Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid4 Bab05

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 5



"..."

Ku tak tahu harus berkata apa. Sekarang Nagato berpaling ke Asahina-san (versi dewasa),

"Biarkan saya memberimu koordinat ruang-waktu targetnya."

"Oh, tentu."

Asahina-san (besar) menjulurkan tangannya seperti anjing setia yang ingin berjabat tangan dengan tuannya.

"Silahkan..."

Nagato menepuk lembut jarinya ke punggung tangan Asahina-san (besar), lalu menarik tangannya kembali... Gitu aja? Walau Asahina-san (besar) terlihat puas.

"Saya ngerti sekarang, Nagato-san. Yang perlu kami lakukan hanyalah pergi dan memperbaiki 'dia', kan? Ga bakal terlalu sulit, karena 'dia' ga akan punya kekuatan saat itu..."

Si penjelajah waktu terlihat yakin saat dia mengepalkan tangannya, si alien lalu berkata,

"tunggu sebentar."

Tidak mengenakan kacamata, Nagato berkata,

"Dalam keadaan seperti ini, kalian pun akan hanyut ke dalam perubahan rangkaian ruang-waktu. Langkah preventif perlu dilakukan."

Lalu dia menjulurkan tangannya.

"Tanganmu."

Buat apa? Apa dia pengen jabat tangan? Dengan patuh kujulurkan tangan kananku. Jari tangan sedingin es Nagato menggenggam pergelangan tanganku, membuat jantungku berdetak cepat sebentar.

"..."

Tiba-tiba Nagato menggerakkan muka kelamnya ke tanganku.

"Whoa!"

Aku reflek berteriak. Reaksi yang tak terhindarkan, kukira. Berlutut, Nagato bukan hanya menyentuh lembut pergelangan tanganku dengan bibirnya, dia bahkan memperlihatkan giginya. Seperti waktu membuat film, ketika dia terus menyerang Asahina-san dan menggigitnya.

Tidak sakit, sebenarnya. Terasa seperti gigitan lembut tak berbahaya yang Shamisen lakukan setiap kali aku mengelus-elusnya. Walau gigi taring yang masuk ke kulitku terasa sedikit tertusuk, seperti ditusuk sesuatu tapi sama sekali tak sakit. Mungkin karena air liur Nagato mengandung semacam anestesi untuk mengebaskan rasa sakit. Lebih seperti digigit nyamuk.

Berlutut, Nagato bukan hanya menyentuh lembut pergelangan tanganku dengan bibirnya, dia bahkan memperlihatkan giginya.

Setelah menggigit tanganku selama lima sampai sepuluh detik, pelan-pelan Nagato mengangkat kepalanya.

"Permukaan tubuhmu sudah diselimuti oleh pelindung memanipulasi-data tak kasatmata dan perisai proteksi,"

Kata Nagato tanpa malu-malu sedikit pun. Di lain pihak, menangkupkan mulutnya dengan kedua tangannya, Asahina-san (besar) terlihat lebih ke kagum. Aku merasa sedikit kebal dan melihat pergelangan tanganku. Disana ada dua lubang kecil seperti gigitan vampir. Sewaktu aku melihatnya, dua lubang kecil itu mulai sembuh dan menghilang tanpa bekas. Seperti Asahina-san waktu membuat film, tubuhku juga disuntik dengan nano-mesin Nagato.

"Kau juga."

Dibawah permintaan Nagato, Asahina-san yang ketakutan menjulurkan tangannya.

"...Sudah lama sekali ya sejak kamu menyuntik saya. Pastinya kamu kerepotan banget ya, waktu itu..."

"Ini pertama kalinya saya memberimu suntikan."

"Oh, iya, ya. Saya lupa..."

Menutup matanya rapat-rapat, si penjelajah waktu menjulurkan pergelangan tangannya dan menerima ciuman baptis alien itu. Waktu suntikan nano-mesinnya lebih sebentar dariku. Setelah selesai, dia mulai berdeham.

"Sip, pergi yuk. Kyon-kun, yang beneran mulai dari sekarang."

Iya gitu? Pemanasan kali ini terasa lama kali! Sekali lagi, aku hanya berusaha sebaik-baiknya untuk menarasikan cerita ini ke semua orang, walaupun aku tak ingin melakukannya.

"Makasih."

Aku berusaha tetap tenang sewaktu berterimakasih pada nona rumah apartemen ini. Si pendiam Nagato tetap tak merespon. Aku tidak bisa menemukan bentuk kesadaran dari ekspresinya. Namun untuk beberapa alasan, aku merasa Nagato, yang berdiri tegak, merasa sangat kesepian. Apa itu karena dia kesepian saat aku berspekulasi?

"Nagato, ntar kita ketemuan lagi ya. Sebelum Haruhi dan aku datang, pastiin kamu nunggu kami di ruang Klub Sastra."

Seperti boneka yang disusupi kehidupan, makhluk organik buatan alien menganggukkan kepalanya seperti mesin.

"Akan kutunggu."

