Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 9 Bab 1

From Baka-Tsuki
Revision as of 00:26, 13 January 2015 by 202.67.41.51 (talk) (→‎Bagian 3)
Jump to navigation Jump to search

Bab 1 - Underworld

Bulan Ke-3 Kalender Dunia Manusia 378


Bagian 1

Ada suatu bebauan di udara.

Pikiranku yang buram ini merasakan hal itu tepat sebelum Aku bangun.

Udara yang mengalir kedalam rongga hidungku memberikan ku berbagai hal. Aroma harum bebungaan. Aroma rerumputan yang hijau. Aroma pepohonan yang seakan-akan dapat membuat dadaku merasa lega. Aroma air yang mengalir ke tenggorokan ku yang haus.

Selagi kesadaran ku mulai bangkit, berbagai suara melonjak ke dalam tubuh ku. Suara dari dedaunan yang bergesekan dengan satu-sama lain. Suara dari burung-burung kecil yang berkicau dengan gembira. Suara dengungan serangga dibawah nya. Dan suara samar-samar dari sungai kecil dikejauhan.

Dimana Aku!? Setidaknya udah pasti ini bukan kamarku. Biasanya, saat Aku bangun, selalu ada aroma matahari dari pakaian yang kering, suara dari pendingin ruangan, dan suara dari mobil-mobil yang berlarian di jalanan Kawagoe yang sedikit jauh, tapi disini gak ada satupun dari hal itu. Dan lagi —— cahaya hijau yang menyikat kelopak mataku sampai sekarang ini bukanlah cahaya terang dari alat yang lupa kumatikan, tapi adalah cahaya matahari yang tersaring melewati dedaunan, kan?

Aku menyingkirkan keinginan ku yang tersisa untuk kembali kedalam tidur lelap, sebelum akhirnya membuka mata ku.

Aku mengedip berkali-kali karena disilaui banyak nya cahaya yang melintas di mata ku. Selagi Aku mengusap mata ku, yang sedang buram karena air mata, dengan bagian belakang dari tangan kanan ku, Aku pelan-pelan mengangkat bagian atas tubuh ku.

"... ...Dimana Aku... ...?"

Tanpa sadar Aku menggumam.

Yang selanjutnya kulihat adalah semak-semak hijau. Disana terdapat bunga kecil berwarna kuning dan putih diberbagai tempat, kupu-kupu biru muda yang berkilauan terbang kesana-kesini disekitar nya. Sekitar lima meter jauh nya, karpet rerumputan terpotong, dan dari sana, adalah bentangan dari hutan yang dalam, dimana pohon-pohon besar yang sepertinya sudah berumur lebih dari sepuluh tahun itu berbaris disana.

Selagi Aku memfokuskan pandangan ku kearah celah gelap diantara ranting-ranting pohon, sepertinya pepohonan itu masih terus berbaris sampai batas dari jarak yang bisa diraih oleh cahaya. Kulit pohon yang kasar dan bergelombang dan tanah ditutupi oleh lumut yang tebal, bercahaya hijau dan emas dibawah matahari.

Aku menengok ke kanan, dan berbalik, Aku disambut oleh ranting pohon-pohon tua dari seluruh arah. Dengan kata lain, seperti nya Aku terbaring di lingkaran kecil rerumputan di tengah hutan. Kemudian Aku melihat keatas, dan dari celah diantara ranting pohon yang kasar yang terbentang ke seluruh arah, dapet terlihat langit biru dimana awan-awan melayang, seperti yang sudah kuduga.

"Dimana... ... tempat ini?"

Aku menggumam lagi lalu menghela nafas. Tapi gak ada jawaban.

Aku menggali seluruh sudut dari ingatan ku, tapi Aku gak bisa menemukan ingatan dari bagaimana Aku bisa datang dan tertidur di tempat ini. Berjalan sambil tidur? Amnesia? Saat kata-kata berbahaya itu terlintas di fikiran ku, gak mungkin, Aku dengan segera menyangkal hal tersebut.

Aku... ... namaku adalah Kirigaya Kazuto. Tujuh belas tahun lebih delapan bulan. Aku tinggal di Kawagoe, prefektur Saitama bersama ibu dan adik perempuan ku.

Aku merasa agak tenang sembari data itu keluar dengan mulus, kemudian Aku mengolah lebih ingatan ku.

Saat ini, Aku adalah murid SMA kelas dua. Tapi berhubung Aku telah mencapai syarat kelulusan di semester pertama tahun depan, Aku berfikir tentang pergi ke universitas pada musim kemarau. Ya, Aku telah berkonsultasi dengan seseorang tentang hal itu. Pada hari minggu terakhir bulan Juni, saat sedang hujan. Aku pergi ke toko milik Agil, «Dicey Café» di Okachimachi setelah pulang sekolah, dan mengobrol dengan teman ku Sinon, Asada Shino tentang Gun Gale Online.

Kemudian, Asuna —— Yuuki Asuna bergabung, dan kami bertiga ngobrol untuk sementara waktu sebelum meninggalkan toko.

“Asuna……”

Aku mempunyai seorang kekasih, Aku dengan lembut menyebut nama dari gadis itu, yang adalah seorang partner yang dapat kupercaya dengan penuh keyakinan. Aku melihat-lihat kesekeliling berkali kali, mencoba untuk mencari sosok nya, yang sosok nya sangat jelas di ingatan ku, namun, Aku gak bisa menemukan seorangpun sosok manusia di rerumputan atau di hutan yang dalam.

Selagi bertarung dengan rasa kesepian, Aku mencoba untuk mengusut kembali ingatan ku.

Asuna dan Aku berpisah dengan Shino setelah kami meninggalkan toko. Setelah pergi ke Tokyo Metro Ginza Line di Shibuya, kami pergi ke jalur Toyoko untuk pergi ke Setagaya, tempat dimana rumah Asuna berada.

Hujan telah berhenti saat kami keluar dari stasiun. Selagi kami berjalan berdampingan di jalan bata setapak, kami mengobrol tentang urusan masuk universitas. Aku berterus terang tentang keinginanku untuk pergi ke universitas di Amerika, dan membuat peromohonan yang keterlaluan kepada Asuna untuk pergi menemaniku, pada saat itu, ia memberikan senyuman hangat dan lembut yang biasanya, dan kemudian——


Ingatan ku terputus pada momen tersebut.


Aku gak bisa mengingat nya. Bagaimana dengan balasan Asuna? Bagaimana Aku mengucapkan selamat tinggal dan kembali ke stasiun? Jam berapa Aku kembali ke rumah, kapan Aku pergi tidur? Aku gak bisa mengingat satupun dari hal tersebut.

Selagi Aku terkaget, Aku mati-matian mencoba untuk mengolah lebih ingatan ku.

Namun, senyuman Asuna hanya menghilang seperti memburam di air, kejadian setelah itu gak bisa kuingat gak peduli seberapa keras kucoba mengingat nya. Aku mengerutkan dahi sembari menutup mata ku, dan dengan buru-buru menggali debu abu-abu.

Aku merasa sesak seolah-olah akan marah.

Itu adalah dua gambaran yang muncul dalam fikiran ku, seperti gelembung kecil. Tanpa sengaja, Aku menghirup aroma dari udara kedalam dada ku. Dan Aku merasakan tenggorokan ku yang kering, yang kulupakan sampai sekarang.

Gak ada keraguan lagi, kemarin sore Aku berada di kota Miyasaka di Setagaya. Kemudian bagaiamana Aku berakhir tertidur di tengah hutan yang Aku gak tau seperti ini?

Gak, apa itu benar-benar kemarin? Angin sepoi-sepoi yang bergesekan dengan kulit ku terasa sejuk dan nyaman. Hutan ini gak memiliki sedikitpun kelembaban pada akhir Juni. Saat ini, perasaan takut mengalir dalam fikiran ku.

«Ingatan hari kemarin», yang dengan mati-matian Aku bergantung kepadanya terasa solah-olah adalah sebuah rakit yang mengapung ditengah-tengah badai di lautan, apa itu benar-benar terjadi? Apakah Aku... benar-benar siapa yang Aku pikirkan...?

Setelah mengusap wajah ku dan menarik rambut ku berkali-kali, Aku menurunkan tangan ku dan melihat detail nya. Aku merasa agak tenang karena wajah dan rambut ku terlihat sama seperti dalam ingatan ku, ada tahi lalat dibawah jempol kanan, bagian belakang dari jari tengah tangan kiri memiliki bekas luka yang kudapatkan saat Aku masih kecil.

Pada saat itu, akhirnya Aku menyadari suatu hal yang aneh.

Yang menggantikan baju tidur ku yang biasa nya bukanlah kaos oblong atau seragam sekolah, bukan, bahkan bukanlah apapun yang kumiliki. Sebaliknya, bagaimanapun Aku melihatnya, baju ini bukanlah baju yang tersedia di toko.

Baju ini berwarna biru pucat, dan bukanlah baju katun ataupun kemeja lengan pendek. Tekstur nya aneh, dan terasa kasar. Untaian di bagian belenggu seperti dijahit oleh tangan bukannya oleh mesin jahit. Gak ada kerah, potongan bentuk V di bagian dada diikat dengan tali coklat muda. Saat Aku melihat kearah tali yang dipegang oleh jari-jari ku, Aku dapat melihat kalau itu gak dibuat dengan jalinan serat, tapi sepertinya oleh kulit yang dipotong dengan rapi.

Celana nya juga dibuat dari bahan yang sama, tapi sepertinya gak diklantangkan dan berwarna krem. Gak ada kantong, sabuk kulit yang terikat di pinggang ku gak dikencangkan dengan gesper logam, tapi dengan kancing panjang dan sempit. Sepatu nya juga adalah kulit yang dijahit dengan tangan, beberapa paku payung tertancap di kulit tebal sol sepatu.

Aku gak pernah melihat baju dan sepatu seperti ini sebelum nya. ——Di dunia nyata, setidaknya.

"... ...Eh."

Aku merilekskan bahu ku sembari Aku bergumam dengan sedikit helaan nafas.

Meskipun terlihat benar-benar berbeda, pada saat yang sama, adalah pakaian yang kelihatan familiar. Dari Eropa pada Zaman Pertengahan, atau secara bahasa fantasi nya, adalah apa yang disebut jubah, celana katun, dan sepatu kulit. Tempat ini bukanlah kenyataan namun adalah dunia fantasi, atau dunia virtual yang familiar.

"Eh... ..."

Aku mengatakan nya lagi selagi memiringkan kepala ku.

Itu berarti Aku tertidur saat sedang melakukan FullDive? Tapi kapan dan game apa yang sedang kumasuki? Kenapa Aku gak bisa mengingat apapun?

Toh, Aku akan mengetahui nya setelah Aku log-out, memikirkan hal itu, Aku mengayun tangan kanan ku.

Setelah beberapa detik, menu nya gak keluar, jadi sekarang Aku mencoba mengayun tangan kiri ku. Hasilnya sama saja.

Sembari Aku mendengarkan suara kicauan burung-burung kecil dan dedaunan yang bergesekan, secara serampangan Aku mencoba untuk menyingkirkan perasaan gelisah yang merambat dari pinggang ku,

Tempat ini adalah dunia virtual. Seharusnya begitu. Tapi —— setidaknya ini bukan Alfheim. Ini bahkan bukan dunia VR biasa yang diciptakan dengan The Seed.

Tapi bukannya Aku baru saja memastikan tahi lalat dan bekas luka yang kumiliki di dunia nyata? Dunia VR yang bisa menciptakan hal itu dengan sangat detail, setau ku, gak ada.

“Command. ……Log out.”

Aku mengucapkan nya dengan secercah harapan, tapi hal itu gak juga memberikan respon. Aku duduk bersila, dan melihat ke tangan ku lagi.

Ada sidik jari melingkar di ujung jari ku. Ada kerutan di sendi jari. Bulu-bulu halus yang tipis yang tumbuh disitu. Keringat dingin telah menyucur untuk sementara waktu sekarang.

Aku mengelap nya menggunakan baju ku, dan mengecek detail dari kain itu lagi. Benang yang kasar diikat dengan baju menggunakan metode lama. Tali yang halus terlihat jelas di permukaan nya.

Kalau ini adalah dunia virtual, mesin yang membuat hal ini pasti sangat luar biasa bagus dayaguna nya. Aku mengalihkan tatapanku ke semak-semak didepan, dengan cepat Aku merobek sepotong rumput dengan tangan kanan ku dan menggenggam nya didepan mata ku.

Dunia VR biasa yang dibuat dengan The Seed, yang menggunakan tehnik «Detail Focusing», gak akan bisa mengikuti gerakan mendadak ku, sedikit jeda waktu akan terjadi sebelum Aku sempat melihat tekstur yang detail dari daun ini. Namun, dari tulang daun yang tipis dan ujung daun yang bergerigi, bahkan sampai tetesan air yang menetes darinya, semuanya ditampilkan dengan detail yang sangat luar biasa saat Aku menatap nya.

Itu berarti objek yang masuk kedalam pandangan ku diolah secara real-time dengan tingkat ketepatan milimeter. Kalau begitu kapasitas yang diperlukan untuk menyimpan data dari satu daun ini akan berpuluh-puluh megabytes. Apakah hal seperti itu benar-benar mungkin?

Aku tak ingin meneruskan hal ini lagi, Aku menahan fikiran seperti itu kedalam benak ku sambil mendorong rumput diantara kaki ku dan mulai menggali tanah mengunakan tangan kanan ku sebagai pengganti sekop.

Tanah lembab ini aneh nya lembut, akar kecil dari rumput dengan cepat memasuki pandangan ku. Aku melihat gerakan menggeliat diantara akar-akar yang kusut dan dengan lembut mengambil nya dengan jari-jari ku.

Itu adalah cacing tanah yang kecil, sekitar 3 centimeter panjang nya. Makhluk hijau berkilau, yang diambil keluar dari tempat tinggal nya, bergerak-gerak dengan sembrono. Apakah ini spesies baru? Tepat setelah Aku memikirkan nya, cacing itu mengangkat salah satu ujung dari tubuh nya, yang adalah kepala nya, dan mengeluarkan suara kecil Kyu— Kyu—. Sementara Aku merasa sedikit pusing, Aku menaruh nya kembali ke tanah yang kugali. Aku kemudian melihat tangan kanan ku, ada banyak kotoran hitam di telapak tangan ku, sela-sela jari tangan ku penuh dengan tanah.

Aku terdiam selama beberapa puluh detik, kemudian, sementara masih enggan, Aku memikirkan tiga hipotesis yang bisa menjelaskan situasi saat ini.

Pertama, mungkin disini adalah dunia virtual yang dibuat oleh teknologi FullDive yang telah dikembangkan. Situasi dimana Aku bangun di tengah hutan, adalah adegan pertama dalam dunia fantasy-RPG yang biasanya.

Namun, kalau begitu, gak peduli seberapa banyak jenis supercomputer yang kuketahui, gak ada satupun dari nya mempunyai kemampuan untuk menciptakan objek 3D super-detail seperti ini. Mungkin saja kalau Aku kehilangan sebagian ingatan ku dan waktu di dunia nyata telah berjalan selama beberapa tahun, atau selama belasan tahun.

Kemudian, kemungkinan kalau tempat ini bisa jadi adalah suatu tempat di dunia nyata. Itu berarti Aku adalah sebuah subjek dari tindak kejahatan, eksperimen ilegal, atau perbuatan iseng yang keterlaluan, seseorang memakaikan ku baju ini dan menempatkan ku di hutan ini — dari udara nya bisa jadi ini adalah Hokkaido, atau mungkin disuatu tempat di belahan bumi bagian selatan. Namun, kupikir di Jepang gak ada spesies cacing tanah hijau berkilau yang bisa membuat suara 'kyu kyu', atau bahkan mungkin gak ada di seluruh dunia.

Hipotesis terakhir, tempat ini mungkin terdapat di dimensi lain, dunia yang berbeda, atau mungkin dunia setelah mati. Hal ini biasa terjadi di manga,novel, dan anime. Menurut skenario dari hal tersebut, setelah ini Aku akan menolong seorang gadis dari serangan monster, mendengarkan permohonan kepala desa dan menjadi sang pahlawan, dan bertarung melawan raja iblis. Tapi gak ada «Steel sword»[1] di pinggang ku.

Aku menahan perut ku selagi tiba-tiba ingin tertawa terbahak-bahak karena pemikiran itu, setelah entah bagaimana Aku berhasil menahan nya, Aku memutuskan untuk menghilangkan kemungkinan ketiga karena sangat mustahil. Saat Aku kehilangan arah akan kenyataan dan yang bukan, Aku merasa kalau Aku juga mulai kehilangan kewarasan ku.

Bagaimanapun juga —— apakah ini dunia virtual? Ataukah dunia nyata?

Kalau yang pertama, gak peduli senyata apa dunia ini, gak sulit untuk memastikan nya. Aku hanya perlu memanjat ke puncak pohon terdekat, melompat, dan mendarat dengan kepala duluan. Kalau Aku ter log-out atau dibangkitkan di save-point di sebuah kuil di suatu tempat, kalau begitu tempat ini adalah dunia virtual.

Tapi kalau ini adalah dunia nyata, hal yang terburuk akan menjadi hasil dari eksperimen itu. Di sebuah novel yang dulu pernah kubaca, sebuah organisasi kriminal, agar dapat memfilmkan game kematian asli, menculik sekitar 10 orang dan meninggalkan mereka di alam liar tak berpenghuni untuk saling membunuh satu sama lain. Meskipun hal seperti itu terlihat mustahil untuk terjadi di dunia nyata, kejadian yang sama seperti itu terjadi saat insiden SAO terjadi. Kalau ini benar-benar game yang ditempatkan di dunia nyata, kupikir melakukan bunuh diri tepat di awal bukanlah pilihan yang bagus.

"... ...Kalau benar seperti itu, mereka belum memulai permainan nya... ..."

Tanpa sadar Aku mengatakan hal itu. Setidaknya Kayaba Akihiko masih menjalankan tugas nya, menjelaskan situasi detail tepat pada awal permainan.

Aku melihat keatas langit sebelum berbicara lagi,

"Oi, GM-san! Kalau kau mendengarkan tolong jawab Aku!!"

Namun, gak peduli seberapa lama Aku menunggu, wajah besar ataupun sosok manusia berjubah gak muncul. Pada saat itu, Aku mulai mengecek semak-semak di sekeliling lagi sebelum mencari sesuatu di baju ku yang mungkin saja adalah buku peraturan, tapi Aku gak bisa menemukan apapun.

Tampaknya, siapapun yang melemparku ke tempat ini gak berniat untuk merespon panggilan ku. Situasi ini, kalau bukan kecelakaan kalau begitu... tapi...

Sembari mendengarkan kicauan burung-burung, Aku dengan sembrono memikirkan tentang apa yang harus kulakukan setelah ini.

Kalau ini adalah kecelakaan di dunia nyata, Aku harus menganggap kalau bergerak kesana-kesini dengan ceroboh bukanlah pilihan yang bagus. Mungkin saja saat ini, tim penyelamat sedang dalam perjalanan kesini.

Tapi, apa alasan nya kecelakaan seperti ini bisa terjadi?

Kalau berusaha mendapatkan satu alasan dengan paksa, sebuah masalah terjadi pada kendaraan yang kunaiki saat dalam perjalanan — mau itu pesawat ataupun mobil, dan Aku jatuh pingsan di hutan ini, dampak nya membuat ku kehilangan ingatan akan kejadian yang terjadi sebelum dan setelah hal itu. Tapi hal itu gak bisa menjelaskan tentang pakaian aneh ini, dan juga gak ada luka di tubuh ku.

Atau, suatu kecelakaan terjadi saat Aku berada di dunia virtual, hal seperti itu juga mungkin. Ada kendala yang berlangsung di rute komunikasi dan membuat ku masuk ke dunia yang bukan seharusnya kumasuki. Tapi dalam hal ini, objek 3D yang super-detail ini gak bisa dijelaskan.

Dan juga, kalau menganggap kalau situasi ini diatur oleh niat seseorang. Kalau begitu akan lebih baik untuk berfikir kalau 'selama Aku gak berbuat apa-apa, situasi nya gak akan berubah'.

"Yang mana... ..."

Apakah ini kenyataan? Ataukah dunia VR? Pasti ada cara untuk mengetahui nya, Aku berfikir seperti itu selagi bergumam.

Pasti ada jalan. Dunia virtual yang mendekati sempurna sampai-sampai orang gak bisa membedakan nya dengan kenyataan, meskipun kata-kata itu sering digunakan, Aku gak yakin kalau menciptakan seluruhnya dengan tingkat ketepatan 100% itu mungkin.

Sudah hampir 5 menit Aku duduk di rumput ini sambil berfikir tentang berbagai macam hal. Namun, Aku gak bisa menemukan ide yang masuk akal untuk situasi seperti ini. Kalau Aku punya mikroskop, Aku bisa mencari eksistensi dari mikro-organisme di tanah, atau kalau Aku punya pesawat, Aku bisa terbang sampai ke ujung permukaan. Namun, sayang nya, hanya dengan tangan dan kaki yang kupunya, menggali tanah adalah hal terbaik yang bisa kulakukan.

Pada saat seperti ini, kalau Asuna, dia pasti punya cara untuk mengidentifikasi dunia ini yang tak bisa kupikirkan, Aku mengeluarkan helaan nafas pendek selagi memikirkan hal itu. Atau kalau Asuna, dia gak akan duduk sambil khawatir seperti ini, tapi dengan cepat melakukan suatu tindakan.

Aku mengigit bibirku saat rasa putus asa menyerang ku lagi.

Aku terkejut kalau Aku sampai begini hanya karena gak mungkin untuk mengontak Asuna, tapi Aku juga menerima hal ini. Selama dua tahun terakhir ini, Aku mendiskusikan hampir semua keputusan ku dengan nya. Sekarang, tanpa sirkuit berfikir Asuna, otakku seperti CPU yang setengah dari inti nya mati.

Rasanya baru kemarin Aku mengobrol dengan asyik dengan nya selama beberapa jam di toko milik Agil. Kalau Aku tau ini bakal terjadi, Aku gak akan ngobrol tentang RATH ataupun STL, tapi tentang bagaimana cara membedakan kenyataan dengan dunia virtual super-deta——……

“Ah……”

Tanpa sengaja Aku menaikkan tubuh ku. Suara disekitar dengan cepat mereda.

Jadi begitu, dan Aku gak menyadarinya sampai sekarang.

Bukannya Aku udah tau tentang hal itu? Eksistensi dari sesuatu yang jauh melebihi mesin FullDive, teknologi yang bisa dibilang dapat membuat dunia VR dengan kualitas super-nyata. Kalau begitu dunia ini adalah... ...

"Didalam Soul Translator... ...? Apakah tempat ini... Underworld?"

Gak ada respon akan gumaman ku selagi Aku tanpa sadar melihat kesekeliling ku dengan penuh kebingungan.

Hutan yang dipenuhi pohon-pohon tua yang hanya bisa kupikirkan sebagai benda nyata. Rerumputan yang bergoyang. Kupu-kupu yang beterbangan.

"Semua itu... ... sebuah mimpi buatan yang ditulis langsung kedalam Fluctlight milik-ku... ...?"

Pada hari pertama Aku memulai kerja paruh waktu di sebuah perusahaan, «RATH»; si peneliti dan operator, Higa Takeru, dengan bangga menjelaskan struktur dari STL dan sebagaimana nyata nya dunia yang bisa dibuat kepada ku.

Dan Aku menyadarinya setelah Test Dive setelah nya, kalau kata-kata nya sama sekali gak dilebih-lebih kan — namun, yang kulihat pada saat itu hanya satu ruangan. Meskipun meja, kursi dan berbagai benda kecil yang ada disana benar-benar sulit untuk dibedakan dengan yang sebenarnya, ruangan itu sendiri gak bisa disebut sebagai «Dunia».

Namun, ukuran dari hutan yang mengitari ku sekarang, mungkin beberapa kilometer di kenyataan. Enggak, kalau pegunungan yang samar-samar terlihat dibalik pepohonan itu benar-benar ada, kalau begitu ukuran dari tempat ini bakal ada di level puluhan atau bahkan ratusan kilometer.

Mencoba untuk membuat hal ini menggunakan teknologi yang ada, meskipun menggunakan tempat penyimpanan yang tersedia di internet gak akan bisa muat untuk mencangkup seluruh data yang dibutuhkan. Hanya teknologi terbaru... ... seperti «Visual Mnemonic» dari STL, yang bukan hanya bisa membuat pemandangan yang mustahil di kenyataan, tapi dapat membuat objek berukuran besar seperti ini, Aku benar-benar gak membayangkan nya.

Kalau begitu, kalau tebakanku kalau tempat ini adalah Underworld, dunia virtual yang diciptakan dengan STL, itu benar, mustahil untuk memastikan nya gak peduli tindakan apa yang kulakukan didalam nya.

Itu karena semua objek yang ada disini, bukan, semua 'hal' disini ada pada level yang sama dengan kenyataan dalam kesadaran ku. Gak peduli seberapa banyak rumput yang kurobek, informasi yang sama seolah-olah Aku melakukan nya didunia nyata akan terkirim kedalam kesadaran ku — Fluctlight ku, jadi memang mustahil secara teori untuk memastikan kalau dunia ini adalah eksistensi virtual.

Jadi, kalau STL akan digunakan dalam komersial, sebuah tanda untuk mengidentifikasi kalau ini adalah dunia virtual seharusnya sangat dibutuhkan... ... Aku berdiri selagi memikirkan hal itu.

Meskipun Aku masih belum mendapatkan bukti konkrit, lebih baik befikir kalau tempat ini adalah Underworld. Itu berarti sekarang di dunia nyata, Aku sedang berbaring didalam mesin eksperimen STL di kantor pengembangan Roppongi milik RATH, melakukan kerja paruh waktu bergaji 2000 yen per jam.

"Tapi... ... bukan nya ini aneh... ...?"

Setelah beberapa momen lega, Aku memiringkan kepala ku lagi.

Sang operator, Higa dengan jelas mengatakan kalau untuk mencegah kontaminasi dari test data, memori dunia nyata dari Kirigaya Kazuto seluruhnya akan diblokir. Tapi saat ini, yang gak bisa kuingat hanya satu hari, dari mengantar Asuna pulang sampai Aku pergi kedalam STL di RATH besok nya, hal itu jauh dari kata diblokir.

Dan juga —— berhubung ujian akhir sudah dekat, bukan nya Aku memutuskan untuk keluar dari kerja paruh waktu ini untuk belajar? Kupikir Aku bukanlah orang yang dengan mudah nya melanggar janji ku dengan Asuna setelah sehari hanya karena gaji perjam yang besar.

Selain itu, dari situasi ini, meskipun ini adalah test Dive STL, gak diragukan lagi kalau terjadi suatu masalah. Aku melihat kearah langit biru diantara cela-celah dari puncak pohon dan berteriak dengan suara yang lantang,

"Higa-san, kalau kau sedang mengamati, hentikan proses Dive untuk sementara! Sepertinya sedang terjadi suatu masalah!"

Aku berteriak seperti itu, menunggu jawaban selama lebih dari 10 detik.

Namun, dedaunan terus melambai dibawah cahaya matahari, kupu-kupu terus mengepakkan sayap nya dengan lemah, gak ada perubahan dari pemandangan sekitar.

"... ...Uu... ...mungkin, ini... ..."

Aku mengerang dengan suara yang pelan menuju suatu kemungkinan yang tiba-tiba kusadari.

Mungkin Aku telah menyetujui eksperimen ini —— apakah seperti itu?

Dengan kata lain, agar mereka dapat memperoleh data tentang tindakan yang akan kulakukan kalau Aku berada ditempat yang Aku gak bisa yakin apakah tempat itu adalah dunia virtual atau kenyataan, mereka memblokir memori ku tepat sebelum melakukan Dive dan melemparku ke dunia super nyata yang berbeda yang diciptakan dengan STL.

Kalau seperti itu, Aku merasa ingin menampar wajah ku yang dengan mudah nya setuju terhadap eksperimen kejam tersebut. gak salah untuk mengatakan kalau sangat dangkal kalau berfikir kalau Aku dengan mudah nya menemukan cara yang akurat dan cepat untuk lari dari situasi ini.

Aku menghitung persentase dari kemungkinan yang dengan cukup dapat menjelaskan situasi sekarang sambil melipat jari-jari tangan kanan ku.

"Hmm... ... kemungkinan kalau ini adalah kenyataan adalah... 3 persen. Dunia VR saat ini... 7 persen. Kesetujuan ku dalam melakukan test Dive kedalam STL... 20 persen. Kecelakaan mendadak saat melakukan Dive... 69.0000 persen... ..."

Difikiran ku, Aku menambah kemungkinan 0.0001 persen terakhir kalau Aku hilang kedalam dunia yang benar-benar berbeda. Dan itu adalah batas dari hal yang bisa kupikirkan. Untuk mendapatkan informasi lebih, Aku harus dengan berani menantang bahaya dan mencoba untuk mengontak manusia lain atau pemain atau test Diver.

Jadi sekarang waktu nya untuk bertindak.

Pertama-tama, Aku ingin melegakan tenggorokan ku yang kering sampai sekarang. Aku membalikkan tubuh ku di tengah-tengah rumput yang menyelimuti tanah dimana Aku berdiri. Menuju kearah dimana samar-samar suara arus datang, dilihat dari lokasi matahari, mungkin kearah timur.

Sebelum Aku mulai bergerak, tangan kanan ku meraba-raba punggung ku lagi, tentu saja gak ada sebuah stik disana, apalagi pedang. Aku menendang perasaan putus asa jauh-jauh saat Aku melangkahkan kaki kanan ku, hanya 10 langkah yang dibutuhkan untuk mencapai ujung tanah yang dilapisi rumput. Aku melewati dua pohon tua yang tumbuh seolah-olah adalah gerbang alami, dan melangkah kedalam hutan yang dalam.

Lantai hutan ini ditutupi dengan lumut tebal yang seperti beludru, ruang nya terasa asing dan mencurigakan. Daun-daun dari pepohonan yang tumbuh tinggi hampir seluruhnya menghalangi cahaya matahari, hanya lintasan cahaya emas yang sempit yang dapat sampai ke tanah. Kupu-kupu yang menari-nari di sekitar rumput tergantikan oleh kumbang aneh yang terlihat seperti capung atau ngengat, mereka meluncur tanpa suara di udara. Kadang-kadang, suara dari sesuatu datang dari suatu tempat masuk ketelinga ku. Itu adalah hal yang kupikir gak ada di bumi di dunia nyata.

Aku berjalan selama sekitar 15 menit sambil berdoa agar binatang ganas yang besar atau monster gak akan muncul. Aku merasa sangat lega saat jalan yang dibanjiri oleh cahaya matahari dapat terlihat oleh ku. Suara dari air menjadi jelas, Aku yakin kalau didepan sana adalah sungai. Aku secara alami mempercepat langkah ku sambil menahan rasa haus di tenggorokan ku.

Saat Aku buru-buru pergi keluar hutan, dipisahkan oleh area tiga meter yang dipenuhi rumput, adalah permukaan air, yang dimana cahaya silver dari matahari memantul dan memasuki mata ku.

"A-Air——”

Dengan gerangan sedih, Aku berjalan terhuyung-huyung pada jarak terakhir, sebelum menjatuhkan tubuh ku ke semak halus di sisi sungai.

“Uo……”

Aku tanpa sengaja mengangkat suara ku saat Aku meletakkan nya di perut ku.

Benar-benar arus yang indah. Sungai ini gak lebar, selagi Aku merayap, Aku dapat melihat aliran air yang transparan. Seperti tetesan cat biru yang ada di warna yang kurang, Aku dapat dengan jelas melihat pasir di permukaan sungai melalui arus yang benar-benar jernih.

Sampai beberapa detik yang lalu, dengan sedikit kemungkinan yang tersisa kalau tempat ini adalah dunia nyata, Aku masih memikirkan bahaya akan meminum air mentah. Namun, melihat arus yang terlihat seolah-olah seperti kristal yang cair, tak bisa menahan godaan, tangan kanan ku terjun kedalam permukaan sungai. Dengan suara yang tinggi seolah-olah memotong air yang dingin, tangan kanan ku menuang air itu kedalam mulut ku.

Apakah ini bisa dibilang manis? Aku gak bisa merasakan sedikitpun kotoran, rasa air yang manis dan melegakan membuat ku gak ingin lagi membeli air mineral di toko lagi. Setelah menggunakan kedua tangan untuk mengambil air dengan cepat, Aku akhirnya memasukkan mulut ku ke permukaan air.

Selagi befikir kalau ini benar-benar rasa dari air kehidupan, di sudut fikiran ku, kemungkinan kalau tempat ini adalah dunia virtual yang diciptakan dengan mesin FullDive sekarang telah sepenuh nya tereliminasi.

Itu karena, untuk mesin yang paling umum sekarang —— yang bernama AmuSphere, mustahil untuk menciptakan ulang cairan sesempurna ini. Polygon adalah angka koordinat tak terhingga yang membentuk permukaan berlevel sebelum terhubung satu sama lain untuk membuat sebuah objek, dan gak cocok untuk menciptakan bentuk keserampangan dan rumit dari air. Namun, keadaan air yang bergoyang di tangan ku, tumpah, dan mengalir kebawah sama sekali gak memiliki tanda-tanda kalau itu adalah buatan.

Aku juga ingin menghilangkan kemungkinan kalau tempat ini adalah dunia nyata —— selagi berfikir seperti itu, Aku mengangkat tubuh ku dan melihat kesekitar lagi. Sungai yang amat jernih, hutan luar biasa yang terus membentang sepanjang pinggir sungai, dan warna binatang kecil yang sangat jelas, Aku gak yakin hal itu ada dimanapun di bumi. Umumnya, bukan nya yang namanya alam kalau disentuh oleh tangan manusia akan menjadi lingkungan yang buruk? Dan juga, apakah ada suatu alasan Aku gak digigit serangga sampai sekarang, meskipun Aku mondar-mandir sementara dengan pakaian yang enteng seperti ini?

——Memikikan hal ini, Aku punya perasaan kalau STL dapat memanggil gerombolan besar serangga beracun, Aku berdiri sambil menyingkirkan pemikiran itu. Setelah Aku mengatur ulang kemungkinan kalau tempat ini adalah dunia nyata menjadi satu persen, sekarang, Aku melihat ke arah kanan dan kiri.

Aliran sungai membentuk kurva secara bertahap dari utara ke selatan. Ujung dari kedua arah tertutupi oleh kumpulan pohon besar. Namun, dari kebersihan nya, kedinginan nya, dan lebarnya, kupikir sumber dari sungai ini seharusnya agak dekat. Kalau begitu, akan tinggi kemungkinannya ada rumah atau kota di hilir sungai ini.

Akan mudah kalau Aku punya perahu... Fikir ku sembari mulai berjalan menuju hilir —— pada saat itu,

Angin sepoi-sepoi yang sedikit berubah arah sedikit mengeluarkan suara yang ganjil memasuki telinga ku.

Sesuatu yang keras, entah itu pohon yang besar atau sesuatu yang mirip tertancap sesuatu, suara seperti itu. Bukan hanya sekali. Aku mendengarkan suara dengan laju yang tetap dengan interval sekitar 4 detik.

Suara itu bukan beasal dari binatang atau sumber alam. Suara itu jelas adalah suara yang dibuat orang. Suara itu jelas adalah suara seseorang yang sedang memotong pohon di hutan ini. Tapi mencoba untuk mendekatinya mungkin akan berbaaya, Aku membuat senyum pahit setelah berfikir sementara waktu. Toh ini bukanlah dunia MMORPG dimana bertarung dan membunuh dianjurkan. Membuat kontak dengan orang lain dan mendapatkan informasi adalah pilihan berprioritas utama saat ini.

Aku berbalik setengah putaran menuju hulu sungai, dimana suara gema itu berasal.

Tiba-tiba, Aku mempunyai perasaan kalau Aku melihat pemandangan yang aneh.

Di sisi kanan adalah permukaan sungai yang beriak. Hutan yang lebat dan dalam di sisi kiri. Di depan adalah jalan hijau yang membentang menuju suatu tempat.

Disana, tiga anak berjalan saling berdampingan. Diantara anak laki-laki berambut hitam dan anak laki-laki berambut coklat muda, adalah anak perempuan yang memakai topi jerami yang rambut panjang emas nya berayun dan berkilau. Dibawah sinar matahari musim panas, cahaya emas tersebar dengan bebas.

Ini —— memori... ...?

Jauh, hari-hari yang tak bisa kembali. Kepercayaan abadi yang mereka bersumpah untuk melakukan segala nya untuk melindungi, tapi seperti bongkahan es dibawah cahaya matahari, perlahan menghilang—

Hari-hari nostalgia itu...

Sword Art Online Vol 09 - 210-211.jpg


Bagian 2

Hanya setelah Aku mengedip sekali, pemandangan ilusi itu tiba-tiba hilang, seperti saat pemandangan itu muncul.

Apa itu tadi? Meskipun ilusi itu sudah hilang, perasaan nostalgia yang muncul tak kunjung pergi, bagian tengah dada ku terasa kencang dan sakit.

Ingaan masa kanak-kanak—— Aku punya prasangka kuat saat Aku melihat tiga anak yang sedang berjalan di tepi sungai. Anak laki-laki berambut hiam yang berjalan dikanan, itu Aku kan?

Tapi hal seperti itu mustahil. Berhubung di Kawagoe, tempat Aku tinggal tidak ada hutan ataupun sungai yang jernih seperti itu, dan Aku tidak pernah punya teman dengan warna rambut seperti itu juga. Dan juga, ketiga anak tersebut memakai pakaian fantasi yang sama seperti yang kupakai sekarang.

Kalau ini didalam STL, ilusi barusan adalah ingatan dari Diving yang kulakukan terus menerus pada minggu pertama? Tapi meskipun berfikir seperti itu, karena fitur Akselerasi Fluctlight, Aku seharusnya hanya berada di dalam STL selama paling banyak 10 hari. Waktu sesedikit itu tidak mungkin bisa membuat ku merasakan sakit di dada karena nostalgia seperti barusan.

Situasi ini sepertinya mulai menjauh dan menjauh menuju arah yang tidak bisa dijelaskan. Apakah Aku benar-benar siapa yang kupikirkan? selagi keraguan itu kembali padaku, Aku dengan takut melihat ke permukaan sungai disamping ku, namun, Aku tidak bisa melihat perbedaan nya berhubung wajah ku terdistorsi karena dipantulkan oleh arus yang bergelombang.

Selagi Aku mencoba untuk melupakan rasa sakit dari sisa ingatan ku untuk sekarang, suara yang terus menerus berbunyi yang memasuki telinga ku menjadi jelas. Saat Aku mencoba mendengarkan nya lagi, suara ini juga membuatku merasa nostalgia, tapi Aku tidak tau kalau Aku pernah mendengar suara dari pohon yang ditebang sebelum nya. Aku menggelengkan kepala ku sebelum mulai berjalan melawan arus lagi.

Sementara Aku menggerakkan kedua kaki ku, Aku mendapat kesempatan untuk sekali lagi menikmati pemandangan yang indah ini, kemudian Aku menyadari kalau arah ku berjalan telah menyimpang kearah kiri. Sepertinya, sumber dari suara itu bukan berasal dari tepi sungai, tapi dari tempat yang lebih dalam didalam hutan disebelah kiri ku.

Suara aneh yang kucoba untuk kuhitung dengan jari ku tidak terus bergema secara konstan. Suara itu terulang tepat sebanyak 50 kali, kemudian diselingi oleh jeda sekitar 3 menit, sebelum melanjutkan 50 kali lagi. Akhirnya Aku yakin kalau suara itu pasti suara yang dibuat manusia.

Selama 3 menit tanpa suara, Aku berjalan dengan mengira-ngira ke arah sumber dari suara itu, kemudian mengatur arah sedikit saat mendengar suara itu berlanjut. Aku telah berpisah dengan tepi sungai dan kembali ke dalam hutan. Aku melanjutkan tanpa suara sembari bertemu kembali dengan capung yang aneh, kadal biru dan jamur raksasa.

"......Empat puluh sembilan, ......lima puluh..."

Terdengar suara kecil yang menghitung pada jumlah yang sama saat tebasan ke 50 berakhir, itulah saat kemudian Aku menyadari kalau celah dari pohon-pohon didepan menjadi lebih terang. Jadi itu pintu keluar hutan? Atau mungkin disana ada desa. Aku mempercepat langkah ku menuju cahaya.

Aku memanjat akar pohon yang tumbuh keatas seperti tangga dan saat wajah ku keluar dari bayangan batang pohon tua, di depan mata ku muncul —— pemandangan yang bisa dibilang tak bisa dipercaya.

Meskipun hutan ini berakhir sampai disini, tidak ada desa. Namun Aku tidak punya waktu untuk merasa kecewa, Aku melamun sambil menatap dengan mulut terbuka.

Tempat ini adalah tempat terbuka dihutan yang melingkar. Tempat ini pastinya lebih lebar dibanding tempat dimana Aku bangun. Diameter nya sekitar 30 meter. Dan juga, tanah yang ditutupi oleh lumut hijau dan emas berbeda dengan yang ada di hutan yang telah kulewati, tidak ada tanaman paku, tanaman merambat, ataupun semak pendek sama sekali.

Kemudian, ditengah-tengah tempat terbuka ini, pandangan ku terfokus kearah sesuatu yang menjulang sangat tinggi.

Besar sekali pohon ini!

Mengira-ngira dengan mata ku, diameter nya seharusnya tidak kurang dari 4 meter. Pohon-pohon yang kulihat sampai sekarang di hutan ini semuanya adalah pohon berdaun lebar dengan batang yang keras dan kasar, tapi pohon raksasa yang menjulang tinggi didepan mata ku ini adalah pohon berdaun tajam. Kulit nya berwarna gelap mendekati hitam, dan melihat keatas, Aku dapat meliha cabang nya tersebar tinggi keangkasa. Sementara Aku memikirkan seberapa besarnya pohon cedar Jomon di Yakushima dan pohon cedar Sequoia di Amerika yang kulihat dari foto dan video, Aku tidak habis fikir kalau kebearadaan luar biasa dari pohon ini bisa ada di dunia alam, dan Aku merasakan pohon itu memancarkan aura dari seorang kaisar.

Pandangan ku pergi ke puncak nya, yang sepenuhnya menghalangi pemandangan diatas nya, kembali pada bagian dasar nya. Aku melihat akar yang seperti ular besar yang bergerak akan menyebar seperti jala di seluruh arah, hampir mencapai batas hutan dimana Aku berdiri. Atau tepat nya, pohon ini menyerap seluruh kesuburan tanah, dan tidak ada tanaman lain selain lumut yang dapat tumbuh, menghasilkan tempat terbuka yang luas ini ditengah hutan.

Berfikir akan mengganggu taman milik kaisar membuatku sedikit ragu, tapi godaan untuk menyentuh batang dari pohon besar ini membuat kaki ku bergerak kedepan. Meskipun Aku beberapa kali tersandung karena liat-liut akar dibawah lumut, hal itu tidak menghentikan ku dari melihat keatas melebihi kepala ku, Aku pelan-pelan melanjutkan.

Aku, yang mendekati batang pohon besar itu sambil menghela nafas berkali-kali karena kagum, benar-benar telah lupa akan waspada terhadap sekitar. Sebagai hasil nya, sudah terlalu terlambat bagiku untuk menyadari nya.

“————!?”

Pandangan ku, yang tiba-tiba kembali melihat lurus kedepan, bertemu dengan wajah seseorang yang mata nya menatap ku dari balik batang pohon. Aku menahan nafas ku. Karena terkejut, Aku mundur setengah langkah sebelum kemudian terjatuh ke tanah. Tangan kanan ku hendak mengambil sesuatu dari punggung ku, tapi tentu saja, tidak ada pedang disitu.

Untung saja, sepertinya orang peratma yang kutemui didunia ini tidak menunjukkan sikap permusuhan ataupun waspada, hanya memiringkan kepalanya dengan bingung.

Umurnya seharusnya sama dengan ku —— Aku melihat kearah anak itu, umurnya sekitar tujuhbelas, atau delapanbelas. Rambut coklat nya yang kelihatan halus sedikit bergelombang. Ia memakai pakaian dan celana yang sama dengan yang kupakai. Ia menggunakan akar dari pohon besar itu sebagai kursi untuk diduduki, dan ditangan kanan nya terdapat sesuatu yang bundar.

Ada yang aneh dari penampilan nya. Meskipun kulitnya berwarna krim, ia tidak bisa dibilang orang barat dan pada saat yang sama, ia tidak bisa dibilang orang timur juga. Aku melihat kearah mata hijau tua pada wajahnya yang kurus dan halus itu.

Pada saat Aku melihat wajah nya, kepalaku...... didalam jiwaku merasakan denyutan yang sakit. Namun, perasaan itu tiba-tiba hilang pada saat Aku mencoba untuk memahami nya. Aku dengan sabar mencoba untuk melupakan nya, untuk sekarang, Aku membuka mulut ku untuk menyatakan kalau Aku tidak punya rasa permusuhan terhadap nya. ——Tapi, apa yang harus kukatakan? Dan sebelum itu, bahasa apa yang harus kugunakan? Aku sama sekali tidak tau. Selagi Aku membuka dan menutup mulutku berulang-ulang seperti seorang idiot, anak itu berbicara duluan.

"Siapa kamu? Darimana asal mu?"

Intonasi yang sedikit asing itu diucapkan dengan —— bahasa Jepang yang sempurna.

Aku terkaget seperti saat Aku pertama kali melihat pohon hitam raksasa itu, dan terdiam untuk sementara. Di tempat ini, yang tidak peduli bagaimanapun kulihat, bukanlah Jepang, mendengar bahasa asli ku di dunia yang berbeda ini sama sekali tidak kuperkirakan. Setelah Aku terbiasa mendengarkan kata-kata yang mengalir keluar dari mulut anak itu, yang memakai baju eksotis Eropa barat pada Zaman Pertengahan, hal ini terasa seperti bukan kenyataan, seolah-olah Aku melompat kedalam film barat yang di dubbing.

