Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 4 Bab 9

From Baka-Tsuki
Revision as of 07:05, 29 October 2016 by 36.83.148.220 (talk) (→‎Bagian 4)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 9[edit]

Bagian 1[edit]

“Baiklah, anak-anak. Pelajaran hari ini selesai sampai disini. File tugas 25 dan 26 sudah dikirim, selesaikan dan kumpulkan minggu depan.”

Dengan bunyi bel yang menunjukkan akhir jam pelajaran pagi, guru mematikan layar panel besar dan meninggalkan ruangan, setelahnya suasana santai memenuhi ruangan kelas yang luas.

Aku, menggunakan mouse model lama yang terhubung ke terminal[1] -ku, membuka tugas yang sudah diunduh untuk membacanya sekilas. Setelah menghela napas karena pertanyaan-pertanyaan panjang yang sepertinya akan memuakkan dan membuat otak mati rasa, aku mencabut mouse-nya dan menutup terminalku, melempar keduanya ke dalam tas ranselku.

Meskipun begitu, bunyi bel itu mirip dengan suara lonceng di Kota Permulaan di lantai 1 Aincrad. Kalau mereka membuat nada itu walau mengetahui fakta ini, perancang sekolah ini pasti punya selera humor yang lumayan gelap.

Tentu saja, tidak satupun murid berseragam yang sama terlihat memikirkannya. Mereka mengobrol dengan ceria sambil meninggalkan ruang kelas dalam kelompok bertiga atau berlima menuju kantin.

Setelah menutup risleting ranselku, aku menyandangnya di pundakku dan hendak berdiri saat seorang anak laki-laki yang aku berteman baik dengannya duduk disebelahku, mendongak dan bicara padaku.

“Ah,Kazu. Kalau kau mau pergi ke kantin, simpankan tempat duduk buatku.”

Sebelum aku dapat menjawabnya, murid lain yang duduk di sebelahnya menjawab sambil tersenyum lebar.

“Lupakan saja. Kazu punya pertemuan dengan sang «putri» hari ini.”

“Oh, gitu. Enaknya…”

“Ya, begitulah. Maaf ya.”

Aku mengangkat tanganku untuk mencegah keluhan rutin mereka dan keluar dari ruang kelas.

Aku berjalan cepat-cepat melewati koridor berwarna hijau pucat dan keluar ke halaman tengah melalui sebuah pintu keluar darurat, merasa lega saat suara waktu makan siang mulai menghilang, aku mengambil napas. Bata-bata baru mewarnai jalan yang dikelilingi oleh pepohonan. Gedung sekolah yang bisa aku lihat dari balik puncak pepohonan adalah beton kosong yang kelihatan dingin, tapi ternyata gedung ini bagus sekali yang sulit kupercaya bahwa ini gedung bekas yang ditinggalkan kosong oleh penggabungan menyeluruh.

Aku mengikuti jalur itu untuk beberapa menit lagi, melewati terowongan tumbuh-tumbuhan dan sampai di taman kecil melingkar. Sepanjang tepian taman, dikelilingi bunga-bunga, adalah bangku-bangku kayu polos, salah satu diantaranya diduduki oleh murid perempuan yang menengadah melihat langit sendirian.

Rambut coklat panjang menggantung lurus menutupi punggung blazer hijau gelap seragamnya. Kulitnya masih putih pucat, tapi sedikit warna merah seperti merah mawar mulai kembali ke pipinya baru-baru ini.

Kakinya yang jenjang dan ramping dibalut oleh stocking hitam yang ketat. Sosoknya, menatap lekat pada langit dengan ujung sepatunya membuat suara ‘pitter patter’ saat menepuk tanah, amat sangat menawan. Aku berhenti di muka taman, bersandar pada sebuah batang pohon, melanjutkan memerhatikan gadis itu dalam diam.

Tanpa kuduga dia menoleh ke arah tempat aku berada dan tersenyum begitu dia melihatku. Lalu ekspresinya berubah kaku dan ia menutup matanya, dengan sebuahn ‘fuun’, ia memalingkan wajahnya dariku.

Aku mendekati bangku tempatnya berada dengan tersenyum kecut dan memanggilnya.

“Maaf membuatmu menunggu, Asuna.”

Asuna melirikku sebentar, cemberut.

“Oh, kenapa sih Kirito-kun selalu mencoba untuk melihatku dari jauh setiap kali kamu melihatku.”

“Maaf, maaf. Mungkin aku punya kriteria yang diperlukan untuk menjadi penguntit?”

“Eh~”

Aku duduk di sebelah Asuna yang membuat wajah seperti takut sambil menjauh, dan merentangkan tangan lebar-lebar.

“Ah… Aku capek… dan lapar…”

“Kamu terdengar seperti bapak-bapak, Kirito-kun.”

“Sebenarnya, aku merasa seperti bertambah tua 5 tahun bulan ini… terus-”

Kutaruh tanganku dibelakang kepala, melirik ke samping ke arah Asuna.

“Bukan Kirito, tapi Kazuto. Soalnya tidak sopan menggunakan nama karakter‘disini’.”

“Oh, begitu. Kalau begitu… lalu bagaimana denganku! Bukankah aku sudah ketahuan?”

“Alasannya karena, kamu membuat nama karaktermu sama dengan nama aslimu. …Yah, sepertinya aku juga ketahuan…”

Di sekolah «khusus» ini, murid-muridnya adalah para pemain yang tadinya adalah murid SMP dan murid SMA sebelum insiden SAO. Para ‘pemain orange’ yang memiliki riwayat pembunuhan yang serius menjalani lebih dari satu tahun sesi konseling termasuk pengobatan dan pengawasan. Orang-orang sepertiku yang menyerang orang lain demi mempertahankan diri, ditanyai tanpa meninggalkan catatan criminal seperti pencurian atau pemerasan.

Orang-orang menghindari untuk menggunakan nama mereka di Aincrad, tetapi wajah kami pada dasarnya sama dengan di SAO. Asuna rupanya segera dikenali setelah penerimaan masuk, dan aku dikenali karena aku cukup dikenal bagi sebagian pemain berlevel tinggi, dan dalam sejarah panjang kami aku mengungkapkan namaku dan beberapa hal lain pada mereka.

Pada dasarnya, mustahil untuk mengatakan bahwa semua itu tidak pernah terjadi dan melupakannya begitu saja. Itu bukanlah mimpi, dan pengalaman kami di dunia itu adalah sebuah kenyataan yang masing-masing kami harus membereskannya dengan cara kami sendiri.

Aku mengambil tangan kiri Asuna, yang sedang memegang keranjang rotan di atas lututnya, ke dalam kedua tanganku. Tangannya masih sangat kurus, tetapi sudah banyak membaik sejak hari pertama kali ia bangun.

Untuk bisa mengejar tanggal masuk sekolah, dia telah melalui rehabilitasi yang sangat berat. Hanya sampai baru-baru ini saja dia bisa berjalan tanpa menggunakan kruk[2] , tapi lari dan aktivitas berat lainnya sepertinya masih dilarang.

Setelah ia bangun, aku sering datang ke rumah sakit, melihat Asuna menggeretakkan giginya dan air matanya mengalir saat ia berjuang dalam latihannya untuk dapat berjalan, menyakitkanku seakan tubuhku ditusuk-tusuk. Aku dalam diam mengusap-usap jari-jarinya lagi dan lagi sambil mengingat hari-hari itu.

“…Kirito-kun.”

Mendengar suara yang terkejut, aku mendongak dan melihat sedikit rona diwajahnya.

“Tahu tidak sih? Kita kelihatan jelas dari kantin.”

“Apa…”

Melihat ke atas, di atas pepohonan, aku memang melihat jendela-jendela kaca besar di lantai paling atas sekolah. Aku melepaskan tangannya dengan panik.

“Oh, benar-benar deh…”

Asuna mendesah kaget dan dengan cepat memalingkan wajahnya lagi.

“Aku tidak akan memberi makan siang buat tukang bengong sepertimu.”