Kalimat seperti itu cukup untuk membakar api misterius dalam hatiku. Walau hanya seterang puntung rokok yang seseorang lupa untuk mematikannya. Sewaktu aku mencari-cari apa percikan itu, Asahina-san (besar) lalu berkata,

"Cuma buat nyegah kamu jadi ga nyaman."

Dia menggenggam pundakku erat-erat.

"Bisa kau tutup matamu?"

Kuikuti seperti yang telah diinstruksikannya. Asahina-san (besar) sepertinya berdiri tepat di depanku, menggenggam tanganku.

"Kyon-kun."

Suara lembut ini terdengar terlalu menyenangkan. Apa dia pengen nyium gue?

"Siap siap."

Silahkan, Kamu bisa nyium aku sebanyak yang kamu mau, makin bergairah makin bagus. Tepat ketika aku memikirkan ini...

Pusing dramatis itu telah dimulai. Tindakan tepat kututup mataku. Kalaupun kubuka, paling gelap gulita seperti waktu listrik mati. Sekarang aku merasa duduk di roller coaster dengan sabuk pengaman terbuka; tidak pasti apakah darah di tubuhku sudah keluar dari tubuhku atau menjalar ke otakku. Rasa melayang tak-berberat berlanjut. Walaupun sudah kututup mataku, aku masih merasa pusing. Bukti aku tidak kehilangan kesadaran semua berkat rasa hangat dari tangan Asahina-san.

Sudah berapa menit ya? Ato jangan-jangan udah berjam-jam? Aku kehilangan rasa sadar akan waktu dan ruang. Gue ga tahan lebih lama lagi. Asahina-san, kayaknya aku pengen muntah...

Sewaktu aku tanpa malu mencari sesuatu untuk kumuntahi...

"Mmm... Kita sudah sampai."

Sensasi yang lama hilang yaitu kakiku berdiri di tanah keras sudah kembali. Rasa dingin tanah menembus kaus kakiku dan kedalam tubuhku. Rasa gravitasiku pun kembali. Seperti ilusi, rasa ingin muntah pun tiba-tiba menghilang.

"Sekarang kamu boleh buka mata. Syukurlah, ini tempat yang Nagato-san kasih tau... Dan waktunya juga."

Kuangkat kepalaku dan melihat kelipan langit malam penuh kumpulan rasi bintang musim dingin. Karena udaranya lebih bersih, bintang-bintang lebih terlihat jelas daripada waktu musim panas. Kuputar badanku dan langsung mengenali atap komplek SMA North nampak diatas perumahan.

Kulihat sekitarku, mencoba mengkonfirmasi dimana aku sekarang. Walau gelap, aku tak bisa salah. Tadinya aku berdiri disini beberapa jam lalu. Aku masih bisa ingat Haruhi dengan kuncir kudanya dan juga Koizumi yang mengenakan seragam olahragaku.

Ini tempat Haruhi dan Koizumi ganti baju. Mestinya sih kebetulan, kayaknya!

Terus sekarang, jam berapa?

Melihat jamnya, Asahina-san (besar) memberitahuku,

"Sekarang jam empat empat-delapan pagi tanggal 18 Desember. Lima menit lagi, dunia akan berubah."

Pas gue mencet tombol "Enter" tanggal 20 dan lompat tiga tahun kebelakang, tanggal 18 berarti dua hari lalu. Di hari itu, gue pergi ke sekolah kayak biasanya, ga nyadar sama apa yang bakalan terjadi, dan bikin hiruk-pikuk abisnya ngeliat SMA North yang seluruhnya berubah. Haruhi tiba-tiba aja ngilang, sementara Asakura muncul lagi; dan Asahina-san ga kenal sama gue, sementara Nagato bener-bener jadi orang lain.

Semuanya dimulai disini, sekarang gue ada di periode waktu dimana konversinya mulai berdampak. Dengan kata lain, gue juga bisa nyegah itu terjadi, dan makanya gue berdiri disini sekarang.

Tepat ketika aku mulai semangat oleh keadaan tegang yang mau datang......

"Oh ya ampun! Kita lupa bawa sepatu!"

Asahina-san berseru renyah.

Karena kami lompat dari dalam ruangan, sudah pasti kami tidak mengenakan sepatu apapun. Seperti yang sudah diduga dari Asahina-san, bahkan lintasan waktu pun tidak akan menghilangkan kecerobohannya.

"Nagato-san bakal ngejagain sepatunya ga ya?"

Kegelisahannya sedikit melegakan kegugupanku. Aku yakin bakal dijagain sama dia. Lagian, dia bisa ngejaga tanzaku sampe tiga tahun. Jadi dia ga bakalan segampang itu ngilangin sepatu. Kapanpun kamu bisa ke apartemennya dan ngecek rak sepatunya......

Tepat ketika aku berpikir tenang soal ini, sensasi seperti setruman listrik menjalar di tubuhku tiba-tiba.