Namun, ini bukan situasi yang bisa membuat ku asyik. Ini adalah situasi dimana Aku melatih pikiran ku. Aku mulai untuk mati-matian memutar otak ku, yang rasanya udah karatan akhir-akhir ini.

Anggaplah kalau dunia ini adalah dunia virtual yang dibuat dengan STL, dengan kata lain, «Underworld». Anak didepan ku adalah, ① seorang test-player pada saat Dive, dan mempunyai ingatan dunia nyata seperti diriku ini, ② seorang test-player tapi ingatan nya diblokir, menjadi penduduk di dunia ini, atau ③ sebuah NPC yang dioperasikan oleh program.

Kalau yang pertama akan cepat ceritanya. Aku tinggal menjelaskan situasi aneh ku kepadanya dan menanyakan cara log out dari dunia ini.

Tapi kalau yang kedua atau ketiga, situasinya tidak akan mudah. Bagi manusia yang berperan sebagai penduduk Underworld atau sebuah NPC, kalau Aku tiba-tiba mengatakan sesuatu yang mereka tak bisa mengerti seperti hal aneh pada Soul Translator atau cara untuk log out, hal itu bisa menyebabkan tingkat waspada yang tinggi yang akan membuatku lebih sulit untuk mendapatkan informasi.

Jadi, Aku perlu memilih kata-kata yang aman untuk berbicara pada anak ini dan mengetahui posisi nya. Sembari diam-diam mengelap keringat dingin di tangan ku dengan celana, Aku membuat wajah senyum dan membuka mulut ku,

"Umm...... nama ku......"

Aku merasa ragu untuk beberapa saat. Gaya Jepang atau gaya Barat, yang mana yang umum digunakan di dunia ini? Aku kemudian memberikan nama ku sambil berdoa kalau gaya bahasa ku akan cocok.

"——Kirito. Aku datang dari arah sana, tapi pada saat itu Aku nyasar sedikit......"

Sembari berbicara, Aku menunjuk kearah dibelakang ku, mungkin ke arah selatan, dan anak itu melihat ku dengan terkejut. Setelah menaruh benda bundar di tangan kanan nya, ia berdiri dengan cepat, kemudian menunjuk kearah yang sama dengan yang kutunjuk.

"Dari situ...... hutan bagian selatan? Kamu dari Zakkaria?"

"Bu-Bukan... bukan seperti itu."

Wajah ku menjadi kaku pada dilema yang tiba-tiba, tapi Aku bisa menjawab nya,

"Itu, erm...... Aku juga tidak tau dari mana Aku berasal...... Aku mendapati diriku sedang tertidur di tengah hutan saat Aku bangun......"

'Oh, apakah ada yang salah dengan STL? Tunggu sebentar, Aku akan mengontak operator.' ——adalah jawaban yang kuinginkan dari lubuk hati ku, namun, anak itu masih terlihat terkejut, dan bertanya padaku sementara masih menatap wajah ku,

"Hmm...... tidak tau dari mana kamu berasal...... bagimana dengan kota tempat kamu tinggal sampai sekarang......?"

"A-Ah...... Aku tidak ingat. Satu-satu nya hal yang kuingat hanyalah nama ku......"

"......Benar benar mengejutkan ......«Perbuatan Iseng Vector», huh. Meskipun sebelum nya Aku pernah dengar...... tapi ini pertama kali nya Aku benar-benar melihatnya."

"Perbuatan iseng... Vector......?"

"Eh, kamu tidak pernah mendengar nya dari kampung halaman mu? Itu adalah yang dikatakan penduduk desa ku sebagai orang yang pada suatu hari tiba-tiba menghilang, dan kemudian, tiba-tiba muncul di hutan atau di lapangan. Dewa kegelapan Vector senang berbuat iseng pada manusia dengan menculik nya, dan mengambil ingatan nya sebelum melempar nya ke tanah yang jauh. Dulu sudah lama sekali, wanita tua di desa ku menghilang."

"H-Heh...... Kalau begitu mungkin Aku juga seperti itu......"

Situasi ku menjadi lebih mencurigakan, Aku mengangguk, Anak didepan ku sepertinya bukanlah test-player yang diberi peran. Sembari emosi ku dipacu sampai dinding, Aku mulai mengatakan sesuatu yang sedikit lebih berbahaya,

"Dan juga...... ada masalah lain, dan Aku ingin pergi dari sini. Tapi... Aku tidak tau gimana caranya......"

Aku berdoa sepenuh hati agar hal ini akan membuatnya mengerti situasi ku, suatu simpati terlihat di mata hijau anak itu ketika ia mengangguk dan berkata,

"Ya, kalau tidak tau arah, memang wajar untuk tersesat di hutan yang dalam. Tapi tenang aja, kalau kamu pergi kearah utara dari sini, kamu akan menemukan jalanan."

"Bu-Bukan... erm......"

Yah, lakukan saja lah, Aku mengatakan sebuah kata kunci utama,

"......Aku ingin log out."

Aku menaruh secercah harapan ku pada kata-kata ini, anak itu memiringkan kepalanya sebelum bertanya,

"Log...... apaan tuh? Apa yang kamu maksud?"

Sepertinya dengan ini sudah terkonfirmasi.

Dia adalah test-player yang menjadi penduduk tanpa tau apapun kalau tempat ini adalah «Dunia Virtual», atau sebuah NPC. Sementara Aku bersikap waspada untuk tidak menunjukkan ekspresi kecewa di wajah ku, Aku entah bagaimana menambahkan beberapa kata untuk membohongi nya,

"Ma-Maaf, sepertinya Aku menggunakan susunan kata yang salah untuk wilayah ini. Hmm...... Maksudku apakah ada desa atau kota yang bisa kutinggali."

Menyakitkan bagiku untuk mengatakan hal ini. Anak itu kemudian mengangguk memberi apresiasi.

"Heh..... Ini pertama kalinya Aku mendengar kata-kata seperti itu. Rambut hitam mu juga tidak biasa disini...... mungkin saja kamu lahir di selatan."

"I-Iya, sepertinya."

Aku memberikan senyum kaki selagi melihat kearah anak yang tersenyum tanpa ragu, kemudian, ia mengerutkan dahi dengan rasa kasihan.

"Hmmm, tempat untuk tinggal. Meskipun desa ku hanya sedikit keutara, karena tidak ada pengembara disekitar sini, jadi tidak ada penginapan. Tapi...... kalau kamu menjelaskan keadaan mu, mungkin Suster[2] Azariya akan menolong mu dan membolehkan mu tinggal di gereja."

"Be-Begitukah, bagus kalau begitu."

Itu benar-benar perasaan ku. Kalau ada desa, mungkin juga disana ada seorang petugas dari RATH yang sedang Diving, atau mereka mungkin mengamati desa itu dari luar.

"Kalau begitu Aku akan pergi ke desa. Apa tinggal keutara dari sini?"

Pandangan ku berpaling hampir kearah sebaliknya dari dimana Aku datang kesini dan disana Aku melihat jalan sempit yang membentang. Namun, sebelum kaki ku mulai bergerak, anak itu membuat isyarat menggunakan tangan kiri nya untuk menghentikan ku.

"Ah, tunggu sebentar. Di desa itu ada penjaga, mungkin akan sulit untuk menjelaskan situasi mu kalau kamu tiba-tiba datang kesana sendirian. Aku akan menemanimu dan membantu menjelaskan keadaan."

"Wah itu akan banyak membantu, terima kasih."

Aku tersenyum dan berterima kasih, pada saat yang sama, Aku menggumam difikiran ku, sepertinya Kamu bukan NPC. Balasan mu terlalu natural untuk program kepribadian-semu yang hanya bisa bertindak sesuai respon yang ditentukan, dan tindakan aktif mu barusan juga tidak seperti NPC.

Meskipun Aku tidak tau apakah dia melakukan Dive dari kantor pengembangan di Roppongi, atau dari kantor utama disuatu tempat di area teluk, pemilik Fluctlight yang menggerakkan anak didepan ku ini benar-benar mempunyai sifat yang baik. Begitu Aku keluar dengan selamat, Aku ingin berterima kasih pada nya.

Selagi Aku memikirkan hal ini, anak itu menunjukkan wajah muram lagi.

"Ah...... tapi, Aku masih belum bisa pergi sekarang...... Aku masih kerja......"

"Kerja?"

"Iya. Aku sedang istirahat sekarang."

Aku memalingkan pandangan ku ke sesuatu yang dibungkus oleh kain disamping kaki anak itu, dua barang yang salah satu darinya yang dapat terlihat sepertinya adalah roti bundar, Jadi itu yang ia pegang tadi. Sementara objek lain nya hanyalah botol air yang dibuat dari kulit, benar-benar menu yang simpel untuk makan siang.

"Ah, apakah Aku menganggu waktu istirahat mu?"

Aku menurunkan leher ku, sementara anak itu tersenyum malu-malu.

"Kalau kamu bisa menungguku menyelesaikan pekerjaan ku, Aku akan menemani mu untuk memohon pada Suster Azariya untuk membolehkan mu tinggal di gereja...... tapi mungkin sekitar empat jam lagi."

Aku sebenarnya ingin pergi ke desa dan mencari seseorang yang bisa menjelaskan situasi ini secepatnya, tapi perasaan bahwa aku ingin menghindari percakapan lebih lanjut yang seperti menginjak es tipis bahkan lebih besar. Empat jam bukan waktu yang sebentar tapi saat memikirkan tentang fitur akselerasi dari STL, waktu di dunia nyata hanya akan berjalan sekitar satu jam dan beberapa menit.

Dan juga, untuk suatu alasan yang tidak kumengerti, Aku juga merasa kalau Aku ingin berbicara dengan anak yang ramah ini lebih banyak lagi. Aku mengangguk lalu berkata.

"tidak apa-apa, akan kutunggu. Aku mungkin akan merepotkan mu, tapi mohon bimbingan nya."

Kemudian, senyuman yang lebih cerah dari sebelumnya tampak di wajah anak itu dan mengangguk.

"Oke, kalau begitu... duduk saja disitu untuk sementara. Ah...... Aku masih belum memberitahu namaku."

Sword Art Online Vol 09 - 225.jpg

Anak itu menjulurkan tangan kanan nya sambil melanjutkan,

"Namaku Eugeo. Senang bertemu dengan mu, Kirito-kun."


Menjabat tangan nya yang kuat, yang berlawanan dengan tubuhnya yang kurus, Aku mengulang nama anak itu beberapa kali di mulut ku. Nama itu tidak ada dalam ingatan ku, Aku tidak tau dari bahasa apa itu, tapi entah kenapa Aku merasa kalau nama itu familiar dengan mulut ku untuk suatu alasan.

Anak yang menyebut dirinya Eugeo menarik kembali tangan nya dan kembali duduk di kaki pohon besar, sebelum mengeluarkan rota bundar dari bungkusan kain dan menawarkan nya padaku.

"Ti-Tidak, Aku tidak bisa..."

Aku buru-buru mengibaskan tangan ku, tapi anak itu tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah.

"Kirito-kun pasti lapar, kan? Kamu belum makan apapun, kan?"

Seperti yang ia katakan, Aku tanpa sadar menaruh tangan ku di perut untuk menahan rasa lapar yang menyerang. Meskipun air sungai itu terasa enak, Aku tidak bisa bilang kalau hal itu bisa membuatku kenyang.

"Tidak... tapi......"

Aku masih menahan diriku, tapi tangan yang memegang roti itu terus maju, Aku kemudian terpaksa menerima nya. Anak itu —— Eugeo nyengir dan mengangkat bahu.

"Tidak apa-apa. Meskipun Aku bilang seperti Aku ingin kamu memakan nya, sebenarnya, Aku tidak suka roti ini."

"......Kalau begitu dengan syukur Aku akan menerimanya, Aku benar-benar lapar sampai ke titik dimana Aku bisa pingsan kapanpun."

'Itu yang Aku pikirkan,' Selagi Eugeo terawa dan duduk di akar di depan pohon, Aku menambahkan,

"Oiya, panggil Aku Kirito saja."

"Oh? Kalau begitu panggil saja Aku Eugeo juga...... Ah, tunggu sebentar."

Eugeo mengangkat tangan kiri nya untuk menghentikan ku dari memasukkan roti bundar ini kedalam mulut ku.

“……?”

"Yah, berhubung ini bukan 'Pan' yang bisa tahan lama, sekedar memastikan saja."

Mengatakan hal itu, tangan kiri Eugeo bergerak sementara tangan kanan nya memegang roti. Jari telunjuk dan tengah nya membentang sejajar dengan rapi dengan jari-jari lain nya yang dilipat. Dengan bentuk tangan nya itu, ia menggambar jejak yang terlihat seperti huruf alfabet S dan C di udara.

Didepan ku, yang sedang melihat dengan tercengang, kedua jarinya mengetuk pelan roti dan mengeluarkan suara aneh yang seperti logam yang diketuk dan kemudian muncul persegi panjang ungu pucat transparan. Lebar nya sekitar 15 centimeter, sementara tinggi nya sekitar 8 centimeter. Menurut pengetahuan ku, persegi panjang yang tampak familiar itu, bersama dengan alfabet dan huruf arab yang tampil itu menggunakan bentuk yang simpel yang Aku bisa langsung mengerti. Itu adalah —— sudah pasti, yang disebut «Status Window».

Dengan mulut ku yang terbuka, Aku berbicara pada diriku sendiri.

——Kalau begitu sudah pasti. Tempat ini bukanlah dunia nyata atau yang lain nya, tapi adalah dunia virtual.

the anxiety would eat up my whole body. Tubuhku terasa lebih ringan karena lega saat Aku mengetahui hal itu. Sekarang Aku 99% yakin. Sungguh, tanpa bukti yang nyata ini, rasa gelisah pasti sudah akan memakan seluruh tubuh ku.

Sementara permasalahan tentang Dive masih belum diketahui, untuk saat ini, Aku lebih baik membiasakan diri dengan dunia virtual ini dan menikmati situasi nya. Pertama-tama, Aku harus mencoba membuka window itu, Aku membentangkan dua jari tangan kiri ku kedepan.

Aku meniru apa yang kulihat dengan membuat jejak berbentuk S dan C, dengan ragu mengetuk roti ku, membuat suara yang mirip seperti bunyi bel, dan window ungu pun muncul. Aku mendekatkan wajah ku dan menatap nya.

Rangkaian tampilan ini ternyata cukup simpel. Hanya muncul [Durability: 7]. Aku dengan mudah bisa mengerti kalau itu adalah nilai daya tahan dari roti ini. Selagi memikirkan tentang apa yang akan terjadi kalau nilai itu mencapai angka 0 sambil menatap roti ini; didepan ku, Eugeo dengan ragu bertanya,

"Hey, Kirito. Jangan bilang kalau ini pertama kalinya kamu melihat Sacred Arts, «Stacia Window»?”

Saat Aku mengangkat wajah ku, Aku melihat Eugeo dengan kepalanya yang dimiringkan sambil memegang roti dengan satu tangan nya, window nya sudah menghilang. Aku dengan segera membuat wajah yang seperti mengatakan 'Jangan bilang hal yang tidak masuk akal seperti itu.' Saat Aku menyentuh permukaan nya, window iu berubah menjadi kilatan cahaya dan tersebar hilang, Aku merasa agak lega.

Untung saja, Eugeo tidak menunjukkan keraguan lagi dan mengangguk.

"Masih ada cukup banyak «Life» yang tersisa, jadi tak perlu buru-buru makan nya. Tapi kalau sekarang musim panas, tak akan tersisa sebanyak ini."

Mungkin «Life» yang ia sebutkan itu adalah jumlah nilai yang ditampilkan dari [Durability], dan status window yang menampilkan hal tersebut dinamakan «Stacia Window». Melihat «action command» yang memanggil window disebut sebagai sacred arts, Eugeo tidak tau kalau hal tersebut adalah sebuah fungsi dari sistem, tapi menganggap nya sebagai fenomena ajaib.

Masih banyak hal yang perlu dipikirkan, tapi lebih baik kusimpan dulu untuk sekarang dan segera mengatasi rasa lapar ku sekarang.

"Kalau begitu, itadakimasu[3]."

Aku mendekatkan roti ke mulut ku yang terbuka segera setelah mengatakan hal itu, tapi kekerasan dari roti ini membuat mata ku menggelap. Namun, Aku tidak bisa memuntahkan nya juga, jadi Aku dengan paksa menggigit dan merobeknya. Aku tanpa sadar tersanjung akan rasa gigi yang bergoyang di dunia vurtial ini.

Roti ini mirip atau bahkan mungkin lebih keras daripada roti gandum yang dibeli oleh adik perempuan ku, Suguha. Rasa lapar ku memerintah mulut ku untuk terus mengunyah benda yang lebih krenyes dari yang biasanya, meskipun rasanya lumayan. Ditambah sedikit mentega, atau sepotong keju...... enggak, kalau dipanggang saja pasti akan lebih enak, selagi Aku memikirkan berbagai fikiran akan hal ini, Eugeo, yang juga mengerutkan dahi ketika menggigit roti itu, memberikan senyum pahit dan berkata,

"tidak terlalu enak, kan?"

Aku buru-buru menggelengkan kepala ku.

"E-Eh, tidak kok."

"Tidak apa-apa, tidak perlu memaksakan dirimu seperti itu. Aku biasanya membeli nya di toko roti di desa sebelum pergi, tapi berhubung Aku pergi saat masih sangat pagi, mereka hanya mempunyai sisa roti kemarin. Saat siang hari, Aku juga tidak punya cukup waktu untuk kembali ke desa......"

"Heh...... Kalau begitu lebih baik membawa bekal makan sendiri dari rumah......"

Mendengar kata-kata biasa ku, Eugeo menurunkan mata nya menuju roti di tangan nya. Aku menyiutkan leher ku secara tak yakin kalau Aku mengatakan sesuatu yang kasar, untung saja, ia kemudian menaikkan wajah nya dan memberikan sedikit senyuman.

"Duluuuuu...... pada siang hari, ada seseorang yang membawakan bekal makan siang kesini. Tapi sekarang......"

Mata hijau nya itu menggeleng, mata itu dipenuhi oleh rasa kehilangan yang besar, pada saat itu, Aku lupa kalau ini adalah dunia buatan dan membungkukkan tubuh ku kedepan.

"Orang itu... apa yang terjadi......?"

Setelah Aku bertanya, Eugeo melihat kearah puncak pohon yang jauh diatas kepalanya dengan diam untuk sementara, kemudian ia pelan-pelan menggerakkan bibir nya,

"......Teman masa kanak-kanak ku. Seorang perempuan, yang umurnya sama dengan ku...... kami selalu bermain bersama-sama dari pagi sampai sore sejak kami masih kecil. Meskipun setelah Aku diberikan Sacred Task, ia masih akan membawakan bekal setiap hari...... Tapi... 6 tahun yang lalu...... saat musim panas ku yang kesebelas, seorang Integrity Knight datang ke desa kami...... dan membawa nya pergi ke ibu kota......"

Integrity Knight. Ibu Kota.

Kata-kata yang asing itu adalah sebutan bagi mereka yang menegakkan hukum dan ibu kota dari dunia ini, Aku tetap diam agar Eugeo melanjutkan nya.

"Itu semua...... adalah salah ku. Pada hari istirahat, kami berdua pergi untuk menjelajahi gua di utara...... tapi kami tersesat saat ingin pulang dan malah mencapai sisi yang lain dari Mountain range at the Edge. Kau tau, kan? Dark Territory yang kita semua dilarang menginjakkan kaki didalam nya yang tertulis dalam Taboo Index. Meskipun Aku tidak keluar dari gua, ia tersandung dan kepalan nya menekan daratan di luar gua...... Tapi hanya karena hal itu... Integrity Knight datang ke desa dan mengikat nya dengan rantai didepan semua orang......"

Eugeo meremas roti yang sudah dimakan setengah itu dengan tangan kanan nya.

"......Aku ingin menolongnya. Kupikir tidak apa-apa kalau Integrity Knight itu membawaku pergi bersamanya, dan berencana untuk menggunakan kapak untuk menyerang nya...... tapi... tangan ku... kaki ku... Aku tidak bisa menggerakkan nya. Yang kulakukan hanya... melihatnya dibawa pergi... tanpa mengatakan apapun......"

Ekspresi wajahnya menjadi hampa saat ia menatap keatas langit untuk beberapa saat, tapi setelah itu, senyuman lemah terlihat di wajah nya lagi. Ia kemudian melempar roti yang sudah hancur itu kedalam mulut nya dan mengunyahnya sambil melihat kebawah.

Aku tidak tau apa yang harus kukaatkan, jadi Aku juga kembali memakan roti ku, dan berfikir selagi mengunyah nya dengan seluruh kekuatan ku.

Eksistensi status window telah membuktikan kalau dunia ini adalah dunia virtual yang diciptakan dengan teknologi yang realistis, bisa jadi suatu eksperimen oleh seseorang. Namun, kenapa «Event» seperti ini bisa terjadi? Aku menelan roti ku, dan dengan ragu bertanya,

"......Apa kamu tau apa yang terjadi padanya......?"

Eugeo menggelengkan kepalanya sambil menatap kebawah.

"Integrity Knight itu bilang kalau ia akan dieksekusi setelah diinterogasi...... Tapi, eksekusi seperti apa, Aku tidak tau. Aku pernah... mendengar dari ayah nya, Gasupht si kepala desa...... kalau dia sudah meninggal...... ——Tapi Kirito, Aku percaya kalau dia masih hidup."

Kemudian,

"Alice... pasti masih hidup dan ada disuatu tempat di ibu kota......"

Aku menghembuskan nafas dengan tajam saat Aku mendengar nama itu.

Lagi-lagi, Aku merasakan perasaan yang aneh berlari di kepala ku. Sebuah perasaan yang mengganggu. Kesepian. Dan lebih dari itu, perasaan nostalgia yang menggelengkan jiwa ku——

Itu hanya delusi. Aku membujuk diriku sendiri, Itu hanyalah perasaan yang tersisa setelah syok. Tidak ada alasan bagiku untuk memiliki perasaan pribadi dengan teman masa kecil Eugeo, atau dengan kata lain, «Alice» yang merupakan penduduk dari dunia ini. Pasti itu hanya reaksi pada nama Alice yang umum. Ya —— bukannya Asuna mengatakan padaku kemarin di Dicey Cafe? «RATH», perusahaan yang mengembangkan STL, dan dunia virtual «Underworld», bukannya nama itu diambil dari novel『Alice in Wonderland』?

Nama orang itu cocok dengan dua nama lain nya adalah suatu kebetulan yang mengejutkan, mungkin ada maksud dibalik nya. Dan juga, Aku menyadari sekeping informasi dari kata-kata Eugeo.

Tadi dia bilang 6 tahun yang lalu, saat ia masih berumur 11 tahun. Itu berarti sekarang dia berumur 17 tahun, tapi itu terlalu lama —— perilaku nya saat berbicara seperti ia punya seluruh ingatan dari 10 tahun hidupnya, seperti ku.

Tapi hal seperti itu tidak mungkin. Dari yang mereka katakan padaku, fungsi akselerasi Fluctlight hanya bisa dipercepat sampai tiga kali lipat, untuk menjalankan dunia ini selama 17 tahun, butuh waktu 6 tahun di dunia nyata. Namun, seharusnya belum sampai 3 bulan sejak mesin eksperimen STL diciptakan.

Apa yang harus kupikirkan tentang hal ini?

Ini bukan didalam STL yang kuketahui, tapi didalam mesin FullDive yang tak kuetahui, dan juga, sudah berjalan selama 17 tahun. Atau, mungkin Aku salah mendengar tentang fungsi FLA (Fluctlight Acceleration) yang tiga kali lipat, dan sebenarnya bisa berakselerasi sampai lebih dari 30 kali. Tapi keduanya sama-sama tidak dapat dipercaya.

Didalam kepalaku, rasa penasaran dan kegelisahan dengan cepat berkembang. Aku ingin log out sekarang juga dan menanyakan orang diluar untuk menjelaskan situasi ini, dan pada sisi lain, Aku juga ingin tetap tinggal didalam dan lanjut mengejar pertanyaan-pertanyaan.

Setelah Aku menelan bagian terakhir dari roti, Aku dengan takut bertanya pada Eugeo,

"Kalau begitu...... kamu mau pergi mencarinya? Ke... ibu kota."

Kupikir 'Gawat' tepat setelah Aku bertanya. Kata-kataku membuat Eugeo mengeluarkan reaksi yang tak terduga.

Anak berambut coklat muda itu tercengang melihat wajah ku selama beberapa detik dan kemudian, ia berbisik 'Tidak mungkin.'

"......Desa rulid ini ada di ujung utara dari kerajaan utara. Pergi ke ibu kota di selatan, meskipun menggunakan kuda yang cepat masih akan memakan waktu satu minggu. Kalau berjalan, akan makan waktu dua hari untuk mencapai kota terdekat, Zakkaria. Mustahil untuk mencapai tempat itu bahkan kalau Aku meninggalkan desa pada sore hari saat hari istirahat."

"Kalau begitu...... kamu tinggal melakukan persiapan untuk perjalanan panjang......"

"Hey Kirito... Kamu kelihatannya seumuran dengan ku, kamu tidak diberikan Sacred Task di desa tempatmu tinggal? Menelantarkan Sacred Task dan pergi melakukan perjalanan bukanlah sesuatu yang bisa kita lakukan, kan?"

"......B-Benar juga."

Sementara Aku mengangguk, Aku dengan waspada memperhatikan reaksi Eugeo.

Dari awal sudah jelas kalau anak ini bukan sekedar NPC. Dari ekspresinya yang berlimpah dan balasan nya yang natural, ia tidak bisa disebut apapun selain manusia asli.

Tapi pada saat yang sama, tindakannya sepertinya dibatasi oleh peraturan absolut yang lebih efektif dari pada hukum di dunia nyata. Ya, mirip dengan bagaimana NPC di VRMMO tidak bisa menyeleweng dari gerakan yang telah ditentukan.

Eugeo bilang ia tidak di tangkap karena ia tidak menginjakkan kaki di area yang dibatasi oleh «Taboo Index». Dengan kata lain, Index itu adalah peraturan absolut yang mengikat nya, mungkin hal itu adalah kontrol langsung kepada Fluctlight. Sementara Aku tidak tau apa Sacred Task nya..., bukan, apa pekerjaan nya, Aku tidak bisa membayangkan pekerjaan apa yang lebih penting dari hidup dan mati akan gadis yang selalu bersama nya sejak lahir.

Untuk memastikan nya, Aku dengan hati-hati memilih kata-kata dan bertanya pada Eugeo, yang sedang minum air dari botol minum,

"Umm, di desa tempat Eugeo tinggal, selain Alice-san, apakah ada orang lain yang melanggar Taboo...... Index dan dibawa ke ibu kota?"

Eugeo melebarkan matanya lagi, sebelum mengelap mulutnya dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada. Dalam 300 tahun sejarah desa Rulid, satu-satunya saat Integrity Knight datang ke desa adalah 6 tahun yang lalu, itu yang dikatakan Garitta-jiisan."

Setelah ia menyelesaikan kata-katanya, ia memberikan botol minum itu padaku. Aku menerimanya dan melepas tutup nya ayng seperti gabus setelah berterima kasih padanya. Aku kemudian mendekatkan nya ke mulutku dan meminum air itu, yang tidaklah dingin tapi ada aroma wangi, seolah-olah dicampur dengan lemon atau herbal. Setelah tiga tegukan, Aku mengembalikan botol itu kepada Eugeo.

Selagi Aku mengelap mulutku dengan ekspresi murni, bagian dalam dadaku seperti ditiup oleh badai rasa kaget yang entah berapa kali.

————Tiga ratus tahun!?

Tanpa hal yang disebut «Setting», tapi benar-benar berjalan selama periode yang lama, kalau begitu akselerasi sebenarnya dari fungsi FLA harusnya ratusan kali lipat...... atau mungkin sampai seribu kali. Kalau begitu, kalau tingkat akselerasi itu dimasukkan saat Test Dive terus menerus yang kulakukan pada minggu pertama, berapa lama Aku tinggal didalam? Pada saat yang sama Aku gemetar, lenganku terasa menggigil, tapi Aku tidak punya waktu untuk mengagumi reaksi psikologikal yang realistis itu.

Mendapat informasi yang lebih, misteri ini sepertinya mulai lebih ribet lagi. Apa sebenarnya Eugeo itu manusia, atau program? Dan juga, sebenarnya apa tujuan dunia ini diciptakan——

Aku tidak bisa tau lebih banyak dari hal ini tanpa pergi ke desa yang Eugeo bilang bernama Rulid dan membuat kontak dengan orang lain. Dari sana, bagus kalau Aku bisa bertemu orang dari RATH yang tau situasinya...... Memikirkan hal itu, Aku entah bagaimana dapat tersenyum sebelum berkata pada Eugeo,

"Terima kasih makanan nya. Tapi maaf yah Aku mengambil setengah dari bekal mu."

"Ah, jangan khawatir. Aku juga udah muak kok sama roti itu."

Ia membalas dengan senyuman yang sangat natural dan dengan cepat merapikan bungkusan bekal.

"Kalau begitu, maaf, tapi tunggu sebentar yah. Sampai Aku menyelesaikan pekerjaan siang ku."

Ucap Eugeo sambil berdiri dengan cepat, Aku kemudian bertanya,

"Oiya, pekerjaan Eugeo...... apa Sacred Task mu?"

"Ah, benar juga...... kamu tidak bisa melihatnya dari sana."

Eugeo tersenyum lagi sambil memberi isyarat. Aku menggelengkan kepalaku lalu berdiri dan berjalan mengitari batang pohon besar dibelakang nya itu.

Kemudian, karena lagi-lagi terkejut, mulutku terbuka lebar.

Pada batang pohon raksasa itu, yang hitam seperti kegelapan malam, ada potongan sekitar 20 persen atau lebih dari diameter nya —— sekitar semeter dalam nya. Kayu hitam didalam nya mengingatkan ku pada batu bara, lapisan yang tebal dari pohon itu mengkilap seperti logam.

Pandangan ku berpaling dari potongan itu menuju pada kapak yang bersender ke batang. Meskipun bentuk nya bermata-satu yang simpel dan gak digunakan untuk bertarung, mata kapak yang sangat besar dan gagang nya yang panjang itu keduanya dibuat dari material putih keabu-abuan yang sama. Menatap pancaran misterius itu, seperti stainless steel, Aku entah merasa kalau kapak itu dipahat dari satu bongkah bahan mentah.

Tangan kanan Eugeo memegang gagang kapak itu yang dilapisi oleh kulit hitam berkilau, dan ditaruh dipundak nya. Ia kemudian berjalan ke ujung kiri dari potongan satu setengah meter itu, melebarkan kaki nya, menurunkan pinggang nya, dan dengan kencang menguatkan pegangan nya di gagang itu.

Badan yang ramping itu membungkuk, kapak itu, yang ditarik jauh kebelakang, terdiam sejenak untuk mengumpulkan momentum sebelum merobek udara dengan tajam. Bilahnya, yang terlihat berat, dengan tepat mengenai bagian tengah dari potongan di pohon itu, *Gaan*! suara logam bernada tinggi terdengar sangat nyaring. Tak diragukan lagi, ini adalah sumber dari suara aneh yang membawa ku kesini. Suara pohon yang ditebang, intuisi asal ku ternyata benar.

Didepanku, yang sedang mengamati dengan kagum, bisa dibilang Eugeo mengatasi tubuhnya dengan sempurna, ia berulang-ulang mengayun kapak itu sambil mempertahankan ritme dan lintasan yang akurasinya melebih sebuah mesin. Mengembalikan kapak kebelakang memerlukan waktu dua detik, mengumpulkan tenaga satu detik, dan mengayun satu detik. Rangkaian tindakan nya sangat lancar seolah-olah sword skill juga ada di dunia ini.

Tepat 50 kali selama 4 detik tiap pukulan nya, kapak itu terus menghantam pohon selama 200 detik, dan setelah hantaman terakhir, Eugeo menarik kapak itu keluar dari potongan yang dalam dan menghela nafas panjang. Ia kemudian menyenderkan kapak itu di batang pohon dan duduk di akar didekatnya. Sekumpulan keringat di dahi nya bersinar karena kelelahan. Sementara Aku melihatnya, Aku berfikir kalau ternyata mengayun kapak itu lebih sulit dari pada yang kuduga.

Aku menunggu nafas nya kembali stabil sebelum bertanya,

"Jadi pekerjaan mu...... bukan, Sacred Task mu adalah «Penebang pohon»? Menebang pohon di hutan ini?"

Mengambil sapu tangan dari kantung baju nya dan mengelap keringatnya, Eugeo memiringkan kepalanya sedikit dan membalas setelah berfikir sejenak.

"ngg... yah, bisa dibilang seperti itu. Tapi pohon yang berhubungan dengan Sacred Task yang telah kulakukan selama 7 tahun untuk menebangnya hanyalah pohon ini."

“Ehh?”

"Nama dari pohon raksasa ini adalah «Gigas Cedar» dalam 'Bahasa Sakral'. Tapi para orang tua di desaku memanggilnya pohon iblis."

......Bahasa Sakral? Gigas......Cedar......?

Eugeo memberikan senyuman pengertian terhadap ku, yang sedang ragu, sambil menunjuk tegak keatas kearah puncak pohon yang tinggi.

"Alasan mengapa mereka memanggilnya seperti itu karena pohon itu menyerap semua anugrah Terraria dari sekeliling tanah. Jadi gak ada yang hidup dibawah pohon ini selain lumut, dan pohon-pohon dibawah bayangan nya tidak akan tumbuh tinggi juga."

Terraria, sementara Aku tidak tau apa itu, sepertinya kesan pertamaku setelah melihat pohon dan ruangan terbuka ini tidak lah salah. Aku mengangguk dan menunggu kata-kata berikutnya.

"Para orang dewasa di desa ku ingin memperluas ladang gandum ke hutan ini. Tapi itu sia-sia selama pohon ini masih berdiri. Jadi mereka ingin menebangnya, tapi yah membang hebat pohon iblis ini, batang nya benar-benar sangat keras. Kalau menggunakan kapak besi biasa, bilah nya akan hancur dan tidak akan bisa digunakan lagi hanya dengan satu pukulan. Karena itulah, mereka mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk memesan kapak ini, yang dipahat dari tulang naga kuno, dari ibu kota, dan menunjuk «Petugas memotong» kepada seseorang untuk terus memotong pohon ini setiap hari. Dan orang itu adalah Aku."

Aku memutar pandangan ku antara Eugeo, yang mengatakan hal itu, dan 1/4 potongan di pohon raksasa itu.

"......Kalau begitu, dalam 7 tahun terakhir ini, kamu mencoba untuk memotong pohon ini setiap hari, dan kamu hanya memotongnya sejauh ini?"

Kali ini Eugeo melebarkan matanya dan menggelengkan kepalanya karena terkejut.

"Tidak mungkin. Kalau potongan ini hanya memerlukan waktu 7 tahun, kalau begitu Aku akan sedikit lebih bersemangat. Dengar, Aku adalah generas ketujuh dari penebang pohon ini. Sejak Rulid ditemukan di tanah ini, selama 300 tahun, perwakilan tiap generasi menjadi penebang pohon dan datang kesini setiap hari. Mungkin, perkembangan saat Aku menjadi kakek-kakek dan mewariskan kapak ini kepada generasi kedelapan akan......"

Eugeo menggunakan kedua tangan nya untuk membuat renggangan sekitar 20 centimeter lebarnya.

"Sekitar segini, mungkin."

Aku bahkan tidak mengeluarkan nafas ku lagi.

Di MMO genre fantasy, meskipun pekerjaan pengrajin dan pekerja tambang biasanya dikenal sebagai pekerjaan yang membutuhkan ketahanan dalam bekerja tanpa kenal lelah, menghabiskan waktu seumur hidup dan masih tak bisa memotong satu pohon sangatlah berlebihan. Karena dunia ini adalah dunia buatan, pasti pohon ini ditaruh disini karena niat seseorang, meskipun untuk tujuan apa, Aku masih gak tau sekarang.

——Tapi, demikian, Aku merasakan sedikit gatal seperti ada sesuatu yang merayap di punggung ku.

Sebagian karena dorongan hati, Aku berkata pada Eugeo, yang berdiri dan memegang kapak setelah ia istirahat selama tiga menit.

"Hei, Eugeo...... boleh tidak Aku mencobanya sebentar?"

“Eh?”

"Um, Aku memakan setengah bekal mu. Jadi Aku harus menggunakan otot ku untun membantu setengah pekerjaan mu juga, kan?"

Aku merasa seolah-olah ini pertama kalinya Aku menawarkan untuk membantu seseorang melakukan pekerjaan nya —— mulut Eugeo terbuka sedikit, tapi kemudian dengan ragu menjawab,

"Hmm...... yah, meskipun tidak ada peraturan tentang melarang seseorang untuk membantu Sacred Task mu...... yah, ini benar-benar sulit. Waktu pertama kali, Aku bahkan tidak bisa mengenainya dengan tepat."

"Kita tidak akan tau sebelum dicoba, kan?"

Sembari Aku menyengir, Aku membentangkan tangan kanan ku dan memegang gagang dari «Dragon Bone Axe» yang Eugeo pegang sementara ia masih menunjukkan ekspresi yang ragu.

Kapak ini ternyata berat, meskipun penampilannya terlihat seperti dibuat dari tulang, dan membuat tangan kanan ku berat. Aku segera menggenggam pegangan kulit dengan kedua tangan ku dan mengayun sekali untuk mengecek keseimbangan nya.

Meskipun Aku tidak pernah menggunakan kapak sebagai senjata utama ku di SAO dan ALO, Aku seharusnya bisa mengenai target yang diam tanpa masalah. Aku berdiri di sisi kiri dari potongan yang dalam itu, dan kemudian meniru pose yang dilakukan Eugeo dengan melebarkan kaki ku dan sedikit menurunkan pinggang ku.

Eugeo masih menunjukkan ekspresi ragu, tapi pada saat yang sama ia juga terlihat senang. Setelah Aku memastikan kalau ia udah lumayan jauh, Aku mengangkat kapak ini keatas bahu ku, dan kemudian mengeraskan gigi ku dan menaruh kekuatan ke lengan ku sebanyak-banyak nya, sebelum mengayun kapak ini, mengincar tengah-tengah dari potongan yang dalam di batang Gigas Cedar itu.

*Gagi*, dengan suara yang tumpul, mata kapak itu mengenai tempat yang sekitar 5 centimeter jauhnya dari potongan di pohon itu. Kilatan oranye tersebar sementara arus balik yang keras menyerang tangan ku. Aku gak bisa menahan nya dan menjatuhkan kapak itu, sebelum menaruh kedua lengan, yang kesemutan sampai tulang, keantara kedua kaki ku dan mengerang,

“A-Adudududuh.”

Melihatku yang bahkan tak bisa melantarkan satu pukulan, 'Ahahaha......' Eugeo tertawa bahagia. Saat Aku memalingkan pandangan penuh celaan ku kearah nya, 'Maaf,' ia mengisyaratkan tangan kanan nya, tapi masih terus tertawa.

"......Kamu tidak perlu tertawa begitu kan......"

"Hahaha...... maaf maaf. Kirito, kamu bukan menggunakan tenaga dari lengan dan pinggang mu. Tapi kamu harus menggunakan tenaga dari seluruh tubuh mu...... hmm, gimana yah jelasin nya......"

Sementara melihat Eugeo mengulang gerakan mengayun kapak dengan lambat, Aku terlambat menyadari kesalahan ku. Mungkin hukum ketat fisika dan konsentrasi otot tidak berlaku di dunia ini. Secara ini adalah mimpi realistis yang diciptakan dengan STL, yang paling penting disini adalah kekuatan imajinasi ku.

Akhirnya setelah kesemutan telah pergi dari tangan ku, Aku mengambil kapak itu.

"Lihat saja, kali ini Aku pasti akan mengenai nya......"

Sembari menggerutu, kali ini Aku mencoba sekeras mungkin agar tidak memikirkan tentang tenaga. Aku terus fokus kepada gerakan seluruh badan ku dengan kesadaran ku sementara Aku membuat gerakan menggambar yang besar dan pelan. Sebelum memasuki gerakan serangan swrod skill tipe tebasan horizontal, «Horizontal» yang kugunakan berkali-kali di SAO, Aku mengeluarkan tenaga dari memutar pinggangku yang ditambah dengan momentum berputar dari bahu ku dan mengalir melewati lengan ku menuju bilah kapak... dan membenturkan nya ke pohon——

Kali ini Aku mengenai kulit kayu yang jauh dari potongan,*gain*, lagi-lagi, kapak itu mental setelah mengeluarkan suara yang tidak enak didengar. Namun, tangan ku tidak kesemutan lagi seperti sebelumnya, sepertinya Aku telah sepenuhnya mengacuhkan akurasi karena Aku terlalu fokus pada gerakan tubuh ku. Saat ini juga, Eugeo sepertinya mendapatkan banyak hal untuk ditertawakan, Aku menengokkan kepalaku selagi berfikir seperti itu, tapi tak terduga ternyata Eugeo menampilkan wajah yang serius dan memberikan komentar,

"Oo...... Kirito, yang tadi tidak buruk juga. Tapi, kamu tidak memperhatikan kapak mu saat mengayun. Pandangan mu tidak boleh goyah dari pusat potongan. Coba lagi sebelum kamu lupa!"

"O-Oke."

Yang berikutnya juga kasar. Tapi setelah itu, Eugeo masih memberikan saran kesana kemari selagi Aku terus mengayunkan kapak, Aku lupa butuh berapa kali ayunan sebelum akhirnya berhasil membua suara logam bernada tinggi dan mengenai pusat potongan, mengeluarkan suatu pecahan hitam yang kecil.

Setelah Aku bergantian dengan Eugeo dan mendapat kesempatan untuk melihat 50 tebasan sempurna nya. Kemudian Aku mengambil kapak nya dan menebas 50 kali lagi.

Kami mengulang nya beberapa kali, dan tanpa sadar, matahari sudah mulai terbenam, dan ruangan terbuka ini dipenuhi cahaya oranye yang agak kabur. Selagi Aku meminum tegukan terakhir dari botol minum yang besar, Eugeo menyelesaikan tebasan terakhirnya, dan kemudian berkata,

"Oke...... sekarang sudah 2000 tebasan."

"Eh, udah sebanyak itu?"

"Yep. 500 dari ku, dan 500 lagi darimu. Digabungkan dengan saat pagi hari, menghantam Gigas Cedar 2000 kali setiap hari, itu adalah Sacred Task ku."

"2000 kali......"

Aku melihat kearah potongan besar di pohon hitam raksasa itu lagi. Tak peduli bagaimanapun kulihat, potongan itu tidak bertambah dalam sejak saat kami memulainya. Benar-benar pekerjaan yang tidak ada untungnya, sementara Aku heran, suara riang Eugeo datang dari belakang.

"Sebenarnya, otot Kirito cukup bagus. Pada 50 pukulan terakhir, kamu membuat dua... tiga suara yang bagus. Berkat kamu, hari ini Aku banyak bersenang-senang."

"Eh...... tapi seharusnya akan lebih cepat selesai kalau Eugeo melakukannya sendirian. Maaf, seharusnya Aku membantu mu tapi Aku malah menghambatmu......"

Aku meminta maaf dengan malu, tapi Eugeo hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Bukannya Aku sudah bilang kalau Aku tidak bisa menebang pohon ini seumur hidup ku? Karena setengah dari potongan yang kita lakukan hari ini akan pulih pada malam hari...... Oh iya, Aku akan menunjukkan mu sesuatu yang bagus. Meskipun seharusnya Aku gak boleh membuka ini terlalu sering."

Sementara ia berkata begitu, Eugeo mendekati pohon raksasa dan menjulurkan tangan kiri nya. Setelah ia menggunakan kedua jari untuk membentuk simbol, ia menyentuh kulit hitam dari pohon itu.

Oh, jadi pohon ini juga mempunyai durability toh, Aku berlari menuju Eugeo saat memikirkan nya. Bersamaan dengan suara yang seperti bel, status window itu keluar, bukan, Stacia Window», Aku mengintipnya bersama Eugeo.

“Ue……”

Aku mengerang karena reflek setelah melihatnya. Nilai yang muncul di window itu adalah 232.000, jumlah yang tidak masuk akal.

"Hmmm, ini sekitar 50 lebih sedikit dibanding saat Aku melihatnya bulan lalu, huh......"

Tentu saja, Eugeo mengatakan nya dengan nada yang lelah.

"Kirito, ini berarti...... meskipun Aku menghabiskan waktu setahun penuh menghantam nya, Life Gigas Cedar ini hanya akan berkurang sekitar 600. Pada saat Aku pensiun, masih akan ada 200.000 lagi yang tersisa. Sekarang kamu mengerti kan...... hanya setengah hari kemajuan nya berlambat bukanlah masalah besar. Toh lawan ku bukan sekedar pohon biasa, tapi adalah «pohon cedar raksasa»."

Saat Aku mendengar kata-kata itu, Aku sekarang mengerti asal nama dari Gigas Cedar. Itu adalah kombinasi dari bahasa Latin dan Inggris. Kata-kata itu bukan terputus di Giga, tapi Gigas, Gigas Cedar...... pohon cedar raksasa.

Dengan kata lain, anak yang berdiri dibelakang ku, selain bericara dengan menggunakan bahasa Jepang; bahasa Inggris dan bahasa lainnya juga digunakan dalam sejenis mantra, «Bahasa Sakral». Kalau begitu mungkin ia tidak sadar kalau ia berbicara dalam bahasa Jepang. Bahasa Underworld...... bukan, bahasa kerajaan Norlangarth? Tapi tunggu sebentar, tadi dia menyebut roti itu «Pan». Pan mungkin bukan kata-kata dalam bahasa Inggris...... bahasa Portugis? Atau Spanyol?