“Ah, jangan begitu dong.”

Setelah minta maaf mati-matian selama beberapa detik, Asuna akhirnya tertawa, dia membuka keranjang di lututnya. Ia mengeluarkan buntalan bulat yang tebungkus dalam tisu kertas dan memberikannya padaku.

Senang, aku mengambilnya dan membuka bungkusannya, didalamnya terdapat hamburger besar dengan daun selada yang menjulur keluar. Aromanya segera membuat perutku keroncongan, dan dengan cepat aku menggigitnya besar-besar.

“Ini… rasanya…”

Mataku terbelalak dan aku menengok pada Asuna sambil aku mengunyah cepat-cepat dan menelannya. Asuna tersenyum sambil berkata:

“Ehehe, kamu ingat?”

“Bagaimana mungkin aku bisa lupa. Ini adalah burger yang aku makan di lantai 74…”

“Yah, sulit sekali membuat ulang sausnya. Benar-benar cerita yang tidak masuk akal… berjuang mati-matian di sebelah sana untuk meniru rasa dunia nyata… dan sekarang saat aku sudah kembali, kutemukan diriku berusaha untuk membuat ulang rasa dunia itu disini.”

“Asuna...”

Aku mengingat dengan jelas hari-hari bahagia itu, dan sementara perasaan sentimental menyapu diriku aku sekali lagi menatap lurus ke Asuna.

Menatapku balik, Asuna berbisik sambil tersenyum.

“Ada mayonnaise menempel di mulutmu.”

Saat aku sudah menghabiskan dua hamburger besar jatahku dan Asuna menyelesaikan hamburger porsi kecilnya, istirahat makan siang hampir berakhir. Asuna menuangkan teh herbal dari sebuah termos kecil, dan bicara sambil sambil memegang paper cup dengan kedua tangannya.

“Kirito-kun,apa saja kelas [3] siangmu setelah ini?”

“Hari ini ada dua kelas yang tersisa… benar-benar deh, mereka tidak menulis di papan tulis tapi pada panel EL[4] , kita tidak menulis di buku tulis tetapi pada PC tablet, dan PR dikirim lewat wireless LAN. Kalau seperti ini sama saja seperti belajar di rumah.”

Asuna tertawa dengan suara ‘fufu’ mendengarku mengeluh.

“Hanya sekarang saja kamu bisa menggunakan panel atau PC. Dalam waktu dekat, sekolah-sekolah akan memakai proyektor hologram…Terus, karena sekolah ini, kita bisa ketemu seperti ini.”

“Ya benar sih, tapi…”

Meskipun aku dan Asuna mengambil kelas elektif yang sama, karena kami beda angkatan, ada perbedaan kurikulum, jadi kami hanya bisa bertemu tiga kali seminggu.

“Dan sepertinya sekolah ini juga adalah model untuk generasi selanjutnya. Paling tidak, itu kata ayahku.”

“Heeh…Shouzou-shi, apa beliau baik-baik saja?”

“Iya. Beliau cukup tertekan selama beberapa waktu. Ayah berpikir dia tidak pandai menilai orang. Beliau mengundurkan diri sebagai CEO dan setengah pensiun, setelah menurunkan sebagian beban dari pundaknya, ayah mungkin bingung apa yang harus dilakukannya. Well, kalau ayah menemukan hobi, dia akan segera baik-baik saja.”

“Begitu…”

Aku meminum teh yang Asuna berikan padaku dan memandang ke langit bersamanya.

Bagi ayah Asuna, Yuuki Shouzou, pria itu mestinya adalah calon suami putrinya – Sugou.

Di hari bersalju itu, meski telah ditangkap di lapangan parkir rumah sakit, Sugou tetap melawan dengan cara yang buruk. Terus memilih diam, terus menyangkal, mencoba menyalahkan semuanya pada Kayaba Akihiko.

Akan tetapi, salah satu anak buahnya mengakui semuanya setelah dikonfirmasi adanya seorang saksi penting. Saat fakta bahwa 300 pemain SAO yang tidak kembali ternyata dikurung di sebuah server yang berada di kantor cabang RECTO Progress di Yokohama dan digunakan sebagai subjek penelitian tidak manusiawi dibongkar, rute Sugou untuk melarikan diri pun hilang. Sepertinya pengadilannya dimulai baru-baru ini, tapi Sugou mengajukan penilaian psikiatrik ulang. Meskipun tuntutan utamanya adalah penyerangan, apakah penculikan dan pengurungan akan dimasukan ke dalam tuntutan atau tidak cukup mengundang perhatian publik.

Apa yang orang itu kerjakan, riset jahat tentang pencucian otak menggunakan teknologi Full Dive, terbukti sebagai sebuah teknologi yang tidak mungkin diciptakan diluar teknologi NERvGear generasi pertama. Selain itu, hampir semua NERvGear sudah dimusnahkan, bisa dikatakan, hasil penelitian Sugou justru memungkinkan tindakan pencegahan untuk dibuat.

Untungnya, ketiga ratus orang yang dijadikan subjek itu tidak memiliki ingatan tentang mereka dijadikan subjek eksperimen manusia. Tidak ada gangguan pada otak mereka, dan tidak ada pemain yang mengalami kerusakan mental. Setelah penanganan medis yang cukup, dikatakan bahwa sangat memungkinkan bagi para pemain untuk rehabilitasi dan kembali ke masyarakat.

Meski begitu, RECTO Progress dan ALfheim Online… Bukan, game ber-genre VRMMO sendiri, menerima pukulan besar.

Dari awal, insiden SAO saja sudah membuat kegelisahan publik yang signifikan. Kejadian itu disimpulkan sebagai peristiwa gila dari sebuah kejahatan mengerikan yang dilakukan seorang pria gila sendirian, dan sekarang… insiden yang disebabkan oleh Sugou di dunia ALO yang sebelumnya dipuji-puji karena keamanannya sebagai game VRMMO, menarik perhatian untuk kemungkinan bahwa semua dunia VR dapat dieksploitasi untuk tindak kejahatan.

RECTO Progress akhirnya dibubarkan, tapi kantor utama RECTO juga menderita kerusakan yang cukup besar, dan semua anggota tim managemen dibawah CEO diganti, walau begitu, mereka beruntung karena dapat melewati krisis tersebut.

Pengoperasian ALO dihentikan. Tentu saja, lima atau enam game VRMMO lain yang masih beroperasi, walau secara tidak langsung, juga menerima pukulan besar dalam bentuk berkurangnya jumlah pengguna. Mungkin masih tidak mungkin untuk melarikan diri dari kemungkinan penghentian dengan sisa pendapatan yang sedikit.

Dalam situasi itu, sesuatu yang dapat merubah akar yang telah melemah dan hampir tercabut itu adalah –

«World’s Seed» yang Kayaba Akihiko amanahkan padaku.

Aku harus mencari tahu soal sagara.

Bersamaan dengan runtuhnya SAO pada November 2024, Kayaba Akihiko juga mati, hal itu menjadi jelas dua bulan yang lalu – Maret 2025.

Selama Kayaba Akihiko menjadi heathcliff dalam Aincrad selam dua tahun, dia bersembunyi dalam vila di gunung di kedalaman sebuah hutan di Prefektur Nagano.

Tentu saja, NERvGear Kayaba tidak mengurungnya dalam «Ikatan Kematian», sehingga dia bebas untuk log out, tapi sebagai kepala guild KoB, dia sepertinya terus-menerus log on untuk paling lama selama seminggu.

Orang yang membantunya adalah seorang mahasiswa pascasarjana yang berada di jurusan yang sama dalam studi dalam departemen industri di Universitas Tokyo, dan terdaftar telah membantu Divisi Pengembangan Argus.

Sepertinya Sugou juga bekerja di laboratorium yang sama selama masa studinya dan menyimpan bara persaingan pada sagara sambil pura-pura mengagumi Senpai-nya itu. Sepertinya wanita ini juga dirayu oleh Sugou beberapa kali – aku mendengar semuanya ini langsung dari orangnya waktu ia dibebaskan dengan jaminan bulan lalu.