Itu karena aku tidak pakai sepatu, apa lagi melompat dari musim panas ke musim dingin membeku, jadi dinginnya semakin menusuk. Aku langsung berpikir untuk memakai kembali jaket yang kubawa di lenganku; ketika itu pula aku sadar Asahina-san bergemeletuk kedinginan dan membungkus tubuhnya dengan lengannya. Yah, cuma pake blus lengan-panjang dan rok-mini ketat di temperatur rendah kayak gini, tentu aja bakalan normal kalo dia kedinginan banget.

"Nih, pake,"

Kutaruh jaketku di pundak menggigilnya. Bahkan aku sendiri pun senang akan tindakan ksatriaku.

"Oh, makasi. Sori ya ngerepotin."

Ga perlu minta maaf, bukan masalah kok. Kalo kamu ga nunggu aku tiga tahun lalu, aku ga bakalan bisa kembali ke sini. Cuma begini doang dah cukup, kalaupun itu berarti aku harus ngelepas semua bajuku buat kamu.

Asahina-san (besar) memberiku senyuman, sebuah kombinasi sempurna antara keseksian dan keimutan, dan akan melemaskan kaki lebih dari setengah penonton yang melihatnya, lalu berkata serius,

"Hampir waktunya."

Mungkin bagus juga kami lupa pakai sepatu, karena kami tidak bersuara waktu berjalan. Walaupun begitu, Asahina-san (besar) dan aku masih tidak berani bernafas keras-keras ketika kami berjalan di gang kecil menuju gerbang masuk SMA North. Kami berhenti di belokan dan seperti pemburu mengikuti buruannya, kami hanya menyembulkan kepala kami dan melihat pada jalan gelap di depan.

Tidak banyak lampu jalan di daerah ini, tapi ada satu tepat di luar gerbang. Hanya area di bawah lampu yang tersinari. Walau cahayanya redup, siapapun masih bisa melihat siapa saja yang berdiri di bawah lampu itu.

"Dia datang......"

Tangan hangat mendarat di pundakku. Aku bisa merasakan ketegangan Asahina-san (besar) namun nafas manis bertiup di telingaku. Biasanya sih, aku bakal terpesona, tapi sekarang bukan waktunya.

Si perubah ruang-waktu timbul dari bayangan dan ke cahaya di bawah lampu.

Seragam SMA North. Dia adalah orang yang Nagato sebutkan. "Orang itu" adalah si pelaku yang merubah dunia kami, memisahkan anggota Brigade SOS dan merubah semua orang jadi manusia normal. Hanya ingatanku yang tak berubah, sementara ingatan dan sejarah semua orang dan segala hal lainnya benar-benar berubah.

Sekarang, "orang itu" mulai melakukan aksinya.



Jangan terburu-buru dulu, aku harus menunggu sampai semuanya berubah. Itulah saran yang Nagato berikan padaku. Aku musti menunggu sampai orang itu sudah merubah dunia seluruhnya sebelum kusuntikkan Program Pemulihan. Kalau tidak, sejarah saat aku mengaktivasi Program Keluar takkan pernah terjadi. Aku tidak begitu mengerti apa maksud Nagato, tapi sepertinya Nagato dan Asahina-san (besar) lumayan tegas soal itu. Mereka pastinya sangat mengenal dengan aliran waktu, orang sepertiku takkan mengerti. Karena aku takkan bisa mengerti, mungkin sebaiknya aku mengikuti saran profesional saja. Nagato itu tidak akan pernah berbohong, dia selalu berdiri di samping kami dengan tatapan serius di wajahnya......

Kugenggam erat pistol jarum-pendek yang Nagato berikan padaku dan menunggu dengan diam.

Berjalan dengan langkah biasa, "orang itu" tiba di depan gerbang SMA North. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat komplek sekolah yang diselimuti kegelapan dan berhenti.

Rok seragam sekolahnya berkibar ditiup angin.

Dia sepertinya tidak menyadari ada kita. Berkat nano-mesin yang Nagato suntikan kepada kami, membuat tabir tak kasatmata dan perisai proteksi di permukaan tubuh kami.

"Orang itu" tiba-tiba mengangkat satu lengannya dan membuat gerakan seolah-olah mengambil sesuatu di udara. Tidak terlihat natural, dia sepertinya dikontrol sesuatu, tapi aku tahu bukan itu masalahnya.

"Hebat..." Seru Asahina-san, "Itu gempa-waktu yang luar biasa. Dia benar-benar punya kekuatan itu... Sulit dipercaya,"

Bahkan dengan mata kepalaku sendiri, aku tidak melihat ada sesuatu berubah. Langit malam masih gelap. Namun Asahina-san (besar) sepertinya menyaksikan orang itu menggunakan suatu cara untuk membuat perubahan besar sejarah dunia ini. Dia toh dari masa depan, jadi tak aneh kalau dia bisa lihat itu.