Selagi Aku berfikir macam-macam, tanpa sadar, Eugeo sudah selesai beres-beres dan berkata,

"Kirito, maaf menunggu nama. Ayo kembali ke desa."


Setelah itu, sambil memanggul Dragon Bone Axe, dan menenteng botol minum yang kosong, selagi kami berjalan kembali ke desa, Eugeo dengan riang berbicara tentang banyak hal. Tentang pendahulunya, orang tua bernama Garitta yang terbiasa menggunakan kapak; tentang bagaimana ia agak jengkel kepada anak-anak yang seumuran dengan nya didesa menganggap kalau Sacred Task milik Eugeo itu gampang; sementara Aku tetap merespon ceritanya, pikiran ku masih fokus kepada pikiran yang sama.

Yaitu pertanyaan tentang maksud dunia ini diciptakan, dan bagaimana dunia ini diperasikan.

Untuk memeriksa teknologi «Mnemonic Visual» milik STL? Kalau begitu hal itu sudah mencapai kesempurnaan. Secara Aku sudah merasakan kalau dunia ini sangat susah dibedakan dengan dunia nyata.

Mengenai urusan waktu di dunia ini, setidaknya sudah berjalan selama 300 tahun, yang mengerikan adalah pohon raksasa itu —— mempertimbangkan jumlah kerja keras Eugeo sangat berbanding terbalik dengan durability milik Gigas Cedar, kupikir pohon itu akan terus ada sampai hampir mencapai 1000 tahun.

Sementara Aku gak tau batas akselerasi yang bisa dicapai dari fungsi FLA, pada kasus terburuk nya, orang yang Dive kedalam dunia ini dengan ingatan yang diblokir bisa saja menghabiskan seluruh hidupnya disini. Dan pastinya tidak mungkin akan menyebabkan bahaya kepada otot di dunia nyata, dan memorinya di blok sampai Dive itu selesai, orang itu mungkin akan merasa seperti telah mengalami «Mimpi panjang» —— namun, apa yang akan terjadi dengan jiwa, dengan Fluctlight yang mengalami mimpi itu? Kumpulan kuantum cahaya yang membuat kesadaran manusia, bukannya juga mempunyai batas usia?

Tak peduli bagaimanapun Aku pikirkan, hal yang telah dilakukan terhadap dunia ini terlalu berlebihan, tak masuk akal, dan tak berperasaan.

Dengan berani melawan bahaya itu, pasti ada tujuannya —— tapi apa? Di Dicey Cafe, Sinon bilang, untuk membuat ruang virtual yang realistis, tapi sudah ada AmuSphere kan? Pasti ada «Something» yang hanya bisa dicapai dengan menghabiskan waktu yang tak terhingga di dunia virtual yang bisa menyamai level dunia nyata——

Aku tiba-tiba mengangkat wajah ku, Aku bisa melihat cahaya oranye tersebar dicelah hutan didepan jalan yang sempit ini. Di celah jalanan dekat pintu keluar, ada bangunan yang terlihat seperti tempat penyimpanan berdiri disana. Eugeo berjalan menujunya dan dengan santai membuka pintunya. Aku mengintipnya dari belakang, disana ada beberapa kapak besi biasa, alat tajam yang kecil yang kelihatan seperti machete[4], dan sekumpulan alat-alat seperti tali dan ember, diantaranya, ada pak kulit panjang yang Aku gak tau apa isinya.

Eugeo menaruh «Dragon Bone Axe» diantaranya, dan menutup pintu. Saat ia berbalik kebelakang dan kembali ke jalanan, Aku segera bertanya,

"Eh, apa tidak apa-apa pintunya tidak dikunci? Kapak itu sangat penting, kan?"

Eugeo melebarkan matanya karena terkejut.

"Dikunci? Kenapa?"

"Kenapa... bagaimana kalau dicuri......"

Aku mengatakannya sampai kemudian akhirnya sadar. Tidak ada pencuri disini. Karena, pasti ada peraturan akan larangan mencuri yang tertulis di «Taboo Index» yang ia sebut tadi. Kepadaku yang menyela kalimatku sendiri, Eugeo membuat wajah serius dan memberikan jawaban yang kuharapkan,

"Tidak mungkin hal seperti itu terjadi. Karena hanya Akulah yang membuka tempat penyimpanan ini."

'Itu benar,' sembari merespon dengan mengangguk, sebuah pertanyaan melintas dipikiranku.

"Err, tapi...... bukannya tadi kamu bilang ada penjaga di desa? Kalau tidak ada pencuri, untuk apa pekerjaan itu dibutuhkan?"

"Bukannya sudah jelas? Untuk melindungi desa dari pasukan kegelapan."

"Pasukan...... kegelapan......?"

"Lihat kesana, kamu bisa melihatnya, kan?"

Kami baru saja berjalan melewati pohon terakhir saat Eugeo mengangkat tangan kanan nya.

Didepan mataku adalah ladang gandung. Ladang itu masih muda, padi nya yang hijau dan masih berkembang berayun-ayun karena terkena angin. Pemandangan yang sangat memuaskan, di mentari petang yang terlihat seperti lautan. Jalan ini meregang ke bidang kelok-kelok dari ladang itu, dimana Aku melihat bukit yang menjulang jauh didepan. Saat Aku fokus pada bukit yang dikelilingi oleh pepohonan, Aku melihat bangunan bertekstur pasir berkumpul dan ada menara tinggi yang terlihat jelas ditengah nya. Sepertinya, disitu adalah tempat dimana Eugeo tinggal, desa Rulid.

Tapi yang ditunjuk Eugeo jauh melebihi desa itu —— ia menunjuk kearah garis putih murni dari deretan pegunungan di kejauhan sana. Pegunungan yang tinggi kelihatan melebar ke ujung kiri dan kanan dari pandangan ku.

"Itu adalah «Mountain range at the Edge». Di sisi lainnya adalah tempat dimana cahaya Solus tidak bisa mencapai nya, tanah kegelapan. Meskipun pada siang hari, langit akan tetap diselimuti awan hitam, cahaya dari surga berwarna merah seperti darah. Tanahnya, pohon-pohonnya, semuanya hitam seperti batu bara......"

Eugeo kelihatannya memanggil kembali suatu kejadian jauh dimasa lalu, berhubung suaranya menjadi lemah dan gemetar.

"......Yang tinggal di tanah kegelapan adalah demi-human terkutuk seperti goblin dan orc, bersama dengan monster mengerikan lain nya...... dan juga, ksatria kegelapan yang menaiki naga hitam. Tentu saja, Integrity Knight yang melindungi pegunungan telah mencegah mereka dari melakukan invasi, tapi kadang-kadang, beberapa sepertinya dapat menyelip ke gua bawah tanah. Tapi Aku belum pernah melihatnya sih. Dan juga, menurut legenda Gereja Axiom...... 1000 tahun sekali, saat cahaya Solus melemah, pasukan kegelapan yang dipimpin oleh ksatria kegelapan akan menyebrangi pegunungan dan memulai serangan mereka melawan kita. Pada perang besar tersebut, para penjaga di seluruh desa, di seluruh kota dan ksatria di pasukan kerajaan akan dipimpin oleh Integrity Knight untuk bertarung melawan pasukan monster itu."

Sembari memiringkan kepalanya karena ragu, Eugeo bertanya,

"......Itu adalah dongeng yang bahkan anak kecil di desa pun tau. Apa Kirito juga lupa akan dongeng ini?"

"I-Iya, kurasa Aku pernah mendengarnya sebelumnya...... tapi... sedikit berbeda detail nya, mungkin."

Aku dengan takut mencoba menghindari pertanyaan nya, ekspresi Eugeo berganti menjadi senyuman yang sepertinya tak mempunyai keraguan, sebelum mengangguk.

"Oh begitu...... Mungkin, bisa jadi kalau Kirito bukan dari Norlangarth melainkan dari tiga kerajaan lain nya."

"Mu-Mungkin saja."

Selagi Aku mengangguk, Aku mencoba menghindari topik yang berbahaya ini dan menunjuk kearah bukit yang sudah dekat.

"Itu desa Rulid, kan? Dimana rumah mu?"

"Yang kita lihat sekarang adalah gerbang selatan, rumah ku ada didekat gerbang barat, jadi kita tidak bisa melihatnya dari sini."

"Hmm. Menara tertinggi itu... gereja...... Suster Azariya?"

"Yep, kau benar."

Aku memfokuskan pandangan ku ke puncak menara, ada simbol yang merupakan kombinasi dari silang dan lingkaran.

"Itu entah kenapa... terlihat lebih elegan dari yang kupikirkan. Orang sepertiku benar-benar bisa tinggal disana?"

"Jangan khawatir. Suster Azariya benar-benar orang yang baik."

Mungkin tidak akan mudah, tapi kalau Azariya-san mempunyai keyakinan yang sama dengan hakiki kebaikan pada orang lain seperti Eugeo, tak akan ada masalah yang terjadi kalau Aku memberikan respon yang bijaksana. Tapi, saat ini Aku adalah pria yang kurang pengetahuan tentang dunia ini.

Idealnya, kalau Suster Azariya adalah seorang pengamat dari RATH, akan mudah ceritanya. Tapi mungkin, petugas yang tujuannya menjadi pengamat seharusnya tidak diberikan peran penting seperti menjadi kepala desa atau suster. Kemungkinan kalau pengamat itu merupakan salah satu dari penduduk sipil biasa lebih besar, Aku harus menemukan nya dengan cara apapun.

Tapi itu hanya kalau mereka benar-benar menempatkan pengamat di desa yang kecil ini...... sembari khawatir, Eugeo dan Aku menyebrangi jembatan batu yang berlumut yang merentang melewati jalan air yang sempit, dan menginjakkan kaki kedalam «desa Rulid».

Bagian 3

"Nih bantal dan selimutnya.Jika hawanya terlalu dingin,pindah saja lebih dalam ke rumah.Sembahyang Pagi pukul 6 AM,dan sarapannya dimulai pukul 7.Kau harusnya datang untuk ikutan,jadi cobalah bangun pagi-pagi.Juga,pergi keluyuran setelah lampu dimatikan dilarang.Ingat itu baik-baik."

Sebentuk bantal sederhana dan selimut wol melayang kearahku bersama dengan kata-kata yang terdengar layaknya hujan deras dan aku pun buru-buru menjulurkan tanganku untuk menerimanya.

Aku duduk di atas kasur,dan orang yang sedang berdiri di depanku adalah seorang gadis yang terlihat berusia dua belasan.Ia mengenakan pakaian hitam berkerah putih,dan rambut berwarna teh terang tumbuh memanjang sampai ke pinggangnya.Mata yang berwarna sama dengan rambutnya bergerak gerak dengan lincah,tetapi ia terlihat berubah menjadi orang yang sepenuhnya berbeda ketika ia mulai masuk dalam kepribadian Sisternya.

Si gadis yang dipanggil Selka adalah Sister magang yang bertempat tinggal di Gereja untuk belajar Sacred Art.Aku tak tahu apakah ia juga ditugasi untuk menjaga anak-anak laki-laki dan perempuan lain yang juga tinggal di gereja karena nada bicaranya padaku setajam mbak-mbak atau seorang ibu.Aku hanya bisa tersenyum dan menahan hal ini.

"Lalu,masih ada nggak hal lain yang kau tak paham?"

"Nggak,nggak ada kok.Terima kasih banyak."

"Kalau begitu,selamat malam—kau tahu caranya mematikan lampu,kan?"

"....Ahh.Selamat malam.Selka."

Selka mengangguk lagi dan berjalan keluar dengan tingkah sedikit sok.Aku menunggu bunyi langkah kakinya untuk pergi lebih jauh sebelum mengeluarkan helaan nafas panjang.

Tempat yang aku tinggali saat ini adalah sebuah kamar di lantai dua gereja yang jarang digunakan.Luasnya sekitar 6 tatami,dan di dalam ruangan itu sendiri terdapat sebuah kasur dengan dipan yang terbuat dari bahan berlapis besi,sebuah meja lengkap dengan sebuah kursi,rak buku kecil dan lemari.Aku meletakkan selimut wol dan bantal yang ada di kaki ku ke seprai kasur,menyilangkan tanganku di belakang kepala dan berbaring.Lampu minyak di atas kepalaku mengeluarkan bunyi keriat-keriut seiring bergoyang-goyang.

"Apa sih sebenarnya yang terjadi disini...".

Apa yang terjadi?Aku menggumamkan kata-kata ini di dalam benakku dan mengingat kembali segala hal yang telah terjadi sejak aku terlempar ke desa ini.

Eugeo membawaku ke desa ini,dan kami pertama-tama pergi ke tempat Pos Penjagaan di dekat gerbang.Di sana ada seorang pemuda seumuran Eugeo yang dipanggil Jink,dan ia melayangkan tatapan curiga pertamanya,namun setelah ia mendengar bahwa aku adalah «Anak Hilang Vektor»,ia segera setuju membiarkanku masuk.

Namun ketika Eugeo sedang menjelaskan,mataku terpaku pada pedang panjang sederhana di pinggang Jink,dan sebetulnya aku tak mendengar apa-apa saja yang mereka berdua bicarakan.Aku benar-benar ingin meminjam pedang panjang yang sedikit usang itu darinya dan mencoba apakah aku di dunia ini— atau lebih tepatnya,sword skill pendekar pedang virtual Kirito masih bisa digunakan.Mau bagaimana lagi kalau aku mendapatkan hasrat semacam itu,namun aku akhirnya dapat mengendalikan hasrat itu.

Eugeo dan aku meninggalkan Pos Penjagaan,dan bertahan dari tatapan-tatapan waspada dan bingung para penduduk desa sembari melangkah menuju jalanan utama.Aku tetap saja mendengar pertanyaan seperti ’siapa dia,’di saat Eugeo berhenti dan menjelaskankannya pada semua orang.Kami menghabiskanwaktu sekitar 30 menit berjalan sebelum mencapai alun-alun pusat desa ini.Di jalan,kami bahkan bertemu perempuan tua yang membawa keranjang besar,dan ia langsung berkata sesuatu seperti ’anak yang malang’ di saat ia melihat kami dan mengeluarkan apel (atau seperti itulah terlihatnya) dan menjejalkannya begitu saja ke tanganku,membuatku merasakan sedikit rasa bersalah.

Matahari hampir terbenam di ufuk di waktu kami mencapai gereja yang dibangun di bukit dan menjadi bagian desa.Kami mengetuk pintunya,dan seorang Sister muncul,ia terlihat seperti seorang yang berwatak tegas.Ini adalah Sister Azariya yang kudengar tadi.Aku melihatnya,dan segera berpikir ada Minchin-sensei yang muncul dalam «Little Princess». NGGAK MUNGKIN! Aku berteriak di dalam hatiku.Akan tetapi,sang Sister segera mengajakku masuk,yang mana hal ini benar-benar bukanlah sesuatu yang aku duga,dan malahan menyajikanku makanan.

Setelah setuju untuk bertemu esok,aku mengucapkan selamat tinggal pada Eugeo dan masuk ke dalam.Setelah diperkenalkan pada Selka,yang tertua dan 6 anak kecil lainnya yang lebih muda darinya,kami duduk di meja makan yang harmonis(hidangan yang terhampar disana adalah kentang yang terlihat seperti ikan goreng).Setelah mengambil jatah makananku,aku diinterogasi oleh mereka,dan ini adalah hal yan sudah aku duga.Sesudah aku menjawab semua pertanyaan mereka,dan berpikir bahwa aku tak membocorkan siapa diriku,3 orang anak laki-laki mengajakku untuk mandi bareng dengan mereka....itu saja kok,aku bertahan dari semua cobaan ini,dan sekarang,aku akhirmya mendapat kebebasan di saat aku berbaring di kasur kamar untuk tamu—Itulah yang telah terjadi sampai saat ini.

Rasa lelah yang menumpuk seharian ini telah menyerbu ke dalam diriku dan jika aku menutup mata,aku bisa jatuh tertidur dengan cepat.Akan tetapi,perasaan bingung yang menyerangku menghalangi hal ini.

"Apa yang terjadi?" Aku menggumakannya diam-diam pada diriku.

Kesimpulannya,semua orang di desa ini selain aku adalah NPC.

Dari awal aku bertemu Jink,sampai saat dimana aku berjalan melewati para penduduk di dalam desa,dan di momen ketika bertemu si nenek tua yang memberiku apel,Sister Azariya yang tegas namun lembut,si murid Sister Selka,keenam anak yatim tadi;mereka semua seperti Eugeo,mempunyai emosi sama halnya denganku,bisa berbicara dengan normal dan bisa melakukan pergerakan tubuh yang halus.Pada dasarnya,semuanya mirip dengan manusia.Paling tidak,mereka bukanlah karakter-karakter yang akan dengan otomatis menjawab di dalam VRMMO.

—Namun,sesuatu semacam ini bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan.

Saat ini,hanya terdapat satu Soul Translator di markas pusat Roppongi,dan perusahaan itu sendiri mau meluncurkan 3 mesin lagi,yang akan membuat jumlahnya jadi 4.Itulah apa yang dikatakan oleh si pengembang Higa.Bahkan jika kita menambahkan satu atau dua unit,itu seharusnya tak mampu membuat sistem Dive denganorang yang cukup untuk membangun sebuah desa.Bahkan di saat aku sedang berjalan dan mengamati tadi,ada paling tidak 300 orang penduduk desa di Rulid,dan mesin eksperimen besar itu tak mungkin adalah produk skala besar-besaran.Juga kalau kita menambahkan beberapa desa dan kota yang ada di dunia ini dan orang-orang «Capital» yang banyak diceritakan,bahkan kalaupun kita menginvestasikan banyak uang untuk menambah mesin-mesin baru,harusnya tak mungkin untuk secara diam-diam mengumpulkan ribuan test player.

"...Ngomong-omong."

Eugeo dan yang lainnya bukanlah manusia sungguhan—mereka adalah para player dengan pembatasan memori,kurasa?Ataukah mereka adalah program penjawab otomatis yang jauh melampaui apa yang aku tahu....?

Memikirkan tentang hal ini,pikiranku langsung memikirkan istilah «Artificial Intelligence».

Baru-baru ini,para AI,bantuan elektronik untuk kode password,navigasi kendaraan,dan penggunaan peralatan listrik,telah berkembang pesat.Sekali mereka mendengar perintah yang diberikan,sebuah karakter,yang mirip seperti manusia atau hewan,dapat beroperasi dengan tepat atau mendapatkan informasi yang dibutuhkan.Disamping itu,ada juga AI lainnya,layaknya NPC yang aku familiar dengannya di dalam game-game VR.Meski fungsi utamanya adalah menyediakan Quest atau informasi event,mereka masih bisa menjawab dialog biasa sampai pada tingkatan tertentu.Sekumpulan orang yang mendambakan «Moe NPCs» akan selalu nongkrong di dekat NPC-NPC bertipe cantik dan mengajak bicara mereka.

Tentu saja,para AI ini benar-benar tak memiliki kecerdasan.Kalau dibuat mudahnya,mereka hanyalah sekumpulan perintah-perintah yang hanya tahu bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu.Karenanya,jika mereka akhirnya menemui sebuah pertanyaan yang tak ada di dalam database,si NPC kemungkinan besar akan tersenyum ramah atau memiringkan kepalanya sambil berkata 'Aku tak memahami apa maksudmu.'

Akan tetapi Eugeo tak pernah memperlihatkan sesuatu seperti ini hari ini.

Ia memperlihatkan segala macam emosi secara alami seperti 'terkejut', 'ragu',dan 'tertawa' membalas semua pertanyaanku dan membuat respon seperlunya.Bukan Eugeo saja yang seperti ini,Sister Azariya,Selka,dan anak-anak kecil itu semuanya juga begitu.Tak ada contoh satupun dari mereka yang memperlihatkan ekspresi 'tak mampu menemukan data.'

Sejauh yang kutahu,di antara para Artificial Intelligence termutakhir,standar tertingginya adalah AI yang dipanggil Yui,program konseling yang dikembangkan untuk tujuan pemeliharaan SAO lama,yang sekarang ini telah menjadi 'putri' ku dan Asuna.Selama dua tahun itu,ia terus-menerus bicara pada tak terhitung jumlah player,memonitor mereka,dan telah berhasil membangun database yang mengagumkan dalam hal merespon.Saat ini,ia berada pada level dimana ia bisa dianggap 'program penjawab otomatis' dan 'kecerdasaan sejati.'

Namun,Bahkan Yui sekalipun tidaklah sempurna.Terkadang,ia akan memiringkan kepalanya di saat database tak memiliki suatu informasi,dan akan menyalah artikan 'kemarahan yang terpampang' milik manusia dengan 'rasa canggung saat mencoba menyembunyikan rasa malu'.Tepat saat itulah ia akan memperlihatkan ekspresi 'seperti AI'.

Akan tetapi,Eugeo,Selka,dan yang lain tak menunjukkan sesuatu semacam itu.Bila semua penduduk desa Rulid adalah....AI,program yang tercipta sebagai anak laki-laki,gadis,nenek tua,orang dewasa dan yang lain,dalam hal tertentu,STL memiliki sebuah teknologi yang melampaui kata mutakhir.Tapi pada akhirnya,aku benar-benar tak bisa membayangkan hal ini sebetulnya bekerja...

Aku yang memikirkan hal ini,bangkit dari tempat tidur,dan mendaratkan kakiku di lantai.

Ada sebuah lampu minyak tua di atas dinding kasur.Cahaya jingga kekuningan berkerlip-kerlip,mengeluarkan bau terbakar yang aneh.Tentu saja,aku tak pernah menyentuh benda semacam ini di kehidupan nyata,namun di tempatku berbagi kamar dengan Asuna di Alfheim memiliki lampu yang mirip,jadi aku dengan setengah sadar menjulurkan tanganku untuk menyentuh permukaannya.

Akan tetapi,disini tak ada satupun pop-up window pengoperasian.Aku mendadak memikirkan sesuatu dan menggunakan kedua jari-jariku untuk mrngikuti pergerakan yang bukan sebuah perintah isyarat,namun sesuatu yang disebut «Stacia Seal». Aku lalu menyentuh permukaan lampu tadi,dan sebuah kilauan ungu muncul saat itu juga.Akan tetapi durabilitas lampu inilah satu-satunya hal yang muncul,tak ada tombol untuk meng-ON maupun meng-OFF kan cahayanya.

Sialan.Selka jelas-jelas tak akan mengatakan kepadaku cara mematikan lampu ini dengan mudah tanpa terlebih dulu mengomel...Tepat ketika sedang panik-paniknya,aku menemukan sebuah kenop kecil di dasar lampu tadi. Biarin,coba dulu aja ngapa.KyuKyu.Bersamaan dengan suara logam itu,sumbunya menebal,dan lampunya megeluarkan jejak asap tipis sebelum padam.Cahaya rembulan yang menembus jendela,mendarat di dalam kamarku yang terselimuti dalam kegelapan,meninggalkan seberkas garis putih keperakan.

Aku akhirnya berhasil merampungkan misi dengan kesulitan tinggi ini,kembali ke pinggiran kasur,meletakkan bantal di posisi yang pas,dan kembali berbaring.Aku merasa sedikit kedinginan,jadi kupakai selimut yang Selka berikan tadi.Aku jadi mengantuk.

—Jika mereka bukan manusia,mereka itu apa?

Di sudut pikiranku,aku telah menemukan jawabannya...Akan tetapi,aku merasa takut untuk mengatakannya.Umpama aku benar—sang pengembang yang disebut RATH telah mengulurkan tangannya ke ranah Tuhan.Ketika dibandingkan dengan ini,proses yang menggunakan STL untuk memahami jiwa manusia tersebut telah mencapai level dimana mereka seperti sedang bermain-main dengan Kotak Pandora menggunakan jari-jemari mereka. Aku masuk ke dalam alam mimpi dan mendengarkan suara yang asalnya jauh di dalam kesadaranku.

Sekarang bukan waktunya untuk melarikan diri.Aku harus menuju Capital.Setibanya disana,aku akan mencari alasan kenapa aku ada di dunia ini....

KLANG!!

Aku nampaknya mendengar bunyi dentangan sebuah lonceng di kejauhan.

Tepat ketika aku mengganggap ini adalah suara dalam mimpiku,bahuku rasanya seperti sedang diguncang-guncang oleh seseorang,jadi aku menyelusupkan kepalaku ke dalam selimut dan menggerutu,

"Uu—10 menit lagi...nggak,5 .... "

"Nggak boleh.Ini sudah waktunya bangun."

"3menit....3 menit aja..."

Seiring dengan bahuku yang terus berguncang,sedikit perasaan bingung membuatku kehilangan rasa kantukku.Jika saja itu adalah adik perempuanku Suguha yang membangunkanku,ia tak akan menggunakan tindakan-tindakan lembut semacam itu,sebaliknya ia akan berteriak-teriak,menjambak rambutku dan menarik-narik,mencubit hidungku dan melakukan tindakan-tindakan berbau kekerasan semacamnya,atau bahkan tindakan jahat seperti menarik futon.

Pada momen ini,aku tersadar bahwa dimana aku berada sekarang ini bukanlah kenyataan maupun Alfheim,dan aku menyembulkan kepalaku dari balik selimut wol.Aku sedikit membelalakkan mataku dan bertukar tatapan dengan Selka,yang berpakaian ala sister.Si sister magang ini menurunkan kepalanya dan melihat ke arahku.

"Sudah jam 5.30.Anak-anak semuanya sudah pada bangun dan mandi.Jika kau tak buruan,kau tak akan cukup waktu untuk Sembahyang."

"...Oke,Aku akan datang kok... "

Aku tinggalkan kasur hangat dan istirahat penuh kedamaian tadi tanpa rasa penyesalan dan duduk.Aku melihat ke sekitar,dan keadaaanya sama seperti ingatanku tadi malam.Ini adalah kamar untuk tamu yang berada di lantai dua gereja Rulid.Dengan kata lain,tubuhku melewati dunia virtual Underwoorld yang diciptakan oleh Soul Translator.Pengalaman menakjubkan semacam itu nampaknya tak akan berakhir hanya dalam satu malam.

"Jadi ini hanya nampak seperti sebuah mimpi,huh?"

"Eh,Apanya?"

Mendengarku menggumankan kata-kata ini,Selka menampakkan eksperesi kaget.Melihat hal ini,aku buru-buru menggelengkan kepala.

"Nggak.Bukan apa-apa kok.Aku akan ganti baju dan datang.Di aula peribadatan lantai satu kan?"

"Un,tak peduli kau seorang tamu ataupun anak hilang Vector,kau harus berdoa pada Dewa Stacia selama kau tinggal di dalam gereja.Setiap cangkir minuman adalah anugerah dari kemurahan hati Dewa,dan kita patut bersyukur akan hal ini.Itulah yang dikatakan Sister pada kami... " Ia akan lanjut berceloteh ria tentang ini terus menerus jika hal ini berlanjut,jadi aku buru-buru bangkit dari tempat tidur.Aku membalik sedikit ujung kaos tipis ini,bersiap-siap untuk melepaskan piyama yanng aku pinjam,dan Selka mengeluarkan suara kebingungan.

"I,Itu akan dimulai dalam 20 menit.Jangan sampai telat !Kau harus mencuci mukamu dengan air sumur diluar sana."

thumb

Patapata,ia berjalan keluar kamar,dengan cepat menutup pintu dan lenyap dari pandanganku.Reaksi ini jelas-jelas bukanlah sesuatu yang NPC bisa lakukan...Aku memikirkannya sambil melepaskan kaos ku dan memasukkan «Initial Equipment» ku yang tersandar di kursi,tunik lengan pendek ke kepalaku.Aku menuurunkannya sampai hidung dan mengendusnya,dan hanya menemukan tak ada bau keringat disana.Seperti dugaan,mikroorganisme dan hal-hal lain semacamnya tak bisa di replika.Mungkin kerusakan seperti noda-noda maupun lubang-lubang dikendalikan oleh nilai durabilitas yang disebut «Life».

Sambil memikirkan hal ini aku memunculkan «Window» tunik ini,durabilitas yang nampak adalah angka [44/45]. Kelihatannya itu bukan apa-apa untuk waktu sementara,namun jika aku ingin tinggal di dunia ini untuk waktu yang lama,aku harus mencari pakaian ganti dan karenannya aku harus menemukan cara untuk mendapatkan barang-barang dan uang.

Aku terus berpikir sambil mengganti pakaianku,lalu berjalan keluar kamar.

Aku berjalan menuruni tangga dan keluar dari pintu belakang di samping dapur.Matahari terbit yang indah telah berada di atas kepalaku.Ia bilang ini masih belum jam 6,namun bagaimana yah penghuni dunia ini menentukan waktu?Aku tak bisa melihat benda apapun yang terlihat seperti sebuah jam,di kafetaria maupun ruang keluarga.

Aku menundukkan kepalaku dan melangkah ke jalanan berbatu.Segera,aku melihat sebuah sumur yang berdindingkan batuan.Anak-anak nampaknya telah menggunakannya tadi karena lumut yang menempel mengelilingi sumur ini basah.Aku membuka penutupnya, melemparkan ember kayu dengan tali yang terikat dengannya ke bawah,dan sebuah suara merdu Kolakakapon bisa terdengar.Kutarik dan kuangkat seember penuh air bening lalu kutuangkan ke dalam bak disampingku.

Aku meraup air sumur sedingin es tadi dengan kedua tanganku untuk membasuh muka dan meminumnya satu tegukan penuh.Di momen ini,rasa kantukku hilang tak berbekas.Menurutku aku tidur sebelum pukul 9 kemarin,dan meski aku bangun pagi-pagi,aku harusnya telah tidur selama 8 jam....Sambil memikirkan tentang hal ini,aku tenggelam dalam pemikiranku lagi.

Jika ini memang Underworld,mekanisme FLA mungkin masih sedang berjalan.Jika kecepatannya adalah tiga kali lipat,waktu tidurku yang sebenarnya seharusnya kurang dari 3 jam.Jika ini ide fantastik yang terlintas olehku kemarin,yaitu bahwa mesin ini berakselerasi 1000 kali lipat,itu berarti 8 jam sebenarnya sama dengan 30 detik.Emang bisa waktu sesingkat itu membuat pikiran begitu terjaga?

Serius deh,Aku tak mengerti sama sekali.Aku harus keluar dari sini secepat mungkin dan mengecek situasinya....Akan tetapi,suara lembut ketika aku hendak tidur semalam terus terngiang-ngiang di dalam telingaku.

Aku bisa terbangun di dunia ini dengan kesadaran milik Kirito—Kirigaya Kazuto .Apakah itu karena insiden janggal tertentu atau keinginan seseorang,aku mungkin ada disini untuk menyelesaikan sebuah misi,kurasa?Aku bukanlah teroris di dalam kehidupan nyataku,namun di sisi lain,aku takkan menolak bahwa tiap-tiap eksistensi memiliki maksud tertentunya masing-masing.Jika begitu kasusnya,kenapa juga banyak orang yang kehilangan nyawanya dalam insiden SAO...

Bashaa! Aku sekali lagi menciduk air sumur setangan penuh dan mendeburkannya ke wajahku untuk menyela pemikiranku.Sekarang ini,aku punya dua langkah tindakan.Yang pertama,aku bisa mengivestigasi apakah disini ada karyawan RATH yang tahu bagaimana cara log out dari sini,dan yang kedua,aku harus mencari jalan menuju Capital agar mampu menemukan maksud aku ada didunia ini.

Yang pertama tidak terlalu rumit buatku.Aku tak terlalu yakin berapa kecepatan FLA,tapi dengan adanya teknisi RATH yang menyamar menjadi penduduk desa,mereka kemungkinan takkan tinggal disini selama bertahun-tahun,apalagi puluhan tahunan.Dengan kata lain,jika penghuni desa yang meninggalkan tempat ini untuk perjalanan bisnis atau liburan ada,itu artinya mereka sangat sangat mungkin adalah para pengamat.

Untuk yang kedua — sejujurnya sih,benar-benar tak ada cara yang baik untuk pergi kesana.Eugeo bilang sebelumnya kalau berkuda dari sini kesana membutuhkan waktu seminggu dan jika kita berjalan kaki melewati rute terdekat,itu akan membutuhkan waktu tiga kali lebih lama.Jika mungkin,aku benar-benar ingin mendapatkan kuda,tapi masih saja sih belum ada cara sama sekali untuk mendapatkannya,dan aku tak punya equipment dan uang untuk perjalanan.Aku pikir bersama Eugeo adalah pilihan terbaik,tapi ia punya sebuah «Sacred Task» yang tak dapat ia selesaikan seumur hidupnya.

Apa aku langgar saja Taboo Index dan biarkan diriku ditangkap oleh ksatria atau begitulah sekiranya agar membuat hal itu lebih cepat.Akan tetapi,kemungkinan besar aku akan dijebloskan ke dalam sel penjara secara langsung,dan aku harus bersabar beberapa tahun melakukan pekerjaan kasar,memanggul bongkahan-bongkahan batu.Itu akan membutuhkan sedikit kesabaran.Tapi sebelum itu terwujud,aku mungkin akan dijatuhi hukuman mati.

Kalau begitu,aku sebaiknya bertanya pada Eugeo apakah ada Sacred Art yang memiliki mantra pelepasan atau membangkitkan kembali diri seseorang.Tepat ketika sedang memikirkannya,Selka,menyembulkan kepalanya dari pintu belakang gereja dan seiring melihatku,ia berteriak,

"KIRITO,MAU SAMPAI KAPAN KAU MAU MANDI!?SEMBAHYANGNYA SUDAH DIMULAI!!"

"Ahh,un....maaf.Aku akan datang sekarang."

Aku buru-buru mengangkat tanganku,mengembalikan penutup sumur dan ember tadi dan buru-buru kembali masuk ke dalam bangunan gereja. Setelah melalui sembahyang yang khusyuk dan sarapan pagi yang berisik,para anak-anak pergi keluar untuk mencuci pakaian,sementara Selka dan Sister Azariya menuju ke perpustakaan untuk belajar Sacred Art yang sama.Untukku,yang pada dasarnya hidup secara gratis disini,hal ini membuatku merasa ada sedikit perasaan tak enak dalam diriku.Aku memendam perasaan itu sembari berjalan keluar gerbang gereja dan menuju ke alun-alun pusat desa untuk ketemuan dengan Eugeo.

Beberapa menit kemudian,sesosok familiar berambut coklat muncul dari arah menghilangnya kilauan cahaya mentari pagi.Lalu,menara jam dibelakang gereja mendentangkan melodi yang sederhana namun elegan.

"Ahh....aku tahu."

Mendengar apa yang aku katakan di momen aku bertemu dengannya,Eugeo,membelalakkan matanya dengan kaget.

"Pagi,Kirito.Apa maksudmu dengan "aku tahu" barusan?"

"Pagi,Eugeo.Yah,itu loh...aku menemukan kalau melodi lonceng tadi berbeda-beda tiap jamnya.Dengan kata lain,penduduk desa ini menggunakannya untuk menentukan waktu."

"Tentu saja,ya begitulah.Lagu pujian untuk «Cahaya Solus» dibagi menjadi 12 irama.Ditiap-tiap pertengahan baitnya,akan ada sebuah dentangan.Sayangnya,bunyinya tak mampu mencapai Gigas Cedar,jadi aku hanya bisa mengecek waktu melalui ketinggian Solus." "Aku tahu....jadi itu artinya nggak ada ‘jam’ di dunia ini"

"Jam....?Apaan tuh? "

Ini buruk.Jangan-jangan istilah semacam itu tak ada disini?Aku mberkeringat dingin di dalam hatiku dan mencoba menjelaskan.

"Erm,jam adalah...sebuah alat yang berbentuk piringan bundar dengan angka-angka di atasnya dan ia ia punya jarum berputar untuk menunjukkan waktu... "

Mendengar itu,wajah Eugeo secara tak terduga mengeluarkan kilauan dan mengangguk.

"Ahh...yang itu to.Aku pernah lihat di buku gambar ketika aku kecil.Dahulu kala,di pusat Capital nampaknya ada sebuah bangunan yang disebut «Divine Instrument of Engraved Time»,namun orang-orang terkadang melihat ke Divine Instrument itu dan tak pernah bekerja dengan serius,hal itu membuat Dewa marah,dan Ia menghancurkan Divine Istrument itu dengan halilintar.Mulai saat itulah,manusia hanya dapat menentukan waktu berdasarkan pada bunyi dentangan lonceng."

"He,Heh...yah,aku selalu khawatir sih kapan waktunya pelajaran selesai... "

Aku mengatakan sesuatu yang ngawur tanpa berpikir dua kali,lagi,dan untungnya,kali ini aku tak kebablasan.

"Ahaha.Jadi begitu to.Dulu ketika aku belajar di gereja,aku selalu nungguin tuh waktunya lonceng tengah hari berdentang."

Eugeo terkekeh-kekeh sambil memalingkan muka.Aku mengikuti arah pandangannya dan akhirnya melihat menara jam gereja.Di jendela yang didesain seperti talang berbentuk mirip koin,lonceng-lonceng segala ukuran berkilauan di dalamnya.Akan tetapi,meski lonceng-lonceng tadi berdentang,tak ada satu orang pun yang dapat terlihat disana.

"Lonceng itu....kok bisa ya berdentang?"

"Serius deh,Kirito,kok bisa sih kau lupa soal hal itu?"

Eugeo mengatakannya dengan suara kaget namun gembira,berdehem di tengah kalimat,dan melanjutkan,

"Nggak butuh siapa-siapa kok buat membunyikannya.Ini adalah satu-satunya Divine Instrument yang ada di desa,ia akan secara teratur mendentangkan hymne pujian tanpa telat sedetik pun.Tentu saja nggak cuma desa Rulid yang memiliki instrumen ini.Zakkaria dan desa-desa serta kota-kota lainnya mereka semua memilikinya...ahh,tapi,bukan itu juga sih Divine Instrument satu-satunya..."

Penuturan penuh semangat Eugeo,yang sangat jarang,dan akhirnya kehilangan suara di bagian akhirnya,membuatku mengernyit.Akan tetapi,Eugeo nampaknya tak ingin melanjutkan diskusi mengenai hal ini seraya ia menepukkan tangannya pelan dan berkata,

"Sekarang,aku ada sesuatu yang harus kulakukan.Apa rencanamu hari ini,Kirito?"

"Gimana yah... "

Aku berpikir sejenak.Meski aku ingin berjalan-jalan berkeliling desa,aku mungkin akan dapat masalah jika sendirian.Jika aku bisa bertanya pada Eugeo apakah ada penduduk yang pergi keluar desa seperti yang aku bayangkan dan dalam rangka mencoba membujuk Eugeo untuk pergi menuju Capital untuk menuntaskan rencana kejamku,aku harus mencari tahu apa Sacred Task yang diemban Eugeo.

"...Kalau boleh,biarkan aku membantumu hari ini,Eugeo."

Setelah memikirkannya masak-masak,aku mengatakan kata-kata tadi,dan Eugeo menyeringai sambil mengangguk.

"Tentu saja,dengan senang hati akan kuajak kau.Aku dah kepikiran kau akan berkata begitu.Nih lihat,aku bawa uang untuk beli roti yang cukup buat dua orang."

Ia mengeluarkan dua keping koin perunggu dari celana pendeknya,yang mengeluarkan bunyi bergemerincing di telapak tangannya.

"Erm,gimana yah,aku benar-benar nggak enak sudah menyusahkanmu."

Setelah melihatku menggelengkan kepala dan menggoyangkan tanganku,Eugeo mengangkat bahu dan tersenyum.

"Nggak usah khawatir.Aku dapat gaji dari tempat ketenagakerjaan desa,dan sebenarnya nggak ada apa-apa yang bisa kubelanjakan dengan gaji tadi,jadi yah kutabung sajalah."

Oh,itu bagus,benar-benar bagus.Jika begitu kan,aku jadi punya uang untuk pergi ke Capital.Benakku mulai melahirkan pikiran-pikiran nggak berguna.Sekarang ini,yang tersisa adalah Eugeo menyelesaikan Sacred Task nya dengan menebang pohon raksasa tu.

Hatiku sedang memikirkan sebuah agenda licik,namun aku menampakkan tatapan menyesal.Melihatku seperti ini Eugeo masih mempertahankan senyumannya dan berkata, 'Yuk berangkat' sebelum berjalan ke selatan.Aku mengikutinya dari belakang dan melihat keatas kembali padamenara jam yang akan dengan otomatis berdentang tiap jamnya.

Ini benar-benar dunia yang menakjubkan.Meskipun ia menciptakan sebuah kehidupan pedesaan yang realistik,kehadiran sebuah VRMMO masih tak bisa dibantahkan.Di jalanan utama semua lantai di Kota Mengambang Aincrad,terdapat sebuah lonceng yang menujukkan waktu.

Sacred Art— dan Gereja Axiom;keduanya kemungkinan besar adalah nama palsu untuk mantra dan Sistem Dunia ini.Kalau begitu kasusnya,gimana caranya kita menjelaskan «Tanah Kegelapan» yang ada di luar dunia ini?Apa itu adalah counter-system...

Sementara aku sedang berpikir dalam-dalam,Eugeo,yang ada disampingku,tiba di depan sebuah tempat yang terlihat seperti toko roti dan menyapa nenek tua pemilik toko yang mengenakan apron sebelum membeli empat roti.Aku memandang ke dalam toko,dan melihat seorang pria berpakaian seperti penjaga toko sedang mengadoni adonan roti.Aroma dari dalam tempat itu melayang keluar melalui jendela besar.

Dalam sejam,atau mungkin 30 menit,aku bisa membeli roti yang baru matang dari panggangan itu,namun menjadi tak bisa fleksibel mungkin adalah bagian dari «Sacred Task». Pekerjaan Eugeo yaitu untuk mencapai hutan dan mengayunkan kapak memiliki timing tetap yang tak dapat segitu mudahnya diubah.Karena aku cuma bisa mengajaknya untuk menemaniku dalam perjalanan setelah ia menuntaskan «Sacred Task» nya,rencanaku takkan selesai segitu mudahnya deh.

Tapi nggak peduli apapun,sistem selalui memiliki lubang keamanan.Bahkan seorang sepertiku yang identitas dan asal muasalnya tak diketahui akan bekerja dengannya sebagai asisten.

Kami berjalan menuju lengkungan gerbang di selatan dan melangkah diatas jalan setapak yang melewati ladang-ladang gandum yang menghijau seraya menuju ke arah hutan lebat.Dari sini,aku bisa melihat dengan jelas pohon raksasa Gigas Cedar yang menjulang ke langit.

Eugeo dan aku terus bergantian mengayunkan Dragon Bone Axe dengan keras,dan tahu-tahu,matahari yang disebut Solus telah meninggi ke posisi tengah hari.

Aku terus menerus menggerakkan lenganku yang serasa seberat timah dan mengayunkan ayunan ke 500 yang menusuk dalam-dalam pohon tinggi besar ini.KOONG! Sang pohon besar itu mengeluarkan serbuk-serbuk gergaji yang bertebaran layaknya pasir, memperlihatkan nilai durabilitas yang benar-benar tinggi dari pohon yang sedikit tergores itu.

"Uwahhh,nggak bisa.Aku nggak sanggup mengayunkannya lagi."

Aku berteriak sambil melemparkan kapak ke tanah sebelum berbaring di rerumputan seolah-olah kekuatanku konslet.Aku menerima botol air yang disodorkan Eugeo dan dengan rakus meneguk cairan manis bernama «Siral Water» — Aku masih nggak paham bahasa apa sih ini.

Eugeo hanya tersenyum santai sembari melihat ke bawah ke arahku yang ada dalam keadaan sekarang ini,sebelum berkata dengan nada bicara layaknya guru,

"Tapi kau benar-benar punya sedikit bakat yah,Kirito.Suwer.Kau berhasil menyerap dasar-dasarnya cuma dalam 2 hari."

"...Tapi aku masih belum bisa mengejarmu sama sekali,Eugeo..."

Aku menghela nafas dan membenarkan posisi dudukku,bersandar pada Gigas Cedar.

Karena aku telah mengayunkan kapak berat itu sepanjang pagi ini,aku meraih peningkatan besar-besaran pada stats ku di dunia ini.

Aku sih sudah tahu,tapi stats tadi masih jauh dari kata kekuatan sekelas manusia super dan kecepatan pendekar pedang Kirito yang dimilikinya dahulu di SAO.Meski begitu,mungkin saja Kirigaya Kazuto yang lemah di dunia nyatalah yang dijadikan referensinya.Jika ini adalah aku di dunia nyata,setelah aku mengayunkan kapak seberat itu dalam waktu sejam kayak gini,pastinya deh aku akan menderita nyeri otot di sekujur tubuh dan takkan mampu bangun dari tempat tidur di hari kedua.

Dengan kata lain,kekuatannku yang sekarang sebanding dengan pemuda berumur 17,18 tahun di dunia ini.Kekuatan Eugeo jauh melampaui diriku,seperti yang diharapkan dari seseorang yang telah mengerjakan ini selama 7 tahun.

Untungnya,feeling dari avatar atau penggambaran kekuatannya masihlah sama atau bahkan lebih efisien daripada VRMMO-VRMMO yang kumainkan sebelumnya.Selain itu,mengayunkan kapak beberapa ratus kalia sambil mewaspadai berat dan lintasan ayunannya,aku akhirnya mendapatkan kepercayaan diri untuk menggenggam kapak ini tanpa memerlukan kekuatam dengan jumlah yang sangat besar.

Juga,aku telah mengulang-ulang latihan rutin yang sama tak terhitung beberapa kali jumlahnya di Aincrad lama,bahkan melewatkan waktu makan dan tidurku untuk melakukannya,jadi ini mungkin area yang paling ku kuasai.Paling tidak aku takkan kalah dari Eugo dalam hal keteguhan tekad— Nggak...tunggu dulu.Kupikir aku baru melewatkan sesuatu yang penting disini...

