telah terlewatkan.


‒‒Yah, walau aku memikirkannya sekarang, sepertinya aku takkan menemukan jawabannya......


Yang lebih penting, karena ancaman para bandit telah terselesaikan, mungkin aku bisa membuat para wanita ini untuk menuntunku ke kota terdekat.


Untun dua wanita ini, aku sedikit bingung bagaimana aku harus terlihat di depan mereka. Aku mencoba untuk menenangkan mereka dengan berkata.


“Apa kalian baik-baik saja?”


Aku memanggil kedua wanita tersebut, berbicara dengan nada normal, layaknya aku adalah seorang pengembara biasa.


Nada ini sangat cocok ketika aku bermain game.


Ini adalah sikap dasar saat bermain, meskipun biasanya aku mengetik pada keyboard terlebih dulu sebelum berbicara. Bahkan meskipun kami tak berakting, kebanyakan orang paling tidak akan melakukannya....... kurasa begitu.


Omong-omong, latar belakang karakterku di sini adalah seorang warrior, dan aku mempunyai kecakapan sebagai seorang holy knight. Sebuah kutukan telah merubahku menjadi seorang skeleton, maka dari itu aku berkelana untuk mencari cara menyembuhkannya. Aku adalah seorang warrior yang baik di awal 40 tahunan... itulah latar belakang yang telah kusiapkan jika ditanyai.


Salah satu wanita tersebut masih seorang gadis, dan memiliki rambut berwarna kemerahan. Dia duduk tercengang di sana, bermandikan darah para bandit. Sungguh, sangat menyedihkan......


Wanita lainnya adalah seorang berumur 20an dan mengenakan sisa-sisa seragam pelayan. Dia memiliki rambut ikal pendek berwarna merah, dan menatapku dengan mata cokelatnya yang tajam. Bajunya rusak parah di sekitar dadanya sembari dia mencoba untuk menutupi payudaranya dengan tangannya. Tak banyak darah korban yang menodainya.


“Kalian harus membasuh tubuh kalian di sungai. Aku akan membereskan sisanya saat kalian membasuh tubuh kalian.”

“I-iya, terima kasih banyak. Saya akan menuntun Ojou-sama ke sana.”


Menuruti perintahku, pelayan berambut merah tersebut masuk ke dalam kereta dan mengambil beberapa pakaian, lalu dia menutupi si gadis, yang ia sebut Ojou-sama, dengan sebuah kain dan menuntunnya ke tepi sungai.


Lalu aku melihat sekeliling lagi.


Keseluruhan, di sini terdapat 6 tubuh bandit, dan 7 pengawal. Sebuah kejadian yang mengerikan. Ini seperti menonton sebuah adegan kecelakaan mengerikan dari sebuah drama TV luar negeri. Juga ada 12 kuda, tak termasuk dengan yang terikat dengan kereta kuda. Dilihat dari pelana dan perlengkapan lain pada kudanya, 6 dari mereka kelihatannya milik para bandit.


Sebuah kuda pada masa seperti ini pasti sangat mahal. Pastinya semahal sebuah mobil modern. Menjual keenam kuda yang dimiliki oleh para bandit pasti sudah bisa menutupi biaya perjalananku. Apakah aku juga bisa mendapat uang dari menjual senjata mereka? Senjatanya pasti juga cukup berharga, secara benda-benda tersebut pada dasarnya adalah logam.


Kuputuskan untuk membuang armor kulit yang kelihatannya tak terlalu berharga, lagian kebanyakan mereka ternoda oleh darah.


Aku merogoh salah satu tubuh bandit untuk beberapa saat. Sesuatu seperti sebuah kantung kulit terikat di pinggangnya. Aku lepaskan ikatannya untuk memastikan isinya, 4 keping perak berukuran sekitar koin 100 yen, dan 15 keping dengan beragam warna berukuran sekitar koin 15 yen. Sebuah tanda yang sama juga tergambar di benda-benda tersebut.


Sepertinya ini adalah uang yang digunakan di sini. Koin perak dan perunggu? Membandingkannya dengan koin yang kalian lihat di Jepang, membuatku tak bisa berkata-kata. Jadi inilah yang disebut harta kekayaan.


Setelah beberapa saat, aku yakin aku telah mengambil semua barang berharga milik para bandit.