Asahina-san (besar) bersandar erat padaku. Seharusnya, kami juga bakal terseret dengan perubahan dunia "orang itu", tapi kami terlindungi karena Nagato menggigit kami. Nagato dan Asahina-san (besar) memang sangat membantu, sepertinya rangkaian aksi yang kulakukan sudah benar. Apa yang akan dilakukan selanjutnya adalah tindakan yang akan menyelesaikan masalah ini, aku tidak boleh bikin kacau di rintangan terakhir.

Kutahan nafasku ketika melihat orang itu menurunkan lengannya dan tiba-tiba memutarkan kepalanya ke arah kami. Pertama kupikir dia menemukan kami mengintipnya, tapi ternyata dia hanya melihat sekitar.

"Tenang aja, dia ga nemu kita kok. Sekarang ini dia sudah 'dilahirkan kembali'. Gempa-waktu... Pengubahan dunia sudah selesai. Kyon-kun, giliran kita bergerak sekarang."

Kata Asahina-san (besar) dengan kaku dan nada serius dan memberiku tanda.

Aku timbul dari kegelapan dan bergerak ke arah gerbang sekolah. Tidak perlu buru-buru, toh dia takkan kabur. Sudah kuduga, ketika "orang itu" menyadari aku berdiri di bawah lampu jalan, dia masih berdiri di depan gerbang sekolah. Perubahan yang ada hanyalah ekspresi wajahnya. Saat aku melihat wajah herannya, tiba-tiba aku merasa sedih.

"Yo, pa kabar,"

Aku memanggilnya. Seolah-olah menemui teman yang sudah lama tak kulihat, kudekati dia.

"Ini aku, kita ketemu lagi,"

Aku bisa menebak sedikit dari nada suara Asahina-san (besar). Dari orang-orang yang kukenal, selain Haruhi, hanya satu orang yang bisa membuatnya tidak nyaman. Coba pikir. Setelah tanggal 18, profil rahasia pribadi anggota Brigade SOS tiba-tiba menghilang. Namun semua kepribadian mereka tetap sama, semua kecuali satu, yang tindakannya, ekspresinya, dan perangainya berubah seluruhnya.

Dibawah langit malam, mengenakan seragam SMA North, sosok mungil berdiri disana tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia sepertinya tidak mengerti kenapa dia disini, seperti seseorang yang sakit tidur-berjalan yang tiba-tiba bangun dan mulai melihat sekitar...

"Nagato,"

Kataku,

"Semua ini perbuatanmu, ya?"


dia adalah Nagato Yuki setelah tanggal 18, Nagato Yuki ini hanyalah anggota terakhir Klub Sastra, dia bukan alien ataupun entitas misterius apalah itu, hanya seorang kutubuku yang sangat pemalu.

Nagato sekarang terlihat lebih keheranan, tidak mengerti apa yang sedang terjadi,

"...Ngapain...ngapain...kamu disini?"

"Baru aja aku pengen tanya itu ke kamu, kamu sendiri kenapa disini?"

"...Jalan-jalan,"

Kata Nagato gelisah sambil melebarkan matanya. Kacamata pada wajah gadis yang kulihat memantulkan cahaya lampu jalan. Aku melihat padanya dan berpikir,

Bukan, bukan kayak gitu kan, Nagato.

Gadis ini hanya merasa jenuh. Menghabiskan setiap harinya mengamati Haruhi, menyelamatkan nyawaku, dan mungkin melakukan pekerjaan lain tanpa kami ketahui - dia pasti sudah lelah dengan semua itu.

Beberapa waktu lalu di apartemen Nagato, dibawah ini adalah apa yang Nagato tiga tahun lalu katakan kepada kami:

"data error terakumulasi dalam memori databaseku, bug yang tercipta dari kejadian itu akan memicu reaksi anomali. kejadian ini tak bisa dihindari. Pada tanggal 18 Desember tiga tahun dari sekarang, aku akan merombak ulang dunia."

Dengan tenang dia melanjutkan,

"Tidak ada langkah 'pencegahan' yang bisa dilakukan, karena aku juga tidak tahu bagaimana error itu bisa terjadi."

Tapi gue tau

Alasan dibalik tindakan abnormal yang tak bisa nagato mengerti, dan data error yang dia akumulasikan itu.

Itu adalah hal paling dasar dari yang terdasar. Bahkan untuk AI yang dijalankan oleh program super cagih atau robot dari masa depan atau semacamnya sekalipun, setelah aktif beberapa lama, anomali akan terbentuk. Kamu ga bakalan bisa ngerti, tapi aku ngerti. Dan mungkin Haruhi juga ngerti.

Kulanjutkan mengamati ekspresi kesusahan Nagato dengan diam. Namun gadis dari Klub Sastra itu justru terlihat makin tak nyaman. Melihat bagaimana putus asanya dia, aku tak bisa apa-apa kecuali berteriak dalam hati, Nagato! Itu yang kita sebut emosi!

itu karena kamu tidak di disain untuk punya emosi sejak awal, karenanya reaksi yang di hasilkan pun lebih besar. Mungkin kamu ngerasa pengen nangis, atau teriak, atau ngamuk, atau cuman ngebentak, AKU GAK PEDULI LAGI! kan?