Aku menerima alamat emailnya setelah memaksa seorang agen dari kantor pusat penyelamatan darurat, dan setelah banyak keraguan, aku mengiriminya email yang berisi, ‘Aku tidak ingin membicarakan tentang kebencian, aku hanya ingin tahu rinciannya.’ Baru seminggu kemudianlah ada balasan. Dia menaiki kereta express dari tempat tinggalnya sekarang di prefektur Miyagi dan datang ke tempatku, namanya adalah Koujiro Rinko. Kami pergi ke sebuah coffee shop didekat Sasiun Tokyo dimana aku mendengarkan cerita yang dengan bimbang ia ceritakan.

Sepertinya sagara sudah memutuskan untuk mati bersama dengan runtuhnya dunia SAO bahkan sebelum peristiwanya terjadi. Tapi merupakan cara yang tidak biasa untuk mati. Sepertinya dia merombak sebuah mesin FullDive untuk melakukan scan berkekuatan super tinggi pada otaknya, yang membakar otaknya dan membunuhnya.

Kemungkinan scan itu berhasil bahkan tidak ada 1 banding 1000, - dan meskipun tidak berdasar, ia mengatakan padaku bahwa ia merasa bahwa sagara berhasil.

Kalau memang seperti yang sagara maksudkan, seluruh ingatan dan pikirannya, semua sinyal listrik dalam otaknya mestinya menjadi kode digital dan berada dalam network sebagai otak eletronik sungguhan.

Setelah beberapa keraguan, aku menceritakan padanya tentang bagaimana aku berbincang dengan kesadaran sagara di server SAO dulu, dan bagaimana dia membantuku menyelamatkan Asuna, dan apa yang dia amanahkan padaku.

Ia menundukkan kepalanya untuk beberapa menit, dan setelah sebutir air mata jatuh, berkata padaku:

‘Aku mengunjungi vila gunung tempatnya bersembunyi dengan maksud untuk membunuhnya. Tapi aku tidak bisa melakukannya. Karena hal itu, banyak orang muda kehilangan nyawa mereka.

Apa yang dia dan aku telah lakukan bukanlah sesuatu yang bisa dimaafkan.

Kalau kamu membencinya, hapuslah benda yang dia berikan padamu.

Tapi seandainya… seandainya kamu menyimpan sesuatu selain kebencian padanya dalam dirimu…”


“—Kirito-kun. Hei, Kirito-kun. Tentang pertemuan offline hari ini…”

Asuna menyodokku dengan sikunya, dan aku meneguhkan diri.

“Ah – maaf. Aku tadi melamun.”

“Ohh. Nggak disana atau disini, kamu tetap tipe orang yang santai saat sedang rileks.”

Asuna menggeleng-gelengkan kepalanya seakan ia terkagum, lalu dengan senyum cerah, mengistirahatkan kepalanya di pundakku.

Bagian 2[edit]

Di dekat jendela sisi barat kafetaria, menempati meja bundar ketiga dari selatan, Aku mengisap keras dengan sedotan, mencoba untuk mendapatkan tetes terakhir minuman yogurt strawberry dari dasar kotak minuman itu. Suara yang dihasilkan dengan hebatnya sebenarnya tidak pantas dikeluarkan oleh seorang gadis. Duduk di kursi dihadapanku, Ayano Keiko mengerutkan dahi.

“Mou, Liz... Rika-san, tolong minum dengan sedikit lebih tenang.”

“Tapi itu... ah-, Si Kirito, menempel lengket begitu...”

Aku bisa melihat sebuah bangku dari atas puncak-puncak pohon di tempat dimana mereka duduk, seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan duduk dengan bahu mereka saling bersentuhan.

“Benar-benar tidak patut, melakukan hal itu di sekolah...”

“Ya, itu hobi yang buruk, mengintip!”

Aku menatap Keiko untuk sesaat sebelum berbicara dalam nada yang agak menyebalkan.

“Ngomong begitu, bukannya Silica juga memelototi mereka sampai barusan”

Keiko, Silica si pengguna pisau belati - mungkin kebalikannya - menunduk dengan wajahnya yang memerah, dan mulai memasukkan pilaf udang ke dalam mulutnya.

Kuremas kotak minumanku yang telah kosong dan melemparkannya kedalam tempat sampah yang beberapa meter jauhnya, kemudian meletakkan wajahku di meja dan mengeluarkan desahan yang keras.

"Ahh... kalau jadinya seperti ini, kita harusnya tidak setuju untuk <<Satu Bulan Genjatan Senjata>>!"

"Tapi bukannya itu ide Liz-san sendiri?! Kita harus membiarkan keduanya untuk lovey-dovey untuk hanya satu bulan, kamu bilang... itu benar-benar naif."

"Ada nasi yang menempel di wajahmu tuh."

Sekali lagi, aku mendesah, kemudian melalui kaca jendela memandangi awan putih yang beriring.

Bagaimana dia tahu alamat mail-ku? Aku masih tidak tahu, tapi di pertengahan Februari aku tiba-tiba menerima sebuah e-mail dari Kirito.

Aku takjub, dalam kepalaku aku mendengar bunyi gong untuk kedua kalinya sambil dengan perasaan gembira pergi ke tempat pertemuan, akan tetapi, apa yang Kirito ceritakan padaku di toko kopi itu jauh lebih mengejutkan.

Kirito sepertinya terlibat dalam <<ALO incident>> yang menimbulkan kegemparan besar. Aku diberitahu diantara yang terlibat, Asuna adalah korban jenis khusus.

Dia bilang Asuna benar-benar ingin bertemu denganku, tentu saja aku langsung terbang untuk mengunjunginya. Melihat sosoknya, seperti roh es yang akan meleleh, naluriku untuk melndunginya di Aincrad, terpicu dengan sangat kuat.

Untungnya, Asuna mendapatkan kembali semangatnya hari demi hari dan bisa bersama kami di sekolah. Ketika aku melihat Asuna lagi, daripada melihatnya sebagai seorang rival, aku ingin melindunginya seperti seorang adik. Dengan teman di depanku yang mencintai Kirito dalam cara yang sama, aku membentuk aliansi <<Ayo mengawasi mereka berdua dalam kehangatan selama Mei>> - perjanjiannya dilakukan. Tapi.

Mendesah untuk ketiga kalinya, aku menelan potongan terakhir dari sandwich BLT-ku, dan kemudian melihat ke Silica.

"Apa kau akan pergi ke pertemuan off-line hari ini?"

"Tentu saja. Lyfa... Suguha-chan juga akan datang. Aku tidak sabar untuk bertemu dengannya secara off-line untuk pertama kalinya."

" Silica, kau punya hubungan yang sangat baik ya dengan Lyfa."

Aku menatapnya sambil memasang senyum menggoda.

"Pasti itu 'kan? Ada perasaan kedekatan, karena kalian berdua sama-sama sebagai <<imouto>>."

"Muu..."

Pipi Silica memerah sambil dia memasukkan udang yang terakhir ke mulutnya, memberangut, dan kemudian ikut tersenyum.

"Liz-san juga benar-benar seperti <<one-san>> hari ini."

Untuk beberapa detik, ketegangan meningkat menjadi percikan ledakan di antara kami, lalu kami sama-sama mendongak untuk melihat awan, dan mendesah bersamaan.

"Ah..."

Bagian 3[edit]

Toko Egil <<Kafe Dicey>>, di depan pintu hitam, tergantung papan hitam yang tidak ramah, dengan huruf yang sangat jelas mengatakan 'Dipesan untuk hari ini'.

Aku menoleh ke Suguha yang di belakangku dan mengatakan:

"Sugu, apakah kamu sudah bertemu dengan Egil?"

"Ya, aku pergi berburu dengan dia dua kali di sisi lain. Dia orang yang sangat besar!"

"Aku beritahukan ke kamu, orang aslinya seperti itu juga. Jadi persiapkan mentalmu."