"Nih,Kirito."

Eugeo melemparkan 2 roti kepadaku,yang mana hal itu mengerem gerbong kereta pemikiranku.Aku buru-buru menjulurkan tanganku untuk menangkap keduanya.

"...?Ada yang salah?Raut mukamu jadi aneh tuh,tahu nggak?"

"Ah...nggak kok..."

Aku akhirnya berhasil meraih ujung jalur pemikiranku yang hampir pergi meninggalkanku,namun serpihan-serpihan yang tersisa tadi hanyalah kesan yang membingungkan dan samar-samar,itulah apa yang kupikir sebagai sesuatu yang penting.Yah,jika itu memang penting,akan aku pikirkan di lain waktu.Aku lalu mengangkat bahu dan berterima kasih pada Eugeo,

"Makasih.Kumakan ya kalau begitu. Itadakimasu."

"Maaf rotinya masih sama kayak yang kemarin."

"Nggak,nggak apa-apa kok."

Aku membuka mulutku dan mengambil sebuah gigitan besar.Rasanya sih enak—namun sejujurnya roti ini masih terlalu keras.Eugeo mungkin juga merasakan hal yang sama sembari ia mencoba yang terbaik untuk menggerakkan rahang bawahnya.

Kami berdua lanjut menghabiskan waktu beberapa menit memakan roti yang pertama sambil bertukar tatapan satu sama lain,kami saling tersenyum tipis.Eugeo meminum seteguk Siral Water dan menatap ke kejauhan.

"...Aku benar-benar ingin kau mencicipi pastel buatan Alice,Kirito...kulit luarnya yang renyah,dipenuhi dengan isian yang juicy....memakannya ditemani susu sapi perah segar,membuatku merasakan kelezatan yang jarang ada di dunia ini."

Sembari ia mengatakan itu,lidahku secara tak sadar nampaknya merasakan rasa pastel itu sambil meneteskan air liur.Aku segera menggigit roti keduaku dan bertanya tanpa berpikir,

"Lalu Eugeo.Orang itu...Alice,ia belajar Sacred Art di gereja,ya kan?Untuk menjadi penerus Suster Azariya."

"Un,begitulah.Ia disanjung-sanjung sebagai anak ajaib pertama bahkan semenjak desa ini dibangun,dan ia mampu menggunakan banyak Sacred Art diumurnya yang baru sepuluh tahun."

Eugeo mengatakannya dengan nada bangga.

"Kalau begitu....gadis bernama Selka yang belajar di gereja sekarang ini adalah..."

"Un...Sister Azariya benar-benar terpukul ketika Alice dibawa pergi oleh Integrity Knight dan berkata ia takkan pernah lagi mengangkat murid.Akan tetapi,kepala desa Gasupht berusaha untuk membujuknya dan dua tahun yang lalu,si murid baru Selka,ikut ke gereja.Ia adalah adik Alice."

"Adik toh....heh..."

Jika aku harus bilang pun,harusnya ia adalah kakak perempuan yang galak.Aku mengingat-ingat Selka dalam otakku yang sedang memberikan kesan semacam itu saat aku mengatakannya.Semenjak Alice adalah kakaknya,ia pasti adalah orang yang peduli pada orang lain dan juga usil.Ia seharusnya bisa menjadi pasangan yang baik bagi Eugeo.

Aku memikirkan ini sambil menatap Eugeo.Dia terlihat sedang memikirkan sesuatu sembari mengernyit.

"...Karena usia kami beda 5tahun,aku jarang bermain dengan Selka.Saat aku berkunjung main ke rumah Alice dari waktu ke waktu,ia sering ngumpet dibelakang ibu atau neneknya dengan malu-malu...ayahnya,Gasupht,semua orang bahkan Suster Azariya percaya kalau adik Alice memiliki bakat dalam Sacred Art dan menanti-nantikannya...namun...."

"Selka tak punya bakat seperti kakaknya,ya kan?"

Mendengar pertanyaan menjurusku,Eugeo menjadi murung dan mengangguk.

"Kita sebenarnya nggak bisa bilang begitu juga sih.Nggak peduli siapapun orangnya,jika baru mulai melakukan Sacred Task,mereka nggak mungkin bisa melakukannya dengan baik.Hal itu sama juga buatku dan aku saja baru berhasil menggenggam dan menggunakan kapak besar ini dengan benar setelah lebih dari 3 tahun lamanya.Yah begitulah...untuk Selka yang baru 12 tahun,ia telah bekerja sedikit terlalu keras..."

"Terlalu keras?"

"...Dulu ketika Alice mulai belajar Sacred Art,ia nggak tinggal di gereja.Ia hanya belajar sampai tengah hari,lalu ia menyerahkan bento padaku sebelum pergi untuk membantu beres-beres rumah di sore hari.Namun,Selka menggunakan alasan kalau dia nggak akan punya cukup waktu untuk belajar dan pindah dari rumahnya.Kebentulan sekali Jana dan Algu pindah ke gereja,dan Suster sendiri pastinya tak mampu menangani mereka,jadi Selka mungkin juga punya suatu alasan untuk pindah ke gereja."

Aku mengingat-ingat Selka yang dengan telaten merawat anak-anak.Aku tak bisa bilang betapa sulitnya itu,namun untuk seorang berumur 12 tahun yang harus belajar sambill merawat 6 anak kecil,itu bukan perkara yang gampang.

"Aku tahu...dan Aku, si «Anak Hilang Vector»yang dengan tiba-tiba pindah kemari.Paling tidak aku harusnya nggak memberi banyak masalah pada Selka. "

Aku pasti akan bangun pukul 5.30 mulai dari besok.Dengan ketetapan itu,aku melanjutkan topik pembicaraan barusan dengan berkata ‘okelah kalau begitu.’

"Anak-anak selain Selka yang hidup di gereja itu semuanya kehilangan orang tua mereka?Apa orang tua mereka mati?Kok bisa ya enam orang mendapat musibah semacam ini di waktu yang sama padahal di suatu desa yang damai?"

Mendengar pertanyaanku,Eugeo terlihat sedikit tertekan,dan menundukkan kepalanya melihat rerumputan yang tumbuh tak terlalu jauh.

".... Itu terjadi 3tahun yang lalu.Ssebuah wabah menyebar di desa yang tak pernah terlihat selama hampir 100 tahun,menyebabkan 20 orang segala usia meninggal dunia.Suster Azariya dan tabib Ivenda mencoba segala macam cara,namun tak mampu menyembuhkan demam orang-orang tersebut.Anak-anak yang ada di gereja kehilangan orang tuanya karena hal itu." Jawaban tak terduga tersebut membuatku terdiam.

—Infeksi?Tapi ini kan dunia virtual.Nggak ada bakteri maupun virus yang mungkin bisa hidup disini.Dengan kata lain,orang-orang yang mati tersebut disebabkan karena virus yang ditularkan dengan maksud tertentu oleh orang-orang yang mengendalikan dunia ini atau sistem.Akan tetapi,kenapa?Kemungkinan besar,mereka ingin menggunakan suatu bentuk musibah untuk menciptakan suatu beban cobaan bagi mereka,tapi kenapa juga mereka menjalankan simulasi semacam itu?

Pada akhirnya.semua menjurus pada satu arah.Bahwa kenapa dunia ini ada—

"Itu bukan wabah belaka.Baru-baru ini,banyak hal yang aneh terjadi.Beruang liar bercakar panjang,seringgala berbulu hitam menyerang orang-orang dengan kawanannya,kuncup gandum yang tak mampu mengembang... bahkan kereta kuda yang biasa berkelana dari sini ke Zakkaria tak muncul-muncul selama berbulan-bulan.Isunya sih...ada suku Goblin yang muncul disini. " "A,apa kau bilang?"

Aku berkedip berkali-kali.

"Goblin...tunggu,bukannya para Integrity Knight melindungi perbatasan negeri ini?"

"Tentu saja.Suku-suku kegelapan yang bermukim dekat Mountain Range at the Edge harusnya telah dibasmi seketika oleh para Integrity Knight.Ini adalah tugas yang diemban para Integrity Knight,karena suku-suku itu adalah orang-orang yang lebih bermasalah daripada Alice,yang hanya menyentuh sedikit Tanah Kegelapan."

"Eugeo..."

Aku merasa suara tenang Eugeo mendadak berubah menjadi sesuatu yang bisa kupahami sebagai nada bicara bermuram hati,sesuatu yang mengagetkanku.Akan tetapi,perasaan itu segera sirna di saat bibir cowok itu perlahan menampakkan senyuman lagi.

"...Itulah kenapa aku hanya menganggapnya sebagai rumor belaka.Tapi selama 2 atau tiga tahun yang lalu,ada banyak sekali batu nisan-batu nisan baru disini.Jii-chan bilang ini situasi yang normal."

Ngomong-omong,sekaranga adalah waktu yang tepat untuk bertanya.Aku pura-pura tak tahu apa-apa dan dengan hati-hati bertanya, "...Hey,Eugeo.Sacred Art....bisa nggak mereka menghidupkan kembali manusia?"

Ia hanya melontarkan tatapan tak percaya padaku lagi.Secara tak terduga,Eugeo menggigit bibirnya pelam dengan raut wajah serius dan mengangguk dengan terlihat seolah-olah tak terlalu yakin juga.

"...Hampir semua orang di desa tak tahu menahu tentang ini,namun diantara Sacred Art-Sacred Art level tertinggi ada mantra yang bisa memperpanjang batas umur seseorang.Itu yang Alice bilang."

"Meningkatkan....Life?"

"Un,Life yang dimiliki semua orang dan benda...termasuk kau dan aku,nggak akan bisa bertambah secara normal,Kirito.Contohnya,Life manusia terus meningkat mulai dari mereka bayi ke masa kanak-kanak lalu sampai ke tahap dewasa,dan mencapai nilai Life maksimumnya pada usia 25 tahun.Setelah itu,perlahan-lahan nilai itu akan menurun dan menjadi 0 di usia sekitar 70,80-an,sebelum dipanggil kembali oleh Stacia.Kau lupa tentang ini semua ya,Kirito? "

"Ah,ahh"

Tentu saja,ini pertama kalinya aku mendengar ini seraya dengan hati-hati aku mengangguk.Apa yang Eugeo katakan bahwa nilai maksimun Hit Points seseorang akan turun naik sebanding umurnya.

"Akan tetapi,jika seseorang terluka atau jatuh sakit,Life mereka akan berkurang drastis.Jika luka-lukanya terlalu fatal,orang itu akan mati karenanya.Namun,seseorang bisa mengembalikan Life menggunakan Sacred Art dan obat-obatan,meskipun yah itu akan mencapai nilai maksimumnya.Manula tak bisa mendapatkan kembali Life yang pernah mereka punya di masa mudanya tak peduli pengobatan macam apa yang mereka jalani,dan sama halnya dengan orang-orang yang terluka terlalu parah mereka tak bisa disembuhkan...."

"Tapi ada kan mantra untuk mengakalinya?"

"Alice bilang ia benar-benar terkejut saat ia melihat ini dalam buku-buku kuno.Ia menanyakan ini pada Suster Azariya,dan yang dilihatnya hanyalah Suster yang membuat sebuah ekspresi ngeri dan menasihatinya untuk melupakan apa-apa saja yang ia lihat tadi....jadi aku tak begitu yakin tentang detailnya.Namun,disana disebutkan bahwa ada sebuah mantra yang hanya bisa digunakan oleh Pendeta Agung Gereja Axiom,dana itu bukanlah mantra yang digunakan untuk menyembuhkan atau mengobati penyakit,tapi mantra berimbas langsung pada Life..atau sesuatu seperti itulah.Tentu saja aku tak pernah melihat mantra khusus itu sama sekali. "

"Heh...Pendeta Agung?Itu artinya para rahib gereja bisa menggunakan Sacred Art kan?"

"Tentu saja.Sumber kekuatan dibalik sacred art adalah «Sacred Power» Dewa Solus dan Dewa Terraria yang bertebaran di langit dan bumi.Mantra-mantra berskala besar membutuhkan banyak sekali Sacred Powet.Jika saja ada mantra yang benar-benar dahsyat sampai bisa mengendalikan Life manusia,nggak akan cukup deh bahkan jika seluruh Sacred Power yang ada di seantero hutan ini dikumpulkan.Menurutku,bahkan kota Zakkaria yang punya Spellcaster pun nggak akan bisa mengendalikan kekuatan sebesar itu."

Meski begitu;ia berhenti disini untuk sejenak,dan meneruskannya dengan suara lirih,

"Dan...jika saja Sister Azariya mampu menggunakan mantra semacam itu,ia takkan melihat para putra-putri dan orang tua anak-anak itu meninggal seperti itu."

"Aku mengerti..."

—Dengan kata lain,bahkan jika aku mati disini,aku takkan kembali ke altar gereja dan bangun diiringi suara organ yang merdu.Jika aku mati,aku mungkin akan terbangun di STL yang ada di kehidupan nyata.Nggak,masalahnya bukan itu,Aku benar-benar akan merasa terganggu.STL tak punya kemanpuan untuk menghancurkan Fluctlight—mungkin sih.Harusnya alat itu berbeda dengan NerveGear.

Akan tetapi mencoba bunuh diri harusnya adalah metode terakhir untuk meninggalkan tempat ini.Keberadaan Underworld telah menjadi sesuatu yang kuyakini ada di dalam pikiranku,dan bahkan jika aku tahu akan hal ini,apa nggak apa-apa nih bagiku untuk pergi tanpa tahu apa alasanku ada di dunia ini—jiwaku memberikan pendapat semacam itu jauh dari dalam relung jiwaku.

Aku benar-benar ingin pergi ke Capital,melabrak masuk ke dalam markas pusat Gereja Axiom atau semacamnya dan menanyakan seluruh pertanyaan di dalam benakku pada para «Pendeta Agung»,namun aku tak punya cara untuk melakukannya.Tak ada sarana transportasi yang bisa digunakan untuk berpindah dari kota ke kota,dan hal inilah yang menjadi batasan pada kurangnya kemampuan permainan disini.Bahkan SAO saja punya Transfer Gate di hampir semua kotanya.

Jika ini memang VRMMO biasa,aku pastinya akan mempertimbangkan untuk mengirimkan email komplen pada operator.Akan tetapi,kalau saja aku tak bisa melakukannya,aku hanya perlu berusaha sekeras mungkin sepanjang system mengizinkannya.Ya,aku sering memikirkan hal ini selama pertempuran untuk menaklukkan boss di Aincrad.

Setela menghabiskan roti kedua,aku mengangkat botol air minum yang diserahkan Eugeo tadi ke mulutku,meminumnya sambil melihat ke atas batang pohon besar ini yang menjulang sampai ke langit.

Aku harus minta bantuan Eugeo jika aku ingin menuju ke Capital,namun adalah hal yang tak mungkin untuk membuatnya menyerah pada tugas yang diembannya dengan sungguh-sungguh,karena hal itu dilarang oleh Taboo Index.Jika begitu,hanya ada satu jalan yang tersisa,yaitu menemukan cara untuk menangani pohon Cedar yang besarnya minta ampun ini.

Aku menoleh kebelakang,dan kulihat Eugeo sedang menepuk-nepuk celananya sebelumm berdiri.


"Baiklah,dah waktunya kita mulai pekerjaan sore hari kita.Aku yang mulai duluan.Tolong ambilkan kapaknya."

"Ahh."

Aku menggunakan kedua tanganku untuk menggenggam Dragon Bone Axe yang ada disampingku dan akan menyerahkannya pada Eugeo.

Mendadak sebuah perasaan seperti tersengat listrik yang kuat terlintas di otakku.Ujung sesuatu yang hampir lepas dari telapak tanganku nampak tertangkap kembali,jadi aku dengan hati-hati berpikir.

Eugeo bilang kalau kapak biasa bilahnya akan dengan mudahnya hancur,itulah mengapa mereka pergi ke Capital untuk memesan Dragon Bone Axe besar ini.

Jika begitu,kita hanya perlu kapak yang lebih kuat.Kita gunakan saja kapak berkekuatan dan berdurabilitas lebih besar yang membutuhkan lebih banyak tenaga.

"B,Boleh aku ngomong,Eugeo."

Aku menahan nafas dan bertanya.

"Ada nggak kapak yang lebih kuat di desa ini?Kalau nggak ada,kalau di kota Zakkaria...udah tiga ratus tahun berlalu kan sejak kalian memesan kapak ini?"

Namun Eugeo menggelengkan kepalanya.

"Mungkin sih.Tulang naga adalah bahan baku senjata level tertinggi.Ia lebih keras daripada logam Damask di selatan dan logam permata di Timur.Jika ada sesuatu yang lebih keras,itu akan jadi sesuatu yang digunakan para Integity Knight...Divine Instrument..."

Ujung kata-kata ini memudar dengan suara yang bergetar,jadi aku memiringkn kepalaku dan menunggu-nunggu bagian akhir isi kata-katanya.Setelah sekitar menit yang sunyi,Eugeo berbisik seolah ia cemas akan keadaan sekitarnya.

"...Bukan kapak sih,tapi....sebilah pedang."

"Pedang?"

"Aku dah bilang kan di depan gereja kalau masih ada Divine Instrument lain selain «Clock that Tells the Time»,ingat nggak?"

"Ah..ahh."

"Faktanya,itu ada di dekat tempat ini..dan cuma aku yang tahu tentangnya.Selama enam tahun ini,aku telah menyembunyikannya dari semua orang...kau mau lihat,Kirito?"

"P,Pastinya pengen lah! Kumohon tunjukkan padaku!"

Aku berkata dengan antusias,namun Eugeo terlihat seperti ragu-ragu.Nggak begitu lama kemudian ia mengangguk dan menyerahkan kapak tadi padaku.

"Kalau begitu,kamu kerjain pekerjaan sore dulu deh,Kirito.Soalnya butuh sedikit waktu buat mengambilnya."

"Jauh toh tempatnya?"

"Nggak,cuma di dalam gubuk penyimpanan dekat-dekat sini kok,tapi...beratnya itu lo minta ampun deh."

Persis seperti apa yang Eugeo katakan di saaat aku menyelesaikan ayunan ke-50,ia akhirnya kembali,nampak agak kelelahan dan jidatnya berkeringat banyak. "O,oi,kau nggak apa-apa?"

Mendengar ini,Eugeo yang kehilangan tenaganya untuk menjawab,cuma mengangguk dan melemparkan objek yang telah ia sandarkan di bahunya itu ke tanah.DONK.Dengan suara kasar,di dalam hamparan rerumputan muncul cekungan besar.Aku menyerahkan bekal berisikan Siral Water pada Eugeo yang terengah-engah,dan mulai memandang benda yang ada di atas tanah itu.

Aku rasa-rasanya pernah melihat benda ini sebelumnya.Sebuah bungkusan yang berukuran 1,2m panjangnya.Tak diragukan,ini adalah item terbungkus yang diletakkan secara sembarangan di dalam gubuk ketika Eugeo meletakkan Dragon Bone Axe di sebelahnya.

"Boleh kubuka nih?"

"Ah..ahh.Hati-hati...loh.Jika itu mendarat di kakimu,kau nggak akan...terluka doang."

Eugeo yang terengah-engah berujar.Aku mengangguk padanya dan dengan dengan hati-hati menjulurkan tanganku.

Setelahnya,pingggangku rasa-rasanya mendapatkan kejutan seolah-olah dijepret.Nggak,bahkan jika ini kenyataan,pinggangku benar-benar akan salah urat.Serius deh,bungkusan ini berat banget.Aku memegangnya dengan kedua tanganku,namun ia tak mau digerakkan seolah dipaku ke tanah atau sesuatu semacam itulah.

Adik perempuanku Suguha telah berlatih dalam klub kendo dan telah menjadi kekar,jadi bisa dibilang ia nampak lebih berat daripada penampilannya —tentunya,aku nggak bisa mengatakan pemikiranku ini padanya —dan tanpa pakai dilebay-lebay-kan,benda terbungkus ini membuatku merasa itu seperti dirinya dalam artian tertentu.Aku memantapkan kakiku lagi dan bersusah payah mengumpulkan kekuatan di punggungku untuk mengeluarkan semua tenagaku kayak aku sedang mengangkat orang bego.

"Fuu..."

Mishi mishi.Kurasa sendi-sendi di dalam tubuhku saling bergesekan,namun bungkusan itu akhirnya mulai berpindah.Aku mengangkat bagian yang terikat talinya dan membaliknya 90 derajat sebelum membiarkan ujungnya menumpu tanah.Aku menggunakan tangan kiriku untuk menyangganya sekuat tenaga agar tak jatuh.Sedangkan tangan kananku melepaskan simpul tali dan menurunkan penutup kulitnya.

Didalamnya terdapat sebilah pedang panjang indah yang bahkan aku mau tak mau terpukau padanya.

Pangkal pedang dibuat dengan mulus dari perak,dan pegangannya terbalut dengan rapi dengan bahan kulit berwarna putih seutuhnya.Pelindung buku jarinya dihiasi ukiran dedaunan,dan sudah jelas tumbuhan apa yang terukir disana.Mau itu ujung pegangan atau sarung kulit berwarna putih,mereka semua terbalutkan dengan setangkai mawar gemerlapan yang terukir dari giok.

Ia memberikan kesan benda antik,namun tak ada setitik pun karat di atasnya.Ia bagaikan telah tidur selama ini tanpa mampu bertemu pemiliknya—pedang ini membuatku merasakan kesan semacam itu.

"Ini...?"

Aku mengangkat kepalaku untuk bertanya,dan Eugeo,yang akhirnya telah puliha dari rasa capeknya,melihat ke arah pedang itu dengan ekspresi bernostalgia dan berucap,

"«Blue Rose Sword». Aku tak tahu sih nama aslinya,tapi nama itulah yang digunakan dalam dongeng." "Dongeng...?"

"Siapapun anak kecil di Desa Rulid....nggak,bahkan para orang dewasa tahu akan hal ini— 300 tahun yang lalu,diantara para perintis awal yang menempati tanah ini,ada seorang pendekar pedang bernama Bercouli.Ada banyak sekali legenda yang mengisahkan tentang petualangannya,namun yang paling terkenal adalah kisah «Bercouli dan Sang Naga Putih Utara»..."

Eugeo tiba-tiba menerawang dan melanjutkan kata-katanya dengan raut muka sedih,

"....Sederhananya,Bercoulli pergi ke Mountain Range At The Edge dan tersesat jauh di dalam gua,yang membuatnya jatuh ke dalam gua sang naga putih.Sang naga putih yang menjaga Dunia Manusia sedang terlelap tidur dan Bercoulli mengambil kesempatan itu untuk kabur.Namun,diantara tumpukan harta yang berserakan di dalam gua,ada sebilah pedang yang ia ingin dapatkan tak peduli apapun caranya.Ia mengambil pedang itu diam-diam dan hendak beranjak pergi,namun tiba-tiba muncul mawar biru yang tumbuh dan membelit Bercoulli.Ia terjatuh,dan suara jatuhnya itulah yang membangunkan sang naga putih...begitulah kisahnya. "

"A,Apa yang terjadi selanjutnya?"

Mau bagaimana lagi,aku tertarik dengan kisah ini,jadi aku bertanya-tanya.Eugeo bilang itu cerita yang panjang loh sambil tersenyum dan melanjutkan dengan kata-kata ini,

"Toh,banyak hal yang terjadi,dan Bercoulli akhirnya melupakannya.Ia mengembalikan pedang tadi dan kabur dari desa.Itu bukanlah sesuatu yang patut disenangi...namun sebuah kisah yang membosankan.Jika saja kami tak punya keinginan untuk mengecek kebenarannya saat masa kecil kami..."

Suaranya yang bagai mengandung rasa penyesalan mendalam,membuatku akhirnya tersadar bahwa 'masa kecil kami' berarti Eugeo dan dan teman masa kecilnya,gadis yang dipanggil Alice.Di desa ini,anak kecil dengan mobilitas semacam itu ya hanya mereka.

Setelah beberapa momen yang sepi,Eugeo melanjutkan.

"6 tahun yang lalu,Alice dan aku pergi ke Mountain Range at the End untuk mencari sang naga putih,namun kami tak menemukannya.Apa yang kami lihat adalam sebukit tulang belulang dengan bekas tebasan pedang."

"Eh...na,nggak,apa ada aorang yang membunuh naga tadi?Siapa,ia tepatnya...?"

"Aku nggak tahu.Paling,beberapa orang...yang tertarik pada harta karunnya.Ada banyak sekali emas dan harta yang berserakan di sembarang tempat,«Blue Rose Sword» ini ada diantaranya.Tentu saja,aku nggak membawanyanya soalnya pedang ini berat...dan dalam perjalanan balik kami kesasar ke jalan keluar yang salah,melewati Mountain Range at the End dan masuk ke Dunia Kegelapan.Yang terjadi sesudahnya persis seperti yang kau dengar."

"Aku paham..."

Aku mengalihkan tatapan mataku pada tangan yang menyangga pedang ini.

"Tapi...pedang ini,kok ada disini?"

"...Sepanjang musim panas dua tahun lalu,aku pergi ke gua tadi untuk mengambilnya.Memindah-mindahkannya beberapa kilolu tiap harinya di hari liburku dan menyembunyikannya dalam hutan...sampai aku memindahkannya ke dalam gubuk penyimpanan.Itu menghabiskan 3 bulan waktuku dan kenapa aku melakukannya...sejujurnya,aku nggak tahu juga kenapa..."

Ia mungkin masih belum sanggup melupakan tentang Alice?Atau mungkin ia ingin menggenggam pedang ini untuk menyelamatkannya.

Pikiran semacam itu terlintas di otak ku,namun rasa salut ku pada cowok yang dipanggil Eugeo ini tak mengizinkanku untuk segampang itu mengucapkan kata-kata ini.Aku mendapatkan kembali momentumku dan mengangkat pedang itu,menggunakan tangan kanan ku untuk menggenggam pangkal pedangnya.


Kupikir kalau pedang ini ditancapkan dalam-dalam ke tanah seperti pilar akan jadi sulit untuk mengayunkannya dengan banyak sekali kekuatan,tapi aku sekedar menggerakkannya sedikit,dan bilah pedangnya meluncur keluar dari sarungnya dengan mulus.

Swoosh.Dibarengi bunyi yang nyaring itu,pedang tadi terhunus,dan kurasakan beban berat sekali mulai dari bahu kanan sampai pergelangan tangan.Aku buru-buru melemparkan sarung pedang di tangan kiriku ke samping dan menggunakan kedua tanganku untuk menggenggam pedang tersebut.

Sarung pedangnya nampak terbuat dari logam,namun kelihatan memiliki berat ekstra di saat ia menancap di tanah dengan bunyi gedebuk.Hampir saja sarung pedang tadi mengenai kaki kiriku,namun aku udah nggak ada waktu untuk mundur sambil tetap terus mempertahankan keseimbangan pedang ini.

Untung saja,pedangnya jadi 3 kali lebih ringan setelah kukeluarkan dari sarungnya,dan aku sanggup mempertahankan posisi ini untuk sesaat.Aku terus menatap bilah pedang dengan sikap yang seolah-olah terpukau.

Ini benar-benar material yang tak masuk akal.Benda yang sepertinya terbuat dari logam yang lebarnya cuma 3,5 m ini memancarkan kilauan biru muda seakan ia memantulkan cahaya yang bersinar di sela-sela dedaunan.Dilihat dari dekat,bilah pedangnya memantulkan cahaya matahari dengan cerminannya dan beberapa sinar yang nampak terperangkap di dalam bilahnya,memancarkan pantulan difus.Apapun itu,toh,bilah pedang ini terlihat sedikit transparan.

"Ini bukan logam biasa ataupun perak.Ia berbeda juga dengan tulang naga,dan jelas-jelas bukan kaca..."

Eugeo berujar dengan sedikit nada kagum.

"—Dengan kata lain,ini bukanlah sesuatu yang dibuat oleh manusia...itulah yang kurasa.Ia dibuat oleh Spellcaster ahli Sacred Art dengan meminjam kekuatan dewa,atau kalau nggak ya sesuatu yang dibuat oleh dewa...item semacam itu disebut «Divine Instrument».Blue Rose Sword pasti adalah Divine Instrument juga "

—Dewa

Nama «Solus» dan «Stacia» yang Eugeo dan Selka sering katakan ,nama-nama yang sering muncul dalam doa Suster,ini semua pastinya setting di dunia fanstasi ini,dan akupun tak terlalu peduli dengan hal tersebut sembari membuat keputusan itu.

Namun,dengan kehadiran dewa yang menciptakan senjata atau sesuatu semacam hal ini,kurasa aku harus memakluminya.Dewa dunia virtual—Apa itu artinya adalah orang-orang yang mengelola dunia ini dari dunia nyata atau proses utama server?

Ini bagaikan pertanyaaan yang tak dapat kujawab tak peduli mau bagaimanapun ku memikirkannya Bahkan sekarang ini,aku hanya dapat merasa bahwa Gereja Axiom ini adalah eksistensi yang sama halnya dengan « Pusat Sistem ».

Toh,pedang ini harusnya memiliki level prioritas agak tinggi,sesuatu yang diberikan oleh sistem,dan kini kita harus membandingkannya dengan prioritas Gigas Cedar dan lihat level prioritas manakah yang lebih tinggi—hasil inilah yang akan menentukan apakah aku bisa pergi ke Capital dengan Eugeo.

"Eugeo,bisa kau cek Life Gigas Cedar?"

Aku terus menggenggam pedang ini sambil berucap pada Eugeo yang melayangkan tatapan heran padaku.

"Jangan-jangan,Kirito...kau berniat menggunakan pedang ini untuk menebas Gigas Cedar?"

"Jika kau memindahkannya kemari,emang ada alasan lainnya?"

"Betul juga sih..tapi..."

Aku terus mengatakan sesuatu pada Eugeo,yang menundukkan kepalanya,untuk meyakinkan dirinya yang meragu. "Atau apa di Taboo Index ada pasal yang menyebutkan kalau kau nggak bisa menggunakan pedang untuk menebang Gigas Cedar?" "Nggak,tentang hal ini,nggak ada yang menyebutkannya sama sekali..."

"Atau mungkin para tetua desa,atau pendahulumu...Garitta jii-san bilang kalau kau nggak boleh menggunakan sesuatu selain Dragon Bone Axe?"

"Nggak...beliau tak bilang begitu...kurasa...sesuatu kayak begini sudah pernah terjadi sebelumnya..."

Eugeo bergumam,tapi masih saja ia bangkit dan berdiri di depan Gigas Cedar.Ia menggambar sebuah segel dengan tangan kirinya dan mengetuk batang pohonnya,menatap pada Window yang muncul.

"Yah, 232.315"

"Baiklah.Ingat-ingat angka ini."

"Tapi Kirito,Kau nggak mungkin sanggup menggunakan pedang itu dengan baik.Tubuhmu saja jadi tak stabil cuma karena kau menggenggamnya sekarang."

"Biarin,Lihat saja deh.Kau nggak perlu pakai kekuatan untuk mengangkat pedang berat,yang kau gunakan adalah pusat gravitasi."

Ini adalah memori dari masa-masa dulu,namun di SAO lama,aku menyukai pedang yang berat.Aku lebih suka perasaan menggunakan tebasan One Hit untuk menghajar musuh daripada memakai senjata yang mengandalkan kecepatan untuk menyerang secara bertubi-tubi sampai menang.Seraya level ku meningkat dan stats kekuatanku berkembang,berat pedang di tanganku akan terus menurun.Itulah kenapa aku terus berganti-ganti pedang—pertama kalinya aku menggenggam dan menggunnakan pedang yang menjadi patnerku yang terakhir rasa-rasanya mirip seperti apa yang aku rasakan saat ini dengan menggenggam Blue Rose Sword.Juga,aku yang dulu menggenggam satu pedang di masing-masing tanganku seraya terus menerus berlatih dengan intensitas layaknya pekerja kasar.

Tentu saja,basis dari World System disini berbeda,jadi aku tak bisa segampang itu memakai metode yang sama.Namun,kesan pergerakan tubuhku harusnya bekerja disini.Eugeo menunggu sedikit agak jauhan dari pohon,dan aku melangkah menuju ke kiri bekas hantaman kapak di batang pohon,membungkuk dan berusaha mempertahankan postur menghunuskan pedang rendah memakai pedang yang membuat tanganku nyeri cuma karena mempertahankannya.

Nggak usah melakukan tebasan beruntun.Cukup tebasan mendatar biasa saja di bagian tengah sisi kanan udah bagus.Kalau kupinjam nama Sword Skill ini dalam SAO,namanya akan menjadi «Horizontal».Ini adalah skill dasar yang bisa dipelajari di awal mula game tersebut.

Aku menyelaraskan nafasku dan memusatkan berat tubuhku ke kaki kanan sebelum menarik mundur pedang sedikit.Aku mengangkat kaki kiriku karena berat inersia pedang itu.Kayaknya aku bakal jatuh terduduk dengan bokongku duluan,tapi aku nggak peduli apapun itu jadinya sampai pedang ini mengenai targetnya.Aku menghentakkan kaki kananku ke tanah dan memindahkan berat tubuhku ke sisi kiri tubuhku,mengubah kekuatan dalam gerakan berayun dalam kaki dan pinggangku dari ujung kepala sampai ke ujung pinggangku,dan mengeluarkan tebasan mendatar.

Pedang itu mengeluarkan kilauan,dan meski ia tak berakselerasi dengan sendirinya,tubuhku masih mengikuti postur untuk sword skill tadi dengan sempurna.Membiarkan kaki kiri untuk mendarat di tanah,menciptakan sebuah getaran,menggerakkan pedang besar dan berat ini dan menggunakan inersia yang masih belum menghempaskanku ke belakang,dan maju mengikuti lintasan pedang ideal— Akan tetapi,ini cuma bisa digunakan sebagai demonstrasi.Kakiku tak mampu berdiri tegak,dan bilah pedangnya sendiri mengenai kulit pohon.

*GIIIINNN!!* Sebuah suara melengking terdengar diiringi oleh burung-burung di pohon yang semuanya beterbangan.Akan tetapi,aku tak bisa melihat ini semua di saat aku tak sanggup lagi menahan hempasannya, membuatku melepaskan pedang sembari wajahku yang merasakan momen-momen intim dengan lumut di tanah.

"WAH!Sudah kubilang kan akan begini jadinya tadi?"

Eugeo berlari ke arahku,dan dengan bantuannya,aku berusaha duduk dan menyeka lumut di mulutku.Di samping wajahku yang menghantam tanah duluan,pergelangan tangan,pinggang,dan kakiku semuanya terasa nyeri luar biasa yang membuatku ingin menjerit karenanya.Rasa sakit ini akan tetap terasa untuk beberapa saat,namun aku terus memaksa keluar kata-kata semacam ini.

"...Nggak bisa nih...statusnya masih merah..."

Di SAO lama,jika seseorang meng-equip senjata tanpa memiliki STR yang dibutuhkan,sebuah pop-up window akan menjelaskannya.Akan tetapi kata-kata ini mungkin takkan sampai ke telinga Eugeo yang nampak lebih khawatir pada dirinya ini.Di saat inilah,aku buru-buru menambahkan,

"Nggak,itu...tubuhku cuma kurang kuat.Juga,emang beneran ada pendekar pedang yang bisa menggunakan senjata hebat semacam ini?"

Kubiarkan bahuku merosot,menggosok-gosok pergelangan tangan kananku dan menoleh ke belakang.Eugeo mengikutiku dan memandangku dari belakang. Kami berdua tercengang.

Blue Rose Sword,pedang cantik yang berayun di udara tadi menancap separuhnya ke Gigas Cedar.

"Nggak mungkin...satu tebasan aja bisa membuat...."

Eugeo mendadak berdiri dan berkata dengan suara serak walaupun menjadi tak bisa berkata apa-apa untuk sesaat.

Ia mencoba menjulurkan jari-jari tangan kanannya untuk menyentuh tempat persilangan pedang dengan pohon.

"Bilahnya tak rusak sama sekali...dan ia benar-benar menebas kulit kayu Gigas Cedar sedalam 2 centimels...."


Aku menahan rasa sakit di sekujur tubuhku dan berdiri,menepuk nepuk debu yang ada di bajuku.

"Ini,ini kan cuma buat mengetes hasilnya.Blue Rose Sword itu jauh melampaui Dragon Bone Axe...dalam segi kekuatan serangan.Coba lihat Life Gigas Cedar. "

"U,un."

Eugeo mengangguk dan sekali lagi menggambar segel sebelum mengetuk kulit pohonnya.Ia menatap window yang muncul.

"...232.314."

"A,Apa!?"

Kali ini giliranku yang kaget.

"Dikit banget?Tertebas sedalam itu...kenapa...jangan bilang kalau itu nggak akan bekerja kalau nggak pakai kapak...?"

"Nggak,bukan itu alasannya."

Eugeo menarik kembali tangannya dan menggelengkan kepalanya.

"Itu karena kau menebasnya di tempat yang salah.Jika yang kau tebas itu bukan kulit kayu melainkan intinya secara langsung,Life nya akan menurun drastis.Itu yang kurasa...dan saat itu terjadi,Sacred Task ku akan berakhir sudah... —tapi."

Eugeo memalingkan muka,memberikan sebauh ekspresi rumit,dan menggigit pelan bibirnya.

"Tapi itu kalau kita bisa menggunakan pedang tersebut dengan baik.Jika itu menyakitimu cuma karena mengayunkannya sekali,dan jika kita tetap saja meleset dari bagian yang kita incar,sama halnya akan jadi lebih lambat daripada menggunakan kapak."

"Aku tak bisa melakukannya,tapi bagaimana denganmu,Eugeo?Kau kan harusnya jauh lebih kuat.Coba deh mengayunkannya sekali."

Aku terus mendesak Eugeo,dan meski ia menampakkan tatapan ragu,ia akhirnya berkata kalau ia akan mencobanya dan menghadap ke pohon itu lagi. Tangannya yang terjulur menggenggam gagang pedang Blue Rose Sword yang menancap di pohon besar itu sambil melakukan gerakan mencabut.Bilah pedang tadi akhirnya lepas adari kulit pohon,dan tubuh bagian atas Eugeo sempoyongan.Ujung bilah pedangnya mendarat di tanah,mengeluakan bunyi nyaring dan garing.

"B,Beratnya minta ampun.Aku nggak bisa melakukannya,Kirito."

"Kalau aku saja bisa,kau pasti bisa,Eugeo.Dasarnya sama seperti mengayunkan kapak.Kau harus menggunakan lebih banyak berat tubuhmu daripada saat mengayunkan kapak.Jangan Cuma menggunakan kekuatan pergelangan tanganmu.Jaga agar tubuhmu tetap seimbang."

Aku tak bisa menjamin seberapa banyak kata-kata tadi dipahaminya.Eugeo benar-benar seorang yang telah menggunakan kapak untuk waktu yang lama karena ia bahkan tak memerlukan waktu sedetik pun memahami hal ini.Wajah polosnya berubah menjadi serius seraya mengangguk dan membungkuk untuk mengambil pedang tadi.

Setelah menggerakkan punggungnya dengan perlahan untuk mengangkat pedang,ia berhenti sesaat, menghirup nafas dalam-dalam sekali sebelum dengan cepat mengayunkan pedang dengan kecepatan luar biasa.Kaki kanannya menjejak tepat ke kanan depan dan rangkaian skill meringankan tubuh ini membuatku tercengang.Sebuah lintasan biru yang tertinggal di udara bersamaan dengan melajunya ujung bilah pedang tepat ke pusat potongan. Namun di momen-momen final,kaki kiri yang menopang seluruh berat tubuhnya sedikit terpeleset.Pedang yang sedang terayun,menggeloyor membentuk tanda V di pucuknya,mengeluarkan bunyi nyaring dan terhenti.Eugeo jatuh ke belakang dengan cara yang beda,denganku tadi,dan punggungnya menghantam batang pohon tebal itu sebelum mengerang.

"Ugh..."

"Oi,oi,kau nggak papa?"

Aku segera lari ke arah Eugeo,yangn mengangkat tangan kanannya untuk menunjukkan kalau ia baik-baik saja,namun tetap masih sambil mengernyit.Melihatnya yang seperti ini,aku akhirnya sadar kalau sebenarnya rasa sakit kayak begitu juga ada di dunia ini. SAO,ALO,game-game VRMMO yang ada ini akan mengirimkan rasa sakit yang harusnya dirasakan oleh otak ke unit «Penyerap Rasa Sakit» untuk meniadakan rasa sakit itu ketika avatar cidera.Tanpa ini,nggak ada satupun deh yang akan melakoni pertarungan fisik dimana hit poin mereka menentukan kehancuran mereka.

Akan tetapi,nampaknya tak ada pola berpikir tentang hiburan di dunia ini.Meski rasa sakit ini akhirnya mereda,pergelangan tanganku masih merasakan nyeri seolah-olah keseleo.Kalau aku terluka parah oleh senjata,sakitnya kayak apa ya?

Di Underworld,jika saja aku harus bentrok dengan orang lain,aku harus membuat tolok ukur menyeluruh yang beda dengan sekarang.Tak peduli apapun,aku takkan pernah bisa membayangkan betapa sakitnya terluka oleh pedang dengan berat seperti barusan.

Eugeo saja,yang lebih bisa menahan rasa sakit daripadaku,menghabiskan waktu 30 detik sebelum raut muka kesakitannya lenyap dan berdiri tegap lagi.

"Un,aku masih belum bisa melakukannya,Kirito.Life kita akan menurun banyak sebelum kita bisa benar-benar menghantamnya dengan akurat sekali saja."

Kami berdua memandang pohon itu lagi.Blue Rose Sword yang mengenai puncak lubang bekas kapak yang menganga dengan sudut agak miring,terpental dan menghujam ke tanah.

"Tapi menurutku teknik gerakan kakimu nggak buruk-buruk amat tuh..."

Aku ingin bilang kalau Eugeo kurang tegas tadi,namun setelah melihatnya yang mirip seperti anak kecil yang sedang diceramahi,aku hanya bisa melupakan hal itu seiring kuambil sarung pedang kulit putih yang tergeletak di tanah lumut.Eugeo mengambil Blue Rose Sword dan dengan hati-hati menyarungkannya kembali ke sarung pedang di tanganku.Ia lalu memasukkannya ke dalam karung kulit,mengikatnya dengan tali dan meletakkannya tak jauh dari tempat kami.

Fuu,Eugeo menghela nafas dan mengangkat Dragon Bine Axe yang ada di samping Gigas Cedar sebelum berteriak,

"Uwahh,kapak ini jadi seringan bulu rasanya—baiklah,leha-leha kita sudah cukup untuk sekarang.Saatnya kerja keras di sore hari."

" Ahh..maaf telah membuatmu melakukan hal semacam itu bareng denganku,Eugeo..."

Mendengar permintaan maafku,pemuda itu menoleh kebelakang dan merekahkan sebuah senyuman lugu.Senyum yang hanya bisa dideskripsikan sebagai kepolosan semata.

"Nggak papa,Kirito.Aku juga ikut senang kok.Kalau begitu...aku yang akan mulai dengan 50 hantaman duluan."

KON KON.Bunyi berirama datang seiring dengan kapak yang diayunkan.Aku memalingkan wajahku dari Eugeo,berjalan menuju Blue Rose Sword yang tergeletak dan mengusap-usap selubung kulitnya.

Akulah pastinya yang berpikir dengan arah yang tepat disini.Jika aku menggunakan pedang ini,Gigas Cedar pastinya bisa ditumbangkan.Akan tetapi,itu persis seperti apa yang Eugeo katakan.Jika aku mengayunkannya dengan membabi buta,akan ada harga yang harus dibayar.

Karena pedang ini ada di dunia ini,harusnya ada seseorang di dunia yang mampu mengayunkannya sesuka hati dan berbekalkan pedang itu.Eugeo dan aku hanya belum memiliki kondisi yang dibutuhkan dalam sistem ini.

Jika begitu masalahnya,apa sih kondisinya?Class kah?Level kah?Status kah?Apa itu sebenarnya,dan harus mulai dari mana aku harus menyelidikinya...

"...."

Memikirkan hal ini,aku bengong dengan mulutku yang sedikit terbuka.Ini disebabkan karena syok pada daya tangkapku yang lamban. Tentu saja,aku kan tinggal membuka status window milikku sendiri untuk mengeceknya.Kemarin,aku memanggil «window» pada roti Eugeo...dan mencoba mematikan lampu minyak yang ada di kamar gereja.Aku nggak kepikiran sama sekali.Bego amat ya.

Aku menjulurkan tangan kiriku dan menggambar segel perintah seperti sebelumnya.Aku termenung dan kuketuk segel tadi dengan punggung tangan kananku.Persis seperti yang kuduga,sebuah lingkaran dan persegi panjang ungu muncul di pandangan mataku.

Tak seperti Window roti sebelumnya,ada banyak kalimat disini.Aku secara tak sadar mulai mencari petunjuknya,namun tak bisa menemukannya sama sekali nggak peduli apapun caranya.

Pertama,ada kalimat [UNIT ID:NND7-6355]di bagian paling atas.Unit ID;kata ini membuatku merinding,tapi sekarang bukan waktunya untuk menggali lebih dalam tentang hal ini.Aku menyimpan nilai alphanumerical ini dalam benakku,karena itu harusnya adalah serial number yang biasa dipakai di dunia ini.

Dibawahnya ada tulisan Durability yang juga bisa terlihat di roti dan Gigas Cedar,itu adalah «Life» yang Eugeo bicarakan.Nilai yang ditunjukkan adalah [3280/3289].Biasanya,yang kiri adalah nilai sekarang ini dan yang kanan adalah nilai maksimumnya.Alasan kenapa ia menurun sedikit mungkin aku mengayunkan pedang dengan membabi buta barusan.Aku lalu melihat ke bawahnya.