Tidak, kalaupun dia tidak berpikir demikian, apa yang dia lakukan bisa dipahami. Tindakannya bisa dimaafkan, karena toh aku juga punya sebagian tanggung jawab. Aku jadi terlalu bergantung padanya, terbiasa membiarkan Nagato mengurus semuanya. Aku selalu berpikir selama ada Nagato, aku tak perlu melakukan apapun. Aku bego banget ya, lebih idiot daripada Haruhi. Jadi aku tak punya hak untuk menyalahkannya.

Itulah kenapa Nagato - gadis ini, tiba-tiba ingin merubah dunia.

bug kau bilang?, error?

berisik, bukan semua itu.

Inilah yang Nagato inginkan - dunia normal kayak gini.


Sekarang aku mengerti pertanyaan yang menghantuiku beberapa hari ini.


Kenapa cuman aku yang tidak berubah?


Jawabannya mudah, itu karena gadis ini ingin membuatku memilih.

Dunia yang dirubah lebih bagus? atau yang original yang lebih bagus? Dengan skenario terbaik yang di buat nagato, keputusan terakhir tergantung padaku.

"Sial,"

apa yang sebenarnya aku pikirkan?

Kalau gue cuma pengen Brigade SOS, ya udah ga usah balik. Tinggal mulai dari awal di dunia yang baru. Haruhi dan Koizumi mungkin belajar di SMA lain, tapi itu ga bakalan jadi halangan berat. Kami anggap aja hobi diluar sekolah. Klub misterius ini bisa kumpul-kumpul seperti biasa di kafe . Disana, Haruhi bakalan ngasih ide konyol, sementara Koizumi bakalan menyeringai terus-terusan; Asahina-san bakalan kelihatan stress, dan gue bakalan berpaling dengan muka cemberut... Sebuah gambaran kejadian itu tiba-tiba mengambang di benakku. Nagato itu mungkin bakal keliatan kesusahan juga, tentu aja dia bakalan tetap diam sambil baca bukunya. Tapi tetap aja...

Bukan Brigade SOS yang kukenal. Nagato bukan alien, Asahina-san bukan penjelajah waktu dari masa depan, dan Koizumi hanya manusia normal, sementara Haruhi tidak memiliki kekuatan luar biasa. Hanya klub yang biasa, normal, dan menyenangkan.

Ga pa pa tuh kayak gitu? Bukannya lebih bagus tuh?

Gimana ya gue mikir pertama dulu? Apaan sih yang biasa gue bilang ke Haruhi si biang kerok melebihi batas akal sehat?

Repot banget.

Udah cukup!

Loe itu idiot ya!?

Bete gue ama loe!

"......"

Hatiku mulai sakit.

Aku sebenarnya hanyalah anak SMA biasa yang dipaksa terlibat situasi merepotkan, terus mengeluh ke Haruhi namun tetap hidup untuk menceritakan dongengnya. Itulah peran yang kumainkan selama ini.

Jadi sekarang,"Aku"! Ya, Kyon! Gue ngomong ke elo! Gue mesti nanya pertanyaan penting ke diri gue sendiri, jadi dengar baek-baek dan jawab gue. Ga usah nahan diri buat ngejawab. Cuman "ya" atau "tidak" aja. Sekarang dengerin gue,siap? ini pertanyaannya:


Bukannya kehidupan sekolah yang aneh dan luarbiasa kayak gitu tuh asik?


Jawab gue, Kyon! Pikir baek-baek. Jadi?

Di dunia dimana gue di seret kemana-mana ma Haruhi; diserang alien; ngedengerin penjelasan aneh dari penjelajah waktu, dan berusaha memahami penjelasan yang lebih aneh dari seorang esper; keperangkap di Dimensi Tertutup dimana raksasa ngamuk-ngamuk; tinggal sama kucing yang bisa ngomong; ngelompati waktu tanpa tahu maksudnya; belum lagi ngikutin aturan keras gak boleh ngasih tau haruhi semua ini, ngebiarin komandan Brigade SOS dengan gembira ngelanjutin pengejaran kejadian-kejadian misterius, sementara dia bener-bener gak tau kalo dia itu sendiri adalah kejadian misterius.

Bukannya itu asik?

Ato loe pikir itu tuh nyusahin banget, dan pengen ngomong ke dia kalo loe tuh dah muak banget liat mukanya dia? Abisnya loe selalu mikir kalo dia itu idiot dan mutusin untuk ga peduli sama dia. Jadi? Bener ga? Dengan kata laen? Beneran itu yang loe pikirin?


Dunia itu hampir ga menarik sama sekali.


Yang bener? Dari yang loe omongin, Haruhi itu keliatan nyusahin banget. sampai-sampai omong kosong Apapun yang haruhi utarakan, gak pernah gagal bikin loe stress. Tentu aja normal kalo loe ga ngerasa dunia itu asik.

Dan jangan bilang kalo itu ga bener! Loe sendiri tau.