Setengah tubuh bagian bawah si bos yang mengambang dalam kubangan, punya 6 keping emas yang berukuran koin 1 yen. Kemungkinan ini adalah koin emas, meskipun kecil, namun cukup berat.


Dari semua bandit, aku mendapatkan 6 emas, 31 perak, dan 67 perunggu. Mungkin ini angka yang cukup kecil, tapi aku tak bisa menganggap seperti itu tanpa mengetahui harga sesuatu.


Di sini terdapat 6 pedang, 1 senjata seperti gada, dan 3 belati.


Senjata-senjata tersebut kukumpulkan ke dalam sebuah kantung yang kutemukan di salah satu kuda milik bandit. Mayat para bandit kutumpuk di pinggir jalan. Apakah aku sudah terbiasa dengan kejadian ini dari adegan drama luar negeri yang kutonton? Saat kusadari perbedaan sifatku ini, aku merenungkannya.


Kulancarkan 【Flame】 ke arah tumpukan mayat. Melalui tanganku seperti pelontar api, sebuah pancaran api menghanguskan tumpukan mayat bandit.


Saat mereka menjadi abu, mereka akan berguna untuk tanaman sebagai pupuk.


Tiba-tiba aku melihat, sebuah perunggu terjatuh di dekat kobaran api.


Aku mengambilnya dan melemparkannya ke dalam kobaran api, aku tak tahu apakah di sini ada peri dari sungai Styx atau tidak, tapi setidaknya salah satu dari mereka mestinya bisa menyeberangi sungainya sekarang.


Saat kulihat kobaran api dan asap yang terbang ke ada, dua wanita tersebut kembali.


Ojou-sama berambut cokelat itu segera kembali ke dalam kereta, akan tetapi, raut mukanya terlihat membaik. Si pelayan mengeluarkan sebuah tas kulit yang terikat di belakang kereta dan mengambil beberapa pasang kain dari sana.


“Tubuh para bandit telah aku kremasi, apakah kau ingin aku melakukannya pada para pengawal juga?”


Aku menanyakannya tentang perlakuan terhadap mayat-mayat tersebut. Dia terdiam sejenak, dan memikirkannya.


“Tubuh mereka akan dibawa pulang nanti oleh prajurit lainnya. Hanya senjata dan kuda-kuda yang akan dibawa pulang, terima kasih telah mengurusnya.” Jawabnya, menunduk dengan sopan.

“Baiklah.”


Aku menjawab dengan sebuah jawaban singkat, dan mulai memindahkan tubuh-tubuh itu.


Si pelayan menaiki keretanya dengan baju gantinya, dan menarik gordennya.


Kutemukan kantung lainnya, kutaruh senjata para pengawal ke dalamnya, dan menaruhnya di belakang kereta.


Lalu kuikatkan kuda-kuda para pengawal ke kereta kuda, dengan beberapa tali milik bandit yang kutemukan.


Sedang untuk kuda milik para bandit, lima dari mereka kuikatkan ke salah satu yang terlihat paling kuat. Sekarang pasti akan sulit bagi mereka untuk kabur, dan aku bisa membawa kuda-kuda ini ke kota dengan menarik ikatannya.


Kuda yang kutumpangi terlihat sedikit terganggu dengan bobot body armorku...


Setelah beberapa saat, si pelayan muncul dengan bajunya yang sudah diganti.


“Hari ini Anda telah menyelamatkan kami dari situasi yang berbahaya, kami benar-benar berterima kasih.”


Di pelayan itu perlahan menyilangkan tangannya, dan membungkuk dengan dalam.


“Kebetulan aku sedang lewat di dekat sini. Tuntun aku ke kota terdekat dan kita impas.”


Aku merasa sedikit bersalah telah memanfaatkannya seperti itu, tapi perjalanan ke kota kini telah menjadi tujuan yang kami sepakati.


“Terima kasih banyak!”


Si pelayan, tanpa menyadari maksudku, memasang wajah senang, sembari dia berterima kasih lagi kepadaku dan menaiki kursi kusir kereta kudanya.


Saat kereta tersebut mulai bergerak perlahan, aku menumpangi kudaku di sampingnya. Kuda-kuda lainnya kutarik dengan tali, dan perlahan mengikuti dari belakang.


Mundur ke Bab 2 Kembali ke Halaman Utama Teruskan ke Bab 4