Baris selanjutnya terdapat tulisan [Object Control Authority: 38].Dibawahnya lagi tertulis [System Control Authority: 1]. Cuma itu saja.Jumlah Exp yang dibutuhkan dalam RPG,level,indikator status; nggak ada sama sekali hal semacam itu.Aku menggigit bibirku dan mengulanginya.

"Un...Object Control Authority...ini... "

Istilah yang memberiku feeling kalau ini pasti adalah parameter yang berhubungan dengan peralatan.Namun,aku nggak ada gambaran seberapa besar parameter dengan angka 38 disini.

Aku menghela nafas dan menoleh untuk melirik bagian belakang Eugeo yang sedang mengayunkan kapak dengan giat.Sembari melihatnya,aku mendapat mendapat ide,oleh karena itu ku hilangkan window ku dan mencoba untuk mengecek informasi pada Blue Rose Sword.Kubuka simpul talinya sedikit,mengeluarkan sedikit gagangnya,menggambar segel dan mengetuknya pelan.

Window yang muncul memperlihatkan nilai Life 1997700 yang bisa menyamai Gigas Cedar dan juga sesuatu yang ingin kulihat.Di bawah nilai Life,terdapat sebaris [Class 45 Object]yang terpampang disana.Adalah sebuah kesempatan yang sangat besar bahwa memang ada sesuatu yang harus aku urus setelah melihat Control Authority barusan.Authority-ku yang nilainya 38,jauh kurang dari 45.

Aku menghilangkan window pedang tadi dan mengikatkan tali karungnya sebelum duduk bersebelahan dengan pedang ini.Aku melihat menembus sela-sela dedaunan Gigas Cedar dan memandang langit,dan mau tak mau mendesah.Aku sudah dapat banyak informasi,namun masih saja aku tak bisa menggunakan Blue Rose Sword.Fakta itu sendiri telah dipertegas oleh nilai numerik yang kulihat barusan.Aku mungkin bisa melakukannya jika aku menaikkan level Authority ku sampai 45,tapi aku tak bisa menemukan caranya.

Jika dunia ini menggunakan sistem VRMMORPG biasa,aku tinggal berlatih terus-menerus atau menghajar monster-monster untuk mendapatkan Exp.Aku benar-benar nggak habis pikir apa aku punya cukup waktu untuk melakukan cara pertama,dan aku belum pernah sekalipun menemui monster disini.Kalaupun aku menemui situasi ‘mendapatkan item langka namun tak memiliki level cukup untuk meng-equipnya’,respon normalnya adalah untuk hal tersebut adalah mendapatkan Exp dengan jalan bekerja disini.Namun,aku pasrah sajalah kalau tak mampu menemukan satu pun cara untuk meningkatkan Exp ku.

Game MMO paling menarik ketika tak ada clearing website dan player harus memulai dari awal ,serta mengetes segala hal yang ada—itulah apa yang akan dikatakan para user kelas berat,dan mereka pastinya tak akan mengatakan ini setelah mereka kembali ke kenyataan.Sembari ku memikirkan ini,Eugeo menyelesaikan ayunan ke 50 nya,menyeka keringatnya dan menoleh. "Gimana,Kirito?Kau masih mau mengayunkan kapak?"

"Ahh...rasa sakit ku sudah reda sedikit."

Aku berdiri sempoyongan dengan kakiku dan mengulurkan tangan kananku untuk menggenggam Dragon Bone Axe.Ia sungguh sangat sangat ringan kalau dibandingkan dengan Blue Rose Sword.

Yah,mari berdo’a kalau mengayunkan kapak ini akan meningkatkan parameter.Aku berpikir sambil menggenggam kapak dan menariknya ke belakang.

"Uahhh...ini nih surga yang absolut...."

Aku membenamkan tubuhku yang masih belum terbiasa dengan rasa lelah ke dalam air hangat dan mau tak mau berkata begitu. Area pemandian di gereja Rulid dibangun dengan adanya sebuah bak air besar dari perunggu dengan ubin-ubin yang gosong dibawahnya serta tungku yang dibangun diluar dinding untuk menambahkan kayu bakar untuk memanaskan air.Ini benar-benar mengingatkanku tentang rumah pemandian abad pertengahan di Eropa.Aku sama sekali tak tahu apakah ini di desain sedemikian rupa oleh para pembuat dunia ini ataukah hasil dari evolusi mandiri melalui simulasi beberapa ratus tahun.

Setelah makan malam,kedua wanita di Gereja,Suster Azariya dan Selka yang menggunakannya,dan setelahnya,aku masuk bersama 4 anak lak-laki lainnya.Setelah beberapa kehebohan yang terjadi,anak-anak itupun akhirnya pergi.Akan tetapi,nggak ada secuil pun kotoran di dalam bak penuh air ini.Aku menggunakan kedua tanganku untuk mengangkat cairan bening dan mencipratkannya dengan keras ke kepalaku sebelum melontarkan suara tertunda. Ufuee~

Sampai detik ini,aku telah berada di dunia ini untuk sekitar 33 jam.

Kecepatan akselerasi FLA di saat aku dive tak ku ketahui,jadi aku tak bisa menarik kesimpulan berapa lama waktu aslinya yang telah berlalu.Jika kecepatannya setara — sama dengan kecepatan waktu di dunia nyata,dan bila aku menghilang,anggota keluargaku dan Asuna akan menjadi panik.

Memikirkan hal ini,kegelisahan mengembang di tenggorokanku,membuatku tak mampu rileks saat mandi dan dengan bingung memikirkan cara untuk meninggalkan tempat ini.Namun di sisi lain,aku benar-benar ingin menemukan misteri-misteri lain dunia ini.

Aku,seseorang yang bisa menyimpan ingatan Kirigaya Kazuto seiring datang ke dunia ini,hanya bisa berpikir sesuatu yang abnormal sedang berlangsung.Itu karena tindakanku sendiri saja akan menyebabkan penyimpangan drastis pada tes simulasinya.Para peneliti mungkin tak sudi melihatku merusak eksperimen besar yang telah berlangsung paling tidak 300 tahun ini.

Dengan kata lain,di saat aku menghadapi kemelut yang mengejutkan,mungkin aku akan mengalami sebuah kesempatan yang ada satu diantara sejuta juga.Yaitu,aku bisa mengetahui identitas asli RATH — yang mempunyai kekuatan finansial yang tak cocok dengan ukuran dan visibilitasnya — organisasi misterius.Ini adalah kesempatan pertama dan sekaligus terakhir bagiku.

"Nggak,mungkin ini,alasan,yang lain..."

Aku membenamkan mulutku ke dalam air,membuat gelembung-gelembung dan mengatakan hal ini.

Atau mungkin,Aku tinggal ikut saja pada hasratku sebagai seorang player game VRMMO.Aku terbawa oleh hasrat bodoh dan kekanak-kanakan untuk «menamatkan» «dunia» ini— dunia yang tak memiliki panduan apapun ini,dan terus maju menggunakan pengetahuan dan instingku sendiri,mengasah sword skill ku dan mengalahkan banyak orang-orang hebat untuk menggapai tujuan menjadi yang terkuat.

Menjadi kuat di dunia virtual,gampangannya,adalah sebuah kesan palsu yang diciptakan oleh angka-angka dalam parameter,dan itulah yang kupikirkan berkali-kali di masa lalu.Ketika Heathcliff mematahkan sword skill pedang ganda level tertinggiku,ketika aku roboh di hadapan Raja Peri Oberon dalam keadaan sangat mengenaskan,dan ketika aku dikejar-kejar oleh Death Gun dan bertanya-tanya kemanakah aku harus lari,ketika aku telah kehabisan ide,aku menggertakkan gigiku sepanjang waktu itu dan bersumpah kalau aku takkan mengulangi kesalahan yang sama di waktu yang lain.

Namun di waktu yang sama,kobaran api yang membara di dalam diriku seolah ingin menelanku dalam api.Blue Rose Sword yang tak mampu aku gunakan,berapa banyak ya orang yang meampu menggunakannya dengan mudah di dunia ini?Seberapa kuatkah para Integrity Knight yang melindungi hukum dan Dark Knight dari dunia kegelapan?Orang macam apa yang menempati posisi teratas Gereja Axiom di dunia ini...?

Aku setengah sadar mengibaskan tangan kananku untuk menyibak permukaan air,dan air tadi melayang mengenai dinding di depanku dengna mengeluarkan suara lirih.

Di saat bersamaan,sebuah suar dapat terdengar dari pintu yang menuju ke ruang ganti,membuatku tersadar kembali.

"Arre,apa ada orang di dalam?"

Aku sadar itu adalah Selka,dan bergegas berdiri.

"Aah,yah,ini aku— Kirito.Maaf,aku akan segera keluar."

"U...un.Santai sajalah.Jangan lupa pasang kembali penyumbat tangki nya ketika kau keluar dan matikan lampunya.Selamat tinggal kalau begitu...Aku akan kembali ke kamarku,jadi selamat malam."

Sadar kalau Selka akan pergi,aku mendadak memanggilnya agar berhenti dari balik pintu.

"Ah...Selka.Ada sesuatu nih yang ingin kutanyakan padamu.Kau bebas kan malam ini?"

Selka mendadak berhenti dan tetap diam untuk sesaat dalam sikap yang nampak ragu-ragu,namun akhirnya berucap dalam suara yang sulit terdengar,

"...Sebentar sih tak apa-apa.Anak-anak di kamarku harusnya sedang tidur,jadi akan kutunggu di kamarmu."

Ia melangkah pergi dengan langkah kecilnya tanpa menunggu jawabanku.Aku segera bangun dari bak mandi memasang kembali penyumbat di bawah tangki,mematikan lampu,dan berjaln menuju ruang ganti.Bahkan jika aku tak menyeka tubuhku dengan handuk,tetesan-tetesan air ini akan mengering dengan cepat.Aku memakai baju rumahan dan kembali ke koridor yang sunyi senyap sebelum menaiki tangga.

Aku membuka pintu kamar tamu,dan Selka,yang sedang menggoyang-goyangkan kakinya sembari duduk di atas tempat tidur,mengangkat kepalanya.Tak seperti malam kemarin,ia mengenakan gaun tidur katun,dan mengikat rambut coklatnya menjadi tiga kunciran.

Selka tak menampakkan perubahan ekspresi sedikitpun seiring mengangkat gelas yang terakhir kali diletakkan di atas meja di sebelahnya dan menyodorkannya kepadaku.

"Oh,makasih."

Aku menerima minuman itu dan duduk di samping Selka sebelum meminum air sumur sedingin es itu.Rasanya seperti air yang masuk ke dalam tubuhku yang haus meresap ke dalam kaki dan tanganku setetes demi setetes.Perasaan ini membuatku berseru,

"Uu—nektar,nektar!"

"Nektar?Apa itu?"

Setelah itu,Selka memiringkan kepalanya dengan tatapan seperti orang yang tak mengerti.Sialan,istilah ini kan nggak ada di dunia ini.Aku panik ketika aku sadar akan hal ini.

"Errm...itu adalah sesuatu yang bisa dibilang lezat,air yang rasanya bisa menyembuhkan seseorang sekali ia meminumnya...atau sesuatu semacam itulah."

" Fmm...kayak elixir?"

"A,apaan tuh?"

"Air pemberkatan milik pendeta-sama.Kau mungkin belum pernah lihat sebelumnya,tapi sebotol kecil air itu saja bisa langsung memulihkan Life sebanyak apapun yang berkurang akibat luka atau penyakit."

"Eh.."

Semenjak ada sesuatu semacam itu,kenapa juga virus bisa menyebabkan banyak orang yang meninggal dunia?Aku memikirkan hal ini,namun sadar kalau lebih tak menanyakannya dan tetap diam.Paling tidak dunia yang diatur oleh sesuatu yang namanya diagung-agungkan,Gereja Axiom bukanlah surga seperti yang kupikirkan,dan begitulah yang terjadi.

Selka menerima gelas air yang kukembalikan dan berkata dengan kecepatan super cepat,

"Jika kau ada sesuatu yang ingin kau tanyakan padaku,cepatlah.Adalah hal yang terlarang bagiku untuk masuk ke dalam kamar laki-laki setelah mandi,tapi kamar bagi tamu tak masuk hitungan sih.Namun,Sister Azariya akan mengomeliku jika ia tahu akan hal ini."

"Yah...aku benar-benar minta maaf deh.Kalau begitu akan kutanyakan saja.Sebenarnya..aku ingin dengar tentang kakak perempuanmu." Mendadak,bahu ramping di balik gaun malam putihnya sedikit gemetaran.

"Aku tak punya onee-san."

"Beneran tuh?Aku mendengarnya dari Eugeo,tentang kakak perempuanmu,Alice..."

Bahkan sebelum aku bisa menyelesaikan kata-kataku,Selka mengangkat kepalanya,membuatku sedikit kaget.

"Dari Eugeo?Ia mengatakakan padamu tentang Alice nee-sama?Sampai sejauh mana?"

"Ah..un,yah...Alice belajar Sacred Art di gereja ini...dan enma tahun yang lali,ia dibawa pergi ke Capital oleh Integrity Knight..."

"...Aku mengerti.."

Selka menghela nafas pelan dan menundukkan kepalanya,berbisik sembari melanjutkan kata-katanya,

"...Eugeo,ia masih belum mampu melupakan...tentang Alice nee-sama..." "Eh...?"

"Semua orang di desa...tak peduli itu ayah,ibu,Sister,semuanya tak mengatakan apapun tentang Alice nee-sama.Kamarnya dibongkar beberapa tahun yang lalu...seolah-olah kamar Alice nee-sama tak pernah ada...itulah kenapa,kupikir semua orang telah melupakan tentang Alice nee-sama...jadi Eugeo..."

"Apa maksudmu ia lupa?Eugeo benar-benar merindukan Alice.Karena hal itulah...jika saja ia tak memiliki Sacred Task ini,ia mungkin telah bergegas menuju ke Capital."

Mendengar kata-kataku,Selka tetap diam seribu bahasa untuk sesaat,dan kemudian berbisik,

"Begitukah...kalau begitu,alasan Eugeo tak pernah tersenyum lagi adalah karena apa yang terjadi pada Alice nee-sama."

"Eugeo...nggak pernah tersenyum?"

"Ehh,Ketika nee-sama masih di desa,ia selalu tersenyum.Jarang sekali untuk melihatnya tak tersenyum.Aku masih sangat kecil waktu itu,namun aku masih mengingatnya dengan jelas...namun,setelah nee-sama pergi,aku hampir tak pernah melihat wajah tersenyum Eugeo.Juga...di hari-hari liburnya,jika ia tak mengurung diri di rumah,ia akan pergi ke hutan,menyendiri sepanjang waktu...."

Aku terus mendengar sambil membatin di dalam hatiku.Benar sekali Eugeo adalah seorang yang melakukan sesuatu dengan kalem,namun ia tak memberikan aura seorang introvert.Ia tersenyum sesekali ketika ia ngobrol denganku ketika kami menuju ke hutan,pulang kembali ke desa,dan bahkan saat istirahat.

Alasan kenapa ia tak mampu menunjukkan senyumannya pada Selka dan para penduduk desa kemungkinan besar karena— rasa bersalah.Alice,seorang yang disayangi dan diharap-harapkan untuk kedepannya,dibawa pergi,dan mungkin ia menanggung rasa bersalah semacam itu dengan tak sanggup melakukan apa-apa..?Ia takkan menyalahkan dirinya sendiri di depanku,yang orang luar yanng tak tahu apa-apa tentanng hal itu,jadi mungkin itulah alasannya.

Jika begitu perkaranya,jiwa Eugeo pastinya bukan sesuatu yang diciptakan oleh program.Ia punya kesadaran sejati dan jiwa sepertiku...dan Fluctlight.Selama 6 tahun yang telah berlalu ini,ia telah terluka parah oleh masalah yang menghantuinya.

Aku harus pergi ke Capital.Aku sekali menguatkan pemikiran ini dalam diriku.Bukan hanya untuk diriku sendiri,seiring dengan hal itu aku ingin membiarkan Eugeo pergi meninggalkan desa untuk bertemu dengan Alice dan membiarkan mereka bersatu kembali.Ide ini terus menerus membekas di dalam benak ku tanpa mampu kucerai beraikan.Kalau begitu masalahnya,aku harus menebang Gigas Cedar...

"...Hey,apa yang kau pikirkan?"

Kata-kata Selka menarikku kembali dari alam berpikirku.Aku mengangkat wajahku dan berkata padanya,

"Bukan apa-apa kok...Cuma berpikir soal sesuatu.Seperti yang kau bilang,Eugeo benar-benar peduli pada Alice."

Tepat ketika aku mengatakan kata-kata yang ada dalam hatiku itu,wajah Selka sedikit gemetar.Alis mata indah dan mata besar itu menampakkan sebentuk ekspresi kesepian.

"Aku...tahu.Persis seperti yang kuduga."

Sambil menjatuhkan bahunya dan membisikkan kata-kata semacam itu,bahkan seorang kepala balok sepertiku menyadarinya.

"Selka..apa kau menyukai Eugeo?"

"A..Apa yang kau katakan?"

Alis matanya melengkung ke atas memperlihatkan tatapan protes,namun wajahnya telah merona merah sampai ke lehernya.Kupikir ia akan menundukkan kepalanya,namun ia malah berkata dengan terlihat sedikit tegang.

"...Hanya saja,aku tak bisa menerimanya..tak peduli itu ayah atau ibu,bahkan mereka tak pernah berkat begitu,mereka akan menghela nafas ketika mereka membanding-bandingkan aku dengan nee-sama ketika ia tak ada,dan orang dewasa yang lain pun sama.Itulah kenapa aku minggat dari rumah dan pindah ke gereja.Bahkan ketika aku datang kemari...hal itu sama halnya dengan Sister Azariya.Aku merasakannya ketika beliau mengajariku Sacred Art yang beliau akan bilang kalau nee-sama cuma membutuhkan satu kali penjelasan sebelum mampu memperlajarinya—namun Eugeo tak seperti itu...ia terus menerus menghindar dariku.Mungin ia akan memikirkan nee-sama saat ia melihatku.Semua ini...bukan salahku!Aku bahkan tak ingat wajah nee-sama...!"

Sosok mungil dibalik gaun malam tipis itu menegang,dan sejujurnya,hatiku sangat tersentuh.Ini mungkin sebab sampai saat ini,di sudut pikiranku,aku selalu berpikir bahwa dunia ini sedang melalui beberapa simulasi,dan meski Selka dan yang lain mungkin bukanlah program,mereka semua adalah eksistensi sementara.Aku memandang gadis dua belas tahunan yang terus menangis ini,dan tak tahu apa yang harus kulakukan seiring tubuhku yang menjadi kaku.Selka menggunakan tangan kanannya untuk menyeka air matanya.

"...Maaf.Aku jadi terlalu terbawa suasana."

"Nggak.nggak papa kok.Yah,jika kau merasa ingin menangis,kurasa yang terbaik adalah menangis saja."

Ngapain juga aku mengatakan hal ini?Meski aku merasa begini,kalimat yang nampaknya berasal dari idola drama yang populer di Jepang pada abad 21 ini membuat Selka tersenyum sembari mengangguk dengan polos.

"...Un,yeah.Aku merasa sedikit senang.Sudah lama sejak aku menangis di depan orang lain."

"Heh.Kau lebih hebat,Selka.Aku menangis di depan orang lain ketika seumuran dirimu,tahu. "

Benakku mengingat-ingat waktu aku menangis di depan Asuna dan Suguha sambil berkata begini.Selka membelalakkan matanya dan memandangku,

"Nah...Kirito,kau sudah mendapatkan kembali ingatanmu ya?"

"Ah..nggak,nggak kok,tentu saja nggak...aku hanya punya feeling semacam ini...t,toh,aku ya aku,bukan orang lain...itulah kenapa aku cuma berpikir kalau kau perlu melakukan apa yang kau mau kau lakukan,Selka."

Ini dia kalimat klise yang lainnya.Selka merenung sesaat,kemudian menganggukkan kepalanya.

"...Yeah.Aku...mungkin tak mampu menghadapi fakta bahwa aku memiliki nee-sama yang selalu ada di depanku..."

Sembari melihatnya mengatakan kata semacam itu dengan sikap teguh,aku benar-benar merasa bersalah karena akulah yang akan membawa pergi Eugeo jauh darinya.

Tepat ketika aku sedang berpikir keras,menara lonceng di atas kami menyanyikan melodinya.

thumb

"Ah...sekarang sudah jam 9.Aku harus kembali ke kamarku.Oh ya...apa itu semua yang ingin kau dengar,Kirito?" Selka memiringkan kepalanya seiring bertanya,dan aku menjawabnya dengan ‘Nggak,ini sudah cukup.’

"Begitu.Aku akan kembali ke kamarku kalau begitu."

Selka bangkit dari kasur dan menuju pintu,namun setelah beberapa langkah,ia berhenti dan menoleh,

"Boleh kubilang...Kirito.Apa kau juga tahu kenapa nee-sama dibawa pergi oleh Integrity Knight?"

"Eh..ahh.Kenapa?"

"Aku tak tahu sama sekali.Ayah takkan mengatakan apapun...aku pernah bertanya pada Eugeo dulu,tapi ia tak mengatakannya padaku.Kalau begitu,apa alasannya?"

Aku meragu untuk sejenak,namun ketika aku mengingat alasan itu,mau tak mau aku mengatakannya.

"Yah...Kupikir itu begini,mereka pergi ke gua tertentu di ujung paling atas sungai dan melewati Mountain Range at the Edge,dan tangannya menyentuh Tanah Kegelapan,itu sih yang kudengar..."

"...Aku tahu...ia melewati batas Mountain Range at the Edge..."

Selka nampak merenung akan sesuatu,namun segera ia mengangguk dan meneruskan,

"Besok adalah hari libur,tapi waktu sembahyang-nya sama dengan biasanya.Jangan lupa bangun.Aku tak sudi membangunkanmu."

"A,Akan kucoba."

Sekejab,Selka tersenyum,lalu membuka pintu sebelum pergi.

Kudengar langkah kakinya menjauh sebelum merebahkan tubuhku ke kasur.Aku benar-benar ingin mendapat beberapa informasi tentang gadis misterius yang dipanggil Alice,namun Selka,yang kala itu baru berusia 5 atau 6 tahun,benar-benar tak memiliki ingatan sedikitpun,seperti dugaanku.Apa yang ku tahu adalah perasaan Eugeo untuk Alice sangatlah besar.

Aku menutup mataku dan mencoba mengingat-ingat sosok gadis yang dipanggil Alice itu.

Namun pikiranku pastinya takkan bisa menggambarkan wajahnya,seiring dengan adanya secercah cahaya keemasan terlintas di mataku.

Esoknya,aku dengan dengan penuh rasa sakit sadar seberapa kecil bagian diriku sebenarnya yang memikirkan tentang hal itu.

Bagian 4

*Klang*.Lonceng pukul 5:30 berdentang,dan aku membuka mataku saat itu,memikirkan kalau aku harus melakukan apa yang aku bisa kulakukan saat ini sembari bangun dari tempat tidurku yang rapi.

Aku membuka jendela yang mengarah ke utara,meregangkan punggungku,dan menghirup dalam-dalam udara penuh kesejukkan yang tercampur oleh warna fajar.Aku menghirup udara beberapa kali laggi,dan rasa kantuk yang tersisa di dalam bagian belakang kepalaku lenyap seutuhnya. Aku memasang telingaku untuk mendengar,dan anak-anak di kamar seberang koridor telah terbangun juga.Aku bergegas mengganti pakaianku agar aku masih punya kesempatan untuk memcuci sendiri pakaianku di sumur sebelum giliran mereka.

«Initial Equipment» ku , sebuah tunik dan celana katun,tak memperlihatkan tanda-tanda dari noda yang jelas,tetapi Eugeo bilang kalau Life mereka akan dengan cepat menurun jika aku tak mencuci mereka.Oleh karena itu,ini sudah saatnya aku mempertimbangkan untuk mengganti bajuku.Aku akan mediskusikan ini dengan Eugeo —aku berpikir sambil berjalan keluar dari pintu belakang dan tiba di sumur.

Aku menciduk beberapa gayung air dari ember dan menuangkannya pada alas cuci Dan saat aku membungkuk untuk membasuh wajahku,seseorang dengan cepat mendekatiku dari belakang.Itu kemungkinan besar adalah Selka,aku berpikir begitu sembari mengangkat tubuhku ke atas,menyeka air ditanganku seraya berbalik.

"Ahh….pagi,Sister."

Berdiri disitu adalah Sister Azariya,yang sedang dalam sikap,yang sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda keburukan.Aku buru-buru menundukkan kepalaku,dan ia menggangguk serta menjawab "pagi".Jantungku benar-benar terkejut melihat bibir kencangnya lebih terlipat daripada biasanya.

"Jadi…Sister,apa ada sesuatu…?"

Aku coba-coba bertanya.Sister berkedip ragu dan dengan gampang berkata,

" —Selka hilang."

"Eh…"

"Kirito-san apa kau tahu sesuatu? Selka tampaknya sangat dekat denganmu…"

Apa dia mencurigai aku berbuat sesuatu pada Selka?Aku merasa mallu untuk sejenak,tapi aku segera merasa ini bukanlah masalahnya.Di dunia yang memiliki hukum absolut ini,Taboo Index yang tak seorang pun mampu melanggarnya,Sister mungkin tak sampai berpikir ini adalah sebuah perbuatan kriminal besar seperti menculik seorang gadis.Dengan kata lain,dia merasa bahwa Selka menghilang dengan kemauannya sendiri,dam secara mudahnya ia bertanya padaku jika aku tahu kemana ia pergi.

"Well…tidak,aku belum pernah dengar apa-apa….ini hari libur,kan?Apa dia pulang ke rumah?"

Aku menganiaya otak yang masih ngantuk-ku sambil mengatakan ini,tapi Sister langsung menggelengkan kepalanya.

"Selka tidak pernah pulang ke rumahnya bahkan sejak dia datang ke gereja ini dua tahun lalu.Bahkan jika dia melakukannya,dia pasti akan mengatakannya padaku tanpa menyembunyikan sesuatu.Dia pergi bahkan tanpa mengikuti sembahyang pagi ini.Meskipun begitu—tidak ada aturan yang melarang ia berbuat begitu sih..."

"Kalau begitu…apa dia pergi membeli sesuatu?Apakah bahan makanan untuk sarapan sudah tersedia?"

"Kami membeli bahan makanan untuk dua hari penuh kemarin dan menyimpan mereka semua tadi malam karena toko-toko di desa semuanya libur."

"Ah…Aku tahu."

Saat ini,imajinasiku terbatasku mencapai batasannya.

"….Dia pasti pergi karena mempunyai urusan mendadak.Dia pasti akan kembali."

"…Akan baik-baik saja kalau begitu kasusnya…"

Sister Azariya terus mengernyitkan dahinya dengan sikap cemas,tapi tetap ia menghela nafas ringan akhirnya.

"Kalau begitu,kami akan menunggu sampa tengah hari.Jika sampai saat itu ia belum kembali juga,Aku akan mencari para pemuka desa untuk mendiskusikannya.Maaf sudah mengganggumu.Aku masih harus bersiap untuk sembahyang,jadi aku pergi dulu."

"Yah…Aku akan berkeliling mencarinya di dekat-dekat sini."

Setelah melihat Sister mengangguk,membungkuk,dan pergi,aku menuangkan air ke dalam alas cuci ,sejenak mendapatkan firasat buruk tentang hal ini.Aku ingat aku sedikit khawatir ketika aku bicara dengan Selka kemarin,tapi aku tak ingat tentang apa itu.Apa hal yang kukatakan adalah penyebab hilangnya Selka?

Aku menyelesaikan sembahyang dengan kegelisahan di dalam hatiku,dihibur anak-anak yang terus menerus bertanya kemana Selka nee-chan pergi,menghabiskan sarapanku,dan gadis itu belum juga kembali.Aku buru-buru merapikan peralatan makan untuk sarapan dan berjalan keluar dari pintu depan gereja.

Aku belum membuat janji dengan Eugeo untuk ketemuan disini,tapi saat lonceng berdentang pukul 8,aku masih bisa melihat rambut berwarna kecoklatan berjalan menuju plaza dari jalanan utara.Semangatku bergelora,dan aku berlari kearahnya.

"Ya,Kirito.Selamat pagi."

"Pagi.Eugeo"

Aku menatap Eugeo,yang masih tersenyum padaku seperti kemarin,dan dengan biasa menyapanya sebelum melanjutkan, "Apa kau libur seharian juga,Eugeo?"

"Itu benar,yeah.Itulah kenapa aku ingin mengajakmu berkeliling desa,Kirito."

"Itu bagus,tapi sebelumnya,Aku butuh bantuanmu.Selka menghilang sejak pagi tadi…aku mau berkeliling mencarinya…"

"Ehh?"

Eugeo membelalakkan mata hijaunya,dan mengernyitkan dahi cemas.

"Dia pergi dari gereja tanpa memberitahu apa-apa pada Sister Azariya?"

"Nampaknya begitu.Sister bahkan bilang ini adalah kali pertama hal seperti ini terjadi.Eugeo,apa kau tahu kemana Selka kemungkinan akan pergi?"

"Kemana dia mungkin pergi,huh?Bahkan jika kau menanyakkannya padaku…"

"Aku mengatakan sesuatu tentang Alice pada Selka tadi malam,jadi aku ingin lihat jika ada tempat-tempat baginya yang mungkin memiliki kenangan dengan Alice…."

Saat itu juga,aku akhirnya sadar,momennya begitu terlambat sehingga membuatku heran,kebenaran dibalik kegelisahan di dalam hatiku. "Ahh…"

"Apa ada yang salah,Kirito?"

"Jangan-jangan… —Hey,Eugeo.Kau tak mengatakan pada Selka alasan Alice dibawa pergi oleh Integrity Knight saat ia bertanya padamu,kan?Kenapa?" Eugeo berkedip beberapa kali,dan akhirnya mengangguk pelan.

"Ahh…itu telah terjadi sebelumnya.Kenapa…dan kenapa aku tak mengatakannya…Aku tak yakin apa alasannya…tapi aku mungkin khawatir kalau Selka akan mencoba mengikuti langkah Alice…"

"Itu dia"

Aku menggeram ringan.

"Aku mengatakan pada Selka tadi malam tentang Alice yang menyentuh tanah kegelapan…Selka pasti pergi ke Mountain range at the Edge " "EEHH!!"

Wajah Eugeo langsung memucat.

"Itu sangat buruk.Kita harus membawanya pulang sebelum penduduk desa tahu dan menangkapnya…Kapan Selka pergi?" "Aku tak tahu.Ia telah hilang ketika aku bangun pukul 5:30…."

"Di musim ini,fajar terbit sekitar pukul 5.Tak mungkin baginya untuk berjalan di hutan jika ia pergi lebih awal.Jika begitu,3 jam…" Eugeo menengadah ke langit dan melanjutkan kata-katanya,

"Ketika Alice dan aku pergi ke gua,kami menghabiskan kurang dari 5 jam berjalan saat kami masih anak-anak.Selka kemungkinan besar telah separuh perjalanan kesana.Aku tak tahu kita bisa menyusulnya apa tidak jika kita mengejarnya sekarang…"

"Kita harus cepat-cepat.Ayo berangkat!"

Aku berkata dengan gelisah,dan Eugeo mengangguk kuat-kuat,

"Tak ada waktu untuk persiapan.Untungnya,kita akan berjalan menyusuri tepian sungai,jadi tak perlu khawatir masalah air.Baiklah…lewat sini." Eugeo dan aku berjalan menuju ke utara dengan kecepatan yang tak akan membuat orang lain merasa aneh karenanya.

Pertokoan menjadi terlihat jarang-jarang,dan segera setelah kami melihat tak ada lagi pejalan kaki lainnya,kami berlari menuruni tangga batu dengan kecepatan dimana kami hampir terjatuh karenanya.Setelah menghabiskan waktu sekitar 5 menit berjalan melintasi jembatan di atas sungai,kami meloloskan diri dari pengawasan penjaga di pos penjagaan sebelum berlari keluar dari desa.

Tak seperti ladang gandum yang menghampar luas di selatan,di daerah utara desa terdapat sebuah hutan lebat.Sungai yang mengelilingi lembah membentuk Desa Rulid dan mengalir menembus hutan,memanjang ke arah utara maupun selatan desa.Terdapat sebuah jalan setapak kecil dengan rumput-rumput tipis yang tumbuh di tepian sungai.

Eugeo memusatkan pandangan matanya pada jalan setapak yang bealih ke pinggiran sungai,berjalan 10 langkah lagi dan berhenti.Ia menggunakan tangannya untuk menghentikanku dan berlutut untuk menyentuh beberapa rumput yang sedikit tinggi.

"Disini…ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa tempat ini baru saja dilangkahi."

Dia bergumam dan dengan cepat menggambar tanda untuk memanggil «Window» dari rumput tadi.

"Life-nya menurun sedikit.Jika yang melangkahinya adalah orang dewasa,harusnya akan berkurang lebih banyak.Seorang anak kecil pastinya yang datang kemari sebelumnya.Ayo cepat."

"Ah…ahh."

Aku mengangguk dan mengikuti Eugeo,yang berjalan lebih cepat.

Tak peduli seberapa jauh kami melangkah,pemandangan sungai di sebelah kanan dan hutan di sebelah kiri tak pernah berubah.Menyusuri jalan ini,kami menjumpai sebuah danau dan sebuah lereng.Ini membuatku merasa kalau aku sedang memasuki jebakan «loop landscape» yang dimiliki RPG kebanyakan.Aku tak lagi dapat mendengar suara lonceng diatas menara,dan hanya bisa memperkirakan waktu berdasarkan posisi matahari yang mulai meninggi sedikit demi sedikit.

Eugeo dan Aku terus berlari-lari kecil menyusuri sungai,dan jika aku ini adalah aku di dunia nyata,Aku akan benar-benar terengah-engah dalam waktu kurang dari 30 menit.Untungnya,pria di dunia ini nampaknya memiliki daya tahan tubuh yang lebih tinggi dari rata-rata,dan kurasa itu lebih menyenangkan daripada lelah karena menggerakkan tubuh.Aku pernah sekali menyarankan Eugeo untuk berlari sedikit lebih cepat,tapi Eugeo bilang jka kita berlari terlalu cepat,Life kita akan menurun dengan cepat,dan kita tidak akan bisa bergerak jika kita tidak berhenti dan beristirahat untuk waktu yang lama.

Seperti itulah,kami tetap berlari selama 2 jam dengan kecepatan yang cocok,tapi masih saja belum ada tanda-tanda keberadaan gadis di depan kami.Ngomong-omong,berdasarkan waktu sekarang,Selka mungkin telah mencapai gua.Keresahan dan kegelisahan menyebar menerobos keluar dari mulutku dengan sedikit bau metalik.

"Aku mau bicara…Eugeo…"

Aku berkata sambil berusaha agar tidak mengacaukan nafasku.Eugeo yang berlari di depanku,menoleh ke belakang untuk melihat.

"Ada apa?"

"Ini hanya untuk pencegahan…tapi jika Selka memasuki tanah kegelapan,apakah dia akan segera dibawa pergi oleh Integrity Knight?"

"Tidak…kurasa Integrity Knight kemungkinan besar akan terbang ke desa besok pagi.Sama seperti enam tahun yang lalu."

"Aku tahu…Kalau begitu,bahkan jika yang terjadi adalah scenario terburuk,masih ada kesempatan untuk menyelamatkan Selka."

"…Apa yang sedang kau pikirkan,Kirito?"

"Sederhana saja.Hari ini,jika kita membawa pergi Selka dari desa,kita mungkin bisa bersembunyi dari kejaran Integrity Knight." "…"

Eugeo kembali memalingkan wajahnya ke depan,tetap diam,dan berbisik, "Apa itu… mungkin.Bagaimana dengan Sacred Task…"

"Aku tak pernah bilang kau harus ikut serta,Eugeo."

Aku berkata santai dengan nada menyindir.

"Aku akan membawa Selka pergi.Ini adalah kesalahanku karena terlalu banyak bicara,jadi aku bertanggung jawab dalam hal ini." "…Kirito…"

Melihat sisi wajah Eugeo yang memperlihatkan ekspresi terluka,aku merasakan rasa sakit yang menusuk jauh di dalam diriku.Akan tetapi,ini semua untuk mengguncang «Hasrat Kepatuhan» nya yang kokoh.Meskipun aku mencerca diriku jauh dalam lubuk hatiku karena menggunakan keadaan genting Selka sebagai alasan,Aku benar-benar harus memastikan sekarang apakah Taboo Index hanya sebuah hukum filsafat atau sebuah peraturan absolut yang dipercayai orang-orang yang hidup di dunia ini.

Setelah itu,Eugeo menggelengkan kepalanya,dan beberapa detik kemudian.

"Tidak…ini tak mungkin,Kirito.Selka juga memiliki Sacred Task.Bahkan jika aku tahu bahwa Integrity Knight akan datang untuk menangkapnya,Aku takkan membiarkanmu pergi bersamanya.Dan aku tak berpikir hal ini akan berkembang sampai sejauh itu.Selka mungkin takkan sanggup melakukan tindakan kriminal yang berujung hukuman mati."

"Tapi Alice melakukannya."

Aku dengan enteng memberikan contohnya.Mendengar itu,Eugeo menggigit bibir dan menggelengkan kepalanya kuat-kuat untuk menyangkalnya lagi. "Alice…Alice memang spesial.Dia berbeda dari semua orang lainnya di desa.Bahkan aku…tentu saja ia berbeda dengan Selka juga." Setelah mengatakan itu,ia meningkatkan kecepatannya seakan ia tak mau lagi lanjut berbicara.Aku mengikutinya dari belakang,berbisik kepada gadis yang hanya namanya yang kutahu di dalam hatiku.,

— Alice…siapa sebenarnya dirimu?

Bagi para penghuni dunia ini,termasuk Eugeo dan Selka,Taboo Index buknalah sesuatu yang dapat mereka langgar bahkan jika mereka menginginkannya.Itu seperti manusia di kehidupan nyata yang tak mampu untuk mematahkan hukum fisika yang mnetapkan bahwa mereka takkan mampu terbang.Ini adalah hal yang menegaskan pengamatanku bahwa «mereka masih berbeda dengan diriku sebagai manusia meskipun mereka memiliki Fluctlight sejati». Akan tetapi,melanggar sebuah Taboo yang bersifat adikuasa…Eksistensi macam apa gadis bernamal Alice yang mampu mematahkan Taboo yang begitu adikuasa itu?Apakah dia seorang tester player sepertiku yang menggunakan STL?Ataukah—

Kakiku bergerak dengan sendirinya seolah-olah mencoba untuk menyatukan semua pemikiran dalam benak-ku.Pada momen ini,Eugeo memecah kesunyian. "Aku melihatnya,Kirito."

Aku mengangkat wajahku,dan seperti yang ia katakan,di ujung dari hutan ini,aku bisa melihat batu berwarna putih keabu-abuan saling berjajar. Kami berdua berlari menyusuri beberapa ratus meter yang tersisa dan berhenti di jalan berumput yang berubah menjadi jalanan penuh batu kerikil.Aku terengah-engah dengan sikap sedikit tertekan,melihat ke atas pada pemandangan yang ada di depanku sambil terpukau.

Ini bukanlah dunia virtual—pergantian dari area satu ke area lainnya benar-benar terlalu rapi,membuatku berpikir untuk mengatakan hal itu.Hanya ada buffer zone yang sangat sangat sempit dan kecil membagi keduanya,dan mendadak pemandangan menjadi sebuah pegunungan batu yang hampir tegak lurus.Hal yang menakjubkan adalah ketika aku mengangkat tanganku,tempat yang dapat aku sentuh terselimuti oleh salju tipis.Aku tak tahu seberapa tingginya pegunungan ini,tapi ada cahaya putih murni yang bersinar di dekatnya.

Pegunungan bersalju ini membentang kedua sisi kanan dan kiri tempat aku berdiri,sampai aku tak bisa melihatnya lagi.Pegunungan ini rasanya seperti hendak membagi «sisi ini» dan «sisi seberang» dunia ini dengan sempurna.Jika dunia ini memang benar-benar memiliki perancang,aku benar-benar ingin mengkomplen bahwa rancangan pembatasnya terlalu sederhana.

"Inikah… Mountain range at the Edge ? Dan sisi di baliknya adalah Tanah Kegelapan…?"

Aku berbisik dengan tak percaya.Eugeo menggangguk.

"Aku juga terkejut waktu pertama kali datang kemari. Mountain range at the Edge ini…."

"….dekat sekali dengan kita sekarang."

Aku menghela nafas sambil melanjutkan perkataannya dan secara setengah tak sadar memiringkan kepalaku.Terdapat sebuah jalan tanpa rintangan,bukan jalan yang terbagi dan jaraknya bisa kami tempuh hanya dalam 2.5 jam dengna berjalan lebih cepat.Jalan itu seperti—seperti sedang membujuk kami,manusia membujuk penghuni Underworld menuju area Taboo.Atau seebaliknya bisa dibilang,mengundang orang-orang dari tanah kegelapan untuk menyerang…

Eugeo berbalik ke arahku,yang sedang menenangkan diri,dan berkata dengan gelisah.

"Kalau begitu,ayo bergegas.Kemungkinan besar jarak kita dengan Selka masih 30 menit jauhnya.Segera setelah kita menemukan dan mengajaknya kembali, mungkin kita masih bisa pulang ke desa ketika Solus masih bersinar."

"Ah,ahh…kau benar."

Aku melihat ke arah yang ditunjuknya dan aku bisa melihat bahwa sungai yang kami susuri ini tersedot masuk—atau,lebih tepatnya,mengalir ke luar—sebuah lubang yang menyembul keluar dari dalam dinding.

"Itukah…"

Kami berlari kecil dan masuk.Tinggi dan lebar dinding ini tidaklah sempit.dan di sisi kirinya terdapat jejak air yang mengalir,ada juga sebuah jalan bebatuan dengan lebar cukup untuk 2 orang berjalan saling berdampingan.Lubang itu tertutup seluruhnya oleh kegelapan,dan terkadang ada angin dingin yang berhembus dari dalamnya.

"Oi,Eugeo…bagaimana kita menerangi ruangan ini."

Aku sepenuhnya lupa item penting yang dibutuhkan untuk menyusuri gua dan merasa panik saat aku mengatakannya. Eugeo mengangguk dengan ekspresi yang menunjukkan agar menyerahkan hal itu padanya,dan mengangkat sebatang rumput yang bahkan akupun tak tahu kapan ia mencabutnya.Apa yang akan kau lakukan dengan sebatang rumput bristle [5] Tepat ketika aku melihat kedepan dengan tatapan bodoh,Eugeo berkata dengan ekspresi serius.

"System (システム・) Call! (コール!) Lit (リット・) Small (スモール・) Rod! (ロッド!)"

«System Call»?Tepat ketika aku terkejut karenanya—

Ujung dari rumput yang dipegang Eugeo mengeluarkan sebuah cahaya putih kebiru-biruan dengan bunyi *swoosh*, dan munculah sebuah cahaya terang yang cukup untuk menerangi beberapa meter kegelapan.Eugeo mengangkatnya dan melangkah masuk ke dalam gua.

Keterkejutanku tidak memudar seutuhnya sementara aku buru-buru mengikutinya dan berjalan disampingnya,bertanya,

"Eu-Eugeo…barusan,apa itu?"

Eugeo mengernyitkan dahinya dengan kaku,namun dengan jelas menunjukkan sebentuk ekspresi gembira seraya ia menjawab,

"Ini adalah sacred art,tapi ini hanya yang paling sederhana.Aku melatihnya dengan berlatihkeras untuk mendapatkan «Blue Rose Sword» tahun lalu."

"Sacred art…kau tahu…System itu juga terdapat kata yang berarti Lit…atau sesuatu seperti itulah?"

"Arti…tidak sama sekali.itu tadi kata-kata formula.Kalimat yang digunakan untuk memanggil dewa serta doa untuk mendatangkan keajaiban.Kata-kata formula Sacred Art level tinggi kelihatannya lebih panjang daripada yang barusan tadi."

Aku paham,jadi dia hanya menganggap itu sebagai sebuah mantra tanpa memikirkan itu sebagai sebuah bentuk bahasa.Aku mengangguk-angguk jauh di dalam lubuk hatiku.Akan tetapi,mantra ini benar-benar menuntut sebuah efek yang instans.Perancang dunia ini pastinya seorang yang realistis.

"Ngomong-omong…apa aku bisa menggunakannya?"

Ini bukanlah situasi yang terbaik,namun aku tetap saja menanyakan sebuah pemikiran untuk mencobanya.Eugeo mulai berpikir tak menentu.

"Aku mempelajari mantra ini kapanpun aku memiliki waktu senggang saat ku bekerja,dan itu menghabiskan waktu sebulan untuk menguasai mantra ini.Alice pernah bilang sebelumnya bahwa orang yang memiliki bakat dalam hal ini bisa menguasainya dalam sehari,dan orang yang tak memilikinya tak akan pernah bisa menguasainya seumur hidup mereka.Aku tidak tahu bakatmu,Kirito,tapi tak mungkin bagimu untuk bisa langsung menguasainya…"

Dengan kata lain,jika aku ingin menggunakan sihir…sacred arts,aku harus mempraktekkannya berkali-kali sampai tak terhitung jumlahnya untuk meningkatkan level skill-ku.Ini bukanlah sesuatu yang dapat kuasai secara instan.Aku hanya bisa menyerah sekarang dan menatap kegelapan di depanku.

Jalanan basah berbatu abu-abu berkelok-kelok di depan.Angin sedingin es yang seolah bisa menyayat kulit bertiup ke arahku dari depan.Aku mempunyai seorang kawan bersamaku,tapi bahkan tak memiliki sebuah tongkat kayu,apalagi pedang,yang mana membuatku menjadi khawatir.