Tapi kenapa?


Loe mencet tombol "Enter"?


Itu lho, pas ngejalanin Program Keluar Darurat yang Nagato tinggalin.


Ready?

Dan kau jawab "Yes" untuk pertanyaan itu.

Bener kan?

Bahkan yang mulia nagato sendiri udah turun tangan buat ngasih Loe dunia yang stabil,tapi lagi-lagi Loe tolak pemberian-nya. Sebenernya loe pengen balik ke dunia gila dimana alien, penjelajah waktu, dan esper keliaran bebas di sekolah. Kenapa? Bukannya elo yang terus ngeluh soal segimana menyedihkannya elo?

Kalo emang gitu, kenapa loe ga ngabaiin Program Keluar? Dengan milih tinggal di dunia yang sangat normal ini, loe bakal kenal sama Haruhi, Asahina-san, Koizumi, dan Nagato sebagai anak SMA biasa, dan hidup bahagia seperti biasa dibawah kepemimpinan Haruhi. Karena si Haruhi ga punya kekuatan, loe bisa hidup tenang tanpa harus khawatir masuk ke dunia parallel, atau nyaris mati di bunuh alien,.

Di dunia itu, Haruhi cuman jadi gadis normal yang suka nyuruh-nyuruh orang; Asahina-san ga akan jadi penjelajah waktu dari masa depan, dia cuman bakalan jadi karakter yang imut banget; Koizumi cuman anak SMA biasa tanpa backingan dari semacam 'Organisasi' misterius; dan Nagato cuman seorang cewek pendiam dan pemalu yang suka baca buku, dia ga bakal punya kekuatan hebat buat ngawasin ato ngelindungin seseorang,dia juga bakal jadi cewek biasa yang ganti baju tiap pulang sekolah,kapan terakhir kali loe liat Nagato make baju bebas,jujur ma gue?!. Oh iya, walaupun biasanya dia bakalan tetap ga berekspresi, dia bakalan tetap benar-benar ketawa ngedengerin lelucon garing, terus langsung memerah begitu sadar dia di liatin. Siapa tahu, pelan-pelan dia bakalan jadi orang yang terbuka bila gue ngabisin banyak waktu sama dia.

tapi Loe justru membuang dunia yang sangat damai itu?

Kenapa juga tuh?

Gue tanya sekali lagi. Jawab gw dengan jujur.

Ngerasa ga sih kalo Haruhi si biang-kerok dan kejadian aneh yang dia cciptain itu mengasikan? Cepetan jawab!

"Tentu aja asik,"

Jawabku,

"Ga perlu jadi Profesor Matematika segala buat nyadarin itu asik. JANGAN TANYA SOAL SEPELE KEK GITU LAGI!!."

Kalau ada orang yang benar-benar ngomong kalau itu tuh ga asik, maka tuh orang idiot. Akalnya tigapuluhribu sekian kali lebih kecil dari Haruhi.

Maksud gue, ada alien, penjelajah waktu, dan esper gitu loh!

Satu aja pasti dah bikin heboh, tapi ini langsung ada tiga karakter menarik! Termasuk Haruhi, dan siapa tahu apa yang bisa haruhi lakuin di masa depan. Kalo gini terus, gue ga bakalan bisa bosen. Kalo ada yang protes, gue bakalan langsung hajar sampe mampus tuh orang.

"Jadi gitu ya,"

Kataku pada diriku sendiri. Kamu bisa bilang kalau aku akhirnya sudah diterangi.

"Aku masih suka sama dunia asli. Dunia ini ga cocok denganku. Sori, Nagato. Aku ga suka kamu yang sekarang, aku lebih suka Nagato yang sebelumnya. Lagian, aku lebih seneng kamu ga pake kacamata,"

Nagato melihatku dengan wajah yang sangat keheranan,

"Ngomong apa sih kamu..."

Nagato Yuki yang kukenal takkan pernah bicara seperti itu.

Gadis ini tidak akan tahu apa-apa soal tiga hari ini, waktu aku menemukan ada sesuatu yang salah sampai saat ini. Memang bisa diduga, karena Nagato ini baru dilahirkan kembali, dan jadinya belum bertemu denganku. Dia tidak punya ingatan tentang aku yang menerobos masuk ke dalam Klub Sastra.

Ingatan satu-satunya yang Nagato ini punya hanyalah ingatan buatan waktu di perpustakaan. Selain itu, ingatan kami bersama terjadi setelah dia merubah dunia barusan.

Beberapa bulan lalu, aku terperangkap dalam Dimensi Tertutup hanya dengan Haruhi. Menurut Koizumi, itu adalah dunia baru yang dibuat oleh Haruhi.

Nagato mungkin menggunakan kekuatan itu. Entah bagaimana dia bisa mencolong atau mencuri kekuatan misterius dari Haruhi dan menggunakannya untuk membuat dunia ini.

Memang kekuatan yang menyenangkan. Bagi siapapun itu yang punya pikiran untuk mulai dari awal lagi, atau ingin sesuatu kembali ke tempat yang mereka inginkan.