Di luar mata Suguha yang terbuka lebar, Asuna tertawa geli.

"Aku juga, aku terkejut untuk pertama kalinya datang ke sini."

"Sejujurnya, aku juga takut."

Setelah mengetuk kepala Suguha dengan pandangan yang ketakutan, aku mendorong membuka pintu sambil tersenyum lebar.

Seperti suara bel yang berbunyi dengan suara 'clang-clang', teriakan kebahagian, suitan, dan tepuk tangan berbunyi nyaring keras untuk menutupi itu.

Toko itu tidak bisa dibilang besar lagi dengan berkumpulnya orang-orang. Speaker big bass memainkan BGM dengan keras - yang mengejutkanku, itu adalah BGM dari Aincrad, tema kota Algade yang dimainkan oleh orkestra NPC - disamping musik tersebut, setiap orang mempunyai gelas bersinar di tangan mereka, segalanya kelihatannya sperti berjalan dengan baik.

"-Hei, kami tidak terlambat."

Aku mengatakan alasanku, kemudian Lizbeth melangkah mendekat dan berkata.

"Ya ya, karakter utama kan biasanya muncul pada saat-saat akhir. Kamu mengatakan untuk datang pada lain waktu. Well, kami menyambut kamu."

Tiga dari kami ditarik ke dalam kerumunan toko, dan dinaikkan pada panggung kecil di belakang. Pintu itu ditutup dengan 'Bataan', setelah itu, BGM dimatikan, dan cahaya diredupkan.

Tiba-tiba, lampu sorot jatuh menuju arahku, dan sekali lagi suara Lisbeth terdengar.

"Ah, semuanya bersama-sama siaaaap.... sekarang!"

"Kirito, telah menyelesaikan SAO, Selamaaat!!"

Setiap orang bersuara. Suara keras kueh. Tepuk tangan.

Ketika wajahku menunjukkan ketercengangan, aku dibanjiri dengan cahaya dari lampu-lampu.

Pertemuan off-line hari ini - <<Pesta peringatan terselesaikannya Aincrad>> yang direncanakan oleh aku, Liz dan Egil, tetapi kelihatannya itu direncanakan tanpaku. Toko tersebut penuh orang-orang, melebihi harapan yang telah aku perkirakan beberapa kali.

Setelah bersulang, setiap orang memperkenalkan dirinya sendiri dan kemudian tibalah pidatoku - ini tidak masuk dalam rencana, padahal - setelah itu Egil mengeluarkan beberapa pizza besar yang dia buat khusus untuk hari ini, dan pesta larut dalam kekacauan.

Aku menerima terimakasih dari laki laki dengan menjabat tangan mereka dan beberapa player cewek sedikit terlalu dekat ke arahku ketika mereka memberikan terimakasih mereka, dan aku akhirnya berjalan terhuyung-huyung ke kounter dan tenggelam dalam bangku.

"Master, bourbon. On the Rocks."

Aku mengatakan perintah yang tidak beralasan kepada orang yang sangat besar yang berpakaian dalam rompi hitam kupu-kupunya diluar kemeja putihnya, yang menatap ke arahku untuk beberapa detik. Anehnya, dia menuangkan cairan kuning kedalam gelas minum sambil memegang es batu, dan menempatkannya di depan saya.

Aku dengan hati-hati menjilat cairan tersebut, dan lega menemukan bahwa itu adalah teh Oolong. Aku mendongak dan mengerut kepada penjaga toko dengan senyuman senang, kemudian laki-laki tinggi duduk di sampingku. Dia memakai pakaian dengan dasi murahan dan sebuah bandana membungkus di sekitar dahinya yang sama dengan dalam rasa yang buruk.

"Egil, berikan aku yang asli."

Laki-laki itu- Klein, pengguna katana, ketika memegang gelas, berputar pada bangkunya, dan menatap dengan wajah kendurnya pada sudut meja toko dimana sekelompok cewek cantik tertawa.

"Hei, kamu baik-baik saja kah? Kamu harus kembali ke perusahaan kan."

"Aku tidak bisa bekerja lembur tanpa minum. Ngomong-ngomong... enak yaa..."

Melihat batang hidung Klein yang layu, aku mendesah dan mengambil minuman teh milikku.

Ya, pemandangan itu tentunya sesuatu yang sangat membahagiakan. Asuna, Lisbeth, Silica, Sasha, Yurier, Suguha dan pemain cewek lainnya berkumpul bersama-sama yang sangat berharga untuk di ambil gambarnya. Tidak - kenyataannya, aku harus mengambil gambar untuk Yui.

Seseorang yang sudah tenggelam dalam kursi di seberangku, dia memakai pakaian resmi, dan tidak seperti Klein, dia memberikan penampilan bahwa dia adalah orang bisnis yang bagus. Dia adalah pemimpin tertinggi dari <<The Army>>, Shinka.

Aku menaikkan gelas milikku dan mengatakan:

"Ngomong-ngomong, aku mendengar kamu menikahi Yuriel-san. Ini sedikit terlambat tapi -Selamat."

Sambil mengadu gelas milikku, Shinka tersenyum dengan malu.

"Well, aku masih melakukan yang terbaik untuk beradaptasi dengan dunia nyata. Pekerjaanku akhirnya berada pada jalur yang benar..."

Klein juga menaikkan gelasnya dan menghadap kami.

"Tidak, aku benar benar senang! Sial, aku berharap dapat menemukan pasangan di sana juga. Itu mengingatkanku, aku melihat terbitan baru: <<MMO Today>>

Shinka sekali lagi memperlihatkan senyum malunya.

"Tidak, aku jadi malu... itu masih banyak kekurangannya... juga dengan keadaan MMO yang sekarang, menangkap data atau kabar terbaru tidak ada gunanya juga."

"Perasaan ini seperti kekacauan pada kelahiran alam semesta."

Aku mengangguk, dan melihat ke penjaga toko yang mengocok pengocok dengan bunyi 'chakachaka'.

"Egil, bagaimana keadaan itu? Tentang <<Seed>>."

Raksasa berkepala botak itu menyeringai, memperlihatkan senyum yang akan membuat anak kecil menangis, dan mengatakan dengan senang:

"Mengagumkan. Disana sekarang ada sekitar 50 mirror server... sekitar 100.000 download. Sekitar 300 server besar sedang berjalan."

<<World Seed>> yang dipercayakan kepadaku oleh Program Model Kesadaran Kayaba Akihiko-.

Beberapa hari setelah aku bertemu dengan asisten kekasih Kayaba, dengan pertolongan dari Yui, aku mendownload file besar yang di simpan dalam local memory NERvGear milikku kedalam sebuah memory chip dan membawanya ke toko Egil. Alasanku membawa itu kesana adalah karena aku berpikir dialah satu-satunya teman yang bisa menolong tunas itu berkecambah.

Untuk Kayaba dan hasil ciptaannya, kastil terapung Aincrad, tentu saja disana ada perasaan benci. Dunia dimana game kematian membunuh beberapa orang yang mempunyai ikatan batin denganku. Untuk orang-orang yang mati dalam ketakutan - dan tentu saja untuk dia, aku tidak akan pernah memaafkan Kayaba.

Bagaimanapun, diantara kebencian yang mendalam tersebut, sebuah perasaan simpati muncul, yang mana sayangnya tidak bisa aku ingkari.

Karena disana ada kehidupan dan kematian, kastil itu benar-benar seperti dunia nyata dan dunia yang berbeda. Meskipun aku selalu ingin sekali melarikan dari dunia itu, tapi pada saat yang sama, aku mencintainya dari lubuk hatiku yang paling dalam. Tentunya perasaan harapanlah yang terus tertanam di dalam kedalaman hatiku.

Kemudian, aku pikir paling tidak harus menemukan apa pengaruh dari <<Seed>> tersebut.

The Seed of the World.

Dikembangkan oleh Kayaba, itu benar-benar lingkungan sensori untuk sistem FullDive, yang di sebut <<Seed>, paket program yang berangkai.