"Hemm…..Beneran nih Selka datang ke tempat seperti ini?"

Aku tak bisa menghentikan diriku untuk tak bergumam.Eugeo dengan diam menggunakan rmput bristle yang berpendar untuk menerangi jalan. "Ah…"

Bola cahaya putih kebiru-biruan itu memperlihatkan sebuah kolam dangkal yang membeku.Bagian tengah dari kolam itu telah terinjak ,menciptakan retakan-retakan di sekelilingnya.

Aku mencoba untuk melangkah di atasnya,dan es ini mengeluarkan suara retak dan retakan-retakannya menjadi betambah besar.Dengan kata lain ada seseorang yang lebih ringan daripada aku yang sudah melangkah di atas es belum lama ini.

"Aku tahu…Perkiraan kita benar kalau begitu.Yang benar saja…aku tak tahu dia itu sebenarnya gegabah atau memang tak kenal takut…"

Aku tak bisa berbuat apa-apa kecuali bergumam.Mendengar itu,Eugeo memiringkan kepalanya dalam sikap bingung.

"Sebenarnya,tak ada apapun yang perlu ditakutkan sih.Tidak ada naga putih di dalam gua ini,bahkan tikus atau kelelawar pun tidak ada."

"Ja-jadi begitu…"

Aku sekali lagi diingatkan bahwa meskipun disini ada musuh,mereka bukanlah monster penyerang.Paling tidak aku dapat mengasumsikan bahwa Mountain Range At The Edge ada di dalam sebuah field area sebuah VRMMO.

Punggungku yang terasa tegang karena suatu alasan bisa mengendur pada poin ini—dan pada saat itu juga.

Ada suara aneh datang bersama dengan angin dari kegelapan di depan kami.Eugeo dan aku saling melirik satu sama lain. *Gii*, *gii*,suara itu kedengarannya berasal dari teriakan sejenis burung atau hewan liar.

"Oi… Apa itu barusan?"

"…Nah…Ini pertama kalinya bagiku mendengar suara ini…Ah."

"Se-sekarang apa?"

"Apa kau…mencium bau sesuatu,Kirito…?"

Mendengarnya berkata begitu,Aku berusaha keras mencium bau angin yang baru lewat.

"Ahh…Sesuatu,memberikan bau terbakar…dan…"

Bau damar terbakar yang mengandung sedikit miasma hewan buas tersembunyi di dalamnya.Raut mukaku berubah ketika aku menciumnya.Ini bukanlah bau yang bisa membuatku menjadi rileks.

"Apa ini…"

Tepat ketika aku melontarkan kata-kata ini,suara yang lain datang,dan aku tersentak.

"KYAAAAAHHH…!!!",itu adalah suara kencang yang tak diragukan lagi jeritan seorang gadis.

"INI BURUK!"

"SELKA…!"

Eugeo dan aku berteriak hampir bersamaan sembari kami berlari menelusuri jalanan berbatu licin yang bagian atasnya beku. Aku masuk ke dalam perasaan bahaya terbesarku—sangat besar hingga aku tak bisa mengingat-ingat situasi lain dimana aku pernah memiliki perasaan yang lebih kuat—membentur tubuhku seperti es,membuat anggota tubuhku mati rasa.

Seperti dugaanku, «Underworld» tak sepenuhnya adalah surga.Sebuah kebencian hitam pekat terbungkus di bawah lapisan tipis kedamaian.Sebaliknya ini akan menjadi tidak masuk akal.Dunia ini kemungkinan besar seperti sebuah jepitan raksasa yang menjepit semua penghuninya di antaranya.Orang-orang tertentu menghabiskan ratusan tahun untuk melonggarkan jepitannya perlahan-lahan,menyaksikan apakah para penghuninya akan bersatu untuk melawan ataukah melemah dan dihancurkan.

Desa Rulid kemungkinan besar adalah satu diantara tempat terdekat ke jepitan itu.Sementara «momen terakhir» terus menerus mendekat,jiwa-jiwa para penghuni yang binasa dan lenyap terus menerus meningkat.

Tapi aku jelas-jelas tidak akan membiarkan Selka menjadi yang pertama.Itu karena akulah orang yang membuat ia masuk ke gua ini.Aku harus memastikan bahwa ia bisa kembali dengan aman dalam rangka untuk bertanggung jawab karena telah membuat nasibnya terlibat…

Eugeo dan Aku terus berlari dengan kecepatan penuh,mengandalkan cahaya lemah rumput.Nafas kami menjadi tidak teratur,dan kapanpun kami menghirup udara,dada kami akan terasa sakit.Kami hampir terpeleset beberapa kali,dan lutut serta pergelangan tangan yang terus menerus membentur dinding es akan terus terluka.Tak sulit untuk membayangkan bahwa Life kami berdua menurun.Namun,bahkan jika begitu jadinya,kamu tak bisa memperlambat lari kami.

Sementara kami terus bergerak maju,bau kayu terbakar dan bau busuk/amis hewan liar menjadi lebih pekat. *Gii gii*,suara yang bisa terdengar disertai suara metalik *gacha* *gacha*.Aku tak tahu orang-orang seperti apa yang sedang menunggu di depanku,tapi aku dengan mudah bisa membayangkan bahwa mereka bukanlah sekelompok orang yang ramah.

Karena aku tak punya sesuatu bahkan sebilah pisau sekalipun di pinggangku.Aku harus menyusun beberapa strategi sebelum melaju ke depan dengan hati-hati.

Aku berbisik kepada diriku sendiri layaknya seorang game player,tapi perasaan yang berkata ini bukan saatnya meliputiku.Wajah Eugeo menjadi suram bahkan lebih suram daripada wajahku seraya ia berlari di depan dengan kecepatan yang sangat hebat.Tak peduli apapun,aku kemungkinan tak akan bisa menghentikannya.

Tiba-tiba ada sebuah cahaya jingga bergoyang-goyang pada dinding di depan kami.Dari pantulannya,nampaknya ada kubah yang agak luas di dalamnya.Kulitku merasakan sebuah sensasi menusuk yang jelas oleh adanya kehadiran dari musuh,mereka ada banyak—sepasukan.Aku berdoa agar Selka baik-baik saja sembari melangkah masuk ke dalam ruangan kubah itu bersama Eugeo.

Aku harus melihat keadaan sekeliling dan memilih opsi yang paling sesuai—secepat mungkin.

Aku mengikuti keputusan yang kubuat di dalam benak-ku dan membelalakkan mataku untuk mengakses situasi layaknya sebuah camera wide-view yang sedang memotret.

Pada dasarnya,diameter kubah bundar ini adalah 50 meter.Tanahnya diselimuti sebuah lapisan es tebal,tapi disana ada sebuah retakan besar yang terbuka di bagian tengahnya,memperlihatkan permukaan air hitam kebiru-biruan.

Cahaya jingga tadi berasal dari dua buah api unggun.Di dalam tungku berbentuk sangkar logam hitam *pacha* *pacha*, kayu bakar sedang membara. Juga,tepat mengitari dua buah unggun tadi,terdapat sekelompok makhluk yang terlihat humanoid tapi jelas-jelas itu bukan manusia mupun hewan liar,dan jumlah mereka ada lebih dari 30.

Tiap-tiap dari mereka,atau harus kubilang mereka semua tidak tinggi.Kepala dari makhluk itu jika berdiri hanya setinggi aku,tubuh mereka sedikit bungkuk namun lebih berotot,khususnya bagian lengannya yang terlihat aneh dan tangan yang memiliki cakar tajam di ujungnya yang nampaknya sanggup untuk merobek-robek apapun.Mereka mengenakan armor kulit ringan,dan pinggang mereka terdapat sesuatu seperti bulu-bulu,tulang belulang,dan kantung kecil yang mengeluarkan bunyi-bunyian.Juga—walaupun mereka nampak biasa-biasa saja,aku bisa merasakan kekuatan dari machete buatan mereka.

Kulit mereka hijau keabu-abuan,dan mereka mempunyai bulu-bulu tipis yang tumbuh di tubuh mereka.Mereka semua botak plontos,tanpa terkecuali,dan mereka hanya menumbuhkan rambut di samping telinga tajam dan berujung runcing mereka,seperti kabel.Mereka tidak memiliki alis dan dibawah jidat mereka yang menonjol terdapat mata besar yang tak cocok dengan tubuh mereka,semuanya berwarna kuning korosif. Mereka sangat sangat abnormal— dan juga sesuatu yang telah biasa kulihat.

Mereka adalah monster level rendah «Goblins» yng pasti muncul pada RPG-RPG yang aku familiar dengannya.Menyadari hal itu,aku menghela nafas.Goblin pada dasarnya adalah monster yang digunakan oleh para pemula untuk berlatih dan memperoleh EXP,dan stats numerik mereka normalnya sangat rendah.

Akan tetapi perasaan rileks itu hanya bisa kurasakan sampai salah satu dari mereka yang berdiri di dekat Eugeo dan aku menyadari keberadaan kami dan berbalik.

Tulangku membeku seketika di saat aku merasakan ekspresi yang keluar dari mata kuning makhluk itu.Matanya yang semula menunjukkan keraguan dan keterkejutan,kemudian berganti menjadi sebuah kebengisan dan rasa lapar tanpa akhir.Itu sudah cukup untuk membuatku gemetar layaknya seekor serangga kecil yang terjebak di jarring laba-laba besar.

Orang-orang ini pun bukanlah program.

Aku menyadari ini dengan jelas di tengah-tengah ketakutanku yang luar biasa.

Para Goblin ini pun memiliki jiwa asli,memiliki sifat dasar yang mirip dengan Eugeo dan aku sampai pada batasan tertentu,kecerdasan yang lahir dari Fluctlight.

Tapi mengapa—?Mengapa disini ada makhluk seperti ini?

Selama kurang lebih 2 hari aku terlempar ke dunia ini,aku memiliki sebuah kesimpulan kasar mengenai eksistensi macam apa Eugeo,Selka,dan para penghuni Underworld ini.Mereka kemungkinan besar adalah «Artificial Fluctlights» yang tersimpan dalam medium buatan dan tak tersimpan dalam otak orang yang hidup. Aku tak bisa membayangkan medium apa yang bisa memngawetkan jiwa manusia,tapi paling tidak tak sulit untuk membayangkannya karena mesin STL bisa membaca jiwa seseorang,oleh karena itu STL juga seharusnya bisa menduplikasi jiwa-jiwa tersebut.

Itu benar-benar sebuah pemikiran yang mengerikan,tapi sumber dari duplikasi itu kemungkinan besar adalah Fluclight yang baru lahir.Mereka mampu menduplikasi sesuatu yang disebut sebagi «Bentuk Orisinil Jiwa» tanpa henti dan membiarkan mereka berttumbuh kembang dari bayi-bayi di dunia ini.Selain itu,tak ada hipotesa lain yang sanggup menjelaskan mengapa penghuni Underworld memiliki 'Kecerdasan Asli' dan 'Jumlah STL yang melebihi jumlah sekarang'.Apa yang aku takutkan di malam pertama disini adalah alasan kenapa RATH menantang Tuhan—menciptakan AI Sejati,Sebuah Kecerdasan Buatan,dan menggunakan jiwa manusia sebagai cetakannya.

Tujuan ini telah 90% selesai.Kejelian Eugeo telah jauh melampauiku,dan emosinya yang kompleks telah memiliki arti yang mendalam.Dengan kata lain,tak akan aneh bagi RATH untuk mengakhiri ekspresimen besar dan juga arogan ini.

Tapi kenapa eksperimen ini masih terus dilanjutkan,hal ini menunjukkan bahwa RATH masih belum puas tentang hasil yang mereka dapat sekarang.Apanya yang kurang? Aku terus memikirkan hal ini,dan mungkin itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan «Taboo Index»,peraturan yang Eugeo dan yang lain tak bisa melanggarnya.

Toh,asumsi ini tak bisa menjelaskan eksistensi Eugeo dan yang lainnya.Mereka berbeda denganku dari dimensi fisik,tapi jiwa mereka semua yang adalah «manusia»,benar-benar sama.

Tapi—jika itu yang terjadi,goblin-goblin ini apa?Kebencian kuat ini yang terlihat seperti akan mengalir keluar dari bola mata kuning mereka apa….?

Aku tak berpikir,dan tak enggan berpikir bahwa sosok asli jiwa mereka adalah manusia.Mngkin RATH menangkap goblin asli di dunia nyata dan membiarkan mereka mengenakan STL—pecahan-pecahan pemikiran ini terlintas dalam benakku.

Si goblin dan aku saling menatap satu sama lain kurang dari sedetik,tapi sudah cukup untuk menakutiku.Sementara aku tak tahu harus berbuat apa dan hanya bisa berdiri mematung,goblin di hadapanku mengeluarkan sebentuk suara, *Giii*— yang mungkin sebuah tawa,dan berdiri. Kemudian,dia berkata.

"Oi,lihat!apa yang terjadi hari ini?Dua anak nakal lum putih lain datang kemari!"

Bersamaan dengan itu,suara ribut *gigi*, *gigi*, datang dari segala penjuru kubah.Dipimpin yang paling dekat,para goblin semua mengangkat machete mereka dan berdiri,mengeluarkan sebuah tatapan lapar.

"APA YANG AKAN KITA LAKUKAN?APA KITA BAWA MEREKA JUGA!?"

Pada awalnya seorang goblin berteriak.Pada saat itu juga,sebuah teriakan terdengar dari belakang,dan semua goblin berhenti tertawa.Diantara para monster-monster ini,ada goblin yang tingginya dua kali goblin lainnya,ia terlihat dari kelas perwira.

Goblin ini memakai scale mail,di dahinya ada sebuah hiasan bulu berwarna primer.Mata yang memiliki semburat merah dibawah bulu itu mengeluarkan intelegensi jahat dan tatapan sedingin es yang luar biasa dan mampu membuat seseorang pingsan.Si pemimpin goblin menyeringai dan menunjukkan gigi kuning berantakannya sebelum berkata dengan nada serak,

"Kita tak akan memperoleh banyak keuntungan bahkan jika kita bawa dua lum laki-laki itu.Terlalu banyak keributan nanti.Kita bunuh saja mereka berdua dan jadikan santapan."

Bunuh.

Sampai sejauh mana aku harus menerima keadaan ini?Aku tak habis pikir.

Aku harus bisa menyingkirkan kemungkinan aku akan mati beneran disini,keadaan dimana tubuh fisikku yang sebenarnya akan menerima pukulan fatal.Meski Goblin-goblin ini tak mungkin bisa melukai tubuh fisikku yang terbaring di STL di dunia nyata.

Namun meskipun begitu,aku tak bisa mengasumsikan bahwa hal ini akan menjadi seperti VRMMO biasa dan berpikir bahwa ini hanya sebuah status yang buruk.Itu karena,disini tak ada sihir pembangkit atau item yang digunakan untuk tujuan seperti itu—begitu juga di area Gereja Central.Jika aku terbunuh oleh mereka disini, «Kirito»yang ini kemungkinan besar akan menemui ajalnya.

Kalau begitu,jika aku mati,apa yang akan terjadi padaku,kesadaran tubuh asliku?

Apakah aku akan terbangun di markas RATH di Roppongi,dan si operator Higa Takeru menyodoriku mimuman sambil berkata 'kau sudah bekerja keras'? Atau akankah aku terbangun di hutan itu sendirian?Atau akankah aku menjadi jiwa tanpa tubuh yang hanya bisa melihat dunia ini dihancurkan?

Juga,dalam situasi ini—Akan jadi seperti apa nasib Eugeo dan Selka jika mereka terbunuh disini?

Tak sepertiku,yang memiliki «personal medium» yaitu otakku,Fluctlight yang tersimpan dalam sejenis instalasi memori besar,akan hilang ketika mereka mati… hal seperti itu mungkin,kan?

Oh ya…Selka,dimana dia?

Aku menyela pemikiranku dan fokus pada adegan di depanku.

Menuruti instruksi dari pemimpin goblin,empat anak buahnya mengeluarkan machete mereka sembari berjalan mendekati kami,perlahan,dengan santai,menunjukkan gigi mereka dan terkekeh-kekeh,kelihatan seperti mereka benar-benar berniat untuk membunuh kami.

Goblin lainnya,yang totalnya lebih dari 20,menunjukkan ekspresi gembira,semuannya terkekeh-kekeh dengan senang *gigi*.Dibelakang mereka,aku akhirnya menemukan seseorang yang aku cari.Aku tak bisa melihat dengan jelas dalam kegelapan,tapi Selka,dengan pakaian sisternya,terbaring di sebuah gerobak jelek.Tubuhnya terikat dengan tali jerami,matanya terpejam erat,tapi ekspresinya tampak bahwa ia hanya pingsan. Jika kuingat-kuingat,pemimpin goblin barusan berkata «lum» laki-laki itu—Kemungkinan istilah itu ditujukan pada manusia—yang takkan laku dijual bahkan jika mereka menangkapnya,jadi mereka akan dibunuh.

Di sisi lain,gadis akan laku dijual.Mereka berniay untuk menculik Selka,membawanya kembali ke tanah kegelapan dan menjualnya seperti barang dagangan.Jika hal ini berlanjut tanpa kami berbuat apa-apa,Eugeo dan aku pastinya akan dibunuh,namun nasib yang menunggu Selka akan lebih kejam.Aku tak bisa hanya menyerah dan membiarkan ini menjadi bagian dari simulasi,sama sekali tidak.Dia,sepertiku,seorang manusia—dan juga hanya seorang gadis 12 tahun.

Kalau begitu,yang harus kulakukan—

"Hanya ada satu pilihan."

Aku bergumam.Disebelahku,tubuh membeku Eugeo tergerak.

Kami harus menyelamatkan Selka tak peduli apapun jadinya,bahkan jika aku harus mengorbankan hidupku yang sementara ini.

Tentu saja tak segampang itu.Perbedaan dalam kekuatan tempur sangatlah besar.Sementara ketiga puluh goblin itu semua bersenjatan machete dan memakai armor,kami bahkan tak punya tongkat sekalipun di tangan.Tapi meskipun begitu,kami harus maju.Apa yang menggiring terjadinya situasi ini awalnya adalah kata-kataku yang ceroboh.

"Eugeo"

Aku menatap ke depan dan dengan cepat berbisik.

"Dengar.Kita akan menyelamatkan.Jangan bergerak."

"Siap."Aku langsung mendengar jawabannya.Seperti dugaanku,hati di dalam dirinya memang kuat.

"Akan kuhitung sampai tiga,lalu kita akan hajar empat dari mereka yang ada di depan untuk bisa menerobos mereka.Tinggi kita berbeda,dan kita pasti akan sukses jika kita tak takut.Aku akan tangani bagian kiri,kau tangani yang kanan,lalu kita lemparkan api ke dalam danau itu.Jangan buang rumput menyalanya.Segera setelah api berkobar,ambil pedang yang tergeletak di tanag dan lindungi punggungku.Jangan berpikir untuk coba-coba mengalahkan mereka.Aku akan menggunakan kesempatan ini untuk menangani yang paling besar."

"…Aku belum pernah mengayunkan pedang sebelumnya"

"Itu sama halnya seperti mengayunkan kapak.Ayo..satu,dua,tiga!"

Kami ada di atas es,tetapi Eugeo dan aku tak terpeleset saat kami berlari dengan kecepatan tertinggi yang dapat kami lakukan.Kami terus berdoa agar keberuntungan ini tetap berlanjut sampai akhir,dan aku meraung sekencang-kencangnya.

"UWOOOOHHHH!!!"

Eugeo agak lambat saat ia berteriak "WAAAAAHHHH!!!' Suaranya terdengar seperti sebuah jeritan,tapi nampaknya itu efektif karena keempat goblin itu membelalakkan mata hijau kekuningan mereka.Akan tetapi,mungkin mereka tak tercengang oleh teriakan tadi,tapi karena fakta bahwa «anak-anak nakal Ium» berani menyerbu mereka.

Aku berlari 10 langkah,tetap membungkuk dan mengarahkan tubuhku pada goblin paling kiri dan satu disebelahnya.Bahu kananku menyerbu tepat ke arahnya.Mungkin itu adalah sebuah tindakan yang tak terduga dan efek koreksi dari perbedaan tinggi kedua goblin itu membuatnya berputar dua kali dan terpeleset die s setelahnya.Aku melihat ke samping dan pukulan Eugeo sukses dan dengan indah mengenai goblin-goblin itu sehingga mereka berguling-guling ke samping seperti tempurung kura-kura yang menggelinding.

Aku terus merangsek ke depan dan berakselerasi di tengah kepungan para goblin.Kemungkian besar,goblin-goblin ini tak mempunyai kemampuan merespon yang tinggi karena mereka hanya bisa melihat dengan tatapan kosong tanpa bisa melawan,termasuk pemimpinnya.

Ya.Tetaplah seperti itu dan jangan bergerak! Aku berdoa seolah-olah aku mencaci-maki mereka sementara aku berlari melewati celah diantara mereka dan berlari menuju jarak beberapa meter yang tersisa.

Saat itu juga,si pemimpin goblin,yang nampaknya memiliki kecerdasan yang sedikit lebih tinggi daripada yang lainnya,berteriak penuh amarah,

"JANGAN BIARKAN MEREKA MENDEKATI API—"

Tapi dia sedikit terambat.Euge dan aku bergegas menuju ke arah api dan menendangnya ke air.Sejumlah besar abu bertebaran saat kedua api unggun besar itu tenggelam ke dalam air hitam,meninggalkan suara *syuuu* sembari mereka lenyap disertai sebuah kepulan asap putih. Kubah ini langsung menjadi gelap gulita untuk sesaat—dan kemudian,sebuah sinar redup berwarna putih kebiru-biruan membuyarkan kegelapan.Itu adalah sinar dari rumput bristle yang dipegang Eugeo di tangan kirinya. Saat itu juga,kami mendapatkan keberuntungan kedua kami.

Para goblin disekeliling kami semuanya berteriak,beberapa dari mereka menutupi wajahnya dan yang lain memalingkan punggung mereka.Aku memandang ke sekelilingku dan melihat bahkan si pemimpin goblin di sisi lain danau juga membungkukkan tubuh atasnya dan menggunakan tangan kirinya untuk menutupi matanya.

"Kirito…ini…."

Eugeo berbisik dalam keterkejutannya,Aku dengan enteng menjawabnya.

"Kemungkinan besar…orang-orang ini takut terhadap cahaya ini.Sekaranglah kesempatan kita!"

Dari senjata yang berserakan di tanah sekitar danau,aku mengambil sebilah pedang lurus kasar yang terlihat seperti sebuah lempengan baja besar dan sebilah pisau melengkung yang volumenya sedikit lebih lebar di bagian ujung depannya.Aku menyerahkan pisau itu ke tangan Eugeo.

"Pisau ini gunakan layaknya sebuah kapak.Dengar,gunakan cahaya dari rumput bristle untuk menahan dan menghalau musuh yang mendekat."

"Ki…Kirito?"

"Aku akan menghajar yang satu itu."

Aku dengan enteng menjawabnya dan melihat ke arah si pemimpin goblin yang melotot marah dari balik sela-sela jari yang menutupi wajahnya.Aku menggenggam pedang lurus itu dengan kedua tanganku dan dengan cepat mengayunkannya ke kiri dan ke kanan.Tak seperti penampilannya,yang rasanya seperti agak tumpul,namun pedang ini jauh lebih baik daripada Blue Rose Sword yang beratnya minta ampun.

"GURAAH! KALIAN ANAK-ANAK LUM NAKAL …KALIAN BERANI-BERANINYA MERENDAHKAN «LIZARD KILLER» UGACHI-SAMA INI!? "

Si pemimpin memelototiku dengan satu matanya dan mendekat ke arahku sambil berteriak,menghunuskan machete besar dari pinggangnya dengan tangan kanannya.Pedang hitam legam bernodakan darah yang nampaknya menunjukkan tanda-tanda bahwa ia tak terawat,memberikan sebuah tekanan yang abnormal.

Bisakah aku mengalahkannya—!?

Menghadapi musuh yang tak begitu tinggi,namun lebih berat dan kekar daripada aku,membuatku langsung panic.Akan tetapi,aku segera menggeretakkan gigiku dan bergerak maju.Jika aku tak mengalahkan orang ini dan menyelamatkan Selka,ini akan menjadi situasi dimana aku telah membawakan takdir terburuk baginya dengan datang ke dunia ini.Ukuran sih tak menjadi masalah.Di Aincrad lama,aku telah bertarung sampai tak terhitung jumlahnya dengan musuh-musuh yang tingginya 3-4 kali daripadaku dibawah kondisi dimana aku akan benar-benar mati apabila aku kalah.

"TIDAK!AKU TAK ADA NIAT MENGHADAPIMU—AKU AKAN MENAKLUKKANMU!"

Aku berteriak,sebagian kutujukan pada si pemimpin dan sebagiannya lagi kutujukan pada diriku sendiri sembari aku berlari melewati jarak yang tersisa.

Kaki kiriku mengambil sebuah langkah besar ke depan,menggunakan pedang ini untuk menebas bahu kanan musuh secara diagonal.

Aku tak meremahkan musuh,tapi reaksi dari si pemimpin goblin benar-benar jauh dari apa yang kubayangkan.Ia mengabaikan pola seranganku dan mengayunkan machetenya secara horizontal.Aku tetap menunduk dan berusaha untuk menghindari serangannya itu.Aku rasa beberapa helai rambut terkena serangan itu karena aku merasa sepertinya mereka ada yang rontok.Pedangku mengenai sasarannya,namun hanya bisa menggores armor bahu logamnya.

Aku akan tertelan oleh kekutan serangannya jika aku berhenti.Berpikir seperti itu,aku tetap menunduk dan bergerak bergerak ke samping musuh,mengincar bagian sisi perutnya yang terbuka sebelum mengayunkan serangan horizontal.Kali ini pun sama saja.Meskipun aku mempunyai feeling begitu,aku tak mampu menembus scale male sederhana itu,dan hanya sanggup membuat terbang mungkin 5-6 cuilan logam. TAJAMKAN PEDANGMU SENDIRI DENGAN BAIK! aku memaki-maki si pemilik pedang ini di dalam hatiku,menghindari serangan balik yang turun dari atas ke bawah.Bilah tebal machete itu menembus lapisan es di tanah,dan aku bergidik ngeri melihat kekuatan lengan si goblin.

Aku jelas-jelas tak bisa menangani hal ini jika aku hanya menggunakan serangan tunggal.Aku membuat keputusan ini,dan sementara si goblin sedang memulihkan diri dari keadaan kakunya,Aku mengambil sebuah langkah besar ke depan dan meluncurkan serangan balik ku.Tubuhku mulai bergerak dengan sendirinya dengan sikap setengah otomatis seolah-olah sedang bergerak dalam sebuah gerakan yang sudah pernah dilakukan secara berulang-ulang,atau dengan kata lain,teknik mematikan yang disebut «Sword Skills».

Saat itu juga,sebuah fenomena yang belum pernah kualami sebelumnya terjadi.

Pedangku mengeluarkan sebuah cahaya sangat lemah.Bersamaan dengan itu,tubuhku melesat dalam kecepatan yang jauh melebihi kecepatan fisik di dunia ini.Hal ini layaknya ada seseorang sedang mendorongku dengan tangan tak terlihatnya dari belakang.

Serangan pertamaku yang datang dengan sebuah ayunan ke atas dari posisi kanan bawah,menyerempet kaki kiri musuh dan menghentikan pergerakannya.

thumb

Serangan keduaku yangn berayun dari kiri ke kanan secara horizontal memotong pelindung dada armor itu dan membuat sebuah luka ringan pada daging didalamnya.

Serangan ketigaku yang dengan cepat berayun ke bawah dari kanan atas membabat habis lengan kiri musuh yang terangkat untuk mempertahankan dirinya dari bagian sedikit dibawah siku.

Darah segar yang keluar dari permukaan lengan yang terpotong itu terlihat berwarna hiram pekat dibawah sinar putih kebiruan ini.Lengan kiri si goblin yang terbang *kurukuru* jatuh ke dalam danau di samping kirinya,mengeluarkan efek suara benda berat tercebur.

—Aku menang!

Seraya dengan yakin mempercayai hal ini,aku benar-benar terkejut.

Serangan barusan … sword skill serangan-tiga kali-beruntun untuk pedang satu tangan «Sharp Nail» ,yang bukan cuma penampilan luarnya saja,namun faktanya sword skill itu benar-benar terjadi.Ditengah-tengah tebasan tadi,bilah pedang mengeluarkan lintasan pedang berwarna merah di udara,dan tubuhku berakselerasi oleh kekuatan tak kasat mata.Dengan kata lain,ini adalah «System Assist» disertai sebuah «Light Effect».

Berarti jelas,di dunia ini,Underworld,sword skill benar-benar ada.Sword skill ini tersinstall ke dalam system boosted world [6]. 'Kreasi Ulang sebuah Imajinasi' takkan mampu menggambarkan fenomena ini.Aku hampir tak menyadari skill yang barusan kukeluarkan adalah salah satunya.System mendeteksi awal pergerakanku dan mengeluarkan sword skill dengan bantuan system assist yang membenahi gerakannya.Jika tidak,fenomena seperti ini tak akan bisa terjadi.

Tapi jika begitu,muncul sebuah pertanyaan baru.

Kemarin,Aku menggunakan sword skill «Horizontal» dengan«Blue Rose Sword» dalam rangka untuk menebang the Pohon Iblis«Gigas Cedar».Itu adalah skill dasar yang jauh lebih mudah daripada «Sharp Nail»— hanya sebuah tebasan biasa.Akan tetapi,sytem tak pernah membantuku.Pedangnya tidak berkilau,dan tubuhku tidak berakselerasi.Bilah pedang itu meleset dari targetnya,dan aku terjatuh dalam sikap yang aneh.

Akan tetapi,mengapa aku bisa menggunakan sword skill saat ini?Apakah karena ini adalah pertarungan yang sebenarnya?Tapi bagaimana bisa system menentukan apakah player sedang serius bertarung atau tidak…?

Sambil membuat pemikiran ini,aku berkedip.Di SAO lama,tak terlalu banyak celah yang terjadi.Aku akan terkena efek stun setelah melakukan skill beruntun,dan musuh,yang terluka parah,tak akan mampu bergerak selama ini. Namun—di dunia ini,bahkan dengan adanya sword skill,ini bukanlah game VRMMO.Aku dengan bodohnya melupakan hal itu.

Si pemimpin goblin yang tangan kirinya terpotong tadi berbeda dengan monster-monster yang berasal dari polygon,karena ia tak berhenti bahkan sedetik pun.Kilatan mata kuningnya tak menunjukkan tanda-tanda takut maupun perasaan hampa,hanya kebencian luar biasa dari dalam dirinya.Darah hitam pekat mengalir keluar dari lukanya bersamaan dengan sebuah teriakan seperti kepanasan.

"GAUUAAAA!!!"

Dan dengan cepat ia mengayunkan machete di tangan kanannya.

Aku takkan mampu menghindari bilah pedang berat yang datang secara horizontal itu dengan tepat waktu.Area di dekat ujung machetenya menyerempet bahu kiriku,dan tekanan kekuatannya saja mampu membuatku terpental lebih dari 2 meter sementara punggungku mendarat keras di permukaan licin es.

Saat itu juga,si pemimpin goblin akhirnya membungkukkan badannya dan meletakkan machete itu dimulutnya sembari menggunakan tangan kanannya untuk memegangi tangan kirinya yang terbabat tadi. *Misa misa* - Sebuah suara mengerikan dapat terdengar.Si pemimpin goblin dengan paksa melumatkan dagingnya untuk menghentikan pendarahan.Tindakan ini jelas-jelas bukanlah tindakan standar yang dilakukan AI.Ya… Aku telah menyadari hal ini di saat makhluk itu menyatakan bahwa namanya adalah «Ugachi». Ini bukanlah pertarungan antara player melawan monster,tapi dua orang yang menggenggam senjata dan mencoba untuk saling bunuh.

"Kirito!Apa kau kena!?"

Sedikit jauh dariku,Eugeo menggunakan tangan kanannya untuk menggengam pisau melengkung sementara tangan kirinya mengenggam rumput berpijar tadi untuk menghalau para anak buah si pemimpin goblin.

Aku mau bilang 'Ini hanya luka gores',tapi lidahku kelu tak mampu bergerak seperti yang kupikirkan seraya aku mengangguk disertai sebuah suara yang gemetaran.Semabari menggunakan satu tangan untuk menopang tubuhku di atas permukaan licin es aku berdiri— Sebuah perasaan terbakar menyeruak dari bahu kiriku,rasa-rasanya hal itu sepertinya akan membakar seluruh syarafku. *Saka saka*—Percikan-percikan muncul di bidang pandangku.Aku tak dapat berbuat apa-apa selain berteriak seraya tenggorokanku mengeluarkan sebuah geraman.

Perih— Perihnya luar biasa!

Perihnya melebihi ambang batas rasa sakit yang mampu kutahan.Aku tak bisa berbuat apa-apa kecuali meringkukkan tubuhku dan bernafas terengah-engah.Meskipun begitu,aku tetap mencoba untuk melihat ke belakang untuk melihat bagian bahuku yang terluka.Ujung tunic ku sobek seluruhnya dan memperlihatkan sebuah luka lebar dan parah di kulitku.Itu lebih mirip seperti luka cabikan cakar raksasa daripada luka tebasan pedang.Kulitku dan daging di baliknya benar-benar tersayat-sayat sementara darah merah menyala terus menerus menyembur darinya.Yang tersisa dari tangan kiriku adalah perasaan mati rasa yang panas sementara ujung-ujung jariku tak bisa digerakkan,seolah-olah mereka bukan milikku.

Mana mungkin ini terjadi di dunia virtual ? Aku beteriak di dalam benak ku.

Maksud dari suatu yang disebut dunia virtual adalah untuk menghilangkan semua rasa sakit dan kesusahan yang nyata,keburukan serta sesuatu yang tercemar,dan mencapai sebuah lingkungan yang bersiha nan nyaman,bukan?Apa maksudnya membuat tingkatan rasa sakit dan penderitaan yang seperti kenyataan ini?Tidak— rasa sakit ini jauh melampaui apa yang bisa disebut kenyataan.Jika aku benar-benar mengalami luka parah seperti ini di kehidupan nyata,aku mensekresikan bahan kimia otak atau berakhir dalam keadaan koma sebagai bentuk mekanisme pertahanan,bukan?Tak mungkin seseorang sanggup menahan rasa sakit setingkat ini…

—Mungkin bukan begitu maksudnya.

Aku berusaha keras untuk memalingkan diriku dari lukaku mentertawakan diriku sendiri sebelum mengganti pemikiranku. Aku,orang yang dipanggil Kirigaya Kazuto ini,sepenuhnya tak terbiasa menghadapi rasa sakit yang nyata.Di kehidupan nyata,aku belum pernah menderita luka parah bahkan sejak aku masih kecil.Ketika aku dipaksa kakek ku untuk belajar kendo,aku dengan cepat menyerah. Memang sulit ketika aku menjalani masa-masa pemulihan diri setelah insiden SAO,tapi berkat mesin pelatihan berteknologi paling mutakhir dan pengobatan tambahan,aku tak perlu mencemaskan rasa sakitnya.

Tentu saja,ini sudah tak bisa lagi disebut sebagai dunia virtual.Nerve Gear dan Amusphere memiliki fungsi penyerapan rasa sakit yang mampu menghilangkan hampir seluruh rasa sakit ,dan penyerapan yang levelnya setinggi itu,membuatku bertanya-tanya kalau hal itu menjadi terlalu overprotective.Karenanya,besarnya damage dalam pertarungan sederhananya ditentukan dari meningkat atau menurunnya Hit Point.Oh ya,jika rasa sakit seperti yang kurasakan sekarang ini ada di Aincrad,aku pasti takkan mampu meninggalkan Kota Permulaan. Underworld adalah sbuah surga buatan,dan juga sebuah dunia nyata yang lain.

Aku tak yakin berapa hari ini sudah berlalu,tapi akhirnya aku bisa memahami arti kata-kata yang kukatakan pada Agil di tokonya.Sesuatu yang disebut kenyataan berkaitan dengan rasa sakit,kerja keras,dan penderitaan.Hanya seseorang yang mampu bertahan dari hal-hal yang mendera mereka itulah,dan bahkan sanggup mengatasinya,dapat menjadi lebih kuat di dunia itu.Si pemimpin goblin,bukan,Ugachi telah memahaminya,dan aku tak pernah memikirkan hal ini sekalipun sebelumnya.

Di ujung depan bidang penglihatanku,yang buram oleh air mata,Ugachi menghentikan pendarahan ditangan kirinya yang terpotong dan dalam diam ia melihatku.Matanya melayangkan sebuah tatapan penuh rasa dendam sementara udara di sekitarnya nampak seperti bergemuruh.Ia mengembalikan machete yang dia gigit ke dalam genggaman tangan kanannya dan mengayunkannya. *Vun*.

"…Sungguh sebuah penghinaan,kau tak akan pernah cukup membayar semua ini bahkan jika aku memotongmu kecil-kecil dan melahapmu hidup-hidup,ayo kita lakukan!"

Ugacahi memutar-mutar machete di atas kepalanya *Vun, vun* dan perlahan-lahan mendekat.Aku melihatnya dari kejauhan,melihat Selka,yang terbaring setelah diikat dengan kencang.Pikiranku berpikir bahwa aku harus berdiri,berdiri untuk betarung,tapi tubuhku tak sanggup bergerak.Aku merasakan sepertinya kesan-kesan negatif yang berkembang di dalam diriku telah menjadi pengekang dalam kenyataan yang mengikatku…

Langkah-langkah kaki yang berat tiba-tiba berhenti di depanku.Udara bergemuruh,dan aku merasakan bilah pedang besar itu sedang diangkat.Sudah terlambat bagiku untuk menghindar maupun membalasnya.Aku menggertakkan gigiku dan menunggu momen-momen aku terbebas dari dunia ini.

Akan tetapi,setelah sekian lama,bilah pisau guillotine itu tak pernah turun, *Za zaa-*apa yang menggantikannya adalah suara permukaan es yang terinjak-injak dan kemudian,sebuah suara yang familiar berteriak

"KIRITO—!!"

Aku membelalakkan mataku dalam keterkejutan saat aku melihat Eugeo melompat ke depanku untuk menebas Ugachi.Dia terus menerus mengayunkan tangan kanan yang memegang pisau melengkungnya membabi buta dan memaksa musuh untuk mundur dua,tiga langkah.

Si goblin terkejut pada awalnya,namun ia segera mendapatkan kembali penguasaan dirinya ,memegang machetedengan terampil hanya dengan satu tangan dan menangkis semua serangan Eugeo dari kiri dan kanan.Seketika,aku melupakan rasa sakitku dan berteriak,

"HENTIKAN,EUGEO!CEPAT LARI!"

Akan tetapi ia tetap berteriak,kehilangan kendali dirinya dan terus menerus mengayunkan pisaunya.Seperti yang diharapkan dari seorang yang telah mengayunkan kapak berat itu untuk waktu yang lama,kecepatan tiap-tiap tebasannya membuat mata terbelalak,tapi sayangnya,pergerakannya terlalu sederhana.Ugachi awalnya nampak seperti menikmati perlawanan dari mangsanya sembari terus bertahan dengan antusias,dan kemudian, "GUASS!" ia mengaum dan menggunakan kakinya untuk menendang kaki yang menyokong tubuh Eugeo.Eugeo pun kehilangan keseimbangannya dan terjegal, dengan entengnya Ugachi mengangkat machetenya—

"HENTIKAAAAAAAAN——!!!"

Sebelum teriakanku mencapai mereka,machete itu berayun secara horizontal.

Eugeo terkena tebasan di perutnya dan terpental karenanya,mendarat tepat disampingku dengan suara tumpul,aku secara insting berbalik dan sebuah perasaan sakit yang tajam terjadi di bahu kiriku terasa bagaikan sebuah sambaran kilat,tapi kali ini aku mengabaikan hal itu dan beringsut ke arahnya.

Luka Eugeo jauh lebih serius daripada aku.Tubuh atasnya mendapat tebasan horizontal yang menganga,dan dari luka bergelombangnya menyembur banyak darah segar dengan kecepatan yang mengerikan.Dibawah sinar rumput yang masih ia genggam di tangan kirinya,organ-organ yang bekerja tidak beres dapat terlihat oleh mata telanjangku.

*Cough*.Dengan sebuah suara berat,mulut Eugeo memuntahkan darah yang bercampur buih didalamnya.Mata hijaunya kehilangan sinarnya saat mereka menatapku dengan tatapan hampa.

Akan tetapi,Eugeo tak pernah berhenti mencoba untuk berdiri.Mulutnya menghembuskan nafas yang bercampur dengan kabut merah di dalamnya,gemetaran sembari menggunakan tangannya untuk menopang dirinya bangkit dari tanah. "Eugeo….itu sudah Cukup…itu…"

Aku tak bisa berbuat apa-apa selain berkata begitu.Rasa sakit di tubuh Eugeo bukanlah hal yang sebanding dengan luka ditubuhku.Itu jelas-jelas luka yang sebuah kesadaran normal takkan mampu menahannya. Di momen itu—mata yang kehilangan fokusnya itu melihat lurus kearahku,dan ia melontarkan kata-kata dari mulutnya yang bersimbah darah.

"Ke-Ketika masih kecil dulu… kita berjanji…aku,Kirito… dan Alice, kita akan bersama mulai dari hari kita lahir,sampai kita meninggal nantinya..kali ini,Aku pastinya harus… melindungi…Aku harus…"

Pada momen ini tangan Eugeo kehilangan kekuatannya.Aku segera mengulurkan tanganku untuk menangkap tubuhnya.Tepat ketika berat tubuh kurus namun kekar Eugeo tersalurkan padaku…

Bidang pandangku terliputi oleh kilatan putih yang datang menyela,dan jauh di dalam tabir itu,sebuah bayangan samar-samar muncul. Dibawah naungan rona merah cahaya matahari terbenam,aku sedang berjalan menyusuri jalan setapak diantara ladang-ladang gandum.Seseorang yang menggandeng tangan kananku adalah anak kecil berambut kecoklatan dan tangan kiriku digandeng oleh seorang gadis kecil berambut pirang.

Itu benar… Aku percaya dunia itu takkan pernah berubah.Aku percaya bahwa kami bertiga akan selalu hidup bersama.Akan tetapi, kami tak sanggup melindunginya.Kami tak bisa melakukan apa-apa.Mana bisa aku melupakan keputusasaan itu,ketidak berdayaan itu?Kali ini… kali ini…Aku pastinya akan…

Aku tak bisa lagi merasakan rasa sakit di bahuku.Aku dengan lembut menurunkan Eugeo yang tak sadarkan diri ke permukaan es,menjulurkan tanganku untuk menggenggam pangkal pedang lurus yang terjatuh di lantai.

Aku lalu melihat ke atas dan mengayunkan pedang itu secara horizontal pada Ugachi,yang mengayunkan turun machetenya tepat pada waktunya. "GURA…!"

Sang musuh mengaum kencang dalam keterkejutan seraya tubuhnya sedikit goyah.Aku menggunakan momentum itu sembari berdiri untuk menubruk perutnya.Si goblin kembali goyah dan mundur dua,tiga langkah.

Aku mengacungkan pedang di tangan kanannku ke titik pusat musuh,menghirup nafas pnjang,dan menghembuskannya.

Itu benar bahwa aku benar-benar pemula jika dihadapkan pada rasa sakit karena luka fisik.Akan tetapi,aku pernah mengalami sebuah rasa sakit mutlak yang jauh melampaui itu.Luka seperti ini tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan rasa sakit kehilangan seseorang yang penting.Rasa sakit dari kehilangan adalah satu-satunya hal yang takkan pernah lenyap tak peduli bagaimanapun seseorang mencoba untuk memanipulasinya melalui mesin.

Ugachi mengeluarkan raungan tanpa toleransi,dan para anak buah di sekiilingnya yang semula terkekeh-kekeh,*kiki*, semuanya terdiam.

"Lum putih…jangan sombong kau!!"

Aku mengumpulkan kesadaranku ke ujung pedangku di saat Ugachi Ugachi terus menerus menyerang membabi buta. *Kiiiin*. Bersamaan dengan suara ini,segala sesuatu yang ada dalam bidang penglihatanku menghilang layaknya kilatan.Ini adalah perasaan berakselerasi yang telah lama kulupakan,dimana semua syarafku mulai terasa panas.Tidak—di dunia ini,hal itu pastinya bisa dibilang jiwaku sedang membara.

Sembari aku mengahadpi machete yang berayun turun,aku mengambil satu langkah ke depan untuk menghidar dan menebasnya dari bagian kiri bawah,untuk membabat lengan kanan musuh dibagian dekat bahunya.Golong yang berayun bersama dengan tangan raksasa itu putar-berputar di udara *vuun vuun*,dan mendarat di tengah-tengah kerumunan goblin,menyebabkan banyak teriakan muncul.

Ugachi yang telah kehilangan kedua tangannya,memperlihatkan kemarahan dan lebih banyak kekagetan dari mata kuningnya seraya ia mundur.Cairan hitam yang terus merembes keluar dari lukanya menetes ke permukaan es dan menciptakan uap.

"Bagaimana bisa aku yang hebat ini kalah dengan seorang lum… seorang bocah nakal lum…"

Tanpa menunggu suara terengah-engah itu selesai,aku merangsek ke depan dengan semua hal yang ku punya.

"Bukan.Namaku bukan «Ium»!"

Aku setengah tak sadar mengatakan ini.Di waktu yang sama,ibu jari kaki kiri,ujung jari kanan,dan ujung pedang yang mencapai ujung jariku menjadi setajam cambuk.Bilah pedang bersinar kembali,dan kali ini muncul sebentuk cahaya hijau muda.Sebuah tangan tak kasat mata mendorongku dengan kuat dari belakang sembari aku mengeluarkan sword skill tusukan pedang satu tangan, «Sonic Leap».