Akan tetapi, manusia normal takkan bisa mengabulkan permintaan seperti itu. Dan memang lebih baik kalau mereka menghilangkan pemikiran itu. Aku sendiri tidak mau memulai dari awal, makanya aku kembali dari Dimensi Tertutup bersama Haruhi.

Insiden ini diakibatkan oleh pemindahan kekuatan 'mengubah realita' milik Haruhi ke Nagato. Haruhi tidak menyadarinya samasekali, sedangkan Nagato kehilangan kendali dan terus maju merubah dunia.

"Nagato,"

Aku berjalan ke arah sosok mungil kaku yang berdiri disana. Nagato tetap tak bergerak dan balik menatapku.

"Kembalikan dunia ini menjadi normal,termasuk kamu juga,kalau kamu butuh bantuan aku pasti nolongin,kamu gak perlu gunain kekuatan kek gitu buat maksa dunia berubah"

Mata dibalik kacamatanya menyingkap rasa takut.

"Kyon-kun..."

Asahina-san menarik-narik lengan bajuku dan berkata,

"Ga ada gunanya ngejelasin ke Nagato-san ini. Karena bahkan dia pun udah berubah. Nagato-san ini cuman gadis biasa yang ga punya kekuatan apapun..."

Tiba-tiba aku menyadari sesuatu.

Haruhi berambut panjang yang memanggilku John. Tanpa kekuatan seperti dewa atau iblis, dia hanya seorang gadis anak sekolah yang menerobos masuk SMA North tanpa ragu. Matanya berbinar sewaktu dia menunjukan ketertarikan tinggi pada ceritaku tentang Brigade SOS, sambil berseru, "Kayaknya asik tuh!"

Menyeringai lebar setiap saat, Koizumi yang itu bilang kalau dia naksir Haruhi. Mengenakan seragam olahragaku, si straight A murid pindahan akan menunjukan ekspresi ruwet.

Mengundangku masuk Klub sastra, Nagato berkacamata ini akan mengenang ingatan buatannya bersamaku. Senyum di wajahnya saat itu seperti matahari terbit di cakrawala, tak bisa kutahan bahwa aku ingin sekali melihat senyum itu sekali lagi.

Aku sadar aku takkan bisa bertemu dengan orang-orang ini lagi. Kalau boleh jujur, aku agak rindu mereka. Tapi masalahnya eksistensi mereka itu buatan. Mereka bukan Haruhi, Koizumi, Nagato, dan Asahina-san yang kukenal. Sangat disayangkan aku tak punya kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal, tapi aku sudah memutuskan. Aku ingin kembali ke Haruhi, Koizumi, Nagato dan Asahina-san yang kukenal.

"Maafkan aku."

Kukeluarkan pistolnya dan membidik. Nagato langsung terpaku di tempat, melihat reaksinya, aku sangat merasa seperti seorang kriminal. Tapi gue udah sejauh ini, ga ada gunanya ragu-ragu.

"Semuanya bakalan balik kesemula secepatnya. Kita bakalan pergi ke banyak tempat lagi, nikmatin hotpot natal, terus pergi ke mansion di gunung salju. Kamu boleh kok jadi Detektif Agung kali ini. Detektif Agung yang bisa mecahin kasus pas kasusnya udah kejadian, ya ga? Bakalan......"

"Kyon-kun! Awas... KYAA!!"

Tepat ketika Asahina-san berteriak, seseorang menghantamku dari belakang. Buk! Rasa ngeri membuatku gemetar, bahkan bayangan dibawah lampu pun bergetar. Di bayangan itu ada siluet orang lain. Apa yang? Siapa?

"Aku ga bisa ngebiarin kamu nyakitin Nagato-san!"

Kuputar kepalaku keatas pundakku dan melihat muka pucat seorang gadis.

Asakura Ryouko.

"Apa yang..."

Aku tak bisa bicara apapun, tiba-tiba aku merasa sesuatu yang dingin membeku tertikam kedalam perutku. Itu adalah benda tipis yang ditusukkan dalam-dalam ke dalam tubuhku. Begitu dingin. Rasa tak sadar melebihi rasa sakit. Ada apaan sih? Kok bisa begini? Kenapa Asakura disini?

"Hee hee,"

Bagiku, seringainya terlihat seperti topeng tak berekspresi yang tiba-tiba tersenyum. Asakura lalu mundur menjauhiku, sambil mencabut pisau belati bersimbah darah yang digunakannya untuk menikamku.

Kehilangan keseimbangan, aku jatuh ketanah seperti gasing. Berdiri didepanku sepanjang waktu, kaki Nagato melemas sewaktu dia merosot jatuh ke tanah dan berkata ketakutan,

"Asakura...-san?"

Seolah-olah menyapa seseorang, Asakura-san mengayunkan pisau Swiss Army yang basah karena darahku dan berkata,

"Hai, Nagato-san. Jangan kawatir, selama saya disini, akan kuhabisi orang yang pengen ngancam kamu. Itulah alasan kenapa saya diciptakan."