Kayaba memodifikasi <<Cardinal>> program kontrol otomatis server SAO, mengurangi ukurannya untuk bisa berjalan pada server yang kecil, diatasnya dia menambahkan komponen game untuk pengembangan pada paket tersebut.

Dengan kata lain, jika kamu ingin menciptakan dunia VR, kamu butuh server yang sangatt besar dengan bandwidth yang cukup besar juga, mendownload paket tersebut, merancang objek 3D atau meletakkan yang sudah ada, menjalankan program, kemudian dunia baru akan lahir.

Pengembangan program untuk mengontrol input dan output dari lima indera yang sangat sulit. Semua game VR yang mana sekarang sedang berjalan di seluruh dunia dikontrol oleh sistem Cardinal yang di kembangkan oleh Kayaba di Argus, dengan biaya lisensi yang sangat besar.

Dengan bangkrutnya Argus, hak program tersebut dipindahkan ke RECTO, dan ketika RECTO Progress menghilang, disana ada penawaran penjualan hak tersebut, tetapi dengan harga yang sangat mahal, dan ditolaknya game VR karena kritik masyarakat, tidak ada satu perusahaan pun yang menerimanya, sehingga game genre VR itu sendiri kelihatannya telah menjadi pensiun.

Apa yang muncul benar-benar sistem control VR yang gratis, <<The Seed>>. Egil menggunakan koneksi secara penuh untuk memeriksa program yang dipercayakan ke padaku, menkonfirmasikan bahwa disana tidak ada bahaya apapun.

Dimana maksud sebenarnya Kayaba - untuk mengatakan disana tidak ada bahaya dalam program itu, dan apa yang terjadi setelah di release, tidak ada seorang pun yang tahu selain Kayaba sendiri. Bagaimanapun, aku pikir maksud dasarnya awalnya dari satu perasaan yang sederhana.

Yaitu mengejar <<dunia nyata lainnya>>, mimpi yang tidak ada akhirnya.

Aku meminta Egil untuk menolong meng upload <<the seed>> ke server di seluruh dunia, benar-benar gratis untuk setiap orang, apakah itu personal atau perusahaan.

Untuk ALfheim Online yang mati, itu diselamatkan oleh player ALO, yang mempunyai banyak orang dari perusahaan yang mengambil resiko.

Mereka di danai oleh perusahaan baru, dan membeli semua data ALO dari RECTO untuk harga yang sangat murah.

Tanah luas ALfheim memberikan kelahiran dalam buaian baru, semua data player benar-benar terwariskan. Kelihatannya kurang dari sepuluh persen dari player yang lama meninggalkan game tersebut akibat insiden tersebut.

Tentu saja, ALfheim bukan hanya satu dunia baru yang lahir dari <<Seed>>.

Seratus perusahaan dan individu yang dulunya tidak mampu membeli lisensi, memulai server game VR satu demi satu. Meskipun ada yang berbayar dan ada yang gratis, mereka menjadi berhubungan seperti aliran alam, dan beberapa aturan semu di perkenalkan. Sekarang, mereka mengimplementasikan sebuah mekanisme yang mengijinkan sebuah karakter dalam satu game VR untuk di pindahkan ke dunia game lainnya.

The Seed juga tidak hanya berguna untuk game. Pendidikan, komunikasi, pariwisata, kategori server baru lahir setiap hari dan setiap hari menghasilkan dunia baru -.

Hari itu dimana <<penempatan area nyata>> dari dunia VR melebihi ukuran Jepang yang tidak begitu jauh.


Shinka melanjutkan dengan senyum masam, matanya masih menatap mimpi yang entah dimana.

"Kita mungkin adalah saksi dari penciptaan dunia baru. Untuk terpaku pada dunia dengan kata MMORPG tidak sesuai lagi. Aku menyukai untuk meng update nama baru di homepage milikku... meskipun nama yang pantas tidak akan datang dengan mudah."

"Umm...Hmmm..."

Klien melipat tangannya dengan alisnya berkerut makin dalam. Aku menyikutnya, dan mengatakan dengan tertawa:

"Hey, tidak ada satu orang pun yang mengharapkan sesuatu dari seseorang yang memberikan nama guild mereka <<Fuurinkazan>>."

"Apa kamu bilang! Sebenarnya, aku dibanjiri dengan lamaran untuk Fuurinkazan yang baru!"

"Ooh. Aku harap disana ada cewek yang cantik."

"Guh..."

Melihat Klein kehilangan kata-kata, aku tertawa dan berputar ke Egil dan berkata:

"Well, apakah rencana untuk pertemuan kedua berubah?"

"Tidak, malam ini jam 11, di kota Yggdrasil."

"Jadi, artinya ..."

Aku berbicara dengan merendahkan suaraku.

"Apakah itu bekerja?"

"Ya. Kelihatannya mereka mengelompokkan server baru dan menggunakan mereka sebagai satu kesatuan, karena itu adalah <<legendary castle>>. Jumlah user bertambah, dan ibukota adalah urusan yang besar."

"Aku harap itu berjalan dengan mudah."

-Setelah inisialisasi, server SAO benar benar dibuang. Bagaimanapun ketika pengembangan data dari Argus diberikan pada manager baru ALO, itu terdapat sesuatu yang setiap orang tidak harapkan.

Aku menyelesaikan minum teh, dan memegang gelas dengan kedua tangan ketika melihat pada langit-langit toko. Panel gelap terlihat seperti langit malam yang dalam. Awan abu-abu terhampar mengalir. Bulan muncul, meninggalkan dunia biru. Kemudian sesuatu yang besar muncul dari kejauhan -

"Hey Kirito, kesini!"

Lizbet yang terlihat pusing tiba-tiba berteriak sambil melambaikan tangan nya untuk menarik perhatianku. "...cewek itu, dia tidak mungkin mabuk kan..."

Aku berbisik, saat mataku tertuju pada gelas besar yang diisi dengan cairan pink yang dia pegang. Mendengar kata-kata itu, penjaga toko yang tidak bersalah yang memasang wajah sungguh-sungguh, menjawab.

"Itu di bawah satu persen jadi baik-baik saja. Besok kan hari libur."

"Hei hei ... "

Aku menggelengkan kepala dan berdiri. Ini akan jadi malam yang panjang.

Bagian 4[edit]

Melewati pekatnya langit malam, Lyfa terbang membumbung tinggi.

Dia menyentak atmosfir dengan 4 buah sayapnya, mengiris udara, dan berakselarasi seperti tiada akhir. Angin menggaung di telinganya.

Sebelumnya, demi mendapatkan jarak flight maksimum dari flight terbatas, untuk kecepatan menjelajah paling efektif, itu di butuhkan untuk menggunakan metode terbang akselerasi berputar dan meluncur, dengan kata lain, banyak hal yang harus di perlukan oleh akun ketika terbang.

Tetapi sekarang hal-hal seperti tersebut adalah masa lalu. Belenggu yang mengikatnya tidak ada lagi dalam sistem yang sekarang.

Karena, disana tidak ada “City in the Sky” di atas World Tree. Cahaya fairies, ALF, tidak ada. Fairy King yang memberikan kelahiran kembali kepada orang yang mengunjunginya adalah raja palsu.

Bagaimanapun, dunia itu telah runtuh, dan berreinkarnasi lagi menjadi dunia yang baru - moderator, memberikan Sayap Eternal flight kepada seluruh penduduk setiap ras fairy. Tidak sebagai ALF, tetapi sebagai seorang si angin hijau, Sylph, Lyfa merasa itu cukup.

Log in sejam sebelum waktu pertemuan, Lyfa terbang dari ibu kota Cait Sith, <<Freelia>>, tempat dia menetap untuk sementara, dia sudah terbang hampir 20 menit. Sementara itu, tanpa beristirahat untuk satu detik pun, sayapnya bergoyang dengan kekuatan penuh oleh perintahnya, sayap ajaib yang memancarkan cahaya hijau cerah yang tidak kehilangan kekuatan sedetik pun, berlanjut mengikuti reaksi kemauan Lyfa.