"AKU ADALAH… PENDEKAR PEDANG KIRITO."

*Pyun*.Disertai suara membelah udara yang sampai ke telingaku,kepala raksasa Ugachi telah melayang tinggi di udara.

Kepala yang kelihatannya akan melambung lurus keatas itu berbalik dan dan jatuh.Aku menjulurkan tangan kiriku untuk memegangnya,menggenggam bulu hiasan yang membuatnya terlihat bagaikan sebuah bandul,mengangkat kepala si pemimpin yang masih berdarah-darah dan berteriak. "AKU TELAH MEMENGGAL KEPALA PEMIMPIN KALIAN!SIAPA SAJA YANG MASIH INGIN BERTARUNG,MAJULAH KEDEPAN!DAN SIAPA SAJA YANG TAK LAGI INGIN BERTARUNG,SEGERA KEMBALILAH KE TANAH KEGELAPAN!"

Eugeo,bertahanlah sebentar lagi.Aku menggumamkannya jauh di dalam lubuk hatiku sambil menatap tajam kearah gerombolan goblin dengan hasrat ingin membunuh paling kuat dari mataku.Para goblin itu mulai panik di saat mereka melihat pemimpin mereka tewas,tiap-tiap dari mereka menatap satu sama lain dan mengeluarkan suara-suara panik *gii gii*.

Sesaat kemudian,salah satu dari mereka,yang berdiri di barisan depan,menggenggam tongkat dibalik bahunya,melangkah maju.

"Gehe,jika begitu,setelah aku membunuhmu,Aku,Abuli-sama akan menjadi pemimpin selanju—…"

Sekarang,aku tak punya waktu untuk dengan sabar mendengar ia menyelesaikan ocehannya.Sambil menenteng kepala si pemimpin di tangan kiriku aku melesat maju,menggunakan skill yang sama dengan sebelumnya dan menebas orang itu dari bagian rusuk kanan sampai bahu kirinya.Dengan suara tumpul,darah yang memucrat setelahnya,tubuh bagian atas yang terbabat itu meluncur turun sebelum mendarat di tanah. Dengan begitu,para goblin yang tersisa akhirnya membuat keputusan mereka.Mereka semua menjerit dan berlari menuju sudut kubuh.Beberapa goblin saling dorong satu sama alin dan berebutan keluar melewati jalan keluar yang bukan tempat kami masuk tadi,dan segera lenyap tanpa jejak.Gema suara langkah kaki dan jeritan itu berangsur-angsur memudar dan lenyap.Kubah es ini memasuki momen-momen kesunyian yang dingin,seolah-olah keributan barusan hanyalah sebuah kebohongan. "EUGEO!! BERTAHANLAH !!"

Aku berteriak,namun wajah pucatnya tak bergreak sedikit pun.Aku dapat merasakan hembusan nafas kecil dari mulutnya yang sedikit terbuka,tapi kelihatannya nafas itu bisa berhenti kapan saja.Luka parah di perutnya masih saja mengeluarkan darah.Aku tahu aku harus menghentikannya,tapi aku tak tahu caranya.

Aku menggunakan tangan kananku yang kaku untuk dengan cepat menggambar symbol dan menyentuh bahu Eugeo.melihat Window yang muncul dengan sikap berdoa.

Life—Poin Durabilitas,menunjukkan angka[244/3425].Juga,angka dibagian depanmenurun dengan kecepatan mengerikan,satu poin tiap dua detik.Dengan kata lain,Life Eugeo akan habis dalam 480 detik lagi—hanya ada kurang lebih 8 menit lagi tersisa.

"…Bertahanlah.Aku akan segera menyelamatkanmu.JANGAN MATI!!"

Aku berteriak kembali dan segera bangkit,berlari ke arah gerobak yang ditinggalkan para goblin.

Di gerobak itu ada Selka,yang terikat diantara tong-tong kayu dan kotak yang aku tak tahu apa isinya serta sejumlah besar senjata.Aku mengambil sebilah pisau dari kotak terdekat dan dengan cepat memotong talinya.

Aku membopong tubuh mungilnya,menggeletakkannya di lantai yang luas,dan segera mengecek keadaannya,tapi di tubuhnya jelas-jelas tak ada luka-luka luar.Nafasnya jauh lebih teratur daripada Eugeo.Aku memegang bahu yang terbalut pakaian sisternya dan mengguncang-guncangnya dengan tenaga seminimun mungkin.

"SELKA…SELKA! BANGUN!!"

Alis mata panjang Selka langsung bergerak-gerak,dan mata coklat muda itu terbuka dengan sekali kedipan.Nampaknya ia tak mampu mengenaliku hanya dengan cahaya yang keluar dari rumput bristle disamping Eugeo sementara tenggorokannya mengeluarkan sebuah teriakan kecil.

"Jangan…jangaan…"

Selka menggoyang-goyangkan tangannya dan mencoba mendorongku ke samping,dan aku memeganginya sebelum berteriak,

"SELKA,INI AKU! KIRITO! JANGAN KHAWATIR,PARA GOBLIN TADI TELAH KABUR!"

Mendengar suaraku,Selka segera berhenti berteriak.Dia menjulurkan jari-jarinya dan dengan lembut menyentuh wajahku.

"Kirito…ini benar-benar dirimu kan,Kirito…?"

"Ahh.aku datang untuk menyelamatkanmu.Apa kau baik-baik saja?Apa ada yang terluka?"

"Tidak…Tidak ada.Aku baik-baik saja…"

Mulut Selka berkerut ke samping,dan ia langsung melompat untuk memeluk leherku.

"Kirito…Aku…Aku…!"

Suara hembusan nafas pelan dapat kudengar di samping telingaku,mengeluarkan isak tangis kekanak-kanakan—namun sebelum hal itu bisa terjadi,aku membopong Selka dengan kedua tanganku dan mulai berlari.

"Maaf,menangisnya nanti saja! Eugeo terluka parah!!"

"Eh…"

Tubuh meringkuknya langsung terdiam membeku.Aku menghentakkan kakiku ke lantai yang dipenuhi pecahan-pecahan es dan menyampar bagian tubuh goblin yang tersisa seraya berlari ke arah Eugeo dan menurunkan Selka.

"Sudah terlambat untuk melakukan perawatan biasa… gunakan Sacred Art-mu untuk menyelamatkannya,Selka,Kumohon!"

Selka mendengarkan perkataanku sembari ia menahan nafasnya dan berlutut sebelum dengan sangat hati-hati menjulurkan tangan kanannya.Ia menyentuh bagian luka Eugeo yang dalam,dan tiba-tiba menarik tangannya kembali.

Sesaat kemudian,ia menggelengkan kepalanya yang diikat kepang tiga kuat-kuat.

"…Aku tidak bisa…ini…luka semacam ini…,sacred art ku…tidak bisa…"

Sembari menggunakan jari-jarinya untuk menyentuh Eugeo,wajahnya memucat.

"Eugeo… kau bohong,kan… karena aku…Eugeo…"

Air mata mengalir turun dari wajah Selka,menetes dan mendarat di genangan darah di atas es.Ia menarik tangannya kembali untuk menutupi wajahnya,mengeluarkan sebuah isakan tangis.Aku rasa terlalu kejam mengatakan hal ini pada seorang gadis kecil, tapi aku berteriak.

"MENANGISLAH SETELAH KAMU SEMBUHKAN EUGEO! TAK PEDULI BAGAIMANA PUN CARANYA,COBA SAJA!BUKANKAH KAU INGIN MENJADI SISTER SELANJUTNYA! KAMU ADALAH PENERUS ALICE,YA KAN!?"

Bahu Selka sedikit tersentak ke atas untuk sesaat,namun segera turun kembali dengan lemah.

"…Aku…takkan bisa seperti nee-sama…aku bahkan tak bisa menghafal mantra yang bisa dikuasai nee-sama dalam tiga hari bahkan setelah sebulan mencobanya.Sekarang ini,apa yang mampu kusembuhkan hanyalah…luka yang sangat ringan saja…"

"Eugeo,dia…"

Aku terbawa oleh emosi yang memuncak di dalam diriku sambil berkata dengan putus asa,

"Eugeo datang untuk menyelamatkanmu,Selka! Dia mempertaruhkan nyawanya bukan untuk Alice,tapi untukmu!"

Bahu Selka kembali tersentak,kali ini lebih kencang daripada sebelumnya.

Selama waktu berlalu ini,Life Eugeo terus menerus menurun menuju angka nol.Hanya tinggal 2 menit waktu yang tersisa,bahkan mungkin tinggal satu menit saja.Momen-momen kesunyian ini seketika menjadi terasa begitu lama tak tertahankan.

Tiba-tiba,Selka mengangkat wajahnya.Ekpresi takut dan ragu yang ia tunjukkan sebelumnya musnah tanpa bekas.

"—Ini sudah terlalu telat untuk perawatan biasa.Kita hanya bisa mencoba sacred art dengan tingkat bahaya tinggi.Kirito, aku perlu bantuanmu."

"Kemarikan tangan kirimu."

Aku segera menjulurkan tangan kiriku,dan Selka menggunakan tangan kanannya untuk menggenggam tangan kiriku erat-erat.Lalu, ia menggunakan kirinya untuk menggengam tangan kanan Eugeo,yang terbaring di permukaan es,erat-erat.

"Jika sacred art ini gagal,kau dan aku,kita berdua akan mati.Bersiaplah."

"Kalau begitu biar aku saja yang mati—aku siap kapanpun kau siap!"

Selka menatap lurus ke arahku dengan tatapan matanya yang teguh,menggangguk dan memejamkan matanya sebelum menghirup nafas dalam sekali.

"System (システム)・call! (コール!)"

Suara kencangnya menggema di seantero kubah es.

"—Transfer (トランスファー・) human unit (ヒューマンユニット・) durability (デュラビリティ、) right (ライト・) to (トゥ・) left!! (レフト)!!"

Suaranya bergema. *Kiin*- Suara tajam itu terdengar semakain kencang—dan kemudian,sebuah pilar cahaya biru muda muncul ,dengan Selka berada di tengahnya.

Sinarnya jauh lebih terang daripada sinar rumput bristle,berpijar,sementara ia menerangi semua sudut kubah besar ini dengan warna biru muda.Aku tak bisa apa-apa selain menyipitkan mataku,tapi itu terjadi hanya sejenak setelah tangan kiriku yang digenggam oleh Selka tiba-tiba mendapat sebuah perasaan aneh mengelilinginya,yang membuatku membuka mataku lebar-lebar.

Aku merasa seperti seluruh tubuhku lenyap ke dalam cahaya yang seolah-olah itu mengalir dari tangan kiriku.

Melihat dengan jelas,tubuhku sesungguhnya sedang menciptakan banyak sekali bulatan-bulatan cahaya kecil,yang berpindah dari tangan kiriku ke tangan kanan Selka.Aku melihat ke arah dimana cahaya itu bergerak maju,dan cahaya yangn mengalir melalui tubuh Selka itu,meningkatkan kemilaunya sebelum terserap ke dalam tangan kanan Eugeo.

Pentransferan Durabilitas.Dengan kata lain,ini adalah Sacred Art yang mentransferkan Life dari satu orang ke orang lainnya.Jika aku membuka window-ku sekarang,aku pasti akan tahu bahwa jumlah Life-ku sedang menurun.

Tak apa-apa.Ambil saja semuanya.Aku berpikir diam-diam dalam hatiku seraya aku meningktakan kekuatan di tangan kiriku.Selka,yang bertindak sebagai penyalur dan penguat energy,terlihat seakan-akan ia sedang merasa kesakitan juga.Aku menyadari kejamnya dunia ini sekali lagi,dan berapa mahalnya harga sebuah kehidupan itu.

Rasa sakit,penderitaan,dan kesedihan.Alasan mengapa seseorang dengan sengaja bermaksud untuk menekankan hal-hal yang tak seharusnya ada di dunia ini jelas-jelas karena ada sesuatu yang berhubungan erat dengan eksistensi Underworld ini.Jika para teknisi RATH sedang mencoba untuk meraih suatu bentuk terobosan dengan menyiksa Fluctlight penghuninya,kelihatannya seorang penyusup yang tak terduga,yaitu aku,sedang melakukan sebentuk campur tangan dengan menolong Eugeo disini.

Seraya berlanjutnya pentransferan Life,tubuhku terliputi dengan sebuah hawa dingin yang kuat.Aku menggunakan tatapan mataku yang berangsur-ansur memudar untuk mengamati Eugeo.Lukanya terlihat sudah sangat mengecil daripada saat pelafalan mantra tadi dimulai,tapi luka itu belum sembuh sepenuhnya,darah yang mengucur keluar belum berhenti.

"Ki-Kirito…a-apa kau masih baik-baik saja..?"

Selka terengah-terengah kesakitan seraya ia berkata dengan kata yang putus-putus.

"Jangan khawatir… tinggal sedikit lagi,berikan Eugeo sedikit lebih banyak lagi."

Aku segera menjawab,tapi faktanya,mataku hampir kehilangan semua daya penglihatannya sementara tangan kanan dan kakiku mulai mati rasa.Tangan kiri yang digenggam Selka adalah satu-satunya bagian tubuhku yang mengejang dalam kehangatan.

Bahkan jika aku kehilangan nyawaku di dunia ini,itu sepenuhnya tak apa-apa.Jika aku bisa mengembalikan hidup Eugeo,aku sanggup menahan rasa sakit yang terasa lebih sakit daripada sebelumnya ini.Akan tetapi,satu-satunya penyesalan yang akan ku alami adalah aku takkan bisa melihat kelangsungan dari dunia ini sampai pada akhirnya.Jika para goblin tadi hanyalah awalnya,jika serangan dari tanah kegelapan berlanjut dan makin hebat,aku khawatir Desa Rulid akan menjadi yang pertama yang terkena dampaknya.Aku akan kehilangan semua ingatanku ketika aku logout,jadi mungkin aku takkan bisa login lagi.

Tidak,bahkan jika aku menghilang—

Eugeo,yang menyaksikan adanya para goblin dan menghunus pedang untuk bertarung dengan mereka pasti akan melakukan sesuatu.Dia akan memperingatkan kepala desa,memperkuat penjagaan,dan memperingatkan kota-kota tetanggan.Dia pasti akan melakukan hal itu. Karenanya,aku tak bisa membiarkan Eugeo mati disini.

thumb

Ahh,tapi—hidupku sudah hampir tamat.Untuk beberapa alasan,aku mengetahui hal ini.Eugeo masih belum membuka matanya.Bahkan setelah aku menghabiskan seluruh Life-ku,itu masih belum cukup untuk membawanya kembali dari jurang kematian?

"…Aku…tak sanggup…jika aku melanjutkannya,Kirito, Life-mu akan…!"

Tangisan Selka nampak terdengar dari kejauhan.

Jangan berhenti,terus lanjutkan.Bahkan meskipun aku aku ingin mengatakan ini,mulutku tak mampu bergerak,bahkan mempertahankan daya pikirku sendiri berangsur-angsur menjadi makin sulit.

Apakah ini kematian?Simulasi meninggalnya jiwa di Underworld..atau,akankah kematian jiwa seseorang akan membunuh tubuh fisiknya di dunia nyata?Apa yang membuatku berpikir begini adalah karena adanya rasa dingin yang tak bisa kutahan dan rasa kesepian yang begitu mengerikan… Tiba-tiba,aku merasakan ada tangan seseorang di bahuku.

Aku—kenal pada tangan ini.Tangan lembut seperti bulu burung,yang tetap terus mencengkeram masa depan dengan kekuatan yang lebih kuat dari siapapun.

...Siapa,kau...?

Aku bertanya tanpa mengeluarkan suara,dan telinga kiriku merasakan sebuah hembusan nafas lembut.Setelah itu,aku mendengar sebuah suara yang membuatku begitu terkenang seakan membuatku ingin menumpahkan air mata.

『Kirito, Eugeo... Aku telah menunggu kalian berdua.Aku akan terus menunggu...di puncak Central Cathedral…』

Rambut pirangnya mengeluarkan cahaya layaknya bintang-bintang dan memenuhi diriku.Energi luar biasa berdenyut mengalir ke semua bagian tubuhku,dan merembes keluar dari tangan kiriku seakan-akan ia mencari jalan keluarnya.

Bagian 5

Suara nyaring perkusif bergema di langit musim semi yang tinggi.

Eugeo menyelesaikan ayunan kapak kelima puluh kalinya,menyeka keringat di keningnya dan berbalik.Aku menurunkan bekal beserta air Siral dan bertanya.

"Bagaimana lukamu? Apa masih sakit?"

"Un,aku berusaha memuihkan diri sepenuhnya dengan seharian beristirahat.Tapi masih ada sedikit bekas goresan tersisa.Juga…Aku tak tahu jika ini hanya imajinasiku,namun nampaknya Dragon Bone Axe menjadi benar-benar ringan."

"Nampaknya begitu.42 dari 50 ayunan kapaknya mengenai tepat di bagian intinya."

Mendengar hal itu,Eugeo langsung mengangkat alisnya,dan kemudian tersenyum.

"Sungguh?Kalau begitu aku yang akan memenangkan taruhan hari ini."

"Tak mungkin."

Aku tersenyum balik,kemudian mengambil Dragon Bone Axe dan menggunakan tangan kananku untuk mengayunkannya dengan ringan.Kapak ini benar-benar terasa lebih mantap daripada yang pernah aku ingat dalam memoriku.

Dua malam telah berlalu sejak pengalaman mengerikan yang seperti mimpi buruk di dalam gua «mountain range at the edge ».

Eugeo berusaha mempertahankan Life-nya dengan bantuan sacred art Selka.Matahari baru saja tenggelam saat aku memapah Eugeo di sisi kananku dan menenteng kepala pemimpin goblin di tangan kiriku sekembalinya kami ke Desa Rulid. Semua orang telah berkumpul di plaza,mendiskusikan apakah mereka akan mulai melakukan pencarian dengan grup pencari.Segera setelah melihat kehadiran kami,mereka semua mendesah penuh kelegaan,tepat sebelum kepala desa Gasuph dan Sister Azariya yang akhirnya langsung mulai menghujani kami dengan omelan-omelan keras. Barangkali para orang dewasa lebih merasakan keganjilan karena kejadian yang menurut dugaan mereka tidaklah mungkin yaitu tiga anak muda yang melanggar «Aturan Desa» terjadi.

Namun,ketika Aku menyorongkan kepala si pemimpin goblin di tangan kiriku tepat ke depan para orang dewasa,reaksi semua orang berubah.Mata hijau kekuningan Ugachi yang dua kali ukuran manusia,dengan gigi-gigi tajamnya yang acak-acakan dan wajah bengisnya,menatap lurus mereka,beberapa saat kemudiab para orang dewasa,mengeluarkan teriakan dan kekhawatiran yang lebih nyaring daripada sebelumnya.

Setelah itu,Eugeo dan Selka adalah orang yang sebagian besar menjelaskan perihal perkemahan gerombolan goblin di gua utara dan bagaimana mereka mengatakan bahwa mereka adalah regu pengintai dari tanah kegelapan.Sang kepala desa dan yang lain melihat mereka seperti ingin menganggap ini semua sebagai salah satu omong kosong yang aneh dan hal yang kekanak-kanakan belaka,tapi mereka tak bisa lagi tertawa saat mereka melihat kepala dari monster yang kuletakkan di jalanan berbatu.Diskusi segera beralih menuju hal hal tentang mempertahankan desa, dan kami bebas dengan aman dari ini semua sebelum akhirnya menyeret kaki-kaki lelah kami pulang ke rumah.

Aku membiarkan Selka merawat luka di bahu kiriku di ruang gereja,dan kemudian ambruk seperti gundukan lumpur di atas tempat tidur,mulai untuk tidur.Hari berikutnya,Eugeo dan Aku diizinkan untuk tidak bekerja dan,menikmati mewah serta rasa malasnya tidur terus menerus.Malam yang lain berlalu,dan pagi ini pun tiba.Rasa sakit di bahu dan rasa lelah di dalam tubuhku telah lenyap sepenuhnya.

Setelah sarapan,Aku berjalan dengan Eugeo menuju hutan dengan ekspresi penuh semangat yang sama.Dia telah menyelesaikan 50 ayunan —dan sekarang.

Aku menatap kapak di tangan kananku dan berkata pada Eugeo,yang sedang duduk-duduk agak jauh dariku.

"Kubilang,Eugeo,apa kau ingat...? Di dalam gua itu,ketika kau ditebas oleh goblin…kau mengatakan sesuatu yang aneh,kan? Begini seperti kau,Eugeo,Aku dan Alice adalah teman dulu-dulu sekali... "

Eugeo tak segera menjawab.Dia tetap diam untuk sesaat keika angin sepoi-sepoi,meniup kencang pepohonan.Sebuah suara lembut datang bersama dengan angin itu memasuki telingaku .

"...Aku ingat.Itu harusnya tak mungkin... tapi untuk beberapa alasan,aku mengingatnya dengan jelas.Aku ,Kirito dan Alice lahir dan tumbuh di desa ini bersama-sama... Alice sedang berdiri disini di hari dimana dia dibawa pergi."

"...Aku tahu."

Aku mengangguk dan tenggelam ke dalam pikiranku.

Mungkin semua ingatannya tercampur-aduk di situasi yang ekstrim itu.Aku mungkin bisa menjelaskannya dengan hal seperti itu.Itu dikarenakan sesuatu yang membentuk kesadaran dan kepribadian Eugeo adalah «Fluctlight»yang persis sepertiku,jadi akan jelas baginya untuk membuat beberapa kekeliruan di dalam ingatannya saat di tepi kematiannya.

Akan tetapi,masalahnya adalah—dalam situasi itu.Aku juga mendapatkan ingatan yang membingungkan.Aku menyaksikan Eugeo,yang berangsur-angsur mati disitu,dan benar-benar merasakan sebuah ingatan baru yang menjelaskan bahwa aku sebenarnya tumbuh bersamanya di Desa Rulid.Juga,aku bahkan mengingat tentang gadis berambut pirang,Alice,yang belum pernah kutemui sebelumnya.

Ini tak mungkin.Aku ini,Kirigaya Kazuto,seorang yang mempunyai ingatan mendetail tentang kehidupan bersama dengan saudara perempuanku,Suguha di Kawagoe ,Prefektur Saitama sampai hari ini (atau lebih tepatnya,sampai aku terbangun di dunia ini).Aku tak merasakannya, aku juga tidak ingin memikirkannya,bahwa ini semua hanya karangan belaka.

Apakah fenomena ini hanyalah sebuah ilusi yang Eugeo dan aku lihat di waktu yang sama?

Jika begitu perkaranya,hanya tinggal satu hal yang tak bisa aku jelaskan.Ketika Selka menggunakan sacred art untuk mentransfer Life-ku pada Eugeo dan mencoba untuk mengembalikan kesadarannya lagi,Aku merasakan kehadiran orang keempat di dalam kesadaranku yang berangsur-angsur memudar.Orang itu bahkan berkata :Eugeo,Kirito,Aku akan menunggu kalian berdua di puncak Central Cathedral.

Aku tak bisa menganggap bahwa suara itu hanyalah halusinasi yang terbentuk di tengah-tengah proses memudarnya kesadaranku juga.Itu karena aku belum pernah mendengar sesuatu seperti «Central Cathedral» sampai detik ini.Tentu saja,alaminya itu bukanlah sesuatu yang ada di dunia nyata,dan meskipun aku telah menjelajahi semua jenis dunia virtual,aku pun bahkan belum pernah mendengar ada tempat atau bangunan seperti itu sebelumnya,begitu juga disini.

Dengan kata lain,suara itu bukan berasal dariku maupun Eugeo,dan bahkan kemungkinan besar itu juga bukan suara Selka;seseorang benar-benar telah bicara apdaku.Apa mungkin itu…terlalu banyak celah untuk menyimpulkan bahwa suara itu berasal dari Alice,gadis yang diculik dari desa 6 tahun yang lalu.Jika itu benar-benar dia,apakah hal yang mustahil seperti masa laluku di desa Rulid bersama dengan Alice dan Eugeo benar-benar ada....?

Aku menyela pikiran itu untuk kesekian kalinya sejak aku terbangun,dan berkata,

"Eugeo.Di gua itu,ketika Selka menggunakan sacred art kepadamu,apa kau mendengar suara orang lain?"

Eugeo segera membalas kali ini.

"Tidak ada.Aku benar-benar kehilangan kesadaran saat itu.Apa kau mendengar sesuatu Kirito?"

"Tidak…imajinasiku saja.Lupakan tentang itu…kalau begitu,ayo kerja.Tujuan adalah mendapatkan hit 45 kali."

Aku buru-buru mengesampingkan pemikiran itu dalam benakku,berbalik menghadap Gigas Cedar lagi,menggenggam erat kapak dengan kedua tanganku sementara mengkonsentrasikan seluruh bagian tubuhku.

Kapak yang kuayunkan mengikuti lintasan yang kubayangkan dan membuat bekas,yang nampak seperti ia tertarik kedalamnya saat ia mengenai bagian tengah berbentuk bulan separuh di batang pohon.

***

Hari ini,akhirnya kami menyelesaikan 1000 ayunan kapak bergantian 30 menit lebih awal dari sebelumnya.Itu semua karena kami berdua tak terlalu merasa lelah dan tak perlu kebanyakan beristirahat.Jumlah critical hit kami meningkat dari minggu sebelumnya,dan mungkin ini hanya imajinasiku,tapi sepertinya mata telanjang kami bisa menentukan seberapa banyak kemajuan yang kami buat dengan melihat tandanya pada pohon raksasa itu.

Eugeo meregangkan tubuhnya dengan malas dalam sikap puas,mengatakan bahwa kami harus makan siang meskipun waktunya masih terlalu awal.Dia duduk di akar pohon biasanya,dan aku duduk disampingnya.Eugeo mengeluarkan dua roti bulat dari dalam bungkusan kain di sebelahnya dan menyerahkan satu padaku.

Aku mengambilnya dengan satu tangan dan berkata disertai senyum masam sambil aku menatap roti yang kerasnya masih sekeras batu.

"Akan lebih hebat rasanya jika roti ini bisa menjadi lebih empuk seperti kapak itu yang rasanya jadi lebih ringan."

"Ahaha"

Eugeo tertawa sepenuh hati,mengambil sebuah gigitan besar dan mengangkat bahunya.

"…Sayangnya ini masih tetaplah sama.Ngomong-omong…kenapa rasanya kapak ini jadi lebih ringan…?"

"Mana kutahu"

Aku berkata begitu,namun kau telah memprediksikakn fenomena ini di saat aku membuka «window» milikku malam sebelumnya.Object Control Authority dan System Control Authority dan batas maksimum Life-ku yang meragukan itu telah meningkat drastis.

Aku juga telah membayangkan apa alasannya.Kami membuat gerombolan goblin di gua itu menyerah secara paksa—dengan kata lain,kami menyelesaikan sebuah misi yang sulit,dan membuat sebuah fenomena «Level up» yang biasanya digunakan dalam VRMMO-VRMMO normal.Aku tak ingin mengalaminya lagi,tapi melakoni sebuah pertarungan sulit akan mendapatkan imbalannya juga.

Pagi ini,aku pura-pura tak tahu apa-apa dan bertanya pada Selka apakah dia juga sama seperti sebelumnya.Sacred Art yang memiliki tingkat kegagalan tinggi minggu kemarin sepertinya dapat ia gunakan secara baik sekarang.Selka,yang sebetulnya tidak ambil bagian dalam pertarungan,juga mengalami efek «Level up».Kemungkinan besar,kami bertiga dianggap sebagi sebuah anggota party.dan semuanya mendapatkan EXP.Cara aku menafsirkan ini semua, seharusnya ini adalah sebuah alasan yang bisa diterima.

Object Control Authority Eugeo harusnya meningkat sampai sekitar angka 48 sepertiku.Oleh karena itu,tidak ada alasan untuk tidak mencoba itu lagi.

Aku menyelesaikan roti bulat keduaku dalam beberapa gigit dan berdiri tegak.Eugeo masih makan dengan pelan sambil melihat-lihat.Aku berjalan menuju ke sebuah area terbuka besar di depan batang Gigas Cedar dan menjulurkan tanganku ke bungkusan Blue Rose Sword yang telah diletakkan disini beberapa hari yang lalu.

Aku menggenggam kain pembukusnya dengan setengah percaya dan setengah berdoa,dan menggunakan seluruh kekuatan dalam tubuhku untuk mengangkatnya.

"Ohh…"

Segera,aku hampir terjatuh dan mengambil 2 langkah mundur.Berat yang ku ingat rasanya seperti sebuah barbel dengan beban maksimum ditambahkan padanya,telah benar-benar berkurang tingkatannya dan bila dirasakan sekarang bebannya mendekati sepotong logam tebal. Pedang ini terus menekan pergelangan tanganku ke bawah dengan kuat.Namun,berat ini rasanya jauh lebih menyenangkan,dan perasaan ini mengingatkanku pada pedang kesayanganku di Aincrad lama.

Aku menggunakan tangan kiriku untuk memegang kain pembungkusnya,membuka simpul talinya,dan menggunakan tangan kananku untuk menggenggam pangkal pedang yang berhiaskan dekorasi indah ini.Eugeo menggigit rotinya sambil membelalakkan matanya,dan aku tersenyum membalasnya. *Sharin!!* Aku mengeluarkan pedang dengan bunyi yang dapat membuat tulang belakang menggigil.

Tak seperti beberapa hari yang lalu,Blue Rode Sword paling tidak sedikit lebih ringan saat ia tergeletak dalam diam di tanganku,bagai seorang putri yang pemalu nan cantik. Makin sering aku melihatnya,makin indah pula pedang ini kelihatannya.Apakah itu gagang pedang dari kulit berwarna putih yang rasanya seperti menarik tangan untuk memegangnya,bilah trasnparannya yang nampaknya menyimpan sinar yang kompleks,atau kerumitan pola yang seperti mawar dan tangkainya,semua bagian itu bukanlah sesuatu yang dapat dibuat ulang oleh senjata-senjata yang diciptakan dari poligon-poligon yang aku familiar dengannya.Tak heran Bercouli dalam cerita itu ingin mencurinya dari sang naga.

"Oi…Oi Kirito,kau bisa mengangkat pedang itu?"

Eugeo nampak terkejut. *Hyun hyun* Aku mengayunkan pedang itu dua kali untuk mendemonstrasikannya padanya.

"Roti itu tidak menjadi lebih empuk,tapi pedang ini nampaknya telah menjadi lebih ringan,Yah lihat ini."

Aku menatap Gigas Cedar lagi dan membungkukkan pinggangku.Kaki kananku mengambil beberapa langkah ke belakang sambil aku menatap targetku dengan posisi menyamping,menggunakan gerakan memutar untuk mensejajarkan pedang di tangan kananku.Sementara aku berdiam diri untuk sesaat,bilah pedang itu terselimuti oleh cahaya biru muda.

"—SEII!!"

Aku berteriak singkat sambil menjejakkan kakiku dengan kuat ke tanah.System Assist mengenali kecocokan sword skill dan membuat tubuhku berakselerasi,memberikan sebuah tebasan dengan kecepatan dan akurasi hebat.Ini adalah sword skill pedang satu tangan «Horizontal». Blue Rose Sword nampak menyala bagaikan sambaran kilat horizontal yang dengan keakuratan hit-nya,mengenai batang pohon dengan presisi tinggi,mengakibatkan terjadinya suara tubrukan yang menggelegar.Batang besar Gigas Cedar bergetar sedikit,dan burung-burung yang bertengger di dahannya semua beterbangan.

Aku terpikat dengan sensasi pencapaian dari «Manusia yang menjadi satu dengan pedangnya»yang tak pernah kualami untuk waktu yang lama,dan aku menatap lengan kananku yang terjulur ke depan.Bilah pedang biru muda dan keperakan itu separuhnya tertanam dalam urat kayu yang mengkilap dengan cahaya hitam metalik.

Kali ini,mata Eugeo dan bahkan mulutnya melebar sementara ia menjatuhkan roti yang telah ia makan separuhnya itu ke tanah.Akan tetapi ,anak laki-lak yang melakukan pekerjaan penebang kayu sebagai Sacred Task-nya kelihatannya tidak memperhatikannya,sambil ia berbicara dengan suara yang bergetar,

"….Kirito…,apakah itu….yang dinamakan «sword skill» ?"

Kukira juga begitu.Dari apa yang aku dengar,kelihatannya konsep sword skill juga ada di dunia ini.Aku hanya tidak tahu apakah yang disebut sword skill ini diatur oleh system atau tidak.Aku menyarungkan pedang ini ke dalam sarungnya di tangan kiriku dan dengan hati-hati menjawab,

"Ahh…Kurasa juga begitu,yah."

"Jika begitu…Sacred Task mu sebelum kau dibawa pergi oleh Dewa Kegelapan kemungkinan menjadi seorang yeoman…tidak,mungkin kau adalah prajurit penjaga di sebuah kota besar.Hanya angkatan bersenjata saja yang akan diajari sword skill asli."

Eugeo mulai berkata-kata dengan cepat,seperti sebuah pemandangan yang langka dilihatnya membuat mata hijaunya berkilauan.Sambil melihatnya,aku segera memahaminya.Ia diberi tugas sebagai penebang kayu sebagai Sacred Task-nya,dan selama 6 tahun ini,terus-menerus mengayunkan kapak ini tanpa mengeluh—tapi tak diragukan lagi ia memiliki jiwa seorang pendekar pedang.Kekagumannya pada sesuatu yang disebut pedang dan keinginan untuk menguasai sword skill telah tertanam kuat jauh di dalam dirinya.

Eugeo mengambil satu langkah ke depan,dan seterusnya sebelum tiba di depanku,menatap lurus ke mataku dan bertanya dengan suara bergetar. "Kirito… sword skill milikmu,dari perguruan mana itu berasal?Apa kau ingat nama perguruanmu…?"

Aku memikirkannya secara instan,dan kemudian menggelengkan kepalaku,

"Tidak.Aku ingat.Sword Skill-ku adalah «Aincrad's Style»."

Tentu saja nama ini kubuat baru saja ditempat ini,tetapi setelah aku mengatakannya,kurasa tak ada nama lain yang cocok.Itu karena semua skill ku kupelajari dan kuasah di kastil mengambang itu.

"Ain—crad, style."

Eugeo mengulang nama itu sambil mengangguk.

"Nama yang aneh.Aku belum pernah mendengar nama itu sebelumnya,tapi mungkin itu adalah nama dari guru atau nama kota tempat kau tinggal…

—Kirito,yah…aku…"

Eugeo tiba-tiba menundukkan wajahnya dan bicara tergagap-gagap.Tapi beberapa detik berikutnya,dia mengangkat wajahnya lagi bersamaan dengan sinar penuh ketetapan hati yang keluar dari matanya.

"—Bisakah kau mengajariku «Aincrad-style Sword Skills» mu? Aku bukan seorang prajurit,bahkan juga bukan seorang penjaga desa….jadi mungkin ini akan bertentangan dengan beberapa aturan…"

"Apa didalam Taboo Index atau Hukum…Kerajaan ada pasal yang berbunyi «siapapun yang bukan prajurit tidak boleh mempelajari sword skills»? "

Aku bertanya dengan tenang.Eugeo menggigit bibirnya pelan,dan setelah beberapa saat,berbisik.

"…Tidak ada pasal seperti itu….tapi adalah hal yang terlarang untuk memiliki «Banyak Sacred Tasks».Normalnya,seseorang yang diberi tugas Sacred Task sebagi penjaga atau prajuritlah yang bisa mempelajari sword skill…Aku mungkin akan dipandang menyerah pada Sacred Duty-ku sendiri…"

Bahu Eugeo perlahan-lahan turun.Akan tetapi ia mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga otot-ototnya yang menegang bergetar sedikit.

Aku nampaknya bisa melihat belenggu di sekitar hatinya.Orang-orang yang hidup di «Underworld» ini—«Artificial Fluctlights»yang dipergunakan oleh RATH sebagai sebuah alat produksi massal— mempunyai poin unik yang mana orang-orang seperti kami di dunia nyata tak memilikinya.

Hampir bisa dipastikan,mereka tidak akan pernah melawan aturan para-petinggi yang telah melekat ke dalam kesadaran mereka.Peraturan Tertinggi Gereja Axiom «Taboo Index» bersama dengan Peraturan Kerajaan Norlangard «Fundamental Law» disampingnya , mereka bahkan tidak akan pernah melawan «village rules» yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh Desa Rulid kepada mereka.Mereka takkan mampu melakukannya.

Karenanya,Eugeo hanya bisa menekan keinginannya untuk mencari teman masa kecilnya,Alice yang dibawa pergi ke Capital.Menahan keinginan hatinya dengan terus menerus mengayunkan kapaknya,menghadapi pohon raksasa yang pastinya tidak dapat ditumbangkannya seumur hidupnya.

Tetapi tepat pada momen ini,dia ingin merubah takdirnya dengan kehendaknya sendiri.Oleh karena itu,dia berkata dia mau aku untuk mengajarinya sword skill karena ia kagum pada hal itu,tapi yang lebih penting,itu adalah harapan terbesar yang terpendam jauh-jauh di dalam lubuk hatinya sampai saat ini…untuk menyelamatkan Alicce yang tertangkap dan ia ingin mendapatkan kekuatan untuk bertarung.Bukankah kata-kata ini juga mengungkapkan keinginannya sendiri?

Eugeo menundukkan kepalanya sementara tubuhnya bergetar.Aku menyaksikannya dalam diam dan tetap berkata padanya dalam hatiku.

—Lakukan yang terbaik bagimu,Eugeo.Jangan menyerah.Jangan kalah pada sesuatu yang menahanmu.Majulah…Ambilah satu langkah maju.Karena kau adalah pendekar pedang.

Pada momen ini—

Si anak laki-laki berambut kecoklatan kelihatannya mendengar kata-kataku sementara ia mengangkat wajahnya.Mata hijau indah yang memiliki sinar yang intensitasnya yang belum pernah kulihat sebelumnya seperti sinar mereka menusuk ke dalam mataku.Sebuah suara terpotong-potong dan bergetar terus keluar dari sela-sela giginya yang saling bergeretakan.

"…Tapi,tapi,Aku…ingin,menjadi lebih kuat.Aku takkan membiarkan,kesalahan yang sama,terjadi lagi.Harus mendapatkan kembali…Apa yang aku hilangkan.Kirito…ajari aku,sword skills."

Aku benar-benar tersentuh jauh di dalam lubuk hatiku,tapi masih saja aku menekan perasaan ini sambil tersenyum dan mengangguk. "Aku paham.Aku akan mengajarimu skill-skill yang kutahu— tapi ini akan menjadi latihan yang keras."

Aku mengubah ekspresiku menjadi ekspresi jahil sambil mengulurkan tangan kananku,dan bibir Eugeo akhirnya mengendur seraya ia menggenggam tanganku erat-erat.

"Tak apa bagiku.Ahh,sungguh,ini adalah sesuatu…Aku,Aku telah lama nanti-nantikan ."

Eugeo kembali menundukkan kepalanya bersamaan dengan meluncurnya dua,tiga butir air turun dari wajahnya.Disertai cahaya matahari menyinari yang melewati sela-sela dedaunan.Eugeo melangkah maju sebelum aku dapat terkejut,dan membenamkan wajahnya ke bahu kananku,mengeluarkan sebuah isakan pelan ,menyebar ke dua tubuh yang bersandar satu sama lain.

"Sekarang… Aku tahu.Aku telah lama menantimu,Kirito.Selama 6 tahun,di hutan ini.Aku telah lama menanti kedatanganmu…"

"—Ahh."

Aku menjawab dengan sebuah suara sembarangan dan menggunakan tangan kananku yang menggenggam Blue Rose Sword untuk mengusap punggung Eugeo pelan.

"…Aku pasti terbangun di hutan ini untuk bertemu denganmu juga,Eugeo."

Aku dengan kuat merasakan bahwa kata-kat yang kukatakan setengah sadar tadi adalah sebuah kebenaran.

***

«The Demonic Cedar Tree»,sang tiran dari hutan,Gigas-Cedar yang seperti baja telah berakhir—atau lebih mudahnya kukatakan,tumbang.Itu terjadi 5 hari setelah Eugeo dan Aku menggunakan Blue Rose Sword untuk mempraktekkan «Aincrad-style Sword Skills».

Alasannya sederhana.Pohon raksasa itu adalah sebuah sarana berlatih yang sempurna.Tiap kali aku mendemonstrasikan «Horizontal»,Eugeo akan melatihnya lagi dan lagi,dan potongan pada batangnya semakin dalam dan dalam.Setelah terpotong sekitar 80% dari diameternya,hal itu terjadi.

"—SEIAA!!"

Pohon raksasa itu terkena tebasan horizontal dari pergerakan sempurna Eugeo dan mengeluarkan bunyi berderit tak menyenangkan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kami berdua menatap satu sama lain dengan wajah bodoh,dan kemudian pada batang Gigas Cedar yang menjulang ke langit,kamu membeku karena terkejut saat kami melihat pohon pohon raksasa itu perlahan-lahan tumbang ke arah kami.

Namun,saat itu juga,aku tak merasakan bahwa pohon besar itu akan jatuh menimpa kami,tapi tanah tempat kami berpijak menjorok ke depan.Pohon berdiameter lebih dari 4 meter itu kalah dengan kekuatan gravitasi seraya menundukkan kepalanya ke arah kami,dan pemandangan yang terjadi ini sangat surreal.

Hanya 80 cm—yang jika ku deskripsikan menggunakan satuan di dunia ini,akan menjadi «80cen» — akar-akar yang mengelilinginya tak sanggup lagi nenahan berat pohon itu sendiri dan meledak bagaikan sisa-sisa batu bara.Raungan terakhir pohon raksasa itu terdengar lebih hebat bahkan melebihi 10 buah Guntur yang turun dari surga sementara suara kehancurannya bahkan bisa melampaui plaza pusat desa,dan terus menuju pos penjagaan paling utara.

Eugeo dan aku berteriak di waktu yang sama sambil memisahkan diri secara berturut-turut ke kiri dan kanan.Gigas Cedar yang berwarna hitam legam membelah langit yang berangsur-angsur menjadi jingga dan perlahan,perlahan-lahan tumbang.Tubuh besarnya akhirnya runtuh dan tergeletak di tanah.Kami terkena dampaknya yang lucunya sangat besar dan mengirim kami terbang ke udara.Setelahnya kami mendarat kembali ke tanah menggunakan bokong kami lebih dulu,membuat Life kami berkurang sekitar 50 poin.

***


"Itu benar-benar mengagetkanku…ada banyak sekali orang di desa ini."

Aku menerima sebuah cangkir berisikan sari buah apel dari Eugeo sambil menggumam.

Saat ini,terdapat beberapa kerumunan pada api unggun di plaza pusat Desa Rulid,yang menyinari wajah-wajah penduduk desa yang berkumpul disini.Para pemain band yang berada disamping air mancur memainkan instrumen-instrumen musik yan terlihat mirip dengan bagpipes dan seruling yang sangat panjang.Juga,ada penari yang berdandan mengenakan kulit binatang menari dengan iringan irama musik waltz.Para penduduk desa semua bertepuk tangan dan menepuk-nepukkan kaki mereka mengikuti irama seraya mereka menari di bawah langit malam.

Aku duduk disamping sebuah meja yang agak jauh,dan kakiku juga ikut kuketukkan mengikuti irama.Tiba-tiba aku merasakan dorongan untuk melompat dan ikut bersama penduduk desa yang menari melingkar,sesuatu yang benar-benar membuatku tak percaya.

"Kupikir ini adalah kali pertama aku melihat begitu banyak penduduk yang berkumpul bersama.Bahkan ada lebih banyak orang berkumpul daripada saat festival do’a pada Saint's Day di akhir tahun,pasti."

Eugeo berkata sambil tersenyum,dan aku menjulurkan mug di tangan kananku.Aku tak ingat sudah berapa banyak kami bersulang.Bir berbusa yang hampir sama dengan sari buah apel,tapi ketika aku meminumnya,wajahku akan sedikit merasa panas.

Setelah mereka mengetahui bahwa Gigas Cedar telah tertebang,kepala desa mengadakan sebuah rapat desa yang mempertemukan para pemuka desa.Selama itu,kelihatannya mereka mengalami sebuah perdebatan panas diantara mereka tentang harus mereka apakan «Si Penebang Pohon Raksasa» Eugeo —dan aku.

Sebuah hal menakutkan dalam pikiran segelintir orang karena hal ini terjadi lebih awal daripada yang diprediksikan.Dasarnya,ini memang 900 tahun lebih awal,dan menyelesaikan misi seperti ini adalah kesalahan dan kami patut mendapat hukuman.Namun,kepala desa Gasupth mengakhiri semua itu dan memutuskan bahwa tak peduli bagaimanapun,seluruh desa akan memngadakan sebuah pesta perayaan dan menentukan nasib Eugeo berdasarkan pada hukum.

Hukum apakah yang dimaksud itu,aku juga tak punya bayangan apa-apa,dan aku bertanya padanya.Dia cuma tersenyum dan berkata bahwa aku akan segera mengetahuinya.

Namun,setelah menilik dari ekspresinya,Aku paling tidak tahu bahwa ia tak akan diadukan.Aku habiskan bir didalam cangkirku,mengambil satu stik daging panggang yang saus dagingnya menetes dari piring di sampingku dan membua sebuah gigitan besar.

Memikirkan hal ini secara hati-hati,setelah aku datang ke dunia ini,semua yang kumakan rasanya hambar,seperti roti bulat dan hidangan dari gereja yang hamprr semuanya adalah sayuran,jadi ini akan menjadi kali pertama aku memakan sesuatu yang terdapat kata daging di dalamnya.Selain daging empuk yang dilapisi dengan saus yang tebal — ada juga aroma dari sesuatu yang baunya seperti daging, membuatku sulit percaya bahwa ini semua adalah dunia virtual.Sebuah aroma yang terasa sangat nikmat setelah melalui pertarungan sengit melawan Gigas Cedar.