Asakura tersenyum dan melanjutkan,

"Ini yang kamu inginkan, kan?"

Itu bohong. Nagato ga bakalan pernah bikin permintaan macem begituan. Dia bukan tipe orang yang bakalan ngebunuh burung cuman karena burung itu ga berkicau sebagaimana yang diinginkan. Pokoknya engga. Pas Nagato mulai bertindak abnormal, Asakura ini yang diciptakan-ulang juga bertindak abnormal, sederhananya jadi bayangan Nagato......

Bayangan Asakura pelan-pelan mendarat di tubuhku. Tak lama lagi siluetnya menghalangi bulan dari sudut pandangku.

"Ijinkan saya yang mengantar kepergianmu. Selama kamu mati, semuanya akan baik-baik saja. Dari awal emang salah kamu Nagato jadi menderita. Sakit ga? Pastinya iya. Lebih baik nikmatin selama masih kerasa, abisnya mungkin itu rasa terakhir yang akan kamu rasakan,"

Pisau lebar itu pelan-pelan terangkat, ujung pisaunya terarah ke jantungku. Aku berdarah tiada henti. Apa ini akhirnya? ...Aku berusaha keras berpikir waktu pikiranku mulai kabur. Aku mulai kehilangan kesadaran. Jadi, Asakura-gila, ini toh misimu? Jadi backup Nagato Yuki...

Pisaunya mulai bergerak kebawah...

Dalam satu kedipan mata, sebuah tangan terentang dari satu sisi.

"...!!!"

Seseorang telah menangkap bagian tajam belati, dengan tangan kosong .

"Siapa yang...?"

Tangan kosong...!? Dimana ya gue pernah liat ini?

Penglihatanku makin lama makin kabur, jadi aku tidak bisa tau siapa dia. Cahaya ga terang, bisa minta tolong terangin lampunya? Dia berdiri di depan terang lampu jalan, jadi aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Yang kutahu hanyalah dia gadis berambut pendek...pake seragam SMA North...ga pake kacamata...itu aja yang bisa gue liat... Koizumi! ...Mana sih itu orang yang ngurus pencahayaan pas kita lagi butuh!?

"Hah...!?"

Yang bersahut lemah itu adalah Nagato, yang duduk di tanah. Kacamatanya memantulkan silau lampu jalan, jadi aku tak bisa melihat ekspresinya dengan jelas. Itu takut? Atau keheranan ya?

"Kok bisa? Tapi kamu kan...!? Kok bisa..."

Pekik Asakura. Dia sepertinya bicara dengan gadis yang menangkap ujung belati dengan tangan kosongnya, tapi si gadis tetap diam dan tak berbicara apapun.

Asahina-san terdengar seolah-olah dia ada tepat di sebelahku,

"Maafkan aku... Kyon-kun, seharusnya saya udah tau, tapi tetap aja..."

"Kyon-kun! Kyon-kun...... Jangan! Kamu ga boleh!"

Kayaknya kok ada dua Asahina-san. Satu Asahina-san dewasa, yang satu lagi Asahina-san remaja yang kutahu. Keduanya bersimbah air mata di wajahnya, dan mengoyang-goyangkan tubuhku. Hei, kalian berdua, sakit tau...

...Heh? Ngapain Asahina-san (kecil) disini ya? Gue sih masih ngerti soal Asahina-san dewasa yang nahan gue di tangannya dan menangis, karena dia datang kesini ke periode waktu ini sama-sama gue; tapi Asahina-san kecil ini datang dari mana? Ah, gue ngerti sekarang. Mesti ilusi nih, ingatan-ingatan seseorang semasa hidupnya ketika menghadapi kematian...

Nah itu lebih menakutkan daripada rasa sakit dan melihat darah keluar tak henti-hentinya dari tubuhmu.

Sial, gue mau mati.

Saat aku berkubang dalam penyesalan karena belum menulis surat wasiat, aku merasa ada seseorang muncul diatasku. Orang itu mengangkatku dan mengambil pistol-jarum yang dibuat Nagato yang sudah jatuh ketanah.

Suara yang kukenal, namun aku tak bisa ingat punya siapa, berbicara,

"Sori banget ya. Gue punya alasan ga langsung nyelamatin elo, tapi jangan benci ya sama gue. Lagian, waktu itu gue juga sakit tau. Ngomong-ngomong, kami bakal beresin sisanya. Jadi tidur aja sekarang ya."

Apa sih yang dia omongin? Terus sama siapa dia ngomong? Ngelakuin apa? Dan siapa yang ngurus apa? Bayangan serangan fatal Asakura, Nagato berkacamata menyokong dirinya sendiri dengan lengannya sambil berlutut di tanah, dua Asahina-san, dan Haruhi dengan seragam sekolah yang berbeda sekarang semuanya bercampur jadi satu...


Pelan-pelan kutaksadarkan diri.


Balik ke Bab 4 Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Bab 6