Menurut Kirito, teori akselarasi dunia baru ini sangat sama dengan mobil.

Segera setelah take off, perlebar sayap kanan dan kiri, <<torque oriented>> - apa yang Kirito katakan, tetapi dia tidak mengerti sedikitpun - metode flight ini memperbolehkan untuk menyentak kuat di udara.

Untuk lebih cepat, tajamkan sudut sayap, dan kurangi ayunan sayap. Pada kecepatan tertinggi, sayap terlipat hampir dalam garis lurus, dan bergoyang pada kecepatan yang tinggi. Jika dilihat dari permukaan tanah, itu terlihat seperti komet warna warni yang terbang sangat cepat. Ketika level itu telah tercapai, akselerasi akan menurun, betapa cepatnya kamu itu tergantung pada semangat kamu. Kebanyakan player segera mulai melambat, untuk mengurangi ketakutan dan kelelahan mental.

Pada <<cross-ALfheim race>> yang diselenggarakan satu minggu yang lalu, Lyfa dan Kirito dalam persaingan yang panas, Lyfa melompat untuk detik terakhir, mengambil juara pertama dengan perbedaan yang kecil. Keduanya lebih baik daripada player lainnya, dan mereka mengajukan untuk ikut race yang kedua.

...Saat itu, sangat menyenangkan...

Lyfa tersenyum kecil ketika terbang membayangkan hal tersebut. Hanya sebelum mencapai finish, ketika Kirito melewatinya, Kirito menggunakan cara kotor untuk membuat Lyfa tertawa, dia menyeru lelucon bodoh dan Lyfa langsung tertawa terbahak-bahak. Untuk pembalasan dendamnya, dia membuat ramuan penawar racun menjadi objek dan melemparkannya ke Kirito, jika itu tidak mengenai Kirito, maka posisinya mungkin akan terancam dan dicuri.

Terbang dalam event itu enak - tetapi setelah mengingat itu semua, ketika dia mengosongkan kepalanya dan hanya berkonsentrasi pada akselerasi tak terbatas, hal yang di temukan sangat menyenangkan.

Kecepatannya sudah menaik pada batas setelah 10 menit terbang. Bumi terbungkus kedalam kegelapan yang mengalir dengan cepat menjadi hanya kepingan, lampu kota kecil muncul diatasnya, tetapi secara cepat berlalu di belakangnya.

Dia merasa telah mencapai kecepatan tertinggi sejauh ini - ketika memikirkan itu, dia membuka sayapnya untuk sejenak, membungkukkan punggungnya dan melemparkan dirinya kedalam pendakian dengan cepat.

Di atas kepalanya, bulan besar bersinar melalui celah awan. Menuju ke bulatan putih biru tersebut, Lyfa terbang seperti roket.

Setelah beberapa detik, dengan perubahan yang halus dalam suara angin, Lyfa menembus lautan awan. Dia terbang melewati kabut hitam seperti peluru yang dilepaskan dari pistol. Petir sesekali menyambar dari titik butanya, tersembunyi dalam awan putih, tetapi dia melewatinya tanpa berpikir dua kali.

Tidak begitu lama, Lyfa akhirnya melewati lautan awan. Di bawah cahaya bulan biru yang pucat, awan membentuk daratan tanpa ujung. Benda yang bisa dilihat Lyfa hanya awan dan ujung World Tree. Sambil mengurangi sejenak kecepatannya, Lyfa menutup bibirnya, menggenggam erat tangannya dan menuju ke bulan. Itu mungkin hanya imajinasinya saja, tapi diameter bulan perak itu kelihatannya sedikit membesar. Jumlah kawah nya juga jelas kelihatan.

Itu mungkin hanya ilusi semata, sejumlah cahaya dari bulan kelihatan berkilau dan berkelip. Mungkin disana ada kota dimana orang bulan hidup? Sedikit lagi - sedikit lebih dekat -

Bagaimanapun, di akhir dunia, tembok batas ketinggian muncul dihadapan Lyfa. Akselerasi berkurang, dan tubuhnya terasa makin tambah berat. Akhir ruang virtual di depan mukanya. Dia tidak bisa melewati itu, jadi mau gimana lagi. Tetapi...

Lyfa merentangkan kedua tangannya sebisa mungkin. Seperti ingin meraih bulan, dia melebarkan jarinya.

Dia ingin pergi. Lebih tinggi. Jauh, makin jauh. Melewati stratosfer, berpisah dengan gravitasi, hingga ke bulan. Tidak, melewati orbit planet, melewati komet yang lewat, ke dalam lautan bintang -.

Kecepatan terbangnya akhirnya menurun hingga nol, kemudia menjadi negatif. Masih dengan tangan merentang lebar, Lyfa mulai jatuh bebas di langit malam. Bulan berangsur-angsur semakin kecil.

Tetapi Lyfa menutup matanya dan tersenyum.

Untuk sekarang, itu tidak tercapai, tapi -

Dari apa yang dia dengar dari Kirito, disana ada rencana untuk menghubungkan ALfheim Online dengan VRMMO besar lainnya, membuat nexus. Untuk awalnya, mereka harus menghubungkan game dengan permukaan bulan sebagai stage nya. Dengan cara itu, itu memungkinkan untuk terbang ke bulan. Dengan setiap dunia game ditambahkan sebagai planet, hari dimana ketika disana ada sebuah ferry yang datang dan menyeberangi lautan bintang akan datang.

Terbang kemanapun. Pergi kemanapun. Tetapi... Disana ada tempat dimana Lyfa tentunya tidak bisa pergi.

Tiba-tiba, Lyfa merasa sendiri.

Ketika jatuh melewati awan halus, Lyfa memeluk tubuh nya keras-keras dengan tangan nya.

Dia mengerti alasan kesendiriannya. Malam ini, di dunia nyata Kirito - Kazuto membawa dia ke sebuah party, itu adalah kesalahan party itu.

Itu sangat menyenangkan. Hingga sekarang, teman baru yang bisa dilihat di dunia ini, bertemu mereka untuk pertama kalinya di dunia nyata dan berbicara dengan mereka tentang banyak hal. tiga jam berlalu dengan cepat.

Bagaimanapun, pada saat yang sama Suguha merasakannya. Mereka di ikat dengan sesuatu yang tidak bisa dilihat... ikatan yang sangat kuat. Di <<dunia itu>>, kastil terapung Aicrad yang sudah tidak ada lagi, mereka bertarung bersama-sama, menangis, tertawa, dan saling mencintai, kenangan itu - ketika mereka kembali ke dunia nyata, masih bersinar dari hati mereka seperti cahaya yang kuat.


Perasaan cintanya kepada Kazuto tidak berubah.

Malam hari, mengatakan selamat malam di depan pintu. Pagi hari, berlari bersama menuju stasiun, itu selalu terasa seperti sinar matahari yang lembut dan hangat.

Meskipun jika mereka menjadi kakak adik kandung, atau jika memungkinkan, mereka menjadi orang asing yang hidup berbeda kota, itu akan membuat dia meneteskan air mata kesedihan. Tetapi hingga sekarang, hidup dibawah satu atap setiap hari membuat dia bahagia. Dia tidak membutuhkan mendapatkan semua hati Kazuto. Selama disana ada sebuah sudut untuk dia, itu cukup.

- Akhirnya, dia bisa menerima seperti itu.

Pada party itu, dia punya perasaan bahwa Kazuto akan menjauh, ke tempat dimana dia tidak akan pernah mencapainya. dia tidak di ijikankan untuk masuk ke ikatan orang tersebut. Disana tidak ada tempat untuk Suguha. Karena Suguha tidak mempunyai kenangan dari <<kastil itu>>.

Semakin mengecil, Lyfa melanjutkan jatuh seperti meteor.