Akan tetapi,hal ini pastinya takkan berakhir hanya dengan begini saja.Aku rasa begitu saat kami menatap pada barisan penduduk yang berkumpul.Aku memindahkan arah tatapan mataku kepada Eugeo dengan Blue Rose Sword-nya yang tergantung bangga di situ.

Selama 5 hari yang lalu ia telah cukup berlatih dengan sword skill dasar pedang satu tangan — Tebasan mendatar tunggal «Horizontal» yang diarahkan pada Gigas Cedar.

Seperti nama sembarangan yang melekat padanya Aincrad-style,ini adalah sword skill yang pernah ada di Game VRMMO lama «Sword Art Online». Aku masih sedikit dapat memahami mengapa gerakan ini dapat ditiru.Ketika aku pergi ke game VR yang berdasarkan pada baku-tembak,dunia «Gun Gale Online»,Aku menggunakan beberapa sword skill untuk melewati pertarungan-pertarungan sulit,tapi pada akhirnya, hal itu hanya membiarkan avatar untuk mengikuti pergerakan sword skill,tanpa adanya efek cahaya maupun system assist yang membuat pedang berakselerasi terhadapa skill.Seperti yang telah kuduga hal-hal seperti itu tak tertulis dalam game system.

Akan tetapi,di dunia yang lain ini,Sword Skill semuanya bisa muncul efeknya.Jika aku melakukan gerakan isyarat dan membayangkan pergerakan skillnya,pedang akan berkilau dan berakselerasi. Aku khawatir bahwa aku mungkin satu-satunya orang yang dapat melakukan ini di hari pertama latihan,tapi di hari kedua,Eugeo berhasil meluncurkan «Horizontal» untuk pertama kalinya,yang membuktikan bahwa semua penghuni dunia ini bisa menggunakan sword skill selama kondisinya terpenuhi.

Pertanyaannya sekarang adalah kenapa fenomena seperti ini terjadi.Seharusnya tidak ada hubungan antara teknisi RATH yang mengembangkan STL dengan sisa-sisa teknisi Argus yang mengembangkan SAO.Jika begitu… orang yang mengenalkan padaku pada perusahaan asing bernama RATH dan juga bagian dari kementrian Pertahanan Negara yang menangani insiden SAO…

"Jangan-jangan…"

Aku bergumam sambil mulai melahap daging tusuk keduaku.Jika pemikiranku ini benar,laki-laki itu tak mungkin hanya seorang yang melakukan pengenalan,tapi ia juga seseorang yang berhubungan langsung dengan inti dari insiden ini—tapi aku tak punya cara untuk membuktikannya.Jika aku ingin mendapatkan lebih banyak informasi,yang kulakukan pertama-tama adalah meninggalkan Desa Rulid dan menuju Capital yang ada jauh di selatan.

Halangan terbesar pada rencana ini,Gigas Cedar telah ditumbangkan.Jadi,hanya tinggal satu hal yang perlu dilakukan. Setelah menghabiskan daging dan sayuran yang ditusuk dengan tusukan logam,aku berbalik ke meja dan melihat patner-ku,yang menatap lingkaran penduduk desa,sebelum berkata,

"Aku mau ngomong,Eugeo…"

"Un,…apa itu?"

"Mulai dari sekarang,kau…"

Tapi sebelum aku bisa melanjutkan,sebuah suara melengking datang dari atas kepala kami.

"Disini kalian rupanya!Apa yang kalian berdua lakukan, tokoh utama dalam perayaan ini?"

Aku menghabiskan sedikit waktu untuk menyadari bahwa gadis ini,yang berdiri di depan kami dengan tangan tangan terlipat dan meluruskan punggungnya,adalah Selka.Dia telah melepaskan 3 kuncir rambut di kepalanya dan mengenakan sebuah bando sekarang.Ia tak mengenakan pakaian sister hitam,tapi sebuah rompi merah dan rok berwarna rumput.

"Ah,tidak mau…Aku tidak ahli soal menari…"

Eugeo terus menerus makan sementara ia mencoba mencari-cari sebuah alasan,dan aku mengibaskan tangan kananku.

"Yah,aku juga.Aku kehilangan ingatanku…"

"Ayolah cuma menari saja,kok!Kalian akan mempelajarinya setelah kalian ikutan menari! "

Dia mencengkeram tanganku dan Eugeo di waktu yang sama dan menyeret kami dari kursi.Selka menyeret kami ke tengah plaza meskipun kami memprotes dan mencoba keluar.Kerumunan penduduk langsung bersorak,dan kammi tertelan oleh lingkaran tarian. Untungnya,tarian mereka cukup sederhana,hampir sama seperti yang diajarkan saat festival olahraga.Setelah berganti pasangan tari 3 kali,Aku akhirnya mulai meniru gerakan mereka dan mulai menari.Perlahan,dengan melodi yang sederhana,gerakan ku menjadi lebih riang-gembira,dan kakiku juga menjadi lebih ringan.

Gadis-gadis yang tak tampak seperti orang Barat maupun orang Timur mendapatkan sebuah rona merah di wajahnya seraya mereka tertawa gembira.Aku menggenggam tangan mereka sambil menari bersama,dan mendapatkan sebuah feeling, penuh tanda tanya apakah aku benar-benar seorang pengelana yang tak memiliki ingatan.Itu benar-benar aneh.

—Ngomong-omong,aku pernah sekali berdansa di dunia virtual juga.Pasangan berdansaku adalah identitas lain dari adik perempuanku Suguha di Alfheim,pendekar pedang wanita Slyph,Lyfa.Senyumannya tersirat di wajah gadis di depanku sekarang,membuat hidungku sedikit sakit.

Sementara aku terpikat di dalam sebuah perasaan rindu,musik menjadi lebih keras dan lebih cepat sebelum akhirnya berhenti secara tiba-tiba.Aku melihat ke arah para pemain alat music,dan melihat seorang pria tinggi tegak yang memiliki jenggot rapi melangkah ke atas sebuah podium dengan semua jenis instrumen musik mengelilingnya.Ia adalah kepala desa Rulid,ayah Selka,Gasupht.

Sang kepala desa bertepuk tangan dua kali untuk mengundang perhatian.

"Semuanya,perayaan ini telah mencapai puncaknya,tapi dengarkanlah apa yang akan kukatakan sejenak."

Para penduduk desa mengangkat cangkir berisi bir dan sari buah yang mereka gunakan untuk mendinginkan tubuh mereka yang kepanasan setelah menari dan bersorak untuk membalas kata-kata kepala desa.Semua orang kemudian diam dam kepal desa melihat ke sekelilingnya sebelum bicara kembali,

"—Keinginan terbesar para nenek moyang kita di Desa Rulid akhirnya terpenuhi.Pohon iblis yang mengambil semua anugerah Terraria dan Solus dari tanah subur di selatan telah tumbang!Kita akan mepunyai tempat baru untuk menumbuhkan gandum,kacang-kacangan dan memperluas peternakan kita!"

Suara brilian Gasupth sekali lagi tertutupi sorakan penduduk.Sang kepal desa mengangkat tangannya untuk menenangkan semua orang sebelum ia melanjutkan,

"Pemuda yang menuntaskan tugas ini —putra Orick,Eugeo,kemarilah!"

Kepala desa melambai ke arah pojok plaza,dan disana,Eugeo terlihat tegang saat ia berdiri.Pria agak pendek yang meneriakinya di sampingnya pastinya adalah ayahnya,Orick-san.Ia sama sekali tak mirip dengan Eugeo kecuali warna rambutnya saja,dan tak ada kebanggaan yang terpancar dari wajahnya malahan ia terlihat sedikit bingung.

Eugeo tak mendapat dorongan dari ayahnya,tapi malah dari para penduduk disekitarnya.Dia melangkah ke atas podium dan berdiri di samping kepala desa,dan saat ia menatap ke plaza,semua orang meneriakkan sorakan ketiga dan ternyaring mereka.Aku bertepuk tangan keras dengan antusiasme yang tak kalah dari mereka.

"Berdasarkan pada peraturan—"

Suara sang kepala desa terdengar lagi,dan para penduduk semuanya diam dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

"Eugeo yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik,memiliki hak untuk memilih Sacred Task-nya selanjutnya.Dia boleh terus menjadi penebang kayu di hutan,mengikuti ayahnya bertani,menggembala ternak,mengolah wine atau menjadi seorang pedagang,ia bebas memilih jalan apapun yang ia inginkan!"

—Apa!?

Aku merasa keinginan menariku tiba-tiba sirna.

Ini bukan saatnya untuk menggenggam tangan seorang gadis dan ……… Aku harusnya memberikan dorongan terakhir pada Eugeo sedikit lebih awal.Akan gawat jika ia mengatakan sesuatu seperti aku ingin menanam gandum atau yang lainnya.

Aku menahan nafasku sambil menatap Eugeo di atas podium.Dia menundukkan kepalanya dengan sikap kesusahan,memegang rambutnya dengan tangan kanannya,serta mengepal dan melepaskan genggaman tangan kirinya.Aku mungkin akan segera berlari ke podium ,memegang bahunya dan berteriak bahwa kami kan pergi ke capital —sementara aku memikirkan hal itu,sebuah suara kecil terdengar di sampingku.

"Eugeo…bermaksud untuk pergi meninggalkan desa,Kurasa…"

Itu adalah suara Selka,yang telah berdiri disampingku tanpa sepengetahuanku.Mulutnya melengkung ke dalam bentuk sebuah senyuman yang didalamnya bercampur sebuah rasa kesepian dan bahagia

"Be-Begitukah?"

"Un,itu benar.Apa lagi yang harus diragukan?"

Eugeo nampaknya mendengar suaranya dan ia menggunakan tangan kirinya untuk menggenggam erat Blue Rose Sword di pinggangnya.Dia mengangkat wajahnya,terlebih dahulu menatap kepala desa lalu pada para penduduk desa sebelum berkata dengan suara yang jelas.

"Aku ingin—menjadi seorang pendekar pedang.Aku ingin menjadi anggota pasukan penjaga kota Zakkaria dan mengasah keterampilanku.Suatu hari,aku akan menuju ke Capital."

Setelah momen-momen dalam kesunyian,terdengar kebisingan diantara para penduduk desa,namun kali ini kebisingan itu terlihat tidak bersahabat.Para orang dewasa mengernyitkan dahi,berkumpul dan nampak tengah membicarakan sesuatu.Ayah dan dua pemuda disampingnya—yang kemungkinan besar adalah kakak Eugeo—tak terlihat senang juga mendengarnya.

Kali ini,kepala desa lah yang mengendalikan massa,mengangkat tangannya untuk membuat para penduduk tenang dan memberikan tatapan tajam yang sama dan berkata,

"Eugeo,apa kau—"

Mengatakan sampai pada poin itu,dia membelai jenggotnya,dan melanjutkan.

"…Tidak,aku takkan menanyaimu apa alasannya.Gereja telah membuat ketetapan yang mengatakan bahwa kau memiliki hak untuk memilih apa Sacred Task-mu selanjutnya.Baiklah,sebagai tetua Zakkaria,aku serahkan pada putra Orick,Eugeo,Sacred Task baru menjadi seorang pendekar pedang.Jika kau merelakannya,kau bisa pergi meninggalkan desa untuk melatih sword skillmu."

Hoo…hh.Aku mendesah setelah sekian lama.

Jadi kalau begitu,aku akhirnya bisa melihat inti dunia ini dengan mata kepalaku sendiri.Jika Eugeo menjadi petani,aku pastinya akan menuju capital sendirian,tapi karena aku tak punya pengetahuan sama sekali atau uang sekali pun,Aku mungkin hanya akan berakhir dengan menghabiskan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun berjalan tanpa tujuan.Memikirkan kerja keras beberapa hariku yang akhirnya terbayar,bahuku langsung lebih terasa rileks.

Para penduduk desa nampaknya menerima apa keputusan kepala desa,meski mereka agak ragu awalnya,dan mereka mulai bertepuk tangan.Tapi sebelum tepukan tangan mereka terdengar lebih meriah,sebuah teriakan yang mampu membelah langit malam muncul.

"TUNGGU SEBENTAR!"

Seorang pemuda tinggi besar membelah kerumunan penduduk dan melompat kedepan podium.Aku familiar pada rambut pendek warna daun layu dan tatapan mata tajam serta pedang panjang sederhana yang tergantung di pinggangnya.Orang ini salah satu penjaga desa ini yang bermarkas pos penjagaan selatan.

Si pemuda nampak menatap sengit Eugeo di atas podium sementara ia berteriak dengan kasar,

"HARUSNYA ITU ADALAH HAK KU UNTUK MENCAPAI TUJUAN MEJADI SEORANG PASUKAN PENJAGA DI ZAKKARIA!SECARA LOGIS,EUGEO BARU BISA PERGI MENINGGALKAN DESA SETELAH AKU,YA KAN?"

"YA,ITU BENAR!"

Serang yang berjalan keluar dari kerumunan sambil berteriak adalah pria paruh baya yang memiliki warna rambut dan bentuk wajah yang sama,namun dengan perut yang tambun.

"…Siapa itu?"

Aku memalingkan wajahku pada Selka dan bertanya.Selka berpikir sejenak dan menjawab.

"Dia mantan kapten pasukan penjaga Doyke-san dan putranya,kapten pasukan penjaga yang sekarang.Mereka adalah keluarga paling terampil di desa,namun juga keluarga paling menyebalkan disini."

"Ho begitu…"

Tepat saat aku akan memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya,Kepala desa Gasupth mendengarkan opini Jink dan ayahnya sebelum mengangkat tangannya seolah-olah ia mencoba menaehati mereka.

"Tapi Jink,kau baru enma tahun menjadi seorang pasukan penjaga.Menurut atuan,kau baru bisa mengikuti turnamen pedang Zakkaria empat tahun lagi."

"KALAU BEGITU EUGEO SEHARUSNYA MENUNGGU 4 TAHUN LAGI! MANA BISA KAU TAK MEMPERBOLEHKANKU PERGI SEMENTARA MEMPERBOLEHKAN EUGEO PADAHAL DIA TAK SEHEBAT AKU!"

"Fm,kenapa kalian tak membuktikannya saja?Mau tidak kau membuktikan bahwa dirimu lebih kuat daripada Eugeo?" "Apa…"

Jink dan ayahnya langsung merah membara.Kali ini,ayahnyalah yang marah dan mendekati Gasupht.

"SEKALIPUN KAU ADALAH KEPALA DESA RULID,AKU TAK BISA PURA-PURA TAK MENDENGAR KATA-KATA MENYAKITKAN ITU! KARENA KAU BERKATA KETERAMPILAN BERPEDANG PUTRAKU KALAH DENGAN SEORANG PEMULA,MARI KITA ADAKAN DUEL SEKARANG!"

Mendengar itu,para penduduk desa langsung berteriak tanpa tanggung jawab.Mereka semua berharap sepenuh hati bisa melihat side event tak terduga dari perayaan ini seraya mereka mengangkat cangkir mereka dan menghentakkan kaki ke lantai,meneriakkan "DUEL,DUEL!"

Tepat ketika aku akan menyela,Jink menantang Eugeo,dan Eugeo menerimanya.Akhirnya mereka berdua berhadapan satu sama lain di tengah tempat yang sudah disediakan para penonton di depan podium.Apa kau bercanda,Aku berpikir begitu dan berbisik pada Selka.

"Aku mau pergi dulu."

"Ap,Apa yang akan kau lakukan?"

Aku tak menjawab seraya aku membelah kerumunan penonton di depan air mancur sebelum menuju ke arah Eugeo.Sama seklai berbeda dengan musuh yang siap menyerang seperti kuda yang mengamuk,Ekpresi yang ditunjukkan Eugeo memperlihatkan bahwa ia tak tahu harus berbuat apa,dan ia menghela nafas lega ketika ia melihatku sebelum berbisik,

"A-Apa yang harus kulakukan,Kirito?Masalahnya sepertinya makin runyam."

"Tak ada gunanya meminta maaf sekarang.Lupakan saja.Apakah kalian akan saling menebas satu sama lain dalam duel ini?"

"Ya ndak lah?Kami memang akan memakai pedang,tapi itu hanya sampai serangan nya hampir mengenai satu sama lain."

"Fiuh…tapi jika pedang ini tidak berhenti ketika ia menyerang musuhnya, kemungkinan lawanmu akan mati.Dengar,jangan arahkan ini pada Jink,tapi arahkan saja pada pedangnya.Serang saja sisi pedangnya di bagian perut dan gunakan «Horizontal» untuk mengakhirinya."

"Be-Benarkah?"

"Tentu saja,aku janji."

Aku menepuk punggung Eugeo dan mengangguk pada Jink dan ayahnya yang menatapku dengan tatapan curiga sebelum mundur kembali ke arah kerumunan penonton.

Di atas podium,kepala desa Gasupth menepuukkan tangannya dan berteriak.DIAM!

"Kalau begitu—walaupun ini diluar rencana,kami akan menggelar duel antara kapten pasukan penjaga Jink melawan si penebang…bukan,pendekar pedang Eugeo sekarang juga!Kedua belah pihak akan bertarung sampai pedang miliknya hampir mengenai tubuh lawan,akan tetapi memberikan damage pada masing-masing Life tidak diperbolehkan,kalian paham!?"

Bahkan sebelum ia selesai berkata, *Shiing*,Jink mengeluarkan pedang yang ada di pinggangnya,dan Eugeo sedikit agak terlambat mengeluarkan pedangnya juga.Para penduduk desa melihat Blue Rose Sword yang mengeluarkan cahaya indah yang bersinar dibawah cahaya api unggun.Nampaknya Jink tertekan oleh tekanan dari pedang lawan.Kepalnya ia miringkan ke belakang sejenak sebelum ia kembalikan ke posisinya semula dengan cepat.Wajah dari pasukan penjaga muda itu memperlihatkan kemarahan yang lebih besar,dan ia menunjuk Eugeo dengan tangan kirinya sebelum mengucapkan kata tak terduga,

"APA PEDANG ITU BENAR-BENAR MILIKMU,EUGEO?JIKA ITU BARANG PINJAMAN,AKU PUNYA HAK UNTUK MENGHENTIKANMU MENGGUNA…"

Eugeo tak menunggu ia menyelesaikan teriakannya dan menjawab dengan sikap teguh.

"Pedang ini—Aku mendapatkannya dari gua di utara.Sekarang,ia adalah milikku!"

Para penduduk desa seketika langsung mulai bergumam,dan Jink tak mampu berkata apa-apa.Kupikir ia akan meminta Eugeo untuk membuktikan hak kepemilikannya,tapi sepertinya Jink tak punya maksud seperti itu.Kemungkinan besar,di dunia ini yang mana pencurian tidaklah ada,seseorang yang mengakui hak kepemilikan barangnya jelas-jelas menunjukkan bahwa barang itu "adalah miliknya" dan meragukan serta mempertanyakan hal itu mungkin akan melanggar haknya.

—Aku tak tahu apakah tebakanku ini benar atau tidak,Tapi Jink tak melanjutkan perkataannya sementara ia meludahi kedua tangannya sebelum mengangkat tinggi-tinggi pedangnya.

Di sisi lain,Eugeo menghunus pedangnya hanya dengan tangan kanannya saja dan mengarahkan ujungnya ke arah mata lawannya.Ia menggerakkan tangan dan kaki kirinya ke belakang,menjaga kerendahan pusat gravitasinya.

Sementara ratusan penduduk desa menahan nafas mereka ketika mereka menontonnya,Gasupth mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi,berteriak MULAI! Dan mengayunkannya ke bawah.

"UOOOHHH!!"

Seperti yang kuduga,Jink langsung berlari maju sambal berteriak kasar,mengayunkan pedangnya turun ke depan, membuat orang akan ragu ia akan benar-benar mengayunkan pedangnya sampai tepat satu inci jaraknya dari lawan dengan momentum itu—

"...!!"

Saat itu juga,aku menghela nafas pelan.Pedang Jink mengganti arah serangannya dengan hebat di udara.Kelihatannya ia seperti akan mengayunkan pedangnya dari atas,tapi sebenarnya ia mengayunkan pedangnya secara horizontal dari kanan.Ini cuma gerak tipu dasar,namun jika Eugeo mengikuti saranku dan siap mengayunkan «Horizontal» dengan membidik pada pedang Jink,akan sulit baginya untuk menangani sebuah ayunan mendatar dengan ayunan mendatar juga,dan itu akan menyebabkan serangannya meleset sebelum akhirnya ia terkena hit oleh pukulan lawannya…

"I...yahh!!!"

Teriakan yang agak kurang semangat jika dibandingkan dengan teriakan Jink memecahkan pemikiranku tadi dengan cepat.

Skill yang digunakan Eugeo bukanlah «Horizontal».

Ia mengangkat pedang ke bahu kanannya dan nampak ia telah siap.Bilah pedangnya mengeluarkan sedikit cahaya biru tebal.Terlihat ia seperti akan mengguncangkan bumi sementara ia melangkah maju sebelum melakukan sebuah tebasan tajam dengan busur diagonal 45 derajat di udara.Ini….sebuah skill yang belum pernah kuajarkan padanya,tebasan diagonal «Slant».

Eugeo yang sedikit terlambat mengaktifkan skill-nya,membiarkan pedangnya bergerak dalam kecepatan kilat dan menghentikan gerakan pedang Jink yang sedang berayun mendatar dari atas.Aku menyaksikan bilah pedang besinya hancur dengan mudah dan aku bertanya pada diriku sendiri. Eugeo pasti menggunakan pedang kayu untuk melatih sword skillnya berkali-kali sampai tak terhitung jumlahnya setelah ia sampai di rumah.Ia menemukan dengan baik adanya sword skill «Slant» selama latihannya,jadi tak ada hal asing baginya sampai menit terakhir ia menggunakan skill barusan.Kesatuan gerak dari Eugeo dan Blue Rose Sword yang menari-nari bahkan menciptakan sebuah perasaan elegan darinya.

Jika ia terus menerus berlatih dan mempelajari lebih banyak sword skill dan bahkan menempuh ujian berat di medan pertempuran,akan menjadi pendekar pedang sehebat apa dia?Jika…jika aku benar-benar bertarung dengannya suatu hari,bisakah aku paling tidak tetap berdiri dihadapannya…? Para penduduk desa menyaksikan kemenangan meyakinkan yang tak ada satupun menduganya ini dan bersorak nyaring. Aku bertepuk tangan penuh antusiasme diantara merekamdan merasakan keringat dingin mengalir turun di punggungnya.

Pasangan ayah dan anaknya Jink terlihat tercengang sementara mereka melangkah pergi,dan suara musik segera terdengar.Atmosfer dari perayaan ini terlihat lebih bersemangat daripada sebelumnya,dan itu baru bisa berakhir ketika lonceng di menara gereja berbunyi yang menandakan telah jam 10 malam.

Aku meminum 3 cangkir sari buah apel lagi sebelum akhirnya melupakan rasa khawatir yang datang tanpa sebab,ikut menari lagi dengan perasaan riang-gembira karena mabuk,dan diseret pulang ke gereja oleh Selka saat itu semua berakhir.Di depan pintu masuk,Eugeo yang tersenyum masam,setuju untuk ketemuan dulu denganku besok pagi sebelum berangkat,dan aku akhirnya dengan susah payah mencapai kamarku dan ambruk ke tempat tidur dengan punggungku.

"Yang benar saja,bahkan jika ini adalah sebuah perayaan,kau minum terlalu banyak,Kirito.Nih,Air putih."

Aku segera meneguk air sumur sedingin es yang disodorkan Selka,dan pikiranku akhirnya menjadi jernih seraya aku menghela nafas panjang.Tak peduli berapa banyak bir yang kuminum di Aincrad maupun Alfheim,aku tak akan mabuk,tapi nampaknya bir di Underworld ini adalah bir sungguhan.Kurasa aku harus mencatat hal ini dan aku pandang gadis yang berdiri di sebelahku,melihatku dengan khawatir.

"….A,Ada apa?"

Aku tak tahu ekspresi apa yang Selka lihat di wajahku karena sepertinya ia takut.Aku buru-buru menundukkan kepalaku. "Yah… maaf.Apa kamu tak mau bicara lebih banyak pada Eugeo?"

Masih dalam pakaian terbaiknya,wajah Selka langsung tersipu dalam warna merah ceri.

"Kenapa kau tiba-tiba ngomong begitu?"

"Karena,besok pagi,kamu akan…tidak,aku akan meminta maaf dulu.Maaf hal ini berkembang sampai ke tingkat dimana sepertinya akulah yang membawa Eugeo keluar dari desa.Jika laki-laki itu tetap terus menebang kayu di desa ini,mungkin saja dia,yah…membentuk sebuah keluarga denganmu atau begitulah,Selka… "

Selka menghela nafas kuat dan duduk disampingku.

"Yang benar saja,kamu,ngomongin apaan sih…"

Dia benar-benar terlihat terkejut sementara menggelengkan kepalanya beberapa kali,dan melanjutkan, "…Yah,lupakan—toh,segera setelah Eugeo pergi meninggalkan desa,pastinya aku akan merasa kesepian…namun,aku juga merasa bahagia.Sejak Alice nee-sama menghilang,Eugeo tetap menjalani kesehariannya seolah-olah ia telah menyerah pada segalanya namun sekarang ia bisa tersenyum begitu bahagia dan memutuskan untuk mencari nee-sama.Kupikir ayah mestinya merasa lebih senang melihat dirinya yang seperti ini,sebab Eugeo takkan pernah melupakan nee-sama."

Aku memikirkan arti perkataan Selka,dan menggelengkan kepalaku pelan.

"Tidak,kamu juga hebat.Gadis biasa pastinya akan segera kembali saat mereka sampai ke jembatan di luar desa atau jalan menuju hutan atau pintu masuk gua.Tapi kamu tetap berjalan menyusuri kedalaman gua yang gelap dan bertemu dengan sepasukan goblin pengintai.Kamu telah melakukan sesuatu yang hanya kamulah satu-satunya yang bisa melakukannya."

"Hanya Aku…yang bisa melakukannya…?"

Selka melebarkan matanya dan memiringkan kepalanya.Aku mengangguk kepadanya.

"Kamu bukanlah pengganti Alice,Selka.Kamu jelas-jelas memiliki sesuatu yang hanya kamu seoranglah yang memilikinya.Kamu hanya perlu memelihara bakat ini."

Faktanya,Aku percaya mulai dari sekarang,bpenguasaan Sacred Art Selka akan meningkat dengan pesat.Itu karena ia bisa memukul mundur pasukan goblin bersama denganku dan Eugeo, jadi System Control Authority harusnya telah meningkat.

Akan tetapi,ini bukanlah masalah bakat.Dia menantang sebuah pertanyaan " orang seperti apa dia ini " dan mendapatkan jawabannya.Hal inilah yang akan membuatnya memiliki kekuatan yang lebih kuat daripada orang lain.Kepercayaan pada diri sendirilah yang akan menjadi kekuatan terbesar yang dapat diciptakan oleh jiwa manusia.

Hanya masalah waktu bagiku untuk mencoba menemukan jawaban dari pertanyaan yang tertunda oleh adanya kemauan tertentu. Kesadaranku—Aku,sesorang yang dipanggil Kirito atau Kirigaya Kazuto,siapa sebenarnya aku ini?Apakah aku adalah Fluctlight yang bersemayam dalam otak yang hidup,yaitu «aku yang sebenarnya»?Atau Aku adalah «clone» yang diambil dari diriku yang sebenarnya oleh STL dan disimpan pada medium tertentu?

Hanya ada satu cara untuk memastikannya.

Eugeo,Selka,dan orang-orang lain yang berada di Underworld,Fluctlight mereka tak akan pernah melanggar «Taboo Index» dan «Empire Fundamental Law».Tapi bahkan jika aku bisa melanggar taboo di dunia ini,bukan berarti aku bukanlah sebuah Fluctlight buatan.Aku tak tahu menahu mengenai pasal-pasal di dalam Taboo Index… dengan kata lain peraturan-peraturan ini tak tertulis dalam jiwaku.

Di sisi lain,aku harus memastikan kalau aku dapat menggunakan kemauanku untuk melanggar suatu aturan…moral yang selalu aku percayai seumur hidupku sampai saat ini.Aku telah menelaah semua pemikiran ini selama beberapa hari ini,tapi masih saja agak sulit bagiku.Menggunakan pedang untuk melukai penduduk desa atau mencuri jelas-jelas telah keluar dari batasan,namun jika itu digunakan sebagai alasan seseorang untuk memastikan sesuatu,hal itu akan menjadi sesuatu yang lebih tidak bisa dipercayai.Sekarang,Aku hanya bisa mengandalkan hal ini. Aku berbalik dan menatap wajah Selka yang duduk tepat di sampingku.

"…Ada apa?"

Aku menjulurkan tanganku pada wajah Selka yang terlihat bingung dan meminta maaf kepada Asuna dan Yui jauh dalam lubuk hatiku.Aku lalu meminta maaf pada Selka,mendekatkan wajahku dan menempelkan bibirku pada kening putih bersih dibawah bandonya.

Sword Art Online Vol 09 - 395.jpg

Tubuh Selka tiba-tiba tersentak,dan ia tak bergerak.Setelah 3 detik,wajahku akhirnya meninggalkan Selka,dan pipinya memerah,begitu merahnya bahkan sampai mencapai telinganya ,sementara ia menatap lurus ke arahku.

"A…Apa,yang barusan kau lakukan…?"

"Kurasa… Ini kemungkinan besar adalah apa yang disebut sebagai «Sumpah seorang Pendekar Pedang»."

Aku mencari-cari alasan yang cocok seraya menggertakkan gigiku setelah aku menyadari sesuatu di dalam hatiku.

Sepertinya aku telah melakukan sesuatu yang diriku sebenarnya pastinya tak akan melakukannya,Aku yang ini adalah aku yang sebenarnya.Jika aku adalah clone dari Fluctlight,aku akan berhenti secara otomatis di jarak beberapa millimeter dari kening Selka . Sementara aku memikirkan hal ini,Selka terus menerus melihat wajahku dan menggunakan tangan kanannya untuk menyentuh keningnya sebelum menghela nafas.

"Sebuah sumpah… mungkin itu adalah tradisi negaramu,tapi jika saja bukan di kening namun di…Mungkin akan ada Integrity Knight yang terbang kemari sekarang.Itu adalah sesuatu yang melanggar Taboo Index."

Ada bagian di tengahnya yang tidak aku dengar,namun aku tak enak hati untuk menanyakannya.Selka menggelengkan kepalanya lagi,menunjukkan sebuah senyuman tipis di wajahnya,dan bertanya padaku.

"Lalu...apa sumpahmu?"

"Bukanlah sudah jelas… Eugeo dan Aku akan pergi menyelamatkan Alice bersama-sama dan membawa saudara perempuanmu itu kembali ke desa ini.Percayakan hal itu padaku…"

Aku berhenti sejenak,lalu mengatakan kata-kata berikutnya,

"Karena Aku adalah Pendekar Pedang Kirito."

Bagian 6

Cuaca benar-benar cerah pagi esoknya.

Sambil merasakan berat dari kotak makan siang yang dibuatkan oleh Selka di tangan kanan kami,Eugeo dan Aku berjalan menuju selatan,menyusuri jalanan yang takkan kami susuri untuk waktu yang lama.

Ketika kami tiba di persimpangan yang mengarah ke jalan kecil menuju hutan dimana Gigas Cedar pernah berdiri disana,Aku melihat seorang pak tua berdiri disana.Wjah penuh keriput yang tertututtpi dengan kumis putih,tubuhnya masih tegap,kilatan di matanya seolah-olah bisa menembus masuk ke dalam diriku.

Segera setelah ia melihat pak tua itu,Eugeo tersenyum riang dan lekas berlari.

"Garitta-jii! Aku senang kau ada disini.Aku tak bisa menemuimu kemarin."

Aku ingat aku pernah mendengar nama itu.Dia pasti pengemban «tugas menebang Gigas Cedar» sebelumnya.

"Eugeo,kau telah berhasil menebang Gigas Cedar,yang mana aku tak bisa memotongnya sedalam jari sekalipun…Bisakah kau ceritakan padaku bagaimana kau melakukannya?"

"Menggunakan pedang ini dan…"

Eugeo mengeluarkan Blue Rose Sword dari sarung pedang yang tergantung di pinggang kirinya sedikit,kemudian dia berbalik dan melihat kearahku.

"Lebih dari itu semua,dia…itu berkat temanku.Namanya adalah Kirito.Dia benar-benar orang yang konyol."

Aku buru-buru menundukkan kepalaku sambil berpikir "Pengenalan macam apa itu.".Pak Tua Garitta berjalan ke arahku,memberikan sebuah tatapan menusuk dari mata tajamnya——dan memberikan sebuah senyuman lebar segera setelahnya.

"Jadi kau adalah «Anak hilang Vector»yang dirumorkan itu,huh.Aku tahu....seorang kawan yang variatif."

Ini adalah kali pertama aku mendengar sesuatu seperti itu,sambil aku memiringkakn kepalaku menerka-nerka apa maksud perkataannya,pak tua itu mengacungkan tangan kirinya ke arah hutan dan lanjut berbicara,

"Nah,Maafkan aku telah mengganggu perjalanan panjang yang telah menunggu kalian,namun maukah kalian berdua pergi denganku sebentar.Aku ingin kalian berdua melakukan sesuatu. "

"E-Err,Kirito.Tak apa-apa,kan?"

Aku mengangguk seolah aku tak punya alasan yang tepat untuk menolak permintaan itu.Pak tua itu tersenyum lagi,sebelum memberi isyarat pada kami sementara ia melangkah ke jalan kecil menuju hutan.

Meskipun aku baru pulang-pergi melewati jalan ini dalam seminggu,Aku merasakan sebuah perasaan mendalam yang rasanya mirip dengan perasaan nostalgia,setelah kami berjalan sekitar dua puluh menit,kami tiba di sebuah tempat terbuka yang luas. Penguasa hutan,yang berdiri tegak menjulang seolah-olah ia bisa mencapai surga selama berabad-abad,sekarang tubuh besarnya tergeletak tanpa suara.Tumbuhan rambat tipis mulai menjalari batang hitam legamnya,dan jauh dimasa depan,kupikir ia akan membusuk dan kembali ke tanah/bumi. "…Ada apa dengan Gigas Cedar,Garitta-jii?"

Si Pak tua tak menjawab pertanyaan Eugeo tapi ia berjalan menuju puncak dari batang pohon yang tumbang itu.Kami buru-buru menyusulnya,tapi kami disambut oleh rintangan yang tercipta oleh dahan-dahan Gigas Cedar dan pohon-pohn lain yang saling membelit satu sama lain.Jika aku lihat dengan teliti,dahan-dahan hitam Gigas Cedar,tak peduli seberapa kurusnya ia,tak ada satupun darinya yang rusak,walaupun beberapa dari mereka ada yang menembus ke dalam tanah maupun menusuk bebatuan.Kekerasan mereka benar-benar mengherankan.

Kami mendapat beberapa luka gores di lengan kami yang tak tertutupi saat kami berjibaku melewati dahan-dahan ini,dan tak begitu lama kemudian kami sampai di samping pak tua Garitta yang nampak segar-segar saja sementara ia berdiri dengan tegak.Sambil menggunakan telapak tangannya untuk menyela keringat di dahinya,Eugeo berkata menggerutu,

"Apa sih sebenarnya yang ada disini?"

"Ini."

Apa yang dtunjuk pak tua itu adalah ujung tertinggi dari Gigas Cedar yang telah tumbang,pucuk tertinggi pohonnya yang memanjang lurus.Itu adalah sebuah dahan kecil yang belum tumbuh besar,panjangnya cukup panjang,ujungnya meruncing tajam bagaikan sebuah rapier. "Ada apa dengan dahan ini?"

Pada pertanyaanku,si pak tua menjulurkan tangan kanan …… dan mengusap bagian puncak pohon yang tebalnya sekitar lima sentimeter itu.

"Dari semua dahan yang dImiliki oleh Gigas Cedar,yang ini telah menyerap hampir semua berkah dari Solus.Sekarang gunakan pedang itu untuk memotongnya dari bagian ini.Potong dengan satu ayunan pedang,terlalu banyak ayunan akan merusaknya."

Pak tua Garitta menggunakan tangannya menggunakan tangannya untuk memperagakan panjang bagian yang harus dipotong dari ujungnya,sebelum mundur beberapa langkah.

Eugeo dan aku saling bertukar pandangan dan menggangguk.Setelah membawakan kotak bekal makan siangnya,aku juga melangkah mundur.

Ketika Blue Rose Sword telah keluar dari sarungnya,ia mengeluarkan sebuah kilau biru muda gemerlapan yang bersinar cerah di bawah sinar matahari,si pak tua di membisikan sebuah desahan pelan. " Mungkin segalanya akan berubah jika saj aku memiliki pedang itu saat aku masih muda"

——Kupikir rasa sesal inilah yang kemungkinan terus terngiang-ngiang dalam benaknya,tapi melirik wajah tenangnya,aku benar-benar tak bisa membaca pikirannya.

Meskipun Eugeo telah menghunus pedangnya,dia benar-benar tak bergerak.Ujung pedangnya sedikit bergetar kemungkinan karena keraguan di dalam pikirannya.Dahan yang setebal pergelangan tangan ini , mungkin ia tak punya kepercayaan diri bahwa ia bisa memisahkannya dalam satu tebasan?

"Eugeo,biar aku saja yang melakukannya."

Aku mengulurkan tanganku ke depan,Eugeo mengangguk dengan patuh dan menyerahkan pangkal pedangnya.Setelah menerima kedua kotak bekal makan siang tadi,ia melangkah untuk berdiri di samping si pak tua.

Aku menatap dahan hitam tanpa memikirkan apa-apa,lalu mengayunkan pedang ini ke atas dan segera menebaskannya ke bawah.Kishi—dengan sebuah suara jelas dan sedikit respon,bilah pedang ini menembus tempat yang aku bidik.Dahan panjang berwarna hitam itu jatuh tepat setelah tertebas pedang.Saat ia berputar di udara sambil jatuh,kali ini aku menangkapnya dengan tangan kiriku.Dahan ini dinginnya bagaikan es dan aku sedikit terhuyung karena terbebani oleh beban berat di pergelangan tanganku.

Setelah aku mengembalikan Blue Rose Sword kepada Eugeo,Aku mengunakan kedua tanganku untuk menyerahkan dahan hitam tadi pada pak tua Garitta.

"Tunggu sebentar."

Sambil berkata demikian,si pak tua mengeluarkan sebuah kain tebal dari dadanya,sebelum dengan hati-hati membungkus dahan yang ada di tanganku.Selain itu,ia mengikatnya juga dengan tali kulit.

"Sekarang sudah bagus.Ketika kalian berdua sampai di Capital Centoria,bawalah dahan ini ke utara distrik tujuh,dan berikan ini pada tukang kayu bernama Sadre,yang membangun tokonya di situ.Dia pasti mampu membuat sebuah pedang kuat darinya.Pastinya itu takkan kalah bila dibandingkan dengan Pedang perak kebiruan yang cantik itu."

"Be-benarkah,Garita-jii!?Pasti itu akan hebat sekali,aku tadinya khawatir pada masa depan kami karena kami hanya memiliki satu pedang walaupun kami berdua.Benarkan,Kirito?"

Eugeo berkata dengan nada gembira,aku membalasnya dengan "Itu benar" sambil menggaguk seraya tersenyum.Tapi aku bisa merasakan dahan hitam legam di tanganku ini menjadi sedikit lebih berat saat aku gembira mendengarnya.

Pada kami berdua,yang menundukkan kepala kami berulang kali,si pak tua memberikan sebentuk senyuman.

"Ini hanya hadiah perpisahan dariku.Hati-hati di jalan.Karena sekarang,tak hanya ada Dewa Baik yang memerintah dunia ini…Aku akan tetap disini untuk melihat pohon ini sejenak.Selamat jalan Eugeo dan si pengelana muda."

Setelah mengikuti jalan kecil tadi dan keluar kembali ke jalanan utama,cuaca cerah sampai saat ini mulai berkurang sementara beberapa awan mendung kecil muncul dari langit timur.

"Anginnya mulai sedikit lembab sekarang.Kita sebaiknya segera pergi sebelum kita terlambat."

"…Itu benar.Ayo cepat."

Aku menggangguk membalas Eugeo,tali kulit dari kain pembungkus dahan Gigas Cedar terikat kuat di punggungku.Gelegar bunyi petir yang terdengar dari kejauhan beresonsnsi dengan berat dari dahan ini,dan pikiranku sedikit berguncang.

Sepasang manusia,dua pedang

Apakah itu adalah isyarat,sebuah pertanda dari sesuatu di masa depan?

Haruskah aku mengubur bingkisan ini jauh di kedalaman hutan?Momen terlintasnya pikiran itu membuat ku berhenti melangkah.Tapi, Apa alasan yang kutakutkan ini akan benar-benar akan kubutuhkan?Aku benar-benar tak memahaminya.

"Hey,Ayo Kirito!"

Sembari aku mengangkat wajahku,senyuman cerah Eugeo,yang telah mengetahui terlebih dulu dunia yang tak kuketahui,memasuki mataku.

"Baiklah…ayo pergi."

Baru seminggu yang lalu kami berjumpa,tapi untuk beberapa alasan Aku merasa kalau dia adalah sahabat terbaikku untuk waktu yang telah lama,Aku berjalan beriringan dengan anak laki-laki itu di jalan yang memanjang ke selatan —— menuju jantung dari Underworld,tempat dimana semua jawaban dari kebingungan kami telah menunggu,seraya kami mulai meningkatkan kecepatan langkah kami.

(Alicization Beginning Selesai)

Afterworld

Ini dia Kawahara Reki.Aku sekarang sudah menerbitkan volume pertama di tahun 2012『Sword Art Online 9 Alicization Beginning』. Sejak terbitnya volume 8 tahun lalu,sudah hampir setengah tahun kosong,ya.Selaam waktu itu berbagai macam keadaan telah terjadi,jadi pertama-tama,aku harus meminta maaf telah membuat kalian semua menunggu.Aku minta maaf!Aku akan berusaha melakukan yang terbaik lain waktu!

….Kalau begitu,Rasa-rasanya sepertinya aku harus membicarakan isi dari buku ini,sekarang…apa yang harus kutulis yah….Sambil aku ingin menghindari membocorkan sesuatu pada para pembaca yang membaca kata penutup ini dulu,tak peduli apa yang akan kutuliskan,masih saja ini menjadi badai spoiler! Jadi aku memutuskan untuk memberikan sebuah garis peringatan.Mohon dicatat bahwa dibalik garis itu akan ada Dark Territory! Ha….sekarang mari kita mulai dengan spoiler…

——————Spoiler Line——————

Volume 7 yang memiliki Asuna sebagai karakter utamanya,dan Volume 8 adalah kompilasi dari side story,keduanya mengambil tempat Kirito-sensei sebelum perjalanan barunya di volume 9.Walaupun ia telah melintasi dunia game virtual mulai dari SAO,ALO,juga GGO,dunia kali ini paling tidak,adalah halangan yang disebut «Game Baru yang sulit»,karena ia harus menantangnya mulai dari level 1…Walaupun begitulah seharusnya….tapi ia mampu menggunakan bermacam-macam sword skill tepat pada waktunya,jadi mohon anggap itu sebagai rasa kasih sayang dan penghormatan

Aku sebagai penulisnya sendiri,mencoba memberikan banyak hal yang baru di dunia yang memulai debutnya di volume ini, «Underworld». Sebagai contoh kongkretnya,Kirito tak bertemu seorang gadis….err bukan,itu bukan masalahnya;sampai seberapa jauh bola/dunia fantasi yang menggunakan konteks net game bisa tetap berjalan,tentang NPC,atau dengan kata lain,AI,yang mana belum terjamah sampai sekarang,bagaimana bisa aku focus terhadap hal itu.aku ingin memperluas cakupan cerita ini sampai ke batas «hal-hal dalam VRMMO» menggunakan hal itu.Ketika memikirkan soal bagaimana cerita ini akan berkembang selanjutnya,itu membuatku merasa sepertinya aku harus berkerja lebih keras untuk volume selanjutnya!

Lalu selanjutnya,yah meskipun mungkin ini terlambat,aku ingin berbicara soal adaptasi anime dari 『Sword Art Online』.Aku mulai menulis di akhir tahun 2001,dan diam-diam membuat serial 『SAO』di tahun-tahun berikutnya di sela-sela dunia web novel,Aku berpikir suatu hari ini akan menjadi sebuah anime….Aku ingat saat aku pernah berkata “Ayo kita buat GIF anime” tanpa adanya satupun kepercayaan.Keajaiban ini hanya mungkin bisa terjadi karena kerja keras dari sang illustrator abec-san; Miki-san yang bertanggung jawab dan berkata “Mari kita terbitkan ini juga!” 3 tahun yang lalu; Tsuchiya-san,sang asisten,yang HP bar dalam jadwal ketatnya berada pada area merah tua;dan semua pembaca yang terus-menerus men-support karya dari penulis ini,Aku berterima kasih padamu sekali lagi.Tentu saja, original novel ini masih jauh dari kata selesai!

Suatu hari di bulan Desember 2011, Kawahara Reki


  1. equipment standar yang biasanya diperoleh di awal game fantasy-RPG. atau bisa saja 'wooden sword'
  2. suster disini bukan suster perawat yang ada di rumah sakit, melainkan suster yang ada di gereja
  3. kalimat yang biasa orang jepang katakan sebelum makan
  4. sejenis pisau panjang
  5. silahkan lihat di Bristlegrass
  6. system penyokong dunia,tambahan-tambahan fitur dalam dunia VMMORPG.