Lautan awan makin mendekat. Karena tempat pertemuan telah diputuskan di Yggdrasil City di atas World Tree, dia harusnya membuka sayapnya dan mulai meluncur. Tetapi, karena hatinya di isi dengan kesendirian, dia tidak bisa menggerakkan sayapnya.

Angin dingin bertiup melewati wajahnya. Siap mencuri kehangatan dari hatinya. Dia akan jatuh ke dalam lautan awan hitam, tenggelam lebih dalam dan lebih dalam -

Tiba-tiba, tubuhnya ditangkap sesuatu, dan Lyfa berhenti jatuh.

"-!?"

Lyfa membuka matanya dalam keterkejutan.

Di sana ada wajah di depannya, itu wajah Kirito. Dia memegang Lyfa dengan kedua tangannya, melayang-layang diatas awan. 'Kenapa' - sebelum dia mulai bertanya, Spriggan berkulit gelap itu membuka mulutnya.

"Aku khawatir seberapa jauh kamu akan terbang. Aku datang menjemput kamu karena sudah hampir tiba waktunya."

"...Begitu...terima kasih."

Lyfa tertawa dengan senyuman, mengepakkan sayapnya dan melepaskan dari genggaman Kirito.

Administrator ALfheim Online yang baru, mentransfer semua data game dari RECTO Progress, yang mana termasuk data karakter dari Sword Art Online. Maka, terima kasih kepada badan administrasi, mantan player SAO bisa memilih apakah menggunakan karakter lama mereka atau tidak dalam ALO, termasuk penampilan mereka.

Karena ini, player yang bermain dengan Lyfa setiap hari, Silica, Asuna, Lizbeth mempunyai karakter yang mendekati ke kenyataan, dengan mengenyampingkan karakteristik ras fairy mereka. Tetapi ketika Kirito di beri pilihan, dia tidak membangkitkan penampilan lamanya, dan memilih melanjutkan dengan sosok seorang Spriggan. Dia juga memilih untuk memulai kembali stat miliknya, menghilangkan skill nya yang menakjubkan dan melatih dari awal kembali.

Saat itu, Lyfa ingin mengetahui alasannya, dan menanyakan dia pertanyaan itu ketika mereka melayang di langit.

"Hey, onii-chan... Kirito-kun, kenapa kamu tidak kembali ke sosok aslimu seperti yang lainnya?"

"Hmmm..."

Kirito menyilangkan lengannya, matanya menjadi suram seperti melihat ke kejauhan. Kemudian dia menjawab dengan senyuman kecil.

"Peran Kirito di dunia itu telah berakhir."

"...Begitu."

Lyfa juga memasang senyum kecil.

Pertama, dia bertemu ksatria Spriggan Kirito, mereka kemudian pergi ke World Tree. Memikirkan itu, membuat Lyfa sedikit senang.

Bergerak di udara ketika berdiri, Lyfa memegang tangan kanan Kirito.

"Hey, Kirito-kun. Ayo menari."

"Huh?"

Menarik Kirito dengan matanya yang lebar, dia mulai meluncur diatas awan dengan halusnya.

"Ini adalah teknik tingkat tinggi yang baru-baru ini dikembangkan. Ketika melayang kamu bisa bergerak lambat ke arah menyamping."

"Oh begitu..."

Ekspresinya berubah menjadi serius saat dia mulai bertanding dengan Lyfa ketika meluncur. Bagaimanapun, dia segera kehilangan keseimbangannya dan jatuh.

"Wooah!"

"Hehe, itu tidak akan bekerja jika kamu mencoba maju kedepan. Semua yang kamu butuhkan hanya lah sedikit gaya tolak keatas, pada saat yang sama meluncur ke sisi samping."

"Mumuu..."

Lyfa menarik lengan Kirito saat Kirito tidak stabil untuk beberapa menit, tetapi seperti yang diharapkan dari kemampuan adaptasinya, Kirito segera terlihat seperti sudah menguasai trik tersebut.

"Oh...aku mengerti, jadi seperti ini."

"Benar. Bagus sekali."

Lyfa tersenyum saat dia mengeluarkan botol kecil dari saku pinggangnya. Membuka tutupnya dan membiarkannya terapung di udara, menjatuhkan cahaya keperakan yang tumpah dari botol itu, dan pada saat yang sama, terdengar suara musik instrumental yang entah datang darimana. Itu adalah item yang dijual oleh ministral Puca tingkat tinggi, diisi dengan penampilan mereka.

Dengan detakan musik, Lyfa melangkah lambat untuk menari.

Langkah besar, kecil, langkah besar lagi, mereka dengan anggun menari diatas udara. Dengan kedua tangan mereka berpegangan satu sama lain, menatap ke dalam mata Kirito, melangkah menyesuaikan arah pergerakan.

Dua orang meluncur, berputar dan berputar lagi pada lautan awan tanpa akhir, di cahayai oleh kesunyian cahaya bulan. Pada awal pergerakan lambat, tetapi berangsur-angsur menjadi cepat, setiap langkah mereka makin jauh.

Cahaya hijau menyebar dari sayap Lyfa saling melengkapi dengan cahaya putih yang menyebar dari sayap Kirito, menghilang saat tabrakan. Suara angin menyurut. Lyfa menutup matanya dengan lembut.

Perasaan dalam hati Kirito mengalir melalui jari-jarinya, dan dia merasakan dan menerima mereka.

Ini akan jadi terakhir kalinya, pikir Lyfa.

Disana beberapa kali ketika, dengan aneh nya, perasaan keduanya terjalin. Itu mungkin untuk terakhir kalinya juga.

Kirito - Kazuto, mempunyai dunianya sendiri. Sekolah, teman, dan seseorang yang penting. Sayapnya kuat, dan langkahnya terlalu lebar, tangannya menjauh hingga tidak bisa Lyfa capai.

Dua tahun yang lalu, sejak hari dimana dia tidak kembali dari perjalanannya Lyfa memulai dunia itu, jalan mereka tentunya mulai tumbuh makin jauh. Untuk menjadi dekat dengan punggung Kirito, Lyfa mencoba sayap fairy nya, tetapi setengah dari Kazuto dan hati orang-orang lainnya sampai sekarang pun masih ditempati oleh bayangan kastil yang mengapung di udara itu.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia virtual menjadi dunia nyata tanpa batas. Itu melewati batas sebuah game, memutarbalikkan dunia virtual kedalam kenyataan. Bagaimana pun, manusia tidak cukup pintar untuk hidup dalam kenyataan. Kazuto yang berbagi terlalu jauh kebahagian dan kegalauannya, dan cinta akan dunia itu. Sebuah dunia fantasi yang Suguha tidak akan pernah temui.

Dari kelopak matanya yang tertutup, Lyfa merasakan air matanya mengalir.

"-Lyfa...?"

Suara Kirito mencapai telinga nya.

Lyfa membuka matanya, melihat kedalam wajah Kirito dengan senyuman. Pada saat yang sama, botol kecil yang dipenuhi musik menyusut, memudar, dan menghilang bersama dengan sedikit suara botol pecah.

"...Aku, untuk hari ini, akan pulang."

Lyfa mengatakan sambil dia melepaskan tangan Kirito.

"Eh...? Kenapa..."

"Karena..."

Sekali lagi, air mata Lyfa mengalir.

"... Itu terlalu jauh, tempat onii-chan... dan semua orang. Untukku, aku tidak bisa pergi kesana..."

"Sugu..."

Kirito melihatnya dengan mata serius. Kemudian dia menggelengkan kepalanya.

"Bukan seperti itu. Jika kamu pikir kamu ingin pergi, kamu bisa pergi kemanapun."

Tidak menunggu jawaban Lyfa, Kirito memegang tangan Lyfa sekali lagi, dan dengan mempererat genggaman, dia berputar.

"Ah..."

Dengan suara sayap yang kuat, dia mulai berakselerasi. Lurus menuju ke World Tree melewati awan.

Kirito terbang pada kecepatan berbahaya yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tangan mereka yang berhubungan tidak pernah terlepas sedikitpun, Lyfa mencoba untuk bertahan.

World Tree semakin membesar menutupi langit saat mereka mendekat. Diantara banyak cabang, pada titik dimana cabang itu terbelah dua dari batangnya, disana bersinar lampu yang tidak terhitung. Cahaya Yggdrasil City.

Kirito membumbung tinggi mengarah ke tengah menara tinggi yang bersinar dengan terang.

Dari berbagai kumpulan cahaya, cahaya yang melewati jendela bangunan, dan lampu jalan yang menerangi jalanan adalah awal penampakan kota itu - pada saat ini.

Bel mulai berbunyi. Itu adalah tanda bel tengah malam dalam ALfheim. Di dalam World Tree, bel dipasang dalam lubang besar diatas elevator yang menghubungkan Yggdrasil City ke Aarun, suara nya menggema ke seluruh dunia.

Kirito membentangkan sayapnya lebar-lebar, dengan tiba-tiba mengerem.

"Waaah!?"

Lyfa tidak bisa berhenti, dan mereka hampir bertabrakan. Saat melayang, Kirito membentangkan tangannya dan saat Lyfa menubruk dia, menghentikan Lyfa dengan memeluknya dengan lembut.

"Kita terlambat. -Itu akan datang."

"Eh?"

Tidak mengerti arti perkataan Kirito, Lyfa melihat ke wajah Kirito. Dengan kedipan dan senyuman, Kirito menunjuk ke sudut langit. Memutar tubuh nya kebelakang ketika masih dalam pelukan Kirito, Lyfa melihat ke langit malam.

Bulan purnama besar, bersinar terang, biru cerah. - itu saja.

"Bulan... ada apa dengan itu?"

"Disana, lihat baik-baik."

Kirito memanjangkan tangannya lebih jauh. Lyfa menatap dengan tajam.

Lingkaran cahaya keperakan, di sudut kanan atas - sedikit mengelupas.

"Eh...?"

Mata Lyfa terbuka lebar-lebar. Gerhana Bulan...? Dia berpikir untuk beberapa saat, tetapi kemudian hal semacam itu tidak pernah terjadi dalam ALfheim.

Daerah bayangan hitam mulai mengikis permukaan bulan. Bagaimanapun, bentuk itu tidak bulat. Itu seperti bentuk baji bersegitiga -.

Tiba-tiba, telinga Lyfa mendengar suara menggeram. 'Gon,gon' bunyi nya menggema. Dari jauh, seluruh langit terkejut, saat seperti sesuatu jatuh.

Bayangan yang muncul itu akhirnya memanjang menutupi bulan seluruhnya. Bagaimanapun, cahaya bulan masih bersinar melewati bayangan, menerangi bentuk segitiga yang samar-samar. Perlahan mulai membesar dan membesar. Itu semakin dekat.

Itu kelihatannya menjadi sebuah objek berbentuk kerucut. Jaraknya tidak bisa dimengerti. Lyfa memicingkan matanya, mengerutkan alisnya. Dan -

Tiba-tiba, Objek menggantung itu mulai bersinar.

Cahaya kuning terang memancar ke segala arah.

Itu terlihat seperti dibuat oleh banyak lapisan tipis yang ditumpuk bersama-sama. Cahaya melewati ruang di antara lapisan tersebut. Tiga pilar besar tergantung dari dasar. Ujung cahaya mereka agak mempesonakan.


Kapal...? Rumah...? Lyfa memiringkan kepalanya dalam kebingungan. Pada saat yang sama, itu makin membesar. Itu akhirnya menutupi bagian langit. Suara bass mengguncang tubuh nya.

Dari lapisan bawah ke seterusnya, dia menyadari sesuatu yang dia lihat. Banyak proyeksi kecil yang melebar dari bawah ke atas. Tidak - Itu adalah - bangunan! Bangunan besar dengan jendala pada beberapa lantai kelihatannya menjadi satu. Bagaimanapun - dari menghitung ukuran bangunan tersebut, satu bangunan yang melebihi sepuluh lantai sekitar dengan tingginya Tower of the Wind. Kemudian, kerucut itu mengapung dengan ketinggian sekitar... seratus meter, tidak, beberapa kilometer...?

"Ah... tidak mungkin... tidak mungkin, itu adalah..."

Saat Lyfa memikirkan apa yang dia lihat, cahaya bersinar di pikirannya, menerangi kebenaran.

"Itu adalah...!"

Dia berputar dan melihat wajah Kirito.

Kirito memberikan anggukan besar, dan berbicara dalam nada yang mana kegembiraan yang tidak bisa disamarkan.

"Ya. Itu adalah - Kastil Terapung, Aincrad."

"-! ...Tapi ... Kenapa? Kenapa disini...?"

Kastil besar mengapung itu melambat, kemudian berhenti bergerak sebelum menyentuh cabang paling atas World Tree.

"Ini untuk pertandingan ulang."

Kirito mengatakan dalam nada yang tenang.

"Saat ini, kita akan secara sempurna menyelesaikan dari lantai satu ke lantai seratus, dan menaklukkan kastil itu. -Lyfa."

Kirito menempatkan tangannya ke kepala Lyfa dan melanjutkan.

"Aku yang sekarang memang lemah... Jadi mohon bantuannya."

"...Ah..."

Suara Lyfa tercekat dan melihat wajah Kirito.

-Jika kamu pikir kamu ingin pergi, maka kamu bisa pergi kemanapun.

Air mata jatuh dari wajahnya lagi, jatuh di dada Kirito.

"-Ya. Aku akan pergi... tidak masalah dimana... bersama-sama..."


Meringkuk ke Kirito, dia menyaksikan kastil besar mengapung, dari arah kakinya terdengar sebuah suara.

"Hei. kamu terlambat Kirito!"

Lyfa mencari sumber suara itu, bandana kuning dan hitam disekitar rambut merahnya, sebuah katana panjang di pinggangnya, Klein muncul.

Disamping dia seseorang dengan kulit cokelat bersinar, Egil membawa kapak besarnya di punggungnya.

Membawa palu silver, berpakaian putih murni dan apron biru adalah Lizbeth.

Dengan telinga dan ekor panjang hitam indah, seekor naga kecil berwarna air di bahunya, adalah Silica.

Terbang dengan berpegangan, adalah Yurier dan Shinka.

Masih tidak biasa terbang, memegang stick ketika terbang adalah Sasha.

Tidak dikenal ketika mereka berkumpul, Sakuya dan Alicia Rue, bersama dengan player Cait Sith dan Sylph berada disampingnya.

Melambaikan tangannya dan mendekat adalah Recon.

Bersama dengan Jenderal Eugene dan satu pasukan Salamanders.

"Hei, kita akan meninggalkan kamu ke belakang!"

Terdengar suara teriakan Klein dibelakang, kelompok itu terbang menuju langit malam, menuju ke kastil di langit.

Dan akhirnya dalam jubah putih dan rok mini, rapier perak di pinggangnya, seorang pixie kecil duduk di bahunya adalah Asuna, rambut biru panjangnya berkilau saat dia berhenti di depan kami.

"Ayo pergi, Lyfa-chan!"

Lyfa malu-malu menggenggam tangan Asuna. Asuna tersenyum, menggerakkan sayap berwarna beningnya dan berputar.

Yui terbang dari bahu Asuna ke bahu Kirito.

"Hey, Papa, cepetan!"

Kirito menatap ke Aincrad, untuk beberapa saat dia kelihatan sedih. Bibirnya bergerak, membisikkan sebuah nama, tetapi Yui tidak bisa mendengar nya.

Ketika Kirito menaikkan kepalanya, wajahnya tersenyum seperti biasa lagi. Dia mengembangkan sayapnya lebar-lebar, menuju ke langit di depannya.

"Ok - Ayo pergi!!"


Catatan Penerjemah[edit]

  1. Mungkin turunan dari pc tablet dan pad yang ada saat ini.
  2. alat bantu berjalan
  3. Mata pelajaran
  4. Electroluminescence →http://en.wikipedia.org/wiki/Electroluminescence